Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Transportasi merupakan urat nadi kehidupan politik.ekonomi,.sosial

budaya dan pertahanan keamanan nasional yang sangat vital

perannya dalam memperkokoh ketahanan nasional. Transportasi

memiliki peran yang besar dalam melayani masyarakat. Aset

pemerintah berupa infrastruktur jalan yang telah dibangun selama ini

pada hakikatnya dimasukkan untuk menciptakan pondasi yang amat

kuat dan mantap bagi tercapainya pembangunan ekonomi yang

berkesinambungan di negeri ini. Dengan infrastruktur jalan secara

geometrik mantap dan secara konstruksi kuat akan terbentuk jaringan

jalan yang handal bagi mobilitas orang, barang, dan jasa, sehingga

terjadi pertumbuhan dan pemerataan ekonomi secara seimbang. Oleh

karena itu, jaringan infrastruktur jalan nasional merupakan aset

ekonomi milik publik yang amat strategis dan mendasar yang tingkat

pelayanan dan kondisinya harus dipelihara dengan baik (Masterplan

Transportasi Darat, 2013).

Jalan merupakan prasarana yang sangat menunjang bagi

kebutuhan hidup masyarakat, kerusakan jalan dapat berdampak pada

kondisi sosial dan ekonomi terutama pada sarana transportasi darat.

Dampak pada konstruksi jalan menyebabkan kinerja jalan menjadi

(overload) beban muatan (Sukirman, 2012).

1
Secara definisi beban berlebih (overloading) adalah suatu kondisi

beban gandar kendaraan melebihi beban standar yang digunakan

pada asumsi desain perkerasan jalan atau jumlah lintasan operasional

sebelum umur rencana tercapai, atau sering disebut dengan

kerusakan dini. Sedangkan umur rencana perkerasan jalan adalah

jumlah repitisi beban lalu lintas dalam satuan Equivalent Standard

Axle Load (ESAL) yang dapat dilayani jalan sebelum terjadi kerusakan

structural pada lapisan perkerasan (Firdaus, 2010).

Perpindahan barang masih terpaku pada alat transportasi darat

yaitu menggunakan kendaraan angkutan barang. Hal ini perlu

mendapat perhatian khusus karena Operator angkutan barang

cenderung mengangkut beban muatan melebihi beban muatan yang

diijinkan sedangkan kapasitas dan kemampuan jalan untuk melayani

perpindahan tersebut memiliki keterbatasan sehingga para pelanggar

harus dikenai sanksi yang berefek jera. Undang-undang serta

peraturan lainnya mengatur batasan muatan yang diijinkan melewati

suatu ruas jalan agar jalan mampu melayani kebutuhan perpindahan

barang dengan maksimal serta kondisi jalan tetap terjaga dan tidak

cepat rusak oleh akibat beban berlebih yang diangkut oleh kendaraan

berat angkutan barang (Firdaus, 2010).

Jalan mempunyai umur rencana yaitu umur yang direncanakan

ketika jalan dibangun yang mampu melayani lalu lintas dengan kondisi

beban sesuai rencana sehingga selama umur rencana tersebut jalan

2
dapat beroperasi dengan baik. Sedangkan jika dibandingkan dengan

kondisi beban di lapangan yang cenderung melebihi beban rencana

dan batasan beban yang diijinkan melewati suatu ruas jalan maka

terjadi ketimpangan antara rencana dan pelaksanaan. Hal ini

mengakibatkan umur pelayanan tidak mampu memenuhi umur

rencana jalan (Sukirman, 2012).

Pemerintah sebagai pengendali utama dalam pelanggaran-

pelanggaran tersebut seharusnya mampu mengendalikan

pelanggaran tersebut sehingga pemerintah tidak mengalami kerugian

perbaikan jalan karena kerusakan jalan dan penurunan umur rencana

jalan.Perkembangan pertambahan volume kendaraan bermotor baik

roda dua, roda empat maupun lebih semakin meningkat. Kerusakan

jalan sering terjadi pada ruas Jalan Ra. Kartini Polewali Mandar yang

merupakan jalan penghubung yang dilalui kendaraan tiap hari yang

melewati ruas jalan tersebut.

Pada perencanaan perkerasan jalan lentur di jalan Ra. Kartini

Polewali Mandar yang direncanakan dengan umur rencana 10 tahun.

Namum saat ini ruas jalan tersebut mengalami kerusakan dalam

waktu yang relatif sangat pendek sebelum umur rencana yang telah

direncanakan. Kerusakan dini perkerasan jalan disebabkan

terdapatnya kendaraan berat dengan muatan berlebih (overload).

Jalan Ra.Kartini Polweali Mandar yang merupakan salah satu ruas

jalan yang memiliki arus lalu lintas yang cukup tinggi. Selama 2 tahun

3
terakhir ruas jalan ini megalami kerusakan yang cukup parah, akibat

banyaknya truk-truk yang membawa padi, kopi dan kelapa.

Beberapa bulan terakhir ini peneliti dilokasi dan observasi langsung

di jalan Ra. Kartini Polewali Mandar). banyak kendaraan bermuatan

lebih yang melintasi ruas jalan tersebut sehingga tidak lagi memenuhi

standar muatan yang dizinkan atau tidak lagi sesuai dengan

perencanaan pembangunan jalan. Melihat kondisi yang seperti itu

penulis tertarik untuk mengangkat masalah tentang

“ANALISIS FAKTOR - FAKTOR BERPENGARUH TERHADAP

KERUSAKAN JALAN LENTUR”. (JALAN RA.KARTINI

KABUPATEN POLEWALI MANDAR)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dibuat suatu rumusan

masalah, yaitu :

1. Bagaimana mengindentifikasi dan menganalisis jenis-jenis

kerusakan jalan Jalan Ra. Kartini Kabupaten Polewali Mandar,

2. Bagaimana langkah-langkah rencana perkerasan jalan lentur dan

akibat beban overload pada jalan di sekitar jalan Ra.Kartini di

Kabupaten Polewali Mandar,

3. Bagaimana cara menganalisis kerusakan perkerasan jalan lentur

jalan.

4
C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui persentase tingkat kerusakan jalan Ra.Kartini

Polewali Mandar.

2. Untuk menganalisis faktor-faktor penyebab kerusakan jalan

Ra.Kartini Polewali Mandar.

3. Untuk menganalisis keruskan perkerasan jalan lentur.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu :

1. Manfaat teoritis, menyajikan materi – materi maupun teori – teori

pegetahuan mengenai pengaruh terhadap kerusakan jalan lentur

(Studi Kasus Jalan Ra. Kartini Polewali Mandar).

2. Manfaat praktis, dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan

pengetahuan secara praktis terhadap lembaga maupun instansi

yang terkait dalam mempertimbangkan kebijakan. Sebagai

masukan pemerintah daerah untuk melihat permasalahan lalu lintas

dan juga upaya penanggulangan permasalahan tersebut.

3. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah dan masyarakat untuk

mengetahui faktor-faktor pengaruh terhadap kerusakan jalan lentur

4. Sebagai bahan referensi dan masukan bagi penelitian selanjutnya

khususnya yang berkaitan dengan kerusakan perkerasan jalan

lentur.

5
E. Batasan Masalah Penelitian

Batasan masalah yang akan di hadapi pada penelitian ini adalah :

1. Daerah yang memiliki kerusakan jalan terhadap rencana

perkerasan jalan lentur merupakan suatu penelitian dengan

cakupan luas, Karena itu permasalahan hanya memfokuskan pada

jenis-jenis kerusakan jalan dan perkerasan lentur pada jalan Ra.

Kartini Polewali Mandar.

2. Mengetahui karakteristik perkerasan jalan lentur jalan Ra.Kartini

Kabupaten Polewali Mandar.

3. Faktor-faktor penyebab kerusakan perkerasan jalan lentur.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika pembahasan meliputi lima bagian yang menjelaskan dan

merangkum pokok-pokok bahasan dari tinjauan pustaka.

BAB I. Pendahuluan

Berisikan latar belakang pemilihan topik penelitian,

permasalahan yang ada, pembatasan masalah, tujuan penelitian yang

ingin dicapai, serta sistematika pembahasannya.

BAB II. Tinjauan Pustaka

Berisikan uraian mengenai teori dasar tentang pengaruh

kelebihan muatan kenderaan terhadap kekuatan perkerasan lentur

jalan, arti penting dari mengetahui beban standar yang dapat melintas

di suatu perkerasan jalan, beserta parameter perencanaan perkerasan

jalan dan uraian metode analisa yang dipakai dalam penelitian ini.

6
BAB III. Metodologi Penelitian

Berisikan tentang pendekatan teori yang telah dijabarkan,

langkah-langkah perhitungan, rumus-rumus yang digunakan beserta

data-data dalam pehitungan indeks permukaan jalan raya. Sedangkan

beban kenderaan diasumsikan sesuai dengan kondisi di lapangan.

Kemudian beban lalu lintas ditingkatkan melebihi beban standar.

Sehingga struktur perkerasan dengan ketebalan yang ada akan

berkurang umurnya.

BAB IV. Analisis dan Pembahasan

Berisikan tentang pelaksanaan penelitian yang dilakukan yaitu

perhitungan angka ekivalen (damage faktor) dengan muatan standar

yang kemudian perhitungan angka ekivalen (damage faktor) dengan

muatan yang dilebihkan.Kemudian dihitung pengurangan umur

perkerasan akibat beban berlebih tersebut.

BAB V. Kesimpulan dan Saran

Berisikan penutup dari penelitian, yang terdiri dari kesimpulan

dari hasil penelitian yang dilaksanakan, serta saran-saran yang dapat

diberikan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum
Kerusakan jalan disebabkan antara lain karena beban lalu lintas

berulang yang berlebihan (Overload), panas atau suhu udara, air dan

hujan, serta mutu awal produk jalan yang jelek. Oleh sebab itu

disamping direncanakan secara tepat jalan harus dipelihara dengan

baik agar dapat melayani pertumbuhan lalu lintas selama umur

rencana. Pemeliharaan jalan rutin maupun berkala perlu dilakukan

untuk mempertahankan keamanan dan kenyamanan jalan bagi

pengguna dan menjaga daya tahan atau keawetan sampai umur

rencana. (Suwardo dan Sugiharto, 2004).

Survei kondisi perkerasan perlu dilakukan secara periodik baik

struktural maupun nonstruktural untuk mengetahui tingkat pelayanan

jalan yang ada. Pemeriksaan nonstruktural (fungsional) antara lain

bertujuan untuk memeriksa kerataan (roughness), kekasaran

(texture), dan kekesatan (skid resistance). Pengukuran sifat kerataan

lapis permukaan jalan akan bermanfaat di dalam usaha menentukan

program rehabilitasi dan pemeliharaan jalan.

Perkerasan lentur yang menggunakan aspal sebagai bahan

pengikat. Pada umumnya perkerasan lentur baik digunakan untuk

jalan yang melayani beban lalu lintas ringan sampai sedang, seperti

jalan perkotaan, jalan dengan sistem ultilitas terletak di bawah

8
perkerasan jalan, perkerasan bahu jalan, atau perkerasan dengan

konstruksi bertahap.

Di Indonesia pengukuran dan evaluasi tingkat kerataan jalan belum

banyak dilakukan salah satunya dikarenakan keterbatasan peralatan.

Karena kerataan jalan berpengaruh pada keamanan dan kenyamanan

pengguna jalan maka perlu dilakukan pemeriksaan kerataan secara

rutin sehingga dapat diketahui kerusakan yang harus diperbaiki.

(Suwardo dan Sugiharto, 2004). Penilaian tipe dan kondisi permukaan

jalan yang ada merupakan aspek yang paling penting dalam

penentuan sebuah proyek, sebab karakteristik inilah yang akan

menentukan satuan nilai manfaat ekonomis yang ditimbulkan oleh

adanya perbaikan jalan.

B. Definisi Jalan

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala

bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya

yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan

tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan

atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan

lori, dan jalan kabel Jalan raya pada umumnya dapat digolongkan

dalam 4 klasifikasi yaitu (Bina Marga 1997).

1. Klasifikasi jalan menurut fungsinya terdiri atas 4 golongan (UU No.

22 Tahun 2009) yaitu :

9
a) Jalan arteri, yaitu jalan yang melayani angkutan utama

dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan tinggi dan

jumlah jalan masuk yang di batasi secara efisien.

b) Jalan kolektor, yaitu jalan yang melayani angkutan pengumpul

atau pembagi dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang,

kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.

c) Jalan lokal, yaitu jalan yang melayani angkutan setempat

dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata

rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

d) Jalan lingkungan, merupakan jalan umum yang berfungsi

melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak

dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

Dalam pasal 6 dan pasal 9 peraturan pemerintah No. 34 tahun

2006 tentang jalan dijelaskan bahwa, fungsi jalan terdapat pada

sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan skunder

yang merupakan bagian dari sitem jaringan jalan yang merupakan

satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri dari sistem jaringan

jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin dalam

hubungan hierarki.

Sistem jaringan jalan primer, meruapakan sistem jaringan jalan

yang menghubungkan antar kawasan perkotaan, yang diatur

secara berjenjang sesuai dengan peran perkotaan yang

dihubungkannya. Untuk melayani lalu lintas terus menerus maka

10
ruas-ruas jalan dalam sitem jaringan jalan primer tidak terputus

walaupun memasuki kawassan perkotaan.

Sistem jaringan jalan sekunder, merupakan sistem jaringan jalan

yang menghubugkan antar kawasaan di dalam perkotaan yang

diatur secara berjenjang sesuai dengan fungsi kawasan yang

dihubungkannya.

2. Klasifikasi menurut kelas jalan

Menurut UU No.22 Tahun 2009 jalan dikelompokan dalam

beberapa kelas :

a) Fungsi dan intensitas lalu lintas guna kepentingan pengaturan

penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan.

b) Daya dukung untuk menerima muatan sumbu terberat dan

dimensi kendaraan bermotor.

Pengelompokan jalan menurut kelas jalan dapat dilihat

pada Tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1 Pembagian Kelas Jalan dan Daya Dukung Beban

Kelas Fungsi Jalan Karekteristik Muatan


Jalan Kendaraan (m) Sumbu
Panjang Lebar Terberat
I Arteri 1 2,50 >(MST)
10 Ton
II Arteri 1 2,50 10 Ton
III A Arteri/Kolektor 8
1 2,50 8 Ton
III B Kolektor 8
1 2,50 8 Ton
III C Lokal 9
8 2,10 8 Ton
Sumber : Peraturan Perundangan UU2No. 22 Tahun 2009

a) Jalan kelas I, yaitu jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui

Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500

11
(dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi

18.000 (delapan belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi

4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu

terberat 10 (sepuluh) ton.

b) Jalan kelas II, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan

yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar

tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran

panjang tidak melebihi 12.000 (dua belas ribu) milimeter, ukuran

paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan

sumbu terberat 8 (delapan) ton.

c) Jalan kelas III, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan

lingkungan yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan

ukuran lebar tidak melebihi 2.100 (dua ribu seratus)

milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 (sembilan ribu)

milimeter, ukuran paling tinggi 3.500 (tiga ribu lima ratus)

milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton

d) Jalan kelas khusus, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui

Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar melebihi 2.500 (dua

ribu lima ratus) milimeter,ukuran panjang melebihi 18.000

(delapan belas ribu) millimeter, ukuran paling tinggi 4.200

(empat ribu dua ratus) millimeter, dan muatan terberat lebih dari

10 (sepuluh) ton.

12
3. Klasifikasi menurut medan jalan (Bina Marga 1997)

Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian

besar kemiringan medan yang diukur tegak lurus garis kontur.

Keseragaman kondisi medan yang diproyeksikan hanya

mempertimbangkan keseragaman kondisi medan menurut

rencana trase jalan dengan mengabaikan perubahan-perubahan

pada bagian kecil dari segmen rencana jalan tersebut

Tabel 2 Klasifikasi Menurut Medan Jalan

Jenis Medan Notasi Kemiringan Medan (%)

Datar D <

Berbukit B 33
Pegunungan G >-

Sumber : Bina Marga 1997 2


2
5
4. Klasifikasi menurut wewenang pembinaan jalan,(UU
5 No.22

Tahun2009). Klasifikasi menurut wewenang pembinaannya terdiri

dari jalan nasional,jalan provinsi, jalan kabubaten / kotamadya,

dan jalan desa.

a) Jalan nasional, merupakan jalan arteri dan jalan kolektor

dalam sistem primer yang menghubungkan antar ibukota

provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol.

b) Jalan provinsi, merupakan jalan kolektor dalam sistem

jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota provinsi

13
dengan ibukota kabupaten/kota, antar ibukota kabupaten /

kota, dan jalan setrategis nasional.

c) Jalan kabupaten, merupakan jalan lokal dalam sistem

jaringan jalan primer yang tidak termasuk jalan yang

menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota

kecamatan, antar ibukota kecamatan, ibukota kabupaten

dengan pusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sitem

jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan

strategis kabupaten,

d) Jalan kotamadya, merupakan jalan umum dalam sistem

jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antar pusat

pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan

dengan persil, menghubungkan antar persil, serta

menghubungkan antar pusat pemukiman yang berada di

dalam kota.

e) Jalan desa, merupakan jalan umum yang menghubungkan

kawasandan atau antar pemukiman di dalam desa, serta jalan

lingkungan.

C. Perkerasan Jalan

Pada umumnya pembuatan jalan menempuh jarak beberapa

kilometer sampai ratusan kilometer bahkan melewati medan yang

berbukit, berliku-liku dan berbagai masalah lainnya. Oleh karena itu

jenis konstruksi perkerasan harus disesuaikan dengan kondisi tiap-

14
tiap tempat atau daerah yang akan dibangun jalan tersebut,

khususnya mengenai bahan material yang digunakan diupayakan

mudah didapatkan disekitar trase jalan yang akan dibangun, sehigga

biaya pembangunan dapat ditekan. Perkerasan yang menggunakan

Lapis perkerasan Lentur (Flexible Pavement). Aspal sebagai bahan

pengikat. Guna memberikan rasa aman dan myaman kepada

pemakai jalan, maka kontruksi perkerasan jalan harus memenuhi

syarat-syarat tertentu yang dapat di kelompokkan menjadi 2 yaitu:

1. Syarat-syarat berlalu lintas

Konstruksi perkerasan lentur dipandang dari keamanan dan

kenyamanan berlalu lintas harus memenuhi syarat berikut :

a) Permukaan yang rata, tidak bergelombang, tidak melendut dan

tidak berlubang.

b) Permukaan cukup kaku sehingga tidak mudah berubah bentuk

akibat beban yang bekerja di atasnya.

c) Permukaan cukup kesat, memberikan gesekan yang baik

antara ban dan permukaan jalan sehingga tidak mudah selip.

d) Permukaan tidak mengkilap, tidak silau jika terkena sinar

matahari.

2. Syarat-syarat struktural

Konstruksi perkerasan jalan dipandang dari segi kemampuan

memikul dan menyebarkan beban, harus memenuhi syarat-syarat

berikut:

15
a) Ketebalan yang cukup sehingga mampu menyebarkan beban

muatan lalu lintas ke tanah dasar.

b) Kedap terhadapair sehingga air tidak mudah meresap

kelapisan di bawahnya.

c) Permukaan mudah mengalirkan air sehingga air hujan yang

jatuh di atasnya dapat cepat dialirkan.

d) Kekakuan untuk memikul beban yang bekerja tanpa

menimbulkan deformasi yang berarti.

Untuk dapat memenuhi hal-hal tersebut di atas, perencanaan

dan pelaksanaan konstruksi perkerasan lentur jalan harus

mencakup :

1. Perencanaan tebal masing-masing lapisan perkerasan

Dengan memperhatikan daya dukung tanah dasar, beban

lalu lintas yang akan dipikulnya, keadaan lingkungan, jenis

lapisan yang dipilih, dapatlah ditentukan tebal masing-masing

lapisan berdasarkan beberapa metode yang ada.

2. Analisa campuran bahan

Dengan memperhatikan mutu dan jumlah bahan setempat

yang tersedia, di rencanakanlah suatu susunan campuran

tertentu sehingga terpenuhi spesifikasi dari jenis lapisan yang

dipilih.

16
3. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan

Perencanaan tebal perkerasan yang baik, susunan

campuran yang memenuhi syarat, belumlah dapat menjamin

dihasilkannya lapisan perkerasan yang memenuhi apa yang

diinginkan jika tidak dilakukan pengawasan pelakasanaan yang

cermat mulai dari tahap penyiapan lokasi dan material sampai

tahap pencampuran atau penghamparan dan akhirnya pada

tahap pemadatan dan pemeliharaan.

Lapisan-lapisan dari perkerasan lentur bersifat memikul dan

menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar yang telah

dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut adalah :

1. Lapisan permukaan (surfacoarse)

Lapisan permukaan adalah bagian perkerasan jalan yang

paling atas. Lapisan tersebut berfungsi sebagai berikut :

a) Lapis perkerasan penahan beban roda yang mempunyai

stabilitas tinggi untuk menahan roda selama masa pelayanan.

b) Lapisan kedap air,air hujan yang jatuh di atasnya tidak

meresap ke lapisan bawah dan melemahkan lapisan-lapisan

tersebut.

c) Lapis aus, lapisan ulang yang langsung menderita gesekan

akibat roda kendaraan.

17
d) Lapis-lapis yang menyebabkan beban ke lapisan di

bawahnya sehingga dapat dipikul oleh lapisan lain dengan

daya dukung yang lebih jelek.

2. Lapisan pondasi atas (base coarse)

Lapisan pondasi atas adalah bagian lapis perkerasan yang

terletak antara lapis permukaan dengan lapis pondasi bawah

(atau dengan tanah dasar bila tidak menggunakan lapis

pondasi bawah), Karena terletak tepat di bawah permukaan

perkerasan, maka lapisan ini menerima pembebanan yang berat

dan paling menderita akibat muatan,oleh karena itu material

yang digunakan harus berkualitassangat tinggi dan pelaksanaan

konstruksi harus dilakukan dengan cermat.

Fungsi lapis pondasi atas adalah :

a) Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban

roda dan menyebarkan beban ke lapisan di bawahnya.

b) Lapis peresapan untuk pondasi bawah.

c) Bantalan terhadap lapisan permukaan.

Bahan untuk lapis pondasi atas cukup kuat dan awet sehingga

dapat menahan beban-beban roda.Sebelum menentukan suatu

bahan untuk digunakan sebagai bahan pondasi hendaknya

dilakukan penyelidikan dan sebaik-baiknya sehubungan dengan

persyaratan teknis. bahan alam/bahan setempat (CBR > 50 %,

PI < 4 %), dapat digunakan sebagai bahan lapisan pondasi

18
atas, antara lain batu merah, kerikil dan stabilisasi tanah

dengan semen atau kapur.

3. Lapisan pondasi bawah (sub-base coarse)

Lapisan pondasi bawah adalah lapis perkerasan yang

terletak antara lapis pondasi atas dan tanah dasar.

Fungsi lapis pondasi bawah adalah :

a) Menyebarkan beban roda ketanah dasar.

b) Efisieni penggunaan material lebih murah dari pada lapisan di

atasnya.

c) Lapis peresapan agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.

d) Lapisan partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke

lapisan pondasi atas.

Bahannya dari bermacam-macam bahan setempat, (CBR >

20 %, PI < 10 %) yang relatif jauh lebih baik dengan tanah

dasar dapat digunakan sebagai bahan pondasi bawah.

Campuran-campuran tanah setempat dengan kapur atau

semen portland dalam beberapa hal sangat dianjurkan agar

didapat bantuan yang efektif terhadap kestabilan konstruksi

perkerasan. dapat digunakan sebagai bahan lapisan pondasi

atas,antara lain batu merah, kerikil dan stabilisasi tanah dengan

semen atau kapur.

19
4. Lapisan tanah dasar (subgrade)

Tanah dasar adalah permukaan tanah semula atau

permukaan tanah galian atau permukaan tanah timbunan yang

dipadatkan dan merupakan permukaan dasar untuk perletakan

bagian-bagian perkerasan lainnya.Kekuatan dan keawetan

konstruksi perkerasan jalan tergantung dari sifat-sifat daya

dukung tanah dasar.

Persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah :

a) Perubahan bentuk tetap deformasi permanen. dari macam

tanah tertentu akibat beban lalu lintas.

b) Sifat kembang susut dari tanah tertentu akibat perubahan

kadar air.

c) Daya dukung tanah yang tidak merata, sukar ditentukan

secara pasti ragam tanah yang sangat berbeda sifat dan

kelembabannya.

d) Lendutan atau lendutan balik.

Sumber Bina Marga 1997

Gambar 1 Susunan lapis perkerasan lentur

20
5. Kontruksi Perkerasan Kaku (Rigid Pavement).

Konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement) adalah lapis

perkerasan yang menggunakan semen sebagai bahan ikat antar

materialnya. Pelat beton dengan atau tanpa tulangan diletakkan

diatas tanah dasar dengan atau tanpa lapis pondasi bawah.

Beban lalu lintas dilimpahkan ke pelat beton, mengingat biaya

yang lebih mahal dibanding perkerasan lentur perkerasan kaku

jarang digunakan, tetapi biasanya digunakan pada proyek-

proyek jalan layang, apron bandara, dan jalan tol. Karena beton

akan segera mengeras setelah dicor,dan pembuatan beton tidak

dapat menerus, maka pada perkerasan ini terdapat sambungan -

sambungan beton atau joint. Pada perkerasan ini juga slab beton

akan ikut memikul beban roda, sehingga kualitas beton sangat

menentukan kualitas pada rigid pavement.

Sumber Bina Marga 1997

Gambar 2 Lapis rigid pavement

21
6. Konstruksi perkerasan komposit (composite pavement).

Perkerasan kaku yang dikombinasikan dengan perkerasan

lentur dapat berupa perkerasan lentur diatas perkerasan kaku.

Perkerasan komposit merupakan gabungan konstruksi

perkerasan kaku. (rigid pavement) dan lapisan perkerasan lentur

(flexible pavement) di atasnya,dimana kedua jenis perkerasan ini

bekerja sama dalam memikul beban lalu lintas. Untuk ini maka

perlu ada persyaratan ketebalan perkerasan aspal agar

mempunyai kekakuan yang cukup serta dapat mencegah retak

refleksi dari perkerasan beton di bawahnya.

Sumber Bina Marga 1997

Gambar 3 Lapis perkerasan komposit (compoite pavement)

D. Jenis-Jenis Kerusakan Perkerasan Jalan

Menurut Sukirman (1999), kerusakan pada konstruksi perkersasan

jalan dapat disebabkan oleh :

1. Lalu lintas, yang dapat berupa peningkatan beban dan repetisi

beban,

22
2. Air, yang dapat berasal dari air hujan, sistem drainase yang

tidak berjalan dengan baik, naiknya air akibat sifat kapilaritas,

3. Material konstruksi perkerasan, yang dapat disebabkan oleh sifat

material itu sendiri atau bias disebabkan oleh system pengolahan

bahan itu sendiri,

4. Iklim di Indonesia yang tropis cenderung mengakibatkan

suhu,udaradan curah hujan yang umumnya tinggi sehingga dapat

menjadi salah satu penyebeab kerusakan jalan yang ada di

Indonesia ini, salah satu penyebeab kerusakan jalan yang ada di

Indonesia ini,

5 . Kondisi tanah yang tidak setabil, kemungkinan bisa disebabkan

oleh sistem pelaksanaan yang kurang baik, atau dapat juga

disebabkan oleh sifat tanah dasarnya itu sendiri,

6. Proses pemadatan lapisan di atas tanah dasar yang kurang baik.

Umumnya kerusakan-kerusakan yang timbul itu tidak disebabkan

oleh satu faktor saja, tetapi dapat juga merupakan gabungan dari

penyebab yang saling berkaitan. Sebagai contoh adalah retak

pinggir, pada awalnya dapat diakibatkan oleh tidak baiknya

sokongan dari samping. Dengan terjadinya retak pinggir,

memungkinkan air meresap masuk ke lapis di bawahnya yang

melemahkan ikatan antara aspal dengan agregat, hal ini dapat

menimbulkan lubang-lubang, disamping melemahkan daya dukung

23
lapisan di bawahnya. Dalam mengevaluasi keruskan jalan perlu di

tentukan :

1. Jenis kerusakan (distress type) dan penyebabnya.

2. Tingkat kerusakan (distress severity)

3. Jumlah kerusakan (distress amount)

a. Jenis kerusakan pada perkerasan jalan lentur

1. Retak (Cracking)

2. Distorsi (Distortion)

3. Cacat Permukaan (Disintegration)

4. Pengausan (Polished Agregaate)

5. Kegemukan (Bleeding)

6. Penurunan pada bekas penanaman utilitas (Utility cut

deprestion).

b. Jenis kerusakan ada perkerasan kaku

1. Retak, yang diantaranya : retak memanjang, retak melintang,

retak pinggir, retak pojok.

2. Patahan

3. Deformasi

4. Abrasi, pelicinan, pengausan dan pelepasan butir.

5. Kerusakan sambungan.

6. Berlubang

7. Jembul / Hancur

8. Tambalan.

24
E. Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Jalan.

1. Akibat Cuaca

Air Merupakan penyebab kerusakan paling berat pada konstruksi

jalan. Air hujan sangat mempengaruhi kestabilan konsrtuksi suatu

jalan raya,karena air hujan dapat mengakibatkan bermacam-

macam masalah antara lain :

1. Air hujan yang mengalir deras mengupas permukaan jalan.

2. Air hujan yang tergenang dapat merusak dan membahayakan

badan jalan.

3. Aspal yang selalu basah dan dingin akan menjadi keras dan

karena tekanan yang keras dapat mengakibatkan lapisan

permukaan mudah retak atau pecah.

Demikian Pula dengan air tanah. Air tanah yang tinggi akan

membahayakan badan jalan. Karena sifat kekuatan tanah sangat

erat hubungannya dengan kadar air. Tinggi kadar air yang

terkandung oleh tanah mengakibatkan berkurangnya daya dukung

tanah.

Air tanah merupakan air bebas yang merembes masuk kedalam

tanah atau tertahan di bawah permukaan tanah. Air tanah ini pula

diakibatkan oleh air hujan yang tergenag masuk ketanah sampai

lapisan kedap air,di lapisan ini air dapat juga berasal dari air yang

tertahan di rongga- rongga antara lapisan antar batu atau agregat.

25
2. Akibat beban lalu lintas.

Oleh Karena fungsi jalan adalah mendukung beban lalu lintas

yang bekerja pada jalan tersebut, maka semua gaya-gaya lalu

lintas yang di terimanya akan diteruskan ke tanah dasar.

Perbandingan gaya statis dan dinamis yang diadakan oleh beban

yang sama besarnya merupakan angka yang dinamakan koefisien

tumbuk tergantung pada :

1. Elastisitas benda yang mengakibatkan beban elastisitas

konstruksi jalan.

2. Bentuk pada roda, roda yang berupa besi dapat mengakibatkan

alur-alur pada permukaan jalan.

3. Ratanya permukaan jalan.

Karena itu beban roda yang dilimpahkan pada permukaan

perkerasan adalah merupakan dasar dari adanya perhitungan

perkerasan, sehubungan dengan itu dalam struktur perkerasan

jalan adalah berfungsi untuk menyebar beban roda yang di

terimanya, agar beban tersebut memiliki intensitas yang kecil, yang

dapat di dukung lapisan pondasi bagian atas.Karena bertambahnya

kedalaman lapisan perkerasan, maka beban roda akan tersebarkan

26
pada luas bidang yang lebih besar, Mengurangi intensitas beban.

Gambar 4 : Penyebaran beban roda melalui lapisan perkerasan.

3. Kualitas Bahan Jalan

Dalam pelaksanaan konstruksi perkerasan jalan perlu

diperhatikan kualitas bahan-bahan dari konstruksi jalan,diantaranya

adalah agregat pembentuk konstruksi jalan. Agregat adalah

sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral

lainnya, baik berupa hasil alam maupun buatan (Petunjuk

Pelaksanaan Laston Untuk Jalan Raya SKBI -2.4.26.1987).

Fungsi dari agregat dalam campuran aspal adalah sebagai

kerangka yang memberikan stabilitas campuran jika dilakukan

dengan alat pemadat yang tepat. Agregat sebagai komponen

utama atau kerangka dari lapisan perkerasan jalan yaitu

mengandung 90% – 95% agregat berdasarkanpersentase berat

atau 75% – 85% agregat berdasarkan persentase volume (Silvia

Sukirman, 2003, Beton Aspal Campuran Panas). Pemilihan jenis

agregat yang sesuai untuk digunakan pada konstruksi perkerasan

27
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu gradasi, kekuatan, bentuk

butir, tekstur permukaan, kelekatan terhadap aspal serta

kebersihan dan sifat kimia. Jenis dan campuran agregat sangat

mempengaruhi daya tahan atau stabilitas suatu perkerasan jalan

(Kerbs, and Walker, 1971).

4. Keadaan Drainase

Faktor utama yang mempengaruhi konstruksi perkerasan jalan

adalah air yang berasal dari hujan dan pengaruh perubahan

temperature akibat perubahan cuaca. Adanya aliran air disekitar

badan jalan dapat mengakibatkan rembesan air ke badan jalan,

yang dapat menyebabkan :

1. Ikatan antar butir-butir agregat dan aspal lepas sehingga lapisan

perkerasan tidak lagi kedap air dan rusak.

2. Perubahan kadar air mempengaruhi sifat daya dukung tanah

dasar.

Aliran air disekitar lapisan perkerasan dapat berasal dari:

a) Seepage dari tempat yang lebih tinggi disekitar konstruksi

perkerasan. Hal ini terjadi terutama pada badan jalan tanah

galian.

b) Fluktuasi ketinggian muka air tanah

c) Infiltrasi air melalui permukaan perkerasan atau bahu jalan.

d) Rembesan air dari tempat yang lebih basah ke tempat yang lebih

kering.

28
Besarnya intensitas aliran air tergantung dari :

a) Presipitasi (hujan) dan intensitas hujan sehubungan dengan iklim

setempat. Air hujan akan jatuh kebadan jalan dan masuk ke

lapisan tanah dasar melalui bahu jalan. Aliran air secara

horizontal kelapisan perkerasan terjadi jika kadar air tinggi

dibahu jalan dan rendah dibawah lapisan perkerasan jalan.hal ini

dapat diatasi dengan membuat bahu dari tanah berbutir kasar.

b) Sifat kapilaritas dari tanah dasar.Jika tanah dasar mempunyai

kadar rendah dan dibawahnya terdapat air tanah, maka air dapat

merembes keatas akibat adanya gaya kapiler. besarnya

kemampuan ini ditentukan oleh jenis tanah dasar itu sendiri.

c) Intensitas aliran air ditentukan juga oleh kondisi drainase

disekitar badan jalan tersebut. Aliran air pada badan jalan kurang

mempengaruhi kadar air tanah dasar jika drainase jalan tersebut

baik.

Besar kecilnya bangunan drainase yang dibuat tergantung dari :

a) Intensitas hujan, semakin tinggi intensitas hujan di daerah

tersebut semakin banyak air yang harus dialirkan,semakin besar

kebutuhan akan drainase.

5. Kelemahan Tanah Dasar

Jika tanah dasar mengalami penurunan secara seragam,

maka struktur perkerasan jalan akan mangalami penurunan pula.

Salah satu kenyataannya bahwa turunnya tanah dasar adalah

29
merupakan kerusakan total perkerasan jalan dimana semua lapisan

diatasnya ikut turun pula dan karenanya terjadi perubahan bentuk

dari konstruksi perkerasan yang bersangkutan.

Beban kendaraan yang dilimpahkan kelapisan perkerasan

melalui roda-roda kendaraan selanjutnya disebarkan kelapisan-

lapisan dibawahnya yang diterima oleh tanah dasar. Dengan

demikian tingkat kerusakan konstruksi perkerasan selama masa

pelayanan tidak ditentukan oleh kekuatan dari lapisan perkerasan

tetapi juga oleh tanah dasar. Daya dukung tanah dasar dipengaruhi

oleh jenis tanah dasar, tingkat kapadatan, kadar air, dan kondisi

drainase.

Tanah dasar dengan tingkat kepadatan yang tinggi mengalami

perubahan volume yang kecil dengan daya dukung yang besar jika

terjadi perubahan kadar air dan beban yang diterima. Jika

dibandingkan dengan Jenis tanah yang sama yang tingkat

kepadatannya lebih rendah. Penyebab utama dari kerusakan

tersebut adalah air. Apakah air tanah, air resapan dari permukaan

jalan, air dari bahu jalan, air dari drainase yang tersumbat ataupun

air yang berada disekitarnya sehingga terjadi perubahan pada

tanah dasar yang menyebabkan kerusakan pada permukaan jalan.

F. Penelitian Terdahulu

1. Putri (2016) dengan penelitian yang berjudul “Identifikas Jenis

Kerusakan Pada Perkerasan Lentur menggunakan metode

30
Pavement Condition Index, (PCI), (Studi Kasus : Ruas JalanBotto)”.

Terdapat 13 jenis kerusakan perkersan lentur yang ada pada ruas

jalan Soekarno-Hatta Bandar Lampung yaitu, retak kulit buaya,

retak blok, tonjolan, amblas, retak tepi, penurunan bahu jalan, retak

memanjang, tambalan, pengausan, lubang, alur, retak selip, dam

pelepasan butir. Nilai rata-rata kondisi perkerasan lentur pada ruas

jalan Soekarno-Hatta Bandar Lampung adalah 78,89% yang masuk

dalam katagori sangat baik (very good) dan tidak atau belum

membutuhkan perbaikan.

2. Setyowati (2011) dengan penelitian yang berjudul “Penilaian

Kondisi Perkerasan Dengan Metode Pavement Condition Index

(PCI),Peningkatan Jalan Dan Perhitungan Rancangan Anggaran

Biaya (Studi Kasus : Jalan Solo- Karanganyar Km 4+400-11+050)”.

Dari penelitian ruas Jalan Solo- Karanganyar Km 4+400-11+050

didapatkan nilai rata-rata PCI sebesar 28,09% yang masuk

dalam katagori buruk (poor), maka memerlukan pemeliharaan

berkala (periodic maintenance).

3 . Luzan (2016) dengan penelitian yang berjudul “Analisa Kondisi

Kerusakan Jalan pada Lapis Permukaan Menggunakan Metode

Pavement Condition Index (PCI), (Studi Kasus : Ruas Jalan Siluk

Panggang, Imogiri Barat, Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta)”.

Terdapat 14 jenis kerusakan pada ruas jalan Siluk Panggang

Imogiri Barat, Bantul antara lain :Retak Buaya, Keriting, Amblas,

31
Retak Pinggir, Retak Sambung, Pingir Jalan Turun, Retak

Memanjang, Tambalan, Pengausan Agregat, Lubang, Sungkur,

Patah Slip, Mengembang Jembul, dan Pelepasan Butir. Nilai rata-

rata kondisi lapis perkerasan lentur (PCI) ruas jalan Siluk

Panggang Imogiri Barat, Bantul adalah 51,83% yang termasuk

dalam katagori sedang (fair) dan perlu untuk dilakukan perbaikan,

perbaikannya bisa meliputi pelapisan ulang (resealing/overlay).

32
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di ruas jalan RA.Kartini Kabupaten

Polewali Mandar yang secara administrasi pemerintah berada di

jalan

Lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 4 Lokasi Penelitian

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama dua (2) bulan dimulai dari Bulan

Agustus sampai September 2019. Lebih jelasnya dapat diuraikan

pada tabel pelaksanaan sebagai berikut :

33
B. Metode dan Prosedur Pengumpulan Data

1. Data Primer

a. Data Volume Lalu Lintas

Data ini diambil pada jam-jam padat saja,berdasarkan data

volume kendaraan dari dinas perhubungan kabupaten polewali

mandar. Karena data volume lalu lintas awal didapat melalui data

sekunder(MKJI:1997).

b. Data Kerusakan Jalan

Data ini diambil dengan mengukur dan menghitung lansung

tingkat kerusakan jalan yang diteliti

2. Data Sekunder

a. Data Inventori Jalan

Data ini dieroleh dari Dinas Bina Marga Polewali Mandar. Data

yang dibutuhkan antara lain panjang dan lebar jalan,jumlah

ruas,media,jumlah lajur jalan dan kelengkapan.

b. Data Volume Lalu Lintas

Data vulume lalu lintas diperoleh dari Dinas Perhubungan

Kabupaten Polewali Mandar. Data ini meliuti data volume

kendaraan yang melewati jalan per jam. Data inin tidak

digunakan untuk acuan pengambilan data primer yang dilakukan

pada jam-jam padat (MKJI:1997)

34
3. Peralatan Penelitian

Peralatan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah :

a. Form Penelitian

b. Alat Tulis

c. Alat Pengolah Data (Komputer atau Laptop)

d. Hand Counter(alat hitung jumlah)

C. Analisis Data

1. Analisis Data Kerusakan Jalan

Kegiatan penelitian ini menggunakan data primer dan data

sekunder. Untuk data primer, metode pengambilan data berupa

survey visual jenis kerusakan jalan pada lokasi kegiatan penelitian

dan dilaksanakan secara langsung dilapangan. Pengambilan data

primer ini dilakukan dengan cara membagi ruas jalan menjadi

beberapa segmen, kemudian mengamati kerusakan jalan yang

terjadi pada segmen-segmen tersebut dan menghitung luas

kerusakan dan menghitung persentase kerusakannya. Sedangkan

data sekunder berupa data yang dipeoleh dari Bina Marga Dinas

Pekerjaan Umum Kabupaten Polewali Mandar. Perhitungan Luas

kerusakan jalan tiap segmen dapat dihitung dengan menggunakan

rumus :

L =pxl

Dimana ;

L : Luas kerusakan jalan (m2).

35
p : Panjang kerusakan (m).

l : Lebar kerusakan (m).

Sedangkan untuk menghitung persen total kerusakan jalan dapat

menggunakan rumus :

L
A  x100
T

Dimana :

A : Persen total kerusakan jalan (%).

L : Luas kerusakan jalan (m2).

T : Total Luas daerah penelitian (m)

Data-data yang telah didapat dari lapangan seperti data

panjang, lebar, dan luasan kemudian di analisis menggunakan

metode Bina Marga. Untuk setiap bagian yang diperiksa,

disarankan untuk melakukan pengambilan gambar untuk

mengetahui ukuran dan lokasi unit sampel. Gambar-gambar ini

dapat digunakan untuk merelokasi unit-unit sampel guna inspeksi

dimasa yang akan datang dan adapun ukuran panjang dan lebar

masing-masing segmen yang ingin di analisis tipe kerusakan jalan

lentur.

36
D. Bagan Alur (Flow Chart)

Adapun langkah-langkah pengolahan berikut ini:

Mulai

Studi Pustaka

Survei Lokasi

Pengambilan Data

Data Primer Data Sekunder


1. Jenis Kerusakan 1. Data Kerusakan
2. Gambar Kerusakan 2. Data LHR
Jalan 3. Data Curah Hujan

AnalisaData
Analisis Data
1. Analisis Volume Lalu
Lintas
Menggunakkan Harian
Metode (LHR)
Bina Marga
2. Analisis DataKerusakan

Kesimpulan

Selesai

Gambar 5 Bagan Alur Flow Chart

37
38

Anda mungkin juga menyukai