Anda di halaman 1dari 30

FTS 257 REKAYASA DAN PRASARANA LALU LINTAS

ANALISIS KAPASITAS SIMPANG BERSINYAL


(MKJI 1997)

Oleh:
MIRA LESTIRA HARIANI, ST., MT.

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON


2021
PENDAHULUAN

• Sebelum adanya lampu lalu lintas = polisi lalu lintas ditugaskan


untuk mengatur lalu lintas
• Muncul ide pertama kali pada tahun 1918 di New York untuk
menggunakan lampu pengatur lalu lintas
• Timbul masalah, lampu lalu lintas tidak dapat mengatur lalu lintas
sebaik seorang polisi lalu lintas, kemudian dikembangkan lampu
lalu lintas yang dapat menyesuaikan dengan arus lalu lintas yang
lewat.
• Masalah Kembali muncul akibat lampu lalu lintas yang dipasang
berjajar pada suatu jalan yang sangat Panjang, masalah tersebut
diatasi dengan koordinasi antar lampu lalu lintas
KAPAN DIPASANG LAMPU LALU
LINTAS??

• Arus lalu lintas sudah mulai meningkat


• Waktu tunggu rata-rata tanpa lampu lalu lintas sudah lebih besar
dari waktu tunggu dengan lampu lalu lintas
Penggunaan sinyal diterapkan untuk
memisahkan lintasan dari gerakan-
gerakan lalu-lintas yang saling
bertentangan dalam dimensi waktu. Hal
iniadalah keperluan yang mutlak bagi
gerakan-gerakan lalu-lintas yang datang
dari jalan jalan yang saling berpotongan
= konflik-konflik utama. Sinyal-sinyal
dapat juga digunakan untuk
memisahkan gerakan membelok dari
lalu-lintas lurus melawan, atau untuk
memisahkan gerakan lalu-lintas
membelok dari pejalan-kaki yang
menyeberang = konflik-konflik kedua
PENGATURAN FASE

• Analisis konflik berpengaruh pada jumlah fase di suatu simpang bersinyal


• Jika hanya konflik utama yang dipisahkan, maka adalah mungkin untuk mengatur sinyal lampu lalu lintas hanya
dalam 2 fase
PENGATURAN FASE

Untuk meningkatkan keselamatan berlalu lintas, maka digunakan lebih dari dua fase
ANALISIS KAPASITAS SIMPANG BERSINYAL

Variabel yang mempengaruhi Kapasitas Simpang

Model Dasar :

Dengan :

𝑆 = 𝑆0 𝐹𝐶 𝑠 𝐹𝑆𝐹 𝐹𝐺 𝐹𝑃 𝐹𝑅𝑇 𝐹𝐿𝑇


ANALISIS KAPASITAS SIMPANG BERSINYAL

Tipe Pendekat
ANALISIS KAPASITAS SIMPANG BERSINYAL

Lebar Pendekat Efektif


ANALISIS KAPASITAS SIMPANG BERSINYAL

Lebar Pendekat Efektif


ANALISIS KAPASITAS SIMPANG BERSINYAL

Arus Jenuh Dasar


Untuk pendekat tipe P (arus terlindung), gunakan Rumus

Untuk pendekat tipe O (arus berangkat terlawan), gunakan grafik-grafik yang ada di MKJI 1997.

1) Pendekat tipe 0 tanpa lajur belok kanan terpisah, gunakan grafik berikut :
ANALISIS KAPASITAS SIMPANG BERSINYAL

Arus Jenuh Dasar


2) Pendekat tipe 0 dengan lajur belok kanan terpisah, gunakan grafik berikut :
ANALISIS KAPASITAS SIMPANG BERSINYAL

Faktor Penyesuaian Ukuran Kota


ANALISIS KAPASITAS SIMPANG BERSINYAL

Faktor Penyesuaian Hambatan Samping


ANALISIS KAPASITAS SIMPANG BERSINYAL

Faktor Penyesuaian untuk Kelandaian (G)


ANALISIS KAPASITAS SIMPANG BERSINYAL

Faktor Penyesuaian untuk Parkir

Fp dapat juga dihitung dari rumus berikut, yang


mencakup pengaruh panjang waktu hijau :

di mana:
Lp = Jarak antara garis henti dan kendaraan yang
diparkir pertama (m) (atau panjang dari
lajur pendek).
WA = Lebar pendekat (m).
G = Waktu hijau pada pendekat (nilai normal 26
det).
ANALISIS KAPASITAS SIMPANG BERSINYAL

Faktor Penyesuaian Belok Kanan (FRT)


Perhatikan: Hanya untuk pendekat tipe P; Tanpa median; jalan dua arah; lebar efektif ditentukan oleh lebar masuk.
ANALISIS KAPASITAS SIMPANG BERSINYAL

Faktor Penyesuaian Belok Kiri (FLT)


Hanya untuk pendekat tipe P tanpa LTOR, lebar efektif ditentukan oleh lebar masuk
ANALISIS KAPASITAS SIMPANG BERSINYAL

Arus Jenuh (S)


𝑆 = 𝑆0 𝐹𝐶 𝑠 𝐹𝑆𝐹 𝐹𝐺 𝐹𝑃 𝐹𝑅𝑇 𝐹𝐿𝑇
Jika suatu pendekat mempunyai sinyal hijau lebih dari satu fase, yang arus jenuhnya telah ditentukan secara terpisah pada baris yang berbeda
dalam tabel, maka nilai arus jenuh kombinasi harus dihitung secara proporsional terhadap waktu hijau masing-masing fase. Contoh jika suatu
pendekat bersinyal hijau pada kedua fase 1 dan 2 dengan waktu hijau g1 dan g2 dan arus jenuh S1 dan S2, nilai kombinasi S1+2 dihitung sebagai
berikut:

Jika salah satu dari fase tersebut adalah fase pendek, misalnya "waktu hijau awal", dimana satu pendekat menyala hijau beberapa saat
sebelum mulainya hijau pada arah yang berlawanan, disarankan untuk menggunakan hijau awal ini antara 1/4 sampai 1/3 dari total hijau
pendekat yang diberi hijau awal. Perkiraan yang sama dapat digunakan untuk "waktu hijau akhir" dimana nyala hijau pada satu pendekat
diperpanjang beberapa saat setelah berakhirnya nyala hijau pada arah yang berlawanan. Lama waktu hijau awal dan akhir harus tidak lebih
pendek dari 10 det. Contoh : Waktu hijau awal sama dengan 1/3 dari total waktu hijau dari pendekat dengan waktu hijau awal:
ANALISIS KAPASITAS SIMPANG BERSINYAL

Waktu Siklus
ANALISIS KAPASITAS SIMPANG BERSINYAL

Waktu Hijau
PERILAKU LALU LINTAS

Derajat Kejenuhan

Panjang Antrian
PERILAKU LALU LINTAS

Angka Henti Tundaan


Tundaan pada suatu simpang dapat terjadi karena dua hal:
1) TUNDAAN LALU LINTAS (DT) karena interaksi lalu-lintas
dengan gerakan lainnya pada suatu simpang.
2) TUNDAAN GEOMETRI (DG) karena perlambatan dan
Angka henti (NS), yaitu jumlah berhenti rata-rata per- percepatan saat membelok pada suatu simpang dan/atau
kendaraan (termasuk berhenti terulang dalam antrian) sebelum terhenti karena lampu merah. Tundaan rata-rata untuk
melewati suatu simpang, dimana c adalah waktu siklus (det) suatu pendekat j dihitung sebagai:
dan Q arus lalu-lintas (smp/jam) dari pendekat yang ditinjau.

Rasio Kendaraan Terhenti

Rasio kendaraan terhenti PSV , yaitu rasio kendaraan yang harus


berhenti akibat sinyal merah sebelum melewati suatu simpang
dimana NS adalah angka henti dan suatu pendekat.
PERILAKU LALU LINTAS

Tundaan
Tundaan geometri rata-rata pada suatu pendekat j dapat
diperkirakan sebagai berikut

Nilai normal 6 detik untuk kendaraan belok tidak berhenti


dan 4 detik untuk yang berhenti didasarkan anggapan-
anggapan: 1) kecepatan = 40 km/jam; 2) kecepatan belok
Perhatikan bahwa hasil perhitungan tidak berlaku jika kapasitas
tidak berhenti = 10 km/jam; 3) percepatan dan perlambatan
simpang dipengaruhi oleh faktor-faktor "luar" seperti
= 1,5 m/det2; 4) kendaraan berhenti melambat untuk
terhalangnya jalan keluar akibat kemacetan pada bagian hilir,
meminimumkan tundaan, sehingga menimbulkan hanya
pengaturan oleh polisi secara manual dsb.
tundaan percepatan.
CONTOH SOAL
SOAL

Diketahui data geometric sebuah simpang 4 lengan sebagai berikut:

Sebuah simpang 4 yang berlokasi di kota berpenduduk 2 juta jiwa yang dibangun di lingkungan berakses terbatas dan tidak
dilewati kendaraan tidak bermotor (FSF = 1,00), akan diatur dengan sinyal (lampu lalu lintas). Lokasi parkir on street terdekat
berada 100 m dari simpang (FP = 1,00). Kaki simpang Barat (B) menanjak dengan gradient 1%, sedangkan kaki simpang Timur
(T) menurun dengan gradient 2%. Waktu kuning ditetapkan 2 detik.
a. Hitunglah pewaktuan sinyal 2 fase!
b. Buatlah diagram pewaktuan sinyal!
JAWABAN

Kaki Simpang Q We S0 FCS FSF FG FP FLT FRT S FR = Q/S Frcrit C g g Bulat


B 1000 4 2400 1 1 0,99 1 1 1 2376 0,42 0,42 45,4 23,2 24
T 900 3,5 2100 1 1 1,01 1 1 1 2121 0,42 0,42 45,4 23,2 24
U 700 3,5 2100 1 1 1 1 1 1 2100 0,33 0,33 45,4 18,2 19
S 600 3 1800 1 1 1 1 1 1 1800 0,33 0,33 45,4 18,2 19
0,76

Fase 1 B/T H = 24 K=2 M = 21

Fase 2 U/S M = 26 H = 19 K=2


TUGAS
SOAL

Diketahui data geometric sebuah simpang 4 lengan sebagai berikut:

Sebuah simpang 4 yang berlokasi di kota berpenduduk 2 juta jiwa yang dibangun di lingkungan berakses terbatas dan tidak
dilewati kendaraan tidak bermotor (FSF = 1,00), akan diatur dengan sinyal (lampu lalu lintas). Lokasi parkir on street terdekat
berada 100 m dari simpang (FP = 1,00). Kaki simpang Barat (B) menanjak dengan gradient 1%, sedangkan kaki simpang Timur
(T) menurun dengan gradient 2%. Waktu kuning ditetapkan 2 detik.
a. Hitunglah pewaktuan sinyal 2 fase!
b. Buatlah diagram pewaktuan sinyal!
TERIMA KASIH
Disarikan sebagai bahan ajar dari buku “Rekayasa Lalu Lintas – Edisi 3” karya
Leksmono Suryo Putranto (2015)

Anda mungkin juga menyukai