TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar S1 pada Departemen
Teknik Sipil
Disusun Oleh :
INDAH RIANA LUMBAN GAOL
15 0404 117
Dosen Pembimbing :
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
1. Bapak Ir. Rudi Iskandar, M.T. selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan dukungan dan masukan serta meluangkan waktu, tenaga, dan
pikiran kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
2. Bapak Medis Sejahtera Surbakti, S.T.,M.T.,Ph.D., selaku Ketua Departemen
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak M. Ridwan Anas, S.T.,M.T.,Ph.D., selaku Sekretaris Departemen
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. St. Roesyanto, MSCE selaku Koordinator Sub Jurusan
Geoteknik Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara sekaligus dosen
pembanding dan penguji saya.
5. Ibu Ika Puji Hastuty, S.T., M.T selaku dosen pembanding dan penguji saya.
6. Bapak dan Ibu staf pengajar dan seluruh pegawai Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
Secara khusus, penulis juga ingin menyampaikan terima kasih yang tulus dan
sedalam-dalamnya kepada:
1. Kedua Orangtua tercinta, Bapak Ganda Lumban Gaol dan Ibu Monika Sinaga
yang selalu bersedia memberikan kasih sayang, dukungan, doa, dan motivasi
baik secara moril dan materil kepada penulis sehingga penulis bisa
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
2. Kepada abang satu-satunya Donal Eryxon Lumban Gaol, S.Pd.,GR yang
penulis kasihi dan senantiasa memberikan doa dukungan serta motivasi baik
moril dan materil
3. Kepada kakak-kakak penulis yang selalu menyemangati dan mendoakan,
Sartika Maranata Lumban Gaol, S.P., Ira Mutiara Lumban Gaol, S.Pi., dan
Paskah Ulina Lumban Gaol, A.Md.
4. Partner TA sekaligus sahabat penulis, Dwi Syahputra Simanjuntak yang telah
berjuang bersama dan saling mendukung satu sama lain dalam menyelesaikan
Tugas Akhir ini.
5. Sahabat-sahabat penulis #dekatrasaldr, Fitri Andani Simarmata, Jennica
Destiani Surbakti, dan Jery Raflesya Ginting.
6. Teman-teman susah senang bersama di Sipil, terkhusus kepada Pri-Pri Qu (Ira
Octaviani Simanungkalit, Fadma Ria Simanjuntak, Catrin Monica Gultom,
dan Ignatia Elisabeth Girsang), Ricky Yudha Alfredo Munthe, Pardi BSM
Sipangkar, Putra Natal Ginting, Samuel Theo Firman Marsoit, Handy Kislew
Pardede, warga kede Bella, warga IUT, serta warga selasar A & selasar B.
7. Teman-teman stambuk 2015 yang penulis kasihi yang tidak bisa disebutkan
satu persatu.
8. Abang dan kakak angkatan 2012, 2013, dan 2014 yang telah memberikan
dukungan serta ilmu yang berkenaan dengan Tugas Akhir ini.
9. Adik-adik angkatan 2018 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu penulis
sampaikan terima kasih untuk doa dan dukungan yang telah diberikan.
ii
Akhir kata penulis menyampaikan terima kasih dan semoga Tugas Akhir
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
iii
ABSTRAK ...................................................................................................... xx
2.2 Tanah.............................................................................................. 7
SPT ...................................................................................... 31
(Sondir) ................................................................................ 34
Allpile .................................................................................. 97
viii
No Judul Hal
2.3 Hubungan antara Harga N-SPT dan Berat Isi Tanah (Das, 32
1995)
ix
Bore Hole 01
xi
No Judul Hal
2.2 Contoh Palu yang Biasa Digunakan Dalam Uji SPT (SNI 4153- 12
2008)
xii
2.20 Tahanan Lateral Ultimit Tiang dalam Tanah Kohesif untuk (a) 40
Pondasi Tiang Pendek dan (b) Pondasi Tiang Panjang
(Hardiyatmo, 2011)
2.22 Mekanisme Keruntuhan Tiang Ujung (a) Tiang Pendek dan (b) 43
Tiang Panjang Jepit pada Tanah Non-Kohesif (Hardiyatmo,
2011)
2.23 Tahanan Lateral Ultimit Tiang dalam Tanah Granular (a) Tiang 45
Pendek dan (b) Tiang Panjang (Hardiyatmo, 2011)
xiii
4.4 Input data Material Set; (a) Data Lapisan Tanah, (b) Data 101
Tiang Pancang, dan (c) Data material dimasukkan ke
pemodelan
4.9 Nilai Tekanan Air Pori Berlebih (a) Sebelum Konsolidasi dan 105
(b) Setelah Konsolidasi
xiv
Cp = Koefisien empiris
Cs = Konstanta empiris
e = Angka pori
xv
Gs = Specific gravity
k = Koefisien permeabilitas
K = Modulus tanah
xvi
NM = Nilai yang terukur yang harus dikoreksi atau hasil uji SPT
Qwp = Daya dukung yang bekerja pada ujung tiang dikurangi daya
dukung friction (kN)
xvii
μ = Poisson’s Ratio
= Phi lingkaran
= Sudut dilantansi
xviii
xix
ABSTRAK
Melalui studi ini akan dianalisa perbedaan daya dukung, efisiensi, serta
penurunan tiang baik tunggal maupun kelompok. Untuk perbandingan nilai daya
dukung aksial yang dihasilkan oleh tiang tunggal dianalisis dengan beberapa
metode, yaitu SPT, data parameter tanah, hasil analisis CAPWAP. Sedangkan
untuk perhitungan daya dukung lateral menggunakan metode Broms. Untuk
menghitung penurunan elastis yang terjadi dan menghitung efisiensi kelompok
tiang pancang digunakan beberapa metode. Metodologi pengumpulan data adalah
dengan melakukan observasi serta pengambilan data dari konsultan dan
perusahaan pemancangan.
Perhitungan daya dukung ultimit tiang berdasarkan data SPT pada titik
Bore Hole 02 pada kedalaman 70 meter adalah bernilai 712,31 Ton, berdasarkan
hasil PDA dengan analisis CAPWAP adalah 349 Ton, serta dengan Metode
Elemen Hingga mengggunakan Program Plaxis bernilai 450,83 Ton. Daya dukung
lateral ultimit berdasarkan Metode Broms secara analitis sebesar 44,53 Ton dan
secara grafis bernilai 44,33Ton. Hasil perhitungan efisiensi kelompok tiang
dengan metode Los Angeles, yaitu bernilai 0,64. Hasil perhitungan penurunan
Poulus dan Davis bernilai 3,94 mm, penurunan elastis tiang tunggal bernilai 1,82
mm, hasil analisis CAPWAP bernilai 19,56 mm, serta menggunakan Metode
Elemen Hingga bernilai 1,01 mm. Faktor keamanan tiang pancang yang didapat
sebelum konsolidasi bernilai 4,3740 dan sesudah konsolidasi bernilai 4,5083
dengan waktu konsolidasi selama 52,67 hari.
Terdapat perbedaan daya dukung dan penurunan yang dapat disebabkan oleh
jenis tanah, kedalaman yang ditinjau, cara pelaksanaan pengujian, faktor keamanan
dan perbedaan parameter yang digunakan dalam perhitungan.
Kata Kunci : Kapasitas Daya Dukung, SPT, PDA, CAPWAP, Broms, Efisiensi,
Penurunan, Metode Elemen Hingga, Plaxis
xx
PENDAHULUAN
Ada dua metode dalam menentukan kapasitas daya dukung pada pondasi
tiang pancang, yaitu metode statis dan dinamis. Pada umumnya, untuk
menentukan daya dukung pondasi dengan metode statis digunakan metode
Standard Penetration Test (SPT), yaitu melalui data parameter tanah serta metode
loading test. Sedangkan untuk metode dinamis, metode Pile Driving Analyzer
(PDA) merupakan salah satu yang sering digunakan, yang dilaksanakan dengan
1
Adapun tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut.
Untuk memperjelas ruang lingkup yang akan dibahas pada Tugas Akhir ini,
maka dibuatlah batasan-batasan masalah meliputi:
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penulisan Tugas Akhir ini
ialah sebagai berikut.
Sistematika penulisan dalam Tugas Akhir ini dibuat dalam 5 (lima) bab
dengan uraian sebagai berikut :
BAB I. Pendahuluan
Bab ini mencakup hal-hal yang dijadikan sebagai dasar dalam membahas
perbandingan daya dukung yang dihitung secara analitis dan menggunakan Plaxis
v8.6, yang diperoleh dari buku literatur, tulisan ilmiah, dan hasil penulisan
sebelumnya.
Pada bab ini berisi tentang metodologi penelitian yang akan dilakukan
dalam penelitian. Tahapan-tahapan dalam metode penelitian adalah sebagai
berikut.
Bab ini berisi perhitungan serta hasil perbandingan daya dukung tiang
pancang dengan beberapa metode menggunakan data-data yang diperoleh.
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil analisis dan pembahasan serta saran-
saran yang diberikan dari hasil penelitian yang didapat.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Pondasi adalah struktur bagian paling bawah dari suatu konstruksi (gedung,
jembatan, jalan raya, terowongan, dinding penahan, menara, tanggul, dan
sebagainya) yang berfungsi untuk menyalurkan beban vertikal di atasnya (kolom)
maupun beban horizontal ke tanah (Pamungkas & Harianti, 2013). Suatu
perencanaan pondasi harus direncanakan dengan baik sehingga mampu menjaga
kestabilan konstruksi yang ditahan dan tidak melampaui kekuatan tanah yang
bersangkutan.
Ada dua jenis pondasi, yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam. Perbedaan
utama kedua jenis pondasi ini terletak pada kedalaman pondasi didirikan. Pondasi
dangkal biasanya dibuat dekat dengan permukaan tanah. Umumnya
kedalamannya kurang dari sepertiga dari lebar pondasi sampai dengan kedalaman
kurang dari 3 meter. Sedangkan pondasi dalam biasanya digunakan untuk
bangunan yang memikul beban yang jauh lebih besar, yaitu dipasang pada
kedalaman lebih dari 3 meter di bawah elevasi permukaan tanah. Hal ini
dilakukan untuk mencapai kedalaman tertentu dengan jenis tanah yang
mendukung beban struktur bangunan sehingga jenis tanah yang tidak cocok di
permukaan tidak mempengaruhi struktur bangunan.
Menurut Livia dan Suhendra (2018), untuk menentukan apakah suatu jenis
pondasi tepat digunakan, perencana perlu mempertimbangkan beberapa hal
berikut, yaitu:
2.2 Tanah
Tanah di alam terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau tanpa
kandungan bahan organik. Butiran-butiran tersebut dapat dengan mudah
dipisahkan satu sama lain dengan air. Material ini berasal dari pelapukan batuan,
baik secara fisik maupun kimia. Sifat-sifat teknis tanah, kecuali oleh sifat batuan
induk yang merupakan material asal, juga dipengaruhi oleh unsur-unsur luar yang
menjadi penyebab terjadinya pelapukan batuan tersebut.
Dalam ilmu teknik sipil, digunakan istilah-istilah seperti kerikil, pasir, lanau,
dan lempung untuk membedakan jenis-jenis tanah itu sendiri. Klasifikasi tanah ini
didasarkan oleh tekstur dan kondisi lainnya dari tanah dasar yang kemudian akan
berpengaruh terhadap pemilihan pondasi yang akan digunakan untuk bangunan
yang direncanakan akan dibangun di atasnya.
(Das,1995)
2.3.1 SPT
Jika tabung contoh tidak dapat dipukul sampai 450 mm, jumlah pukulan
per masing-masing tahap setebal 150 mm dan masing-masing bagian tahap harus
dicatat pada pencatatan log bor. Untuk bagian tahap kedalaman penetrasi harus
dicatat sebagai tambahan pada jumlah pukulan, misalnya tahap 2 sebesar 50
pukulan untuk setiap 5 cm penetrasi. Metode uji ini dilakukan pada berbagai jenis
tanah atau batuan lunak tetapi tidak dapat digunakan untuk mengetahui
karakteristik kerikil atau lempung lunak.
Uji SPT dilakukan di dasar lubang bor yang telah disiapkan dengan
menggunakan metode pengeboran auger tangga putar atau metode bor putar. Pada
waktu SPT dilakukan proses pengeboran dihentikan dan lubang bor dibersihkan
dari sisa kotoran longsoran tanah, kemudian tabung SPT disambungkan dengan
stang bor dan diturunkan sampai kedalaman lubang bor kemudian dilakukan
pengujian dengan interval 1,5 m. Tinggi tekan air dalam lubang bor harus diatur
sedemikian rupa berada di atas muka air tanah untuk menghindari masuknya
aliran air tanah ke dalam lubang bor.
(2.1)
10
= Efisiensi 60%
( ) (2.2)
Dimana:
Uji SPT dapat dihentikan bila telah tercapai 100 pukulan atau jumlah
pukulan melebihi 50 pukulan untuk setiap 150 mm atau tabung gagal dimasukkan
lebih lanjut selama 10 pukulan berurutan. Uji SPT dihentikan bila perlawanan
penetrasi sudah melebihi 100 pukulan per 50 mm meskipun menurut ASTM D-
1586 batasan ditentukan pada 50 pukulan per 25 mm.
11
1. Keuntungan:
a. Diperoleh contoh tanah terganggu dan data nilai N.
b. Prosedur pengujian sederhana, yaitu dapat diuji secara manual.
c. Pengujian dapat dilakukan pada sembarang jenis tanah maupun batuan
lunak.
d. Hasil pengujian penetrasi standar pada pasir dapat digunakan secara
langsung untuk memprediksi nilai kerapatan relatif dan kapasitas daya
dukung ultimit tanah.
2. Kerugian:
a. Sampel dalam tabung SPT diperoleh dengan kondisi terganggu.
b. Nilai N yang diperoleh merupakan data sangat kasar, bila digunakan untuk
tanah lempung.
c. Derajat ketidakpastian hasil uji SPT yang diperoleh bergantung pada
kondisi alat dan operator.
d. Untuk tanah yang mengandung banyak kerikil, hasil analisis tidak dapat
dipercaya sepenuhnya.
12
1. Tentukan lokasi tapak dan posisi dari muatan. Perkiraan kasar dari beban-
beban pondasi dihitung sendirinya (in-house) tergantung dari kepelikan sistem
beban atau tapak, maka dapat dimulai membuat tinjauan kepustakaan untuk
mengetahui bagaimana orang lain berhasil mengadakan pendekatan atas
masalah yang sejenis.
2. Pemeriksaan fisik atas tapak tentang adanya setiap masalah geologis atau
masalah-masalah lain, bukti-bukti dari kemungkinan adanya permasalahan.
Lengkapilah hal-hal ini dengan segala data pertanahan yang telah diperoleh
sebelumnya.
3. Menetapkan program eksplorasi lapangan dan penyusun pengujian pelengkap
lapangan yang perlu atas dasar temuan, serta menyusun program uji
laboratorium.
4. Tentukan parameter rancangan tanah yang perlu berdasarkan pengintegrasian
data uji, asas-asas ilmiah, dan pertimbangan rekayasa. Hal ini mungkin
melibatkan analisis komputer yang bersifat sederhana atau rumit. Untuk
masalah-masalah yang kompleks, bandingkanlah data yang dianjurkan dengan
kepustakaan yang pernah diterbitkan atau gunakanlah konsultan geoteknis
yang lain agar hasil-hasilnya memberikan perspektif menurut sumber luar.
5. Buatlah rancangan pondasi dengan menggunakan parameter-parameter tanah
menurut langkah nomor 4. Pondasi tersebut seharusnya bersifat ekonomis dan
mampu untuk dibangun oleh karyawan konstruksi yang tersedia.
13
14
Pondasi jalur (kadang disebut juga pondasi menerus) adalah jenis pondasi
yang digunakan untuk mendukung beban memanjang atau beban garis,
baik untuk mendukung beban dinding atau beban kolom dimana penempatan
kolom dalam jarak yang dekat dan fungsional kolom tidak terlalu mendukung
beban berat sehingga pondasi tapak tidak terlalu dibutuhkan. Pondasi
jalur/pondasi memanjang biasanya dapat dibuat dalam bentuk memanjang
dengan potongan persegi ataupun trapesium. Biasanya digunakan untuk
pondasi dinding maupun kolom praktis. Bahan untuk pondasi ini dapat
menggunakan pasangan batu pecah, batu kali, cor beton tanpa tulangan, dan
dapat juga menggunakan pasangan batu bata dengan catatan tidak mendukung
beban struktural.
15
Pondasi tikar digunakan untuk menyebarkan beban dari struktur atas area
yang luas, biasanya dibuat untuk seluruh area struktur. Pondasi tikar
digunakan ketika beban kolom atau beban struktural lainnya berdekatan
dan pondasi saling berinteraksi. Pondasi tikar biasanya terdiri dari pelat beton
bertulang yang membentang pada luasan yang ditentukan. Pondasi tikar
memiliki keunggulan mengurangi penurunan setempat dimana pelat
beton akan mengimbangi gerakan diferensial antara posisi beban. Pondasi
tikar sering digunakan pada tanah lunak atau longgar dengan kapasitas daya
tahan rendah karena pondasi tikar dapat menyebarkan beban di area yang
lebih besar.
16
f. Pondasi Umpak
Pondasi ini diletakan di atas tanah yang telah padat atau keras. Sistem dan
jenis pondasi ini sampai sekarang terkadang masih digunakan, tetapi ditopang
oleh pondasi batu kali yang berada di dalam tanah dan sloof sebagai pengikat
struktur, serta angkur yang masuk ke dalam as umpak kayu atau umpak batu
dari bagian bawah umpaknya atau tiangnya. Pondasi ini membentuk rigitifitas
struktur yang dilunakkan, sehingga sistem dalam membuat bangunan dapat
menyelaraskan goyangan-goyangan yang terjadi pada permukaan tanah,
sehingga bangunan tidak akan patah pada tiang-tiangnya jika terjadi gempa.
18
yang dimasukkan ke dalam sehingga mencapai tanah keras ( >10 m) dan tiang-
Pondasi dalam diklasifikasikan ke dalam dua jenis, yaitu pondasi tiang bor
dan tiang pancang.
19
Pondasi tiang bor adalah jenis pondasi dalam berbentuk silinder yang
berfungsi meneruskan beban-beban di atasnya ke dasar lapisan tanah yang
mempunyai daya dukung tanah yang diperlukan untuk pondasi dasar suatu
konstruksi bangunan. Banyak jenis alat dan metode yang digunakan untuk
pembuatan pondasi tiang bor salah satunya adalah alat tiang bor minicrane.
Berikut ini metode tiang bor dengan alat minicrane.
1. Pengeboran
Pengeboran dapat dikerjakan dengan dua cara, yaitu bor kering dan bor basah.
Bor kering dikerjakan dengan mata bor berbentuk spiral yang dalam prosesnya
mata bor diangkat setiap interval 50 cm untuk membuang tanah hasil dari
pengeboran. Sedangkan bor basah diperlukan air yang cukup banyak dalam proses
pengeborannya.
2. Perakitan Besi
3. Pengecoran
Pondasi tiang pancang adalah bagian dari struktur yang digunakan untuk
menerima dan mentransfer (menyalurkan) beban dari struktur atas ke tanah
penunjang yang terletak pada kedalaman tertentu. Tiang pancang bentuknya
panjang dan langsing yang menyalurkan beban ke tanah yang lebih dalam. Bahan
utama dari tiang adalah kayu, baja (steel), dan beton. Tiang pancang yang terbuat
dari bahan ini adalah dipukul, dibor atau didongkrak ke dalam tanah dan
dihubungkan dengan pile cap. Tiang yang terbuat dari kayu (timber pile) dipasang
dengan dipukul ke dalam tanah dengan tangan atau lubang yang digali dan diisi
dengan pasir dan batu. Pada tahun 1740, Christoffer Polhem menemukan
peralatan pile driving yang mana menyerupai mekanisme pile driving saat ini.
Tiang baja (steel pile) sudah digunakan sejak tahun 1800 dan tiang beton
(concrete pile) sejak tahun 1900. Revolusi industri membawa perubahan yang
penting pada sistem pile driving melalui penemuan mesin uap dan mesin diesel.
Seperti tipe pondasi yang lainnya, tujuan dari pondasi tiang ialah untuk
menyalurkan beban pondasi ke tanah keras serta menahan beban vertikal, lateral,
dan beban uplift.
22
Tiang pancang dengan bahan material kayu dapat digunakan sebagai tiang
pancang pada suatu dermaga yang dibuat dari batang pohon yang cabang-
cabangnya telah dipotong dan diberi bahan pengawet. Pemakaian tiang
pancang kayu merupakan cara tertua dalam sejarah penggunaan tiang pancang
sebagai pondasi. Pada pemakaian tiang pancang kayu ini biasanya tidak
diijinkan untuk menahan muatan lebih besar dari 25 ton sampai 30 ton untuk
setiap tiang. Pondasi ini sangat cocok untuk daerah rawa atau yang banyak
ditemui hutan kayu.
23
a. Karena harus selalu terletak di bawah muka air tanah yang terendah
agar dapat tahan lama, maka akan menambah biaya penggalian apabila
muka air tanah terendah terlalu dalam.
b. Mempunyai umur yang relatif lebih kecil terutama pada daerah yang
muka air tanahnya sering naik dan turun.
c. Pemancangan pada tanah yang berbatu (gravel), ujung tiang pancang
kayu dapat berbentuk berupa sapu atau ujung tiang tersebut dapat
hancur. Apabila tiang pancang kayu tersebut kurang lurus, maka pada
waktu dipancangkan akan menyebabkan penyimpangan terhadap arah
yang telah ditentukan.
Precast reinforced concrete pile adalah tiang pancang dari beton bertulang
yang dicetak dan dicor dalam acuan beton (bekisting) dimana penampangnya
dapat berupa lingkaran, segi empat, dan segi delapan hingga cukup kuat
kemudian diangkat dan dipancangkan. Tiang pancang ini dapat memikul
beban yang besar (>50 Ton untuk setiap tiang) tergantung dari dimensinya.
(Bowles, 1991)
24
(Bowles, 1991)
25
Bila tiang dipancangkan di dasar tanah pondasi yang memiliki nilai kohesi
yang tinggi, maka beban yang diterima oleh tiang akan ditahan oleh lekatan
antara tanah di sekitar dan permukaan tiang.
Pada proses pemasangan tiang ke dalam tanah, tiang dipancang dengan alat
pemukul berupa pemukul mesin uap, pemukul getar atau pemukul yang hanya
dijatuhkan. Penutup (pile cap) biasanya diletakkan menutup kepala tiang.
Beberapa jenis pemukul (hammer) yang digunakan pada proses pemancangan
tiang ke dalam tanah, yaitu sebagai berikut.
Pemukul jatuh terdiri dari blok pemberat yang dijatuhkan dari atas. Pemberat
ditarik dengan tinggi jatuh tertentu kemudian dilepas dan menumbuk tiang.
Pemakaian alat tipe ini membuat pelaksanaan pemancangan berjalan lambat
sehingga alat ini hanya dipakai pada volume pekerjaan pemancangan yang kecil.
26
Pemukul aksi tunggal berbentuk memanjang dengan ram yang bergerak naik
oleh udara atau uap yang terkompresi, sedangkan gerakan turun ram disebabkan
oleh beratnya sendiri. Energi pemukul aksi tunggal adalah sama dengan berat ram
dikalikan tinggi jatuh.
Pemukul aksi ganda menggunakan uap atau udara untuk mengangkat ram dan
untuk mempercepat gerakan ke bawahnya. Kecepatan pukulan dan energi output
biasanya lebih tinggi daripada pemukul aksi tunggal.
27
Pemukul diesel terdiri dari silinder, ram, balok anvil dan sistem injeksi bahan
bakar. Pemukul tipe ini umumnya kecil, ringan dan digerakkan dengan
menggunakan bahan bakar minyak. Energi pemancangan total yang dihasilkan
adalah jumlah benturan dari ram ditambah energi hasil dari ledakan.
Pemukul getar merupakan unit alat pancang yang bergetar pada frekuensi
tinggi.
28
PDA test adalah sebuah perangkat dengan sistem komputer yang dilengkapi
dengan strain transducer dan accelerometer khusus untuk menggambar grafik
gaya-kecepatan terhadap waktu ketika tiang dipukul dengan hammer. Hasil dari
uji PDA meliputi daya dukung tiang, penurunan tiang, integritas tiang, dan
sebagainya. Hasil uji ini kemudian dianalisis lebih lanjut menggunakan CAPWAP
yang akan menghasilkan daya dukung (Ru), gaya ujung (Rb), gaya gesek (Rs), dan
displacement (DMX).
Umumnya, untuk mencegah kerusakan pada tiang, uji PDA ini dilakukan
setelah tiang dianggap cukup kuat untuk menahan pukulan hammer. Alternatif
lain dapat digunakan bantalan (cushion) atau menurunkan tinggi jatuh hammer
dan sebaliknya untuk keadaan apabila energi dibutuhkan untuk memobilisasi daya
dukung friksi dan ujung tiang tidak tercapai.
Gambar 2.16 Keluaran Uji PDA: Grafik Kecepatan dan Gaya terhadap Waktu
(Maizir dkk, 2015)
Kapasitas daya dukung tiang adalah kemampuan atau kapasitas tiang dalam
mendukung beban. Satuan yang digunakan dalam kapasitas dukung pondasi
dangkal adalah satuan tekanan (kPa), sedangkan untuk kapasitas dukung tiang
adalah menggunakan satuan gaya (kN). Dalam beberapa literatur, digunakan
istilah pile capacity atau pile carrying capacity.
Ada dua metode yang biasa digunakan dalam penentuan kapasitas daya
dukung tiang pancang, yaitu dengan menggunakan metode statis dan dinamis.
Analisis statis adalah metode perhitungan daya dukung yang berdasarkan keadaan
tanah dan bentuk suatu tiang pancang dalam suatu proyek. Data kohesi tanah (c),
sudut geser tanah ( ), dan berat jenis tanah (𝛾) juga menjadi faktor analisis yang
akan digunakan untuk menghitung kapasitas daya dukung tiang pada metode statis
analisis ini. Pada metode statis analisis korelasi yang digunakan adalah hasil dari
penyelidikan laboratorium sedangkan pada metode analisis dinamis, korelasi yang
digunakan adalah hasil pembacaan dari penetrasi suatu alat penetrometer. Alat
penetrometer yang biasa digunakan pada metode statis empiris adalah seperti CPT
atau SPT. Pada penelitian ini menggunakan kapasitas dukung tiang dari SPT.
30
2.6.1 Kapasitas Daya Dukung Statis Tiang Pancang dari Hasil SPT
SPT dapat digunakan langsung untuk menghitung daya dukung ijin tanah
pada besaran penurunan khusus berdasarkan pada korelasi sebelumnya. Tujuan
dari percobaan SPT adalah untuk menentukan kepadatan relatif lapisan tanah dari
pengambilan contoh tanah dengan tabung sehingga diketahui jenis tanah dan
ketebalan tiap-tiap lapisan kedalaman tanah dan untuk memperoleh data yang
kualitatif pada perlawanan penetrasi tanah serta menetapkan kepadatan dari tanah
yang tidak berkohesi yang biasa sulit diambil sampelnya. Harga N yang diperoleh
dari SPT tersebut diperlukan untuk memperhitungkan daya dukung tanah yang
tergantung pada kuat geser tanah.
τ = c + σ tan ø (2.3)
Dimana :
31
Untuk mendapatkan sudut geser tanah dari tanah tidak kohesif (pasir)
biasanya dapat digunakan rumus Dunham (1962) dengan ketentuan sebagai
berikut.
a. Tanah berpasir berbentuk bulat dengan gradasi seragam atau butiran pasir
bersegi-segi dengan gradasi tidak seragam mempunyai sudut geser sebesar
√ .
b. Untuk butiran pasir bersegi dengan gradasi seragam, maka sudut gesernya
adalah sebesar .
Tabel 2.2 Hubungan antara Angka Penetrasi Standar dengan Sudut Geser
Dalam dan Kepadatan Relatif pada Tanah Pasir
Tabel 2.3 Hubungan antara Harga N-SPT dan Berat Isi Tanah
32
1. Kapasitas daya dukung pondasi tiang pada tanah non kohesif (pasir dan
kerikil)
a. Daya dukung ujung pondasi tiang
= 40 x x (2.4)
Dimana :
33
kedalaman
Gambar 2.18 Grafik Hubungan antara Kuat Geser (Cu) dengan Faktor Adhesi (α)
(API, 1986)
Menurut Peck dan Meyerhof (1997), dari nilai N yang diperoleh dari SPT
dapat diketahui hubungan empiris tanah non-kohesif seperti sudut geser dalam
(ø), kepadatan relatif, dan berat isi tanah basah (γwet). Hubungan empirisnya dapat
dilihat pada Tabel 2.2 dan Tabel 2.3.
2.6.2 Daya Dukung Statis Tiang Pancang dari Hasil CPT (Sondir)
Sondir merupakan tes yang sangat cepat, sederhana, ekonomis, dan tes ini
dapat dipercaya di lapangan dengan pengukuran terus-menerus dari permukaan
tanah tanah dasar dan juga mengklasifikasi lapisan tanah serta dapat
memperkirakan kekuatan dan karakteristik dari tanah. Dalam menghitung
kapasitas daya dukung aksial ultimit (Qu), ada beberapa metode yang dapat
dipakai sebagai acuan, salah satunya adalah metode Meyerhof.
34
Metode lainnya, yaitu metode formula Danish (SF=3) dan metode Hiley
(1930) yang digunakan untuk perhitungan kalendering, metode Engineering New
Modified ENR (dimana hammer dan tiang saling bertumbukan dan pada saat
bertumbukkan perlawanan tanah bertambah, kemudian konstan pada saat
berpindah tempat dan akhirnya kembali nol), metode Navy – Mc Kay, metode
formula Janbu (1953), dan metode WIKA.
Pondasi tiang dapat menahan beban lateral yang bekerja pada dinding
penahan tanah, dimana beban lateral berasal dari tekanan tanah lateral yang
mendorongnya, dapat menahan beban lateral (contohnya beban angin) yang
bekerja pada struktur bangunan tingkat tinggi seperti struktur rangka baja atau
35
Beban lateral yang diijinkan pada pondasi tiang diperoleh berdasarkan salah
satu dari dua kriteria, yaitu beban lateral ijin yang ditentukan dengan membagi
beban ultimit dengan suatu faktor keamanan atau beban lateral ditentukan
berdasarkan defleksi maksimum yang diijinkan. Metode analisis yang dapat
digunakan, yaitu metode Broms (1964), metode Brinch Hansen (1961), dan
metode Reese-Matlock (1956).
R=( ) (2.8)
Dimana :
K = kh d = Modulus tanah
T=( ) (2.11)
36
K= .z (2.12)
Kh = . (2.13)
Dimana:
K = Modulus tanah
Tabel 2.4 Hubungan Modulus Subgrade (k1) dengan Kuat Geser Undrained untuk
Lempung Kaku Terkonsolidasi Berlebihan (Overconsolidation)
37
Tabel 2.7 Kriteria Pondasi Tiang Pendek dan Pondasi Tiang Panjang
38
ditunjukkan pada Gambar 2.20. Untuk tiang panjang, dimana tiang akan
mengalami keluluhan ujung atas yang terjepit, Hu dicari dengan Persamaan (2.21)
dan nilai-nilai Hu yang diplot dalam grafik hubungan dan ditunjukkan
(2.21)
( )
Dimana:
41
(b)
Gambar 2.21 Mekanisme Keruntuhan Pondasi (a) Tiang Pendek dan (b) Tiang
Panjang pada Tiang Ujung Jepit dalam Tanah Kohesif
(Hardiyatmo, 2011)
Hu = 1,5 D γ L2 Kp (2.22)
Mmax = Hu L = B γ L3 Kp (2.23)
f=0,82√ (2.27)
(2.28)
Dimana :
44
(b)
Gambar 2.23 Tahanan Lateral Ultimit Tiang dalam Tanah Granular
(a) Tiang Pendek dan (b) Tiang Panjang
(Hardiyatmo, 2011)
b. Tiang Ujung Bebas
Hitungan kapasitas lateral tiang ujung bebas (Hu) dapat dihitung dengan
Persamaan berikut :
(2.29)
Hu = 1,5γ D Kp f2 (2.30)
45
Mmaks = Hu (e + ) (2.32)
Dimana:
(a)
(b)
Gambar 2.24 Mekanisme Keruntuhan Pondasi Tiang Ujung Bebas
(a) Tiang Pendek dan (b) Tiang Panjang
(Hardiyatmo, 2011)
46
47
Pada prinsipnya, apabila jarak tiang (s) makin rapat maka ukuran pile cap
makin kecil dan secara tidak langsung biaya lebih murah. Tetapi bila memikul
beban momen maka jarak tiang perlu diperbesar yang berarti menambah atau
memperbesar tahanan momen. Umumnya, jarak antara dua tiang dalam kelompok
diisyaratkan minimum 0,60 m dan maksimum 2,00 m. Ketentuan ini berdasarkan
pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut.
1. Bila jarak antar tiang s < 2,5D kemungkinan tanah di sekitar kelompok tiang
akan naik terlalu berlebihan karena terdesak oleh tiang-tiang yang dipancang
terlalu berdekatan. Selain itu dapat menyebabkan terangkatnya tiang-tiang di
sekitarnya yang telah dipancang lebih dahulu.
48
Untuk menentukan jumlah tiang yang akan dipasang didasarkan pada beban
yang bekerja pada pondasi dan kapasitas dukung ijin tiang, maka rumus yang
dipakai ditunjukkan pada Persamaan berikut.
(2.33)
Dimana :
C. Susunan Tiang
Susunan tiang sangat berpengaruh terhadap luas denah pile cap, yang secara
tidak langsung tergantung pada jarak tiang. Bila jarak tiang kurang teratur atau
terlalu lebar, maka luas denah pile cap akan bertambah besar dan berakibat
volume beton menjadi bertambah besar sehingga biaya konstruksi akan
membengkak. Contoh susunan tiang (Bowles, 1984) dapat dilihat pada Gambar
2.26.
49
a. Metode Converse-Labarre
( ) ( )
(2.34)
Dimana :
50
( ) ( ) √ ( )( ) (2.35)
Dimana:
𝜋 = Phi lingkaran =
c. Metode Feld
Metode ini mereduksi daya dukung setiap tiang pada kelompok tiang dengan
untuk setiap tiang yang berdekatan dan tidak memperhitungkan jarak tiang, akan
tetapi untuk jarak antar tiang s ≥ 3 maka tiang yang bersebelahan itu diasumsikan
tidak berpengaruh terhadap tiang-tiang yang ditinjau.
(2.36)
(2.38)
51
Dimana:
Qg = n Qa (2.40)
Dimana :
(Ton)
52
Dimana :
I = Io Rk Rh Rμ (2.42)
(2.43)
(2.44)
Dimana :
(2.45)
(2.46)
53
54
55
Dengan :
Se(2) = Penurunan tiang yang disebabkan oleh beban di ujung tiang (mm)
tiang (mm)
( )
( ) (2.48)
( ) (2.49)
( ) (2.50)
56
Qwp = Daya dukung yang bekerja pada ujung tiang dikurangi daya
Cp = Koefisien empiris
Cs = Konstanta empiris
Cs= ( √ ) (2.51)
Nilai ξ tergantung dari unit tahanan friksi alami (the nature of unit friction
resistance) di sepanjang tiang terpancang di dalam tanah. Nilai ξ = 0,5 untuk
bentuk unit tahanan fiksi alaminya berbentuk seragam atau simetris, seperti
persegi panjang atau parabolik seragam, umumnya pada tanah lempung atau
lanau. Sedangkan untuk tanah pasir, nilai ξ = 0,67 untuk bentuk unit tahanan fiksi
alaminya berbentuk segitiga. Pada Gambar 2.33 akan ditunjukkan bentuk unit
tahanan friksi.
57
√
(2.52)
(2.53)
( ) (2.54)
58
Untuk memperoleh kapasitas ijin tiang, maka kapasitas ultimit tiang dibagi
dengan faktor aman tertentu. Tabel 2.11 menunjukkan faktor keamanan yang
disarankan oleh Reese dan O’Neill.
Tabel 2.11 Faktor Aman yang Disarankan oleh Reese dan O’Neill
Faktor Aman
Klasifikasi Kontrol Sangat
Kontrol Baik Kontrol Normal Kontrol Jelek
Struktur Jelek
Monumental 2,3 3 3,5 4
Permanen 3 2,5 2,8 3,4
Sementara 1,4 2,0 2,3 2,8
(Reese & O'Neill, 1988)
59
Konsep dasar metode elemen hingga adalah apabila suatu sistem dikenai
gaya luar, maka gaya luar tersebut diserap oleh sistem tersebut dan akan
menimbulkan gaya dalam dan perpindahan. Untuk mengetahui besarnya gaya
dalam dan perpindahan akibat gaya luar tersebut, perlu dibentuk suatu Persamaan
yang mewakili sistem tersebut. Dalam metode elemen hingga keseluruhan sistem
dibagi kedalam elemen-elemen dengan jumlah tertentu. Selanjutnya, dibentuk
persamaan:
Dimana :
60
Pemodelan pada Plaxis hanya terdiri dari axysimetris dan plain strain dan
harus dilakukan sedemikian rupa berdasarkan tahapan pelaksanaan di lapangan
dengan harapan bahwa hasil yang didapat mendekati hasil pelaksanaan di
lapangan.
Program aplikasi ini menggunakan tiga buah komponen utama, yaitu titik,
garis, dan klaster. Apabila model geometri telah terbentuk, maka suatu model
elemen hingga secara otomatis terbentuk dengan komposisi dari klaster-klaster
dan garis-garis yang membentuk model geometri tersebut. Komponen penyusun
sebuah jaring elemen hingga dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Elemen
61
b. Titik Nodal
Dalam program ini pilihan titik nodal ada dua, yaitu 15 titik nodal dan 6 titik
nodal. Penyebaran titik-titik nodal dalam suatu elemen baik pada elemen 15 titik
nodal maupun pada elemen 6 titik nodal.
c. Titik tegangan
Titik tegangan adalah titik integrasi Gauss yang digunakan untuk menghitung
tegangan dan regangan. Sebuah elemen 15 titik nodal memiliki 12 buah titik
tegangan seperti ditunjukkan pada Gambar 2.34-a sedangkan elemen 6 titik
nodal memiliki 3 buah titik tegangan seperti ditunjukkan pada Gambar 2.34-b.
(a) (b)
Gambar 2.34 (a) Titik Nodal dan (b) Titik Tegangan
Di dalam progrtam metode elemen hingga ini ada beberapa jenis pemodelan
tanah seperti linear elastic, soft soil model, hardening soil model, dan lain-lain.
Salah satu diantaranya adalah pemodelan Mohr-Coulomb.
62
(2.56)
Dimana :
(2.57)
Secara umum nilai υ bervariasi dari 0,3 sampai 0,4 namun untuk kasus-kasus
penggalian (unloading) nilai υ yang lebih kecil masih realistis. Nilai kohesi c dan
sudut geser ϕ diperoleh dari uji geser Triaxial, atau diperoleh dari hubungan
empiris berdasarkan data uji lapangan. Sementara sudut dilantasi (ψ) digunakan
untuk memodelkan regangan volumetrik plastik yang bernilai positif. Pada tanah
lempung, umumnya tidak terjadi dilantasi (ψ = 0), sementara pada tanah pasir
dilantasi tergantung dari kerapatan dan sudut geser (ϕ) dimana ψ = ϕ - 30°. Jika ϕ
< 30° maka ψ = 0. Sudut dilantasi (ψ) bernilai negatif hanya bersifat realistis jika
diaplikasikan pada pasir lepas.
63
Nilai perkiraan modulus elastisitas dapat diperoleh dari pengujian SPT. Nilai
modulus elastis yang dihubungkan dengan nilai SPT, adalah sebagai berikut.
(Hardiyatmo, 1994)
64
( )
( ) (2.63)
Menurut Bowles (1991), nilai modulus elastisitas tanah juga dapat ditentukan
berdasarkan jenis tanah per lapisan pada Tabel 2.12.
2. Lunak 20 – 40
3. Sedang 45 – 90
LANAU 20 – 200
LOSES 150 – 600
CADAS 1400 – 14000
(Hardiyatmo, 2011)
65
Tabel 2.13 Korelasi N-SPT dengan Modulus Elastisitas pada Tanah Lempung
Tabel 2.14 Korelasi N-SPT dengan Modulus Elastisitas pada Tanah Pasir
66
Tabel 2.15 Hubungan Jenis Tanah, Konsistensi, dan Poisson’s Ratio (μ)
Sudut geser dalam dan kohesi tanah merupakan parameter dari kuat geser
tanah yang menentukan ketahanan tanah terhadap deformasi akibat tegangan yang
bekerja pada tanah. Deformasi dapat terjadi akibat adanya kombinasi keadaan
kritis dari tegangan normal dan tegangan geser. Nilai dari sudut geser dalam
didapat dari engineering properties tanah, yaitu dengan Triaxial Test dan Direct
Shear Test.
Hubungan antara sudut geser dalam (ø) dengan nilai SPT setelah dikoreksi
menurut Peck, Hanson dan Thornburn, (1974) adalah :
Dimana :
d. Kohesi (c)
Kohesi didefenisikan sebagai gaya tarik menarik antar partikel tanah. Kohesi
merupakan salah satu parameter kuat geser tanah yang menentukan ketahanan
tanah terhadap deformasi akibat tegangan yang bekerja pada tanah. Nilai dari
kohesi didapat dari engineering properties, yaitu dengan Triaxial Test dan Direct
Shear Test.
67
(2.66)
Untuk tanah yang berlapis-lapis harus dicari nilai permeabilitas untuk arah
vertikal dan horizontal dapat dicari dengan Persamaan :
(2.67)
( ) ( ) ( )
( ) (2.68)
Dimana :
e = Angka pori
(Das, 1995)
68
k
Jenis Tanah
cm/dtk ft/mnt
Kerikil bersih 1,0 – 100 2,0 – 200
Pasir kasar 1,0 – 0,01 2,0 – 0,02
Pasir halus 0,01 – 0,001 0,02 – 0,002
0,001 – 0,002 –
Lanau
0,00001 0,00002
Lempung < 0,000001 < 0,000002
(Das, 1995)
Berat jenis tanah kering adalah perbandingan antara berat tanah kering
dengan satuan volume tanah. Berat jenis tanah kering dapat diperoleh dari data
Soil Test dan Direct Shear.
Berat jenis tanah jenuh adalah perbandingan antara berat tanah jenuh air
dengan satuan volume tanah jenuh. Dimana ruang porinya terisi penuh oleh
air. Nilai dari berat jenis tanah jenuh didapat dengan menggunakan Persamaan
berikut:
𝛾 ( )
(2.69)
(Das, 1995)
Dimana :
Gs : Specific Gravity
e : Angka pori
69
Hasil analisis daya dukung ultimit, tekanan air pori berlebih, penurunan, serta
lamanya waktu proses konsolidasi dengan metode elemen hingga masing-masing
adalah sebesar 120,436 Ton, 0,846 kN/m2, 38,04 dengan waktu proses
konsolidasi selama 1,97 hari.
70
Berdasarkan Program Plaxis V8.6 yang digunakan, nilai daya dukung ultimit
dan penurunan tiang pancang setelah konsolidasi adaalah sebesar 19,23 mm. Nilai
tekanan air pori sebelum konsolidasi dan setelah konsolidasi masing masing, yaitu
sebesar 42,35 kN/m2 dan 1,1 kN/m2. Lamanya waktu konsolidasi yang
berlangsung pada perhitungan dengan Program Plaxis adalah 3,354 hari,
71
Perbandingan kapasitas daya dukung ultimit aksial dengan data SPT (Qu =
221,84 Ton) dan Metode Elemen Hingga (Qu = 238) menghasilkan perbedaan
sebesar 16,16 Ton atau 6,7%. Sedangkan penurunannya, yaitu nilai penurunan
dengan data SPT sebesar 3,58 mm dan Metode Elemen Hingga sebesar 3,31 mm
sehingga menghasilkan perbedaan sebesar 0,27 mm atau 8,16%.
72
73
METODOLOGI PENELITIAN
Adapun data umum pada proyek Pembanguan Gedung Rumah Sakit Type-
C Medan Labuhan – Sumatera Utara yaitu:
74
Pada penelitian ini, titik yang ditinjau oleh penulis adalah titik BH 02. Dari
data hasil pengujian SPT dapat diketahui karakteristik tanahnya seperti yang
tertera pada Tabel 3.1.
Very Loose
0,50 - 4,70 Clayey Sand
NSPT = 1
Stiff
23,80 - 29,00 Sandy Clay
NSPT = 10 - 14
Loose
29,00 - 34,50 Sand Slightly Clayey
NSPT = 6 - 10
75
Panjang Tiang : 70 m
Untuk mencapai maksud dan tujuan studi ini, maka penulis membutuhkan
data yang diperoleh dari lokasi berupa data sebagai berikut.
76
Untuk mencapai maksud dan tujuan studi ini, maka penulis membuat
beberapa tahapan- tahapan yang dibutuhkan seperti berikut:
77
MULAI
Perumusan Masalah
Data Penyelidikan Lapangan :
SPT
Bor log
Studi Literatur
PDA test
Diameter tiang pancang 50 cm
Mutu beton tiang pancang
Pengumpulan Data Sekunder K600
Metode : - Meyerhof
Analisis Perhitungan Data Sekunder PDA test
Analisis Daya Dukung Lateral
Metode : - Broms
Menghitung Efisiensi Tiang
Pembahasan Hasil Metode : - Converse-Labarrer
Los-Angeles
Feld
Kesimpulan
Penurunan Pondasi Tiang
Pancang:
Poulos dan Davis
SELESAI Penurunan Elastis
Metode Elemen Hingga dengan
Program Plaxis v8.6
78
4.1 Pendahuluan
Dalam bab ini akan dibahas mengenai analisis perhitungan daya dukung dan
penurunan tiang pancang dengan beberapa metode yang telah dijabarkan pada
Bab II. Daya dukung dan penurunan akan dihitung dengan metode analitis dan
metode elemen hingga menggunakan data SPT, hasil pengujian PDA, dan hasil
analisis CAPWAP. Selain itu, pada bab ini juga akan dibahas mengenai
perhitungan efisiensi pada pondasi tiang pancang kelompok.
NSPT = 22
79
( )
= = 16,5 m
Ap = π D2 = 0,19 m2
P = π D = 1,57 m
( )
= = 18,5 m
Nb = = = 17,5 m
Li =2m
Daya dukung ujung dan daya dukung selimut tiang pancang dari
Persamaan (2.4) dan (2.5) adalah :
80
NSPT = 18
cu = NSPT 10
= 10
= 120 kN/m2
Qp = Ap
= 205,2 kN
= 20,52 Ton
Maka, daya dukung selimut tiang pancang dari Persamaan (2.7) adalah :
Li =2m
Qs =α cu P Li
= 188,4 kN
= 18,84 Ton
81
82
83
84
85
Metode ini hanya dapat digunakan pada satu jenis tanah saja, misalnya untuk
lapisan pasir saja atau lapisan lempung saja. Sehingga apabila tanah tersebut
mempunyai lapisan yang bervariasi, maka akan diambil lapisan yang dominan
untuk mewakili semua lapisan. Dari hasil pengujian SPT diketahui bahwa lapisan
yang dominan adalah tanah lempung.
86
I =
= ( )
= 0,0032708 m4
= 1,56684 m
3,5R = 5,48 m
87
f=
⁄ ( )
Nilai tersebut diplot ke grafik pada Gambar 2.20 (b). Hasilnya didapat
bahwa nilai tahanan ultimit sebesar 10.
88
( )
89
( ) ( )
( )
( ) ( )
90
Dari Persamaan (2.35), maka didapat hasil nilai efisiensi tiang kelompok
sebagai berikut.
[ ( ) ( ) √ ( )( )]
[ ( ) ( ) √ ( )( )]
jumlah tiang B = 0
jumlah tiang C = 4
( ) ( ) ( )
91
Menurut data yang diperoleh adalah ujung tiang pancang jatuh di tanah
pasir. Perhitungan penurunan tiang pancang menurut Poulos dan Davis (1980)
ialah penurunan kepala tiang yang terletak pada tanah homogen dengan modulus
elastisitas dan Poisson’s Ratio yang konstan dapat dihitung, dengan cara sebagai
berikut.
qc = 4N = 4 (64) = 256 ⁄
Dimana :
Dari Persamaan (2.60), besar modulus elastisitas tanah di sekitar tiang (Es)
adalah:
Dari Persamaan (2.61), besar modulus elastisitas tanah di dasar tiang, yaitu :
92
Untuk
Untuk
0,0254 (untuk )
(untuk )
(untuk )
(untuk )
1 (untuk )
Berdasarkan Persamaan (2.41) dan (2.42), maka tiang apung atau tiang
friksi, yaitu :
93
b. Penurunan Elastis
94
( √ )
( )
( )
(( ( ))
( )
( )
95
Diperoleh beban rencana pondasi dari data proyek (Qg) sebesar 100 Ton.
( )
96
Perhitungan kapasitas daya dukung tiang pancang pada bagian ini dihitung
dengan menggunakan bantuan Software Plaxis. Daya dukung ultimit yang akan
dihitung adalah daya dukung aksial pondasi tiang pancang. Pemodelan tanah yang
diterapkan yaitu pemodelan Axi-simetri.
No Keterangan Nilai
1 Lokasi BH-02
2 Jenis Pondasi Tiang Pondasi Tiang Pancang
3 Diameter Tiang (m) 0,50
4 Panjang Tiang (m) 70
5 Luas Penampang (m2) 0,19
6 Modulus Elastisitas (Ep) (MPa) 33167,48
7 Momen Inersia (I) (m4) 0,0032708
8 EA (kN/m) 6301,82
9 EI (kNm2/m) 108484,19
10 Poisson’s Ratio ( ) 0,3
97
98
99
.
6. Kemudian masukkan data material dengan menggunakan tombol material set
. Untuk data tanah, pilih soil & interface pada set type. Setelah itu seret
data-data yang telah diinput ke dalam pemodelan geometri awal, seperti pada
Gambar 4.4.
Pada g;ambar data tiang pancang dapat dilihat bahwa nilai diameter tiang yang
dicantumkan, yaitu sebesar 0,25 m. berbeda dengan data pancang yang
dicantumkan, yaitu 0,6m. Hal ini dikarenakan pada axi-simetri, pemodelan
diameter tiang D.
100
(b)
(c)
Gambar 4.4 Input Data Material Set; (a) Data Lapisan Tanah, (b) Data Tiang
Pancang, dan (c) Data material dimasukkan ke pemodelan
10. Dalam window calculations terdapat beberapa Fase yang akan dikerjakan
otomatis oleh Plaxis dari awal hingga akhir pemodelan. Pada Fase konstruksi,
hanya tiang pancang yang diaktifkan, sedangkan pada Fase pembebanan,
beban dimasukkan dan diaktifkan beserta tiangnya.
101
11. Kemudian klik Hitung untuk melakukan perhitungan dengan otomatis pada
program. Perhitungan yang telah selesai ditandai dengan centang berwarna
hijau pada setiap Fase Window Calculations.
12. Setelah perhitungan telah selesai, akan diperoleh nilai dari kotak dialog
Phi/c reduction seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.7 dan 4.8.
102
Σ𝑀𝑠𝑓
103
Dari Gambar 4.7 dan 4.8 dapat dilihat Safety Factor ( ) sebelum
konsolidasi dan setelah konsolidasi.e
4.7 Diskusi
4.7.1 Perbandingan Daya Dukung Ultimit Sebelum dan Setelah Konsolidasi
dari Program Plaxis
Berdasarkan perhitungan dengan Program Plaxis didapatkan besar nilai daya
dukung ultimit yang berbeda antara keadaan sebelum konsolidasi dan setelah
konsolidasi. Besar nilai dukung ultimit tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Daya Dukung Tiang Pancang dari Program Plaxis
Nilai tekanan air pori berlebih ditentukan oleh jenis tanah. Pada Gambar
4.9 menunjukkan besarnya tekanan air pori berlebih yang terjadi sebelum terjadi
konsolidasi (Fase 2) dan setelah terjadinya proses konsolidasi (Fase 4).
104
Pada Gambar tersebut dapat dilihat bahwa tekanan air pori berlebih tanah
pada saat sebelum konsolidasi lebih besar dari setelah konsolidasi. Hal ini
disebabkan karena setelah konsolidasi pori-pori tanah mengecil sehingga tekanan
air pori terdisipasi.
Proses
Jenis Tekanan Air Pori
Sebelum Konsolidasi Setelah Konsolidasi
Tekanan Air Pori
-42,65 kN/m2 -895,48 x 10-3 kN/m2
Berlebih
Penurunan pondasi dapat ditinjau dalam dua keadaan yakni sebelum (Fase
2) dan sesudah konsolidasi (Fase 4). Dari hasil perhitungan dengan Program
Plaxis didapat hasil penurunan seperti pada Gambar 4.10 berikut.
105
Perbedaan penurunan tiang pancang yang terjadi tidak berbeda jauh. Saat
tiang baru selesai dipancang maka akan terjadi penurunan yang belum stabil,
penurunan akan terus berlangsung selama proses konsolidasi. Oleh karena itu,
nilai penurunan setelah konsolidasi selesai lebih besar dikarenakan partikel tanah
telah rapat serta air dan udara telah keluar.
106
Bore Hole 02
Metode Perhitungan
Hult (Ton) Hijin (Ton)
Secara Analitis (Ton) 44,53 17,81
Secara Grafis (Ton) 44,33 17,73
107
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan pada Proyek Pembanguan Gedung Rumah
Sakit Type-C Medan Labuhan – Sumatera Utara, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut.
1. Hasil perhitungan kapasitas daya dukung aksial tiang pancang tunggal
pada kedalaman 70 m yang diperoleh berdasarkan data SPT (BH-02)
dengan metode Meyerhof adalah bernilai 712,31 Ton, berdasarkan hasil
PDA dengan analisis CAPWAP adalah bernilai 349 Ton, serta dengan
Metode Elemen Hingga mengggunakan Program Plaxis bernilai 450,83
Ton. Maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan daya dukung aksial
disebabkan karena metode elemen hingga menggunakan parameter yang
lebih banyak dalam input data dibandingkan dengan metode analitis. Pada
Metode Elemen Hingga tidak hanya memperhitungkan faktor bentuk
pondasi saja, namun juga materialnya (modulus elastisitas dan Poisson’s
Ratio).
2. Hasil perhitungan kapasitas daya dukung lateral tiang pancang tunggal
pada kedalaman 70 m dengan metode Broms secara analitis bernilai 44,53
Ton dan secara grafis bernilai 44,33 Ton.
3. Hasil perhitungan efisiensi kelompok tiang dengan metode Converse-
Labarre bernilai 0,83, dengan metode Los Angeles bernilai 0,64, serta
dengan metode Feld bernilai 0,80. Berdasarkan ketiga metode tersebut
maka diambil nilai terkecil, yaitu metode Los Angeles. Maka hasil
perhitungan nilai daya dukung kelompok sebesar 2295,77 Ton.
4. Hasil perhitungan penurunan tiang pancang tunggal dengan metode Poulus
dan Davis bernilai 3,94 mm, untuk penurunan elastis tiang tunggal bernilai
1,82 mm, dengan hasil analisis CAPWAP bernilai 19,56 mm, serta
menggunakan Program Plaxis bernilai 1,01 mm.
5. Waktu proses konsolidasi yang diperoleh pada perhitungan dengan
menggunakan Program Plaxis, yaitu selama 52,67 hari.
108
109
110
Katili, I., 2008. Metode elemen hingga untuk skeletal. PT Rajagrafindo Persada.
111
Nasional, B.S., 2008. Cara Uji Penetrasi Lapangan dengan SPT SNI 4153: 2008.
Pamungkas A, Harianti E. 2013. Desain Pondasi Tahan Gempa. Andi,
Yogyakarta.
Poulos HG. dan Davis, EH (1980). Pile Foundation Analysis and Design.
Puspantoro B. Konstruksi Bangunan Gedung Bertingkat Rendah (Low Rise
Building). Yogyakarta: Penerbit Universitas Atma Jaya. 1992.
Reese, L.C. dan O'Neill, M.W., 1988, “Drilled Shafts: Construction Procedures
and Design Methods”, FHWA Publication No. FHWA-JI-88-042 atau ADSC
Publication No. ADSC-TL-4, August, 564 pp.
Richards AF, Zuidberg HM. Sampling and In-Situ Geotechnical Investigations
Offshore. Inmarine Geotechnology and Nearshore/Offshore Structures 1986
Jan. ASTM International.
Sardjono, H.S., 1988. Pondasi tiang pancang. Edisi Revisi, Cetakan Pertama, Jilid
I, Sinar Wijaya, Surabaya.
112
113
114
116
TITIK
P.108
117