Anda di halaman 1dari 63

PENGARUH KERJA LEMBUR ( OVERTIME )

TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KONSTRUKSI PADA


RUMAH SUSUN SUKARAMAI

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat


penyelesaian pendidikan sarjana teknik sipil

Disusun Oleh :

WILSON WIJAYA
13 0404 068

BIDANG STUDI MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


PENGARUH KERJA LEMBUR ( OVERTIME ) TERHADAP
PRODUKTIVITAS KERJA KONSTRUKSI PADA RUMAH
SUSUN SUKARAMAI

ABSTRAK

Pada pelaksanaan proyek konstruksi terdapat tiga sasaran yang harus dicapai,
yaitu ketepatan biaya, waktu, dan mutu. Harus diusahakan agar biaya tidak
melebihi anggaran, waktu tidak melampaui jadwal yang telah ditetapkan, dan
mutu sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Untuk mencapai ketepatan
biaya dan waktu, produktivitas kerja merupakan hal yang sangat penting.
Produktivitas kerja dipengaruhi oleh tiga hal yaitu peralatan, material, dan tenaga
kerja. Produktivitas peralatan dapat dihitung dengan mudah berdasarkan
manual/petunjuk pemakaian dan kondisi peralatan, adapun produktivitas tenaga
kerja lebih sulit dipastikan karena dipengaruhi oleh banyak faktor. Jika
pelaksanaan proyek konstruksi mengalami keterlambatan, pada umumnya
kontraktor akan melakukan percepatan agar jadwal penyelesaian proyek tidak
terlampaui. Percepatan bisa dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan
menambah jumlah tenaga kerja pada jam kerja normal (overmanning),
menerapkan jam kerja bergantian (shift work), atau menerapkan jam kerja lembur
(overtime). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka didapat produktivitas
kerja normal pada proyek Rumah Susun Sukaramai adalah sebesar 7,926 ;
produktivitas kerja lembur pada proyek Rumah Susun Sukaramai adalah sebesar
7,80 . Penurunan produktivitas pada kerja lembur berpengaruh terhadap biaya
kenaikan upah tenaga kerja. Kenaikan upah tenaga kerja adalah sebesar 128,57%.

Kata Kunci : Kerja normal, Kerja lembur, Produktivitas.

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan

berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Penulisan

Tugas Akhir yang berjudul “Pengaruh Kerja Lembur ( Overtime ) Terhadap

Produktivitas Kerja Konstruksi Pada Rumah Susun Sukaramai” ini

dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan dalam menempuh ujian Sarjana

Teknik Sipil pada Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera

Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan tugas akhir ini tidak

terlepas dari dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada pihak yang berperan penting yaitu :

1. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan, selaku pembimbing I dan Wakil

Dekan 1 Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak

memberikan dukungan, masukan, bimbingan serta meluangkan waktu, tenaga

dan pikiran kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.

2. Bapak Ir. Andy Putra Rambe, M.B.A., selaku pembimbing II, yang telah

banyak memberikan dukungan, masukan, bimbingan serta meluangkan waktu,

tenaga dan pikiran kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.

3. Bapak Medis Sejahtera Surbakti, S.T., M.T., PhD, selaku Ketua Departemen

Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Ir. Indra Jaya Pandia, M.T. selaku Dosen Penguji yang telah

memberikan masukan, arahan, dan bimbingan kepada penulis.

ii

Universitas Sumatera Utara


5. Bapak Indra Jaya, S.T., M.T. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan

masukan, arahan, dan bimbingan kepada penulis.

6. Bapak/Ibu Dosen Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh pegawai administrasi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara yang memberikan bantuan selama ini kepada

saya.

8. Kepada kedua orangtua penulis yang selalu memberikan doa, kasih sayang,

nasihat, dukungan dan materi yang tiada hentinya sehingga penulis terus

termotivasi untuk menyelesaikan Tugas Akhir.

9. Kepada saudara dan saudari penulis yang memberikan dukungan dan hiburan

bagi penulis.

10. Seluruh mahasiswa angkatan 2013 yang telah banyak membantu selama masa

perkuliahan sampai penyelesaian Tugas Akhir ini.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu saya menerima kritik dan saran yang bersifat

membangun dalam penyempurnaan Tugas Akhir ini

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih dan semoga tugas akhir ini

dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, 2018

Penulis

( Wilson Wijaya )
13 0404 068

iii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................ iv

DAFTAR TABEL ....................................................................................... vi

BAB I - PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2

1.3 Tujuan Penelitian................................................................................ 3

1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................. 3

1.5 Batasan Masalah ................................................................................. 3

1.6 Sistematika Penulisan ............................................................................. 4

BAB II - TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 6

2.1 Pengertian Proyek Konstruksi................................................................. 6

2.2 Pengertian Tenaga Kerja ............................................................ 7

2.2.1 Kelompok Tenaga Kerja .................................................. 9

2.2.2 Pekerja Konstruksi ............................................................ 10

2.3 Pengertian Produktivitas .................................................................... 15

2.3.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas .................. 17

2.3.2 Pengukuran Produktivitas ....................................................... 22

2.3.3 Usaha-Usaha Peningkatan Produktivitas ................................ 26

2.4 Kerja Lembur (Overtime) ...................................................................... 27

2.4.1 Pokok-Pokok Peraturan Lembur (Overtime) ........................... 29

iv

Universitas Sumatera Utara


2.4.2 Faktor-Faktor Kerja Lembur (Overtime) ................................. 33

2.4.3 Perhitungan Upah Kerja Lembur (Overtime) .......................... 34

BAB III - METODE PENELITIAN ........................................................... 39

3.1 Umum 39

3.2 Tempat Penelitian .................................................................................... 39

3.3 Jenis Data Penelitian ................................................................................ 40

3.4 Tata Urutan dan Langkah Kerja ............................................................... 40

3.5 Tahapan Penelitian ................................................................................... 41

BAB IV - HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 43

4.1 Deskripsi Data Penelitian ......................................................................... 43

4.2 Analisa Data ............................................................................... 43

4.2.1 Perhitungan Produktivitas ....................................................... 43

4.2.2 Perhitungan Penurunan Produktivitas ..................................... 48

4.2.3 Perhitungan Kenaikan Upah ................................................... 50

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................... 52

BAB V - KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 54

5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 54

5.2 Saran .................................................................................................. 54

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal


Tabel 2.1 Perhitungan Upah Kerja Lembur 35
Tabel 2.2 Perhitungan Upah Kerja Lembur pada Hari Kerja 36
Tabel 2.3 Perhitungan Upah Kerja Lembur pada Hari Libur 37
Tabel 4.1 Rekapitulasi Data Perhitungan Produktivitas 47

vi

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada pelaksanaan proyek konstruksi terdapat tiga sasaran yang harus

dicapai, yaitu ketepatan biaya, waktu, dan mutu. Harus diusahakan agar biaya

tidak melebihi anggaran, waktu tidak melampaui jadwal yang telah ditetapkan,

dan mutu sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Untuk mencapai

ketepatan biaya dan waktu, produktivitas kerja merupakan hal yang sangat

penting.

Produktivitas kerja dipengaruhi oleh tiga hal yaitu peralatan, material, dan

tenaga kerja. Produktivitas peralatan dapat dihitung dengan mudah berdasarkan

manual/petunjuk pemakaian dan kondisi peralatan, adapun produktivitas tenaga

kerja lebih sulit dipastikan karena dipengaruhi oleh banyak faktor.

Jika pelaksanaan proyek konstruksi mengalami keterlambatan, pada

umumnya kontraktor akan melakukan percepatan agar jadwal penyelesaian

proyek tidak terlampaui. Percepatan bisa dilakukan dengan berbagai cara, antara

lain dengan menambah jumlah tenaga kerja pada jam kerja normal

(overmanning), menerapkan jam kerja bergantian (shift work), atau menerapkan

jam kerja lembur (overtime).

Menambah tenaga kerja tidak selalu bisa dilakukan, karena tidak mudah

mendapatkan tenaga kerja yang sesuai. Oleh karena itu seringkali diterapkan kerja

lembur dengan memanfaatkan tenaga kerja yang sudah ada. Terlebih lagi jika

tenaga kerja berasal dari daerah lain yang jauh sehingga mereka harus tinggal di

Universitas Sumatera Utara


lokasi proyek, maka mempekerjakan mereka setelah jam kerja normal dianggap

sebagai solusi yang praktis untuk mempercepat penyelesaian proyek.

Dari penelitian-penelitian yang sudah dilakukan mengenai pengaruh kerja

lembur terhadap produktivitas tenaga kerja, terlihat adanya penurunan

produktivitas, yang berakibat pada peningkatan biaya tenaga kerja.

Namun demikian seberapa besar produktivitas berkurang, dan seberapa

besar peningkatan biaya terjadi, khususnya pada pekerjaan konstruksi di kota

Medan, belum cukup banyak dilakukan penelitian secara mendalam.

Oleh karena itu, penulis berminat untuk melakukan penelitian terhadap

pengaruh kerja lembur (overtime) di kota Medan. Seberapa besar pengaruh kerja

lembur (overtime) terhadap produktivitas kerja konstruksi pada Rumah Susun

Sukaramai. Pertanyaan itulah yang membuat penulis ingin melakukan penelitian

secara mendalam terhadap kasus ini. Agar dikemudian hari dapat dipergunakan

oleh pihak lain sebagai acuan dalam menyusun rencana pembangunan suatu

konstruksi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan

permasalahan penelitian ini yaitu :

1. Berapa produktivitas kerja normal dan kerja lembur pada proyek Rumah

Susun Sukaramai ?

2. Seberapa besar pengaruh penurunan produktivitas pada kerja lembur

terhadap biaya kenaikan upah tenaga kerja ?

2
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui produktivitas kerja normal pada proyek Rumah Susun

Sukaramai

2. Mengetahui produktivitas kerja lembur pada proyek Rumah Susun

Sukaramai

3. Mengetahui besar pengaruh penurunan produktivitas pada kerja lembur

terhadap biaya kenaikan upah tenaga kerja

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu :

1. Dapat mengetahui produktivitas jam kerja lembur (overtime) sebagai

acuan dalam percepatan pembangunan suatu proyek konstruksi.

2. Dapat menjadi referensi bagi penulis, konsultan dan kontraktor dalam

menentukan langkah percepatan pekerjaan suatu proyek konstruksi.

3. Sebagai masukan para pembaca untuk menambah wawasan dan

pengetahuan yang bermanfaat dalam perencanaan proyek konstruksi

1.5 Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah, maka akan diberikan batasan-batasan

masalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini dilakukan pada Proyek Pembangunan Rumah Susun

Sukaramai.

2. Pengamatan difokuskan pada tenaga kerja tukang pengecoran.

3
Universitas Sumatera Utara
3. Pengukuran hanya dibatasi pada analisa volume kerja, waktu dan upah

kerja.

4. Upah kerja yang digunakan adalah berdasarkan proyek yang ditinjau di

lapangan.

5. Analisa perhitungan dilakukan secara manual.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi latar belakang, tujuan penelitian, rumusan masalah,

manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, serta sistematika

penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka memuat studi pustaka yang relevan sebagai

dasar teoritik untuk mejawab dan menjelaskan pengertian dan

pokok permasalahan dari penelitian ini.

BAB III : METODE PENELITIAN

Metode penelitian membahas tentang uraian detail mengenai

proses pelaksanaan penelitian, diagram alir penelitian, kebutuhan

dan pengumpulan data, pengolahan dan pentahapan analisa.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang hasil dari pengumpulan data lapangan,

merangkum hasil pengumpulan data lapangan, hasil perhitungan

produktivitas kerja normal, hasil perhitungan kerja lembur, dan

hasil perhitungan kenaikan upah tenaga kerja.

4
Universitas Sumatera Utara
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang didasarkan pada hasil

analisa dan pembahasan mengenai produktivitas kerja normal dan

kerja lembur, serta besaran kenaikan upah tenaga kerja yang

terjadi.

5
Universitas Sumatera Utara
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Proyek Konstruksi

Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu

kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam rangkaian

kegiatan tersebut, terdapat suatu proses yang mengolah sumber daya proyek

menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan. Proses yang terjadi dalam

rangkaian kegiatan tersebut tentunya melibatkan pihak-pihak yang terkait, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Hubungan antara pihak-pihak yang

terlibat dalam suatu proyek dibedakan atas hubungan fungisional dan hubungan

kerja. Karakteristik proyek konstruksi dapat dipandang dalam tiga dimensi, yaitu

unik, melibatkan sejumlah sumber daya, dan membutuhkan organisasi. Dalam

melaksanakan proses penyelesaiannya, suatu proyek harus sesuai dengan

spesifikasi yang ditetapkan, sesuai time schedule, dan sesuai biaya yang

direncanakan (Ervianto, 2003).

Menurut Soeharto (1995) terlihat bahwa ciri pokok proyek adalah :

1. Memiliki tujuan yang khusus, produk akhir atau hasil akhir.

2. Jumlah biaya, sasaran jadwal serta kriteria mutu dalam proses mencapai

tujuan yang telah ditentukan.

3. Bersifat sementara, dalam arti umurnya dibatasi oleh selesainya tugas.

Titik awal dan akhir ditentukan dengan jelas.

4. Non-rutin, tidak berulang-ulang. Jenis dan intensitas kegiatan berubah

sepanjang proyek berlangsung.

6
Universitas Sumatera Utara
Agar suatu proyek konstruksi dapat berjalan dengan lancar dan sesuai

dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka dibutuhkan adanya suatu manajemen

proyek untuk mengatur dan mengontrol sumber daya yang digunakan dalam

mewujudkan suatu proyek. (Ervianto, 2005) menyatakan bahwa manajemen

proyek adalah suatu perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan koordinasi suatu

proyek dari awal (gagasan) hingga berakhirnya proyek untuk menjamin

pelaksanaan proyek secara tepat waktu, tepat biaya dan tepat mutu. Selain itu,

manajemen proyek juga dibutuhkan agar tercapainya suatu efisiensi kerja yang

baik.

2.2 Pengertian Tenaga Kerja

Menurut Soeharto (1995) bahwa untuk menyelenggarakan proyek, salah

satu sumber daya yang menjadi faktor penentu keberhasilannya adalah tenaga

kerja. Memperkirakan jumlah tenaga kerja yang diperlukan, yaitu dengan

mengkonversikan lingkup proyek dari jumlah jam-orang menjadi jumlah tenaga

kerja. Secara teoritis, keperluan rata-rata jumlah tenaga kerja dapat dihitung dari

total lingkup kerja proyek yang dinyatakan dalam jam-orang atau bulan-orang

(man-month) dibagi dengan kurun waktu pelaksanaan. Tenaga kerja sebagai

sumber daya manusia mempunyai pengertian sebagai berikut (Handoko, 1984) :

1. Manusia yang bekerja di lingkungan suatu organisasi (disebut juga

personil, pekerja, atau karyawan).

2. Potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi dalam mewujudkan

keberadaannya.

7
Universitas Sumatera Utara
3. Potensi yang berfungsi sebagai modal (non material/non financial) di

dalam organisasi, untuk mewujudkan eksistensi (keberadaan) organisasi.

Dilihat dari bentuk hubungan kerja yang dipakai, maka tenaga kerja

proyek, khususnya tenaga kerja konstruksi (Soeharto, 1990), dapat dibedakan

menjadi:

1. Tenaga kerja tetap

Tenaga kerja tetap merupakan pegawai tetap dari perusahaan (kontraktor

utama) yang bersangkutan dengan ikatan kerja secara perseorangan dalam

jangka waktu yang relatif panjang.

2. Tenaga kerja sementara

Ikatan kerja yang ada adalah antara perusahaan penyediaan tenaga kerja

(man power supplier) dan kontraktor utama untuk jangka waktu pendek.

Proyek konstruksi selalu membutuhkan pekerja untuk bekerja dengan

menggunakan fisik mereka untuk bekerja di lapangan terbuka dalam cuaca dan

kondisi apapun (Ervianto, 2002).

Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja.

Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga

kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan

barang atau jasa baik memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Tenaga

kerja adalah orang–orang yang bekerja pada suatu organisasi baik pada instansi

pemerintah maupun pada perusahaan swasta atau usaha–usaha sosial dimana ia

memperoleh balas jasa tertentu.

Tenaga kerja merupakan salah satu sumber daya manusia yang menjadi

penentu keberhasilan dalam proyek konstruksi. Jenis dan intensitas kegiatan

8
Universitas Sumatera Utara
proyek berubah sepanjang siklusnya, sehingga penyediaan jumlah tenaga, jenis

keterampilan dan keahliannya harus mengikuti tuntutan perubahan kegiatan yang

sedang berlangsung.

Tenaga kerja proyek konstruksi adalah tenaga kerja yang bekerja dalam

suatu proyek yang ditugaskan untuk menjalankan suatu kegiatan dalam proyek

konstruksi. Tenaga kerja dalam industri konstruksi merupakan faktor yang sangat

penting guna kelancaran dan keberhasilan proyek, khususnya produktivitas

proyek tersebut. Tenaga kerja haruslah benar-benar tenaga kerja yang mempunyai

kemampuan dan keahlian dibidangnya meskipun sebagai tukang.

Hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan tenaga kerja demi

kelangsungan pelaksanaan proyek konstruksi adalah produktivitas tenaga kerja

dan kesiapan akan penyediaan tenaga kerja dari satu jenis pekerjaan ke jenis

pekerjaan lain sesuai dengan waktu dan jadwal pelaksanaan kegiatan itu

dilakukan.

2.2.1 Kelompok Tenaga Kerja

Kelompok adalah kumpulan beberapa dari individu baik benda atau

orang-orang yang mempunyai tujuan yang sama. Jadi kelompok kerja adalah

kumpulan beberapa orang individu yang sama-sama mempunyai tujuan untuk

melakukan sesuatu yang menghasilkan, baik itu benda atau jasa. Tujuan utama

dari kelompok kerja ini yaitu untuk individu masing-masing dan nantinya hasil

dari kelompok kerja ini juga membantu orang lain.

Pada proyek konstruksi tenaga kerja dapat digolongkan menjadi 2

macam:

9
Universitas Sumatera Utara
1. Penyelia atau pengawas, bertugas untuk mengawasi dan mengarahkan

pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja/buruh lapangan. Setiap

pengawas membawahi sejumlah pekerja lapangan.

2. Pekerja atau buruh lapangan (craft labour), terdiri dari berbagai macam

tukang yang memiliki keahlian tertentu, seperti : tukang kayu, tukang besi,

tukang batu, tukang alumunium dan tukang cat. Dalam melaksanakan

pekerjaan biasanya mereka dibantu oleh pembantu tukang atau pekerja

(buruh terlatih, buruh semi terlatih, dan buruh tak terlatih).

2.2.2 Pekerja Konstruksi

Ada berbagai macam kelompok pekerja atau buruh lapangan dalam

konstruksi seperti tukang kayu, tukang besi, tukang batu, tukang alumunium,

tukang keramik, tukang cat dan sebagainya.

1. Pekerjaan Pasangan Bata

Pada pekerjaan konstruksi, pekerjaan pasangan bata merupakan salah

satu pekerjaan yang memiliki volume yang besar sehingga membutuhkan pekerja

yang lebih banyak. Pada pekerjaan pasangan bata juga diperlukan keahlian dalam

pengerjaannya untuk mendapatkan hasil yang baik.

Pada bangunan dinding lurus, bata dipasang secara horizontal. Untuk

memastikan bahwa dinding itu lurus horisontal maka diperlukan benang penyipat.

Tali pengukur tegak lurus dipakai untuk menjamin bahwa dinding dibangun

vertikal ke atas. Selain itu dapat juga digunakan penyipat datar (waterpas) sebagai

penggantinya.

10
Universitas Sumatera Utara
Bata dapat juga dipasang mendatar ke samping berupa rangkaian.

Sambungan bata dalam rangkaian diatur sedemikian rupa sehingga sambungan

pada lapisan yang satu tidak terletak tepat di bawah atau di atas pada lapisan

berikutnya. Bata dapat juga dipasang dengan sisi pendek menghadap ke luar, atau

dengan sisi panjang menghadap ke luar. Adonan semen yang disebut juga spesi,

digunakan untuk melekatkan bata satu dengan yang lain menjadi satu kesatuan,

dengan tebal spesi bisa mencapai 23 mm. Setelah mengeras adonan semen

menyebabkan bata saling mengikat dan dapat membagikan kelebihan tekanan dan

beban pada keseluruhan struktur dinding, di samping dapat membuat dinding

menjadi kedap air.

Tugas Mandor Tukang Batu (Mason Foreman) mengelola pekerjaan

konstruksi batu kali dan batu bata, pelesteran sesuai gambar kerja / gambar detail.

Berikut adalah uraian tugas mandor tukang batu :

a. Menerapkan ketentuan K3 di lingkungan kerja yang antara lain

adalah mencermati ketentuan perundang-undangan K3

(Keselamatan dan Kesehatan Kerja), mengatur penyiapan

penerapan K3, menetapkan ketentuan K3, mengidentifikasi

lingkungan kerja, dan menerapkan ketentuan perlindungan

lingkungan kerja.

b. Memahami gambar kerja dan jadwal (schedule) kerja, cara kerja

dan kebutuhan sumber daya ; yang antara lain mempelajari

dokumen gambar kerja, mempelajari jadwal (schedule) kerja, serta

memilih tenaga kerja material dan peralatan.

11
Universitas Sumatera Utara
c. Membuat rencana kerja harian dan mingguan, menghitung

kebutuhan material dan peralatan, serta menghitung kebutuhan

tenaga kerja.

d. Mengkoordinasikan persiapan pekerjaan batu, antara lain adalah

menyaiapkan tenaga kerja sesuai dengan tahapan pelaksanaan

pekerjaan, membuat permintaan kebutuhan material dan peralatan,

serta melakukan koordinasi antar unit-unit internal proyek.

e. Melaksanakan pengawasan, mengarahkan dan memberi contoh

pelaksanaan pekerjaan batu yang antara lain adalah melakukan

pemeriksaan jenis, kualitas, dan volume material yang akan

digunakan, melaksanakan pengawasan pekerjaan batu/bata

berdasarkan gambar kerja, melaksanakan pengawasan pekerjaan

sesuai dengan cara kerja, melaksanakan pengawasan pekerjaan

sesuai dengan jadwal (schedule) pekerjaan, dan membangun

kekompakan kelompok kerja.

f. Mengontrol dan mengevaluasi hasil pelaksanaan pekerjaan

batu/bata yang antara lain adalah memantau hasil pelaksanaan

pekerjaan, evaluasi hasil pelaksanaan pekerjaan, membuat laporan

harian dan mingguan.

2. Pekerjaan Keramik

Pekerjaan pemasangan keramik yang baik dibutuhkan SDM atau tukang

yang mempunyai keahlian khusus pasang keramik. Tidak semua tukang bias

memasang keramik dengan baik dan cepat. Cara memasang keramik harus

diperhatikan karena memang tidak semua tukang mempunyai skill atau keahlian

12
Universitas Sumatera Utara
memasang keramik dengan benar. Jika tukang keramik mempunyai skill yang

tinggi secara otomatis akan melakukan metode pemasangan yang benar. Selain

skill dari tukang, jenis material keramik yang digunakan juga sangat berpengaruh.

Harga upah harian tukang keramik biasanya memang lebih mahal

dibanding dengan tukang lain karena berhubungan dengan estetika interior. Jika

pemasangan keramik dilakukan dengan sistem upah harian ada baiknya tiap hari

dievaluasi apakah kinerja tukang itu bagus atau tidak.

3. Pekerjaan Tukang Kayu

Tukang kayu merupakan seseorang yang bekerja dengan kayu. Mereka

dapat membuat lemari, membangun rumah, maupun benda-benda lain dengan

kayu. Tukang kayu biasanya bekerja pada mandor (pengawas kerja) pada

pekerjaan-pekerjaan besar karena mereka berurusan dengan proyek itu dari awal.

Tukang kayu selalu menambahkan sesuatu pada peralatan mereka dan selalu

belajar bagaimana menggunakan alat, bahan, dan cara kerja baru.

Banyak tukang kayu yang memilih untuk berfokus pada satu bidang saja.

Lainnya akan berfokus pada membuat benda-benda yang tampak sederhana dan

struktural, seperti kusen untuk jendela atau peti kayu untuk pengapalan. Tukang

kayu akhir akan berfokus pada benda-benda yang mendetail dan artistik, seperti

mebel dan mainan.

4. Pekerjaan Pengawas Tukang Cat

Uraian tugas pengawas Tukang Cat bangunan, antara lain adalah :

a. Melaksanakan persyaratan K3 yang antara lain adalah :

 Memeriksa ketersediaan APD dan APK

 Memeriksa Fungsi APK dan Kondisi APD

13
Universitas Sumatera Utara
 Memakai APD dan Menggunakan APK

 Melaksanakan Prosedur K3 dalam Pelaksanaan

Pengecetan

 Mematuhi tata cara keadaan darurat

b. Melaksanakan Fungsi Pengawasan antara lain adalah :

 Menindaklanjuti permintaan pengguna jasa

 Mengawasi pengaturan tugas pekerjaan pengecetan

 Menyiapkan perintah kerja pengawasan pengecetan

 Memberi pengarahan harian pelaksanaan pengecetan

 Menghadiri pertemuan koordinasi dilapangan

 Memantau jadwal pekerjaan pengecetan

 Menyiapkan laporan harian pengecetan

 Mengawasi pembersihan lokasi pekerjaan pengecetan

c. Mengawasi pengaturan aktivitas logistik antara lain adalah :

 Melakukan peninjauan kelokasi

 Mengidentifikasi area pengecetan yang kurang sempurna

 Mengawasi persediaan bahan pengecetan dilokasi kerja

 Mengawasi pengiriman bahan pengecetan

 Memantau jadwal bongkar muat bahan pengecetan.

d. Mengawasi Aktivitas Tenaga Kerja antara lain adalah :

 Mengawasi Jadwal Kerja Pengecetan

 Mengawasi kehadiran tenaga kerja pengecetan

 Mengatur buku catatan tenaga kerja pengecetan

 Mengawasi kinerja tenaga kerja pengecetan

14
Universitas Sumatera Utara
e. Mengawasi Aktivitas Pengecetan antara lain adalah :

 Menetapkan lokasi aktivitas pengecetan

 Mengawasi kondisi lokasi pengecetan

 Mengawasi perlengkapan pengecetan

 Mengawasi pelaksanaan pembuatan contoh hasil

pengecetan

 Mengawasi urutan pekerjaan pengecetan

 Mengawasi mutu pekerjaan pengecetan

2.3 Pengertian Produktivitas

Produktivitas didefinisikan sebagai rasio antara output dengan input, atau

rasio antara hasil produksi dengan total sumber daya yang digunakan (Ervianto,

2005). Dalam proyek konstruksi, rasio produktivitas adalah nilai yang diukur

selama proses konstruksi, dapat dipisahkan menjadi biaya tenaga kerja, material,

uang, metoda dan alat.

Beberapa ahli mendefenisikan produktivitas menurut filosofinya,

diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Produktivitas diartikan sebagai tingkat efisiensi dalam memproduksi

barang-barang dan jasa (Sinungan, 1992).

2. Produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dapat dicapai

dengan keseluruahan sumber daya yang dipergunakan persatuan waktu

(Simanjuntak, 1985).

3. Produktivitas didefenisikan sebagai perbandingan antara hasil kerja

dengan jam kerja (Ervianto, 2008).

15
Universitas Sumatera Utara
4. Schonberger (1985) mengatakan bahwa produktivitas merupakan

perbandingan antara standart time dan time available for work atau biasa

dinyatakan sebagai hasil kali antara efficiency dan utilization.

5. Produktivitas adalah suatu sikap mental yang berpandangan bahwa

kualitas hidup hari ini harus harus lebih baik dari kualitas hari yang lalu,

hari esok harus lebih baik dari hari ini (Saksono, 1998).

6. Produktivitas adalah perbandingan antara kegiatan atau output dan

masukan atau input (Pilcher, 1992).

7. Muchdarsyah (1995) mengemukakan bahwa produktivitas adalah

perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil, dan juga sebagai

perbandingan antara jumlah pengeluaran dan masukan yang dinyatakan

dalam satuan-satuan (unit) umum.

8. Menurut Wignjosoebroto (2000) produktivitas secara umum dapat

diformulasikan sebagai berikut :

( ) ( )

9. Pengertian produktivitas menurut Boy dalam Santoso dan Chandra (2006),

yaitu yang dinyatakan dengan rumus berikut :

Secara umum produktivitas diartikan sebagai suatu perbandingan antara

hasil keluaran dan masukan atau output : input (Umar, 1998).

16
Universitas Sumatera Utara
Pengertian output meliputi volume dan kualitas, sedangkan input

meliputi bahan dan energi, tenaga kerja dan peralatan modal. Jadi dapat dikatakan

juga bahwa produktivitas merupakan upaya untuk mewujudkan hasil-hasil

tertentu yang diinginkan dengan mengerahkan sejumlah sumber daya (Umar,

1998).

Dalam bidang konstruksi, produktivitas dikatikan dengan waktu

pelaksanaan proyek. Untuk mengetahui seberapa produktivitas dari seorang

pekerja atau unit kerja perlu dilakukan perhitungan durasi waktu. Dimana

semakin pendek durasi yang diperlukan untuk menyelesaikan satu satuan

pekerjaan maka produktivitas semakin tinggi (Umar, 1998).

2.3.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas

Penelitian tentang produktivitas telah banyak dilakukan, di antaranya

dilakukan di Singapura oleh Low pada tahun 1992. Low mengimpulkan bahwa

produktivitas konstruksi dipengaruhi oleh tujuh faktor, yaitu:

1. Buildability

2. Structure of industry

3. Training

4. Mechanization and automation

5. Foreign labour

17
Universitas Sumatera Utara
6. Standardization

7. Building control

Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas proyek diklasifikasikan

menjadi empat kategori utama (Ervianto, 2005), yaitu :

1. Metode dan teknologi, terdiri atas faktor : disain rekayasa, metode

konstruksi, urutan kerja, pengukuran kerja.

2. Manajemen lapangan, terdiri atas faktor : perencanaan dan penjadwalan,

tata letak lapangan, komunikasi lapangan, manajemen material,

manajemen peralatan, manajemen tenaga kerja.

3. Lingkungan kerja, terdiri atas faktor : keselamatan kerja, lingkungan fisik,

kualitas pengawasan, keamanan kerja, latihan kerja, partisipasi.

4. Faktor manusia, tingkat upah pekerja, kepuasan kerja, insentif, pembagian

keuntungan, hubungan kerja mandor-pekerja, hubungan kerja atarsejawat,

kemangkiran.

Banyak dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa produktivitas

sangat dipengaruhi oleh faktor : pengetahuan (knowledge), keahlian (skill),

kemampuan (ability), sikap (attitude), dan tingkah laku (behaviour) dari para

pekerja yang ada di dalam organisasi (Gomes, 1995).

Menurut Sinungan (1992), produktivitas dipengaruhi oleh beberapa

faktor, yaitu sebagai berikut :

1. Tingkat keahlian,

2. Latar belakang kebudayaan dan pendidikan,

3. Kemampuan dan sikap,

4. Kondisi kerja fisik,

18
Universitas Sumatera Utara
5. Sistem intensif,

6. Gaya kepemimpinan.

Menurut Pramuji (2008), mengemukakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi produktivitas pekerjaan antara lain :

1. Tingkat upah

Dengan pemberian upah kerja yang setimpal akan mendorong pekerja

untuk bekerja dengan lebih giat karena mereka merasa partisipasinya

dalam proses produksi di proyek dihargai oleh pihak perusahaan

(kontraktor).

2. Pengalaman dan keterampilan para pekerja

Pengalaman dan keterampilan kerja akan semakin bertambah apabila

pekerja tersebut semakin sering melakukan pekerjaan yang sama dan

dilakukan secara berulang-ulang sehingga produktivitas pekerjaan tersebut

dapat meningkat dalam melakukan pekerjaan yang sama.

3. Pendidikan keahlian

Para pekerja yang pernah mengikuti dasar pelatihan khusus (training) atau

pernah mengikuti suatu pendidikan khusus (STM) akan mempunyai

kemampuan yang dapat dipakai secara langsung sehingga dapat bekerja

lebih efektif bila dibandingkan dengan pekerja yang tidak mengikuti

pendidikan khusus.

4. Usia pekerja

Para pekerja yang usianya lebih muda relatif mempunyai produktivitas

yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pekerja yang usia lebih tua

19
Universitas Sumatera Utara
(lanjut) karena pekerja yang usia lebih muda mempunyai tenaga yang

lebih besar yang sangat diperlukan dalam pekerjaan konstruksi.

5. Pengadaan barang

Pada saat barang material datang ke lokasi maka pekerjaan para pekerja

akan terhenti sesaat karena harus mengangkut dan memindahkan barang

material tersebut ke tempat yang sudah disediakan (seperti gudang).

6. Cuaca

Pada musim kemarau suhu udara akan meningkat (lebih panas) yang

menyebabkan produktivitas akan menurun, sedangkan pada musim hujan

pekerjaan yang menyangkut pondasi dan galian tanah akan terhambat

karena kondisi tanah sehingga tidak dapat dilakukan pengecoran pada saat

kondisi hujan karena akan menyebabkan mutu beton hasil pengecoran

berkurang.

7. Jarak material

Adanya jarak material yang jauh akan mengurangi produktivitas

pekerjaan, karena dengan jarak yang jauh antara material dan tempat

dilakukan pekerjaan memerlukan tenaga ekstra (tambahan) untuk

mengangkut material.

8. Hubungan kerja sama antar pekerja

Adanya hubungan yang baik dan selaras antara sesama pekerja dan

mandor akan memudahkan komunikasi kerja sehingga tujuan yang

diinginkan akan mudah dicapai.

9. Faktor managerial

20
Universitas Sumatera Utara
Faktor manajerial berpengaruh pada semangat dan gairah para pekerja

melalui gaya kepimpinan, bijaksana, dan peraturan perusahaan

(kontraktor).

10. Efektivitas jam kerja

Jam kerja yang dipakai secara optimal akan menghasilkan produktivitas

yang optimal juga sehingga perlu diperhatikan efektivitas jam kerja,

seperti ketetapan jam mulai dan akhir kerja serta jam istrahat yang tepat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja menurut

Simanjuntak (Ade Suherman, 2011) menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi produktivitas tenaga kerja adalah :

1. Kualitas dan Kemampuan Fisik Karyawan

Kualitas dan kemampuan fisik karyawan dipengaruhi juga oleh tingkat

pendidikan, latihan, motivasi kerja, mental, dan kemampuan fisik

karyawan yang bersangkutan.

2. Sarana Pendukung

Sarana pendukung untuk meningkatkan produktivitas karyawan

digolongkan menjadi :

a) Menyangkut lingkungan kerja termasuk sarana dan peralatan yang

digunakan, teknologi dan cara produksi, tingkat keselamatan dan

kesehatan kerja serta suasana lingkungan kerja itu sendiri.

b) Menyangkut kesehatan karyawan yang tercermin dalam system

pengupahan dan jaminan sosial serta jaminan keselamatan kerja.

Variabel-variabel yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja di

lapangan dapat dikelompokkan menjadi berikut, (Soeharto,1995) :

21
Universitas Sumatera Utara
1. Kondisi fisik lapangan dan sarana bantu,

2. Supervise, perencanaan, dan koordinasi,

3. Komposisi kelompok kerja,

4. Kerja lembur,

5. Ukuran besar proyek,

6. Kurva pengalaman (learning curve),

7. Kepadatan tenaga kerja.

Karena sumber daya manusia merupakan elemen yang paling penting

dalam organisasi, maka dengan demikian peningkatan produktivitas hanya dapat

dilakukan oleh manusia (Siagian, 2002).

Berikut ini terdapat prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam

manajemen tenaga kerja menurut Handoko (1984) :

1. Memadukan karyawan dan pekerjaan

2. Menetapkan standar-standar pelaksanaan kerja

3. Memberikan penghargaan atas prestasi kerja

4. Menjamin supervise yang baik

5. Merumuskan secara jelas tanggung jawab karyawan

2.3.2 Pengukuran Produktivitas

Dalam rangka mengetahui tingkat keberhasilan dari sebuah proyek

konstruksi, perlu dilakukan pengukuran produktivitas kerja. Pengukuran

produktivitas kerja dalam suatu organisasi perusahaan berguna untuk :

1. Mengetahui nilai efisiensi konversi sumber dayanya,

22
Universitas Sumatera Utara
2. Memberikan informasi yang bermanfaat untuk merencanakan tingkat

keuntungan dari perusahaan tersebut,

3. Mampu merencanakan sumber daya yang akan dibutuhkan untuk

mengerjakan proyek baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang,

sehingga lebih efektif dan efisien penggunaan sumber dayanya.

Pengukuran produktivitas (productivity measurement) adalah penilain

kuantitatif atas perubahan produktivitas. Tujuan pengukuran ini adalah untuk

menilai apakah efisiensi produktif telah meningkat atau menurun. Pengukuran

produktivitas dapat berupa aktual atau prospektif.

Pengukuran produktivitas aktual memungkinkan manajer untuk menilai,

memantau, dan mengendalikan perubahan. Pengukuran prospektif melihat ke

masa depan, dan berguna sebagai input bagi pengambilan keputusan strategis.

Secara khusus, pengukuran prospektif memungkinkan para manajer untuk

membandingkan manfaat relatif dari berbagai kombinasi input, pemilihan input

dan bauran input yang memberikan manfaat terbesar. Pengukuran produktivitas

dapat dikembangkan untuk masing-masing input secara terpisah atau seluruh

input secara bersama-sama.

Pengukuran produktivitas melalui pendekatan rasio output per input

adalah pengukuran yang paling sederhana dan mampu menghasilkan tiga ukuran

produktivitas sebagai berikut :

a. Produktivitas Parsial (Partial Productivity)

Definisi pengukuran produktivitas parsial adalah produktivitas

dari satu input tunggal, biasanya diukur dengan menghitung rasio

output terhadap input. Sering juga disebut produktivitas faktor

23
Universitas Sumatera Utara
tunggal (single factor productivity), yaitu menunjukan

produktivitas faktor tertentu yang digunakan untuk menghasilkan

keluaran.

Karena hanya produktivitas dari satu input yang sedang diukur,

maka ukuran itu disebut pengukuran produktivitas parsial. Jika

output dan input diukur dalam kuantitas fisik, maka kita

memperoleh ukuran produktivitas operasional (operational

productivity measure). Jika output dan input dinyatakan dalam

dolar, maka kita memperoleh ukuran produktivitas keuangan

(financial productivity measure).

b. Produktivitas Multifaktor (Multi Factor Productivity)

Menunjukan produktivitas output bersih terhadap banyaknya

input modal dan tenaga kerja yang digunakan. Output bersih (net-

output) adalah output total dikurangi output dalam proses

produksi. Jenis input yang digunakan dalam pengukuran ini hanya

faktor tenaga kerja dan modal saja. Rumus Produktivitas

Multifaktor adalah sebagai berikut :

c. Produktivitas Total (Total Factor Productivity)

Pengukuran produktivitas dari seluruh input disebut pengukuran

produktivitas total (total productivity measurement). Dalam

praktiknya, mengukur pengaruh dari seluruh input mungkin tidak

24
Universitas Sumatera Utara
diperlukan. Banyak perusahaan hanya mengukur produktivitas

dari factor-faktor yang dianggap sebagai indikator relevan bagi

keberhasilan dan kinerja perusahaan. Jadi dalam istilah praktis,

pengukuran produktivitas total dapat didefinisikan sebagai

pemfokusan perhatian pada beberapa input yang secara total

menunjukkan keberhasilan perusahaan.

Pada setiap kasus pengukuran produktivitas total mensyaratkan

pengembangan dari pendekatan pengukuran multifactor.

Pendekatan multifactor yang umum disarankan dalam literartur

produktivitas (tetapi jarang ditemukan di dalam praktik) adalah

menggunakan indeks produktivitas agregat. Indeks agregat

bersifat kompleks dan sulit diinterpretasikan serta belum diterima

secara umum. Dua pendekatan yang telah memperoleh beberapa

pengakuan adalah pengukuran profil (profil measurement) dan

pengukuran produktivitas yang berkaitan dengan laba (profit-

linked productivity measurement).

Rumus Produktivitas Total sebagai berikut :

Di dalam setiap proyek konstruksi, tidak bisa terelakkan bahwa manusia

menjadi faktor penting dalam menggerakkan faktor-faktor lain. Tanpa adanya

manusia, maka faktor produksi lainnya menjadi tidak berguna. Maka dari itu

produktivitas kerja karyawan menjadi hal penting dalam kesuksesan suatu proyek.

Input (seperti tenaga kerja, alat, material, dana, dan rancangan) serta

output yang dihasilkan mempengruhi proses produksi. Sering terjadi karena

25
Universitas Sumatera Utara
ketidakseimbangan antara input dan output menyebabkan proyek konstruksi

berjalan lambat dan akhirnya mundur dari deadline.

Produktivitas suatu pekerjaan akan meningkat apabila :

1. Volume pekerjaan yang dihasilkan bertambah besar, tanpa menambah

waktu kerja.

2. Volume pekerjaan yang dihasilkan sesuai dengan rencana (tidak

bertambah), akan tetapi dikerjakan dalam waktu yang lebih cepat dari

jadwal yang ditentukan.

3. Waktu kerja bertambah, sehingga sehingga menghasilkan volume

pekerjaan yang berlipat ganda.

2.3.3 Usaha-Usaha Peningkatan Produktivitas

Usaha peningkatan produktivitas merupakan salah satu langkah

pengendalian yang dilakukan dalam proyek konstruksi. Usaha-usaha peningkatan

produktivitas antara lain :

1. Penambahan hari kerja dan penambahan jumlah tenaga kerja.

Dipakai bila terjadi keterlambatan atau permintaan agar pekerjaan

diselesaikan lebih cepat dari waktu yang telah direncanakan. Hal tersebut

memerlukan kesepakatan dengan pekerja dengan upah yang diterima

(Dipohusodo, 1996).

2. Disiplin kerja

Disiplin kerja berkaitan dengan masalah ketidakhadiran ataupun

ketidakseriusan dalam menyelesaikan pekerjaan.

3. Pelatihan

26
Universitas Sumatera Utara
Pelatihan adalah memperoleh pengetahuan tentang pokok persoalan serta

proses pembelajaran yang mendorong timbulnya tindakan perbaikan

dalam pekerjaan (Lynton,1984). Tujuannya adalah meningkatkan

produktivitas dan kualitas dengan melakukan perencanaan sumber daya

manusia di masa yang akan datang (Sikula,1981). Dan sasarannya adalah

pekerjaan diharapkan berlangsung lebih cepat dan baik, biaya produksi

menurun, angka kecelakaan lebih kecil, penghematan bahan, penggunaan

alat yang lebih tahan lama, dan tanggung jawab tenaga kerja lebih besar.

4. Motivasi

Motivasi adalah dorongan yang diinginkan seseorang untuk melakukan

tindakan guna memenuhi kebutuhannya (Luthanks, 1995).

Menurut Manuaba (1992) peningkatan produktivitas dapat dicapai

dengan menekan sekecil-kecilnya segala macam biaya termasuk dalam

memanfaatkan sumber daya manusia (do the right thing) dan meningkatkan

keluaran sebesar-besarnya (do the thing right).

2.4 Kerja Lembur (Overtime)

Pembangunan saat ini umumnya membutuhkan waktu pelaksanaan yang

cepat. Waktu pelaksanaan yang cepat ini antara lain mempunyai tujuan untuk

mengejar target pelaksanaan proyek sesuai dengan kontrak kerja atau atas

permintaan dari pemilik (owner) proyek atau karena suatu alasan tertentu. Untuk

mengimbangi hal ini biasanya di lakukan kerja lembur.

27
Universitas Sumatera Utara
Pekerjaan kerja lembur harus diimbangi dengan kesiapan faktor-faktor

penunjangnya antara lain berupa tenaga kerja, material dan alat kerja yang sesuai

dengan kebutuhan pekerjaan tersebut.

Berikut ini adalah pengertian kerja lembur menurut Thomas (2002) dan

Lestari (2009) yaitu, antara lain :

1. Menurut Thomas (2002), pengertian kerja lembur adalah jadwal kerja

yang melebihi 40 jam kerja per minggu atau kerja yang dilakukan untuk

menyelesaikan pekerjaan yang tidak mungkin diselesaikan dalam hari

kerja normal.

2. Menurut Lestari (2009), overtime atau jam lembur merupakan waktu

bekerja per minggu yang melebihi standar jam kerja di suatu daerah

tertentu.

Di Indonesia, ketentuan kerja lembur diatur oleh Menteri Tenaga Kerja

dengan dikeluarkannya SK Menteri Tenaga Kerja Kepmenakertrans No.

KEP.102/MEN/IV/2004, yang menyebutkan bahwa waktu kerja lembur dapat

dilaksanakan paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas)

jam dalam 1 (satu) minggu dan tidak berlaku apabila lembur dilakukan pada hari

istirahat mingguan dan hari libur resmi.

Pengertian waktu kerja lembur mengacu pada Pasal 1 Kep

102/MEN/VI/2004, adalah :

1. Waktu kerja yang melebihi 7 jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam

seminggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu.

2. Waktu kerja 8 jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu untuk 5 hari

kerja dalam 1 minggu.

28
Universitas Sumatera Utara
3. Waktu kerja pada hari istirahat mingguan dan atau pada hari libur resmi

yang ditetapkan pemerintah.

Namun tidak berlaku bagi pekerja yang termasuk golongan jabatan

tertentu yaitu tidak berhak atas upah kerja lembur alasannya karena pekerja

tersebut mendapatkan upah yang tinggi. Pekerja yang termasuk golongan jabatan

tertentu tersebut memiliki tanggung jawab sebagai pemikir, perencana, pelaksana

dan pengendali jalannya perusahaan dimana waktu kerjanya tidak dapat dibatasi

menurut waktu kerja yang ditetapkan perusahaan sesuai dengan peraturan undang-

undang yang berlaku.

Pemerintah memberikan batasan maksimal bagi perusahaan dalam

menginstruksikan karyawan dalam melakukan kerja lembur, batasan ini yaitu ;

1. Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam

dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu.

2. Ketentuan waktu kerja lembur sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak

termasuk kerja lembur yang dilakukan pada waktu istirahat mingguan atau

hari libur resmi.

Syarat melakukan kerja lembur antara lain :

1. Ada perintah tertulis,

2. Pekerja setuju untuk melaksanakan kerja lembur,

3. Adanya rincian pelaksanaan kerja lembur,

4. Adanya bukti tanda tangan kedua belah pihak.

Perusahaan yang mempekerjakan pekerja atau buruh selama waktu kerja

lembur berkewajiban :

29
Universitas Sumatera Utara
1. Membayar upah kerja lembur, memberi kesempatan untuk istirahat

secukupnya, memberikan makanan dan minuman sekurang-kurangnya

1.400 kalori apabila kerja lembur dilakukan selama 3 (tiga) jam atau lebih.

2. Pemberian makanan dan minuman sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

tidak boleh diganti dengan uang.

2.4.1 Pokok-Pokok Peraturan Lembur (Overtime)

Pekerja merupakan bagian dari sebuah perusahaan atau badan usaha yang

melaksanakan proses produksinya, baik dalam bidang kerjanya. Seringkali

sebagai seorang pekerja, aturan adalah hal yang mendasar yang wajib kita tahu

sebagai acuan kita untuk dapat melaksanakan kewajiban dan hak secara

maksimal. Pada pekerjaan proyek konstruksi, pemegang peran penting dalam

menegakkan aturan bukanlah pada pimpinan (owner), tetapi pada bagaimana

management secara keseluruhan bisa menjadikan aturan sebagai alat kontrol

segala aspek perusahaan.

Salah satu peraturan yang harus dijelaskan dan dimengerti baik oleh

management dan karyawan adalah Peraturan Lembur / Overtime salah satunya.

Banyak masalah yang muncul karena masalah lembur, perhitungan, dasar hukum,

aplikasi penerapan yang semuanya akan berimbas kepada besarnya gaji.

Dasar hukum yang mengatur tentang kerja lembur (overtime) :

1. UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

2. Kepmenakertrans No. KEP.102/MEN/IV/2004 Tentang Waktu Kerja

Lembur dan Upah Kerja Lembur

30
Universitas Sumatera Utara
Menurut UU No 13. Tahun 2003, pokok-pokok kerja lembur adalah :

1. Waktu kerja yang ditetapkan oleh Pemerintah adalah (Pasal 77) :

a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu)

minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu. Dalam

kalkulasi ini, karena dalam 1 (satu) minggu adalah 40 jam maka 5

(lima) hari adalah dengan jam kerja 7 jam, sedangkan ada 1 (satu)

hari dengan jam kerja hanya 5 jam.

b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu)

minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu

2. Waktu kerja tersebut tidak termasuk waktu istirahat selama 1 (satu) jam.

(Pasal 79)

3. Sehingga apabila ada karyawan yang bekerja melebihi jam kerja tersebut

diatas maka pengusaha wajib membayar upah lembur.

4. Ketentuan waktu kerja pada point 1, tidak berlaku pada sektor usaha

tertentu yang diatur dengan Keputusan Menteri. Keputusan yang dimaksud

adalah Permenakertrans No. PER-15/MEN/VII/2005 untuk Sektor

Pertambangan Umum dan Kepmenakertrans No. KEP.234/MEN/2003

untuk Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral (Pasal 77)

5. Pekerja/buruh tidak wajib bekerja pada hari-hari libur resmi (Pasal 85)

6. Pengusaha dapat mempekerjakan pekerja/buruh untuk bekerja pada hari-

hari libur resmi apabila jenis dan sifat pekerjaan tersebut harus

dilaksanakan atau dijalankan secara terus menerus atau pada keadaan lain

berdasarkan kesepakatan antara pekerja/buruh dengan pengusaha. (Pasal

85)

31
Universitas Sumatera Utara
7. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh yang melakukan pekerjaan

pada hari libur resmi wajib membayar upah kerja lembur.

8. Pekerja/buruh dapat melakukan tuntutan pembayaran upah dan segala

pembayaran yang timbul dari hubungan kerja kepada pengusaha dari

adanya perselisihan perhitungan dihitung mundur selama 2 (dua) tahun

kebelakang. (Pasal 96)

Menurut Kepmenakertrans No. KEP.102/MEN/IV/2004, pokok-pokok

kerja lembur adalah :

1. Pengaturan waktu kerja lembur berlaku untuk semua perusahaan, kecuali

sektor usaha tertentu yang diatur dengan Keputusan Menteri

2. Waktu kerja lembur dapat dilaksanakan paling banyak 3 (tiga) jam dalam

1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu dan tidak

berlaku apabila lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan hari

libur resmi

3. Pengusaha yang mempekerjakan karyawan melebihi waktu kerja, wajib

membayar lembur

4. Karyawan yang masuk dalam golongan jabatan tertentu tidak berhak atas

upah lembur meskipun melakukan kerja lembur, hanya saja golongan

jabatan tersebut memiliki penghasilan yang lebih tinggi. Golongan jabatan

tersebut adalah mereka yang memiliki tanggung jawab sebagai pemikir,

perencana, pelaksana dan pengendali jalannya perusahaan yang waktu

kerjanya tidak dapat dibatasi.

5. Lembur dapat dilakukan dengan syarat :

a. Ada perintah tertulis dari pengusaha

32
Universitas Sumatera Utara
b. Ada persetujuan tertulis dari pekerja

6. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja kerja lembur wajib :

a. Membayar upah lembur

b. Memberi kesempatan untuk beristirahat secukupnya

c. Memberikan makanan dan minuman sekurang-kurangnya 1.400

kalori apabila kerja lembur dilakukan selama 3 (tiga) jam atau

lebih dan tidak dapat diganti dengan uang

7. Perhitungan uang lembur adalah dari upah satu bulan.

8. Upah satu jam lembur dihitung dengan rumus upah satu bulan dibagi 173

Berdasarkan Pasal 77 ayat 1 UU No.13 Tahun 2003 serta Keputusan

Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. 233, ketentuan waktu kerja selama

40 jam/minggu tidak berlaku bagi jenis dan sifat pekerjaan yang dijalankan secara

terus menerus. Jenis-jenis pekerjaan yang diatur dalam payung hukum tersebut

diantaranya :

1. Pekerjaan di bidang pelayanan jasa kesehatan

2. Pekerjaan di bidang pelayanan jasa transportasi

3. Pekerjaan di bidang jasa perbaikan alat transportasi

4. Pekerjaan di bidang usaha pariwisata

5. Pekerjaan di bidang jasa pos dan telekomunikasi

6. Pekerjaan di bidang penyediaan tenaga listrik, jaringan pelayanan air

bersih (PAM), dan penyediaan bahan bakar minyak dan gas bumi

7. Pekerjaan di usaha swalayan, pusat perbelanjaan, dan sejenisnya

8. Pekerjaan di bidang media massa

9. Pekerjaan di bidang pengamanan

33
Universitas Sumatera Utara
10. Pekerjaan di lembaga konservasi

11. Pekerjaan-pekerjaan yang apabila dihentikan akan mengganggu proses

produksi, merusak bahan, dan termasuk pemeliharaan/perbaikan alat

produksi.

2.4.2 Faktor-Faktor Kerja Lembur (Overtime)

Kerja lembur dapat terjadi atas permintaan pemilik atau dari pihak

kontraktor, tergantung dari situasi dan kondisi dimana proyek itu berada.

Faktor-faktor yang menyebabkan kerja lembur atas permintaan pemilik

(owner), antara lain :

1. Untuk mengejar target penjualan atau produksi dari bangunan tersebut,

2. Adanya perubahan pekerjaan,

3. Untuk tujuan tertentu oleh pejabat yang berwenang,

4. Adanya waktu yang terbatas,

5. Adanya pemendekkan durasi aktivitas atau percepatan pekerjaan,

6. Adanya bencana alam (banjir, gempa, dan lainnya),

7. Adanya pergantian musim (penghujan/kemarau).

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kerja lembur yang berasal

dari kontraktor, antara lain :

1. Mendekati waktu penyelesaian,

2. Keterlambatan dari jadwal rencana,

3. Mengejar prestasi pekerjaan,

4. Adanya keterbatasan sumber daya (tenaga, material dan peralatan),

5. Adanya pergantian musim (penghujan/kemarau),

34
Universitas Sumatera Utara
6. Adanya kesalahan pelaksanaan.

2.4.3 Perhitungan Upah Kerja Lembur (Overtime)

Upah Kerja Lembur adalah upah yang diterima pekerja atas pekerjaannya

sesuai dengan jumlah waktu kerja lembur. Lembur sendiri berarti jam kerja diluar

dari jam kerja standard yang sudah ditetapkan dan diluar batas normalnya yaitu

40 jam/minggu.

Ketentuan tentang waktu kerja lembur dan upah kerja lembur diatur

dalam Undang –Undang no.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 78 ayat

(2), (4), pasal 85 dan lebih lengkapnya diatur dalam Kepmenakertrans

no.102/MEN/VI/2004 mengenai waktu dan upah kerja lembur. Perhitungan upah

kerja lembur didasarkan pada upah bulanan dengan cara menghitung upah sejam

adalah 1/173 upah sebulan.

Deskripsi Nilai Unit

Jumlah jam kerja dalam 1 minggu 40 Jam

Jumlah minggu dalam 1 tahun 52 Minggu

Jumlah bulan dalam 1 tahun 12 Bulan

Jumlah minggu dalam 1 bulan 52 ÷ 12 = Minggu

Jumlah jam kerja dalam 1 bulan 40 × = Jam

Jumlah Upah dalam 1 jam × upah sebulan Rupiah

35
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Perhitungan Upah Kerja Lembur

Pasal 11 KEP.102/MEN/VI/2004, menyatakan :

1. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari kerja maka upah lembur jam

kerja pertama dibayar 1.5 x upah sejam, untuk setiap jam kerja lembur

berikutnya dibayar sebesar 2 x upah sejam

2. Bila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan atau hari

libur resmi untuk waktu 6 hari kerja dan 40 jam seminggu maka upah

lembur untuk 7 jam kerja pertama dibayar 2x upah sejam dan jam ke 8

dibayar 3x upah sejam dan jam ke 9 dan ke 10 dibayar 4x upah sejam.

Kalau hari libur resmi jatuh pada kerja terpendek maka upah lembur 5 jam

pertama dibayar 2x upah sejam dan jam ke 6 dibayar 3x upah sejam dan

upah lembur ke 7 dan ke 8 dibayar 4 x upah sejam

3. Bila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan/atau hari

libur resmi untuk waktu kerja 5 hari kerja dan 40 jam seminggu maka

perhitungan upah kerja lembur untuk 8 jam kerja pertama dibayar 2x upah

sejam, jam kerja ke 9 dibayar 3x upah sejam dan jam kerja ke 10 dan ke

11 dibayar 4x upah sejam.

Dasar perhitungan upah kerja lembur merupakan upah pokok ditambah

tunjangan tetap. Tetapi jika komponen upah keseluruhan terdiri dari upah pokok,

tunjangan tetap, dan tunjangan tidak tetap dimana upah pokok ditambah tunjangan

tetap kurang dari 75% maka dasar perhitungan upah lembur adalah 75% dari

jumlah secara keseluruhan.

Berdasarkan ketentuan yang tertuang dalam Kepmenakertrans No.

102/MEN/VI/2004, rumus perhitungan upah kerja lembur adalah sebagai berikut :

36
Universitas Sumatera Utara
a. Jika lembur pada hari kerja (Senin-Jumat)

Jam Lembur Rumus Keterangan

Upah sebulan adalah 100%

Jam Pertama 1,5 × × upah upah bila upah yang berlau di

perusahaan terdiri dari upah


sebulan
pokok dan tunjangan tetap

Atau 75% upah bila upah

yang berlaku di perusahaan

terdiri dari upah pokok,

Jam Ke- 2 & 3 2× × upah sebulan tunjangan tetap, dan

tunjangan tidak tetap. Dengan

ketentuan upah sebulan tidak

boleh lebih rendah dari upah

minimum

Tabel 2.2 Perhitungan Upah Kerja Lembur pada Hari Kerja

b. Jika lembur pada hari libur/istirahat

Jam Lembur Ketentuan Upah Lembur Rumus

7 jam pertama 2 kali upah / jam 7 jam × 2 × ×

upah sebulan

Jam ke-8 3 kali upah / jam 1 jam × 3 × ×

upah sebulan

37
Universitas Sumatera Utara
Jam ke-9 s/d Jam ke-10 4 kali upah / jam 1 jam × 4 × ×

upah sebulan

Tabel 2.3 Perhitungan Upah Kerja Lembur pada Hari Libur

Dalam struktur upah tercakup didalamnya tunjangan-tunjangan.

Tunjangan merupakan pembayaran yang berkaitan dengan pekerjaan yang

diberikan oleh pengusaha kepada pekerja. Dibedakan menjadi dua jenis, yaitu

tunjangan tetap dan tunjangan tidak tetap.

Tunjangan tetap adalah pembayaran yang berkaitan dengan pekerjaan

yang diberikan secara tetap untuk pekerja dan keluarganya serta dibayarkan dalam

satuan waktu yang sama dengan pembayaran upah pokok tanpa dikaitkan dengan

tingkat kehadiran atau kinerja. Contoh tunjangan tetap adalah tunjangan keluarga,

tunjangan jabatan,tunjangan masa kerja.

Tunjangan tidak tetap adalah pembayaran yang berkaitan dengan

pekerjaan yang diberikan secara tidak tetap dan dikaitkan dengan kehadiran atau

kinerja. Contoh tunjangan tidak tetap adalah tunjangan transportasi, tunjangan

kehadiran, tunjangan makan, tunjangan shift, tunjangan premi, dll.

Tidak ada regulasi yang memberikan panduan baku mengenai tunjangan

ini, umumnya hal ini diselesaikan melalui kesepakatan antara pengusaha dan

karyawan.

38
Universitas Sumatera Utara
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Umum

Agar proses pengerjaan Tugas Akhir ini dapat berjalan dengan baik dan efektif

maka dibutuhkanlah suatu metodologi. Bab ini membahas tentang metodologi

penelitian yang digunakan, yang meliputi kerangka penelitian, proses

penelitian, variabel penelitian, instrumen penelitian, proses pengumpulan data,

serta metode analisisnya.

3.2 Tempat Penelitian

Obyek yang digunakan untuk studi kasus penelitian ini adalah Proyek

Pembangunan Rusunami Medan, dan berikut adalah data umum proyek tersebut :

a. Nama proyek : Pembangunan Rusunami Medan

b. Lokasi Proyek : Sukaramai, Medan, Sumatera Utara

c. Pemilik Proyek : PT. A

d. Konsultan Perencana :

 Struktur : PT. B

 Arsitektur : PT. C

 MEP : PT. B

e. Kontraktor Pelaksana : PT. D

f. Waktu Pelaksanaan : 420 Hari kalender (22 Maret 2017 – 15 Mei 2018)

g. Luas Lantai : 84.047,1 m2

39
Universitas Sumatera Utara
3.3 Jenis Data Penelitian

Data pada penelitian ini didapatkan secara langsung dari subjek penelitian.

Data diperoleh melalui observasi dan wawancara langsung dengan sampel

penelitian, yaitu tenaga kerja konstruksi dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Penelitian dilakukan di proyek Pembangunan Rusunami Medan.

b. Obyek yang akan diteliti adalah pekerja.

c. Jumlah pekerja yang diamati sebanyak 5 orang.

Berikut adalah 2 jenis data penelitian yang digunakan :

1. Data Primer

Data Primer meliputi informasi yang diperoleh langsung dari lapangan

berupa wawancara dan data dari pengamatan secara langsung dilapangan.

2. Data Sekunder

Data Sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak kontraktor yaitu

berupa project schedule, kurva S, daftar upah dan laporan mingguan.

3.4 Tata Urutan dan Langkah Kerja

Tata urutan dan langkah kerja dalam penyusunan tugas akhir ini adalah :

a. Menentukan data yang diperlukan.

b. Studi literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.

c. Pengolahan data dengan melakukan perhitungan produktivitas dan

kenaikan upah pekerja.

d. Analisa perbandingan aspek yang dibahas.

e. Kesimpulan dan saran berdasarkan hasil pembahasan.

40
Universitas Sumatera Utara
3.5 Tahapan Penelitian

Tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan diwujudkan dalam bentuk bagan alur

pada halaman berikutnya.

41
Universitas Sumatera Utara
Pengaruh Kerja Lembur ( Overtime )
Terhadap Produktivitas Kerja Konstruksi
Pada Rumah Susun Sukaramai

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Data Sekunder :
Data Primer : 1.Data Proyek :
1.Dokumentasi
- Project Schedule
2.Wawancara
- Laporan
Mingguan
2. Data upah

Analisa / Perhitungan
- Produktivitas kerja normal
dan kerja lembur

Pengaruh penurunan produktivitas pada kerja lembur


terhadap biaya kenaikan upah tenaga kerja

Kesimpulan dan Saran

42
Universitas Sumatera Utara
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan analisis dan intepretasi hasil berdasarkan data

yang diperoleh. Pembahasan akan diawali dengan mendeskripsikan data

penelitian, hasil utama, dan hasil tambahan yang turut memperkaya hasil

penelitian.

Penelitian dilakukan di lokasi proyek pembangunan Rusunawa Medan

yang terletak di Medan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap

tenaga pengecoran pada minggu ke-46 (29 Januari 2018 – 04 Februari 2018)

dimana terdapat 57 pekerja.

Penelitian difokuskan pada hasil output pengecoran dengan perbandingan

produktivitas pada jam kerja normal (08.00 - 16.00) dan pada jam kerja lembur

(16.00 - 24.00), serta kenaikan upah pekerja yang terjadi selama diterapkannya

kerja lembur (overtime).

4.2 Analisa Data

Setelah mendapat data dari proyek, maka tahap berikutnya yang dilakukan berupa

pengolahan data. Data akan dihitung menggunakan rumus perhitungan

produktivitas parsial, kemudian penurunan produktivitas pada jam kerja lembur

akan dibandingkan dengan kenaikan upah tenaga kerja yang terjadi.

4.2.1 Perhitungan Produktivitas

a. Produktivitas pada jam kerja normal (08.00 - 16.00)

 Hari Senin (29 Januari 2018)

43
Universitas Sumatera Utara

 Hari Selasa (30 Januari 2018)

 Hari Rabu (31 Januari 2018)

 Hari Kamis (01 Februari 2018)

 Hari Jumat (02 Februari 2018)

44
Universitas Sumatera Utara

 Hari Sabtu (03 Februari 2018)

 Hari Minggu (04 Februari 2018)

b. Produktivitas pada jam kerja lembur (16.00 - 24.00)

 Hari Senin (29 Januari 2018)

 Hari Selasa (30 Januari 2018)

45
Universitas Sumatera Utara

 Hari Rabu (31 Januari 2018)

 Hari Kamis (01 Februari 2018)

 Hari Jumat (02 Februari 2018)

 Hari Sabtu (03 Februari 2018)

46
Universitas Sumatera Utara

 Hari Minggu (04 Februari 2018)

Rekapitulasi data perhitungan produktivitas :

Hari Jumlah Pekerja Kerja Normal ( ⁄ ) Kerja Lembur ( ⁄ )

Senin 57 15,56875 15,42

Selasa 57 7,80125 7,65

Rabu 57 5,72 5,635

Kamis 57 0,765 0,73

Jumat 57 12,0975 11,76

Sabtu 57 2,8175 2,76375

Minggu 57 10,71 10,65625

Tabel 4.1 Rekapitulasi Data Perhitungan Produktivitas

47
Universitas Sumatera Utara
Rata-rata produktivitas kerja normal :

Rata-rata produktivitas kerja lembur :

Diagram perbandingan produktivitas kerja normal dan kerja lembur :

18
16
14
PRODUKTIVITAS

12
10
8
6
4
2
0
senin selasa rabu kamis jumat sabtu minggu
HARI

Kerja Normal Kerja Lembur

4.2.2 Perhitungan Penurunan Produktivitas

Berikut adalah perhitungan penurunan produktivitas setiap harinya pada minggu

ke-46 (29 Januari 2018 – 04 Februari 2018) :

 Hari Senin (29 Januari 2018)

48
Universitas Sumatera Utara
 Hari Selasa (30 Januari 2018)

 Hari Rabu ( 31 Januari 2018)

 Hari Kamis (01 Februari 2018)

 Hari Jumat (02 Februari 2018)

 Hari Sabtu (03 Februari 2018)

 Hari Minggu (04 Februari 2018)

49
Universitas Sumatera Utara
Rata-rata penurunan produktivitas :

4.2.3 Perhitungan Kenaikan Upah

Upah kerja normal = ⁄

Upah kerja lembur = ⁄

Kenaikan upah setiap harinya :

 Hari Senin (29 Januari 2018)

 Hari Selasa (30 Januari 2018)

 Hari Rabu ( 31 Januari 2018)

 Hari Kamis (01 Februari 2018)

 Hari Jumat (02 Februari 2018)

50
Universitas Sumatera Utara
 Hari Sabtu (03 Februari 2018)

 Hari Minggu (04 Februari 2018)

Total upah kerja lembur pada minggu ke-46 (29 Januari 2018 – 04 Februari 2018)

Persentase kenaikan upah tenaga kerja :

51
Universitas Sumatera Utara
Diagram kenaikan upah tenaga kerja :

Kenaikan Upah
300000

250000

200000
UPAH (RP)

150000

100000

50000

0
senin selasa rabu kamis jumat sabtu minggu
HARI

Upah Kerja Normal Upah Kerja Lembur

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil perhitungan produktivitas kerja normal dan kerja lembur menunjukkan

adanya penurunan produktivitas kerja yang terjadi. Hasil ini membuktikan bahwa

hasil yang didapatkan berbanding lurus dengan teori yang ada. Hasil perhitungan

didapatkan terjadi penurunan produktivitas rata-rata sebesar . Hal

tersebut ditunjukkan lebih jelas pada diagram diatas. Terlihat terdapat penurunan

produktivitas setiap harinya jika dibandingkan antara kerja normal dengan kerja

lembur. Penurunan produktivitas kerja lembur juga berdampak pada terjadinya

kenaikan upah. Dari hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa terjadi kenaikan

upah yang sangat signifikan, yaitu sebesar . Berdasarkan pengamatan

lapangan yang dilakukan peneliti diketahui para pekerja sangat rapi dalam

mengerjakan pekerjaan mereka masing-masing. Mereka jarang ditemukan

bersenda gurau ataupun dalam kondisi tidak serius lainnya. Kondisi lapangan

yang juga tidak berantakan, selain itu juga tersedia tempat istirahat didalam lokasi

proyek, seperti tenda-tenda khusus yang disediakan untuk istirahat sambil

52
Universitas Sumatera Utara
merokok, dan hampir jarang ditemukan sampah berserakan didalam lapangan.

Pekerja juga diawasi oleh mandor yang bertugas diarea masing-masing, serta

dilengkapi dengan APD sesuai dengan pekerjaan masing-masing. Tidak ada

pekerja yang tidak memakai helm didalam lapangan, dan mereka selalu memakai

helm sesuai dengan pekerjaan dan tugas masing-masing. Terdapat pula rambu-

rambu kerja disetiap sudut lapangan, marka-marka bahaya, sampai peta jalur

evakuasi. Tersedia juga papan peraturan yang berisikan peraturan serta sanksi

yang diberikan oleh pihak kontraktor untuk dipatuhi dan dilaksanakan oleh setiap

pekerja maupun mandor yang bertugas di lapangan.

53
Universitas Sumatera Utara
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Produktivitas kerja normal pada proyek Rumah Susun Sukaramai adalah

sebesar .

2. Produktivitas kerja lembur pada proyek Rumah Susun Sukaramai adalah

sebesar .

3. Penurunan produktivitas pada kerja lembur berpengaruh terhadap biaya

kenaikan upah tenaga kerja.

4. Kenaikan upah tenaga kerja adalah sebesar 128,57%.

5.2 Saran

1. Sebaiknya pengawasan oleh pihak kontraktor lebih ditingkatkan untuk

lebih meningkatkan produktivitas tenaga kerja khususnya pada jam kerja

lembur.

2. Penerapan kerja lembur di lapangan perlu pengawasan yang ketat guna

mencegah kecelakaan di tempat proyek, yang dapat merugikan semua

pihak ; baik pihak owner, pihak kontraktor maupun bagi pihak pekerja.

3. Pihak kontraktor perlu mempertimbangkan dasar hukum yang mengatur

tentang kerja lembur (overtime), seperti UU No 13 Tahun 2003 tentang

54
Universitas Sumatera Utara
Ketenagakerjaan dan Kepmenakertrans No. KEP.102/MEN/IV/2004

tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur.

55
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2004. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik


Indonesia Nomor 102/MEN/VI/2004 Tentang “Waktu Kerja Lembur Dan Upah
Kerja Lembur”.

Dipohusodo, I. 1996. Manajemen Proyek dan Kontruksi Jilid 2. Yogyakarta :


Kanisius.

Ervianto, Wulfram I. 2002. Manajemen Proyek Kontruksi Edisi Pertama.


Yogyakarta : Andi.

Herjanto, Eddy. 2003. Manajemen Operasi. Jakarta : Grasindo.

Husen, Andrianto. 2011. Manajemen Proyek Edisi I Revisi. Yogyakarta : Andi


Offset.

Nurhadi, A. 2015. Perbandingan Produktivitas Tenaga Kerja Konstruksi pada


Jam Kerja Reguler dan Jam Kerja Lembur pada Pembangunan Gedung
Bertingkat di Surabaya.

Nurhayati. 1997. Manajemen Proyek. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Sinungan, M. 2003. Produktivitas Apa dan Bagaimana. Jakarta : Bumi Aksara.

Soeharto, I. 1999. Manajemen Proyek : Dari Konseptual Sampai Operasional.


Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Sumarningsih, T. Juli 2014. Pengaruh Kerja Lembur pada Produktivitas Tenaga


Kerja Konstruksi. Jurnal MKTS Vol.20 no.1.

Tamamengka, J. April 2016. Analisis Tenaga Kerja Terhadap Produktivitas


Pada Proyek Konstruksi (Studi Kasus : Rehabilitasi dan Perluasan Rumah Dinas
Rektor UNSRAT).

56

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai