Anda di halaman 1dari 33

64

PERANCANGAN LENTUR
PADA BALOK
Balok merupakan elemen struktur yang menanggung beban layan dalam arah

transversal yang menyebabkan terjadinya momen lentur dan gaya geser di sepanjang
bentangnya. Pada bagian ini akan dibahas lebih lanjut tentang tata cara analisis
kapasitas lentur dan perencanaan tulangan lentur pada elemen balok.
A. Asumsi-Asumsi dalam Perhitungan
Perhitungan kekuatan lentur penampang beton bertulang menggunakan asumsiasumsi dasar sebagai berikut:
1) Bentuk penampang melintang tetap berupa bidang datar, baik sebelum maupun

sesudah terjadi lenturan. Hal ini berarti berlakunya hukum Bernoulli dimana
besarnya tegangan yang terjadi di setiap titik pada penampang balok sebanding
dengan jarak titik tinjau terhadap garis netral, dengan anggapan adanya kesatuan
antara beton dengan baja tulangan secara monolit dan tidak terjadi slip.
2) Diagram hubungan tegangan-regangan baja tulangan telah diketahui secara pasti

melalui hasil uji tarik baja yang valid. Pada umumnya perilaku baja tulangan
yang diperhitungkan hanya sampai saat dicapainya tegangan leleh, hal ini
dikarenakan setelah fase leleh baja akan mengalami strain hardening, dimana
peningkatan tegangan disertai dengan terjadinya deformasi yang sangat besar.
3) Perilaku material beton yang sesungguhnya saat menerima tegangan tekan dapat

diketahui secara nyata baik dalam hal besaran maupun distribusinya, yang dapat
digambarkan dalam bentuk diagram tegangan-regangan beton dengan mengacu
hasil-hasil penelitian yang telah diakui secara luas.
4) Beton hanya efektif menahan tegangan tekan, sehingga kekuatan beton tidak

diperhitungkan pada bagian penampang yang menerima tegangan tarik.


5) Regangan maksimum yang dapat dimanfaatkan pada serat tekan beton terjauh

harus diambil sama dengan 0,003.

65

6) Tegangan pada tulangan yang nilainya lebih kecil daripada kuat leleh f y harus

diambil sebesar Es dikalikan regangan baja. Untuk regangan yang nilainya lebih
besar dari regangan leleh yang berhubungan dengan f y , tegangan pada tulangan
harus diambil sama dengan f y .
7) Hubungan antara distribusi tegangan tekan beton dan regangan beton boleh

diasumsikan berbentuk persegi, dan dapat dipenuhi oleh suatu distribusi tegangan
beton persegi ekuivalen yang ditunjukkan pada Gambar 4-1 dan didefinisikan
sebagai berikut:
a) Tegangan beton sebesar 0,85fc' diasumsikan terdistribusi secara merata pada

daerah tekan ekuivalen yang dibatasi oleh tepi penampang dan suatu garis
lurus yang sejajar dengan sumbu netral sejarak a = 1c

dari serat dengan

regangan tekan maksimum.


b) Jarak c dari serat dengan regangan maksimum ke sumbu netral harus diukur

dalam arah tegak lurus terhadap sumbu tersebut.


c) Faktor 1 harus diambil sebesar 0,85 untuk beton dengan nilai kuat tekan

karakteristik fc' lebih kecil daripada atau sama dengan 30 MPa. Untuk beton
dengan nilai kuat tekan di atas 30 MPa, 1 harus direduksi sebesar 0,05 untuk
setiap kelebihan 7 MPa di atas 30 MPa, tetapi 1 tidak boleh diambil kurang
dari 0,65.
C

0,85.fc

c
h

z = d a

T= As.fy

Gambar 4-1 Distribusi Tegangan dan Regangan Balok Persegi


Bertulangan Tunggal

66

B. Balok Tulangan Tunggal


Suatu balok dinyatakan bertulangan tunggal jika pada penampang beton
bertulang tersebut hanya diperhitungkan terpasang baja tulangan pada satu sisi saja,
yaitu pada bagian serat yang menerima gaya tarik.
1. Keadaan regangan seimbang
Suatu keadaan yang sangat menentukan dalam analisis dan perencanaan beton
bertulang dengan metode kekuatan dan kemampuan layan adalah keadaan regangan
berimbang (balance).
0,85.fc

C
cb
h

Asb

ab

Cb

S=Y

Tb= Asb.fy

b
Gambar 4-2 Tegangan dan Regangan Kondisi Berimbang
Dalam kondisi berimbang serat tekan ekstrim pada beton dan serat tarik pada
baja tulangan secara bersamaan mencapai regangan maksimum (cu pada beton dan

y pada baja tulangan) sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 4-2. Untuk keadaan
berimbang, secara geometris dapat diperoleh:
cb
cu
=
=
d
cu + y

0,003
fy
0,003 +
Es

600
600 + fy

(4-1)

dimana Es = 200.000MPa dan cu = 0,003


Gaya-gaya dalam penampang yang bekerja ke arah horisontal dapat dihitung
menurut Persamaan (4-2) dan (4-3):
Cb = 0,85.f ' c.ab .b = 0,85.f ' c.1.cb .b

(4-2)

Tb = Asb .fy = b .b.d .fy

(4-3)

dimana

67

b =

Asb
b.d

(4-4)

Dengan

mempertimbangkan

prinsip

keseimbangan

Cb=Tb

dan

mensubstitusikan Persamaan (4-1) ke dalamnya, diperoleh:


0,85.f ' c 600
.1.

fy
600
+
fy

b =

(4-5)

Rasio penulangan yang dihitung menggunakan Persamaan (4-5) akan


menghasilkan beton bertulang dalam keadaan seimbang (balance).
2. Balok bertulangan lemah (Under-reinforced)
Dalam kondisi penampang terpasang baja tulangan kurang dari rasio tulangan
maksimum (0,75 kali rasio tulangan dalam keadaan seimbang), baja tulangan akan
lebih dulu mencapai tegangan leleh fy sebelum beton mencapai kekuatan
maksimumnya. Gaya tarik baja tulangan tetap sebesar As.fy meskipun besaran beban
terus bertambah. Bertambahnya beban yang bekerja menyebabkan terjadinya
perpanjangan (deformasi) palstis yang semakin besar hingga mengakibatkan retak
akibat lentur pada serat beton yang terkena tarik dan bertambahnya regangan secara
non-linear pada beton yang menerima gaya tekan hingga berakibat terjadinya
keruntuhan tarik.
Berdasarkan asumsi-asumsi yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya,
maka dapat dihitung:
C = 0,85.f ' c.a.b

(4-6)

T = As.fy

(4-7)

dimana:
C = gaya tekan pada beton, dihitung sebagai volume blok
tekan ekuivalen pada atau dekat keadaan batas; yaitu baja tulangan tarik
telah mengalami leleh
Y = gaya tarik pada baja tulangan
Dengan memperhitungkan prinsip keseimbangan gaya dalam arah horisontal,
C=T, maka:
0,85.f ' c.a.b = As.fy

sehingga:

(4-8)

68

a=

As.fy
0,85.f ' c.b

(4-9)

Tahanan momen penemapang atau kekuatan nominal (Mn) dapat dihitung dengan:

Mn = As.fy . d a

(4-10)

Untuk menjamin daktilitas beton bertulang yang menerima momen lentur sekaligus
memperhitungkan terjadinya tegangan-tegangan yang diakibatkan susut, rangkak dan
pengaruh suhu, maka SNI 03-2847-2002 mensyaratkan penggunaan tulangan tarik
dengan rasio penulangan minimal;
min =

f 'c
4.fy

(4-11)

dan tidak boleh lebih kecil dari:


min =

1,4
fy

(4-12)

3. Balok bertulangan kuat (Over-reinforced)


Dalam kondisi penampang terpasang luasan baja tulangan melebihi batas
luasan tulangan maksimum (0,75 kali luas tulangan dalam kondisi seimbang), akan
berakibat beton mencapai regangan maksimum (0,003) lebih dahulu sementara baja
tulangan belum mencapai tegangan leleh (fs<fy), sehingga dengan analisis geometri
pada diagram regangan dapat diperoleh:
s
0,003

d c
c

s = 0,003

d c
c

(4-13)

sehingga tegangan pada baja tulangan tarik dapat dihitung:


fs = s .Es = 0,003

d c
Es
c

(4-14)

dengan mensubstitusikan nilai a = 1.c , maka:


fs = s .Es = 0,003

1.d a
a

(4-15)

Es

Dengan menerapkan prinsip keseimbangan horisontal maka C=T;


0,85.f ' c.a.b = As.fs = 0,003

1.d a
a

Es .As

(4-16)

dimana As = .b.d , sehingga:


0,85.f ' c 2
2

0,003.E . .a + a.d 1.d = 0


s

(4-17)

69

yang dapat diselesaikan dengan formula akar kuadrat abc, dan selanjutnya dapat
digunakan untuk menghitung kapasitas tampang:

Mn = 0,85.f ' c.a.b. d a

(4-18)

Harus diingat bahwa dalam kondisi tulangan kuat (over-reinforced) keruntuhan


diawali dengan rusaknya beton sehingga kegagalan struktur terjadi secara tiba-tiba.
Dalam hal perencanaan beton bertulang maka kondisi over-reinforced harus
dihindari dengan alasan keamanan, untuk balok bertulangan tunggal disyaratkan:
min max = 0,75. b
atau

(4-19)

(4-20)
Untuk perencanaan ataupun pemeriksanaan penampang, tentunya lebih disukai

Asmin As Asmax = 0,75.Asb

penggunaan formulasi yang sistematis dan sederhana dalam penyelesaiannya, yang


dapat diperoleh berdasarkan:
Persamaan (4-9) yang dibentuk berdasarkan Persamaan (4-6) dan (4-7) juga
dapat dinyatakan dalam:
fy

a =
(4-21)
.d
0,85.f ' c
dimana; = As (b.d ) , dengan memasukkan Persamaan (4-21) ke dalam Persamaan

(4-10) dapat diperoleh:


.m

Mn = .b.d 2 .fy .1

(4-22)

dimana:
m=

fy
0,85.f ' c

(4-23)

selanjutnya didefinisikan koefisien lawan Rn yang dinyatakan dalam:


Rn =

.m
Mn

2 m
=

.
fy
.
1

.
fy

. .fy

2
2
b.d 2

(4-24)

Dengan mencermati persamaan (4-24) diatas dapat disimpulkan bahwa besaran Rn


hanya tergantung dari , fy dan fc. Jika besaran b dan d yang telah diketahui, maka
dapat dihitung dengan rumus: 2 .

m
.fy .fy + Rn = 0
2

selanjutnya dengan formulasi akar kuadrat abc dapat diperoleh:

(4-26)

70

1
2.m.Rn
. 1 1
m
fy

(4.26)

Rangkaian formulasi diatas selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam analisis


balok tulangan tunggal yang ditunjukkan pada Gambar (4-3) dan perencanaan balok
persegi pada Gambar (4-7).
MULAI

Diketahui: b, d, As, fc, fy


Tentukan Es = 200.000 MPa

As
b.d

min =

1,4
fy

Tidak

Ya

min
As terlalu kecil

1 = 0,85 untuk fc 30MPa


f ' c 30
1 = 0,85 0,05

untuk 30 MPafc58 MPa


1 = 0,65, untuk fc58 MPa

0,85.f ' c 600


.1.

b =
fy
600
+
fy

0,75. b

Ya

Tidak
Penampang diperbesar

a=

As.fy
0,85.f ' c.b

Mn = As.fy . d
2

SELESAI

Gambar 4-3 Bagan Alir Analisis Balok Persegi Bertulangan Tunggal

71

C. Balok Tulangan Rangkap


Balok bertulangan rangkap adalah balok beton bertulang yang menggunakan
baja tulangan pada bagian penampang yang menerima gaya tarik maupun tekan. Ada
beberapa alasan yang mendorong penggunaan tulangan rangkap. Alasan yang paling
utama adalah aspek deformasi jangka panjang yang terjadi mengikuti fungsi waktu,
seperti halnya rangkak (creep) maupun susut (shrinkage). Keberadaan tulangan tekan
dalam kasus ini difungsikan untuk membebaskan beton dari tekanan yang
berlangsung secara terus menerus. Kemungkinan bekerjanya gaya luar yang
mengakibatkan timbulnya momen bolak-balik, misalnya saat bekerjanya gaya gempa
juga merupakan alasan penting diterapkannya tulangan rangkap pada struktur beton
bertulang.
Alasan yang lain lebih berkaitan dengan aspek arsitektural, dimana dituntut
batasan ketinggian tertentu dalam penentuan dimensi balok, hal ini membawa
konsekuensi dibutuhkannya tulangan pada bagian tekan untuk menambah kapasitas
momen. Alasan ini meskipun seringkali diterapkan di lapangan, sebenarnya dapat
mengakibatkan beberapa konsekuensi yang tidak menguntungkan berkaitan dengan
kinerja struktural.
Pertama, besarnya penambahan kapasitas penampang dengan penambahan
tulangan rangkap tidak sebanding dengan harga yang harus dibayar sesuai dengan
jumlah tulangan tekan yang harus dipasang. Kedua, aspek kelayanan yang berkaitan
dengan lendutan sangat berpotensi munculnya lendutan yang cukup besar, karena
balok dengan ketinggian yang kecil cenderung mengalami lendutan yang besar.
Ketiga, balok dengan ketinggian yang relatif lebih kecil cencerung akan
membutuhkan tulangan geser yang lebih besar sehingga dimungkinkan adanya
kesulitan dalam pemasangan tulangan geser.
Dalam analisis dan perencanaan balok tulangan rangkap diperlukan prosedur
hitungan yang berbeda dengan balok bertulangan tunggal. Pada balok bertulangan
rangkap, kekuatan nominal penampang beton bertulang dianggap sebagai akumulasi
dua momen kopel internal yang bekerja akibat adanya komponen gaya horisontal
pada baja tulangan tarik (T), gaya tekan pada blok tegangan tekan ekuivalen beton

72

(C), dan gaya tekan pada baja tulangan tekan (CS) sebagimana ditunjukkan pada
Gambar 4-4.
C
CS

d
c

As

C
z1 = d a

z2 = d d '

As

Gambar 4-4 Distribusi Tegangan dan Regangan Balok Persegi


Bertulangan Rangkap
Komponen pertama adalah momen kopel internal yang dibentuk oleh gaya
tarik (T) pada bagian tulangan tarik seluas As1 = (As As ') dan gaya tekan pada blok
diagram tegangan tekan beton ekuivalen (C) dengan panjang lengan momen
z1 = d a .
2

Komponen kedua adalah momen kopel internal yang dibentuk oleh gaya tekan
pada bagian tulangan tekan seluas As ' dan gaya tarik pada baja tulangan tarik (T)
seluas As2 = As ' = (As As1 ) , dengan panjang lengan momen z2 = d d ' .
Kapasitas nominal penampang dapat dihitung sebagai jumlah antara komponen
momen kopel pertama dan kedua, sebagaimana dinyatakan dalam formulasi berikut:
(4-27)

Mn = Mn1 + Mn2

Mn1 = (As As ').fy . d a

(4-28)

dimana:
a=

Mn

(As As').fy
(0,85.f ' c.b )
2

(4-29)

= As '. fy (d d ' )

(4-30)

sehingga kapasitas nominal penampang juga dapat dinyatakan dalam persamaan


berikut:

Mn = (As As' ).fy . d a

) + As'.fy (d d ')

(4-31)

73

atau

Mn = As1.fy . d a

) + As .fy (d d ')

(4-32)

Untuk menjamin keamanan struktur ditinjau dari aspek kekuatan maka


dipersyaratkan kapasitas momen rencana

(MR

= .Mn ) harus lebih besar dari

kombinasi terbesar momen luar yang bekerja (Mu ) , jadi:


Mu .Mn

(4-33)

Persamaan (4-31) hanya dapat diberlakukan apabila tulangan tekan (As) telah
meleleh, jika tegangan leleh belum dicapai maka balok harus dianggap sebagai
balok bertulangan tunggal, dan akan lebih tepat jika tegangan aktual (fs) pada
tulangan tekan dan menggunakan gaya aktual untuk keseimbangan momennya.
Syarat agar tulangan tekan (As) meleleh dapat diturunkan dengan bantuan
segitiga sebangun pada Gambar 4-4;
s ' =
c=

c d'
d'
.0,003 = 1 .0,003
d
c

(As As').fy = ( ').fy .d


1.(0,85.f ' c.b ) 0,85.1.f ' c

(4-34)
(4-35)

hingga dapat diperoleh:

s ' = 1

0,85.1.f ' c.d '


.0,003
( ').fy .d

(4-36)

Apabila baja tulangan tekan leleh maka dicapai suatu kondisi dimana
s ' y = fy

Es

= fy

200.000

, sehingga:

0,85.1.f ' c.d '


fy
1
.0,003
( ').fy .d
200.000

(4-37)

atau

0,85.1.f ' c.d ' fy 600

( ').fy .d
600

(4-38)

atau

( ') 0,85.1.f ' c.d ' .

fy .d

600

600

fy

(4-39)

74

Jika tulangan tekan (As) belum leleh maka tegangan aktualnya dapat dihitung
sebesar fs' = s '.Es , atau:
0,85.1.f ' c.d '
.0,003 x 200.000
fs' = 1
( ').fy .d

(4-40)

atau
0,85.1.f ' c.d '
MPa < fy
fs' = 600.1
(
)

'
.
fy
.
d

(4-41)

Nilai fs ini dapat digunakan untuk pendekatan awal terhadap kontrol regangan
untuk keadaan tulangan tekan belum leleh. Rasio penulangan dalam kondisi
regangan berimbang dapat ditulis:
_

b = b + '

fs '
fy

(4-42)

0,85.f ' c 600


1
merupakan rasio penulangan berimbang pada
fy
600
+
fy

dimana b =

balok tulangan tunggal.


Untuk menjamin perilaku daktail pada balok beton bertulang, rasio penulangan
maksimum yang diijinkan untuk balok bertulangan rangkap ditetapkan sebesar:
_

0,75. b + '

fs'
fy

(4-43)

Dalam pembahasan yang diuraikan diatas, hilangnya sebagian luasan beton


karena ditempati tulangan diabaikan karena tidak memberikan pengaruh yang
signifikan dalam perencanaan praktis beton bertulang.
Perlu dicatat apabila tulangan tekan (As) belum leleh maka tinggi blok
tegangan tekan ekuivalen harus dihitung menggunakan tegangan aktual pada
tulangan tekan yang diperoleh dari regangan tulangan tekan (S), sehingga;
a=

As.fy As '.fs '


0,85.f ' c.b

(4-44)

dengan demikian kapasitas momen nominal pada Persamaan (4-31) berubah menjadi:

Mn = (As.fy As'.fs '). d a

Untuk

) + As'.fs' (d d ')

mempermudah

pemahaman

(4-45)
tentang

langkah-langkah

dalam

melakukan analisis kekuatan lentur balok beton bertulangan rangkap sesuai dengan

75

uraian diatas, disajikan bagan alir analisis balok bertulangan rangkap pada Gambar
(4-5). Sedangkan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam perencanaan balok
persegi baik dengan tulangan tunggal maupun tulangan rangkap disajikan pada
Gambar (4-6).
MULAI
Diketahui: b, d, d,As, As, fc, fy

As
As '
; ' =
b.d
b.d

min =

1,4
fy

Ya

Tidak

min
As terlalu kecil
0,85.1.f ' c.d ' 600
.

fy
.
d
600
fy

'
Tidak

0,85.1.f ' c.d '


< fy
fs ' = 6001
(
)

'
.
fy
.
d

Ya

Tulangan tekan leleh


fs=fy

0,85.f ' c 600


.1.

fy
600
+
fy

b =

Penampang tidak kuat,


perbesar ukuran tampang

Tidak

0,75. b +

'.fs'
fy

Ya
a=

As.fy As '.fs '


0,85.f ' c.b

Mn = (As.fy As '.fs '). d a

) + As'.fs'.(d d ')
SELESAI

Gambar 4-5 Bagan Alir Analisis Balok Persegi Bertulangan Rangkap

76

MULAI

Diketahui: b, d, d, Mu, , fc, fy


Hitung:
Mn perlu = Mu

0,85.f ' c 600


.1.

fy
fy
600
+

b =

max = 0,75. b ;

min =

m=

fy
0,85.f ' c

perlu

Rn =

1,4
fy

Mn perlu

b.d 2
2.m.Rn
1

= =
1 1
m
fy

Tidak

Ya

max

Tulangan rangkap

Tulangan tunggal
> min

Tentukan agar tulangan tekan leleh


1
d ' 600
( ') max
.1. .
m
d 600 fy

Ya

Tidak

Luas tulangan perlu:


As = min .b.d

Luas tulangan perlu:


As = .b.d

Hitung:
a = ( ' ).m.d

Mn1 = ( ' ).b.d .fy . d a


Mn2 = Mn Mn1 ; ' =

Mn2
b.d .fy .(d d ' )

Pilih Tulangan

= ( ' ) + '

SELESAI

Gambar 4-6 Bagan Alir Perencanaan Balok Persegi


D. Analisis Penampang Balok dengan Flens (T dan L)
Penampang balok T dan L terutama digunakan pada daerah lapangan seperti
diperlihatkan pada gambar 4-7. Hal ini dikarenakan pada penampang yang terletak di

77

daerah lapangan flens mengalami tekan, artinya flens mempunyai pengaruh terhadap
kapasitas momen internal di daerah lapangan. Sebaliknya di daerah tumpuan, flens
mengalami tarik, dengan demikian diabaikan dalam perhitungan kekuatan
penampang.
I

II

pelat

II

g.n
g.n
Potongan I pada Tumpuan
dihitung sebagai balok persegi

Potongan I pada Lapangan


dihitung sebagai balok T

Gambar 4-7 Penampang Balok Monolit pada Pelat


Lebar bagian pelat yang diperhitungkan dapat bekerjasama dengan balok (lebar
flens) harus ditentukan berdasarkan ketentuan SNI 03-2847-2002. Lebar efektif flens
diambil dari nilai terkecil formulasi berikut:
b = bw + b1 + b2 L

dengan
b1 = 8.h1

Ln

b2 = 8.h2

Ln

untuk balok T

2
(4-46)

b = bw + b1
b1 = 6.h f
b1 = L
12
L
b1 = n
2

untuk balok L

78

Balok T adalah balok pada bagian interior sedangkan balok L terletak pada
bagian eksterior. Prinsip-prisip dasar yang digunakan dalan perhitungan balok
persegi juga berlaku untuk balok T maupun balok L. Perbedaan pokok terletak pada
perhitungan gaya tekan blok beton (C) yang tergantung dari tinggi garis netral (c),
sebagai berikut:

1. Balok T Palsu
Kasus ini dijumpai pada balok T atau L dimana garis netral berada di dalam
flens (c < hf), seperti ditunjukkan pada Gambar 4-8. Kasus ini juga berlaku jika c > hf
dan a < hf sehingga parameter desain yang diuraikan juga masih dapat digunakan.
CU

b
hf

T=As.fy
bW

S > y

Gambar 4-8 Balok T dengan c < hf


Agar kondisi c < hf dapat terjadi, maka luas tulangan tarik As harus memenuhi:
As

0,85.f ' c.b.hf


fy

(4-47)

Dalam kondisi ini dijumpai keseimbangan gaya-gaya dalam:


C =T

(4-48)

C = 0,85.f ' c.a.b

(4-49)

T = As.fy

(4-50)

sehingga diperoleh
a=

As.fy
0,85.f ' c.b

(4-51)

sedangkan kekuatan lentur nominal dapat dihitung dengan:

Mn = As.fy . d a

(4-52)

79

Jika dicermati persamaan diatas sama dengan persamaan-persamaan yang dgunakan


untuk analisis balok persegi, dengan lebar balok selebar flens (b) yang dihitung
menurut Persamaan (4-46).

2. Balok T Murni
Kasus ini dijumpai pada balok T atau L dimana garis netral berada di dalam
flens (c > hf) dan tinggi blok tegangan segi-empat ekuivalen juga lebih besar dari
tinggi flens (a > hf), seperti ditunjukkan pada Gambar 4-9.
CU

b
hf

Asf

d
As

bW

Gambar 4-9.a Analogi Balok T


C
CS

d
c

Asf

C
z1 = d a

z2 = d d '

As

Gambar 4-9.b Distribusi Tegangan dan Regangan Balok T


Untuk kasus ini dapat diberlakukan serupa dengan balok persegi bertulangan
rangkap, dengan menggantikan bagian pelat dari flens menjadi suatu penulangan
imajiner yang luasnya:
Asf =

0,85.f ' c.(b bw ).hf


fy

(4-53)

80

Untuk balok yang dipandang sebagai balok T murni, gaya tarik sebesar As.fy
dari tulangan harus lebih besar daripada kapasitas gaya luas flens total sebesar
0,85.fc.b.hf sehingga:
a=

As
> hf
0,85.f ' c.b

(4-54)

atau
hf < 1,18..d = a

dimana =

(4-55)

As fy
.
, dan jika digunakan blok tegangan parabola maka Persamaam
b.d f ' c

(4-55) dapat ditulis:


hf <

1,18..d

(4-56)

Untuk menjamin perilaku daktail maka diberikan batasan penulangan:


< 0,75. b

(4-57)

dimana:
b
b = w
b
_

b =

b f

(4-58)

0,85.f ' c
600
.1.
fy
600 + fy

f = 0,85.f ' c.(b bw ).

(4-59)

hf
fy .bw .d

(4-60)

Sedangkan untuk persyaratan tulangan minimum:


w =

As
1,4

bw .d
fy

(4-61)

Seperti halnya balok bertulangan rangkap, tulangan tarik dipandang menjadi


dua bagian yaitu As1 yang harus mengimbangi gaya tekan segi-empat seluas bw.a dan
As2 untuk mengimbangi luas tulangan imajiner Asf , sehingga momen nominal dapat
dihitung:
(4-62)

Mn = Mn1 + Mn2

Mn1 = As1.fy . d a

) = (As As ).(d a 2)
f

Mn2 = As2 .fy . d hf = Asf .fy . d hf


2
2

(4-63)
(4-64)

81

Prosedur analisis balok T dan L selengkapnya disajikan pada gambar 4-10.


b dihitung sebagai nilai terkecil dari:
b = bw + b1 + b2 L

MULAI

dengan

Diketahui:
b, bw, hf, d,
As, fc, fy

b1 = 8.h1

Ln

b2 = 8.h2

Ln

untuk balok T

2
2

b = bw + b1
b1 = 6.h f

b =

f = 0,85.f ' c.(b bw ).

hf
fy .bw .d

bw _

b = . b + f
b

untuk balok L

b1 = L
12
Ln
b1 =
2

0,85.f ' c 600


.1.

600
+
fy
fy

0,75. b

As
b.d

Tidak

Ya

As fy
.
b.d f ' c

Tidak

Penampang
diperbesar

1,4
As

bw .d
fy

Ya
ditingkatkan

c=

1,18..d

Ya
< hf

Balok T Palsu

Tidak
a=

Balok T Murni

As.fy
0,85.f ' c.b

Mn = As.fy . d a
Asf =
a=

0,85.f ' c.(b bw ).hf


fy

( As Asf ).fy
0,85.f ' c.bw

Mn1 = ( As Asf ).fy . d a

SELESAI

h
Mn2 = Asf .fy . d f
2

Mn = Mn1 + Mn2

Gambar 4-10 Bagan Alir Analisis Balok T dan L

82

E. Contoh-Contoh Aplikasi
Contoh 4-1
Hitung kapasitas momen rencana (MR) yang diijinkan bekerja pada balok beton
bertulangan tunggal di bawah ini:
b = 400 mm
h = 800 mm
fc = 25 MPa
fy = 400 MPa
As = 5D25
selimut beton
Diameter sengkang

= 40 mm
= 10 mm

Penyelesaian: (Analisis dilakukan sesuai bagan alir pada Gambar 4-3)


Hitung tinggi efektif balok (d)
d = 800 40 10 25 = 737,5mm
2
Kontrol rasio penulangan

As 5 x 0,25. .25 2
2454,369
=
=
=
= 0,0083
b.d
400 x 737,5
295000

min =

1,4
1,4
=
= 0,0035
fy
400

> min
b =

600
0,85.f ' c

.1.
fy
600
+
fy

1 = 0,85 ;
b =

(Memenuhi syarat)

karena fc= 25 MPa < 30 MPa

0,85.25
600

.0,85.
= 0,0271
400
600
+
400

max = 0,75. b = 0,75.0,0271 = 0,0203


< max

(Memenuhi syarat)

Hitung kapasitas momen nominal


a=

As.fy
2454,369.400
=
= 115,4997mm
0,85.f ' c.b
0,85.25.400

83

Mn

= As.fy . d
2

115,4997

= 2454,369.400. 737,5
N.mm
2

= 667343078,4 N.mm
= 667,343 kN.m

Momen rencana (MR) yang boleh dikerjakan di atas balok sebesar:


MR

= .Mn
= 0,80.667,3431 kN.m
= 533,8745 kN.m

Contoh 4-2
Hitung kapasitas momen rencana (MR) yang diijinkan bekerja pada balok beton
bertulangan rangkap di bawah ini:

b = 400 mm;
h = 800 mm
fc = 25 MPa;
fy = 400 MPa
As = 8D29
As = 4D29
selimut beton
= 40 mm
Diameter sengkang
= 10 mm
Jarak antar lapis tulangan tarik = 30 mm
Penyelesaian: (Analisis dilakukan sesuai bagan alir pada Gambar 4-4)
Hitung tinggi efektif balok (d)
d = 800 40 10 29 15 = 706mm

Hitung posisi pusat berat tulangan tekan


d ' = 40 + 10 + 29

= 64,5mm

Periksa rasio penulangan minimum

84

As 8 x 0,25. .29 2
5284,1588
=
=
= 0,0187
=
b.d
400 x 706
282400
As ' 4 x 0,25. .29 2
2642,0794
=
=
= 0,0094
' =
b.d
400 x 706
282400
As1 = As As ' = 5284,1588 2642,0794 = 2642,0794 mm 2
As1 2642,0794
=
= 0,0094
b.d
400 x 706

' =
min =

1,4
1,4
=
= 0,0035
fy
400

> min

(Memenuhi syarat)

Periksa kondisi tulangan tekan:


0,85.1.f ' c.d ' 600 0,85.0,85.25.64,5
600

=
.
.
= 0,0124
fy .d
400 x 706
600 400
600 fy

' = 0,0094 < 0,0124

(Tulangan tekan belum leleh)

Hitung fs aktual
0,85.1.f ' c.d '
0,85.0,85.25.64,5
= 600.1
fs ' = 600.1

(
)

'
.
fy
.
d
0
,
0094
.
400
.
706

fs ' = 336,6725MPa

Periksa rasio penulangan maksimum


b =

600
0,85.f ' c

.1.
fy
600 + fy

1 = 0,85 ;
b =

karena fc= 25 MPa < 30 MPa

0,85.25
600

.0,85.
= 0,0271
400
600 + 400

max = 0,75. b +

< max

'.fs'
fy

= 0,75 x 0,0271 +

0,0094 x 336,6725
= 0,0282
400

(Memenuhi syarat)

Hitung kapasitas momen nominal


a=

Mn

As.fy As '.fs ' 5284,1588 x 400 2642,0794 x 336,6725


=
a = 144,0174 mm
0,85.f ' c.b
0,85.25.400
a

= (As.fy As '.fs '). d + As '.fs '.(d d ')


2

85

144,0174

= (5284,1588 .400 2642,0794 .336,6725 ) 706


+
2

2642,0794.336,6725(706 64,5 )
= 1346723388 N.mm
= 1346,7234 kN.m

Momen rencana (MR) yang boleh dikerjakan di atas balok sebesar:


MR

= .Mn
= 0,80.1346,7234 kN.m
= 1077,3787 kN.m

Contoh 4-3
Hitung kapasitas momen rencana (MR) yang diijinkan bekerja pada balok beton
bertulangan rangkap di bawah ini:
b = 400 mm;
h = 800 mm
fc = 25 MPa;
fy = 400 MPa
As = 8D29
As = 2D29
selimut beton
= 40 mm
Diameter sengkang
= 10 mm
Jarak antar lapis tulangan tarik = 30 mm
Penyelesaian: (Analisis dilakukan sesuai bagan alir pada Gambar 4-4)
Hitung tinggi efektif balok (d)
d = 800 40 10 29 15 = 706mm

Hitung posisi pusat berat tulangan tekan


d ' = 40 + 10 + 29

= 64,5mm

Periksa rasio penulangan minimum

As 8 x 0,25. .29 2
5284,1588
=
=
= 0,0187
=
b.d
400 x 706
282400
As ' 2 x 0,25. .29 2
1321,0397
=
=
= 0,0047
' =
b.d
400 x 706
282400

86

As1 = As As ' = 5284,1588 1321,0397 = 3963,1191mm 2


As1 3963,1191
=
= 0,014
b.d
400 x 706

' =
min =

1,4
1,4
=
= 0,0035
fy
400

> min

(Memenuhi syarat)

Periksa kondisi tulangan tekan:


0,85.1.f ' c.d ' 600 0,85.0,85.25.64,5
600

=
.
.
= 0,0124
fy .d
600

fy
400
x
706
600

400

' = 0,014 > 0,0124

(Tulangan tekan leleh)

Karena tulangan tekan telah meleleh maka fs = fy


Periksa rasio penulangan maksimum
b =

600
0,85.f ' c

.1.
fy
600
+
fy

1 = 0,85 ;
b =

karena fc= 25 MPa < 30 MPa

0,85.25
600

.0,85.
= 0,0271
+
400
600
400

max = 0,75. b +

'.fs '
fy

= 0,75 x 0,0271 +

< max

0,0047 x 400
= 0,025
400

(Memenuhi syarat)

Hitung kapasitas momen nominal


a=

Mn

As.fy As '.fs ' 5284,1588 x 400 1321,0397 x 400


=
a = 186,4997 mm
0,85.f ' c.b
0,85.25.400
a

= (As.fy As '.fs '). d + As '.fs '.(d d ')


2

186,4997

= (5284,1588 .400 1321,0397 .400 ) 706


+
2

1321,0397.400.(706 64,5 )
= 1310339516 N.mm
= 1310,3395 kN.m

87

Momen rencana (MR) yang boleh dikerjakan di atas balok sebesar:


MR

= .Mn
= 0,80.1310,3395 kN.m
= 1048,2716 kN.m

Contoh 4-4
Rencanakanlah penulangan balok beton bertulang dengan ketentuan berikut:
b = 350 mm
h = 700 mm
fc = 34 MPa
fy = 400 MPa
selimut beton
= 40 mm
Diameter sengkang
= 10 mm
Diameter tulangan pokok tersedia = 22 mm
Untuk menanggung kombinasi beban ultimate:
a. Mu = 10 t.m
b. Mu = 50 t.m
Penyelesaian: (Cara perencanaan sesuai bagan alir pada Gambar 4-6)

Kasus (a)
Hitung perkiraan tinggi efektif balok (d)
d = 700 40 10 22 = 639mm
2
Mu = 10 t .m = 100 kN.m = 100 x10 6 N.mm
MR = Mn perlu

b =

100 x10 6
=
=
= 125 x10 6 N.mm

0,8
Mu

0,85.f ' c. 600


;
.1.
fy
600
+
fy

karena fc= 34 MPa > 30 MPa, maka:


f ' c 30
= 0,82
7

1 = 0,85 0,05

88

0,85.34.
600

.0,82.
= 0,0356
400
600 + 400

b =

max = 0,75. b = 0,75.0,0356 = 0,0267


m=

fy
400
=
= 13,8408
0,85.f ' c 0,85.34

Rn =

Mn perlu
b.d 2

125 x10 6
=
= 0,8747
2
350.639

2.m.Rn
1
1
1 1 2.13,8408 .0,8747
=
=
1 1
m
400


fy 13,8408

= 0,0022
min =

1,4
1,4
=
= 0,0035
fy
400

Kontrol rasio penulangan perlu


= 0,0022 < max = 0,0267 ; maka digunakan tulangan tunggal
= 0,0022 < min = 0,0035 ; maka diperlukan luas tulangan minimum

Luas tulangan perlu


As = min .b.d = 0,0035.350.639 = 782,775mm 2

dipasang tulangan tarik:


3D22 = 1140, 2981 mm2 > 782,775 mm2

Kasus (b)
Hitung perkiraan tinggi efektif balok (d)
d = 700 40 10 22 = 639mm
2
Mu = 50 t .m = 500 kN.m = 500 x10 6 N.mm
MR = Mn perlu

b =

500 x10 6
=
=
= 625 x10 6 N.mm

0,8
Mu

0,85.f ' c. 600


;
.1.
fy
600
+
fy

karena fc= 34 MPa > 30 MPa, maka:

89

f ' c 30
= 0,82
7

1 = 0,85 0,05
0,85.34.
600

.0,82.
= 0,0356
400
600 + 400

b =

max = 0,75. b = 0,75.0,0356 = 0,0267


m=

fy
400
=
= 13,8408
0,85.f ' c 0,85.34

Rn =

Mn perlu
b.d 2

625 x10 6
=
= 4,3733
2
350.639

2.m.Rn
1
1
1 1 2.13,8408 .4,3733
=
1 1
m
400


fy 13,8408

= 0,0119
min =

1,4
1,4
=
= 0,0035
fy
400

Kontrol rasio penulangan perlu


= 0,0119 < max = 0,0267 ; maka digunakan tulangan tunggal
= 0,0119 > min = 0,0035 ; memenuhi kebutuhan tulangan minimum

Luas tulangan perlu


As = .b.d = 0,0119.350.639 = 2661,435mm 2

dipasang tulangan tarik:


7D22 = 2660,929 mm2 2661,435 mm2

Contoh 4-5
Rencanakanlah penulangan balok beton bertulang dengan ketentuan berikut:
b = 350 mm
h = 700 mm
fc = 34 MPa
fy = 400 MPa
selimut beton
= 40 mm
Diameter sengkang
= 10 mm
Diameter tulangan pokok tersedia = 28 mm

90

Untuk menanggung kombinasi beban ultimate: Mu = 100 t.m


Penyelesaian: (Cara perencanaan sesuai bagan alir pada Gambar 4-6)
Hitung perkiraan tinggi efektif balok (d)
d = 700 40 10 28

= 636mm

Hitung perkiraan posisi pusat berat tulangan tekan


d ' = 40 + 10 + 28 = 64mm
2
Mu = 100 t .m = 1000 kN.m = 1000 x10 6 N.mm
MR = Mn perlu

1000 x10 6
=
=
= 1250 x10 6 N.mm

0,8
Mu

0,85.f ' c. 600


;
.1.
fy
600
+
fy

b =

karena fc= 34 MPa > 30 MPa, maka:


f ' c 30
= 0,82
7

1 = 0,85 0,05
0,85.34.
600

.0,82.
= 0,0356
400
600
400
+

b =

max = 0,75. b = 0,75.0,0356 = 0,0267


m=

fy
400
=
= 13,8408
0,85.f ' c 0,85.34

Rn =

Mn perlu
b.d 2

1250 x10 6
=
= 8,8293
350.636 2

2.m.Rn
1
1
1 1 2.13,8408.8,8293
=
1 1
m
400


fy 13,8408

= 0,0272
min =

1,4
1,4
=
= 0,0035
fy
400

Kontrol rasio penulangan perlu


= 0,0272 > min = 0,0035 ; memenuhi kebutuhan tulangan minimum
= 0,0272 > max = 0,0267 ; maka digunakan tulangan rangkap

91

Tentukan agar tulangan tekan meleleh:


1
d ' 600
( ') max
.1. .
m
d 600 fy
1
64
600

.0,82.
.
( ') 0,0267
13,8408
636 600 400
0,0179 ( ') 0,0267

Ditentukan
0,0179 < ( ') = 0,02 < 0,0267 ;

agar tulangan tekan leleh

a = ( ').m.d = 0,02.13,8408.636 = 176,055mm

Mn1 = ( ').b.d .fy . d a

= 0,02.350.636.400. 636 176,055


2

= 975829428 N.mm
Mn2 = Mn Mn1
= 1250 x10 6 975,5829 x10 6 = 274,4171x10 6 N.mm

'

Mn2
b.d .fy .(d d ' )

274,4171x10 6
=
350.636.400.(636 64 )
= 0,0054

= ( ' ) +
= 0,02 + 0,0054
= 0,0254
As

= .b.d
= 0,0254 .350.636
= 5654,04 mm 2

As '

= '.b.d
= 0,0054.350.636
= 1202,04 mm 2

92

Dipakai:
Tulangan tarik

= 10 D 28 = 6157,5216 mm2 > 5654,04 mm2

Tulangan tekan = 2 D 28

= 1231,5043 mm2 > 1202,04 mm2

Contoh 4-6
960 mm
120 mm
555 mm

fc = 28 MPa
fy = 400 MPa
a) As= 4D28
b) As= 7D36

500 mm

300 mm

Hitung kapasitas momen rencana (MR) yang diijinkan bekerja pada balok beton
bertulang yang tergambar di atas:

Penyelesaian: (Analisis sesuai bagan alir pada Gambar 4-10)

Kasus (a)
Kontrol rasio penulangan
_

0,85.f ' c 600


.1.

=
+
fy
600
fy

600
0,85.28

=
.0,85.
= 0,0304
400
600 + 400

= 0,85.f ' c.(b bw ).

hf
fy .bw .d

= 0,85.28.(960 300 ).

b
= w
b
=

120
= 0,0283
400.300.555

. b + f

300
.(0,0304 + 0,0283 ) = 0,0183
960

93

As
b.d

4 x 0,25. .28 2
=
= 0,0046
960.555

max

= 0,75. b = 0,75.0,0183 = 0,0137

= 0,0046 < max = 0,0137


w =

As
bw .d

1,4
fy

min =

4 x 0,25. .28 2
w =
300.555

(Memenuhi syarat)

min =

1,4
400

w = 0,0148 min = 0,0035

(Memenuhi syarat)

Kontrol perilaku balok

As fy
.
b.d f ' c

4 x 0,25. .28 2 400


=
.
= 0,066
960.555
28
c

1,18..d

1
1,18.0,066.555
= 50,851mm
0,85

c = 50,851mm < hf = 120mm

(Balok T Palsu)

Kapasitas lentur penampang


a

As.fy
0,85.f ' c.b

4 x 0,25. .28 2 .400


=
0,85.28.300
= 137,9837 mm
Mn

= As.fy . d a

)
)

= 4 x 0,25. .28 2 .400. 555 137,9837


2

= 478816920,3 N.mm

94

= 478,8169 kN.m
MR

= .Mn
= 0,80.478,8169 kN.m
= 383,0535 kN.m

Kasus (b)
Kontrol rasio penulangan
_

0,85.f ' c 600


.1.

=
fy
600
+
fy

600
0,85.28

=
.0,85.
= 0,0304
400
600
400
+

= 0,85.f ' c.(b bw ).

hf
fy .bw .d

= 0,85.28.(960 300 ).

b
= w
b

120
= 0,0283
400.300.555

. b + f

300
.(0,0304 + 0,0283 ) = 0,0183
960

As
b.d

7 x 0,25. .36 2
=
= 0,0134
960.555

max

= 0,75. b = 0,75.0,0183 = 0,0137

= 0,0121 < max = 0,0137


w =

As
bw .d

min =

7 x 0,25. .36 2
w =
300.555

(Memenuhi syarat)

1,4
fy
min =

w = 0,0428 min = 0,0035

1,4
400

(Memenuhi syarat)

95

Kontrol perilaku balok

As fy
.
b.d f ' c

7125,1321 400
.
= 0,191
960.555 28

1,18..d

1
1,18.0,191.555
= 147,1929mm
0,85

(Balok T Murni)

c = 132,915mm < hf = 120mm

Kapasitas lentur penampang


Asf

Mn1

0,85.f ' c.( b bw ).hf


fy

0,85.28.(960 300 ).120


= 4712,4mm 2
400

( As Asf ).fy
0,85.f ' c.bw

(7125,1321 4712,4).400
= 135,1671mm
0,85.28.300

= ( As Asf ).fy . d a

= (7125,1321 4712,4).400. 555 135,1671


2

Mn1

= 470402143,2N.mm

Mn2

= Asf .fy . d hf
2

= 4712,4.400. 555 120

= 933055200N.mm
Mn

= Mn1 + Mn2
= 470402143,2 + 933055200
= 1403457343N.mm
= 1403,4573 kN.m

96

MR

= .Mn
= 0,80.1403,4573 kN.m
= 1122,7659 kN.m

Anda mungkin juga menyukai