Disusun Oleh :
Nita Fadilla
090404006
FAKULTAS TEKNIK
MEDAN
2014
Kata Kunci : Perbaikan Tanah, Semen, Abu Sekam Padi, Stabilisasi Tanah, Kuat
Tekan Bebas
menyelesaikan Tugas Akhir ini. Shalawat dan salam keatas Baginda Rasullah
aktifitas sehari-hari, sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.
persyaratan dalam menempuh ujian Sarjana Teknik Sipil pada Fakultas Teknik
tetapi karena bantuan dari berbagai pihak, penulisan Tugas Akhir ini dapat
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Roesyanto, M.Sc., sebagai Dosen Pembimbing yang
2. Bapak Ir. Rudi Iskandar, MT., dan Bapak Ir. Syahrizal, MT., sebagai
Utara.
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas
Hj.Sufla Jamil serta abang dan kakak saya Dika Syahriza SE dan Reni
10. Teman seperjuangan Atina Rezki, ada senang dan susah dilalui bersama
Manna G. Sihotang, Elisa D.J. Purba, Agrifa Sianipar, terima kasih atas
13. Asisten Lab. Mekanika Tanah USU yang turut membantu dan
memberikan izin, M. Rizki Ridho, Iqbal dan Adik-adik 2011 asisten Lab.
14. Asisten Lab. Beton USU yang telah memberikan bantuan dan izin
kerjasamanya.
15. Dan segenap pihak yang belum penulis sebut disini atas jasa-jasanya
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
Bapak dan Ibu Staf Pengajar serta rekan – rekan mahasiswa demi penyempurnaan
Penulis
Nita Fadilla
09 0404 006
ABSTRAK .................................................................................................. i
2.1.1 Tanah............................................................................. 7
2.6 Hubungan antara Kadar Air dan Berat Isi Kering Tanah 20
4.10 Grafik Hubungan antara Nilai Kuat Tekan Tanah dengan Regangan
Kata Kunci : Perbaikan Tanah, Semen, Abu Sekam Padi, Stabilisasi Tanah, Kuat
Tekan Bebas
PENDAHULUAN
1.1 Umum
yang terdiri dari butiran (agregat) berupa mineral padat yang tidak terikat secara
kimiawi satu sama lain . Tanah juga terdiri dari partikel-partikel padat itu sendiri
serta zat cair dan gas yang mengisi rongga-rongga kosong yang berada diantara
Tanah pada umumnya dapat dibagi menjadi empat kelas yaitu kerikil
(gravel), pasir (sand), lanau (silt), dan lempung (clay), berdasarkan ukuran
partikel yang paling dominan dari tanah tersebut (Das, 1994). Pada uji
laboratorium yang akan dilakukan, jenis tanah yang akan diuji dan hasilnya
dituliskan dalam tugas akhir ini adalah jenis tanah lempung (clay).
dari partikel mikroskopis dan sub-mikroskopis (tidak dapat dilihat dengan jelas
Tanah lempung sangat keras dalam kondisi kering dan bersifat plastis
pada kadar air sedang. Namun pada kadar air yang lebih tinggi lempung
bahkan mengubah sifat tanah dasar dengan tujuan agar tanah dasar tersebut
1. Mekanis
mesin gilas (roller), benda berat yang dijatuhkan, ledakan, tekanan statis,
2. Fisis
menambah butiran tanah pada fraksi tertentu yang dianggap kurang, guna
mencapai gradasi yang rapat. Hal ini bertujuan agar tanah dasar tersebut dapat
menambahkan bahan kimia pada tanah dasar yang akan ditingkatkan mutunya.
Bahan kimia ini antara lain terdiri dari adalah Portland cement (PC), lime,
dengan penambahan semen dan abu sekam padai sebagai bahan stabilisator.
tanah sehingga dapat memenuhi persyaratan teknis. Pemilihan semen dan kapur
sebagai bahan tambahan stabilisasi karena semen dan abu sekam padi relatif
Seluruh bangunan sipil berkaitan erat dengan tanah, karena tanah dapat
digunakan sebagai bahan bangunan dan sebagai tempat bangunan dapat berdiri.
tanah adalah langkah awal yang harus dilakukan, guna mengetahui apakah tanah
berfungsi sebagai sarana pengembangan lahan dan pembangunan. Maka dari itu
pada tanah di lokasi tesebut. Sebagai contoh pada tanah lunak terdapat dua
masalah pokok. Pertama, masalah daya dukung tanah yang rendah. Kedua,
usaha stabilisasi tanah. Dalam pengujian ini metoda stabilisasi yang digunakan
adalah stabilisisasi secara kimiawi. Yaitu pencampuran antara semen dan abu
sekam padi. Semen banyak dipakai dikarenakan semen merupakan material bahan
pada suhu yang tinggi, getas dan korosif. Selain itu juga, proses produksi semen
juga menghasilkan limbah emisi karbon yang sangat tinggi sehingga sangat tidak
diperlukan bahan pencampur alternatif sebagai pengganti semen. Salah satu bahan
pengganti tersebut adalah campuran abu sekam padi dan semen. Alasan dari
pemilihan abu sekam padi adalah abu sekam padi merupakan salah satu limbah
pertanian yang tersedia dalam jumlah yang cukup banyak, sehingga dapat dengan
mudah dicari dan dimanfaatkan sebagai alternatif pengganti semen dalam proses
stabilisasi ini.
dilakukan beberapa uji laboratorium, jenis pengujian yang sering dikenal antara
lain uji kuat tekan bebas (unconfined compression test) , uji CBR dan uji Triaksial.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan uji kuat tekan bebas sebagai pengujian
2. Untuk mencari kadar optimum abu sekam padi untuk campuran (abu sekam
padi dan semen) dalam proses stabilisasi tanah lempung sehingga diperoleh
masalah dalam penelitian ini yaitu seberapa besar kekuatan geser yang dihasilkan
dari proses stabilisasi tanah lempung yang telah dicampur dengan bahan
stabilisator yakni semen dan abu sekam padi pada berbagai variasi campuran
1. Tanah yang dipakai dalam pengujian adalah tanah lempung yang berasal
stablisasi yaitu Semen Portland Tipe I, tanah lempung (clay), dan abu
sekam padi dengan tiga belas variasi kadar yang berbeda yaitu
sekam padi.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Tanah
Tanah merupakan komposisi dari dua atau tiga fase yang berbeda. Jika
tanah dalam keadaan kering maka terdiri dari dua fase yaitu partikel padat dan
pori-pori udara. Tanah yang jenuh seluruhnya juga terdiri dari dua fase yaitu
partikel padat dan air pori. Jika tanah dalam keadaan jenuh sebagian maka terdiri
dari tiga fase yaitu partikel padat, pori-pori udara dan air pori. Untuk memperjelas
Pada Gambar 2.1 (a)dapat dilihat bahawa suatu elemen tanah memiliki berat total
yang disimbolkan dengan (�) dan juga memilki volume yang disimbolkan
dengan (�). Pada Gambar 2.1 (b) menunjukkan aadanya hubungan antara berat
gambar di atas :
� = �� + �� +�� (2.1)
� = �� + �� (2.2)
dan
� = �� + �� + �� (2.3)
�� = �� + �� (2.4)
dimana :
�� = berat air
�� = volume air
�� = volume udara
Kadar air tanah (�% ) adalah perbandingan antara berat air (�� ) dengan
berat butiran (�� ) . Besar dari nilai kadar air tanah dinyatakan dalam satuan
persen. Persamaan kadar air tanah (�% ) dinyatakan dalam persamaan berikut :
��
� (%) = � 100 (2.5)
��
volume air (�� ) dengan volume total rongga pori tanah (�� ). Bila tanah dalam
keadaan jenuh nilai derajat kejenuhannya = 1 (100%), dan untuk tanah kering
nilai derajat kejenuhannya = 0.Kejenuhan suatu tanah (�) dapat dinyatakan dalam
persamaan berikut :
��
� (%) = � 100 (2.6)
��
Angka Pori (�) adalah perbandingan antara volume rongga (�� ) dengan
volume butiran (�� ) dalam tanah tersebut yang dinyatakan dalam satuan desimal.
Porositas (�) adalah perbandingan antara volume pori (�� ) dengan volume
total tanah (�) dalam tanah tersebut yang dinyatakan dalam satuan persen maupun
dalam bentuk desimal. Porositas tanah (�) dapat dinyatakan dalam persamaan :
��
�= � 100 (2.8)
�
Hubungan antara angka pori dengan porositas dapat dilihat pada persamaan
berikut:
�
�= (2.9)
1−�
�
�= (2.10)
1+�
termasuk air dan udara (�) dengan volume total tanah (�). Berat Volume Tanah
Berat Volume Kering (��) adalah perbandingan antara berat butiran tanah
(�� ) dengan volume total tanah (�). Berat Volume Tanah (�� ) dapat dinyatakan
Berat Volume Butiran Padat (�� ) adalah perbandingan antara berat butiran
tanah (�� ) dengan volume butiran tanah padat (�� ). Berat Volume Butiran Padat
berat volume butiran tanah (�� ) dengan berat volume air (�� ) dengan isi yang
sama pada temperatur tertentu. Nilai suatu Berat jenis tanah tidak memiliki satuan
(tidak berdimensi). Berat jenis tanah (�� ) dapat dinyatakan dalam persamaan :
Adapun batas-batas besaran Berat Jenis Tanah dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Humus 1,37
Batas-batas nilai dari Derajat Kejenuhan tanah dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tanah kering 0
Tanah jenuh 1
Kedudukan fisik tanah berbutir halus pada kadar air tertentu disebut
penambahan kadar air terhadap sifat-sifat mekanis tanahnya, seperti contoh jika
kita mencampurkan suatu sampel tanah dengan air hingga mencapai keadaan cair,
maka lama kelamaan campuran tersebut akan mengering sedikit demi sedikit
sehingga sampel tanah akan melalui beberapa keadaan tertentu dari keadaan cair
sampai keadaan padat . Batas-batas konsistensi dapat dilihat pada Gambar 2.2.
berikut :
Batas cair adalah kadar air tanah pada batas antara keadaan cair
(1948). Tanah yang sudah dicampur dengan air diletakkan pada mangkuk
yang dibelah tadi berhimpit. Pemukulan dilakukan pada kadar air yang berbeda
Dengan demikian dapat dibuat grafik hubungan antara kadar air dengan jumlah
jelasnya, alat uji batas cair dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Batas plastis (plastic limit) adalah kadar air pada batas bawah daerah
plastis atau kadar air minimum dimana tanah dapat digulung-gulung sampai
diameter 3,1 mm (1/8 inchi). Penentuan kadar air ini dilakukan dengan cara
melakukan pengguliran pada sampel tanah di atas plat kaca hingga diameter tanah
mencapai 3,1 mm, maka kadar air tanah itu adalah batas plastis.
Indeks plastisitas adalah selisih antara batas cair dan batas plastis. Adapun
rumusan dalam menghitung besaran nilai indeks plastisitas adalah sesuai dengan
PI = LL - PL (2.15)
Batas susut adalah kadar air atau batas dimana tanah yang dalam\ keadaan
jenuh dan sudah kering tidak akan mengalami penyusutan lagi meskipun
dikeringkan secara terus menerus. Batas susut juga dapat diartikan batas dimana
persamaan
tanah didasarkan atas ukuran partikel yang diperoleh dari analisa saringan dan
dikelompokkan menjadi :
pasir dimana kurang dari 50% berat total contoh tanah lolos ayakan
tanah gambut (peat), muck, dan tanah-tanah lain dengan kadar organik
seperti : GW, GP, GM, GC, SW, SP, SM dan SC. Untuk
ini :
ayakan no.200.
4. Batas cair (LL) dan Indeks Plastisitas (PI) bagian tanah yang lolos
ayakan no.40 (untuk tanah dimana 5% atau lebih lolos ayakan no.200).
berikut :
3. Batas susut.
tergantung pada banyaknya air didalam tanah tersebut yang disebut kadar air.
Tingkat pemadatan tanah diukur dari berat volume kering tanah yang
(pelumas) tanah, sehingga butiran tanah tersebut lebih mudah bergerak atau
bergeser satu sama lain dan membentuk kedudukan yang lebih padat atau
rapat.
pekerjaan di lapangan. Material ini mampu memberikan kuat geser yang tinggi
Pada tanah lanau yang dipadatkan umumnya akan stabil dan mampu
perubahan volume. Namun tanah lanau sangat sulit dipadatkan bila dalam
permeabilitas yang rendah dan tanah ini tidak dapat dipadatkan dengan baik
berat volume kering (�� ) dengan berat volume basah (�� ) dan kadar air (%)
penumbuk dengan berat 2,5 kg dengan tinggi jatuh 30,5 cm. Tanah dipadatkan
Proses ini dilakukan sebanyak lima kali pada sampel tanah dengan kadar
air tanah yang terus dinaikkan pada setiap proses. Dengan menggambarkan
hubungan antara kepadatan kering maksimum dengan kadar air, akan dihasilkan
Gambar 2.6 Hubungan Antara Kadar Air dan Berat Isi Kering Tanah
Pada material tanah, parameter yang perlu ditinjau adalah kekuatan geser
geser tanah adalah uji kuat tekan bebas.Yang dimaksud dengan kekuatan tekan
bebas adalah besarnya beban aksial persatuan luas pada saat benda uji mengalami
keruntuhan atau pada saat regangan aksial mencapai 20 %. Percobaan kuat tekan
bebas di laboratorium dilakukan pada sampel tanah dalam keadaan asli maupun
buatan (remoulded).
Cara pengujian kuat tekan bebas ini memiliki perbedaan dengan uji
triaksial, dimana pada uji kuat tekan bebas tidak ada tegangan sel yaitu �3 = 0.
Gambar skematik dari prinsip pembebanan dalam percobaan ini dapat dilihat pada
Gambar 2.7.
Hubungan konsistensi dengan kuat tekan bebas dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Klasifikasi Tanah Berdasarkan Nilai Kuat Tekan Bebas (Das, 1994)
Tekanan aksial yang bekerja pada tanah dapat dituliskan kedalam persamaan
berikut :
�
�= (2.17)
�
dengan :
Kuat geser tanah dari tekanan aksial yang ada dapat dituliskan ke dalam
persamaan berikut :
�1+ �3 �1 ��
�� = = = (2.18)
2 2 2
dengan :
�3 = 0
Uji tekan bebas ini dilakukan pada sampel tanah asli (undisturbed) dan
sampel terhadap kuat tekan bebas. Dari nilai kuat tekan maksimum yang dapat
diterima pada masing-masing sampel dapat diperoleh nilai sensitifitas tanah. Nilai
dapat diamati bahwa kekuatan tekanan tak tersekap berkurang banyak, bila tanah
ditentukan sebagai rasio (perbandingan) antara kekuatan tanah yang masih asli
dengan kekuatan tanah yang sama setelah terkena kerusakan (remoulded), bila
�� ����
�� = (2.19)
�� ���������
dengan :
St = kesensitifan
Ada beberapa jenis tanah lempung tertentu yang akibat kerusakan tersebut
dapat tiba-tiba berubah menjadi cair. Tanah-tanah seperti itu sebagian besar
dulunya tertutup es. Tanah-tanah lempung seperti ini biasa dinamai sebagai quick
clays.
berhubungan dengan sifat sensitifnya. Klasifikasi secara umum dapat dilihat pada
Tabel 2.5.
<2 Insensitive
4–8 Sensitive
8 – 16 Very Sensitive
16 - 32 Slightly Quick
> 64 Quick
sangat keras dalam keadaan kering dan bersifat plastis pada kadar air
sedang. Pada keadaan air lebih tinggi lempung bersifat lengket (kohesif)
pada kadar air sedang. Sedangkan pada keadaan air yang lebih tinggi tanah
yang mempunyai partikel yang berukuran kecil atau sama dengan 0,002
Tanah lempung sangat keras dalam kondisi kering dan bersifat plastis pada
kadar air sedang. Namun pada kadar air yang lebih tinggi lempung akan bersifat
lengket (kohesif) dan sangat lunak. Kohesif memiliki pengertian bahwa pada
butiran lebih kecil dari 0,002 mm. H oltz & Kovacs (1981) m e n e r a n g k a n
satuan struktur dasar dari mineral lempung terdiri dari Silica Tetrahedra dan
Alumina Oktahedra.
lembaran.
Silika Tetrahedra yang terdiri dari satu atom silicon yang dikelilingi pada
sudutnya oleh empat buah atom Oksigen. Kombinasi dari unit-unit silica
yang terdiri dari satu atom Alumina yang dikelilingi oleh atom Hidroksil pada
Pada sebuah lembaran silika, setiap atom silikon yang bermuatan positif
dan bervalensi empat daihubungkan dengan empat atom oksigen yang bermuatan
negatif dengan valensi total delapan. Tetapi setiap atom oksigen pada dasar
tetrahedral itu dihubungkan dengan dua atom silikon lainnya. Ini berarti bahwa
muatan mereka.
(a) ( b) (c)
(d) (e)
group) dan mineral-mineral lain yang mempunyai ukuran sesuai dengan batasan
Merupakan bagian dasar dari struktur ini adalah lembaran tunggal silika
membentuk satu unit dasar dengan tebal kira-kira 7,2 Å (1 Å=10-10 m) seperti
yang terlihat pada Gambar 2.9. hubungan antar unit dasar ditentukan oleh ikatan
20000 Å dan ketebalan dari 100 Å sampai 1000 Å dengan luasan spesifik per unit
massa ± 15 m2/gr.
b. Montmorillonite disebut juga mineral dua banding satu (2:1) karena satuan
tersusun atas satu lempeng Al2O3 diantara dua lempeng SiO2. Karena struktur
mempunyai daya adsorbsi air dan kation lebih tinggi. Tebal satuan unit adalah
Walls, diantara ujung-ujung atas dari lembaran silika itu sangat lemah, maka
lapisan air (n.H2O) dengan kation yang dapat bertukar dengan mudah menyusup
lapisan terpisah. Ukuran unit massa sangat besar, dapat menyerap air dengan
dinamakan pula hidrat-mika. Illite memiliki formasi struktur satuan kristal, tebal
pada :
• Pengikatan antar unit kristal terdapat pada kalium (K) yang berfungsi sebagai
tetrahedral.
Gambar satuan unit illite seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.11 berikut ini.
anion dari lembaran oktahedral adalah hydroxil dan dua per tiga posisi kation diisi
oleh aluminium maka mineral tersebut disebut gibbsite dan bila magnesium
pertukaran kation., yang mana muatan ini merupakan hasil satu atau lebih dari
partikel tersebut secara exchange able cation akibat adanya perbedaan kekuatan
muatan dan gaya tarik- menarik elektrostatik Van der Waals. Akibat
Al3+>Ca2+>Mg2+≥NH4+>K+>H+>Na+Li+
Dari reaksi di atas disimpulkan Kation Li+ tidak dapat mendesak kation lain
yang mempunyai muatan positif disatu sisi dan muatan negatif disisi lain.Sifat
1. Kutub positif molekul dipolar air akan saling menarik dengan muatan
(Hidrogen air ditarik oksigen atau hidroksil lain yang ada pada
secara berantai melalui kation yang mengapung dalam larutan air. Faktor paling
sangat dipengaruhi oleh jenis mineral yang ada yaitu pada nilai luasan permukaan
2.14.
2.2.4 Semen
Semen berasal dari bahasa latin “cementum”, dimana kata ini mula-mula
dipakai oleh bangsa Roma yang berarti bahan atau ramuan pengikat. Dengan kata
lain semen dapat didefinisikan adalah suatu bahan perekat yang berbentuk serbuk
halus, bila ditambahkan air akan terjadi reaksi hidrasi sehingga dapat mengeras
membangun piramida yaitu sejak abad ke-5 dimana batu batanya satu sama lain
terikat kuat dan tahan terhadap cuaca selama berabad-abad. Bahan pengikat ini
ditemukan sejak manusia mengenal api karena mereka membuat api di gua-gua
dan bila api kena atap gua maka akan rontok berbentuk serbuk. Serbuk ini bila
kena hujan menjadi keras dan mengikat batu-batuan disekitarnya dan dikenal
kapur, pasir silica, tanah liat dan pasir besi. Total kebutuhan bahan mentah yang
Pasir Silika memiliki rumus SiO2 (Silicon Dioksida). Pada umumnya pasir
silika terdapat bersama oksida logam lainnya, semakin murni kadar SiO2
maka semakin berwarna merah atau coklat, disamping itu semakin mudah
menggumpal karena kadar airnya tinggi. Pasir silika yang baik untuk
Rumus kimia tanah liat yang digunakan pada produksi semen adalah
Pasir besi memiliki rumus kimia Fe2O3 (Ferri Oksida) yang pada
semen. Kadar yang baik dalam pembuatan semen yaitu Fe2O3 ±75% - 80%
pembuatan semen.
Umumnya jenis semen yang dikenal saat ini antara lain sebagai berikut :
biasanya juga mengandung satu atau lebih senyawa-senyawa kalsium sulfat yang
Semen Portland tipe ini digunakan untuk segala macam konstruksi apabila
tidak diperlukan sifat-sifat khusus, misalnya tahan terhadap sulfat, panas hiderasi
Semen Portland tipe ini digunakan untuk bahan konstruksi yang memerlukan
sifat khusus tahan terhadap sulfat dan panas hiderasi yang sedang. Biasanya
digunakan untuk daerah pelabuhan dan bangunan sekitar pantai. Semen ini
keadaan darurat dan musim dingin. Digunakan juga pada pembuatan beton tekan.
Semen ini memiliki kadungan C3S yang lebih tinggi dibandingkan Semen
Portland tipe I dan II sehingga proses pengerasan terjadi lebih cepat dan cepat
mengeluarkan kalor. Semen ini tersusun dari 3,5-45 Al2O3, 6% Fe2O3, 35% C3S,
Semen tipe ini digunakan pada bangunan dengan tingkat panas hiderasi yang
rendah misalnya pada bangunan beton yang besar dan tebal. Baik sekali untuk
mencegah keretakan. Low Heat Portland Cement ini memiliki kandungan C3S dan
Semen yang sangat tahan terhadap pengaruh sulphat misalnya pada tempat
utamanya adalah slag tanur tinggi dan kandungan aluminanya yang tinggi. Semen
ini tersusun dari 5% terak Portland Cement, 6% MgO, 2,3% SO2 dan 5% C3A.
2. Semen Putih
oleh kandungan oksida silika pada Portland Cement tersebut. Jika kandungan
oksida silica tersebut dikurangi 0,4% maka warna semen Portland berubah
3. Semen Masonry
dengan batu kapur, batu pasir atau slag dengan perbandingan 1:1 .
Semen ini digunakan pada temperatur dan tekanan tinggi, sering dijumpai
pada penggunaan pengeboran minyak atau digunakan untuk pengeboran air tanah
artesis. Semen ini merupakan semen Portland yang dicampur dengan retarder
gula.
Semen ini dihasilkan dari kerang batu kapur yang mengandung tanah liat
seperti komposisi semen di alam. Material ini dibakar sampai suhu pelelehannya
kapur dan alumina adalah sama. Semen ini dibuat dengan mencampur kapur,
silika dan oksida silika yang dibakar hingga meleleh dan kemudian hasilnya
didinginkan lalu digiling hingga halus. Ciri dari semen ini memiliki ketahanan
terhadap air yang mengandung sulfat dan air laut cukup tinggi.
7. Semen Pozzolona
Semen ini mengandung senyawa silika dan alumina dimana bahan pozzolona
sendiri tidak memiliki sifat seperti semen, akan tetapi bentuk halusnya dan dengan
bersifat hidraulis.
Semen yang dihasilkan dengan menggiling campuran antara 60% - 80% trass
atau tanah yang berasal dari debu gunung berapi yang serupa dengan pozzolona
Semen yang dihasilkan dari penggilingan campuran 60% terak Portland dan
penambahan CaSO4.
Indonesia, hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa beras merupakan hasil olahan
dari padi yang merupakan bahan makanan pokok. Tumbuhan padi adalah
tumbuhan yang tergolong tanaman air, namun sebagai tanaman air bukan berarti
tanaman padi itu hanya bisa tumbuh di tanah yang terus - menerus digenangi air,
samping saat proses penggilingan padi dilakukan. Sekitar 20% dari bobot padi
adalah sekam padi dan kurang lebih 15% dari komposisi sekam padi adalah abu
sekam yang selalu dihasilkan setiap kali sekam dibakar (Hara, 1986).
Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis yang terdiri
dari dua bentuk daun yaitu sekam kelopak dan sekam mahkota, dimana pada
proses penggilingan padi, sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi bahan
sisa atau limbah penggilingan. Dari penggilingan padi akan menghasilkan sekitar
25% sekam, 8% dedak, 2% bekatul dan 65% beras. Sekam tersusun dari jaringan
Sekam padi menduduki 7% dari produksi total padi yang biasanya hanya
sebagai pupuk, bahan tambahan untuk media tumbuh tanaman sayuran secara
hidroponik. Hasil analisis sekam padi dapat dilihat pada Tabel 2.6.
Lemak 1,18 %
Karbohidrat 33,71 %
Abu 17,71 %
mengalami proses pembakaran. Dua faktor yang perlu diperhatikan pada proses
pembakaran yaitu kadar abu dan unsur kimia dalam abu. Kadar abu menjadi
penting sebab hal ini menunjukkan atau menentukan berapa jumlah sekam yang
hilangnya zat-zat organik yang lain dan menyisakan zat-zat yang mengandung
silika. Pada proses pembakaran akibat panas yang terjadi akan menghasilkan
perubahan struktur silika yang berpengaruh pada dua hal yaitu tingkat aktivitas
abu sekam padi meliputi SiO2, K2O, Fe2O3, CaO, MgO, Cl, P2O5, Na2O3, SO3 dan
sedikit unsur lainnya.Komposisi kimia dari abu sekam padi dapat dilihat pada
Tabel 2.7.
Komponen % Berat
Cl 0,00 – 0,42
tanah yang tidak baik dan meningkatkan daya dukung (mutu) tanah yang sudah
kemampuan daya dukung tanah dalam menahan beban serta untuk meningkatkan
kestabilan tanah.
yang sering digunakan yakni semen, kapur, abu sekam padi, abu cangkak sawit,
b. Mengurangi deformasi
d. Mengurangi permeabilitas
e. Meningkatkan durabilitas
tanah yang telah dihancurkan, semen dan air, yang kemudian dipadatkan sehingga
diharapkan dapat sesuai dengan keb utuhan, baik untuk perkerasan jalan, pondasi
Adanya air, kalsium silikat, aluminat pada semen akan membentuk senyawa
hidrat yang akan menghasilkan susunan/ ikatan yang kuat dan keras yang
terbilang relatif murah dan mudah didapatkan. Berbagai penelitian dan pekerjaan
2 % dapat menghasilkan perubahan sifat tanah yang sangat signifikan. Disisi lain
semen juga mempunyai kekurangan seperti rentan terhadap keretakan pada suhu
yang tinggi, getas dan korosif. Selain itu, produksi semen menghasilkan emisi
sebagai berikut:
kalsium Ca+++ dilepaskan melalui hidrolisa dan pertukaran ion berlanjut pada
lebih baik.
lite (2CaO.SiO2) terdiri dari kalsium silikat dan melalui hidrasi tadi hidrat-hidrat
Reaksi pozzolan
reaksi dengan tanah (reaksi pozzolan) yang bersifat memperkuat ikatan antara
Adanya air, kalsium silikat, aluminat pada semen akan membentuk senyawa
hidrat yang akan menghasilkan susunan/ ikatan yang kuat dan keras yang
terbilang relatif murah dan mudah didapatkan. Berbagai penelitian dan pekerjaan
distabilisasi dengan semen , kecuali pada tanah dengan kadar organik tinggi dan
stabilisasi tanah dengan menggunakan semen sudah sangat biasa dipakai dalam
sekam yang dibakar mempunyai sifat pozzolan yang mengandung unsur silikat
yang tinggi. Secara visual abu sekam padi yang digunakan dalam penelitian ini
Abu sekam padi merupakan bahan hasil sampingan produk pertanian yang
sekam padi mempunyai sifat pozzolan yang mengandung unsur silikat yang tinggi
dan sangat reaktif. Dengan sendirinya abu sekam padi akan bereaksi secara kimia
dengan tanah yang lembab membentuk tanah yang tersementasi dan akan
meningkatkan daya dukung tanah. . Sehingga abu sekam padi dapat dimanfaatkan
Penggunaan abu sekam padi sebagai bahan stabilisasi pada tanah lempung
dimungkinkan karena material ini banyak mengandung unsur silikat (SiO2) dan
daya dukung tanah merupakan bidang penelitian yang aktif . Banyak faktor yang
mempengaruhi proses stabilisasi semen dengan abu sekam padi yaitu kadar
semen, kadar air tanah, kadar abu sekam padi, sifat kimiawi tanah dan kandungan
Untuk kadar semen yang dipakai dalam peneltian ini adalah sebesar 2 %,
didasarkan dari penggunaan kadar semen 2% dari berat kering tanah sudah dapat
variasi kadar abu sekam padi untuk penelitian ini,terlebih dahulu perlu dilakukan
Basha et al (2005) meneliti pengaruh campuran semen dan sekam padi terhadap
pemadatan, kekuatan dan difraksi sinar-X dari tanah residu. Mereka mendapatkan
bahwa semen dan abu sekam padi mengurangi plastisitas tanah, mengurangi
menemukan bahwa kandungan semen dan abu sekam padi yang optimal adalah
Alhassan dan Mustapha (2007) meneliti tentang pengaruh dari campuran semen
dan abu sekam padi terhadap tanah laterit dikumpulkan dari daerah Maikunkele
klasifikasi AASHTO, distabilkan dengan campuran semen dan abu sekam padi
sebesar 2-8% dari berat kering tanah. Dari hasil pengujian CBR (Califiornia
Bearing Ratio) dan tekan satu sumbu (Unconfined Compression Test) diperoleh
bahwa kandungan optimal abu sekam padi untuk campuran (abu sekam padi dan
Dari studi daftar pustaka di atas, peneliti memilih variasi campuran abu sekam
dukung tanah dilakukan dengan uji kuat tekan bebas (Unconfined Compression
Test).
tanah lempung dengan bahan stabilisasi yang berbeda dan variasi campuran yang
berbeda juga dilakukan secara bersinergi dengan tujuan untuk mencari bahan
stabilisator mana yang menghasilkan kekuatan geser yang lebih baik dan unggul.
berupa campuran semen - abu ampas tebu, serta campuran semen - abu cangkang
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini secara garis besar dilakukan pada sampel tanah asli yang
tidak diberikan bahan tambah stabilisasi berupa semen dan abu sekam padi dan
pada tanah yang diberikan bahan stabilisator berupa semen dan abu sekam padi
pekerjaan persiapan, pelaksanaan uji laboratorium sampai analisis data hasil uji
Persiapan
Studi Literatur
Penyediaan Bahan
1. Kombinasi campuran
2% PC + 3% ASP 2% PC + 7% ASP 2 % PC + 11% ASP 2 %PC + 15% ASP
2% PC + 4% ASP 2% PC + 8% ASP 2% PC + 12% ASP
2% PC + 5% ASP 2 % PC + 9% ASP 2 % PC + 13% ASP
2% PC + 6% ASP 2% PC + 10% ASP 2% PC + 14% ASP
2. Dilakukan pemeraman (curing time) selama 7 hari.
Uji Atterberg
Selesai
mencakup:
dengan semen dan abu sekam padi, literatur mengenai pengujian kuat
Sampel tanah yang dipakai dalam penelitian ini diambil dari Jalan Raya
Pengadaan semen
Semen yang dipakai adalah jenis semen type Portland dengan merk
Abu sekam padi diperoleh dari kilang padi yang berada di daerah
Tembung. Abu sekam padi yang digunakan berasal dari sekam padi yang
dibakar pada suhu 250º yang kemudian dihaluskan dan diayak lolos
saringan no.200.
• Menentukan lokasi tanah yang akan dilakukan sampel, yaitu di Jalan Raya
muka tanah.
pemindahan ke laboratorium.
untuk sampel tanpa campuran atau tanah asli , 1 (satu) digunakan untuk
sifat-sifat fisik dari tanah asli yang digunakan. Hal ini dilakukan agar karakteristik
laboratorium yang dilakukan untuk memperoleh nilai serta sifat fisik tanah
diantaranya adalah :
pemadatan yang dipakai adalah Proctor Standard Test. Pengujian ini dilakukan
untuk mengetahui nilai kadar air optimum serta mengetahui berat isi kering
maksimum.
Hal ini diperlukan karena dalam proses pencampuran (mix design) yang
akan dilakukan dapat diibaratkan bahwa tanah asli yang telah dicampur yang
bersifat sebagai tanah disturbed dianggap memiliki kepadatan lapangan dan kadar
memberikan efek dan bereaksi dengan tanah tersebut. Dalam percobaan ini
ditetapkan lama waktu pemeraman yaitu 7 (tujuh) hari untuk semua variasi
campuran.
Pembuatan benda uji dilakukan dengan cara trial error, yaitu dengan
mengupayakan kadar air campuran tanah, semen dan abu sekam padi sama
dengan sampel tanah asli. Hal ini dilakukan berulang-ulang sehingga didapat
Jika sampel dengan kadar air yang pas sudah didapat maka dapat
dilakukan pengujian selanjutnya. Namun secara teori jika suatu tahan dicampur
dalam grafik hubungan kadar air dengan berat isi kering maksimumnya.
Dilakukan pada sampel tanah asli dan tanah remoulded serta tanah lempung yang
telah distabilisasi dengan campuran semen dan abu sekam padi. Setelah dilakukan
pencampuran tanah dan dilakukan pemeraman selama 7 hari, pengujian kuat tekan
bebas segera dilakukan. Kemudian dari hasil pengujian kuat tekan bebas diperoleh
nilai kuat tekan bebas tanah (qu) dan selanjutnya dari hasil nilai qu diperoleh
hasil seluruh pengujian diperoleh, maka perlu dilakukan pengumpulan data serta
analisa data dari hasil pengujian laboratorium agar dapat diketahui variasi
Pada bab ini akan dipaparkan penjelasan dan pembahasan terhadap hasil
beberapa pengujian yang dilakukan pada tanah yang berasal dari Jalan Raya
Hasil uji sifat fisik tanah asli ditunjukkan pada Tabel 4.1. Hasil-hasil
• Kadar Air
• Berat Jenis
• Batas-batas Atterberg
No Pengujian Hasil
persentase tanah lolos ayakan no. 200 sebesar 62,00% dan nilai batas cair (liquid
limit) sebesar 44,23% maka sampel tanah memenuhi persyaratan > 35% lolos
ayakan no. 200 dengan minimal lolos ayakan no. 200 sebesar 36%, memiliki batas
cair (liquid limit) ≥ 41 dan indeks plastisitas (plasticity index) > 11, sehingga
persentase tanah lolos ayakan no. 200 sebesar 62% dan nilai batas cair (liquid
limit) sebesar 44,23% sehingga dilakukan plot pada grafik penentuan klasifikasi
tanah yaitu yang ditunjukkan pada Gambar 4.1. Dari hasil plot diperoleh tanah
sampai sedang.
Pada Gambar 4.2 dapat dilihat hasil analisa saringan pada butiran tanah.
Limit.
Hasil pengujian sifat fisik tanah lempung yang telah distabilisasi dengan
dengan campuran semen dan abu sekam padi ditunjukkan pada Tabel 4.2.
50
40
30
LL
20
10
0
2% PC 2% PC 2% PC 2% PC 2% PC 2% PC 2% PC 2% PC 2% PC 2% PC 2% PC 2% PC 2% PC
+ 3% + 4% + 5% + 6% + 7% +8% + 9% +10% + 11% + 12% + 13% + 14% + 15%
ASP ASP ASP ASP ASP ASP ASP ASP ASP ASP ASP ASP ASP
VARIASI CAMPURAN
Gambar 4.4. Grafik Hubungan antara Nilai Batas Cair (LL) dengan Variasi
Campuran PC dan ASP dengan Waktu Pemeraman selama 7 hari.
semen dan abu sekam padi memperlihatkan penurunan nilai batas cair.
semen dan abu sekam padi sehingga butiran-butiran tanah menjadi lebih besar dan
25
20
PL 15
10
VARIASI CAMPURAN
Gambar 4.5. Grafik Hubungan antara Nilai Batas Plastis (PL) dengan Variasi
Campuran PC dan ASP dengan Waktu Pemeraman selama 7 hari.
batas plastis akibat penambahan bahan stabilisasi. Hal ini menunjukkan terjadinya
pertukaran ion-ion K+ dan Na+ oleh ion-ion Ca++ dan Mg++ yang terkandung
50
40
30
IP
20
10
0
2% PC 2% PC 2% PC 2% PC 2% PC 2% PC 2% PC 2% PC 2% PC 2% PC 2% PC 2% PC 2% PC
+ 3% + 4% + 5% + 6% + 7% +8% + 9% +10% + 11% + 12% + 13% + 14% + 15%
ASP ASP ASP ASP ASP ASP ASP ASP ASP ASP ASP ASP ASP
VARIASI CAMPURAN
Gambar 4.6. Grafik Hubungan Antara Nilai IP dengan Variasi Campuran PC dan
ASP dengan Waktu Pemeraman selama 7 hari.
stabilisasi maka nilai indeks plastisitas akan menurun. Hal ini terjadi seiring
penyusutan dari tanah yang bersangkutan. Hal ini disebabkan terutama oleh proses
hidrasi dari semen yang ditambahkan ke tanah. Proses ini memperkuat ikatan
antara partikel-partikel tanah, sehingga terbentuk butiran yang lebih keras dan
Ditambah dengan bahan stabilisasi berupa abu sekam padi. Silika dan
alumina dari abu sekam padi bercampur dengan air membentuk pasta yang
yang dikelilingi bahan sementasi yang lebih sulit ditembus air akan membuat
campuran tanah-abu sekam padi lebih tahan terhadap penyerapan air sehingga
hubungan antara kadar air optimum dan berat isi kering maksimum. Hasil uji
pemadatan tanah tertera dalam Tabel 4.3 dan kurva kepadatan tanah ditunjukkan
2
1,9
1,8 ZAV Line
1,7
1,6
1,5
γd (gr/cm3)
1,4 Wopt
1,3 Dmax
1,2
1,1
1
0,9
0,8
0,7
0,6
0,5
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
w (%)
campuran semen dan abu sekam padi yang diperoleh adalah nilai kepadatan
maksimum (γd maks) dengan kadar air optimum (Wopt) sebagaimana ditunjukkan
Tabel 4.4. Data Hasil Uji Pemadatan Tanah dengan Bahan Stabilisator
Dari hasil uji pemadatan tanah yang dilakukan pada tanah asli diperoleh
nilai berat isi kering tanah sebesar 1,24 gr/cm³. Pada penambahan 2% semen dan
3% - 6% abu sekam padi terjadi kenaikan nilai berat isi kering dan penurunan
sekam padi mengisi rongga pori tanah, yang pada kondisi tanah asli, rongga pori
tersebut terisi oleh air dan udara. Akibat adanya semen dan abu sekam padi
dalam rongga pori tanah persentase air yang dikandung tanah menjadi berkurang.
Peningkatan jumlah partikel padat pada tanah berdampak pada peningkatan berat
Tetapi pada penambahan 2% semen dan 7%-15% abu sekam padi terlihat
bahwa nilai berat isi kering tanah cenderung mengalami penurunan. Hal ini
dikarenakan semakin banyak abu sekam padi, maka pengikatan air oleh abu
tanah. Berikut pada Gambar 4.8 disajikan grafik hubungan antara nilai kepadatan
1,5
1,4
γd maks (gr/cm³)
1,3
1,2
1,1
1
2% PC 2% PC 2% PC 2% PC 2% PC 2% PC 2% PC 2% PC 2% PC 2% PC 2% PC 2% PC 2% PC
+ 3% + 4% + 5% + 6% + 7% +8% + 9% +10% + 11% + 12% + 13% + 14% + 15%
ASP ASP ASP ASP ASP ASP ASP ASP ASP ASP ASP ASP ASP
VARIASI CAMPURAN
Gambar 4.8. Grafik Hubungan antara Berat Isi Kering Maksimum ( γd maks ) Tanah
dengan Variasi Campuran dengan Waktu Peram selama 7 hari.
35
30
25
Wopt (%)
20
15
10
0
2% PC 2% PC 2% PC 2% PC 2% PC 2% PC 2% PC 2% PC 2% PC 2% PC 2% PC 2% PC 2% PC
+ 3% + 4% + 5% + 6% + 7% +8% + 9% +10% + 11% + 12% + 13% + 14% + 15%
ASP ASP ASP ASP ASP ASP ASP ASP ASP ASP ASP ASP ASP
VARIASI CAMPURAN
Gambar 4.9. Grafik Hubungan antara Kadar Air Optimum Tanah ( Wopt ) dan
Variasi Campuran dengan Waktu Peram selama 7 hari.
peningkatan kadar air optimum. Hal ini dikarenakan semakin banyak air yang
masuk meresap melalui pori-pori tanah, maka akan semakin besar pengikatan abu
sekam padi terhadap air, sehingga campuran tanah menjadi jenuh dan menurunkan
kepadatan tanahnya.
Hasil dari pengujian ini adalah nilai kuat tekan bebas tanah (qu) pada tanah
asli, tanah remoulded (buatan) dan pada tiap variasi tanah yang telah dicampur
dengan stabilisator semen dan abu sekam padi dengan waktu pemeraman selama 7
hari.
kekuatan geser yaitu (cu) pada setiap variasi campuran yang dapat dilihat pada
Tabel 4.5.
2
qu (kg/cm²)
Undisturbed
Remoulded
1
0
0 5 10 15
Strain (%)
Gambar 4.10. Grafik Hubungan antara Nilai Kuat Tekan Tanah (qu) dengan
Regangan (strain) yang diberikan pada Sampel Tanah Asli dan Tanah Remoulded
Nilai kuat tekan tanah pada tanah asli adalah sebesar 2,88 kg/cm²,
penurunan yang cukup besar seperti terlihat pada Gambar 4.10. Penurunan ini
diakibatkan oleh perlakuan berupa kerusakan struktur tanah yang diterima oleh
5
4,5
4
3,5
qu (kg/cm²)
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
VARIASI CAMPURAN
Gambar 4.11. Grafik Hubungan antara Nilai Kuat Tekan Tanah (qu) dengan
Variasi Campuran dengan Waktu Pemeraman selama 7 hari.
Pada pengujian kuat tekan tanah pada tanah asli diperoleh nilai kuat tekan
peningkatan nilai qu menjadi 3.82 kg/cm² dan ini merupakan nilai qu tertinggi.
bertambahnya kadar abu sekam padi dalam campuran. Tetapi nilai qu pada variasi
ini masih lebih tinggi dari nilai qu tanah asli. Berarti abu sekam padi hanya efektif
pada kadar 3% dan 4% saja. Kenaikan nilai qu disebabkan senyawa kimia yang
terkandung dalam abu sekam padi berhasil melakukan ikatan dengan partikel
menjadi 2,80 kg/cm², penurunan yang terjadi cukup signifikan pada variasi
campuran ini bahkan nilai qu nya lebih rendah dari qu tanah asli. Dan akan
semakin menurun seiring dengan bertambahnya kadar abu sekam padi dari 6% -
15 %. Dengan demikian semakin banyak penambahan semen dan abu sekam padi
tanah. Hal ini dikarenakan penambahan kadar abu sekam padi pada tanah
memperkecil lekatan antara butiran tanah dan air, sehingga tanah menjadi mudah
V.1 Kesimpulan
2. Menurut AASHTO, sampel tanah tersebut termasuk dalam jenis A-7-6 yaitu
3. Dari uji Proctor Standart diperoleh kadar air optimum (wopt) sebesar 20,41 %
dan berat isi kering maksimum (γd) sebesar 1,24gr/cm³, sedangkan pada
tertinggi yaitu sebesar 1,41 gr/cm³ dan kadar air optimum (wopt) sebesar 18,12
%. Meskipun begitu pada penambahan kadar abu sekam padi sebanyak 4%,
5% dan 6%, campuran semen dan abu sekam padi masih efektif berfungsi
4. Dari uji Atterberg pada tanah asli (undisturbed) diperoleh nilai Liquid Limit
sebesar 44,23 dan Indeks Plastisitas sebesar 29,85. Pada variasi campuran
2% (PC) + 3% (ASP) diperoleh nilai Liquid Limit sebesar 43,54 dan Indeks
kadar abu sekam padi yang ditambahkan, maka sifat plastisitas tanah
5. Dari uji Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compression Test) yang dilakukan
pada tanah asli diperoleh nilai kuat tekan tanah (qu) sebesar 2,88 kg /cm² ,
0,69 kg/cm². Proses stabilisasi yang dilakukan pada berbagai variasi abu
sekam padi diperoleh kesimpulan bahwa material abu sekam padi hanya
tanah yang distabilisasi, yaitu dengan nilai kuat tekan tanah sebesar 3,82
kg/cm² dan 3,64 kg/cm². Semakin banyak kadar abu sekam padi yang
6. Dari penurunan nilai kuat tekan pada tanah yang mengalami kerusakan
7. Proses stabilisasi dengan semen dan abu sekam padi ini belum pernah
yaitu ketersediaan bahan abu sekam padi mulai tahun ini akan menemui
kesulitan karena petani akan mengambil bagian-bagian dari padi yang akan
9. Dari segi kekuatan yang dihasilkan bahan tambah abu sekam padi dalam
penerapan di lapangan.
1. Melihat hasil penelitian ini, perlu adanya variasi penambahan semen guna
2. Hasil penelitian ini menunjukkan penggunaan abu sekam padi sebagai bahan
Adha, I., 2011. Pemanfaatan Abu Sekam Padi sebagai Pengganti Semen pada
Metoda Stablisasi Tanah Semen, Jurnal Rekayasa
,Vol.15,No.1(Online),(http://ftsipil.unila.ac.id/ejournals/index.php/jrekayas
a/article/download/107/pdf, diakses 26 Juni 2013).
Alhassan, M. dan Mustapha, A.,2007. Effect of Rice Husk Ash on Cement
Stabilized Laterite. Leonardo Electronic Journal of Practices and
Technologies, Issue 11, p. 47-58.
Ariyani, N., 2007. Perbaikan Tanah Lempung dari Grobogan Purwodadi dengan
Campuran Semen dan Abu Sekam Padi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Teknik,UKRIMYogyakarta,(Online),(http://ejurnal.ukrimuniversity.ac.id/fil
e/21206.pdf, diakses 26 Juni 2013).
Basha, E., 2005. Stabilization Of Residual Soil with Rice Husk Ash and Cement,
Construction and Building Materials, Vol. 19, pp. 448-453.
Bowles, J. E., 1993. Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah).
Jakarta :Erlangga.
Brooks, R., 2009. Soil Stabilization with Fly Ash and Rice Husk Ash, International
Journal of Research and Reviews in Applied Sciences 1, pp. 209-217.
Das, B. M., 1994. Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayas Geoteknis) Jilid II.
Jakarta : Erlangga.
Rezki, A., 2013. Kajian Kuat Tekan Bebas pada Tanah Lempung yang
distabilisasi dengan Abu Ampas Tebu dan Semen, Tugas Akhir, Bidang
Studi Geoteknik, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera Utara.
Silaban, F.A., 2012. Kajian Efektifitas Semen dan Fly Ash dalam Stabilisasi
Tanah Lempung dengan Uji Triaksial CU dan Aplikasinya pada Stabilisasi
Lereng,Tugas Akhir, Bidang Studi Geoteknik, Departemen Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Sinaga, H.P., 2013. Pengujian Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compression Test)
pada Stabilitas Tanah Lempung dengan Campuran Semen dan Abu
Cangkang Sawit, Tugas Akhir, Bidang Studi Geoteknik, Departemen
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Yuniarti, R., 2008. Perbandingan Nilai Daya Dukung Dasar Badan Jalan yang
distabilisasi dengan Semen dan Abu Sekam Padi, Jurusan Teknik
Sipil,Fakultas Teknik,Universitas Mataram.
http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Undergraduate-22546..pdf, diakses
tanggal 18 Juni 2013.