PERKUATAN GEOGRID
(Studi Kasus Jalan Medan – Berastagi, Desa Sugo)
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh :
IRO GANDA
05 0404 118
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA 2012
Kelongsoran tanah merupakan salah satu yang paling sering terjadi pada
bidang Geoteknik akibat meningkatnya tegangan geser suatu massa tanah atau
menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan geser dari
suatu massa tanah tidak mampu memikul beban kerja yang terjadi. Gangguan
terhadap stabilitas lereng dapat disebabkan oleh berbagai kegiatan manusia maupun
kondisi alam. Lereng yang tidak stabil sangatlah berbahaya terhadap lingkungan
sekitarnya, oleh sebab itu analisis stabilitas lereng sangat diperlukan. Pada kasus ini
Tujuan studi ini adalah melakukan analisis stabilitas lereng pada kondisi awal
beban Counterweight dibelakang Sheet Pile. Adapun metode yang dilakukan untuk
Dan pada Tugas Akhir ini didapatkan hasil nilai Safety Faktor pada kondisi
awal sebesar 0,67. Nilai Safety Faktor pada perkuatan standard yang menggunakan
Geogrid dan Sheet Pile sebesar 1.18. Nilai Safety Faktor dengan menggunakan
sebesar 1,35. Perhitungan Safety Faktor teraman adalah pada penambahan beban
kelongsoranpun kecil.
menyelesaikan Tugas Akhir ini sebagai syarat utama dalam memperoleh gelar
sarjana Teknik dari Universitas Sumatera Utara dengan judul “Analisis Stabilitas
lepas dari bimbingan, bantuan dan dukungan dari banyak pihak, baik moriil maupun
materiil, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Roesyanto, M.S.C.E selaku pembimbing Tugas Akhir,
yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dalam memberikan
4. Kepada bapak dan ibu pembanding yang juga selaku penguji, bapak Dr. Ir.
Sofian Asmirza, S. Msc. ,bapak Ir. Rudi Iskandar, ST. MT. , dan ibu Ika Puji
Secara khusus, penulis juga ingin menyampaikan terima kasih yang tulus dan
sedalam-dalamnya kepada:
kasih sayang, dukungan dan doa yang selalu menyertai penulis. Kepada
kakak saya Elfrida Sitohang, SKM , adik-adik saya yang saya sayangi,
Paulus Rob Sugandi. Sitohang, dan David Fetrihot Sitohang, saya ucapkan
NST, Fari Gesit, Tonggo Surbakti, Ronald Kobe. S, Heddy Sianipar, Albert
Rei. M, Aran Gregorius. S, Saur. P, Aswadi, dan juga teman-teman yang lain
3. Kepada teman – teman diluar dari Teknik Sipil, Rotua. SE, Desmond. S,
Benjamin. R, Turbol S, dan teman-teman lain yang tidak dapat saya ucapkan
satu persatu, saya ucapkan terima kasih atas semua dukungan doanya.
4. Semua pihak yang telah turut membantu penulis, yang tidak dapat saya
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini jauh dari sempurna, karena
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis, untuk itu penulis akan sangat
terbuka terhadap segala saran maupun kritik mengenai Tugas Akhir ini.
Penulis
ABSTRAK.............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan...........................................................................................3
1.3 Metodologi...................................................................................3
2.1 Geogrid.........................................................................................5
2.6 Tanah............................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Tabel :
Gambar
2.18 Distribusi tekanan tanah dalam keadaan diam pada dinding penahan...........45
10
11
Kelongsoran tanah merupakan salah satu yang paling sering terjadi pada
bidang Geoteknik akibat meningkatnya tegangan geser suatu massa tanah atau
menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan geser dari
suatu massa tanah tidak mampu memikul beban kerja yang terjadi. Gangguan
terhadap stabilitas lereng dapat disebabkan oleh berbagai kegiatan manusia maupun
kondisi alam. Lereng yang tidak stabil sangatlah berbahaya terhadap lingkungan
sekitarnya, oleh sebab itu analisis stabilitas lereng sangat diperlukan. Pada kasus ini
Tujuan studi ini adalah melakukan analisis stabilitas lereng pada kondisi awal
beban Counterweight dibelakang Sheet Pile. Adapun metode yang dilakukan untuk
Dan pada Tugas Akhir ini didapatkan hasil nilai Safety Faktor pada kondisi
awal sebesar 0,67. Nilai Safety Faktor pada perkuatan standard yang menggunakan
Geogrid dan Sheet Pile sebesar 1.18. Nilai Safety Faktor dengan menggunakan
sebesar 1,35. Perhitungan Safety Faktor teraman adalah pada penambahan beban
kelongsoranpun kecil.
Universitas Sumatera
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Umum
Tanah adalah gabungan dari partikel partikel padat, air, dan udara. Ketika tanah
berada di bawah muka air tanah (tidak ada udara), maka tanah tersebut dalam
keadaan saturated.
Ukuran partikel pada tanah bervariasi, dan dengan adanya variasi itu tanah
dapat dikategorikan dalam beberapa bagian. Tanah dengan partikel besar (pasir dan
Dengan kata lain, air tidak hanya mengisi ruang pori antar partikel tanah, tetapi
dapat mengalir melalui partikel tanah juga. Fakta bahwa air mengalir menurun
ketempat yang lebih rendah berdasarkan gaya grafitasi juga terjadi di rongga tanah.
Property pada tanah berkaitan dengan kemampuan air untuk mengalir melalui ruang
pori atau yang biasa disebut permeability. Semakin kecil ukuran partikel, semakin
Dalam kasus tanah tidak kohesif, ukuran partikel yang relatif besar
memungkinkan air cepat keluar dari bawah beban, dan penurunan biasa terjadi
sangat cepat. Tetapi jika tanah kohesif dengan partikel yang kecil, gerakan air bisa
sangat lambat. Terkadang dalam beberapa bulan atau sampai beberapa tahun.
Bangunan yang dibangun diatas tanah kohesif tidak memiliki permasalahan pada
awalnya tetapi seiring pertambahan waktu penurunan dapat terjadi secara signifikan,
Universitas Sumatera
Kelongsoran tanah merupakan salah satu yang paling sering terjadi pada
bidang Geoteknik akibat meningkatnya tegangan geser suatu massa tanah atau
menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan geser
darisuatu massa tanah tidak mampu memikul beban kerja yang terjadi. Pada kasus ini
mengalami kelongsoran.
Pada Tugas Akhir ini metode yang dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah
Dalam kasus ini kondisi tanah mengalami kelongsoran yang cukup besar, yang
mengakibatkan kelongsoran hingga badan jalan. Oleh sebab itu timbunan tanah yang
akan digunakan akan dilapisi dengan Geogrid. Dimana geogrid akan diletakkan
kelongsorannya.
Universitas Sumatera
Gambar 1.2 Perencanaan perkuatan tanah menggunakan Geogrid dan Retaing Wall.
1.2 Tujuan
Sheetpile.
1.3 Metodologi
Metodologi yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini antara lain sebagai
berikut :
2. Studi literatur dari berbagai referensi buku dan sumber lainnya yang membahas
Universitas Sumatera
3. Menganalisis parameter tanah pada lokasi.
Pada penulisan tugas akhir, ruang lingkup dari pembahasan yang akan dilakukan
2. Beban berjalan yang digunakan sesuai beban sumbu pada kendaraan yang
Pada bab I menjelaskan latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup,
Pada bab II dibahas tentang dasar teori yang berhubungan perkuatan tanah
Pada bab III menguraikan hasil analisis dari metode yang dipergunakan dan
Universitas Sumatera
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. GEOGRID
Istilah Geosintetik berasal dari kata geo, yang berarti bumi atau dalam dunia
teknik sipil diartikan sebagai tanah pada umumnya, dan kata synthetic yang berarti
bahan buatan, dalam hal ini adalah bahan polimer. Bahan dasar geosintetik
keausan, sinar ultra violet dan mikro organisme. Polimer utama yang digunakan
(PP) dan Polyethylene (PE). Jadi istilah geosintetik secara umum didefinisikan
digunakan untuk stabilisasi dan perbaikan tanah dikaitkan dengan pekerjaan teknik
sipil. Pemanfaatan geotekstil merupakan cara modern dalam usaha untuk perkuatan
tanah lunak.
2. Untuk konstruksi teknik sipil yang mempunyai umur rencana cukup lama dan
mendukung beban yang besar seperti jalan rel dan dinding penahan tanah.
pelindung.
Universitas Sumatera
1. Timbunan tanah diatas tanah lunak
dukung. Pertimbangan lain adalah bahwa stabilitas timbunan kritis pada akhir
konstruksi. Hal ini dikarenakan permeabilitas tanah lempung lunak yang tidak
konstruksi, beban telah diterapkan, tetapi tidak ada peningkatan kuat geser tanah
akibat konsolidasi.
pada awal kosntruksi mengakibatkan tegangan vertikal yang melewati tegangan pra-
konsolidasinya.
terkonsolidasi (kuat geser meningkat berarti) sampai saat dapat memikul beban
penggunaan geotekstil adalah bahwa geotekstil tidak tahan terhadap sinar ultra violet.
Universitas Sumatera
Tetapi hal ini dapat diatasi dengan penutupan berupa pasangan batu kali ataupun
berongga dari bahan polymer. Pada umumnya sistem serat tikar banyak digunakan
untuk memperkuat badan timbunan pada jalan, lereng atau tanggul dan dinding
sangat rendah untuk konstruksi timbunan jalan raya, maupun sebagai lapisan
bekerja.
• Geotekstil
• Geogrid
Universitas Sumatera
• Geonet
• Geokomposit
• Geopipe
Teknologi Geosinteik telah berkembang menjadi salah satu pionir dalam hal
daya dukung tanah dasar, penurunan yang terlalu besar dalam jangka waktu lama,
kelongsoran dan gelincir serta sampai permasalahan akibat air tanah pada timbunan
ditanggungnya.
Universitas Sumatera
Fungsi utama dari geosintetik adalah :
1. Filtrasi
Dengan adanya fungsi ini, air atau cairan dapat dengan mudah melewati material
geosintetik pada arah yang tegak lurus dengan bidang geosintetik tersebut, namun
ke agregat drainase atau pipa saluran, ketika dilakukan pengaturan aliran air pada
tanah.
2. Drainase
3. Pemisah
dengan tanah dasar yang lunak. Melalui fungsi separasi ini, diharapkan properti
4. Perkuatan
kemampuan yang baik terhadap tekan dan lemah terhadap gaya tarik, pemakaian
geosintetik akan berperan memikul gaya tarik yang harus dipikul tanah.
5. Penghalang
Universitas Sumatera
Geosintetik berguna untuk menghalangi aliran cairan atau gas dari satu lokasi ke
lokasi lainnya. Aplikasi ini didapat dalam overlay perkerasan aspal, pembungkus
6. Proteksi
Umumnya fungsi geosintetik jenis ini diperlukan untuk melindungi suatu material
lain atau lapisan dari kerusakan akibat tusukan benda-benda tajam. Jenis lapisan
kedap air. Geogrid mempunyai konfigurasi berupa grid, yaitu mempunyai lubang
yang cukup besar di antara rusuk-rusuknya. Mempunyai tegangan kecil dan hanya
konstruksinya dapat diberikan lebih dari satu lapis sesuai kebutuhan dan hasil dari
Dengan beban di atas tanah, tanah menahan tekan yang diberikan beban, Geogrid
menahan tarik, seperti pada tulangan yang diberikan pada bangunan. Beton
dengan nama Geotextile. Geogrid sendiri adalah inovasi yang dibuat untuk menutupi
perkuatan. Suatu hal yang tidak dimiliki Geotextile, namun Geogrid dapat
Universitas Sumatera
2.1.1 Jenis Geogrid
Geogrid adalah salah satu jenis material Geosintetik yang mempunyai bukaan
yang cukup besar dan kekakuan badan yang lebih baik dibanding Geotextile.
Polyphropylene
Polyethylene
Polyesther
persegi.
segitiga.
Fungsi Geogrid
1. Geogrid Uniaxial
Universitas Sumatera
2. Geogrid Biaxial
Berfungsi sebagai stabilisasi tanah dasar. Seperti pada tanah dasar lunak (soft
3. Geogrid Triax
Fungsinya sama dengan Biaxial sebagai material stabilisasi tanah dasar lunak,
hanya saja performanya lebih baik. Hal ini disebabkan bentuk bukaan
Indonesia untuk perkuatan tanah pada DPT (dinding penahan tanah) dan untuk
longsoran. Material ini memilki kuat tarik 40 kN/m hingga 190 kN/m. Geogrid
jenis ini biasanya dipakai untuk perkuatan dinding penahan tanah dan perbaikan
Geogrid Uni Axial berfungsi sebagai material perkuatan pada sistem konstruksi
reinforcement)
Universitas Sumatera
Gambar 2.2 Geogrid Uni-Axial
2. Geogrid Bi-Axial
Bi-axial Geogrids dari bahan dasar polypropylene (PP) dan banyak digunakan di
Indonesia sebagai bahan untuk meningkatkan tanah dasar lunak (CBR < 1%). Bi-
struktur lubang bujursangkar ini partikel tanah timbunan akan saling terkunci dan
kuat geser tanah akan naik dengan mekanisme penguncian ini. Kuat tarik bervariasi
Geogrid Bi-Axial berfungsi sebagai stabilisasi tanah dasar. Seperti pada tanah dasar
lunak (soft clay maupun tanah gambut). Metode kerjanya adalah interlocking, artinya
mengunci agregat yang ada di atas Geogrid sehingga lapisan agregat tersebut lebih
Universitas Sumatera
Gambar 2.3 Geogrid Bi-Axial
3. Geogrid Triax
Fungsinya sama dengan Biaxial sebagai material stabilisasi tanah dasar lunak, hanya
saja performance nya lebih baik. Hal ini disebabkan bentuk bukaan segitiga lebih
4. Pemasangan yang mudah dan dapat membangun lebih tinggi dan tegak,
Universitas Sumatera
8. Tidak mempunyai resiko yang besar jika terjadi deformasi struktur, dan
9. Tipe elemen penutup lapisan luar dinding penahan dapat dibuat dalam bentuk
10. Biasanya perbaikan tanah dengan perkuatan dilakukan secara horisontal artinya
Perkuatan horizontal dapat menerima beban tekan dari permukaan atau tarik dari
arah horizontal. Sedangkan perbaikan tanah arah vertikal lebih utama menerima
gaya tarik. Karena bahan Geogrid sangat peka terhadap naik turunnya temperatur
udara, dimana pemuaian akan sangat mudah terjadi terhadap bahan geogrid pada saat
Pada beton, tulangan yang diberikan pada balok ataupun pelat dalam
kekuatan. Gaya luar dalam bentuk momen positif akan dilawan oleh gaya dalam
yang dilakukan oleh tulangan. Beton akan bekerja menahan gaya tekan, tulangan
menahan gaya tarik, sehingga kombinasi antara keduanya akan mampu menahan
beban yang diberikan pada balok atau pelat tersebut. Tanah bertulang berawal dari
Universitas Sumatera
tulangan alamiah oleh akar tanaman dan pohon, yang berkembang menjadi tulangan
buatan yang dipadatkan bersama dengan lapisan tanah di belakang dinding penahan.
Ikatan antara tulangan dan tanah menaikkan kekuatan arah horizontal dan vertikal,
sisi tanah di belakang dinding penahan mampu berdiri tegak, tingginya naik, daya
pikul naik, sehingga secara teoritis, tanah bertulang mampu berdiri sendiri, dan
prinsip tanah bertulang hampir sama dengan beton bertulang. Menggabungkan dua
material yang mempunyai sifat berbeda agar membentuk satu kesatuan struktur yang
saling menopang.
Tanah bertulang pada dinding penahan adalah konstruksi material yang terdiri
dari material timbunan friksional dan lembaran perkuatan (tulangan) linear, biasanya
ditempatkan secara horisontal. Sistem tulangan, yang dapat menahan gaya tarik yang
tinggi, menahan deformasi lateral massa tanah yang diperkuat. Struktur perkuatan
digabungkan dengan timbunan, membentuk massa tanah bertulang, dan lapisan luar,
dari kelongsoran.
engineer Prancis H. Vidal pada tahun 1963, ditandai dengan : (1) Dinding penahan
tanah pertama yang dibangun di Pragneres, Prancis pada 1965. (2) Kelompok
Prancis selama tahun 1968-1969. Sepuluh dinding penahan tanah dengan luas total
Universitas Sumatera
permukaan dinding penahan sekitar 6600 square yard dibangun di lereng yang tidak
stabil. (3) Abutment jembatan untuk jalan raya pertama (ketinggian 46 ft) dibangun
Thionville di 1972. (4) Dinding penahan pertama dibangun di Amerika Serikat pada
tahun 1972 pada California State Highway 39 timur laut Los Angeles.
yang signifikan jika dibandingkan dengan alternatif lain yang konvensional bagi
kondisi pondasi di tempat tinggi yang sangat sulit. Komponen penyusun suatu
dinding penahan tanah dengan perkuatan adalah : perkuatan atau tulangan, tanah
timbunan atau tanah asli, elemen untuk lapisan luar dinding penahan. Umumnya,
gesekan antara tanah dan perkuatan. Dengan gaya gesekan ini, tanah mentransfer
Pengetahuan tentang transfer tegangan pada tanah bertulang telah berkembang dari
banyak uji gaya cabut (pullout) pada tulangan yang diletakkan pada keadaan yang
sebenarnya atau pada model. Tanah dan tulangan membentuk satu kesatuan struktur
yang saling menopang dan membagi beban agar dapat dipikul bersama-sama.
Transfer geser dapat dilihat pada Gambar 2.5. Beban yang dapat ditransfer per
luasan tulangan tergantung pada karakteristik interface tanah dan material tulangan,
Universitas Sumatera
Gambar 2.5 Transfer geser tanah-tulangan
bergantung pada sifat sifat tegangan-tegangan tanah, dimana sifat ini juga
dipengaruhi oleh besarnya tegangan yang bekerja. Akibatnya, koefisien geser relatif
antara tanah dan tulangan (μ) tidak dapat langsung ditentukan dengan satu analisis
saja. Karena itu, hasil pengujian seperti uji pullout, uji geser langsung (direct shear
test), uji model yang dilengkapi dengan alat-alat uji, uji struktur skala penuh sering
digunakan sebagai dasar untuk memilih nilai-nilai koefisien geser relatif tanah-
tulangan yang dianggap cocok dengan strukturnya. Analisis keseimbangan lokal dari
bagian tulangan dalam tanah menghasilkan kondisi transfer seperti yang terlihat pada
Gambar 2.6.
dT = T2 – T1 = β b τ (dl) (2.1)
dimana :
Universitas Sumatera
Gambar 2.6 Variasi gaya tarik sepanjang tulangan
τ = μ σv (2.2)
dimana :
konstruksi yang berbeda dalam uji geser langsung adalah dalam rentang 0.5-0.8 kali
dimana : δ = sudut geser antara tanah dan permukaan yang rata. ø = sudut geser
dalam tanah
Universitas Sumatera
Jika nilai σv diketahui, maka akan lebih mudah untuk menghitung nilai
tulangan dan tanah. Lebih spesifik lagi, regangan geser dibebankan di atas tanah
berbutir yang padat, tanah akan cenderung mengembang. Jika kecenderungan untuk
sebagian) dengan kondisi batas, tegangan confining lokal dapat naik secara
efek mengembang pada koefisien geser dihitung dari uji pullout. Lagipula, dengan
kemungkinan yang hanya dimiliki geotekstil, tidak ada tulangan yang mempunyai
permukaaan rata dan halus sepanjang permukaannya. Oleh sebab itu, koefisien geser
yang paling dapat dipercaya diukur dari pengukuran langsung (tampak). Nilainya
yang ditentukan disebut sebagai koefisien geser efektif atau tampak, dan biasanya
diambil dari tegangan geser tersebar rata-rata sepanjang tulangan dibagi dengan
tersebut per satuan luas terhadap keruntuhan atau pergeseran sepanjang bidang geser
dalam tanah yang dimaksud. Mohr (1980) menyuguhkan sebuah teori tentang
keruntuhan pada material yang menyatakan bahwa keruntuhan terjadi pada suatu
Universitas Sumatera
Garis keruntuhan (failure envelope) sebenarnya berbentuk garis lengkung.
Namun, untuk sebagian besar masalah-masalah mekanika tanah, garis tersebut cukup
didekati dengan sebuah garis lurus yang menunjukkan hubungan linear antara
tegangan normal dan tegangan geser (Coulomb, 1776), seperti yang terlihat pada
Gambar 2.7.
τf = c + σ tan θ (2.4)
dimana :
τf = Tegangan geser
c = kohesi
σ = tegangan normal
Gambar 2.7 Hubungan linear antara tegangan normal dan tegangan geser
parameter kekuatan geser tanah bertambah, sehingga struktur semakin kuat menahan
Universitas Sumatera
beban. Oleh karena itu, tulangan disebut sebagai material perkuatan. Berikut adalah
bergantung pada interaksi antara tanah dan tulangan atau koefisien geser tampak
(μ*). Untuk mendapatkan koefisien geser tampak, maka dilakukanlah uji pullout.
Pada uji pullout, tulangan ditarik dari massa tanah dan kurva antara displacement-
gaya pullout dicatat. Akibat dari dilatansi tanah yang bertambah di sekeliling
tulangan, tegangan normal yang bekerja pada permukaan tulangan sebenarnya telah
diketahui. Uji pullout hanya menghasilkan koefisien geser tampak (μ*) yang
𝜇*= τ
= τ
(2.5)
σ 2bLσv
dimana :
σv = tegangan overburden
b = lebar tulangan
L = panjang tulangan
Angka 2 di atas, menunjukkan bahwa gaya geser bekerja pada dua sisi tulangan, sisi
Universitas Sumatera
Pada tanah berbutir yang padat, nilai μ* biasanya lebih besar dari nilai yang
diperoleh dari uji geser langsung, hal ini disebabkan oleh tanah berbutir padat di
selama diberikan tegangan geser. Ketika tulangan tanah berupa lembaran berusuk
peningkatan pada volume daerah geser atau peningkatan tegangan lokal yang
tampak, μ*. Informasi mengenai faktor yang mempengaruhi koefisien geser tampak
μ*, telah ditinjau kembali dan disimpulkan oleh Schlosser dan Elias (1978),
pertanda bahwa nilai puncak dan residual μ* merupakan fungsi dari sifat alamiah
tanah (butiran dan sudut butiran), karakteristik geser tanah, kepadatan tanah, tekanan
tulangan, dan jumlah pasir halus pada timbunan di belakang dinding penahan-faktor
dimana :
Universitas Sumatera
2.3.2 Sudut Geser, Kohesi Tanah dan Tegangan Overburden
Sudut geser yang bekerja pada tanah bertulang ada 2 (dua) jenis, yaitu :
Uji pullout pada tulangan yang dilakukan pada struktur yang sebenarnya, sebaik
bahwa nilai koefisien geser tampak menurun ketika tegangan vertikal overburden
meningkat. Hal ini lebih jelas tampak pada kasus pemakaian tulangan yang berusuk
tinggi, nilai μ* mendekati nilai tan , untuk tulangan yang berusuk yang juga
menyebarkan geser antara butiran tanah ke butiran tanah lainnya. Nilai μ* juga
Mekanisme kenaikan kuat geser tanah yang diperkuat telah diterangkan menurut
beberapa cara :
1. Menurut Schlosser dan Vidal (1969), kuat pullout tulangan dan transfer tegangan
2. Dengan dipakainya tulangan pada tanah, juga berakibat naiknya tegangan kekang,
4. Konsep kelakuan tanah dibuktikan oleh Schlosser dan Long (1972) dari hasil uji
Universitas Sumatera
runtuh akibat penggelinciran. Dengan adanya tulangan, kekuatan sistem bertambah
Gambar 2.8 Penjelasan kohesi tampak pada peningkatan kekuatan karena tulangan
kekuatan bertambah karena konsep kohesi anisotropis tampak yang dijelaskan dalam
diagram Mohr pada Gambar 2.9. c’R adalah kohesi tampak yang dihasilkan
tulangan. σ1R adalah peningkatan tegangan utama mayor pada saat keruntuhan.
Sudut geser dari pasir bertulang diambil sama dengan pasir tanpa tulangan, yang
Universitas Sumatera
Gambar 2.10 Garis kekuatan untuk pasir dan pasir bertulang.
Untuk tulangan yang mempunyai tahanan retak tarik (RT) dan spasi vertikal antara
lapis tulangan horizontal Sv, geometri yang ditunjukkan pada Gambar 2.10
menghasilkan :
𝑅𝑇 𝐾𝑝
𝐶' =
√ (2.9)
𝑅 2𝑆𝑣
dimana :
Kp = tan2 𝜃
(45 + ) (2.10)
2
Seperti yang dinyatakan Yang (197β), kenaikan ΔσγR yang tampak pada tekanan
ΔσγR = 𝑅𝑇 (2.11)
𝑆7
penyebaran gaya tarik pada tulangan relatif kecil pada muka dinding namun semakin
Universitas Sumatera
Bidang longsor hampir berimpit dengan lokasi-lokasi gaya tarik, namun bergantung
4. Bentuk-bentuk yang lain seperti bentuk dua garis linear (bilinear) atau campuran
Berikut pada Gambar 2.11 dan Gambar 2.12 dijelaskan mengenai perbedaan
Universitas Sumatera
2.4.1 Distribusi Tegangan Vertikal
Ada tiga anggapan mengenai tegangan vertikal untuk perancangan dinding penahan
tanah bertulang :
1. Tegangan vertikal untuk sembarang kedalaman dianggap terbagi rata, yaitu sama
𝜎V = 𝛾 𝑧 (2.13)
z = kedalaman
1978)
𝛾Z
𝜎𝑉 = 1− (𝐾𝑎)(𝑍)2 (2.14)
3 𝐿
z = kedalaman
L = lebar dinding
Murray, 1980). Tanah dianggap sebagai struktur yang kaku. Tekanan tanah yang
sehingga akan terjadi tegangan vertikal maksimum di bawah dinding penahan tanah
Z 2
𝜎V = 𝛾 𝑧 (1 ± 𝐾𝑎 ( ) ) (2.15)
𝐿
Universitas Sumatera
Perhitungan tegangan horizontal dianggap sama pada tegangan vertikal tersebut di
atas. Ada tiga anggapan mengenai tegangan horisontal untuk perancangan dinding
𝜎ℎ = 𝐾𝑎 𝛾 𝑧 (2.16)
Schlosser, 1978)
𝐾 𝑎𝛾 Z
𝜎ℎ = 1− (𝐾𝑎)(𝑍)2 (2.17)
3 𝐿
z = kedalaman
L = lebar dinding
3. Tegangan horisontal sama dengan koefisien tekanan tanah lateral (Ka) dikali
Universitas Sumatera
2.4.2.1 Gaya Horisontal yang Ditahan Tulangan
tegangan geser pada bidang ini dianggap sama dengan nol. Gaya tarik maksimum
pias, yaitu dengan menganggap setiap tulangan harus menahan gaya horizontal
sebesar setengah tinggi tanah ke bawah dan setengah tinggi ke atas. Dengan
anggapan tersebut, maka setiap tulangan harus menahan gaya horizontal sebesar:
dimana :
∆H = jumlah dari jarak setengah tinggi tanah bagian atas dan setengah tinggi
Jika spasi vertikal tulangan seragam, maka ∆H = Sv. Untuk kondisi ini, gaya
Untuk tulangan yang berbentul lajur, dengan jarak pusat ke pusat arah vertikal Sv,
Universitas Sumatera
Gambar 2.13 Gaya horizontal yang harus ditahan tulangan
Dalam hitungan gaya horizontal yang harus didukung oleh tulangan, tekanan tanah
lateral dianggap bervariasi secara linear, mengikuti distribusi Rankine. Karena itu
distribusi gaya tarik tulangan (T) juga akan bervariasi secara linear dengan nilai
dari bahaya kelongsoran. Baik akibat beban air hujan, berat tanah itu sendiri maupun
akibat beban yang bekerja di atasnya. Pada saat ini, konstruksi dinding penahan
tanah sangat sering digunakan dalam pekerjaan sipil walaupun ternyata konstruksi
dinding penahan tanah sudah cukup lama dikenal di dunia. Salah satu bukti
peninggalan sejarah bahwa dinding penahan tanah telah digunakan pada masa
lampau adalah Tembok Raksasa China yang mulai dibangun pada zaman Dinasti Qin
(221 SM) sepanjang 6.700 km dari timur ke barat China dengan tinggi 8 meter, lebar
bagian atasnya 5 meter, sedangkan lebar bagian bawahnya 8 meter. Bukti lainnya
yaitu taman gantung Babylonia yang dibangun di atas bukit batuan yang bentuknya
berupa podium bertingkat yang ditanami pohon, rumput dan bunga-bungaan serta
ada air terjun buatan berasal dari air sungai Eufrat yang dialirkan ke puncak bukit
Universitas Sumatera
lalu mengalir melalui saluran buatan, yang dibangun pada zaman raja Nebukadnezar
(612 SM) dengan tinggi 107 meter. Tembok Barat di Yerusalem (37 SM) juga dicatat
sebagai bukti peninggalan sejarah yang telah memakai dinding penahan tanah dalam
konstruksinya, dibangun pada zaman raja Herodes sebagai tembok penyangga kota
Yerusalem. Sekarang, tembok ini lebih populer dengan sebutan tembok rapatan.
Dinding penahan tanah adalah sebuah struktur yang didesain dan dibangun
untuk menahan tekanan lateral (horisontal) tanah ketika terdapat perubahan dalam
elevasi tanah yang melampaui sudut at-rest dalam tanah. Faktor penting dalam
dinding penahan tanah tidak bergerak ataupun tanahnya longsor akibat gaya
kepada sudut geser dalam tanah (phi) dan kohesi (c). Tekanan lateral meningkat dari
atas sampai ke bagian paling bawah pada dinding penahan tanah. Jika tidak
direncanakan dengan baik, tekanan tanah akan mendorong dinding penahan tanah
disebabkan oleh air tanah yang berada di belakang dinding penahan tanah yang tidak
terdisipasi oleh sistem drainase. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk sebuah
dinding penahan tanah mempunyai sistem drainase yang baik, untuk mengurangi
Universitas Sumatera
Di kebanyakan proses konstruksi, terkadang diperlukan perubahan
vertikal atau yang dekat dengan permukaan vertikal tersebut (Whitlow, 2002).
Penampang baru tersebut mungkin saja dapat memikul beban sendiri, tetapi dalam
Dalam analisis stabilitas, kondisi tanah asli ataupun material pendukung sangatlah
Jika struktur dinding penahan tanah telah didukung dengan material lain
sehingga bergerak mendekat ke tanah, maka tekanan horisontal dalam tanah akan
meningkat, hal ini disebut tekanan pasif. Jika dinding penahan bergerak menjauh dari
tanah,
tekanan horisontal akan menurun dan hal ini disebut tekanan aktif. Jika struktur
dinding penahan tanah tidak runtuh, tekanan horisontal tanah dapat dikatakan dalam
tekanan at-rest. Dinding penahan tanah dapat dibedakan atas 2 bagian yakni Sistem
Stabilisasi Eksternal (Externally Stabilized System) yang terbagi atas Gravity Walls
dan In-Situ atau Embedded Walls dan Sistem Stabilisasi Internal (Internally
Stabilized System) yang terbagi atas Reinforced Soil Walls dan In-Situ
Reinforcement.
• Masonry Wall
Dapat terbuat dari beton, batu bata ataupun batu keras. Kekuatan dari material
dinding penahan biasanya lebih kuat daripada tanah dasar. Kakinya biasanya dibuat
Universitas Sumatera
dari beton dan biasanya akan mempunyai lebar sepertiga atau setengah dari tinggi
dinding penahan. Stabilitas dinding ini tergantung kepada massa dan bentuk.
• Gabion Wall
Gabion adalah kumpulan kubus yang terbuat dari galvanized steel mesh atau
woven strip, atau plastic mesh (hasil anyaman) dan diisi dengan pecahan batu atau
drainase bebas.
• Crib Wall
Dinding penahan tanah jenis ini dibentuk dengan beton precast, stretchers
dibuat paralel dengan permukaan vertikal dinding penahan dan header diletakkan
tegak lurus dengan permukaan vertical. Pada ruang yang kosong diisikan dengan
material yang mempunyai drainase bebas, seperti pasir dan hasil galian.
umum dari gravity wall, baik dalam bentuk L atau bentuk T terbalik. Dibentuk untuk
menggunakan berat dari timbunan di belakang dinding untuk menjaga agar dinding
tetap stabil. Hal ini coccok digunakan untuk dinding sampai ketinggian 6 m
(Whitlow, 2001)
Universitas Sumatera
Jenis ini merupakan struktur yang fleksibel yang dipakai khususnya untuk
Material yang dipakai adalah timber, beton pre-cast dan baja. Timber cocok dipakai
untuk pekerjaan sementara dan tiang penyangga untuk dinding kantilever dengan
letinggian sampai 3 m. Beton pre-cast dipakai untuk struktur permanen yang cukup
berat. Sedangkan baja telah banyak dipakai, khususnya untuk kantilever dan dinding
penahan jenis tied-back, dengan berbagai pilihan penampang, kapasitas tekuk yang
kuat dan dapat digunakan lagi untuk pekerjaan sementara. Kantilever akan
2001). Anchored atau dinding tie-back dipakai untuk penggunaan yang luas dan
dipakai struts dan wales. Dalam penggalian yang dengan area yang cukup luas,
Dinding contiguous bored pile dibentuk dari satu atau dua baris tiang pancang yang
• Diapraghm Wall
Universitas Sumatera
Biasanya dibangun sebagai saluran sempit yang telah digali yang untuk
saluran dan beton ditaruh melaui sebuah tremie. Metode ini dipakai di tanah yang
sulit dimana sheet piles akan bermasalah atau level dengan muka air yang tinggi atau
area terbatas.
Henry Vidal di Prancis. Vidal mengamati bahwa ketika lapisan pasir diberi pemisah
berupa lembaran horisontal yang terbuat dari baja, tanah tersebut lebih kuat menahan
pembebanan secara vertikal. Kemudian selanjutnya jenis perkuatan ini mulai dipakai
• Soil Nailing
material berupa baja atau elemen metalik lain yang dimasukkan atau dengan
melakukan grouting di dalam lubang yang telah digali, tetapi materialnya bukan
merupakan pre-stressed.
2.6 Tanah
Universitas Sumatera
Beban utama yang dipikul oleh dinding penahan tanah adalah berat tanah itu
sendiri. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan yang memadai tentang tanah untuk
mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain
dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai
dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong di antara partikel-partikel
padat tersebut. Tanah umumnya dapat disebut sebagai kerikil (gravel), pasir (sand),
lanau (silt), atau lempung (clay), tergantung pada ukuran partikel yang paling
dominan pada tanah tersebut. Untuk menerangkan hal di atas, berikut adalah gambar
Besarnya kadar air dan udara berpengaruh besar pada stabilitas tanah, oleh
karena itu tidak semua jenis tanah dapat digunakan untuk timbunan di belakang
dinding penahan tanah. Bahan timbunan yang paling baik digunakan adalah tanah
berat volume (y), kohesi (c), sudut geser dalam tanah (ø) yang digunakan dalam
Universitas Sumatera
hitungan tekanan tanah lateral. Nilai-nilai c dan ø dapat ditentukan dari uji geser dan
tes triaksial. Tipe-tipe tanah timbunan untuk dinding penahan tanah menurut
Tanah berbutir kasar, tanpa campuran partikel halus, sangat lolos air (pasir
partikel lanau.
Tanah residu (residual soil) dengan batu-batu, pasir berlanau halus dan
Lempung lunak atau sangat lunak, lanau organik, atau lempung berlanau.
tersebut saat hujan atau banjir. Jika kondisi ini tidak dapat dipenuhi, maka
cepat.
Hal pertama yang dilakukan saat mendesain dinding penahan tanah adalah
menggunakan salah satu dari lima material di atas. Contoh 1 sampai 3 mempunyai
sudut geser dalam tanah dengan permeabilitas sedang, ditentukan dengan uji triaksial
drained, karena angka pori-pori tanah ini dapat menyesuaikan sendiri selama
Universitas Sumatera
akan mengurangi angka pori dan meningkatkan kuat geser dalam tanah. Untuk
Untuk jenis 4 dan 5 , nilai c dan ø ditentukan dari pengujian triaksial undrained.
Pengujian dilakukan pada contoh tanah dengan kepadatan dan kadar air yang
diusahakan sama seperti yang diharapkan terjadi di lapangan, pada waktu tanah
sebaiknya dihindari sebab tanah ini dapat berubah kondisinya sewaktu pekerjaan
telah selesai.
Proses pemadatan tanah timbunan harus dilakukan lapis per lapis. Untuk
menghindari kerusakan pada dinding penahan tanah dan tekanan tanah lateral yang
berlebihan dengan alat yang berat, akan menimbulkan tekanan tanah lateral yang
bahkan beberapa kali lebih besar daripada tekanan yang ditimbulkan oleh tanah pasir
yang tidak padat. Jika memakai tanah lempung sebagai tanah timbunan maka
diperlukan pengontrolan yang sangat ketat. Bahkan walaupun timbunan berupa tanah
berbutir dengan penurunan yang kecil dan dapat ditoleransikan, tanah timbunan
harus dipadatkan lapis per lapis dengan ketebalan maksimum 22.5 cm. Pekerjaan
Satu hal yang lebih penting lagi dalam membangun sebuah dinding penahan
tanah adalah memadainya sistem drainase karena air yang berada di belakang
Universitas Sumatera
dinding penahan tanah mempunyai pengaruh pada stabilitas struktur. Drainase
berfungsi untuk mengalirkan air tanah yang berada di belakang dinding . Dinding
penahan yang tidak mempunyai sistem drainase yang baik dapat mengakibatkan
depan dinding, berkurangnya resistansi friksional antara dasar dinding dan tanah
serta kuat geser tanah yang akhirnya akan berdampak pada berkurangnya daya dukung
tanah. Dapat disimpulkan bahwa dinding penahan tanah dengan sistem drainase yang
Drainase pada dinding penahan tanah dapat dibuat dari yang sederhana sampai
dengan yang lebih baik sesuai fungsi dinding penahan tanah. Adapun jenis drainase
mengumpulkan air yang berada di belakang dinding (air yang terdapat pada tanah
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang sistem drainase ini adalah :
Universitas Sumatera
Cara ini tidak dianjurkan untuk tanah timbunan berupa tanah lempung atau
tekanan air yang ada di bagian belakang dinding termobilisasi (terutama pada
saat hujan).
Sistem drainase ini lebih baik dibandingkan dengan sistem drainase dasar, dimana
Kedua sistem drainase ini dimaksudkan untuk menghilangkan tekanan air pori yang
berlebihan dan merupakan pengembangan dari sistem drainase dasar. Pada kedua
sistem drainase ini, gaya aliran (seepage forces) berarah ke bawah menuju sistem
drainase.
(horisontal drain)
Universitas Sumatera
2.8 Tekanan Tanah Lateral
tanah. Tekanan tanah lateral adalah gaya yang ditimbulkan oleh akibat dorongan
dipengaruhi oleh perubahan letak (displacement) dari dinding penahan dan sifat-sifat
tanahnya.
Suatu elemen tanah yang terletak pada kedalaman tertentu akan terkena
tekanan arah vertikal σv dan tekanan arah horisontal σh seperti yang terlihat dalam
Gambar 3.6. σv dan σh masing-masing merupakan tekanan aktif dan tekanan total,
sementara itu tegangan geser pada bidang tegak dan bidang datar diabaikan. Bila
dinding penahan tanah dalam keadaan diam, yaitu bila dinding tidak bergerak ke
salah satu arah baik ke kanan atau ke kiri dari posisi awal, maka massa tanah berada
horisontal dan tekanan arah vertikal dinamakan “koefisien tekanan tanah dalam
𝜎ℎ
k =
0
𝜎𝑣
𝜎𝑣 = 𝛾z
𝜎ℎ = k0(𝛾z)
Universitas Sumatera
Untuk tanah berbutir, koefisien tekanan tanah dalam keadaan diam diperkenalkan
k0 = 1 – sin θ
Brooker dan Jreland (1965) memperkenalkan harga Ko untuk tanah lempung yang
k0 = 0,95 – sin θ
(overconsolidated) :
Maka gaya total per satuan lebar dinding (Po) seperti yang terlihat pada Gambar 3.6,
adalah sama dengan luas dari diagram tekanan tanah yang bersangkutan.
Jadi : 𝑃0 = 1 k0 𝛾 𝐻2
2
Universitas Sumatera
Gambar 2.18 Distribusi tekanan tanah dalam keadaan diam (at rest) pada dinding
penahan.
yang menyebabkan tiap-tiap titik di dalam massa tanah menuju proses ke suatu
keadaan runtuh. Rankine (1857) menyediliki keadaan tegangan di dalam tanah yang
Gambar 2.19 Grafik hubungan pergerakan dinding penahan dan tekanan tanah.
Universitas Sumatera
Kondisi Aktif
Tegangan-tegangan utama arah vertikal dan horisontal (total dan efektif) pada
elemen tanah di suatu kedalaman adalah berturut-turut σv dan σh. Apabila dinding
penahan tidak diijinkan bergerak sama sekali, maka σh = Ko σv. Kondisi tegangan
dalam elemen tanah tadi dapat diwakili oleh lingkaran berwarna kuning. Akan tetapi,
bila dinding penahan tanah diijinkan bergerak menjauhi massa tanah di belakangnya
secara perlahan-lahan, maka tegangan utama arah horisontal akan berkurang secara
terus-menerus. Pada suatu kondisi yakni kondisi keseimbangan plastis, akan dicapai
bila kondisi tegangan di dalam elemen tanah dapat diwakili oleh lingkaran berwarna
merah dan kelonggaran di dalam tanah terjadi. Keadaan tersebut di atas dinamakan
sebagai “kondisi aktif menurut Rankine” (Rankine’s Active State); tekanan (σh’)
yang terlingkar berwarna biru merupakan “tekanan tanah aktif menurut Rankine”
Untuk tanah yang tidak berkohesi (cohessionless soil), c = 0, maka koefisien tekanan
aktifnya adalah
:
K𝑎 = 11 − sin𝜃 𝜃
+ sin𝜃 = tan (45 − 2)
2
[𝜎′ ]𝑎k𝑡i𝑓 = 𝐾𝑎 𝜎′
ℎ 𝑣
𝜃
[′] ′ 2
𝜎ℎ 𝑎k𝑡i𝑓 = 𝜎𝑣 tan
Langkah yang sama dipakai untuk tanah yang berkohesi (cohesive soil),
perbedaannya adalah c ≠ 0, maka tegangan utama arah horizontal untuk kondisi aktif
adalah :
Universitas Sumatera
Kondisi Pasif
Keadaan tegangan awal pada suatu elemen tanah diwakili oleh Lingkaran
Mohr berwarna kuning. Apabila dinding penahan tanah didorong secara perlahan-
lahan ke arah masuk ke dalam massa tanah, maka tegangan utama σh akan
yang menyebabkan kondisi tegangan elemen tanah dapat diwakili oleh lingkaran
Mohr berwarna merah. Pada keadaan ini, keruntuhan tanah akan terjadi, disebut
kondisi pasif menurut Rankine (Rankine’s passive state). Tegangan utama besar
(major principal stress) (σh’), dinamakan tekanan tanah pasif menurut Rankine
Untuk tanah yang tidak berkohesi (cohessionless soil), c = 0, maka koefisien tekanan
pasifnya adalah
:
1 + sin𝜃 𝜃
K p= 1 − sin𝜃= tan2 (45 + 2)
[𝜎′ ]𝑝𝑎𝑠i𝑓 = 𝐾𝑝 𝜎′
ℎ 𝑣
𝜃
[′] ′ 2
𝜎ℎ 𝑝𝑎𝑠i𝑓 = 𝜎𝑣 tan
Langkah yang sama dipakai untuk tanah yang berkohesi (cohesive soil),
perbedaannya adalah c ≠ 0, maka tegangan utama arah horizontal untuk kondisi pasif
adalah :
Universitas Sumatera
2.9 Stabilitas Eksternal
massa tanah bertulang untuk menahan beban-beban dari luar (eksternal), termasuk
tekanan tanah lateral dari tanah bertulang di belakang dinding penahan dan beban
yang akan bekerja di atas dinding penahan (jika ada), tanpa adanya satupun
sepanjang dasar dinding atau sepanjang semua plane di atas dasar dinding,
penggulingan di sekitar kaki dinding penahan, kegagalan akibat daya dukung tanah
(a) (b)
( (
Gambar 2.20 Mekanisme kegagalan dinding penahan (a) Kegagalan Pergeseran; (b)
Kegagalan Penggulingan; (c) Kegagalan daya dukung tanah (d) Kegagalan stabilitas lereng
global
Universitas Sumatera
Metode yang biasa dipakai di mekanika tanah dan teknik pondasi dipakai untuk
Kuat geser material timbunan dan tanah pondasi harus cukup lebih besar untuk
menahan tegangan horisontal akibat beban hidup yang dikenakan pada massa tanah
bertulang. Faktor keamanan untuk dinding penahan agar dapat menahan kegagalan
geser biasanya diambil sebesar 1.5 bagi sebagian besar perancang dinding penahan
tanah. Jika ada beban surcharge sebesar q bekerja di atasnya, tanah timbunan berupa
tanah berbutir (c = 0), tekanan tanah aktif total yang ditimbun oleh tanah di belakang
berikut :
𝑃
𝑃 = + 𝑃 𝐾𝑎 𝛾 𝐻2 𝛾𝐻
= + 𝐾
𝑎 𝐸 𝑞 2 𝑎
dimana :
PE = resultan tekanan tanah horisontal akibat tanah bertulang pada dinding penahan
q = beban surcharge
Reaksi vertikal terhadap beban berat dinding dan beban surcharge adalah :
Universitas Sumatera
∑ W = (W + 𝑞𝐿)
dimana :
q = beban surcharge
L = panjang tulangan
δb= sudut geser tanah antara tanah dasar dan dasar dinding
oleh persamaan :
𝐹𝑆ge𝑠e𝑟 ≥ 1.5
stabilitas guna menahan geser dinding penahan vertikal dengan beban surcharge q
𝐾𝑎 = tan (45° − Ø)
2
dimana :
Universitas Sumatera
y = berat isi massa tanah di belakang massa tanah bertulang, biasanya nilainya sama
dengan y1.
Gambar 2.21 Gaya-gaya yang bekerja pada analisis stabilitas eksternal menggunakan
asumsi Meyerhoff
Para engineer desain biasanya akan memakai FS setidaknya sebesar 2.0 untuk
Moment) dibagi dengan jumlah momen penyebab guling (Driving Moment), nilainya
∑𝑀
𝖶𝐿 𝛾1 𝐻 𝐿2
𝑅 = =
2 2
∑𝑀
𝑃g𝐻 𝑃𝐸𝐻
𝐷 = +
2 2
dimana :
Universitas Sumatera
∑ 𝑀𝑅= Jumlah momen penahan guling
PE = resultan tekanan tanah horisontal akibat tanah bertulang pada dinding penahan
Karena sifat struktur dinding penahan bertulang yang fleksibel, kegagalan struktur
Daya dukung tanah dasar harus dicek untuk memastikan apakah beban
vertikal yang bekerja akibat berat dinding dan surcharge tidak berlebihan. Faktor
Keamanan (FS) yang biasanya dipakai untuk tipe kegagalan ini adalah 2.0. Faktor
Keamanan ini lebih rendah dari yang dipakai untuk dinding penahan konvensional
karena sifat fleksibel yang dimiliki oleh dinding penahan bertulang dan
Nilai-nilai faktor daya dukung pondasi dari usulan-usulan Meyerhoff (1963), Brinch
Universitas Sumatera
Ø Meyerhoff (1963) Hansen (1961) Vesic (1973)
(°) Nc Nq σy Nc Nq σy Nc Nq σy
Universitas Sumatera
21 15.81 7.07 3.42 15.81 7.07 3.50 15.81 7.07 6.20
Universitas Sumatera
44 118.37 115.31 211.41 118.37 115.31 165.58 118.37 115.31 224.63
Tabel 2.1 Faktor-faktor daya dukung Meyerhoff (1963), Brinch Hansen (1961), dan Vesic
(1973)
tengah massa tanah yang bertulang agar sama dengan nol. Untuk kondisi
Σ𝑀 𝐻 𝐻
𝑃g( )+𝑃𝐸( )
𝐷 2 3
e= 𝑅7
= 𝑅7
dimana :
Rv = Reaksi vertikal (jika terdapat beban blok beton di muka dinding penahan, maka
PE = resultan tekanan tanah horisontal akibat tanah bertulang pada dinding penahan
𝐾𝑎𝛾𝐻2
= 2
= 𝐾𝑎𝑞𝐻
Ka = tan2(45°-ø/2)
Universitas Sumatera
Eksentrisitas, e, harus lebih kecil dari 1/6 x panjang tulangan, L ketika
tegangan dukung meningkat dengan cepat, dengan luasan persinggungan efektif yang
lebih kecil (L – 2e), membuat asumsi Meyerhoff tentang distribusi tegangan seragam
𝖶+𝑞𝐿
𝜎 �= 𝐿−2e
dimana :
yang diperoleh dari beberapa peneliti yang telah dirangkum sesuai dengan prinsip
Universitas Sumatera
Berikut ini faktor-faktor daya dukung untuk masukan persamaan Vesic:
sc 1 1 + (B/L)(Nq/Nc) 1 + (Nq/Nc)
iy
𝑚+1 Untuk dasar horizontal
[1 − 𝐻 ] ≥0
𝑉 + 𝐴′𝑐𝑎𝑐o𝑡ɸ
Universitas Sumatera
2 + 𝐵/𝐿 Kemiringan beban
𝑚 = 𝑚 = 1 + 𝐵/𝐿
𝐵
searah lebar B
2 + 𝐵/𝐿 Kemiringan searah
𝑚 = 𝑚𝐿 = 1 + 𝐵/𝐿
panjang L
Dasar
Bc 1 − 𝑏𝑞 α dalam radian, ø
𝑏𝑞 −
𝑁𝐶𝑡𝑎𝑛ɸ
dalam derajat
2𝛼
bc’ 1−𝜋+2
bq = (1 – α tan ø )2
by
Faktor
Kemiringan Nilai Keterangan
Permukaan
gc 1 − i𝑞 β dalam radian
i − 5,14𝑡𝑎𝑛ɸ
𝑞
Batasan :
gc’ 2𝛽 β > 45°
1−𝜋+2
gq = gy dan β < ø
(1 – α tan β)2
Universitas Sumatera
dimana :
D = kedalaman pondasi
B = lebar pondasi
po = Df y
Universitas Sumatera
2.9.4 Faktor Keamanan Terhadap Kegagalan Stabilitas Global
harus memenuhi syarat stabilitas lereng global. Tanah bertulang dianggap struktur
dinding penahan gravitasi. Faktor Keamanan terhadap keruntuhan lereng global yang
tulangan(FSnon-tulangan) biasanya diambil 1.3 sampai 1.5. Dimana faktor aman dari
gaya tarik tulangan geogrid dengan momen pengguling, seperti dituliskan dalam
persamaan berikut :
𝑀𝘨
𝐹𝑆𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛g𝑎𝑛 = 𝐹𝑆𝑛o𝑛−𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛g𝑎𝑛 + ( )
𝑀𝐷
di mana:
i
𝑀 =∑ 𝑇𝑚𝑎k𝑠i𝑏 i
g i=𝑧
Pqh = Pq . cos ø2
PEh = PE . cos ø2
PE = 0.5 H2 y Ka
Pq = q H K a
di mana:
Mg = momen stabilitas
Universitas Sumatera
Pqh = tekanan tanah aktif horizontal akibat beban q
Massa tanah bertulang dibagi menjadi dua daerah, zona aktif dan zona
penahan. Zona aktif berada tepat di belakang muka dinding. Pada daerah ini, tanah
cenderung bergerak menjauh dari tanah di belakangnya. Tegangan yang berasal dari
gerakan ini diarahkan keluar dari dinding, dan harus ditahan oleh tulangan. Gaya-
gaya pada tulangan dipindahkan ke zona penahan dimana tegangan geser tanah
2.22 menunjukkan dua daerah yang berbeda. Tulangan menahan dua daerah yang
Universitas Sumatera
Gambar 2.22 Zona aktif dan zona penahan dinding penahan
Universitas Sumatera
c) Bilinear
Universitas Sumatera
BAB III
METODE PENELITIAN
Data umum dari proyek Perbaikan Jalan Jendral Djamin Ginting, Medan-
Medan – BTS
Kab. Karo
(Desa Sugo)
4. Pekerjaan :
Data ini diperoleh dari lapangan menurut perhitungan dari pihak konsultan
Universitas Sumatera
3. Mutu Beton : K-250
pada proyek pemeliharaan jalan Djamin ginting di Desa Sugo, Medan, penulis
memperoleh data dari PT. Andalas Graha Utama berupa data hasil sondir, hasil SPT,
berikut :
2D 8.2.
Universitas Sumatera
3. Menghitung besarnya Safety Faktor dengan menambahkan beban
Plaxis 2D 8.2.
Universitas Sumatera
MULAI
PERSIAPAN
PENGMPULAN DATA
ANALISA DATA
KESIMPULAN
SELESAI
Universitas Sumatera
Gambar 3.1. Bagan Alir Penelitian
dipasang dengan jarak antar Geogrid adalah 0,5m dan kedalaman Sheet pile adalah
15m. Adapun gambar denah dan potongan melintang dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Universitas Sumatera
BAB IV
Seperti diketahui sebelumnya bahwa kondisi pada lereng yang ditinjau memiliki
lapisan tanah yang lunak dan perkuatan tanah yang kurang kuat dengan kedalaman
berkisar antara 20m sampai 25m, dengan adanya lapisan lunak ini, ditambah
perkuatan tanah yang kurang mendukung untuk menahan beban yang berjalan
diatasnya, maka jika terjadi gangguan atau beban maksimum terjadi dibagian
Berikut ini akan dibahas kondisi kekuatan asli lereng dengan menggunakan program
plaxis 2D :
Universitas Sumatera
Dimana :
Proses perhitungan dengan menggunakan plaxis pada kondisi awal memiliki 2 phase
, yaitu phase perhitungan kondisi awal lereng (kondisi tanpa pembebanan) dan phase
Universitas Sumatera
Hasil running dar program plaxis 2D, dapat dilihat pada gambar-gambar berikut :
Total diplacements
Gambar 4.3 menunjukan displacement yang terjadi pada seluruh bagian lereng.
Universitas Sumatera
displacement terkecil ditunjukan oleh bagian tanah yang berwarna biru, sedangkan
awal ini.
Untuk bagian yang berwarna pada kondisi tanah mempunyai displacement yang
cukup besar sehingga bagian tersebut dinyatakan sebagai bidang keruntuhan ( artinya
Pada kondisi awal ini, faktor keamanan lereng yaitu, 0,6734. Dengan nilai angka
keamanan yang lebih kecil dari 1, maka kondisi asli lereng sangat rawan terhadap
kelongsoran.
nilai ini dapat dilihat dari hasil running plaxis pada Gambar 4.4 berikut :
Universitas Sumatera
4.2 KONDISI LERENG DENGAN PERKUATAN STANDAR
Perkuatan standar ini menggunakan sheet pile (CCSP W-350) dengan pemasangan
kedalaman yaitu ±15m dan pemasangan geogrid dan geotextile. Model dari
Untuk input program plaxis dibutuhkan data-data dari parameter sheet pile, geogrid,
Dimensions
Section Type Width Height Thickness
B H T
550/500 150 8
550/500 150 10
Cold-formed CSP1
550/500 150 12
550/500 150 14
400/350 100 8
Cold-formed CSP1-B 400/350 100 10
400/350 100 10.5
Universitas Sumatera
400/350 100 12
515/250 150 8
515/250 150 10
Cold-formed CSP1-D
515/250 150 12
515/250 150 14
630/575 210 8
630/575 210 10
Cold-formed CSP2
630/575 210 12
630/575 210 14
575/520 210 8
575/520 210 10
Cold-formed CSP2-A
575/520 210 12
575/520 210 14
670/630 380 8
670/630 380 10
Cold-formed CSZ1
670/630 380 12
450/400 15 13
Parameter geogrid :
Tensile Carbon
Specification Tensile Strength Tensile Strength Elongation
Strength Content %≥
(KN/M≥) @ 2% Elongation @ 5% Elongation %≤ Width
(KN/M≥) (KN/M≥) (M)
TGDG50 50 12 23
TGDG60 60 16 30
TGDG80 80 21 40 12 2
TGDG110 110 29.5 58
TGDG130 72 130 36.5
TGDG170 170 50 99
Universitas Sumatera
Parameter geotextile :
ITEM 100 150 200 250 300 350 400 450 500 600 800
Thickness mm>= 0.8 1.2 1.6 1.9 2.2 2.5 2.8 3.1 3.4 4.2 5.5
Width m 4-6m
Tensile strength
4.5 7.5 10 12.5 15 17.5 20.5 22.5 25 30 40
kn/m
Elongation% 40~80
CBR(KN)>= 0.8 1.4 1.8 2.2 2.6 3 3.5 4 4.7 5.5 7
O90(O95),mmPore
0.07~0.2
size microns
KX(10-1~10-
Flow rate(cm/s)<=
3),K=1.0~9.9
Tear
0.14 0.21 0.28 0.35 0.42 0.49 0.56 0.63 0.7 0.82 1.1
strength(KN)>=
Dengan menggunakan program plaxis 2D, perkuatan standar ini dianalisis untuk
melihat bagaimana pengaruh perkuatan standar ini terhadap lereng dan menentukan
Universitas Sumatera
Hasil running dari program plaxis 2D, dapat dilihat pada gambar-gambar berikut :
Universitas Sumatera
Gambar 4.7 menunjukan displacement yang terjadi pada keseluruhan bagian.
displacement yang kecil ditunjkukan oleh bagian tanah yang berwarna biru,
Untuk Gambar 4.8, tanah-tanah meregang berada pada daerah yang mengalami
Jika melihat Gambar 4.7 dan Gambar 4.8 perkuatan masih berada pada bidang
kelongsoran, hal itu yang menyebabkan perkuatan standar dapat gagal pada kondisi
tertentu.
Universitas Sumatera
Gambar 4.9 faktor keamanan dengan perkuatan standar
Dari analisi perhitungan plaxis 2D diatas dapat disimpulkan bahwa perkuatan srandar
Nilai keamanan yang kecil (1,1756), nilai angka keamanan yang mendekati
satu ini dapat beresiko terjadinya kelongsoran jika ada gangguan terhadap
lereng.
Pembebanan yang terjadi disekitar lereng, terutama beban lalu lintas berupa
Kedalaman tanah lunak yang cukup dalam, dimana lapisan tanah lunak
Universitas Sumatera
4.3 ANALISIS DENGAN PERKUATAN ALTERNATIF
pada counterweight adalah tanah timbunan dari tanah sekitar dengan ketinggian
Universitas Sumatera
Gambar 4.11 Data parameter tanah counterweight
Model tanah terdiri dari lima lapisan tanah, tanah timbun terdiri dari dua lapisan, dan
model konfigurasi perkuatan geogrid, sheet pile dan geotextile non woven dapat
Universitas Sumatera
2. Mesh Generation
Pembentukan mesh pada analisis ini menggambarkan option yang paling halus,
sehingga hasil perhitungan yang diperoleh lebih akurat. Gambar pembentukan mesh
3. Water Condition
Water condition digunakan untuk memodelkan kondisi initial active pore pressure.
Pemodelan dapat dilakukan dengan preatic line atau ground water flow. Pada kasus
ini digunakan pemodelan preatic line. Pada gambar 4.14 dibawah ini menunjukan
Universitas Sumatera
Gambar 4.14 Kondisi air tanah model
Universitas Sumatera
Gambar 4.16 Total dispacements.
displacement yang kecil ditunjkukan oleh bagian tanah yang berwarna biru, dan
Universitas Sumatera
Untuk Gambar 4.17, tanah-tanah meregang berada pada daerah yang mengalami
Nilai keamanan yang cukup (1,3459), nilai angka keamanan yang melebihi 1,27
mengakibatkan tingkat kelongsoran jarang terjadi. Dengan asumsi tidak ada beban
tambahan yang terjadi pada kondisi jalan. Dimana pembebanan yang terjadi disekitar
Universitas Sumatera
BAB V
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh penulis selama mengerjakan Tugas Akhir ini adalah :
1. Nilai Safety Faktor pada kondisi awal di lokasi sebesar 0,6734. Maka
2. Nilai Safety Faktor pada perkuatan standard yang menggunakan Geogrid dan
Sheet Pile sebesar 1.1756. Maka daerah tersebut dinyatakan rawan longsor.
sebesar 1,3459.
5.2 Saran
2. Untuk permukaan luar berupa blok beton, sebaiknya dilakukan cek juga
Universitas Sumatera
DAFTAR PUSTAKA
Das, B. M., 1995. Mekanika Tanah dalam Prinsip – Prinsip Rekayasa Geoteknik,
Duncan, J. M. and Stephen G. W., 2005. Soil Strength and Slope Stability. New
Das, B. M., 2008 Advanced Soil Mechanics, Third Edition. New York : Taylor &
Francis Group.
Pradnya Paramita.
Construction Guidelines.
Bowles, J. E., 1996. Foundation Analysis and Design. 5th Edition. Mc Graw Hill.
Universitas Sumatera