Disusun Oleh :
ATINA REZKI
09 0404 008
FAKULTAS TEKNIK
MEDAN
2013
Dari penelitian ini diperoleh bahwa sampel tanah memiliki kadar air
20,41%, berat jenis tanah 2,65 dan termasuk pada lempung tak berorganik, berat
isi 1,24 gr/cm³, batas cair 44,23 dan indeks plastisitas 29,85. Berdasarkan
klasifikasi USCS, sampel tanah tersebut termasuk dalam jenis CL (Clay – Low
Plasticity) sedangkan berdasarkan klasifikasi AASHTO, sampel tanah tersebut
termasuk dalam jenis A-7-6.
Kata Kunci : lempung, semen, abu ampas tebu, bahan stabilisasi tanah, uct.
menyelesaikan Tugas Akhir ini. Shalawat dan salam keatas Baginda Rasullah
aktifitas sehari-hari, sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.
Tugas akhir ini merupakan syarat untuk mencapai gelar sarjana Teknik Sipil
Sumatera Utara, dengan judul “Kajian Kuat Tekan Bebas pada Tanah
terlepas dari dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak sehingga
penulisan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini pula, Penulis
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Roesyanto, MSCE., sebagai Dosen Pembimbing yang
2. Bapak Ir. Rudi Iskandar, MT., dan Bapak Ir. Syahrizal, MT., sebagai
5. Ibu Ika Puji Hastuti, ST, MT., sebagai Kepala Laboratorium Mekanika
Utara.
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas
serta abang dan adik-adik saya Andi Habibi Pratama SE, Amelia Roni
Rezkinta dan Adinda Salsabila dan juga etek tersayang, Aisyah Lubis
Terima kasih atas segala pengorbanan, cinta, kasih sayang dan doa yang
tiada batas.
Hisbulloh Nasution, dan Merni Damalia. Terima kasih atas segala bantuan,
masukan, skandal dan kisah-kisah yang tercipta selama kita kuliah. Salah
10. Teman seperjuangan Nita Fadilla, terima kasih atas segala dorongan dan
dalam kuliah, tugas, dan praktikum Tugas Akhir. Nora Usrina, Gustina
Rizki, M. Reza, Ahmad Prima, Ryan Pramana, Septian I.P, Deni Malik,
sipil lainnya yang tidak dapat disebutkan seluruhnya terima kasih atas
Manna G. Sihotang, Elisa D.J. Purba, Agrifa Sianipar, terima kasih atas
13. Asisten Lab. Mekanika Tanah USU yang turut membantu dan
memberikan izin, M. Rizki Ridho, Iqbal dan Adik-adik 2011 asisten Lab.
14. Asisten Lab. Beton USU yang telah memberikan bantuan dan izin
kerjasamanya.
15. Dan segenap pihak yang belum penulis sebut disini atas jasa-jasanya
Oleh karena itu, Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari Bapak dan Ibu Staf Pengajar serta rekan – rekan mahasiswa demi
Akhir kata, Penulis berharap Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat
Atina Rezki
09 0404 008
Abstrak ............................................................................................................ i
II.1.3.2 Pengujian
2.7 Data Penjualan Gula Tahun 2004, 2005, 2006 dan 2007 (KG) 43
Dari penelitian ini diperoleh bahwa sampel tanah memiliki kadar air
20,41%, berat jenis tanah 2,65 dan termasuk pada lempung tak berorganik, berat
isi 1,24 gr/cm³, batas cair 44,23 dan indeks plastisitas 29,85. Berdasarkan
klasifikasi USCS, sampel tanah tersebut termasuk dalam jenis CL (Clay – Low
Plasticity) sedangkan berdasarkan klasifikasi AASHTO, sampel tanah tersebut
termasuk dalam jenis A-7-6.
Kata Kunci : lempung, semen, abu ampas tebu, bahan stabilisasi tanah, uct.
PENDAHULUAN
Stabilisasi secara fisis antara lain dengan perbaikan gradasi tanah, dimana
butiran tanah ditambahkan pada tanah yang bergradasi kurang baik (poor
graded) sehingga mencapai gradasi yang baik (weel graded). Stabilisasi
dengan cara fisis ini umunya dilakukan dengan cara mencampur berbagai
jenis tanah, dan gradasi dari tanah campuran tersebut juga harus sesuai
dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
3. Kimiawi
diperlukan.
(pipa).
f. Membangun tanggul.
Abu ampas tebu adalah limbah dari pabrik gula yang dihasilkan dari
proses penggilingan tebu dimana ampas tebu (bagasse) digunakan sebagai bahan
bakar proses penggilingan tersebut. Oleh karena itu, dilakukan penelitian urrtuk
memanfaatkan limbah abu ampas tebu menjadi bahan yang bermanfaat, yaitu
sebagai bahan stabilisasi tanah lempung. Dalam penelitian ini ampas tebu tersebut
dibakar terlebih dahulu untuk mendapatkan abu ampas tebu sebagai stabilisasi
tanah lempung.
Pada penelitian ini, stabilizing agents yang digunakan tidak hanya abu
ampas tebu tetapi juga menggunakan semen. Semen merupakan salah satu bahan
stabilisasi yang mudah diperoleh dan efektif. Semen memiliki kemampuan
mengeras dan mengikat partikel yang sangat bermanfaat untuk mendapatkan suatu
masa tanah yang kokoh dan tahan terhadap deformasi.
Semen yang digunakan untuk penelitian ini berupa semen Portland tipe I
yang sering digunakan. Abu ampas tebu yang digunakan sebagai bahan
pencampur berasal dari limbah abu ampas tebu Pabrik Gula Sei Semayang,
Sumatera Utara.
Adapun tugas akhir ini didasari oleh 4 (empat) penelitian :
Tetes tebu dan kapur juga dapat meningkatkan nilai CBR tanah lempung
ekspansif dengan kadar optimum tetes tebu sebesar 30% dan kapur 7%.
lempung. Kadar optimum abu ampas tebu terhadap tanah dalam keadaan
kering sebesar 12,5%. Pada kadar abu ampas tebu tersebut, kenaikan nilai
3. Hatmoko dan Lulie (2007) mengatakan abu ampas tebu dan kapur:
1,12% pada tanah dengan kadar kapur 10%. Dengan naiknya kadar abu
ampas tebu , kuat tekan bebas selalu naik sampai dengan kadar abu 10%
pada tanah lempung ekspansif. Pada campuran semen sebesar 20% terjadi
peningkatan nilai daya dukung yang cukup tinggi yakni 767,01% dari daya
dukung tanah asli, dan pada campuran semen sebesar 20% juga terjadi
asli. Semakin kecil indeks plastisitas, nilai daya dukung semakin besar.
1.3.1 Tujuan
Adapun tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh penambahan semen dan abu ampas tebu pada tanah
1.3.2 Manfaat
Tugas Akhir ini diharapkan bermanfaat untuk :
1. Untuk mengurangi permeabilitas tanah lempung
Pada Tugas Akhir ini, ruang lingkup yang akan dibahas adalah :
1. Tanah yang dipakai dalam pengujian adalah tanah lempung yang berasal
Lempung yang Dicampur dengan Semen dan Abu Sekam Padi” oleh
Fadilla dan “Pengujian Kuat Tekan Bebas pada Stabilitas Tanah Lempung
dengan Campuran Semen dan Abu Cangkang Sawit” oleh Sinaga, dimana
digunakan sampel tanah asli dan remoulded yang sama untuk ketiga
penelitian tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Tanah
Das (2008) mengatakan tanah merupakan material yang terdiri dari agregat
(butiran) mineral padat dengan zat cair, yang membentuk sistem tiga, seperti yang
dan berat total W, sedangkan Gambar 2.1 (b) memperlihatkan hubungan berat dan
� = �� + �� (2.1)
dan
� = �� + �� + �� (2.2)
�� = �� + �� (2.3)
Dengan:
�� = volume air
�� = volume udara
Kadar air (�� ) adalah persentase perbandingan berat air (�� ) dengan berat
butiran (�� ) dalam tanah. Kadar air tanah (�� ) dapat dinyatakan dalam
persamaan:
��
� (%) = � 100 (2.4)
��
Dimana:
�� = Kadar air
�� = Berat air
�� = Berat butiran
(�� ) dengan volume total (�) dalam tanah. Porositas tanah (�) dapat dinyatakan
dalam persamaan :
��
�= � 100 (2.5)
�
Dimana:
� = Porositas
�� = Volume rongga
Angka Pori (�) adalah perbandingan antara volume rongga (�� ) dengan
volume butiran (�� ) dalam tanah. Angka pori tanah (�) dapat dinyatakan dalam
persamaan :
��
�= (2.6)
��
Dimana:
� = Porositas
�� = Volume rongga
�� = Volume butiran
Berat volume basah (�� ) adalah perbandingan antara berat butiran tanah
termasuk air dan udara (�) dengan volume total tanah (�). Berat volume tanah
Dimana:
Berat volume kering (�� ) adalah perbandingan antara berat butiran tanah
(�� ) dengan volume total tanah (�). Berat volume tanah (�� ) dapat dinyatakan
dalam persamaan :
��
�� = (2.8)
�
Dimana:
Berat volume butiran padat (�� ) adalah perbandingan antara berat butiran
tanah (�� ) dengan volume butiran tanah padat (�� ). Berat volume butiran padat
Dimana:
Berat jenis tanah (��) adalah perbandingan antara berat volume butiran
tanah (�� ) dengan berat volume air (�� ) dengan isi yang sama pada temperatur
Dimana:
Adapun penilaian serta batas-batas besaran berat jenis tanah dapat dilihat
Humus 1,37
Derajat Kejenuhan suatu (�) adalah perbandingan antara volume air (�� )
dengan volume total rongga pori tanah (�� ). Bila tanah dalam keadaan jenuh,
persamaan:
��
� (%) = � 100 (2.11)
��
Dimana:
� = Derajat Kejenuhan
Batas-batas nilai dari Derajat Kejenuhan tanah dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tanah kering 0
Tanah jenuh 1
yaitu batas atas dan batas bawah plastisitas. Atterberg memberikan cara untuk
batas tersebut adalah batas cair, batas plastis dan batas susut. Hal ini dapat dilihat
Batas cair (liquid limit) adalah kadar air tanah pada batas antara keadaan
cair dan keadaan plastis yakni batas atas dari daerah plastis. Batas cair ditentukan
telah dibentuk sedemikian rupa yang telah berisi sampel tanah yang telah dibelah
oleh grooving tool dan dilakukan dengan pemukulan sampel dengan jumlah dua
nilai kadar air pada 25 kali pukulan. Batas cair memiliki batas nilai antara 0 –
1000, akan tetapi kebanyakan tanah memiliki nilai batas cair kurang dari 100.
Alat uji batas cair berupa cawan Cassagrande dan grooving tool dapat
Batas plastis (plastic limit) merupakan kadar air tanah pada kedudukan
antara daerah plastis dan semi padat, yaitu persentase kadar air di mana tanah
memiliki nilai batas cair kurang dari 40 (Holtz dan Kovacs, 1981).
Batas susut (shrinkage limit) adalah kadar air tanah pada kedudukan
antara daerah semi padat dan padat, yaitu persentase kadar air di mana
diameter 44,4 mm dengan tinggi 12,7 mm. Bagian dalam cawan dilapisi oleh
pelumas dan diisi dengan tanah jenuh sempurna yang kemudian dikeringkan
dalam oven. Volume ditentukan dengan mencelupkannya dalam air raksa. Batas
dengan
Indeks Plastisitas (PI) adalah selisih batas cair dan batas plastis. Adapun
rumusan dalam menghitung besaran nilai indeks plastisitas adalah sesuai dengan
Dimana:
PI = Indeks plastisitas
LL = Batas cair
PL = Batas plastis
Tabel 2.3.
perilaku tanah selama masa konstruksi ataupun selama pembebanan. Hal ini
1981).
umumnya didasarkan atas ukuran partikel yang diperoleh dari analisa saringan
kasar jika lebih dari 50% tinggal dalam saringan nomor 200, dan akan
diklasifikasikan sebagai tanah berbutir halus (lanau dan lempung) jika lebih dari
50% lewat saringan nomor 200. Simbol-simbol yang digunakan dalam sistem
G = kerikil (gravel)
S = pasir (sand)
C = lempung (clay)
M = lanau (silt)
Pt = gambut (peat)
Official) membagi tanah ke dalam 7 kelompok yaitu A-1 sampai dengan A-7.
perencanaan timbunan jalan, subbase dan subgrade. Tanah dihitung dengan rumus
Pemadatan adalah densifikasi tanah yang jenuh dengan penurunan volume rongga
diisi dengan udara, sedangkan volume padatan dan kadar air tetap pada dasarnya
sama.
2. Mengurangi kompresibilitas.
3. Mengurangi permeabilitas.
6. Memperpanjang durabilitas.
sedikit perubahan volume sesudah dipadatkan. Sedangkan pada Pada tanah lanau
sangat sulit dipadatkan bila dalam keadaan basah karena permeabilitasnya rendah.
Lempung padat mempunyai permeabilitas yang rendah dan tanah ini tidak
dapat dipadatkan dengan baik dalam kondisi basah. Tanah lempung yang
dipadatkan dengan cara yang benar akan memberikan kuat geser yang tinggi.
mineralnya.
yaitu: berat jenis kering tanah, kadar air tanah, jenis tanah dan compactive effort
(Bowles, 1984).
Hubungan berat volume kering (�� ) dengan berat volume basah (�� ) dan
��
�� = (2.14)
1+�
mould dengan volume 9,34 x 10−4 �3 , dan penumbuk dengan berat 2,5 kg dengan
tinggi jatuh 30,5 cm. Pada pengujian ini tanah dipadatkan dalam 3 lapisan
kali pukulan.
hubungan antara kadar air dan berat volume kering tanah yang ditunjukkan oleh
Gambar 2.6.
Uji kuat tekan bebas (Unconfined Compresion Test) merupakan salah satu
cara laboratorium untuk menghitung kuat geser tanah, dimana uji kuat tekan ini
mengukur seberapa kuat tanah menerima kuat tekan yang diberikan hingga tanah
tersebut terpisah dari butiran-butirannya, uji kuat ini juga mengukur regangan
maka:
�1 ��
�� = = = �� (2.15)
2 2
Dimana:
�� = Kuat geser
�1 = Tegangan utama
�� = kohesi
Konsistensi �� (kN/m2)
Lempung lunak 25 – 50
Keruntuhan juga dapat didefenisikan sebagai keadaan dimana tanah tidak dapat
menahan regangan yang besar dan atau penurunan keadaan regangan yang sangat
cepat.
�� = � + � tan ∅ (2.16)
dimana : c = kohesi
Uji tekan bebas ini dilakukan pada contoh tanah asli (undisturbed) dan
contoh tanah tidak asli (remoulded). Pada uji tekan bebas ini yang diukur adalah
nilai kuat tekan maksimum. Dari nilai kuat tekan maksimum yang didapat akan
lempung yang terdeposisi (terendapkan) secara alamiah, dan jika tanah tersebut
(remoulded) tanpa adanya perubahan dari kadar air, seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2.11.
(perbandingan) antara kekuatan tanah yang masih asli dengan kekuatan tanah
yang sama setelah terkena kerusakan (remoulded), bila kekuatan tanah tersebut
diuji dengan cara tekanan tak tersekap. Jadi, sensitifitas diperoleh (acquired
� � ����
�� = (2.17)
� � ���������
dimana, St = kesensitifan
tingkat flokulasi yang sangat tinggi, nilai sensitifitas berkisar antara 10 sampai 80.
gangguan yang berbeda-beda, oleh karena itu perlu adanya pengelompokan yang
berhubungan dengan nilai sensitifitas. Klasifikasi secara umum dapat dilihat pada
Tabel 2.5.
1. Penekanan
∆�
�= (2.18)
�0
Dimana :
Dimana :
Dimana :
σ = Tegangan (kg/cm2)
P = Beban (kg)
Dimana :
sangat keras dalam keadaan kering dan bersifat plastis pada kadar air
dari aluminium, magnesium dan besi. Dua unit dasar dari mineral lempung adalah
silika tetrahedra dan aluminium oktahedra. Setiap unit tetrahedra terdiri dari
empat atom oksigen yang mengelilingi satu atom silikon dan unit oktahedra terdiri
dari enam gugus ion hidroksil (OH) yang mengelilingi atom aluminium (Das,
2008).
oksigen tersebut akan menggantikan posisi ion hidroksil pada oktahedra untuk
(a) (b)
(c) (d)
(e)
dengan ukuran yang sesuai dengan batasan yang ada (mika group, serpentinite
group).
diameter 1000 Å sampai 20000 Å dan ketebalan dari 100 Å sampai 1000
merupakan bagian dasar dari struktur kaolinite yang digabung dengan satu
Gambar 2.13. Hubungan antar unit dasar ditentukan oleh ikatan hidrogen
(0,96 μm), seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.14. Gaya Van Der
Walls mengikat satuan unit sangat lemah diantara ujung-ujung atas dari
lembaran silika, oleh karena itu lapisan air (n.H2O) dengan kation dapat
montmorillonite sangat besar dan dapat menyerap air dengan sangat kuat
c. Illite.
memiliki formasi struktur satuan kristal, tebal dan komposisi yang hampir
sebagai pengikat.
montmorillonite.
Gambar satuan unit illite ditunjukkan pada Gambar 2.15 berikut ini.
substitusi dari kation-kation yang berbeda pada lembaran oktahedral. Apabila ion-
ion yang disubstitusikan memiliki ukuran yang sama disebut ishomorphous. Dan
jika anion dari lembaran oktahedral adalah hydroxil dan dua per tiga posisi kation
diisi oleh aluminium maka mineral tersebut disebut gibbsite dan bila magnesium
1. Hidrasi.
lapisan molekul air yang disebut sebagai air teradsorbsi. Lapisan ini
umumnya memiliki tebal dua molekul. Oleh karena itu disebut sebagai
2. Aktivitas.
dalam persamaan:
��
�=
������ ����ℎ �������
tanah dengan nilai A<0,75 digolongkan tidak aktif. Nilai- nilai khas dari
Montmorillonite 1,0 – 7,
di satu sisi dan muatan negatif disisi lainnya hal ini dikarenakan
molekul air merupakan molekul dipolar. Sifat dipolar air terlihat pada
menarik moleku air secara elektrik dalam 3 kasus, hal ini disebut dengan
keadaan dimana kation dapat dengan mudah berpindah dengan ion yang
daya tarik exchangeable cation yang besar daripada kaolinite. Kalsium dan
sedangkan potassium dan sodium merupakan yang paling tidak dominan. Ada
besarnya ion dan besarnya ion hidrasi. Kemampuan mendesak dari kation-
kation dapat dilihat dari besarnya potensi mendesak sesuai urutan berikut:
Al+3 > Ca+2 > Mg+2 > NH +4 > K+ > H+ > Na+ > Li+
Kation Li+ tidak dapat mendesak kation lain yang berada dikirinya (Das, 2008)
oleh kalsium, dimana kalsium memiliki daya berganti (replacing power) yang
lebih besar.
dan elektrik air pada permukaan lempung berbeda dari free water.
Perbandingan hydrogen bonds, gaya Van der walls dan sifat-sifat kimia
Gambar.2.18.
Gambar 2.18 Grafik perbandingan unsur kimia dan jarak dari permukaan
partikel lempung
2.2.2 Semen
2.2.2.1 Umum
terkandung di dalam semen dapat bereaksi dengan air dan membentuk zat baru
yang bersifat sebagai perekat terhadap batuan. Semen mimiliki susunan yang
1 Semen non-hidrolik
mengikat dan mengeras didalam air. Contoh semen hidrolik antara lain
2 Semen hidrolik.
untuk mengikat dan mengeras didalam air, akan tetapi dapat mengeras
klinker dengan kandungan utamanya adalah kalsium silikat dan satu atau dua buah
pada air tanah dan tanah masing-masing 0,8% - 0,17% dan 125
yang tinggi dan kekuatan tekan pada waktu yang lama juga lebih
yang tinggi terhadap sulfat, yaitu kandungan sulfat (SO3) pada air
tebu, dan memiliki campuran dari serat yang kuat dengan jaringan parenkim yang
penggilingan tebu, terdapat 5 kali proses penggilingan dari batang tebu, dimana
hasil penggilingan pertama dan kedua merupakan nira mentah yang berwarna
kuning kecoklatan, dan pada proses penggilingan ketiga, keempat dan kelima
terakhir menghasilkan ampas tebu kering. Sketsa penggilingan tebu dapat dilihat
padat, cair dan gas. Limbah padat, yaitu: ampas tebu (bagasse), abu boiler dan
blotong (filter cake). Berdasarkan data FAO (Food and Agriculture Organization
of The United Nations) pada tahun 2011, Indonesia merupakan Negara penghasil
sebanyak 24.000.000 tanaman tebu atau 3,3% dari produksi Brazil yang
6. Dll
Ampas tebu (bagasse) ini memiliki aroma yang segar dan tidak
menimbulkan bau busuk karena ampas tebu mudah dikeringkan. Limbah padat
yang kedua adalah blotong. Blotong merupakan endapan limbah pemurnian nira
sebelum dimasak dan dikristalkan menjadi gula pasir. Blotong memiliki bentuk
seperti tanah berpasir berwarna hitam, memiliki bau tak sedap jika masih basah.
Limbah ampas tebu (bagasse) yang berlebih dapat membawa masalah bagi
pabrik gula, ampas bersifat bulky (meruah) sehingga untuk menyimpannya perlu
serat dan mikroba, sehingga bila tertumpuk akan terfermentasi dan melepaskan
panas dan mudah terbakar. Ampas tebu selain dijadikan sebagai bahan bakar
kelebihan ampas.
cukup besar. Hal ini disebabkan oleh luas tanaman tebu di Indonesia adalah
395.399,44 ha ,yang tersebar di pulau Sumatera seluas 99.383,42 ha, pulau Jawa
seluas 265.671,82 ha, pulau Kalimantan seluas 13.970 ha, dan pulau Sulawesi
menghasilkan 100 ton ampas tebu. Sehingga dari total luas tanaman tebu, potensi
Abu ampas tebu (bagasse ash of sugar cane) adalah hasil pembakaran
ampas tebu yang berubah secara kimiawi, dan terdiri dari garam-garam inorganik.
dengan suhu mencapai 5500-6000C dan lama pembakaran setiap 4-8 jam, dan
dilakukan pengangkutan atau pengeluaran abu dari dalam boiler, apabila dibiarkan
tanpa dibersihkan, maka akan terjadi penumpukan yang akan mengganggu proses
Dengan produksi tebu di Indonesia pada tahun 2011 sebesar 24 juta ton potensi
ampas yang dihasilkan sekitar 7,68 juta ton ampas per tahun.
Abu ampas tebu yang dibuang begitu saja sehingga menjadi limbah yang
tidak dimanfaatkan. Abu ampas tebu (AAT) pada setiap pabrik gula cukup
banyak, mencapai sekitar 9.000 ton AAT yang dibuang tiap tahun sebagai tanah
terbesar di Sumatera Utara selain Kuala Madu. PGSS menghasilkan gula cukup
besar dengan dukungan dari 5 kebun yakni Sei Semayang, Bulu Cina, Helvetia,
Klumpang dan Saentis. Produk gula yang dihasilkan sampai sekarang hanya untuk
memenuhi kebutuhan gula dalam negeri saja, khususnya daerah yang terdapat di
pulau Sumatera.
menggunakan abu ampas tebu ataupun limbah hasil penggilingan tebu lain seperti
blotong sebagai pupuk. Ini membuat limbah abu ampas tebu terbuang sia-sia
karena tidak dimanfaatkan secara optimal. Produksi gula pada Pabrik gula Sei
Sumber : ptpn2.com
SiO2 71
Al2O3 1,9
Fe2O3 7,8
CaO 3,4
MgO 0,3
KzO 8,2
P2O5 3,0
MnO 0,2
Sumber:http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=0&submit.pdf
Tanah lempung merupakam salah satu jenis tanah yang sering dilakukan
proses stabilisasi. Hal ini disebabkan sifat lunak plastis dan kohesif pada tanah
karena pengaruh air dan menyebabkan tanah mengembang dan menyusut dalam
jangka waktu yang relatif cepat. Sifat inilah yang menjadi alasan perlunya
di lapangan serta dapat juga dengan melakukan memompaan air tanah sehingga
air tanah mengalami penurunan. Stabilisator yang sering digunakan yakni semen,
kapur, abu sekam padi, abu cangkak sawit, abu ampas tebu, fly ash, bitumen dan
a. Meningkatkan kekuatan
b. Mengurangi deformabilitas
d. Mengurangi permeabilitas
e. Mengurangi erodibilitas
f. Meningkatkan durabilitas
telah dihancurkan, semen dan air, kemudian dipadatkan dan menghasilkan suatu
daya tahan terhadap air, cuaca dan sebagainya dapat disesuikan dengan kebutuhan
untuk perkerasan jalan, pondasi bagunan dan jalan, aliran sungai dan lain-lain
(Kezdi, 1979)
dan abu ampas tebu. Kelebihan penggunaan semen sebagai bahan stabilisasi tanah
adalah :
c. Meningkatkan durabilitas
positif seperti ion hidrogen (H+), ion sodium (Na+), ion kalsium
meningkat.
lebih baik.
reaktif, sehingga dapat bereaksi dengan kapur dan air. Hasil reaksi
menjadi lebih keras, lebih padat dan lebih stabil. Jadi semen yang
negatif. Ion positif seperti ion hydrogen (H+), ion sodium (Na+), dan ion kalium
(K+), serta air yang berpolarisasi, semuanya melekat pada permukaan butiran
lempung. Jika unsur kimia seperti Fe2O3, CaO dan MgO ditambahkan pada tanah
dengan kondisi seperti diatas, maka pertukaran ion segera terjadi, dan ion yang
berasal dari larutan Fe2O3, CaO dan MgO diserap oleh permukaan butiran
(repulsion force), dan terjadilah kohesi pada butiran itu sehingga berakibat
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada sampel tanah yang tidak diberikan bahan
stabilisasi (tanah asli) dan pada tanah yang diberikan bahan stabilisasi kimiawi
berupa penambahan Portland Cement (PC) dan abu ampas tebu (AAT) dengan
Stabilitas Tanah Lempung yang Dicampur dengan Semen dan Abu Sekam Padi”
dan penelitian Sinaga, “Pengujian Kuat Tekan Bebas pada Stabilitas Tanah
Lempung dengan Campuran Semen dan Abu Cangkang Sawit”. Dimana pada
ketiga penelitian ini, digunakan sampel tanah asli dan tanah remoulded yang sama
yang digunakan adalah yaitu abu sekam padi, abu ampas tebu dan abu cangkang
pekerjaan uji laboratorium dan analisis hasil uji laboratorium. Skema program
Studi Literatur
Persiapan
Penyediaan Bahan
1. Kombinasi campuran
2% PC + 2% AAT 2% PC + 6%AAT 2 %PC + 10%AAT 2% PC + 14%AAT
2% PC + 3% AAT 2 %PC + 7%AAT 2 %PC + 11%AAT 2 %PC + 15%AAT
2% PC + 4% AAT 2 %PC + 8%AAT 2 %PC + 12%AAT
2% PC + 5% AAT 2 %PC + 9%AAT 2% PC + 13%AAT
2. Lakukan pemeraman (curing time) 7 hari.
3. Pemadatan dengan Proctor Standar.
Selesai
ini yakni :
dengan semen dan abu ampas tebu, serta literatur mengenai pengujian kuat
Sampel tanah yang dipakai dalam penelitian ini diambil dari Jalan Raya
• Pengadaan semen
Semen yang dipakai adalah jenis semen Portland type I, dengan merk dagang
Abu ampas tebu yang dipakai adalah abu ampas tebu yang berasal dari
limbah ampas tebu yang dibakar menjadi abu yang berasal dari pabrik gula
(undisturbed) yang diperoleh dari lapangan adalah dengan menggunakan hand bor
dan untuk sampel tanah terganggu diambil dari tanah yang berada ± 30cm dari
muka tanah. Hal ini dimaksudkan agar humus dan akar-akar tanaman yang ada
• Menentukan lokasi tanah yang akan dilakukan sampel, yaitu di Jalan Raya
muka tanah.
sifat-sifat fisik dari tanah asli yang digunakan dalam penelitian ini. Hal ini
dilakukan untuk dapat mengetahui karakteristik serta sifat-sifat tanah yang akan
Peneliti dalam hal ini turut melakukan pengujian pada sampel tanah asli
yang berguna untuk mengetahui sifat mekanis dari tanah tersebut. Adapun sifat
Pengujian ini diperlukan agar dapat mengetahui besar kadar air optimum
serta mengetahui berat isi kering maksimum. Hal ini sangat diperlukan karena
dalam proses pencampuran (mix design) yang akan dilakukan dapat diibaratkan
bahwa sampel tanah campuran dianggap memiliki kepadatan lapangan dan kadar
perlu dilakukan pemeraman (curing time). Curing time dimaksudkan agar bahan
memberikan efek dan bereaksi dengan tanah tersebut. Pada percobaan ini
Pembuatan benda uji dilakukan dengan cara trial error, yang dimaksud
dengan membuat disturbed dengan cara mengupayakan kadar air campuran tanah,
berulang-ulang sehingga didapat ukuran kadar air keduanya yang relatif sama.
Jika sampel dengan kadar air yang pas sudah didapat maka dapat dilakukan
pengujian selanjutnya.
Namun secara teori jika suatu tahan dicampur dengan semen maka
asli saja namun juga pada tanah yang telah dicampur. Pengujian UCT ini
ditujukan untuk mendapatkan nilai kuat tekan tanah pada tanah lempung asli dan
tanah lempung yang telah dicampur dengan semen dan abu ampas tebu dengan
Setelah seluruh data-data yang diperoleh baik dari pengujian sifat fisik dan
sifat mekanis kemudian dilakukan pengumpulan data serta pemilahan data yang
4.1 Pendahuluan
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil pengujian dan pembahasan
penelitian uji kuat tekan bebas tanah lempung dengan campuran semen 2% dan
abu ampas tebu yang bervariasi antara 2% sampai 15%. Penelitian dilakukan di
Universitas Sumatera Utara dengan sampel tanah yang diperoleh dari Jalan Medan
Adapun hasil uji sifat fisik tanah asli ditunjukkan pada Tabel 4.1. Hasil-
• Kadar Air
• Berat Jenis
• Batas-batas Atterberg
No Pengujian Hasil
persentase tanah lolos ayakan no. 200 sebesar 62% dan nilai batas cair (liquid
limit) sebesar 44,23% maka sampel tanah memenuhi persyaratan > 35% lolos
ayakan no. 200 dengan minimal lolos ayakan no. 200 sebesar 36%, memiliki batas
cair (liquid limit) ≥ 41 dan indeks plastisitas (plasticity index) > 11, sehingga
persentase tanah lolos ayakan no. 200 sebesar 62% dan nilai batas cair (liquid
limit) sebesar 44,23% sehingga dilakukan plot pada grafik penentuan klasifikasi
tanah yaitu yang ditunjukkan pada Gambar 4.1. Dari hasil plot diperoleh tanah
sampai sedang.
Adapun hasil pengujian sifat fisik tanah yang telah dicampur dengan
bahan stabilisator berupa semen dan abu ampas tebu ditunjukkan pada Tabel 4.2.
Grafik hubungan antara nilai batas cair (LL) dengan variasi campuran ditunjukkan
pada Gambar 4.4, hubungan antara nilai batas plastis (PL) dengan variasi
campuran ditunjukkan pada Gambar 4.5, dan hubungan antara nilai indeks
50
40
Batas Cair
30
20
10
0
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Persentase Penambahan Abu Ampas Tebu (%) + Semen 2%
Gambar 4.4 Grafik hubungan antara nilai batas cair (LL) dengan variasi campuran
PC dan AAT dengan waktu pemeraman selama 7 hari.
semen dan abu ampas tebu cenderung mengalami penurunan. Semakin besar
persentase abu ampas tebu, maka semakin kecil batas cairnya. Pada tanah asli
batas cair mencapai 44,23 % sedangkan nilai batas cair terendah pada
penambahan abu ampas tebu 15 % sebesar 20,71%. Hal ini disebabkan tanah
mengalami proses sementasi oleh semen dan abu ampas tebu sehingga tanah
menjadi butiran yang lebih besar yang menjadikan gaya tarik menarik antar
40
Batas Plastis
30
20
10
0
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Persentase Penambahan Abu Ampas Tebu (%) + Semen 2%
Gambar 4.5 Grafik hubungan antara nilai batas plastis (PL) dengan variasi
campuran PC dan AAT dengan waktu pemeraman selama 7 hari.
akibat penambahan bahan stabilisasi. Nilai batas plastis (PL) tanah ditambah 2%
semen lebih besar dibandingkan tanah asli yaitu 31,03%, tetapi seiring
penurunan. Nilai batas plastis tanah asli menunjukkan 14,38 % dan pada
penambahan abu ampas tebu 15 % menunjukkan nilai sebesar 13,67 %. Hal ini
juga disebabkan karena adanya proses sementasi pada butiran tanah oleh semen
10
IP
0
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Persentase Penambahan Abu Ampas Tebu (%) + Semen 2%
Gambar 4.6 Grafik hubungan antara nilai IP dengan variasi campuran PC dan
AAT dengan waktu pemeraman selama 7 hari.
stabilisasi maka nilai indeks plastisitas akan menurun. Hal ini disebabkan oleh
menurunnya nilai batas cair dan batas plastis. Penurunan nilai batas cair lebih
Dalam pengujian ini akan diperoleh hubungan antara kadar air optimum
dan berat isi kering maksimum. Dalam hal ini peneliti menggunakan metode
digunakan diantaranya :
Berdasarkan hasil uji sifat mekanis tanah yang dilakukan pada sampel
tanah maka diperolehlah hasil uji pemadatan tanah sesuai dengan yang tertera
ZAV Line
1.5
Wopt
γd (gr/cm3)
Dmax
0.5
10 15 20 25 30 35 40
w (%)
Adapun hasil pengujian sifat mekanis tanah yang telah dicampur dengan
bahan stabilisator berupa semen dan abu ampas tebu ditunjukkan pada Tabel 4.4.
dan hubungan antara nilai berat isi kering dengan variasi campuran ditunjukkan
pada Gambar 4.7 dan hubungan kadar air optimum dengan variasi campuran
γd maks
Sampel Wopt (%)
(gr/cm³)
Dari hasil uji pemadatan tanah yang dilakukan pada tanah asli diperoleh
nilai berat isi kering tanah sebesar 1,24 gr/cm³. Gambar 4.8 menunjukkan bahwa
dengan penambahan abu ampas tebu nilai berat isi kering maksimum cenderung
meningkat. Hal ini disebabkan adanya semen dan abu ampas tebu yang mengisi
dalamnya. Kepadatan maksimum terbesar terjadi pada kadar abu ampas tebu
sebesar 9% kemudian sedikit menurun atau konstan pada kadar abu yang lebih
2.0
1.8
1.6
1.4
γd maks (gr/cm³)
1.2
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Persentase Penambahan Abu Ampas Tebu (%) + Semen 2%
Gambar 4.8 Grafik hubungan antara berat isi kering maksimum ( γd maks ) tanah
dan variasi campuran dengan waktu pemeraman selama 7 hari.
35
30
Kadar Air Maksimum
25
20
15
10
0
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Persentase Penambahan Abu Ampas Tebu (%) + Semen 2%
Gambar 4.9 Grafik hubungan antara kadar air optimum tanah ( wopt ) dan variasi
campuran dengan waktu pemeraman selama 7 hari.
Pada Gambar 4.7 terlihat nilai kadar air optimum tanah asli yaitu 20,41 %
ampas tebu. Apabila suatu tanah dipadatkan, tanah akan mempunyai rongga yang
semakin kecil. Rongga tersebut akan diisi oleh abu ampas tebu yang berfungsi
sebagai filler, sehingga air yang dibutuhkan sedikit, hal ini yang akan menjadikan
kadar air optimum akan menurun seiring dengan bertambahnya abu ampas tebu.
Dalam pengujian ini akan diperoleh hubungan antara nilai kuat tekan
bebas tanah (qu) pada tanah asli dan tanah remoulded (buatan)dan nilai kuat tekan
bebas tanah (qu) pada tiap variasi tanah yang telah dicampur dengan stabilisator
semen dan abu ampas tebu dengan waktu pemeraman selama 7 hari. Selanjutnya
dari hasil nilai qu diperoleh nilai kohesi (cu) yaitu sebesar ½ qu.
Hasil uji kuat tekan bebas yang dilakukan pada setiap variasi campuran
ditunjukkan pada Tabel 4.5. Pada Gambar 4.10 ditunjukkan perbandingan nilai
kuat tekan tanah (qu) antara tanah asli dengan tanah remoulded dan pada Gambar
4.11 ditunjukkan nilai kuat tekan tanah (qu) yang diperoleh di setiap variasi
campuran.
Sampel (kg/cm²)
Cu (kg/cm²)
15
10
qu (kg/cm2)
0
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Persentase penambahan abu ampas tebu (%) + semen 2%
Gambar 4.11 Grafik hubungan antara nilai kuat tekan tanah (qu) dengan variasi
campuran dengan waktu pemeraman selama 7 hari.
sedangkan pada tanah remoulded diperoleh sebesar 0,69 kg/cm². Dari Gambar
4.11 memperlihatkan dengan naiknya kadar abu ampas tebu terlihat bahwa kuat
tekan bebas selalu naik sampai dengan kadar abu 12% dengan kuat tekan tanah
sebesar 11,08 kg/cm² kemudian menurun pada kadar abu yang lebih tinggi 13%-
15%.
Hal ini dikarenakan adanya pada semen terjadi absorbsi air dan reaksi
pertukaran ion dan membentuk kalsium silikat dan kalsium aluminat yang
menjadi lebih baik. Reaksi antara silika (SiO2) dan alumina (AL2O3) yang
menyebabkan tanah menjadi lebih keras, lebih padat dan lebih stabil.
Begitu pula dengan abu ampas tebu yang mengandung unsur kimia seperti
Al2O3, Fe2O3, CaO dan MgO akan diserap oleh permukaan butiran lempung yang
memiliki kandungan yang berbentuk halus dan bermuatan negatif. Ion positif
seperti ion hydrogen (H+), ion sodium (Na+), dan ion kalium (K+), serta air yang
dan terjadilah kohesi pada butiran itu sehingga berakibat kenaikan kekuatan
kadar abu ampas tebu pada tanah akan menyebabkan membesarnya butiran-
butiran tanah lempung, dan akan menaikkan nilai sudut gesek dalam tanah
tersebut yang berakibat pada kenaikan kuat geser tanah (dalam hal ini kuat tekan
bebas).
5.1 Kesimpulan
A-7-6 .
2. Dari uji Atterberg pada tanah asli diperoleh nilai Liquid Limit
adanya penambahan semen dan abu ampas tebu pada tanah lempung
tanah sebesar 20,41% dan berat isi kering maksimum sebesar 1.24
gr/cm³, sedangkan dari variasi campuran semen dan abu ampas tebu
asli diperoleh nilai kuat tekan tanah (qu) sebesar 2,88 kg/cm² ,
(qu ) sebesar 0,69 kg/cm². Pada sampel tanah campuran semen dan
dengan kuat tekan bebas. Kenaikan nilai kuat tekan (qu) terbesar
terjadi pada kadar abu 12% dengan nilai kuat tekan tanah (qu) 11,08
kg/cm², kemudian menurun atau konstan pada kadar abu yang lebih
tinggi 13-15%.
5. Dari penurunan nilai kuat tekan (qu) pada tanah yang mengalami
sensitive”.
6. Dari tiga penelitian kuat tekan tanah dengan sampel tanah yang
agent dari pada abu sekam padi (Fadilla, 2014) dan abu cangkang
1. Melihat hasil penelitian ini, mungkin perlu ada variasi penambahan semen
abu ampas tebu sebagai bahan stabilisator (stabilizing agents) pada tanah
lempung.
Das, B. M. 2008. Advanced Soil Mechanics Third Edition. New York: Taylor &
Francis.
Gunawan, S. 2011. Perbaikan pondasi dangkal dengan tetes tebu dan kapur.
Seminar nasional-1 BMPTTSSI-KoNTekS 5. Universitas Sumatera Utara.
Hatmoko, J. T., & Lulie, Y. 2007. “UCS Tanah Lempung Ekspansif yang
Distabilisasi dengan Abu Ampas Tebu dan Kapur” Program Studi Teknik
Sipil Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.
Silaban, F. A. 2013. Kajian Efektifitas Semen dan Fly Ash dalam Stabilitas
Tanah Lempung dengan Uji Triaxial Cu dan Aplikasi pada Stabilisasi
Lereng. Program Studi Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara, Medan.