TUGAS AKHIR
Diperlukan untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana S1 pada Departemen Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,
rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Penulisan Tugas Akhir yang berjudul “ANALISA KUAT TEKAN MORTAR
GEOPOLIMER BERBASIS FLY ASH DAN GGBFS SEBAGAI PATCH
REPAIR MATERIAL” ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan
menyelesaikan studi Program Strata Satu (S1) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Sumatera Utara.
1. Ibu Ir. Rahmi Karolina, S.T., M.T selaku Dosen Pembimbing, yang telah
banyak memberikan dukungan, masukan, bimbingan, serta meluangkan
waktu, tenaga, dan pikiran kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas
Akhir ini.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. Renita Manurung, M.T selaku Wakil Dekan I Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Ir. Medis Sejahtera Surbakti, M.T., Ph.D selaku Ketua Departemen
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Dr. M. Ridwan Anas, S.T., M.T selaku Sekretaris Departemen
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Dr. Ir. Muhammad Aswin, S.T., M.T selaku Koordinator KBK
Struktur
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
6. Bapak Ir. M. Agung Putra Handana, S.T., M.T dan Bapak Ir. Sanci Barus,
M.T selaku Dosen Penguji, atas saran dan masukan yang diberikan kepada
penulis terhadap Tugas Akhir ini.
7. Bapak/Ibu dosen dan seluruh staf pengajar Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
iv
Universitas Sumatera Utara
8. Bapak Ir. Torang Sitorus, M.T selaku kepala Laboratorium Bahan dan
Rekayasa Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara yang telah memberikan izin penggunaan fasilitas dalam kegiatan
penelitian dan pengujian Tugas Akhir ini.
9. Seluruh staf dan asisten Laboratorium Bahan dan Rekayasa Beton
Departemen Teknik Sipil yang telah banyak membantu selama pelaksanaan
Tugas Akhir ini.
10. Seluruh pegawai administrasi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan selama ini
kepada penulis.
11. Orang tua saya, Bapak Ir. K. Robert Silalahi dan Mama Rotua Sitohang, S.E
yang selalu memberikan doa, kasih sayang, motivasi, dan materi kepada
saya sehingga saya bisa menyelesaikan Tugas Akhir ini.
12. Saudara saya Raymond Ricardo Silalahi dan Raja Matthew Alfredo Silalahi
yang selalu memberikan dukungan, motivasi, dan bantuan kepada saya.
13. Buat teman Tugas Akhir seperjuangan saya, Chilwin selalu membantu dan
mendukung dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
14. Buat teman-teman terdekat saya, Ari Dewa, Robbi, Afan, Asa, Mega,
Agnes, Niak, Adi Dharma, Alex, Glenn, Kenny, Inal, Ben, Kevas, Yoga,
dan Titus yang selalu membantu dan mendukung dalam penyelesaian Tugas
Akhir ini.
15. Buat semua teman seangkatan 2017 yang selalu memberikan bantuan,
dukungan, dan semangat yang tidak dapat disebut satu persatu.
16. Buat adik-adik angkatan 2020 yang juga ikut memberikan bantuan yang
tidak dapat disebut satu persatu.
17. Seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu penulis dari segi
apapun, sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi penyempurnaan Tugas Akhir ini.
v
Universitas Sumatera Utara
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Penulis berharap semoga
laporan Tugas Akhir ini bermanfaat bagi para pembaca.
Medan
Penulis,
vi
Universitas Sumatera Utara
LEMBAR ASISTENSI TUGAS AKHIR
vii
Universitas Sumatera Utara
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
ix
Universitas Sumatera Utara
3.3.1 Pengujian Analisa Saringan Agregat Halus (SNI 03
1968-1990)............................................................... 24
3.3.2 Pengujian Berat Isi Agregat Halus (SNI 03-4804
1998) ........................................................................ 25
3.3.3 Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat
Halus (SNI 1970-2008)........................................... 26
3.3.4 Pengujian Kadar Lumpur Agregat Halus (SNI 03
4142-1996)............................................................... 28
3.3.5 Pengujian Kadar Organik Pasir / Colorimetric Test
(SNI 2816-2014) ...................................................... 29
3.4 Tahap Perencanaan Campuran ........................................... 30
3.5 Tahap Pengujian Waktu Pengikatan Binder ...................... 32
3.6 Tahap Pembuatan Benda Uji .............................................. 33
3.7 Tahap Perawatan Benda Uji .............................................. 34
3.8 Tahap Pengujian Kuat Tekan Benda Uji ............................ 34
3.9 Tahap Pengolahan Data ...................................................... 34
3.10 Tahap Analisis Data ......................................................... 35
3.11 Flowchart Penelitian ......................................................... 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................. 37
4.1 Produk Mortar Geopolimer ................................................ 37
4.2 Hasil Pengujian Waktu Pengikatan Binder ........................ 37
4.3 Hasil Pengujian Kuat Tekan Benda Uji ............................. 39
4.4 Analisa Harga Bahan Mortar Geopolimer ......................... 50
4.5 Hasil Scanning Electron Microscope (SEM) ..................... 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................. 53
4.1 Kesimpulan......................................................................... 53
4.2 Saran ................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ xvi
LAMPIRAN ............................................................................................... xviii
x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR NOTASI
xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Kata kunci : Kerusakan Beton, Patch repair, Fly Ash, GGBFS, Mortar Geopolimer
xv
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
2
Universitas Sumatera Utara
mm berdasarkan ASTM C579-01. Kuat tekan diuji pada umur 7, 14, 28, dan 56
hari. Modulus alkali yang digunakan adalah variasi 1, 1.25, 1.5, 1.75, dan 2.
Sedangkan kadar aktivator yang digunakan variasi 43%, 49%, 55%, 61%, dan 67%.
Kuat tekan tertinggi didapatkan dari fly ash-based geopolymer mortar dengan
modulus alkali 1,25 dan kadar aktivator 49%.
Apsari (2017) dalam penelitiannya berjudul “Pengaruh Penambahan Variasi
Molaritas NaOH Terhadap Kuat Tekan Dan Kuat Lekat Mortar Geopolymer
Berbahan Dasar Abu Terbang Pada Aplikasi Spesi Bata Merah”. Tujuan dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil kuat tekan mortar geopolymer
berbahan dasar abu terbang, kuat lekat, dan menentukan kadar optimum
penambahan variasi molaritas NaOH. Pengujian kuat tekan mortar dilakukan pada
umur mortar 3, 7, dan 28 hari dengan variasi molaritas 6 M, 8 M, 10 M, 12 M, 14
M, dan 15 M. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kuat tekan dan kuat kuat lekat
optimum dihasilkan pada variasi molaritas D sebesar 23,21 MPa dan 0,89 MPa.
Kadar optimum yang didapat untuk pembuatan mortar ialah variasi D dengan
menggunakan alkali aktivator sebesar 12 Molar.
Prastyo (2018) dalam penelitiannya berjudul “Analisa Kuat Tekan Mortar
Geopolimer dengan pengikat Zeolite dan fly ash pada Molaritas 8 M dan 10 M
Kondisi W/S=0,35 dan SS/SH=1,5”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui kuat tekan tertinggi pada mortar geopolimer yang menggunakan
campuran abu terbang (fly ash) kelas C dan zeolit pada kondisi water/solid=0,35
dan sodium silicate/sodium hydroxide=1,5. Penelitian ini menggunakan metode
eksperimen dengan parameternya pada campuran fly ash dan zeolit menggunakan
variasi molaritas 8 M dan 10 M kondisi W/S=0,35 dan SS/SH=1,5. Benda uji mortar
geopolimer menggunakan perbandingan campuran fly ash dan zeolit dengan 5
variasi pada setiap molaritas 8 M dan 10 M. Pengujian benda uji meliputi pengujian
pengikatan awal dan akhir (uji vicat) dan pengujian kuat tekan pada umur 7 hari,
14 hari, dan 28 hari. Hasil penelitian diperoleh bahwa nilai kuat tekan optimum
yang dihasilkan oleh mortar geopolimer 8 M pada variasi penambahan zeolit
sebesar 10% dengan nilai kuat tekan 36,87 MPa, waktu pengikatan awal pada menit
ke 65, dan berat volume 2,31 gram/cm3. Mortar geopolimer 10 M kuat tekan
3
Universitas Sumatera Utara
optimum pada variasi penambahan zeolit sebesar 5% dengan nilai kuat tekan 37,49
MPa, waktu pengikatan awal pada menit ke 60, dan berat volume 2,32 gram/cm3.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi karakteristik dari
mortar geopolimer diantaranya seperti komposisi campuran, proses curing, dan
agregat yang digunakan. Di dalam komposisi campuran tersebut terdapat, molaritas
NaOH, molaritas Na2SiO3, rasio antara NaOH dengan Na2SiO3, dan lain-lain.
Dalam penelitian ini diselidiki pengaruh variasi Fly Ash dan GGBFS, dan variasi
molaritas NaOH terhadap kuat tekan mortar geopolimer, sehingga diperoleh
komposisi campuran mortar geopolimer yang optimum yang memenuhi
persyaratan kuat tekan sebagai repair material.
4
Universitas Sumatera Utara
5. Untuk mengetahui struktur mortar geopolimer berbasis Fly Ash dan
GGBFS.
5
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1 Jumlah Sampel Benda Uji
Umur (hari)
No Kode Jumlah
7 14 28 56
1 GF10S8 3 3 3 3 12
2 GF91S8 3 3 3 3 12
3 GF82S8 3 3 3 3 12
4 GF73S8 3 3 3 3 12
5 GF64S8 3 3 3 3 12
6 GF55S8 3 3 3 3 12
7 GF10S12 3 3 3 3 12
8 GF91S12 3 3 3 3 12
9 GF82S12 3 3 3 3 12
10 GF73S12 3 3 3 3 12
11 GF64S12 3 3 3 3 12
12 GF55S12 3 3 3 3 12
13 GF10S16 3 3 3 3 12
14 GF91S16 3 3 3 3 12
15 GF82S16 3 3 3 3 12
16 GF73S16 3 3 3 3 12
17 GF64S16 3 3 3 3 12
18 GF55S16 3 3 3 3 12
19 SIKAGR 3 3 3 3 12
Total 228
Keterangan : GF10S8 = GGBFS 100%, Fly Ash 0%, NaOH 8 M
SIKAGR = SikaGrout215(New)
6
Universitas Sumatera Utara
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Menjadi bahan referensi mengenai pembentukan mortar geopolimer
berbasis Fly Ash dan GGBFS.
2. Mereduksi pencemaran lingkungan dengan pemanfaatan limbah Fly Ash
dan GGBFS.
3. Mendapatkan komposisi campuran mortar geopolimer yang optimum
sehingga dapat digunakan dalam pekerjaan patch repair (penambalan)
dengan kinerja yang baik.
7
Universitas Sumatera Utara
1.7 Jadwal Penelitian
8
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Beton
Beton didefinisikan sebagai campuran dari bahan penyusunnya yang terdiri
dari bahan semen hidrolik (portland cement), agregat kasar, agregat halus, dan air
dengan atau tanpa menggunakan bahan tambah (admixture atau additive). Dinas
PU – Lembaga Penyedilikan Masalah Bangunan (DPU-LPMB) memberikan
definisi tentang beton sebagai campuran antara semen portland atau semen hidrolik
yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan campuran
tambahan yang membentuk massa padat (SNI 03-2834-2000, 2000).
Dalam adukan beton, air dan semen membentuk pasta yang disebut pasta
semen. Pasta semen selain mengisi pori-pori diantara butiran-butiran agregat halus,
juga bersifat sebagai perekat/pengikat dalam proses pengerasan, sehingga butiran-
butiran agregat saling terikat kuat dan terbentuklah suatu massa yang kompak dan
padat.
2.1.1 Kerusakan-Kerusakan Beton
Beton dapat mengalami kerusakan yang disebabkan oleh beberapa kondisi
seperti serangan asam, korosi, beban yang terlalu berlebihan, gempa, kebakaran,
susut, dan lain sebagainya. Kerusakan-kerusakan yang sering timbul diantaranya
terjadi retak, delaminasi, spalling, aus, patah, keropos, dan void (berlubang).
9
Universitas Sumatera Utara
Retak pada beton biasanya dikarenakan proporsi campuran pada beton
kurang baik. Retak merupakan kerusakan paling ringan yang terjadi pada beton.
Retak dibedakan retak struktur dan non-struktur. Retak struktur umumnya terjadi
pada elemen struktur konstruksi bangunan, sedangkan retak non-struktur terjadi
dinding bata atau dinding non-beton lainnya. Pada retak non-struktur dapat terjadi
karena beberapa sebab, diantaranya proporsi campuran beton kurang baik, umur
bangunan, cuaca, efek panas yang berlebihan, reaksi kimia, dan susut. Sedangkan
penyebab retak pada struktur sama dengan retak non-struktur tapi retak pada
struktur juga terjadi karena gempa, kebakaran, dan korosi pada struktur beton.
Beton mengelupas sampai kelihatan tulangannya disebut delaminasi.
Kerusakan ini bisa terjadi pada konstruksi bangunan dikarenakan banyak sebab,
diantaranya kegagalan pada pembuatan campuran, reaksi kimia, kelebihan beban,
dan sebagainya. Permukaan beton yang sudah terkelupas kemudian menjadi rentan
terhadap semua jenis abrasi yang akibatnya dapat melemahkan struktur. Delaminasi
juga sering dianggap sebagai pelapukan beton.
Spalling atau bagian permukaan beton yang terlepas dalam bentuk kepingan
atau bongkahan kecil. Spalling merupakan jenis kerusakan beton yang sering terjadi
pada bangunan beton dan biasanya kurang diperhatikan dalam pembuatan
campurannya. Kerusakan ini terjadi karena campuran beton yang kurang homogen
dan juga faktor umur beton. Oleh karena itu metode perbaikan pada kerusakan
spalling, tergantung pada besar, dan dalamnya spalling yang terjadi.
Aus merupakan jenis kerusakan beton yang sering terjadi pada bangunan.
Kerusakan jenis ini biasanya kurang diperhatikan karena tingkat kerusakan yang
sulit diprediksi. Kerusakan ini juga disebabkan karena umur beton yang sudah
terlalu lama, kebakaran, reaksi kimia dan sebagainya.
Patah yang terjadi pada beton biasanya dikarenakan struktur beton yang
tidak mampu untuk menahan beban. Kerusakan ini bisa terjadi karena pada saat
pembuatan campuran beton (mix design) kurang diperhatikan proporsi yang
digunakan. Sebelum pembuatan campuran beton harus menghitung beban-beban
yang akan menimpa struktur beton tersebut agar patah pada beton tidak terjadi.
Keropos merupakan jenis kerusakan yang disebabkan salah satunya karena
umur beton yang terlalu lama. Kerusakan ini biasanya kurang diperhatikan karena
10
Universitas Sumatera Utara
terjadi pada bagian bangunan yang sulit dijangkau. Misalnya pada bagian bawah
jembatan. Untuk itu agar tidak terjadi keropos dini karena reaksi kimia atau yang
lain maka hal ini perlu diperhatikan pada saat pembuatan bangunan.
Void adalah lubang-lubang yang relatif dalam dan lebar pada beton. Void
pada beton dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab, diantaranya pemadatan yang
dilakukan dengan vibrator kurang baik, karena jarak antar bekisting dengan
tulangan atau jarak antar tulangan terlalu sempit sehingga bagian mortar tidak dapat
mengisi rongga antara agregat kasar dengan baik.
2.2 Mortar
Mortar merupakan bahan yang terbuat dari campuran antar semen dengan
agregat halus yang dicampur dengan air sebagai perekat. Sebagai bahan yang
terbuat dari cement based (pengikat), mortar mempunyai sifat mengembang dan
menyusut. Kerusakan yang sering terjadi pada mortar adalah retak. Hal ini
disebabkan karena berbagai macam faktor, seperti kualitas sumber daya manusia,
pengaruh cuaca, pengaruh elemen struktural bangunan dan komposisi mortar yang
11
Universitas Sumatera Utara
digunakan dimana dapat mempengaruhi kualitas dan ketahanan mortar tersebut.
Untuk meningkatkan ketahanan dan kekuatan awal mortar dapat dilakukan dengan
berbagai cara, salah satunya dengan mortar geopolimer yang berbahan dasar Fly
Ash dan GGBFS yang diaktifkan menggunakan alkali aktivator berupa NaOH dan
Na2SiO3 melalui proses polimerisasi.
12
Universitas Sumatera Utara
2.3.3 Semen Geopolimer
Semen geopolimer merupakan zat pengikat yang menggunakan bahan
anorganik seperti SiO2 dan Al2O3 sebagai material utama dan tidak bergantung pada
kalsium karbonat sehingga menghasilkan sedikit CO2 selama proses
pembuatannya. Semen ini merupakan bahan yang inovatif dan alternatif bagi semen
portland konvensional yang umumnya digunakan dalam dunia konstruksi. Hal ini
berkaitan dengan minimnya bahan alami yang digunakan dalam proses produksinya
sehingga dapat mengurangi jejak karbon secara signifikan, serta daya tahan yang
lebih baik terhadap beberapa perubahan alam dibandingkan dengan semen
konvensional. Semen geopolimer juga dapat mengeras (cure) lebih cepat
dibandingkan dengan semen portland. Meski demikian, pada semen geopolimer
waktu pengerasan dapat diatur cukup lambat sehingga dapat dicampur di pabrik
yang dapat digunakan dalam pencampuran beton. Selain memiliki sifat dan jenis
yang berbeda dengan semen portland, semen geopolimer juga memiliki
kemampuan untuk membentuk ikatan kimia yang kuat dengan semua jenis batu
agregat. (Malik, 2016). Proses reaksi selama pengerasan semen geopolimer melalui
kondensasi kalium/natrium poli-oligo (sialate-siloxo) menjadi kalium/natrium poli
(sialate-siloxo) sedangkan pada semen portland (PC) melalui hidrasi sederhana
kalsium/natrium silikat menjadi hidrat kalsium di-silikat (CSH) dan kapur Ca(OH)2
dengan reaksi seperti pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Perbedaan Proses Reaksi selama Curing antara Semen Portland dan
Semen Geopolimer
sumber : Geopolymer Institute, 2017
13
Universitas Sumatera Utara
2.3.4 Mortar Geopolimer
Mortar geopolimer merupakan mortar dengan material dan bahan alami
sebagai pengikat. Pada dasarnya material yang dapat digunakan adalah material
yang memiliki kandungan oksida silika dan alumina tinggi. Mortar geopolimer
dihasilkan dengan sepenuhnya mengganti semen portland (PC) dengan pengikat
lainnya seperti Fly Ash dan GGBFS yang harus diaktifkan dengan alkali aktivator
berupa sodium hidroksida (NaOH) dan sodium silikat (Na2SiO3) sebagai
katalisatornya untuk meningkatkan reaksi polimerisasi. Molaritas larutan aktivator,
molaritas larutan katalisator, dan persentase penambahan air mempengaruhi sifat
mekanik geopolimer mortar. Secara umum, semakin besar molaritas dan semakin
sedikit persentase penambahan air pada campuran akan memberikan karakteristik
mortar yang lebih tinggi.
14
Universitas Sumatera Utara
lainnya (Islam et al., 2014). Fly Ash tidak memiliki kemampuan mengikat seperti
semen tetapi dengan adanya air dan alkali aktivator (sodium hidroksida dan sodium
silikat), oksida silika yang dikandung oleh fly ash akan bereaksi secara kimia.
Fly Ash terdiri dari sebagian besar partikel yang mempunyai diameter
berkisar antara 1-150 mikrometer. Sifat fly ash tersebut membuat fly ash dapat
digunakan sebagai bahan pengganti semen dan bahan patch repair yang dapat
memperbaiki kerusakan beton pada umumnya dan meningkatkan
ketahanan/keawetan beton terhadap ion sulfat juga menurunkan panas hidrasi
semen.
Menurut (SNI-2460, 2014), Fly Ash dibagi menjadi 3 kelas, yaitu:
a. Kelas N
Fly Ash kelas N adalah pozzolan alam mentah atau telah dikalsinasi.
Misalnya beberapa tanah diatomae (hasil lapukan), batu rijang opalan dan
serpih, tufa dan abu vulkanik atau batu apung.
b. Kelas F
Fly Ash kelas F adalah abu yang dihasilkan dari pembakaran batu bara jenis
anthrasite pada suhu 1560 ºC. Fly Ash kelas F mengandung CaO lebih kecil
dari 10% yang dihasilkan dari pembakaran batu bara.
- Kadar SiO2 + Al2O3 + Fe2O3 > 70%
- Kadar CaO < 10%
- Kadar C berkisar antara 5% - 10%
Fly Ash kelas F disebut juga low - calsium fly ash, yang tidak mempunyai
sifat cementitious dan hanya bersifat pozzolanik.
c. Kelas C
Fly Ash kelas C adalah abu yang dihasilkan dari pembakaran lignite atau
batu bara dengan sub-bitumen batu bara. Fly Ash kelas C mengandung CaO
di atas 10% yang dihasilkan dari pembakaran lignite atau sub – bitumen batu
bara.
- Kadar SiO2 + Al2O3 + Fe2O3 > 50%
- Kadar CaO ≥ 10%
- Kadar C sekitar 2%
15
Universitas Sumatera Utara
Fly Ash kelas C disebut juga high - calsium fly ash, karena kandungan CaO
yang cukup tinggi. Fly Ash kelas C mempunyai sifat pozzolanik dan
cementitious.
Unsur utama dalam proses geopolimerisasi adalah Si dan Al. Oleh karena
itu fly ash yang bisa digunakan sebagai geopolimer adalah jenis fly ash yang
memiliki kandungan CaO rendah dan kandungan Si dan Al lebih dari 50%. Dari
ketiga tipe fly ash di atas, yang memenuhi persyaratan tersebut adalah fly ash tipe
C dan tipe F.
16
Universitas Sumatera Utara
menggantikan fungsi semen portland dengan rasio perbandingan massa tertentu.
Berbagai level pengganti GGBFS dimulai 10% sampai lebih dari 70%.
2.4.3 SikaGrout215(New)
SikaGrout215(New) adalah semen grouting siap pakai yang mempunyai
karakteristik tidak menyusut dengan waktu kerja yang sesuai untuk temperatur
lokal dan dapat mengalir dengan baik.
Kegunaan dari SikaGrout215(New) antara lain :
Pemasangan angkur
Pondasi mesin/atas plat
Sebagai dudukan bearing pad jembatan
Beton pracetak
Aplikasi dry pack
Pengisian rongga, celah dan penghentian sementara
Perbaikan beton
Struktur kelautan
Juga direkomendasikan untuk perbaikan struktur bawah tanah
Aplikasi perbaikan pada dermaga jembatan, tiang beton, dinding pelabuhan,
tiang penyangga jetty.
Keuntungan dari SikaGrout215(New) antara lain :
Mudah menggunakannya, hanya menambahkan air
Karakteristik mudah mengalir
Konsistensi dapat diatur
Kekuatan awal SikaGrout215(New) sangat cepat
Tahan terhadap benturan dan getaran
Tahan dapat penyusutan
Kekuatan tekan tinggi
Tidak korosi
Tidak beracun.
17
Universitas Sumatera Utara
2.4.4 Alkali Aktivator
Aktivator merupakan zat atau unsur yang menyebabkan zat atau unsur lain
bereaksi. Dalam pembuatan mortar geopolimer ini, aktivator yang digunakan
adalah unsur alkali yang terhidrasi yaitu sodium hidroksida (NaOH) dan sodium
silikat (Na2SiO3). Sodium hidroksida berfungsi untuk mereaksikan unsur-unsur Al
dan Si yang terkandung dalam Fly Ash dan GGBFS sehingga dapat menghasilkan
ikatan polimer yang kuat, sedangkan sodium silikat mempunyai fungsi untuk
mempercepat reaksi polimerisasi.
2.4.5 Air
Air merupakan bahan dasar penyusun mortar yang paling penting dan paling
murah. Air berfungsi sebagai bahan pengikat dan bahan pelumas di antara butir-
butir agregat agar mempermudah proses pencampuran dan pengerjaan adukan
mortar (workability). Secara umum air yang dapat digunakan dalam campuran
adukan mortar adalah air yang apabila dipakai akan menghasilkan mortar dengan
kekuatan lebih dari 90% dari mortar yang memakai air suling.
Pemakaian air untuk beton sebaiknya memenuhi syarat baku air bersih
sebagai berikut :
a. Tidak mengandung lumpur lebih dari 2 gram/liter
b. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton lebih dari 15
gram/liter
c. Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter
d. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.
18
Universitas Sumatera Utara
Adapun syarat pasir yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Pasir berbutiran yang tajam, keras, dan kekal artinya tidak pecah atau hancur
oleh pengaruh cuaca seperti matahari dan hujan
b. Tidak boleh mengandung bahan organik terlalu banyak
c. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% berat kering, (apabila
kandungan lumpur melebihi 5% maka pasir harus dicuci)
d. Harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya.
2.5 Perawatan
2.5.1 Diletakkan pada Suhu Ruang
Perawatan jenis ini berarti meletakkan benda uji pada suhu ruang berkisar
22 °C, terhindar dari panas matahari dan air hujan secara langsung.
2.6 Pengujian
2.6.1 Waktu Pengikatan Binder
Waktu ikat awal adalah waktu yang diperlukan oleh pasta binder untuk
mengubah sifatnya dari kondisi cair menjadi padat. Waktu ikat akhir adalah waktu
dimana penetrasi jarum vicat tidak terlihat secara visual (SNI 03-6827, 2002).
Dalam mortar geopolimer, binder (pengikat) yang digunakan ialah Fly Ash dan
GGBFS.
Waktu ikat awal tercapai apabila hasil penetrasi 25 mm. Sedangkan waktu
ikat akhir tercapai apabila jarum tidak menembus pasta (penetrasi 0 mm).
19
Universitas Sumatera Utara
Kuat tekan merupakan tingkat atau derajat kekuatan suatu material terhadap
gaya tekan dari luar yang membebaninya. Berdasarkan (SNI 03-6825, 2002), kuat
tekan dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝑃𝑚𝑎𝑘𝑠
𝜎m = (2.1)
𝐴
dimana 𝜎m = kekuatan tekan mortar (MPa)
Pmaks = gaya tekan maksimum (N)
A = luas penampang benda uji (mm2)
20
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
21
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.2 GGBFS (Ground Granulated Blast Furnace Slag)
3. SikaGrout215(New)
SikaGrout215(New) yang digunakan berasal dari CV Dinamika Utama
Medan.
22
Universitas Sumatera Utara
5. Sodium Silikat (Na2SiO3)
Sodium silikat atau waterglass yang digunakan berupa larutan yang
diperoleh dari toko bahan kimia.
23
Universitas Sumatera Utara
Adapun alat-alat yang digunakan di dalam penelitian antara lain :
1. Pan
2. Bejana
3. Sendok Semen
4. Ayakan
5. Sekop
6. Timbangan
7. Gelas Ukur
8. Mixer
9. Cetakan
10. Palu Karet
11. Mould
12. Vicat Apparatus Set
13. Compression Machine.
24
Universitas Sumatera Utara
splitter.
2. Susun ayakan secara berurut dari atas ke bawah : 9.52 mm, 4.76 mm, 2.38
mm, 1.19 mm, 0.6 mm, 0.3 mm, 0.15 mm, dan pan.
3. Tempatkan susunan ayakan tersebut diatas shieve shaker machine.
4. Masukkan sampel 1 pada ayakan yang paling atas lalu ditutup rapat.
5. Mesin dihidupkan selama 5 menit.
6. Timbang sampel yang tertahan pada masing-masing ayakan.
7. Lakukan percobaan diatas untuk sampel 2.
e. Rumus
∈ %𝐾𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑎𝑦𝑎𝑘𝑎𝑛
𝐹𝑀 = (3.1)
100
25
Universitas Sumatera Utara
a) Bejana besi ditimbang dan kemudian diisi dengan pasir sampai 1/3 bagian
tinggi bejana tersebut, lalu dirojok sebanyak 25 kali secara merata pada
permukaannya.
b) Pasir ditambah lagi hingga mencapai 2/3 tinggi bejana dan dirojok 25 kali
secara merata pada permukaannya. Kemudian bejana diisi pasir sampai
penuh dan dirojok 25 kali secara merata lalu permukaannya diratakan.
Dalam perojokan untuk setiap lapis tidak boleh menembus lapisan
bawahnya.
c) Timbang bejana + pasir.
d) Pasir dikeluarkan dan bejana dibersihkan lalu diisi air hingga penuh,
timbang berat bejana + air dan diukur suhu air di dalam bejana.
e) Percobaan dilakukan untuk 2 sampel.
2. Cara menyiram
a) Bejana besi ditimbang dan kemudian diisi pasir dengan cara menyiram
dengan sekop setinggi ± 5 cm dari bagian atas bejana sampai penuh lalu
ratakan permukaannya.
b) Timbang bejana + pasir.
c) Pasir dikeluarkan dan bejana dibersihkan lalu diisi dengan air hingga
penuh, timbang berat bejana + air dan diukur suhu air di dalam bejana.
d) Percobaan dilakukan untuk 2 sampel.
e. Rumus
𝑚
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑖𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟 = (3.2)
𝑣
Dimana :
m = Berat pasir (kg)
V = Volume air pada suhu tertentu (m3)
3.3.3 Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus (SNI 1970-
2008)
a. Tujuan
Tujuan pengujian ini adalah untuk menentukan berat jenis kering, berat jenis
semu, berat jenis dan penyerapan pasir.
b. Bahan
26
Universitas Sumatera Utara
1. Pasir
2. Air.
c. Peralatan
1. Mould
2. Batang perojok
3. Oven
4. Piknometer
5. Timbangan
6. Pan.
d. Prosedur Percobaan
1. Rendam pasir dalam suatu wadah dengan air selama 24 jam.
2. Setelah itu pasir dianginkan hingga tercapai kondisi kering permukaan.
3. Untuk menentukan pasir dalam kondisi SSD yaitu masukkan pasir ke
dalam mould 1/3 tinggi, lalu dirojok 25 kali, kemudian isi pasir hingga
ketinggian 2/3 tinggi, dirojok 25 kali. Demikian seterusnya diisi sampai
penuh dan dirojok 25 kali. Setelah itu mould diangkat secara perlahan,
dan jika pasir runtuh pada bagian tepi atasnya (tidak keseluruhan) berarti
pasir dalam keadaan SSD.
4. Sediakan pasir yang telah mencapai kondisi SSD ke dalam 2 bagian,
masing-masing seberat 500 gram. Bagian yang pertama dimasukkan ke
dalam oven dan di keringkan selama 24 jam. Bagian yang kedua di
masukkan ke dalam piknometer kemudian diisi dengan air dan di
guncang berulang-ulang dengan tujuan supaya udara yang ada dalam
pasir dapat keluar, dengan ditandai keluarnya buih dalam pasir. Buih
yang keluar tersebut di buang dengan cara mengisi piknometer dengan
air, sampai melimpah dari leher piknometer. Pengisian air dilakukan
secara perlahan-lahan. Setelah udara tidak ada lagi, atur agar air diisi
sampai batas air maksimum.
5. Timbang berat piknometer + pasir + air.
6. Buang isi piknometer lalu isi dengan air bersih hingga batas air
maksimum.
7. Timbang berat piknometer + air.
27
Universitas Sumatera Utara
8. Untuk pasir yang telah diovenkan, setelah kering dilakukan
penimbangan.
9. Ulangi prosedur diatas untuk sampel kedua.
e. Rumus
𝐴
Berat jenis kering = (3.3)
𝐵+500−𝐶
500
Berat jenis SSD = (3.4)
𝐵+500−𝐶
𝐴
Berat jenis semu = (3.5)
𝐵+𝐴−𝐶
500−𝐴
Absorpsi = (3.6)
𝐴
Dimana :
A = berat pasir dalam keadaan kering (gram)
B = berat piknometer berisi air (gram)
C = berat piknometer berisi air + pasir (gram)
28
Universitas Sumatera Utara
3. Pada saat pencucian, pasir harus diremas-remas sehingga air yang keluar
melalui ayakan terlihat jernih dan bersih.
4. Air yang masih ada di pan bersama pasir, disedot dengan alat penghisap
air.
5. Usahakan pasir di dalam pan tidak tumpah keluar.
6. Sampel di dalam pan dikeringkan dalam oven selama 24 jam.
7. Setelah 24 jam, sampel yang ada di dalam pan diangkat kemudian
ditimbang dan hasilnya di catat.
e. Rumus
𝐵𝑀−𝐵𝐾
𝐾𝐿 = 𝑋 100% (3.7)
𝐵𝐾
Dimana :
KL = Kadar lumpur agregat dalam persen
BM = Berat sampel mula-mula
BK = Berat sampel setelah dikeringkan selama 24 jam
Pasir yang telah dicuci dengan ayakan No.200 kadar lumpur tidak boleh
lebih dari 5% berat agregat.
29
Universitas Sumatera Utara
d. Prosedur Percobaan
1. Sediakan pasir secukupnya dengan menggunakan sampel splitter
sehingga terbagi menjadi ¼ bagian.
2. Sampel dimasukkan ke dalam botol gelas setinggi kurang lebih ± 3 cm
dari dasar botol.
3. Sediakan larutan NaOH 3% dengan cara mencampurkan 12 gram kristal
NaOH ± 388 ml aquadest di gelas ukur, masukkan larutan tersebut
sampai tinggi larutan lebih kurang 2 cm dari permukaan pasir (tinggi
pasir + larutan ± 5 cm).
4. Larutan diaduk dengan sendok pengaduk selama 7 menit.
5. Botol gelas ditutup rapat-rapat dengan penutup karet dan diguncang-
guncang pada arah mendatar selama 8 menit.
6. Campuran dibiarkan selama 24 jam.
7. Bandingkan perubahan warna yang terjadi setelah 24 jam dengan standar
warna gardener.
e. Rumus / Standar
Pengelompokkan standar warna gardener adalah sebagai berikut :
1. Standar warna No. 1 : berwarna bening/jernih
2. Standar warna No. 2 : berwarna kuning muda
3. Standar warna No. 3 : berwarna kuning tua
4. Standar warna No. 4 : berwarna kuning kecoklatan
5. Standar warna No. 5 : berwarna coklat
Batas perubahan warna yang diizinkan menurut standar warna gardener
adalah sampai plat No. 3. Jika perubahan warna yang terjadi melebihi batas
yang diizinkan maka pasir tersebut mengandung bahan organik yang banyak
dan harus dicuci dengan larutan NaOH 3%. Kemudian dibersihkan dengan
air.
30
Universitas Sumatera Utara
variasi antara Fly Ash dengan GGBFS, dan variasi perbedaan kemolaran larutan
aktivator (NaOH). Mortar geopolimer dipersiapkan dengan rasio :
Tabel 3.1 Rasio Mix Design
Pasir : Binder Alkali Aktivator : Binder Larutan NaOH : Na2SiO3
3:2 0.55 : 1 1 : 2,5
31
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.5 Mix Design SikaGrout
Kode SikaGrout (kg) Air (kg)
SIKAGR 1940 427
32
Universitas Sumatera Utara
3. Masukkan bahan-bahan ke dalam mixer, aduk sampai merata.
4. Masukkan pasta ke dalam mould vicat kemudian ratakan permukaan.
5. Setelah 5 menit, atur posisi ujung jarum vicat bersentuhan dengan tengah
permukaan pasta dan setelah 30 detik jarum diturunkan, hasil uji dibaca dan
dicatat.
6. Angkat jarum vicat dan lap untuk membersihkan semen geopolimer yang
menempel pada jarum vicat. Ulangi langkah 5 sampai penurunannya 0 mm
dan percobaan dihentikan.
5 cm
5 cm
5 cm
Gambar 3.8 Sketsa Benda Uji
Prosedur pembuatan benda uji :
a. Siapkan semua bahan dan alat yang diperlukan.
b. Olesin daerah permukaan dalam cetakan dengan menggunakan vaseline
atau oli.
c. Sebelum pencampuran, pertama kali harus dibuat larutan NaOH dan
ditunggu sampai dingin karena reaksi yang terjadi adalah eksotermal.
d. Timbang material, seperti pasir, Fly Ash, GGBFS dan sodium silikat.
e. Masukkan pasir, Fly Ash dan GGBFS ke dalam mixer lalu aduk selama
kurang lebih 3 menit.
33
Universitas Sumatera Utara
f. Setelah merata, kemudian masukkan cairan NaOH dan Na₂SiO₃ kedalam
campuran kering (pasir, Fly Ash dan GGBFS). Aduk hingga semua
campuran merata.
g. Mortar dicetak pada cetakan berbentuk kubus berukuran 5 cm x 5 cm x 5
cm.
34
Universitas Sumatera Utara
3.10 Tahap Analisis Data
Setelah dilakukan pengolahan data hasil pengujian waktu pengikatan binder
dan kuat tekan mortar, kemudian dilakukan analisis hubungan antara waktu ikat
awal, waktu ikat akhir dan kuat tekan yang dihasilkan dengan variasi Fly Ash dan
GGBFS dan molaritas NaOH, sehingga diperoleh campuran mortar geopolimer
yang optimum. Kemudian dilakukan analisis perbandingan antara mortar
geopolimer variasi optimum dengan mortar sikagrout jika ditinjau dari kekuatan
dan keekonomisannya.
35
Universitas Sumatera Utara
3.11 Flowchart Penelitian
Mulai
Perumusahan Masalah
Studi Literatur
Pemeriksaan Bahan
Perencanaan Campuran
Tidak
Pembuatan Benda Uji Memenuhi
(mortar geopolimer)
Trial
Memenuhi
Perawatan Benda Uji (mortar geopolimer)
Pengolahan Data
Analisis Data
Kesimpulan
Selesai
36
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
37
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 Hasil Waktu Ikat Mortar Geopolimer
Waktu Ikat Awal Waktu Ikat Akhir
Kode
(menit) (menit)
GF10S8 5 20
GF91S8 5 21
GF82S8 6 24
GF73S8 7 25
GF64S8 8 27
GF55S8 8 30
GF10S12 11 40
GF91S12 14 51
GF82S12 15 59
GF73S12 22 60
GF64S12 22 61
GF55S12 23 61
GF10S16 21 45
GF91S16 22 61
GF82S16 22 74
GF73S16 28 90
GF64S16 35 92
GF55S16 36 93
38
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.3 Grafik Hasil Waktu Ikat Akhir
Waktu ikat awal GF10, GF91, GF82, GF73, GF64, dan GF55 untuk
molaritas NaOH 8 M adalah 5 menit, 5 menit, 6 menit, 7 menit, 8 menit, dan 8
menit. Waktu ikat akhir GF10, GF91, GF82, GF73, GF64, dan GF55 dengan kadar
NaOH 8 M berkisar masing-masing 20 menit, 21 menit, 24 menit, 25 menit, 27
menit, dan 30 menit. Dari hasil pengujian tersebut dapat kita simpulkan bahwa
semakin sedikit kandungan GGBFS pada variasi campuran, maka semakin lama
waktu ikat awal dan waktu ikat akhir mortar. Begitu pula dengan molaritas NaOH
12 M dan 16 M, semakin sedikit kandungan GGBFS juga menghasilkan waktu ikat
awal dan waktu ikat akhir mortar yang lebih lama.
Waktu ikat awal mortar GF10 adalah 5 menit untuk molaritas NaOH 8 M,
11 menit untuk molaritas NaOH 12 M, dan 21 menit untuk molaritas NaOH 16 M.
Waktu ikat akhir mortar GF10 adalah 20 menit untuk molaritas NaOH 8 M, 40
menit untuk molaritas NaOH 12 M, dan 45 menit untuk molaritas NaOH 16 M. Dari
hasil pengujian tersebut dapat kita simpulkan bahwa semakin tinggi molaritas
NaOH, maka semakin lama waktu ikat awal dan waktu ikat akhir mortar. Begitu
pula dengan variasi GF91, GF82, GF73, GF64, dan GF55, peningkatan molaritas
NaOH menghasilkan waktu ikat awal dan waktu ikat akhir mortar yang lebih lama.
39
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Hasil Kuat Tekan pada Umur 7 hari
Berat Luas Permukaan Kuat Tekan Rata-Rata
Kode
(gr) (mm2) (MPa) (MPa)
290 2500 57,1
GF10S8 287 2500 55 57,37
293 2500 60
295 2500 65
GF91S8 289 2500 63,2 63,43
290 2500 62,1
280 2500 56,1
GF82S8 279 2500 56,6 56,90
282 2500 58
295 2500 50
GF73S8 272 2500 43 48,43
283 2500 52,3
264 2500 42
GF64S8 286 2500 45 44,47
282 2500 46,4
280 2500 49,3
GF55S8 278 2500 43,1 43,20
277 2500 37,2
292 2500 59,2
GF10S12 284 2500 59,7 59,63
316 2500 60
286 2500 63,3
GF91S12 292 2500 65 65,13
288 2500 67,1
277 2500 63,1
GF82S12 303 2500 61 60,40
283 2500 57,1
295 2500 62,8
GF73S12 293 2500 60,4 60,33
285 2500 57,8
291 2500 56,2
GF64S12 291 2500 55,3 56,77
292 2500 58,8
295 2500 50,5
GF55S12 293 2500 51,7 52,47
291 2500 55,2
280 2500 60,1
GF10S16 62,77
288 2500 63,2
40
Universitas Sumatera Utara
305 2500 65
294 2500 70,2
GF91S16 294 2500 73,2 71,93
302 2500 72,4
305 2500 65,4
GF82S16 291 2500 60 62,60
291 2500 62,4
294 2500 58,7
GF73S16 301 2500 63,6 58,97
291 2500 54,6
275 2500 53,4
GF64S16 277 2500 58,9 58,67
293 2500 63,7
286 2500 51,3
GF55S16 277 2500 47,6 51,63
300 2500 56
285 2500 45
SIKAGR 279 2500 50 48,67
287 2500 51
41
Universitas Sumatera Utara
283 2500 57,3
GF10S12 298 2500 64,7 61,53
287 2500 62,6
278 2500 68
GF91S12 279 2500 72 70,67
296 2500 72
278 2500 61,6
GF82S12 274 2500 60,5 62,40
293 2500 65,1
289 2500 65,1
GF73S12 288 2500 62 62,37
290 2500 60
290 2500 60,1
GF64S12 298 2500 57,2 58,93
293 2500 59,5
288 2500 54,7
GF55S12 288 2500 56,4 54,70
289 2500 53
293 2500 64
GF10S16 301 2500 62 63,33
296 2500 64
296 2500 72,6
GF91S16 302 2500 75,7 74,23
291 2500 74,4
291 2500 66,6
GF82S16 305 2500 64,7 65,03
277 2500 63,8
282 2500 61,3
GF73S16 282 2500 61,2 62,17
297 2500 64
291 2500 60
GF64S16 299 2500 68 64,00
295 2500 64
295 2500 60
GF55S16 295 2500 64 60,67
294 2500 58
280 2500 55
SIKAGR 284 2500 53 53,00
279 2500 51
42
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4 Hasil Kuat Tekan pada Umur 28 hari
Berat Luas Permukaan Kuat Tekan Rata-Rata
Kode
(gr) (mm2) (MPa) (MPa)
293 2500 65,9
GF10S8 279 2500 62,6 62,83
284 2500 60
281 2500 75,5
GF91S8 277 2500 63,1 69,73
284 2500 70,6
279 2500 62,5
GF82S8 275 2500 58,5 61,57
277 2500 63,7
281 2500 60
GF73S8 288 2500 61,1 58,37
274 2500 54
288 2500 55,7
GF64S8 287 2500 58,7 54,97
287 2500 50,5
273 2500 50,4
GF55S8 273 2500 52,5 52,37
275 2500 54,2
306 2500 66
GF10S12 307 2500 64 63,67
300 2500 61
284 2500 69,1
GF91S12 291 2500 75 72,27
289 2500 72,7
294 2500 69,8
GF82S12 295 2500 64,3 65,67
289 2500 62,9
291 2500 63,1
GF73S12 289 2500 65,5 65,23
289 2500 67,1
282 2500 63,9
GF64S12 276 2500 61,8 62,03
276 2500 60,4
295 2500 64
GF55S12 293 2500 60 58,67
291 2500 52
294 2500 65,1
GF10S16 65,07
279 2500 63,6
43
Universitas Sumatera Utara
276 2500 66,5
280 2500 70,6
GF91S16 287 2500 78,8 76,47
306 2500 80
278 2500 65,7
GF82S16 295 2500 69,9 67,73
285 2500 67,6
279 2500 65,5
GF73S16 307 2500 62,9 64,80
289 2500 66
280 2500 63
GF64S16 305 2500 65,1 64,03
290 2500 64
274 2500 61,1
GF55S16 279 2500 62,6 63,37
291 2500 66,4
279 2500 59
SIKAGR 279 2500 63 61,00
282 2500 61
44
Universitas Sumatera Utara
282 2500 66,9
GF10S12 277 2500 64,2 66,73
294 2500 69,1
296 2500 77,8
GF91S12 295 2500 72,2 74,23
288 2500 72,7
290 2500 71,8
GF82S12 288 2500 65 67,93
287 2500 67
279 2500 63,7
GF73S12 295 2500 71,7 66,90
281 2500 65,3
287 2500 60,8
GF64S12 290 2500 65,7 63,10
288 2500 62,8
293 2500 55,1
GF55S12 297 2500 61,8 60,77
296 2500 65,4
295 2500 65,8
GF10S16 285 2500 64,4 66,70
311 2500 69,9
296 2500 79,5
GF91S16 300 2500 80,1 78,70
299 2500 76,5
305 2500 69,2
GF82S16 298 2500 70,3 69,83
292 2500 70
288 2500 69,1
GF73S16 303 2500 71 67,20
280 2500 61,5
287 2500 65,9
GF64S16 290 2500 68,3 66,53
288 2500 65,4
290 2500 64,2
GF55S16 284 2500 64,4 64,60
283 2500 65,2
283 2500 65
SIKAGR 278 2500 66 65,67
279 2500 66
45
Universitas Sumatera Utara
Rekapitulasi nilai kuat tekan rata-rata mortar geopolimer ditampilkan pada Tabel
4.6 berikut ini :
Tabel 4.6 Hasil Kuat Tekan Rata-Rata
Kuat Tekan (MPa)
Kode
7 hari 14 hari 28 hari 56 hari
GF10S8 57,37 60,17 62,83 64,63
GF91S8 63,43 65,57 69,73 73,77
GF82S8 56,90 57,43 61,57 63,83
GF73S8 48,43 54,77 58,37 61,93
GF64S8 44,47 52,43 54,97 55,23
GF55S8 43,20 45,47 52,37 54,90
GF10S12 59,63 61,53 63,67 66,73
GF91S12 65,13 70,67 72,27 74,23
GF82S12 60,40 62,40 65,67 67,93
GF73S12 60,33 62,37 65,23 66,90
GF64S12 56,77 58,93 62,03 63,10
GF55S12 52,47 54,70 58,67 60,77
GF10S16 62,77 63,33 65,07 66,70
GF91S16 71,93 74,23 76,47 78,70
GF82S16 62,60 65,03 67,73 69,83
GF73S16 58,97 62,17 64,80 67,20
GF64S16 58,67 64,00 64,03 66,53
GF55S16 51,63 60,67 63,37 64,60
SIKAGR 48,67 53,00 61,00 65,67
46
Universitas Sumatera Utara
Gambar diatas menunjukan pola kenaikan kuat tekan pada mortar
geopolimer yang semakin meningkat seiring dengan bertambahnya umur perawatan
(curing). Dari grafik juga dapat diketahui kuat tekan mortar geopolimer yang paling
maksimum terjadi pada variasi GF91S8.
47
Universitas Sumatera Utara
Gambar diatas menunjukan pola kenaikan kuat tekan pada mortar
geopolimer yang semakin meningkat seiring dengan bertambahnya umur perawatan
(curing). Dari grafik juga dapat diketahui kuat tekan mortar geopolimer yang paling
maksimum terjadi pada variasi GF91S16.
Dari hasil pengujian dapat dilihat bahwa kuat tekan maksimum terjadi pada
mortar GF91S16 (GGBFS 90%, Fly Ash 10%, NaOH 16 M) pada umur 56 hari
sebesar 78,70 MPa. Sedangkan kuat tekan mortar minimum terjadi pada mortar
GF55S8 (GGBFS 50%, Fly Ash 50%, NaOH 8 M) pada umur 7 hari sebesar 43,20
MPa.
Dari grafik hasil pengujian kuat tekan, dapat dilihat bahwa nilai kuat tekan
mortar mengalami peningkatan seiring dengan banyaknya kandungan GGBFS pada
mortar geopolimer. Semakin banyak kandungan GGBFS pada variasi campuran,
maka semakin tinggi kuat tekan mortar. Akan tetapi peningkatan kuat tekan hingga
mencapai maksimum terjadi pada variasi dengan kandungan GGBFS = 60% hingga
90%. Pada variasi dengan kandungan GGBFS = 100%, terjadi sedikit penurunan
kuat tekan.
Peningkatan kuat tekan mortar juga terjadi dengan semakin tinggi molaritas
NaOH. Semakin tinggi molaritas NaOH, maka semakin tinggi kuat tekannya. Kuat
tekan maksimum terjadi pada mortar dengan molaritas NaOH = 16 M. Dan kuat
tekan minimum terjadi pada mortar dengan molaritas NaOH = 8 M.
Mortar geopolimer mengalami peningkatan kekuatan seiring dengan
bertambahnya umur perawatan (curing). Peningkatan kuat tekan terus berlangsung
dari mulai dari umur perawatan 7, 14, 28, hingga 56 hari. Hal ini mungkin
disebabkan karena proses polimerisasi yang masih berlangsung sehingga
membentuk ikatan yang semakin kuat. Akan tetapi, peningkatan yang terjadi pada
setiap umur perawatan tidak begitu pesat.
48
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.7 Grafik Perbandingan Kuat Tekan Mortar Geopolimer (GF91S16) dengan
Mortar SikaGrout
sumber : PBI-1971
49
Universitas Sumatera Utara
sumber : Departemen PU
(Puslitbang Prasarana Transportasi, Divisi 7 - 2018)
50
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.9 Analisa Harga Bahan Produksi Mortar SikaGrout
(untuk 1 m3)
Harga Satuan Harga Total
No Komponen Volume @ Unit
(Rp) (Rp)
1 SikaGrout215(New) 1940 1 Kg 5000 9700000
2 Air 427 1 Kg 1 427
Total 9700427
Dari hasil analisa harga tersebut, dapat disimpulkan bahwa harga mortar
geopolimer lebih murah dibandingkan mortar sikagrout dimana harga mortar
geopolimer 19,83% lebih rendah dari mortar sikagrout.
Void
Retak
51
Universitas Sumatera Utara
yang terdapat pada mortar geopolimer. Retakan yang terbentuk pada geopolimer ini
menandakan bahwa proses polimerisasi atau polikondensasi tidak berlangsung
dengan baik. Pada daerah ini nantinya akan menjadi daerah yang rentan terhadap
kegagalan saat uji tekan mortar geopolimer atau dengan kata lain adanya retakan
yang terbentuk maka dapat menurunkan kekuatan tekan mortar geopolimer
(Maragkos dkk, 2008) dalam (Malik, 2016).
Retak
Void
52
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dilakukan dapat diambil
beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Hasil waktu pengikatan binder paling lama terjadi pada GF55S16 dengan
waktu ikat awal 36 menit dan waktu ikat akhir 93 menit. Sedangkan hasil
waktu pengikatan binder paling cepat terjadi pada GF10S8 dengan waktu
ikat awal 5 menit dan waktu ikat akhir 20 menit.
2. Lamanya waktu pengikatan binder dipengaruhi oleh variasi campuran dan
molaritas NaOH. Semakin sedikit kandungan GGBFS pada variasi
campuran, maka semakin lama waktu ikat awal dan waktu ikat mortar.
Semakin tinggi molaritas NaOH, maka semakin lama waktu ikat awal dan
waktu ikat akhir mortar.
3. Hasil kuat tekan maksimum terjadi pada mortar GF91S16 pada umur 56 hari
sebesar 73,77 MPa. Hasil kuat tekan mortar minimum terjadi pada mortar
GF55S8 pada umur 7 hari sebesar 43,20 MPa.
4. Besarnya nilai kuat tekan dipengaruhi oleh variasi campuran, molaritas
NaOH, umur perawatan (curing). Semakin banyak kandungan GGBFS pada
variasi campuran, maka semakin tinggi kuat tekan mortar (batas optimum
hingga kandungan GGBFS = 90%). Semakin tinggi molaritas NaOH, maka
semakin tinggi kuat tekannya. Semakin lama umur perawatan (curing),
maka semakin tinggi kuat tekannya.
5. Mortar geopolimer campuran optimum (GF91S16) memiliki kuat tekan
yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan mortar sikagrout.
6. Mortar geopolimer campuran optimum (GF91S16) memiliki harga yang
lebih murah jika dibandingkan dengan mortar sikagrout.
7. Pemanfaatan mortar geopolimer sebagai patch repair material lebih baik
dibandingkan dengan mortar sikagrout ditinjau dari segi kekuatan dan
keekonomisannya.
53
Universitas Sumatera Utara
5.2 Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dilakukan dapat diberikan
saran- saran sebagai berikut :
1. Perlu dilakukan beberapa penelitian lebih lanjut mengenai persyaratan lain
yang harus dipenuhi untuk mortar patch repair yaitu diantaranya
kemampuan menyatu atau melekat erat dengan beton yang akan di patch
repair dan kemampuan bentuk beton yang akan di patch repair dan dan
kemampuan menyesuaikan bentuk beton yang akan di patch repair.
2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai variasi jenis binder yang
digunakan dalam mortar geopolimer.
3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai jenis dan kombinasi aktivator
yang berbeda.
4. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai variasi jenis perawatan yaitu
perawatan dengan dipanaskan di dalam oven.
54
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
xvi
xvii
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
HASIL PEMERIKSAAN BAHAN
xviii
Berat Berat
Kumulatif
Saringan Tertahan Tertahan
(gr) (%) Tertahan (%) Lolos (%)
3/8" (9.52 mm) 25 2.5 2.5 97.5
No. 4 (4.75 mm) 14 1.4 3.9 96.1
No. 8 (2.36 mm) 111 11.1 15 85
No. 16 (1.18 mm) 88 8.8 23.8 76.2
No. 30 (0.6 mm) 241 24.1 47.9 52.1
No.50 (0.3 mm) 217 21.7 69.6 30.4
No. 100 (0.15 mm) 236 23.6 93.2 6.8
PAN 68 6.8 100 0,00
TOTAL 1000 100 355.9 444.1
xix
Universitas Sumatera Utara
BERAT ISI AGREGAT HALUS
(SNI 03-4804-1998)
xx
Universitas Sumatera Utara
Berat Air kg 1.829 1.829
Volume Bejana m3 0.001835 0.001835
Berat Isi kg/m3 1704.632 1720.435
Rata – rata kg/m3 1712.533
xxi
Universitas Sumatera Utara
BERAT JENIS DAN ABSORBSI AGREGAT HALUS
(SNI 1970, 2008)
Hasil
Pengujian Satuan
1 2
Berat Pasir SSD gram 500 500
Berat Piknometer + Pasir + Air gram 980 980
Berat Pasir Kering gram 470 471
Berat Piknometer + Air gram 675 675
Berat Jenis Kering gram/cm3 2.41 2.42
Berat Jenis SSD gram/cm3 2.56 2.56
Berat Jenis Semu gram/cm3 2.84 2.84
Absorbsi % 6.38 6.15
xxii
Universitas Sumatera Utara
KADAR LUMPUR AGREGAT HALUS
(SNI 03 4142-1996)
Hasil
Pengujian Satuan
1 2
Berat Pasir Mula – Mula gr 500 500
Berat Pasir Kering gr 478 477
Kandungan Lumpur gr 22 23
Persentase Kandungan Lumpur % 4.4 4.6
Rata – rata % 4.5
xxiii
Universitas Sumatera Utara
COLORIMETRIC TEST
(SNI 2816-2014)
xxiv
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 2
PAPER SikaGrout215(New)
xxv
Universitas Sumatera Utara
xxvi
Universitas Sumatera Utara
xxvii
Universitas Sumatera Utara
xxviii
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 3
FOTO DOKUMENTASI
xxix
Universitas Sumatera Utara
Pembuatan dan Pengujian Kuat Tekan Benda Uji
Persiapan bahan-bahan
xxx
Universitas Sumatera Utara
Pendinginan alkali aktivator
xxxi
Universitas Sumatera Utara
Penimbangan benda uji
xxxii
Universitas Sumatera Utara
Sampel telah pengujian
xxxiii
Universitas Sumatera Utara
Pengujian Waktu Pengikatan Binder
Persiapan bahan-bahan
xxxiv
Universitas Sumatera Utara
Pembacaan penurunan jarum vicat
xxxv
Universitas Sumatera Utara