Anda di halaman 1dari 40

KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR LIMBAH SERBUK MARMER

SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT HALUS PADA PERKERASAN KAKU

PROPOSAL PENELITIAN

Merupakan Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar


Sarjana Teknik Strata Satu (S1) Pada Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil
Universitas Tribhuwana Tunggadewi

DISUSUN OLEH:

CANDRA WANGI TANGGUNG

2020520058

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERISTAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga proposal
penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Proposal penelitian ini diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh derajat keserjanaan Strata-1 pada
jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Tribhuwana Tunggadewi, Malang.

Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari
masa awal perkuliahan sampai pada penyusunan proposal ini, sangatlah sulit bagi
saya untuk menyelesaikan proposal ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terim
kasih kepada:

1. Bapak Pof. Dr. Eko Handayanto, M., Sc, Selaku Rektor Universitas Tribhuwana
Tunggadewi Malang.
2. Bapak Ir. Hesti Poerwanto, M.Sc., PhD. Selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Tribhuwana Tunggadewi.
3. Bapak Handika Setya Wijaya, S.Pd., MT selaku Ketua Kaprodi Teknik Sipil
Fakultas Teknik yang telah banyak membantu serta memberikan izin pada
proses penyusunan Proposal Tugas Akhir ini.
4. Ibu Blima Oktaviastuti, S.Pd., M.Pd., dan Ibu Pamela Dinar Rahma, ST., MT
selaku dosen pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktu membimbing,
memberikan motivasi dan pengarahan yang baik kepada penulis.
5. Bapak M. Sadillah, S.Pd., MT selaku dosen penguji.
6. Bapak Andy Kristafi Arifianto, ST., MM selaku Ketua KBK Bidang
Transportasi dan Struktur Jalan Raya.
7. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Fakultas Teknik Universitas Tribhuwana
Tunggadewi Malang yang sudah berkenan memberikan pengetahuan yang
sangat – sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.
8. Kedua orang tua dan saudara yang selalu berdoa dan memberikan dukungan
serta masukan kepada penulis.
9. Teman – teman Teknik Sipil angkatan 2020 terutama Kolasma Squad dan semua
pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan yang penuh kepada
penyusun.

Akhir kata semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi rekan – rekan
mahasiswa pada umumnya dan penyusun pada khususnya.

Malang, 18 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................................5
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................................5
1.2 Identifikasi Masalah .................................................................................................7
1.3 Rumusan masalah ....................................................................................................8
1.4 Tujuan Penelitian......................................................................................................8
1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................................................8
1. Manfaat bagi dunia konstruksi .................................................................................8
2. Manfaat bagi Universitas .........................................................................................9
3. Manfaat penelitian bagi masyarakat ........................................................................9
1.6 Batasan Masalah ....................................................................................................10
BAB II LANDASAN TEORI.........................................................................................................11
2.1. Perkerasan kaku ( rigid pavement ) ........................................................................11
2.2. Beton ......................................................................................................................12
2.3. Pengujian Mutu Beton ...........................................................................................26
BAB III METODE PENELITIAN .....................................................Error! Bookmark not defined.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan infrastruktur yang semakin pesat membuat kebutuhan akan
material infrastruktur semakin banyak. Kebutuhan infrastruktur tersebut yang banyak
berkembang saat ini bisa berupa rumah tinggal, kantor, gedung sekolah, tempat
perbelanjaan, rumah sakit, jalan dan lain sebagainya. Salah satu material yang sering
digunakan saat ini yaitu beton, beton memiliki banyak kelebihan dibanding material
lain untuk menunjang pembangunan infrastruktur. Lebih banyak sumber daya alam,
seperti pasir dan rumput, digunakan untuk mengisi kesenjangan dalam bahan
konstruksi yang diperlukan untuk membuat beton ketika permintaan untuk komponen
ini meningkat. Dengan demikian, sebuah diskursus yang dikenal sebagai "Green
Construction," atau konstruksi ramah lingkungan, masih dikembangkan mengingat
pentingnya infrastruktur bangunan dan hubungannya dengan keberlanjutan
lingkungan. Menggunakan kembali limbah industri Indonesia adalah salah satu aspek
dari implementasi Green Construction. Penggunaan limbah tersebut dianggap sangat
efektif untuk mempertahankan keberlanjutan alam dan untuk pembangunan struktur
yang ramah lingkungan mengingat jumlah limbah industri di Indonesia yang begitu
banyak (Studi et al., 2021).
Perkerasan jalan berfungsi untuk menyalurkan beban kendaraan ke sub-grade dan
terdiri dari berbagai lapisan bahan di atas tanah alami. Tujuan utamanya adalah untuk
memastikan bahwa tegangan transmisi karena beban roda cukup berkurang agar daya
dukung sub grade tidak melebihi. Perkerasan jalan lentur dan kaku menggunakan
beton sebagai bahan utama. Beton merupakan material dari hasil percampuran
(mixing), yaitu dengan material agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil),serta
semen dan air (Saputro et al., 2016).
Menurut SNI-03-2847-2002 beton merupakan campuran antara bahan material
dan bahan pengikat yaitu semen portland dengan bahan yang diikat yaitu agregat
halus, agregat kasar dan air, dengan tanpa tambahan yang membentuk masa padat
dengan komposisi tertentu. Dalam pembuatan campuran beton sebelumnya harus
dilakukan pengujian terhadap material penyusun yang digunakan, untuk memperoleh
data-data agregat yang memungkinkan agregat dapat digunakan atau tidak dan dari
data-data material tersebut dilakukan perhitungan desain campuran (mix design),
yang pada akhirnya akan diperoleh kebutuhan agregat berupa perbandingan berat
maupun perbandingan volume yang dapat digunakan pada proses pencampuran beton
(Utama et al., 2020).
Penggunaan bahan alami untuk pembuatan beton semakin tidak terkendali. Ketika
pembangunan infrastruktur terus berlanjut, kerusakan lingkungan mengancam
kehidupan manusia. Pembangunan infrastruktur menyebabkan kerusakan lingkungan
semakin terasa, semakin banyak orang yang mendengar tentang bencana alam yang
disebabkan oleh tindakan manusia, seperti longsor, banjir, dan kebakaran. Untuk
membuat beton, orang masih menggunakan bahan alam seperti pasir, batu split, dan
semen. Akibatnya, bahan alam yang tersedia untuk digunakan semakin berkurang.
Salah satu cara untuk menghindari kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh
pembuatan beton dari bahan alam yang tidak terkendali adalah dengan menggunakan
sampah atau limbah sebagai bahan dasar (Putri & Tobing, 2012). Dan dalam
penelitian ini Penulis juga akan melakukan penelitian eksperimental pada beton
tentang uji kuat tekan dan kuat lentur dengan menggunakan limbah serbuk marmer
sebagai pengganti agregat halus pada perkerasan kaku.
Marmer memiliki unsur kimia utama yaitu silikon Dioksida/silika (SiO₂), Kalsium
Oksida (CaO) dan Magnesium Oksida (MgO) yang dapat meningkatkan kuat tekan
beton. Penelitian sebelumnya sudah melakukan penelitian tentang “PENGARUH
LIMBAH MARMER SEBAGAI BAHAN PENGISI PADA BETON” dimana pada
penelitian tersebut porositas dan densitas beton dengan limbah marmer mengalami
kenaikan yang signifikan pada penambahan limbah sebesar 10-20% (Utama et al.,
2020).
Tulungagung dikenal sebagai kota dengan berbagai potensi usahanya, terutama
usaha batu marmer, batu marmer merupakan salah satu jenis batuan metamorf,
dimana proses terbentuknya diakibatkan oleh proses metamorfosis batu kapur atau
batu gamping. Di Desa Besole, Kecamatan Campurdarat, Tulungagung, Jawa Timur,
ada lebih dari 150 unit home industri, sedangkan di Desa Gamping, Kecamatan
Campurdarat, Tulungagung, Jawa Timur, ada 201 unit home industri, termasuk 1
industri besar, dan 199 unit home industri sedang dan menengah. Desa-desa ini
adalah penghasil marmer yang terkenal di dalam negeri dan di luar negeri. Limbah
serbuk marmer adalah limbah yang dihasilkan dari pemotongan batu marmer dengan
mesin gergaji khusus yang didinginkan dengan air. Jika sebuah home industri
pemotongan marmer memproduksi 1000 kilogram setiap hari, volume limbah yang
dihasilkan sekitar 50 kilogram hingga 100 kilogram setiap hari, 300 kilogram hingga
600 kilogram setiap minggu, dan 1300 kilogram hingga 2600 kilogram setiap bulan.
Dalam satu bulan, itu akan menghasilkan ± 1,3–2,6 ton limbah serbuk marmer. Ini
adalah hasil dari satu home industri saja, tidak ada home industri lain. Setelah serbuk
marmer diolah, abu marmer ini dikemas dalam karung dan dijual di toko bangunan
karena hanya digunakan sebagai bahan bangunan. Harga limbah abu marmer berkisar
antara 10.000 dan 15.000 per perkarung, lebih murah daripada pasir yang harganya
mencapai 75.000 per perkarung (Amal & Saputra, 2019).
Mengacu pada hal tersebut, maka penulis melakukan penelitian tentang
pemanfaatan limbah serbuk marmer sebagai bahan pengganti agregat halus dalam
pembuatan lapisan perkerasan jalan dengan judul KUAT TEKAN DAN KUAT
LENTUR LIMBAH SERBUK MARMER SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT
HALUS PADA PERKERASAN KAKU.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di paparkan di atas maka dapat
diidentifikasikan masalah – masalah sebagai berikut :
1. Produksi marmer di indonesia jumlahnya meningkat setiap bulan, itupun
hanya dilihat dari satu rumah industri saja.
2. Limbah serbuk marmer ini dapat mengganggu dan dapat membahayakan
lingkungan sekitar.
3. Limbah marmer yang banyak belum dimanfaatkan dengan maksimal.
1.3 Rumusan masalah
Berpijak dari latar belakang masalah diatas dapat di rumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Berapakah nilai kuat tekan dan kuat lentur beton dengan penambahan limbah
serbuk marmer sebagai pengganti agregat halus terhadap perkerasan kaku?
2. Bagaimanakah pengaruh penambahan limbah serbuk marmer sebagai
pengganti agregat halus terhadap kuat tekan dan kuat lentur mutu beton
dengan variasi komposisi material adukan beton K-250?

1.4 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, di dapat tujuan penelitian sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui nilai kuat tekan dan kuat lentur beton dengan penambahan
limbah serbuk marmer sebagai pengganti agregat halus terhadap perkerasan
kaku.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penambahan limbah serbuk
marmer sebagai pengganti agregat halus terhadap kuat tekan dan kuat lentur
beton dengan mutu beton K-250.
1.5 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, penelitian ini juga dapat memberikan
manfaat untuk beberapa pihak, di antaranya sebagai berikut :

1. Manfaat bagi dunia konstruksi


a. Untuk mengetahui apakah limbah serbuk marmer dapat digunakan
sebagai pengganti agregat halus pada campuran perkerasan aspal dengan
nilai kuat tekan dan kuat tarik yang sesuai dengan standar SNI.
b. Untuk memberikan informasi bahwa memanfaatkan marmer yang
merupakan sisah dari limbah pertambangan marmer adalah sebagai bahan
alternatif dalam dunia konstruksi.
2. Manfaat bagi Universitas
a. Untuk di jadikan Sebagai bahan percobaan untuk terus di kembangkan
kedepannya.
b. Memberi informasi dalam bidang ilmu pengetahuan teknologi beton,
khususnya tentang pengaruh limbah serbuk marmer dalam kuat tekan
limbah serbuk marmer sebagai pengganti agregat halus terhadap perkerasan
kaku.
c. Sebagai pembanding apabila ada penelitian sejenis sebagai penelitian
pengembangan.
d. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi sebagai bahan
informasi dan menambah wawasan mahasiswa tentang pengaruh limbah
serbuk marmer sebagai bahan pengganti agregat halus terhadap perkerasan
kaku.
e. Dapat menambah koleksi pustaka dan sebagai bahan acuan bagi mahasiswa
Program Studi Teknik Sipil terlebih khusus mahasiswa Universitas
tribhuwana Tunggadewi.

3. Manfaat penelitian bagi masyarakat


a. Sebagai bentuk pengetahuan baru masyarakat untuk mendapatkan
gambaran sebab – akibat suatu fenomena, kebijakan, atau perubahan sosial
dalam penggunaan sisa limbah serbuk marmer.
b. Dapat memberikan informasi untuk memanfaatkan marmer yang
merupakan limbah dari rumah tangga sebagai alternatif bahan bangunan.
c. Dapat mengembangkan bisnis masyarakat khususnya bisnis dalam
pemanfaatan limbah serbuk marmer untuk dijadikan bahan agregat dalam
bidang konstruksi.
1.6 Batasan Masalah
Berdasarkan Latar belakang dan Identifikasi masalah di atas dan agar masalah
yang di kaji dalam penelitian ini menjadi terarah dan tidak melenceng jauh maka di
buat batasan masalah sebagai berikut :
1. Air yang digunakan pada saat penelitian nanti merupakan air yang memenuhi
syarat dan berasal dari laboratorium yang merupakan lokasi penelitian.
2. Pada uji kuat tekan dilakukan pada umur beton 7 dan 28 hari.
3. Pada uji kuat lentur dilakukan pada umur beton 28 hari.
4. Pengujian beton perkerasan kaku ini meliputi kuat tekan dan kuat lentur.
5. Serbuk marmer yang di gunakan merupakan serbuk marmer yang berasal dari
kec.Tulung agung jawa timur dan di uji dengan lolos pada saringan No. 200
mm.
6. Alat yang digunakan untuk pengujian kuat tekan beton adalah Concrete
Compression testing Machine.
7. Perancangan campuran adukan beton menggunakan metode ACI.
8. Penelitian Eksperimen ini meninjau nilai kuat tekan dan Kuat lentur beton
yang telah di syaratkan dengan rencana f’c = 21,7 Mpa
9. Presentase limbah marmer yang digunakan : 0%, 15%, 25%, 35%,
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1.Perkerasan kaku ( rigid pavement )


Perkerasan kaku merupakan perkerasan yang terdiri dari komponen batuan
(Agregate) kerikil dan pasir yang dicampur dan diikat oleh bahan pengikat Semen
Portland (PC). Perkerasan ini terdiri dari plat beton semen yang diletakkan langsung
ditanah dasar yang telah dipersiapkan ataupun diatas pondasi (Base) agregat klas A /
B.
Konstruksi jalan secara umum dibedakan menjadi dua jenis yaitu perkerasan
lentur (aspal) dan perkerasan kaku (beton semen). Disebut perkerasan kaku karena
beban yang relatif kecil menyebabkan struktur perkerasan mengalami defleksi.
Kondisi ini disebabkan oleh lapis permukaan mempunyai modulus elastisitas (E)
yang sangat tinggi dibandingkan lapisan di bawahnya. Perkerasan kaku umumnya
terdiri dari lapisan beton semen (Portland Cement Concrete/PCC) yang diletakkan di
atas tanah dasar (Subgrade) atau lapisan dasar (Base course).
Pengerasan jalan beton dilakukan dalam beberapa tahap, dimulai dengan
pekerjaan tanah (penimbunan dan penggalian) dan pembuatan lapisan dasar serta
lapisan di atasnya (berupa beton). Susunan lapisan perkerasan jalan beton
ditunjukkan pada Gambar 2.1 di bawah.

Gambar 2.1 susunan lapisan perkerasan kaku (Rigid pavement)


Sumber : Pavement Design Guide, 1992
Susunan lapisan perkerasan beton tersebut terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan
beton dan lapisan pondasi dibawahnya. Lapisan perkerasan beton dibuat beruas-ruas
dan diberi insulasi untuk mencegah resiko kerusakan akibat faktor penyusutan.
Lapisan beton terletak di atas lapisan dasar dan terdiri dari bahan granular dengan
ketebalan minimal 15 cm atau beton kurus (lean-mix concrete) dengan ketebalan
minimal 10 cm.

2.2.Beton
Berdasarkan (SNI-03-2847-2002, 2002) Beton merupakan campuran antara
semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air,
dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk masa padat.
Beton atau concrete berasal dari bahasa latin “concretus” yang berartitumbuh
bersama” suatu pengertian yang menggambarkan “penyatuan partikelpartikel lepas
menjadi suatu massa yang utuh”. Pengertian beton sendiri adalah merupakan
campuran yang homogen antara semen, air dan agregat. Karakteristik beton adalah
mempunyai tegangan hancur tekan yang tinggi serta tegangan hancur tarik yang
rendah. Seiring dengan penambahan umur beton, beton akan semakin mengeras dan
akan mencapai kekuatan rencana (f’c) pada usia 28 hari. Beton memliki daya kuat
tekan yang baik oleh karena itu beton banyak dipakai atau dipergunakan untuk
pemilihan jenis struktur terutama struktur bangunan, jembatan dan jalan. Sampai saat
ini beton masih menjadi pilihan utama dalam pembuatan struktur. Selain karena
kemudahan dalam mendapatkan material penyusunnya, hal itu juga disebabkan oleh
penggunaan tenaga yang cukup besar sehingga dapat mengurangi masalah penyedian
lapangan kerja. Hal yang menjadi pertimbangan pada proses produksinya berupa
kekuatan tekan yang tinggi dan kemudahan pengerjaannya, serta kelangsungan proses
pengadaan beton. Pada umumnya, beton mengandung rongga udara sekitar 1% - 2%,
pasta semen (semen dan air) sekitar 25% - 40%, dan agregat (agregat halus dan
agregat kasar) sekitar 60% - 75%.
Untuk mendapatkan kekuatan yang baik, sifat dan karakteristik dari
masingmasing bahan penyusun tersebut perlu dipelajari. Sifat beton yang meliputi :
mudah diaduk, di salurkan, di cor, di padatkan dan diselesaikan, tanpa menimbulkan
pemisahan bahan susunan adukan dan mutu beton yang disyaratkan oleh konstruksi
tetap dipenuh (Arulampalam Kunaraj, P.Chelvanathan, Ahmad AA Bakar, 2023).
Kualitas atau mutu dari suatu beton sangat bergantung kepada komponen penyusun
atau bahan dasar beton, bahan tambahan, cara pembuatan dan alat yang digunakan.
Semakin baik bahan yang digunakan, campuran direncanakan dengan baik, proses
pembuatan dilaksanakan dengan baik, dan alat-alat yang digunakan baik maka akan
menghasilkan kualitas beton yang baik pula.
Bahan-bahan pokok dari beton adalah semen, agregat yang terdiri dari agregat
halus dan agregat kasar, air, serta bahan tambahan yang digunakan dengan keperluan
tertentu. Material pembentuk beton tersebut dicampur merata dengan komposisi
tertentu menghasilkan suatu campuran yang homogen sehingga dapat dituang dalam
cetakan untuk dibentuk sesuai keinginan. Campuran beton tersebut bila dibiarkan
akan mengalami pengerasan sebagai akibat reaksi kimia antara semen dan air yang
berlangsung selama jangka waktu panjang atau dengan kata lain campuran beton akan
bertambah keras sejalan dengan umurnya. Setelah terjadi pengerasan, beton dalam
suatu konstruksi hanya menahan tegangan tekan saja. Maka bagian yang menahan
tarik perlu diperkuat dengan bahan lain dari baja sebagai tulangan, karena kekuatan
tarik dari beton sangat kecil (Permatasari et al., 2022).

2.1.2 Jenis – Jenis perkerasan Beton semen


Menurut (pd T-14-2003, n.d.) Perkerasan beton semen merupakan struktur yang
terdiri atas pelat beton bersambung (tidak menerus) tanpa atau dengan tulangan, atau
menerus dengan tulangan, terletak di atas lapis pondasi bawah atau tanah dasar, tanpa
atau dengan lapis permukaan beraspal. Perkerasan beton semen dibedakan ke dalam 4
jenis yaitu:
1. Perkerasan beton semen bersambung tanpa tulangan (jointed unreinforced
concrete pavement) Yaitu jenis perkerasan beton semen yang di buat tanpa
tulangan dengan ukuran pelat mendekati bujur sangkar, dimana panjang dari
pelatnya di batasi oleh adanya sambungan – sambungan melintang. Panjang
pelat dari jenis perkerasan ini berkisar 4 – 5 meter.
2. Perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan (jointed reinforced
concrete pavement) Yaitu jenis perkerasan beton yang di buat dengan tulangan,
yang ukuran pelatnya berbentuk persegi panjang, dimana dari pelatnya di batasi
oleh sambungan – sambungan melintang, panjang pelat dari jenis perkerasan ini
berkisar antara 8 – 15 meter.
3. Perkerasan beton semen menerus dengan tulangan (Continously Reinforced
Concrete Pavement) Jenis perkerasan beton semen yang di buat dengan
tulangan dan panjang pelat yang menerus yang di batasi oleh adanya
sambungan – sambungan muai melintang. Panjang plat dari jenis perkerasan ini
lebih besar dari 75 meter.
4. Perkerasan beton semen pra tegang (prestressed concrete pavement)
Jenis perkerasan beton semen menerus, tanpa tulangan menggunakan kabel –
kabel pratekan guna mengurangi susut, muai (expansion joint) dan lenting
akibat perubahan temperatur dan kelembaban.

Gambar 2.2 Tipikal struktur perkerasan beton semen

Pada perkerasan beton semen, daya dukung perkerasan terutama di peroleh dari
pelat beton. Sifat, daya dukung dan keseragaman tanah dasar sangat mempengaruhi
keawetan dan kekuatan perkerasan beton semen. Faktor faktor yang perlu di
perhatikan adalah kadar air pemadatan, kepadatan dan perubahan kadar air selama
masa pelayanan. Lapisan pondasi bawah pada perkerasan beton semen adalah bukan
merupakan bagian utama yang memikul beban, tetapi merupakan bagian yang
berfungsi sebagai berikut:
1) Mengendalikan pengaruh kembang susut tanah dasar.
2) Mencegah intrusi dan pemompaan pada sambungan, retakan dan tepi –
tepi pelat.
3) Sebagai perkerasan lantai kerja selama pelaksanaan.

Beton semen mempunyai sifat yang cukup kaku serta dapat menyebarkan beban
pada bidang yang luas dan menghasilkan tegangan yang rendah pada lapisan –
lapisan di bawahnya. Bila diperlukan tingkat kenyamanan yang tinggi, permukaan
perkerasan beton semen dapatdi lapisi dengan lapis campuran beraspal setebal 5 cm.

2.2.2 Kelas dan Mutu Beton


Menurut peraturan beton bertulang indonesia (PBI 1971 2, N.l. r, 1971) di
jelaskan bahwa kelas dan mutu beton di bagi menjadi tiga ( 3 ) kelas yaitu :
a. Beton Kelas I
Beton kelas I merupakan beton untuk pekerjaan – pekerjaan nonstruktur.
Untuk pelaksanaannya tidak diperlukan keahlian khusus. Pengawasan mutu
hanya di batasi pengawasan ringan terhadap mutu bahan – bahan, sedangkan
terhadap kekuatan tekan tidak disyaratkan pemeriksaan.
b. Beton Kelas II
Beton kelas II merupakan beton untuk pengerjaan struktur secara umum.
Pelaksanaannya memerlukan keahlian yang cukup dan harus dilakukan di
bawah pimpinan tenaga ahli. Beton kelas II di bagi dalam mutu standar : B1,
K125, K175 dan K225. Pada mutu BI, pengawasan mutu hanya di batasi pada
pengawasan sedang terhadap mutu bahan, sedangkan terhadap kekuatan tekan
tidak disyaratkan pemeriksaan. Pada mutu K125, K175, dan K225
pengawasan mutu terdiri dari pengawasan yang ketat terhadap mutu bahan
dengan mengharuskasn pemeriksaan kuat tekan beton secara kontinyu.
c. Beton Kelas III
Beton kelas III merupakan beton untuk pekerjaaan struktural dimana di
pakai mutu beton dengan kekuatan tekan karakteristik yang lebih tinggi dari
225 kg/m². pelaksanaannya memerlukan keahlian khusus dan harus dilakukan
di bawah pimpinan tenaga ahli. Disyaratkan adanya laboratorium beton
dengan peralatan yang lengkap dan dilayani oleh ahli yang dapat melakukan
pengawasan mutu beton secara berkelanjutan.
Menurut (pd T-07-2005-B, 2005), mutu beton dapat di kelompokan
sesuai dengan tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1 Mutu beton dan penggunaan
Jenis Beton fc´ 𝝈ᵇᵏ Uraian
( Mpa ) ( kg / cm² )
Mutu Tinggi 35 – 65 K400 - K800 Umumnya digunakan untuk
beton prategang seperti tiang
pancang beton prategang dan
sejenisnya.
Mutu sedang 20 - <35 K250 - Umumnya digunakan untuk
<K400 beton bertulang seperti pelat
lantai, jembatan, gelagar beton
bertulang, diafragma, kerb,
beton pracetak, gorong –
gorong beton bertulang,
bangunan bawah jembatan.
Mutu rendah 15 - <20 K175 - Umumnya digunakan untuk
<K250 struktur beton tanpa tulangan
seperti beton sikop, trotoar dan
pasangan batu kosong yang
diisi adukan, pasangan batu.

10 - <15 K125 - Digunakan sebagai lantai


<K175 kerja, penimbunan kembali
dengan beton.

Sumber: Pd T-07 – 2005 – B

2.3.2 Bahan Penyusun Beton


Beton merupakan salah satu teknologi rekayasa bahan pada sebagian besar
konstruksi yang sering digunakan sampai saat ini. Untuk mengetahui bahan
pembentuk beton, perlunya memahami komposisi dari campuran beton (Mustofa,
2020). Beton secara umum terdiri dari tiga klasifikasi bahan, yaitu :
1. Bahan pengikat, dalam hal ini air dan semen yang bereaksi membentuk pasta
semen.
2. Bahan pengisi atau agregat, yang terdiri dari agregat halus, umumnya pasir dan
agregat kasar umumnya kerikil atau batu pecah.
3. Bahan tambahan seperti limbah serbuk marmer sebagai pengganti agregat halus.

a. Semen Portland
Semen adalah material yang mengeras apabila dicampur dengan air dan
setelah mengeras tidak mengalami perubahan kimia jika dikenai air dan dapat
bereaksi membentuk pasta semen. Semen yang dikenal sekarang ini yang juga
disebut sebagai semen Portland, terbuat dari campuran kalsium, silika, alumina,
dan oksida besi. Kalsium bisa didapat dari bahan berbasis kapur, seperti batu
kapur, marmer, batu karang, dan cangkang keong. Sedangkan silika, alumina,
dan zat besi dapat ditemukan pada lempung dan batuan serpih. Selain itu, silika
juga dapat dijumpai pada pasir, alumina pada bauksit, sedangkan oksida besi
diperoleh dari biji besi. Proporsi dari zat-zat pencampuran tersebut menentukan
sifat-sifat dari semen yang dihasilkan. Berikut berbagai jenis semen berdasarkan
perbedaan komposisinya, yaitu:
a. Semen Tipe II (semen panas sedang)
Kandungan C3S 40-45%. Kandungan C3A 5-7% Kehalusan ≥ 300
m2/kg. Ketahanan terhadap sulfat cukup baik Panas hidrasi tidak tinggi.
b. Semen Tipe III (semen cepat mengeras)
Kandungan C3S > 55% Kandungan C3A > 12% Kehalusan ≥ 500m2/kg
Laju pengerasan awal tinggi. Untuk rasio air semen yang sama,
penggunaan semen tipe III akan menghasilkan kuat tekan 28 hari yang
lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan semen tipe I. Tidak baik
untuk semen mutu tinggi.
c. Semen Tipe IV (semen panas rendah)
Kandungan C3S maksimum 35% Kandungan C3A maksimum 7%
Kandungan C2S 40-50%. Kehalusan butirnya lebih kasar dari tipe I.
Digunakan bila menginginkan panas hidrasi yang rendah.
d. Semen Tipe V (semen tahan sulfat)
Kandungan C3S 45-55%. Kandungan C3A < 5% (tapi > 4% untuk
proteksi tulangan) Kehalusan ≥ 300 m2/kg. Ketahanan terhadap sulfat tinggi
Laju pengerasan rendah bahan- bahan dasar semen portland terdiri dari
bahan-bahan yang mengandung unsur kimia sebagaimana tercantum pada
Tabel berikut :
Table 2.2 susunan unsur semen Portland
Unsur Komposisi (%)
Kapur (CaO) 60–65
Silika (SiO2) 17–25
Alumina (Al2O3) 3 ,0-8, 0
Besi (Fe2O3) 0 ,5-6, 0
Magnesia (MgO) 0 ,5-4, 0
Sulfur (SO3) 1 ,0-2, 0
Soda/potash 0 ,5-1, 0
(Na2O+K2O)
Sumber: Rusli junaidi
Selain semen Portland, juga terdapat beberapa jenis semenlain :
1. Blended Cement (Semen Campur)
Semen campur dibuat karena dibutuhkannya sifat-sifat khusus yang
tidak dimiliki oleh semen Portland. Jenis semen campur :
 Portland Pozzolan Cement (PPC)
 Portland Blast Furnace Slag Cement
 Semen Mosonry
 Portland Composite Cement (PCC)
2. Water Proofed Cement
Water proofed cement adalah campuran yang homogen antara semen
Portland dengan “Water proofing agent”, dalamjumlah yang kecil. White
Cement (Semen Putih) Semen putih dibuat untuk tujuan dekoratif, bukan
untuk tujuan konstruktif.
3. High Alumina Cement
High alumina cement dapat menghasilkan beton dengan kecepatan
pengerasan yang cepat dan tahan terhadap serangan sulfat, asam akan tetapi
tidak tahan terhadap serangan alkali.
4. Semen Anti Bakteri
Semen anti bakteri adalah campuran yang homogen antara semen
Portland dengan “anti bacterial agent” seperti germicide. Semen
merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakandalam
pembangunan fisik disektor konstruksi sipil. Semen yang digunakan untuk
pekerjaan beton harus disesuaikan dengan rencana kekuatan dan spesifikasi
teknik yang diberikan. Semen portland dibuat dari serbuk halus mineral
kristalin yang komposisi utamanya adalah kalsium dan almunium silikat.
Penambahan air pada mineral ini menghasilakan suatu pasta yang jika
mengering akan mempunyai kekuatan seperti batu. Berat jenis yang
dihasilkan berkisar antara 3.12 dan 3.16 dan berat volume sekitar
1500kg/cm3.
Tabel 2.3 spesifikasi semen Portland komposit (PCC)
Jenis Pengujian Satuan SNI 15- 7064 - SemenTonasa
2004 (PCC)
Pengujian Kimia
SO3 Max 4,0 2,16
MgO Max 5,0 0,97
Hilang Pijar Max 6,0 1,98
Pengujian Fisika
Kehalusan
- Dengan alat m2/Kg Min 280 365
Belaine % - 9,0
- Sisa diatas ayakan
0,045mm
Waktu pengikatan Menit Min 45 120
(alat vicast) Menit Max 375 300
- setting awal
- setting akhir
Kekekalan dengan
Autoclave % Mix 0,8 -
- pemuaian % Max 0,2 0,02
- penyusutan
Kuat Tekan
- 3 hari Kg/cm2 Min 125 185
- 7 hari Kg/cm2 Min 200 263
- 28 hari Kg/cm2 Min 200 410
Panas hidrasi Max 12 2,75
- 7 hari Cal/gr - 6,00
- 28 hari Cal/gr - 72,21
Kandungan udara % Max 12 5,25
mortar
Sumber : Rusli junaidi (PT. semen Tonasa)

b. Air
Air merupakan salah satu bahan yang paling penting dalam pembuatan beton
karena menentukan mutu dalam campuran beton. Fungsi air pada campuran
beton adalah untuk membantu reaksi kima semen portland dan sebagai bahan
pelicin antara semen dengan agregat agar mudah dikerjakan. Air diperlukan
pada adukan beton karena berpengaruh pada sifat pengerjaan beton
(workability). Air yang diperlukan untuk bereaksi dengan semen hanya sekitar
25%30%dari berat semen, namun dalam kenyataannya jika nilai faktor air
semen kurangdari 0,35 maka adukan beton akan sulit dikerjakan. Akan tetapi
jumlah air untukpelicin pada adukan beton tidak boleh terlalu banyak karena
dapat mempengaruhi beton setelah mengeras yaitu beton akan menjadi porous
sehingga kekuatannyaakan rendah (Arulampalam Kunaraj, P.Chelvanathan,
Ahmad AA Bakar, 2023).
c. Agregat
Menurut SK SNI T-15-1990-03:2, agregat merupakan bahan pengisi yang
netral dalam membuat beton dan presentasinya sekitar 70-75% dari masa beton.
Dengan agregat yang baik akan dihasilkan pula beton yang lebih padat. Berat
jenis agregat berpengaruh terhadap kuat tekan beton yang dihasilkan. Agregat
normal mempunyai berat jenis antara 2,5-2,7 dan menghasilkan beton dengan
kuat tekan antara 15-40 MPa (Permatasari et al., 2022).
Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai
campuranmortar atau beton. Untuk mendapatkan beton yang baik diperlukan
agregat berkualitas baik pula. Agregat yang baik harus memenuhi
persyaratansebagai berikut :
 butirnya tajam dan keras,
 kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca,
 tidak mengandung lumpur lebih dari 5% untuk agregat halus dan1%
untuk agregat kasar,
 Tidak mengandung zat organik dan zat reaktif terhadap alkali.Dari
jenis, agregat dibedakan menjadi dua yaitu agregat alami dan agregat
buatan (pecahan). Pada penelitian yang dilaksanakan digunakan dua
agregat yaitu agregat halus dan kasar.
1. Agregat halus
Menurut SNI 03-2847-2002, Agergat halus merupakan pasir alam
sebagai hasil desintegrasi alami batuan atau pasir yang dihasilkan oleh
industri pemecah batu danmempunyai ukuran butir terbesar 5,0 mm. Ageragat
halus dapat berupa pasir alam, pasir olahan atau gabungan dari kedua pasir
tersebut. Untuk spesifikasi karakteristik pasir (agregat halus) tersebut dapat
dilihat pada table di bawah.
Table 2.4 Spesifikasi karakteristik agregat halus
Jenis pengujian Spesifikasi SNI
Analisa saringan Daerah 1 – 4 SNI 8321 – 2016
Berat jenis 1,6 – 3,2 SNI 1969 – 2008
Penyerapan 0,2 % – 2 % SNI 1969 – 2008
Berat isi 1,4 – 1,9 gr/cm³ SNI 1973 – 2008
Kadar air 3%-5% SNI 1971 – 2011
Kadar lumpur ≤5% SNI ASTM C117 :
2017
Sumber: SNI 03-2834-2000
Pasir yang digunakan dalam campuran adukan beton harus memenuhi
syarat-syarat seperti teretera pada PBI 1971 Bab 3.3, yaitu :
 Agregat halus terdiri dari butir – butir yang tajam dan keras. Butir –
butiran agregat halus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh
pengaruh cuaca, seperti terik matahari atau hujan.
 Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 %. Lumpur
adalah bagian yang dapat melalui saringan 0.063 mm. Bila kadar lumpur
melampaui 5 % maka agregat harus dicuci dahulu sebelum digunakan
pada campuran.
 Agregat halus tidak boleh mengandung zat organic terlalu banyak yang
harus dibuktikan dengan warna dari Abrams Harder.
 Agregat halus terdiri dari butir – butir beraneka ragam besarnya dan
apabila diayak, harus memenuhi syarat – syarat.

Agregat halus dapat di bagi menjadi bebrapa zona, yaitu seperti pada table
berikut :
Table 2.5 Gradasi agregat halus
% lolos saringan / ayakan
Ukuran saringan ayakan
Pasir Pasir Pasir Pasir
kasar sedang agak halus
halus
Mm SNI ASTM Inch Gradasi Gradasi Gradasi Grada
No. 1 No. 2 No. 3 si
No. 4
9,5 9,6 3/8 in 0,375 100-100 100-100 100-100 100-
100
4,75 4,8 No.4 0,187 90-100 90-100 90-100 95-100
2,36 2,4 No.8 0,0937 60-95 75-100 85-100 95-100
1,18 1,2 No.16 0,0496 30-70 55-90 75-100 90-100
0,6 0,6 No.30 0,0234 15-34 35-59 60-79 80-100
0,3 0,3 No.50 0,0117 5-20 8’-30 12-40 15-50
0,15 0,15 No.100 0,0059 0-10 0-10 0-10 0-15
Sumber :SNI 03-2834-2000
2. Agregat kasar
Agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari batu atau
berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai
ukuran butir antara 5 mm – 40 mm. Agregat kasar diperoleh dari alam dan
juga dari proses pecahan batu alam. Karakteristik agregat kasar yang dapat
mempengaruhi sifat- sifat dan mutu beton adalah :
a) Gradasi, mempengaruhi kekuatan.
b) Kadar air, mempengaruhi perbandingan air semen.
c) Kebersihan, mempengaruhi kekuatan dan keawetan.
Spesifikasi karakteristik agregat kasar (batu pecah) dapa dilihat pada table
berikut.
Table 2.6 spesifikasi karakteristik agregat kasar (batu pecah)
Jenis Pengujian Spesifikasi SNI
Analisa saringan Daerah 1 -4 SNI 8321 – 2016
Berat jenis 1,6 – 3,2 SNI 1969 – 2008
Penyerapan 0,2 % – 4,6 % SNI 1969 – 2008
Berat isi 1,6 – 1,9 gram/cm3 SNI 1973 – 2008
Kadar air 0,5 % - 2 % SNI 1971 – 2011
Kadar lumpur ≤1% SNI ASTM C117 :
2017
Sumber: SNI 03-2834-2000
Fungsi dari agregat kasar dalam campuran aspal beton adalah sebagai
penyokong stabilitas dan perlawanan gesekan yang terjadi pada lapisan
perkerasan. Secara garis besar, agregat kasar digolongkan menjadi dua jenis,
yaitu agregat buatan dan agregat alami. Gradasi agregat kasar dapat dilihat
pada table di bawah ini :
Table 2.7 Gradasi agregat kasar
Ukuran Saringan Ayakan % Lolos Saringan/Ayakan
Ukuran Maks. Ukuran Maks. Ukuran Maks
10 mm 20 mm 40 mm

mm SNI ASTM Inch

75 76m 3 in 3 100-100
m
37,5 38m 1½ in 1,5 100-100 95-100
m
19 19m ¾ in 0,75 100-100 95-100 35-70
m
9,5 9,6m 3/8 in 0,375 50-58 30-60 10-40
m
4,75 4,8m No. 4 0,187 0-10 0-10 0-5
m
Sumber: SNI 03-2834-2000
d. Bahan tambahan
1. Limbah serbuk marmer
Marmer (CaCl) merupakan batuan metamorfosa dari batuan gamping
ataudolomit (CaCO3) (Studi et al., 2021). Marmer diperoleh dari alam
melalui kegiatan penambangan. Hasil penambangan berupa bongkahan-
bongkahan batu. Marmer Indonesia diperkirakan berumur sekitar 30 – 60 juta
tahun atau berumur kuarter hingga tersier (id.wikipedia.org). kandungan
kimia pada pecahan marmer mengandung 55,07% sama seperti bahan dasar
penyusun semen Portland, sehingga marmer dapat berfungsi untuk
menambah distribusi pengikatan dalam campuran beton.
Kalsium oksida (CaO) merupakan unsur kimia terbesar dalam kandungan
marmer. Berikut daftar kandungan kimia pada pecahan marmer :
Table 2.8 kandungan kimia pecahan marmer
Unsur kimia Kandungan %
Silicon Dioksida ( SiO₂ ) 0.13
Aluminium Dioksida ( AIO₃ ) 0.31
Feri Oksida ( FeO₃ ) 0.04
Kalsium Oksida ( CaO ) 55.07
Magnesium Oksida ( MgO ) 0.36
Potash ( K₂O ) 0.01
Sulfur Trioksida ( SO₃ ) 0.08
( LoI) 44
Sumber : Wihardi dkk,2006

2.4.2 Campuran Beton


Dalam upaya pembuatan beton pada pekerjaan konstruksi dimulai dengan
rancangan campuran ( mix desain ) di laboratorium sesuai dengan menggunakan
metode ACI, penggunaan material yang di pakai pada lapangan harus mengikuti
spesifikasi atau mutu beton yang disyaratkan. Setelah perancangan campuran di buat,
maka dapat di tentukan campuran kerja (job mix). Campuran bahan – bahan penyusun
beton di lakukan agar mendapatkan suatu komposisi yang kuat (solid) dari bahan –
bahan penyususn berdasarkan rancangan campuran beton. Sebelum di terapkan dalam
pelaksanaan konstruksi pada lapangan, pencampuran harus di lakukan di
laboratorium. Agar terjaga konsistensi rancangannya, tahapan lebih lanjut dalam
pengolahan beton perlu di perhatikan dengan baik.
Dengan komposisi yang baik akan mendapatkan kuat tekan yang tinggi, dan tetapi
jika pelaksanaan tidak di kontrol dengan baik, kemungkinan dihasilkan beton yang
tidak sesuai dengan rencana akan semakin besar (Mustofa, 2020).

2.5.2 Perawatan Beton


perawatan beton ini dilakukan setelah beton mencapai final setting, yang artinya
beton telah mengeras. Perawatan ini dibuat agar proses hidrasi selanjutnya tidak
mengalami gangguan. Jika hal tersebut terjadi, beton akan mengalami keretakan
karena kehilangan air yang begitu cepat. Perawatan dilakukan paling kurang selama 7
(tujuh) hari dan beton berkekuatan tinggi minimal selama 3 (tiga) hari dan serta harus
di pertahankan dalam kondisi lembab, kecuali dilakukan dengan perawatan yang di
percepat (Mustofa, 2020).
Menurut SNI 03-4810-1998, perawatan benda uji harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut :
a. Penutupan setelah penyelesaian, yaitu benda uji ditutup dengan bahan yang
tidak mudah menyerap air, tidak reaktif dan dapat menjaga kelembaban sampai
dilepas dari cetakan.
b. Perawatan untuk pemeriksaan proporsi campuran untuk kekuatan atau sebagai
dasar untuk penerimaan atau pengendalian mutu.
1. Perawatan awal sesudah pencetakan
 Benda uji harus di simpan dalam suhu 16 sampai 27℃ dan dalam
lingkungan yang lembab selama 48 jam, harus dilindungi dari sinar
matahari langsung atau alat yang memancarkan panas.
 Benda uji di lepas dari cetakan dan di beri perawatan standar.
 Jika benda uji tidak akan di angkut selama 48 jam, cetakan harus di lepas
dalam waktu 24 jam ± 8 jam dan di beri perawatan standar sampai tiba
waktu pengangkutan.
2. Perawatan standar sebagai berikut
1) Benda uji silinder :
 Dalam waktu 30 menit sesudah di lepas dari cetakan, harus di simpan
dalam keadaan lembab pada suhu 23°C ± 1,7°.
 Tidak lebih dari 3 jam sebelum pengujian pada suhu antara 20°C
sampai 30°C.
 Benda uji tidak boleh terkena tetesan atau aliran air.
 Penyimpanan dalam keadaan basah, yaitu dengan perendaman dalam
air kapur jenuh atau dengan di tutup kain basah.
2) Benda uji balok harus di rawat sama seperti benda uji silinder kecuali
sekurang – kurangnya 20 jam sebelum pengujian, balok harus di simpan
dalam air kapur jenuh pada suhu 23°C ± 1,7°C.
3. Perawatan untuk menentukan saat pelepasan cetakan atau saat struktur boleh
menerima beban :
a. Silinder disimpan pada atau sedekat mungkin dengan struktur dan suhu
serta kelembabannya harus sama.
b. Balok uji dan struktur yang di wakili harus memperoleh perawatan sama :
 Balok uji di lepas dari cetakan setelah 48 jam ± 4 jam.
 Balok uji harus di simpan dalam air kapur pada suhu 23°C ± 1,7°C
selama 24 jam ± 4 jam sebelum pengujian.
2.3.Pengujian Mutu Beton
Pengujian dalam pelaksanaan pekerjaan beton yaitu dengan cara pengujian contoh
material penyusun beton kemudian pengambilan contoh dan pengujian beton segar,
pengujian ini dilaksanakan setelah didapatkan suatu komposisi serta pengujian
tersebut dilakukan untuk menguji sifat – sifat dari beton segar dan pengaruhnya nanti
setelah mengeras. Pengambilan contoh dan pengujian beton keras, pengujian tersebut
dimaksudkan untuk mendapatkan nilai kekuatan struktur yang di rencanakan dan
Langkah perbaikan selanjutnya.
a. uji slump (concrete slump test)
Uji Slump adalah suatu uji empiris/metode yang digunakan untuk
menentukan konsistensi/kekakuan (dapat dikerjakan atau tidak) dari campuran
beton segar (fresh concrete) untuk menentukan tingkat workability nya.
Kekakuan dalam suatu campuran beton menunjukkan berapa banyak air yang
digunakan. Untuk itu uji slump menunjukkan apakah campuran beton
kekurangan, kelebihan, atau cukup air. Slump didefenisikan sebagai besarnya
penurunan ketinggian pada pusat permukaan yang diukur segera setela
cetakan uji slump diangkat (SNI 03-1972-2008).
Nilai slump dipengaruhi oleh factor air semen. Semakin tinggi fas maka
nilai slump akan semakin tinggi juga yakni menggunakan banyak air dan
sedikit semen, sehingga pasta semen lebih encer dan nilai slump lebih tinggi.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan kerucut abrams, pengujian
dilakukan dengan cara kerucut abrams diletakan diatas talam baja yang rata
dan tidak menyerap air. Adukan beton dituang dalam tiga tahap volume
berturut – turut yaitu 1/3, 2/3 hingga penuh. Tiap lapisan ditumbuk dengan
menggunakan batang baja berdiameter 16 mm dan Panjang 600 mm sebanyak
25 kali (SNI 03-1972-2008). Berikut daftar nilai slump pada setiap jenis
konstruksi yang di terapkan menurut ACI 211.1-91.
Table 2.9 Nilai slump beton di berbagai bidang konstruksi
Slump (mm)
Jenis pekerjaan
Maks. Min.
Dinding, penahan dan pondasi 76,2 25,4
Pondasi sederhana, sumuran, dan dinding sub struktur 76,2 25,4
Balok dan dinding beton 101,6 25,4
Kolom structural 101,6 25,4
Perkerasan dan slab 76,2 25,4
Beton masal 50,8 25,4
Sumber : ACI 211.1-91
Berikut gambar macam – macam penurunan slump sesuai dengan kadar
airnya.
Gambar 2.3 macam – macam penurunan slump
b. Pengujian Kuat Tekan Beton
Menurut dinas pekerjaan umum (DPU) Kuat tekan beban beton adalah
besarnya beban per satuan luas yang menyebabkan benda uji beton hancur
bila dibebani dengan gaya tekan tertentu yang dihasilkan oleh mesin tekan.
Kuat tekan beton merupakan sifat terpenting dalam kualitas beton dibanding
dengan sifat-sifat lain. Kekuatan tekan beton ditentukan oleh pengaturan dari
perbandingan semen, agregat kasar dan agregat halus, air.
Kuat tekan beton akan bertambah sesuai dengan bertambahnya umur beton
tersebut. Menurut PBI 1971, pada umur 28 hari kuat tekan beton telah
mencapai 100%. Kuat tekan beton yang disyaratkan adalah kuat tekan beton
yang di tetapkan oleh perencana struktur ( benda uji berbentuk silinder
diameter 15 mm dan tinggi 30 mm ), di pakai dalam perencanaan struktur
beton, dinyatakan dalam Mega paskal atau MPa ( SNI 03-1974-1990 ).
Nilai kuat tekan beton didapatkan melalui tata cara pengujian standar,
menggunakan mesin uji dengan cara memberikan beban tekan bertingkat
dengan kecepatan peningkatan beban tertentu atas benda uji silinder beton
(diameter 15 mm x 30 mm) sampai hancur. Kuat tekan beton yaitu besarnya
beban persatuan luas, yang di hitung dengan rumus :
𝑃
Fc = 𝐴 …………………………………….. (2.1)
Dimana :
fc = Kuat tekan beton (N/mm²)
P = Beban maksimum (N)
A = Luas penampang benda uji = ¼𝜋𝐷2 (mm²)

Gambar 2.4 Ukuran Benda Uji Kuat Tekan Beton Silinder dan alat uji kuat
tekan beton

c. Pengujian Kuat Lentur Beton


Kuat lentur balok beton adalah kemampuan balok beton yang diletakkan
pada dua tumpuan untuk menahan gaya dengan arah tegak lurus sumbu benda
uji, sampai benda uji tersebut patah (SNI 03-4431-2011).
Kuat lentur adalah kekuatan tarik beton dalam keadaan lentur akibat
momen, kekuatan yang dikenal sebagai modulus runtuh (modulus of rupture)
adalah hal yang cukup penting untuk menentukan retak-retak dan lendutan
dari suatu balok yang di bebani, kuat lentur pada beton dapat ditentukan dari
balok beton yang mengalami pembebanan transversal. Kuat lentur maksimum
dialami oleh serat bawah balok beton dan disebut sebagai Modulus of rupture,
yang besarnya tergantung dari panjang balok dan jenis pembebanan.
Penelitian ini menggunakan pengujian kuat lentur berbentuk plat beton
bertulang ukuran 50 x 12 x 120 cm pada umur beton 28 hari. Untuk
perhitungan kuat lentur beton sesuai dengan ketentuan SNI 4431:2011 dapat
dihitung dengan rumus persamaan sebagai berikut :
 Untuk pengujian Dimana bidang patah terletak di daerah pusat (daerah
1/3 jarak titik perletakan bagian tengah), maka kuat lentur beton dapat
dihitung menurut persamaan sebagai berikut.
𝑝𝑙
𝜎1 = 𝑏.ℎ² ………………………………………………(2.1)
Gambar 2.5 patah pada 1/3 bentang tengah
 Untuk pengujian Dimana bidang patahnya benda uji ada di luar pusat
(daerah 1/3 jarak titik perletakan bagian tengah), dan jarak antara titik
pusat dan titik patah kurang dari 5% dari jarak antara titik perletakan
maka kuat lentur beton dihitung menurut persamaan sebagai berikut.
𝑝.𝑎
𝜎1 = 𝑏.ℎ²………………………………………………(2.2)

Gambar 2.6 patah diluar 1/3 bentang tengah dan garis patah pada < 5%
Dari kedua rumus persamaan di atas dapat di artikan sebagai berikut :
𝜎1 : kuat lentur benda uji (MPa)
P : beban tertinggi yang terbaca pada mesin uji dalam KN (sampai 3 angka
di belakang koma)
l : jarak bentang antara dua garis perletakan (mm)
b : lebar pantang lintang patah arah horizontal (mm)
h : lebar pantang lintang patah arah vertikal (mm)
a : jarak rata – rata antara tampang lintang patah dan tumpuan luar yang
terdekat, di ukur pada 4 tempat pada sisi titik dari bentang (mm).
Menurut spesifikasi umum bina marga 2010 revisi 3, ketentuan minimum
untuk kuat lentur pada umur 28 hari untuk perkerasan beton semen sesuai
dengan ketentuan pada table berikut.
Tabel 2.10 kuat lentur minimum untuk perkerasan beton semen
Uraian Syarat kuat lentur
(kg/cm²)
Beton percobaan campuran Fs 47 untuk 28 hari
Perkerasan beton semen (pengendalian Fs 45 untuk 28 hari
produksi)
Metode pengujian SNI 03-4431-1997
Sumber : spesifikasi umum Bina marga 2010 revisi 3
Keterangan
gambar :

A-A : sumbu
memanjang

B : titirletakan

C : titik
pembebanan

Gambar 2.7 Sketsa benda uji perletakan dan pembebanan


2.4. XRF (X-Ray Fluorescence)
XRF adalah singkatan dari X-Ray Fluorescence, dalam bahasa Indonesia disebut
sebagai fluorosensi sinar-X. XRF merupakan sebuah teknik analisis non-destruktif
yang bisa digunakan untuk menentukan komposisi unsur (elemen) dalam suatu bahan
atau sampel, dengan cara yang cepat dan akurat. Pada dasarnya, XRF bekerja
berdasarkan interaksi antara sinar-X dengan sampel uji. Sinar-X yang dipancarkan
akan mengenai elektron pada sampel, sehingga elektron-elektron ini menjadi
tereksitasi (tereksitasi = terbangun dari keadaan stabilnya). Ketika elektron yang
tereksitasi ini kembali lagi ke keadaan stabil, maka elektron tersebut akan
memancarkan sinar-X sekunder. Sinar-X sekunder yang dipancarkan ini disebut
sebagai fluoresensi. Energi dari sinar-X fluoresensi ini spesifik tergantung pada jenis
unsur (elemen) penyusun sampel.
Jadi dengan mengukur energi sinar-X yang dipancarkan, kita bisa mengetahui
unsur-unsur apa saja yang terkandung dalam sampel tersebut. Inilah prinsip dasar dari
XRF. Beberapa kelebihan dari teknik analisis XRF yaitu :
1. Analisis Non-Destruktif
Salah satu kelebihan terbesar XRF adalah sifatnya yang non-destruktif.
Artinya, sampel yang dianalisis tidak akan rusak atau berubah sama sekali setelah
proses analisis. Hal ini sangat berbeda misalnya dengan teknik analisis kimia
basah, yang membutuhkan preparasi sampel dan pelarutan sehingga sampel bisa
hilang atau rusak. Karena sifatnya yang non-destruktif, XRF sangat cocok
digunakan untuk menganalisis benda-benda bersejarah, artefak, maupun karya
seni yang tidak boleh dirusak.
2. Analisis Cepat
Proses analisis dengan XRF bisa dilakukan dengan sangat cepat, hanya dalam
hitungan detik atau menit. Ini jauh lebih cepat dibandingkan teknik analisis kimia
basah yang membutuhkan waktu prepasi sampel dan analisis yang lama.
Kecepatan analisis ini memungkinkan kita melakukan banyak pengukuran secara
real-time, misalnya untuk monitoring kualitas produksi pada pabrik.
3. Akurat
XRF menghasilkan data komposisi unsur dengan tingkat akurasi dan presisi
yang tinggi. Teknik analisis ini bahkan bisa mendeteksi konsentrasi unsur hingga
beberapa part per million (ppm).
4. Berbagai Jenis Sampel
XRF dapat digunakan untuk menganalisis hampir semua jenis bahan atau
sampel, baik padat, cair maupun gas. Bahan organik maupun anorganik juga bisa
dianalisis dengan teknik ini. Jadi penerapan XRF sangat luas, tidak terbatas pada
jenis sampel tertentu saja.
2.5. Kerangka teori
Berdasarkan kajian terdahulu yang dilaksanakan, sehingga peneliti dapat
membuat kerangka teori yang digunakan sebagai acuan, konsep dasar dalam
penelitian yang dimaksud sebagai berikut:
Pengaruh Limbah Serbuk Marmer Sebagai Pengganti Agregat Halus
Terhadap Perkerasan Kaku

Rumusan Masalah

Berapakah nilai kuat tekan dan kuat Bagaimanakah pengaruh penambahan


lentur beton dengan penambahan limbah limbah serbuk marmer sebagai
serbuk marmer sebagai pengganti pengganti agregat halus terhadap kuat
agregat halus terhadap perkerasan kaku? tekan dan kuat lentur beton?

Untuk mengetahui nilai kuat tekan dan Untuk mengetahui seberapa besar
kuat lentur beton dengan penambahan pengaruh penambahan limbah serbuk
limbah serbuk marmer sebagai pengganti marmer sebagai pengganti agregat halus
agregat halus terhadap perkerasan kaku. terhadap kuat tekan dan kuat lentur
beton.

Metode Eksperimen

Kuat Lentur
Kuat Tekan
Rumus 3𝑃𝐿
𝑃
Fc’ = 𝑓𝑙𝑡 =
𝐴 2𝑏ℎ2
2.6.Penelitian Terdahulu
Berdasarkan referensi jurnal dari beberapa penelitian terdahulu, tujuannya adalah sebagai upaya penelitian untuk mencari
perbandingan sehingga dapat menemukan inspirasi atau konsep baru untuk penelitian yang akan diambil dan selanjutnya di
samping itu kajian atau penelitian terdahulu membantu peneliti dalam memposisikan serta memberikan gambaran dari penelitian.
Tabel 2.11 Hasil penelitian terdahulu
Judul Nama Tujuan Variable Manfaat Perbandingan Varible
N Penelitian yang
o Terdahulu Diambil
Tinjaun Kuat Muhammad Untuk Kuat tekan dan Memanfaatkan Pada penelitian ini pengujian 1. Nilai
1 Tekan dan Kuat Abdullah mengetahui kuat lentur pada limbah abu yang dilakukan yaitu: kuat tekan
. Lentur dari Nasution , pengaruh umur 28 hari. bonggol jagung 1. Kuat tekan dan kuat lentur beton yang
Campuran Khairiah penambahan sebagai1.bahan dengan menggunakan abu menggunak
Beton yang Wilda , Ernie abu bonggol tambah2. bonggol jagung sebagai an limbah
Menggunakan Shinta Y jagung penyusun beton. pengganti pasir. serbuk
Abu Bonggol Sitanggang terhadap kuat 2. Limbah abu bonggol jagung marmer
Jagung sebagai (2021) tekan dan kuat sebanyak 0%, 2%, 4%, 8%, dan sebagai
Pengganti lentur beton. 10% . pengganti
Sebagian 3. Kuat tekan dan kuat lentur agregat
Agregat Halus pada umur 28 hari. halus pada
4. uji kuat lentur menggunakan umur 7 hari
Beton Balok : 15 x 15 x 60 cm. dan 28
Uji kuat tekan menggunakan hari.
beton silinder ukuran 15 x 60 2. Nilai
cm. kuat lentur
5. Mutu beton yang digunakan beton yang
f’c 25 MPa menggunak
Sedangkan dalam penelitian an limbah
yang saya lakukan pengujian serbuk
meliputi: marmer
1. uji kuat tekan dan uji kuat sebagai
lentur dengan limbah marmer pengganti
sebagai pengganti agregat halus. agregat
2. limbah serbuk marmer yang halus pada
digunakan dengan variasi 0%, umur 28
15%, 25% dan 35%. hari.
3.kuat tekan beton pada umur 7
hari dan 28 hari.
4. kuat lentur beton pada umur
28 hari.
5. pengujian kuat tekan
berbentuk silinder dengan
ukuran 15 x 30 cm
6. pengujian kuat lentur
berbentuk plat beton bertulang
dengan ukuran 50 x 12 x 120
cm.
7. mutu beton fc’ 21,7 MPa

Pemanfaatan (Muhammad Untuk Uji kuat tekan Untuk Pada penelitian ini pengujian 1. Nilai
2 Limbah Batu Yusuf Eko Mengetahui dan uji kuat Mengurangi yang dilakukan yaitu: kuat tekan
Marmer sebagai Saputro et kuat tekan dan lentur pada umur limbah marmer 1. Kuat tekan dan kuat lentur beton yang
Agregat Kasar al., 2022) kuat lentur 14 hari dan 28 dengan menggunakan limbah menggunak
pada Campuran beton dengan hari. batu marmer sebagai agregat an limbah
Beton menggunakan kasar dengan bahan tambah abu serbuk
Perkerasan pecahan batu sekam padi. marmer
Kaku yang marmer dan 2. Limbah batu marmer sebagai
Menggunakan abu sekam sebanyak 0%, 30%, 50%, dan pengganti
Bahan Tambah padi sebagai 70%. agregat
Abu Sekam agregat kasar. 3. Kuat tekan dan kuat lentur halus pada
Padi pada umur 14 hari dan 28 hari. umur 7 hari
4. uji kuat tekan berbentuk dan 28
silinder dengan ukuran 10 x 20 hari.
cm. 2. Nilai
5. uji kuat lentur berbentuk kuat lentur
balok dengan ukuran 10 x 10 x beton yang
50 cm. menggunak
6. mutu beton fc’ 40 MPa an limbah
Sedangkan dalam penelitian serbuk
yang saya lakukan pengujian marmer
meliputi: sebagai
1. uji kuat tekan dan uji kuat pengganti
lentur dengan limbah marmer agregat
sebagai pengganti agregat halus. halus pada
2. limbah serbuk marmer yang umur 28
digunakan dengan variasi 0%, hari.
15%, 25% dan 35%.
3.kuat tekan beton pada umur 7
hari dan 28 hari.
4. kuat lentur beton pada umur
28 hari.
5. pengujian kuat tekan
berbentuk silinder dengan
ukuran 15 x 30 cm
6. pengujian kuat lentur
berbentuk plat beton bertulang
dengan ukuran 50 x 12 x 120
cm.
7. mutu beton fc’ 21,7 MPa

Kuat Tekan (Anggara Penelitian ini Kuat tekan beton Memanfaatkan Pada penelitian ini pengujian 1. Nilai
3 Beton Dengan yunanda et bertujuan dilakukan pada limbah bubut yang dilakukan yaitu: kuat tekan
Substitusi al., 2022) untuk umur beton 7 besi sebagai 1. Kuat tekan beton dengan beton yang
Parsial Sisa mengetahui hari, 14 hari dan substitusi menggunakan limbah bubut besi menggunak
Bubut Besi pengaruh 21 hari agregat halus sebagai pengganti agregat halus. an limbah
Sebagai limbah bubut terhadap kuat 2. variasi limbah bubut besi serbuk
Agregat Halus besi sebagai tekan beton. yang digunakan 0%, 1,5%, dan marmer
bahan 2,5%. sebagai
tambahan 3. Kuat tekan pada umur 7, 14 pengganti
agregat halus dan 21 hari. agregat
terhadap kuat 3. Mutu beton rencana fc’ 29,05 halus pada
tekan beton. Mpa umur 7 hari
4. Uji kuat tekan menggunakan dan 28
benda uji silinder berukuran 15 hari.
x 30 cm. 2. Nilai
Sedangkan dalam penelitian kuat lentur
yang saya lakukan pengujian beton yang
meliputi: menggunak
1. uji kuat tekan dan uji kuat an limbah
lentur dengan limbah serbuk serbuk
marmer sebagai pengganti marmer
agregat halus pada perkerasan sebagai
kaku. pengganti
2. limbah serbuk marmer yang agregat
digunakan dengan variasi 0%, halus pada
15%, 25% dan 35%. umur 28
3.kuat tekan beton pada umur 7 hari.
hari dan 28 hari.
4. kuat lentur beton pada umur
28 hari.
5. pengujian kuat tekan
berbentuk silinder dengan
ukuran 15 x 30 cm
6. pengujian kuat lentur
berbentuk plat beton bertulang
dengan ukuran 50 x 12 x 120
cm.
7. Mutu beton fc’ 21,7 Mpa

Analisis kuat (Khairul Evaluasi kuat Uji kuat lentur Memanfaatkan Pada penelitian ini pengujian 1. Nilai
4 lentur beton Fadli et al., lentur beton beton pada umur plastik jenis yang dilakukan yaitu: kuat tekan
menggunakan 2023) dengan botol 14 hari. polyhyhlene 1. Kuat lentur beton dengan beton yang
plastik jenis plastik PET terepthele (pet) menggunakan plastik jenis menggunak
polyhyhlene (polyethylene sebagai bahan polyhyhlene terepthele (pet) an limbah
terepthele (pet) terephthalate) alternatif sebagai rigid pavement. serbuk
sebagai rigid digunakan pengganti 2. prosentase limbah plastik marmer
pavement sebagai agregat halus sebanyak 0,1%, 0,25%, dan sebagai
pengganti untuk perkerasan 0,4%. pengganti
sebagian kaku (rigid 3. Kuat lentur pada umur 14 agregat
agregat halus pavement) pada hari. halus pada
pada beton K- kuat lentur beton 4. mutu beton yang digunakan umur 7 hari
175 umur 14 hari. K-175 Mpa. dan 28
Sedangkan dalam penelitian hari.
yang saya lakukan pengujian 2. Nilai
meliputi: kuat lentur
1. uji kuat tekan dan uji kuat beton yang
lentur dengan limbah marmer menggunak
sebagai pengganti agregat halus. an limbah
2. limbah serbuk marmer yang serbuk
digunakan dengan variasi 0%, marmer
15%, 25% dan 35%. sebagai
3.kuat tekan beton pada umur 7 pengganti
hari dan 28 hari. agregat
4. kuat lentur beton pada umur halus pada
28 hari. umur 28
5. pengujian kuat tekan hari.
berbentuk silinder dengan
ukuran 15 x 30 cm
6. pengujian kuat lentur
berbentuk plat beton bertulang
dengan ukuran 50 x 12 x 120 cm
7. Mutu beton fc’21,7 Mpa

Pengaruh Carnegie Mengetahui Uji Kuat tekan Menjadikan Pada penelitian ini pengujian 1. Nilai
5 Pergantian Sebastian pengaruh dan kuat lentur Limbah Batu yang dilakukan yaitu: kuat tekan
Sebagian Pasir Sudarman penggunaan pada umur 7, 14, Granit dan 1. Kuat tekan dan kuat lentur beton yang
dengan Limbah (2022) batu granit dan 21, 28 dan 35 Rambut sebagai menggunakan Limbah Batu menggunak
Batu Granit dan rambut hari. bahan alternatif Granit dan Rambut sebagai an limbah
Rambut terhadap kuat untuk bahan pengganti pasir. serbuk
Terhadap Kuat tekan beton pergantian 2. Dengan presentase limbah marmer
Tekan dan Kuat dan kuat lentur sebagian pasir. batu granit dan rambut sebanyak sebagai
Lentur Beton beton dalam 2,5%, 7,5%, 12,5%, 17,5% dan pengganti
berbagai 22,5%. agregat
variasi 3. Kuat tekan dan kuat lentur halus pada
beton pada umur 7, 14, 21, 28 umur 7 hari
dan 35 hari. dan 28
4. kuat tekan beton hari.
menggunakan benda uji silinder 2. Nilai
berukuran 15 x 30 cm kuat lentur
6.uji kuat lentur dengan benda beton yang
uji berbentuk balok berukuran menggunak
15 x15 x 60 cm. an limbah
Sedangkan dalam penelitian serbuk
yang saya lakukan pengujian marmer
meliputi: sebagai
1. uji kuat tekan dan uji kuat pengganti
lentur dengan limbah marmer agregat
sebagai pengganti agregat halus. halus pada
2. limbah serbuk marmer yang umur 28
digunakan dengan variasi 0%, hari.
15%, 25% dan 35%.
3.kuat tekan beton pada umur 7
hari dan 28 hari.
4. kuat lentur beton pada umur
28 hari.
5. pengujian kuat tekan
berbentuk silinder dengan
ukuran 15 x 30 cm
6. pengujian kuat lentur
berbentuk plat beton bertulang
dengan ukuran 50 x 12 x 120 cm
7. Mutu beton fc’21,7 Mpa

Anda mungkin juga menyukai