Anda di halaman 1dari 37

Makalah Teknologi Bahan Kontruksi

“3 Teknologi kontruksi (Beton, Baja & Kayu) dan Aspal”

PENGAJAR
RINOVA FIRMAN CAHYANI, S. SI., M.PD

Disusun oleh:
MUHAMMAD SHIDQI FADLILLAH NIM.A010323110
Dan
REDITYA MAYUDA NIM.
KELAS:
1D/ Teknik Sipil

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN KEBUMIAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 TEKNIK SIPIL
BANJARMASIN
2024
ABSTRAK

Penelitian ini menggali dalam tiga teknologi konstruksi utama: beton, baja, dan kayu, serta peran
penting aspal dalam pembangunan infrastruktur. Topik ini dipilih karena pentingnya pemahaman
mendalam tentang karakteristik dan aplikasi teknologi bahan konstruksi dalam menghadapi tuntutan
proyek-proyek modern. Metode penelitian melibatkan analisis komprehensif dari literatur ilmiah, studi
kasus proyek konstruksi, dan wawancara dengan para ahli industri.

Penelitian ini mengidentifikasi beberapa masalah krusial yang dihadapi industri konstruksi. Pertama,
pemilihan bahan konstruksi yang tepat menjadi tantangan utama. Peneliti menemukan bahwa
pemahaman yang mendalam tentang kekuatan, daya tahan, dan keberlanjutan beton, baja, kayu, dan
aspal sangat penting untuk memastikan kesuksesan proyek konstruksi jangka panjang. Selanjutnya, aspek
lingkungan juga menjadi perhatian serius, dengan penekanan pada penggunaan bahan yang ramah
lingkungan dan praktik konstruksi yang berkelanjutan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa integrasi teknologi-teknologi ini dalam proyek konstruksi tidak
hanya meningkatkan efisiensi, tetapi juga mengurangi dampak lingkungan. Keberhasilan proyek-proyek
konstruksi masa depan tergantung pada kemampuan industri untuk menggabungkan teknologi-teknologi
ini dengan bijak, mempertimbangkan aspek keberlanjutan dan kelayakan ekonomi.

Pentingnya penelitian ini tidak hanya terbatas pada pengembangan teknologi konstruksi, tetapi juga
pada dampaknya terhadap keberlanjutan lingkungan dan masyarakat. Temuan ini memberikan landasan
penting bagi pembuat kebijakan, praktisi industri, dan peneliti untuk memandu langkah-langkah ke
depan dalam memajukan teknologi bahan konstruksi. Kesimpulannya, hasil penelitian ini memperkuat
urgensi adopsi praktik konstruksi yang ramah lingkungan dan teknologi-teknologi bahan konstruksi yang
berkelanjutan demi masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.
Daftar isi

Abstrak..................................................................................................................................

Daftar isi...............................................................................................................................

Kata Pengantar....................................................................................................................

Bab I Pendahuluan..............................................................................................................

1.1 Latar belakang ...........................................................................................................


1.2 Rumusan masalah......................................................................................................
1.3 Manfaat .....................................................................................................................

Bab II Tinjauan Pustaka.....................................................................................................

2.1 Pengeretian tentang bahan bahan kontruksi bangunan..............................................


2.2 Pengertian Beton........................................................................................................
2.3 Pengertian Baja..........................................................................................................
2.4 Pengertian Kayu.........................................................................................................
2.5 Pengertian Aspal........................................................................................................

Bab III Pembahasan............................................................................................................

3.1 Beton..........................................................................................................................
3.1.1 Sifat-sifat beton.................................................................................................
3.1.2 Proses Pembuatan Beton...................................................................................
3.2 Baja............................................................................................................................
3.2.1 Sifat-sifat baja...................................................................................................
3.2.2 Proses Pembuatan Baja.....................................................................................
3.3 Kayu ..........................................................................................................................
3.3.1 Struktur kayu.....................................................................................................
3.3.2 Karakteristik kayu.............................................................................................
3.4 Aspal .........................................................................................................................
3.4.1 Apa itu aspal?....................................................................................................
3.4.2 Jenis-jenis aspal................................................................................................
3.4.3 Proses pembuatan aspal....................................................................................

Bab IV Penutup....................................................................................................................

4.1 Kesimpulan..........................................................................................................
4.2 Saran....................................................................................................................

Daftar fustaka.......................................................................................................................
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul "3 Teknologi Bahan Konstruksi: Beton, Baja,
Kayu, dan Aspal." Makalah ini kami susun sebagai salah satu tugas akademik untuk memahami
lebih dalam mengenai perkembangan teknologi bahan konstruksi yang sangat vital dalam dunia
konstruksi modern.

Dalam makalah ini, kami mencoba menggali pengetahuan tentang berbagai teknologi bahan
konstruksi, termasuk beton, baja, kayu, dan aspal. Kami membahas karakteristik, aplikasi, dan
perkembangan terkini dari masing-masing bahan tersebut. Selain itu, kami juga mencoba
menganalisis dampak penggunaan teknologi-teknologi ini dalam pembangunan berkelanjutan
dan lingkungan.

Kami ingin menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Terima kasih kepada dosen pengajar . Kami juga berterima kasih
kepada teman-teman sekelas yang memberikan dukungan dan inspirasi dalam pembuatan
makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada pembaca
mengenai teknologi bahan konstruksi, serta memberikan wawasan baru dalam menghadapi
tantangan pembangunan masa depan.

Akhir kata, kami menyampaikan maaf jika terdapat kekurangan dalam makalah ini. Kritik dan
saran membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan di masa mendatang.

Banjarmasin , Oktober 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai mahasiswa jurusan teknik sipil yang diberikan berbagai disiplin ilmu yang kelak
sangat dapat membantu mahasiswa dalam menjawab setiap tantangan dan permintaan di
dunia kerja yang sesungguhnya. Hal ini belum dirasakan cukup jika hanya didasari dengan
teori-teori saja, oleh karena itu diperlukan suatu aplikasi di lapangan. Sehingga mahasiswa
dapat lebih memahami teori-teori yang telah didapat di ruang kelas. Khususnya dalam studi
teknologi bahan kontruksi, menjadi dasar penting bagi mahasiswa teknik sipil mengetahui
baik dari spesipikasinya maupun ketentuan 8T (mutu, waktu, biaya, keamanan, lingkungan,
manfaat, fungsi dan aturan).
Ilmu studi teknologi bahan kontruksi salah satu disiplin ilmu yang membahas mengenai
bahan-bahan yang digunakan dalam sebuah pekerjaan konstruksi. studi teknologi bahan
kontruksi ini juga merupakan langkah awal pendidikan seorang teknik sipil dalam mengenali
macam-macam bahan serta manfaat dari alat-alat yang dipergunakan dalam membangun
sebuah kontruksi bangunan. Adanya penelitian atau survey lapangan dapat membuat kita
mengenal lebih dalam mengenai jenis-jenis bahan bangunan, misalnya bahan bangunan
pendukung, pengikat serta bagaimana pembuatan kayu hingga komposisi penyusunnya.
Oleh karena itu dengan kita mendapatkan informasi yang lebih akurat dan tepat membuat
kita lebih paham akan sebuah teori di kelas. Dan mampu membandingkan sebuah kontruksi
yang terdapat khususnya dilingkungan kita termasuk pasilitas-pasilitas umum, apakah sudah
sesuai dengan aturan yang ada atau bahkan berbeda jauh dari ketentuan 8T. karena sebuah
kesalahan dalam memilih sebuah teknologi bahan kontruksi bangunan menjadi ancaman
terbesar bagi para insinyur.

1.2 Rumusan Masalah


1. Mengetahui jenis bahan kontruksi yang sering digunakan ?
2. Bagaimana spesifikasi jenis bahan kontruksi ?
3. Kecocokan jenis bahan dan jenis konntruksi ?
1.3 Manfaat
Adapun beberapa manfaat dengan dibuatnya makalah ini yaitu, memberikan
mepemahaman bagi pembaca khususnya mahasiswa sipil maupun ahli tentang jenis bahan
kotruksi dan kelayakan sebuah kontruksi dengan jenis bahannya, apabila kita dihadapkan
tentang konstruksi bangunan atau bahan bangunan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengeretian tentang bahan bahan kontruksi bangunan

Bangunan biasanya dikonotasikan dengan rumah, gedung ataupun segala sarana, prasarana
atau infrastruktur dalam kebudayaan atau kehidupan manusia dalam membangun peradabannya
seperti halnya jembatan dan konstruksinya serta rancangannya, jalan, sarana telekomunikasi.
Umumnya sebuah peradaban suatu bangsa dapat dilihat dari teknik teknik bangunan maupun
sarana dan prasarana yang dibuat ataupun ditinggalkan oleh manusia dalam perjalanan
sejarahnya.

Bangunan berkaitan dengan kemajuan peradaban manusia, maka dalam perjalanannya, manusia
memerlukan ilmu atau teknik yang berkaitan dengan bangunan atau yang menunjang dalam
membuat suatu bangunan. Perkembangan ilmu pengetahuan tidak terlepas dari hal tersebut
seperti halnya arsitektur, teknik sipil yang berkaitan dengan bangunan. Penggunaan trigonometri
dalam matematika juga berkaitan dengan bangunan yang diduga digunakan pada masa Mesir
kuno dalam membangun Piramida. Pada masa sekarang, bangunan-bangunan berupa gedung
tinggi dianggap merupakan ciri kemajuan peradaban manusia.

Pada awalnya manusia hanya memanfaatkan apa yang ada di alam sebagai sarana dan prasarana
ataupun infrastruktur dalam kehidupannya. Seperti halnya memanfaatkan gua sebagai tempat
tinggal. Kemudian memanfaatkan apa yang ada di alam sebagai bahan-bahan untuk membuat
infrastruktur seperti halnya batu, tanah dan kayu. Setelah ditemukan bahan bahan tambang yang
dapat digunakan untuk membuat alat atau benda yang menunjang sebuah bangunan seperti
halnya barang logam dan mengolah bahan bahan alam seperti mengolah batuan kapur, pasir dan
tanah. Dalam perkembangannya, manusia membuat bahan bahan bangunan dari hasil industri
atau buatan manusia yang bahan-bahannya bakunya diambil dari alam.

2.2 Pengertian Beton.

Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau
tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. . Dalam pengertian umum beton
berarti campuran bahan bangunan berupa pasir dan kerikil atau koral kemudian diikat semen
bercampur air. Sifat beton berubah karena sifat semen, agregat dan air, maupun perbandingan
pencampurannya. Untuk mendapatkan beton optimum pada penggunaan yang khas, perlu dipilih
bahan yang sesuai dan dicampur secara tepat.

2.3 Pengertian Baja

Baja adalah logam paduan, logam besi sebagai unsur dasar dengan karbon sebagai unsur
paduan utamanya.Kandungan unsur karbon dalam baja berkisar antara 0.2% hingga 2.1% berat
sesuai grade-nya. Fungsi karbon dalam baja adalah sebagai unsur pengeras dengan mencegah
dislokasi bergeser pada kisi kristal (crystal lattice) atom besi.

Unsur paduan lain yang biasaditambahkanselain karbon adalah (titanium), krom


(chromium), nikel, vanadium, cobalt dan tungsten (wolfram). Penambahan kandungan karbon
pada baja dapat meningkatkan kekerasan (hardness) dan kekuatan tariknya(tensile strength),
namun di sisi lain membuatnya menjadi getas (brittle) serta menurunkan keuletannya (ductility).
Baja tahan karat atau lebih dikenal dengan Stainless Steel adalah senyawa besi yang
mengandung setidaknya 10,5% Kromium untuk mencegah proses korosi (pengkaratan logam).
Kemampuan tahan karat diperoleh dari terbentuknya lapisan film oksidakromium, dimana
lapisan oksida ini menghalangi proses oksidasi besi (Ferum). Stainless Steel sering digunakan
dalam perlengkapan Stainless Steel untuk industri makanan.

2.4 Pengertian Kayu

Kayu adalah material alam dari pohon yang sering dimanfaatkan untuk kontruksi
bangunan. Alasan mengapa kayu digunakan untuk kontruksi bangunan adalah mempunyai sifat
yang mudah dibentuk dan kuat. Selain itu untuk jenis-jenis kayu untuk kontruksi bangunan
masih mudah didapatkan. Bahan bangunan tersebut sering digunakan untuk elemen-elemen
struktur dan arsitektur pada rumah tinggal seperti kuda-kuda, usuk, reng, pintu jendela kayu dan
sebagainya. Beberapa orang lebih menyukai rumah atau hunian dengan tema kayu sehingga
permintaan pasar mengenai jenis-jenis kayu masih tinggi. Selain sebagai material terpasang,
kayu juga digunakan untuk material pendukung pekerjaan struktur pada bangunan gedung seperti
pembuatan bekisting balok, kolom, dan pelat. Beberapa material yang digunakan sebagai
pendukung pekerjaan struktur adalah kayu glugu, kruing, dan kayu jawa. Berikut ini akan
dijelaskan satu per satu jenis-jenis kayu untuk kontruksi bangunan.

2.5 Pengertian Aspal

Aspal adalah material termoplastis yang mencair apabila dipanaskan dan akan
membeku/mengental apabila didinginkan, namun demikian prinsip material tersebut terhadap
suhu prinsipnya membentuk suatu sprektum/beragam tergantung komposisi unsung-unsur
penyusunnya.Penggunaan aspal pada perkerasan jalan dapat melalui dicampurkan pada
agregat sebelum dihamparkan (prahampar), seperti lapisan beton aspal atau disiramkan pada
lapisan agregat yang telah dipadatkan dan ditutupi oleh agregat-agregat yang lebih
halus (pascahampar), seperti perkerasan penetrasi macadam atau peleburan.
BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Beton

3.1.1 Sifat-Sifat Beton

Untuk keperluan perancangan dan pelaksanaan struktur beton, maka pengetahuan tentang
sifat-sifat adukan beton maupun sifat-sifat beton yang telah mengeras perlu diketahui. Sifat-sifat
tersebut antara lain.

 Kuat Hancur
Beton dapat mencapai kuat hancur sampai 80 N/mm2 (12.000 lb/in2), atau lebih
tergantung pada perbandingan air-semen serta tingkat pemadatannya. Kuat hancur dari beton
dipengaruhi oleh sejumlah faktor, selain oleh perbandingan air-semen dan tingkat pemadatannya.
Faktor-faktor penting lainnya yaitu:

1. Jenis semen dan kualitasnya, mempengaruhi kekuatan rata-rata dan kuat batas beton.
2. Jenis dan lekak-lekuk bidang permukaan agregat. Kenyataan menunjukan bahwa
penggunaan agregat akan menghasilkan beton, dengan kuat desak maupun tarik yang
lebih besar dari penggunaan krikil halus dari sungai.
3. Effisiensi dari perawatan (curing). Kehilangan kekuatan sampai 40% dapat terjadi bila
pengeringan diadakan sebelum waktunya. Perawatan adalah hal yang sangat penting oada
pekerjaan lapangan dan pembuatan benda uji.
4. Suhu , Pada umumnya kecepatan pengerasan beton bertambah dengan bertambahnya
suhu. Pada titik beku kuat hancur beton akan tetap rendah untuk waktu yang lama.
5. Umur. Pada keadaan yang normal kekuatan beton akan bertambah dengan umurnya.
Kecepatan bertambahnya kekuatan tergantung pada jenis semen.
 Durability (Keawetan)
Merupakan kemampuan beton untuk bertahan seperti kondisi yang direncanakan tanpa
terjadi korosi dalam jangka waktu yang direncanakan. Dalam hal ini perlu pembatasan nialii
faktor air semen maksimum maupun pembatasan dosis semen minimum yang digunakan sesuai
dengan kondisi lingkungan.

 Kuat Tarik
Kuat tarik beton berkisar seper-delapan belas kuat desak pada waktu umurnya masih
muda, dan berkisar seper-sepuluh sesudahnya.biasanya tidak diperhitungkan di dalam
perencanaan beton. Kuat tarik merupakan bagian penting di dalam menahan retak-retak akibat
perubahan kadar air dan suhu. Pengujian kuat tarik diadakan untuk pembuatan beton konstruksi
jalan raya dan lapangan terbang.
 Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas beton adalah perbandingan antara kuat tekan beton dengan regangan
beton biasanya ditentukan pada 25-50% dari kuat tekan beton.
 Rangkak (Creep)
Merupakan salah satu sifat beton dimana beton mengalami deformasi terus-menerus
menurut waktu dibawah beban yang dipikul.
 Susut (Shrinkage)
Merupakan perubahan volume yang tidak berhubungan dengnan pembebanan.
 Kelecakan (Workability)
Workability adalah sifat-sifat adukan beton atau mortar yang ditentukan oleh kemudahan
dalam pencampuran, pengangkutan, pengecoran, pemadatan, dan finishing. Atau workability
adalah besarnya kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan kompaksi penuh.

Adapun beberapa kelebihan dan kekurangan beton dibandingkan dengan bahan bangunan
lain adalah sebagai berikut.
 Kelebihanan Beton
1) Harganya relatif murah karena menggunakan bahan lokal.
2) Mempunyai kekuatan tekan yang tinggi, serta mempunyai sifat tahan terhadap
pengkaratan atau pembusukan oleh kondisi lingkungan.
3) Adukan beton mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk dan ukuran sesuai
keinginan.
4) Kuat tekan beton jika dikombinasikan dengan baja akan mampu memikul beban yang
berat.
5) Adukan beton dapat disemprotkan di permukaan beton lama yang retak maupun diisikan
ke dalam retakan beton dalam proses perbaikan. Selain itu dapat pula dipompakan ke
tempat yang posisinya sulit.
6) Biaya perawatan yang cukup rendah karena termasuk tahan aus dan tahan kebakaran.
 Kekurangan Beton
1) Beton memiliki kuat tarik yang rendah sehingga mudah retak. Oleh karena itu perlu
diberi baja tulangan, atau tulangan kasa (meshes).
2) Adukan beton menyusut saat pengeringan sehingga perlu dibuat dilatasi (expansion joint)
untuk stuktur yang panjang untuk memberi tempat bagi susut pengerasan dan
pengembangan beton.
3) Beton keras (beton) mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu, sehingga
perlu dibuat dilatasi untuk mencegah terjadinya retak-retak akibat perubahan suhu.
4) Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki air, dan air
yang membawa kandungan garam dapat merusak beton.
5) Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan di detail secara seksama
agar setelah dikomposisikan dengan baja tulangan menjadi bersifat daktail, terutama pada
struktur tahan gempa.
3.1.2 Proses Pembuatan Beton

Kemudian proses pembuatan, proses pembuatan beton harus dilakukan dengan cara yang
sedemikian rupa supaya hasilnya berkualitas bagus. Selain workabilitas-nya tinggi, beton yang
baik juga perlu mempunyai sifat kohesi yang tinggi pula, khususnya ketika masih dalam kondisi
plastis. Hal ini dimaksudkan agar beton tersebut memiliki tingkat kekuatan yang kokoh dan daya
tahannya awet. Salah satu caranya adalah dengan menyesuaikan bahan-bahan penyususn adukan
beton terhadap lokasi di mana beton tersebut akan dibangun.

Pada dasarnya, beton adalah bahan bangunan yang terbuat dari campuran semen, agregat, dan
air. Ada dua macam agregat yang biasa digunakan yaitu agregat kasar (kerikil) serta agregat
halus (pasir). Kadang-kadang ditambahkan juga zat aditif ke dalam adukan beton untuk tujuan
tertentu. Misalnya agar beton cepat mengering, tahan terhadap air, memiliki warna, dan
sebagainya.

Bagaimana proses suatu beton dibuat? Di bawah ini panduannya dari Arafuru!

Bahan yang dibutuhkan :

 Semen
 Pasir
 Kerikil
 Air

Alat yang digunakan :

 Mesin Molen
 Sekop
 Cangkul
 Timbangan

Langkah kerja pembuatan :

1. Tentukan mutu beton yang akan dibuat apakah K 100, K 125, K 150, K 175, K 200, K
225, K 250, K 275, K 300, K 325, atau K 350.
2. Siapkan semen, pasir, kerikil, dan air dengan komposisi sesuai SNI DT-91-0008-2007
Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton oleh Departemen Pekerjaan
Umum.

No. Mutu Beton Semen (kg) Pasir (kg) Kerikil (kg) Air (liter) w/c ratio

1. 7,4 MPa (K 100) 247 869 999 215 0,87

2. 9,8 MPa (K 125) 276 828 1012 215 0,78


3. 12,2 MPa (K 150) 299 799 1017 215 0,72

4. 14,5 MPa (K 175) 326 760 1029 215 0,66

5. 16,9 MPa (K 200) 352 731 1031 215 0,61

6. 19,3 MPa (K 225) 371 698 1047 215 0,58

7. 21,7 MPa (K 250) 384 692 1039 215 0,56

8. 24,0 MPa (K 275) 406 684 1026 215 0,53

9. 26,4 MPa (K 300) 413 681 1021 215 0,52

10. 28,8 MPa (K 325) 439 670 1006 215 0,49

11. 31,2 MPa (K 350) 448 667 1000 215 0,48

3. Masukkan secara berturut-turut ke dalam mesin molen di mulai dari kerikil, lalu pasir,
dan kemudian semen. Pastikan takaran bahan-bahan pembentuk campuran beton tersebut
sesuai rekomendasi di atas. Ingat ukuran semen, pasir, dan kerikil dihitung berdasarkan
berat bukan per sekop. Sedangkan penghitungan air menurut volume.
4. Setelah semen, pasir, dan kerikil masuk ke dalam mesin molen, selanjutnya putar mesin
tersebut untuk mencampurkan bahan-bahan di dalamnya. Tandanya adukan beton ini
telah tercampur rata ialah butiran-butiran pasirnya sudah tidak ada yang kelihatan lagi.
5. Berikutnya tambahkan air sedikit demi sedikit ke dalam mesin molen hingga takarannya
terpenuhi. Usahakan selama penuangan air ini, mesin tetap dalam keadaan berputar.
Operasikan mesin tersebut hingga adukan beton yang Anda inginkan sudah selesai
dibuat.
6. Untuk pekerjaan pembuatan adukan beton skala kecil, Anda boleh memakai sekop dan
cangkul saja tanpa bantuan molen. Namun pastikan seluruh prosesnya dilakuakn di
tempat yang datar dan bersih.
7. Caranya yaitu campurkan semen, pasir, dan kerikil hingga merata. Setelah itu, buat
campuran bahan-bahan ini membentuk gundukan. Pada pucak gundukan lalu digali
seperti danau dan tuangkan air secukupnya. Langkah terakhir adalah mengaduk
campuran bahan-bahan ini hingga menjadi adukan beton
3.2 Baja
3.2.1 Sifat-Sifat Baja
Beberapa sifat - sifat baja secara umum adalah :
 Keteguhan (solidity)
Mempunyai ketahanan terhadap tarikan, tekanan atau lentur
 Elastisitas (elasticity)
Kemampuan / kesanggupan untuk dalam batas –batas pembebanan tertentu,
sesudahnya pembebanan ditiadakan kembali kepada bentuk semula.

 Kekenyalan / keliatan (tenacity)


Kemampuan/kesanggupan untuk dapat menerima perubahan perubahan bentuk
yang besar tanpa menderita kerugian-kerugian berupa cacat atau kerusakan yang
terlihat dari luar dan dalam untuk jangka waktu pendek
 Kemungkinan ditempa (maleability)
Sifat dalam keadaan merah pijar menjadi lembek dan plastis sehingga dapat
dirubah bentuknya
 Kemungkinan dilas (weklability)
Sifat dalam keadaan panas dapat digabungkan satu sama lain dengan memakai
atau tidak memakai bahan tambahan, tampa merugikan sifat-sifat keteguhannya
 Kekerasan (hardness)
Kekuatan melawan terhadap masuknya benda lain.

Adapun beberapa kelebihan dan Kekurangan Struktur Baja sendiri diantaranya:


 Kelebihan Baja
1) Kuat tarik tinggi.
2) Tidak dimakan rayap
3) Hampir tidak memiliki perbedaan nilai muai dan susut
4) Bisa di daur ulang
5) Dibanding Stainless Steel lebih murah
6) Dibanding beton lebih lentur dan lebih ringan
7) Dibanding alumunium lebih kuat
 Kekurangan Baja :
1) Bisa berkarat.
2) Lemah terhadap gaya tekan.
3) Tidak fleksibel seperti kayu yang dapat dipotong dan dibentuk berbagai profile
4) Tidak kokoh
5) Tidak tahan api

3.2.2 Proses Pembuatan Baja


1. Proses konvertor
Terdiri dari satu tabung yang berbentuk bulat lonjong dengan menghadap
kesamping.
Sistem kerja
 Dipanaskan dengan kokas sampai ± 1500 0c,
 Dimiringkan untuk memasukkan bahan baku baja. (± 1/8 dari volume
konvertor)
 Kembali ditegakkan.
 Udara dengan tekanan 1,5 – 2 atm dihembuskan dari kompresor.
 Setelah 20-25 menit konvertor dijungkirkan untuk mengelaurkan hasilnya.
2. proses bassemer (asam)
Lapisan bagian dalam terbuat dari batu tahan api yang mengandung kwarsa asam
atau aksid asam (sio2), bahan yang diolah besi kasar kelabu cair, cao tidak
ditambahkan sebab dapat bereaksi dengan sio2, sio2 + cao casio3
3. proses thomas (basa)
Lapisan dinding bagian dalam terbuat dari batu tahan api bisa atau dolomit
[ kalsium karbonat dan magnesium (caco3 + mgco3)], besi yang diolah besi kasar
putih yang mengandung p antara 1,7 – 2 %, mn 1 – 2 % dan si 0,6-0,8 %. Setelah
unsur mn dan si terbakar, p membentuk oksida phospor (p2o5), untuk
mengeluarkan besi cair ditambahkan zat kapur (cao),3 cao + p2o5ca3(po4)2 (terak
cair)
4. Proses siemens martin
Menggunakan sistem regenerator (± 3000 0c.) Fungsi dari regenerator adalah :
a. Memanaskan gas dan udara atau menambah temperatur dapur
b. Sebagai fundamen/ landasan dapur
c. Menghemat pemakaian tempat
Bisa digunakan baik besi kelabu maupun putih,
 Besi kelabu dinding dalamnya dilapisi batu silika (sio2),
 Besi putih dilapisi dengan batu dolomit (40 % mgco3 + 60 % caco3)

5. Proses basic oxygen furnace


 Logam cair dimasukkan ke ruang baker (dimiringkan lalu ditegakkan)
 Oksigen (± 1000) ditiupkan lewat oxygen lance ke ruang bakar dengan
kecepatan tinggi. (55 m3 (99,5 %o2) tiap satu ton muatan) dengan tekanan 1400
kn/m2.
 Ditambahkan bubuk kapur (cao) untuk menurunkan kadar p dan s. Keuntungan
dari bof adalah:
 bof menggunakan o2 murni tanpa nitrogen
 proses hanya lebih-kurang 50 menit.
 tidak perlu tuyer di bagian bawah
 phosphor dan sulfur dapat terusir dulu daripada karbon
 biaya operasi murah
6. Proses dapur listrik
Temperatur tinggi dengan menggunkan busur cahaya electrode dan induksi listrik.
Keuntungan :
 mudah mencapai temperatur tinggi dalam waktu singkat
 temperatur dapat diatur
 efisiensi termis dapur tinggi
 cairan besi terlindungi dari kotoran dan pengaruh lingkungan sehingga
kualitasnya baik
 kerugian akibat penguapan sangat kecil

7. Proses dapur kopel


Mengolah besi kasar kelabu dan besi bekas menjadi baja atau besi tuang.
Proses
 Pemanasan pendahuluan agar bebas dari uap cair.
 Bahan bakar(arang kayu dan kokas) dinyalakan selama ± 15 jam.
 Kokas dan udara dihembuskan dengan kecepatan rendah hingga kokas
mencapai 700 – 800 mm dari dasar tungku.
 Besi kasar dan baja bekas kira-kira 10 – 15 % ton/jam dimasukkan.
 15 menit baja cair dikeluarkan dari lubang pengeluaran.
(Untuk membentuk terak dan menurunkan kadar p dan s ditambahkan batu
kapur (caco3) dan akan terurai menjadi: akan bereaksi dengan karbon: Gas co
yang dikeluarkan melalui cerobong, panasnya dapat dimanfaatkan untuk
pembangkit mesin-mesin lain.)
8. Proses dapur cawan
 proses kerja dapur cawan dimulai dengan memasukkan baja bekas dan besi
kasar dalam cawan,
 kemudian dapur ditutup rapat.
 kemudian dimasukkan gas-gas panas yang memanaskan sekeliling cawan dan
muatan dalam cawan akan mencair.
 baja cair tersebut siap dituang untuk dijadikan baja-baja istimewa dengan
menambahkan unsur-unsur paduan yang diperlukan.

3.3 Kayu

3.3.1 Struktur Kayu

Struktur kayu merupakan suatu struktur yang elemen susunannya adalah kayu. Dalam
perkembangannya, struktur kayu banyak digunakan sebagai alternatif dalam perencanaan
pekerjaan-pekerjaan sipil, Diantaranya adalah : rangka kuda-kuda, rangka dan gelagar
jembatan, struktur perancah, kolom, dan balok lantai bangunan. Pada dasarnya kayu
merupakan bahan alam yang banyak memiliki kelemahan struktural, sehingga pengunaan
kayu sebagai bahan struktur perlu memperhatikan sifat-sifat tersebut. Oleh sebab itu, maka
struktur kayu kurang populer dibandingkan dengan beton dan baja. Akibatnya saat ini
terdapat kecenderungan beralihnya peran kayu dari bahan struktur menjadi bahan
pemerindah (dekoratif). Namun demikian pada kondisi tertentu (misalnya : pada daerah
tertentu, dimana secara ekonomis kayu lebih menguntungkan dari pada penggunaan bahan
yang lain) peranan kayu sebagai bahan struktur masih digunakan.

A. Sifat Fisik Kayu


1. Berat dan Berat Jenis
Berat suatu kayu tergantung dari jumlah zat kayu, rongga sel, kadar air dan zat
ekstraktif didalamnya. Berat suatu jenis kayu berbanding lurus dengan BJ-nya.
Kayu mempunyai berat jenis yang berbeda-beda, berkisar antara BJ minimum 0,2
(kayu balsa) sampai BJ 1,28 (kayu nani). Umumnya makin tinggi BJ kayu, kayu
semakin berat dan semakin kuat pula.
2. Keawetan
Keawetan adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur-unsur perusak
kayu dari luar seperti jamur, rayap, bubuk dll. Keawetan kayu tersebut disebabkan
adanya zat ekstraktif didalam kayu yang merupakan unsur racun bagi perusak
kayu. Zat ekstraktif tersebut terbentuk pada saat kayu gubal berubah menjadi
kayu teras sehingga pada umumnya kayu teras lebih awet dari kayu gubal.
3. Warna
Kayu yang beraneka warna macamnya disebabkan oleh zat pengisi warna dalam
kayu yang berbeda-beda.
4. Tekstur
Tekstur adalah ukuran relatif sel-sel kayu. Berdasarkan teksturnya, kayu
digolongkan kedalam kayu bertekstur halus (contoh: giam, kulim dll), kayu
bertekstur sedang (contoh: jati, sonokeling dll) dan kayu bertekstur kasar (contoh:
kempas, meranti dll).
5. Arah Serat
Arah serat adalah arah umum sel-sel kayu terhadap sumbu batang pohon. Arah
serat dapat dibedakan menjadi serat lurus, serat berpadu, serat berombak, serta
terpilin dan serat diagonal (serat miring).
6. Kesan Raba
Kesan raba adalah kesan yang diperoleh pada saat meraba permukaan kayu
(kasar, halus, licin, dingin, berminyak dll). Kesan raba tiap jenis kayu berbeda-
beda tergantung dari tekstur kayu, kadar air, kadar zat ekstraktif dalam kayu.
7. Bau dan Rasa
Bau dan rasa kayu mudah hilang bila kayu lama tersimpan di udara terbuka.
Beberapa jenis kayu mempunyai bau yang merangsang dan untuk menyatakan
bau kayu tersebut, sering digunakan bau sesuatu benda yang umum dikenal
misalnya bau bawang (kulim), bau zat penyamak (jati), bau kamper (kapur) dsb.
8. Nilai Dekoratif
Gambar kayu tergantung dari pola penyebaran warna, arah serat, tekstur, dan
pemunculan riap-riap tumbuh dalam pola-pola tertentu. Pola gambar ini yang
membuat sesuatu jenis kayu mempunyai nilai dekoratif.
9. Higroskopis
Kayu mempunyai sifat dapat menyerap atau melepaskan air. Makin lembab
udara disekitarnya makin tinggi pula kelembaban kayu sampai tercapai
keseimbangan dengan lingkungannya. Dalam kondisi kelembaban kayu sama
dengan kelembaban udara disekelilingnya disebut kandungan air keseimbangan
(EMC = Equilibrium Moisture Content).

10. Sifat Kayu terhadap Suara, yang terdiri dari :


Sifat akustik, yaitu kemampuan untuk meneruskan suara berkaitan erat dengan
elastisitas kayu. Sifat resonansi, yaitu turut bergetarnya kayu akibat adanya
gelombang suara. Kualitas nada yang dikeluarkan kayu sangat baik, sehingga
kayu banyak dipakai untuk bahan pembuatan alat musik (kulintang, gitar, biola
dll).
11. Daya Hantar Panas
Sifat daya hantar kayu sangat jelek sehingga kayu banyak digunakan untuk
membuat barang-barang yang berhubungan langsung dengan sumber panas.
12. Daya Hantar Listrik
Pada umumnya kayu merupakan bahan hantar yang jelek untuk aliran listrik.
Daya hantar listrik ini dipengaruhi oleh kadar air kayu. Pada kadar air 0 %, kayu
akan menjadi bahan sekat listrik yang baik sekali, sebaliknya apabila kayu
mengandung air maksimum (kayu basah), maka daya hantarnya boleh dikatakan
sama dengan daya hantar air.
B. Sifat Mekanik Kayu
 Keteguhan Tarik
Keteguhan tarik adalah kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha
menarik kayu. Terdapat 2 (dua) macam keteguhan tarik yaitu :
 Keteguhan tarik sejajar arah serat dan
 Keteguhan tarik tegak lurus arah serat
 Keteguhan tekan / Kompresi
Keteguhan tekan/kompresi adalah kekuatan kayu untuk menahan muatan/beban.
Terdapat 2 (dua) macam keteguhan tekan yaitu :
 Keteguhan tekan sejajar arah serat dan
 Keteguhan tekan tegak lurus arah serat.

Pada semua kayu, keteguhan tegak lurus serat lebih kecil daripada keteguhan
kompresi sejajar arah serat.

 Keteguhan Geser
Keteguhan geser adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang
membuat suatu bagian kayu tersebut turut bergeser dari bagian lain di dekatnya.
Terdapat 3 (tiga) macam keteguhan yaitu :
 Keteguhan geser sejajar arah serat
 Keteguhan geser tegak lurus arah serat dan
 Keteguhan geser miring
 Keteguhan geser tegak lurus serat jauh lebih besar dari pada keteguhan geser
sejajar arah serat.
 Keteguhan lengkung (lentur)
Keteguhan lengkung/lentur adalah kekuatan untuk menahan gaya-gaya yang
berusaha melengkungkan kayu atau untuk menahan beban mati maupun hidup
selain beban pukulan. Terdapat 2 (dua) macam keteguhan yaitu :
Keteguhan lengkung statik, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang
mengenainya secara perlahan-lahan.
Keteguhan lengkung pukul, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang
mengenainya secara mendadak.
 Kekakuan
Kekakuan adalah kemampuan kayu untuk menahan perubahan bentuk atau
lengkungan. Kekakuan tersebut dinyatakan dalam modulus elastisitas.
 Keuletan
Keuletan adalah kemampuan kayu untuk menyerap sejumlah tenaga yang relatif
besar atau tahan terhadap kejutan-kejutan atau tegangan-tegangan yang
berulang-ulang yang melampaui batas proporsional serta mengakibatkan
perubahan bentuk yang permanen dan kerusakan sebagian.
 Kekerasan
Kekerasan adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya yang membuat takik
atau lekukan atau kikisan (abrasi). Bersama-sama dengan keuletan, kekerasan
merupakan suatu ukuran tentang ketahanan terhadap pengausan kayu.

 Keteguhan Belah
Keteguhan belah adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang
berusaha membelah kayu. Sifat keteguhan belah yang rendah sangat baik dalam
pembuatan sirap dan kayu bakar. Sebaliknya keteguhan belah yang tinggi sangat
baik untuk pembuatan ukir-ukiran (patung). Pada umumnya kayu mudah
dibelah sepanjang jari-jari (arah radial) dari pada arah tangensial.
Ukuran yang dipakai untuk menjabarkan sifat-sifat keku-atan kayu atau sifat
mekaniknya dinyatakan dalam kg/cm2. Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat
mekanik kayu secara garis besar digolongkan menjadi dua kelompok :
 Faktor luar (eksternal): pengawetan kayu, kelembaban lingkungan,
pembebanan dan cacat yang disebabkan oleh jamur atau serangga perusak
kayu.
 Faktor dalam kayu (internal): BJ, cacat mata kayu, serat miring dsb.
3.3.2 Karakteristik Kayu

Kayu berasal dari berbagai macam jenis pohon sehingga karakteristik dari kayu juga
cendrung berbeda-beda, bahkan dari satu pohon juga cendrung memiliki perbedaan
karakteristik, misalnya bagian ujung dengan bagian pangkal pohon. karakteristik kayu di
bedakan menjadi 3 hal yaitu :

1. Karakter Fisik.

Berat Jenis Kayu. Berkisar sekitar 0,2 hingga 1,28 umumnya berat jenis kayu ditentukan
dari berat kayu kering pengeringan atau kering udara dan volume kayu pada keadaan
tersebut, biasanya makin berat kayu makin kuat pula kayunya.

Keawetan Alami Kayu. ketahanan kayu terhadap serangan perusak kayu dari luar, seperti
rayap, bubuk dan jamur yang dihitung dalam jangka waktu tahunan, keawetan kayu ini
disebabkan oleh adanya zat extraktif dalam kayu bersifat racun bagi perusak kayu

Warna kayu.hal ini disebabkan oleh adanya zat pengisi warna yang berbeda dalam batang
kayu,warna suatu jenis kayu di pengaruhi oleh tempat kayu dalam batang, unsur pohon dan
kelembaban udara. Pada pengenalan kayu warna kayu yang di pakaiadalah pada teras kayu.

Higroskopis. kemampuan menyerap dan melepaskan uap air dari suatu jenis kayu yang
sangat dipengaruhi oleh suhu udara sekitar.

Berat Kayu. Berat dari suatu kayu tergantung dari jumlah zat kayu yang tersusun, rongga sel
(jumlah pori),kadar air yang di kandung dan zat extraktif didalamnya.

Kekerasan Kayu. Semakin berat suatu jenis kayu, maka akan semakin keras juga kayu
tersebut. Berdasarkan kekerasanya kayu di bedakan menjadi 3 macam yakni kayu sangat
keras, kayu keras, kayu sedang atau kayu lunak.

2. Karakteristik Mekanik.

Disebut pula kekuatan kayu ialah kemampuan kayu untuk menahan dari luar yang terjadi
dari gaya-gaya diluar kayu yang mempunyai kecenrungan untuk mengubah bentuk dan besar
kayu, dalam hal ini kekuatan kayu dibedakan menjadi beberapa macam kekuatan yaitu:
 Kuat Tarik. Kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang bekerja momen yang
menarik kayu tersebut, kuat tarik yang terbesar pada kayu adalah pada serat kayu.
 Kuat Tekan. Kekuatan kayu dalam menahan tekanan akibat muatan atau tekanan yang
terjadi padanya, ada 2 macam tekanan yaitu tekanan tegak lurus arah serat & tekanan
sejajar arah serat.
 Kuat Geser. Kemampuan kayu menahan gaya yang bekerja membuat suatu kayu bergeser
dari tempat semula, ada 3 macam kuat geser yaitu: Kuat Geser arah serat, tegak lurus
arah serat maupunarah miring.
 Kuat Lentur. Kekuatan kayu menahan gaya-gaya yang berusaha melengkungkan kayu,
dalam hal ini dibedakan menjadi 2 macam yakni : kuat lentur statik yang menahan gaya-
gaya yang bekerja pada kayu secara perlahan dan kuat lentur yang menahan gaya yang
bekerja pada kayu secara mendadak.
 Kekakuan. kekuatan untuk menahan perubahan bentuk atau lengkungan, dinyatakan
dengan istilah Modulus Elastisitas.
 Kelenturan. kemampuan kayu untuk menyerap semua tenaga yang relatif besar, kejutan-
kejutan atau tegangan berulang yang melampaui batas serta mengakibatkan perubahan
bentuk.
 Kekerasan. kemampuan kayu menahan gaya yang membuat takikan atau tekukan pada
kayu, kekerasan ini bisa digunakan sebagai acuan untuk pembuatan lantai rumah, balok,
kuda-kuda atau keperluan lainya.
 Kuat Belah. tegangan yang terjadi karena adanya gaya yang bekerja seperti pahat/baji.

3. Karakteristik Kimiawi.

Susunan kimia yang terdapat pada kayu digunakan sebagai pengenal ketahanan kayu
terhadap serangan perusak kayu komponen kimia tersebut adalah : Unsur Karbohidrat, Unsur
Non Karbohidrat dan Zat Extraktif

3.4 Aspal
3.4.1 Apa itu aspal?

Aspal ialah bahan hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna hitam
kecoklatan, tahan terhadap air, dan visoelastis. Aspal sering juga disebut bitumen merupakan
bahan pengikat pada campuran beraspal yang dimanfaatkan sebagai lapis permukaan
lapis perkerasan lentur. Aspal berasal dari alam atau dari pengolahan minyak bumi.

Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan senyawa hidrokarbon dengan
sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan klor. Aspal sebagai bahan pengikat dalam
perkerasan lentur mempunyai sifat viskoelastis. Aspal tampak padat pada suhu ruang padahal
adalah cairan yang sangaaat kental. Aspal merupakan bahan yang sangat kompleks, dan
secara kimia belum dikarakterisasi dengan baik. Kandungan utama aspal adalah senyawa
karbon jenuh, dan tak jenuh, alifatik, dan aromatic yang mempunyai atom karbon sampai 150
per molekul. Atom-atom selain hidrogen, dan karbon yang juga menyusun aspal adalah
nitrogen, oksigen, belerang, dan beberapa atom lain. Secara kuantitatif, biasanya 80% massa
aspal adalah karbon, 10% hydrogen, 6% belerang, dan sisanya oksigen, dan nitrogen, serta
sejumlah renik besi, nikel, dan vanadium. Senyawa-senyawa ini sering dikelaskan atas
aspalten (yang massa molekulnya kecil), dan malten (yang massa molekulnya besar).
Biasanya aspal mengandung 5 sampai 25% aspalten. Sebagian besar senyawa di aspal adalah
senyawa polar.

3.4.2 jenis-jenis aspal

Jenis aspal berdasarkan cara diperolehnya aspal dapat dibedakan atas :

A. Aspal Buatan : Aspal Minyak yang merupakan hasil destilasio minyak bumi

Berdasarkan jenis bahan dasarnya :

 Asphaltic base crude oil


 Bahan dasar dominan aspaltic
 Parafin base crude oil
 Bahan dasar dominan paraffin
 Mixed base crude oil
 Bahan dasar campuran asphaltic dan paraffin
Berdasarkan bentuknya :

 Aspal keras/panas (Asphalt Cemen)


Aspal yang digunakan dalam keadaan panas dan cair, pada suhu
ruang berbentuk padat.
o Aspal keras pada suhu ruang (250-300 C) berbentuk padat
o Aspal keras dibedakan berdasarkan nilai penetrasi (tingkat
kekerasannya)
o Aspal keras yang biasa digunakan :
1. AC Pen 40/50, yaitu aspal keras dengan penetrasi antara 40-50
2. AC Pen 60/70,yaitu aspal keras dengan penetrasi antara 60-79
3. AC Pen 80/100, yaitu aspal keras dengan penetrasi antara 80-100
4. AC Pen 200/300, yaitu aspal keras dengan penetrasi antara 200-
300
o Aspal dengan penetrasi rendah digunakan didaerah bercuaca panas,
volumelalu lintas tinggi.
o Aspal dengan penetrasi tinggi digunakan untuk daerah bercuaca
dingin, lalulintas rendah.
o Di Indonesia umumnya digunakan aspal penetrasi 60/70 dan 80/10.

 Aspal dingin/cair (Cut Back Asphalt)


Aspal cair adalah campuran antar aspal semen dengan bahan
pencair dari hasil penyulingan minyak bumi. Sehingga aspal ini berbentuk
cair dalam temperature ruang. Berdasarkan bahan pencairnya dan
kemudahan menguap bahan pelarutnya, aspal cair terbagi atas :
1. 1. Rapid Curing (RC) aspal cair yang mudah larut dengan
bahan pelarut premium. Jenis ini paling cepat menguap.
2. Medium Curing (MC) merupakan aspal yang dilarutkan dengan
bahan pencair yang lebih kental seperti kerosene.
3. Slow Curing (SC) merupakan aspal yang dilarutkan dengan bahan
pencair yang lebih kental seperti solar. Jenis aspal ini adalah jenis
aspal yang paling lama menguap.
 Aspal Emulsi

Jenis aspal ini merupakan aspal hasil pencampuran antara aspal


keras, air dan bahan pengemulsi. Dimana pada suhu normal dan tekanan
atmosfir berbentuk cair. Berdasarkan kecepatan pengerasnya aspal emulsi
dapat dibedakan atas :

1. 1. Rapid Setting (RS), aspal yang mengandung sedikit


bahan pengemulsisehingga pengikatan yang terjadi cepat.
2. Medium Setting (MS)
3. Slow Setting (SS), aspal yang paling lambat menguap.
 Tar

Tar adalah aspal yang diperoleh dari hasil penyulingan batu bara
(jarang digunakan karena cepat mengeras, peka terhadap
perubahan temperatur dan mengandung racun).

B. Aspal Alam

Aspal alam adalah aspal yang ditemukan atau diperoleh langsung dari alam. Ada
dua jenis aspal alam, yaitu :

1. Aspal Gunung

Jenis aspal ini adalah aspal yang berasal dari batu-batuan


contohnya aspal dari pulau buton (aspal buton). Aspal ini merupakan
campuran antara bitumen dengan bahan mineral. Karena aspal buton
merupakan bahan alam maka kadar bitumen yang dikandungnya sangat
bervariasi seperti B10, B13, B20, B25 dan B30

2. Aspal Danau
Aspal danau adalah jenis aspal yang diperoleh langsung dari alam
tanpa proses penambangan karena dengan sendirinya muncul dipermukaan
bumi kemudian terkumpul disebuah tempat yang sering disebut danau
aspal, contoh aspalnya seperti dari Bermudez Trinidad.

3.4.3 Proses pembuatan aspal

1. Persiapan Bahan Baku


Bahan Baku Batu Pecah/Agregat. Agregat adalah bahan utama yang
digunakan untuk lapisan permukaan perkerasan jalan atau beton, agregat ini
diperoleh dari hasil penambangan batu-batuan pada sungai-sungai yang ada di Aceh
Tamiang dan daerah lainya, kemudian batu–batuan tersebut diproses melalui mesin
perengkahan Stone Crusher yang menghasilkan beberap jenis agregat sesuai dengan
yang di inginkan. dalam perkerjaan kosntruksi menurut standar SNI (Satandar
Nasional Indonesia) tentang penggunaan agregat yang diproduksi adalah agregat
dengan ukuran 1, 1/2, ¾ inch, dan abu batu pada umumnya, yang selanjunya
disimpan di gudang untuk dijadikan stock dan sebagian di simpan pada bin-bin
penampung bahan baku untuk pembuatan aspal beton pada unit AMP (Aspal
Mixing Plant).

2. Bahan Baku Aspal


Aspal ialah bahan baku yang digunakan untuk mengikat antara agregat yang
satu dengan yang lainya atau juga sebagai katalis agar agregat dapat menjadi satu
padu, kuat, keras dan tahan terhadap perubahan cuaca. Jenis aspal yang digunakan
ialah aspal emulsi yang diperoleh dari hasil penyulingan minyak bumi. diimpor dari
berbagai produsen yang ada di dalam maupun luar negeri.

3. Filler.
Filler adalah bahan penambah pada proses pencampuran atara agregat dengan
aspal yang berfungsi untuk menutup pori-pori yang ada pada permukaan aspal
beton yang disebabkan karena kurangnya campuran dari gradasi agregat pada unit
timbangan. Bahan pengisi yang ditambahkan terdiri atas debu batu kapur (limestone
dust), kapur padam (hydrated lime), semen atau abu terbang yang sumbernya
disetujui oleh Direksi Pekerjaaan. Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering
dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan sesuai SNI
(Standar Nasional Indonesia) 03-1968-1990 harus mengandung bahan yang lolos
ayakan No.200 (75 micron) tidak kurang dari 75 % terhadap beratnya.

4. Bin dingin
Bin dingin (coold bin) adalah bak tempat menampung material agregat dari
tiap-tiap fraksi mulai dari agregat halus sampai agregat kasar yang diperlukan
dalam memproduksi campuran aspal panas (hot mix). Bagian pertama dari AMP
(Aspal Mixing Plant) adalah bin dingin, yaitu tempat penyimpanan fraksi agregat
kasar, agregat sedang, agregat halus dan pasir. Bin dingin harus terdiri dari
minimum 3 sampai 5 bak penampung (bin). Masing-masing bin berisi agregat
dengan gradasi tertentu. Agregat-agregat tersebut harus terpisah satu sama lain,
untuk menjaga keaslian gradasi dari masing masing bin sesuai dengan rencana
campuran kerja (RCK). Untuk memisahkannya, dapat dipasang pelat baja pemisah
antara bin. Dengan demikian maka loader (alat pengangkut) yang digunakan
mengisi masing-masing bin harus mempunyai bak (bucket) yang lebih kecil dari
mulut pemisah masing-masing bin. Jika pemisah tidak ada maka pengisian masing-
masing bin tidak boleh berlebih yang dapat berakibat tercampurnya agregat.

5. Proses Pengeringan Agregat Pada Unit Dryer


Agregat yang diperoleh dari hasil penambangan dan telah diproses di
unit stone crusher yang kemudian disimpan pada bin-bin dingin (Cool bin) yang
sesuai dengan ukuran masing-masing selanjutnya disuplai atau diangkut
menuju dryerdengan menggunakan belkonveyor untuk dikeringkan dengan
unit dryertujuannya untuk menghilangkan kadar air, kadar air harus seminim
mungkin karena kalau tidak akan berpengaruh pada pencampuran aspal nantinya.
Proses pengeringan pada dryer adalah dengan cara membakar agregat di dalam
kilen yang berputar dengan suhu ±1500 C proses pembakaran dengan menggunakan
bahan bakar solar lama pembakaran ini belangsung selama ± 45 detik dengan
kapasitas ± 80 ton/jam.
Pada unit pengering (dryer) perlu diperhatikan beberapa faktor agar diperoleh
campuran beraspal yang memenuhi syarat, yaitu antara lain:

a.Kalibrasi alat pengukur temperatur dan pemeriksaan temperatur pemanasan.


Perubahan kuantitas agregat yang masuk ke unit pengering akibat dari pengaturan
bukaan bin dingin dapat menyebabkan pemanasan berlebih (jumlah agregat yang
masuk berkurang sementara panas pembakar tetap).
b. Pembakaran harus sempurna, hal ini dapat diindikasikan dari warna asap yang
keluar dari cerobong asap adalah putih dan nyala api pembakaran berwarna biru.
Warna asap yang hitam menandakan pembakaran tidak sempurna. Contoh
dari akibat pembakaran yang tidak sempurna adalah, pada saat pengambilan
agregat dari hot bin, agregat terlihat berwarna hitam terselimuti jelaga. Akibat
dari hal tersebut aspal tidak dapat masuk ke pori-pori agregat dan juga tidak dapat
melekat dengan baik ke agregat.
c. Kadar air pada agregat harus seminimum mungkin, oleh karena itu dilakukan
pemeriksaan kadar air secara cepat; diambil contoh secukupnya, kemudian
dilewatkan pada cermin yang kering, atau spatula diatas agregat tersebut. Diamati
jumlah kadar air yang mengembun pada permukaan cermin atau spatula. Agregat
yang masih mengandung kadar air akan menghalangi melekatnya aspal ke
agregat, sehingga campuran beraspal berprilaku seolah-olah kelebihan aspal.

6. Pengumpul Debu (dust collector).


Alat pengumpul debu (dust collector) harus berfungsi sebagai alat pengontrol
polusi udara di lingkungan lokasi AMP (aspal mixing plant). Gas buang yang
keluar dari sistem pengering ditambah dengan dorongan kipas pengeluar (exhaust
fan) akan dialirkan ke pengumpul debu. Alat pengumpul debu yang tidak berfungsi
dengan baik akan menyebabkan terjadinya polusi udara, dan ini terlihat jelas dari
adanya kotoran atau debu di pohon-pohon atau atap rumah di sekitar lokasi AMP
(Aspal Mixing Plant). Pada PT. Bahtera Karang Raya yang digunakan adalah sistem
pengumpul debu jenis basah (wet scrubber dust collector), debu yang terbawa gas
buangan disemprot dengan air, sehingga partikel berat akan terjatuh ke bawah dan
gas yang telah bersih keluar dari cerobong asap. Partikel berat tersebut kemudian
dialirkan ke bak penampung (bak air). Jika pada bak air penampung terlihat jelaga
yang mengambang dengan jumlah yang cukup banyak, maka hal ini menunjukkan
terjadi pembakaran yang tidak sempurna pada pengering (dryer). Untuk mencegah
hal yang tidak diinginkan maka dilakukan koreksi atau perbaikan pada pengering
(dryer).

7. Proses Pemisahan Agregat Pada Hot Screen.


Agregat yang panas yang telah melalui proses pembakaran
dari dryerselanjutnnya di bawa oleh hot elevator menuju ke atas tower untuk di
lakukan pemisahan pada hot screen, peroses pemisahan agregat ini adalah dengan
cara gravitasi agregat dijatuhkan pada ayakan/screen yang dirancang sedikit miring
agar dapat mengayak atau memisahkan agregat sesuai dengan ukurannya masing-
masing. Pada screen dilengkapi alat bantu yaitu vibrator yang berfungsi untuk
menggetarkan ayakan agar terjadi ayakan yang optimal. Agregat yang telah
disaring/dipisahkan berdasarkan ukurannya kemudian masuk pada unit hot bin guna
untuk menampung sementara agregat yang akan masuk pada timbangan.
Pemasangan saringan pada unit ayakan panas harus tidak pada ukuran yang
berdekatan. Contoh susunan ayakan untuk campuran beraspal dengan ukuran butir
agregat maksimum 19 mm adalah :

1. Saringan pertama/teratas berukuran 19 mm, butir agregat yang ukurannya


lebih besar (oversize) dibuang ke saluran pembuangan.
2. Saringan kedua berukuran 12,5 mm (1/2 inchi). Ukuran butir agregat
antara 19 mm sampai 12,5 mm masuk ke bin 1.
3. Saringan ketiga berukuran 4,75 mm (No. 4). Ukuran butir agregat antara
9,5 sampai dengan 4,75 mm masuk ke bin 2.
4. Saringan keempat berukuran 2,36 mm (No. 8). Ukuran butir agregat antara
4,75 sampai dengan 2,36 mm masuk ke bin 3. Sementara agregat yang lolos
saringan 2,36 mm masuk ke bin 4.

8. Bin panas (hot binn)


Bin panas (hot bin) dipasang pada AMP (aspal mixing plant) jenis takaran
(batch). Pada AMP (aspal mixing plant) jenis takaran umumnya akan terdapat 4 bin
yang dilengkapi dengan pembatas yang rapat dan kuat dan tidak boleh berlubang
serta mempunyai tinggi yang tepat sehingga mampu menampung agregat panas
dalam berbagai ukuran fraksi yang telah dipisah-pisahkan melalui unit ayakan
panas. Pada bagian bawah dari tiap bin panas harus dipasang saluran pipa untuk
membuang agregat yang berlebih dari tiap bin panas yang dapat dioperasikan secara
manual atau otomatis. Jika agregat halus masih menyisakan kadar air (pengering
kurang baik) setelah pemanasan, maka agregat yang sangat halus (debu) akan
menempel dan menggumpal pada dinding bin panas dan akan jatuh setelah cukup
berat. Hal tersebut dapat menyebabkan perubahan gradasi agregat, yaitu
penambahan material yang lolos saringan No. 2000.

9. Timbangan
Timbangan adalah alat yang digunakan untuk menakar/menimbang jumlah
masing-masing agregat sesuai dengan komposisi yang telah ditentukan, proses
penimbanga dilakukan dengan sistem komputerisasi/otomatis. sebelum timbangan
digunakan timbangan telebih dahulu dikalibrasi agar hasil timbangan dapat akurat
biasanya timbangan dikalibrasi dengan bobot teringanya 10 kg, ini dikarenakan
berat jenis dari agregat yang terlalu tinggi sehingga timbangan tidak akan akurat/
tidak dapat membaca apabila agregat yang ditimbang di bawah 10 kg.
Faktor-faktor penting pada unit timbangan agregat yang perlu mendapat
perhatian antara lain sebagai berikut :
1. Kalibrasi timbangan.
2. Weigh box tergantung bebas.
3. Kontrol harian terhadap kinerja operator AMP (aspal mixing plant).

10. Proses Pemanasan Aspal Padat Pada Boiler Fire Tube


Dalam proses pencampuran aspal ini penulis menjelaskannya secara terperinci
pada BAB 4 sebagai tugas khusus yang berkaitan dengan proses pemanasan aspal
dan pencampurannya pada mixer.
11. Proses Akhir Mixer.
Mixer adalah alat untuk proses pencampuran dimana agregat yang telah
dipanaskan dan telah melalui timbangan ditakar sesuai dengan komposisi yang
diinginkan selanjutnya dituangkan kedalam mixer dengan membuka pintu bin panas
menggunakan sistem hidrolik yang dikendalikan secara otomatis/manual.
Proses pencampuran pada mixer adalah proses pencampuran antara agregat
panas, aspal, dan filler dengan suhu ± 1500C cara pengadukan dilakukan dengan
memutar poros pengaduk dengan menggunakan motor listrik lama pengadukan
antara 30-40 detik pengadukan dengan kapasitas 800 kg/ 30-40 detik setelah itu
agregat yang telah sehomogen mungkin dicampurkan maka akan dituang langsung
ke dalam truk pengankut dengan cara membuka pintu bukaan yang ada pada bagian
bawah mixer dengan control hidrolik. Campuran aspal beton yang telah keluar
dari mixer ini bersuhu ± 1500C dan setiap jamnya suhunya akan berkurang ± 2.5 -
50C.
12. Tenaga penggerak (genset).
Untuk menjalankan semua bagian-bagian atau komponen-komponen AMP
sumber tenaga utamanya adalah generator set atau genset. Pada umumnya genset ini
diputar oleh mesin diesel. Kekuatan atau kapasitas genset ini berkapasitas 250 KVA
(Kilo Volt Ampere) cukup untuk melayani kebutuhan motor-motor listrik yang
dipakai serta peralatan-peralatan lain yang memakai tenaga listrik dan untuk
penerangan. Semua sambungan-sambungan aliran listrik harus tertutup untuk
mencegah arus pendek serta untuk keamanan lingkungan. Genset yang
dipergunakan pada unit Asphalt Mixing Plant.

BAB IV

KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil pada pembahasan dari makalah ini, yaitu pembuatan
makalah ini bertujuan untuk mengetahui jenis apa saja dalam teknologi bahan sebuah kontruksi,
hal ini dianggap sangat penting karena merupa acuan awal bagi seseorang maupun perusahaan
untuk menjalankan sebuah proyek, sehingga mengetahui spesifikasi maupun kualitas dari akan
diambil untuk digunakan sebuah proyek kecil, menengah maupun besar.

secara teoritis mungkin metoda pengenalan, penentuan, identitas jenis bahan kontruksi mudah
untuk dipelajari sebagai suatu bentuk ilmu pengetahuan. Namun demikian, keterampilan teknis
pengenalan, penentuan, identitas jenis kayu hanya akan kita dapatkan dan peroleh memalui
sebuah proses latihan yang rutin, berulang-ulang kali dan secara terus menerus yang biasanya
kita dapatkan dalan ilmu praktek.

Keterampilan kita dalam mengetahui jenis bahan kontruksi yang akan menjadi modal awal kita
dilapangan, dan akan membantu kita dalam proses peningkatan kemampuan dan keterampilan
dalam pengenalan jenis bahan kontruksi itu sendiri dilapangan.

4.2 Saran

Kita perlu memperhatikan sifat sifat, jenis, ukuran maupun harga. Yang bertujuan untuk
menggunakan jenis bahan kontruksi sebagai bahan pilihan kita. Sehingga dalam
penggunaannya-pun akan terasa maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Mardikanto TR, Karlinasari lina dan Tri effendi bahtiar. 2011.Sifat Mekanis Kayu. Bogor: PT
Penerbit IPB Press

Wahyudi laurentius dan Rahim syahril A. 1997. Struktur Beton Bertulang. jakarta: Pt Gramedia
Pustaka Utama

https://dokumen.tips/documents/makalah-aspal-untuk-perkerasan-jalan.html

http://mynewblogkti.blogspot.co.id/2016/05/struktur-beton-sebagai-salah-satu-bahan.html

https://tosimasipil.blogspot.co.id/2013/07/teknologi-bahan-konstruksi.html

http://anwarpuady.blogspot.co.id/2014/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html

https://www.wikipedia.org/

Anda mungkin juga menyukai