NURHIKMAYANTI
1621040024
FAKULTAS TEKNIK
2020
SKRIPSI
NURHIKMAYANTI
1621040024
FAKULTAS TEKNIK
ii
PERNYATAAN KEORISINILAN
Saya, Nurhikmayanti
Seluruh ide yang ada dalam Skripsi ini, kecuali yang saya nyatakan sebagai
kutipan, merupakan ide yang saya susun sendiri. Selain itu, tidak ada bagian dari
Skripsi ini yang telah saya gunakan sebelumnya untuk memperoleh gelar atau
sertifikat akademik.
Nurhikmayanti
NIM. 1621040024
MOTTO
Limbah plastik merupakan salah satu jenis limbah yang dibentuk dengan proses
polimerisasi dan juga merupakan limbah yang sulit terurai didalam tanah dan
bahkan dapat menjadi salah satu penyebab pencemaran pada unsur-unsur organik
dan mineral di dalam tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penambahan limbah plastik terhadap sifat-sifat Marshall pada lapisan aspal AC-
BC dengan bahan tambah limbah sebanyak 3%, 3,5% dan 4% sesuai KAO yang
didapatkan dan untuk mengetahui berapa persentase penambahan limbah plastik
dengan metode subtitusi yang dapat digunakan pada lapisan aspal AC-BC dengan
mengacu pada hasil pengujian sifat-sifat Marshall. Jenis limbah yang digunakan
adalah Low Density Polyethylene (LDPE). Limbah yang dicampurkan pada
bitumen panas sebelumnya dicacah dengan ukuran 2 cm berbentuk persegi. Benda
uji pada penelitian ini berbentuk briket silinder dengan berat sekitar 1100 gr
dengan tinggi sekitar 6 cm dan lebar 8 cm untuk lapisan AC-BC dengan
menggunakan mould.. Dalam pengujian ini dibuat sebanyak 9 sampel dengan
masing-masing variasi sebanyak 3 sampel. Variasi penambahan limbah botol
plastik yang digunakan adalah 3%, 3,5% dan 4%. Tahapan awal dalam penelitian
ini yaitu menentukan Kadar Aspal Optimum (KAO). Kadar Aspal Optimum yang
didapatkan sebesar 5,7% untuk lapisan AC-BC. Hasil pengujian menunjukkan,
dengan adanya penambahan limbah plastik dengan variasi penambahan sebanyak
3%, 3,5% dan 4% pada nilai Marshall Quetiont variasi 3% sebesar 76,54, variasi
3,5% sebesar 112,15 dan variasi 4% sebesar 80,06. nilai pada Stabiltas variasi
3% sebesar 392,89 kg, variasi 3,5% sebesar 502,67 kg dan variasi 4% sebesar
473,03 kg, dan nilai pada variasi masing-masing VFA sebesar 10,481%, 22,827%
dan 26,379% dari tiga aspek sifat-sifat Marshall tersebut tidak memenuhi
Spesifikasi Bina Marga 2018 Revisi 2 hal yang mempengaruhi faktor tersebut
yaitu penggunaan bahan tambah limbah plastik dengan metode subtitusi tidak
dapat digunakan..
Kata Kunci : Lapisan Aspal AC-BC, Plastik LDPE, Marshall.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahanirrahim....
Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-
Muhammad SAW, beserta para keluarga dan sahabatnya. Suatu kebahagiaan dan
kebanggaan yang luar biasa bagi penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi
Bahan Tambah Limbah Plastik Pada Bitumen” proposal skripsi ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk mengerjakan skripsi pada program Strata-1 di
Makassar.
Penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak akan dapat selesai dengan baik
tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak yang telah membantu dan
penyelesaian tugas skripsi ini. Karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih banyak kepada Orang Tua yang selalu memberikan
skripsi ini, keluarga besar yang selalu memberikan semangat, sahabat kekey yang
menyelesaikan tugas akhir ini, tim Uji Bahan PTSP FT UNM yang banyak
membantu penulis dalam penyelesaian penelitian ini, tim ASPAL yang selalu
ii
menyemangati, Saudara-saudara dan Rekan-rekan Mahasiswa angkatan 2016
yang ikut terlibat baik secara aksi maupun secara doa serta seluruh mahasiswa
Negeri Makassar yang terlibat dalam penyelesaian penelitian ini, tak lupa juga
Bangunan (S1)
pembimbing I
9. Bapak Ir. Irman sebagai Kepala Laboratorium PT. Sinar Jaya Abadi
10. Serta seluruh dosen dan karyawan Jurusan Pendidikan Teknik Sipil
ii
Penulis Menyadari proposal skripsi ini tidak luput dari berbagai
kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharap saran dan kritik yang
semoga naskah skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya,
Makassar dimasa yang akan datang. Akhirnya, semoga budi dan bantuan yang
tulus yang telah disumbangkan menjadi amal dan mendapat imbalan yang
Aamiin....
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................iv
DAFTAR TABEL......................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................3
C. Batasan Masalah..............................................................................................4
D. Tujuan Penelitian.............................................................................................5
E. Manfaat Penelitian...........................................................................................5
A. Kajian Teori.....................................................................................................6
C. Kerangka Pikir.................................................................................................35
C. Pelaksanaan Penelitian.....................................................................................39
E. Pengumpulan Data...........................................................................................42
ii
F. Diagram Penelitian..........................................................................................44
G. Analisis Data....................................................................................................46
A. Deskripsi Data.................................................................................................48
B. Analisa Data.....................................................................................................51
C. Pembahasan ....................................................................................................65
A. Kesimpulan......................................................................................................85
B. Saran................................................................................................................86
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................87
LAMPIRAN-LAMPIRAN........................................................................................I.1
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1. Pengambilan Agregat Kasar dan Halus di Batching Plant ........ 45
Gambar 4.4. Grafik Gradasi Abu Batu Hasil Analisa Saringan ....................... 51
Gambar 4.5. Grafik Gradasi Batu Pecah 0,5-1 Hasil Analisa Saringan .......... 51
Gambar 4.6. Grafik Gradasi Batu Pecah 1-2 Hasil Analisa Saringan .............. 52
Gambar 4.7. Grafik Gradasi Batu Pecah 2-3 Hasil Analisa Saringan .............. 52
KAO ................................................................................................................. 61
Gambar 4.12. Grafik hubungan Rongga dalam agregat (VMA) dengan KAO. 62
ii
Gambar 4.18. Grafik Hubungan Limbah Botol Plastik terhadap Nilai
Gambar 4.19. Grafik Hubungan Kadar Limbah Botol Plastik Terhadap Nilai
VIM .................................................................................................................. 71
Gambar 4.20. Grafik Hubungan Kadar Limbah Botol Plastik Terhadap Nilai
VFA .................................................................................................................. 73
Gambar 4.21. Grafik Hubungan Kadar Limbah Plastik Terhadap Stabilitas ... 74
Flow...........
Gambar 4.23. Grafik Hubungan Kadar Limbah Plastik Terhadap VMA ........ 77
Density ......
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.3. Rancangan Campuran Aspal AC-BC Trial and Error ................... 55
Tabel 4.5. Berat Aspal dan agregat pada campuran aspal Panas AC-BC
Standar .............................................................................................................. 59
ii
Plastik 3% - 4% ................................................................................................ 68
Tabel 4.8. Hasil Uji Marshall sesuai KAO perendaman 30 menit suhu 60˚
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
jalan untuk mendorong distribusi barang dan jasa sekaligus mobilitas penduduk.
wilayah.
perkerasan yang kuat, tahan lama dan mempunyai daya tahan tinggi terhadap
deformasi plastis yang terjadi. Di sisi lain keberadaan plasik semakin melimpah,
perkerasan jalan raya, material ini dipilih karena hasil akhirnya yang baik dan
nyaman sebagai perkerasan lentur. Salah satu cara untuk mencegah terjadinya
kerusakan pada perkerasan jalan akibat beban muatan kendaraan adalah dengan
Penggunaan bahan tambah menjadi salah satu alternatif yang digunakan untuk
1
2
dapat menaikkan sifat-sifat karakteristik apal antar lain: Titik lembek, PI,
ketahanan terhadap gaya geser, retak, alur dan seal. Polymer modified lebih tahan
terhadap suhu perkerasan yang tinggi karena mempunyai titik lembek tinggi 50-
85°C dibandingkan dengan aspal minyak yang titik lembeknya antara 44-49°C,
sehingga pada suhu perkerasaan tinggi aspal modified tidak mudah mengalir,
memenuhi kreteria tersebut diatas dengan harga lebih murah dan mudah didapat
(Suroso, T. W, 1997).
Selain itu limbah plastik merupakan salah satu jenis limbah yang dibentuk
dengan proses polimerisasi dan juga merupakan limbah yang sulit terurai didalam
tanah dan bahkan dapat menjadi salah satu penyebab pencemaran pada unsur-
unsur organik dan mineral di dalam tanah. Sekarang ini banyak upaya yang
dilakukan untuk membuat limbah plastik ini dapat dimanfaatkan ataupun terurai,
salah satu upaya tersebut yaitu menjadikan limbah plastik sebagai bahan
kerajinan. Sifat plastik yang fleksibel dan mudah meleleh merupakan salah satu
potensi keunggulan yang dapat dijadikan sebagai pegangan dalam merujuk plastik
disebabkan tekanan terlalu berat oleh muatan truk yang berlebihan, keretakan-
3
dalam aspal akan memberikan pengaruh yang baik terhadap sifat-sifat aspal. Hasil
meningkatkan nilai stabilitas, berat isi, kepadatan agregat yang dipadatkan (CAD)
plastik pada aspal, nilai deformasi permanen campuran dari hasil tes jejak roda
aspal yang diharapkan ketika limbah plastik (limbah botol mineral) dicampurkan
pada aspal panas akan mengalami pelelehan dan menyatuh dalam aspal cair
membentuk bitumen yang menjadi bahan pengikat pada campuran aspal. Untuk
mencapai hasil yang diharapkan penentuan jenis limbah plastik yang digunakan
sangat berpengaruh sebagai bahan pengikat. Oleh karena itu perlu dilakukan studi
B. Rumusan Masalah
berikut
4
C. Batasan Masalah
Negeri Makassar.
2. Agregat alami, agregat halus (abu batu) dan agregat kasar (batu pecah)
3. Limbah plastik yang digunakan adalah limbah plastik jenis Low Density
D. Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil pengujian
E. Manfaat Penelitian
aspal.
2. Hasil penelitian ini menjadi salah satu masukan bagi kalangan akademisi
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Pengertian Aspal
Aspal adalah material semen hitam, padat atau setengah padat dalam
( Petroleum ).
Aspal petroleum dan aspal liquid adalah material yang sangat penting.
Menurut The Asphalt Institute Superpave (1999) Series No. 1 (SP – 1), tonase
dari produksi aspal setiap tahunnya bertambah terus – menerus mulai dari 3
juta ton pada tahun 1926 meningkat menjadi 8 juta ton pada tahun 1946,
kemudian terjadi peningkatan secara drastis pada tahun 1964 yaitu sebanyak 24
ton. Aspal adalah sistem koloida yang rumit dari material hydrocarbon yang
terbuat dari Asphaltenes, resin dan oil. Sedangkan material aspal tersebut
berwarna coklat tua hingga hitam dan bersifat melekat, berbentuk padat atau
semi padat yang didapat dari alam dengan penyulingan minyak ( Krebs, RD
Aspal dibuat dari minyak mentah ( Crude Oil ) dan secara umum
berasal dari sisa organisme laut dan sisa tumbuhan laut dari masa lampau yang
tertimbun oleh pecahan batu batuan. Setelah berjuta juta tahun material organis
dan lumpur terakumulasi dalam lapisan lapisan setelah ratusan meter, beban
dari beban teratas menekan lapisan yang terbawah menjadi batuan sedimen.
7
Lapisan beton aspal AC-BC adalah jenis perkerasan jalan yang terdiri
dari campuran agregat dan aspal yang berfungsi sebagai lapisan penutup dari
konstruksi jalan yang harus mampu menjaga kestabilan jalan akbat dari beban
campuran ini terdiri dari agregat bergradasi menerus dengan aspal keras,
tertentu. Laston AC-BC memiliki ketebalan minimum 5 cm. Lapisan ini untuk
pemeliharaan jalan.
3. Jenis-jenis aspal
a. Aspal buatan
yang berfungsi sebagai perekat bahan pengisi dan bahan kedap air cocok untuk
iklim tropis
Aspal yang masuk dalam kategori aspal buatan adalah aspal minyak
dan tar, akan tetapi tar tidak umum digunakan pada perkerasan jalan kerena
b. Aspal Alam
yaitu :
Aspal ini secara alamiah terdapat di danau trinided Venezuella dan Lawele.
Aspal ini terdiri dari bitumen, mineral dan bahan organik lainnya.Angka penetrasi dari
aspal ini sangat rendah dan titik lembeknya sangat tinggi.Karena aspal ini sangat
keras, dalam pemakainnya aspal ini dicampur dengan aspal keras yang mempunyai
Aspal batu Kentucky dan Buton adalah aspal yang secara terdeposit di
pulau Buton, Indonesia dan di daerah Kentusky, USA. Aspal dari deposit ini
terbentuk dalam celah-celah batuan kapur dan batuan pasir. Aspal yang terkandung
dalam batuan ini berkisar antara 12 – 35 % dari masa batu tersebut dan memiliki
tingkat penetrasi antara 0 – 40. Untuk pemakainanya, deposit ini harus ditimbang
terlebih dahulu, lalu aspalnya diekstraksi dan dicampur dengan minyak pelunak atau
aspal keras dengan angka penetrasi yang lebih tinggi agar didapat suatu campuran
aspal yang memiliki angka penetrasi sesuai dengan yang diinginkan.Pada saat ini aspal
9
batu telah dikembangkan lebih lanjut, sehingga menghasilkan aspal batu dalam bentuk
butiran partikel yang berukuran lebih kecil dari 1 mm dan dalam bentuk mastik.
Tabel 2.1.
Spesifikasi aspal keras pen 60/70
No Persyarata
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Divisi 6 Perkerasan Aspal Tabel 6.3.2.5.
dimana :
a. Stabilitas (stability)
sampai terjadi kelelahan plastis atau dengan arti lain yaitu kemampuan lapis
keras untuk menahan deformasi akibat beban lalu lintas yang bekerja
dan gradasi agregat yaitu gesekan antar butiran agregat (internal friction) dan
bentuk, kualitas, tekstur permukaan dan gradasi agregat yaitu gesekan antar
sehingga lapis perkerasan menjadi kaku dan bersifat getas. Nilai stabilitas
11
Syarat nilai stabilitas adalah lebih dari 800 kg. Lapis perkerasan
perkerasan akan mudah etak karena sifat perkerasan menjadi kaku. Nilai
stabilitas benda uji diperoleh dari pembacaan arloji stabilitas pada saat
proving ring dengan satuan lbs atau kilogram, dan masih harus dikoreksi
dengan faktor koreksi yang dipengaruhi oleh tebal benda uji. Nilai stabilitas
S= p × q.................................................................................(2.2)
dimana :
b. Kelelahan (Flow)
akibat menahan beban yang diterima. Deformasi yang terjadi erat kaitannya
12
dengan sifat-sifat Marshall yang lain seperti stabilitas. VIM dan VFA,
dipengaruhi oleh kadar dan viskositas aspal, gradasi agregat, jumlah dan
mendapat beban lalu lintas. Kerapatan campuran yang baik, aspal yang
cukup dan stabilitas yang baik akan memberikan pengaruh penurunan nilai
flow.
Syarat nilai flow adalah minimal 3 mm. Nilai flow yang rendah akan
(rutting).
c. Kerapatan (density)
faktor seperti : gradasi campuran, jenis dan kualitas bahan susun, faktor
Campuran dengan nilai density yang tinggi akan mampu menahan beban
yang lebih besar dibanding dengan campuran yang dimiliki nilai density
yang rendah, karena butiran agregat mempunyai bidang kotak yang luas
g=c ÷ f ......................................................................................(2.3)
f =d −e ......................................................................................(2.4)
dimana:
campuran menjadi kurang rapat sehingga air dan udara mudah memasuki
Syarat dari nilai VIM adalah 3,5% - 5%. Nilai VIM yang terlalu
rendah akan menyebabkan bleeding karena pada suhu yang tinggi viskositas
aspal menurun sesuai sifat termoplastisnya. Pada saat itu apabila lapis
perkerasan menerima beban lalu lintas maka aspal akan terdesak keluar
penetrasi dalam lapis perkerasan. Nilai VIM yang lebih dari 5% akan
campuran setelah dipadatkan. Nilai VIM akan semakin kecil apabila kadar
kadar aspal semakin besar. VIM yang semakin tinggi akan menyebabkan
bawah ini :
..............................................................(2.6)
.....................................................................(2.7)
...................................................................(2.8)
dimana:
gradasi agregat dan kadar aspal. Nilai VFA berpengaruh pada sifat
kekedapan campuran terhadap air dan udara serta sifat elasitas campuran.
Semakin tinggi nilai VFA berarti semakin banyak rongga dalam campuran
yang terisi aspal sehingga kekedapan campuran terhadap air dan udara juga
akan semakin tinggi, tetap inilai VFA yang terlalu tinggi akan menyebabkan
bleeding.
kurang kedap terhadap air dan udara karena lapisan film aspal akan menjadi
tipis dan akan mudah retak bila menerima penambahan beban sehingga
perkerasan tidak tahan lama. Nilai VFA yang disyaratkan adalah minimal
63%. Nilai ini menunjukkan persentase rongga campuran yang berisi aspal,
nilainya akan naik berdasarkan naiknya kadar aspal sampai batas tertentu,
dimana rongga telah penuh. Artinya rongga dalam campuran telah terisi
penuh oleh aspal, maka persen kadar aspal yang mengisi rongga adalah persen
i .............................................................................(2.9)
VFA=100 ×
j ......
a
b= × 100..................................................................................(2.10)
100+ a
b×g
i= ×100 ...........................................................................(2.11)
bj .agregat
i=100− j ...........................................................................................(2.12)
dimana:
agregat aspal padat, termasuk rongga udara dan kadar aspal efektif, yang
rongga udara berpengaruh terhadap kinerja suatu campuran karena jika VMA
terlalu kecil maka campuran bisa mengalami masalah durabilitas, dan jika
temperatur pemadatan, gradasi agregat, dan kadar aspal. Nilai VMA ini
berpengaruh pada sifat kekedapan campuran terhadap air dan udara serta sifat
elastis campuran. Dapat juga dikatakan bahwa nilai VMA menentukan nilai
15%.
Marshall Quotient adalah hasil bagi antara stabilitas dengan flow. Nilai
besar nilai Marshall Quotient berarti campuran semakin kaku, sebaliknya bila
Quotient dipengaruhi oleh nilai stabilitas dan flow. Nilai Marshall Quotient
yang disyaratkan adalah lebih besar dari 250 kg/mm. Nilai Marshall
Mq=s ÷ f ......................................................................................(2.13)
18
dimana:
s = Nilai stabilitas
f = Nilai Flow
terhadap Spesifikasi yang diisyaratkan oleh Bina Marga, ditentukan kadar aspal
optimum campuran.
Tabel 2.2
Spesifikasi Agregat Gradasi Laston AC-BC
Gambar 2.1.
Ketentuan Sifat-sifat Campuran Laston AC-BC
(Sumber : Kementerian Pekerjaan Umum (2010))
6. Fungsi aspal
sebagai:
1. Sebagai bahan pengikat antara agregat maupun antara aspal itu sendiri.
2. Sebagai bahan pengisi, mengisi rongga antar butir-butir agregat dan pori-
Untuk dapat memenuhi kedua fungsi aspal itu dengan baik, maka aspal
haruslah memiliki sifat adhesi dan kohesi yang baik, serta pada saat
pada lapisan agregat yan telah dipadatkan dan ditutupi oleh agregat-agregat
pelaburan.
telah dipadatkan, lalu diatasnya ditaburi butiran agregat halus. Pada keadaan ini
aspal akan meresap kedalam pori-pori antar butir agregat dibawahnya. Dengan
kedap air sehingga mampu melayani arus lalu lintas selama masa pelayanan
jalan. Oleh karena itu aspal harus mempunyai daya tahan (tidak cepat rapuh)
terhadap cuaca.
dihasilkan ikatan yang baik antara agregat dengan aspal. Kohesi adalah
yang dapat digunakan sebagai material perkerasan jalan adalah agregat dengan
a. Agregat
mineral lainnya baik berupa hasil alam maupun hasil buatan. Agregat
yang digunakan. Dengan pemilihan agregat yang tepat dapat memenuhi syarat,
pecah, kerikil, pasir atau mineral lain, baik yang berasal dari alam maupun
buatan yang berbentuk mineral padat berupa ukuran besar maupun kecil atau
fragmen-fragmen.
(ASTM) mendefinisikan agregat sebagai suatu bahan yang terdiri dari mineral
memikul beban lalu lintas dan daya tahan terhadap cuaca adalah sifat agregat.
hal ini yang perlu untuk dilakukan pemeriksaan adalah gradasi, kebersihan,
kemampuan untuk menyerap air, berat jenis, dan daya pelekatan dengan aspal
Agregat kasar adalah material yang tertahan pada saringan no.8 (2,36
mm). Agregat kasar untuk campuran aspal harus terdiri dari batu pecah yang
bersih, kuat, kering, awet, bersudut, bebas dari kotoran lempung dan material
asing lainnya serta mempunyai permukaan tekstur yang kasar dan tidak bulat
agar dapat dapat memberikan sifat interlocking yang baik yang baik dengan
perkerasan lebih permeabel. Hal ini menyebabkan rongga udara meningkat dan
menurunnya daya lekat bitumen, maka terjadi pengelupasan aspal dari batuan.
telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang ada, seperti tertera pada Tabel
2.3 :
Tabel 2.3.
Spesifikasi Gradasi Agregat Kasar
23
UKURAN SARINGAN
PERSEN LOLOS
INCHI MM
¾ 19 100
½ 12,5 30 – 100
3/8 8,5 0 – 55
No. 4 4,7 0 – 100
No.8 2,36 0–1
Sumber : Petunjuk Teknik No. 023/T/BT/1999
atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu. Agregat halus adalah
material yang lolos saringan no.8 (2,36 mm). Agregat dapat menigkatkan
stabilitas campuran dengan penguncian antara butiran. Selain itu agregat halus
juga mengisi ruang antara butir Bahan ini dapat terdiri dari butir-butiran batu
pecah atau pasir alam atau campuran dari keduanya. Agregat halus pada
Tabel 2.4.
Spesifikasi Gradasi Agregat Halus
UKURAN SARINGAN
PERSEN LOLOS
INCHI MM
3/8 9,5 100
No.4 4,75 90 – 100
No.8 2,36 8 – 100
No.30 0,06 25 – 100
24
No.200 0,075 3 – 11
Sumber : Petunjuk Teknik No. 023/T/BT/1999
a. Penetrasi
tertentu dan waktu tertentu kedalam aspal pada suhu tertentu. Pengujian
nilai penetrasinya, semen aspal dibagi menjadi lima kelompok jenis aspal, yaitu
aspal 40-50, aspal 60-70, aspal 80-100, aspal 120-150, dan aspal 200-300. Di
indonesia, aspal yang umum digunakan untuk perkerasan jalan adalah aspal
b. Titik Lembek
Titik lembek adalah suhu dimana suatu lapisan aspal dalam cincin
yang diletakkan horisontal didalam larutan air atau gliserin yang dipanaskan
secara teratur menjadi lembek karena beban bola baja. Tujuan dari pengujian
ini adalah untuk menentukan suhu/angka titik lembek aspal yang berkisar
antara 30oC sampai 200oC dengan cara ring dan ball. Hasil pengujian ini
Adapun hasil yang dilaporkan adalah temperatur setiap bola menyentuh pela
dasar.
c. Titik Nyala
Titik nyala adalah suhu pada saat terlihat nyala singkat kurang dari 5
detik pada suatu titik diatas permukaan aspal. Tujuan dari pengujian titik nyala
aspal adalah untuk menentukan batas temperatur tertinggi dimana aspal mulai
d. Daktilitas
jarak terpanjang, apabila diantara dua cetakan berisi bitumen keras yang ditarik
sebelum putus pada suhu 25oC dan dengan kecepatan 50 mm/menit (SNI 06-
2432-1991). Jarak minimal benang aspal hasil tarikan adalah minimal 100 cm.
dapat ditarik antara 2 cetakan yang berisi aspal keras sebelum putus pada
temperatur dan kecepatan tarik tertentu. Pengujian ini juga dilakukan untuk
mengetahui bahan aspal mengandung bahan lain yang tidak menyatu dengan
aspal, karena bila ada bahan asing yang lain maka benang aspal hasil tarikan
mesin tidak akan mencapai panjang 100 cm. Pendapat lain mengatakan bahwa
tes dakilitas dimaksudkan untuk melihat kekuatan kohesi aspal, bila tarikan
Berat jenis aspal adalah perbandingan antara berat jenis aspal padat
dan berat air suling dengan isi yang sama pada suhu 25 oC atau 15,6oC.
Pengujian ini ditujukan untuk memperoleh nilai berat jenis aspal keras denga
dicantumkan dalam Spesifikasi ini mensyaratkan berat jenis diatas 1,0 gram/cc,
kalau terlalu ringan berarti bahan aspal tersebut kekurangan asphaltene dan
terlalu banyak minyak ringan yang mudah menguap dan kehilangan daya
lengketnya.
9. Pengertian Plastik
label dan dibuat dalam aneka warna, dapat diproduksi secara massal, harga
relatif murah dan terdapat berbagai jenis pilihan bahan dasar plastik.
Hidrogen.
27
sifatnya yang kuat, ringan dan praktis. Menurut definisi dari (Apriyanto 2007
dan Aryanti 2013 dalam Agustina Putri Serly ,2014) plastik sebagai material
polimer atau bahan pengemas yang dapat dicetak menjadi bentuk yang
Polimer adalah molekul yang besar yang telah mengambil peran yang penting
dalam teknologi karena mudah dibentuk dari satu bentuk ke bentuk lain dan
mempunyai sifat, struktur yang rumit. Hal ini disebabkan oleh jumlah atom
pembentuk yang jauh lebih besar dibandingkan dengan senyawa yang berat
atomnya lebih rendah. Umumnya suatu polimer dibangun oleh satuan struktur
yang tersusun secara berulang dan diikat oleh gaya tarik menarik yang kuat
yang disebut ikatan kovalen (Steven, 2007 dalam Sari Permata Dian,2014).
Plastik adalah polimer rantai panjang dari atom yang mengikat satu
sama lain. Rantai ini membentuk banyak unit molekul berulang, atau
kondensasi organik atau penambahan polimer dan bisa juga terbentuk dengan
terbuat dari plastik dan sering digunakan sebagai pengemas bahan baku.
28
karena plastik membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengalami proses
kuat, tidak mudah 7 pecah, transparan, tahan air serta ekonomis (Darni dkk.,
Plastik mempunyai titik didih dan titik leleh yang beragam, hal ini berdasarkan
Tabel 2.5.
Sifat Mekanik Plastik Sesuai SNI
3. Hidropobisitas (%) 99
tidak berarti semua polimer adalah plastik. Plastik merupakan polimer yang
29
digolongkan berdasarkan :
tahan terhadap panas. Jika polimer jenis ini dipanaskan, maka akan menjadi
lunak dan jika didinginkan akan mengeras. Proses tersebut dapat terjadi
berulang kali, sehingga dapat dibentuk ulang dalam berbagai bentuk melalui
cetakan yang berbeda untuk mendapatkan produk polimer yang baru. Polimer
f) Fleksibel.
terhadap 10 panas. Jika polimer ini dipanaskan, maka tidak meleleh sehingga
tidak dapat dibentuk ulang kembali. Susunan polimer ini bersifat permanen
pada bentuk cetak pertama kali (pada saat pembuatan). Bila polimer ini
dipanaskan. Hal ini membuat polimer menjadi kaku dankeras. Semakin banyak
ikatan silang pada polimer ini, maka semakin kaku dan mudah patah. Bila
polimer ini dipanaskan untuk kedua kalinya, maka akan menyebabkan rusak
atau lepasnya ikatan silang antar rantai polimer. Sifat polimer termosetting
sebagai berikut :
kinerja campuran beraspal ada dua cara yaitu cara basah dan cara kering.
a. Cara basah (wet process) yaitu suatu cara pencampuran dimana plastik
antara lain bahan bakar, mixer kecepatan tinggi sehingga aspal modifikasi
konvensional.
b. Cara kering (dry process) yaitu suatu cara pencampuran dimana plastik
dikatakan lebih murah karen tidak perlu ada aspal yang harus dikeluarkan
dari tangki aspal di AMP (Asphalt Mixing Plant) apabila tangki aspal akan
Selain lebih murah, cara kering ini juga lebih mudah karena hanya dengan
lain untuk mencampur (mixer). Kekurangan cara ini adalah harus benar-
Tabel 2.6.
Titik Leleh Pada Plastik
makanan, plastik kemasan, dan botol-botol yang bersifat lunak. Plastik LDPE
memiliki ciri kuat, agak tembus cahaya, fleksibel dan permukaan agak
berupa kristalin (50- 60%) dan memiliki titik leleh 1150C. (Billmeyer, 1971).
Secara fisik LDPE lebih fleksibel dan kerapatannya lebih kecil dibandingkan
1. Penelitian ini dilakukan oleh Sri Yuniarti, Rais Rachman, dan Alpius
(2020)
memperoleh indeks kekuatan sisa (IKS). Melalui uji Marshall, kadar limbah
kantong plastik yang digunakan yaitu 0%, 0,5%, 1%, 1,5%, dan 2%. Hasil
bahwa penggunaan bahan tambah (Additive) pada campuran aspal beton lapis
plastik. Kadar penambahan plastik yang baik untuk campuran aspal yaitu 2%
karena selain nilai stabilitasnya tinggi, parameter Marshall seperti VIM, Flow,
VMA, dan VFB juga telah memenuhi syarat Spesifikasi Direktorat Jendral
low linear density poly ethylene ( LLDPE ) dalam campuran lapisan AC-BC.
pembuatan benda uji untuk menentukan nilai kadar aspal optimum setelah
pengujian dengan alat Marshall. Dari hasil analisa didapatkan nilai kadar
aspal optimum yang memenuhi keenam syarat kriteria campuran aspal sesuai
Spesifikasi Bina Marga 2010 revisi III yaitu 6,5 %. Setelah itu dilanjutkan
proses variasi dengan penambahan plastik low linear density poly ethylene
aspal. Dari proses analisa hasil pengujian, pada nilai stabilitas semakin
34
tetapi pada nilai VIM tidak ada yang memenuhi standar Spesifikasi Bina
Marga 2010 revisi III. Pada Nilai penetrsi aspal campuran mengalami
penurunan.
menghasilkan stabilitas rata – rata 4670,814 kg dan pelelehan rata – rata 2,79
menunjukkan nilai pelelehan yang terlalu kecil dan tidak dapat digunakan
campuran aspal dapat mengurangi limbah plastik yang ada di lingkungan dan
Wearing Course (AC-WC) dengan penambahan RAP dan zat adiktif plastik
LDPE. Pernambahan RAP yang digunakan adalah 35% dengan variasi zat
adiktif palstik LDPE 0%, 1%, 3%, dan 5%. Nilai stabilitas yang diperoleh
35
0%. Kadar plastik optimum dalam campuran diperoleh 4,8% dengan kadar
Isya (2018)
basalt dengan lapisan beton aspal Pen 60/70 dan variasi persentase bahan
tambahan aditif kantong plastik bekas dari kadar aspal optimum (KAO) telah
C. Kerangka Pikir
campuran agregat dan aspal yang berfungsi sebagai lapisan penutup dari
konstruksi jalan yang harus mampu menjaga kestabilan jalan akibat dari beban
kendaraan dan pengaruh cuaca, pada penelitian ini ditambahkan limbah plastik
sebagai bahan tambah pada campuran lapisan Aspal dengan tujuan apabila
karakteristik aspal antara lain: Titik lembek, PI, Ketahanan terhadap gaya
geser, retak, alur dan seal. Polymer modified lebih tahan terhadap suhu
sehingga pada suhu perkerasaan tinggi aspal modified tidak mudah mengalir,
memenuhi kreteria tersebut diatas dengan harga lebih murah dan mudah
Polymer adalah bahan yang terdiri dan banyak molekul yang disebut
manomer yang terdiri dari moleku-molekul panjang dapat berupa rantai lurus
yang telah digunakan sebagai bahan bahan tambah aspal adalah Polypropylene,
poly Ethylene, EVA, SBR, dan lain-lainnya. Polymer yang digunakan untuk
keperluan jalan ada dua yaitu Plastomer dan Elastomer. Contoh Elastomer
adalah Karet alam, Styrene Butadien Rubber (SBR), Styrena Butadine Styrene
dan Neoprene. Contoh Plastomer adalah Poly Propylene High and Low
Density, Poly Ethylene High andLow Density, Ethyl Vinyl Acetat (EVA)
BAB III
METODE PENELITIAN
pengambilan sampel yang berasal dari limbah masyarakat yaitu limbah botol
itu dilanjutkan dengan persiapan agregat campuran aspal seperti agregat halus
(abu batu atau pasir), dan agregat kasar (batu pecah 0,5-1, batu pecah ukuran
10-20 mm dan 20-30 mm). Ukuran benda uji atau briket untuk lapisan aspal
AC-BC adalah 6 cm untuk tingginya dan untuk lebarnya adalah 8 cm. Selain
itu metode yang dilakukan dalam pencampuran aspal dan bahan tambah adalah
Cara kering (dry process) yaitu suatu cara pencampuran dimana plastik
campuran, kemudian aspal panas ditambahkan. Cara kering ini lebih mudah
lain yang digunakan juga dalam pencampuran aspal dan limbah yaitu
Adapun rencana variasi benda uji yang akan dibuat adalah campuran
aspal dengan bahan tambah limbah botol plastik sesuai KAO yang didapat.
Tabel 3.1.
Desain Penelitian
tabel 3.2 dapat dilakukan alokasi waktu kegiatan penelitian yang penulis lakukan.
Tabel 3.2.
Waktu Penelitian
Bulan
No. Jenis Kegiatan Ju
Mei Juni Agst Sept
l
39
Gambar 3.1
Lokasi Pelaksanaan Penelitian
plastik.
C. Pelaksanaan Penelitian
Umum Bina Marga Tahun 2018 revisi 2. Bahan yang digunakan yaitu berupa batu
pecah, dan abu batu yang berasal dari Kabupaten Gowa. Dalam pelaksanaan
pengujian ini benda uji yang sudah jadi dalam bentuk briket akan di uji sesuai
sampel untuk dilakukan pengujian pada limbah plastik dengan jenis Low Density
memenuhi syarat Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 revisi 2. Gradasi gabungan
ditunjukkan dalam persen terhadap berat agregat. Dalam Spesifikasi Umum Bina
Marga 2018 revisi 2 gradasi gabungan untuk campuran aspal harus memenuhi
batas-batas gradasi. Selain itu aspal yang digunakan dalam pengujian ini yaitu
aspal penetrasi 60/70 untuk lapisan AC-BC. Pengujian pada campuran aspal
dimana pengujian tersebut dirangkum pada Tabel 3.3 dan 3.4. di bawah.
42
Tabel 3.3
Standar Pengujian Agregat Kasar.
Tabel 3.4
Standar Pengujian Agregat Halus
2. Pemeriksaan Aspal
terlebih dahulu, dimana pengujian yang dilakukan untuk aspal keras penetrasi
60/70 adalah pengujian Penetrasi aspal sesuai SNI 06-2456-1991, Titik Lembek
pada aspal sesuai SNI 06-2434-1991, Titik Nyala sesuai SNI 06-2433-1991,
pengujian Daktalitas sesuai SNI 06-2432-1991 dan pengujian Berat Jenis aspal.
43
a. Pencucian limbah botol plastik menggunakan air mengalir agar bersih dan
dalam bitumen. Ukuran limbah yang digunakan dalam pencampuran ini kurang
campuran aspal.
Banyaknya benda uji yang dibuat untuk kebutuhan penelitian ini, dapat
Tabel 3.5
Perhitungan benda Uji
Perancangan ini adalah perancangan antara agregat dan aspal cair dimana
penambahan limbah botol plastik sesuai variasi persen yang ditentukan. Ukuran
benda uji yang dibuat untuk lapisan aspal AC-BC adalah 6 cm untuk tebalnya dan
8 cm untuk lebarnya.
E. Pengumpulan Data
langsung di setiap jalan, bahwa banyaknya limbah plastik (Botol air mineral) yang
pada campuran aspal dengan tujuan limbah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai
Gambar 3.2.
(Hasil Observasi Pengepul Limbah Plastik)
F. Diagram Penelitian
Mulai
Pengujian Karakteristik
Pengujian Agregat
Pengujian
Aspal
Pengujian Pengujian
Agregat Agregat Penetrasi
Kasar Halus Titik
Analisa Analisa
Lembek
Saringan Saringan
Penyerapan Penyerapan Titk Nyala
Kadar Kadar & Titik
Lumpur Lumpur Bakar
Abrasi Daktalitas
46
A
Tidak
Memenuh
i Syarat
Pembuatan Briket
Ya
Persyaratan VMA, VIM, VFA,
Rancangan Pencampuran
Stabilitas, Kelelehan, dan
Marshall Quentient
Penentuan K A O
Berdasarkan Karakteristik
Campuran
Persiapan Plastik
Perendaman Benda Uji Pada
Suhu 60o C Pembuatan Benda Uji Kadar
Plastik 3%,3,5%, dan 4%
Kesimpulan
Selesai
47
Gambar . 3.3
Flowchart Penelitian
G. Analisis Data
Dalam Penelitian ini data yang diperoleh diolah dan dianalisa dengan
deformasi yang disebabkan oleh suatu pembebanan, dan juga hasil dari
oleh beban dan hasil pengujian Marshall pada aspal yang ditambahkan dengan
BAB IV
A. Deskripsi Data
Bahan agregat yang digunakan pada penelitian ini, terdiri dari agregat
kasar (Batu Pecah 0,5-1, Batu Pecah 1-2 dan Batu Pecah 2-3) dan agregat halus
(Abu Batu) yang diperoleh dari PT. Sinar Jaya Abadi Kabupaten Gowa. Alat yang
digunakan dalam pengambilan agregat dari Batching Plant yaitu sekop dan juga
plat, plat tersebut digunakan untuk menahan agregat agar gundukan agregat yang
diambil tidak berhamburan kebawah. Selain itu agregat yang diambil dari
Gambar 4.1
Pengambilan Agregat Kasar dan Halus di Batching Plant
(Sumber : Dokumentasi Pribadi Penelit)i
langkah pertama yaitu pengujian agregat kasar dan juga agregat halus. Hal
meliputi seperti apa yang telah diperlihatkan pada Tabel 3.3 dan Tabel 3.4. pada
Bab III sebelumnya termasuk dengan standar yang digunakan. Pengujian agregat
untuk mendukung proses desain campuran terdiri dari pengujian Analisa saringan,
agregat halus menggunakan saringan No.4, No. 8, No. 16, No. 30, No. 50,
No.100, No. 200 dan PAN. Sedangkan saringan yang digunakan untuk agregat
kasar yaitu saringan yang ukurannya mulai dari No. ¾”, No. 1/2”, No. 3/8” dan
No. 4.
Hal itu disebabkan untuk mengurangi pori-pori yang ada pada agregat baik
agregat kasar maupun agregat halus, agar nantinya nilai dari berat jenis yang
Pengujian berat volume juga dilakukan dalam penelitian ini. Pengujian ini
dilakukan untuk mengetahui berat agregat dalam kondisi padat dan juga dalam
kondisi gembur. Gambar 4.2 menunjukkan pengujian berat volume dalam kondisi
50
padat dan juga kondisi gembur. Agregat yang dimasukkan dalam mould bertahap
dengan 3 lapis yang kira-kira setiap lapisan memiliki tebal yang sama kemudian
perlapisnya.
Gambar 4.2.
Proses Pengujian Karakteristik Agregat : a) Pengeringan agregat menggunakan oven. b)
Penimbahngan agregat yang akan digunakan dalam pengujian analisa saringan. c) Persiapan
saringan. d) Pengujian Analis saringan. e) Perendaman agregat untuk pengujian berat jenis. f)
Pengujian berat jenis agregat (SDD). g) Penimbangan mould untuk pengujian berat volume. h)
Pengujian Berat Volume Agregat. i) Penimbangan Agregat Untuk Pengujian Abrasi. j) Alat
yang digunakan dalam Pengujian Abrasi (Los Angels) . k) Pengujian Abrasi
(Sumber : Dokumentasi Pribadi Penelit)i
digunakan pada penelitian ini adalah aspal cair penetrasi 60/70, aspal cair jenis ini
sangat cocok digunakan di daerah Indonesia timur dengan volume lalu lintas yang
langkah keempat pembuatan benda uji untuk mengetahui penentuan kadar aspal
diantaranya yaitu Marshall Quetiont, VMA, VIM, VFA, Stabilitas, Flow dan
Density, dan langkah keenam yaitu pembuatan benda uji dengan bahan tambah
limbah plastik, limbah yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah dengan
jenis Low Density PolyEthelyn (LDPE) atau limbah botol plastik dengan
Benda uji yang akan dibuat dalam bentuk briket silinder dengan berat
sekitar 1100 gr dengan tinggi sekitar 6 cm dan lebar 8 cm untuk lapisan AC-BC
dengan menggunakan mould. Simulasi awal yang dilakukan dalam penelitian ini
pembuatan KAO variasi penambahan yang digunakan ada lima yaitu 4,5%, 5%,
5,5%, 6%, dan 6,5% dengan masing-masing satu benda uji sehingga jumlah dari
benda uji untuk penentuan KAO ada 5 benda uji yang diperoleh pada simulasi ini.
penambahan limbah botol plastik ini yaitu 3%, 3,5% dan 4% dengan masing-
masing variasi dibuatkan 3 benda uji sehingga benda uji yang dibuat pada
simulasi ini ada 9 buah. Selain itu, perlakuan yang dilakukan pada limbah botol
terlebih dahulu untuk mengetahui berapa berat yang dibutuhkan dalam setiap
Gambar 4.3.
Proses Persiapan Penambahn Limbah Botol Plastik : a) Observasi Limbah Pada Pengepul. b)
Proses Pembersihan Limbah. c) Proses Pencacahan Limbah Sebelum ditambahkan Pada Bitumen.
d) Proses Penimbangan Limbah yang sudah di cacah.
(Sumber : Dokumentasi Pribadi Peneliti)
B. Analisa Data
campuran (Mix Design) dan juga untuk megetahui standar kelayakan agregat
semua hasil dari setiap pengujian diantaranya adalah pengujian analisa saringan,
pengujian berat jenis, pengujian berat volume, pengujian kadar lumpur dan juga
abrasi.
53
Tabel 4.1.
Hasil Pengujian Karakteristik Agregat
Gradasi analisa saringan agregat halus abu batu dominan masuk dalam
gradasi zona 3 atau zona agak halus meskipun pada saringan No. 16 dan No. 30
sedikit keluar dari spesifikasi hal tersebut di pengaruhi karena hasil yang lolos
saringan No. 16 minimal presentasi yang lolos sekitar 75-100% sedangkan hasil
yang lolos hanya 63,05% dan untuk saringan No. 30 spesifikasi saringan tersebut
minimal 60% dan maksimal 100% sedangkan hasil yang lolos hanya 46,90%.
Untuk hasil data yang lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 1,
% Komulatif Lolos
Gradasi Pada Zone 3
100 100 100 100 100
Hasil 100.00 100.00
Spesifikasi 79 85.90
63.05 50
40 46.90
10 26.20
13.05 0
0.1 1 10
Ukuran Saringan (mm)
Gambar 4.4.
Grafik Gradasi Abu Batu Hasil Analisa Saringan
(Sumber : Hasil Penelitian Laboratorium)
Hasil 80
Spesifikasi 60
40
20
0
1.0 10.0 100.0
Ukuran saringan
Gambar 4.5.
Grafik Gradasi Batu Pecah 0,5-1 Hasil Analisa Saringan
(Sumber : Hasil Penelitian Laboratorium)
Gradasi agregat kasar untuk batu pecah ukuran 0,5-1 dapat dilihat pada
Gambar 4.5, dimana hampir semua ukuran butiran memenuhi spesifikasi untuk
gradasi pada size max 10 mm. Akan tetapi pada saringan No. 4 hasil dari
persentase komulatif agregat yang lolos tidak memenuhi spesifikasi dimana hasil
pada spesifikasi yaitu minimal 0 dan maksimal 25 tetapi hasil pada batu pecah
0,5-1 ini adalah 49,90 hasil tersebut lebih tinggi dibanding dengan
spesifikasi,artinya pada saringan No. 4 untuk batu pecah ini lebih banyak yang
% komulatif lolos
Gradasi pada Size max 20 mm
100
90
80
Hasil 70
Spesifikasi 60
50
40
30
20
10
0
1.0 10.0 100.0
Ukuran saringan
Gambar 4.6
Grafik Gradasi Batu Pecah 1-2 Hasil Analisa Saringan
(Sumber : Hasil Penelitian Laboratorium)
Gradasi batu pecah 1-2 Gambar 4.6 menunjukkan hasil dari saringan No.
¾” dan juga saringan No. ½” tidak memenuhi spesifikasi untuk gradasi size 20
mm, dimana persentase komulatif lolos pada saringan No. ¾” lebih rendah
dibandng dengan spesifikasi hasil tersebut yaitu 98,70 sementara hasil spesifikasi
yaitu 100 dan untuk saringan No. ½” hasil dari persentase komulatif lolos yaitu
100
Hasil
80
60
40
20
0
1.0 10.0 100.0
Ukuran Saringan
Gambar 4.7.
Grafik Gradasi Batu Pecah 2-3 Hasil Analisa Saringan
(Sumber : Hasil Penelitian Laboratorium)
Gradasi batu pecah 2-3 pada Gambar 4.7 menunjukkan bahwa saringan
No. ½” tidak masuk dalam spesifikasi untuk gradasi size 40 mm hal tersebut
56
diakibatkan karena presentase komulatif lolos pada saringan No.½” sangat rendah
dibanding dengan spesifikasi hasil untuk saringan yang diperoleh adalah 41,70
sedangkan pada spesifikasi nilai minimal yang diharuskan adalah 85 dan nilai
maksimalnya adalah 100. Untuk data yang lebih jelas dapat di lihat pada lampiran
Jenis aspal keras yang dipakai dalam pengujian ini yaitu aspal keras
penetrasi 60/70. Ada beberapa tahap dalam pengujian karakteristik aspal keras
Tabel 4.2.
Ketentuan-ketentuan Aspal Keras Penetrasi 60/70
diuji oleh peneliti, hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya
diantaranya tidak layak untuk digunakan, adapun jenis pengujian yang tidak di uji
oleh peneliti adalah pengujian titik lembek, pengujian titik nyala dan juga
pengujian daktalitas, sedangkan pengujian yang diujikan oleh peneliti yaitu berat
jenis aspal. Adapun hasil dari rata-rata pengujian untuk berat jenis aspal adalah
57
1,031 gram, hasil tersebut memenuhi Spesifikasi Umum Bina Marga 2010
(revisi3).
Tabel 4.3.
58
% % BP 2- BP BP Abu
No. % Lolos % Lolos Lolos Lolos 3 1-2 0,5-1 batu Total Spek.
Spesifikasi
Saringan BP 2-3 BP 1-2 BP 0,5- Abu Agregat Ideal
12% 13% 34% 41%
1 Batu
25.4 (1") 100,00 100,00 100,00 100 12,00 13 34 41 100,00 100 - 100 100
19,1 (3/4") 88,65 98,70 100,00 100 10,64 12,83 34 41 98,47 90 - 100 95
12,7 (1/2") 41,70 61,30 100,00 100 5,00 7,97 34 41 87,97 75 - 90 82,5
9,52 (3/8") 0,10 25,00 100,00 100 0,01 3,25 34,00 41 78,26 66 - 82 74
No. 8 0,10 0,05 0,30 86 0,012 0,006 0,10 35,22 35,34 30 - 49 39,5
No. 50 0,10 0,05 0,30 26 0,012 0,006 0,102 10,74 10,86 7 - 20 13,5
No. 100 0,10 0,05 0,30 13 0,012 0,006 0,102 5,35 5,47 5 - 13 9
No. 200 0,10 0,05 0,30 9 0,012 0,006 0,102 3,55 3,67 4 - 8 6
Gambar 4.8.
Grafik Gradasi Penggabungan Agregat Analisa Saringan
(Sumber : Hasil Penelitian Laboratorium)
Tabel 4.3 adalah tabel dari hasil penentuan gradasi yang digunakan
59
dalam pencampuran aspal panas. Dimana setiap gradasi campuran dari setiap
fraksi agregat (agregat kasar dan agregat halus) harus sesuai kriteria dan
campuran tersebut menggunakan metode trial and error, metode ini digunakan
dengan cara mencoba-coba presentase setiap fraksi agregat agar gradasi campuran
sesuai dengan ragam dari gradasi yang diisyaratkan. Setelah melakukan metode
trial and error didapatkan presentase agregat batu pecah 2-3 sebesar 12%, batu
pecah 1-2 sebesar 13%, batu pecah 0,5 sebesar 34% dan abu batu sebesar 41%
yang sesuai dan memenuhi Spesifikasi Bina Marga untuk dicampurkan dalam
berapa kadar aspal optimum yang akan digunakan dalam penelitian sesuai
yang tertera pada Persamaan 2.1 dimana dari data pengujian persentase
lolos saringan No. 8 tertahan di saringan No. 200 adalah b = 31,67% dan
Kadar aspal yang didapatkan adalah 5.5%, dengan mengambil dua kadar
aspal dibawah dan dua kadar aspal diatas menggunakan interval 0.5% maka
Gambar 4.8.
Proses Pembuatan Benda Uji KAO : a) Persiapan Aspal Panas. b) persiapan Agregat. c)
Pemanasan Agregat BP dan Abu Batu. d) Pencampuran Aspal dan Agregat. e) Pemindahan
Bitumen Panas kedalam Cetakan Mould. f) Benda Uji Penentuan KAO
(Sumber : Dokumentasi Pribadi Peneliti)
maka ditentukan berat material dengan adanya campuran bahan tambah untuk
dapat dilihat pada lampiran. Selanjutnya untuk berat aspal dan berat agregat
penentuan KAO analisa saringan agregat batu pecah 2-3 yang digunakan yaitu
agregat yang lolos pada sarigan no. ¾”, ½”, dan juga agregat yag lolos pada
saringan no. 3/8”. Selain itu untuk batu pecah ukuran 1-2 yang digunakan yaitu
61
yang lolos saringan no. ¾”, ½”, 3/8”, dan no. 4. Untuk batu pecah ukuran 0,5-1
agregat yang digunakan yaitu agregat yang lolos saringan no. 8 dan saringan no.
16. Sedangkan untuk abu batu agregat yang digunakan dalam campuran aspal
yaitu yang lolos saringan no. 8, 16, 30, 50, 100, no. 200 dan PAN.
Tabel 4.4.
Komposisi Campuran KAO AC-BC
Gambar 4.9.
Penentuan Berat Agregat Untuk KAO : a) Penimbangan Agregat Sesuai Komposisi Penambahan
Pembuatan KAO. b) Hasil Penimbangan Agregat KAO
(Sumber: Dokumentasi Pribadi Penguji)
62
Tabel 4.5.
Berat Aspal dan agregat pada campuran aspal Panas AC-BC Standar
digunakan mulai dari batu pecah ukuran 2-3, ukuran 1-2, batu pecah 0,5-1 dan
abu batu dari setiap penambahan kadar aspal untuk penentuan kadar aspal
optimum.
Pada pengujian benda uji dengan alat Marshall, diperoleh dua data hasil
pengujian yaitu pembacaan stabilitas dan flow benda uji. Dari hasil pengujian
dan perhitungan Marshall yang telah dilakukan terhadap benda uji untuk
Tabel 4.6.
Analisis Perhitungan dengan Marshall
kedalam grafik untuk kemudian ditentukan kadar aspal optimum (KAO) seperti
Gambar 4.10.
Grafik hubungan Marshall Quitment dengan KAO
tinggi kadar aspal maka nilai MQ akan semakin berkurang sampai pada titik
aspal. Nilai Marshall quitment didapatkan dari hasil bagi antara nilai stabilitas
dan juga flow. Seperti pada grafik yang tertera diatas semua kadar aspal pada
Spesifikasi min 3%
Gambar 4.11.
Grafik hubungan Rongga Dalam Campuran (VIM) dengan KAO
65
dengan kadar aspal rendah, maka nilai VIM menjadi tinggi. Namun dengan
bertambahnya kadar aspal nilai VIM semakin rendah, hal tersebut diakibatkan
oleh semakin tingginya kadar aspal maka rongga dalam campuran akan semakin
23 Batas Minimum
21 Spesifikasi
19
17
15
13
4 4.5 5 5.5 6 6.5 7
Binder Content ( % )
Gambar 4.12.
Grafik hubungan Rongga dalam agregat (VMA) dengan KAO
semakin tinggi persentase kadar aspal maka nilai VMA akan semakin bertambah
seperti pada grafik di atas,dimana pada grafik VMA semua kadar aspal memenuhi
Grafik hubungan antara Stabilitas terhadap kadar aspal pada Gambar 4.13
menunjukkan bahwa dengan kadar aspal rendah nilai Stabilitas semakin rendah
dan seiring dengan penambahan kadar aspal maka nilai stabilitas akan semakin
Gambar 4.13.
Grafik hubungan Stability dengan KAO
Batas Minimum
4 Spesifikasi
3
2
1
4 4.5 5 5.5 6 6.5 7
Binder Content ( % )
Gambar 4.14.
Grafik hubungan Flow dengan KAO
kadar aspal.
67
85
80
75 Batas Minimum
VFA( %)
Spesifikasi
70
65
60
55
50
4 4.5 5 5.5 6 6.5 7
Binder Content ( % )
Gambar 4.15.
Grafik hubungan VFA dengan KAO
bahwa semakin tinggi kadar aspal maka nilai VFA juga makin tinggi karena
rongga terisi aspal. Akan tetapi pada kadar aspal 4,5% pada grafik diatas tidak
masuk dalam Spesifikasi dimana kadar aspal 4,5% hanya memperoleh nilai
kurang lebih 56% sementara Spesifikasi pada Bina Marga 2018 revisi 2 adalah
63%.
Grafik hubungan antara density pada Gambar 4.16 terhadap kadar aspal
optimum menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar aspal maka nilai density akan
semakin rendah. Hal tersebut dipengaruhi oleh berat jenis dari aspal keras dan
Binder Content ( % )
Gambar 4.16.
Grafik hubungan Density dengan KAO
MQ (kg/mm)
Density
5,7%
Gambar 4.17.
Diagram Penentuan Kadar Aspal Optimum
5 %+6,5 %
Kadar aspal optimum (KAO) = =¿5,7%
2
Dari hasil pengujian pada sifat-sifat masrhall dengan grafik yang tertera
optimum. Kadar aspal optimum yang didapatkan adalah 5,7%. Kadar aspal ini
akan dijadikan acuan dalam pencampuran agregat dan bahan tambah yaitu
limbah plastik.
aspal penetrasi 60/70 dapat dilihat pada lampiran. Selanjutnya untuk campuran
69
AC-BC didapat berat aspal dan agregat terhadap kadar aspal optimum sebagai
berikut :
Optimum
sebelumnya perlu diketahui berapa berat agregat halus dan agregat kasar yang
harus digunakan dalam campuran bitumen panas begitu pula berat aspal yang
Tabel 4.7.
Komposisi Agregat dan Berat Aspal
Berat Total Agregat keseluruhan adalah 1036 gr, dan untuk Berat Aspal yang
digunakan sebelum adanya penambahan limbah botol plastik adalah 63,76 gr.
70
limbah plastik 3%, 3,5%, dan 4% didapat kadar Aspal dan Agregat terhadap
dengan bahan tambah limbah plastik sesuai kadar aspal optimum yang
Tabel 4.7.
Komposisi Campuran dengan Bahan Tambah Limbah Botol Plastik 3% - 4%
Variasi 3%
Kadar Aspal = 5,7 % 100 % - 5,7 % = 94,3
Aspal Rencana = 5,7 % * 1100 = 62,7
Hasil Combine
BP 2-3 12 % * 94,3 % = 0,113 * 1100 = 124,476
BP 1-2 13 % * 94,3 % = 0,123 * 1100 = 134,849
BP 0,5-1 34 % * 94,3 % = 0,321 * 1100 = 352,682
Abu Batu 41 % * 94,3 % = 0,387 * 1100 = 425,293
Plastik 3 % * 62,7 = 1,881
Aspal 62,7 - 1,881 = 60,819
1100
71
Variasi 3,5%
Variasi 4%
campuran aspal panas dengan kadar aspal optimum. Maksud dari pengujian ini
Dari hasil uji Marshall dapat diketahui campuran aspal panas AC-BC
dengan variasi menggunakan penambahan limbah botol plastik 3%, 3,5%, dan
dan kemudian direndam 30 menit pada suhu 60°C. Dapat kita amati pengaruh
VMA, dan VFA pada Gambar 4.18 sampai Gambar 4.24, dan untuk data dari
Tabel 4.8.
Hasil Uji Marshall sesuai KAO perendaman 30 menit suhu 60˚ Dengan
Penambahan Limbah botol Plastik 3% sampai 4%
KAO 5,7 %
Perendaman 0 Hari Spesifikasi
No Pemeriksaan Bina Marga
Variasi Penambahan Plastik 2018 Revisi 2
0% 3% 3,5% 4%
1 Density 2,404 2,491 2,473 2,456 Min 2.2
2 Stabilitas (Kg) 1567,83 392,895 502,674 473,032 Min 800-1800
3 VMA (%) 17,160 27,505 15,246 15,619 Min 15
4 MQ (Kg/mm) 410,428 76,536 112,153 80,056 Min 180
5 Flow (mm) 3,82 5,253 4,483 5,947 Min 2
6 VIM (%) 7,138 24,609 11,774 11,525 Min 3
7 VFA (%) 73,618 10,481 22,827 26,379 Min 63
Sumber : Hasil Penelitian Laboratorium
C. Pembahasan
Hasil pengujian campuran benda uji pada alat Marshall Test menghasilkan
a. Marshall Quotient
Nilai MQ dapat dilihat pada Gambar 4.18. Pada hasil penelitian yang dilakukan
Kg/mm pada variasi ini penurunan nilai yang terjadi sebesar 81%,hasil dari
variasi ini adalah 73% dan untuk variasi penambahan 4% adalah 80,056
Kg/mm penurunan nilai pada variasi ini adalah sebesar 80%. Masing-masing
variasi penambahan limbah tidak masuk dalam Spesifikasi Bina Marga 2018
kg/mm.
berat SSD briket cukup rendah sehingga mempengaruhi faktor pembagi dari
stabilitas seperti berat isi benda uji, selain itu pengaruh lain yang
mempengaruhi rendahnya nilai Marshall Quetiont adalah sifat yang ada pada
Gambar 4.18.
Grafik Hubungan Limbah Botol Plastik terhadap Nilai Marshall Quitment
campuran antara agregat dan aspal setelah dilakukan pemadatan. Grafik nilai
VIM campuran AC-BC untuk variasi kadar limbah botol plastik pada kadar
Gambar 4.19.
Grafik Hubungan Kadar Limbah Botol Plastik Terhadap Nilai VIM
75
limbah botol plastik mulai dari 3%, 3,5%, dan 4% semua hasilnya diatas dari
Marga 2018 revisi 2 dimana pada Spesifikasi nilai minimalnya yaitu 3% dan
untuk kadar limbah 3% menghasilkan nilai sebesar 24,609%, untuk 3,5% nilai
VIM yang didapatkan sebesar 11,774% dan untuk variasi penambahan limbah
tersebut yaitu banyaknya rongga yang terdapat dalam campuran yang tidak
diselimuti oleh aspal, dan faktor lain yang dapat mempengaruhi hal tersebut
uji,sehingga masih banyak rongga dalam campuran. Selain itu hasil dari VIM
di pengaruhi oleh hasil berat jenis agregat total dan berat jenis aspal yang
nilai VFA menentukan tingkat keawetan campuran. Nilai VFA yang besar
campuran meningkat.
plastik dimana dalam kondisi tersebut nilai VFA tidak memenuhi kriteria pada
Spesifikasi Bina Marga 2018 revisi 2, dimana pada Spesifikasi Bina Marga
nilai untuk VFA minimal 63%. Sedangkah hasil dari penelitian pada
sebanyak 69% dan untuk penurunan nilai pada variasi penambahan limbah 4%
adalah sebanyak 64%. Meskipun nilai pada VFA menurun setelah adanya
Marga 2018 Revisi 2 tetapi pada Gambar 4.20 dapat dilihat bahwa semakin
tinggi nilai variasi penambahan limbah maka nilai pada VFA akan semakin
bertambah.
Gambar 4.20.
Grafik Hubungan Kadar Limbah Botol Plastik Terhadap Nilai VFA
77
Hal ini diakibatkan karena rongga antar butir masih cukup besar
sehingga aspal mudah masuk ke rongga campuran. Selain itu faktor lain yang
VFA cukup rendah diantaranya nilai dari VIM dan VMA sangat rendah, hal
tersebut dipengaruhi akibat pengaruh dari berat jenis bulk pada campuran yang
juga rendah.
stabilitas dengan variasi limbah botol plastik pada kadar aspal optimum
Gambar 4.21.
Grafik Hubungan Kadar Limbah Botol Plastik Terhadap Nilai Stability
plastik 3,5% dengan nilai 502,67 kg akan tetapi hal tersebut tidak
2018 revisi 2. Dimana nilai minimum pada Spesifikasi yaitu 800 kg dan
nilai maksimumnya yaitu 1800 kg. Namun dari setiap penambahan variasi
limbah nilai yang dihasilkan kurang dari 800 kg, pada variasi penambahan
limbah 3% nilai yang dihasilkan yaitu 392,895 kg, sedangkan pada variasi
limbah 3%,3,5% dan 4% adalah sebesar 75%, 68% dan juga 70%.
penambahan limbah botol plastik adalah berat SSD briket terlalu rendah hal
jumlah aspal yang menyelimuti agregat akibat pengaruh dari sifat pada
limbah plastik jenis LDPE ini, dimana setelah limbah dicampurkan pada
bitumen panas limbah tersebut tidak meleleh secara keseluruhan hal tersebut
menyebabkan benda uji tidak terselimuti secara penuh oleh aspal yang
tambahkan.
lapis perkerasan akibat beban lalu lintasGrafik nilai Flow campuran AC-BC
untuk berbagai variasi limbah botol plastik pada kadar aspal optimum dapat
tinggi yaitu sebesar 5,253 mm untuk variasi limbah 3% dan 5,947 mm untuk
beban meningkat.
Gambar 4.22.
Grafik Hubungan Kadar Limbah Botol Plastik Terhadap Nilai Flow
dalamnya adalah rongga yang terisi udara dan rongga terisi aspal efektif.
agregat dan kadar aspal. Semakin tinggi nilai VMA semakin banyak rongga
minimal pada Spesifikasi yaitu 15%. Pada gambar grafik 4.23, nilai yang
campuran terisi aspal sehingga kekedapan campuran terhadap air dan udara
semakin tinggi.
Gambar 4.23.
Grafik Hubungan Kadar Limbah Botol Plastik Terhadap Nilai VMA
g. Kepadatan (Density)
batas tertentu akan lebih mampu menahan beban yang lebih berat
botol plastik 3%, 3,5%, dan 4%, dapat dilihat pada Gambar 4.24 untuk
Gambar 4.24.
Grafik Hubungan Kadar Limbah Botol Plastik Terhadap Nilai Density
dipengaruhi karena kadar aspal yang digunakan pada masing-masing benda uji
berbeda sehingga hasilnya juga berbeda. Selain itu faktor lain yang mempengaruhi
nilai density adalah nilai pada pembagi density yaitu berat jenis maksimum
agregat dan juga berat jenis pada aspal yang digunakan dalam masing-masing
variasi penambahan limbah plastik, dan juga kadar aspal yang digunakan lebih
mudah mengisi rongga pada campuran sehingga campuran cenderung lebih padat
AC-BC
dengan variasi penambahan sebanyak 3%, 3,5% dan 4% tidak ada yang dapat
82
digunakan pada lapisan AC-BC, hal ini dipengaruhi oleh beberapa aspek pada
Marga 2018 revisi 2 diantaranya nilai pada Marshall Quetiont, nilai pada
penurunan nilai sebesar 81%,selain itu penurunan nilai pada penambahan limbah
penurunan sebesar 80% dari sebelum adanya penambahan limbah. Nilai tersebut
semuanya dibawah Spesifikasi yang diisyaratkan oleh Bina Marga 2018 Revisi 2
dimana pada Spesifikasi nilai yang diisyaratkan yaitu sebesar 180 Kg/mm. Sama
halnya pada hasil dari nilai Stabilitas, dengan adanya penambahan limbah plastik
800 Kg dan maksimum 1800 Kg. Dan untuk hasil dari VFA juga mengalami
penambahan 3%, dan penurunan nilai sebesar 69% pada variasi penamabahan
subtitusi tidak cocok digunakan pada penelitian ini. Oleh sebab itu setiap variasi
penambahan tidak dapat digunakan karena setiap aspek pada pengujian Marshall
BAB V
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini, maka
diantaranya:
- Marshall Quotient
limbah 3%, 73% untuk variasi penambahan 3,5% dan penurunan nilai
Besarnya nilai VIM sangat dipengaruhi oleh kadar aspal yang digunakan.
hasil. Hal ini diakibatkan oleh faktor dari sifat pada limbah plastik,selain
itu penurunan nilai VFA terjadi akibat berat jenis bulk pada campuran
semakin tinggi.
- Stabilitas
- Kelelehan (Flow)
- Kepadatan (Density)
dengan variasi penambahan sebanyak 3%, 3,5% dan 4% tidak ada yang
Bina Marga 2018 revisi 2 diantaranya nilai pada Marshall Quetiont, nilai
pada Stabilitas dan nilai pada VFA, kondisi tersebut diakibatkan karena
penelitian ini. Oleh sebab itu setiap variasi penambahan tidak dapat
B. Saran
listrik (Electrik Compaction), agar beban yg diterima pada benda uji tetap
sama.
limbah plastik lebih kecil dari yang ditgunakan oleh penguji agar semua
DAFTAR PUSTAKA
Revisi 2.
Lampiran No 12 ( 1987 ).
Andalas.
– Bc.
Anita Rahmawati Dan Rama Rizana. 2013. Pengaruh Penggunaan Limbah Plastik
Muhammadiyah Yogyakarta.
Yogyakarta Yogyakarta.
Tjitjik Wasiah Suryo. 2009. Pengaruh Penambahan Plastik LDPE Dengan Cara
A. Analisa saringan
1) Abu Batu
Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Lampiran I - 1
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150
Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Lampiran I - 2
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150
Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Lampiran I - 3
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150
Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Lampiran I - 4
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150
B. Berat Jenis Agregat
1) Abu Batu
Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Lampiran I - 5
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150
2) Batu Pecah 0,5-1
Split 0,5 - 1
Jenis Material
I II
Berat Benda Uji SSD di Udara gram A 4310 4328
Berat Benda Uji SSD di Air gram B 2676 2683
Berat Benda Uji Kering gram C 4220 4254
Split 0,5 - 1
Perhitungan
I II
. - Apparent Spesifik Grafity 2,73 2,71
Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Lampiran I - 6
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150
3) Batu Pecah 1-2
Split 1 - 2
Jenis Material
I II
Berat Benda Uji SSD di Udara gram 2498 2509
Berat Benda Uji SSD di Air gram 1515,70 1538,50
Berat Benda Uji Kering gram 2438,00 2429
Split 1 - 2
Perhitungan
I II
. - Apparent Spesifik Grafity 2,64 2,73
Rata-rata Split 1 - 2
r - Apparent Spesifik Grafity 2,64
Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Lampiran I - 7
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150
4) Batu Pecah 2-3
Split 2 - 3
Jenis Material
I II
Berat Benda Uji SSD di Udara gram 2493 2473
Berat Benda Uji SSD di Air gram 1527,80 1505,6
Berat Benda Uji Kering gram 2406,10 2420,9
Split 2 - 3
Perhitungan
I II
. - Apparent Spesifik Grafity 2,74 2,64
Rata-rata Split 2 - 3
r - Apparent Spesifik Grafity 2,74
Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Lampiran I - 8
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150
C. Berat Volume
1) Abu Batu
Kondisi Gembur
Abu Batu
Nomor Jenis Material
I II
A Berat Takaran gram 4418 4418
B Berat Takaran + Benda ujigram 5848 5838
C Berat Benda Uji ( B - A )gram 1430 1420
D Volume Benda Uji cm³ 984,90 984,90
E Berat Volume ( C/D ) gram/cm³ 1,45 1,44
Rata - rata 1,45
Kondisi Padat
Abu Batu
Nomor Jenis Material I II
A Berat Takaran gram 4418 4418
B Berat Takaran + Benda ujigram 6078 6042
C Berat Benda Uji ( B - A )gram 1660 1624
D Volume Benda Uji cm³ 984,90 984,90
E Berat Volume ( C/D ) gram/cm³ 1,69 1,65
Rata - rata 1,67
Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Lampiran I - 9
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150
2) Batu Pecah 0,5-1
Kondisi Gembur
Split 0,5-1
Nomor Jenis Material
I II
A Berat Takaran gram 4418 4418
B Berat Takaran + Benda ujigram 5608 5632
C Berat Benda Uji ( B - A )gram 1190 1214
D Volume Benda Uji cm³ 984,90 984,90
E Berat Volume ( C/D ) gram/cm³ 1,21 1,23
Rata - rata 1,22
Kondisi Padat
Split 0,5-1
Nomor Jenis Material I II
A Berat Takaran gram 4418 4418
B Berat Takaran + Benda ujigram 5752 5746
C Berat Benda Uji ( B - A )gram 1334 1328
D Volume Benda Uji cm³ 984,90 984,90
E Berat Volume ( C/D ) gram/cm³ 1,35 1,35
Rata - rata 1,35
Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Lampiran I - 10
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150
3) Batu Pecah 1-2
Kondisi Gembur
Split 1 - 2
Nomor Jenis Material
I II
A Berat Takaran gram 4418 4418
B Berat Takaran + Benda ujigram 5648 5660
C Berat Benda Uji ( B - A )gram 1230 1242
D Volume Benda Uji cm³ 984,90 984,90
E Berat Volume ( C/D ) gram/cm³ 1,25 1,26
Rata - rata 1,25
Kondisi Padat
Split 1 - 2
Nomor Jenis Material I II
A Berat Takaran gram 4418 4418
B Berat Takaran + Benda ujigram 5798 5794
C Berat Benda Uji ( B - A )gram 1380 1376
D Volume Benda Uji cm³ 984,90 984,90
E Berat Volume ( C/D ) gram/cm³ 1,40 1,40
Rata - rata 1,40
Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Lampiran I - 11
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150
4) Batu Pecah 2-3
Kondisi Gembur
Split 2 - 3
Nomor Jenis Material
I II
A Berat Takaran gram 4418 4418
B Berat Takaran + Benda ujigram 5642 5610
C Berat Benda Uji ( B - A )gram 1224 1192
D Volume Benda Uji cm³ 984,90 984,90
E Berat Volume ( C/D ) gram/cm³ 1,24 1,21
Rata - rata 1,23
Kondisi Padat
Split 2 - 3
Nomor Jenis Material I II
A Berat Takaran gram 4418 4418
B Berat Takaran + Benda ujigram 5872 5836
C Berat Benda Uji ( B - A )gram 1454 1418
D Volume Benda Uji cm³ 984,90 984,90
E Berat Volume ( C/D ) gram/cm³ 1,48 1,44
Rata - rata 1,46
Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Lampiran I - 12
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150
NO URAIAN
Sampel 1 Sampel 2 UNIT
Batu 0,5-1 Berat Contoh Kering (Sebelum Dicuci) 1220,00 1270,00 gram
Berat Contoh Kering (Setelah Dicuci) 1215,00 1264,00 gram
Berat Lumpur 5,00 6,00 gram
Kadar Lumpur 1 0,41 0,47 %
Kadar Lumpur 1 Rata-rata 0,44 %
Batu 1-2 Berat Contoh Kering (Sebelum Dicuci) 1000,00 1020,00 gram
Berat Contoh Kering (Setelah Dicuci) 998,00 1014,00 gram
Berat Lumpur 2,00 6,00 gram
Kadar Lumpur 2 0,20 0,59 %
Kadar Lumpur 2 Rata-rata 0,40 %
Batu 2-3 Berat Contoh Kering (Sebelum Dicuci) 928,00 968,00 gram
Berat Contoh Kering (Setelah Dicuci) 922,00 966,00 gram
Berat Lumpur 6,00 2,00 gram
Kadar Lumpur 3 0,65 0,21 %
Kadar Lumpur 2 Rata-rata 0,43 %
Kadar Lumpur Rata-Rata 0,42 %
Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Lampiran I - 13
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150
E. Abrasi
NO. TEST
SIEVE
I II
LOLOS TERTAHAN SEBELUM SESUDAH SEBELUM SESUDAH
# 3" # 2 1/2 "
# 2 1/2 " # 2"
# 2" # 1 1/2 "
# 1 1/2 " # 1"
# 1" # 3/4 "
# 3/4 " # 1/2 " 2500,00 2500,00
# 1/2 " # 3/8 " 2500,00 2500,00
# 3/8 " # 1/4"
# 1/4" # 3/16 "
# 3/16 " # 3/32 "
Total (gram) 5000,00 4070,00 5000,00 4712,00
Tertahan di atas # No. 12 (gram) 4070,00 4712,00
Keausan (%) 18,60 5,760
Rata - Rata (%) 12,18
Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Lampiran I - 14
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150
PERSIAPAN
Mulai Jam :11 . 50 wita
Contoh dipanaskan
selesai Jam :12 . 20 wita Temperatur pemanasan
: 70 C
Mulai Jam :12 . 21 wita
Contoh didiamkan
selesai Jam :13 . 20 wita Temperatur ruang : 29 C
Contoh direndam pada Mulai Jam :13 . 21 wita
temperatur 25 C selesai Jam :14 . 20 wita Temperatur ruang : 29 C
PEMERIKSAAN
Nomor Picnometer I II
Berat Picnomerer (A) 32,1 gram 32,1 gram
Berat Picnomerer + air penuh (B) 58,7 gram 58,6 gram
Berat Air (C) = (B) - (A) 26,6 gram 26,5 gram
Berat Picnometer + aspal (D) 41,3 gram 46,1 gram
Berat Aspal (E) = (D) - (A) 9,2 gram 14 gram
Berat Picnometer + air + aspal (F) 58,4 gram 59,8 gram
Isi air (G) = (F) - (D) 17,1 gram 13,7 gram
Isi Contoh (H) = (C) - (G) 9,5 gram 12,8 gram
(E)
Berat jenis = ----- 0,968 gram 1,094 gram
(H)
Rata-rata 1,031 gram
Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Lampiran III - 1
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150
Dik:
- Batu Pecah ( 2 - 3 ) = 12%
- Batu Pecah ( 1 - 2 ) = 13%
- Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) = 34%
- Abu Batu = 41%
1. Untuk Saringan 1" (25,4 mm)
Persentase lolos saringan 1 1/2" (37,5 mm)
- Batu Pecah ( 2 - 3 ) = 100 %
- Batu Pecah ( 1 - 2 ) = 100 %
- Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) = 100 %
- Abu Batu = 100 %
Persentase lolos saringan 1" (25,4 mm)
- Batu Pecah ( 2 - 3 ) = 100 %
- Batu Pecah ( 1 - 2 ) = 100 %
- Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) = 100 %
- Abu Batu = 100 %
Jadi Fraksi campuran pada saringan 1" adalah
- Batu Pecah ( 2 - 3 ) = ( 100 % - 100 % ) x 12% = 0 %
- Batu Pecah ( 1 - 2 ) = ( 100 % - 100 % ) x 13% = 0 %
- Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) = ( 100 % - 100 % ) x 34% = 0 %
- Abu Batu = ( 100 % - 100 % ) x 41% = 0 %
2. Untuk saringan 3/4" (19,1 mm)
Persentase lolos saringan 1" (25,4 mm)
- Batu Pecah ( 2 - 3 ) = 100 %
- Batu Pecah ( 1 - 2 ) = 100 %
- Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) = 100 %
- Abu Batu = 100 %
Persentase lolos saringan 3/4" (19,1 mm)
- Batu Pecah ( 2 - 3 ) = 88,65 %
- Batu Pecah ( 1 - 2 ) = 99 %
- Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) = 100 %
- Abu Batu = 100 %
Lampiran III - 2
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150
Lampiran III - 3
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150
Lampiran III - 5
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150
GRADASI (%)
No. Saringan Batu Pecah ( Batu Pecah ( Batu Pecah ( GABUNGAN (%)
Abu Batu
2-3) 1-2) 0,5 - 1 )
25.4 (1") 0 0 0 0 0,00
19,1 (3/4") 1,36 0 0 0 1,53
12,7 (1/2") 5,63 4,86 0 0 10,50
9,52 (3/8") 4,99 4,72 0,00 0 9,71
No. 4 0,00 3,23 17,03 0 20,26
No. 8 0 0,01 16,86 5,78 22,66
No. 16 0 0 0,00 9,37 9,37
No. 30 0 0 0 6,62 6,62
No. 50 0 0 0 8,49 8,49
No. 100 0 0 0 5,39 5,39
No. 200 0 0 0 1,80 1,80
PAN 0 0 0 3,547 3,67
PERSEN TOTAL (%) 100
Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Lampiran III - 6
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150
B. Penentuan Kadar Aspal Rencana
RUMUS :
P = 0,035 a + 0,045 b + Kc + F
Dimana :
P = Pendekatan kadar aspal campuran
a = Presentase agregat tertahan di saringan No. 8
b = Persentase agregat lolos saringan No. 8 tertahan di saringan No. 200
c = Persentase lolos saringan No. 200
K = 0.15 untuk 11-15% lolos saringan No.200
0.20 untuk ≤ 5% lolos saringan No. 200
0.18, untuk 6-10% lolos saringan No. 200
F = - 0 - 2 % Tergantung pada absorbsi agregat bila data tidak tersedia
maka diambil 0,7 - 1
- Untuk LASTON dan AC = 1
- Untuk HRS = 2
Penyelesaian :
a = 100 - 35,34 = 64,66
b = 35,3 - 3,67 = 31,67
c = 3,67
K = 0.20 untuk ≤ 5% lolos saringan No. 200
jadi,
P = 0,035 (64,7) + 0 (31,7) + 0,20 (3,67) + 1
= 2,26312 + 1 + 0,733 + 1
= 5,422% 5,5%
Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Lampiran III - 7
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150
C. Presentasi Fraksi Campuran Agregat KAO
Dik :
Kc = Persentasi fraksi campuran
N0. 100 K = 5,39 x 95% x 1100 = 56,04 gr
Kadar Aspal = 5,5%
100
% Agregat = 94,5%
Volume mould = 1100 gr
NO. 200 K = 1,80 x 95% x 1100 = 18,75 gr
NO. 50 K = 0 x 95%
100 x 1100 = 0 gr
Abu Batu 100
3,55 x 95% x 1100
PAN
K =N0.
(%100 K
K =
Gradasi) = x (%0agregat) x x 100 V. mouldx 1100
95% =
= 36,87
0 gr
gr
0 100 x 95%
100 x 1100
DikNO.: 50 K =
100
= 0 gr
1" KKc=
NO. 2000 K = x
= Persentasi fraksi campuran
095% x x 95% 1100 = x 0 1100 = gr 0 gr
Kadar Aspal = 5,5%1000 x 95% x 1100
100
% N0. 100
Agregat K = = 94,5% 100
= 0 gr
3/4" KVolume
= mould
0 = x1100 95% gr x 1100
0 x 95% = x 0 1100 gr
BatuPANPecah ( 1K- 2= ) 100
0 x 95% x 1100 = 1 gr
NO.Pecah
200 ( 0,5
K =- 1 ) 100 = 0 gr
Batu 100
1/2" K = 0 K = x(% Gradasi)
95% x x(% agregat)
1100 = x 0 V. mouldgr
K = (% Gradasi)
100
0 x
x (% agregat)
100
95% x V. mould
x 1100
PAN
Dik : K = 100 = 0 gr
0,00 x 100
95% x 1100
3/8" KKc=NO. 8 K = Persentasi
1" 0 K = x
095%fraksi
x campuran
95%
x 100
1100 = x 0 1100 = gr
=
0,00
0
gr
gr
Kadar1"Aspal K = 5,5%100 0 x 100
95% x 1100 = 0 gr
% Agregat = 94,5% 100
0 x 95% x 1100
NO. 4 berat
K =NO. briket
16 K = 1100 0 grx 95% = x 0 1100 = gr 0 gr
3/4" 0 K = x 95% x 100
1100 = 1,75676 gr
3/4" K = 0
100 x 100
95% x 1100 = 0 gr
Batu Pecah ( 2 - 3 ) 100
0 x 95% x 1100
NO. 8 K =NO. 30 K = 4,86 x 95% = x 60,09
1100 = gr 0 gr
1/2"5,78 K = x 95% x 100
1100 = 50,54 gr
1/2" K = (% Gradasi)
0
100 x 100
(% 95%
agregat) x B.
1100Briket
= 0 gr
K =
100
0 x 95% x 1100
NO. 16 K =NO. 50 K = 4,72
95% x x 100 95% = x 97,39
1100 = gr 0 gr
3/8"9,37 K = x 1100 = 49,05 gr
3/8" K = 0,00
0
100 x 100
95% x 1100 = 0,00 gr
1" K = = 0 gr
100
0 x 95% x 1100
NO. 30 K =N0. 100 K = 3,23
95% x x 100 95% = x 68,83
1100 = gr 0 gr
NO. 46,62 K = x 1100 = 33,58 gr
NO. 4 K = 17,03
1
100 x 100
95% x 1100 = 177,07 gr
3/4" K = = 14,2 gr
100
0 x 95% x 1100
NO. 50 K =NO. 200 K = 0,01
95% x x 100 95% = x 88,22
1100 = gr 0 gr
NO. 88,49 K = x 1100 = 0,14 gr
NO. 8 K = 16,86
5,63
100 x 100
95% x 1100 = 175,30 gr
1/2" K = = 58,57 gr
100
0 x 95% x 1100
PAN K = 0 x 95% x 1100 = 0 gr
NO. 16 K = 100 = 0 gr
NO. 16 K = 0,00
4,99 x 100
95% x 1100 = 0,00 gr
3/8" K = Lampiran III -=8 51,89 gr
100
0 x 95% x 1100
NO. 30 K = = 0 gr
NO. 30 K = 0,00
0 x 100
95% x 1100 = 0 gr
NO. 4 K = = 0,00 gr
100
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150
Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Lampiran III - 9
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150
Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Lampiran III - 10
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150
Dr. Ir. Mohammad Junaedy R., ST., MT
19730624 200604 1 003
Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Lampiran III - 11
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150
Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Lampiran III - 12
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150
Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Lampiran III - 13
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150
Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Lampiran III - 14
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150
# BULK
Batu Pecah ( 2 - 3 ) = 12% x 2,49 = 0,299
Batu Pecah ( 1 - 2 ) = 13% x 2,48 = 0,323
Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) = 34% x 2,58 = 0,878
Abu batu = 41% x 2,62 = 1,073 +
2,573
# APPARENT
Batu Pecah ( 2 - 3 ) = 12% x 2,74 = 0,329
Batu Pecah ( 1 - 2 ) = 13% x 2,64 = 0,344
Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) = 34% x 2,73 = 0,929
Abu batu = 41% x 2,55 = 1,047 +
2,648
# Susuk Benda Uji
Proporsi campuran batu pecah ( 2 - 3 ) 12%
Proporsi campuran batu pecah ( 1 - 2 ) = 13%
Proporsi campuran batu pecah ( 0,5 - 1 ) = 34%
Proporsi campuran abu batu = 41% +
100%
BERAT BENDA UJI BERAT BENDA UJI DALAM AIR BERAT BENDA UJI
No. Briket Kadar Aspal
DIUDARA (gram) (gram) KONDISI SSD (gram)
1Untuk Perhitungan
5,0%Selanjutnya Ditabelkan
2,421 2,226 8,053
Isi Benda Uji Angka Stabilitas Yang
No. Briket Kadar Aspal Stabilitas (kg/mm)
1 5,5% 2,404 (gram/cm³)
2,232 Korelasi7,138Disesuaikan (kg)
1 3 92
1 4,5% 89 458,9 1,19 1428,38
2 6,5%
3
1 Untuk Perhitungan Selanjutnya
90 Ditabelkan
5,0% Stabilitas Yang Kelelahan Hasil Bagi
M. KELELAHAN PLASTIS ( M )
No. Briket Kadar Aspal Disesuaikan ( Plastis Marshall
1 93 kg ) (
Kelelahan Plastis ( M ) (mm) (kg/mm)
No. Briket Kadar Aspal
1 5,5% M ) 1414,490
(mm) 2,21 640,041
1 2 4,5% 2,21
1 92
23 4,5%
6,0%
31 1323,050 3,16 418,687
12 5,0% 3,16
1 89
23 5,0%
6,5%
31 1567,835 3,82 410,428
12 5,5% 3,82
2 5,5%
3
3
1 1352,451 4,32 313,067
1 4,32
2 6,0%
2 6,0%
33 x Kalibrasi Proving Ring x Angka Korelasi x Kolerasi lbs..ke..kg Lampiran
L = Stabilitas x Tingkat III - 17
Keprcayaan1 Alat 1428,382 4,58 311,874
1 4,58
2 2 6,5%
6,5%
33
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150
Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Lampiran III - 18
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax (0411)86150
A B C D E F G H I J K L M N O
1,1 1078,1 617,5 1091,8 474,3 2,273 6,767 15,641 56,742 92 1414,49 2,21 640,04
4,5 2,623 2,438
2,438
2,1 1084,4 609,3 1096,5 487,2 2,226 8,053 17,827 66,023 90 1323,05 3,16 418,69
5 2,623 2,421
2,421
3,1 1019,4 572,1 1028,8 456,7 2,232 7,138 18,027 73,618 93 1567,83 3,82 410,43
5,5 2,623 2,404
2,404
4,1 1066,2 593,1 1078,8 485,7 2,195 8,030 19,809 79,225 92 1352,45 4,32 313,07
6 2,623 2,387
2,387
5,1 1029,1 575,3 1034,2 458,9 2,243 5,389 18,515 82,958 89 1428,38 4,58 311,87
6,5 2,623 2,370
2,370
0 x 94% x 1100
Dik : NO. 50 K = = 0 gr
0 100 x 94% x 1100
Kc =NO.
Persentasi
50 Kfraksi
= campuran = 0 gr
Kadar Aspal = 5,7% 100
0 x 94% x 1100
N0. 100
% Agregat =K94,3%
NO. =
30 K = 0 100 x 94% x= 0
1100 = gr0 gr
Berat briket =N0.
1100 0 x 10094% x 1100
100 K gr
= = 0 gr
100
0 x 94% x 1100
NO. 200
Batu Pecah 3K
( 2 -NO.) 50= K = 0 100 x 94% x= 1100
0 = gr0 gr
3/8" K = 00 xx 100 94%
94% xx 1100
1100 = 0 gr
NO. 200 K = = 0 gr
100
100 Briket
(% Gradasi) 0 x x(% agregat)94% x x B.1100
PAN K =K = = 0 gr
N0. 100 K = 0100100 x 94% x 1100 = 0 gr
NO. 4 K = 00 xx 100 94%
94% xx 1100
1100 = 0 gr
PAN K = = 0 gr
Batu Pecah ( 1 - 2 )
0 x 94% x 100
100
1100
1" K = = 0 gr
NO. 200 K = 0100 x 94% x 1100 = 0 gr
:= (%
8 Gradasi)
K = x 5,78 (% agregat) x 94%V. mould
DikKNO. x 100 x 1100 = 59,97 gr
100
Kc 1 =xPersentasi x 1001100
94%fraksi campuran
3/4" KKadar
= Aspal = 5,7%100 = 14,1 gr
0
0
x 9,37 94% x
x 94%
x 94%1100 x
x 1100
1" %K PAN = 16 KK === 94,3%
Agregat
NO. = 01100 = gr197,18 gr
100 100
Volume 5,63 mould =x1100 94% gr x 1001100
1/2" K = = 58,44 gr
100
3/4" DikBatu
NO.
K 30 0( K
Pecah 0,5=- 1 )x 6,62 94% x x 94%1100 x 1100 = gr68,68 gr
:= 100
= 1,75304
Kc 4,99 = Persentasi
x x 1001100
94%fraksi campuran
3/8" K = K = (% Gradasi) x (% agregat) = x 51,78 V. mouldgr
Kadar Aspal 4,86 = 5,7% 100
x 94% x 1001100
1/2" NO.
K = 50 K = 8,49 x 94% x= 50,43
1100 = gr88,04 gr
% Agregat = 94,3% 100
Volume 0,00 x 94% gr x 1001100
NO. 4 K = 1"mould K ==1100 0 x 94% = x 0,001100 =gr 0 gr
100
4,72K = x 0 94% x x 94% 1100
3/8" K 1/2"
N0. =100 K = 5,39 x 100
94% x=x 48,95
1100 == gr55,93
1100 0 gr
gr
Abu Batu 100 100
0,00 x 94% x 1001100
NO. 8 K = 3/4" K = 0 x 94% = x 0,001100 =gr 0 gr
3,23 x 100 94% x 1100 V. mould
NO. 4 NO. =200 KKK===(% Gradasi)
K 3/8" 0,00
1,80
xx (%100
x
agregat)
94%
94%
x=x 33,51
x 11001100 == gr18,71
0,00 gr
gr
100 100
100
0 x 94% x 1001100
NO. 16 K = = 0 gr
0,01 x 0 100 94% x 94%1100 x
1"
K NO.= 4 K =
K = 17,03 x 1100 == gr0176,69 gr
NO. 8 3,55 100 xx 94%
94% x=x 0,13
1100
1100 gr
PAN K = 100
100 = 36,79 gr
0 x 94% x 1001100
NO. 30 K = = 0 gr
0 x 100 94% x 1100
NO. 16 K3/4"
NO.= 8 KK= = 0
16,86 xx 94%
94% x=x 1100
01100 == gr0174,93 gr
100
100
100 Lampiran IV - 1
0 x 94% x 1100
NO. 30 K1/2"
= 16 KK= =
NO. 0
0,00 xx 94%
94% x=x 01100
1100 == gr00,00 gr
100
100
100
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150
Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Hasil Combine
BP 2-3 12 % x 94,3 % = 0,113 x 1100 = 124,476
BP 1-2 13 % x 94,3 % = 0,123 x 1100 = 134,849
BP 0,5-1 34 % x 94,3 % = 0,321 x 1100 = 352,682
Abu Batu 41 % x 94,3 % = 0,387 x 1100 = 425,293
Plastik 3 % X 62,7 = 1,881
Aspal 62,7 - 1,881 = 60,819
1100
Hasil Combine
BP 1- 2 12 % x 94,3 % = 0,113 x 1100 = 124,476
BP 0,5 - 1 13 % x 94,3 % = 0,123 x 1100 = 134,849
Abu Batu 34 % x 94,3 % = 0,321 x 1100 = 352,682
Filler 41 % x 94,3 % = 0,387 x 1100 = 425,293
Plastik 3,5 % X 62,7 = 2,1945
Aspal 62,7 - 2,1945 = 60,5055
1100
Hasil Combine
BP 1- 2 12 % x 94,3 % = 0,113 x 1100 = 124,476
BP 0,5 - 1 13 % x 94,3 % = 0,123 x 1100 = 134,849
Abu Batu 34 % x 94,3 % = 0,321 x 1100 = 352,682
Filler 41 % x 94,3 % = 0,387 x 1100 = 425,293
Plastik 4 % X 62,7 = 2,508
Aspal 62,7 - 2,508 = 60,192
1100
Lampiran IV - 2
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150
Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
B. KERING DI
SAMPEL B. SSD B. SSD DI AIR FLOW STABILITAS
UDARA
1 1088,7 1099,3 518,4 5,14 229
2 5,7% 1058,7 1072,2 498,4 5,91 239
3 1076,5 1084,3 511,8 4,61 279
1 1083,9 1095,4 594,2 4,71 240
2 5,7% 1075,7 1087,3 593,7 4,26 210
3 1081,1 1091,3 600,9 4,48 307
1 1076,8 1085,2 598,6 5,66 286
2 5,7% 1072 1082,3 585,6 6,12 240
3 1075,4 1090,2 589,2 6,06 196
Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Lampiran IV - 3
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150
# BULK
Batu Pecah ( 2 - 3 ) = 12% x 2,49 = 0,299
Batu Pecah ( 1 - 2 ) = 13% x 2,48 = 0,323
Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) = 34% x 2,58 = 0,878
Abu batu = 41% x 2,62 = 1,073 +
2,573
# APPARENT
Batu Pecah ( 2 - 3 ) = 12% x 2,74 = 0,329
Batu Pecah ( 1 - 2 ) = 13% x 2,64 = 0,344
Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) = 34% x 2,73 = 0,929
Abu batu = 41% x 2,55 = 1,047 +
2,648
# Susuk Benda Uji
Proporsi campuran batu pecah ( 2 - 3 ) 12%
Proporsi campuran batu pecah ( 1 - 2 ) = 13%
Proporsi campuran batu pecah ( 0,5 - 1 ) = 34%
Proporsi campuran abu batu = 41% +
100%
Lampiran IV - 4
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150
Berat Kondisi SSD ( gram Berat dalam Air ( gram Isi Benda Uji (H)
Sampel Variasi Kadar Aspal
) ) (gram/cm³)
Berat Benda Uji Di Isi Benda Uji (H) Benda Jenis Bulk
Sampel Variasi Kadar Aspal
Udara ( gram ) (gram/cm³) Campuran
1 1,874 21,809
2 3% 5,7% 2,397 1,845 23,023
3 1,880 21,551
1 2,163 9,775
2 3,5% 5,7% 2,397 2,179 9,079
3 2,205 8,026
1 2,213 7,677
2 4% 5,7% 2,397 2,158 9,957
3 2,147 10,447
( K) STABILITAS
1 229
2 3% 5,7% 239
3 279
1 240
2 3,5% 5,7% 210
3 307
1 286
2 4% 5,7% 240
3 196
M. KELELAHAN PLASTIS ( M )
Kelelahan Plastis
Sampel Variasi Kadar Aspal
(M)(mm)
1 1 5,14
2 2 5,7% 5,91
3 3 4,61
1 1 4,71
2 2 5,7% 4,26
3 3 4,48
1 1 5,66
2 2 5,7% 6,12
3 3 6,06
Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Lampiran IV - 7
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax (0411)86150
Lampiran IV - 1
Kepala Laboratorium
DOKUMENTASI
Agregat pada penelitian ini diperoleh dari PT. Sinar Jaya Abadi tepatnya
Lampiran IV - 1
2. Pencucian Agregat Kasar dan Halus
berat volume dan abrasi lebih baiknya batu pecah yang digunakan dicuci
terlebih dahulu hal tersebut dilakukan untuk mengurangi kadar lumpur setiap
Lampiran IV - 2
3. Pengujian Analisa Saringan Agregat Kasar dan Halus
No.4, No. 8, No. 16, No. 30, No. 50, No.100, No. 200 dan PAN. Sedangkah
saringan yang digunakan untuk agregat kasar yaitu saringan yang ukurannya
mulai dari No. ¾”, No. 1/2”, No. 3/8” dan No.4
Lampiran IV - 3
4. Pengujian Berat Jenis Agregat Kasar dan Halus
Sebelum dilakukan pengujian berat jenis hal pertama yang disiapkan yaitu
agegat yang akan digunakan direndam terlebih dahulu selama 24 jam. Hal itu
disebabkan untuk mengurangi pori-pori yang ada pada agregat baik agregat kasar
maupun agregat halus, agar nantinya nilai dari berat jenis yang didapatkan tidak
melebihi Spesifikasi.
Lampiran IV - 4
5. Pengujian Berat Volumen Agregat Kasar dan Halus
terhadap volume mol yang ditentukan dalam satuan Kg/ltr. Pengujian ini
dilakukan untuk mengetahui berat agregat dalam kondisi padat dan juga dalam
kondisi padat. Agregat yang dimasukkan dalam mol bertahap dengan 3 lapis
yang kira-kira setiap lapisan memiliki tebal yang sama kemudian dipadatkan
Lampiran IV - 5
6. Pengujian Kadar Lumpur Agregat Kasar Dan Halus
yang terkandung dalam agregat. Presentase kadar lumpur yang tinggi dalam
agregat akan mempengaruhi kuat tekan pada campuran. Untuk kadar lumpur
agregat halus yang sesuai dengan Spesifikasi Bina Marga yaitu maksimal
Lampiran IV - 6
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui keausan pada agregat kasar
Dimana dalam pengujian ini menggunakan mesin Los Angels. Gambar dibawah
Lampiran IV - 7
B. Pengujian Aspal
perbandingan berat dan juga untuk menentukan kadar aspal dalam suatu
campuran.
Lampiran IV - 8
2. Pengelompokan Agregat Pembuat KAO
mengelompokkan agregat kasar dan juga agregat halus yang lolos saringan no.
¾ sampai dengan PAN, hal tersebut dilakukan untuk mengetahui berapa berat
Lampiran IV - 9
Pembuatan benda uji ini dibuat untuk pengujian pada KAO. Persiapan
suhu pada agregat mencapai ±150 kemudian ditambahkan aspal cair dengan
campuran aspal dan agregat tersebut kedalam moul pencetak briket, hal
tersebut dilakukan dengan cepat agar bitumen tersebut tidak dingin. Dalam
Lampiran IV - 10
sebanyak 75 kali, hal tersebut dilakukan masing-masing pada bagian atas dan
bawah briket.
Setelah proses tersebut selesai, benda uji yang jadi kemudian dikeluarkan
Lampiran IV - 11
Gambar diatas adalah hasil benda uji setelah dikeluarkan dari ekstruder.
dilakukan yaitu mengetahui berat jenis pada briket. Dimana langkah kerjanya
dalam air selama 24 jam hal tersebut dilakukan untuk mengurangi rongga yang
Lampiran IV - 12
Setelah benda uji di timbang dan direndam selama 24 jam, langkah
selanjutnya yaitu menimbang briket dalam air untuk mengetahui berat jenis
briket di dalam air. Selanjutnya yaitu menimbang benda uji dalam keadaan
SSD.
tujuan dari pengujian ini yaitu untuk mengetahui nilai Marshall Quetiont,
VIM, VMA, VFA, Stabilitas, Flow, dan Density. Sebelum di uji sifat-sifat
Marshallnya benda uji (briket) direndam dalam water bath dengan suhu 60˚c
selam 30 menit, hal tersebut dapat mempengruhi nilai dari stabilitas dan juga
Lampiran IV - 13
Setelah direndam dalam water bath briket kemudian siap untuk pengujian
ditambahkan bahan tambah limbah botol plastik. Setelah botol dicacah dan
ditimbang sesuai variasi penambahan limbah botol dengan kadar aspal yang
Lampiran IV - 14
tersebut dipengaruhi akibat titik leleh limbah botol plastik jenis LDPE ada pada
130˚c.
Lampiran IV - 15
Setelah itu briket yang jadi dikeluarkan dalam mol dengan keadaan
sedikit dingin agar benda uji tidak hancur pada saat dikeluarkan menggunakan
Lampiran IV - 16
Gambar dibawah menunjukkan benda uji setelah dilakukan pengujian
Lampiran IV - 17