Anda di halaman 1dari 163

SKRIPSI

KARAKTERISTIK CAMPURAN LAPISAN ASPAL BETON AC-BC

DENGAN BAHAN TAMBAH LIMBAH PLASTIK PADA BITUMEN

NURHIKMAYANTI

1621040024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2020
SKRIPSI

KARAKTERISTIK CAMPURAN LAPISAN ASPAL BETON AC-BC

DENGAN BAHAN TAMBAH LIMBAH PLASTIK PADA BITUMEN

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan Fakultas Teknik


untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana (S1)

NURHIKMAYANTI

1621040024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


2020

ii
PERNYATAAN KEORISINILAN

Saya, Nurhikmayanti

Nomor Induk Mahasiswa: 1621040024

Menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “Karakteristik Campuran Lapisan Aspal

Beton AC BC dengan Bahan Tambah Limbah Plastik” merupakan karya asli.

Seluruh ide yang ada dalam Skripsi ini, kecuali yang saya nyatakan sebagai

kutipan, merupakan ide yang saya susun sendiri. Selain itu, tidak ada bagian dari

Skripsi ini yang telah saya gunakan sebelumnya untuk memperoleh gelar atau

sertifikat akademik.

Makassar, 29 Desember 2020

Nurhikmayanti
NIM. 1621040024
MOTTO

 Untuk Hasil Yang Sempurna Perlu Proses Yang Panjang.

 Belajarlah Dengan Keras


Agar Mendapat Yang Pantas.
Buang Sifatmu Yang Malas
Agar Bahagia Tanpa Batas.

 Kesuksesan Yang Nantinya Engkau Raih Berasal Dari Hal-Hal Kecil

Yang Engkau Kerjakan Sekarang.


Abstrak

Nurhikmayanti, 2021. Karakteristik Campuran Lapisan Aspal Lapisan AC-BC


Dengan Bahan Tambah Limbah Plastik Pada Bitumen. Skripsi. Program Studi
Pendidikan Teknik Bangunan, Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan,
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Makassar (dibimbing oleh Dr. Ir. Ahmad
Rifqi Asrib., MT dan Dr. Ir. Moh Junaedy R., ST., MT).

Limbah plastik merupakan salah satu jenis limbah yang dibentuk dengan proses
polimerisasi dan juga merupakan limbah yang sulit terurai didalam tanah dan
bahkan dapat menjadi salah satu penyebab pencemaran pada unsur-unsur organik
dan mineral di dalam tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penambahan limbah plastik terhadap sifat-sifat Marshall pada lapisan aspal AC-
BC dengan bahan tambah limbah sebanyak 3%, 3,5% dan 4% sesuai KAO yang
didapatkan dan untuk mengetahui berapa persentase penambahan limbah plastik
dengan metode subtitusi yang dapat digunakan pada lapisan aspal AC-BC dengan
mengacu pada hasil pengujian sifat-sifat Marshall. Jenis limbah yang digunakan
adalah Low Density Polyethylene (LDPE). Limbah yang dicampurkan pada
bitumen panas sebelumnya dicacah dengan ukuran 2 cm berbentuk persegi. Benda
uji pada penelitian ini berbentuk briket silinder dengan berat sekitar 1100 gr
dengan tinggi sekitar 6 cm dan lebar 8 cm untuk lapisan AC-BC dengan
menggunakan mould.. Dalam pengujian ini dibuat sebanyak 9 sampel dengan
masing-masing variasi sebanyak 3 sampel. Variasi penambahan limbah botol
plastik yang digunakan adalah 3%, 3,5% dan 4%. Tahapan awal dalam penelitian
ini yaitu menentukan Kadar Aspal Optimum (KAO). Kadar Aspal Optimum yang
didapatkan sebesar 5,7% untuk lapisan AC-BC. Hasil pengujian menunjukkan,
dengan adanya penambahan limbah plastik dengan variasi penambahan sebanyak
3%, 3,5% dan 4% pada nilai Marshall Quetiont variasi 3% sebesar 76,54, variasi
3,5% sebesar 112,15 dan variasi 4% sebesar 80,06. nilai pada Stabiltas variasi
3% sebesar 392,89 kg, variasi 3,5% sebesar 502,67 kg dan variasi 4% sebesar
473,03 kg, dan nilai pada variasi masing-masing VFA sebesar 10,481%, 22,827%
dan 26,379% dari tiga aspek sifat-sifat Marshall tersebut tidak memenuhi
Spesifikasi Bina Marga 2018 Revisi 2 hal yang mempengaruhi faktor tersebut
yaitu penggunaan bahan tambah limbah plastik dengan metode subtitusi tidak
dapat digunakan..
Kata Kunci : Lapisan Aspal AC-BC, Plastik LDPE, Marshall.
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahanirrahim....

Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-

Nya. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda Rasullulah

Muhammad SAW, beserta para keluarga dan sahabatnya. Suatu kebahagiaan dan

kebanggaan yang luar biasa bagi penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi

yang berjudul “Karakteristik Campuran Lapisan Aspal Beton Ac-Bc Dengan

Bahan Tambah Limbah Plastik Pada Bitumen” proposal skripsi ini disusun

sebagai salah satu syarat untuk mengerjakan skripsi pada program Strata-1 di

Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan, Fakultas Teknik Universitas Negeri

Makassar.

Penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak akan dapat selesai dengan baik

tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak yang telah membantu dan

membimbing penulis dalam menempuh pendidikan sampai pada tahap

penyelesaian tugas skripsi ini. Karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih banyak kepada Orang Tua yang selalu memberikan

support,doa dan kesabaran dalam menunggu penulis dalam penyelesaian tugas

skripsi ini, keluarga besar yang selalu memberikan semangat, sahabat kekey yang

selalu memberikan bantuan, semangat dan kepercayaan kepada penulis dalam

menyelesaikan tugas akhir ini, tim Uji Bahan PTSP FT UNM yang banyak

membantu penulis dalam penyelesaian penelitian ini, tim ASPAL yang selalu

ii
menyemangati, Saudara-saudara dan Rekan-rekan Mahasiswa angkatan 2016

yang ikut terlibat baik secara aksi maupun secara doa serta seluruh mahasiswa

Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas

Negeri Makassar yang terlibat dalam penyelesaian penelitian ini, tak lupa juga

penulis ucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Makassar; Prof. Dr. H. Husain Syam.TP.,

2. Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar; Dr. H. Muh

Yahya, M.Kes., M.Eng,

3. Drs. Taufiq Natsir, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik

Sipil dan Perencanaan

4. Armiwaty, ST., M.Si selaku sekertaris Jurusan Pendidikan Teknik

Sipil dan Perencanaan

5. Raeni Tenriola, ST., M.Si selaku Ketua Prodi Pendidikan Teknik

Bangunan (S1)

6. Dr. Ir. Ahmad Rifqi Asrib, MT selaku penasehat akademik sekaligus

pembimbing I

7. Dr. Ir. Muh Junaedy R, ST., MT selaku Pembimbing II

8. Ir. M. Reza Hasrul, ST.,MT sebagai dosen Aspal Jurusan PTSP

9. Bapak Ir. Irman sebagai Kepala Laboratorium PT. Sinar Jaya Abadi

10. Serta seluruh dosen dan karyawan Jurusan Pendidikan Teknik Sipil

dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar

ii
Penulis Menyadari proposal skripsi ini tidak luput dari berbagai

kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharap saran dan kritik yang

bersifat membangun dari semua pihak untuk penyempurnaan lebih lanjut.

semoga naskah skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya,

dan dapat menambah wawasan bagi pembaca, utamanya bagi generasi-generasi

mahasiswa Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Negeri

Makassar dimasa yang akan datang. Akhirnya, semoga budi dan bantuan yang

tulus yang telah disumbangkan menjadi amal dan mendapat imbalan yang

berlipat ganda dari Tuhan Yang Maha Esa.

Aamiin....

Makassar, Agustus 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................i

KATA PENGANTAR...............................................................................................ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................................iv

DAFTAR TABEL......................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................................3

C. Batasan Masalah..............................................................................................4

D. Tujuan Penelitian.............................................................................................5

E. Manfaat Penelitian...........................................................................................5

BAB II LANDASAN TEORI....................................................................................6

A. Kajian Teori.....................................................................................................6

B. Kajian Penelitian Yang Relevan......................................................................32

C. Kerangka Pikir.................................................................................................35

BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................37

A. Jenis dan Desain Penelitian.............................................................................37

B. Waktu dan Tempat Pelaksanaa Penelitian.......................................................38

C. Pelaksanaan Penelitian.....................................................................................39

D. Persiapan Peralatan Dan Pengambilan Sampel...............................................40

E. Pengumpulan Data...........................................................................................42

ii
F. Diagram Penelitian..........................................................................................44

G. Analisis Data....................................................................................................46

BAB IV HASIL PENELITIAN................................................................................48

A. Deskripsi Data.................................................................................................48

B. Analisa Data.....................................................................................................51

C. Pembahasan ....................................................................................................65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................85

A. Kesimpulan......................................................................................................85

B. Saran................................................................................................................86

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................87

LAMPIRAN-LAMPIRAN........................................................................................I.1

Lampiran Hasil Pengujian Agregat.........................................................................I.1

Lampiran Hasil Pengujian Aspal............................................................................II.1

Lampiran Analisis Penentuan Kadar Aspal Optimum............................................III.1

Lampiran Data Aspal dengan Bahan Tambah Limbah...........................................IV.1

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Laston AC-BC ........................ 16

Gambar 3.1. Lokasi Pelaksanaan Penelitian .................................................... 36

Gambar 3.2. Hasil Observasi Pengepul Limbah Plastik .................................. 41

Gambar 3.3. Flowchart Penelitian ................................................................... 43

Gambar 4.1. Pengambilan Agregat Kasar dan Halus di Batching Plant ........ 45

Gambar 4.2. Proses Pengujian Karakteristik Agregat ...................................... 47

Gambar 4.3. Proses Persiapan Penambhan Limbah Botol Plastik ................... 49

Gambar 4.4. Grafik Gradasi Abu Batu Hasil Analisa Saringan ....................... 51

Gambar 4.5. Grafik Gradasi Batu Pecah 0,5-1 Hasil Analisa Saringan .......... 51

Gambar 4.6. Grafik Gradasi Batu Pecah 1-2 Hasil Analisa Saringan .............. 52

Gambar 4.7. Grafik Gradasi Batu Pecah 2-3 Hasil Analisa Saringan .............. 52

Gambar 4.8. Proses Pembuatan Benda Uji KAO ............................................. 57

Gambar 4.9. Penentuan Berat Agregat Untuk KAO ........................................ 58

Gambar 4.10. Grafik hubungan Marshall Quitment dengan KAO .................. 61

Gambar 4.11. Grafik hubungan Rongga Dalam Campuran (VIM) dengan

KAO ................................................................................................................. 61

Gambar 4.12. Grafik hubungan Rongga dalam agregat (VMA) dengan KAO. 62

Gambar 4.13. Grafik hubungan Stability dengan KAO ................................... 63

Gambar 4.14. Grafik hubungan Flow dengan KAO ........................................ 63

Gambar 4.15. Grafik hubungan VFA dengan KAO ......................................... 64

Gambar 4.16. Grafik hubungan Density dengan KAO .................................... 65

Gambar 4.17. Diagram Penentuan Kadar Aspal Optimum ............................ 65

ii
Gambar 4.18. Grafik Hubungan Limbah Botol Plastik terhadap Nilai

Marshall Quitment ........................................................................................... 70

Gambar 4.19. Grafik Hubungan Kadar Limbah Botol Plastik Terhadap Nilai

VIM .................................................................................................................. 71

Gambar 4.20. Grafik Hubungan Kadar Limbah Botol Plastik Terhadap Nilai

VFA .................................................................................................................. 73

Gambar 4.21. Grafik Hubungan Kadar Limbah Plastik Terhadap Stabilitas ... 74

Gambar 4.22. Grafik Hubungan Kadar Limbah Plastik Terhadap 76

Flow...........

Gambar 4.23. Grafik Hubungan Kadar Limbah Plastik Terhadap VMA ........ 77

Gambar 4.24. Grafik Hubungan Kadar Limbah Plastik Terhadap 78

Density ......

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Spesifikasi Aspal Keras Pen 60/70 ................................................. 6

Tabel 2.2. Spesifikasi Agregat Gradasi Laston AC-BC ................................... 15

Tabel 2.3. Spesifikasi Gradasi Agregat Kasar .................................................. 19

Tabel 2.4. Spesifikasi Gradasi Agregat Halus ................................................. 20

Tabel 2.5. Sifat Mekanik Plastik Sesuai SNI ................................................... 25

Tabel 2.6. Titik Leleh Plastik .......................................................................... 28

Tabel 3.1. Desain Penelitian ............................................................................ 34

Tabel 3.2. Waktu Penelitian ............................................................................ 35

Tabel 3.3. Standar Pengujian Agregat Kasar ................................................... 38

Tabel 3.4 Standar Pengujian Agregat Halus .................................................... 38

Tabel 3.5 Perhitungan benda Uji ..................................................................... 39

Tabel 4.1. Hasil Pengujian Karakteristik Agregat ........................................... 50

Tabel 4.2. Ketentuan-ketentuan Aspal Keras Penetrasi 60/70 ........................ 53

Tabel 4.3. Rancangan Campuran Aspal AC-BC Trial and Error ................... 55

Tabel 4.4. Komposisi Campuran KAO AC-BC .............................................. 58

Tabel 4.5. Berat Aspal dan agregat pada campuran aspal Panas AC-BC

Standar .............................................................................................................. 59

Tabel 4.6. Analisis Perhitungan dengan Marshall ........................................... 60

Tabel 4.7. Komposisi Campuran Dengan Bahan Tambah Limbah Botol

ii
Plastik 3% - 4% ................................................................................................ 68

Tabel 4.8. Hasil Uji Marshall sesuai KAO perendaman 30 menit suhu 60˚

Dengan Penambahan Limbah botol Plastik 3% sampai 4% ............................ 69

ii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jalan merupakan infrastruktur dasar dan utama dalam menggerakkan roda

perekonomian nasional dan daerah, mengingat penting dan strategisnya fungsi

jalan untuk mendorong distribusi barang dan jasa sekaligus mobilitas penduduk.

Ketersediaan jalan adalah prasyarat mutlak bagi masuknya investasi ke suatu

wilayah.

Jalan memungkinkan seluruh masyarakat mendapatkan akses pelayanan

pendidikan, kesehatan dan pekerjaan. Untuk itu diperlukan perencanaan struktur

perkerasan yang kuat, tahan lama dan mempunyai daya tahan tinggi terhadap

deformasi plastis yang terjadi. Di sisi lain keberadaan plasik semakin melimpah,

diperkirakan sekitar 500 milyar – 1 trilyun plastik digunakan di dunia tiap

tahunnya. Jika sampah-sampah ini dibentangkan maka, dapat membungkus

permukaan bumi setidaknya hingga 10 kali lipat. (Utomo,2010).

Aspal merupakan salah satu material yang digunakan sebagai bahan

perkerasan jalan raya, material ini dipilih karena hasil akhirnya yang baik dan

nyaman sebagai perkerasan lentur. Salah satu cara untuk mencegah terjadinya

kerusakan pada perkerasan jalan akibat beban muatan kendaraan adalah dengan

meningkatkan kualitas dan stabilitas perkerasan tersebut.

Penggunaan bahan tambah menjadi salah satu alternatif yang digunakan untuk

mendapatkan kualitas lapis perkerasan yang baik. Modifikasi dengan Polymer

1
2

dapat menaikkan sifat-sifat karakteristik apal antar lain: Titik lembek, PI,

ketahanan terhadap gaya geser, retak, alur dan seal. Polymer modified lebih tahan

terhadap suhu perkerasan yang tinggi karena mempunyai titik lembek tinggi 50-

85°C dibandingkan dengan aspal minyak yang titik lembeknya antara 44-49°C,

sehingga pada suhu perkerasaan tinggi aspal modified tidak mudah mengalir,

dapat memperpanjang umur pakai, dapat menghasilkan aspal yang dapat

memenuhi kreteria tersebut diatas dengan harga lebih murah dan mudah didapat

(Suroso, T. W, 1997).

Selain itu limbah plastik merupakan salah satu jenis limbah yang dibentuk

dengan proses polimerisasi dan juga merupakan limbah yang sulit terurai didalam

tanah dan bahkan dapat menjadi salah satu penyebab pencemaran pada unsur-

unsur organik dan mineral di dalam tanah. Sekarang ini banyak upaya yang

dilakukan untuk membuat limbah plastik ini dapat dimanfaatkan ataupun terurai,

salah satu upaya tersebut yaitu menjadikan limbah plastik sebagai bahan

kerajinan. Sifat plastik yang fleksibel dan mudah meleleh merupakan salah satu

potensi keunggulan yang dapat dijadikan sebagai pegangan dalam merujuk plastik

untuk dijadikan sebagai material konstruksi.

Plastik memiliki banyak manfaat tetapi juga memiliki sisi negatif

khususnya limbah plastik. Namun limbah plastik membuka peluang untuk

dimanfaatkan di bidang konstruksi jalan raya. Campuran beraspal memiliki

beberapa kelemahan seperti mengalami deformasi (perubahan bentuk) permanen

disebabkan tekanan terlalu berat oleh muatan truk yang berlebihan, keretakan-
3

keretakan yang ditimbulkan oleh panas, juga kerusakan disebabkan karena

kelembaban, ini semua terjadi pada campuran aspal (Brown, 1990).

Asrar, Y.D. (2007) dalam tesisnya menyimpulkan bahwa penambahan plastik

dalam aspal akan memberikan pengaruh yang baik terhadap sifat-sifat aspal. Hasil

pengujian Marshall terhadap campuran beraspal yang mengandung plastik

menunjukkan bahwa penambahan kadar plastik sampai dengan 3% pada aspal

meningkatkan nilai stabilitas, berat isi, kepadatan agregat yang dipadatkan (CAD)

dan Marshall Quotient campuran HRA. Sejalan dengan peningkatan penambahan

plastik pada aspal, nilai deformasi permanen campuran dari hasil tes jejak roda

mengalami penurunan dan menyebabkan peningkatan terhadap stabilitas dinamis.

Penelitian ini memanfaatkan sifat plastik dalam pencampuran bitumen dan

aspal yang diharapkan ketika limbah plastik (limbah botol mineral) dicampurkan

pada aspal panas akan mengalami pelelehan dan menyatuh dalam aspal cair

membentuk bitumen yang menjadi bahan pengikat pada campuran aspal. Untuk

mencapai hasil yang diharapkan penentuan jenis limbah plastik yang digunakan

sangat berpengaruh sebagai bahan pengikat. Oleh karena itu perlu dilakukan studi

tentang pengujian Limbah Plastik pada Lapisan Aspal dengan judul

“Karakteristik Campuran Lapisan Aspal Beton AC-BC Dengan Bahan

Tambah Limbah Plastik Pada Bitumen”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas yaitu sebagai

berikut
4

1. Bagaimana pengaruh penambahan limbah plastik (limbah botol air mineral)

terhadap sifat-sifat Marshall pada lapisan aspal AC-BC dengan

penambahan limbah sebanyak 3%, 3,5% dan 4% sesuai kadar aspal

optimum (KAO) yang didapatkan.

2. Berapa persentase penambahan limbah plastik yang dapat digunakan

dengan metode penambahan subsitusi pada lapisan aspal AC-BC dengan

mengacu pada hasil pengujian sifat-sifat Marshall.

C. Batasan Masalah

Pada penelitian ini penulis membatasi masalah pada:

1. Penelitian ini dilakukan sepenuhnya di Laboratorium uji Bahan Jurusan

Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas

Negeri Makassar.

2. Agregat alami, agregat halus (abu batu) dan agregat kasar (batu pecah)

yang digunakan berasal dari Kabupaten Gowa tepatnya dari Laboraturium

Bahan PT. Sinar Jaya Abadi.

3. Limbah plastik yang digunakan adalah limbah plastik jenis Low Density

PolyEthylene (botol air mineral) yang dipotong-potong dengan variasi

penambahan sebanyak 3%,3,5% dan 4%.

4. Pengujian penelitian yang dilakukan mengacu pada SNI.

5. Pengujian dilakukan dengan metode Marshall.

6. Aspal yang digunakan adalah aspal dengan penetrasi 60/70


5

D. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil pengujian

penambahan limbah plastik terhadap karakteristik campuran pada lapisan

aspal. Secara rinci tujuan pengamatan sebagai berikut :

1. Mengetahui pengaruh penambahan limbah plastik terhadap sifat-sifat

Marshall pada lapisan aspal AC-BC dengan bahan tambah limbah

sebanyak 3%, 3,5% dan 4% sesuai KAO yang didapatkan.

2. Mengetahui berapa presentasi penambahan limbah plastik yang dapat

digunakan dengan metode penambahan subsitusi pada lapisan aspal AC-BC

dengan mengacu pada hasil pengujian sifat-sifat Marshall.

E. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat antara lain:

1. Penelitian ini memberikan informasi kepada masyarakat tentang pengaruh

bahan tambah limbah plastik terhadap karakteristik campuran pada lapisan

aspal.

2. Hasil penelitian ini menjadi salah satu masukan bagi kalangan akademisi

maupun praktisi dalam melakukan pemilihan limbah plastik yang cocok

terhadap lapisan aspal.

3. Sebagai referensi dan bahan bacaan bagi Mahasiswa Pendidikan Teknik

Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar.


6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pengertian Aspal

Aspal adalah material semen hitam, padat atau setengah padat dalam

konsistensinya dimana unsur pokok yang menonjol adalah bitumen yang

terjadi secara alam atau yang dihasilkan dengan penyulingtan minyak

( Petroleum ).

Aspal petroleum dan aspal liquid adalah material yang sangat penting.

Menurut The Asphalt Institute Superpave (1999) Series No. 1 (SP – 1), tonase

dari produksi aspal setiap tahunnya bertambah terus – menerus mulai dari 3

juta ton pada tahun 1926 meningkat menjadi 8 juta ton pada tahun 1946,

kemudian terjadi peningkatan secara drastis pada tahun 1964 yaitu sebanyak 24

ton. Aspal adalah sistem koloida yang rumit dari material hydrocarbon yang

terbuat dari Asphaltenes, resin dan oil. Sedangkan material aspal tersebut

berwarna coklat tua hingga hitam dan bersifat melekat, berbentuk padat atau

semi padat yang didapat dari alam dengan penyulingan minyak ( Krebs, RD

& Walker, RD,1971 ).

Aspal dibuat dari minyak mentah ( Crude Oil ) dan secara umum

berasal dari sisa organisme laut dan sisa tumbuhan laut dari masa lampau yang

tertimbun oleh pecahan batu batuan. Setelah berjuta juta tahun material organis

dan lumpur terakumulasi dalam lapisan lapisan setelah ratusan meter, beban

dari beban teratas menekan lapisan yang terbawah menjadi batuan sedimen.
7

Sedimen tersebut yang lama kelamaan terproses menjadi minyak mentah

senyawa dan hydrocarbon. Aspal biasanya berasal dari destilasi minyak

mentah tersebut, namun aspal ditemukan sebagtai bahan alam (misal :

Asbuton), dimana sering juga disebut mineral ( Shell Bitumen, 1990 ).

2. Lapisan Beton Aspal (AC-BC)

Lapisan beton aspal AC-BC adalah jenis perkerasan jalan yang terdiri

dari campuran agregat dan aspal yang berfungsi sebagai lapisan penutup dari

konstruksi jalan yang harus mampu menjaga kestabilan jalan akbat dari beban

kendaraan dan pengaruh cuaca. Menurut Departemen Pekerjaan Umum (2010),

campuran ini terdiri dari agregat bergradasi menerus dengan aspal keras,

dicampur dihamparkan serta dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu

tertentu. Laston AC-BC memiliki ketebalan minimum 5 cm. Lapisan ini untuk

membentuk lapis pondasi jika digunakan pada pekerjaan peningkatan atau

pemeliharaan jalan.

3. Jenis-jenis aspal

Berdasarkan cara diperolehnya aspal dapat dibedakan atas aspal

buatan dan aspal alam :

a. Aspal buatan

Aspal buatan adalah buatan dalam negeri hanya dihasilkan dikilang

Refinery Unit IV Cilacap ( Jawa Tengah ), aspal pertamina digunakan

diberbagai proyek diindonesia untuk pembuatan jalan dan landasan pesawat


8

yang berfungsi sebagai perekat bahan pengisi dan bahan kedap air cocok untuk

iklim tropis

Aspal yang masuk dalam kategori aspal buatan adalah aspal minyak

dan tar, akan tetapi tar tidak umum digunakan pada perkerasan jalan kerena

lebih cepat mengeras, peka terhadap perubahan temperatur dan beracun.

b. Aspal Alam

Aspal alam adalah aspal yang secara alamiah terjadi di alam.

Berdasarkan depositnya aspal alam ini dikelompokan menjadi 2 kelompok,

yaitu :

1. Aspal Danau (Lake Asphalt)

Aspal ini secara alamiah terdapat di danau trinided Venezuella dan Lawele.

Aspal ini terdiri dari bitumen, mineral dan bahan organik lainnya.Angka penetrasi dari

aspal ini sangat rendah dan titik lembeknya sangat tinggi.Karena aspal ini sangat

keras, dalam pemakainnya aspal ini dicampur dengan aspal keras yang mempunyai

angka penetrasi yang tinggi.

2. Aspal Batu (Rock Asphalt)

Aspal batu Kentucky dan Buton adalah aspal yang secara terdeposit di

pulau Buton, Indonesia dan di daerah Kentusky, USA. Aspal dari deposit ini

terbentuk dalam celah-celah batuan kapur dan batuan pasir. Aspal yang terkandung

dalam batuan ini berkisar antara 12 – 35 % dari masa batu tersebut dan memiliki

tingkat penetrasi antara 0 – 40. Untuk pemakainanya, deposit ini harus ditimbang

terlebih dahulu, lalu aspalnya diekstraksi dan dicampur dengan minyak pelunak atau

aspal keras dengan angka penetrasi yang lebih tinggi agar didapat suatu campuran

aspal yang memiliki angka penetrasi sesuai dengan yang diinginkan.Pada saat ini aspal
9

batu telah dikembangkan lebih lanjut, sehingga menghasilkan aspal batu dalam bentuk

butiran partikel yang berukuran lebih kecil dari 1 mm dan dalam bentuk mastik.

Tabel 2.1.
Spesifikasi aspal keras pen 60/70

No Persyarata

. Jenis Pengujian Metode Penelitian n

1 Penetrasi, 25oC, 100 gr, 5 detik; SNI 06-2456-1991 60 – 70

2 Viskositas 135oC SNI 06-6441-1991 385

3 Titik Lembek (oC) SNI 06-2434-1991 ≥ 48

4 Indeks Penetrasi - ≥- 1,0

5 Daktilitas pada 25oC, (cm) SNI 06-2432-1991 ≥ 100

6 Titik Nyala (oC) SNI 06-2433-1991 ≥ 232

7 Berat Jenis SNI 06-2441-1991 ≥ 1,0

8 Berat yang Hilang SNI 06-2440-1991 ≤ 0,8

Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Divisi 6 Perkerasan Aspal Tabel 6.3.2.5.

4. Perencanaan Campuran Beton Aspal

Menurut Departemen Pekerjaan Umum (2008) menghitung perencanaan

kadar aspal menggunakan rumus sebagai berikut :

Pb = 0,035(%Ca)+ 0,045 (%Fa) + 0,18 (%Fi) + K .........(2.1)

dimana :

Pb = Kadar aspal tengah/ ideal, persen terhadap berat campuran

Ca = Agregat kasar tertahan saringan No. 8;


10

Fa = Agregat halus lolos saringan No. 8 dan tertahan saringan No.200

Fi = adalah agregat minimal 75% lolos saringan No. 200

K = Nilai konstanta sekitar 0,5 - 1,0

5. Metode Marshall Pada Pengujian Campuran Beraspal

Karakteristik campuran aspal dapat diukur dari sifat-sifat Marshall

yang ditunjukkan pada nilai-nilai sebagai berikut :

a. Stabilitas (stability)

Stabilitas adalah beban yang dapat ditahan campuran beton aspal

sampai terjadi kelelahan plastis atau dengan arti lain yaitu kemampuan lapis

keras untuk menahan deformasi akibat beban lalu lintas yang bekerja

diatasnya tanpa mengalami perubahan bentuk tetap seperti gelombang

(washboarding) dan alur (rutting).

Nilai stabilitas dipengaruhi oleh bentuk, kualitas, tekstur permukaan

dan gradasi agregat yaitu gesekan antar butiran agregat (internal friction) dan

penguncian antar agregat (interlocking). Nilai stabilitas dipengaruhi oleh

bentuk, kualitas, tekstur permukaan dan gradasi agregat yaitu gesekan antar

butiran agregat (internal friction) dan penguncian antar agregat

(interlocking), daya lekat (cohesion), dan kadar aspal dalam campuran.

Pemakaian aspal dalam campuran akan menentukan nilai stabilitas

campuran tersebut. Seiring dengan penambahan aspal, nilai stabilitas akan

meningkat hingga batas maksimum. Penambahan aspal diatas batas

maksimum justru akan menurunkan stabilitas campuran itu sendiri

sehingga lapis perkerasan menjadi kaku dan bersifat getas. Nilai stabilitas
11

berpengaruh pada fleksibilitas lapis perkerasan yang dihasilkan.

Syarat nilai stabilitas adalah lebih dari 800 kg. Lapis perkerasan

dengan nilai stabilitas kurang dari 800 kg akan mudah mengalami

rutting, karena perkerasan bersifat lembek sehingga kurang mampu

mendukung beban. Sebaliknya jika stabilitas perkerasan terlalu tinggi maka

perkerasan akan mudah etak karena sifat perkerasan menjadi kaku. Nilai

stabilitas benda uji diperoleh dari pembacaan arloji stabilitas pada saat

pengujian Marshall. Hasil tersebut dicocokkan dengan angka kalibrasi

proving ring dengan satuan lbs atau kilogram, dan masih harus dikoreksi

dengan faktor koreksi yang dipengaruhi oleh tebal benda uji. Nilai stabilitas

sesungguhnya diperoleh dengan persamaan di bawah ini:

S= p × q.................................................................................(2.2)

dimana :

S = angka stabilitas sesungguhnya

p = pembacaan arloji stabilitas x kalibrasi alat

q = angka koreksi benda uji

q = angka koreksi benda uji

b. Kelelahan (Flow)

Flow adalah besarnya penurunan atau deformasi vertikal benda uji

yang terjadi pada awal pembebanan sehingga stabilitas menurun, yang

menunjukkan besarnya deformasi yang terjadi pada lapis perkerasan

akibat menahan beban yang diterima. Deformasi yang terjadi erat kaitannya
12

dengan sifat-sifat Marshall yang lain seperti stabilitas. VIM dan VFA,

Nilai VIM yang besar menyebabkan berkurangnya.

Interlocking resistance campuran dan dapat berakibat timbulnya

deformasi. Nilai VFA yang berlebihan juga menyebabkan aspal dalam

campuran berubah konsistensinya menjadi pelicin antar batuan. Nilai flow

dipengaruhi oleh kadar dan viskositas aspal, gradasi agregat, jumlah dan

temperatur pemadatan. Akan tetapi campuran yang memiliki angka

kelelahan rendah dengan stabilitas tinggi cenderung menjadi kaku dan

getas. Sedangkan campuran yang memiliki angka kelelahan tinggi dan

stabilitas rendah cenderung plastis dan mudah berubah bentuk apabila

mendapat beban lalu lintas. Kerapatan campuran yang baik, aspal yang

cukup dan stabilitas yang baik akan memberikan pengaruh penurunan nilai

flow.

Syarat nilai flow adalah minimal 3 mm. Nilai flow yang rendah akan

mengakibatkan campuran menjadi kaku sehingga lapis perkerasan menjadi

mudah retak, sedangkan campuran dengan nilai flow tinggi akan

menghasilkan lapis perkerasan yang plastis sehingga perkerasan akan mudah

mengalami perubahan bentuk seperti gelombang (washboarding) dan alur

(rutting).

c. Kerapatan (density)

Density merupakan tingkat kerapatan campuran setelah campuran

dipadatkan. Semakin tinggi nilai density suatu campuran menunjukan

bahwa kerapatannya semakin baik. Nilai density dipengaruhi oleh beberapa


13

faktor seperti : gradasi campuran, jenis dan kualitas bahan susun, faktor

pemadatan dan jumlah pemadatan maupun temperatur pemadatan,

penggunaan kadar aspal dan penambahan bahan additive dalam campuran.

Campuran dengan nilai density yang tinggi akan mampu menahan beban

yang lebih besar dibanding dengan campuran yang dimiliki nilai density

yang rendah, karena butiran agregat mempunyai bidang kotak yang luas

sehingga gaya gesek (friction) antara butiran agregat menjadi besar.

Selain itu density juga mempengaruhi kekedapan campuran, semakin besar

nilai density campuran, maka campuran tersebut akan semakin kedap

terhadap air dan udara. Nilai kepadatan/density dihitung dengan persamaan

(2.2) dan (2.3) di bawah ini :

g=c ÷ f ......................................................................................(2.3)

f =d −e ......................................................................................(2.4)

dimana:

g = Nilai kepadatan (gr/cc)

c = Berat kering / sebelum direndam (gr)

d = Berat benda uji jenuh air (gr)

e = Berat benda uji dalam air (gr)

f = Volume benda uji (cc)

d. VIM (Void In The Mix)

VIM (Void In The Mix) merupakan persentase rongga yang terdapat

dalam total campuran. Nilai VIM berpengaruh terhadap keawetan lapis

perkerasan, semakin tinggi nilai VIM menunjukan semakin besar rongga


14

dalam campuran sehingga campuran bersifat pourous. Hal ini mengakibatkan

campuran menjadi kurang rapat sehingga air dan udara mudah memasuki

rongga-rongga dalam campuran yang menyebabkan aspal mudah teroksidasi.

Air akan melarutkan komponen-komponen yang akan teroksidasi sehingga

mengakibatkan terus berkurangnya kadar aspal dalam campuran. Penurunan

kadar aspal dalam campuran menyebabkan lekatan antara butiran agregat

berkurang sehingga terjadi pelepasan butiran (revelling) dan pengelupasan

permukaan (stripping) pada lapis perkerasan.

Syarat dari nilai VIM adalah 3,5% - 5%. Nilai VIM yang terlalu

rendah akan menyebabkan bleeding karena pada suhu yang tinggi viskositas

aspal menurun sesuai sifat termoplastisnya. Pada saat itu apabila lapis

perkerasan menerima beban lalu lintas maka aspal akan terdesak keluar

permukaan karena tidak cukupnya rongga bagi aspal untuk melakukan

penetrasi dalam lapis perkerasan. Nilai VIM yang lebih dari 5% akan

mengakibatkan berkurangnya keawetan lapis perkerasan, karena rongga yang

terlalu besar akan mudah terjadi oksidasi.

VIM adalah persentase antara rongga udara dengan volume total

campuran setelah dipadatkan. Nilai VIM akan semakin kecil apabila kadar

kadar aspal semakin besar. VIM yang semakin tinggi akan menyebabkan

kelelahan yang semakin cepat, berupa alur dan retak.

Nilai VIM dihitung dengan persamaan (2.5) sampai persamaan (2.8) di

bawah ini :

VIM =(100−i− j).................................................................(2.5)


15

..............................................................(2.6)

.....................................................................(2.7)

...................................................................(2.8)

dimana:

a = Persentase aspal terhadap batuan

b = Persentase aspal terhadap campuran

g = Persen rongga terisi aspal

i dan j = rumus subtitusi

e. VFA (Void Filled With Asphalt)

Void Filled With Asphalt (VFA) merupakan persentase rongga terisi

aspal pada campuran setelah mengalami proses pemadatan. Nilai VFA

dipengaruhi oleh faktor pemadatan, yaitu jumlah dan temperatur pemadatan,

gradasi agregat dan kadar aspal. Nilai VFA berpengaruh pada sifat

kekedapan campuran terhadap air dan udara serta sifat elasitas campuran.

Dengan kata lain VFA menentukan stabilitas, fleksibilitas dan durabilitas.

Semakin tinggi nilai VFA berarti semakin banyak rongga dalam campuran

yang terisi aspal sehingga kekedapan campuran terhadap air dan udara juga

akan semakin tinggi, tetap inilai VFA yang terlalu tinggi akan menyebabkan

bleeding.

Nilai VFA yang terlalu kecil akan menyebabkan campuran

kurang kedap terhadap air dan udara karena lapisan film aspal akan menjadi

tipis dan akan mudah retak bila menerima penambahan beban sehingga

campuran aspal mudah teroksidasi yang akhirnya menyebabkan lapis


16

perkerasan tidak tahan lama. Nilai VFA yang disyaratkan adalah minimal

63%. Nilai ini menunjukkan persentase rongga campuran yang berisi aspal,

nilainya akan naik berdasarkan naiknya kadar aspal sampai batas tertentu,

dimana rongga telah penuh. Artinya rongga dalam campuran telah terisi

penuh oleh aspal, maka persen kadar aspal yang mengisi rongga adalah persen

kadar aspal maksimum.

Nilai VFA dihitung dengan persamaan di bawah ini :

i .............................................................................(2.9)
VFA=100 ×
j ......

a
b= × 100..................................................................................(2.10)
100+ a

b×g
i= ×100 ...........................................................................(2.11)
bj .agregat

i=100− j ...........................................................................................(2.12)

dimana:

a = Persentase aspal terhadap batuan

b = Persentase aspal terhadap campuran

g = Persen rongga terisi aspal

i dan j = rumus subtitusi

f. VMA (Void In Mineral Agregate)

Void In Mineral Agregate (VMA) adalah rongga udara antar butir

agregat aspal padat, termasuk rongga udara dan kadar aspal efektif, yang

dinyatakan dalam persen terhadap total volume. Kuantitas terhadap


17

rongga udara berpengaruh terhadap kinerja suatu campuran karena jika VMA

terlalu kecil maka campuran bisa mengalami masalah durabilitas, dan jika

VMA terlalu besar maka campuran bisa memperlihatkan masalah stabilitas

dan tidak ekonomis untuk diproduksi.

Nilai VMA dipengaruhi oleh faktor pemadatan, yaitu jumlah dan

temperatur pemadatan, gradasi agregat, dan kadar aspal. Nilai VMA ini

berpengaruh pada sifat kekedapan campuran terhadap air dan udara serta sifat

elastis campuran. Dapat juga dikatakan bahwa nilai VMA menentukan nilai

stabilitas, fleksibilitas dan durabilitas. Nilai VMA yang disyaratkan adalah

15%.

g. Marshall Quotient (MQ)

Marshall Quotient adalah hasil bagi antara stabilitas dengan flow. Nilai

Marshall Quotient akan memberikan nilai fleksibilitas campuran. Semakin

besar nilai Marshall Quotient berarti campuran semakin kaku, sebaliknya bila

semakin kecil nilainya maka campuran semakin lentur. Nilai Marshall

Quotient dipengaruhi oleh nilai stabilitas dan flow. Nilai Marshall Quotient

yang disyaratkan adalah lebih besar dari 250 kg/mm. Nilai Marshall

Quotient di bawah 250 kg/mm mengakibatkan perkerasan mudah

mengalami washboarding, rutting dan bleeding, sedangkan nilai Marshall

Quotient yang tinggi mengakibatkan perkerasan menjadi kaku dan mudah

mengalami retak. Nilai dari Marshall Quotient (MQ) diperoleh dengan

persamaan (2.13) di bawah ini :

Mq=s ÷ f ......................................................................................(2.13)
18

dimana:

s = Nilai stabilitas

f = Nilai Flow

Mq= Nilai Marshall Quotient

Setelah dilakukan analisis dari pengujian Marshall, dan didapat nilai-

nilai karakteristik Marshall, dibuat grafik hubungan antara kadar aspal

terhadap nilai karakteristik tersebut. Berdasarkan grafik dan perbandingan

terhadap Spesifikasi yang diisyaratkan oleh Bina Marga, ditentukan kadar aspal

optimum campuran.

Tabel 2.2
Spesifikasi Agregat Gradasi Laston AC-BC

Ukuran Ayakan %Berat yang Lolos AC-BC


ASTM (mm) Gradasi Halus Gradasi Kasar
1” 25 100 100
3
/4” 19 90-100 90-100
1
/2" 12,5 74-90 71 – 90
3/8” 9,5 64-82 58 – 80
No. 4 4,75 47-64 37 – 56
No. 8 2,36 34,6-49 23 - 34,6
No.16 1,18 28,3 – 38 15 - 22,3
No. 30 0,6 20,7- 28 10 - 16,7
No. 50 0,3 13,7- 20 7 - 13,7
No. 100 0,15 4 – 13 5 – 11
No. 200 0,075 4–8 4–8
Sumber : Anonim (2010)
19

Gambar 2.1.
Ketentuan Sifat-sifat Campuran Laston AC-BC
(Sumber : Kementerian Pekerjaan Umum (2010))

6. Fungsi aspal

Aspal yang digunakan sebagai material perkerasan jalan berfungsi

sebagai:

1. Sebagai bahan pengikat antara agregat maupun antara aspal itu sendiri.

2. Sebagai bahan pengisi, mengisi rongga antar butir-butir agregat dan pori-

pori yang ada dari agregat itu sendiri.


20

Untuk dapat memenuhi kedua fungsi aspal itu dengan baik, maka aspal

haruslah memiliki sifat adhesi dan kohesi yang baik, serta pada saat

dilaksanakan mempunyai tingkat kekentalan tertentu.

Penggunaan aspal pada perkerasan jalan dapat dicampurkan pada agregat

sebelum dihamparkan (prahampar), seperti lapisan beton aspal atau disiramkan

pada lapisan agregat yan telah dipadatkan dan ditutupi oleh agregat-agregat

yang lebih halus (pascahampar), seperti perkerasan penetrasi makadam atau

pelaburan.

Pada proses pascahampar, aspal disiramkan pada lapisan agregat yang

telah dipadatkan, lalu diatasnya ditaburi butiran agregat halus. Pada keadaan ini

aspal akan meresap kedalam pori-pori antar butir agregat dibawahnya. Dengan

adanya aspal dalam campuran diharapkan diperoleh lapisan perkerasan yang

kedap air sehingga mampu melayani arus lalu lintas selama masa pelayanan

jalan. Oleh karena itu aspal harus mempunyai daya tahan (tidak cepat rapuh)

terhadap cuaca.

Adhesi adalah kemampuan agregat untuk mengikat aspal sehingga

dihasilkan ikatan yang baik antara agregat dengan aspal. Kohesi adalah

kemampuan aspal untuk mempertahankan agregat tetap ditempatnya setelah

terjadi pengikatan. Sifat ini dapat diperiksa dengan melakukan pengujian

tentang kelekatan aspal (stripping test). Agregat bersilika tinggi bersifat

hydrophilic, sehingga mempunyai ikatan dengan aspal yang kurang baik.

Agregat bersilika rendah mengikat aspal dan bersifat hidrophobic. Agregat


21

yang dapat digunakan sebagai material perkerasan jalan adalah agregat dengan

kelekatan agregat terhadap aspal minimun 95%.

7. Bahan Campuran Beraspal Panas

a. Agregat

Agregat adalah sekumpulan batu-batu pecah, kerikil, pasir atau

mineral lainnya baik berupa hasil alam maupun hasil buatan. Agregat

merupakan komponen utama dari lapisan perkersan jalan yaitu mengandung

90-95 % agregat. Agregat mempunyai peranan yang sangat penting dalam

prasarana transportasi, khususnya pada konstruksi perkerasan jalan. Daya

dukung perkerasan jalan ditentukan sebagian besar olek karakteristik agregat

yang digunakan. Dengan pemilihan agregat yang tepat dapat memenuhi syarat,

akan sangat menentukan keberhasian pembangunan jalan.

Menurut Silvia Sukirman (2003), agregat merupakan butir-butir batu

pecah, kerikil, pasir atau mineral lain, baik yang berasal dari alam maupun

buatan yang berbentuk mineral padat berupa ukuran besar maupun kecil atau

fragmen-fragmen.

Sedangkan menurut America Society for Testing and Materials

(ASTM) mendefinisikan agregat sebagai suatu bahan yang terdiri dari mineral

padat, berupa massa berukuran besar ataupun berupa fragmen- fragmen.

Agregat adalah bahan yang berbutir yang mempunyai komposisi mineral

seperti pasir, kerikil, batu pecah, atau komposisi mineral-minerallainnya, baik

berupa hasil alammaupun hasil pengolahannya yang merupakan bahan

utamauntuk konstruksi jalan.


22

Salah satu faktor penentu kemampuan perkerasan jalan dalam

memikul beban lalu lintas dan daya tahan terhadap cuaca adalah sifat agregat.

Sifat agregat menentukan kualitasnya sebagai bahan material perkerasan jalan,

sehingga diperlukan pemeriksaan terhadap sifat-sifat fisik dari material. Dalam

hal ini yang perlu untuk dilakukan pemeriksaan adalah gradasi, kebersihan,

kekerasan dan ketahanan agregat, bentuk butir, tekstur permukaan, porositas,

kemampuan untuk menyerap air, berat jenis, dan daya pelekatan dengan aspal

Secara umum agregat yang digunakan dalam campuran beraspal

dibagi atas 2 (dua) fraksi, yaitu :

1). Agregat kasar

Agregat kasar adalah material yang tertahan pada saringan no.8 (2,36

mm). Agregat kasar untuk campuran aspal harus terdiri dari batu pecah yang

bersih, kuat, kering, awet, bersudut, bebas dari kotoran lempung dan material

asing lainnya serta mempunyai permukaan tekstur yang kasar dan tidak bulat

agar dapat dapat memberikan sifat interlocking yang baik yang baik dengan

material yang lain. Tingginya kandungan agregat kasar membuat lapis

perkerasan lebih permeabel. Hal ini menyebabkan rongga udara meningkat dan

menurunnya daya lekat bitumen, maka terjadi pengelupasan aspal dari batuan.

Agregat kasar pada umumnya harus memenuhi persyaratanya yang

telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang ada, seperti tertera pada Tabel

2.3 :

Tabel 2.3.
Spesifikasi Gradasi Agregat Kasar
23

UKURAN SARINGAN
PERSEN LOLOS
INCHI MM
¾ 19 100
½ 12,5 30 – 100
3/8 8,5 0 – 55
No. 4 4,7 0 – 100
No.8 2,36 0–1
Sumber : Petunjuk Teknik No. 023/T/BT/1999

2). Agregat Halus

Agregat halus pasir alam merupakan hasil desintegrasi alami batuan

atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu. Agregat halus adalah

material yang lolos saringan no.8 (2,36 mm). Agregat dapat menigkatkan

stabilitas campuran dengan penguncian antara butiran. Selain itu agregat halus

juga mengisi ruang antara butir Bahan ini dapat terdiri dari butir-butiran batu

pecah atau pasir alam atau campuran dari keduanya. Agregat halus pada

umumnya harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan sesuai dengan

ketentuan yang ada, seperti tertera pada Tabel 2.6 di bawah :

Tabel 2.4.
Spesifikasi Gradasi Agregat Halus

UKURAN SARINGAN
PERSEN LOLOS
INCHI MM
3/8 9,5 100
No.4 4,75 90 – 100
No.8 2,36 8 – 100
No.30 0,06 25 – 100
24

No.200 0,075 3 – 11
Sumber : Petunjuk Teknik No. 023/T/BT/1999

8. Tes standar bahan aspal

Aspal merupakan hasil produksi dari bahan-bahan alam, sehingga

sifat-sifat aspal harus selalu diperiksa di laboratorium dan aspal yang

memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan dapat digunakan sebagai bahan

bahan pengikat perkerasan lentur.

a. Penetrasi

Penetrasi adalah masuknya jarum penetrasi ukuran tertentu, beban

tertentu dan waktu tertentu kedalam aspal pada suhu tertentu. Pengujian

penetrasi dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kekerasan aspal. Berdasarkan

nilai penetrasinya, semen aspal dibagi menjadi lima kelompok jenis aspal, yaitu

aspal 40-50, aspal 60-70, aspal 80-100, aspal 120-150, dan aspal 200-300. Di

indonesia, aspal yang umum digunakan untuk perkerasan jalan adalah aspal

pen 60/70 dan aspal pen 80/100.

b. Titik Lembek

Titik lembek adalah suhu dimana suatu lapisan aspal dalam cincin

yang diletakkan horisontal didalam larutan air atau gliserin yang dipanaskan

secara teratur menjadi lembek karena beban bola baja. Tujuan dari pengujian

ini adalah untuk menentukan suhu/angka titik lembek aspal yang berkisar

antara 30oC sampai 200oC dengan cara ring dan ball. Hasil pengujian ini

selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan kepekaan aspal terhadap suhu.


25

Adapun hasil yang dilaporkan adalah temperatur setiap bola menyentuh pela

dasar.

c. Titik Nyala

Titik nyala adalah suhu pada saat terlihat nyala singkat kurang dari 5

detik pada suatu titik diatas permukaan aspal. Tujuan dari pengujian titik nyala

aspal adalah untuk menentukan batas temperatur tertinggi dimana aspal mulai

menyala sehingga menjaga keselamatan agar pada waktu pemanasan aspal

tidak mudah terjadi kebakaran.

d. Daktilitas

Daktilitas aspal adalah nilai keelastisitasan aspal, yang diukur dari

jarak terpanjang, apabila diantara dua cetakan berisi bitumen keras yang ditarik

sebelum putus pada suhu 25oC dan dengan kecepatan 50 mm/menit (SNI 06-

2432-1991). Jarak minimal benang aspal hasil tarikan adalah minimal 100 cm.

Maksud pengujian ini adalah untuk mengukur jarak terpanjang yang

dapat ditarik antara 2 cetakan yang berisi aspal keras sebelum putus pada

temperatur dan kecepatan tarik tertentu. Pengujian ini juga dilakukan untuk

mengetahui bahan aspal mengandung bahan lain yang tidak menyatu dengan

aspal, karena bila ada bahan asing yang lain maka benang aspal hasil tarikan

mesin tidak akan mencapai panjang 100 cm. Pendapat lain mengatakan bahwa

tes dakilitas dimaksudkan untuk melihat kekuatan kohesi aspal, bila tarikan

tidak mencapai 100 cm maka dikhawatirkan bahan tidak punya kelenturan

cukup dan akan cenderung putus dan retak.

e. Berat Jenis Aspal


26

Berat jenis aspal adalah perbandingan antara berat jenis aspal padat

dan berat air suling dengan isi yang sama pada suhu 25 oC atau 15,6oC.

Pengujian ini ditujukan untuk memperoleh nilai berat jenis aspal keras denga

menggunakan rumus berat jenis hasil pengujian. Batasan minimal yang

dicantumkan dalam Spesifikasi ini mensyaratkan berat jenis diatas 1,0 gram/cc,

kalau terlalu ringan berarti bahan aspal tersebut kekurangan asphaltene dan

terlalu banyak minyak ringan yang mudah menguap dan kehilangan daya

lengketnya.

9. Pengertian Plastik

Plastik banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia, mulai

dari keperluan rumah tangga hingga industri. Penggunaan plastik sebagai

pengemas pangan terutama karena keunggulannya dalam hal bentuknya yang

fleksibel sehingga mudah mengikuti bentuk pangan yang dikemas, berbobot

ringan, tidak mudah pecah, bersifat transparan/tembus pandang, mudah diberi

label dan dibuat dalam aneka warna, dapat diproduksi secara massal, harga

relatif murah dan terdapat berbagai jenis pilihan bahan dasar plastik.

Plastik adalah jenis makromolekul yang dibentuk dengan proses

polimerisasi. Polimerisasi adalah proses penggabungan beberapa molekul

sederhana (monomer) melalui proses kimia menjadi molekul besar (polimer

atau makromolekul). Pengertian plastik menurut Surono (2013) merupakan

senyawa polimer yang unsur penyusun utamanya adalah Karbon dan

Hidrogen.
27

Plastik mempunyai peranan besar dalam kehidupan sehari-hari

biasanya digunakan sebagai bahan pengemas makanan dan minuman karena

sifatnya yang kuat, ringan dan praktis. Menurut definisi dari (Apriyanto 2007

dan Aryanti 2013 dalam Agustina Putri Serly ,2014) plastik sebagai material

polimer atau bahan pengemas yang dapat dicetak menjadi bentuk yang

diinginkan dan mengeras setelah didinginkan atau pelarutnya diuapkan.

Polimer adalah molekul yang besar yang telah mengambil peran yang penting

dalam teknologi karena mudah dibentuk dari satu bentuk ke bentuk lain dan

mempunyai sifat, struktur yang rumit. Hal ini disebabkan oleh jumlah atom

pembentuk yang jauh lebih besar dibandingkan dengan senyawa yang berat

atomnya lebih rendah. Umumnya suatu polimer dibangun oleh satuan struktur

yang tersusun secara berulang dan diikat oleh gaya tarik menarik yang kuat

yang disebut ikatan kovalen (Steven, 2007 dalam Sari Permata Dian,2014).

Plastik adalah polimer rantai panjang dari atom yang mengikat satu

sama lain. Rantai ini membentuk banyak unit molekul berulang, atau

"monomer". Istilah plastik mencakup produk polimerisasi sintetik, namun ada

beberapa polimer alami yang termasuk plastik. Plastik terbentuk dari

kondensasi organik atau penambahan polimer dan bisa juga terbentuk dengan

menggunakan zat lain untuk menghasilkan plastik yang ekonomis (Azizah,

2009 dalam Ningsih SW,2010).

Plastik merupakan suatu komoditi yang sering digunakan dalam

kehidupan sehari-hari. Hampir semua peralatan atau produk yang digunakan

terbuat dari plastik dan sering digunakan sebagai pengemas bahan baku.
28

Namun pada kenyataannya, sampah plastik menjadi masalah lingkungan

karena plastik membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengalami proses

daur ulang. Plastik memiliki beberapa keunggulan seperti ringan, fleksibel,

kuat, tidak mudah 7 pecah, transparan, tahan air serta ekonomis (Darni dkk.,

2005 dalam Sari Permata Dian,2014).

Plastik adalah senyawa polimer dengan struktur kaku yang terbentuk

dari polimerisasi monomer hidrokarbon yang membentuk rantai panjang.

Plastik mempunyai titik didih dan titik leleh yang beragam, hal ini berdasarkan

pada monomer pembentukannya. Monomer yang sering digunakan dalam

pembuatan plastik adalah propena (C3H6), etena (C2H4), vinil khlorida

(CH2), nylon, karbonat (CO3), dan styrene (C8H8).

10. Sifat-sifat Plastik Sesuai SNI

Sifat – sifat plastik sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI)

ditunjukan pada Tabel 2.5 adalah.

Tabel 2.5.
Sifat Mekanik Plastik Sesuai SNI

No. Karakteristik Nilai

1. Kuat Tarik (MPa) 24,7 – 302

2. Persen Elongasi (%) 21 – 220

3. Hidropobisitas (%) 99

Sumber: Darni dan Herti (2010)

Istilah plastik dan polimer seringkali dipakai secara sinonim. Namun

tidak berarti semua polimer adalah plastik. Plastik merupakan polimer yang
29

dapat dicetak menjadi berbagai bentuk yang berbeda. Plastik dapat

digolongkan berdasarkan :

a. Sifat Fisiknya terbagi menjadi 2 yaitu :

1). Polimer Termoplastik

Polimer termoplastik adalah polimer yang mempunyai sifat tidak

tahan terhadap panas. Jika polimer jenis ini dipanaskan, maka akan menjadi

lunak dan jika didinginkan akan mengeras. Proses tersebut dapat terjadi

berulang kali, sehingga dapat dibentuk ulang dalam berbagai bentuk melalui

cetakan yang berbeda untuk mendapatkan produk polimer yang baru. Polimer

yang termasuk polimer termoplastik adalah plastik. Polimer termoplastik

memiliki sifat-sifat khusus sebagai berikut :

a) Berat molekul kecil.

b) Tidak tahan terhadap panas.

c) Jika dipanaskan akan melunak.

d) Jika didinginkan akan mengeras.

e) Mudah untuk diregangkan.

f) Fleksibel.

g) Titik leleh rendah.

h) Dapat dibentuk ulang (daur ulang).

i) Mudah larut dalam pelarut yang sesuai.

j) Memiliki struktur molekul linear/bercabang.

2). Polimer Termosetting


30

Polimer termosetting adalah polimer yang mempunyai sifat tahan

terhadap 10 panas. Jika polimer ini dipanaskan, maka tidak meleleh sehingga

tidak dapat dibentuk ulang kembali. Susunan polimer ini bersifat permanen

pada bentuk cetak pertama kali (pada saat pembuatan). Bila polimer ini

rusak/pecah, maka tidak dapat disambung atau diperbaiki lagi. Polimer

termosetting memiliki ikatan-ikatan silang yang mudah dibentuk pada waktu

dipanaskan. Hal ini membuat polimer menjadi kaku dankeras. Semakin banyak

ikatan silang pada polimer ini, maka semakin kaku dan mudah patah. Bila

polimer ini dipanaskan untuk kedua kalinya, maka akan menyebabkan rusak

atau lepasnya ikatan silang antar rantai polimer. Sifat polimer termosetting

sebagai berikut :

a) Keras dan kaku (tidak fleksibel).

b) Jika dipanaskan akan mengeras.

c) Tidak dapat dibentuk ulang (suka didaur ulang).

d) Tidak dapat larut dalam pelarut apapun.

e) Jika dipanaskan akan meleleh.

f) Tahan terhadap asam basa.

g) Mempunyai ikatan silang antar rantai molekul.

11. Plastik dan Perkerasan

Menurut Suroso (2008), pencampuran plastik untuk menaikkan

kinerja campuran beraspal ada dua cara yaitu cara basah dan cara kering.

a. Cara basah (wet process) yaitu suatu cara pencampuran dimana plastik

dimasukkan kedalam aspal panas dan diaduk dengan kecepatan tinggi


31

sampai homogen. Cara ini membutuhkan tambahan dana cukup besar

antara lain bahan bakar, mixer kecepatan tinggi sehingga aspal modifikasi

yang dihasilkan harganya cukup besar bedanya dibandingkan dengan aspal

konvensional.

b. Cara kering (dry process) yaitu suatu cara pencampuran dimana plastik

dimasukkan kedalam agregat yang dipanaskan pada temperatur

campuran, kemudian aspal panas ditambahkan. Cara ini lebih murah,

dikatakan lebih murah karen tidak perlu ada aspal yang harus dikeluarkan

dari tangki aspal di AMP (Asphalt Mixing Plant) apabila tangki aspal akan

digunakan untuk keperluan pencampuran aspal dengan aspal konvensional.

Selain lebih murah, cara kering ini juga lebih mudah karena hanya dengan

memasukkan plastik dalam agregat panas, tanpa membutuhkan peralatan

lain untuk mencampur (mixer). Kekurangan cara ini adalah harus benar-

benar dapat dipertanggung jawabkan kehomogenan dan keseragaman

kadar plastik yang dimasukkan/ dicampurkan.

12. Titik Leleh Plastik

Tabel 2.6.
Titik Leleh Pada Plastik

No. Jenis Plastik Kelelehan (˚Celcius)

1. PE/PETE (Polyethylene 110


Terephthalate)
2. HDPE (High Density 130
Polyethylene)
3. LDPE (Low Density 115
Polyethylene)
32

4. PVC (Polyvinyl Chloride) 175


5. PP (Polypropilena) 160
6. PS (Polystyrene) ≤ 90

LDPE adalah plastik tipe cokelat sering dipakai untuk tempat

makanan, plastik kemasan, dan botol-botol yang bersifat lunak. Plastik LDPE

memiliki ciri kuat, agak tembus cahaya, fleksibel dan permukaan agak

berlemak. LDPE mempunyai massa jenis antara 0,91-0,94 gmL-1, separuhnya

berupa kristalin (50- 60%) dan memiliki titik leleh 1150C. (Billmeyer, 1971).

Secara fisik LDPE lebih fleksibel dan kerapatannya lebih kecil dibandingkan

HDPE. Perkembangan selanjutnya, telah diproduksi LDPE yang memiliki

bentuk linier dan dinamakan Low Linear Density Poliethylene (LLDPE).

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dan dijadikan referensi pada

penelitian ini diantaranya :

1. Penelitian ini dilakukan oleh Sri Yuniarti, Rais Rachman, dan Alpius

(2020)

Penelitian ini dimaksudkan untuk studi karakteristik campuran AC-

BC berdasarkan limbah kantong plastik sebagai bahan tambah. Pencampuran

dilakukan dengan menambahkan potongan plastik pada campuran aspal

berdasarkan cara kering. Metode dalam penelitian ini adalah melakukan

serangkaian pengujian karakteristik agregat kasar, halus, dan filler kemudian

merancang komposisi campuran AC-BC serta pengujian Marshall untuk

mendapatkan karakteristik campuran dan pengujian Marshall Immersion untuk


33

memperoleh indeks kekuatan sisa (IKS). Melalui uji Marshall, kadar limbah

kantong plastik yang digunakan yaitu 0%, 0,5%, 1%, 1,5%, dan 2%. Hasil

penelitian yang dilakukan di laboratorium Jalan dan Aspal Fakultas Teknik

Jurusan Sipil Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar, menunjukkan

bahwa penggunaan bahan tambah (Additive) pada campuran aspal beton lapis

antara dapat meningkatkan nilai stabilitas. Nilai stabilitas akibat penambahan

plastik pada campuran aspal meningkat dibandingkan campuran aspal tanpa

plastik. Kadar penambahan plastik yang baik untuk campuran aspal yaitu 2%

karena selain nilai stabilitasnya tinggi, parameter Marshall seperti VIM, Flow,

VMA, dan VFB juga telah memenuhi syarat Spesifikasi Direktorat Jendral

Bina Marga 2018.

2. Penelitian ini dilakukan Anita Rahmawati dan Rama Rizana (2016)

Penelitian ini dilakukan dengan meninjau dampak penambahan plastik

low linear density poly ethylene ( LLDPE ) dalam campuran lapisan AC-BC.

Selanjutnya, menghitung nilai kadar aspal optimum dan dilanjutkan dengan

pembuatan benda uji untuk menentukan nilai kadar aspal optimum setelah

proses analisis dengan melakukakn proses pengukuran, penimbangan, dan

pengujian dengan alat Marshall. Dari hasil analisa didapatkan nilai kadar

aspal optimum yang memenuhi keenam syarat kriteria campuran aspal sesuai

Spesifikasi Bina Marga 2010 revisi III yaitu 6,5 %. Setelah itu dilanjutkan

proses variasi dengan penambahan plastik low linear density poly ethylene

( LLDPE ) dengan kadar persen 1 %, 3 %, 5 %, 7 %, 9% dihitung dari berat

aspal. Dari proses analisa hasil pengujian, pada nilai stabilitas semakin
34

bertambahnya kadar LLDPE semakin bertambah nilai stabilitas nya. Akan

tetapi pada nilai VIM tidak ada yang memenuhi standar Spesifikasi Bina

Marga 2010 revisi III. Pada Nilai penetrsi aspal campuran mengalami

penurunan.

3. Penelitian ini dilakukan Frangki Hartono Sitorus (2018)

Hasil pengujian Marshall menunjukkan stabilitas rata – rata tanpa

penambahan plastik sebesar 4004,316 kg dan pelelehan rata-rata 3,10 mm

penambahan plastik sebanyak 4% menghasilkan stabilitas rata – rata 4637,348

kg dan pelelehan rata – rata 2,92 mm penambahan plastik sebanyak 6%

menghasilkan stabilitas rata – rata 4670,814 kg dan pelelehan rata – rata 2,79

mm. Setelah dilakukaan pengujian Marshall di dapatkan hasil bahwa pada

penambahan plastik jenis Low Density Poliethylene sebanyak 4% dapat

digunakan untuk campuran AC – WC namun untuk penambahan 6% sudah

menunjukkan nilai pelelehan yang terlalu kecil dan tidak dapat digunakan

untuk lapisan AC – WC.

4. Penelitian yang dilakukan Muhammad Iqbal (2018)

Dengan penggunaan plastik Low Density Poly Ethilene (LDPE) pada

campuran aspal dapat mengurangi limbah plastik yang ada di lingkungan dan

menghasilkan perkerasan yang ramah lingkungan. Pada penelitian ini,

dilakukan pengujian karakteristik Marshall pada campuran Asphalt Concrete

Wearing Course (AC-WC) dengan penambahan RAP dan zat adiktif plastik

LDPE. Pernambahan RAP yang digunakan adalah 35% dengan variasi zat

adiktif palstik LDPE 0%, 1%, 3%, dan 5%. Nilai stabilitas yang diperoleh
35

meningkat sebesar 12,32% pada kadar plastic 5% dibandingkan kadar plastic

0%. Kadar plastik optimum dalam campuran diperoleh 4,8% dengan kadar

aspal optimum 6,45%.

5. Penelitian yang dilakukan Suraya Fitri, Sofyan M. Saleh, Muhammad

Isya (2018)

Dari penelitian diketahui karakteristik Marshall Aspal Beton Lapis

Antara (Asphalt Concrete-Binder Course, AC– BC) menggunakan material

basalt dengan lapisan beton aspal Pen 60/70 dan variasi persentase bahan

tambahan aditif kantong plastik bekas dari kadar aspal optimum (KAO) telah

memenuhi Spesifikasi umum divisi 6 perkerasan aspal tahun 2010, sehingga

pada penerapan di lapangan mampu menahan beban lalu lintas.

C. Kerangka Pikir

Lapisan AC – BC adalah jenis perkerasan jalan yang terdiri dari

campuran agregat dan aspal yang berfungsi sebagai lapisan penutup dari

konstruksi jalan yang harus mampu menjaga kestabilan jalan akibat dari beban

kendaraan dan pengaruh cuaca, pada penelitian ini ditambahkan limbah plastik

sebagai bahan tambah pada campuran lapisan Aspal dengan tujuan apabila

menunjukkan hal positif dapat digunakan di jalan Indonesia dan sekaligus

menjadi salah satu solusi sampah plastik di Indonesia. Berdasarkan informasi

yang ditemukan, modifikasi dengan Polymer dapat menaikkan sifat-sifat

karakteristik aspal antara lain: Titik lembek, PI, Ketahanan terhadap gaya

geser, retak, alur dan seal. Polymer modified lebih tahan terhadap suhu

perkerasan yang tinggi karena mempunyai titik lembek tinggi 50-85°C


36

dibandmgkan dengan aspal minyak yang titik lembeknya antara 44-49°C,

sehingga pada suhu perkerasaan tinggi aspal modified tidak mudah mengalir,

dapat memperpanjang umur pakai, dapat menghasilkan aspal yang dapat

memenuhi kreteria tersebut diatas dengan harga lebih murah dan mudah

didapat (Suroso, T. W, 1997).

Polymer adalah bahan yang terdiri dan banyak molekul yang disebut

manomer yang terdiri dari moleku-molekul panjang dapat berupa rantai lurus

bercabang, cincin bergabung dengan rantai lurus. Macam-macam Polymer

yang telah digunakan sebagai bahan bahan tambah aspal adalah Polypropylene,

poly Ethylene, EVA, SBR, dan lain-lainnya. Polymer yang digunakan untuk

keperluan jalan ada dua yaitu Plastomer dan Elastomer. Contoh Elastomer

adalah Karet alam, Styrene Butadien Rubber (SBR), Styrena Butadine Styrene

dan Neoprene. Contoh Plastomer adalah Poly Propylene High and Low

Density, Poly Ethylene High andLow Density, Ethyl Vinyl Acetat (EVA)

(Suroso, T.W, 1997).


37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang dimulai dengan

pengambilan sampel yang berasal dari limbah masyarakat yaitu limbah botol

plastik, dimana sebelum limbah dicampurkan kedalam bitumen panas perlu di

cacah terlebih dahulu dengan ukuran sekitar 2 cm berbentuk persegi. Setelah

itu dilanjutkan dengan persiapan agregat campuran aspal seperti agregat halus

(abu batu atau pasir), dan agregat kasar (batu pecah 0,5-1, batu pecah ukuran

10-20 mm dan 20-30 mm). Ukuran benda uji atau briket untuk lapisan aspal

AC-BC adalah 6 cm untuk tingginya dan untuk lebarnya adalah 8 cm. Selain

itu metode yang dilakukan dalam pencampuran aspal dan bahan tambah adalah

Cara kering (dry process) yaitu suatu cara pencampuran dimana plastik

dimasukkan kedalam agregat yang dipanaskan pada temperatur


38

campuran, kemudian aspal panas ditambahkan. Cara kering ini lebih mudah

dikerjakan karena hanya dengan memasukkan plastik dalam agregat panas,

tanpa membutuhkan peralatan lain untuk mencampur seperti mixer. Metode

lain yang digunakan juga dalam pencampuran aspal dan limbah yaitu

menggunakan metode subtitusi.

Adapun rencana variasi benda uji yang akan dibuat adalah campuran

aspal dengan bahan tambah limbah botol plastik sesuai KAO yang didapat.

Tabel 3.1.
Desain Penelitian

Desain Penelitian Jumlah


No. Sampel Penambahan Limbah Plastik (%) Bnda Uji
3% 3,5% 4%
1. Plastik (1) 3 3 3 9
Total 9

B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian

1. Waktu Pelaksanaan penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan mulai dibulan Mei 2020. Berdasarkan

tabel 3.2 dapat dilakukan alokasi waktu kegiatan penelitian yang penulis lakukan.

Tabel 3.2.
Waktu Penelitian

Bulan
No. Jenis Kegiatan Ju
Mei Juni Agst Sept
l
39

1. Persiapan Penulisan Proposal


2. Penulisan Proposal
3. Seminar Proposal
4. Revisi Proposal
5. Pelaksanaan Penelitian
6. Analisis Data
7. Penulisan Laporan/Skripsi
Pelaksanaan Ujian Skripsi dan
8. Revisi

2. Tempat pelaksanaan penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Uji Bahan Jurusan Pendidikan

Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar.


40

Gambar 3.1
Lokasi Pelaksanaan Penelitian

3. Pembuatan benda uji

Benda uji campuran lapisan Aspal di buat di Laboratotium Uji Bahan

Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas

Negeri Makassar,dengan membedakan setiap sampel bahan tambah limbah

plastik.

C. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Uji Bahan Jurusan Pendidikan

Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar,

dengan dasar menggunakan metode pengujian yang mengacu pada Spesifikasi


41

Umum Bina Marga Tahun 2018 revisi 2. Bahan yang digunakan yaitu berupa batu

pecah, dan abu batu yang berasal dari Kabupaten Gowa. Dalam pelaksanaan

pengujian ini benda uji yang sudah jadi dalam bentuk briket akan di uji sesuai

dengan sifat-sifat Marshall. Dalam pengujian tersebut menggunakan bahan

tambah limbah botol air minum masing-masing limbah tersebut menggunakan 3

sampel untuk dilakukan pengujian pada limbah plastik dengan jenis Low Density

PolyEthylene. Masing-masing sampel ditambahkan limbah plastik sebanyak 3%,

3,5% dan 4%.

Penentuan proporsi masing-masing agregat yang akan diuji harus

memenuhi syarat Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 revisi 2. Gradasi gabungan

ditunjukkan dalam persen terhadap berat agregat. Dalam Spesifikasi Umum Bina

Marga 2018 revisi 2 gradasi gabungan untuk campuran aspal harus memenuhi

batas-batas gradasi. Selain itu aspal yang digunakan dalam pengujian ini yaitu

aspal penetrasi 60/70 untuk lapisan AC-BC. Pengujian pada campuran aspal

meliputi pengujian berat jenis maksimum campuran beraspal (SNI 03-6893-2002)

dan pengujian sifat-sifat Marshall (SNI 06-2489-1991).

D. Persiapan Peralatan dan Pengambilan Sampel

Pada pemeriksaan ini penulis menggunakan metode persyaratan yang

dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderall Bina Marga,

yaitu Manual Pemeriksaan Bahan Jalan (MPBJ).

1. Pengujian Agregat Kasar dan Agregat Halus

Ada beberapa pengujian agregat yang dilakukan dalam penelitian ini,

dimana pengujian tersebut dirangkum pada Tabel 3.3 dan 3.4. di bawah.
42

Tabel 3.3
Standar Pengujian Agregat Kasar.

No. Pengujian Standar Spesifikasi


1. Analisa saringan agregat SNI 03-2834:2000
kasar
2. Berat Jenis agregat kasar Min 2,5
b. Berat jenis bulk SNI-1969:2008. Max 2,8
c. Berat jenis SSD
Max 1%
3. Kadar lumpur agregat kasar SNI 03-4142-1996

4. Abrasi agregat kasar SNI-2417:2008 Max 40%

Tabel 3.4
Standar Pengujian Agregat Halus

No. Pengujian Standar Spesifikasi


1. Analisa saringan agregat halus SNI 03-2834:2000

2. Berat Jenis agregat halus SNI-1969:2008. Min 2,3- 2,6


3. Kadar lumpur agregat halus SNI 03-4142-1996 Max 5%

2. Pemeriksaan Aspal

Aspal yang akan digunakan dalam penelitian perlu dilakukan pengujian

terlebih dahulu, dimana pengujian yang dilakukan untuk aspal keras penetrasi

60/70 adalah pengujian Penetrasi aspal sesuai SNI 06-2456-1991, Titik Lembek

pada aspal sesuai SNI 06-2434-1991, Titik Nyala sesuai SNI 06-2433-1991,

pengujian Daktalitas sesuai SNI 06-2432-1991 dan pengujian Berat Jenis aspal.
43

3. Persiapan Penambahan Limbah Botol Plastik

Penambahan limbah pada bitumen panas perlu diberikan perlakuan

terlebih dahulu sebelum dicampurkan, diantaranya sebagai berikut:

a. Pencucian limbah botol plastik menggunakan air mengalir agar bersih dan

terhindar dari zat-zat lain yang menempel pada botol tersebut.

b. Menggunting botol plastik agar mempermudah pada saat proses pencampuran

dalam bitumen. Ukuran limbah yang digunakan dalam pencampuran ini kurang

dari 3 cm dan berbentuk persegi.

c. Menimbang dan mengelompokkan limbah botol plastik sesuai dengan berat

masing-masing presentasi penambahan limbah yang akan digunakan dalam

campuran aspal.

4. Penentuan Jumlah dan Persiapan Benda Uji

a. Penentuan Jumlah Benda Uji

Banyaknya benda uji yang dibuat untuk kebutuhan penelitian ini, dapat

dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.5
Perhitungan benda Uji

Desain Penelitian Jumlah


No. Sampel Penambahan Limbah Plastik (%) Bnda Uji
3% 3,5% 4%
1. Plastik (1) 3 3 3 9
Total 9
44

b. Perancangan Agregat Gabungan

Perancangan ini adalah perancangan antara agregat dan aspal cair dimana

kadar aspal yang digunakan adalah kadar aspal optimum.

c. Pembuatan Benda Uji

Benda uji dibuat dengan menggunakan kadar aspal optimum dengan

penambahan limbah botol plastik sesuai variasi persen yang ditentukan. Ukuran

benda uji yang dibuat untuk lapisan aspal AC-BC adalah 6 cm untuk tebalnya dan

8 cm untuk lebarnya.

E. Pengumpulan Data

Teknik pengambilan data yang digunakan untuk bahan penulisan tugas

akhir ini antara lain :

1. Observasi atau teknik penelitian, yaitu dengan mengadakan pengamatan

langsung di setiap jalan, bahwa banyaknya limbah plastik (Botol air mineral) yang

di buang tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu,akibat dari observasi tersebut

peneliti bertujuan untuk memanfaatkan limbah plastik dengan menambahkannya

pada campuran aspal dengan tujuan limbah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai

bahan tambah untuk campuran aspal.


45

Gambar 3.2.
(Hasil Observasi Pengepul Limbah Plastik)

2. Teknik dokumentasi, yaitu mengambil gambar secara langsung (foto) pada

bagian – bagian pekerjaan selama pengujian berlangsung, dan hasil dari

observasi. Dimana dalam observasi peneliti mengunjungi langsung tempat

pengepul plastik yang banyak di daerah Antang.

F. Diagram Penelitian

Mulai

Persiapan Alat dan Bahan

Pengujian Karakteristik

Pengujian Agregat
Pengujian
Aspal
Pengujian Pengujian
Agregat Agregat Penetrasi
Kasar Halus Titik
Analisa Analisa
Lembek
Saringan Saringan
Penyerapan Penyerapan Titk Nyala
Kadar Kadar & Titik
Lumpur Lumpur Bakar
Abrasi Daktalitas
46

A
Tidak
Memenuh
i Syarat
Pembuatan Briket

Ya
Persyaratan VMA, VIM, VFA,
Rancangan Pencampuran
Stabilitas, Kelelehan, dan
Marshall Quentient

Penentuan K A O
Berdasarkan Karakteristik
Campuran

Persiapan Plastik
Perendaman Benda Uji Pada
Suhu 60o C Pembuatan Benda Uji Kadar
Plastik 3%,3,5%, dan 4%

Uji Marshall Karakteristik


Campuran Aspal Beton

Analisa & Evaluasi

Kesimpulan

Selesai
47

Gambar . 3.3
Flowchart Penelitian
G. Analisis Data

Dalam Penelitian ini data yang diperoleh diolah dan dianalisa dengan

memasukkan hasil dari masing-masing pengujian seperti hasil pengujian yang

meliputi pengujian agregat campuran aspal, pengujian berat jenis maksimum

campuran beraspal (SNI 03-6893-2002) dan pengujian sifat-sifat Marshall

(SNI 06-2489-1991), adapula pengujian stabilitas yang merupakan parameter

untuk mengukur kemampuan dari campuran beraspal untuk menahan

deformasi yang disebabkan oleh suatu pembebanan, dan juga hasil dari

kelelehan yang merupakan parameter yang menjadi indikator terhadap

kelenturan atau perubahan bentuk plastis campuran beraspal yang diakibatkan

oleh beban dan hasil pengujian Marshall pada aspal yang ditambahkan dengan

limbah plastik jenis Low Density PolyEthylene dengan masing-masing

presentase penambahan limbah plastik sebanyak 3%, 3,5% dan 4%.


48

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Bahan agregat yang digunakan pada penelitian ini, terdiri dari agregat

kasar (Batu Pecah 0,5-1, Batu Pecah 1-2 dan Batu Pecah 2-3) dan agregat halus

(Abu Batu) yang diperoleh dari PT. Sinar Jaya Abadi Kabupaten Gowa. Alat yang

digunakan dalam pengambilan agregat dari Batching Plant yaitu sekop dan juga

plat, plat tersebut digunakan untuk menahan agregat agar gundukan agregat yang

diambil tidak berhamburan kebawah. Selain itu agregat yang diambil dari

Batching Plant dimasukkan kedalam karung berukuran sedang.

Gambar 4.1
Pengambilan Agregat Kasar dan Halus di Batching Plant
(Sumber : Dokumentasi Pribadi Penelit)i

Dalam penelitian ini ada beberapa langkah pengujian yang dilakukan,

langkah pertama yaitu pengujian agregat kasar dan juga agregat halus. Hal

tersebut dilakukan untuk mengetahui karakteristik fisik dan kelayakan terhadap


49

spesifikasi pada masing-masing agregat. Item-tem pengujian agregat tersebut

meliputi seperti apa yang telah diperlihatkan pada Tabel 3.3 dan Tabel 3.4. pada

Bab III sebelumnya termasuk dengan standar yang digunakan. Pengujian agregat

untuk mendukung proses desain campuran terdiri dari pengujian Analisa saringan,

Spesific Grafity dan Berat Volume, sedangkan untuk mengetahui kelayakan

agregat yaitu pengujian Kadar Lumpur dan Abrasi. Aktifitas pelaksanaan

pengujian agregat dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2. memperlihatkan aktifitas dari setiap pengujian agregat,

diantaranya proses pengujian Analisa Saringan, pengujian analisa saringan untuk

agregat halus menggunakan saringan No.4, No. 8, No. 16, No. 30, No. 50,

No.100, No. 200 dan PAN. Sedangkan saringan yang digunakan untuk agregat

kasar yaitu saringan yang ukurannya mulai dari No. ¾”, No. 1/2”, No. 3/8” dan

No. 4.

Aktifitas lainnya yaitu pelaksanaan pengujian Spesific Grafity. Sebelum

dilakukan pengujian Spesific grafity hal pertama yang disiapkan yaitu

agregat,agregat yang akan digunakan direndam terlebih dahulu selama 24 jam.

Hal itu disebabkan untuk mengurangi pori-pori yang ada pada agregat baik

agregat kasar maupun agregat halus, agar nantinya nilai dari berat jenis yang

didapatkan tidak melebihi Spesifikasi.

Pengujian berat volume juga dilakukan dalam penelitian ini. Pengujian ini

dilakukan untuk mengetahui berat agregat dalam kondisi padat dan juga dalam

kondisi gembur. Gambar 4.2 menunjukkan pengujian berat volume dalam kondisi
50

padat dan juga kondisi gembur. Agregat yang dimasukkan dalam mould bertahap

dengan 3 lapis yang kira-kira setiap lapisan memiliki tebal yang sama kemudian

dipadatkan menggunakan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tumbukan

perlapisnya.

Gambar 4.2.
Proses Pengujian Karakteristik Agregat : a) Pengeringan agregat menggunakan oven. b)
Penimbahngan agregat yang akan digunakan dalam pengujian analisa saringan. c) Persiapan
saringan. d) Pengujian Analis saringan. e) Perendaman agregat untuk pengujian berat jenis. f)
Pengujian berat jenis agregat (SDD). g) Penimbangan mould untuk pengujian berat volume. h)
Pengujian Berat Volume Agregat. i) Penimbangan Agregat Untuk Pengujian Abrasi. j) Alat
yang digunakan dalam Pengujian Abrasi (Los Angels) . k) Pengujian Abrasi
(Sumber : Dokumentasi Pribadi Penelit)i

Langkah kedua yaitu pengujian karakteristik aspal, jenis aspal yang

digunakan pada penelitian ini adalah aspal cair penetrasi 60/70, aspal cair jenis ini

sangat cocok digunakan di daerah Indonesia timur dengan volume lalu lintas yang

lebih padat. Langkah ketiga yaitu penentuan komposisi agregat gabungan ,

langkah keempat pembuatan benda uji untuk mengetahui penentuan kadar aspal

optimum (KAO) yang akan digunakan. Langkah kelima yaitu melakukan


51

pengujian sifat-sifat Marshall pada benda uji KAO, sifat-sifat Marshall

diantaranya yaitu Marshall Quetiont, VMA, VIM, VFA, Stabilitas, Flow dan

Density, dan langkah keenam yaitu pembuatan benda uji dengan bahan tambah

limbah plastik, limbah yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah dengan

jenis Low Density PolyEthelyn (LDPE) atau limbah botol plastik dengan

menggunakan metode subtitusi pada penambahan limbah plastik, yang kemudian

dilanjut sampai ke pengujian sifat-sifat Marshall

Benda uji yang akan dibuat dalam bentuk briket silinder dengan berat

sekitar 1100 gr dengan tinggi sekitar 6 cm dan lebar 8 cm untuk lapisan AC-BC

dengan menggunakan mould. Simulasi awal yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah menentukan kadar aspal optimum (KAO) dari campuran AC-BC,dalam

pembuatan KAO variasi penambahan yang digunakan ada lima yaitu 4,5%, 5%,

5,5%, 6%, dan 6,5% dengan masing-masing satu benda uji sehingga jumlah dari

benda uji untuk penentuan KAO ada 5 benda uji yang diperoleh pada simulasi ini.

Selanjutnya akan digunakan dalam simulasi selanjutnya dengan menambahkan

limbah botol plastik, untuk variasi penambahan yang digunakan dalam

penambahan limbah botol plastik ini yaitu 3%, 3,5% dan 4% dengan masing-

masing variasi dibuatkan 3 benda uji sehingga benda uji yang dibuat pada

simulasi ini ada 9 buah. Selain itu, perlakuan yang dilakukan pada limbah botol

plastik tersebut yaitu dengan mencuci limbah terlebih dahulu,kemudian

dilanjutkan dengan proses pengeringan limbah, setelah limbah kering dilanjutkan

pada proses pencacahan limbah sebelum ditambahkan pada campuran bitumen

panas. Plastik yang dicampurkan pada bitumen panas sebelumnya di timbang


52

terlebih dahulu untuk mengetahui berapa berat yang dibutuhkan dalam setiap

variasi penambahan limbah. Gambar 4.3. di bawah menampilkan perlakuan

limbah botol plastik sebelum ditambahkan pada bitumen panas.

Gambar 4.3.
Proses Persiapan Penambahn Limbah Botol Plastik : a) Observasi Limbah Pada Pengepul. b)
Proses Pembersihan Limbah. c) Proses Pencacahan Limbah Sebelum ditambahkan Pada Bitumen.
d) Proses Penimbangan Limbah yang sudah di cacah.
(Sumber : Dokumentasi Pribadi Peneliti)

B. Analisa Data

1. Hasil Pengujian Karakteristik Agregat

Pengujian karakteristik agregat baik agregat halus maupun agregat kasar

dilakukan untuk mengetahui data yang diperolah dalam pembuatan desain

campuran (Mix Design) dan juga untuk megetahui standar kelayakan agregat

sesuai Standar Nasional Indonesia. Semua pengujian agregat tersebut dilakukan di

Laboratorium Uji Bahan Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan

Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar. Pada Tabel 4.1. memperlihatkan

semua hasil dari setiap pengujian diantaranya adalah pengujian analisa saringan,

pengujian berat jenis, pengujian berat volume, pengujian kadar lumpur dan juga

abrasi.
53

Tabel 4.1.
Hasil Pengujian Karakteristik Agregat

Karakteristik Agregat Haasil Pengujian Agregat Satuan


Abu Batu BP 0,5-1 BP 1-2 BP 2-3
Analisa Saringan Zona 3 Size 10 Size 20 Size 20
mm mm mm
Berat Jenis
Apparent Specific Gravity 2,55 2,73 2,64 2,74 gram
Bulk Specific Gravity On Dry Basic 2,62 2,58 2,48 2,49 gram
Bulk Specific Gravity On SSD Basic 2,73 2,64 2,54 2,58 gram
Berat Volume
Kondisi Gembur 1,45 1,22 1,25 1,23 Kg/liter
Kondisi Padat 1,67 1,35 1,40 1,46 Kg/liter
Kadar Lumpur 0,1 0,44 0,40 0,43 %
Abrasi 18,60 5,76 %
Sumber : Hasil Pengujian Labolatorium

Gradasi analisa saringan agregat halus abu batu dominan masuk dalam

gradasi zona 3 atau zona agak halus meskipun pada saringan No. 16 dan No. 30

sedikit keluar dari spesifikasi hal tersebut di pengaruhi karena hasil yang lolos

lebih sedikit dibanding dengan spesifikasi. Dimana pada spesifikasi untuk

saringan No. 16 minimal presentasi yang lolos sekitar 75-100% sedangkan hasil

yang lolos hanya 63,05% dan untuk saringan No. 30 spesifikasi saringan tersebut

minimal 60% dan maksimal 100% sedangkan hasil yang lolos hanya 46,90%.

Untuk hasil data yang lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 1,

dan untuk grafiknya dapat dilihat pada Gambar 4.4.


54

% Komulatif Lolos
Gradasi Pada Zone 3
100 100 100 100 100
Hasil 100.00 100.00
Spesifikasi 79 85.90
63.05 50
40 46.90

10 26.20
13.05 0
0.1 1 10
Ukuran Saringan (mm)
Gambar 4.4.
Grafik Gradasi Abu Batu Hasil Analisa Saringan
(Sumber : Hasil Penelitian Laboratorium)

Gradasi pada Size max 10 mm


100
% Komulatif Lolos

Hasil 80
Spesifikasi 60
40
20
0
1.0 10.0 100.0
Ukuran saringan

Gambar 4.5.
Grafik Gradasi Batu Pecah 0,5-1 Hasil Analisa Saringan
(Sumber : Hasil Penelitian Laboratorium)

Gradasi agregat kasar untuk batu pecah ukuran 0,5-1 dapat dilihat pada

Gambar 4.5, dimana hampir semua ukuran butiran memenuhi spesifikasi untuk

gradasi pada size max 10 mm. Akan tetapi pada saringan No. 4 hasil dari

persentase komulatif agregat yang lolos tidak memenuhi spesifikasi dimana hasil

pada spesifikasi yaitu minimal 0 dan maksimal 25 tetapi hasil pada batu pecah

0,5-1 ini adalah 49,90 hasil tersebut lebih tinggi dibanding dengan

spesifikasi,artinya pada saringan No. 4 untuk batu pecah ini lebih banyak yang

lolos dari yang seharusnya.


55

% komulatif lolos
Gradasi pada Size max 20 mm
100
90
80
Hasil 70
Spesifikasi 60
50
40
30
20
10
0
1.0 10.0 100.0

Ukuran saringan
Gambar 4.6
Grafik Gradasi Batu Pecah 1-2 Hasil Analisa Saringan
(Sumber : Hasil Penelitian Laboratorium)

Gradasi batu pecah 1-2 Gambar 4.6 menunjukkan hasil dari saringan No.

¾” dan juga saringan No. ½” tidak memenuhi spesifikasi untuk gradasi size 20

mm, dimana persentase komulatif lolos pada saringan No. ¾” lebih rendah

dibandng dengan spesifikasi hasil tersebut yaitu 98,70 sementara hasil spesifikasi

yaitu 100 dan untuk saringan No. ½” hasil dari persentase komulatif lolos yaitu

61,24 sedangkan untuk spesifikasi yaitu 85-100.

Gradasi pada Size max 40 mm


%Komulatif Lolos

100
Hasil
80

60

40

20

0
1.0 10.0 100.0

Ukuran Saringan
Gambar 4.7.
Grafik Gradasi Batu Pecah 2-3 Hasil Analisa Saringan
(Sumber : Hasil Penelitian Laboratorium)

Gradasi batu pecah 2-3 pada Gambar 4.7 menunjukkan bahwa saringan

No. ½” tidak masuk dalam spesifikasi untuk gradasi size 40 mm hal tersebut
56

diakibatkan karena presentase komulatif lolos pada saringan No.½” sangat rendah

dibanding dengan spesifikasi hasil untuk saringan yang diperoleh adalah 41,70

sedangkan pada spesifikasi nilai minimal yang diharuskan adalah 85 dan nilai

maksimalnya adalah 100. Untuk data yang lebih jelas dapat di lihat pada lampiran

1 hasil pengujian agregat halaman 4.

2. Pengujian Karakteristik Aspal Penetrasi 60/70

Jenis aspal keras yang dipakai dalam pengujian ini yaitu aspal keras

penetrasi 60/70. Ada beberapa tahap dalam pengujian karakteristik aspal keras

penetrasi 60/70 ini diantaranya sebagai berikut:

Tabel 4.2.
Ketentuan-ketentuan Aspal Keras Penetrasi 60/70

No. Jenis Pengujian Persyaratan

1. Penetrasi, 25˚C (0,1 mm) 60-70


2. Titik Lembek, ˚C ≥ 48
3. Titik Nyala, ˚C ≥ 232
4. Daktalitas 25˚C ≥ 100
5. Berat Jenis ≥ 1,0
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)

Dalam pengujian karakteristik aspal, ada beberapa pengujian yang tidak

diuji oleh peneliti, hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya

adalah alat untuk melakukan pengujian karakteristik tersebut beberapa

diantaranya tidak layak untuk digunakan, adapun jenis pengujian yang tidak di uji

oleh peneliti adalah pengujian titik lembek, pengujian titik nyala dan juga

pengujian daktalitas, sedangkan pengujian yang diujikan oleh peneliti yaitu berat

jenis aspal. Adapun hasil dari rata-rata pengujian untuk berat jenis aspal adalah
57

1,031 gram, hasil tersebut memenuhi Spesifikasi Umum Bina Marga 2010

(revisi3).

3. Penentuan Komposisi Agregat Gabungan

Penentuan komposisi agregat gabungan menggunakan metode coba-coba

(Trial And Error) . Penentuan komposisi agregat tersebut yaitu menentukan

masing-masing persentase dari masing-masing agregat kemudian hasil

penggabungan agregat diperoleh melalui perkalian presentase dengan persen

lolos dari agregat, selanjutnya hasil perkalian tersebut masing-masing

dijumlahkan dan menghasilkan komposisi campuran.

Nilai presentase agregat gabungan untuk campuran aspal panas (AC–BC)

berdasarkan hasil perhitungan adalah:

d. Batu Pecah 2 – 3 = 12%

e. Batu Pecah 1-2 = 13%

f. Batu Pecah 0,5-1 = 34%

g. Abu Batu = 41%

Tabel 4.3.
58

Rancangan Campuran Aspal AC-BC Trial and Error

% % BP 2- BP BP Abu
No. % Lolos % Lolos Lolos Lolos 3 1-2 0,5-1 batu Total Spek.
Spesifikasi
Saringan BP 2-3 BP 1-2 BP 0,5- Abu Agregat Ideal
12% 13% 34% 41%
1 Batu
25.4 (1") 100,00 100,00 100,00 100 12,00 13 34 41 100,00 100 - 100 100

19,1 (3/4") 88,65 98,70 100,00 100 10,64 12,83 34 41 98,47 90 - 100 95

12,7 (1/2") 41,70 61,30 100,00 100 5,00 7,97 34 41 87,97 75 - 90 82,5

9,52 (3/8") 0,10 25,00 100,00 100 0,01 3,25 34,00 41 78,26 66 - 82 74

No. 4 0,10 0,15 49,90 100 0,01 0,02 16,97 41 58,00 46 - 64 55

No. 8 0,10 0,05 0,30 86 0,012 0,006 0,10 35,22 35,34 30 - 49 39,5

No. 16 0,10 0,05 0,30 63 0,012 0,006 0,102 25,85 25,97 18 ‐ 38 28

No. 30 0,10 0,05 0,30 47 0,012 0,006 0,102 19,23 19,35 12 - 28 20

No. 50 0,10 0,05 0,30 26 0,012 0,006 0,102 10,74 10,86 7 - 20 13,5

No. 100 0,10 0,05 0,30 13 0,012 0,006 0,102 5,35 5,47 5 - 13 9

No. 200 0,10 0,05 0,30 9 0,012 0,006 0,102 3,55 3,67 4 - 8 6

Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium

Gambar 4.8.
Grafik Gradasi Penggabungan Agregat Analisa Saringan
(Sumber : Hasil Penelitian Laboratorium)

Tabel 4.3 adalah tabel dari hasil penentuan gradasi yang digunakan
59

dalam pencampuran aspal panas. Dimana setiap gradasi campuran dari setiap

fraksi agregat (agregat kasar dan agregat halus) harus sesuai kriteria dan

memenuhi syarat Spesifikasi Bina Marga tahun 2018. Perencanaan fraksi

campuran tersebut menggunakan metode trial and error, metode ini digunakan

dengan cara mencoba-coba presentase setiap fraksi agregat agar gradasi campuran

sesuai dengan ragam dari gradasi yang diisyaratkan. Setelah melakukan metode

trial and error didapatkan presentase agregat batu pecah 2-3 sebesar 12%, batu

pecah 1-2 sebesar 13%, batu pecah 0,5 sebesar 34% dan abu batu sebesar 41%

yang sesuai dan memenuhi Spesifikasi Bina Marga untuk dicampurkan dalam

campuran lapisan aspal.

5. Pembuatan Benda Uji untuk Penentuan Kadar Aspal Optimum

a. Penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO) Rencana

Penentuan kadar aspal yang akan digunakan dalam pengujian KAO

perlu diketahui terlebih dahulu. Rumus yang dipakai dalam mementukan

berapa kadar aspal optimum yang akan digunakan dalam penelitian sesuai

yang tertera pada Persamaan 2.1 dimana dari data pengujian persentase

agregat tertahan di saringan No.8 adalah a = 64,66%, persentase agregat

lolos saringan No. 8 tertahan di saringan No. 200 adalah b = 31,67% dan

persentase lolos saringan No. 200 c = 3,67%. Sehingga nilai

K=0,20Untuk ≤ 5 % lolos saringan No.200 .

Jadi, P=0,035 ( 64,7 )+ 0,045 (31,7 ) +0,20 ( 3,67 ) +1

¿ 2,2631+1,425+0,73+1 ¿ 5,422 % →5,5 %


60

Kadar aspal yang didapatkan adalah 5.5%, dengan mengambil dua kadar

aspal dibawah dan dua kadar aspal diatas menggunakan interval 0.5% maka

nilai tersebut adalah 4.5% ; 5% ; 5.5% ; 6%; 6.5%.

Gambar 4.8.
Proses Pembuatan Benda Uji KAO : a) Persiapan Aspal Panas. b) persiapan Agregat. c)
Pemanasan Agregat BP dan Abu Batu. d) Pencampuran Aspal dan Agregat. e) Pemindahan
Bitumen Panas kedalam Cetakan Mould. f) Benda Uji Penentuan KAO
(Sumber : Dokumentasi Pribadi Peneliti)

6. Penentuan Berat Agregat dan Aspal dalam campuran

Setelah mendapatkan persentase masing-masing fraksi agregat dan aspal,

maka ditentukan berat material dengan adanya campuran bahan tambah untuk

rancangan campuran dengan kapasitas mould yang ada. Perhitungan untuk

campuran aspal panas AC-BC dengan menggunakan aspal penetrasi 60/70

dapat dilihat pada lampiran. Selanjutnya untuk berat aspal dan berat agregat

pada masing-masing kadar aspal dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 menunjukkan dengan penggunaan kadar aspal 4,5% untuk

penentuan KAO analisa saringan agregat batu pecah 2-3 yang digunakan yaitu

agregat yang lolos pada sarigan no. ¾”, ½”, dan juga agregat yag lolos pada

saringan no. 3/8”. Selain itu untuk batu pecah ukuran 1-2 yang digunakan yaitu
61

yang lolos saringan no. ¾”, ½”, 3/8”, dan no. 4. Untuk batu pecah ukuran 0,5-1

agregat yang digunakan yaitu agregat yang lolos saringan no. 8 dan saringan no.

16. Sedangkan untuk abu batu agregat yang digunakan dalam campuran aspal

yaitu yang lolos saringan no. 8, 16, 30, 50, 100, no. 200 dan PAN.

Tabel 4.4.
Komposisi Campuran KAO AC-BC

Saringan Kadar Aspal 5,5% Agregat 94,5%


Batu Pecah Batu Pecah Batu Pecah Abu Batu
(2-3) (1-2) (0,5-1)
No. 1” 0 0 0 0
No. ¾” 14,16 2 0 0
No. ½” 58,57 50,5 0 0
No. 3/8” 52 49,1 0,0 0
No. 4 0 33,6 177,1 0
No. 8 0 0,1 175,3 60,1
No.16 0 0 0,0 97,4
No. 30 0 0 0 68,8
No. 50 0 0 0 88,2
No. 100 0 0 0 56,0
No. 200 0 0 0 18,8
PAN 0,12474 0 1 36,9
Total 124,74 135,1 353,4 426,2
Sumber : Hasil Penelitian Laboratorium

Gambar 4.9.
Penentuan Berat Agregat Untuk KAO : a) Penimbangan Agregat Sesuai Komposisi Penambahan
Pembuatan KAO. b) Hasil Penimbangan Agregat KAO
(Sumber: Dokumentasi Pribadi Penguji)
62

Tabel 4.5.
Berat Aspal dan agregat pada campuran aspal Panas AC-BC Standar

Kadar Aspal 4,5% 5% 5,5% 6% 6,5%


Batu Pecah 2-3 126,06 125,4 124,74 124,08 123,42

Batu Pecah 1-2 136,6 135,8 135,1 134,4 133,7

Batu Pecah 0,5-1 356,1 355,3 353,4 351,6 349,7

Abu Batu 430,7 428,5 426,2 423,9 421,7

Berat Aspal Terhadap 50,6 55,1 60,5 66 71,5


Campuran
Jumlah 1100 1100 1100 1100 1100
Sumber : Hasil Penelitian Laboratorium

Tabel 4.5 menampilkan hasil dari total keseluruhan agregat yang

digunakan mulai dari batu pecah ukuran 2-3, ukuran 1-2, batu pecah 0,5-1 dan

abu batu dari setiap penambahan kadar aspal untuk penentuan kadar aspal

optimum.

7. Data Uji Marshall untuk Penentuan Kadar Aspal Optimum

Pada pengujian benda uji dengan alat Marshall, diperoleh dua data hasil

pengujian yaitu pembacaan stabilitas dan flow benda uji. Dari hasil pengujian

dan perhitungan Marshall yang telah dilakukan terhadap benda uji untuk

campuran AC – BC disajikan pada Tabel 4.6.


63

Tabel 4.6.
Analisis Perhitungan dengan Marshall

No. Analisis Perhitungan Dengan Marshall Hasil


1. Kadar aspal 4,5%
2. Berat jenis Bulk dari total agregat 2,54
3. Berat jenis Apparent dari total agregat 2,67
4. Berat jenis effektif dari total agregat 2,060
5. Berat jenis maksimum dari total agregat 2,438
6. Berat benda uji di udara 1078,1
7. Berat benda uji di dalam air 617,5
8. Berat benda uji SSD 1091,8
9. Berat isi benda uji 474,3
10. Berat jenis bulk campuran 2,273
11. Rongga udara (VIM) 6,767
12. Stabilitas (k) 92
13. Stabilitas yang disesuaikan 1414,49
14. Kalibrasi proving ring 31,27
15. Angka Korelasi 1,14
16. Flow (M) 2,21
17. Hasil Marshall (Marshall Quontient) 640,041
18. Penyerapan aspal (%) 0,475
19. Rongga dalam campuran agregat (% VMA) 15,641
20. Rongga terisi aspal (% VFA) 56,735
Sumber : Hasil Penelitian Laboratorium

Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada lampiran, lalu diplot

kedalam grafik untuk kemudian ditentukan kadar aspal optimum (KAO) seperti

pada Gambar grafik 4.10. sampai Gambar 4.17.


64

Spesifikasi min 180

Gambar 4.10.
Grafik hubungan Marshall Quitment dengan KAO

Grafik hubungan antara Marshall Quitment menunjukkan bahwa semakin

tinggi kadar aspal maka nilai MQ akan semakin berkurang sampai pada titik

terendah dan kemudian mengalami kenaikan seiring dengan berkurangnya kadar

aspal. Nilai Marshall quitment didapatkan dari hasil bagi antara nilai stabilitas

dan juga flow. Seperti pada grafik yang tertera diatas semua kadar aspal pada

Marshall quitment masuk pada Spesifikasi Bina Marga 2018 revisi 2.

Spesifikasi min 3%

Gambar 4.11.
Grafik hubungan Rongga Dalam Campuran (VIM) dengan KAO
65

Grafik hubungan antara VIM terhadap kadar aspal menunjukkan bahwa

dengan kadar aspal rendah, maka nilai VIM menjadi tinggi. Namun dengan

bertambahnya kadar aspal nilai VIM semakin rendah, hal tersebut diakibatkan

oleh semakin tingginya kadar aspal maka rongga dalam campuran akan semakin

sedikit, meskipun rendah kadar aspal tersebut masih memenuhi Spesifikasi

umum pada Bina Marga 2018 revisi 2.

Spesifikasi min 15%


29
27
25
VMA(%)

23 Batas Minimum
21 Spesifikasi
19
17
15
13
4 4.5 5 5.5 6 6.5 7
Binder Content ( % )
Gambar 4.12.
Grafik hubungan Rongga dalam agregat (VMA) dengan KAO

Grafik hubungan antara VMA terhadap kadar aspal menunjukkan bahwa

semakin tinggi persentase kadar aspal maka nilai VMA akan semakin bertambah

seperti pada grafik di atas,dimana pada grafik VMA semua kadar aspal memenuhi

Spesifikasi Bina Marga 2018 revisi 2.

Grafik hubungan antara Stabilitas terhadap kadar aspal pada Gambar 4.13

menunjukkan bahwa dengan kadar aspal rendah nilai Stabilitas semakin rendah

dan seiring dengan penambahan kadar aspal maka nilai stabilitas akan semakin

bertambah sampai pada titik tertinggi dan kemudian mengalami penurunan

dengan penambahan kadar aspal.


66

Spesifikasi Minimum 800-1800 kg

Gambar 4.13.
Grafik hubungan Stability dengan KAO

Spesifikasi Minimum 2mm


6
5
Flow( mm)

Batas Minimum
4 Spesifikasi
3
2
1
4 4.5 5 5.5 6 6.5 7

Binder Content ( % )
Gambar 4.14.
Grafik hubungan Flow dengan KAO

Grafik hubungan antara Flow terhadap kadar aspal Gambar 4.14

menunjukkan bahwa secara konsisten Flow akan naik dengan bertambahnya

kadar aspal.
67

Spesifikasi min 63%

85
80
75 Batas Minimum
VFA( %)

Spesifikasi
70
65
60
55
50
4 4.5 5 5.5 6 6.5 7
Binder Content ( % )
Gambar 4.15.
Grafik hubungan VFA dengan KAO

Grafik hubungan antara VFA terhadap kadar aspal diatas menunjukkan

bahwa semakin tinggi kadar aspal maka nilai VFA juga makin tinggi karena

rongga terisi aspal. Akan tetapi pada kadar aspal 4,5% pada grafik diatas tidak

masuk dalam Spesifikasi dimana kadar aspal 4,5% hanya memperoleh nilai

kurang lebih 56% sementara Spesifikasi pada Bina Marga 2018 revisi 2 adalah

63%.

Grafik hubungan antara density pada Gambar 4.16 terhadap kadar aspal

optimum menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar aspal maka nilai density akan

semakin rendah. Hal tersebut dipengaruhi oleh berat jenis dari aspal keras dan

juga berat efektif dari total agregat,dimana data tersebut terlampir.


68

Spesifikasi min 2,2 Kg/mmᶾ


2.5
2.45
Density ( kg/mm³ )
2.4
2.35 Batas Minimum
2.3 Spesifikasi
2.25
2.2
2.15
2.1
2.05
2
4 4.5 5 5.5 6 6.5 7

Binder Content ( % )
Gambar 4.16.
Grafik hubungan Density dengan KAO

4.5 5 5.5 6 6.5


Kadar Aspal (%)
Stability (kg)
Flow (mm)
VIM (%)
VMA (%)
VFA (%)

MQ (kg/mm)

Density
5,7%
Gambar 4.17.
Diagram Penentuan Kadar Aspal Optimum

5 %+6,5 %
Kadar aspal optimum (KAO) = =¿5,7%
2

Dari hasil pengujian pada sifat-sifat masrhall dengan grafik yang tertera

diatas, peneliti dapat menarik kesimpulan dalam menentukan kadar aspal

optimum. Kadar aspal optimum yang didapatkan adalah 5,7%. Kadar aspal ini

akan dijadikan acuan dalam pencampuran agregat dan bahan tambah yaitu

limbah plastik.

8. Pembuatan Benda Uji dengan Penambahan Limbah Botol Plastik

Perhitungan untuk campuran aspal panas AC-BC dengan menggunakan

aspal penetrasi 60/70 dapat dilihat pada lampiran. Selanjutnya untuk campuran
69

AC-BC didapat berat aspal dan agregat terhadap kadar aspal optimum sebagai

berikut :

a. Perhitungan Berat Agregat dan Berat Aspal Menggunakan Kadar Aspal

Optimum

Pembuatan benda uji dengan menggunakan bahan tambah limbah plastik

sebelumnya perlu diketahui berapa berat agregat halus dan agregat kasar yang

harus digunakan dalam campuran bitumen panas begitu pula berat aspal yang

akan digunakan. Tabel 4.6 memperlihatkan hasil untuk perhitungan komposisi

campuran sebelum adanya bahan tambah limbah plastik.

Tabel 4.7.
Komposisi Agregat dan Berat Aspal

Kadar Aspal Optimum : 5,7% Agregat: 94,3%


No. Saringan BP 2-3 Bp 1-2 BP 0,5-1 Abu Batu
25.4 (1") 0 0 0 0
19,1 (3/4") 14,13 2 0 0
12,7 (1/2") 58,44 50,4 0 0
9,52 (3/8") 52 49,0 0 0
No. 4 0 33,5 0 0
No. 8 0 0,1 176,7 60,0
No. 16 0 0 174,9 97,2
No. 30 0 0 0 68,7
No. 50 0 0 0 88,0
No. 100 0 0 0 55,9
No. 200 0 0 0 18,7
PAN 0,124476 0 0 36,8
Total 124,476 134,8 351,6 425,3
Sumber : Data Hasil Perhi1tungan

Berat Total Agregat keseluruhan adalah 1036 gr, dan untuk Berat Aspal yang

digunakan sebelum adanya penambahan limbah botol plastik adalah 63,76 gr.
70

b. Perhitungan Berat Agregat Dan Berat Aspal Menggunakan Kadar Aspal

Optimum Dengan Menggunakan Bahan Tambah Limbah Botol Plastik

Setelah diperoleh komposisi agregat dan berat aspal pada pembahasan

sebelumnya, maka dilanjutkan untuk komposisi campuran dengan penambahan

limbah botol plastik. Untuk campuran AC - BC dengan variasi penambahan

limbah plastik 3%, 3,5%, dan 4% didapat kadar Aspal dan Agregat terhadap

kadar Aspal optimum sebagai berikut.

Tabel 4.7 adalah komposisi campuran yang digunakan dalam pengujian

dengan bahan tambah limbah plastik sesuai kadar aspal optimum yang

didapatkan yaitu sebesar 5,7%. Komposisi tersebut menunjukkan hasil yang

digunakan untuk setiap agregat dengan variasi penambahan limbah plastik.

Tabel 4.7.
Komposisi Campuran dengan Bahan Tambah Limbah Botol Plastik 3% - 4%
Variasi 3%
Kadar Aspal = 5,7 % 100 % - 5,7 % = 94,3
Aspal Rencana = 5,7 % * 1100 = 62,7
Hasil Combine
BP 2-3 12 % * 94,3 % = 0,113 * 1100 = 124,476
BP 1-2 13 % * 94,3 % = 0,123 * 1100 = 134,849
BP 0,5-1 34 % * 94,3 % = 0,321 * 1100 = 352,682
Abu Batu 41 % * 94,3 % = 0,387 * 1100 = 425,293
Plastik 3 % * 62,7 = 1,881
Aspal 62,7 - 1,881 = 60,819
1100
71

Variasi 3,5%

Kadar Aspal = 5,7 % 100 % - 5,7 % = 94,3


Aspal Rencana = 5,7 % * 1100 = 62,7
Hasil Combine
BP 1- 2 12 % * 94,3 % = 0,113 * 1100 = 124,476
BP 0,5 – 1 13 % * 94,3 % = 0,123 * 1100 = 134,849
Abu Batu 34 % * 94,3 % = 0,321 * 1100 = 352,682
Filler 41 % * 94,3 % = 0,387 * 1100 = 425,293
Plastik 3,5 % * 62,7 = 2,1945
Aspal 62,7 - 2,1945 = 60,5055
1100

Variasi 4%

Kadar Aspal = 5,7 % 100 % - 5,7 % = 94,3


Aspal Rencana = 5,7 % * 1100 = 62,7
Hasil Combine
BP 1- 2 12 % * 94,3 % = 0,113 * 1100 = 124,476
BP 0,5 – 1 13 % * 94,3 % = 0,123 * 1100 = 134,849
Abu Batu 34 % * 94,3 % = 0,321 * 1100 = 352,682
Filler 41 % * 94,3 % = 0,387 * 1100 = 425,293
Plastik 4 % * 62,7 = 2,508
Aspal 62,7 - 2,508 = 60,192
1100
Sumber : Data Hasil Pengujian Laboratorium

c. Data Hasil Uji Dengan Alat Marshall Yang Diperoleh Dengan


Menggunakan Kadar Aspal Optimum

Tujuan dari uji Marshall ini ialah untuk mengetahui karakteristik

campuran aspal panas dengan kadar aspal optimum. Maksud dari pengujian ini

untuk mengetahui ketahanan (Stabilitas) terhadap kelelehan plastis (Flow) dari

campuran aspal tersebut.

Dari hasil uji Marshall dapat diketahui campuran aspal panas AC-BC

dengan variasi menggunakan penambahan limbah botol plastik 3%, 3,5%, dan

4% kedalam campuran aspal panas AC-BC yang didiamkan selama 24 jam

dan kemudian direndam 30 menit pada suhu 60°C. Dapat kita amati pengaruh

campuran aspal terhadap nilai Stabilitas, Flow, VIM, Marshall Quotient,


72

VMA, dan VFA pada Gambar 4.18 sampai Gambar 4.24, dan untuk data dari

hasil pengujian tersebut dapat dilihat pada lampiran 4 halaman

Tabel 4.8.
Hasil Uji Marshall sesuai KAO perendaman 30 menit suhu 60˚ Dengan
Penambahan Limbah botol Plastik 3% sampai 4%

KAO 5,7 %
Perendaman 0 Hari Spesifikasi
No Pemeriksaan Bina Marga
Variasi Penambahan Plastik 2018 Revisi 2
0% 3% 3,5% 4%
1 Density 2,404 2,491 2,473 2,456 Min 2.2
2 Stabilitas (Kg) 1567,83 392,895 502,674 473,032 Min 800-1800
3 VMA (%) 17,160 27,505 15,246 15,619 Min 15
4 MQ (Kg/mm) 410,428 76,536 112,153 80,056 Min 180
5 Flow (mm) 3,82 5,253 4,483 5,947 Min 2
6 VIM (%) 7,138 24,609 11,774 11,525 Min 3
7 VFA (%) 73,618 10,481 22,827 26,379 Min 63
Sumber : Hasil Penelitian Laboratorium

C. Pembahasan

1. Pengaruh Hasil Pengujian Dengan Penambahan Limbah Botol Plastik


3%, 3,5% dan 4% Pada Campuran Beton Aspal Panas AC-BC

Hasil pengujian campuran benda uji pada alat Marshall Test menghasilkan

parameter Marshall sebagai berikut:

a. Marshall Quotient

Marshall Quetient adalah perbandingan antara stabilitas dan kelelehan.

Nilai MQ dapat dilihat pada Gambar 4.18. Pada hasil penelitian yang dilakukan

oleh penguji di laboratorium, nilai MQ tidak menghasilkan nilai yang

memuaskan,dimana nilai sebelum adanya penambahan limbah dan sesudah


73

adanya penambahan limbah sangat berbeda jauh, untuk nilai MQ sebelum

adanya penambahan limbah adalah sebesar 410,427 Kg/mm, sedangkan untuk

hasil setelah adanya penambahan limbah dengan variasi 3% adalah 76,536

Kg/mm pada variasi ini penurunan nilai yang terjadi sebesar 81%,hasil dari

variasi penambahan limbah 3,5% adalah 112,153 Kg/mm penurunan nilai

variasi ini adalah 73% dan untuk variasi penambahan 4% adalah 80,056

Kg/mm penurunan nilai pada variasi ini adalah sebesar 80%. Masing-masing

variasi penambahan limbah tidak masuk dalam Spesifikasi Bina Marga 2018

revisi 2 dimana dalam spesifikasi maksimum untuk nilai MQ adalah 180

kg/mm.

Hal yang mempengaruhi terjadinya penurunan nilai MQ setelah adanya

penambahan limbah adalah kurangnya nilai stabilitas yang dihasilkan akibat

berat SSD briket cukup rendah sehingga mempengaruhi faktor pembagi dari

stabilitas seperti berat isi benda uji, selain itu pengaruh lain yang

mempengaruhi rendahnya nilai Marshall Quetiont adalah sifat yang ada pada

plastik,karena plastik yang digunakan dalam pencampuran tidak meleleh

keseluruhan yang membentuk agregat baru.


74

Gambar 4.18.
Grafik Hubungan Limbah Botol Plastik terhadap Nilai Marshall Quitment

b. Rongga Dalam Campuran (VIM) Minimum 3,0%

VIM ( void in mixture ) merupakan presentase rongga udara dalam

campuran antara agregat dan aspal setelah dilakukan pemadatan. Grafik nilai

VIM campuran AC-BC untuk variasi kadar limbah botol plastik pada kadar

aspal optimum dapat dilihat pada Gambar 4.19.

Gambar 4.19.
Grafik Hubungan Kadar Limbah Botol Plastik Terhadap Nilai VIM
75

Gambar 4.19 memperlihatkan bahwa dengan penggunaan variasi

limbah botol plastik mulai dari 3%, 3,5%, dan 4% semua hasilnya diatas dari

sebelum adanya penambahan limbah yang memenuhi kriteria Spesifikasi Bina

Marga 2018 revisi 2 dimana pada Spesifikasi nilai minimalnya yaitu 3% dan

untuk kadar limbah 3% menghasilkan nilai sebesar 24,609%, untuk 3,5% nilai

VIM yang didapatkan sebesar 11,774% dan untuk variasi penambahan limbah

4% nilai VIM yang dihasilkan yaitu sebesar 11,525%. Pada penambahan

limbah 3% menghasilkan hasil yang sangat tinggi,yang mempengaruhi faktor

tersebut yaitu banyaknya rongga yang terdapat dalam campuran yang tidak

diselimuti oleh aspal, dan faktor lain yang dapat mempengaruhi hal tersebut

yaitu tidak konsistennya peneliti pada saat melakukan penumbukan benda

uji,sehingga masih banyak rongga dalam campuran. Selain itu hasil dari VIM

di pengaruhi oleh hasil berat jenis agregat total dan berat jenis aspal yang

digunakan dengan metode subtitusi.

c. Rongga Terisi Aspal (VFA) Minimum 63 (%)

Nilai VFA memperlihatkan presentase rongga terisi aspal. Besarnya

nilai VFA menentukan tingkat keawetan campuran. Nilai VFA yang besar

menunjukan jumlah aspal yang mengisi rongga besar sehigga kekedapan

campuran meningkat.

Dari Gambar 4.20 memperlihatkan penambahan limbah plastik dengan

variasi 3%, 3,5% dan 4% dalam campuran menunjukkan angka yang

berangsur-angsur menurun dibandingkan sebelum adanya penambahan limbah


76

plastik dimana dalam kondisi tersebut nilai VFA tidak memenuhi kriteria pada

Spesifikasi Bina Marga 2018 revisi 2, dimana pada Spesifikasi Bina Marga

nilai untuk VFA minimal 63%. Sedangkah hasil dari penelitian pada

penambahan limbah plastik dengan kadar 3% sebesar 10,481% , sedangkah

pada variasi penambahan limbah 3,5% menghasilkan nilai sebesar 22,827%

dan untuk penambahan limbah plastik 4% menghasilkan nilai 26,379%.

Penurunan hasil dari penambahan limbah dengan variasi 3% adalah sebanyak

86%, sedangkan pada variasi penambahan limbah sebanyak 3,5% adalah

sebanyak 69% dan untuk penurunan nilai pada variasi penambahan limbah 4%

adalah sebanyak 64%. Meskipun nilai pada VFA menurun setelah adanya

penambahan limbah plastik tdan tidak memenuhi kriteria Spesifikasi Bina

Marga 2018 Revisi 2 tetapi pada Gambar 4.20 dapat dilihat bahwa semakin

tinggi nilai variasi penambahan limbah maka nilai pada VFA akan semakin

bertambah.

Gambar 4.20.
Grafik Hubungan Kadar Limbah Botol Plastik Terhadap Nilai VFA
77

Hal ini diakibatkan karena rongga antar butir masih cukup besar

sehingga aspal mudah masuk ke rongga campuran. Selain itu faktor lain yang

mempengaruhi tidak memenuhinya setiap variasi adalah faktor pembagi antara

VFA cukup rendah diantaranya nilai dari VIM dan VMA sangat rendah, hal

tersebut dipengaruhi akibat pengaruh dari berat jenis bulk pada campuran yang

juga rendah.

d. Stabilitas Minimum 800 (Kg)

Nilai stabilitas menunjukkan besarnya kemampuan perkerasan menahan

beban tanpa mengalami perubahan bentuk (deformasi) tetap. Hasil pengujian

stabilitas dengan variasi limbah botol plastik pada kadar aspal optimum

diperlihatkan pada Gambar 4.21.

Gambar 4.21.
Grafik Hubungan Kadar Limbah Botol Plastik Terhadap Nilai Stability

Dari Gambar 4.21 menunjukkan bahwa stabilitas campuran dengan

penambahan variasi limbah plastik mengalami kenaikan pada kadar limbah

plastik 3,5% dengan nilai 502,67 kg akan tetapi hal tersebut tidak

mempengaruhi grafik tersebut untuk memenuhi Spesifikasi Bina Marga


78

2018 revisi 2. Dimana nilai minimum pada Spesifikasi yaitu 800 kg dan

nilai maksimumnya yaitu 1800 kg. Namun dari setiap penambahan variasi

limbah nilai yang dihasilkan kurang dari 800 kg, pada variasi penambahan

limbah 3% nilai yang dihasilkan yaitu 392,895 kg, sedangkan pada variasi

penambahan limbah 3,5% sebesar 502,674 kg dan untuk variassi

penambahan limbah sebesar 4% nilai yang dihasilkan yaitu 473,032%.

Naiknya nilai aspal pada variasi penambahan limbah 3,5% diakibatkan

bertambahnya jumlah aspal yang menyelimuti agregat sehingga kohesi

campuran bertambah. Persentase penurunan hasil dari variasi penambahan

limbah 3%,3,5% dan 4% adalah sebesar 75%, 68% dan juga 70%.

Hal yang mempengaruhi rendahnya nilai stabilitas setelah adanya

penambahan limbah botol plastik adalah berat SSD briket terlalu rendah hal

itu mempengaruhi semua faktor pembagi nilai stabilitas,selain itu kurangnya

jumlah aspal yang menyelimuti agregat akibat pengaruh dari sifat pada

limbah plastik jenis LDPE ini, dimana setelah limbah dicampurkan pada

bitumen panas limbah tersebut tidak meleleh secara keseluruhan hal tersebut

menyebabkan benda uji tidak terselimuti secara penuh oleh aspal yang

tambahkan.

e. Pelelehan (Flow) Minimum 2 (mm)

Nilai Flow menyatakan besarnya deformasi yang terjadi pada suatu

lapis perkerasan akibat beban lalu lintasGrafik nilai Flow campuran AC-BC

untuk berbagai variasi limbah botol plastik pada kadar aspal optimum dapat

dilihat pada Gambar 4.22.


79

Nilai yang didapatkan pada variasi 3% dan 4% memiliki nilai yang

tinggi yaitu sebesar 5,253 mm untuk variasi limbah 3% dan 5,947 mm untuk

variasi penambahan limbah 4%, ,hal tersebut disebabkan karena dengan

adanya penambahan variasi penambahan limbah tersebut mengakibatkan

campuran menjadi plastis sehingga besarnya deformasi pada saat menerima

beban meningkat.

Gambar 4.22.
Grafik Hubungan Kadar Limbah Botol Plastik Terhadap Nilai Flow

f. Rongga Dalam Agregat (VMA) Min 15%

VMA adalah presentase rongga antar butir agregat, termasuk di

dalamnya adalah rongga yang terisi udara dan rongga terisi aspal efektif.

Faktor yang mempengaruhi VMA antara lain jumlah tumbukan,gradasi

agregat dan kadar aspal. Semakin tinggi nilai VMA semakin banyak rongga

dalam campuran yang terisi aspal sehingga kekedapan campuran terhadap

air dan udara semakin tinggi,sebaliknya semakin rendah VMA

menunjukkan kecilnya jumlah aspal yang mengisi rongga.


80

Pada hasil pengujian tersebut semua variasi penambahan limbah

plastik memenuhi Spesifikasi Bina Marga 2018 revisi 2, dimana nilai

minimal pada Spesifikasi yaitu 15%. Pada gambar grafik 4.23, nilai yang

dihasilkan pada variasi penambahan limbah 3% sangat tinggi yaitu sebesar

27,505% hal tersebut dipengaruhi karena banyaknya rongga dalam

campuran terisi aspal sehingga kekedapan campuran terhadap air dan udara

semakin tinggi.

Gambar 4.23.
Grafik Hubungan Kadar Limbah Botol Plastik Terhadap Nilai VMA

g. Kepadatan (Density)

Nilai Density (kepadatan) menunjukkan besarnya kerapatan suatu

campuran yang sudah dipadatkan. Campuran dengan Density tinggi dalam

batas tertentu akan lebih mampu menahan beban yang lebih berat

dibandingkan dengan campuran yang mempunyai Density yang rendah.

Nilai kepadatan campuran beton aspal AC-BC dengan penambahan limbah

botol plastik 3%, 3,5%, dan 4%, dapat dilihat pada Gambar 4.24 untuk

campuran beton aspal AC-BC pada kondisi kadar aspal optimum.


81

Gambar 4.24.
Grafik Hubungan Kadar Limbah Botol Plastik Terhadap Nilai Density

Pada Gambar 4.24 menunjukan bahwa pengaruh penambahan limbah

plastik terhadap grafik Density mengalami kenaikan pada penambahan limbah 3%

di bandingkan sebelum adanya penambahan limbah, akan tetapi seiring

bertambahnya variasi limbah nilai Density mengalami penurunan tetapi tetap

memenuhi kriteria Spesifikasi Bina Marga 2018 Revisi 2. Hal tersebut

dipengaruhi karena kadar aspal yang digunakan pada masing-masing benda uji

berbeda sehingga hasilnya juga berbeda. Selain itu faktor lain yang mempengaruhi

nilai density adalah nilai pada pembagi density yaitu berat jenis maksimum

agregat dan juga berat jenis pada aspal yang digunakan dalam masing-masing

variasi penambahan limbah plastik, dan juga kadar aspal yang digunakan lebih

mudah mengisi rongga pada campuran sehingga campuran cenderung lebih padat

2. Variasi Penggunaan Limbah yang Dapat Digunakan pada Lapisan Aspal

AC-BC

Hasil pengujian menunjukkan, dengan adanya penambahan limbah plastik

dengan variasi penambahan sebanyak 3%, 3,5% dan 4% tidak ada yang dapat
82

digunakan pada lapisan AC-BC, hal ini dipengaruhi oleh beberapa aspek pada

pengujian sifat-sifat Marshall yang tidak memenuhi kriteria Spesifikasi Bina

Marga 2018 revisi 2 diantaranya nilai pada Marshall Quetiont, nilai pada

Stabilitas dan nilai pada rongga dalam Campuran (VFA).

Nilai Marshall Quetiont dengan variasi penambahan 3% mengalami

penurunan nilai sebesar 81%,selain itu penurunan nilai pada penambahan limbah

3,5% sebesar 73% dan untuk variasi penambahan limbah 4% mengalami

penurunan sebesar 80% dari sebelum adanya penambahan limbah. Nilai tersebut

semuanya dibawah Spesifikasi yang diisyaratkan oleh Bina Marga 2018 Revisi 2

dimana pada Spesifikasi nilai yang diisyaratkan yaitu sebesar 180 Kg/mm. Sama

halnya pada hasil dari nilai Stabilitas, dengan adanya penambahan limbah plastik

hasil yang diperoleh semuanya mengalami penurunan dari Spesifikasi yang

diisyaratkan dimana pada Spesifikasi nilai stabilitas yang diisyaratkan minimum

800 Kg dan maksimum 1800 Kg. Dan untuk hasil dari VFA juga mengalami

penurunan setelah adanya penambahan limbah sebesar 86% pada variasi

penambahan 3%, dan penurunan nilai sebesar 69% pada variasi penamabahan

limbah 3,5% dan untuk variasi penambahan limbah plastik 4% mengalami

penurunan sebesar 64%.

Kondisi tersebut diakibatkan karena penambahan limbah dengan cara

subtitusi tidak cocok digunakan pada penelitian ini. Oleh sebab itu setiap variasi

penambahan tidak dapat digunakan karena setiap aspek pada pengujian Marshall

saling mempengaruhi satu sama lain.


83

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini, maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Beberapa sifat-sifat Marshall terpengaruh setelah adanya penambahan

limbah plastik dalam campuran lapisan aspal,sifat-sifat Marshall tersebut

diantaranya:

- Marshall Quotient

Pengaruh penambahan limbah plastik pada pengujian ini

mengalami penurunan nilai sebesar 81% pada variasi penambahan

limbah 3%, 73% untuk variasi penambahan 3,5% dan penurunan nilai

sebesar 80% untuk variasi 4%. Hal tersebut dipengaruhi akibat

rendahnya nilai stabilitas yang didapatkan.

- Rongga Dalam Campuran (VIM)

Penambahan kadar limbah plastik sebanyak 3%, 3,5% dan 4%

hasilnya mengalami kenaikan,untuk variasi 3,5% dan 4% mengalami

kenaikan sekitar 2% dari hasil sebelum adanya penambahan limbah.

Besarnya nilai VIM sangat dipengaruhi oleh kadar aspal yang digunakan.

- Rongga Terisi Aspal (VFA)

Penggunaan limbah plastik pada sifat Marshall ini dengan variasi

penambahan limbah 3%, 3,5% dan 4% semuanya mengalami penurunan


84

hasil. Hal ini diakibatkan oleh faktor dari sifat pada limbah plastik,selain

itu penurunan nilai VFA terjadi akibat berat jenis bulk pada campuran

dan berat jenis aspal sangat rendah.

- Rongga antar Butir Agregat (VMA)

Hasil Penambahan limbah plastik pada sifat Marshall ini

mengalami kenaikan. Hal ini diakibatkan banyaknya rongga antar butir

agregat yang terisi aspal sehingga kekedapan campuran dan udara

semakin tinggi.

- Stabilitas

Nilai stabilitas setelah adanya penambahan limbah plastik semua

variasi mengalami penurunan, hal ini diakibatkan oleh kekuatan sifat

kohesi pada campuran sangat rendah karena kurangnya jumlah aspal

yang menyelimuti agregat akibat adanya penambahan limbah plastik.

- Kelelehan (Flow)

Nilai Flow sSetelah adanya penambahan limbah plastik semua

variasi mengalami kenaikan sekitar 2% dari sebelum adanya

penambahan limbah . Hal tersebut dipengaruhi akibat tingginya sifat

plastis yang ada pada plastik.

- Kepadatan (Density)

Hasil dari penambahan limbah plastik pada Density mengalami

kenaikan dari nilai sebelum adanya penambahan limbah. Hal ini

diakibatkan karena kadar aspal yang digunakan lebih mudah mengisi

rongga pada campuran sehingga campuran cenderung lebih padat.


85

Selain itu hasil kadar aspal optimum (KAO) yang didapatkan

penguji dalam penelitian ini adalah 5,7%.

2. Hasil pengujian menunjukkan, dengan adanya penambahan limbah plastik

dengan variasi penambahan sebanyak 3%, 3,5% dan 4% tidak ada yang

dapat digunakan pada lapisan AC-BC karena dipengaruhi oleh beberapa

aspek pada pengujian sifat-sifat Marshall yang tidak memenuhi Spesifikasi

Bina Marga 2018 revisi 2 diantaranya nilai pada Marshall Quetiont, nilai

pada Stabilitas dan nilai pada VFA, kondisi tersebut diakibatkan karena

penambahan limbah dengan cara subtitusi tidak cocok digunakan pada

penelitian ini. Oleh sebab itu setiap variasi penambahan tidak dapat

digunakan karena setiap aspek pada pengujian Marshall saling

mempengaruhi satu sama lain.

B. Saran

Beberapa hal yang disarankan sehubungan dengan hasil–hasil penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar menggunakan penumbuk

listrik (Electrik Compaction), agar beban yg diterima pada benda uji tetap

sama.

2. Pada penelitian selanjutnya, diharapkan persentasi variasi penambahan

limbah plastik lebih kecil dari yang ditgunakan oleh penguji agar semua

hasil dari pengujian sifat-sifat Marshall dapat memenuhi Spesifikasi Bina

Marga 2018 revisi 2.


86

3. Diharapkan pada penelitian selanjutnya dalam penambahan limbah plastik

tidak melakukan penambahan limbah dengan cara subtitusi agar aspek

pada pengujian sifat-sifat Marshall dapat memenuhi Spesifikasi Bina

Marga 2018 revisi 2.


87

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Bina

Marga . spesifkasi Umum 2018. Pekerjaan Jalan dan Jembatan

Revisi 2.

Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, Spesifkasi Khusus

Interim Seksi 6.3 Campuran Beraspal Panas Dengan Aspal Asbuton

Lawel ( Skh – 3.6.3.1 ).

Departemen Permukiman Dan Pengembangan Wilayah, ( 2004 ).

Ir. Hamirhan Saodang ( 2004 ) Konstruksi Jalan Raya , Buku 2 Perancangan

Pekerasan Jalan, Nova Bandung. Departemen Pekerjaan Umum,

Lampiran No 12 ( 1987 ).

Petunjuk Pekerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen,

Yayasan Badan Penerbit Pu.

Khosyidhiah, Visyhandini. 2018. Kajian Eksperimental Pada Aspal Porus Dengan

Bahan Tambahan Plastik Low Density Poly Ethilene (LDPE). Skripsi,

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang.

Frengki Hartono Sitorus 2018. Pemanfaatan Limbah Plastik Sebagai Bahan

Tambah Campuran Aspal Pada Pekerasan Jalan Ac-Wc Terhadap


87

Nilai Marshall. Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Medan Area Medan.

Muhamad, Iqbal (2018) Pengaruh Penggunaan Limbah Plastik Tipe

Low Density Polyethylene (LDPE) Pada Campuran.

Perkerasan Asphalt Concrete Wearing Course (Ac-Wc) Dengan Penggunaan

Reclaimed Asphalt Pavement (Rap). Diploma Thesis, Universitas

Andalas.

Suraya Fitri, Sofyan M. Saleh, Muhammad Isya Pengaruh Penambahan

Limbah Plastik Kresek Sebagai Subsitusi Aspal Pen

60/70 Terhadap Karakteristik Campuran Laston Ac

– Bc.

Anita Rahmawati Dan Rama Rizana. 2013. Pengaruh Penggunaan Limbah Plastik

Polipropilena Sebagai Pengganti Agregat Pada Campuran Laston

Terhadap Karakteristik Marshall. Jurusan Teknik Sipil, Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

Fransiskus Suryaman. 2009. Pengaruh Penggunaan Limbah Botol Plastik Sebagai

Bahan Tambah (Additive) Terhadap Karakteristik Beton Aspal.

Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya

Yogyakarta Yogyakarta.

Nugraha Yuda Pratama, Slamet Widodo, Eti Sulandari. Pengaruh Penggunaan

Sampah Botol Plastik Sebagai Bahan Tambah Pada Campuran


87

Lapis Aspal Beton (Laston).

Tjitjik Wasiah Suryo. 2009. Pengaruh Penambahan Plastik LDPE Dengan Cara

Kering Terhadap Kinerja Campuran Beraspal.


87
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150

1. Lampiran Hasil Pengujian Agregat

A. Analisa saringan

1) Abu Batu

Lubang ayakan / Berat Agregat Halus = 2000,00 gr


Spesifikasi
nomor saringan Tertahan Prosentase Komulatif
(mm / inch) (Gram) (%) Tertahan Lolos Zona III(BS)
0,00 100,00
# 1" 0,00 0,00 0,00 100,00
# 3/4" 0,00 0,00 0,00 100,00
# 1/2" 0,00 0,00 0,00 100,00
# 3/8" 0,00 0,00 0,00 100,00 100
4,75 (No. 4) 0,00 0,00 0,00 100,00 90 - 100
2,38 (No. 8) 282,00 14,10 14,10 85,90 85 - 100
1,19 (No. 16) 457,00 22,85 36,95 63,05 75 - 100
0,59 (No. 30) 323,00 16,15 53,10 46,90 60 - 100
0,297 (No. 50) 414,00 20,70 73,80 26,20 12 - 50
0,149 (No. 100) 263,00 13,15 86,95 13,05 0 - 15
(No.200) 88,00 4,40 91,35 8,65
pan 173,00 8,65 95,60 4,40
Jumlah 2000,00 264,90
Modulus Kehalusan (Fr) = 2,65 Kasar

Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan

Dr. Ir. Mohammad Junaedy R., ST., MT


19730624 200604 1 003

Lampiran I - 1
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150

2) Batu Pecah 0,5-1

Lubang ayakan / Berat Agregat Kasar = 2000,00 gr


Spesifikasi
nomor saringan Tertahan Prosentase Komulatif
in / mm (Gram) (%) Tertahan Lolos max 10 mm

0,00 0,00 0,00 100,00 100 - 100


# 1" 0,00 0,00 0,00 100,00 100 - 100
# 3/4" 0,00 0,00 0,00 100,00 100 - 100
# 1/2" 0,00 0,00 0,00 100,00 100 - 100
# 3/8" 0,00 0,00 0,00 100,00 85 - 100
4,75 (No. 4) 1002,00 50,10 50,10 49,90 0 - 25
2,38 (No. 8) 992,00 49,60 99,70 0,30 0 - 5
1,19 (No. 16) 0,00 0,00 99,70 0,30
0,59 (No. 30) 0,00 0,00 99,70 0,30
0,297 (No. 50) 0,00 0,00 99,70 0,30
0,149 (No. 100) 0,00 0,00 99,70 0,30
(No.200) 0,00 0,00 99,70 0,30
PAN 6,00 0,30 100,00 0,00

Jumlah 2000,00 548,60


Modulus Kehalusan (Fr) = 5,49

Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan

Dr. Ir. Mohammad Junaedy R., ST., MT


19730624 200604 1 003

Lampiran I - 2
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150

3) Batu Pecah 1-2

Lubang ayakan / Berat Agregat Kasar = 1997,00 gr


Spesifikasi
nomor saringan Tertahan Prosentase Komulatif
in / mm (Gram) (%) Tertahan Lolos max 20 mm

0,00 0,00 0,00 100,00 100 - 100


# 1" 0,00 0,00 0,00 100,00 100 - 100
# 3/4" 26,00 1,30 1,30 98,70 100 - 100
# 1/2" 748,00 37,46 38,76 61,24 85 - 100
# 3/8" 726,00 36,35 75,11 24,89 0 - 25
4,75 (No. 4) 497,00 24,89 100 0,00 0 - 5
2,38 (No. 8) 0,00 0,00 100,00 0,00
1,19 (No. 16) 0,00 0,00 100,00 0,00
0,59 (No. 30) 0,00 0,00 100,00 0,00
0,297 (No. 50) 0,00 0,00 100,00 0,00
0,149 (No. 100) 0,00 0,00 100,00 0,00
(No.200) 0,00 0,00 100,00 0,00
PAN 0,00 0,00 100,00 0,00

Jumlah 1997,00 715,17


Modulus Kehalusan (Fr) = 7,15

Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan

Dr. Ir. Mohammad Junaedy R., ST., MT


19730624 200604 1 003

4) Batu Pecah 2-3

Lampiran I - 3
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150

Lubang ayakan / Berat Agregat Kasar = 2000,00 gr


Spesifikasi
nomor saringan Tertahan Prosentase Komulatif
in / mm (Gram) (%) Tertahan Lolos max 20 mm

0,00 100,00 100 100


# 1" 0,00 0,00 0,00 100,00 100 - 100
# 3/4" 227,00 11,35 11,35 88,65 100 - 100
# 1/2" 939,00 46,95 58,30 41,70 85 - 100
# 3/8" 832,00 41,60 99,90 0,10 0 - 25
4,75 (No. 4) 0,00 0,00 100 0,10 0 - 5
2,38 (No. 8) 0,00 0,00 99,90 0,10
1,19 (No. 16) 0,00 0,00 99,90 0,10
0,59 (No. 30) 0,00 0,00 99,90 0,10
0,297 (No. 50) 0,00 0,00 99,90 0,10
0,149 (No. 100) 0,00 0,00 99,90 0,10
(No.200) 0,00 0,00 99,90 0,10
PAN 2,00 0,10 100,00 0,00

Jumlah 2000,00 768,95


Modulus Kehalusan (Fr) = 7,69

Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan

Dr. Ir. Mohammad Junaedy R., ST., MT


19730624 200604 1 003

Lampiran I - 4
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150
B. Berat Jenis Agregat

1) Abu Batu

Jenis Material Abu Batu Satuan


Berat Benda Uji Kering Permukaan Jenuh 250 gr 250 250 gram
Berat benda uji kering oven BK 243,4 244,2 gram
Berat Picnometer + Air 25 ᴼC B 356 354 gram
Berat Picnometer + Benda Uji (SSD) + Air 25 ᴼC Bt 510 509 gram

NAMA CONTOH I II Rata-rata


. - Apparent Spesifik Grafity
= 2,54 2,57 2,55
r - Spescifik Grafity (Bulk)
= 2,60 2,63 2,62
r - Specifik Grafity (SSD)
= 2,72 2,74 2,73
r - % Water Absorption
= 2,71 2,38 2,54

Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan

Dr. Ir. Mohammad Junaedy R., ST., MT


19730624 200604 1 003

Lampiran I - 5
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150
2) Batu Pecah 0,5-1

Split 0,5 - 1
Jenis Material
I II
Berat Benda Uji SSD di Udara gram A 4310 4328
Berat Benda Uji SSD di Air gram B 2676 2683
Berat Benda Uji Kering gram C 4220 4254

Split 0,5 - 1
Perhitungan
I II
. - Apparent Spesifik Grafity 2,73 2,71

. - Spescifik Grafity (Bulk) 2,58 2,59

. - Specifik Grafity (SSD) 2,64 2,63

. - % Water Absorption 2,13 1,74

Rata-rata Split 0,5 - 1


r - Apparent Spesifik Grafity 2,73

r - Spescifik Grafity (Bulk) 2,58

r - Specifik Grafity (SSD) 2,64

r - % Water Absorption 2,13

Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan

Dr. Ir. Mohammad Junaedy R., ST., MT


19730624 200604 1 003

Lampiran I - 6
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150
3) Batu Pecah 1-2

Split 1 - 2
Jenis Material
I II
Berat Benda Uji SSD di Udara gram 2498 2509
Berat Benda Uji SSD di Air gram 1515,70 1538,50
Berat Benda Uji Kering gram 2438,00 2429

Split 1 - 2
Perhitungan
I II
. - Apparent Spesifik Grafity 2,64 2,73

. - Spescifik Grafity (Bulk) 2,48 2,50

. - Specifik Grafity (SSD) 2,54 2,59

. - % Water Absorption 2,46 3,29

Rata-rata Split 1 - 2
r - Apparent Spesifik Grafity 2,64

r - Spescifik Grafity (Bulk) 2,48

r - Specifik Grafity (SSD) 2,54

r - % Water Absorption 2,46

Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan

Dr. Ir. Mohammad Junaedy R., ST., MT


19730624 200604 1 003

Lampiran I - 7
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150
4) Batu Pecah 2-3

Split 2 - 3
Jenis Material
I II
Berat Benda Uji SSD di Udara gram 2493 2473
Berat Benda Uji SSD di Air gram 1527,80 1505,6
Berat Benda Uji Kering gram 2406,10 2420,9

Split 2 - 3
Perhitungan
I II
. - Apparent Spesifik Grafity 2,74 2,64

. - Spescifik Grafity (Bulk) 2,49 2,50

. - Specifik Grafity (SSD) 2,58 2,56

. - % Water Absorption 3,61 2,15

Rata-rata Split 2 - 3
r - Apparent Spesifik Grafity 2,74

r - Spescifik Grafity (Bulk) 2,49

r - Specifik Grafity (SSD) 2,58

r - % Water Absorption 3,61

Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan

Dr. Ir. Mohammad Junaedy R., ST., MT


19730624 200604 1 003

Lampiran I - 8
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150
C. Berat Volume

1) Abu Batu

Kondisi Gembur
Abu Batu
Nomor Jenis Material
I II
A Berat Takaran gram 4418 4418
B Berat Takaran + Benda ujigram 5848 5838
C Berat Benda Uji ( B - A )gram 1430 1420
D Volume Benda Uji cm³ 984,90 984,90
E Berat Volume ( C/D ) gram/cm³ 1,45 1,44
Rata - rata 1,45

Kondisi Padat
Abu Batu
Nomor Jenis Material I II
A Berat Takaran gram 4418 4418
B Berat Takaran + Benda ujigram 6078 6042
C Berat Benda Uji ( B - A )gram 1660 1624
D Volume Benda Uji cm³ 984,90 984,90
E Berat Volume ( C/D ) gram/cm³ 1,69 1,65
Rata - rata 1,67

Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan

Dr. Ir. Mohammad Junaedy R., ST., MT


19730624 200604 1 003

Lampiran I - 9
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150
2) Batu Pecah 0,5-1

Kondisi Gembur
Split 0,5-1
Nomor Jenis Material
I II
A Berat Takaran gram 4418 4418
B Berat Takaran + Benda ujigram 5608 5632
C Berat Benda Uji ( B - A )gram 1190 1214
D Volume Benda Uji cm³ 984,90 984,90
E Berat Volume ( C/D ) gram/cm³ 1,21 1,23
Rata - rata 1,22

Kondisi Padat
Split 0,5-1
Nomor Jenis Material I II
A Berat Takaran gram 4418 4418
B Berat Takaran + Benda ujigram 5752 5746
C Berat Benda Uji ( B - A )gram 1334 1328
D Volume Benda Uji cm³ 984,90 984,90
E Berat Volume ( C/D ) gram/cm³ 1,35 1,35
Rata - rata 1,35

Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan

Dr. Ir. Mohammad Junaedy R., ST., MT


19730624 200604 1 003

Lampiran I - 10
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150
3) Batu Pecah 1-2

Kondisi Gembur
Split 1 - 2
Nomor Jenis Material
I II
A Berat Takaran gram 4418 4418
B Berat Takaran + Benda ujigram 5648 5660
C Berat Benda Uji ( B - A )gram 1230 1242
D Volume Benda Uji cm³ 984,90 984,90
E Berat Volume ( C/D ) gram/cm³ 1,25 1,26
Rata - rata 1,25

Kondisi Padat
Split 1 - 2
Nomor Jenis Material I II
A Berat Takaran gram 4418 4418
B Berat Takaran + Benda ujigram 5798 5794
C Berat Benda Uji ( B - A )gram 1380 1376
D Volume Benda Uji cm³ 984,90 984,90
E Berat Volume ( C/D ) gram/cm³ 1,40 1,40
Rata - rata 1,40

Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan

Dr. Ir. Mohammad Junaedy R., ST., MT


19730624 200604 1 003

Lampiran I - 11
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150
4) Batu Pecah 2-3

Kondisi Gembur
Split 2 - 3
Nomor Jenis Material
I II
A Berat Takaran gram 4418 4418
B Berat Takaran + Benda ujigram 5642 5610
C Berat Benda Uji ( B - A )gram 1224 1192
D Volume Benda Uji cm³ 984,90 984,90
E Berat Volume ( C/D ) gram/cm³ 1,24 1,21
Rata - rata 1,23

Kondisi Padat
Split 2 - 3
Nomor Jenis Material I II
A Berat Takaran gram 4418 4418
B Berat Takaran + Benda ujigram 5872 5836
C Berat Benda Uji ( B - A )gram 1454 1418
D Volume Benda Uji cm³ 984,90 984,90
E Berat Volume ( C/D ) gram/cm³ 1,48 1,44
Rata - rata 1,46

Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan

Dr. Ir. Mohammad Junaedy R., ST., MT


19730624 200604 1 003

Lampiran I - 12
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150

D. Kadar Lumpur Agregat

NO URAIAN
Sampel 1 Sampel 2 UNIT
Batu 0,5-1 Berat Contoh Kering (Sebelum Dicuci) 1220,00 1270,00 gram
Berat Contoh Kering (Setelah Dicuci) 1215,00 1264,00 gram
Berat Lumpur 5,00 6,00 gram
Kadar Lumpur 1 0,41 0,47 %
Kadar Lumpur 1 Rata-rata 0,44 %
Batu 1-2 Berat Contoh Kering (Sebelum Dicuci) 1000,00 1020,00 gram
Berat Contoh Kering (Setelah Dicuci) 998,00 1014,00 gram
Berat Lumpur 2,00 6,00 gram
Kadar Lumpur 2 0,20 0,59 %
Kadar Lumpur 2 Rata-rata 0,40 %
Batu 2-3 Berat Contoh Kering (Sebelum Dicuci) 928,00 968,00 gram
Berat Contoh Kering (Setelah Dicuci) 922,00 966,00 gram
Berat Lumpur 6,00 2,00 gram
Kadar Lumpur 3 0,65 0,21 %
Kadar Lumpur 2 Rata-rata 0,43 %
Kadar Lumpur Rata-Rata 0,42 %

Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan

Dr. Ir. Mohammad Junaedy R., ST., MT


19730624 200604 1 003

Lampiran I - 13
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150

E. Abrasi

Batu Pecah 1-2 dan Abtu Pecah 2-3

NO. TEST
SIEVE
I II
LOLOS TERTAHAN SEBELUM SESUDAH SEBELUM SESUDAH
# 3" # 2 1/2 "
# 2 1/2 " # 2"
# 2" # 1 1/2 "
# 1 1/2 " # 1"
# 1" # 3/4 "
# 3/4 " # 1/2 " 2500,00 2500,00
# 1/2 " # 3/8 " 2500,00 2500,00
# 3/8 " # 1/4"
# 1/4" # 3/16 "
# 3/16 " # 3/32 "
Total (gram) 5000,00 4070,00 5000,00 4712,00
Tertahan di atas # No. 12 (gram) 4070,00 4712,00
Keausan (%) 18,60 5,760
Rata - Rata (%) 12,18

Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan

Dr. Ir. Mohammad Junaedy R., ST., MT


19730624 200604 1 003

Lampiran I - 14
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150

2. Lampiran Hasil Pengujian Aspal

A. Berat Jenis Aspal

PERSIAPAN
Mulai Jam :11 . 50 wita
Contoh dipanaskan
selesai Jam :12 . 20 wita Temperatur pemanasan
: 70 C
Mulai Jam :12 . 21 wita
Contoh didiamkan
selesai Jam :13 . 20 wita Temperatur ruang : 29 C
Contoh direndam pada Mulai Jam :13 . 21 wita
temperatur 25 C selesai Jam :14 . 20 wita Temperatur ruang : 29 C

PEMERIKSAAN
Nomor Picnometer I II
Berat Picnomerer (A) 32,1 gram 32,1 gram
Berat Picnomerer + air penuh (B) 58,7 gram 58,6 gram
Berat Air (C) = (B) - (A) 26,6 gram 26,5 gram
Berat Picnometer + aspal (D) 41,3 gram 46,1 gram
Berat Aspal (E) = (D) - (A) 9,2 gram 14 gram
Berat Picnometer + air + aspal (F) 58,4 gram 59,8 gram
Isi air (G) = (F) - (D) 17,1 gram 13,7 gram
Isi Contoh (H) = (C) - (G) 9,5 gram 12,8 gram
(E)
Berat jenis = ----- 0,968 gram 1,094 gram
(H)
Rata-rata 1,031 gram

Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan

Dr. Ir. Mohammad Junaedy R., ST., MT


19730624 200604 1 003

Lampiran III - 1
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150

3. Lampiran Penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO)

A. Penentuan Fraksi Campuran Aspal AC-BC

Dik:
- Batu Pecah ( 2 - 3 ) = 12%
- Batu Pecah ( 1 - 2 ) = 13%
- Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) = 34%
- Abu Batu = 41%
1. Untuk Saringan 1" (25,4 mm)
Persentase lolos saringan 1 1/2" (37,5 mm)
- Batu Pecah ( 2 - 3 ) = 100 %
- Batu Pecah ( 1 - 2 ) = 100 %
- Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) = 100 %
- Abu Batu = 100 %
Persentase lolos saringan 1" (25,4 mm)
- Batu Pecah ( 2 - 3 ) = 100 %
- Batu Pecah ( 1 - 2 ) = 100 %
- Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) = 100 %
- Abu Batu = 100 %
Jadi Fraksi campuran pada saringan 1" adalah
- Batu Pecah ( 2 - 3 ) = ( 100 % - 100 % ) x 12% = 0 %
- Batu Pecah ( 1 - 2 ) = ( 100 % - 100 % ) x 13% = 0 %
- Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) = ( 100 % - 100 % ) x 34% = 0 %
- Abu Batu = ( 100 % - 100 % ) x 41% = 0 %
2. Untuk saringan 3/4" (19,1 mm)
Persentase lolos saringan 1" (25,4 mm)
- Batu Pecah ( 2 - 3 ) = 100 %
- Batu Pecah ( 1 - 2 ) = 100 %
- Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) = 100 %
- Abu Batu = 100 %
Persentase lolos saringan 3/4" (19,1 mm)
- Batu Pecah ( 2 - 3 ) = 88,65 %
- Batu Pecah ( 1 - 2 ) = 99 %
- Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) = 100 %
- Abu Batu = 100 %

Lampiran III - 2
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150

Jadi Fraksi campuran pada saringan 3/4" adalah


- Batu Pecah ( 2 - 3 ) = ( 100 % - 89 % ) x 12% = 1 %
- Batu Pecah
5. Untuk saringan No. 4 ( 1 - 2 ) = ( 100 % - 99 % ) x 13% = 0 %
- Batu Pecah
Persentase ( 0,5 - 1 3/8"
lolos saringan ) = mm)
(9,52 ( 100 % - 100 % ) x 34% = 0 %
- Abu Batu
- Batu Pecah ( 2 - 3 ) = = ( 100
0,10 % % - 100 % ) x 41% = 0 %
- Batu Pecah ( 1 - 2 ) = 25,00 %
3. Untuk
- saringan 1/2"
Batu Pecah ( 0,5(19,1
- 1 ) mm) = 100,00 %
- Persentase
Abu Batu lolos saringan =3/4" (19,1 100 mm)%
Persentase lolos saringan
- Batu Pecah (2-3) No. 4 = 88,65 %
- Batu
BatuPecah
Pecah( 2 (- 13 -) 2 ) = = 0,1 99 % %
- - Batu
BatuPecah 2 ) - 1 ) = = 0,15 100% %
( 1 (- 0,5
Pecah
- Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) = 49,90 %
- Abu Batu = 100 %
- Abu Batu = 100 %
Persentase
Jadi lolos saringan
Fraksi campuran 1/2" ( No.
pada saringan 12,74 mm)
adalah
- Batu Pecah (
- Batu Pecah ( 2 - 3 )2 - 3 ) = ( = 41,70% -%
0,1 0,1 % ) x 12% = 0,00 %
- - Batu
Batu Pecah
Pecah ( 1 (- 12 -) 2 ) = (= 2561,30% -% 0,15 % ) x 13% = 3,23 %
- - Batu
Batu Pecah
Pecah - 1 -) 1 ) = (= 100100% -%
( 0,5
( 0,5 49,9 % ) x 34% = 17,03 %
- - Abu
Abu Batu
Batu = (= 100100% -% 100 % ) x 41% = 0 %
Jadi Fraksi campuran pada saringan 1/2" adalah
6. Untuk saringan
- Batu No. 8 (2-3)
Pecah = ( 88,65 % - 42 % ) x 12% = 5,63 %
Persentase lolos saringan
- Batu Pecah ( 1 - 2 ) No. 4 = ( 98,7 % - 61 % ) x 13% = 4,86 %
- - Batu Pecah
Batu Pecah 3 ) - 1 ) = = 0,1
( 2 (- 0,5 ( 100 % % - 100 % ) x 34% = 0 %
- Batu Pecah ( 1 - 2 ) = 0,15 %
- Abu Batu = ( 100 % - 100 % ) x 41% = 0 %
- Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) = 49,90 %
- Abu Batu = 100 %
4. Untuk saringan 3/8" (9,52 mm)
Persentase lolos saringan No. 8
Persentase lolos saringan 1/2" (12,7 0,1
mm)
Batu Pecah ( 2 - 3 ) = %
- - Batu
Batu Pecah
Pecah ( 1 (- 22 -) 3 ) = = 0
41,70% %
- - Batu
Batu Pecah
Pecah ( 1- -12) )
( 0,5 = = 0,3061,30% %
- Batu
- Abu Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) = = 85,90100% %
- Fraksi
Jadi Abu Batu
campuran pada saringan = No. 1008 adalah%
- Persentase
Batu Pecahlolos
( 2 - 3saringan
) =3/8"
( (9,52
0,1 mm)% - 0,1 % ) x 12% = 0,00 %
- - Batu Pecah ( 1 - 2
Batu Pecah ( 2 - 3 ) ) = =
( 0,150,10% -% 0,05 % ) x 13% = 0,01 %
- - Batu Pecah
Batu Pecah( 0,5
( 1- -12) ) = (= 49,9 25,00% -% 0,3 % ) x 34% = 16,86 %
- - Abu Batu
Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) = (= 100 100,00% -% 85,9 % ) x 41% = 5,78 %
- Abu Batu = 100 %
7. Untuk saringan No. campuran
Jadi Fraksi 16 pada saringan 3/8" adalah
Persentase lolos saringan No. 8
Batu Pecah ( 2 - 3 ) = ( 41,7 % - 0,1 % ) x 12% = 4,99 %
- Batu Pecah ( 2 - 3 ) = 0,1 %
- Batu Pecah ( 1 - 2 ) = ( 61,3 % - 25 % ) x 13% = 4,72 %
- Batu Pecah ( 1 - 2 ) = 0,05 %
- Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) = ( 100 % - 100 % ) x 34% = 0,00 %
- Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) = 0,30 %
- Abu Batu = 85,90
( 100 % - 100 % ) x 41% = 0 %
- Abu Batu = %
Persentase lolos saringan No. 16
- Batu Pecah ( 2 - 3 ) = 0,1 %
- Batu Pecah ( 1 - 2 ) = 0,05 %
- Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) = 0,30 %
- Abu Batu = 63,05 %

Lampiran III - 3
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150

Jadi Fraksi campuran pada saringan No. 16 adalah


- Batu Pecah ( 2 - 3 ) = ( 0,1 % - 0,1 % ) x 12% = 0 %
- Batu Pecah ( 1 - 2 ) = ( 0,05 % - 0,05 % ) x 13% = 0 %
- Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) = ( 0,3 % - 0,3 % ) x 34% = 0,00 %
- Abu Batu = ( 85,9 % - 63,05 % ) x 41% = 9,37 %

8. Untuk saringan No. 30


Persentase lolos saringan No.16
- Batu Pecah ( 2 - 3 ) = 0,1 %
- Batu Pecah ( 1 - 2 ) = 0 %
- Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) = 0 %
- Abu Batu = 63,05 %
Persentase lolos saringan No. 30
- Batu Pecah ( 2 - 3 ) = 0,1 %
- Batu Pecah ( 1 - 2 ) = 0 %
- Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) = 0 %
- Abu Batu = 46,90 %
Jadi Fraksi campuran pada saringan No. 30 adalah
Batu Pecah ( 2 - 3 ) = ( 0,1 % - 0,1 % ) x 12% = 0 %
- Batu Pecah ( 1 - 2 ) = ( 0,05 % - 0,05 % ) x 13% = 0 %
- Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) = ( 0,3 % - 0,3 % ) x 34% = 0,00 %
- Abu Batu = ( 63,05 % - 46,9 % ) x 41% = 6,62 %

9. Untuk saringan No. 50


Persentase lolos saringan No. 30
- Batu Pecah ( 2 - 3 ) = 0,1 %
- Batu Pecah ( 1 - 2 ) = 0 %
- Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) = 0 %
- Abu Batu = 46,90 %
Persentase lolos saringan No. 50
- Batu Pecah ( 2 - 3 ) = 0,1 %
- Batu Pecah ( 1 - 2 ) = 0 %
- Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) = 0 %
- Abu Batu = 26 %
Jadi Fraksi campuran pada saringan No. 50 adalah
- Batu Pecah ( 2 - 3 ) = ( 0,1 % - 0,1 % ) x 12% = 0 %
- Batu Pecah ( 1 - 2 ) = ( 0,05 % - 0,05 % ) x 13% = 0 %
- Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) = ( 0,3 % - 0,3 % ) x 34% = 0,00 %
- Abu Batu = ( 46,90 % - 26,2 % ) x 41% = 8,49 %

10. Untuk saringan No. 100


Persentase lolos saringan No. 50
- Batu Pecah ( 2 - 3 ) = 0,1 %
- Batu Pecah ( 1 - 2 ) = 0 %
- Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) = 0 %
- Abu Batu = 26 %
Persentase lolos saringan No. 100
- Batu Pecah ( 2 - 3 ) 0,1
- Batu Pecah ( 1 - 2 ) = 0 %
- Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) = 0 % Lampiran III - 4
- Abu Batu = 13,05 %
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150

Jadi Fraksi campuran pada saringan No. 100 adalah


- Batu Pecah ( 2 - 3 ) = ( 0,1 % - 0,1 % ) x 12% = 0 %
- Batu Pecah ( 1 - 2 ) = ( 0,05 % - 0,05 % ) x 13% = 0 %
- Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) = ( 0,3 % - 0,3 % ) x 34% = 0 %
- Abu Batu = ( 26,2 % - 13,05 % ) x 41% = 5,39 %

11. Untuk saringan No. 200


Persentase lolos saringan No. 100
- Batu Pecah ( 2 - 3 ) = 0,1 %
- Batu Pecah ( 1 - 2 ) = 0 %
- Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) = 0 %
- Abu Batu = 13,05 %
Persentase lolos saringan No. 200
- Batu Pecah ( 2 - 3 ) = 0,1 %
- Batu Pecah ( 1 - 2 ) = 0 %
- Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) = 0 %
- Abu Batu = 8,65 %
Jadi Fraksi campuran pada saringan No. 200 adalah
- Batu Pecah ( 2 - 3 ) = ( 0,1 % - 0,1 % ) x 12% = 0 %
- Batu Pecah ( 1 - 2 ) = ( 0,05 % - 0,05 % ) x 13% = 0 %
- Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) = ( 0,3 % - 0,3 % ) x 34% = 0,00 %
- Abu Batu = ( 13,05 % - 8,65 % ) x 41% = 1,80 %
12. Untuk Pan
Persentase lolos saringan No. 200
- Batu Pecah ( 2 - 3 ) = 0,1 %
- Batu Pecah ( 1 - 2 ) = 0 %
- Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) = 0 %
- Abu Batu = 9 %
Persentase Pan
- Batu Pecah ( 2 - 3 ) = 0 %
- Batu Pecah ( 1 - 2 ) = 0 %
- Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) = 0 %
- Abu Batu = 0 %
Jadi Fraksi campuran pada Pan adalah
- Batu Pecah ( 2 - 3 ) = ( 0,1 % - 0 % ) x 12% = 0,01 %
- Batu Pecah ( 1 - 2 ) = ( 0,05 % - 0 % ) x 13% = 0,01 %
- Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) = ( 0,3 % - 0 % ) x 34% = 0,10 %
- Abu Batu = ( 8,65 % - 0 % ) x 41% = 3,55 %

Lampiran III - 5
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150

Tabel Fraksi Agregat

GRADASI (%)
No. Saringan Batu Pecah ( Batu Pecah ( Batu Pecah ( GABUNGAN (%)
Abu Batu
2-3) 1-2) 0,5 - 1 )
25.4 (1") 0 0 0 0 0,00
19,1 (3/4") 1,36 0 0 0 1,53
12,7 (1/2") 5,63 4,86 0 0 10,50
9,52 (3/8") 4,99 4,72 0,00 0 9,71
No. 4 0,00 3,23 17,03 0 20,26
No. 8 0 0,01 16,86 5,78 22,66
No. 16 0 0 0,00 9,37 9,37
No. 30 0 0 0 6,62 6,62
No. 50 0 0 0 8,49 8,49
No. 100 0 0 0 5,39 5,39
No. 200 0 0 0 1,80 1,80
PAN 0 0 0 3,547 3,67
PERSEN TOTAL (%) 100

Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan

Dr. Ir. Mohammad Junaedy R., ST., MT


19730624 200604 1 003

Lampiran III - 6
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150
B. Penentuan Kadar Aspal Rencana

RUMUS :

P = 0,035 a + 0,045 b + Kc + F

Dimana :
P = Pendekatan kadar aspal campuran
a = Presentase agregat tertahan di saringan No. 8
b = Persentase agregat lolos saringan No. 8 tertahan di saringan No. 200
c = Persentase lolos saringan No. 200
K = 0.15 untuk 11-15% lolos saringan No.200
0.20 untuk ≤ 5% lolos saringan No. 200
0.18, untuk 6-10% lolos saringan No. 200
F = - 0 - 2 % Tergantung pada absorbsi agregat bila data tidak tersedia
maka diambil 0,7 - 1
- Untuk LASTON dan AC = 1
- Untuk HRS = 2

Penyelesaian :
a = 100 - 35,34 = 64,66
b = 35,3 - 3,67 = 31,67
c = 3,67
K = 0.20 untuk ≤ 5% lolos saringan No. 200

jadi,
P = 0,035 (64,7) + 0 (31,7) + 0,20 (3,67) + 1
= 2,26312 + 1 + 0,733 + 1
= 5,422% 5,5%

Catatan : Diambil kadar aspal 4.5%, 5%, 5.5%, 6%, 6.5%

Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan

Dr. Ir. Mohammad Junaedy R., ST., MT


19730624 200604 1 003

Lampiran III - 7
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150
C. Presentasi Fraksi Campuran Agregat KAO

Dik :
Kc = Persentasi fraksi campuran
N0. 100 K = 5,39 x 95% x 1100 = 56,04 gr
Kadar Aspal = 5,5%
100
% Agregat = 94,5%
Volume mould = 1100 gr
NO. 200 K = 1,80 x 95% x 1100 = 18,75 gr
NO. 50 K = 0 x 95%
100 x 1100 = 0 gr
Abu Batu 100
3,55 x 95% x 1100
PAN
K =N0.
(%100 K
K =
Gradasi) = x (%0agregat) x x 100 V. mouldx 1100
95% =
= 36,87
0 gr
gr
0 100 x 95%
100 x 1100
DikNO.: 50 K =
100
= 0 gr
1" KKc=
NO. 2000 K = x
= Persentasi fraksi campuran
095% x x 95% 1100 = x 0 1100 = gr 0 gr
Kadar Aspal = 5,5%1000 x 95% x 1100
100
% N0. 100
Agregat K = = 94,5% 100
= 0 gr
3/4" KVolume
= mould
0 = x1100 95% gr x 1100
0 x 95% = x 0 1100 gr
BatuPANPecah ( 1K- 2= ) 100
0 x 95% x 1100 = 1 gr
NO.Pecah
200 ( 0,5
K =- 1 ) 100 = 0 gr
Batu 100
1/2" K = 0 K = x(% Gradasi)
95% x x(% agregat)
1100 = x 0 V. mouldgr
K = (% Gradasi)
100
0 x
x (% agregat)
100
95% x V. mould
x 1100
PAN
Dik : K = 100 = 0 gr
0,00 x 100
95% x 1100
3/8" KKc=NO. 8 K = Persentasi
1" 0 K = x
095%fraksi
x campuran
95%
x 100
1100 = x 0 1100 = gr
=
0,00
0
gr
gr
Kadar1"Aspal K = 5,5%100 0 x 100
95% x 1100 = 0 gr
% Agregat = 94,5% 100
0 x 95% x 1100
NO. 4 berat
K =NO. briket
16 K = 1100 0 grx 95% = x 0 1100 = gr 0 gr
3/4" 0 K = x 95% x 100
1100 = 1,75676 gr
3/4" K = 0
100 x 100
95% x 1100 = 0 gr
Batu Pecah ( 2 - 3 ) 100
0 x 95% x 1100
NO. 8 K =NO. 30 K = 4,86 x 95% = x 60,09
1100 = gr 0 gr
1/2"5,78 K = x 95% x 100
1100 = 50,54 gr
1/2" K = (% Gradasi)
0
100 x 100
(% 95%
agregat) x B.
1100Briket
= 0 gr
K =
100
0 x 95% x 1100
NO. 16 K =NO. 50 K = 4,72
95% x x 100 95% = x 97,39
1100 = gr 0 gr
3/8"9,37 K = x 1100 = 49,05 gr
3/8" K = 0,00
0
100 x 100
95% x 1100 = 0,00 gr
1" K = = 0 gr
100
0 x 95% x 1100
NO. 30 K =N0. 100 K = 3,23
95% x x 100 95% = x 68,83
1100 = gr 0 gr
NO. 46,62 K = x 1100 = 33,58 gr
NO. 4 K = 17,03
1
100 x 100
95% x 1100 = 177,07 gr
3/4" K = = 14,2 gr
100
0 x 95% x 1100
NO. 50 K =NO. 200 K = 0,01
95% x x 100 95% = x 88,22
1100 = gr 0 gr
NO. 88,49 K = x 1100 = 0,14 gr
NO. 8 K = 16,86
5,63
100 x 100
95% x 1100 = 175,30 gr
1/2" K = = 58,57 gr
100
0 x 95% x 1100
PAN K = 0 x 95% x 1100 = 0 gr
NO. 16 K = 100 = 0 gr
NO. 16 K = 0,00
4,99 x 100
95% x 1100 = 0,00 gr
3/8" K = Lampiran III -=8 51,89 gr
100
0 x 95% x 1100
NO. 30 K = = 0 gr
NO. 30 K = 0,00
0 x 100
95% x 1100 = 0 gr
NO. 4 K = = 0,00 gr
100
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150

Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan

Dr. Ir. Mohammad Junaedy R., ST., MT


19730624 200604 1 003

Tabel Komposisi Agregat KAO


Presentasi (4,5%, 5%, 5,5%, 6%, 6,5%)

Kadar Aspal : 4,5% Agregat : 95,5%


No. Saringan
Batu Pecah ( 2 - 3 ) Batu Pecah ( 1 - 2 ) Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) Abu Batu
25.4 (1") 0 0 0 0
19,1 (3/4") 14,31 2 0 0
12,7 (1/2") 59,19 51,1 0 0
9,52 (3/8") 52 49,6 0,0 0
No. 4 0 33,9 0,0 0
No. 8 0 0,1 178,9 60,7
No. 16 0 0 177,2 98,4
No. 30 0 0 0 69,6
No. 50 0 0 0 89,2
No. 100 0 0 0 56,6
No. 200 0 0 0 19,0
PAN 0,12606 0 0 37,3
Total 126,06 136,6 356,1 430,7
Berat total Agregat 1049 gr Berat Aspal 50,57 gr

Lampiran III - 9
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150

Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan

Dr. Ir. Mohammad Junaedy R., ST., MT


19730624 200604 1 003

Kadar Aspal : 5% Agregat 95%


No. Saringan
Batu Pecah ( 2 - 3 ) Batu Pecah ( 1 - 2 ) Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) Abu Batu
1" 0 0 0 0
19,1 (3/4") 14,23 2 0 0
12,7 (1/2") 58,88 50,8 0 0
9,52 (3/8") 52,17 49,3 0,0 0
No. 4 0,00 33,8 178,0 0
No. 8 0 0,1 176,2 60,4
No. 16 0 0 0,0 97,9
No. 30 0 0 0 69,2
No. 50 0 0 0 88,7
No. 100 0 0 0 56,3
No. 200 0 0 0 18,9
PAN 0,1254 0 1 37,1
Total 125,4 135,8 355,3 428,5
Berat total Agregat 1045 gr Berat Aspal 55,07 gr

Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan

Lampiran III - 10
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150
Dr. Ir. Mohammad Junaedy R., ST., MT
19730624 200604 1 003

Kadar Aspal : 5,5% Agregat 94,5%


No. Saringan
Batu Pecah ( 2 - 3 ) Batu Pecah ( 1 - 2 ) Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) Abu Batu
1" 0 0 0 0
19,1 (3/4") 14,16 2 0 0
12,7 (1/2") 58,57 50,5 0 0
9,52 (3/8") 52 49,1 0,0 0
No. 4 0 33,6 177,1 0
No. 8 0 0,1 175,3 60,1
No. 16 0 0 0,0 97,4
No. 30 0 0 0 68,8
No. 50 0 0 0 88,2
No. 100 0 0 0 56,0
No. 200 0 0 0 18,8
PAN 0,12474 0 1 36,9
Total 124,74 135,1 353,4 426,2
Berat total Agregat 1040 gr Berat Aspal 60,5 gr

Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan

Dr. Ir. Mohammad Junaedy R., ST., MT


19730624 200604 1 003

Lampiran III - 11
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150

Kadar Aspal : 6% Agregat 94%


No. Saringan
Batu Pecah ( 2 - 3 ) Batu Pecah ( 1 - 2 ) Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) Abu Batu
1" 0 0 0 0
19,1 (3/4") 14,08 2 0 0
12,7 (1/2") 58,26 50,3 0 0
9,52 (3/8") 51,62 48,8 0,0 0
No. 4 0,00 33,4 176,1 0
No. 8 0 0 174,4 59,8
No. 16 0 0 0,0 96,9
No. 30 0 0 0 68,5
No. 50 0 0 0 87,8
No. 100 0 0 0 55,7
No. 200 0 0 0 18,7
PAN 0,12408 0 1 36,67
Total 124,08 134,4 351,6 423,9
Berat total Agregat 1034 gr Berat Aspal 66 gr

Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan

Dr. Ir. Mohammad Junaedy R., ST., MT


19730624 200604 1 003

Lampiran III - 12
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150

Kadar Aspal : 6,5% Agregat 93,5%


No. Saringan
Batu Pecah ( 2 - 3 ) Batu Pecah ( 1 - 2 ) Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) Abu Batu
1" 0 0 0 0
19,1 (3/4") 14,01 2 0 0
12,7 (1/2") 57,95 50,0 0 0
9,52 (3/8") 51 48,5 0,0 0
No. 4 0 33,2 175,2 0
No. 8 0 0,1 173,4 59,5
No. 16 0 0 0,0 96,4
No. 30 0 0 0 68,1
No. 50 0 0 0 87,3
No. 100 0 0 0 55,5
No. 200 0 0 0 18,6
PAN 0,12342 0 1 36,48
Total 123,42 133,7 349,7 421,7
Berat total Agregat 1029 gr Berat Aspal 71,5 gr

Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan

Dr. Ir. Mohammad Junaedy R., ST., MT


19730624 200604 1 003

Lampiran III - 13
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150

D. Input Data Marshall KAO

NO. K.A B. KERING DI UDARA B. SSD B. SSD DI AIR FLOW STABILITAS


1 4,5% 1078,1 1091,8 617,5 2,21 92

1 5,0% 1084,4 1096,5 609,3 3,16 90

1 5,5% 1019,4 1028,8 572,1 3,82 93

1 6,0% 1066,2 1078,8 593,1 4,32 92

1 6,5% 1029,1 1034,2 575,3 4,58 89

Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan

Dr. Ir. Mohammad Junaedy R., ST., MT


19730624 200604 1 003

Lampiran III - 14
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150

E. Analisa Perhitungan Dengan Alat Marshall KAO

MATERIAL BULK APPARENT


Batu Pecah ( 2 - 3 ) 12% 2,49 2,74
Batu Pecah ( 1 - 2 ) 13% 2,48 2,64
Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) 34% 2,58 2,73
Abu Batu 41% 2,62 2,55
RATA - RATA 2,54 2,67

# BULK
Batu Pecah ( 2 - 3 ) = 12% x 2,49 = 0,299
Batu Pecah ( 1 - 2 ) = 13% x 2,48 = 0,323
Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) = 34% x 2,58 = 0,878
Abu batu = 41% x 2,62 = 1,073 +
2,573
# APPARENT
Batu Pecah ( 2 - 3 ) = 12% x 2,74 = 0,329
Batu Pecah ( 1 - 2 ) = 13% x 2,64 = 0,344
Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) = 34% x 2,73 = 0,929
Abu batu = 41% x 2,55 = 1,047 +
2,648
# Susuk Benda Uji
Proporsi campuran batu pecah ( 2 - 3 ) 12%
Proporsi campuran batu pecah ( 1 - 2 ) = 13%
Proporsi campuran batu pecah ( 0,5 - 1 ) = 34%
Proporsi campuran abu batu = 41% +
100%

A. Kadar Aspal = 4,5%


B. B.J. Bulk dari total agregat = 2,54
B.J. Apprent dari total agregat = 2,67
C. B.J. Efektif dari total agregat ∑ ( BULK + APPARENT )
=
2
2,54 + 2,67
= = 2,606
2

D. B.J. Maksimum Campuran


Ketrangan : 100
=
A = Kadar Aspal 100 - A A
+
C = B.J. Efektif dari total agregat C T
T = Berat Jenis Aspal Keras = 1,031 100
= = 2,438
D = Berat Jenis Maksimum Campuran 100 - 4,5 + 4,5
2,606 1,031

PERHITUNGAN UNTUK KADAR ASPAL SELANJUTNYA DITABELKAN


Kadar Aspal % % C T D
4,5 100 2,606 1,031 2,438
5 100 2,606 1,031 2,421
5,5 100 2,606 1,031 2,404
6 100 2,606 1,031 2,387
6,5 100 2,606 1,031 2,370
Lampiran III - 15
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150

# TABEL BERAT BENDA UJI

BERAT BENDA UJI BERAT BENDA UJI DALAM AIR BERAT BENDA UJI
No. Briket Kadar Aspal
DIUDARA (gram) (gram) KONDISI SSD (gram)

1. 4,5% 1078,1 617,5 1091,8

1. 5,0% 1084,4 609,3 1096,5

1. 5,5% 1019,4 572,1 1028,8

1. 6,0% 1066,2 593,1 1078,8

1. 6,5% 1029,1 575,3 1034,2

H. ISI BENDA UJI (H)


Rumus : H = G - F Ket : H = Isi Benda Uji
G = Berat benda uji kondisi SSD
F = Berat benda uji dalam air
Untuk kadar aspal 4,5%
1. H = 1091,8 - 617,5 = 474,3 gr/cm³

Untuk Perhitungan Selanjutnya Ditabelkan


Berat SSD dalam
Berat Kondisi SSD (
No. Briket Kadar Aspal Air ( Isi Benda Uji (H) (gram/cm³)
gram )
gram )
1. 4,5% 1091,8 617,5 474,3

1. 5,0% 1096,5 609,3 487,2

1. 5,5% 1028,8 572,1 456,7

1. 6,0% 1078,8 593,1 485,7

1. 6,5% 1034,2 575,3 458,9

I. BERAT JENIS BULK CAMPURAN ( I )


Rumus : I = E / H Ket : I = Berat jenis bilk campuran
E = Berat benda uji kering
H = Isi benda uji
Untuk kadar aspal 4,5%
1078,1 =
1. I = 2,273
474,3

Untuk Perhitungan Selanjutnya Ditabelkan


Berat Benda Uji
Isi Benda Uji
No. Briket Kadar Aspal Kering Benda Jenis Bulk Campuran
(H) (gram/cm³)
( gram )
1. 4,5% 1078,1 474,3 2,273

1. 5,0% 1084,4 487,2 2,226

1. 5,5% 1019,4 456,7 2,232

1. 6,0% 1066,2 485,7 2,195


Lampiran III - 16
1. 6,5% 1029,1 458,9 2,243
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150

J. RONGGA UDARA (J)


Rumus: K = 100 ( D - I ) / D Ket : K = Rongga Udara
D = Berat jenis maksimum campuran
I = Berat jenis bulk campuran

Untuk kadar aspal 4,5%


L.
100 2,438 - 2,273
1. STABILITAS
K = YANG DISESUAIKAN ( L ) = 6,767 %
2,438
Disesuaikan dari daftar interpolasi Proving Ring untuk Marshall Test dimana:
Rumus:
L = Stabilitas x Kalibrasi Proving Ring x Angka Korelasi x Kolerasi lbs..ke..kg x Tingkat
Keprcayaan Alat
Dimana: Kalibrasi Proving Ring = 31,27
Korelasi lbs..ke..kg = 0,454
Tingkat Kepercayaan Alat = 0,95
Untuk Perhitungan Selanjutnya Ditabelkan
Untuk kadar aspal 5% Jenis Maksimum Benda Jenis Rongga Udara
Berat
No. Briket
1. L Kadar
= Aspal
92 x 31,2700 x 0,96 Bulk
x 0,454 x(K) 0,95 = 1178,74
Campuran ( D )
Campuran (%)
1 4,5% 2,438 2,273 6,767

1Untuk Perhitungan
5,0%Selanjutnya Ditabelkan
2,421 2,226 8,053
Isi Benda Uji Angka Stabilitas Yang
No. Briket Kadar Aspal Stabilitas (kg/mm)
1 5,5% 2,404 (gram/cm³)
2,232 Korelasi7,138Disesuaikan (kg)

1 92 474,3 1,14 1414,49


1 2 6,0% 4,5% 2,387 2,195 8,030
3
Rumus : N= L / M Ket : N = Hasil Bagi Marshall
1 1 6,5% 2,370
90 487,2 1,09 1323,05
L 2,243
= Stabilitas 5,389
Yang Disesuaikan
2 5,0%
N. HASIL BAGI MARSHALL ( O ) M = Kelelahan Plastis
3
Untuk1kadar aspal 5% 93 456,7 1,25 1567,83
5,5%1414,49
K. STABILITAS1. 2N = = 640,04 Kg/mm
3 2,21
1 Stabilitas (K) (92 485,7 1,09 1352,45
No. Briket Kadar Aspal
2 6,0% lbs )

1 3 92
1 4,5% 89 458,9 1,19 1428,38
2 6,5%
3
1 Untuk Perhitungan Selanjutnya
90 Ditabelkan
5,0% Stabilitas Yang Kelelahan Hasil Bagi
M. KELELAHAN PLASTIS ( M )
No. Briket Kadar Aspal Disesuaikan ( Plastis Marshall
1 93 kg ) (
Kelelahan Plastis ( M ) (mm) (kg/mm)
No. Briket Kadar Aspal
1 5,5% M ) 1414,490
(mm) 2,21 640,041
1 2 4,5% 2,21
1 92
23 4,5%
6,0%
31 1323,050 3,16 418,687
12 5,0% 3,16
1 89
23 5,0%
6,5%
31 1567,835 3,82 410,428
12 5,5% 3,82
2 5,5%
3
3
1 1352,451 4,32 313,067
1 4,32
2 6,0%
2 6,0%
33 x Kalibrasi Proving Ring x Angka Korelasi x Kolerasi lbs..ke..kg Lampiran
L = Stabilitas x Tingkat III - 17
Keprcayaan1 Alat 1428,382 4,58 311,874
1 4,58
2 2 6,5%
6,5%
33
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150

Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan

Dr. Ir. Mohammad Junaedy R., ST., MT


19730624 200604 1 003

Lampiran III - 18
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax (0411)86150

F. Tabel Perhitungan Marshall Test KAO

Penetrasi = 60/70 Material Komposisi


Berat Jenis Aspal (T) = 1,031 a. Batu pecah ( 2 - 3 ) 12%
Berat Jenis Bulk Agregat (U) = 2,573 b. Batu pecah ( 1 - 2 ) 13%
Berat Jenis Eff. Agregat (V) = 2,648 c. Batu pecah ( 0,5 - 1 ) 34%
Penyerapan (w) = 2,687 d. Abu batu 41%
100%
Persen (%) Berat (gr) Stabilitas
Kode Berat Jenis Berat Jenis Rongga Rongga dlm
Berat isi R. terisi Kelelehan Hasil Bagi
benda Kadar Eff. Berat tot. Kering Bulk Max. Udara ( Camp.Agregt
Di Udara Di Air Benda Uji aspal % VFA Di- Baca Disesuaikan (%) Marshall
uji aspal campuran Permukaan Campuran Campuran VIM ) %VMA

A B C D E F G H I J K L M N O
1,1 1078,1 617,5 1091,8 474,3 2,273 6,767 15,641 56,742 92 1414,49 2,21 640,04
4,5 2,623 2,438

2,438
2,1 1084,4 609,3 1096,5 487,2 2,226 8,053 17,827 66,023 90 1323,05 3,16 418,69
5 2,623 2,421

2,421
3,1 1019,4 572,1 1028,8 456,7 2,232 7,138 18,027 73,618 93 1567,83 3,82 410,43
5,5 2,623 2,404

2,404
4,1 1066,2 593,1 1078,8 485,7 2,195 8,030 19,809 79,225 92 1352,45 4,32 313,07
6 2,623 2,387

2,387
5,1 1029,1 575,3 1034,2 458,9 2,243 5,389 18,515 82,958 89 1428,38 4,58 311,87
6,5 2,623 2,370

2,370

Kepala Laboratorium Lampiran III - 19


Teknik Sipil dan Perencanaan UNM
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150

4. Lampiran Data Penambahan Limbah Botol Plastik

A. Presentasi Campuran Agregat Dengan Bahan Tambah

0 x 94% x 1100
Dik : NO. 50 K = = 0 gr
0 100 x 94% x 1100
Kc =NO.
Persentasi
50 Kfraksi
= campuran = 0 gr
Kadar Aspal = 5,7% 100
0 x 94% x 1100
N0. 100
% Agregat =K94,3%
NO. =
30 K = 0 100 x 94% x= 0
1100 = gr0 gr
Berat briket =N0.
1100 0 x 10094% x 1100
100 K gr
= = 0 gr
100
0 x 94% x 1100
NO. 200
Batu Pecah 3K
( 2 -NO.) 50= K = 0 100 x 94% x= 1100
0 = gr0 gr
3/8" K = 00 xx 100 94%
94% xx 1100
1100 = 0 gr
NO. 200 K = = 0 gr
100
100 Briket
(% Gradasi) 0 x x(% agregat)94% x x B.1100
PAN K =K = = 0 gr
N0. 100 K = 0100100 x 94% x 1100 = 0 gr
NO. 4 K = 00 xx 100 94%
94% xx 1100
1100 = 0 gr
PAN K = = 0 gr
Batu Pecah ( 1 - 2 )
0 x 94% x 100
100
1100
1" K = = 0 gr
NO. 200 K = 0100 x 94% x 1100 = 0 gr
:= (%
8 Gradasi)
K = x 5,78 (% agregat) x 94%V. mould
DikKNO. x 100 x 1100 = 59,97 gr
100
Kc 1 =xPersentasi x 1001100
94%fraksi campuran
3/4" KKadar
= Aspal = 5,7%100 = 14,1 gr
0
0
x 9,37 94% x
x 94%
x 94%1100 x
x 1100
1" %K PAN = 16 KK === 94,3%
Agregat
NO. = 01100 = gr197,18 gr
100 100
Volume 5,63 mould =x1100 94% gr x 1001100
1/2" K = = 58,44 gr
100
3/4" DikBatu
NO.
K 30 0( K
Pecah 0,5=- 1 )x 6,62 94% x x 94%1100 x 1100 = gr68,68 gr
:= 100
= 1,75304
Kc 4,99 = Persentasi
x x 1001100
94%fraksi campuran
3/8" K = K = (% Gradasi) x (% agregat) = x 51,78 V. mouldgr
Kadar Aspal 4,86 = 5,7% 100
x 94% x 1001100
1/2" NO.
K = 50 K = 8,49 x 94% x= 50,43
1100 = gr88,04 gr
% Agregat = 94,3% 100
Volume 0,00 x 94% gr x 1001100
NO. 4 K = 1"mould K ==1100 0 x 94% = x 0,001100 =gr 0 gr
100
4,72K = x 0 94% x x 94% 1100
3/8" K 1/2"
N0. =100 K = 5,39 x 100
94% x=x 48,95
1100 == gr55,93
1100 0 gr
gr
Abu Batu 100 100
0,00 x 94% x 1001100
NO. 8 K = 3/4" K = 0 x 94% = x 0,001100 =gr 0 gr
3,23 x 100 94% x 1100 V. mould
NO. 4 NO. =200 KKK===(% Gradasi)
K 3/8" 0,00
1,80
xx (%100
x
agregat)
94%
94%
x=x 33,51
x 11001100 == gr18,71
0,00 gr
gr
100 100
100
0 x 94% x 1001100
NO. 16 K = = 0 gr
0,01 x 0 100 94% x 94%1100 x
1"
K NO.= 4 K =
K = 17,03 x 1100 == gr0176,69 gr
NO. 8 3,55 100 xx 94%
94% x=x 0,13
1100
1100 gr
PAN K = 100
100 = 36,79 gr
0 x 94% x 1001100
NO. 30 K = = 0 gr
0 x 100 94% x 1100
NO. 16 K3/4"
NO.= 8 KK= = 0
16,86 xx 94%
94% x=x 1100
01100 == gr0174,93 gr
100
100
100 Lampiran IV - 1

0 x 94% x 1100
NO. 30 K1/2"
= 16 KK= =
NO. 0
0,00 xx 94%
94% x=x 01100
1100 == gr00,00 gr
100
100
100
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150
Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan

Dr. Ir. Mohammad Junaedy R., ST., MT


19730624 200604 1 003

B. Komposisi Penambahan Limbah Plastik

Kadar Aspal = 5,7 % 100 % - 5,7 % = 94,3


Aspal Rencana = 5,7 % x 1100 = 62,7

Hasil Combine
BP 2-3 12 % x 94,3 % = 0,113 x 1100 = 124,476
BP 1-2 13 % x 94,3 % = 0,123 x 1100 = 134,849
BP 0,5-1 34 % x 94,3 % = 0,321 x 1100 = 352,682
Abu Batu 41 % x 94,3 % = 0,387 x 1100 = 425,293
Plastik 3 % X 62,7 = 1,881
Aspal 62,7 - 1,881 = 60,819
1100

Kadar Aspal = 5,7 % 100 % - 5,7 % = 94,3


Aspal Rencana = 5,7 % x 1100 = 62,7

Hasil Combine
BP 1- 2 12 % x 94,3 % = 0,113 x 1100 = 124,476
BP 0,5 - 1 13 % x 94,3 % = 0,123 x 1100 = 134,849
Abu Batu 34 % x 94,3 % = 0,321 x 1100 = 352,682
Filler 41 % x 94,3 % = 0,387 x 1100 = 425,293
Plastik 3,5 % X 62,7 = 2,1945
Aspal 62,7 - 2,1945 = 60,5055
1100

Kadar Aspal = 5,7 % 100 % - 5,7 % = 94,3


Aspal Rencana = 5,7 % x 1100 = 62,7

Hasil Combine
BP 1- 2 12 % x 94,3 % = 0,113 x 1100 = 124,476
BP 0,5 - 1 13 % x 94,3 % = 0,123 x 1100 = 134,849
Abu Batu 34 % x 94,3 % = 0,321 x 1100 = 352,682
Filler 41 % x 94,3 % = 0,387 x 1100 = 425,293
Plastik 4 % X 62,7 = 2,508
Aspal 62,7 - 2,508 = 60,192
1100

Lampiran IV - 2
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150
Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan

Dr. Ir. Mohammad Junaedy R., ST., MT


19730624 200604 1 003

C. Input Data Marshall Dengan Bahan Tambah

B. KERING DI
SAMPEL B. SSD B. SSD DI AIR FLOW STABILITAS
UDARA
1 1088,7 1099,3 518,4 5,14 229
2 5,7% 1058,7 1072,2 498,4 5,91 239
3 1076,5 1084,3 511,8 4,61 279
1 1083,9 1095,4 594,2 4,71 240
2 5,7% 1075,7 1087,3 593,7 4,26 210
3 1081,1 1091,3 600,9 4,48 307
1 1076,8 1085,2 598,6 5,66 286
2 5,7% 1072 1082,3 585,6 6,12 240
3 1075,4 1090,2 589,2 6,06 196

Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan

Dr. Ir. Mohammad Junaedy R., ST., MT


19730624 200604 1 003

Lampiran IV - 3
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150

D. Analisa Data Perhitungan Marshall Dengan Bahan Tambah Limbah

MATERIAL BULK APPARENT


Batu Pecah ( 2 - 3 ) 12% 2,49 2,74
Batu Pecah ( 1 - 2 ) 13% 2,48 2,64
Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) 34% 2,58 2,73
Abu Batu 41% 2,62 2,55
RATA - RATA 2,54 2,67

# BULK
Batu Pecah ( 2 - 3 ) = 12% x 2,49 = 0,299
Batu Pecah ( 1 - 2 ) = 13% x 2,48 = 0,323
Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) = 34% x 2,58 = 0,878
Abu batu = 41% x 2,62 = 1,073 +
2,573
# APPARENT
Batu Pecah ( 2 - 3 ) = 12% x 2,74 = 0,329
Batu Pecah ( 1 - 2 ) = 13% x 2,64 = 0,344
Batu Pecah ( 0,5 - 1 ) = 34% x 2,73 = 0,929
Abu batu = 41% x 2,55 = 1,047 +
2,648
# Susuk Benda Uji
Proporsi campuran batu pecah ( 2 - 3 ) 12%
Proporsi campuran batu pecah ( 1 - 2 ) = 13%
Proporsi campuran batu pecah ( 0,5 - 1 ) = 34%
Proporsi campuran abu batu = 41% +
100%

A. Kadar Aspal Optimum = 5,7%


B. B.J. Bulk dari total agregat = 2,54
B.J. Apprent dari total agregat = 2,67
C. B.J. Efektif dari total agregat ∑ ( BULK + APPARENT )
=
2
2,54 + 2,67
= = 2,606
2
D. B.J. Maksimum Campuran
Ketrangan : = 100
A = Kadar Aspal 100 - A + A
C = B.J. Efektif dari total agregat C T
T = Berat Jenis Aspal Keras = 1,031 = 100 = 2,603
D = Berat Jenis Maksimum Campuran 100 - 5,7% + 5,7%
2,606 1,031
PERHITUNGAN UNTUK KADAR ASPAL SELANJUTNYA DITABELKAN
Kadar Aspal % % C T D
5,7 100 2,606 1,031 2,397

Lampiran IV - 4
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150

# TABEL BERAT BENDA UJI

BERAT BENDA UJI DIUDARA BERAT BENDA UJI KONDISI


Sampel Variasi Kadar Aspal BERAT BENDA UJI DALAM AIR (gram)
(gram) SSD (gram)

1 1088,7 518,4 1099,3


2 3% 5,7% 1058,7 498,4 1072,2
3 1076,5 511,8 1084,3
1 1083,9 594,2 1095,4
2 3,5% 5,7% 1075,7 593,7 1087,3
3 1081,1 600,9 1091,3
1 1076,8 598,6 1085,2
2 4% 5,7% 1072 585,6 1082,3
3 1075,4 589,2 1090,2

H. ISI BENDA UJI (H)


Rumus : Ket : H = Isi Benda Uji
H = G - F
G = Berat benda uji kondisi SSD
F = Berat benda uji dalam air
Untuk kadar aspal 5,7%
1. H = 1099 - 518,4 = 581 gr/cm³
Untuk Perhitungan Selanjutnya Ditabelkan

Berat Kondisi SSD ( gram Berat dalam Air ( gram Isi Benda Uji (H)
Sampel Variasi Kadar Aspal
) ) (gram/cm³)

1 1099,3 518,4 580,9


2 3% 5,7% 1072,2 498,4 573,8
3 1084,3 511,8 572,5
1 1095,4 594,2 501,2
2 3,5% 5,7% 1087,3 593,7 493,6
3 1091,3 600,9 490,4
1 1085,2 598,6 486,6
2 4% 5,7% 1082,3 585,6 496,7
3 1090,2 589,2 501

I. BERAT JENIS BULK CAMPURAN ( I )


Rumus : Ket : I = Berat jenis bilk campuran
I = E / H
E = Berat benda uji kering
H = Isi benda uji
Untuk kadar aspal 5,7%
1088,7 =
1. I = 1,874
580,9
Untuk Perhitungan Selanjutnya Ditabelkan

Berat Benda Uji Di Isi Benda Uji (H) Benda Jenis Bulk
Sampel Variasi Kadar Aspal
Udara ( gram ) (gram/cm³) Campuran

1 1088,7 580,9 1,874


2 3% 5,7% 1058,7 573,8 1,845
3 1076,5 572,5 1,880
1 1083,9 501,2 2,163
2 3,5% 5,7% 1075,7 493,6 2,179
3 1081,1 490,4 2,205
1 1076,8 486,6 2,213 Lampiran IV - 5
2 4% 5,7% 1072 496,7 2,158
3 1075,4 501 2,147
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150

J. RONGGA UDARA (J)


Rumus: Ket : K = Rongga Udara
K = 100 ( D - I ) / D
D = Berat jenis maksimum campuran
I = Berat jenis bulk campuran

Untuk kadar aspal 5,7%


100
2,603 - 1,874
1. K = = 28,007 %
2,603
Untuk Perhitungan Selanjutnya Ditabelkan

Berat Jenis Maksimum Benda Jenis Bulk Rongga Udara (K)


Sampel Variasi Kadar Aspal
Campuran ( D ) Campuran (%)

1 1,874 21,809
2 3% 5,7% 2,397 1,845 23,023
3 1,880 21,551
1 2,163 9,775
2 3,5% 5,7% 2,397 2,179 9,079
3 2,205 8,026
1 2,213 7,677
2 4% 5,7% 2,397 2,158 9,957
3 2,147 10,447

( K) STABILITAS

Sampel Variasi Kadar Aspal Stabilitas (K)( lbs )

1 229
2 3% 5,7% 239
3 279
1 240
2 3,5% 5,7% 210
3 307
1 286
2 4% 5,7% 240
3 196

L. STABILITAS YANG DISESUAIKAN ( L )


Disesuaikan dari daftar interpolasi Proving Ring untuk Marshall Test dimana:
Rumus:
L = Stabilitas x Kalibrasi Proving Ring x Angka Korelasi x Kolerasi lbs..ke..kg x Tingkat Keprcayaan Alat

Dimana: Kalibrasi Proving Ring = 4,3


Korelasi lbs..ke..kg = 0,454
Tingkat Kepercayaan Alat = 0,95

Untuk kadar aspal 5,7%


1. L = 229 x 4,3000 x 0,95 x 0,454 x 0,95 = 403,47

Untuk Perhitungan Selanjutnya Ditabelkan

Isi Benda Uji Stabilitas Yang


Sampel Variasi Kadar Aspal Stabilitas (kg/mm) Angka Korelasi
(gram/cm³) Disesuaikan (kg)

1 1 229 580,9 0,83 352,50


2 2 5,7% 239 573,8 0,86 381,19
3 3 279 572,5 0,86 444,99
1 1 240 501,2 1,04 462,91
2 2 5,7% 210 493,6 1,09 424,52
3 3 307 490,4 1,09 620,60
1 1 286 486,6 1,09 578,15
2 2 5,7% 240 496,7 1,04 462,91
3 3 196 501 1,04 Lampiran IV - 6
378,04
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax
(0411)86150

M. KELELAHAN PLASTIS ( M )

Kelelahan Plastis
Sampel Variasi Kadar Aspal
(M)(mm)

1 1 5,14
2 2 5,7% 5,91
3 3 4,61
1 1 4,71
2 2 5,7% 4,26
3 3 4,48
1 1 5,66
2 2 5,7% 6,12
3 3 6,06

N. HASIL BAGI MARSHALL ( O )


Rumus : Ket : N = Hasil Bagi Marshall
N= L / M
L = Stabilitas Yang Disesuaikan
M = Kelelahan Plastis
Untuk kadar aspal 5,7%
352,50 68,58
1. N = =
5,14
Untuk Perhitungan Selanjutnya Ditabelkan

Stabilitas Yang Kelelahan Plastis ( M Hasil Bagi Marshall


Sampel Variasi Kadar Aspal
Disesuaikan( kg ) ) (mm) (kg/mm)

1 352,502 5,14 68,580


2 3% 5,7% 381,192 5,91 64,500
3 444,990 4,61 96,527
1 462,906 4,71 98,281
2 3,5% 5,7% 424,516 4,26 99,652
3 620,601 4,48 138,527
1 578,150 5,66 102,147
2 4% 5,7% 462,906 6,12 75,638
3 378,040 6,06 62,383

O = Luas Permukaan x Total Lolos

Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan

Dr. Ir. Mohammad Junaedy R., ST., MT


19730624 200604 1 003

Lampiran IV - 7
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIT UJI BAHAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JL. Dg Tata Raya Parang Tambung Makassar. Tlp : 864935-Fax (0411)86150

E. Tabel Perhitungan Marshall Dengan Bahan Tambah Limbah

Penetrasi = 60/70 Material Komposisi


Berat Jenis Aspal (T) = 1,031 a. Batu pecah ( 2 - 3 ) 12%
Berat Jenis Bulk Agregat (U) = 2,573 b. Batu pecah ( 1 - 2 ) 13%
Berat Jenis Eff. Agregat (V) = 2,648 c. Batu pecah ( 0,5 - 1 ) 34%
Penyerapan (w) = 2,687 d. Abu batu 41%
100%
Persen (%) Berat (gr) Stabilitas
Berat Jenis Rongga Rongga dlm
Kadar Berat isi Berat Jenis R. terisi aspal Hasil Bagi
Sampel Variasi Eff. Berat tot. Kering Max. Udara ( Camp.Agregt Kelelehan (%)
aspal Di Udara Di Air Benda Uji Bulk Campuran % VFA Di- Baca Disesuaikan Marshall
campuran Permukaan Campuran VIM ) %VMA
optimum
A B C D E F G H I J K L M N O
1 1088,7 518,4 1099,3 580,9 1,874 21,809 27,208 19,842 229 352,50 5,14 68,58
2 3% 5,7% 2,623 1058,7 498,4 1072,2 573,8 1,845 2,397 23,023 28,3379 18,755 239 381,19 5,91 64,50
3 1076,5 511,8 1084,3 572,5 1,880 21,551 26,968 20,085 279 444,99 4,71 96,53
1,867 2,397 22,128 27,505 19,561 392,89 5,25 76,54
1 1083,9 594,2 1095,4 501,2 2,163 9,775 16,005 38,923 240 462,91 4,71 98,28
2 3,5% 5,7% 2,623 1075,7 593,7 1087,3 493,6 2,179 2,397 9,079 15,357 40,878 210 424,52 4,26 99,65
3 1081,1 600,9 1091,3 490,4 2,205 8,026 14,377 44,170 307 620,60 4,48 138,53
2,182 2,397 8,960 15,246 41,324 502,67 4,48 112,15
1 1076,8 598,6 1085,2 486,6 2,213 7,677 14,051 45,365 286 578,15 5,66 102,15
2 4% 5,7% 2,623 1072 585,6 1082,3 496,7 2,158 2,397 9,957 16,174 38,437 240 462,91 6,12 75,64
3 1075,4 589,2 1090,2 501 2,147 10,447 16,630 37,180 196 378,04 6,06 62,38
2,173 2,397 9,360 15,619 40,327 473,03 5,95 80,06

Lampiran IV - 1

Kepala Laboratorium
DOKUMENTASI

A. Pengujian Agregat Kasar dan Halus

1. Pengambilan Agregat Batu Pecah

Agregat pada penelitian ini diperoleh dari PT. Sinar Jaya Abadi tepatnya

berlokasi dikabupaten Gowa

Lampiran IV - 1
2. Pencucian Agregat Kasar dan Halus

Sebelum melakukan pengujian analisa saringan, berat jenis, kadar lumpur,

berat volume dan abrasi lebih baiknya batu pecah yang digunakan dicuci

terlebih dahulu hal tersebut dilakukan untuk mengurangi kadar lumpur setiap

agregat dan berat pada agregat.

Lampiran IV - 2
3. Pengujian Analisa Saringan Agregat Kasar dan Halus

Pengujian analisa saringan untuk agregat halus menggunakan saringan

No.4, No. 8, No. 16, No. 30, No. 50, No.100, No. 200 dan PAN. Sedangkah

saringan yang digunakan untuk agregat kasar yaitu saringan yang ukurannya

mulai dari No. ¾”, No. 1/2”, No. 3/8” dan No.4

Lampiran IV - 3
4. Pengujian Berat Jenis Agregat Kasar dan Halus

Sebelum dilakukan pengujian berat jenis hal pertama yang disiapkan yaitu

agegat yang akan digunakan direndam terlebih dahulu selama 24 jam. Hal itu

disebabkan untuk mengurangi pori-pori yang ada pada agregat baik agregat kasar

maupun agregat halus, agar nantinya nilai dari berat jenis yang didapatkan tidak

melebihi Spesifikasi.

Lampiran IV - 4
5. Pengujian Berat Volumen Agregat Kasar dan Halus

Berat volume diperoleh dengan membandingkan berat agregat dalam mol

terhadap volume mol yang ditentukan dalam satuan Kg/ltr. Pengujian ini

dilakukan untuk mengetahui berat agregat dalam kondisi padat dan juga dalam

kondisi gembur. Gambar dibawah menunjukkan proses pemasukan agregat

kedalam mol untuk kondisi gembur.

Sedangkan gambar dibawah menunjukkan pengujian berat volume dalam

kondisi padat. Agregat yang dimasukkan dalam mol bertahap dengan 3 lapis

yang kira-kira setiap lapisan memiliki tebal yang sama kemudian dipadatkan

menggunakan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tumbukan perlapisan.

Lampiran IV - 5
6. Pengujian Kadar Lumpur Agregat Kasar Dan Halus

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui berap presentasi kadar lumpur

yang terkandung dalam agregat. Presentase kadar lumpur yang tinggi dalam

agregat akan mempengaruhi kuat tekan pada campuran. Untuk kadar lumpur

agregat halus yang sesuai dengan Spesifikasi Bina Marga yaitu maksimal

sebesar 5% dan untuk agregat kasar yaitu maksimal sebesar 1%.

7. Pengujian Abrasi Agregat Kasar

Lampiran IV - 6
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui keausan pada agregat kasar

apakah agregat tersebut dapat digunakan untuk campuran lapisan aspal.

Dimana dalam pengujian ini menggunakan mesin Los Angels. Gambar dibawah

menunjukan alat yang digunakan dan beberapa proses pengerjaannya.

Lampiran IV - 7
B. Pengujian Aspal

1. Pengujian Berat Jenis Aspal

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui berat jenis aspal

tersebut. Besarnya berat jenis aspal sangat penting dalam perencanaan

campuran agregat dan aspal karena pada umumnya berdasarkan

perbandingan berat dan juga untuk menentukan kadar aspal dalam suatu

campuran.

Lampiran IV - 8
2. Pengelompokan Agregat Pembuat KAO

Sebelum membuat benda uji hal selanjutnya yang dilakukan yaitu

mengelompokkan agregat kasar dan juga agregat halus yang lolos saringan no.

¾ sampai dengan PAN, hal tersebut dilakukan untuk mengetahui berapa berat

masing-masing agregat sesuai nomor saringan yang akan digunakan dengan

kadar aspal yang berbeda.

3. Pembuatan Benda Uji untuk KAO

Lampiran IV - 9
Pembuatan benda uji ini dibuat untuk pengujian pada KAO. Persiapan

yang diperlukan yaitu menyiapkan agregat yang sebelumnya sudah

dikelompokkan terlebih dahulu,kemudian agregat tersebut disangrai sampai

suhu pada agregat mencapai ±150 kemudian ditambahkan aspal cair dengan

berat yang sudah dihitung terlebih dahulu kemudian di panaskan kembali

sampai agregat dan aspal tercampur dan membentuk bitumen.

Setelah proses tersebut selesai, langkah selanjtnya yaitu memasukkan

campuran aspal dan agregat tersebut kedalam moul pencetak briket, hal

tersebut dilakukan dengan cepat agar bitumen tersebut tidak dingin. Dalam

proses pemasukan bitumen ke dalam mould dilakukan dengan 3 lapis masing-

masing lapisan ditumbuk menggunakan tongkat penumbuk sebanyak 15 kali.

Setelah semua bitumen masuk kedalam mould langkah selanjutnya yaitu

melakukan penumbukan menggunakan penumbuk untuk pembuatan briket

Lampiran IV - 10
sebanyak 75 kali, hal tersebut dilakukan masing-masing pada bagian atas dan

bawah briket.

Setelah proses tersebut selesai, benda uji yang jadi kemudian dikeluarkan

dalam mol menggunakan ekstruder.

Lampiran IV - 11
Gambar diatas adalah hasil benda uji setelah dikeluarkan dari ekstruder.

4. Pengujian Berat Jenis Briket KAO

Sebelum melakukan pengujian Marshall pengujian pertama yang perlu

dilakukan yaitu mengetahui berat jenis pada briket. Dimana langkah kerjanya

yaitu menimbang briket setelah didiamkan selama 24 jam, kemudian direndam

dalam air selama 24 jam hal tersebut dilakukan untuk mengurangi rongga yang

ada pada benda uji (briket).

Lampiran IV - 12
Setelah benda uji di timbang dan direndam selama 24 jam, langkah

selanjutnya yaitu menimbang briket dalam air untuk mengetahui berat jenis

briket di dalam air. Selanjutnya yaitu menimbang benda uji dalam keadaan

SSD.

5. Pengujian Sifat-Sifat Marshall KAO

Pengujian sifat-sifat Marshall mencakup 7 aspek didalamnya, dimana

tujuan dari pengujian ini yaitu untuk mengetahui nilai Marshall Quetiont,

VIM, VMA, VFA, Stabilitas, Flow, dan Density. Sebelum di uji sifat-sifat

Marshallnya benda uji (briket) direndam dalam water bath dengan suhu 60˚c

selam 30 menit, hal tersebut dapat mempengruhi nilai dari stabilitas dan juga

flow pada aspal.

Lampiran IV - 13
Setelah direndam dalam water bath briket kemudian siap untuk pengujian

selanjutnya yaitu pengujian Marshall.

Gambar diatas memperlihatkan alat Marshall yang digunakan.

6. Pengujian Aspal dnegan Bahan Tambah Limbah Botol Plastik

Langkah dalam pengujian ini hampir sama dengan langkah dalam

pengujian untuk menentuka KAO. Akan tetapi dalam pencampuran bitumen

ditambahkan bahan tambah limbah botol plastik. Setelah botol dicacah dan

ditimbang sesuai variasi penambahan limbah botol dengan kadar aspal yang

dihasilkan dalam penentuan KAO,selanjutnya limbah botol tersebut

dimasukkan dalam bitumen dengan temperatur bitumen sekitar 130˚c, hal

Lampiran IV - 14
tersebut dipengaruhi akibat titik leleh limbah botol plastik jenis LDPE ada pada

130˚c.

Selanjutnya limbah botol tersebut diaduk bersamaan dengan bitumen

sampai tercampur rata kemudian langkah selanjutnya yaitu memindahkan

bitumen panas tersebut kedalam mould pencetak briket.

Lampiran IV - 15
Setelah itu briket yang jadi dikeluarkan dalam mol dengan keadaan

sedikit dingin agar benda uji tidak hancur pada saat dikeluarkan menggunakan

ekstruder. Gambar dibawah menunjukkan hasil briket dengan bahan tambah

limbah botol plastik.

Setelah selesai langkah selanjutnya yaitu pengujian berat jenis aspal

dengan bahan tambah limbah. Kemudian setelah itu dilanjutkan dengan

pengujian sifat-sifat Marshall.

Lampiran IV - 16
Gambar dibawah menunjukkan benda uji setelah dilakukan pengujian

sifat-sifat marshaal dengan menggunakan bahan tambah limbah botol plastik.

Lampiran IV - 17

Anda mungkin juga menyukai