HENDRA ARYADIN
1621042008
FAKULTAS TEKNIK
2021
SKRIPSI
HENDRA ARYADIN
1621042008
FAKULTAS TEKNIK
2021
i
ABSTRAK
ii
ABSTRACT
iii
MOTTO
iv
KATA PENGANTAR
kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan
akademik guna memperoleh gelar sarjana Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar. Salawat dan salam penulis kirimkan
kepada Rasulullah SAW, berkat perjuangannya sampai pada hari ini masih tertoreh
banyaknya kepada Ayahanda Baharuddin dan Ibunda Andi Raja atas doa,
pengorbanan yang tulus dan ikhlas yang telah mendidik, mengasuh, dan
membesarkan saya dengan penuh kasih sayang dan semoga Allah SWT
Ucapan terimakasih pula kepada koordinator Lab. Uji Bahan (LUB) PTSP
FT UNM Bapak Ir. Silvether Tandy, S.Pd., M.Pd. dan Kak Apri, crew Lab. Uji
Bahan (LUB) PTSP FT UNM (Robi Samboja, David Pasalli, Tomy Syamsul, Yoel
KKN-PPM Desa Bontomanai, serta ketiga sahabat saya, Deni Dessagala, Bahtiar,
dan Ari Angraini yang telah memberi dukungan dan bantuan selama penulis
menjalani perkuliahan baik secara langsung maupun tidak langsung. Semoga Allah
SWT memberikan imbalan yang berlipat ganda atas bantuan kepada penulis.
v
Penyelesaian skripsi ini tidak akan berjalan sebagaimana mestinya tanpa ada
Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terima
kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Bapak Muh. Idhil Maming, ST.,
MT. dan Bapak Dr. Mithen Lululangi, MT. selaku pembimbing yang selalu
Dr. Irma Aswani Ahmad, ST., MT. dan Bapak Dr. Ir. Moh. Junaedy R, ST., MT.
selaku penanggap yang banyak memberikan masukan, saran, dan nasehat selama
penyusunan skripsi.
Husain Syam, M.TP, Bapak Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar
Prof. Dr. Muhammad Yahya, M.Kes., M.Eng, Bapak Ketua Jurusan Pendidikan
Teknik Sipil & Perencanaan Drs. Taufiq Natsir, M.Pd. Ketua Program Studi S1
Pendidikan Teknik Bangunan Ibu Reany Tenriola Idrus, ST., M.Si. Bapak Kepala
Lab. Pendidikan Teknik Sipil & Perencanaan Dr. Moh. Junaedy R, ST., MT.
Seluruh dosen dan staf admininstrasi dalam lingkup Fakultas Teknik pada
umumunya dan Jurusan Pendidikan Teknik Sipil & Perencanaan pada khususnya
yang telah mendidik penulis selama dalam proses perkuliahan, serta semua pihak
yang telah membantu yang tidak sempat penulis menuliskan namanya masing-
vi
Semoga Allah SWT memberikan imbalan yang berlipat ganda atas bantuan
kepada penulis.
Akhirnya penulis memohon kepada Allah SWT agar apa yang dilakukan
selama ini diridhoi dan bernilai ibadah di sisi-Nya yang dapat memberikan manfaat
kepada orang lain terlebih kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini
masih jauh dari kesempurnaan, maka sangat diharapkan kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun sebagai bahan perbaikan kearah yang lebih baik.
Penulis
DAFTAR ISI
vii
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
C. Tujuan Penelitian..................................................................................... 5
E. Manfaat Penelitian................................................................................... 6
A. Pelabuhan ................................................................................................ 7
B. Dermaga .................................................................................................. 8
E. Pondasi .................................................................................................... 36
viii
L. Pemodelan Dermaga dengan Software SAP2000 versi 14...................... 69
N. Kerangka Pikir......................................................................................... 81
A. Hasil ........................................................................................................ 98
DAFTAR GAMBAR
ix
No. Nama Gambar Halaman
2.17 Tiang Pancang Water Proofed Steel Pipe and Wood Pile ................ 49
2.22 Cara untuk menentukan Permukaan Tanah Rencana untuk Tiang ...
x
2.23 Tahanan Pemodelan Struktur Dermaga dengan SAP2000 versi 14 .. 70
3.5 Niilai N-SPT dan model Tupuan Elastis Tiang Pancang .................. 91
xi
4.3 Boring LOG dan SPT Test BH-01 .................................................... 99
4.14 Gambar Langkah penerapan profil pada struktur Dermaga .............. 116
4.20 Pemodelan modulus subgrade of reaction menurut Pole and Smith 140
xii
4.26 Penerapan Beban Akibat Tarikan pada Dermaga ............................. 147
4.29 Pemodelan Beban Mati Tambahan Fender pada Dermaga ............... 150
4.30 Penerapan Beban Mati Tambahan Fender pada Dermaga ................ 151
4.31 Pemodelan Beban Mati Tambahan Lampu Jalan pada Dermaga...... 152
4.32 Penerapan Beban Mati Tambahan Lampu Jalan pada Dermaga ....... 152
xiii
4.48 Langkah Set Analysis Options........................................................... 170
xiv
4.66 Simpangan Horizontal pada Struktrur di Pelat δa = 2.655 cm
DAFTAR TABEL
xv
No Nama Tabel Halaman
2.10 Hubungan Kepadatan Relatif, Sudut Geser Tanah dan nilai N ......... 54
xvi
Luciano Decourt BH-01 .................................................................... 106
dan arah horisontal (ksh) Tiang Pancang Tegak BH-01 ................... 119
xvii
4.16 Perhitungan Konstanta Pegas arah Vertikal (ksv) Tiang
xviii
4.27 Gaya Tarik Bollard ............................................................................ 146
4.28 Perhitungan N-SPT rata-rata untuk Penentuan Kelas Situs .............. 162
xix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ekonomi dan kegiatan sosial. Ini dikarenakan kemajuan dan pertumbuhan ekonomi
ekonomis yang tinggi antara lain daya angkut banyak, dan biaya relative murah.
titik simpul perpindahan muatan barang dimana kapal dapat berlabuh, bersandar,
melakukan bongkar muat barang dan penerusan ke daerah lainnya (Putra &
Djalante, 2016).
Majene. Salah-satu bagian dari Pelabuhan Laut Banggae adalah Struktur Dermaga.
1
2
merapat atau menambatkan kapal yang akan melakukan kegiatan bongkar muat
barang dan orang dari dan ke atas kpal. Dermaga terdiri atas dua struktur yaitu
struktur atas (upper structure) berupa balok dan plat lantai dan struktur bawah (sub
Pondasi adalah suatu bagian dari dermaga yang tertanam atau berhubungan
harus dilaksanakan di atas tanah yang sangat lunak bahkan terkadang harus
mereklamasi pantai ataupun sungai. Lapisan tanah lunak (soft clay) maupun yang
sangat lunak (very soft clay) memiliki sifat-sifat antara lain permeabilitas yang
rendah, dan daya dukung tanah yang rendah. Sifat-sifat inilah yang menjadi
Didalam proyek suatu konstruksi, salah-satu hal yang sangat penting adalah
lapisan tanah dibawahnya. Penyaluran beban oleh pondasi tiang dapat dilakukan
melalui lekatan antara sisi tiang dengan tanah (tahanan samping) dan dukungan
tiang oleh ujung tiang (end bearing). Menurut Suyono dan Nakazawa (2000) bahwa
setiap pondasi harus mampu mendukung beban sampai batas keamanan yang telah
3
pondasi yang sesuai dengan tanah pendukung yang terletak pada kedalaman 10
Salah satu jenis pondasi tiang yang biasa digunakan dalam perencanaan
(1988), Penggunaan pondasi tiang pancang sebagai pondasi bangunan apabila tanah
yang berada di bawah dasar bangunan tidak mempunyai daya dukung (bearing
capacity) yang cukup untuk memikul berat bangunan beban yang bekerja padanya.
tanah yang mempunyai daya dukung yang cukup untuk memikul berat bangunan
dan seluruh beban yang bekerja berada pada lapisan yang sangat dalam dari
(settlement). Selain itu alasan lain penggunaan tiang pancang adalah persediaan di
pabrik banyak, pengerjaan yang mudah, dan perumusan daya dukung dapat
diperkirakan dengan rumus-rumus yang ada. Ditinjau dari segi pelaksanaan, ada
pekerjaan yang baik dan sesuai dengan kondisi yang diasumsikan dalam
perencanaan yang memadai, serta struktur pondasi yang telah dipilih itu dilengkapi
struktur.
4
pembebanan apapun yang bekerja pada struktur bangunan seperti beban gempa,
dan 3D, mempercepat hasil dari analisis, dan perilaku struktur mendekati kondisi
Atas dasar itu, saya mengambil judul penelitian tentang “Pemodelan Tiang
B. Rumusan Masalah
berikut :
Pancang dengan interaksi antara tanah dan tiang pada Pembangunan Struktur
dengan interaksi antara tanah dan tiang pada Pembangunan Struktur Dermaga
C. Tujuan
Tiang Pancang dengan interaksi antara tanah dan tiang pada Pembangunan
Pancang dengan interaksi antara tanah dan tiang pada Pembangunan Struktur
D. Batasan Masalah
1. Data yang digunakan adalah data yang berkaitan dengan “Proyek Pembangunan
3. Perhitungan Daya Dukung Tiang Pancang menggunakan data Bore Hole dan
4. Tiang Pancang yang digunakan dalam perencanaan adalah Tiang Pancang Baja.
E. Manfaat
antara lain :
1. Bagi Mahasiswa
2. Bagi Peneliti
Negeri Makassar. Disamping itu, hasil penelitian ini diharapkan juga dapat
sejenis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pelabuhan
1. Defenisi Pelabuhan
mana kapal dapat bertambat untuk bongkar muat barang, kran-kran (crane) untuk
dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama selama menunggu pengiriman ke
2. Bagian-bagian Pelabuhan
b. Kolam Pelabuhan
c. Pemecah Gelombang
d. Dermaga
a. Apron dermaga
7
8
b. Gudang
B. Dermaga
1. Pengertian Dermaga
(2009), Dermaga adalah suatu bangunan Pelabuhan yang digunakan untuk merapat
dan menambatkan kapal yang melakukan bongkar muat barang dan menaik-
turunkan penumpang. Bentuk dan dimensi dermaga tergantung pada jenis dan
ukuran kapal yang bertambat pada dermaga tersebut. Dermaga harus direncanakan
sedemikian rupa sehingga kapal dapat merapat dan bertambat serta melakukan
2. Bagian-Bagian Dermaga
a. Dolphin
untuk mengikatkan tambatan kapal sehingga kapal tidak bisa bergerak bebas di
b. Fender
dengan dermaga ataupun terpisah, dan sistem fender ini menerima gaya
c. Jembatan (bridge)
dari dermaga itu sendiri, dan konstruksi jembatan ini ada yang bergerak
(moveable bridge) dan ada yang tidak bergerak (steady bridge). Jembatan
d. Landing Deck
landasan kendaraan yang turun dari kapal untuk bongkar muat barang dan
penumpang.
e. Bolder/Bollard
3. Tipe Dermaga
Dermaga dapat dibedakan menjadi tiga tipe yaitu wharf atau quai, pier, dan
jetty. Struktur wharf dan pier bisa berupa struktur tertutup atau struktur terbuka,
sementara jetty pada umumnya berupa struktur terbuka. Struktur tertutup bisa
berupa dinding gravitas dan dinding turap, sedang struktur terbuka berupa dermaga
yang didukung oleh tiang pancang. Dinding gravitas berupa blok beton, kaison, sel
Struktur Dermaga
berimpit dengan garis pantai. Wharf juga dapat berfungsi sebagai penahan tanah
Pier adalah dermaga yang berada pada garis pantai dan posisinya tegak
lurus dengan garis pantai (berbentuk jari). Berbeda dengan wharf yang
digunakan untuk merapat pada satu sisinya, pier bisa digunakan pada satu sisi
atau dua sisinya sehingga dapat digunakan untuk merapat lebih banyak kapal
depannya beerada pada kedalaman yang cukup untuk merapat kapal. Jetty
digunakan untuk merapat kapal tanker atau kapal pengangkut gas alam, yang
mempunyai ukuran sangat besar. Sisi muka jetty ini biasanya sejajar dengan
pantai dan dihubungkan dengan daratan oleh jembatan yang membentuk sudut
C. Perencanaan Dermaga
dipertimbangkan semua aspek yang mungkin akan berpengaruh baik pada saat
yang memenuhi syarat keamanan, fungsi dan biaya konstruksi. Persyaratan dari
kepentingan, umur (life time), kondisi lingkungan, beban yang bekerja, material
perawatan.
13
direncanakan. Selain itu juga aktifitas yang mungkin harus dilakukan pada
umumnya tanah di dekat dataran memiliki daya dukung yang lebih besar
daripada tanah di dasar laut. Dasar laut umumnya terdiri dari endapan lumpur
yang padat.
a. Panjang Dermaga
d = Lp – 2e
b = 3A / (d – 2e)
Dimana :
didesain panjang dermaga dan kapal yang menggunakan fasilitas dermaga ini
b. Lebar Dermaga
dilakukan dengan memperhitungkan jarak tepi, jarak kaki crane, dan kebutuhan
3. Elevasi Dermaga
perhitungan pasang surut (HHWL) ditambah tinggi gelombang yang terjadi akibat
16
tinggi jagaan 1 m.
WV2
E= x Cm x Ce x Cs x Cc
2g
Dimana :
LxBxD
W = 1.3 x DWTk x
35
D : Draft (ft)
17
Cm : Koefisien massa
Ce : Koefisien eksentrisitas
πd
Cm = 1 +
2xCbxB
W
Cb =
Lpp x B x d x γ
Dimana :
energi kinetik kapal yang merapat, dan dapat dihitung dengan rumus :
18
1
Ce = 1 +
1+ (𝐼/ 𝑟)2
Dimana :
I : Jarak sepanjang permukaan air dari pusat berat kapal sampai titik sandar
kapal (m)
r : Jari-jari putaran disekeliling pusat berat kapal pada permukaan air (m)
dermaga. Apabila arah angin menuju ke dermaga, maka gaya tersebut akan
dermaga, maka gaya tersebut akan mengakibatkan gaya tarikan kepada alat
penambat
Gaya akibat angin maksimum terjadi pada saat berhembus angin dari
arah lebar :
Vw2
E = Cw x 𝛾w x Aw x
2g
Dimana :
fender, gaya boulder, gaya benturan kapal, dan lain-lain. Menurut Ngainuni’mah &
Zakia (2006), dermaga menerima beban yang bekerja pada struktur terdiiri dari
tertera dalam gambar dan berat jenis bahan yang digunakan. Berat dari bagian-
(g). Percepatan gravitasi yang digunakan dalam standar ini adalah 9,81
m/detik2. Besarnya kerapatan massa dan berat isi untuk berbagai macam bahan
Kerapatan
Berat isi
No Bahan massa
(kN/m3) (kg/m3)
suatu kesatuan aksi yang tidak terpisahkan. Pada waktu menerapkan faktor
tersebut.
lain yang dipikulnya, termasuk dalam hal ini adalah berat bahan dan bagian
struktural yang dianggap tetap. Adapun faktor beban yang digunakan untuk
𝑆
Faktor beban ( 𝛾𝑀𝑆 )
𝑆 𝑈
Tipe Beban Keadaan Batas Layan ( 𝛾𝑀𝑆 ) Keadaan Batas Ultimit ( 𝛾𝑀𝑆 )
Bahan Faktor Biasa Terkurangi
suatu beban pada jembatan yang merupakan elemen non struktural, dan
besarnya dapat berubah selama umur jembatan. Dalam hal tertentu, nilai faktor
beban mati tambahan yang berbeda dengan ketentuan pada Tabel 2.3. boleh
digunakan dengan persetujuan instansi yang berwenang. Hal ini bisa dilakukan
kemudian hari kecuali ditentukan lain oleh instansi yang berwenang. Lapisan
ini harus ditambahkan pada lapisan permukaan yang tercantum dalam gambar
rencana.
Beban lajur "D" bekerja pada seluruh lebar jalur kendaraan dan
iringan kendaraan yang sebenarnya. Jumlah total beban lajur "D" yang bekerja
tergantung pada lebar jalur kendaraan itu sendiri. Secara umum, beban "D" akan
sedang sampai panjang. Beban lajur "D" terdiri atas beban terbagi rata (BTR)
yang digabung dengan beban garis (BGT) seperti terlihat dalam Gambar 2.7.
24
Adapun faktor beban yang digunakan untuk beban lajur "D" seperti pada Tabel
2.4.
berikut :
15
Jika L > 30 m : q = 9,0 (0,5 + ) kPa
𝐿
Keterangan :
jembatan (kPa)
tegak lurus terhadapa arah lalu lintas pada jembatan. Besarnya intensitas p
pada jembatan menerus, BGT kedua yang identik harus ditempatkan pada
komponen BTR dan BGT dari beban “D’ secara umum dapat dilihat pada
tersebar pada seluruh lebar balok (tidak termasuk parapet, kerb dan trotoar)
truk “T” tidak dapat digunakan bersamaan dengan beban “D”. Adapun faktor
mempunyai susunan dan berat gandar seperti terlihat dalam gambar 2.9.
Berat dari tiap-tiap gandar disebarkan menjadi 2 beban merata sama besar
yang merupakan bidang kontak antara roda dengan permukaan lantai. Jarak
antara 2 gandar tersebut bias diubah-ubah dari 4,0 m sampai dengan 9,0 m
lintas rencana seperti terlihat pada Gambar 2.9. terlepas dari panjang
jembatan atau susunan bentang, umumnya hanya ada satu kendaraan truk
“T” yang bisa ditempatkan pada satu lajur lalu lintas rencana. Untuk
jembatan sangat Panjang dapat ditempatkan lebih dari satu truk pada satu
satu lajur, maka pengaruh beban truk harus direduksi dengan faktor 1,20.
Tetapi jika perencana menggunakan level rule atau metode statika lainnya
b) 5% dari berat truk rencana ditambah beban lajur terbagi rata BTR
29
ini harus diasumsikan untuk bekerja secara horizontal pada jarak 1800 mm
seluruhnya ataupun sebagian dalam suatu fluida, benda itu akan mendapat gaya
apung atau Bouyance force sebesat berat fluida yang dipindahkan. Secara
berikut:
FA = ρ v g
Dimana:
h. Beban Hidup
Beban yang diakibatkan oleh beban hidup yang ada diatas dermaga,
dipengaruhi oleh beban orang, beban truk, beban hujan, beban conveyor dan
beban crane.
30
a. Gaya Fender
Gaya fender yang terjadi saat kapal sedang merapat berupa gaya pukul
kapal pada fender akibat kecepatan pada saat merapat, serta akibat pergoyangan
faktor reduksi produk fender yang ditentukan oleh supplier fender, dengan
kapal dan dinding dermaga dapat dihindari. Persamaan yang digunakan untuk
L = 2√𝑟 2 – (r – h)2
31
Dimana :
h : Tinggi fender
b. Gaya Boulder
Fungsi dari boulder adalah untuk penambat kapal agar tidak mengalami
pergerakan yang dapat mengganggu baik pada aktivitas bongkar muat maupun
lalu-lintas kapal yang lainnya. Boulder yang digunakan pada dermaga biasanya
menggunakan bahan dari baja cor karena lebih tahan cuaca dan cukup kuat
untuk menahan gaya-gaya yang bekerja, tinggi boulder tidak lebih dari 50 cm
dengan ujung tertutup dan lebih besar untuk mencegah terlepasnya tali kapal
Bobot Kapal Gaya Tarik pada Boulder Gaya Tarik pada Bitt
GRT ton ton
200 - 500 15 15
501 - 1000 25 25
1001 - 2000 35 25
2001 - 3000 35 35
3001 - 5000 50 35
5001 - 10000 70 50(25)
10001 - 15000 100 70(25)
15001 - 20000 100 70(35)
20001 - 50000 150 100(35)
50000 - 100000 200 100(50)
Catatan : Nilai dalam kurung adalah untuk gaya pada tambatan yang
penambat.
Ukuran kapal
Jarak Maksimum Jumlah Minimum
GRT
< 2000 10 - 15 4
2001 - 5000 20 6
5001 - 20000 25 6
20001 - 50000 35 8
50001 - 100000 45 8
c. Gaya Gempa
yaitu menggunakan respon spektrum yang dihitung secara tiga dimensi dengan
menggunakan program SAP 2000 versi 14.0. Menurut SNI Gempa 1726 : 2012,
gempa rencana, agar sistem struktur mampu untuk memikul beban gempa
dengan periode ulang yang lebih panjang. Faktor I adalah suatu koefisien
untuk sistem rangka pemikul momen biasa dari beton bertulang harga
Maksimum Rm = 3.5.
agar struktur bangunan mampu untuk memikul beban gempa yang dapat
amplifikasi bergantung pada jenis lapisan tanah yang berada di atas batuan
dasar tersebut. Ada tiga kriteria yang dipakai untuk mendefinisikan batuan
dasar yaltu:
yaitu Vs, N, dan kekuatan geser tanah (Su). UUntuk menetapkan jenis tanah
E. Pondasi
konstruksi yang direkayasa untuk bertumpu pada tanah harus didukung oleh suatu
pondasi. Pondasi adalah bagian dari suatu sistem rekayasa yang meneruskan beban
yang ditopang oleh pondasi dan beratnya sendiri kepada dan kedalam tanah dan
sudah ada dalam massa tanah dari bobot sendiri bahan dan sejarah geologisnya.
untuk meneruskan beban-beban yang bekerja pada bagian bangunan atas dan
beratnya sendiri ke lapisan tanah pendukung. Secara umum pondasi terdiri dari 2
(dua) jenis yaitu pondasi dalam (deep foundation) dan pondasi dangkal (shallow
foundation). Pemilihan jenis pondasi tergantung dari jenis konstruksi yang akan
dibangun dan jenis tanah. Untuk konstruksi beban ringan dengan kondisi tanah
cukup baik, biasanya digunakan pondasi dangkal dan untuk kostruksi beban berat
biasanya digunakan pondasi dalam. Selain itu, untuk memilih pondasi yang
memadai, perlu juga diperhatikan apakah pondasi itu cocok untuk berbagai keadaan
2. Mengatasi penurunan yang berlebihan dan penurunan tidak sama pada struktur
bangunan struktur yang ada diatasnya, dan langsung berhubungan dengan tanah.
F. Pondasi Tiang
Pondasi tiang adalah suatu konstruksi pondasi yang mampu menahan gaya
vertikal ke sumbu tiang dengan cara menyerap lenturan. Pondasi tiang dibuat
menjadi satu kesatuan yang monolit dengan menyatukan pangkal tiang yang
bangunan bila lapisan tanah kuat terletak sangat dalam. Pondasi tiang juga
digunakan untuk mendukung bangunan yang menahan gaya angkat ke atas terutama
Pondasi tiang digunakan untuk suatu bangunan yang tanah dasarnya tidak
mempunyai daya dukung (bearing capacity) yang cukup untuk memikul berat
bangunan dan beban yang diterimanya atau apabila tanah pendukung yang
mempunyai daya dukung tanah yang letaknya sangat dalam. Teknik pemasangan
39
atau dengan membuat tiang-tiang beton bertulang yang langsung dicor ditempat
(cast in place), yang sebelumnya telah dibuatkan lubang terlebih dahulu. Pada
umumnya pondasi tiang ditempatkan tegak lurus (vertikal) didalam tanah, tetapi
apabila diperlukan dapat dibuat miring agar dapat menahan gaya -gaya horizontal.
Sudut kemiringan yang dicapai tergantung dari alat yang digunakan serta
Pondasi Tiang adalah salah-satu jenis pondasi dalam (deep foundation) yang
diterapkan pada bangunan dengan beban yang besar, kondisi tanah dengan daya
dukung tanah yang terletak sangat dalam, dan berfungsi meneruskan beban dari
pondasi tiang pancang untuk berbagai jenis keadaan tergantung pada banyak
Pancang antara lain tanah dasar yang meliputi jenis tanah dasar dan ciri-ciri
material yang digunakan dan berdasarkan cara penyaluran beban yang diterima
jenis yaitu tiang pancang kayu, tiang pancang beton, tiang pancang baja, dan tiang
tiang pancang pada suatu dermaga. Tiang pancang kayu dibuat dari batang
bahan pengawet dan didorong dengan ujungnya yang kecil sebagai bagian yang
khusus, seperti dalam tanah yang sangat lembek dimana tanah tersebut
dilengkapi dengan sebuah sepatu pemancangan yang terbuat dari logam bila
tiang pancang sebagai pondasi. Tiang pancang kayu dibuat dari batang pohon
dan biasanya diberi bahan pengawet. Pada pemakaian tiang pancang kayu tidak
diizinkan untuk menahan beban lebih tinggi dari 25 sampai 30 ton untuk setiap
tiang. Tiang kayu akan tahan lama apabila tiang kayu tersebut dalam keadaan
selalu terendam penuh di bawah muka air tanah dan akan lebih cepat busuk jika
dalam keadaan kering dan basah yang selalu berganti - ganti. Tiang pancang
kayu tidak tahan terhadap benda-benda agresif dan jamur yang bisa
menyebabkan pembusukan.
41
2) Mudah untuk pemotongannya apabila tiang kayu ini sudah tidak dapat
4) Tiang pancang kayu lebih sesuai untuk friction pile dari pada end bearing
1) Karena tiang pancang kayu harus selalu terletak di bawah muka air tanah
yang terendah agar dapat tahan lama, maka jika letak air tanah terendah
tersebut sangat dalam, hal ini akan menambah biaya untuk penggalian.
tiang pancang baja atau beton, terutama pada daerah yang tinggi air
3) Pada waktu pemancangan pada tanah yang berbatu ujung tiang pancang
Tiang pancang beton terbuat dari bahan beton bertulang yang terdiri dari
bertulang yang dicetak dan dicor dalam acuan beton (bekisting), kemudian
setelah cukup kuat lalu diangkat dan dipancangkan. Tiang pancang ini dapat
memikul beban yang besar dari 50 ton untuk setiap tiang, hal ini tergantung
panjang dari pada tiang harus dihitung dengan teliti, sebab kalau ternyata
panjang dari pada tiang ini kurang terpaksa harus dilakukan penyambungan,
b) Dapat diperhitungkan baik sebagai end bearing pile ataupun friction pile
d) Karena tidak berpengaruh oleh muka air tanah maka tidak memerlukan
mahal, oleh karena itu precast reinforced concrete pile dibuat di tempat
pekerjaan
b) Tiang pancang beton ini baru dipancang apabila sudah cukup keras hal
ini berarti memerlukan waktu yang lama untuk menuggu sampai tiang
d) Bila panjang tiang kurang dan karena panjang tiang tergantung pada alat
pancang (pile driving) yang tersedia, maka akan sukar untuk melakukan
kolom terhadap beban vertikal dan dalam hal ini akan ada tekuk
prategangnya.
3) Cas in Place
dengan beton dan ditumbuk sambil pipa baja tersebut ditarik ke atas
dengan beton, sedangkan pipa baja tersebut tetap tinggal dalam tanah.
b) Tiang tidak perlu diangkat, jadi tidak ada resiko kerusakan dalam
pengangkutan
kotor akibat tanah yang diangkut dari hasil pengeboran tanah tersebut
Jenis tiang pancang baja ini biasanya berbentuk profil H. karena terbuat
dari baja maka kekuatan dari tiang ini adalah sangat besar sehingga dalam
transport dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya patah seperti pada tiang
pancang beton precast. Jadi pemakaian tiang pancang ini sangat bermanfaat
jika dibutuhkan tiang pancang yang panjang dengan tahanan ujung yang besar.
Tingkat karat pada tiang pancang baja sangat berbeda - beda terhadap texture
(susunan butir) dari komposisi tanah, panjang tiang yang berada dalam tanah
Pada tanah dengan susunan butir yang kasar, karat yang terjadi hamper
mendekati keadaan karat yang terjadi pada udara terbuka karena adanya
sirkulasi air dalam tanah. Pada tanah liat (clay) yang kurang mengandung
oksigen akan menghasilkan karat yang mendekati keadaan seperti karat yang
terjadi karena terendam air. Pada lapisan pasir yang dalam letaknya dan terletak
di bawah lapisan tanah yang padat akan sedikit sekali mengandung oksigen,
maka lapisan pasir tersebut akan menghasilkan karat yang kecil sekali pada
Tiang pancang komposit adalah tiang pancang yang terdiri dari dua
tiang. Composite pile ini dapat berupa beton dan kayu maupun beton dan baja.
Menurut Ismaill (2014) Composite Pile terdiri dari beberapa jenis, yaitu:
Tiang ini terdiri dari tiang pancang kayu untuk bagian bawah muka
air tanah dan bagian atasnya adalah beton. Kelemahan tiang ini adalah
tersebut dan harus terletak di bawah muka air tanah yang terendah
dalam casing dan terus dipancang hingga mencapai lapisan tanah keras
core ditarik keluar dari casing. Kemudian beton dicor ke dalam casing
casing.
49
Gambar 2.17. Tiang Pancang Water proofed steel pipe and wood pile
Sumber: (Ismail, M.A., 2014)
water proofed steel pipe and wood pile hanya saja tipe tiang ini memakai
shell yang terbuat dari logam tipis yang permukaannya diberi alur spiral.
berikut :
b) Kemudian core ditarik keluar dari casing dan tiang pancang kayu
tanah keras. Pada pemancangan tiang pancang kayu ini harus benar –
c) Setelah mencapai lapisan tanah keras, core ditarik keluar dari casing
e) Beton kemudian dicor ke dalam shell. Setelah shell cukup penuh dan
padat casing ditarik keluar sambil shell yang berisi beton tadi ditahan
adalah:
besar agar tiang pancang tersebut selalu di bawah muka air tanah
terendah.
b) Kemudian core ditarik keluar dari casing dan tiang pancang kayu
tanah keras
51
c) Setelah sampai pada tanah keras core dikeluarkan lagi dari casing dan
ke dalam casing
d) Beton ditumbuk dengan core sambil casing ditarik ke atas sampai jarak
e) Core ditarik lagi keluar dari casing dan casing diisi dengan beton lagi
adalah:
a) Lapisan tanah keras terlalu dalam letaknya bila digunakan cast in place
concrete pile
b) Letak muka air tanah terendah sangat dalam apabila kita menggunakan
casing
52
sampai ke tanah
c) Setelah sampai pada tanah keras kemudian core ditarik ke atas kembali
casing hingga bertumpu pada penumpu yang terletak di ujung atas tiang
e) Shell yang terisi dengan beton ditahan dengan core sedangkan casing
Prinsip kerjanya hamper sama dengan tiang Franki biasa, hanya saja
pada Franki composite pile ini pada bagian atasnya dipergunakan tiang
a) Pipa dengan sumbat beton yang dicor lebih dahulu pada ujung pipa baja
dipancang dalam tanah dengan drop hammer sampai pada tanah keras
pipa diisi lagi dengan beton dan terus ditumbuk dengan drop hammer
sambil pipa ditarik lagi ke atas sedikit sehingga terjadi bentuk beton
seperti bola
c) Setelah tiang beton precast atau tiang baja H masuk dalam pipa sampai
d) Rongga di sekitar tiang beton precast atau tiang baja H diisi dengan
Tiang ini akan meneruskan beban melalui tahanan ujung tiang ke lapisan
tanah pendukung.
gesekan antara tiang dengan tanah di sekelilingnya. Bila butiran tanah sangat
54
halus tidak menyebabkan tanah di antara tiang - tiang menjadi padat, sedangkan
bila butiran tanah kasar maka tanah di antara tiang akan semakin padat.
Bila tiang dipancangkan pada dasar tanah pondasi yang memiliki nilai
kohesi tinggi, maka beban yang diterima oleh tiang akan ditahan oleh lekatan
Tanah harus mampu memikul beban dari setiap konstruksi teknik yang
diletakkan pada tanah tersebut tanpa kegagalan (shear failure) geser dan dengan
1991).
Daya dukung tiang pondasi diperoleh dari gabungan tahanan tanah di ujung
tiang (end resistance) ditambah gesekan atau hambatan lekat pada permukaan tiang
memasukkan suatu alat yang dinamakan split spoon kedalam tanah. Dengan
percobaan ini akan diperoleh kepadatan relatif (relative density), sudut geser tanah
(ф) berdasarkan nilai jumlah pukulan (N). Hubungan kepadatan relatif, sudut geser
tanah dan nilai N dari pasir dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
55
Tabel 2.10. Hubungan kepadatan relatif, sudut geser tanah dan nilai N
yaitu :
Qp = 40 x Nb x Ap
Dimana :
Gesekan selimut tiang per satuan luas dipengaruhi oleh jenis tanah
parameter kuat geser tanah. Untuk tanah berbutir kasar gesekan selimut tiang dapat
Qs = 0.2 N x As
Dimana :
sebagai nilai koefisien yang tergantung dari jenis tanah yang akan dipakai. Niali k
tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1. Adapun persamaan daya dukung tiang menurut
Harga N dilapangan yang berada di bawah muka air harus dikoreksi dahulu untuk
N1 = 15 + 0.5 (N-15)
Dimana :
Ns : Harga SPT rata-rata pada lapisan tanah sepanjang tiang yang ditinjau
57
Nilai k
Soil Type K (t/m2)
Clays 12
Clays silt 20
Saint silt 25
Sand 40
Sumber : (Decourt. L., 1987)
Dalam beberapa jenis penyelidikan tanah yang paling praktis sampai saat
ini, dimana datanya langsung diperoleh adalah dari penyelidikan sondir atau cone
Qp = Ap x q
= Ap x (c Nc + q Nq)
Dimana :
Dimana :
baja dan beton yang memiliki sifat elastis. Modulus elastisitas tanah (Es), modulus
geser (G), Poisson ratio (µ) , dan modulus reaksi tanah dasar (ks) merupakan
59
karakteristik parameter kekuatan tanah dan sifat-sifat elatis tanah yang penting.
Nilai modulus elastisitas (Es) untuk beberapa jenis tanah diberikan pada
tabel dibawah ini. Nilai Es untuk tanah hanya berkisar antara 1/10 sampai 1/100
jika dibandingkan nilas Es dari baja dan beton. Nilai Es juga dapat diperoleh dari
sondir dan data N-SPT sebagaimana terlihat pada tabel dibawah ini :
Es
Jenis Tanah
ksf Mpa
Lempung sangat lunak 50 - 250 2 - 15
Lempung lunak 100 - 500 5 - 25
Lempung kaku 300 - 1000 15 -40
Lempung keras 1000 - 20000 50 - 100
Lempung berpasir kekaku-kakuan 500 - 5000 25 - 250
Pasir lepas 200 - 3200 10 - 153
Pasir padat 3000 - 15000 144 - 720
Pasir sangat padat 10000 - 30000 478 - 720
Pasir sangat lepas 300 - 1200 15 - 60
Pasir berlanau 150 - 450 50 - 20
Pasir lepas 200 - 500 10 - 150
Pasir padat 1000 - 1700 50 - 81
Pasir kerikilan lepas 1000 - 3000 50 - 150
Pasir kerikilan padat 2000 - 4000 100 - 200
Serpih 3000 - 300000 150 - 5000
Lanau lunak 40 - 400 2 - 20
Sumber : Bowles, J.E.,1991
60
Es = 500 (N + 15) Es = (2 - 4) qc
Es = (35000 – 50000)log N
Pair jenuh Es = 250 (N + 15) -
Es++ = 1800 + 750 N Es = (6 – 30) qc
Pasir over consolidated
Es (ocr) = Es (nc) x (ocr)0.5
Es = 1200 (N + 6)
Pasir krikilan atau krikil Es = 600 (N + 6) … N < 15 -
Es = 600 (N+6) + 2000 … N > 15
Pasir berlempung Es = 320 (N + 15) Es = (3 – 6) qc
Pasir berlanau Es = 300 (300 + 6) Es = (1 – 2) qc
Lempung lunak - Es = (3 – 8) qc
Memakai unconfined test
struktur pondasi. Nilai Poisson Ratio (µ) untuk berbagai jenis tanah dapat dilihat
pada tabel dibawah ini. Pada nilai Poisson lebih besar dari 0.5 tanah cenderung
bersifat plastis, sehingga teori elastis tidak dapat diterapkan. Tetapi pada dasarnya
tanah mempunyai sifat elastis semu pada semua rentang nilai Poisson.
61
Jenis Tanah µ
tegangan dasar dan deformasi atau lendutan tanah akibat beban tersebut. Modulus
rekasi tanah dasar banyak digunakan untuk analisis pondasi telapak kontinyu,
pondasi rakitm dan berbagai jenis tiang pancang. Perbandingan ini didefenisikan
sebagai perbandingan antara beban dan lendutan seperti yang terlihat pada gambar
𝑞𝑢𝑙𝑡 𝑞𝑢𝑙𝑡
ks = dan qa =
δ SF
Dimana :
Besar nilai modulus reaksi tanah dasar (ks) untuk arah horisontal lazim diambil 2
a) Bowles (1998)
penentuan modulus reaksi tanah dasar kearah vertical (ksv) dapat ditentukan
Dimana :
subgrade reaction arah vertical adalah : ksv = 120 x qa. Besarnya modulus of
qa = (N/8) (kg/cm2)
Dimana :
N : Nilai N-SPT
beberapa gaya luar seperti beban vertikal, beban mendatar dan momen guling.
Faktor-faktor penahan pada tanah pondasi yang bekerja melawan gaya luar
adalah intensitas reaksi vertikal tanah dan gaya penahan geser dari tanah di
bawah dasar tiang pancang, intensitas reaksi mendatar tanah dari tanah di muka
tiang pancang, gaya penahan geser mendatar dan vertikal pada tanah di samping
tiang pancang. Faktor-faktor penahan ini berhubungan erat dengan bentuk dan
ukuran tiang pancang atau sifat-sifatnya dan pergerakan tanah pondasi dan
sebagainya, oleh karena itu bila harga-harga faktor ini diambil berdasarkan
pondasi merupakan suatu pegas yang memiliki momen seperti bahan yang
elastis. Pegas ini dinamakan koeffisien reaksi tanah, yang dapat diperoleh dari
yang disebut sebagai koeffisien reaksi tanah ini, besarnya reaksi dan pergeseran
yang bekerja dan tahanan pada tanah pondasi. Dan dengan cara yang disebut
cara satuan tegangan yang diijinkan yang terjadi pada setiap posisi tidak boleh
Dimana :
Dimana :
c) Vesic
12 𝐸𝑠𝐵4 𝐸𝑠
ks’ = 0.65 x √ x
𝐸𝑓 𝑥 𝐼𝑓 1−µ2
Dimana :
B : Lebat Telapak
If : Momen Inersia
𝑘𝑠′
ks =
𝐵
Karena harga akar dua belas dikalikan 0.65 akan mendekati 1, maka rumus
𝐸𝑠
ks =
𝐵(1−µ2 )
d) Chen
𝐸𝑠
ks =
𝐵(1−µ2 )
66
2) Tanah Kohesif
𝐸𝑠
ks =
𝐵(1−µ2 )
Dimana :
tidak sepenuhnya kaku, oleh karena itu tanah di sekitar struktur akan berdeformasi
akibat getaran gedung. Ini yang disebut interaksi antara struktur dan tanah akibat
gempa bumi. Sering suatu struktur tidak hanya mengalami getaran arah horisontal
tetapi juga putaran, ini terjadi akibat getaran tanah. Untuk mempelajari translasi dan
rotasi pada gedung, kita harus menentukan pemodelan tanah yang cocok terlebih
dahulu. Banyak model yang telah diusulkan, beberapa model relatif sederhana
tanah pada gedung adalah model spring. Pada pemodelan ini, tumpuan gedung
ditunjukan pada gambar 2.10.(a). Spring yang menahan rotasi dari gedung
redaman yang kuat pada tanah. Konstanta pegas dapat dicari dengan percobaan atau
68
sebagai bentuk semi-infinite dan gaya dinamik akibat gempa dikenakan pada
fase antara gaya dan deformasi. Konstanta pegas dan koefisien redaman pernah
dihitung oleh Newmark and Rosenblueth (1971) dalam (Arizona & Mulyanto,
2006). Dalam beberapa pendekatan teori murni, tanah diasumsikan sebagai bentuk
Pada pemodelan ini tanah dimodelkan sebagai massa terpusat yang saling
karakteristik tiap lapisan tanah. Properti ini sangat sulit untuk ditentukan karena
viscoelastic semiinfinite. Redaman dapat dimasukkan dan efek redaman dari tanah
dapat juga disatukan kedalam analisis dengan mengasumsikan bahwa tanah adalah
bentuk viscoelastic.
4. Pemodelan Finite-Element
tanah yang tidak elastik dapat diperhitungkan dengan metode nonlinier finite-
element. Kekurangan dari pemodelan ini adalah kesulitan dalam analisa. Karena
kesulitan dalam analisa ini pendiskritan harus hati-hati. Jika tanah terdiri dari
beberapa lapisan yang menyebar dalam arah horisontal dengan material properti
yang seragam, pendiskritan akan lebih sesuai dalam satu dimensi. Jika tanah
terbentang panjang dan kedalaman rendah, pemodelan tanah 2 dimensi lebih sesuai.
Jika lapisan atau bidang kontak antara struktur dan tanah simetris dengan perubahan
sumbu vertikal maka analisa axisymmetrical akan lebih berguna. Pada beberapa
kasus pembatasan kekakuan yang membatasi energi disipasi dari tanah harus
digambarkan dalam pendiskritan. Pada model 2, asumsi input gerakan tanah tidak
permukaan tanah yang disebabkan oleh adanya deformasi partikel tanah, keluarmya
Penurunan segera adalah penurunan yang terjadi pada waktu beban diterapkan
Dimana:
selimut tiang
mempunyai batas terhadap daya dukung yang diizinkan. Pertama adalah besarnya
pergeseran yang diizinkan pada kepala tiang yang mau tak mau ditentukan oleh sifat
normal, dianggap mempunyai batas terhdap daya dukung yang diizinkan dengan
rencana untuk tiang (Lihat Gambar 2.63), dengan syarat bahwa hubungan antara
tiang dengan pondasi cukup kaku dan tumpuan tidak mengalami rotasi.
Gambar 2.22. Cara untuk menentukan permukaan tanah rencana untuk tiang
Sumber : (Nakazawa dkk, 1981)
𝑘.𝐷
Ha = δa
𝛽
4 𝐸𝐼 𝛽^3
Ha = δa
1+ 𝛽ℎ
Dimana:
(kg/m3)
dapat dilakukan dengan menggunakan software SAP2000 versi 14. Adapun proses
pemodelan struktur Dermaga dapat dilihat pada gambar 2.23 dibawah ini.
versi 14
73
1. Input Pemodelan
adalah proses pemasukan atau pendefinisian desain dermaga yang telah dibuat ke
komponen struktur yang berupa suatu area (area section) dimana untuk pemodelan
dermaga ini merupakan area pelat lantai dermaga, penggambaran geometri struktur
a. Define Material
material yang telah terdapat pada SAP2000. user juga dapat menambahkan
jenis material yang akan digunakan. Secara umum ada enam jenis material yang
rebar dan tendon. Langkah define material di dalam SAP2000 adalah klik
define, materials, define material box (klik material yang akan digunakan),
modify / show material yang dapat dilihat pada Gambar 2.24. dan Gambar 2.25.
74
b. Define Frame
kepala tiang (pile cap), rangka balok, serta pelat lantai. Dalam pemodelan yang
akan dilakukan di dalam SAP2000, komponen dari struktur dermaga yang akan
dimodelkan hanya berupa berupa tiang pancang, rangka balok, serta pelat lantai
sedangkan untuk kepala tiang (pile cap) akan dimodelkan berupa beban mati
pancang dan rangka balok sedangkan untuk pelat lantai akan didefinisikan
sebagai area (area section). Langkah define frame di dalam SAP2000 adalah
klik dari menu bar Define, Section Properties, Frame Section, Frame
76
Properties. Dialogue box frame properties akan terlihat seperti Gambar 2.27.
bertulang atau balok, maka Frame Section Property Type dipilih untuk tipe
Section Property Type yang digunakan. kemudian pilih bentuk frame yaitu
Rectangular. Setelah itu akan keluar dialogue box Rectangular Section seperti
Gambar 2.28. Pada Rectangular Section diisikan nama frame balok, jenis
material balok yang telah didefinisikan, dimensi balok dan warna untuk frame
balok.
Property Type dipilih untuk tipe material tiang pancang yang digunakan.
Frame Section Property Type yang digunakan kemudian pilih bentuk frame
yaitu Pipe. Setelah itu akan keluar dialogue box Pipe Section seperti Gambar
2.29. Pada Pipe Section diisikan nama frame tiang, jenis material tiang pancang
yang sebelumnya telah didefinisikan, dimensi tiang pancang, dan warna untuk
area. Pada kasus ini, yang merupakan area section berupa pelat pada dermaga.
Properties, Area Sections. Dialogue box area section akan terlihat seperti
Gambar 2.30.
pelat. Setelah itu akan muncul dialogue box Shell Selection Data seperti
Gambar 2.27. yang berfungsi untuk memasukkan karakteristik data pelat yang
berupa ketebalan pelat (Thickness), tipe pelat (Type) dan material pelat
(Material).
2. Geometri Struktur
dermaga yang akan dimodelkan pada software SAP2000 berupa pile, balok, dan
a. Penggambaran Joint
penggabaran joint acuan adalah Draw, Draw Special Joint, lalu tempatkan
klik joint acuan, Edit, Replicate. Setelah itu masukka nilai jarak joint acuan
b. Penggambaran Frame
c. Penggambaran Area
Rectangular Area, setelah itu klik joint pertama dan tarik kearah diagonal atau
d. Pemasangan Tumpuan
Assign, Joint, Restraints lalu pilih restraints yang diinginkan. Dan untuk joint
81
ujung atas pipa baja pilih Assign, Joint, Constraint lalu pilih constraint yang
diinginkan.
3. Run Analysis
dilakukan adalah klik Analyze, Run Analysis (F5), Set Load Cases to Run
dialogue box. Pada dialogue box Set Load Cases to Run dapat dipilih jenis beban
yang akan disertakan atau tidak disertakan pada proses run analysis. Jika sudah
menentukan jenis beban yang disertakan pada proses run analysis, maka klik Run
Now. Setelah proses run analysis selesai, maka secara otomatis SAP2000 akan
4. Output Pemodelan
telah dilakukan :
1. Nuryanto & Wulandari (2013) tentang perencanaan pondasi tiang pada tanah
lempung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merencanakan pondasi tiang
Perhitungan daya dukung ujung tiang dan daya dukung selimut tiang
D13 – 50 untuk tulangan geser. Tebal pile cap yang digunakan berukuran 1 m
struktur pada Gedung bertingkat. Pada studi ini, tanah disekitar pondasi
Elemen Hingga (FEM) pada aplikasi SAP 2000 yang akan menghasilkan lateral
Centro, Koyna, dan Loma Prieta kedalam analisis. Hasil Analisa Respon
spektrum maupun analisa time history non-linear pada struktur, didapati titik
fixity point berada pada kedalaman 4.5 m, nilai lateral displacement untuk
respon spektrum situs SD sebesar 3.9850 cm untuk arah X dan arah Y sebesar
didapatkan nilai perpindahan sebesar 1.0252 cm untuk arah X dan untuk arah Y
sebesar 0.7920. Untuk gempa Koyna untuk arah X sebesar 0.6732 cm dan arah
83
displacement yang terjadi pada arah X sebesar 1.5675 cm dan arah Y sebesar
1.7028 cm. Untuk nilai bending moment dari tiang pancang pada struktur akibat
analisa respon spektrum dan THNL untuk gempa El-Centro, Koyna, dan Loma
Prieta adalah 140.1747 kN.m, 67.2176 kN.m, -45.6321 kN.m, dan -77.6242
kN.m.
Structure Interaction atau SSI) mengacu kepada respon ketiga variabel di atas
dimana pondasi dianggap sebagai bagian dari struktur. Putra membuat 2 buah
model SSI yaitu Model Spring dan Model Solid sebagai perwujudan metode
Kedua model ini dibandingkan dengan model tanpa SSI (Pondasi kaku/fix base)
simpangan pada model SSI lebih besar dibandingkan dengan model tanpa SSI.
O. Kerangka Pikir
pada Pelabuhan adalah Pondasi Tiang Pancang. Pondasi ini Berfungsi meneruskan
beban dari struktur atas menuju tanah keras. Salah satu masalah dalam perencanaan
Pondasi adalah daya dukung tanah biasanya terletak jauh didasar tanah sehingga
Mengevaluasi Struktur
Dermaga
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
dilakukan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta-
fakta dan sifat-sifat obyek yang diteliti berdasarkan kerangka pikir tertentu. Tujuan
utama penelitian survey adalah untuk bisa menentukan mana yang lebih baik atau
1. Tempat Penelitian
PELABUHAN
LAUT BANGGAE
2. Waktu Penelitian
(2020)
1. Subjek Penelitian
terkait seperti gambar kerja, spesifikasi, mutu bahan, dan foto dokumentasi
pelaksanaan.
2. Objek Penelitian
D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah struktur bangunan dermaga yang terdiri
1. Pondasi Tiang Pancang adalah suatu konstruksi pondasi yang mampu menahan
gaya vertikal ke sumbu tiang dengan cara menyerap lentur. Pondasi tiang
berfungsi meneruskan beban yang ditopang oleh pondasi dan beratnya sendiri
kepada dan kedalam tanah yang terletak dibawahnnya dan digunakan untuk
2. Pile Cap adalah komponen untuk menyatukan balok, tiang pancang, dan plat.
Selain itu, fungsi dari pile cap ini adalah untuk menahan punching shear dari
3. Balok adalah elemen struktur beton yang dilengkapi dengan tulangan baja dan
yang vertikal.
4. Plat adalah adalah struktur tipis yang dibuat dari beton dan dilengkapi dengan
tulangan dengan bidang yang arahnya tegak lurus pada bidang struktur tersebut.
88
adalah :
1. Data Sekunder
Data sekunder merupakan suumber data yang berasal dari instansi yang
terkait dan studi literatur dari jurnal dan buku yang terkait dengan pemodelan
pondasi tiang pancang. Acuan yang dipakai antara lain SNI 1725:2016,
SNI1726:2012.
2. Data Primer
gambar kerja, data penampang (penulangan dan dimensi standar), spesifikasi, dan
mutu bahan.
1. Tahap Pertama : melakukan pengumpulan data proyek berupa data struktur dan
kedalaman tanah keras, kekakuan tanah, dimensi tiang pancang yang bekerja
beban yang bekerja pada pondasi tiang pancang struktur bangunan dermaga.
89
H. Tahap-Tahap Penelitian
Tahapan penelitian ini secara ringkas dapat dilihat pada bagan alur
MULAI
Pengumpulan Data
Data Proyek
• Data Struktur
• Kondisi Tanah
• Gambar Proyek
Identifikasi Daya Dukung
Tiang Pancang dari data SPT
Identifikasi Modulus
Kekakuan Tanah dari data SPT
Identifikasi Pembebanan
90
Pemodelan Struktur
3D (SAP2000 v14.2.0)
Kombinasi
Pembebanan
Pembahasan
Kesimpulan dan
Saran
SELESAI
dengan pondasi tiang pancang secara 3 dimensi dari mulai pondasi tiang pancang,
pile cap, balok, dan plat kedalam software. Setelah pemodelan selesai baru
dilakukan analisis dari hasil output software SAP2000 v.14.2.0. Adapun contoh
metode pemodelan 3 dimensi dapat dilihat pada gambar 3.3. di bawah ini.
1. Mengidentifikasi Objek
seperti data struktur, kondisi tanah, gambar kerja, dan foto proyek, lalu dilanjutkan
atas dermaga.
beban yang ada, perlu dilakukan analisis struktur secara menyeluruh. Daya dukung
tiang pancang dihitung berdasarkan nilai N-SPT yang diperoleh dari uji tanah di
lapangan. Dari hasil penyelidikan tanah, didapatkan data property tanah berupa
nilai N-SPT. Dari data SPT tersebut dihitung daya dukung Tiang Pancang
yang merepresentasikan daya dukung pondasi tiang pancang. Besarnya reaksi yang
dapat didukung oleh tanah yang dimodelkan sebagai tumpuan pegas elastis,
tergantung dari besarnya gaya pegas dari tumpuan yang bersangkutan. Untuk tanah
tergantung dari besarnya modulus of subgrade reaction (ks) dari tanah. Berikut
contoh model tumpuan elastis pada tiang pancang berdasarkan data SPT, dapat
Gambar 3.5. Nilai N-SPT dan model Tumpuan Elastis pada Tiang Pancang
Sumber : (Kurniadi dkk, 2015)
94
4. Analisis Beban
ultimit.
software SAP 2000. Pemodelan ini bertujuan untuk menganalisis Tiang Pancang
dengan :
a. Pemodelan Struktur
disiapkan. Model struktur ini dapat dimodifikasi atau membuat model yang baru
terlebih dahulu menetapkan unit satuan yang digunakan. Satuan tersebut terdiri
menu define grid data, sehingga sesuai dengan grid line yang direncanakan.
struktrur diantaranya adalah baja, beton dan aluminium. Berbagai jenis material
ini dapat diterapkan pada setiap elemen yang telah dimodelkan. Dalam
digunakan seperti modulus elestisitas, berat jenis beton, dan tegangan leleh baja
c. Pembebanan
pengelompokan beban yang mempunyai tipe yang sama seperti beban mati,
beban hidup, beban lateral (angin dan gempa). Kelompok dalam pengertian
tersebut dinyatakan dengan Static Load Case yang dianalisis secara terpisah
load case dengan faktor beban, kemudian dijumlahkan dengan static load case
d. Analisis
SAP2000 selalu menganggap bahwa keenam derajat kebebasan yaitu Ux, Uy,
Uz, Rx, Ry, dan Rz akan diaktifkan, tetapi tidak semua analisis struktur
dinonaktifkan.
Dimana :
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Dermaga
dermaga tipe Jetty yang direncanakan memiliki sistem Deck on Pile, yaitu balok
dan pelat lantai menumpu pada tiang pancang baja (Steel Pipe Pile). Adapun
Dimensi dermaga : 70 x 10 m2
Kapal rencana yang akan bersandar pada dermaga ini adalah kapal barang
dengan ukuran maksimum 1000 DWT. Kapal barang ini melayani rute Majene,
99
100
Kota Barru, Batu Licin, Marabatuan, Maradapan, dan Matasiri. Berikut data kapal
Panjang (Loa) : 64 m
dilakukan secara tegak dan miring, dan masing-masing memiliki diameter tiang
Tebal Dinding : 12 mm
beban yang ada, perlu dilakukan analisis struktur secara menyeluruh. Daya dukung
tiang pancang dihitung berdasarkan nilai N-SPT yang didapat dari uji tanah di
lapangan. Dari hasil penyelidikan tanah, didapatkan data properti tanah berupa nilai
22 27 12 10 11
24 29 14 20 17
26 31 12 16 14
28 33 20 25 22.5
30 35 17 13 15
32 37 10 20 15
34 39 15 29 22
36 41 28 15 21.5
38 43 22 19 20.5
40 45 27 16 21.5
42 47 32 19 25.5
44 49 37 27 32
46 51 30 21 25.5
48 53 35 30 32.5
50 55 35 36 35.5
pondasi, namun salah-satu yang dapat berlaku umum untuk jenis tanah apapun
adalah Luciano Decourt (1982). Besarnya daya dukung tiang ultimate (Qu) adalah:
Melalui data Boring Log dan SPT kita dapat menghitung daya dukung
a) Menghitung Np
pondasi adalah Np. Nilai SPT yang dirata-ratakan adalah nilai SPT yang telah
N1 = 15 + 0,5 ( N – 15 )
= 15 + 0,5 ( 2 – 15 )
Np = (0 + 9 +14)/3
= 7.33 SPT
b) Menghitung qp
Karena karateristik tanah yang didapat adalah sand silt maka nilai K = 25 t/m2
direncanakan.
108
qp = Np x K
= 7.67 x 25
c) Menghitung Ap
dengan diameter 0.4572 m dan tebal 0.012 m pada Pondasi Tiang Pancang Baja
d) Menghitung Qp
Daya dukung ujung tiang (Qp). Ini bisa didapat dengan cara mengalikan
qp dengan Ap.
Qp = qp xAp
= 183.33 x 0.0168
e) Menghitung Ns
50 adalah Ns.
f) Menghitung As
x panjang tiang yang terbenam (m2) sehingga diperoleh As = 2.87 m2 (Data SPT
BH-01).
109
g) Menghitung Qs
Daya dukung akibat gesekan tiang adalah Qs. Ini dapat dihitung dengan
Qs = (Ns/3 + 1) x As
= (4.25/3 + 1) x 2.87
h) Menghitung Qu
diperoleh :
Qu = Qp + Qs
= 3.08 + 6.94
= 10.02 Ton
Qu(ijin) = Qu/SF
= 10.02 / 3
Tabel 4.2. Perhitungan Daya Dukung Tiang Pancang Tegak menurut Luciano Decourt BH-01
44 49 37 26 24.00 25 600.0 0.017 10.07 26.00 24.75 9.25 63.20 584.59 198.22
46 51 30 23 24.50 25 612.5 0.017 10.28 22.50 24.25 9.08 66.07 600.15 203.48
48 53 35 25 24.17 25 604.2 0.017 10.14 25.00 23.75 8.92 68.94 614.75 208.30
50 55 35 25 25.00 25 625.0 0.017 10.49 25.00 25.00 9.33 71.82 670.29 226.93
Tabel 4.3. Perhitungan Daya Dukung Tiang Pancang Tegak menurut Luciano Decourt BH-02
30 35 13 14 17.17 25 429.2 0.017 7.20 14.00 17.00 6.67 43.09 287.27 98.16
32 37 20 18 17.83 25 445.8 0.017 7.48 17.50 15.75 6.25 45.96 287.27 98.25
34 39 29 22 18.17 25 454.2 0.017 7.62 22.00 19.75 7.58 48.84 370.34 125.99
36 41 15 15 18.00 25 450.0 0.017 7.55 15.00 18.50 7.17 51.71 370.57 126.04
38 43 19 17 15.83 25 395.8 0.017 6.64 17.00 16.00 6.33 54.58 345.68 117.44
40 45 16 16 16.50 25 412.5 0.017 6.92 15.50 16.25 6.42 57.45 368.66 125.19
42 47 19 17 17.83 25 445.8 0.017 7.48 17.00 16.25 6.42 60.33 387.09 131.53
44 49 27 21 18.67 25 466.7 0.017 7.83 21.00 19.00 7.33 63.20 463.46 157.10
46 51 21 18 20.50 25 512.5 0.017 8.60 18.00 19.50 7.50 66.07 495.54 168.05
48 53 30 23 22.00 25 550.0 0.017 9.23 22.50 20.25 7.75 68.94 534.32 181.18
50 55 36 26 24.00 25 600.0 0.017 10.07 25.50 24.00 9.00 71.82 646.35 218.81
Tabel 4.4. Perhitungan Daya Dukung Tiang Pancang Miring menurut Luciano Decourt BH-01
16 21 10 13 13.00 25 325.0 0.019 6.08 12.50 13.00 5.33 22.98 122.57 42.88
18 23 11 13 13.00 25 325.0 0.019 6.08 13.00 12.75 5.25 25.85 135.73 47.27
20 25 12 14 13.33 25 333.3 0.019 6.23 13.50 13.25 5.42 28.73 155.60 53.95
22 27 12 14 13.83 25 345.8 0.019 6.47 13.50 13.50 5.50 31.60 173.80 60.09
24 29 14 15 13.83 25 345.8 0.019 6.47 14.50 14.00 5.67 34.47 195.34 67.27
26 31 12 14 15.17 25 379.2 0.019 7.09 13.50 14.00 5.67 37.34 211.62 72.90
28 33 20 18 15.67 25 391.7 0.019 7.32 17.50 15.50 6.17 40.22 248.01 85.11
30 35 17 16 15.33 25 383.3 0.019 7.17 16.00 16.75 6.58 43.09 283.68 96.95
32 37 10 13 14.50 25 362.5 0.019 6.78 12.50 14.25 5.75 45.96 264.29 90.35
34 39 15 15 16.33 25 408.3 0.019 7.64 15.00 13.75 5.58 48.84 272.66 93.43
36 41 28 22 18.33 25 458.3 0.019 8.57 21.50 18.25 7.08 51.71 366.27 124.95
38 43 22 19 20.33 25 508.3 0.019 9.51 18.50 20.00 7.67 54.58 418.45 142.65
40 45 27 21 21.00 25 525.0 0.019 9.82 21.00 19.75 7.58 57.45 435.69 148.50
42 47 32 24 23.50 25 587.5 0.019 10.99 23.50 22.25 8.42 60.33 507.74 172.91
44 49 37 26 24.00 25 600.0 0.019 11.22 26.00 24.75 9.25 63.20 584.59 198.60
46 51 30 23 24.50 25 612.5 0.019 11.45 22.50 24.25 9.08 66.07 600.15 203.87
48 53 35 25 24.17 25 604.2 0.019 11.30 25.00 23.75 8.92 68.94 614.75 208.68
50 55 35 25 25.00 25 625.0 0.019 11.69 25.00 25.00 9.33 71.82 670.29 227.33
Tabel 4.5. Perhitungan Daya Dukung Tiang Pancang Miring menurut Luciano Decourt BH-02
46 51 21 18 20.50 25 512.5 0.019 9.58 18.00 19.50 7.50 66.07 495.54 168.37
48 53 30 23 22.00 25 550.0 0.019 10.28 22.50 20.25 7.75 68.94 534.32 181.53
50 55 36 26 24.00 25 600.0 0.019 11.22 25.50 24.00 9.00 71.82 646.35 219.19
3. Pemodelan Struktur
lebar 10 meter yang memiliki sistem Deck on Pile yang terdiri dari struktur atas
(upper structure) yaitu balok dengan lebar 0.4 m dan tinggi 0.7 m dan pelat
tiang pancang baja. Diameter tiang pancang baja adalah 457.2 mm (tiang
pancang baja tegak) dan 508 mm (tiang pancang baja miring) seperti pada
1) Pemodelan Geometri
sistem koordinat cartesius. Sistem ini terdiri dari tiga sumbu yang disebut
X, Y, Z dan saling tegak lurus, sistem ini merupakan sistem tiga dimensi.
Untuk melakukan proses pemodelan grid line atau garis bantu dalam
2) Pemodelan Material
material baja. Pada SAP2000 data material secara default telah ditetapkan
sebanyak 2 buah untuk keperluan desain, yaitu concrete (beton) dan steel
dapat dilihat pada gambar 4.11. Adapun spesifikasi data bahan material
yaitu:
a) Mutu Beton
b) Mutu Baja
batang yang akan digunakan oleh element frame. Pada tiap penampang akan
yaitu pipe section dan rectangular section sesuai dengan data penampang
Area section adalah data material dan data geometri penampang luas
yang akan digunakan oleh element area pada dermaga. Penampang plat
yang akan digunakan akan dimodelkan sesuai dengan ukuran yang telah
pola grid line yang telah dibuat sebelumnya. Pada menu draw, ada dua item
yang digunakan yaitu draw rectangular area untuk pelat dan draw
124
frame/cable/tendon untuk Tiang Pancang dan Balok. untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar 4.14. dan hasil pemodelan seperti pada gambar 4.15. dan
gambar 4.16.
Besarnya reaksi yang dapat didukung oleh tanah yang dimodelkan sebagai
126
tumpuan pegas elastis, tergantung dari besarnya gaya pegas dari tumpuan
subgrade reaction kearah vertikal (ksv) dapat ditentukan dari besarnya daya
tanah dalam arah horisontal adalah dua kali besarnya modulus of subgrade
persamaan :
qa = (N/8) (kg/cm2)
horizontal :
• qa = (N/8)
= 2/8
• ksv = 120 x qa
= 120 x 25
• ksh = 2 x ksv
= 2 x 3000
kedalaman 2.0 meter dari permukaan tanah. Luas bidang kontak antara
tanah dengan tiang pancang (diameter tiang pancang 0.4572 m untuk Tiang
Tabel 4.7. Perhitungan modulus subgrade of reaction arah vertikal (ksv) dan
Tabel 4.8. Perhitungan konstanta pegas arah horizontal (ksh) Tiang Pancang
Tegak BH-01
Luas
Kedalaman Ksh Bidang Ksh Ksh
Kontak
(m) (kg/m3) (m2) (kg/m) (ton/m)
0 5 0 0.91 0 0.00
2 7 600000 0.91 548640 548.64
4 9 3600000 0.91 3291840 3291.84
6 11 2400000 0.91 2194560 2194.56
8 13 2100000 0.91 1920240 1920.24
10 15 2100000 0.91 1920240 1920.24
12 17 4500000 0.91 4114800 4114.80
14 19 3600000 0.91 3291840 3291.84
16 21 3000000 0.91 2743200 2743.20
18 23 3300000 0.91 3017520 3017.52
20 25 3600000 0.91 3291840 3291.84
22 27 3600000 0.91 3291840 3291.84
24 29 4200000 0.91 3840480 3840.48
26 31 3600000 0.91 3291840 3291.84
129
Tabel 4.9. Perhitungan Konstanta Pegas arah Vertikal (ksv) Tiang Pancang
Tegak BH-01
Luas
Kedalaman Ksh Bidang Ksh Ksh
Kontak
(m) (kg/m3) (m2) (kg/m) (ton/m)
0 5 0 0.91 0 0.00
2 7 2700000 0.91 2468880 2468.88
4 9 4500000 0.91 4114800 4114.80
6 11 3000000 0.91 2743200 2743.20
8 13 5100000 0.91 4663440 4663.44
10 15 5700000 0.91 5212080 5212.08
12 17 4500000 0.91 4114800 4114.80
131
Tabel 4.12. Perhitungan Konstanta Pegas arah Vertikal (ksv) Tiang Pancang
Tegak BH-02
Luas
Kedalaman Ksh Bidang Ksh Ksh
Kontak
(m) (kg/m3) (m2) (kg/m) (ton/m)
0 5 0 1.02 0 0.00
2 7 600000 1.02 609600 609.60
4 9 3600000 1.02 3657600 3657.60
6 11 2400000 1.02 2438400 2438.40
8 13 2100000 1.02 2133600 2133.60
10 15 2100000 1.02 2133600 2133.60
12 17 4500000 1.02 4572000 4572.00
14 19 3600000 1.02 3657600 3657.60
16 21 3000000 1.02 3048000 3048.00
18 23 3300000 1.02 3352800 3352.80
20 25 3600000 1.02 3657600 3657.60
22 27 3600000 1.02 3657600 3657.60
24 29 4200000 1.02 4267200 4267.20
26 31 3600000 1.02 3657600 3657.60
28 33 6000000 1.02 6096000 6096.00
30 35 5100000 1.02 5181600 5181.60
32 37 3000000 1.02 3048000 3048.00
34 39 4500000 1.02 4572000 4572.00
36 41 8400000 1.02 8534400 8534.40
38 43 6600000 1.02 6705600 6705.60
40 45 8100000 1.02 8229600 8229.60
42 47 9600000 1.02 9753600 9753.60
44 49 11100000 1.02 11277600 11277.60
46 51 9000000 1.02 9144000 9144.00
48 53 10500000 1.02 10668000 10668.00
49 54 10500000 1.02 10668000 10668.00
50 55 10500000 1.02 10668000 10668.00
Tabel 4.14. Perhitungan Konstanta Pegas arah Vertikal (ksv) Tiang Pancang
Miring BH-01
Luas
Kedalaman Ksh Bidang Ksh Ksh
Kontak
(m) (kg/m3) (m2) (kg/m) (ton/m)
0 5 0 1.02 0 0.00
2 7 2700000 1.02 2743200 2743.20
4 9 4500000 1.02 4572000 4572.00
6 11 3000000 1.02 3048000 3048.00
8 13 5100000 1.02 5181600 5181.60
10 15 5700000 1.02 5791200 5791.20
12 17 4500000 1.02 4572000 4572.00
14 19 3000000 1.02 3048000 3048.00
16 21 3900000 1.02 3962400 3962.40
18 23 3000000 1.02 3048000 3048.00
20 25 7200000 1.02 7315200 7315.20
22 27 3000000 1.02 3048000 3048.00
24 29 6000000 1.02 6096000 6096.00
26 31 4800000 1.02 4876800 4876.80
28 33 7500000 1.02 7620000 7620.00
30 35 3900000 1.02 3962400 3962.40
32 37 6000000 1.02 6096000 6096.00
34 39 8700000 1.02 8839200 8839.20
36 41 4500000 1.02 4572000 4572.00
38 43 5700000 1.02 5791200 5791.20
134
Tabel 4.16. Perhitungan Konstanta Pegas arah Vertikal (ksv) Tiang Pancang
Miring BH-02
menu Assign > Joint > Spring dan kemudian input nilai spring sesuai
perhitungan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.17. dan hasil
TUMPUAN
pada tanah pondasi yang bekerja melawan gaya luar adalah intensitas reaksi
vertikal tanah dan gaya penahan geser dari tanah di bawah dasar tiang
pancang, intensitas reaksi mendatar tanah dari tanah di muka tiang pancang,
gaya penahan geser mendatar dan vertikal pada tanah di samping tiang
pancang.
= 28 x 2
= 56 (7 m HWS BH-01)
= √167.84
= 12.955 cm
= 200 x 45.72
= 9144 cm2
137
= 31644.94 kg/cm
Tabel 4.17. Koefisien Reaksi Tanah dalam arah Mendatar (KH) BH-01
Luas
Kedalaman SPT-N BH Bidang Kh
EO Kontak
(m) BH-01 (cm) (cm2) (kg/cm)
0 5 0 0.00 12.955 9144 0.00
2 7 2 56.00 12.955 9144 38393.87
4 9 12 336.00 12.955 9144 230363.20
6 11 8 224.00 12.955 9144 153575.47
8 13 7 196.00 12.955 9144 134378.53
10 15 7 196.00 12.955 9144 134378.53
12 17 15 420.00 12.955 9144 287954.00
138
Tabel 4.18. Koefisien Reaksi Tanah dalam arah Vertikal (KV) BH-01
Luas
Kedalaman SPT-N BV Bidang Kv
EO Kontak
(m) BH-02 (cm2) (cm2) (kg/cm)
0 5 0 0.00 12.955 9144 0.00
2 7 2 56.00 12.955 9144 31644.94
4 9 12 336.00 12.955 9144 189869.67
6 11 8 224.00 12.955 9144 126579.78
8 13 7 196.00 12.955 9144 110757.31
10 15 7 196.00 12.955 9144 110757.31
12 17 15 420.00 12.955 9144 237337.09
14 19 12 336.00 12.955 9144 189869.67
16 21 10 280.00 12.955 9144 158224.72
18 23 11 308.00 12.955 9144 174047.20
20 25 12 336.00 12.955 9144 189869.67
22 27 12 336.00 12.955 9144 189869.67
139
Tabel 4.19. Koefisien Reaksi Tanah dalam arah Mendatar (KH) BH-02
Luas
Kedalaman SPT-N BH Bidang Kh
EO Kontak
(m) BH-02 (cm2) (cm2) (kg/cm)
0 5 0 0.00 0.000 9144 0.00
2 7 9 252.00 12.955 9144 172772.40
4 9 15 420.00 12.955 9144 287954.00
6 11 10 280.00 12.955 9144 191969.33
8 13 17 476.00 12.955 9144 326347.87
10 15 19 532.00 12.955 9144 364741.73
12 17 15 420.00 12.955 9144 287954.00
14 19 10 280.00 12.955 9144 191969.33
16 21 13 364.00 12.955 9144 249560.13
18 23 10 280.00 12.955 9144 191969.33
20 25 24 672.00 12.955 9144 460726.40
22 27 10 280.00 12.955 9144 191969.33
24 29 20 560.00 12.955 9144 383938.67
26 31 16 448.00 12.955 9144 307150.93
28 33 25 700.00 12.955 9144 479923.33
30 35 13 364.00 12.955 9144 249560.13
32 37 20 560.00 12.955 9144 383938.67
140
Tabel 4.20. Koefisien Reaksi Tanah dalam arah Vertikal (KV) BH-01
Luas
Kedalaman SPT-N BV Bidang Kv
EO Kontak
(m) BH-02 (cm2) (cm2) (kg/cm)
0 5 0 0.00 12.955 9144 0.00
2 7 9 252.00 12.955 9144 142402.25
4 9 15 420.00 12.955 9144 237337.09
6 11 10 280.00 12.955 9144 158224.72
8 13 17 476.00 12.955 9144 268982.03
10 15 19 532.00 12.955 9144 300626.98
12 17 15 420.00 12.955 9144 237337.09
14 19 10 280.00 12.955 9144 158224.72
16 21 13 364.00 12.955 9144 205692.14
18 23 10 280.00 12.955 9144 158224.72
20 25 24 672.00 12.955 9144 379739.34
22 27 10 280.00 12.955 9144 158224.72
24 29 20 560.00 12.955 9144 316449.45
26 31 16 448.00 12.955 9144 253159.56
28 33 25 700.00 12.955 9144 395561.81
30 35 13 364.00 12.955 9144 205692.14
32 37 20 560.00 12.955 9144 316449.45
34 39 29 812.00 12.955 9144 458851.70
36 41 15 420.00 12.955 9144 237337.09
38 43 19 532.00 12.955 9144 300626.98
40 45 16 448.00 12.955 9144 253159.56
42 47 19 532.00 12.955 9144 300626.98
141
Tabel 4.21. Koefisien Reaksi Tanah dalam arah Mendatar (KH) BH-01
Luas
Kedalaman SPT-N BH Bidang Kh
EO Kontak
(m) BH-01 (cm2) (cm2) (kg/cm)
0 5 0 0.00 13.674 10160 0.00
2 7 2 56.00 13.674 10160 40965.84
4 9 12 336.00 13.674 10160 245795.06
6 11 8 224.00 13.674 10160 163863.37
8 13 7 196.00 13.674 10160 143380.45
10 15 7 196.00 13.674 10160 143380.45
12 17 15 420.00 13.674 10160 307243.82
14 19 12 336.00 13.674 10160 245795.06
16 21 10 280.00 13.674 10160 204829.22
18 23 11 308.00 13.674 10160 225312.14
20 25 12 336.00 13.674 10160 245795.06
22 27 12 336.00 13.674 10160 245795.06
24 29 14 392.00 13.674 10160 286760.90
26 31 12 336.00 13.674 10160 245795.06
28 33 20 560.00 13.674 10160 409658.43
30 35 17 476.00 13.674 10160 348209.67
32 37 10 280.00 13.674 10160 204829.22
34 39 15 420.00 13.674 10160 307243.82
36 41 28 784.00 13.674 10160 573521.80
38 43 22 616.00 13.674 10160 450624.27
40 45 27 756.00 13.674 10160 553038.88
42 47 32 896.00 13.674 10160 655453.49
44 49 37 1036.00 13.674 10160 757868.10
46 51 30 840.00 13.674 10160 614487.65
48 53 35 980.00 13.674 10160 716902.25
142
Tabel 4.22. Koefisien Reaksi Tanah dalam arah Vertikal (KV) BH-01
Luas
Kedalaman SPT-N BV Bidang Kv
EO Kontak
(m) BH-01 (cm2) (cm2) (kg/cm)
0 5 0 0.00 13.674 10160 0.00
2 7 2 56.00 13.674 10160 33764.82
4 9 12 336.00 13.674 10160 202588.90
6 11 8 224.00 13.674 10160 135059.26
8 13 7 196.00 13.674 10160 118176.86
10 15 7 196.00 13.674 10160 118176.86
12 17 15 420.00 13.674 10160 253236.12
14 19 12 336.00 13.674 10160 202588.90
16 21 10 280.00 13.674 10160 168824.08
18 23 11 308.00 13.674 10160 185706.49
20 25 12 336.00 13.674 10160 202588.90
22 27 12 336.00 13.674 10160 202588.90
24 29 14 392.00 13.674 10160 236353.71
26 31 12 336.00 13.674 10160 202588.90
28 33 20 560.00 13.674 10160 337648.16
30 35 17 476.00 13.674 10160 287000.94
32 37 10 280.00 13.674 10160 168824.08
34 39 15 420.00 13.674 10160 253236.12
36 41 28 784.00 13.674 10160 472707.42
38 43 22 616.00 13.674 10160 371412.98
40 45 27 756.00 13.674 10160 455825.02
42 47 32 896.00 13.674 10160 540237.06
44 49 37 1036.00 13.674 10160 624649.10
46 51 30 840.00 13.674 10160 506472.24
48 53 35 980.00 13.674 10160 590884.28
49 54 35 980.00 13.674 10160 590884.28
50 55 35 980.00 13.674 10160 590884.28
Tabel 4.23. Koefisien Reaksi Tanah dalam arah Mendatar (KH) BH-02
Luas
Kedalaman SPT-N BH Bidang Kh
EO Kontak
(m) BH-02 (cm2) (cm2) (kg/cm)
0 5 0 0.00 13.674 10160 0.00
2 7 9 252.00 13.674 10160 184346.29
4 9 15 420.00 13.674 10160 307243.82
6 11 10 280.00 13.674 10160 204829.22
8 13 17 476.00 13.674 10160 348209.67
10 15 19 532.00 13.674 10160 389175.51
12 17 15 420.00 13.674 10160 307243.82
14 19 10 280.00 13.674 10160 204829.22
16 21 13 364.00 13.674 10160 266277.98
18 23 10 280.00 13.674 10160 204829.22
20 25 24 672.00 13.674 10160 491590.12
22 27 10 280.00 13.674 10160 204829.22
24 29 20 560.00 13.674 10160 409658.43
26 31 16 448.00 13.674 10160 327726.75
28 33 25 700.00 13.674 10160 512073.04
30 35 13 364.00 13.674 10160 266277.98
32 37 20 560.00 13.674 10160 409658.43
34 39 29 812.00 13.674 10160 594004.73
36 41 15 420.00 13.674 10160 307243.82
38 43 19 532.00 13.674 10160 389175.51
40 45 16 448.00 13.674 10160 327726.75
42 47 19 532.00 13.674 10160 389175.51
44 49 27 756.00 13.674 10160 553038.88
46 51 21 588.00 13.674 10160 430141.35
48 53 30 840.00 13.674 10160 614487.65
49 54 33 924.00 13.674 10160 675936.41
50 55 36 1008.00 13.674 10160 737385.18
Tabel 4.24. Koefisien Reaksi Tanah dalam arah Vertikal (KV) BH-02
Luas
Kedalaman SPT-N BV Bidang Kv
EO Kontak
(m) BH-02 (cm2) (cm2) (kg/cm)
0 5 0 0.00 13.674 10160 0.00
2 7 9 252.00 13.674 10160 151941.67
4 9 15 420.00 13.674 10160 253236.12
6 11 10 280.00 13.674 10160 168824.08
8 13 17 476.00 13.674 10160 287000.94
10 15 19 532.00 13.674 10160 320765.75
12 17 15 420.00 13.674 10160 253236.12
14 19 10 280.00 13.674 10160 168824.08
16 21 13 364.00 13.674 10160 219471.30
18 23 10 280.00 13.674 10160 168824.08
20 25 24 672.00 13.674 10160 405177.79
22 27 10 280.00 13.674 10160 168824.08
24 29 20 560.00 13.674 10160 337648.16
26 31 16 448.00 13.674 10160 270118.53
28 33 25 700.00 13.674 10160 422060.20
30 35 13 364.00 13.674 10160 219471.30
32 37 20 560.00 13.674 10160 337648.16
34 39 29 812.00 13.674 10160 489589.83
36 41 15 420.00 13.674 10160 253236.12
38 43 19 532.00 13.674 10160 320765.75
40 45 16 448.00 13.674 10160 270118.53
42 47 19 532.00 13.674 10160 320765.75
44 49 27 756.00 13.674 10160 455825.02
46 51 21 588.00 13.674 10160 354530.57
48 53 30 840.00 13.674 10160 506472.24
49 54 33 924.00 13.674 10160 557119.46
50 55 36 1008.00 13.674 10160 607766.69
TUMPUAN
beban vertikal, beban mendatar dan momen guling. Pada bagian bawah
tiang dapat bergeser dan dapat mengalami rotasi, tetapi untuk semua tujuan
praktis, dapat diasumsikan bahwa tidak ada momen yang akan berkembang.
adalah :
𝑧
KH = 0.305 nh 𝐵 (MN/m3)
= 22.014 MN/m3
= 20.13 MN/m
Tabel 4.25. Koefisien Reaksi Tanah dalam arah Horizontal (KH) BH-01 dan
L. Bidang
Kedalaman SPT-N SPT-N Soil Ksh Ksh
Kontak
Descriptions
(m) BH-01 BH-02 (MN/m3) (m2) (MN/m)
0 5 0 0 22.014 0.91 20.13
Pasir Lepas
2 7 2 9 30.820 0.91 28.18
campur
4 9 12 15 39.626 0.91 36.23
Bunga
6 11 8 10 48.432 0.91 44.29
Karang dan
8 13 7 17 Karang 57.238 0.91 52.34
10 15 7 19 66.043 0.91 60.39
12 17 15 15 Pasir Halus 74.849 0.91 68.44
14 19 12 10 sampai 83.655 0.91 76.49
16 21 10 13 sedang 92.461 0.91 84.55
18 23 11 10 101.266 0.91 92.60
sedikit
20 25 12 24 110.072 0.91 100.65
Lanau
22 27 12 10 118.878 0.91 108.70
sisipan
24 29 14 20 127.684 0.91 116.75
Karang,
26 31 12 16 136.490 0.91 124.81
Sangat
28 33 20 25 145.295 0.91 132.86
Lepas
30 35 17 13 154.101 0.91 140.91
32 37 10 20 Pasing 162.907 0.91 148.96
34 39 15 29 Sedang 171.713 0.91 157.01
36 41 28 15 sampai 180.518 0.91 165.07
38 43 22 19 kasar sisipan 189.324 0.91 173.12
40 45 27 16 Kerang dan 198.130 0.91 181.17
42 47 32 19 Batu 206.936 0.91 189.22
44 49 37 27 Karang, 215.741 0.91 197.27
147
Tabel 4.26. Koefisien Reaksi Tanah dalam arah Horizontal (KH) BH-01 dan
Luas
Kedalaman SPT-N SPT-N Soil Ksh Bidang Ksh
Descriptions Kontak
(m) BH-01 BH-02 (MN/m3) (m2) (MN/m)
0 5 0 0 22.014 1.02 22.37
Pasir Lepas
2 7 2 9 30.820 1.02 31.31
campur
4 9 12 15 39.626 1.02 40.26
Bunga
6 11 8 10 48.432 1.02 49.21
Karang dan
8 13 7 17 Karang 57.238 1.02 58.15
10 15 7 19 66.043 1.02 67.10
12 17 15 15 Pasir Halus 74.849 1.02 76.05
14 19 12 10 sampai 83.655 1.02 84.99
16 21 10 13 sedang 92.461 1.02 93.94
18 23 11 10 101.266 1.02 102.89
sedikit
20 25 12 24 110.072 1.02 111.83
Lanau
22 27 12 10 118.878 1.02 120.78
sisipan
24 29 14 20 127.684 1.02 129.73
Karang,
26 31 12 16 136.490 1.02 138.67
Sangat
28 33 20 25 145.295 1.02 147.62
Lepas
30 35 17 13 154.101 1.02 156.57
32 37 10 20 Pasing 162.907 1.02 165.51
34 39 15 29 Sedang 171.713 1.02 174.46
36 41 28 15 sampai 180.518 1.02 183.41
38 43 22 19 kasar sisipan 189.324 1.02 192.35
40 45 27 16 Kerang dan 198.130 1.02 201.30
42 47 32 19 Batu 206.936 1.02 210.25
44 49 37 27 Karang, 215.741 1.02 219.19
46 51 30 21 Sangat 224.547 1.02 228.14
Lepas
48 53 35 30 233.353 1.02 237.09
148
TUMPUAN
1) Spesifikasi Pembebanan
Jenis beban yang bekerja pada struktur jembatan diinput dengan cara
Berat sendiri (self weight) adalah berat bahan dan bagian yang
dipikulnya dan bersifat tetap. Berat sendiri elemen struktural dihitung secara
rumus berikut :
WV2
E= x Cm x Ce x Cs x Cc
2g
log W = 3.2
W = 1585 Ton
v = 0.2 m/dtk
πd
Cm = 1 +
2xCbxB
151
W
Cb =
Lpp x B x d x γ
W
Cb =
Lpp x B x d x γ
1585
=
58.67 𝑥 10 𝑥 4.1 𝑥 1.024
= 0.64
πd
Cm = 1 +
2xCbxB
3.14 𝑥 4.1
= 1 + 2 𝑥 0.64 𝑥 10
= 1.41
1
Ce = 1 +
1+ (𝐿/ 𝑟)2
Jarak yang diukut sejajar dengan fasilitas tambat dari titik kontak
ke pusat gravitsi = 16 m
1
Ce = 1 +
1+ (𝐿/ 𝑟)2
152
1
=1+ 2
1+ (16/14.84)
= 0.462
kapal. Biasanya energi yang diserap oleh badan kapal adalah kecil, maka
diambil Cs = 1.
faktor bentur tempat berlabuh (Cc) lebih kecil dari satu. Namun untuk
keamanan nilai Cc = 1.
WV2
E= x Cm x Ce x Cs x Cc
2g
1585 x (0.2)2
E= x 1.41 x 0.462 x 1.00 x 1.00
2 x 9.81
E = 2.11 Ton m
153
Ton sesuai tabel 4.26. Bahan yang digunakan baja dengan kuat izin yang
sama, yaitu fy = 320 MPa. Jarak dan jumlah Bitt minimum untuk beberapa
200 - 500 15 10
510 - 1000 25 15
1001 - 2000 35 15
2001 - 3000 35 25
3001 - 5000 50 35
5001 - 1000 70 50(25)
HB = 25 Ton
dengan rumus:
Hc = (γo/2g) x v2 x LOA x d
Hc = (γo/2g) x v2 x LOA x d
= 1.491 Ton
= 0.298 Ton/m
156
BEBAN
sebagai berikut:
Berat = 184 kg
Jumlah Fender = 25
= 25 x 184
= 4600 kg
158
BEBAN MA
FENDER
Tinggi = 6 meter
Beban lajur "D" terdiri dari beban terbagi merata (BTR) dan beban
garis terpusat (BGT) seperti terlihat pada gambar 4.33. BTR mempunyai
intensitas q kPa yang dengan besaran q tergantung pada panjang total yang
= 4.5 kN/m2
= 49 x 1.4
= 68.6 kN/m
162
= 34.3 kN/m
pada dermaga di software SAP2000 dapat dlihat pada gambar 4.34. dan
BEBAN
Untuk L ≤ 70 m maka :
= 3.086 kN
software SAP2000 dilakukan dengan membuat sebuah titik joint dia atas
permukaan deck kemudain di constrain setelah itu masuk pada menu Assign
> Join load > Force lalu input nilai beban sesuai perhitungan, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.36. dan untuk hasil pemodelan beban
BEBAN TB
Panjang dermaga = 70 m
Lebar dermaga ( b ) = 10 m
Tebal ( d ) = 1.23 m
(b/d) = 8.13 m
= 70 x 1.23
= 86.10 m2
= 58.12 kN
BEBAN EWS
= 70 x 1.23
= 86.10 m2
= 111.59 kN
= (111.59 x 2)/1.75
= 127.53 kN
BEBAN LWS
FA = ρ v
BEBAN FA
mempunyai nilai N-SPT yang berbeda. Untuk penentuan kelas situs, perlu
Tebal
Kedalaman SPT-N SPT-N SPT-N Lapisan
(d) d x N-SPT
Average
30 35 17 13 15 2 30
32 37 10 20 15 2 30
34 39 15 29 22 2 44
36 41 28 15 21.5 2 43
38 43 22 19 20.5 2 41
40 45 27 16 21.5 2 43
42 47 32 19 25.5 2 51
44 49 37 27 32 2 64
46 51 30 21 25.5 2 51
48 53 35 30 32.5 2 65
50 55 35 36 35.5 2 71
Jumlah 50 900
adalah :
∑𝑑 𝑥 𝑁−𝑆𝑃𝑇
NR =
∑𝑑
= 900/50
= 18
4.19. dapat disimpulkan bahwa klasifikasi situs pada lokasi proyek dimana
dibuat kurva Respon Spektra desain untuk lokasi dimana bangunan akan
Latitude : -3.0297251
Longitude :118.9062790000002
parameter seismik pada tanah sedang (Kelas Situs SD) sebagai berikut :
SDS = 1.339 g
SDS = 0.6 g
174
Tanah Sedang
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 1 2 3 4 5
Periode, T (det)
5. Kombinasi Pembebanan
1725:2016 yang telah dipilih sedemikian rupa untuk menghasilkan kondisi ekstrem
akibat beban yang bekerja. Untuk setiap kombinasi pembebanan harus diselidiki
efek salah satu gaya mengurangi efek gaya yang lain, maka harus digunakan faktor
beban terkurangi untuk gaya yang mengurangi tersebut. Berikut faktor kombinasi
Setelah selesai membuat suatu kombinasi beban sesuai dengan standar SNI
melakukan analisis data. Untuk melakukan proses tersebut dapat dilakukan seperti
6. Analisa Struktur
kombinasi beban yang telah dibuat sebelumnya untuk analisis struktur, pilih
design lalu pilih Concrete lalu pilih select design combo kemudian akan muncul
kotak dialog design load combinations selections seperti pada Gambar 4.49.
178
Pada kotak list of load combinations pilih semua kombinasi beban yang akan
dahulu mengatur tipe analisis struktur pada menu bar pilih Set Analysis
Options. Untuk analisis struktur 3D pilih Space Frame lalu pilih OK, seperti
Jika kedua langkah tersebut telah selesai makan analisis struktur dapat
1) Reaksi Perletakan
jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.49. dan untuk nilai reaksi perletakan
pada menu edit cetang pada frame output kemudian setting load case sesuai
pada gambar 4.51. dan hasil momen dan gaya lintang dapat dilihat pada
gambar 4.52.
3) Lendutan Statis
pada menu display > pilih show deformed shape > kemudian sesuiakan jenis
beban yang ingin ditampilakan hasilnya. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat
B. Pembahasan
SAP2000 maka diperoleh nilai output reactions maksimal yang telah di eksport.
Berikut hasil output reactions terbesar yang kemudian digunakan untuk mengontrol
= Puk < QL
memperhitungkan semua beban yang bekerja pada jembatan mulai dari beban
b. Kombinasi Kuat 2 pada kombinasi ini beban yang diperhitungkan hanya beban
c. Kombinasi Layan 1 pada kombinasi ini semua beban di perhitungkan mulai dari
beban mati tambahan, beban hidup, dan beban angin pada struktur dan ken
daraan.
pondasi tiang pancang menurut Bowles, Nakazawa dkk, dan Smith and Pole seperti
Failure
No Joint Metode OutputCase Penurunan Unit Ket.
Foundations
Berikut grafik penurunan pondasi tiang pancang dari hasil analisis struktur
Smith and Pole dalam penentuan modulus subgrade of reactions pada Tiang
Pancang.
-15
-20
-25
-30
-35
-40
-45 -42.16
Pemodelan Tumpuan menurut Ahli
diperoleh nilai momen, lintang, dan normal pada tiang pancang akibat berbagai
kombinasi pembebanan. Berikut nilai momen, lintang dan normal dari hasil analisis
Berikut hasil output analisis struktur dermaga yang terdiri dari deformasi,
momen, lintang, normal maksimal yang terjadi pada tiang pancang akibat
Tabel 4.33. Nilai maksimum deformasi, momen, lintang, dan normal pada tiang
pancang
Dari hasil analisis struktur, maka diperoleh deformasi yang terjadi pada
pondasi tiang pancang. Berikut deformasi yang terjadi dari ujung tiang ke dasar
pondasi tiang pancang dari pemodelan tumpuan menurut Bowles, Nakazawa dkk,
-10
-15
-20
-25
-30
-35
-40
-45
-50
-10
-15
-20
-25
-30
-35
-40
-45
-50
-10
-15
-20
-25
-30
-35
-40
-45
-50
Dari hasil deformasi tiang pancang yang terjadi pada analisis struktur
dermaga diatas maka dapat diperoleh nilai kekakuan yang diperoleh dari daya
192
dukung tanah berdasarkan data N-SPT dan deformasi yang terjadi sehingga
dimodelkan menjadi tumpuan pada tiang pancang sehingga diperoleh nilai momen,
lintang, normal, dan deformasi berdasarkan rumus empiris dari hukum hooke
tersebut.
Tabel 4.34. Nilai maksimum penurunan, deformasi, momen, lintang, dan normal
Hukum Hooke
Uraian Unit Keterangan
Ujung 6m
Penurunan 4.60 mm Daya Layan 2A
Deformasi 22.54 5.26 mm Daya Layan 1A
Momen Max.
M 2-2 22.40 41.67 kN.m Kuat I B
M 3-3 22.73 117.58 kN.m Kuat I B
Lintang Max.
L 2-2 47.79 72.56 kN Kuat I B
L 3-3 24.09 19.20 kN Kuat I B
Normal 193.20 187.40 kN Kuat I B
-10
-15
-20
-25
-30
-35
-40
-45
-50
sebagai berikut:
Tinggi pelat dari permukaan tanah : H = 500 cm, maka besarnya simpangan
yang diijinkan untuk struktur slab on pile dengan Kriteria Risiko I sesuai dengan
Untuk struktur Dermaga dengan Faktor Pembesaran Defleksi : Cd = 4,5 dan Faktor
Dari hasil perhitungan, didapatkan simpangan terbesar yang dapat terjadi = 9.770
Dari tabel 4.35. diatas, Simpangan maksimum yang terjadi pada pemodelan
Dermaga menurut Bowles, Nakazawa dkk, dan Smith and Pole adalah masing-
masing 9.770 cm, 7.844 cm, dan 7.497 cm, dimana pemodelan tumpuan pondasi
tiang pancang menurut Bowles memiliki simpangan yang paling besar. Dari ketiga
pemodelan tersebut, simpangan yang terjadi lebih kecil dari simpangan yang
diijinkan yaitu = 10 cm. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kekakuan dari
ketiga pemodelan tumpuan pondasi tiang pancang akibat kombinasi beban pada
penelitian sebelumnya oleh Kurniadi A. dkk dengan judul Desain Struktur Slab on
Pile, simpangan yang terjadi antara permukaan tanah denga pelat/slab adalah 1.03
A. Kesimpulan
1. Dari hasil analisis geoteknik, daya dukung tiang pancang dihitung berdasarkan
pancang tegak BH-01 dan BH-02 adalah 226.93 ton dan 218.81 ton sedangkan
daya dukung tiang pancang miring BH-01 dan BH-02 adalah 227.33 ton dan
219.19 ton.
Nakazawa dkk, dan Smith and Pole, maka tumpuan pada pemodelan struktur
tumpuan pada pondasi tiang pancang menurut Bowles diperoleh nilai maksimal
26.55 mm, 123.64 kN.m, 30.50 kN, 184.34 kN, dan 42.16 mm, pemodelan
196
197
20.04 mm, 131.39 kN.m, 33.65 kN, 189.09 kN, dan 5.40 mm sedangkan
pemodelan tumpuan pondasi tiang pancang menurut Smith and Pole masing-
masing adalah 21.05 mm, 121.16 kN.m, 28.78 kN, 188.09 kN, dan 4.58 mm.
Bowles, Nakazawa dkk, dan Smith and Pole adalah 9.266 cm, 7.416 cm, dan
B. Saran
pemahaman yang baik tentang koefisien atau faktor pengali yang digunakan
bangunan.
198
Arizona, F. & Mulyanto, H. (2006). Pengaruh Interaksi Struktur dan Tanah pada
Diponegoro.
Bowles, J.E. 1991. Analisa Dan Desain Pondasi Jilid 1 dan 2. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Press.
Ismail, M.A. (2014). Analisa Daya Dukung Tiang Statis dan Dinamis pada
Kurniadi, A., Rosyidin, I.F., & Indarto, H. (2015). Desain Struktur Slab on Pile.
Jurnal Karya Teknik Sipil, VoL. (4), No. (4), hal. 57-68.
Nakazawa, K., & Sosrodarsono, S. (1983). Mekanika Tanah & Teknik Pondasi.
xx
Nuryanto, & Wulandari, S. (2013). Perencanaan Pondasi Tiang Pada Tanah
Lempung, 5, 8-9.
Undip.
Putra, W. R. (2017). Pemodelan Pondasi Telapak pada Struktur Gedung dengan dan
Negeri Sriwijaya.
Sardjono, H.S., 1988. Pondasi Tiang Pancang Jilid 1,Penerbit: Sinar Jaya Wijaya,
Surabaya.
Simatupang, M., Kimsan, M., & Filzah, N.A. (2019). Perilaku Pondasi Tiang
No. (1).
xxi
SNI 1726 : 2012 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
xxii
RIWAYAT HIDUP
anak pertama dari pasangan Ayahanda Baharuddin dan Ibunda Andi Raja. Penulis
memulai Pendidikan di SD Inpres Todakke pada tahun 2004 sampai tahun 2010,
tahun 2010 dan selesai pada tahun 2013. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan
di SMA Negeri 1 Bontomatene pada tahun 2013 sampai tahun 2016. Pada tahun
xxiii