Anda di halaman 1dari 57

DEFORMASI PADA INTI BENDUNGAN DENGAN

MEMVARIASIKAN KEPADATAN MENGGUNAKAN


METODE ELEMEN HINGGA

Skripsi

Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Teknik Sipil

Oleh

Dimas Alrasyid
NIM.5113414062

TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019

i
ii
iii
iv
MOTTO

Harga kebaikan manusia adalah diukur menurut apa yang telah diperbuat/
dilaksanakannya.

(Ali bin Abi Thalib)

Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil, kita baru yakin kalau
kita telah berhasil melakukannya dengan baik.

(Evelyn Underhill)

Kita berdoa kalau kesusahan dan membutuhkan sesuatu, mestinya kita juga
berdoa dalam kegembiraan dan saat rezeki berlimpah.

(Kahlil Gibran)

PERSEMBAHAN

Untuk Sunarko (Ayah), Aemy Sudaryatmi (Ibu), dan teman-teman Program Studi

Teknik Sipil angkatan 2014 yang telah memberikan dukungan dan doa.

v
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi/TA yang
berjudul “DEFORMASI PADA INTI BENDUNGAN DENGAN
MEMVARIASIKAN KEPADATAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN
HINGGA”. Skripsi/TA ini disusun sebagai salah satu persyaratan meraih gelar
Sarjana pada Program Studi S1 Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang.

Penyelesaian karya tulis ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis meyampaikan ucapan terima kasih serta
penghargaan kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang atas
kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menempuh studi di
Universitas Negeri Semarang;
2. Dr. Nur Qudus, M.T., selaku Dekan Fakultas Teknik, atas fasilitas yang
disediakan bagi mahasiswa;
3. Aris Widodo, S.Pd., M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil, atas fasilitas
yang disediakan bagi mahasiswa;
4. Dr. Rini Kusumawardani, S.T., M.T., M.Sc., selaku Koordinator Program
Studi Teknik Sipil atas fasilitas yang disediakan bagi mahasiswa dan Penguji
1 yang telah memberi masukan dan saran untuk menambah bobot dan kualitas
karya tulis ini;
5. Togani Cahyadi Upomo, S.T., M.Eng selaku Dosen Pembimbing yang
berkenan memberi bimbingan dan dapat dihubungi sewaktu-waktu disertai
kemudahan menunjukkan sumber-sumber yang relevan dengan penulisan
karya tulis ini;
6. Untoro Nugroho, S.T., M.T. selaku Penguji II yang telah memberi masukan
dan saran untuk menambah bobot dan kualitas karya tulis ini;

vi
7. Semua dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri
Semarang yang telah memberi bekal pengetahuan yang berharga;
8. Orang tua saya, Sunarko dan Aemy Sudaryatmi yang telah memberikan
dukungan moral serta material;
9. Teman-teman Program Studi Teknik Sipil angkatan 2014 yang telah
memberikan bantuan serta doa;
10. Berbagai pihak yang telah memberi bantuan untuk karya tulis ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam proses pelaksanaan hingga pembuatan


Skripsi/TA ini terdapat kesalahan karena keterbatasan pengetahuan dan waktu
penulis. Oleh sebab itu, penulis memohon kritik dan saran yang dapat membangun
dan meningkatkan kualitas Skripsi/TA agar menjadi lebih baik. Penulis berharap
semoga Skripsi/TA ini dapat bermanfaat untuk pembaca dan sebagai bekal untuk
pembangunan di masa mendatang.

Semarang, September 2019

Penulis

vii
DEFORMASI PADA INTI BENDUNGAN DENGAN MEMVARIASIKAN
KEPADATAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA
Dimas Alrasyid
Program Studi Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang
Semarang, Indonesia
Email : dimas.all21@gmail.com

ABSTRAK

Bendungan adalah setiap bangunan penahan air buatan, jenis urugan atau
jenis yang lainnya yang dapat menampung air. Berdasarkan konstruksinya,
bendungan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu bendungan urugan dan bendungan beton.
Secara umum bendungan berfungsi untuk irigasi, PLTA, pengendali banjir, dan
pariwisata. Mengingat pentingnya suatu bendungan maka perlu dilakukan analisis
deformasi untuk mengetahui berapa ketahanan bendungan saat menerima gaya /
tekanan. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana sifat
mekanika tanah inti bendungan pada kepadatan 85%, 90%, 95%, dan 100% (2)
Bagaimana deformasi pada inti bendungan menggunakan metode elemen hingga.
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengubah parameter asli Bendungan
Gongseng, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur dengan parameter tanah di daerah
Trangkil, Kota Semarang. Teknik analisa data dilakukan dengan cara (1)
Melakukan uji sifat fisis tanah (2) Melakukan uji kepadatan tanah menggunakan
Proctor lalu membuat permodelan variasi kepadatan 85%, 90%, 95%, dan 100%
dari kepadatan maksimum (3) Melakukan uji kuat geser Triaxial Unconsolidated
Undrained dengan variasi tekanan radial pada benda uji sebesar 50 kPa, 100 kPa,
dan 200 kPa (4) Melakukan analisis deformasi menggunakan perangkat lunak
Rocscience Phase2 dengan analisis total displacement, sigma 1, sigma 3, dan
maximum shear strain.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kepadatan
maka semakin besar nilai kohesi dan sudut gesernya. Hal ini disebabkan karena
partikel-partikel dalam tanah semakin rapat sehingga gaya tarik menarik antar
partikel tanah semakin besar. Dari hasil tersebut kemudian dilakukan analisis
menggunakan perangkat lunak Rocscience Phase2, dapat disimpulkan bahwa
semakin tinggi tingkat kepadatan maka semakin rendah nilai pergeseran tanah. Hal
ini disebabkan karena semakin besar nilai kohesi, maka kemampuan tanah untuk
menahan gaya / beban menjadi lebih besar.

Kata Kunci : Pemadatan, Triaxial, Sudut geser, Kohesi, Deformasi, Bendungan

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN KELULUSAN .......................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...........................................................................v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR PERSAMAAN .................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................................1
1.2. Batasan Masalah .............................................................................................4
1.3. Rumusan Masalah...........................................................................................5
1.4. Tujuan Penelitian ............................................................................................5
1.5. Manfaat Penelitian ..........................................................................................5
1.5.1. Manfaat Teoritis ................................................................................. 5
1.5.2. Manfaat Praktis ...................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sifat-sifat Fisis Tanah .....................................................................................7
2.1.1. Kadar Air ............................................................................................7
2.1.2. Berat Jenis ...........................................................................................8
2.1.3. Berat Isi ...............................................................................................9
2.1.4. Batas Atterberg ...................................................................................9
2.1.4.1. Batas Cair ...........................................................................10
2.1.4.2. Batas Plastis ........................................................................11
2.1.4.3. Batas Susut .........................................................................11
ix
2.1.4.4. Indeks Plastisitas.................................................................12
2.1.4.5. Indeks Cair ..........................................................................12
2.1.5. Analisa Butiran .................................................................................13
2.1.5.1. Analisa Saringan .................................................................13
2.1.5.2. Analisa Hidrometer.............................................................14
2.2. Uji Kepadatan Tanah ....................................................................................14
2.3. Permodelan Kepadatan Tanah ......................................................................16
2.4. Kuat Geser Tanah .........................................................................................19
2.4.1. Lingkaran Mohr ................................................................................21
2.4.2. Uji Triaxial ........................................................................................28
2.5. Tegangan-Regangan Tanah ..........................................................................29
2.6. Modulus Elastisitas .......................................................................................30
2.7. Poisson Ratio ................................................................................................31
2.8. Inti Bendungan .............................................................................................32
2.9. Deformasi .....................................................................................................33
2.10. Metode Elemen Hingga ................................................................................34
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................36
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian.......................................................................37
3.3. Desain Penelitian ..........................................................................................38
3.4. Pengujian Index Properties ...........................................................................38
3.4.1. Langkah Pengujian Index Properties ................................................39
3.5. Pengujian Pemadatan Tanah .........................................................................39
3.6. Pengujian Kuat Geser / Triaxial UU .............................................................41
3.7. Analisis Deformasi Inti Bendungan .............................................................47
3.7.1. Langkah Penggunaan Rocscience Phase2 ........................................48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1. Analisis Data .................................................................................................52
1.1.1. Hasil Pengujian Sifat Fisis Tanah ........................................................52
1.1.2. Hasil Pengujian Kepadatan Tanah .......................................................53
1.1.3. Hasil Pengujian Triaxial UU ................................................................54
x
1.1.4. Deformasi Inti Bendungan ...................................................................57
1.1.4.1. Analisis Data Bendungan...........................................................57
1.1.4.2. Hasil Simulasi Deformasi Inti Bendungan ................................58
1.1.4.2.1. Total Displacement ......................................................59
1.1.4.2.2. Sigma 1 ........................................................................61
1.1.4.2.3. Sigma 3 ........................................................................63
1.1.4.2.4. Max Shear Strain .........................................................65
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ...................................................................................................67
5.2. Saran .............................................................................................................70
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................71
LAMPIRAN ...........................................................................................................73

xi
DAFTAR TABEL

2.1. Berat jenis tanah ................................................................................................8


2.2. Indeks plastisitas dan ragam tanah ..................................................................12
2.3. Susunan saringan .............................................................................................14
2.4. Hubungan jenis tanah dengan poisson ratio ....................................................31
3.1. Jenis pengujian dan standar pengujian index properties .................................39
4.1. Hasil pengujian sifat fisis tanah ......................................................................52
4.2. Hasil permodelan kepadatan proctor ...............................................................53
4.3. Hasil pengujian triaxial UU ............................................................................54
4.4. Rekap hasil pengujian triaxial .........................................................................55
4.5. Parameter material bendungan gongseng........................................................57
4.6. Hasil analisis total displacement .....................................................................59
4.7. Hasil analisis sigma 1 ......................................................................................61
4.8. Hasil analisis sigma 3 ......................................................................................63
4.9. Hasil analisis max shear strain ........................................................................65

xii
DAFTAR GAMBAR

1.1. Bendungan tipe urugan .....................................................................................2


1.2. Bendungan tipe beton........................................................................................2
2.1. Batas-batas atterberg .......................................................................................10
2.2. Kurva kadar air dan berat volume pada pemadatan ........................................15
2.3. Alat uji proctor standar....................................................................................17
2.4. Contoh hasil uji pemadatan proctor untuk lempung lanau..............................18
2.5. Hukum keruntuhan tanah mohr-coloumb .......................................................20
2.6. Sampel silinder untuk pengujian kuat geser tanah ..........................................21
2.7. Lingkaran mohr ...............................................................................................22
2.8. Lingkaran mohr-coloumb................................................................................24
2.9. Kriteria keruntuhan mohr-coloumb.................................................................25
2.10. Kurva tegangan-regangan dan modulus elastisitas .......................................31
3.1. Lokasi pengambilan sampel ............................................................................37
3.2. Sketsa alur kran dan selang triaxial .................................................................43
4.1. Hasil pengujian kepadatan ..............................................................................53
4.2. Grafik kohesi dan kepadatan ...........................................................................56
4.3. Grafik sudut geser dan kepadatan ...................................................................56
4.4. Penampang melintang bendungan gongseng ..................................................58
4.5. Rekap total displacement ................................................................................60
4.6. Sigma 1............................................................................................................61
4.7. Sigma 3............................................................................................................63

xiii
DAFTAR PERSAMAAN

(1) Kadar air .............................................................................................................7


(2) Berat jenis ...........................................................................................................8
(3) Berat volume basah ............................................................................................9
(4) Berat volume kering ...........................................................................................9
(5) Berat volume butiran padat ................................................................................9
(6) Batas cair ..........................................................................................................10
(7) Batas susut ........................................................................................................11
(8) Indeks plastisitas...............................................................................................12
(9) Indeks cair ........................................................................................................12
(10) Berat volume kering .......................................................................................15
(11) Berat volume basah ........................................................................................16
(12) Berat volume kering bila diketahui kadar air .................................................17
(13) Berat volume kering maksimum ....................................................................17
(14) Kuat geser .......................................................................................................20
(15) Tegangan normal ............................................................................................22
(16) Kuat geser tanah .............................................................................................23
(17) Kuat geser maksimum ....................................................................................23
(18) Tegangan normal maksimum .........................................................................23
(19) Perbandingan makmimum kuat geser terhadap tegangan normal ..................23
(20) Tegangan geser pada saat terjadi keruntuhan .................................................23
(21) Tegangan geser pada bidang kegagalan .........................................................25
(22) Hubungan antara tegangan-tegangan utama...................................................26
(23) Hubungan antara tegangan-tegangan utama...................................................26
(24) Hubungan antara tegangan-tegangan utama...................................................26
(25) Hubungan antara tegangan-tegangan utama...................................................26
(26) Tegangan normal pada uji terkendali .............................................................27
(27) Tegangan geser yang melawan pergerakan geser ..........................................27
(28) Tegangan tanah...............................................................................................29
(29) Regangan tanah ..............................................................................................30
xiv
(30) Modulus elastisitas .........................................................................................30
(31) Persamaan metode elemen hingga..................................................................33

xv
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Uji Kadar Air ................................................................................73


LAMPIRAN 2. Uji Berat Jenis ..............................................................................76
LAMPIRAN 3. Uji Berat Volume .........................................................................80
LAMPIRAN 4. Uji Batas Cair ...............................................................................85
LAMPIRAN 5. Uji Batas Plastis ...........................................................................88
LAMPIRAN 6. Uji Batas Susut .............................................................................91
LAMPIRAN 7. Analisa Butiran.............................................................................87
LAMPIRAN 8. Klasifikasi Tanah..........................................................................94
LAMPIRAN 9. Uji Proctor ..................................................................................101
LAMPIRAN 10. Uji Sandcone ............................................................................110
LAMPIRAN 11. Hasil Uji Triaxial UU ...............................................................114

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bendungan adalah bangunan penahan air buatan jenis urugan atau jenis

lainnya yang dapat menampung air. Konstruksi bendungan termasuk pondasi,

tebing tumpuan, bangunan pelengkap dan peralatannya. Bendung dan tanggul

tidak termasuk di dalamnya. (Peraturan Menteri No. 72/PRT/1997).

Berdasarkan konstruksinya, secara umum bendungan dibagi menjadi dua

bendungan, yaitu tipe urugan (lihat gambar 1.1) dan tipe beton (lihat gambar

1.2.). Bendungan urugan adalah bendungan yang dibangun dari hasil

penggalian material asli tanpa tambahan material lain yang bersifat campuran

secara kimia. Sedangkan bendungan beton adalah bendungan yang dibuat dari

konstruksi beton bertulang atau tidak. Tujuan pembangunan bendungan

bendungan adalah untuk keperluan irigasi, pembangkit listrik, penyediaan air

minum, dan pengendalian banjir. (Sudibyo, 2003)

Bendungan memiliki beberapa bagian, antara lain badan bendungan,

pondasi, pintu air, bangunan pelimpah, kanal, reservoir, dan drainage gallery.

1
2

Gambar 1.1. Bendungan tipe urugan

Gambar 1.2. Bendungan tipe beton


3

Keruntuhan suatu bendungan merupakan suatu bentuk kegagalan konstruksi

bendungan yang terjadi karena rusaknya lereng tanah yang disebabkan oleh

berbagai muatan dan gaya-gaya diatasnya. Oleh karena itu perlu kehati-hatian

dalam membuat konstruksi bendungan. Untuk mengetahui tingkat pergeseran

tanah pada bendungan urugan, dapat dilakukan dengan cara analisis deformasi

inti bendungan.

Menurut Kuang (1996) Deformasi adalah perubahan bentuk, posisi, dan

dimensi dari suatu benda. Sedangkan inti bendungan adalah bagian bendungan

yang berfungsi sebagai penyangga bangunan dan sebagai penahan rembesan air.

Jadi, deformasi inti bendungan dapat diartikan perubahan kedudukan tanah

pada inti bendungan secara absolut maupun relatif.

Pada penelitian ini akan dilakukan analisis deformasi inti bendungan pada

Bendungan Gongseng yang terletak di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur

dengan bantuan perangkat lunak Rocscience Phase2. Penelitian ini

dimaksudkan untuk menganalisa deformasi inti bendungan dengan jenis tanah

yang direncanakan sebagai bahan inti bendungan.


4

1.2. Batasan Masalah

Pada penelitian ini, lingkup pembahasan dan masalah yang akan dianalisis

dibatasi dengan :

1. Sampel tanah menggunakan tanah lempung yang diambil di daerah

Trangkil, Kota Semarang.

2. Pengujian sifat fisik tanah yang dilakukan adalah :

a. Kadar air

b. Berat jenis

c. Berat isi

d. Batas atteberg

e. Analisa butiran

3. Pengujian sifat mekanik tanah yang dilakukan adalah pengujian proctor di

laboratorium Fakutas Teknik Universitas Negeri Semarang.

4. Pengujian kuat geser tanah di laboratorium dengan memvariasikan

kepadatan tanah 85%, 90%, 95%, dan 100% dari kepadatan proctor.

5. Perhitungan deformasi menggunakan metode elemen hingga dengan

bantuan perangkat lunak Rocscience Phase2.


5

1.3. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kohesi dan sudut geser dalam tanah pada inti bendungan dengan

berbagai variasi kepadatan?

2. Bagaimana deformasi pada inti bendungan menggunakan metode elemen

hingga dengan berbagai variasi kepadatan?

1.4. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kohesi dan sudut geser dalam tanah pada inti bendungan

dengan berbagai variasi kepadatan.

2. Untuk mengetahui deformasi pada inti bendungan menggunakan metode

elemen hingga dengan berbagai variasi kepadatan.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat Teoritis

1. Menambah pengetahuan pembaca dan penulis dalam perencanaan

bendungan.

2. Memodelkan deformasi pada inti bendungan.


6

1.5.2. Manfaat Praktis

1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai cara mengamalkan

ilmu selama kuliah dengan melakukan penelitian dalam rangka

menyelesaikan pendidikan S1 serta memberikan pengetahuan kepada

peneliti lain mengenai pengaplikasian triaxial.

2. Bagi Universitas (UNNES), penelitian diharapkan dapat dijadikan

bahan referensi dan informasi pendidikan dalam bidang Teknik Sipil.

3. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain yang akan

mengangkat tema yang sama namun dengan sudut pandang yang

berbeda.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Sifat-sifat Fisis Tanah

Tanah adalah agregat mineral padat yang di dalamnya terdapat zat-zat cair

dan gas yang mengisi ruang kosong diantara partikel-partikel padat tersebut. (Das,

1995)

Sifat fisik atau properti tanah dasar pada suatu konstruksi sangat

mempengaruhi berbagai elemen konstruksi yang akan dibangun di atasnya. Indeks

properti atau sifat fisik tanah ditunjukkan dengan berbagai parameter, seperti berat

volume, kadar air, dan lain sebagainya. Sedangkan sifat mekanik tanah diantaranya

koefisien konsolidasi, kohesi, sudut geser dalam, dan lain sebagainya. (Darwis,

2018)

2.1.1. Kadar Air

Kadar air (water content) adalah perbandingan antara berat air (Ww) dengan

berat butiran padat (Ws) di dalam massa tanah.

Cara penetapan kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah tanah basah

dikeringkan menggunakan oven pada suhu 100 ᴼC – 110 ᴼC untuk waktu tertentu.

Kadar air dinyatakan dengan formula sebagai berikut :

Ww
w= (1)
Ws

7
8

2.1.2. Berat Jenis

Berat jenis atau beart spesifik (specific gravity) adalah perbandingan antara

berat volume butiran padat (γs) dengan berat volume air (γw) pada temperatur 4℃.

Berat jenis tanah menunjukkan kerapatan dari partikel padat secara keseluruhan.

Berat jenis tanah dapat dirumuskan sebagai berikut :


γs
Gs = (2)
γw

Tabel 2.1. Berat jenis tanah


Macam tanah Berat jenis

Kerikil 2,65 – 2,68

Pasir 2,65 – 2,68

Lanau tak organik 2,62 – 2,68

Lempung organik 2,58 – 2,65

Lempung tak organik 2,68 – 2,75

Humus 1,37

Gambut 1,25 – 1,80

Sumber. Dasar-dasar Mekanika Tanah (Darwis, 2018)


9

2.1.3. Berat Isi

Berat isi tanah adalah perbandingan antara berat tanah utuh (undisturbed)

dengan volume tanah. Berat isi tanah terdiri dari :

a) Berat volume basah

W
γb = (3)
V

b) Berat volume kering

Ws
γd = (4)
V

c) Berat volume butiran padat

Ws
γs = (5)
Vs

Dalam pengujian ini juga dapat diketahui angka pori (e), porositas (n), dan derajat

kejenuhan (Sr).

2.1.4. Batas Atterberg

Sifat plastisitas tanah adalah hal yang penting pada tanah berbutir halus. Mineral

lempung dalam tanah menyebabkan adanya sifat plastisitas. Plastisitas ialah

kemampuan tanah dalam menyesuaikan bentuk pada volume yang konstan tanpa

retak-retak. Batas-batas atterberg terdiri atas batas cair (liquid limits), batas plastis

(plastic limits), dan batas susut (shrinkige limits).

Gambar 2.1. Batas-batas atterberg


Sumber. Mekanika Tanah 1 (Das, 1995)
10

2.1.4.1.Batas Cair (Liquid Limits)

Batas cair adalah nilai kadar air tanah pada batas antara keadaan cair dengan

keadaan plastis tanah. Pengujian batas cair dilakukan dengan uji menggunakan alat

casagrande, dimana sampel tanah dimasukkan dalam cawan casagrande kemudian

permukaannya diratakan, dan dibelah tepat di tengah. Setelah itu alat penggetar

cawan diketuk-ketukkan pada landasannya dengan tinggi jatuh 1 cm sebanyak 25

ketukan. Bila alur selebar 12,7 mm yang berada di tengah tertutup sampai dengan

ketukan ke 25, maka kadar air tanah pada saat itu merupakan batas cair.

Batas cair memiliki formula sebagai berikut :

N tanβ
LL = WN ( ) (6)
25

Dimana : N = Jumlah pukulan untuk menutup 1 inch (12,7 mm)

WN = Kadar air

Tan𝛽 = 0,121

2.1.4.2.Batas Plastis (Plastic Limits)

Batas plastis adalah nilai kadar air pada kedudukan antara daerah plastis

dengan daerah semi padat. Batas plastis ditentukan dengan percobaan menggulung

tanah hingga diameter 3,2 mm dan mulai mengalami retak-retak. Kadar air tanah

yang digulung dalam kondisi tersebut merupakan “batas plastis” tanah.


11

2.1.4.3.Batas Susut (Shrinkige Limits)

Batas susut adalah nilai kadar air tanah pada kedudukan antara zona semi

padat dengan zona padat. Percobaan untuk mengetahui batas susut dilakukan

dengan mengisi tanah jenuh sempurna ke dalam cawan porselin berukuran diameter

44,4 mm dan tinggi 12,7 mm. Selanjutnya cawan dan tanah isinya dikeringkan

dalam oven. Setelah tanah dalam cawan mengering, selanjutnya dikeluarkan dari

cawan. Untuk mengetahui nilai batas susut, maka sampel yang telah kering

dicelupkan ke dalam air raksa, dan nilai batas susutnya dihitung sebagai berikut :

(m1 −m2 ) (v1 −v2 )γw


SL = [ − ] x100% (7)
m2 m2

dengan : m1 = Berat tanah basah dalam cawan (gr)

m2 = Berat tanah kering (gr)

v1 = Volume tanah basah dalam cawan (cm3)

v2 = Volume tanah kering (cm3)

𝛾𝑤 = Berat volume air (gr/cm3)


12

2.1.4.4.Indeks Plastisitas (Plasticity Index)

Indeks plastisitas (PI) adalah selisih antara batas cair dan batas plastis pada

tanah.

PI = LL − PL (8)

Tabel 2.2. Indeks Plastisitas dan Ragam Tanah (Darwis, 2018)

PI Sifat Ragam Tanah Kohesi

0 Non plastis Pasir Non kohesif

<7 Plastisitas rendah Lanau Kohesif sebagian

7-17 Plastisitas sedang Lempung lanau Kohesif

>17 Plastisitas tinggi Lempung Kohesif


13

2.1.4.5.Indeks Cair (Liquidity Index)

Indeks cair adalah kadar air tanah asi relative yang berada pada kedudukan

cair dan plastis. Indeks cair (LI) dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai

berikut :

WN −PL WN −PL
LI = = (9)
LL−PL PI

Dari persamaan tersebut dapat terlihat bahwa :

 Bila WN = LL, maka LI = 1

 Bila WN = PL, maka LI = 0

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa :

 Nilai LI berada antara 0 – 1.

 Untuk tanah yang plastis, maka LL > WN > PL.

 Jika kadar air tanah bertambah dari PL menuju LL, maka nilai LI juga akan

bertambah dari 0 sampai 1.

2.1.5. Analisa Butiran

Analisa butiran tanah adalah presentase berat butiran dalam diameter

tertentu. Distribusi partikel tanah berbutir kasar (pasir dan kerikil) dapat diketahui

melalui metode analisis saringan (sieve analysis). Sedangkan distribusi pasrtikel

tanah berbutir halus dapat diketahui melalui metode analisis hidrometer

(hydrometer analysis). (Darwis, 2018)


14

2.1.5.1.Analisis Saringan

Analisis saringan digunakan untuk menentukan distribusi ukuran tanah

berbutir kasar (granuler) yang dilakukan terhadap sampel tanah kering. Pengujian

ini dilakukan dengan penyaringan bersusun sesuai standar ASTM, lalu berat tanah

yang tertinggal pada tiap saringan ditimbang dan diprosentasekan dengan tanah

keseluruhan.

Tabel 2.3. Susunan Saringan berdasarkan SNI 3423-2008 (Darwis,2018)

No. Saringan Diameter Lubang (mm)

3 6,35

4 4,75

6 3,35

8 2,36

10 2,00

16 1,18

20 0,85

30 0,60

40 0,42

50 0,30

60 0,25

70 0,21

100 0,15

140 0,106

200 0,075
15

2.1.5.2.Analisis Hidrometer

Analisis hidrometer dilakukan untuk menentukan distribusi ukuran tanah

yang berbutir halus atau bagian halus dari tanah berbutir campuran (common soil).

Sampel tanah yang diuji dengan analisis hidrometer ialah partikel tanah yang lolos

saringan no.200.

2.2. Uji Kepadatan Tanah

Pemadatan tanah adalah proses merapatkan partikel-partikel tanah

menggunakan beban dinamis agar rongga udara dalam tanah bisa berkurang.

(Darwis, 2018)

Menurut Das (1995), bila kadar air tanah yang sedang dipadatkan semakin

besar, maka berat volume kering tanah akan meningkat. Hal ini disebabkan karena

partikel-partikel tanah menjadi lebih mudah merapat. Namun setelah mencapai

kadar air tertentu, penambahan kadar air terus menerus justru akan menyebabkan

berat volume kering menurun. Hal ini disebabkan karena air akan menempati ruang

pori yang sebetulnya bisa ditempati oleh partikel tanah. Jadi, secara umum

kepadatan dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu kadar air, berat volume kering, dan gaya

yang dibierikan. Harga dimana berat volume kering maksimum disebut “kadar air

optimum”.
16

Gambar 2.2. Kurva kadar air dan berat volume pada pemadatan

Sumber. Dasar-dasar Mekanika Tanah (Darwis, 2018)

Berat volume kering dari tanah dapat diformulasikan sebagai berikut :

γd(w=w1) = γd(w=0) + ∆γd (10)

2.3. Permodelan Kepadatan Tanah di Laboratorium

Ada beberapa pengujian di laboratorium yang biasa dilakukan sebagai

prosedur standar dalam uji pemadatan tanah, salah satunya adalah “uji pemadatan

proctor standart”. Pengujian di laboratorium ini digunakan untuk menentukan kadar

air optimum (Optimum Moisture Content – OMC).

Standar pengujian pemadatan tanah yang pertama kali digunakan adalah

pengujian standar proctor (1933), yang mana hasilnya akan menggambarkan akan

terdapat satu nilai kadar air optimum untuk mencapai berat kering maksimum.

Pada uji proctor, tanah dipadatkan dalam sebuah cetakan silinder bervolume

1/30 ft3 (=943,3 cm3). Diameter cetakan adalah 4 in (=101,6 mm). Selama proses
17

percobaan di laboratorium, cetakan itu dikelem dalam sebuah pelat datar dan

diatasnya diberi perpanjangan (berbentuk silinder). Tanah dicampur dengan kadar

air yang berbeda-beda dan kemudian dipadatkan dengan menggunakan penumbuk

khusus. Pemadatan tersebut dilakukan dalam 3 lapisan dengan tebal tiap lapisan

kira-kira 1 in dan jumlah tumbukan 25 x tiap lapisan. Berat penumbuk adalah 5,5

lb (= 2,5 kg), dan tinggi jatuh setinggi 12 in (=304,8 mm).

Untuk setiap percobaan, berat volume basah (γ) dari tanah yang dipadatkan

dapat dihitung sebagai berikut :

W
γ= (11)
V

di mana : W = Berat tanah yang dipadatkan (gr)

V = Volume cetakan (cm3)

Gambar 2.3. Alat uji proctor standar: a. cetakan, b. Penumbuk

Sumber. Mekanika Tanah 1 (Das, 1995)


18

Setiap percobaan kadar air pada tanah yang dipadatkan tersebut dapat

ditentukan di laboratorium. Bila kadar air tersebut diketahui, berat volume kering

ℽd dari tanah tersebut dapat dihitung sebagai berikut :


𝛾
𝛾𝑑 = 𝑤(100%) (12)
1+
100

di mana w(%) = presentase kadar air

Prosedur pelaksaan uji proctor standar telah terinci dalam SNI 1742-2008.

Untuk suatu kadar air tertentu, berat volume kering maksimum secara

teoritis didapat pada pori-pori tanah sudah tidak ada udaranya lagi atau pada saat

derajat kejenuhan 100%. Kondisi tersebut dinamakan kondisi zero air voids (pori-

pori tanah tidak mengandung udara sama sekali), dapat dituliskan sebagai berikut:

Gs γw
γzav = (13)
1+e

di mana : γzav = berat volume pada kondisi zero air voids

γw = berat volume air

e = angka pori

Gs = berat spesifik butiran padat tanah

Untuk keadaan tanah jenuh 100%, e = wGs, maka:

𝛾𝑤 𝐺𝑠 𝛾𝑤
γzav = =
1 + 𝑤𝐺𝑠 𝑤 + 1
𝐺𝑠
19

Gambar 2.4. Contoh hasil uji pemadatan proctor untuk lempung lanau

Sumber. Mekanika Tanah 1 (Das, 1995)

Kadar air mempunyai pengaruh yang besar terhadap tingkat kepadatan yang

dapat dicapai oleh suatu tanah. Di samping kadar air, faktor-faktor lain yang juga

mempengaruhi pemadatan tanah adalah jenis tanah dan juga usaha pemadatan.

2.4. Kuat Geser Tanah

Kuat geser tanah merupakan gaya perlawanan tanah terhadap keruntuhan

atau pergeseran sepanjang bidang geser dalam tanah. (Das, 1995)

Menurut Darwis (2018) kekuatan tanah (soil strength) meliputi beberapa aspek, antara

lain :

 Kuat geser (shear strength)

 Daya dukung (bearing capacity)

 Tekanan tanah lateral (earth lateral pressure), dan

 Stabilitas lereng (slope stability).


20

Tanah pada dasarnya merupakan gabungan bahan yang saling bergesekan

(frictional materials), dimana tanah terdiri atas susunan partikel yang relatif

bisa bergeser satu sama lain. Kekuatan tanah tergantung pada apakah deformasi

tanah terjadi dalam kondisi tanah berdrainase, atau pada kondisi tanah tidak

berdrainase (undrained), atau terjadi kondisi berdrainase transisi (intermediate

state of drainage). Dimana tekanan air pori berlebih, akan menghasilkan tekanan

efektif yang berbeda, dan karenanya akan memberikan kekuatan tanah yang

berbeda.

Kekuatan geser tanah diperlukan untuk menentukan daya dukung pondasi,

menentukan tekanan lateral yang diberikan pada dinding penahan, dan untuk

menentukan stabilitas lereng.

Ada dua unsur pokok yang menentukan kuat geser di dalam tanah, yakni gaya

kohesi yang bergantung pada jenis dan kepadatan tanah, serta gaya gesekan antara

butir-butir tanah yang besarnya berbanding lurus dengan tegangan normal pada

bidang gesernya, maka kuat geser diformulasikan sebagai berikut :

ꚍ = c + ‫ ס‬sin φ (14)

Dimana: ꚍ = Kuat geser tanah (kN/m2)

c = Kohesi tanah (kN/m2)

φ = Sudut geser dalam tanah (ᴼ)

‫ = ס‬Tegangan normal pada bidang runtuh (kN/m2)


21

Gambar 2.5. Hukum keruntuhan tanah Mohr-Coloumb

Sumber. Dasar-dasar Mekanika Tanah (Darwis, 2018)

2.4.1. Lingkaran Mohr

Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya bahwa secara umum pengertian

kuat geser tanah adalah gaya perlawanan yang tanah terhadap desakan atau

tarikan. Dengan dasar pengertian ini, maka apabila tanah mengalami

pembebanan, beban tersebut akan akan ditahan oleh:

a) Kohesi tanah yang bergantung pada jenis tanah dan kepadatannya, tetapi tidak

bergantung dari tegangan normal yang bekerja pada bidang geser.

b) Gesekan antara butir-butir tanah yang besarnya berbanding lurus dengan

tegangan normal pada bidang gesernya.

Untuk mengetahui nilai dari kedua parameter kuat geser tanah tersebut perlu

dilakukan pengujian terhadap tanahnya. Dalam pengujian tanah, digunakan

sampel berbentuk silinder, dimana tegangan radial dan aksial bekerja pada bidang
22

utama. Bidang vertikal merupakan bidang utama minor sedangkan bidang

horizontal adalah bidang utama major. Tegangan radial (σr) adalah tegangan utama

minor (σ3), dan tegangan aksial (σa) adalah tegangan utama major (σ1).

Gambar 2.6. Sampel silinder untuk pengujian kuat geser tanah

Sumber. Dasar-dasar Mekanika Tanah (Darwis, 2018)

Menurut Darwis (2018), Tegangan normal dan tegangan geser yang bekerja

pada bidang runtuh dalam sampel tanah dapat direpresentasikan dengan “Lingkaran

Mohr”. Tegangan tekan dianggap positif, dan sudut yang berlawanan arah jarum

jam juga positif. Sebaliknya tegangan tarik dianggap negatif, dan sudut yang searah

jarum jam adalah negatif.

Gambar 2.7. Lingkaran mohr

Sumber. Dasar-dasar Mekanika Tanah (Darwis, 2018)


23

Tarik garis miring dari garis horisontal dengan ϴ, hingga memotong

lingkaran Mohr. Koordinat titik potong tersebut adalah merupakan letak tegangan

normal (σө) dan kuat geser tanah (ꚍө) yang bekerja pada bidang, yang cenderung

pada sudut di dalam sampel tanah. Nilai tegangan normal dan kuat geser tanah

dapat dirumuskan sebagai berikut :

Tegangan normal, adalah :

(σ1 +σ3 ) (σ1 −σ3 )


σθ = + cos2θ (15)
2 2

Kuat geser, adalah :

(σ1 −σ3 )
τθ = cos2θ (16)
2

o
Untuk bidang runtuh yang condong membentuk sudut 45 terhadap arah horizontal,

maka pada kuat geser maksimum dan tegangan normal maksimumnya, masing-

masing adalah :

(σ1 −σ3 )
τθ = (17)
2

(σ1 +σ3 )
σθ = (18)
2

Nilai perbandingan maksimum antara kuat geser terhadap tegangan normal,

cenderung akan terjadi ketika terbentuk sudut :

𝛼
45ᴼ = (19)
2

Dimana : 𝛂 adalah kemiringan garis yang bersinggungan langsung dengan

lingkaran mohr dan melewati titik pangkal (0,0)


24

Berdasarkan teori tersebut, Mohr (1910) menyatakan bahwa kondisi

keruntuhan suatu bahan akan terjadi akibat adanya kombinasi antara kondisi kritis

dari tegangan normal dan tegangan geser pada bidang runtuhnya, yang dinyatakan

dengan persamaan umum sebagai berikut :

ꚍ = f (    (20)

Dimana : ꚍ adalah tegangan geser pada saat terjadinya keruntuhan

σ adalah tegangan normal pada saat kondisi tertentu

Ketika sampel tanah runtuh, maka tegangan geser pada bidang keruntuhan

akan menentukan kekuatan geser tanah. Dengan demikian, perlu untuk

mengidentifikasi kegagalan sampel. Apakah itu bidang dimana tegangan geser

maksimum bekerja, atau apakah bidang di mana rasio tegangan geser terhadap

tegangan normal adalah mencapai maksimum.

Untuk saat ini, dapat diasumsikan bahwa ada bidang kegagalan dan

mungkin akibat tekanan utama (tegangan geser), dan untuk mengukurnya di

laboratorium yaitu dengan melakukan uji triaksial. Kemudian, lingkaran Mohr dari

tegangan pada kegagalan sampel dapat ditarik dengan menggunakan nilai tegangan

utama yang dihasilkan dari pengujian tersebut.

Jika data dari beberapa pengujian yang dilakukan pada sampel yang

berbeda sampai terjadi kegagalan, maka dapat digambarkan serangkaian lingkaran

Mohr. Garis tangensial dari sejumlah lingkaran Mohr disebut selimut keruntuhan

(failure envelope) Mohr-Coulomb.


25

Gambar 2.8. Lingkaran Mohr-Coloumb

Sumber. Dasar-Dasar Mekanika Tanah (Darwis, 2018)

Orientasi bidang keruntuhan akhirnya dapat ditentukan dengan metode

kutub (pole method) sebagai berikut :

Gambar 2.9. Kriteria keruntuhan Mohr-Coloumb (Pole Method)

Sumber. Dasar-dasar Mekanika Tanah (Darwis)

Kriteria keruntuhan dari Mohr-Coulomb, dapat ditulis sebagai persamaan untuk

garis yang mewakili garis lurus (failure anvelope), dengan persamaan umum

adalah :

ꚍf = c + σf tanφ (21)
26

Dimana : ꚍf = Tegangan geser pada bidang kegagalan

c = Kohesi tanah

σf = Tegangan normal pada bidang kegagalan

φ = Sudut gesekan dalam tanah

Kriteria keruntuhan juga dapat dinyatakan dalam kaitannya dengan

hubungan antara tegangan-tegangan utama. Dari geometri lingkaran Mohr, didapat

hubungan sebagai berikut :


σ1 −σ2
R 2
sin∅ = = σ +σ (22)
c.cot∅+p c.cot∅+ 1 3
2

Sehingga didapat :

1+sin∅ 1+sin∅
σ1 = σ3 ( ) + 2c√ (23)
1−sin∅ 1−sin∅

Yang mana :

1+sin∅ π ∅
( ) = tan2 ( + ) (24)
1−sin∅ 4 2

Sehingga didapat :

π ∅ 1+sin∅
σ1 = σ3 (tan2 [ + ]) + 2c√ (25)
4 2 1−sin∅
27

Pada uji tegangan terkendali (stress-controlled), tegangan geser diberikan

dengan menambahkan beban mati secara bertahap, dan dengan penambahan yang

sama besar setiap kali, sampai runtuh. Keruntuhan akan terjadi sepanjang bidang

bagi dari kotak metak tersebut. Setelah kita melakukan penambahan beban, maka

pergerakan geser pada belahan kotak sebelah atas diukur dengan menggunakan

sebuah arloji ukur (dial gage) horizontal. Perubahan tebal sampel selama pengujian

berlangsung dapat diukur dengan pertolongan sabuah arloji ukur lain yang

mengukur perubahan gerak arah vertikal dari pelat beban.

Pada uji regangan terkendali (strain controlled), suatu kecepatan gerak

mendatar tertentu dilakukan pada bagian belahan atas dari pergerakan geser

horizontal tersebut, dapat diukur dengan bantuan sebuah arloji ukur horizontal.

Besarnya gaya hambatan dari tanah yang bergeser dapat diukur dengan membaca

angka-angka pada sebuah arloji ukur di tengah sebuah pengukuran beban lingkaran

(provin ring). Perubahan volume dari sampel tanah selama uji berlangsung diukur

pada uji tegangan terkendali.

Pada pengujian tertentu, tegangan normal dapat dihitung sebagai berikut:

gaya normal
σ (tegangan normal) = (26)
luas penampang lintang sampel tanah

Tegangan geser yang melawan pergerakan geser dapat dihitung sebagai berikut:

gaya geser yang melawan gerakan


τ (tegangan geser) = luas penampang lintang sampel tanah (27)
28

Menurut Darwis (2018), uji geser langsung memiliki beberapa keunggulan,

antara lain :

a) Mudah untuk menguji pasir dan kerikil.

b) Sampel besar dapat diuji dalam kotak geser besar, karena sampel kecil

biasanya memberikan hasil yang kurang akurat, karena ketidaksempurnaan

kondisi yang dimiliki, seperti fraktur dan retakan, atau mungkin tidak

benar-benar representatif.

c) Sampel dapat digeser di sepanjang bidang yang tersedia (lebih leluasa), apabila

kekuatan geser sampel cukup besar, sehingga membutuhkan bidang geser yang

lebih panjang.

Sedangkan kelemahan dari uji geser langsung, antara lain :

a) Bidang keruntuhan selalu dalam arah horizontal, padahal mungkin bidang

tersebut bukanlah bidang terlemah dalam sampel. Keruntuhan tanah selalu

terjadi secara progresif, yaitu dari ujung-ujungnya ke arah pusat sampel.

b) Tidak dilengkapi dengan alat untuk mengukur tekanan air pori dalam kotak

geser, oleh karena itu, tidak mungkin dapat melakukan tekanan efektif pada

pengujian kondisi undrained.

c) Alat kotak geser tidak dapat memberikan kekuatan undrained yang dapat

diandalkan, oleh karena itu tidak mungkin untuk mencegah terjadinya drainase

air pori yang terlokalisir keluar dari bidang geser.


29

2.4.2. Uji Triaxial

Triaxial adalah salah satu metode pengujian yang bertujuan untuk mencari

parameter fisik tanah yang terdiri dari parameter c (kohesi) dan ϕ (sudut geser

dalam). (Amirullah, 2014)

Pengujian triaxial cocok untuk semua jenis tanah. Keuntungan dari

pengujian ini adalah kondisi pengaliran dapat dikontrol, tekanan air pori dapat

diukur. (Hidayat, 2008).

Pengujian triaksial dilakukan terhadap sampel–sampel tanah berbentuk

silinder yang dibungkus dengan membran yang fleksibel. Sebuah sampel dibuat

terkekang oleh tekanan dengan menempatkannya dalam suatu ruangan tekanan.

Kemudian diuji dengan menambah besarnya beban aksial sampai sampel tanah

runtuh. Hasil pengujian diinterprestasikan pada penggambaran lingkaran Mohr

pada saat keruntuhan. Parameter kekuatan geser tanah dalam lingkaran Mohr terdiri

dari sudut geser dalam (ф) dan kohesi (c). Selain itu, besarnya tekanan air di dalam

pori tanah selama proses pembebanan pada pengujian UU juga dapat ditentukan.

(Nurdian, et al., 2015).

Dalam uji triaksial ada 3 tipe pengujian yang dapat dilakukan dan masing-

masing memiliki tujuan yang berbeda. Salah satunya adalah Uji UU

(Unconsolidated Undrained), yaitu pengujian yang dilakukan untuk

mensimulasikan kondisi di lapangan apabila penambahan beban relatif cepat

sehingga lapisan tanah belum sempat terkonsolidasi (air di dalam pori tanah tidak

sempat mengalir ke luar selama proses pemberian beban).


30

2.5. Tegangan – Regangan Tanah

Perubahan bentuk dan ukuran benda bergantung pada arah dan letak gaya

luar yang diberikan. Perubahan ukuran (deformasi) suatu tanah bergantung pada

sifat elastisitas tanah, antara lain tegangan (stress) dan regangan (strain).

Tegangan adalah besaran yang menyatakan perbandingan antara suatu

besaran gaya terhadap luas penampang. Dengan kata lain tegangan menunjukkan

kekuatan gaya yang menyebabkan perubahan bentuk benda. Tegangan dirumuskan

sebagai berikut :

F
σ= (28)
A

Dimana : σ = Tegangan (Pa)

F = Gaya (N)

A = Luas penampang (m2)

Regangan adalah besaran yang menyatakan suatu perbandingan antara

perubahan panjang terhadap panjang awal dari suatu tanah. Dengan kata lain regangan

merupakan perubahan bentuk / ukuran relatif tanah akibat dari tegangan. Regangan

dirumuskan sebagai berikut :

∆L
ε= (29)
L0

Dimana : ɛ = Regangan

∆L = Perubahan panjang (m)

L0 = Panjang awal (m)

Tegangan diberikan oleh gaya dari luar suatu benda, sedangan regangan merupakan

respon suatu benda terhadap tegangan.


31

2.6. Modulus Elastisitas

Nilai modulus elastisitas menunjukkan besarnya nilai elastisitas tanah yang

merupakan perbandingan antara tegangan yang terjadi terhadap regangan. Nilai

modulus elastisitas ini bisa didapatkan dari triaxial test atau dari jenis tanah dan

data sondir. Dengan menggunakan data sondir, booring, dan grafik tiaxial, dan nilai

qc dapat digunakan untuk mencari besarnya nilai elastisitas tanah. Secara matematis

modulus elastisitas dirumuskan sebagai berikut :


σ
E= (30)
ε

Dimana : Es = Modulus elastisitas (N/m2)

σ = Tegangan

ɛ = Regangan

Gambar 2.10. Kurva Tegangan-Regangan dan Modulus Elastisitas

Sumber. Dasar-dasar Mekanika Tanah (Darwis, 2018)


32

2.7. Poisson Ratio

Nilai poisson ratio ditentukan sebagai rasio kompresi poros terhadap

regangan pemuaian lateral. Nilai poisson ratio dapat ditentukan berdasarkan jenis

tanah.

Tabel 2.4. Hubungan antara jenis tanah dengan poisson ratio (Das, 1995)

Jenis Tanah Poisson Ratio (μ)

Lempung jenuh 0,4 – 0,5

Lempung tak jenuh 0,1 – 0,3

Lempung berpasir 0,2 – 0,3

Lanau 0,3 – 0,35

Pasir 0,1 – 1,0

Batuan 0,1 – 0,4

Umum dipakai untuk tanah 0,3 – 0,4

2.8. Inti Bendungan

Inti bendungan merupakan struktur utama bendungan, yang berfungsi

sebagai penghalang air dan untuk menaikkan muka air dari elevasi awal.

Bendungan umumnya memiliki tujuan untuk menahan air, sedangkan struktur lain

seperti pintu air atau tanggul digunakan untuk mengelola atau mencegah aliran air

ke dalam tanah yang spesifik. Kekuatan air memberikan listrik yang disimpan

dalam pompa air dan ini dimanfaatkan untuk menyediakan listrik bagi jutaan

konsumen. (Tanchev, 2005)


33

Desain bendungan tipe urugan memiliki beberapa bagian atau zona, antara

lain zona kedap air, filter, zona transisi, dan zona lulus air. Zona kedap air biasanya

memiliki koefisien permeabilitas < 10-5 cm/s, dan memiliki tebal 30%-50% tinggi

air. Filter berfungsi untuk mencegah erosi buluh, biasanya ditempatkan pada kedua

sisi zona kedap air. Zona transisi berfungsi untuk mencegah perbedaan gradasi yang

signifikan, biasanya ditempatkan antara zona kedap air dan zona lulus air. Zona

transisi dapat dicampur dengan kerikil, pasir, atau batuan pecah. Zona lulus air

berfungsi untuk memikul beban air dan menstabilkan lereng hilir terhadap gaya

luar. Bahan zona lulus air dapat berupa batuan keras, kerakal, dan kerikil.

Gambar 2.11. Skema umum bendungan urugan. (Sudibyo, 2003)


34

2.9. Deformasi

Deformasi adalah perubahan bentuk, posisi, dan dimensi dari suatu benda

(Kuang, 1996). Berdasarkan definisi tersebut dapat diartikan sebagai perubahan

kedudukan atau pergerakan suatu titik pada suatu benda secara absolut maupun

relatif. Untuk mengetahui terjadinya suatu deformasi diperlukan pengamatan atau

survei.

2.10. Metode Elemen Hingga

Metode elemen hingga pertama kali diperkenalkan pada tahun 1950 dan

sampai saat ini terus dikembangkan. Sekarang metode elemen hingga sudah

menjadi alat canggih yang digunakan untuk menyelesaikan berbagai persoalan

teknik dan dipakai secara luas.

Metode elemen hingga digunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi

secara menyeluruh dalam suatu bangunan. Metode ini dapat menganalisis kekuatan

masing-masing komponen bangunan secara keseluruhan, termasuk deformasi

bendungan.

Metode elemen hingga (MEH) merupakan prosedur numerik untuk

menyelesaikan permasalahan fisik yang diatur dengan persamaan diferensial.

Karakteristik MEH yang membedakan dengan prosedur numerik yang lain adalah:

 MEH menggunakan penyelesaian integral untuk menghasilkan sistem

persamaan aljabar.

 MEH menggunakan fungsi-fungsi kontinyu sebagian untuk mendeteksi

beberapa kuantitas yang tidak diketahui.


35

Secara umum MEH terdiri dari 5 langkah dasar, yaitu:

1. Mendiskritisasikan daerah-daerah yang meliputi penempatan titik-titik nodal,

penomoran titik-titik nodal dan penentuan koordinatnya.

2. Menentukan derajat atau orde persamaan pendekatan linear atau kuadratik.

Persamaan harus dinyatakan dalam fungsi nodal.

3. Menyusun sistem-sistem persamaan.

4. Menyelesaikan sistem-sistem persamaan.

5. Menghitung kuantitas yang dicari. Kuantitas dapat merupakan komponen

tegangan dan lain-lain.

Persamaan dalam MEH biasanya berbentuk :

[k]{u}={F} (31)

Dimana : [ k ] = Matriks kekuatan

{ u } = Vektor kolom dengan komponen matriks berupa nilai nodal

{ F } = Gaya yang bekerja pada nodal


BAB V

KESIMPULAN & SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan:

1. Kohesi

Grafik Kohesi terhadap Kepadatan


90
80
Kohesi (kg/cm2)

70
60
50
40
30
20
80% 85% 90% 95% 100% 105%
Presentase Kepadatan (%)

Berdasarkan grafik diatas, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat

kepadatan tanah makan semakin besar nilai kohesinya.

67
68

2. Sudut Geser

Grafik Sudut Geser terhadap Kepadatan


35
30
Sudut Geser (ᴼ)

25
20
15
10
5
80% 85% 90% 95% 100% 105%
Presentase Kepadatan (%)

Berdasarkan grafik diatas, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat

kepadatan makan semakin besar nilai sudut gesernya.

3. Total Displacement

Total Displacement

Total Displacement (m)


0 0,5 1 1,5 2
0
100% 95%
5
10 90%
Distance (m)

15
85%
20
25
30
35
40

Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat kepadatan tanah maka semakin

kecil pergeseran yang terjadi.


69

4. Sigma 1

Sigma 1

Sigma 1 (kPa)
0 100 200 300 400 500
0

10
Distance (m)

15

20

25

30
95%
35
85% 90% 100%

Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat kepadatan maka semakin besar

tegangan yang dihasilkan.

5. Sigma 3

Sigma 3

Sigma 3 (kPa)
0 50 100 150 200
0
5
10
Distance (m)

15
20
25
30 85%
100%
95%90%
35

Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat kepadatan maka semakin besar

tegangan yang dihasilkan.


70

6. Maximum Shear Strain

Maximum Shear Strain

Max Shear Strain (%)


0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05
0
5
10
Distance (m)

15
20
25
30
35 90%
100% 95% 85%
40

Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat kepadatan tanah maka semakin

rendah regangan geser tanah akibat dari tegangan yang terjadi.

5.2. Saran

Dalam penelitian ini ada beberapa hal yang disarankan, antara lain:

1. Perlu dibuat petunjuk lengkap pengoperasian alat triaxial agar lebih mudah

dioperasikan.

2. Perlu adanya membran sel yang kuat agar dapat digunakan beberapa kali

pengujian, sehingga dapat menghemat biaya.


DAFTAR PUSTAKA

Amirullah, A. (2014). Pengaruh Derajat Kejenuhan terhadap Pengujian Kuat Geser


Tanah dengan Metode Triaksial Unconsolidated Undrained. Skripsi.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Badan Standarisasi Nasional. (1998). SNI 03-4813-1998, Metode Pengujian


Triaksial untuk Tanah Kohesif dalam Keadaan tanpa Konsolidasi dan
Drainasi. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

Badan Standarisasi Nasional. (2008). SNI 1965-2008, Cara Uji Penentuan Kadar
Air untuk Tanah dan Batuan di Laboratorium. Jakarta: Badan Standarisasi
Nasional.

Badan Standarisasi Nasional. (2008). SNI 1964-2008, Cara Uji Berat Jenis Tanah.
Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

Badan Standarisasi Nasional. (2008). SNI 1967-2008, Cara Uji Penentuan Batas
Cair Tanah. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

Badan Standarisasi Nasional. (2008). SNI 3422-2008, Cara Uji Penentuan Batas
Susut Tanah. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

Badan Standarisasi Nasional. (2008). SNI 1966-2008, Cara Uji Penentuan Batas
Plastis dan Indeks Plastisitas Tanah. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

Badan Standarisasi Nasional. (2008). SNI 3423-2008, Cara Uji Analisis Ukuran
Butir Tanah. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

Badan Standarisasi Nasional. (2008). SNI 1742-2008, Cara Uji Kepadatan Ringan
untuk Tanah. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

Darwis. (2018). Dasar-dasar Mekanika Tanah. Yogyakarta: Pena Idris.

Das, B. M. (1995). Mekanika Tanah. Jakarta: Erlangga.

71
72

Erfandi, D., & Suganda. (2006). Kadar Air Optimum untuk Pengolahan Tanah. In
U. A. Kurnia, Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisisnya. Bogor: Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian.

Hardiyatmo, H. C. (2002). Mekanika Tanah 1. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Hidayat, T. (2008). Pengujian Kuat Geser Tanah Kaolin dengan Metode Vane
Shear Test Laboratorium. Skripsi. Jakarta: Universitas Indonesia.

Kuang, S. (1996). Geodetic Network Analysis and Optimal Design: Concept and
Applications. Michigan: Ann Arbor Press.

Lozovyi, S., & Zahouruiko, E. (2002). Plaxis Simulation of Static Pile Test and
Determination of Reaction Piles Influence. Journal New Technologies in
Construction 23, 1.

Mulyadi, S. (2011). Analisa Tegangan Regangan Produk Tongkat Lansia dengan


Menggunakan Metode Elemen Hingga. Jurnal ROTOR 4, 1.

Nurdian, S., Setyanto, & Afriani, L. (2015). Korelasi Parameter Kekuatan Geser
Tanah Dengan Menggunakan Uji Triaxial dan Uji Geser Langsung Pada
Tanah Lempung Substitusi Pasir. Jurnal Rekayasa Sipil dan Desain 3, 1.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 72. (1997). Keamanan Bendungan.


Jakarta.

Sudibyo. (2003). Teknik Bendungan. Jakarta: Sentra Sarana Abadi.

Tanchev, L. (2005). Dams and Appurtenant Hydraulic Structures. Skopje: Balkema


Publisher.

Wirdjosoedirdjo, S. (1988). Dasar-Dasar Metode Elemen Hingga. Jakarta:


Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai