Disusun oleh :
ASTRYA SIMALANGO
12 0404 104
Disetujui oleh
Secara umum pondasi diartikan sebagai bangunan bawah (sub structure) yang
berfungsi untuk meneruskan beban maupun gaya yang disebabkan oleh bangunan atas
(upper structure) ke lapisan tanah (bearing layers) dibawahnya pada kedalaman tertentu,
tanpa mengakibat terjadinya penurunan bangunan di luar batas toleransinya. Oleh sebab itu,
pondasi harus direncanakan dengan cermat dan teliti agar pondasi mampu memikul beban
sampai batas keamanan yang telah ditentukan, termasuk mendukung beban maksimum yang
mungkin terjadi.
Terdapat sedikit perbedaan daya dukung dan penurunan dengan beberapa metode
yang digunakan. Perbedaan daya dukung dan penurunan tersebut dapat disebabkan oleh
perbedaan jenis tanah, kedalaman yang ditinjau, cara pelaksanaan pengujian, faktor
keamanan dan perbedaan parameter yang digunakan dalam perhitungan.
Kata Kunci : Kapasitas Daya Dukung, SPT, Sondir, PDA, Kalendering, Metode
Elemen Hingga, Penurunan Elastis
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
penyertaanNya yang diberikan kepada saya hingga saya mampu untuk menyelesaikan Tugas
Tugas Akhir ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi dalam Program Studi Strata Satu (S1) Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara. Adapun judul Tugas Akhir yang diambil adalah :
“Analisis Daya Dukung dan Penurunan Pondasi Tiang Pancang dengan Metode
Analitis dan Metode Elemen Hingga pada Bore Hole II ( Study Kasus Pembangunan
Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, saya mendapat banyak bantuan, bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan selaku ketua Departemen Teknik Sipil Fakultas
2. Bapak Ir. Syahrizal, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
3. Bapak Ir. Rudi Iskandar, MT selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan,
masukan, dukungan dalam bentuk waktu dan pemikiran untuk membantu penulis
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Roesyanto, MSCE selaku koordinator bidang studi goteknik dan
selaku Dosen Pembanding, dan Ibu Ika Puji Hastuty, ST. MT. selaku Dosen Pembanding,
atas saran dan masukan yang diberikan kepada penulis terhadap Tugas Akhir ini.
5. Bapak/Ibu seluruh staff pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara.
ii
6. Kepada kedua orangtua saya, yang saya hormati dan saya cintai, Bapak Alter Simalango
dan Ibu Hotmian Manik, terimakasih atas segala doa, kasih sayang, kesabaran, harapan,
dukungan moril dan materil yang diberikan sehingga saya bisa menyelesaikan penulisan
7. Kepada saudara-saudari saya tersayang, abang saya Hansen Simalango, kakak saya Anna
Simalango, dan adik saya Arifanda Simalango. Terimakasih untuk segala dukungan ,
Bajayu atas kepercayaannya memberikan data investigasi tanah dan gambar kerja.
9. Kepada Abang Joseph Admika Ginting angkatan 2006, dan abang kakak senior lainnya.
Terima kasih atas bantuannya selama masa perkuliahan dan saran-sarannya yang diberikan
10. Kepada Sahabat dekat saya, Ecy Damanik, Fanny R Barimbing, Novita Simbolon,
Tjandra, dan teman lainnya Brian Pardosi, Hizkia Gultom, Rinaldy Simanjuntak, Sintong
Agita dan Anastasya dan teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terimakasih
11. Kepada rekan tugas akhir saya yang memberi banyak dukungan, masukan dan bantuan ,
Alfonsius Tarigan dan teman- teman di “IUT”, serta seluruh teman–teman senasib dan
dukungan , bantuan dan kerjasama selama diperkuliahan hingga penyusunan Tugas akhir
ini.
12. Kepada teman – teman “Dublasaone” yang senantiasa saling mendoakan dan saling
memberi dukungan.
iii
13. Kepada keluarga saya di KMK St. Yoseph Engineering, terimakasih untuk segala doa dan
dukungannya .
Dan segenap pihak yang belum saya sebut di sini ,terimakasih untuk segala bantuan dalam
bentuk apapun, sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.
Saya menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini masih memiliki banyak
kekurangan baik dari segi penulisan ataupun isi. Oleh sebab itu, saya mengaharapkan
saran dan kritik membangun dari pembaca untuk penyempurnaan laporan Tugas Akhir ini.
Akhir kata saya mengucapkan terimakasih, semoga Tugas Akhir ini dapat
Penulis
Astrya simalango
120404104
iv
DAFTAR ISI
Abstrak........................................................................................... i
Kata Pengantar................................................................................ ii
Daftar Isi.......................................................................................... v
Daftar Notasi................................................................................... xv
v
II.3.1.1 Pondasi tiang pancang…………………… 13
vi
II.6.1 Penurunan Tiang Tunggal ........................................46
76
vii
IV.4 Menghitung Kapasitas Kelompok Tiang Berdasarkan
Efisiensi............................................................................... 85
Hingga ...................................................................... 93
viii
Daftar Pustaka...................................... ........................................... xx
Lampiran.......................................................................................... xxii
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.2 Kurva Percobaan Sondir Proyek Bendung Sei Bajayu .............................. 9
Gambar 2.5 Nilai N-SPT untuk Desain Tahaan Ujung Tanah Pasir .................... 25
Gambar 2.6 Hubungan antara Kuat Geser (cu) dengan Faktor Adhesi (α)
Gambar 2.8 Tahanan Lateral Ultimit Tiang Dalam Tanah Kohesif ..................... 35
Gambar 2.11 Tahanan Lateral Ultimit Tiang Dalam Tanah Granular ................. 39
x
Gambar 2.16 Faktor Penurunan Rµ(Poulus dan Davis, 1980) .............................. 48
Gambar 2.20 Variasi Jenis Bentuk Unit Tahanan Friksi Alami Terdis-
Gambar 3.1 Letak Titik Pengujian Sondir ,Bor Mesin dan PDA ......................... 67
Gambar 4.9 Hasil Kalkulasi dan Besar ΣMsf pada Fase 3 ................................... 98
Gambar 4.10 Hasil Kalkulasi dan Besar Σ Msf pada Fase 4 ................................ 98
Gambar 4.11 Besar Nilai Penurunan yang Terjadi Setelah Hasil Perhitungan .... 99
xi
Gambar 4.14. Penurunan Tanah Sebelum Konsolidasi ...................................... 103
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Hubungan antara Angka Penetrasi Standar dengan Sudut Geser
Tabel 2.7 Hubungan Modulus Subgrade (k1) dengan Kuat Geser Un-
Tabel 2.10 Kriteria Pondasi Tiang Pendek dan Pondasi Tiang Panjang .............. 33
Tabel 2.11 Tabel Klasifikasi Tiang Pancang Bulat Berongga (WIKA) ....................... 41
Tabel 2.14 Faktor Aman yang Disarankan oleh Reese dan O’Neill .................... 53
Tabel 2.16 Korelasi N-SPT dengan Modulus Elastisitas pada Tanah Lempung .... 59
Tabel 2.17. Korelasi N-SPT dengan Modulus Elastisitas pada Tanah Pasir .......... 59
xiii
Tabel 2.18. Hubungan Jenis Tanah, Konsistensi dan Poisson’s Ratio (μ) .......... 60
Tabel 3.1. Deskripsi Tanah Bore Hole II dari Hasil SPT ..................................... 65
Tabel 4.1 Perhitungan Daya Dukung Ultimit dan Daya Dukung Ijin
Meyerhoff ............................................................................................................. 75
Tabel 4.2 Perhitungan Daya Dukung Ultimate dan Daya Dukung Ijin
Tiang Pancang pada Bore Hole I diameter 40 cm dengan Metode Meyerhoff .... 80
Tabel 4.3 Kapasitas Daya Dukung Ultimit Tiang Pancang berdasarkan Data
PDA ...................................................................................................................... 81
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Penurunan Elastis Tiang Pancang Tunggal Dia-
meter 40 cm .......................................................................................................... 88
Tabel 4.6 Input Parameter Tanah untuk Program Metode Elemen Hingga
Tabel 4.7 Tekanan Air Pori dengan Program Metode Elemen Hingga.............. 100
Tabel 4.8 Daya Dukung dengan Program Metode elemen hingga .................... 102
Tabel 4.9 Penurunan Tanah dengan Program Metode Elemen Hingga ............ 103
Tabel 5.1 Nilai Daya Dukung Ultimit Berdasarkan Data Sondir, SPT, PDA
Tabel 5.2 Nilai Daya Dukung Ultimit dan Daya Dukung Ijin Berdasarkan
xiv
Tabel 5.3 Hasil Perhitungan Nilai Daya Dukung Ultimit Lateral Tiang
Tabel 5.7.Nilai Tekanan Air Pori dengan Program Metode Elemen Hingga..... 108
xv
DAFTAR NOTASI
Cs = konstanta Empiris
e = angka pori
Gs = specific gravity
xvi
I0 = faktor pengaruh penurunan tiang yang tidak mudah mampat
(Incompressible) dalam massa semi tak terhingga
k = koefisien permeabilitas
n = koefisien restitusi
Qwp = daya dukung yang bekerja pada ujung tiang dikurangi daya
dukung friction (kN)
xvii
keras
Se(2) = penurunan tiang yang disebabkan oleh beban di ujung tiang (mm)
μ = poisson’s ratio
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
xix
BAB I
PENDAHULUAN
satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Karena Setiap konstruksi memiliki beban
yang harus diteruskan ke lapisan tanah, baik itu beban yang dipikul oleh bangunan ataupun
beban akibat berat bangunan itu sendiri. Oleh sebab itu, setiap bangunan harus memiliki
Secara umum pondasi diartikan sebagai bangunan bawah (sub structure) yang
berfungsi untuk meneruskan beban maupun gaya yang disebabkan oleh bangunan atas
(upper structure) ke lapisan tanah (bearing layers) di bawahnya pada kedalaman tertentu,
tanpa mengakibat terjadinya penurunan bangunan di luar batas toleransinya. Oleh sebab itu,
pondasi harus direncanakan dengan cermat dan teliti agar pondasi mampu memikul beban
sampai batas keamanan yang telah ditentukan, termasuk mendukung beban maksimum yang
mungkin terjadi.
Pondasi secara umum dapat dibagi dalam 2 (dua) jenis, yaitu pondasi dalam dan
pondasi dangkal. Dalam perencanaan pondasi pemilihan jenis pondasi tergantung kepada:
1. Fungsi bangunan atas (upper structure) yang akan dipikul oleh pondasi tersebut.
Untuk konstruksi beban ringan dan kondisi tanah cukup baik, biasanya dipakai
pondasi dangkal, tetapi untuk konstruksi beban berat biasanya jenis pondasi dalam adalah
1
pilihan yang tepat. Salah satu di antara tipe pondasi dalam yang dapat digunakan adalah
pondasi tiang pancang. Contoh kasusnya adalah pada proyek pembangunan Bendung Bajayu
Sei Padang - Kabupaten Serdang Bedagai. Pondasi yang digunakan adalah pondasi tiang
Pemakaian tiang pancang sabagai pondasi pada suatu bangunan dilakukan apabila
tanah dasar di bawah bangunan tersebut tidak mempunyai daya dukung yang cukup untuk
memikul beban bangunan atau apabila lapisan tanah keras yang mempunyai daya dukung
yang cukup untuk memikul beban bangunan letaknya sangat dalam. Oleh sebab itu, sangat
dibutuhkan informasi mengenai penyelidikan tanah baik untuk mengetahui letak lapisan
metode yang disarankan para ahli berdasarkan data-data penyelidikan tanah yang diperoleh,
seperti data SPT, sondir, PDA dan data laboratorium. Dari hasil perhitungan dapat diperoleh
Pada tugas akhir ini, perhitungan mengenai daya dukung tiang pancang dan
penurunan pondasi tiang pancang secara analitis menggunakan data sondir, SPT, kalendering
Hingga, sehingga dapat diambil kesimpulan mengenai nilai daya dukung dan penurunan
I.2.1 Tujuan
1. Menghitung nilai daya dukung ultimit aksial tiang pancang diameter 40 cm dengan
metode Meyerhoff dari data Sondir dan SPT pada Bore Hole II, serta dengan data
2
2. Menghitung daya dukung ijin pondasi tiang pancang dengan metode meyerhoof
3. Menghitung nilai daya dukung ultimit lateral tiang pancang dengan metode Broms
menggunakan data SPT pada Bore Hole II dengan diameter tiang pancang 40 cm
5. Menghitung penurunan tiang pancang tunggal (single pile) dengan metode Poulus dan
7. Menghitung daya dukung ultimate dan penurunan tiang pancang pada Bore Hole II
I.1.2 Manfaat
dukung dan penurunan tiang pancang secara analitis maupun dengan metode elemen
hingga.
2. Sebagai bahan referensi bagi pihak pihak yang membutuhkan informasi dan ingin
Untuk memperjelas ruang lingkup yang akan dibahas dalam tugas akhir ini dan untuk
mempermudah penulis dalam menganalisa maka dibuat batasan batasan masalah yang
meliputi :
1. Data-data yang digunakan untuk melakukan analisis didapat dari data data Soil
Investigation yang diperoleh dari proyek pembangunan Bendung Bajayu Sei Padang-
3
Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara.
2. Nilai-nilai ataupun koefisien yang tidak terdapat pada data-data diperoleh berdasarkan
3. Penurunan konsolidasi primer pada ujung tiang tidak dihitung karena ujung tiang
Sistematika penulisan dalam penelitian ini akan dibuat dalam 5 ( lima ) bab uraian
sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
Bab pendahuluan berisi latar belakang penulisan, tujuan dan manfaat, rumusan
Bab ini mencakup hal – hal yang dijadikan penulis sebagai dasar dalam membahas
perbandingan nilai daya dukung dan penurunan tiang pancang yang dihitung secara analitis
Bab ini berisi tentang metodologi yang dilakukan dalam analisa berupa urutan
tahapan pelaksanaan dari pecarian data, study literatur hingga analisa data yang telah
diperoleh.
4
Bab IV: Pembahasan
Bab ini berisi tentang pembahasan perhitungan daya dukung dan penurunan tiang
pancang baik secara analitis maupun dengan metode elemen hingga. Hasil perhitungan dari
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil analisa dan saran – saran yang diberikan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Pendahuluan
Dalam proyek konstruksi sipil, pondasi merupakan salah satu hal yang wajib
diperhitungkan. Pondasi adalah bagian dari suatu sistem rekayasa yang meneruskan beban
yang di topang oleh pondasi dan beratnya sendiri kepada dan kedalam tanah dan batuan yang
Kriteria perencanaan dalam suatu perencanaan pondasi adalah daya dukung dan
penurunan. Daya dukung pondasi yang direncanakan harus lebih besar daripada beban yang
bekerja pada pondasi tersebut baik beban statik maupun beban dinamiknya dan penurunan
yang terjadi akibat pembebanan tidak boleh melebihi penurunan yang diijinkan.
Oleh sebab itu, dalam perencanaan pondasi sangat dibutuhkan informasi mengenai
tanah melalui penyelidikan tanah karena setiap lapisan tanah mempunyai sifat dan
II.2. Tanah
Tanah adalah himpunan mineral, bahan organik, dan endapan-endapan yang relatif
lepas (loose), yang terletak diatas bantuan dasar (bedrock). Diantara partikel tanah terdapat
Bila pori-pori tersebut terisih oleh air , maka tanah tersebut dikatakan dalam kondisi
jenuh. Bila pori-pori terisi udara dan air, tanah pada kondisi jenuh sebagian (partially
saturated). Sedangkan bila pori-pori tersebut tidak mengandung air sama sekali atau kadar
seperti berikut :
6
Gambar 2.1 Diagram Fase
Penyelidikan tanah merupakan suatu upaya yang bertujuan untuk mengetahui sifat-
sifat dan kondisi tanah yang sebenarnya dilapangan, juga struktur lapisan tanah dan sifat
b. Penyelidikan Laboratorium
- Uji index properties, seperti : water content, specific gravity, atterberg limit,
7
- Uji engineering properties, seperti : Direct Shear Test, Triaxial Test,
Ketelitian penyelidikan tanah tergantung pada besarnya beban rencana yang akan
dipikul, faktor keamanan yang diinginkan,kondisi lapisan tanah, dan biaya yang tersedia
2. Menentukan kapasitas daya dukung ultimit tanah menurut tipe pondasi yang dipilih.
7. Menyelidik keamanan suatu struktur bila penyelidikan dilakukan pada bangunan yang
8. Pada proyek jalan raya dan irigasi, penyelidikan tanah berguna untuk menentukan
Uji Penetrasi Kerucut Statis atau Uji Sondir banyak digunakan di Indonesia.
Pengujian ini berguna untuk menentukan lapisan-lapisan tanah berdasarkan tanahan ujung
konus dan daya lekat tanah setiap kedalaman pada alat sondir.
Dari hasil test Sondir ini didapatkan nilai jumlah perlawanan (JP) dan nilai
perlawanan konus (PK), sehingga hambatan lekat (HL) didapatkan dengan menggunakan
Persamaan berikut :
8
2. Jumlah Hambatan Lekat (JHL)
Dimana :
Hasil penyelidikan dengan Sondir ini digambarkan dalam bentuk grafik yang
menyatakan hubungan antara kedalaman setiap lapisan tanah dengan perlawanan penetrasi
konus atau perlawanan tanah terhadap konus yang dinyatakan dalam gaya persatuan panjang
9
Selain itu pengujian Sondir ini memiliki kelebihan, yaitu :
2. Hasil penyondiran diragukan apabila letak alat tidak vertikal atau konus dan
b. Ukuran konus yang akan digunakan harus sesuai dengan ukuran standar
(d = 36 mm)
Tujuan Standart Penetration Test (SPT) yaitu untuk menentukan kepadatan relatif dan
sudut geser lapisan tanah tersebut dari pengambilan contoh tanah dengan tabung, dapat
diketahui jenis tanah dan ketebalan dari setiap lapisan tanah tersebut, untuk memperoleh data
yang kumulatif pada perlawanan penetrasi tanah dan menetapkan kepadatan dari tanah yang
tidak berkohesi .
10
Prosedur Pengujian Standart Penetration Test
1) Lakukan pengujian pada setiap perubahan lapisan tanah atau pada interval se-
2) Tarik hammer dengan tinggi jatuh bebas hammer adalah 30 inci (75 cm).
ke-tiga.
7) Catat jumlah pukulan N pada setiap penetrasi 15 cm. Jumlah pukulan yang
bekas pengeboran.
8) Bila nilai N lebih besar dari pada 50 pukulan, hentikan pengujian dan tambah
11
Keuntungan dan kerugian SPT (Standart Penetration Test ) yaitu :
1. Keuntungan:
ultimit tanah.
2. Kerugian :
Nilai N yang diperoleh merupakan data sangat kasar, bila digunakan untuk
tanah lempung.
Hasil tidak dapat dipercaya dalam tanah yang mengandung banyak kerikil.
II.3. Pondasi
tanah.
12
Sistem harus aman terhadap korosi atau kerusakan yang disebabkan oleh bahan
a. Pondasi dangkal
b. Pondasi dalam
Pondasi dalam digunakan apabila beban bangunan yang direncanakan sangat besar,
daya dukung lapisan tanah permukaan tidak baik atau letak lapisan tanah keras cukup dalam.
Contoh dari pondasi dalam antara lain : tiang pancang, caisson, bor pile , dll.
Pada proyek ini pondasi dalam yang digunakan adalah pondasi tiang pancang.
Pondasi tiang digunakan untuk suatu bangunan yang tanah dasar di bawah bangunan
tersebut tidak mempunyai daya dukung (bearing capacity) yang cukup untuk memikul beban
berat bangunan dan beban yang diterimanya atau apabila tanah pendukung yang mempunyai
1) Untuk meneruskan beban bangunan yang terletak di atas air atau tanah lunak ke
2) Untuk mengangker bangunan yang dipengaruhi oleh gaya desakan ke atas akibat
3) Memampatkan endapan tak berkohesi yang bebas lepas di dalam tanah dengan
melalui kombinasi perpindahan isi tiang pancang dan getaran dorongan saat
13
4) Untuk mendukung pondasi bangunan yang permukaan tanahnya mudah tergerus air.
Dengan adanya pondasi tiang pancang, kegagalan gelincir yang dapat disebabkan oleh
Daya dukung tiang pancang sendiri (baik single atau group pile).
Pemakaian tiang pancang kayu ini adalah cara tertua dalam penggunaan tiang
pancang sebagai pondasi. Umumnya tiang pancang kayu yang dipakai di Indonesia untuk
perbaikan kapasitas daya dukung tanah lunak berdiameter antara 8-10 cm dan panjang 4
m. Biasanya tiang ini diberi pelindung dari besi yang disebut sepatu tiang untuk
Kekuatan tarik besar sehingga pada saat pengangkatan untuk pemancangan tidak
menimbulkan kesulitan.
Tiang pancang dari kayu relatif ringan sehingga mudah dalam transport.
Mudah untuk pemotongannya apabila kayu ini sudah tidak dapat masuk lagi ke
dalam tanah.
14
Kerugian pemakaian tiang pancang kayu :
Tiang pancang kayu mempunyai umur relatif kecil dibandingkan dengan tiang
pancang beton atau baja terutama pada daerah yang tinggi air tanahnya sering naik
dan turun.
Tiang pancang kayu harus selalu terletak di bawah muka air tanah yang terendah
agar tahan lama sehingga memerlukan biaya tambahan untuk air tanah yang
Pada waktu pemancangan pada tanah berbatu (gravel) ujung tiang pancang kayu ini
Keuntungannya yaitu :
Karena tiang dibuat di pabrik dan pemeriksaan kualitas ketat dapat dilakukan
Kerugiannya yaitu :
daerah yang berpenduduk padat di kota dan desa, akan menimbulkan masalah
disekitarnya.
15
Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih sulit dan
2. Pondasi berdasarkan cara penyaluran beban yang diterima tiang kedalam tanah
Berdasarkan cara penyaluran bebannya ke tanah, pondasi tiang dapat dibedakan menjadi tiga
jenis yaitu :
Menurut Hardiyatmo, 2002, Tiang dukung ujung (End Bearing Pile) adalah tiang
yang kapasitas dukungnya ditentukan oleh tahanan ujung tiang. Dari hasil sondir
dapat dipakai kira- kira harga perlawanan konus S ≥ 150 kg/cm untuk lapisan non
Menurut Hardiyatmo, 2002, Tiang gesek (friction pile) adalah tiang yang kapasitas
dukungnya lebih ditentukan oleh perlawanan gesek antara dinding tiang dan tanah
disekitarnya. Bila butiran tanah sangat halus, tidak akan menyebabkan tanah di
antara tiang-tiang menjadi padat. Sebaliknya, bila butiran tanah kasar maka tanah
Bila tiang dipancangkan di dasar tanah pondasi yang memiliki nilai kohesi yang
tinggi, maka beban yang diterima oleh tiang akan ditahan oleh lekatan antara tanah
16
Pada beberapa jenis tiang pancang, ujung tiang pancang dilengkapi dengan sepatu
tiang pancang. Sepatu tiang pancang biasanya terbuat dari logam. Sepatu tiang pancang
(pusat sepatu sama dengan pusat tiang pancang) dan dipasang dengan kuat pada ujung
tiang. Bidang kontak antara sepatu dan ujung tiang harus cukup untuk menghindari tekanan
Dalam pemasangan tiang ke dalam tanah, tiang dipancang dengan alat pemukul
berupa pemukul (hammer) mesin uap, pemukul getar atau pemukul yang hanya dijatuhkan.
Penutup (pile cap) biasanya diletakkan menutup kepala tiang yang kadang-kadang dibentuk
Pemukul jatuh terdiri dari blok pemberat yang dijatuhkan dari atas. Pemberat ditarik
dengan tinggi jatuh tertentu kemudian dilepas dan menumbuk tiang. Pemakaian alat tipe ini
membuat pelaksanaan pemancangan berjalan lambat, sehingga alat ini hanya dipakai pada
17
Adanya kemungkinan rusaknya banguna disekitar lokasi akibat getaran permukaan
tanah
Pemukul aksi tunggal berbentuk memanjang dengan ram yang bergerak naik oleh udara atau
uap yang terkompresi, sedangkan gerakan turun ram disebabkan oleh beratnya sendiri.
Energi pemukul aksi tunggal adalah sama dengan berat ram dikalikan tinggi jatuh.
Pemukul aksi double menggunakan uap atau udara untuk mengangkat ram dan untuk
mempercepat gerakan ke bawahnya. Kecepatan pukulan dan energi output biasanya lebih
Pemukul diesel terdiri dari silinder, ram, balok anvil dan sistem injeksi bahan bakar.
Pemukul tipe ini umumnya kecil, ringan dan digerakkan dengan adalah jumlah benturan dari
sesuai perencanaan. Secara umum tahapan pekerjaan pondasi tiang pancang sebagai berikut :
a. Pekerjaan Persiapan
1. Membuat tanda, tiap tiang pancang harus diberi tanda serta tanggal saat tiang tersebut
dicor. Titik-titik angkat yang tercantum pada gambar harus dibubuhi tanda dengan
jelas pada tiang pancang. Untuk mempermudah perekaan, maka tiang pancang diberi
sekali guna menghindari retak maupun kerusakan lain yang tidak diinginkan.
18
3. Rencanakan final set tiang, untuk menentukan pada kedalaman mana pemancangan
tiang dapat dihentikan, berdasarkan data tanah dan data jumlah pukulan terakhir (final
set).
level kepala tiang telah mencapai level muka tanah sedangkan level tanah keras yang
Tiang diangkat dan kepala tiang dipasang pada helmet seperti yang dilakukan pada
batang pertama.
Ujung bawah tiang didudukkan di atas kepala tiang yang pertama sedemikian
sehingga sisi-sisi pelat sambung kedua tiang telah berhimpit dan menempel menjadi
satu.
8. Pemancangan tiang dapat dihentikan bila ujung bawah tiang telah mencapai lapisan
9. Pemotongan tiang pancang pada cut off level yang telah ditentukan.
b. Proses Pengangkatan
Metode pengangkatan dengan dua tumpuan ini biasanya pada saat penyusunan tiang
19
beton, baik itu dari pabrik ke trailer ataupun dari trailer ke penyusunan
lapangan.Persyaratan umum dari metode ini adalah jarak titik angkat dari kepala tiang
adalah 1/5 L.
Metode pengangkatan ini biasanya digunakan pada saat tiang sudah siap akan
dipancang oleh mesin pemancangan sesuai dengan titik pemancangan yang telah
tumpuan ini adalah jarak antara kepala tiang dengan titik angker berjarak L/3.
c. Proses Pemancangan
1. Alat pancang ditempatkan sedemikian rupa sehingga as hammer jatuh pada patok titik
2. Tiang diangkat pada titik angkat yang telah disediakan pada setiap lubang.Tiang
didirikan disamping driving lead dan kepala tiang dipasang pada helmet yang telah
3. Ujung bawah tiang didudukkan secara cermat di atas patok pancang yang telah
ditentukan.
Sebelum pemancangan dimulai, bagian bawah tiang diklem dengan center gate pada
dasar driving lead agar posisi tiang tidak bergeser selama pemancangan, terutama
d. Quality Control
20
a. Seluruh permukaan tiang tidak rusak atau retak.
2. Toleransi.
berlangsung. Penyimpangan arah vertikal dibatasi tidak lebih dari 1:75 dan
3. Penetrasi
Tiang sebelum dipancang harus diberi tanda pada setiap setengah meter di
sepanjang tiang untuk mendeteksi penetrasi per setengah meter. Dicatat jumlah
4. Final set
Pemancangan baru dapat dihentikan apabila telah dicapai final set sesuai perhitungan.
II.3.3. Kalendering
(beton maupun pipa baja) untuk mengetahui daya dukung tanah secara empiris melalui
perhitungan yang dihasilkan oleh proses pemukulan alat pancang. Alat pancang bisa berupa
Metode pelaksanaan kalendering cukup sederhana. Alat yang disediakan adalah : spidol,
kertas milimeter blok, selotip, waterpass, dan kayu pengarah spidol agar selalu pada
posisinya.. Pelaksanaanya dilakukan pada saat 10 pukulan terakhir saat hampir mendekati top
pile yang disyaratkan, dan faktor lain yang disesuaikan kondisi dilapangan.
21
1. Saat kalendering telah ditentukan dihentikan pemukulannya oleh hammer.
2. Memasang kertas milimeter blok pada tiang pancang menggunakan selotip atau lem.
3. Menyiapkan spidol yang ditumpu pada papan penopang dan waterpass tukang, kemudian
4. Menjalankan pemukulan.
5. Satu orang melakukan kalendering dan satu orang mengawasi serta menghitung jumlah
pukulan.
7. Tahap ini bisa dilakukan 2 - 3 kali agar memperoleh grafik yang bagus.
8. Usahakan kertas bersih, karena kalau menggunakan diesel hammer biasanya kena oli dan
Uji pembebanan dinamis yang mulai berkembang digunakan adalah uji Pile Driving
Analyzer (PDA) yang dikembangkan oleh Professor Goble di Case Institute of Technology,
Ohio. PDA adalah suatu sistem yang terdiri dari suatu perangkat elektronik komputer dan
PDA didasarkan pada analisis data hasil rekaman getaran gelombang yang terjadi
pada waktu tiang dipukul dengan palu pancang. Regangan dan percepatan gelombang akibat
pengaruh alat pancang diukur dengan menggunakan strain transducer dan accelerometer.Uji
pembebanan untuk mencari daya dukung menggunakan beban dinamik dengan sebuah sistem
komputerisasi yang dilengkapi dengan strain transducer dan accelerator untuk menentukan
gaya dan kecepatan dalam bentuk grafik, pada saat pondasi tiang yang diuji dipikul dengan
hammer. Untuk melakukan tes ini diperlukan beban dinamik berupa tumbukan pada tiang.
Pada tiang pancang, biasanya tes PDA dilakukan dengan menggunakan hammer pancang
22
yang ada. Tumbukan yang terjadi akan menghasilkan gelombang, pembacaan gaya dan
kecepatan gelombang adalah dasar untuk menghitung daya dukung pondasi. Hasil dari uji
PDA kemudian dianalisa lebih jauh menggunakan Case Pile Wave Analysis Program
Alat dan Perlengkapan pengujian Pile Driving Analyzer yang digunakan antara lain :
1. PDA-Model PAX.
4. Alat bantu, seperti bor beton, baut fischer, kabel gulung dan perlengkapan keamanan.
Gambar 2.4 Grafik PDA Hasil Analisis CAPWAP Bendung Sei Bajayu
23
II.4 .Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang
Yang dimaksud dengan kapasitas dukung tiang adalah kemampuan atau kapasitas tiang
dalam mendukung beban. Jika satuan yang digunakan dalam kapasitas dukung pondasi
dangkal adalah satuan tekanan (kPa), maka dalam kapasitas dukung tiang satuannya adalah
satuan gaya (kN). Dalam beberapa literatur digunakan istilah pile capacity atau pile carrying
capacity.
II.4.1.1 Kapasitas Daya Dukung Ultimate Tiang Pancang dari Hasil Sondir
Sondir atau Cone Penetration Test (CPT) ini tes yang sangat cepat, sederhana,
ekonomis dan tes tersebut dapat dipercaya dilapangan dengan pengukuran terus-menerus dari
permukaan tanah dasar. Didalam perencanaan pondasi tiang pancang (pile), data tanah sangat
diperlukan guna menentukan kapasitas daya dukung ultimit dari tiang pancang.
Untuk menghitung daya dukung ultimit tiang pancang berdasarkan data hasil
1. Metode Meyerhoff.
Dimana :
24
Daya dukung terhadap kekuatan tanah untuk tiang tarik :
Dimana :
𝑇𝑢𝑙𝑡 = Daya dukung terhadap kekuatan tanah untuk tiang tarik (kg)
II.4.1.2 Kapasitas Daya Dukung Ultimate Tiang Pancang Dari Hasil SPT
Untuk menghitung daya dukung ultimit pondasi tiang pancang berdasarkan data SPT
dapat digunakan metode Meyerhoff, adapun rumus yang dapat digunakan antara lain :
1. Kapasitas Daya Dukung Pondasi Tiang Pada Tanah Non Kohesif (Pasir Dan Kerikil)
Gambar 2.5 Nilai N-SPT untuk Desain Tahanan Ujung Tanah Pasir
25
1) Daya Dukung Ujung Pondasi Tiang
Qp = 40 x Nb x Ap (2.8)
Dimana :
𝑁1 + 𝑁2
𝑁𝑏 =
2
Qs = 2 x N-SPT x P x Li (2.9)
Dimana :
Qp = 9 x cu x Ap (2.10)
Qs = α x cu x P x Li (2.11)
Dimana :
26
P = Keliling tiang (m)
Gambar 2.6. Hubungan antara Kuat Geser (cu) dengan Faktor Adhesi (α) (API, 1987)
Dari nilai N yang diperoleh dari uji SPT, dapat diketahui hubungan empiris tanah
non-kohesif seperti sudut geser dalam (ø), indeks densitas dan berat isi tanah basah (γwet).
Hubungan empirisnya dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2.
Tabel 2.1. Hubungan antara Angka Penetrasi Standar dengan Sudut Geser Dalam dan
0–5 0–5 26 – 30
5 – 10 5 – 30 28 – 35
10 – 30 30 – 60 35 – 42
30 – 50 60 – 65 38 – 46
(Das,1995)
27
Tabel 2.2. Hubungan antara N dengan Berat Isi Tanah
KN/m3
KN/m3
(Das, 1995)
II.4.1.3. Kapasitas Daya Dukung Aksial Tiang Pancang dari Data Kalendering
Kapasitas daya dukung tiang pancang dari data kalendering dapat dihitung dengan
2𝑊𝑟 𝑥 𝐻 𝑊𝑟+𝑒 2 𝑥 𝑊𝑝
𝑅= + (2.13)
𝑆+𝐾 𝑊𝑟+𝑊𝑝
28
L : Panjang tiang pancang
29
Tabel 2.5. Nilai Efisiensi Hammer
Pondasi tiang terkadang harus menahan beban lateral (horizontal), seperti beban
gempa dan beban lainnya. Beban-beban tersebut akan bekerja pada ujung atas (kepala tiang).
Hal ini akan menyebabkan kepala tiang terdeformasi lateral dan akan menimbulkan gaya
geser pada tiang dan tiang akan melentur sehingga timbul momen lentur. Gaya geser yang
dipikul tiang harus mampu didukung oleh tampang tiang sesuai dengan bahan yang dipakai.
Selain kapasitas dukung tiang perlu juga ditinjau terhadap kapasitas dukung tanah di
sekitarnya. Keruntuhan yang mungkin terjadi karena keruntuhan tiang, dan dapat pula karena
keruntuhan tanah di sekitarnya. Jika tanah cukup keras maka keruntuhan akan terjadi pada
tiang karena kapasitas lentur tiang terlampaui. Sedangkan jika tiang cukup kaku (pendek)
maka keruntuhan yang akan terjadi akibat terlampauinya kapasitas dukung tanah.
30
II.4.2.1. Tiang Ujung Jepit dan Tiang Ujung Bebas
Dalam analisis gaya lateral, model ikatan tiang dengan pelat penutup tiang perlu
diperhatikan karena sangat mempengaruhi kelakuan tiang dalam mendukung beban lateral.
Sehubungan dengan hal tersebut, tiang-tiang dibedakan menurut dua tipe, yaitu :
Tiang ujung jepit didefinisikan sebagai tiang yang ujung atasnya terjepit (tertanam)
dalam pelat penutup kepala tiang. Tiang ujung bebas didefinisikan sebagai tiang yang bagian
Untuk menentukan tiang termasuk tiang panjang atau tiang pendek perlu diketahui
faktor kekakuan tiang. Faktor kekakuan tiang dapat diketahui dengan menghitung faktor-
faktor kekakuan R dan T. Faktor-faktor tersebut dipengaruhi oleh kekakuan tiang (EI) dan
kompresibilitas tanah yang dinyatakan dalam modulus tanah (K) yang tidak konstan untuk
sembarang tanah, tapi tergantung pada lebar dan kedalaman tanah yang dibebani. Faktor
kekakuan untuk modulus tanah lempung (R) dinyatakan oleh Persamaan berikut :
4 EI
R= √ (2.16)
K
Dimana :
Nilai-nilai k1 yang disarankan oleh Terzaghi (1955), ditunjukkan dalam Tabel 2.7.
Pada kebanyakan lempung terkonsolidasi normal (normally consolidated) dan tanah granular,
31
modulus tanah dapat dianggap bertambah secara linier dengan kedalamannya. Faktor
5 𝐸𝐼
𝑇=√ (2.17)
𝑛 ℎ
Koefisien variasi modulus (nh) diperoleh Terzaghi secara langsung uji beban tiang
dalam tanah pasir yang terendam air. Nilai-nilai nh yang disarankan oleh Terzaghi dan Reese
dkk (1956) ditunjukkan dalam Tabel 2.8. Nilai-nilai nh yang lain, ditunjukkan dalam Tabel
2.9.
Dari nilai-nilai faktor kekakuan R dan T yang telah dihitung, (Tomlinson 1977)
mengusulkan kriteria tiang kaku atau disebut tiang pendek (tiang kaku) dan tiang panjang
(tiang tidak kaku/elastik) yang dikaitkan dengan panjang tiang yang tertanam dalam tanah
(L), seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 2.10. Batasan ini digunakan untuk menghitung
Tabel 2.7 Hubungan Modulus Subgrade (k1) dengan Kuat Geser Undrained untuk Lempung
32
Tabel 2.8. Nilai-Nilai nh untuk Tanah Granular (c = 0)
Tabel 2.10. Kriteria Pondasi Tiang Pendek dan Pondasi Tiang Panjang
Modulus Tanah (K)
Modulus Tanah (K)
Tipe Tiang Bertambah Dengan
Konstan
Kedalaman
Kaku L ≤ 2T L ≤ 2R
Tidak Kaku L ≥ 4T L ≥ 3,5R
(Sumber : Tomlinson, 1977)
Tahanan tanah ultimit tiang yang terletak pada tanah kohesif atau lempung
(𝜑=0 ) bertambah dengan kedalamannya dari 2cu dipermukaan tanah sampai 12cu
pada kedalaman kira-kira 3 kali diameter tiang. Broms (1964) mengusulkan cara
33
pendekatan sederhana untuk mengestimasi distribusi tekanan tanah yang menahan
tiang dalam lempung. Yaitu, tahanan tanah dianggap sama dengan nol di permukaan
tanah sampai kedalaman 1,5 kali diameter tiang (1,5d) dengan konstan sebesar 9cu
untuk kedalaman yang lebih besar dari 1,5d tersebut. Hal ini dianggap sebagai efek
penyusutan tanah.
Mekanisme keruntuhan tiang ujung bebas untuk tiang panjang (tiang tidak kaku)
dan tiang pendek (tiang kaku) diperlihatkan dalam Gambar 2.7. Untuk tiang panjang,
tahanan tiang terhadap gaya lateral akan ditentukan oleh momen maksimum yang
dapat ditahan tiangnya sendiri (My). Untuk tiang pendek, tahanan tiang terhadap gaya
(a)
(b)
Gambar 2.7. Mekanisme Keruntuhan Pondasi Tiang Ujung Bebas pada Tanah Kohesif
34
Pada gambar di atas, f mendefinisikan letak momen maksimum, sehingga dapat
diperoleh :
f = Hu / (9cu.d) (2.18)
(a)
(b)
35
Grafik diatas berlaku untuk tiang pendek, bila tahanan momen maksimum tiang
My > Mmaks dan untuk tiang panjang My < Mmaks, maka Hu diperoleh dari Persamaan
tiangnya sendiri (My). Broms menganggap bahwa momen yang terjadi pada tubuh tiang
yang tertanam di dalam tanah sama dengan momen yang terjadi diujung atas tiang yang
terjepit oleh pelat penutup tiang (pile cap). Mekanisme keruntuhan tersebut dapat dilihat
(a)
(b)
Gambar 2.9 Mekanisme Keruntuhan Pondasi (a) Tiang Pendek (b) Tiang Panjang pada Tiang
36
Untuk tiang pendek, dapat dihitung tahanan tiang ultimit terhadap beban lateral :
Hu = 9cud (L –g – 1,5d)
Dimana :
Nilai-nilai Hu dapat diplot dalam grafik hubungan L/d dan Hu/cud2 ditunjukkan pada
Gambar 2.8. Untuk tiang panjang, dimana tiang akan mengalami keluluhan ujung atas
yang terjepit, Hu dicari dengan Persamaan (2.24) dan Nilai-nilai Hu yang diplot dalam
2My
Hu = (2.24)
(1,5D+0,5f)
Hu = 1.5 d ɣ L2 Kp (2.25)
2
Mmax = Hu ∙L = B ɣ L3 Kp (2.26)
3
H
f=0,82√ u (2.27)
d∙K ∙γ p
Momen leleh :
37
Dimana :
(a) (b)
Gambar 2.10 Mekanisme Keruntuhan Tiang Ujung Jepit pada Tanah Non-Kohesif
Kapasitas lateral tiang (Hu) juga dapat diperoleh secara grafis. Hu diperoleh dari
Gambar 2.11. Nilai Hu yang diperoleh dari grafik tersebut harus mendekati nilai Hu yang
Sedangkan untuk tiang tidak kaku dengan ujung jepit, dimana momen maksimum
mencapai My di dua lokasi (Mu+ = Mu-) maka Hu dapat diperoleh dari Persamaan berikut :
2My
Hu = 2f (2.29)
e+
3
𝐻𝑢
f = 0,82√ (2.30)
d∙Kp ∙γ
2My
Hu = Hu
(2.31)
𝑒+0,54 √
γdKp
Dimana :
38
Hu = Beban lateral (kN)
(a) (b)
Hitungan kapasitas lateral tiang ujung bebas (Hu) dapat dihitung dengan
Persamaan berikut :
0,5 γdL3 Kp
Hu = (2.32)
e+L
Hu = 1,5γ d Kp f2 (2.33)
Hu
f = 0,82 √ (2.34)
d Kp γ
39
Sehingga momen maksimum diperoleh dengan Persamaan berikut :
Dimana:
(a)
(b)
40
Tabel 2.11. Klasifikasi Tiang Pancang Bulat Berongga
Panjang
Concrete Momen Lentur
Outside Unit Tiang Section Allowable
Cross (ton m)
Diameter weight Class (m) dan Modulus Axial Load
Section
(mm) (Kg/m) Diesel (m3) (ton)
(cm2)
Hammer Retak Batas
A2 2368,70 2,50 3,75 72,60
A3 6-15 2389,60 3,00 4,50 70,75
300 115 452
B k-13 2431,40 3,50 6,30 67,50
C 2478,70 4,00 8,00 65,40
AI 3646,00 3,50 5,25 93,10
6-15
A3 3693,90 4,20 6,30 89,50
350 145 K-13/K- 582
B 25 3741,70 5,00 9,00 86,40
C 3787,60 6,00 12,00 85,00
A2 5481,60 5,50 8,25 121,10
6-16
A3 5537,40 6,50 9,75 117,60
400 195 K-25/K- 765
B 35 5591,30 7,50 13,50 114,40
C 5678,20 9,00 18,00 111,50
A1 7591,60 7,50 11,25 149,50
A2 7655,60 8,50 12,75 145,80
6-16
450 235 A3 929 7717,10 10,00 15,00 143,90
K-35
B 7783,80 11,00 19,80 139,10
C 7929,00 12,50 25,00 134,90
A1 10506,00 10,50 15,75 185,30
A2 6-16 10579,30 12,50 18,75 181,70
500 290 A3 K-35/K- 1159 10653,50 14,00 21,00 178,20
B 45 10727,80 15,00 27,00 174,90
C 10944,60 17,00 34,00 169,00
A1 17482,80 17,00 25,50 252,70
A2 17577,70 19,00 28,50 249,00
6-16
600 395 A3 1570 17792,70 22,00 33,00 243,20
K-45
B 17949,60 25,00 45,00 238,30
C 18263,40 29,00 58,00 229,50
(Sumber : PT WIKA Beton)
41
II.5. Kelompok Tiang
Kelompok tiang adalah sekumpulan tiang yang dipasang secara relatif berdekatan dan
biasanya diikat menjadi satu di bagian atasnya dengan menggunakan pile cap seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.13. Untuk menghitung nilai kapasitas dukung kelompok tiang,
ada beberapa hal yang harus diperhatikan terlebih dahulu, yaitu jumlah tiang dalam satu
penurunan maka setelah penurunan bidang poer tetap akan merupakan bidang datar.
Gaya-gaya yang bekerja pada tiang berbanding lurus dengan penurunan tiang-tiang
tersebut.
Pada prinsipnya jarak tiang (s) makin rapat, ukuran pile cap makin kecil dan secara
tidak langsung biaya lebih murah. Tetapi bila memikul beban momen maka jarak tiang perlu
diperbesar yang berarti menambah atau memperbesar tahanan momen. Umumnya, jarak
antara 2 (dua) tiang dalam kelompok diisyaratkan minimum 0,60 m dan maksimum 2,00 m.
42
Bila jarak antar tiang s < 2,5d kemungkinan tanah di sekitar kelompok tiang akan
naik terlalu berlebihan karena terdesak oleh tiang-tiang yang dipancang terlalu
Bila jarak antar tiang s > 3d akan menyebabkan perencanaan menjadi tidak ekonomis
Untuk menentukan jumlah tiang yang akan dipasang didasarkan beban yang bekerja
pada pondasi dan kapasitas dukung ijin tiang, maka rumus yang dipakai ditunjukkan pada
Persamaan berikut :
𝑃
n= (2.36)
𝑄𝑎
Dimana :
c. Susunan tiang
Susunan tiang sangat berpengaruh terhadap luas denah pile cap, yang secara tidak
langsung tergantung dari jarak tiang. Bila jarak tiang kurang teratur atau terlalu lebar, maka
luas denah pile cap akan bertambah besar dan berakibat volume beton menjadi bertambah
besar sehingga biaya konstruksi membengkak. Pada Gambar 2.14 ditunjukkan contoh
43
Gambar 2.15. Pola Susunan Tiang Pancang (Bowles, 1984)
Menurut Coduto (1983), efisiensi tiang bergantung pada beberapa faktor yaitu :
5. Jenis tanah.
tiang, variasi bentuk tiang yang meruncing, variasi sifat tanah dengan kedalaman dan
pengaruh muka air tanah. Berikut ini beberapa metode dalam perhitungan efisiensi tiang :
a) Metode Converse-Labarre
(𝑛−1)m+(m−1)n
𝐸𝑔 = 1 − (2.37)
90𝑚𝑛
44
Dimana :
𝑑
𝐸𝑔 = 1 − [𝑚(𝑛 − 1) + 𝑛(𝑚 − 1) + √2(𝑛 − 1)(𝑚 − 1)] (2.38)
𝜋.𝑠.𝑚.𝑛
Keterangan:
c) Metode Feld
Metode ini mereduksi daya dukung setiap tiang pada kelompok tiang dengan
l/n untuk setiap tiang yang berdekatan dan tidak memperhitungkan jarak tiang, akan
tetapi untuk jarak antar tiang s ≥ 3 maka tiang yang bersebelahan itu diasumsikan
Total Eff−tiang
Eff-tiang = (2.41)
𝑛
45
Dimana :
Qg = Eg . n . Qa (2.43)
Dimana :
Pada waktu tiang dibebani, tiang akan mengalami pendekatan dan tanah di sekitarnya
akan mengalami penurunan. Penurunan terjadi dalam tanah ini disebabkan oleh berubahnya
susunan tanah maupun oleh pengurangan rongga pori atau air di dalam tanah tersebut.
Beberapa metode hitungan penurunan telah diusulkan, berikut ini akan dijelaskan penurunan
Menurut Poulus dan Davis (1980) penurunan jangka panjang untuk pondasi tiang
tunggal tidak perlu ditinjau karena penurunan tiang akibat konsolidasi dari tanah relatif kecil.
Ini dikarenakan pondasi tiang direncanakan terhadap kuat dukung ujung dan kuat dukung
46
I = Io R k R h R μ (2.45)
I = Io R k R b R μ (2.47)
Dengan:
Rh= Faktor koreksi untuk ketebalan lapisan yang terletak pada tanah
Gambar 2.15, 2.16, 2.17, 2.18 dan 2.19 menunjukkan grafik faktor koreksi. K adalah
suatu ukuran kompressibilitas relatif dari tiang dan tanah yang dinyatakan oleh persamaan
berikut :
𝐸𝑝 .𝑅𝑎
𝐾= (2.48)
𝐸𝑠
𝐴𝑝
𝑅𝑎 = 1 (2.49)
4
𝜋𝑑 2
Dengan:
47
Gambar 2.15 Faktor Penurunan Io (Poulus dan Davis, 1980)
48
Gambar 2.18 Faktor Penurunan Rh (Poulus dan Davis, 1980)
49
b. Penurunan Tiang Elastis
terletak pada tanah berbutir halus yang jenuh dan dapat dibagi menjadi tiga
komponen. Penurunan total adalah jumlah dari ketiga komponen tersebut, yang
Dengan :
S = Penurunan total
batang tiang
Qwp Cp
Se(2) = (2.52)
d.qp
Qws Cs
Se(3) = (2.53)
𝐿.qp
Dimana :
Qwp = Daya dukung yang bekerja pada ujung tiang dikurangi daya
50
qp = Daya dukung ultimit (kN)
Cp = Koefisien empiris
Cs = Konstanta empiris
Nilai ξ tergantung dari unit tahanan friksi alami (the nature of unit friction
resistance) di sepanjang tiang terpancang di dalam tanah. Nilai ξ = 0,5 untuk bentuk
unit tahanan fiksi alaminya berbentuk seragam atau simetris, seperti persegi panjang
atau parabolik seragam, umumnya pada tanah lempung atau lanau. Sedangkan untuk
tanah pasir nilai ξ = 0,67 untuk bentuk unit tahanan fiksi alaminya berbentuk segitiga.
Gambar 2.20. Variasi Jenis Bentuk Unit Tahanan Friksi (Kulit) Alami Terdistribusi
Sepanjang Tiang Tertanam ke Dalam Tanah
(Sumber : Bowles, 1993)
Penurunan tiang pancang kelompok didefinisikan sebagai perpindahan titik tiang pancang
51
yang diakibatkan oleh peningkatan tegangan pada lapisan dasar sedalam pemancangan tiang
pancang dengan sifat elastisitas tanah ditambah pemendekan elastis tiang akibat pembebanan.
Penurunan tiang pancang kelompok merupakan jumlah dari penurunan elastis dan penurunan
konsolidasi. Penurunan elastis tiang adalah penurunan yang terjadi dalam waktu dekat atau
dengan segera setelah penerapan beban (elastic settlement atau immediate settlement).
Penurunan tiang kelompok (Meyerhoff, 1976) dapat dihitung dengan Persamaan berikut :
2𝑞√𝐵𝑔 𝐼
Sg = (2.55)
𝑁60
𝑄𝑔
q= (2.56)
𝐿𝑔 𝐵𝑔
Dengan
𝐿
I = (1 − ) ≥ 0.5 (2.57)
8𝐵𝑔
Penurunan yang diizinkan dari suatu bangunan tergantung pada beberapa faktor
seperti jenis, tinggi, kekakuan, dan fungsi bangunan, besar dan kecepatan penurunan serta
distribusinya.
52
II.7. Faktor Keamanan
Untuk memperoleh kapasitas ijin tiang, maka kapasitas ultimit tiang dibagi dengan faktor
aman tertentu. Tabel 2.14 menunjukkan faktor keamanan yang disarankan oleh Reese dan
O’Neill.
Tabel 2.14 Faktor Aman yang Disarankan oleh Reese dan O’Neill
Faktor Aman
Analisa metode elemen hingga pada rekayasa geoteknik berbeda dengan metode
elemen hingga pada rekayasa struktur karena adanya interaksi elemen yang memiliki
kekakuan yang berbeda. Misalkan Pondasi dengan tanah memiliki kekakuan yang berbeda.
adanya pemodelan terlebih dahulu. Secara umum pemodelan geometri pada metode elemen
1. Axysimteris,
pancang,
2. Plain strain,
memanjang, misalnya dinding penahan tanah badan jalan dan saluran drainase.
53
3. Plain stress.
program. Salah satu program metode elemen hingga yang dipakai adalah plaxis. Plaxis adalah
sebuah paket program yang disusun berdasarkan metode elemen hingga yang telah
dikembangkan secara khusus untuk melakukan analisis deformasi dan stabilitas dalam bidang
Geoteknik (Plaxis,2012)
Pemodelan geometri dalam program ini hanya terdiri dari axysimetris dan plainstrain.
Pemodelan geometri dalam program Metode elemn hingga ini menggunakan tiga buah
komponen utama yaitu: titik, garis dan klaster. Apabila model geometri telah terbentuk, maka
suatu model elemen hingga secara otomatis terbentuk dengan komposisi dari klaster-klaster
dan garis-garis yang membentuk model geometri tersebut. Komponen penyusun sebuah
Elemen
titik nodal atau dengan 6 buah titik nodal. Elemen 15 titik nodal berguna untuk
Titik Nodal
Dalam program ini pilihan titik nodal ada dua yaitu 15 titik nodal dan 6 titik
nodal. Penyebaran titik-titik nodal dalam suatu elemen baik pada elemen 15
titik nodal maupun pada elemen 6 titik nodal ditunjukkan pada Gambar 2.22.
Titik tegangan
Titik tegangan adalah titik integrasi Gauss yang digunakan untuk menghitung
tegangan dan regangan. Sebuah elemen 15 titik nodal memiliki 12 buah titik
54
tegangan seperti ditunjukkan pada Gambar 2.21-a sedangkan elemen 6 titik
nodal memiliki 3 buah titik tegangan seperti ditunjukkan pada Gambar 2.21-b
Di dalam program metode elemen hingga ini ada beberapa jenis pemodelan tanah
seperti linear elastic, soft soil model, hardening soil model , dll. salah satu diantaranya adalah
pemodelan Mohr-Coulomb.
sempurna (Linear Elastic Perfectl Plastic Model), dengan menetapkan suatu nilai
tegangan batas dimana pada titik tersebut tegangan tidak lagi dipengaruhi oleh regangan.
Modulus young (E), rasio poisson (υ) yang memodelkan keelastisitasan tanah
Kohesi (c), sudut geser (ϕ) memodelkan perilaku plastis dari tanah
suatu kedalaman pada suatu jenis tanah, namun jika diinginkan adanya peningkatan nilai E
perkedalaman tertentu disediakan input tambahan dalam program Plaxis. Selain 5 (lima)
parameter di atas, kondisi tanah awal memiliki peran penting dalam masalah deformasi
55
tanah.Nilai rasio Poisson (υ) dalam pemodelan Mohr-Coulomb didapat dari hubungannya
υ 𝜎ℎ
Dimana : = (2.59)
1−υ 𝜎𝑣
Secara umum nilai υ bervariasi dari 0,3 sampai 0,4 namun untuk kasus-kasus
Nilai kohesi c dan sudut geser ϕ diperoleh dari uji Geser Triaxial, atau diperoleh dari
hubungan empiris berdasarkan data uji Lapangan. Sementara sudut dilantasi (ψ) digunakan
untuk memodelkan regangan volumetrik plastik yang bernilai positif. Pada tanah lempung
(NC), umumnya tidak terjadi dilantasi (ψ = 0), sementara pada tanah pasir dilantasi
tergantung dari kerapatan dan sudut geser (ϕ) dimana ψ = ϕ-30°. Jika ϕ < 30° maka ψ = 0.
Sudut dilantasi (ψ) bernilai negatif hanya bersifat realistis jika diaplikasikan pada pasir
lepas.
1. Tanah
Model tanah yang dipilih yaitu model Mohr-Coulomb, dimana perilaku tanah
56
a. Modulus Young (E)
maka beberapa pengujian lapangan (in situ test) telah dikerjakan untuk mengestimasi
nilai modulus elastisitas tanah. Terdapat beberapa usulan nilai E yang diberikan oleh
peneliti, diantaranya pengujian Sondir yang dilakukan oleh DeBeer (1965) dan Webb
(Standart Penetration Test). Nilai modulus elastis yang dihubungkan dengan nilai
sedangkan input yang dibutuhkan adalah modulus elastisitas efektif (Es’). Persamaan
Es(1+v)
Es ′ = ( ) (2.65)
1,5
Menurut Bowles, 1997, nilai modulus elastisitas tanah juga dapat ditentukan
57
Tabel 2.15 Nilai Perkiraan Modulus Elastisitas Tanah
LEMPUNG
2. Lunak 20 – 40
3. Sedang 45 – 90
Pasir
1. Berlanau 50 – 200
LANAU 20 – 200
Selain itu modulus elastisitas tanah dapat juga dicari dengan pendekatan terhadap
jenis dan konsistensi tanah dengan N-SPT , seperti pada Tabel 2.18 dan 2.19.
58
Tabel 2.16. Korelasi N-SPT dengan Modulus Elastisitas pada Tanah Lempung
Tabel 2.17. Korelasi N-SPT dengan Modulus Elastisitas pada Tanah Pasir
59
b. Poisson’s Ratio (μ)
mekanika tanah. Nilai sebesar 0,5 biasanya dipakai untuk tanah jenuh dan nilai 0 (nol)
sering dipakai untuk tanah kering dan tanah lainnya untuk kemudahan dalam
perhitungan. Namun pada program Plaxis khususnya model tanah undrained μ'< 0,5.
Untuk nilai poisson ratio efektif (μ’) diperoleh dari hubungan jenis tanah,
konsistensi tanah dengan poisson ratio seperti terlihat pada Tabel 2.18.
Tabel 2.18. Hubungan Jenis Tanah, Konsistensi dan Poisson’s Ratio (μ)
Sudut geser dalam dan kohesi tanah merupakan parameter dari kuat geser
tanah yang menentukan ketahanan tanah terhadap deformasi akibat tegangan yang
bekerja pada tanah. Deformasi dapat terjadi akibat adanya kombinasi keadaan kritis
dari tegangan normal dan tegangan geser. Nilai dari sudut geser dalam didapat dari
engineering properties tanah, yaitu dengan Triaxial Test dan Direct Shear Test.
Hubungan antara sudut geser dalam (ø) dengan nilai SPT setelah dikoreksi
60
Dimana :
d. Kohesi (c)
Kohesi didefenisikan sebagai gaya tarik menarik antar partikel tanah. Kohesi
merupakan salah satu parameter kuat geser tanah yang menentukan ketahanan tanah
terhadap deformasi akibat tegangan yang bekerja pada tanah. Nilai dari kohesi didapat
dari engineering properties, yaitu dengan Triaxial Test dan Direct Shear Test.
e. Permeabilitas (k)
dapat mengalirkan atau merembeskan air (atau jenis fluida lainnya) melalui pori-pori
𝑒3
k= (2.70)
1+𝑒
Untuk tanah yang berlapis-lapis harus dicari nilai permeabilitas untuk arah vertikal
1
kh = (kH1 + kH2 + ... + kHn) (2.72)
𝐻
Dimana :
H = Tebal lapisan (cm)
e = Angka pori
k = Koefisien permeabilitas (cm/dtk)
kv = Koefisien permeabilitas arah vertikal (cm/dtk)
kh = Koefisien permeabilitas arah horizontal (cm/dtk)
61
Nilai koefisien permeabilitas tanah dapat ditentukan berdasarkan jenis tanah seperti
Berat jenis tanah kering adalah perbandingan antara berat tanah kering dengan
satuan volume tanah. Berat jenis tanah kering dapat diperoleh dari data Soil Test
Berat jenis tanah jenuh adalah perbandingan antara berat tanah jenuh air dengan
satuan volume tanah jenuh. Dimana ruang porinya terisi penuh oleh air. Nilai dari
𝐺𝑠+𝑒
γsat = ( ) 𝛾𝑤 (2.73)
1+𝑒
Dimana :
Gs : Specific gravity
e : Angka pori
γw : Berat isi air.(gr/cm3)
62
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
berikut :
Daya Air
maksimum 20 meter.
63
b. Bore Machine 2 ( dua ) titik dengan kedalaman masing – masing BH I
hole
engineering properties.
Index Properties :
Engineering Properties :
Pada penelitian ini, titik yang ditinjau oleh penulis adalah titik bore hole
II. Dari data hasil pengujian SPT dan sondir dapat diketahui karakteristik
64
Tabel 3.1 Deskripsi Tanah Bore Hole II dari hasil SPT
Tebal
Kedalaman
Lapisan Deskripsi Tanah
(m)
(m)
- Clayey Silt
0-2.85 2,85 - Color : Brown
- Plasticity : Medium
- Fine Sand
- Color : Brownish Gray
2.85-6.10 3.25
- Plasticity : Low to Non
Plastic
- Sandy Clay
6.10-8.05 1.95 - Color: Gray
- Plasticity: Medium
- Fine Sand
8.05-15 6.95 - Color : Gray
- Plasticity : Non Plastic
- Fine Sand
- Color : Light Gray
15-25 10
- Plasticity : Non Plastic
- Depth : 15,00 - 25,00 m
65
Tabel 3.2 Hasil Pengujian Sondir
Dalam proyek ini digunakan pondasi tiang pancang dengan spesifikasi se-
bagai berikut :
Lokasi pengujian SPT dan Sondir, dan lokasi tiang yang ditinjau dapat
66
PDA 17-I
= TITIK PDA
Gambar 3.1 Letak Titik Pengujian Sondir, Bor Mesin dan PDA
67
68
Gambar 3.2 Denah Tiang Pancang
68
Titik pengujian PDA 17 I
69
III.4. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendukung penulisan Tugas Akhir ini, penulis memperoleh data dari
d. Uji Laboratorium
pelaksanaan sehingga tercapai tujuan dari penelitian, seperti yang dirangkum pada
a. Tahap pertama
b. Tahap kedua
antara lain : data hasil pengujian Sondir, data hasil SPT, data PDA test,
70
c. Tahap ketiga
Melakukan analisa antara data yang diperoleh dari lapangan dengan buku
Akhir ini.
d. Tahap keempat
secara analitis pada Bore Hole II dari data hasil sondir dan SPT pada tiang
Setelah itu penulis juga melakukan perhitungan nilai daya dukung ultimit
Mohr Coulomb.
71
Berikut adalah diagram alir pelaksanaan penelitian ini.
Mulai
Selesai
72
BAB IV
1V.1. Pendahuluan
Pada bab ini akan dibahas mengenai analisis perhitungan daya dukung dan
penurunan tiang pancang dengan beberapa metode yang telah disebutkan pada bab
II. Daya dukung dan penurunan tiang pancang akan dihitung dengan metode
analitis dan metode elemen hingga dengan menggunakan data hasil sondir (Cone
Penetration Test), SPT (Standard Penetration Test), kalendering, PDA dan data
hasil laboratorium. Selain itu, pada bab ini juga akan dibahas mengenai
berdasarkan data hasil Sondir (Cone Penetration Test) dan SPT (Standard
73
Maka, dari Persamaan (2.3) kapasitas daya dukung ultimit tiang adalah :
= 12317 kg
= 12,317ton
= 3637 kg
= 3,637 ton
Daya dukung terhadap kekuatan tanah untuk tiang tarik dari Persamaan
(2.5) adalah :
Tult = 28 × 125,600
= 3516,8 kg
= 3,5168 ton
3,5168
Q ijin =
3
= 1,1722 ton
=377142,9 kg
= 377,1429 ton
74
Tabel 4.1 Perhitungan Daya Dukung Ultimit dan Daya Dukung Ijin Tiang
75
IV.2.2.Perhitungan Kapasitas Daya Dukung Ultimate Tiang Pancang
NSPT : 16
Nb :8
Li :2m
Ap : 0,125714 m2
P : 1,257143 m
Daya dukung ujung dan daya dukung selimut tiang pancang dari
Qp = 40 x 8 x 0,125714 x 2/0,4
= 201,14 kN
Qs = 2 x 16 x 1,257143 x 2
= 80,46 kN
(Lempung)
76
Contoh perhitungan diambil dari kedalaman 8 m, BH-2 ∅ 40 𝑐𝑚:
N-SPT :3
cu = 3 x 2/3 x 10
= 20 kN/m2
Qp = 9 x 20x 0.125714
= 22.63 kN
Maka, daya dukung selimut tiang pancang dari Persaman (2.11) adalah :
α =1 ( API Method )
Li =2m
Qs = 1 x 20x 1.257143x 2
= 50.29kN
77
Tabel 4.2. Perhitungan Daya Dukung Ultimit dan Daya Dukung Ijin Tiang Pancang pada Bore Hole II diameter 40 cm dengan Metode
Meyerhoff
BH II
Deskripsi Skin friction End Qijin
Lapisan N- Qult Qult
Kedalaman Kohesif/non N1 N2 Nb cu α Local Cumm Bearing (ton),
ke Jenis tanah SPT (kN) (ton)
kohesif (kN) (kN) (kN) FS=3
0 Lempung 0 0 0 0 - - - - - - - -
1 Kohesif
2 Berlanau 0 0 0 0 - - - - - - - -
4 0 0 0 0 - - - - - - - -
2 Pasir non kohesif
6 6 1 3 2 - - - - - - - -
Lempung
8 3 Kohesif 3 1 1 1 20 1 50,29 50,29 22,63 72,91 7,29 2,92
Berpasir
10 16 7 9 8 - - 80,46 130,74 201,14 331,89 33,19 13,28
12 4 Pasir non Kohesif 20 9 11 10 - - 100,57 231,31 251,43 482,74 48,27 19,31
14 35 6 15 10,5 - - 176,00 407,31 264,00 671,31 67,13 26,85
16 38 7 14 10,5 - - 191,09 598,40 264,00 862,40 86,24 34,50
18 40 9 13 11 - - 201,14 799,54 276,57 1.076,11 107,61 43,04
20 5 Pasir non kohesif 43 11 15 13 - - 216,23 1.015,77 326,86 1.342,63 134,26 53,71
22 45 14 19 16,5 - - 226,29 1.242,06 414,86 1.656,91 165,69 66,28
24 50 14 19 16,5 - - 251,43 1.493,49 414,86 1.908,34 190,83 76,33
78
IV.2.2. Menghitung Kapasitas Daya Dukung Ultimate Tiang Pancang
Daya dukung tiang yang diperoleh dari data PDA adalah daya dukung
tiang yang memiliki jarak terdekat dengan Bore hole II yaitu tiang 17 I
79
Tinggi jatuh (h) = 1,15 m = 115 cm
Dari Persamaan (2.13), (2.14), (2.15) maka daya dukung ultimitnya adalah :
a) Metode Hiley
𝑅𝑑𝑢 = 198,343 𝑇
Rdu= 105,0315 T
0,85 𝑥 979200
𝑃𝑢 =
0,85 𝑥 979200 𝑥 1200 0,5
2+[ ]
2 𝑥 1257,143 𝑥 364060,4
𝑃𝑢 = 273377 𝑘𝑔 = 273,377 𝑇
kestabilitasan apakah tanah tersebut akan runtuh atau tidak. Untuk menghitung
daya dukung horizontal, terlebih dahulu kita harus menghitung faktor kekakuan
tiang untuk jenis tanah non-kohesifnya. Perhitungan kapasitas daya dukung lateral
80
tiang pancang dilakukan dengan menggunakan metode Broms.
Metode ini hanya dapat digunakan pada satu jenis tanah saja, misalnya
untuk lapisan pasir saja atau lapisan lempung saja. Sehingga, apabila tanah
tersebut mempunyai lapisan yang bervariasi, maka akan diambil lapisan yang
dominan untuk mewakili semua lapisan. Dari hasil pengujian SPT diketahui
bahwa lapisan yang dominan adalah pasir. Contoh perhitungan diambil pada
kedalaman 18 m
E = 4700 √60
= 36.406,043 Mpa
= 36.406.043 kN/m2
1
I = π (0,4)4
64
= 0,001257 m4
81
Dari Persamaan (2.17) maka faktor kekakuan untuk modulus tanah
granular:
5 36406043 x 0,001257
T =√
11779
= 1,311867 m
L≥4T
12m ≥ 5,24747 m
terhadap gaya lateral akan ditentukan oleh momen maksimum yang dapat
2 (55)
Hu =
Hu
0 + 0,54 √
14,5(0,3)(2,6557)
Mu 25
Tahanan momen ultimit : = = 81,84415
d4 γKp (0,3)4 ×14,2×2,6557
85,54115
H =
2,5
= 34,216 kN = 3,4216Ton
Mu 25
Tahanan momen ultimit : 4 = = 56,9712
d γKp (0,4)4 ×14,2×2,6557
82
Nilai tahanan ultimit sebesar 56,9712 diplot ke grafik pada Gambar 2.11-b,
Hu
37 =
Kp ×γ×d3
Hasil yang diperoleh secara analitis tidak jauh berbeda dengan cara grafis.
a) Metode Converse-Labarre
= 11,3099
n=9 ;m=4
(9 − 1)4 + (4 − 1)9
Eg = 1 − (11,3099) = 0,794
90 x 4 x 9
83
Dari Persamaan (2.38) maka efisiensi grup tiang adalah :
0,4
𝐸𝑔 = 1 − [4(9 − 1) + 9(4 − 1) + √2(9 − 1)(4 − 1)
22
. 2.4.9
7
= 0,83571
c) Metode Feld
8
𝐸𝑓𝑓−𝑡𝑖𝑎𝑛𝑔 𝐵 = 1 − = 0,5 jumlah tiang B :18
16
4
𝐸𝑓𝑓−𝑡𝑖𝑎𝑛𝑔 𝐶 = 1 − = 0,75 jumlah tiang C : 4
16
(0.6875𝑥14)+(0,5𝑥18)+(0.75𝑥4)
Eff-tiang = = 0.600694
36
Qg = 0.600694 x 36 x 107,611
= 2327,097 Ton
Pada proyek ini, ujung tiang pancang jatuh di tanah pasir, sehingga tidak
penurunan elastisnya.
84
IV.5.1. Penurunan pada Tiang Tunggal
Dimana:
sepanjang tiang.
Dari Persamaan (2.61), Besar modulus elastisitas tanah di sekitar tiang (Es)
adalah :
𝐸𝑏 = 10 × 𝐸𝑠
= 10 x 48 MPa
= 540 Mpa
𝐸𝑝 = 36406.04 MPa
0,2357143𝑚2
Ra = = 1
1 2
𝜋(0,3)
4
36406,04 × 1
K =
48
= 758,459
𝑑𝑏 40
Untuk = =1
𝑑 40
𝐿 1200
Untuk = = 30
𝑑 40
85
a. Metode Poulos dan Davis (1980) :
Dengan menggunakan grafik pada Gambar 2.15, 2.16, 2.17, 2.18, 2.19
diperoleh :
𝐿 𝑑𝑏
𝐼𝑜 = 0,054 (untuk = 30 dan = 1)
𝑑 𝑑
𝐿
𝑅𝑘 = 1,4 (untuk = 30 dan K = 758,459)
𝑑
𝐿 ℎ 22
𝑅ℎ = 0,78 (untuk = 30 dan = = 1,5)
𝑑 𝐿 12
𝐿 𝐸𝑏
𝑅𝑏 = 0,77 (untuk = 30 ; = 10 ; dan K = 758,459)
𝑑 𝐸𝑠
tiang friksi :
1440000 kg × 0,05542
S =
480 kg⁄cm2 × 40 cm
= 0.369467 cm = 3,69 mm
= 0,05471 cm
1440000 kg × 0,05471
S=
480 kg⁄cm2 × 40 cm
= 0.364733 cm = 3,65 mm
86
dukung ujung
Total Penurunan 7,34
b. Penurunan Elastis
= 276,57 – 201,14
= 75,428
Qws = 201,14 kN
Ap = 0,125714 m2
L = 12 m
D = 0,4 m
qp = 40 x L/d x Nb = 40 x 5 x 11 = 2200
= 0,000551 m
= 0,551 mm
276,57 x 0,02
Se(2) =
0,4 𝑥 2200
= 0,001714 𝑚
= 1,714 𝑚𝑚
87
201,14 x 0,0361
Se(3) =
12 𝑥 2200
= 0,000275 𝑚
= 0,275 𝑚𝑚
Berdasarkan Gambar 4.1 dan dari Persamaan (2.55); (2.56) dan (2.57)
40000
q=
800 x 1380
= 0,036232 kg/cm2
1200
I = 1 − ≥ 0.5
8 x 1380
= 0.89 ≥ 0.5
= 0,0598 cm = 5,98 mm
Pada Metode Elemen Hingga daya dukung ultimit yang akan dihitung
adalah daya dukung aksial pondasi tiang pancang. Pemodelan tanah yang
digambarkan seperempat namun sudah mewakili sisi yang lain karena dianggap
simetris dan dengan pemodelan tanah Mohr Coulomb. Data-data yang harus
88
diketahui sebelum melakukan pemodelan pondasi tiang pancang yang ditunjukkan
No Keterangan Nilai
Karena keterbatasan data, maka sebagian parameter tanah seperti sudut geser
dalam (∅), dan kohesi (c), diambil dari bantuan Program Allpile.
89
Tabel 4.6 Input Parameter Tanah untuk Program Metode Elemen Hingga Lokasi Bore Hole II
90
IV.6.1. Proses Pemodelan pada Program Metode Elemen Hingga
yaitu :
1. Atur parameter dasar dari model elemen hingga dijendela general settings
kedalaman 19 m (kedalaman Bore Hole II) yang terdiri dari beberapa layer
memisahkan kekakuan lebih dari satu elemen, yaitu kekakuan antara tanah
dan tiang.
fixities .
91
Gambar 4.4 Pemodelan pada Metode Elemen Hingga
material set . Untuk data tanah, pilih soil & interface pada set type,
sedangkan data tiang pilih plates pada set type. Setelah itu seret data-data
Gambar 4.5.
(a)
92
(b)
Gambar 4.5 Input Data Material Set (a) Data Lapisan Tanah
93
Gambar 4.6 Generate Mesh
Gambar 4.7 Initial Water Pressure pada Program Metode Elemen Hingga
94
9. Kemudian klik tombol generate water pressure untuk mendefenisikan
tekanan air tanah. Lalu setelah muncul diagram active pore pressures, klik
update, maka akan kembali ke tampilan initial water pressure, lalu klik
initial pore pressure, dan generate pore pressure maka akan muncul
10. Dalam window calculation terdapat beberapa fase yang akan dikerjakan
hijau) , maka akan diperoleh nilai ΣMsf dari kotak dialog Phi/c reduction
95
∑Msf
= 3,0109 x 400 kN
= 1.204,36 kN
= 120,436 Ton
∑Msf
96
Nilai Σ Msf 4 (setelah konsolidasi) sebesar 2,9758 Qu titik Bore Hole II
adalah :
= 2,9758 x 400 kN
= 1.190,32 kN
= 119,032 ton
Gambar 4.11 Besar Nilai Penurunan yang Terjadi Setelah Hasil Perhitungan
97
IV.7. Diskusi
Hingga.
Berdasarkan Gambar 4.12 dan 4.13 dan Tabel 4.7 dapat dilihat
bahwa besar nilai tekanan air pori ekses dari Program Metode Elemen
konsolidasi.
Dari nilai tersebut dapat dilihat bahwa besar tekanan air pori ekses
ini dikarenakan sebelum konsolidasi terjadi, butiran tanah dan air pori
tanah telah termampatkan dan air telah keluar sehingga yang menahan
gaya luar hanya butiran tanah saja sehingga besarnya tekanan air pori
Tabel 4.7 Tekanan Air Pori dengan Program Metode Elemen Hingga
Konsolidasi Konsolidasi
(kN/m2) (kN/m2)
69,43 0,846
98
Gambar 4.12 Excess Pore Pressure Sebelum Konsolidasi
Setelah Konsolidasi
yang dapat dilihat pada Tabel 4.8 didapatkan besar nilai daya dukung
konsolidasi.
99
Tabel 4.8 Daya Dukung dengan Program Metode elemen hingga
ini cenderung sama, karena didominasi oleh pasir. Hal ini yang
dapat dipengaruhi oleh air pori yang belum keluar saat pemancangan,
sehingga beban masih dipikul oleh tanah dan air. Sedangkan setelah
kecilnya daya dukung tanah itu sendiri dapat dipengaruhi oleh sifat tanah
disetiap lapisan.
Konsolidasi
baru selesai dipancang maka akan terjadi penurunan yang belum stabil,
itu, setelah konsolidasi selesai penurunan yang terjadi sedikit lebih besar
100
dikarenakan proses karena partikel tanah telah rapat, air dan udara telah
keluar .
(mm) (mm)
38,04 38,69
101
IV.7.1.4 Waktu Konsolidasi
besar dari tanah lempung dan pada pemodelan ini diambil besar nilai
102
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan pada proyek Pembangunan Bendung
Bajayu Sei Padang Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil perhitungan untuk data Sondir, SPT, Kalendering dan hasil PDA test
diperoleh nilai daya dukung ultimit untuk diameter 0,4 m pada Bore Hole
SPT 18 40 107,61
Kalendering
Metode
Hiley 198,343
18 40
Metode 105,032
ENR 273,377
Danish
Formula
2. Daya dukung ultimit dan Daya dukung ijin tiang pancang diameter 0,4 m
dari perhitungan analitis untuk data Sondir, SPT pada Bore Hole II seperti
103
Tabel 5.2 Nilai Daya Dukung Ultimit dan Daya Dukung Ijin Berdasarkan
Data Sondir dan SPT
Metode Kedalaman Diameter Qu Qall
dengan metode Broms pada diameter 40 cm dapat dilihat pada Tabel 5.3.
Metode Los Angeles dan Metode Feld ditampilkan pada tabel berikut :
Maka efisiensi kelompok tiang (Eg) diambil sebesar 0,601 (metode Feld).
2327,097 ton
104
5. Hasil penurunan tiang pancang yang diperoleh dengan metode Poulus dan
Davis dan metode penurunan elastis dapat dilihat pada Tabel 5.5.
7. Hasil perhitungan daya dukung ultimit dan penurunan tiang pancang pada
Tabel 5.6. Hasil Perhitungan Daya Dukung Ultimit dan Penurunan Tiang
(Ton) (mm)
120,436 38,04
8. Nilai tekanan air pori pada Bore Hole I menggunakan program Metode
105
Tabel 5.7 Nilai Tekanan Air Pori dengan Program Metode Elemen
Hingga
69,43 0,846
10. Dari hasil perhitungan diatas, nilai daya dukung tanah berdasarkan hasil
SPT, PDA test, dan kalendering (metode ENR), dan metode elemen
11. Penurunan yang diperoleh dari perhitungan dengan metode elemen hingga
106
V.2. Saran
1. Pengujian yang dilakukan baik dilapangan dan di laboratorium hendaknya
2. data teknis yang lengkap sangat diperlukan karena data tersebut sangat
atau harus diiringi dengan Loading test untuk hasil yang lebih akurat.
yang valid dan pemodelan yang tepat sehingga menghasilkan analisa yang
akurat.
107
DAFTAR PUSTAKA
HS.Sardjono. 1987, Pondasi Tiang Pancang Jilid II, Surabaya : Sinar Wijaya.
Tindaon, Tua.2014, Analisa Daya Dukung Dan Penurunan Elastis Tiang Pancang Beton Ø 0,5
University Press
Bowles, J. E., 1982, Foundation Analysis and Design, Terjemahan oleh Pantur Silaban. Jilid
Bowles, J. E., 1984, Foundation Analysis and Design, Terjemahan oleh Pantur Silaban. Jilid
Das, B. M., 1985, Principle of Geotechnical Engineering, Terjemahan oleh Noor Endah & Indra
Das, B. M., 1985, Principle of Geotechnical Engineering, Terjemahan oleh Noor Endah & Indra
Lambe, W. T., Whitman, R. V., 1969, Soil Mechanics, Jhon Willey & Sons, Inc., New York.
xx
Poulus, H.G., dan Davis, E.H., 1980, Pile Foundations Analysis and Design, : John Wiley and
Sosrodarsono, S.,dan Nakazawa, 2005, Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi, PT Pradnya
Paramita, Jakarta.
Sultan Ansyari U.,Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan
Switchyard Di Kawasan PLTU Pangkalan Susu – Sumatera Utara, Tugas Akhir Teknik
Tambunan ,Welman F.F, Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Diameter 0,6 Meter
Dengan Menggunakan Metode Analitis Dan Metode Elemen Hingga Pada Interchange
Binjai Dari Proyek Jalan Tol Medan – Binjai, Tugas Akhir Teknik Sipil, Universitas
Sumatera Utara.
Kasturi Silvia , . Analisis Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang Tunggal Dengan Metode
xxi