KABUPATEN LANGKAT
TUGAS AKHIR
TRISNAFIA SIAGIAN
050404085
Bendung merupakan bangunan air yang berfungsi untuk menaikkan elevasi muka
air. Bendung Timbang Lawan adalah bendung yang memanfaatkan sungai Bahorok
yang memiliki fungsi bukan hanya mengairi areal pertanian akan tetapi menjadi daerah
wisata di kawasan pariwisata Bukit Lawang. Bendung ini telah mengalami rehabilitasi
dari bendung tidak tetap (terbuat dari batu kali) menjadi bendung tetap (terbuat dari
beton cor) dikarenakan banjir bandang pada tahun 2003. Maksud dari penelitian ini
adalah untuk mengevaluasi bendung lama terhadap rencana bendung baru dalam hal
keamanannya dengan tetap mengarah kepada kriteria perencanaan sehingga dapat
meminimalisasi kegagalan bendung (jebol), bendung berfungsi sebagaimana adanya
dan tidak merugikan masyarakat disekitarnya.
Dalam penentuan debit banjir rencana terlebih dahulu dilakukan analisa frekuensi
dan penetapan sebaran data curah hujan kemudian diuji dengan chi kuadrat, dimana
distribusi yang sesuai adalah distribusi Log Pearson Type III sehingga curah hujan
rencana menggunakan distribusi Log Pearson Type III. Dari hasil analisa debit banjir
rancangan, untuk merencanakan tanggul banjir digunakan debit banjir kala ulang 100
tahun dengan metode kombinasi Haspers - Haspers didapat Q100 = 497,034 m3/detik,
kombinasi Haspers - Log Pearson III didapat Q100 = 398,866 m3/detik dan metode
Melchior - Haspers didapat Q100 = 266,716 m3/detik, metode Melchior - Log Pearson
III Q100 = 322,256 m3/detik.
Berdasarkan hal tersebut kemudian dihitung keamanan dari bendung dengan analisa
stabilitas bendung dan diperoleh bahwa dengan Q100 = 322,256 m3/detik bendung lama
jebol sedangkan bendung baru tidak jebol sehingga bendung baru layak untuk digunakan
dan sesuai dengan kriteria perencanaan. Berdasarkan perhitungan, bendung baru ( beton
cor) tidak mengalami tegangan tarik, momen tahanan ( Mt) lebih besar dari momen guling (
Mg ), dan tidak bergeser serta tegangan tanah yang terjadi tidak melebihi tegangan tanah
yang diijinkan.
i
KATA PENGANTAR
Terpujilah Allah yang agung dan mulia, Allah yang telah menciptakan langit
dan bumi. Bersyukur buat setiap pemeliharaan-Nya serta kasih setia-Nya yang selalu
menuntun penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Adapun judul dari Tugas Akhir ini adalah “Evaluasi Hidrolis Bendung Lama
Terhadap Rencana Bendung Baru Pada Bendung Timbang Lawan Di Kabupaten
Langkat”. Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan Strata I (S1) di Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara.
Penulis menyadari dalam mengerjakan penulisan tugas akhir ini tidak terlepas
dari bimbingan, dukungan, bantuan dan doa dari semua pihak. Penulis mengucapkan
terima kasih atas setiap jerih payah, motivasi serta doa yang diberikan sehingga penulis
dapat menyelesaikan studi di Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara, terutama kepada :
Bapak Ir. Boas Hutagalung, M.Sc selaku Dosen Pembimbing yang telah
berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pemikiran untuk membantu,
membimbing dan mengarahkan penulis sehingga tugas akhir ini dapat selesai.
Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan, selaku Ketua Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
Bapak Ir. Syahrizal, MT, selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara.
Bapak Bapak Ir. Syahrizal, Ir. Makmur Ginting M.Sc Bapak Ivan Indrawan,
ST,MT, selaku Dosen Pembanding/Penguji yang telah memberikan masukan
dan kritikan yang membangun dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Bapak/Ibu Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara
dan para pegawainya.
Kepada kedua orang tuaku Bapak (Bungaran Siagian) dan Mama (Tiurmida
Sitompul) yang selalu berdoa, mendukung dan memotivasi penulis dalam
menyelesaikan tugas akhir ini.
Kepada adik - adikku ( Josua, Febri, Andreas, Antoni, Berlian ), terima kasih
buat setiap doa dan dukungan semangatnya.
Buat PKKku B’Ivent dan B’Amran terima kasih buat setiap doa dan dukungan
semangatnya.
ii
Buat KTB KKPS (Imelda, Elli, Cahaya, Grace, Dian dan Saor), adik KK
(Atania, Arta, Ester, Gabe Sri, Putri, Pricilia, Mutiara, Yetty) terimakasih ya buat
setiap doa dan dukungan semangatnya.
Buat Sahabatku Rasdiana, Cory, Inneke, Naria dan yang tidak tesebutkan
namanya, terima kasih ya buat doa dan dukungan semangatnya.
Buat teman-teman UKM KMK USU UP FT terima kasih ya buat doanya, juga
untuk adik-adik terima kasih telah memberi waktu dan tenaga untuk membantu
penulis pada saat pengerjaan tugas akhir ini.
Buat teman-teman stambuk 2005 (Habibie, Andrisyam, Elsa, Ema, dan yang
lainnya yang tidak tersebutkan oleh penulis, terimakasih buat dukungan doa dan
semangatnya.
Teman-teman satu kost senina 30, jalan bahagia dan berdikari 66 yang tidak
tersebutkan namanya satu persatu terima kasih ya buat doa dan semangat yang
diberikan.
Trisnafia S
050404085
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
v
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 124
V.1 Kesimpulan........................................................................................................ 124
V.2 Saran .................................................................................................................. 125
LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Bendung adalah suatu bangunan yang dibuat dari pasangan batu kali, bronjong
atau beton, yang terletak melintang pada sebuah sungai yang tentu saja bangunan ini
dapat digunakan pula untuk kepentingan lain selain irigasi, seperti untuk keperluan air
Menurut macamnya bendung dibagi dua, yaitu bendung tetap dan bendung
sementara, bendung tetap adalah bangunan yang sebagian besar konstruksi terdiri dari
pintu yang dapat digerakkan untuk mengatur ketinggian muka air sungai sedangkan
bendung tidak tetap adalah bangunan yang dipergunakan untuk meninggikan muka air
di sungai, sampai pada ketinggian yang diperlukan agar air dapat dialirkan ke saluran
irigasi dan petak tersier. Bangunan hidraulik seperti bendung adalah bangunan sipil
yang cukup beresiko jika terjadi kerusakan ataupun tidak lagi memiliki keamanan yang
menyadap air setiap waktu, menganggu fungsi sungai seperti sedia kala, dan banjir yang
bendung perlu dilakukan inspeksi lapangan secara berkala dan mengamati permasalahan
- permasalahan untuk perbaikan sehingga bendung bisa berfungsi dengan baik karena
7
Bendung Timbang Lawan merupakan bendung yang sudah dikembangkan sejak
zaman Belanda dengan intake/pintu pengambilan pada sisi kiri. Kegagalan bendung
kerusakan pada bangunan sekitar bendung dimana daerah sekitar bendung juga
merupakan salah satu kawasan wisata yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Oleh sebab
itu membangun bendung baru dengan menjadikan bendung tersebut menjadi bendung
tetap sangat perlu sehingga dapat dilihat bagaimana bendung ini dapat berfungsi dengan
baik dan memiliki keamanan struktur atau bangunan bendung, dengan demikian
bendung tetap dapat digunakan untuk mengairi lahan pertanian, sebagai pengendali
banjir (menghindari banjir bandang terjadi kembali) serta dapat mendukung daerah
Lokasi kegiatan dalam penelitian ini adalah Bendung Timbang Lawan sebagai
salah satu bendung yang terletak di Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Propinsi
Sumatera Utara, berjarak sekitar 80 kilometer dari Kota Medan dimana sumber air
Permasalahan yang akan dibahas dalam Tugas Akhir ini ialah pengevaluasian
bendung lama (batu kali) terhadap rencana bendung baru (beton cor) pada Bendung
Timbang Lawan ditinjau berdasarkan analisa hidrologi bendung dan analisis stabilitas
8
I.4. Tujuan dan Manfaat
I.4.1. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk mengevaluasi
hidraulis dari bendung lama terhadap rencana bendung baru pada Bendung
I.4.2. Manfaat
1) Survei dan pengumpulan data teknis bendung lama dan perencanaan bendung
baru.
3) Analisa hidrologi untuk mengetahui debit banjir dimana curah hujan yang
diambil pada penelitian ini adalah curah hujan maksimum harian selama 10
tahun dan meninjau hidrolis akibat debit banjir pada bendung lama dibandingkan
bendung.
9
I.6. METODOLOGI DAN GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
3) Analisa stabilitas bendung pada saat kondisi air kosong dan kondisi banjir
10
Adapun bagan alir tahapan kegiatan penelitian secara skematis disajikan pada
Mulai
Tahapan-tahapan dalam penulisan Tugas Akhir ini dibagi dalam 5 (lima) bab
BAB I PENDAHULUAN
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
hidrologi, hidrolika, irigasi, teknik sungai, pondasi, mekanika tanah, dan ilmu teknik
bendung tersebut. Untuk menunjang proses perencanaan bendung maka berbagai teori
dan rumus-rumus dari berbagai studi pustaka sangat diperlukan, terutama ketika
pengolahan data, desain rencana dan rehabilitasi bangunan air yang mengacu kepada
Perencanaan 06.
Secara luas hidrologi meliputi pula berbagai bentuk air, termasuk transformasi
antara keadaan cair, padat, dan gas dalam atmosfir, di atas dan di bawah permukaan
tanah. Di dalamnya tercakup pula air laut yang merupakan sumber dan penyimpanan
air yang mengaktifkan kehidupan di planet bumi ini. Daur atau siklus hidrologi gerakan
air laut ke udara, kemudian jatuh ke permukaan tanah dan akhirnya mengalir ke laut
kembali. Air hujan yang jatuh di atas permukaan tanah, sebagian kecil akan meresap
(absorbsi) di dalam tanah (infiltrasi), sedang yang lainnya akan menjadi limpasan
13
permukaan (surface run off). Air meresap ini ada yang keluar dan kembali ke
permukaan melalui mata air (interflow), tapi sebagian besar akan tetap tersimpan dalam
tanah (ground water). Air tanah ini umumnya membutuhkan waktu yang relatif lama
untuk dapat muncul kembali ke permukaan, yang biasa disebut dengan limpasan air
tanah. Semua bagian-bagian air yang disebut di atas tadi pada akhirnya akan mengalir
Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus
hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi, kemudian jatuh
sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju (sleet),
hujan gerimis atau kabut. Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat
berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh
tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus
kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan
menjadi bintik bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam
melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air
tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak
14
Air Permukaan - Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran
utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah,
lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan
disekitar daerah aliran sungai menuju laut. Air permukaan, baik yang
mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan sebagian air
Aliran Sungai (DAS). Jumlah air di bumi secara keseluruhan relatif tetap,
Dengan demikian ada empat macam proses dalam siklus hidrologi yang harus
dipelajari oleh para ahli hidrologi dan para ahli bangunan air, yaitu:
a. prespitasi
b. evaporasi
c. infiltrasi
II.3. Hujan
laut yang naik ke atmosfer, mendingin dan kemudian menyuling dan jatuh
sebagian
15
di atas laut dan sebagian ai atas daratan, sebagian meresap ke dalam tanah
kembali (evaporasi) dan sebagian menjadi lembab. Air yang meresap ke dalam
Air hujan yang menguap, yang meresap ke dalam tanah, yang ditahan tumbuh-
tumbuhan dan transpirasi tidak ikut menjadi aliran air di dalam sungai dan disebut
air hilang.
Para pakar hidrologi telah lama mengetahui bahwa dari seluruh jumlah
laut melalui limpasan langsung (direct runoff) atau aliran air tanah (ground water
flow). Penguapan dari permukaan laut adalah sumber utama air hujan, dan
diperkirakan tidak lebih dari sepuluh persen dari hujan di daratan berasal dari
Dalam data hujan ada 5 buah unsur yang harus kita tinjau, yaitu:
a. intensitas i, adalah laju curah hujan = tinggi air per satuan waktu, misalnya
b. lama waktu atau durasi t, adalah lamanya curah hujan terjadi dalam menit
atau jam.
c. tinggi hujan d, adalah banyaknya atau jumlah hujan yang dinyatakan dalam
16
e. luas, adalah luas geografis curah hujan A, dalam km2.
Hubungan antara intensitas, durasi dan tinggi hujan dinyatakan sebagai berikut:
I
d idt It ......................................................... (2-1)
0
d .........................................................................
i (2-2)
t
A. Durasi Hujan
Durasi hujan adalah lamanya kejadian hujan yang diperoleh dari hasil
Intensiatas curah hujan adalah jumlah hujan dalam ratio satuan waktu,
yang biasanya dinyatakan dalam milimeter per jam. Besarnya intensitas curah
kejadian.
semakin kecil. Jika tidak ada waktu untuk mengamati besarnya intensitas
hujan
17
atau karena disebabkan tidak adanya alat untuk mengamati, maka dapat
- Talbot
(1881)
a ...................................................... (2-3)
i
tb
- Sherman (1905)
i a
.......................................................... (2-4)
bt
a
- Inshigu i
ro t b ................................................... (2-5)
-
Mononob 2/3
d 24
e
i 24 ............................................ (2-6)
24 t
18
dimana:
a,b = konstanta
C. Waktu Konsentrasi
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan air untuk mengalir dari titik yang
paling jauh pada aliran ke titik kontrol yang ditentukan di bagian hilir saluran. Waktu
- Inlet time (t0) yakni waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di atas
- Conduit time (td) yakni waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di
tc t0 td ..................................................... (2-7)
Data curah hujan yang tercatat diproses berdasarkan areal yang mendapatkan
hujan sehingga didapat tinggi curah hujan rata-rata dan kemudian meramalkan
19
Dengan melakukan penakaran dan pencatatan curah hujan, kita hanya
mendapatkan data curah hujan di suatu titik tertentu (point rainfall). Jika dalam suatu
areal terdapat beberapa alat penakar atau pencatat curah hujan, maka dapat diambil
Ada tiga macam cara yang berbeda dalam menetukan tinggi curah hujan
pada areal tertentu dari angka-angka curah hujan di beberapa titik pos pencatat curah
Cara mencari tinggi rata-rata curah hujan di dalam suatu daerah aliran
dengan cara arithmatic mean merupakan salah satu cara yang sangat sederhana.
Biasanya cara ini dipakai pada daerah yang datar dan banyak stasiun curah
20
hujannya, dengan anggapan bahwa di daerah tersebut sifat curah hujannya adalah
sama rata (uniform distribution). Tinggi rata-rata curah hujan didapatkan dengan
mengambil nilai rata-rata pengukurna hujan di pos penakar hujan di dalam areal
d d 2 d3
d 1 n d ................ (3-8)
dn 1
n i1
n
Dimana:
Cara ini akan memberikan hasil yang dapat dipercaya jika stasiun-stasiun
masing-masing penakar tidak menyimpang jauh dari nilai rata-rata seluruh stasiun
di seluruh areal.
21
Cara Poligon Thiessen
Cara ini diperoleh dengan membuat poligon yang memotong tegak lurus
pada tengah-tengah garis penghubung dua stasiun hujan. Dengan demikian tiap
stasiun penakar Rn akan terletak pada suatu poligon tertentu An. Dengan
menghitung perbandingan luas untuk setiap stasiun yang besarnya = A n/A, dimana
A adalah luas daerah penampungan atau jumlah luas seluruh areal yang dicari
22
A1.d1 A2.d 2 A3.d 3 .....An.dn Ai.di
d = (2-9)
A A
Keterangan:
Cara Isohyet
curah hujan yang sama (isohyet), seperti terlihat pada gambar. Kemudian luas
dihitung sebagai harga rata-rata berimbang dari nilai kontur seperti terlihat pada
d 0 d1 A d1 d 2 dn 1
A A ...
dn ...................... (2-10)
An d
2 2 2
A1 A2 ...An
di 1 di
Ai
23
Dimana:
A1, A2, A3,...An = Luas bagian areal yang dibatasi oleh isohyet-isohyet
yang bersangkutan
Ini adalah cara yang paling teliti untuk mendapatkan hujan areal rata-rata,
tetapi memerlukan jaringan stasiun penakar yang relatif lebih padat yang
Sistem-sistem sumber daya air harus dirancang bagi hal-hal yang akan
terjadi pada masa yang akan datang, yang tak dapat dipastikan kapan akan terjadi.
24
Oleh karena itu, ahli hidrologi harus memberikan suatu pernyataan probabilitas
bahwa aliran-aliran sungai akan menyamai atau melebihi suatu nilai yang telah
ditentukan.
menghasilkan suatu kejadian tertentu terhadap jumlah total hasil yang mungkin
seperti yang yang mengacu pada SK SNI M-18-1989 tentang Metode Perhitungan
debit banjir. Tujuan dari analisa distribusi frekuensi curah hujan adalah untuk
Banyak macam distribusi teoritis yang kesemuanya itu dapat dibagi dua,
yaitu diskrit dan kontinu. Diskrit diantaranya adalah Binominal dan Poisson,
sedangkan kontinu adalah Normal, Log Normal, Gamma, Beta, Pearson dan Gumbel.
yaitu:
a. Gumbel
c. Normal
d. Log Normal
Distribusi Gumbel
nilai-nilai ekstrem datang dari persoalan banjir. Tujuan teori statistik nilai- nilai
25
untuk memperkirakan nilai-nilai ekstrem berikutnya.
lebih kecil dari nilai X tertentu (dengan waktu balik Tr), mendekati
e a (
P( X ) e ........................... (-12)
xb )
Y ......................................
P( X ) e e (2-13)
Y = reduced variate
Jika diambil nilai logaritmanya dua kali berurutan dengan bilangan dasar e
1
X ab ln ln P( X ) ............................ (2-14)
a
data debit maksimum dalam tahun), dengan suatu variate disamai atau
dilampaui oleh suatu nilai, sebanyak satu kali. Jika interval antara 2 buah
1
Tr (X ) ........................................ (2-15)
1 P( X )
26
Ahli-ahli teknik sangat berkepentingan dengan persoalan-persoalan
pengendalian banjir sehingga lebih mementingkan waktu balik Tr(X) dari pada
1
.................... (2-16)
r r
Tr ( X ) a
Atau T ( X ) 1
Y ln ln r
................................ r(2-17)
Tr ( X )
Chow menyarankan agar variate X yang menggambarkan deret hidrologi
X .K ................................ (2-18)
= Factor frekwensi
…………………… (2-19)
X X sK
27
berikut
Y
ini : K T
Ys
………………………..…... (2-20)
Sn
28
Dengan YT = Reduced variate
sampel n
Y .s Y .s
=X n T
Sn Sn
Sn Y .s
Jika a dan X n b , maka
dimasukkan s s
1
X b Y ……………………………………. (2-22)
29
T a T
= Reduced variate
- Nilai tengah
- Standard deviasi
- Koefisien skewness
Dengan:
Xr = nilai rerata curah hujan Xi
= curah hujan ke-I (mm)
n = banyaknya data pengamatan
30
n
(LogX1 LogXr)
i1
2
Sx = ............................................................... (2-24)
n 1
dengan:
Sx = standard deviasi
Distribusi Normal
Distribusi ini mempunyai ‘probability density function’ sebagai
beriku
t: (𝑥−µ)2 ] .........................................
e [− (2-26)
2𝜎2
P’(X) = 1
𝜎√2𝜋
31
Dengan
σ = varian
µ = rata-rata
Sifat khas lain yaitu nilai asimetrisnya (skewness) hampir sama dengan
P (𝑥 − 𝜎) = 15,87% P
(𝑥) = 50%
P (𝑥 + 𝜎) = 84,14%
Distribusi Log-Normal
Denga 4
=½ ln ( µ )… .................................................. (2-28)
n
µ
𝑛 µ2+𝜎2
2+ µ2
𝜎2 = ln (𝜎 ) ..................................................... (2-29)
𝑛 µ2
γ = 𝜂3 + 3𝜂 ……………………………………….... (2-30)
32
𝑣 𝑣
dengan
2
𝜂 = 𝜎 (𝑒−𝜎 𝑛− 1)0,5………………........................... (2-31)
𝑣 µ
kurtosis
k = 𝜂8 + 6𝜂6 + 15𝜂4 + 16𝜂2 + 3 ......................... (2-32)
𝑣 𝑣 𝑣 𝑣
selalu bertanda positif. Atau nilai ‘skewness’ Cs kira-kira sama dengan tiga kali
Metode Haspers
Untuk metode ini, besar curah hujan rencana periode ulang T tahun
dengan:
X
N
Xr .................................................................. (2-34)
33
dengan:
Sd = Standard deviasi
= Standard variate
Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai suatu hamparan
wilayah/kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang menerima,
mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak
sungai dan keluar pada sungai utama ke laut atau danau. Linsley (1980) menyebut DAS
sebagai “A river of drainage basin in the entire area drained by a stream or system of
connecting streams such that all stream flow originating in the area discharged through a
geographic area that drains to a common point, which makes it an attractive unit for
technical efforts to conserve soil and maximize the utilization of surface and subsurface
water for crop production, and a watershed is also an area with administrative and
property regimes, and farmers whose actions may affect each other’s interests”.
dimana unsur organisme dan lingkungan biofisik serta unsur kimia berinteraksi secara
34
dinamis dan di dalamnya terdapat keseimbangan inflow dan outflow dari material dan
energi. Selain itu pengelolaan DAS dapat disebutkan merupakan suatu bentuk
pengembangan wilayah yang menempatkan DAS sebagai suatu unit pengelolaan sumber
daya alam (SDA) yang secara umum untuk mencapai tujuan peningkatan produksi
pertanian dan kehutanan yang optimum dan berkelanjutan (lestari) dengan upaya menekan
kerusakan seminimum mungkin agar distribusi aliran air sungai yang berasal
35
dari DAS dapat merata sepanjang tahun.
tengah dan hilir. DAS bagian hulu dicirikan sebagai daerah konservasi, DAS bagian hilir
merupakan daerah pemanfaatan. DAS bagian hulu mempunyai arti penting terutama dari
segi perlindungan fungsi tata air, karena itu setiap terjadinya kegiatan di daerah hulu akan
menimbulkan dampak di daerah hilir dalam bentuk perubahan fluktuasi debit dan transport
sedimen serta material terlarut dalam sistem aliran airnya. Dengan perkataan lain ekosistem
Perlindungan ini antara lain dari segi fungsi tata air, dan oleh karenanya pengelolaan DAS
hulu seringkali menjadi fokus perhatian mengingat dalam suatu DAS, bagian hulu dan hilir
fungsi, yaitu pertama DAS bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi yang dikelola
untuk mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar tidak terdegradasi, yang antara lain
dapat diindikasikan dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan
menyimpan air (debit), dan curah hujan. Kedua DAS bagian tengah didasarkan pada fungsi
pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan
sosial dan ekonomi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kuantitas air, kualitas air,
kemampuan menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta terkait pada prasarana
36
Ketiga DAS bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola
untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang diindikasikan
melalui kuantitas dan kualitas air, kemampuan menyalurkan air, ketinggian curah hujan,
dan terkait untuk kebutuhan pertanian, air bersih, serta pengelolaan air limbah.
Keberadaan sektor kehutanan di daerah hulu yang terkelola dengan baik dan
terjaga keberlanjutannya dengan didukung oleh prasarana dan sarana di bagian tengah akan
dapat mempengaruhi fungsi dan manfaat DAS tersebut di bagian hilir, baik untuk
pertanian, kehutanan maupun untuk kebutuhan air bersih bagi masyarakat secara
keseluruhan. Dengan adanya rentang panjang DAS yang begitu luas, baik secara
administrasi maupun tata ruang, dalam pengelolaan DAS diperlukan adanya koordinasi
berbagai pihak terkait baik lintas sektoral maupun lintas daerah secara baik.
Metode untuk mendapatkan debit banjir rencana dapat menggunakan metode J.P.
der Weduwen:
Qn = Mn x f x q’ x R70/240
atau
Qn = f x q’ x Rn/240
dimana:
37
Rn = curah hujan harian pada periode ulang n tahun, mm.
Elevasi mercu bendung ditentukan berdasarkan muka air rencana pada bangunan
sadap. Disamping itu kehilangan tinggi energi perlu ditambahkan untuk alat ukur,
menurut kriteria lebar bendung ini diambil sama dengan lebar rata-rata sungai yang setabil
atau lebar rata-rata muka air banjir tahunan sungai yangbersangkutan atau diambil lebar
maksimum bendung tidak lebih dari 1,2 kali lebar rata-rata sungai pada ruas yang stabil.
Be = B – 2 (nKp+ Ka ) H1
Dimana :
n = jumlah pilar.
38
Tabel 3.1. Harga-harga Koefisien kontraksi Pilar (Kp)
No Uraia Harga
n (Ka)
1 Untuk pangkal tembok segi 4 dengan tembok hulu 0,2
pada
bagian depan terbuka) sebaiknya diambil 80% dari lebar rencana untuk mengkompensasi
39
Gambar 3.1. Lebar Efektif Mercu Bendung
Dimana :
Q = debit (m3/det)
Cd = koefisien debit
40
Gambar 3.2. Elevasi Air di Hulu dan Hilir Bendung
= c × √R I
A = ( b + m.h ) h
P = b + 2.h �
1 + 𝑚²
𝑃
R =
𝐴
Adapun kondisi hidrolis bendung lama dan bendung baru Timbang Lawan
sebagai berikut:
41
- Elevasi mercu = +196,20
42
- Kebutuhan elevasi endsill kolam olak = +193,50
Tipe mercu untuk Bendung Timbang Lawan ini menggunakan tipe mercu bulat.
untuk menjaga jika terjadi muka air tinggi selama banjir, besarnya bukaan pintu
bergantung kepada kecepatan aliran masuk yang diizinkan. Kecepatan ini bergantung
kepada ukuran butir bahan yang dapat diangkut. Kapasitas pengambilan harus sekurang-
fleksibilitas dan agar dapat memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi selama umur proyek.
kedalaman air, m
d : diameter butir, m
Dengan kecepatan masuk sebesar 1,0 – 2,0 m/dt yang merupakan besaran
perencanaan normal, dapat diharapkan bahwa butir-butir berdiameter 0,01 sampai 0,04 m
43
3
di mana: Q = debit, m /dt
b = lebar bukaan, m a =
tinggi bukaan, m
2
g = percepatan gravitasi, m/dt (≈ 9,8)
Keterangan :
Stabilitas bendung dianalisis pada dua macam kondisi yaitu pada saat sungai
kosong dan pada saat sungai banjir. Tinjauan stabilitas yang diperhitungkan dalam
44
II.7.1. Akibat Berat Sendiri Bendung
Rumus: G = V * γ
Dimana :
V = volume (m3)
Rumus : Px = Hx − H
∆𝐻
Px = Hx – ( Lx )
∗ 𝐿
Dimana :
Rumus : 𝑎𝑑 = 𝑛 (𝑎𝑐𝑥𝑧)𝑚
𝑎𝑑
E=
𝑔
Dimana:
45
ad = percepatan gempa rencana (cm/dt2)
= koefisien gempa
Dari koefisien gempa di atas, kemudian dicari besarnya gaya gempa dan
Gaya Gempa, He = E x G
Dimana:
E = koefisien gempa He
= gaya gempa
: → M = K x Jarak (m)
Dimana:
46
γ w = berat jenis air (kg/m3) = 1000 kg/m3 = 1 T/m3
Pa = 1
2
γ sub * Ka * h²
Ka = tan² (45° − ∅ / 2)
γsub = γsat − γw
= [ γw 𝐺𝑠−1] 1+𝑒
47
Tekanan tanah pasif dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Kp = tan² (45° + ∅ / 2)
γsub = γsat − γw
= [ γw 𝐺𝑠−1] 1+𝑒
Keterangan :
Gs = Spesifik Gravity
e = Void Ratio
bendung terhadap guling, geser, pecahnya struktur, erosi bawah tanah (piping) dan daya
dukung tanah.
48
II.8. Analisis Stabilitas Bendung
Rumus : Sf =
∑𝑀𝑡 ≥ 1,5
∑𝑀𝑔
Rumus : Sf =
∑𝑅𝑣 ≥ 1,5
∑𝑅ℎ
∑Mt−∑Mg
Rumus : a =
∑V
e = ( B/ 2 – a ) < 1/6 . B
49
qult = c . Nc + γ . Nq . Df + 0,5 . γ. B . N
qult
͞σ =
FS
Kontrol :
RV 6.e
σmaks = ( 1+ ) < ͞𝜎
B B
RV 6.e
σmin = ( 1− )>0
B B
Dimana :
SF = faktor keamanan
Tekanan hidrostatik adalah fungsi kedalaman di bawah permukaan air dan sama
dengan :
PH = 𝛾 w . z
Harga pasti untuk gaya hidrodinamik jarang diperlukan karena pengaruhnya kecil
saja pada jenis bangunan yang digunakan di jaringan irigasi. Prinsip gaya hidrodinamik
adalah bahwa jika kecepatan datang (approach velocity) cukup tinggi dan oleh sebab itu
tinggi energi besar, maka akan terdapat tekanan yang makin besar pada bagian-bagian
51
II.9.3. Rembesan
Rembesan atau perkolasi air melalui tanah di sekitar bangunan diakibatkan oleh
Pada Gambar 3.8 ditunjukkan dua macam jalur rembesan yang mungkin terjadi: (A) jalur
rembesan di bawah bangunan dan (B) jalur rembesan di sepanjang sisi bangunan.
kehilangan bahan)
52
a. Gaya tekan ke atas
Gaya tekan ke atas pada tanah bawah dapat ditemukan dengan membuat jaringan
aliran (flownet), atau dengan asumsi-asumsi yang digunakan oleh Lane untuk teori angka
53
(2) analog listrik atau
Dalam metode analog listrik, aliran air melalui tanah bawah dibandingkan dengan
aliran listrik melalui medan listrik daya-antar konstan. Besarnya voltase sesuai dengan
tinggi piesometrik, daya-antar dengan kelulusan tanah dan aliran listrik dengan kecepatan
air (lihat Gambar 39). Biasanya plot dengan Langan yang dilakukan dengan seksama akan
cukup memadai.
Dalam teori angka rembesan Lane, diandaikan bahwa bidang horisontal memiliki
daya tahan terhadap aliran (rembesan) 3 kali lebih lemah dibandingkan dengan bidang
vertikal. Ini dapat dipekai untuk menghitung gaya tekan ke atas di bawah bangunan dengan
cars membagi beds tinggi ener&i pada bangunan sesuai dengan panjang relatif di sepanjang
Dalam bentuk rumus, ini berarti bahwa gaya angkat pada titik x di sepanjang dasar
dimana :
54
Px = gaya angkat pada x , kg/m2
dan di mana L dan Lx adalah jarak relatif yang dihitung menurut cara
Bangunan-bangunan yang harus mengatasi beda tinggi muka air hendaknya dicek
stabilitasnya terhadap erosi bawah tanah dan bahaya runtuh akibat naiknya dasar galian
55
(heave) atau rekahnya pangkal hilir bangunan. Bahaya terjadinya erosi bawah tanah dapat
dicek dengan jalan membuat jaringan aliran/flownet (lihat pasal 3.3.3.a.1) dan dengan
- Metode Bligh
- Metode Koshla
Metode Lane, yang juga disebut metode angka rembesan Lane (weighted creep ratio
method), adalah cara yang dianjurkan untuk mencek bangunan guna mengetahui adanya
erosi bawah tanah. Metode ini memberikan hasil yang aman dan mudah dipakai. Untuk
hasil-hasil yang lebih baik, tetapi penggunaannya lebih sulit. Metode lane ini
bangunan tanah bawah dengan beda tinggi muka air antara kedua sisi bangunan. Di
sepanjang jalur perkolasi ini, kemiringan yang lebih curam dari 45° dianggap vertikal dan
yang kurang dari 45° dianggap horisontal. Jalur vertikal dianggap memiliki daya tahan
1
∑Lv + Lh
3
CL =
H
di mana :
56
H = beda tinggi muka air, m.
III.9.4.Kombinasi Pembebanan
57
No. Kombinasi Pembebanan Kenaikan Tegangan
Izin
1. M + H + K + T + Thn 0%
2. M +H + K + T + Thn + 20%
G
3. M + H + K + T + Thb 20%
4. M + H + K + T + Thn + 50%
G
5. M + H + K + T + Thb + 30%
Ss
Dimana:
M = Beban mati
H = Beban hidup
K = Beban kejut
T = Beban tanah
G = Beban gempa
qu = c Nc + 𝛾 z Nq + b 𝛾 B N𝛾
58
𝛾 = berat volume tanah, kN/m3 B
𝑞𝑢
qa = + 𝛾𝑧
𝐹
dimana :
59
III.9.5.1. Penurunan tanah dasar
berikut
:
𝜎𝑘+∆𝜎𝑘
z = h ∗ ln
𝜎𝑘
dimana:
z = penurunan, m
60
ak = tegangan butiran awal di tengah lapisan, kN/m2
kN/m2.
Bangunan bendung dapat dibuat dari pasangan batu atau beton, atau campuran
kedua bahan ini yang masing-masing bahan bangunannya mempengaruhi bentuk dan
Sampai saat ini pasangan batu dilaksanakan dengan cara tidak standart dan
belum ditemukan cara mengontrol kekuatan pasangan batu. Kualitas pasangan batu
kali sangat ditentukan oleh komposisi campuran dan kerapatan adukan dalam speci
antar batu. Hal ini sangat dipengaruhi oleh tingkat kedisiplinan tukang dalam
61
dan pengawas yang kurang memadai dapat mengakibatkan rendahnya mutu
Pasangan batu kali dapat dipakai pada bangunan melintang sungai dengan syarat-
3
tahun maksimum 8 m /dt/m
memakai material lain misalnya beton, yang tentunya memerlukan biaya lebih
Pasangan batu akan dipakai apabila bahan bangunan ini (batu-batu berukuran besar)
terkena abrasi langsung dengan air dan pasir, biasanya dilindungi dengan lapisan
batu keras yang dipasang rapat-rapat. Batu ini disebut batu candi, yaitu batu-batu
yang dikerjakan dengan tangan dan dibentuk seperti kubus agar dapat dipasang
serapat mungkin.
(ii) Beton
tinggi melebihi syarat-syarat batasan seperti tersebut dalam butir (i). Meskipun
biayanya tinggi, tetapi lebih memberikan jaminan kualitas dan keamanan bangunan.
Hal ini bisa tercapai karena prosedur pelaksanaan dan kontrol kekuatan
62
bahan mengacu pada standart yang sudah baku. Di samping itu di daerah-daerah di
mana tidak terdapat batu yang cocok untuk konstruksi pasangan batu, beton
merupakan alternatif.
butir (i) yang terbuat dari beton, akan memerlukan biaya yang mahal mengingat
struktur beton yang di dalam tubuhnya diisi dengan pasangan batu kali. Tebal
Lindungan permukaan
Tipe dan ukuran sedimen yang diangkut oleh sungai akan mempengaruhi pemilihan
bahan yang akan dipakai untuk membuat permukaan bangunan yang langsung bersentuhan
dengan aliran air. Ada tiga tipe bahan yang bisa dipakai untuk melindungi bangunan
Batu Candi, yakni pasangan batu keras alamiah yang dibuat bentuk blok-blok segi
empat atau persegi dan dipasang rapat-rapat. Pasangan batu tipe ini telah terbukti
sangat tahan abrasi dan dipakai pada banyak bendung yang terkena abrasi keras.
Bila tersedia batu-batu keras yang berkualitas baik, seperti andesit, basal, diabase,
diorit, gabro, granit atau grano-diorit, maka dianjurkan untuk membuat permukaan
dari bahan ini pada permukaan bendung yang dibangun di sungai- sungai yang
63
Beton, jika direncana dengan baik dan dipakai di tempat yang benar, merupakan
bahan lindungan yang baik pula, beton yang dipakai untuk lindungan permukaan
tinggi.
Baja, kadang-kadang dipakai di tempat yang terkena hempasan berat oleh air
yang mengandung banyak sedimen. Khususnya blok halang di kolam olak dan
64
BAB III
III.1. Umum
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisa hidrologi,analisa
hidrolis dan metode analisa stabilitas bendung yang disesuaikan dengan Kriteria
Perencanaan 02 dan 06. Adapun data-data yang mendukung terhadap metode ini diambil
dari data-data primer dan sekunder yang didapat dari Dinas Pekerjaan Umum Langkat
Bagan alir tahapan kegiatan penelitian secara skematis disajikan berikut ini:
Mulai
65
Dalam rangka mencapai tujuan dalam penelitian sangatlah diperlukan terlebih
dahulu metodologi penelitian dengan membuat diagram alir (flow chart). Maksud dari
66
Bendung Timbang Lawan terletak di Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat,
dengan :
Darussalam
Oleh karena jebolnya bendung lama dimana material berupa pasangan batu kali
maka pembangunan bendung baru dengan material beton cor telah dikerjakan sejak tahun
2006., instrumen bendung sudah mulai aus dan banyaknya ditemukan sedimen berupa
67
Gambar 3.4. Bendung pada saat musim kemarau dan hujan
68
III.2. Analisa Hidrologi
Inventarisasi data curah hujan yang mempengaruhi pada daerah yang disurvei
(gambar terlampir).
Uji Kesesuaian
Perhitungan debit banjir pada periode ulang 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun, 25 tahun,
a. Jumlah minimum stasiun pencatat curah hujan diambil minimum 3 (tiga) stasiun
curah hujan yang disyaratkan dalam peramalan banjir sungai tergantung pada luas
b. Umur pencatat curah hujan minimum 10 tahun dengan catatan bahwa data yang
hilang (tidak tercatat) selama jangka waktu pengamatan tidak terlalu banyak.
Untuk menentukan jenis sebaran yang akan digunakan dalam menetapkan periode
ulang/return periode (analisa frekuensi) maka dicari parameter statistik dari data
curah hujan wilayah baik secara normal maupun secara logaritmik. Dengan
69
Tabel 3.1 : Analisis Statistik Data Curah Hujan Stasiun 1, 2 & 3
No Xi
xi x (xi x)2 (xi x)3 (xi x)4
1 X1
2 X2
3 X3
i1
xi
Curah hujan rata- x i1 …………… (4-1)
rata n
:
(x
i1
i x) 2
Standar Sd ...... (4-2)
deviasi n 1
: Sx
70
n2 (R x)4
Ck (4-5)
(n 1)(n 2)(n 3)(Sx) 4
71
Tabel 3.2 : Parameter statistik dengan sebaran logaritmatik
dimana :
ln X
Logaritma rata- ln Xr ……… (4-6)
n
rata
72
Koefisien Kurtosis (Ck) :
Untuk memperkirakan besar curah hujan dengan berbagai periode ulang maka
dilakukan analisa frekuensi terhadap data curah hujan. Ada berbagai metode yang dapat
digunakan dalam mengestimasi besar curah hujan untuk berbagai periode ulang yaitu :
Metode Distribusi Normal, Log Normal, Gumbel, Log Person dan Log-Person Type III.
Untuk menentukan jenis sebaran yang akan digunakan, maka parameter statistik data
curah hujan wilayah diperiksa terhadap beberapa jenis sebaran sebagai berikut :
Ck = 3
2. Log Normal Cs (ln X) = 0
Ck (ln X) = 3
3. Log Person - Cs (ln X) > 0
Ck = 5,4
III.2.3. Uji Kesesuaian Data Curah Hujan
Setelah kita tetapkan jenis sebaran yang akan digunakan maka terlebih dahulu
diuji dengan metoda kwadrat terkecil dan uji Smirnov-Kolmogorav. Jika sesuai, maka jenis
73
sebaran yang dipilih tersebut dapat digunakan.
74
.............................................................. (4-11)
dimana :
k = 1 + 3,22 Log n OF
Agar distribusi frekuensi yang dipilih dapat diterima, maka harga X2 hitung < X2
kebebasan. Batas kritis X2 tergantung pada derajat kebebasan dan . Untuk kasus ini
derajat kebebasan mempunyai nilai yang di dapat dari perhitungan sebagai berikut :
DK = JK - ( P + 1) ................................................ (4-12)
dimana :
DK = derajat kebebasan JK
= jumlah kelas
a. Metode empiris
75
Debit banjir yang dianalisa untuk periode ulang 5 tahun, 10 tahun, 25 tahun, 30
A. Metode Empiris
Dalam metode empiris dengan menggunakan data curah hujan harian maksimum,
a. Stasiun curah hujan dipilih yang berada pada DAS Sungai Ular, minimum sebanyak
3 buah stasiun.
b. Dari data curah hujan harian maksimum ketiga pencatat dipilih data terbesar dengan
c. Curah hujan wilayah harian maksimum dicari dari ketiga stasiun, dengan terlebih
dimana A1 A A3
C1 ; 2 ; C3
: Atot Atot Atotal
C
al 2 al
- Ci = Koefisien Pemberat
76
Gambar 4.1. Poligon Thiesen pada DPS
Dengan demikian maka diperoleh n data curah hujan wilayah selama n tahun
a. Metode Weduwen
b. Metode Melchior
c. Metode Haspers
d. Rasional Mononobe
Dari keempat metode diatas yang sahih digunakan untuk berbagai ragam luasan
daerah aliran sungai (DAS) hanyalah metode Haspers, sedangkan untuk metode Woduwen
hanya sahih digunakan untuk luasan DAS kurang dari 100 Km 2. serta metode Melchior
sahih untuk luas DAS lebih besar dari 100 Km 2. Karena itu, dalam suatu analisis harus
senantiasa dilakukan dengan 2 (dua) metode dimana metode Haspers senantiasa bisa
dijadikan sebagai pembanding. Sungai Bahorok memiliki luas DAS sebesar 101,175 km 2,
77
A. Metode Haspers
Keterkaitan parameter alam yang diperhitungkan dalam metode ini dinyatakan dalam
1 0,012 A0,7
= (4-15)
1 0,075A0,7 ....................................................
t A0,75
3,7x100,4t
1
= 1 x (4-16)
t2 12
15
dimana :
Debit banjir rencana dengan kata ulang T tahun
QT = (m2/det)
= Koefisien Limpasan
= Koefisien Reduksi
berikut :
Qmax = α . β . I . A .......................................................(4-17)
dimana :
Koefisien aliran (α) berkisar antara 0,42 – 0,62 dan Melchior menganjurkan
1970
A 3960 1720. …………………………… (4-18)
0,12
t
100.L ............................................................................. (4-19)
6.V
dimana :
L
bendung untuk mampu menahan gaya yang bekerja pada tubuh bendung tersebut. Proses
perencanaan atau analisis untuk stabilitas bendung umumnya dimulai dengan menentukan
gaya berat, gaya gempa, tekanan lumpur, gaya hidrostatis, gaya uplift-pressure.
79
III.3.1 Gaya-Gaya yang Bekerja
adalah potongan-potongan I-I dan II-II karena potongan ini adalah yang terlemah.
Gaya berat ini adalah berat dari konstruksi, berarah vertikal ke bawah yang garis
80
segitiga, segi enpat atau trapesium. Karena peninjauannya adalah tiap lebar 1 meter, maka
gaya yang di perhitungkan adalah luas bidang kali berat jenis kontruksi ( untuk pasangan
Dimana :
f = koefisien gempa.
G = berat kontruksi.
Gaya gempa ini berarah horizontal, kearah yang berbahaya (yang merugikan),
dengan garis kerja yang melewati titik berat kontruksi. Sudah tentu juga ada komponen
horizontal. Harga f tergantung dari lokasi tempat kontruksi sesuai dengan peta zone
gempa.
81
Gambar 3.3 Tekanan lumpur
𝟏 𝟏−𝒔𝒊𝒏∅
P = × 𝜸𝒔 × h² × ( )
𝟐 𝟏+𝒔𝒊𝒏∅
ditinjau pada waktu air banjir dan waktu air normal (air di muka setinggi mercu dan di
belakang kosong). Di samping itu ditinjau pula terdapat pengaliran dimana mercu
1
W= ×𝛾×a× h
2
1
W= × 𝛾 × a × h²
2
1
W = × 𝛾 × a × (2h1 – h)
2
1
W = × 𝛾 × h × (2h1 – h)
2
1
W = × 𝛾 × b × h2
2
1
W= × 𝛾 × h2²
2
82
Gambar 3.4 Gaya hidrostatis kondisi air normal dan banjir
Untuk mercu tidak tenggelam pada saat air banjir sebenarnya ada lapisan air yang
mengalir di atas mercu.Tetapi karena lapisan ini biasanya tidak tebal, dan disamping itu
kecepatannya besar, maka untuk keamanan lapisan ini tidak diperhitungkan. Lain halnya
2) Mercu Tenggelam.
Pada saat air normal adalah sama dengan peristiwa mercu tidak tenggelam. Pada
83
1
W = × 𝛾 × a × (2h1 – h)
2
1
W = × 𝛾 × h × (2h1 – h)
2
1
W= × 𝛾 × c × (h1 – h + d)
2
1
W = × 𝛾 × a × (h2 + d)
2
1
W= × 𝛾 × h2²
2
III..3.1.5. Uplift-pressure
Untuk ini harus dicari tekanan pada tiap-tiap titik sudut, baru kemudian bisa dicari
Ux = ∆𝐻 − 𝐼𝑥 ∆𝐻 + ℎ2 − ∆𝐻 + ℎ𝑥 − 𝐼𝑥 ∆𝐻
∑
𝐿 ∑𝐿
Ux = Hx − 𝐼𝑥 ∆𝐻
∑𝐿
84
Dimana : Ux = uplift-pressure titik X
H = beda tekanan
Dengan demikian maka besarnya tekanan tiap-tiap titik akan dapat diketahui.
Dilihat dari rumus di atas maka teoritis uplift-pressure kemungkinan dapat bernilai positif
maupun negatif. Dalam hal ini tekanan negatif kenyataannya tidak akan terjadi oleh
karena adanya liang-liang renik di antara butir-butir tanah, sehingga akan berhubungan
dengan atmosphere. Jadi untuk tekanan negative ini besarnya dianggap nol.
Gaya uplift di bidang XD adalah : UXD = 1/2.b ( Ux + Ud ) dan bekerja pada titik
berat trapesium. Untuk tanah dasar yang baik disertai dengan drain yang baik pula maka
uplift dapat dianggap bekerja 67% nya. Jadi bekerja uplift-pressure antara 67%sampai
100%.
85
III.3.2 Anggapan-Anggapan Stabilitas
bendung.
86
III.3.2.1 Syarat-Syarat Stabilitas
a. Pada konstruksi dengan batu kali, maka tidak boleh terjadi tegangan tarik. Ini
berarti bahwa resultante gaya-gaya yang bekerja pada tiap-tiap potongan harus
masuk kern.
b. Momen tahanan (Mt) harus lebih besar dari momen guling (Mg). Faktor
fk ≥
∑𝑀𝑡 ; fk = faktor keamanan
∑𝑀𝑔
Faktor keamanan untuk ini dapat diambil antara 1,2 dan 2,00.
∑𝑉 . 𝑓
fk =
∑𝐻
fk = faktor keamanan.
87
d. Tegangan tanah yang terjadi tidak boleh melebihi tegangan tanah yang
diijinkan.
𝜎𝑔 ≤ ͞𝜎g
e. Setiap titik pada seluruh konstruksi tidak boleh terangkat oleh gaya keatas
88
BAB IV
Dalam analisa hidrologi ini data pengaliran sungai sangat diperlukan, akan tetapi
karena data tidak mencukupi maka digunakan data curah hujan harian maksimum per tahun
dari tiga stasiun penakar hujan yang berdekatan dengan daerah aliran sungai Bahorok
dengan periode pengamatan 10 tahun. Stasiun tersebut adalah, stasiun Bukit Lawang,
Data curah hujan harian maksimum per tahun yang terjadi selama 10 tahun
89
IV.1.1.1. Analisa Hujan dengan Metode Rata-rata Aljabar
Curah hujan wilayah maksimum harian per tahun dari ketiga stasiun tersebut
dihitung dengan menggunakan metode rata-rata aljabar. Luas catchment area diperoleh
berdasarkan data adalah sebesar 101,175 km². Adapun perhitungannya dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.2. Perhitungan Curah Hujan Harian Maksimum Rata-Rata dengan Metode
Aljabar Rata-rata.
Tahu A1 A2 A3 ΣA Rata-
n rata
2001 99 61 93 253 84,33
90
Tabel 4.3. Urutan Peringkat Curah Hujan Harian Maksimum Rata-Rata dengan
1. 2006 148,33
2. 2007 139,00
3. 2008 136,33
4. 2002 129,67
5. 2009 111.33
6. 2005 110,33
7. 2014 105,00
8. 2003 104,67
9. 2010 88,67
Berdasarkan tabel 4.3, didapat curah hujan harian maksium tertinggi adalah
148,33 mm (2006) dan curah hujan harian maksimum terendah adalah 84,33 mm (2001).
Penentuan pola distribusi atau sebaran hujan dilakukan dengan menganalisa data curah
hujan harian maksimum yang diperoleh dengan menggunakan analisis frekuensi. Untuk
menentukan jenis sebaran yang akan digunakan dalam menetapkan periode ulang/return
periode (analisa frekuensi) maka dicari parameter statistik dari data curah hujan wilayah
91
Langkah yang ditempuh adalah dengan mengurutkan data-data mulai dari terkecil
sampai terbesar. Dari hasil analisis diperoleh nilai untuk masing-masing parameter statistik
n 10 10 10 10 10
92
Dari tabel 4.4. didapat data nilai parameter statistik data curah
kurtosis.
Rata-rata X
X=
= 115,77 mm
Simpangan Sx
baku
N
(N 1)
( X 2 X 1 )2
10
= (422,71)
(10 1)
= 21,67
Sx 21,67
Kofisien Variansi Cv =
X
= 115,77
= 0,19
n(R x)3
Koefisien Skewness Cs
(n 1)(n 2)(Sx)3
= 0,06
Koefisin kurtosis Ck
n 2 (R x) 4
(n 1)(n
2)(n 3)(Sx) 4
4.5.
n 10 10 10 10 10
Dari tabel 4.5. didapat data nilai parameter statistik data curah
2,17 2,14 2,13 2,11 2,05 2,04 2,02 2,02 1,95 1,93
LogX =
10
= 2,06
mm
SxLogXr
Simpangan baku
N
(N 1)
(LogX LogX ) 2
10
= (0,006214691)
(10 1)
= 0,08
SxLogX 0,08
Kofisien Variansi Cv =
LogX
= 2,06
= 0,04
Koefisien Skewness Cs n(LogX
Log x)3
(n 1)(n
2)(SxLogX )3
= -0,20
Koefisin kurtosis Ck
n2 (LogX Log
x)4
(n 1)(n 2)(n
3)(SxLogX )4
Berdasarkan tabel 5.6, maka distribusi Log Normal (Cs 3Cv, Cs(LnX)
0, Ck(LnX) 3) dan Gumbel (Cs > 1,14 dan Ck < 5,4) tidak dapat digunakan
frekuensi yang dilakukan pada data curah hujan harian maksimum diperoleh
bahwa jenis distribusi yang paling cocok dengan sebaran data curah hujan harian
maksimum di daerah aliran sungai Bahorok adalah distribusi Log Pearson type III.
Pada metode Log Pearson Type III ini, maka data curah hujan harian
maksimum yang diperoleh diubah dalam bentuk logaritmik sehingga
T Cs K
5 -0,20 0,850
10 -0,20 1,258
25 -0,20 1,680
30 -0,20 1,920
50 -0,20 1,945
100 -0,20 2,178
Nilai K yang didapat seperti tertera pada tabel 5.7 akan digunakan
III.
dengan metode Log Pearson Type III tersebut, kemudian akan diuji
apakah jenis distribusi Log Pearson Type III telah sesuai dengan
k 1 3,3 log N
1. Probabilitas (P)
1
P
k
1
P = 0,2
5
Sd = 0,08
Cs = -0,20
CL log1(log Xr K.Sd )
CL log1(1,99) = 98,54 mm
1. Probabilitas (P)
2
P
k
2
P = 0,4
5
2,06
Sd = 0,08
Cs = -0,20
CL log1(log Xr K.Sd )
98,54 mm sampai
2. Luas probabilitas
1
= 0,205
3. Jumlah frekuensi yang
diharapkan (Ei) Ei =
N x Luas probabilitas
Ei = 10 x 0,20 = 2,0
yang diharapkan Oi – Ei = 2 – 2 = 0
yang diharapkan
2
2 (Oi Ei)
X =
Ei
0
X2 = =0
2
= 0,05
= k – (P+1)
= 5 – (2+1) = 2
X2 0,05= 5,991
X2 0,01= 9,21
IV. Kontrol
Tabel 4.8. Batas Kelas Interval Untuk Distribusi Log Pearson III
(Oi Ei)
Kelas Interval Oi Luas Ei (Oi - Ei) (Oi - Ei)2 2
Ei
0,00 - 98,54 2 0,2 2 0 0 0
10 1 10 0 2 1
Jumlah
sedangkan X20,05 sebesar 5,991 mm, dan X20,01 sebesar 9,210 mm.
Ini berarti bahwa distribusi Log Pearson III telah sesuai dengan
sebaran data curah hujan yang tersedia, karena nilai X2 lebih kecil dari
Log XT = Log Xr + K. Sd
1. T = 5 tahun
Log X5 = Log Xr + K. Sd
Log X5 = 2,127
X5 = 133,95 mm
2. T = 10 tahun
X10 = 144,78 mm
3. T = 25 tahun
X25 = 156,90 mm
4. T = 30 tahun
X30 = 164,23 mm
5. T = 50 tahun
X50 = 165,03 mm
6. T = 100 tahun
X100 = 172,52 mm
T Log Xr Cs K SD Log Xt Xt
5 2,056 -0,20 0,850 0,08 2,127 133,95
10 2,056 -0,20 1,258 0,08 2,161 144,78
25 2,056 -0,20 1,680 0,08 2,196 156,90
30 2,056 -0,20 1,920 0,08 2,215 164,23
50 2,056 -0,20 1,945 0,08 2,218 165,03
100 2,056 -0,20 2,178 0,08 2,237 172,52
dan data curah hujan maksimum pertama dan kedua beserta masing-
X max2 = 84,33
X
Xr
N
1157,66
Xr 115,766 mm
10
1. T = 5 tahun
X5 = Xr + . Sd
X5 = 115,766 + 0,64.
28,93
X5 = 134,28 mm
2. T = 10 tahun
X10 = Xr + . Sd
X10 = 152,21 mm
3. T = 25 tahun
X25 = Xr + . Sd
X25 = 176,51 mm
4. T = 30 tahun
X30 = Xr + . Sd
X30 = 180,27 mm
5. T = 50 tahun
t
T SD Xr Xn
5 28,93 0,64 115,77 134,28
10 28,93 1,26 115,77 152,21
25 28,93 2,10 115,77 176,51
30 28,93 2,23 115,77 180,27
50 28,93 2,75 115,77 195,31
100 28,93 3,43 115,77 214,98
Dari tabel 5.10. dan tabel 5.13. maka didapat besar hujan
5.14.
METODE
T. ulang
HASPER LOG PEARSON
III
5 134,28 133,95
10 152,21 144,78
25 176,51 156,90
30 180,27 164,23
50 195,31 165,03
100 214,98 172,52
Data-data:
pengaliran:
1 0,012.A0,7
1 0,075.A0,7
Waktu konsentrasi:
t 0,1xL0,8 xI 0,3
t A0,75
0,4.t
1
3,7x10
t2
15 x 12
1
1x3,0113,011 (3,7x100,4 101,1750,75
2
1
3,011
15 x 12
= 1,358
= 0,736
𝑡 × 𝑅24
𝑅𝑡 =
𝑡+1
3,011 × 𝑅24
𝑅𝑡 =
3,011 + 1
Rt = 0,751. Xi
Rt
dimana q
3,6xt
,
0,751.Xi
q
3,6x3,011
q = 0,069 Xi m3/detik/km2
0,069 x Rn Qn = 2,312 . Rn
Untuk n = 5 tahun
Qn = 2,312 . R(5)
Qn = 2,312 . 134,28
Qn = 310,455
m3/detik
Untuk n = 10 tahun
Qn = 2,312 . R(10)
Qn = 2,312 . 152,21
Qn = 351,910
m3/detik
Untuk n = 25 tahun
Qn = 2,312 . R(25)
Qn = 2,312 . 176,51
Qn = 408,091
m3/detik
Untuk n = 30 tahun
Qn = 2,312 . R(30)
Qn = 2,312 . 180,27
Qn = 416,784
m3/detik
Untuk n = 50 tahun
Qn = 2,312 . R(50)
Qn = 2,312 . 195,31
Qn = 2,312 . 214,98
Qn = 497,034
m3/detik
Kala Ulang Rn Qn
5 134,28 310,455
m³/det
10 152,21 351,910
m³/det
25 176,51 408,091
m³/det
30 180,27 416,784
m³/det
50 195,31 451,557
m³/det
100 214,98 497,034
m³/det
Untuk n = 5 tahun
Qn = 2,312 . R(5)
Qn = 2,312 . 133,95
Qn = 309,692
m3/detik
Untuk n = 10 tahun
Qn = 2,312 . R(10)
Qn = 2,312 . 144,78
Qn = 334,731
m3/detik
Qn = 1,924 . R(25)
Qn = 1,924 . 156,90
Qn = 362,753
m3/detik
Untuk =
n 30 tahun
Qn = 1,924 . R(30)
Qn = 1,924 . 164,23
Qn = 379,699
m3/detik
Untuk n = 50 tahun
Qn = 1,924 . R(50)
Qn = 1,924 . 165,03
Qn = 381,549
m3/detik
Qn = 1,924 . R(100)
Qn = 1,924 . 172,52
Qn = 398,866
m3/detik
Kala Rn Qn
Ulang
5 133,95 309,692 m3/det
10 144,78 334,731 m3/det
25 156,90 362,753 m3/det
30 164,23 379,699 m3/det
50 165,03 381,549 m3/det
100 172,52 398,866 m3/det
Dalam analisa debit banjir metode Melchior, data-data yang diperlukan yaitu :
= 102,537 km2
1970
F 3960 1720.1
1
0,12
1970
102,537 3960 1720.1
1
0,12
4268,937 1147,256
=
3440
diperoleh 1-1 = 1,574 dan 1-2 = 0,907. Maka, diambil harga 1 = 0,907
dalam m³/det/km²
L R L R L R
0.14 29.6 144 4.75 720 2.3
0.72 22.4 216 4 1080 1.85
5
1.4 19.9 288 3.6 1440 1.55
7.2 14.1 360 3.3 2160 1.2
5
14 11.8 432 3.05 2880 1
5
29 9 504 2.85 4320 0.7
72 6.25 576 2.65 5760 0.54
108 5.25 648 2.45 7200 0.48
Nilai R1 diinterpolasi dimana F = 102,537 km² diperoleh R1 sebesar
5,402 m3/detik/km2
Q = 1 .R1.A
= 495,718 m3/detik
V 1,31.(Q.I 2 )0,2
= 1,31.{(495,718).(0,01852 ) 0,2 }
= 0,919 m/detik
Waktu konsentrasi(t):
10.L
t
36.V
10.(18)
=
36.(0,919)
= 5,442 jam
Nilai F < 300 km2 dan t < 24 jam, maka faktor pengalinya diperoleh
10. .R24max
Maka R
36.t
= 4,740 m3/detik/km2
m3/detik/km2 Q = 0,907 .
(4,70). (101,175)
= 431,299 m3/detik
V = 1,31.{431,299).(0,01852 )0,2 }
= 0,894 m/detik
10.(18)
t
36.(0,894)
= 5,596 jam
10. .R24max
Maka R
, 36.t
10.(0,632.148,33)
R
36.(5,596)
= 4,651 m3/detik/km2
T % T % T % t %
40 2 630-720 10 1330- 18 2035- 26
1420 2120
40-115 3 720-810 11 1420- 19 2120- 27
1510 2210
115- 4 810-895 12 1510- 20 2210- 28
190 1595 2295
190- 5 895-980 13 1595- 21 2295- 29
270 1680 2380
270- 6 980-1070 14 1680- 22 2380- 30
360 1770 2465
360- 7 1070- 15 1770- 23 2465- 31
450 1155 1860 2550
450- 8 1155- 16 1860- 24 2550- 31
540 1240 1950 2640
540- 9 1240- 17 1950- 25 2640- 33
630 1330 2035 2725
2725- 34
2815
Rx
Qn = α . R . A
. 200
Rx
Qn = (0,62) . ( 4,930) .
(101,175) . 200
Rx
Qn = 309,252
. 200
Kombinasi
Melchior – Haspers
Untuk n = 5 tahun
Qn = 1,546 . R(5)
Qn = 1,546 .
(134,28)
Qn = 207,597
m3/detik
Untuk n
= 10 tahun
Qn = 1,546 . R(10)
Qn = 1,546 . (152,21)
Qn = 235,317
m3/detik
Untuk n = 25 tahun
Qn = 1,546 . R(25)
Qn = 1,546 . (176,51)
Qn = 272,884
m3/detik
Untuk n = 30 tahun
Qn = 1,546 . R(30)
Qn = 1,546 . (180,27)
Qn = 278,697
m3/detik
Untuk n = 50 tahun
Qn = 1,546 . R(50)
Qn = 1,546 . (195,31)
Qn = 301,949
m3/detik
Untuk n = 100 tahun
Qn = 1,546 . (214,98)
Qn = 332,359
m3/detik
Untuk n = 5 tahun
Qn = 1,546 . R(5)
Qn = 1,546 . (133,95)
Qn = 207,087 m3/detik
Untuk n = 10 tahun
Qn = 1,546 . R(10)
Qn = 1,546 . (144,78)
Qn = 223,830 m3/detik
Untuk n = 25 tahun
Qn = 1,546 . R(25)
Qn = 1,546 . (156,90)
Qn = 242,567 m3/detik
Untuk n = 30 tahun
Qn = 1,546 . R(30)
Qn = 1,546 . (164,23)
Qn = 253,899 m3/detik
Untuk n = 50 tahun
Qn = 1,546 . R(50)
Qn = 1,546 . (165,03)
Qn = 255,136 m3/detik
Qn = 1,546 . R(100)
Qn = 1,546 . (172,52)
Qn = 266,716 m3/detik
= 1,71 . 25 . (5,5)3/2
H1 / r = 1,00 ; P / H1 = 1,00
Kemiringan mercu dibagian muka = 1,0 vertikal : 1,0 horizontal
C0 = 1,17 ; C1 = 0,97 ; C2
= 1,00 Cd = C0 x C1 x C2 = 1,138
198,50.
62,00 meter H1 / r =
1,125
P / H1 = 0,889
C1 = 0,96
C2 = 1,00
Cd = C0 x C1 x C2 = 1,147
(muka air hulu setinggi mercu dan muka air hilir kondisi kering)
Titik Garis
PANJANG REMBESAN TEKANAN AIR
Vertika Horisonta 1/3 Lw ∆H = H P=H-
l l Hor Lw/Cw ∆H
(m) (m) (m) (m) KN/m² KN/m KN/m²
²
A0 0 0 20 20
A0-A1 1.75 0 0
A1 1.75 1.36 37.5 36.14
A1-A2 0 0.4 0.13
A2 1.88 1.46 37.5 36.04
A2-A3 -1.35 0.4 0.13
A3 3.37 2.61 24 21.39
A3-A4 0 3 1
A4 4.37 3.39 24 20.61
A4-A5 1 0 0
A5 5.37 4.16 34 28.84
A5-A6 0 0.4 0.13
A6 5.5 4.26 34 29.74
A6-A7 -1 0 0
A7 6.5 5.04 24 18.96
A7-A8 0 3 1
A8 7.5 5.81 24 18.19
Hw = 3,00
terhadap rembesan.
- Kondisi Banjir
Hw = 2,55
Cw = Lw / Hw
c. Stabilitas Bendung
- Kondisi Kosong
Σ Mh 1
Σh1= 102.0 = 382.45
3
Vertikal :
W10 39.82 x 1.50 x 1 59.73 23.25 1388.78
(- 0.39 x 1.50 x 0.5) -0.29 23 -6.69
W11 39.43 x 1.0 x 1 39.43 22 867.55
Vertikal :
G1 2 x 2.00 x 0.5 x 22 -44 22.67 -997.33
G2 1.53 x 2.00 x1 x 22 -67.38 21.23 -1430.73
G3 2 x 2.00 x 0.5 x 22 -44 19.8 -871.29
G4 5.53 x 1.3 x 1 x 22 -158.2 21.23 -3359.18
G5 1.3 x 1.3 x 0.5 x 22 -18.59 18.04 -335.28
G6 1.5 x 2.00 x 1 x 22 -66 23.25 -1534.5
G7 1 x 2.00 x 0.5 x 22 -22 22.17 -487.67
G8 1.5 x 2.00 x 1 x 22 -66 18.75 -1237.5
G9 1.5 x 2.00 x 1 x 22 -66 17.25 -1138.5
G10 0.5 x 0.5 x 0.5 x 22 -2.75 16.33 -44.92
G11 0.80 x 0.80 x 0.5 x 22 -7.04 1.87 -13.14
Rv = -650,74 kN Rh = 102,03 kN
Mo = -9646,05 kN
Eksentrisitas : e = ( L / 2 ) – ( Mo / Rv )
= 12 – 14,82
debit rendah. Dari data yang ada diketahui jenis tanah di bawah
pondasi bendung :
Tekanan tanah :
Dari data yang ada diketahui jenis tanah di bawah pondasi bendung, yaitu :
σ = 𝑅𝑣/𝐿
σ = Rv / L ( 1 ± 6 e / L )
650,47 16,939
= (1 )
24,00 ± 0,24
= 27,11 ( 1 ± -0,71 )
= 20,60 kN/m
= 18,03 kN
(f) = 0,50
Rv
s=f x
R
h
E
p1
s = 0,50 x 6
5
0
,
7
4
8
4
,
0
0
(f) = 0,50
Rv
s=f x
650,74
s = 0,50 x
102,03
S = s ( 1 + a/s ) / hs
Dimana:
S = faktor tekanan
pada titik N
= 3,77 – 3,50
= 0,27
S = 3.50 /0.27
Dari peta daerah gempa, untuk D.I Timbang Lawan dapat dihitung
koefisien gempanya :
ad = n (ac. z)𝑚
ac = 85 + (Td-20).75/80
= 𝑎𝑑 / g Dimana :
cm/det2
Ac = 113.1 cm /det2
E = koefisien gempa
z = 1.56
ad = 155.84
E = 0.16
He = E.ΣG
= 0.16 x 1511.91
= 240.18 kN
= He . h = 240.18 x 3.75
Mg = -9646.05 + 900.32
= -8745.73 kN m
Eksentrisitas
( Guling ) : e
= ( L/2 ) – (
Mg /Rv )
Tekanan Tanah :
σ = 𝑅𝑣/𝐿 ( 1+ 6.e/L )
S = f x 𝑅𝑣/(𝑅ℎ + 𝐻𝑒 − 𝛴𝐸𝑝)
- Kondisi Banjir
Σ Mh 1
Σh1= 102.0 = 382.45
3
Vertikal :
G1 2 x 2.00 x 0.5 x 22 -44 22.67 -997.33
G2 1.53 x 2.00 x1 x 22 -67.38 21.23 -1430.73
G3 2 x 2.00 x 0.5 x 22 -44 19.8 -871.29
G4 5.53 x 1.3 x 1 x 22 -158.2 21.23 -3359.18
G5 1.3 x 1.3 x 0.5 x 22 -18.59 18.04 -335.28
G6 1.5 x 2.00 x 1 x 22 -66 23.25 -1534.5
G7 1 x 2.00 x 0.5 x 22 -22 22.17 -487.67
Rv =Σv1+Σv2
= 873,02 + -1511,91
= -638,89 kN
Rh = 145,16 kN
= -8313,41 kN m
h = ( Mh / Rh ) = ( 615,381 / 145,16)
= 4,24 m v
= ( Mv / Rv ) = ( -8919,21/ -638,89 )
= 13,98 m
Eksentrisitas : e = ( L / 2 ) – ( Mo / Rv )
= 12 – 13,01
Tekanan tanah :
Dari data yang ada diketahui jenis tanah di bawah pondasi bendung, yaitu :
σ = 𝑅𝑣/𝐿
σ = Rv / L ( 1 ± 6 e / L )
638,89 6,074
= (1 )
24,00 ± 0,24
Rv
s = f x
Rh
638,89
s = 0,50 x
145,16
= 3,77 – 3,50
= 0,27
S = 3.50 /0.27
Dari peta daerah gempa, untuk D.I Timbang Lawan dapat dihitung
koefisien gempanya :
ad = n (ac. z)𝑚
ac = 85 + (Td-20).75/80
E = 𝑎𝑑 / g
E = 0.16
He = E.ΣG
= 0.16 x 1511.91
= 240.13 kN
diperhitungkan adalah :
= He . h = 240.13 x 4.24
= 1016,68 kN
Mg = -8313.41 + 1018.68
= -7294.73 kN m
Eksentrisitas
( Guling ) : e
= ( L/2 ) – (
Mg /Rv )
Tekanan Tanah :
σ = 𝑅𝑣/𝐿 ( 1+ 6.e/L )
Gelincir:
S = f x 𝑅𝑣/(𝑅ℎ + 𝐻𝑒 − 𝛴𝐸𝑝)
KESIMPULAN DAN
SARAN
VI.1. Kesimpulan
maksimal.
Chow Ven Te, Maidment R. David, Mays W. Larry, 1988. Applied Hydrology.
McGraw-Hill. Singapore
Kodatie Robert J, Roestam Sjarief, 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu.
Penerbit Andi. Jakarta
Linsley Ray K., 1985. Teknik Sumber Daya Air Jilid 1. Terj. Yandi
Hermawan Penerbit Erlangga. Jakarta.