Anda di halaman 1dari 130

ANALISA SISTEM JARINGAN PIPA AIR BERSIH

DI RSS PEGAWAI NEGERI SIPIL LAYANAN PDAM TIRTA


WAMPU KABUPATEN LANGKAT

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Melengkapi Tugas - Tugas dan Memenuhi Syarat untuk


Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil

Disusun oleh :

INDRA PANGIHUTAN HARIANJA


10 0424 008

BIDANG STUDI TEKNIK SUMBER DAYA AIR


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK USU
MEDAN
2013
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISA SISTEM JARINGAN PIPA AIR BERSIH


DI RSS PEGAWAI NEGERI SIPIL LAYANAN PDAM TIRTA WAMPU
KABUPATEN LANGKAT

TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat untuk
Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil
Dikerjakan oleh :

INDRA PANGIHUTAN HARIANJA


10 4240 008

Pembimbing :

Ivan Indrawan, S.T, M.T


NIP : 19761205 200604 1 001

Penguji I Penguji II

Ir. Terunajaya, M.Sc Dr. Ir. A. Perwira Mulia, M.Sc


NIP. 19500817 198411 1 001 NIP. 19660417 199303 1 004

Mengesahkan
Koordinator, PPSE Ketua
Departemen T. Sipil FT USU Departemen T. Sipil FT USU

Ir. Zulkarnain A. Muiz, M. Eng.Sc Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan


NIP : 19560326 198103 1003 NIP : 19561224 198103 1 002

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
KATA PENGANTAR

Segala puji hormat dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih,
berkat dan segala anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
ini dengan baik. Tugas akhir ini diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan
memenuhi syarat untuk menempuh ujian sarjana Teknik Sipil Universitas Sumatera
Utara.

Adapun judul dari tugas akhir ini adalah Analisa Jaringan Pipa Air Bersih
Di RSS Pegawai Negeri Sipil Layanan PDAM Tirta Wampu Kabupaten
Langkat. Penulis menyadari bahwa pengerjaan penelitian tugas akhir ini tidak
terlepas dari dukungan berbagai pihak. Karena itu, pada kesempatan ini saya
mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan tugas akhir ini :

1. Bapak Ivan Indrawan, ST.MT selaku pembimbing yang telah menyediakan


waktu untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan masukan berupa
saran hingga selesainya tugas akhir ini.
2. Bapak Ir. Terunajaya, M.Sc dan Dr. Ir. A. Perwira Mulia, M.Sc selaku
pembanding yang telah memberi kritik dan saran.
3. Bapak Prof.DR.Ing.Johannes Tarigan, selaku ketua Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Ir. Syahrizal, MT, selaku sekretaris Departemen Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Ir. Zulkarnaen A. Muis, M.Eng,Sc, selaku koordinator PPE
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
6. Bapak dan Ibu staf pengajar yang telah membimbing dan mendidik sejak
semester awal sampai berakhirnya masa studi di Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
7. Seluruh pegawai administrasi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara.

i
8. Pimpinan dan seluruh staf pegawai Satuan Kerja PKP Air Minum Sumatera
Utara.
9. Pimpinan PDAM Tirta Wampu Kabupaten Langkat dan Pak Hafizullah, ST
selaku staff teknik dan pembimbing dalam penyusunan tugas akhir ini.
10. Seluruh staf pegawai PDAM Tirta Wampu Kabupaten Langkat,
11. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta atas setiap doa dan
pengorbanannya yang tidak terhingga kepada penulis.
12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas akhir ini yang
tidak dapat disebutkan satu persatu sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tugas Akhir ini dengan baik.
Mengingat masih adanya keterbatasan yang penulis miliki, maka penulis
menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan segala saran dan kritik yang bersifat membangun dari
pembaca dan semua pihak untuk penyempurnaan laporan Tugas Akhir ini

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Laporan Tugas
Akhir ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, November 2013

Indra Pangihutan Harianja


100 424 008

ii
ABSTRAK

Dalam memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat maka tidak akan terlepas
dari proses penyediaan/produksi air bersih, transmisi air bersih, distribusi air bersih
dan penyimpanan air. Penyediaan air bersih adalah kegiatan menyediakan air bersih
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat,
bersih dan produktif.
Tahapan-tahapan dalam penyelesaian tugas akhir ini yaitu terlebih dahulu
mengumpulkan data yang dibutuhkan yaitu data primer dan data sekunder dari
PDAM Tirta Wampu. Kemudian menghitung banyaknya penduduk di Komplek
Perumahan RSS Pegawai Negeri Sipil. Tahapan berikutnya adalah menghitung
kebutuhan air baik kebutuhan domestik maupun kebutuhan nondomestik. Dari data
yang ada dan dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, kemudian dilakukan
pemodelan dan analisa dengan menggunakan program EPANET 2.0. Setelah itu hasil
analisa program tersebut di evaluasi dengan metode Hardy Cross dengan mengambil
sampel loop dalam jaringan perpipaan.
Berdasarkan hasil perhitungan didapat total kebutuhan air seluruh komplek
perumahan sebesar 293,40 m3/hari. Kebutuhan air bersih pada saat jam puncak
sebesar 0,01839 m3/detik. Dimensi reservoir yang dapat direncanakan bervolume 70
m3 – 80 m3. Pipa yang digunakan yaitu pipa PVC dengan diameter 3 inchi sedangkan
hasil evaluasi diperoleh sebesar 2 inchi. Besar kerugian head pipa adalah 356 m dan
head pompa adalah 367 m sedangkan dengan permodelan program EPANET 2.0
besar head pipa untuk pukul 06.00 wib sebesar 449,5 m dan pukul 18.00 wib sebesar
436,5 m. Besar headloss sebesar 0,00207 m pada jam 06.00 wib dan 0,00946 m pada
saat jam 18.00 wib dengan sampel Blok D.
Dari hasil perhitungan disimpulkan bahwa kebutuhan air di komplek
perumahan RSS pegawai negeri sipil tidak terpenuhi dengan kapasitas sumur bor
yang sekarang sehingga perlu penambahan kapasitas pompa atau penambahan
bangunan reservoir. Perlunya penambahan bangunan pengolahan air dari sumur
untuk menjaga kualitas air tetap aman untuk didistribusikan ke pelanggan serta perlu
adanya penambahan valve gate untuk mengatur tekanan air yang didistribusikan
didalam pipa.

Kata Kunci : kebutuhan air, reservoir, head, metode Hardy Cross, EPANET 2.0.

iii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

ABSTRAK .......................................................................................................... iii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x

DAFTAR NOTASI ............................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2 Tujuan Dan Manfaat ............................................................................ 2

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ............................................................... 3

1.4 Perumusan Masalah ............................................................................. 3

1.5 Pembatasan Masalah ............................................................................ 3

1.6 Sistematika Penulisan .......................................................................... 4

1.7 Metodelogi Penelitian .......................................................................... 5

BAB II Tinjauan Pustaka

2.1 Pengertian Air Bersih dan Air Minum ................................................ 7

2.2 Pengertian Sistem Penyediaan Air Bersih dan Air Minum ................. 8

2.3 Sistem Penyediaan Air Bersih dan Air Minum ................................... 10

2.4 Persyaratan dalam Penyediaan Air Bersih ........................................... 13

2.5 Sistem Pengolahan Air ........................................................................ 18

iv
2.6 Kebutuhan Air Bersih .......................................................................... 19

2.7 Kehilangan Air .................................................................................... 23

2.8 Sistem Pendistribusian Air .................................................................. 23

2.9 Sumber air ........................................................................................... 28

2.10 Penggunaan (Fluktuasi) dan Jumlah Air ............................................. 29

2.11 Hidraulika Aliran Dalam Perpipaan .................................................... 30

2.11.1 Pipa Bertekanan ..................................................................... 30

2.11.2 Kecepatan Dan Kapasitas Aliran Fluida ............................... 30

2.12 Aliran Laminer Dan Turbulen ............................................................. 32

2.13 Kehilangan Tinggi Tekanan ................................................................ 33

2.13.1 Kehilangan Tinggi Tekanan Minor (Minor Losses) .............. 34

2.13.2 Kehilangan Tinggi Tekanan Mayor (Major Losses) ............. 35

2.14 Persamaan Empiris Uuntuk Aliran Pipa ............................................. 39

2.15 Mekanisme Aliran Dalam Pipa ........................................................... 40

2.15.1 Pipa Hubungan Seri ............................................................... 40

2.15.2 Pipa Hubungan Paralel .......................................................... 41

2.15.3 Pipa Dengan Turbin ............................................................... 42

2.15.4 Pipa Dengan Pompa .............................................................. 43

2.16 Sistem Jaringan Pipa ............................................................................ 44

2.17 Aplikasi Epanet 2.0 Dalam Analisa Jaringan Distribusi

Air Bersih ............................................................................................ 48

2.17.1 Permodelan Hidrolik ............................................................. 50

2.17.2 Langkah-Langkah Menggunakan Program EPANET 2.0 ..... 50

2.17.3 Model Jaringan EPANET 2.0 ................................................ 52

v
BAB III METODELOGI PENELITIAN

3.1 Tujuan Dan Manfaat Penelitian ........................................................... 69

3.3 Pengumpulan Data ............................................................................... 70

3.4 Pengolahan Data .................................................................................. 71

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak Dan Batas Administratif ............................................................ 72

4.2 Kondisi Umum Pelayanan Distribusi Air Bersih ................................ 73

BAB V DATA DAN PEMBAHASAN

5.1 Sumber Air .......................................................................................... 79

5.2 Perhitungan Kebutuhan Air ................................................................. 81

5.2.1 Kebutuhan Air Bersih Golongan Non Niaga ........................ 81

5.2.2 Kebutuhan Air Bersih Golongan Sosial ................................ 82

5.2.2.1 Golongan Sosial Umum ........................................ 82

5.2.2.2 Golongan Sosial Khusus ....................................... 82

5.3 Perancangan Reservoir ........................................................................ 86

5.4 Evaluasi Diameter Pipa Distribusi ....................................................... 89

5.5 Kerugian Head Pada Pipa .................................................................... 89

5.6 Kerugian Head Pada Pompa ................................................................ 90

5.7 Permodelan Dengan Program EPANET 2.0 ....................................... 91

5.8 Perhitungan Dengan Metode Hardy Cross .......................................... 103

5.9 Evaluasi Hasil Permodelan Software EPANET 2.0 Dengan Metode Hardy

Cross .................................................................................................... 107

5.10 Perbandingan Hasil Permodelan Program EPANET 2.0 Dengan Kondisi

Di Lapangan ........................................................................................ 108

vi
5.11 Perencanaan Pengolahan Air Bersih Dari Sumur Bor .......................... 109

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan .......................................................................................... 111

6.2 Saran .................................................................................................... 112

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Unsur-unsur fungsional dari sistem penyediaan air minum ................. 12

Tabel 2.2 Operasi dan proses satuan serta penerapannya dalam pengolahan

air ......................................................................................................... 18

Tabel 2.3 Standar Kebutuhan Air Bersih ............................................................. 20

Tabel 2.4 Rata-rata kebutuhan air per orang tiap hari .......................................... 21

Tabel 2.5 Rumus pada saluran bertekanan ........................................................... 34

Tabel 2.6 Kehilangan tinggi tekanan pada katup, alat penyesuaian dan pipa

yang digunakan .................................................................................... 35

Tabel 2.7 Kekasaran rata-rata pipa komersil ........................................................ 37

Tabel 2.8 Koefisen kekasaran Hazen Williams .................................................. 38

Tabel 2.9 Koefisien kekasaran untuk berbagai jenis pipa .................................... 59

Tabel 2.10 Nilai koefisien minor losses untuk beberapa tipe fitting

EPANET 2.0....................................................................................... 60

Tabel 2.11 Penggunaan pattern demand pada EPANET 2.0 ............................... 64

Tabel 2.12 Demand pattern pada EPANET 2.0 ................................................... 64

Tabel 4.1 Kapasitas produksi terpasang yang digunakan .................................... 75

Tabel 4.2 Unit-unit sistem pelayanan ................................................................... 77

Tabel 5.1 Estimasi Pemakaian Air Setiap Hari .................................................... 83

Tabel 5.2 Pemakaian Pada Periode I (05.00-08.00) ............................................. 83

Tabel 5.3 Pemakaian Pada Periode II (08.00-11.00) ........................................... 83

Tabel 5.4 Pemakaian Pada Periode III (11.00-14.00) .......................................... 83

viii
Tabel 5.5 Pemakaian Pada Perode IV (14.00-17.00) ........................................... 84

Tabel 5.6 Pemakaian Pada Periode V (17.00-20.00) ........................................... 84

Tabel 5.7 Pemakaian Pada Periode VI (20.00-23.00) .......................................... 84

Tabel 5.8 Pemakaian Pada Periode VII (23.00-02.00) ......................................... 84

Tabel 5.9 Pemakaian Pada Periode VIII (02.00-05.00) ....................................... 84

Tabel 5.10 Total Pemakaian Selama 24 Jam ....................................................... 85

Tabel 5.11 Analisa fluktuasi kebutuhan dalam rangka perhitungan kebutuhan

reservoir .......................................................................................... 86

Tabel 5.12 Node Results at 06:00 ........................................................................ 98

Tabel 5.13 Link Results at 06:00 .......................................................................... 99

Tabel 5.14 Node Results at 18:00 ........................................................................ 101

Tabel 5.15 Link Results at 18:00 .......................................................................... 102

Tabel 5.16 Data-data pipa yang digunakan .......................................................... 104

Tabel 5.17 Selisih debit hasil permodelan Software EPANET 2.0 dengan Metode

Hardy Cross ....................................................................................... 107

Tabel 5.18 Selisih debit hasil permodelan Program EPANET 2.0 dengan kondisi di

lapangan ............................................................................................ 108

ix
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kaitan hubungan antara unsur-unsur fungsional dari suatu

sistem penyediaan air kota .............................................................. 12

Gambar 2.2 Profil kecepatan aliran fluida pada saluran tertutup ........................ 31

Gambar 2.3 Profil kecepatan aliran fluida pada saluran terbuka ........................ 31

Gambar 2.4 Diagram moody ............................................................................... 36

Gambar 2.5 Pipa yang dihubungkan seri ...................................................................... 40

Gambar 2.6 Pipa yang dihubungkan paralel ........................................................ 41

Gambar 2.7 Pipa dengan curat ............................................................................. 42

Gambar 2.8 Pipa dengan pompa .......................................................................... 43

Gambar 2.9 Contoh suatu sistem jaringan pipa ................................................... 44

Gambar 2.10 Flow chart tahapan pemodelan menggunakan EPANET 2.0 ........ 49

Gambar 2.11 Jaringan sistem distribusi yang akan dianalisa ............................... 51

Gambar 2.12 Properties editor hydraulic option pada Epanet 2.0 ...................... 51

Gambar 2.13 Hubungan antar komponen fisik dalam EPANET 2.0 ................... 52

Gambar 2.14 Properties Editor untuk input data pada Junction ......................... 53

Gambar 2.15 Properties editor untuk input data pada reservoir .......................... 54

Gambar 2.16 Properties editor untuk input data pada tangki .............................. 56

Gambar 2.17 Properties editor untuk input data pada pipa ................................. 58

Gambar 2.18 Properties editor untuk input data pada pompa ............................. 61

Gambar 2.19 Berbagai jenis bentuk kurva pompa yang ada dalam

EPANET 2.0 ................................................................................. 65

x
Gambar 2.20 Efficiency Curve pada software EPANET 2.0 ............................... 67

Gambar 2.21 Volume Curve Pada Program EPANET 2.0 ................................... 67

Gambar 3.1 Bagan Alir Metodologi Pengerjaan Tugas Akhir ............................. 69

Gambar 4.1 Foto Udara Perumahan RSS Kelapa Sawit ...................................... 73

Gambar 5.1 Kondisi sumur bor di komplek perumahan RSS Kelapa Sawit ....... 80

Gambar 5.2 Sumber daya dari gardu listrik komplek .......................................... 80

Gambar 5.3 Pompa sumur bor ............................................................................. 81

Gambar 5.4 Kapasitas pemakaian air tiap jam dalam 1 hari ................................ 85

Gambar 5.5 Fluktuasi Kebutuhan Air .................................................................. 88

Gambar 5.6 Fluktuasi Kebutuhan Air Secara Komulatif ..................................... 88

Gambar 5.7 Lembar kerja awal Epanet 2.0 .......................................................... 92

Gambar 5.8 Jaringan sistem air komplek perumahan .......................................... 93

Gambar 5.9 Sistem jaringan pipa komplek perumahan ....................................... 93

Gambar 5.10 Properties editor default ................................................................ 94

Gambar 5.11Memasukkan data reservoir ............................................................ 95

Gambar 5.12 Memasukkan data pipa ................................................................... 95

Gambar 5.13 Memasukkan data pada junction .................................................... 96

Gambar 5.14 Memasukkan data multiplier .......................................................... 96

Gambar 5.15 Running analysis ............................................................................ 97

Gambar 5.16 Melihat report full .......................................................................... 97

Gambar 5.17 Proses simulasi aliran dalam pipa .................................................. 98

Gambar 5.18 Peta jaringan pipa Blok D dan debit yang mengalir di masing-masing

pipa ............................................................................................... 104

Gambar 5.19 Rencana sistem pengolahan air sumur bor ..................................... 109

xi
DAFTAR NOTASI

Q : Laju aliran volume

A : Luas penampang aliran

V : Kecepatan aliran fluida

W : Laju aliran berat fluida

γ : Berat jenis fluida (9810 N/m3)

M : Laju aliran massa fluida

Ρ : Massa jenis fluida

µ : Viskositas dinamik

Re : Reynold number

d : Diameter dalam pipa

: Rapat massa

He : Headlosses Minor

K : Koefisien kerugian

Hf : Kehilangan head akibat gesekan

f : Faktor gesekan

L : Panjang pipa

G : Percepatan gravitasi

Re : Bilangan Reynold

: Kekasaran pipa

C : Koefisien kekasaran pipa

R : Jari-jari hidrolis ; d/4 untuk pipa bundar

S : Slope dari gradien energi (H1/L)

xii
n : Koefisien kekasaran pipa Manning

H : Tinggi tekanan efektif

g : Percepatan gravitasi

Qpeak : Debit jam puncak

fpeak : Faktor fluktuasi jam maksimum

VR : Volume reservoir

P2 P1
: Perbedaan head tekanan. Besarnya tekanan standar adalah 1,0 kgf/cm2 =

98066,5 Pa

V12 V22
: Perbedaan head kecepatan
2g

V1 : Kecepatan pada titik 1 yang besarnya 0 m/dtk

V2 : Kecepatan air pada titik 2 dimana untuk perencanaan awal digunakan

kecepatan sebesar 2,5 m/dtk

Z2 Z1 : Perbedaan head statis

hf : Headloss total

hs : Head pompa

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A Peta Jaringan Pipa dan Denah Perumahan

LAMPIRAN B Peraturan Menteri Kesehatan Dan SK Direktur PDAM Tirta

Wampu

LAMPIRAN D Foto Dokumentasi

LAMPIRAN E Jenis-jenis Valve Dalam Instalasi Pipa

xiv
ABSTRAK

Dalam memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat maka tidak akan terlepas
dari proses penyediaan/produksi air bersih, transmisi air bersih, distribusi air bersih
dan penyimpanan air. Penyediaan air bersih adalah kegiatan menyediakan air bersih
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat,
bersih dan produktif.
Tahapan-tahapan dalam penyelesaian tugas akhir ini yaitu terlebih dahulu
mengumpulkan data yang dibutuhkan yaitu data primer dan data sekunder dari
PDAM Tirta Wampu. Kemudian menghitung banyaknya penduduk di Komplek
Perumahan RSS Pegawai Negeri Sipil. Tahapan berikutnya adalah menghitung
kebutuhan air baik kebutuhan domestik maupun kebutuhan nondomestik. Dari data
yang ada dan dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, kemudian dilakukan
pemodelan dan analisa dengan menggunakan program EPANET 2.0. Setelah itu hasil
analisa program tersebut di evaluasi dengan metode Hardy Cross dengan mengambil
sampel loop dalam jaringan perpipaan.
Berdasarkan hasil perhitungan didapat total kebutuhan air seluruh komplek
perumahan sebesar 293,40 m3/hari. Kebutuhan air bersih pada saat jam puncak
sebesar 0,01839 m3/detik. Dimensi reservoir yang dapat direncanakan bervolume 70
m3 – 80 m3. Pipa yang digunakan yaitu pipa PVC dengan diameter 3 inchi sedangkan
hasil evaluasi diperoleh sebesar 2 inchi. Besar kerugian head pipa adalah 356 m dan
head pompa adalah 367 m sedangkan dengan permodelan program EPANET 2.0
besar head pipa untuk pukul 06.00 wib sebesar 449,5 m dan pukul 18.00 wib sebesar
436,5 m. Besar headloss sebesar 0,00207 m pada jam 06.00 wib dan 0,00946 m pada
saat jam 18.00 wib dengan sampel Blok D.
Dari hasil perhitungan disimpulkan bahwa kebutuhan air di komplek
perumahan RSS pegawai negeri sipil tidak terpenuhi dengan kapasitas sumur bor
yang sekarang sehingga perlu penambahan kapasitas pompa atau penambahan
bangunan reservoir. Perlunya penambahan bangunan pengolahan air dari sumur
untuk menjaga kualitas air tetap aman untuk didistribusikan ke pelanggan serta perlu
adanya penambahan valve gate untuk mengatur tekanan air yang didistribusikan
didalam pipa.

Kata Kunci : kebutuhan air, reservoir, head, metode Hardy Cross, EPANET 2.0.

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air menjadi kebutuhan manusia yang sangat penting begitu juga dengan seluruh

makhluk hidup yang ada di muka bumi. Dalam pemenuhan air tersebut manusia

melakukan berbagai upaya untuk mendapatkannya. Dalam hal ini pemenuhan air

bersih untuk dikonsumsi, baik untuk air minum maupun untuk kebutuhan rumah

tangga lainnya, keperluan umum, keperluan industri, keperluan perdagangan,

keperluan pertanian/peternakan dan keperluan pelayaran dan lain sebagainya.

Dengan perkembangan peradaban serta semakin bertambahnya jumlah penduduk

di dunia ini secara umumnya dan di daerah langkat secara khususnya. Suatu sistem

penyediaan air yang mampu menyediakan air dalam jumlah yang cukup merupakan

hal penting bagi suatu kota. Maka dengan sendirinya kebutuhan masyarakat terhadap

air bersih dari PDAM Tirta Wampu setiap tahunnya mungkin saja meningkat.

Kenyataannya salah satu layanan PDAM Tirta Wampu yaitu Perumahan RSS

Pegawai Negeri Sipil terdapat beberapa masalah dalam penyediaan air bersih di

perumahan tersebut yakni keluhan konsumen tentang kualitas air dan

ketidakmerataan debit air yang mengalir ke keran rumah pelanggan. Hal ini juga

diperkuat dari data yang diperoleh penulis dari PDAM Tirta Wampu bahwa sumur

bor yang dibangun oleh PDAM di perumahan tersebut dalam status kurang berfungsi

dengan baik sehingga banyak konsumen beralih membuat sumur sendiri baik sumur

gali maupun sumur bor.

1
Akan tetapi masalah yang ada di lapangan dipersulit dengan sikap masyarakat

atau pelanggan untuk memperoleh air bersih dengan jumlah banyak seperti

menggunakan pompa hisap air ke pipa distribusi PDAM sehingga merugikan

pelanggan lain, ada juga yang bukan pelanggan PDAM tetapi oknum tersebut

memperoleh air dengan membuat sambungan illegal (illegal connection), dan ada

juga pelanggan yang ingin membayar murah tagihan airnya dengan memodifikasi

meteran air rumahnya sehingga pelanggan tersebut membayar tagihan air dengan

murah dengan jumlah air yang banyak. Hal-hal itu telah melanggar SK Direktur

PDAM Tirta Wampu No. 979-56.a/SK/2013 sehingga diperlukan sosialisasi dan

penertiban agar masalah dalam penyediaan air bersih di komplek ini dapat teratasi.

Dilatarbelakangi hal-hal tersebut penulis tertarik mengevaluasi tentang sistem

penyediaan air bersih PDAM Tirta Wampu yang sudah ada di Perumahan RSS

Pegawai Negeri Sipil.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Tujuan

Penelitian tugas akhir ini bertujuan untuk mengetahui apakah debit yang ada di

lapangan masih mencukupi atau tidak dalam melayani masyarakat ataupun

pelanggan dengan menggunakan acuan metode Hardy-Cross dan permodelan

program EPANET 2.0, diameter pipa distribusi dan bagaimana solusi dalam

peningkatan kualitas dan kuantitas air yang akan didistribusikan kepada konsumen.

Manfaat

Dengan adanya penelitiaan ini diharapkan memberikan masukkan, menambah

pengetahuan dan wawasan akan penyediaan, pengolahan dan jaringan air bersih

bersumber dari sumur bor bagi mahasiswa teknik sipil pada khususnya dan

2
masyarakat serta pemerintah pada umumnya. Selain itu diharapkan dapat

meningkatkan kesadaran kita sebagai pengguna air bersih mengenai pentingnya

pengelolaan dan penggunaan sumber air bersih. Semoga penelitian ini dapat menjadi

pedoman atau bahan pertimbangan dan pelaksanaannya di lapangan.

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Penelitiaan tugas akhir ini mengevaluasi debit air dengan menggunakan

permodelan program EPANET 2.0 dan Hardy-Cross, evaluasi diameter pipa

distribusi dan peningkatan kuantitas dan kualitas air bersih yang dihasilkan.

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang serta maksud dan tujuan dari penelitian ini,

dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah kapasitas air yang terpasang selama ini masih mencukupi kebutuhan

masyarakat Perumahan RSS Pegawai Negeri Sipil akan air bersih atau tidak,

2. Bagaimana cara memaksimalkan sumber air yang ada untuk memenuhi kebutuhan

air bersih masyarakat di Perumahan RSS Pegawai Negeri Sipil,

3. Bagaimana solusi dalam memperbaiki kulitas dan kuantitas air bersih di

Perumahan RSS Pegawai Negeri Sipil.

1.5 Pembatasan Masalah

Adapun pembatasan masalah yang diambil dalam Tugas Akhir ini adalah

menggunakan permodelan program EPANET 2.0 dan metode Hardy-Cross dengan

menggunakan persamaan Hazen Williams dalam perhitungan hidrolika sebuah

3
jaringan pipa serta peningkatan kualitas dan kuantitas penyediaan air bersih di

Komplek Perumahan RSS Pegawai Negeri Sipil Layanan PDAM Tirta Wampu.

1.6 Sistematika Penulisan

1. Pendahuluan

Berisi latar belakang, tujuan dan manfaat dari tugas akhir ini, ruang

lingkup pembahasan, perumusan masalah, pembatasan masalah, sistematika

penulisan dan metodelogi penelitian.

2. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Memberikan gambaran umum tentang lokasi penelitian dan profil PDAM

Tirta Wampu sebagai penyedia air bersih di lokasi penelitian.

3. Metodelogi penelitian

Berisi tentang alur pengerjaan penelitian tugas akhir ini.

4. Tinjauan pustaka

Berisi tentang teori literatur yang berkaitan dengan penelitian ini yang

didalamnya sudah termasuk tentang sistem penyediaan air bersih, sistem

distribusi air bersih, perpipaan, pompa, rumus-rumus yang digunakan, dan

proses perhitungan dengan Metode Hardy-Cross dan Program EPANET 2.0

yang digunakan.

5. Pembahasan

Membahas hasil pengolahan data yang diperoleh dari hitungan Metode

Hardy-Cross dan berisi data-data yang ditemukan atau berdasarkan

perhitungan temuan di lapangan. Pengolahan data dengan program EPANET

2.0 berisi analisa hasil simulasi pemodelan jaringan dan hasil evaluasi

4
dengan menggunakan metode Hardy-Cross. Memaparkan hasil yang

diperoleh dari evaluasi debit air dan diameter pipa distribusi air bersih di

lokasi penelitian.

6. Kesimpulan dan Saran.

1.7 Metodologi Penelitian

Dalam menganalisa hasil studi ini maka penulis mencari bahan-bahan dan data-

data yang diperlukan melalui :

1) Mengumpulkan literatur dari beberapa buku serta jurnal yang berkaitan

dengan air bersih serta perpipaan,

2) Mengumpulkan data-data yang diperlukan terdiri dari :

a. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh dengan pengamatan langsung ke

sumber air dan wawancara dengan konsumen di Perumahan RSS

Kelapa Sawit.

b. Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh dari instansi-instansi yang terkait

dalam permasalahan ini, seperti Dinas Perumahan dan Permukiman

(Perkim) Kota Medan, Satuan Kerja PKP Air Minum Sumatera Utara ,

Jurnal, buku literatur, internet dan PDAM Tirta Wampu. Adapun data-

data tersebut antara lain :

 Jumlah pelanggan/pengguna air bersih;

 Rata-rata jumlah pemakaian air bersih;

 Tekanan air yang ada;

5
 Sumber air bersih;

 Pemakaian air bersih pada saat Peak Hour (beban puncak) yakni

nilai pressure gauge;

 Panjang pipa;

 Diameter pipa yang digunakan;

 Spesifikasi pompa;

 Skema pipa jaringan;

 Standarisasi penyediaan, pengolahan dan kebutuhan air bersih oleh

dinas-dinas yang terkait/berwenang.

3) Pengolahan data

Untuk pengolahan datanya, hasil survey lapangan akan dianalisa

pendistribusian air bersih dan diameter pipanya dengan metode Hardy-Cross

dan Program EPANET 2.0.

6
BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Pengertian Air Bersih dan Air Minum

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan

menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu, air bersih adalah air yang

memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum, dimana persyaratan yang

dimaksud adalah persyaratan dan segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia,

biologis dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek

samping (Totok Sutrisno, 2004).

Pada umumnya pemakaian air bersih adalah untuk keperluan-keperluan sebagai

berikut :

1. Konsumtif

Pemakaian konsumtif misalnya untuk keperluan penduduk (mandi, cuci,

masak, dan sebagainya), irigasi (terutama untuk mengairi sawah dan

perkebunan), dan industri. Setelah air dipakai secara konsumtif maka air

tersebut tidak dapat dipergunakan kembali.

2. Non Konsumtif

Setelah air dipakai secara konsumtif maka air akan menjadi non konsumtif

dan air ini dapat dipergunakan kembali untuk keperluan lain, misalnya:

tenaga air, rekrasi, perikanan, suaka alam, dan pendinginan mesin-mesin.

3. Pengendalian

Pemakaian air yang sifatnya mengendalikan, misalnya:

7
a) Pengendalian banjir dengan mempergunakan aliran air menjauhi daerah

genangan (membuat sudetan);

b) Pengotoran kota, mengalirkan sejumlah air kedalam sungai/selokan agar

dapat menghanyutkan sampah-sampah dan tingkat pengotoran air tersebut

masih dalam batas-batas toleransi;

c) Mengurangi pengaruh air asin, terutama daerah pantai, yaitu dengan

menjaga volume air tanah tetap konstan;

d) Air untuk pemadam kebakaran, biasanya air ini disediakan pada bangunan-

bangunan umum, misalnya: kantor, rumah sakit, sekolah, hotel dan lain-

lain.

Pengertian air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat

kesehatan air minum sehingga air tersebut dapat langsung diminum. Pengertian dan

standar kualitas air minum adalah batas operasional dan kriteria kualitas air dengan

memasukkan pertimbangan non teknis, misalnya kondisi sosial-ekonomi, target atau

tingkat kualitas produksi, tingkat kesehatan yang ada dan teknologi yang tersedia

(Totok Sutrisno, 2004).

2.2 Pengertian Sistem Penyediaan Air Bersih dan Air Minum

Suatu sistem penyediaan air minum dari sudut pandang teknik sebenarnya

sederhana. Pengaliran terjadi karena energi hidrolik, apakah secara gravitasi atau

dengan pemompaan. Sistem atau jaringan perpipaan dikembangkan dengan dasar

energi hidraulik dimaksud. Proses pengolahan air, bila diperlukan untuk

memperbaiki kualitas air sehingga memenuhi syarat untuk dapat diminum pada

dasarnya mempergunakan prinsip atau fenomena fisika, kimia dan biologi yang

sederhana pula.

8
Pada dasarnya penyediaan air minum kepada masyarakat adalah untuk

memenuhi kebutuhan air untuk kebutuhan hidup dan kebutuhan dalam berbagai

kegiatan manusia sehari-hari. Namun yang lebih penting lagi adalah penyediaan air

tersebut dimaksud adalah agar masyarakat dapat hidup secara sehat dan higienis.

Dengan demikian tujuan utama penyediaan air minum itu adalah sebagai salah satu

upaya untuk membangun manusia dan masyarakat yang sehat. Manusia yang sehat

adalah masyarakat yang produktif yang dapat mendukung produktifitas dan

perkembangan ekonomi.

PDAM sebagai kepanjangan tangan Pemda melaksanakan sebagai tugas Pemda

memberikan pelayanan kepada masyarakat dan sebagai operator pelayanan air

minum, melalui sistem yang dimilikinya berkewajiban memenuhi objektif dimaksud

diatas. Sesungguhnya tugas tersebut merupakan tugas yang mulia dan memiliki arti

strategis bagi bangsa dan negara. Untuk mencapai objektif di maksud, pelayanan air

minum oleh PDAM harus memenuhi beberapa syarat :

1. Terpenuhinya syarat-syarat kualitas agar dapat dipergunakan secara aman,

tanpa khawatir terinfeksi suatu penyakit, terutama penyakit-penyakit yang

dapat tertular dan berkembang melalui air;

2. Arus aliran air dapat disediakan dalam jumlah yang cukup dan tersedia setiap

waktu atau pengaliran berlangsung selama 24 jam. Kedua syarat diatas adalah

menyangkut tentang “Tiga Tas” (kuantitas, kualitas, dan kontinuitas);

3. Sistem dan manajemennya harus professional dan efisien sehingga harga air

menjadi murah dan terjangkau oleh kemampuan masyarakat (affordable).

9
Ketiga persyaratan diatas adalah merupakan persyaratan yang standar dengan

pengertian semua operator pelayanan air minum berkewajiban memenuhinya adalah

hak masyarakat atau pelanggan untuk mendapatkan pelayanan seperti itu.

2.3 Sistem Penyediaan Air Bersih dan Air Minum

Suatu sistem penyediaan air minum, terdiri dari tiga komponen pokok yaitu

sumber, transmisi dan distribusi, yang secara bersama-sama merupakan satu kesatuan

sistem, satu terkait pada lainnya. Masing-masing komponen juga merupakan suatu

sistem, seakan-akan berdiri sendiri, terdiri dari satu atau lebih satuan atau unit sistem

dan mempunyai fungsi dan peran tertentu dalam suatu sistem penyediaan air minum.

Masing-masing dirancang dengan kriteria, baik mengenai besaran bentuk sistem dan

karakteristik sendiri-sendiri, tergantung pada kebutuhan, kondisi lapangan dan

tingkat pelayanan yang dikehendaki. Dengan cara demikian, sistem akan dapat

melayani bagaimanapun kualitas air yang diinginkan dan berapapun besar fluktuasi

kapasitas yang dibutuhkan serta kapan saja pelanggan mempergunakannya, tidak

akan menjadi masalah (Djoko Sasongko, 1995).

Suatu sistem yang baik adalah apabila sistem dimaksud dapat memberikan

pelayanan dengan kualitas air yang baik, aman dan dapat di minum, dalam jumlah

yang cukup dan tersedia setiap waktu, atau kapan saja dibutuhkan serta harganya

murah, terjangkau daya beli masyarakat.

Untuk menjamin bahwa air yang diproduksi suatu sistem penyediaan air minum

adalah aman, higienis dan baik serta dapat diminum, haruslah memenuhi persyaratan

kualitas air minum sebagai mana ditetapkan dalam Permenkes Nomor

492/Menkes/PER/IV/2010. Menurut ketentuan tersebut ada tiga kriteria yang harus

dipenuhi menyangkut segi fisik, kimiawi dan bakteriologis. Dengan demikian air

10
minum antara lain harus bebas dari zat yang berbahaya bagi kesehatan, jernih tidak

keruh, tidak berasa dan berbau, serta bebas dari kuman penyakit yang pathogen, yang

dapt ditularkan dari air.

Kebocoran pipa sangat berpotensi untuk terjadinya perubahan kualitas selama

dalam sistem distribusi. Jadi kebocoran tidak saja merugikan karena hilangnya

sebagian produksi air, tetapi juga merupakan ancaman kualitas air yang akan

diterima masyarakat. Karena itu penaganan kehilangan air khususnya kebocoran

pada pipa, sangat strategis sifatnya. Namun masalahnya kadang-kadang tidak

sederhana sehingga memerlukan suatu upaya khusus.

Suatu sistem penyediaan air yang mampu menyediakan air yang dapat diminum

dalam jumlah yang cukup merupakan hal penting bagi suatu kota yang besar dan

modern. Unsur-unsur yang membentuk suatu sistem penyediaan air yang modern

meliputi :

1. Sumber-sumber penyediaan;

2. Sarana-sarana penampungan;

3. Sarana-sarana penyaluran (dari pengolahan);

4. Sarana-sarana pengolahan;

5. Sarana-sarana penyaluran (dari pengolahan) ke tampungan sementara;

6. Sarana-sarana distribusi.

Dalam pengembangan persediaan air bagi masyarakat, jumlah dan mutu air

merupakan hal yang paling penting. Hubungan antara kedua faktor ini kepada

masing-masing unsur fungsional terlihat dari skema di bawah ini.

11
Sumber penyediaan

Penampungan

Penyaluran

Pengolahan

Penyaluran dan
penampungan

Distribusi

Gambar 2.1 Kaitan hubungan antara unsur-unsur fungsional dari suatu sistem
penyediaan air kota.

Tabel 2.1 Unsur-unsur fungsional dari sistem penyediaan air minum .


Masalah utama dalam
perencanaan sarana
Unsur Fungsional Uraian
(utama/sekunder)
Sumber-sumber air permukaan bagi
Sumber penyediaan Jumlah/mutu penyediaan, misalnya sungai, danau,
dan waduk atau sumber air tanah.
Sarana-sarana yang dipergunakan
untuk menampung air permukaan
Penampungan Jumlah.mutu
biasanya terletak pada atau dekat
sumber penyediaannya.
Sarana-sarana untuk menyalurkan
Penyaluran Jumlah/mutu air dari tampungan ke sarana-sarana
pengolah.
Sarana-sarana yang dipergunakan
Pengolahan Jumlah/mutu untuk memperbaiki atau merubah
mutu air.
Sarana-sarana untuk menyalurkan
Penyaluran dan air yang sudah diolah ke sarana-
Jumlah/mutu
penampungan sarana penampungan sementara serta
ke satu atau beberapa titik distribusi.

12
Masalah utama dalam
perencanaan sarana
Unsur Fungsional Uraian
(utama/sekunder)
Sarana-sarana yang dipergunakan
untuk membagi air ke masing-
Distribusi Jumlah/mutu
masing pemakaiyang terkait ke
dalam sistem.
Sumber : Sasongko, Djoko, 1985. Teknik Sumber Daya Air. Erlangga. Jakarta.

2.4 Persyaratan dalam Penyediaan Air Bersih

Ada beberapa persyaratan utama yang hams dipenuhi dalam sistem pengolahan

air bersih, persyaratan tersebut meliputi akan 3 hal, yaitu:

a. Persyaratan Kualitatif

Persyaratan kualitatif ini menggambarkan mutu atau kualitas dan air baku

untuk air bersih. Persyaratan ini meliputi persyaratan fisik, kimia, biologis

dan radiologis. Syarat-syarat tersebut dapat dilihat dalam Peraturan Menteri

Kesehatan No. 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang syarat-syarat dan

pengawasan kualitas air bersih dan air minum.

1) Syarat-Syarat Fisik

Secara fisik syarat-syarat air bersih dan air minum harus jernih, tidak

berwarna, tidak berbau dan tidak berasa (tawar). Warna disyaratkan

dalam air bersih dan air minum untuk masyarakat karena pertimbangan

estetika. Ada dua macam warna pada air, yaitu:

a) Apparent Color

Ditimbulkan karena adanya benda-benda atau zat yang tersuspensi

dan bahan organik. Hal ini lebih mudah diatasi dibanding dengan

warna lainnya.

13
b) True Color

Adalah warna yang ditimbulkan oleh zat-zat yang bukan zat organik,

dan warna mi sangat sulit untuk diatasi.

Rasa seperti asin, pahit, manis, asam dan sebagainya tidak boleh

terdapat dalam air minum untuk masyarakat. Bau yang biasa terdapat

didalam air adalah bau busuk, amis dan sebagainya dan hal ini juga

tidak boleh terdapat dalam air minum. Rasa dan bau biasanya

terdapat bersama-sama didalam air.

Selain warna, bau dan rasa, syarat lain yang harus dipenuhi secara

fisik adalah suhu, suhu sebaiknya sama dengan suhu udara atau ±

25°C dan bila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan

adalah 25°C - 30° C.

2) Syarat-Syarat Kimia

Air minum tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam

jumlah yang melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia tersebut

antara lain adalah sebagai berikut:

a) pH

pH merupakan faktor penting bagi air bersih dan air minum, karena

pH dapat mempengaruhi proses korosi pada perpipaan, khususnya

pada pH < 6.5 dan > 9.5 akan mempercepat terjadinya proses korosi

pada pipa distribusi air minum. Selain itu, nilai pH pada terdapatnya

jumlah mikroorganisme pathogen yang semakin banyak akan sangat

membahayakan kesehatan manusia.

14
b) Zat Padat Total (Total Solid)

Total solid merupakan bahan yang tertinggal sebagai residu pada

penguapan dan pengeringan pada suhu 103° - 105° C.

c) Zat Organik sebagai KmnO4

Zat organik dalam air berasal dari :

• Alam : tumbuh-tumbuhan, alkohol, selulosa, gula dan pati;

• Sintesa : proses-proses industri;

• Fermentasi : alkohol, asam dan akibat kegiatan mikroorganisme.

Zat atau bahan organik yang berlebihan dalam air akan

mengakibatkan timbulnya bau yang tidak sedap.

d) CO2 Agresif

CO2 yang terdapat di air berasal dan udara dan hasil dekomposisi

zat organik. Menurut bentuknya CO2 dapat dibedakan dalam:

• CO2 bebas : banyaknya CO2 yang larut dalam air;

• CO2 kesetimbangan : CO2 yang dalam air setimbang dengan HCO3;

• CO2 agresif : yaitu CO2 yang dapat merusak bangunan dalam

distribusi air minum.

e) Kesadahan Total (Total Hardness)

Kesadahan adalah sifat air yang disebabkan oleh adanya ion-ion

(kation) logam valensi dua, misalnya Ca2+, Mg2+ Fe+ dan Mn+.

Kesadahan total adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya ion-

ion Ca2+ dan Mg2+ secara bersama-sama. Air sadah menyebabkan

pemborosan pemakaian sabun pencuci dan mempunyai titik didih

yang lebih tinggi dibandingkan air biasa.

15
f) Kalsium (Ca)

Kalsium dalam air minum adalah batas-batas tertentu yang

diperlukan untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Nilai Ca lebih dan

200 mg/l dapat menyebabkan korosifitas pada pipa-pipa air.

g) Besi dan Mangan

Besi dan mangan merupakan logam yang menghambat proses

desinfeksi. Hal ini disebabkan karena daya pengikat klor (DPC)

selain digunakan untuk mengikat zat organik, juga digunakan untuk

mengikat besi dan mangan sehingga sisa klor menjadi lebih sedikit

dan hal ini memerlukan desinfektan yang semakin besar pada proses

pengolahan air. Selain itu besi dan mangan dapat menyebabkan

warna air menjadi keruh.

h) Tembaga (Cu)

Pada konsentrasi tembaga yang terdapat pada air yang lebih besar

dari 1 mg/l akan menyebabkan rasa tidak enak pada lidah dan dapat

menimbulkan kerusakan pada hati.

i) Seng (Zn)

Dalam jumlah kecil merupakan unsur yang penting untuk

metabolism, karena kekurangan Zn dapat menyebabkan hambatan

pada pertumbuhan anak dalam jumlah besar unsur ini dapat

menumbulkan rasa pahit dan sepat pada air minum.

j) Chlorida (Cl)

Konsentrasi chlor yang melebihi 250 mg/l akan menyebabkan rasa

asin dan korosif pada logam.

16
k) Nitrit (Ni)

Kelemahan nitrit dapat menyebabkan methamoglobinemia terutama

pada bayi yang mendapat konsumsi air minum yang mengandung

nitrit.

l) Florida (F)

Kadar F < 1mg/l menyebabkan kerusakan gigi atau karang gigi.

Sebaliknya bila kebanyakan akan menyebabkan gigi berwarna

kecoklatan.

m) Logam-Logam Berat (Pb, As, Se, Cd, Cr, Hg, Cn)

Adanya logam-logam berat dalam air menyebabkan gangguan pada

jaringan syaraf, pencernaan, metabolisme oksigen dan kanker.

b. Persyaratan Kuantitatif

Persyaratan kuantitatif dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari

banyaknya air baku yang tersedia. Artinya, air baku tersebut dapat digunakan

untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan pengolahan. Selain itu jumlah air

yang dibutuhkan sangat tergantung pada tingkat kemajuan teknologi dan

sosial ekonomi masyarakat setempat.

c. Persyaratan Kontinuitas

Persyaratan kontinuitas untuk penyediaan air bersih sangat erat

hubungannya dengan kuantitas air yang tersedia yaitu air baku yang ada di

alam. Arti kontinuitas merupakan air baku untuk diolah dan dapat diambil

terus-menerus dengan fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim

kemarau maupun musim hujan.

2.5 Sistem Pengolahan Air

17
Metode-metode yang dipergunakan dalam pengolahan air untuk membuatnya

aman dan menarik bagi para langganan dibahas dengan ringkas pada ayat-ayat

berikut ini. Informasi ini dimaksudkan sebagai pengantar kepada masalah

pengolahan air. Dalam hal ini, tujuannya adalah memberikan kepada para pembaca

suatu perspektif tentang apa-apa yang tercakup dalam pengolahan air dan

memberikan tuntunan untuk penelaahan lebih lanjut. Masalah-masalah yang

dipertimbangkan meliputi :

1. Tinjauan tentang metode-metode pengolahan yang utama dan penerapannya;

2. Metode-metode pengolahan fisik;

3. Metode-metode pengolahan kimiawi;

4. Beberapa metode pengolahan khusus;

5. Pembuangan lumpur dari instalasi pengolahan;

6. Perencanaan instalasi pengolahan air.

Tabel 2.2 Operasi dan proses satuan serta penerapannya dalam pengolahan air.
Operasi atau proses Penerapan
Operasi satuan*
Penyaringan Saringan-saringan kasat dipergunakan untuk melindungi pompa
terhadap bahan-bahan padat mengambang. Saringan-saringan
halus dipergunakan untuk membuang bahan-bahan yang
mengambang dan terapung.

Saringan Mikro Dipergunakan untuk menyaring pencemar-pencemar halus seperti


ganggang, lanau, dan sebagainya.

Aerasi (perpindahan Dipergunakan untuk menambah atau membuang gas-gas kurang


gas) atau sangat jenuh dalam kandungan air.

Pencampuran Dipergunakan untuk mencampur bahan-bahan kimia dan gas yang


mungkin diperlukan untuk pengolahan.

18
Operasi atau proses Penerapan
Flokulasi Penciptaan gradien kecepatan dengan pencampuran yang
lembut untuk meningkatkan pengumpulan partikel-partikel.
Pengendapan Dipergunakan untuk membuang partikel-partikel seperti lanau
dan pasir atau bahan flokulasi yang terapung.
Filtrasi Dipergunakan untuk menyaring bahan-bahan padat sisa yang tetap
berada di dalam air setelah pengendapan.
Proses satuan*
Koagulasi (pengentalan) Menyatakan proses penambahan bahan kimia untuk mendorong
penggumpalan partikel-partikel dalam proses flokulasi.
Disinfeksi Dipergunakan membunuh organisme-organisme patogen yang
mungkin ada dalam air alamiah.
Presipitasi Pembuangan jenis-jenis ionik terlarut seperti kalsium dan
magnesium (kesadahan) dengan menambahkan bahan-bahan
kimia yang mendorong presipitasinya.
Pertukaran ion Dipergunakan untuk pembuangan selektif atau sepenuhnya ion-
ion anion dan kation terlarut di dalam larutan.
Adsorpsi Dipergunakan untuk pembuangan berbagai senyawa organik
misalnya yang menyebabkan warna, rasa dan bau.
Oksidasi kimiawi
Dipergunakan untuk oksidasi sebagai senyawa yang bisa
didapatkan dalam air, misalnya yang mengakibatkan rasa dan bau.
Sumber : Sasongko, Djoko, 1985. Teknik Sumber Daya Air. Erlangga. Jakarta.

2.6 Kebutuhan Air Bersih

Kebutuhan air bersih dapat didefinisikan sebagai jumlah air yang dibutuhkan

untuk keperluan rumah tangga, industri, pengelolaan kota dan lain-lain.

Dikenal ada 2 kategori fasilitas penyediaan air bersih atau air minum yaitu :

a. Sistem perpipaan, terdiri dari : sambungan rumah, sambungan halaman dan

sambungan umum,

b. Sistem nonperpipaan, terdiri dari : sumur umum dan hidran umum/kran

umum.

19
Perlu diketahui juga ada beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan air

bersih dari satu kota dengan kota lainnya adalah :

a. Iklim,

b. Karakteristik penduduk,

c. Keberadaan industri,

d. Kualitas air,

e. Harga air.

Untuk memproyeksi jumlah kebutuhan air bersih dapat dilakukan berdasarkan

perkiraan kebutuhan air untuk berbagai macam tujuan ditambah perkiraan kehilangan

air. Adapun kebutuhan air untuk berbagai macam tujuan pada umumnya dapat dibagi

dalam :

a. Kebutuhan domestik

Kebutuhan domestik merupakan kebutuhan air untuk rumah tangga dam

sambungan kran umum. Pemenuhan kebutuhan air domestik memiliki bagian

terbesar dalam kebutuhan dasar perencanaan unit pengolahan, faktor

kebiasaan, pola dan tingkat kehidupan yang didukung oleh adanya

perkembangan sosial ekonomi memberikan pengaruh terhadap peningkatan

kebutuhan terhadap air. Kebutuhan air setiap orang perharinya disesuaikan

dengan standar yang biasa digunakan serta kriteria pelayanan berdasarkan

kategori kotanya.

Tabel 2.3 Standar Kebutuhan Air Bersih.


Kategori Jumlah penduduk Penyediaan air Kehilangan air
kota (ltr/orng/hari) (%)
SR HU
Metropolitan > 1.000.000 190 30 20
Besar 500.000 – 1.000.000 170 30 20
Sedang 100.000 – 500.000 150 30 20
Kecil 20.000 – 500.000 130 30 20

20
Kategori Jumlah penduduk Penyediaan air Kehilangan air
kota (ltr/orng/hari) (%)
SR HU
IKK < 20.000 100 30 20

Kebutuhan air bersih


Kategori kota
(liter/orang/hari)
Metropolitan 190
Besar 170
Sedang 150
Kecil 130
Desa 60
Sumber : DPU Cipta Karya.

b. Kebutuhan non domestik

kebutuhan non domestik adalah kebutuhan air bersih selain untuk

keperluan rumah tangga dan kran umum seperti untuk perkantoran,

perindustrian. Perdagangan, fasilitas sosial dan rumah ibadah.

Tabel 2.4 Rata-rata kebutuhan air per orang tiap hari.


Pemakaian Jangka Perbandingan
air rata-rata waktu luas lantai
No. Jenis gedung sehari pemakaian efektif total (%) keterangan
(Liter) air rata-rata
sehari (Jam)
1. Perumahan mewah 250 8-10 42-45 Setiap penghuni
2. Rumah biasa 160-250 8-10 50-53 Setiap penghuni
Mewah : 250 ltr
3. Apartemen 200-250 8-10 45-50 menengah : 180 ltr
sendiri : 120 ltr
4. Asrama 120 8 45-48 Sendiri
(setiap tempat tidur
pasien) pasien luar :
5. Rumah sakit 1000 8-10 50-55 500 ltr, staff/pegawai
: 120 ltr, keluarga
pasien : 160 ltr
6. SD 40 5 58 Guru : 100 ltr
7. SLTP 50 6 58 Guru : 100 ltr
SLTA dan lebih Dosen/guru : 100 ltr
8. 80 6 -
tinggi
9. Rumah toko 100-200 8 - Penghuninya : 160 ltr

21
Pemakaian Jangka Perbandingan
air rata-rata waktu luas lantai
No. Jenis gedung sehari pemakaian efektif total (%) Keterangan
(Liter) air rata-rata
sehari (Jam)
10. Gedung kantor 100 8 60-70 Setiap pegawai
Toko serba
11. ada/departemen 3 7 55-60 -
store
Buruh pria : Per orang setiap
12. Pabrik/industri 8 -
60, wanita : giliran (kalau kerja
100 lebih dari 8 jam/hari)
Setiap penumpang
13. Stasiun/terminal 3 15 - (yang tiba maupun
yang berangkat)
Untuk penghuni :
14. Restoran 30 5 -
160 ltr
Untuk penghuni :
160 ltr, pelayan : 100
ltr, 70% dari jumlah
15. Restoran umum 15 7 -
tamu perlu 15
ltr/orng untuk kakus,
cuci tangan dsb
Kalau digunakan
siang dan malam,
pemakaian air
Gedung dihitung per
16. 30 5 53-55
pertunjukkan penonton, jam
pemakaian air dalam
tabel adalah untuk 1
kali pertunjukkan
17. Gedung bioskop 10 7 - -
Pedagang besar : 30
ltr/tamu, 10 ltr/staf
18. Toko pengecer 40 6 -
atau 5 ltr per hari per
m2 luas lantai
Untuk setiap tamu,
untuk staf 120-150
19. Hotel/penginapan 250-300 10 -
ltr, penginapan 250
ltr
Gedung Didasarkan jumlah
20. 10 2 -
peribadatan jemaah per hari
Untuk setiap
21. Perpustakaan 25 6 -
pembaca yang

22
Pemakaian Jangka Perbandingan
air rata-rata waktu luas lantai
No. Jenis gedung sehari pemakaian efektif total (%) keterangan
(Liter) air rata-rata
sehari (Jam)
tinggal
22. Bar 30 6 - Setiap tamu
23. Perkumpulan sosial 30 - - Setiap tamu
24. Kelab malam 120-350 - - Setiap tempat duduk
Gedung Setiap tamu
25. 150-200 - -
perkumpulan
26. laboratorium 100-200 8 - Setiap staf
Sumber : Aqfa, Ikhwanul, 2011, Analisa Sistem Jaringan Pendistribusian Pipa Air Bersih
Di PDAM Tirta Bulian Tebing Tinggi, Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara.

2.7 Kehilangan Air

Kehilangan air PDAM diasumsikan 20 % dalam penelitian ini disebabkan luas

wilayah penelitian sangat kecil hanya ruang lingkup perumahan saja walaupun

kehilangan air memiliki angka yang besar untuk sistem jaringan daerah Stabat.

Angka persen kehilangan air ini disebabkan oleh :

a. Kebocoran pada pipa distribusi akibat bencana alam ataupun akibat aktivitas

manusi misalnya proyek perbaikan jalan dan sebagainya.

b. Pencurian yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu.

c. Kerusakan pada peralatan instalasi, misalnya kerusakan pintu air, kerusakan

pipa besi akibat korosi dan lain sebagainya.

2.8 Sistem Pendistribusian Air

Sistem distribusi adalah bagian penting dalam sistem, walaupun komponen

lainnya juga penting. Dilihat dari intervensi, kira-kira 60-70% dari biaya

pembangunan adalah untuk sistem distribusi. Selain dari pada itu, baik atau tidaknya

sistem penyediaan air minum, biasanya dinilai dari pelayanan oleh sistem distribusi.

23
Untuk mengatasi fluktuasi pemakaian maka sistem distribusi perlu dilengkapi dengan

reservoir yang mempunyai volume yang cukup. Daya tampung yang memadai lebih

kurang 25-30 % dari kebutuhan sehari, sangat berarti oleh karena prinsipnya adalah

dengan suplai dengan kapasitas tetap dari sumber, pada waktu pemakaian lebih besar

dari input, volume yang tersimpan dikeluarkan dari reservoir.

Sebaliknya pada waktu pemakaian kecil, kelebihan pasokan dari sistem

produksi, disimpan untuk sementara dalam reservoir. Demikianlah berlangsung

setiap waktu. Karena itu dalam 24 jam akan terlihat selalu turun naiknya muka air

dalam reservoir. Fungsi yang lain dari reservoir adalah untuk keseimbangan tekanan

dan sebagai distributor. Untuk itulah dalam perencanaanya reservoir selalu

diusahakan letaknya di tengah-tengah daerah distribusi. Dengan demikian dapat

dimengerti bahwa keberadaan reservoir mutlak perlu. Tidak ada satu sistempun tanpa

reservoir distribusi dapat memberikan pelayanan untuk mengatasi fluktuasi

pemakaian, karena sistem produksi hanya menyediakan pasokan dengan flow

konstan.

Aliran yang sewaktu-waktu atau pada jam puncak sangat besar dari reservoir,

maka sistem perpipaannya juga harus mampu menampung pengaliran seperti itu dan

dalam waktu yang singkat ke lokasi atau titik dalam daerah distribusi yang

mengalami peningkatan atau puncak. Untuk itu perpipaan distribusi juga dirancang

dengan kapasitas, dimanapun dalam jaringan distribusi harus dapat menampung

pengaliran pada jam puncak, kapanpun terjadi jam puncak itu. Jaringan pipa

distribusi terdiri dari dua sistem yang masing-masingnya mempunyai dua fungsi

khusus :

24
a. Jaringan pipa induk, main atau feeder system, yang berfungsi mengantarkan

dengan cepat air dalam jumlah besar ke sektor yang membutuhkan. Karena

itu sistem ini tidak boleh langsung disambungkan ke pipa pelayanan apalagi

sambungan rumah, kecuali pada titik-titik yang sudah diperhitungkan

(junction/drawpoint). Bila hal itu terjadi maka tekanan dalam pipa dapat

turun (drop) sangat cepat.

b. Untuk melayani rumah atau sambungan pelanggan, dilakukan melalui

jaringan pipa pelayanan (small distribution main), dimulai dari titik

sambungan pipa pelayanan, jaringan pipa pelayanan, kemudian berakhir

dengan pipa sambungan rumah (house connection) sampai meter pelanggan,

seterusnya ke instalasi pipa air minum dalam rumah (water supply plumbing

system).

Jaringan distribusi adalah rangkaian pipa yang berhubungan dan digunakan

untuk mengalirkan air ke konsumen. Tata letak distribusi ditentukan oleh kondisi

topografi daerah layanan dan lokasi instalasi pengolahan biasanya diklasifikasikan

sebagai :

a. Sistem cabang

Bentuk cabang dengan jalur buntu (dead-end) menyerupai cabang sebuah

pohon. Pada pipa induk utama (primary feeders), tersambung pipa induk

sekunder (secondary feeders), dan pada pipa induk sekunder tersambung pipa

pelayanan utama (small distribution mains) yang terhubung dengan

penyediaan air minum dalam gedung. Dalam pipa dengan jalur buntu, arah

aliran air selalu sama dan suatu areal mendapat suplai air dari satu pipa

tunggal.

25
b. Sistem grid iron

Pipa induk utama dan pipa induk sekunder terletak dalam kotak, dengan

pipa induk utama, pipa induk sekunder, serta pipa pelayanan utama saling

terhubung. Sistem ini yang paling banyak digunakan.

c. Sistem melingkar (loop)

Pipa induk utama terletak mengelilingi daerah layanan. Pengambilan

dibagi menjadi dua dan masing-masing mengelilingi batas daerah layanan,

dan keduanya bertemu kembali di ujung. Pipa perlintasan (cross)

menghubungkan kedua pipa induk utama. Di dalam daerah layanan, pipa

pelayanan utama terhubung dengan pipa induk utama. Sistem ini paling ideal.

Sistem distribusi adalah sistem yang langsung berhubungan dengan konsumen,

yang mempunyai fungsi pokok mendistribusikan air yang telah memenuhi syarat ke

seluruh daerah pelayanan. Sistem ini meliputi unsur sistem perpipaan dan

perlengkapannya, hidran kebakaran, tekanan tersedia, sistem pemompaan (bila

diperlukan), dan reservoir distribusi.

Sistem distribusi air minum terdiri atas perpipaan, katup-katup, dan pompa yang

membawa air yang telah diolah dari instalasi pengolahan menuju pemukiman,

perkantoran dan industri yang mengkonsumsi air. Juga termasuk dalam sistem ini

adalah fasilitas penampung air yang telah diolah (reservoir distribusi), yang

digunakan saat kebutuhan air lebih besar dari suplai instalasi, meter air untuk

menentukan banyak air yang digunakan, dan keran kebakaran.

Dua hal penting yang harus diperhatikan pada sistem distribusi adalah

tersediannya jumlah air yang cukup dan tekanan yang memenuhi (kontinuitas

26
pelayanan), serta menjaga keamanan kualitas air yang berasal dari instalasi

pengolahan.

Sistem pendistribusian air ke masyarakat, dapat dilakukan secara langsung

dengan gravitasi maupun dengan sistem pompa. Pembagian air dilakukan melalui

pipa-pipa distribusi, seperti :

a. Pipa primer, tidak diperkenankan untuk dilakukan tapping;

b. Pipa sekunder, diperkenankan tapping untuk keperluaan tertentu, seperti: fire

hydran, bandara, pelabuhan dan lain-lain;

c. Pipa tersier, diperkenankan tapping untuk kepentingan pendistribusian air ke

masyarakat ke pipa kuarter.

Distribusi air minum dapat dilakukan dengan beberapa cara, tergantung kondisi

topografi yang menghubungkan sumber air dengan konsumen. Distribusi secara

gravitasi, pemompaan maupun kombinasi pemompaan dan gravitasi dapat digunakan

untuk menyuplai air ke konsumen dengan tekanan yang mencukupi. Berikut

penjelasan dari masing-masing sistem pengaliran distribusi air bersih :

a. Cara gravitasi

Cara gravitasi dapat digunakan apabila elevasi sumber air mempunyai

perbedaan cukup besar dengan elevasi daerah pelayanan, sehingga tekanan

yang diperlukan dapat dipertahankan. Cara ini dianggap cukup ekonomis,

karena hanya memanfaatkan beda ketinggian lokasi (Lelly, 2008).

b. Cara pemompaan

Pada cara ini pompa digunakan untuk meningkatkan tekanan yang

diperlukan untuk mendistribusikan air dari reservoir distribusi ke konsumen.

27
Cara ini digunakan jika daerah pelayanan merupakan daerah yang datar, dan

tidak ada daerah yang berbukit (Lelly, 2008).

c. Cara gabungan

Pada cara gabungan, reservoir digunakan untuk mempertahankan tekanan

yang diperlukan selama periode pemakaian tinggi dan pada kondisi darurat,

misalnya saat terjadi kebakaran, atau tidak adanya energi. Selama periode

pemakaian rendah, sisa air dipompakan dan disimpan dalam reservoir

distribusi. Karena reservoir distribusi digunakan sebagai cadangan air selama

periode pemakaian tinggi atau pemakaian puncak, maka pompa dapat

dioperasikan pada kapasitas debit rata-rata (Lelly, 2008).

2.9 Sumber air

Sumber air baku bagi suatu penyediaan air bersih sangat penting karena, selain

kuantitas harus mencukupi juga dari segi kualitas akan berpengaruh terhadap proses

pengolahan. Disamping itu letak sumber air dapat mempengaruhi bentuk jaringan

transmisi, distribusi dan sebagainya.

Secara umum sumber air baku dapat dikategorikan sebagai berikut :

a. Air hujan,

b. Air permukaan,

c. Air tanah.

Dalam menentukan sumber air baku untuk suatu sistem penyediaan air bersih

diperlukan suatu pertimbangan tertentu, agar air baku yang dipilih selain memenuhi

persyaratan kuantitas dan kualitas juga lebih mudah diperoleh, baik dari segi teknis

dan ekonomis.

28
2.10 Penggunaan (Fluktuasi) dan Jumlah Air

Pemakaian air konsumen atau pelanggan tidak sama dari waktu ke waktu, yang

menyebabkan pula pasokan air dari sistem tidak selalu sama sepanjang waktu.

Pemakaian air itu berbeda setiap jamnya setiap 24 jam, begitu pula dari satu hari ke

hari lainnya dalam satu bulan dan antara bulan yang satu dengan bulan yang lain

dalam satu tahun. Perbedaan pemakaian itu terjadi karena kegiatan masyarakat yang

mempergunakan air yang tidak sama, dipengaruhi oleh kebiasaan, macam kegiatan

dan begitu juga iklim. Fluktuasi dalam 24 jam terutama disebabkan kegiatan

masyarakat, demikian juga pada umumnya fluktuasi harian. Perbedaan pemakaian

bulanan lebih dipengaruhi oleh faktor iklim.

Yang penting diperhatikan besarnya fluktuasi maksimum, baik maksimum

perjam (fp) dan maksimum perhari (fm), yaitu pemakaian yang terbesar dalam satu

hari selama satu tahun. Faktor tersebut berpengaruh dalam perencanaan dan

operasional dan sistem. Angka-angka dari pengalaman menunjukkan bahwa fluktuasi

maksimum perhari, atau faktor maksimum perhari (fn = 1,1-1,7) dan faktor

maksimum perjam, lebih dikenal dengan faktor peak (fp = 1,5-3,5). Untuk negara-

negara di daerah tropis, fm cenderung lebih kecil dari negara-negara di kawasan

empat musim. Sedangkan fp terjadi sebaliknya. Besar kecilnya angka tersebut juga

dipengaruhi oleh komposisi pelanggan. Apabila kegiatan komersial dan indutri lebih

dominan biasanya fluktuasi maksimum dalam 24 jam cenderung lebih rendah, atau

fluktuasinya lebih merata. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi air antara lain:

a. Iklim;

b. Ciri-ciri Penduduk;

c. Masalah Lingkungan Hidup;

29
d. Industri dan perdagangan;

e. Iuran air dan meteran;

f. Ukuran kota;

g. Kebutuhan konservasi air.

2.11 Hidraulika Aliran Dalam Perpipaan

2.11.1 Pipa Bertekanan

Suatu pipa bertekanan adalah pipa yang dialiri dalam keadaan penuh. Pipa

semacam ini seringkali lebih murah daripada saluran terbuka atau talang air,

karena pada umumnya mengambil lintasan yang lebih pendek. Bila air langka

didapat, pipa bertekanan dapat digunakan untuk menghindari kehilangan air akan

rembesan yang terjad pada saluran terbuka. Pipa bertekanan lebih disukai untuk

pelayanan penyediaan air minum, karena kemungkinan tercemarnya lebih sedikit.

Karena insinyur pengairan hampir secara eksklusif menangani masalah aliran

turbulen di dalam pipa.

2.11.2 Kecepatan Dan Kapasitas Aliran Fluida

Penentuan kecepatan di sejumlah titik pada suatu penampang memugkinkan

untuk membantu dalam menentukan besarnya kapasitas aliran sehingga pengukuran

kecepatan merupakan fase yang sangat penting dalam menganalisa suatu aliran

fluida. Kecepatan dapat diperoleh dengan melakukan pengukuran terhadap waktu

yang dibutuhkan suatu partikel yang dikenali untuk bergerak sepanjang jarak yang

telah ditentukan.

Besarnya kecepatan aliran fluida pada suatu pipa mendekati nol pada dinding

dan mencapai maksimum pada tengah-tengah pipa. Kecepatan biasanya sudah

30
cukup untuk menempatkan kekeliruan yang tidak serius dalam masalah aliran fluida

sehingga penggunaan kecepatan sesungguhnya adalah pada penampang aliran.

Bentuk kecepatan yang digunakan pada aliran fluida umumnya menunjukkan

kecepatan yang sebenarnya jika tidak ada keterangan lain yang disebutkan.

Gambar 2.2 Profil kecepatan aliran fluida pada saluran tertutup.

Gambar 2.3 Profil kecepatan aliran fluida pada saluran terbuka.

Besarnya kecepatan akan mempengaruhi besarnya fluida yang mengalir

dalam suatu pipa. Jumlah dari aliran mungkin dinyatakan sebagai volume, berat atau

massa fluida dengan masing-masing laju aliran ditunjukkan sebagai laju aliran

volume (m3/s). laju aliran berat (N/s) dan laju aliran massa (kg/s).

Kapasitas aliran (Q) untuk fluida yang incompressible yaitu :

Q = A. V …………………………………………………………………... (2.1)

Dimana : Q = Laju aliran volume (m3/s)


A = Luas penampang aliran (m2)
V = Kecepatan aliran fluida (m/s)

Laju aliran berat fluida (W) dirumuskan sebagai berikut :

W = . A. V ………………………………………………………………. (2.2)

31
Dimana : W = Laju aliran berat fluida (N/s)
= Berat jenis fluida (N/m3)

Laju aliran fluida massa (M) dirumuskan sebagai berikut :

M = . A. V ……………………………………………………………….. (2.3)

Dimana : M = Laju aliran massa fluida (kg/s)


= Massa jenis fluida (kg/m3)

2.12 Aliran Laminer Dan Turbulen

Aliran fluida yang mengalir di dalam pipa dapat di klasifikasikan ke dalam

dua tipe aliran yaitu “laminar” dan “turbulen”. Aliran dikatakan laminar jika

partikel- partikel fluida yang bergerak mengikuti garis lurus yang sejajar pipa dan

bergerak dengan kecepatan sama. Aliran dikatakan turbulen jika tiap partikel fluida

bergerak mengikuti lintasan sembarang di sepanjang pipa dan hanya gerakan rata-

ratanya saja yang mengikuti sumbu pipa.

Dari hasil eksperimen diperoleh bahwa gesekan untuk pipa silindris

merupakan fungsi dari bilangan Reynold (Re) dalam menganalisia aliran didalam

saluran tertutup, sangatlah penting untuk mengetahui tipe aliran yang mengalir

dalam pipa tersebut. Untuk itu harus dihitung besarnya bilangan Reynold dengan

mengetahui parameter-parameter yang diketahui besarnya. Besarnya Reynold (Re)

dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

Re = ………………………………………………… (2.4)

Di mana : µ = viskositas dinamik (Pa.dtk) Re = Reynold number


d = diameter dalam pipa (m)
V = kecepatan aliran dalam fluida (m/dtk)
= rapat massa (kg/m3)
Aliran akan laminar jika bilangan Reynold kurang dari 2100 dan akan

turbulen jika bilangan Reynold lebih besar dari 3000. Jika bilangan Reynold

terletak antara 2100-3000 maka aliran disebut aliran transisi.

32
2.13 Kehilangan Tinggi Tekanan

Headloss atau kehilangan tekanan karena gesekan antara cairan dan dinding

pipa dihitung dengan menggunakan rumus Darcy-Weisbach atau Hazen William.

Suatu pipa bertekanan adalah pipa yang dialiri air dalam keadaan penuh, pipa

bertekanan dapat digunakan untuk menghindari kehilangan air akibat rembesan dan

penguapan yang terjadi pada saluran terbuka. Pipa bertekanan lebih disukai untuk

pelayanan air minum, karena lebih sedikit kemungkinan tercemar (Sasongko, Djoko,

1985). Pada tiap jaringan pipa terdapat 2 syarat yang harus dipenuhi :

a) Jumlah aljabar dari penurunan tekanan di keliling setiap putaran tertutup haruslah

sama dengan 0,

b) Aliran yang memasuki suatu titik pertemuan harus sama besar dengan yang

meninggalkan titik tersebut

Syarat yang pertama menyatakan tidak boleh terjadi tekanan yang tidak

berkesinambungan, berarti bahwa turunnya tekanan pada jalur manapun antara 2

buah titik pertemuan haruslah sama besar. Syarat kedua adalah pernyataan tentang

hukum kontinuitas.

Masalah jaringan pipa dipecahkan dengan metode pendekatan yang berturut-

turut, karena setiap penyelesaian analisis akan membutuhkan penggunaan berbagai

persamaan sekaligus, yang beberapa diantaranya tidak linier. Suatu prosedur yang

disarankan oleh Hardy Cross (Analysis of flow networks of conduits of conducturs)

bahwa aliran di dalam tiap-tiap pipa dianggap sedemikian rupa, sehingga asas-asas

kontinuitas dipenuhi pada masing-masing titik simpul. Suatu koreksi terhadap besar

aliran yang diandalkan haruslah dihitung berturut-turut untuk setiap putaran pipa di

33
dalam jaringan yang bersangkutan sehingga koreksinya berkurang hingga suatu

besaran yang dapat diterima.

Tabel 2.5 Rumus pada saluran bertekanan.


No. Persamaan Rumus
1. Kontinuitas A . V = A . V = Q . Q = Konstan
V /2g + P / + Z = V /2g + P / +Z
2. Bernoulli
= Konstan
3. Darcy-Weisbach HLoses = f. L/D. V /2g
4. Hazen William Q = 0.2785. C. D . . S .
5. Bilangan Reynold Nre = V. D/V
6. Minor Losses Hm = k. V /2g

2.13.1 Kehilangan Tinggi Tekanan Minor (Minor Losses)

Kehilangan tekanan ini diakibatkan oleh perubahan-perubahan mendadak dari

geometri aliran karena perubahan ukuran pipa, belok-belokan, katup-katup serta

berbagai jenis sambungan. Pada pipa-pipa yang panjang, kehilangan minor ini sering

diabaikan tanpa kesalahan yang berarti, tetapi menjadi cukup penting pada pipa yang

pendek.

Kehilangan minor umumnya lebih besar bila aliran mengalami perlambatan

daripada bila terjadi peningkatan kecepatan akibat adanya pusaran arus yang

ditimbulkan oleh pemisahan aliran dari bidang batas pipa. Kehilangan minor di

dalam aliran turbulen bervariasi kira-kira sebanding dengan dua kali kecepatannya

dan biasanya dinyatakan sebagai fungsi dari tinggi kecepatan. Haruslah diingat

bahwa tinggi kecepatan akan berkurang pada debit yang terbenam (suatu kasus dari

pelebaran mendadak). Kehilangan tinggi tekanan pada debit yang terbenam dapat

diperkecil dengan memasang suatu bagian pipa yang cembung untuk mengurangi

kecepatan aliran.

Rumus umum : he = K ..................................................................... …….. (2.5)

34
Di mana : he = Headlosses Minor
K = Koefisien kerugian
V = Kecepatan aliran fluida dalam pipa (m/dtk)

Tabel 2.6 Kehilangan tinggi tekanan pada katup, alat penyesuaian dan pipa yang digunakan.
No. Harga K dalam =
1. Katup pintu
- Terbuka penuh 0.19
- ¾ Terbuka 1.15
- ½ Terbuka 5.6
- ¼ Terbuka 24
2. Katup bola, Terbuka 10
3. Katup sudut, Terbuka 5
4. Bengkokan 90°,
- Jari-jari pendek 0.9
- Jari-jari pertengahan 0.75
- Jari-jari panjang 0.6
5. Lengkungan pengembalian 180° 2.2
6. Bengkokan 45° 0.42
7. Bengkokan 22 1/2° (45 cm) 0.13
8. Sambungan T 1.25
9. Sambungan pengecil (katup pada ujung yang kecil) 0.25
10. Sambungan pembesar 0.25 (v12 - v22) / 2g
11. Sambungan pengecil mulut lonceng 0.10
12. Lubang terbuka 1.80
Sumber : Dake, J.M.K., Endang P. Tachyan dan Y. P. Pangaribuan, 1985. Hidrolika Teknik
Edisi II, Penerbit Erlangga, Jakarta.

2.13.2 Kehilangan Tinggi Tekanan Mayor (Major Losses)

Aliran fluida yang melalui pipa akan selalu mengalami kerugian head. Hal ini

disebabkan oleh gesekan yang terjadi antara fluida dengan dinding pipa atau

perubahan kecepatan yang dialami oleh aliran fluida (kerugian kecil).

Kerugian head akibat gesekan dapat dihitung dengan menggunakan salah satu

dari dua rumus berikut :

1. Persamaan Darcy-Weisbach

hf = f ………………………………………………………….. (2.6)
2g

35
di mana : hf = Kehilangan head akibat gesekan (m)
f = Faktor gesekan
d = Diameter dalam pipa
L = Panjang pipa
v = Kecepatan aliran fluida dalam pipa (m/dtk)
g = Percepatan gravitasi (m/dtk2)

Di mana faktor gesekan (f) dapat dicari dengan menggunakan diagram

Moody di bawah ini :

Gambar 2.4 Diagram Moody.

Tabel 2.7 Kekasaran rata-rata pipa komersil.


Kekasaran (ε)
Bahan (dalam keadaan baru)
Ft Mm
Baja keling 0.003-0.03 0.9-9.0
Beton 0.001-0.01 0.3-3.0
Bilah batang kayu 0.0006-0.003 0.18-0.9
Besi cor 0.00085 0.26
Besi bersalut-seng 0.0005 0.15
Kekasaran (ε)
Bahan (dalam keadaan baru)
Ft Mm
Besi-cor beraspal 0.0004 0.12
Baja komersial atau besi tempa 0.00015 0.046
Tabung/pipa tarik 0.000005 0.0015
kaca “halus” “halus”
Sumber : White, Frank M., 1986. Mekanika Fluida Edisi Kedua Jilid 1. Erlangga.
Jakarta.

36
Diagram moody telah digunakan untuk menyelesaikan pemasalahan aliran

dalam pipa dengan menggunakan faktor gesekan pipa (f) dari rumus Darcy-

Weisbach. Untuk aliran laminar dimana bilangan Reynolds kurang dari 2000,

faktor gesekan dihubungkan dengan bilangan reynold, dinyatakan dengan

rumus : f = ………………………………………………................... (2.7)

Untuk aliran turbulen dimana bilangan reynold lebih besar dari 4000,

maka hubungan antara bilangan reynold, faktor gesekan dan kekasaran relatif

menjadi lebih kompleks. Faktor gesekan untuk aliran turbulen dalam pipa

didapatkan dari hasil eksperimen antara lain (Herman, 1986) :

a) Untuk daerah Complete roughness, rough pipes yaitu :

,
= 2,0Log ……………………………………………….. (2.8)

b) Untuk pipa sangat halus seperti gelas dan plastik, hubungan antara

bilangan reynold dan faktor gesekan yaitu :


,
a) Blassius ; f = ,
……………………………………………... (2.9)

Untuk Re = 3000 – 100.000

b) Von karman ; = 2,0 Log ……………………………… (2.10)


,

= 2,0 Log (Re f) 0,8 , untuk Re sampai dengan 3.106

c) Untuk pipa kasar yaitu :

Von karman : = 2,0 Log + 1,74 …………………………... (2.11)

Di mana harga f tidak tergantuk pada bilangan reynold.

d) Untuk pipa antara kasar dan halus atau dikenal dengan daerah transisi

yaitu :

37
,
Corelbrook – White : = 2,0 Log ,
…………….. (2.12)

Di mana :
Re = Bilangan Reynold
f = Faktor gesekan
= Kekasaran pipa
d = Diameter pipa

2. Persamaan Hazen Williams

Rumus ini pada umumnya dipakai untuk menghitung kerugian head dalam

pipa yang relatif sangat panjang seperti jalur pipa penyalur air minum. Bentuk

umum persamaan Hazen Williams yaitu :

, ,
hf = . .
L ………………………………………………..... (2.13)

Di mana : hf = Kerugian gesekan dalam pipa (m)


Q = Laju aliran dalam pipa (m3/dtk)
L = Panjang pipa (m)
C = Koefisien kekasaran pipa Hazen Williams
D = Diameter pipa (m)

Tabel 2.8 Koefisen kekasaran Hazen Williams, C.


Jenis Pipa Koefisien C
Pipa sangat halus 140
Pipa halus, semen, besi tuang 130
Pipa baja dilas halus 120
Pipa baja dikeling halus 110
Pipa besi tuang tua 100
Pipa baja dikeling tua 95
Pipa tua 60-80
Sumber : Triatmodjo, Bambang, 1993. Hidraulika II. Beta Offset. Yogyakarta.

2.14 Persamaan Empiris Uuntuk Aliran Pipa

Seperti yang diuraikan sebelumnya bahwa permasalahan aliran fluida dalam

pipa dapat diselesaikan dengan menggunakan persamaan Darcy Weisbach dan

Diagram Moody. Penggunaan rumus empiris juga dapat digunakan untuk

38
menyelesaikan permasalahan aliran. Dalam hal ini digunakan dua model rumus yaitu

persamaa Hazen Williams dan persamaan Manning.

a. Persamaan Hazen Williams dengan menggunakan satuan internasional yaitu

(Robert, 2002) :
,
V = 0,849. C. R S …………………………………………………... (2,14)

Di mana : V = Kecepatan aliran (m/dtk)


C = Koefisien kekasaran pipa Hazen-Williams
R = Jari-jari hidrolis ; d/4 untuk pipa bundar
S = Slope dari gradien energi (H1/L)

b. Persamaan Manning dengan satuan internasional yaitu (Robert, 2002):


,
V= R S …………………………………………………...... (2.15)

Di mana : n = Koefisien kekasaran pipa Manning


R = Jari-jari hidrolis; d/4 untuk pipa bundar
S = Slope dari gradien energi (H1/L)

Persamaan Hazen Williams umumnya digunakan untuk menghitung headloss

dalam pipa yang sangat panjang seperti jalur pipa penyedia air minum. Persamaan ini

tidak dapat digunkan untuk zat cair lain selain air dengan digunkan khusus untuk

aliran yang bersifat turbulen. Persamaan Darcy Weisbach secara teoritis tepat

digunakan untuk semua rezim aliran dan semua jenis zat cair. Persamaan Manning

biasanya digunakan untuk saluran terbuka (open channel flow).

2.15 Mekanisme Aliran Dalam Pipa

Sistem perpipaan berfungsi untuk menglirkan zat cair dari satu tempat ke

tempat yang lain. Aliran terjadi karena adanya perbedaan tinggi tekanan di kedua

tempat yang bisa terjadi karena adanya perbedaan elevasi muka air atau karena

adanya pompa. Beberapa contoh sistem perpipaan adalah pipa pembawa dan pipa

39
pesat dari waduk ke turbin pembangkit listrik tenaga air, jaringan air minum

perkotaan dan sebagainya.

2.15.1 Pipa Hubungan Seri

Gambar 2.5 Pipa yang dihubungkan seri.

Jika dua buah pipa atau lebih dihubungkan secara seri maka semua pipa akan

dialiri oleh aliran yang sama. Total kerugian head pada seluruh sistem adalah jumlah

kerugian pada setiap pipa dan perlengkapan pipa yang dirumuskan sebagai berikut :

Q0 = Q1 = Q2 = Q3 ……………………………………………… (2.16)
Q0 = A1.V1 = A2.V2 = A3.V3 …………………………………… (2.17)
hl = hl1 = hl2 = hl3 …………………………………………… (2.18)
Persoalan yang menyangkut pipa seri sering dapat diselesaikan dengan

menggunakan pipa ekuivalen yaitu dengan menggantikan pipa seri dengan diameter

yang berbeda-beda dengan satu pipa ekuivalen tunggal. Dalam hal ini, pipa tunggal

tersebut memiliki kerugian head yang sama dengan sistem yang akan digantikannya

untuk laju yang spesifik.

40
2.15.2 Pipa Hubungan Paralel

Gambar 2.6 Pipa yang dihubungkan paralel.

Jika ada dua buah pipa atau lebih yang dihubungkan secara paralel, total laju

aliran sama dengan jumlah laju aliran yang melalui setiap cabang dan rugi head pada

sebuah cabang sama dengan yang lain yang dirumuskan sebagai berikut :

Q0 = Q1 + Q2 + Q3 ……………………………………………… (2.19)
Q0 = A1.V1 + A2.V2 + A3.V3 …………………………………… (2.20)
hl = hl1 = hl2 ……………………………………………………. (2.21)

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa persentase aliran yang melalui

setiap cabang adalah sama tanpa memperhitungkan kerugian head pada cabang

tersebut.

Rugi head pada setiap cabang boleh dianggap sepenuhnya terjadi akibat

gesekan atau akibat katup dan perlengkapan pipa, diekspresikan menurut panjang

pipa atau koefisien loss di kali head kecepatan dalam pipa yang dirumuskan sebagai

berikut :

f1 + KL1 = f1 + KL2 = f1 + KL3 ……….......... (2.22)

Diperoleh hubungan kecepatan :

41
[ . ]
= [ . ]
…………………………………………………. (2.23)

2.15.3 Pipa Dengan Turbin

Di dalam pembangkit tenaga listrik, tenaga air digunakan untuk memutar

turbin. Untuk mendapatkan kecepatan yang besar guna memutar turbin, pada ujung

pipa diberi curat. Seperti yang ditunjukkan pada gambar dengan menganggap

kehilangan tenaga sekunder kecil maka disepanjang pipa tenga garis berimpit dengan

garis tekanan. Garis tenaga turun secara teratur (perlahan-lahan), karena adanya

kehilangan tenaga akibat gesekan. Di bagian curat, garis tenaga turun dengan tajam

menuju ujung hilir curat dimana tekanan adalah atmosfer.

Gambar 2.7 Pipa dengan curat

Dengan menganggap kehilangan tenaga sekunder diabaikan , tinggi tekanan

efektif H adalah sama dengan tinggi statis Hs dikurangi kehilangan tenaga akibat

gesekan hf.

H = Hs hf……………………………………………………………… (2.24)

Kehilangan tenaga hf diberikan oleh persamaan Darcy-Weisbach :

hf = f = …………………………………………… (2.25)

42
Menginggat V = Q/A = Q/1/4d ………………………………………. (2.26)

Dengan demikian tinggi tekanan efektif adalah :

H = Hg ……………………………………………….. (2.27)

Daya yang tersedia pada curat :

D = Q. H. g (Kgf m/dtk) ……………………………………………….. (2.28)

Dengan : Q = Debit aliran (m3/dtk)


H = Tinggi tekanan efektif (m)
g = Berat jenis zat cair (kgf/m3)

2.15.4 Pipa Dengan Pompa

Gambar 2.8 Pipa dengan pompa

Jika pompa menaikkan zat cair dari kolam satu ke kolam lain dengan selisih

elevasi muka air H2 seperti yang ditunjukkan dalam gambar diatas maka daya yang

digunakan oleh pompa untuk menaikkan zat cair setinggi Hs adalah sama dengan

tinggi H2 ditambah dengan kehilangan tenga selama pengaliran dalam pipa tersebut.

Kehilangan tenaga dalah ekivalen dengan penambahan tinggi elevasi, sehingga

efeknya sama dengan jika pompa menaikkan zat cair setinggi H = H2 + hf. Dalam

gambar tersebut tinggi kecepatan diabaikan sehingga garis tenaga berimpit dengan

garis tekanan.

43
Kehilangan tenaga terjadi pada pengaliran pipa 1 dan 2 sebesar hf1 dan hf2.

Pada pipa 1 yang merupakan pipa isap, garis tenaga (dan tekanan) menurun sampai

di bawah pipa. Bagian pipa dimana garis tekanan di bawah sumbu pipa mempunyai

tekanan negatif. Sedangkan pipa 2 merupakan pipa tekan. Daya yang diperlukan

pompa untuk menaikkan zat cair adalah sebagai berikut :

D (kgfm/dtk) ……………………………………………………... (2.29)

Atau

D= ………………………………………………………………..... (2.30)

Dengan h Adalah efisiensi pompa. Pada pemakaian pompa, efisiensi pompa

digunakan sebagai pembagi dalam rumus daya pompa.

2.16 Sistem Jaringan Pipa

Gambar 2.9 Contoh suatu sistem jaringan pipa

Sistem jaringan pipa merupakan komponen utama dari sistem distribusi air

bersih atau air minum suatu perkotaan. Dewasa ini, sistem jaringan pipa air minum

yang ada di kota-kota besar kebanyakan dibangun sejak zaman belanda. Hal

44
demikian menimbulkan beberapa kemungkinan terjadinya permasalahan-

permasalahan seperti di bawah ini :

 Kebocoran,

 Lebih sering terjadi kerusakan pipa atau komponen lainnya,

 Besarnya tinggi energi yang hilang,

 Penurunan tingkat layanan penyediaan air bersih untuk konsumen.

Permasalahan-permasalahan di atas diperparah lagi dengan meningkatnya

sambungan-sambungan baru untuk daerah permukiman tanpa memperhatikan

kemampuan ketersediaan air dan kemampuan sistem jaringan air minum tersebut.

Jaringan pipa pengangkut air kompleks dapat dianalisis dengan cepat

menggunakan persamaan Hazen-Williams atau rumus gesekan lainnya yang sesuai.

Perhitungan distribusi aliran pada suatu jaringan biasanya rumit karena harus

memecahkan serangkaian persamaan hambatan yang tidak linier melalui prosedur

yang iteratif. Kesulitan lainnya adalah kenyataan bahwa kebanyakan jaringan, arah

aliran pipa tidak diketahui sehingga losses antara dua titik mrnjadi sukar untuk

ditentukan. Dalam perancangan sebuah jaringan, aliran dan tekanan diberbagai titik

menjadi persyaratan utama untuk menentukan ukuran pipa, sehingga harus

diselesaikan dengan cara berurutan dan iterasi.

Sebuah jaringan yang terdiri dari sejumlah pipa mungkin membentuk sebuah

loop, dimana pipa yang sama dipakai oleh dua loop yang berbeda, seperti terlihat

pada gambar di atas. Ada dua syarat yang harus diperhatikan agar aliran dalam

jaringan tersebut seimbang, yaitu :

45
 Aliran netto ke sebuah titik harus sama dengan nol. Ini berarti bahwa laju aliran

ke sebuah titik pertemuan harus dengan laju aliran dari titik pertemuan yang

sama.

 Headloss netto diseputar sebuah loop harus sama dengan nol. Jika sebuah loop

ditelusuri kea rah manapun, smabil mengamati perubahan akibat gesekan atau

losse yang lain, kita harus mendapatkan aliran yang seimbang ketika kembali

ke kondisi semula (head dan tekanan) pada kondisi awal.

Prosedur untuk menentukan distribusi aliran dalam suatu jaringan meliputi

penentuan aliran pada setiap kontinuitas pada setiap pertemuan terpenuhi (syarat 1).

Selanjutnya headloss dari setiap loop dihitung dan jika tidak sama dengan nol maka

aliran yang telah ditetapkan harus dikoreksi kembali dengan perkiraan dan metode

iterasi yang disebut metode Hardy-Cross.

Prosedur pengerjaannya sebagai berikut :

a) Andaikan distribusi aliran yang paling wajar, baik besar maupun arahnya dalam

setiap pipa sehingga total aliran ke setiap titik pertemuan mempunyai jumlah

aljabar nol. Ini harus ditunjukkan dari diagram jaringan pipa yang bersangkutan.

b) Buat sebuah tabel untuk menganalisa setiap loop tertutup dalam jaringan yang

semi-independen.

c) Hitung headloss pada setiap pipa.

d) Untuk tiap loop, anggap bahwa laju aliran Q0 dan headloss (hl) positif untuk

aliran yang searah jarum jam dan negatif yang berlawanan arah jarum jam.

e) Hitung jumlah aljabar headloss ( hl) dalam setiap pipa.

f) Hitung total headloss persatuan laju aliran untuk tiap pipa.

46
,
g) Tentukan jumlah besaran = nxQ dari definisi tentang head.

h) Loss dan arah aliran, setiap suku dalam penjumlahan ini harus bernilai positif.

i) Tentukan koreksi aliran dari setiap loop, dirumuskan sebagai berikut :

Q= …………………………………………………………... (2.31)
/

Di mana : Q = Koreksi laju aliran untuk loop


hl = Jumlah aljabar kerugian head untuk semua pipa dalam loop
n = Harga yang bergantung pada persamaan yang digunakan
untuk menghitung laju aliran
n = 1,85 bila digunkan persamaan Hazen-williams.
n = 2 bila digunakan persamaan Darcy-Weisbach.

Koreksi diberikan untuk setiap pipa dalam loop. Sesuai dengan kesepakatan,

jika Q bernilai positif ditambahkan ke aliran yang searah jarum jam dan

dikurangkan jika berlawanan arah jarum jam. Untuk pipa yang digunakan secara

bersama dengan loop lain, maka koreksi aliran untuk pipa tersebut adalah harga

netto dari koreksi untuk kedua loop.

j) Tuliskan aliran yang telah dikoreksi pada diagram jaringan pipa seperti pada

langkah 1. Untuk memeriksa koreksi pada langkah 7 perhatikan kontinuitas pada

setiap pertemuan pipa.

k) Ulangi langkah 1 sampai dengan 8 hingga koreksi aliran = 0.

Prosedur diatas dapat digambarkan pada sebuah tabel berikut

1 2 3 4 5 6 7
Laju Unit hl
Panjang Diameter
No. Pipa Aliran headloss Headloss
Pipa (L) Pipa (d)
(Q0) (hf) Q
m m m3/s m m3/s
Diketahui Diketahui Diketahui Ditaksir Diagram Hf1 x L
pipa
1
2
hl
hl
Q

47
Analisa jaringan pipa ini cukup rumit dan memerlukan perhitungan yang besar,

oleh karena itu pemakaian program Microsoft Excel untuk analisa ini akan

mengurangi tingkat kesulitan. Untuk jaringan kecil, pemakaian kalkulator untuk

perhitungan masih bisa dilakukan.

2.17 Aplikasi Epanet 2.0 Dalam Analisa Jaringan Distribusi Air Bersih

Pada awalnya, program jaringan distribusi hanya digunakan untuk melakukan

desain awal sistem distribusi. Dengan program yang un-user friendly membuat

operator enggan untuk menggunakan program-program distribusi tersebut dalam

menganalisis kondisi jaringannya. Namun seiring dengan perkembangan teknologi,

program distribusi telah berkembang sehingga menjadi lebih mudah digunakan.

Dengan program distribusi, operator dapat mensimulasikan berbagai

kemungkinan pengoperasian jaringan tanpa harus turun kelapangan dan bahkan tanpa

harus mengganggu kesinambungan pelayanan terhadap pelanggan. Jika pada

awalnya operator harus turun ke lapangan dan mengumpulkan data sebanyak

mungkin untuk mengetahui gambaran jaringannya maka kini operator hanya perlu

turun ke lapangan untuk mengumpulkan data seminimal mungkin dalam memahami

jaringan distribusinya.

Epanet adalah salah satu program distribusi yang user friendly dan banyak

digunakan untuk menganalisa jaringan distribusi Epanet 2.0 adalah program

computer yang berbasis windows yang merupakan program simulasi dari

perkembangan waktu dari profil hidrolis dan perlakuan kualitas air bersih

dalam suatu jaringan pipa distribusi, yang didalamnya terdiri dari titik/node/junction

pipa, pompa, valve (aksesoris) dan reservoir baik ground reservoir maupun

48
reservoir menara. Output yang dihasilkan dari program Epanet 2.0 ini antara lain

debit yang mengalir dalam pipa, tekanan air dari masing masing titik/node/junction

yang dapat dipakai sebagai analisa dalam menentukan operasi instalasi, pompa

dan reservoir serta besarnya konsentrasi unsur kimia yang terkandung dalam

air bersih yang didistribusikan dan dapat digunakan sebagai simulasi penentuan

lokasi sumber sebagai arah pengembangan.

Epanet 2.0 didesain sebagai alat untuk mengetahui perkembangan dan

pergerakan air serta degradasi unsur kimia yang terkandung dalam air di pipa

distribusi air bersih, yang dapat digunakan untuk analisa berbagai macam sistem

distribusi, detail desain, model kalibrasi hidrolis. Analisa sisa khlor dan beberapa

unsur lainnya.

Membuat jaringan distribusi atau mengimport file


jaringan (dalam bentuk text file)

Edit sifat objek yang menyusun sistem distribusi tersebut

Pengaturan dan pengoperasian sistem

Input Memilih analisis yang dikhendaki


data

Proses Program (Running) Tidak Ok

Output
Melihat hasil analisis

Gambar 2.10 Flow chart tahapan pemodelan menggunakan EPANET 2.0

49
2.17.1 Permodelan Hidrolik

Kemampuan permodelan hidrolik EPANET adalah sebagai berikut :

a. Jaringan seluas mungkin, tanpa batasan-batasan tertentu,

b. Menghitung friction headloss, dengan menggunakan persamaan Hazen-

Williams, Darcy-Weisbach atau Chezzy-Manning,

c. Menghitung minor losses untuk bend, fitting, dll,

d. Menghitung biaya dan energi pompa,

e. Memodelkan berbagai jenis valve,

f. Memungkinkan tangki penampungan dengan segala bentuk,

g. Memperhitungkan berbagai kategori demand pada setiap node dengan pattern

dan variasi waktu masing-masing,

h. Memodelkan berbagai emitter,

i. Dapat beroperasi pada sistem yang kompleks dengan berbagai batasan.

2.17.2 Langkah-Langkah Menggunakan Program EPANET 2.0

Langkah-langkah untuk mulai bekerja menggunakan EPANET 2.0 adalah sebagai

berikut:

1. Gambarkan jaringan sistem distribusi yang akan dianalisa, atau import data dasar

dari jaringan yang tersimpan dalam text file.

50
Gambar 2.11 Jaringan sistem distribusi yang akan dianalisa

2. Edit properties dari objek yang membentuk sistem.

3. Gambarkan sistem operasi.

4. Pilih dan atur analysis option.

Gambar 2.12 Properties editor hydraulic option pada Epanet 2.0

5. Run analysis hidrolik.

6. Lihat hasil analisis.

51
2.17.3. Model Jaringan EPANET 2.0

Komponen-komponen fisik

EPANET memodelkan sistem distibusi air sebagai kumpulan garis yang

menghubungkan node-node. Garis tersebut menggambarkan pipa, pompa dan katup

kontrol. Node menggambarkan sambungan, tangki, dan reservoir. Gambar 2.12

mengilustrasikan bagaimana node-node dan garis dapat dihubungkan satu

dengan lainnya untuk membentuk jaringan, seperti terlihat pada gambar 2.12.

Gambar 2.13 Hubungan antar komponen fisik dalam EPANET 2.0

Komponen-komponen fisik dalam pemodelan sistem distribusi air dengan

EPANET antara lain :

1. Sambungan (junction)

Sambungan (junction) adalah titik pada jaringan dimana link-link bertemu dan

dimana air memasuki atau meninggalkan jaringan. Input dasar yang dibutuhkan

bagi sambungan (junction) adalah:

 Elevasi pada semua referensi (biasanya rata-rata muka air laut),

 Kebutuhan air,

 Kualitas air saat ini.

52
Hasil komputasi buat sambungan (junction) pada seluruh periode waktu

simulasi adalah :

 Head Hidrolis (energi internal per satuan berat dari fluida),

 Tekanan (pressure),

 Kualitas Air.

Sambungan (junction) juga dapat :

 Mengandung kebutuhan air (demand) yang bervariasi terhadap waktu,

 Memiliki kategori kebutuhan air secara ganda,

 Memiliki harga kebutuhan negatif yang mengindikasikan air memasuki

jaringan,

 Menjadi sumber kualitas air dimana terdapat kandungan yang memasuki

jaringan,

 Memiliki lubang pengeluaran (sprinkler) yang menjadikan laju aliran

bergantung kepada pressure.

Gambar 2.14 Properties Editor untuk input data pada Junction

53
2. Reservoir

Reservoir adalah node yang menggambarkan sumber eksternal yang terus

menerus mengalir ke jaringan. Digunakan untuk menggambarkan seperti danau,

sungai, akuifer air tanah, dan koneksi dari sistem lain. Reservoir juga dijadikan titik

sumber kualitas air.

Input utama untuk reservoir adalah head hidrolis (sebanding dengan elevasi

permukaan air jika bukan reservoir bertekanan) dan inisial kualitas air untuk analisa

kualitas air. Karena sebuah reservoir adalah sebagai poin pembatas dalam jaringan,

tekanan dan kualitas airnya tidak dapat dipengaruhi oleh apa yang terjadi di

dalam jaringan. Namun tekanan dapat dibuat bervariasi terhadap waktu yang di

tandai dengan pola.

Gambar 2.15 Properties editor untuk input data pada reservoir

54
3. Tangki

Tangki membutuhkan node dengan data kapasitas, dimana volume air yang

tersimpan dapat bervariasi berdasar waktu selama simulasi berlangsung. Input data

yang dibutuhkan untuk node tank adalah :

 Elevation, Ketinggian permukaan tanah pada titik node Tank berada,

 Initial Level, Tinggi muka air pada tank pada saat awal simulasi dilakukan,

 Minimum Level, Tinggi muka air minimum yang diizinkan untuk dapat

digunakan pada simulasi,

 Maximum Level, Tinggi muka air maksimum yang diizinkan untuk dapat

digunakan pada simulasi,

 Diameter, Diameter tangki untuk tangki yang berbentuk silindris.

Untuk tangki yang berbentuk non silindris penyesuaian bentuk tangki dapat

dilakukan dengan mengatur Minimum Volume, Volume Curve (dengan menetukan

kurva hubungan volume air pada tank dengan ketinggian muka air)

Data lain yang dapat ditambahkan antara lain adalah :

a) Mixing model, menunujukkan tipe atau model pencampuran yang terjadi didalam

tank. Model pencampuran yang dapat digunakan antara lain : fully mixed (Mixed),

two compartment mixing (2COMP), first-in-first-out plug flow (FIFO), last-in-

first-out plug flow (LIFO).

b) Reaction Cefficient, merupakan koefisien reaksi untuk reaksi kimia di dalam tank.

Satuan yang digunakan adalah l/hari. Nilai positif untuk reaksi pertumnuhan dan

nilai negatif untuk reaksi pengurangan atau kehilangan.

c) Initial Quality dan Source Quality, merupakan input untuk memodelkan

parameter kualitas air msalnya konsentrasi klorin. Adapun output dari node tank

55
adalah net inflow (debit netto aliran pada tank), elevation (tinggi muka air),

pressure (tekanan hidrolik air) dan quality (kualitas atau konsentrasi parameter

air).

Gambar 2.16 Properties editor untuk input data pada tangki

d) Emitter

Emitter adalah junction untuk memodelkan aliran melalui nozzle atau orrifice

yang terdischarge ke atmosfer. Emitter biasa digunakan untuk memodelkan

aliran melalui sistem sprinkler dan jaringan irigasi. Bisa juga digunakan untuk

simulasi kebocoran pada pipa. Epanet membaca emitter sebagai property dari

junction, bukan sebagai komponen jaringan tersendiri.

e) Pipes

Pipes atau pipa adalah link yang digunakan untuk mengalirkan air dari suatu

node ke node yang lainnya pada suatu sistem jaringan perpipaan. Epanet akan

mengasumsikan bahwa pipa akan selalu terisi penuh. Arah aliran adalah dari titik

56
yang memiliki head hidrolik lebih besar menuju titik yang lebih kecil head

hidroliknya. Input data utama yang perlu diisikan, adalah :

a) Start node, merupakan titik awal atau pangkal pipa.

b) End node, merupakan titik akhir pipa atau ujung pipa.

c) Length, merupakan panjang pipa dalam meter atau feet.

d) Diameter, merupakan diameter atau garis tengah pipa. Satuan yang digunakan

adalah inchi atau milimeter.

e) Roughness, koefisien kekasaran pipa untuk menghitung head loss.

Input data lain yang dapat ditambahkan sebagai pelengkap adalah :

a) Loss coefficient, koefisien untuk menghitung minor losses karena

perlengkapan pipa seperti valve, bends, elbow dan sebagainya.

b) Initial status, status aliran air dalam pipa. Misalnya : open (aliran dua arah),

closed (tertutup), dan CV atau check valve (aliran satu arah).

c) Bulk and Wall Coefficient, koefisien reaksi yang terjadi dalam pipa. Biasanya

diterapkan untuk aliran yang memiliki parameter kualitas air, seperti

konsentrasi klorin.

Data output dari junction pipa adalah :

a) Flow (debit aliran),

b) Velocity (kecepatan aliran),

c) Unit headloss (headloss aliran dalam pipa),

d) Friction factor darcy-weisbach,

e) Reaction rate,

f) Quality, kualitas parameter didalam aliran seperti konsentrasi klorin,

g) Status, status atau keadaan aliran dalam pipa,

57
Gambar 2.17 Properties editor untuk input data pada pipa

Kehilangan tekanan (headloss) akibat gesekan air dengan dinding pipa dapat

dihitung menggunakan persamaan Hazen Williams, Darcy-Weisbach atau Chezzy-

Manning. Formula Hazen-Williams banyak digunakan di Amerika Serikat.

Persamaan ini dapat diterapkan untuk air dengan aliran turbulen. Secara teoritis,

persamaan Darcy-Weisbach adalah yang terbaik. Persamaan ini dapat diterapkan

untuk cairan lain, selain air. Persamaan Chezzy-Manning banyak digunakan untuk

aliran pada saluran terbuka.

Koefisien resistensi dan nilai eksponensial flow untuk masing-masing persamaan

dapat dinyatakan dengan persamaan berikut ini :

Persamaan Chezzy-Manning

,
HL = ………………………………………………………. (2.32)

Di mana :

HL = headloss (feet)
Q = debit aliran (cfs)
L = panjang pipa (feet)
D = diameter pipa (feet)

58
n = koefisien kekasaran Manning

Persamaan Darcy-Weisbach

Menurut Kodoatie, Robert J (2002), nilai Hf adalah:

Hf = ………………………………………………………. (2.33)

Di mana :

Hf = headloss (satuan panjang)


g = percepatan gravitasi
L = panjang pipa (satuan panjang)
d = diameter pipa (satuan panjang)
v = kecepatan aliran (satuan panjang/satuan waktu)
f = faktor gesekan (tanpa satuan)

Persamaan Hazen-Williams

,
HL = , , …………………………………………………….……. (2.34)

Di mana :

HL = headloss dalam feet


Q = debit aliran dalam cfs
L = panjang pipa dalam feet
D = diameter pipa dalam feet
C = koefisien kekasaran (faktor Hazen-Williams)

Setiap persamaan memiliki koefisien kekasaran masing-masing. Koefisien

kekasaran untuk berbagai jenis pipa berdasarkan umur materialnya dapat dilihat

dalam tabel berikut.

Tabel 2.9 Koefisien kekasaran untuk berbagai jenis pipa (Manual User Software
EPANET 2.0)
Material Hazen-Williams C Darcy-Weisbach e Manning‘s n
(unitless) (milifeet) (unitless)
Cast iron 130-140 0.85 0.012-0.015
Concrete or concrete 120-140 1.0-10 0.012-0.017
lined
Galvanized iron 120 0.5 0.015-0.017
Plastic 140-150 0.005 0.011-0.015
Steel 140-150 0.15 0.015-0.017
Vitrified clay 110 0.013-0.015 Vitrified clay
Minor Losses

59
Minor Headlosses, disebut juga local losses, atau dalam EPANET 2.0 sebagai

loss coefficient, disebabkan oleh kehilangan tekanan pada pipa karena perlengkapan

perpipaan seperti belokan-belokan, valve dan berbagai fitting lainnya. EPANET 2.0

akan menghitung minor losses dengan cara menambahkan data koefisien minor

losses pada pipa. Minor losses sebanding dengan kecepatan air yang melewati pipa

atau valve (V2/2g). Nilai koefisien minor losses untuk beberapa tipe fitting EPANET

2.0 dapat dilihat dalam tabel 2.5 berikut :

Tabel 2.10 Nilai koefisien minor losses untuk beberapa tipe fitting EPANET 2.0 (Manual
User Software EPANET 2.0)
Fitting Loss Coefficient
Globe vale, fully open 10
Angle valve, fully open 5
Angle valve, fully open 5
Swing check valve, fully open 2.5
Gate valve, fully open 0.2
Short radius elbow 0.9
Medium radius elbow 0.8
Long radius elbow 0.6
45 degree elbow 0.4
Closed return elbow 2.2
Standard tee – flow through run 0.6
Standard tee – flow through branch 1.8
Square entrance 0.5
Exit 1

f) Pumps

Pumps atau pompa adalah link yang memberi tenaga ke fluida untuk

menaikkan head hidrolisnya. Input parameternya adalah node awal dan akhir, dan

kurva pompa (kombinasi dari head dan aliran dimana pompa harus

memproduksinya). Sebagai pengganti kurva pompa, pompa dapat

direpresentasikan sebagai pompa yang memiliki energi konstan, mensuplai

60
konstan energi (horsepower atau kilowatt) kepada fluida untuk seluruh kombinasi

dari aliran dan head.

Parameter output yang prinsip adalah aliran dan pencapaian head. Aliran

melalui pompa adalah langsung dan EPANET tidak akan membolehkan pompa

untuk beroperasi diluar range dari kurva pompa.

Gambar 2.18 Properties editor untuk input data pada pompa

Pompa dengan kecepatan variabel dapat juga mengikuti pengaturan

kecepatan, dan dapat diubah pada kondisi,yang sama. Didefinisikan kurva pompa

asli pengaturan kecepatan relatif adalah 1. Jika kecepatan pompa ganda,

pengaturannya haruslah 2; jika berjalan dengan kecepatan setengahnya,

pengaturan relatif adalah 0,5 dan begitulah seterusnya. Mengubah kecepatan

pompa dan posisi serta bentuk dari pompa kurva (lihat bagian dari Pump Curve

dibawah) seperti halnya pipa, pompa dapat diatur hidup dan mati dalam

pengaturan waktu atau dalam kondisi yang pasti muncul dalam jaringan.

Operasional pompa dapat juga dijelaskan dengan menetapkannya dalam pola

waktu atau relatif terhadap pengaturan kecepatan. EPANET dapat juga

61
menghitung konsumsi energi dan biaya pompa. Setiap pompa dapat ditetapkan

dengan kurva efisiensi dan jadwal harga energi. Jika tidak disuplai, maka

pengaturan energi global dapat digunakan.

Aliran melalui pompa adalah tidak langsung. Jika pengkondisian sistem

membutuhkan lebih banyak head daripada yang dihasilkan pompa, EPANET

mematikan pompa. Jika kebutuhannya melebihi maksimum aliran, EPANET

mengekstarpolasi kurva pompa kepada aliran yang dibutuhkan, jika tidak akan

menghasilkan head negatif. Dalam kedua kasus pesan peringatan akan muncul.

7. Valves

Valve adalah link yang membatasi pressure atau flow pada nilai tertentu

dalam sebuah jaringan. Input yang penting dimasukka adalah :

a. Start dan End node, untuk menentukan orientasi arah aliran air dalam pipa,

b. Diameter valve,

c. Tipe valve,

d. Setting valve.

Input lainnya adalah loss coefficient. Output link valve adalah flow rate, velocity,

headloss, quality dan status link.

Berbagai tipe link valve dalam EPANET 2.0 adalah :

a) Pressure Reducing Valve (PRV),

b) Pressure Sustaining Valve (PSV),

c) Pressure Breaker Valve (PBV),

d) Flow Control Valve (FCV),

e) Throttle Control Valve (TCV),

f) General Purpose Valve (GPV).

62
PSV dan PRV digunakan untuk membatasi pressure hingga nilai tertentu dalam

suatu jaringan pipa. EPANET mengatur PRV dan PSV pada tiga kondisi yang

berbeda, yaitu : terbuka sebagian, terbuka seluruhnya dan tertutup. PBV menentukan

pressure loss tertentu yang melalui valve. Aliran yang melalui valve bisa dua arah.

PBV dapat digunakan untuk simulasi jaringan distribusi, dimana penurunan yang

terjadi diketahui. FCV akan membatasi flow yang lewat pada link. EPANET 2.0 akan

memberikan warning message apabila flow yang terjadi tidak dapat dipertahankan

tanpa menambah head pada valve.

TCV mensimulasikan valve yang tertutup sebagian dengan menyesuaikan minor

headloss pada valve. Hubungan antara derajat tutupan valve dengan koefisien

headloss yang terjadi dapat diperoleh dari produsen pembuat valve. GPV mewakili

link dimana pola hubungan flow dengan headloss yang terjadi tidak mengikuti

formula standar. Biasa digunakan untuk memodelkan turbin atau sumur draw down.

Shut off valve atau gate valve dan non-return valve atau check valve bukan

merupakan bagian dari link valve tersendiri, melainkan merupakan property dari

pipa. Untuk gate valve dapat diatur dengan menentukan loss coefficient-nya.

Komponen-komponen non-fisik

EPANET 2.0 memiliki 3 objek informasi yang menggambarkan aspek operasional

dari sistem distribusi, yaitu : Pattern, Curve dan Control.

1) Pattern

Pattern adalah gabungan dari beberapa pola faktor pengali yang dapat berubah

terhadap waktu. Demand tiap node, head reservoir dan jadwal operasi pompa

dapat memiliki time pattern yang diatur khusus untuk masing-masing komponen

fisik. Interval waktu pada pattern merupakan variabel utama yang dapat diset

63
pada time option dalam project. Misalnya, demand pada sebuah node rata-rata 10

GPM, asumsikan interval time pattern diset 4 jam, dan faktor pengali untuk

demand pada node sebagai berikut :

Tabel 2.11 Penggunaan pattern demand pada EPANET 2.0


Period 1 2 3 4 5 6
multiplier 0.5 0.8 1 1.2 0.9 0.7
Sumber : Manual User Software EPANET 2.0

Berarti actual demand selama simulasi adalah sebagai berikut :

Tabel 2.12 Demand pattern pada EPANET 2.0


Hour 0-4 4-8 8-12 12-16 16-20 20-24
Demand 5 8 10 12 9 7
Sumber : Manual User Software EPANET 2.0

2) Curve

Curve adalah obyek yang mengandung rangkaian data yang menjelaskan

tentang hubungan antara dua besaran. Dua atau lebih obyek dapat digabungkan

dalam sebuah kurva. Model EPANET dapat menyediakan tipe kurva sebagai

berikut:

a. Pump Curve,

b. Efficiency Curve,

c. Volume Curve,

d. Headloss Curve.

Pump Curve

Kurva pompa mejelaskan hubungan antara head dan laju aliran yang dapat

dialirkan oleh pompa pada pengaturan kecepatan nominal. Head adalah head yang

diperoleh air dari pompa dan digambarkan pada sumbu vertikal (Y) dengan satuan

feet (meter) laju aliran digambarkan pada sumbu Horizontal (X) dalam unit debit.

64
Kurva pompa yang valid harus memiliki head yang berkurang dalam pertambahan

aliran. EPANET akan menggunakan bentuk yang berbeda dari kurva pompa,

bergantung pada jumlah poin yang dilayani.

Single Point Curve, Sebuah kurva pompa dengan poin tunggal didefinisikan

dengan kombinasi head-flow tunggal yang menjelaskan titik operasi pompa yang

diharapkan. EPANET menambah dua lagi point pada kurva dengan mengasumsikan

head mati pada aliran nol sebanding dengan 133 % dari head desain dan aliran

maksimum pada head nol sebanding dengan dua kali flow design. Hal itu

menyebabkan muncul kurva dengan tiga titik.

Gambar 2.19 Berbagai jenis bentuk kurva pompa yang ada dalam EPANET 2.0

a) Three Point Curve, terbentuk dari tiga titik operasi, yaitu :

1) Low Flow, merupakan titik pasangan flow dan head pada kondisi flow

terendah atau nol.

2) Design Flow, merupakan titik pasangan flow dan head pada kondisi

pengoperasian yang diinginkan.

65
3) Maximum Flow, merupakan titik pasangan flow dan head pada kondisi

flow maksimum.

EPANET 2.0 akan menghubungkan ketiga titik tersebut sehingga didapatkan

sebuah fungsi kurva pompa.

b) Multi Point Curve, terbentuk dari titik-titik pasangan nilai head dan flow.

EPANET 2.0 membentuk kurva yang lengkap dengan menghubungkan titik-

titik tersebut menggunakan garis lurus.

c) Headloss Curve, digunakan untuk menggambarkan hubungan headloss (sumbu

Y dalam feet atau m) melalui sebuah General Purpose Valve (GPV) sebagai

fungsi dari flow rate (sumbu X). Kurva ini memiliki kemampuan untuk

memodelkan situasi dan hubungan antara headloss dan flow. Kurva ini

digunakan apabila hubungan antara headloss dan flow merupakan hubungan

yang unik dan khusus, seperti pada GPV, reduced flow prevention valves, turbin,

dan sumur draw down.

Efficiency Curve

Efficiency Curve atau kurva efisiensi menggambarkan efisiensi pompa sebagai

fungsi dari flow rate pompa. Kurva ini digunakan untuk menghitung energi yang

dikeluarkan oleh pompa. Apabila kurva ini tidak disuplai, maka digunakan efisiensi

global pompa.

66
Gambar 2.20 Efficiency Curve pada software EPANET 2.0

Volume Curve

Volume curve menggambarkan bagaimana hubungan volume tangki penyimpanan

(sumbu Y dalam feet3 atau m3) yang berubah sebagai fungsi dari tinggi muka air

(sumbu X dalam feet atau m).

Gambar 2.21 Volume Curve Pada Program EPANET 2.0

Kurva ini digunakan apabila tangki memiliki bentuk nonsilindris. Volume

tangki berubah sesuai dengan ketinggian muka air. Tampilan volume tangki

dapat dilihat dalam gambar.

67
3) Control

Control adalah pernyataan yang menggambarkan bagaimana kontrol jaringan

beroperasi sepanjang waktu. Kontrol menspesifikasikan status link- link tertentu

sebagai fungsi dari waktu, level air pada tangki atau tekanan pada point-point

tertentu. Terdapat 2 kategori kontrol yang dapat digunakan yaitu :

a. Simple Control,

b. Rule Based Control.

Model Simulasi Hidrolik

Model simulasi hidrolik EPANET 2.0 akan menghitung head pada junction dan flow

dalam link pada level reservoir, tangki dan water demand yang telah ditentukan

selama periode waktu tertentu. Setiap waktunya level air dalam reservoir dan water

demand diperbaharui sesuai dengan adanya time patern. Head dan flow pada setiap

waktu merupakan hasil perhitungan dari persamaan aliran untuk setiap junction.

Proses ini dikenal sebagai “Hydraulic Balancing” jaringan menggunakan teknik

iterasi. Untuk memecahkan persamaan nonlinear, EPANET 2.0 menggunakan

“Gradient Algorithm”.

68
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

Jenis penelitiaan dari penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif studi kasus

Analisa Sistem Jaringan Pipa Air Bersih Di Perumahan RSS Pegawai Negeri Sipil

Layanan PDAM Tirta Wampu Kabupaten Langkat menggunakan program EPANET

2.0 dan dievaluasi dengan Metode Hardy-Cross.

Metode yang dilakukan pada studi ini terlebih dahulu melakukan tinjauan

lokasi di perumahan RSS pegawai negeri sipil dan mewawancarai langsung dengan

bebrapa pelanggan di perumahan tersebut tentang masalah penyediaan air minum

kepada pelanggan kemudian menggumpulkan data yang berhubungan dengan sistem

jaringan air bersih dan menganalisa data sedemikian rupa untuk mendapatkan

kesimpulan akhir. Alur pengerjaannya lebih jelas tergambar pada Gambar Bagan

Alir Metodologi Pengerjaan Tugas Akhir berikut ini :

Mulai

Data

Hitung Jumlah Hitung Kebutuhan Ketersediaan

Pelanggan Air Tiap Jenis Pelanggan Air PDAM

Evaluasi hasil permodelan dengan


Analisa jaringan perpipaan
metode Hardy-Cross dengan mengambil
dengan cara permodelan EPANET
sampel loop dalam jaringan pipa

Kesimpulan &

Gambar 3.1 Bagan Alir Metodologi Pengerjaan Tugas Akhir.

69
3.1 Pengumpulan Data

Dalam menganalisa hasil studi ini maka penulis mencari data-data yang

diperlukan melalui :

4) Mengumpulkan literatur dari beberapa buku serta jurnal yang berkaitan

dengan air bersih serta perpipaan,

5) Mengumpulkan data-data yang diperlukan terdiri dari :

c. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh dengan pengamatan langsung ke

sumber air dan wawancara dengan konsumen di Perumahan RSS

pegawai negeri sipil.

d. Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh dari instansi-instansi yang terkait

dalam permasalahan ini, seperti Dinas Perumahan dan Permukiman

(Perkim) Kota Medan, Satuan Kerja PKP Air Minum Sumatera Utara,

Jurnal, buku literatur, internet dan PDAM Tirta Wampu. Adapun data-

data tersebut antara lain :

 Jumlah pelanggan/pengguna air bersih;

 Rata-rata jumlah pemakaian air bersih;

 Tekanan air yang ada;

 Sumber air bersih;

 Pemakaian air bersih pada saat Peak Hour (beban puncak) yakni

nilai pressure gauge;

 Panjang pipa;

 Diameter pipa yang digunakan;

70
 Spesifikasi pompa;

 Skema pipa jaringan;

 Standarisasi penyediaan, pengolahan dan kebutuhan air bersih oleh

dinas-dinas yang terkait/berwenang.

3.2 Pengolahan Data

Pada tahap pengolahan data, hitungan didasarkan pada data-data yang diperoleh

penulis seperti :

a) Menghitung jumlah pelanggan di komplek perumahan RSS kelapa sawit,

b) Menghitung jumlah pemakaian air bersih untuk kebutuhan domestik dan

nondomestik,

c) Mengetahui berapa kebutuhan air pada saat jam puncak dan disesuaikan

dengan kapasitas sumur bor yang ada,

d) Menghitung perencanaan reservoir,

e) Mengevaluasi diameter pipa yang terpasang dalam pendistribusian air,

f) Menghitung besar kehilangan tekanan pipa dan pompa selama

pendistribusian air,

g) Melakukan permodelan jaringan pipa dengan program EPANET 2.0 dan

mengevaluasinya dengan metode Hardy-Cross,

h) Menghitung perbedaan debit hasil permodelan EPANET 2.0, metode

Hardy-Cross dan keadaan di lapangan.

71
BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak Dan Batas Administratif

Perumahan RSS Kelapa Sawit secara umum terletak di daerah Kota Stabat

Kabupaten Langkat. Stabat adalah ibu kota Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera

Utara. Sebelumnya ibu kota Kabupaten Langkat berkedudukan di Kotamadya Binjai,

namun sejak diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 1982 kedudukan ibu

kota Kabupaten Langkat dipindahkan ke Stabat.

Stabat merupakan kota Kecamatan terbesar sekaligus dengan jumlah penduduk

terpadat di Kabupaten Langkat. Kegiatan perekonomiannya banyak bergerak di

sektor perdagangan, pertanian dan peternakan, perkebunan dan jasa. Kecamatan ini

dilalui oleh salah satu sungai terpanjang di Sumatera Utara yakni Sungai Wampu

yang sekaligus memisahkan kecamatan ini dengan Kecamatan Wampu di sebelah

barat. Stabat juga dilalui oleh Jalan Raya Lintas Sumatera (Jalinsum Lintas Pantai

Timur).

Secara umum Kota Stabat memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Kecamatan Secanggang

b. Sebelah Selatan : Kecamatan Binjai

c. Sebelah Barat : Kecamatan Sei Wampu

d. Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang

Sumber : www.wikepedia.com

Khusus untuk daerah Perumahan RSS Kelapa Sawit ini dari pantauan di lapangan

tidak memiliki batas-batas administratif dengan daerah lain, karena di sekeliling

72
perumahan ini dikelilingi oleh perumahan masyarakat, perkebunan dan persawahan

seperti yang ada pada gambar foto udara di bawah ini.

Komplek Perumahan
RSS Pegawai Negeri
Sipil

Gambar 4.1 Foto Udara Komplek Perumahan RSS Kelapa Sawit

4.2 Kondisi Umum Pelayanan Distribusi Air Bersih

a. Sejarah Perusahaan

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Wampu, Kabupaten Langkat

merupakan Badan Usaha Milik Daerah Kabupaten Langkat yang didirikan pada

tahun 1985 sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Langkat No. 10 tahun 1985

tanggal 16 Februari 1985 tentang Pendirian Perusahaan Daerah Air Minum

Kabupaten Langkat dan telah disahkan dengan SK Gubernur Tk. I Sumut dengan

Surat Keputusan Nomor 188.342-95/KP/1985 tanggal 4 November 1985 dan telah

diundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Langkat Seri D Nomor 1 tanggal

23 Desember 1985.

73
Kegiatan perusahaan adalah mengusahakan penyediaan air bersih yang sehat dan

memenuhi syarat bagi masyarakat di Kabupaten Langkat secara merata dan

berkesinambungan dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip perusahaan dan

pengolahannya dengan tidak mengabaikan aspek sosial, budaya dan kondisi

masyarakat.

Sejak didirikan hingga saat ini, PDAM Tirta Wampu, Kabupaten Langkat telah

mengalami perkembangan. Data pada tahun 2005 dan 2006 menunjukkan bahwa

kapasitas produksi yang dimiliki PDAM Tirta Wampu, Kabupaten Langkat adalah

178 liter per detik yang tersebar di 13 daerah pelayanan Kabupaten Langkat. Dari

jumlah kapasitas produksi yang dimilki tersebut, pada tahun yang sama PDAM Tirta

Wampu, Kabupaten Langkat baru dapat melayani pelanggan air minum sejumlah

14.819 sambungan atau cakupan pelayanan baru mencapai kurang lebih 10% dari

jumlah seluruh penduduk di Kabupaten Langkat yaitu sampai akhir tahun 2003

adalah 944.580 jiwa, sedangkan pada tahun 2004 diperkirakan mencapai 950.826

jiwa.

Unit pelayanan dan pengelolaan air minum PDAM Tirta Wampu, Kabupaten

Langkat sampai dengan tahun 2006 tersebar di 14 wilayah, yang terdiri dari :

a) Besitang h) Stabat

b) Pangkalan susu i) Secanggang

c) Pangkalan brandan j) Kuala

d) Gebang k) Tanjung Langkat

e) Tanjung pura l) Bahorok

f) Tanjung selamat m) Rumah Galuh

g) Tanjung beringin n) Selesai

74
b. Sumber Air

Sumber air yang digunakan sebagai air baku oleh PDAM Tirta Wampu pada saat

ini berjumlah 27 unit dari berbagai sumber. Mata air terdiri dari 1 unit, sumur bor

artesis sejumlah 10 unit serta 8 unit pengolahan memperoleh sumber air dari sungai.

Semua sistem air baku dialirkan dengan sistem perpompaan kecuali 1 unit mata air

dengan kapasitas 5 liter/detik yang dialirkan secara gravitasi. Kapasitas sumber air

baku yang terpasang adalah kurang lebih 335 liter/detik.

c. Kapasitas Produksi

Saat ini PDAM Tirta Wampu Kabupaten Langkat memiliki 34 instalasi produksi,

yaitu 1 mata air, 3 instalasi pengolahan air dari sumur bor, 22 instalasi sumur bor dan

artesis serta 8 instalasi pengolahan air dari sungai.

Tabel 4.1 Kapasitas produksi terpasang yang digunakan.


Kapasitas Terpasang Unit
No. Instalasi Keterangan
(liter/detik) Pelayanan
1. IPA Pelawi I 80
2. IPA Pelawi II 20
3. Sumur Bor Desa Teluk 5
Pangkalan Kurang
Meku
Brandan berfungsi baik
4. Sumur Bor Kampung 2,5
5. Baru 5
Sumur Artesis Sei Bilah
6. IPA Pantai Gemi
70
7. Sumur Bor RSS Kelapa Kurang
5
Sawit Stabat berfungsi baik
8. Sumur Bor Jl. Agus
5
Salim
9. Sumur Kantor Pangkalan
5
Susu
10. Sumur Bor Jl. Taman
5
Bahagia Pangkalan
11. Sumur Bor Jl. Swadaya Susu
5
12. Sumur Bor Kampung
5
Dalam
5
13. Sumur Bor Rata
14. IPA Jl. Langkat
Kurang
15. Sumur Bor Desa Teluk 30 Tanjung Pura
berfungsi baik
Bakung

75
Kapasitas Terpasang Unit
No. Instalasi Keterangan
(liter/detik) Pelayanan
16 Sumur Bor Desa Pantai 5
17. Cermin 5
18. Sumur Bor Jl. Langkat 2,5 Kurang
Tanjung Pura
Sumur Artesis Ktr Unit berfungsi baik
19. Tj Pura -
Sumur Bor Jl. Sudirman
20. Sumur Bor Ds Air Tawar 5
Gebang
21. Sumur Bor Ds Air Hitam 5
22. Sumur Bor Malenggang
23. I 2.5 Tanjung
Sumur Bor Malenggang 5 Beringin
II
24. Sumur Bor Tanjung
5
Selamat Tanjung
25. Sumur Bor Artesis Ds Selamat
2
Tanjung Putus
26. IPA Bahorok Kurang
10 Bahorok
berfunGsi baik
27. IPA Tanjung Langkat Tanjung Kurang
5
Langkat berfungsi baik
28. IPA Sumur Bor Bukit
29. Kubu 1,5
Besitang
IPA Sumur Bor Bukit 1,5
Mas
30. IPA Kuala I -
Kuala Tidak berfungsi
31. IPA Kuala II 5
32. Mata Air Desa Telagah 5 Rumah Galuh
33. Sumur Bor Ds Hinai Kiri
5 Secanggang
I
34. IPA Sumur Bor Ds Hinai Hasil olahan
5 Selesai
Kiri II kurang baik
Total Kapasitas 334,5
Sumber : PDAM Tirta Wampu Kabupaten Langkat, 2005.

d. Produksi Air Dan Kehilangan Air

Data produksi air bersih bulan desember tahun 2006 PDAM Tirta Wampu.

Kabupaten Langkat menunjukkan bahwa total kapasitas produksi terpakai adalah 247

liter/detik. Dari kapasitas tersebut, jumlah air terjual adalah 245.858 m 3/bulan atau

94,85 liter/detik. Dengan demikian diketahui bahwa kehilangan air yang terjadi

adalah 62%.

76
e. Sistem Distribusi

Sistem pendistribusian air di Kabupaten Langkat dari 14 unit pelayanan, 13 unit

pelayanan menggunakan sistem pengaliran secara perpompaan dan 1 unit pelayanan

yaitu di unit Rumah Galuh dengan sistem pengaliran secara gravitasi. Sebagian besar

sistem memang mempunyai daerah pelayanan yang relatif datar.

f. Daerah Pelayanan

Daerah pelayanan PDAM Tirta Wampu meliputi 14 unit pelayanan.

Tabel 4.2 Unit-unit sistem pelayanan (PDAM Tirta Wampu Kabupaten Langkat, 2007)
No. Unit Sistem Sambungan
Pengaliran (Unit)
1. Pangkalan Brandan Perpompaan 6.241
2. Stabat Perpompaan 2.829
3. Pangkalan Susu Perpompaan 1.796
4. Tanjung Pura Perpompaan 1.777
5. Gebang Perpompaan 678
6. Tanjung Beringin Perpompaan 578
7. Tanjung Selamat Perpompaan 523
8. Bahorok Perpompaan 389
9. Tanjung Langkat Perpompaan 396
10. Besitang Perpompaan 378
11. Kuala Perpompaan 335
12. Rumah Galuh Gravitasi 293
13. Secanggang Perpompaan 543
14 Selesai Perpompaan 86

g. Struktur Organisasi

Dalam mengantisipasi permasalahan sistem penyediaan air bersih yang semakin

kompleks serta adanya komitmen manajemen perusahaan yang akan terus berupaya

meningkatkan kualitas pelayanan dengan lebih berorientasi kepada pelanggan,

PDAM Tirta Wampu, Kabupaten Langkat telah menerapkan struktur organisasi

terakhir berdasarkan Surat Keputusan Bupati Langkat No. 29 Tahun 2004 tanggal 15

Oktober 2003, yang membagi pimpinan menjadi 4 yaitu, Direksi, Kepala Bagian,

77
Kepala Subbagian dan Kepala Unit. Secara rinci masing-masing pimpinan tersebut

adalah sebagai berikut :

a) 1 orang Direktur,

b) 1 orang Kepala Satuan Pengawas Intern,

c) 3 orang Kepala Bagian (Bagian Administrasi dan Keuangan, Hubungan

Langganan dan Bagian Teknik),

d) 10 orang Kepala Subbagian (4 orang di bawah Kepala Bagian Administrasi dan

Keuangan, 4 orang di bawah Kepala Bagian Hubungan Langganan dan 4 orang

di bawah Kepala Bagian Teknik),

e) 14 Kepala Unit.

Struktur organisasi PDAM Tirta Wampu, Kabupaten Langkat pada tingkatan

tinggi ditempati oleh direktur yang terdiri dari satu orang Direktur. Selanjutnya,

direktur dibantu oleh Kepala Bagian yang berjumlah 4 orang, terdiri dari Bagian

Umum dan Administrasi, Keuangan, Hubungan Langganan dan Teknik. Selanjutnya

pada tingkatan manajemen terbawah terdapat Kepala Sub Bagian dari masing-masing

bagian. Sedangkan untuk unit pelayanan dikepalai oleh Kepala Unit Pelayanan yang

bertanggung jawab langsung kepada Direktur.

78
BAB V

DATA DAN PEMBAHASAN

Komplek Perumahan RSS Pegawai Negeri Sipil atau yang lebih dikenal

dengan nama komplek perumahan RSS Kelapa Sawit merupakan komplek

perumahan yang diperuntukkan pemerintah kabupaten langkat untuk pegawai negeri

sipil dan keluarganya yang bekerja di instansi pemerintahan di kota stabat. Komplek

perumahan ini memiliki 4 blok yaitu :

o Blok A dihuni 104 kepala keluarga,

o Blok B dihuni 104 kepala keluarga,

o Blok C dihuni 103 kepala keluarga; 1 puskesmas, 1 mesjid dan 1 TK,

o Blok D dihuni 110 kepala keluarga.

Dari gambar peta jaringan komplek perumahan yang ada pada lampiran A,

dapat dilihat jumlah pelanggan PDAM Tirta Wampu pada komplek perumahan ini

tercatat berjumlah 374 pelanggan dengan rincian sebagai berikut :

o Blok A : 82 Pelanggan,

o Blok B : 89 Pelanggan,

o Blok C : 99 Pelanggan (1 puskesmas, 1 mesjid dan 1 TK),

o Blok D : 104 pelanggan.

5.1 Sumber Air

Sumber air yang digunakan dalam pendistribusian air bersih untuk pipa-pipa

rumah pelanggan di daerah Kompleks Perumahan RSS Kelapa Sawit ini berasal dari

sumur bor. Informasi umum tentang sumur bor antara lain :

79
Gambar 5.1 K
Kondisi sumur bor di komplek perumahan RSS
SKKelapa Sawit.

 Kapasitas pompa
pa sum
sumur : 2,5 liter/detik

 Kapasitas reservoir
oir : Tidak ada reservoir

 Tahun pembanguna
unan : 1993

 Sumber daya listrik


strik : PLN 13,2 Kva

G
Gambar 5.2 Sumber daya dari gardu listrik komple
plek.

 Water meter produk


oduksi : Tidak ada

 Kartu perawatan : Tidak ada

 Tipe dan jumlahh pom


pompa sumur : Submersible pump (1 unit)
nit)

80
Gambar 5.3 Pompa sumur bor.

 Kondisi bangunan dan sumur : Kedalaman sumur = 260 m


Kedalaman pompa = 36 m
Diameter pipa hisap ø 3″
Diameter pipa tekan ø 4″
Diameter pipa casing ø 6″
Jam operasi 24 jam
Pressure indicator 1 kg/cm2 (diragukan)
Tidak ada pemantau kualitas air

5.2 Perhitungan Kebutuhan Air


Penggunaan air bersih berdasarkan tabel 2.3 untuk kategori kota kecil yaitu

sebesar 130 liter/orang/hari (Sumber : DPU Cipta Karya). Dengan perkiraan jumlah

penghuni untuk satu rumah di komplek perumahan RSS pegawai negeri sipil

sebanyak 6 orang per rumah.

5.2.1 Kebutuhan Air Bersih Golongan Non Niaga

Berdasarkan jumlah pelanggan yang ada di komplek perumahan RSS pegawai

negeri sipil, jumlah pelanggan sebesar 374 pelanggan dan jumlah penghuni rata-rata

dianggap 6 orang maka jumlah penduduk di komplek perumahan tersebut adalah 374

81
x 6 = 2.244 orang. Dengan standar kebutuhan air bersih per orang rata-rata sebesar

130 liter/hari maka kebutuhan air penduduk dapat dihitung dengan cara :

Kebutuhan air penduduk = Jumlah penduduk x kebutuhan air rata-rata per hari

= 2.244 x 130 liter

= 291.720 liter

5.2.2 Kebutuhan Air Bersih Golongan Sosial

5.2.2.1 Golongan Sosial Umum

 Rumah Ibadah

Jumlah rata-rata jemaah = 30 orang

Kebutuhan air rata-rata per orang tiap hari = 10 liter

Kebutuhan air rata-rata per hari = 30 x 10 liter

= 300 liter

 Puskesmas Bantu

Jumlah pegawai puskesmas = 6 orang

Kebutuhan air rata-rata per orang tiap hari = 30 liter

Kebutuhan air rata-rata per hari = 6 x 30 liter

= 180 liter

5.2.2.2 Golongan Sosial Khusus

Golongan sosial khusus yaitu terdapat 1 Yayasan TK

Jumlah murid, pegawai dan pengajar = 30 orang

Kebutuhan air rata-rata per orang tiap hari = 40 liter

Kebutuhan air rata-rata per hari = 30 x 40 liter

= 1200 liter

82
Maka total kebutuhan air bersih dalam 1 hari adalah :

= 291.720 + 300 +180 +1200 = 293.400 liter = 293,40 m3/hari

Persentase pemakaian air selama 24 jam dapat dihitung sebagai berikut :

Tabel 5.1 Estimasi Pemakaian Air Setiap Hari.


Periode Pemakaian Air (%)
Fasilitas 05.00- 08.00- 11.00- 14.00- 17.00- 20.00- 23.00- 02.00-
08.00 11.00 14.00 17.00 20.00 23.00 02.00 05.00
Non Niaga 40 5 5 5 40 2 2 1
Sosial Umum 15 10 10 25 30 0 0 0
Sosial Khusus 5 30 40 50 5 0 0 0

Tabel 5.2 Pemakaian Pada Periode I (05.00-08.00).


Fasilitas Persentase Kapasitas Kapasitas Kapasitas
Pemakaian Air Pemakaian Air Pemakaian Air Pemakaian Air
(%) (liter/hari) (liter/3jam) (liter/jam)
Non Niaga 40 291.720 116.688 38.896
Sosial Umum 15 480 72 24
Sosial Khusus 5 1200 60 20
116.820 38.940

Tabel 5.3 Pemakaian Pada Periode II (08.00-11.00).


Fasilitas Persentase Kapasitas Kapasitas Kapasitas
Pemakaian Air Pemakaian Air Pemakaian Air Pemakaian Air
(%) (liter/hari) (liter/3jam) (liter/jam)
Non Niaga 5 291.720 14.586 4.862
Sosial Umum 10 480 48 16
Sosial Khusus 30 1200 360 120
14.994 4.998

Tabel 5.4 Pemakaian Pada Periode III (11.00-14.00).


Fasilitas Persentase Kapasitas Kapasitas Kapasitas
Pemakaian Air Pemakaian Air Pemakaian Air Pemakaian Air
(%) (liter/hari) (liter/3jam) (liter/jam)
Non Niaga 5 291.720 14.586 4.862
Sosial Umum 10 480 48 16
Sosial Khusus 40 1200 480 160
15.114 5.038

83
Tabel 5.5 Pemakaian Pada Perode IV (14.00-17.00).
Fasilitas Persentase Kapasitas Kapasitas Kapasitas
Pemakaian Air Pemakaian Air Pemakaian Air Pemakaian Air
(%) (liter/hari) (liter/3jam) (liter/jam)
Non Niaga 5 291.720 14.586 4.862
Sosial Umum 25 480 120 40
Sosial Khusus 50 1200 600 200
15.306 5.102

Tabel 5.6 Pemakaian Pada Periode V (17.00-20.00).


Fasilitas Persentase Kapasitas Kapasitas Kapasitas
Pemakaian Air Pemakaian Air Pemakaian Air Pemakaian Air
(%) (liter/hari) (liter/3jam) (liter/jam)
Non Niaga 40 291.720 116.688 38.896
Sosial Umum 30 480 144 48
Sosial Khusus 5 1200 60 20
116.892 38.964

Tabel 5.7 Pemakaian Pada Periode VI (20.00-23.00).


Fasilitas Persentase Kapasitas Kapasitas Kapasitas
Pemakaian Air Pemakaian Air Pemakaian Air Pemakaian Air
(%) (liter/hari) (liter/3jam) (liter/jam)
Non Niaga 2 291.720 5.834,4 1.944,8
Sosial Umum 0 480 0 0
Sosial Khusus 0 1200 0 0
5.834,4 1.944,8

Tabel 5.8 Pemakaian Pada Periode VII (23.00-02.00).


Fasilitas Persentase Kapasitas Kapasitas Kapasitas
Pemakaian Air Pemakaian Air Pemakaian Air Pemakaian Air
(%) (liter/hari) (liter/3jam) (liter/jam)
Non Niaga 2 291.720 5.834,4 1.944,8
Sosial Umum 0 480 0 0
Sosial Khusus 0 1200 0 0
5.834,4 1.944,8

Tabel 5.9 Pemakaian Pada Periode VIII (02.00-05.00).


Fasilitas Persentase Kapasitas Kapasitas Kapasitas
Pemakaian Air Pemakaian Air Pemakaian Air Pemakaian Air
(%) (liter/hari) (liter/3jam) (liter/jam)
Non Niaga 1 291.720 2.917,2 972,4
Sosial Umum 0 480 0 0
Sosial Khusus 0 1200 0 0
2.917,2 972,4

84
Tabel 5.10 Total Pemakaian Selama 24 Jam..
Periode Pemakaian Air
L
Liter/3 jam Liter/jam m3/jam
am m3/detik
I 116.820 38.940 38,94 0,01082
II 14.994 4.998 4,998 0,00139
III 15.114 5.038 5,038 0,00140
IV 15.306 5.102 5,102 0,00142
V 116.892 38.964 38,964 0,01082
VI 5.834,4 1.944,8 1,945 0,00054
VII 5.834,4 1.944,8 1,945 0,00054
VIII 2.917,2 972,4 0,9724 0,00027
Total 29.3712 97.904 97,904 0,02720

KONSUMSI AIR SETIAP HARI


0.012

0.01
Kapasitas (m3/dtk)

0.008

0.006

0.004

0.002

Waktu (WIB) Kapasitas (m3/dtk)

Gamba
bar 5.4 Kapasitas pemakaian air tiap jam dalam
am 1 hari.

besar 0,00027 m3/detik


Pada tabel 5.10, didapatkan nilai debit pada low hour sebesa

VIII (02.00 - 05.00 WIB) dan nilai peak hour sebesar 0,01082
yaitu pada periode V

m3/detik yaitu pada pe


periode I (05.00 - 08.00 WIB) dan periode V (17.00 - 20.00 wib).

Besarnya kapasi
pasitas beban puncak (kebutuhan air pada jam
m maksimum) dapat

dihitung dengan rumus


umus :

Qpeak = fpeak x QMaks

fluktuasi jam maksimum (1,5 – 2,0)


fpeak = Faktor flukt

85
Maka, Qpeak = 1,7 x 0,01082 m3 /detik = 0,01839 m3 /detik

Jadi kebutuhan air pada saat jam puncak adalah 0,01839 m3/detik. Dari

kebutuhan beban puncak dapat dilihat kapasitas air yang tidak seimbang dengan

kapasitas sumur bor. Besarnya kapasitas air yang dikeluarkan dari sumur bor untuk

didistribusikan ke pipa-pipa masyarakat adalah 2,5 liter/detik = 0,0025 m3/detik. Dari

perbandingan tersebut terlihat jelas kebutuhan air pada saat jam puncak tidak dapat

dipenuhi oleh kapasitas sumur bor selain waktu di luar jam puncak sehingga perlu

adanya penambahan besar kapasitas pompa sumur bor.

5.3 Perancangan Reservoir

Reservoir berfungsi untuk menjembatani pemakaian yang berfluktuasi pada

jaringan pipa distribusi dan pasokan air yang konstan pada produksi. Untuk itu

asumsi fluktuasi kebutuhan air adalah sangat penting. Untuk menghitung volume

reservoir berdasarkan fluktuasi kebutuhan air ada beberapa cara yaitu secara

matematis, pendugaan empiris (rule of thumb) dan grafis. (Dharmasetiawan, Martin,

1993. Sistem Perpipaan Distribusi Air Minum, Ekamitra Engineering, Jakarta)

a) Perhitungan volume reservoir secara matematis.

Jumlah air yang dibutuhkan di komplek perumahan ini setiap harinya :

Q = 293,40 m /hari = 12,225 m /jam 13 m /jam

Tabel 5.11 Analisa fluktuasi kebutuhan dalam rangka perhitungan kebutuhan reservoir.
Pemakaian m3/jam
Selisih
Jam Komulatif Komulatif fluktuasi
Fluktuasi Rata-rata
fluktuasi rata-rata dan rata-
rata
1.00 0,972 13 0,972 13 -12,028
2.00 0,972 13 1,945 26 -24,055
3.00 0,972 13 2,917 39 -36,083
4.00 0,972 13 3,890 52 -48,110
5.00 38,940 13 42,830 65 -22,170

86
Pemakaian m3/jam
Selisih
Jam Komulatif Komulatif fluktuasi
Fluktuasi Rata-rata
fluktuasi rata-rata dan rata-
rata
6.00 38,940 13 81,770 78 3,770
7.00 38,940 13 120,710 91 29,710
8.00 4,998 13 125,708 104 21,708
9.00 4,998 13 130,706 117 13,706
10.00 4,998 13 135,704 130 5,704
11.00 4,998 13 140,702 143 -2,298
12.00 5,038 13 145,740 156 -10,260
13.00 5,038 13 150,778 169 -18,222
14.00 5,038 13 155,816 182 -26,184
15.00 5,102 13 160,918 195 -34,082
16.00 5,102 13 166,020 208 -41,980
17.00 5,102 13 171,122 221 -49,878
18.00 38,964 13 210,086 234 -23,914
19.00 38,964 13 249,050 247 2,050
20.00 38,964 13 288,014 260 28,014
21.00 1,945 13 289,959 273 16,959
22.00 1,945 13 291,904 286 5,904
23.00 1,945 13 293,849 299 -5,151
24.00 0.972 13 294,821 312 -17,179
Maksimum 29.71
Minimum -49.878
Volume Reservoir Maksimum - Minimum 79,588

Dengan demikian reservoir yang direncanakan dapat dihitung dimensinya

dengan ukuran volume sebesar 79,588 m3 ≈ 80 m3. Reservoir dapat terbuat dari

beton, baja plat, fiber glass atau kayu. Dengan ditambahnya reservoir pasti perlu ada

tambahan pompa sentrifugal dari reservoir untuk membantu mendistribusikan air

bersih ke rumah pelanggan.

b) Perhitungan berdasarkan pendugaan empiris (rule of thumb).

Pada sistem yang besar fluktuasi kebutuhan air cenderung mengecil sedangkan

pada sistem yang kecil cenderung fluktuasi besar. Berdasarkan model fluktuasi yang

diamati dilapangan secara empiris kebutuhan reservoir adalah berkisar 15 – 30 %

dari kebutuhan 1 hari. Apabila kita mengambil berkisar 24 % dari kebutuhan 1 hari

maka volume reservoirnya sebesar 70 m3.

87
c) Perhitungann volum
volume reservoir secara grafis.

Gambar 5.5 Fluktuasi Kebutuhan Air

Ga
Gambar 5.6 Fluktuasi Kebutuhan Air Secara Komul
omulatif

Pada gambar ini ditunjukkan penjumlahan volume air per jam yang dipakai

dengan grafik tabell se


sedangkan kebutuhan air rata-rata dengan gra
grafik bertanda belah

ketupat. Untuk menca


ncari volume air adalah dengan menarik grafi
afik 1 sejajar dengan

grafik kebutuhan rata-


ta-rata yang dihimpitkan pada grafik fluktuasi
si tertinggi kemudian

menarik grafik 2 seja


sejajar dengan grafik kebutuhan rata-rata yang
ng dihimpitkan pada

grafik fluktuasi terenda


ndah.

88
Selisih vertikal antara grafik 1 dan grafik 2 adalah volume reservoir, dalam hal

ini volume adalah sekitar 70 m3.

5.4. Evaluasi Diameter Pipa Distribusi

Kecepatan standar dalam pipa biasanya sebesar 0,9 - 1,5 m/dtk dan batas

maksimumnya berkisar antara 1,5 – 2,0 m/dtk. Bila kecepatan aliran pipa yang

digunakan sebesar 2,5 m/dtk, maka diameter pipa distribusi dapat dihitung sebagai

berikut :

Qp = V x A
4 × Qp
D =
× Vs

4 × 0,0025
D = = 0,046 m = 4,6 cm 2 inchi
× 1,5

Dari evaluasi diameter pipa di atas ternyata diameter pipa yang telah digunakan

PDAM untuk Komplek Perumahan RSS Pegawai Negeri Sipil tidak sama dengan

perhitungan penulis yakni berdiameter 3 inchi yang dipakai dilapangan.

5.5 Kerugian Head Pada Pipa

Ø 3 inchi = 0,075 m

L = 3466 m

Q = 0,01839 m3/detik

Luas Penampang (A)

× D2 × 0,0752
A = = = 0,0044 m2
4 4

Kecepatan (V)

Q 0,01839
V = = = 4,16 m/dtk
A 0,0044

89
L × V2 0,0005
Hf = , di mana = 0,002 + = 0,0087
D × 2g D
3466 × 4,162
Maka : Hf = 0,0087 × 0,075 × (2 ×9,8)
= 354,99 m

Pada Belokan (elbow 90o)

Ø 3 inchi = 0,075 m

Jumlah = 45 buah

V = 4,16 m/dtk

Menurut Mays Larry W. Water Resources Engineering (1st ed). John Wiley &

sons (Asia) Pte, Ltd. Singapore. (2004), diketahui nilai koefisien (K) untuk elbow

90o standar adalah sebesar 0,25. Maka didapat nilai Hf untuk elbow 90o adalah :
2 4,162
Hf = K 2
= 0,25 2 ×9,8
= 0,22 m

Setelah dilakukan perhitungan head pada seluruh sistem perpipaan distribusi,

maka dapat diketahui total head adalah :

Hf = 354,99 + 0,22 = 355,21 m 356 m

5.6 Kerugian Head Pada Pompa

Untuk mencari head pada pompa dapat digunakan persamaan Bernoulli.

Menurut (Frank M. White,1986), persamaan Bernoulli dituliskan sebagai berikut :

P1 V1 2 P V2 2
+ +Z1 = { g2 + + Z2 } + hs + hf
g 2g 2g

Atau

P2 P1 V21 V22
hs = + + (Z2 Z1 ) + hf
2g

di mana :

90
P2 P1
adalah perbedaan head tekanan. Besarnya tekanan standar adalah 1,0 kgf/cm2

= 98066,5 Pa.

V12 V22
adalah perbedaan head kecepatan.
2g

V1 kecepatan pada titik 1 yang besarnya 0 m/dtk.

V2 kecepatan air pada titik 2 dimana untuk perencanaan awal digunakan

kecepatan sebesar 2,5 m/dtk.

Z2 Z1 adalah perbedaan head statis.

hf adalah headloss total.

adalah berat jenis air (9810 N/m3).

hs adalah head pompa.

Sehingga untuk mencari head pompa adalah sebagai berikut :

P2 P1 V21 V22
hs = + + (Z2 Z1 ) + hf
2g

98066,5 0 (2,52 ) (02 )


hs = + + (9,88 10) + 356
9810 (2 × 9,81)

hs = 366,19 m ≈ 367 m

maka didapat head pompa sebesar 367 m.

5.7 Permodelan Dengan Program EPANET 2.0

Input data yang benar dan data yang sesuai akan memberikan laporan tentang

sistem yang berjalan. Input data yang dibutuhkan berupa data gambar sistem jaringan

air bersih, panjang pipa, diameter pipa yang digunakan, tekanan pompa, kapasitas

reservoir bila ada, kekasaran pipa, rumus yang digunakan dan jumlah pelanggan

yang dilalui setiap jaringan pipa.

91
Setelah data-data tersebut sudah lengkap maka kita dapat mengolah data tersebut

dengan menggunakan perintah run analysis dan program dapat mengeluarkan data

output berupa kecepatan pada pipa, headloss, status pipa (terbuka atau tertutup), pada

setiap node yang berupa demand, pressure, head, dan kualitas air (konsentrasi

klorin).

Data output lainnya dari program Epanet 2.0 dapat juga berupa grafik dan tabel

untuk data tertentu pada setiap junction atau nodes yang diiginkan, misalnya laporan

kebocoran, pola konsumsi dan produksi dan sebagainya.

Penulis akan mencoba memaparkan beberapa tahap yang telah dilakukan penulis

dalam mengolah data pada penelitian ini dengan menggunakan program Epanet 2.0.

1. Jalankan program Epanet 2.0

Gambar 5.7 Lembar kerja awal Epanet 2.0.

2. Gambarlah sistem jaringan pipa. Hal ini dapat dipermudah apabila sudah ada

gambar sistem jaringan pipanya dalam bentuk misalnya autocad dan penulis

tinggal menimpa dan mengikuti jaringan pipa tersebut. Kita bisa mengambil

jaringan pipa tersebut dengan cara view backdrop load atau langsung

menggambar sesuai dengan gambar sistem jaringan pipa yang ada.

92
Gambar 5.8 Sistem jaringan pipa komplek perumahan.

3. Setelah gambar sudah tampak dilembar kerja Epanet maka penulis menandai

setiap titik pertemuan pipa merupakan titik junction dan titik awal jaringan pipa

reservoir yakni sumur bor yang merupakan sumber air baku komplek

perumahan.

Gambar 5.9 Sistem jaringan pipa komplek perumahan.

4. Penulis menentukan Flow Units, Headloss Formula, dan Demand Multiplier dari

menu Projects Defaults Hydraulic.

93
Gambar 5.10 Properties editor default.

Flow Units : LPS (liter per second)

Headloss Formula : H-W (rumus Hazen William yang pada umumnya


digunakan oleh PDAM)
Demand Multiplier : 0,017 yang berasal dari hitungan :

Kota stabat adalah kategori kota kecil sehingga kebutuhan

rata-rata setiap orang dalam sehari adalah 130 ltr/hari

(tabel 2.3) dan diasumsikan 1 NPA berjumlah 6 orang

sehingga 1 NPA membutuhkan 130 x 6 = 780 ltr/hari.

1 hari = 86.400 detik

780
1 hari = = 0,00903 ltr/dtk
86.400

Dianggap lossis berdasarkan data yang ada yakni 30 %

= 0,00903 x 30 %

= 0,00271

Maka kebutuhannya dalam 1 hari adalah 0,00903 + 0,00271

= 0,0117

94
5. Memasukkan data Total Head dengan mengklik kiri 2 kali gambar reservoir.

Gambar 5.11 Memasukkan data reservoir.

6. Memasukkan data panjang pipa, diameter pipa dan kekasaran pipa dengan

mengklik kiri 2 kali pada gambar setiap pipa.

Gambar 5.12 Memasukkan data pipa.

7. Memasukkan data base demand pada setiap junction yakni jumlah pelanggan

yang akan dilalui oleh pipa tersebut.

95
Gambar 5.13 Memasukkan data pada junction.

8. Memasukkan data pattern editor pada toolbox sebelah kanan. Di sini penulis

menggambil time period 24 jam dan nilai multipliernya dapat disamakan

dengan data yang sudah ada dengan kondisi dan keadaan yang sama. Hal ini

dikarenakan tidak semua PDAM memiliki nilai ini.

Gambar 5.14 Memasukkan data multiplier.

9. Akhirnya data dapat diproses dengan perintah run analysis dengan cara project

run analysis.

96
Gambar 5.15 Running analysis.

10. Data outputnya bisa dilihat dengan cara report full dan dapat dibuka dengan

menggunakan format Microsoft office.

Gambar 5.16 Melihat report full.

11. Proses simulasi dengan program Epanet dapat dilihat melalui toolbox pada sudut

kanan dengan sorot menu map dan jalankan sesuai dengan apa yang kita ingin

simulasikan.

97
Gambar 5.17 Proses simulasi aliran dalam pipa.

Hasil analisa software EPANET 2.0 dalam studi kali ini lebih lengkap

dijabarkan dalam hasil laporan Full Report selama 24 jam waktu analisa yang telah

ditetapkan dari pengolahan data awal. Laporan Full Report ini dapat dibuka dalam

format file Microsoft Office Word sebanyak 94 halaman. Hal ini dapat memudahkan

kita dalam membukanya untuk diproses dan sebagainya. Karena banyaknya jumlah

lembar halaman hasil Full Report analisa program EPANET 2.0 dalam studi ini,

maka penulis hanya akan menunjukkan hasil analisa Full Report rata-rata jam pada

saat waktu puncak penggunaan air pada umumnya yaitu jam 06.00 WIB dan 18.00

WIB.

Tabel 5.12 Node Results at 06:00.


Node ID Demand Head Pressure Quality
(LPS) (m) (m)
2 0,00 9,99 9,99 0,00
3 0,02 9,99 9,99 0,00
4 0,00 9,99 9,99 0,00
5 0,01 9,99 9,99 0,00
6 0,01 9,99 9,99 0,00
7 0,06 9,99 9,99 0,00

98
Node ID Demand Head Pressure Quality
(LPS) (m) (m)
8 0,01 9,99 9,99 0,00
9 0,01 9,99 9,99 0,00
10 0,05 9,99 9,99 0,00
11 0,05 9,99 9,99 0,00
12 0,00 9,99 9,99 0,00
13 0,00 9,99 9,99 0,00
14 0,06 9,99 9,99 0,00
15 0,01 9,99 9,99 0,00
16 0,03 9,99 9,99 0,00
17 0,04 9,99 9,99 0,00
18 0,02 9,99 9,99 0,00
19 0,03 9,99 9,99 0,00
20 0,01 9,99 9,99 0,00
21 0,11 9,99 9,99 0,00
22 0,01 9,99 9,99 0,00
23 0,09 9,99 9,99 0,00
24 0,01 9,99 9,99 0,00
25 0,04 9,98 9,98 0,00
26 0,01 9,98 9,98 0,00
27 0,00 9,98 -12,02 0,00
28 0,01 9,98 9,98 0,00
29 0,08 9,98 9,98 0,00
30 0,00 9,98 9,98 0,00
31 0,01 9,98 9,98 0,00
32 0,09 9,98 9,98 0,00
33 0,01 9,98 9,98 0,00
34 0,00 9,98 9,98 0,00
35 0,02 9,98 9,98 0,00
36 0,03 9,98 9,98 0,00
37 0,01 9,98 9,98 0,00
38 0,00 9,98 9,98 0,00
39 0,03 9,98 9,98 0,00
40 0,05 9,98 9,98 0,00
41 0,05 9,98 9,98 0,00
42 0,04 9,98 9,98 0,00
43 0,02 9,98 9,98 0,00
44 0,01 9,98 9,98 0,00
45 0,06 9,98 9,98 0,00
1 (Reservoir) -1,18 10,00 00,00 0,00

Tabel 5.13 Link Results at 06:00.


Link ID Flow Velocity Unit Headloss Status
(LPS) (m/s) (m/km)
1 1,18 0,19 0,71 Open
2 0,52 0,08 0,16 Open
3 0,18 0,03 0,02 Open
4 0,22 0,03 0,02 Open
5 0,23 0,03 0,03 Open

99
Link ID Flow Velocity Unit Headloss Status
(LPS) (m/s) (m/km)
6 0,06 0,04 0,03 Open
7 0,05 0,01 0,00 Open
8 0,06 0,01 0,00 Open
9 0,06 0,01 0,00 Open
10 0,10 0,02 0,01 Open
11 0,17 0,03 0,02 Open
12 0,15 0,02 0,01 Open
13 0,08 0,01 0,01 Open
14 0,11 0,02 0,01 Open
15 0,04 0,01 0,00 Open
16 0,04 0,01 0,00 Open
17 0,02 0,00 0,00 Open
18 0,03 0,01 0,01 Open
19 0,07 0,02 0,04 Open
20 0,17 0,04 0,05 Open
21 0,18 0,04 0,07 Open
22 0,02 0,00 0,00 Open
23 0,23 0,04 0,03 Open
24 0,05 0,01 0,00 Open
25 0,32 0,05 0,06 Open
26 0,01 0,00 0,00 Open
27 0,30 0,05 0,06 Open
28 0,66 0,10 0,24 Open
29 0,28 0,04 0,05 Open
30 0,18 0,03 0,02 Open
31 0,14 0,02 0,01 Open
32 0,01 0,00 0,00 Open
33 0,05 0,01 0,00 Open
34 0,08 0,01 0,00 Open
35 0,18 0,03 0,02 Open
36 0,33 0,05 0,07 Open
37 0,50 0,08 0,14 Open
38 0,29 0,05 0,05 Open
39 0,09 0,01 0,01 Open
40 0,09 0,01 0,01 Open
41 0,02 0,00 0,00 Open
42 0,04 0,01 0,00 Open
43 0,09 0,01 0,01 Open
44 0,01 0,00 0,00 Open
45 0,03 0,00 0,00 Open
46 0,21 0,03 0,03 Open
47 0,20 0,03 0,03 Open
48 0,03 0,00 0,00 Open
49 0,09 0,01 0,01 Open
50 0,03 0,00 0,00 Open
51 0,04 0,01 0,00 Open
52 0,03 0,00 0,00 Open
53 0,05 0,01 0,00 Open
54 0,07 0,01 0,00 Open

100
Link ID Flow Velocity Unit Headloss Status
(LPS) (m/s) (m/km)
55 0,02 0,00 0,00 Open
56 0,05 0,01 0,00 Open
57 0,02 0,00 0,00 Open
58 0,04 0,01 0,00 Open
59 0,00 0,00 0,00 Open
60 0,02 0,00 0,00 Open
61 0,00 0,00 0,00 Open
62 0,04 0,01 0,00 Open
63 0,17 0,03 0,02 Open

Tabel 5.14 Node Results at 18:00.


Node ID Demand Head Pressure Quality
(LPS) (m) (m)
2 0,01 9,97 9,97 0,00
3 0,05 9,96 9,97 0,00
4 0,00 9,95 9,97 0,00
5 0,02 9,95 9,97 0,00
6 0,02 9,94 9,97 0,00
7 0,03 9,94 9,97 0,00
8 0,02 9,94 9,97 0,00
9 0,02 9,94 9,97 0,00
10 0,11 9,94 9,97 0,00
11 0,11 9,94 9,97 0,00
12 0,00 9,94 9,97 0,00
13 0,00 9,94 9,97 0,00
14 0,13 9,94 9,97 0,00
15 0,02 9,94 9,97 0,00
16 0,07 9,94 9,97 0,00
17 0,09 9,95 9,97 0,00
18 0,08 9,94 9,97 0,00
19 0,06 9,95 9,97 0,00
20 0,07 9,93 9,93 0,00
21 0,02 9,93 9,93 0,00
22 0,25 9,93 9,93 0,00
23 0,21 9,93 9,93 0,00
24 0,02 9,93 9,93 0,00
25 0,09 9,93 9,93 0,00
26 0,02 9,92 9,92 0,00
27 0,00 9,92 -12,08 0,00
28 0,02 9,89 9,89 0,00
29 0,19 9,89 9,89 0,00
30 0,01 9,89 9,89 0,00
31 0,02 9,89 9,89 0,00
32 0,20 9,89 9,89 0,00
33 0,02 9,89 9,89 0,00
34 0,01 9,89 9,89 0,00
35 0,04 9,89 9,89 0,00
36 0,07 9,89 9,89 0,00

101
Node ID Demand Head Pressure Quality
(LPS) (m) (m)
37 0,02 9,89 9,89 0,00
38 0,00 9,89 9,89 0,00
39 0,07 9,89 9,89 0,00
40 0,11 9,89 9,89 0,00
41 0,11 9,89 9,89 0,00
42 0,09 9,89 9,89 0,00
43 0,04 9,89 9,89 0,00
44 0,03 9,89 9,89 0,00
45 0,13 9,89 9,89 0,00
1 (Reservoir) -2,76 10,00 00,00 0,00

Tabel 5.15 Link Results at 18:00.


Link ID Flow Velocity Unit Headloss Status
(LPS) (m/s) (m/km)
1 2,76 0,43 3,40 Open
2 1,22 0,19 0,75 Open
3 0,43 0,07 0,11 Open
4 0,43 0,07 0,11 Open
5 0,51 0,08 0,15 Open
6 0,53 0,02 0,16 Open
7 0,14 0,02 0,01 Open
8 0,12 0,02 0,01 Open
9 0,15 0,04 0,01 Open
10 0,23 0,06 0,03 Open
11 0,39 0,05 0,09 Open
12 0,34 0,03 0,07 Open
13 0,19 0,04 0,02 Open
14 0,25 0,04 0,04 Open
15 0,10 0,02 0,01 Open
16 0,09 0,01 0,01 Open
17 0,05 0,01 0,00 Open
18 0,08 0,01 0,00 Open
19 0,17 0,03 0,02 Open
20 0,39 0,09 0,09 Open
21 0,43 0,11 0,11 Open
22 0,04 0,00 0,00 Open
23 0,54 0,17 0,17 Open
24 0,11 0,01 0,01 Open
25 0,74 0,30 0,30 Open
26 0,01 0,00 0,00 Open
27 0,70 0,27 0,27 Open
28 1,53 1,15 1,15 Open
29 0,66 0,24 0,24 Open
30 0,43 0,07 0,11 Open
31 0,33 0,05 0,07 Open
32 0,03 0,00 0,00 Open
33 0,12 0,02 0,01 Open
34 0,18 0,03 0,02 Open

102
Link ID Flow Velocity Unit Headloss Status
(LPS) (m/s) (m/km)
35 0,42 0,07 0,10 Open
36 0,77 0,12 0,32 Open
37 1,16 0,18 0,69 Open
38 0,67 0,03 0,25 Open
39 0,21 0,03 0,03 Open
40 0,21 0,01 0,03 Open
41 0,04 0,01 0,00 Open
42 0,09 0,03 0,01 Open
43 0,21 0,00 0,03 Open
44 0,03 0,01 0,00 Open
45 0,06 0,08 0,00 Open
46 0,49 0,07 0,14 Open
47 0,47 0,07 0,13 Open
48 0,07 0,01 0,00 Open
49 0,22 0,03 0,03 Open
50 0,07 0,01 0,00 Open
51 0,08 0,01 0,01 Open
52 0,07 0,01 0,00 Open
53 0,11 0,02 0,01 Open
54 0,17 0,03 0,02 Open
55 0,04 0,01 0,00 Open
56 0,11 0,02 0,01 Open
57 0,04 0,01 0,00 Open
58 0,10 0,02 0,00 Open
59 0,01 0,00 0,00 Open
60 0,04 0,01 0,00 Open
61 0,00 0,00 0,00 Open
62 0,10 0,02 0,01 Open
63 0,39 0,06 0,09 Open

Dari beberapa penjabaran hasil di atas, EPANET dapat membantu dengan

mudah memberikan berbagai macam laporan yang diinginkan. Hal ini memudahkan

dalam penetapan sebuah masalah dan pencarian solusi yang tepat.

5.8 Perhitungan Dengan Metode Hardy Cross

Pada perhitungan ini, penulis mengambil salah satu sampel loop yakni jaringan

pipa blok D yang dapat mewakili kondisi evaluasi seluruh sistem jaringan pipa pada

komplek perumahan ini dan blok ini merupakan blok yang memiliki jumlah

pelanggan terbanyak yakni 104 pelanggan.

103
Gambar 5.18 Peta jaringan pipa Blok D dan debit yang mengalir di masing-masing pipa.

Tabel 5.16 Data-data pipa yang digunakan.


No. Pipa D (m) L (m) C
11 0.0075 34 140
12 0.0075 34 140
13 0.0075 34 140
19 0.0075 90 140
20 0.0075 34 140
26 0.0075 20 140
27 0.0075 48 140
29 0.0075 34 140
30 0.0075 34 140
31 0.0075 34 140
32 0.0075 134 140
33 0.0075 134 140
34 0.0075 134 140
35 0.0075 34 140
36 0.0075 95 140

10.70
K = 1,85 4,87
; hf = KQo1,85 ; =
1,85 /

104
Loop I
Iterasi 1
No.
Pipa D L Q0 C K hf hf/Q0 δ
27 0,075 48 0,0003 140 16547,78 0,00503 16,76073
29 0,075 34 0,00029 140 11721,35 0,00335 11,53495
30 0,075 34 0,00018 140 11721,35 0,00138 7,69058 -0,00012
31 0,075 34 0,00014 140 11721,35 0,00087 6,21135
35 0,075 34 0,00001 140 11721,35 0,00001 0,65914
36 0,075 95 0,00005 140 32750,82 0,00036 7,23347
0,01100 50,09022

Iterasi 2
No.
Pipa D L Q0 C K hf hf/Q0 δ
27 0,075 48 0,00018 140 16547,78 0,00198 10,92614
29 0,075 34 0,00017 140 11721,35 0,00126 7,37506
30 0,075 34 0,00006 140 11721,35 -0,00005 -0,82013
-0,00015
31 0,075 34 0,00002 140 11721,35 -0,00038 -17,99104
35 0,075 34 0,00009 140 11721,35 0,00038 4,26662
36 0,075 95 -0,00007 140 32750,82 -0,00043 6,21939
0,00277 9,97603

Iterasi 3
No.
Pipa D L Q0 C K hf hf/Q0 δ
27 0,075 48 0,00003 140 16547,78 0,00008 2,45952
29 0,075 34 0,00002 140 11721,35 0,00003 1,25724
30 0,075 34 -0,00009 140 11721,35 -0,00001 0,07436
0,00009
31 0,075 34 -0,00013 140 11721,35 -0,00024 1,87524
35 0,075 34 -0,00006 140 11721,35 -0,00002 0,39521
36 0,075 95 -0,00022 140 32750,82 -0,00348 15,91319
-0,00365 21,97477

Loop II
Iterasi 1
No.
Pipa D L Q0 C K hf hf/Q0 δ
11 0,075 34 0,00017 140 11721,35 0,00125 7,32587

105
19 0,075 90 0,00007 140 31027,09 0,00064 9,12167 -0,00009
20 0,075 34 0,00017 140 11721,35 0,00125 7,32587
26 0,075 20 0,00001 140 6894,91 0,00000 0,38773
29 0,075 34 0,00028 140 11721,35 0,00313 11,19597
32 0,075 134 0,00001 140 46195,89 0,00003 2,59779
0,00629 37,95489

Iterasi 2
No.
Pipa D L Q0 C K hf hf/Q0 δ
11 0,075 34 0,00008 140 11721,35 0,00031 3,87501
19 0,075 90 -0,00002 140 31027,09 -0,00006 3,20814
20 0,075 34 0,00008 140 11721,35 0,00031 3,87501
-0,00001
26 0,075 20 -0,00008 140 6894,91 -0,00018 2,28535
29 0,075 34 0,00019 140 11721,35 0,00154 8,06532
32 0,075 134 -0,00008 140 46195,89 -0,00122 15,31941
0,00069 36,62824

Loop 3
Iterasi 1
No.
Pipa D L Q0 C K hf hf/Q0 δ
12 0,075 34 0,00015 140 11721,35 0,00099 6,58651
30 0,075 90 0,00018 140 31027,09 0,00366 20,35742
-0,00010
32 0,075 134 0,00001 140 46195,89 0,00003 2,59779
33 0,075 134 0,00005 140 46195,89 0,00051 10,20300
0,00614 39,74471

Iterasi 2
No.
Pipa D L Q0 C K hf hf/Q0 δ
12 0,075 34 0,0000500 140 11721,35 0,00013 2,58882
30 0,075 90 0,0000800 140 31027,09 0,00082 0,00000
0,00002
32 0,075 134 0,0000900 140 46195,89 0,00151 16.81549
33 0,075 134 0,0000500 140 46195,89 -0,00183 -36,60000
0,00063 -17,19569

106
Loop 4
Iterasi 1
No.
Pipa D L Q0 C K hf hf/Q0 δ
13 0,075 34 0,00008 140 11721,35 0,00031 3,86015
31 0,075 34 0,00014 140 11721,35 0,00087 6,21135
-0,00010
33 0,075 134 0,00001 140 46195,89 0,00003 2,59779
34 0,075 134 0,00008 140 46195,89 0,00122 15,21352
0,00614 27,88281

Iterasi 2
No.
Pipa D L Q0 C K hf hf/Q0 δ
13 0,075 34 0,00002 140 11721,35 0,00002 1,18810
31 0,075 34 0,00004 140 11721,35 0,00009 2,14155
0,00000
33 0,075 134 0,00009 140 46195,89 -0,00020 -2,20000
34 0,075 134 0,00002 140 46195,89 0,00009 4,68251
0,00001 5,81216

5.9 Evaluasi Hasil Permodelan Software EPANET 2.0 Dengan Metode Hardy

Cross

Tabel 5.17 Selisih debit hasil permodelan Program EPANET 2.0 dengan Metode Hardy
Cross.
No. EPANET 2.0 Hardy Cross Perbedaan
Pipa (m3/dtk) (m3/dtk) (m3/dtk)
11 0,00017 0,00008 0,00009
12 0,00015 0,00005 0,0001
13 0,00008 0,00002 0,00006
19 0,00007 0,00002 0,00005
20 0,00017 0,00008 0,00009
26 0,00001 0,00008 0,00007
27 0,0003 0,00003 0,00027
29 0,00029 0,00002 0,00027
30 0,00018 0,00009 0,00009
31 0,00014 0,00013 0,00001
32 0,00001 0,00008 0,00007
33 0,00001 0,00009 0,00008
34 0,00008 0,00002 0,00006
35 0,00001 0,00006 0,00005
36 0,00005 0,00022 0,00017
∑ 0,00153

107
Dari tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hasil analisa program Epanet

2.0 dan metode Hardy Cross tidak terlalu besar. Hal ini dapat dilihat dengan

perbedaan yang ada dari hasil analisa Epanet 2.0 dengan hasil perhitungan metode

Hardy Cross untuk aliran di dalam jaringan pipa pada sampel loop di area komplek

perumahan RSS pegawai negeri sipil. Total perbedaan hasil antara analisa dengan

program Epanet 2.0 dengan metode Hardy Cross adalah 0,00153 m3/dtk. Dengan

demikian program permodelan EPANET 2.0 dapat mewakili hasil metode Hardy

Cross tetapi program EPANET 2.0 dan metode Hardy Cross tetap hanyalah sebuah

alat bantu mensimulasikan dalam analisa suatu sistem jaringan pipa air.

5.10 Perbandingan Hasil Permodelan Program EPANET 2.0 Dengan Kondisi Di

Lapangan

Dari hasil permodelan Program EPANET 2.0 didapat hasil yang tidak relevan

dengan kondisi di lapangan yaitu pada debit aliran dalam pipa yang dilihat dari

percobaan debit air yang keluar dari keran air rumah pelanggan. Di sini penulis

mengambil 1 sampel rumah pelanggan di blok A yakni rumah keluarga Raulina

Simbolon dengan nomor sambungan 04.22.0956. Hasil percobaan dapat dilihat pada

tabel di bawah ini.

Tabel 5.18 Selisih debit hasil permodelan Program EPANET 2.0 dengan kondisi di lapangan.
No. Waktu EPANET 2.0 Percobaan Di Lapangan Perbedaan
(WIB) (Ltr/detik) (Ltr/detik) (Ltr/detik)
1. 13.00 0,17 0,03 0,14
2. 15.00 0,47 0,02 0,45
3. 17.00 0,47 0,02 0,45
4. 18.00 0,47 0,018 0,045
5. 19.00 0,14 0,03 0,11

Besarnya perbedaan permodelan program EPANET 2.0 dengan percobaan di

lapangan bisa saja diakibatkan beberapa faktor yaitu mengecilnya ukuran pipa

108
sambungan keran air rumah dari pipa distribusi. Percobaan ini dilakukan ketika

hanya 1 keran air yang terbuka di dalam rumah.

5.11 Perencanaan Pengolahan Air Bersih Dari Sumur Bor

Sumur bor adalah adalah salah satu cara pengambilan sumber air baku dari air

tanah dalam dengan membor tanah dan memasukkan pipa yang kedalamannya

biasanya 100 - 300 m. Kualitas air tanah dalam pada umumnya lebih baik daripada

air tanah dangkal ataupun air tanah permukaan sehingga dapat saja langsung

didistribusikan ke pelanggan.

Akan tetapi, kondisi kualitas sumur bor di komplek perumahan ini sudah

menjadi keluhan pelanggan air bersih sehingga perlu adanya rencana penambahan

bangunan pengolah air bersih sederhana untuk menjaga kualitas air bersih yang akan

didistribusikan. Kita dapat melihat skema perencanaan pengolahan air yang penulis

rencanakan di bawah ini :

Air baku dari


sumur bor

Aerator atau
Kompresor

Bak filter

Reservoir

PELANGGAN

Gambar 5.19 Rencana sistem pengolahan air sumur bor.

109
Proses pengolahan air berdasarkan skema di atas dimulai dengan

pengambilan air baku dai sumur bor dengan pompa submersiable menuju ke bak

filter tetapi melewati mesin aerator atau bisa menggunakan mesin kompresor.

Aerator berguna untuk mengurangi kadar Fe (zat besi) yang terkandung dalam air

tanah yang dapat menyebabkan korosi pada pipa-pipa transmisi maupun distribusi

dengan cara memberikan kontak dengan udara sebanyak-banyaknya sehingga kadar

Fe dapat terendap dan disaring. Setelah dilakukan proses penyaringan di dalam bak

filter maka air disalurkan ke dalam bak reservoir dan seterusnya dipompakan untuk

didistribusikan ke pelanggan melalui pipa distribusi.

110
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa yang telah diuraikan dalam bab pembahasan

sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari kebutuhan beban puncak dapat dilihat kapasitas air yang tidak seimbang

dengan kapasitas sumur bor. Besarnya kapasitas air yang dikeluarkan dari sumur

bor untuk didistribusikan ke pipa-pipa masyarakat adalah 2,5 liter/detik = 0,0025

m3/detik. Dari perbandingan tersebut terlihat jelas kebutuhan air pada saat jam

puncak tidak dapat dipenuhi oleh kapasitas sumur bor selain waktu di luar jam

puncak sehingga perlu adanya penambahan besar kapasitas pompa sumur bor

atau dengan membuat bangunan reservoir.

2. Perlunya penambahan bangunan pengolahan air dari sumur bor sebelum

didistribusikan ke pelanggan untuk menjaga kualitas air tetap aman untuk

didistribusikan ke pelanggan.

3. Pemasangan valve gate pada titik-titik yang strategis untuk dapat mengatur

tekanan air dalam pipa distribusi dan pemeriksaan berkala pada sumur bor dan

pompa sumur.

4. Program EPANET 2.0 dalam menganalisa dan merencanakan sistem jaringan

pipa jauh lebih mudah dan praktis daripada penggunaan metode manual seperti

Hardy Cross karena hasil dari kedua cara penganalisaan jaringan pipa ini tidak

terlalu besar.

111
6.2 Saran

1. Secara umum sistem penyediaan air bersih pada kompleks perumahan

RSS Kelapa Sawit kurang baik. Akan tetapi perlu dilakukan juga pengawasan

kualitas dan proses pendistribusian air bersih.

2. Perlu adanya dilakukan pengembangan program analisa jaringan pipa yang

lebih baik walaupun program hanyalah sebuah alat bantu analisa, sementara

keadaan sebenarnya dilapangan merupakan keadaan yang sangat kompleks

dan peluang setiap kejadian yang dimodelkan dapat terjadi secara acak dan

tidak mudah ditebak.

3. Perlu adanya pengenalan mengenai program Epanet 2.0 setara dengan program

SAP 2000 dan Autocad untuk menambah wawasan mahasiswa teknik sipil

khususnya dalam program yang berkaitan dengan perpipaan.

4. Penertiban dan penindakan tegas terhadap pelanggan yang merusak instrument

meter atau menyambung langsung (by pass) dari pipa dinas/pipa distribusi yang

dilakukan pelanggan/bukan pelanggan. Dikarenakan hal ini sangat merugikan

pihak PDAM Tirta Wampu.

112
DAFTAR PUSTAKA

Aqfa, Ikhwanul, 2011. Analisa Sistem Jaringan Pendistribusian Pipa Air Bersih Di
PDAM Tirta Bulian Tebing Tinggi, Teknik Sipil, Universitas Sumatera
Utara.
Dake, J.M.K., Endang P. Tachyan dan Y. P. Pangaribuan, 1985. Hidrolika Teknik
Edisi II, Erlangga, Jakarta.
Dharmasetiawan, Martin, 1993. Sistem Perpipaan Distribusi Air Minum, Ekamitra
Engineering, Jakarta.
Fatmawati, Lelly, 2008. Analisis Jaringan Pipa, Jurnal Wahana Teknik Sipil Vol.13,
No.1, 31-44.
Kodoatie, Robert J., 2002. Hidrolika Terapan: Aliran Pada Saluran Terbuka dan
Pipa. Andi. Yogyakarta.
Mays Larry W, 2004. Water Resources En.gineering(1st ed). John Wiley & sons
(Asia) Pte, Ltd. Singapore
Morimura, T. dan Noerbambang, S.M., 2005. Perancangan dan Pemeliharaan
Sistem Plambing. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.
Prasuhn, Alan L., 1987. Fundamental of Hydraulic Engineering. Holt, Reinhart and
Winston, Inc. International Edition.
Rossman, L., 2000. Manual User Software EPANET 2.0 (Versi Bahasa Indonesia).
EKAMITRA Engineering.
Sasongko, Djoko, 1985. Teknik Sumber Daya Air. Erlangga. Jakarta.
Soemitro, Herman Widodo, 1986, Mekanika Fluida dan Hidrolika Edisi Kedua,
Erlangga, Jakarta.
Siregar, Andi Ade Putra, 2011. Analisa Distribusi Air Bersih Pada Komplek
Perumahan Karyawan PT. Chevron Pacific Indonesia Distrik Dumai
Dari WTP-Dumai Menggunakan Software Epanet 2.0. Teknik Sipil.
Universitas Sumatera Utara.
Totok Sutrisno, C, dkk, 1996. Teknologi Penyediaan Air Bersih. PT. Rineka Cipta,
Jakarta.
Triatmodjo, Bambang, 1993. Hidraulika II. Beta Offset. Yogyakarta.
White, Frank M., 1986. Mekanika Fluida Edisi Kedua Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai