ABSTRACT
BAGUS FATRIYA SUMARYATNO. Soil Conservation Service – Curve
Number (SCS–CN) Method for Surface Runoff Estimation in Ciliwung
Watershed. Supervised by HENDRAYANTO.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan
Disetujui oleh
Dr Ir Hendrayanto, M. Agr
Pembimbing
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan
anugerah–Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Penggunaan
Metode Soil Conservation Service – Curve Nuumber (SCS–CN) dalam Menduga
Limpasan Permukaan di DAS Ciliwung” sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu:
1. Kedua motivator terbesar yaitu Mamah dan Bapak, tante yang selalu
memberikan kepercayaan atas segala tindakan yang diambil, kedua sepupu
kesayangan Mba Ega dan Ebi, serta seluruh keluarga yang telah memberikan
doa, kasih sayang, serta dorongan moral dan material kepada penulis.
2. Dr Ir Hendrayanto, M Agr selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
pengetahuan, bimbingan, arahan, dan nasehat berharga kepada penulis, mulai
dari persiapan penelitian hingga terselesaikannya skripsi ini.
3. Prof. Dr. Ir. Achmad, MS selaku penguji dari Departemen Silvikultur dan Dr.
Tatang Tiryana, S.Hut, MSc selaku ketua sidang.
4. Sahabat kesayangan Laysa Aswitama, teman-teman terbaik Cecilya Budiaman,
Agung Kriswiyanto, Sonya Dyah K D, Bunga Mentari, Artika Afifatus S,
Indri Febriani, dan Yesika Wahyu atas Doa dan dukungan selama ini.
5. Seluruh teman-teman di Fakultas Kehutanan IPB khususnya teman-teman
Manajemen Hutan angkatan 46, teman-teman kontrakan Yabuy, dan keluarga
besar KSB-Masyarakat Roempoet atas segala keceriaan, kebahagiaan, dan
apresiasi semasa kuliah.
6. Pihak-pihak lain yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat memberikan informasi dan
dapat bermanfaat bagi semua pihak.
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Manfaat Penelitian 1
Ruang Lingkup Penelitian 2
METODE 2
Tempat dan Waktu Penelitian 2
Pengumpulan Data 3
Pengolahan Data 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Penggunaan Lahan 6
Kelompok Hidrologi Tanah (KHT) 8
Curah Hujan Wilayah 8
Nilai Bilangan Kurva Aliran Permukaan 11
Jumlah Aliran Permukaan 12
SIMPULAN DAN SARAN 17
Simpulan 17
Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 17
LAMPIRAN 19
DAFTAR TABEL
1 Klasifikasi tanah 5
2 Kondisi kandungan tanah sebelumnya 5
3 Penggunaan lahan DAS Ciliwung tahun 2012 7
4 Nilai CN pada setiap tipe penggunaan lahan di DAS Ciliwung 11
5 Jumlah aliran permukaan di DAS Ciliwung tahun 2012 14
6 Volume aliran permukaan dari setiap penggunaan lahan 14
DAFTAR GAMBAR
1 Batas administrasi DAS Ciliwung 3
2 Penggunaan lahan DAS Ciliwung tahun 2012 7
3 Kelompok hidrologi tanah DAS Ciliwung tahun 2012 8
4 Korelasi distribusi curah hujan antara stasiun curah hujan Gadog–
Gunung Mas (a) stasiun curah hujan Gadog–Katulampa (b) dan stasiun
curah hujan Gunung Mas–Katulampa (c) 9
5 Curah hujan wilayah harian DAS Ciliwung tahun 2012 9
6 Curah hujan wilayah bulanan DAS Ciliwung tahun 2012 10
7 Peta curah hujan wilayah menggunakan metode Thiessen 10
8 Perbandingan aliran permukaan hasil pendugaan dengan aliran langsung
hasil pengamatan di Bendung Katulampa tahun 2012 12
9 Hubungan antara aliran langsung hasil pengamatan di Bendung
Katulampa dengan aliran permukaan menggunakan data curah hujan
harian (a) dan bulanan (b) 13
10 Sebaran volume aliran permukaan di DAS Ciliwung pada saat curah
hujan wilayah bulanan tertinggi 15
11 Sebaran volume aliran permukaan di DAS Ciliwung tahun 2012 15
12 Hyetograph curah hujan harian dan Hidrograf aliran permukaan di DAS
Ciliwung tahun 2012 16
DAFTAR LAMPIRAN
1 Nilai CN berdasarkan penggunaan lahan dan kelompok hidrologi tanah 19
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung merupakan salah satu DAS kritis
(Nugroho 2003). Di wilayah hilir DAS Ciliwung sering dilanda banjir, hampir
setiap tahun, dan terjadi banjir besar pada tahun 1996, 2002, 2007 dan 2012 yang
diduga sebagai banjir lima tahunan yang akan berulang setiap lima tahun
(BAPPENAS 2007). Penggunaan lahan berupa pemukiman di DAS Ciliwung
meningkat 153.4% selama kurun waktu 1990–2011 (Wasis et al. 2012).
Peningkatan penggunaan lahan berupa pemukiman secara terus menerus
akan menimbulkan permasalahan sumberdaya air, diantaranya ketersediaan air di
wilayah Sungai Ciliwung yang secara umum semakin menurun dan fluktuasi
ketersediaan air permukaan sangat tinggi, sehingga sering terjadi kebanjiran di
musim hujan dan kekeringan di musim kemarau (BAPPEDA 2011).
Hubungan iklim, karakteristik fisik DAS, penggunaan lahan dengan aliran
permukaan sebagai penyebab langsung terjadinya banjir dapat dianalisis dengan
model-model hidrologi. Berbagai model telah banyak dikembangkan untuk
menduga aliran permukaan dalam kondisi iklim, kondisi fisik dan penggunaan
lahan tertentu di suatu DAS. Salah satu metode yang umum digunakan yaitu
model Soil Conservation Service – Curve Number (SCS–CN). Model SCS–CN
didasarkan pada keseimbangan air dan memasukan faktor penggunaan lahan dan
bilangan kurva yang menunjukan potensi air larian untuk curah hujan tertentu
(Asdak 2007).
Metode pendugaan aliran permukaan menggunakan model SCS–CN telah
diterapkan di DAS Ciliwung oleh Afrina (2013). Dalam penelitiannya tersebut,
pendugaan volume aliran permukaan dilakukan dengan mengasumsikan
kelembapan tanah awal (AMC) dalam kondisi normal menggunakan curah hujan
bulanan. Penggunaan curah hujan bulanan dalam menduga aliran permukaan
dengan metode SCS–CN tidak dapat digunakan untuk menentukan AMC secara
rinci, karena untuk memisahkan AMC kedalam setiap kondisi diperlukan data
curah hujan harian untuk menghitung jumlah curah hujan setiap lima hari
sebelumnya. Penelitian ini mengkaji peran AMC dalam menduga limpasan dan
debit dengan menggunakan data curah hujan harian dan bulanan sebagai input.
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
input data bulanan dan harian. Keakuratan hasil pendugaan ditera terhadap debit
hasil pengukuran di Bendung Katulampa. Selain itu, hasil pendugaan ini dapat
menjadikan informasi volume aliran permukaan dari setiap penggunaan lahan di
DAS Ciliwung sebagai masukan bagi pengendalian jumlah aliran permukaan dan
banjir.
METODE
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
(𝑷−𝟎,𝟐𝑺)𝟐
Q= .................................................(1)
(𝑷+𝟎,𝟖𝑺)
𝟐𝟓𝟒𝟎𝟎
S= – 254............................................(2)
𝑪𝑵
CN adalah bilangan kurva yang nilainya berkisar antara 0 sampai 100. Nilai
CN DAS ditetapkan dengan mengunakan nilai rata-rata tertimbang luas
menggunakan persamaan (3). Prinsip perhitungan nilai rata-rata tertimbang luas
adalah menghitung nilai rata-rata secara proporsional, yang setiap variasi
berkontribusi sebanding dengan bobotnya (Suhendy 2011).
𝒏
𝒊=𝟏(𝑪𝑵𝒊 𝒙𝑨𝒊 )
CN TA = 𝒏 𝑨 .......................................(3)
𝒊=𝟏 𝒊
Laju Infiltrasi
KHT Keterangan Minimum
(mm/jam)
Potensi air larian paling kecil,
termasuk tanah pasir dalam dengan
A 8–12
unsur debu dan liat. Laju infiltrasi
tinggi
Potensi air larian kecil, tanah berpasir
B lebih dangkal dari A. Tekstur halus 4–8
sampai sedang. Laju infiltrasi sedang.
Potensi air larian sedang, tanah
dangkal dan mengandung cukup liat.
C 1–4
Tekstur sedang sampai halus. Laju
infiltrasi rendah.
Potensi air larian tinggi, kebanyakan
tanah liat, dangkal dengan lapisan
D 0–1
kedap air dekat permukaan tanah.
Infiltrasi paling rendah.
Sumber: Asdak (2007)
Nilai AMC dihitung dengan menjumlahkan curah hujan selama lima hari
sebelumnya yang kemudian dipadankan dengan batas besarnya curah hujan pada
musim tumbuh yang tertera pada Tabel 2.
Curve Number (CN) diperoleh dengan cara overlay antara peta penggunaan
lahan dengan peta kelompok hidrologi tanah DAS Ciliwung. Hasil overlay berupa
peta sebaran nilai CN di DAS Ciliwung dengan atribut penggunaan lahan–
kelompok hidrologi tanah (LU–KHT). Atribut LU–KHT dipadankan dengan
atribut CN yang tertera pada Lampiran 1. Setelah semua nilai CN pada setiap LU–
KHT ditentukan, kemudian dicari nilai CN rata-rata tertimbang dengan
menggunakan persamaan (3).
wilayah antara stasiun curah hujan Gadog–Gunung Mas, stasiun curah hujan
Gadog–Katulampa, dan stasiun curah hujan Gunung Mas–Katulampa. Stasiun
yang memiliki nilai korelasi yang paling besar kemudian digunakan untuk
menentukan curah hujan wilayah pada hulu DAS Ciliwung menggunakan metode
rata-rata Aritmatik dengan persamaan sebagai berikut:
𝒏
𝒊=𝟏 𝑷𝒊
P = .........................................(4)
𝒏
𝒏
𝒊=𝟏 𝑨𝒊 .𝑷𝒊
P= 𝒏 𝑨 ...................................... (5)
𝒊=𝟏 𝒊
Penggunaan Lahan
Luas
Tipe Penggunaan Lahan
Ha %
Belukar 996.49 2.60
Hutan 4279.27 11.19
Kebun Campuran 6714.23 17.55
Pemukiman 15011.49 39.24
Perkebunan 2858.69 7.47
Rumput 247.59 0.65
Sawah 7087.49 18.53
Tegalan 966.06 2.53
Badan Air 92.80 0.24
Total 38254.12 100
150 150
R = 0.344 R = 0.005
CH Stasiun Katulampa
100 100
(mm)
(mm)
50 50
0 0
0 50 100 150 0 50 100 150
CH Stasiun Gadog (mm) CH Stasiun Gadog (mm)
(a) (b)
150
R = 0.083
CH Stasiun Katulampa
100
(mm)
50
0
0 50 100 150
CH Stasiun Gunung Mas (mm)
(c)
Gambar 4 Korelasi distribusi curah hujan antara stasiun curah hujan Gadog–
Gunung Mas (a) stasiun curah hujan Gadog–Katulampa (b) dan
stasiun curah hujan Gunung Mas–Katulampa (c)
Rata-rata curah hujan wilayah harian dan bulanan DAS Ciliwung selama
tahun 2012 masing-masing disajikan pada Gambar 5 dan 6. Sedangkan peta curah
hujan wilayah di DAS Ciliwung tahun 2012 disajikan pada Gambar 7.
70.00
Curah Hujan (mm)
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
Tanggal
Gambar 5 Curah hujan wilayah harian DAS Ciliwung tahun 2012. Curah
hujan, Rata-rata curah hujan
10
600.00
Curah Hujan (mm) 500.00
400.00
300.00
200.00
100.00
0.00
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Bulan
Gambar 6 Curah hujan wilayah bulanan DAS Ciliwung tahun 2012. Curah
hujan, Rata-rata curah hujan
Hasil analisis CN untuk setiap penggunaan lahan dan KHT serta CN rata-
rata tertimbang di DAS Ciliwung disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan
penggunaan lahan dan KHT, nilai CN terbesar yaitu terdapat pada tipe
penggunaan lahan badan air. Akan tetapi, luas dari tipe penggunaan lahan badan
air kurang dari 5%. Jika dibandingkan dengan pemukiman di KHT D yang
memiliki nilai CN terbesar setelah badan air, maka luasnya jauh lebih besar yaitu
39.22%. Dari data curah hujan harian, AMC I merupakan kondisi kelembapan
awal yang memiliki persentase peluang kejadian terbesar yaitu 51%. Sehingga
berdasarkan penggunaan lahan, KHT dan AMC nilai CN dominan terjadi pada
tipe penggunaan lahan pemukiman yang termasuk KHT D pada AMC I yaitu
79.80.
Tipe Penggunaan CN
KHT Luas (%)
Lahan AMC I AMC II AMC III
Belukar C 0.50 54.60 73.00 89.40
D 2.11 61.80 79.00 93.40
Hutan C 7.10 51.00 70.00 87.00
D 4.08 57.00 77.00 92.20
Kebun Campuran C 0.09 57.00 77.00 92.20
D 17.46 67.20 83.00 95.80
Pemukiman C 0.02 76.40 89.00 97.80
D 39.22 79.80 91.00 98.20
Perkebunan C 2.82 57.00 77.00 92.20
D 4.65 67.20 83.00 95.80
Rumput C 0.00 55.80 74.00 90.20
D 0.65 63.00 80.00 94.00
Sawah C 0.37 64.40 81.00 94.60
D 18.15 68.60 84.00 96.40
Tegalan C 0.001 61.80 79.00 93.40
D 2.52 68.60 84.00 96.40
Badan Air C 0.001 100.00 100.00 100.00
D 0.24 100.00 100.00 100.00
CN Tertimbang 70.44 84.88 95.90
1000.00 0.00
800.00 200.00
600.00 400.00
400.00 600.00
200.00 800.00
0.00 1000.00
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Bulan
250 250
Aliran Langsung (mm)
200 200
150 150
100 100
50 R² = 0.403 50 R² = 0.397
0 0
0 200 400 600 0 200 400 600
Aliran Permukaan (mm) Aliran Permukaan (mm)
(a) (b)
Gambar 9 Hubungan antara aliran langsung hasil pengamatan di Bendung
Katulampa dengan aliran permukaan menggunakan data curah hujan
harian (a) dan bulanan (b)
Nilai NSE mengindikasikan seberapa dekat data hasil pengukuran terhadap
data hasil pendugaan. Kisaran nilai NSE yaitu antara -∞ sampai 1. Semakin dekat
nilai NSE dengan 1 maka akan semakin erat hubungan antara data hasil
pendugaan dengan data hasil pengukuran (Motovilov et al. 1999).
Berdasarkan nilai R2 dan NSE, pendugaan aliran permukaan menggunakan
curah hujan harian menghasilkan nilai dugaan yang lebih baik dibandingkan
dengan hasil pendugaan menggunakan curah hujan bulanan, dengan demikian
pendugaan volume aliran permukaan di seluruh DAS Ciliwung selanjutnya
menggunakan curah hujan harian.
Hasil pendugaan volume aliran permukaan menggunakan data curah hujan
harian di DAS Ciliwung pada tahun 2012 yaitu sebesar 908.4 mm. Volume aliran
permukaan tertinggi di DAS Ciliwung pada tahun 2012 terjadi pada bulan
Desember (Tabel 5). Kontribusi aliran permukaan terbesar berasal dari
14
pemukiman di KHT D sebesar 516.89 mm atau 56.90% dari volume total aliran
permukaan. Sawah juga memberikan kontribusi volume aliran permukaan cukup
tinggi yaitu 175.65 mm (19.34%) (Tabel 6).
Gambar 10 Sebaran volume aliran permukaan di DAS Ciliwung pada saat curah
hujan wilayah bulanan tertinggi
perlu diwaspadai, karena kejadian banjir di hilir terjadi akibat aliran permukaan
harian yang tinggi secara berturut-turut, dalam hal ini seperti yang terjadi pada
bulan Desember yang menghasilkan kumulatif aliran permukaan sebesar 253.35
mm. Menurut Harto BR (2009), aliran permukaan hanya dapat terjadi apabila
intensitas hujan lebih tinggi dari laju infiltrasi, dan apabila intensitas hujan lebih
kecil dibandingkan dengan laju infiltrasi maka tidak akan terjadi aliran permukaan
100.00 0.00
Aliran permukaan (mm)
20.00
80.00
Tanggal
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Afrina DP. 2013. Pemanfaatan data penginderaan jauh untuk analisis perubahan
lahan dan curah hujan terhadap aliran permukaan di DAS Ciliwung [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Arsyad S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Bogor (ID): IPB Press.
Asdak C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta
(ID): Gadjah Mada University Press
Asri F. 2012. Analisis perubahan penggunaan lahan terhadap limpasan permukaan
di daerah aliran sungai (studi kasus: DAS Cicatih-Cimandiri, Kabupaten
Sukabumi) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[BAPPENAS] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (ID). 2007. Laporan
Perkiraan Kerusakan dan Kerugian Pasca Bencana Banjir Awal Februari
2007 di Wilayah Jabodetabek. Jakarta (ID): Kementrian Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional.
18
Hutan 12 35 51 57 25 55 70 77 45 75 87 92.2
Sawah tadah hujan 41 54.6 64.4 68.6 61 73 81 84 79.8 54.6 94.6 96.4
Air tawar 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100