net/publication/342976382
CITATIONS READS
0 367
3 authors, including:
Khristian Enggar
State University of Papua
14 PUBLICATIONS 3 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Khristian Enggar on 16 July 2020.
ABSTRAK
Kata kunci: Neraca air; sumber daya air; kawasan Gunung Meja
ABSTRACT
The annual balance sheet of water resources is used to compare the amount of water
available in nature and the use of water by communities. The purpose of this study is to
determine the annual balance of the availability of potential water resources in the
Gunung Meja Region according to SNI 19-6728.1-2002. The data used are primary data
in the form of spring water debit and secondary data in the form of a wide area by making
a grid on the map of the research location, population data from the Central Statistics
Agency (BPS) Manokwari in 2006-2015, data on water utilization for ports obtained
through online media and field interviews. The water balance in 2017 shows a surplus of
4,524,729m3/year with potential water resources in the Gunung Meja Region reaching
6.75x106 m3/year with current domestic needs 2.23x106 m3/year. Water balance in the
next five (5) years the amount of potential water resources used to meet domestic needs
is still a surplus of 1.96x106m3/year.
PENDAHULUAN
Air telah menjadi kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia. Ketersediaan air
di muka bumi ini hanya sekitar 2.5% dari total volume air yang ada (UNESCO, 1978
276
Prosiding Seminar Nasional MIPA UNIPA IV tahun 2019
Manokwari, 8 Agustus 2019
dalam Kodoatie et al, 2008). Air tanah adalah air permukaan yang mengalami infiltrasi
di daerah isian sehingga terdapat di bawah permukaan bumi (Juanda et al 1999 dalam
Dani, 2012). Seiring laju pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi, maka kebutuhan
air pun semakin meningkat.
Perkembangan wilayah pada suatu daerah akan menyebabkan kebutuhan air terus
meningkat bersama dengan laju pertumbuhan penduduk. Pemenuhan kebutuhan pangan
dan aktivitas penduduk selalu erat kaitannya dengan kebutuhan akan air. Tuntutan
tersebut tidak dapat dihindari, tetapi haruslah diprediksi dan direncanakan pemanfaatan
sebaik mungkin. Kecenderungan yang sering terjadi adalah adanya ketidakseimbangan
antara ketersediaan dan kebutuhan air. Untuk mencapai keseimbangan antara kebutuhan
air dan ketersediaan air di masa mendatang, diperlukan upaya pengkajian komponen-
komponen kebutuhan air, serta efisiensi penggunaan air.
Komponen-komponen yang paling berpengaruh terhadap perhitungan neraca air
antara lain adalah komponen domestik (untuk rumah tangga) dan non domestik (untuk
ternak, pertanian, perairan). Berdasarkan peninjauan komponen di atas maka pada daerah
penelitian yang terus berkembang sebaiknya dilakukan suatu perencanaan yang tepat agar
kebutuhan air dapat terpenuhi.
Neraca air (water balance) merupakan neraca masukan dan keluaran air di suatu
tempat pada periode tertentu, sehingga dapat diketahui kelebihan jumlah air (surplus)
ataupun kekurangan air (defisit). Manfaat diketahuinya kondisi air surplus dan defisit
yaitu untuk mengantisipasi bencana yang kemungkinan terjadi, serta mendayagunakan
air sebaik-baiknya.
Salah satu aspek yang harus diketahui sebelum mengadakan analisis neraca air
di suatu daerah adalah melihat jumlah ketersediaan air. Ketersediaan air dalam
pengertian sumberdaya air adalah sumber yang berasal dari air hujan (atmosferik), air
permukaan, dan air tanah. Kecenderungan ketersedian air pada daerah penelitian ini
cukup baik, akan tetapi tidak terdistribusi secara merata karena kondisi geologi dan
topografi yang berupa batu gamping terumbu.
Daerah penelitian ini merupakan daerah yang berkembang, dimana terdapat
perkantoran dan juga perumahan penduduk yang mulai padat. Pengaruh peningkatan laju
pertumbuhan penduduk pada daerah ini memiliki masalah pemenuhan kebutuhan air yang
sampai saat ini belum terselesaikan.
277
Prosiding Seminar Nasional MIPA UNIPA IV tahun 2019
Manokwari, 8 Agustus 2019
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui neraca tahunan potensi sumber daya air
pada daerah penelitian menurut SNI 19-6728.1-2002 (Darmawan, 2002).
METODE PENELITIAN
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tampung berupa jerigen
dengan volume 5 liter, stop watch, GPS, alat tulis.Bahan yang digunakan yaitu: data
sensus penduduk yang diperoleh dari kantor Badan Pusat Statistik Manokwari (BPS)
dengan jumlah data 5 tahun (Januari 2011-Desember 2015), data curah hujan bulanan
Kabupaten Manokwari yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun
Meteorologi Rendani Kabupaten Manokwari dengan jumlah 10 tahun (Januari 2004-
Desember 2013) dan peta titik letak mata air di lereng Gunung Meja.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan
teknik observasi lapangan berdasarkan pengukuran debit mata air. Pengukuran ini
dilakukan secara langsung di lapangan pada titik- titik mata air yang berada pada Lereng
Gunung Meja. Data primer pengukuran debit mata air (Q) yang diperoleh dengan
persamaan:
𝑉 (1)
Q= 𝑡
dimana:
Q = Debit mata air (m3/s); t = Waktu pengukuran (s); V=Volume air pada bak penampung
(m3)
Pengukuran debit mata air ini diperoleh dengan menggunakan metode tampung
(Hardianti, 2015) dengan volume tampung 5 liter. Dari data curah hujan diperoleh nilai
intensitas hujan (I) dalam satuan mm/hari. Setelah nilai intensitas diketahui selanjutnya
dihitung nilai evapotranspirasi (Ea) dengan persamaan (Bengtson, 2010):
𝑃
𝐸𝑎 = 𝑃2
√0.9+( )
𝐸0
(2)
dimana :
278
Prosiding Seminar Nasional MIPA UNIPA IV tahun 2019
Manokwari, 8 Agustus 2019
Dari hasil presentase evapotranspirasi curah hujan tahunan rata-rata yang belum
diketahui akuifernya dapat dihitung dengan menggunakan rumus pada persamaan
(Bengtson, 2010):
RC = RF x A x RC(100%)
(4)
dimana:
RC = Imbuhan (m3/tahun); A=Luas area/tada (m2) dihitung dengan planimeter
RF = Curah hujan rata-rata tahunan di daerah tangkapan dihitung dengan metode isohyet
dan poligon thiessen;
RC(%) = Persentase imbuhan.
Untuk mencari imbuhan atau air yang tersimpan , dimana nilai (A) yaitu luas
daerah aliran sungai didapatkan dengan cara membuat grid pada peta tutupan lahan
kemudian dimasukkan ke dalam persamaan yaitu (jumlah grid (n) x luas grid), maka
diperoleh luas area/tadah (Clara, 2013).
Data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Manokwari
dan Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perkebunan, Kabupaten Manokwari dapat dihitung
dengan menggunakan rumus pada persamaan (Indra et al, 2012) :
279
Prosiding Seminar Nasional MIPA UNIPA IV tahun 2019
Manokwari, 8 Agustus 2019
Kawasan Gunung Meja berada pada ketinggian 16-210 m dpl dengan luas area
5.937.500 m2. Topografinya bervariasi dari datar hingga bergelombang ringan ke arah
Timur dan bergelombang berat dari Timur ke arah Barat. Puncak tertinggi yaitu puncak
Bonayberada pada ketinggian ± 210 meter dpl. Pada sisi bagian Selatan dan Utara
terdapat beberapa tempat yang bertebing karang terjal dan berlereng curam. Pada puncak
terdapat daerah yang memiliki relief kecil hampir datar menyerupai permukaan
mejasehingga secara fisiografi dinamakan Gunung Meja (Tafelberg). Fisiografi lahan
dengan tebing karang terjal dan berteras pada sisi sebelah Selatan ke Barat Laut kawasan
Gunung Meja merupakan wilayah penyebaran sumber mata air.
Suhu udara rata-rata yang didapat dari stasiun BMKG Rendani dalam selang
periode 18 tahun adalah 27,1oC yang berkisar antara 26,9-27,4oC. Suhu rata-rata
280
Prosiding Seminar Nasional MIPA UNIPA IV tahun 2019
Manokwari, 8 Agustus 2019
maksimum bulanan adalah 31,5oC dengan suhu terpanas pada bulan Oktober yaitu 32,1oC
dan terendah pada bulan Februari yaitu 31,0oC. Suhu rata-rata minimum bulanan adalah
23oC yang berkisar antara 23-23,7oC. Dengan menggunakan persamaan Mock, diperoleh
suhu udara rata-rata di kawasan Gunung Meja sebesar 26oC.
Curah hujan tahunan di kawasan Gunung Meja mencapai 2368 mm/tahun. Curah
hujan ini menjadi sumber potensi air yang berada pada Kawasan Gunung Meja.
Berdasarkan data pengamatan lapangan dan berdasarkan peta kontur daerah ini memiliki
ketinggian antara 16-210 m atau ≤210 m dpal, sehingga skor untuk altitud (ketinggian)
adalah 1 (A=1). Untuk pendiente (kemiringan), daerah ini memiliki kemiringan antara 3-
8% (P=9), Untuk litologia (litologi), daerah ini merupakan batugamping dengan sedikit
celah, sehingga memiliki skor litologi 6 (L=6). Untuk infiltraction preferencial (zona
infiltrasi), daerah ini memiliki skor 3 (I=3), dan jenis tanah adalah suelo (tanah), dimana
jenis tanah ini termasuk ordo Entisol dengan ketebalan antara 30–50 cm, sehingga
skornya 9(S=9). Berdasarkan skor tersebut, dengan menggunakan metode APLIS
prosentase imbuhan RC% daerah tersebut didapat sebesar 47,8% dan termasuk dalam
kategori sedang, artinya 47,8% dari air hujan yang turun di daerah ini akan meresap dan
menjadi air bawah tanah. Dengan Intensitas curah hujan daerah ini mencapai 2,368
m/tahun, maka imbuhan air tanah kawasan Gunung Meja mencapai 6.720.680 m3/tahun
seperti Tabel 1.
Tabel 1. Imbuhan air tanah
Gunung Meja Jumlah
Luas (m2) 5.937.500
Curah Hujan (mm/tahun) 2368
Imbuhan (%) 47,8%
Imbuhan (m3/tahun) 6.720.680
Banyaknya air yang berasal daricurah hujan pada seluruh kawasan Gunung Meja
ini mencapai 14.060.000 m3/tahun, sedangkan yang masuk dan terinfiiltrasi kedalam
tanah dan menjadi imbuhan mencapai 6.720.000 m3/tahun atau 47,8%. Curah hujan yang
terevaporasi melalui tumbuhan berkisar 5.004.145 m3/tahun atau 35.6%. Aliran
permukaan (run off)didapatkan sekitar 2.233.960 m3/tahun atau 16,6%.
281
Prosiding Seminar Nasional MIPA UNIPA IV tahun 2019
Manokwari, 8 Agustus 2019
Pada kawasan Gunung Meja ditemukan dua belas (12) titik mata air, yang mengalir
dari celah bebatuan. Hasil perhitungan debit mata air pada tiap titik mata air dilakukan
dengan metode tampung dengan volume 5 liter. Dari mata air tersebut diperoleh debit
total sebesar 0,0049 m3/s atau berkisar 154.526,4 m3/tahun (1,54x105m3/tahun). Debit
mata air ini merupakan potensi cadangan air tanah yang dapat dimanfaatkan secara
langsung oleh masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari.
Kabupaten Manokwari merupakan salah satu wilayah yang memiliki jumlah
penduduk yang lebih banyak dibandingkan dengan kabupaten lain di Provinsi Papua
Barat. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Manokwari (BPS)
pertumbuhan jumlah penduduk di Kabupaten Manokwari tiap tahunnya mencapai 2,8%
jiwa. Pada tahun 2017 untuk daerah sekitar lereng Gunung Meja jumlah penduduk
mencapai 51.254 jiwa, dan memanfaatkan air yang berasal dari Gunung Meja. Beracuan
pada SNI 19-6728.1-2002 baku kebutuhan air domestik penduduk kota adalah 120
liter/hari, sedangkan baku kebutuhan air domestik penduduk desa adalah 60 liter/hari,
secara keseluruhan total konsumsi air pada kebutuhan domestik pada tahun 2017
mencapai 2,10x106 m3/tahun.
Neraca air tahunan dapat dihitung berdasarkan klasifikasi beberapa data yang
ditunjukkan pada Tabel 2 – 5.
Tabel 2. Potensi ketersediaan air dari curah hujan terhadap luas area
Variabel Potensi (angka/satuan)
Curah hujan 2,368 m/tahun
Luas Area 5.937.500 m2/tahun
Total ketersedian air : 14.060.000m3/tahun
Defisit atau pengurangan air disebabkan evapotranspirasi, run off dan pemanfaatan
oleh manusia ditunjukkan pada Tabel 4-6.
282
Prosiding Seminar Nasional MIPA UNIPA IV tahun 2019
Manokwari, 8 Agustus 2019
Perhitungan neraca tahunan sumber daya air berdasarkan daerah tangkapan hujan
diperoleh sebagai berikut seperti pada Tabel 7.
Tabel 7. Neraca tahunan sumber daya air berdasarkan daerah tangkapan hujan
Variabel Perhitungan Jumlah (m3/tahun)
Total ketersediaan air 14.060.000
Total defisit air alami dan oleh manusia 8.872.964
Potensi ketersediaan air 5.187.036 m3/tahun
Dari hasil di atas potensi sumber daya air di Kawasan Gunung Meja berdasakan
daerah tangkapan hujan masih surplus 5.187.036 m3/tahun.
283
Prosiding Seminar Nasional MIPA UNIPA IV tahun 2019
Manokwari, 8 Agustus 2019
Neraca air berdasarkan kebutuhan domestik terhadap sumber daya air dari
kawasan Gunung Meja ditunjukkan pada Tabel 8.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Anang, F.M. 2010. Teori dan peraktik analisis neraca air untuk menunjang tugas
penyuluh pertanian di kalimantan tengah. http://kalteng.
litbang.pertanian.go.id/ind/images/data/neraca-air-bakorluh.pdf (5 Januari
2016)
284
Prosiding Seminar Nasional MIPA UNIPA IV tahun 2019
Manokwari, 8 Agustus 2019
Clara, F.P.B., 2013. Penentuan Debit Aliran Air Tanah Pada Area Kampus Universitas
Negri Papua Menggunakan Metode Analisa Jaring Aliran (FLOWNET).
Skripsi. Universitas Negri Papua. Manokwari
Darmawan, S.S. 2002. Penyusunan Neraca Sumber Daya Spasial. SNI 19-1728.1-2002.
http://www.darmawangsaputra.com/2014/11/sni19-67281-2002-
penyusunan-neraca.html (8 Januari 2016)
Hardianti. 2015. Mitigasi Bencana Banjir berdasarkan Analisis Tampung Maksimum dan
Debit Puncak di Aliran Sungai Wosi. Skripsi. Universitas Negeri Papua.
Manokwari.
Indra, K.S., Lily M.L., Periyantoro D. 2012. Analisis Ketersediaan dan Kebutuhan Air
pada DAS sampean. Fakultas Tekhnik Universitas Brawijaya. Malang.
Jurnalpengairan.ub.ac.id/index.php/jtp/article/viewFile/118/118 (8
Februari 2016)
Kodoatie, Robert J. dan Roestam Sjarief, 2008. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu.
Penerbit Andi. Yogyakarta.
285