Anda di halaman 1dari 5

Nama :Danu Anugrah Juniarto

NPM : G1B021020

MATKUL : HIDROLOGI

 JURNAL 1

Judul : Potential Hydrologi For Irrigation Location-Candidate Location Of Paddy Field In East
Barito District Of Central Kalimantan

Tahun : 2019

Author : Lola Cassiophea

This activity aims to find the feasibility of irrigation potential that will flow through the
paddy fields that have been in clean and clear condition in terms of the area, included in the
category of decent land for rice crops, and the existence of adequate water sources to flow the
rice fields.

Method : Metodologi berkaitan dengan tata cara perhitungan kebutuhan air untuk irigasi
meliputi perhitungan curah hujan stasiun hujan terdekat, debit andalan, iklim (kecepatan angin,
kelembaban udara,temperatur & penyinaran matahari) dan evapotranspirasi, serta kebutuhan
pengambilan air untuk tanaman.

Result : Dari hasil perhitungan yang penulis lakukan, diketahui besarnya total daerah yang dapat
dialiri oleh Sungai Barito adalah sebesar 352,6 Ha. Dengan demikian maka dapat dikatakan
daerah sawah yang penulis rencanakan dapat terairi dengan baik.

Conclusion : Dari pengumpulan serta pengolahan data yang dilakukan untuk merencanakan
daerah irigasi kecamatan , dapat diperoleh beberapa hal sebagai berikut.

1. Sistem irigasi yang direncanakan untuk daerah irigasi Katingan dan sekitarnya adalah sistem
irigasi gravitasi.

2. Jaringan irigasi yang digunakan adalah jaringan irigasi teknis.

3. Luas daerah irigasi yang dialiri adalah 352,6 Ha.

4. Petak sawah yang direncanakan adalah sebanyak 3 petak dengan luas masing-masing petak
antara 3,6 ha hingga 99,9 Ha.

5. Kebutuhan air setiap hektar sebelum disesuaikan dengan efisiensi tiap saluran direncanakan
sebesar 1.2 l/det/ha
6. Perlu bangunan irigasi seperti penangkap air, saluran primer, sekunder, tersier dan pintu air

 JURNAL 2

Judul : Groundwater Salinity Distribution in Sub-District Kedung, District Jepara

Tahun : 2016

Author : Ilham Arie Maulana dan Sudarmadji

The groundwater salinity in Kedung Sub-district, near the coastal area, is the result of the salt
water that comes Into the aquifers and the salt water seepage from the surface. The broad
groundwater salinity is because of the recent .Land condition that is resulted from the deposition
in the ocean.

Method :This study also uses some of the materials in the Preparation, , and also data analysis.
The materials Used in this phase were RBI, geological, and also Hydrogeological maps as the
basis in the description Of research area in general as well as consideration in Results analysis.
The materials used to develop results Were the population data, satellite images and the field
Measurements data. From the results of data processing, This research would be the material in
the analysis of the Problems.

Result: Reviewing from the hydrogeological condition, Kedung Sub-district has fresh, brackish,
until saline Groundwater. Kedung Sub-district has two geological Namely , alluvium and tuffa
muria as shown in Figure 2. The salinity of groundwater is assessed through Measuring of
salinity in wells and drilling in the coastal Area. The results of measurements of salinity then
were to Be processed to produce a map of groundwater salinity As shown in Figure 4. The
salinity of groundwater in Sub-district is not only from the result of intrusion, but Also from the
seepage of the rest tidal flood and by the Land formation due to the sedimentation in the sea.

Conclusion:

1. 48% of the groundwater is brackish and 14% is Saline in Kedung Community, which both are
on The sloping coastal area.

2.The required water volume needed to fulfill the Domestic water of the community which has a
high Salinity on the groundwater (brackish and saline) is 1.244.378 liters/day, equals to ¼ of the
total volume Of domestic water needs in Kedung Sub-district.

3.The majority of adaptation made by the community Is by changing the environmental


conditions Based on their desires, such as the selecting hose, Diversion making, embankment
making, and Realizing he coastal area as the salt ponds.

 JURNAL 3
Judul : Statistical Analysis in Rainfall Estimation Case Study in Upstream of Ciliwung

Tahun : 2016

Author : Wahyu Samsudin

Determining for distribution of rainfall is a very important part in determining the plans of
rainfall in a region. This study used daily rainfall data in 1992-2009 from three rainfall
stations,namely Gunung Mas, Citeko and Gadog. Thiessen polygon method is used to determine
the average rainfall region. The distribution of rainfall is determined by using statistical analysis
with Chi-Square test.

Methode : Alat yang digunakan dalam Penelitian ini adalah seperangkat Komputer, software
Arc GIS 10, ArcHydro, Dan software Minitab sebagai software Pengolahan dan analisis hasil.
Data yang Digunakan adalah data curah hujan harian Tahun 1992-2009 dari tiga stasiun curah
Hujan yaitu stasiun Gunung mas, Citeko Dan Gadog Pada pengukuran Dispersi tidak semua nilai
dari suatu Variabel hidrologi terletak atau sama Dengan nilai rata-ratanya akan tetapi
Kemungkinan ada nilai yang lebih besar Atau lebih kecil daripada nilai rata-ratanya.

Result :Pengujian kecocokan sebaran Digunakan untuk menguji kebenaran hipotesa Distribusi
frekuensi. Pengujian kebenaran Hipotesa ini menggunakan metode Chi-Kuadrat. Dalam
perhitung Chi-Kuadrat data Curah hujan dikelompokan menjadi beberapa Kelas. Intensitas yang
tinggi kemungkinan makin Jarang terjadi, sebagai contoh dari hasil Perhitungan dengan metode
Gumbel Kejadian hujan dengan intensitas 135 Mm/hari artinya hujan dengan intensitas 135
mm/hari kemungkinan terjadinya Hanya sekali dalam kurun waktu 100 Tahun

Conclusion: Hasil pengujian kecocokan sebaran Yang diperoleh dengan menggunakan Chi-
Kuadrat Diperoleh nilai Sebesar 6,50 sedangkan Tabel sebesar 7,185. Oleh karena itu maka
distribusi Gumbel Memenuhi syarat. Sehingga Pola distribusi Yang tepat untuk DAS Ciliwung
Hulu adalah Distribusi Gumbel. Besar curah hujan berdasarkan Distribusi Gumbel untuk periode
ulang 2, 5, 10, 25, 50, dan 100 tahun, berturut-turut Adalah 70,98 mm, 88,98 mm, 99,55 mm,
113,93 mm, 124,59 mm, dan 135,18 mm. Besarnya curah hujan DAS Ciliwung Hulu pada
periode ulang 2 adalah sebesar 70,98 mm. Dengan kata lain, dengan curah Hujan sebesar ini
maka akan menyebabkan Banjir yang lebih besar.

 JURNAL 4

Judul : Analysis of planned flood discharge using the Nakayasu synthetic unit hydrograph in
Keduang Sub Watershed

Tahun : 2022

Author : Esa Bagus


This study aims to analyze the planned flood dischargeIn the Keduang Sub Watershed with
several return periods. The study was conducted usingSecondary data analysis in 2007-2018.

Method : Penentuan hujan rancangan dilakukan Dengan cara statistik yaitu dengan analisis
Frekuensi. Analisis frekuensi dimaksudkan Untuk mencari hubungan antara besarnya Kejadian
ekstrim terhadap frekuensi Kejadian dengan menggunakan distribusi Probabilitas. Analisis
frekuensi dilakukan Dengan beberapa jenis sebaran, seperti Normal, Log-Normal, Log-Pearson
III, dan Gumbel. Data input yang diperlukan adalah Data curah hujan tahun 2007-2018 dari pos
Pengamatan yang tersedia di dalam dan di Sekitar Sub DAS Keduang.

Result : Pengelolaan pada lahan kritis terutama pada bagian hulu sangat diperlukan untuk
mitigasi bencana banjir. Pengelolaan secara mekanis maupun Vegetatif dapat dilakukan untuk
Meningkatkan resapan air di daerah tangkapan air Sub DAS Keduang. Penggunaan HSS
Nakayasu untuk analisis Debit rancangan dapat digunakan sebagai Dasar mitigasi bencana banjir
karena Mampu menggambarkan kejadian saat Hujan, puncak banjir dan durasi banjir yang
Terjadi hingga debit surut kembali.

Conclusion: Debit banjir hasil analisis HSS Nakayasu Tertinggi terjadi pada periode ulang 1000
Tahun sebesar 2.661,64 m3/detik. Puncak Debit banjir dicapai dalam waktu 3,66 jam. Data curah
hujan yang dipakai setelah uji Chi Square dan uji Kolmogorov Smirnov Adalah data distribusi
curah hujan normal.

 JURNAL 5

Judul : The Dynamics of Land Use Change in The Cirasea Sub-Watershed (Citarum Hulu
Watershed)

Tahun : 2022

Author : Davikk
The Cirasea sub-watershed is one of the sub-watersheds that has an important role in the
Management of the Upper Citarum watershed. The decline in land use has an impact on the
Hydrological system of the watershed, which is caused by changes in land use. The land-use
Change is determined by analyzing the results of the classification using the Maximum
Likelihood Classification (MLC) algorithm in QGIS software.

Method : Proses Klasifikasi citra landsat dilakukan di Software Qgis yang meliputi beberapa
Tahapan. Tahapan tersebut yaitu Preprocessing dan Processing (Congedo, 2021). Tahap
preprocessing yang dilakukan Meliputi koreksi geometrik dan koreksi Atmosfer. Koreksi
geometrik merupakan Perbaikan posisi citra sehingga sesuai Dengan posisi sebenarnya pada
permukaan Bumi.

Result : Proses klasifikasi citra landsat Menggunakan metode MLC diperlukan Kemampuan dan
pemahaman dalam Menganalisis secara visual. Pemilihan warna sesuai tabel diatas Dapat
menentukan klasifikasi penggunaan Lahan secara keseluruhan pada wilayah Sub DAS Cirasea.
Penggunaan algoritma MLC Dalam klasifikasi diharuskan membuat Trainning sampel sebanyak
mungkin agar Peluang terklasifikasi penggunaan lahan Sesuai dengan kondisi citra.

Conclusion: Berdasarkan hasil dan pembahasan Dapat disimpulkan bahwa penggunaan Lahan
yang terjadi di Sub DAS Cirasea Selama periode 2009 sampai 2019 telah Mengalami perubahan.
Hasil uji akurasi Klasifikasi penggunaan lahan berdasarkan Indeks kappa pada Sub DAS Cirasea
Mencapai 85,15% atau hampir sempurna. Dinamika perubahan penggunaan lahan Yang terjadi
mencangkup penurunan Maupun peningkatan luas penggunaan Lahan.

Anda mungkin juga menyukai