Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol.2 No.1 (2022) p.

549-560
© Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

JTRESDA
Journal homepage: https://jtresda.ub.ac.id/

Studi Optimasi Pemanfaatan Air Irigasi Pada


Daerah Irigasi Kedungrejo Kabupaten
Madiun Menggunakan Program Linier
Danang Nur Rahman1*, RiniiWahyu Sayekti1, M Janu Ismoyo1
1
Jurusan TeknikkPengairan, FakultasaTeknik, UniversitassBrawijaya,
Jalan Mt Haryono No 167, Malang, INDONESIA

*Email: danangnr13@gmial.com

Abstract: Kedungrejo’s Irrigated Area is an irrigation area experiencing


water deficit. This study discusses the optimization of water utilization.
Optimization analysis using linear programming method with the help of a
solver. The objective function of this optimization is cropping intensity and
maximum profit, with the constraint function of land area and available
discharge. In addition to the existing cropping pattern, four alternative
cropping patterns are planned. From the mainstay discharge analysis, 80%
mainstay discharge was chosen because 80% mainstay discharge
approached/represented the existing discharge in the Kedungrejo Irrigation
Area for the last 10 years. From the results of optimization with the solver,
then for the 80% mainstay discharge condition, alternative cropping pattern
4 was chosen with a cropping intensity for one year of 230.52% and a profit
of Rp. 70.231.727.974,-. MT 1 Profit of 42.145.035.660,-. MT 2 Profit of
22.020.742.374,-. MT 3: Profit of 6.065.949.040,-. The planting intensity
for MT 1 and MT 2 is 100% while for MT 3 it is 30.52%.

Keywords: Agriculture Profit , Irrigation, Optimization, Water balance

Abstrak: Daerah Irigasi Kedungrejo merupakan suatu kawasan yang


termasuk dalam daerah irigasi, berada di Desa Wonoayu, Kecamatan
Pilangkenceng, Kabupaten Madiun, Jawa Timur yang sering mengalami
defisit air. Penelitian ini mengkaji tentang optimalisasi dalam
memanfaatkan air guna kebutuhan irigasi di wilayah Irigasi Kedungrejo.
Peneliti menggunakan metode program linier dengan bantuan solver dalam
menganalisis optimasi pemanfaatan air. Fungsi tujuan optimasi ini adalah
intensitas tanam dan keuntungan maksimum, dengan fungsi kendala luas
lahan dan debit tersedia. Selain pola tanam eksisting, terdapat empat
rencana alternatif dalam pola tanamnya. Dari analisis debit andalan yang
telah dilakukan, penulis memilih debit andalan 80% karena nilai presentase
dari debit tersebut mampu mendekati/mewakili debit yang terdapat pada
Daerah Irigasi Kedungrejo dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.
Berdasarkan hasil optimasi dengan solver, peneliti mendapatkan hasil
bahwa untuk kondisi debit andalan 80% sesuai dengan pola tanam

*Penulis korespendensi: danangnr13@gmail.com


Rahman, D.N. et al Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol.2 No.1 (2022) p. 549-560

alternatif 4, dimana penulis mendapatkan hasil intensitas tanam selama


kurun waktu satu tahun sebesar 230,52 % dan mendapatkan laba dari
produksi pertanian sebesar Rp. 70.231.727.974 . MT 1 Keuntungan
sebesar Rp. 42.145.036.560,- MT 2 Keuntungan sebesar Rp.
22.020.742.374,- MT 3 : Keuntungan sebesar Rp. 6.065.949.040,-. Untuk
Intensitas tanam MT 1 dan MT 2 sebesar 100% sedangkan untuk MT 3
sebesar 30,52%.

Kata Kunci:Irigasi,Keuntungan hasil pertanian, Neraca air, Optimasi,

1. Pendahuluan
Penggunaan sumber daya air untuk memenuhi kebutuhan irigasi semakin lama
semakin meningkat. Peningkatan tersebut disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang
pesat sehingga kebutuhan dari hasil produksi pertanian meningkat. Hal tersebut justru
berbanding terbalik dengan semakin sempitnya lahan yang tersedia dan ketersedian air
yang tetap. [1]
Daerah Irigasi Kedungrejo ini memanfaatkan air dari sungai Jati yang di ambil melalui
bendung Kedungrejo, daerah Irigasi Kedungrejo dengan luas baku 1538 Ha ini mempunyai
penggunaan air irigasi yang berbeda-beda disetiap zonanya.

Gambar 1: Debit Andalan dan Kebutuhan Air Irigasi di Kedungrejo


Gambar 1, diperoleh data pada Periode I bulan Mei hingga periode II bulan November
terjadi defisit antara debit sungai yang tersedia dan kebutuhan air irigasi dengan
menggunakan keandalan 80%.
Berdasarkan kondisi tersebut, perlu dilakukan pengoptimalan lahan pertanian berupa
pengoptimalan luas lahan, pengoptimalan pola tata tanam, serta pengoptimalan pola
pemberian air sehingga dapat dihasilkan keuntungan yang maksimal. Salah satu metode
untuk mengkaji studi ini adalah dengan metode optimasi.

550
Rahman, D.N. et al Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol.2 No.1 (2022) p. 549-560

Perhitungan studi ini diselesaikan menggunakan metode Program Linier. Metode


Program Linier sangat membantu dalam optimalisasi distribusi pemanfaatan sumber daya
air serta dapat memberikan keuntungan maksimal dari hasil produksi pertanian [2].

2. Metode dan Bahan


2.1 Bahan
Penelitiannini dilakukan di Daerah Irigasi Kedungrejo, Daerah Irigasi Kedungrejo
merupakan DI lintas, secara administratif daerah Irigasi Kedungrejo mencakup kecamatan
Balerejo, kecamatan Pilangkenceng kabupaten Madiun dan kecematan Kwadungan
kabupaten Ngawi. DI Kedungrejo mendapatkan air guna keperluan irigasi dari Daerah
Aliran Sungai Kedungrejo melalui aliran air yang diambil dari Bendung Kedungrejo pada
bagian intake kanan yang air pusatnya dari Sungai Jati. DI Kedungrejo berada dalam zona
kerja UPT Pengelolahan SDA Madiun dan dinas PU SDA Jawa timur. DI Kedungrejo
memiliki luas 1.538 ha.

Peneliti menggunakan data sekunder pada penelitian ini, diantaranya adalah :


• Data Hujan dan Data Debit Sungai dalam kurun waktu 10 tahun, yang diambil pada
tahun 2010-2019.
• Data Jenis Tanah yang akan dipakai untuk mencari nilai WLR (Pergantian Lapisan
Air) dan data perkolasiiwilayah irigasi guna menghitung volume air irigasi yang
dibutuhkan.
• Abalisis Data Klimatologi selama kurun waktu 10 tahun berupa kelembapan udara,
data kecepatan angin rerata bulanan, suhu rata–rata bulanan,dan data penyinaran
matahari. Selanjutnya data tersebut digunakan untuk mencari nilai
evapotranspirasipotensial di daerah tersebut
• Data Pola Tanam berfungsi untuk melihat waktu tanam di setiap periode dan
tanaman apa saja yang akan di tanami di Daerah Irigasi tersebut.
• Data Usaha Tani yang berupa hasil produksi pertanian sekitar seperti (harga produk,
produktivitas, biaya produksi dan keuntungan bersih) yang berfungsi untuk
menganalisa optimasi dengan program linier.
• SkemaaJaringan Irigasi buat mendapatkan besaran luas lahan pertanian yang akan
dialirii.
Penelitian ini memekai aplikasi berupa software Microsof Excel yang berfungsi untuk
menghitung program optimasi linier. Gambar 2, merupakan skema jaringan irigasi DI
Kedungrejo yang diperoleh dari UPT kabupaten Madiun. Gambar 3, merupakan skema
jaringan irigasi DI Kedungrejo lanjutan dari gambar 2 yang diperoleh dari UPT kabupaten
Madiun.

551
Rahman, D.N. et al Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol.2 No.1 (2022) p. 549-560

Gambar 2: Skema Daerah Irigasi Kedungrejo

Gambar 3: Skema Daerah Irigasi Kedungrejo

552
Rahman, D.N. et al Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol.2 No.1 (2022) p. 549-560

2.2 Metode
Penelitian ini menggunakan sistematika pengolahan data berdasar pada tahapan
sebagai berikut :
1. Pengolahan data debit Sungai Bendung Kedungrejo untuk mendapatkan informasi air
yang tersedia pada Daerah Irigasi Kedungrejo dengan debit andalan 80%. Anaslisis
data debit andalan menggunakan Metode dasar bulan perencanaan (Basic Month).
Metode dasar bulan perencanaan (Basic Month) sering digunakan untuk
merencanakan atau mengelola irigasi [3].
2. Penelitian ini menggunakan data debit Dam Kedungrejo selama kurun waktu 10 tahun,
diambil dari tahun 2010 hingga tahun 2019.
3. Menggunakan rumus modifikasi Penman dari pengolahan data klimatologi untuk
menghitung evapotranpirasi. Dan menggunakan metode sesuai dengan pedoman KP
untuk mengolah data klimatologi yang berhubungan dengan penyiapan lahan [4].
4. Pengolahan data curah hujan di daerah Irigasi Kedungrejo
a. Uji konsisten data Hujan
Menganalisis keakuratan data hujan pada setiap stasiun hujan dan
menghubungkannya melalui pengujian konsistensi data dengan menggunakan
metode kurva masa ganda dan menggunakan analisa korelasi untuk mengetahui
derajat hubungan (derajat keterkaitan) sehingga dapat. membuat hubungan dari
setiap variable menjadi jelas [5].
b. Menghitung curah hujan daerah pada wilayah Irigasi Kedungrejo melalui metode
aritmatika.
c. Menghitung hujan efektif, hasil yang diperoleh dari perhitungan hujan andalan
metode (basic month) akan digunakan untuk menghitung besar dari hujan efektif.
5. Menghitung besar air yang dibutuhkan tanaman.
6. Perhitungan besarnya air guna kebutuhan irigasi.
7. Perhitungan neraca air guna mengetahui apakah debit tersedia cukup untuk digunakan.
8. Perhitungan optimasi
a. Menentukan variabel putusan
b. Menentukan variabel tujuan
c. Menentukan variabel kendala
d. Perhitungan optimasi menggunakan solver.
Terdapat beberapa tahap dalam menggunakan fasilitas solver, antara lain [6].:
- Menentukan besaran nilai target dan tujuan untuk kedepannya
- Selanjutnya menentukan besaran nilai kendala
- Kemudian dilanjut dengan membuka halaman program perangkat lunak Ms.Excel
- Selanjutnya membuat lembar kerja pada Microsof Excel
- Memilih range yang diperlukan
- Kemudian pilih insert, name, create
- Menandai cek left coloumn, tekan ok.
- Memberikan nilai sementara sebagai hipotesis pada Nilai X1, X2, …,Xn.
- Menulis rumus tujuan dan kendala.
- Kemudian pilih ikon tool, solver, Mengisi range target.
- Pilih teks by changing cells, tekan pada range yang akan dirubah.
- Memilih add untuk memasukkan nilai kendala, kotak dialog akan muncul selanjutnya
diakhiri dengan tekan ok.
- Pilih solver.

553
Rahman, D.N. et al Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol.2 No.1 (2022) p. 549-560

- Setelah melakukan perhitungan awal, Microsoft Excel akan mencantumkan dialog


Solver result dengan memberikan informasi tentang solusi yang ditemukan.
- tekan ok, selesai (nilai tujuan dan nilai pada X1, X2 akan menyesuaikan)

3. Hasil dan Pembahasan


3.1. Debit Andalan
Pada penelitian ini, data debit sungai yang diperoleh dari UPTD Pilang Kenceng akan
digunakan untuk perhitungan debit andalan. Data yang digunakan adalah data dalam kurun
waktu 10 tahun yang berawal dari tahun 2010 hingga 2019. Besar debit andalan yang
menggunakan Q80 untuk MT I mempunyai nilai rerata sebesar 1.759,55 lt/dt. MT II
memiliki nilai rerata 1.244,67 lt/dt. Dan MT III memiliki nilai rerata 90,667 lt/dt.
3.2 Menghitung Evaporasipotensial
Penelitian ini menggunakan penghitungan Evaporasipotensial dengan metode
modifikasi Penmaan yang telah mendapatkan penetapan oleh Standar Kriteria Perencanaan
Irigasi (KP-01). Metode ini dianggap paling efektif karena memiliki batasan yang
kompleks daripada yang lainnya. Terdapat beberapa data klimatologi yang dibutuhkan
dalam perhitungan evaporasi potensial seperti, kecepatan angin, kelembapan udara,dan
lama penyinaran matahari [7].
Data yang digunakan adalah data klimatologi dalam kurun waktu 10 tahun, 2010-2019.
Data tersebut diambil dari Stasiun Klimatologi Sawahan Kabupaten Nganjuk. Berdasarkan
hasil perhitungan yang telah didapatkan peneliti, nilai evaporasi potensial terbesar terdapat
pada bulan Oktober yaitu 3,57 mm/hr dan nilai paling terdapat pada bulan Mei 2,62 mm/hr.
3.3 Analisa Curah Hujan
3.3.1 Uji Konsisten Data
Peneliti melakukan uji konsisten data untuk mendapatkan data hujan di setiap pos hujan
sebelum menggunakan data curah hujan, [8]. Uji Konsisten data menggunakan metode
Kurva Massa ganda pada curah hujan di 3 stasiun di DAS Kedungrejo menghasilkan data
yang konsisten sehingga layak digunakan pada proses analisa berikutnya.
Tabel 1: Uji Kurva Massa Ganda

Curah Hujan Tahunan Per Stasiun


Tahun
Kedungrejo Kuwu Sogo
2019 1640 1395 1465
2018 3544 3174 3046
2017 5649 4972 4733
2016 8785 7843 7641
2015 10633 9513 9247
2014 12524 11393 10992
2013 15068 13785 13301
2012 16299 14827 14256
2011 17977 16333 16106
2010 20617 18822 19546
Keterangan Konsisten Konsisten Konsisten
Tabel 1, merupakan rekapan data curah hujan tahunan pada 3 stasiun hujan yang
berpengaruh di DI Kedungrejo dari tahun 2010 hingga 2019

554
Rahman, D.N. et al Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol.2 No.1 (2022) p. 549-560

3.3.2 Menghitung Curah Hujan Efektif


Curah hujan efektifi ialah hujan yang membentuk arus di permukaan tanah. Dari segi
irigasi, hujannefektif ialah hujan yang airnya masuk ke dalam tanah guna mempenuhi
kebutuhan air bagi tanaman [9]. Dasar perhitungan untuk menentukan hujan efektif adalah
curah hujan rata-rata regional yang diperoleh dengan metode aritmatik dari perhitungan
curah hujan rata-rata regional dari 3 stasiun hujan [10]. Setelah dianalisis nantinya
didapatkan curah hujan andalan 80% dan kemudian dilanjutkan dengan menghitung curah
hujan efektif yang akan diberikan pada tanaman padi,itebu, dan palawija.
Tabel 2: Curah Hujan Efektif untuk Tanaman Padi Tebu dan Palawija

R80 Reff (mm/hari)


BULAN
Mm Padi Palawija Tebu
Jan I 30,00 2,10 1,50 1,80
II 73,00 5,11 1,50 4,38
III 35,67 2,50 1,50 2,14
Feb I 77,00 5,39 2,40 4,62
II 61,33 4,29 2,40 3,68
III 79,33 5,55 2,40 4,76
Mar I 80,33 5,62 1,92 4,82
II 59,67 4,18 1,92 3,58
III 44,67 3,13 1,92 2,68
Aprl I 59,67 4,18 1,43 3,58
II 53,33 3,73 1,43 3,20
III 17,33 1,21 1,43 1,04
Mei I 3,33 0,23 0,11 0,20
II 4,33 0,30 0,11 0,26
III 2,00 0,14 0,11 0,12
Juni I 0,00 0,00 0,00 0,00
II 0,00 0,00 0,00 0,00
III 0,00 0,00 0,00 0,00
Juli I 0,00 0,00 0,00 0,00
II 0,00 0,00 0,00 0,00
III 0,00 0,00 0,00 0,00
Agst I 0,00 0,00 0,00 0,00
II 0,00 0,00 0,00 0,00
III 0,00 0,00 0,00 0,00
Sept I 0,00 0,00 0,00 0,00
II 0,00 0,00 0,00 0,00
III 0,00 0,00 0,00 0,00
Okt I 0,00 0,00 0,07 0,00
II 0,00 0,00 0,07 0,00
III 5,33 0,37 0,07 0,32
Nov I 14,67 1,03 0,99 0,88
II 16,00 1,12 0,99 0,96
III 28,33 1,98 0,99 1,70
Des I 58,33 4,08 1,89 3,50
II 83,00 5,81 1,89 4,98
III 45,33 3,17 1,89 2,72

Tabel 2, merupakan rekapitulasi hasil hitungan curah hujan efektif untuk tanaman Padi,
Palawija, dan tebu. Menggunakan periode 10 harian selama 3 kali musim tanam.

555
Rahman, D.N. et al Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol.2 No.1 (2022) p. 549-560

3.4 Pola Tata Tanam


Dalam penelitian ini pola tata tanam menjadi faktor penting pada program optimasi.
Terdapat 5 pola tata tanam pada penelitian ini, diantaranya terdapat sebuah pola tanam
eksisting dan 4 pola tanam alternatif.
1. Pola Tanam Eksisting
Pola tanam eksisting diperoleh dari pola tanam yang terdapat pada kondisi kenyataan
di lapangan daerah irigasi kedungrejo, dengan musim tanam 1 yang mulai dari periode
II bulan November, pola tanam eksisting meliputi padi–tebu, padi–tebu, padi– tebu–
Jagung.
2. Pola Tanam Alternatif 1
Pola tanam alternatif 1 dibuat dari berbagai pertimbangan yang sesuai dengan
permasalahan yang terjadi. Pola tanam alternatif 1 memiliki pola tanaman sebagai
berikut padi–tebu–Jagung, padi– tebu–Jagung, padi–tebu–Jagung. Masa tanam Jagung
pada alternatif sekitar 1 90 hari.
3. Pola Tanam Alternatif 2
Pola tanam alternatif 2 dirancang hampir sama dengan alternetatif 1 tetapi pada musim
tanam I hanya padi dan tebu saja tidak menggunakan palawija. Hal tersebut terjadi
karena pada musim 1 terjadi kelebihan air dan dengan situasi tersebut di maksimalkan
untuk tanaman padi sehingga di harapkan dapat keuntungan yang maksimal. Untuk
musim tanam II yaitu padi–Jagung–tebu, padi–Jagung–tebu.
4. Pola Tanam Alternatif 3
Pola tanam alternatif 3 direncanakan perubahan waktu awal musim tanam yang pada
awalnya periode II bulan November menjadi periode II bulan Desember dengan
menggunakan ketentuan yang sama seperti pada pola tanam alternatif 2.
5. Pola Tata Tanam Alternatif 4
Pola tanam alternatif 4 didapat dengan membuat bulan November periode II menjadi
bulan awal musim tanam. Pada musim tanam ke III tidak menanam padi, karena dengan
keterserdiaan air yang sedikit, sehingga fokus untuk tanaman palawija dan tebu saja.
3.5 Fungsi Tujuan Model Matematika Program Linear
Pada studi ini fungsi tujuan memiliki persamaan :
Z = A.X1a +B.X1b + C.X2c Pers. 1
Dimana :
• Z = Hal yang akan dicapai berupa keuntungan maksimum (Rp).
• A = Pendapatan produksi tanaman padi setiap satu musim tanam.
• B = Pendapatan produksi tanaman jagung setiap satu musim tanam.
• C = Pendapatan produksi tanaman tebu setiap satu musim tanam.

3.6 Fungsi Kendala Model Matematika Program Linear


Pada studi ini fungsi kendala adalah luas tanam total, volume andalan ketersediaan air,
dan luas tanam tebu. Persamaan fungsi kendala ialah :
1) Luas Tanam Total :
X1a+X1b ≤ Xt Pers. 2

556
Rahman, D.N. et al Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol.2 No.1 (2022) p. 549-560

X2a+X2b+X2c ≤ Xt Pers. 3
X3b+X3c ≤ Xt Pers. 4
Dimana :
Xt= luas total baku sawah
X1a = Luas padi di MT I (Ha).
X1b = Luas padi di MT II (Ha).
X2a = Luas tebu di MT I (Ha).
X2b = Luas tebu di MT II (Ha).
X2c = Luas tebu di MT III (Ha).
X3b = Luas jagung di MT I (Ha).
X3c = Luasjagung di MT I (Ha).

2) Volume Ketersediaan Air


Vp1.X1a + Vt1.X1b+ Vj1.X1c ≤ Vs1 Pers. 5
Vp2.X2a + Vt2.X2b+ Vj2.X2c ≤ Vs2 Pers. 6
Vp3.X3a + Vt3.X3b+ Vj3.X3c ≤ Vs3 Pers. 7
Dimana :
Vs1: Volume ketersediaan air periode awal musim tanam I.
Vs2 :Volume ketersediaan air periode awal musim tanam II.
Vs3 :Volume ketersediaan air periode awal musim tanam III.
Vp1: Kebutuhan air irigasi padi periode awal musim tanam I.
Vp2: Kebutuhan irigasi padi periode awal musim tanam II.
Vp3 :Kebutuhan irigasi padi periode awal musim tanam III.
Vt1 : Kebutuhan irigasi tebu periode awal musim tanam I.
Vt2 : Kebutuhan irigasi tebu periode awal musim tanam II.
Vt3: Kebutuhan irigasi tebu periode awal musim tanam III.
Vj1 : Kebutuhan irigasi Jagung periode awal musim tanam I.
Vj2 : Kebutuhan irigasi Jagung periode awal musim tanam II.
Vj3 : Kebutuhan irigasi Jagung periode awal musim tanam III.

3) Luas lahan Tebu :


X1b ≤ Xtm Pers. 8
X2b ≤ Xtm Pers. 9
X3b ≤ Xtm Pers. 10
ketentuan nilai X1b ,X2b, dan X3b adalah sama
Dimana :
Xtm = Luassmaksimum tebu untuk satu musim tanam 24 Ha.
X1c = Luasstebu saat MT I (Ha).
X2c = Luasstebu saat MT II (Ha).
X3c = Luasstebu saat MT III (Ha).
3.7 Hasil Neraca air Setelah di Optimasi
Pada neraca air, akan menganalisa hasil optimasi pada pola tata tanam eksisting serta
4 pola tanam alternatif untuk mengetahui luas lahan optimal di masing-masing tanaman

557
Rahman, D.N. et al Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol.2 No.1 (2022) p. 549-560

untuk setiap musim tanam. Berikut ini merupakan tabel 3, yang akan menjelaskan tentang
necara air seperti yang telah dibahas sebelumnya.
Tabel 3: Hasil Neraca Air Eksisting Sesudah Optimasi
Ketersediaan Air KEBUTUHAN AIR
LEBIH (+)
Bulan Periode 80% IRIGASI Keterangan
(m3/dt) (m3/dt) KURANG (-)
NOVv II 0,000 0,000 0,000 Terpenuhi
III 0,000 0,000 0,000 Terpenuhi
I 0,210 0,000 0,210 Terpenuhi
DESs II 0,944 0,011 0,933 Terpenuhi
III 1,173 0,793 0,380 Terpenuhi
I 0,428 0,117 0,311 Terpenuhi
JANn II 3,322 0,414 2,908 Terpenuhi
III 1,088 0,935 0,153 Terpenuhi
I 3,648 0,000 3,648 Terpenuhi
FEBb II 3,093 0,078 3,015 Terpenuhi
III 3,309 0,468 2,841 Terpenuhi
I 3,900 1,397 2,503 Terpenuhi
MARr II 3,031 0,130 2,901 Terpenuhi
III 2,652 0,102 2,550 Terpenuhi
I 3,994 0,036 3,958 Terpenuhi
APRL II 2,653 0,028 2,625 Terpenuhi
III 0,405 0,090 0,315 Terpenuhi
I 0,390 0,117 0,273 Terpenuhi
MEIi II 0,474 0,121 0,353 Terpenuhi
III 0,324 0,114 0,210 Terpenuhi
I 0,312 0,089 0,223 Terpenuhi
JUNI II 0,283 0,093 0,190 Terpenuhi
III 0,209 0,144 0,065 Terpenuhi
I 0,209 0,209 0,000 Terpenuhi
JULI II 0,164 0,103 0,061 Terpenuhi
III 0,084 0,084 0,000 Terpenuhi
I 0,084 0,070 0,014 Terpenuhi
AGST II 0,084 0,065 0,019 Terpenuhi
III 0,084 0,071 0,013 Terpenuhi
I 0,084 0,081 0,003 Terpenuhi
SEPT II 0,084 0,084 0,000 Terpenuhi
III 0,084 0,079 0,005 Terpenuhi
I 0,084 0,063 0,021 Terpenuhi
OKT II 0,084 0,062 0,022 Terpenuhi
III 0,084 0,077 0,007 Terpenuhi
NOV I 0,084 0,002 0,082 Terpenuhi
JUMLAH PERIODE TERPENUHII 36
PROSENTASE TERPENUHI 1 TAHUN (%) 100

Tabel 3, menjelaskan kondisi neraca air PTT Eksisting antara debit 80% dan kebutuhan
air DI Kedungrejo setelah dilakukan optimasi.
3.8 Intensitas Tanaman
Besar Intensitas Tanaman sebelum optimasi dan sesudah optimasi bervariasi. Nilai
intensitas tanam disebut dengan persentase. Luas areal tiap tanaman dalam satu musim
tanam mempengaruhi nilai intensitas tanaman. Semakin luas areal yang bisa ditanam,
semakin maka akan bertambah angka intensitas tanamnya[6].

558
Rahman, D.N. et al Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol.2 No.1 (2022) p. 549-560

Tabel 4: Hasil Intensitas Tanaman

Musim Total Luas Intensitas Total


PTT
Tanam (Ha) (%) (%)
MT I 1538,000 100,000
Eksisting MT II 109,377 7,112 113,837
MT III 103,434 6,725
MT I 1538,000 100,000
Alternatif 4 MT II 1538,000 100,000 230,520
MT III 469,396 30,520
MT I 1538,000 100,000
Alternatif 2 MT II 724,366 47,098 153,026
MT III 91,174 5,928
MT I 1538,000 100,000
Alternatif 1 MT II 744,561 48,411 154,339
MT III 91,174 5,928
MT I 1538,000 100,000
Alternatif 3 MT II 474,009 30,820 137,768
MT III 106,863 6,948

Tabel 4, merupakan hasil rekapitulasi intensitas tanaman dan total luas lahan yang
terpakai untuk PTT Eksisting dan 4 alternatif PTT lainnya.
3.9 Keuntungan Hasil Pertanian
Besaran Keuntungan yang didapatkan dari hasil pertanian dihitung dalam mata uang
rupiah, kemudian didata dengan tabel 5yang berurutan dari existing dan selanjutnya
disesuaikan besarannya dari terbesar hingga yang terkecil.
Tabel 5: Hasil Keuntungan Tiap Alternatif Tanam

Musim Total Luas Keuntungan


PTT
Tanam (Ha) (Rp)
MT I 1538,00
Eksisting MT II 109,38 48.075.936.378
MT III 103,43
MT I 1538,00
Alternatif 4 MT II 1538,00 70.231.727.974
MT III 469,40
MT I 1538,00
Alternatif 2 MT II 724,37 54.072.928.410
MT III 91,17
MT I 1538,00
Alternatif 1 MT II 91,77 53.342.358.530
MT III 91,17
MT I 1538,00
Alternatif 3 MT II 474,01 28.958.840.105
MT III 106,86

Tabel 5, menjelaskan hasil total luas lahan terpakai dan keuntungan yang didapatkan
setelah optimasi untuk PTT Eksisting dan 4 PTT alternative lainnya.

559
Rahman, D.N. et al Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol.2 No.1 (2022) p. 549-560

4. Kesimpulan
Pada penelitian ini dipaparkan 5 macam pola tanam dengan rincian sebuah pola tanam
eksisting dan 4 pola tanam alternatif. Apabila Q kebutuhan dengan Q andalan 80% di
hubungkan, pada pola tanam alternatif 1 saat belum di optimasi didapat, total periode yang
terpenuhi sebesar 47,2%. Pola tanam alternatif 2 sebesar 47,2%. Pola tanam alternatif 3
total periode yang terpenuhi sebesar 33,3%. Dan pola tanam alternatif 4 total periode yang
terpenuhisebesar 52,77%.
Setelah dilakukan optimasi peneliti memilih pola tanam alternatif 4, karena pola
tanam alternatif 4 memberikan keuntungan dan intensitas tanam yang paling tinggi diantara
4 pola tata tanam yang lain dan pola tata tanam ini efektif untuk digunakan pada Daerah
irigasi Kedungrejo yang memiliki debit ketersedian yagn kecil. Pola tanam alternative 4
keuntungan sebesar Rp. 70.231.727.974,-dari debit andalan 80% dan intensitas tanaman
sebesar 230,52%.Dengan rincian per musim tanam adalah sebagai berikut :
- Musim tanam 1 : Keuntungan sebesar Rp. 42.145.036560,- . Dan Intensitas tanam
sebesar 100%
- Musim tanam 2 : Keuntungan sebesar Rp. 22.020.742.374- . Dan Intensitas tanam
sebesar 100%
- Musim tanam 3 : Keuntungan sebesar Rp. 6.065.949.040,-. Dan Intensitas tanam
sebesar 30,52%

Daftar Pustaka

[1] Wirosoedarmo, Dasar-Dasar Irigasi pertanian. Malang : Universitas Brawijaya


R, 1985

[2] Soetopo W, Model-Model Simulasi Stokastik untuk Sistem Sumber Daya


Air. Malang : Citra Malang, 2012
[3] LM. Limantara, Hidrologi Praktis. Bandung: Lubuk Agung, 2010
[4] Ditjen Sumber Daya Air, Kriteria Perencanaan Irigasi 01. Jakarta : Ditjen
sumber Daya Air, 1986
[5] LM. Limantara, dan W. Soetopo, Manajemen Sumber Daya Air. Bandung :
Lubuk Agung, 2010
[6] R. Fajrianto, “Optimasi Distribusi Pemanfaatan Air di Daerah Irigiasi
Paksi Menggunakan Program Linier,” Malang : Universitas Brawijaya.
Water Resources. jan 2016
[7] Suhardjono, Kebutuhan Air Tanaman. Malang : Institut Teknologi
Nasional, 1992.
[8] CD. Soemarto, Hidrologi Teknik. Surabaya : Usaha Nasional, 1987
[9] Dirjen SDA, Kriteria Perencanaan Jaringan Irigasi (KP - 01). Jakarta:
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. Kementrian PUPR, 2013
[10] S. Sosrodarsono, Bendungan Type Urugan. Jakarta : PT Pradnya Paramita,
1976

560

Anda mungkin juga menyukai