SKRIPSI
TEKNIK PENGAIRAN KONSENTRASI PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA AIR
HERU TRIWIDIANTO
NIM. 185060400111004
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2022
UNDANG – UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 20 TAHUN 2003
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
Pasal 25 Ayat 3 :
Pasal 70 :
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu.
Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar”
Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan peranan sektor pertanian yang
sangat penting. Pertanian yang baik membutuhkan ketersediaan air yang cukup melalui
irigasi. Dengan kondisi Indonesia yang memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan
musim hujan membuat ketersediaan air menjadi tidak stabil dan belum dapat dikelola
dengan baik. Permasalahan yang terjadi di Daerah Irigasi Pirang adalah air yang tersedia
dalam memenuhi kebutuhan air irigasi mengalami pengurangan pada musim kemarau,
serta adanya penyimpangan-penyimpangan terhadap ketidak seragaman pola tata tanam
yang kurang memperhatikan ketersediaan air sehingga secara langsung terjadi pemborosan
pemakaian air. Maka dari itu diperlukan optimasi untuk menentukan pola tata tanam yang
ideal sehingga dapat menghasilkan keuntungan maksimum serta distribusi pemanfaatan
irigasi yang lebih efisien dan efektif.
Daerah Irigasi Pirang memiliki luas layanan 1.314 Ha baku sawah. Optimasi yang
dilakukan menggunakan program linier yang telah dirumuskan dengan model matematik
guna mengoptimalkan luas lahan tanam dan ketersediaan air yang ada. Pada studi ini
dianalisis dengan dua kondisi debit andalan yaitu debit andalan 80% dan 50% sebagai
volume ketersediaan serta satu pola tata tanam eksisting berdasarkan RTTG dan empat
pola tata tanam alternatif sebagai volume kebutuhan air irigasi. Alat bantu yang digunakan
yaitu program solver yang terdapat dalam Microsoft Excel untuk menyelesaikan optimasi
dengan metode program linier.
Hasil neraca air pada setiap pola tata tanam sebelum dioptimasi mengalami defisit
pada beberapa periode khususnya pada musim tanam III, persentase jumlah periode defisit
sebanyak 75% - 78%. Namun, setelah dioptimasi seluruh pola tata tanam tidak ada yang
mengalami defisit neraca air. Dari hasil optimasi menunjukkan pada setiap pola tata tanam
alternatif baik pada kondisi debit andalan 50% maupun debit andalan 80% mengalami
peningkatan intensitas tanam dan keuntungan hasil pertanian dibandingkan pada pola tata
tanam eksisting. Untuk menentukan pola tata tanam terbaik dilakukan pemberian nilai skor
dengan merngurutkan dari pola tata tanam yang menghasilkan keuntungan terbesar. Pada
kondisi debit andalan 80% terpilih alternatif 3 (padi - palawija (kacang tanah) - padi)
dengan intensitas tanam 228,33% dan keuntungan Rp. 54.664.759.359, hasil ini meningkat
daripada pola tata tanam eksisting dengan intensitas tanam 203,16% dan keuntungan
Rp. 46.019.341.918. Pada kondisi debit andalan 50% terpilih alternatif 1 (padi,
palawija (jagung) - padi, palawija (jagung) - palawija (jagung)) dengan intensitas tanam
253,37% dan keuntungan Rp. 54.099.646.076, hasil ini meningkat daripada pola tata tanam
eksisting dengan intensitas tanam 201,13% dan keuntungan Rp. 46.386.351.899.
Kata kunci: irigasi, optimasi, program linier, neraca air, keuntungan hasil
pertanian
SUMMARY
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan penulisan usulan skripsi ini. Adapun
penulisan skripsi yang berjudul “Studi Optimasi Pemanfaatan Air Irigasi Menggunakan
Program Linier pada Daerah Irigasi Pirang Kabupaten Bojonegoro” ini ialah sebagai salah
satu syarat yang harus dipenuhi penyusun untuk menyelesaikan studi di program Sarjana
Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya dan mendapatkan gelar
Sarjana Teknik (S.T.). Penyusun menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna, namun harapannya semoga skripsi ini akan bermanfaat dan dapat menambah
perbendaharaan khasanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang pengairan bagi masyarakat
banyak.
Dalam penyusunan skripsi ini, sejak dari awal survei pendahuluan hingga tersusunnya
laporan skripsi ini penyusun telah mendapatkan banyak bantuan baik yang berupa bimbingan
maupun fasilitas. Dalam kesempatan ini, penyusun ingin menuturkan banyak terima kasih
kepada:
1. Kedua orang tua dan seluruh keluarga tercinta atas segala doa dan pengorbanannya yang
telah membantu baik secara moril maupun materil, memberikan motivasi, dukungan,
dan dorongan yang tiada hentinya dalam proses penyelesaian skripsi ini.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. Lily Montarcih Limantara, M.Sc. selaku dosen pembimbing 1 yang
telah membantu memberi masukan, arahan, dan semangat untuk menyelesaikan
penulisan skripsi ini dari awal hingga akhir.
3. Bapak Dr. Ir. Widandi Soetopo, M.Eng. selaku dosen pembimbing 2 yang telah
membantu memberi masukan, arahan, dan semangat untuk menyelesaikan penulisan
skripsi ini dari awal hingga akhir.
4. Bapak Dr. Eng. Tri Budi Prayogo, ST., MT. dan Ibu Emma Yuliani, ST., MT., Ph.D
selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan, saran, dan masukan dalam skripsi
ini.
5. Teman-teman KBMP angkatan 2018 yang telah menemani dan memberikan dukungan
sejak awal kuliah saat maba hingga saat ini
i
6. Teman-Teman tim Majelis suka-suka yang telah menemani mendengarkan segala keluh
kesah cerita kehidupan penyusun, dan juga selalu memberikan dukungan di masa-masa
akhir studi.
7. Bapak Benny, Mas Yogi dan seluruh staf pegawai UPT PSDA Bojonegoro yang telah
memberikan bimbingan dan fasilitas selama magang dan penyusunan skripsi ini.
Akhir kata dengan rendah hati penyusun selalu mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna kesempurnaan skripsi ini serta penyusun berharap skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
2.4. Neraca Air .........................................................................................................28
2.5. Model Optimasi .................................................................................................29
2.6. Dasar Optimasi ..................................................................................................30
2.7. Parameter Optimasi dengan Program Linier ..................................................... 31
2.8. Penyeleseian Program Linier.............................................................................33
2.9. Penyelesaian Fasilitas Solver ............................................................................33
2.10. Penelitian Terdahulu.......................................................................................... 35
BAB III METODOLOGI STUDI ..................................................................................... 39
3.1. Umum ................................................................................................................39
3.2. Deskripsi Lokasi Studi ...................................................................................... 39
3.3. Kondisi Umum Daerah Studi ............................................................................41
3.3.1. Kondisi Geografis ..................................................................................41
3.3.2. Kondisi Topografi .................................................................................42
3.3.3. Kondisi Iklim ......................................................................................... 43
3.3.4. Kondisi Hidrologi ..................................................................................43
3.4. Data-Data yang Diperlukan ...............................................................................43
3.5. Pendekatan Penyelesaian Masalah ....................................................................44
3.6. Langkah-Langkah Pengerjaan Studi .................................................................44
3.7. Skenario Optimasi ............................................................................................. 46
3.8. Diagram Alir Penelitian..................................................................................... 48
3.9. Skema Jaringan Irigasi Daerah Irigasi Pirang ...................................................51
3.10. Luas Areal Layanan Daerah Irigasi Pirang ....................................................... 52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................53
4.1. Analisis Curah Hujan ........................................................................................ 53
4.1.1. Uji Konsistensi Data Curah Hujan ........................................................ 53
4.1.2. Curah Hujan Wilayah/Daerah ............................................................... 59
4.1.3. Curah Hujan Andalan dan Curah Hujan Efektif....................................61
4.2. Evapotranspirasi Potensial ................................................................................66
4.3. Debit Andalan untuk Ketersediaan Air Irigasi ..................................................70
4.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Air Irigasi .............................. 73
4.4.1. Evapotranspirasi Potensial.....................................................................73
4.4.2. Curah Hujan Efektif...............................................................................73
4.4.3. Perkolasi ................................................................................................ 73
4.4.4. Penyiapan Lahan....................................................................................74
iv
4.4.5. Koefisien Tanaman ............................................................................... 76
4.4.6. Penggunaan Air Konsumtif .................................................................. 76
4.4.7. Efisiensi Irigasi ..................................................................................... 77
4.4.8. Pola Tata Tanam ................................................................................... 77
4.5. Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi ................................................................... 78
4.6. Volume Air Irigasi ............................................................................................ 87
4.6.1. Volume Ketersediaan Air ..................................................................... 87
4.6.2. Volume Kebutuhan Air ......................................................................... 90
4.7. Kondisi Neraca Air Sebelum Dioptimasi ......................................................... 96
4.8. Analisis Hasil Usaha Tani .............................................................................. 116
4.9. Pemodelan Optimasi dengan Program Linier ................................................. 117
4.10. Perhitungan Optimasi dengan Program Linier ............................................... 132
4.11. Kondisi Neraca Air Setelah Dioptimasi ......................................................... 143
4.12. Rekapitulasi Nilai Optimal ............................................................................. 163
4.12.1 Rekapitulasi Keuntungan Hasil Pertanian .......................................... 163
4.12.2 Debit Andalan ..................................................................................... 164
4.12.3 Rekapitulasi Intensitas Tanam ............................................................ 166
4.13. Pemilihan Alternatif........................................................................................ 167
BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 171
5.1. Kesimpulan ..................................................................................................... 171
5.2. Saran ............................................................................................................... 174
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 175
v
Halaman ini sengaja dikosongkan
vi
DAFTAR TABEL
vii
Tabel 4. 17 Pola Tata Tanam Eksisting ...........................................................................82
Tabel 4. 18 Pola Tata Tanam Alternatif 1 .......................................................................83
Tabel 4. 19 Pola Tata Tanam Alternatif 2 .......................................................................84
Tabel 4. 20 Pola Tata Tanam Alternatif 3 .......................................................................85
Tabel 4. 21 Pola Tata Tanam Alternatif 4 .......................................................................86
Tabel 4. 22 Volume Ketersediaan Air Irigasi (Debit Andalan 80%) .............................. 88
Tabel 4. 23 Volume Ketersediaan Air Irigasi (Debit Andalan 50%) .............................. 89
Tabel 4. 24 Volume Kebutuhan Air Irigasi Pola Tata Tanam Eksisting ......................... 91
Tabel 4. 25 Volume Kebutuhan Air Irigasi Pola Tata Tanam Alternatif 1 ..................... 92
Tabel 4. 26 Volume Kebutuhan Air Irigasi Pola Tata Tanam Alternatif 2 ..................... 93
Tabel 4. 27 Volume Kebutuhan Air Irigasi Pola Tata Tanam Alternatif 3 ..................... 94
Tabel 4. 28 Volume Kebutuhan Air Irigasi Pola Tata Tanam Alternatif 4 ..................... 95
Tabel 4. 29 Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 80% pada PTT
Eksisting .......................................................................................................96
Tabel 4. 30 Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 80% pada PTT
Alternatif 1 ....................................................................................................98
Tabel 4. 31 Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 80% pada PTT
Alternatif 2 ..................................................................................................100
Tabel 4. 32 Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 80% pada PTT
Alternatif 3 ..................................................................................................102
Tabel 4. 33 Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 80% pada PTT
Alternatif 4 ..................................................................................................104
Tabel 4. 34 Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 50% pada PTT
Eksisting .....................................................................................................106
Tabel 4. 35 Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 50% pada PTT
Alternatif 1 ..................................................................................................108
Tabel 4. 36 Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 50% pada PTT
Alternatif 2 ..................................................................................................110
Tabel 4. 37 Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 50% pada PTT
Alternatif 3 ..................................................................................................112
Tabel 4. 38 Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 50% pada PTT
Alternatif 4 ..................................................................................................114
Tabel 4. 39 Analisis Usaha Tani Padi Per Hektar Tahun 2021 di Kabupaten
Bojonegoro .................................................................................................116
viii
Tabel 4. 40 Analisis Usaha Tani Kedelai Per Hektar Tahun 2021 di Kabupaten
Bojonegoro ................................................................................................. 116
Tabel 4. 41 Analisis Usaha Tani Jagung Per Hektar Tahun 2021 di Kabupaten
Bojonegoro ................................................................................................. 117
Tabel 4. 42 Analisis Usaha Tani Kacang Tanah Per Hektar Tahun 2021 di Kabupaten
Bojonegoro ................................................................................................. 117
Tabel 4. 43 Model Matematika Fungsi Kendala Luas Lahan PTT Eksisting ............... 121
Tabel 4. 44 Model Matematika Fungsi Kendala Luas Lahan PTT Alternatif 1 ........... 122
Tabel 4. 45 Model Matematika Fungsi Kendala Luas Lahan PTT Alternatif 2 ........... 123
Tabel 4. 46 Model Matematika Fungsi Kendala Luas Lahan PTT Alternatif 3 124
Tabel 4. 47 Model Matematika Fungsi Kendala Luas Lahan PTT Alternatif 4 ........... 125
Tabel 4. 48 Model Matematika Fungsi Kendala Volume Ketersediaan PTT
Eksisting..................................................................................................... 126
Tabel 4. 49 Model Matematika Fungsi Kendala Volume Ketersediaan PTT
Alternatif 1 ................................................................................................. 127
Tabel 4. 50 Model Matematika Fungsi Kendala Volume Ketersediaan PTT
Alternatif 2 ................................................................................................. 128
Tabel 4. 51 Model Matematika Fungsi Kendala Volume Ketersediaan PTT
Alternatif 3 ................................................................................................. 129
Tabel 4. 52 Model Matematika Fungsi Kendala Volume Ketersediaan PTT
Alternatif 4 ................................................................................................. 130
Tabel 4. 53 Hasil Optimasi PTT Eksisting dengan Debit Andalan 80% ...................... 133
Tabel 4. 54 Hasil Optimasi PTT Alternatif 1 dengan Debit Andalan 80% .................. 134
Tabel 4. 55 Hasil Optimasi PTT Alternatif 2 dengan Debit Andalan 80%...................135
Tabel 4. 56 Hasil Optimasi PTT Alternatif 3 dengan Debit Andalan 80% …………...136
Tabel 4. 57 Hasil Optimasi PTT Alternatif 4 dengan Debit Andalan 80% .................. 137
Tabel 4. 58 Hasil Optimasi PTT Eksisting dengan Debit Andalan 50% ...................... 138
Tabel 4. 59 Hasil Optimasi PTT Alternatif 1 dengan Debit Andalan 50% .................. 139
Tabel 4. 60 Hasil Optimasi PTT Alternatif 2 dengan Debit Andalan 50% .................. 140
Tabel 4. 61 Hasil Optimasi PTT Alternatif 3 dengan Debit Andalan 50% .................. 141
Tabel 4. 62 Hasil Optimasi PTT Alternatif 4 dengan Debit Andalan 50% .................. 142
Tabel 4. 63 Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 80% pada PTT
Eksisting Setelah Dioptimasi ..................................................................... 143
ix
Tabel 4. 64 Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 80% pada PTT
Alternatif 1 Setelah Dioptimasi ..................................................................145
Tabel 4. 65 Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 80% pada PTT
Alternatif 2 Setelah Dioptimasi ..................................................................147
Tabel 4. 66 Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 80% pada PTT
Alternatif 3 Setelah Dioptimasi ..................................................................149
Tabel 4. 67 Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 80% pada PTT
Alternatif 4 Setelah Dioptimasi ..................................................................151
Tabel 4. 68 Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 50% pada PTT
Eksisting Setelah Dioptimasi ......................................................................153
Tabel 4. 69 Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 50% pada PTT
Alternatif 1 Setelah Dioptimasi ..................................................................155
Tabel 4. 70 Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 50% pada PTT
Alternatif 2 Setelah Dioptimasi ..................................................................157
Tabel 4. 71 Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 50% pada PTT
Alternatif 3 Setelah Dioptimasi ..................................................................159
Tabel 4. 72 Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 50% pada PTT
Alternatif 4 Setelah Dioptimasi ..................................................................161
Tabel 4. 73 Rekapitulasi Keuntungan Hasil Produksi Pertanian Maksimum Setelah
Optimasi (Debit Andalan 80%) ..................................................................163
Tabel 4. 74 Rekapitulasi Keuntungan Hasil Produksi Pertanian Maksimum Setelah
Optimasi (Debit Andalan 50%) 164
Tabel 4. 75 Rekapitulasi Jumlah Periode Surplus Ketersediaan Air tiap Pola Tata
Tanam pada Debit Andalan 80% ................................................................ 165
Tabel 4. 76 Rekapitulasi Jumlah Periode Surplus Ketersediaan Air tiap Pola Tata
Tanam pada Debit Andalan 50% ................................................................ 165
Tabel 4. 77 Rekapitulasi Nilai Intensitas Tanam Optimum pada Debit Andalan
80% .............................................................................................................166
Tabel 4. 78 Rekapitulasi Nilai Intensitas Tanam Optimum pada Debit Andalan
50% .............................................................................................................167
Tabel 4. 79 Rekapitulasi Skor Pemilihan Alternatif (Debit Andalan 80%) ..................167
Tabel 4. 80 Rekapitulasi Skor Pemilihan Alternatif (Debit Andalan 50%) ..................168
x
DAFTAR GAMBAR
xi
Gambar 4. 14 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 2
Sebelum di Optimasi ..................................................................................111
Gambar 4. 15 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 3
Sebelum di Optimasi ..................................................................................113
Gambar 4. 16 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 4
Sebelum di Optimasi ..................................................................................115
Gambar 4. 17 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Eksisting
Setelah Dioptimasi ...................................................................................... 144
Gambar 4. 18 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Alternatif 1
Setelah Dioptimasi ...................................................................................... 146
Gambar 4. 19 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Alternatif 2
Setelah Dioptimasi ...................................................................................... 148
Gambar 4. 20 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Alternatif 3
Setelah Dioptimasi ...................................................................................... 150
Gambar 4. 21 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Alternatif 4
Setelah Dioptimasi ...................................................................................... 152
Gambar 4. 22 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Eksisting
Setelah Dioptimasi ...................................................................................... 154
Gambar 4. 23 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 1
Setelah Dioptimasi ...................................................................................... 156
Gambar 4. 24 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 2
Setelah Dioptimasi ...................................................................................... 158
Gambar 4. 25 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 3
Setelah Dioptimasi ...................................................................................... 160
Gambar 4. 26 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 4
Setelah Dioptimasi ...................................................................................... 162
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
utnuk mengoptimalkan ketersediaan air irigasi dan luas lahan tanam sehingga menghasilkan
produksi pertanian dan keuntungan maksimum serta distribusi pemanfaatan irigasi dapat
lebih efisien dan efektif. Metode optimasi merupakan suatu rancangan dalam pemecahan
masalah model-model perencanan menggunakan fungsi matematika yang membatasi
sehingga dapat menghasilkan keputusan terbaik. Studi pemanfaatan air irigasi pada Daerah
Irigasi Pirang ini akan membahas mengenai suatu alternatif optimasi pemanfaatan air
berdasarkan pola tata tanam dan kebutuhan air irigasi yang sudah ada di Daerah Irigasi
Pirang dengan program optimasi yaitu program linier.
1000
800
Debit
(l/dt)
600
400
200
0
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sept Okt
Kebutuhan Air Ketersediaan Air Q80%
Pada kondisi eksisting, awal tanam dimulai pada bulan November periode I.
Berdasarkan grafik tersebut, dapat dilihat bahwa sebagian besar ketersediaan air tidak dapat
mencukupi kebutuhan. Hanya mulai pada periode I bulan Desember hingga periode I bulan
Maret ketersediaan air dapat mencukupi kebutuhan (surplus). Berdasarkan hal tersebut,
maka diperlukan pengoptimalan luas lahan dan debit yang tersedia sehingga diharapkan
dapat memaksimalkan keuntungan produksi pertanian.
Perhtiungan studi optimasi pemanfaatan air pada Daerah Irigasi Pirang ini diselesaikan
dengan menggunakan metode program linier melalui alat bantu sistem komputerisasi
(software) sehingga hasil perhitungan dapat dilakukan dengan cepat dan tepat. Studi ini
merupakan salah satu bentuk kajian pemanfaatan bentuk software dalam rangka
penyelesaian permasalahan yang dihadapi.
2.1. Umum
Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk
menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigai permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah
tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak (Permen PUPR No. 23 tahun 2015). Secara umum
irigasi juga dapat didefinisikan sebagai cara-cara pengelolaan dan pemanfaatan air yang
tersedia guna keperluan mencukupi pertumbuhan dan tumbuhnya tanaman terutama bagi
tanaman pokok (di Indonesia yang utama ditujukan untuk tanaman padi dan palawija).
(Bardan, 2014, p.9)
Pengelolaan irigasi yang baik berupa pengalokasian air secara efektif dan efisien
sangat diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan air secara optimal. Alokasi air merupakan
upaya pengaturan air untuk berbagai keperluan dari waktu ke waktu dengan memperhatikan
jumlah dan mutu air pada lokasi tertentu yang meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan dan evaluasi.
Kondisi neraca air pada suatu daerah irigasi dapat menunjukkan tingkat efektivitas dan
efisiensi alokasi air pada kegiatan pengelolaan irigasi daerah tersebut. Neraca air merupakan
neraca masukan dan keluaran air di suatu tempat pada periode tertentu sehingga dapat
diketahui jumlah air tersebut mengalami kelebihan (surplus) ataupun kekurangan (defisit).
Kegunaan mengetahui kondisi air surplus atau defisit adalah untuk mendayagunakan air
sebaik-baiknya.
Hasil produksi pertanaian dapat ditingkatkan melalui optimasi pemberian air yang
harus sesuai dengan jumlah dan waktu yang diperlukan tanaman. Besar kebutuhan air irigasi
ditentukan oleh banyak faktor yang berhungan dengan variasi kondisi lapangan. Berikut ini
merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi (Triatmodjo, 2013, p.318):
1. Jenis dan varietas tanaman yang ditanami petani.
2. Variasi koefisien tanaman, tergantung pada jenis dan tahap pertumbuhan dari tanaman.
3. Waktu dimulainya persiapan pengolahan lahan (golongan).
4. Jadwal tanam yang dipakai oleh petani, termasuk di dalamnya pasokan air sehubungan
dengan persiapan lahan, pembibitan dan pemupukan.
5. Status sistem irigasi dan efisiensi irigasiny
5
6
2.2.1 Evaporasi
Evaporasi (penguapan) merupakan peristiwa berubahnya air menjadi uap air dan
bergerak dari permukaan tanah atau permukaan air menuju ke udara (Sosrodarsono, 1976,
p.57). Dalam pengembangan studi di bidang sumber daya air, evaporasi merupakan faktor
yang cukup penting. Evaporasi sangat mempengaruhi debit sungai, besarnya kapasitas
waduk, besarnya kapasitas pompa untuk irigasi, penggunaan komsumtif (consumptive use)
untuk tanaman dan lain-lain. Air akan menguap dari tanah (baik tanah yang gundul ataupun
yang tertutupi oleh tanaman dan pepohonan), permukaan yang tidak tembus air seperti jalan
raya, atap bangunan, dan air yang mengalir (Soemarto,1987, p.42). Banyaknya air yang
menguap dinyatakan sebagai laju penguapan, biasanya dinyatakan dalam satuan milimeter
per satuan waktu (mm/hari). Satuan ini dimaksudkan agar dapat mudah dibandingkan
dengan data curah hujan (mm/hari), data debit (sebagai tebal aliran, mm/hari), maupun data
hidrologi lainnya (Soewarno, 2000, p.115).
Terdapat beberapa faktor meteorologi yang dapat mempengaruhi besarnya evaporasi
yaitu sebagai berikut (Soewarno, 2000, p.115-116):
1. Radiasi matahari, radiasi matahari merupakan sumber energi yang paling utama dalam
proses terjadinya penguapan. Temperatur udara dan temperatur air bergantung pada
radiasi matahari, sehingga diharapkan adanya korelasi antara temperatur dan laju
penguapan. Untuk menguapkan 1 gram air diperlukan energi kurang lebih 586 kalori
pada temperatur 20ºC, jika matahari terhalang oleh awan akan dapat mengurangi energi
dan memperlambat laju penguapan. Proses penguapan akan aktif terjadi jika ada
penyinaran secara langsung dari matahari, sebagai masukan energi yang disebut dengan
panas laten (latent heat). Panas laten merupakan panas yang diperlukan untuk
penguapan serta merupakan bagian dari panas neto yang terdapat dipermukaan bumi.
2. Suhu (temperatur), jika temperatur udara dan temperatur tanah cukup tinggi makan akan
mempengaruhi laju penguapan yang akan semakin cepat.
3. Kelembapan udara (humiditas), jika kelembapan relatif udara naik, maka kemampuan
untuk menyerap uap air akan berkurang sehingga laju evaporasinya akan menurun.
7
Penggantian lapisan udara pada batas tanah dan udara dengan udara yang sama
kelembapan relatifnya tidak akan menolong untuk memperbesar laju evaporasi. Hal ini
akan memungkinkan bila diganti dengan udara yang lebih kering.
4. Kecepatan angin, perubahan zat cair menjadi uap air dan bergerak ke atmosfer akan
mengakibatkan udara menjadi jenuh oleh uap air, bila udara sudah jenuh oleh uap air
maka laju penguapan akan berkurang, atau bahkan tidak terjadi penguapan, justru yang
terjadi adalah pengembunan. Akan tetapi bila lapisan udara jenuh tadi bergerak karena
angin dan diganti oleh udara kering maka laju penguapan akan meningkat lagi. Angin
tidak mengakibatkan penguapan, namun akan berperan dalam memindahkan uap air
diantara permukaan bumi dan udara sehingga penguapan terus terjadi.
Evaporasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu (Hadisusanto, 2011, p.79):
1. Evaporasi aktual merupakan proses evaporasi yang berlangusng pada kondisi alami
pada suatu keadaan daerah dan pada waktu tertentu sehingga nilainya sangat bergantung
pada kondisi lingkungan yang berlaku pada saat ini.
2. Evaporasi potensial yaitu proses evaporasi yang terjadi pada suatu permukaan
penguapan dengan kondisi yang berkecukupan air, evaporasi potensial biasa juga
disebut sebagai kemampuan maksimal dari suatu permukaan dalam penguapan air.
Besarnya nilai evaporasi relatif tidak jauh berbeda disetiap bulannya yaitu berkisar 3-8
mm/hari.
2.2.2 Transpirasi
Setiap jenis tanaman membutuhkan air untuk kelangsungan hidupnya, dan masing-
masing tanaman memiliki jumlah kebutuhan air yang berbeda. Sebagian besar air diserap
oleh akar-akar kemudian akan ditranspirasikan melalui mulut daun (stomata). Transpirari itu
sendiri dapat diartikan penguapan melalui tanaman. Pada kondisi lapangan (field condition)
sulit untuk membedakan antara evaporasi dengan transpirasi jika tanahnya tertutup oleh
tumbuhan. Kedua proses tersebut saling berkaitan sehingga dapat dinamakan sebagai proses
evapotranspirasi. Proses transpirasi selain dipengaruhi oleh iklim juga erat kaitannya dengan
faktor tanaman, yaitu jenis, macam dan umur tanaman (Suhardjono, 1994, p.11).
Proses transpirasi terus berjalan selama adanya pengaruh dari sinar matahari. Pada
malam hari pori-pori daun akan menutup. Pori-pori tersebut terletak di bagian bawah daun,
yang disebut stomata. Ketika pori-pori ini menutup menyebabkan terhentinya proses
transpirasi secara signifikan, tetapi tidak dengan evaporasi. Proses evaporasi dapat berjalan
terus selama ada pengaruh suhu panas. Faktor lainnya yang mungkin adalah tersedianya
jumlah air yang cukup banyak. Jika jumlah air tersedia secara berlebih dari yang dibutuhkan
8
tanaman selama proses transpirasi, maka jumlah air yang ditranspirasikan akan lebih besar
dibandingkan apabila tersedianya air di bawah keperluan (Soemarto, 1987, p.44-45).
Proses transpirasi dapat dibedakan menjadi dua kelompok antara lain (Hadisusanto,
2011, p.79):
1. Transpirasi aktual yaitu peristiwa transpirasi yang terjadi pada tanaman yang tumbuh
dalam kondisi tertentu serta pada waktu tertentu pula.
2. Transpirasi potensial yaitu peristiwa transpirasi yang terjadi pada tanaman yang tumbuh
dengan kondisi yang tidak pernah mengalami kekurangan air selama pertumbuhannya.
2.2.3 Evapotranspirasi
Evapotranspirasi sangat berkaitan dengan kebutuhan air tanaman. Kebutuhan air
tanaman adalah sejumlah air yang dibutuhkan tanaman untuk mengganti airnya yang hilang
karena proses penguapan, dalam hal ini penguapan meliputi penguapan dari permukaan air
(evaporasi), serta penguapan melalui stomata tanaman (transpirasi), bila kedua proses
tersebut terjadi bersamaan maka disebut evapotranspirasi (Limantara, 2018, p.31). Terdapat
dua istilah dalam evapotranspirasi yaitu evapotranspirasi aktual dan potensial,
evapotranspirasi aktual adalah evapotranspirasi di atas tanah dalam waktu tertentu dan
tergantung pada lingkungan yang terjadi saat itu, sedangkan evapotranspirasi potensial
adalah evapotranspirasi yang oleh Penman didefinisikan sebagai proses yang terjadi pada
tanaman hijau, pendek, dan seragam serta menutupi permukaan tanah secara menyeluruh
dan tidak pernah kekurangan air selama pertumbuhannya (Hadisusanto, 2011, p.79).
kecepatan angin bulanan rerata (u), letak lintang daerah (LL), angka koreksi (c). Penggunaan
data lebih banyak membawa hasil perhitungan rumus ini lebih teliti jika dibandingkan
dengan rumus yang lain. Berdasarkan rumus Penman Modifkasi guna perhitungan di daerah
Indonesia (Suhardjono, 1994, p.54) sebagai berikut:
Eto = c . Eto*.....................................................................................................................(2-1)
Eto* = W (0,75RS – Rn1) + (1 -W) f (U) (ea-ad).............................................................(2-2)
Rumus penyederhanaan ini mempunyai ciri khusus sebagai berikut:
W : Faktor yang berhubungan dengan suhu (t) dan elevasi
c : Angka koreksi Penman
Rs : Radiasi gelombang pendek, dalam satuan evaporasi ekivalen (mm/hr)
: (0,25+0,54 n/N) Ra
Ra : Radiasi gelombang pendek yang memenuhi batas luar atmosfer (angka angot).
Besar angka angot ini berhubungan dengan letak lintang daerah.
Rnl : Radiasi bersih gelombang Panjang (mm/hr)
: f(t). f(ed). f(n/N)
10
12. Berdasarkan nilai W, (1-W), Rs, Rn1, f(U), ea dan ed yang telah diperoleh maka dihitung
besarnya nilai Eto* dengan rumus Eto* = W. (0,75Rs – Rn1) + (1 – W). f(U). (ea – ed).
13. Hitung nilai Eto dengan rumus Eto = c. Eto*
Tabel 2. 1
Hubungan T dengan εγ, w, f(t)
Suhu εγ
w f (t)
(˚C) (mbar)
24,0 29,85 0,735 15,40
24,2 30,21 0,737 15,45
24,4 30,57 0,739 15,50
24,6 30,94 0,741 15,55
24,8 31,31 0,743 15,60
25,0 30,69 0.745 15,65
25,2 32,06 0,747 15,70
25,4 32,45 0,749 15,75
25,6 32,83 0,751 15,80
25,8 33,22 0,753 15,85
26,0 33,62 0,755 15,90
26,2 34,02 0,757 15,94
26,4 34,42 0,759 15,98
26,6 34,83 0,761 16,02
26,8 35,25 0,763 16,06
27,0 35,66 0.765 16,10
27,2 36,09 0,767 16,14
27,4 36,50 0,769 16,18
27,6 36,94 0,771 16,22
27,8 37,37 0,773 16,26
28,0 37,81 0,775 16,30
28,2 38,25 0,777 16,34
28,4 38,70 0,779 16,38
28,6 39,14 0,781 16,42
28,8 39,61 0,783 16,46
29,0 40,06 0,785 16,50
Sumber: Limantara (2010, p.31)
Tabel 2. 2
Besaran Nilai Rγ untuk Daerah Indonesia (5o LU sampai 10o LS)
LU 0 LS
Bulan
5 4 2 2 4 6 8 10
Jan 13,0 14,3 14,7 15,0 15,3 15,5 15,8 16,1 16,1
Feb 14,0 15,0 15,3 15,5 15,7 15,8 16,0 16,1 16,0
Mar 15,0 15,5 15,6 15,7 15,7 15,6 15,6 15,1 15,3
Apr 15,1 15,5 15,3 15,3 15,1 14,9 14,7 14,1 14,0
LU 0 LS
Bulan
5 4 2 2 4 6 8 10
Mei 15,3 14,9 14,6 14,4 14,1 13,8 13,4 13,1 12,6
12
Jun 15,0 14,4 14,2 13,9 13,9 13,2 12,8 12,4 12,6
Jul 15,1 14,6 14,3 14,1 14,1 13,4 13,1 12,7 11,8
Ags 15,3 15,1 14,9 14,8 14,8 14,3 14,0 13,7 12,2
Sep 15,1 15,3 15,3 15,3 15,3 15,1 15,0 14,9 13,1
Okt 15,7 15,1 15,3 15,4 15,4 15,6 15,7 15,8 14,6
Nov 14,8 14,5 14,8 15,1 15,1 15,5 15,8 16,0 15,6
Des 14,6 14,1 14,4 14,8 14,8 15,4 15,7 16,0 16,0
Sumber: Limantara (2010, p.27)
Tabel 2. 3
Angka Koreksi (C) Bulanan untuk Rumus Penman
Angka
Bulan
Koreksi ( C )
Jan 1,10
Feb 1,10
Mar 1,10
Apr 0,90
Mei 0,90
Jun 0,90
Jul 0,90
Ags 1,00
Sep 1,10
Okt 1,10
Nov 1,10
Des 1,10
Sumber: Limantara, (2010, p.30)
2. Metode Thiessen
3. Metode Isohiet
Pada umumnya untuk menghitung curah hujan daerah dapat digunakan standar luas
daerah sebagai berikut (Sosrodarsono, 1976, p.51)
1. Daerah dengan luas 250 Ha yang mempunyai variasi topografi kecil, dapat diwakilkan
oleh sebuah alat ukur hujan.
2. Daerah dengan luas 250 ha sampai 50.000 ha dengan dua atau tiga titik pengamatan
hujan dapat digunakan cara rerata aljabar.
3. Daerah dengan luas 120.000 ha sampai 500.000 ha yang mempunyai titik pengamatan
tersebar cukup merata serta data curah hujannya tidak terlalu dipengaruhi kondisi
topografi maka dapat digunakan cara rerata aljabar. Jika titik-titik pengamatan tidak
tersebar merata maka digunakan cara thiessen.
4. Daerah dengan luas lebih besar dari 500.000 ha maka dapat digunakan cara isohiet atau
cara potongan antara (inter-section method).
Berdasarkan data curah hujan selama 10 tahun yang didapatkan pada empat stasiun
curah hujan yang mewakili Daerah Irigasi Pirang, dilakukan analisis data curah hujan yang
diamati dari setiap titik (point rainfall) atau pos stasiun hujan menjadi curah hujan
wilayah/daerah (areal rainfall) adalah dengan menggunakan metode rerata aljabar dengan
persamaan sebagai berikut (Sosrodarsono, 1976, p.27):
Ṝ = 1/n (R1 + R2 + R ... + Rn) .......................................................................................................................................................(2-3)
Dengan:
Ṝ = areal rainfall / curah hujan daerah (mm)
R1 + R2 + R… + Rn = point rainfall / besarnya curah hujan pada tiap stasiun (mm)
n = jumlah stasiun pengamat
Jika terdapat data curah hujan tahunan dengan jangka waktu pengamatan yang panjang,
maka kurva massa ganda dapat digunakan untuk memperbaiki kesalahan pengamatan yang
terjadi yang disebabkan oleh perubahan posisi atau cara pemasangan yang tidak baik dari
alat ukur curah hujan. Data curah hujan tahunan jangka waktu yang panjang pada alat yang
bersangkutan tersebut harus dibandingkan dengan data curah hujan rata-rata sekelompok
alat-alat ukur lain dalam periode yang sama (Sosrodarsono, 1976, p.52).
dapat menjaga ketersediaan air di dalam tanah yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman maka
diperlukan adanya pemberian air irigasi atau yang berasal dari alam langusng yaitu air hujan.
Curah hujan andalan merupakan curah hujan yang kemungkinansterpenuhi
denganspeluang kejadianstertentu dan digunakan sebagai data masukan. Besarnya adalah
sebesar curah hujan rerata di seluruh daerah yang bersangkutan. Metode yang digunakan
untuk perhitungan dalam studi ini menggunakan bulansdasarsperencanaan (metode basic
month). Berdasarkan Harza Engineering Crop International, curah hujan andalan untuk
tanaman padi ditetapkan sebesar 80%, sedangkan untuk tanaman palawija sebesar 50%. Hal
tersebut berarti bahwa dari 10 kejadianscurahshujan yang direncanakan akansterlampaui
sebanyak 8 kali untuk tanaman padi, sedangkan untuk tanaman palawija bahwa dari 10
kejadian curahshujan yangsdirencanakan tersebut akansterlampaui sebanyak 5 kali.
Curahshujan andalan ditentukan melalui tahapan sebagai berikut:
1. Data rerata curah hujan tahunan selama n tahun diurutkan dari yang terkecil sampai ke
yang terbesar.
2. Hasil dari pengurutan data curah hujan kemudian menggunakan persamaan (2-
6) atau (2-7), urutan data curah hujan dengan R80 ataupun R50 merupakan bulan dasar
perencanaan.
𝑛
R80 = urutan ke + 1 ............................................................................................(2-6)
5
𝑛
R50 = urutan ke 2 + 1 ............................................................................................(2-7)
dengan:
R80 : Curah hujan yang terjadi dengan tingkat keandalan 80% (mm)
R50 : Curah hujan yang terjadi dengan tingkat keandalan 50% (mm)
n : Jumlah tahun pengamatan
air yang ada di dalam tanah harus senantiasa berada dalam keadaan yang mudah diserap
(Sosrodarsono, 1976, p.215).
1. Curah Hujan Efektif untuk Tanaman Padi
Besarnya curah hujan efektif untuk tanaman padi ditentukan dengan 70% dari curah
hujan dengan kemungkinan kegagalan 20% atau curah hujan R80. sedangkan besarnya
R80 diperoleh dengan menggunakan metode Basic Month. Curah hujan efektif diperoleh
dari 70% x R80 per periode waktu pengamatan sehingga persamaannya adalah sebagai
berikut (KP-01, 2013):
Reff = R80 x 70% ..................................................................................................(2-8)
dengan:
Reff : Curah hujan untuk tanaman padi sawah (mm/hari)
R80 : Tingkat hujan yang terjadi dengan tingkat keandalan 80% (mm)
dengan:
DR : Kebutuhan bersih air di pintu pengambilan (l/dt/ha).
NFR : Kebutuhan bersih air di sawah untuk tanaman padi (mm/hari).
1
: Angka konversi satuan dari mm/hari ke lt/dt/ha.
8,64
Besarnya koefisien tanaman (kc) untuk setiap jenis tanaman berbeda-beda yang
besarnya berubah setiap periode pertumbuhan tanaman itu sendiri. Adapun mengenai
koefisien tanaman dapat dilihat pada tabel 2.4 di bawah ini:
Tabel 2. 4
Koefisien Tanaman
Padi Palawija
Tebu
(Varietas Unggul) Jagung
Umur (hari) K Umur (hari) K Umur (hari) K
10 1,1 10 0,5 0-1 0,55
20 1,1 20 0,65 1-2 0,8
30 1,1 30 0,75 2-2,5 0,9
40 1,05 40 1 2,5-4 1
50 1,05 50 1 4-10 1,05
60 1,05 60 1 10-11 0,8
70 0,95 70 0,82 11-12 0,6
80 0,95 80 0,72
90 0 90 0,45
Sumber: KP-01, (1986, p.164)
1. Faktor iklim
a. Suhu udara
b. Kelembaban udara
c. Kecepatan angin
d. Kecerahan matahari
2. Faktor tanaman
a. Jenis tanaman
b. Varietas tanaman
c. Umur tanaman
2.2.9 Perkolasi
Perkolasi adalah gerakan air ke bawah yang berada di dalam tanah dari daerah tidak
jenuh ke dalam daerah jenuh. Sedangkan infiltrasi yaitu peristiwa perpindahan air dari
permukaan tanah ke dalam tanah (Soemarto, 1987, p.80). Daya perkolasi (Pp) adalah laju
perkolasi maksimum yang dimungkinkan dan besarnya dipengaruhi oleh kondisi tanah dan
muka air tanah. Perkolasi dapat terjadi saat daerah tak jenuh mencapai daya medan (field
capacity) (Limantara, 2010, p.15).
Air dapat masuk ke dalam tanah melalui permukaan tanah secara merata seperti jika
ada genangan air atau hujan yang masuk melalui rekahan tanah ke bawah permukaan tanah.
Perkolasi ini mempunyai hubungan yang sangat erat dengan infiltrasi, sebab infiltrasi
menyediakan air untuk perkolasi. Jika air dalam tanah gerakannya ke arah horizontal maka
disebut rembesan lateral. Rembesan lateral ini disebabkan oleh adanya permeabilitas tanah
berbagai lapisan yang tidak seragam.
Kehilangan air pada petak sawah karena rembesan dapat berupa rembesan samping
(lateral seepage) dan perkolasi (deep percolation). Kehilangan dalam bentuk ini terjadi pada
saluran – saluran sampai ke petak tersier.
Laju perkolasi lahan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1. Tekstur tanah
Tanah dengan tekstur halus mempunyai angka perkolasi kecil sedangkan tanah dengan
tekstur yang kasar mempunyai angka perkolasi yang besar.
2. Permeabilitas tanah
Permeabilitas tanah merupakan gaya untuk menembus lewat ruang antar butir tanah.
Berikut merupakan tabel harga perkolasi
21
Tabel 2. 5
Harga Perkolasi
Jenis Tanah Perkolasi (mm/hr)
Tanah porus (sandy loam) 3-6
Tanah lempung sedang (loam) 2-3
Tanah lempung (clay) 1-2
Sumber: Soemarto, 1987, p.80
dengan:
IR : Kebutuhan air untuk pengelolaan lahan, mm/hr.
M : Kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di
sawah yang sudah dijenuhkan, mm/hr.
M : Eo + P.
Eo : Evaporasi air terbuka yang diambil 1,1 Eto selama penyiapan lahan (mm/hr).
P : Perkolasi (mm/hr).
k : MT/S.
T : Jangka waktu penyiapan lahan (hari).
S : Kebutuhan air untuk penjenuhan yang besarnya berdasarkan dari tekstur tanah.
e : Bilangan eksponensial (2,71828).
Tabel 2. 6
Nilai Kebutuhan Air untuk Penyiapan Lahan
Eo+P T (30 hari) T (45 hari)
(mm/hari) S=250 mm S=300 mm S=250 mm S=300 mm
5,00 11,10 12,70 8,40 9,50
5,50 11,40 13,00 8,80 9,80
6,00 11,70 13,30 9,10 10,10
6,50 12,00 13,60 9,40 10,40
7,00 12,30 13,90 9,80 10,80
7,50 12,60 14,20 10,10 11,10
8,00 13,00 14,50 10,50 11,40
8,50 13,30 14,80 10,80 11,80
9,00 13,60 15,20 11,20 12,10
23
4. Kedudukan air tanah, semakin tinggi kedudukan air tanah, makin kecil pula faktor
perembesannya.
5. Luas permukaan air pada saluran, semakin luas permukaan air akan mempermudah
terjadinya penguapan.
Tabel 2. 7
Efisiensi Irigasi Berdasarkan Standar Kriteria Perencanaan Irigasi
Saluran Efisiensi Irigasi (%)
Primer 75 - 80
Sekunder 65 - 75
Tersier 50 – 65
Total Keseluruhan 60
Sumber: Standar Kriteria Perencanaan Irigasi (KP-01) Lampiran II, 2013, p.177
1. Waktu
Dalam perencanaan tata tanam pengaturan waktu merupakan hal yang pokok. Wilayah
Indonesia memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Oleh karena itu
dalam awal tanam merupakan hal yang penting untuk direncanakan. Pada awal tanam,
biasanya musim hujan belum turun sehingga persediaan air relatif kecil. Untuk
menghindari kekurangan air maka waktu penggarapan dan urutan tata tanam pada waktu
penyiapan lahan diatur sebaik-baiknya.
2. Tempat
Dengan dasar pemikiran bahwa tanaman membutuhkan air dan persediaan air yang ada
dipergunakan bagi pertumbuhan tanaman. Untuk dapat mencapai hal itu tanaman diatur
tempat penanamannya agar pelayanan irigasi dapat lebih mudah dan air dapat sampai
ke seluruh daerah layanan irigasi tersebut.
3. Pengaturan jenis tanaman
Setiap jenis tanaman mempunyai tingkat kebutuhan air yang berbeda-beda. Berdasarkan
hal tersebut, jenis tanaman yang diusahakan harus diatur agar kebutuhan air
dapat terpenuhi. Jenis tanaman yang diatur pola tata tanamnya adalah tanaman semusim,
seperti padi, jagung, kedelai, dan tebu. Menurut Soekarto (1979) jenis tanaman yang
diusahakan adalah:
a. Tanaman padi
Padi merupakan tanaman yang memerlukan banyak air selama masa
pertumbuhannya. Perkiraan kebutuhan air untuk tanaman padi adalah 4 kali
kebutuhan air untuk tanaman palawija.
b. Tanaman tebu
Tanaman tebu diberi air secukupnya pada musim kemarau tetapi tebu tidak
perlu diairi pada musim hujan. Perkiraan kebutuhan air untuk tanaman tebu adalah
1,5 kali kebutuhan air untuk tanaman palawija.
c. Tanaman palawija
Yang termasuk dalam tanaman palawija antara lain, jagung, kedelai, tembakau,
kapas, cabe, kacang, dan lain-lain. Tumbuhan tersebut umumnya ditanam pada
musim kemarau dan tidak membutuhkan banyak air. Kebutuhan air untuk tanaman
palawija adalah 0,2-0,25 l/dt/ha.
4. Pengaturan luas tanaman
Pengaturan luas tanaman hampir sama dengan pengaturan jenis tanaman. Luas tanam
26
dengan:
P : Probabilitas (%)
m : Nomor urut data debit
n : Jumlah data debit
2. Melakukan modifikasi dalam pola tanam, dengan dilakukan perubahan dalam pemilihan
tanaman atau tanggal tanam untuk mengurangi kebutuhan air irigasi di sawah (l/dt/ha)
agar ada kemungkinan untuk mengairi areal yang lebih luas dengan debit yang tersedia.
3. Rotasi teknis golongan.
4. Untuk mengurangi kebutuhan puncak air irigasi, rotasi teknis atau golongan
mengakibatkan eksploitasi yang lebih kompleks dan dianjurkan hanya untuk proyek
irigasi yang luasnya sekitar 10.000 ha atau lebih.
Oleh karena itu suatu alternatif solusi dapat menerima input berupa sejumlah nilai-
nilai dari variabel keputusan (decision variable) dan menghasilkan suatu nilai output yang
merupakan ukuran kinerja dari alternatif solusi yang bersangkutan. Nilai output bisa
merupakan keuntungan (misalnya produksi PLTA atau produksi daerah irigasi) ataupun
merupakan kerugian (misalnya kerusakan akibat banjir) (Soetopo, 2012, p.71).
1. Fungsi Tujuan
Fungsi tujuan yaitu fungsi yang menggambarkan suatu tujuan ataupun sasaran ataupun
target didalam suatu permasalahan linear programming yang berkaitan dengan suatu
peraturan dengan secara optimal sumber daya untuk memperoleh suatu keuntungan
yang maksimal. Fungsi tujuan dimaksudkan untuk menentukan nilai optimum dari fungsi
tersebut yaitu nilai maksimal untuk masalah keuntungan dan nilai minimal untuk
masalah biaya.
Z = C1X1 + C2X2 + C3X3 + .... + CnXn......................................................................(2-22)
2. Fungsi Kendala
Fungsi kendala merupakan bentuk penyajian dengan secara sistematis batasan-batasan
suatu kapasitas yang tersedia akan dapat dialokasikan secara optimal. Masalah program
linear tersebut dapat dinyatakan yaitu sebagai proses optimasi suatu fungsi tujuan
didalam bentuk memaksimalkan maupun meminimalkan.
a11X1 + a12X2 + … + a1n ≤ b1.............................................................................................................................(2-23)
a21X1 + a22X2 + … + a2nXn ≤ b2........................................................................................................................ (2-24)
mam1 X1 + am2X2 + … + amnXn ≤ bm.............................................................................................................. (2-25)
X1 ≥ 0 ; X2 ≥ 0; …. ; Xn ≥ 0.....................................................................................(2-26)
Persamaan diatas juga dapat dinyatakan dalam persamaan berikut ini:
Fungsi tujuan Memaksimalkan:
Z = ∑𝑛𝑛=1 𝐶𝑛𝑋𝑛.......................................................................................................(2-27)
Kendala:
∑𝑛𝑛=1 𝑎𝑚𝑛 𝑥𝑛 ≤ 𝑏𝑚.................................................................................................(2-28)
dan
Xn 0 .....................................................................................................................(2-29)
untuk m = 1, 2, 3,..., m
untuk n = 1, 2, 3,..., n
dengan:
Z : Fungsi tujuan (keuntungan maksimum hasil pertanian) (Rp)
xn : Variabel sasaran irigasi (luas areal irigasi) (Ha)
amn : Konstanta (volume kebutuhan air irigasi) (m3/Ha)
bm : Volume ketersediaan air (m3)
cn : Keuntungan / manfaat bersih irigasi sawah (Rp/Ha)
m : Jumlah kendala
n : Jumlah variabel keputusan
33
Fungsi tujuan dalam program linier ini akan menggambarkan tujuan yang akan dicapai
dalam pemecahan suatu masalah program linier. Keuntungan analisis studi optimasi
distribusi pemanfaatan air di Daerah Irigasi Pirang, Kabupaten Bojonegoro ini menggunakan
Program Linier adalah sebagai berikut :
1. Variabel putusan metode ini dapat dipakai untuk menyelesaikan sistem dengan perubah
fungsi kendala yang cukup.
2. Penggunaan metode ini mudah dan cukup akurat.
3. Fungsi matematikanya sederhana.
4. Hasilnya baik.
Langkah pertama yang harus dilakukan yaitu menentukan nilai terkaan pada sel yang
diubah tersebut. Solver akan melakukan proses coba dan salah berdasarkan nilai terkaan
yang diberikan hingga akhirnya diperoleh solusi yang memenuhi tujuan dan kendala. Tahap-
tahap dalam menggunakan fasilitas solver yaitu:
1. Tentukan nilai target dan tujuan.
2. Tentukan nilai kendala.
3. Masuk program microsoft excel.
4. Buat lembar kerja pada microsoft excel.
5. Pilih range.
6. Beri perintah insert, name, create.
7. Tandai kotak cek left coloumn.
8. Pilih ok.
9. Nilai X1, X2, …, Xn diberi nilai terkaan coba-coba.
10. Tulis rumus tujuan dan kendala.
11. Beri perintah tools, solver, kotak dialog tampil.
12. Isikan range target.
13. Pilih kotak teks by changing cells, masuk range yang akan diubah.
35
14. Masukkan nilai kendala, dengan memilih add, kotak dialog akan tampil dan akhiri
dengan ok.
15. Pilih solver (tekan enter).
16. Setelah melakukan perhitungan sejenak, Microsoft Excel akan menampilkan kotak
dialog Solver result yang memberi tahu bahwa solusi telah ditemukan.
17. Pilih ok, selesai (nilai pada X1, X2 dan nilai tujuan akan berubah yang merupakan nilai
sosial).
2.10. Penelitian Terdahulu
Berikut merupakan daftar penelitian terdahulu mengenai optimasi irigasi beserta judul
dan tahun penelitiannya.
36
Tabel 2.6
Penelitian Terdahulu
No Nama Tahun Judul Lokasi Studi Metode Hasil Penelitian
Studi Optimasi Ketersediaan
dan Kebutuhan Air Irigasi pada Kabupaten Keuntungan yang diperoleh mengalami
Pola Tata Tanam Daerah Irigasi Program
Malang, Jawa peningkatan sebesar 6,37% pada tahun rendah
1 Sari Nalurita 2010 Molek (3983 Ha) Periode Dinamik
Timur dan sebesar 10,86% pada tahun kering
2009/2010 Melalui Program
Dinamik
36
37
No Nama Tahun Judul Lokasi Studi Metode Hasil Penelitian
Studi Optimasi Pemanfaatan Pola tanam Eksisting memiliki keuntungan
Kabupaten
Muhammad Air Irigasi pada Daerah Irigasi Program yang paling maksimal dengan keuntungan
5 2021 Sigi, Sulawesi
Qurais Shihab Gumbasa Kabupaten Sigi Linier maksimum Rp. 50.135.817.479, yaitu pada
Tengah
Menggunakan Program Linier kondisi debit andalan 75%.
37
37
38
3.1. Umum
Data-data yang akurat sangat dibutuhkan oleh peneliti dalam melakukan studinya.
Data-data tersebut terbagi menjadi dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat
pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang
ingin dicari. Sedangkan yang dimaksud dengan data sekunder adalah data yang diperoleh
dari mengutip berbagai sumber yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Dalam melakukan studi ini data yang digunakan merupakan data sekunder. Data
sekunder tersebut didapat dari UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro.
39
40
Luas layanan Daerah Irigasi Pirang sebesar 1.314 Ha baku sawah dengan pembagian
dua intake yaitu layanan Saluran Primer Pirang Kiri sebesar 819 Ha dan layanan Saluran
Primer Pirang Kanan sebesar 495 Ha. Layanan Daerah Irigasi Pirang mencakup 3
Kecamantan yaitu Kecamatan Bojonegoro, Kecamatan Kapas, dan Kecamatan Dander.
Daerah Irigasi Pirang dikelola oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Sumber Daya Air (PU SDA)
Jawa Timur melalui UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro. Daerah Irigasi Pirang
tidak terpengaruh oleh jaringan irigasi manapun sehingga jika terjadi kelebihan air pada
Bendung Pirang maupun areal layanan sawah maka akan disalurkan ke saluran pembuang
Bendo dan saluran pembuang Sukorejo.
Tabel 3. 1
Desa Pelayanan Daerah Irigasi Pirang
No. Kabupaten Kecamatan Desa
1 Ngrowo
2 Mojokampung
Bojonegoro
3 Sukorejo
4 Pacul
5 Ngumpak Dalem
6 Mojoranu
Dander
7 Ngaseh
8 Jatiblimbing
9 Ngampel
Bojonegoro
10 Tikusan
11 Kalianyar
12 Wedi
13 Sambung
Kapas
14 Tanjungharjo
15 Tampelan
16 Padangmentoyo
17 Bendo
18 Kumpulrejo
Sumber: UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro, 2021
Menurut masyarakat setempat, pada musim hujan akan terjadi debit aliran yang
semakin besar, namun sebaliknya pada musim kemarau debit aliran akan mengalami
penurunan yang sangat signifikan sehingga pada beberapa tahun terakhir perbedaan debit
musim kemarau dan musin penghujan semakin membesar. Pemberian air pada jaringan
irigasi pirang selama ini menyesuaikan dengan ketersediaan air, apabila pada musim hujan
maka ketersediaan air akan cukup sepanjang musim sehingga pemberian air dilakukan secara
terus menerus, namun apabila pada musim kemarau ketersediaan air tidak dapat mencukupi
kebutuhan sehingga pemberian air dilakukan secara rotasi. Sebagai dasar perhitungan
41
kebutuhan air untuk memenuhi kebutuhan tanaman yang ada di petak sawah cara
pembagiannya berdasarkan metode PU.
Pada Daerah Inigasi Pirang terdapat 16 jenis aset bangunan irigasi pada Saluran Primer
dan Sekunder dengan total 165 buah bangunan yang terdini dari:
1. Bendung : 1 Buah
2. Sadap : 17 Buah
3. Sadap Langsung : 7 Buah
4. Bangunan Uhur : 4 Buah
5. Terjunan Pembawa : 14 Buah
6. Talang : 1 Buah
7. Gorong-Gorong : 1 Buah
8. Gorong-Gorong Silang : 3 Buah
9. Pelimpah Samping : 1 Buah
10. Pintu Penbuang : 1 Buah
11. Jenbatan Orang : 15 Buah
12. Jembatan Desa : 17 Buah
13. Tempat Cuci : 25 Buah
14. Tempat Mandi Hewan : 5 Buah
15.Outlet : 29 Buah
16. Saluran : 24 Buah
Total : 165 Buah
8. Perumusan model optimasi dengan program linier menggunakan fasilitas solver pada
microsoft excel.
9. Perhitungan optimasi distribusi pemanfaatan air dengan program linier menggunakan
fasilitas solver pada microsoft excel sehingga diperoleh intensitas tanam dan keuntungan
yang maksimal.
3. Variabel kendala
Dalam pengerjaan studi ini fungsi kendala sebagai variabel batas dalam memaksimalkan
fungsi tujuan. Variabel kendala terdiri dari volume ketersediaan air irigasi, dan luas
lahan pertanian. Berikut merupakan persamaan model matematika untuk fungsi
kendala:
a. Luas Tanam Total
X1a + X1b ≤ Xt1
X2a + X2b ≤ Xt2
X3a + X3b ≤ Xt3
Keterangan:
Xt1 : Luas total baku sawah Daerah Irigasi Pirang pada Musim Tanam I (Ha)
Xt1 : Luas total baku sawah Daerah Irigasi Pirang pada Musim Tanam II (Ha)
Xt1 : Luas total baku sawah Daerah Irigasi Pirang pada Musim Tanam III (Ha)
X1a : Luasan tanaman padi pada musim tanam I (Ha)
X2a : Luasan tanaman padi pada musim tanam II (Ha)
X3a : Luasan tanaman padi pada musim tanam III (Ha)
X1b : Luasan tanaman palawija pada musim tanam I (Ha)
X2b : Luasan tanaman palawija pada musim tanam II (Ha)
X3b : Luasan tanaman palawija pada musim tanam III (Ha)
b. Volume Andalan
Volume andalan sebagai ketersediaan air yang akan digunakan untuk mengoptimasi luas
lahan. Persamaan model matematikanya ditulis sebagai berikut:
Vp1.X1a + Vj1.X1b ≤ Vs1
Vp2.X2a + Vj2.X2b ≤ Vs2
Vp3.X3a + Vj3.X3b ≤ Vs3
Keterangan:
Vpi :Kebutuhan air padi tiap 10 harian (m3/Ha)
Vji : Kebutuhan air palawija tiap 10 harian (m3/Ha)
Vsi : Volume andalan ketersediaan air tiap 10 harian (m3)
X1a : Luasan tanaman padi pada musim tanam I (Ha)
X2a : Luasan tanaman padi pada musim tanam II (Ha)
X3a : Luasan tanaman padi pada musim tanam III (Ha)
X1b : Luasan tanaman palawija pada musim tanam I (Ha)
X2b : Luasan tanaman palawija pada musim tanam II (Ha)
48
MULAI
Debit Kebutuhan
Andalan Air Tanaman
Kebutuhan
Air di Sawah
Kebutuhan
Air di Intake
Neraca Air
YA TIDAK
Qtersedia > Qkebutuhan
Perhitungan
Fungsi Fungsi
Keuntungan
Kendala Tujuan
Bersih
Optimasi:
Perumusan Model
Program Linier
Hasil Optimasi:
1. Luas Lahan Optimum
2. Keuntungan Maksimal dari Hasil Produksi Pertanian
SELESAI
MULAI
1. Fungsi Tujuan
2. Fungsi Kendala:
- Kendala volume
ketersediaan air
- Kendala Luas Lahan
Penyusunan Persamaan
Matematika
Tidak Memenuhi
Solusi Penyelesaian
Program Solver
Memenuhi
Hasil Optimasi:
1. Luas Lahan Tanam Optimum
2. Keuntungan Maksimum Hasil Produksi
SELESAI
51
3.9. Skema Jaringan Irigasi Daerah Irigasi Pirang
51
Sumber: UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro, 2021
52
53
54
Tabel 4. 1
Data Curah Hujan Tahunan
Stasiun Hujan (mm)
Tahun
Jatiblimbing Kapas Bojonegoro Leran
2020 1389,5 2190,0 1561,0 2318,0
2019 1634,0 1217,0 1542,0 1633,0
2018 2107,0 1279,0 1082,0 1439,0
2017 2381,0 2173,0 1939,0 1997,0
2016 2075,0 2005,0 1825,0 1956,0
2015 1756,0 1538,0 2000,0 1566,0
2014 1870,0 1922,0 1989,0 1380,0
2013 2262,0 2137,0 1959,0 1538,0
2012 1700,0 1731,0 1677,0 1375,0
2011 1996,0 1929,0 1602,0 1411,0
Sumber: UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro, 2021
Pada pengujian ini, bagian yang harus diperhatikan adalah penggunaan stasiun hujan
sekitar yang digunakan sebagai acuan dari stasiun hujan yang akan diuji. Stasiun hujan yang
digunakan harus merupakan stasiun terdekat yang sekiranya memiliki sebaran hujan kurang
lebih sama. Sebagai contoh perhitungan dalam pengujian kali ini yaitu stasiun hujan
Jatiblimbing dengan stasiun hujan yang menjadi pembanding yaitu stasiun hujan Kapas,
stasiun hujan Leran, dan stasiun hujan Bojonegoro.
Tabel 4. 2
Uji Konsistensi Data Curah Hujan Stasiun Jatiblimbing
Curah Hujan Pos Stasiun
Rerata Pos Kumulatif (mm)
Sekitar (mm)
Tahun Jatiblimbng Sekitar
Rerata Pos
Kapas Bojonegoro Leran (mm) Jatiblimbing
Sekitar
2020 1389,5 2190,0 1561,0 2318,0 2023,0 1389,5 2023,0
2019 1634,0 1217,0 1542,0 1633,0 1464,0 3023,5 3487,0
2018 2107,0 1279,0 1082,0 1439,0 1266,7 5130,5 4753,7
2017 2381,0 2173,0 1939,0 1997,0 2036,3 7511,5 6790,0
2016 2075,0 2005,0 1825,0 1956,0 1928,7 9586,5 8718,7
2015 1756,0 1538,0 2000,0 1566,0 1701,3 11342,5 10420,0
2014 1870,0 1922,0 1989,0 1380,0 1763,7 13212,5 12183,7
2013 2262,0 2137,0 1959,0 1538,0 1878,0 15474,5 14061,7
2012 1700,0 1731,0 1677,0 1375,0 1594,3 17174,5 15656,0
2011 1996,0 1929,0 1602,0 1411,0 1647,3 19170,5 17303,3
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
55
20000
10000
5000
0
0 5000 10000 15000 20000
Tabel 4. 3
Uji Konsistensi Data Curah Hujan Stasiun Kapas
Curah Hujan Pos Stasiun Sekitar
Rerata Pos Kumulatif (mm)
(mm)
Tahun Kapas Sekitar
Rerata Pos
Jatiblimbing Bojonegoro Leran (mm) Kapas
Sekitar
2020 2190,0 1389,5 1561,0 2318,0 1756,2 2190,0 1756,2
2019 1217,0 1634,0 1542,0 1633,0 1603,0 3407,0 3359,2
2018 1279,0 2107,0 1082,0 1439,0 1542,7 4686,0 4901,8
2017 2173,0 2381,0 1939,0 1997,0 2105,7 6859,0 7007,5
2016 2005,0 2075,0 1825,0 1956,0 1952,0 8864,0 8959,5
2015 1538,0 1756,0 2000,0 1566,0 1774,0 10402,0 10733,5
2014 1922,0 1870,0 1989,0 1380,0 1746,3 12324,0 12479,8
2013 2137,0 2262,0 1959,0 1538,0 1919,7 14461,0 14399,5
2012 1731,0 1700,0 1677,0 1375,0 1584,0 16192,0 15983,5
2011 1929,0 1996,0 1602,0 1411,0 1669,7 18121,0 17653,2
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
56
y = 1.0041x
15000
R² = 0.9977
10000
5000
0
0 5000 10000 15000 20000
Tabel 4. 4
Uji Konsistensi Data Curah Hujan Stasiun Bojonegoro
Curah Hujan Pos Stasiun Sekitar Rerata Kumulatif (mm)
(mm) Pos
Tahun Bojonegoro
Sekitar Rerata Pos
Jatiblimbing Kapas Sarangan Bojonegoro
(mm) Sekitar
2020 1561,0 1389,5 2190,0 2318,0 1965,8 1561,0 1965,8
2019 1542,0 1634,0 1217,0 1633,0 1494,7 3103,0 3460,5
2018 1082,0 2107,0 1279,0 1439,0 1608,3 4185,0 5068,8
2017 1939,0 2381,0 2173,0 1997,0 2183,7 6124,0 7252,5
2016 1825,0 2075,0 2005,0 1956,0 2012,0 7949,0 9264,5
2015 2000,0 1756,0 1538,0 1566,0 1620,0 9949,0 10884,5
2014 1989,0 1870,0 1922,0 1380,0 1724,0 11938,0 12608,5
2013 1959,0 2262,0 2137,0 1538,0 1979,0 13897,0 14587,5
2012 1677,0 1700,0 1731,0 1375,0 1602,0 15574,0 16189,5
2011 1602,0 1996,0 1929,0 1411,0 1778,7 17176,0 17968,2
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
57
20000
Kumulatif Pos Stasiun Hujan Bojonegoro
15000 y = 0.9364x
R² = 0.997
(mm)
10000
5000
0
0 5000 10000 15000 20000
Tabel 4. 5
Uji Konsistensi Data Curah Hujan Stasiun Leran
Curah Hujan Pos Stasiun Sekitar
Rerata Pos Kumulatif (mm)
(mm)
Tahun Leran Sekitar
Rerata Pos
Jatiblimbing Kapas Dawuhan (mm) Leran
Sekitar
2020 2318,0 1389,5 2190,0 1561,0 1713,5 2318,0 1713,5
2019 1633,0 1634,0 1217,0 1542,0 1464,3 3951,0 3177,8
2018 1439,0 2107,0 1279,0 1082,0 1489,3 5390,0 4667,2
2017 1997,0 2381,0 2173,0 1939,0 2164,3 7387,0 6831,5
2016 1956,0 2075,0 2005,0 1825,0 1968,3 9343,0 8799,8
2015 1566,0 1756,0 1538,0 2000,0 1764,7 10909,0 10564,5
2014 1380,0 1870,0 1922,0 1989,0 1927,0 12289,0 12491,5
2013 1538,0 2262,0 2137,0 1959,0 2119,3 13827,0 14610,8
2012 1375,0 1700,0 1731,0 1677,0 1702,7 15202,0 16313,5
2011 1411,0 1996,0 1929,0 1602,0 1842,3 16613,0 18155,8
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
58
15000
y = 0.9668x
R² = 0.9958
10000
5000
0
0 5000 10000 15000 20000
Keakuratan data dan hubungan antar stasiun hujan dapat dilihat dari nilai koefisien
determinasi (R2). Jika koefisien determinasi (R2) mendekati 100% atau 1, maka data tiap
stasiun dianggap akurat dan berhubungan dengan stasiun hujan lainnya. Berdasarkan hasil
uji konsistensi yang telah dilakukan pada empat stasiun hujan yang berpengaruh di Daerah
Irigasi Pirang selama 10 tahun mulai dari tahun 2011 sampai tahun 2020, menunjukkan nilai
R2 berkisar 0,995 hingga 0,999 sehingga dapat disimpulkan bahwa data curah hujan dari
keempat stasiun hujan tidak mengalami penyimpangan akibat pengaruh lingkungan maupun
kesalahan pengukuran dan juga dapat dianggap bahwa data curah hujan di tiap stasiun hujan
konsisten. Rekapitulasi hasil uji konsistensi setiap stasiun hujan dapat dilihat pada tabel 4.6
Tabel 4. 6
Rekapitulasi Hasil Uji Konsistensi
No Stasiun Hujan Persamaan R2 Hasil Uji
1 Jatiblimbing y = 1,0943x 0,9984 Konsisten
2 Kapas y = 1,0041x 0,9977 Konsisten
3 Bojonegoro y = 0,9364x 0,9970 Konsisten
4 Leran y = 0,9668x 0,9958 Konsisten
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
59
Tabel 4. 7
Curah Hujan Rerata Wilayah Daerah Irigasii Pirang
Tahun
10 Harian
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
I 38 77 224 119 52 76 44 97 67 86
Jan II 31 143 24 81 109 25 142 88 130 79
III 64 62 182 31 132 106 189 32 126 122
I 63 141 20 62 263 132 60 46 108 104
Feb II 57 80 120 106 76 61 71 106 38 124
III 29 75 27 49 105 136 115 204 34 102
I 70 128 115 154 121 54 37 167 161 108
Mar II 73 45 192 200 95 61 110 85 109 25
III 171 160 50 37 27 58 59 32 113 28
I 63 44 152 93 128 72 103 18 162 142
Apr II 66 15 58 69 69 58 26 30 62 47
III 41 21 28 110 65 50 83 45 54 15
I 117 68 4 14 52 25 37 40 35 45
Mei II 85 10 42 6 6 32 8 24 9 50
III 18 0 31 21 1 50 64 49 7 12
I 9 8 70 3 41 44 51 14 0 1
Jun II 0 38 33 26 0 41 6 5 0 1
III 21 5 8 22 0 44 20 29 0 0
I 11 0 40 18 0 19 0 0 0 18
Jul II 8 0 36 0 0 16 29 0 0 14
III 0 0 7 31 3 8 2 0 0 1
I 0 0 0 0 0 22 0 0 0 0
Ags II 0 0 0 4 0 70 0 0 0 31
III 0 0 1 0 0 6 0 0 0 5
I 0 0 8 0 0 0 0 0 0 0
Sep II 36 0 3 0 0 13 2 0 0 1
III 0 0 0 0 0 41 78 0 0 15
I 5 19 12 3 0 96 27 0 0 28
Okt II 9 4 0 0 0 32 38 0 0 44
III 51 22 52 11 0 36 82 3 15 66
I 108 31 25 28 33 102 41 64 42 50
Nov
II 67 95 95 18 41 105 187 21 3 25
61
Tahun
10 Harian
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
III 114 64 53 23 13 108 102 84 20 153
I 120 68 122 116 90 96 144 78 17 78
Des II 102 49 113 130 86 63 124 79 102 135
III 91 150 32 209 111 15 44 38 94 114
Curah Hujan Tahunan 1735 1621 1974 1790 1715 1965 2123 1477 1507 1865
Tabel 4. 8
Perhitungan Curah Hujan Andalan R80
Tahun Berdasarkan Curah Hujan Terurut
10 Harian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
I 38 44 52 67 76 77 86 97 119 224
Jan II 24 25 31 79 81 88 109 130 142 143
III 31 32 62 64 106 122 126 132 182 189
I 20 46 60 62 63 104 108 132 141 263
Feb II 38 57 61 71 76 80 106 106 120 124
III 27 29 34 49 75 102 105 115 136 204
I 37 54 70 108 115 121 128 154 161 167
Mar II 25 45 61 73 85 95 109 110 192 200
III 27 28 32 37 50 58 59 113 160 171
I 18 44 63 72 93 103 128 142 152 162
Apr II 15 26 30 47 58 58 62 66 69 69
III 15 21 28 41 45 50 54 65 83 110
I 4 14 25 35 37 40 45 52 68 117
Mei II 6 6 8 9 10 24 32 42 50 85
III 0 1 7 12 18 21 31 49 50 64
I 0 1 3 8 9 14 41 44 51 70
Jun II 0 0 0 1 5 6 26 33 38 41
III 0 0 0 5 8 20 21 22 29 44
I 0 0 0 0 0 11 18 18 19 40
Jul II 0 0 0 0 0 8 14 16 29 36
III 0 0 0 0 1 2 3 7 8 31
I 0 0 0 0 0 0 0 0 0 22
Ags II 0 0 0 0 0 0 0 4 31 70
III 0 0 0 0 0 0 0 1 5 6
I 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8
Sep II 0 0 0 0 0 1 2 3 13 36
III 0 0 0 0 0 0 0 15 41 78
I 0 0 0 3 5 12 19 27 28 96
Okt II 0 0 0 0 0 4 9 32 38 44
III 0 3 11 15 22 36 51 52 66 82
I 25 28 31 33 41 42 50 64 102 108
Nov II 3 18 21 25 41 67 95 95 105 187
III 13 20 23 53 64 84 102 108 114 153
I 17 68 78 78 90 96 116 120 122 144
Des II 49 63 79 86 102 102 113 124 130 135
III 15 32 38 44 91 94 111 114 150 209
Curah Hujan
445 703 903 1175 1465 1740 2076 2398 2940 3926
Tahunan
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
Setelah didapatkan nilai curah hujan andalan, perhitungan dilanjutkan untuk mencari
nilai curah hujan efektif untuk setiap jenis tanaman. Jenis tanaman tersebut yaitu meliputi
padi dan palawija. Besarnya curah hujan efektif untuk tanaman palawija ditentukan 50% dari
63
curah hujan andalan R80 yang dihubungkan dengan nilai evapotranspirasi rata-rata bulanan
melalui interpolasi sehingga didapatkan nilai curah hujan efektif dalam periode bulanan
untuk tanaman palawija sesuai pada Tabel 4.9
Tabel 4. 9
Curah Hujan Efektif Rata-rata Bulanan dikaitkan dengan Et Tanaman Rata-rata Bulanan
dan Curah Hujan Rata-rata Bulanan (USDA (SCS),1969)
Curah hujan
12,5 25 37,5 50 62,5 75 87,5 100 112,5 125 137,5 150 162,5 175 187,5 200
bulanan (mm)
25 8 16 24
50 8 17 25 32 39 46
75 9 18 27 34 41 48 56 62 69
ET 100 9 19 28 35 43 52 59 66 73 80 87 94 100
Tanaman 125 10 20 30 37 46 54 62 70 76 85 92 98 107 116 120
rerata 150 10 21 31 39 49 57 66 74 81 89 97 104 112 119 127 133
bulan/mm
175 11 23 32 42 52 61 69 78 86 95 103 111 118 126 134 141
200 11 24 33 44 54 64 73 82 91 100 109 117 125 134 142 150
225 12 25 35 47 57 68 78 87 96 106 115 124 132 141 150 159
250 13 25 38 50 61 72 84 92 102 112 121 132 140 150 158 167
Sumber: Standar Kriteria Perencanaan Irigasi (KP-01) Lampiran II, 2013:176
Contoh perhitungan curah hujan efektif untuk tanman palawija pada bulan Januari:
• Re = R80 x 50%
= 25,75 x 50%
= 36,1 mm (Curah hujan efektif Januari periode I)
• Re bulanan = Re periode I + Re periode II + Re periode III
= 25,75 + 15,25 + 30,88
= 71,875 mm (Curah hujan efektif bulan Januari)
Re bulanan dihubungkan dengan tabel evapotranspirasi rata-rata bulanan yang tersedia
sesuai di Standar Kriteria Perencanaan Irigasi (KP-01)
51,66
• Re palawija harian = 31
= 1,66 mm/hr (Curah hujan efektif untuk tanaman palawija per hari)
Untuk perhitungan selengkapnya ditunjukkan pada Tabel 4.10 dibawah ini
Tabel 4. 10
Curah Hujan Efektif untuk Tanaman Palawija
Re Re
R80 0,5R80 Re
Bulan Periode Et0 Palawija Palawija
(mm) (mm) mm/bulan
(mm/bulan) (mm/hari)
I 52 25,75
Jan II 31 15,25 71,875 121,20 51,66 1,666
III 62 30,88
I 60 29,88
Feb 77,00 124,47 55,23 1,973
II 61 30,38
64
Re Re
R80 0,5R80 Re
Bulan Periode Et0 Palawija Palawija
(mm) (mm) mm/bulan
(mm/bulan) (mm/hari)
III 34 16,75
I 70 35,13
Mar II 61 30,63
81,50 145,21 61,01 1,968
III 32 15,75
I 63 31,25
Apr II 30 15,00 60,25 102,39 41,83 1,394
III 28 14,00
I 25 12,25
Mei II 8 4,00 19,63 87,30 14,41 0,465
III 7 3,38
I 3 1,25
Jun II 0 0 1,25 82,84 0,90 0,030
III 0 0
I 0 0
Jul II 0 0 0 83,56 0 0
III 0 0
I 0 0
Ags II 0 0 0 125,05 0 0
III 0 0
I 0 0
Sep II 0 0 0 178,44 0 0
III 0 0
I 0 0
Okt II 0 0 5,38 164,75 4,55 0,147
III 11 5,38
I 31 15,38
Nov II 21 10,63 37,63 141,46 30,74 1,025
III 23 11,63
I 78 38,75
Des II 79 39,25 96,75 130,69 68,83 2,220
III 38 18,75
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
Besarnya curah hujan efektif untuk tanaman padi ditentukan dengan 70% dari nilai
curah hujan andalan R80 per periode waktu pengamatan. Contoh perhitungan curah hujan
efektif untuk tanaman padi pada bulan Januari periode I yaitu:
Re = R80 x 70%
= 51,50 x 70%
= 36,1 mm (Curah hujan efektif untuk tanaman padi per 10 harian)
65
= 36,1/10
= 3,61 mm (Curah hujan efektif untuk tanaman padi per hari)
Rekapitulasi hasil perhitungan curah hujan efektif untuk tanaman padi dan palawija
ditunjukkan pada Tabel 4.11
Tabel 4. 11
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Curah Hujan Efektif
Re Re
R80
Bulan Periode Padi Palawija
(mm)
(mm) (mm)
I 52 3,605 1,666
Jan II 31 2,135 1,666
III 62 4,323 1,666
I 60 4,183 1,973
Feb II 61 4,253 1,973
III 34 2,345 1,973
I 70 4,918 1,968
Mar II 61 4,288 1,968
III 32 2,205 1,968
I 63 4,375 1,394
Apr II 30 2,100 1,394
III 28 1,960 1,394
I 25 1,715 0,465
Mei II 8 0,560 0,465
III 7 0,473 0,465
I 3 0,175 0,030
Jun II 0 0,000 0,030
III 0 0,000 0,030
I 0 0,000 0,000
Jul II 0 0,000 0,000
III 0 0,000 0,000
I 0 0,000 0,000
Ags II 0 0,000 0,000
III 0 0,000 0,000
I 0 0,000 0,000
Sep II 0 0,000 0,000
III 0 0,000 0,000
I 0 0,000 0,147
Okt II 0 0,000 0,147
III 11 0,753 0,147
I 31 2,153 1,025
Nov II 21 1,488 1,025
III 23 1,628 1,025
I 78 5,425 2,220
Des II 79 5,495 2,220
III 38 2,625 2,220
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
66
Tabel 4. 12
Data Klimatologi Rerata Bulanan Tahun 2011-2020 Stasiun Klimatologi Padangan
Suhu Rerata Kelembaban Lama Penyinaran Kecepatan Kecepatan
Bulan
(°C) Relatif (%) Matahari (%) Angin (km/jam) Angin (m/det)
1. Mencari harga tekanan uap jenuh (εγ), harga faktor (w), dan nilai f(t) koreksi akibat
temperatur.
Dari data klimatologi yang telah diketahui, yaitu suhu udara 28,61°C, maka
didapatkan:
εγ = 39,17 mbar
w = 0,78 mbar
f(t)= 16,42
Data-data tersebut didapat berdasarkan tabel 2.1
2. Berdasarkan letak lintang daerah studi, nilai (Rγ) dapat dicari dari tabel 2.2 dengan cara
interpolasi untuk lokasi koordinat 7,24° LS, besaran nilai radiasi gelombang pendek
(Rγ) adalah 15,99 mm/hari.
3. Dari data kecerahan matahari (n/N) dan nilai radiasi gelombang pendek (Rγ) yang telah
didapatkan, nilai radiasi gelombang pendek yang diterima di bumi (Rs) dihitung dengan
rumus berikut ini:
Rs = (0,25 + 0,54 n/N) Rγ
= (0,25 + 0,54 . 31,65%) 15,99
= 6,73 mm/hari
4. Berdasarkan nilai tekanan uap jenuh (εγ) dan kelembapan relatif (RH) diperoleh nilai
harga tekanan uap sebenarnya (εd) dengan persamaan sebagai berikut.
εd = εγ . RH
= 39,17 . 97,40%
= 38,15 mbar
5. Setelah didapatkan harga tekanan uap sebenarnya (εd), maka perhitungan nilai fungsi
tekanan uap f(εd) dapat diperoleh dengan rumus berikut.
f(εd) = 0,34 – (0,044 . εd 0,5)
= 0,34 – (0,044 . 38,150,5)
= 0,068
6. Menghitung harga fungsi kecerahan matahari f(n/N) dengan persamaan berikut.
f(n/N) = 0,1+ 0,9 . (n/N)
= 0,1+ 0,9 . 31,65 %
= 0,38
7. Berdasarkan hasil perhitungan nilai f(t), nilai f(εd), dan nilai f(n/N) maka dapat dihitung
nilai Rn1 dengan rumus
68
Tabel 4. 13
Perhitungan Evapotranspirasi Potensial
NO DATA METEOROLOGI SUMBER SATUAN Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
1 Suhu (T) Data (°C) 28,61 28,72 29,25 29,03 29,18 28,77 28,67 29,54 30,39 30,49 29,90 28,70
2 Kelembaban Udara (RH) Data (%) 97,40 98,03 97,83 97,73 97,59 97,22 97,29 96,22 96,40 96,64 96,88 97,48
3 Kecepatan Angin (U) Data (km/jam) 0,51 1,21 2,03 1,76 3,20 3,03 3,94 5,86 6,61 10,67 6,53 0,91
(m/det) 0,14 0,34 0,56 0,49 0,89 0,84 1,09 1,63 1,84 2,96 1,81 0,25
Penyinaran Matahari (rasio keawanan)
4 Data (%) 31,65 39,65 48,45 44,46 33,55 37,55 32,77 50,42 72,80 50,91 40,90 35,71
(n/N)
Perhitungan
5 Tekanan uap jenuh (εγ) Tabel mbar 39,17 39,42 40,63 40,12 40,46 39,54 39,32 41,29 43,20 43,41 42,09 39,39
6 Faktor pengaruh suhu dan elevasi (w) Tabel 0,78 0,78 0,79 0,79 0,79 0,78 0,78 0,79 0,80 0,80 0,79 0,78
7 Fungsi suhu (f(t)) Tabel (°C) 16,42 16,44 16,55 16,51 16,54 16,45 16,43 16,61 16,78 16,80 16,68 16,44
8 Tekanan uap sebenarnya (εd) Hitung mbar 38,15 38,64 39,75 39,21 39,49 38,44 38,25 39,73 41,64 41,96 40,78 38,40
9 Fungsi tekanan uap (f(εd)) Hitung mbar 0,068 0,066 0,063 0,064 0,064 0,067 0,068 0,063 0,056 0,055 0,059 0,067
Radiasi gelombang pendek luar atmosfer
10 Tabel mm/hari 15,99 16,06 15,29 14,33 13,21 12,55 12,85 13,81 14,94 15,76 15,92 15,89
(Rγ)
Radiasi gelombang pendek setahun
11 Hitung mm/hari 6,73 7,45 7,82 7,02 5,70 5,68 5,49 7,21 9,61 8,27 7,50 7,03
evaporasi (Rs)
12 Fungsi kecerahan matahari (f(n/N)) Hitung mm/hari 0,38 0,46 0,54 0,50 0,40 0,44 0,39 0,55 0,76 0,56 0,47 0,42
13 Fungsi kecepatan angin f(U) Hitung m/dt 0,30 0,35 0,40 0,38 0,48 0,47 0,53 0,65 0,70 0,96 0,69 0,33
14 Radiasi bersih gelombang panjang (Rn1) Hitung mm/hari 0,43 0,50 0,56 0,53 0,42 0,48 0,44 0,58 0,71 0,52 0,46 0,47
15 Angka koreksi (c) Tabel 1,10 1,10 1,10 0,90 0,90 0,90 0,90 1 1,10 1,10 1,10 1,10
16 Evaporasi (ETo*) Hitung mm/hari 3,67 4,04 4,26 3,79 3,13 3,07 2,99 4,03 5,41 4,83 4,29 3,83
17 Evaporasi Potensial (ETo) Hitung mm/hari 4,04 4,45 4,68 3,41 2,82 2,76 2,70 4,03 5,95 5,31 4,72 4,22
18 Evaporasi Potensial (ETo) Hitung mm/bulan 121,20 124,47 145,21 102,39 87,30 82,84 83,56 125,05 178,44 164,75 141,46 130,69
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
69
70
Tabel 4. 14
Data Debit Intake Bendung Pirang Periode 10 Harian Tahun 2011-2020
Tahun
Bulan Periode
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
I 0,85 0,80 0,73 0,62 0,58 0,48 1,07 1,20 0,97 1,10
Jan II 0,79 0,79 0,71 0,58 0,58 0,56 1,07 1,20 0,82 1,00
III 0,76 0,78 0,71 0,60 0,53 0,60 1,07 1,20 0,77 0,97
I 0,83 0,80 0,76 0,76 0,91 0,60 0,99 1,20 0,55 1,26
Feb II 0,76 0,77 0,72 0,66 0,86 0,64 0,99 1,34 0,51 1,15
III 0,70 0,75 0,69 0,60 0,80 0,66 0,99 1,34 0,49 1,15
I 0,76 0,76 0,70 0,45 0,88 0,59 0,99 1,34 0,47 0,75
Mar II 0,70 0,73 0,66 0,33 0,66 0,55 0,99 0,84 0,49 0,75
III 1,13 0,95 0,94 0,32 1,42 0,55 0,99 1,09 0,53 1,04
I 0,93 0,86 0,80 0,86 1,01 0,55 1,07 0,86 0,57 1,06
Apr II 0,68 0,78 0,70 0,83 0,52 0,75 1,07 1,08 0,61 1,16
III 0,84 0,86 0,81 0,76 0,92 0,75 1,07 0,78 0,73 1,24
I 0,82 0,85 0,80 0,72 0,93 0,75 1,07 0,80 0,77 1,24
Mei II 0,83 0,85 0,81 0,74 0,93 0,75 1,07 0,90 0,83 1,24
III 0,79 0,83 0,78 0,79 0,80 0,75 1,03 0,90 0,83 1,24
I 0,70 0,76 0,69 0,74 0,66 0,68 1,02 1,00 0,48 0,85
Jun II 0,68 0,75 0,68 0,72 0,64 0,69 1,02 1,10 0,39 0,96
III 0,65 0,73 0,66 0,62 0,68 0,68 1,02 0,67 0,57 1,08
I 0,58 0,77 0,62 0,57 0,59 0,68 0,55 0,16 0,19 1,08
Jul II 0,56 0,67 0,60 0,55 0,57 0,68 0,55 0,16 0,19 1,08
III 0,56 0,65 0,59 0,55 0,57 0,64 0,55 0,13 0,22 0,51
I 0,46 0,60 0,52 0,57 0,34 0,64 0,92 0,13 0,49 0,97
Ags II 0,45 0,57 0,49 0,55 0,34 0,59 0,87 0,05 0,49 0,85
III 0,45 0,57 0,50 0,55 0,35 0,59 0,87 0,05 0,49 0,75
I 0,38 0,55 0,47 0,43 0,33 0,64 0,87 0,05 0,51 0,42
Sep II 0,40 0,56 0,48 0,43 0,36 0,64 0,87 0,05 0,51 0,59
III 0,37 0,55 0,46 0,34 0,41 0,64 0,89 0,05 0,51 0,59
I 0,36 0,54 0,45 0,34 0,37 0,64 0,89 0,05 0,43 0,59
Okt II 0,37 0,55 0,46 0,37 0,37 0,64 0,89 0,17 0,34 0,68
III 0,34 0,53 0,44 0,36 0,32 0,64 0,91 0,12 0,34 0,82
I 0,36 0,58 0,43 0,41 0,30 0,58 1,20 0,12 0,12 0,39
Nov II 0,37 0,59 0,44 0,43 0,30 0,58 1,20 0,19 0,19 0,39
III 0,37 0,59 0,44 0,43 0,30 0,58 1,20 0,23 0,23 0,39
I 0,59 0,72 0,61 0,74 0,45 0,64 1,15 0,34 0,34 0,67
Des II 0,67 0,88 0,81 0,90 0,45 1,10 1,15 0,28 0,28 0,76
III 0,67 0,88 0,81 0,89 0,45 1,09 1,15 0,71 0,71 0,83
Total 22,50 25,70 22,95 21,10 21,46 23,80 35,27 21,91 17,91 31,61
Rerata 0,63 0,71 0,64 0,59 0,60 0,66 0,98 0,61 0,50 0,88
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
72
Tabel 4. 15
Perhitungan Probabilitas Debit Andalan dengan Metode Weibull
Data Debit Ranking Debit P
No Keterangan
Tahun Q (m3/detik) Tahun Q (m3/detik) %
1 2011 22,504 2017 35,265 9,09%
2 2012 25,704 2020 31,611 18,18%
3 2013 22,947 2012 25,704 27,27%
4 2014 21,098 2016 23,796 36,36%
5 2015 21,462 2013 22,947 45,45%
6 2016 23,796 2011 22,504 54,55% Q 50%
7 2017 35,265 2018 21,913 63,64%
8 2018 21,913 2015 21,462 72,73%
9 2019 17,909 2014 21,098 81,82% Q 80%
10 2020 31,611 2019 17,909 90,91%
Sumber: Hail Perhitungan, 2022
1
Debit (m3/dt)
0.8
0.6
0.4
0.2
0
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Bulan / Periode
Sedangkan debit andalan 50% yang dianggap mewakili debit air normal yang terjadi
pada tahun 2011 dengan data debit berkisar antara 0,34 – 1,13 m3/detik. Debit ini mempunyai
peluang terjadi disamai atau dilampaui 183 hari (6 bulan) dalam 1 tahun atau peluang tidak
terjadi 183 hari (6 bulan) dalam 1 tahun.
4.4.3. Perkolasi
Perkolasi merupakan peristiwa peresapan air dari daerah perakaran (lapisan tanah
olah) ke lapisan tanah yang lebih dalam (zona jenuh) dan hanya terjadi pada masa
penanaman padi. Air perkolasi ini bergerak melalui profil tanah, melarutkan ion dan
mengangkutnya masuk ke air bawah tanah (groundwater). Laju perkolasi dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti tekstur tanah, tebal lapisan bagian atas, permeabilitas tanah, dan
vegetasi penutup. Tekstur tanah yang berada di Daerah Irigasi Pirang merupakan tanah
74
lempung sedang. Menurut Tabel 2.5, tanah lempung sedang memiliki nilai perkolasi 2-3
mm/hari. Pada perhitungan perkolasi studi ini, nilai perkolasi diambil sebesar 2 mm/hari
sesuai dengan kondisi di lapangan Daerah Irigasi Pirang.
4.4.4. Penyiapan Lahan
Penyiapan lahan merupakan tahap pengolahan lahan dengan membajak dan menggaru
untuk kebutuhan tanaman agar sesuai dengan pertumbuhannnya. Membajak dalam pertanian
merupakan memperbaiki sirkulasi di dalam tanah dengan menggemburkannya. Sedangkan
maksud dari menggaru adalah memyempurnakan tanah dari bajakan dan membuat tanah
lebih kedap air sehingga peresapan air ke dalam tanah dapat diperkecil. Kebutuhan air untuk
penyiapan lahan umumnya menentukan besarnya kebutuhan air maksimum untuk
perencanaan pemberian air irigasi.
Besarnya kebutuhan air untuk penyiapan lahan juga ditentukan oleh faktor lamanya
waktu yang dibutuhkan untuk penyiapan lahan, nilai evapotranspirasi potensial, serta jenis
tanah. Penyiapan lahan untuk tanaman padi pada musim hujan diusahakan menunggu cukup
turunnya hujan. Dalam studi ini perhitungan yang digunakan menggunakan metode yang
dikembangkan oleh Van de Goor dan Zijltra (1986). Contoh perhitungan kebutuhan air
irigasi selama penyiapan lahan pada bulan Januari sebagai berikut.
• Eto = 4,04 mm/hari
• Eo = Eto . 1,1
= 4,04 . 1,1
= 4,44 mm/hari
• P = 2 mm/hari
• M = Eo + P
= 4,44 + 2
= 6,44 mm/hari
• T = 30 hari
• S = 250 mm
• k = (M .T)/S
= (6,44 . 30)/250
= 0,77
• ek = e0,854
= 2,17
• IR = M . ek / (ek-1)
= 6,44 . 2,17 / (2,17 – 1)
75
= 11,97 mm/hari
= 1,39 l/dt/ha
Jadi, nilai penyiapan lahan pada bulan Januari sebesar 11,97 mm/hari atau sebesar
1,391 l/dt/ha. Untuk perhitungan selengkapnya ditunjukkan pada Tabel 4.16
Tabel 4. 16
Perhitungan Kebutuhan Air untuk Penyiapan Lahan
BULAN
NO PARAMETER SATUAN
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUST SEPT OKT NOV DES
1 Eto mm/hari 4,04 4,45 4,68 3,41 2,82 2,76 2,70 4,03 5,95 5,31 4,72 4,22
2 Eo = 1,1 . Eto mm/hari 4,44 4,89 5,15 3,75 3,10 3,04 2,96 4,44 6,54 5,85 5,19 4,64
3 P mm/hari 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
4 M = Eo + P mm/hari 6,44 6,89 7,15 5,75 5,10 5,04 4,96 6,44 8,54 7,85 7,19 6,64
5 T hari 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
6 S mm 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250
7 k = (M . T)/S 0,77 0,83 0,86 0,69 0,61 0,60 0,60 0,77 1,03 0,94 0,86 0,80
8 ek 2,17 2,29 2,36 1,99 1,84 1,83 1,81 2,17 2,79 2,56 2,37 2,22
mm/hari 11,97 12,25 12,41 11,54 11,14 11,10 11,06 11,96 13,32 12,86 12,44 12,09
9 IR : M ek / (ek-1)
l/dt/ha 1,39 1,42 1,44 1,34 1,29 1,29 1,28 1,38 1,54 1,49 1,44 1,40
Keterangan:
Eto = Evapotranspirasi potensial (mm/hari)
Eo = Evaporasi potensial (mm/hari)
P = Perkolasi (mm/hari)
M = Kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di
sawah yang sudah dijenuhkan (mm/hari)
T = Waktu pengolahan tanah (hari)
S = Kebutuhan air untuk penjenuhan lapisan atas ditambah dengan lapisan air 50 mm,
...sehingga 200 + 50 = 250 mm
k = Konstanta
e = Bilangan eksponen (2,71828)
IR = Kebutuhan air untuk pengolahan lahan (mm/hari)
1/8,64 = Angka konversi satuan dari mm/hari menjadi l/dt/ha
76
= 1,25 mm/hari
4.4.6. Koefisien Tanaman
Besarnya koefisien tanaman (k) untuk setiap jenis tanaman berbeda-beda yang
besarnya berubah setiap periode pertumbuhan dari tanaman itu sendiri. Koefisien tanaman
diperlukan untuk menghubungkan nilai evapotranspirasi potensial (ETo) dengan kebutuhan
air konsumtif tanaman (ETc). Menurut data Rencana Tata Tanam Global eksisting pada
Daerah Irigasi Pirang, jenis tanaman yang ditanam yaitu terdiri dari tanaman padi dan
palawija. Untuk mengetahui nilai koefisien masing-masing tanaman dapat dilihat pada Tabel
2.4.
• Palawija = 1314 ha
4.5. Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi
Kebutuhan air irigasi adalah kebutuhan air yang dibutuhkan tanaman untuk
keperluan irigasi di lahan sawah. Dalam perhitungannya, analisis kebutuhan air dipengaruhi
oleh faktor evapotranspirasi potensial, curah hujan efektif, perkolasi, koefisien tanaman,
pengolahan lahan, efisiensi irigasi, dan berbagai faktor lainnya. Berikut merupakan contoh
perhitungan kebutuhan air irigasi berdasarkan pola tata tanam eksisting pada bulan
November periode I.
Data-data yang diketahui sebagai berikut:
• Tanaman padi berumur 90 hari.
• Tanaman jagung berumur 90 hari.
• Tanaman kedelai berumur 90 hari.
• Tanaman kacang tanah berumur 120 hari.
• Penanaman dimulai pada bulan November periode I.
• Sistem pembagian pola tata tanam berdasarkan 10 harian.
• Koefisien tanaman padi menggunakan varietas unggul.
• Koefisien tanaman palawija menggunakan varietas biasa.
• Evapotranspirasi potensial (ETo) sebesar 4,72 mm/hari (Tabel 4.13).
• Penyiapan lahan sebesar 12,44 mm/hari (Tabel 4.16).
• Waktu penggantian lapisan air (WLR) sebesar 1,25 mm/hari selama 40 hari.
• Curah hujan efektif untuk tanaman padi sebesar 2,153 mm/hari (Tabel 4.11).
• Curah hujan efektif untuk tanaman palawija sebesar 1,025 mm/hari (Tabel 4.11).
• WLR dimulai pada hari ke 30 setelah masa tanam padi dengan jangka waktu 40 hari.
• Jangka waktu penyiapan lahan (PL) yaitu selama 30 hari.
• Nilai perkolasi tanah sebesar 2 mm/hari sesuai dengan kondisi eksisting tanah di Daerah
Irigasi Pirang dan hanya untuk padi.
Langkah-langkah dalam menghitung kebutuhan air irigasi adalah sebagai berikut:
1. Menggambar pola tata tanam sesuai dengan jenis tanaman dan waktu mulai tanam
tanaman padi dan tanaman palawija.
2. Menentukan koefisien (Kc) masing-masing tanaman sesuai dengan periode umur
tanaman padi dan tanaman palawija.
Kc padi =0+0+0
Kc palawija = 0 + 0,55 + 0,817
79
= 0 mm/hari
𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛
Rerata koefisien tanaman palawija (kacang tanah) = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛
0 + 0,55 + 0,817
= 3
= 0,684 mm/hari
4. Memasukkan nilai evapotranspirasi potensial dari hasil perhitungan dengan
menggunakan metode Penman Modifikasi (tabel 4.13). Nilai evapotranspirasi potensial
pada bulan November periode I sebesar 4,72 mm/hari.
5. Menghitung penggunaan air konsumtif (PAK) dengan rumus:
PAK tanaman padi = Rerata koefisien padi x Eto
= 0 x 4,72
= 0 mm/hari
PAK tanaman palawija (kacang tanah) = Rerata koefisien palawija (kacang tanah) x Eto
= 0,684 x 4,72
= 3,22 mm/hari
6. Menentukan rasio luas penggunaan air konsumtif tanaman (PAK)
Tanaman padi = 1/2 . 0/6 = 0
Tanaman Palawija (kacang tanah) = 1/2 . 5/6 = 0,417
7. Menghitung PAK x rasio luas PAK
Tanaman padi =0x0
= 0 mm/hari
Tanaman Palawija (kacang tanah) = 3,22 x 0,417
= 1,34 mm/hari
8. Menentukan nilai perkolasi yang dapat diketahui berdasarkan jenis tanah, yaitu lempung
sedang dengan nilai perkolasi sebesar 2,00 mm/hari untuk tanaman padi.
9. Menentukan rasio luas perkolasi pada tanaman padi yaitu 1/2 . 0/6 = 0
10. Menghitung perkolasi x luas perkolasi
Tanaman padi =2x0
= 0 mm/hari
11. Menentukan rasio luas penyiapan lahan sebelum penanaman padi yaitu 1/2 . 1/6 = 0,083
80
12. Menghitung nilai Penyiapan Lahan (PL) (dari tabel 4.16) dikalikan dengan rasio luas
penyiapan lahan.
Tanaman padi = penyiapan lahan x rasio luas penyiapan lahan
= 12,44 x 0,083
= 1,04 mm/hari
13. Penggantian lapisan air (WLR) dihitung setelah 30 hari dari awal tanam padi sebesar 50
mm selama 40 hari, sehingga nilai WLR yang dilakukan pada bulan November periode
I sebesar:
WLR = 50/40
= 1,25 mm/hari
14. Menentukan rasio luas WLR setelah 30 hari dari awal penanaman padi pada bulan
November periode I yaitu 1/2 . 0/6 = 0
15. Menghitung WLR x rasio luas WLR
Tanaman padi = WLR x rasio luas WLR
= 1,25 x 0
= 0 mm/hari
16. Menentukan curah hujan efektif (Reff) untuk tiap jenis tanaman yang didapat dari hasil
perhitungan curah hujan efektif pada tiap jenis tanaman (Tabel 4.11).
Reff tanaman padi = 2,153 mm/hari
Reff Tanaman Palawija (kacang tanah) = 1,025 mm/hari
17. Menentukan nilai kebutuhan air di sawah (NFR) dengan rumus:
NFR tanaman padi = PAK padi + PL + WLR + P – Reff tanaman padi
= 0 + 2,07 + 0 + 0 – 2,153
= -0,08 mm/hari
= 0 mm/hari = 0 lt/dt/ha
NFR tanaman palawija (kacang tanah) = PAK palawija – Reff tanaman palawija
= 2,69 – 1,025
= 1,66 mm/hari
= 0,19 lt/dt/ha
18. Efisiensi saluran didapat dari ketetapan koefisien saluran sebesar:
Efisiensi irigasi = 90 % x 90% x 80%
= 65% = 0,65
19. Menentukan kebutuhan air per satuan luas dengan rumus:
81
Adapun kondisi pola tata tanam eksisting dan beberapa alternatif pola tata tanam yang
direncanakan serta perhitungan kebutuhan air irigasinya secara lengkap disajikan pada tabel
4.17 sampai tabel 4.21 berikut.
82 82
Tabel 4. 17
Pola Tata Tanam Eksisting
Luas Lahan : MT I MT II MT III
Daerah Irigasi : Pirang Padi 1314 Padi 500 Padi 0
Luas Baku Sawah : 1314 Ha Palawija 0 Palawija 814 Palawija 1314
Pola Tanam : Padi - Padi, Palawija (Jagung) - Palawija (Kacang Tanah)
NO PARAMETER NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEP OKT
SATUAN
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Pola Tata Tanam Padi PL padi WLR padi PL padi WLR padi
1
Pola Tata Tanam Palawija jagung 90 hari Kacang Tanah 120 hari
13 LP dengan Rasio Luas Padi mm/hari 1,04 3,11 5,18 5,04 3,02 1,01 1,03 3,10 5,17 4,81 2,88 0,96
14 Pergantian Lapisan Air (WLR ) Padi mm/hari 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25
15 Rasio Luas WLR Padi 0,17 0,50 0,83 1,00 0,83 0,50 0,17 0,17 0,50 0,83 1,00 0,83 0,50 0,17
16 WLR dengan Rasio Luas Padi mm/hari 0,21 0,63 1,04 1,25 1,04 0,63 0,21 0,21 0,63 1,04 1,25 1,04 0,63 0,21
17 Curah Hujan Efektif :
Padi mm/hari 2,15 1,49 1,63 5,43 5,50 2,63 3,61 2,14 4,32 4,18 4,25 2,35 4,92 4,29 2,21 4,38 2,10 1,96 1,72 0,56 0,47 0,18 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,75
Palawija mm/hari 1,02 1,02 1,02 2,22 2,22 2,22 1,67 1,67 1,67 1,97 1,97 1,97 1,97 1,97 1,97 1,39 1,39 1,39 0,46 0,46 0,46 0,03 0,03 0,03 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,15 0,15 0,15
18 Kebutuhan Air di Sawah (NFR ) :
Padi mm/hari -1,12 1,62 3,55 0,20 -0,70 1,38 0,16 2,12 0,37 0,97 0,36 0,89 -2,00 -0,68 3,13 0,94 2,32 1,59 1,28 2,90 3,41 3,88 3,64 2,62 1,53 0,50 0,17 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -0,75
l/dt/ha -0,13 0,19 0,41 0,02 -0,08 0,16 0,02 0,24 0,04 0,11 0,04 0,10 -0,23 -0,08 0,36 0,11 0,27 0,18 0,15 0,34 0,40 0,45 0,42 0,30 0,18 0,06 0,02 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -0,09
Palawija mm/hari 0,32 -0,38 -1,02 -2,22 -2,22 -2,22 -1,67 -1,67 -1,67 -1,97 -1,97 -1,97 -1,97 -1,97 -1,97 -1,25 -0,95 -0,63 0,45 0,67 0,89 1,38 1,36 1,30 1,06 0,85 0,68 1,09 1,24 1,47 2,47 2,69 2,79 2,38 2,26 1,91
l/dt/ha 0,04 -0,04 -0,12 -0,26 -0,26 -0,26 -0,19 -0,19 -0,19 -0,23 -0,23 -0,23 -0,23 -0,23 -0,23 -0,14 -0,11 -0,07 0,05 0,08 0,10 0,16 0,16 0,15 0,12 0,10 0,08 0,13 0,14 0,17 0,29 0,31 0,32 0,28 0,26 0,22
20 Efisiensi Irigasi % 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65
21 kebutuhan Air per Satuan Luas :
Padi l/dt/ha 0,00 0,29 0,63 0,04 0,00 0,25 0,03 0,38 0,07 0,17 0,06 0,16 0,00 0,00 0,56 0,17 0,41 0,28 0,23 0,52 0,61 0,69 0,65 0,47 0,27 0,09 0,03 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Palawija l/dt/ha 0,06 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,08 0,12 0,16 0,25 0,24 0,23 0,19 0,15 0,12 0,19 0,22 0,26 0,44 0,48 0,50 0,42 0,40 0,34
Kebutuhan Air per Satuan Luas Total l/dt/ha 0,06 0,29 0,63 0,04 0,00 0,25 0,03 0,38 0,07 0,17 0,06 0,16 0,00 0,00 0,56 0,17 0,41 0,28 0,31 0,63 0,77 0,94 0,89 0,70 0,46 0,24 0,15 0,19 0,22 0,26 0,44 0,48 0,50 0,42 0,40 0,34
22 Kebutuhan Air di Intake :
Padi m3/dt 0,00 0,38 0,83 0,05 0,00 0,32 0,04 0,50 0,09 0,23 0,08 0,21 0,00 0,00 0,73 0,08 0,21 0,14 0,11 0,26 0,30 0,35 0,32 0,23 0,14 0,04 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Palawija m3/dt 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,07 0,10 0,13 0,20 0,20 0,19 0,25 0,20 0,16 0,26 0,29 0,34 0,58 0,63 0,65 0,56 0,53 0,45
Kebutuhan Air di Intake Total m3/dt 0,00 0,38 0,83 0,05 0,00 0,32 0,04 0,50 0,09 0,23 0,08 0,21 0,00 0,00 0,73 0,08 0,21 0,14 0,18 0,35 0,43 0,55 0,52 0,42 0,38 0,24 0,17 0,26 0,29 0,34 0,58 0,63 0,65 0,56 0,53 0,45
Tabel 4. 18
Pola Tata Tanam Alternatif 1
Luas Lahan : MT I MT II MT III
Daerah Irigasi : Pirang Padi 500 Padi 500 Padi 500
Luas Baku Sawah : 1314 Ha Palawija 814 Palawija 814 Palawija 814
Pola Tanam : Padi, Palawija (Jagung) - Padi, Palawija (Jagung) - Padi, Palawija (Jagung)
NO PARAMETER NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEP OKT
SATUAN
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Pola Tata Tanam Padi PL padi WLR padi PL padi WLR padi PL padi WLR
1
Pola Tata Tanam Palawija Jagung 90 hari jagung 90 hari Jagung 90 hari
13 LP dengan Rasio Luas Padi mm/hari 1,04 3,11 5,18 5,04 3,02 1,01 1,03 3,10 5,17 4,81 2,88 0,96 0,92 2,77 4,61 4,98 2,99 1,00
14 Pergantian Lapisan Air (WLR ) Padi mm/hari 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25
15 Rasio Luas WLR Padi 0,08 0,08 0,25 0,42 0,50 0,42 0,25 0,08 0,08 0,25 0,42 0,50 0,42 0,25 0,08 0,08 0,25 0,42 0,50 0,42 0,25
16 WLR dengan Rasio Luas Padi mm/hari 0,10 0,10 0,31 0,52 0,63 0,52 0,31 0,10 0,10 0,31 0,52 0,63 0,52 0,31 0,10 0,10 0,31 0,52 0,63 0,52 0,31
17 Curah Hujan Efektif :
Padi mm/hari 2,15 1,49 1,63 5,43 5,50 2,63 3,61 2,14 4,32 4,18 4,25 2,35 4,92 4,29 2,21 4,38 2,10 1,96 1,72 0,56 0,47 0,18 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,75
Palawija mm/hari 1,02 1,02 1,02 2,22 2,22 2,22 1,67 1,67 1,67 1,97 1,97 1,97 1,97 1,97 1,97 1,39 1,39 1,39 0,46 0,46 0,46 0,03 0,03 0,03 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,15 0,15 0,15
18 Kebutuhan Air di Sawah (NFR ) :
Padi mm/hari 0,67 2,12 3,72 0,20 -0,70 1,38 0,06 1,80 -0,16 0,35 -0,16 0,57 -2,10 -0,68 3,13 0,94 2,32 1,59 1,17 2,58 2,89 3,25 3,12 2,31 2,35 3,27 4,78 5,55 4,71 3,90 4,87 5,18 5,42 5,10 4,59 2,48
l/dt/ha 0,08 0,25 0,43 0,02 -0,08 0,16 0,01 0,21 -0,02 0,04 -0,02 0,07 -0,24 -0,08 0,36 0,11 0,27 0,18 0,14 0,30 0,33 0,38 0,36 0,27 0,27 0,38 0,55 0,64 0,55 0,45 0,56 0,60 0,63 0,59 0,53 0,29
Palawija mm/hari -0,83 -0,42 0,04 -0,85 -0,52 -0,20 0,40 0,37 0,27 -0,26 -0,97 -1,97 -1,77 -1,36 -0,91 -0,28 -0,02 0,24 0,98 0,96 0,89 1,03 0,59 -0,03 0,11 0,35 0,61 1,32 1,63 1,93 3,04 3,00 2,85 1,90 1,05 -0,15
l/dt/ha -0,10 -0,05 0,00 -0,10 -0,06 -0,02 0,05 0,04 0,03 -0,03 -0,11 -0,23 -0,21 -0,16 -0,11 -0,03 0,00 0,03 0,11 0,11 0,10 0,12 0,07 0,00 0,01 0,04 0,07 0,15 0,19 0,22 0,35 0,35 0,33 0,22 0,12 -0,02
20 Efisiensi Irigasi % 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65
21 kebutuhan Air per Satuan Luas :
Padi l/dt/ha 0,12 0,38 0,66 0,04 0,00 0,25 0,01 0,32 0,00 0,06 0,00 0,10 0,00 0,00 0,56 0,17 0,41 0,28 0,21 0,46 0,52 0,58 0,55 0,41 0,42 0,58 0,85 0,99 0,84 0,69 0,87 0,92 0,96 0,91 0,82 0,44
Palawija l/dt/ha 0,00 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,07 0,07 0,05 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,04 0,17 0,17 0,16 0,18 0,11 0,00 0,02 0,06 0,11 0,23 0,29 0,34 0,54 0,53 0,51 0,34 0,19 0,00
Kebutuhan Air per Satuan Luas Total l/dt/ha 0,12 0,38 0,67 0,04 0,00 0,25 0,08 0,39 0,05 0,06 0,00 0,10 0,00 0,00 0,56 0,17 0,41 0,33 0,38 0,63 0,67 0,76 0,66 0,41 0,44 0,64 0,96 1,22 1,13 1,04 1,41 1,46 1,47 1,25 1,00 0,44
22 Kebutuhan Air di Intake :
Padi m3/dt 0,06 0,19 0,33 0,02 0,00 0,12 0,01 0,16 0,00 0,03 0,00 0,05 0,00 0,00 0,28 0,08 0,21 0,14 0,10 0,23 0,26 0,29 0,28 0,21 0,21 0,29 0,43 0,49 0,42 0,35 0,43 0,46 0,48 0,45 0,41 0,22
Palawija m3/dt 0,00 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,06 0,05 0,04 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,04 0,14 0,14 0,13 0,15 0,09 0,00 0,02 0,05 0,09 0,19 0,24 0,28 0,44 0,44 0,41 0,28 0,15 0,00
Kebutuhan Air di Intake Total m3/dt 0,06 0,19 0,34 0,02 0,00 0,12 0,06 0,21 0,04 0,03 0,00 0,05 0,00 0,00 0,28 0,08 0,21 0,18 0,25 0,37 0,39 0,44 0,36 0,21 0,23 0,34 0,51 0,69 0,66 0,63 0,88 0,90 0,90 0,73 0,56 0,22
Tabel 4. 19
Pola Tata Tanam Alternatif 2
Luas Lahan : MT I MT II MT III
Daerah Irigasi : Pirang Padi 500 Padi 500 Padi 500
Luas Baku Sawah : 1314 Ha Palawija 814 Palawija 814 Palawija 814
Pola Tanam : Padi, Palawija (Jagung) - Padi, Palawija (Kacang Tanah) - Padi, Palawija (Kedelai)
NO PARAMETER NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEP OKT
SATUAN
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Pola Tata Tanam Padi PL padi WLR padi PL padi WLR padi PL padi WLR
1
Pola Tata Tanam Palawija Jagung 90 hari kacang tanah 120 hari kedelai 90 hari
13 LP dengan Rasio Luas Padi mm/hari 1,04 3,11 5,18 5,04 3,02 1,01 1,03 3,10 5,17 4,81 2,88 0,96 0,92 2,77 4,61 4,98 2,99 1,00
14 Pergantian Lapisan Air (WLR ) Padi mm/hari 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25
15 Rasio Luas WLR Padi 0,08 0,08 0,25 0,42 0,50 0,42 0,25 0,08 0,08 0,25 0,42 0,50 0,42 0,25 0,08 0,08 0,25 0,42 0,50 0,42 0,25
16 WLR dengan Rasio Luas Padi mm/hari 0,10 0,10 0,31 0,52 0,63 0,52 0,31 0,10 0,10 0,31 0,52 0,63 0,52 0,31 0,10 0,10 0,31 0,52 0,63 0,52 0,31
17 Curah Hujan Efektif :
Padi mm/hari 2,15 1,49 1,63 5,43 5,50 2,63 3,61 2,14 4,32 4,18 4,25 2,35 4,92 4,29 2,21 4,38 2,10 1,96 1,72 0,56 0,47 0,18 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,75
Palawija mm/hari 1,02 1,02 1,02 2,22 2,22 2,22 1,67 1,67 1,67 1,97 1,97 1,97 1,97 1,97 1,97 1,39 1,39 1,39 0,46 0,46 0,46 0,03 0,03 0,03 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,15 0,15 0,15
18 Kebutuhan Air di Sawah (NFR ) :
Padi mm/hari 0,67 2,12 3,72 0,20 -0,70 1,38 0,06 1,80 -0,16 0,35 -0,16 0,57 -2,10 -0,68 3,13 0,94 2,32 1,59 1,17 2,58 2,89 3,25 3,12 2,25 2,35 3,27 4,78 5,55 4,71 3,90 4,87 5,18 5,42 5,10 4,59 2,48
l/dt/ha 0,08 0,25 0,43 0,02 -0,08 0,16 0,01 0,21 -0,02 0,04 -0,02 0,07 -0,24 -0,08 0,36 0,11 0,27 0,18 0,14 0,30 0,33 0,38 0,36 0,26 0,27 0,38 0,55 0,64 0,55 0,45 0,56 0,60 0,63 0,59 0,53 0,29
Palawija mm/hari -0,83 -0,42 0,04 -0,85 -0,52 -0,20 0,40 0,37 0,27 -0,26 -0,97 -1,97 -1,77 -1,38 -0,97 -0,41 -0,17 0,13 0,92 0,96 0,91 1,26 1,16 0,73 0,67 0,73 0,82 1,51 1,79 1,96 2,85 2,56 2,01 1,13 0,45 -0,15
l/dt/ha -0,10 -0,05 0,00 -0,10 -0,06 -0,02 0,05 0,04 0,03 -0,03 -0,11 -0,23 -0,21 -0,16 -0,11 -0,05 -0,02 0,01 0,11 0,11 0,11 0,15 0,13 0,08 0,08 0,08 0,10 0,18 0,21 0,23 0,33 0,30 0,23 0,13 0,05 -0,02
20 Efisiensi Irigasi % 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65
21 kebutuhan Air per Satuan Luas :
Padi l/dt/ha 0,12 0,38 0,66 0,04 0,00 0,25 0,01 0,32 0,00 0,06 0,00 0,10 0,00 0,00 0,56 0,17 0,41 0,28 0,21 0,46 0,52 0,58 0,55 0,40 0,42 0,58 0,85 0,99 0,84 0,69 0,87 0,92 0,96 0,91 0,82 0,44
Palawija l/dt/ha 0,00 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,07 0,07 0,05 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,02 0,16 0,17 0,16 0,22 0,21 0,13 0,12 0,13 0,15 0,27 0,32 0,35 0,51 0,46 0,36 0,20 0,08 0,00
Kebutuhan Air per Satuan Luas Total l/dt/ha 0,12 0,38 0,67 0,04 0,00 0,25 0,08 0,39 0,05 0,06 0,00 0,10 0,00 0,00 0,56 0,17 0,41 0,31 0,37 0,63 0,68 0,80 0,76 0,53 0,54 0,71 1,00 1,26 1,16 1,04 1,38 1,38 1,32 1,11 0,90 0,44
22 Kebutuhan Air di Intake :
Padi m3/dt 0,06 0,19 0,33 0,02 0,00 0,12 0,01 0,16 0,00 0,03 0,00 0,05 0,00 0,00 0,28 0,08 0,21 0,14 0,10 0,23 0,26 0,29 0,28 0,20 0,21 0,29 0,43 0,49 0,42 0,35 0,43 0,46 0,48 0,45 0,41 0,22
Palawija m3/dt 0,00 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,06 0,05 0,04 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,02 0,13 0,14 0,13 0,18 0,17 0,11 0,10 0,11 0,12 0,22 0,26 0,28 0,41 0,37 0,29 0,16 0,07 0,00
Kebutuhan Air di Intake Total m3/dt 0,06 0,19 0,34 0,02 0,00 0,12 0,06 0,21 0,04 0,03 0,00 0,05 0,00 0,00 0,28 0,08 0,21 0,16 0,24 0,37 0,39 0,47 0,44 0,31 0,31 0,40 0,54 0,71 0,68 0,63 0,85 0,83 0,77 0,62 0,47 0,22
Tabel 4. 20
Pola Tata Tanam Alternatif 3
Luas Lahan : MT I MT II MT III
Daerah Irigasi : Pirang Padi 500 Padi 500 Padi 500
Luas Baku Sawah : 1314 Ha Palawija 814 Palawija 814 Palawija 814
Pola Tanam : Padi, Palawija (Jagung) - Padi, Palawija (Kacang Tanah) - Padi, Palawija (Kedelai)
NO PARAMETER DES JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEP OKT NOV
SATUAN
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Pola Tata Tanam Padi PL padi WLR padi PL padi WLR padi PL padi WLR
1
Pola Tata Tanam Palawija Jagung 90 hari kacang tanah 120 hari kedelai 90 hari
13 LP dengan Rasio Luas Padi mm/hari 1,04 3,11 5,18 5,04 3,02 1,01 1,03 3,10 5,17 4,81 2,88 0,96 0,92 2,77 4,61 4,98 2,99 1,00
14 Pergantian Lapisan Air (WLR ) Padi mm/hari 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25
15 Rasio Luas WLR Padi 0,08 0,08 0,25 0,42 0,50 0,42 0,25 0,08 0,08 0,25 0,42 0,50 0,42 0,25 0,08 0,08 0,25 0,42 0,50 0,42 0,25
16 WLR dengan Rasio Luas Padi mm/hari 0,10 0,10 0,31 0,52 0,63 0,52 0,31 0,10 0,10 0,31 0,52 0,63 0,52 0,31 0,10 0,10 0,31 0,52 0,63 0,52 0,31
17 Curah Hujan Efektif :
Padi mm/hari 2,15 1,49 1,63 5,43 5,50 2,63 3,61 2,14 4,32 4,18 4,25 2,35 4,92 4,29 2,21 4,38 2,10 1,96 1,72 0,56 0,47 0,18 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,75
Palawija mm/hari 1,02 1,02 1,02 2,22 2,22 2,22 1,67 1,67 1,67 1,97 1,97 1,97 1,97 1,97 1,97 1,39 1,39 1,39 0,46 0,46 0,46 0,03 0,03 0,03 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,15 0,15 0,15
18 Kebutuhan Air di Sawah (NFR ) :
Padi mm/hari 0,67 2,12 3,72 0,20 -0,70 1,38 0,06 1,80 -0,16 0,35 -0,16 0,57 -2,10 -0,68 3,13 0,94 2,32 1,59 1,17 2,58 2,89 3,25 3,12 2,25 2,35 3,27 4,78 5,55 4,71 3,90 4,87 5,18 5,42 5,10 4,59 2,48
l/dt/ha 0,08 0,25 0,43 0,02 -0,08 0,16 0,01 0,21 -0,02 0,04 -0,02 0,07 -0,24 -0,08 0,36 0,11 0,27 0,18 0,14 0,30 0,33 0,38 0,36 0,26 0,27 0,38 0,55 0,64 0,55 0,45 0,56 0,60 0,63 0,59 0,53 0,29
Palawija mm/hari -0,83 -0,42 0,04 -0,85 -0,52 -0,20 0,40 0,37 0,27 -0,26 -0,97 -1,97 -1,77 -1,38 -0,97 -0,41 -0,17 0,13 0,92 0,96 0,91 1,26 1,16 0,73 0,67 0,73 0,82 1,51 1,79 1,96 2,85 2,56 2,01 1,13 0,45 -0,15
l/dt/ha -0,10 -0,05 0,00 -0,10 -0,06 -0,02 0,05 0,04 0,03 -0,03 -0,11 -0,23 -0,21 -0,16 -0,11 -0,05 -0,02 0,01 0,11 0,11 0,11 0,15 0,13 0,08 0,08 0,08 0,10 0,18 0,21 0,23 0,33 0,30 0,23 0,13 0,05 -0,02
20 Efisiensi Irigasi % 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65
21 kebutuhan Air per Satuan Luas :
Padi l/dt/ha 0,12 0,38 0,66 0,04 0,00 0,25 0,01 0,32 0,00 0,06 0,00 0,10 0,00 0,00 0,56 0,17 0,41 0,28 0,21 0,46 0,52 0,58 0,55 0,40 0,42 0,58 0,85 0,99 0,84 0,69 0,87 0,92 0,96 0,91 0,82 0,44
Palawija l/dt/ha 0,00 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,07 0,07 0,05 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,02 0,16 0,17 0,16 0,22 0,21 0,13 0,12 0,13 0,15 0,27 0,32 0,35 0,51 0,46 0,36 0,20 0,08 0,00
Kebutuhan Air per Satuan Luas Total l/dt/ha 0,12 0,38 0,67 0,04 0,00 0,25 0,08 0,39 0,05 0,06 0,00 0,10 0,00 0,00 0,56 0,17 0,41 0,31 0,37 0,63 0,68 0,80 0,76 0,53 0,54 0,71 1,00 1,26 1,16 1,04 1,38 1,38 1,32 1,11 0,90 0,44
22 Kebutuhan Air di Intake :
Padi m3/dt 0,06 0,19 0,33 0,02 0,00 0,12 0,01 0,16 0,00 0,03 0,00 0,05 0,00 0,00 0,28 0,08 0,21 0,14 0,10 0,23 0,26 0,29 0,28 0,20 0,21 0,29 0,43 0,49 0,42 0,35 0,43 0,46 0,48 0,45 0,41 0,22
Palawija m3/dt 0,00 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,06 0,05 0,04 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,02 0,13 0,14 0,13 0,18 0,17 0,11 0,10 0,11 0,12 0,22 0,26 0,28 0,41 0,37 0,29 0,16 0,07 0,00
Kebutuhan Air di Intake Total m3/dt 0,06 0,19 0,34 0,02 0,00 0,12 0,06 0,21 0,04 0,03 0,00 0,05 0,00 0,00 0,28 0,08 0,21 0,16 0,24 0,37 0,39 0,47 0,44 0,31 0,31 0,40 0,54 0,71 0,68 0,63 0,85 0,83 0,77 0,62 0,47 0,22
Tabel 4. 21
Pola Tata Tanam Alternatif 4
Luas Lahan : MT I MT II MT III
Daerah Irigasi : Pirang Padi 500 Padi 500 Padi 500
Luas Baku Sawah : 1314 Ha Palawija 814 Palawija 814 Palawija 814
Pola Tanam : Padi, Palawija (Jagung) - Padi, Palawija (Jagung) - Padi, Palawija (Jagung)
NO PARAMETER DES JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEP OKT NOV
SATUAN
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Pola Tata Tanam Padi PL padi WLR padi PL padi WLR padi PL padi WLR
1
Pola Tata Tanam Palawija Jagung 90 hari jagung 90 hari Jagung 90 hari
13 LP dengan Rasio Luas Padi mm/hari 1,04 3,11 5,18 5,04 3,02 1,01 1,03 3,10 5,17 4,81 2,88 0,96 0,92 2,77 4,61 4,98 2,99 1,00
14 Pergantian Lapisan Air (WLR ) Padi mm/hari 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25
15 Rasio Luas WLR Padi 0,08 0,08 0,25 0,42 0,50 0,42 0,25 0,08 0,08 0,25 0,42 0,50 0,42 0,25 0,08 0,08 0,25 0,42 0,50 0,42 0,25
16 WLR dengan Rasio Luas Padi mm/hari 0,10 0,10 0,31 0,52 0,63 0,52 0,31 0,10 0,10 0,31 0,52 0,63 0,52 0,31 0,10 0,10 0,31 0,52 0,63 0,52 0,31
17 Curah Hujan Efektif :
Padi mm/hari 2,15 1,49 1,63 5,43 5,50 2,63 3,61 2,14 4,32 4,18 4,25 2,35 4,92 4,29 2,21 4,38 2,10 1,96 1,72 0,56 0,47 0,18 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,75
Palawija mm/hari 1,02 1,02 1,02 2,22 2,22 2,22 1,67 1,67 1,67 1,97 1,97 1,97 1,97 1,97 1,97 1,39 1,39 1,39 0,46 0,46 0,46 0,03 0,03 0,03 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,15 0,15 0,15
18 Kebutuhan Air di Sawah (NFR ) :
Padi mm/hari 0,67 2,12 3,72 0,20 -0,70 1,38 0,06 1,80 -0,16 0,35 -0,16 0,57 -2,10 -0,68 3,13 0,94 2,32 1,59 1,17 2,58 2,89 3,25 3,12 2,31 2,35 3,27 4,78 5,55 4,71 3,90 4,87 5,18 5,42 5,10 4,59 2,48
l/dt/ha 0,08 0,25 0,43 0,02 -0,08 0,16 0,01 0,21 -0,02 0,04 -0,02 0,07 -0,24 -0,08 0,36 0,11 0,27 0,18 0,14 0,30 0,33 0,38 0,36 0,27 0,27 0,38 0,55 0,64 0,55 0,45 0,56 0,60 0,63 0,59 0,53 0,29
Palawija mm/hari -0,83 -0,42 0,04 -0,85 -0,52 -0,20 0,40 0,37 0,27 -0,26 -0,97 -1,97 -1,77 -1,36 -0,91 -0,28 -0,02 0,24 0,98 0,96 0,89 1,03 0,59 -0,03 0,11 0,35 0,61 1,32 1,63 1,93 3,04 3,00 2,85 1,90 1,05 -0,15
l/dt/ha -0,10 -0,05 0,00 -0,10 -0,06 -0,02 0,05 0,04 0,03 -0,03 -0,11 -0,23 -0,21 -0,16 -0,11 -0,03 0,00 0,03 0,11 0,11 0,10 0,12 0,07 0,00 0,01 0,04 0,07 0,15 0,19 0,22 0,35 0,35 0,33 0,22 0,12 -0,02
20 Efisiensi Irigasi % 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65
21 kebutuhan Air per Satuan Luas :
Padi l/dt/ha 0,12 0,38 0,66 0,04 0,00 0,25 0,01 0,32 0,00 0,06 0,00 0,10 0,00 0,00 0,56 0,17 0,41 0,28 0,21 0,46 0,52 0,58 0,55 0,41 0,42 0,58 0,85 0,99 0,84 0,69 0,87 0,92 0,96 0,91 0,82 0,44
Palawija l/dt/ha 0,00 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,07 0,07 0,05 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,04 0,17 0,17 0,16 0,18 0,11 0,00 0,02 0,06 0,11 0,23 0,29 0,34 0,54 0,53 0,51 0,34 0,19 0,00
Kebutuhan Air per Satuan Luas Total l/dt/ha 0,12 0,38 0,67 0,04 0,00 0,25 0,08 0,39 0,05 0,06 0,00 0,10 0,00 0,00 0,56 0,17 0,41 0,33 0,38 0,63 0,67 0,76 0,66 0,41 0,44 0,64 0,96 1,22 1,13 1,04 1,41 1,46 1,47 1,25 1,00 0,44
22 Kebutuhan Air di Intake :
Padi m3/dt 0,06 0,19 0,33 0,02 0,00 0,12 0,01 0,16 0,00 0,03 0,00 0,05 0,00 0,00 0,28 0,08 0,21 0,14 0,10 0,23 0,26 0,29 0,28 0,21 0,21 0,29 0,43 0,49 0,42 0,35 0,43 0,46 0,48 0,45 0,41 0,22
Palawija m3/dt 0,00 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,06 0,05 0,04 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,04 0,14 0,14 0,13 0,15 0,09 0,00 0,02 0,05 0,09 0,19 0,24 0,28 0,44 0,44 0,41 0,28 0,15 0,00
Kebutuhan Air di Intake Total m3/dt 0,06 0,19 0,34 0,02 0,00 0,12 0,06 0,21 0,04 0,03 0,00 0,05 0,00 0,00 0,28 0,08 0,21 0,18 0,25 0,37 0,39 0,44 0,36 0,21 0,23 0,34 0,51 0,69 0,66 0,63 0,88 0,90 0,90 0,73 0,56 0,22
Tabel 4. 22
Volume Ketersediaan Air Irigasi (Debit Andalan 80%)
Tabel 4. 23
Volume Ketersediaan Air Irigasi (Debit Andalan 50%)
Q Andalan 50% Volume Air Andalan 50% (m3)
Bulan Periode
(m3/dt) MT I MT II MT III
I 0,356 30758,400
I 0,594 51321,600
I 0,854 73785,600
I 0,834 72057,600
I 0,757 65404,800
I 0,930 80352,000
I 0,822 71020,800
I 0,697 60220,800
I 0,584 50457,600
I 0,458 39571,200
I 0,380 32832,000
I 0,355 30672,000
Tabel 4. 24
Volume Kebutuhan Air Irigasi Pola Tata Tanam Eksisting
Musim Tanam I Musim Tanam II Musim Tanam III
Bulan Periode
(m3/ha) (m3/ha) (m3/ha)
Padi Palawija Padi Palawija Padi Palawija
I 0,000 4,899
Nov II 24,950 0,000
III 54,686 0,000
I 3,075 0,000
Des II 0,000 0,000
III 21,200 0,000
I 2,524 0,000
Jan II 32,555 0,000
III 5,622 0,000
I 14,952 0,000
Feb II 5,506 0,000
III 13,624 0,000
I 0,000 0,000
Mar II 0,000 0,000
III 48,224 0,000
I 14,476 0,000
Apr II 35,670 0,000
III 24,394 0,000
I 19,667 6,980
Mei II 44,547 10,302
III 52,520 13,623
I 59,678 21,275
Jun II 55,957 20,992
III 40,343 19,930
I 23,516 16,242
Jul II 7,692 13,152
III 2,564 10,457
I 0,000 16,787
Agu II 0,000 19,063
III 0,000 22,580
I 0,000 37,975
Sep II 0,000 41,437
III 0,000 42,962
I 0,000 36,577
Okt II 0,000 34,765
III 0,000 29,314
3
Total m /dt/ha 178,694 4,899 395,475 93,101 33,772 321,311
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
92
Tabel 4. 25
Volume Kebutuhan Air Irigasi Pola Tata Tanam Alternatif 1
Musim Tanam I Musim Tanam II Musim Tanam III
Bulan Periode
(m3/ha) (m3/ha) (m3/dt/ha)
Padi Palawija Padi Palawija Padi Palawija
I 10,356 0,000
Nov II 32,642 0,000
III 57,250 0,561
I 3,075 0,000
Des II 0,000 0,000
III 21,200 0,000
I 0,922 6,166
Jan II 27,747 5,752
III 0,000 4,198
I 5,336 0,000
Feb II 0,000 0,000
III 8,816 0,000
I 0,000 0,000
Mar II 0,000 0,000
III 48,224 0,000
I 14,476 0,000
Apr II 35,670 0,000
III 24,394 3,727
I 18,064 15,017
Mei II 39,739 14,728
III 44,507 13,645
I 50,062 15,912
Jun II 47,945 9,097
III 35,535 0,000
I 36,094 1,728
Jul II 50,234 5,339
III 73,467 9,330
I 85,452 20,242
Agu II 72,498 25,000
III 59,989 29,758
I 74,987 46,821
Sep II 79,671 46,211
III 83,334 43,923
I 78,418 29,253
Okt II 70,642 16,137
III 38,145 0,000
3
Total m /dt/ha 167,345 16,676 358,616 72,126 802,931 273,741
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
93
Tabel 4. 26
Volume Kebutuhan Air Irigasi Pola Tata Tanam Alternatif 2
Musim Tanam I Musim Tanam II Musim Tanam III
Bulan Periode (m3/ha) (m3/ha) (m3/ha)
Padi Palawija Padi Palawija Padi Palawija
I 10,356 0,000
Nov II 32,642 0,000
III 57,250 0,561
I 3,075 0,000
Des II 0,000 0,000
III 21,200 0,000
I 0,922 6,166
Jan II 27,747 5,752
III 0,000 4,198
I 5,336 0,000
Feb II 0,000 0,000
III 8,816 0,000
I 0,000 0,000
Mar II 0,000 0,000
III 48,224 0,000
I 14,476 0,000
Apr II 35,670 0,000
III 24,394 1,977
I 18,064 14,201
Mei II 39,739 14,728
III 44,507 14,006
I 50,062 19,363
Jun II 47,945 17,774
III 34,620 11,221
I 36,094 10,367
Jul II 50,234 11,228
III 73,467 12,669
I 85,452 23,273
Agu II 72,498 27,586
III 59,989 30,172
I 74,987 43,923
Sep II 79,671 39,348
III 83,334 30,960
I 78,418 17,329
Okt II 70,642 6,938
III 38,145 0,000
3
Total m /dt/ha 167,345 16,676 357,701 93,270 802,931 253,791
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
94
Tabel 4. 27
Volume Kebutuhan Air Irigasi Pola Tata Tanam Alternatif 3
Musim Tanam I Musim Tanam II Musim Tanam III
Bulan Periode
(m3/ha) (m3/ha) (m3/ha)
Padi Palawija Padi Palawija Padi Palawija
I 10,356 0,000
Des II 32,642 0,000
III 57,250 0,561
I 3,075 0,000
Jan II 0,000 0,000
III 21,200 0,000
I 0,922 6,166
Feb II 27,747 5,752
III 0,000 4,198
I 5,336 0,000
Mar II 0,000 0,000
III 8,816 0,000
I 0,000 0,000
Apr II 0,000 0,000
III 48,224 0,000
I 14,476 0,000
Mei II 35,670 0,000
III 24,394 1,977
I 18,064 14,201
Jun II 39,739 14,728
III 44,507 14,006
I 50,062 19,363
Jul II 47,945 17,774
III 34,620 11,221
I 36,094 10,367
Agu II 50,234 11,228
III 73,467 12,669
I 85,452 23,273
Sep II 72,498 27,586
III 59,989 30,172
I 74,987 43,923
Okt II 79,671 39,348
III 83,334 30,960
I 78,418 17,329
Nov II 70,642 6,938
III 38,145 0,000
Total m3/dt/ha 167,345 16,676 357,701 93,270 802,931 253,791
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
95
Tabel 4. 28
Volume Kebutuhan Air Irigasi Pola Tata Tanam Alternatif 4
Musim Tanam I Musim Tanam II Musim Tanam III
Bulan Periode
(m3/ha) (m3/ha) (m3/ha)
Padi Palawija Padi Palawija Padi Palawija
I 10,356 0,000
Des II 32,642 0,000
III 57,250 0,561
I 3,075 0,000
Jan II 0,000 0,000
III 21,200 0,000
I 0,922 6,166
Feb II 27,747 5,752
III 0,000 4,198
I 5,336 0,000
Mar II 0,000 0,000
III 8,816 0,000
I 0,000 0,000
Apr II 0,000 0,000
III 48,224 0,000
I 14,476 0,000
Mei II 35,670 0,000
III 24,394 3,727
I 18,064 15,017
Jun II 39,739 14,728
III 44,507 13,645
I 50,062 15,912
Jul II 47,945 9,097
III 35,535 0,000
I 36,094 1,728
Agu II 50,234 5,339
III 73,467 9,330
I 85,452 20,242
Sep II 72,498 25,000
III 59,989 29,758
I 74,987 46,821
Okt II 79,671 46,211
III 83,334 43,923
I 78,418 29,253
Nov II 70,642 16,137
III 38,145 0,000
Total m3/dt/ha 167,345 16,676 358,616 72,126 802,931 273,741
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
96
0.600
0.500
0.400
0.300
0.200
0.100
0.000
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt
BULAN
Gambar 4. 7 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Eksisting Sebelum
di Optimasi
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
Pada Gambar 4.7 menunjukk grafik neraca air PTT Eksisting berdasarkan debit
andalan 80%. Grafik tersebut menjelaskan bahwa kebutuhan air irigasi dengan PTT
Eksisting di beberapa periode masih belum tercukupi atau terjadi defisit. Pada musim tanam
I terjadi di periode III bulan November dan di musim tanam II terjadi di periode III bulan
Maret, lalu untuk di musim tanam III defisit terjadi mulai dari periode III bulan November
98
hingga periode III bulan Oktober, dengan nilai defisit terbesar terjadi pada periode III bulan
Maret yaitu -0,410 m3/dt dan total defisit sebanyak 8 periode atau sekitar 22,22%.
Kebutuhan air irigasi yang terpenuhi terdapat 28 periode atau sekitar 77,778%.
Berdasarkan kondisi masalah tersebut, maka perlu dilakukannya optimasi pemanfaatan air
agar ketersediaan air yang ada dapat mencukupi kebutuhan air irigasi sehingga didapatkan
hasil keuntungan produksi pertanian yang maksimal.
Tabel 4. 30
Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Alternatif 1
Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)
BULAN 80% LEBIH (+)
EKSISTING KONDISI
(m3/dt) KURANG (-)
I 0,411 0,060 0,351 Terpenuhi
Nov
II 0,429 0,189 0,240 Terpenuhi
III 0,429 0,337 0,092 Terpenuhi
I 0,743 0,018 0,725 Terpenuhi
Des
II 0,895 0,000 0,895 Terpenuhi
III 0,894 0,123 0,771 Terpenuhi
I 0,618 0,063 0,555 Terpenuhi
Jan
II 0,582 0,215 0,367 Terpenuhi
III 0,603 0,040 0,563 Terpenuhi
I 0,757 0,031 0,726 Terpenuhi
Feb
II 0,664 0,000 0,664 Terpenuhi
III 0,600 0,051 0,549 Terpenuhi
I 0,445 0,000 0,445 Terpenuhi
Mar
II 0,327 0,000 0,327 Terpenuhi
III 0,323 0,279 0,044 Terpenuhi
I 0,855 0,084 0,771 Terpenuhi
Apr
II 0,833 0,206 0,627 Terpenuhi
III 0,764 0,176 0,588 Terpenuhi
I 0,715 0,246 0,469 Terpenuhi
Mei
II 0,736 0,369 0,367 Terpenuhi
III 0,785 0,386 0,399 Terpenuhi
I 0,736 0,440 0,296 Terpenuhi
Jun
II 0,715 0,363 0,352 Terpenuhi
III 0,618 0,206 0,412 Terpenuhi
I 0,573 0,225 0,348 Terpenuhi
Jul
II 0,553 0,341 0,212 Terpenuhi
III 0,553 0,513 0,040 Terpenuhi
I 0,573 0,685 -0,112 Defisit
Agu
II 0,553 0,655 -0,102 Defisit
III 0,553 0,628 -0,075 Defisit
I 0,429 0,875 -0,446 Defisit
Sep
II 0,429 0,896 -0,467 Defisit
III 0,337 0,896 -0,559 Defisit
99
0.600
0.500
0.400
0.300
0.200
0.100
0.000
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt
BULAN
Gambar 4. 8 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Alternatif 1
Sebelum di Optimasi
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
Pada Gambar 4.8 menunjukk grafik neraca air PTT Alternatif 1 berdasarkan debit
andalan 80%. Grafik tersebut menjelaskan bahwa kebutuhan air irigasi dengan PTT
Alternatif 1 di beberapa periode masih belum tercukupi atau terjadi defisit. Pada musim
tanam I dan musim tanam II kebutuhan air sudah tercukupi, namun pada musim tanam III
terjadi defisit mulai dari periode I bulan Agustus hingga periode II bulan Oktober, dengan
nilai defisit terbesar terjadi pada periode III bulan September yaitu -0,559 m3/dt dan total
defisit sebanyak 8 periode atau sekitar 22,22%.
Kebutuhan air irigasi yang terpenuhi terdapat 28 periode atau sekitar 77,778%.
Berdasarkan kondisi masalah tersebut, maka perlu dilakukannya optimasi pemanfaatan air
agar ketersediaan air yang ada dapat mencukupi kebutuhan air irigasi sehingga didapatkan
hasil keuntungan produksi pertanian yang maksimal.
100
Tabel 4. 31
Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Alternatif 2
Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)
BULAN 80% LEBIH (+)
3 EKSISTING KONDISI
(m /dt) KURANG (-)
I 0,411 0,060 0,351 Terpenuhi
Nov
II 0,429 0,189 0,240 Terpenuhi
III 0,429 0,337 0,092 Terpenuhi
I 0,743 0,018 0,725 Terpenuhi
Des
II 0,895 0,000 0,895 Terpenuhi
III 0,894 0,123 0,771 Terpenuhi
I 0,618 0,063 0,555 Terpenuhi
Jan
II 0,582 0,215 0,367 Terpenuhi
III 0,603 0,040 0,563 Terpenuhi
I 0,757 0,031 0,726 Terpenuhi
Feb
II 0,664 0,000 0,664 Terpenuhi
III 0,600 0,051 0,549 Terpenuhi
I 0,445 0,000 0,445 Terpenuhi
Mar
II 0,327 0,000 0,327 Terpenuhi
III 0,323 0,279 0,044 Terpenuhi
I 0,855 0,084 0,771 Terpenuhi
Apr
II 0,833 0,206 0,627 Terpenuhi
III 0,764 0,160 0,604 Terpenuhi
I 0,715 0,238 0,477 Terpenuhi
Mei
II 0,736 0,369 0,367 Terpenuhi
III 0,785 0,390 0,395 Terpenuhi
I 0,736 0,472 0,264 Terpenuhi
Jun
II 0,715 0,445 0,270 Terpenuhi
III 0,618 0,306 0,312 Terpenuhi
I 0,573 0,307 0,266 Terpenuhi
Jul
II 0,553 0,396 0,157 Terpenuhi
III 0,553 0,545 0,008 Terpenuhi
I 0,573 0,714 -0,141 Defisit
Agu
II 0,553 0,679 -0,126 Defisit
III 0,553 0,631 -0,078 Defisit
I 0,429 0,848 -0,419 Defisit
Sep
II 0,429 0,832 -0,403 Defisit
III 0,337 0,774 -0,437 Defisit
I 0,337 0,617 -0,280 Defisit
Okt
II 0,372 0,474 -0,102 Defisit
III 0,359 0,221 0,138 Terpenuhi
TOTAL PERIODE TERPENUHI 28
PRESENTASE PERIODE TERPENUHI DALAM 1
77,778
TAHUN (%)
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
101
0.700
0.600
0.500
0.400
0.300
0.200
0.100
0.000
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt
BULAN
Gambar 4. 9 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Alternatif 2
Sebelum di Optimasi
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
Pada Gambar 4.9 menunjukk grafik neraca air PTT Alternatif 2 berdasarkan debit
andalan 80%. Grafik tersebut menjelaskan bahwa kebutuhan air irigasi dengan PTT
Alternatif 2 di beberapa periode masih belum tercukupi atau terjadi defisit. Pada musim
tanam I dan musim tanam II kebutuhan air sudah tercukupi, namun pada musim tanam III
terjadi defisit mulai dari periode I bulan Agustus hingga periode II bulan Oktober, dengan
nilai defisit terbesar terjadi pada periode III bulan September yaitu -0,437 m3/dt dan total
defisit sebanyak 8 periode atau sekitar 22,22%.
Kebutuhan air irigasi yang terpenuhi terdapat 28 periode atau sekitar 77,778%.
Berdasarkan kondisi masalah tersebut, maka perlu dilakukannya optimasi pemanfaatan air
agar ketersediaan air yang ada dapat mencukupi kebutuhan air irigasi sehingga didapatkan
hasil keuntungan produksi pertanian yang maksimal.
102
Tabel 4. 32
Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Alternatif 3
Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)
BULAN 80% LEBIH (+)
EKSISTING KONDISI
(m3/dt) KURANG (-)
I 0,743 0,060 0,683 Terpenuhi
Des
II 0,895 0,189 0,706 Terpenuhi
III 0,894 0,337 0,557 Terpenuhi
I 0,618 0,018 0,600 Terpenuhi
Jan
II 0,582 0,000 0,582 Terpenuhi
III 0,603 0,123 0,480 Terpenuhi
I 0,757 0,063 0,694 Terpenuhi
Feb
II 0,664 0,215 0,449 Terpenuhi
III 0,600 0,040 0,560 Terpenuhi
I 0,445 0,031 0,414 Terpenuhi
Mar
II 0,327 0,000 0,327 Terpenuhi
III 0,323 0,051 0,272 Terpenuhi
I 0,855 0,000 0,855 Terpenuhi
Apr
II 0,833 0,000 0,833 Terpenuhi
III 0,764 0,279 0,485 Terpenuhi
I 0,715 0,084 0,631 Terpenuhi
Mei
II 0,736 0,206 0,530 Terpenuhi
III 0,785 0,160 0,625 Terpenuhi
I 0,736 0,238 0,498 Terpenuhi
Jun
II 0,715 0,369 0,346 Terpenuhi
III 0,618 0,390 0,228 Terpenuhi
I 0,573 0,472 0,101 Terpenuhi
Jul
II 0,553 0,445 0,108 Terpenuhi
III 0,553 0,306 0,247 Terpenuhi
I 0,573 0,307 0,266 Terpenuhi
Agu
II 0,553 0,396 0,157 Terpenuhi
III 0,553 0,545 0,008 Terpenuhi
I 0,429 0,714 -0,285 Defisit
Sep
II 0,429 0,679 -0,250 Defisit
III 0,337 0,631 -0,294 Defisit
I 0,337 0,848 -0,511 Defisit
Okt
II 0,372 0,832 -0,460 Defisit
III 0,359 0,774 -0,415 Defisit
I 0,411 0,617 -0,206 Defisit
Nov II 0,429 0,474 -0,045 Defisit
III 0,429 0,221 0,208 Terpenuhi
TOTAL PERIODE TERPENUHI 28
PRESENTASE PERIODE TERPENUHI DALAM 1
77,778
TAHUN (%)
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
103
0.600
0.500
0.400
0.300
0.200
0.100
0.000
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov
BULAN
Gambar 4. 10 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Alternatif 3
Sebelum di Optimasi
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
PTT Alternatif 3 ini direncanakan mengalami pergeseran musim tanam dengan
memperhatikan debit ketersediaan yang ada. Permulaan tanam pada musim tanam I digeser
sehingga mulai tanam terjadi pada awal periode I bulan Desember dan untuk musim tanam
II dan III juga ikut bergeser. Pada Gambar 4.10 menunjukkan grafik neraca air PTT
Alternatif 3 berdasarkan debit andalan 80%. Grafik tersebut menjelaskan bahwa kebutuhan
air irigasi dengan PTT Alternatif 3 di beberapa periode masih belum tercukupi atau terjadi
defisit. Pada musim tanam I dan musim tanam II kebutuhan air sudah tercukupi, namun pada
musim tanam III terjadi defisit mulai dari periode I bulan September hingga periode II bulan
November, dengan nilai defisit terbesar terjadi pada periode I bulan Oktober yaitu -0,511
m3/dt dan total defisit sebanyak 8 periode atau sekitar 22,22%.
Kebutuhan air irigasi yang terpenuhi terdapat 28 periode atau sekitar 77,778%.
Berdasarkan kondisi masalah tersebut, maka perlu dilakukannya optimasi pemanfaatan air
agar ketersediaan air yang ada dapat mencukupi kebutuhan air irigasi sehingga didapatkan
hasil keuntungan produksi pertanian yang maksimal.
104
Tabel 4. 33
Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Alternatif 4
Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)
BULAN 80% LEBIH (+)
EKSISTING KONDISI
(m3/dt) KURANG (-)
I 0,743 0,060 0,683 Terpenuhi
Des
II 0,895 0,189 0,706 Terpenuhi
III 0,894 0,337 0,557 Terpenuhi
I 0,618 0,018 0,600 Terpenuhi
Jan
II 0,582 0,000 0,582 Terpenuhi
III 0,603 0,123 0,480 Terpenuhi
I 0,757 0,063 0,694 Terpenuhi
Feb
II 0,664 0,215 0,449 Terpenuhi
III 0,600 0,040 0,560 Terpenuhi
I 0,445 0,031 0,414 Terpenuhi
Mar
II 0,327 0,000 0,327 Terpenuhi
III 0,323 0,051 0,272 Terpenuhi
I 0,855 0,000 0,855 Terpenuhi
Apr
II 0,833 0,000 0,833 Terpenuhi
III 0,764 0,279 0,485 Terpenuhi
I 0,715 0,084 0,631 Terpenuhi
Mei
II 0,736 0,206 0,530 Terpenuhi
III 0,785 0,176 0,609 Terpenuhi
I 0,736 0,246 0,490 Terpenuhi
Jun
II 0,715 0,369 0,346 Terpenuhi
III 0,618 0,386 0,232 Terpenuhi
I 0,573 0,440 0,133 Terpenuhi
Jul
II 0,553 0,363 0,190 Terpenuhi
III 0,553 0,206 0,347 Terpenuhi
I 0,573 0,225 0,348 Terpenuhi
Agu
II 0,553 0,341 0,212 Terpenuhi
III 0,553 0,513 0,040 Terpenuhi
I 0,429 0,685 -0,256 Defisit
Sep
II 0,429 0,655 -0,226 Defisit
III 0,337 0,628 -0,291 Defisit
I 0,337 0,875 -0,538 Defisit
Okt
II 0,372 0,896 -0,524 Defisit
III 0,359 0,896 -0,537 Defisit
I 0,411 0,729 -0,318 Defisit
Nov II 0,429 0,561 -0,132 Defisit
III 0,429 0,221 0,208 Terpenuhi
TOTAL PERIODE TERPENUHI 28
PRESENTASE PERIODE TERPENUHI DALAM 1
77,778
TAHUN (%)
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
105
0.600
0.500
0.400
0.300
0.200
0.100
0.000
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov
BULAN
Gambar 4. 11 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Alternatif 4
Sebelum di Optimasi
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
Tabel 4. 34
Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Eksisting
Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)
BULAN 50% LEBIH (+)
EKSISTING KONDISI
(m3/dt) KURANG (-)
I 0,356 0,000 0,356 Terpenuhi
Nov
II 0,365 0,379 -0,014 Defisit
III 0,365 0,832 -0,467 Defisit
I 0,594 0,047 0,547 Terpenuhi
Des
II 0,670 0,000 0,670 Terpenuhi
III 0,669 0,322 0,347 Terpenuhi
I 0,854 0,038 0,816 Terpenuhi
Jan
II 0,791 0,495 0,296 Terpenuhi
III 0,757 0,086 0,671 Terpenuhi
I 0,834 0,227 0,607 Terpenuhi
Feb
II 0,761 0,084 0,677 Terpenuhi
III 0,701 0,207 0,494 Terpenuhi
I 0,757 0,000 0,757 Terpenuhi
Mar
II 0,701 0,000 0,701 Terpenuhi
III 1,130 0,733 0,397 Terpenuhi
I 0,930 0,084 0,846 Terpenuhi
Apr
II 0,679 0,206 0,473 Terpenuhi
III 0,840 0,141 0,699 Terpenuhi
I 0,822 0,180 0,642 Terpenuhi
Mei
II 0,832 0,355 0,477 Terpenuhi
III 0,794 0,432 0,362 Terpenuhi
I 0,697 0,546 0,151 Terpenuhi
Jun
II 0,676 0,522 0,154 Terpenuhi
III 0,649 0,421 0,228 Terpenuhi
I 0,584 0,383 0,201 Terpenuhi
Jul
II 0,563 0,245 0,318 Terpenuhi
III 0,563 0,174 0,389 Terpenuhi
I 0,458 0,255 0,203 Terpenuhi
Agu
II 0,446 0,290 0,156 Terpenuhi
III 0,450 0,343 0,107 Terpenuhi
I 0,380 0,578 -0,198 Defisit
Sep
II 0,396 0,630 -0,234 Defisit
III 0,374 0,653 -0,279 Defisit
I 0,355 0,556 -0,201 Defisit
Okt II 0,373 0,529 -0,156 Defisit
III 0,338 0,446 -0,108 Defisit
TOTAL PERIODE TERPENUHI 28
PRESENTASE PERIODE TERPENUHI DALAM 1
77,778
TAHUN (%)
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
107
1.000
0.800
DEBIT (m3/dt)
0.600
0.400
0.200
0.000
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt
BULAN
Gambar 4. 12 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Eksisting
Sebelum di Optimasi
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
Pada Gambar 4.12 menunjukkan grafik neraca air PTT Eksisting berdasarkan debit
andalan 50%. Grafik tersebut menjelaskan bahwa kebutuhan air irigasi dengan PTT
Eksisting di beberapa periode masih belum tercukupi atau terjadi defisit. Pada musim tanam
I terdapat defisit pada periode II dan III bulan November. Musim tanam II kebutuhan air
sudah tercukupi, namun pada musim tanam III terjadi defisit mulai dari periode I bulan
September hingga periode III bulan Oktober, dengan nilai defisit terbesar terjadi pada
periode II bulan November yaitu -0,467 m3/dt dan total defisit sebanyak 8 periode atau
sekitar 22,22%.
Kebutuhan air irigasi yang terpenuhi terdapat 28 periode atau sekitar 77,778%.
Berdasarkan kondisi masalah tersebut, maka perlu dilakukannya optimasi pemanfaatan air
agar ketersediaan air yang ada dapat mencukupi kebutuhan air irigasi sehingga didapatkan
hasil keuntungan produksi pertanian yang maksimal.
108
Tabel 4. 35
Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 1
Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)
BULAN 50% LEBIH (+)
EKSISTING KONDISI
(m3/dt) KURANG (-)
I 0,356 0,060 0,296 Terpenuhi
Nov
II 0,365 0,189 0,176 Terpenuhi
III 0,365 0,337 0,028 Terpenuhi
I 0,594 0,018 0,576 Terpenuhi
Des
II 0,670 0,000 0,670 Terpenuhi
III 0,669 0,123 0,546 Terpenuhi
I 0,854 0,063 0,791 Terpenuhi
Jan
II 0,791 0,215 0,576 Terpenuhi
III 0,757 0,040 0,717 Terpenuhi
I 0,834 0,031 0,803 Terpenuhi
Feb
II 0,761 0,000 0,761 Terpenuhi
III 0,701 0,051 0,650 Terpenuhi
I 0,757 0,000 0,757 Terpenuhi
Mar
II 0,701 0,000 0,701 Terpenuhi
III 1,130 0,279 0,851 Terpenuhi
I 0,930 0,084 0,846 Terpenuhi
Apr
II 0,679 0,206 0,473 Terpenuhi
III 0,840 0,176 0,664 Terpenuhi
I 0,822 0,246 0,576 Terpenuhi
Mei
II 0,832 0,369 0,463 Terpenuhi
III 0,794 0,386 0,408 Terpenuhi
I 0,697 0,440 0,257 Terpenuhi
Jun
II 0,676 0,363 0,313 Terpenuhi
III 0,649 0,206 0,443 Terpenuhi
I 0,584 0,225 0,359 Terpenuhi
Jul
II 0,563 0,341 0,222 Terpenuhi
III 0,563 0,513 0,050 Terpenuhi
I 0,458 0,685 -0,227 Defisit
Agu
II 0,446 0,655 -0,209 Defisit
III 0,450 0,628 -0,178 Defisit
I 0,380 0,875 -0,495 Defisit
Sep II 0,396 0,896 -0,500 Defisit
III 0,374 0,896 -0,522 Defisit
I 0,355 0,729 -0,374 Defisit
Okt II 0,373 0,561 -0,188 Defisit
III 0,338 0,221 0,117 Terpenuhi
TOTAL PERIODE TERPENUHI 28
PRESENTASE PERIODE TERPENUHI DALAM 1
77,778
TAHUN (%)
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
109
1.000
DEBIT (m3/dt)
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt
BULAN
Gambar 4. 13 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 1
Sebelum di Optimasi
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
Pada Gambar 4.13 menunjukkan grafik neraca air PTT Alternatif I berdasarkan debit
andalan 50%. Grafik tersebut menjelaskan bahwa kebutuhan air irigasi dengan PTT
Alternatif I di beberapa periode masih belum tercukupi atau terjadi defisit. Pada musim
tanam I dan musim tanam II kebutuhan air sudah tercukupi, namun pada musim tanam III
terjadi defisit mulai dari periode I bulan Agustus hingga periode II bulan Oktober, dengan
nilai defisit terbesar terjadi pada periode III bulan September yaitu -0,522 m3/dt dan total
defisit sebanyak 8 periode atau sekitar 22,22%.
Kebutuhan air irigasi yang terpenuhi terdapat 28 periode atau sekitar 77,778%.
Berdasarkan kondisi masalah tersebut, maka perlu dilakukannya optimasi pemanfaatan air
agar ketersediaan air yang ada dapat mencukupi kebutuhan air irigasi sehingga didapatkan
hasil keuntungan produksi pertanian yang maksimal.
110
Tabel 4. 36
Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 2
Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)
BULAN 50% LEBIH (+)
EKSISTING KONDISI
(m3/dt) KURANG (-)
I 0,356 0,060 0,296 Terpenuhi
Nov
II 0,365 0,189 0,176 Terpenuhi
III 0,365 0,337 0,028 Terpenuhi
I 0,594 0,018 0,576 Terpenuhi
Des
II 0,670 0,000 0,670 Terpenuhi
III 0,669 0,123 0,546 Terpenuhi
I 0,854 0,063 0,791 Terpenuhi
Jan
II 0,791 0,215 0,576 Terpenuhi
III 0,757 0,040 0,717 Terpenuhi
I 0,834 0,031 0,803 Terpenuhi
Feb
II 0,761 0,000 0,761 Terpenuhi
III 0,701 0,051 0,650 Terpenuhi
I 0,757 0,000 0,757 Terpenuhi
Mar
II 0,701 0,000 0,701 Terpenuhi
III 1,130 0,279 0,851 Terpenuhi
I 0,930 0,084 0,846 Terpenuhi
Apr
II 0,679 0,206 0,473 Terpenuhi
III 0,840 0,160 0,680 Terpenuhi
I 0,822 0,238 0,584 Terpenuhi
Mei
II 0,832 0,369 0,463 Terpenuhi
III 0,794 0,390 0,404 Terpenuhi
I 0,697 0,472 0,225 Terpenuhi
Jun
II 0,676 0,445 0,231 Terpenuhi
III 0,649 0,306 0,343 Terpenuhi
I 0,584 0,307 0,277 Terpenuhi
Jul
II 0,563 0,396 0,167 Terpenuhi
III 0,563 0,545 0,018 Terpenuhi
I 0,458 0,714 -0,256 Defisit
Agu
II 0,446 0,679 -0,233 Defisit
III 0,450 0,631 -0,181 Defisit
I 0,380 0,848 -0,468 Defisit
Sep II 0,396 0,832 -0,436 Defisit
III 0,374 0,774 -0,400 Defisit
I 0,355 0,617 -0,262 Defisit
Okt II 0,373 0,474 -0,101 Defisit
III 0,338 0,221 0,117 Terpenuhi
TOTAL PERIODE TERPENUHI 28
PRESENTASE PERIODE TERPENUHI DALAM 1
77,778
TAHUN (%)
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
111
1.000
DEBIT (m3/dt)
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt
BULAN
Gambar 4. 14 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 2
Sebelum di Optimasi
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
Pada Gambar 4.14 menunjukkan grafik neraca air PTT Alternatif 2 berdasarkan debit
andalan 50%. Grafik tersebut menjelaskan bahwa kebutuhan air irigasi dengan PTT
Alternatif 2 di beberapa periode masih belum tercukupi atau terjadi defisit. Pada musim
tanam I dan musim tanam II kebutuhan air sudah tercukupi, namun pada musim tanam III
terjadi defisit mulai dari periode I bulan Agustus hingga periode II bulan Oktober, dengan
nilai defisit terbesar terjadi pada periode I bulan September yaitu -0,468 m3/dt dan total
defisit sebanyak 8 periode atau sekitar 22,22%.
Kebutuhan air irigasi yang terpenuhi terdapat 28 periode atau sekitar 77,778%.
Berdasarkan kondisi masalah tersebut, maka perlu dilakukannya optimasi pemanfaatan air
agar ketersediaan air yang ada dapat mencukupi kebutuhan air irigasi sehingga didapatkan
hasil keuntungan produksi pertanian yang maksimal.
112
Tabel 4. 37
Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 3
Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)
BULAN 50% LEBIH (+)
EKSISTING KONDISI
(m3/dt) KURANG (-)
I 0,594 0,060 0,534 Terpenuhi
Des
II 0,670 0,189 0,481 Terpenuhi
III 0,669 0,337 0,332 Terpenuhi
I 0,854 0,018 0,836 Terpenuhi
Jan
II 0,791 0,000 0,791 Terpenuhi
III 0,757 0,123 0,634 Terpenuhi
I 0,834 0,063 0,771 Terpenuhi
Feb
II 0,761 0,215 0,546 Terpenuhi
III 0,701 0,040 0,661 Terpenuhi
I 0,757 0,031 0,726 Terpenuhi
Mar
II 0,701 0,000 0,701 Terpenuhi
III 1,130 0,051 1,079 Terpenuhi
I 0,930 0,000 0,930 Terpenuhi
Apr
II 0,679 0,000 0,679 Terpenuhi
III 0,840 0,279 0,561 Terpenuhi
I 0,822 0,084 0,738 Terpenuhi
Mei
II 0,832 0,206 0,626 Terpenuhi
III 0,794 0,160 0,634 Terpenuhi
I 0,697 0,238 0,459 Terpenuhi
Jun
II 0,676 0,369 0,307 Terpenuhi
III 0,649 0,390 0,259 Terpenuhi
I 0,584 0,472 0,112 Terpenuhi
Jul
II 0,563 0,445 0,118 Terpenuhi
III 0,563 0,306 0,257 Terpenuhi
I 0,458 0,307 0,151 Terpenuhi
Agu
II 0,446 0,396 0,050 Terpenuhi
III 0,450 0,545 -0,095 Defisit
I 0,380 0,714 -0,334 Defisit
Sep
II 0,396 0,679 -0,283 Defisit
III 0,374 0,631 -0,257 Defisit
I 0,355 0,848 -0,493 Defisit
Okt II 0,373 0,832 -0,459 Defisit
III 0,338 0,774 -0,436 Defisit
I 0,356 0,617 -0,261 Defisit
Nov II 0,365 0,474 -0,109 Defisit
III 0,365 0,221 0,144 Terpenuhi
TOTAL PERIODE TERPENUHI 27
PRESENTASE PERIODE TERPENUHI DALAM 1
75,000
TAHUN (%)
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
113
1.000
DEBIT (m3/dt)
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov
BULAN
Gambar 4. 15 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 3
Sebelum di Optimasi
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
PTT Alternatif 3 ini direncanakan mengalami pergeseran musim tanam dengan
memperhatikan debit ketersediaan yang ada. Permulaan tanam pada musim tanam I digeser
sehingga mulai tanam terjadi pada awal periode I bulan Desember dan untuk musim tanam
II dan III juga ikut bergeser. Pada Gambar 4.15 menunjukkan grafik neraca air PTT
Alternatif 3 berdasarkan debit andalan 50%. Grafik tersebut menjelaskan bahwa kebutuhan
air irigasi dengan PTT Alternatif 3 di beberapa periode masih belum tercukupi atau terjadi
defisit. Pada musim tanam I dan musim tanam II kebutuhan air sudah tercukupi, namun pada
musim tanam III terjadi defisit mulai dari periode III bulan Agustus hingga periode II bulan
November, dengan nilai defisit terbesar terjadi pada periode I bulan Oktober yaitu -0,493
m3/dt dan total defisit sebanyak 9 periode atau sekitar 25%.
Kebutuhan air irigasi yang terpenuhi terdapat 27 periode atau sekitar 75%.
Berdasarkan kondisi masalah tersebut, maka perlu dilakukannya optimasi pemanfaatan air
agar ketersediaan air yang ada dapat mencukupi kebutuhan air irigasi sehingga didapatkan
hasil keuntungan produksi pertanian yang maksimal.
114
Tabel 4. 38
Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 4
Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)
BULAN 50% LEBIH (+)
3
EKSISTING KONDISI
(m /dt) KURANG (-)
I 0,594 0,060 0,534 Terpenuhi
Des
II 0,670 0,189 0,481 Terpenuhi
III 0,669 0,337 0,332 Terpenuhi
I 0,854 0,018 0,836 Terpenuhi
Jan
II 0,791 0,000 0,791 Terpenuhi
III 0,757 0,123 0,634 Terpenuhi
I 0,834 0,063 0,771 Terpenuhi
Feb
II 0,761 0,215 0,546 Terpenuhi
III 0,701 0,040 0,661 Terpenuhi
I 0,757 0,031 0,726 Terpenuhi
Mar
II 0,701 0,000 0,701 Terpenuhi
III 1,130 0,051 1,079 Terpenuhi
I 0,930 0,000 0,930 Terpenuhi
Apr
II 0,679 0,000 0,679 Terpenuhi
III 0,840 0,279 0,561 Terpenuhi
I 0,822 0,084 0,738 Terpenuhi
Mei
II 0,832 0,206 0,626 Terpenuhi
III 0,794 0,176 0,618 Terpenuhi
I 0,697 0,246 0,451 Terpenuhi
Jun
II 0,676 0,369 0,307 Terpenuhi
III 0,649 0,386 0,263 Terpenuhi
I 0,584 0,440 0,144 Terpenuhi
Jul
II 0,563 0,363 0,200 Terpenuhi
III 0,563 0,206 0,357 Terpenuhi
I 0,458 0,225 0,233 Terpenuhi
Agu
II 0,446 0,341 0,105 Terpenuhi
III 0,450 0,513 -0,063 Defisit
I 0,380 0,685 -0,305 Defisit
Sep
II 0,396 0,655 -0,259 Defisit
III 0,374 0,628 -0,254 Defisit
I 0,355 0,875 -0,520 Defisit
Okt II 0,373 0,896 -0,523 Defisit
III 0,338 0,896 -0,558 Defisit
I 0,356 0,729 -0,373 Defisit
Nov II 0,365 0,561 -0,196 Defisit
III 0,365 0,221 0,144 Terpenuhi
TOTAL PERIODE TERPENUHI 27
PRESENTASE PERIODE TERPENUHI DALAM 1
75,000
TAHUN (%)
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
115
1.000
DEBIT (m3/dt)
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov
BULAN
Gambar 4. 16 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 4
Sebelum di Optimasi
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
PTT Alternatif 4 ini direncanakan mengalami pergeseran musim tanam dengan
memperhatikan debit ketersediaan yang ada. Permulaan tanam pada musim tanam I digeser
sehingga mulai tanam terjadi pada awal periode I bulan Desember dan untuk musim tanam
II dan III juga ikut bergeser. Pada Gambar 4.16 menunjukkan grafik neraca air PTT
Alternatif 4 berdasarkan debit andalan 50%. Grafik tersebut menjelaskan bahwa kebutuhan
air irigasi dengan PTT Alternatif 4 di beberapa periode masih belum tercukupi atau terjadi
defisit. Pada musim tanam I dan musim tanam II kebutuhan air sudah tercukupi, namun pada
musim tanam III terjadi defisit mulai dari periode III bulan Agustus hingga periode II bulan
November, dengan nilai defisit terbesar terjadi pada periode III bulan Oktober yaitu -0,558
m3/dt dan total defisit sebanyak 9 periode atau sekitar 25%.
Kebutuhan air irigasi yang terpenuhi terdapat 27 periode atau sekitar 75%.
Berdasarkan kondisi masalah tersebut, maka perlu dilakukannya optimasi pemanfaatan air
agar ketersediaan air yang ada dapat mencukupi kebutuhan air irigasi sehingga didapatkan
hasil keuntungan produksi pertanian yang maksimal.
116
Tabel 4. 40
Analisis Usaha Tani Kedelai Per Hektar Tahun 2021 di Kabupaten Bojonegoro
No. PRODUKSI NILAI
1 Total Produksi (kg) 2.000
2 Harga ditingkat petani (Rp. /kg) 6.500
3 Nilai total produksi (Rp.) 13.000.000
4 Total biaya produksi (Rp.) 9.400.000
5 Keuntungan (Rp.) 3.600.000
Sumber: Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bojonegoro, 2021
117
Tabel 4. 41
Analisis Usaha Tani Jagung Per Hektar Tahun 2021 di Kabupaten Bojonegoro
No. PRODUKSI NILAI
1 Total Produksi (kg) 8.000
2 Harga ditingkat petani (Rp. /kg) 3.400
3 Nilai total produksi (Rp.) 27.200.000
4 Total biaya produksi (Rp.) 12.080.000
5 Keuntungan (Rp.) 15.120.000
Sumber: Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bojonegoro, 2021
Tabel 4. 42
Analisis Usaha Tani Kacang Tanah Per Hektar Tahun 2021 di Kabupaten Bojonegoro
No. PRODUKSI NILAI
1 Total Produksi (kg) 4.200
2 Harga ditingkat petani (Rp. /kg) 7.000
3 Nilai total produksi (Rp.) 29.400.000
4 Total biaya produksi (Rp.) 10.050.000
5 Keuntungan (Rp.) 19.350.000
Sumber: Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bojonegoro, 2021
2. Fungsi Kendala
Fungsi kendala merupakan fungsi matematika yang menjadi kendala bagi usaha untuk
memaksimumkan atau meminimumkan fungsi tujuan. Dalam suatu analisis optimasi,
sumber daya yang akan dianalisa harus dalam keadaan terbatas. Keterbatasan sumber
daya tersebut dinamakan sebagai syarat ikatan atau kendala. Fungsi kendala ini
merupakan persamaan yang membatasi kegunaan utama dan bentuk fungsi kendala ini
adalah luas total baku sawah. Kendala luas baku sawah ini yaitu luas lahan yang bisa
ditanami oleh tanaman untuk setiap pola tata tanam. Selain itu juga keterbatasan
ketersediaan air yang ada di daerah irigasi juga merupakan variabel kendala yang menjadi
pembatas.
3. Fungsi Tujuan
Fungsi tujuan merupakan fungsi matematika yang harus dimaksimumkan atau
diminimumkan, dan mencerminkan tujuan yang hendak dicapai. Dalam studi ini, tujuan
yang ingin dicapai yaitu memaksimalkan nilai keuntungan dan luas lahan masing-masing
tanaman untuk tiap musim tanam selama satu tahun serta mengatasi ketidakseimbangan
neraca air irigasi.
Guna memperoleh hasil yang efektif, dengan maksud mendekati kondisi kenyataan
yang ada dengan metode yang dipakai maka analisis ini dilakukan dengan mengambil
batasan yang mengacu pada persyaratan sesuai kondisi di lapangan. Persyaratannya adalah
sebagai berikut:
1. Daerah Irigasi Pirang memiliki luas baku sawah 1314 Ha. Luas baku sawah tersebut
ditanami padi dan palawija.
2. Ketersediaan air yang akan digunakan untuk mengoptimasi lahan menggunakan volume
air debit andalan 80%, (debit air normal) dan 50% (debit air normal) dari data intake
Bendung Pirang dari tahun 2011 sampai tahun 2020 yang sudah dikonversikan menjadi
volume (m3)
3. Dalam studi ini, data-data yang akan digunakan untuk menjalankan Program Linier
dengan program bantu solver beserta persamaannya untuk kondisi eksisting dan empat
alternatif pola tata tanam adalah sebagai berikut:
Contoh perhitungan
• Pola tata tanam eksisting:
Padi – Padi, Jagung – Kacang Tanah
a. Fungsi Tujuan (Maksimalisasi)
Z = A.X1a + A.X2a + B.X2b + B.X3b
119
Dengan:
Z = Nilai tujuan yang hendak dicapai berupa keuntungan maksimum (Rp.)
Diketahui:
Koefisien fungsi tujuan:
A = Pendapatan produksi padi per satu musim tanam,
= Rp 17.340.000/Ha (Tabel 4.39)
B = Pendapatan produksi jagung per satu musim tanam,
= Rp 15.120.000/Ha (Tabel 4.41)
= Pendapatan produksi kacang tanah per satu musim tanam,
= Rp 19.350.000/Ha (Tabel 4.42)
b. Variabel Keputusan:
X1a = Luasan tanaman padi pada musim tanam I (Ha)
X2a = Luasan tanaman padi pada musim tanam II (Ha)
X2b = Luasan tanaman jagung pada musim tanam II (Ha)
X3b = Luasan tanaman kacang tanah pada musim tanam III (Ha)
c. Fungsi Kendala
- Luas tanam total:
X1a ≤ Xt
X2a + X2b ≤ Xt
X3b ≤ Xt
Diketahui:
Xt = luas total baku sawah Daerah Irigasi Pirang untuk setiap musim tanam 1314 ha
Tabel 4. 43
Model Matematika Fungsi Kendala Luas Lahan PTT Eksisting
Musim
Musim Musim Tanam
Tanam
Tanam I Luas II Luas Luas
Bulan III
Lahan Lahan Lahan
Kacang
Padi Padi Jagung
Tanah
I X1a ≤ Xt
NOV II X1a ≤ Xt
III X1a ≤ Xt
I X1a ≤ Xt
DES II X1a ≤ Xt
III X1a ≤ Xt
I X1a ≤ Xt
JAN II X1a ≤ Xt
III X1a ≤ Xt
I X1a ≤ Xt
FEB II X1a ≤ Xt
III X1a ≤ Xt
I X2a + X2b ≤ Xt
MAR II X2a + X2b ≤ Xt
III X2a + X2b ≤ Xt
I X2a + X2b ≤ Xt
APR II X2a + X2b ≤ Xt
III X2a + X2b ≤ Xt
I X2a + X2b ≤ Xt
MEI II X2a + X2b ≤ Xt
III X2a + X2b ≤ Xt
I X2a + X2b ≤ Xt
JUN II X2a + X2b ≤ Xt
III X2a + X2b ≤ Xt
I X3c ≤ Xt
JUL II X3c ≤ Xt
III X3c ≤ Xt
I X3c ≤ Xt
AGS II X3c ≤ Xt
III X3c ≤ Xt
I X3c ≤ Xt
SEPT II X3c ≤ Xt
III X3c ≤ Xt
I X3c ≤ Xt
OKT II X3c ≤ Xt
III X3c ≤ Xt
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
122
Tabel 4. 44
Model Matematika Fungsi Kendala Luas Lahan PTT Alternatif 1
Luas Luas Luas
Musim Tanam I Musim Tanam II Musim Tanam III
Bulan Lahan Lahan Lahan
Padi Jagung Padi Jagung Padi Jagung
I X1a + X1b ≤ Xt
Nov II X1a + X1b ≤ Xt
III X1a + X1b ≤ Xt
I X1a + X1b ≤ Xt
Des II X1a + X1b ≤ Xt
III X1a + X1b ≤ Xt
I X1a + X1b ≤ Xt
Jan II X1a + X1b ≤ Xt
III X1a + X1b ≤ Xt
I X1a + X1b ≤ Xt
Feb II X1a + X1b ≤ Xt
III X1a + X1b ≤ Xt
I X2a + X2b ≤ Xt
Mar II X2a + X2b ≤ Xt
III X2a + X2b ≤ Xt
I X2a + X2b ≤ Xt
Apr II X2a + X2b ≤ Xt
III X2a + X2b ≤ Xt
I X2a + X2b ≤ Xt
Mei II X2a + X2b ≤ Xt
III X2a + X2b ≤ Xt
I X2a + X2b ≤ Xt
Jun II X2a + X2b ≤ Xt
III X2a + X2b ≤ Xt
I X3a + X3b ≤ Xt
Jul II X3a + X3b ≤ Xt
III X3a + X3b ≤ Xt
I X3a + X3b ≤ Xt
Ags II X3a + X3b ≤ Xt
III X3a + X3b ≤ Xt
I X3a + X3b ≤ Xt
Sept II X3a + X3b ≤ Xt
III X3a + X3b ≤ Xt
I X3a + X3b ≤ Xt
Okt II X3a + X3b ≤ Xt
III X3a + X3b ≤ Xt
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
123
Tabel 4. 45
Model Matematika Fungsi Kendala Luas Lahan PTT Alternatif 2
Luas Luas Luas
Musim Tanam I Musim Tanam II Musim Tanam III
Lahan Lahan Lahan
Bulan
Kacang
Padi Jagung Padi Padi Kedelai
tanah
I X1a + X1b ≤ Xt
Nov II X1a + X1b ≤ Xt
III X1a + X1b ≤ Xt
I X1a + X1b ≤ Xt
Des II X1a + X1b ≤ Xt
III X1a + X1b ≤ Xt
I X1a + X1b ≤ Xt
Jan II X1a + X1b ≤ Xt
III X1a + X1b ≤ Xt
I X1a + X1b ≤ Xt
Feb II X1a + X1b ≤ Xt
III X1a + X1b ≤ Xt
I X2a + X2b ≤ Xt
Mar II X2a + X2b ≤ Xt
III X2a + X2b ≤ Xt
I X2a + X2b ≤ Xt
Apr II X2a + X2b ≤ Xt
III X2a + X2b ≤ Xt
I X2a + X2b ≤ Xt
Mei II X2a + X2b ≤ Xt
III X2a + X2b ≤ Xt
I X2a + X2b ≤ Xt
Jun II X2a + X2b ≤ Xt
III X2a + X2b ≤ Xt
I X3a + X3b ≤ Xt
Jul II X3a + X3b ≤ Xt
III X3a + X3b ≤ Xt
I X3a + X3b ≤ Xt
Ags II X3a + X3b ≤ Xt
III X3a + X3b ≤ Xt
I X3a + X3b ≤ Xt
Sept II X3a + X3b ≤ Xt
III X3a + X3b ≤ Xt
I X3a + X3b ≤ Xt
Okt II X3a + X3b ≤ Xt
III X3a + X3b ≤ Xt
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
124
Tabel 4. 46
Model Matematika Fungsi Kendala Luas Lahan PTT Alternatif 3
Luas Luas Luas
Musim Tanam I Musim Tanam II Musim Tanam III
Lahan Lahan Lahan
Bulan
Kacang
Padi Jagung Padi Padi Kedelai
tanah
I X1a + X1b ≤ Xt
Des II X1a + X1b ≤ Xt
III X1a + X1b ≤ Xt
I X1a + X1b ≤ Xt
Jan II X1a + X1b ≤ Xt
III X1a + X1b ≤ Xt
I X1a + X1b ≤ Xt
Feb II X1a + X1b ≤ Xt
III X1a + X1b ≤ Xt
I X1a + X1b ≤ Xt
Mar II X1a + X1b ≤ Xt
III X1a + X1b ≤ Xt
I X2a + X2b ≤ Xt
Apr II X2a + X2b ≤ Xt
III X2a + X2b ≤ Xt
I X2a + X2b ≤ Xt
Mei II X2a + X2b ≤ Xt
III X2a + X2b ≤ Xt
I X2a + X2b ≤ Xt
Jun II X2a + X2b ≤ Xt
III X2a + X2b ≤ Xt
I X2a + X2b ≤ Xt
Jul II X2a + X2b ≤ Xt
III X2a + X2b ≤ Xt
I X3a + X3b ≤ Xt
Ags II X3a + X3b ≤ Xt
III X3a + X3b ≤ Xt
I X3a + X3b ≤ Xt
Sept II X3a + X3b ≤ Xt
III X3a + X3b ≤ Xt
I X3a + X3b ≤ Xt
Okt II X3a + X3b ≤ Xt
III X3a + X3b ≤ Xt
I X3a + X3b ≤ Xt
Nov II X3a + X3b ≤ Xt
III X3a + X3b ≤ Xt
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
125
Tabel 4. 47
Model Matematika Fungsi Kendala Luas Lahan PTT Alternatif 4
Luas Luas Luas
Musim Tanam I Musim Tanam II Musim Tanam III
Bulan Lahan Lahan Lahan
Padi Jagung Padi Jagung Padi Jagung
I X1a + X1b ≤ Xt
Des II X1a + X1b ≤ Xt
III X1a + X1b ≤ Xt
I X1a + X1b ≤ Xt
Jan II X1a + X1b ≤ Xt
III X1a + X1b ≤ Xt
I X1a + X1b ≤ Xt
Feb II X1a + X1b ≤ Xt
III X1a + X1b ≤ Xt
I X1a + X1b ≤ Xt
Mar II X1a + X1b ≤ Xt
III X1a + X1b ≤ Xt
I X2a + X2b ≤ Xt
Apr II X2a + X2b ≤ Xt
III X2a + X2b ≤ Xt
I X2a + X2b ≤ Xt
Mei II X2a + X2b ≤ Xt
III X2a + X2b ≤ Xt
I X2a + X2b ≤ Xt
Jun II X2a + X2b ≤ Xt
III X2a + X2b ≤ Xt
I X2a + X2b ≤ Xt
Jul II X2a + X2b ≤ Xt
III X2a + X2b ≤ Xt
I X3a + X3b ≤ Xt
Ags II X3a + X3b ≤ Xt
III X3a + X3b ≤ Xt
I X3a + X3b ≤ Xt
Sept II X3a + X3b ≤ Xt
III X3a + X3b ≤ Xt
I X3a + X3b ≤ Xt
Okt II X3a + X3b ≤ Xt
III X3a + X3b ≤ Xt
I X3a + X3b ≤ Xt
Nov II X3a + X3b ≤ Xt
III X3a + X3b ≤ Xt
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
126
Tabel 4. 48
Model Matematika Fungsi Kendala Volume Ketersediaan PTT Eksisting
Musim
Musim
Musim Tanam II Tanam
Tanam I
Bulan Volume Volume III Volume
Kacang
Padi Padi Jagung
tanah
I Vp1a.X1a ≤ Vs1a
I Vp1d.X1a ≤ Vs1d
I Vp1g.X1a ≤ Vs1g
I Vp1j.X1a ≤ Vs1j
I Vj3a.X3b ≤ Vs3a
I Vj3d.X3b ≤ Vs3d
Musim
Musim
Musim Tanam II Tanam
Tanam I
Bulan Volume Volume III Volume
Kacang
Padi Padi Jagung
tanah
I Vj3g.X3b ≤ Vs3g
I Vj3j.X3b ≤ Vs3j
Tabel 4. 49
Model Matematika Fungsi Kendala Volume Ketersediaan PTT Alternatif 1
Musim Tanam I Volu Musim Tanam II Volu Musim Tanam III Volu
Bulan
Padi Jagung me Padi Jagung me Padi Jagung me
Musim Tanam I Volu Musim Tanam II Volu Musim Tanam III Volu
Bulan
Padi Jagung me Padi Jagung me Padi Jagung me
Tabel 4. 50
Model Matematika Fungsi Kendala Volume Ketersediaan PTT Alternatif 2
Musim Tanam I Musim Tanam II Musim Tanam III
Volu Volu Volu
Bulan Kacang
Padi Jagung me Padi me Padi Kedelai me
tanah
I Vp1a.X1a Vj1a.X1b ≤ Vs1a
Tabel 4. 51
Model Matematika Fungsi Kendala Volume Ketersediaan PTT Alternatif 3
Musim Tanam I Musim Tanam II Musim Tanam III
Volu Volu Volum
Bulan Kacang
Padi Jagung me Padi me Padi Kedelai e
tanah
I Vp1a.X1a Vj1a.X1b ≤ Vs1a
Tabel 4. 52
Model Matematika Fungsi Kendala Volume Ketersediaan PTT Alternatif 4
Musim Tanam I Volu Musim Tanam II Volu Musim Tanam III Volu
Bulan
Padi Jagung me Padi Jagung me Padi Jagung me
Musim Tanam I Volu Musim Tanam II Volu Musim Tanam III Volu
Bulan
Padi Jagung me Padi Jagung me Padi Jagung me
Tabel 4. 53
Hasil Optimasi PTT Eksisting dengan Debit Andalan 80%
Total Volume
Luas Kontrol Kontrol Rekapitulasi Optimasi
Kebutuhan
luas
Variabel Nilai Variabel Nilai Variabel Nilai Variabel Nilai
MT Luas
X1a 677,79 X1b 0,00 677,79 Vb1a 0,00 Vs1a 35510,40 677,79
I Padi
X1a 677,79 X1b 0,00 677,79 Vb1b 16910,91 Vs1b 37065,60 (Ha)
MT Luas
X1a 677,79 X1b 0,00 677,79 Vb1c 37065,60 Vs1c 37065,60 578,70
II Padi
Luas
X1a 677,79 X1b 0,00 677,79 Vb1d 2084,28 Vs1d 64195,20 (Ha) 735,30
Jagung
MT Luas
X1a 677,79 X1b 0,00 677,79 Vb1e 0,00 Vs1e 77328,00 0,00
III Padi
Luas
X1a 677,79 X1b 0,00 677,79 Vb1f 14368,92 Vs1f 77241,60 (Ha) Kacang 677,73
tanah
X1a 677,79 X1b 0,00 677,79 Vb1g 1711,04 Vs1g 53395,20 MT I 11.752.833.523
X1a 677,79 X1b 0,00 677,79 Vb1h 22065,33 Vs1h 50284,80 Z MT II 21.152.384.125
X1a 677,79 X1b 0,00 677,79 Vb1i 3810,60 Vs1i 52099,20 (Rp) MT III 13.114.124.270
X1a 677,79 X1b 0,00 677,79 Vb1j 10134,01 Vs1j 65404,80 Jumlah 46.019.341.918
X1a 677,79 X1b 0,00 677,79 Vb1k 3731,90 Vs1k 57369,60
X1a 677,79 X1b 0,00 677,79 Vb1l 9234,02 Vs1l 51840,00
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2a 0,00 Vs2a 38448,00
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2b 0,00 Vs2b 28252,80
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2c 27907,20 Vs2c 27907,20
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2d 8377,28 Vs2d 73872,00
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2e 20642,00 Vs2e 71971,20
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2f 14116,57 Vs2f 66009,60
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2g 16513,40 Vs2g 61776,00
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2h 33353,75 Vs2h 63590,40
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2i 40410,15 Vs2i 67824,00
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2j 50178,69 Vs2j 63590,40
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2k 47817,59 Vs2k 61776,00
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2l 38000,58 Vs2l 53395,20
X3a 0,00 X3b 677,73 677,73 Vb3a 11007,59 Vs3a 49507,20
X3a 0,00 X3b 677,73 677,73 Vb3b 8913,81 Vs3b 47779,20
X3a 0,00 X3b 677,73 677,73 Vb3c 7087,02 Vs3c 47779,20
X3a 0,00 X3b 677,73 677,73 Vb3d 11377,36 Vs3d 49507,20
X3a 0,00 X3b 677,73 677,73 Vb3e 12919,58 Vs3e 47779,20
X3a 0,00 X3b 677,73 677,73 Vb3f 15303,01 Vs3f 47779,20
X3a 0,00 X3b 677,73 677,73 Vb3g 25736,89 Vs3g 37065,60
X3a 0,00 X3b 677,73 677,73 Vb3h 28083,19 Vs3h 37065,60
X3a 0,00 X3b 677,73 677,73 Vb3i 29116,80 Vs3i 29116,80
X3a 0,00 X3b 677,73 677,73 Vb3j 24789,51 Vs3j 29116,80
X3a 0,00 X3b 677,73 677,73 Vb3k 23561,19 Vs3k 32140,80
X3a 0,00 X3b 677,73 677,73 Vb3k 19867,00 Vs3k 31017,60
Tabel 4. 54
Hasil Optimasi PTT Alternatif 1 dengan Debit Andalan 80%
Total Volume
Luas Kontrol Kontrol Rekapitulasi Optimasi
Kebutuhan
luas
Variabel Nilai Variabel Nilai Variabel Nilai Variabel Nilai
MT Luas
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1a 6636,49 Vs1a 35510,40 640,83
I Padi
Luas
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1b 20918,43 Vs1b 37065,60 (Ha) 673,17
Jagung
MT Luas
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1c 37065,60 Vs1c 37065,60 578,70
II Padi
Luas
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1d 1970,65 Vs1d 64195,20 (Ha) 735,30
Jagung
MT Luas
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1e 0,00 Vs1e 77328,00 0,00
III Padi
Luas
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1f 13585,53 Vs1f 77241,60 (Ha) 662,91
Jagung
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1g 4741,54 Vs1g 53395,20 MT I 21.290.332.965
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1h 21653,22 Vs1h 50284,80 Z MT II 21.152.384.125
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1i 2825,80 Vs1i 52099,20 (Rp) MT III 10.023.155.677
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1j 3419,63 Vs1j 65404,80 Jumlah 52.465.872.768
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1k 0,00 Vs1k 57369,60
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1l 5649,65 Vs1l 51840,00
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2a 0,00 Vs2a 38448,00
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2b 0,00 Vs2b 28252,80
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2c 27907,20 Vs2c 27907,20
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2d 8377,28 Vs2d 73872,00
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2e 20642,00 Vs2e 71971,20
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2f 16857,27 Vs2f 66009,60
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2g 21495,65 Vs2g 61776,00
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2h 33826,37 Vs2h 63590,40
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2i 35789,10 Vs2i 67824,00
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2j 40670,66 Vs2j 63590,40
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2k 34434,29 Vs2k 61776,00
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2l 20564,07 Vs2l 53395,20
X3a 0,00 X3b 662,91 662,91 Vb3a 1145,40 Vs3a 49507,20
X3a 0,00 X3b 662,91 662,91 Vb3b 3539,30 Vs3b 47779,20
X3a 0,00 X3b 662,91 662,91 Vb3c 6185,18 Vs3c 47779,20
X3a 0,00 X3b 662,91 662,91 Vb3d 13418,63 Vs3d 49507,20
X3a 0,00 X3b 662,91 662,91 Vb3e 16572,73 Vs3e 47779,20
X3a 0,00 X3b 662,91 662,91 Vb3f 19726,83 Vs3f 47779,20
X3a 0,00 X3b 662,91 662,91 Vb3g 31037,70 Vs3g 37065,60
X3a 0,00 X3b 662,91 662,91 Vb3h 30633,30 Vs3h 37065,60
X3a 0,00 X3b 662,91 662,91 Vb3i 29116,80 Vs3i 29116,80
X3a 0,00 X3b 662,91 662,91 Vb3j 19391,76 Vs3j 29116,80
X3a 0,00 X3b 662,91 662,91 Vb3k 10697,06 Vs3k 32140,80
X3a 0,00 X3b 662,91 662,91 Vb3k 0,00 Vs3k 31017,60
Tabel 4. 55
Hasil Optimasi PTT Alternatif 2 dengan Debit Andalan 80%
Total Volume
Luas Kontrol Kontrol Rekapitulasi Optimasi
Kebutuhan
luas
Variabel Nilai Variabel Nilai Variabel Nilai Variabel Nilai
MT Luas
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1a 6636,49 Vs1a 35510,40 640,83
I Padi
Luas
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1b 20918,43 Vs1b 37065,60 (Ha) 673,17
Jagung
MT Luas
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1c 37065,60 Vs1c 37065,60 0,00
II Padi
Luas
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1d 1970,65 Vs1d 64195,20 (Ha) Kacang 1314,00
tanah
MT Luas
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1e 0,00 Vs1e 77328,00 349,40
III Padi
Luas
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1f 13585,53 Vs1f 77241,60 (Ha) 0,00
Kedelai
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1g 4741,54 Vs1g 53395,20 MT I 21.290.332.965
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1h 21653,22 Vs1h 50284,80 Z MT II 25.425.900.000
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1i 2825,80 Vs1i 52099,20 (Rp) MT III 6.058.583.521
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1j 3419,63 Vs1j 65404,80 Jumlah 52.774.816.486
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1k 0,00 Vs1k 57369,60
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1l 5649,65 Vs1l 51840,00
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2a 0,00 Vs2a 38448,00
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2b 0,00 Vs2b 28252,80
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2c 0,00 Vs2c 27907,20
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2d 0,00 Vs2d 73872,00
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2e 0,00 Vs2e 71971,20
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2f 2597,72 Vs2f 66009,60
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2g 18660,07 Vs2g 61776,00
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2h 19352,72 Vs2h 63590,40
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2i 18403,88 Vs2i 67824,00
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2j 25443,21 Vs2j 63590,40
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2k 23354,58 Vs2k 61776,00
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2l 14744,24 Vs2l 53395,20
X3a 349,40 X3b 0,00 349,40 Vb3a 12611,20 Vs3a 49507,20
X3a 349,40 X3b 0,00 349,40 Vb3b 17551,80 Vs3b 47779,20
X3a 349,40 X3b 0,00 349,40 Vb3c 25669,42 Vs3c 47779,20
X3a 349,40 X3b 0,00 349,40 Vb3d 29856,79 Vs3d 49507,20
X3a 349,40 X3b 0,00 349,40 Vb3e 25330,71 Vs3e 47779,20
X3a 349,40 X3b 0,00 349,40 Vb3f 20960,03 Vs3f 47779,20
X3a 349,40 X3b 0,00 349,40 Vb3g 26200,32 Vs3g 37065,60
X3a 349,40 X3b 0,00 349,40 Vb3h 27837,07 Vs3h 37065,60
X3a 349,40 X3b 0,00 349,40 Vb3i 29116,80 Vs3i 29116,80
X3a 349,40 X3b 0,00 349,40 Vb3j 27399,18 Vs3j 29116,80
X3a 349,40 X3b 0,00 349,40 Vb3k 24682,39 Vs3k 32140,80
X3a 349,40 X3b 0,00 349,40 Vb3k 13327,89 Vs3k 31017,60
Tabel 4. 56
Hasil Optimasi PTT Alternatif 3 dengan Debit Andalan 80%
Total Volume
Luas Kontrol Kontrol Rekapitulasi Optimasi
Kebutuhan
luas
Variabel Nilai Variabel Nilai Variabel Nilai Variabel Nilai
MT Luas
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1a 0,00 Vs1a 35510,40 1314,00
I Padi
Luas
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1b 16910,91 Vs1b 37065,60 (Ha) 0,00
Jagung
MT Luas
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1c 37065,60 Vs1c 37065,60 0,00
II Padi
Luas
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1d 2084,28 Vs1d 64195,20 (Ha) Kacang 1314,00
tanah
MT Luas
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1e 0,00 Vs1e 77328,00 372,21
III Padi
Luas
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1f 14368,92 Vs1f 77241,60 (Ha) 0,00
Kedelai
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1g 1711,04 Vs1g 53395,20 MT I 22.784.760.000
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1h 22065,33 Vs1h 50284,80 Z MT II 25.425.900.000
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1i 3810,60 Vs1i 52099,20 (Rp) MT III 6.454.099.359
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1j 10134,01 Vs1j 65404,80 Jumlah 54.664.759.359
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1k 3731,90 Vs1k 57369,60
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1l 9234,02 Vs1l 51840,00
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2a 0,00 Vs2a 38448,00
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2b 0,00 Vs2b 28252,80
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2c 27907,20 Vs2c 27907,20
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2d 8377,28 Vs2d 73872,00
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2e 20642,00 Vs2e 71971,20
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2f 14116,57 Vs2f 66009,60
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2g 16513,40 Vs2g 61776,00
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2h 33353,75 Vs2h 63590,40
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2i 40410,15 Vs2i 67824,00
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2j 50178,69 Vs2j 63590,40
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2k 47817,59 Vs2k 61776,00
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2l 38000,58 Vs2l 53395,20
X3a 372,21 X3b 0,00 372,21 Vb3a 11007,59 Vs3a 49507,20
X3a 372,21 X3b 0,00 372,21 Vb3b 8913,81 Vs3b 47779,20
X3a 372,21 X3b 0,00 372,21 Vb3c 7087,02 Vs3c 47779,20
X3a 372,21 X3b 0,00 372,21 Vb3d 11377,36 Vs3d 49507,20
X3a 372,21 X3b 0,00 372,21 Vb3e 12919,58 Vs3e 47779,20
X3a 372,21 X3b 0,00 372,21 Vb3f 15303,01 Vs3f 47779,20
X3a 372,21 X3b 0,00 372,21 Vb3g 25736,89 Vs3g 37065,60
X3a 372,21 X3b 0,00 372,21 Vb3h 28083,19 Vs3h 37065,60
X3a 372,21 X3b 0,00 372,21 Vb3i 29116,80 Vs3i 29116,80
X3a 372,21 X3b 0,00 372,21 Vb3j 24789,51 Vs3j 29116,80
X3a 372,21 X3b 0,00 372,21 Vb3k 23561,19 Vs3k 32140,80
X3a 372,21 X3b 0,00 372,21 Vb3k 19867,00 Vs3k 31017,60
Tabel 4. 57
Hasil Optimasi PTT Alternatif 4 dengan Debit Andalan 80%
Total Volume
Luas Kontrol Kontrol Rekapitulasi Optimasi
Kebutuhan
luas
Variabel Nilai Variabel Nilai Variabel Nilai Variabel Nilai
MT Luas
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1a 0,00 Vs1a 35510,40 1314,00
I Padi
Luas
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1b 16910,91 Vs1b 37065,60 (Ha) 0,00
Jagung
MT Luas
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1c 37065,60 Vs1c 37065,60 837,45
II Padi
Luas
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1d 2084,28 Vs1d 64195,20 (Ha) 476,55
Jagung
MT Luas
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1e 0,00 Vs1e 77328,00 0,00
III Padi
Luas
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1f 14368,92 Vs1f 77241,60 (Ha) 621,88
Jagung
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1g 1711,04 Vs1g 53395,20 MT I 22.784.760.000
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1h 22065,33 Vs1h 50284,80 Z MT II 21.726.811.792
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1i 3810,60 Vs1i 52099,20 (Rp) MT III 9.402.830.082
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1j 10134,01 Vs1j 65404,80 Jumlah 53.914.401.874
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1k 3731,90 Vs1k 57369,60
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1l 9234,02 Vs1l 51840,00
X2a 837,45 X2b 476,55 1314,00 Vb2a 0,00 Vs2a 38448,00
X2a 837,45 X2b 476,55 1314,00 Vb2b 0,00 Vs2b 28252,80
X2a 837,45 X2b 476,55 1314,00 Vb2c 27907,20 Vs2c 27907,20
X2a 837,45 X2b 476,55 1314,00 Vb2d 8377,28 Vs2d 73872,00
X2a 837,45 X2b 476,55 1314,00 Vb2e 20642,00 Vs2e 71971,20
X2a 837,45 X2b 476,55 1314,00 Vb2f 14116,57 Vs2f 66009,60
X2a 837,45 X2b 476,55 1314,00 Vb2g 16513,40 Vs2g 61776,00
X2a 837,45 X2b 476,55 1314,00 Vb2h 33353,75 Vs2h 63590,40
X2a 837,45 X2b 476,55 1314,00 Vb2i 40410,15 Vs2i 67824,00
X2a 837,45 X2b 476,55 1314,00 Vb2j 50178,69 Vs2j 63590,40
X2a 837,45 X2b 476,55 1314,00 Vb2k 47817,59 Vs2k 61776,00
X2a 837,45 X2b 476,55 1314,00 Vb2l 38000,58 Vs2l 53395,20
X3a 0,00 X3b 621,88 621,88 Vb3a 11007,59 Vs3a 49507,20
X3a 0,00 X3b 621,88 621,88 Vb3b 8913,81 Vs3b 47779,20
X3a 0,00 X3b 621,88 621,88 Vb3c 7087,02 Vs3c 47779,20
X3a 0,00 X3b 621,88 621,88 Vb3d 11377,36 Vs3d 49507,20
X3a 0,00 X3b 621,88 621,88 Vb3e 12919,58 Vs3e 47779,20
X3a 0,00 X3b 621,88 621,88 Vb3f 15303,01 Vs3f 47779,20
X3a 0,00 X3b 621,88 621,88 Vb3g 25736,89 Vs3g 37065,60
X3a 0,00 X3b 621,88 621,88 Vb3h 28083,19 Vs3h 37065,60
X3a 0,00 X3b 621,88 621,88 Vb3i 29116,80 Vs3i 29116,80
X3a 0,00 X3b 621,88 621,88 Vb3j 24789,51 Vs3j 29116,80
X3a 0,00 X3b 621,88 621,88 Vb3k 23561,19 Vs3k 32140,80
X3a 0,00 X3b 621,88 621,88 Vb3k 19867,00 Vs3k 31017,60
Tabel 4. 58
Hasil Optimasi PTT Eksisting dengan Debit Andalan 50%
Total Volume
Luas Kontrol Rekapitulasi Optimasi
Kontrol Kebutuhan
luas
Variabel Nilai Variabel Nilai Variabel Nilai Variabel Nilai
Luas
X1a 576,67 X1b 0,00 576,67 Vb1a 0,00 Vs1a 30758,40 MT I 576,67
Padi
X1a 576,67 X1b 0,00 576,67 Vb1b 14388,07 Vs1b 31536,00 (Ha)
MT Luas
X1a 576,67 X1b 0,00 576,67 Vb1c 31536,00 Vs1c 31536,00 840,19
II Padi
Luas
X1a 576,67 X1b 0,00 576,67 Vb1d 1773,34 Vs1d 51321,60 (Ha) 473,81
Jagung
MT Luas
X1a 576,67 X1b 0,00 576,67 Vb1e 0,00 Vs1e 57888,00 0,00
III Padi
Luas
X1a 576,67 X1b 0,00 576,67 Vb1f 12225,30 Vs1f 57801,60 (Ha) kacang 752,14
tanah
X1a 576,67 X1b 0,00 576,67 Vb1g 1455,78 Vs1g 73785,60 MT I 9.999.497.053
X1a 576,67 X1b 0,00 576,67 Vb1h 18773,53 Vs1h 68342,40 Z MT II 21.732.900.908
X1a 576,67 X1b 0,00 576,67 Vb1i 3242,12 Vs1i 65404,80 (Rp) MT III 14.553.953.937
X1a 576,67 X1b 0,00 576,67 Vb1j 8622,18 Vs1j 72057,60 Jumlah 46.286.351.889
X1a 576,67 X1b 0,00 576,67 Vb1k 3175,16 Vs1k 65750,40
X1a 576,67 X1b 0,00 576,67 Vb1l 7856,45 Vs1l 60566,40
X2a 840,19 X2b 473,81 1314,00 Vb2a 0,00 Vs2a 65404,80
X2a 840,19 X2b 473,81 1314,00 Vb2b 0,00 Vs2b 60566,40
X2a 840,19 X2b 473,81 1314,00 Vb2c 40517,57 Vs2c 97632,00
X2a 840,19 X2b 473,81 1314,00 Vb2d 12162,70 Vs2d 80352,00
X2a 840,19 X2b 473,81 1314,00 Vb2e 29969,46 Vs2e 58665,60
X2a 840,19 X2b 473,81 1314,00 Vb2f 20495,40 Vs2f 72576,00
X2a 840,19 X2b 473,81 1314,00 Vb2g 19830,91 Vs2g 71020,80
X2a 840,19 X2b 473,81 1314,00 Vb2h 42308,61 Vs2h 71884,80
X2a 840,19 X2b 473,81 1314,00 Vb2i 50581,32 Vs2i 68601,60
X2a 840,19 X2b 473,81 1314,00 Vb2j 60220,80 Vs2j 60220,80
X2a 840,19 X2b 473,81 1314,00 Vb2k 56960,96 Vs2k 58406,40
X2a 840,19 X2b 473,81 1314,00 Vb2l 43338,54 Vs2l 56073,60
X3a 0,00 X3b 752,14 752,14 Vb3a 12216,14 Vs3a 50457,60
X3a 0,00 X3b 752,14 752,14 Vb3b 9892,48 Vs3b 48643,20
X3a 0,00 X3b 752,14 752,14 Vb3c 7865,12 Vs3c 48643,20
X3a 0,00 X3b 752,14 752,14 Vb3d 12626,51 Vs3d 39571,20
X3a 0,00 X3b 752,14 752,14 Vb3e 14338,05 Vs3e 38534,40
X3a 0,00 X3b 752,14 752,14 Vb3f 16983,16 Vs3f 38880,00
X3a 0,00 X3b 752,14 752,14 Vb3g 28562,61 Vs3g 32832,00
X3a 0,00 X3b 752,14 752,14 Vb3h 31166,51 Vs3h 34214,40
X3a 0,00 X3b 752,14 752,14 Vb3i 32313,60 Vs3i 32313,60
X3a 0,00 X3b 752,14 752,14 Vb3j 27511,20 Vs3j 30672,00
X3a 0,00 X3b 752,14 752,14 Vb3k 26148,03 Vs3k 32227,20
X3a 0,00 X3b 752,14 752,14 Vb3k 22048,24 Vs3l 29203,20
Tabel 4. 59
Hasil Optimasi PTT Alternatif 1 dengan Debit Andalan 50%
Total Volume
Luas Kontrol Kontrol Rekapitulasi Optimasi
Kebutuhan
luas
Variabel Nilai Variabel Nilai Variabel Nilai Variabel Nilai
MT Luas
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1a 5626,34 Vs1a 30758,40 543,29
I Padi
Luas
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1b 17734,41 Vs1b 31536,00 (Ha) 770,71
Jagung
MT Luas
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1c 31536,00 Vs1c 31536,00 1151,16
II Padi
Luas
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1d 1670,69 Vs1d 51321,60 (Ha) 162,84
Jagung
MT Luas
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1e 0,00 Vs1e 57888,00 0,00
III Padi
Luas
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1f 11517,66 Vs1f 57801,60 (Ha) 701,23
Jagung
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1g 5253,06 Vs1g 73785,60 MT I 21.073.789.201
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1h 19507,72 Vs1h 68342,40 Z MT II 22.423.259.156
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1i 3235,26 Vs1i 65404,80 (Rp) MT III 10.602.597.718
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1j 2899,13 Vs1j 72057,60 Jumlah 54.099.646.076
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1k 0,00 Vs1k 65750,40
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1l 4789,71 Vs1l 60566,40
X2a 1151,16 X2b 162,84 1314,00 Vb2a 0,00 Vs2a 65404,80
X2a 1151,16 X2b 162,84 1314,00 Vb2b 0,00 Vs2b 60566,40
X2a 1151,16 X2b 162,84 1314,00 Vb2c 55514,00 Vs2c 97632,00
X2a 1151,16 X2b 162,84 1314,00 Vb2d 16664,38 Vs2d 80352,00
X2a 1151,16 X2b 162,84 1314,00 Vb2e 41061,80 Vs2e 58665,60
X2a 1151,16 X2b 162,84 1314,00 Vb2f 28688,14 Vs2f 72576,00
X2a 1151,16 X2b 162,84 1314,00 Vb2g 23240,06 Vs2g 71020,80
X2a 1151,16 X2b 162,84 1314,00 Vb2h 48144,23 Vs2h 71884,80
X2a 1151,16 X2b 162,84 1314,00 Vb2i 53456,49 Vs2i 68601,60
X2a 1151,16 X2b 162,84 1314,00 Vb2j 60220,80 Vs2j 60220,80
X2a 1151,16 X2b 162,84 1314,00 Vb2k 56673,39 Vs2k 58406,40
X2a 1151,16 X2b 162,84 1314,00 Vb2l 40906,78 Vs2l 56073,60
X3a 0,00 X3b 701,23 701,23 Vb3a 1211,62 Vs3a 50457,60
X3a 0,00 X3b 701,23 701,23 Vb3b 3743,91 Vs3b 48643,20
X3a 0,00 X3b 701,23 701,23 Vb3c 6542,75 Vs3c 48643,20
X3a 0,00 X3b 701,23 701,23 Vb3d 14194,37 Vs3d 39571,20
X3a 0,00 X3b 701,23 701,23 Vb3e 17530,81 Vs3e 38534,40
X3a 0,00 X3b 701,23 701,23 Vb3f 20867,24 Vs3f 38880,00
X3a 0,00 X3b 701,23 701,23 Vb3g 32832,00 Vs3g 32832,00
X3a 0,00 X3b 701,23 701,23 Vb3h 32404,22 Vs3h 34214,40
X3a 0,00 X3b 701,23 701,23 Vb3i 30800,05 Vs3i 32313,60
X3a 0,00 X3b 701,23 701,23 Vb3j 20512,80 Vs3j 30672,00
X3a 0,00 X3b 701,23 701,23 Vb3k 11315,46 Vs3k 32227,20
X3a 0,00 X3b 701,23 701,23 Vb3k 0,00 Vs3k 29203,20
Tabel 4. 60
Hasil Optimasi PTT Alternatif 2 dengan Debit Andalan 50%
Total Volume
Luas Kontrol Kontrol Rekapitulasi Optimasi
Kebutuhan
luas
Variabel Nilai Variabel Nilai Variabel Nilai Variabel Nilai
MT Luas
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1a 5626,34 Vs1a 30758,40 543,29
I Padi
Luas
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1b 17734,41 Vs1b 31536,00 (Ha) 770,71
Jagung
MT Luas
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1c 31536,00 Vs1c 31536,00 0,00
II Padi
Luas
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1d 1670,69 Vs1d 51321,60 (Ha) Kacang 1314,00
tanah
MT Luas
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1e 0,00 Vs1e 57888,00 387,76
III Padi
Luas
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1f 11517,66 Vs1f 57801,60 (Ha) 0,00
Kedelai
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1g 5253,06 Vs1g 73785,60 MT I 21.073.789.201
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1h 19507,72 Vs1h 68342,40 Z MT II 25.425.900.000
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1i 3235,26 Vs1i 65404,80 (Rp) MT III 6.723.769.249
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1j 2899,13 Vs1j 72057,60 Jumlah 53.223.458.450
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1k 0,00 Vs1k 65750,40
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1l 4789,71 Vs1l 60566,40
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2a 0,00 Vs2a 65404,80
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2b 0,00 Vs2b 60566,40
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2c 0,00 Vs2c 97632,00
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2d 0,00 Vs2d 80352,00
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2e 0,00 Vs2e 58665,60
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2f 2597,72 Vs2f 72576,00
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2g 18660,07 Vs2g 71020,80
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2h 19352,72 Vs2h 71884,80
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2i 18403,88 Vs2i 68601,60
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2j 25443,21 Vs2j 60220,80
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2k 23354,58 Vs2k 58406,40
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2l 14744,24 Vs2l 56073,60
X3a 387,76 X3b 0,00 387,76 Vb3a 13995,81 Vs3a 50457,60
X3a 387,76 X3b 0,00 387,76 Vb3b 19478,86 Vs3b 48643,20
X3a 387,76 X3b 0,00 387,76 Vb3c 28487,73 Vs3c 48643,20
X3a 387,76 X3b 0,00 387,76 Vb3d 33134,84 Vs3d 39571,20
X3a 387,76 X3b 0,00 387,76 Vb3e 28111,83 Vs3e 38534,40
X3a 387,76 X3b 0,00 387,76 Vb3f 23261,28 Vs3f 38880,00
X3a 387,76 X3b 0,00 387,76 Vb3g 29076,91 Vs3g 32832,00
X3a 387,76 X3b 0,00 387,76 Vb3h 30893,37 Vs3h 34214,40
X3a 387,76 X3b 0,00 387,76 Vb3i 32313,60 Vs3i 32313,60
X3a 387,76 X3b 0,00 387,76 Vb3j 30407,40 Vs3j 30672,00
X3a 387,76 X3b 0,00 387,76 Vb3k 27392,32 Vs3k 32227,20
X3a 387,76 X3b 0,00 387,76 Vb3k 14791,19 Vs3k 29203,20
Tabel 4. 61
Hasil Optimasi PTT Alternatif 3 dengan Debit Andalan 50%
Total Volume
Luas Kontrol Kontrol Rekapitulasi Optimasi
Kebutuhan
luas
Variabel Nilai Variabel Nilai Variabel Nilai Variabel Nilai
MT Luas
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1a 0,00 Vs1a 30758,40 1006,62
I Padi
Luas
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1b 14388,07 Vs1b 31536,00 (Ha) 307,38
Jagung
MT Luas
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1c 31536,00 Vs1c 31536,00 0,00
II Padi
Luas
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1d 1773,34 Vs1d 51321,60 (Ha) Kacang 1314,00
tanah
MT Luas
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1e 0,00 Vs1e 57888,00 350,44
III Padi
Luas
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1f 12225,30 Vs1f 57801,60 (Ha) 0,00
Kedelai
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1g 1455,78 Vs1g 73785,60 MT I 22.102.372.080
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1h 18773,53 Vs1h 68342,40 Z MT II 25.425.900.000
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1i 3242,12 Vs1i 65404,80 (Rp) MT III 6.076.561.513
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1j 8622,18 Vs1j 72057,60 Jumlah 53.604.833.593
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1k 3175,16 Vs1k 65750,40
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1l 7856,45 Vs1l 60566,40
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2a 0,00 Vs2a 65404,80
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2b 0,00 Vs2b 60566,40
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2c 40517,57 Vs2c 97632,00
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2d 12162,70 Vs2d 80352,00
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2e 29969,46 Vs2e 58665,60
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2f 20495,40 Vs2f 72576,00
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2g 19830,91 Vs2g 71020,80
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2h 42308,61 Vs2h 71884,80
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2i 50581,32 Vs2i 68601,60
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2j 60220,80 Vs2j 60220,80
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2k 56960,96 Vs2k 58406,40
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2l 43338,54 Vs2l 56073,60
X3a 350,44 X3b 0,00 350,44 Vb3a 12216,14 Vs3a 50457,60
X3a 350,44 X3b 0,00 350,44 Vb3b 9892,48 Vs3b 48643,20
X3a 350,44 X3b 0,00 350,44 Vb3c 7865,12 Vs3c 48643,20
X3a 350,44 X3b 0,00 350,44 Vb3d 12626,51 Vs3d 39571,20
X3a 350,44 X3b 0,00 350,44 Vb3e 14338,05 Vs3e 38534,40
X3a 350,44 X3b 0,00 350,44 Vb3f 16983,16 Vs3f 38880,00
X3a 350,44 X3b 0,00 350,44 Vb3g 28562,61 Vs3g 32832,00
X3a 350,44 X3b 0,00 350,44 Vb3h 31166,51 Vs3h 34214,40
X3a 350,44 X3b 0,00 350,44 Vb3i 32313,60 Vs3i 32313,60
X3a 350,44 X3b 0,00 350,44 Vb3j 27511,20 Vs3j 30672,00
X3a 350,44 X3b 0,00 350,44 Vb3k 26148,03 Vs3k 32227,20
X3a 350,44 X3b 0,00 350,44 Vb3k 22048,24 Vs3k 29203,20
Tabel 4. 62
Hasil Optimasi PTT Alternatif 4 dengan Debit Andalan 50%
Total Volume
Luas Kontrol Kontrol Rekapitulasi Optimasi
Kebutuhan
luas
Variabel Nilai Variabel Nilai Variabel Nilai Variabel Nilai
MT Luas
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1a 0,00 Vs1a 30758,40 1006,62
I Padi
Luas
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1b 14388,07 Vs1b 31536,00 (Ha) 307,38
Jagung
MT Luas
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1c 31536,00 Vs1c 31536,00 865,28
II Padi
Luas
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1d 1773,34 Vs1d 51321,60 (Ha) 448,72
Jagung
MT Luas
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1e 0,00 Vs1e 57888,00 0,00
III Padi
Luas
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1f 12225,30 Vs1f 57801,60 (Ha) 655,10
Jagung
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1g 1455,78 Vs1g 73785,60 MT I 22.102.372.080
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1h 18773,53 Vs1h 68342,40 Z MT II 21.788.593.413
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1i 3242,12 Vs1i 65404,80 (Rp) MT III 9.905.058.395
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1j 8622,18 Vs1j 72057,60 Jumlah 53.796.023.887
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1k 3175,16 Vs1k 65750,40
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1l 7856,45 Vs1l 60566,40
X2a 865,28 X2b 448,72 1314,00 Vb2a 0,00 Vs2a 65404,80
X2a 865,28 X2b 448,72 1314,00 Vb2b 0,00 Vs2b 60566,40
X2a 865,28 X2b 448,72 1314,00 Vb2c 40517,57 Vs2c 97632,00
X2a 865,28 X2b 448,72 1314,00 Vb2d 12162,70 Vs2d 80352,00
X2a 865,28 X2b 448,72 1314,00 Vb2e 29969,46 Vs2e 58665,60
X2a 865,28 X2b 448,72 1314,00 Vb2f 20495,40 Vs2f 72576,00
X2a 865,28 X2b 448,72 1314,00 Vb2g 19830,91 Vs2g 71020,80
X2a 865,28 X2b 448,72 1314,00 Vb2h 42308,61 Vs2h 71884,80
X2a 865,28 X2b 448,72 1314,00 Vb2i 50581,32 Vs2i 68601,60
X2a 865,28 X2b 448,72 1314,00 Vb2j 60220,80 Vs2j 60220,80
X2a 865,28 X2b 448,72 1314,00 Vb2k 56960,96 Vs2k 58406,40
X2a 865,28 X2b 448,72 1314,00 Vb2l 43338,54 Vs2l 56073,60
X3a 0,00 X3b 655,10 655,10 Vb3a 12216,14 Vs3a 50457,60
X3a 0,00 X3b 655,10 655,10 Vb3b 9892,48 Vs3b 48643,20
X3a 0,00 X3b 655,10 655,10 Vb3c 7865,12 Vs3c 48643,20
X3a 0,00 X3b 655,10 655,10 Vb3d 12626,51 Vs3d 39571,20
X3a 0,00 X3b 655,10 655,10 Vb3e 14338,05 Vs3e 38534,40
X3a 0,00 X3b 655,10 655,10 Vb3f 16983,16 Vs3f 38880,00
X3a 0,00 X3b 655,10 655,10 Vb3g 28562,61 Vs3g 32832,00
X3a 0,00 X3b 655,10 655,10 Vb3h 31166,51 Vs3h 34214,40
X3a 0,00 X3b 655,10 655,10 Vb3i 32313,60 Vs3i 32313,60
X3a 0,00 X3b 655,10 655,10 Vb3j 27511,20 Vs3j 30672,00
X3a 0,00 X3b 655,10 655,10 Vb3k 26148,03 Vs3k 32227,20
X3a 0,00 X3b 655,10 655,10 Vb3k 22048,24 Vs3k 29203,20
Tabel 4. 63
Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Eksisting Setelah
Dioptimasi
Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)
BULAN 80% LEBIH (+)
EKSISTING KONDISI
(m3/dt) KURANG (-)
I 0,411 0,000 0,411 Terpenuhi
Nov
II 0,429 0,196 0,233 Terpenuhi
III 0,429 0,429 0,000 Terpenuhi
I 0,743 0,024 0,719 Terpenuhi
Des
II 0,895 0,000 0,895 Terpenuhi
III 0,894 0,166 0,728 Terpenuhi
I 0,618 0,020 0,598 Terpenuhi
Jan
II 0,582 0,255 0,327 Terpenuhi
III 0,603 0,044 0,559 Terpenuhi
I 0,757 0,117 0,640 Terpenuhi
Feb
II 0,664 0,043 0,621 Terpenuhi
III 0,600 0,107 0,493 Terpenuhi
I 0,445 0,000 0,445 Terpenuhi
Mar
II 0,327 0,000 0,327 Terpenuhi
III 0,323 0,323 0,000 Terpenuhi
I 0,855 0,097 0,758 Terpenuhi
Apr
II 0,833 0,239 0,594 Terpenuhi
III 0,764 0,163 0,601 Terpenuhi
I 0,715 0,191 0,524 Terpenuhi
Mei
II 0,736 0,386 0,350 Terpenuhi
III 0,785 0,468 0,317 Terpenuhi
I 0,736 0,581 0,155 Terpenuhi
Jun
II 0,715 0,553 0,162 Terpenuhi
III 0,618 0,440 0,178 Terpenuhi
I 0,573 0,127 0,446 Terpenuhi
Jul
II 0,553 0,103 0,450 Terpenuhi
III 0,553 0,082 0,471 Terpenuhi
Agu I 0,573 0,132 0,441 Terpenuhi
144
1.400
1.200
DEBIT (m3/dt)
1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt
BULAN
Gambar 4. 17 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Eksisting Setelah
Dioptimasi
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
Pada Gambar 4.16 menunjukkan grafik neraca air PTT Eksisting berdasarkan debit
andalan 80% setelah dioptimasi. Grafik tersebut menjelaskan bahwa semua kebutuhan air
irigasi sudah dapat terpenuhi oleh ketersediaan air yang ada selama satu tahun penuh. Hal
ini disebabkan oleh pengaturan luasan lahan tiap tanaman yang tepat sehingga kebutuhan air
irigasi tidak melonjak melebihi ketersediaan air yang ada, sehingga yang sebelumnya total
periode terpenuhi kebutuhan airnya sebanyak 28 periode atau 77,78%, sekarang sudah 36
periode atau 100%.
145
Tabel 4. 64
Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Alternatif 1 Setelah
Dioptimasi
Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)
BULAN 80% LEBIH (+)
ALTERNATIF 1 KONDISI
(m3/dt) KURANG (-)
I 0,411 0,077 0,334 Terpenuhi
Nov
II 0,429 0,242 0,187 Terpenuhi
III 0,429 0,429 0,000 Terpenuhi
I 0,743 0,023 0,720 Terpenuhi
Des
II 0,895 0,000 0,895 Terpenuhi
III 0,894 0,157 0,737 Terpenuhi
I 0,618 0,055 0,563 Terpenuhi
Jan
II 0,582 0,251 0,331 Terpenuhi
III 0,603 0,033 0,570 Terpenuhi
I 0,757 0,040 0,717 Terpenuhi
Feb
II 0,664 0,000 0,664 Terpenuhi
III 0,600 0,065 0,535 Terpenuhi
I 0,445 0,000 0,445 Terpenuhi
Mar
II 0,327 0,000 0,327 Terpenuhi
III 0,323 0,323 0,000 Terpenuhi
I 0,855 0,097 0,758 Terpenuhi
Apr
II 0,833 0,239 0,594 Terpenuhi
III 0,764 0,195 0,569 Terpenuhi
I 0,715 0,249 0,466 Terpenuhi
Mei
II 0,736 0,392 0,344 Terpenuhi
III 0,785 0,414 0,371 Terpenuhi
I 0,736 0,471 0,265 Terpenuhi
Jun
II 0,715 0,399 0,316 Terpenuhi
III 0,618 0,238 0,380 Terpenuhi
I 0,573 0,013 0,560 Terpenuhi
Jul
II 0,553 0,041 0,512 Terpenuhi
III 0,553 0,072 0,481 Terpenuhi
I 0,573 0,155 0,418 Terpenuhi
Agu
II 0,553 0,192 0,361 Terpenuhi
III 0,553 0,228 0,325 Terpenuhi
I 0,429 0,359 0,070 Terpenuhi
Sep II 0,429 0,355 0,074 Terpenuhi
III 0,337 0,337 0,000 Terpenuhi
146
1.400
1.200
DEBIT (m3/dt)
1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt
BULAN
Gambar 4. 18 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Alternatif 1
Setelah Dioptimasi
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
Pada Gambar 4.18 menunjukkan grafik neraca air PTT Alternatif 1 berdasarkan debit
andalan 80% setelah dioptimasi. Grafik tersebut menjelaskan bahwa semua kebutuhan air
irigasi sudah dapat terpenuhi oleh ketersediaan air yang ada selama satu tahun penuh. Hal
ini disebabkan oleh pengaturan luasan lahan tiap tanaman yang tepat sehingga kebutuhan air
irigasi tidak melonjak melebihi ketersediaan air yang ada, sehingga yang sebelumnya total
periode terpenuhi kebutuhan airnya sebanyak 28 periode atau 77,78%, sekarang sudah 36
periode atau 100%.
147
Tabel 4. 65
Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Alternatif 2 Setelah
Dioptimasi
Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)
BULAN 80% LEBIH (+)
ALTERNATIF 2 KONDISI
3
(m /dt) KURANG (-)
I 0,411 0,077 0,334 Terpenuhi
Nov
II 0,429 0,242 0,187 Terpenuhi
III 0,429 0,429 0,000 Terpenuhi
I 0,743 0,023 0,720 Terpenuhi
Des
II 0,895 0,000 0,895 Terpenuhi
III 0,894 0,157 0,737 Terpenuhi
I 0,618 0,055 0,563 Terpenuhi
Jan
II 0,582 0,251 0,331 Terpenuhi
III 0,603 0,033 0,570 Terpenuhi
I 0,757 0,040 0,717 Terpenuhi
Feb
II 0,664 0,000 0,664 Terpenuhi
III 0,600 0,065 0,535 Terpenuhi
I 0,445 0,000 0,445 Terpenuhi
Mar
II 0,327 0,000 0,327 Terpenuhi
III 0,323 0,000 0,323 Terpenuhi
I 0,855 0,000 0,855 Terpenuhi
Apr
II 0,833 0,000 0,833 Terpenuhi
III 0,764 0,030 0,734 Terpenuhi
I 0,715 0,216 0,499 Terpenuhi
Mei
II 0,736 0,224 0,512 Terpenuhi
III 0,785 0,213 0,572 Terpenuhi
I 0,736 0,294 0,442 Terpenuhi
Jun
II 0,715 0,270 0,445 Terpenuhi
III 0,618 0,171 0,447 Terpenuhi
I 0,573 0,146 0,427 Terpenuhi
Jul
II 0,553 0,203 0,350 Terpenuhi
III 0,553 0,297 0,256 Terpenuhi
I 0,573 0,346 0,227 Terpenuhi
Agu
II 0,553 0,293 0,260 Terpenuhi
III 0,553 0,243 0,310 Terpenuhi
I 0,429 0,303 0,126 Terpenuhi
Sep II 0,429 0,322 0,107 Terpenuhi
III 0,337 0,337 0,000 Terpenuhi
148
1.400
1.200
DEBIT (m3/dt)
1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt
BULAN
Gambar 4. 19 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Alternatif 2
Setelah Dioptimasi
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
Pada Gambar 4.19 menunjukkan grafik neraca air PTT Alternatif 2 berdasarkan debit
andalan 80% setelah dioptimasi. Grafik tersebut menjelaskan bahwa semua kebutuhan air
irigasi sudah dapat terpenuhi oleh ketersediaan air yang ada selama satu tahun penuh. Hal
ini disebabkan oleh pengaturan luasan lahan tiap tanaman yang tepat sehingga kebutuhan air
irigasi tidak melonjak melebihi ketersediaan air yang ada, sehingga yang sebelumnya total
periode terpenuhi kebutuhan airnya sebanyak 28 periode atau 77,78%, sekarang sudah 36
periode atau 100%
149
Tabel 4. 66
Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Alternatif 3 Setelah
Dioptimasi
Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)
BULAN 80% LEBIH (+)
ALTERNATIF 3 KONDISI
(m3/dt) KURANG (-)
I 0,743 0,157 0,586 Terpenuhi
Des
II 0,895 0,496 0,399 Terpenuhi
III 0,894 0,871 0,023 Terpenuhi
I 0,618 0,047 0,571 Terpenuhi
Jan
II 0,582 0,000 0,582 Terpenuhi
III 0,603 0,322 0,281 Terpenuhi
I 0,757 0,014 0,743 Terpenuhi
Feb
II 0,664 0,422 0,242 Terpenuhi
III 0,600 0,000 0,600 Terpenuhi
I 0,445 0,081 0,364 Terpenuhi
Mar
II 0,327 0,000 0,327 Terpenuhi
III 0,323 0,134 0,189 Terpenuhi
I 0,855 0,000 0,855 Terpenuhi
Apr
II 0,833 0,000 0,833 Terpenuhi
III 0,764 0,000 0,764 Terpenuhi
I 0,715 0,000 0,715 Terpenuhi
Mei
II 0,736 0,000 0,736 Terpenuhi
III 0,785 0,030 0,755 Terpenuhi
I 0,736 0,216 0,520 Terpenuhi
Jun
II 0,715 0,224 0,491 Terpenuhi
III 0,618 0,213 0,405 Terpenuhi
I 0,573 0,294 0,279 Terpenuhi
Jul
II 0,553 0,270 0,283 Terpenuhi
III 0,553 0,171 0,382 Terpenuhi
I 0,573 0,155 0,418 Terpenuhi
Agu
II 0,553 0,216 0,337 Terpenuhi
III 0,553 0,316 0,237 Terpenuhi
I 0,429 0,368 0,061 Terpenuhi
Sep
II 0,429 0,312 0,117 Terpenuhi
III 0,337 0,258 0,079 Terpenuhi
I 0,337 0,323 0,014 Terpenuhi
Okt II 0,372 0,343 0,029 Terpenuhi
III 0,359 0,359 0,000 Terpenuhi
150
1.400
1.200
DEBIT (m3/dt)
1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov
BULAN
Gambar 4. 20 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Alternatif 3
Setelah Dioptimasi
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
Pada Gambar 4.20 menunjukkan grafik neraca air PTT Alternatif 3 berdasarkan debit
andalan 80% setelah dioptimasi. Grafik tersebut menjelaskan bahwa semua kebutuhan air
irigasi sudah dapat terpenuhi oleh ketersediaan air yang ada selama satu tahun penuh. Hal
ini disebabkan oleh pengaturan luasan lahan tiap tanaman yang tepat sehingga kebutuhan air
irigasi tidak melonjak melebihi ketersediaan air yang ada, sehingga yang sebelumnya total
periode terpenuhi kebutuhan airnya sebanyak 28 periode atau 77,78%, sekarang sudah 36
periode atau 100%
151
Tabel 4. 67
Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Alternatif 4 Setelah
Dioptimasi
Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)
BULAN 80% LEBIH (+)
ALTERNATIF 4 KONDISI
(m3/dt) KURANG (-)
I 0,743 0,157 0,586 Terpenuhi
Des
II 0,895 0,496 0,399 Terpenuhi
III 0,894 0,871 0,023 Terpenuhi
I 0,618 0,047 0,571 Terpenuhi
Jan
II 0,582 0,000 0,582 Terpenuhi
III 0,603 0,322 0,281 Terpenuhi
I 0,757 0,014 0,743 Terpenuhi
Feb
II 0,664 0,422 0,242 Terpenuhi
III 0,600 0,000 0,600 Terpenuhi
I 0,445 0,081 0,364 Terpenuhi
Mar
II 0,327 0,000 0,327 Terpenuhi
III 0,323 0,134 0,189 Terpenuhi
I 0,855 0,000 0,855 Terpenuhi
Apr
II 0,833 0,000 0,833 Terpenuhi
III 0,764 0,467 0,297 Terpenuhi
I 0,715 0,140 0,575 Terpenuhi
Mei
II 0,736 0,346 0,390 Terpenuhi
III 0,785 0,257 0,528 Terpenuhi
I 0,736 0,258 0,478 Terpenuhi
Jun
II 0,715 0,466 0,249 Terpenuhi
III 0,618 0,507 0,111 Terpenuhi
I 0,573 0,573 0,000 Terpenuhi
Jul
II 0,553 0,515 0,038 Terpenuhi
III 0,553 0,344 0,209 Terpenuhi
I 0,573 0,012 0,561 Terpenuhi
Agu
II 0,553 0,038 0,515 Terpenuhi
III 0,553 0,067 0,486 Terpenuhi
I 0,429 0,146 0,283 Terpenuhi
Sep
II 0,429 0,180 0,249 Terpenuhi
III 0,337 0,214 0,123 Terpenuhi
I 0,337 0,337 0,000 Terpenuhi
Okt II 0,372 0,333 0,039 Terpenuhi
III 0,359 0,316 0,043 Terpenuhi
152
1.400
1.200
DEBIT (m3/dt)
1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov
BULAN
Gambar 4. 21 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Alternatif 4
Setelah Dioptimasi
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
Pada Gambar 4.21 menunjukkan grafik neraca air PTT Alternatif 4 berdasarkan debit
andalan 80% setelah dioptimasi. Grafik tersebut menjelaskan bahwa semua kebutuhan air
irigasi sudah dapat terpenuhi oleh ketersediaan air yang ada selama satu tahun penuh. Hal
ini disebabkan oleh pengaturan luasan lahan tiap tanaman yang tepat sehingga kebutuhan air
irigasi tidak melonjak melebihi ketersediaan air yang ada, sehingga yang sebelumnya total
periode terpenuhi kebutuhan airnya sebanyak 28 periode atau 77,78%, sekarang sudah 36
periode atau 100%
153
Tabel 4. 68
Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Eksisting Setelah
Dioptimasi
Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)
BULAN 50% LEBIH (+)
EKSISTING KONDISI
3
(m /dt) KURANG (-)
I 0,356 0,000 0,356 Terpenuhi
Nov
II 0,365 0,167 0,198 Terpenuhi
III 0,365 0,365 0,000 Terpenuhi
I 0,594 0,021 0,573 Terpenuhi
Des
II 0,670 0,000 0,670 Terpenuhi
III 0,669 0,141 0,528 Terpenuhi
I 0,854 0,017 0,837 Terpenuhi
Jan
II 0,791 0,217 0,574 Terpenuhi
III 0,757 0,038 0,719 Terpenuhi
I 0,834 0,100 0,734 Terpenuhi
Feb
II 0,761 0,037 0,724 Terpenuhi
III 0,701 0,091 0,610 Terpenuhi
I 0,757 0,000 0,757 Terpenuhi
Mar
II 0,701 0,000 0,701 Terpenuhi
III 1,130 0,469 0,661 Terpenuhi
I 0,930 0,141 0,789 Terpenuhi
Apr
II 0,679 0,347 0,332 Terpenuhi
III 0,840 0,237 0,603 Terpenuhi
I 0,822 0,230 0,592 Terpenuhi
Mei
II 0,832 0,490 0,342 Terpenuhi
III 0,794 0,585 0,209 Terpenuhi
I 0,697 0,697 0,000 Defisit
Jun
II 0,676 0,659 0,017 Terpenuhi
III 0,649 0,502 0,147 Terpenuhi
I 0,584 0,141 0,443 Terpenuhi
Jul
II 0,563 0,114 0,449 Terpenuhi
III 0,563 0,091 0,472 Terpenuhi
I 0,458 0,146 0,312 Terpenuhi
Agu
II 0,446 0,166 0,280 Terpenuhi
III 0,450 0,197 0,253 Terpenuhi
I 0,380 0,331 0,049 Terpenuhi
Sep II 0,396 0,361 0,035 Terpenuhi
III 0,374 0,374 0,000 Terpenuhi
154
1.400
1.200
DEBIT (m3/dt)
1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt
BULAN
Q ANDALAN 50% Q KEBUTUHAN EKSISTING
Gambar 4. 22 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Eksisting Setelah
Dioptimasi
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
Pada Gambar 4.22 menunjukkan grafik neraca air PTT Eksisting berdasarkan debit
andalan 50% setelah dioptimasi. Grafik tersebut menjelaskan bahwa semua kebutuhan air
irigasi sudah dapat terpenuhi oleh ketersediaan air yang ada selama satu tahun penuh. Hal
ini disebabkan oleh pengaturan luasan lahan tiap tanaman yang tepat sehingga kebutuhan air
irigasi tidak melonjak melebihi ketersediaan air yang ada, sehingga yang sebelumnya total
periode terpenuhi kebutuhan airnya sebanyak 28 periode atau 77,78%, sekarang sudah 36
periode atau 100%
155
Tabel 4. 69
Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 1 Setelah
Dioptimasi
Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)
BULAN 50% LEBIH (+)
ALTERNATIF 1 KONDISI
(m3/dt) KURANG (-)
I 0,356 0,065 0,291 Terpenuhi
Nov
II 0,365 0,205 0,160 Terpenuhi
III 0,365 0,365 0,000 Terpenuhi
I 0,594 0,019 0,575 Terpenuhi
Des
II 0,670 0,000 0,670 Terpenuhi
III 0,669 0,133 0,536 Terpenuhi
I 0,854 0,061 0,793 Terpenuhi
Jan
II 0,791 0,226 0,565 Terpenuhi
III 0,757 0,037 0,720 Terpenuhi
I 0,834 0,034 0,800 Terpenuhi
Feb
II 0,761 0,000 0,761 Terpenuhi
III 0,701 0,055 0,646 Terpenuhi
I 0,757 0,000 0,757 Terpenuhi
Mar
II 0,701 0,000 0,701 Terpenuhi
III 1,130 0,643 0,487 Terpenuhi
I 0,930 0,193 0,737 Terpenuhi
Apr
II 0,679 0,475 0,204 Terpenuhi
III 0,840 0,332 0,508 Terpenuhi
I 0,822 0,269 0,553 Terpenuhi
Mei
II 0,832 0,557 0,275 Terpenuhi
III 0,794 0,619 0,175 Terpenuhi
I 0,697 0,697 0,000 Terpenuhi
Jun
II 0,676 0,656 0,020 Terpenuhi
III 0,649 0,473 0,176 Terpenuhi
I 0,584 0,014 0,570 Terpenuhi
Jul
II 0,563 0,043 0,520 Terpenuhi
III 0,563 0,076 0,487 Terpenuhi
I 0,458 0,164 0,294 Terpenuhi
Agu
II 0,446 0,203 0,243 Terpenuhi
III 0,450 0,242 0,208 Terpenuhi
I 0,380 0,380 0,000 Terpenuhi
Sep II 0,396 0,375 0,021 Terpenuhi
III 0,374 0,356 0,018 Terpenuhi
156
1.400
1.200
DEBIT (m3/dt)
1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt
BULAN
Gambar 4. 23 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 1
Setelah Dioptimasi
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
Pada Gambar 4.23 menunjukkan grafik neraca air PTT Alternatif 1 berdasarkan debit
andalan 50% setelah dioptimasi. Grafik tersebut menjelaskan bahwa semua kebutuhan air
irigasi sudah dapat terpenuhi oleh ketersediaan air yang ada selama satu tahun penuh. Hal
ini disebabkan oleh pengaturan luasan lahan tiap tanaman yang tepat sehingga kebutuhan air
irigasi tidak melonjak melebihi ketersediaan air yang ada, sehingga yang sebelumnya total
periode terpenuhi kebutuhan airnya sebanyak 28 periode atau 77,78%, sekarang sudah 36
periode atau 100%
157
Tabel 4. 70
Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 2 Setelah
Dioptimasi
Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)
BULAN 80% LEBIH (+)
ALTERNATIF 2 KONDISI
3
(m /dt) KURANG (-)
I 0,356 0,065 0,291 Terpenuhi
Nov
II 0,365 0,205 0,160 Terpenuhi
III 0,365 0,365 0,000 Terpenuhi
I 0,594 0,019 0,575 Terpenuhi
Des
II 0,670 0,000 0,670 Terpenuhi
III 0,669 0,133 0,536 Terpenuhi
I 0,854 0,061 0,793 Terpenuhi
Jan
II 0,791 0,226 0,565 Terpenuhi
III 0,757 0,037 0,720 Terpenuhi
I 0,834 0,034 0,800 Terpenuhi
Feb
II 0,761 0,000 0,761 Terpenuhi
III 0,701 0,055 0,646 Terpenuhi
I 0,757 0,000 0,757 Terpenuhi
Mar
II 0,701 0,000 0,701 Terpenuhi
III 1,130 0,000 1,130 Terpenuhi
I 0,930 0,000 0,930 Terpenuhi
Apr
II 0,679 0,000 0,679 Terpenuhi
III 0,840 0,030 0,810 Terpenuhi
I 0,822 0,216 0,606 Terpenuhi
Mei
II 0,832 0,224 0,608 Terpenuhi
III 0,794 0,213 0,581 Terpenuhi
I 0,697 0,294 0,403 Terpenuhi
Jun
II 0,676 0,270 0,406 Terpenuhi
III 0,649 0,171 0,478 Terpenuhi
I 0,584 0,162 0,422 Terpenuhi
Jul
II 0,563 0,225 0,338 Terpenuhi
III 0,563 0,330 0,233 Terpenuhi
I 0,458 0,384 0,074 Terpenuhi
Agu
II 0,446 0,325 0,121 Terpenuhi
III 0,450 0,269 0,181 Terpenuhi
I 0,380 0,337 0,043 Terpenuhi
Sep II 0,396 0,358 0,038 Terpenuhi
III 0,374 0,374 0,000 Terpenuhi
158
1.400
1.200
DEBIT (m3/dt)
1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt
BULAN
Gambar 4. 24 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 2
Setelah Dioptimasi
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
Pada Gambar 4.24 menunjukkan grafik neraca air PTT Alternatif 2 berdasarkan debit
andalan 50% setelah dioptimasi. Grafik tersebut menjelaskan bahwa semua kebutuhan air
irigasi sudah dapat terpenuhi oleh ketersediaan air yang ada selama satu tahun penuh. Hal
ini disebabkan oleh pengaturan luasan lahan tiap tanaman yang tepat sehingga kebutuhan air
irigasi tidak melonjak melebihi ketersediaan air yang ada, sehingga yang sebelumnya total
periode terpenuhi kebutuhan airnya sebanyak 28 periode atau 77,78%, sekarang sudah 36
periode atau 100%
159
Tabel 4. 71
Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 3 Setelah
Dioptimasi
Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)
BULAN 80% LEBIH (+)
ALTERNATIF 3 KONDISI
3
(m /dt) KURANG (-)
I 0,594 0,121 0,473 Terpenuhi
Des
II 0,670 0,380 0,290 Terpenuhi
III 0,669 0,669 0,000 Terpenuhi
I 0,854 0,036 0,818 Terpenuhi
Jan
II 0,791 0,000 0,791 Terpenuhi
III 0,757 0,247 0,510 Terpenuhi
I 0,834 0,033 0,801 Terpenuhi
Feb
II 0,761 0,344 0,417 Terpenuhi
III 0,701 0,015 0,686 Terpenuhi
I 0,757 0,062 0,695 Terpenuhi
Mar
II 0,701 0,000 0,701 Terpenuhi
III 1,130 0,103 1,027 Terpenuhi
I 0,930 0,000 0,930 Terpenuhi
Apr
II 0,679 0,000 0,679 Terpenuhi
III 0,840 0,000 0,840 Terpenuhi
I 0,822 0,000 0,822 Terpenuhi
Mei
II 0,832 0,000 0,832 Terpenuhi
III 0,794 0,030 0,764 Terpenuhi
I 0,697 0,216 0,481 Terpenuhi
Jun
II 0,676 0,224 0,452 Terpenuhi
III 0,649 0,213 0,436 Terpenuhi
I 0,584 0,294 0,290 Terpenuhi
Jul
II 0,563 0,270 0,293 Terpenuhi
III 0,563 0,171 0,392 Terpenuhi
I 0,458 0,146 0,312 Terpenuhi
Agu
II 0,446 0,204 0,242 Terpenuhi
III 0,450 0,298 0,152 Terpenuhi
I 0,380 0,347 0,033 Terpenuhi
Sep
II 0,396 0,294 0,102 Terpenuhi
III 0,374 0,243 0,131 Terpenuhi
I 0,355 0,304 0,051 Terpenuhi
Okt II 0,373 0,323 0,050 Terpenuhi
III 0,338 0,338 0,000 Terpenuhi
160
1.400
1.200
DEBIT (m3/dt)
1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov
BULAN
Gambar 4. 25 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 3
Setelah Dioptimasi
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
Pada Gambar 4.25 menunjukkan grafik neraca air PTT Alternatif 3 berdasarkan debit
andalan 50% setelah dioptimasi. Grafik tersebut menjelaskan bahwa semua kebutuhan air
irigasi sudah dapat terpenuhi oleh ketersediaan air yang ada selama satu tahun penuh. Hal
ini disebabkan oleh pengaturan luasan lahan tiap tanaman yang tepat sehingga kebutuhan air
irigasi tidak melonjak melebihi ketersediaan air yang ada, sehingga yang sebelumnya total
periode terpenuhi kebutuhan airnya sebanyak 27 periode atau 75%, sekarang sudah 36
periode atau 100%
161
Tabel 4. 72
Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 4 Setelah
Dioptimasi
Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)
BULAN 80% LEBIH (+)
ALTERNATIF 4 KONDISI
(m3/dt) KURANG (-)
I 0,594 0,121 0,473 Terpenuhi
Des
II 0,670 0,380 0,290 Terpenuhi
III 0,669 0,669 0,000 Terpenuhi
I 0,854 0,036 0,818 Terpenuhi
Jan
II 0,791 0,000 0,791 Terpenuhi
III 0,757 0,247 0,510 Terpenuhi
I 0,834 0,033 0,801 Terpenuhi
Feb
II 0,761 0,344 0,417 Terpenuhi
III 0,701 0,015 0,686 Terpenuhi
I 0,757 0,062 0,695 Terpenuhi
Mar
II 0,701 0,000 0,701 Terpenuhi
III 1,130 0,103 1,027 Terpenuhi
I 0,930 0,000 0,930 Terpenuhi
Apr
II 0,679 0,000 0,679 Terpenuhi
III 0,840 0,483 0,357 Terpenuhi
I 0,822 0,145 0,677 Terpenuhi
Mei
II 0,832 0,357 0,475 Terpenuhi
III 0,794 0,264 0,530 Terpenuhi
I 0,697 0,259 0,438 Terpenuhi
Jun
II 0,676 0,474 0,202 Terpenuhi
III 0,649 0,517 0,132 Terpenuhi
I 0,584 0,584 0,000 Terpenuhi
Jul
II 0,563 0,527 0,036 Terpenuhi
III 0,563 0,356 0,207 Terpenuhi
I 0,458 0,013 0,445 Terpenuhi
Agu
II 0,446 0,040 0,406 Terpenuhi
III 0,450 0,071 0,379 Terpenuhi
I 0,380 0,153 0,227 Terpenuhi
Sep
II 0,396 0,190 0,206 Terpenuhi
III 0,374 0,226 0,148 Terpenuhi
I 0,355 0,355 0,000 Terpenuhi
Okt II 0,373 0,350 0,023 Terpenuhi
III 0,338 0,333 0,005 Terpenuhi
162
1.400
1.200
DEBIT (m3/dt)
1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov
BULAN
Gambar 4. 26 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 4
Setelah Dioptimasi
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
Pada Gambar 4.26 menunjukkan grafik neraca air PTT Alternatif 4 berdasarkan debit
andalan 50% setelah dioptimasi. Grafik tersebut menjelaskan bahwa semua kebutuhan air
irigasi sudah dapat terpenuhi oleh ketersediaan air yang ada selama satu tahun penuh. Hal
ini disebabkan oleh pengaturan luasan lahan tiap tanaman yang tepat sehingga kebutuhan air
irigasi tidak melonjak melebihi ketersediaan air yang ada, sehingga yang sebelumnya total
periode terpenuhi kebutuhan airnya sebanyak 27 periode atau 75%, sekarang sudah 36
periode atau 100%
163
Tabel 4. 73
Rekapitulasi Keuntungan Hasil Produksi Pertanian Maksimum Setelah Optimasi (Debit
Andalan 80%)
Musim Luas Lahan Tanaman (Ha) Keuntungan
PTT Total
Tanam Padi Jagung Kacang Tanah Kedelai (Rp)
MT I 677,787 677,79
Eksisting MT II 578,70 735,30 1314,00 46.019.341.918
MT III 677,73 677,73
MT I 640,835 673,17 1314,00
Alternatif I MT II 578,696 735,30 1314,00 52.465.872.768
MT III 0,000 662,91 662,91
MT I 640,835 673,165 1314,00
Alternatif II MT II 0,000 1314,000 1314,00 52.774.816.486
MT III 349,399 0,000 349,40
MT I 1314,000 0,000 1314,00
Alternatif III MT II 0,000 1314,000 1314,00 54.664.759.359
MT III 372,209 0,000 372,21
MT I 1314,000 0,000 1314,00
Alternatif IV MT II 837,447 476,55 1314,00 53.914.401.874
MT III 0,000 621,88 621,88
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
Pada Tabel 4.73 terlihat bahwa besarnya keuntungan dari masing-masing pola tata
tanam berbeda, hal tersebut disebabkan oleh jenis tanaman dan luas lahan tanam setiap
tanaman yang berbeda. Selain itu juga nilai keuntungan hasil pertanian setiap daerah irigasi
dipengaruhi oleh analisis usaha tani pada daerah tersebut. Keuntungan terbesar pada debit
keandalan 80% terdapat pada pola tata tanam alternatif III yaitu sebesar Rp. 54.664.759.359
164
dan nilai keuntungan terkecil terdapat pada pola tata tanam eksisting yaitu sebesar Rp.
46.019.341.918.
Tabel 4. 74
Rekapitulasi Keuntungan Hasil Produksi Pertanian Maksimum Setelah Optimasi (Debit
Andalan 50%)
Musim Luas Lahan Tanaman (Ha) Keuntungan
PTT Total
Tanam Padi Jagung Kacang Tanah Kedelai (Rp)
MT I 576,672 576,672
Eksisting MT II 840,19 473,81 1314,000 46.286.351.899
MT III 752,14 752,142
MT I 543,292 770,71 1314,000
Alternatif I MT II 1151,162 162,84 1314,000 54.099.646.076
MT III 0,000 701,23 701,230
MT I 543,292 770,71 1314,000
Alternatif II MT II 0,000 1314,00 1314,000 53.223.458.450
MT III 387,761 0,000 387,761
MT I 1006,618 307,38 1314,000
Alternatif III MT II 0,000 1314,00 1314,000 53.604.833.593
MT III 350,436 0,00 350,436
MT I 1006,618 307,38 1314,000
Alternatif IV MT II 865,276 448,72 1314,000 53.796.023.887
MT III 0,000 655,10 655,096
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
Pada Tabel 4.74 terlihat bahwa besarnya keuntungan dari masing-masing pola tata
tanam berbeda, hal tersebut disebabkan oleh jenis tanaman dan luas lahan tanam setiap
tanaman yang berbeda. Selain itu juga nilai keuntungan hasil pertanian setiap daerah irigasi
dipengaruhi oleh analisis usaha tani pada daerah tersebut. Keuntungan hasil pertanian akan
berbeda pada tiap debit keandalan karena nilai volume ketersediaan yang berperan sebagai
fungsi kendala dalam optimasi juga berbeda. Keuntungan terbesar pada debit keandalan 50%
terdapat pada pola tata tanam alternatif II yaitu sebesar Rp. 54.099.646.076 dan nilai
keuntungan terkecil terdapat pada pola tata tanam eksisting yaitu sebesar Rp.
46.286.351.899.
pencatatan oleh UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro selama 10 tahun yaitu dari
tahun 2011 sampai dengan tahun 2020.
Pada studi ini, debit andalan yang digunakan yaitu debit andalan 80% (debit air rendah)
dan debit andalan 50% (debit air normal). Pada masing-masing kondisi tersebut memiliki
nilai debit yang berbeda pada tiap bulan dan periodenya, hal tersebut dapat disebabkan oleh
banyak faktor, salah satunya karena kondisi musim. Dengan fluktuatifnya nilai debit tersebut
maka terdapat beberapa periode yang tidak tercukupi kebutuhan airnya atau disebut juga
mengalami defisit. Maka perlu dilakukanlah optimasi sehingga debit yang tersedia dapat
mencukupi seluruh debit kebutuhan yang digunakan untuk irigasi. Berikut merupakan
rekapitulasi nilai persentase debit yang tercukupi kebutuhannya sebelum dan sesudah
optimasi pada tiap pola tata tanam.
Tabel 4. 75
Rekapitulasi Jumlah Periode Surplus Ketersediaan Air tiap Pola Tata Tanam pada Debit
Andalan 80%
PTT Sebelum Optimasi Sesudah Optimasi
Jumlah Periode Jumlah Periode
28 36
Eksisting Surplus Surplus
Prosentase 77,78 Prosentase 100
Jumlah Periode Jumlah Periode
Alternatif 28 36
Surplus Surplus
1
Prosentase 77,78 Prosentase 100
Jumlah Periode Jumlah Periode
Alternatif 28 36
Surplus Surplus
2
Prosentase 77,78 Prosentase 100
Jumlah Periode Jumlah Periode
Alternatif 28 36
Surplus Surplus
3
Prosentase 77,78 Prosentase 100
Jumlah Periode Jumlah Periode
Alternatif 28 36
Surplus Surplus
4
Prosentase 77,78 Prosentase 100
Tabel 4. 76
Rekapitulasi Jumlah Periode Surplus Ketersediaan Air tiap Pola Tata Tanam pada Debit
Andalan 50%
PTT Sebelum Optimasi Sesudah Optimasi
Jumlah Periode Jumlah Periode
28 36
Eksisting Surplus Surplus
Prosentase 77,78 Prosentase 100
Jumlah Periode Jumlah Periode
Alternatif 28 36
Surplus Surplus
1
Prosentase 77,78 Prosentase 100
166
Tabel 4. 78
Rekapitulasi Nilai Intensitas Tanam Optimum pada Debit Andalan 50%
Luas Total Intensitas Total
PTT
(Ha) (%) (%)
576,672 43,887
Eksisting 1314,000 100,000 201,127
752,142 57,241
1314,000 100,000
Alternatif I 1314,000 100,000 253,366
701,230 53,366
1314,000 100,000
Alternatif II 1314,000 100,000 229,510
387,761 29,510
1314,000 100,000
Alternatif III 1314,000 100,000 226,669
350,436 26,669
1314,000 100,000
Alternatif IV 1314,000 100,000 249,855
655,096 49,855
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
Tabel 4. 79
Rekapitulasi Skor Pemilihan Alternatif (Debit Andalan 80%)
Luas Lahan Tanaman (Ha) Total Intensitas Total Keuntungan Skoring
Musim
PTT Kacang
Tanam Padi Jagung Kedelai Ha (%) (%) (Rp)
Tanah
MT I 1314,00 0,00 1314,00 100,000
Alternatif
MT II 0,00 1314,00 1314,00 100,000 228,326 54.664.759.359 1
III
MT III 372,21 0,00 372,21 28,326
168
Berdasarkan Tabel 4.77 di atas menunjukkan rekapitulasi hasil optimasi dari setiap
pola tata tanam pada debit andalan 50%. Pola tata tanam yang terpilih yaitu pola tata tanam
alternatif I dengan nilai keuntungan hasil pertanian sebesar Rp. 54.099.646.076 dan total
intensitas tanam sebesar 253,366% dengan pola tata tanam hasil optimasi yaitu Padi,
Palawija (Jagung) – Padi, Palawija (Jagung) – Palawija (Jagung). Dibandingkan dengan pola
tanam eksisting, intensitas tanam pada pola tata tanam alternatif I mengalami peningkatan
sebesar 52,239% serta keuntungannya mengalami peningkatan sebesar Rp. 7.813.294.177.
170
5.1. Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang didapat dari seluruh hasil analisis dan perhitungan yang
telah dilakukan pada studi optimasi ini yaitu:
1. Pada studi ini menggunakan dua kondisi debit andalan, yaitu debit andalan 80%
(mewakili debit air rendah) dan debit andalan 50% (mewakili debit air normal).
a. Pada analisis debit andalan 80% menunjukkan bahwa data debit cukup fluktuatif
sepanjang tahunnya, selain itu, didapatkan juga nilai debit terbesar yaitu 0,90 m3/dt
yang terjadi pada periode II bulan Desember, nilai debit terkecil yaitu 0,32 m3/dt
yang terjadi pada periode III bulan Maret, serta nilai debit rata-ratanya yaitu 0,59
m3/dt. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.14
b. Pada analisis debit andalan 50% menunjukkan bahwa data debit cukup fluktuatif
sepanjang tahunnya, selain itu, didapatkan juga nilai debit terbesar yaitu 1,13 m3/dt
yang terjadi pada periode III bulan Maret, nilai debit terkecil yaitu 0,34 m3/dt yang
terjadi pada periode III bulan Oktober, serta nilai debit rata-ratanya yaitu 0,63 m3/dt.
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.14
2. Berdasarkan perhitungan kebutuhan air irigasi yang telah dilakukan pada pola tata
tanam eksisting dan keempat alternatif didapatkan sebagai berikut:
a. Pada Pola Tata Tanam Eksisting didapatkan total volume kebutuhan air irigasi untuk
tanaman padi pada MT I sebesar 178,694 m3/ha, pada MT 2 sebesar 395,475 m3/ha,
dan pada MT 3 sebesar 33,772 m3/ha. Untuk tanaman palawija kebutuhan airnya
pada MT 1 sebesar 4,899 m3/ha, pada MT 2 sebesar 93,101 m3/ha, dan pada MT 3
sebesar 321,311 m3/ha. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.24
b. Pada Pola Tata Tanam Alternatif 1 didapatkan total volume kebutuhan air irigasi
untuk tanaman padi pada MT I sebesar 167,345 m3/ha, pada MT 2 sebesar 358,616
m3/ha, dan pada MT 3 sebesar 802,931 m3/ha. Untuk tanaman palawija kebutuhan
airnya pada MT 1 sebesar 16,676 m3/ha, pada MT 2 sebesar 72,126 m3/ha, dan pada
MT 3 sebesar 273,741 m3/ha. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.25
c. Pada Pola Tata Tanam Alternatif 2 didapatkan total volume kebutuhan air irigasi
untuk tanaman padi pada MT I sebesar 167,345 m3/ha, pada MT 2 sebesar 357,701
171
173
172172
m3/ha, dan pada MT 3 sebesar 802,931 m3/ha. Untuk tanaman palawija kebutuhan
airnya pada MT 1 sebesar 16,676 m3/ha, pada MT 2 sebesar 93,270 m3/ha, dan pada
MT 3 sebesar 253,791 m3/ha. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.26
d. Pada Pola Tata Tanam Alternatif 3 didapatkan total volume kebutuhan air irigasi
untuk tanaman padi pada MT I sebesar 167,345 m3/ha, pada MT 2 sebesar 357,701
m3/ha, dan pada MT 3 sebesar 802,931 m3/ha. Untuk tanaman palawija kebutuhan
airnya pada MT 1 sebesar 16,676 m3/ha, pada MT 2 sebesar 93,270 m3/ha, dan pada
MT 3 sebesar 253,791 m3/ha. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.27
e. Pada Pola Tata Tanam Alternatif 4 didapatkan total volume kebutuhan air irigasi
untuk tanaman padi pada MT I sebesar 167,345 m3/ha, pada MT 2 sebesar 358,616
m3/ha, dan pada MT 3 sebesar 802,931 m3/ha. Untuk tanaman palawija kebutuhan
airnya pada MT 1 sebesar 16,676 m3/ha, pada MT 2 sebesar 72,126 m3/ha, dan pada
MT 3 sebesar 273,741 m3/ha. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.28
3. Berdasarkan hasil optimasi menggunakan program linier pada masing-masing pola tata
tanam maka didapatkan luas tanam optimum dan keuntungan maksimum sebagai
berikut:
a. Pada Pola Tata Tanam Eksisting kondisi debit andalan 80%, luas tanam optimum
untuk MT 1 sebesar 677,79 ha dengan ditanami padi seluas 677,79 ha, untuk MT 2
sebesar 1.314 ha dengan ditanami padi seluas 578,70 ha dan palawija (jagung) seluas
735,30 ha, untuk MT 3 sebesar 677,73 ha dengan ditanami palawija (kacang tanah)
seluas 677,73 ha. Total keuntungan yang didapat pada Pola Tata Tanam Eksisting ini
yaitu Rp. 46.019.341.948
b. Pada Pola Tata Tanam Alternatif 1 kondisi debit andalan 80%, luas tanam optimum
untuk MT 1 sebesar 1314 ha dengan ditanami padi seluas 640,83 ha dan palawija
(jagung) seluas 673,17 ha, untuk MT 2 sebesar 1.314 ha dengan ditanami padi seluas
578,70ha dan palawija (jagung) seluas 735,30 ha, untuk MT 3 sebesar 662,91 ha
dengan ditanami palawija (jagung) seluas 662,91 ha. Total keuntungan yang didapat
pada Pola Tata Tanam Alternatif 1 ini yaitu Rp. 52.465.872.768
c. Pada Pola Tata Tanam Alternatif 2 kondisi debit andalan 80%, luas tanam optimum
untuk MT 1 sebesar 1314 ha dengan ditanami padi seluas 640,83 ha dan palawija
(jagung) seluas 673,17 ha, untuk MT 2 sebesar 1.314 ha dengan ditanami palawija
(kacang tanah) seluas 1.314 ha, untuk MT 3 sebesar 349,399 ha dengan ditanami padi
seluas 349,399 ha. Total keuntungan yang didapat pada Pola Tata Tanam Alternatif
2 ini yaitu Rp. 52.774.816.486
173
d. Pada Pola Tata Tanam Alternatif 3 kondisi debit andalan 80%, luas tanam optimum
untuk MT 1 sebesar 1314 ha dengan ditanami padi seluas 1314 ha, untuk MT 2
sebesar 1.314 ha dengan ditanami palawija (kacang tanah) seluas 1314 ha, untuk MT
3 sebesar 372,209 ha dengan ditanami padi seluas 372,209 ha. Total keuntungan yang
didapat pada Pola Tata Tanam Alternatif 3 ini yaitu Rp. 54.664759.359
e. Pada Pola Tata Tanam Alternatif 4 kondisi debit andalan 80%, luas tanam optimum
untuk MT 1 sebesar 1314 ha dengan ditanami padi seluas 1314 ha, untuk MT 2
sebesar 1.314 ha dengan ditanami padi seluas 837,45 ha dan palawija (jagung) seluas
476,55 ha, untuk MT 3 sebesar 621,88 ha dengan ditanami palawija (jagung) seluas
621,88 ha. Total keuntungan yang didapat pada Pola Tata Tanam Alternatif 4 ini
yaitu Rp. 53.914.401.874
f. Pada Pola Tata Tanam Eksisting kondisi debit andalan 50%, luas tanam optimum
untuk MT 1 sebesar 576,672 ha dengan ditanami padi seluas 576,672 ha, untuk MT
2 sebesar 1.314 ha dengan ditanami padi seluas 840,19 ha dan palawija (jagung)
seluas 473,81 ha, untuk MT 3 sebesar 752,14 ha dengan ditanami palawija (kacang
tanah) seluas 752,14 ha. Total keuntungan yang didapat pada Pola Tata Tanam
Eksisting ini yaitu Rp. 46.286.351.889
g. Pada Pola Tata Tanam Alternatif 1 kondisi debit andalan 50%, luas tanam optimum
untuk MT 1 sebesar 1314 ha dengan ditanami padi seluas 543,29 ha dan palawija
(jagung) seluas 770,71 ha, untuk MT 2 sebesar 1.314 ha dengan ditanami padi seluas
1.151,16 ha dan palawija (jagung) seluas 162,84 ha, untuk MT 3 sebesar 701,23 ha
dengan ditanami palawija (jagung) seluas 701,23 ha. Total keuntungan yang didapat
pada Pola Tata Tanam Alternatif 1 ini yaitu Rp. 54.099.646.076
h. Pada Pola Tata Tanam Alternatif 2 kondisi debit andalan 50%, luas tanam optimum
untuk MT 1 sebesar 1314 ha dengan ditanami padi seluas 543,29 ha dan palawija
(jagung) seluas 770,71 ha, untuk MT 2 sebesar 1.314 ha dengan ditanami palawija
(kacang tanah) seluas 1.314 ha, untuk MT 3 sebesar 350,436 ha dengan ditanami padi
seluas 350,436 ha. Total keuntungan yang didapat pada Pola Tata Tanam Alternatif
2 ini yaitu Rp. 53.223.458.450
i. Pada Pola Tata Tanam Alternatif 3 kondisi debit andalan 50%, luas tanam optimum
untuk MT 1 sebesar 1314 ha dengan ditanami padi seluas 1.006,62 ha dan palawija
(jagung) seluas 307,38 ha, untuk MT 2 sebesar 1.314 ha dengan ditanami palawija
(kacang tanah) seluas 1314 ha, untuk MT 3 sebesar 350,436 ha dengan ditanami padi
174
seluas 350,436 ha. Total keuntungan yang didapat pada Pola Tata Tanam Alternatif
3 ini yaitu Rp. 53.604.833.593
j. Pada Pola Tata Tanam Alternatif 4 kondisi debit andalan 50%, luas tanam optimum
untuk MT 1 sebesar 1314 ha dengan ditanami padi seluas 1.006,62 ha dan palawija
(jagung) seluas 307,38 ha, untuk MT 2 sebesar 1.314 ha dengan ditanami padi seluas
865,28 ha dan palawija (jagung) seluas 448,72 ha, untuk MT 3 sebesar 655,096 ha
dengan ditanami palawija (jagung) seluas 655,096 ha. Total keuntungan yang didapat
pada Pola Tata Tanam Alternatif 4 ini yaitu Rp. 53.796.023.887.
4. Pola tata tanam terbaik dilihat berdasarkan keuntungan hasil pertanian dan nilai
intensitas tanam. Pemilihan pola tata tanam terbaik ditentukan dengan pemberian nilai
skor. Berdasarkan hasil analisis pemberian skor didapatlah pola tata tanam terbaik yaitu
pada alternatif 3 di kondisi debit andalan 80 % (padi - palawija (kacang tanah) - padi)
dan alternatif 1 di kondisi debit andalan 50% (padi, palawija (jagung) - padi, palawija
(jagung) - palawija (jagung)).
5.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil perhitungan dan analisis dalam
pengerjaan studi ini antara lain sebagai berikut:
1. Hasil optimasi dengan menggunakan program linier sebaiknya dibandingkan juga
dengan metode yang lain sehingga ada perbandingan antara hasil keluaran dari masing-
masing metode.
2. Apabila pola tata tanam hasil optimasi dalam studi ini akan diterapkan, sebaiknya pihak
berwenang melakukan pendekatan terlebih dahulu kepada para petani untuk mendapat
persetujuan petani terkait perubahan pola tata tanam tersebut.
3. Untuk mendapat keuntungan yang lebih maksimal dapat mecoba kombinasi pola tata
tanam yang bervariasi serta memilih tanaman yang lebih menguntungkan dan
membutuhkan sedikit air.
175
DAFTAR PUSTAKA
175
LAMPIRAN
178
Tabel 1. Data Curah Hujan 10 harian pada Stasiun Hujan yang Digunakan di Tahun 2011
Stasiun Hujan (mm)
Rerata Curah Hujan
10 Harian St. St. Total
St. Bojonegoro St. Leran (mm)
Jatiblimbing Kapas
I 56 40 34 21 151 37,75
Jan II 22 30 42 28 122 30,50
III 98 68 44 45 255 63,75
I 79 107 28 37 251 62,75
Feb II 62 56 67 44 229 57,25
III 22 25 58 10 115 28,75
I 19 97 90 75 281 70,25
Mar II 83 46 94 69 292 73,00
III 148 236 161 138 683 170,75
I 55 37 105 53 250 62,50
Apr II 135 45 31 51 262 65,50
III 32 90 38 5 165 41,25
I 147 100 75 145 467 116,75
Mei II 80 126 70 63 339 84,75
III 24 23 22 4 73 18,25
I 9 5 9 12 35 8,75
Jun II 0 0 0 0 0 0,00
III 24 14 2 44 84 21,00
I 2 26 3 11 42 10,50
Jul II 3 6 16 5 30 7,50
III 0 0 0 0 0 0,00
I 0 0 0 0 0 0,00
Ags II 0 0 0 0 0 0,00
III 0 0 0 0 0 0,00
I 0 0 0 0 0 0,00
Sep II 23 57 64 0 144 36,00
III 0 0 0 0 0 0,00
I 0 0 0 20 20 5,00
Okt II 0 30 2 5 37 9,25
III 90 55 59 0 204 51,00
I 200 64 84 85 433 108,25
Nov II 107 82 41 36 266 66,50
III 128 124 113 92 457 114,25
I 183 80 83 135 481 120,25
Des II 105 112 129 61 407 101,75
III 60 148 38 117 363 90,75
Sumber: UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro, 2021
175
Tabel 2. Data Curah Hujan 10 harian pada Stasiun Hujan yang Digunakan di Tahun 2012
Stasiun Hujan (mm) Rerata Curah Hujan
10 Harian Total
St. Jatiblimbing St. Kapas St. Bojonegoro St. Leran (mm)
I 46 104 92 67 309 77,25
Jan II 188 123 94 168 573 143,25
III 40 54 97 56 247 61,75
I 103 135 206 118 562 140,50
Feb II 108 53 85 74 320 80,00
III 95 88 64 53 300 75,00
I 100 235 108 69 512 128,00
Mar II 9 11 75 83 178 44,50
III 120 224 106 191 641 160,25
I 63 34 50 30 177 44,25
Apr II 0 19 24 18 61 15,25
III 48 23 13 1 85 21,25
I 30 98 98 45 271 67,75
Mei II 10 19 2 8 39 9,75
III 0 0 0 0 0 0,00
I 9 11 2 11 33 8,25
Jun II 28 52 60 10 150 37,50
III 0 0 19 0 19 4,75
I 0 0 0 0 0 0,00
Jul II 0 0 0 0 0 0,00
III 0 0 0 0 0 0,00
I 0 0 0 0 0 0,00
Ags II 0 0 0 0 0 0,00
III 0 0 0 0 0 0,00
I 0 0 0 0 0 0,00
Sep II 1 0 0 0 1 0,25
III 0 0 0 0 0 0,00
I 41 24 11 0 76 19,00
Okt II 5 8 2 2 17 4,25
III 44 23 10 12 89 22,25
I 27 62 12 22 123 30,75
Nov II 192 41 62 83 378 94,50
III 74 106 57 19 256 64,00
I 95 57 105 15 272 68,00
Des II 61 21 43 71 196 49,00
III 163 106 180 149 598 149,50
Sumber: UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro, 2021
Tabel 3. Data Curah Hujan 10 harian pada Stasiun Hujan yang Digunakan di Tahun 2013
Stasiun Hujan (mm) Rerata Curah
10 Harian Total
St. Jatiblimbing St. Kapas St. Bojonegoro St. Leran Hujan (mm)
I 195 185 253 263 896 224,00
Jan II 20 29 26 19 94 23,50
III 216 192 165 156 729 182,25
I 24 24 28 5 81 20,25
Feb II 137 101 108 135 481 120,25
III 17 46 38 7 108 27,00
I 162 117 94 85 458 114,50
Mar II 208 283 175 103 769 192,25
III 118 37 6 38 199 49,75
I 182 156 157 111 606 151,50
Apr II 103 54 57 19 233 58,25
III 13 42 27 30 112 28,00
I 1 13 0 0 14 3,50
Mei II 50 56 31 30 167 41,75
III 39 35 14 34 122 30,50
I 64 72 79 64 279 69,75
Jun II 15 32 68 18 133 33,25
III 23 6 3 0 32 8,00
I 43 71 46 0 160 40,00
Jul II 42 69 32 0 143 35,75
III 2 15 11 0 28 7,00
I 0 0 0 0 0 0,00
Ags II 0 0 0 0 0 0,00
III 0 0 0 3 3 0,75
I 5 3 6 18 32 8,00
Sep II 3 2 0 5 10 2,50
III 0 0 0 0 0 0,00
I 0 35 11 0 46 11,50
Okt II 0 0 0 0 0 0,00
III 81 66 16 45 208 52,00
I 57 10 0 32 99 24,75
Nov II 88 94 137 59 378 94,50
III 8 72 96 36 212 53,00
I 181 121 81 104 487 121,75
Des II 136 78 132 104 450 112,50
III 29 21 62 15 127 31,75
Sumber: UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro, 2021
Tabel 4. Data Curah Hujan 10 harian pada Stasiun Hujan yang Digunakan di Tahun 2014
Lama
Suhu Kelembaban
Penyinaran Kecepatan Angin
Bulan Rerata Rerata
Matahari
°C % % km/hari km/jam
JAN 27,8 96,5 24,5 18,5 0,8
FEB 29,1 97,2 31,6 17,8 0,7
MAR 29,7 97,7 36,5 13,9 0,6
APR 29,3 98,6 36,3 14,5 0,6
MEI 29,3 99,2 13,2 14,8 0,6
JUN 28,7 97,6 6,4 6,9 0,3
JUL 29,2 97,0 12,7 29,8 1,2
AGS 29,9 96,5 49,2 34,3 1,4
SEP 30,7 95,9 81,7 44,8 1,9
OKT 30,8 97,0 57,3 43,3 1,8
NOV 29,2 98,4 39,7 2,4 0,1
DES 29,5 98,3 36,6 1,7 0,1
Sumber: UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro, 2021
Tabel 12. Data Klimatologi Bulanan pada Stasiun Klimatologi Padangan Tahun 2012
Lama
Suhu Kelembaban
Penyinaran Kecepatan Angin
Bulan Rerata Rerata
Matahari
°C % % km/hari km/jam
JAN 28,9 97,5 29,1 7,3 0,3
FEB 30,5 100,0 65,3 18,4 0,8
MAR 29,3 98,1 41,2 11,3 0,5
APR 29,9 97,1 48,2 14,2 0,6
MEI 29,4 97,3 7,9 14,2 0,6
JUN 29,5 97,1 4,2 17,4 0,7
JUL 29,4 96,1 8,3 23,0 1,0
AGS 30,3 95,8 39,0 31,1 1,3
SEP 30,8 95,8 74,8 41,3 1,7
OKT 30,9 96,2 59,2 26,1 1,1
NOV 30,3 96,7 47,3 3,5 0,1
DES 29,2 96,9 52,8 8,3 0,3
Sumber: UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro, 2021
Tabel 13. Data Klimatologi Bulanan pada Stasiun Klimatologi Padangan Tahun 2013
Lama
Suhu Kelembaban
Penyinaran Kecepatan Angin
Bulan Rerata Rerata
Matahari
°C % % km/hari km/jam
JAN 29,2 97,5 33,4 22,8 0,9
FEB 29,5 97,6 39,2 18,5 0,8
MAR 29,8 98,2 49,7 19,8 0,8
APR 29,6 97,8 37,1 20,3 0,8
MEI 29,6 97,2 7,7 17,2 0,7
JUN 29,2 97,3 1,3 13,1 0,5
JUL 28,6 97,2 6,1 16,2 0,7
AGS 29,5 96,1 44,7 26,4 1,1
SEP 30,5 96,4 78,1 29,8 1,2
OKT 31,4 95,5 64,6 37,9 1,6
NOV 30,2 95,3 46,2 17,0 0,7
DES 29,0 97,2 29,8 5,9 0,2
Sumber: UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro, 2021
Tabel 14. Data Klimatologi Bulanan pada Stasiun Klimatologi Padangan Tahun 2014
Lama
Suhu Kelembaban
Penyinaran Kecepatan Angin
Bulan Rerata Rerata
Matahari
°C % % km/hari km/jam
JAN 28,4 98,0 28,9 15,5 0,6
FEB 28,9 97,1 33,8 8,0 0,3
MAR 29,9 95,8 60,5 13,5 0,6
APR 29,7 97,4 49,6 14,3 0,6
MEI 30,0 96,9 12,5 16,4 0,7
JUN 29,7 97,0 60,6 17,2 0,7
JUL 28,6 97,2 6,1 16,2 0,7
AGS 29,5 96,1 44,7 26,4 1,1
SEP 30,5 96,4 78,1 29,8 1,2
OKT 31,4 95,5 64,6 37,9 1,6
NOV 30,2 95,3 46,2 17,0 0,7
DES 29,0 97,2 29,8 5,9 0,2
Sumber: UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro, 2021
Tabel 15. Data Klimatologi Bulanan pada Stasiun Klimatologi Padangan Tahun 2015
Lama
Suhu Kelembaban
Penyinaran Kecepatan Angin
Bulan Rerata Rerata
Matahari
°C % % km/hari km/jam
JAN 29,4 97,6 39,4 3,5 0,1
FEB 29,3 97,5 56,2 4,1 7,5
MAR 29,4 97,7 47,8 8,5 15,8
APR 28,8 95,9 51,6 7,1 13,2
MEI 29,1 97,8 67,0 14,8 27,4
JUN 28,6 95,4 53,1 13,4 24,8
JUL 28,6 97,2 6,1 16,2 30,0
AGS 29,5 96,1 44,7 26,4 48,9
SEP 30,5 96,4 78,1 29,2 54,0
OKT 29,9 95,5 59,2 50,5 93,5
NOV 29,9 97,6 62,8 32,5 60,3
DES 28,3 95,5 38,1 2,7 5,0
Sumber: UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro, 2021
Tabel 16. Data Klimatologi Bulanan pada Stasiun Klimatologi Padangan Tahun 2016
Lama
Suhu Kelembaban
Penyinaran Kecepatan Angin
Bulan Rerata Rerata
Matahari
°C % % km/hari km/jam
JAN 29,5 97,7 45,9 2,9 0,12
FEB 29,0 98,2 37,2 5,8 0,24
MAR 30,0 97,5 50,3 4,2 0,18
APR 29,5 98,1 43,4 5,3 0,22
MEI 29,8 97,7 52,8 5,1 0,21
JUN 29,1 97,6 49,1 4,5 0,19
JUL 29,2 98,0 63,2 8,0 0,33
AGS 29,9 95,9 46,5 14,7 0,61
SEP 30,6 97,0 64,4 17,4 0,73
OKT 30,0 97,5 37,4 14,2 0,59
NOV 30,1 97,0 34,9 0,5 0,02
DES 29,0 97,6 22,1 0,3 0,01
Sumber: UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro, 2021
Tabel 17. Data Klimatologi Bulanan pada Stasiun Klimatologi Padangan Tahun 2017
Lama
Suhu Kelembaban
Penyinaran Kecepatan Angin
Bulan Rerata Rerata
Matahari
°C % % km/hari km/jam
JAN 29,3 98,2 29,4 0,4 0,0
FEB 28,2 97,9 29,4 3,8 0,2
MAR 29,2 98,3 48,3 2,4 0,1
APR 29,9 98,0 50,8 1,7 0,1
MEI 30,2 97,7 65,0 5,7 0,2
JUN 28,8 97,5 57,7 14,0 0,6
JUL 28,4 99,0 41,8 16,4 0,7
AGS 28,9 99,0 54,3 20,5 0,9
SEP 30,3 99,0 63,5 31,3 1,3
OKT 31,1 95,7 56,9 22,4 0,9
NOV 29,1 97,1 34,5 9,7 0,4
DES 28,9 97,7 35,1 8,8 0,4
Sumber: UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro, 2021
Tabel 18. Data Klimatologi Bulanan pada Stasiun Klimatologi Padangan Tahun 2018
Lama
Suhu Kelembaban
Penyinaran Kecepatan Angin
Bulan Rerata Rerata
Matahari
°C % % km/hari km/jam
JAN 27,3 97,9 29,4 14,3 0,6
FEB 27,9 98,0 40,3 11,5 0,5
MAR 28,9 98,5 53,8 8,4 0,3
APR 29,7 96,9 66,1 11,6 0,5
MEI 29,5 95,5 59,0 11,4 0,5
JUN 29,5 96,2 58,6 13,1 0,5
JUL 28,7 94,7 70,7 15,9 0,7
AGS 30,2 94,1 74,1 23,7 1,0
SEP 31,6 91,1 65,6 33,9 1,4
OKT 29,3 98,7 59,1 37,0 1,5
NOV 29,5 99,0 35,3 27,8 1,2
DES 27,4 99,0 40,7 47,2 2,0
Sumber: UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro, 2021
Tabel 19. Data Klimatologi Bulanan pada Stasiun Klimatologi Padangan Tahun 2019
Lama
Suhu Kelembaban
Penyinaran Kecepatan Angin
Bulan Rerata Rerata
Matahari
°C % % km/hari km/jam
JAN 27,2 94,9 27,0 36,1 1,5
FEB 26,6 98,9 34,1 21,2 0,9
MAR 27,1 98,3 48,0 32,3 1,3
APR 26,9 99,4 24,6 20,1 0,8
MEI 26,7 98,4 11,3 23,4 1,0
JUN 27,0 98,0 40,9 40,1 1,7
JUL 27,9 99,0 61,3 77,2 3,2
AGS 28,9 97,9 73,8 24,2 1,0
SEP 30,0 99,0 76,1 32,3 1,3
OKT 30,5 96,5 6,6 70,1 2,9
NOV 31,0 95,3 16,2 19,4 0,8
DES 28,6 96,0 47,2 5,5 0,2
Sumber: UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro, 2021
Tabel 20. Data Klimatologi Bulanan pada Stasiun Klimatologi Padangan Tahun 2020
Lama
Suhu Kelembaban
Penyinaran Kecepatan Angin
Bulan Rerata Rerata
Matahari
°C % % km/hari km/jam
JAN 27,2 94,9 27,0 36,1 1,5
FEB 26,6 98,9 34,1 21,2 0,9
MAR 27,1 98,3 48,0 32,3 1,3
APR 26,9 99,4 24,6 20,1 0,8
MEI 26,7 98,4 11,3 23,4 1,0
JUN 27,0 98,0 40,9 40,1 1,7
JUL 27,9 99,0 61,3 77,2 3,2
AGS 28,9 97,9 73,8 24,2 1,0
SEP 30,0 99,0 76,1 32,3 1,3
OKT 30,5 96,5 6,6 70,1 2,9
NOV 31,0 95,3 16,2 19,4 0,8
DES 28,6 96,0 47,2 5,5 0,2
Sumber: UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro, 2021
Tabel 21. Analisis Usaha Tani Padi Per Hektar Tahun 2021 di Kabupaten Bojonegoro
Tenaga Kerja Umum Tenaga Kerja Keluarga
HKP HKW HKT JKM (Rp) HKP HKW HKT JKM (Rp)
INPUT
A.TENAGA KERJA
I. Pra panen
1. Pesemaian 4 140.000 1 35000
- Membajak
- Menggaru / Meratakan *)
- Mencangkul
- Membuat pematang 6 210.000
3. Menanam 40 1.400.000
5. Menyiang 30 1.050.000
7. Memasang ajir
8. Pemangkasan
9. Lain-lain :
- Mengairi
- Membunbun
Jumlah A.I 3.955.000 140.000
Jumlah A. II 2.120.000
B. SARANA PRODUKSI
1. Benih / Bibit (berlebel/tidak) 40 kg 400.000
2. Pupuk :
a. Anorganik :
Urea Tablet/Pill*) NPK ( @Rp 1.700) 200 kg 340.000
c. ZPT
d. Organik : (@ Rp 500 ) 300 kg 150.000
4. Herbisida
5. Lain-lain :
Jumlah B 2.235.000
C. LAIN-LAIN PENGELUARAN
1. Pajak lahan 160.000
3. Bunga Kredit
4. Iuran P3A (HIPPA)
5. Penyusutan Bangunan+alsintan per
MT
6. Lain-lain
Jumlah C 160.000 6.000.000
D. PRODUKSI NILAI
HKP HKW HKT JKM (Rp) HKP HKW HKT JKM (Rp)
INPUT
A.TENAGA KERJA
I. Pra panen
1. Pesemaian
3. Menanam 8 8 560.000
4. Memupuk 6 210.000
5. Menyiang 4 140.000
6. Pengendalian hama / penyakit
7. Memasang ajir
8. Pemangkasan
9. Lain-lain :
- Mengairi 80 1.600.000
- Membunbun
Jumlah A.I 3.910.000
2. Membersihkan
3. Sortasi
4. Mengangkut
5. Mengeringkan (borongan)
6. Mengemas / menyimpan
7. Lain - lain : Merontokan
Jumlah A. II 1.400.000
B. SARANA PRODUKSI
1. Benih / Bibit (berlebel/tidak) 20 kg 1.400.000
2. Pupuk :
a. Anorganik :
Urea Tablet/Pill*) NPK 200 kg 400.000
ZA
NPK 300 kg 750.000
b. PPC
c. ZPT
d. Organik : 500 kg 250.000
4. Herbisida
5. Lain-lain :
Jumlah B 3.220.000
C. LAIN-LAIN PENGELUARAN
1. Pajak lahan 1 Ha 50.000
3. Bunga Kredit
4. Iuran P3A (HIPPA)
5. Penyusutan Bangunan+alsintan per
MT
6. Lain-lain
Jumlah C 50.000 3.500.000
D. PRODUKSI NILAI
HKP HKW HKT JKM (Rp) HKP HKW HKT JKM (Rp)
INPUT
A.TENAGA KERJA
I. Pra panen
1. Pesemaian
2. Pengolahan tanah s/d siap tanam
- Membajak
- Menggaru / Meratakan *)
- Mencangkul 1 1 500.000
- Membuat pematang
- Membuat lubang
3. Menanam 1 1 2 1.200.000
4. Memupuk 2 2 100.000
5. Menyiang
6. Pengendalian hama / penyakit 5 5 250.000
7. Memasang ajir
8. Pemangkasan
9. Lain-lain :
- Mengairi 3 3 500.000
- Membunbun 1 1 1.200.000
2. Membersihkan
3. Sortasi
4. Mengangkut 1 1 50.000
6. Mengemas / menyimpan
7. Lain - lain : Merontokan 1 1 5 250.000
Jumlah A. II 1.350.000
B. SARANA PRODUKSI
1. Benih / Bibit (berlebel/tidak) 40 kg 480.000
2. Pupuk :
a. Anorganik :
Urea Tablet/Pill*) NPK
SP- 36 / SP- 18
ZA 100 kg 140.000
c. ZPT
d. Organik :
- Pupuk kandang/pupuk hijau 340 kg 400.000
- Kompos
3. Pestisida
a. Padat
b. Cair 200 ml 360.000
5. Lain-lain :
Jumlah B 2.270.000
C. LAIN-LAIN PENGELUARAN
1. Pajak lahan 1 Ha 30.000
2. Sewa lahan
3. Bunga Kredit
4. Iuran P3A (HIPPA)
5. Penyusutan Bangunan+alsintan per
MT
6. Lain-lain
Jumlah C 30.000 2.000.000
D. PRODUKSI NILAI
HK HK HK JK HK HK HK JK
(Rp) (Rp)
P W T M P W T M
INPUT
A.TENAGA KERJA
I. Pra panen
1. Pesemaian 5 350000
- Membajak 4 280.000
- Menggaru / Meratakan *)
- Mencangkul
- Membuat bedengan
- Membuat lubang
3. Menanam 4 12 940.000
4. Memupuk 2 100.000
5. Menyiang 4 280.000
- Membunbun
Jumlah A.I 1.700.000 450.000
12 4 940.000
1. Memanen / pemetikan (borongan)
2. Membersihkan 2 140.000
3. Sortasi
4. Mengangkut 4 280.000
5. Mengeringkan (borongan)
6. Mengemas / menyimpan 2 100.000 2 100.000
7. Lain - lain :
100.000
Jumlah A. II 1.460.000
550.000
Jumlah A = A.I + A.II 3.160.000
B. SARANA PRODUKSI
1. Benih / Bibit (berlebel/tidak) 60 kg 480.000
2. Pupuk :
a. Anorganik :
Urea Tablet/Pill*) NPK 100 kg 160.000
SP- 36 / SP- 18
ZA
NPK
b. PPC 10 liter 200.000
c. ZPT
d. Organik :
- Pupuk kandang/pupuk hijau 500 kg 250.000
- Kompos
3. Pestisida
a. Padat 150.000
b. Cair
4. Herbisida
5. Lain-lain :
Jumlah B 1.240.000
C. LAIN-LAIN PENGELUARAN
1. Pajak lahan 1 Ha 100.000
3. Bunga Kredit
4. Iuran P3A (HIPPA)
5. Penyusutan Bangunan+alsintan per
MT
6. Lain-lain
Jumlah C 100.000 5.000.000
D. PRODUKSI NILAI