Anda di halaman 1dari 222

STUDI OPTIMASI PEMANFAATAN AIR IRIGASI MENGGUNAKAN

PROGRAM LINIER PADA DAERAH IRIGASI PIRANG


KABUPATEN BOJONEGORO

SKRIPSI
TEKNIK PENGAIRAN KONSENTRASI PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA AIR

Ditujukan untuk memenuhi persyaratan


memperoleh gelar Sarjana Teknik

HERU TRIWIDIANTO
NIM. 185060400111004

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2022
UNDANG – UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 20 TAHUN 2003
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

Pasal 25 Ayat 3 :

Lulusan Perguruan Tinggi Yang Karya Ilmiahnya Digunakan Untuk


Memperoleh Gelar Akademik, Profesi, Atau Vokasi Terbukti
Merupakan Jiplakan Dicabut Gelarnya.

Pasal 70 :

Lulusan Yang Karya Ilmiah Yang Digunkan Untuk Mendapatkan Gelar


Akademik, Profesi, Atau Vokasi Sebagaimana Dimakud Dalam Pasal
25 Ayat (2) Terbukti Merupakan Jiplakan Dipidana Penjara Paling
Lama Dua Tahun Dan/Atau Pidana Denda Paling Banyak Rp.
200.000.000,00 ( Dua Ratus Juta Rupiah ).
Sebuah karya ini saya dedikasikan untuk Mama dan Bapak sebagai wujud atas doa,
pengorbanan, semangat, dan nasihatnya yang telah diberikan selama ini serta Mas Ari dan
Mbak Puput yang juga selalu memberikan dukungan dan motivasi.

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu.
Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar”

(QS. Al Baqarah: 153)


RINGKASAN

Heru Triwidianto, Departemen Teknik Pengairan, Fakultas Teknik Universitas


Brawijaya, Juli 2022, Studi Optimasi Pemanfaatan Air Irigasi Menggunakan Program
Linier pada Daerah Irigasi Pirang Kabupaten Bojonegoro, Dosen Pembimbing: Lily
Montarcih Limantara dan Widandi Soetopo.

Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan peranan sektor pertanian yang
sangat penting. Pertanian yang baik membutuhkan ketersediaan air yang cukup melalui
irigasi. Dengan kondisi Indonesia yang memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan
musim hujan membuat ketersediaan air menjadi tidak stabil dan belum dapat dikelola
dengan baik. Permasalahan yang terjadi di Daerah Irigasi Pirang adalah air yang tersedia
dalam memenuhi kebutuhan air irigasi mengalami pengurangan pada musim kemarau,
serta adanya penyimpangan-penyimpangan terhadap ketidak seragaman pola tata tanam
yang kurang memperhatikan ketersediaan air sehingga secara langsung terjadi pemborosan
pemakaian air. Maka dari itu diperlukan optimasi untuk menentukan pola tata tanam yang
ideal sehingga dapat menghasilkan keuntungan maksimum serta distribusi pemanfaatan
irigasi yang lebih efisien dan efektif.
Daerah Irigasi Pirang memiliki luas layanan 1.314 Ha baku sawah. Optimasi yang
dilakukan menggunakan program linier yang telah dirumuskan dengan model matematik
guna mengoptimalkan luas lahan tanam dan ketersediaan air yang ada. Pada studi ini
dianalisis dengan dua kondisi debit andalan yaitu debit andalan 80% dan 50% sebagai
volume ketersediaan serta satu pola tata tanam eksisting berdasarkan RTTG dan empat
pola tata tanam alternatif sebagai volume kebutuhan air irigasi. Alat bantu yang digunakan
yaitu program solver yang terdapat dalam Microsoft Excel untuk menyelesaikan optimasi
dengan metode program linier.
Hasil neraca air pada setiap pola tata tanam sebelum dioptimasi mengalami defisit
pada beberapa periode khususnya pada musim tanam III, persentase jumlah periode defisit
sebanyak 75% - 78%. Namun, setelah dioptimasi seluruh pola tata tanam tidak ada yang
mengalami defisit neraca air. Dari hasil optimasi menunjukkan pada setiap pola tata tanam
alternatif baik pada kondisi debit andalan 50% maupun debit andalan 80% mengalami
peningkatan intensitas tanam dan keuntungan hasil pertanian dibandingkan pada pola tata
tanam eksisting. Untuk menentukan pola tata tanam terbaik dilakukan pemberian nilai skor
dengan merngurutkan dari pola tata tanam yang menghasilkan keuntungan terbesar. Pada
kondisi debit andalan 80% terpilih alternatif 3 (padi - palawija (kacang tanah) - padi)
dengan intensitas tanam 228,33% dan keuntungan Rp. 54.664.759.359, hasil ini meningkat
daripada pola tata tanam eksisting dengan intensitas tanam 203,16% dan keuntungan
Rp. 46.019.341.918. Pada kondisi debit andalan 50% terpilih alternatif 1 (padi,
palawija (jagung) - padi, palawija (jagung) - palawija (jagung)) dengan intensitas tanam
253,37% dan keuntungan Rp. 54.099.646.076, hasil ini meningkat daripada pola tata tanam
eksisting dengan intensitas tanam 201,13% dan keuntungan Rp. 46.386.351.899.

Kata kunci: irigasi, optimasi, program linier, neraca air, keuntungan hasil
pertanian
SUMMARY

Heru Triwidianto, Department of Water Resources Engineering, Faculty of Engineering,


University of Brawijaya, July 2022, Optimization Study of Irrigation Water Utilization
Using Linear Programming in the Pirang Irrigation Area, Bojonegoro Regency. Academic
Supervisor: Lily Montarcih Limantara and Widandi Soetopo.

Indonesia is known as an agricultural country with a very important role in the


agricultural sector. Good agriculture requires the availability of sufficient water through
irrigation. With the condition of Indonesia which has two seasons, namely the dry season
and the rainy season, the availability of water becomes unstable and cannot be managed
properly. The problems that occur in the Pirang Irrigation Area are that the available
water to meet irrigation water needs is reduced in the dry season, as well as deviations
from the non-uniformity of cropping patterns that do not pay attention to water availability
so that there is a direct waste of water use. Therefore, optimization is needed to determine
the ideal cropping pattern so that it can produce maximum profit and distribution of
irrigation utilization is more efficient and effective.
The Pirang Irrigation Area has a service area of 1,314 hectares of raw rice fields.
Optimization is carried out using a linear program that has been formulated with
a mathematical model to optimize the area of planting land and the availability of existing
water. In this study, two mainstay discharge conditions were analyzed, namely 80%
and 50% mainstay discharge as the volume of availability and one existing cropping
pattern based on RTTG and four alternative cropping patterns as the volume of irrigation
water requirements. The tool used is the solver program contained in Microsoft
Excel to complete the optimization with the linear programming method.
The results of the water balance in each cropping pattern before optimization
experienced a deficit in several periods, especially in the third planting season, the
percentage of the total deficit period was 75% - 78%. However, after optimizing
all cropping patterns, none of them experienced a water balance deficit. The optimization
results show that each alternative cropping pattern, both at 50% mainstay discharge
and 80% mainstay discharge, has increased cropping intensity and agricultural yields
compared to the existing cropping pattern. To determine the best cropping pattern, a score
is given by sorting from the cropping pattern that produces the greatest profit. In the 80%
reliable discharge condition, alternative 3 was chosen (rice - peanut - rice) with a planting
intensity of 228,33% and a profit of Rp. 54.664.759.359, this result is an increase from the
existing cropping pattern with a planting intensity of 203,16% and a profit of
Rp. 46.019.341.918. In the 50% reliable discharge condition, alternative 1 was chosen
(rice, corn - rice, corn – corn) with a planting intensity of 253,37% and a profit of
Rp. 54.099.646.076, this yield increased from the existing cropping pattern with a planting
intensity of 201,13% and a profit of Rp. 46.386.351.899.
Keywords: irrigation, optimization, linear programming, water balance,
agriculture profi
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan penulisan usulan skripsi ini. Adapun
penulisan skripsi yang berjudul “Studi Optimasi Pemanfaatan Air Irigasi Menggunakan
Program Linier pada Daerah Irigasi Pirang Kabupaten Bojonegoro” ini ialah sebagai salah
satu syarat yang harus dipenuhi penyusun untuk menyelesaikan studi di program Sarjana
Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya dan mendapatkan gelar
Sarjana Teknik (S.T.). Penyusun menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna, namun harapannya semoga skripsi ini akan bermanfaat dan dapat menambah
perbendaharaan khasanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang pengairan bagi masyarakat
banyak.
Dalam penyusunan skripsi ini, sejak dari awal survei pendahuluan hingga tersusunnya
laporan skripsi ini penyusun telah mendapatkan banyak bantuan baik yang berupa bimbingan
maupun fasilitas. Dalam kesempatan ini, penyusun ingin menuturkan banyak terima kasih
kepada:
1. Kedua orang tua dan seluruh keluarga tercinta atas segala doa dan pengorbanannya yang
telah membantu baik secara moril maupun materil, memberikan motivasi, dukungan,
dan dorongan yang tiada hentinya dalam proses penyelesaian skripsi ini.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. Lily Montarcih Limantara, M.Sc. selaku dosen pembimbing 1 yang
telah membantu memberi masukan, arahan, dan semangat untuk menyelesaikan
penulisan skripsi ini dari awal hingga akhir.
3. Bapak Dr. Ir. Widandi Soetopo, M.Eng. selaku dosen pembimbing 2 yang telah
membantu memberi masukan, arahan, dan semangat untuk menyelesaikan penulisan
skripsi ini dari awal hingga akhir.
4. Bapak Dr. Eng. Tri Budi Prayogo, ST., MT. dan Ibu Emma Yuliani, ST., MT., Ph.D
selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan, saran, dan masukan dalam skripsi
ini.
5. Teman-teman KBMP angkatan 2018 yang telah menemani dan memberikan dukungan
sejak awal kuliah saat maba hingga saat ini

i
6. Teman-Teman tim Majelis suka-suka yang telah menemani mendengarkan segala keluh
kesah cerita kehidupan penyusun, dan juga selalu memberikan dukungan di masa-masa
akhir studi.
7. Bapak Benny, Mas Yogi dan seluruh staf pegawai UPT PSDA Bojonegoro yang telah
memberikan bimbingan dan fasilitas selama magang dan penyusunan skripsi ini.
Akhir kata dengan rendah hati penyusun selalu mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna kesempurnaan skripsi ini serta penyusun berharap skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Malang, September 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .............................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah............................................................................................ 2
1.3. Batasan Masalah ................................................................................................. 3
1.4. Rumusan Masalah ............................................................................................... 3
1.5. Tujuan dan Manfaat ............................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 5
2.1. Umum ................................................................................................................. 5
2.2. Kebutuhan Air Irigasi ......................................................................................... 6
2.2.1 Evaporasi ................................................................................................ 6
2.2.2 Transpirasi .............................................................................................. 7
2.2.3 Evapotranspirasi...................................................................................... 8
2.2.4 Evaporasi Potensial ................................................................................. 8
2.2.5 Analisis Curah Hujan ............................................................................ 12
2.2.5.1. Uji Konsistensi Data Curah Hujan ......................................... 13
2.2.5.2. Curah Hujan Andalan ............................................................. 14
2.2.5.3. Curah Hujan Efektif ................................................................ 15
2.2.6 Kebutuhan Air di Sawah ....................................................................... 16
2.2.7 Koefisien Tanaman ............................................................................... 18
2.2.8 Kebutuhan Air Konsumtif Tanaman..................................................... 19
2.2.9 Perkolasi................................................................................................ 20
2.2.10 Pergantian Lapisan Air (WLR) ............................................................. 21
2.2.11 Kebutuhan Air untuk Penyiapan Lahan (PL) ....................................... 21
2.2.12 Efisiensi Irigasi ..................................................................................... 23
2.2.13 Pola Tata Tanam ................................................................................... 24
2.3. Debit Andalan ................................................................................................... 26

iii
2.4. Neraca Air .........................................................................................................28
2.5. Model Optimasi .................................................................................................29
2.6. Dasar Optimasi ..................................................................................................30
2.7. Parameter Optimasi dengan Program Linier ..................................................... 31
2.8. Penyeleseian Program Linier.............................................................................33
2.9. Penyelesaian Fasilitas Solver ............................................................................33
2.10. Penelitian Terdahulu.......................................................................................... 35
BAB III METODOLOGI STUDI ..................................................................................... 39
3.1. Umum ................................................................................................................39
3.2. Deskripsi Lokasi Studi ...................................................................................... 39
3.3. Kondisi Umum Daerah Studi ............................................................................41
3.3.1. Kondisi Geografis ..................................................................................41
3.3.2. Kondisi Topografi .................................................................................42
3.3.3. Kondisi Iklim ......................................................................................... 43
3.3.4. Kondisi Hidrologi ..................................................................................43
3.4. Data-Data yang Diperlukan ...............................................................................43
3.5. Pendekatan Penyelesaian Masalah ....................................................................44
3.6. Langkah-Langkah Pengerjaan Studi .................................................................44
3.7. Skenario Optimasi ............................................................................................. 46
3.8. Diagram Alir Penelitian..................................................................................... 48
3.9. Skema Jaringan Irigasi Daerah Irigasi Pirang ...................................................51
3.10. Luas Areal Layanan Daerah Irigasi Pirang ....................................................... 52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................53
4.1. Analisis Curah Hujan ........................................................................................ 53
4.1.1. Uji Konsistensi Data Curah Hujan ........................................................ 53
4.1.2. Curah Hujan Wilayah/Daerah ............................................................... 59
4.1.3. Curah Hujan Andalan dan Curah Hujan Efektif....................................61
4.2. Evapotranspirasi Potensial ................................................................................66
4.3. Debit Andalan untuk Ketersediaan Air Irigasi ..................................................70
4.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Air Irigasi .............................. 73
4.4.1. Evapotranspirasi Potensial.....................................................................73
4.4.2. Curah Hujan Efektif...............................................................................73
4.4.3. Perkolasi ................................................................................................ 73
4.4.4. Penyiapan Lahan....................................................................................74

iv
4.4.5. Koefisien Tanaman ............................................................................... 76
4.4.6. Penggunaan Air Konsumtif .................................................................. 76
4.4.7. Efisiensi Irigasi ..................................................................................... 77
4.4.8. Pola Tata Tanam ................................................................................... 77
4.5. Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi ................................................................... 78
4.6. Volume Air Irigasi ............................................................................................ 87
4.6.1. Volume Ketersediaan Air ..................................................................... 87
4.6.2. Volume Kebutuhan Air ......................................................................... 90
4.7. Kondisi Neraca Air Sebelum Dioptimasi ......................................................... 96
4.8. Analisis Hasil Usaha Tani .............................................................................. 116
4.9. Pemodelan Optimasi dengan Program Linier ................................................. 117
4.10. Perhitungan Optimasi dengan Program Linier ............................................... 132
4.11. Kondisi Neraca Air Setelah Dioptimasi ......................................................... 143
4.12. Rekapitulasi Nilai Optimal ............................................................................. 163
4.12.1 Rekapitulasi Keuntungan Hasil Pertanian .......................................... 163
4.12.2 Debit Andalan ..................................................................................... 164
4.12.3 Rekapitulasi Intensitas Tanam ............................................................ 166
4.13. Pemilihan Alternatif........................................................................................ 167
BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 171
5.1. Kesimpulan ..................................................................................................... 171
5.2. Saran ............................................................................................................... 174
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 175

v
Halaman ini sengaja dikosongkan

vi
DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman


Tabel 2. 1 Hubungan T dengan εγ, w, f(t) ................................................................... 11
Tabel 2. 2 Besaran Nilai Rγ untuk Daerah Indonesia (5o LU sampai 10o LS) ............ 11
Tabel 2. 3 Angka Koreksi (C) Bulanan untuk Rumus Penman ................................... 12
Tabel 2. 4 Koefisien Tanaman ..................................................................................... 19
Tabel 2. 5 Harga Perkolasi ........................................................................................... 21
Tabel 2. 6 Nilai Kebutuhan Air untuk Penyiapan Lahan ............................................. 22
Tabel 2. 7 Efisiensi Irigasi Berdasarkan Standar Kriteria Perencanaan Irigasi ........... 24
Tabel 2. 8 Besarnya Keandalan Untuk Berbagai Kegunaan ........................................ 26
Tabel 3. 1 Desa Pelayanan Daerah Irigasi Pirang ........................................................ 40
Tabel 3. 2 Luas Areal Layanan Wilayah Administrasi Daerah Irigasi Pirang ............. 52
Tabel 4. 1 Data Curah Hujan Tahunan ......................................................................... 54
Tabel 4. 2 Uji Konsistensi Data Curah Hujan Stasiun Jatiblimbing ............................. 54
Tabel 4. 3 Uji Konsistensi Data Curah Hujan Stasiun Kapas ....................................... 55
Tabel 4. 4 Uji Konsistensi Data Curah Hujan Stasiun Bojonegoro .............................. 56
Tabel 4. 5 Uji Konsistensi Data Curah Hujan Stasiun Leran........................................ 57
Tabel 4. 6 Rekapitulasi Hasil Uji Konsistensi .............................................................. 58
Tabel 4. 7 Curah Hujan Rerata Wilayah Daerah Irigasii Pirang ................................... 60
Tabel 4. 8 Perhitungan Curah Hujan Andalan R80 ........................................................ 62
Tabel 4. 9 Curah Hujan Efektif Rata-rata Bulanan dikaitkan dengan Et Tanaman
Rata-rata Bulanan dan Curah Hujan Rata-rata Bulanan (USDA (SCS),1969)
..................................................................................................................... 63
Tabel 4. 10 Curah Hujan Efektif untuk Tanaman Palawija ............................................ 63
Tabel 4. 11 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Curah Hujan Efektif .................................. 65
Tabel 4. 12 Data Klimatologi Rerata Bulanan Tahun 2011-2020 Stasiun Klimatologi
Padangan ...................................................................................................... 66
Tabel 4. 13 Perhitungan Evapotranspirasi Potensial ....................................................... 69
Tabel 4. 14 Data Debit Intake Bendung Pirang Periode 10 Harian Tahun 2011-2020... 71
Tabel 4. 15 Perhitungan Probabilitas Debit Andalan dengan Metode Weibull .............. 72
Tabel 4. 16 Perhitungan Kebutuhan Air untuk Penyiapan Lahan................................... 75

vii
Tabel 4. 17 Pola Tata Tanam Eksisting ...........................................................................82
Tabel 4. 18 Pola Tata Tanam Alternatif 1 .......................................................................83
Tabel 4. 19 Pola Tata Tanam Alternatif 2 .......................................................................84
Tabel 4. 20 Pola Tata Tanam Alternatif 3 .......................................................................85
Tabel 4. 21 Pola Tata Tanam Alternatif 4 .......................................................................86
Tabel 4. 22 Volume Ketersediaan Air Irigasi (Debit Andalan 80%) .............................. 88
Tabel 4. 23 Volume Ketersediaan Air Irigasi (Debit Andalan 50%) .............................. 89
Tabel 4. 24 Volume Kebutuhan Air Irigasi Pola Tata Tanam Eksisting ......................... 91
Tabel 4. 25 Volume Kebutuhan Air Irigasi Pola Tata Tanam Alternatif 1 ..................... 92
Tabel 4. 26 Volume Kebutuhan Air Irigasi Pola Tata Tanam Alternatif 2 ..................... 93
Tabel 4. 27 Volume Kebutuhan Air Irigasi Pola Tata Tanam Alternatif 3 ..................... 94
Tabel 4. 28 Volume Kebutuhan Air Irigasi Pola Tata Tanam Alternatif 4 ..................... 95
Tabel 4. 29 Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 80% pada PTT
Eksisting .......................................................................................................96
Tabel 4. 30 Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 80% pada PTT
Alternatif 1 ....................................................................................................98
Tabel 4. 31 Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 80% pada PTT
Alternatif 2 ..................................................................................................100
Tabel 4. 32 Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 80% pada PTT
Alternatif 3 ..................................................................................................102
Tabel 4. 33 Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 80% pada PTT
Alternatif 4 ..................................................................................................104
Tabel 4. 34 Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 50% pada PTT
Eksisting .....................................................................................................106
Tabel 4. 35 Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 50% pada PTT
Alternatif 1 ..................................................................................................108
Tabel 4. 36 Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 50% pada PTT
Alternatif 2 ..................................................................................................110
Tabel 4. 37 Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 50% pada PTT
Alternatif 3 ..................................................................................................112
Tabel 4. 38 Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 50% pada PTT
Alternatif 4 ..................................................................................................114
Tabel 4. 39 Analisis Usaha Tani Padi Per Hektar Tahun 2021 di Kabupaten
Bojonegoro .................................................................................................116

viii
Tabel 4. 40 Analisis Usaha Tani Kedelai Per Hektar Tahun 2021 di Kabupaten
Bojonegoro ................................................................................................. 116
Tabel 4. 41 Analisis Usaha Tani Jagung Per Hektar Tahun 2021 di Kabupaten
Bojonegoro ................................................................................................. 117
Tabel 4. 42 Analisis Usaha Tani Kacang Tanah Per Hektar Tahun 2021 di Kabupaten
Bojonegoro ................................................................................................. 117
Tabel 4. 43 Model Matematika Fungsi Kendala Luas Lahan PTT Eksisting ............... 121
Tabel 4. 44 Model Matematika Fungsi Kendala Luas Lahan PTT Alternatif 1 ........... 122
Tabel 4. 45 Model Matematika Fungsi Kendala Luas Lahan PTT Alternatif 2 ........... 123
Tabel 4. 46 Model Matematika Fungsi Kendala Luas Lahan PTT Alternatif 3 124
Tabel 4. 47 Model Matematika Fungsi Kendala Luas Lahan PTT Alternatif 4 ........... 125
Tabel 4. 48 Model Matematika Fungsi Kendala Volume Ketersediaan PTT
Eksisting..................................................................................................... 126
Tabel 4. 49 Model Matematika Fungsi Kendala Volume Ketersediaan PTT
Alternatif 1 ................................................................................................. 127
Tabel 4. 50 Model Matematika Fungsi Kendala Volume Ketersediaan PTT
Alternatif 2 ................................................................................................. 128
Tabel 4. 51 Model Matematika Fungsi Kendala Volume Ketersediaan PTT
Alternatif 3 ................................................................................................. 129
Tabel 4. 52 Model Matematika Fungsi Kendala Volume Ketersediaan PTT
Alternatif 4 ................................................................................................. 130
Tabel 4. 53 Hasil Optimasi PTT Eksisting dengan Debit Andalan 80% ...................... 133
Tabel 4. 54 Hasil Optimasi PTT Alternatif 1 dengan Debit Andalan 80% .................. 134
Tabel 4. 55 Hasil Optimasi PTT Alternatif 2 dengan Debit Andalan 80%...................135
Tabel 4. 56 Hasil Optimasi PTT Alternatif 3 dengan Debit Andalan 80% …………...136
Tabel 4. 57 Hasil Optimasi PTT Alternatif 4 dengan Debit Andalan 80% .................. 137
Tabel 4. 58 Hasil Optimasi PTT Eksisting dengan Debit Andalan 50% ...................... 138
Tabel 4. 59 Hasil Optimasi PTT Alternatif 1 dengan Debit Andalan 50% .................. 139
Tabel 4. 60 Hasil Optimasi PTT Alternatif 2 dengan Debit Andalan 50% .................. 140
Tabel 4. 61 Hasil Optimasi PTT Alternatif 3 dengan Debit Andalan 50% .................. 141
Tabel 4. 62 Hasil Optimasi PTT Alternatif 4 dengan Debit Andalan 50% .................. 142
Tabel 4. 63 Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 80% pada PTT
Eksisting Setelah Dioptimasi ..................................................................... 143

ix
Tabel 4. 64 Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 80% pada PTT
Alternatif 1 Setelah Dioptimasi ..................................................................145
Tabel 4. 65 Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 80% pada PTT
Alternatif 2 Setelah Dioptimasi ..................................................................147
Tabel 4. 66 Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 80% pada PTT
Alternatif 3 Setelah Dioptimasi ..................................................................149
Tabel 4. 67 Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 80% pada PTT
Alternatif 4 Setelah Dioptimasi ..................................................................151
Tabel 4. 68 Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 50% pada PTT
Eksisting Setelah Dioptimasi ......................................................................153
Tabel 4. 69 Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 50% pada PTT
Alternatif 1 Setelah Dioptimasi ..................................................................155
Tabel 4. 70 Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 50% pada PTT
Alternatif 2 Setelah Dioptimasi ..................................................................157
Tabel 4. 71 Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 50% pada PTT
Alternatif 3 Setelah Dioptimasi ..................................................................159
Tabel 4. 72 Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 50% pada PTT
Alternatif 4 Setelah Dioptimasi ..................................................................161
Tabel 4. 73 Rekapitulasi Keuntungan Hasil Produksi Pertanian Maksimum Setelah
Optimasi (Debit Andalan 80%) ..................................................................163
Tabel 4. 74 Rekapitulasi Keuntungan Hasil Produksi Pertanian Maksimum Setelah
Optimasi (Debit Andalan 50%) 164
Tabel 4. 75 Rekapitulasi Jumlah Periode Surplus Ketersediaan Air tiap Pola Tata
Tanam pada Debit Andalan 80% ................................................................ 165
Tabel 4. 76 Rekapitulasi Jumlah Periode Surplus Ketersediaan Air tiap Pola Tata
Tanam pada Debit Andalan 50% ................................................................ 165
Tabel 4. 77 Rekapitulasi Nilai Intensitas Tanam Optimum pada Debit Andalan
80% .............................................................................................................166
Tabel 4. 78 Rekapitulasi Nilai Intensitas Tanam Optimum pada Debit Andalan
50% .............................................................................................................167
Tabel 4. 79 Rekapitulasi Skor Pemilihan Alternatif (Debit Andalan 80%) ..................167
Tabel 4. 80 Rekapitulasi Skor Pemilihan Alternatif (Debit Andalan 50%) ..................168

x
DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman


Gambar 1. 1 Grafik Neraca Air Irigasi Eksisting Daerah Irigasi Pirang.............................2
Gambar 2. 1 Kurva massa ganda.......................................................................................14
Gambar 2. 2 Alternatif Solusi............................................................................................29
Gambar 2. 3 Fasilitas Solver pada Microsoft Excel...........................................................34
Gambar 3. 1 Peta Google Earth Daerah Irigasi Pirang..................................................... 39
Gambar 3. 2 Peta Batas Administrasi Kabupaten Bojonegoro ......................................... 42
Gambar 3. 3 Diagram Alir Penyelesaian Skripsi .............................................................. 49
Gambar 3. 4 Diagram Alir Optimasi Menggunakan Program Linier ............................... 50
Gambar 3. 5 Skema Jaringan Irigasi Daerah Irigasi Pirang ............................................. 51
Gambar 4. 1 Grafik Uji Konsistensi Data Curah Hujan Stasiun Jatiblimbing ................. 55
Gambar 4. 2 Grafik Uji Konsistensi Data Curah Hujan Stasiun Jatiblimbing ................. 56
Gambar 4. 3 Grafik Uji Konsistensi Data Curah Hujan Stasiun Bojonegoro................... 57
Gambar 4. 4 Grafik Uji Konsistensi Data Curah Hujan Stasiun Leran ............................ 58
Gambar 4. 5 Sebaran Stasiun Hujan yang Berpengaruh Terhadap Lokasi Studi ............. 59
Gambar 4. 6 Debit Andalan 80% dan 50% Daerah Irigasi Pirang ................................... 72
Gambar 4. 7 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Eksisting
Sebelum di Optimasi .................................................................................... 97
Gambar 4. 8 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Alternatif 1
Sebelum di Optimasi .................................................................................... 99
Gambar 4. 9 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Alternatif 2
Sebelum di Optimasi ................................................................................. 101
Gambar 4. 10 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Alternatif 3
Sebelum di Optimasi .................................................................................. 103
Gambar 4. 11 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Alternatif 4
Sebelum di Optimasi .................................................................................. 105
Gambar 4. 12 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Eksisting
Sebelum di Optimasi .................................................................................. 107
Gambar 4. 13 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 1
Sebelum di Optimasi.................................................................................. 109

xi
Gambar 4. 14 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 2
Sebelum di Optimasi ..................................................................................111
Gambar 4. 15 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 3
Sebelum di Optimasi ..................................................................................113
Gambar 4. 16 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 4
Sebelum di Optimasi ..................................................................................115
Gambar 4. 17 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Eksisting
Setelah Dioptimasi ...................................................................................... 144
Gambar 4. 18 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Alternatif 1
Setelah Dioptimasi ...................................................................................... 146
Gambar 4. 19 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Alternatif 2
Setelah Dioptimasi ...................................................................................... 148
Gambar 4. 20 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Alternatif 3
Setelah Dioptimasi ...................................................................................... 150
Gambar 4. 21 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Alternatif 4
Setelah Dioptimasi ...................................................................................... 152
Gambar 4. 22 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Eksisting
Setelah Dioptimasi ...................................................................................... 154
Gambar 4. 23 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 1
Setelah Dioptimasi ...................................................................................... 156
Gambar 4. 24 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 2
Setelah Dioptimasi ...................................................................................... 158
Gambar 4. 25 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 3
Setelah Dioptimasi ...................................................................................... 160
Gambar 4. 26 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 4
Setelah Dioptimasi ...................................................................................... 162

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang dikenal sebagai negara agraris atau disebut juga
negara pertanian dengan sebagian besar penduduknya bekerja pada bidang pertanian. Di
negara agraris peranan dari sektor pertanian sangat penting untuk pemenuhan kebutuhan
pokok yang juga berpengaruh dalam mendongkrak sektor sosial, sektor perekonomian dan
sektor perdagangan.
Pertanian yang baik membutuhkan ketersediaan air yang cukup melalui irigasi.
Penyediaan air irigasi ditujukan untuk mendukung produktivitas lahan dalam rangka
meningkatkan produksi pertanian yang maksimal. Dalam hal tertentu, penyediaan air irigasi
dapat diberikan dalam batas tertentu untuk pemenuhan kebutuhan lainnya. Pemanfaatan
sumber daya air terutama untuk kebutuhan irigasi semakin lama semakin bertambah besar.
Hal ini disebabkan oleh semakin cepat pertumbuhan penduduk sehingga kebutuhan hasil
produksi pertanian juga bertambah besar. Hal tersebut berbanding terbalik dengan
ketersediaan lahan yang semakin sempit dan ketersedian air yang tetap.
Indonesia juga merupakan negara yang memiliki iklim tropis dengan dua musim.
Musim hujan dengan curah hujan yang sangat tinggi dan musim kemarau dengan curah hujan
rendah. Pada saat musim hujan kebutuhan air untuk pertanian mencukupi bahkan dapat
menimbulkan luapan dan banjir. Sedangkan pada musim kemarau air yang tersedia untuk
pertanian kurang mencukupi bahkan sering terjadi kekeringan. Kuantitas air pada suatu
daerah akan berpengaruh pada produktivitas pertanian tersebut. Dalam kondisi ini
menunjukkan bahwa ketersediaan air belum dapat diukur dan dikelola dengan baik.
Ketidaksesuaian debit air yang dibutuhkan dengan debit yang tersedia diakibatkan oleh
terjadinya penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan tata tanam di lapangan yang tidak
sesuai dengan rencana luas tanam yang diusulkan. Penyimpangan yang sering terjadi adalah
luas tanam padi di lapangan melebihi luas tanam rencana. Penambahan luas tanam padi pada
musim kemarau menyebabkan debit air yang tersedia tidak mencukupi kebutuhan air irigasi
dan pemberian air tidak merata. Hal ini secara tidak langsung mengakibatkan tidak
maksimalnya keuntungan hasil panen dari lahan pertanian yang ada.
Berdasarkan ketidaksesuaian dan penyimpangan-penyimpangan tersebut, perlu
ditentukan pola tata tanam yang ideal yaitu dengan metode optimasi. Optimasi dimaksudkan

1
2

utnuk mengoptimalkan ketersediaan air irigasi dan luas lahan tanam sehingga menghasilkan
produksi pertanian dan keuntungan maksimum serta distribusi pemanfaatan irigasi dapat
lebih efisien dan efektif. Metode optimasi merupakan suatu rancangan dalam pemecahan
masalah model-model perencanan menggunakan fungsi matematika yang membatasi
sehingga dapat menghasilkan keputusan terbaik. Studi pemanfaatan air irigasi pada Daerah
Irigasi Pirang ini akan membahas mengenai suatu alternatif optimasi pemanfaatan air
berdasarkan pola tata tanam dan kebutuhan air irigasi yang sudah ada di Daerah Irigasi
Pirang dengan program optimasi yaitu program linier.

1.2. Identifikasi Masalah


Daerah Irigasi Pirang merupakan daerah irigasi yang mempunyai luas baku sawah
1.314 Ha dan juga merupakan wewenang Dinas PUSDA Jawa Timur. Daerah Irigasi Pirang
mencakup 3 wilayah kecamatan di Kabupaten Bojonegoro, yaitu Kecamatan Bojonegoro,
Kecamatan Dander, dan Kecamatan Kapas. Penyediaan air untuk irigasi dimulai dari
pengambilan air sungai dengan cara dibuat pintu pengambilan permanen, untuk selanjutnya
air dibawa dan dibagi secara proporsional sampai ke petak-petak tersier maupun kwarter
secara teratur dan terkendali.
Permasalahan yang terjadi di Daerah Irigasi Pirang adalah air yang tersedia dalam
memenuhi kebutuhan air irigasi mengalami pengurangan pada musim kemarau, serta adanya
penyimpangan-penyimpangan terhadap ketidak seragaman pola tata tanam yang kurang
memperhatikan ketersediaan air sehingga secara langsung terjadi pemborosan pemakaian
air.

Neraca Air Daerah Irigasi Pirang


1200

1000

800
Debit
(l/dt)
600

400

200

0
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sept Okt
Kebutuhan Air Ketersediaan Air Q80%

Gambar 1. 1 Grafik Neraca Air Irigasi Eksisting Daerah Irigasi Pirang


Sumber: UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro, 2019
3

Pada kondisi eksisting, awal tanam dimulai pada bulan November periode I.
Berdasarkan grafik tersebut, dapat dilihat bahwa sebagian besar ketersediaan air tidak dapat
mencukupi kebutuhan. Hanya mulai pada periode I bulan Desember hingga periode I bulan
Maret ketersediaan air dapat mencukupi kebutuhan (surplus). Berdasarkan hal tersebut,
maka diperlukan pengoptimalan luas lahan dan debit yang tersedia sehingga diharapkan
dapat memaksimalkan keuntungan produksi pertanian.
Perhtiungan studi optimasi pemanfaatan air pada Daerah Irigasi Pirang ini diselesaikan
dengan menggunakan metode program linier melalui alat bantu sistem komputerisasi
(software) sehingga hasil perhitungan dapat dilakukan dengan cepat dan tepat. Studi ini
merupakan salah satu bentuk kajian pemanfaatan bentuk software dalam rangka
penyelesaian permasalahan yang dihadapi.

1.3. Batasan Masalah


Untuk lebih memfokuskan pada studi yang dilakukan dan untuk menghindari
terjadinya pembahasan yang keluar dari pokok kajian maka dilakukan pembatasan masalah
sebagai berikut:
1. Objek studi adalah studi optimasi pemanfaatan air di Daerah Irigasi Pirang
menggunakan program linier.
2. Studi ini dikhususkan pada Daerah Irigasi Pirang dengan luas baku sawah 1.314 Ha.
3. Pemanfaatan air Kali Pirang hanya untuk kebutuhan irigasi.
4. Data debit yang dianalisa terbatas pada data debit bulanan periode 10 harian dari intake.
Bendung Pirang selama 10 tahun terakhir, yaitu mulai tahun 2011-2020.
5. Analisis neraca air dengan membandingkan debit ketersediaan air dengan kebutuhan air
irigasi di Daerah Irigasi Pirang untuk mengetahui kondisi defisit atau surplus.
6. Kajian perhitungan optimasi dilakukan berdasarkan ketersediaan air irigasi, luas tanam,
dan keuntungan produksi hasil pertanian dihitung dalam periode musim tanam.
7. Penyelesaian akhir optimasi diselesaikan dengan program linier menggunakan fasilitas
solver pada Microsoft Excel.
8. Tidak membahas penyebab kehilangan air di saluran.
9. Tidak membahas masalah AMDAL.
10. Tidak membahas detail desain konstruksi.

1.4. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan-batasan masalah yang telah
dijelaskan sebelumnya, maka permasalahan dalam studi ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
4

1. Berapa debit andalan yang ada pada Daerah Irigasi Pirang?


2. Berapa kebutuhan air irigasi yang diperlukan untuk masing-masing jenis tanaman yang
dibudidayakan berdasarkan pola tata tanam?
3. Berapa luas tanam optimum dan keuntungan maksimum yang didapat dari hasil
optimasi menggunakan program linier?
4. Bagaimana pola tata tanam yang terbaik dan sesuai untuk Daerah Irigasi Pirang
berdasarkan luas tanam optimum dan keuntungan maksimum dari hasil optimasi
menggunakan program linier?

1.5. Tujuan dan Manfaat


Tujuan dari studi ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui besarnya debit andalan yang ada pada Daerah Irigasi Pirang.
2. Mengetahui besarnya kebutuhan air irigasi yang diperlukan untuk masing-masing jenis
tanaman yang dibudidayakan berdasarkan pola tata tanam.
3. Mengetahui luas tanam optimum dan keuntungan maksimum yang didapat dari hasil
optimasi menggunakan program linier.
4. Mengetahui pola tata tanam yang terbaik dan sesuai untuk Daerah Irigasi Pirang
berdasarkan luas tanam optimum dan keuntungan maksimum dari hasil optimasi
menggunakan program linier.
Sedangkan manfaat dari studi ini adalah memaksimumkan intensitas tanam dan
meningkatkan hasil produksi pertanian di Daerah Irigasi Pirang sehingga didapatkan
kentungan maksimum dari hasil produksi pertanian tersebut setelah dioptimasi
menggunakan program linier serta dapat dijadikan bahan pertimbangan dan evaluasi dinas-
dinas terkait dalam menentukan rencana pola tata tanam yang terbaik pada Daerah Irigasi
Pirang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Umum
Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk
menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigai permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah
tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak (Permen PUPR No. 23 tahun 2015). Secara umum
irigasi juga dapat didefinisikan sebagai cara-cara pengelolaan dan pemanfaatan air yang
tersedia guna keperluan mencukupi pertumbuhan dan tumbuhnya tanaman terutama bagi
tanaman pokok (di Indonesia yang utama ditujukan untuk tanaman padi dan palawija).
(Bardan, 2014, p.9)
Pengelolaan irigasi yang baik berupa pengalokasian air secara efektif dan efisien
sangat diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan air secara optimal. Alokasi air merupakan
upaya pengaturan air untuk berbagai keperluan dari waktu ke waktu dengan memperhatikan
jumlah dan mutu air pada lokasi tertentu yang meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan dan evaluasi.
Kondisi neraca air pada suatu daerah irigasi dapat menunjukkan tingkat efektivitas dan
efisiensi alokasi air pada kegiatan pengelolaan irigasi daerah tersebut. Neraca air merupakan
neraca masukan dan keluaran air di suatu tempat pada periode tertentu sehingga dapat
diketahui jumlah air tersebut mengalami kelebihan (surplus) ataupun kekurangan (defisit).
Kegunaan mengetahui kondisi air surplus atau defisit adalah untuk mendayagunakan air
sebaik-baiknya.
Hasil produksi pertanaian dapat ditingkatkan melalui optimasi pemberian air yang
harus sesuai dengan jumlah dan waktu yang diperlukan tanaman. Besar kebutuhan air irigasi
ditentukan oleh banyak faktor yang berhungan dengan variasi kondisi lapangan. Berikut ini
merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi (Triatmodjo, 2013, p.318):
1. Jenis dan varietas tanaman yang ditanami petani.
2. Variasi koefisien tanaman, tergantung pada jenis dan tahap pertumbuhan dari tanaman.
3. Waktu dimulainya persiapan pengolahan lahan (golongan).
4. Jadwal tanam yang dipakai oleh petani, termasuk di dalamnya pasokan air sehubungan
dengan persiapan lahan, pembibitan dan pemupukan.
5. Status sistem irigasi dan efisiensi irigasiny

5
6

6. Jenis tanah dan faktor agro-klimatologi.


2.2. Kebutuhan Air Irigasi
Tanaman membutuhkan air agar dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik. Air
tersebut dapat berasal dari air hujan maupun air irigasi. Air irigasi adalah sejumlah air yang
umumnya diambil dari sungai atau waduk kemudian dialirkan melalui jaringan sistem
irigasi, guna menjaga keseimbangan jumlah air di lahan pertanian (Suhardjono, 1994, p.6).

2.2.1 Evaporasi
Evaporasi (penguapan) merupakan peristiwa berubahnya air menjadi uap air dan
bergerak dari permukaan tanah atau permukaan air menuju ke udara (Sosrodarsono, 1976,
p.57). Dalam pengembangan studi di bidang sumber daya air, evaporasi merupakan faktor
yang cukup penting. Evaporasi sangat mempengaruhi debit sungai, besarnya kapasitas
waduk, besarnya kapasitas pompa untuk irigasi, penggunaan komsumtif (consumptive use)
untuk tanaman dan lain-lain. Air akan menguap dari tanah (baik tanah yang gundul ataupun
yang tertutupi oleh tanaman dan pepohonan), permukaan yang tidak tembus air seperti jalan
raya, atap bangunan, dan air yang mengalir (Soemarto,1987, p.42). Banyaknya air yang
menguap dinyatakan sebagai laju penguapan, biasanya dinyatakan dalam satuan milimeter
per satuan waktu (mm/hari). Satuan ini dimaksudkan agar dapat mudah dibandingkan
dengan data curah hujan (mm/hari), data debit (sebagai tebal aliran, mm/hari), maupun data
hidrologi lainnya (Soewarno, 2000, p.115).
Terdapat beberapa faktor meteorologi yang dapat mempengaruhi besarnya evaporasi
yaitu sebagai berikut (Soewarno, 2000, p.115-116):
1. Radiasi matahari, radiasi matahari merupakan sumber energi yang paling utama dalam
proses terjadinya penguapan. Temperatur udara dan temperatur air bergantung pada
radiasi matahari, sehingga diharapkan adanya korelasi antara temperatur dan laju
penguapan. Untuk menguapkan 1 gram air diperlukan energi kurang lebih 586 kalori
pada temperatur 20ºC, jika matahari terhalang oleh awan akan dapat mengurangi energi
dan memperlambat laju penguapan. Proses penguapan akan aktif terjadi jika ada
penyinaran secara langsung dari matahari, sebagai masukan energi yang disebut dengan
panas laten (latent heat). Panas laten merupakan panas yang diperlukan untuk
penguapan serta merupakan bagian dari panas neto yang terdapat dipermukaan bumi.
2. Suhu (temperatur), jika temperatur udara dan temperatur tanah cukup tinggi makan akan
mempengaruhi laju penguapan yang akan semakin cepat.
3. Kelembapan udara (humiditas), jika kelembapan relatif udara naik, maka kemampuan
untuk menyerap uap air akan berkurang sehingga laju evaporasinya akan menurun.
7

Penggantian lapisan udara pada batas tanah dan udara dengan udara yang sama
kelembapan relatifnya tidak akan menolong untuk memperbesar laju evaporasi. Hal ini
akan memungkinkan bila diganti dengan udara yang lebih kering.
4. Kecepatan angin, perubahan zat cair menjadi uap air dan bergerak ke atmosfer akan
mengakibatkan udara menjadi jenuh oleh uap air, bila udara sudah jenuh oleh uap air
maka laju penguapan akan berkurang, atau bahkan tidak terjadi penguapan, justru yang
terjadi adalah pengembunan. Akan tetapi bila lapisan udara jenuh tadi bergerak karena
angin dan diganti oleh udara kering maka laju penguapan akan meningkat lagi. Angin
tidak mengakibatkan penguapan, namun akan berperan dalam memindahkan uap air
diantara permukaan bumi dan udara sehingga penguapan terus terjadi.
Evaporasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu (Hadisusanto, 2011, p.79):
1. Evaporasi aktual merupakan proses evaporasi yang berlangusng pada kondisi alami
pada suatu keadaan daerah dan pada waktu tertentu sehingga nilainya sangat bergantung
pada kondisi lingkungan yang berlaku pada saat ini.
2. Evaporasi potensial yaitu proses evaporasi yang terjadi pada suatu permukaan
penguapan dengan kondisi yang berkecukupan air, evaporasi potensial biasa juga
disebut sebagai kemampuan maksimal dari suatu permukaan dalam penguapan air.
Besarnya nilai evaporasi relatif tidak jauh berbeda disetiap bulannya yaitu berkisar 3-8
mm/hari.

2.2.2 Transpirasi
Setiap jenis tanaman membutuhkan air untuk kelangsungan hidupnya, dan masing-
masing tanaman memiliki jumlah kebutuhan air yang berbeda. Sebagian besar air diserap
oleh akar-akar kemudian akan ditranspirasikan melalui mulut daun (stomata). Transpirari itu
sendiri dapat diartikan penguapan melalui tanaman. Pada kondisi lapangan (field condition)
sulit untuk membedakan antara evaporasi dengan transpirasi jika tanahnya tertutup oleh
tumbuhan. Kedua proses tersebut saling berkaitan sehingga dapat dinamakan sebagai proses
evapotranspirasi. Proses transpirasi selain dipengaruhi oleh iklim juga erat kaitannya dengan
faktor tanaman, yaitu jenis, macam dan umur tanaman (Suhardjono, 1994, p.11).
Proses transpirasi terus berjalan selama adanya pengaruh dari sinar matahari. Pada
malam hari pori-pori daun akan menutup. Pori-pori tersebut terletak di bagian bawah daun,
yang disebut stomata. Ketika pori-pori ini menutup menyebabkan terhentinya proses
transpirasi secara signifikan, tetapi tidak dengan evaporasi. Proses evaporasi dapat berjalan
terus selama ada pengaruh suhu panas. Faktor lainnya yang mungkin adalah tersedianya
jumlah air yang cukup banyak. Jika jumlah air tersedia secara berlebih dari yang dibutuhkan
8

tanaman selama proses transpirasi, maka jumlah air yang ditranspirasikan akan lebih besar
dibandingkan apabila tersedianya air di bawah keperluan (Soemarto, 1987, p.44-45).
Proses transpirasi dapat dibedakan menjadi dua kelompok antara lain (Hadisusanto,
2011, p.79):
1. Transpirasi aktual yaitu peristiwa transpirasi yang terjadi pada tanaman yang tumbuh
dalam kondisi tertentu serta pada waktu tertentu pula.
2. Transpirasi potensial yaitu peristiwa transpirasi yang terjadi pada tanaman yang tumbuh
dengan kondisi yang tidak pernah mengalami kekurangan air selama pertumbuhannya.

2.2.3 Evapotranspirasi
Evapotranspirasi sangat berkaitan dengan kebutuhan air tanaman. Kebutuhan air
tanaman adalah sejumlah air yang dibutuhkan tanaman untuk mengganti airnya yang hilang
karena proses penguapan, dalam hal ini penguapan meliputi penguapan dari permukaan air
(evaporasi), serta penguapan melalui stomata tanaman (transpirasi), bila kedua proses
tersebut terjadi bersamaan maka disebut evapotranspirasi (Limantara, 2018, p.31). Terdapat
dua istilah dalam evapotranspirasi yaitu evapotranspirasi aktual dan potensial,
evapotranspirasi aktual adalah evapotranspirasi di atas tanah dalam waktu tertentu dan
tergantung pada lingkungan yang terjadi saat itu, sedangkan evapotranspirasi potensial
adalah evapotranspirasi yang oleh Penman didefinisikan sebagai proses yang terjadi pada
tanaman hijau, pendek, dan seragam serta menutupi permukaan tanah secara menyeluruh
dan tidak pernah kekurangan air selama pertumbuhannya (Hadisusanto, 2011, p.79).

2.2.4 Evaporasi Potensial


Evaporasi potensial (ET0) merupakan air yang mengalami penguapan melalui
permukaan tanah dimana besarnya adalah jumlah air yang akan digunakan tanaman untuk
perkembangannya. Besarnya evaporasi potensial juga dipengaruhi oleh kondisi iklim. Nilai
evaporasi relatif tidak terlalu jauh berbeda antara bulan satu dengan bulan lainnya dan
besarnya sekitar 3-8 mm/hr (Suhardjono, 1994, p.29). Besar evaporasi potensial dapat
dihitung menggunakan metode yang umum digunakan yaitu Blaney-Criddle, Radiasi, dan
Penman. Data yang diperlukan untuk menghitung evaporasi potensial adalah sebagai
berikut:
1. Suhu udara rata-rata bulanan (T)
Suhu udara merupakan data yang terpenting yang harus tersedia bila akan menggunakan
rumus Blaney-Criddle, Radiasi maupun Penman.
2. Kelembapan relatif rata-rata bulanan (REI)
Kelembapan relatif atau relatif humidity (RH) merupakan perbandingan antara tekanan
9

uap air dengan uap air jenuh.


3. Kecepatan angin rata-rata bulanan (U)
Data kecepatan angin ini diukur berdasarkan tiupan angin pada ketinggian 2 meter di
atas permukaan tanah. Bila kecepatan angin diukur tidak pada ketinggian tersebut
diperlukan penyesuaian.
4. Pengukuran kecerahan matahari (satuan %)
Data kecerahan matahari dibutuhkan pada penggunaan rumus Radiasi dan Penman.
Kecerahan matahari merupakan perbandingan antara n/N. Nilai N merupakan jumlah
jam potensial matahari bersinar dalam satu hari. Untuk daerah di sekitar khatulistiwa
besar N adalah sekitar 12 jam setiap harinya, dan tidak jauh berbeda antar bulan yang
satu dengan bulan yang lainnya. Sedangkan nilai n merupakan jam nyata matahari
bersinar cerah dalam satu hari. Besar nilai n ini sangat berhubungan dengan keadaan
awan, makin banyak awan makin kecil besaran n tersebut. Maka dari itu, besar n/N biasa
disebut juga sebagai rasio keawanan
Untuk perhitungan evaporasi dianjurkan menggunakan rumus Penman Modifikasi.
Metode Penman Modifikasi memiliki data yang diperlukan lebih banyak dibandingkan
dengan metode yang lainnya Untuk metode ini, data yang diperlukan adalah suhu rerata
𝑛
bulanan (t), kelembaban relatif bulanan rerata (RH), kecerahan matahari bulanan ( ),
𝑁

kecepatan angin bulanan rerata (u), letak lintang daerah (LL), angka koreksi (c). Penggunaan
data lebih banyak membawa hasil perhitungan rumus ini lebih teliti jika dibandingkan
dengan rumus yang lain. Berdasarkan rumus Penman Modifkasi guna perhitungan di daerah
Indonesia (Suhardjono, 1994, p.54) sebagai berikut:
Eto = c . Eto*.....................................................................................................................(2-1)
Eto* = W (0,75RS – Rn1) + (1 -W) f (U) (ea-ad).............................................................(2-2)
Rumus penyederhanaan ini mempunyai ciri khusus sebagai berikut:
W : Faktor yang berhubungan dengan suhu (t) dan elevasi
c : Angka koreksi Penman
Rs : Radiasi gelombang pendek, dalam satuan evaporasi ekivalen (mm/hr)
: (0,25+0,54 n/N) Ra
Ra : Radiasi gelombang pendek yang memenuhi batas luar atmosfer (angka angot).
Besar angka angot ini berhubungan dengan letak lintang daerah.
Rnl : Radiasi bersih gelombang Panjang (mm/hr)
: f(t). f(ed). f(n/N)
10

f(t) : Fungsi suhu


: σ Ta4
f(ed) : Fungsi tekanan uap
: 0,34 – 0,044 √(𝑒𝑑)
f(n/N) : Fungsi kecerahan matahari
: 0,1 + 0,9 n/N
f(u) : Fungsi kecepatan angin pada ketinggian 2 m (m/dt)
: 0,27 (1 + 0,864 u)
(ea – ed) : Perbedaan tekanan uap jenuh dengan tekanan uap yang sebenarnya
ed : ea . RH
RH : Kelembapan udara relatif (%)
Setelah harga Eto* dihitung, harga evapotranspirasi tanaman (Eto) dapat dicari. Nilai
angka koreksi penman (c) dipengaruhi oleh perbedaan kecepatan udara antara siang dan
malam. Untuk keadaan iklim tropis Indonesia, harga c berkisar antara 0,86 – 1,10
(Suhardjono, 1994, p.55).
Untuk perhitungan selanjutnya dalam studi ini menggunakan rumus Penman
Modifikasi. Alasannya digunakan rumus Penman Modifikasi karena rumus ini sederhana,
dan juga dianjurkan oleh Dirjen Pengairan dan direkomendasikan oleh Food Agriculture
Organization (FAO) untuk dipakai.
Prosedur perhitungan Eto berdasar rumus Penman Modifikasi adalah sebagai berikut:
1. Mencari data suhu bulanan rerata (t).
2. Berdasarkan nilai (t), cari besaran (ea), (W), (1-W), dan f(t).
3. Menari data kelembapan relatif (RH).
4. Berdasarkan nilai (ea) dan (RH) diperoleh nilai (ed) dengan persamaan ed = ea . (RH).
5. Berdasarkan nilai (ed) dapat diperoleh f(ed) dengan rumus f(ed) = 0,34 – 0,044 √(𝑒𝑑)
6. Berdasarkan letak lintang daerah yang ditinjau, nilai (Ra) dapat dicari.
7. Dari data kecerahan matahari (n/N) dan nilai (Ra) didapat nilai Rs.
8. Berdasarkan nilai (n/N) diperoleh nilai f(n/N) dengan rumus f(n/N) = 0,1 + 0,9 (n/N).
9. Dari data kecepatan angin rerata (u) dicari nilai f(U) dengan rumus f(U) = 0,27 (1 +
0,864 U).
10. Dari hasil perhitungan nilai f(t), nilai f(n/N) dihitung nilai Rn1 dengan menggunakan
rumus Rn1 = f(t). f(ed). f(n/N).
11. Mencari besarnya angka koreksi Penman (c).
11

12. Berdasarkan nilai W, (1-W), Rs, Rn1, f(U), ea dan ed yang telah diperoleh maka dihitung
besarnya nilai Eto* dengan rumus Eto* = W. (0,75Rs – Rn1) + (1 – W). f(U). (ea – ed).
13. Hitung nilai Eto dengan rumus Eto = c. Eto*
Tabel 2. 1
Hubungan T dengan εγ, w, f(t)
Suhu εγ
w f (t)
(˚C) (mbar)
24,0 29,85 0,735 15,40
24,2 30,21 0,737 15,45
24,4 30,57 0,739 15,50
24,6 30,94 0,741 15,55
24,8 31,31 0,743 15,60
25,0 30,69 0.745 15,65
25,2 32,06 0,747 15,70
25,4 32,45 0,749 15,75
25,6 32,83 0,751 15,80
25,8 33,22 0,753 15,85
26,0 33,62 0,755 15,90
26,2 34,02 0,757 15,94
26,4 34,42 0,759 15,98
26,6 34,83 0,761 16,02
26,8 35,25 0,763 16,06
27,0 35,66 0.765 16,10
27,2 36,09 0,767 16,14
27,4 36,50 0,769 16,18
27,6 36,94 0,771 16,22
27,8 37,37 0,773 16,26
28,0 37,81 0,775 16,30
28,2 38,25 0,777 16,34
28,4 38,70 0,779 16,38
28,6 39,14 0,781 16,42
28,8 39,61 0,783 16,46
29,0 40,06 0,785 16,50
Sumber: Limantara (2010, p.31)
Tabel 2. 2
Besaran Nilai Rγ untuk Daerah Indonesia (5o LU sampai 10o LS)
LU 0 LS
Bulan
5 4 2 2 4 6 8 10
Jan 13,0 14,3 14,7 15,0 15,3 15,5 15,8 16,1 16,1
Feb 14,0 15,0 15,3 15,5 15,7 15,8 16,0 16,1 16,0
Mar 15,0 15,5 15,6 15,7 15,7 15,6 15,6 15,1 15,3
Apr 15,1 15,5 15,3 15,3 15,1 14,9 14,7 14,1 14,0
LU 0 LS
Bulan
5 4 2 2 4 6 8 10
Mei 15,3 14,9 14,6 14,4 14,1 13,8 13,4 13,1 12,6
12

Jun 15,0 14,4 14,2 13,9 13,9 13,2 12,8 12,4 12,6
Jul 15,1 14,6 14,3 14,1 14,1 13,4 13,1 12,7 11,8
Ags 15,3 15,1 14,9 14,8 14,8 14,3 14,0 13,7 12,2
Sep 15,1 15,3 15,3 15,3 15,3 15,1 15,0 14,9 13,1
Okt 15,7 15,1 15,3 15,4 15,4 15,6 15,7 15,8 14,6
Nov 14,8 14,5 14,8 15,1 15,1 15,5 15,8 16,0 15,6
Des 14,6 14,1 14,4 14,8 14,8 15,4 15,7 16,0 16,0
Sumber: Limantara (2010, p.27)

Tabel 2. 3
Angka Koreksi (C) Bulanan untuk Rumus Penman
Angka
Bulan
Koreksi ( C )

Jan 1,10
Feb 1,10
Mar 1,10
Apr 0,90
Mei 0,90
Jun 0,90
Jul 0,90
Ags 1,00
Sep 1,10
Okt 1,10
Nov 1,10
Des 1,10
Sumber: Limantara, (2010, p.30)

2.2.5 Analisis Curah Hujan


Curah hujan merupakan jumlah air yang jatuh di permukaan bumi selama satu periode
tertentu yang dapat diukur dalam satuan milimeter (mm). Curah hujan yang jatuh ke
permukaan bumi tidak semua dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan tanaman karena
sebagian mengalir menjadi limpasan permukaan dan sebagian lagi akan menguap di udara.
Penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air seperti untuk alokasi air irigasi
membutuhkan analisis curah hujan. Analisis yang dilakukan yaitu dengan mencari nilai
curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan hanya pada
suatu titik tertentu. Curah hujan ini disebut dengan curah hujan wilayah/daerah dan
dinyatakan dalam mm. Curah hujan ini harus diperkirakan dari beberapa stasiun pengamatan
curah hujan. Cara-cara perhitungan curah hujan daerah dari pengamatan curah hujan di
beberapa titik adalah sebagai berikut (Sosrodarsono, 1976, p.27):
1. Metode Rerata Aljabar
13

2. Metode Thiessen
3. Metode Isohiet
Pada umumnya untuk menghitung curah hujan daerah dapat digunakan standar luas
daerah sebagai berikut (Sosrodarsono, 1976, p.51)
1. Daerah dengan luas 250 Ha yang mempunyai variasi topografi kecil, dapat diwakilkan
oleh sebuah alat ukur hujan.
2. Daerah dengan luas 250 ha sampai 50.000 ha dengan dua atau tiga titik pengamatan
hujan dapat digunakan cara rerata aljabar.
3. Daerah dengan luas 120.000 ha sampai 500.000 ha yang mempunyai titik pengamatan
tersebar cukup merata serta data curah hujannya tidak terlalu dipengaruhi kondisi
topografi maka dapat digunakan cara rerata aljabar. Jika titik-titik pengamatan tidak
tersebar merata maka digunakan cara thiessen.
4. Daerah dengan luas lebih besar dari 500.000 ha maka dapat digunakan cara isohiet atau
cara potongan antara (inter-section method).
Berdasarkan data curah hujan selama 10 tahun yang didapatkan pada empat stasiun
curah hujan yang mewakili Daerah Irigasi Pirang, dilakukan analisis data curah hujan yang
diamati dari setiap titik (point rainfall) atau pos stasiun hujan menjadi curah hujan
wilayah/daerah (areal rainfall) adalah dengan menggunakan metode rerata aljabar dengan
persamaan sebagai berikut (Sosrodarsono, 1976, p.27):
Ṝ = 1/n (R1 + R2 + R ... + Rn) .......................................................................................................................................................(2-3)
Dengan:
Ṝ = areal rainfall / curah hujan daerah (mm)
R1 + R2 + R… + Rn = point rainfall / besarnya curah hujan pada tiap stasiun (mm)
n = jumlah stasiun pengamat

2.2.5.1.Uji Konsistensi Data Curah Hujan


Perubahan atau terganggunya lingkungan di sekitar tempat penakar hujan dipasang,
memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap jumlah curah hujan dan menyebabkan
penyimpangan data hujan yang diukur (Triatmodjo, 2013, p.41). Perubahan ini biasanya
terjadi karena beberapa hal, misalnya tertutup oleh pohon, terletak berdekatan dengan
gedung yang tinggi, perubahan cara penakaran dan pencatatannya, pemindahan alat ukur dan
yang lainnya. Hal tersebut yang menyebabkan data hujan menjadi tidak konsisten (Soemarto,
1987, p.38).
14

Jika terdapat data curah hujan tahunan dengan jangka waktu pengamatan yang panjang,
maka kurva massa ganda dapat digunakan untuk memperbaiki kesalahan pengamatan yang
terjadi yang disebabkan oleh perubahan posisi atau cara pemasangan yang tidak baik dari
alat ukur curah hujan. Data curah hujan tahunan jangka waktu yang panjang pada alat yang
bersangkutan tersebut harus dibandingkan dengan data curah hujan rata-rata sekelompok
alat-alat ukur lain dalam periode yang sama (Sosrodarsono, 1976, p.52).

Gambar 2. 1 Kurva massa ganda


Sumber: CD Soemarto, (1987, p.39)
Jika terjadi penyimpangan, maka data hujan dari stasiun yang diuji harus dikoreksi
sesuai dengan perbedaan kemiringan garisnya, dengan rumus sebagai berikut (Soemarto,
1987, p.40):
Hz = fk x Ho ................................................................................................................(2-4)
fk = Tan α / Tan αo .....................................................................................................(2-5)
dengan:
Hz = Data hujan yang diperbaiki
Ho = Data hujan hasil pengamatan
fk = faktor koreksi
Tan α = Kemiringan garis sebelum ada perubahan
Tan αo = Kemiringan garis sesudah ada perubahan

2.2.5.2.Curah Hujan Andalan


Pada kondisi alamiah suatu tanah umumnya selalu mengandung air. Penting bagi
tanaman bahwa air yang ada di dalam tanah harus senantiasa berada dalam keadaan yang
mudah untuk diabsorbsi atau diserap (Sosrodarsono, 1976, p.215). Salah satu upaya agar
15

dapat menjaga ketersediaan air di dalam tanah yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman maka
diperlukan adanya pemberian air irigasi atau yang berasal dari alam langusng yaitu air hujan.
Curah hujan andalan merupakan curah hujan yang kemungkinansterpenuhi
denganspeluang kejadianstertentu dan digunakan sebagai data masukan. Besarnya adalah
sebesar curah hujan rerata di seluruh daerah yang bersangkutan. Metode yang digunakan
untuk perhitungan dalam studi ini menggunakan bulansdasarsperencanaan (metode basic
month). Berdasarkan Harza Engineering Crop International, curah hujan andalan untuk
tanaman padi ditetapkan sebesar 80%, sedangkan untuk tanaman palawija sebesar 50%. Hal
tersebut berarti bahwa dari 10 kejadianscurahshujan yang direncanakan akansterlampaui
sebanyak 8 kali untuk tanaman padi, sedangkan untuk tanaman palawija bahwa dari 10
kejadian curahshujan yangsdirencanakan tersebut akansterlampaui sebanyak 5 kali.
Curahshujan andalan ditentukan melalui tahapan sebagai berikut:
1. Data rerata curah hujan tahunan selama n tahun diurutkan dari yang terkecil sampai ke
yang terbesar.
2. Hasil dari pengurutan data curah hujan kemudian menggunakan persamaan (2-
6) atau (2-7), urutan data curah hujan dengan R80 ataupun R50 merupakan bulan dasar
perencanaan.
𝑛
R80 = urutan ke + 1 ............................................................................................(2-6)
5
𝑛
R50 = urutan ke 2 + 1 ............................................................................................(2-7)

dengan:
R80 : Curah hujan yang terjadi dengan tingkat keandalan 80% (mm)
R50 : Curah hujan yang terjadi dengan tingkat keandalan 50% (mm)
n : Jumlah tahun pengamatan

2.2.5.3.Curah Hujan Efektif


Menurut Standar Perencanaan Irigasi KP-01 (1986, p.77), curah hujan efektif memiliki
arti yaitu sejumlah curah hujan yang jatuh pada suatu petak sawah semasa pertumbuhan
tanaman dan digunakan secara langsung untuk memenuhi kebutuhan air tanaman.
Perhitungan kebutuhan air irigasi menggunakan curah hujan efektif untuk tanaman padi dan
tanaman palawija.
Setiap tanaman pada kondisi daerahnya masing-masing memiliki besar curah hujan
efektif yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut disebabkan oleh kondisi tanah yang
mempunyai kadar air yang tidak sama karena faktor terpenting bagi tanaman adalah bahwa
16

air yang ada di dalam tanah harus senantiasa berada dalam keadaan yang mudah diserap
(Sosrodarsono, 1976, p.215).
1. Curah Hujan Efektif untuk Tanaman Padi
Besarnya curah hujan efektif untuk tanaman padi ditentukan dengan 70% dari curah
hujan dengan kemungkinan kegagalan 20% atau curah hujan R80. sedangkan besarnya
R80 diperoleh dengan menggunakan metode Basic Month. Curah hujan efektif diperoleh
dari 70% x R80 per periode waktu pengamatan sehingga persamaannya adalah sebagai
berikut (KP-01, 2013):
Reff = R80 x 70% ..................................................................................................(2-8)
dengan:
Reff : Curah hujan untuk tanaman padi sawah (mm/hari)
R80 : Tingkat hujan yang terjadi dengan tingkat keandalan 80% (mm)

2. Curah Hujan Efektif untuk Tanaman Palawija


Besarnya curah hujan efektif untuk tanaman palawija dipengaruhi oleh besarnya tingkat
evapotranspirasi dan curah hujan bulanan rerata dari daerah yang bersangkutan. Curah
hujan efektif diperoleh dari 50% dari hujan andalan 80%, seperti persamaan dibawah
ini:
Reff = R80 x 50% ..................................................................................................(2-9)
dengan:
Reff : Curah hujan untuk tanaman palawija sawah (mm/hari)
R80 : Tingkat hujan yang terjadi dengan tingkat keandalan 80% (mm)

2.2.6 Kebutuhan Air di Sawah


Irigasi merupakan penambahan kekurangan kadar air tanah secara buatan, yaitu
dengan memberikan air yang perlu untuk pertumbuhan tanaman ke tanah yang diolah dan
didistribusikan secara sistematis. Pemberian air irigasi yang berlebihan pada tanah yang
diolah dapat merusak tanaman (Sosrodarsono, 1976, p.216).
Perkembangan pertumbuhan tanaman sangat bergantung oleh ketersediaan air yang
ada di dalam tanah. Kekurangan air akan mengakibatkan terjadinya gangguan aktifitas
fisiologis tanaman sehingga pertumbuhan tanaman akan terhenti. Kebutuhan bersih air di
sawah pada suatu jaringan irigasi merupakan air yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
tanaman yang optimal tanpa kekurangan air yang dinyatakan dalam NFR (Net Field
Requirement). Kebutuhan bersih air di sawah atau biasa disebut sebagai kebutuhan air irigasi
ditentukan faktor-faktor berikut (Bardan, 2014, p.56):
17

1. Curah hujan efektif (Reff).


2. Penggunaan air konsumtif (Etc = Evapotranspirasi tanaman).
3. Perkolasi (P).
4. Penyiapan lahan (PL).
5. Penggantian lapisan air (WLR = Water Land Requirement).
6. Efisiensi irigasi (ef).
7. Pola tanam.
Kebutuhan air irigasi sebagian besar dicukupi oleh air permukaan. Kebutuhan air
irigasi dipengaruhi berbagai faktor seperti klimatologi, kondisi dan jenis tanah, koefisien
tanaman, pola tanam, pasokan air yang diberikan, luas daerah irigasi, efisiensi irigasi,
penggunaan kembali air drainase untuk irigasi, sistem penggolongan, pola dan jadwal tanam
dan lain-lain. Kebutuhan air total disawah (GFR) mencakup faktor 1 sampai 4, sedangkan
Kebutuhan air bersih di sawah (NFR) juga memperhitungkan curah hujan efektif. Kebutuhan
air disawah dinyatakan dalam mm/hr atau l/dt/ha dan selanjutnya efisiensi mencakup pula
dalam memperhitungkan kebutuhan pengambilan air dari sumbernya dalam m3/dt. Besarnya
kebutuhan air irigasi dinyatakan sebagai berikut (Bardan, 2014, p.57):
1. Kebutuhan bersih air di sawah untuk padi
NFR Padi = PL + Etc + WLR + P –Reff padi .........................................................(2-10)
2. Kebutuhan bersih air di sawah untuk palawija
NFR Palawija = Etc – Reff palawija .......................................................................(2-11)
3. Kebutuhan bersih air di sawah untuk tebu
NFR Tebu = Etc – Reff tebu ...................................................................................(2-12)
dengan:
NFR padi : Kebutuhan bersih air padi di sawah (mm/hari)
NFR palawija : Kebutuhan bersih air palawija di sawah (mm/hari)
NFR tebu : Kebutuhan bersih air tebu di sawah (mm/hari)
PL : Kebutuhan air untuk persiapan lahan (mm/hari)
Etc : Kebutuhan air untuk tanaman (mm/hari)
WLR : Kebutuhan air untuk penggantian lapisan air (mm/hari)
P : Perkolasi (mm/hari)
Reff padi : Curah hujan efektif untuk padi (mm/hari)
Reff palawija : Curah hujan efektif untuk palawija (mm/hari)
Reff tebu : Curah hujan efektif untuk tebu (mm/hari)
18

4. Kebutuhan bersih air di pintu pengambilan (intake)


𝑁𝐹𝑅
DR = 8,64 𝑥 𝐸𝑓 .........................................................................................................(2-13)

dengan:
DR : Kebutuhan bersih air di pintu pengambilan (l/dt/ha).
NFR : Kebutuhan bersih air di sawah untuk tanaman padi (mm/hari).
1
: Angka konversi satuan dari mm/hari ke lt/dt/ha.
8,64

Ef : Efisiensi irigasi total (%).

2.2.7 Koefisien Tanaman


Koefisien tanaman angka besarannya sangat berhubungan dengan jenis tanaman,
varietas tanaman serta umur pertumbuhan tanaman. Koefisien tanaman padi diambil
berdasarkan Prosida Jawa Timur yang bekerja sama dengan Nedesco. Sedangkan
koefisien tanaman palawija diperoleh dari FAO Guideline for Crop Water Requirements,
kemudian dikembangkan dengan data-data Penman. Besarnya koefisien tanaman
tergantung dari faktor-faktor:
- Tipe tanaman
- Varietas tanam
- Tingkat pertumbuhan
- Musim tanam
- Keadaan cuaca
Setiap jenis dan varietas tanaman selama periode pertumbuhannya memerlukan air
dengan jumlah yang berbeda-beda. Selama pertumbuhan vegetatif kebutuhan air selalu
bertambah. Pada masa pertumbuhan bunga memerlukan air yang sangat banyak serta
pada masa pembuahan kebutuhan airnya berangsur-angsur surut. Perbedaan kebutuhan
air tiap unsur tanaman dipengaruhi oleh koefisien tanaman. Untuk jenis tanaman yang
sama yang ditanam pada tanggal tanam yang bersamaan akan tetapi dapat mempunyai
umur tanaman yang berbeda akibat perbedaan lokasi atau ketinggian tempat serta musim
tanam yang berbeda maka akan mempunyai bentuk kurva koefisien tanaman yang
berbeda (Mawardi, 2016, p.167).
Pengoperasian alokasi air rigasi memiliki tujuan yaitu membagi sejumlah air yang
efektif pada lahan yang seluas mungkin sehingga kebutuhan air irigasi harus
diminimalisir maka kebutuhan air bagi tanaman juga harus kecil. Dengan demikian
koefisien tanaman harus kecil, dan hal ini bisa terjadi dengan pengaturan pola tata tanam
yaitu dengan mengubah jenis, varietas, dan umur tanaman.
19

Besarnya koefisien tanaman (kc) untuk setiap jenis tanaman berbeda-beda yang
besarnya berubah setiap periode pertumbuhan tanaman itu sendiri. Adapun mengenai
koefisien tanaman dapat dilihat pada tabel 2.4 di bawah ini:
Tabel 2. 4
Koefisien Tanaman
Padi Palawija
Tebu
(Varietas Unggul) Jagung
Umur (hari) K Umur (hari) K Umur (hari) K
10 1,1 10 0,5 0-1 0,55
20 1,1 20 0,65 1-2 0,8
30 1,1 30 0,75 2-2,5 0,9
40 1,05 40 1 2,5-4 1
50 1,05 50 1 4-10 1,05
60 1,05 60 1 10-11 0,8
70 0,95 70 0,82 11-12 0,6
80 0,95 80 0,72
90 0 90 0,45
Sumber: KP-01, (1986, p.164)

2.2.8 Kebutuhan Air Konsumtif Tanaman


Kebutuhan air konsumtif untuk tanaman (PAK) adalah sejumlah air yang diperlukan
untuk mengganti air yang hilang akibat penguapan. Air dapat menguap melalui permukaan
bumi (evaporasi) maupun melalui daun-daun tanaman (transpirasi). Bila kedua proses
penguapan tersebut secara bersamaan maka proses tersebut disebut evapotranspirasi.
Dengan demikian besar kebutuhan air tanaman adalah sebesar jumlah air yang hilang akibat
proses evapotranspirasi (Limantara, 2010, p.221).
Persamaan yang digunakan untuk menghitung kebutuhan air tanaman adalah sebagai
berikut:
ETc = kc x Eto .....................................................................................................(2-14)
dengan:
Etc : Kebutuhan air tanaman
kc : Koefisien tanaman
Eto : Evaporasi potensial (mm/hari)
Kegiatan mengatur jenis, varietas, dan umur pertumbuhan tanaman disebut sebagai
pengaturan pola tata tanam. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengatur besar koefisien
tanaman agar mendapatkan besar kebutuhan air untuk konsumtif tanaman yang sesuai
dengan ketersediaan air irigasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kebutuhan air tanaman adalah sebagai
berikut (Suhardjono, 1994, p.13):
20

1. Faktor iklim
a. Suhu udara
b. Kelembaban udara
c. Kecepatan angin
d. Kecerahan matahari
2. Faktor tanaman
a. Jenis tanaman
b. Varietas tanaman
c. Umur tanaman

2.2.9 Perkolasi
Perkolasi adalah gerakan air ke bawah yang berada di dalam tanah dari daerah tidak
jenuh ke dalam daerah jenuh. Sedangkan infiltrasi yaitu peristiwa perpindahan air dari
permukaan tanah ke dalam tanah (Soemarto, 1987, p.80). Daya perkolasi (Pp) adalah laju
perkolasi maksimum yang dimungkinkan dan besarnya dipengaruhi oleh kondisi tanah dan
muka air tanah. Perkolasi dapat terjadi saat daerah tak jenuh mencapai daya medan (field
capacity) (Limantara, 2010, p.15).
Air dapat masuk ke dalam tanah melalui permukaan tanah secara merata seperti jika
ada genangan air atau hujan yang masuk melalui rekahan tanah ke bawah permukaan tanah.
Perkolasi ini mempunyai hubungan yang sangat erat dengan infiltrasi, sebab infiltrasi
menyediakan air untuk perkolasi. Jika air dalam tanah gerakannya ke arah horizontal maka
disebut rembesan lateral. Rembesan lateral ini disebabkan oleh adanya permeabilitas tanah
berbagai lapisan yang tidak seragam.
Kehilangan air pada petak sawah karena rembesan dapat berupa rembesan samping
(lateral seepage) dan perkolasi (deep percolation). Kehilangan dalam bentuk ini terjadi pada
saluran – saluran sampai ke petak tersier.
Laju perkolasi lahan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1. Tekstur tanah
Tanah dengan tekstur halus mempunyai angka perkolasi kecil sedangkan tanah dengan
tekstur yang kasar mempunyai angka perkolasi yang besar.
2. Permeabilitas tanah
Permeabilitas tanah merupakan gaya untuk menembus lewat ruang antar butir tanah.
Berikut merupakan tabel harga perkolasi
21

Tabel 2. 5
Harga Perkolasi
Jenis Tanah Perkolasi (mm/hr)
Tanah porus (sandy loam) 3-6
Tanah lempung sedang (loam) 2-3
Tanah lempung (clay) 1-2
Sumber: Soemarto, 1987, p.80

2.2.10 Pergantian Lapisan Air (WLR)


Pergantian lapisan air (WLR) erat kaitannya dengan kesuburan tanah. Beberapa saat
setelah penanaman, air yang digenangkan dipermukaan sawah kotor dan mengandung zat-
zat yang tidak lagi diperlukan tanaman, bahkan akan merusak. Air genangan ini perlu
dibuang agar tidak merusak tanaman di lahan. Saat pembuangan lapisan genangan, sampah-
sampah yang ada dipermukaan air akan tertinggal, demikian pula dengan lumpur yang
terbawa dari saluran saat pengairan. Air genangan yang perlu dibuang perlu diganti dengan
air yang baru dan bersih. Pergantian lapisan air hanya diperlukan untuk tanaman padi
sedangkan pada palawija proses ini tidak diperlukan. Adapun ketentuan-ketentuan WLR
adalah sebagai berikut (KP-01, 1986, p.165):
1. Menjadwalkan untuk mengganti lapisan air (WLR) menurut kebutuhan sesaat setelah
pemupukan, yaitu 1-2 bulan dari pembibitan (transplating).
2. Jika tidak ada penjadwalan semacam itu, maka diperlukan penggantian lapisan air
diasumsikan 50 mm dengan Jangka waktu WLR = 1,5 bulan (selama 1,5 bulan air yang
digunakan untuk WLR sebesar 50 mm). Apabila digunakan periode 10 harian maka
WLR sebesar 50 mm dibagi menjadi 40 hari = 1,25 mm/hr.

2.2.11 Kebutuhan Air untuk Penyiapan Lahan (PL)


Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya cukup menentukan dalam kebutuhan
maksimum air irigasi pada suatu Daerah Irigasi. Jumlah air yang dibutuhkan untuk
penyiapan lahan dapat ditentukan berdasarkan kedalaman serta porositas tanah di sawah.
Waktu atau lamanya pekerjaan pengelolaan lahan dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja,
hewan pembajak dan peralatan yang digunakan. Dalam studi ini lamanya waktu penyiapan
lahan (T) adalah 30 hari. Kebutuhan air untuk pengelolaan lahan termasuk pembibitan adalah
250 mm, 200 mm digunakan untuk penjenuhan dan pada awal pembibitan akan di tambahkan
50 mm. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan dipengaruhi oleh evaporasi, perkolasi,
kejenuhan tanah, dan jangka waktu untuk penyiapan lahan. Untuk menghemat pemakaian
air irigasi pada saat penyiapan lahan maka dapat dilakukan beberapa hal sebagai berikut
22

(Wirosoedarmo, 1985, p.103):


1. Penyiapan lahan tidak dilakukan sekaligus atau secara serentak dalam waktu yang sama
karena terbatasnya persediaan tenaga serta menghemat biaya, selain itu juga menunggu
bibit yang sedang dilakukan penyemaian.
2. Saat penyiapan lahan untuk tanaman padi pada musim hujan biasanya menunggu cukup
saat turunnya hujan sehingga dapat menggunakan curah hujan seefektif mungkin dan
pada saat penyiapan untuk padi gadu biasanya kondisi tanahnya masih lembab.
Untuk menentukan besarnya kebutuhan air selama pengelolaan lahan, digunakan
metode yang dikembangkan oleh Van de Goor dan Zijlstra (1986). Metode tersebut
didasarkan pada laju air konstan dalam lt/dtk selama periode penyiapan lahan (KP-01, 1986,
p.160) yang diperjelas pada rumus berikut:
𝑒𝑘
IR = M 𝑒 𝑘 −1 ....................................................................................................................(2-15)

dengan:
IR : Kebutuhan air untuk pengelolaan lahan, mm/hr.
M : Kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di
sawah yang sudah dijenuhkan, mm/hr.
M : Eo + P.
Eo : Evaporasi air terbuka yang diambil 1,1 Eto selama penyiapan lahan (mm/hr).
P : Perkolasi (mm/hr).
k : MT/S.
T : Jangka waktu penyiapan lahan (hari).
S : Kebutuhan air untuk penjenuhan yang besarnya berdasarkan dari tekstur tanah.
e : Bilangan eksponensial (2,71828).

Tabel 2. 6
Nilai Kebutuhan Air untuk Penyiapan Lahan
Eo+P T (30 hari) T (45 hari)
(mm/hari) S=250 mm S=300 mm S=250 mm S=300 mm
5,00 11,10 12,70 8,40 9,50
5,50 11,40 13,00 8,80 9,80
6,00 11,70 13,30 9,10 10,10
6,50 12,00 13,60 9,40 10,40
7,00 12,30 13,90 9,80 10,80
7,50 12,60 14,20 10,10 11,10
8,00 13,00 14,50 10,50 11,40
8,50 13,30 14,80 10,80 11,80
9,00 13,60 15,20 11,20 12,10
23

Eo+P T (30 hari) T (45 hari)


(mm/hari) S=250 mm S=300 mm S=250 mm S=300 mm
9,50 14,00 15,50 11,60 12,50
10,00 14,30 15,80 12,00 12,90
10,50 14,70 16,20 12,40 13,20
11,00 15,00 16,50 12,80 13,60
Sumber: KP-01, 2013, p.165

2.2.12 Efisiensi Irigasi


Efisiensi merupakan persentase perbandingan antara jumlah air yang dapat digunakan
untuk pertumbuhan tanaman dengan jumlah air yang dikeluarkan dari pintu pengambilan.
Air yang diambil dari sumber air melalui intake yang kemudian dialirkan ke areal irigasi
tidak semuanya dimanfaatkan oleh tanaman. Dalam praktiknya di lapangan, sepanjang
saluran pembawa air irigasi terjadi beberapa kehilangan air. Maka dari itu agar air yang
sampai pada tanaman tepat jumlahnya seperti yang direncanakan, air yang dikeluarkan
dari intake harus lebih besar dari kebutuhan. Biasanya efisiensi irigasi dipengaruhi oleh
besarnya jumlah air yang hilang di perjalanannya dari saluran primer, sekunder hingga
tersier. Faktor yang mempengaruhi kehilangan air adalah:
1. Kehilangan air di tingkat tersier dan sawah:
a. Kebocoran saluran
b. Kehilangan karena pemakaian
c. Pemberian air yang tidak dilaksanakan
d. Tidak sempurnanya bangunan pelimpah dan pintu
e. Rembesan pada saluran tersier dan kuarter
2. Kehilangan air di tingkat saluran primer dan sekunder yang terdiri dari:
a. Rembesan
b. Penyadapan liar
c. Kebocoran
d. Pengaruh pemeliharaan saluran, pintu dan tanggul
Disamping itu, kehilangan air juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1. Panjang saluran, semakin panjang saluran, kemungkinan kehilangan air makin besar.
2. Keliling basah saluran, semakin besar keliling basah saluran, makin besar kehilangan
air.
3. Lapisan saluran, saluran yang tidak di lining lapisan pengerasan akan terjadi kehilangan
air yang cukup besar air, hal ini disebabkan karena rembesan dan perkolasi.
24

4. Kedudukan air tanah, semakin tinggi kedudukan air tanah, makin kecil pula faktor
perembesannya.
5. Luas permukaan air pada saluran, semakin luas permukaan air akan mempermudah
terjadinya penguapan.
Tabel 2. 7
Efisiensi Irigasi Berdasarkan Standar Kriteria Perencanaan Irigasi
Saluran Efisiensi Irigasi (%)
Primer 75 - 80
Sekunder 65 - 75
Tersier 50 – 65
Total Keseluruhan 60
Sumber: Standar Kriteria Perencanaan Irigasi (KP-01) Lampiran II, 2013, p.177

2.2.13 Pola Tata Tanam


Pola tata tanam merupakan suatu sistem yang direncanakan dalam menentukan jenis-
jenis tanaman atau pergiliran tanaman pada suatu daerah tertentu yang disesuaikan dengan
persediaan air yang ada dalam periode musim hujan dan musim kemarau. Umumnya pola
tanam mengikuti debit andalan yang tersedia untuk mendapatkan luas tanam yang seluas-
luasnya. Perencanaan dan persiapan pola tanam serta jadwal pada suatu jaringan irigasi dapat
bervariasi sesuai dengan kebiasaan petani terhadap jenis tanaman yang akan di budidayakan
dan jadwal tanamnya. Dalam penerapan pola tanam dan jadwal tanam, terkadang petani
mempertimbangkan banyak faktor lain seperti keterbatasan modal, buruh, cuaca, hama,
ketersediaan benih dan pangsa pasar.
Dalam pengembangan pola dan jadwal tanam pada suatu daerah irigasi dengan skala
besar yang mencakup beberapa kabupaten perlu dipertimbangkan beberapa hal yaitu bulan
terjadinya banjir, hama, ketersediaan benih, ketersediaan tenaga kerja dan jadwal
pengeringan saluran untuk pemeliharaan. Tujuan penyusunan jadwal tanam agar air yang
tersedia (dari sungai) dapat dimanfaatkan dengan efektif untuk irigasi, sesuai dengan jumlah
yang dibutuhkan tiap lahan. Pada musim kemarau, kekurangan jumlah air dapat diatasi
dengan mengatur pola tata tanam sesuai dengan tempat, jenis tanaman dan luas lahan
tanaman. Penentuan jadwal tata tanam harus disesuaikan dengan jadwal penanaman yang
ditetapkan dalam periode musim hujan dan musim kemarau.
Berdasarkan pengertian pola tata tanam yang sudah dijelaskan sebelumnya, lalu
menurut Wirosoedarmo (1985) ada empat faktor yang harus diatur dalam merencanakannya,
yaitu:
25

1. Waktu
Dalam perencanaan tata tanam pengaturan waktu merupakan hal yang pokok. Wilayah
Indonesia memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Oleh karena itu
dalam awal tanam merupakan hal yang penting untuk direncanakan. Pada awal tanam,
biasanya musim hujan belum turun sehingga persediaan air relatif kecil. Untuk
menghindari kekurangan air maka waktu penggarapan dan urutan tata tanam pada waktu
penyiapan lahan diatur sebaik-baiknya.
2. Tempat
Dengan dasar pemikiran bahwa tanaman membutuhkan air dan persediaan air yang ada
dipergunakan bagi pertumbuhan tanaman. Untuk dapat mencapai hal itu tanaman diatur
tempat penanamannya agar pelayanan irigasi dapat lebih mudah dan air dapat sampai
ke seluruh daerah layanan irigasi tersebut.
3. Pengaturan jenis tanaman
Setiap jenis tanaman mempunyai tingkat kebutuhan air yang berbeda-beda. Berdasarkan
hal tersebut, jenis tanaman yang diusahakan harus diatur agar kebutuhan air
dapat terpenuhi. Jenis tanaman yang diatur pola tata tanamnya adalah tanaman semusim,
seperti padi, jagung, kedelai, dan tebu. Menurut Soekarto (1979) jenis tanaman yang
diusahakan adalah:
a. Tanaman padi
Padi merupakan tanaman yang memerlukan banyak air selama masa
pertumbuhannya. Perkiraan kebutuhan air untuk tanaman padi adalah 4 kali
kebutuhan air untuk tanaman palawija.
b. Tanaman tebu
Tanaman tebu diberi air secukupnya pada musim kemarau tetapi tebu tidak
perlu diairi pada musim hujan. Perkiraan kebutuhan air untuk tanaman tebu adalah
1,5 kali kebutuhan air untuk tanaman palawija.
c. Tanaman palawija
Yang termasuk dalam tanaman palawija antara lain, jagung, kedelai, tembakau,
kapas, cabe, kacang, dan lain-lain. Tumbuhan tersebut umumnya ditanam pada
musim kemarau dan tidak membutuhkan banyak air. Kebutuhan air untuk tanaman
palawija adalah 0,2-0,25 l/dt/ha.
4. Pengaturan luas tanaman
Pengaturan luas tanaman hampir sama dengan pengaturan jenis tanaman. Luas tanam
26

mempengaruhi besarnya intensitas tanam. Intensitas tanam merupakan perbandingan


antara luas tanam per tahun dengan luas lahan. Semakin luas area tanam yang diairi
maka kebutuhan air irigasi semakin banyak. Pengaturan luas tanaman akan membatasi
besarnya kebutuhan air bagi tanaman yang bersangkutan. Pengaturan ini hanya terjadi
pada daerah yang airnya terbatas. Jika persediaan air irigasi yang sedikit pada daerah
tersebut maka petani hanya boleh menanam palawija.
5. Ketersediaan debit
Apabila debit yang tersedia cukup besar maka hampir semua jenis tanaman dapat
dipenuhi kebutuhannya sehingga pada umumnya pemberian air dapat dilakukan secara
terus-menerus.

2.3. Debit Andalan


Debit andalan (dependable discharge) harus terlebih dahulu dianalisis dalam suatu
perencanaan proyek-proyek penyediaan air dengan tujuan untuk menentukan debit
perencanaan yang diharapkan selalu tersedia di sungai (Soemarto, 1987, p.213).
Menurut Standar Perencanaan Irigasi KP-01 (1986, p.82), debit andalan adalah debit
minimum sungai untuk kemungkinan terpenuhi di bidang irigasi sepanjang tahun dengan
resiko kegagalan yang telah diperhitungkan. Pemilihan debit andalan sebesar 80%, berarti
akan dihadapi resiko adanya debit-debit lebih kecil dari debit andalan sebesar 20% dari
banyaknya pengamatan (Soemarto, 1987, p.214). Berdasarkan pengamatan, besarnya
keandalan yang diambil untuk penyelesaian untuk penyelesaian optimum penggunaan air di
beberapa macam proyek ditunjukkan pada Tabel 2.5.
Tabel 2. 8
Besarnya Keandalan Untuk Berbagai Kegunaan
No. Kegunaan Keandalan
1. Penyediaan air minum 99%
2. Penyediaan air industri 95% - 98%
3. Penyediaan air irigasi untuk:
a. Daerah beriklim sedang 70% 85%
b. Daerah beriklim tenang 80% - 95%
4 Pusat Listrik Tenaga Air 80% - 90%
Sumber: Soemarto (1987:214)
Menurut Suyono Sosrodarsono (1990) keandalan berdasarkan kondisi debit dibedakan
menjadi 4 yaitu:
1. Debit air musim kering, yaitu debit yang dilampaui oleh debit - debit sebanyak 355 hari
27

dalam 1 tahun, dimana keandalannya sebesar: (355/365) x 100% = 97,3% ≈ 97%.


2. Debit air rendah, yaitu debit yang dilampaui oleh debit – debit sebanyak 275 hari dalam
1 tahun, dimana keandalannya sebesar: (275/365) x 100% = 75,3% ≈ 75%.
3. Debit air normal, yaitu debit yang dilampaui oleh debit – debit sebanyak 185 hari dalam
1 tahun, dimana keandalannya sebesar: (185/365) x 100% = 50,7% ≈ 51%.
4. Debit air cukup, yaitu debit yang dilampaui oleh debit – debit sebanyak 95 hari dalam 1
tahun, dimana keandalannya sebesar: (95/365) x 100% = 26,0%.
Dalam praktik untuk keperluan perencanaan penyediaan air irigasi umumnya
digunakan debit andalan dengan tingkat keandalan 80%, dengan pertimbangan bahwa akan
terjadi peluang disamai atau dilampaui debit-debit kering sebanyak 72 hari atau 2,5 bulan
dalam setahun. Hal ini menunjukkan bahwa pada musim tanam 3 (MT3) jika terjadi
kekeringan, tanaman masih mendapat air selama 1,5 bulan atau 0,5 hari dari masa tanamnya,
dengan demikian diharapkan masih tidak membahayakan tanaman dari ancaman kematian.
Selanjutnya untuk keperluan operasional secara praktis maka diterapkan ketersediaan
air sungai dengan tingkat keandalan tertentu yang dapat dianggap mewakili kondisi air
sungai dalam keadaan air rendah, normal, dan basah sehingga diambil keputusan sebagai
berikut:
1. Debit andalan 80% dimana dengan tingkat keandalan 80% mewakili keandalan debit air
sungai rendah. Debit ini mempunyai peluang terjadi disamai atau dilampaui 292 hari
(9,6 bulan) dalam 1 tahun atau peluang tidak terjadi atau gagal 73 hari (2,4 bulan) dalam
1 tahun.
2. Debit andalan 50% dimana dengan tingkat keandalan 50% untuk mewakili keadaan
debit air sungai normal. Debit ini mempunyai peluang terjadi disamai atau dilampaui
183 hari (6 bulan) dalam 1 tahun atau peluang tidak terjadi/gagal 183 hari (6 bulan)
dalam 1 tahun.
Ada berbagai cara yang digunakan untuk dapat menganalisis debit andalan antara lain
sebagai berikut (Limantara, 2010, p.91-95):
1. Tahun dasar perencanaan (basic year)
Metode ini menentukan tahun tertentu sebagai dasar perencanaan.
2. Karakteristik aliran (flow characteristic)
Metode ini memakai data yang didapat berdasarkan karakteristik alirannya. Metode ini
umumnya dipakai untuk:
a. Fluktuasi debit maksimum dan minimum relatif besar pertahunnya.
b. Kebutuhan yang relatif tidak konstan sepanjang tahunnya.
28

c. Data yang tersedia cukup panjang.


3. Debit rerata minimum (Q rerata minimum)
Metode ini berdasarkan pada debit rata-rata bulanan yang minimum dari tiap-tiap
tahun data yang tersedia. Metode ini bisanya digunakan untuk:
a. Fluktuasi debit maksimum dan minimum tidak relatif besar.
b. Kebutuhan yang relatif konstan pertahunnya.
4. Bulan dasar perencanaan (basic month)
Seperti pada metode karakteristik aliran tetapi hanya dipilih bulan tertentu sebagai dasar
perencanaan..
Prosedur perhitungan debit andalan yaitu sebagai berikut:
1. Merangkap data dari yang terbesar hingga yang terkecil
2. Menghitung probabilitas untuk masing-masing data dengan menggunakan persamaan
Weibull sebagai berikut (Subarkah, 1980, p.111):
𝑚
P = 𝑛+1 𝑥 100% .....................................................................................................(2-16)

dengan:
P : Probabilitas (%)
m : Nomor urut data debit
n : Jumlah data debit

2.4. Neraca Air


Neraca air pada suatu daerah irigasi dibutuhkan untuk mengetahui kondisi
perbandingan antara kebutuhan air irigasi dengan debit andalan yang tersedia di intake
sehingga kekurangan dan kelebihan air dapat dipantau atau dievaluasi pada perencanaan
selanjutnya. Dalam perhitungan neraca air, kebutuhan pengambilan yang dihasilkannya
untuk pola tanam yang dipakai akan dibandingkan dengan debit andalan untuk tiap setengah
bulan dan luas daerah yang bisa diairi. Apabila debit sungai melimpah, maka luas daerah
proyek irigasi adalah tetap karena luas maksinum daerah layanan (command area) dan
proyek akan direncanakan sesuai dengan pola tanam yang dipakai. Bila debit sungai tidak
berlimpah dan kadang-kadang terjadi kekurangan debit, maka ada tiga pilihan yang bisa
dipertimbangkan (KP-01, 2013, p.105):
1. Luas daerah irigasi dikurangi, bagian-bagian tertentu dari daerah yang bisa diairi (luas
maksimum daerah layanan) tidak akan diairi.
29

2. Melakukan modifikasi dalam pola tanam, dengan dilakukan perubahan dalam pemilihan
tanaman atau tanggal tanam untuk mengurangi kebutuhan air irigasi di sawah (l/dt/ha)
agar ada kemungkinan untuk mengairi areal yang lebih luas dengan debit yang tersedia.
3. Rotasi teknis golongan.
4. Untuk mengurangi kebutuhan puncak air irigasi, rotasi teknis atau golongan
mengakibatkan eksploitasi yang lebih kompleks dan dianjurkan hanya untuk proyek
irigasi yang luasnya sekitar 10.000 ha atau lebih.

2.5. Model Optimasi


Model optimasi merupakan penyusunan suatu kasus yang sesuai dengan kenyataan
yang kemudian diubah menjadi persamaan matemika dengan pemisah elemen pokok agar
suatu penyelesaian yang sesuai dengan sasaran pengambilan keputusan dapat tercapai.
Penyelesaian suatu model optimasi umumnya memiliki banyak alternatif. Setiap
penyelesaian harus bersifat layak atau feasible yang artinya masih berada dalam batas-batas
kendala (constraint). Diantara penyelesaian-penyelesaian yang layak tersebut, maka dipilih
yang optimal (Soetopo, 1995, p.11).
Secara sederhana, model optimasi dibentuk dengan menggabungkan suatu model
kelakuan sistem kuantitatif yang merupakan model simulasi dengan suatu model simulasi
sistem objektif kuantitatif. Komponen model kelakuan sistem dikenal dengan fungsi kendala
dari model optimasi. Sedangkan model sistem objektif dibentuk menjadi fungsi objektif
(sasaran) untuk optimasi yang bersangkutan. Secara umum, model optimasi adalah suatu
proses pemilihan alternatif yang terbaik diantara sejumlah alternatif – alternatif solusi yang
tersedia. Adapun suatu alternatif solusi dapat di gambarkan dalam gambar berikut ini.
Gambar 2. 2 Alternatif Solusi

Sumber: Soetopo, (2012, p.71)


30

Oleh karena itu suatu alternatif solusi dapat menerima input berupa sejumlah nilai-
nilai dari variabel keputusan (decision variable) dan menghasilkan suatu nilai output yang
merupakan ukuran kinerja dari alternatif solusi yang bersangkutan. Nilai output bisa
merupakan keuntungan (misalnya produksi PLTA atau produksi daerah irigasi) ataupun
merupakan kerugian (misalnya kerusakan akibat banjir) (Soetopo, 2012, p.71).

2.6. Dasar Optimasi


Dasar optimasi merupakan suatu proses untuk memilih atau mencari nilai-nilai
variabel agar mendapatkan nilai optimal dari fungsi tujuan serta memenuhi kendala-kendala
yang ada. Model matematik mengasumsikan seluruh variabel, parameter-parameter, dan
kendala sistem ke bentuk sasaran yang dapat diukur atau dikuantitaskan.
Proses pemanfaatan sumber daya air akan memiliki arti yaitu mengubah macam-
macam material baku sebagai masukan menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat sebagai
keluaran untuk mencapai suatu keputusan (decision) yang optimal. Keluaran yang
diharapkan untuk suatu proses pemanfaatan sumber daya air adalah air irigasi, pengurangan
akibat bahaya banjir, tenaga listrik dan lain-lain. Beberapa masukan yaitu seperti lahan,
urugan tanah, aliran sungai dan lain-lain.
Apabila masukan dapat dinyatakan sebagai variabel ‘x’ maka keseluruhan masukan
berupa jumlah dari masing-masing variabel dapat ditulis sebagai berikut:
X = X1 + X2 + X3 + ... Xm ...............................................................................................(2-17)
dengan:
X : jumlah masukan
X = X1 + X2 + … Xm : masukan-masukan individu
Apabila keluaran dapat dinyatakan sebagai variabel ‘Y’ maka keseluruhan keluaran
berapa jumlah dari masing-masing variabel dapat ditulis:
Y = Y1 + Y2 + Y3 + … Yn.................................................................................................(2-18)
dengan:
Y : jumlah keluaran
Y = Y1 + Y2 + … Yn : keluaran-keluaran individu
Komposisi dari masukan dan keluaran dapat dinyatakan sebagai fungsi kehendak
(objective function) yaitu sebagai berikut:
U = (Bi x Yi) – (Ci x Xi) ..................................................................................................(2-19)
dengan:
U : besaran keluaran
Bi : harga satuan keluaran
31

Ci : harga satuan masukan


Xi : masukan
Yi : keluaran
Proses masukan berarti memaksimalkan atau meminimalkan fungsi kehendak seperti
disebutkan di atas yaitu memperhatikan kendala-kendala yang merupakan fungsi dari
masukan atau keluaran. Perlu diperhatikan pula bahwa variabel itu tidak pernah negatif atau
paling kecil sama dengan nol sehingga dapat dinyatakan:
Kendala = F [Xi , Yi]........................................................................................................(2-20)
Xi , Yi > 0.........................................................................................................................(2-21)

2.7. Parameter Optimasi dengan Program Linier


Optimasi dengan metode program linier memiliki beberapa parameter untuk
menunjang dalam perhitungannya, seperti:
1. Variabel Putusan
Variabel yang akan dicari dan akan memberi nilai. Nilai pada variabel putusan ini akan
menjadi input bagi alternatif solusi dan akan menghasilkan suatu nilai output paling baik
bagi tujuan yang hendak dicapai. Dalam studi ini variabel putusan yang diambil adalah
pola penentuan luas lahan tiap jenis tanaman dalam satu daerah irigasi.
2. Fungsi Tujuan
Fungsi tujuan merupakan fungsi matematika yang harus dimaksimalkan atau
diminimalkan, dan mencerminkan tujuan yang hendak dicapai. Dalam studi ini variabel
tujuan yang ingin dicapai yaitu memaksimalkan nilai keuntungan dan luas lahan
masing-masing tanaman untuk tiap musim tanam selama satu tahun serta mengatasi
ketidakseimbangan neraca air irigasi.
3. Variabel Kendala
Fungsi variabel kendala ini merupakan persamaan yang membatasi kegunaan utama,
dan bentuk fungsi kendala ini adalah luas total baku sawah dan ketersediaan air irigasi.
Kendala luas baku sawah ini yaitu luas lahan yang bisa ditanami oleh tanaman untuk
setiap pola tata tanam. Selain itu juga keterbatasan potensi air yang ada di daerah irigasi
juga merupakan variabel kendala yang menjadi pembatas.
Program linier merupakan perencanaan aktivitas-aktivitas untuk memperoleh suatu
hasil yang optimum, yaitu suatu hasil yang dapat mencapai tujuan terbaik di antara seluruh
alternatif. Model matematis yang digunakan untuk mengemukakan suatu permasalahan
pemrograman linier secara umum dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
32

1. Fungsi Tujuan
Fungsi tujuan yaitu fungsi yang menggambarkan suatu tujuan ataupun sasaran ataupun
target didalam suatu permasalahan linear programming yang berkaitan dengan suatu
peraturan dengan secara optimal sumber daya untuk memperoleh suatu keuntungan
yang maksimal. Fungsi tujuan dimaksudkan untuk menentukan nilai optimum dari fungsi
tersebut yaitu nilai maksimal untuk masalah keuntungan dan nilai minimal untuk
masalah biaya.
Z = C1X1 + C2X2 + C3X3 + .... + CnXn......................................................................(2-22)
2. Fungsi Kendala
Fungsi kendala merupakan bentuk penyajian dengan secara sistematis batasan-batasan
suatu kapasitas yang tersedia akan dapat dialokasikan secara optimal. Masalah program
linear tersebut dapat dinyatakan yaitu sebagai proses optimasi suatu fungsi tujuan
didalam bentuk memaksimalkan maupun meminimalkan.
a11X1 + a12X2 + … + a1n ≤ b1.............................................................................................................................(2-23)
a21X1 + a22X2 + … + a2nXn ≤ b2........................................................................................................................ (2-24)
mam1 X1 + am2X2 + … + amnXn ≤ bm.............................................................................................................. (2-25)
X1 ≥ 0 ; X2 ≥ 0; …. ; Xn ≥ 0.....................................................................................(2-26)
Persamaan diatas juga dapat dinyatakan dalam persamaan berikut ini:
Fungsi tujuan Memaksimalkan:
Z = ∑𝑛𝑛=1 𝐶𝑛𝑋𝑛.......................................................................................................(2-27)
Kendala:
∑𝑛𝑛=1 𝑎𝑚𝑛 𝑥𝑛 ≤ 𝑏𝑚.................................................................................................(2-28)
dan
Xn  0 .....................................................................................................................(2-29)
untuk m = 1, 2, 3,..., m
untuk n = 1, 2, 3,..., n
dengan:
Z : Fungsi tujuan (keuntungan maksimum hasil pertanian) (Rp)
xn : Variabel sasaran irigasi (luas areal irigasi) (Ha)
amn : Konstanta (volume kebutuhan air irigasi) (m3/Ha)
bm : Volume ketersediaan air (m3)
cn : Keuntungan / manfaat bersih irigasi sawah (Rp/Ha)
m : Jumlah kendala
n : Jumlah variabel keputusan
33

Fungsi tujuan dalam program linier ini akan menggambarkan tujuan yang akan dicapai
dalam pemecahan suatu masalah program linier. Keuntungan analisis studi optimasi
distribusi pemanfaatan air di Daerah Irigasi Pirang, Kabupaten Bojonegoro ini menggunakan
Program Linier adalah sebagai berikut :
1. Variabel putusan metode ini dapat dipakai untuk menyelesaikan sistem dengan perubah
fungsi kendala yang cukup.
2. Penggunaan metode ini mudah dan cukup akurat.
3. Fungsi matematikanya sederhana.
4. Hasilnya baik.

2.8. Penyeleseian Program Linier


Penyelesaian masalah optimasi dengan program linier dimulai dengan menentukan
variabel-variabel keputusan yang hendak dicari nilai optimumnya, kemudian dibentuk fungsi
tujuannya. Kemudian diidentifikasikan kendala-kendala yang dihadapi dan dinyatakan
secarta fungsional, berupa persamaan atau pertidaksamaan. Sesudah permodelan selesai
barulah dilakukan perhitungan atau iterasi untuk mencapai kondisi optimum.
Penyelesaian program linier yang memiliki jumlah variabel keputusan kurang dari sama
dengan dua (n ≤ 2) maka dapat dipakai secara grafis. Sedangkan untuk persamaan yang
memiliki jumlah variabel keputusan lebih dari sama dengan dua (n ≥ 2), maka
penyelesaiannya harus menggunakan cara matematis/analitis.
Sebagian besar permasalahan yang ada khususnya dalam bidang sumberdaya air
biasanya memiliki variabel keputusan yang cukup banyak, dan cara penyelesaian yang tepat
adalah dengan cara matematis/analitis. Dalam studi ini menggunakan perangkat lunak yang
ada yaitu fasilitas Solver dalam Microsoft Excel untuk menyelesaikan permasalahan program
linier sesuai dengan permasalahan yang ada dilapangan.

2.9. Penyelesaian Fasilitas Solver


Solver merupakan fasilitas pencari solusi yang ada dalam perangkat lunak Microsoft
Excel yang yang dikembangkan dari metode simpleks. Apabila pada menu Microsoft Excel
tidak terdapat fasilitas solver, maka dapat di instal di Add-Ins yang ada di Microsoft Excel.
Dalam perhitungan dengan solver harus memenuhi tiga hal yaitu:
1. Target yang ingin dicapai.
2. Sel yang diubah-ubah isinya untuk ditentukan nilainya agar target dan kendala
terpenuhi.
3. Kendala yang harus dipenuhi.
34

Gambar 2. 3 Fasilitas Solver pada Microsoft Excel


Sumber: Microsoft Excel, 2022

Langkah pertama yang harus dilakukan yaitu menentukan nilai terkaan pada sel yang
diubah tersebut. Solver akan melakukan proses coba dan salah berdasarkan nilai terkaan
yang diberikan hingga akhirnya diperoleh solusi yang memenuhi tujuan dan kendala. Tahap-
tahap dalam menggunakan fasilitas solver yaitu:
1. Tentukan nilai target dan tujuan.
2. Tentukan nilai kendala.
3. Masuk program microsoft excel.
4. Buat lembar kerja pada microsoft excel.
5. Pilih range.
6. Beri perintah insert, name, create.
7. Tandai kotak cek left coloumn.
8. Pilih ok.
9. Nilai X1, X2, …, Xn diberi nilai terkaan coba-coba.
10. Tulis rumus tujuan dan kendala.
11. Beri perintah tools, solver, kotak dialog tampil.
12. Isikan range target.
13. Pilih kotak teks by changing cells, masuk range yang akan diubah.
35

14. Masukkan nilai kendala, dengan memilih add, kotak dialog akan tampil dan akhiri
dengan ok.
15. Pilih solver (tekan enter).
16. Setelah melakukan perhitungan sejenak, Microsoft Excel akan menampilkan kotak
dialog Solver result yang memberi tahu bahwa solusi telah ditemukan.
17. Pilih ok, selesai (nilai pada X1, X2 dan nilai tujuan akan berubah yang merupakan nilai
sosial).
2.10. Penelitian Terdahulu
Berikut merupakan daftar penelitian terdahulu mengenai optimasi irigasi beserta judul
dan tahun penelitiannya.
36
Tabel 2.6
Penelitian Terdahulu
No Nama Tahun Judul Lokasi Studi Metode Hasil Penelitian
Studi Optimasi Ketersediaan
dan Kebutuhan Air Irigasi pada Kabupaten Keuntungan yang diperoleh mengalami
Pola Tata Tanam Daerah Irigasi Program
Malang, Jawa peningkatan sebesar 6,37% pada tahun rendah
1 Sari Nalurita 2010 Molek (3983 Ha) Periode Dinamik
Timur dan sebesar 10,86% pada tahun kering
2009/2010 Melalui Program
Dinamik

Studi Optimasi Pola Tata


Didapat pola tata tanam terbaik yaitu alternatif
Tanam untuk Memaksimalkan Kabupaten
Dipta Pramana Program II dengan total intensitas tanam selama 1
2 2017 Keuntungan Hasil Produksi Probolinggo,
Suprobo Linier tahun 271,76% dan keuntungan sebesar Rp.
Pertanian di Daerah Irigasi Jati Jawa Timur 15.495.380.341
Ampuh Kabupaten Probolinggo

Berdasarkan hasil optimasi didapatkan pada


Studi Optimasi Distribusi kondisi debit andalan 51% dipilih pola tata
Kabupaten
Pemanfaatan Air di Daerah Program tanam eksisting dengan intensitas tanam
3 Rizq Fajrianto 2017 Malang, Jawa
Irigasi Pakis Menggunakan Linier selama 1 tahun sebesar 252,756% dengan
Timur
Program Linier keuntungan sebesar Rp. 45.734.799.598

Berdasarkan pola tata tanam rencana yang


Optimasi Pemanfaatan Air di terpilih, pada debit andalan 80%
Kabupaten menghasilkan intensitas tanam 300% dan
Daerah Irigasi Tanggul Program
4 Fitri Retnowati 2018 Pasuruan, keuntungan Rp.87.456.632.500, pada debit
Kabupaten Pasuruan Linier
Jawa Timur andalan 50% menghasilkan intensitas tanam
Menggunakan Program Linier
300% dan keuntungan Rp.95.438.280.000

36
37
No Nama Tahun Judul Lokasi Studi Metode Hasil Penelitian
Studi Optimasi Pemanfaatan Pola tanam Eksisting memiliki keuntungan
Kabupaten
Muhammad Air Irigasi pada Daerah Irigasi Program yang paling maksimal dengan keuntungan
5 2021 Sigi, Sulawesi
Qurais Shihab Gumbasa Kabupaten Sigi Linier maksimum Rp. 50.135.817.479, yaitu pada
Tengah
Menggunakan Program Linier kondisi debit andalan 75%.

Sumber: Hasil Pengumpulan Studi Terdahulu, 2021

37
37
38

Halaman ini sengaja dikosongkan


BAB III
METODOLOGI STUDI

3.1. Umum
Data-data yang akurat sangat dibutuhkan oleh peneliti dalam melakukan studinya.
Data-data tersebut terbagi menjadi dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat
pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang
ingin dicari. Sedangkan yang dimaksud dengan data sekunder adalah data yang diperoleh
dari mengutip berbagai sumber yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Dalam melakukan studi ini data yang digunakan merupakan data sekunder. Data
sekunder tersebut didapat dari UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro.

3.2. Deskripsi Lokasi Studi


Daerah lokasi studi adalah Daerah Irigasi Pirang yang secara administrasi terletak di
Kabupaten Bojonegoro. Daerah Irigasi Pirang memanfaatkan pengambilan air irigasi dari
dua aliran sumber air, yaitu Sumber Arum dan Sumber Kunci yang berjarak sekitar 2 km
berada di hulu Bendung Pirang

Gambar 3. 1 Peta Google Earth Daerah Irigasi Pirang


Sumber: Google Earth, 2021

39
40

Luas layanan Daerah Irigasi Pirang sebesar 1.314 Ha baku sawah dengan pembagian
dua intake yaitu layanan Saluran Primer Pirang Kiri sebesar 819 Ha dan layanan Saluran
Primer Pirang Kanan sebesar 495 Ha. Layanan Daerah Irigasi Pirang mencakup 3
Kecamantan yaitu Kecamatan Bojonegoro, Kecamatan Kapas, dan Kecamatan Dander.
Daerah Irigasi Pirang dikelola oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Sumber Daya Air (PU SDA)
Jawa Timur melalui UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro. Daerah Irigasi Pirang
tidak terpengaruh oleh jaringan irigasi manapun sehingga jika terjadi kelebihan air pada
Bendung Pirang maupun areal layanan sawah maka akan disalurkan ke saluran pembuang
Bendo dan saluran pembuang Sukorejo.
Tabel 3. 1
Desa Pelayanan Daerah Irigasi Pirang
No. Kabupaten Kecamatan Desa
1 Ngrowo
2 Mojokampung
Bojonegoro
3 Sukorejo
4 Pacul
5 Ngumpak Dalem
6 Mojoranu
Dander
7 Ngaseh
8 Jatiblimbing
9 Ngampel
Bojonegoro
10 Tikusan
11 Kalianyar
12 Wedi
13 Sambung
Kapas
14 Tanjungharjo
15 Tampelan
16 Padangmentoyo
17 Bendo
18 Kumpulrejo
Sumber: UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro, 2021
Menurut masyarakat setempat, pada musim hujan akan terjadi debit aliran yang
semakin besar, namun sebaliknya pada musim kemarau debit aliran akan mengalami
penurunan yang sangat signifikan sehingga pada beberapa tahun terakhir perbedaan debit
musim kemarau dan musin penghujan semakin membesar. Pemberian air pada jaringan
irigasi pirang selama ini menyesuaikan dengan ketersediaan air, apabila pada musim hujan
maka ketersediaan air akan cukup sepanjang musim sehingga pemberian air dilakukan secara
terus menerus, namun apabila pada musim kemarau ketersediaan air tidak dapat mencukupi
kebutuhan sehingga pemberian air dilakukan secara rotasi. Sebagai dasar perhitungan
41

kebutuhan air untuk memenuhi kebutuhan tanaman yang ada di petak sawah cara
pembagiannya berdasarkan metode PU.
Pada Daerah Inigasi Pirang terdapat 16 jenis aset bangunan irigasi pada Saluran Primer
dan Sekunder dengan total 165 buah bangunan yang terdini dari:
1. Bendung : 1 Buah
2. Sadap : 17 Buah
3. Sadap Langsung : 7 Buah
4. Bangunan Uhur : 4 Buah
5. Terjunan Pembawa : 14 Buah
6. Talang : 1 Buah
7. Gorong-Gorong : 1 Buah
8. Gorong-Gorong Silang : 3 Buah
9. Pelimpah Samping : 1 Buah
10. Pintu Penbuang : 1 Buah
11. Jenbatan Orang : 15 Buah
12. Jembatan Desa : 17 Buah
13. Tempat Cuci : 25 Buah
14. Tempat Mandi Hewan : 5 Buah
15.Outlet : 29 Buah
16. Saluran : 24 Buah
Total : 165 Buah

3.3. Kondisi Umum Daerah Studi


3.3.1. Kondisi Geografis
Lokasi studi ini dilakukakan di Daerah Irigasi Pirang yang berada pada Kabupaten
Bojonegoro. Kabupaten Bojonegoro secara administratif termasuk dalam wilayah Provinsi
Jawa Timur dengan letak koordinat berada pada 6°59’ sampai dengan 7°37’ Lintang Selatan
dan 111°25’ sampai dengan 112°09’ Bujur Timur. Kabupaten Bojonegoro memiliki luas
wilayah sebesar 230.706 Ha dengan jumlah penduduk pada akhir tahun 2018 sebanyak
1.311.042 jiwa. Adapun batas-batas adminstrasi Kabupaten Bojonegoro sebagai berikut:
• Sebelah Utara : Kabupaten Tuban
• Sebelah Timur : Kabupaten Lamongan
• Sebelah Selatan : Kebupaten Madiun, Nganjuk, Jombang
• Sebelah Barat : Kabupaten Ngawi, Blora
42

Gambar 3. 2 Peta Batas Administrasi Kabupaten Bojonegoro


Sumber: Bappeda Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, 2021

3.3.2. Kondisi Topografi


Kabupaten Bojonegoro memiliki kondisi topografi yang didominasi oleh keadaan
tanah berbukit yang berada di sebelah Selatan (Pegunungan Kapur Selatan) dan Utara
(Pegunungan Kapur Utara) serta mengapit dataran rendah di sepanjang aliran Bengawan
Solo yang merupakan daerah pertanian subur.
Permukaan tanah di Kabupaten Bojonegoro rata-rata relatif rendah, yaitu berada pada
ketinggian antara 25m-500m dari permukaan laut dengan kemiringan rata-rata mencapai
kurang dari 2%, serta dengan curah hujan di wilayah ini umumnya tidak merata yaitu
berkisar antara 1.500 mm – 2.500 mm pertahun.
Kemiringan tanah cukup bervariasi dengan dominan berada pada kemiringan 0-2 %
seluas 127.109 Ha atau sekitar 55,1 % wilayah keseluruhan Kabupaten Bojonegoro,
kemudian kemiringan 2-15 % seluas 83.429 Ha atau 36,16 % luas wilayah, kemiringan 15-
40 % seluas 17.312 Ha atau 7,5 % luas wilayah, serta kemiringan lebih dari 40 % seluas
2.856 atau 1,24 % luas wilayah.
43

3.3.3. Kondisi Iklim


Kabupaten Bojonegoro memiliki kondisi iklim tropis seperti wilayah lainnya di
Indonesia. Suhu udara rata-rata tahunan di wilayah ini adalah 27,8 °C, dengan kisaran antara
24,2 °C – 31,4 °C dan hanya mengenal dua musim yaitu musim kemarau dan musim
penghujan, curah hujan secara langsung maupun tak langsung akan mempengaruhi jenis dan
pola tanam, pola identitas penggunaan tanah serta ketersedianya air untuk irigasi.

3.3.4. Kondisi Hidrologi


Kabupaten Bojonegoro menunjukkan bahwa disepanjang daerah aliran sungai
Bengawan Solo merupakan daerah dataran rendah, sedangkan dibagian selatan merupakan
dataran tinggi disepanjang kawasan gunung Pandan, Kramat dan Gajah. Bengawan Solo
mengalir dari selatan, menjadi batas alam dari Provinsi Jawa Tengah dengan Jawa Timur,
kemudian mengalir ke arah timur, di sepanjang wilayah utara Kabupaten Bojonegoro.
Bagian utara merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo yang cukup subur
dengan pertanian yang ekstensif. Kawasan pertanian umumnya ditanamai padi pada musim
penghujan dan tembakau pada musim kemarau. Bagian selatan adalah pegunungan kapur,
bagian dari rangkaian Pegunungan Kendeng. Bagian barat laut (berbatasan dengan Jawa
Tengah) adalah bagian dari rangakaian Pegunungan Kapur Utara.

3.4. Data-Data yang Diperlukan


Data dalam kajian ini berupa data sekunder yang diperoleh dari UPT PSDA WS
Bengawan Solo di Bojonegoro, maupun instansi terkait lain, diantaranya sebagai berikut:
1. Data curah hujan
Data curah hujan yang digunakan merupakan curah hujan harian selama 10 tahun
terakhir dimulai dari tahun 2011 sampai tahun 2020 pada stasiun penakar hujan yang
berpengaruh terhadap lokasi studi.
2. Data debit
Data yang dipakai adalah data debit rerata 10 harian selama 10 tahun terakhir dimulai
dari tahun 2011 hingga tahun 2020 pada intake Bendung Pirang.
3. Data klimatologi
Data klimatologi yang diperlukan yaitu data klimatologi bulanan selama 10 tahun
terakhir yaitu dari tahun 2011 sampai tahun 2020 yang terdiri dari data suhu udara, data
kelembapan udara, data kecepatan angin, dan data kecerahan matahari. Data tersebut
digunakan untuk menghitung evaporasi potensial. Data ini diperoleh dari stasiun
meteorologi terdekat yang datanya dapat digunakan yaitu stasiun meteorologi Padangan.
44

4. Data jenis tanah


Data jenis tanah di Daerah Irigasi Pirang diperlukan untuk mencari nilai WLR dan
perkolasi dari Daerah Irigasi sekitar yang diperlukan untuk menghitung kebuuhan air
irigasi.
5. Data Rencana Tata Tanam Global (RTTG)
Data Rencana Tata Tanam Global (RTTG) yang digunakan adalah data RTTG tahun
2021/2022. Data RTTG akan memberikan gambaran yang jelas terkait luas baku sawah,
pola tata tanam, jadwal tanam setiap periode musim tanam dalam satu tahun dengan
mempertimbangkan ketersediaan air. Data ini diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum
dan Sumber Daya Air (PU SDA) Jawa Timur.
6. Skema jaringan irigasi
Skema jaringan irigasi diperlukan untuk mengetahui luasan daerah layanan irigasi yang
akan dialiri.
7. Data ekonomi usaha tani
Data ekonomi usaha tani dapat berupa hasil produksi pertanian, data ini digunakan untuk
menganalisis optimasi menggunakan program linier, data ini diperoleh dari UPT PSDA
WS Bengawan Solo di Bojonegoro. Data ekonomi meliputi:
• Harga Produk (Rp/Kg)
• Produktivitas (Kg/Ha)
• Hasil Produksi (Rp/Ha)
• Biaya produksi (Rp/Ha)
• Keuntungan Bersih (Rp/Ha)

3.5. Pendekatan Penyelesaian Masalah


Studi ini berada pada lingkup pembahasan tentang optimasi pemanfaatan air irigasi
pada Daerah Irigasi Pirang dengan menggunakan program linier. Debit kebutuhan akan
disesuaikan dengan debit ketersediaan. Debit ketersediaan maupun debit kebutuhan akan
didapatkan melalui pengolahan data berdasarkan data yang sudah terkumpul. Kemudian
disusun rekomendasi alternatif pola tata tanam yang tepat. Rekomendasi alternatif pola tata
tanam akan dilakukan optimasi luas tanam optimum menggunakan program linier sehingga
dapat meningkatkan intensitas tanam dan menghasilkan keuntungan maksimal.

3.6. Langkah-Langkah Pengerjaan Studi


Untuk mempermudah proses pengerjaan studi maka diperlukan langkah-langkah yang
disusun secara urut dan sistematis. Adapun langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut:
45

1. Pengolahan data curah hujan


a. Uji Konsistensi Data
Data curah hujan dari stasiun-stasiun hujan tersebut dianalisa keakuratan dan hubungan
antar stasiun hujan melalui uji konsistensi data dengan metode uji kurva masa ganda.
Untuk mengetahui derajat hubungan (derajat keterkaitan) dapat digunakan analisa
korelasi. Analisa kolerasi tersebut dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan
antar variabel tersebut.
b. Perhitungan curah hujan wilayah dengan metode aritmatika.
c. Perhitungan curah hujan andalan dengan menggunakan metode bulan dasar
(basic month).
d. Perhitungan curah hujan efektif, setelah melakukan perhitungan curah hujan andalan
metode (basic month), maka hasilnya akan digunakan untuk menghitung besarnya curah
hujan efektif.
2. Pengolahan data debit intake
Pengolahan data debit intake Bendung Pirang digunakan untuk mengetabui debit
tersedia dengan peluang kejadian sebesar 80% dan 50% yang dipenuhi atau dilampaui
dari debit rata-rata sumber air pada pencatatan debit tiap 10 harian untuk masing-masing
tanam. Metode yang digunakan yaitu metode tabun dasar (Basic Year) yaitu mengambil
satu pola debit dari tahun tertentu yang peluang kejadiannya dihitung dengan
menggunakan rumus Weibull.
3. Pengolahan data klimatologi
a. Data klimatologi diperlukan untuk menghitung nilai evaporasi potensial dengan Metode
Penman Modifikasi.
b. Pengolahan data klimatologi sehubungan dengan penyiapan lahan digunakan metode
Van de Goor dan Ziljstra.
4. Menghitung besarnya kebutuhan air tanaman.
5. Perhitungan kebutuhan air sawah.
6. Perhitungan kebutuhan air di intake.
Penentuan kebutuhan air di intake didapat dari perencanaan pola tata tanam. Dalam studi
ini, akan direncanakan 4 alternatif pola tata tanam baru sebagai opsi dari pola tata tanam
yang sudah ada (eksisting).
7. Perhitungan neraca air untuk menentukan apakah debit yang tersedia dapat mencukupi
debit yang dibutuhkan.
46

8. Perumusan model optimasi dengan program linier menggunakan fasilitas solver pada
microsoft excel.
9. Perhitungan optimasi distribusi pemanfaatan air dengan program linier menggunakan
fasilitas solver pada microsoft excel sehingga diperoleh intensitas tanam dan keuntungan
yang maksimal.

3.7. Skenario Optimasi


Optimasi pemanfaatan air pada Daerah Irigasi Pirang Kabupaten Bojonegoro
dilakukan dengan menggunakan program linier. Hal ini dikarenakan variabel-variabel yang
ada dalam sistem irigasi bersifat linier.
1. Variabel keputusan
Variabel yang akan dicari dan memberikan nilai yang paling baik bagi tujuan yang
hendak dicapai. Variabel putusan yang diambil misalnya pola penentuan luas lahan tiap
jenis tanaman di Daerah Irigasi Pirang.
2. Fungsi tujuan
Dalam pengerjaan studi ini fungsi tujuan berguna untuk memaksimalkan keuntungan
hasil produksi tani pada setiap musim tanam dan mengatasi neraca air yang tidak
seimbang. Keuntungan untuk setiap musim tanam diperoleh dengan mengurangkan nilai
penjualan hasil produksi pertanian per hektar dengan biaya produksi per hektar untuk
setiap tanaman per musim. Neraca air yang tidak seimbang dapat diatasi dengan
merencanakan pola tata tanam yang tepat sesuai dengan ketersediaan air di Daerah
Irigasi Pirang. Persamaan model matematikanya dapat ditulis sebagai berikut:
Z = A.X1a + B.X1b + A.X2a + B.X2b + A.X3a + B.X3b
Keterangan:
Z : Nilai tujuan yang hendak dicapai berupa keuntungan maksimum (Rp)
A : Pendapatan produksi padi per satu musim tanam (Rp/Ha)
B : Pendapatan produksi palawija per satu musim tanam (Rp/Ha)
X1a : Luasan tanaman padi pada musim tanam I (Ha)
X2a : Luasan tanaman padi pada musim tanam II (Ha)
X3a : Luasan tanaman padi pada musim tanam III (Ha)
X1b : Luasan tanaman palawija pada musim tanam I (Ha)
X2b : Luasan tanaman palawija pada musim tanam II (Ha)
X3b : Luasan tanaman palawija pada musim tanam III (Ha)
47

3. Variabel kendala
Dalam pengerjaan studi ini fungsi kendala sebagai variabel batas dalam memaksimalkan
fungsi tujuan. Variabel kendala terdiri dari volume ketersediaan air irigasi, dan luas
lahan pertanian. Berikut merupakan persamaan model matematika untuk fungsi
kendala:
a. Luas Tanam Total
X1a + X1b ≤ Xt1
X2a + X2b ≤ Xt2
X3a + X3b ≤ Xt3
Keterangan:
Xt1 : Luas total baku sawah Daerah Irigasi Pirang pada Musim Tanam I (Ha)
Xt1 : Luas total baku sawah Daerah Irigasi Pirang pada Musim Tanam II (Ha)
Xt1 : Luas total baku sawah Daerah Irigasi Pirang pada Musim Tanam III (Ha)
X1a : Luasan tanaman padi pada musim tanam I (Ha)
X2a : Luasan tanaman padi pada musim tanam II (Ha)
X3a : Luasan tanaman padi pada musim tanam III (Ha)
X1b : Luasan tanaman palawija pada musim tanam I (Ha)
X2b : Luasan tanaman palawija pada musim tanam II (Ha)
X3b : Luasan tanaman palawija pada musim tanam III (Ha)
b. Volume Andalan
Volume andalan sebagai ketersediaan air yang akan digunakan untuk mengoptimasi luas
lahan. Persamaan model matematikanya ditulis sebagai berikut:
Vp1.X1a + Vj1.X1b ≤ Vs1
Vp2.X2a + Vj2.X2b ≤ Vs2
Vp3.X3a + Vj3.X3b ≤ Vs3
Keterangan:
Vpi :Kebutuhan air padi tiap 10 harian (m3/Ha)
Vji : Kebutuhan air palawija tiap 10 harian (m3/Ha)
Vsi : Volume andalan ketersediaan air tiap 10 harian (m3)
X1a : Luasan tanaman padi pada musim tanam I (Ha)
X2a : Luasan tanaman padi pada musim tanam II (Ha)
X3a : Luasan tanaman padi pada musim tanam III (Ha)
X1b : Luasan tanaman palawija pada musim tanam I (Ha)
X2b : Luasan tanaman palawija pada musim tanam II (Ha)
48

X3b : Luasan tanaman palawija pada musim tanam III (Ha)


Analisis optimasi dilakukan dengan dua kondisi debit air yang tersedia yang juga
merupakan sebagai fungsi kendala, antara lain:
a. Debit andalan 80% yang dianggap mewakili debit air rendah.
b. Debit andalan 50% yang dianggap mewakili debit air normal.
Untuk masing-masing kondisi debit dilakukan analisis optimasi eksisting. dengan
masing-masing alternatif pola tata tanam yang disesuaikan dengan debit andalan 80% dan
50% sebagai berikut:
a. Pola tata tanam eksisting
b. Pola tata tanam alternatif I
c. Pola tata tanam alternatif II
d. Pola tata tanam alternatif III
e. Pola tata tanam alternatif IV
Optimasi yang dilakukan dengan dua kondisi debit air yang tersedia dan masing-
masing pola tata tanam akan didapatkan, yaitu luas tanam optimum yang dapat ditanami,
intensitas tanam, dan keuntungan maksimum hasil produksi tani

3.8. Diagram Alir Penelitian


Optimasi distribusi pemanfaatan air pada penelitian ini disajikan dalam bentuk
diagram alir penyelesaian pada Gambar 3.3 dan untuk diagram alir optimasi menggunakan
program linier terdapat pada Gambar 3.4
49

MULAI

Data Hasil Harga


Data Curah Data Debit Data Jenis Data Data Jenis Pola Tata
Produksi Satuan
Hujan Intake Tanah Klimatologi Tanaman Tanam
Pertanian Produksi

Curah Hujan Evapotrans. Koefisien


WLR Perkolasi
Andalan Potensial Tanaman

Curah Hujan Penyiapan


Efektif Lahan

Debit Kebutuhan
Andalan Air Tanaman

Kebutuhan
Air di Sawah

Kebutuhan
Air di Intake

Neraca Air
YA TIDAK
Qtersedia > Qkebutuhan

Perhitungan
Fungsi Fungsi
Keuntungan
Kendala Tujuan
Bersih

Optimasi:
Perumusan Model
Program Linier

Hasil Optimasi:
1. Luas Lahan Optimum
2. Keuntungan Maksimal dari Hasil Produksi Pertanian

SELESAI

Gambar 3. 3 Diagram Alir Penyelesaian Skripsi


Sumber: Hasil Analisis, 2021
50

MULAI

1. Fungsi Tujuan
2. Fungsi Kendala:
- Kendala volume
ketersediaan air
- Kendala Luas Lahan

Penyusunan Persamaan
Matematika

Tidak Memenuhi

Pemrosesan Data dengan


Program Solver

Solusi Penyelesaian
Program Solver

Memenuhi

Hasil Optimasi:
1. Luas Lahan Tanam Optimum
2. Keuntungan Maksimum Hasil Produksi

SELESAI

Gambar 3. 4 Diagram Alir Optimasi Menggunakan Program Linier


Sumber: Hasil Analisis, 2021
51

51
3.9. Skema Jaringan Irigasi Daerah Irigasi Pirang

Gambar 3. 5 Skema Jaringan Irigasi Daerah Irigasi Pirang

51
Sumber: UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro, 2021
52

3.10. Luas Areal Layanan Daerah Irigasi Pirang


Tabel 3. 2
Luas Areal Layanan Wilayah Administrasi Daerah Irigasi Pirang
Luas Baku
Nomenklatur Lokasi Desa
Sawah (Ha)
Pirang Kiri
BP. Ki 1 BP. Ki. 1 Ka Jati Blimbing 4
BP. Ki. 2 Ki Bendo 57
BP. Ki 2
BP. Ki. 2 Ka Ngraseh 11
BP. Ki 3 BP. Ki. 3 Ka Bendo 68
BP. Ki. 4 Ki Mojoarum, Bangilan, Ngumpak Dalem 48
BP. Ki 4
BP. Ki. 4 Ka Mojoarum, Bangilan, Tapelan 56
Bangilan, Ngumpak Dalem, Sembung,
BP. Ki. 5 Ki 126
Pacal
BP. Ki 5
BP. Ki. 5 Ka Bangilan, Sembung, Tanjung Harjo 28
BP. Ki. 5 Te Bangilan, Sembung, Tanjung Harjo 75
BP. Ki 6 BP. Ki. 6 Ka Tanjung Harjo 5
BP. Ki. 7 Ka Sembung, Wedi, Kadipaten 84
BP. Ki 7
BP. Ki. 7 Te Pacal, Mojodeso, Kepatihan 19
BP. Ki 8 BP. Ki. 8 Ka Kepatihan 32
BP. Ki 9 BP. Ki. 9 Ki Sukerejo 3
BP. Ki 10 BP. Ki. 10 Ka Sukerejo, Wedi 26
BP. Ki 11 BP. Ki. 11 Ka Sukerejo, Ngampel 7
BP. Ki 12 BP. Ki. 12 Ka Wedi, Sukerejo 33
BP. Ki 13 BP. Ki. 13 Ka Sukerejo, Ngampel 35
BP. Ki. 14 Ki Sukerejo, Ngerowo 11
BP. Ki 14
BP. Ki. 14 Ka Sukerejo 6
BP. Ki 15 BP. Ki. 15 Ka Sukerejo, Ngampel 54
BP. Ki. 16 Ka Ngerowo 22
BP. Ki 16
BP. Ki. 16 Te Ngampel 9
Pirang Kanan
BP. Ka. 1 BP. Ka. 1 Ki Bendo 33
BP. Ka. 2 BP. Ka. 2 Ki Bendo, Kumpulrejo 80
BP. Ka. 2 Ka Bendo 52
BP. Ka. 3 BP. Ka. 3 Ki Padang Mentoyo 25
BP. Ka. 3 Ka Padang Mentoyo 84
BP. Ka. 4 BP. Ka. 4 Ki Tanjung Harjo 3
BP. Ka. 4 Ka Tanjung Harjo 9
BP. Ka. 5 BP. Ka. 5 Ki Tanjung Harjo, Wedi 27
BP. Ka. 5 Ka Tanjung Harjo 26
BP. Ka. 6 BP. Ka. 6 Ka Tanjung Harjo 87
BP. Ka. 7 BP. Ka. 7 Ki Wedi, Kali Amper 61
BP. Ka. 7 Ka Kali Amper, Tikusan 8
Sumber: UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro, 2021
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Curah Hujan


Curah hujan merupakan salah satu dari elemen-elemen meteorogi yang berperan
penting dalam terjadinya rangkaian siklus hidrologi. Siklus hidrologi diawali dengan
menguapnya air di laut ataupun yang ada dipermukaan daratan sehingga terbawa angin dan
berkumpul menjadi awan. Pada saat suhu tertentu awan tersebut akan berubah menjadi air
yang turun ke permukaan bumi atau yang disebut juga sebagai hujan. Kemudian air hujan
tersebut akan melimpas untuk kembali ke sungai atau laut. Dalam penelitian kali ini, curah
hujan akan dianalisis untuk didapatkan nilai curah hujan andalan dan curah hujan efektif.

4.1.1. Uji Konsistensi Data Curah Hujan


Sebelum digunakan dalam analisis, data curah hujan terlebih dahulu dilakukan uji
konsistensi untuk mengetahui apakah data tersebut konsisten atau tidak. Uji konsistensi
diperlukan untuk mengetahui apakah data yang tercatat di setiap stasiun hujan berubah atau
terganggu karena lingkungan di sekitar tempat hujan dipasang. Perubahan ini dapat
diakibatkan oleh tertutupnya pepohonan, letaknya yang berdekatan dengan gedung tinggi,
perubahan cara penakaran dan pencatatan, pemindahan letak stasiun, dan perubahan iklim.
Maka dari itu perlu untuk data curah hujan tersebut dianalisis terlebih dahulu dengan uji
konsistensi menggunakan metode kurva massa ganda (double mass curve). Metode ini
membandingkan data stasiun hujan tahunan kumulatif yang diamati terhadap data stasiun
hujan tahunan kumulatif disekitarnya dalam periode yang sama.
Data curah hujan yang diuji merupakan data curah hujan tahunan dari tahun 2011
hingga tahun 2020 pada empat stasiun hujan, yaitu stasiun hujan Jatiblimbing, stasiun hujan
Kapas, stasiun hujan Leran, dan stasiun hujan Bojonegoro yang masing-masing tersebar
disekitar wilayah Daerah Irigasi Pirang

53
54

Tabel 4. 1
Data Curah Hujan Tahunan
Stasiun Hujan (mm)
Tahun
Jatiblimbing Kapas Bojonegoro Leran
2020 1389,5 2190,0 1561,0 2318,0
2019 1634,0 1217,0 1542,0 1633,0
2018 2107,0 1279,0 1082,0 1439,0
2017 2381,0 2173,0 1939,0 1997,0
2016 2075,0 2005,0 1825,0 1956,0
2015 1756,0 1538,0 2000,0 1566,0
2014 1870,0 1922,0 1989,0 1380,0
2013 2262,0 2137,0 1959,0 1538,0
2012 1700,0 1731,0 1677,0 1375,0
2011 1996,0 1929,0 1602,0 1411,0
Sumber: UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro, 2021
Pada pengujian ini, bagian yang harus diperhatikan adalah penggunaan stasiun hujan
sekitar yang digunakan sebagai acuan dari stasiun hujan yang akan diuji. Stasiun hujan yang
digunakan harus merupakan stasiun terdekat yang sekiranya memiliki sebaran hujan kurang
lebih sama. Sebagai contoh perhitungan dalam pengujian kali ini yaitu stasiun hujan
Jatiblimbing dengan stasiun hujan yang menjadi pembanding yaitu stasiun hujan Kapas,
stasiun hujan Leran, dan stasiun hujan Bojonegoro.
Tabel 4. 2
Uji Konsistensi Data Curah Hujan Stasiun Jatiblimbing
Curah Hujan Pos Stasiun
Rerata Pos Kumulatif (mm)
Sekitar (mm)
Tahun Jatiblimbng Sekitar
Rerata Pos
Kapas Bojonegoro Leran (mm) Jatiblimbing
Sekitar
2020 1389,5 2190,0 1561,0 2318,0 2023,0 1389,5 2023,0
2019 1634,0 1217,0 1542,0 1633,0 1464,0 3023,5 3487,0
2018 2107,0 1279,0 1082,0 1439,0 1266,7 5130,5 4753,7
2017 2381,0 2173,0 1939,0 1997,0 2036,3 7511,5 6790,0
2016 2075,0 2005,0 1825,0 1956,0 1928,7 9586,5 8718,7
2015 1756,0 1538,0 2000,0 1566,0 1701,3 11342,5 10420,0
2014 1870,0 1922,0 1989,0 1380,0 1763,7 13212,5 12183,7
2013 2262,0 2137,0 1959,0 1538,0 1878,0 15474,5 14061,7
2012 1700,0 1731,0 1677,0 1375,0 1594,3 17174,5 15656,0
2011 1996,0 1929,0 1602,0 1411,0 1647,3 19170,5 17303,3
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
55

20000

Kumulatif Pos Stasiun Hujan Jatiblimbing (mm)


y = 1,0943x
15000 R² = 0.9984

10000

5000

0
0 5000 10000 15000 20000

Kumulatif Rerata Pos Stasiun Hujan Sekitar (mm)

Gambar 4. 1 Grafik Uji Konsistensi Data Curah Hujan Stasiun Jatiblimbing


Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

Tabel 4. 3
Uji Konsistensi Data Curah Hujan Stasiun Kapas
Curah Hujan Pos Stasiun Sekitar
Rerata Pos Kumulatif (mm)
(mm)
Tahun Kapas Sekitar
Rerata Pos
Jatiblimbing Bojonegoro Leran (mm) Kapas
Sekitar
2020 2190,0 1389,5 1561,0 2318,0 1756,2 2190,0 1756,2
2019 1217,0 1634,0 1542,0 1633,0 1603,0 3407,0 3359,2
2018 1279,0 2107,0 1082,0 1439,0 1542,7 4686,0 4901,8
2017 2173,0 2381,0 1939,0 1997,0 2105,7 6859,0 7007,5
2016 2005,0 2075,0 1825,0 1956,0 1952,0 8864,0 8959,5
2015 1538,0 1756,0 2000,0 1566,0 1774,0 10402,0 10733,5
2014 1922,0 1870,0 1989,0 1380,0 1746,3 12324,0 12479,8
2013 2137,0 2262,0 1959,0 1538,0 1919,7 14461,0 14399,5
2012 1731,0 1700,0 1677,0 1375,0 1584,0 16192,0 15983,5
2011 1929,0 1996,0 1602,0 1411,0 1669,7 18121,0 17653,2
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
56

Kumulatif Pos Stasiun Hujan Kapas (mm) 20000

y = 1.0041x
15000
R² = 0.9977

10000

5000

0
0 5000 10000 15000 20000

Kumulatif Rerata Pos Stasiun Hujan Sekitar (mm)

Gambar 4. 2 Grafik Uji Konsistensi Data Curah Hujan Stasiun Jatiblimbing


Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

Tabel 4. 4
Uji Konsistensi Data Curah Hujan Stasiun Bojonegoro
Curah Hujan Pos Stasiun Sekitar Rerata Kumulatif (mm)
(mm) Pos
Tahun Bojonegoro
Sekitar Rerata Pos
Jatiblimbing Kapas Sarangan Bojonegoro
(mm) Sekitar
2020 1561,0 1389,5 2190,0 2318,0 1965,8 1561,0 1965,8
2019 1542,0 1634,0 1217,0 1633,0 1494,7 3103,0 3460,5
2018 1082,0 2107,0 1279,0 1439,0 1608,3 4185,0 5068,8
2017 1939,0 2381,0 2173,0 1997,0 2183,7 6124,0 7252,5
2016 1825,0 2075,0 2005,0 1956,0 2012,0 7949,0 9264,5
2015 2000,0 1756,0 1538,0 1566,0 1620,0 9949,0 10884,5
2014 1989,0 1870,0 1922,0 1380,0 1724,0 11938,0 12608,5
2013 1959,0 2262,0 2137,0 1538,0 1979,0 13897,0 14587,5
2012 1677,0 1700,0 1731,0 1375,0 1602,0 15574,0 16189,5
2011 1602,0 1996,0 1929,0 1411,0 1778,7 17176,0 17968,2
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
57

20000
Kumulatif Pos Stasiun Hujan Bojonegoro

15000 y = 0.9364x
R² = 0.997
(mm)

10000

5000

0
0 5000 10000 15000 20000

Kumulatif Rerata Pos Stasiun Hujan Sekitar (mm)

Gambar 4. 3 Grafik Uji Konsistensi Data Curah Hujan Stasiun Bojonegoro


Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

Tabel 4. 5
Uji Konsistensi Data Curah Hujan Stasiun Leran
Curah Hujan Pos Stasiun Sekitar
Rerata Pos Kumulatif (mm)
(mm)
Tahun Leran Sekitar
Rerata Pos
Jatiblimbing Kapas Dawuhan (mm) Leran
Sekitar
2020 2318,0 1389,5 2190,0 1561,0 1713,5 2318,0 1713,5
2019 1633,0 1634,0 1217,0 1542,0 1464,3 3951,0 3177,8
2018 1439,0 2107,0 1279,0 1082,0 1489,3 5390,0 4667,2
2017 1997,0 2381,0 2173,0 1939,0 2164,3 7387,0 6831,5
2016 1956,0 2075,0 2005,0 1825,0 1968,3 9343,0 8799,8
2015 1566,0 1756,0 1538,0 2000,0 1764,7 10909,0 10564,5
2014 1380,0 1870,0 1922,0 1989,0 1927,0 12289,0 12491,5
2013 1538,0 2262,0 2137,0 1959,0 2119,3 13827,0 14610,8
2012 1375,0 1700,0 1731,0 1677,0 1702,7 15202,0 16313,5
2011 1411,0 1996,0 1929,0 1602,0 1842,3 16613,0 18155,8
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
58

Kumulatif Pos Stasiun Hujan Leran (mm) 20000

15000
y = 0.9668x
R² = 0.9958

10000

5000

0
0 5000 10000 15000 20000

Kumulatif Rerata Pos Stasiun Hujan Sekitar (mm)

Gambar 4. 4 Grafik Uji Konsistensi Data Curah Hujan Stasiun Leran


Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

Keakuratan data dan hubungan antar stasiun hujan dapat dilihat dari nilai koefisien
determinasi (R2). Jika koefisien determinasi (R2) mendekati 100% atau 1, maka data tiap
stasiun dianggap akurat dan berhubungan dengan stasiun hujan lainnya. Berdasarkan hasil
uji konsistensi yang telah dilakukan pada empat stasiun hujan yang berpengaruh di Daerah
Irigasi Pirang selama 10 tahun mulai dari tahun 2011 sampai tahun 2020, menunjukkan nilai
R2 berkisar 0,995 hingga 0,999 sehingga dapat disimpulkan bahwa data curah hujan dari
keempat stasiun hujan tidak mengalami penyimpangan akibat pengaruh lingkungan maupun
kesalahan pengukuran dan juga dapat dianggap bahwa data curah hujan di tiap stasiun hujan
konsisten. Rekapitulasi hasil uji konsistensi setiap stasiun hujan dapat dilihat pada tabel 4.6

Tabel 4. 6
Rekapitulasi Hasil Uji Konsistensi
No Stasiun Hujan Persamaan R2 Hasil Uji
1 Jatiblimbing y = 1,0943x 0,9984 Konsisten
2 Kapas y = 1,0041x 0,9977 Konsisten
3 Bojonegoro y = 0,9364x 0,9970 Konsisten
4 Leran y = 0,9668x 0,9958 Konsisten
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
59

4.1.2. Curah Hujan Wilayah/Daerah


Berdasarkan hasil uji konsistensi selama 10 tahun pada keempat stasiun hujan
menunjukkan data curah hujan konsisten sehingga layak untuk dapat dilanjutkan analisisnya.
Analisis selanjutnya yaitu mendapatkan data curah hujan wilayah atau daerah dengan
mencari nilai curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang bersangkutan, bukan hanya curah
hujan pada suatu titik tertentu saja. Analisis ini menggunakan metode rerata aljabar pada
empat stasiun hujan yang berdekatan dan dapat mewakili, yaitu stasiun hujan jatiblimbing,
stasiun hujan Kapas, stasiun hujan Bojonegoro, dan stasiun hujan Leran.

Gambar 4. 5 Sebaran Stasiun Hujan yang Berpengaruh Terhadap Lokasi Studi


Sumber: Hasil Analisis, 2022
Contoh perhitungan curah hujan wilayah pada Daerah Irigasi Pirang pada bulan
Januari periode pertama tahun 2011 sebagai berikut.
Diketahui:
- Jumlah stasiun curah hujan (n) = 4 buah
- Curah hujan di stasiun hujan Jatiblimbing = 56 mm
- Curah hujan di stasiun hujan Kapas = 40 mm
- Curah hujan di stasiun hujan Bojonegoro = 34 mm
- Curah hujan di stasiun hujan Leran = 21 mm
Maka curah hujan wilayah Daerah Irigasi Pirang dapat ditentukan sebagai berikut.
60

Ṝ = 1/n (R1 + R2 + R ... + Rn)


Ṝ = 1/4 (56 + 40 + 34 + 21)
Ṝ = 37,75 mm
Jadi untuk nilai curah hujan wilayah pada Daerah Irigasi Pirang di periode pertama
bulan Januari tahun 2011 adalah sebesar 37,75 mm. Hasil perhitungan curah hujan daerah
metode rerata aljabar selengkapnya ditunjukkan pada tabel 4.7

Tabel 4. 7
Curah Hujan Rerata Wilayah Daerah Irigasii Pirang
Tahun
10 Harian
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
I 38 77 224 119 52 76 44 97 67 86
Jan II 31 143 24 81 109 25 142 88 130 79
III 64 62 182 31 132 106 189 32 126 122
I 63 141 20 62 263 132 60 46 108 104
Feb II 57 80 120 106 76 61 71 106 38 124
III 29 75 27 49 105 136 115 204 34 102
I 70 128 115 154 121 54 37 167 161 108
Mar II 73 45 192 200 95 61 110 85 109 25
III 171 160 50 37 27 58 59 32 113 28
I 63 44 152 93 128 72 103 18 162 142
Apr II 66 15 58 69 69 58 26 30 62 47
III 41 21 28 110 65 50 83 45 54 15
I 117 68 4 14 52 25 37 40 35 45
Mei II 85 10 42 6 6 32 8 24 9 50
III 18 0 31 21 1 50 64 49 7 12
I 9 8 70 3 41 44 51 14 0 1
Jun II 0 38 33 26 0 41 6 5 0 1
III 21 5 8 22 0 44 20 29 0 0
I 11 0 40 18 0 19 0 0 0 18
Jul II 8 0 36 0 0 16 29 0 0 14
III 0 0 7 31 3 8 2 0 0 1
I 0 0 0 0 0 22 0 0 0 0
Ags II 0 0 0 4 0 70 0 0 0 31
III 0 0 1 0 0 6 0 0 0 5
I 0 0 8 0 0 0 0 0 0 0
Sep II 36 0 3 0 0 13 2 0 0 1
III 0 0 0 0 0 41 78 0 0 15
I 5 19 12 3 0 96 27 0 0 28
Okt II 9 4 0 0 0 32 38 0 0 44
III 51 22 52 11 0 36 82 3 15 66
I 108 31 25 28 33 102 41 64 42 50
Nov
II 67 95 95 18 41 105 187 21 3 25
61

Tahun
10 Harian
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
III 114 64 53 23 13 108 102 84 20 153
I 120 68 122 116 90 96 144 78 17 78
Des II 102 49 113 130 86 63 124 79 102 135
III 91 150 32 209 111 15 44 38 94 114

Curah Hujan Tahunan 1735 1621 1974 1790 1715 1965 2123 1477 1507 1865

Sumber: Hasil Perhitungan, 2022


Berdasarkan hasil perhitungan curah hujan wilayah menggunakan metode rerata
aljabar pada Tabel 4.7 selama 10 tahun terakhir dari tahun 2011 sampai tahun 2020 distribusi
curah hujan cenderung fluktuatif pada tiap tahun. Curah hujan wilayah tahunan terbesar
terjadi pada tahun 2017 sebesar 2123 mm dan curah hujan wilayah tahunan terkecil terjadi
pada tahun 2018 adalah sebesar 1477 mm.
4.1.3. Curah Hujan Andalan dan Curah Hujan Efektif
Dalam perhitungan kebutuhan air pertanian terdapat nilai besarnya curah hujan yang
berguna juga untuk memperkecil debit yang diperlukan dari pintu pengambilan. Jumlah
curah hujan yang turun tidak semuanya dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan tanaman.
Maka dari itu, perlu diperhitungkan yang kemungkinan terpenuhi dengan peluang kejadian
tertentu dan ditentukan curah hujan yang efektif untuk pertumbuhan tanaman.
Analisa curah hujan efektif menggunakan curah hujan andalan metode Basic Month
dengan probabilitas 80% yaitu peluang termanfaatkannya curah hujan yang turun untuk
tanaman sebesar 80%. Perhitungan curah hujan andalan dan curah hujan efektif
menggunakan data curah hujan 10 harian yang diambil selama 10 tahun terakhir mulai tahun
2011 sampai tahun 2020 dari 4 stasiun hujan yang sebelumnya telah dianalisis menjadi curah
hujan wilayah untuk Daerah Irigasi Pirang.
Langkah-langkah untuk perhitungan curah hujan andalan adalah sebagai berikut:
1. Mengurutkan curah hujan bulanan dari terkecil ke terbesar.
2. Meranking hasil curah hujan bulanan yang telah diurutkan.
3. R80 ditentukan dengan memilih ranking ke (n/5 + 1) dari urutan terkecil dengan n
adalah periode lamanya pengamatan.
R80 = 10/5 + 1
= 3
Jadi, curah hujan andalan dengan probabilitas 80% dipilih yang berada pada urutan
ke-3. Perhitungan curah hujan andalan secara lengkap ditunjukkan pada Tabel 4.8 berikut.
62

Tabel 4. 8
Perhitungan Curah Hujan Andalan R80
Tahun Berdasarkan Curah Hujan Terurut
10 Harian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
I 38 44 52 67 76 77 86 97 119 224
Jan II 24 25 31 79 81 88 109 130 142 143
III 31 32 62 64 106 122 126 132 182 189
I 20 46 60 62 63 104 108 132 141 263
Feb II 38 57 61 71 76 80 106 106 120 124
III 27 29 34 49 75 102 105 115 136 204
I 37 54 70 108 115 121 128 154 161 167
Mar II 25 45 61 73 85 95 109 110 192 200
III 27 28 32 37 50 58 59 113 160 171
I 18 44 63 72 93 103 128 142 152 162
Apr II 15 26 30 47 58 58 62 66 69 69
III 15 21 28 41 45 50 54 65 83 110
I 4 14 25 35 37 40 45 52 68 117
Mei II 6 6 8 9 10 24 32 42 50 85
III 0 1 7 12 18 21 31 49 50 64
I 0 1 3 8 9 14 41 44 51 70
Jun II 0 0 0 1 5 6 26 33 38 41
III 0 0 0 5 8 20 21 22 29 44
I 0 0 0 0 0 11 18 18 19 40
Jul II 0 0 0 0 0 8 14 16 29 36
III 0 0 0 0 1 2 3 7 8 31
I 0 0 0 0 0 0 0 0 0 22
Ags II 0 0 0 0 0 0 0 4 31 70
III 0 0 0 0 0 0 0 1 5 6
I 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8
Sep II 0 0 0 0 0 1 2 3 13 36
III 0 0 0 0 0 0 0 15 41 78
I 0 0 0 3 5 12 19 27 28 96
Okt II 0 0 0 0 0 4 9 32 38 44
III 0 3 11 15 22 36 51 52 66 82
I 25 28 31 33 41 42 50 64 102 108
Nov II 3 18 21 25 41 67 95 95 105 187
III 13 20 23 53 64 84 102 108 114 153
I 17 68 78 78 90 96 116 120 122 144
Des II 49 63 79 86 102 102 113 124 130 135
III 15 32 38 44 91 94 111 114 150 209
Curah Hujan
445 703 903 1175 1465 1740 2076 2398 2940 3926
Tahunan
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
Setelah didapatkan nilai curah hujan andalan, perhitungan dilanjutkan untuk mencari
nilai curah hujan efektif untuk setiap jenis tanaman. Jenis tanaman tersebut yaitu meliputi
padi dan palawija. Besarnya curah hujan efektif untuk tanaman palawija ditentukan 50% dari
63

curah hujan andalan R80 yang dihubungkan dengan nilai evapotranspirasi rata-rata bulanan
melalui interpolasi sehingga didapatkan nilai curah hujan efektif dalam periode bulanan
untuk tanaman palawija sesuai pada Tabel 4.9
Tabel 4. 9
Curah Hujan Efektif Rata-rata Bulanan dikaitkan dengan Et Tanaman Rata-rata Bulanan
dan Curah Hujan Rata-rata Bulanan (USDA (SCS),1969)
Curah hujan
12,5 25 37,5 50 62,5 75 87,5 100 112,5 125 137,5 150 162,5 175 187,5 200
bulanan (mm)
25 8 16 24
50 8 17 25 32 39 46
75 9 18 27 34 41 48 56 62 69

ET 100 9 19 28 35 43 52 59 66 73 80 87 94 100
Tanaman 125 10 20 30 37 46 54 62 70 76 85 92 98 107 116 120
rerata 150 10 21 31 39 49 57 66 74 81 89 97 104 112 119 127 133
bulan/mm
175 11 23 32 42 52 61 69 78 86 95 103 111 118 126 134 141
200 11 24 33 44 54 64 73 82 91 100 109 117 125 134 142 150
225 12 25 35 47 57 68 78 87 96 106 115 124 132 141 150 159
250 13 25 38 50 61 72 84 92 102 112 121 132 140 150 158 167
Sumber: Standar Kriteria Perencanaan Irigasi (KP-01) Lampiran II, 2013:176

Contoh perhitungan curah hujan efektif untuk tanman palawija pada bulan Januari:
• Re = R80 x 50%
= 25,75 x 50%
= 36,1 mm (Curah hujan efektif Januari periode I)
• Re bulanan = Re periode I + Re periode II + Re periode III
= 25,75 + 15,25 + 30,88
= 71,875 mm (Curah hujan efektif bulan Januari)
Re bulanan dihubungkan dengan tabel evapotranspirasi rata-rata bulanan yang tersedia
sesuai di Standar Kriteria Perencanaan Irigasi (KP-01)
51,66
• Re palawija harian = 31

= 1,66 mm/hr (Curah hujan efektif untuk tanaman palawija per hari)
Untuk perhitungan selengkapnya ditunjukkan pada Tabel 4.10 dibawah ini
Tabel 4. 10
Curah Hujan Efektif untuk Tanaman Palawija
Re Re
R80 0,5R80 Re
Bulan Periode Et0 Palawija Palawija
(mm) (mm) mm/bulan
(mm/bulan) (mm/hari)
I 52 25,75
Jan II 31 15,25 71,875 121,20 51,66 1,666
III 62 30,88
I 60 29,88
Feb 77,00 124,47 55,23 1,973
II 61 30,38
64

Re Re
R80 0,5R80 Re
Bulan Periode Et0 Palawija Palawija
(mm) (mm) mm/bulan
(mm/bulan) (mm/hari)
III 34 16,75

I 70 35,13
Mar II 61 30,63
81,50 145,21 61,01 1,968
III 32 15,75
I 63 31,25
Apr II 30 15,00 60,25 102,39 41,83 1,394
III 28 14,00
I 25 12,25
Mei II 8 4,00 19,63 87,30 14,41 0,465
III 7 3,38
I 3 1,25
Jun II 0 0 1,25 82,84 0,90 0,030
III 0 0
I 0 0
Jul II 0 0 0 83,56 0 0
III 0 0
I 0 0
Ags II 0 0 0 125,05 0 0
III 0 0
I 0 0
Sep II 0 0 0 178,44 0 0
III 0 0
I 0 0
Okt II 0 0 5,38 164,75 4,55 0,147
III 11 5,38
I 31 15,38
Nov II 21 10,63 37,63 141,46 30,74 1,025
III 23 11,63
I 78 38,75
Des II 79 39,25 96,75 130,69 68,83 2,220
III 38 18,75
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
Besarnya curah hujan efektif untuk tanaman padi ditentukan dengan 70% dari nilai
curah hujan andalan R80 per periode waktu pengamatan. Contoh perhitungan curah hujan
efektif untuk tanaman padi pada bulan Januari periode I yaitu:
Re = R80 x 70%
= 51,50 x 70%
= 36,1 mm (Curah hujan efektif untuk tanaman padi per 10 harian)
65

= 36,1/10
= 3,61 mm (Curah hujan efektif untuk tanaman padi per hari)
Rekapitulasi hasil perhitungan curah hujan efektif untuk tanaman padi dan palawija
ditunjukkan pada Tabel 4.11
Tabel 4. 11
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Curah Hujan Efektif
Re Re
R80
Bulan Periode Padi Palawija
(mm)
(mm) (mm)
I 52 3,605 1,666
Jan II 31 2,135 1,666
III 62 4,323 1,666
I 60 4,183 1,973
Feb II 61 4,253 1,973
III 34 2,345 1,973
I 70 4,918 1,968
Mar II 61 4,288 1,968
III 32 2,205 1,968
I 63 4,375 1,394
Apr II 30 2,100 1,394
III 28 1,960 1,394
I 25 1,715 0,465
Mei II 8 0,560 0,465
III 7 0,473 0,465
I 3 0,175 0,030
Jun II 0 0,000 0,030
III 0 0,000 0,030
I 0 0,000 0,000
Jul II 0 0,000 0,000
III 0 0,000 0,000
I 0 0,000 0,000
Ags II 0 0,000 0,000
III 0 0,000 0,000
I 0 0,000 0,000
Sep II 0 0,000 0,000
III 0 0,000 0,000
I 0 0,000 0,147
Okt II 0 0,000 0,147
III 11 0,753 0,147
I 31 2,153 1,025
Nov II 21 1,488 1,025
III 23 1,628 1,025
I 78 5,425 2,220
Des II 79 5,495 2,220
III 38 2,625 2,220
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
66

4.2. Evapotranspirasi Potensial


Perhitungan evapotranspirasi potensial menggunakan metode Penman Modifikasi,
sesuai yang ditetapkan oleh Standar Kriteria Perencanaan Irigasi (KP-01) dan Food and
Agriculture Organization (FAO). Metode ini mempunyai parameter lebih banyak sehingga
dianggap paling efektif. Data yang dibutuhkan untuk perhitungan evapotranspirasi potensial
yaitu data klimatologi seperti kelembapan udara, kecepatan angin, lama penyinaran
matahari, serta temperatur udara. Data klimatologi yang digunakan adalah data klimatologi
bulanan selama 10 tahun terakhir dari tahun 2011 sampai tahun 2020. Data ini diperoleh dari
stasiun klimatologi terdekat yang datanya dapat digunakan yaitu stasiun klimatologi
Padangan yang berada di Kabupaten Bojonegoro. Data klimatologi tersebut dapat
ditunjukkan sebagai berikut.

Tabel 4. 12
Data Klimatologi Rerata Bulanan Tahun 2011-2020 Stasiun Klimatologi Padangan
Suhu Rerata Kelembaban Lama Penyinaran Kecepatan Kecepatan
Bulan
(°C) Relatif (%) Matahari (%) Angin (km/jam) Angin (m/det)

JAN 28,61 97,40 31,65 0,51 0,14


FEB 28,72 98,03 39,65 1,21 0,34
MAR 29,25 97,83 48,45 2,03 0,56
APR 29,03 97,73 44,46 1,76 0,49
MEI 29,18 97,59 33,55 3,20 0,89
JUN 28,77 97,22 37,55 3,03 0,84
JUL 28,67 97,29 32,77 3,94 1,09
AGS 29,54 96,22 50,42 5,86 1,63
SEP 30,39 96,40 72,80 6,61 1,84
OKT 30,49 96,64 50,91 10,67 2,96
NOV 29,90 96,88 40,90 6,53 1,81
DES 28,70 97,48 35,71 0,91 0,25
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
Contoh perhitungan evapotranspirasi potensial menggunakan metode Penman
Modifikasi pada bulan Januari adalah sebagai berikut.
Diketahui data klimatologi pada bulan Januari:
Suhu = 28,61 oC
Kelembapan relatif = 97,40 %
Kecepatan angin = 0,14 m/det
Lama penyinaran matahari = 31,65 %
Maka langkah-langkah perhitungannya:
67

1. Mencari harga tekanan uap jenuh (εγ), harga faktor (w), dan nilai f(t) koreksi akibat
temperatur.
Dari data klimatologi yang telah diketahui, yaitu suhu udara 28,61°C, maka
didapatkan:
εγ = 39,17 mbar
w = 0,78 mbar
f(t)= 16,42
Data-data tersebut didapat berdasarkan tabel 2.1
2. Berdasarkan letak lintang daerah studi, nilai (Rγ) dapat dicari dari tabel 2.2 dengan cara
interpolasi untuk lokasi koordinat 7,24° LS, besaran nilai radiasi gelombang pendek
(Rγ) adalah 15,99 mm/hari.
3. Dari data kecerahan matahari (n/N) dan nilai radiasi gelombang pendek (Rγ) yang telah
didapatkan, nilai radiasi gelombang pendek yang diterima di bumi (Rs) dihitung dengan
rumus berikut ini:
Rs = (0,25 + 0,54 n/N) Rγ
= (0,25 + 0,54 . 31,65%) 15,99
= 6,73 mm/hari
4. Berdasarkan nilai tekanan uap jenuh (εγ) dan kelembapan relatif (RH) diperoleh nilai
harga tekanan uap sebenarnya (εd) dengan persamaan sebagai berikut.
εd = εγ . RH
= 39,17 . 97,40%
= 38,15 mbar
5. Setelah didapatkan harga tekanan uap sebenarnya (εd), maka perhitungan nilai fungsi
tekanan uap f(εd) dapat diperoleh dengan rumus berikut.
f(εd) = 0,34 – (0,044 . εd 0,5)
= 0,34 – (0,044 . 38,150,5)
= 0,068
6. Menghitung harga fungsi kecerahan matahari f(n/N) dengan persamaan berikut.
f(n/N) = 0,1+ 0,9 . (n/N)
= 0,1+ 0,9 . 31,65 %
= 0,38
7. Berdasarkan hasil perhitungan nilai f(t), nilai f(εd), dan nilai f(n/N) maka dapat dihitung
nilai Rn1 dengan rumus
68

Rn1 = f(t) . f(εd) . f(n/N)


= 16,42 . 0,068 . 0,38
= 0,43
8. Dari data kecepatan angin rerata (U) dicari harga fungsi kecepatan angin f(u) dengan
persamaan
f(u) = 0,27 (1 + 0,864 U)
= 0,27 (1 + 0,864 0,14)
= 0,30
9. Berdasarkan nilai w, (1-w), Rs, Rn1, f(u), εγ dan εd yang telah diperoleh dalam
perhitungan sebelumnya, maka dapat dihitung untuk nilai evapotranspirasi (ETo*)
dengan rumus di bawah ini.
ETo* = w. (0,75 Rs – Rn1) + (1 – w) . f(u) (εγ – ed)
= 0,78 . (0,75 . 6,73 – 0,43) + (1-0,78) . 0,30 . (39,17 – 38,15)
= 3,67
10. Angka koreksi (c) dapat diperoleh dari Tabel 2.3, untuk bulan Januari adalah 1,10
11. Menghitung nilai evapotranspirasi potensial (ETo) dengan rumus dibawah ini.
Eto = c . ETo*
= 1,10 . 3,67
= 4,04 mm/hari
= 121,20 mm/bulan
Untuk perhitungan selanjutnya ditunjukkan pada Tabel 4.13 sebagai berikut.
69

Tabel 4. 13
Perhitungan Evapotranspirasi Potensial

NO DATA METEOROLOGI SUMBER SATUAN Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
1 Suhu (T) Data (°C) 28,61 28,72 29,25 29,03 29,18 28,77 28,67 29,54 30,39 30,49 29,90 28,70
2 Kelembaban Udara (RH) Data (%) 97,40 98,03 97,83 97,73 97,59 97,22 97,29 96,22 96,40 96,64 96,88 97,48
3 Kecepatan Angin (U) Data (km/jam) 0,51 1,21 2,03 1,76 3,20 3,03 3,94 5,86 6,61 10,67 6,53 0,91
(m/det) 0,14 0,34 0,56 0,49 0,89 0,84 1,09 1,63 1,84 2,96 1,81 0,25
Penyinaran Matahari (rasio keawanan)
4 Data (%) 31,65 39,65 48,45 44,46 33,55 37,55 32,77 50,42 72,80 50,91 40,90 35,71
(n/N)
Perhitungan
5 Tekanan uap jenuh (εγ) Tabel mbar 39,17 39,42 40,63 40,12 40,46 39,54 39,32 41,29 43,20 43,41 42,09 39,39
6 Faktor pengaruh suhu dan elevasi (w) Tabel 0,78 0,78 0,79 0,79 0,79 0,78 0,78 0,79 0,80 0,80 0,79 0,78
7 Fungsi suhu (f(t)) Tabel (°C) 16,42 16,44 16,55 16,51 16,54 16,45 16,43 16,61 16,78 16,80 16,68 16,44
8 Tekanan uap sebenarnya (εd) Hitung mbar 38,15 38,64 39,75 39,21 39,49 38,44 38,25 39,73 41,64 41,96 40,78 38,40
9 Fungsi tekanan uap (f(εd)) Hitung mbar 0,068 0,066 0,063 0,064 0,064 0,067 0,068 0,063 0,056 0,055 0,059 0,067
Radiasi gelombang pendek luar atmosfer
10 Tabel mm/hari 15,99 16,06 15,29 14,33 13,21 12,55 12,85 13,81 14,94 15,76 15,92 15,89
(Rγ)
Radiasi gelombang pendek setahun
11 Hitung mm/hari 6,73 7,45 7,82 7,02 5,70 5,68 5,49 7,21 9,61 8,27 7,50 7,03
evaporasi (Rs)
12 Fungsi kecerahan matahari (f(n/N)) Hitung mm/hari 0,38 0,46 0,54 0,50 0,40 0,44 0,39 0,55 0,76 0,56 0,47 0,42
13 Fungsi kecepatan angin f(U) Hitung m/dt 0,30 0,35 0,40 0,38 0,48 0,47 0,53 0,65 0,70 0,96 0,69 0,33
14 Radiasi bersih gelombang panjang (Rn1) Hitung mm/hari 0,43 0,50 0,56 0,53 0,42 0,48 0,44 0,58 0,71 0,52 0,46 0,47
15 Angka koreksi (c) Tabel 1,10 1,10 1,10 0,90 0,90 0,90 0,90 1 1,10 1,10 1,10 1,10
16 Evaporasi (ETo*) Hitung mm/hari 3,67 4,04 4,26 3,79 3,13 3,07 2,99 4,03 5,41 4,83 4,29 3,83
17 Evaporasi Potensial (ETo) Hitung mm/hari 4,04 4,45 4,68 3,41 2,82 2,76 2,70 4,03 5,95 5,31 4,72 4,22
18 Evaporasi Potensial (ETo) Hitung mm/bulan 121,20 124,47 145,21 102,39 87,30 82,84 83,56 125,05 178,44 164,75 141,46 130,69
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

69
70

4.3. Debit Andalan untuk Ketersediaan Air Irigasi


Penyediaan air untuk irigasi umumnya menggunakan debit andalan untuk dapat
mengetahui ketersediaan air dengan resiko kegagalan yang telah diperhitungkan. Besarnya
debit andalan yang diambil untuk penyelesaian optimasi penggunaan air dilakukan dengan
menggunakan metode tahun dasar (basic year). Metode ini biasanya dimanfaatkan dalam
perencanaan atau pengelolaan irigasi.
Debit andalan yang direncanakan pada studi ini yaitu dengan peluang kemungkinan
terpenuhi 80% dan 50%. Debit andalan 80% dianggap mewakili debit air rendah. Dalam
praktik untuk keperluan perencanaan penyediaan air irigasi umumnya menggunakan debit
andalan dengan tingkat keandalan 80%. Sedangkan debit andalan 50% yang dianggap
mewakili debit air normal. Penentuan debit andalan menggunakan data debit intake Daerah
Irigasi Pirang periode 10 harian selama 10 tahun mulai dari tahun 2011 hingga tahun 2020.
Prosedur perhitungan debit andalan menggunakan metode tahun dasar perencanaan (metode
basic year) adalah sebagai berikut:
1. Menghitung total debit dalam satu tahun untuk data tiap tahun yang diketahui.
2. Meranking data mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil.
3. Menghitung peluang resiko kegagalan yang telah diperhitungkan dari setiap data yang
direncanakan menggunakan persamaan Weibull berikut ini.
𝑚
P= x 100%
𝑁+1
dengan:
P = probabilitas (%)
m = nomor urut data debit
N = jumlah data debit
Contoh perhitungan debit andalan DI Pirang dibawah ini.
𝑚
P= x 100%
𝑁+1
1
P= x 100%
10 +1
= 9,09 %
Perhitungan persentase dilakukan seterusnya sampai data ke-n. Selanjutnya data debit
yang sudang diranking, dicari data yang memiliki persentase 80% dan 50%. Perhitungan
selengkapnya ditunjukkan pada Tabel 4.14
71

Tabel 4. 14
Data Debit Intake Bendung Pirang Periode 10 Harian Tahun 2011-2020
Tahun
Bulan Periode
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
I 0,85 0,80 0,73 0,62 0,58 0,48 1,07 1,20 0,97 1,10
Jan II 0,79 0,79 0,71 0,58 0,58 0,56 1,07 1,20 0,82 1,00
III 0,76 0,78 0,71 0,60 0,53 0,60 1,07 1,20 0,77 0,97
I 0,83 0,80 0,76 0,76 0,91 0,60 0,99 1,20 0,55 1,26
Feb II 0,76 0,77 0,72 0,66 0,86 0,64 0,99 1,34 0,51 1,15
III 0,70 0,75 0,69 0,60 0,80 0,66 0,99 1,34 0,49 1,15
I 0,76 0,76 0,70 0,45 0,88 0,59 0,99 1,34 0,47 0,75
Mar II 0,70 0,73 0,66 0,33 0,66 0,55 0,99 0,84 0,49 0,75
III 1,13 0,95 0,94 0,32 1,42 0,55 0,99 1,09 0,53 1,04
I 0,93 0,86 0,80 0,86 1,01 0,55 1,07 0,86 0,57 1,06
Apr II 0,68 0,78 0,70 0,83 0,52 0,75 1,07 1,08 0,61 1,16
III 0,84 0,86 0,81 0,76 0,92 0,75 1,07 0,78 0,73 1,24
I 0,82 0,85 0,80 0,72 0,93 0,75 1,07 0,80 0,77 1,24
Mei II 0,83 0,85 0,81 0,74 0,93 0,75 1,07 0,90 0,83 1,24
III 0,79 0,83 0,78 0,79 0,80 0,75 1,03 0,90 0,83 1,24
I 0,70 0,76 0,69 0,74 0,66 0,68 1,02 1,00 0,48 0,85
Jun II 0,68 0,75 0,68 0,72 0,64 0,69 1,02 1,10 0,39 0,96
III 0,65 0,73 0,66 0,62 0,68 0,68 1,02 0,67 0,57 1,08
I 0,58 0,77 0,62 0,57 0,59 0,68 0,55 0,16 0,19 1,08
Jul II 0,56 0,67 0,60 0,55 0,57 0,68 0,55 0,16 0,19 1,08
III 0,56 0,65 0,59 0,55 0,57 0,64 0,55 0,13 0,22 0,51
I 0,46 0,60 0,52 0,57 0,34 0,64 0,92 0,13 0,49 0,97
Ags II 0,45 0,57 0,49 0,55 0,34 0,59 0,87 0,05 0,49 0,85
III 0,45 0,57 0,50 0,55 0,35 0,59 0,87 0,05 0,49 0,75
I 0,38 0,55 0,47 0,43 0,33 0,64 0,87 0,05 0,51 0,42
Sep II 0,40 0,56 0,48 0,43 0,36 0,64 0,87 0,05 0,51 0,59
III 0,37 0,55 0,46 0,34 0,41 0,64 0,89 0,05 0,51 0,59
I 0,36 0,54 0,45 0,34 0,37 0,64 0,89 0,05 0,43 0,59
Okt II 0,37 0,55 0,46 0,37 0,37 0,64 0,89 0,17 0,34 0,68
III 0,34 0,53 0,44 0,36 0,32 0,64 0,91 0,12 0,34 0,82
I 0,36 0,58 0,43 0,41 0,30 0,58 1,20 0,12 0,12 0,39
Nov II 0,37 0,59 0,44 0,43 0,30 0,58 1,20 0,19 0,19 0,39
III 0,37 0,59 0,44 0,43 0,30 0,58 1,20 0,23 0,23 0,39
I 0,59 0,72 0,61 0,74 0,45 0,64 1,15 0,34 0,34 0,67
Des II 0,67 0,88 0,81 0,90 0,45 1,10 1,15 0,28 0,28 0,76
III 0,67 0,88 0,81 0,89 0,45 1,09 1,15 0,71 0,71 0,83
Total 22,50 25,70 22,95 21,10 21,46 23,80 35,27 21,91 17,91 31,61
Rerata 0,63 0,71 0,64 0,59 0,60 0,66 0,98 0,61 0,50 0,88
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
72

Tabel 4. 15
Perhitungan Probabilitas Debit Andalan dengan Metode Weibull
Data Debit Ranking Debit P
No Keterangan
Tahun Q (m3/detik) Tahun Q (m3/detik) %
1 2011 22,504 2017 35,265 9,09%
2 2012 25,704 2020 31,611 18,18%
3 2013 22,947 2012 25,704 27,27%
4 2014 21,098 2016 23,796 36,36%
5 2015 21,462 2013 22,947 45,45%
6 2016 23,796 2011 22,504 54,55% Q 50%
7 2017 35,265 2018 21,913 63,64%
8 2018 21,913 2015 21,462 72,73%
9 2019 17,909 2014 21,098 81,82% Q 80%
10 2020 31,611 2019 17,909 90,91%
Sumber: Hail Perhitungan, 2022

Debit Andalan 80% dan 50% Basic Year


1.2

1
Debit (m3/dt)

0.8

0.6

0.4

0.2

0
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

Bulan / Periode

Debit Andalan 50% Debit Andalan 80%

Gambar 4. 6 Debit Andalan 80% dan 50% Daerah Irigasi Pirang


Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
Dalam studi ini ditinjau dari data debit historis Bendung Pirang selama 10 tahun
terakhir, mulai dari tahun 2011 sampai tahun 2020. Dasar perhitungan yang digunakan yaitu
debit andalan dengan rencana peluang kemungkinan terpenuhi 80% dan 50%.
Debit andalan 80% dianggap mewakili debit air rendah yang terjadi pada tahun 2014
dengan data debit berkisar antara 0,32 – 0,90 m3/detik. Debit ini mempunyai peluang terjadi
disamai atau dilampaui 292 hari (9,6 bulan) dalam 1 tahun atau peluang tidak terjadi 73 hari
(2,4 bulan) dalam 1 tahun.
73

Sedangkan debit andalan 50% yang dianggap mewakili debit air normal yang terjadi
pada tahun 2011 dengan data debit berkisar antara 0,34 – 1,13 m3/detik. Debit ini mempunyai
peluang terjadi disamai atau dilampaui 183 hari (6 bulan) dalam 1 tahun atau peluang tidak
terjadi 183 hari (6 bulan) dalam 1 tahun.

4.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Air Irigasi


Kebutuhan air irigasi atau dapat disebut juga sebagai kebutuhan bersih air di sawah
merupakan jumlah volume air yang dibutuhkan untuk mengairi lahan sawah seluas daerah
layanan yang dibagi dengan nilai efisiensi saluran irigasi. Kebutuhan air irigasi dipengaruhi
berbagai faktor seperti klimatologi, kondisi dan jenis tanah, koefisien dan jenis tanaman,
pola tata tanam, ketersediaan air yang diberikan, luas daerah irigasi, efisiensi irigasi,
penggunaan kembali air drainase untuk irigasi, jadwal tanam, dan lain-lain. Beberapa faktor-
faktor tersebut akan dijabarkan sebagai berikut.

4.4.1. Evapotranspirasi Potensial


Evapotranspirasi potensial ini merupakan gabungan dari evaporasi dan transpirasi.
Evapotranspirasi potensial sangat dipengaruhi oleh faktor kondisi iklim pada lokasi tersebut,
seperti temperatur udara, kecepatan angin, kelembaban udara relatif dan lama penyinaran
matahari yang terjadi di lokasi. Nilai dari evapotranspirasi potensial ini digunakan untuk
menghitung curah hujan efektif tanaman palawija serta memperkirahakan kebutuhan air
ketika penyiapan lahan sebelum dilakukan penanaman tanaman padi. Perhitungan
evapotranspirasi potensial ditunjukkan pada Tabel 4.13.
4.4.2. Curah Hujan Efektif
Curah hujan efektif merupakan curah hujan yang jatuh pada suatu daerah dan dapat
digunakan langsung oleh tanaman untuk pertumbuhannya. Curah hujan efektif ini
dimanfaatkan oleh tanaman untuk memenuhi kehilangan air akibat evapotranspirasi
tanaman, perkolasi, penyiapan lahan dan lain-lain. Jumlah hujan yang dapat dimanfaatkan
oleh tanaman tergantung pada jenis tanaman. Perhitungan curah hujan efektif setiap jenis
tanaman yang ditanam di Daerah Irigasi Pirang ditunjukkan pada Tabel 4.11.

4.4.3. Perkolasi
Perkolasi merupakan peristiwa peresapan air dari daerah perakaran (lapisan tanah
olah) ke lapisan tanah yang lebih dalam (zona jenuh) dan hanya terjadi pada masa
penanaman padi. Air perkolasi ini bergerak melalui profil tanah, melarutkan ion dan
mengangkutnya masuk ke air bawah tanah (groundwater). Laju perkolasi dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti tekstur tanah, tebal lapisan bagian atas, permeabilitas tanah, dan
vegetasi penutup. Tekstur tanah yang berada di Daerah Irigasi Pirang merupakan tanah
74

lempung sedang. Menurut Tabel 2.5, tanah lempung sedang memiliki nilai perkolasi 2-3
mm/hari. Pada perhitungan perkolasi studi ini, nilai perkolasi diambil sebesar 2 mm/hari
sesuai dengan kondisi di lapangan Daerah Irigasi Pirang.
4.4.4. Penyiapan Lahan
Penyiapan lahan merupakan tahap pengolahan lahan dengan membajak dan menggaru
untuk kebutuhan tanaman agar sesuai dengan pertumbuhannnya. Membajak dalam pertanian
merupakan memperbaiki sirkulasi di dalam tanah dengan menggemburkannya. Sedangkan
maksud dari menggaru adalah memyempurnakan tanah dari bajakan dan membuat tanah
lebih kedap air sehingga peresapan air ke dalam tanah dapat diperkecil. Kebutuhan air untuk
penyiapan lahan umumnya menentukan besarnya kebutuhan air maksimum untuk
perencanaan pemberian air irigasi.
Besarnya kebutuhan air untuk penyiapan lahan juga ditentukan oleh faktor lamanya
waktu yang dibutuhkan untuk penyiapan lahan, nilai evapotranspirasi potensial, serta jenis
tanah. Penyiapan lahan untuk tanaman padi pada musim hujan diusahakan menunggu cukup
turunnya hujan. Dalam studi ini perhitungan yang digunakan menggunakan metode yang
dikembangkan oleh Van de Goor dan Zijltra (1986). Contoh perhitungan kebutuhan air
irigasi selama penyiapan lahan pada bulan Januari sebagai berikut.
• Eto = 4,04 mm/hari
• Eo = Eto . 1,1
= 4,04 . 1,1
= 4,44 mm/hari
• P = 2 mm/hari
• M = Eo + P
= 4,44 + 2
= 6,44 mm/hari
• T = 30 hari
• S = 250 mm
• k = (M .T)/S
= (6,44 . 30)/250
= 0,77
• ek = e0,854
= 2,17
• IR = M . ek / (ek-1)
= 6,44 . 2,17 / (2,17 – 1)
75

= 11,97 mm/hari
= 1,39 l/dt/ha
Jadi, nilai penyiapan lahan pada bulan Januari sebesar 11,97 mm/hari atau sebesar
1,391 l/dt/ha. Untuk perhitungan selengkapnya ditunjukkan pada Tabel 4.16

Tabel 4. 16
Perhitungan Kebutuhan Air untuk Penyiapan Lahan
BULAN
NO PARAMETER SATUAN
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUST SEPT OKT NOV DES

1 Eto mm/hari 4,04 4,45 4,68 3,41 2,82 2,76 2,70 4,03 5,95 5,31 4,72 4,22

2 Eo = 1,1 . Eto mm/hari 4,44 4,89 5,15 3,75 3,10 3,04 2,96 4,44 6,54 5,85 5,19 4,64

3 P mm/hari 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

4 M = Eo + P mm/hari 6,44 6,89 7,15 5,75 5,10 5,04 4,96 6,44 8,54 7,85 7,19 6,64

5 T hari 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

6 S mm 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250

7 k = (M . T)/S 0,77 0,83 0,86 0,69 0,61 0,60 0,60 0,77 1,03 0,94 0,86 0,80

8 ek 2,17 2,29 2,36 1,99 1,84 1,83 1,81 2,17 2,79 2,56 2,37 2,22

mm/hari 11,97 12,25 12,41 11,54 11,14 11,10 11,06 11,96 13,32 12,86 12,44 12,09
9 IR : M ek / (ek-1)
l/dt/ha 1,39 1,42 1,44 1,34 1,29 1,29 1,28 1,38 1,54 1,49 1,44 1,40

Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

Keterangan:
Eto = Evapotranspirasi potensial (mm/hari)
Eo = Evaporasi potensial (mm/hari)
P = Perkolasi (mm/hari)
M = Kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di
sawah yang sudah dijenuhkan (mm/hari)
T = Waktu pengolahan tanah (hari)
S = Kebutuhan air untuk penjenuhan lapisan atas ditambah dengan lapisan air 50 mm,
...sehingga 200 + 50 = 250 mm
k = Konstanta
e = Bilangan eksponen (2,71828)
IR = Kebutuhan air untuk pengolahan lahan (mm/hari)
1/8,64 = Angka konversi satuan dari mm/hari menjadi l/dt/ha
76

4.4.5. Penggantian Lapisan Air (Water Layer Requirement)


Penggantian lapisan air hanya dilakukan pada tanaman padi. Setelah proses
penggenangan air, air genangan di permukaan tanah akan kotor sehingga perlu dibuang
karena dapat menyebabkan tanaman menjadi rusak. Air genangan yang dibuang akan diganti
dengan air baru.
Penggantian lapisan air dilakukan 2 kali yang dilakukan 1 bulan dan 2 bulan setelah
proses transplantasi sebesar masing-masing 50 mm (3,3 mm/hr selama 1,5 bulan). Pada
lokasi studi ini diberikan penggantian lapisan air sebesar 50 mm dilakukan selama 40 hari
setelah sebulan masa transplantasi. Contoh perhitungan penggantian lapisan air dijelaskan
sebagai berikut.
50 𝑚𝑚
WLR = 40 ℎ𝑎𝑟𝑖

= 1,25 mm/hari
4.4.6. Koefisien Tanaman
Besarnya koefisien tanaman (k) untuk setiap jenis tanaman berbeda-beda yang
besarnya berubah setiap periode pertumbuhan dari tanaman itu sendiri. Koefisien tanaman
diperlukan untuk menghubungkan nilai evapotranspirasi potensial (ETo) dengan kebutuhan
air konsumtif tanaman (ETc). Menurut data Rencana Tata Tanam Global eksisting pada
Daerah Irigasi Pirang, jenis tanaman yang ditanam yaitu terdiri dari tanaman padi dan
palawija. Untuk mengetahui nilai koefisien masing-masing tanaman dapat dilihat pada Tabel
2.4.

4.4.7. Penggunaan Air Konsumtif


Penggunaan air konsumtif merupakan kedalaman air yang dibutuhkan untuk
memenuhi keperluan evapotranspirasi suatu jenis tanaman pertanian tanpa dibatasi oleh
kekurangan air. Penggunaan air konsumtif bergantung dari besarnya evapotranspirasi
potensial dan faktor koefisien tanaman. Berikut ini merupakan contoh perhitungan
penggunaan air konsumtif tanaman padi pada bulan Desember periode I.
Diketahui:
Koefisien tanaman padi (k) = 1,2
Evapotranspirasi potensial = 4,22 mm/hari
Penggunaan Air Konsumtif (PAK) = k. Eto
= 1,2 . 4,22
= 5,06 mm/hari
77

4.4.8. Efisiensi Irigasi


Agar air yang sampai pada tanaman tepat jumlahnya seperti yang direncanakan maka
air yang dikeluarkan dari pintu pengambilan harus lebih besar dari kebutuhan yang sudah
diperhitungkan. Efisiensi irigasi merupakan perbandingan debit air yang dipakai di lahan
pertanian dan air yang disadap dari pintu pengambilan. Sebelum sampai di petak tersier, air
mengalir melalui saluran primer, sekunder, dan tersier sehingga terjadi kehilangan air
sepanjang pengaliran tersebut. Kehilangan air irigasi disebabkan oleh perkolasi, bocoran,
rembesan, dan kekurangtelitian dalam pemanfaatan air
Efisiensi irigasi pada Daerah Irigasi Pirang yang diterapkan dalam studi ini yaitu
sebagai berikut.
1. Efisiensi saluran primer sebesar 90%
2. Efisiensi saluran sekunder sebesar 90%
3. Efisiensi saluran tersier sebesar 80%
Jadi, besarnya efisiensi total keseluruhan adalah 90% x 90% x 80% = 65%

4.4.9. Pola Tata Tanam


Pada lokasi studi di Daerah Irigasi Pirang dengan luas lahan 1314 ha, pola tata tanam
eksisting metode PU berdasarkan Rencana Tata Tanam Global (RTTG) Dinas Pekerjaan
Umum dan Sumber Daya Air (PU SDA) Provinsi Jawa Timur direncanakan yang ditanami
yaitu padi dan palawija. Komposisi luas tanam pada kondisi eksisting RTTG in dapat dilihat
sebagai berikut.
1. Musim Tanam I (MT I)
Awal mulai tanam untuk musim tanam I pada November Periode I dengan detail sebagai
berikut:
• Padi = 1314 ha
• Palawija =0 ha
2. Musim Tanam II (MT II)
Awal mulai tanam untuk musim tanam II pada Maret Periode I dengan detail sebagai
berikut:
• Padi = 500 ha
• Palawija = 814 ha
3. Musim Tanam III (MT III)
Awal mulai tanam untuk musim tanam III pada Juli Periode I dengan detail sebagai
berikut:
• Padi =0 ha
78

• Palawija = 1314 ha
4.5. Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi
Kebutuhan air irigasi adalah kebutuhan air yang dibutuhkan tanaman untuk
keperluan irigasi di lahan sawah. Dalam perhitungannya, analisis kebutuhan air dipengaruhi
oleh faktor evapotranspirasi potensial, curah hujan efektif, perkolasi, koefisien tanaman,
pengolahan lahan, efisiensi irigasi, dan berbagai faktor lainnya. Berikut merupakan contoh
perhitungan kebutuhan air irigasi berdasarkan pola tata tanam eksisting pada bulan
November periode I.
Data-data yang diketahui sebagai berikut:
• Tanaman padi berumur 90 hari.
• Tanaman jagung berumur 90 hari.
• Tanaman kedelai berumur 90 hari.
• Tanaman kacang tanah berumur 120 hari.
• Penanaman dimulai pada bulan November periode I.
• Sistem pembagian pola tata tanam berdasarkan 10 harian.
• Koefisien tanaman padi menggunakan varietas unggul.
• Koefisien tanaman palawija menggunakan varietas biasa.
• Evapotranspirasi potensial (ETo) sebesar 4,72 mm/hari (Tabel 4.13).
• Penyiapan lahan sebesar 12,44 mm/hari (Tabel 4.16).
• Waktu penggantian lapisan air (WLR) sebesar 1,25 mm/hari selama 40 hari.
• Curah hujan efektif untuk tanaman padi sebesar 2,153 mm/hari (Tabel 4.11).
• Curah hujan efektif untuk tanaman palawija sebesar 1,025 mm/hari (Tabel 4.11).
• WLR dimulai pada hari ke 30 setelah masa tanam padi dengan jangka waktu 40 hari.
• Jangka waktu penyiapan lahan (PL) yaitu selama 30 hari.
• Nilai perkolasi tanah sebesar 2 mm/hari sesuai dengan kondisi eksisting tanah di Daerah
Irigasi Pirang dan hanya untuk padi.
Langkah-langkah dalam menghitung kebutuhan air irigasi adalah sebagai berikut:
1. Menggambar pola tata tanam sesuai dengan jenis tanaman dan waktu mulai tanam
tanaman padi dan tanaman palawija.
2. Menentukan koefisien (Kc) masing-masing tanaman sesuai dengan periode umur
tanaman padi dan tanaman palawija.
Kc padi =0+0+0
Kc palawija = 0 + 0,55 + 0,817
79

3. Menghitung rerata koefisien tanaman dihitung dengan rumus:


𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛
Rerata koefisien tanaman padi = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛
0+0+0
= 3

= 0 mm/hari
𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛
Rerata koefisien tanaman palawija (kacang tanah) = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛
0 + 0,55 + 0,817
= 3

= 0,684 mm/hari
4. Memasukkan nilai evapotranspirasi potensial dari hasil perhitungan dengan
menggunakan metode Penman Modifikasi (tabel 4.13). Nilai evapotranspirasi potensial
pada bulan November periode I sebesar 4,72 mm/hari.
5. Menghitung penggunaan air konsumtif (PAK) dengan rumus:
PAK tanaman padi = Rerata koefisien padi x Eto
= 0 x 4,72
= 0 mm/hari
PAK tanaman palawija (kacang tanah) = Rerata koefisien palawija (kacang tanah) x Eto
= 0,684 x 4,72
= 3,22 mm/hari
6. Menentukan rasio luas penggunaan air konsumtif tanaman (PAK)
Tanaman padi = 1/2 . 0/6 = 0
Tanaman Palawija (kacang tanah) = 1/2 . 5/6 = 0,417
7. Menghitung PAK x rasio luas PAK
Tanaman padi =0x0
= 0 mm/hari
Tanaman Palawija (kacang tanah) = 3,22 x 0,417
= 1,34 mm/hari
8. Menentukan nilai perkolasi yang dapat diketahui berdasarkan jenis tanah, yaitu lempung
sedang dengan nilai perkolasi sebesar 2,00 mm/hari untuk tanaman padi.
9. Menentukan rasio luas perkolasi pada tanaman padi yaitu 1/2 . 0/6 = 0
10. Menghitung perkolasi x luas perkolasi
Tanaman padi =2x0
= 0 mm/hari
11. Menentukan rasio luas penyiapan lahan sebelum penanaman padi yaitu 1/2 . 1/6 = 0,083
80

12. Menghitung nilai Penyiapan Lahan (PL) (dari tabel 4.16) dikalikan dengan rasio luas
penyiapan lahan.
Tanaman padi = penyiapan lahan x rasio luas penyiapan lahan
= 12,44 x 0,083
= 1,04 mm/hari
13. Penggantian lapisan air (WLR) dihitung setelah 30 hari dari awal tanam padi sebesar 50
mm selama 40 hari, sehingga nilai WLR yang dilakukan pada bulan November periode
I sebesar:
WLR = 50/40
= 1,25 mm/hari
14. Menentukan rasio luas WLR setelah 30 hari dari awal penanaman padi pada bulan
November periode I yaitu 1/2 . 0/6 = 0
15. Menghitung WLR x rasio luas WLR
Tanaman padi = WLR x rasio luas WLR
= 1,25 x 0
= 0 mm/hari
16. Menentukan curah hujan efektif (Reff) untuk tiap jenis tanaman yang didapat dari hasil
perhitungan curah hujan efektif pada tiap jenis tanaman (Tabel 4.11).
Reff tanaman padi = 2,153 mm/hari
Reff Tanaman Palawija (kacang tanah) = 1,025 mm/hari
17. Menentukan nilai kebutuhan air di sawah (NFR) dengan rumus:
NFR tanaman padi = PAK padi + PL + WLR + P – Reff tanaman padi
= 0 + 2,07 + 0 + 0 – 2,153
= -0,08 mm/hari
= 0 mm/hari = 0 lt/dt/ha
NFR tanaman palawija (kacang tanah) = PAK palawija – Reff tanaman palawija
= 2,69 – 1,025
= 1,66 mm/hari
= 0,19 lt/dt/ha
18. Efisiensi saluran didapat dari ketetapan koefisien saluran sebesar:
Efisiensi irigasi = 90 % x 90% x 80%
= 65% = 0,65
19. Menentukan kebutuhan air per satuan luas dengan rumus:
81

Tanaman padi = NFR padi / efisiensi irigasi


= 0 / 0,65
= 0 lt/dt/ha
Tanaman palawija (kacang tanah) = NFR palawija (kacang tanah)/efisiensi irigasi
= 0,19 / 0,65
= 0,30 lt/dt/ha
20. Menghitung kebutuhan air total di intake
Tanaman padi = (kebutuhan air padi / 1000) x luas padi
= (0 / 1000) x 1314
= 0 m3/dt
Tanaman palawija (kacang tanah) = (kebutuhan air palawija / 1000) x luas
palawija
= (0,30 / 1000) x 0
= 0 m3/dt
Kebutuhan air total di intake = padi + palawija
= 0 m3/dt

Adapun kondisi pola tata tanam eksisting dan beberapa alternatif pola tata tanam yang
direncanakan serta perhitungan kebutuhan air irigasinya secara lengkap disajikan pada tabel
4.17 sampai tabel 4.21 berikut.
82 82

Tabel 4. 17
Pola Tata Tanam Eksisting
Luas Lahan : MT I MT II MT III
Daerah Irigasi : Pirang Padi 1314 Padi 500 Padi 0
Luas Baku Sawah : 1314 Ha Palawija 0 Palawija 814 Palawija 1314
Pola Tanam : Padi - Padi, Palawija (Jagung) - Palawija (Kacang Tanah)

NO PARAMETER NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEP OKT
SATUAN
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III

Pola Tata Tanam Padi PL padi WLR padi PL padi WLR padi

1
Pola Tata Tanam Palawija jagung 90 hari Kacang Tanah 120 hari

2 Koefisien Tanaman (Kc ) :


Padi 1,200 1,223 1,270 1,310 1,320 1,300 1,300 0,867 0,000 1,200 1,223 1,270 1,310 1,320 1,300 1,300 0,867 0,000
Kc 1,200 1,223 1,270 1,310 1,320 1,300 1,300 0,867 0,000 1,200 1,223 1,270 1,310 1,320 1,300 1,300 0,867 0,000
1,200 1,223 1,270 1,310 1,320 1,300 1,300 0,867 0,000 1,200 1,223 1,270 1,310 1,320 1,300 1,300 0,867 0,000
Palawija 0,500 0,530 0,590 0,837 0,990 1,050 1,030 0,950 0,900 0,500 0,503 0,510 0,610 0,723 0,850 0,917 0,950 0,950 0,950 0,817 0,550
Kc 0,550 0,500 0,530 0,590 0,837 0,990 1,050 1,030 0,950 0,900 0,500 0,503 0,510 0,610 0,723 0,850 0,917 0,950 0,950 0,950 0,817
0,817 0,550 0,500 0,530 0,590 0,837 0,990 1,050 1,030 0,950 0,900 0,500 0,503 0,510 0,610 0,723 0,850 0,917 0,950 0,950 0,950
3 Rerata Koefisien Tanaman (Kc ) :
Padi 1,200 1,212 1,231 1,268 1,300 1,310 1,307 1,156 0,722 0,434 0,000 1,200 1,212 1,231 1,268 1,300 1,310 1,307 1,156 0,722 0,434 0,000
Palawija 0,684 0,550 0,500 0,515 0,540 0,652 0,806 0,959 1,023 1,010 0,960 0,783 0,634 0,504 0,541 0,614 0,728 0,830 0,906 0,939 0,950 0,906 0,772
4 Evaporasi Potensial (ETo ) mm/hari 4,72 4,72 4,72 4,22 4,22 4,22 4,04 4,04 4,04 4,45 4,45 4,45 4,68 4,68 4,68 3,41 3,41 3,41 2,82 2,82 2,82 2,76 2,76 2,76 2,70 2,70 2,70 4,03 4,03 4,03 5,95 5,95 5,95 5,31 5,31 5,31
5 Penggunaan Air Konsumtif / PAK (Cu ) :
Padi mm/hari 5,06 5,11 5,19 5,12 5,25 5,29 5,81 5,14 3,21 2,03 0,00 4,10 4,14 4,20 3,57 3,66 3,69 3,61 3,19 1,99 1,17 0,00
Palawija mm/hari 3,22 2,59 1,71 1,76 1,84 1,84 2,27 2,70 2,83 2,79 2,65 2,11 1,71 1,36 2,18 2,48 2,94 4,94 5,39 5,59 5,05 4,81 4,10
6 Rasio Luas Tanaman :
Padi 0,08 0,25 0,42 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,42 0,25 0,08 0,08 0,25 0,42 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,42 0,25 0,08
Palawija 0,42 0,25 0,08 0,08 0,25 0,42 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50
7 PAK dengan Rasio Luas :
Padi mm/hari 0,42 1,28 2,16 2,56 2,63 2,65 2,90 2,57 1,61 0,85 0,00 0,00 0,34 1,03 1,75 1,79 1,83 1,84 1,80 1,60 1,00 0,49 0,00 0,00
Palawija mm/hari 1,34 0,65 0,14 0,44 0,77 0,92 1,13 1,35 1,41 1,39 1,33 1,06 0,85 0,68 1,09 1,24 1,47 2,47 2,69 2,79 2,52 2,41 2,05
8 Perkolasi (P ) :
Padi mm/hari 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00
Palawija mm/hari 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
10 Perkolasi dengan Rasio Luas :
Padi mm/hari 0,00 0,00 0,00 0,17 0,50 0,83 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,83 0,50 0,17 0,17 0,50 0,83 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,83 0,50 0,17 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Palawija mm/hari 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Kebutuhan Air untuk Penyiapan Lahan Padi
11 mm/hari 12,44 12,44 12,44 12,09 12,09 12,09 11,97 11,97 11,97 12,25 12,25 12,25 12,41 12,41 12,41 11,54 11,54 11,54 11,14 11,14 11,14 11,10 11,10 11,10 11,06 11,06 11,06 11,96 11,96 11,96 13,32 13,32 13,32 12,86 12,86 12,86
(LP )
12 Rasio Penyiapan Lahan Padi 0,08 0,25 0,42 0,42 0,25 0,08 0,08 0,25 0,42 0,42 0,25 0,08

13 LP dengan Rasio Luas Padi mm/hari 1,04 3,11 5,18 5,04 3,02 1,01 1,03 3,10 5,17 4,81 2,88 0,96
14 Pergantian Lapisan Air (WLR ) Padi mm/hari 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25
15 Rasio Luas WLR Padi 0,17 0,50 0,83 1,00 0,83 0,50 0,17 0,17 0,50 0,83 1,00 0,83 0,50 0,17
16 WLR dengan Rasio Luas Padi mm/hari 0,21 0,63 1,04 1,25 1,04 0,63 0,21 0,21 0,63 1,04 1,25 1,04 0,63 0,21
17 Curah Hujan Efektif :
Padi mm/hari 2,15 1,49 1,63 5,43 5,50 2,63 3,61 2,14 4,32 4,18 4,25 2,35 4,92 4,29 2,21 4,38 2,10 1,96 1,72 0,56 0,47 0,18 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,75
Palawija mm/hari 1,02 1,02 1,02 2,22 2,22 2,22 1,67 1,67 1,67 1,97 1,97 1,97 1,97 1,97 1,97 1,39 1,39 1,39 0,46 0,46 0,46 0,03 0,03 0,03 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,15 0,15 0,15
18 Kebutuhan Air di Sawah (NFR ) :
Padi mm/hari -1,12 1,62 3,55 0,20 -0,70 1,38 0,16 2,12 0,37 0,97 0,36 0,89 -2,00 -0,68 3,13 0,94 2,32 1,59 1,28 2,90 3,41 3,88 3,64 2,62 1,53 0,50 0,17 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -0,75
l/dt/ha -0,13 0,19 0,41 0,02 -0,08 0,16 0,02 0,24 0,04 0,11 0,04 0,10 -0,23 -0,08 0,36 0,11 0,27 0,18 0,15 0,34 0,40 0,45 0,42 0,30 0,18 0,06 0,02 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -0,09
Palawija mm/hari 0,32 -0,38 -1,02 -2,22 -2,22 -2,22 -1,67 -1,67 -1,67 -1,97 -1,97 -1,97 -1,97 -1,97 -1,97 -1,25 -0,95 -0,63 0,45 0,67 0,89 1,38 1,36 1,30 1,06 0,85 0,68 1,09 1,24 1,47 2,47 2,69 2,79 2,38 2,26 1,91
l/dt/ha 0,04 -0,04 -0,12 -0,26 -0,26 -0,26 -0,19 -0,19 -0,19 -0,23 -0,23 -0,23 -0,23 -0,23 -0,23 -0,14 -0,11 -0,07 0,05 0,08 0,10 0,16 0,16 0,15 0,12 0,10 0,08 0,13 0,14 0,17 0,29 0,31 0,32 0,28 0,26 0,22
20 Efisiensi Irigasi % 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65
21 kebutuhan Air per Satuan Luas :
Padi l/dt/ha 0,00 0,29 0,63 0,04 0,00 0,25 0,03 0,38 0,07 0,17 0,06 0,16 0,00 0,00 0,56 0,17 0,41 0,28 0,23 0,52 0,61 0,69 0,65 0,47 0,27 0,09 0,03 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Palawija l/dt/ha 0,06 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,08 0,12 0,16 0,25 0,24 0,23 0,19 0,15 0,12 0,19 0,22 0,26 0,44 0,48 0,50 0,42 0,40 0,34
Kebutuhan Air per Satuan Luas Total l/dt/ha 0,06 0,29 0,63 0,04 0,00 0,25 0,03 0,38 0,07 0,17 0,06 0,16 0,00 0,00 0,56 0,17 0,41 0,28 0,31 0,63 0,77 0,94 0,89 0,70 0,46 0,24 0,15 0,19 0,22 0,26 0,44 0,48 0,50 0,42 0,40 0,34
22 Kebutuhan Air di Intake :
Padi m3/dt 0,00 0,38 0,83 0,05 0,00 0,32 0,04 0,50 0,09 0,23 0,08 0,21 0,00 0,00 0,73 0,08 0,21 0,14 0,11 0,26 0,30 0,35 0,32 0,23 0,14 0,04 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Palawija m3/dt 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,07 0,10 0,13 0,20 0,20 0,19 0,25 0,20 0,16 0,26 0,29 0,34 0,58 0,63 0,65 0,56 0,53 0,45
Kebutuhan Air di Intake Total m3/dt 0,00 0,38 0,83 0,05 0,00 0,32 0,04 0,50 0,09 0,23 0,08 0,21 0,00 0,00 0,73 0,08 0,21 0,14 0,18 0,35 0,43 0,55 0,52 0,42 0,38 0,24 0,17 0,26 0,29 0,34 0,58 0,63 0,65 0,56 0,53 0,45

Sumber: Hasil Perhitungan, 2022


83 83
83

Tabel 4. 18
Pola Tata Tanam Alternatif 1
Luas Lahan : MT I MT II MT III
Daerah Irigasi : Pirang Padi 500 Padi 500 Padi 500
Luas Baku Sawah : 1314 Ha Palawija 814 Palawija 814 Palawija 814
Pola Tanam : Padi, Palawija (Jagung) - Padi, Palawija (Jagung) - Padi, Palawija (Jagung)

NO PARAMETER NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEP OKT
SATUAN
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III

Pola Tata Tanam Padi PL padi WLR padi PL padi WLR padi PL padi WLR

1
Pola Tata Tanam Palawija Jagung 90 hari jagung 90 hari Jagung 90 hari

2 Koefisien Tanaman (Kc ) :


Padi 1,200 1,223 1,270 1,310 1,320 1,300 1,300 0,867 0,000 1,200 1,223 1,270 1,310 1,320 1,300 1,300 0,867 0,000 1,200 1,223 1,270 1,310 1,320 1,300 1,300 0,867 0,000
Kc 0,000 1,200 1,223 1,270 1,310 1,320 1,300 1,300 0,867 0,000 1,200 1,223 1,270 1,310 1,320 1,300 1,300 0,867 0,000 1,200 1,223 1,270 1,310 1,320 1,300 1,300 0,867
0,867 0,000 1,200 1,223 1,270 1,310 1,320 1,300 1,300 0,867 0,000 1,200 1,223 1,270 1,310 1,320 1,300 1,300 0,867 0,000 1,200 1,223 1,270 1,310 1,320 1,300 1,300
Palawija 0,500 0,530 0,590 0,837 0,990 1,050 1,030 0,950 0,900 0,500 0,530 0,590 0,837 0,990 1,050 1,030 0,950 0,900 0,500 0,530 0,590 0,837 0,990 1,050 1,030 0,950 0,900
Kc 0,500 0,530 0,590 0,837 0,990 1,050 1,030 0,950 0,900 0,500 0,530 0,590 0,837 0,990 1,050 1,030 0,950 0,900 0,500 0,530 0,590 0,837 0,990 1,050 1,030 0,950 0,900
0,500 0,530 0,590 0,837 0,990 1,050 1,030 0,950 0,900 0,500 0,530 0,590 0,837 0,990 1,050 1,030 0,950 0,900 0,500 0,530 0,590 0,837 0,990 1,050 1,030 0,950 0,900
3 Rerata Koefisien Tanaman (Kc ) :
Padi 0,434 0,000 1,200 1,212 1,231 1,268 1,300 1,310 1,307 1,156 0,722 0,434 0,000 1,200 1,212 1,231 1,268 1,300 1,310 1,307 1,156 0,722 0,434 0,000 1,200 1,212 1,231 1,268 1,300 1,310 1,307 1,156 0,722
Palawija 0,500 0,515 0,540 0,652 0,806 0,959 1,023 1,010 0,960 0,925 0,900 0,500 0,515 0,540 0,652 0,806 0,959 1,023 1,010 0,960 0,925 0,900 0,500 0,515 0,540 0,652 0,806 0,959 1,023 1,010 0,960 0,925 0,900
4 Evaporasi Potensial (ETo ) mm/hari 4,72 4,72 4,72 4,22 4,22 4,22 4,04 4,04 4,04 4,45 4,45 4,45 4,68 4,68 4,68 3,41 3,41 3,41 2,82 2,82 2,82 2,76 2,76 2,76 2,70 2,70 2,70 4,03 4,03 4,03 5,95 5,95 5,95 5,31 5,31 5,31
5 Penggunaan Air Konsumtif / PAK (Cu ) :
Padi mm/hari 2,04 0,00 0,00 5,06 5,11 5,19 5,12 5,25 5,29 5,81 5,14 3,21 2,03 0,00 0,00 4,10 4,14 4,20 3,57 3,66 3,69 3,61 3,19 1,99 1,17 0,00 0,00 4,84 4,89 4,97 7,54 7,73 7,79 6,94 6,14 3,84
Palawija mm/hari 2,36 2,43 2,55 2,75 3,40 4,04 4,13 4,08 3,88 4,11 4,00 0,00 2,34 2,41 2,53 2,23 2,75 3,27 2,88 2,84 2,70 2,55 2,49 0,00 1,35 1,39 1,46 2,63 3,25 3,87 6,09 6,01 5,71 4,92 4,78 0,00
6 Rasio Luas Tanaman :
Padi 0,42 0,25 0,08 0,08 0,25 0,42 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,42 0,25 0,08 0,08 0,25 0,42 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,42 0,25 0,08 0,08 0,25 0,42 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50
Palawija 0,08 0,25 0,42 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,42 0,25 0,08 0,08 0,25 0,42 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,42 0,25 0,08 0,08 0,25 0,42 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,42 0,25 0,08
7 PAK dengan Rasio Luas :
Padi mm/hari 0,85 0,00 0,00 0,42 1,28 2,16 2,56 2,63 2,65 2,90 2,57 1,61 0,85 0,00 0,00 0,34 1,03 1,75 1,79 1,83 1,84 1,80 1,60 1,00 0,49 0,00 0,00 0,40 1,22 2,07 3,77 3,87 3,90 3,47 3,07 1,92
Palawija mm/hari 0,20 0,61 1,06 1,38 1,70 2,02 2,07 2,04 1,94 1,71 1,00 0,00 0,20 0,60 1,05 1,11 1,37 1,64 1,44 1,42 1,35 1,06 0,62 0,00 0,11 0,35 0,61 1,32 1,63 1,93 3,04 3,00 2,85 2,05 1,20 0,00
8 Perkolasi (P ) :
Padi mm/hari 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00
Palawija mm/hari
10 Perkolasi dengan Rasio Luas :
Padi mm/hari 0,83 0,50 0,17 0,17 0,50 0,83 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,83 0,50 0,17 0,17 0,50 0,83 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,83 0,50 0,17 0,17 0,50 0,83 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
Palawija mm/hari
Kebutuhan Air untuk Penyiapan Lahan Padi
11 mm/hari 12,44 12,44 12,44 12,09 12,09 12,09 11,97 11,97 11,97 12,25 12,25 12,25 12,41 12,41 12,41 11,54 11,54 11,54 11,14 11,14 11,14 11,10 11,10 11,10 11,06 11,06 11,06 11,96 11,96 11,96 13,32 13,32 13,32 12,86 12,86 12,86
(LP )
12 Rasio Penyiapan Lahan Padi 0,08 0,25 0,42 0,42 0,25 0,08 0,08 0,25 0,42 0,42 0,25 0,08 0,08 0,25 0,42 0,42 0,25 0,08

13 LP dengan Rasio Luas Padi mm/hari 1,04 3,11 5,18 5,04 3,02 1,01 1,03 3,10 5,17 4,81 2,88 0,96 0,92 2,77 4,61 4,98 2,99 1,00
14 Pergantian Lapisan Air (WLR ) Padi mm/hari 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25
15 Rasio Luas WLR Padi 0,08 0,08 0,25 0,42 0,50 0,42 0,25 0,08 0,08 0,25 0,42 0,50 0,42 0,25 0,08 0,08 0,25 0,42 0,50 0,42 0,25
16 WLR dengan Rasio Luas Padi mm/hari 0,10 0,10 0,31 0,52 0,63 0,52 0,31 0,10 0,10 0,31 0,52 0,63 0,52 0,31 0,10 0,10 0,31 0,52 0,63 0,52 0,31
17 Curah Hujan Efektif :
Padi mm/hari 2,15 1,49 1,63 5,43 5,50 2,63 3,61 2,14 4,32 4,18 4,25 2,35 4,92 4,29 2,21 4,38 2,10 1,96 1,72 0,56 0,47 0,18 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,75
Palawija mm/hari 1,02 1,02 1,02 2,22 2,22 2,22 1,67 1,67 1,67 1,97 1,97 1,97 1,97 1,97 1,97 1,39 1,39 1,39 0,46 0,46 0,46 0,03 0,03 0,03 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,15 0,15 0,15
18 Kebutuhan Air di Sawah (NFR ) :
Padi mm/hari 0,67 2,12 3,72 0,20 -0,70 1,38 0,06 1,80 -0,16 0,35 -0,16 0,57 -2,10 -0,68 3,13 0,94 2,32 1,59 1,17 2,58 2,89 3,25 3,12 2,31 2,35 3,27 4,78 5,55 4,71 3,90 4,87 5,18 5,42 5,10 4,59 2,48
l/dt/ha 0,08 0,25 0,43 0,02 -0,08 0,16 0,01 0,21 -0,02 0,04 -0,02 0,07 -0,24 -0,08 0,36 0,11 0,27 0,18 0,14 0,30 0,33 0,38 0,36 0,27 0,27 0,38 0,55 0,64 0,55 0,45 0,56 0,60 0,63 0,59 0,53 0,29
Palawija mm/hari -0,83 -0,42 0,04 -0,85 -0,52 -0,20 0,40 0,37 0,27 -0,26 -0,97 -1,97 -1,77 -1,36 -0,91 -0,28 -0,02 0,24 0,98 0,96 0,89 1,03 0,59 -0,03 0,11 0,35 0,61 1,32 1,63 1,93 3,04 3,00 2,85 1,90 1,05 -0,15
l/dt/ha -0,10 -0,05 0,00 -0,10 -0,06 -0,02 0,05 0,04 0,03 -0,03 -0,11 -0,23 -0,21 -0,16 -0,11 -0,03 0,00 0,03 0,11 0,11 0,10 0,12 0,07 0,00 0,01 0,04 0,07 0,15 0,19 0,22 0,35 0,35 0,33 0,22 0,12 -0,02
20 Efisiensi Irigasi % 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65
21 kebutuhan Air per Satuan Luas :
Padi l/dt/ha 0,12 0,38 0,66 0,04 0,00 0,25 0,01 0,32 0,00 0,06 0,00 0,10 0,00 0,00 0,56 0,17 0,41 0,28 0,21 0,46 0,52 0,58 0,55 0,41 0,42 0,58 0,85 0,99 0,84 0,69 0,87 0,92 0,96 0,91 0,82 0,44
Palawija l/dt/ha 0,00 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,07 0,07 0,05 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,04 0,17 0,17 0,16 0,18 0,11 0,00 0,02 0,06 0,11 0,23 0,29 0,34 0,54 0,53 0,51 0,34 0,19 0,00
Kebutuhan Air per Satuan Luas Total l/dt/ha 0,12 0,38 0,67 0,04 0,00 0,25 0,08 0,39 0,05 0,06 0,00 0,10 0,00 0,00 0,56 0,17 0,41 0,33 0,38 0,63 0,67 0,76 0,66 0,41 0,44 0,64 0,96 1,22 1,13 1,04 1,41 1,46 1,47 1,25 1,00 0,44
22 Kebutuhan Air di Intake :
Padi m3/dt 0,06 0,19 0,33 0,02 0,00 0,12 0,01 0,16 0,00 0,03 0,00 0,05 0,00 0,00 0,28 0,08 0,21 0,14 0,10 0,23 0,26 0,29 0,28 0,21 0,21 0,29 0,43 0,49 0,42 0,35 0,43 0,46 0,48 0,45 0,41 0,22
Palawija m3/dt 0,00 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,06 0,05 0,04 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,04 0,14 0,14 0,13 0,15 0,09 0,00 0,02 0,05 0,09 0,19 0,24 0,28 0,44 0,44 0,41 0,28 0,15 0,00
Kebutuhan Air di Intake Total m3/dt 0,06 0,19 0,34 0,02 0,00 0,12 0,06 0,21 0,04 0,03 0,00 0,05 0,00 0,00 0,28 0,08 0,21 0,18 0,25 0,37 0,39 0,44 0,36 0,21 0,23 0,34 0,51 0,69 0,66 0,63 0,88 0,90 0,90 0,73 0,56 0,22

Sumber: Hasil Perhitungan, 2022


84 84

Tabel 4. 19
Pola Tata Tanam Alternatif 2
Luas Lahan : MT I MT II MT III
Daerah Irigasi : Pirang Padi 500 Padi 500 Padi 500
Luas Baku Sawah : 1314 Ha Palawija 814 Palawija 814 Palawija 814
Pola Tanam : Padi, Palawija (Jagung) - Padi, Palawija (Kacang Tanah) - Padi, Palawija (Kedelai)

NO PARAMETER NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEP OKT
SATUAN
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III

Pola Tata Tanam Padi PL padi WLR padi PL padi WLR padi PL padi WLR

1
Pola Tata Tanam Palawija Jagung 90 hari kacang tanah 120 hari kedelai 90 hari

2 Koefisien Tanaman (Kc ) :


Padi 1,200 1,223 1,270 1,310 1,320 1,300 1,300 0,867 0,000 1,200 1,223 1,270 1,310 1,320 1,300 1,300 0,867 0,000 1,200 1,223 1,270 1,310 1,320 1,300 1,300 0,867 0,000
Kc 0,000 1,200 1,223 1,270 1,310 1,320 1,300 1,300 0,867 0,000 1,200 1,223 1,270 1,310 1,320 1,300 1,300 0,867 0,000 1,200 1,223 1,270 1,310 1,320 1,300 1,300 0,867
0,867 0,000 1,200 1,223 1,270 1,310 1,320 1,300 1,300 0,867 0,000 1,200 1,223 1,270 1,310 1,320 1,300 1,300 0,867 0,000 1,200 1,223 1,270 1,310 1,320 1,300 1,300
Palawija 0,500 0,530 0,590 0,837 0,990 1,050 1,030 0,950 0,900 0,500 0,503 0,510 0,610 0,723 0,850 0,917 0,950 0,950 0,950 0,817 0,550 0,500 0,583 0,750 0,917 1,000 1,000 0,880 0,700 0,450
Kc 0,500 0,530 0,590 0,837 0,990 1,050 1,030 0,950 0,900 0,500 0,530 0,590 0,837 0,990 1,050 1,030 0,950 0,900 0,500 0,583 0,750 0,917 1,000 1,000 0,880 0,700 0,450
0,500 0,530 0,590 0,837 0,990 1,050 1,030 0,950 0,900 0,500 0,530 0,590 0,837 0,990 1,050 1,030 0,950 0,900 0,500 0,583 0,750 0,917 1,000 1,000 0,880 0,700 0,450
3 Rerata Koefisien Tanaman (Kc ) :
Padi 0,434 0,000 1,200 1,212 1,231 1,268 1,300 1,310 1,307 1,156 0,722 0,434 0,000 1,200 1,212 1,231 1,268 1,300 1,310 1,307 1,156 0,679 0,434 0,000 1,200 1,212 1,231 1,268 1,300 1,310 1,307 1,156 0,722
Palawija 0,500 0,515 0,540 0,652 0,806 0,959 1,023 1,010 0,960 0,925 0,900 0,500 0,502 0,513 0,577 0,717 0,892 0,986 1,010 0,977 0,933 0,859 0,550 0,500 0,542 0,611 0,750 0,889 0,972 0,960 0,860 0,677 0,575 0,450
4 Evaporasi Potensial (ETo ) mm/hari 4,72 4,72 4,72 4,22 4,22 4,22 4,04 4,04 4,04 4,45 4,45 4,45 4,68 4,68 4,68 3,41 3,41 3,41 2,82 2,82 2,82 2,76 2,76 2,76 2,70 2,70 2,70 4,03 4,03 4,03 5,95 5,95 5,95 5,31 5,31 5,31
5 Penggunaan Air Konsumtif / PAK (Cu ) :
Padi mm/hari 2,04 0,00 0,00 5,06 5,11 5,19 5,12 5,25 5,29 5,81 5,14 3,21 2,03 0,00 0,00 4,10 4,14 4,20 3,57 3,66 3,69 3,61 3,19 1,88 1,17 0,00 0,00 4,84 4,89 4,97 7,54 7,73 7,79 6,94 6,14 3,84
Palawija mm/hari 2,36 2,43 2,55 2,75 3,40 4,04 4,13 4,08 3,88 4,11 4,00 0,00 2,34 2,35 2,40 1,97 2,45 3,05 2,78 2,84 2,75 2,58 2,37 1,52 1,35 1,46 1,65 3,03 3,59 3,92 5,71 5,12 4,02 3,06 2,39 0,00
6 Rasio Luas Tanaman :
Padi 0,42 0,25 0,08 0,08 0,25 0,42 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,42 0,25 0,08 0,08 0,25 0,42 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,42 0,25 0,08 0,08 0,25 0,42 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50
Palawija 0,08 0,25 0,42 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,42 0,25 0,08 0,08 0,25 0,42 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,42 0,25 0,08
7 PAK dengan Rasio Luas :
Padi mm/hari 0,85 0,00 0,00 0,42 1,28 2,16 2,56 2,63 2,65 2,90 2,57 1,61 0,85 0,00 0,00 0,34 1,03 1,75 1,79 1,83 1,84 1,80 1,60 0,94 0,49 0,00 0,00 0,40 1,22 2,07 3,77 3,87 3,90 3,47 3,07 1,92
Palawija mm/hari 0,20 0,61 1,06 1,38 1,70 2,02 2,07 2,04 1,94 1,71 1,00 0,00 0,20 0,59 1,00 0,98 1,22 1,52 1,39 1,42 1,38 1,29 1,19 0,76 0,67 0,73 0,82 1,51 1,79 1,96 2,85 2,56 2,01 1,27 0,60 0,00
8 Perkolasi (P ) :
Padi mm/hari 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00
Palawija mm/hari
10 Perkolasi dengan Rasio Luas :
Padi mm/hari 0,83 0,50 0,17 0,17 0,50 0,83 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,83 0,50 0,17 0,17 0,50 0,83 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,83 0,50 0,17 0,17 0,50 0,83 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
Palawija mm/hari
Kebutuhan Air untuk Penyiapan Lahan Padi
11 mm/hari 12,44 12,44 12,44 12,09 12,09 12,09 11,97 11,97 11,97 12,25 12,25 12,25 12,41 12,41 12,41 11,54 11,54 11,54 11,14 11,14 11,14 11,10 11,10 11,10 11,06 11,06 11,06 11,96 11,96 11,96 13,32 13,32 13,32 12,86 12,86 12,86
(LP )
12 Rasio Penyiapan Lahan Padi 0,08 0,25 0,42 0,42 0,25 0,08 0,08 0,25 0,42 0,42 0,25 0,08 0,08 0,25 0,42 0,42 0,25 0,08

13 LP dengan Rasio Luas Padi mm/hari 1,04 3,11 5,18 5,04 3,02 1,01 1,03 3,10 5,17 4,81 2,88 0,96 0,92 2,77 4,61 4,98 2,99 1,00
14 Pergantian Lapisan Air (WLR ) Padi mm/hari 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25
15 Rasio Luas WLR Padi 0,08 0,08 0,25 0,42 0,50 0,42 0,25 0,08 0,08 0,25 0,42 0,50 0,42 0,25 0,08 0,08 0,25 0,42 0,50 0,42 0,25
16 WLR dengan Rasio Luas Padi mm/hari 0,10 0,10 0,31 0,52 0,63 0,52 0,31 0,10 0,10 0,31 0,52 0,63 0,52 0,31 0,10 0,10 0,31 0,52 0,63 0,52 0,31
17 Curah Hujan Efektif :
Padi mm/hari 2,15 1,49 1,63 5,43 5,50 2,63 3,61 2,14 4,32 4,18 4,25 2,35 4,92 4,29 2,21 4,38 2,10 1,96 1,72 0,56 0,47 0,18 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,75
Palawija mm/hari 1,02 1,02 1,02 2,22 2,22 2,22 1,67 1,67 1,67 1,97 1,97 1,97 1,97 1,97 1,97 1,39 1,39 1,39 0,46 0,46 0,46 0,03 0,03 0,03 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,15 0,15 0,15
18 Kebutuhan Air di Sawah (NFR ) :
Padi mm/hari 0,67 2,12 3,72 0,20 -0,70 1,38 0,06 1,80 -0,16 0,35 -0,16 0,57 -2,10 -0,68 3,13 0,94 2,32 1,59 1,17 2,58 2,89 3,25 3,12 2,25 2,35 3,27 4,78 5,55 4,71 3,90 4,87 5,18 5,42 5,10 4,59 2,48
l/dt/ha 0,08 0,25 0,43 0,02 -0,08 0,16 0,01 0,21 -0,02 0,04 -0,02 0,07 -0,24 -0,08 0,36 0,11 0,27 0,18 0,14 0,30 0,33 0,38 0,36 0,26 0,27 0,38 0,55 0,64 0,55 0,45 0,56 0,60 0,63 0,59 0,53 0,29
Palawija mm/hari -0,83 -0,42 0,04 -0,85 -0,52 -0,20 0,40 0,37 0,27 -0,26 -0,97 -1,97 -1,77 -1,38 -0,97 -0,41 -0,17 0,13 0,92 0,96 0,91 1,26 1,16 0,73 0,67 0,73 0,82 1,51 1,79 1,96 2,85 2,56 2,01 1,13 0,45 -0,15
l/dt/ha -0,10 -0,05 0,00 -0,10 -0,06 -0,02 0,05 0,04 0,03 -0,03 -0,11 -0,23 -0,21 -0,16 -0,11 -0,05 -0,02 0,01 0,11 0,11 0,11 0,15 0,13 0,08 0,08 0,08 0,10 0,18 0,21 0,23 0,33 0,30 0,23 0,13 0,05 -0,02
20 Efisiensi Irigasi % 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65
21 kebutuhan Air per Satuan Luas :
Padi l/dt/ha 0,12 0,38 0,66 0,04 0,00 0,25 0,01 0,32 0,00 0,06 0,00 0,10 0,00 0,00 0,56 0,17 0,41 0,28 0,21 0,46 0,52 0,58 0,55 0,40 0,42 0,58 0,85 0,99 0,84 0,69 0,87 0,92 0,96 0,91 0,82 0,44
Palawija l/dt/ha 0,00 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,07 0,07 0,05 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,02 0,16 0,17 0,16 0,22 0,21 0,13 0,12 0,13 0,15 0,27 0,32 0,35 0,51 0,46 0,36 0,20 0,08 0,00
Kebutuhan Air per Satuan Luas Total l/dt/ha 0,12 0,38 0,67 0,04 0,00 0,25 0,08 0,39 0,05 0,06 0,00 0,10 0,00 0,00 0,56 0,17 0,41 0,31 0,37 0,63 0,68 0,80 0,76 0,53 0,54 0,71 1,00 1,26 1,16 1,04 1,38 1,38 1,32 1,11 0,90 0,44
22 Kebutuhan Air di Intake :
Padi m3/dt 0,06 0,19 0,33 0,02 0,00 0,12 0,01 0,16 0,00 0,03 0,00 0,05 0,00 0,00 0,28 0,08 0,21 0,14 0,10 0,23 0,26 0,29 0,28 0,20 0,21 0,29 0,43 0,49 0,42 0,35 0,43 0,46 0,48 0,45 0,41 0,22
Palawija m3/dt 0,00 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,06 0,05 0,04 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,02 0,13 0,14 0,13 0,18 0,17 0,11 0,10 0,11 0,12 0,22 0,26 0,28 0,41 0,37 0,29 0,16 0,07 0,00
Kebutuhan Air di Intake Total m3/dt 0,06 0,19 0,34 0,02 0,00 0,12 0,06 0,21 0,04 0,03 0,00 0,05 0,00 0,00 0,28 0,08 0,21 0,16 0,24 0,37 0,39 0,47 0,44 0,31 0,31 0,40 0,54 0,71 0,68 0,63 0,85 0,83 0,77 0,62 0,47 0,22

Sumber: Hasil Perhitungan, 2022


85 85
85

Tabel 4. 20
Pola Tata Tanam Alternatif 3
Luas Lahan : MT I MT II MT III
Daerah Irigasi : Pirang Padi 500 Padi 500 Padi 500
Luas Baku Sawah : 1314 Ha Palawija 814 Palawija 814 Palawija 814
Pola Tanam : Padi, Palawija (Jagung) - Padi, Palawija (Kacang Tanah) - Padi, Palawija (Kedelai)

NO PARAMETER DES JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEP OKT NOV
SATUAN
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III

Pola Tata Tanam Padi PL padi WLR padi PL padi WLR padi PL padi WLR

1
Pola Tata Tanam Palawija Jagung 90 hari kacang tanah 120 hari kedelai 90 hari

2 Koefisien Tanaman (Kc ) :


Padi 1,200 1,223 1,270 1,310 1,320 1,300 1,300 0,867 0,000 1,200 1,223 1,270 1,310 1,320 1,300 1,300 0,867 0,000 1,200 1,223 1,270 1,310 1,320 1,300 1,300 0,867 0,000
Kc 0,000 1,200 1,223 1,270 1,310 1,320 1,300 1,300 0,867 0,000 1,200 1,223 1,270 1,310 1,320 1,300 1,300 0,867 0,000 1,200 1,223 1,270 1,310 1,320 1,300 1,300 0,867
0,867 0,000 1,200 1,223 1,270 1,310 1,320 1,300 1,300 0,867 0,000 1,200 1,223 1,270 1,310 1,320 1,300 1,300 0,867 0,000 1,200 1,223 1,270 1,310 1,320 1,300 1,300
Palawija 0,500 0,530 0,590 0,837 0,990 1,050 1,030 0,950 0,900 0,500 0,503 0,510 0,610 0,723 0,850 0,917 0,950 0,950 0,950 0,817 0,550 0,500 0,583 0,750 0,917 1,000 1,000 0,880 0,700 0,450
Kc 0,500 0,530 0,590 0,837 0,990 1,050 1,030 0,950 0,900 0,500 0,530 0,590 0,837 0,990 1,050 1,030 0,950 0,900 0,500 0,583 0,750 0,917 1,000 1,000 0,880 0,700 0,450
0,500 0,530 0,590 0,837 0,990 1,050 1,030 0,950 0,900 0,500 0,530 0,590 0,837 0,990 1,050 1,030 0,950 0,900 0,500 0,583 0,750 0,917 1,000 1,000 0,880 0,700 0,450
3 Rerata Koefisien Tanaman (Kc ) :
Padi 0,434 0,000 1,200 1,212 1,231 1,268 1,300 1,310 1,307 1,156 0,722 0,434 0,000 1,200 1,212 1,231 1,268 1,300 1,310 1,307 1,156 0,679 0,434 0,000 1,200 1,212 1,231 1,268 1,300 1,310 1,307 1,156 0,722
Palawija 0,500 0,515 0,540 0,652 0,806 0,959 1,023 1,010 0,960 0,925 0,900 0,500 0,502 0,513 0,577 0,717 0,892 0,986 1,010 0,977 0,933 0,859 0,550 0,500 0,542 0,611 0,750 0,889 0,972 0,960 0,860 0,677 0,575 0,450
4 Evaporasi Potensial (ETo ) mm/hari 4,72 4,72 4,72 4,22 4,22 4,22 4,04 4,04 4,04 4,45 4,45 4,45 4,68 4,68 4,68 3,41 3,41 3,41 2,82 2,82 2,82 2,76 2,76 2,76 2,70 2,70 2,70 4,03 4,03 4,03 5,95 5,95 5,95 5,31 5,31 5,31
5 Penggunaan Air Konsumtif / PAK (Cu ) :
Padi mm/hari 2,04 0,00 0,00 5,06 5,11 5,19 5,12 5,25 5,29 5,81 5,14 3,21 2,03 0,00 0,00 4,10 4,14 4,20 3,57 3,66 3,69 3,61 3,19 1,88 1,17 0,00 0,00 4,84 4,89 4,97 7,54 7,73 7,79 6,94 6,14 3,84
Palawija mm/hari 2,36 2,43 2,55 2,75 3,40 4,04 4,13 4,08 3,88 4,11 4,00 0,00 2,34 2,35 2,40 1,97 2,45 3,05 2,78 2,84 2,75 2,58 2,37 1,52 1,35 1,46 1,65 3,03 3,59 3,92 5,71 5,12 4,02 3,06 2,39 0,00
6 Rasio Luas Tanaman :
Padi 0,42 0,25 0,08 0,08 0,25 0,42 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,42 0,25 0,08 0,08 0,25 0,42 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,42 0,25 0,08 0,08 0,25 0,42 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50
Palawija 0,08 0,25 0,42 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,42 0,25 0,08 0,08 0,25 0,42 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,42 0,25 0,08
7 PAK dengan Rasio Luas :
Padi mm/hari 0,85 0,00 0,00 0,42 1,28 2,16 2,56 2,63 2,65 2,90 2,57 1,61 0,85 0,00 0,00 0,34 1,03 1,75 1,79 1,83 1,84 1,80 1,60 0,94 0,49 0,00 0,00 0,40 1,22 2,07 3,77 3,87 3,90 3,47 3,07 1,92
Palawija mm/hari 0,20 0,61 1,06 1,38 1,70 2,02 2,07 2,04 1,94 1,71 1,00 0,00 0,20 0,59 1,00 0,98 1,22 1,52 1,39 1,42 1,38 1,29 1,19 0,76 0,67 0,73 0,82 1,51 1,79 1,96 2,85 2,56 2,01 1,27 0,60 0,00
8 Perkolasi (P ) :
Padi mm/hari 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00
Palawija mm/hari
10 Perkolasi dengan Rasio Luas :
Padi mm/hari 0,83 0,50 0,17 0,17 0,50 0,83 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,83 0,50 0,17 0,17 0,50 0,83 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,83 0,50 0,17 0,17 0,50 0,83 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
Palawija mm/hari
Kebutuhan Air untuk Penyiapan Lahan Padi
11 mm/hari 12,44 12,44 12,44 12,09 12,09 12,09 11,97 11,97 11,97 12,25 12,25 12,25 12,41 12,41 12,41 11,54 11,54 11,54 11,14 11,14 11,14 11,10 11,10 11,10 11,06 11,06 11,06 11,96 11,96 11,96 13,32 13,32 13,32 12,86 12,86 12,86
(LP )
12 Rasio Penyiapan Lahan Padi 0,08 0,25 0,42 0,42 0,25 0,08 0,08 0,25 0,42 0,42 0,25 0,08 0,08 0,25 0,42 0,42 0,25 0,08

13 LP dengan Rasio Luas Padi mm/hari 1,04 3,11 5,18 5,04 3,02 1,01 1,03 3,10 5,17 4,81 2,88 0,96 0,92 2,77 4,61 4,98 2,99 1,00
14 Pergantian Lapisan Air (WLR ) Padi mm/hari 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25
15 Rasio Luas WLR Padi 0,08 0,08 0,25 0,42 0,50 0,42 0,25 0,08 0,08 0,25 0,42 0,50 0,42 0,25 0,08 0,08 0,25 0,42 0,50 0,42 0,25
16 WLR dengan Rasio Luas Padi mm/hari 0,10 0,10 0,31 0,52 0,63 0,52 0,31 0,10 0,10 0,31 0,52 0,63 0,52 0,31 0,10 0,10 0,31 0,52 0,63 0,52 0,31
17 Curah Hujan Efektif :
Padi mm/hari 2,15 1,49 1,63 5,43 5,50 2,63 3,61 2,14 4,32 4,18 4,25 2,35 4,92 4,29 2,21 4,38 2,10 1,96 1,72 0,56 0,47 0,18 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,75
Palawija mm/hari 1,02 1,02 1,02 2,22 2,22 2,22 1,67 1,67 1,67 1,97 1,97 1,97 1,97 1,97 1,97 1,39 1,39 1,39 0,46 0,46 0,46 0,03 0,03 0,03 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,15 0,15 0,15
18 Kebutuhan Air di Sawah (NFR ) :
Padi mm/hari 0,67 2,12 3,72 0,20 -0,70 1,38 0,06 1,80 -0,16 0,35 -0,16 0,57 -2,10 -0,68 3,13 0,94 2,32 1,59 1,17 2,58 2,89 3,25 3,12 2,25 2,35 3,27 4,78 5,55 4,71 3,90 4,87 5,18 5,42 5,10 4,59 2,48
l/dt/ha 0,08 0,25 0,43 0,02 -0,08 0,16 0,01 0,21 -0,02 0,04 -0,02 0,07 -0,24 -0,08 0,36 0,11 0,27 0,18 0,14 0,30 0,33 0,38 0,36 0,26 0,27 0,38 0,55 0,64 0,55 0,45 0,56 0,60 0,63 0,59 0,53 0,29
Palawija mm/hari -0,83 -0,42 0,04 -0,85 -0,52 -0,20 0,40 0,37 0,27 -0,26 -0,97 -1,97 -1,77 -1,38 -0,97 -0,41 -0,17 0,13 0,92 0,96 0,91 1,26 1,16 0,73 0,67 0,73 0,82 1,51 1,79 1,96 2,85 2,56 2,01 1,13 0,45 -0,15
l/dt/ha -0,10 -0,05 0,00 -0,10 -0,06 -0,02 0,05 0,04 0,03 -0,03 -0,11 -0,23 -0,21 -0,16 -0,11 -0,05 -0,02 0,01 0,11 0,11 0,11 0,15 0,13 0,08 0,08 0,08 0,10 0,18 0,21 0,23 0,33 0,30 0,23 0,13 0,05 -0,02
20 Efisiensi Irigasi % 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65
21 kebutuhan Air per Satuan Luas :
Padi l/dt/ha 0,12 0,38 0,66 0,04 0,00 0,25 0,01 0,32 0,00 0,06 0,00 0,10 0,00 0,00 0,56 0,17 0,41 0,28 0,21 0,46 0,52 0,58 0,55 0,40 0,42 0,58 0,85 0,99 0,84 0,69 0,87 0,92 0,96 0,91 0,82 0,44
Palawija l/dt/ha 0,00 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,07 0,07 0,05 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,02 0,16 0,17 0,16 0,22 0,21 0,13 0,12 0,13 0,15 0,27 0,32 0,35 0,51 0,46 0,36 0,20 0,08 0,00
Kebutuhan Air per Satuan Luas Total l/dt/ha 0,12 0,38 0,67 0,04 0,00 0,25 0,08 0,39 0,05 0,06 0,00 0,10 0,00 0,00 0,56 0,17 0,41 0,31 0,37 0,63 0,68 0,80 0,76 0,53 0,54 0,71 1,00 1,26 1,16 1,04 1,38 1,38 1,32 1,11 0,90 0,44
22 Kebutuhan Air di Intake :
Padi m3/dt 0,06 0,19 0,33 0,02 0,00 0,12 0,01 0,16 0,00 0,03 0,00 0,05 0,00 0,00 0,28 0,08 0,21 0,14 0,10 0,23 0,26 0,29 0,28 0,20 0,21 0,29 0,43 0,49 0,42 0,35 0,43 0,46 0,48 0,45 0,41 0,22
Palawija m3/dt 0,00 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,06 0,05 0,04 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,02 0,13 0,14 0,13 0,18 0,17 0,11 0,10 0,11 0,12 0,22 0,26 0,28 0,41 0,37 0,29 0,16 0,07 0,00
Kebutuhan Air di Intake Total m3/dt 0,06 0,19 0,34 0,02 0,00 0,12 0,06 0,21 0,04 0,03 0,00 0,05 0,00 0,00 0,28 0,08 0,21 0,16 0,24 0,37 0,39 0,47 0,44 0,31 0,31 0,40 0,54 0,71 0,68 0,63 0,85 0,83 0,77 0,62 0,47 0,22

Sumber: Hasil Perhitungan, 2022


86 86

Tabel 4. 21
Pola Tata Tanam Alternatif 4
Luas Lahan : MT I MT II MT III
Daerah Irigasi : Pirang Padi 500 Padi 500 Padi 500
Luas Baku Sawah : 1314 Ha Palawija 814 Palawija 814 Palawija 814
Pola Tanam : Padi, Palawija (Jagung) - Padi, Palawija (Jagung) - Padi, Palawija (Jagung)

NO PARAMETER DES JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEP OKT NOV
SATUAN
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III

Pola Tata Tanam Padi PL padi WLR padi PL padi WLR padi PL padi WLR

1
Pola Tata Tanam Palawija Jagung 90 hari jagung 90 hari Jagung 90 hari

2 Koefisien Tanaman (Kc ) :


Padi 1,200 1,223 1,270 1,310 1,320 1,300 1,300 0,867 0,000 1,200 1,223 1,270 1,310 1,320 1,300 1,300 0,867 0,000 1,200 1,223 1,270 1,310 1,320 1,300 1,300 0,867 0,000
Kc 0,000 1,200 1,223 1,270 1,310 1,320 1,300 1,300 0,867 0,000 1,200 1,223 1,270 1,310 1,320 1,300 1,300 0,867 0,000 1,200 1,223 1,270 1,310 1,320 1,300 1,300 0,867
0,867 0,000 1,200 1,223 1,270 1,310 1,320 1,300 1,300 0,867 0,000 1,200 1,223 1,270 1,310 1,320 1,300 1,300 0,867 0,000 1,200 1,223 1,270 1,310 1,320 1,300 1,300
Palawija 0,500 0,530 0,590 0,837 0,990 1,050 1,030 0,950 0,900 0,500 0,530 0,590 0,837 0,990 1,050 1,030 0,950 0,900 0,500 0,530 0,590 0,837 0,990 1,050 1,030 0,950 0,900
Kc 0,500 0,530 0,590 0,837 0,990 1,050 1,030 0,950 0,900 0,500 0,530 0,590 0,837 0,990 1,050 1,030 0,950 0,900 0,500 0,530 0,590 0,837 0,990 1,050 1,030 0,950 0,900
0,500 0,530 0,590 0,837 0,990 1,050 1,030 0,950 0,900 0,500 0,530 0,590 0,837 0,990 1,050 1,030 0,950 0,900 0,500 0,530 0,590 0,837 0,990 1,050 1,030 0,950 0,900
3 Rerata Koefisien Tanaman (Kc ) :
Padi 0,434 0,000 1,200 1,212 1,231 1,268 1,300 1,310 1,307 1,156 0,722 0,434 0,000 1,200 1,212 1,231 1,268 1,300 1,310 1,307 1,156 0,722 0,434 0,000 1,200 1,212 1,231 1,268 1,300 1,310 1,307 1,156 0,722
Palawija 0,500 0,515 0,540 0,652 0,806 0,959 1,023 1,010 0,960 0,925 0,900 0,500 0,515 0,540 0,652 0,806 0,959 1,023 1,010 0,960 0,925 0,900 0,500 0,515 0,540 0,652 0,806 0,959 1,023 1,010 0,960 0,925 0,900
4 Evaporasi Potensial (ETo ) mm/hari 4,72 4,72 4,72 4,22 4,22 4,22 4,04 4,04 4,04 4,45 4,45 4,45 4,68 4,68 4,68 3,41 3,41 3,41 2,82 2,82 2,82 2,76 2,76 2,76 2,70 2,70 2,70 4,03 4,03 4,03 5,95 5,95 5,95 5,31 5,31 5,31
5 Penggunaan Air Konsumtif / PAK (Cu ) :
Padi mm/hari 2,04 0,00 0,00 5,06 5,11 5,19 5,12 5,25 5,29 5,81 5,14 3,21 2,03 0,00 0,00 4,10 4,14 4,20 3,57 3,66 3,69 3,61 3,19 1,99 1,17 0,00 0,00 4,84 4,89 4,97 7,54 7,73 7,79 6,94 6,14 3,84
Palawija mm/hari 2,36 2,43 2,55 2,75 3,40 4,04 4,13 4,08 3,88 4,11 4,00 0,00 2,34 2,41 2,53 2,23 2,75 3,27 2,88 2,84 2,70 2,55 2,49 0,00 1,35 1,39 1,46 2,63 3,25 3,87 6,09 6,01 5,71 4,92 4,78 0,00
6 Rasio Luas Tanaman :
Padi 0,42 0,25 0,08 0,08 0,25 0,42 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,42 0,25 0,08 0,08 0,25 0,42 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,42 0,25 0,08 0,08 0,25 0,42 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50
Palawija 0,08 0,25 0,42 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,42 0,25 0,08 0,08 0,25 0,42 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,42 0,25 0,08 0,08 0,25 0,42 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,42 0,25 0,08
7 PAK dengan Rasio Luas :
Padi mm/hari 0,85 0,00 0,00 0,42 1,28 2,16 2,56 2,63 2,65 2,90 2,57 1,61 0,85 0,00 0,00 0,34 1,03 1,75 1,79 1,83 1,84 1,80 1,60 1,00 0,49 0,00 0,00 0,40 1,22 2,07 3,77 3,87 3,90 3,47 3,07 1,92
Palawija mm/hari 0,20 0,61 1,06 1,38 1,70 2,02 2,07 2,04 1,94 1,71 1,00 0,00 0,20 0,60 1,05 1,11 1,37 1,64 1,44 1,42 1,35 1,06 0,62 0,00 0,11 0,35 0,61 1,32 1,63 1,93 3,04 3,00 2,85 2,05 1,20 0,00
8 Perkolasi (P ) :
Padi mm/hari 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00
Palawija mm/hari
10 Perkolasi dengan Rasio Luas :
Padi mm/hari 0,83 0,50 0,17 0,17 0,50 0,83 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,83 0,50 0,17 0,17 0,50 0,83 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,83 0,50 0,17 0,17 0,50 0,83 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
Palawija mm/hari
Kebutuhan Air untuk Penyiapan Lahan Padi
11 mm/hari 12,44 12,44 12,44 12,09 12,09 12,09 11,97 11,97 11,97 12,25 12,25 12,25 12,41 12,41 12,41 11,54 11,54 11,54 11,14 11,14 11,14 11,10 11,10 11,10 11,06 11,06 11,06 11,96 11,96 11,96 13,32 13,32 13,32 12,86 12,86 12,86
(LP )
12 Rasio Penyiapan Lahan Padi 0,08 0,25 0,42 0,42 0,25 0,08 0,08 0,25 0,42 0,42 0,25 0,08 0,08 0,25 0,42 0,42 0,25 0,08

13 LP dengan Rasio Luas Padi mm/hari 1,04 3,11 5,18 5,04 3,02 1,01 1,03 3,10 5,17 4,81 2,88 0,96 0,92 2,77 4,61 4,98 2,99 1,00
14 Pergantian Lapisan Air (WLR ) Padi mm/hari 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25
15 Rasio Luas WLR Padi 0,08 0,08 0,25 0,42 0,50 0,42 0,25 0,08 0,08 0,25 0,42 0,50 0,42 0,25 0,08 0,08 0,25 0,42 0,50 0,42 0,25
16 WLR dengan Rasio Luas Padi mm/hari 0,10 0,10 0,31 0,52 0,63 0,52 0,31 0,10 0,10 0,31 0,52 0,63 0,52 0,31 0,10 0,10 0,31 0,52 0,63 0,52 0,31
17 Curah Hujan Efektif :
Padi mm/hari 2,15 1,49 1,63 5,43 5,50 2,63 3,61 2,14 4,32 4,18 4,25 2,35 4,92 4,29 2,21 4,38 2,10 1,96 1,72 0,56 0,47 0,18 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,75
Palawija mm/hari 1,02 1,02 1,02 2,22 2,22 2,22 1,67 1,67 1,67 1,97 1,97 1,97 1,97 1,97 1,97 1,39 1,39 1,39 0,46 0,46 0,46 0,03 0,03 0,03 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,15 0,15 0,15
18 Kebutuhan Air di Sawah (NFR ) :
Padi mm/hari 0,67 2,12 3,72 0,20 -0,70 1,38 0,06 1,80 -0,16 0,35 -0,16 0,57 -2,10 -0,68 3,13 0,94 2,32 1,59 1,17 2,58 2,89 3,25 3,12 2,31 2,35 3,27 4,78 5,55 4,71 3,90 4,87 5,18 5,42 5,10 4,59 2,48
l/dt/ha 0,08 0,25 0,43 0,02 -0,08 0,16 0,01 0,21 -0,02 0,04 -0,02 0,07 -0,24 -0,08 0,36 0,11 0,27 0,18 0,14 0,30 0,33 0,38 0,36 0,27 0,27 0,38 0,55 0,64 0,55 0,45 0,56 0,60 0,63 0,59 0,53 0,29
Palawija mm/hari -0,83 -0,42 0,04 -0,85 -0,52 -0,20 0,40 0,37 0,27 -0,26 -0,97 -1,97 -1,77 -1,36 -0,91 -0,28 -0,02 0,24 0,98 0,96 0,89 1,03 0,59 -0,03 0,11 0,35 0,61 1,32 1,63 1,93 3,04 3,00 2,85 1,90 1,05 -0,15
l/dt/ha -0,10 -0,05 0,00 -0,10 -0,06 -0,02 0,05 0,04 0,03 -0,03 -0,11 -0,23 -0,21 -0,16 -0,11 -0,03 0,00 0,03 0,11 0,11 0,10 0,12 0,07 0,00 0,01 0,04 0,07 0,15 0,19 0,22 0,35 0,35 0,33 0,22 0,12 -0,02
20 Efisiensi Irigasi % 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65
21 kebutuhan Air per Satuan Luas :
Padi l/dt/ha 0,12 0,38 0,66 0,04 0,00 0,25 0,01 0,32 0,00 0,06 0,00 0,10 0,00 0,00 0,56 0,17 0,41 0,28 0,21 0,46 0,52 0,58 0,55 0,41 0,42 0,58 0,85 0,99 0,84 0,69 0,87 0,92 0,96 0,91 0,82 0,44
Palawija l/dt/ha 0,00 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,07 0,07 0,05 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,04 0,17 0,17 0,16 0,18 0,11 0,00 0,02 0,06 0,11 0,23 0,29 0,34 0,54 0,53 0,51 0,34 0,19 0,00
Kebutuhan Air per Satuan Luas Total l/dt/ha 0,12 0,38 0,67 0,04 0,00 0,25 0,08 0,39 0,05 0,06 0,00 0,10 0,00 0,00 0,56 0,17 0,41 0,33 0,38 0,63 0,67 0,76 0,66 0,41 0,44 0,64 0,96 1,22 1,13 1,04 1,41 1,46 1,47 1,25 1,00 0,44
22 Kebutuhan Air di Intake :
Padi m3/dt 0,06 0,19 0,33 0,02 0,00 0,12 0,01 0,16 0,00 0,03 0,00 0,05 0,00 0,00 0,28 0,08 0,21 0,14 0,10 0,23 0,26 0,29 0,28 0,21 0,21 0,29 0,43 0,49 0,42 0,35 0,43 0,46 0,48 0,45 0,41 0,22
Palawija m3/dt 0,00 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,06 0,05 0,04 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,04 0,14 0,14 0,13 0,15 0,09 0,00 0,02 0,05 0,09 0,19 0,24 0,28 0,44 0,44 0,41 0,28 0,15 0,00
Kebutuhan Air di Intake Total m3/dt 0,06 0,19 0,34 0,02 0,00 0,12 0,06 0,21 0,04 0,03 0,00 0,05 0,00 0,00 0,28 0,08 0,21 0,18 0,25 0,37 0,39 0,44 0,36 0,21 0,23 0,34 0,51 0,69 0,66 0,63 0,88 0,90 0,90 0,73 0,56 0,22

Sumber: Hasil Perhitungan, 202


87

4.6. Volume Air Irigasi


Volume air irigasi meliputi voume kebutuhan air irigasi yang didapat dari hasil
perhitungan kebutuhan air berdasarkan berbagai macan pola tata tanam eksisting dan
alternatif serta volume ketersediaan air yang didapatkan dari hasil analisis debit andalan di
Daerah Irigasi Pirang
4.6.1. Volume Ketersediaan Air
Volume ketersediaan air merupakan suatu nilai ketersediaan air untuk suatu daerah
irigasi yang akan digunakan sebagai fungsi kendala atau pembatas dalam studi ini.
Ketersediaan air yang digunakan dalam studi ini yaitu debit andalan 80% (mewakili debit
air rendah) dan 50% (mewakili debit air normal). Dari perhitungan debit andalan pada
Daerah Irigasi Pirang untuk tiap periode dalam satu tahun akan dihasilkan besar volume
ketersediaaan air untuk masing-masing musim tanam.
Debit andalan tersebut nantinya akan dibandingkan dengan kebutuhan air irigasi dari
perhitungan pola tata tanam eksisting dan juga alternatif yang direncanakan. Nilai volume
ketersediaan air ini dikonversi dari nilai debit yang ada (dalam hal ini m3/dt) menjadi nilai
volume dalam satuan m3.
Contoh perhitungan untuk menentukan volume ketersediaan air dengan debit
andalan 80% sebagai berikut.
Diketahui:
Q Andalan 80% = 0,411 m3/dt (bulan November periode I)
V Andalan 80% = 0,411 x (24 x 60 x 60)
= 35510,40 m3
Contoh perhitungan untuk menentukan volume ketersediaan air dengan debit
andalan 50% sebagai berikut.
Diketahui:
Q Andalan 50% = 0,356 m3/dt (bulan November periode I)
V Andalan 50% = 0,356 x (24 x 60 x 60)
= 30758,40 m3
Untuk perhitungan selanjutnya, konversi volume dari setiap debit andalan disajikan
pada Tabel 4.22 dan Tabel 4.23 berikut.
88

Tabel 4. 22
Volume Ketersediaan Air Irigasi (Debit Andalan 80%)

Q Andalan 80% Volume Air Andalan 80% (m3)


Bulan Periode
(m3/dt) MT I MT II MT III
I 0,411 35510,400
Nov II 0,429 37065,600
III 0,429 37065,600
I 0,743 64195,200
Des II 0,895 77328,000
III 0,894 77241,600
I 0,618 53395,200
Jan II 0,582 50284,800
III 0,603 52099,200
I 0,757 65404,800
Feb II 0,664 57369,600
III 0,600 51840,000
I 0,445 38448,000
Mar II 0,327 28252,800
III 0,323 27907,200
I 0,855 73872,000
Apr II 0,833 71971,200
III 0,764 66009,600
I 0,715 61776,000
Mei II 0,736 63590,400
III 0,785 67824,000
I 0,736 63590,400
Jun II 0,715 61776,000
III 0,618 53395,200
I 0,573 49507,200
Jul II 0,553 47779,200
III 0,553 47779,200
I 0,573 49507,200
Agu II 0,553 47779,200
III 0,553 47779,200
I 0,429 37065,600
Sep II 0,429 37065,600
III 0,337 29116,800
I 0,337 29116,800
Okt II 0,372 32140,800
III 0,359 31017,600
Jumlah 658800,000 678412,800 485654,400

Sumber: Hasil Perhitungan, 2022


89

Tabel 4. 23
Volume Ketersediaan Air Irigasi (Debit Andalan 50%)
Q Andalan 50% Volume Air Andalan 50% (m3)
Bulan Periode
(m3/dt) MT I MT II MT III

I 0,356 30758,400

Nov II 0,365 31536,000

III 0,365 31536,000

I 0,594 51321,600

Des II 0,670 57888,000

III 0,669 57801,600

I 0,854 73785,600

Jan II 0,791 68342,400

III 0,757 65404,800

I 0,834 72057,600

Feb II 0,761 65750,400

III 0,701 60566,400

I 0,757 65404,800

Mar II 0,701 60566,400

III 1,130 97632,000

I 0,930 80352,000

Apr II 0,679 58665,600

III 0,840 72576,000

I 0,822 71020,800

Mei II 0,832 71884,800

III 0,794 68601,600

I 0,697 60220,800

Jun II 0,676 58406,400

III 0,649 56073,600

I 0,584 50457,600

Jul II 0,563 48643,200

III 0,563 48643,200

I 0,458 39571,200

Agu II 0,446 38534,400

III 0,450 38880,000


90

Q Andalan 50% Volume Air Andalan 50% (m3)


Bulan Periode
(m3/dt) MT I MT II MT III

I 0,380 32832,000

Sep II 0,396 34214,400

III 0,374 32313,600

I 0,355 30672,000

Okt II 0,373 32227,200

III 0,338 29203,200

Sumber: Hasil Perhitungan, 2022


4.6.2. Volume Kebutuhan Air
Volume kebutuhan air irigasi merupakan nilai yang didapat dari perhitungan debit
kebutuhan air irigasi selama satu tahun yang telah dikonversi (dalam studi ini m3/dt) menjadi
nilai volume dalam satuan m3. Dalam perhitungan kebutuhan air irigasi, dilakukan analisis
kebutuhan air yang dipengaruhi oleh nilai evapotranspirasi potensial, curah hujan efektif,
perkolasi, koefisien tanaman, pengolahan lahan, efisiensi irigasi, dan berbagai faktor
lainnya.
Perhitungan kebutuhan air irigasi didapatkan dari hasil perhitungan kebutuhan air di
sawah dalam tiap satuan luas untuk tiap jenis tanaman sesuai dengan pola tata tanam
eksisting maupun alternatif yang direncanakan, kemudian dilakukan perhitungan jumlah
volume air yang dibutuhkan untuk masing-masing periode dalam tiap-tiap musim tanam.
Untuk perhitungan volume kebutuhan air irigasi dari masing-masing pola tata tanam dapat
dilihat pada Tabel 4.24 sampai dengan Tabel 4.28.
Contoh perhitungan untuk menentukan volume kebutuhan air pada pola tata tanam
eksisting bulan November Periode I
Diketahui:
Q kebutuhan padi = 0,0 l/dt/ha
= 0,0 m3/dt/ha
V kebutuhan padi = 0,0 x (24 x 60 x 60)
= 0,0 m3/ha
Q kebutuhan palawija = 0,057 l/dt/ha
= 0,00006 m3/dt/ha
V kebutuhan palawija = 0,00006 x (24 x 60 x 60)
= 4,899 m3/ha
91

Untuk perhitungan selanjutnya, konversi volume dari setiap debit kebutuhan


disajikan pada Tabel 4.24 sampai Tabel 4.28 berikut.

Tabel 4. 24
Volume Kebutuhan Air Irigasi Pola Tata Tanam Eksisting
Musim Tanam I Musim Tanam II Musim Tanam III
Bulan Periode
(m3/ha) (m3/ha) (m3/ha)
Padi Palawija Padi Palawija Padi Palawija
I 0,000 4,899
Nov II 24,950 0,000
III 54,686 0,000
I 3,075 0,000
Des II 0,000 0,000
III 21,200 0,000
I 2,524 0,000
Jan II 32,555 0,000
III 5,622 0,000
I 14,952 0,000
Feb II 5,506 0,000
III 13,624 0,000
I 0,000 0,000
Mar II 0,000 0,000
III 48,224 0,000
I 14,476 0,000
Apr II 35,670 0,000
III 24,394 0,000
I 19,667 6,980
Mei II 44,547 10,302
III 52,520 13,623
I 59,678 21,275
Jun II 55,957 20,992
III 40,343 19,930
I 23,516 16,242
Jul II 7,692 13,152
III 2,564 10,457
I 0,000 16,787
Agu II 0,000 19,063
III 0,000 22,580
I 0,000 37,975
Sep II 0,000 41,437
III 0,000 42,962
I 0,000 36,577
Okt II 0,000 34,765
III 0,000 29,314
3
Total m /dt/ha 178,694 4,899 395,475 93,101 33,772 321,311
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
92

Tabel 4. 25
Volume Kebutuhan Air Irigasi Pola Tata Tanam Alternatif 1
Musim Tanam I Musim Tanam II Musim Tanam III
Bulan Periode
(m3/ha) (m3/ha) (m3/dt/ha)
Padi Palawija Padi Palawija Padi Palawija
I 10,356 0,000
Nov II 32,642 0,000
III 57,250 0,561
I 3,075 0,000
Des II 0,000 0,000
III 21,200 0,000
I 0,922 6,166
Jan II 27,747 5,752
III 0,000 4,198
I 5,336 0,000
Feb II 0,000 0,000
III 8,816 0,000
I 0,000 0,000
Mar II 0,000 0,000
III 48,224 0,000
I 14,476 0,000
Apr II 35,670 0,000
III 24,394 3,727
I 18,064 15,017
Mei II 39,739 14,728
III 44,507 13,645
I 50,062 15,912
Jun II 47,945 9,097
III 35,535 0,000
I 36,094 1,728
Jul II 50,234 5,339
III 73,467 9,330
I 85,452 20,242
Agu II 72,498 25,000
III 59,989 29,758
I 74,987 46,821
Sep II 79,671 46,211
III 83,334 43,923
I 78,418 29,253
Okt II 70,642 16,137
III 38,145 0,000
3
Total m /dt/ha 167,345 16,676 358,616 72,126 802,931 273,741
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
93

Tabel 4. 26
Volume Kebutuhan Air Irigasi Pola Tata Tanam Alternatif 2
Musim Tanam I Musim Tanam II Musim Tanam III
Bulan Periode (m3/ha) (m3/ha) (m3/ha)
Padi Palawija Padi Palawija Padi Palawija
I 10,356 0,000
Nov II 32,642 0,000
III 57,250 0,561
I 3,075 0,000
Des II 0,000 0,000
III 21,200 0,000
I 0,922 6,166
Jan II 27,747 5,752
III 0,000 4,198
I 5,336 0,000
Feb II 0,000 0,000
III 8,816 0,000
I 0,000 0,000
Mar II 0,000 0,000
III 48,224 0,000
I 14,476 0,000
Apr II 35,670 0,000
III 24,394 1,977
I 18,064 14,201
Mei II 39,739 14,728
III 44,507 14,006
I 50,062 19,363
Jun II 47,945 17,774
III 34,620 11,221
I 36,094 10,367
Jul II 50,234 11,228
III 73,467 12,669
I 85,452 23,273
Agu II 72,498 27,586
III 59,989 30,172
I 74,987 43,923
Sep II 79,671 39,348
III 83,334 30,960
I 78,418 17,329
Okt II 70,642 6,938
III 38,145 0,000
3
Total m /dt/ha 167,345 16,676 357,701 93,270 802,931 253,791
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
94

Tabel 4. 27
Volume Kebutuhan Air Irigasi Pola Tata Tanam Alternatif 3
Musim Tanam I Musim Tanam II Musim Tanam III
Bulan Periode
(m3/ha) (m3/ha) (m3/ha)
Padi Palawija Padi Palawija Padi Palawija
I 10,356 0,000
Des II 32,642 0,000
III 57,250 0,561
I 3,075 0,000
Jan II 0,000 0,000
III 21,200 0,000
I 0,922 6,166
Feb II 27,747 5,752
III 0,000 4,198
I 5,336 0,000
Mar II 0,000 0,000
III 8,816 0,000
I 0,000 0,000
Apr II 0,000 0,000
III 48,224 0,000
I 14,476 0,000
Mei II 35,670 0,000
III 24,394 1,977
I 18,064 14,201
Jun II 39,739 14,728
III 44,507 14,006
I 50,062 19,363
Jul II 47,945 17,774
III 34,620 11,221
I 36,094 10,367
Agu II 50,234 11,228
III 73,467 12,669
I 85,452 23,273
Sep II 72,498 27,586
III 59,989 30,172
I 74,987 43,923
Okt II 79,671 39,348
III 83,334 30,960
I 78,418 17,329
Nov II 70,642 6,938
III 38,145 0,000
Total m3/dt/ha 167,345 16,676 357,701 93,270 802,931 253,791
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
95

Tabel 4. 28
Volume Kebutuhan Air Irigasi Pola Tata Tanam Alternatif 4
Musim Tanam I Musim Tanam II Musim Tanam III
Bulan Periode
(m3/ha) (m3/ha) (m3/ha)
Padi Palawija Padi Palawija Padi Palawija
I 10,356 0,000
Des II 32,642 0,000
III 57,250 0,561
I 3,075 0,000
Jan II 0,000 0,000
III 21,200 0,000
I 0,922 6,166
Feb II 27,747 5,752
III 0,000 4,198
I 5,336 0,000
Mar II 0,000 0,000
III 8,816 0,000
I 0,000 0,000
Apr II 0,000 0,000
III 48,224 0,000
I 14,476 0,000
Mei II 35,670 0,000
III 24,394 3,727
I 18,064 15,017
Jun II 39,739 14,728
III 44,507 13,645
I 50,062 15,912
Jul II 47,945 9,097
III 35,535 0,000
I 36,094 1,728
Agu II 50,234 5,339
III 73,467 9,330
I 85,452 20,242
Sep II 72,498 25,000
III 59,989 29,758
I 74,987 46,821
Okt II 79,671 46,211
III 83,334 43,923
I 78,418 29,253
Nov II 70,642 16,137
III 38,145 0,000
Total m3/dt/ha 167,345 16,676 358,616 72,126 802,931 273,741
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
96

4.7. Kondisi Neraca Air Sebelum Dioptimasi


Neraca air di Daerah Irigasi Pirang merupakan suatu kondisi perbandingan antara debit
ketersediaan air dengan debit kebutuhan air irigasi. Debit ketersediaan air di Daerah Irigasi
Pirang yaitu hasil analisis debit andalan 80% (mewakili debit air rendah) dan 50% (mewakili
debit air normal). Sedangkan debit kebutuhan air irigasi diperoleh dari hasil perhitungan pola
tata tanam eksisting maupun dari hasil perhitungan pola tata tanam berbagai alternatif.
Neraca air ini juga akan menunjukkan kondisi apakah pada Daerah Irigasi Pirang
mengalami surplus air atau defisit air dalam berbagai kondisi ketersediaan air. Jika terjadi
defisit, maka volume kebutuhan air masih belum tercukupi oleh volume ketersediaan air
yang ada. Untuk hasil perhitungan neraca air dapat dilihat pada tabel 4.29 sampai dengan
Tabel 4.38 berikut.
Tabel 4. 29
Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Eksisting
Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)
BULAN 80% LEBIH (+)
(m3/dt) EKSISTING KONDISI
KURANG (-)
I 0,411 0,000 0,411 Terpenuhi
Nov
II 0,429 0,379 0,050 Terpenuhi
III 0,429 0,832 -0,403 Defisit
I 0,743 0,047 0,696 Terpenuhi
Des
II 0,895 0,000 0,895 Terpenuhi
III 0,894 0,322 0,572 Terpenuhi
I 0,618 0,038 0,580 Terpenuhi
Jan
II 0,582 0,495 0,087 Terpenuhi
III 0,603 0,086 0,517 Terpenuhi
I 0,757 0,227 0,530 Terpenuhi
Feb
II 0,664 0,084 0,580 Terpenuhi
III 0,600 0,207 0,393 Terpenuhi
I 0,445 0,000 0,445 Terpenuhi
Mar
II 0,327 0,000 0,327 Terpenuhi
III 0,323 0,733 -0,410 Defisit
I 0,855 0,084 0,771 Terpenuhi
Apr
II 0,833 0,206 0,627 Terpenuhi
III 0,764 0,141 0,623 Terpenuhi
I 0,715 0,180 0,535 Terpenuhi
Mei
II 0,736 0,355 0,381 Terpenuhi
III 0,785 0,432 0,353 Terpenuhi
I 0,736 0,546 0,190 Terpenuhi
Jun
II 0,715 0,522 0,193 Terpenuhi
III 0,618 0,421 0,197 Terpenuhi
Jul I 0,573 0,383 0,190 Terpenuhi
97

Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)


BULAN 80% LEBIH (+)
(m3/dt) EKSISTING KONDISI
KURANG (-)
II 0,553 0,245 0,308 Terpenuhi
III 0,553 0,174 0,379 Terpenuhi
I 0,573 0,255 0,318 Terpenuhi
Agu
II 0,553 0,290 0,263 Terpenuhi
III 0,553 0,343 0,210 Terpenuhi
I 0,429 0,578 -0,149 Defisit
Sep
II 0,429 0,630 -0,201 Defisit
III 0,337 0,653 -0,316 Defisit
I 0,337 0,556 -0,219 Defisit
Okt
II 0,372 0,529 -0,157 Defisit
III 0,359 0,446 -0,087 Defisit
TOTAL PERIODE TERPENUHI 28
PRESENTASE PERIODE TERPENUHI DALAM 1
77,778
TAHUN (%)
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

NERACA AIR PTT EKSISTING SEBELUM DIOPTIMASI


1.000
0.900
0.800
0.700
DEBIT (m3/dt)

0.600
0.500
0.400
0.300
0.200
0.100
0.000
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt
BULAN

Q ANDALAN 80% Q KEBUTUHAN EKSISTING

Gambar 4. 7 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Eksisting Sebelum
di Optimasi
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
Pada Gambar 4.7 menunjukk grafik neraca air PTT Eksisting berdasarkan debit
andalan 80%. Grafik tersebut menjelaskan bahwa kebutuhan air irigasi dengan PTT
Eksisting di beberapa periode masih belum tercukupi atau terjadi defisit. Pada musim tanam
I terjadi di periode III bulan November dan di musim tanam II terjadi di periode III bulan
Maret, lalu untuk di musim tanam III defisit terjadi mulai dari periode III bulan November
98

hingga periode III bulan Oktober, dengan nilai defisit terbesar terjadi pada periode III bulan
Maret yaitu -0,410 m3/dt dan total defisit sebanyak 8 periode atau sekitar 22,22%.
Kebutuhan air irigasi yang terpenuhi terdapat 28 periode atau sekitar 77,778%.
Berdasarkan kondisi masalah tersebut, maka perlu dilakukannya optimasi pemanfaatan air
agar ketersediaan air yang ada dapat mencukupi kebutuhan air irigasi sehingga didapatkan
hasil keuntungan produksi pertanian yang maksimal.

Tabel 4. 30
Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Alternatif 1
Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)
BULAN 80% LEBIH (+)
EKSISTING KONDISI
(m3/dt) KURANG (-)
I 0,411 0,060 0,351 Terpenuhi
Nov
II 0,429 0,189 0,240 Terpenuhi
III 0,429 0,337 0,092 Terpenuhi
I 0,743 0,018 0,725 Terpenuhi
Des
II 0,895 0,000 0,895 Terpenuhi
III 0,894 0,123 0,771 Terpenuhi
I 0,618 0,063 0,555 Terpenuhi
Jan
II 0,582 0,215 0,367 Terpenuhi
III 0,603 0,040 0,563 Terpenuhi
I 0,757 0,031 0,726 Terpenuhi
Feb
II 0,664 0,000 0,664 Terpenuhi
III 0,600 0,051 0,549 Terpenuhi
I 0,445 0,000 0,445 Terpenuhi
Mar
II 0,327 0,000 0,327 Terpenuhi
III 0,323 0,279 0,044 Terpenuhi
I 0,855 0,084 0,771 Terpenuhi
Apr
II 0,833 0,206 0,627 Terpenuhi
III 0,764 0,176 0,588 Terpenuhi
I 0,715 0,246 0,469 Terpenuhi
Mei
II 0,736 0,369 0,367 Terpenuhi
III 0,785 0,386 0,399 Terpenuhi
I 0,736 0,440 0,296 Terpenuhi
Jun
II 0,715 0,363 0,352 Terpenuhi
III 0,618 0,206 0,412 Terpenuhi
I 0,573 0,225 0,348 Terpenuhi
Jul
II 0,553 0,341 0,212 Terpenuhi
III 0,553 0,513 0,040 Terpenuhi
I 0,573 0,685 -0,112 Defisit
Agu
II 0,553 0,655 -0,102 Defisit
III 0,553 0,628 -0,075 Defisit
I 0,429 0,875 -0,446 Defisit
Sep
II 0,429 0,896 -0,467 Defisit
III 0,337 0,896 -0,559 Defisit
99

Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)


BULAN 80% LEBIH (+)
EKSISTING KONDISI
(m3/dt) KURANG (-)
I 0,337 0,729 -0,392 Defisit
Okt
II 0,372 0,561 -0,189 Defisit
III 0,359 0,221 0,138 Terpenuhi
TOTAL PERIODE TERPENUHI 28
PRESENTASE PERIODE TERPENUHI DALAM 1
77,778
TAHUN (%)
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

NERACA AIR PTT ALTERNATIF 1 SEBELUM DIOPTIMASI


1.000
0.900
0.800
0.700
DEBIT (m3/dt)

0.600
0.500
0.400
0.300
0.200
0.100
0.000
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt
BULAN

Q ANDALAN 80% Q KEBUTUHAN ALTERNATIF 1

Gambar 4. 8 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Alternatif 1
Sebelum di Optimasi
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

Pada Gambar 4.8 menunjukk grafik neraca air PTT Alternatif 1 berdasarkan debit
andalan 80%. Grafik tersebut menjelaskan bahwa kebutuhan air irigasi dengan PTT
Alternatif 1 di beberapa periode masih belum tercukupi atau terjadi defisit. Pada musim
tanam I dan musim tanam II kebutuhan air sudah tercukupi, namun pada musim tanam III
terjadi defisit mulai dari periode I bulan Agustus hingga periode II bulan Oktober, dengan
nilai defisit terbesar terjadi pada periode III bulan September yaitu -0,559 m3/dt dan total
defisit sebanyak 8 periode atau sekitar 22,22%.
Kebutuhan air irigasi yang terpenuhi terdapat 28 periode atau sekitar 77,778%.
Berdasarkan kondisi masalah tersebut, maka perlu dilakukannya optimasi pemanfaatan air
agar ketersediaan air yang ada dapat mencukupi kebutuhan air irigasi sehingga didapatkan
hasil keuntungan produksi pertanian yang maksimal.
100

Tabel 4. 31
Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Alternatif 2
Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)
BULAN 80% LEBIH (+)
3 EKSISTING KONDISI
(m /dt) KURANG (-)
I 0,411 0,060 0,351 Terpenuhi
Nov
II 0,429 0,189 0,240 Terpenuhi
III 0,429 0,337 0,092 Terpenuhi
I 0,743 0,018 0,725 Terpenuhi
Des
II 0,895 0,000 0,895 Terpenuhi
III 0,894 0,123 0,771 Terpenuhi
I 0,618 0,063 0,555 Terpenuhi
Jan
II 0,582 0,215 0,367 Terpenuhi
III 0,603 0,040 0,563 Terpenuhi
I 0,757 0,031 0,726 Terpenuhi
Feb
II 0,664 0,000 0,664 Terpenuhi
III 0,600 0,051 0,549 Terpenuhi
I 0,445 0,000 0,445 Terpenuhi
Mar
II 0,327 0,000 0,327 Terpenuhi
III 0,323 0,279 0,044 Terpenuhi
I 0,855 0,084 0,771 Terpenuhi
Apr
II 0,833 0,206 0,627 Terpenuhi
III 0,764 0,160 0,604 Terpenuhi
I 0,715 0,238 0,477 Terpenuhi
Mei
II 0,736 0,369 0,367 Terpenuhi
III 0,785 0,390 0,395 Terpenuhi
I 0,736 0,472 0,264 Terpenuhi
Jun
II 0,715 0,445 0,270 Terpenuhi
III 0,618 0,306 0,312 Terpenuhi
I 0,573 0,307 0,266 Terpenuhi
Jul
II 0,553 0,396 0,157 Terpenuhi
III 0,553 0,545 0,008 Terpenuhi
I 0,573 0,714 -0,141 Defisit
Agu
II 0,553 0,679 -0,126 Defisit
III 0,553 0,631 -0,078 Defisit
I 0,429 0,848 -0,419 Defisit
Sep
II 0,429 0,832 -0,403 Defisit
III 0,337 0,774 -0,437 Defisit
I 0,337 0,617 -0,280 Defisit
Okt
II 0,372 0,474 -0,102 Defisit
III 0,359 0,221 0,138 Terpenuhi
TOTAL PERIODE TERPENUHI 28
PRESENTASE PERIODE TERPENUHI DALAM 1
77,778
TAHUN (%)
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
101

NERACA AIR PTT ALTERNATIF 2 SEBELUM DIOPTIMASI


1.000
0.900
0.800
DEBIT (m3/dt)

0.700
0.600
0.500
0.400
0.300
0.200
0.100
0.000
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt
BULAN

Q ANDALAN 80% Q KEBUTUHAN ALTERNATIF 2

Gambar 4. 9 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Alternatif 2
Sebelum di Optimasi
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
Pada Gambar 4.9 menunjukk grafik neraca air PTT Alternatif 2 berdasarkan debit
andalan 80%. Grafik tersebut menjelaskan bahwa kebutuhan air irigasi dengan PTT
Alternatif 2 di beberapa periode masih belum tercukupi atau terjadi defisit. Pada musim
tanam I dan musim tanam II kebutuhan air sudah tercukupi, namun pada musim tanam III
terjadi defisit mulai dari periode I bulan Agustus hingga periode II bulan Oktober, dengan
nilai defisit terbesar terjadi pada periode III bulan September yaitu -0,437 m3/dt dan total
defisit sebanyak 8 periode atau sekitar 22,22%.
Kebutuhan air irigasi yang terpenuhi terdapat 28 periode atau sekitar 77,778%.
Berdasarkan kondisi masalah tersebut, maka perlu dilakukannya optimasi pemanfaatan air
agar ketersediaan air yang ada dapat mencukupi kebutuhan air irigasi sehingga didapatkan
hasil keuntungan produksi pertanian yang maksimal.
102

Tabel 4. 32
Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Alternatif 3
Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)
BULAN 80% LEBIH (+)
EKSISTING KONDISI
(m3/dt) KURANG (-)
I 0,743 0,060 0,683 Terpenuhi
Des
II 0,895 0,189 0,706 Terpenuhi
III 0,894 0,337 0,557 Terpenuhi
I 0,618 0,018 0,600 Terpenuhi
Jan
II 0,582 0,000 0,582 Terpenuhi
III 0,603 0,123 0,480 Terpenuhi
I 0,757 0,063 0,694 Terpenuhi
Feb
II 0,664 0,215 0,449 Terpenuhi
III 0,600 0,040 0,560 Terpenuhi
I 0,445 0,031 0,414 Terpenuhi
Mar
II 0,327 0,000 0,327 Terpenuhi
III 0,323 0,051 0,272 Terpenuhi
I 0,855 0,000 0,855 Terpenuhi
Apr
II 0,833 0,000 0,833 Terpenuhi
III 0,764 0,279 0,485 Terpenuhi
I 0,715 0,084 0,631 Terpenuhi
Mei
II 0,736 0,206 0,530 Terpenuhi
III 0,785 0,160 0,625 Terpenuhi
I 0,736 0,238 0,498 Terpenuhi
Jun
II 0,715 0,369 0,346 Terpenuhi
III 0,618 0,390 0,228 Terpenuhi
I 0,573 0,472 0,101 Terpenuhi
Jul
II 0,553 0,445 0,108 Terpenuhi
III 0,553 0,306 0,247 Terpenuhi
I 0,573 0,307 0,266 Terpenuhi
Agu
II 0,553 0,396 0,157 Terpenuhi
III 0,553 0,545 0,008 Terpenuhi
I 0,429 0,714 -0,285 Defisit
Sep
II 0,429 0,679 -0,250 Defisit
III 0,337 0,631 -0,294 Defisit
I 0,337 0,848 -0,511 Defisit
Okt
II 0,372 0,832 -0,460 Defisit
III 0,359 0,774 -0,415 Defisit
I 0,411 0,617 -0,206 Defisit
Nov II 0,429 0,474 -0,045 Defisit
III 0,429 0,221 0,208 Terpenuhi
TOTAL PERIODE TERPENUHI 28
PRESENTASE PERIODE TERPENUHI DALAM 1
77,778
TAHUN (%)
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
103

NERACA AIR PTT ALTERNATIF 3 SEBELUM DIOPTIMASI


1.000
0.900
0.800
0.700
DEBIT (m3/dt)

0.600
0.500
0.400
0.300
0.200
0.100
0.000
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov
BULAN

Q ANDALAN 80% Q KEBUTUHAN ALTERNATIF 3

Gambar 4. 10 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Alternatif 3
Sebelum di Optimasi
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
PTT Alternatif 3 ini direncanakan mengalami pergeseran musim tanam dengan
memperhatikan debit ketersediaan yang ada. Permulaan tanam pada musim tanam I digeser
sehingga mulai tanam terjadi pada awal periode I bulan Desember dan untuk musim tanam
II dan III juga ikut bergeser. Pada Gambar 4.10 menunjukkan grafik neraca air PTT
Alternatif 3 berdasarkan debit andalan 80%. Grafik tersebut menjelaskan bahwa kebutuhan
air irigasi dengan PTT Alternatif 3 di beberapa periode masih belum tercukupi atau terjadi
defisit. Pada musim tanam I dan musim tanam II kebutuhan air sudah tercukupi, namun pada
musim tanam III terjadi defisit mulai dari periode I bulan September hingga periode II bulan
November, dengan nilai defisit terbesar terjadi pada periode I bulan Oktober yaitu -0,511
m3/dt dan total defisit sebanyak 8 periode atau sekitar 22,22%.
Kebutuhan air irigasi yang terpenuhi terdapat 28 periode atau sekitar 77,778%.
Berdasarkan kondisi masalah tersebut, maka perlu dilakukannya optimasi pemanfaatan air
agar ketersediaan air yang ada dapat mencukupi kebutuhan air irigasi sehingga didapatkan
hasil keuntungan produksi pertanian yang maksimal.
104

Tabel 4. 33
Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Alternatif 4
Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)
BULAN 80% LEBIH (+)
EKSISTING KONDISI
(m3/dt) KURANG (-)
I 0,743 0,060 0,683 Terpenuhi
Des
II 0,895 0,189 0,706 Terpenuhi
III 0,894 0,337 0,557 Terpenuhi
I 0,618 0,018 0,600 Terpenuhi
Jan
II 0,582 0,000 0,582 Terpenuhi
III 0,603 0,123 0,480 Terpenuhi
I 0,757 0,063 0,694 Terpenuhi
Feb
II 0,664 0,215 0,449 Terpenuhi
III 0,600 0,040 0,560 Terpenuhi
I 0,445 0,031 0,414 Terpenuhi
Mar
II 0,327 0,000 0,327 Terpenuhi
III 0,323 0,051 0,272 Terpenuhi
I 0,855 0,000 0,855 Terpenuhi
Apr
II 0,833 0,000 0,833 Terpenuhi
III 0,764 0,279 0,485 Terpenuhi
I 0,715 0,084 0,631 Terpenuhi
Mei
II 0,736 0,206 0,530 Terpenuhi
III 0,785 0,176 0,609 Terpenuhi
I 0,736 0,246 0,490 Terpenuhi
Jun
II 0,715 0,369 0,346 Terpenuhi
III 0,618 0,386 0,232 Terpenuhi
I 0,573 0,440 0,133 Terpenuhi
Jul
II 0,553 0,363 0,190 Terpenuhi
III 0,553 0,206 0,347 Terpenuhi
I 0,573 0,225 0,348 Terpenuhi
Agu
II 0,553 0,341 0,212 Terpenuhi
III 0,553 0,513 0,040 Terpenuhi
I 0,429 0,685 -0,256 Defisit
Sep
II 0,429 0,655 -0,226 Defisit
III 0,337 0,628 -0,291 Defisit
I 0,337 0,875 -0,538 Defisit
Okt
II 0,372 0,896 -0,524 Defisit
III 0,359 0,896 -0,537 Defisit
I 0,411 0,729 -0,318 Defisit
Nov II 0,429 0,561 -0,132 Defisit
III 0,429 0,221 0,208 Terpenuhi
TOTAL PERIODE TERPENUHI 28
PRESENTASE PERIODE TERPENUHI DALAM 1
77,778
TAHUN (%)
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
105

NERACA AIR PTT ALTERNATIF 4 SEBELUM DIOPTIMASI


1.000
0.900
0.800
0.700
DEBIT (m3/dt)

0.600
0.500
0.400
0.300
0.200
0.100
0.000
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov
BULAN

Q ANDALAN 80% Q KEBUTUHAN ALTERNATIF 4

Gambar 4. 11 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Alternatif 4
Sebelum di Optimasi
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

PTT Alternatif 4 ini direncanakan mengalami pergeseran musim tanam dengan


memperhatikan debit ketersediaan yang ada. Permulaan tanam pada musim tanam I digeser
sehingga mulai tanam terjadi pada awal periode I bulan Desember dan untuk musim tanam
II dan III juga ikut bergeser. Pada Gambar 4.11 menunjukkan grafik neraca air PTT
Alternatif 4 berdasarkan debit andalan 80%. Grafik tersebut menjelaskan bahwa kebutuhan
air irigasi dengan PTT Alternatif 4 di beberapa periode masih belum tercukupi atau terjadi
defisit. Pada musim tanam I dan musim tanam II kebutuhan air sudah tercukupi, namun pada
musim tanam III terjadi defisit mulai dari periode I bulan September hingga periode II bulan
November, dengan nilai defisit terbesar terjadi pada periode I bulan Oktober yaitu -0,538
m3/dt dan total defisit sebanyak 8 periode atau sekitar 22,22%.
Kebutuhan air irigasi yang terpenuhi terdapat 28 periode atau sekitar 77,778%.
Berdasarkan kondisi masalah tersebut, maka perlu dilakukannya optimasi pemanfaatan air
agar ketersediaan air yang ada dapat mencukupi kebutuhan air irigasi sehingga didapatkan
hasil keuntungan produksi pertanian yang maksimal.
106

Tabel 4. 34
Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Eksisting
Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)
BULAN 50% LEBIH (+)
EKSISTING KONDISI
(m3/dt) KURANG (-)
I 0,356 0,000 0,356 Terpenuhi
Nov
II 0,365 0,379 -0,014 Defisit
III 0,365 0,832 -0,467 Defisit
I 0,594 0,047 0,547 Terpenuhi
Des
II 0,670 0,000 0,670 Terpenuhi
III 0,669 0,322 0,347 Terpenuhi
I 0,854 0,038 0,816 Terpenuhi
Jan
II 0,791 0,495 0,296 Terpenuhi
III 0,757 0,086 0,671 Terpenuhi
I 0,834 0,227 0,607 Terpenuhi
Feb
II 0,761 0,084 0,677 Terpenuhi
III 0,701 0,207 0,494 Terpenuhi
I 0,757 0,000 0,757 Terpenuhi
Mar
II 0,701 0,000 0,701 Terpenuhi
III 1,130 0,733 0,397 Terpenuhi
I 0,930 0,084 0,846 Terpenuhi
Apr
II 0,679 0,206 0,473 Terpenuhi
III 0,840 0,141 0,699 Terpenuhi
I 0,822 0,180 0,642 Terpenuhi
Mei
II 0,832 0,355 0,477 Terpenuhi
III 0,794 0,432 0,362 Terpenuhi
I 0,697 0,546 0,151 Terpenuhi
Jun
II 0,676 0,522 0,154 Terpenuhi
III 0,649 0,421 0,228 Terpenuhi
I 0,584 0,383 0,201 Terpenuhi
Jul
II 0,563 0,245 0,318 Terpenuhi
III 0,563 0,174 0,389 Terpenuhi
I 0,458 0,255 0,203 Terpenuhi
Agu
II 0,446 0,290 0,156 Terpenuhi
III 0,450 0,343 0,107 Terpenuhi
I 0,380 0,578 -0,198 Defisit
Sep
II 0,396 0,630 -0,234 Defisit
III 0,374 0,653 -0,279 Defisit
I 0,355 0,556 -0,201 Defisit
Okt II 0,373 0,529 -0,156 Defisit
III 0,338 0,446 -0,108 Defisit
TOTAL PERIODE TERPENUHI 28
PRESENTASE PERIODE TERPENUHI DALAM 1
77,778
TAHUN (%)
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
107

NERACA AIR PTT EKSISTING SEBELUM DIOPTIMASI


1.200

1.000

0.800
DEBIT (m3/dt)

0.600

0.400

0.200

0.000
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt
BULAN

Q ANDALAN 50% Q KEBUTUHAN EKSISTING

Gambar 4. 12 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Eksisting
Sebelum di Optimasi
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

Pada Gambar 4.12 menunjukkan grafik neraca air PTT Eksisting berdasarkan debit
andalan 50%. Grafik tersebut menjelaskan bahwa kebutuhan air irigasi dengan PTT
Eksisting di beberapa periode masih belum tercukupi atau terjadi defisit. Pada musim tanam
I terdapat defisit pada periode II dan III bulan November. Musim tanam II kebutuhan air
sudah tercukupi, namun pada musim tanam III terjadi defisit mulai dari periode I bulan
September hingga periode III bulan Oktober, dengan nilai defisit terbesar terjadi pada
periode II bulan November yaitu -0,467 m3/dt dan total defisit sebanyak 8 periode atau
sekitar 22,22%.
Kebutuhan air irigasi yang terpenuhi terdapat 28 periode atau sekitar 77,778%.
Berdasarkan kondisi masalah tersebut, maka perlu dilakukannya optimasi pemanfaatan air
agar ketersediaan air yang ada dapat mencukupi kebutuhan air irigasi sehingga didapatkan
hasil keuntungan produksi pertanian yang maksimal.
108

Tabel 4. 35
Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 1
Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)
BULAN 50% LEBIH (+)
EKSISTING KONDISI
(m3/dt) KURANG (-)
I 0,356 0,060 0,296 Terpenuhi
Nov
II 0,365 0,189 0,176 Terpenuhi
III 0,365 0,337 0,028 Terpenuhi
I 0,594 0,018 0,576 Terpenuhi
Des
II 0,670 0,000 0,670 Terpenuhi
III 0,669 0,123 0,546 Terpenuhi
I 0,854 0,063 0,791 Terpenuhi
Jan
II 0,791 0,215 0,576 Terpenuhi
III 0,757 0,040 0,717 Terpenuhi
I 0,834 0,031 0,803 Terpenuhi
Feb
II 0,761 0,000 0,761 Terpenuhi
III 0,701 0,051 0,650 Terpenuhi
I 0,757 0,000 0,757 Terpenuhi
Mar
II 0,701 0,000 0,701 Terpenuhi
III 1,130 0,279 0,851 Terpenuhi
I 0,930 0,084 0,846 Terpenuhi
Apr
II 0,679 0,206 0,473 Terpenuhi
III 0,840 0,176 0,664 Terpenuhi
I 0,822 0,246 0,576 Terpenuhi
Mei
II 0,832 0,369 0,463 Terpenuhi
III 0,794 0,386 0,408 Terpenuhi
I 0,697 0,440 0,257 Terpenuhi
Jun
II 0,676 0,363 0,313 Terpenuhi
III 0,649 0,206 0,443 Terpenuhi
I 0,584 0,225 0,359 Terpenuhi
Jul
II 0,563 0,341 0,222 Terpenuhi
III 0,563 0,513 0,050 Terpenuhi
I 0,458 0,685 -0,227 Defisit
Agu
II 0,446 0,655 -0,209 Defisit
III 0,450 0,628 -0,178 Defisit
I 0,380 0,875 -0,495 Defisit
Sep II 0,396 0,896 -0,500 Defisit
III 0,374 0,896 -0,522 Defisit
I 0,355 0,729 -0,374 Defisit
Okt II 0,373 0,561 -0,188 Defisit
III 0,338 0,221 0,117 Terpenuhi
TOTAL PERIODE TERPENUHI 28
PRESENTASE PERIODE TERPENUHI DALAM 1
77,778
TAHUN (%)
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
109

NERACA AIR PTT ALTERNATIF 1 SEBELUM DIOPTIMASI


1.200

1.000
DEBIT (m3/dt)

0.800

0.600

0.400

0.200

0.000
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt
BULAN

Q ANDALAN 50% Q KEBUTUHAN ALTERNATIF 1

Gambar 4. 13 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 1
Sebelum di Optimasi
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
Pada Gambar 4.13 menunjukkan grafik neraca air PTT Alternatif I berdasarkan debit
andalan 50%. Grafik tersebut menjelaskan bahwa kebutuhan air irigasi dengan PTT
Alternatif I di beberapa periode masih belum tercukupi atau terjadi defisit. Pada musim
tanam I dan musim tanam II kebutuhan air sudah tercukupi, namun pada musim tanam III
terjadi defisit mulai dari periode I bulan Agustus hingga periode II bulan Oktober, dengan
nilai defisit terbesar terjadi pada periode III bulan September yaitu -0,522 m3/dt dan total
defisit sebanyak 8 periode atau sekitar 22,22%.
Kebutuhan air irigasi yang terpenuhi terdapat 28 periode atau sekitar 77,778%.
Berdasarkan kondisi masalah tersebut, maka perlu dilakukannya optimasi pemanfaatan air
agar ketersediaan air yang ada dapat mencukupi kebutuhan air irigasi sehingga didapatkan
hasil keuntungan produksi pertanian yang maksimal.
110

Tabel 4. 36
Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 2
Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)
BULAN 50% LEBIH (+)
EKSISTING KONDISI
(m3/dt) KURANG (-)
I 0,356 0,060 0,296 Terpenuhi
Nov
II 0,365 0,189 0,176 Terpenuhi
III 0,365 0,337 0,028 Terpenuhi
I 0,594 0,018 0,576 Terpenuhi
Des
II 0,670 0,000 0,670 Terpenuhi
III 0,669 0,123 0,546 Terpenuhi
I 0,854 0,063 0,791 Terpenuhi
Jan
II 0,791 0,215 0,576 Terpenuhi
III 0,757 0,040 0,717 Terpenuhi
I 0,834 0,031 0,803 Terpenuhi
Feb
II 0,761 0,000 0,761 Terpenuhi
III 0,701 0,051 0,650 Terpenuhi
I 0,757 0,000 0,757 Terpenuhi
Mar
II 0,701 0,000 0,701 Terpenuhi
III 1,130 0,279 0,851 Terpenuhi
I 0,930 0,084 0,846 Terpenuhi
Apr
II 0,679 0,206 0,473 Terpenuhi
III 0,840 0,160 0,680 Terpenuhi
I 0,822 0,238 0,584 Terpenuhi
Mei
II 0,832 0,369 0,463 Terpenuhi
III 0,794 0,390 0,404 Terpenuhi
I 0,697 0,472 0,225 Terpenuhi
Jun
II 0,676 0,445 0,231 Terpenuhi
III 0,649 0,306 0,343 Terpenuhi
I 0,584 0,307 0,277 Terpenuhi
Jul
II 0,563 0,396 0,167 Terpenuhi
III 0,563 0,545 0,018 Terpenuhi
I 0,458 0,714 -0,256 Defisit
Agu
II 0,446 0,679 -0,233 Defisit
III 0,450 0,631 -0,181 Defisit
I 0,380 0,848 -0,468 Defisit
Sep II 0,396 0,832 -0,436 Defisit
III 0,374 0,774 -0,400 Defisit
I 0,355 0,617 -0,262 Defisit
Okt II 0,373 0,474 -0,101 Defisit
III 0,338 0,221 0,117 Terpenuhi
TOTAL PERIODE TERPENUHI 28
PRESENTASE PERIODE TERPENUHI DALAM 1
77,778
TAHUN (%)
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
111

NERACA AIR PTT ALTERNATIF 2 SEBELUM DIOPTIMASI


1.200

1.000
DEBIT (m3/dt)

0.800

0.600

0.400

0.200

0.000
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt
BULAN

Q ANDALAN 50% Q KEBUTUHAN ALTERNATIF 2

Gambar 4. 14 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 2
Sebelum di Optimasi
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
Pada Gambar 4.14 menunjukkan grafik neraca air PTT Alternatif 2 berdasarkan debit
andalan 50%. Grafik tersebut menjelaskan bahwa kebutuhan air irigasi dengan PTT
Alternatif 2 di beberapa periode masih belum tercukupi atau terjadi defisit. Pada musim
tanam I dan musim tanam II kebutuhan air sudah tercukupi, namun pada musim tanam III
terjadi defisit mulai dari periode I bulan Agustus hingga periode II bulan Oktober, dengan
nilai defisit terbesar terjadi pada periode I bulan September yaitu -0,468 m3/dt dan total
defisit sebanyak 8 periode atau sekitar 22,22%.
Kebutuhan air irigasi yang terpenuhi terdapat 28 periode atau sekitar 77,778%.
Berdasarkan kondisi masalah tersebut, maka perlu dilakukannya optimasi pemanfaatan air
agar ketersediaan air yang ada dapat mencukupi kebutuhan air irigasi sehingga didapatkan
hasil keuntungan produksi pertanian yang maksimal.
112

Tabel 4. 37
Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 3
Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)
BULAN 50% LEBIH (+)
EKSISTING KONDISI
(m3/dt) KURANG (-)
I 0,594 0,060 0,534 Terpenuhi
Des
II 0,670 0,189 0,481 Terpenuhi
III 0,669 0,337 0,332 Terpenuhi
I 0,854 0,018 0,836 Terpenuhi
Jan
II 0,791 0,000 0,791 Terpenuhi
III 0,757 0,123 0,634 Terpenuhi
I 0,834 0,063 0,771 Terpenuhi
Feb
II 0,761 0,215 0,546 Terpenuhi
III 0,701 0,040 0,661 Terpenuhi
I 0,757 0,031 0,726 Terpenuhi
Mar
II 0,701 0,000 0,701 Terpenuhi
III 1,130 0,051 1,079 Terpenuhi
I 0,930 0,000 0,930 Terpenuhi
Apr
II 0,679 0,000 0,679 Terpenuhi
III 0,840 0,279 0,561 Terpenuhi
I 0,822 0,084 0,738 Terpenuhi
Mei
II 0,832 0,206 0,626 Terpenuhi
III 0,794 0,160 0,634 Terpenuhi
I 0,697 0,238 0,459 Terpenuhi
Jun
II 0,676 0,369 0,307 Terpenuhi
III 0,649 0,390 0,259 Terpenuhi
I 0,584 0,472 0,112 Terpenuhi
Jul
II 0,563 0,445 0,118 Terpenuhi
III 0,563 0,306 0,257 Terpenuhi
I 0,458 0,307 0,151 Terpenuhi
Agu
II 0,446 0,396 0,050 Terpenuhi
III 0,450 0,545 -0,095 Defisit
I 0,380 0,714 -0,334 Defisit
Sep
II 0,396 0,679 -0,283 Defisit
III 0,374 0,631 -0,257 Defisit
I 0,355 0,848 -0,493 Defisit
Okt II 0,373 0,832 -0,459 Defisit
III 0,338 0,774 -0,436 Defisit
I 0,356 0,617 -0,261 Defisit
Nov II 0,365 0,474 -0,109 Defisit
III 0,365 0,221 0,144 Terpenuhi
TOTAL PERIODE TERPENUHI 27
PRESENTASE PERIODE TERPENUHI DALAM 1
75,000
TAHUN (%)
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
113

NERACA AIR PTT ALTERNATIF 3 SEBELUM DIOPTIMASI


1.200

1.000
DEBIT (m3/dt)

0.800

0.600

0.400

0.200

0.000
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov
BULAN

Q ANDALAN 80% Q KEBUTUHAN ALTERNATIF 3

Gambar 4. 15 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 3
Sebelum di Optimasi
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
PTT Alternatif 3 ini direncanakan mengalami pergeseran musim tanam dengan
memperhatikan debit ketersediaan yang ada. Permulaan tanam pada musim tanam I digeser
sehingga mulai tanam terjadi pada awal periode I bulan Desember dan untuk musim tanam
II dan III juga ikut bergeser. Pada Gambar 4.15 menunjukkan grafik neraca air PTT
Alternatif 3 berdasarkan debit andalan 50%. Grafik tersebut menjelaskan bahwa kebutuhan
air irigasi dengan PTT Alternatif 3 di beberapa periode masih belum tercukupi atau terjadi
defisit. Pada musim tanam I dan musim tanam II kebutuhan air sudah tercukupi, namun pada
musim tanam III terjadi defisit mulai dari periode III bulan Agustus hingga periode II bulan
November, dengan nilai defisit terbesar terjadi pada periode I bulan Oktober yaitu -0,493
m3/dt dan total defisit sebanyak 9 periode atau sekitar 25%.
Kebutuhan air irigasi yang terpenuhi terdapat 27 periode atau sekitar 75%.
Berdasarkan kondisi masalah tersebut, maka perlu dilakukannya optimasi pemanfaatan air
agar ketersediaan air yang ada dapat mencukupi kebutuhan air irigasi sehingga didapatkan
hasil keuntungan produksi pertanian yang maksimal.
114

Tabel 4. 38
Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 4
Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)
BULAN 50% LEBIH (+)
3
EKSISTING KONDISI
(m /dt) KURANG (-)
I 0,594 0,060 0,534 Terpenuhi
Des
II 0,670 0,189 0,481 Terpenuhi
III 0,669 0,337 0,332 Terpenuhi
I 0,854 0,018 0,836 Terpenuhi
Jan
II 0,791 0,000 0,791 Terpenuhi
III 0,757 0,123 0,634 Terpenuhi
I 0,834 0,063 0,771 Terpenuhi
Feb
II 0,761 0,215 0,546 Terpenuhi
III 0,701 0,040 0,661 Terpenuhi
I 0,757 0,031 0,726 Terpenuhi
Mar
II 0,701 0,000 0,701 Terpenuhi
III 1,130 0,051 1,079 Terpenuhi
I 0,930 0,000 0,930 Terpenuhi
Apr
II 0,679 0,000 0,679 Terpenuhi
III 0,840 0,279 0,561 Terpenuhi
I 0,822 0,084 0,738 Terpenuhi
Mei
II 0,832 0,206 0,626 Terpenuhi
III 0,794 0,176 0,618 Terpenuhi
I 0,697 0,246 0,451 Terpenuhi
Jun
II 0,676 0,369 0,307 Terpenuhi
III 0,649 0,386 0,263 Terpenuhi
I 0,584 0,440 0,144 Terpenuhi
Jul
II 0,563 0,363 0,200 Terpenuhi
III 0,563 0,206 0,357 Terpenuhi
I 0,458 0,225 0,233 Terpenuhi
Agu
II 0,446 0,341 0,105 Terpenuhi
III 0,450 0,513 -0,063 Defisit
I 0,380 0,685 -0,305 Defisit
Sep
II 0,396 0,655 -0,259 Defisit
III 0,374 0,628 -0,254 Defisit
I 0,355 0,875 -0,520 Defisit
Okt II 0,373 0,896 -0,523 Defisit
III 0,338 0,896 -0,558 Defisit
I 0,356 0,729 -0,373 Defisit
Nov II 0,365 0,561 -0,196 Defisit
III 0,365 0,221 0,144 Terpenuhi
TOTAL PERIODE TERPENUHI 27
PRESENTASE PERIODE TERPENUHI DALAM 1
75,000
TAHUN (%)
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
115

NERACA AIR PTT ALTERNATIF 4 SEBELUM DIOPTIMASI


1.200

1.000
DEBIT (m3/dt)

0.800

0.600

0.400

0.200

0.000
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov
BULAN

Q ANDALAN 80% Q KEBUTUHAN ALTERNATIF 4

Gambar 4. 16 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 4
Sebelum di Optimasi
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
PTT Alternatif 4 ini direncanakan mengalami pergeseran musim tanam dengan
memperhatikan debit ketersediaan yang ada. Permulaan tanam pada musim tanam I digeser
sehingga mulai tanam terjadi pada awal periode I bulan Desember dan untuk musim tanam
II dan III juga ikut bergeser. Pada Gambar 4.16 menunjukkan grafik neraca air PTT
Alternatif 4 berdasarkan debit andalan 50%. Grafik tersebut menjelaskan bahwa kebutuhan
air irigasi dengan PTT Alternatif 4 di beberapa periode masih belum tercukupi atau terjadi
defisit. Pada musim tanam I dan musim tanam II kebutuhan air sudah tercukupi, namun pada
musim tanam III terjadi defisit mulai dari periode III bulan Agustus hingga periode II bulan
November, dengan nilai defisit terbesar terjadi pada periode III bulan Oktober yaitu -0,558
m3/dt dan total defisit sebanyak 9 periode atau sekitar 25%.
Kebutuhan air irigasi yang terpenuhi terdapat 27 periode atau sekitar 75%.
Berdasarkan kondisi masalah tersebut, maka perlu dilakukannya optimasi pemanfaatan air
agar ketersediaan air yang ada dapat mencukupi kebutuhan air irigasi sehingga didapatkan
hasil keuntungan produksi pertanian yang maksimal.
116

4.8. Analisis Hasil Usaha Tani


Hasil usaha atau pendapatan merupakan balas jasa terhadap penggunaan faktor-faktor
produksi. Hasil usaha tani merupakan hasil pendapatan bersih petani yang didapat dari hasil
yang diterima petani dikurangi biaya produksi tiap hektarnya. Penerimaan petani yaitu
berupa banyaknya hasil produksi tanaman tiap hektar dikalikan dengan harga produksi
tanaman tersebut. Adapun fungsi hasil usaha tani untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
dan kebutuhan kegiatan usaha tani selanjutnya.
Biaya produksi yang dikeluarkan petani dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya
variabel. Biaya tetap yang wajib dikeluarkan petani yaitu biaya sewa lahan sawah dan
pembelian peralatan tani yang terdiri dari cangkul, sabit, dan handsprayer dengan jumlah
kepemilikan yang bervariasi. Biaya produksi berikutnya yang harus dikeluarkan petani
adalah biaya variabel yang terdiri dari biaya sarana produksi dan upah tenaga kerja. Sarana
produksi terdiri dari benih padi, pupuk, obat-obatan, pengairan, sewa trakor, biaya tenaga
kerja, dan biaya panen.
Hasil perhitungan ini berupa pendapatan bersih untuk masing-masing tanaman yang
akan digunakan sebagai fungsi tujuan pada perhitungan keuntungan yang akan dicapai.
Perhitungan hasil analisis usaha tani dapat dilihat pada Tabel 4.39 sampai Tabel 4.42 berikut
ini.
Tabel 4. 39
Analisis Usaha Tani Padi Per Hektar Tahun 2021 di Kabupaten Bojonegoro
No. PRODUKSI NILAI
1 Total Produksi (kg) 7.100
2 Harga ditingkat petani (Rp. /kg) 4.500
3 Nilai total produksi (Rp.) 31.950.000
4 Total biaya produksi (Rp.) 14.610.000
5 Keuntungan (Rp.) 17.340.000
Sumber: Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bojonegoro, 2021

Tabel 4. 40
Analisis Usaha Tani Kedelai Per Hektar Tahun 2021 di Kabupaten Bojonegoro
No. PRODUKSI NILAI
1 Total Produksi (kg) 2.000
2 Harga ditingkat petani (Rp. /kg) 6.500
3 Nilai total produksi (Rp.) 13.000.000
4 Total biaya produksi (Rp.) 9.400.000
5 Keuntungan (Rp.) 3.600.000
Sumber: Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bojonegoro, 2021
117

Tabel 4. 41
Analisis Usaha Tani Jagung Per Hektar Tahun 2021 di Kabupaten Bojonegoro
No. PRODUKSI NILAI
1 Total Produksi (kg) 8.000
2 Harga ditingkat petani (Rp. /kg) 3.400
3 Nilai total produksi (Rp.) 27.200.000
4 Total biaya produksi (Rp.) 12.080.000
5 Keuntungan (Rp.) 15.120.000
Sumber: Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bojonegoro, 2021

Tabel 4. 42
Analisis Usaha Tani Kacang Tanah Per Hektar Tahun 2021 di Kabupaten Bojonegoro
No. PRODUKSI NILAI
1 Total Produksi (kg) 4.200
2 Harga ditingkat petani (Rp. /kg) 7.000
3 Nilai total produksi (Rp.) 29.400.000
4 Total biaya produksi (Rp.) 10.050.000
5 Keuntungan (Rp.) 19.350.000
Sumber: Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bojonegoro, 2021

4.9. Pemodelan Optimasi dengan Program Linier


Penggunaan model optimasi merupakan salah satu upaya untuk mengatasi
permasalahan dalam pengelolaan dan pemanfaatan air. Diharapkan dalam studi ini dengan
adanya penggunaan model optimasi, maka keuntungan hasil produksi dapat lebih
dimaksimalkan dengan tetap memerhatikan ketersediaan air yang ada.
Optimasi merupakan suatu cara untuk membuat nilai suatu fungsi agar beberapa
variabel yang ada menjadi maksimum atau minimum dengan memperhatikan kendala-
kendala yang ada. Dalam studi ini, optimasi akan dilakukan pada kebutuhan air pada kondisi
eksisting serta optimasi terhadap empat alternatif pola tata tanam terhadap dua kondisi
ketersediaan air yaitu berdasarkan debit andalan 80% yang mewakili debit air rendah dan
debit andalan 50% yang mewakili debit air normal.
Perumusan model matematis dalam analisis optimasi dengan program linier terdiri
dari:
1. Variabel Putusan
Variabel putusan merupakan variabel yang akan dicari dan memberikan nilai. Nilai pada
variabel putusan ini akan menjadi input bagi alternatif solusi dan akan menghasilkan
suatu nilai output terbaik bagi tujuan yang hendak dicapai. Dalam studi ini variabel
putusan yang diambil adalah penentuan luas lahan tiap jenis tanaman dalam satu daerah
irigasi.
118

2. Fungsi Kendala
Fungsi kendala merupakan fungsi matematika yang menjadi kendala bagi usaha untuk
memaksimumkan atau meminimumkan fungsi tujuan. Dalam suatu analisis optimasi,
sumber daya yang akan dianalisa harus dalam keadaan terbatas. Keterbatasan sumber
daya tersebut dinamakan sebagai syarat ikatan atau kendala. Fungsi kendala ini
merupakan persamaan yang membatasi kegunaan utama dan bentuk fungsi kendala ini
adalah luas total baku sawah. Kendala luas baku sawah ini yaitu luas lahan yang bisa
ditanami oleh tanaman untuk setiap pola tata tanam. Selain itu juga keterbatasan
ketersediaan air yang ada di daerah irigasi juga merupakan variabel kendala yang menjadi
pembatas.
3. Fungsi Tujuan
Fungsi tujuan merupakan fungsi matematika yang harus dimaksimumkan atau
diminimumkan, dan mencerminkan tujuan yang hendak dicapai. Dalam studi ini, tujuan
yang ingin dicapai yaitu memaksimalkan nilai keuntungan dan luas lahan masing-masing
tanaman untuk tiap musim tanam selama satu tahun serta mengatasi ketidakseimbangan
neraca air irigasi.
Guna memperoleh hasil yang efektif, dengan maksud mendekati kondisi kenyataan
yang ada dengan metode yang dipakai maka analisis ini dilakukan dengan mengambil
batasan yang mengacu pada persyaratan sesuai kondisi di lapangan. Persyaratannya adalah
sebagai berikut:
1. Daerah Irigasi Pirang memiliki luas baku sawah 1314 Ha. Luas baku sawah tersebut
ditanami padi dan palawija.
2. Ketersediaan air yang akan digunakan untuk mengoptimasi lahan menggunakan volume
air debit andalan 80%, (debit air normal) dan 50% (debit air normal) dari data intake
Bendung Pirang dari tahun 2011 sampai tahun 2020 yang sudah dikonversikan menjadi
volume (m3)
3. Dalam studi ini, data-data yang akan digunakan untuk menjalankan Program Linier
dengan program bantu solver beserta persamaannya untuk kondisi eksisting dan empat
alternatif pola tata tanam adalah sebagai berikut:
Contoh perhitungan
• Pola tata tanam eksisting:
Padi – Padi, Jagung – Kacang Tanah
a. Fungsi Tujuan (Maksimalisasi)
Z = A.X1a + A.X2a + B.X2b + B.X3b
119

Dengan:
Z = Nilai tujuan yang hendak dicapai berupa keuntungan maksimum (Rp.)
Diketahui:
Koefisien fungsi tujuan:
A = Pendapatan produksi padi per satu musim tanam,
= Rp 17.340.000/Ha (Tabel 4.39)
B = Pendapatan produksi jagung per satu musim tanam,
= Rp 15.120.000/Ha (Tabel 4.41)
= Pendapatan produksi kacang tanah per satu musim tanam,
= Rp 19.350.000/Ha (Tabel 4.42)
b. Variabel Keputusan:
X1a = Luasan tanaman padi pada musim tanam I (Ha)
X2a = Luasan tanaman padi pada musim tanam II (Ha)
X2b = Luasan tanaman jagung pada musim tanam II (Ha)
X3b = Luasan tanaman kacang tanah pada musim tanam III (Ha)
c. Fungsi Kendala
- Luas tanam total:
X1a ≤ Xt
X2a + X2b ≤ Xt
X3b ≤ Xt
Diketahui:
Xt = luas total baku sawah Daerah Irigasi Pirang untuk setiap musim tanam 1314 ha

- Volume Air Tersedia (Vs)


Vp1.X1a ≤ Vs1
Vp2.X2a + Vj2.X2b ≤ Vs2
Vj3.X3b ≤ Vs3
Diketahui:
Koefisien Fungsi Kendala:
Vp1 = Kebutuhan air padi 10 harian, November Periode I
= 0,000 m3/Ha (Tabel 4.24)
Vp2 = Kebutuhan air padi 10 harian, Maret Periode I
= 0,000 m3/Ha (Tabel 4.24)
Vj2 = Kebutuhan air jagung 10 harian, Maret Periode I
120

= 0,000 m3/Ha (Tabel 4.24)


Vj3 = Kebutuhan air kacang tanah 10 harian, Juli Periode I
= 16,242 m3/Ha (Tabel 4.24)

Fungsi kendala (sumber daya yang membatasi):


➢ Debit andalan 80%
Vs1 = Volume Ketersediaan air 10 harian pada November Periode I
= 35510,400 m3 (Tabel 4.22)
Vs2 = Volume Ketersediaan air 10 harian pada Maret Periode I
= 38448,00 m3 (Tabel 4.22)
Vs3 = Volume Ketersediaan air 10 harian pada Juli Periode I
= 49507,200 m3 (Tabel 4.22)
➢ Debit andalan 50%
Vs1 = Volume Ketersediaan air 10 harian pada November Periode I
= 30758,400 m3 (Tabel 4.23)
Vs2 = Volume Ketersediaan air 10 harian pada Maret Periode I
= 65404,800 m3 (Tabel 4.23)
Vs3 = Volume Ketersediaan air 10 harian pada Juli Periode I
= 50457,600 m3 (Tabel 4.23)
121

Tabel 4. 43
Model Matematika Fungsi Kendala Luas Lahan PTT Eksisting
Musim
Musim Musim Tanam
Tanam
Tanam I Luas II Luas Luas
Bulan III
Lahan Lahan Lahan
Kacang
Padi Padi Jagung
Tanah
I X1a ≤ Xt
NOV II X1a ≤ Xt
III X1a ≤ Xt
I X1a ≤ Xt
DES II X1a ≤ Xt
III X1a ≤ Xt
I X1a ≤ Xt
JAN II X1a ≤ Xt
III X1a ≤ Xt
I X1a ≤ Xt
FEB II X1a ≤ Xt
III X1a ≤ Xt
I X2a + X2b ≤ Xt
MAR II X2a + X2b ≤ Xt
III X2a + X2b ≤ Xt
I X2a + X2b ≤ Xt
APR II X2a + X2b ≤ Xt
III X2a + X2b ≤ Xt
I X2a + X2b ≤ Xt
MEI II X2a + X2b ≤ Xt
III X2a + X2b ≤ Xt
I X2a + X2b ≤ Xt
JUN II X2a + X2b ≤ Xt
III X2a + X2b ≤ Xt
I X3c ≤ Xt
JUL II X3c ≤ Xt
III X3c ≤ Xt
I X3c ≤ Xt
AGS II X3c ≤ Xt
III X3c ≤ Xt
I X3c ≤ Xt
SEPT II X3c ≤ Xt
III X3c ≤ Xt
I X3c ≤ Xt
OKT II X3c ≤ Xt
III X3c ≤ Xt
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
122

Tabel 4. 44
Model Matematika Fungsi Kendala Luas Lahan PTT Alternatif 1
Luas Luas Luas
Musim Tanam I Musim Tanam II Musim Tanam III
Bulan Lahan Lahan Lahan
Padi Jagung Padi Jagung Padi Jagung

I X1a + X1b ≤ Xt
Nov II X1a + X1b ≤ Xt
III X1a + X1b ≤ Xt
I X1a + X1b ≤ Xt
Des II X1a + X1b ≤ Xt
III X1a + X1b ≤ Xt
I X1a + X1b ≤ Xt
Jan II X1a + X1b ≤ Xt
III X1a + X1b ≤ Xt
I X1a + X1b ≤ Xt
Feb II X1a + X1b ≤ Xt
III X1a + X1b ≤ Xt
I X2a + X2b ≤ Xt
Mar II X2a + X2b ≤ Xt
III X2a + X2b ≤ Xt
I X2a + X2b ≤ Xt
Apr II X2a + X2b ≤ Xt
III X2a + X2b ≤ Xt
I X2a + X2b ≤ Xt
Mei II X2a + X2b ≤ Xt
III X2a + X2b ≤ Xt
I X2a + X2b ≤ Xt
Jun II X2a + X2b ≤ Xt
III X2a + X2b ≤ Xt
I X3a + X3b ≤ Xt
Jul II X3a + X3b ≤ Xt
III X3a + X3b ≤ Xt
I X3a + X3b ≤ Xt
Ags II X3a + X3b ≤ Xt
III X3a + X3b ≤ Xt
I X3a + X3b ≤ Xt
Sept II X3a + X3b ≤ Xt
III X3a + X3b ≤ Xt
I X3a + X3b ≤ Xt
Okt II X3a + X3b ≤ Xt
III X3a + X3b ≤ Xt
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
123

Tabel 4. 45
Model Matematika Fungsi Kendala Luas Lahan PTT Alternatif 2
Luas Luas Luas
Musim Tanam I Musim Tanam II Musim Tanam III
Lahan Lahan Lahan
Bulan
Kacang
Padi Jagung Padi Padi Kedelai
tanah
I X1a + X1b ≤ Xt
Nov II X1a + X1b ≤ Xt
III X1a + X1b ≤ Xt
I X1a + X1b ≤ Xt
Des II X1a + X1b ≤ Xt
III X1a + X1b ≤ Xt
I X1a + X1b ≤ Xt
Jan II X1a + X1b ≤ Xt
III X1a + X1b ≤ Xt
I X1a + X1b ≤ Xt
Feb II X1a + X1b ≤ Xt
III X1a + X1b ≤ Xt
I X2a + X2b ≤ Xt
Mar II X2a + X2b ≤ Xt
III X2a + X2b ≤ Xt
I X2a + X2b ≤ Xt
Apr II X2a + X2b ≤ Xt
III X2a + X2b ≤ Xt
I X2a + X2b ≤ Xt
Mei II X2a + X2b ≤ Xt
III X2a + X2b ≤ Xt
I X2a + X2b ≤ Xt
Jun II X2a + X2b ≤ Xt
III X2a + X2b ≤ Xt
I X3a + X3b ≤ Xt
Jul II X3a + X3b ≤ Xt
III X3a + X3b ≤ Xt
I X3a + X3b ≤ Xt
Ags II X3a + X3b ≤ Xt
III X3a + X3b ≤ Xt
I X3a + X3b ≤ Xt
Sept II X3a + X3b ≤ Xt
III X3a + X3b ≤ Xt
I X3a + X3b ≤ Xt
Okt II X3a + X3b ≤ Xt
III X3a + X3b ≤ Xt
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
124

Tabel 4. 46
Model Matematika Fungsi Kendala Luas Lahan PTT Alternatif 3
Luas Luas Luas
Musim Tanam I Musim Tanam II Musim Tanam III
Lahan Lahan Lahan
Bulan
Kacang
Padi Jagung Padi Padi Kedelai
tanah
I X1a + X1b ≤ Xt
Des II X1a + X1b ≤ Xt
III X1a + X1b ≤ Xt
I X1a + X1b ≤ Xt
Jan II X1a + X1b ≤ Xt
III X1a + X1b ≤ Xt
I X1a + X1b ≤ Xt
Feb II X1a + X1b ≤ Xt
III X1a + X1b ≤ Xt
I X1a + X1b ≤ Xt
Mar II X1a + X1b ≤ Xt
III X1a + X1b ≤ Xt
I X2a + X2b ≤ Xt
Apr II X2a + X2b ≤ Xt
III X2a + X2b ≤ Xt
I X2a + X2b ≤ Xt
Mei II X2a + X2b ≤ Xt
III X2a + X2b ≤ Xt
I X2a + X2b ≤ Xt
Jun II X2a + X2b ≤ Xt
III X2a + X2b ≤ Xt
I X2a + X2b ≤ Xt
Jul II X2a + X2b ≤ Xt
III X2a + X2b ≤ Xt
I X3a + X3b ≤ Xt
Ags II X3a + X3b ≤ Xt
III X3a + X3b ≤ Xt
I X3a + X3b ≤ Xt
Sept II X3a + X3b ≤ Xt
III X3a + X3b ≤ Xt
I X3a + X3b ≤ Xt
Okt II X3a + X3b ≤ Xt
III X3a + X3b ≤ Xt
I X3a + X3b ≤ Xt
Nov II X3a + X3b ≤ Xt
III X3a + X3b ≤ Xt
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
125

Tabel 4. 47
Model Matematika Fungsi Kendala Luas Lahan PTT Alternatif 4
Luas Luas Luas
Musim Tanam I Musim Tanam II Musim Tanam III
Bulan Lahan Lahan Lahan
Padi Jagung Padi Jagung Padi Jagung

I X1a + X1b ≤ Xt
Des II X1a + X1b ≤ Xt
III X1a + X1b ≤ Xt
I X1a + X1b ≤ Xt
Jan II X1a + X1b ≤ Xt
III X1a + X1b ≤ Xt
I X1a + X1b ≤ Xt
Feb II X1a + X1b ≤ Xt
III X1a + X1b ≤ Xt
I X1a + X1b ≤ Xt
Mar II X1a + X1b ≤ Xt
III X1a + X1b ≤ Xt
I X2a + X2b ≤ Xt
Apr II X2a + X2b ≤ Xt
III X2a + X2b ≤ Xt
I X2a + X2b ≤ Xt
Mei II X2a + X2b ≤ Xt
III X2a + X2b ≤ Xt
I X2a + X2b ≤ Xt
Jun II X2a + X2b ≤ Xt
III X2a + X2b ≤ Xt
I X2a + X2b ≤ Xt
Jul II X2a + X2b ≤ Xt
III X2a + X2b ≤ Xt
I X3a + X3b ≤ Xt
Ags II X3a + X3b ≤ Xt
III X3a + X3b ≤ Xt
I X3a + X3b ≤ Xt
Sept II X3a + X3b ≤ Xt
III X3a + X3b ≤ Xt
I X3a + X3b ≤ Xt
Okt II X3a + X3b ≤ Xt
III X3a + X3b ≤ Xt
I X3a + X3b ≤ Xt
Nov II X3a + X3b ≤ Xt
III X3a + X3b ≤ Xt
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
126

Tabel 4. 48
Model Matematika Fungsi Kendala Volume Ketersediaan PTT Eksisting
Musim
Musim
Musim Tanam II Tanam
Tanam I
Bulan Volume Volume III Volume
Kacang
Padi Padi Jagung
tanah
I Vp1a.X1a ≤ Vs1a

Nov II Vp1b.X1a ≤ Vs1b

III Vp1c.X1a ≤ Vs1c

I Vp1d.X1a ≤ Vs1d

Des II Vp1e.X1a ≤ Vs1e

III Vp1f.X1a ≤ Vs1f

I Vp1g.X1a ≤ Vs1g

Jan II Vp1h.X1a ≤ Vs1h

III Vp1i.X1a ≤ Vs1i

I Vp1j.X1a ≤ Vs1j

Feb II Vp1k.X1a ≤ Vs1k

III Vp1l.X1a ≤ Vs1l

I Vp2a.X2a + Vj2a.X2b ≤ Vs2a

Mar II Vp2b.X2a + Vj2b.X2b ≤ Vs2b

III Vp2c.X2a + Vj2c.X2b ≤ Vs2c

I Vp2d.X2a + Vj2d.X2b ≤ Vs2d

Apr II Vp2e.X2a + Vj2e.X2b ≤ Vs2e

III Vp2f.X2a + Vj2f.X2b ≤ Vs2f

I Vp2g.X2a + Vj2g.X2b ≤ Vs2g

Mei II Vp2h.X2a + Vj2h.X2b ≤ Vs2h

III Vp2i.X2a + Vj2i.X2b ≤ Vs2i

I Vp2j.X2a + Vj2j.X2b ≤ Vs2j

Jun II Vp2k.X2a + Vj2k.X2b ≤ Vs2k

III Vp2l.X2a + Vj2l.X2b ≤ Vs2l

I Vj3a.X3b ≤ Vs3a

Jul II Vj3b.X3b ≤ Vs3b

III Vj3c.X3b ≤ Vs3c

I Vj3d.X3b ≤ Vs3d

Ags II Vj3e.X3b ≤ Vs3e

III Vj3f.X3b ≤ Vs3f


127

Musim
Musim
Musim Tanam II Tanam
Tanam I
Bulan Volume Volume III Volume
Kacang
Padi Padi Jagung
tanah
I Vj3g.X3b ≤ Vs3g

Sept II Vj3h.X3b ≤ Vs3h

III Vj3i.X3b ≤ Vs3i

I Vj3j.X3b ≤ Vs3j

Okt II Vj3k.X3b ≤ Vs3k

III Vj3l.X3b ≤ Vs3l

Tabel 4. 49
Model Matematika Fungsi Kendala Volume Ketersediaan PTT Alternatif 1
Musim Tanam I Volu Musim Tanam II Volu Musim Tanam III Volu
Bulan
Padi Jagung me Padi Jagung me Padi Jagung me

I Vp1a.X1a Vj1a.X1b ≤ Vs1a

Nov II Vp1b.X1a Vj1b.X1b ≤ Vs1b

III Vp1c.X1a Vj1c.X1b ≤ Vs1c

I Vp1d.X1a Vj1d.X1b ≤ Vs1d

Des II Vp1e.X1a Vj1e.X1b ≤ Vs1e

III Vp1f.X1a Vj1f.X1b ≤ Vs1f

I Vp1g.X1a Vj1g.X1b ≤ Vs1g

Jan II Vp1h.X1a Vj1h.X1b ≤ Vs1h

III Vp1i.X1a Vj1i.X1b ≤ Vs1i

I Vp1j.X1a Vj1j.X1b ≤ Vs1j

Feb II Vp1k.X1a Vj1k.X1b ≤ Vs1k

III Vp1l.X1a Vj1l.X1b ≤ Vs1l

I Vp2a.X2a + Vj2a.X2b ≤ Vs2a

Mar II Vp2b.X2a + Vj2b.X2b ≤ Vs2b

III Vp2c.X2a + Vj2c.X2b ≤ Vs2c

I Vp2d.X2a + Vj2d.X2b ≤ Vs2d

Apr II Vp2e.X2a + Vj2e.X2b ≤ Vs2e

III Vp2f.X2a + Vj2f.X2b ≤ Vs2f

I Vp2g.X2a + Vj2g.X2b ≤ Vs2g

Mei II Vp2h.X2a + Vj2h.X2b ≤ Vs2h

III Vp2i.X2a + Vj2i.X2b ≤ Vs2i

I Vp2j.X2a + Vj2j.X2b ≤ Vs2j


128

Musim Tanam I Volu Musim Tanam II Volu Musim Tanam III Volu
Bulan
Padi Jagung me Padi Jagung me Padi Jagung me

Jun II Vp2k.X2a + Vj2k.X2b ≤ Vs2k

III Vp2l.X2a + Vj2l.X2b ≤ Vs2l

I Vp3a.X3a Vj3a.X3b ≤ Vs3a

Jul II Vp3b.X3a Vj3b.X3b ≤ Vs3b

III Vp3c.X3a Vj3c.X3b ≤ Vs3c

I Vp3d.X3a Vj3d.X3b ≤ Vs3d

Ags II Vp3e.X3a Vj3e.X3b ≤ Vs3e

III Vp3f.X3a Vj3f.X3b ≤ Vs3f

I Vp3g.X3a Vj3g.X3b ≤ Vs3g

Sept II Vp3h.X3a Vj3h.X3b ≤ Vs3h

III Vp3i.X3a Vj3i.X3b ≤ Vs3i

I Vp3j.X3a Vj3j.X3b ≤ Vs3j

Okt II Vp3k.X3a Vj3k.X3b ≤ Vs3k

III Vp3l.X3a Vj3l.X3b ≤ Vs3l


Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

Tabel 4. 50
Model Matematika Fungsi Kendala Volume Ketersediaan PTT Alternatif 2
Musim Tanam I Musim Tanam II Musim Tanam III
Volu Volu Volu
Bulan Kacang
Padi Jagung me Padi me Padi Kedelai me
tanah
I Vp1a.X1a Vj1a.X1b ≤ Vs1a

Nov II Vp1b.X1a Vj1b.X1b ≤ Vs1b

III Vp1c.X1a Vj1c.X1b ≤ Vs1c

I Vp1d.X1a Vj1d.X1b ≤ Vs1d

Des II Vp1e.X1a Vj1e.X1b ≤ Vs1e

III Vp1f.X1a Vj1f.X1b ≤ Vs1f

I Vp1g.X1a Vj1g.X1b ≤ Vs1g

Jan II Vp1h.X1a Vj1h.X1b ≤ Vs1h

III Vp1i.X1a Vj1i.X1b ≤ Vs1i

I Vp1j.X1a Vj1j.X1b ≤ Vs1j

Feb II Vp1k.X1a Vj1k.X1b ≤ Vs1k

III Vp1l.X1a Vj1l.X1b ≤ Vs1l

I Vp2a.X2a + Vj2a.X2b ≤ Vs2a

Mar II Vp2b.X2a + Vj2b.X2b ≤ Vs2b

III Vp2c.X2a + Vj2c.X2b ≤ Vs2c

I Vp2d.X2a + Vj2d.X2b ≤ Vs2d


129

Musim Tanam I Musim Tanam II Musim Tanam III


Volu Volu Volu
Bulan Kacang
Padi Jagung me Padi me Padi Kedelai me
tanah
Apr II Vp2e.X2a + Vj2e.X2b ≤ Vs2e

III Vp2f.X2a + Vj2f.X2b ≤ Vs2f

I Vp2g.X2a + Vj2g.X2b ≤ Vs2g

Mei II Vp2h.X2a + Vj2h.X2b ≤ Vs2h

III Vp2i.X2a + Vj2i.X2b ≤ Vs2i

I Vp2j.X2a + Vj2j.X2b ≤ Vs2j

Jun II Vp2k.X2a + Vj2k.X2b ≤ Vs2k

III Vp2l.X2a + Vj2l.X2b ≤ Vs2l

I Vp3a.X3a Vj3a.X3b ≤ Vs3a

Jul II Vp3b.X3a Vj3b.X3b ≤ Vs3b

III Vp3c.X3a Vj3c.X3b ≤ Vs3c

I Vp3d.X3a Vj3d.X3b ≤ Vs3d

Ags II Vp3e.X3a Vj3e.X3b ≤ Vs3e

III Vp3f.X3a Vj3f.X3b ≤ Vs3f

I Vp3g.X3a Vj3g.X3b ≤ Vs3g

Sept II Vp3h.X3a Vj3h.X3b ≤ Vs3h

III Vp3i.X3a Vj3i.X3b ≤ Vs3i

I Vp3j.X3a Vj3j.X3b ≤ Vs3j

Okt II Vp3k.X3a Vj3k.X3b ≤ Vs3k

III Vp3l.X3a Vj3l.X3b ≤ Vs3l


Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

Tabel 4. 51
Model Matematika Fungsi Kendala Volume Ketersediaan PTT Alternatif 3
Musim Tanam I Musim Tanam II Musim Tanam III
Volu Volu Volum
Bulan Kacang
Padi Jagung me Padi me Padi Kedelai e
tanah
I Vp1a.X1a Vj1a.X1b ≤ Vs1a

Des II Vp1b.X1a Vj1b.X1b ≤ Vs1b

III Vp1c.X1a Vj1c.X1b ≤ Vs1c

I Vp1d.X1a Vj1d.X1b ≤ Vs1d

Jan II Vp1e.X1a Vj1e.X1b ≤ Vs1e

III Vp1f.X1a Vj1f.X1b ≤ Vs1f

I Vp1g.X1a Vj1g.X1b ≤ Vs1g

Feb II Vp1h.X1a Vj1h.X1b ≤ Vs1h

III Vp1i.X1a Vj1i.X1b ≤ Vs1i


130

Musim Tanam I Musim Tanam II Musim Tanam III


Volu Volu Volum
Bulan Kacang
Padi Jagung me Padi me Padi Kedelai e
tanah
I Vp1j.X1a Vj1j.X1b ≤ Vs1j

Mar II Vp1k.X1a Vj1k.X1b ≤ Vs1k

III Vp1l.X1a Vj1l.X1b ≤ Vs1l

I Vp2a.X2a + Vj2a.X2b ≤ Vs2a

Apr II Vp2b.X2a + Vj2b.X2b ≤ Vs2b

III Vp2c.X2a + Vj2c.X2b ≤ Vs2c

I Vp2d.X2a + Vj2d.X2b ≤ Vs2d

Mei II Vp2e.X2a + Vj2e.X2b ≤ Vs2e

III Vp2f.X2a + Vj2f.X2b ≤ Vs2f

I Vp2g.X2a + Vj2g.X2b ≤ Vs2g

Jun II Vp2h.X2a + Vj2h.X2b ≤ Vs2h

III Vp2i.X2a + Vj2i.X2b ≤ Vs2i

I Vp2j.X2a + Vj2j.X2b ≤ Vs2j

Jul II Vp2k.X2a + Vj2k.X2b ≤ Vs2k

III Vp2l.X2a + Vj2l.X2b ≤ Vs2l

I Vp3a.X3a Vj3a.X3b ≤ Vs3a

Ags II Vp3b.X3a Vj3b.X3b ≤ Vs3b

III Vp3c.X3a Vj3c.X3b ≤ Vs3c

I Vp3d.X3a Vj3d.X3b ≤ Vs3d

Sep II Vp3e.X3a Vj3e.X3b ≤ Vs3e

III Vp3f.X3a Vj3f.X3b ≤ Vs3f

I Vp3g.X3a Vj3g.X3b ≤ Vs3g

Okt II Vp3h.X3a Vj3h.X3b ≤ Vs3h

III Vp3i.X3a Vj3i.X3b ≤ Vs3i

I Vp3j.X3a Vj3j.X3b ≤ Vs3j

Nov II Vp3k.X3a Vj3k.X3b ≤ Vs3k

III Vp3l.X3a Vj3l.X3b ≤ Vs3l

Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

Tabel 4. 52
Model Matematika Fungsi Kendala Volume Ketersediaan PTT Alternatif 4
Musim Tanam I Volu Musim Tanam II Volu Musim Tanam III Volu
Bulan
Padi Jagung me Padi Jagung me Padi Jagung me

I Vp1a.X1a Vj1a.X1b ≤ Vs1a

Des II Vp1b.X1a Vj1b.X1b ≤ Vs1b


131

Musim Tanam I Volu Musim Tanam II Volu Musim Tanam III Volu
Bulan
Padi Jagung me Padi Jagung me Padi Jagung me

III Vp1c.X1a Vj1c.X1b ≤ Vs1c

I Vp1d.X1a Vj1d.X1b ≤ Vs1d

Jan II Vp1e.X1a Vj1e.X1b ≤ Vs1e

III Vp1f.X1a Vj1f.X1b ≤ Vs1f

I Vp1g.X1a Vj1g.X1b ≤ Vs1g

Feb II Vp1h.X1a Vj1h.X1b ≤ Vs1h

III Vp1i.X1a Vj1i.X1b ≤ Vs1i

I Vp1j.X1a Vj1j.X1b ≤ Vs1j

Mar II Vp1k.X1a Vj1k.X1b ≤ Vs1k

III Vp1l.X1a Vj1l.X1b ≤ Vs1l

I Vp2a.X2a + Vj2a.X2b ≤ Vs2a

Apr II Vp2b.X2a + Vj2b.X2b ≤ Vs2b

III Vp2c.X2a + Vj2c.X2b ≤ Vs2c

I Vp2d.X2a + Vj2d.X2b ≤ Vs2d

Mei II Vp2e.X2a + Vj2e.X2b ≤ Vs2e

III Vp2f.X2a + Vj2f.X2b ≤ Vs2f

I Vp2g.X2a + Vj2g.X2b ≤ Vs2g

Jun II Vp2h.X2a + Vj2h.X2b ≤ Vs2h

III Vp2i.X2a + Vj2i.X2b ≤ Vs2i

I Vp2j.X2a + Vj2j.X2b ≤ Vs2j

Jul II Vp2k.X2a + Vj2k.X2b ≤ Vs2k

III Vp2l.X2a + Vj2l.X2b ≤ Vs2l

I Vp3a.X3a Vj3a.X3b ≤ Vs3a

Ags II Vp3b.X3a Vj3b.X3b ≤ Vs3b

III Vp3c.X3a Vj3c.X3b ≤ Vs3c

I Vp3d.X3a Vj3d.X3b ≤ Vs3d

Sept II Vp3e.X3a Vj3e.X3b ≤ Vs3e

III Vp3f.X3a Vj3f.X3b ≤ Vs3f

I Vp3g.X3a Vj3g.X3b ≤ Vs3g

Okt II Vp3h.X3a Vj3h.X3b ≤ Vs3h

III Vp3i.X3a Vj3i.X3b ≤ Vs3i

I Vp3j.X3a Vj3j.X3b ≤ Vs3j

Nov II Vp3k.X3a Vj3k.X3b ≤ Vs3k

III Vp3l.X3a Vj3l.X3b ≤ Vs3l


Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
132

4.10. Perhitungan Optimasi dengan Program Linier


Setelah dirumuskan persamaan model matematikanya untuk optimasi dengan program
linier, maka perhitungan dapat dilakukan. Dengan menggunakan bantuan program solver
yang terdapat pada Microsoft Excel akan diperoleh hasil luasan optimum yang akan
memberikan nilai manfaat atau keuntungan produksi pertanian yang maksimum. Hasil yang
diperoleh dari pemodelan optimasi tersebut akan ditunjukkan pada tabel-tabel berikut ini.
133

Tabel 4. 53
Hasil Optimasi PTT Eksisting dengan Debit Andalan 80%
Total Volume
Luas Kontrol Kontrol Rekapitulasi Optimasi
Kebutuhan
luas
Variabel Nilai Variabel Nilai Variabel Nilai Variabel Nilai
MT Luas
X1a 677,79 X1b 0,00 677,79 Vb1a 0,00 Vs1a 35510,40 677,79
I Padi
X1a 677,79 X1b 0,00 677,79 Vb1b 16910,91 Vs1b 37065,60 (Ha)
MT Luas
X1a 677,79 X1b 0,00 677,79 Vb1c 37065,60 Vs1c 37065,60 578,70
II Padi
Luas
X1a 677,79 X1b 0,00 677,79 Vb1d 2084,28 Vs1d 64195,20 (Ha) 735,30
Jagung
MT Luas
X1a 677,79 X1b 0,00 677,79 Vb1e 0,00 Vs1e 77328,00 0,00
III Padi
Luas
X1a 677,79 X1b 0,00 677,79 Vb1f 14368,92 Vs1f 77241,60 (Ha) Kacang 677,73
tanah
X1a 677,79 X1b 0,00 677,79 Vb1g 1711,04 Vs1g 53395,20 MT I 11.752.833.523
X1a 677,79 X1b 0,00 677,79 Vb1h 22065,33 Vs1h 50284,80 Z MT II 21.152.384.125
X1a 677,79 X1b 0,00 677,79 Vb1i 3810,60 Vs1i 52099,20 (Rp) MT III 13.114.124.270
X1a 677,79 X1b 0,00 677,79 Vb1j 10134,01 Vs1j 65404,80 Jumlah 46.019.341.918
X1a 677,79 X1b 0,00 677,79 Vb1k 3731,90 Vs1k 57369,60
X1a 677,79 X1b 0,00 677,79 Vb1l 9234,02 Vs1l 51840,00
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2a 0,00 Vs2a 38448,00
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2b 0,00 Vs2b 28252,80
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2c 27907,20 Vs2c 27907,20
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2d 8377,28 Vs2d 73872,00
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2e 20642,00 Vs2e 71971,20
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2f 14116,57 Vs2f 66009,60
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2g 16513,40 Vs2g 61776,00
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2h 33353,75 Vs2h 63590,40
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2i 40410,15 Vs2i 67824,00
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2j 50178,69 Vs2j 63590,40
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2k 47817,59 Vs2k 61776,00
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2l 38000,58 Vs2l 53395,20
X3a 0,00 X3b 677,73 677,73 Vb3a 11007,59 Vs3a 49507,20
X3a 0,00 X3b 677,73 677,73 Vb3b 8913,81 Vs3b 47779,20
X3a 0,00 X3b 677,73 677,73 Vb3c 7087,02 Vs3c 47779,20
X3a 0,00 X3b 677,73 677,73 Vb3d 11377,36 Vs3d 49507,20
X3a 0,00 X3b 677,73 677,73 Vb3e 12919,58 Vs3e 47779,20
X3a 0,00 X3b 677,73 677,73 Vb3f 15303,01 Vs3f 47779,20
X3a 0,00 X3b 677,73 677,73 Vb3g 25736,89 Vs3g 37065,60
X3a 0,00 X3b 677,73 677,73 Vb3h 28083,19 Vs3h 37065,60
X3a 0,00 X3b 677,73 677,73 Vb3i 29116,80 Vs3i 29116,80
X3a 0,00 X3b 677,73 677,73 Vb3j 24789,51 Vs3j 29116,80
X3a 0,00 X3b 677,73 677,73 Vb3k 23561,19 Vs3k 32140,80
X3a 0,00 X3b 677,73 677,73 Vb3k 19867,00 Vs3k 31017,60

Sumber: Hasil Perhitungan, 2022


Keterangan:
Pola Tata Tanam Eksisting
Musim Tanam I : Padi
Musim Tanam II : Padi – Palawija (Jagung)
Musim Tanam III : Palawija (Kacang Tanah)
Keuntungan maksimum : Rp. 46.019.341.918
134

Tabel 4. 54
Hasil Optimasi PTT Alternatif 1 dengan Debit Andalan 80%
Total Volume
Luas Kontrol Kontrol Rekapitulasi Optimasi
Kebutuhan
luas
Variabel Nilai Variabel Nilai Variabel Nilai Variabel Nilai
MT Luas
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1a 6636,49 Vs1a 35510,40 640,83
I Padi
Luas
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1b 20918,43 Vs1b 37065,60 (Ha) 673,17
Jagung
MT Luas
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1c 37065,60 Vs1c 37065,60 578,70
II Padi
Luas
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1d 1970,65 Vs1d 64195,20 (Ha) 735,30
Jagung
MT Luas
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1e 0,00 Vs1e 77328,00 0,00
III Padi
Luas
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1f 13585,53 Vs1f 77241,60 (Ha) 662,91
Jagung
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1g 4741,54 Vs1g 53395,20 MT I 21.290.332.965
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1h 21653,22 Vs1h 50284,80 Z MT II 21.152.384.125
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1i 2825,80 Vs1i 52099,20 (Rp) MT III 10.023.155.677
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1j 3419,63 Vs1j 65404,80 Jumlah 52.465.872.768
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1k 0,00 Vs1k 57369,60
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1l 5649,65 Vs1l 51840,00
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2a 0,00 Vs2a 38448,00
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2b 0,00 Vs2b 28252,80
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2c 27907,20 Vs2c 27907,20
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2d 8377,28 Vs2d 73872,00
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2e 20642,00 Vs2e 71971,20
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2f 16857,27 Vs2f 66009,60
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2g 21495,65 Vs2g 61776,00
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2h 33826,37 Vs2h 63590,40
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2i 35789,10 Vs2i 67824,00
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2j 40670,66 Vs2j 63590,40
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2k 34434,29 Vs2k 61776,00
X2a 578,70 X2b 735,30 1314,00 Vb2l 20564,07 Vs2l 53395,20
X3a 0,00 X3b 662,91 662,91 Vb3a 1145,40 Vs3a 49507,20
X3a 0,00 X3b 662,91 662,91 Vb3b 3539,30 Vs3b 47779,20
X3a 0,00 X3b 662,91 662,91 Vb3c 6185,18 Vs3c 47779,20
X3a 0,00 X3b 662,91 662,91 Vb3d 13418,63 Vs3d 49507,20
X3a 0,00 X3b 662,91 662,91 Vb3e 16572,73 Vs3e 47779,20
X3a 0,00 X3b 662,91 662,91 Vb3f 19726,83 Vs3f 47779,20
X3a 0,00 X3b 662,91 662,91 Vb3g 31037,70 Vs3g 37065,60
X3a 0,00 X3b 662,91 662,91 Vb3h 30633,30 Vs3h 37065,60
X3a 0,00 X3b 662,91 662,91 Vb3i 29116,80 Vs3i 29116,80
X3a 0,00 X3b 662,91 662,91 Vb3j 19391,76 Vs3j 29116,80
X3a 0,00 X3b 662,91 662,91 Vb3k 10697,06 Vs3k 32140,80
X3a 0,00 X3b 662,91 662,91 Vb3k 0,00 Vs3k 31017,60

Sumber: Hasil Perhitungan, 2022


Keterangan:
Pola Tata Tanam Alternatif 1
Musim Tanam I : Padi – Palawija (Jagung)
Musim Tanam II : Padi – Palawija (Jagung)
Musim Tanam III : Palawija (Jagung)
Keuntungan maksimum : Rp. 52.465.872.768
135

Tabel 4. 55
Hasil Optimasi PTT Alternatif 2 dengan Debit Andalan 80%
Total Volume
Luas Kontrol Kontrol Rekapitulasi Optimasi
Kebutuhan
luas
Variabel Nilai Variabel Nilai Variabel Nilai Variabel Nilai
MT Luas
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1a 6636,49 Vs1a 35510,40 640,83
I Padi
Luas
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1b 20918,43 Vs1b 37065,60 (Ha) 673,17
Jagung
MT Luas
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1c 37065,60 Vs1c 37065,60 0,00
II Padi
Luas
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1d 1970,65 Vs1d 64195,20 (Ha) Kacang 1314,00
tanah
MT Luas
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1e 0,00 Vs1e 77328,00 349,40
III Padi
Luas
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1f 13585,53 Vs1f 77241,60 (Ha) 0,00
Kedelai
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1g 4741,54 Vs1g 53395,20 MT I 21.290.332.965
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1h 21653,22 Vs1h 50284,80 Z MT II 25.425.900.000
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1i 2825,80 Vs1i 52099,20 (Rp) MT III 6.058.583.521
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1j 3419,63 Vs1j 65404,80 Jumlah 52.774.816.486
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1k 0,00 Vs1k 57369,60
X1a 640,83 X1b 673,17 1314,00 Vb1l 5649,65 Vs1l 51840,00
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2a 0,00 Vs2a 38448,00
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2b 0,00 Vs2b 28252,80
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2c 0,00 Vs2c 27907,20
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2d 0,00 Vs2d 73872,00
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2e 0,00 Vs2e 71971,20
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2f 2597,72 Vs2f 66009,60
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2g 18660,07 Vs2g 61776,00
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2h 19352,72 Vs2h 63590,40
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2i 18403,88 Vs2i 67824,00
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2j 25443,21 Vs2j 63590,40
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2k 23354,58 Vs2k 61776,00
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2l 14744,24 Vs2l 53395,20
X3a 349,40 X3b 0,00 349,40 Vb3a 12611,20 Vs3a 49507,20
X3a 349,40 X3b 0,00 349,40 Vb3b 17551,80 Vs3b 47779,20
X3a 349,40 X3b 0,00 349,40 Vb3c 25669,42 Vs3c 47779,20
X3a 349,40 X3b 0,00 349,40 Vb3d 29856,79 Vs3d 49507,20
X3a 349,40 X3b 0,00 349,40 Vb3e 25330,71 Vs3e 47779,20
X3a 349,40 X3b 0,00 349,40 Vb3f 20960,03 Vs3f 47779,20
X3a 349,40 X3b 0,00 349,40 Vb3g 26200,32 Vs3g 37065,60
X3a 349,40 X3b 0,00 349,40 Vb3h 27837,07 Vs3h 37065,60
X3a 349,40 X3b 0,00 349,40 Vb3i 29116,80 Vs3i 29116,80
X3a 349,40 X3b 0,00 349,40 Vb3j 27399,18 Vs3j 29116,80
X3a 349,40 X3b 0,00 349,40 Vb3k 24682,39 Vs3k 32140,80
X3a 349,40 X3b 0,00 349,40 Vb3k 13327,89 Vs3k 31017,60

Sumber: Hasil Perhitungan, 2022


Keterangan:
Pola Tata Tanam Alternatif 2
Musim Tanam I : Padi – Palawija (Jagung)
Musim Tanam II : Palawija (Kacang Tanah)
Musim Tanam III : Padi
Keuntungan maksimum : Rp. 52.774.816.486
136

Tabel 4. 56
Hasil Optimasi PTT Alternatif 3 dengan Debit Andalan 80%
Total Volume
Luas Kontrol Kontrol Rekapitulasi Optimasi
Kebutuhan
luas
Variabel Nilai Variabel Nilai Variabel Nilai Variabel Nilai
MT Luas
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1a 0,00 Vs1a 35510,40 1314,00
I Padi
Luas
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1b 16910,91 Vs1b 37065,60 (Ha) 0,00
Jagung
MT Luas
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1c 37065,60 Vs1c 37065,60 0,00
II Padi
Luas
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1d 2084,28 Vs1d 64195,20 (Ha) Kacang 1314,00
tanah
MT Luas
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1e 0,00 Vs1e 77328,00 372,21
III Padi
Luas
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1f 14368,92 Vs1f 77241,60 (Ha) 0,00
Kedelai
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1g 1711,04 Vs1g 53395,20 MT I 22.784.760.000
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1h 22065,33 Vs1h 50284,80 Z MT II 25.425.900.000
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1i 3810,60 Vs1i 52099,20 (Rp) MT III 6.454.099.359
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1j 10134,01 Vs1j 65404,80 Jumlah 54.664.759.359
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1k 3731,90 Vs1k 57369,60
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1l 9234,02 Vs1l 51840,00
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2a 0,00 Vs2a 38448,00
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2b 0,00 Vs2b 28252,80
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2c 27907,20 Vs2c 27907,20
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2d 8377,28 Vs2d 73872,00
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2e 20642,00 Vs2e 71971,20
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2f 14116,57 Vs2f 66009,60
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2g 16513,40 Vs2g 61776,00
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2h 33353,75 Vs2h 63590,40
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2i 40410,15 Vs2i 67824,00
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2j 50178,69 Vs2j 63590,40
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2k 47817,59 Vs2k 61776,00
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2l 38000,58 Vs2l 53395,20
X3a 372,21 X3b 0,00 372,21 Vb3a 11007,59 Vs3a 49507,20
X3a 372,21 X3b 0,00 372,21 Vb3b 8913,81 Vs3b 47779,20
X3a 372,21 X3b 0,00 372,21 Vb3c 7087,02 Vs3c 47779,20
X3a 372,21 X3b 0,00 372,21 Vb3d 11377,36 Vs3d 49507,20
X3a 372,21 X3b 0,00 372,21 Vb3e 12919,58 Vs3e 47779,20
X3a 372,21 X3b 0,00 372,21 Vb3f 15303,01 Vs3f 47779,20
X3a 372,21 X3b 0,00 372,21 Vb3g 25736,89 Vs3g 37065,60
X3a 372,21 X3b 0,00 372,21 Vb3h 28083,19 Vs3h 37065,60
X3a 372,21 X3b 0,00 372,21 Vb3i 29116,80 Vs3i 29116,80
X3a 372,21 X3b 0,00 372,21 Vb3j 24789,51 Vs3j 29116,80
X3a 372,21 X3b 0,00 372,21 Vb3k 23561,19 Vs3k 32140,80
X3a 372,21 X3b 0,00 372,21 Vb3k 19867,00 Vs3k 31017,60

Sumber: Hasil Perhitungan, 2022


Keterangan:
Pola Tata Tanam Alternatif 3
Musim Tanam I : Padi
Musim Tanam II : Palawija (Kacang Tanah)
Musim Tanam III : Padi
Keuntungan maksimum : Rp. 54.664.759.359
137

Tabel 4. 57
Hasil Optimasi PTT Alternatif 4 dengan Debit Andalan 80%
Total Volume
Luas Kontrol Kontrol Rekapitulasi Optimasi
Kebutuhan
luas
Variabel Nilai Variabel Nilai Variabel Nilai Variabel Nilai
MT Luas
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1a 0,00 Vs1a 35510,40 1314,00
I Padi
Luas
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1b 16910,91 Vs1b 37065,60 (Ha) 0,00
Jagung
MT Luas
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1c 37065,60 Vs1c 37065,60 837,45
II Padi
Luas
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1d 2084,28 Vs1d 64195,20 (Ha) 476,55
Jagung
MT Luas
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1e 0,00 Vs1e 77328,00 0,00
III Padi
Luas
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1f 14368,92 Vs1f 77241,60 (Ha) 621,88
Jagung
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1g 1711,04 Vs1g 53395,20 MT I 22.784.760.000
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1h 22065,33 Vs1h 50284,80 Z MT II 21.726.811.792
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1i 3810,60 Vs1i 52099,20 (Rp) MT III 9.402.830.082
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1j 10134,01 Vs1j 65404,80 Jumlah 53.914.401.874
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1k 3731,90 Vs1k 57369,60
X1a 1314,00 X1b 0,00 1314,00 Vb1l 9234,02 Vs1l 51840,00
X2a 837,45 X2b 476,55 1314,00 Vb2a 0,00 Vs2a 38448,00
X2a 837,45 X2b 476,55 1314,00 Vb2b 0,00 Vs2b 28252,80
X2a 837,45 X2b 476,55 1314,00 Vb2c 27907,20 Vs2c 27907,20
X2a 837,45 X2b 476,55 1314,00 Vb2d 8377,28 Vs2d 73872,00
X2a 837,45 X2b 476,55 1314,00 Vb2e 20642,00 Vs2e 71971,20
X2a 837,45 X2b 476,55 1314,00 Vb2f 14116,57 Vs2f 66009,60
X2a 837,45 X2b 476,55 1314,00 Vb2g 16513,40 Vs2g 61776,00
X2a 837,45 X2b 476,55 1314,00 Vb2h 33353,75 Vs2h 63590,40
X2a 837,45 X2b 476,55 1314,00 Vb2i 40410,15 Vs2i 67824,00
X2a 837,45 X2b 476,55 1314,00 Vb2j 50178,69 Vs2j 63590,40
X2a 837,45 X2b 476,55 1314,00 Vb2k 47817,59 Vs2k 61776,00
X2a 837,45 X2b 476,55 1314,00 Vb2l 38000,58 Vs2l 53395,20
X3a 0,00 X3b 621,88 621,88 Vb3a 11007,59 Vs3a 49507,20
X3a 0,00 X3b 621,88 621,88 Vb3b 8913,81 Vs3b 47779,20
X3a 0,00 X3b 621,88 621,88 Vb3c 7087,02 Vs3c 47779,20
X3a 0,00 X3b 621,88 621,88 Vb3d 11377,36 Vs3d 49507,20
X3a 0,00 X3b 621,88 621,88 Vb3e 12919,58 Vs3e 47779,20
X3a 0,00 X3b 621,88 621,88 Vb3f 15303,01 Vs3f 47779,20
X3a 0,00 X3b 621,88 621,88 Vb3g 25736,89 Vs3g 37065,60
X3a 0,00 X3b 621,88 621,88 Vb3h 28083,19 Vs3h 37065,60
X3a 0,00 X3b 621,88 621,88 Vb3i 29116,80 Vs3i 29116,80
X3a 0,00 X3b 621,88 621,88 Vb3j 24789,51 Vs3j 29116,80
X3a 0,00 X3b 621,88 621,88 Vb3k 23561,19 Vs3k 32140,80
X3a 0,00 X3b 621,88 621,88 Vb3k 19867,00 Vs3k 31017,60

Sumber: Hasil Perhitungan, 2022


Keterangan:
Pola Tata Tanam Alternatif 4
Musim Tanam I : Padi
Musim Tanam II : Padi-Palawija (Jagung)
Musim Tanam III : Palawija (Jagung)
Keuntungan maksimum : Rp. 53.914.401.874
138

Tabel 4. 58
Hasil Optimasi PTT Eksisting dengan Debit Andalan 50%
Total Volume
Luas Kontrol Rekapitulasi Optimasi
Kontrol Kebutuhan
luas
Variabel Nilai Variabel Nilai Variabel Nilai Variabel Nilai
Luas
X1a 576,67 X1b 0,00 576,67 Vb1a 0,00 Vs1a 30758,40 MT I 576,67
Padi
X1a 576,67 X1b 0,00 576,67 Vb1b 14388,07 Vs1b 31536,00 (Ha)
MT Luas
X1a 576,67 X1b 0,00 576,67 Vb1c 31536,00 Vs1c 31536,00 840,19
II Padi
Luas
X1a 576,67 X1b 0,00 576,67 Vb1d 1773,34 Vs1d 51321,60 (Ha) 473,81
Jagung
MT Luas
X1a 576,67 X1b 0,00 576,67 Vb1e 0,00 Vs1e 57888,00 0,00
III Padi
Luas
X1a 576,67 X1b 0,00 576,67 Vb1f 12225,30 Vs1f 57801,60 (Ha) kacang 752,14
tanah
X1a 576,67 X1b 0,00 576,67 Vb1g 1455,78 Vs1g 73785,60 MT I 9.999.497.053
X1a 576,67 X1b 0,00 576,67 Vb1h 18773,53 Vs1h 68342,40 Z MT II 21.732.900.908
X1a 576,67 X1b 0,00 576,67 Vb1i 3242,12 Vs1i 65404,80 (Rp) MT III 14.553.953.937
X1a 576,67 X1b 0,00 576,67 Vb1j 8622,18 Vs1j 72057,60 Jumlah 46.286.351.889
X1a 576,67 X1b 0,00 576,67 Vb1k 3175,16 Vs1k 65750,40
X1a 576,67 X1b 0,00 576,67 Vb1l 7856,45 Vs1l 60566,40
X2a 840,19 X2b 473,81 1314,00 Vb2a 0,00 Vs2a 65404,80
X2a 840,19 X2b 473,81 1314,00 Vb2b 0,00 Vs2b 60566,40
X2a 840,19 X2b 473,81 1314,00 Vb2c 40517,57 Vs2c 97632,00
X2a 840,19 X2b 473,81 1314,00 Vb2d 12162,70 Vs2d 80352,00
X2a 840,19 X2b 473,81 1314,00 Vb2e 29969,46 Vs2e 58665,60
X2a 840,19 X2b 473,81 1314,00 Vb2f 20495,40 Vs2f 72576,00
X2a 840,19 X2b 473,81 1314,00 Vb2g 19830,91 Vs2g 71020,80
X2a 840,19 X2b 473,81 1314,00 Vb2h 42308,61 Vs2h 71884,80
X2a 840,19 X2b 473,81 1314,00 Vb2i 50581,32 Vs2i 68601,60
X2a 840,19 X2b 473,81 1314,00 Vb2j 60220,80 Vs2j 60220,80
X2a 840,19 X2b 473,81 1314,00 Vb2k 56960,96 Vs2k 58406,40
X2a 840,19 X2b 473,81 1314,00 Vb2l 43338,54 Vs2l 56073,60
X3a 0,00 X3b 752,14 752,14 Vb3a 12216,14 Vs3a 50457,60
X3a 0,00 X3b 752,14 752,14 Vb3b 9892,48 Vs3b 48643,20
X3a 0,00 X3b 752,14 752,14 Vb3c 7865,12 Vs3c 48643,20
X3a 0,00 X3b 752,14 752,14 Vb3d 12626,51 Vs3d 39571,20
X3a 0,00 X3b 752,14 752,14 Vb3e 14338,05 Vs3e 38534,40
X3a 0,00 X3b 752,14 752,14 Vb3f 16983,16 Vs3f 38880,00
X3a 0,00 X3b 752,14 752,14 Vb3g 28562,61 Vs3g 32832,00
X3a 0,00 X3b 752,14 752,14 Vb3h 31166,51 Vs3h 34214,40
X3a 0,00 X3b 752,14 752,14 Vb3i 32313,60 Vs3i 32313,60
X3a 0,00 X3b 752,14 752,14 Vb3j 27511,20 Vs3j 30672,00
X3a 0,00 X3b 752,14 752,14 Vb3k 26148,03 Vs3k 32227,20
X3a 0,00 X3b 752,14 752,14 Vb3k 22048,24 Vs3l 29203,20

Sumber: Hasil Perhitungan, 2022


Keterangan:
Pola Tata Tanam Eksisting
Musim Tanam I : Padi
Musim Tanam II : Padi – Palawija (Jagung)
Musim Tanam III : Palawija (Kacang Tanah)
Keuntungan maksimum : Rp. 46.286.351.889
139

Tabel 4. 59
Hasil Optimasi PTT Alternatif 1 dengan Debit Andalan 50%
Total Volume
Luas Kontrol Kontrol Rekapitulasi Optimasi
Kebutuhan
luas
Variabel Nilai Variabel Nilai Variabel Nilai Variabel Nilai
MT Luas
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1a 5626,34 Vs1a 30758,40 543,29
I Padi
Luas
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1b 17734,41 Vs1b 31536,00 (Ha) 770,71
Jagung
MT Luas
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1c 31536,00 Vs1c 31536,00 1151,16
II Padi
Luas
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1d 1670,69 Vs1d 51321,60 (Ha) 162,84
Jagung
MT Luas
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1e 0,00 Vs1e 57888,00 0,00
III Padi
Luas
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1f 11517,66 Vs1f 57801,60 (Ha) 701,23
Jagung
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1g 5253,06 Vs1g 73785,60 MT I 21.073.789.201
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1h 19507,72 Vs1h 68342,40 Z MT II 22.423.259.156
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1i 3235,26 Vs1i 65404,80 (Rp) MT III 10.602.597.718
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1j 2899,13 Vs1j 72057,60 Jumlah 54.099.646.076
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1k 0,00 Vs1k 65750,40
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1l 4789,71 Vs1l 60566,40
X2a 1151,16 X2b 162,84 1314,00 Vb2a 0,00 Vs2a 65404,80
X2a 1151,16 X2b 162,84 1314,00 Vb2b 0,00 Vs2b 60566,40
X2a 1151,16 X2b 162,84 1314,00 Vb2c 55514,00 Vs2c 97632,00
X2a 1151,16 X2b 162,84 1314,00 Vb2d 16664,38 Vs2d 80352,00
X2a 1151,16 X2b 162,84 1314,00 Vb2e 41061,80 Vs2e 58665,60
X2a 1151,16 X2b 162,84 1314,00 Vb2f 28688,14 Vs2f 72576,00
X2a 1151,16 X2b 162,84 1314,00 Vb2g 23240,06 Vs2g 71020,80
X2a 1151,16 X2b 162,84 1314,00 Vb2h 48144,23 Vs2h 71884,80
X2a 1151,16 X2b 162,84 1314,00 Vb2i 53456,49 Vs2i 68601,60
X2a 1151,16 X2b 162,84 1314,00 Vb2j 60220,80 Vs2j 60220,80
X2a 1151,16 X2b 162,84 1314,00 Vb2k 56673,39 Vs2k 58406,40
X2a 1151,16 X2b 162,84 1314,00 Vb2l 40906,78 Vs2l 56073,60
X3a 0,00 X3b 701,23 701,23 Vb3a 1211,62 Vs3a 50457,60
X3a 0,00 X3b 701,23 701,23 Vb3b 3743,91 Vs3b 48643,20
X3a 0,00 X3b 701,23 701,23 Vb3c 6542,75 Vs3c 48643,20
X3a 0,00 X3b 701,23 701,23 Vb3d 14194,37 Vs3d 39571,20
X3a 0,00 X3b 701,23 701,23 Vb3e 17530,81 Vs3e 38534,40
X3a 0,00 X3b 701,23 701,23 Vb3f 20867,24 Vs3f 38880,00
X3a 0,00 X3b 701,23 701,23 Vb3g 32832,00 Vs3g 32832,00
X3a 0,00 X3b 701,23 701,23 Vb3h 32404,22 Vs3h 34214,40
X3a 0,00 X3b 701,23 701,23 Vb3i 30800,05 Vs3i 32313,60
X3a 0,00 X3b 701,23 701,23 Vb3j 20512,80 Vs3j 30672,00
X3a 0,00 X3b 701,23 701,23 Vb3k 11315,46 Vs3k 32227,20
X3a 0,00 X3b 701,23 701,23 Vb3k 0,00 Vs3k 29203,20

Sumber: Hasil Perhitungan, 2022


Keterangan:
Pola Tata Tanam Alternatif 1
Musim Tanam I : Padi – Palawija (Jagung)
Musim Tanam II : Padi – Palawija (Jagung)
Musim Tanam III : Palawija (Jagung)
Keuntungan maksimum : Rp. 54.099.646.076
140

Tabel 4. 60
Hasil Optimasi PTT Alternatif 2 dengan Debit Andalan 50%
Total Volume
Luas Kontrol Kontrol Rekapitulasi Optimasi
Kebutuhan
luas
Variabel Nilai Variabel Nilai Variabel Nilai Variabel Nilai
MT Luas
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1a 5626,34 Vs1a 30758,40 543,29
I Padi
Luas
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1b 17734,41 Vs1b 31536,00 (Ha) 770,71
Jagung
MT Luas
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1c 31536,00 Vs1c 31536,00 0,00
II Padi
Luas
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1d 1670,69 Vs1d 51321,60 (Ha) Kacang 1314,00
tanah
MT Luas
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1e 0,00 Vs1e 57888,00 387,76
III Padi
Luas
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1f 11517,66 Vs1f 57801,60 (Ha) 0,00
Kedelai
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1g 5253,06 Vs1g 73785,60 MT I 21.073.789.201
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1h 19507,72 Vs1h 68342,40 Z MT II 25.425.900.000
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1i 3235,26 Vs1i 65404,80 (Rp) MT III 6.723.769.249
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1j 2899,13 Vs1j 72057,60 Jumlah 53.223.458.450
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1k 0,00 Vs1k 65750,40
X1a 543,29 X1b 770,71 1314,00 Vb1l 4789,71 Vs1l 60566,40
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2a 0,00 Vs2a 65404,80
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2b 0,00 Vs2b 60566,40
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2c 0,00 Vs2c 97632,00
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2d 0,00 Vs2d 80352,00
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2e 0,00 Vs2e 58665,60
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2f 2597,72 Vs2f 72576,00
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2g 18660,07 Vs2g 71020,80
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2h 19352,72 Vs2h 71884,80
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2i 18403,88 Vs2i 68601,60
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2j 25443,21 Vs2j 60220,80
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2k 23354,58 Vs2k 58406,40
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2l 14744,24 Vs2l 56073,60
X3a 387,76 X3b 0,00 387,76 Vb3a 13995,81 Vs3a 50457,60
X3a 387,76 X3b 0,00 387,76 Vb3b 19478,86 Vs3b 48643,20
X3a 387,76 X3b 0,00 387,76 Vb3c 28487,73 Vs3c 48643,20
X3a 387,76 X3b 0,00 387,76 Vb3d 33134,84 Vs3d 39571,20
X3a 387,76 X3b 0,00 387,76 Vb3e 28111,83 Vs3e 38534,40
X3a 387,76 X3b 0,00 387,76 Vb3f 23261,28 Vs3f 38880,00
X3a 387,76 X3b 0,00 387,76 Vb3g 29076,91 Vs3g 32832,00
X3a 387,76 X3b 0,00 387,76 Vb3h 30893,37 Vs3h 34214,40
X3a 387,76 X3b 0,00 387,76 Vb3i 32313,60 Vs3i 32313,60
X3a 387,76 X3b 0,00 387,76 Vb3j 30407,40 Vs3j 30672,00
X3a 387,76 X3b 0,00 387,76 Vb3k 27392,32 Vs3k 32227,20
X3a 387,76 X3b 0,00 387,76 Vb3k 14791,19 Vs3k 29203,20

Sumber: Hasil Perhitungan, 2022


Keterangan:
Pola Tata Tanam Alternatif 2
Musim Tanam I : Padi
Musim Tanam II : Palawija (Kacang Tanah)
Musim Tanam III : Padi
Keuntungan maksimum : Rp. 53.223.458.450
141

Tabel 4. 61
Hasil Optimasi PTT Alternatif 3 dengan Debit Andalan 50%
Total Volume
Luas Kontrol Kontrol Rekapitulasi Optimasi
Kebutuhan
luas
Variabel Nilai Variabel Nilai Variabel Nilai Variabel Nilai
MT Luas
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1a 0,00 Vs1a 30758,40 1006,62
I Padi
Luas
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1b 14388,07 Vs1b 31536,00 (Ha) 307,38
Jagung
MT Luas
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1c 31536,00 Vs1c 31536,00 0,00
II Padi
Luas
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1d 1773,34 Vs1d 51321,60 (Ha) Kacang 1314,00
tanah
MT Luas
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1e 0,00 Vs1e 57888,00 350,44
III Padi
Luas
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1f 12225,30 Vs1f 57801,60 (Ha) 0,00
Kedelai
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1g 1455,78 Vs1g 73785,60 MT I 22.102.372.080
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1h 18773,53 Vs1h 68342,40 Z MT II 25.425.900.000
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1i 3242,12 Vs1i 65404,80 (Rp) MT III 6.076.561.513
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1j 8622,18 Vs1j 72057,60 Jumlah 53.604.833.593
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1k 3175,16 Vs1k 65750,40
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1l 7856,45 Vs1l 60566,40
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2a 0,00 Vs2a 65404,80
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2b 0,00 Vs2b 60566,40
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2c 40517,57 Vs2c 97632,00
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2d 12162,70 Vs2d 80352,00
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2e 29969,46 Vs2e 58665,60
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2f 20495,40 Vs2f 72576,00
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2g 19830,91 Vs2g 71020,80
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2h 42308,61 Vs2h 71884,80
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2i 50581,32 Vs2i 68601,60
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2j 60220,80 Vs2j 60220,80
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2k 56960,96 Vs2k 58406,40
X2a 0,00 X2b 1314,00 1314,00 Vb2l 43338,54 Vs2l 56073,60
X3a 350,44 X3b 0,00 350,44 Vb3a 12216,14 Vs3a 50457,60
X3a 350,44 X3b 0,00 350,44 Vb3b 9892,48 Vs3b 48643,20
X3a 350,44 X3b 0,00 350,44 Vb3c 7865,12 Vs3c 48643,20
X3a 350,44 X3b 0,00 350,44 Vb3d 12626,51 Vs3d 39571,20
X3a 350,44 X3b 0,00 350,44 Vb3e 14338,05 Vs3e 38534,40
X3a 350,44 X3b 0,00 350,44 Vb3f 16983,16 Vs3f 38880,00
X3a 350,44 X3b 0,00 350,44 Vb3g 28562,61 Vs3g 32832,00
X3a 350,44 X3b 0,00 350,44 Vb3h 31166,51 Vs3h 34214,40
X3a 350,44 X3b 0,00 350,44 Vb3i 32313,60 Vs3i 32313,60
X3a 350,44 X3b 0,00 350,44 Vb3j 27511,20 Vs3j 30672,00
X3a 350,44 X3b 0,00 350,44 Vb3k 26148,03 Vs3k 32227,20
X3a 350,44 X3b 0,00 350,44 Vb3k 22048,24 Vs3k 29203,20

Sumber: Hasil Perhitungan, 2022


Keterangan:
Pola Tata Tanam Alternatif 3
Musim Tanam I : Padi – Palawija (Jagung)
Musim Tanam II : Palawija (Kacang Tanah)
Musim Tanam III : Padi
Keuntungan maksimum : Rp. 53.604.833.593
142

Tabel 4. 62
Hasil Optimasi PTT Alternatif 4 dengan Debit Andalan 50%
Total Volume
Luas Kontrol Kontrol Rekapitulasi Optimasi
Kebutuhan
luas
Variabel Nilai Variabel Nilai Variabel Nilai Variabel Nilai
MT Luas
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1a 0,00 Vs1a 30758,40 1006,62
I Padi
Luas
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1b 14388,07 Vs1b 31536,00 (Ha) 307,38
Jagung
MT Luas
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1c 31536,00 Vs1c 31536,00 865,28
II Padi
Luas
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1d 1773,34 Vs1d 51321,60 (Ha) 448,72
Jagung
MT Luas
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1e 0,00 Vs1e 57888,00 0,00
III Padi
Luas
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1f 12225,30 Vs1f 57801,60 (Ha) 655,10
Jagung
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1g 1455,78 Vs1g 73785,60 MT I 22.102.372.080
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1h 18773,53 Vs1h 68342,40 Z MT II 21.788.593.413
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1i 3242,12 Vs1i 65404,80 (Rp) MT III 9.905.058.395
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1j 8622,18 Vs1j 72057,60 Jumlah 53.796.023.887
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1k 3175,16 Vs1k 65750,40
X1a 1006,62 X1b 307,38 1314,00 Vb1l 7856,45 Vs1l 60566,40
X2a 865,28 X2b 448,72 1314,00 Vb2a 0,00 Vs2a 65404,80
X2a 865,28 X2b 448,72 1314,00 Vb2b 0,00 Vs2b 60566,40
X2a 865,28 X2b 448,72 1314,00 Vb2c 40517,57 Vs2c 97632,00
X2a 865,28 X2b 448,72 1314,00 Vb2d 12162,70 Vs2d 80352,00
X2a 865,28 X2b 448,72 1314,00 Vb2e 29969,46 Vs2e 58665,60
X2a 865,28 X2b 448,72 1314,00 Vb2f 20495,40 Vs2f 72576,00
X2a 865,28 X2b 448,72 1314,00 Vb2g 19830,91 Vs2g 71020,80
X2a 865,28 X2b 448,72 1314,00 Vb2h 42308,61 Vs2h 71884,80
X2a 865,28 X2b 448,72 1314,00 Vb2i 50581,32 Vs2i 68601,60
X2a 865,28 X2b 448,72 1314,00 Vb2j 60220,80 Vs2j 60220,80
X2a 865,28 X2b 448,72 1314,00 Vb2k 56960,96 Vs2k 58406,40
X2a 865,28 X2b 448,72 1314,00 Vb2l 43338,54 Vs2l 56073,60
X3a 0,00 X3b 655,10 655,10 Vb3a 12216,14 Vs3a 50457,60
X3a 0,00 X3b 655,10 655,10 Vb3b 9892,48 Vs3b 48643,20
X3a 0,00 X3b 655,10 655,10 Vb3c 7865,12 Vs3c 48643,20
X3a 0,00 X3b 655,10 655,10 Vb3d 12626,51 Vs3d 39571,20
X3a 0,00 X3b 655,10 655,10 Vb3e 14338,05 Vs3e 38534,40
X3a 0,00 X3b 655,10 655,10 Vb3f 16983,16 Vs3f 38880,00
X3a 0,00 X3b 655,10 655,10 Vb3g 28562,61 Vs3g 32832,00
X3a 0,00 X3b 655,10 655,10 Vb3h 31166,51 Vs3h 34214,40
X3a 0,00 X3b 655,10 655,10 Vb3i 32313,60 Vs3i 32313,60
X3a 0,00 X3b 655,10 655,10 Vb3j 27511,20 Vs3j 30672,00
X3a 0,00 X3b 655,10 655,10 Vb3k 26148,03 Vs3k 32227,20
X3a 0,00 X3b 655,10 655,10 Vb3k 22048,24 Vs3k 29203,20

Sumber: Hasil Perhitungan, 2022


Keterangan:
Pola Tata Tanam Alternatif 4
Musim Tanam I : Padi – Palawija (Jagung)
Musim Tanam II : Padi – Palawija (Jagung)
Musim Tanam III : Palawija (Jagung)
Keuntungan maksimum : Rp. 53.796.023.887
143

4.11. Kondisi Neraca Air Setelah Dioptimasi


Berdasarkan hasil perhitungan optimasi, maka didapatkan luas lahan tanam optimal
pada masing-masing tanaman untuk setiap musim tanam sehingga dapat diketahui juga
kebutuhuhan air irigasi total untuk luasan lahan sawah tersebut. Pada analisis neraca
air yaitu membandingkan debit ketersediaan dengan keandalan 80%, dari data debit intake
Bendung Pirang dengan kebutuhan air irigasi tiap pola tata tanam yaitu pola tata tanam
eksisting serta empat pola tata tanam alternatif. Untuk analisis lebih lengkapnya dapat dilihat
pada tabel dan gambar berikut ini.

Tabel 4. 63
Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Eksisting Setelah
Dioptimasi
Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)
BULAN 80% LEBIH (+)
EKSISTING KONDISI
(m3/dt) KURANG (-)
I 0,411 0,000 0,411 Terpenuhi
Nov
II 0,429 0,196 0,233 Terpenuhi
III 0,429 0,429 0,000 Terpenuhi
I 0,743 0,024 0,719 Terpenuhi
Des
II 0,895 0,000 0,895 Terpenuhi
III 0,894 0,166 0,728 Terpenuhi
I 0,618 0,020 0,598 Terpenuhi
Jan
II 0,582 0,255 0,327 Terpenuhi
III 0,603 0,044 0,559 Terpenuhi
I 0,757 0,117 0,640 Terpenuhi
Feb
II 0,664 0,043 0,621 Terpenuhi
III 0,600 0,107 0,493 Terpenuhi
I 0,445 0,000 0,445 Terpenuhi
Mar
II 0,327 0,000 0,327 Terpenuhi
III 0,323 0,323 0,000 Terpenuhi
I 0,855 0,097 0,758 Terpenuhi
Apr
II 0,833 0,239 0,594 Terpenuhi
III 0,764 0,163 0,601 Terpenuhi
I 0,715 0,191 0,524 Terpenuhi
Mei
II 0,736 0,386 0,350 Terpenuhi
III 0,785 0,468 0,317 Terpenuhi
I 0,736 0,581 0,155 Terpenuhi
Jun
II 0,715 0,553 0,162 Terpenuhi
III 0,618 0,440 0,178 Terpenuhi
I 0,573 0,127 0,446 Terpenuhi
Jul
II 0,553 0,103 0,450 Terpenuhi
III 0,553 0,082 0,471 Terpenuhi
Agu I 0,573 0,132 0,441 Terpenuhi
144

Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)


BULAN 80% LEBIH (+)
EKSISTING KONDISI
(m3/dt) KURANG (-)
II 0,553 0,150 0,403 Terpenuhi
III 0,553 0,177 0,376 Terpenuhi
I 0,429 0,298 0,131 Terpenuhi
Sep II 0,429 0,325 0,104 Terpenuhi
III 0,337 0,337 0,000 Terpenuhi
I 0,337 0,287 0,050 Terpenuhi
Okt II 0,372 0,273 0,099 Terpenuhi
III 0,359 0,230 0,129 Terpenuhi
TOTAL PERIODE TERPENUHII 36
PRESENTASE TERPENUHI DALAM 1 TAHUN (%) 100
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

NERACA AIR KONDISI EKSISTING SESUDAH DIOPTIMASI

1.400
1.200
DEBIT (m3/dt)

1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt
BULAN

Q ANDALAN 80% Q KEBUTUHAN EKSISTING

Gambar 4. 17 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Eksisting Setelah
Dioptimasi
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

Pada Gambar 4.16 menunjukkan grafik neraca air PTT Eksisting berdasarkan debit
andalan 80% setelah dioptimasi. Grafik tersebut menjelaskan bahwa semua kebutuhan air
irigasi sudah dapat terpenuhi oleh ketersediaan air yang ada selama satu tahun penuh. Hal
ini disebabkan oleh pengaturan luasan lahan tiap tanaman yang tepat sehingga kebutuhan air
irigasi tidak melonjak melebihi ketersediaan air yang ada, sehingga yang sebelumnya total
periode terpenuhi kebutuhan airnya sebanyak 28 periode atau 77,78%, sekarang sudah 36
periode atau 100%.
145

Tabel 4. 64
Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Alternatif 1 Setelah
Dioptimasi
Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)
BULAN 80% LEBIH (+)
ALTERNATIF 1 KONDISI
(m3/dt) KURANG (-)
I 0,411 0,077 0,334 Terpenuhi
Nov
II 0,429 0,242 0,187 Terpenuhi
III 0,429 0,429 0,000 Terpenuhi
I 0,743 0,023 0,720 Terpenuhi
Des
II 0,895 0,000 0,895 Terpenuhi
III 0,894 0,157 0,737 Terpenuhi
I 0,618 0,055 0,563 Terpenuhi
Jan
II 0,582 0,251 0,331 Terpenuhi
III 0,603 0,033 0,570 Terpenuhi
I 0,757 0,040 0,717 Terpenuhi
Feb
II 0,664 0,000 0,664 Terpenuhi
III 0,600 0,065 0,535 Terpenuhi
I 0,445 0,000 0,445 Terpenuhi
Mar
II 0,327 0,000 0,327 Terpenuhi
III 0,323 0,323 0,000 Terpenuhi
I 0,855 0,097 0,758 Terpenuhi
Apr
II 0,833 0,239 0,594 Terpenuhi
III 0,764 0,195 0,569 Terpenuhi
I 0,715 0,249 0,466 Terpenuhi
Mei
II 0,736 0,392 0,344 Terpenuhi
III 0,785 0,414 0,371 Terpenuhi
I 0,736 0,471 0,265 Terpenuhi
Jun
II 0,715 0,399 0,316 Terpenuhi
III 0,618 0,238 0,380 Terpenuhi
I 0,573 0,013 0,560 Terpenuhi
Jul
II 0,553 0,041 0,512 Terpenuhi
III 0,553 0,072 0,481 Terpenuhi
I 0,573 0,155 0,418 Terpenuhi
Agu
II 0,553 0,192 0,361 Terpenuhi
III 0,553 0,228 0,325 Terpenuhi
I 0,429 0,359 0,070 Terpenuhi
Sep II 0,429 0,355 0,074 Terpenuhi
III 0,337 0,337 0,000 Terpenuhi
146

Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)


BULAN 80% LEBIH (+)
ALTERNATIF 1 KONDISI
(m3/dt) KURANG (-)
I 0,337 0,224 0,113 Terpenuhi

II 0,372 0,124 0,248 Terpenuhi


Okt
III 0,359 0,000 0,359 Terpenuhi
TOTAL PERIODE TERPENUHII 36
PRESENTASE TERPENUHI DALAM 1 TAHUN (%) 100
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

NERACA AIR KONDISI ALTERNATIF 1 SESUDAH DIOPTIMASI

1.400

1.200
DEBIT (m3/dt)

1.000

0.800

0.600

0.400

0.200

0.000
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt
BULAN

Q ANDALAN 80% Q KEBUTUHAN ALTERNATIF 1

Gambar 4. 18 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Alternatif 1
Setelah Dioptimasi
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

Pada Gambar 4.18 menunjukkan grafik neraca air PTT Alternatif 1 berdasarkan debit
andalan 80% setelah dioptimasi. Grafik tersebut menjelaskan bahwa semua kebutuhan air
irigasi sudah dapat terpenuhi oleh ketersediaan air yang ada selama satu tahun penuh. Hal
ini disebabkan oleh pengaturan luasan lahan tiap tanaman yang tepat sehingga kebutuhan air
irigasi tidak melonjak melebihi ketersediaan air yang ada, sehingga yang sebelumnya total
periode terpenuhi kebutuhan airnya sebanyak 28 periode atau 77,78%, sekarang sudah 36
periode atau 100%.
147

Tabel 4. 65
Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Alternatif 2 Setelah
Dioptimasi
Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)
BULAN 80% LEBIH (+)
ALTERNATIF 2 KONDISI
3
(m /dt) KURANG (-)
I 0,411 0,077 0,334 Terpenuhi
Nov
II 0,429 0,242 0,187 Terpenuhi
III 0,429 0,429 0,000 Terpenuhi
I 0,743 0,023 0,720 Terpenuhi
Des
II 0,895 0,000 0,895 Terpenuhi
III 0,894 0,157 0,737 Terpenuhi
I 0,618 0,055 0,563 Terpenuhi
Jan
II 0,582 0,251 0,331 Terpenuhi
III 0,603 0,033 0,570 Terpenuhi
I 0,757 0,040 0,717 Terpenuhi
Feb
II 0,664 0,000 0,664 Terpenuhi
III 0,600 0,065 0,535 Terpenuhi
I 0,445 0,000 0,445 Terpenuhi
Mar
II 0,327 0,000 0,327 Terpenuhi
III 0,323 0,000 0,323 Terpenuhi
I 0,855 0,000 0,855 Terpenuhi
Apr
II 0,833 0,000 0,833 Terpenuhi
III 0,764 0,030 0,734 Terpenuhi
I 0,715 0,216 0,499 Terpenuhi
Mei
II 0,736 0,224 0,512 Terpenuhi
III 0,785 0,213 0,572 Terpenuhi
I 0,736 0,294 0,442 Terpenuhi
Jun
II 0,715 0,270 0,445 Terpenuhi
III 0,618 0,171 0,447 Terpenuhi
I 0,573 0,146 0,427 Terpenuhi
Jul
II 0,553 0,203 0,350 Terpenuhi
III 0,553 0,297 0,256 Terpenuhi
I 0,573 0,346 0,227 Terpenuhi
Agu
II 0,553 0,293 0,260 Terpenuhi
III 0,553 0,243 0,310 Terpenuhi
I 0,429 0,303 0,126 Terpenuhi
Sep II 0,429 0,322 0,107 Terpenuhi
III 0,337 0,337 0,000 Terpenuhi
148

Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)


BULAN 80% LEBIH (+)
ALTERNATIF 2 KONDISI
3
(m /dt) KURANG (-)
I 0,337 0,317 0,020 Terpenuhi
Okt
II 0,372 0,286 0,086 Terpenuhi
III 0,359 0,154 0,205 Terpenuhi
TOTAL PERIODE TERPENUHII 36
PRESENTASE TERPENUHI DALAM 1 TAHUN (%) 100
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

NERACA AIR KONDISI ALTERNATIF 2 SESUDAH DIOPTIMASI

1.400
1.200
DEBIT (m3/dt)

1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt
BULAN

Q Andalan 80% Q KEBUTUHAN ALTERNATIF 2

Gambar 4. 19 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Alternatif 2
Setelah Dioptimasi
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

Pada Gambar 4.19 menunjukkan grafik neraca air PTT Alternatif 2 berdasarkan debit
andalan 80% setelah dioptimasi. Grafik tersebut menjelaskan bahwa semua kebutuhan air
irigasi sudah dapat terpenuhi oleh ketersediaan air yang ada selama satu tahun penuh. Hal
ini disebabkan oleh pengaturan luasan lahan tiap tanaman yang tepat sehingga kebutuhan air
irigasi tidak melonjak melebihi ketersediaan air yang ada, sehingga yang sebelumnya total
periode terpenuhi kebutuhan airnya sebanyak 28 periode atau 77,78%, sekarang sudah 36
periode atau 100%
149

Tabel 4. 66
Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Alternatif 3 Setelah
Dioptimasi
Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)
BULAN 80% LEBIH (+)
ALTERNATIF 3 KONDISI
(m3/dt) KURANG (-)
I 0,743 0,157 0,586 Terpenuhi
Des
II 0,895 0,496 0,399 Terpenuhi
III 0,894 0,871 0,023 Terpenuhi
I 0,618 0,047 0,571 Terpenuhi
Jan
II 0,582 0,000 0,582 Terpenuhi
III 0,603 0,322 0,281 Terpenuhi
I 0,757 0,014 0,743 Terpenuhi
Feb
II 0,664 0,422 0,242 Terpenuhi
III 0,600 0,000 0,600 Terpenuhi
I 0,445 0,081 0,364 Terpenuhi
Mar
II 0,327 0,000 0,327 Terpenuhi
III 0,323 0,134 0,189 Terpenuhi
I 0,855 0,000 0,855 Terpenuhi
Apr
II 0,833 0,000 0,833 Terpenuhi
III 0,764 0,000 0,764 Terpenuhi
I 0,715 0,000 0,715 Terpenuhi
Mei
II 0,736 0,000 0,736 Terpenuhi
III 0,785 0,030 0,755 Terpenuhi
I 0,736 0,216 0,520 Terpenuhi
Jun
II 0,715 0,224 0,491 Terpenuhi
III 0,618 0,213 0,405 Terpenuhi
I 0,573 0,294 0,279 Terpenuhi
Jul
II 0,553 0,270 0,283 Terpenuhi
III 0,553 0,171 0,382 Terpenuhi
I 0,573 0,155 0,418 Terpenuhi
Agu
II 0,553 0,216 0,337 Terpenuhi
III 0,553 0,316 0,237 Terpenuhi
I 0,429 0,368 0,061 Terpenuhi
Sep
II 0,429 0,312 0,117 Terpenuhi
III 0,337 0,258 0,079 Terpenuhi
I 0,337 0,323 0,014 Terpenuhi
Okt II 0,372 0,343 0,029 Terpenuhi
III 0,359 0,359 0,000 Terpenuhi
150

Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)

BULAN 80% LEBIH (+)


ALTERNATIF 3 KONDISI
(m3/dt) KURANG (-)
I 0,411 0,338 0,073 Terpenuhi
Nov II 0,429 0,304 0,125 Terpenuhi
III 0,429 0,164 0,265 Terpenuhi
TOTAL PERIODE TERPENUHII 36
PRESENTASE TERPENUHI DALAM 1 TAHUN (%) 100
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

NERACA AIR KONDISI ALTERNATIF 3 SESUDAH DIOPTIMASI

1.400
1.200
DEBIT (m3/dt)

1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov
BULAN

Q ANDALAN 80% Q KEBUTUHAN ALTERNATIF 3

Gambar 4. 20 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Alternatif 3
Setelah Dioptimasi
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

Pada Gambar 4.20 menunjukkan grafik neraca air PTT Alternatif 3 berdasarkan debit
andalan 80% setelah dioptimasi. Grafik tersebut menjelaskan bahwa semua kebutuhan air
irigasi sudah dapat terpenuhi oleh ketersediaan air yang ada selama satu tahun penuh. Hal
ini disebabkan oleh pengaturan luasan lahan tiap tanaman yang tepat sehingga kebutuhan air
irigasi tidak melonjak melebihi ketersediaan air yang ada, sehingga yang sebelumnya total
periode terpenuhi kebutuhan airnya sebanyak 28 periode atau 77,78%, sekarang sudah 36
periode atau 100%
151

Tabel 4. 67
Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Alternatif 4 Setelah
Dioptimasi
Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)
BULAN 80% LEBIH (+)
ALTERNATIF 4 KONDISI
(m3/dt) KURANG (-)
I 0,743 0,157 0,586 Terpenuhi
Des
II 0,895 0,496 0,399 Terpenuhi
III 0,894 0,871 0,023 Terpenuhi
I 0,618 0,047 0,571 Terpenuhi
Jan
II 0,582 0,000 0,582 Terpenuhi
III 0,603 0,322 0,281 Terpenuhi
I 0,757 0,014 0,743 Terpenuhi
Feb
II 0,664 0,422 0,242 Terpenuhi
III 0,600 0,000 0,600 Terpenuhi
I 0,445 0,081 0,364 Terpenuhi
Mar
II 0,327 0,000 0,327 Terpenuhi
III 0,323 0,134 0,189 Terpenuhi
I 0,855 0,000 0,855 Terpenuhi
Apr
II 0,833 0,000 0,833 Terpenuhi
III 0,764 0,467 0,297 Terpenuhi
I 0,715 0,140 0,575 Terpenuhi
Mei
II 0,736 0,346 0,390 Terpenuhi
III 0,785 0,257 0,528 Terpenuhi
I 0,736 0,258 0,478 Terpenuhi
Jun
II 0,715 0,466 0,249 Terpenuhi
III 0,618 0,507 0,111 Terpenuhi
I 0,573 0,573 0,000 Terpenuhi
Jul
II 0,553 0,515 0,038 Terpenuhi
III 0,553 0,344 0,209 Terpenuhi
I 0,573 0,012 0,561 Terpenuhi
Agu
II 0,553 0,038 0,515 Terpenuhi
III 0,553 0,067 0,486 Terpenuhi
I 0,429 0,146 0,283 Terpenuhi
Sep
II 0,429 0,180 0,249 Terpenuhi
III 0,337 0,214 0,123 Terpenuhi
I 0,337 0,337 0,000 Terpenuhi
Okt II 0,372 0,333 0,039 Terpenuhi
III 0,359 0,316 0,043 Terpenuhi
152

Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)


BULAN 80% LEBIH (+)
ALTERNATIF 4 KONDISI
(m3/dt) KURANG (-)
I 0,411 0,211 0,200 Terpenuhi
Nov II 0,429 0,116 0,313 Terpenuhi
III 0,429 0,000 0,429 Terpenuhi
TOTAL PERIODE TERPENUHII 36
PRESENTASE TERPENUHI DALAM 1 TAHUN (%) 100
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

NERACA AIR KONDISI ALTERNATIF 4 SESUDAH DIOPTIMASI

1.400
1.200
DEBIT (m3/dt)

1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov
BULAN

Q ANDALAN 80% Q KEBUTUHAN ALTERNATIF 4

Gambar 4. 21 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 80% pada PTT Alternatif 4
Setelah Dioptimasi
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

Pada Gambar 4.21 menunjukkan grafik neraca air PTT Alternatif 4 berdasarkan debit
andalan 80% setelah dioptimasi. Grafik tersebut menjelaskan bahwa semua kebutuhan air
irigasi sudah dapat terpenuhi oleh ketersediaan air yang ada selama satu tahun penuh. Hal
ini disebabkan oleh pengaturan luasan lahan tiap tanaman yang tepat sehingga kebutuhan air
irigasi tidak melonjak melebihi ketersediaan air yang ada, sehingga yang sebelumnya total
periode terpenuhi kebutuhan airnya sebanyak 28 periode atau 77,78%, sekarang sudah 36
periode atau 100%
153

Tabel 4. 68
Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Eksisting Setelah
Dioptimasi
Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)
BULAN 50% LEBIH (+)
EKSISTING KONDISI
3
(m /dt) KURANG (-)
I 0,356 0,000 0,356 Terpenuhi
Nov
II 0,365 0,167 0,198 Terpenuhi
III 0,365 0,365 0,000 Terpenuhi
I 0,594 0,021 0,573 Terpenuhi
Des
II 0,670 0,000 0,670 Terpenuhi
III 0,669 0,141 0,528 Terpenuhi
I 0,854 0,017 0,837 Terpenuhi
Jan
II 0,791 0,217 0,574 Terpenuhi
III 0,757 0,038 0,719 Terpenuhi
I 0,834 0,100 0,734 Terpenuhi
Feb
II 0,761 0,037 0,724 Terpenuhi
III 0,701 0,091 0,610 Terpenuhi
I 0,757 0,000 0,757 Terpenuhi
Mar
II 0,701 0,000 0,701 Terpenuhi
III 1,130 0,469 0,661 Terpenuhi
I 0,930 0,141 0,789 Terpenuhi
Apr
II 0,679 0,347 0,332 Terpenuhi
III 0,840 0,237 0,603 Terpenuhi
I 0,822 0,230 0,592 Terpenuhi
Mei
II 0,832 0,490 0,342 Terpenuhi
III 0,794 0,585 0,209 Terpenuhi
I 0,697 0,697 0,000 Defisit
Jun
II 0,676 0,659 0,017 Terpenuhi
III 0,649 0,502 0,147 Terpenuhi
I 0,584 0,141 0,443 Terpenuhi
Jul
II 0,563 0,114 0,449 Terpenuhi
III 0,563 0,091 0,472 Terpenuhi
I 0,458 0,146 0,312 Terpenuhi
Agu
II 0,446 0,166 0,280 Terpenuhi
III 0,450 0,197 0,253 Terpenuhi
I 0,380 0,331 0,049 Terpenuhi
Sep II 0,396 0,361 0,035 Terpenuhi
III 0,374 0,374 0,000 Terpenuhi
154

Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)


BULAN 50% LEBIH (+)
EKSISTING KONDISI
3
(m /dt) KURANG (-)
I 0,355 0,318 0,037 Terpenuhi
Okt II 0,373 0,303 0,070 Terpenuhi
III 0,338 0,255 0,083 Terpenuhi
TOTAL PERIODE TERPENUHII 36
PRESENTASE TERPENUHI DALAM 1 TAHUN (%) 100
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

NERACA AIR KONDISI EKSISTING SESUDAH DIOPTIMASI

1.400

1.200
DEBIT (m3/dt)

1.000

0.800

0.600

0.400

0.200

0.000
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt
BULAN
Q ANDALAN 50% Q KEBUTUHAN EKSISTING

Gambar 4. 22 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Eksisting Setelah
Dioptimasi
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

Pada Gambar 4.22 menunjukkan grafik neraca air PTT Eksisting berdasarkan debit
andalan 50% setelah dioptimasi. Grafik tersebut menjelaskan bahwa semua kebutuhan air
irigasi sudah dapat terpenuhi oleh ketersediaan air yang ada selama satu tahun penuh. Hal
ini disebabkan oleh pengaturan luasan lahan tiap tanaman yang tepat sehingga kebutuhan air
irigasi tidak melonjak melebihi ketersediaan air yang ada, sehingga yang sebelumnya total
periode terpenuhi kebutuhan airnya sebanyak 28 periode atau 77,78%, sekarang sudah 36
periode atau 100%
155

Tabel 4. 69
Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 1 Setelah
Dioptimasi
Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)
BULAN 50% LEBIH (+)
ALTERNATIF 1 KONDISI
(m3/dt) KURANG (-)
I 0,356 0,065 0,291 Terpenuhi
Nov
II 0,365 0,205 0,160 Terpenuhi
III 0,365 0,365 0,000 Terpenuhi
I 0,594 0,019 0,575 Terpenuhi
Des
II 0,670 0,000 0,670 Terpenuhi
III 0,669 0,133 0,536 Terpenuhi
I 0,854 0,061 0,793 Terpenuhi
Jan
II 0,791 0,226 0,565 Terpenuhi
III 0,757 0,037 0,720 Terpenuhi
I 0,834 0,034 0,800 Terpenuhi
Feb
II 0,761 0,000 0,761 Terpenuhi
III 0,701 0,055 0,646 Terpenuhi
I 0,757 0,000 0,757 Terpenuhi
Mar
II 0,701 0,000 0,701 Terpenuhi
III 1,130 0,643 0,487 Terpenuhi
I 0,930 0,193 0,737 Terpenuhi
Apr
II 0,679 0,475 0,204 Terpenuhi
III 0,840 0,332 0,508 Terpenuhi
I 0,822 0,269 0,553 Terpenuhi
Mei
II 0,832 0,557 0,275 Terpenuhi
III 0,794 0,619 0,175 Terpenuhi
I 0,697 0,697 0,000 Terpenuhi
Jun
II 0,676 0,656 0,020 Terpenuhi
III 0,649 0,473 0,176 Terpenuhi
I 0,584 0,014 0,570 Terpenuhi
Jul
II 0,563 0,043 0,520 Terpenuhi
III 0,563 0,076 0,487 Terpenuhi
I 0,458 0,164 0,294 Terpenuhi
Agu
II 0,446 0,203 0,243 Terpenuhi
III 0,450 0,242 0,208 Terpenuhi
I 0,380 0,380 0,000 Terpenuhi
Sep II 0,396 0,375 0,021 Terpenuhi
III 0,374 0,356 0,018 Terpenuhi
156

Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)


BULAN 50% LEBIH (+)
ALTERNATIF 1 KONDISI
3
(m /dt) KURANG (-)
I 0,355 0,237 0,118 Terpenuhi
Okt II 0,373 0,131 0,242 Terpenuhi
III 0,338 0,000 0,338 Terpenuhi
TOTAL PERIODE TERPENUHII 36
PRESENTASE TERPENUHI DALAM 1 TAHUN (%) 100
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

NERACA AIR KONDISI ALTERNATIF 1 SESUDAH DIOPTIMASI

1.400

1.200
DEBIT (m3/dt)

1.000

0.800

0.600

0.400

0.200

0.000
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt
BULAN

Q ANDALAN 50% Q KEBUTUHAN ALTERNATIF 1

Gambar 4. 23 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 1
Setelah Dioptimasi
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

Pada Gambar 4.23 menunjukkan grafik neraca air PTT Alternatif 1 berdasarkan debit
andalan 50% setelah dioptimasi. Grafik tersebut menjelaskan bahwa semua kebutuhan air
irigasi sudah dapat terpenuhi oleh ketersediaan air yang ada selama satu tahun penuh. Hal
ini disebabkan oleh pengaturan luasan lahan tiap tanaman yang tepat sehingga kebutuhan air
irigasi tidak melonjak melebihi ketersediaan air yang ada, sehingga yang sebelumnya total
periode terpenuhi kebutuhan airnya sebanyak 28 periode atau 77,78%, sekarang sudah 36
periode atau 100%
157

Tabel 4. 70
Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 2 Setelah
Dioptimasi
Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)
BULAN 80% LEBIH (+)
ALTERNATIF 2 KONDISI
3
(m /dt) KURANG (-)
I 0,356 0,065 0,291 Terpenuhi
Nov
II 0,365 0,205 0,160 Terpenuhi
III 0,365 0,365 0,000 Terpenuhi
I 0,594 0,019 0,575 Terpenuhi
Des
II 0,670 0,000 0,670 Terpenuhi
III 0,669 0,133 0,536 Terpenuhi
I 0,854 0,061 0,793 Terpenuhi
Jan
II 0,791 0,226 0,565 Terpenuhi
III 0,757 0,037 0,720 Terpenuhi
I 0,834 0,034 0,800 Terpenuhi
Feb
II 0,761 0,000 0,761 Terpenuhi
III 0,701 0,055 0,646 Terpenuhi
I 0,757 0,000 0,757 Terpenuhi
Mar
II 0,701 0,000 0,701 Terpenuhi
III 1,130 0,000 1,130 Terpenuhi
I 0,930 0,000 0,930 Terpenuhi
Apr
II 0,679 0,000 0,679 Terpenuhi
III 0,840 0,030 0,810 Terpenuhi
I 0,822 0,216 0,606 Terpenuhi
Mei
II 0,832 0,224 0,608 Terpenuhi
III 0,794 0,213 0,581 Terpenuhi
I 0,697 0,294 0,403 Terpenuhi
Jun
II 0,676 0,270 0,406 Terpenuhi
III 0,649 0,171 0,478 Terpenuhi
I 0,584 0,162 0,422 Terpenuhi
Jul
II 0,563 0,225 0,338 Terpenuhi
III 0,563 0,330 0,233 Terpenuhi
I 0,458 0,384 0,074 Terpenuhi
Agu
II 0,446 0,325 0,121 Terpenuhi
III 0,450 0,269 0,181 Terpenuhi
I 0,380 0,337 0,043 Terpenuhi
Sep II 0,396 0,358 0,038 Terpenuhi
III 0,374 0,374 0,000 Terpenuhi
158

Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)


BULAN 80% LEBIH (+)
ALTERNATIF 2 KONDISI
3
(m /dt) KURANG (-)
I 0,355 0,352 0,003 Terpenuhi

Okt II 0,373 0,317 0,056 Terpenuhi


III 0,338 0,171 0,167 Terpenuhi
TOTAL PERIODE TERPENUHII 36
PRESENTASE TERPENUHI DALAM 1 TAHUN (%) 100
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

NERACA AIR KONDISI ALTERNATIF 2 SESUDAH DIOPTIMASI

1.400

1.200
DEBIT (m3/dt)

1.000

0.800

0.600

0.400

0.200

0.000
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt
BULAN

Q Andalan 50% Q KEBUTUHAN ALTERNATIF 2

Gambar 4. 24 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 2
Setelah Dioptimasi
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

Pada Gambar 4.24 menunjukkan grafik neraca air PTT Alternatif 2 berdasarkan debit
andalan 50% setelah dioptimasi. Grafik tersebut menjelaskan bahwa semua kebutuhan air
irigasi sudah dapat terpenuhi oleh ketersediaan air yang ada selama satu tahun penuh. Hal
ini disebabkan oleh pengaturan luasan lahan tiap tanaman yang tepat sehingga kebutuhan air
irigasi tidak melonjak melebihi ketersediaan air yang ada, sehingga yang sebelumnya total
periode terpenuhi kebutuhan airnya sebanyak 28 periode atau 77,78%, sekarang sudah 36
periode atau 100%
159

Tabel 4. 71
Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 3 Setelah
Dioptimasi
Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)
BULAN 80% LEBIH (+)
ALTERNATIF 3 KONDISI
3
(m /dt) KURANG (-)
I 0,594 0,121 0,473 Terpenuhi
Des
II 0,670 0,380 0,290 Terpenuhi
III 0,669 0,669 0,000 Terpenuhi
I 0,854 0,036 0,818 Terpenuhi
Jan
II 0,791 0,000 0,791 Terpenuhi
III 0,757 0,247 0,510 Terpenuhi
I 0,834 0,033 0,801 Terpenuhi
Feb
II 0,761 0,344 0,417 Terpenuhi
III 0,701 0,015 0,686 Terpenuhi
I 0,757 0,062 0,695 Terpenuhi
Mar
II 0,701 0,000 0,701 Terpenuhi
III 1,130 0,103 1,027 Terpenuhi
I 0,930 0,000 0,930 Terpenuhi
Apr
II 0,679 0,000 0,679 Terpenuhi
III 0,840 0,000 0,840 Terpenuhi
I 0,822 0,000 0,822 Terpenuhi
Mei
II 0,832 0,000 0,832 Terpenuhi
III 0,794 0,030 0,764 Terpenuhi
I 0,697 0,216 0,481 Terpenuhi
Jun
II 0,676 0,224 0,452 Terpenuhi
III 0,649 0,213 0,436 Terpenuhi
I 0,584 0,294 0,290 Terpenuhi
Jul
II 0,563 0,270 0,293 Terpenuhi
III 0,563 0,171 0,392 Terpenuhi
I 0,458 0,146 0,312 Terpenuhi
Agu
II 0,446 0,204 0,242 Terpenuhi
III 0,450 0,298 0,152 Terpenuhi
I 0,380 0,347 0,033 Terpenuhi
Sep
II 0,396 0,294 0,102 Terpenuhi
III 0,374 0,243 0,131 Terpenuhi
I 0,355 0,304 0,051 Terpenuhi
Okt II 0,373 0,323 0,050 Terpenuhi
III 0,338 0,338 0,000 Terpenuhi
160

Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)


BULAN 80% LEBIH (+)
ALTERNATIF 3 KONDISI
3
(m /dt) KURANG (-)
I 0,356 0,318 0,038 Terpenuhi

Nov II 0,365 0,287 0,078 Terpenuhi


III 0,365 0,155 0,210 Terpenuhi
TOTAL PERIODE TERPENUHII 36
PRESENTASE TERPENUHI DALAM 1 TAHUN (%) 100
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

NERACA AIR KONDISI ALTERNATIF 3 SESUDAH DIOPTIMASI

1.400
1.200
DEBIT (m3/dt)

1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov
BULAN

Q ANDALAN 80% Q KEBUTUHAN ALTERNATIF 3

Gambar 4. 25 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 3
Setelah Dioptimasi
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
Pada Gambar 4.25 menunjukkan grafik neraca air PTT Alternatif 3 berdasarkan debit
andalan 50% setelah dioptimasi. Grafik tersebut menjelaskan bahwa semua kebutuhan air
irigasi sudah dapat terpenuhi oleh ketersediaan air yang ada selama satu tahun penuh. Hal
ini disebabkan oleh pengaturan luasan lahan tiap tanaman yang tepat sehingga kebutuhan air
irigasi tidak melonjak melebihi ketersediaan air yang ada, sehingga yang sebelumnya total
periode terpenuhi kebutuhan airnya sebanyak 27 periode atau 75%, sekarang sudah 36
periode atau 100%
161

Tabel 4. 72
Kondisi Neraca Air Irigasi dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 4 Setelah
Dioptimasi
Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)
BULAN 80% LEBIH (+)
ALTERNATIF 4 KONDISI
(m3/dt) KURANG (-)
I 0,594 0,121 0,473 Terpenuhi
Des
II 0,670 0,380 0,290 Terpenuhi
III 0,669 0,669 0,000 Terpenuhi
I 0,854 0,036 0,818 Terpenuhi
Jan
II 0,791 0,000 0,791 Terpenuhi
III 0,757 0,247 0,510 Terpenuhi
I 0,834 0,033 0,801 Terpenuhi
Feb
II 0,761 0,344 0,417 Terpenuhi
III 0,701 0,015 0,686 Terpenuhi
I 0,757 0,062 0,695 Terpenuhi
Mar
II 0,701 0,000 0,701 Terpenuhi
III 1,130 0,103 1,027 Terpenuhi
I 0,930 0,000 0,930 Terpenuhi
Apr
II 0,679 0,000 0,679 Terpenuhi
III 0,840 0,483 0,357 Terpenuhi
I 0,822 0,145 0,677 Terpenuhi
Mei
II 0,832 0,357 0,475 Terpenuhi
III 0,794 0,264 0,530 Terpenuhi
I 0,697 0,259 0,438 Terpenuhi
Jun
II 0,676 0,474 0,202 Terpenuhi
III 0,649 0,517 0,132 Terpenuhi
I 0,584 0,584 0,000 Terpenuhi
Jul
II 0,563 0,527 0,036 Terpenuhi
III 0,563 0,356 0,207 Terpenuhi
I 0,458 0,013 0,445 Terpenuhi
Agu
II 0,446 0,040 0,406 Terpenuhi
III 0,450 0,071 0,379 Terpenuhi
I 0,380 0,153 0,227 Terpenuhi
Sep
II 0,396 0,190 0,206 Terpenuhi
III 0,374 0,226 0,148 Terpenuhi
I 0,355 0,355 0,000 Terpenuhi
Okt II 0,373 0,350 0,023 Terpenuhi
III 0,338 0,333 0,005 Terpenuhi
162

Q ANDALAN Q KEBUTUHAN IRIGASI (m3/dt)


BULAN 80% LEBIH (+)
ALTERNATIF 4 KONDISI
3
(m /dt) KURANG (-)
I 0,356 0,222 0,134 Terpenuhi

Nov II 0,365 0,122 0,243 Terpenuhi


III 0,365 0,000 0,365 Terpenuhi
TOTAL PERIODE TERPENUHII 36
PRESENTASE TERPENUHI DALAM 1 TAHUN (%) 100
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

NERACA AIR KONDISI ALTERNATIF 4 SESUDAH DIOPTIMASI

1.400
1.200
DEBIT (m3/dt)

1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov
BULAN

Q ANDALAN 80% Q KEBUTUHAN ALTERNATIF 4

Gambar 4. 26 Grafik Neraca Air dengan Debit Keandalan 50% pada PTT Alternatif 4
Setelah Dioptimasi
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
Pada Gambar 4.26 menunjukkan grafik neraca air PTT Alternatif 4 berdasarkan debit
andalan 50% setelah dioptimasi. Grafik tersebut menjelaskan bahwa semua kebutuhan air
irigasi sudah dapat terpenuhi oleh ketersediaan air yang ada selama satu tahun penuh. Hal
ini disebabkan oleh pengaturan luasan lahan tiap tanaman yang tepat sehingga kebutuhan air
irigasi tidak melonjak melebihi ketersediaan air yang ada, sehingga yang sebelumnya total
periode terpenuhi kebutuhan airnya sebanyak 27 periode atau 75%, sekarang sudah 36
periode atau 100%
163

4.12. Rekapitulasi Nilai Optimal


Berdasarkan teknik optimasi yang telah dibahas di bab sebelumnya, dalam studi
optimasi ini menghasilkan nilai optimum dari 3 kriteria yaitu menurut keuntungan hasil
pertanian, debit andalan, dan intensitas tanam

4.12.1 Rekapitulasi Keuntungan Hasil Pertanian


Keuntungan hasil pertanian merupakan keuntungan yang didapat petani dalam satu
daerah irigasi selama setahun. Keuntungan hasil pertanian dalam studi ini didapat
berdasarkan hasil analisis optimasi irigasi dengan memasukkan faktor analisis hasil usaha
tani dan memperhatikan ketersediaan air irigasi sehingga didapatkan keuntungan yang
optimal pada tiap pola tata tanam. Rekapitulasi keuntungan hasil pertanian pada pola tata
tanam eksisting dan empat alternatif disajikan dalam tabel 4.73 berikut.

Tabel 4. 73
Rekapitulasi Keuntungan Hasil Produksi Pertanian Maksimum Setelah Optimasi (Debit
Andalan 80%)
Musim Luas Lahan Tanaman (Ha) Keuntungan
PTT Total
Tanam Padi Jagung Kacang Tanah Kedelai (Rp)

MT I 677,787 677,79
Eksisting MT II 578,70 735,30 1314,00 46.019.341.918
MT III 677,73 677,73
MT I 640,835 673,17 1314,00
Alternatif I MT II 578,696 735,30 1314,00 52.465.872.768
MT III 0,000 662,91 662,91
MT I 640,835 673,165 1314,00
Alternatif II MT II 0,000 1314,000 1314,00 52.774.816.486
MT III 349,399 0,000 349,40
MT I 1314,000 0,000 1314,00
Alternatif III MT II 0,000 1314,000 1314,00 54.664.759.359
MT III 372,209 0,000 372,21
MT I 1314,000 0,000 1314,00
Alternatif IV MT II 837,447 476,55 1314,00 53.914.401.874
MT III 0,000 621,88 621,88
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

Pada Tabel 4.73 terlihat bahwa besarnya keuntungan dari masing-masing pola tata
tanam berbeda, hal tersebut disebabkan oleh jenis tanaman dan luas lahan tanam setiap
tanaman yang berbeda. Selain itu juga nilai keuntungan hasil pertanian setiap daerah irigasi
dipengaruhi oleh analisis usaha tani pada daerah tersebut. Keuntungan terbesar pada debit
keandalan 80% terdapat pada pola tata tanam alternatif III yaitu sebesar Rp. 54.664.759.359
164

dan nilai keuntungan terkecil terdapat pada pola tata tanam eksisting yaitu sebesar Rp.
46.019.341.918.

Tabel 4. 74
Rekapitulasi Keuntungan Hasil Produksi Pertanian Maksimum Setelah Optimasi (Debit
Andalan 50%)
Musim Luas Lahan Tanaman (Ha) Keuntungan
PTT Total
Tanam Padi Jagung Kacang Tanah Kedelai (Rp)
MT I 576,672 576,672
Eksisting MT II 840,19 473,81 1314,000 46.286.351.899
MT III 752,14 752,142
MT I 543,292 770,71 1314,000
Alternatif I MT II 1151,162 162,84 1314,000 54.099.646.076
MT III 0,000 701,23 701,230
MT I 543,292 770,71 1314,000
Alternatif II MT II 0,000 1314,00 1314,000 53.223.458.450
MT III 387,761 0,000 387,761
MT I 1006,618 307,38 1314,000
Alternatif III MT II 0,000 1314,00 1314,000 53.604.833.593
MT III 350,436 0,00 350,436
MT I 1006,618 307,38 1314,000
Alternatif IV MT II 865,276 448,72 1314,000 53.796.023.887
MT III 0,000 655,10 655,096
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
Pada Tabel 4.74 terlihat bahwa besarnya keuntungan dari masing-masing pola tata
tanam berbeda, hal tersebut disebabkan oleh jenis tanaman dan luas lahan tanam setiap
tanaman yang berbeda. Selain itu juga nilai keuntungan hasil pertanian setiap daerah irigasi
dipengaruhi oleh analisis usaha tani pada daerah tersebut. Keuntungan hasil pertanian akan
berbeda pada tiap debit keandalan karena nilai volume ketersediaan yang berperan sebagai
fungsi kendala dalam optimasi juga berbeda. Keuntungan terbesar pada debit keandalan 50%
terdapat pada pola tata tanam alternatif II yaitu sebesar Rp. 54.099.646.076 dan nilai
keuntungan terkecil terdapat pada pola tata tanam eksisting yaitu sebesar Rp.
46.286.351.899.

4.12.2 Debit Andalan


Dalam perencanaan ataupun pengelolaan irigasi, debit andalan merupakan faktor
penting yang harus diperhatikan sebagai volume ketersediaan di daerah irigasi tersebut.
Daerah Irigasi Pirang menggunakan data debit intake Bendung Pirang yang berasal dari
aliran Sungai Pirang sebagai analisis debit andalannya. Data debit tersebut diambil dari
165

pencatatan oleh UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro selama 10 tahun yaitu dari
tahun 2011 sampai dengan tahun 2020.
Pada studi ini, debit andalan yang digunakan yaitu debit andalan 80% (debit air rendah)
dan debit andalan 50% (debit air normal). Pada masing-masing kondisi tersebut memiliki
nilai debit yang berbeda pada tiap bulan dan periodenya, hal tersebut dapat disebabkan oleh
banyak faktor, salah satunya karena kondisi musim. Dengan fluktuatifnya nilai debit tersebut
maka terdapat beberapa periode yang tidak tercukupi kebutuhan airnya atau disebut juga
mengalami defisit. Maka perlu dilakukanlah optimasi sehingga debit yang tersedia dapat
mencukupi seluruh debit kebutuhan yang digunakan untuk irigasi. Berikut merupakan
rekapitulasi nilai persentase debit yang tercukupi kebutuhannya sebelum dan sesudah
optimasi pada tiap pola tata tanam.

Tabel 4. 75
Rekapitulasi Jumlah Periode Surplus Ketersediaan Air tiap Pola Tata Tanam pada Debit
Andalan 80%
PTT Sebelum Optimasi Sesudah Optimasi
Jumlah Periode Jumlah Periode
28 36
Eksisting Surplus Surplus
Prosentase 77,78 Prosentase 100
Jumlah Periode Jumlah Periode
Alternatif 28 36
Surplus Surplus
1
Prosentase 77,78 Prosentase 100
Jumlah Periode Jumlah Periode
Alternatif 28 36
Surplus Surplus
2
Prosentase 77,78 Prosentase 100
Jumlah Periode Jumlah Periode
Alternatif 28 36
Surplus Surplus
3
Prosentase 77,78 Prosentase 100
Jumlah Periode Jumlah Periode
Alternatif 28 36
Surplus Surplus
4
Prosentase 77,78 Prosentase 100

Tabel 4. 76
Rekapitulasi Jumlah Periode Surplus Ketersediaan Air tiap Pola Tata Tanam pada Debit
Andalan 50%
PTT Sebelum Optimasi Sesudah Optimasi
Jumlah Periode Jumlah Periode
28 36
Eksisting Surplus Surplus
Prosentase 77,78 Prosentase 100
Jumlah Periode Jumlah Periode
Alternatif 28 36
Surplus Surplus
1
Prosentase 77,78 Prosentase 100
166

PTT Sebelum Optimasi Sesudah Optimasi


Jumlah Periode Jumlah Periode
Alternatif 28 36
Surplus Surplus
2
Prosentase 77,78 Prosentase 100
Jumlah Periode Jumlah Periode
Alternatif 27 36
Surplus Surplus
3
Prosentase 75 Prosentase 100
Jumlah Periode Jumlah Periode
Alternatif 27 36
Surplus Surplus
4
Prosentase 75 Prosentase 100
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

4.12.3 Rekapitulasi Intensitas Tanam


Besar nilai intensitas tanaman diperoleh dari setiap musim tanam selama satu tahun.
Besar nilai intensitas tanam dinyatakan dalam persentase. Intensitas tanam membandingkan
nilai luas lahan yang ditanami dengan luas lahan yang tersedia per musim tanam. Kemudian
nilai persentase tersebut dijumlahkan selama satu tahun. Jadi, semakin besar luas lahan yang
bisa ditanami tanaman, semakin besar nilai intensitas tanamnya.
Daerah Irigasi Pirang memiliki luas lahan sebesar 1314 Ha yang terbagi dalam 35
petak tersier. Setiap petak tersier memiliki luas lahan yang berbeda serta memiliki jarak yang
berbeda-beda pula dari intake Bendung Pirang. Nilai intensitas tanam optimum pada pola
tata tanam eksisting sampai dengan empat alternatif dapat dilihat pada Tabel 4.77 dan 4.78
berikut.
Tabel 4. 77
Rekapitulasi Nilai Intensitas Tanam Optimum pada Debit Andalan 80%
Luas Total Intensitas Total
PTT
(Ha) (%) (%)
677,79 51,582
Eksisting 1314,00 100,000 203,160
677,73 51,578
1314,00 100,000
Alternatif I 1314,00 100,000 250,450
662,91 50,450
1314,00 100,000
Alternatif II 1314,00 100,000 226,591
349,40 26,591
1314,00 100,000
Alternatif III 1314,00 100,000 228,326
372,21 28,326
1314,00 100,000
Alternatif IV 1314,00 100,000 247,327
621,88 47,327
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
167

Tabel 4. 78
Rekapitulasi Nilai Intensitas Tanam Optimum pada Debit Andalan 50%
Luas Total Intensitas Total
PTT
(Ha) (%) (%)
576,672 43,887
Eksisting 1314,000 100,000 201,127
752,142 57,241
1314,000 100,000
Alternatif I 1314,000 100,000 253,366
701,230 53,366
1314,000 100,000
Alternatif II 1314,000 100,000 229,510
387,761 29,510
1314,000 100,000
Alternatif III 1314,000 100,000 226,669
350,436 26,669
1314,000 100,000
Alternatif IV 1314,000 100,000 249,855
655,096 49,855
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022

4.13. Pemilihan Alternatif


Berdasarkan hasil analisis optimasi pada setiap pola tata tanam memberikan hasil
keuntungan dan intensitas tanam yang berbeda-beda juga. Pada studi ini, yang dilakukan
optimasi yaitu pola tata tanam eksisting dan empat pola tata tanam alternatif pada dua kondisi
debit andalan yaitu debit andalan 80 % (mewakili debit air rendah) dan debit andalan 50%
(mewakili debit air normal). Perbedaan dalam setiap masing-masing pola tata tanam
mencakup perubahan jenis tanaman dan pergeseran awal musim tanam. Untuk mengetahui
pola tata tanam mana yang terbaik maka perlu dilakukan skoring dari setiap hasil optimasi
tersebut. Skoring dilakukan dengan merngurutkan dari pola tata tanam yang menghasilkan
keuntungan terbesar. Berikut pada Tabel 4.79 merupakan rekapitulasi skor dari seriap pola
tata tanam yang dianalisis.

Tabel 4. 79
Rekapitulasi Skor Pemilihan Alternatif (Debit Andalan 80%)
Luas Lahan Tanaman (Ha) Total Intensitas Total Keuntungan Skoring
Musim
PTT Kacang
Tanam Padi Jagung Kedelai Ha (%) (%) (Rp)
Tanah
MT I 1314,00 0,00 1314,00 100,000
Alternatif
MT II 0,00 1314,00 1314,00 100,000 228,326 54.664.759.359 1
III
MT III 372,21 0,00 372,21 28,326
168

Luas Lahan Tanaman (Ha) Total Intensitas Total Keuntungan Skoring


Musim
PTT Kacang
Tanam Padi Jagung Kedelai Ha (%) (%) (Rp)
Tanah
MT I 1314,00 0,00 1314,00 100,00
Alternatif
MT II 837,45 476,55 1314,00 100,00 247,327 53.914.401.874 2
IV
MT III 0,00 621,88 621,88 47,33

MT I 640,83 673,17 1314,00 100,00


Alternatif
MT II 0,00 1314,00 1314,00 100,00 226,591 52.774.816.486 3
II
MT III 349,40 0,00 349,40 26,59

MT I 640,83 673,17 1314,00 100,00


Alternatif
MT II 578,70 735,30 1314,00 100,00 250,450 52.465.872.768 4
I
MT III 0,00 662,91 662,91 50,45

MT I 677,79 677,79 51,582


Eksisting MT II 578,70 735,30 1314,00 100,000 203,160 46.019.341.918 5

MT III 677,73 677,73 51,578

Sumber: Hasil Perhitungan, 2022


Berdasarkan Tabel 4.79 di atas menunjukkan rekapitulasi hasil optimasi dari setiap
pola tata tanam pada debit andalan 80%. Pola tata tanam yang terpilih yaitu pola tata tanam
alternatif III dengan nilai keuntungan hasil pertanian sebesar Rp. 54.664.759.359 dan total
intensitas tanam sebesar 228,326% dengan pola tata tanam hasil optimasi yaitu Padi –
Palawija (Kacang tanah) – Padi. Dibandingkan dengan pola tanam eksisting, intensitas
tanam pada pola tata tanam alternatif III mengalami peningkatan sebesar 25,166% serta
keuntungannya mengalami peningkatan sebesar Rp. 6.645.417.441.

Tabel 4. 80 Rekapitulasi Skor Pemilihan Alternatif (Debit Andalan 50%)


Luas Lahan Tanaman (Ha)
Musim Total Intensitas Total Keuntungan
PTT Kacang Skoring
Tanam Padi Jagung Kedelai (Ha) (%) (%) (Rp)
Tanah
MT I 543,292 770,708 1314,000 100,000
Alternatif
MT II 1151,162 162,838 1314,000 100,000 253,366 54.099.646.076 1
I
MT III 0,000 701,230 701,230 53,366
MT I 1006,618 307,382 1314,000 100,000
Alternatif
MT II 865,276 448,724 1314,000 100,000 249,855 53.796.023.887 2
IV
MT III 0,000 655,096 655,096 49,855
MT I 1006,618 307,382 1314,000 100,000
Alternatif
MT II 0,000 1314,000 1314,000 100,000 226,669 53.604.833.593 3
III
MT III 350,436 0,000 350,436 26,669
MT I 543,292 770,708 1314,000 100,000
Alternatif
MT II 0,000 1314,000 1314,000 100,000 229,510 53.223.458.450 4
III
MT III 387,761 0,000 387,761 29,510
MT I 576,672 576,672 43,887
Eksisting MT II 840,190 473,810 1314,000 100,000 201,127 46.286.351.899 5
MT III 752,142 752,142 57,241
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022
169

Berdasarkan Tabel 4.77 di atas menunjukkan rekapitulasi hasil optimasi dari setiap
pola tata tanam pada debit andalan 50%. Pola tata tanam yang terpilih yaitu pola tata tanam
alternatif I dengan nilai keuntungan hasil pertanian sebesar Rp. 54.099.646.076 dan total
intensitas tanam sebesar 253,366% dengan pola tata tanam hasil optimasi yaitu Padi,
Palawija (Jagung) – Padi, Palawija (Jagung) – Palawija (Jagung). Dibandingkan dengan pola
tanam eksisting, intensitas tanam pada pola tata tanam alternatif I mengalami peningkatan
sebesar 52,239% serta keuntungannya mengalami peningkatan sebesar Rp. 7.813.294.177.
170

Halaman ini sengaja dikosongkan


BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang didapat dari seluruh hasil analisis dan perhitungan yang
telah dilakukan pada studi optimasi ini yaitu:
1. Pada studi ini menggunakan dua kondisi debit andalan, yaitu debit andalan 80%
(mewakili debit air rendah) dan debit andalan 50% (mewakili debit air normal).
a. Pada analisis debit andalan 80% menunjukkan bahwa data debit cukup fluktuatif
sepanjang tahunnya, selain itu, didapatkan juga nilai debit terbesar yaitu 0,90 m3/dt
yang terjadi pada periode II bulan Desember, nilai debit terkecil yaitu 0,32 m3/dt
yang terjadi pada periode III bulan Maret, serta nilai debit rata-ratanya yaitu 0,59
m3/dt. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.14
b. Pada analisis debit andalan 50% menunjukkan bahwa data debit cukup fluktuatif
sepanjang tahunnya, selain itu, didapatkan juga nilai debit terbesar yaitu 1,13 m3/dt
yang terjadi pada periode III bulan Maret, nilai debit terkecil yaitu 0,34 m3/dt yang
terjadi pada periode III bulan Oktober, serta nilai debit rata-ratanya yaitu 0,63 m3/dt.
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.14
2. Berdasarkan perhitungan kebutuhan air irigasi yang telah dilakukan pada pola tata
tanam eksisting dan keempat alternatif didapatkan sebagai berikut:
a. Pada Pola Tata Tanam Eksisting didapatkan total volume kebutuhan air irigasi untuk
tanaman padi pada MT I sebesar 178,694 m3/ha, pada MT 2 sebesar 395,475 m3/ha,
dan pada MT 3 sebesar 33,772 m3/ha. Untuk tanaman palawija kebutuhan airnya
pada MT 1 sebesar 4,899 m3/ha, pada MT 2 sebesar 93,101 m3/ha, dan pada MT 3
sebesar 321,311 m3/ha. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.24
b. Pada Pola Tata Tanam Alternatif 1 didapatkan total volume kebutuhan air irigasi
untuk tanaman padi pada MT I sebesar 167,345 m3/ha, pada MT 2 sebesar 358,616
m3/ha, dan pada MT 3 sebesar 802,931 m3/ha. Untuk tanaman palawija kebutuhan
airnya pada MT 1 sebesar 16,676 m3/ha, pada MT 2 sebesar 72,126 m3/ha, dan pada
MT 3 sebesar 273,741 m3/ha. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.25
c. Pada Pola Tata Tanam Alternatif 2 didapatkan total volume kebutuhan air irigasi
untuk tanaman padi pada MT I sebesar 167,345 m3/ha, pada MT 2 sebesar 357,701

171
173

172172

m3/ha, dan pada MT 3 sebesar 802,931 m3/ha. Untuk tanaman palawija kebutuhan
airnya pada MT 1 sebesar 16,676 m3/ha, pada MT 2 sebesar 93,270 m3/ha, dan pada
MT 3 sebesar 253,791 m3/ha. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.26
d. Pada Pola Tata Tanam Alternatif 3 didapatkan total volume kebutuhan air irigasi
untuk tanaman padi pada MT I sebesar 167,345 m3/ha, pada MT 2 sebesar 357,701
m3/ha, dan pada MT 3 sebesar 802,931 m3/ha. Untuk tanaman palawija kebutuhan
airnya pada MT 1 sebesar 16,676 m3/ha, pada MT 2 sebesar 93,270 m3/ha, dan pada
MT 3 sebesar 253,791 m3/ha. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.27
e. Pada Pola Tata Tanam Alternatif 4 didapatkan total volume kebutuhan air irigasi
untuk tanaman padi pada MT I sebesar 167,345 m3/ha, pada MT 2 sebesar 358,616
m3/ha, dan pada MT 3 sebesar 802,931 m3/ha. Untuk tanaman palawija kebutuhan
airnya pada MT 1 sebesar 16,676 m3/ha, pada MT 2 sebesar 72,126 m3/ha, dan pada
MT 3 sebesar 273,741 m3/ha. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.28
3. Berdasarkan hasil optimasi menggunakan program linier pada masing-masing pola tata
tanam maka didapatkan luas tanam optimum dan keuntungan maksimum sebagai
berikut:
a. Pada Pola Tata Tanam Eksisting kondisi debit andalan 80%, luas tanam optimum
untuk MT 1 sebesar 677,79 ha dengan ditanami padi seluas 677,79 ha, untuk MT 2
sebesar 1.314 ha dengan ditanami padi seluas 578,70 ha dan palawija (jagung) seluas
735,30 ha, untuk MT 3 sebesar 677,73 ha dengan ditanami palawija (kacang tanah)
seluas 677,73 ha. Total keuntungan yang didapat pada Pola Tata Tanam Eksisting ini
yaitu Rp. 46.019.341.948
b. Pada Pola Tata Tanam Alternatif 1 kondisi debit andalan 80%, luas tanam optimum
untuk MT 1 sebesar 1314 ha dengan ditanami padi seluas 640,83 ha dan palawija
(jagung) seluas 673,17 ha, untuk MT 2 sebesar 1.314 ha dengan ditanami padi seluas
578,70ha dan palawija (jagung) seluas 735,30 ha, untuk MT 3 sebesar 662,91 ha
dengan ditanami palawija (jagung) seluas 662,91 ha. Total keuntungan yang didapat
pada Pola Tata Tanam Alternatif 1 ini yaitu Rp. 52.465.872.768
c. Pada Pola Tata Tanam Alternatif 2 kondisi debit andalan 80%, luas tanam optimum
untuk MT 1 sebesar 1314 ha dengan ditanami padi seluas 640,83 ha dan palawija
(jagung) seluas 673,17 ha, untuk MT 2 sebesar 1.314 ha dengan ditanami palawija
(kacang tanah) seluas 1.314 ha, untuk MT 3 sebesar 349,399 ha dengan ditanami padi
seluas 349,399 ha. Total keuntungan yang didapat pada Pola Tata Tanam Alternatif
2 ini yaitu Rp. 52.774.816.486
173

d. Pada Pola Tata Tanam Alternatif 3 kondisi debit andalan 80%, luas tanam optimum
untuk MT 1 sebesar 1314 ha dengan ditanami padi seluas 1314 ha, untuk MT 2
sebesar 1.314 ha dengan ditanami palawija (kacang tanah) seluas 1314 ha, untuk MT
3 sebesar 372,209 ha dengan ditanami padi seluas 372,209 ha. Total keuntungan yang
didapat pada Pola Tata Tanam Alternatif 3 ini yaitu Rp. 54.664759.359
e. Pada Pola Tata Tanam Alternatif 4 kondisi debit andalan 80%, luas tanam optimum
untuk MT 1 sebesar 1314 ha dengan ditanami padi seluas 1314 ha, untuk MT 2
sebesar 1.314 ha dengan ditanami padi seluas 837,45 ha dan palawija (jagung) seluas
476,55 ha, untuk MT 3 sebesar 621,88 ha dengan ditanami palawija (jagung) seluas
621,88 ha. Total keuntungan yang didapat pada Pola Tata Tanam Alternatif 4 ini
yaitu Rp. 53.914.401.874
f. Pada Pola Tata Tanam Eksisting kondisi debit andalan 50%, luas tanam optimum
untuk MT 1 sebesar 576,672 ha dengan ditanami padi seluas 576,672 ha, untuk MT
2 sebesar 1.314 ha dengan ditanami padi seluas 840,19 ha dan palawija (jagung)
seluas 473,81 ha, untuk MT 3 sebesar 752,14 ha dengan ditanami palawija (kacang
tanah) seluas 752,14 ha. Total keuntungan yang didapat pada Pola Tata Tanam
Eksisting ini yaitu Rp. 46.286.351.889
g. Pada Pola Tata Tanam Alternatif 1 kondisi debit andalan 50%, luas tanam optimum
untuk MT 1 sebesar 1314 ha dengan ditanami padi seluas 543,29 ha dan palawija
(jagung) seluas 770,71 ha, untuk MT 2 sebesar 1.314 ha dengan ditanami padi seluas
1.151,16 ha dan palawija (jagung) seluas 162,84 ha, untuk MT 3 sebesar 701,23 ha
dengan ditanami palawija (jagung) seluas 701,23 ha. Total keuntungan yang didapat
pada Pola Tata Tanam Alternatif 1 ini yaitu Rp. 54.099.646.076
h. Pada Pola Tata Tanam Alternatif 2 kondisi debit andalan 50%, luas tanam optimum
untuk MT 1 sebesar 1314 ha dengan ditanami padi seluas 543,29 ha dan palawija
(jagung) seluas 770,71 ha, untuk MT 2 sebesar 1.314 ha dengan ditanami palawija
(kacang tanah) seluas 1.314 ha, untuk MT 3 sebesar 350,436 ha dengan ditanami padi
seluas 350,436 ha. Total keuntungan yang didapat pada Pola Tata Tanam Alternatif
2 ini yaitu Rp. 53.223.458.450
i. Pada Pola Tata Tanam Alternatif 3 kondisi debit andalan 50%, luas tanam optimum
untuk MT 1 sebesar 1314 ha dengan ditanami padi seluas 1.006,62 ha dan palawija
(jagung) seluas 307,38 ha, untuk MT 2 sebesar 1.314 ha dengan ditanami palawija
(kacang tanah) seluas 1314 ha, untuk MT 3 sebesar 350,436 ha dengan ditanami padi
174

seluas 350,436 ha. Total keuntungan yang didapat pada Pola Tata Tanam Alternatif
3 ini yaitu Rp. 53.604.833.593
j. Pada Pola Tata Tanam Alternatif 4 kondisi debit andalan 50%, luas tanam optimum
untuk MT 1 sebesar 1314 ha dengan ditanami padi seluas 1.006,62 ha dan palawija
(jagung) seluas 307,38 ha, untuk MT 2 sebesar 1.314 ha dengan ditanami padi seluas
865,28 ha dan palawija (jagung) seluas 448,72 ha, untuk MT 3 sebesar 655,096 ha
dengan ditanami palawija (jagung) seluas 655,096 ha. Total keuntungan yang didapat
pada Pola Tata Tanam Alternatif 4 ini yaitu Rp. 53.796.023.887.
4. Pola tata tanam terbaik dilihat berdasarkan keuntungan hasil pertanian dan nilai
intensitas tanam. Pemilihan pola tata tanam terbaik ditentukan dengan pemberian nilai
skor. Berdasarkan hasil analisis pemberian skor didapatlah pola tata tanam terbaik yaitu
pada alternatif 3 di kondisi debit andalan 80 % (padi - palawija (kacang tanah) - padi)
dan alternatif 1 di kondisi debit andalan 50% (padi, palawija (jagung) - padi, palawija
(jagung) - palawija (jagung)).
5.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil perhitungan dan analisis dalam
pengerjaan studi ini antara lain sebagai berikut:
1. Hasil optimasi dengan menggunakan program linier sebaiknya dibandingkan juga
dengan metode yang lain sehingga ada perbandingan antara hasil keluaran dari masing-
masing metode.
2. Apabila pola tata tanam hasil optimasi dalam studi ini akan diterapkan, sebaiknya pihak
berwenang melakukan pendekatan terlebih dahulu kepada para petani untuk mendapat
persetujuan petani terkait perubahan pola tata tanam tersebut.
3. Untuk mendapat keuntungan yang lebih maksimal dapat mecoba kombinasi pola tata
tanam yang bervariasi serta memilih tanaman yang lebih menguntungkan dan
membutuhkan sedikit air.
175

DAFTAR PUSTAKA

Bardan, Mochammad. 2014. Irigasi. Yogyakarta: Graha Ilmu


Ditjen Sumber Daya Air. 2013. Kriteria Perencanaan Irigasi 01. Jakarta: Ditjen Sumber
Daya Air
Hadisusanto, Nugroho. 2011. Aplikasi Hidrologi. Malang: Jogja Media Utama
Limantara, L.M. 2010. Hidrologi Praktis. Bandung: CV Lubuk Agung
Limantara, L.M. 2018. Rekayasa Hidrologi. Surabaya: Penerbit Andi
Mawardi, Muhjidin. 2016. Irigasi Asas dan Praktek. Yogyakarta: Bursa Ilmu
Subarkah, Iman. 1980. Hidrologi untuk Perencanaan Bangunan Air. Bandung: Idea Dharma
Soemarto, C. D. 1987. Hidrologi Teknik. Surabaya: Usaha Nasional
Soetopo, H. 1995. Pengantar Operasional Andimistrasi Pendidikan. Surabaya: Surabaya
Usaha Nasional
Soetopo, W. 2012. Model-Model Simulasi Stokastik untuk Sistem Sumber Daya Air. Malang:
Citra Malang
Soewarno. 1995. Hidrologi Aplikasi Metode Statistik Untuk Analisa Data. Bandung:
Nova
Soewarno. 2000. Hidrologi Operasional. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti
Sosrodarsono, S & Takeda, K. 1976. Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta: PT. Pradnya
Paramita
Suhardjono. 1994. Kebutuhan Air Tanaman. Malang: ITN Malang Press
Triatmodjo, Bambang. 2013. Hidrologi Terapan. Yogyakarta: Beta Offset.
Wirosoedarmo, Ruslan. 1985. Dasar-Dasar Irigasi Pertanian. Malang: Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya

175
LAMPIRAN
178

Tabel 1. Data Curah Hujan 10 harian pada Stasiun Hujan yang Digunakan di Tahun 2011
Stasiun Hujan (mm)
Rerata Curah Hujan
10 Harian St. St. Total
St. Bojonegoro St. Leran (mm)
Jatiblimbing Kapas
I 56 40 34 21 151 37,75
Jan II 22 30 42 28 122 30,50
III 98 68 44 45 255 63,75
I 79 107 28 37 251 62,75
Feb II 62 56 67 44 229 57,25
III 22 25 58 10 115 28,75
I 19 97 90 75 281 70,25
Mar II 83 46 94 69 292 73,00
III 148 236 161 138 683 170,75
I 55 37 105 53 250 62,50
Apr II 135 45 31 51 262 65,50
III 32 90 38 5 165 41,25
I 147 100 75 145 467 116,75
Mei II 80 126 70 63 339 84,75
III 24 23 22 4 73 18,25
I 9 5 9 12 35 8,75
Jun II 0 0 0 0 0 0,00
III 24 14 2 44 84 21,00
I 2 26 3 11 42 10,50
Jul II 3 6 16 5 30 7,50
III 0 0 0 0 0 0,00
I 0 0 0 0 0 0,00
Ags II 0 0 0 0 0 0,00
III 0 0 0 0 0 0,00
I 0 0 0 0 0 0,00
Sep II 23 57 64 0 144 36,00
III 0 0 0 0 0 0,00
I 0 0 0 20 20 5,00
Okt II 0 30 2 5 37 9,25
III 90 55 59 0 204 51,00
I 200 64 84 85 433 108,25
Nov II 107 82 41 36 266 66,50
III 128 124 113 92 457 114,25
I 183 80 83 135 481 120,25
Des II 105 112 129 61 407 101,75
III 60 148 38 117 363 90,75
Sumber: UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro, 2021

175
Tabel 2. Data Curah Hujan 10 harian pada Stasiun Hujan yang Digunakan di Tahun 2012
Stasiun Hujan (mm) Rerata Curah Hujan
10 Harian Total
St. Jatiblimbing St. Kapas St. Bojonegoro St. Leran (mm)
I 46 104 92 67 309 77,25
Jan II 188 123 94 168 573 143,25
III 40 54 97 56 247 61,75
I 103 135 206 118 562 140,50
Feb II 108 53 85 74 320 80,00
III 95 88 64 53 300 75,00
I 100 235 108 69 512 128,00
Mar II 9 11 75 83 178 44,50
III 120 224 106 191 641 160,25
I 63 34 50 30 177 44,25
Apr II 0 19 24 18 61 15,25
III 48 23 13 1 85 21,25
I 30 98 98 45 271 67,75
Mei II 10 19 2 8 39 9,75
III 0 0 0 0 0 0,00
I 9 11 2 11 33 8,25
Jun II 28 52 60 10 150 37,50
III 0 0 19 0 19 4,75
I 0 0 0 0 0 0,00
Jul II 0 0 0 0 0 0,00
III 0 0 0 0 0 0,00
I 0 0 0 0 0 0,00
Ags II 0 0 0 0 0 0,00
III 0 0 0 0 0 0,00
I 0 0 0 0 0 0,00
Sep II 1 0 0 0 1 0,25
III 0 0 0 0 0 0,00
I 41 24 11 0 76 19,00
Okt II 5 8 2 2 17 4,25
III 44 23 10 12 89 22,25
I 27 62 12 22 123 30,75
Nov II 192 41 62 83 378 94,50
III 74 106 57 19 256 64,00
I 95 57 105 15 272 68,00
Des II 61 21 43 71 196 49,00
III 163 106 180 149 598 149,50
Sumber: UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro, 2021
Tabel 3. Data Curah Hujan 10 harian pada Stasiun Hujan yang Digunakan di Tahun 2013
Stasiun Hujan (mm) Rerata Curah
10 Harian Total
St. Jatiblimbing St. Kapas St. Bojonegoro St. Leran Hujan (mm)
I 195 185 253 263 896 224,00
Jan II 20 29 26 19 94 23,50
III 216 192 165 156 729 182,25
I 24 24 28 5 81 20,25
Feb II 137 101 108 135 481 120,25
III 17 46 38 7 108 27,00
I 162 117 94 85 458 114,50
Mar II 208 283 175 103 769 192,25
III 118 37 6 38 199 49,75
I 182 156 157 111 606 151,50
Apr II 103 54 57 19 233 58,25
III 13 42 27 30 112 28,00
I 1 13 0 0 14 3,50
Mei II 50 56 31 30 167 41,75
III 39 35 14 34 122 30,50
I 64 72 79 64 279 69,75
Jun II 15 32 68 18 133 33,25
III 23 6 3 0 32 8,00
I 43 71 46 0 160 40,00
Jul II 42 69 32 0 143 35,75
III 2 15 11 0 28 7,00
I 0 0 0 0 0 0,00
Ags II 0 0 0 0 0 0,00
III 0 0 0 3 3 0,75
I 5 3 6 18 32 8,00
Sep II 3 2 0 5 10 2,50
III 0 0 0 0 0 0,00
I 0 35 11 0 46 11,50
Okt II 0 0 0 0 0 0,00
III 81 66 16 45 208 52,00
I 57 10 0 32 99 24,75
Nov II 88 94 137 59 378 94,50
III 8 72 96 36 212 53,00
I 181 121 81 104 487 121,75
Des II 136 78 132 104 450 112,50
III 29 21 62 15 127 31,75
Sumber: UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro, 2021
Tabel 4. Data Curah Hujan 10 harian pada Stasiun Hujan yang Digunakan di Tahun 2014

Stasiun Hujan (mm) Rerata Curah Hujan


10 Harian Total
St. Jatiblimbing St. Kapas St. Bojonegoro St. Leran (mm)
I 159 118 102 96 475 118,75
Jan II 49 174 77 25 325 81,25
III 20 29 62 12 123 30,75
I 56 41 62 89 248 62,00
Feb II 132 102 105 84 423 105,75
III 28 65 45 57 195 48,75
I 220 118 189 89 616 154,00
Mar II 141 179 265 216 801 200,25
III 45 24 62 15 146 36,50
I 107 87 89 87 370 92,50
Apr II 36 75 76 87 274 68,50
III 135 170 76 59 440 110,00
I 20 10 18 8 56 14,00
Mei II 0 0 11 11 22 5,50
III 30 42 6 5 83 20,75
I 0 10 0 0 10 2,50
Jun II 68 0 17 18 103 25,75
III 49 26 12 1 88 22,00
I 17 9 40 4 70 17,50
Jul II 0 0 0 0 0 0,00
III 7 60 58 0 125 31,25
I 0 0 0 0 0 0,00
Ags II 0 14 0 0 14 3,50
III 0 0 0 0 0 0,00
I 0 0 0 0 0 0,00
Sep II 0 0 0 0 0 0,00
III 0 0 0 0 0 0,00
I 0 10 0 0 10 2,50
Okt II 0 0 0 0 0 0,00
III 25 17 0 1 43 10,75
I 50 22 3 38 113 28,25
Nov II 24 26 6 17 73 18,25
III 8 32 36 17 93 23,25
I 123 110 146 86 465 116,25
Des II 125 158 174 63 520 130,00
III 196 194 252 195 837 209,25
Sumber: UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro, 2021
Tabel 5. Data Curah Hujan 10 harian pada Stasiun Hujan yang Digunakan di Tahun 2015
Stasiun Hujan (mm)
Rerata Curah
10 Harian St. St. Total
St. Jatiblimbing St. Bojonegoro Hujan (mm)
Kapas Leran
I 54 53 54 45 206 51,50
Jan II 123 96 117 98 434 108,50
III 122 134 132 139 527 131,75
I 235 286 311 220 1052 263,00
Feb II 76 46 95 87 304 76,00
III 164 81 98 76 419 104,75
I 160 122 116 87 485 121,25
Mar II 95 44 119 120 378 94,50
III 74 5 12 16 107 26,75
I 81 121 155 155 512 128,00
Apr II 46 86 67 76 275 68,75
III 64 43 92 60 259 64,75
I 37 24 99 47 207 51,75
Mei II 0 4 18 0 22 5,50
III 3 0 0 0 3 0,75
I 29 65 67 4 165 41,25
Jun II 0 0 0 0 0 0,00
III 0 0 0 0 0 0,00
I 0 0 0 0 0 0,00
Jul II 0 0 0 0 0 0,00
III 0 0 12 0 12 3,00
I 0 0 0 0 0 0,00
Ags II 0 0 0 0 0 0,00
III 0 0 0 0 0 0,00
I 0 0 0 0 0 0,00
Sep II 0 0 0 0 0 0,00
III 0 0 0 0 0 0,00
I 0 0 0 0 0 0,00
Okt II 0 0 0 0 0 0,00
III 0 0 0 0 0 0,00
I 62 19 9 41 131 32,75
Nov II 64 48 37 14 163 40,75
III 14 18 14 6 52 13,00
I 119 105 90 45 359 89,75
Des II 24 41 137 143 345 86,25
III 110 97 149 87 443 110,75
Sumber: UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro, 2021
Tabel 6. Data Curah Hujan 10 harian pada Stasiun Hujan yang Digunakan di Tahun 2016
Stasiun Hujan (mm) Rerata Curah Hujan
10 Harian Total
St. Jatiblimbing St. Kapas St. Bojonegoro St. Leran (mm)
I 37 97 60 109 303 75,75
Jan II 23 46 29 2 100 25,00
III 65 124 146 87 422 105,50
I 120 165 122 119 526 131,50
Feb II 70 70 49 54 243 60,75
III 92 166 136 149 543 135,75
I 109 23 9 73 214 53,50
Mar II 96 99 18 32 245 61,25
III 60 48 30 95 233 58,25
I 99 55 79 56 289 72,25
Apr II 69 71 54 37 231 57,75
III 87 36 37 39 199 49,75
I 23 35 17 23 98 24,50
Mei II 59 37 15 15 126 31,50
III 55 29 53 61 198 49,50
I 60 10 82 24 176 44,00
Jun II 9 41 79 34 163 40,75
III 30 78 66 0 174 43,50
I 0 0 39 35 74 18,50
Jul II 6 14 12 30 62 15,50
III 0 9 14 7 30 7,50
I 19 18 46 3 86 21,50
Ags II 107 59 49 63 278 69,50
III 0 0 23 0 23 5,75
I 0 0 0 0 0 0,00
Sep II 32 5 0 14 51 12,75
III 53 20 27 64 164 41,00
I 118 105 88 72 383 95,75
Okt II 31 42 0 54 127 31,75
III 44 27 36 37 144 36,00
I 116 99 99 92 406 101,50
Nov II 113 84 133 91 421 105,25
III 92 126 35 179 432 108,00
I 108 109 53 115 385 96,25
Des II 67 53 51 81 252 63,00
III 6 5 39 10 60 15,00
Sumber: UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro, 2021
Tabel 7. Data Curah Hujan 10 harian pada Stasiun Hujan yang Digunakan di Tahun 2017
Stasiun Hujan (mm) Rerata Curah Hujan
10 Harian Total
St. Jatiblimbing St. Kapas St. Bojonegoro St. Leran (mm)
I 37 22 47 71 177 44,25
Jan II 174 154 145 95 568 142,00
III 215 220 167 152 754 188,50
I 55 97 57 30 239 59,75
Feb II 59 70 63 91 283 70,75
III 133 121 104 100 458 114,50
I 53 53 25 17 148 37,00
Mar II 121 99 143 75 438 109,50
III 59 76 0 102 237 59,25
I 157 76 34 145 412 103,00
Apr II 3 20 15 67 105 26,25
III 83 52 45 153 333 83,25
I 56 43 23 27 149 37,25
Mei II 0 8 20 4 32 8,00
III 51 58 86 60 255 63,75
I 115 47 29 14 205 51,25
Jun II 6 5 13 0 24 6,00
III 22 33 20 6 81 20,25
I 0 0 0 0 0 0,00
Jul II 19 45 34 18 116 29,00
III 4 3 0 0 7 1,75
I 0 0 0 0 0 0,00
Ags II 0 0 0 0 0 0,00
III 0 0 0 0 0 0,00
I 0 0 0 0 0 0,00
Sep II 9 0 0 0 9 2,25
III 49 92 82 87 310 77,50
I 0 34 35 39 108 27,00
Okt II 20 64 51 18 153 38,25
III 126 81 73 46 326 81,50
I 76 43 7 39 165 41,25
Nov II 287 140 138 184 749 187,25
III 95 137 85 89 406 101,50
I 136 157 157 125 575 143,75
Des II 94 66 212 122 494 123,50
III 67 57 29 21 174 43,50
Sumber: UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro, 2021
Tabel 8. Data Curah Hujan 10 harian pada Stasiun Hujan yang Digunakan di Tahun 2018
Stasiun Hujan (mm)
10 Rerata Curah Hujan
St. Total
Harian St. Kapas St. Bojonegoro St. Leran (mm)
Jatiblimbing
I 192 83 63 49 387 96,75
Jan II 151 100 49 51 351 87,75
III 34 54 23 15 126 31,50
I 104 26 27 28 185 46,25
Feb II 190 43 80 112 425 106,25
III 358 139 120 198 815 203,75
I 187 87 242 151 667 166,75
Mar II 115 85 74 67 341 85,25
III 43 30 20 33 126 31,50
I 44 0 24 5 73 18,25
Apr II 69 0 29 22 120 30,00
III 32 35 39 75 181 45,25
I 0 23 0 137 160 40,00
Mei II 31 24 6 36 97 24,25
III 48 76 29 43 196 49,00
I 2 53 0 0 55 13,75
Jun II 5 14 0 2 21 5,25
III 32 36 29 19 116 29,00
I 0 0 0 0 0 0,00
Jul II 0 0 0 0 0 0,00
III 0 0 0 0 0 0,00
I 0 0 0 0 0 0,00
Ags II 0 0 0 0 0 0,00
III 0 0 0 0 0 0,00
I 0 0 0 0 0 0,00
Sep II 0 0 0 0 0 0,00
III 0 0 0 0 0 0,00
I 0 0 0 0 0 0,00
Okt II 0 0 0 0 0 0,00
III 4 6 0 2 12 3,00
I 59 71 54 73 257 64,25
Nov II 68 0 17 0 85 21,25
III 104 33 26 174 337 84,25
I 119 87 49 55 310 77,50
Des II 60 133 34 87 314 78,50
III 56 41 48 5 150 37,50
Sumber: UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro, 2021
Tabel 9. Data Curah Hujan 10 harian pada Stasiun Hujan yang Digunakan di Tahun 2019
Stasiun Hujan (mm) Rerata Curah
10 Harian Total
St. Jatiblimbing St. Kapas St. Bojonegoro St. Leran Hujan (mm)
I 58 67 97 45 267 66,75
Jan II 184 132 133 70 519 129,75
III 96 147 112 147 502 125,50
I 90 62 140 141 433 108,25
Feb II 58 37 10 45 150 37,50
III 28 45 33 28 134 33,50
I 317 67 148 113 645 161,25
Mar II 100 119 79 139 437 109,25
III 121 80 144 107 452 113,00
I 226 111 172 137 646 161,50
Apr II 22 46 88 93 249 62,25
III 9 97 71 40 217 54,25
I 0 41 57 40 138 34,50
Mei II 37 0 0 0 37 9,25
III 25 2 0 0 27 6,75
I 0 0 0 0 0 0,00
Jun II 0 0 0 0 0 0,00
III 0 0 0 0 0 0,00
I 1 0 0 0 1 0,25
Jul II 0 0 0 0 0 0,00
III 0 0 0 0 0 0,00
I 0 0 0 0 0 0,00
Ags II 0 0 0 0 0 0,00
III 0 0 0 0 0 0,00
I 0 0 0 0 0 0,00
Sep II 0 0 0 0 0 0,00
III 0 0 0 0 0 0,00
I 0 0 0 0 0 0,00
Okt II 0 0 0 0 0 0,00
III 0 0 0 60 60 15,00
I 0 0 114 53 167 41,75
Nov II 0 8 0 5 13 3,25
III 0 0 14 64 78 19,50
I 14 17 12 25 68 17,00
Des II 152 45 82 130 409 102,25
III 96 94 36 151 377 94,25
Sumber: UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro, 2021
Tabel 10. Data Curah Hujan 10 harian pada Stasiun Hujan yang Digunakan di Tahun 2020
Stasiun Hujan (mm) Rerata Curah Hujan
10 Harian Total
St. Jatiblimbing St. Kapas St. Bojonegoro St. Leran (mm)
I 0 127 119 97 343 85,75
Jan II 54 67 52 144 317 79,25
III 203 127 82 77 489 122,25
I 49 139 98 128 414 103,50
Feb II 97 106 155 137 495 123,75
III 31 68 164 146 409 102,25
I 0 175 89 167 431 107,75
Mar II 0 26 38 34 98 24,50
III 0 51 1 58 110 27,50
I 226 192 75 75 568 142,00
Apr II 22 49 17 101 189 47,25
III 9 12 5 34 60 15,00
I 0 54 7 117 178 44,50
Mei II 37 35 75 54 201 50,25
III 25 9 10 4 48 12,00
I 0 0 2 0 2 0,50
Jun II 0 2 0 0 2 0,50
III 0 0 0 0 0 0,00
I 0 36 20 14 70 17,50
Jul II 0 15 24 18 57 14,25
III 0 2 0 0 2 0,50
I 0 0 0 0 0 0,00
Ags II 0 28 47 47 122 30,50
III 0 15 3 0 18 4,50
I 0 0 0 0 0 0,00
Sep II 0 0 2 0 2 0,50
III 21 40 0 0 61 15,13
I 1 47 48 18 114 28,38
Okt II 12 62 35 66 175 43,75
III 19 120 56 68 263 65,63
I 12 72 55 62 201 50,13
Nov II 36 47 3 16 102 25,38
III 44 109 172 287 612 153,00
I 134 73 21 86 314 78,38
Des II 178 145 53 165 541 135,13
III 183 140 33 98 454 113,50
Sumber: UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro, 2021
Tabel 11. Data Klimatologi Bulanan pada Stasiun Klimatologi Padangan Tahun 2011

Lama
Suhu Kelembaban
Penyinaran Kecepatan Angin
Bulan Rerata Rerata
Matahari
°C % % km/hari km/jam
JAN 27,8 96,5 24,5 18,5 0,8
FEB 29,1 97,2 31,6 17,8 0,7
MAR 29,7 97,7 36,5 13,9 0,6
APR 29,3 98,6 36,3 14,5 0,6
MEI 29,3 99,2 13,2 14,8 0,6
JUN 28,7 97,6 6,4 6,9 0,3
JUL 29,2 97,0 12,7 29,8 1,2
AGS 29,9 96,5 49,2 34,3 1,4
SEP 30,7 95,9 81,7 44,8 1,9
OKT 30,8 97,0 57,3 43,3 1,8
NOV 29,2 98,4 39,7 2,4 0,1
DES 29,5 98,3 36,6 1,7 0,1
Sumber: UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro, 2021

Tabel 12. Data Klimatologi Bulanan pada Stasiun Klimatologi Padangan Tahun 2012
Lama
Suhu Kelembaban
Penyinaran Kecepatan Angin
Bulan Rerata Rerata
Matahari
°C % % km/hari km/jam
JAN 28,9 97,5 29,1 7,3 0,3
FEB 30,5 100,0 65,3 18,4 0,8
MAR 29,3 98,1 41,2 11,3 0,5
APR 29,9 97,1 48,2 14,2 0,6
MEI 29,4 97,3 7,9 14,2 0,6
JUN 29,5 97,1 4,2 17,4 0,7
JUL 29,4 96,1 8,3 23,0 1,0
AGS 30,3 95,8 39,0 31,1 1,3
SEP 30,8 95,8 74,8 41,3 1,7
OKT 30,9 96,2 59,2 26,1 1,1
NOV 30,3 96,7 47,3 3,5 0,1
DES 29,2 96,9 52,8 8,3 0,3
Sumber: UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro, 2021
Tabel 13. Data Klimatologi Bulanan pada Stasiun Klimatologi Padangan Tahun 2013

Lama
Suhu Kelembaban
Penyinaran Kecepatan Angin
Bulan Rerata Rerata
Matahari
°C % % km/hari km/jam
JAN 29,2 97,5 33,4 22,8 0,9
FEB 29,5 97,6 39,2 18,5 0,8
MAR 29,8 98,2 49,7 19,8 0,8
APR 29,6 97,8 37,1 20,3 0,8
MEI 29,6 97,2 7,7 17,2 0,7
JUN 29,2 97,3 1,3 13,1 0,5
JUL 28,6 97,2 6,1 16,2 0,7
AGS 29,5 96,1 44,7 26,4 1,1
SEP 30,5 96,4 78,1 29,8 1,2
OKT 31,4 95,5 64,6 37,9 1,6
NOV 30,2 95,3 46,2 17,0 0,7
DES 29,0 97,2 29,8 5,9 0,2
Sumber: UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro, 2021

Tabel 14. Data Klimatologi Bulanan pada Stasiun Klimatologi Padangan Tahun 2014

Lama
Suhu Kelembaban
Penyinaran Kecepatan Angin
Bulan Rerata Rerata
Matahari
°C % % km/hari km/jam
JAN 28,4 98,0 28,9 15,5 0,6
FEB 28,9 97,1 33,8 8,0 0,3
MAR 29,9 95,8 60,5 13,5 0,6
APR 29,7 97,4 49,6 14,3 0,6
MEI 30,0 96,9 12,5 16,4 0,7
JUN 29,7 97,0 60,6 17,2 0,7
JUL 28,6 97,2 6,1 16,2 0,7
AGS 29,5 96,1 44,7 26,4 1,1
SEP 30,5 96,4 78,1 29,8 1,2
OKT 31,4 95,5 64,6 37,9 1,6
NOV 30,2 95,3 46,2 17,0 0,7
DES 29,0 97,2 29,8 5,9 0,2
Sumber: UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro, 2021
Tabel 15. Data Klimatologi Bulanan pada Stasiun Klimatologi Padangan Tahun 2015

Lama
Suhu Kelembaban
Penyinaran Kecepatan Angin
Bulan Rerata Rerata
Matahari
°C % % km/hari km/jam
JAN 29,4 97,6 39,4 3,5 0,1
FEB 29,3 97,5 56,2 4,1 7,5
MAR 29,4 97,7 47,8 8,5 15,8
APR 28,8 95,9 51,6 7,1 13,2
MEI 29,1 97,8 67,0 14,8 27,4
JUN 28,6 95,4 53,1 13,4 24,8
JUL 28,6 97,2 6,1 16,2 30,0
AGS 29,5 96,1 44,7 26,4 48,9
SEP 30,5 96,4 78,1 29,2 54,0
OKT 29,9 95,5 59,2 50,5 93,5
NOV 29,9 97,6 62,8 32,5 60,3
DES 28,3 95,5 38,1 2,7 5,0
Sumber: UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro, 2021

Tabel 16. Data Klimatologi Bulanan pada Stasiun Klimatologi Padangan Tahun 2016

Lama
Suhu Kelembaban
Penyinaran Kecepatan Angin
Bulan Rerata Rerata
Matahari
°C % % km/hari km/jam
JAN 29,5 97,7 45,9 2,9 0,12
FEB 29,0 98,2 37,2 5,8 0,24
MAR 30,0 97,5 50,3 4,2 0,18
APR 29,5 98,1 43,4 5,3 0,22
MEI 29,8 97,7 52,8 5,1 0,21
JUN 29,1 97,6 49,1 4,5 0,19
JUL 29,2 98,0 63,2 8,0 0,33
AGS 29,9 95,9 46,5 14,7 0,61
SEP 30,6 97,0 64,4 17,4 0,73
OKT 30,0 97,5 37,4 14,2 0,59
NOV 30,1 97,0 34,9 0,5 0,02
DES 29,0 97,6 22,1 0,3 0,01
Sumber: UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro, 2021
Tabel 17. Data Klimatologi Bulanan pada Stasiun Klimatologi Padangan Tahun 2017

Lama
Suhu Kelembaban
Penyinaran Kecepatan Angin
Bulan Rerata Rerata
Matahari
°C % % km/hari km/jam
JAN 29,3 98,2 29,4 0,4 0,0
FEB 28,2 97,9 29,4 3,8 0,2
MAR 29,2 98,3 48,3 2,4 0,1
APR 29,9 98,0 50,8 1,7 0,1
MEI 30,2 97,7 65,0 5,7 0,2
JUN 28,8 97,5 57,7 14,0 0,6
JUL 28,4 99,0 41,8 16,4 0,7
AGS 28,9 99,0 54,3 20,5 0,9
SEP 30,3 99,0 63,5 31,3 1,3
OKT 31,1 95,7 56,9 22,4 0,9
NOV 29,1 97,1 34,5 9,7 0,4
DES 28,9 97,7 35,1 8,8 0,4
Sumber: UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro, 2021

Tabel 18. Data Klimatologi Bulanan pada Stasiun Klimatologi Padangan Tahun 2018

Lama
Suhu Kelembaban
Penyinaran Kecepatan Angin
Bulan Rerata Rerata
Matahari
°C % % km/hari km/jam
JAN 27,3 97,9 29,4 14,3 0,6
FEB 27,9 98,0 40,3 11,5 0,5
MAR 28,9 98,5 53,8 8,4 0,3
APR 29,7 96,9 66,1 11,6 0,5
MEI 29,5 95,5 59,0 11,4 0,5
JUN 29,5 96,2 58,6 13,1 0,5
JUL 28,7 94,7 70,7 15,9 0,7
AGS 30,2 94,1 74,1 23,7 1,0
SEP 31,6 91,1 65,6 33,9 1,4
OKT 29,3 98,7 59,1 37,0 1,5
NOV 29,5 99,0 35,3 27,8 1,2
DES 27,4 99,0 40,7 47,2 2,0
Sumber: UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro, 2021
Tabel 19. Data Klimatologi Bulanan pada Stasiun Klimatologi Padangan Tahun 2019

Lama
Suhu Kelembaban
Penyinaran Kecepatan Angin
Bulan Rerata Rerata
Matahari
°C % % km/hari km/jam
JAN 27,2 94,9 27,0 36,1 1,5
FEB 26,6 98,9 34,1 21,2 0,9
MAR 27,1 98,3 48,0 32,3 1,3
APR 26,9 99,4 24,6 20,1 0,8
MEI 26,7 98,4 11,3 23,4 1,0
JUN 27,0 98,0 40,9 40,1 1,7
JUL 27,9 99,0 61,3 77,2 3,2
AGS 28,9 97,9 73,8 24,2 1,0
SEP 30,0 99,0 76,1 32,3 1,3
OKT 30,5 96,5 6,6 70,1 2,9
NOV 31,0 95,3 16,2 19,4 0,8
DES 28,6 96,0 47,2 5,5 0,2
Sumber: UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro, 2021

Tabel 20. Data Klimatologi Bulanan pada Stasiun Klimatologi Padangan Tahun 2020

Lama
Suhu Kelembaban
Penyinaran Kecepatan Angin
Bulan Rerata Rerata
Matahari
°C % % km/hari km/jam
JAN 27,2 94,9 27,0 36,1 1,5
FEB 26,6 98,9 34,1 21,2 0,9
MAR 27,1 98,3 48,0 32,3 1,3
APR 26,9 99,4 24,6 20,1 0,8
MEI 26,7 98,4 11,3 23,4 1,0
JUN 27,0 98,0 40,9 40,1 1,7
JUL 27,9 99,0 61,3 77,2 3,2
AGS 28,9 97,9 73,8 24,2 1,0
SEP 30,0 99,0 76,1 32,3 1,3
OKT 30,5 96,5 6,6 70,1 2,9
NOV 31,0 95,3 16,2 19,4 0,8
DES 28,6 96,0 47,2 5,5 0,2
Sumber: UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro, 2021
Tabel 21. Analisis Usaha Tani Padi Per Hektar Tahun 2021 di Kabupaten Bojonegoro
Tenaga Kerja Umum Tenaga Kerja Keluarga

(riil dikeluarkan) (diperhitungkan)


URAIAN
Fisik Nilai Fisik Nilai

HKP HKW HKT JKM (Rp) HKP HKW HKT JKM (Rp)

INPUT
A.TENAGA KERJA
I. Pra panen
1. Pesemaian 4 140.000 1 35000

2. Pengolahan tanah s/d siap tanam 700.000

- Membajak
- Menggaru / Meratakan *)
- Mencangkul
- Membuat pematang 6 210.000

- Membuat lubang 4 140.000 1 35.000

3. Menanam 40 1.400.000

4. Memupuk 5 175.000 1 35.000

5. Menyiang 30 1.050.000

6. Pengendalian hama / penyakit 4 140.000 1 35.000

7. Memasang ajir
8. Pemangkasan
9. Lain-lain :
- Mengairi
- Membunbun
Jumlah A.I 3.955.000 140.000

II. Pasca panen

1. Memanen / pemetikan (borongan) 1.700.000


2. Membersihkan
3. Sortasi
4. Mengangkut

5. Mengeringkan (borongan) 420.000


6. Mengemas / menyimpan
7. Lain - lain :

Jumlah A. II 2.120.000

Jumlah A = A.I + A.II 6.075.000 140.000

B. SARANA PRODUKSI
1. Benih / Bibit (berlebel/tidak) 40 kg 400.000

2. Pupuk :
a. Anorganik :
Urea Tablet/Pill*) NPK ( @Rp 1.700) 200 kg 340.000

SP- 36 (@ Rp 2.100) 100 kg 210.000

ZA (@ Rp 1.600) 100 kg 160.000


Phonska (@ Rp 2.400) 300 kg 720.000

b. PPC 2 liter 70.000

c. ZPT
d. Organik : (@ Rp 500 ) 300 kg 150.000

- Pupuk kandang/pupuk hijau


- Kompos
3. Pestisida
a. Padat / Bareer (@ Rp 9.000,-) 5 kg 45.000

b. Cair / Zonik (@ Rp 70.000,-) 2 liter 140.000

4. Herbisida
5. Lain-lain :
Jumlah B 2.235.000

C. LAIN-LAIN PENGELUARAN
1. Pajak lahan 160.000

2. Sewa lahan 6.000.000

3. Bunga Kredit
4. Iuran P3A (HIPPA)
5. Penyusutan Bangunan+alsintan per
MT
6. Lain-lain
Jumlah C 160.000 6.000.000

Jumlah A+B+C 8.470.000 6.140.000

D. PRODUKSI NILAI

1. Total Produksi (kg) 7.100

2. Harga ditingkat petani (Rp. /kg) 4.500

3. Nilai total produksi (Rp.) 31.950.000

4. Total biaya produksi (Rp.) 14.610.000

5. Keuntungan (Rp.) 17.340.000

Sumber: Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bojonegoro, 2021


Tabel 22. Analisis Usaha Tani Jagung Per Hektar Tahun 2021 di Kabupaten Bojonegoro
Tenaga Kerja Umum Tenaga Kerja Keluarga

(riil dikeluarkan) (diperhitungkan)


URAIAN
Fisik Nilai Fisik Nilai

HKP HKW HKT JKM (Rp) HKP HKW HKT JKM (Rp)

INPUT
A.TENAGA KERJA
I. Pra panen
1. Pesemaian

2. Pengolahan tanah s/d siap tanam 20 1.400.000


- Membajak
- Menggaru / Meratakan *)
- Mencangkul
- Membuat pematang
- Membuat lubang

3. Menanam 8 8 560.000

4. Memupuk 6 210.000

5. Menyiang 4 140.000
6. Pengendalian hama / penyakit
7. Memasang ajir
8. Pemangkasan
9. Lain-lain :

- Mengairi 80 1.600.000
- Membunbun
Jumlah A.I 3.910.000

II. Pasca panen


1. Memanen / pemetikan (borongan) 20 1.400.000

2. Membersihkan
3. Sortasi
4. Mengangkut
5. Mengeringkan (borongan)
6. Mengemas / menyimpan
7. Lain - lain : Merontokan

Jumlah A. II 1.400.000

Jumlah A = A.I + A.II 5.310.000

B. SARANA PRODUKSI
1. Benih / Bibit (berlebel/tidak) 20 kg 1.400.000

2. Pupuk :
a. Anorganik :
Urea Tablet/Pill*) NPK 200 kg 400.000

SP- 36 100 kg 220.000

ZA
NPK 300 kg 750.000

b. PPC
c. ZPT
d. Organik : 500 kg 250.000

- Pupuk kandang/pupuk hijau


- Kompos
3. Pestisida
a. Padat
b. Cair 5 liter 200.000

4. Herbisida
5. Lain-lain :
Jumlah B 3.220.000

C. LAIN-LAIN PENGELUARAN
1. Pajak lahan 1 Ha 50.000

2. Sewa lahan 3.500.000

3. Bunga Kredit
4. Iuran P3A (HIPPA)
5. Penyusutan Bangunan+alsintan per
MT
6. Lain-lain
Jumlah C 50.000 3.500.000

Jumlah A+B+C 8.580.000 3.500.000

D. PRODUKSI NILAI

1. Total Produksi (kg) 8.000

2. Harga ditingkat petani (Rp. /kg) 3.400

3. Nilai total produksi (Rp.) 27.200.000

4. Total biaya produksi (Rp.) 12.080.000

5. Keuntungan (Rp.) 15.120.000

Sumber: Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bojonegoro, 2021


Tabel 23. Analisis Usaha Tani Kedelai Per Hektar Tahun 2021 di Kabupaten Bojonegoro
Tenaga Kerja Umum Tenaga Kerja Keluarga

(riil dikeluarkan) (diperhitungkan)


URAIAN
Fisik Nilai Fisik Nilai

HKP HKW HKT JKM (Rp) HKP HKW HKT JKM (Rp)

INPUT
A.TENAGA KERJA
I. Pra panen
1. Pesemaian
2. Pengolahan tanah s/d siap tanam
- Membajak
- Menggaru / Meratakan *)
- Mencangkul 1 1 500.000

- Membuat pematang
- Membuat lubang
3. Menanam 1 1 2 1.200.000

4. Memupuk 2 2 100.000

5. Menyiang
6. Pengendalian hama / penyakit 5 5 250.000

7. Memasang ajir
8. Pemangkasan
9. Lain-lain :
- Mengairi 3 3 500.000

- Membunbun 1 1 1.200.000

Jumlah A.I 3.750.000

II. Pasca panen


1. Memanen / pemetikan (borongan) 1 1 750.000

2. Membersihkan
3. Sortasi
4. Mengangkut 1 1 50.000

5. Mengeringkan (borongan) 3 3 300.000

6. Mengemas / menyimpan
7. Lain - lain : Merontokan 1 1 5 250.000

Jumlah A. II 1.350.000

Jumlah A = A.I + A.II 5.100.000

B. SARANA PRODUKSI
1. Benih / Bibit (berlebel/tidak) 40 kg 480.000

2. Pupuk :
a. Anorganik :
Urea Tablet/Pill*) NPK
SP- 36 / SP- 18
ZA 100 kg 140.000

NPK 300 kg 720.000


b. PPC 2 liter 30.000

c. ZPT
d. Organik :
- Pupuk kandang/pupuk hijau 340 kg 400.000

- Kompos
3. Pestisida
a. Padat
b. Cair 200 ml 360.000

4. Herbisida 400 ml 140.000

5. Lain-lain :
Jumlah B 2.270.000

C. LAIN-LAIN PENGELUARAN
1. Pajak lahan 1 Ha 30.000

2. Sewa lahan
3. Bunga Kredit
4. Iuran P3A (HIPPA)
5. Penyusutan Bangunan+alsintan per
MT
6. Lain-lain
Jumlah C 30.000 2.000.000

Jumlah A+B+C 7.400.000 2.000.000

D. PRODUKSI NILAI

1. Total Produksi (kg) 2.000

2. Harga ditingkat petani (Rp. /kg) 6.500

3. Nilai total produksi (Rp.) 13.000.000

4. Total biaya produksi (Rp.) 9.400.000

5. Keuntungan (Rp.) 3.600.000

Sumber: Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bojonegoro, 2021


Tabel 24. Analisis Usaha Tani Kacang Tanah Per Hektar Tahun 2021 di Kabupaten
Bojonegoro
Tenaga Kerja Umum Tenaga Kerja Keluarga

(riil dikeluarkan) (diperhitungkan)


URAIAN
Fisik Nilai Fisik Nilai

HK HK HK JK HK HK HK JK
(Rp) (Rp)
P W T M P W T M

INPUT
A.TENAGA KERJA
I. Pra panen
1. Pesemaian 5 350000

2. Pengolahan tanah s/d


siap tanam

- Membajak 4 280.000
- Menggaru / Meratakan *)
- Mencangkul
- Membuat bedengan
- Membuat lubang
3. Menanam 4 12 940.000

4. Memupuk 2 100.000

5. Menyiang 4 280.000

6. Pengendalian hama / penyakit


7. Memasang ajir
8. Pemangkasan
9. Lain-lain :
- Mengairi 4 200.000

- Membunbun
Jumlah A.I 1.700.000 450.000

II. Pasca panen

12 4 940.000
1. Memanen / pemetikan (borongan)
2. Membersihkan 2 140.000

3. Sortasi
4. Mengangkut 4 280.000

5. Mengeringkan (borongan)
6. Mengemas / menyimpan 2 100.000 2 100.000

7. Lain - lain :
100.000
Jumlah A. II 1.460.000
550.000
Jumlah A = A.I + A.II 3.160.000

B. SARANA PRODUKSI
1. Benih / Bibit (berlebel/tidak) 60 kg 480.000

2. Pupuk :
a. Anorganik :
Urea Tablet/Pill*) NPK 100 kg 160.000
SP- 36 / SP- 18
ZA
NPK
b. PPC 10 liter 200.000

c. ZPT
d. Organik :
- Pupuk kandang/pupuk hijau 500 kg 250.000

- Kompos
3. Pestisida
a. Padat 150.000

b. Cair
4. Herbisida
5. Lain-lain :
Jumlah B 1.240.000

C. LAIN-LAIN PENGELUARAN
1. Pajak lahan 1 Ha 100.000

2. Sewa lahan 5.000.000

3. Bunga Kredit
4. Iuran P3A (HIPPA)
5. Penyusutan Bangunan+alsintan per
MT
6. Lain-lain
Jumlah C 100.000 5.000.000

Jumlah A+B+C 4.500.000 5.550.000

D. PRODUKSI NILAI

1. Total Produksi (kg) 4.200

2. Harga ditingkat petani (Rp. /kg) 7.000


29.400.00
3. Nilai total produksi (Rp.) 0
10.050.00
4. Total biaya produksi (Rp.) 0
19.350.00
5. Keuntungan (Rp.) 0
Sumber: Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bojonegoro, 2021
Gambar 1. Bangunan Bendung Daerah Irigasi Pirang Tampak Hulu
Sumber: Dokumen Pribadi, 2022

Gambar 2. Bangunan Bendung Daerah Irigasi Pirang Tampak Hilir


Sumber: Dokumen Pribadi, 2022

Gambar 3. Bangunan Bendung Daerah Irigasi Pirang Tampak Samping


Sumber: Dokumen Pribadi, 2022

Anda mungkin juga menyukai