Anda di halaman 1dari 15

1

Mohamad Nurul Anwar et al., Optimasi Pola Tanam Pada Daerah Irigasi Bago Dengan
Menggunakan Program Linier

OPTIMASI POLA TANAM PADA DAERAH IRIGASI BAGO DENGAN


MENGGUNAKAN PROGRAM LINIER
Mohamad Nurul Anwar, Wiwik Yunarni Widiarti, Sri Wahyuni
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Jember (UNEJ)
Jl. Kalimantan No. 37, Jember 68121
Email: takemyrevenge91@yahoo.co.id
Abstrak
DI Bago terletak di Kabupaten Jember yang melewati Kecamatan
Balung, Puger, dan Gumukmas dengan luas baku sawah 2.188 Ha.
Sumber air DI Bago berasal dari Sungai Gambirono dengan Bendung Bago
sebagai bangunan penangkap airnya. terbatasnya ketersediaan air pada
musim kemarau memungkinkan pemberian air ke seluruh baku sawah
tidak merata. Guna memaksimalkan produksi tani perlu meningkatkan
produktivitas lahan dan pemberian air yang teratur sesuai dengan
kebutuhan dan persediaan air. Untuk analisa ini digunakan program
Quantity Methods for Windows 2 dengan input kebutuhan air tiap jenis
tanaman dan volume andalan sebagai kendala/batasan untuk
pengoperasian program linier. Hasil dari optimasi adalah luas sawah
maksimum tiap jenis tanaman, musim tanamnya dan keuntungan yang
didapatkan. Dari beberapa alternatif awal tanam, didapat pola tanam
pada MT1 yaitu padi, palawija, dan tebu, pada MT2 padi dan tebu, dan
pada MT3 padi, palawija, dan tebu pada awal tanam September III dengan
peningkatan keuntungan sebesar Rp 1.138.279.000 dan intensitas tanam
meningkat dari 299.04 menjadi 300%.
Kata kunci: DI Bago, Optimasi, Program Linier, Pola Tanam
ABSTRACT
Bago Irrigation Area located in Jember that pass through the Balung
District, Puger District and Gumukmas District with standard rice fields
area 2,188 Ha. Water resources of Bago Irrigation Area are from the
Gambirono River through the Weirs Bago as water catchment. Limited
availability of water in the dry season allows the water supply to the entire
standard rice fields are uneven. In order to maximize farm production
needs to increase the productivity of land and the provision of water
regularly correspond to water requirements and supply. This analysis is
use program Quantity Methods for Windows 2 with input water
requirements of every crop type and mainstay volume as the constraints /
restrictions for the operation of the linear program. The results of the
optimization is maximum rice area of each type of crop, the crops season
and the obtained profits. From the several initial crops alternative,
resulting crops pattern at the Crops Season 1 are rice, corn and sugar
cane, the Crops Season 2 rice and sugar cane, and the Crops Season 3

2
Mohamad Nurul Anwar et al., Optimasi Pola Tanam Pada Daerah Irigasi Bago Dengan
Menggunakan Program Linier

rice, corn and sugar cane in intial crops alternative September III with a
profit of Rp Rp 80.610.627.700 and cropping intensity 300%.
Keywords: Bago Irrigation Area, Optimization, Linier
Programming, Crops Pattern

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Daerah
Irigasi
Bago
secara
administratif berada
di
wilayah
Kabupaten Jember yang meliputi 3 (tiga)
Kecamatan, yaitu Kecamatan Balung,
Kecamatan
Puger
dan
Kecamatan
Gumukmas dengan luas total 2.188 Ha.
Jaringan Irigasi DI Bago memanfaatkan
sumber air dari Sungai Gambirono
melalui Bendung Bago sebagai bangunan
penangkap airnya. Pola tanam eksisting
yang digunakan adalah padi/tebu
palawija/padi/tebu palawija/tebu. Alokasi
pemberian air di DI Bago tidak seimbang
karena daerah hilir irigasi kekurangan air
pada musim kemarau.
Optimasi adalah salah satu cara
untuk
meningkatkan
hasil pertanian
pada tiap satuan luasnya dengan
menggunakan pengaturan cara pemberian
air irigasi yang baik dan juga pengaturan
pola tanam yang lebih optimal. Hal ini
bisa dipresentasikan salah satu caranya
ialah dengan studi optimasi pola tata
tanam dan juga studi optimasi luas lahan.
Untuk analisa ini digunakan program
linear dengan program bantu Quantity
Methods for Windows 2.
Optimasi dengan Program Linier
pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya,
yaitu: Talitha (2010) mengoptimasikan DI
Jatiroto (4.337 Ha) di Kabupaten
Lumajang dengan peningkatan keuntungan
hasil
pertanian
sebesar
Rp
46.239.434.034,02 (16,7% dari eksisting)
serta intensitas tanam dari 282,27%
menjadi 300%. Mochammad, dkk (2014)

mengoptimasikan DI Konto Surabaya


(7.762 Ha) di Kabupaten Jombang dengan
didapatkan keuntungan sebesar Rp
89.590.510.000 dan intensitas tanam
248,97%.
Berdasarkan latar belakang diatas,
dikarenakan
belum
ada
penelitian
terdahulu pada lokasi studi maka penelitian
ini perlu dilakukan.
Rumusan Masalah
1. Berapa besar debit andalan di Sungai
Gambirono yang dapat digunakan
untuk kebutuhan irigasi DI Bago?
2. Berapa besar kebutuhan air irigasi
untuk masingmasing jenis tanaman
yang direncanakan?
3. Berapa besar luasan tanaman yang
dapat dilayani dari setiap alternatif
awal tanam?
4. Berapa
besarnya
keuntungan
maksimum (Rp) dari hasil produksi
dan bagaimana pola tanamnya?
Tujuan
1. Menghitung dan menganalisis
besar
debit
andalan
dari
Sungai Gambirono yang tersedia
untuk irigasi.

2. Menghitung dan menganalisis


besar kebutuhan air irigasi untuk
masingmasing jenis tanaman yang
direncanakan.
3. Menghitung dan menganalisis
besarnya luasan tanam dari tiap-tiap
alternatif awal tanam
4. Menghitung dan menganalisis
keuntungan yang maksimum
dari
hasil optimasi dan pola tanamnya.

3
Mohamad Nurul Anwar et al., Optimasi Pola Tanam Pada Daerah Irigasi Bago Dengan
Menggunakan Program Linier

METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Lokasi Studi

Sumber : Badan Penanggulangan


Kabupaten Jember
Gambar 1. Peta Lokasi DI Bago
Daerah layan Daerah Irigasi
Bago meliputi tiga kecamatan di
Kabupaten
Jember
yaitu
Kecamatan Puger, Kecamatan
Balung,
dan
Kecamatan
Gumukmas. Daerah layan Daerah
Irigasi Bago mencakup daerah
yang dibatasi dengan warna
merah.
Pengumpulan Data
Data-data sekunder yang
dikumpulkan meliputi:
a. Skema Jaringan Irigasi
Skema
Jaringan
Irigasi
Daerah
Irigasi
Bago
berguna untuk mengetahui
sejauh mana daerah yang
menjadi tujuan suplai air
irigasi dan luasannya.
b. Data Curah Hujan
Data curah hujan yang
digunakan
adalah
data
curah hujan selama 10
tahun terakhir dimulai dari
tahun 2005 sampai dengan
tahun 2014 di sekitar DI
Bago yang nantinya akan
digunakan
untuk

menghitung curah hujan


efektif.
c. Data Debit
Data debit inflow yang
digunakan
adalah
data
debit Sungai Gambirono
selama 10 tahun terakhir
dimulai dari tahun 2004
sampai dengan tahun 2014
untuk menghitung debit
andalan dari Bendung Bago.
d. Data klimatologi
Data klimatologi meliputi
suhu
udara
rata-rata,
kelembapan
relatif,
lamanya
penyinaran
matahari dan kecepatan
angin
yang
terjadi
di
Kabupaten Jember selama
10 tahun terakhir.
e. Data Rencana Tata Tanam
Global Data Rencana Tata
Tanam Global (RTTG) untuk
mengetahui
pola
tata
tanam,
luasan
tanam,
jadwal tanam selama 1
tahun dengan perkiraan
alokasi air, dan produksi
tanaman selama setahun.
Analisa Data
Tahapan selanjutnya adalah
analisa
data
yang
telah
didapatkan
dan
proses
perhitungan yang meliputi:
a. Menganalisa data hidrologi
yang
akan
membahas
perhitungan curah hujan
efektif dan debit andalan.
Data hujan yang didapatkan
terlebih
dulu
diuji
keakuratannya
dengan
menggunakan
uji
kurva
massa ganda. Kemudian
mencari
hujan
rerata
daerahnya
dengan
menggunakan
metode
Aljabar.
Langkah
selanjutnya
adalah

4
Mohamad Nurul Anwar et al., Optimasi Pola Tanam Pada Daerah Irigasi Bago Dengan
Menggunakan Program Linier

menghitung Curah hujan


efektif dan debit andalan
masing-masing
dihitung
dengan
menggunakan
metode R80.
b. Menghitung
evapotranspirasi
untuk
menghitung
besarnya
evaporasi dan transpirasi
yang sesuai dengan data
klimatologi.
Untuk
menghitung
nilai
evapotranspirasi
menggunakan
metode
Penman modifikasi FAO.
c. Alternatif awal tanam yang
direncakan
adalah
sebanyak
15
alternatif
dimulai dari September II
sampai dengan Februari I.
d. Menganalisis kebutuhan air
dari tiap-tiap alternatif pola
tanam yang disajikan.
Optimasi
dengan
Program
Linier
Hasil analisa kebutuhan air
dari tiap tiap alternatif yang
diambil dan volume andalan
menjadi input dari Program Linier
untuk mendapatkan pola tanam
yang optimal. Berikut adalah
bagan
alir
optimasi
dengan
program linier.
Langkah-langkah melakukan
optimasi:
a. Menentukan model
optimasi
b. Menentukan peubah yang
akan dioptimasi
c. Menghitung harga
batasan/kendala
d. Menentukan model
matematika
e. Mengoperasikan
model
optimasi
untuk
memperoleh
luasan
tertentu
sehingga

diperoleh
maksimum.

keuntungan

Analisa Hasil Optimasi


Setelah
persamaan
linier
dipecahkan dengan bantuan program QM,
tahapan selanjutnya adalah menganalisa
hasil optimasi. Tahapan ini diambil untuk
mendapatkan hasil yang paling optimum
dari 15 awal tanam yang direncanakan dan
dapat diketahui besarnya produksi hasil
tani serta intensitas tanamnya yang
didapat berdasarkan pada analisa pola
tanam yang paling maksimal.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsistensi Data Curah Hujan
Uji konsistensi data hujan
dilakukan pada 3 (tiga) stasiun,
yaitu stasiun Karangduren di
Kecamatan
Balung,
stasiun
Bagorejo
di
Kecamatan
Gumukmas, dan stasiun Grenden
di Kecamatan Puger.
Konsistensi Sta Karangduren
15000
f(x) = 1.1x + 201.42
10000
R = 1
Kumulatif Sta Karangduren 5000
0
0

10000
20000

Kumulatif Rerata Sta Grenden dan Sta Bagorejo

Gambar 2. Konsistensi Sta


Karangduren
Konsistensi Sta Bagorejo
15000

Kumulatif Sta

f(x)10000
= 1x - 334.9
5000
R
=
1
Bagorejo
0
0

10000
20000

Kumulatif Rerata Sta Grenden dan Sta Karangduren

5
Mohamad Nurul Anwar et al., Optimasi Pola Tanam Pada Daerah Irigasi Bago Dengan
Menggunakan Program Linier

Gambar 3. Konsistensi Sta


Bagorejo
Konsistensi Sta Grenden
15000
10000f(x) = 0.9x + 148.48
R = 1
Kumulatif Sta Grenden
5000
0
0

10000 20000

Kumulatif Rerata Sta Bagorejo dan Sta Karangduren

Gambar 4. Konsistensi Sta


Grenden
Gambar 2 sampai gambar 4
adalah hasil uji konsistensi data
hujan
dengan
menggunakan
metode Kurva Massa Ganda. Hasil
dari uji konsistensi menunjukkan
bahwa data hujan di tiga stasiun
tersebut
konsisten
karena
koefisien
determinasinya
mendekati nilai 1 (100%).
Perhitungan
Curah
Hujan
Efektif
Data curah hujan direkap
menjadi data hujan periode 10
harian.
Kemudian
melakukan
perhitungan curah hujan rerata
daerah dengan metode aljabar.
Tabel 1 Rekapan Rerata Data
Curah Hujan Periode 10 Harian di
Tiga Stasiun

Langkah selanjutnya adalah


tahap perhitungan curah hujan
efektif.
Tabel 2 Perhitungan Curah
Hujan R80

6
Mohamad Nurul Anwar et al., Optimasi Pola Tanam Pada Daerah Irigasi Bago Dengan
Menggunakan Program Linier

Tabel 1 adalah data hujan


yang telah di cari nilai reratanya
dengan menggunakan metode
Aljabar. Nilai curah hujan rerata
daerah berkisar antara 0 mm
sampai dengan 235 mm. Curah
hujan tertinggi terjadi pada bulan
Desember tahun 2008. Kemudian
dicari nilai keandalannya dengan
menggunakan
metode
R80
seperti yang ditampilkan dalam
tabel 2.
Langkah selanjutnya adalah
mencari curah hujan efektif
tanaman. Berdasarkan Standar
Perencanaan
Irigasi,
untuk
tanaman palawija, besarnya curah
hujan efektif tanaman ditentukan
dengan mengaitkan curah hujan
rerata
bulanan
dengan
evapotranspirasi tanaman ratarata
bulanan
seperti
yang
ditunjukkan
pada
tabel
3.
Hubungan nilai curah hujan rerata
bulanan
dan
evapotranspirasi
pada tabel kemudian diinterpolasi
untuk mengetahui nilai curah
hujan efektifnya:

Tabel 3 Curah Hujan Efektif Rerata


Bulanan Dikaitkan dengan ET
Tanaman Rerata Bulanan dan
Curah Hujan Rerata Bulanan
(USDA (SCS),1969)

Berdasarkan SPI: KP-01,


untuk tanaman padi, curah hujan
efektif
tanamannya
adalah

sebesar 70% dari curah hujan


efektif R80. Dan untuk tanaman
tebu,
curah
hujan
efektif
tanamannya adalah sebesar 60%
dari nilai curah hujan efektif R80.
Untuk hasil perhitungan curah
hujan efektif palawija berdasarkan
tabel 3 ditunjukkan pada tabel 4.
Tabel 4 Perhitungan Curah Hujan
Efektif untuk Tanaman Palawija

Curah hujan efektif terendah


untuk tanaman palawija terjadi
pada bulan Juni, Juli, Agustus,
September, Oktober dengan nilai
0 mm/hari dimana pada bulan
tersebut tidak turun hujan. Curah
hujan efektif tertinggi terjadi pada
bulan Desember.
Tabel 5 Curah Hujan Efektif untuk
Tanaman Padi, Tebu, dan Palawija

7
Mohamad Nurul Anwar et al., Optimasi Pola Tanam Pada Daerah Irigasi Bago Dengan
Menggunakan Program Linier

Nilai evapotranspirasi terbesar


terjadi
pada
bulan
Oktober
dengan nilai Eto 7.01 mm/hr dan
terendah terjadi pada bulan Juni
dengan nilai 3.2 mm/hr.

Tabel 5 adalah curah hujan


efektif masing-masing tanaman
yang telah diketahui. Untuk
tanaman padi, curah hujan efektif
tertinggi
terjadi
pada
bulan
Desember periode III dengan nilai
7
mm/hr.
Sedangkan
untuk
tanaman tebu, curah hujan efektif
terbesar
terjadi
pada
bulan
Desember periode III dengan nilai
6 mm/hr.
Klimatologi
Potensial

dan

Perhitungan Debit Andalan


Untuk keperluan air irigasi
akan dicari debit andalan bulanan
dengan
tingkat
keandalan
sebesar 80%. Nilai debit andalan
ditunjukkan pada tabel 7.

Evaporasi

Tabel 6 Perhitungan
Evapotranspirasi Bulanan dengan
Metode Penmann Modifikasi
Rerata Tahun 2005-2014

Tabel 7 Perhitungan Debit Andalan


(lt/dt)

8
Mohamad Nurul Anwar et al., Optimasi Pola Tanam Pada Daerah Irigasi Bago Dengan
Menggunakan Program Linier

Tabel 9 Koefisien Tanaman Tebu

Debit
andalan
terbesar
terjadi pada bulan Januari periode
I dengan nilai 11.196 lt/dt dan
terendah terjadi pada bulan
Oktober periode II dengan nilai
219 lt/dt.
Kebutuhan Air Tanaman
Parameter yang mempengaruhi:
a. perkolasi
b. penyiapan lahan
c. penggunaan
konsumtif
tanaman
d. pergantian lapisan air
e. curah hujan efektif
Koefisien Tanaman
Tabel 8 Koefisien Tanaman Padi
dan Jagung

Perkolasi
Berdasarkan
penelitian
yang dilakukan oleh Wulandari
(2015). Tekstur tanah di daerah
Jember
terutama
di
daerah
Jember selatan merupakan tanah
berpasir dengan mengandung
sedikit lempung (Sandy Loam).
Sehingga perkiraan laju perkolasi
di daerah Irigasi Bago adalah
sebesar 3 6 mm/hari. Dengan
demikian laju perkolasi diambil
sebesar 4,5 mm/hari, mengikuti
kondisi eksisting di lapangan.
Penyiapan Lahan
Berdasarkan
kondisi
eksisting di lapangan, masa
penyiapan lahan di Daerah Irigasi
Bago adalah selama 30 hari
sebelum masa tanam awal padi.
Untuk mengetahui kebutuhan air
selama
penyiapan
lahan,
digunakan metode Van de Goor
dan Zijlstra (1968) dengan rumus
sebagai berikut:
LP = M.ek / (ek 1)
Tabel 10 Kebutuhan Air untuk
Penyiapan Lahan

9
Mohamad Nurul Anwar et al., Optimasi Pola Tanam Pada Daerah Irigasi Bago Dengan
Menggunakan Program Linier

Kebutuhan
air
terbesar
untuk penyiapan lahan terjadi
pada bulan November dengan
nilai 1,995 lt/dt/ha dan terendah
terjadi pada bulan Mei dengan
nilai 1,68 lt/dt/ha.
Penggunaan Air Konsumtif
Untuk
menghitung
kebutuhan air untuk konsumtif
tanaman digunakan persamaan
empiris sebagai berikut:
Etc=KcxEto
Dimana:
Kc = koefisien tanaman
Eto = evapotranspirasi potensial
(mm/hari)
Etc = evapotranspirasi tanaman
(mm/hari)
Berikut
adalah
contoh
perhitungan kebutuhan air untuk
penggunaan konsumtif tanaman
padi, palawija, dan tebu pada
bulan
Oktober
periode
III
(Alternatif awal tanam Oktober
III):
a. Padi
k
= 1,100
Eto
=
7,006
mm/hari
Et
= k x Eto
= 1,100 x 7,006
=
7,707
mm/hari
b. palawija
k
= 0,500
Eto
=
7,006
mm/hari
Et
= k x Eto
= 0,500 x 7,006
=
3,503
mm/hari
c. Tebu
k
= 0,583
Eto
=
7,006
mm/hari
Et
= k x Eto
= 0,583 x 7,006

4,087

mm/hari
Penggantian Lapisan Air
Penggantian Lapisan Air
(Water Layer Requirement, WLR)
dilakukan hanya pada tanaman
padi. Penggantian lapisan air
dilakukan satu kali dalam satu
masa tanam, yaitu pada saat
tanaman berusia 20-30 hari
setelah masa transplantasi. Tinggi
lapisan air yang direncanakan
adalah 50 mm selama 45 hari
(satu setengah bulan).
WLR = 50 mm/45 hari = 1,11
mm/hari
Kebutuhan
Air
Bersih
di
Sawah
Perkiraan kebutuhan air irigasi
ialah sebagai berikut (SPI bagian
penunjang: 1986):
Kebutuhan air bersih di sawah
(NFR)
NFR padi
=Etc+P-Re+WLR
NFR tebu =EtcRe tebu
NFR polowijo =EtcRe polowijo
Berikut
adalah
contoh
kebutuhan air bersih di sawah
untuk tanaman padi pada bulan
Oktober periode III (Alternatif
awal tanam Oktober III):
Penggunaan air konsumtif :
= 7,707 mm/hari
Rasio luas PAK = 0,833
PAK dengan rasio luas:
= 7,707 x 0,833
= 1,283 mm/hari
Penyiapan lahan (PL) = 17,031
mm/hari
Rasio luas PL = 0,833
PL dengan rasio luas
= 17,031
x 0,833
=
14,193
mm/hari
Perkolasi
= 4,5 x 0,167

10
Mohamad Nurul Anwar et al., Optimasi Pola Tanam Pada Daerah Irigasi Bago Dengan
Menggunakan Program Linier

0,750

mm/hari
Penggantian lapisan air = 0
mm/hari
WLR dengan rasio luas = 0
Re padi
= 0 mm/hari
Kebutuhan air bersih di sawah:
= 1,283 + 14,193 + 0,750 + 0
0
= 1,878 lt/dt/ha
Efisiensi Irigasi
Kehilangan air pada saluran
primer, sekunder, dan tersier
berbeda-beda pada setiap daerah
irigasi.
Menurut
SPI:
KP-01,
efisiensi untuk saluran primer,
sekunder, dan tersier adalah
sebagai berikut:
Saluran Primer =
87,5%

92,5%
Saluran Sekunder
= 87,5%
92,5%
Saluran Tersier = 77,5% - 85%
Karena keterbatasan data
yang ada, pada tugas akhir ini,
efisiensi untuk masing-masing
saluran diambil nilai tengahnya
yaitu sebagai berikut:
Saluran Primer = 90%
Saluran Sekunder
= 90%
Saluran Tersier = 80%
Sehingga
total
Efisiensi
Irigasi adalah sebesar:
= 90% x 90% 80% = 65%
Kebutuhan Air Irigasi
Tabel 11 Rekapan Kebutuhan Air
Padi, Palawija dan Tebu

Kebutuhan
air
terbesar
untuk tanaman pada terjadi pada
alternatif awal tanam Desember I
MT3 dan terendah terjadi pada
alternatif awal tanam Desember
III MT1 dengan nilai masingmasing 22903.59 m3/ha dan
16935.6 m3/ha. Untuk tanaman
tebu, kebutuhan air terbesar
terjadi pada alternatif awal tanam
Desember III MT1 dan terendah
pada
alternatif
awal
tanam
Desember I MT3 dengan nilai
masing-masing 9918.09 m3/ha
dan
3455.52
m3/ha.
Untuk
tanaman palawija, kebutuhan air
terbesar terjadi pada alternatif
awal tanam November III MT3 dan
terendah
pada
awal
tanam
Desember I MT2 dengan nilai
masing-masing 9519.55 m3/ha
dan 4618.24 m3/ha.

11
Mohamad Nurul Anwar et al., Optimasi Pola Tanam Pada Daerah Irigasi Bago Dengan
Menggunakan Program Linier

Volume Air yang Tersedia


Volume air yang tersedia
didapatkan berdasarkan debit
yang ada pada setiap musim
tanam yang mengacu pada debit
andalan sungai R80.
Perhitungan
volume
air
yang tersedia dari debit andalan
menggunakan
persamaan
sebagai berikut:
V = Q x 10 x 24 x 60 x 60
Tabel 12 Volume Air yang Tersedia
untuk Setiap Musim Tanam

tanam November III MT3 dengan


nilai masing-masing 89.151.235,2
m3 dan 6.316.488 m3.
Analisa Usaha Tani
Analisa hasil usaha tani
adalah hasil pendapatan bersih
petani
yang
didapat
dari
penerimaan
petani
dikurangi
biaya produksi yang dikeluarkan
petani tiap hektarnya.
Tabel 13 Pendapatan Bersih Petani
DI Bago per Hektar

sumber:
Dinas
Kabupaten Jember

Pertanian

Analisa usaha tani didapat


dari data analisa usaha tani dinas
pertanian
Kabupaten
Jember
tahun 2015 untuk daerah Puger,
Balung, dan Gumukmas. Dari
ketiga
kecamatan
tersebut,
analisa usaha tani dirata-rata
untuk diketahui nilai produk padi,
jagung, dan tebu dalam rupiah.

Volume air terbesar yang


tersedia terjadi pada alternatif
awal tanam Desember II MT1 dan
terendah pada alternatif awal

Optimasi
dengan
Program
Linier
Untuk mendapatkan fungsi
optimum suatu persamaan linier,
maka terlebih dahulu harus
diketahui fungsi tujuan dan fungsi
pembatas.
a. Fungsi Tujuan
Z = A.X1a + B.X1b + 0.X1c+
A.X2a + B.X2b + 0.X2c + A.X3a +
B.X3b + C.X3c
Dimana:
Z= Nilai tujuan yang akan dicapai
(memaksimumkan
keuntungan)
dalam Rp

12
Mohamad Nurul Anwar et al., Optimasi Pola Tanam Pada Daerah Irigasi Bago Dengan
Menggunakan Program Linier

A = Pendapatan produksi padi


(Rp/ha)
B = Pendapatan produksi palawija
(Rp/ha)
C = Pendapatan produksi tebu
(Rp/ha)
X1a= Luasan areal tanam padi
MH (ha)
X1b=
Luasan
areal
tanam
palawija MH (ha)
X1c= Luasan areal tanam tebu
MH (ha)
X2a= Luasan areal tanam padi
MK1 (ha)
X2b=
Luasan
areal
tanam
palawija MK1 (ha)
X2c= Luasan areal tanam tebu
MK1 (ha)
X3a= Luasan areal tanam padi
MK2 (ha)
X3b=
Luasan
areal
tanam
palawija MK2 (ha)
X3c= Luasan areal tanam tebu
MK2 (ha)
b. Fungsi Batasan
1) Luas Maksimum
X1a + X1b + X1c Xt
X2a + X2b + X2c Xt
X3a + X3b + X3c Xt
Dimana:
Xt = Luas total DI Bago (2188 ha)
2) Volume Air yang Tersedia
V1p.X1a + V1j.X1b + V1t.X1c
V1s
V2p.X2a + V2j.X2b + V2t.X2c
V2s
V3p.X3a + V3j.X3b + V3t.X3c
V3s
Dimana:
V1p
=Kebutuhan air padi tiap
musim tanam (m3/ha)
V2p
=Kebutuhan air palawija
(jagung)
tiap
musim
tanam (m3/ha)
V3p
=Kebutuhan air tebu tiap
musim tanam (m3/ha)

V1s

=Volume andalah sungai


pada MH (m3)
V2s
=Volume andalah sungai
pada MK1 (m3)
V3s
=Volume andalah sungai
pada MK2 (m3)
3) Tanaman Tebu
X1c Xte
X2c Xte
X3c Xte
X1c X2c = 0
X2c X3c = 0
Dimana:
Xte = Luasan minimum tanaman
tebu yang disyaratkan (3 ha)
4) Kapasitas Intake Bendung
V1p.X1a + V1j.X1b + V1t.X1c
Qb
V2p.X2a + V2j.X2b + V2t.X2c
Qb
V3p.X3a + V3j.X3b + V3t.X3c
Qb
Dimana:
Qb = Kapasitas intake bendung
Bago
Hasil Optimasi
Setelah model matematika
disusun,
maka
selanjutnya
memasukkan model matematika
tersebut dalam aplikasi QM for
Windows 2. Kemudian di-running
untuk mengetahui hasil dari
optimasi pada masing-masing
alternatif awal tanam. Rekapan
dari hasil optimasi dengan QM for
Windows
beserta
keuntungan
tanam
yang
didapatkan
ditunjukkan pada tabel 14.
Tabel 14 Rekapan Perhitungan
Optimasi untuk Semua Alternatif
Awal Tanam

13
Mohamad Nurul Anwar et al., Optimasi Pola Tanam Pada Daerah Irigasi Bago Dengan
Menggunakan Program Linier

Dari
tabel
15
dapat
diketahui
terjadi
peningkatan
pendapatan petani sebesar Rp
1.138.279.000
dan
intensitas
tanam naik sebesar 0,32% dari
kondisi eksisting.

Dari tabel 14, keuntungan


terbesar yang didapatkan petani
setelah proses optimasi terdapat
pada
alternatif
awal
tanam
September II dengan pendapatan
sebesar Rp 80.610.628.000 dan
intensitas tanam sebesar 300%.
Sedangkan pendapatan terendah
terjadi pada alternatif awal tanam
November III dengan pendapatan
sebesar Rp 63.218.040.000 dan
intensitas tanam 234%.
Pada tabel 15 menunjukkan
perbandingan pendapatan petani
pada kondisi eksisting dengan
kondisi setelah dioptimasi dengan
program linier.
Tabel 15 Perbandingan Kondisi
Eksisting dan Kondisi Setelah
Optimasi

PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil perhitungan dan
analisa
sebelumnya
maka
didapatkan kesimpulan sebagai
berikut:
1. Dari
data
debit
sungai
Gambirono,
dengan
menggunakan
persamaan
empiris
diperoleh
debit
andalan
sungai
dengan
peluang keandalan 80%. Dari
hasil
perhitungan,
volume
andalan terbesar didapat pada
bulan
Januari
periode
I
sebesar
11.196
lt/dt.
Sedangkan volume andalan
terkecil didapat pada bulan
Oktober periode II sebesar 222
lt/dt.
Besarnya
volume
andalan untuk musim hujan
yaitu 84.074 lt/dt, untuk
musim kemarau I sebesar
70.902
lt/dt
dan
musim
kemarau II sebesar 9.827 lt/dt.
Sehingga
total
volume
andalan
selama
setahun
adalah sebesar 164.804 lt/dt.
2. Perhitungan
besarnya
kebutuhan air untuk tiap jenis
tanaman dibedakan menjadi
15 (lima belas) alternatif awal
tanam yang berbeda yaitu
awal tanam September II
sampai dengan Februari I. Dari
hasil perhitungan didapatkan
kebutuhan
air
maksimum
untuk tanaman padi terjadi
pada awal tanam Desember I
Musim Tanam III yaitu sebesar

14
Mohamad Nurul Anwar et al., Optimasi Pola Tanam Pada Daerah Irigasi Bago Dengan
Menggunakan Program Linier

26.509 lt/dt/ha. Kebutuhan air


untuk
tanaman
palawija
terbesar terdapat pada awal
tanam November III Musim
Tanam III yaitu 11.018 lt/dt/ha.
Sedangkan untuk tanaman
tebu kebutuhan air maksimum
terjadi pada awal tanam
November III Musim Tanam III
sebesar 11.085 lt/dt/ha.
3. Dari
hasil
perhitungan
optimasi
didapatkan
awal
tanam September III sebagai
awal tanam yang paling
optimal dengan rincian pada
Musim Tanam I memiliki
intensitas tanaman sebesar
100% dengan pola tanam padi
palawija tebu dengan
luasan
masing-masing
2.037,648 Ha, 147,352 Ha dan
3 Ha. Pada Musim Tanam II
intensitas tanamnya 100%
dengan pola tanam padi
tebu dengan luasan 2.185 Ha
untuk padi dan 3 Ha untuk
tebu. Sedangkan pada Musim
Tanam III intensitas tanamnya
sebesar 100% dengan pola
tanam padi - palawija tebu
dengan luasan masing-masing
427,285 Ha, 1.757,72 Ha dan
3 Ha. Total intensitas tanam
pada awal tanam September
III adalah sebesar 300%,
terjadi peningkatan sebesar
0,32% dari kondisi eksisting.
4. Dari hasil luasan optimum
setiap jenis tanaman dengan
awal tanam mulai September
II sampai dengan Januari I,
diperoleh
pendapatan
maksimum hasil usaha tani.
Pendapatan terbesar terdapat
pada
awal
tanaman
September III yaitu sebesar Rp
80.610.627.700.
dengan
demikian terjadi peningkatan

pendapatan produksi sebesar


Rp 1.138.279.000 dari kondisi
eksisting.
5.2 Saran
1. Jika pola tanam hasil optimasi
ini akan diterapkan, sebaiknya
pihak berwenang melakukan
pendekatan terlebih dahulu
kepada
petani
untuk
mendapat persetujuan petani
terkait perubahan pola tanam
tersebut.
2. Disarankan kepada mahasiswa
lain yang ingin memperdalam
lagi subjek ini dapat dicoba
alternatif awal tanam lainnya
dan dicocokkan dengan data
kondisi
lapangan
yang
terbaru.
3. Untuk perhitungan debit yang
harus dikeluarkan pada setiap
bangunan
bagi
guna
disalurkan ke masing-masing
petak sawah, dapat dilakukan
dengan
metode
optimasi
lainnya yaitu program dinamik
untuk mendapatkan hasil yang
lebih rinci. Dengan mengacu
pada kebutuhan air yang
harus dikeluarkan pada intake
bendung Bago yang telah
diperhitungkan dalam studi ini
untuk
memenuhi
seluruh
lahan irigasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
1986.
Standar
Perencanaan Irigasi KP-01.
Subdit Perencanaan Teknis
Dirjen Pengairan.
Mochammad, Taufan L. 2013.
Studi Optimasi Pola Tanam
Pada Daerah Irigasi Konto
Surabaya
Dengan
Menggunakan
Program
Linier. Fakultas Teknik Sipil

15
Mohamad Nurul Anwar et al., Optimasi Pola Tanam Pada Daerah Irigasi Bago Dengan
Menggunakan Program Linier

Institut Teknologi Sepuluh


November..
Talitha,
Juan.
2010.
Studi
Optimasi Pola Tanam Pada
Daerah
Irigasi
Jatiroto
Dengan
Menggunakan
Program
Linier.
Fakultas
Teknik Sipil Institut Teknologi
Sepuluh November.
Wulandari, Novia. 2015. Analisis
Indeks
Kualitas
Tanah
Berdasarkan Sifat Fisiknya

Pada
Areal
Pertanaman
Tembakau
Na-Oogst
dan
Hubungannya
Dengan
Produktivitas Tembakau NaOogst di Kabupaten Jember.
Fakultas
Pertanian
Universitas Jember.
.

Anda mungkin juga menyukai