Mohamad Nurul Anwar et al., Optimasi Pola Tanam Pada Daerah Irigasi Bago Dengan
Menggunakan Program Linier
2
Mohamad Nurul Anwar et al., Optimasi Pola Tanam Pada Daerah Irigasi Bago Dengan
Menggunakan Program Linier
rice, corn and sugar cane in intial crops alternative September III with a
profit of Rp Rp 80.610.627.700 and cropping intensity 300%.
Keywords: Bago Irrigation Area, Optimization, Linier
Programming, Crops Pattern
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Daerah
Irigasi
Bago
secara
administratif berada
di
wilayah
Kabupaten Jember yang meliputi 3 (tiga)
Kecamatan, yaitu Kecamatan Balung,
Kecamatan
Puger
dan
Kecamatan
Gumukmas dengan luas total 2.188 Ha.
Jaringan Irigasi DI Bago memanfaatkan
sumber air dari Sungai Gambirono
melalui Bendung Bago sebagai bangunan
penangkap airnya. Pola tanam eksisting
yang digunakan adalah padi/tebu
palawija/padi/tebu palawija/tebu. Alokasi
pemberian air di DI Bago tidak seimbang
karena daerah hilir irigasi kekurangan air
pada musim kemarau.
Optimasi adalah salah satu cara
untuk
meningkatkan
hasil pertanian
pada tiap satuan luasnya dengan
menggunakan pengaturan cara pemberian
air irigasi yang baik dan juga pengaturan
pola tanam yang lebih optimal. Hal ini
bisa dipresentasikan salah satu caranya
ialah dengan studi optimasi pola tata
tanam dan juga studi optimasi luas lahan.
Untuk analisa ini digunakan program
linear dengan program bantu Quantity
Methods for Windows 2.
Optimasi dengan Program Linier
pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya,
yaitu: Talitha (2010) mengoptimasikan DI
Jatiroto (4.337 Ha) di Kabupaten
Lumajang dengan peningkatan keuntungan
hasil
pertanian
sebesar
Rp
46.239.434.034,02 (16,7% dari eksisting)
serta intensitas tanam dari 282,27%
menjadi 300%. Mochammad, dkk (2014)
3
Mohamad Nurul Anwar et al., Optimasi Pola Tanam Pada Daerah Irigasi Bago Dengan
Menggunakan Program Linier
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Lokasi Studi
4
Mohamad Nurul Anwar et al., Optimasi Pola Tanam Pada Daerah Irigasi Bago Dengan
Menggunakan Program Linier
diperoleh
maksimum.
keuntungan
10000
20000
Kumulatif Sta
f(x)10000
= 1x - 334.9
5000
R
=
1
Bagorejo
0
0
10000
20000
5
Mohamad Nurul Anwar et al., Optimasi Pola Tanam Pada Daerah Irigasi Bago Dengan
Menggunakan Program Linier
10000 20000
6
Mohamad Nurul Anwar et al., Optimasi Pola Tanam Pada Daerah Irigasi Bago Dengan
Menggunakan Program Linier
7
Mohamad Nurul Anwar et al., Optimasi Pola Tanam Pada Daerah Irigasi Bago Dengan
Menggunakan Program Linier
dan
Evaporasi
Tabel 6 Perhitungan
Evapotranspirasi Bulanan dengan
Metode Penmann Modifikasi
Rerata Tahun 2005-2014
8
Mohamad Nurul Anwar et al., Optimasi Pola Tanam Pada Daerah Irigasi Bago Dengan
Menggunakan Program Linier
Debit
andalan
terbesar
terjadi pada bulan Januari periode
I dengan nilai 11.196 lt/dt dan
terendah terjadi pada bulan
Oktober periode II dengan nilai
219 lt/dt.
Kebutuhan Air Tanaman
Parameter yang mempengaruhi:
a. perkolasi
b. penyiapan lahan
c. penggunaan
konsumtif
tanaman
d. pergantian lapisan air
e. curah hujan efektif
Koefisien Tanaman
Tabel 8 Koefisien Tanaman Padi
dan Jagung
Perkolasi
Berdasarkan
penelitian
yang dilakukan oleh Wulandari
(2015). Tekstur tanah di daerah
Jember
terutama
di
daerah
Jember selatan merupakan tanah
berpasir dengan mengandung
sedikit lempung (Sandy Loam).
Sehingga perkiraan laju perkolasi
di daerah Irigasi Bago adalah
sebesar 3 6 mm/hari. Dengan
demikian laju perkolasi diambil
sebesar 4,5 mm/hari, mengikuti
kondisi eksisting di lapangan.
Penyiapan Lahan
Berdasarkan
kondisi
eksisting di lapangan, masa
penyiapan lahan di Daerah Irigasi
Bago adalah selama 30 hari
sebelum masa tanam awal padi.
Untuk mengetahui kebutuhan air
selama
penyiapan
lahan,
digunakan metode Van de Goor
dan Zijlstra (1968) dengan rumus
sebagai berikut:
LP = M.ek / (ek 1)
Tabel 10 Kebutuhan Air untuk
Penyiapan Lahan
9
Mohamad Nurul Anwar et al., Optimasi Pola Tanam Pada Daerah Irigasi Bago Dengan
Menggunakan Program Linier
Kebutuhan
air
terbesar
untuk penyiapan lahan terjadi
pada bulan November dengan
nilai 1,995 lt/dt/ha dan terendah
terjadi pada bulan Mei dengan
nilai 1,68 lt/dt/ha.
Penggunaan Air Konsumtif
Untuk
menghitung
kebutuhan air untuk konsumtif
tanaman digunakan persamaan
empiris sebagai berikut:
Etc=KcxEto
Dimana:
Kc = koefisien tanaman
Eto = evapotranspirasi potensial
(mm/hari)
Etc = evapotranspirasi tanaman
(mm/hari)
Berikut
adalah
contoh
perhitungan kebutuhan air untuk
penggunaan konsumtif tanaman
padi, palawija, dan tebu pada
bulan
Oktober
periode
III
(Alternatif awal tanam Oktober
III):
a. Padi
k
= 1,100
Eto
=
7,006
mm/hari
Et
= k x Eto
= 1,100 x 7,006
=
7,707
mm/hari
b. palawija
k
= 0,500
Eto
=
7,006
mm/hari
Et
= k x Eto
= 0,500 x 7,006
=
3,503
mm/hari
c. Tebu
k
= 0,583
Eto
=
7,006
mm/hari
Et
= k x Eto
= 0,583 x 7,006
4,087
mm/hari
Penggantian Lapisan Air
Penggantian Lapisan Air
(Water Layer Requirement, WLR)
dilakukan hanya pada tanaman
padi. Penggantian lapisan air
dilakukan satu kali dalam satu
masa tanam, yaitu pada saat
tanaman berusia 20-30 hari
setelah masa transplantasi. Tinggi
lapisan air yang direncanakan
adalah 50 mm selama 45 hari
(satu setengah bulan).
WLR = 50 mm/45 hari = 1,11
mm/hari
Kebutuhan
Air
Bersih
di
Sawah
Perkiraan kebutuhan air irigasi
ialah sebagai berikut (SPI bagian
penunjang: 1986):
Kebutuhan air bersih di sawah
(NFR)
NFR padi
=Etc+P-Re+WLR
NFR tebu =EtcRe tebu
NFR polowijo =EtcRe polowijo
Berikut
adalah
contoh
kebutuhan air bersih di sawah
untuk tanaman padi pada bulan
Oktober periode III (Alternatif
awal tanam Oktober III):
Penggunaan air konsumtif :
= 7,707 mm/hari
Rasio luas PAK = 0,833
PAK dengan rasio luas:
= 7,707 x 0,833
= 1,283 mm/hari
Penyiapan lahan (PL) = 17,031
mm/hari
Rasio luas PL = 0,833
PL dengan rasio luas
= 17,031
x 0,833
=
14,193
mm/hari
Perkolasi
= 4,5 x 0,167
10
Mohamad Nurul Anwar et al., Optimasi Pola Tanam Pada Daerah Irigasi Bago Dengan
Menggunakan Program Linier
0,750
mm/hari
Penggantian lapisan air = 0
mm/hari
WLR dengan rasio luas = 0
Re padi
= 0 mm/hari
Kebutuhan air bersih di sawah:
= 1,283 + 14,193 + 0,750 + 0
0
= 1,878 lt/dt/ha
Efisiensi Irigasi
Kehilangan air pada saluran
primer, sekunder, dan tersier
berbeda-beda pada setiap daerah
irigasi.
Menurut
SPI:
KP-01,
efisiensi untuk saluran primer,
sekunder, dan tersier adalah
sebagai berikut:
Saluran Primer =
87,5%
92,5%
Saluran Sekunder
= 87,5%
92,5%
Saluran Tersier = 77,5% - 85%
Karena keterbatasan data
yang ada, pada tugas akhir ini,
efisiensi untuk masing-masing
saluran diambil nilai tengahnya
yaitu sebagai berikut:
Saluran Primer = 90%
Saluran Sekunder
= 90%
Saluran Tersier = 80%
Sehingga
total
Efisiensi
Irigasi adalah sebesar:
= 90% x 90% 80% = 65%
Kebutuhan Air Irigasi
Tabel 11 Rekapan Kebutuhan Air
Padi, Palawija dan Tebu
Kebutuhan
air
terbesar
untuk tanaman pada terjadi pada
alternatif awal tanam Desember I
MT3 dan terendah terjadi pada
alternatif awal tanam Desember
III MT1 dengan nilai masingmasing 22903.59 m3/ha dan
16935.6 m3/ha. Untuk tanaman
tebu, kebutuhan air terbesar
terjadi pada alternatif awal tanam
Desember III MT1 dan terendah
pada
alternatif
awal
tanam
Desember I MT3 dengan nilai
masing-masing 9918.09 m3/ha
dan
3455.52
m3/ha.
Untuk
tanaman palawija, kebutuhan air
terbesar terjadi pada alternatif
awal tanam November III MT3 dan
terendah
pada
awal
tanam
Desember I MT2 dengan nilai
masing-masing 9519.55 m3/ha
dan 4618.24 m3/ha.
11
Mohamad Nurul Anwar et al., Optimasi Pola Tanam Pada Daerah Irigasi Bago Dengan
Menggunakan Program Linier
sumber:
Dinas
Kabupaten Jember
Pertanian
Optimasi
dengan
Program
Linier
Untuk mendapatkan fungsi
optimum suatu persamaan linier,
maka terlebih dahulu harus
diketahui fungsi tujuan dan fungsi
pembatas.
a. Fungsi Tujuan
Z = A.X1a + B.X1b + 0.X1c+
A.X2a + B.X2b + 0.X2c + A.X3a +
B.X3b + C.X3c
Dimana:
Z= Nilai tujuan yang akan dicapai
(memaksimumkan
keuntungan)
dalam Rp
12
Mohamad Nurul Anwar et al., Optimasi Pola Tanam Pada Daerah Irigasi Bago Dengan
Menggunakan Program Linier
V1s
13
Mohamad Nurul Anwar et al., Optimasi Pola Tanam Pada Daerah Irigasi Bago Dengan
Menggunakan Program Linier
Dari
tabel
15
dapat
diketahui
terjadi
peningkatan
pendapatan petani sebesar Rp
1.138.279.000
dan
intensitas
tanam naik sebesar 0,32% dari
kondisi eksisting.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil perhitungan dan
analisa
sebelumnya
maka
didapatkan kesimpulan sebagai
berikut:
1. Dari
data
debit
sungai
Gambirono,
dengan
menggunakan
persamaan
empiris
diperoleh
debit
andalan
sungai
dengan
peluang keandalan 80%. Dari
hasil
perhitungan,
volume
andalan terbesar didapat pada
bulan
Januari
periode
I
sebesar
11.196
lt/dt.
Sedangkan volume andalan
terkecil didapat pada bulan
Oktober periode II sebesar 222
lt/dt.
Besarnya
volume
andalan untuk musim hujan
yaitu 84.074 lt/dt, untuk
musim kemarau I sebesar
70.902
lt/dt
dan
musim
kemarau II sebesar 9.827 lt/dt.
Sehingga
total
volume
andalan
selama
setahun
adalah sebesar 164.804 lt/dt.
2. Perhitungan
besarnya
kebutuhan air untuk tiap jenis
tanaman dibedakan menjadi
15 (lima belas) alternatif awal
tanam yang berbeda yaitu
awal tanam September II
sampai dengan Februari I. Dari
hasil perhitungan didapatkan
kebutuhan
air
maksimum
untuk tanaman padi terjadi
pada awal tanam Desember I
Musim Tanam III yaitu sebesar
14
Mohamad Nurul Anwar et al., Optimasi Pola Tanam Pada Daerah Irigasi Bago Dengan
Menggunakan Program Linier
15
Mohamad Nurul Anwar et al., Optimasi Pola Tanam Pada Daerah Irigasi Bago Dengan
Menggunakan Program Linier
Pada
Areal
Pertanaman
Tembakau
Na-Oogst
dan
Hubungannya
Dengan
Produktivitas Tembakau NaOogst di Kabupaten Jember.
Fakultas
Pertanian
Universitas Jember.
.