Anda di halaman 1dari 8

ANALISA NERACA AIR DAS BONDOYUDO

PADA JARINGAN IRIGASI BRUGPURWO

Muh Dafid Rizal


Dosen Pembimbing :
Dr. Ir. Noor Salim, M.Eng. ; Rusdiana Setyaningtyas, ST., MT.
Progam Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jember
Jl. Karimata 49, Jember 68121, Indonesia
Email : muhdafidrizal@yahoo.com

RINGKASAN

Pada Jaringan Irigasi Brugpurwo telah mengairi areal irigasi dengan luas 1.094 Ha. Debit
ketersediaan air yang relative tetap dan debit kebutuhan air semakin meningkat,
menyebabkan kebutuhan air irigasi kurang terpenuhi. Dan tujuan penelitian ini untuk
mengetahui Neraca Air pada Jaringan Irigasi Brugpurwo. Pada penelitian ini penulis
menggunakan metode FPR (Faktor Palawija Relatif) dan LPR (Luas Palawija Relatif)
untuk menghitung kebutuhan air irigasi. Dari hasil analisa, didapatkan besarnya debit
yang mencukupi adalah 58,33 % dan debit yang kurang mencukupi adalah 41,67 %.
Besarnya intensitas tanam eksisting 299,379 % dan besarnya intensitas tanam rencana
300%. Besarnya kebutuhan air irigasi eksisting untuk pembibitan 7,306 lt/dt/ha, untuk
garap tanah 2,107 lt/dt/ha, untuk tanam padi 1,316 lt/dt/ha, untuk padi gadu tak ijin 0,390
lt/dt/ha, untuk palawija 0,393 lt/dt/ha, untuk tebu muda 0,521 lt/dt/ha. Untuk rencana
system pemberian air dilaksanakan secara gilir dan terus menerus pada Saluran Sekunder.

Kata Kunci : Jaringan Irigasi Brugpurwo, Neraca Air.

ABSTRACT

In Brugpurwo Irrigation Network irrigates the with an area of 1.094 Ha. The relatively
constant availability of water and increasing water demand has caused irrigation water
requirement to be less fulfilled. The purpose of this study is to water balance in the
Brugpurwo Irrigation Network. In this study the FPR method (Relative Palawija Factor)
and LPR (Relative Palawija Area) to calculate irrigation water requirement. From the
results of the analisa, the amount of sufficient discharge was 58,33% and inadequate
discharge is 41,67%. The amount of existing planting intensity is 299,379% and the
amount of cropping intensity plan is 300%. The amount of existing irrigation requirement
for nursery is 7,306 l/sec/ha, for cultivating land 2,107 lt/sec/ha, for rice planting 1,316
lt/sec/ha, for rice gadu not permitted 0,390 lt/sec/ha, for palawija 0,393 lt/sec/ha, for
young sugarcane 0.521 lt/sec/ha. The water supply system plan is carried out in shift and
continous on secondary channels.

Keywords: Brugpurwo irrigation network, Water Balance.


PENDAHULUAN kebutuhan air yang terus meningkat.
Usaha untuk terpenuhi air Pada jaringan irigasi Brugpurwo
mempunyai peranan penting dalam terdapat Bendung Brugpurwo
peningkatan produktivitas pertanian sebagai bangunan utama yang
dan ketahanan pangan. Dengan menerima suplai air dari Kali Asem
seiring peningkatan jumlah dan mempunyai areal 1094 Ha,
penduduk, maka kebutuhan terhadap dengan 1 (Satu) buah Bangunan
air mengalami peningkatan Bagi, 1 (Satu) buah Bangunan Bagi
sedangkan kebutuhan air irigasi Sadap serta 33 ( Tiga Puluh Tiga )
semakin sulit untuk terpenuhi. Agar Bangunan Sadap dan pelengkap,
masalah tersebut dapat dipecahkan Saluran Primer panjang 1.150 km,
maka perlu dilakukan upaya untuk Saluran Sekunder 15.662 km yang
peningkatan produksi pangan. membawa debit kebutuhan air irigasi
Untuk tanaman padi merupakan dari aliran Kali Asem (orde 2). Pada
sala satunya komoditi pertanian yang lokasi studi, khususnya pada saluran
relatif banyak membutuhkan air bagi sekunder paling hilir, rentan sekali
kehidupannya dibandingkan dengan terjadi konflik antar petani pemakai
tanaman atau komoditi lain. air. Hal ini dapat dimungkinkan
Mulaidari pengelolaan tanah, terjadi karena pengolahan pemberian
penyemian masa pertumbuhan dan air irigasinya kurang tepat dan
masa berbunganya, rata-rata kurang merata. Oleh karena itu
membutuhkan air sebesar 1,2 diperlukan adanya analisa neraca air
liter/detik/ha. Hal ini yang akan untuk pemenuhan kebutuhan air
mempengaruhi system pemberian air irigasi. Sosialisasi kepada kelompok
pada petak-petak sawah dan tingkat tani setempatpun perlu dilakukan
pelayanan irigasi yang diterima agar ketidaksesuaian Rencana Pola
petani. Tata Tanam Global (RTTG) dengan
Untuk kebutuhan irigasi supaya kondisi yang da dilapangan bisa
tercukupi dengan baik apabila teratasi dan juga sebagai control
pengoperasian pada jaringan irigasi terhadap kelompok tani agar proses
dilaksanakan dengan baik. penanaman sesuai dengan rencana.
Perencanaan jaringan irigasi
didasarkan atas rencana pola tata METODE PENELITIAN
tanam. Dimanan rencana tata tanam Lokasi Studi
ini merupakan perpaduan antara Dalam lokasi study penelitian ini
permintaan luas tanaman dari petani pada Jaringan Irigasi Brugpurwo
dengan ketersediaan air yang berada dalam wilayah kerja Unit
berkaitan dengan musim selama Pelaksana Teknis Pengelolaan
setahun maka dari itu terbentuklah Sumber Daya Air Wilayah Sungai
rencana tata tanam yang dinamakan Bondoyudo Baru Di Lumajang,
Rencana Tata Tanam Global namun dalam operasionalnya
(RTTG). Penggunaan air irigasi di dilaksanakan oleh Koordinator
Provinsi Jawa Timur khususnya Sumber Daya Air Wilayah
Kabupaten Lumajang dirasa masih Lumajang. Secara geografis,
kurang efektif dan efisien. Jaringan Irigasi Brugpurwo secara
Mengingat kecenderungan administrasi berada di wilayah
ketersediaan air khususnya dari air kabupaten Lumajang yang terdiri
sungai yang tetap sedangkan
atas 10 (sepuluh) kel./desa dan 4 ( andalan sebesar 80% maka
empat ) kecamatan, antara lain: kemungkinan akan menghadapi
resiko kegagalan debit kurang dari
 Kel./Desa :
debit andalan 20% (Kriteria
Desa Mojosari,
Perencanaan Irigasi KP 01).
Desa Labrok Lor,
Desa Labrok Kidul, Keandalan (%) = ..................(1)
Desa Grati,
Kelurahan,Citrodiwangsan, dimana : m = Nomor urut data
Kelurahan,Ditotrunan, n = Jumlah data
Kelurahan,Jogotrunan,
Kelurahan Jogoyudan, Perhitungan Debit Andalan
Desa Boreng, Desa Denok dengan Metode Tahun Dasar
 Kecamatan : Perencanaan (Basic Year)
Kecamatan,Sumbersuko, Analisa debit andalan
Kecamatan,Padang, menggunakan Metode Tahun Dasar
Kecamatan,Tekung, Perencanaan ini biasanya digunakan
Kecamatan Lumajang dalam pengelolaan jaringan irigasi.
Kabupaten : LUMAJANG Pada umumnya untuk jaringan irigasi
dipakai debit dengan keandalan 80%,
Data : sehingga untuk menentukan tahun
Data yang diperlukan dalam dasar perencanaan digunakan rumus
penelitian Tugas Akhir ini meliputi : sebagai berikut (Lily Montarcih,
 Data Primer 2010:p.93):
Data primer yang dibutuhkan R80 = ....................................(2)
dalam penelitian Tugas Akhir N = kala ulang pengamatan yang
ini yaitu : diingini
- Dokumentasi lokasi studi R80 = debit yang terjadi < R80 adalah
penelitian 20 %, dan ≥ R80
 Data Sekunder
Data sekunder yang di Perhitungan Kebutuhan Air
butuhkan dalam penelitian Irigasi dengan Metode FPR dan
Tugas Akhir ini yaitu : LPR
- Debit Intake  Metode FPR
- Skema Jaringan Irigasi Faktor Palawija Relatif adalah
Brugpurwo metode yang digunakan untuk
- Data tanaman Brugpurwo menghitung kebutuhan air irigasi
- Kebutuhan air irigasi yang berkembang di Jawa Timur.
kondisi eksisting Nilai FPR (Faktor Palawija Relatif)
- Jadwal dan pola tanam ini dihitung untuk menentukan debit
Cara Perhitungan Debit Andalan rencana pada setiap petak tersier dan
Debit andalan (dependable flow) untuk kegiatan perhitungan hasil
adalah debit minimum rata-rata pelaksanaan terhadap nilai FPR yang
tengah bulanan yang dipakai sebagai direncanakan. Besarnya nilai FPR
andalan persediaan air sungai yang rencana tergantung pada besarnya
tersedia untuk jaringan irigasi nilai LPR (Luas Palawija Relatif)
sepanjang tahun dengan resiko dan debit yang direncanakan.
kegagalan yang telah diperhitungkan. FPR = ........................................(3)
Kemungkinan terpenuhi ditetapkan
dimana : pengelolaan air irigasi terutama pada
FPR = faktor Palawija Relatif musim kemarau, dimana air irigasi
(lt/dt/ha) yang tersedia sangat sedikit
Q = debit yang mengalir di sedangkan areal yang diairi luasnya
sungai (lt/dt) relative sama dengan musim
LPR = luas Palawija Relatif (ha) penghujan (Kriteria Perencanaan
Tabel 1. Irigasi KP 01).
Nilai FPR Berdasarkan Berat Jenis
Tanah Neraca Air
Setelah mendapat besaran
kebutuhan air irigasi untuk tanaman
dan debit andalan yang tersedia di
intake maka di lakukan langkah
selanjutnya dibuat neraca air yaitu
dengan menghitung debit
ketersediaan air dan debit kebutuhan
air, sehingga dapat di pantau dalam
kekurangan dan kelebihan airnya dan
Sumber : DPU Tingkat I Jawa Timur dapat diketahui cara system
(1997) pemberian air yang tepat pada
 Metode FPR rencana selanjutnya.
LPR adalah luas dari wilayah
jenis tanaman atau persiapan lahan Sistem Golongan
yang di nyatakan berdasarkan Sistem Golongan adalah system
perbandingan terhadap kebutuhan air dengan cara memisah misahkan
untuk tanaman palawija. Nilai LPR periode – periode pengolahan dengan
yaitu perbandingan kebutuhan air maksud menekan kebutuhan debit air
antara tanaman satu dengan tanaman maksimum. Pada saat dimana debit
lainnya. Tanaman yang digunakan air tidak cukup untuk memenuhi
adalah palawija yang mempunyai kebutuhan air tanaman dengan
nilai 1 (satu) sebagai pengaliran menerus, maka pemberian
perbandingannya. Semua kebutuhan air terhadap tanaman akan dilakukan
air tanaman yang di cari terlebih dengan system bergilir, dengan
dahulu dikonversikan dengan maksud menggunakan air lebih
kebutuhan air palawija yang nantinya efisiensi. Lahan persawahan dibagi
akan didapatkan satu angka sebagai menjadi golongan saat permulaan
faktor konversi untuk setiap jenis pekerjaan sawah dan bergiliran
tanaman (Huda, 2012.p.14). menurut golongan masing-masing.

Pola Tanam Sistem Giliran


Pola tanam adalah rencana dari faktor K. Jika persediaan air
tanam yang terdiri dari pengaturan cukup maka faktor K = 1 sedangkan
jenis tanaman, waktu penanaman, pada persediaan air kurang maka
tempat atau lokasi tanaman dan luas faktor K < 1. Rumus untuk
areal tanaman yang memperoleh menghitung faktor K (Kunaifi,A.A.
satuan hektar atas air pada suatau 2010,p.15) :
daerah irigasi . Penetapan pola tanam K= ...............(6)
diperlukan untuk memudahkan
HASIL DAN PEMBAHASAN Pencapaian Luas Tanam (%)
Jumlah
Perhitngan Debit Andalan Jenis Tanaman MH MK I MK II
Data debit yang digunakan untuk Rencana Eksisting Rencana Eksisting Rencana Eksisting Rencana Eksisting
menghitung debit andalan adalah Padi 99,269 99,451 99,269 99,451 79,543 93,568 278,081 292,47
debit yang masuk ke intake periode Palawija 0 0 0 0 19,726 5,265 19,726 5,265
10 harian mulai tahun 2015-2019.
Tebu 0,731 0,548 0,731 0,548 0,731 0,548 2,193 1,644
Berikut ini adalah hasil perhitungan
Intensitas Tanam 100 99,999 100 99,999 100 99,381 300 299,379
debit andalan dengandan metode
tahun dasar (basic year) : Sumber : Hasil Analisa
Kondisi Eksisting  Nilai FPR Jaringan Irigasi
 Debit Andalan dan Debit Intake Brugpurwo dengan Jenis Tanah
Dam Brugpurwo Latosol
Tabel 2. Tabel 4.
Debit Andalan Debit Intake Kelebihan (+)
Nilai FPR Jaringan Irigasi
Bulan Periode Keterangan
(lt/dt) (lt/dt) Kekurangan (-) Brugpurwo dengan Jenis Tanah
I 384 443 -59 Kurang
Okt II 560 470 90 Cukup
Latosol
III 825 509 316 Cukup FPR (lt/dt/ha/pol)
I 661 537 124 Cukup Pedoman
Nop
Air Kurang Air Cukup Air Memadai
II 552 602 -50 Kurang
III 552 639 -87 Kurang Pemberian Air <0,12 0,12 - 0,23 >0,23
I 890 859 31 Cukup
Des
Musim Hujan 0.401
II 890 877 13 Cukup
III 890 980 -90 Kurang Musim Kemarau I 0.340
I 690 1199 -509 Kurang
Musim Kemarau II 0.330
Jan II 890 1405 -515 Kurang
III 1759 1426 333 Cukup Giliran Perlu Mungkin Tidak
I 1541 1369 172 Cukup
Peb II 1451 1434 18 Cukup Sumber : Hasil Analisa
III 5322 1369 3953 Cukup
I 1351 1419 -68 Kurang
Maret II 1351 1525 -174 Kurang Pola Tanam Rencana
III 1351 1502 -151 Kurang Dengan memperhatikan kondisi
I 1351 1411 -60 Kurang
April II 1570 1632 -62 Kurang pola tanam eksisting selama 5 (lima)
III 1570 1610 -40 Kurang tahun periode tanam, maka pola
I 2176 1378 798 Cukup
Mei II 4934 1392 3542 Cukup
tanam yang direncanakan adalah
III 3798 1411 2387 Cukup meningkatkan intensitas tanam padi
I 3153 1472 1682 Cukup
Jun II 3119 1424 1696 Cukup
rencana dengan mempertimbangkan
III 4177 1433 2744 Cukup pola tanam yang sesuai dengan
I 2992 1422 1570 Cukup kebiasaan para petani setempat yaitu
Jul II 2758 1520 1238 Cukup
III 2281 1502 779 Cukup Padi-Padi-Palawija
I 2401 1293 1108 Cukup
Agustus II 8833 1178 7655 Cukup
III 2308 1136 1172 Cukup Rencana Pembagian Air
I 826 979 -153 Kurang Pembagian golongan dalam
Sept II 826 879 -53 Kurang
III 552 647 -95 Kurang
setiap sistem jaringan irigasi melalui
bangunan bendung direncanakan
 Pencapaian Rerata Intensitas sesuai yang tercantum pada Tabel 5.
Tanam dibandingkan dengan
RTTG adalah sebagai berikut : Perhitungan Kebutuhan Air
Tabel 3. Irigasi dengan Menggunakan
Pencapaian Rerata Intensitas Tanam MetodebFPR dan LPR
dibandingkan dengan Rencana Tata Kriteria nilai FPR dan LPR
Tanam Global sebagaimana yang dijelaskan pada
BAB II merupakan terapan yang Jadwal Giliran pada Jaringan
digunakan untuk daerah Provinsi Irigasi Brugpurwo
Jawa Timur. Nilai FPR dan LPR Jadwal Gilir dibuat berdasarkan
dalam perhitunganoini berdasarkan hasil analisa neraca air dan
hasil kriteriaoFPR danoLPR. pembagian air, maka selanjutnya
Tabel 5. dilakukan jadwal giliran. Jadwal
Pembagian Golongan Jaringan giliran ini bertujuan untuk mengatur
Irigasi Brugpurwo jatah waktu gilir pada tiap blok
Golongan Nama Petak Desa Luas Baku Sawah (Ha) golongaan yang sudah ditentukan.
BKLB.5 Ki Plampang Citrodiwangsan 22 Kemudian untuk jadwal
BKLB.5 Ka Plampang Ditotrunan 111
BKLB.6 Ka Jogotrunan 45
pemberian air perharinya dihitung 24
BKLB.7 Ka Jogoyudan 22 jam dimulai dari jam 05.00 pagi dan
I BKLB.7 Ki1 Rogotrunan 38 pembagian jamnya disesuaikan
BKLB.7 Ki2 Jogoyudan 64 dengan perhitungan lama gilir.
BKLB.8 Ki Jogoyudan 46
Untuk debit tersedia 50-80 %
BKLB.9 Ka Boreng 29
BKLB.9 Tengah Boreng 23 400 debit kebutuhan maka dilakukan
BKLB.5A Ka Jogotrunan 115 pemberian air Gilir I. Berikut jadwal
BKLB.5B Ka Jogotrunan 74 pemberian air irigasi dapat dilihat
II BKLB.5C Ki Jogoyudan 26 pada Tabel.
BKLB.5D Ki Denok 86
BKLB.5D Ka Denok 21 322
Tabel 7.
BKLB.1 Kiri Labrok Lor 90 Sistem Jadwal Gilir Pemberian Air
BKLB.2 Ki.&3A Paron Labrok Lor 92 pada Bulan Pebruari Periode II
BKLB.3 Kiri Labrok Kidul 25
III
BKLB.4 Kiri Labrok Kidul 41
BKLB.4 Tengah Grati 91
BKLB.4 Kanan Grati 33 372
Total Keseluruhan 1094 1094
Sumber : UPT PSDA WS
Bondoyudo Baru Di Lumajang
Tabel 6.
Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi
Musim Kebutuhan Air Irigasi (lt/dt)
Tanam
Uraian
Golongan. I Golongan. II Golongan. III Sumber : Hasil Perhitungan
Luas Baku Sawah 1094 Ha 400 Ha 322 Ha. 372 Ha.
Untuk debit tersedia <50% debit
Padi 99,45 % kebutuhan maka dilakukan
Pembibitan 159,52 128,414 148,354
Garap Tanah 909,266 731,959 845,617 pemberian air Gilir II. Berikut jadwal
I
Tanam Padi
Palawija 0,00 %
638,081
0
513,655
0
593,415
0
pemberian air irigasi dapat dilihat
Tebu 0,55 % 1,320 1,062 1,227 pada Tabel 10.
Tabel 8.
Padi 99,45 % Sistem Jadwal Gilir Pemberian Air
Pembibitan 135,254 108,88 125,786
II
Garap Tanah 770,948 620,613 716,982 pada Bulan September Periode III
Tanam Padi 541,016 435,518 503,145
Palawija 0,00 % 0 0 0
Tebu 0,55 % 1,119 0,901 1,041

Padi 59,51 %
Pembibitan 78,5484 63,2315 73,0501
Garap Tanah 447,726 360,420 416,385
III
Tanam Padi 314,194 252,926 292,2
Palawija 39,95 % 52,7276 42,4457 49,0367
Tebu 0,55 % 1,086 0,874 1,010

Sumber : Hasil Perhitungan Sumber : Hasil Perhitungan


KESIMPULAN tanam padi (MT II) 99,45 % dan
Dari hasil pembahasan Tugas intensitas tanam padi (MT III)
Akhir ini maka dapat diambil 59,51 % .
beberapa kesimpulan antara lain 5. Rencana Sistem Pembagian dan
adalah sebagai berikut : Pemberian Air.
1. Neraca Air. Dari hasil analisa neraca air,
Perhitungan Neraca Air antara rencana sistem pemberian air
Debit Ketersediaan dan Debit dilakukan pemberian air secara
Kebutuhan, didapatkan nilai terus menerus, kecuali pada
prosentase debit mencukupi bulan September periode III –
(Q.Tersedia>Q.Kebutuhan) yaitu bulan Januari II didapat nilai K <
58,33 % dan prosentase untuk 0,50 maka dilakukan perberian
debit kurang mencukupi air secara giliran di saluran
(Q.Tersedia < Q.Kebutuhan) sekunder.
yaitu 41,67 %.
2. Intensitas tanam rencana dan SARAN
eksisting Rencana Tata Tanam Global
Untuk besarnya intensitas tanam (RTTG) dianggap sebagai pola
eksisting 299,379 % yaitu tanam yang paling ideal karena telah
dengan rincian intensitas tanam melalui proses diskusi dengan
padi 292,470 %, intensitas tanam banyak pihak, maka dari itu perlu
palawija 5,265 %, dan intensitas adanya ketaatan dalam penerapan
tanam tebu 1,644 %. Dan tata tanam agar debit yang tersedia
besarnya intensitas tanam mencukupi untuk debit yang
rencana 300 % yaitu dengan dibutuhkan. Untuk meningkatkan
rincian intensitas tanam padi hasil produksi padi dan penggunaan
278,081 %, intensitas tanam air secara efisiensi perlu
palawija 19,726 %, dan menggunakan metode dan system
intensitas tanam tebu 2,193 %. yang tepat untuk diterapkan oleh
3. Kebutuhan air eksisting. para petani agar mencapai hasil yang
Berdasarkan hasil perhitungan optimal,
kebutuhan air eksisting untuk
pembibitan 7,306 lt/dt/ha,untuk DAFTAR PUSTAKA
garap tanah 2,107 lt/dt/ha, untuk Ambarsari,D.(2016). Evaluasi
tanam padi 1,316 lt/dt/ha,untuk Kebutuhan Air Irigasi Pada
padi gadu tak ijin 0,390 lt/dt/ha, Jaringan Irigasi Sumber Bendo
untuk palawija 0,393 lt/dt/ha, Jeruk Kabupaten Probolinggo.
untuk tebu muda 0,521 lt/dt/ha. Skripsi tidak dipublikasikan.
4. Rencana Tata Tanam. Malang : Universitas Brawijaya.
Rencana Tata Tanam pada
Jaringan Irigasi Brugpurwo Anonim, (1977). Pedoman Bercocok
adalah Padi + Tebu (MT I). Padi Tanam Padi, Palawija, Sayur-
+ Tebu (MT II). Padi + Palawija sayuran. Jakarta : Badan
+ Tebu (MT III). Dari hasil Pengendali Bimas Departemen
perhitungan besarnya intensitas Pertanian.
tanam padi 258,41 %, dengan
rincian intensitas tanam padi Departemen Pekerjaan Umum.
(MT I) 99,45 % , intensitas (1986). Standar Perencanaan
Irigasi, Kriteria Perencanaan Puteriana, S. A. (2016). Kajian
Bagian Perencanaan Jaringan Sistem Pemberian Air Irigasi
Irigasi KP-01. Bandung : Metode Konvensional dan
Galang Persada. Metode SRI (System Of Rice
Intensification) Pada Daerah
Departemen Pekerjaan Umum. Irigasi Pakis Kecamatan Pakis
(2006). Kebutuhan dan Cara Kabupaten Malang. Tesis tidak
Pemberian Air Irigasi. dipublikasikan. Malang :
Departemen Pekerjaaan Umum Universitas Brawijaya.
(Badan Penelitian dan
Pengembangan) & Direktorat Soewarno. (1995). Hidrologi
Jendral Sumber Daya Air – (Aplikasi Metode Statistik untuk
Japan International Cooperation Analisa Data Jilid I). Bandung :
Agency (JICA). Nova.
Huda, M. N. (2012). Kajian Sistem Sosrodarsono, S., Takeda, K. (2003).
Pemberian Air Irigasi sebagai Hidrologi untuk Pengairan.
Dasar Penyusunan Jadwal Jakarta : PT. Pradnya Paramitha.
Rotasi pada Daerah Irigasi
Tumpang Kabupaten Malang. Suhardjono. (1994). Kebutuhan Air
Skripsi tidak dipubliksikan. Tanaman. Malang : Institut
Malang : Universitas Brawijaya. Teknologi Nasional Malang
Press.
Kunaifi, A. A. (2010). Pola
Penyediaan Air DI. Tibunangka Wawan. (2010). Bab II Teori dasar
dengan Sumur Renteng pada Kebutuhan Air Irigasi.
Sistem Suplesi Renggung. Tesis http:/thepowerofhalal.blogspot.c
tidak dipublikasikan. Malang : om/2010/10/bab-ii-teori-dasar-
Universitas Brawijaya. kebutuhan-air.html(diakses pada
20 September 2015).
Montarcih, Lily. (2010). Hidrologi
Praktis. Bandung : CV Lubuk Saiful Rizal, Nanang, ST . MT ,
Agung. Aplikasai Perencanaan Irigasi
dan Bangunan Air , 2014 ,
Mawardi, Erman. (2007). Desain Jember : LPPM Universitas
Hidrolik Bangunan Irigasi. Muhammadiyah Jember.
Jakarta: Alfabeta.
Purba, J. H. (2011). Kebutuhan dan
Cara Pemberian Air Irigasi
untuk Tanaman Padi Sawah
(Oryza sativa L.). WIDYATECH
Jurnal Sains dan Teknologi
Vol.10 No.3. http://jurnal
widyatech.files.wordpress.com/2
012/02/john-hardy-purba.pdf.
(diakses pada 6 Desember
2013).

Anda mungkin juga menyukai