Anda di halaman 1dari 10

EVALUASI KINERJA DAERAH IRIGASI JRAGUNG

KABUPATEN DEMAK

Eka Wulandari Srihadi Putri 1, Donny Harisuseno2, Endang Purwati 2


1)
Mahasiswa Magister Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur,
Indonesia; exxa_sp@yahoo.co.id
2)
Dosen Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK: Daerah Irigasi Jragung yang terletak di Kabupaten Demak mengalami penurunan
kinerja sistem irigasi. Berdasarkan Penilaian kondisi debit kebutuhan Daerah Irigasi Jragung tidak
seimbang dengan debit ketersediaan air. Selain itu penilaian kinerja jaringan irigasi Daerah Irigasi
Jragung berdasarkan Peraturan Menteri PU no. 32/PRT/M/2007 masuk dalam kategori kurang dan
perlu perhatian dengan prosentase kinerja sebesar 66.95%.Upaya peningkatan kinerja jaringan
melalui rehabilitasi berdasarkan skala prioritas menggunakan metode AHP (Analytical Hierarcy
Process) dengan hasil sebagai prioritas utama adalah Bendung Jragung dan Saluran Induk Jragung,
selanjutnya Saluran Sekunder Teluk, Saluran Sekunder Sugihwaras, Saluran Sekunder Jragung,
Saluran Sekunder Karangsono, Saluran Sekunder Ngumpul, Saluran Sekunder Pamongan dan
Saluran Sekunder Panjen. Upaya mengatasi ketidakseimbangan neraca air dengan melakukan
perubahan jadwal pola tanam yang awalnya dimulai bulan November menjadi bulan Desember. dan
menggunakan metode tanam SRI (System of Rice Intensification) dapat menghemat air irigasi
sebesar 53.25 %.

Kata Kunci : Kinerja Irigasi, Keseimbangan Air, AHP, Skala Prioritas, Metode SRI

ABSTRACT: Jragung irrigation Area is located in Demak Regency has decreasedin its
performance. The result of existing analysis showed that there is an imbalance of irrigation water
within it. Based on its performance analysis taken from regulation of the ministry of public works
No. 32/PRT/M/2007, Jragung Irrigation area has been classified as poor and requiremore attention
with 66.95% working performance only. Efforts to increase its performance is by rehabilitation
priority scale with following the AHP (Analytical Hierarcy Process) methods. With its main priority
is Jragung Dam and Main Canal of Jragung, subsequently Teluk Secondary Canal, Sugihwaras
Secondary Canal, Jragung Secondary Canal, Karangsono Secondary Canal, Ngumpul Secondary
Canal, Pamongan Secondary Canal and Panjen Secondary Canal respectively. Efforts to overcome
the imbalance of irrigation water is by the alteration of cropping periods from November to
December and conventional cropping methods to SRI (System Rice Intensification) methods could
save 53.25 % of irrigation water.

Keywords : Irrigation Performance, Water Balance, AHP, Priority Scale, SRI Method

66
Putri, dkk ., Evaluasi Kinerja Daerah Irigasi Jragung Kabupaten Demak 67

1. PENDAHULUAN Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui


kondisi keseimbangan antara debit kebutuhan dan
Kabupaten Demak adalah lumbung padi debit ketersediaan air, menentukan kinerja jaringan
terbesar ketiga di Jawa Tengah setelah Cilacap dan irigasi ditinjau dari aspek kondisi fisik dan non
Grobogan. Pemerintah setempat menyadari betul fisik sesuai dengan Peraturan Menteri PU no.
akan potensi yang dimiliki oleh daerah sehingga 32/PRT/M/2007 tentang pedoman operasi dan
sangat mendukung kegiatan yang berhubungan pemeliharaan jaringan irigasi, untuk mengetahui
dengan sektor pertanian, karena jumlah daerah jaringan irigasi yang mendapatkan skala prioritas
yang bermasalah banyak maka penanganan perlu rehabilitasi serta untuk mendukung kinerja irigasi
dilakukan dengan skala prioritas. Salah satunya yang lebih baik.
Daerah Irigasi Jragung yang juga terletak di Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini
Kabupaten Demak.Jaringan Irigasi Jragung pernah adalah agar hasil penelitian ini dapat digunakan
direhabilitasi oleh PT. Barunadri Consultant pada sebagai pedoman dalam peningkatan kinerja
tahun 1988-1989 dan dilakukan kegiatan jaringan pada Daerah Irigasi Jragung.
normalisasi saluran oleh Dinas PSDA Jratun
Tuntang pada Tahun 2007.Pada beberapa tahun 2. BAHAN DAN METODE
terakhir ini kinerja jaringan mengalami penurunan.
Berdasarkan informasi dari Balai Besar Metode yang diterapkan dalam studi ini
Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana pada tahun adalah deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan
2011, tingkat kerusakan prasarana fisik Jaringan untuk memberikan gambaran suatu daerah secara
Irigasi Jragung termasuk kategori rusak sedang obyektif. Penelitian ini dibagi dalam lima tahap
(RS) dengan nilai tingkat kerusakan 25.47 %, pekerjaan meliputi:
sedangkan berdasarkan studi terakhir yang a. Tahap Persiapan
dilakukan tahun 2011, rata-rata kehilangan air di b. Tahap Pengumpulan Data
seluruh saluran induk dan sekunder pada sistem c. Tahap Pengolahan Data
jaringan D.I. Jragung adalah sebesar 3,774 m3/dt Pengolahan data Debit Andalan
pada tiap periode (setengah bulanan). Hal ini Menghitung besarnya volume air yang tersedia
disebabkan karena kebocoran saluran dan juga untuk memenuhi kebutuhan air irigasi dengan
karena banyaknya sadapan liar yang dilakukan menggunakan metode Modus-Median.
oleh para petani. Menurut Triatmodjo (2010), apabila terdapat
Daerah Irigasi Jragung pertama kali dibangun data debit dalam jumlah cukup panjang, maka
pada tahun 1930. Daerah irigasi mendapat suplai analisis ketersediaan air dapat dilakukan
air dari Bendung Jragung yang terletak di Desa dengan melakukan analisis frekuensi terhadap
Padang, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten data debit.
Grobogan, Propinsi Jawa Tengah. Sedangkan Median
keseluruhan jaringan irigasi berada di Kabupaten Dalam bukunya Soewarno (1995), mengatakan
Demak. median adalah nilai tengah dari suatu
distribusi, atau dikatakan variat yang membagi
frekuensi menjadi 2 (dua) bagian yang sama,
oleh karena itu peluang (probability) dari
median selalu 50%.

1) Data yang belum dikelompokkan ;


Jumlah data ganjil
Untuk data yang jumlahnya ganjil, median
adalah data pada urutan yang ke (k1) yang
dapat dihitung dengan rumus :

Dimana :
Gambar 1. Lokasi Penelitian k1 = letak median
n = jumlah data
Jumlah data genap
68 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 6, Nomor 1, Mei 2015, hlm. 66-75

Untuk data yang jumlahnya genap, median Menghitung besaran kebutuhan air tanaman
adalah data yang letaknya pada titik tengah menggunakan pola tata tanam eksisting dengan
urutan data ke (k1), yang dapat dihitung metode FPR LPR
dengan rumus : Faktor Palawija Relatif (FPR)
Faktor Palawija Relatif merupakan metode
perhitungan kebutuhan air irigasi yang
berkembang di Jawa Timur.Dalam situasi
Dimana : menipisnya sumber daya air di Jawa Timur
k1, k2 = letak median khususnya, perencanaan kebutuhan air
n = jumlah data merupakan faktor yang mempengaruhi
2) Data yang dikelompokkan: pengambilan keputusan dalam pengelolaan air
Median dari data yang telah yang tersedia.
dikelompokkan menjadi suatu distribusi
frekuensi dapat dihitung dengan rumus FPR = Q/LPR
sebagai berikut ; Dengan :
( ) FPR = Faktor Palawija Relatif (ltr/det/ha.pol)
Q = Debit yang mengalir di sungai
Dimana :
(ltr/det)
Md = median
LPR = Luas Palawija Relatif (ha.pol)
i = interval kelas
k1 = letak median Tabel 1. Nilai FPR Berdasarkan Berat Jenis Tanah
b = tepi bawah FPR (ltr/det/ha.pol)
Jenis
f = frekuensi kelas median Air Air
Tanah Air cukup
F = frekuensi kumulatif kurang memadai
sebelum kelas median Alluvial 0,18 0, 18 0,36 0,36
Modus Latosol 0,12 0,12 0,23 0,23
Modus adalah variat yang terjadi pada Grumosol 0,06 0,06 0,12 0,12
frekuensi yang paling banyak, sedang pada Giliran Perlu Mungkin Tidak
suatu distribusi yang terdiri dari variable
Sumber :Kunaifi, 2010
continu, yang disebut dengan modus
adalah variat yang mempunyai kerapatan
Nilai LPR (Luas Palawija Relatif)
peluang maksimum (maximum probability
Pada dasarnya nilai LPR adalah perbandingan
density). Sebelum menghitung nilai
kebutuhan air antara jenis tanaman satu dengan
modus, menurut Soewarno (1995) terlebih
jenis tanaman lainnya. Tanaman pembanding
dahulu data yang ada disusun dalam suatu
yang digunakan adalah palawija yang
distribusi frekuensi interval kelas lalu nilai
mempunyai nilai 1 (satu). Semua kebutuhan
modus dihitung dengan rumus sebagai
tanaman yang akan dicari terlebih dahulu
berikut:
dikonversikan dengan kebutuhan air palawija
( ) yang akhirnya didapatkan satu angka sebagai
( ) ( ) faktor konversi untuk setiap jenis tanaman.
Dimana :
Mo = Modus Tabel 2. Koefisien Pembanding LPR
B = Batas bawah interval kelas Koefisien
Jenis Tanaman
modus Pembanding
i = Interval kelas Palawija 1
f = Frekuensi maksimum kelas Padi Rendeng
modus a. Persemaian / 20
f1 = Frekuensi sebelum kelas pembibitan
modus b. Gerap / pengolahan 6
f2 = Frekuensi setelah kelas modus tanah
c. Pertumbuhan / 4
Pengolahan Data Kebutuhan Air Irigasi pemeliharaan
Padi Gadu ijin Sama dengan
Putri, dkk ., Evaluasi Kinerja Daerah Irigasi Jragung Kabupaten Demak 69

padi rendeng pemecahannya diletakkan pada tingkat


Padi Gadu tidak ijin 1 ketiga.
Tebu b. Skala tingkat kepentingan
a. Bibit / muda 1,5 Penilaian pembobotan mengenai
b. Tua 0 perbandingan kepentingan antara faktor
Tembakau / Rosela 1 yang digunakan untuk membantu
Pengisian tambak (sawah 3 mengambil keputusan dalam pemilihan
tambak) keputusan, yaitu berdasarkan skala dasar
Sumber :Kunaifi, 2010 tingkat kepentingan seperti pada tabel
berikut:
Pengolahan data indeks kinerja jaringan Tabel 3. Skala Dasar Berdasarkan Tingkat
dan penelusuran jaringan Kepentingan
Pembobotan penilaian jaringan irigasi
berdasarkan parameter penilaian yang sesuai
ketentuan Peraturan menteri PU No.
32/PRT/M/2007.
Evaluasi kinerja sistem irigasi menurut
Peraturan Menteri PU no. 32/PRT/M/2007
dimaksudkan untuk mengetahui kondisi
kinerja sistem irigasi yang meliputi :
a. Prasarana fisik
b. Produktivitas tanaman
c. Sarana penunjang
d. Organisasi personalia
e. Dokumentasi
f. Kondisi kelembagaan P3A
Pengolahan data kuesioner
Data kuesioner yang meliputi kriteria
prasarana fisik dan non fisik sesuai ketentuan
Peraturan menteri PU No. 32/PRT/M/2007
diolah dengan metode AHP. Sumber : Marimin, 2004

Metode AHP (Analytical Hierarchy Process) Langkah-langkah di dalam penerapan metode AHP
Metode AHP merupakan suatu metoda dalam sebagai berikut :
pemilihan alternatif-alternatif dengan a. Mendefinisikan masalah dan menentukan
melakukan penilaian komparatif berpasangan solusi yang diinginkan;
sederhana yang digunakan untuk b. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan
mengembangkan prioritas-prioritas secara tujuan umum, dilanjutkan dengan sub tujuan -
keseluruhan berdasarkan rangking. sub tujuan, kriteria dan kemungkinan
Proses pengambilan keputusan pada dasarnya alternatif-alternatif pada tingkatan paling
adalah memilih suatu alternatif. AHP bawah;
merupakan sebuah hirarki fungsional dengan c. Membuat matrik perbandingan berpasangan
input utamanya persepsi manusia. yang menggambarkan kontribusi relatif atau
a. Penyusunan Hirarki pengaruh setiap elemen terhadap masing-
Sebuah bagan alir yang dipergunakan masing tujuan atau kriteria yang setingkat di
dalam struktur pemecahan sebuah masalah atasnya. Perbandingan dilakukan dengan
terdiri dari tiga tingkatan yaitu hasil berdasarkan penilaian dari pengambil
keputusan yang diperoleh diletakkan pada keputusan dengan menilai tingkat kepentingan
tingkat pertama, berbagai multikriteria suatu elemen dibandingkan elemen lainnya,
mendukung alternatif pemecahan melakukan perbandingan berpasangan,
diletakkan pada tingkat kedua, serta sehingga diperoleh penilaian seluruhnya
beberapa alternatif yang mungkin menjadi
70 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 6, Nomor 1, Mei 2015, hlm. 66-75

sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah Q2 = Kebutuhan harian air pada pintu
banyaknya elemen yang dibandingkan; pemasukan (m3/det)
d. Menghitung nilai eigen dan menguji H = Tinggi genangan (m)
konsistensinya, jika tidak konsisten maka A = Luas area sawah (ha)
pengambilan data diulangi; T = interval pemberian air (hari)
e. Mengulangi langkah 3 s/d 4 untuk seluruh L = Kehilangan air di lapangan / petak
tingkat hirarki; sawah dan saluran
f. Menghitung vektor eigen dari setiap matrik Gilir dan Golongan
perbandingan berpasangan. Nilai vektor eigen Sistem Giliran adalah cara pemberian air di
merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini saluran tersier atau saluran utama dengan
untuk mensintesis judgement dalam penentuan interval waktu tertentu bila debit yang
prioritas elemen-elemen pada tingkat hiraki tersedia kurang dari faktor K.
terendah sampai pencapaian tujuan; Sistem golongan adalah sawah dibagi
g. Memeriksa konsistensi hirarki, jika nilainya menjadi golongan-golongan saat permulaan
lebih dari 10 persen, maka penilaian data harus pekerjaan sawah bergiliran menurut
diperbaiki. golongan masing-masing.
Faktor K adalah perbandingan antara debit
Pengolahan data sistem pemberian air tersedia di bendung dengan debit yang
dengan metode SRI dibutuhkan pada periode pembagian dan
Metode SRI pada budidaya padi dilakukan pemberian air.
dengan memberikan air irigasi secara terputus
(intermittent) berdasarkan alternasi antara K=
periode basah (genangan dangkal) dan kering.
Metode irigasi ini disertai metode pengelolaan Pada kondisi air cukup (faktor K=1),
tanaman yang baik dapat meningkatkan pembagian dan pemberian air adalah sama
produktivitas tanaman padi hingga 30-100% dengan rencana pembagian dan pemberian
bila dibandingkan dengan menggunakan air. Pada saat terjadi kekurangan air (K<1),
metode irigasi konvensional (tergenang pembagian dan pemberian air disesuaikan
kontinu). dengan nilai faktor K yang sudah dihitung.
Metode irigasi ini pertama dikembangkan Tabel 4.pembagian dan pemberian air disesuaikan
untuk metode budidaya padi SRI yang dengan nilai faktor K
memiliki ciri khas sebagai berikut: 1 Faktor K = 0.75 Terus menerus
a. Irigasi terputus macak-macak atau 1.00
genangan dangkal ( 2 cm) sampai retak 2 Faktor K = 0.50 Giliran di
rambut 0.75 saluran tersier
b. Tanam benih muda (10 hari setelah 3 Faktor K = 0.25 Giliran di
semai) dan satu lubang satu 0.50 saluran
c. Jarak tanam lebar 30 cm x 30 cm, 40 cm Sekunder
x 40 cm 4 Faktor K < 0.25 Giliran di
d. Penggunaan pupuk organik (kompos) saluran primer
e. Penyiangan minimal empat kali pada
Sumber: Kunaifi, 2010
umur tanaman 10, 20, 30 dan 40 Hari
Setelah Tanam (HST)
d. Tahap Kajian dari Hasil Perhitungan.
f. Pengendalian hama terpadu.
- Kebutuhan dan ketersediaan air irigasi
Kebutuhan air di sawah dan debit yang
Dengan mengetahui hal tersebut maka dapat
diperlukan pada pintu pengambilan dihitung
diketahui apakah seimbang antara
dengan menggunakan persamaan di bawah kebutuhan dan ketersedian air irigasi.
ini:
- Kinerja jaringan irigasi DI. Jragung ditinjau
Q1 = (H X A)/T x 10.000
dari aspek kondisi fisik dan non fisik sesuai
Q2 = Q1/86.400 x 1/((1-L))
dengan Peraturan Menteri PU no.
Dimana :
32/PRT/M/2007 agar dapat diperoleh:
Q1 = Kebutuhan harian air di
lapangan/petak sawah (m3/hr)
Putri, dkk ., Evaluasi Kinerja Daerah Irigasi Jragung Kabupaten Demak 71

a. Data yang sesuai dengan kondisi fisik III 334.5 387.0 0.0
jaringan irigasi dari setiap jaringan Jul I 20.0 44.3 0.0
irigasi yang ada di DI Jragung II 0.0 39.7 0.0
b. Gambaran rinci tentang kondisi dan III 0.0 36.9 0.0
fungsi pelayanan jaringan irigasi. Aug I 0.0 36.9 0.0
Menganalisa secara deskriptif mengenai II 0.0 36.9 0.0
skala prioritas peningkatan kinerja pada III 0.0 19.6 0.0
Daerah Irigasi Jragung untuk mendukung Sep I 0.0 0.0 0.0
pemilihan lokasi yang akan direhabilitasi II 0.0 14.8 0.0
lebih dulu III 0.0 14.8 0.0
Oct I 0.0 140.0 0.0
e. Tahap Kesimpulan dan Saran II 0.0 220.0 0.0
Kesimpulan dan saran diberikan setelah
III 0.0 280.0 0.0
dilakukan kajian dan rekomendasi terhadap
Nov I 117.3 320.0 0.0
hasil penelitian.Diharapkan rekomendasi dan
II 770.0 463.3 150.0
saran yang diberikan dapat membantu dalam
mengatasi permasalahan yang ada di Daerah III 1267.5 624.7 190.0
Irigasi Jragung. Dec I 1400.0 1165.0 300.0
II 1914.7 1317.0 1020.0
3. HASIL DAN PEMBAHASAN III 2340.9 1912.5 1727.3
Sumber : Hasil Analisa, 2014
Perhitungan Debit Andalan Daerah Irigasi
Jragung Berdasarkan pada Tabel 5, diketahui
Data debit yang digunakan untuk menghitung bahwa pada bulan Juni sampai bulan November
debit andalan adalah data pencatatan debit yang debit ketersedian air sangat kecil. Hal ini
masuk ke dalam Intake Saluran Induk Jragung dikarenakan musim tersebut adalah musim
periode 10 harian mulai tahun 2003 2012. kering.Sedangkan, pada bulan Desember sampai
Metode yang digunakan untuk perhitungan debit Mei adalah musim hujan sehingga debit air yang
andalan adalah metode Modus dan Median. dialirkan juga besar.
Berikut hasilnya pada tabel 5:
Nilai FPR dengan Q Modus
Tabel 5.perhitungan debit andalan adalah metode Dari hasil evaluasi kebutuhan air selama kurun
Modus dan Median waktu 10 tahun terakhir (2003-2012) maka
Bulan Periode Median Modus Min didapat nilai FPR Daerah Irigasi Jragung yaitu
{lt/dt) (lt/dt) (lt/dt) pada tabel 7.
Jan I 2408.9 2829.9 1400.0
II 1983.5 1813.3 600.0 Tabel 7. Nilai FPR Daerah Irigasi Jragung dengan
III 1892.5 1793.7 109.0 Jenis Tanah Aluvial
Feb I 1983.5 1758.2 600.0 Pedoman FPR (Lt/det/Ha.Pol)
II 1983.5 1865.8 650.0 Air Air Air
III 1858.5 1947.6 812.5 Kurang Cukup Memadai
Mar I 1558.5 2585.4 500.0 Pemberian < 0.18 0.18 - > 0.36
II 1126.0 887.5 550.0 Air 0.36
III 2074.4 1633.3 500.0 MT. 1 0.20
Apr I 2386.3 2192.9 1967.0 MT. 2 0.25
II 2841.8 2891.8 1865.3 MT. 3 0.08
III 2775.0 2806.4 1865.3 Giliran Perlu Mungkin Tidak
May I 2705.7 3592.9 1261.8 Sumber : Hasil Analisa, 2014
II 2070.0 2021.0 700.0
III 1622.5 702.0 120.0 Dari Tabel.7 diketahui bahwa pemberian air
Jun I 1147.5 784.0 80.0 pada musim tanam 1 dan 2 dimungkinkan terjadi
II 670.0 701.0 0.0 giliran karena air yang tersedia terbatas. tetapi pada
72 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 6, Nomor 1, Mei 2015, hlm. 66-75

musim tanam 3, air yang tersedia sangat kurang Dari Tabel. 8 maka dapat ditarik kesimpulan
sehingga sangat diperlukan giliran dalam bahwa prioritas penanganan rehabilitasi Daerah
penggunaan air. Irigasi Jragung adalah pada Bendung dan Saluran
Induk Jragung, disusul selanjutnya yaitu Saluran
Kinerja jaringan irigasi Sekunder Teluk, Saluran Sekunder Sugihwaras,
Kinerja jaringan irigasi diukur berdasarkan Saluran Sekunder Jragung, Saluran Sekunder
hasil survey, data inventarisasi jaringan irigasi DI. Karangsono, Saluran Sekunder Ngumpul, Saluran
Jragung tahun 2014 dan wawancara yang telah Sekunder Pamongan dan Saluran Sekunder Panjen
dilakukan penulis terhadap responden yang
berkepentingan. Perhitungan Kebutuhan Air dengan Metode
Berdasarkan perhitungan indeks kinerja, diketahui SRI
bahwa Daerah Irigasi Jragung Berdasarkan kondisi eksisting, penulis
memiliki prosentase kinerja sebesar 66.95 %, mencoba untuk merubah jadwal tata tanam dengan
nilai tersebut didapat dari penjumlahan bobot memajukan sebulan lebih awal, kemudian penulis
bagian tiap elemen kriteria yang dinilai, sehingga menggunakan pola tata tanam SRI (System Rice
menurut Peraturan Menteri PU no. Intensification).
32/PRT/M/2007, kinerja Jaringan Irigasi Jragung Hasil yang didapat adalah seperti pada gambar 2.
masuk dalam kategori kurang dan perlu perhatian. Berdasarkan Gambar 2, terjadi perbedaan
cukup mencolok dari metode yang telah
Model Analisis Hierarki dilaksanakan sebelumnya. Pada musim tanam I
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan Musim Tanam II total air yang tersedia
diatas, terdapat banyak faktor yang menjadi berbanding lurus dengan air yang dibutuhkan.
permasalahan pada Daerah Irigasi Jragung. Penulis Walaupun pada musim
bermaksud membagi permasalahan yang sangat tanam III masih dalam posisi kekurangan air.
kompleks tersebut berdasarkan urutan skala Tetapi hal ini dapat diatasi dengan pengerukan
prioritas penyelesaian masalah dengan metode sedimen di bendung dan realisasi pembangunan
AHP (Analytical hierarcy Process). Waduk Jragung.
Permasalahan utama metode AHP adalah
penentuan skala prioritas perbaikan jaringan
irigasi, yang difokuskan menjadi beberapa kriteria
kemudian difokuskan lagi menjadi beberapa sub
kriteria. Kriteria dan sub kriteria ini telah sesuai
dengan Kepmen PU no.32/PRT/M/2007.

Tabel 8 Rekap Hasil Skala Prioritas


No Prioritas Bobot Nilai
1 Bendung Jragung dan Sal.
Induk Jragung 0.68
2 Sal. Sekunder Teluk 0.65
3 Sal. Sekunder Sugihwaras 0.56
4 Sal. Sekunder Jragung 0.55
5 Sal. Sekunder Karangsono 0.55
6 Sal. Sekunder Ngumpul 0.55
7 Sal. Sekunder Pamongan 0.55
8 Sal. Sekunder Panjen 0.54
Sumber : Hasil Analisa, 2014
Putri, dkk ., Evaluasi Kinerja Daerah Irigasi Jragung Kabupaten Demak 73

Gambar 2. Grafik Neraca Air Metode SRI


Sumber: Hasil Analisa,2014

Gambar 3. Grafik Perbandingan Neraca Air Metode Konvensional dan SRI


Sumber: Hasil Analisa,2014
74 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 6, Nomor 1, Mei 2015, hlm. 66-75

Perbandingan banyaknya rotasi gilir perbaikan jaringan tersebut. Skala prioritas ini
pemberian air dapat dilihat pada tabel 10. berdasarkan jaringan mana yang harusnya
didahulukan dalam penanganan yaitu:
Tabel 10. Perbandingan rotasi antara metode Bendung dan Saluran Induk Jragung, disusul
konvensional dan SRI selanjutnya Saluran Sekunder Teluk, Saluran
Sekunder Sugihwaras, Saluran Sekunder
Banyaknya Jragung, Saluran Sekunder Karangsono,
Uraian kejadian rotasi Saluran Sekunder Ngumpul, Saluran
dalam setahun Sekunder Pamongan dan Saluran Sekunder
Faktor K Metode Panjen.
Konvensional
a. Q Minimum 33 4. KESIMPULAN
Kebutuhan Kriteria Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
Gilir penulis pada Daerah Irigasi Jragung maka didapat
b. Q Modus 22 kesimpulan sebagai berikut :
Kebutuhan Kriteria 1. Penilaian kondisi debit kebutuhan daerah
Gilir irigasi Jragung tidak seimbang. Pada:
Faktor K Metode SRI a. MT I
a. Q Minimum 21 Debit ketersediaan air rata-rata = 1484.23
Kebutuhan lt/det, sedangkan debit kebutuhan rata
Kriteria Gilir rata = 1832.99 lt/dt
b. Q Modus 14 b. MT II
Kebutuhan Kriteria Debit ketersediaan air rata-rata = 1765.43
Gilir lt/dt, sedangkan debit kebutuhan rata-rata
Sumber: Hasil Analisa,2014 = 2402.85 lt/dt
c. MT III
Dari Tabel 10 diketahui bahwa terjadi penurunan Debit ketersediaan air rata-rata = 73.65
gilir air setelah diterapkan metode SRI pada lt/dt, sedangkan debit kebutuhan rata-rata
Daerah Irigasi Jragung. Hal ini membuktikan = 492.26 lt/dt
bahwa terjadi pengurangan jumlah kebutuhan air 2. Kinerja jaringan irigasi Daerah Irigasi
pada setiap pola tanam. Perbandingan jumlah Jragung ditinjau dari aspek kondisi fisik dan
kebutuhan air antara metode konvensional dan non fisik sesuai dengan Peraturan Menteri PU
SRI dapat dilihat pada gambar 3. no. 32/PRT/M/2007 memiliki prosentase
kinerja sebesar 66.95 %, sehingga kinerja
Rekomendasi Teknik Jaringan Irigasi Jragung masuk dalam
Berdasarkan hasil analisa neraca air diatas, kategori kurang dan perlu perhatian.
jumlah kebutuhan dan ketersediaan air di Daerah 3. Skala prioritas rehabilitasi dalam peningkatan
Irigasi Jragung tidak seimbang, karena itu penulis kinerja pada Daerah Irigasi Jragung
merekomendasikan hal hal sebagai berikut: ditentukan dengan metode AHP (Analytical
1. Perubahan jadwal pola tanam dan mengganti Hierarcy Process) maka sebagai prioritas
metode tanam dengan metode SRI. Hal ini utama adalah Bendung dan Saluran Induk
sangat efektif, karena setelah dilakukan Jragung, disusul selanjutnya yaitu Saluran
simulasi dengan perubahan jadwal dan Sekunder Teluk, Saluran Sekunder
metode tanam, terjadi penghematan Sugihwaras, Saluran Sekunder Jragung,
penggunaan air sebesar 53.25 %. Saluran Sekunder Karangsono, Saluran
2. Berdasarkan hasil indeks kinerja, Jaringan Sekunder Ngumpul, Saluran Sekunder
Irigasi Jragung dikategorikan kurang dan Pamongan dan Saluran Sekunder Panjen;
perlu perhatian, maka perlu diupayakan 4. Rekomendasi teknik yang ditawarkan dalam
perbaikan-perbaikan dalam upaya mendukung kinerja jaringan irigasi yang baik
peningkatan kinerja. Perbaikan ini tidak bisa adalah dengan menggeser jadwal pola tanam
dilakukan secara menyeluruh, karena yang dimulai pada bulan November menjadi
terbatasnya anggaran yang tersedia, sehingga bulan Desember dan mengganti sistem
penulis menggunakan skala prioritas dalam penanaman padi dari sistem konvensional
Putri, dkk ., Evaluasi Kinerja Daerah Irigasi Jragung Kabupaten Demak 75

menjadi sistem SRI (Sistem of Rice 3. Marimin. 2004, Teknik dan Aplikasi Pengam-
Intensification) dapat menghemat air hingga bilan Keputusan Kriteria Majemuk,
53.25 %. Gramedia, Jakarta.
4. Saaty, Thomas L.1993. Pengambilan
DAFTAR PUSTAKA Keputusan bagi Para Pemimpin. Penerbit
1. Anonim. 2007. Peraturan Menteri Pekerjaan Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta
Umum No.32/PRT/M/2007 Tentang 5. Soewarno. 1995. Hidrologi Untuk Teknik.
Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Penerbit Nova, Bandung.
2. Kunaifi, A. A. 2010. Pola Penyediaan Air DI. 6. Triatmodjo, Bambang. 2010. Hidrologi Ter-
Tibunangka dengan Sumur Renteng pada apan. Cetakan kedua. Beta Offset.
Sistem Suplesi Renggung. Tesis tidak Yogyakarta.
dipubikasikan. Universitas Brawijaya Malang.

Anda mungkin juga menyukai