Oleh :
Dominikus Ketmoen
Mahasiswa Jurusan Teknik, Program Studi Teknik Sipil, Universitas Tribhuwana Tunggadewi
Jl.Telaga Warna Blok C Tlogomas Malang 65145
Telp. (0341) 565500, Fax (0341) 565522
Email : ketmoend@yahoo.com
ABSTRAK
“Studi Perencanaan Jaringan Irigasi Tersier Dengan Tinjauan Kecepatan Minimum Aliran Di Daerah
Irigasi Kedung Brubus Kecamatan Pilangkenceng Kabupaten Madiun” ini dilatar belakangi oleh belum
terealisasikannya fisik jaringan tersier, sehingga lahan-lahan pertanian di wilayah Desa Bulu dan Kenongo
Rejo belum dapat dimanfaatkan secara optimal dalam pengelolaannya. Lokasi pekerjaan jaringan
tersier adalah di Desa Bulu dengan luas lahan pertanian ± 180 Ha dan Desa Kenongo Rejo
dengan luas lahan pertanian ± 35 Ha, Kecamatan Pilangkenceng Kabupaten Madiun. Tinjauan
yang digunakan dalam perencanaan jaringan tersier ini adalah kecepatan minimum aliran yaitu kecepatan
minimum aliran yang diijinkan sehingga tidak terjadi pengendapan sedimen dan pertumbuhan tanaman
air. Hal ini tentunya akan mempermudah pemiliharaan jaringan irigasi tersier serta pembagian air kepetak-
petak sawah dapat diberikan secara optimal. Dasar teori yang digunakan dalam perencanaan jaringan
irigasi ini adalah dengan cara mengumpulkan buku-buku pedoman mengenai perencanaan irigasi dan
penyusunannya mengacu kepada buku pedoman kriteria perencanaan irigasi 01–05 serta buku pedoman
irigasi yang lain mengenai bagaimana cara yang baik untuk merencanakan suatu bentuk penampang
saluran yang efisien
Kata kunci : Jaringan Irigasi Tersier, Kecepatan Minimum aliran, Sedimen, Optimal
"Study Planning Tertiary Irrigation Network With observation Minimum Flow Speed of area Irrigation
Kedung Brubus sub-district Pilangkenceng districts madiun” is motivated by not yet the physical
realization of tertiary network, so the agricultural land in the village of Bulu and Kenongo rejo can not be
used optimally in its management. a location jobs irrigation network at bulu village with an area ± 180 ha
of agricultural land and village Kenongo rejo ± 35 ha of agricultural land,sub-district Pilangkenceng
districts madiun. Review which used in the tertiary network planning is the minimum flow velocity i.e. the
minimum speed which allowable so that no sediment deposition and growth of aquatic plants. This will
facilitate maintenance work tertiary irrigation network and water distribution rice field terraces can be
administered optimally. Basic theory used in the planning of the irrigation network by collecting the
reference book about planning irrigation and arrange according to handbook of irrigation planning criteria
01-05 and other irrigation handbook on how to plan a good cross section of the channel shape efficient.
R50 = curah hujan andalan 50% Metode yang digunakan didasarkan pada
kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air
Analisis Ketersediaan Air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang sudah
Analisis ketersedian air atau analisis potensi air dijenuhkan selama periode penyiapan lahan 30 hari,
dapat dilakukan dengan menggunakan berbagi dengan tinggi genangan air 250mm atau
alternative data dasar antara lain : 8,33mm/hari. Rumus yang digunakan dalam
penyiapan lahan:
a. Berdasarkan data runtut – waktu (time series)
dari data debit aliran yang ada (historis), IR =
bilamana data tersedia. (KP-penunjang, 1986, Standart Perencanaan Irigasi,
b. Jika tersedia data debit, atau jika ternyata data hal. 5)
debit yang ada hanya mencakup kurang dari Perkolasi
lima tahun, maka perkiraan potensi sumber
daya air dilakukan berdasarkan data curah Perkolasi adalah proses mengalirnya air dibawah
hujan, iklim dan kondisi DAS dengan permukaan tanah akibat adanya gaya grafitasi atau
menggunakan model hujan – aliran (rainfall – tekanan hidrostatik atau juga dari keduanya, dan
runoff model) suatu lapisan tanah kelapisan tanah dibawahnya,
hingga mencapai permukaan air tanah pada lapisan
Kebutuhan Air Irigasi jenuhnya. Jenis air ini tidak dapat dimanfaatkan
Air irigasi adalah sejumlah air yang umumnya untuk tanaman.
diambil dari sungai atau waduk dan dialirkan Besar angka perkolasi dapat dilihat pada tabel
melalui sistim jaringan irigasi, guna menjaga beriku ini :
keseimbangan jumlah air dilahan pertanian Tabel 4.16 laju perkolasi
(Suharjono, 1994). Jumlah kebutuhan air guna Jenis tanah Angka perkolasi
memenuhi kebutuhan air air irigasi dapat ditentukan
dengan langkah-langkah berikut : Padi Palawija
(mm/hari) (mm/hari)
1. Menghitung evapotranspirasi potensial Tekstur berat 1 2
2. Menghitung penggunaan konsumtif tanaman
Tekstur sedang 2 4
3. Memperkirakan laju perkolasi lahan yang
dipakai Tekstur ringan 5 10
Sumber : Standar Perencanaan Irigasi KP-01
Penggantian Lapisan Air Koefisien Tanaman
Penggantian lapisan air dimaksudkan untuk Besarnya koefisien tanaman yang diperlukan untuk
mengisi kembali lapisan air setelah dilakukan menghitung evapotranspirasi tergantung dari jenis
pemupukan. Penggantian ini dilakukan sebanyak 2 dan umur tanaman tersebut. Koefien tanaman ini
kali, masing-masing 50 mm (3,3 mm/hari selama merupakan faktor yang mencari besarnya air yang
setengah bulan) selama sebulan dan dua bulan habis terpakai oleh tanaman untuk pertumbuhannya.
setelah transplantasi.
Pengunaan Konsumtif
Efisiensi Irigasi
Penggunaan air yang dikomsumsi tanaman
Total efisiensi irigasi untuk padi diambil sebesar tergantung pada data iklim dan koefisien tanaman
65% (dengan asumsi 90% efisiensi pada saluran pada tahap pertumbuhannya. Rumus yang dipakai :
primer, 90% efisiensi pada saluran sekunder, dan Etc = Kc . EP
80% efisiensi pada jaringan tersier). Pada tanaman
Dengan :
padi efisiensi pada lahan pertanian tidak
dipertimbangkan tapi analisa keseimbangan air Etc = Penggunaan konsumtif (mm/hari).
diperhitungkan sebagai kebutuhan untuk lahan. EP = Evapotranspirasi potensial (mm/hari),
Efisiensi irigasi keseluruhan untuk palawija diambil dihitung dengan metode Penman Modifikasi.
sebesar 50% (KP-01, 176).
Kc = Koefisien tanaman, besarnya tergantung
Pola Tanam pada jenis, macam, dan umur tanaman.
Berdasarkan data tanaman yang ada, pola dan
kalender tanam daerah irigasi Kadung Brubus Kebutuhan Air Dipintu Pengambilan
adalah : Padi - Padi - Padi (1/3 bagian) dan Palawija Besarnya kebutuhan air di pintu pengambilan
(2/3 bagian) dengan Masa Tanam pertama pada adalah banyaknya kebutuhan air bersih di sawah
umumnya dimulai akhir bulan Nopember hingga dibagi dengan efisiensi proyek. Rumus yang
awal bulan Desember dengan waktu pengolahan digunakan adalah:
tanah + 30 hari. Pada Masa Tanam kedua pada
umumnya dimulai awal bulan April, sedangkan DR =
Masa Tanam ketiga dimulai pada awal bulan
Dimana :
Agustus.
DR = Kebutuhan air di pintu pengambilan
Kebutuhan Air Sawah (NFR)
(l/dt/ha)
Banyaknya air yang diperlukan oleh tanaman
NFR = Kebutuhan air di sawah (mm/hari)
pada suatu petak sawah dinyatakan dalam
persamaan berikut : E = Efisiensi irigasi (%)
NFR = ETc + P + WLR – Re 8,64 = Angka konversi satuan dari mm/hari ke
Dengan : lt/dt/ha
NFR = kebutuhan air di sawah (mm/hari).
Etc = kebutuhan air tanaman (mm/hari). Debit Rencana Dipetak Tersier
WLR = penggantian lapisan air (mm/hari). Untuk bangunan pengambilan yang mengairi luas
P = perkolasi (mm/hari). areal petak Tersier > 10 Ha, dikatagorikan sebagai
Re = curah hujan efektif. bangunan Sadap, sedangkan untuk bangunan
Kebutuhan air tanaman (ETC) pengambilan yang mengairi luas areal petak
Tersier < 10 Ha dikatagorikan sebagai bangunan
Besarnya kebutuhan air tanaman (consumptive use) Corong. Untuk Bangunan Corong, debit yang
dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut : dipakai adalah debit minimum = 10 l/dt.
Etc = Kc . Eto Perhitungan Kebutuhan Debit Tersier sebagai
berikut :
Dengan :
Q=a .A
Etc = Evapotranspirasi (consumptive use) mm
Dimana :
Kc = Koefisien tanaman
Q = Debit yang direncanakan (m3/dtk)
Eto = Evaporasi potensial, mm/hari
A = Satuan angka kebutuhan air di petak Kecepatan Aliran
tersier (lt/dtk/Ha)
Persamaan yang digunakan adalah persamaan
a = Luas petak tersier (Ha) manning untuk menghitung penampang pada satu
titik kontrol (R. Raju, 1986:38) :
Debit Rencana Saluran
1 2 3 12
Debit rencana adalah debit yang digunakan sebagai V R S
debit saluran dalam perencanaan saluran. Besar n
debit rencana dipengaruhi oleh kebutuhan bersih air A
sawah. Luas area yang diari dan efisien irigasi R
P
A H B 2.H
saluran. Debit rencana sebuah saluran dihitung
dengan rumus umum sebagai berikut : Untuk penampang persegi
Hasil perhitungan perencanaan saluran pada semua Anonimous .1986. Pedoman Perencanaan Saluran
saluran irigasi yang direncanakan disusun dalam Terbuka. Dep. Pu. Jakarta.
bentuk tabel dimulai dari saluran primer sampai Anonim, 2004. Undang-Undang Republik
saluran tersier akir. Indonesia No. 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya
KESIMPULAN DAN SARAN Air.
Berdasarkan penelitian tentang perencanaan saluran Anonim, 2006. Peraturan Pemerintah Republik
tersier Lokasi pekerjaan Desa Bulu dengan luas Indonesia No. 20 Tahun 2006 Tentang Irigasi.
lahan pertanian ± 180 Ha dan Desa Kenongo Rejo Chow.V.T. 1999. Hidrolika Saluran Terbuka,
dengan luas lahan pertanian ± 35 Ha, Kecamatan Terjemahan EV. Nensi Rosalina. Erlangga. Jakarta
Pilangkenceng Kabupaten Madiun, maka
didapatkan hasil sebagai berikut : Prastumi. MT. dan Masrevaniah, 2008. Bangunan
Air, Surabaya: Srikandi.
1) Kebutuhan air irigasi di saluran irigasi tersier
dengan luas baku sawah 207 ha yang berada di Soemarto. CD. 1987. Hidrologi Teknik. Surabaya:
Desa Bulu Kecamatan Pilang Kenceng, Usaha Nasional.
Kabupaten Madiun adalah sebesar 213, 1272 Sosrodarsono. S dan Takeda. K. 2006. Hidrtologi
m3/dtk. Untuk Pengairan. PT. Pradnya Paramita. Jakarta:
2) Bentuk dimensi saluran yang direncakan ditinjau
dari kecepatan minimum aliran menggunakan Soedarsono. S. 1994. Perbaikan Dan Pengaturan
tabel De Vos sesuai kebutuhan airnya maka Sungai. PT. Pradya Paramita. Jakarta.
diperoleh hasil bentuk saluran trapesium. Sidharta, SK, 1997. Irigasi dan Bangunan Air,
Tabel Dimensi Saluran Gunadarma, Jakarta.
Wilson. E.M. 1993. Hidrologi Teknik, Terjemaan
Purbohadiwijdoyo, 1TB. Bandung
Wesli.2008. Drainase Perkotaan. Graham Ilmu,
Yogyakarta