Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL TUGAS AKHIR

ANALISIS PROFIL MUKA AIR SUNGAI DAIK


MENGGUNAKAN HEC RAS

Oleh :

RAHMAN WAHIDIN MIATULLAH

1507112119

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
ANALISIS PROFIL MUKA AIR SUNGAI DAIK
MENGGUNAKAN HEC RAS

A. Latar Belakang

Kabupaten Lingga adalah kabupaten baru yang terletak di Provinsi


Kepulauan Riau yang baru diresmikan pada tahun 2003. Pemekaran wilayah di
Kepulauan Riau dengan membentuk Kabupaten Lingga agar dapat meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat di bidang pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan serta memberikan kesempatan untuk memanfaatkan dan
mengembangkan potensi daerah. Pemekaran Kabupaten Lingga dikarenakan
dinilai mampu dari segi ekonomi, potensi daerah, kondisi sosial budaya, kondisi
sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan kekayaan sumber daya alam
yang ada di Kabupaten Lingga [CITATION Kar12 \l 1033 ].

Sungai Daik terletak di Kabupaten Lingga, kondisi sungai di sana masih asri
dan jarang dijamah manusia. Jika Sungai Daik ini dapat dimanfaatkan dan
dikelola dengan baik, maka bisa menjadi lokasi wisata yang ramah lingkungan.
Terutama bagi mereka yang menyukai lokasi-lokasi wisata alam yang masih
alami.

Pada tahun 2020 sedang di bahas tentang penetapan sempadan Sungai


Daik, dimana pada PP 38 tahun 2011 tentang Sungai mendefiniskan Sungai
adalah alur atau wadah air alami atau buatan berupa jaringan pengaliran air
beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan dan
kiri oleh garis sempadan. Garis sempadan adalah garis maya di kiri dan kanan
palung sungai yang ditetapkan sebagai batas perlindungan sungai. Tepi kiri dan
kanan palung sungai adalah tepi palung sungai yang ditentukan pada saat
penetapan garis sempadan.

Keberadaan sungai juga diharapkan mampu menampung debit air yang


melintas supaya tidak menyebabkan banjir. Untuk penanganan pencegahan banjir
perlu ada penelitian tentang muka air Sungai Daik. Pendekatan menggunakan
pemodelan software sering kali dilakukan untuk perencanaan simulasi banjir.
Software yang umum digunakan adalah HEC-RAS, sebagai software open source
(Oktaga et al., 2015).

Menurut Istiarto (2014) untuk melakukan penelusuran banjir (flood routing)


di sungai, perlu simulasi aliran tak permanen. Jika hanya ingin memperkirakan
muka air banjir di sepanjang sungai, dapat dilakukan simulasi aliran permanen,
dengan catatan bahwa muka air banjir yang hasil hitungan akan lebih tinggi
daripada seharusnya (over estimate)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah–masalah yang telah dipaparkan diatas maka dapat


dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana profil muka air sungai Daik untuk berbagai kondisi banjir
rencana sebagai boundary condition di bagian hulu?
2. Seberapa besar debit puncak banjir rencana yang mampu ditampung
Sungai Daik?

C. Tujuan Dan Manfaat

Tujuan dari penelitian ini yaitu :

1. Mengetahui hasil simulasikan profil muka air di Sungai Daik.dari


penggunaan software HEC-RAS 5.0.7.
2. Mengetahui debit puncaak banjir rencana yang mampu ditampung
Sungai Daik.
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini antara lain :

1. Meningkatkan pengetahuan tentang penggunaan softwere HEC-RAS


5.0.7
2. Diharapkan hasil yang didapat dari profil muka air Sungai Daik bisa
digunakan untuk kepentingan perencanaan bangunan air maupun
pengendalian banjir Sungai Daik.
D. Batasan Masalah
a) Daerah tinjauan adalah Sungai Daik dengan panjang sungai 4.77 km dan
koordinat Latitude 0°13'0.51"S longitude 104°37'27.09"E
b) Data curah hujan yang digunakan dalam analisis hidrologi adalah data dari
Stasiun Meteorologi Dabo dari tahun 2010-2019
c) Simulasi menggunakan debit rencana kala ulang 100 tahun (debit
tertinggi)
d) Simulasi dilakukan dengan menggunakan bantuan software HEC-RAS
5.0.7
e) Jenis aliran yang digunakan pada HEC-RAS adalah steady flow dengan
model tampilan 3D

E. Tinjauan Pustaka
E.1. Curah Hujan
Curah hujan (mm) merupakan ketinggian yang jatuh pada tempat yang datar
dengan asumsi tidak menguap, tidak meresap dan tidak mengalir. Curah hujan 1
(satu) mm adalah air hujan setinggi 1 (satu) mm yang jatuh atau tertampung pada
tempat yang datar seluas 1 m2 dengan asumsi tidak ada yang menguap, mengalir,
dan meresap. Curah hujan yang tinggi di wilayah tropik pada umumnya dihasilkan
dari proses konveksi dan pembentukan awan hujan panas. Pada dasarnya curah
hujan yang dihasilkan dari gerakan massa udara lembab ke atas. Agar terjadi
gerakan keatas, atmosfer harus dalam kondisi tidak stabil. Kondisi tidak stabil
terjadi dimana jika udara yang naik lembab dan lapse rate udara lingkungannya
berada antara lapse rate adiabatik kering dan lapse rate adiabatik jenuh [CITATION
Mul14 \l 1033 ].

E.2. Aliran Langgeng (Steady flow)


Komponen pada model ini digunakan untuk menghitung profil muka air
pada kondisi aliran langgeng (steady). Sistem ini dapat digunakan pada sebuah
saluran, jaringan, atau sebuah jaringan besar termasuk saluran dan saluran kecil
lainnya. Komponen pada steady flow dapat memodelkan profil muka air pada
kondisi aliran subkritis, superkritis, dan sistem gabungan. Dasar perhitungan
komputer didasarkan pada solusi satu dimensi energi. Energi yang hilang
disebabkan oleh gesekan (persamaan Manning), penyempitan dan pelebaran
(koefisien tambahan dari perubahan dalam tinggi kecepatan). Persamaan
momentum bermanfaat ketika profil muka air mengalami perubahan tiba-tiba.
Situasi ini termasuk dengan sistem perhitungan aliran gabungan atau aliran pada
jembatan dan perubahan muka air pada pertemuan saluran [ CITATION Gin141 \l
1033 ].

E.3. Aliran Tak Langgeng (Unsteady flow)


Komponen untuk aliran tak langgeng dikembangkan untuk perhitungan
aliran subkritis. Perhitungan hidrolik untuk cross-section, jembatan, gorong-
gorong dan struktur hidrolik lainnya yang dikembangkan untuk komponen aliran
langgeng digabung dengan perhitungan aliran tidak langgeng. Komponen untuk
aliran tidak langgeng digunakan untuk model tampungan dan hubungan hidrolik
dengan tampungan [ CITATION Gin141 \l 1033 ].

E.4. Perhitungan Debit Banjir Rencana

E.4.1 Analisa Curah Hujan

E.4.1.1 Analisa Curah Hujan Rata-Rata Daerah

Data curah hujan harian yang tercatat pada setiap stasiun pencatat adalah
data curah hujan terbesar dalam satu tahun pencatatan dengan tanggal dan bulan
yang mungkin saja berbeda pada setiap stasiun. Adapun tiga macam cara yang
umum digunakan dalam menghitung hujan rata-rata daerah antara lain metode
Rata-rata Aljabar, metode Poligon Thiessen, dan metode Isohyet [ CITATION
Sur04 \l 1033 ]

1. Rata-rata aljabar

Merupakan metode yang paling sederhana dalam perhitungan hujan daerah.


Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa semua penakar hujan mempunyai
pengaruh yang setara. Hasil perhitungan hujan kawasan ini diperoleh dari
persamaan
n

∑ Pi
P 1+ P 2+ P 3+...+ Pn i−1
P= =
n n

Dimana:

P1,P2,...,Pn = Curah hujan yang tercata di pos penakar hujan 1,2,...,n

n = Banyaknya pos penakar hujan

2. Metode Poligon Thiessen

Metode ini juga dikenal sebagai metode rata-rata timbang (weighted


mean). Cara ini cocok untuk daerah datar dengan luas 500 –5000 km . Persamaan 2

yang digunakan dalam metode ini adalah:

P 1+ P 2+ P 3+...+ Pn i−1
∑ PiAi
P= = n
n
∑ Ai
i−1

Dimana:

P1,P2,...,Pn = Curah hujan yang tercatat di pos penakar hujan 1,2,...,n

A1,A2,...,An = Luas areal polygon i

N = Banyaknya pos penakar hujan

3. Metode Isohyet

Metode ini merupakan metode yang paling akurat,namun memerlukan


keahlian dan pengalaman. Persamaan metode Isohyet adalah sebagai berikut:

P 1+ P 2

P=
∑ [(
A
2 )]
∑A
Dimana:

P1,P2,...,Pn = Curah hujan yang tercatat di pos penakar hujan 1,2,...,n

A1,A2,...,An = Luas areal polygon i

N = Banyaknya pos penakar hujan

Dalam menentukan curah hujan rata-rata terbesar pada Daerah Aliran


Sungai Daik diambil dari stasiun Meteorologi Dabo. Kemudian dicari dengan cara
rata-rata aljabar yaitu rata-rata terbesar dari stasiun pencatat curah hujan tersebut.

E.4.2 Uji Distribusi Frekuensi

Tujuan dari analisis frekuensi curah hujan ini adalah untuk memperoleh
curah hujan dengan beberapa perioda ulang. Pada analisis ini digunakan beberapa
metoda untuk memperkirakan curah hujan dengan periode ulang tertentu.

Metoda yang dipakai nantinya harus ditentukan dengan melihat karakteristik


distribusi hujan daerah setempat. Periode ulang yang akan dihitung pada masing-
masing metode adalah untuk periode ulang 2, 5, 10, 25, 50, dan 100 tahun.

Dari perhitungan distribusi-distribusi di atas akan diperoleh hasil yang


berbeda-beda, oleh karena itu perlu dilakukan test untuk menentukan hasil yang
terbaik, yaitu yang memiliki penyimpangan terkecil. Ada dua metode pemeriksaan
kesesuaian yang lazim di pakai yaitu metode Chi-Square Test (X2test) dan metode
Smirnov-Kolmogorof. Hasil perhitungan dari kedua metode tersebut selanjutnya
dibandingkan dan dipilih yang memiliki penyimpangan terkecil [ CITATION Sur04 \l
1033 ].

E.4.2.1 Metode Chi-Square Test

Metode ini hanya cocok digunakan untuk memeriksa data pengamatan yang
banyak, Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut [ CITATION Sur04 \l 1033
]:

( Ef −Of )2
x 2= ∑
Ef
dimana :

X2 = Harga Chi –kuadrat

Ef = Frekuensi (banyaknya pengamatan yang diharapkan, sesuai


pembagian kelasnya)

Of = Frekuensi yang terbaca pada kelas yang sama

Nilai X2 yang terdapat ini harus lebih kecil dari nilai X2Cr (Chi-kuadrat
kritik) yang didapat dari tabel, untuk suatu derajat nyata tertentu (level of
significance), yang sering diambil sebesar 5%. Derajat kebebasan ini secara
umum dapat dihitung dengan : DK = k –(P + 1)

Dimana :

DK = Derajat kebebasan (number of degree of freedom)

K = Banyaknya kelas (grup)

P = Banyaknya keterikatan (constrain) atau sama dengan parameter,


yang untuk distribusi Chi-kuadrat = 2

E.4.2.2 Metode Smirnov Kolmogorov

Untuk mengetahui apakah data tersebut benar sesuai dengan jenis selebaran
teoritis yang dipilih, perlu dilakukan pengujian lebih lanjut. Untuk keperluan
analisis uji kesesuaian dipakai uji kecocokan Smirnov-Kolmogorov. Uji
kecocokan Smirnov-Kolmogorov diperoleh dengan memplot data dan
probabilitasnya dari data yang bersangkutan, serta hasil perhitungan empiris
dalam bentuk grafis. Dari kedua hasil pengeplotan dapat diketahui penyimpangan
terbesar (∆ maksimum).

Penyimpangan tersebut kemudian dibandingkan dengan penyimpangan


kritis yang masih diijinkan (∆cr).

P ≤ ∆cr

Dimana :

P = Peluang terbesar dari distribusi empiris dan teoritis,


∆cr = Nilai peluang yang diperoleh dari tabel uji Smirnov-Kolmogorov
yang merupakan fungsi dari sejumlah data dan tarif signifikan yang dikehendaki.

Tabel E.1 Harga kritis (∆cr) untuk uji Smirnov-Kolmogorov

N /α 0,20 0,10 0,05 0,01


5 0,45 0,51 0,56 0,67
10 0,32 0,37 0,41 0,49
15 0,27 0,30 0,34 0,40
20 0,23 0,26 0,29 0,36
25 0,21 0,24 0,27 0,32
30 0,19 0,22 0,24 0,29
35 0,18 0,20 0,23 0,27
40 0,17 0,19 0,21 0,25
45 0,16 0,18 0,20 0,24
50 0,15 0,17 0,19 0,23

n>50 1,07/√n 1,07/√n 1,07/√n 1,07/√n


Sumber : [CITATION Tri10 \l 1033 ]
E.4.3 Curah Hujan Rencana
Metode yang digunakan untuk menghitung curah hujan rancangan adalah
metode EJ Gumbel dan Log Pearson Tipe III. Nilai curah hujan rancangan
terbesar dari kedua metode ini menjadi pendekatan berikutnya:

E.4.3.1 Distribusi Gumbel

Metode E.J. Gumbel dengan persamaan sebagai berikut (Suripin,2003) :

X = X͞ + s.K

Dengan :

X = Variate yang diekplorasikan, yaitu besarnya curah hujan


rancangan untuk periode ulang T tahun

X͞ = Harga rata-rata dari data,

S = Deviasi standar,

KT = Faktor frekuensi yang merupakan fungsi dari periode ulang


(return period) dan tipe distribusi frekuensi.

n
1
X͞ = ∑ Xi
n i −1

s=
√ ∑ ( Xi− X͞
i−1
n−1
)2

Untuk menghitung faktor frekuensi E.J.Gumbel digunakan rumus :

Y Tr −Ȳn
k=
Sn

Dengan :

YTr = Reduce variate sebagai puncak periode ulang T tahun,

Ȳn = Reduce mean sebagai fungsi dari banyak data n,


Sn = Reduce standard deviation sebagai fungsi dari banyaknya data n,

Tr−1
YTr=−ln −ln { Tr }
Dengan mensubstitusikan ketiga persamaan diatas diperoleh :

Y Tr−Ȳn
X Tr= X͞ + S
Sn

Atau

1
X Tr=b+ Y Tr
a

Dimana :

s YnS
a= ; b= X͞ .
Sn Sn

Persamaan diatas menjadi :

1
X =b+ XTr
a

XTr= Debit banjir dengan waktu balik Tr tahun

Adapun karakteristik dari distribusi Gumbel adalah (Sri Harto,1993) :

1. Nilai koefisien skewness (Cs)= 1,1396


2. Koefisien kurtosis (Ck)= 5,4002

Adapun perhitungan nilai koefisien keragaman, skewness, dan kurtosis :

S
1. Koefisien keragaman ( Cv )= ͞
X
a
2. Koefisien skewness ( Cs )=
S3

Dimana :

n
n
a= ∑ (Xi− X͞ )3
(n−1)(n−2) i−1
n2 ∑ ( Xi− X͞ )4
3. Koefisien kurtosis ( Ck )=
(n−1)(n−2)(n−3)S 4

Dimana :

S = Standar deviasi,

X͞ = Rata-rata hitung,

n = Jumlah data,

Xi = Data ke-i.

Tabel E.2 Reduce Variate sebagai fungsi waktu

Tr (Tahun) Reduce Variete (Yt)


2 0,3665
5 1,4999
10 2,2504
20 2,9072
25 3,1985
50 3,9019
100 4,6001

Sumber : [CITATION Tri10 \l 1033 ]

Tabel E.3 Harga-harga Sn dan Yn

n Sn Yn
10 0.9496 0.4952
11 0.9676 0.4996
12 0.9833 0.5035
13 0.9971 0.507
14 1.0095 0.51
15 1.0206 0.5128
16 1.0316 0.5157
17 1.0411 0.5181
18 1.0493 0.5202
19 1.0565 0.522
20 1.0628 0.5236

Sumber : [CITATION Tri10 \l 1033 ]

E.4.3.2 Distribusi Log-Person Tipe III

Berikut ini langkah-langkah penggunaan distribusi Log-Person Tipe III

1. Ubah data ke dalam bentuk logaritmis, X = log X


2. Hitung rata-rata :

∑ logXi
log X͞ = i=1
n

3. Hitung harga simpangan baku :

s=¿ ¿

4. Hitung koefisien kemencengan


n
G=n ∑ ¿ ¿¿ ¿
i=1

5. Hitung logaritma hujan atau banjir dengan periode ulang T tahun dengan
rumus:

Log XT= log X͞ + K.s


Untuk perhitungan Distribusi Log-Person tipe III, data statistiknya tidak
mendekati ciri-ciri khas distribusi sebelumnya (Sri Harto, 1993)

E.4.3 Curah hujan efektif


Untuk menghitung debit banjir rencana, maka hasil perhitungan curah hujan
harian dirubah menjadi hujan efektif. Dalam hal ini curah hujan efektif sama
dengan curah hujan harian dikurangi dengan kehilangan seperti penguapan,
peresapan, dan sebagainya. Apabila kehilangan tersebut dinyatakan sebagai
bagian dari hujan rata-rata yang jatuh di dalam aliran sungai, maka besarnya curah
hujan menjadi :

Re = Rt-d.Rt

= Rt (1-d), jika 1-d = C

Dengan :

Re = Curah hujan efektif,

Rt = Curah hujan rata-rata yang jatuh di dalam daerah aliran sungai,

D = Koefisien yang menyatakan berapa bagian kehilangan curah


hujan,

C = Koefisien aliran

Tabel E.4 Harga Koefisien Pengaliran (Run Off Coeffisien)

Kondisi Daerah Aliran Harga C


Daerah pegunungan berlereng terjal 0,75 -0,90
Daerah perbukitan 0,70 -0,80
Daerah bergelombang dan bersemak-semak 0,50 -0,75
Daerah dataran yang digarap 0,45 -0,60
Daerah persawahan irigasi 0,70 -0,80
Sungai di daerah pegunungan 0,75 -0,80
Sungai kecil di daerah dataran 0,45 -0,75
Sungai yang bebas dengan wilayah pengikisan yang 0,50 -0,75
lebih dari seperlunya terdiri dari dataran
Sumber : Bendungan Type Urugan Ir. Suyono Sosrodarsono dan Kensaku Takeda

E.4.4 Distribusi Curah Hujan Tiap Jam


Perhitungan hidrograf banjir dengan memakai sistem unit hidrograf
diperlukan pembagian hujan yang mungkin terjadi dalam selang waktu. Daerah
pengaliran di Indonesia biasanya diambil selang waktu 5 sampai dengan 7 jam.
Sebagai pendekatan untuk pengaliran DAS Tukad Unda diambil hujan harian
selama 5 jam. Pengambilan curah hujan tiap jamnya dihitung dengan metode
Rasional, yaitu :

1. Perhitungan rata-rata hujan sampai jam ke-T

Rt = Ro (T1/t)2/3= Ro (5/T)2/3

Ro = R24/T1

Dengan :

Rt= Rata-rata hujan jam ke-T,

T1= Waktu terpusat hujan harian

R24= Hujan harian efektif (mm/jam),

Ro= Hujan harian rata-rata (mm/jam).

2. Perhitungan curah hujan pada jam ke-T

Rt= t.Rt-(t-1) . R (t-1)

Keterangan :

Rt= Curah hujan pada jam ke-T

E.4.5 Unit Hidrograf


Untuk menentukan pola hidrograf banjir (Patern of flood hidrograf) yang
ditempuh dengan cara unit hidrograf yang diusulkan oleh Dr. Nakayasu. Debit
puncak dalam metode ini dapat dihitung dengan rumus :
AR
Qmax=
3,6(0,3 T p T 0,3)

Dengan :

Qmax = Besarnya debit puncak banjir (m3/dt),

Ro = Curah hujan satuan (mm),

A = Luas daerah pengaliran (Km2),

Tp = Waktu permulaan banjir sampai puncak (jam),

T0,3 = Waktu yang diperlukan oleh penurunan debit dari debit


puncak sampai 30% dari debit puncak.

Untuk mendapatkan harga Tp dan T0,3 dipergunakan rumus sebagai


berikut:

Tp= Tg + 0,8Tr

T0,3= α. Tg

Keterangan :

Tg = Log Time (selang waktu) dalam daerah aliran dalam satuan jam.
Besarnya Tg tergantung dari panjang sungai (L) dengan ketentuan sebagai
berikut:

L > 15 Km Tg = 0,4 + 0,058L

L< 15 Km Tg = 0,21 + L0,7

Tr = Satuan waktu dari hujan (jam), besarnya diambil 0,5 Tg sampai


dengan Tg. Berdasarkan persamaan Hidrograf satuan tersebut akan terbentuk
kurva yang ditampilkan seperti pada gambar.

Berdasarkan kurva tersebut diatas akan didapat hal-hal sebagai berikut :

1. Pada kurva naik


(0 < t < Tp)
Q/Qmax = (t/Tp)24
2. Pada kurva turun

1. (Tp < t T0,1)


(t−Tp)
( T 0,3 )
Q/Qmax = 0,3
2. (T0,3 < t < T0,32)
(t−Tp+ 0,5T 0,3 )
(1,5.T 0,3 )
Q/Qmax = 0,3
3. (t > T0,32)
(t−Tp+1,5 T 0,3)
(2.T 0,3 )
Q/Qmax = 0,3

E.5 Analisis Hidrolika


Saluran drainase merupakan prasarana pembuang air hujan yang digunakan
untuk mengalirkan air tersebut menuju pembuang akhir yang berupa laut atau
danau. Dari segi keberadaannya, saluran drainase dapat berupa saluran alami
ataupun buatan manusia. Sedangkan dari segi penyalurannya, saluran drainase
dapat dibedakan menjadi saluran terbuka dan tertutup.

Saluran terbuka merupakan saluran dimana muka air dibatasi oleh dinding
dan pada bagian muka air bebas. Sedangkan saluran tertutup merupakan seluruh
muka air dibatasi oleh dinding dan lazim disebut saluran pengaliran bertekanan.

E.5.1 Aliran
Aliran pada saluran terbuka maupun saluran tertutup yang mempunyai
permukaan bebas disebut aliran permukaan bebas (free surface flow) atau aliran
saluran terbuka (open channel flow). Permukaan bebas mempunyai tekanan yang
sama dengan tekanan atmosfir. Aliran permukaan bebas dapat diklasifikasikan
menjadi beberapa tipe tergantung kriteria yang digunakan. Berdasarkan perubahan
kedalaman dan atau kecepatan mengikuti waktu, maka aliran dibedakan menjadi
aliran permanen (steady) dan tidak permanen (unsteady), sedangkan berdasarkan
fungsi ruang aliran dapat dibedakan menjadi aliran seragam (uniform) dan aliran
tidak seragam (non-uniform) (Suripin, 2003).

E.5.1.1 Aliran Permanen Dan Tidak Permanen

Jika kecepatan aliran pada suatu titik tidak berubah terhadap waktu, maka
aliran tersebut merupakan aliran permanen atau tunak (steady). Apabila kecepatan
pada suatu lokasi tertentu berubah terhadap waktu, maka aliran tersebut
merupakan aliran tidak permanen atau tidak tunak (unsteady).

E.5.1.2 Aliran Seragam Dan Tidak Seragam

Jika kecepatan aliran pada suatu waktu tidak berubah sepanjang saluran
yang ditinjau, maka alirannya disebut seragam (uniform flow). Namun jika
kecepatan aliran pada saat tertentu berubah terhadap jarak, maka alirannya disebut
aliran tidak seragam (non-uniform flow).

E.5.1.3 Aliran Subkritis, Kritis, Dan Superkritis

Aliran dikatakan kritis apabila kecepatan aliran sama dengan kecepatan


gelombang gravitasi dengan amplitude kecil. Gelombang gravitasi dapat
dibangkitkan dengan merubah kedalaman. Apabila kecepatan aliran lebih kecil
dari kecepatan kritis, maka aliran disebut subkritis. Apabila kecepatan alirannya
lebih lebih besar dari kecepatan kritis, maka alirannya disebut superkritis.
Parameter yang digunakan untuk menyatakan ketiga jenis aliran tersebut ialah
dengan bilangan Froude (Fr) (KG Rangga Raju, 1986).

V
Fr=
√g . h

Dengan :

Fr= Bilangan Froude

V= Kecepatan aliran (m/det)

h= Kedalaman aliran (m)

g= Percepatan gravitasi (m/det2)


Berdasarkan besarnya bilangan Froude, aliran pada saluran terbuka
dibedakan :

Fr < 1, maka alirannya sukritis (menggenang),

Fr = 1, maka alirannya kritis (mengalir),

Fr > 1, maka alirannya superkritis (meluncur).

E.5.2 Kecepatan
Kecepatan aliran dalam saluran biasanya sangat bervariasi dari satu titik ke
titik lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya tegangan geser didasar dan di
dinding saluran serta keberadaan permukaan bebas. Akibat sulitnya menentukan
tegangan geser dan distribusi kecepatan dalam aliran turbulen, maka diguanakan
pendekatan empiris untuk menghitung kecepatan rata-rata. Rumus empiris yang
sering digunakan adalah persamaan Manning (Suripin, 2003) :

2 1
1
V = . R3 . S 2
n

Dimana :

V= Kecepatan rata-rata (m/det)

R= Jari-jari hidrolik, R = P/A,

A= Luas penampang basah (m2),

S= Kemiringan dasar saluran,

n= Koefisien kekasaran Manning.

E.6 Profil Muka Air

E.6.1 Profil Muka Air Untuk Berbagai Kemiringan Dasar Saluran


Berdasarkan kemiringan dasar saluran, kondisi permukaan, geometri
penampang melintang, dan debit, maka saluran terbuka dapat diklasifikasikan ke
dalam lima macam. Pengelompokan ini berdasarkan kondisi aliran di saluran yang
diindikasikan oleh posisi relatif kedalaman normal hN dan kedalaman kritis hC
yang dihitung untuk tiap-tiap saluran. Kriterianya adalah sebagai berikut :

1. Saluran datar (horizontal channel): So = 0 dan hN ∞

2. Saluran landai (mild channel): So < Sc dan hN > hC

3. Saluran kritis (critical channel): So = Sc dan hN = hC

4. Saluran terjal (steep channel): So > Sc dan hN < hC

5. Saluran menanjak (adverse channel): So < 0

E.6.2 Perhitungan Profil Muka Air


Perhitungan profil muka air biasanya dilakukan secara bertahap dari suatu
tampang ke tampang berikutnya yag berjarak cukup kecil sehingga permukaan air
di antara kedua tampang dapat didekati dengan garis lurus. Apabila aliran adalah
subkritis hitungan dimulai dari titik paling hilir dan maju kearah hulu, sedangkan
jika aliran adalah superkritis hitungan dilakukan dari hulu ke hilir [ CITATION
Tri08 \l 1033 ].

E.6.2.1 Metode Integrasi Grafis

Metode Integrasi grafis adalah metode yang mengintegrasikan persamaan


dinamis dari aliran berubah lambat laun secara grafis. Dipilih dua penampang
saluran dengan jarak berturut-turut X1 dan X2 terhadap suatu titk awal dan dengan
kedalaman berturut-turut y1 dan y2. Jarak dalam arah dasar saluran adalah (Ven te
chow, 1997):
Gambar E.1 Metode Integrasi Grafis

2 2
dx
X =X 2 + X 1 =∫ dx=∫ dy
1 1 dy

Luas daerah yang diarsir yang terbentuk oleh lengkung, sumbu y dan
ordinat dx/dy adalah sama dengan nilai x yang sesuai dengan y1 dan y2. di dalam
perhitungan, x adalah jarak antara stasiun 1 dengan stasiun berikutnya, yang dicari
melalui bantuan grafik berupa daerah yang diarsir.

E.7 Program HEC-RAS


HEC-RAS merupakan program aplikasi untuk memodelkan aliran di
sungai, River Analysis System (RAS), dibuat oleh Hydrologic Engineering Center
(HEC) yang merupakan satuan kerja di bawah US Army Corps of Engineers
(USACE). HEC-RAS merupakan model satu dimensi aliran permanen maupun tak-
permanen (steady and unsteady one-dimensional flow model). HEC-RAS versi
terbaru yang telah beredar saat ini, Versi 4 Beta, memiliki empat komponen
model satu dimensi:

(1) Hitungan profil muka air aliran permanen,

(2) Simulasi aliran tak permanen,

(3) Hitungan transpor sedimen, dan

(4) Hitungan kualitas (temperatur) air.

Satu elemen penting dalam HEC-RAS adalah keempat komponen tersebut


memakai data geometri yang sama, routine hitungan hidraulika yang sama, serta
beberapa fitur desain hidraulik yang dapat diakses setelah hitungan profil muka air
dilakukan.

HEC-RAS merupakan program aplikasi yang mengintegrasikan fitur


graphical user interface, analisis hidraulik, manajemen dan penyimpanan data,
grafik, serta pelaporan.
F. Metode Penelitian
F.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini berada pada Sungai Daik, Kabupaten Lingga.
Kabupaten Lingga merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi
Kepulauan Riau, Indonesia.

F.2. Pengumpulan Data


Dalam studi ini data yang diambil adalah data yang menunjang dalam
penelitian profil muka air Sungai Daik.

Berdasarkan Sumbernya data dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden
atau sumber data.
2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari pihak-pihak lain yang
berhubungan dengan masalah penelitian.

Dalam rangka pengumpulan data ini penulis cenderung mengumpulkan data


sekunder dibandingkan dengan data primer. Hal ini disebabkan situasi tidak
memungkinkan melakukan penelitian langsung di lapangan. Data yang
dikumpulkan berupa data cross section dan long section sungai dan data muka air
sungai.

F.3. Prosedur Penelitian


Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Pengumpulan data sekunder


Data yang perlu dikumpulkan adalah :
- Data curah hujan yang di dapat dari stasiun meteoroligi Dabo
- Data debit dari sungai Daik
- Data cross dan section Sungai Daik
2. Menguji kualitas data (Uji Konsistensi)
Untuk menguji kualitas data, dibutuhkan data curah hujan, data debit dan
data klimatologi dalam rentang 10 tahun, yaitu tahun 2010-2019.
3. Pengolahan data hujan
Output dari pengolahan data hujan berupa Sort data hujan rata-rata dan
jumlah hari hujan dalam bulanan.
4. Pengolahan data debit
Output dari pengolahan data debit berupa debit maksimum, debit
minimum, dan debit rata-rata.
5. Analisis Hidrolika
Analisis profil muka air dengan bantuan program HEC-RAS. Data-data
yang diperlukan dalam analisis profil muka air sungai :
1. Penampang memanjang sungai.
2. Potongan melintang sungai.
3. Data debit yang melalui sungai.
4. Angka manning penampang sungai.
Tahap analisis dengan program HEC-RAS adalah sebagai berikut :
1. Membuat file HEC-RAS baru
2. Input data geometri sungai
3. Input data debit sungai
4. Analisa data-data yang telah dimasukkan
5.
F.4. Bagan Alir Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa tahap dan untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.

MULAI

PENGUMPULAN DATA DAN LITERATUR

LITERATUR DATA

ANALISIS CURAH HUJAN HARIAN


MAKSIMUM DARI TAHUN 2010-2019

ANALISIS CURAH HUJAN RATA-RATA

CURAH HUJAN RENCANA

ANALISIS DEBIT BANJIR RENCANA

ANALISIS PROFIL MUKA AIR


MENGGUNAKAN HEC-RAS

PEMBAHASAN

KESIMPULAN

SELESAI

Gambar F.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian


G. Jadwal Pelaksanaan

Jadwal penelitian ini direncanakan selama 8 (delapan) minggu dengan


perincian pada tabel di bawah ini.
Tabel G.1. Jadwal Penelitian

Minggu ke
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Studi Literatur
2 Pengumpulan Data
3 Pengolahan Data
4 Analisis menggunakan Hec-Ras
5 Penyusunan Skripsi
Daftar Pustaka

Br, Sri Harto. (1993). Analisis hidrologi. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka
Utama.

Ginting, S. H. (2014). ANALISIS PROFIL MUKA AIR SUNGAI DENGAN HEC-


RAS. Bandung.

Istiarto. (2014). HEC-RAS: Steady atau Unsteady.

Kartikaningdyah, E. (2012). Analisis Location Quotient dalam Penentuan Produk


Unggulan pada Beberapa Sektor di Kabupaten Lingga Kepulauan Riau.
Integrasi, 31-46.

Mulyono, D. (2014). ANALISIS KARAKTERISTIK CURAH HUJAN DI


WILAYAH KABUPATEN GARUT SELATAN. Jurnal Konstruksi, 1-9.

Oktaga, A. T., Suripin, & Darsono, S. (2015). Perbandingan Hasil Pemodelan


Aliran Satu Dimensi Unsteady Flowdan Steady Flowpada Banjir Kota.
MKTS.

Suripin. (2004). Sistem drainase perkotaan yang berkelanjutan. Malang.

Triatmodjo, B. (2008). HIDRAULIKA II. Yogyakarta: BETA OFFSET.

Triatmodjo, Bambang. (2010). HIDROLOGI TERAPAN. Yogyakarta: Beta Offset


Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai