Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH PERMODELAN BEBAN GEMPA TERHADAP EVALUASI

STABILITAS SEISMIK BENDUNGAN URUGAN

(Studi Kasus : Bendungan Jatigede, Sumedang, Jawa Barat)

Sub tema : Mitigasi Bencana Alam

Muhammad Adi Ibrahim1, Yusep Muslih Purwana2, Eko Hindaryanto Nugroho1

1
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk
2
Universitas Sebelas Maret Surakarta

Muhammadadiibrahim@gmail.com

Abstrak

Bendungan urugan merupakan bangunan konstruksi yang memiliki faktor risiko yang
tinggi jika terjadi keruntuhan, sehingga dalam perencanaannya desain suatu bendungan
harus stabil dalam berbagai kondisi. S e b a g a i salah satu negara yang memiliki aktivitas
seismik yang cukup tinggi dan rawan terhadap bahaya gempa, konstruksi bendungan
urugan di Indonesia perlu memperhatikan kestabilan terhadap keruntuhan dan terhadap
beban gempa.

Penelitian ini mengkaji tentang evaluasi keamanan di salah satu bendungan yang terletak di
Provinsi Jawa Barat terhadap beban gempa yang didesain dalam bentuk koefisien gempa
dan gerak tanah (Ground motion) sebagai input untuk melakukan analisis dengan metode
pseudostatik dan respon dinamik. Evaluasi keamanan bendungan akan ditinjau berdasarkan
beban gempa MDE (Maximum Design Earthquake) berdasarkan acuan SNI 1726 – 2012
dan Pd-T 14-2004-A.

Hasil analisis pseudostatik memperlihatkan hasil safety factor yang berbeda, dimana nilai
safety factor dari hasil analisis metode pseudostatik lebih kritis daripada metode respon
dinamik. Maka sesuai acuan pada Pd-T 14-2004-A, apabila hasil analisis pseudostatik
menunjukkan hasil bahwa bendungan tidak aman terhadap beban gempa, maka perlu
dilakukan analisis dengan metode respon dinamik yang lebih mampu menggambarkan
beban gempa dengan lebih real, dimana beban gempa digambarkan sebagai beban yang
besarnya (intensitasnya) berubah-ubah menurut waktu.

Kata kunci : Bendungan urugan, Stabilitas, Gempa, MDE,


Call for Paper Seminar Nasional Bendungan Besar 2019
“Pembangunan dan Pengelolaan Bendungan untuk Pencapaian Visium 2030”
Jakarta, 26 – 28 April 2019

1. PENDAHULUAN

Suatu bendungan dapat dievaluasi terhadap satu atau beberapa beban gempa, salah
satunya adalah beban gempa maximum design earthquake (MDE). Berdasarkan Pd-T 14-
2004-A tentang pedoman Analisis stabilitas bendungan tipe urugan akibat beban gempa,
Metode analisis yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keamanan bendungan terhadap
gempa meliputi metode pseudostatik dan metode respon dinamik dengan menggunakan
koefisien gempa dan gerak tanah (ground motion) sebagai bebannya.

Penelitian ini akan membandingkan nilai safety factor yang dihasilkan berdasarkan
analisis stabilitas bendungan terhadap beban gempa ditinjau dari metode pseudostatik dan
respon dinamik. Perbedaan mendasar dari kedua metode ini adalah permodelan beban
gempa yang digunakan. Beban gempa yang digunakan untuk analisis pseudostatik adalah
koefisien gempa, sedangkan metode respon dinamik menggunakan gerak tanah yang
diperoleh dari riwayat waktu (time history). Percepatan gempa desain (ad) yang digunakan
pada kajian ini adalah sebesar 0,5 g, diperoleh dari Peta gempa Indonesia 2017 dengankala
ulang 10.000 tahun yang sudah disesuaikan dengan faktor amplifikasi berdasarkan SNI
1726 : 2012.

2. DATA MASUKAN

a. Data Bendungan

Model bendungan urugan yang dikaji merupakan tipe zonal inti tegak. Inti bendungan
terdiri dari material tanah lempung dan material batu pecah di bagian zona lolos air (Tabel
1) dengan ketinggian sekitar 110 meter (Gambar 1) .

Gambar 1. Geometri tubuh bendungan

Page |1

Call for Paper Seminar Nasional Bendungan Besar 2019
“Pembangunan dan Pengelolaan Bendungan untuk Pencapaian Visium 2030”
Jakarta, 26 – 28 April 2019

Parameter masing-masing material bendungan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Parameter material bendungan

1 2A 2B 3A 3B
Parameter
Filter Filter Filter Transition Rockfill

Klas.USCS CH CL ML-CL SP GM
3
γ d (kN/m ) 14,5 16,5 17,5 18 21
2
c’ (kN/m ) 8 10,5 21,5 0 0
φ’ (º) 18 28 34 38 40
w (%) 26,5 15 17 11,5 5
Gs 2,72 2,7 2,65 2,65 2,65
e 0,8402 0,6053 0,4855 0,4443 0,2379
γ sat (kN/m3) 18,98 20,20 20,71 21,02 22,89
E (kN/m2) 11000 11000 15000 60000 120000
v 0,4 0,3 0,3 0,3 0,3

b. Koefisen Gempa

Metode pseudostatik menerjemahkan beban gempa sebagai beban statis, bekerja ke arah
vertikal dan horizontal. Metode ini mengasumsikan bahwa perulangan beban dan durasi
waktu tidak berpengaruh pada beban gempa yang mempengaruhi stabilitas bendungan.
Ilustrasi metode pseudostatik disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Metode Pseudostatik (Kramer, 1996)

Safety Factor lereng terhadap beban gempa dengan metode pseudostatik dapat dihitung
dengan persamaan (1)

!.! ! !!!" !"# !!!! !"# ! !"# !


SF = (1)
!!!" !"# !!!! !"# !

Page |2

Call for Paper Seminar Nasional Bendungan Besar 2019
“Pembangunan dan Pengelolaan Bendungan untuk Pencapaian Visium 2030”
Jakarta, 26 – 28 April 2019

c. Parameter Dinamik

Metode dinamik memodelkan beban gempa sebagai gerak tanah (strong ground
motion). Metode ini memodelkan gerak tanah dengan riwayat waktu (time history).
Beberapa parameter masukan perlu diidentifikasi untuk melakukan analisis metode
dinamik, diantaranya E (Modulus elastisitas), ѵ (poisson ratio), D (rasio redaman), Gmax
(Modulus geser maksimum) dan rasio reduksi modulus geser (G/Gmax).

Nilai modulus geser maksimum dipengaruhi oleh nilai confining stress (σ’m) (Das,
1993). Masing-masing material bendungan dihitung dengan fungsi korelasi antara angka
pori dan confining stress sesuai persamaan (8) dan persamaan (9).

σ’m = ! [σ’v + 2 σ’v (1-sin ϕ)] (8)


!

Gmax = A x F(e) × ( σ m ’ ) n (9)

Rangkuman fungsi angka pori yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada
Tabel 2.

Tabel 2. Fungsi angka pori untuk berbagai jenis tanah (Pd-T 14-2004-A)
Peneliti A F(e) n Jenis tanah

Hardin-Black (1968) 3270 (2,97-e)2 / (1+e) 0,6 Berbutir halus


Hardin-Richart (1963) 7000 (2,17-e)2 / (1+e) 0,5 Berbutir kasar
Kokusho-Esashi (1981) 13000 (2,17-e)2 / (1+e) 0,55 Batu Pecah

Nilai rasio redaman dan rasio reduksi modulus geser untuk material berbutir kasar
ditentukan dengan persamaan hubungan antara nilai rasio redaman dan rasio reduksi
modulus geser dengan regangan geser seperti pada Gambar 2 dan Gambar 3.

Page |3

Call for Paper Seminar Nasional Bendungan Besar 2019
“Pembangunan dan Pengelolaan Bendungan untuk Pencapaian Visium 2030”
Jakarta, 26 – 28 April 2019

1.20

1.00

0.80
G/Gmax

0.60

0.40

0.20

0.00
0.00001 0.0001 0.001 0.01 0.1 1 10 100

γ' (%)

Gambar 3. Grafik hubungan antara G/Gmax dan regangan geser untuk tanah berbutir kasar
(Rollins, 1998)


30

25

20

D (%)

15

10

0
0.0001 0.001 0.01 0.1 1 10 100

γ' (%)

Gambar 4. Grafik hubungan antara Rasio redaman dan regangan geser untuk tanah
berbutir kasar (Rollins, 1998)

Nilai rasio redaman dan rasio reduksi modulus geser untuk material berbutir halus
ditentukan dengan grafik hubungan antara nilai rasio redaman dan rasio reduksi modulus
geser dengan regangan geser Seed dan Idriss (1970) seperti pada Gambar 5 dan
Gambar 6.

Page |4

Call for Paper Seminar Nasional Bendungan Besar 2019
“Pembangunan dan Pengelolaan Bendungan untuk Pencapaian Visium 2030”
Jakarta, 26 – 28 April 2019

Gambar 5. Grafik hubungan antara G/Gmax dan regangan geser untuk tanah berbutir halus
(Seed dan Idriss, 1970)

Gambar 6. Grafik hubungan antara rasio redaman dan regangan geser untuk tanah berbutir
halus (Seed dan Idriss, 1970)

d. Riwayat Waktu

Riwayat waktu gempa rencana yang disetujui untuk dipakai di Indonesia belum ada,
sehingga dalam penelitian ini digunakan riwayat waktu dari wilayah lain yang kemudian
diskalakan berdasarkan percepatan gempa desain (ad). Penelitian ini menggunakan riwayat
waktu dari stasiun gempa Cypress Park pada Tahun 2008, seperti yang disajikan pada
Gambar 7. Pemilihan riwayat waktu berdasarkan hasil analisis deagregasi probabilistic
seismic hazard analysis. Data riwayat gempa diperoleh dari situs
http://ngawest2.berkeley.edu/

Page |5

Call for Paper Seminar Nasional Bendungan Besar 2019
“Pembangunan dan Pengelolaan Bendungan untuk Pencapaian Visium 2030”
Jakarta, 26 – 28 April 2019

Gambar 7. Riwayat waktu gempa Cypress Park tahun 2008

3. PEMBAHASAN

Rekapitulasi hasil analisis nilai safety factor bendungan dengan metode statik, pseudostatik
dan respon dinamik disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4 serta grafik perbandingan antara
masing-masing analisis disajikan pada Gambar 8.

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Analisis

No Kondisi Muka Air Statik Pseudostatik Respon dinamik


SFmin SF SFmin SF SFmin SF
1 Kosong (el +180 m) 1,5 2,55 1 1,27 1 1,89
2 Intermediate (el +247 m) 1,5 2,45 1 0,97 1 1,70
3 Normal (el +260 m) 1,5 2,52 1 0,96 1 1,73
4 Banjir (el +262 m) 1,5 2,53 1 0,96 1 1,75

Tabel 4. Rekapitulasi rasio penurunan safety factor terhadap beban gempa

No Kondisi Muka Air Pseudostatik Dinamik


1 Kosong (el +180 m) 50% 26%
2 Intermediate (el +247 m) 60% 31%
3 Normal (el +260 m) 62% 31%
4 Banjir (el +262 m) 62% 31%

Page |6

Call for Paper Seminar Nasional Bendungan Besar 2019
“Pembangunan dan Pengelolaan Bendungan untuk Pencapaian Visium 2030”
Jakarta, 26 – 28 April 2019

3.00
2.55 2.52 2.53
2.45
2.50
1.89
2.00 1.70 1.73 1.75
Safety Factor

1.50 1.27
0.97 0.96 0.96
1.00

0.50

-
Kosong Intermediate Normal Banjir

Kondisi Muka Air

Gambar 7. Grafik perbandingan Safety factor antara analisis statik, pseudostatik dan
respon dinamik

Grafik memperlihatkan hasil yang berbeda antara metode pseudostatik dan metode
dinamik. Hasil analisis pseudostatik memperlihatkan hasil safety factor yang berbeda,
dimana nilai safety factor dari hasil analisis metode pseudostatik lebih kritis daripada
metode respon dinamik. Maka sesuai acuan pada Pd-T 14-2004-A, apabila hasil analisis
pseudostatik menunjukkan hasil bahwa bendungan tidak aman terhadap beban gempa,
maka perlu dilakukan analisis dengan metode respon dinamik yang lebih mampu
menggambarkan beban gempa dengan lebih real, dimana beban gempa digambarkan
sebagai beban yang besarnya (intensitasnya) berubah-ubah menurut waktu.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis stabilitas lereng bendungan terhadap beban gempa dengan metode
pseudostatik dan dinamik diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Nilai safety factor yang dihasilkan antara metode pseudostatik dan dinamik
memperlihatkan hasil yang berbeda meskipun menggunakan percepatan gempa
desain yang sama. Hasil analisis dengan metode pseudostatik lebih memberikan
nilai safety factor yang lebih kritis.

Page |7

Call for Paper Seminar Nasional Bendungan Besar 2019
“Pembangunan dan Pengelolaan Bendungan untuk Pencapaian Visium 2030”
Jakarta, 26 – 28 April 2019

2. Hasil analisis pseudostatik memperlihatkan bahwa lereng bendungan dinilai aman
dalam kondisi muka air waduk kosong saja, sedangkan hasil analisis dinamik
menunjukkan bahwa lereng bendungan aman dalam beberapa kondisi muka air
waduk, yaitu kondisi muka air waduk kosong, intermediate, normal dan banjir.

Page |8

Call for Paper Seminar Nasional Bendungan Besar 2019
“Pembangunan dan Pengelolaan Bendungan untuk Pencapaian Visium 2030”
Jakarta, 26 – 28 April 2019

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional (BSN), Metode Analisis Stabilitas Lereng Statik Bendungan
Tipe Urugan (SNI 8064 : 2016). Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional (BSN), Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung (SNI 1726 : 2012). Jakarta

Das, Braja M., dkk, Principles of Soil Dynamics Second Edition. United States Of
America.

Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Pedoman Analisis Stabilitas Bendungan


Tipe Urugan Akibat Beban Gempa (Pd T-14-2004-A). Jakarta.

Hardin, B.O. and Richart, F.E. Jr, Elastic wave velocities in granular soils. Journal of Soil
Mechanics and Foundations Division, ASCE, vol. 89.

Hardin, B.O. and Black, W.L, Closure to vibration modulus of normally consolidated
clays. Journal of Soil Mechanics and Foundations Division, ASCE, vol. 95.

Kokusho T., Esashi Y, Cyclic triaxial tests on sands and coarse materials. X ICSMFE,
Vol. 1.

Kramer, L, Steven, Geotechnical Earthquake Engineering, Prentice Hall, Inc.

Rollins K.M, dkk, Shear Modulus and Damping Relation for Gravels. Geotechnical and
Geoenvironmental engineering, Vol. 24.

Seed, H.B. and Idriss, I.M, Soil Moduli and Damping Factors for Dynamic Response
Analyses. Report EERC 70-20. Earthquake Engineering Research Center.
University of California, Berkeley.

Page |9

Anda mungkin juga menyukai