TENTANG
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
DOSEN PEMBIMBING:
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
dengan rahmat hidayah-Nya Tugas Teknik Drainase dan Sanitasi Lingkungan ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Tugas ini disusun sebagai salah satu
persyaratan studi dalam menempuh pendidikan jenjang S1 di Fakultas Teknik
Universitas Riau.
Pada kesempatan ini, atas segala bimbingan, pengarahan, petunjuk dan
saran sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Penyusun mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Orangtua yang telah memberikan dukungan moral dan materil demi
terselesaikannya tugas ini
2. Bapak Bambang Sujatmoko, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing mata
kuliah Teknik Drainase dan Sanitasi Lingkungan pada Program Studi S1
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Riau
3. Rekan-rekan Kelompok 2 yang telah berpartisipasi
Disadari bahwa penyusunan tugas ini jauh dari apa yang diharapkan, untuk
itu penyusun mengharapkan masukan demi menyempurnakan tugas ini.
Akhir kata, semoga tugas ini bermanfaat terutama bagi kelanjutan studi
penyusun.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
P + P + P +...+ Pn i=1
∑ Pi
P= 1 2 3 =
n n
Keterangan :
P6
P7
P5
P1
P2 P3 P4
∑ Pi A i
P1 A 1 + P2 A 2 +. ..+ Pn An i=1
P= = n
A 1 + A 2 +. ..+ A 3
∑ Ai
i=1
Keterangan :
P=
2(
P1 + P2
) (
A1+
P 2 + P3
2 )
A 2+ ...+ (Pn−1+ P n
2 )
A n−1 ∑ A
=
[ ( )]
P1 + P2
2
A 1 + A 2 +...+ A n−1 ∑A
Keterangan :
Metode Isohyet
Curah hujan maksimum harian rata-rata ini digunakan dalam rangkaian proses
penyiapan data untuk analisa frekuensi. Ada lima cara penyiapan data untuk mencari
curah hujan maksimum rata-rata :
1) Cara 1
Data hujan DAS diperoleh dengan menghitung hujan rata-rata (dengan cara
terbaik yang diketahui) setiap hari sepanjang data yang tersedia.
2) Cara 2
Dalam satu tahun tertentu, untuk stasiun I dicari hujan maksimum tahunannya.
Selanjutnya, dicari hujan harian pada stasiun stasiun lain pada hari kejadian yang
sama dalam tahun yang sama dan kemudian dihitung hujan rata-rata DAS. Masih
dalam tahun yang sama, dicari hujan maksimum tahunan untuk stasiun II. Untuk
hari kejadian yang sama, hujan harian untuk stasiun stasiun lain dicari dan
dirata-ratakan. Demikian selanjutnya sehingga dalam tahun itu akan didapat N
buah data hujan rata-rata DAS. Untuk tahun berikutnya cara yang sama
dilakukan sampai seluruh data yang tersedia.
3) Cara 3
Menggunakan data pada salah satu stasiun (data maksimum) dan mengalikan
data tersebut dengan koefisien reduksi. Hitungan ini berarti juga harus dilakukan
dan diulang seperti cara yang sama.
4) Cara 4
Penyiapan data lain dengan mencari hujan-hujan maksimum harian setiap
stasiun dalam satu tahun, kemudian dirata-ratakan untuk mendapatkan hujan
rata-rata DAS.
5) Cara 5
Menganalisis frekuensi data hujan setiap stasiun sepanjang data yang tersedia.
Hasil analisa frekuensi tersebut selanjutnya dirata-ratakan sebagai hujan rata-rata
DAS.
Rt =10
log Rt
, dimana log Rt =log Rmax rt + Sx log Rmax x K
Dimana :
Sx = Standar deviasi
log x rt=
∑ log X
n
3. Hitung standar deviasi dari log x
S log x ¿ √ ∑ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿
n
EF = (Soewarno, 1995)
K
2
(EF−OF )
X 2 Cr=∑ (Soewarno, 1995)
EF
Sx
Cv= (Soewarno, 1995)
Sr
n2 ∑ (Xi−Xr )4
Ck= (Soewarno, 1995)
( n−1 )( n−2 )( n−3 ) S x 4
Dengan :
I = intensitas hujan (mm/jam),
R = tinggi hujan (mm),
t = lamanya hujan (jam).
Gambar Grafik IDF
Cara penggambaran atau perhitungan grafik IDF ada 2 yaitu dengan
menggunakan data hujan dari ARR (data hujan menerus) dan data hujan harian
(data manual).
Ʃ ( ¿ ) Ʃ ( I ) −Ʃ ( I t ) Ʃ ( I )
2 2
a=
N Ʃ ( I ) −ƩI ƩI
2
2
Ʃ ( I ) Ʃ ( ¿ )−NƩ ( I t)
b=
NƩ ( I )−ƩI ƩI
2
Dengan:
I : Intensitas hujan (mm/jam)
t : durasi hujan (jam)
N : jumlah data
a dan b : konstanta yang tergantung pada durasi hujan
Rumus Sherman
Rumus ini cocok untuk digunakan pada durasi hujan lebih dari 2 jam.
Persamaan yang digunakan yaitu :
a
I= 2
t
a=Ʃ (logI ) Ʃ ¿ ¿¿
Dengan:
I : Intensitas hujan (mm/jam)
t : durasi hujan (jam)
N : jumlah data
a dan b : konstanta yang tergantung pada durasi hujan
Rumus Ishiguro
Persamaan yang digunakan pada pendekatan rumus ishiguro sebagai berikut :
a
I=
√t +b
Ʃ ( I √ t ) Ʃ ( I )−Ʃ ( I √ t ) ( I )
2 2
a=
NƩ ( I ) −ƩI ƩI
2
Ʃ ( I ) Ʃ ( I √ t ) −NƩ( I √t )
2
b=
NƩ ( I )−ƩI ƩI
2
Dengan:
I : Intensitas hujan (mm/jam)
t : durasi hujan (jam)
N : jumlah data
a dan b : konstanta yang tergantung pada durasi hujan
Kemudian dilakukan penggambaran kurva Intensity Duration Frequency
(IDF) untuk melihat hubungan antara intensitas hujan dengan durasi hujan dalam
satuan waktu (menit). Untuk menentukannya diperlukan data hujan jangka pendek
seperti 5, 10, 30 menit dan jam-jaman untuk membentuk lengkung kurva IDF.
Penggambaran kurva IDF ditentukan berdasarkan salah satu persamaan antara
rumus Talbot, Sherman dan Ishiguro.
Rumus mononobe
R 24 24 2 /3
I= ( )
24 t
Dengan :
b. Durasi hujan
Jika lama hujan kurang dari lama hujan kritis, maka lamanya runoff akan
sama dan tidak tergantung pada intensitas hujan.
c. Distribusi hujan
Laju dan volume limpasan dipengaruhi oleh distribusi dan intensitas
hujan di seluruh DAS
Hujan dengan intensitas tinggi pada sebagian DAS dapat menghasilkan
limpasan lebih besar dibanding dengan hujan biasa meliputi seluruh DAS
2. Faktor Karakteristik DAS
a. Topografi
DAS dengan kemiringan curam disertai parit/saluran yang rapat akan
menghasilkan laju dan volume aliran permukaan yang lebih tinggi.
Pengaruh kerapatan parit, yaitu panjang parit per satuan luas DAS, pada
aliran permukaan adalah memperpendek waktu konsentrasi, sehingga
memperbesar laju aliran permukaan.
b. Tata Guna Lahan
Pengaruh tata guna lahan pada aliran permukaan dinyatakan dalam
koefisien aliran permukaan (C).
Pada DAS yang masih baik, harga C mendekati nol dan semakin rusak
suatu DAS, maka harga C makin mendekati satu.
[
to=
2
3
x 3,28 x L x
]
n
√s
Dengan :
to = waktu yang diperlukan air mengalir di lahan sampai saluran (menit)
L = panjang lintasan aliran air atas permukaan lahan (m)
n = angka kekasaran manning
S = kemiringan lahan
Asumsi bahwa banjir maksimum akan terjadi jika hujan berlangsung selama
waktu konsentrasi atau melebihi waktu konsentrasi menyebabkan parameter
waktu konsentrasi menjadi penting dikaji. Waktu konsentrasi didefinisikan
sebagai waktu yang diperlukan air hujan yang jatuh dititik terjauh dari suatu
daerah aliran untuk mencapai titik tinjau (outlet).
Lama waktu konsentrasi sangat tergantung pada ciri-ciri daerah aliran,
terutama jarak yang harus ditempuh oleh air hujan yang jatuh ditempat terjauh
dari titik tinjau. Lama waktu konsentrasi bisa didapatkan melalui hasil
pengamatan ataupun dengan suatu pendekatan rumus. Pendekatan rumus yang ada
pada umumnya mengacu pada jarak dari tempat terjauh jatuhnya hujan sampai
titik tinjau (L) dan selisih ketinggian antara titik terjauh tersebut dengan titik
tinjau (H), ataupun juga kemiringan lahan yang ada.
Data
Hidrologi
Ya Tidak
Ada Data
Ya Apakah Tersedia Tidak
Debit ?
Data Hujan dan
Aliran ?
Ya Data Tidak
Cukup
Panjang ? Perkirakan
Turunkan Turunkan Hujan DAS
Hidrograf Hidrograf Rencana
Satuan Satuan Sintetis
Konvolusi
Dengan Hujan Hitung QTr
Plot Data dan Perkirakan dengan
Rencana Qrerata dari
Sesuaikan Rumus
dengan Rekaman Rasional
Distribusi GEV Data
Hidrogaf
Aliran
Permukaan Hitung Qp
Perkirakan QTr
dari Grafik dari Qrerata
Tambah Distribusi GEV
Aliran Dasar
Bandingkan
Hidrograf
Hasil Perkiraan
Satuan
QTr
Sintetis
Selesai
Dengan :
Koefisien gabungan :
Ukur luas tiap – tiap sub-
DAS σ ni=1 Ai Ci
CDAS =
σ ni=1 Ai
to = waktu limpas
permukaan (dari titik
terjauh, P ke saluran Hitung debit di titik
terdekat, titik Q). kontrol :
td = waktu limpas saluran Q = 0.002778.C.I.A
(dari titik Q ke R)
2. Rumus Manning
Seorang ahli dari Islandia, Robert Manning mengusulkan rumus berikut ini:
2
1
C= R 3
n
Dengan koefisien tersebut maka rumus kecepatan aliran menjadi:
2 1
1 3 2
R I
n
dikenal dengan Rumus Manning
Dengan :
n = koefisien Manning dapat dilihat dalam Tabel
R = jari-jari hidrolis dalam m
A = profil basah saluran dalam m2
P = keliling basah dalam m
I = kemiringan dasar saluran
1. Kemiringan Saluran
Umumnya kemiringan dasar saluran dipengaruhi kondisi topografi, tinggi
aliran yang diperlukan untuk pengaliran sesuai kecepatan yang diinginkan.
Kemiringan dasar saluran maksimum = 0,005-0,008 tergantung bahan saluran.
2. Kecepatan minimum yang diijinkan
Untuk menghindari sedimentasi, kecepatan minimum di saluran adalah 0,61-
0,91 m/detik dan untuk menghalangi tumbuhnya tanaman air, kecepatan
minimum yang diijinkan adalah = 0,76 m/detik
3. Kecepatan maksimum yang diijinkan
Kecepatan maksimum yang diijinkan untuk saluran dari pasangan adalah 2,5-
3,5 m/detik dan untuk saluran dari tanah = 2,0 m/detik
4. Tinggi jagaan
Adalah jarak vertikal dari puncak tanggul sampai permukaan air pada kondisi
perencanaan. Digunkan untuk mencegah peluapan air akibat gelombang serta
fluktuasi permukaan air. Jagaan direncanakan antara 0,15-0,60m paling rendah
ditentukan 10 cm diatas permukaan air rencana.
A=B h
A
B=
h
P=B+2 h
A
P= +2 h
h
dP −A
= + 2=0
dH h 2
A=2 h2=Bh
atau
B
B=2 h atau h=
2
Jari-jari hidraulik
A Bh
R= =
P B+2 h
Atau
2 h2 h
R= =
2 h+2 h 2
A=( B+ mh) h
P=B+2 h √ m 2+1
B=P−2 h √m +1
2
Substitusi persamaan
dA
= p−4 h √ m 2+1+2 mh=0
dH
Atau
P=4 √ m 2+ 1−2 mh
dP 1
= 4h
dm 2 ( 2m
√ m 2+ 1
−2 h=0
)
2m
=1
√ m2 +1
2 2
4 m =1+m
2
3 m =1
1
m=
√3
Nilai m disubstitusikan ke dalam persamaan, maka persamaan yang
diperoleh adalah :
8 2
P= h √3− h √ 3=2 h √ 3
3 3
4 2
B=2 h √ 3− h √ 3= h √ 3
3 3
A= ( 23 h √3+ 13 h √ 3) h=h √ 3
2
3 3
( ∑ n i Pi)
2 2
n= 2
p3
Dengan:
1
Qt = At Rt 2 /3 S1 /2
n eq
Dengan:
2
At ( Rt ) 3
neq = n
1
2
∑ nt
Ai Ri 3
i=1
BAB III
METODOLOGI
Semua tugas ini diberikan secara rata dan dibuat semaksimal mungkin oleh
anggota kelompok. Tentunya tugas ini tidak luput dari diskusi Bersama dan hasil
putusan Bersama.
2) Cara 2
Dalam satu tahun tertentu, untuk stasiun I dicari hujan maksimum
tahunannya. Selanjutnya, dicari hujan harian pada stasiun stasiun lain pada hari
kejadian yang sama dalam tahun yang sama dan kemudian dihitung hujan rata-
rata DAS. Masih dalam tahun yang sama, dicari hujan maksimum tahunan untuk
stasiun II. Untuk hari kejadian yang sama, hujan harian untuk stasiun stasiun lain
dicari dan dirata-ratakan. Demikian selanjutnya sehingga dalam tahun itu akan
didapat N buah data hujan rata-rata DAS. Untuk tahun berikutnya cara yang sama
dilakukan sampai seluruh data yang tersedia.
Langkah perhitungan curah hujan maksimum rata-rata :
1. Menggabungkan data hujan harian perbulannya pada setiap stasiun dalam
satu tahun tertentu.
2. Mencari hujan harian maksimum untuk stasiun A dalam satu tahun
tertentu.
3. Mencari hujan harian pada stasiun stasiun lain pada hari kejadian yang
sama dalam tahun yang sama.
4. Menghitung hujan rata-rata dengan menggunakan poligon thiessen, dengan
cara mengalikan data hujan harian dengan koefisien thiessen.
5. Mencari hujan maksimum rata-rata untuk setiap tahunnya dari perhitungan
hujan rata-rata dengan poligon thiessen.
6. Melakukan cara yang sama untuk seluruh data yang tersedia pada tahun
berikutnya.
T(tahun) Xr Kt Sx Rt
2 77,62 0,00 23,65 77,62
5 77,62 0,84 23,65 97,49
10 77,62 1,28 23,65 107,89
20 77,62 1,64 23,65 116,41
25 77,62 1,71 23,65 118,06
log X ¿
∑ log X (CD. Soemarto,1999)
n
18,737
log X ¿
10
log X ¿ 1,874
S log X ¿
√ 0,0134
10−1
S log X ¿ 0,12 2
Sumber : Soewarno,2015
Berdasarkan Tabel diatas, Nilai Cs yang didapatkan tidak ada pada tabel,
maka dilakukan interpolasi terhadap nilai Cs.
Contoh interpolasi pada kala ulang 2 tahun dengan peluang 50% :
Cs−(−0,132) −0,148−(−0,132)
=
0,835−0,8 0,9−0,8
−0,148−(−0,132 )
Cs=−0,132+ ×(0,835−0,8)
0,9−0,8
Cs=−0,132+ (−0,16 ) ×(0,035)
Cs=−0,132+(−0,0056)
Cs=−0,138
logX
X =10
1,857
X =10
X =71,934 mm/hari
Tabel Curah Hujan Rencana Periode Ulang T tahun dengan Metode Log Pearson
Type III
Periode Ulang Nilai K Log XT XT
2 -0,138 1,857 71,934
5 0,776 1,968 92,960
10 1,337 2,037 108,807
20 1,782 2,091 123,289
25 2,005 2,118 131,238
sumber : Perhitungan Kelompok 2
4.2.3 Perhitungan Uji Sebaran Data Curah Hujan Analisis Frekuensi
Untuk menguji kebenaran suatu sebaran data curah hujan, maka metode
yang digunakan yaitu metode uji chi kuadrat (chi square test) atau uji sebaran.
Pada perhitungan ini, digunakan metode uji chi kuadrat (chi square test).
Contoh langkah-langkah perhitungan sebaran data curah hujan (Chi Square
Test) berikut ini:
1. Hitung jumlah kelas (K)
K=1+ 3,322log n (Soewarno, 1995)
K=1+3,322log 10
K=4,32… dipakai 5
Dimana: K = Jumlah kelas
n = Jumlah data
2
(EF −OF )
X Cr=∑
2
EF
2
X Cr=3 (Soewarno, 1995)
Dimana : Cr = Koefisien Skewnes
OF = Nilai yang diamati
X = Taraf signifikasi
6. Bandingkan X Cr hasil tabel dengan X2 Cr hasil hitungan syarat :
2
Xr=∑
∑ Xi = 776,16 =77,62 (Soewarno, 1995)
n 10
Sx=
√ ∑ ( Xi−Xr )2 =
n−1 √958,04 ¿ 10,32
9
Maka, Nilai koefisien skewness adalah
n ∑ ( Xi−Xr )
3
10 x 107254,90
Cs= 3
= =1,13
( n−1 ) ( n−2 ) S X 9 x 8 x 23,653
Dimana: Xi = Curah hujan rata-rata
Xr = Harga rata-rata
Sx = Standar deviasi
10. Menentukan curah hujan yang akan dipakai dalam perencanaan drainase.
Dari analisis frekuensi didapat hujan rancangan kala ulang 2 tahun (R24) =
71,945 mm. Nilai tersebut dimasukkan dalam rumus mononobe, berikut contoh
perhitungan kala ulang 2 tahun, pada durasi 5 menit yaitu :
5
Durasi 5 menit = = 0,8 jam
60
R 24 24 2 /3
I= ( )
24 t
2/ 3
71,945mm 24
I= ( ) = 130,73 mm/jam
24 0,8 jam
180.00
160.00
140.00
120.00
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00
Gambar Kurva IDF
[ ]
2
R 24
i = 24 x
24 tc
[ ]
2/3
71,945 24
i = x = 181,364 mm/ detik
24 0.051
H 0−H 1
S =
L
32−20,83
S =
61,3
S = 0.00277
A = b.h
= bxh
= 0.2 x 0.1
= 0.02 m2
6. Menghitung kecepatan
1 2 /3 1 /2
V =( x R x S )
n
1
= x (0.05 ¿ ¿2 /3x 0.002771 /2
0.013
= 0.550 m/detik
Dari uraian secara umum dan perhitungan secara teknis pada bab-bab
sebelumnya dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Perhitungan curah hujan maksimum menggunakan metode poligon thiessen
dengan cara 1 dan cara 2 diperoleh curah hujan maksimum pada 4 Februari
1996, yaitu sebesar 67,17
2. Perhitungan curah hujan rencana menggunakan data curah hujan maksimum
metode poligon thiessen dengan cara 1
3. Analisa curah rencana menggunakan analisa frekuensi distribusi log person
III dan log normal 3 parameter, dengan uji statistik kelayakan berupa uji chi
square. Sehingga data analisa frekuensi distribusi yang digunakan adalah
distribusi log person tipe III
4. Perhitungan intensitas hujan (I) menggunakan rumus mononobe, yaitu :
1) Durasi 5 menit (0,8 jam) = 93,44 mm/jam
2) Durasi 10 menit (0,17 jam) = 58, 86 mm/jam
3) Durasi 15 menit (0,25 jam) = 44,92 mm/jam
4) Durasi 30 menit (0,50 jam) = 28,30 mm/jam
5) Durasi 45 menit (0,75 jam) = 21,60 mm/jam
6) Durasi 60 menit (1 jam) = 17,83 mm/jam
7) Durasi 120 menit (2 jam) = 11,23 mm/jam
8) Durasi 180 menit (3 jam) = 8,57 mm/jam
9) Durasi 360 menit (6 jam) = 5,40 mm/jam
10) Durasi 720 menit (12 jam) = 3,40 mm/jam
5. Perhitungan waktu konsentrasi (Tc) yaitu sebesar 182.482 detik = 0.051 jam
6. Perhitungan koefisien limpasan komposit (F) yaitu sebesar 0.464
7. Dimensi saluran direncanakan dengan bentuk penampang persegi, karena
penampang ini tidak banyak memakan ruang dan ekonomis.
DAFTAR PUSTAKA
Sujatmoko, Bambang. (2020). Bahan Ajar Kuliah Teknik Drainase dan Sanitasi
Lingkungan. Pekanbaru : Universitas Riau
Triatmodjo, Bambang. 2008. Hidrologi Terapan. Yogyakarta
Wesli. 2008. Drainase Perkotaan. Graha Ilmu
Suripin. (2003). Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta :
Andi
Doloksaribu, A., & Hairulla. (2019). Evaluasi Jaringan Saluran Air Buangan
Perumahan Guru. Vembria Rose Handayani1, Nindya Putri Pratama, 7(2),
28–35.
Kusuma, W. I. (2016). Perencanaan Sistem Drainase Kawasan Perumahan
Green Mansion Residence Sidoarjo.
LAMPIRAN