Anda di halaman 1dari 65

TUGAS TEKNIK DRAINASE DAN SANITASI LINGKUNGAN

TENTANG

“Desain Saluran Drainase di Lokasi Perumnas Berkah Jalan Tengku Bey,


Kecamatan Bukit Raya, Pekanbaru 2021”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 2

1. Belmirho Refza Marta 1907124437


2. Fahmi Rasyid Sitompul 1907112849
3. Muhammad Hafiz Fadhilah 1907111746
4. Salsabilla 1907111217

DOSEN PEMBIMBING:

Bambang Sujatmoko, S.T., M.T.

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS RIAU

2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
dengan rahmat hidayah-Nya Tugas Teknik Drainase dan Sanitasi Lingkungan ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Tugas ini disusun sebagai salah satu
persyaratan studi dalam menempuh pendidikan jenjang S1 di Fakultas Teknik
Universitas Riau.
Pada kesempatan ini, atas segala bimbingan, pengarahan, petunjuk dan
saran sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Penyusun mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Orangtua yang telah memberikan dukungan moral dan materil demi
terselesaikannya tugas ini
2. Bapak Bambang Sujatmoko, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing mata
kuliah Teknik Drainase dan Sanitasi Lingkungan pada Program Studi S1
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Riau
3. Rekan-rekan Kelompok 2 yang telah berpartisipasi
Disadari bahwa penyusunan tugas ini jauh dari apa yang diharapkan, untuk
itu penyusun mengharapkan masukan demi menyempurnakan tugas ini.
Akhir kata, semoga tugas ini bermanfaat terutama bagi kelanjutan studi
penyusun.

Pekanbaru, Oktober 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem
guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan komponen penting dalam perencanaan
kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Secara umum, drainase didefinisikan
sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi mengurangi dan/atau membuang
kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan
secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas
air tanah dalam kaitannya dengan salinitas, dimana drainase merupakan suatu cara
pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-
cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut.
Drainase juga diartikan sebagai suatu cara pembuangan kelebihan air yang
tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang
ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. Drainase adalah salah satu unsur dari
prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota menuju kehidupan kota yang
aman, nyaman, bersih, dan sehat. Drainase merupakan saluran air yang berada
dibawah permukaan tanah, drainase biasa dibuat untuk mengurangi debit air yang
berlebihan di suatu kawasan yang rendah. Drainase biasa dibuat oleh manusia
yang biasa disebut selokan atau parit tetapi ada beberapa kasus drainase bisa
terbentuk secara alami karna pengikisan tanah akibat aliran air.
Prasarana drainase di sini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke
badan air (sumber air permukaan dan bawah permukaan tanah) dan atau bangunan
resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan
dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir.
Kegunaan dengan adanya saluran drainase ini adalah untuk mengeringkan daerah
becek dan genangan air sehingga tidak ada akumulasi air tanah, menurunkan
permukaan air tanah pada tingkat yang ideal, mengendalikan erosi tanah,
kerusakan jalan dan bangunan yang ada, mengendalikan air hujan yang berlebihan
sehingga tidak terjadi bencana banjir.
Masalah dan tantangan air terdiri dari tiga tipe: banjir, kekeringan, dan polusi
air. Banjir diakui sebagai sumber ancaman yang signifikan bagi kehidupan
manusia Salah satu tindakan pencegahan banjir yang dapat dilakukan adalah
dengan mengoptimalkan saluran drainase. Drainase merupakan tindakan teknis
untuk mengurangi kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga fungsi
kawasan atau lahan tidak terganggu.
Banjir merupakan kata yang populer di indonesia, khususnya pada musim
hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir. Peristiwa ini
hampir tiap tahun berulang, namun permasalahan ini belum terselesaikan, bahkan
cendrung meningkat, baik frekuensinya, luasannya, maupun durasinya. Dalam
mengatasi masalah banjir diperlukan sistem drainase yang baik, dengan didukung
berbagai aspek perencanaan yang terkait di dalamnya.
Penggunaan air dalam volume yang tinggi serta tidak diimbangi oleh sistem
pembuangan air buangan yang kurang seimbang dapat menyebabkan banjir,
terutama saat debit air melimpah. Selain itu permukaan limpasan sebelumnya
sebagai daerah resapan (wather shed) air hujan ke dalam tanah, juga system
pembuangan air yang belum memadai. Debit air yang terjadi pada musim hujan
mengakibatkan air meluap dari dan memenuhi permukaan jalan menjadi salah
satu masalah yang dihadapi oleh daerah-daerah yang mengalami rawan banjir.
Hal yang paling mempengaruhi perencanaan drainase antara lain adalah
besarnya intensitas curah hujan di daerah pengaliran dan bagaimana tataguna
lahan di daerah pengaliran tersebut. Jika diketahui intensitas curah hujan besar
dan daerah resapannya kecil, maka dimensi drainase direncanakan lebih besar dan
demikian juga sebaliknya.

1.2 Rumusan Masalah


Sistem saluran drainase merupakan salah satu sarana pendukung yang penting
untuk membantu terciptanya kondisi sanitasi lingkungan yang baik. Tujuan dari
sistem drainase ini untuk menanggulangi genangan air hujan di suatu daerah
untuk mendapatkan besarnya debit aliran saluran drainase di daerah tersebut yang
mengakibatkan terjadinya genangan di daerah tersebut. Curah hujan suatu stasiun
daerah akan menentukan daya tampung drainase dan juga dimensi yang akan
direncanakan. Oleh karena itu, diperlukan pengkajian tentang menganalisis
saluran drainase tersebut.

1.3 Penyebab Masalah


1. Besarnya debit limpasan air hujan akibat drainase yang kurang memadai
2. Menentukan dimensi saluran drainase yang akan dibuat
3. Tidak mampu saluran drainase air hujan dikarenakan ukuran drainase yang
kurang memadai.

1.4 Hipotesa Penyelesaian


1. Sebagai referensi yang dapat digunakan untuk bahan kajian ilmu drainase
sebagai sumber pembelajaran
2. Sebagai acuan untuk pengelolaan sistem drainase
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Analisa Curah Hujan Maksimum


Data hujan yang diperoleh dari alat penakar hujan merupakan hujan yang
terjadi hanya pada satu tempat atau titik saja (point rainfall). Mengingat hujan
sangat bervariasi terhadap tempat (space), maka untuk kawasan yang luas, satu
alat penakar hujan belum dapat menggambarkan hujan wilayah tersebut. Dalam
hal ini diperlukan hujan kawasan yang diperoleh dari harga rata-rata curah hujan
beberapa stasiun penakar hujan yang ada di dalam dan/atau di sekitar kawasan
tersebut.
Ada tiga metode yang umum dipakai dalam menghitung hujan rata rata kawasan
yaitu :
1. Metode Rata-rata Aljabar
Metode yang paling sederhana dalam perhitungan hujan kawasan. Metode ini
didasarkan pada asumsi bahwa semua penakar hujan mempunyai pengaruh yang
setara. Cara ini cocok untuk kawasan dengan topografi rata atau datar, alat penakar
tersebar merata/hampir merata dan harga individual curah hujan tidak terlalu jauh
dari harga rata-ratanya.

Persamaan metode rata-rata aljabar

P + P + P +...+ Pn i=1
∑ Pi
P= 1 2 3 =
n n

Keterangan :

P1, P2, Pn = curah yang tercatat di pos penakar hujan

1, 2, n = banyaknya pos penakar hujan

P6

P7
P5
P1

P2 P3 P4

Metode rata-rata aljabar


2. Metode Poligon Thiessen
Metode ini juga dikenal sebagai metode rata-rata timbang (weighted mean).
Metode ini memberikan proporsional luasan daerah pengaruh pos penakar hujan
untuk mengakomodasi ketidakseragaman jarak. Daerah pengaruh dibentuk dengan
menggambarkan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung antara
dua pos penakar terdekat.
Prosedur :
a. Semua stasiun hujan dihubungkan dengan garis lurus, sehingga terbentuk
beberapa segitiga
b. Masing-masing segitiga ditarik garis sumbu dimasing-masing sisinya
c. Poligon Thiessen adalah luasan yang dibatasi oleh masing-masing garis sumbu,
atau yang dibatasi oleh garis sumbu dan batas DAS

Persamaan metode polygon thiessen

∑ Pi A i
P1 A 1 + P2 A 2 +. ..+ Pn An i=1
P= = n
A 1 + A 2 +. ..+ A 3
∑ Ai
i=1

Keterangan :

P1, P2, Pn = curah yang tercatat di pos penakar hujan

1, 2, n = banyaknya pos penakar hujan

A1, A2, An = luas areal pengamatan (poligon)

Metode Poligon Thiessen

sumber : Suripin. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan


3. Metode Isohyet
Metode ini merupakan metode paling akurat untuk menghitung hujan kawasan.
Metode ini memperhitungkan secara aktual pengaruh tiap-tiap pos penakar hujan.
Garis isohyet adalah garis yang menghubungkan titik dalam DAS yang mempunyai
kedalaman hujan yang sama.
Prosedur :
a. Plot data kedalaman air hujan untuk tiap pos penakar hujan pada peta
b. Gambar kontur kedalaman hujan dengan menghubungkan titik-titik yang
mempunyai kedalaman hujan yang sama
c. Hitung luas area antara 2 isohyet dengan menggunakan planimeter. Kalikan
masing masing luas areal dengan rata-rata hujan antara dua isohyet yang
berdekatan

Persamaan metode isohyet

P=
2(
P1 + P2
) (
A1+
P 2 + P3
2 )
A 2+ ...+ (Pn−1+ P n
2 )
A n−1 ∑ A
=
[ ( )]
P1 + P2
2
A 1 + A 2 +...+ A n−1 ∑A
Keterangan :

P1, P2, Pn = curah yang tercatat di pos penakar hujan

1, 2, n = banyaknya pos penakar hujan

A1, A2, An = luas areal pengamatan (poligon)

Metode Isohyet

sumber : Suripin. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan

Curah hujan maksimum harian rata-rata ini digunakan dalam rangkaian proses
penyiapan data untuk analisa frekuensi. Ada lima cara penyiapan data untuk mencari
curah hujan maksimum rata-rata :
1) Cara 1
Data hujan DAS diperoleh dengan menghitung hujan rata-rata (dengan cara
terbaik yang diketahui) setiap hari sepanjang data yang tersedia.
2) Cara 2
Dalam satu tahun tertentu, untuk stasiun I dicari hujan maksimum tahunannya.
Selanjutnya, dicari hujan harian pada stasiun stasiun lain pada hari kejadian yang
sama dalam tahun yang sama dan kemudian dihitung hujan rata-rata DAS. Masih
dalam tahun yang sama, dicari hujan maksimum tahunan untuk stasiun II. Untuk
hari kejadian yang sama, hujan harian untuk stasiun stasiun lain dicari dan
dirata-ratakan. Demikian selanjutnya sehingga dalam tahun itu akan didapat N
buah data hujan rata-rata DAS. Untuk tahun berikutnya cara yang sama
dilakukan sampai seluruh data yang tersedia.
3) Cara 3
Menggunakan data pada salah satu stasiun (data maksimum) dan mengalikan
data tersebut dengan koefisien reduksi. Hitungan ini berarti juga harus dilakukan
dan diulang seperti cara yang sama.
4) Cara 4
Penyiapan data lain dengan mencari hujan-hujan maksimum harian setiap
stasiun dalam satu tahun, kemudian dirata-ratakan untuk mendapatkan hujan
rata-rata DAS.
5) Cara 5
Menganalisis frekuensi data hujan setiap stasiun sepanjang data yang tersedia.
Hasil analisa frekuensi tersebut selanjutnya dirata-ratakan sebagai hujan rata-rata
DAS.

2.2 Analisis Curah Hujan Rencana


Perhitungan curah hujan rencana digunakan untuk meramal besarnya hujan
dengan periode ulang tertentu. Berdasarkan curah hujan rencana tersebut
kemudian dicari intensitas hujan yang digunakan untuk mencari debit banjir
rencana.

2.2.1 Pemilihan Analisis Frekuensi


Analisis frekuensi merupakan prakiraan dalam arti memperoleh probabilitas
untuk suatu peristiwa hidrologi dalam bentuk debit / curah hujan rencana yang
berfungsi sebagai dasar perhitungan perencanaan hidrologi untuk antisipasi setiap
kemungkinan yang akan terjadi. Tujuan analisis frekuensi data hidrologi adalah
mencari hubungan antara besarnya kejadian ekstrim terhadap frekuensi kejadian
menggunakan distribusi probabilitas.
Metode yang digunakan dalam perhitungan Analisa frekuensi curah hujan
rencana adalah metode log normal dan metode distribusi log person III

1) Perhitungan Curah Hujan Rencana Metode Log Normal


Distribusi log Lormal merupakan hasil transformasi dari distribusi normal,
yaitu dengan mengubah nilai variat X menjadi nilai logaritmik variat X.
Distribusi log-Pearson Type III akan menjadi distribusi log Normal apabila nilai
koefisien kemencengan CS = 0,00.
Adapun rumus-rumus yang digunakan dalam perhitungan curah hujan
rencana dengan Metode Log Normal adalah sebagai berikut :

Rt =Xr + Kt . Sx (Loebis, 1984)

Rt =10
log Rt
, dimana log Rt =log Rmax rt + Sx log Rmax x K

Dimana :

Rt = Besarnya curah hujan yang mungkin terjadi pada periode ulang T


tahun

Xr = Curah hujan rata – rata

Kt = Standar variabel untuk periode ulang tahun (tabel 2.6)

Sx = Standar deviasi

Tabel Faktor Frekuensi K Untuk Distribusi Log Normal 3 Parameter

Tabel Standar variabel


2) Perhitungan Curah Hujan Rencana Metode Log Pearson Type III
Distribusi Log Pearson Tipe III atau Distribusi Extrim Tipe III digunakan
untuk analisis variabel hidrologi dengan nilai varian minimum misalnya analisis
frekwensi distribusi dari debit minimum (low flows). Distribusi Log Pearson Tipe
III, mempunyai koefisien kemencengan (Coefisien of skwennes) atau CS tidak
sama dengan 0.
Langkah-langkah perhitungan distribusi Log Pearson III adalah:
1. Tentukan logaritma dari semua nilai variat X
2. Hitung nilai rata-ratanya :

log x rt=
∑ log X
n
3. Hitung standar deviasi dari log x

S log x ¿ √ ∑ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿

4. Hitung nilai koefisien kemencengan

Sehingga persamaan garis lurusnya adalah log Rt =log X +¿ S log X


Harga faktor Gt untuk sebaran Log Pearson II dihitung dengan interpolasi.
5. Menentukan anti log dari log Rt, untuk mendapat nilai Rt yang
diharapkan terjadi pada tingkat peluang atau periode tertentu sesuai
dengan nilai Cs nya.
Tabel Harga k untuk Distribusi Log Pearson tipe III

2.2.2 Uji Statistik Kelayakan Analisis Frekuensi


Untuk menguji kebenaran suatu sebaran data curah hujan, maka metode
yang digunakan yaitu metode uji chi kuadrat (chi square test) atau uji sebaran.
Pada perhitungan ini, digunakan metode uji chi kuadrat (chi square test).
Langkah-langkah perhitungan sebaran data curah hujan (Chi Square Test)
berikut ini:
1. Hitung jumlah kelas (K)
K=1+ 3,322log n (Soewarno, 1995)
Dimana: K = Jumlah kelas
n = Jumlah data
2. Hitung derajat kebebasan (DK)
Dk=K −( P+ 1 )
Dimana: DK = Derajat kebebasan
P = Parameter hujan (digunakan P = 2)
K = Jumlah kelas
3. Mencari harga X Cr dilihat dari derajat kebebasan (DK) dan taraf
2

signifikasi (X) dengan melihat tabel


Hitung nilai yang diharapkan (EF)

n
EF = (Soewarno, 1995)
K

Dimana: EF = Nilai yang diharapkan


5. Hitung nilai X Cr
2

2
(EF−OF )
X 2 Cr=∑ (Soewarno, 1995)
EF

Dimana : Cr = Koefisien Skewnes


OF = Nilai yang diamati
X = Taraf signifikasi
6. Bandingkan X2 Cr hasil tabel dengan X2 Cr hasil hitungan syarat :
X2 Cr hitungan < X2 Cr table
7. Hitung koefisien skewness
n ∑ (Xi−Xr )
3
Cs= (Soewarno, 1995)
( n−1 ) ( n−2 ) S X 3

Dimana: Xi = Curah hujan rata-rata


Xr = Harga rata-rata
Sx = Standar deviasi
8. Hitung koefisien variasi

Sx
Cv= (Soewarno, 1995)
Sr

Dimana: Cv = Koefisien variasi


9. Hitung koefisien kwitosis (Ck)

n2 ∑ (Xi−Xr )4
Ck= (Soewarno, 1995)
( n−1 )( n−2 )( n−3 ) S x 4

10. Menentukan curah hujan yang akan dipakai dalam perencanaan


drainase.
2.3 Analisis Intensitas Hujan
Pada perencanaan bangunan air memerlukan data hujan sebagai salah satu
data sekunder. Kemudian dari data curah hujan tersebut diolah sehingga menjadi
debit banjir. Untuk menentukan besarnya debit banjir rencana salah satu
parameternya adalah ditentukan oleh intensitas hujan.
Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan persatuan waktu.
Intensitas hujan tergantung dari lama dan besarnya hujan. Semakin lama hujan
berlangsung maka intensitasnya akan cenderung makin tinggi, begitu juga
sebaliknya semakin pendek lamanya hujan maka semakin kecil juga intensitasnya.
Intensitas ditinjau berdasarkan kala ulang juga akan berbanding lurus, semakin
lama waktu kala ulangnya maka akan semakin tinggi pula intensitasnya. Suatu
intensitas hujan yang tinggi pada umumnya berlangsung dengan durasi pendek
dan meliputi daerah yang tidak sangat luas (Sudjarwadi 1987). Untuk mengolah
data curah hujan menjadi intensitas hujan digunakan cara statistik dari data
pengamatan durasi hujan yang terjadi. Analisis intensitas curah hujan ini dapat
diproses dari data curah hujan yang telah terjadi pada masa lampau.
Besarnya intensitas curah hujan diperlukan untuk melakukan perhitungan
debit banjir berdasarkan durasi metode rasional, yaitu lamanya kejadian hujan.
Nilai intensitas hujan yang tinggi akan berefek samping yang besar juga, misalnya
akan berdampak terjadinya kelongsoran dan banjir. Analisis intensitas hujan untuk
curah hujan jam-jaman di suatu DPS dapat dihitung dengan beberapa metode,
antara lain metode Talbot, Sherman dan Ishiguro, sedangkan untuk data hujan
harian intensitasnya dapat dihitung dengan menggunakan Metode Mononobe.
Data curah hujan yang didapat berupa bentuk grafik yang nantinya diolah
untuk memperoleh data hujan jangka pendek, misalnya 5 menit, 10 menit, 30
menit, dan jam-jaman. Data-data yang telah diperoleh tersebut dapat digunakan
dalam menentukan curah hujan rencana menggunakan metode-metode intensitas
hujan. Besarnya intensitas hujan yang dihasilkan oleh masing-masing metode
tersebut tentunya akan berbeda.
Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per satuan waktu.
Adapun rumus umum intensitas hujan dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
R
I=
t

Dengan :
I = intensitas hujan (mm/jam),
R = tinggi hujan (mm),
t = lamanya hujan (jam).
Gambar Grafik IDF
Cara penggambaran atau perhitungan grafik IDF ada 2 yaitu dengan
menggunakan data hujan dari ARR (data hujan menerus) dan data hujan harian
(data manual).

1. Data Hujan Dari ARR (data hujan menerus)


Prosedur :
a. menentukan hujan dengan durasi 5 menit, 10 menit, 30, 60, 120, 180, 360,
720 menit, 1 hari, 2 hari pada data hujan otomatis tiap tahun
b. Dicari hujan menitan tiap tahun yang terbesar
c. Dihitung intensitas hujan dengan rumusan Intensitas hujan = tinggi hujan
pada durasi *60 mnt/durasi hujan
d. Perhitungan kala ulang dengan analisis frekuensi pada masing-masing
durasi
Dari analisis point d dapat diturunkan rumusan Intensitas hujan
berdasarkan rumus Talbot, Sherman dan Ishiguro
Rumus Talbot
Rumus Talbot dikemukakan oleh professor Talbot pada tahun 1881. Rumus
ini banyak digunakan di Jepang karena mudah diterapkan. Tetapan-tetapan a dan
b ditentukan dengan harga-harga terukur.
Rumus ini diterapkan dengan menentukan nilai a dan b. Persamaan yang
digunakan yaitu :
a
I=
t+b

Ʃ ( ¿ ) Ʃ ( I ) −Ʃ ( I t ) Ʃ ( I )
2 2
a=
N Ʃ ( I ) −ƩI ƩI
2
2
Ʃ ( I ) Ʃ ( ¿ )−NƩ ( I t)
b=
NƩ ( I )−ƩI ƩI
2

Dengan:
I : Intensitas hujan (mm/jam)
t : durasi hujan (jam)
N : jumlah data
a dan b : konstanta yang tergantung pada durasi hujan

Rumus Sherman
Rumus ini cocok untuk digunakan pada durasi hujan lebih dari 2 jam.
Persamaan yang digunakan yaitu :
a
I= 2
t
a=Ʃ (logI ) Ʃ ¿ ¿¿

Ʃ ( logI ) Ʃ(logt )−Ʃ ( logt .logI )


n=
NƩ ¿ ¿

Dengan:
I : Intensitas hujan (mm/jam)
t : durasi hujan (jam)
N : jumlah data
a dan b : konstanta yang tergantung pada durasi hujan

Rumus Ishiguro
Persamaan yang digunakan pada pendekatan rumus ishiguro sebagai berikut :
a
I=
√t +b
Ʃ ( I √ t ) Ʃ ( I )−Ʃ ( I √ t ) ( I )
2 2
a=
NƩ ( I ) −ƩI ƩI
2

Ʃ ( I ) Ʃ ( I √ t ) −NƩ( I √t )
2
b=
NƩ ( I )−ƩI ƩI
2

Dengan:
I : Intensitas hujan (mm/jam)
t : durasi hujan (jam)
N : jumlah data
a dan b : konstanta yang tergantung pada durasi hujan
Kemudian dilakukan penggambaran kurva Intensity Duration Frequency
(IDF) untuk melihat hubungan antara intensitas hujan dengan durasi hujan dalam
satuan waktu (menit). Untuk menentukannya diperlukan data hujan jangka pendek
seperti 5, 10, 30 menit dan jam-jaman untuk membentuk lengkung kurva IDF.
Penggambaran kurva IDF ditentukan berdasarkan salah satu persamaan antara
rumus Talbot, Sherman dan Ishiguro.

2. Data Hujan Harian (Data Manual)


Dari data hujan harian bisa diturunkan rumusan Intensitas hujan untuk suatu
daerah tertentu yang terdapat stasiun hujan harian. dengan menggunkan rumus
mononobe.
Procedur:
a. Dari data hujan dan data DAS dihitung curah hujan maksimum harian rata-
rata.
b. Dihitung hujan rancangan kala ulang tertentu dengan analisis frekuensi.
c. Hujan rancangan dengan kala ulang tertentu tersebut dimasukan dalam
rumus mononobe

Rumus mononobe

R 24 24 2 /3
I= ( )
24 t

Dengan :

I : Intensitas hujan (mm/jam)


R24 : hujan harian kala ulang tertentu (mm)
T : lamannya hujan (jam)

2.4 Analisis Limpasan/Debit Rencana


Dalam perencanaan drainase, bagian air hujan yang menjadi perhatian utama
adalah aliran permukaan (surface runoff), sedangkan untuk pengendalian banjir
tidak hanya aliran permukaan, tetapi limpasan (runoff). Limpasan (run-off)
merupakan gabungan antara permukaan, aliran – aliran yang tertunda pada
cekungan – cekungan, dan aliran bawah permukaan (subsurface flow).
Faktor yang mempengaruhi limpasan yaitu :
1. Faktor meteorologi
a. Intensitas hujan
 Runoff dipengaruhi intensitas dan laju infiltrasi
 Peningkatan runoff tidak selalu sebanding dengan peningkatan intensitas
hujan karena adanya penggenangan di permukaan tanah.

b. Durasi hujan
 Jika lama hujan kurang dari lama hujan kritis, maka lamanya runoff akan
sama dan tidak tergantung pada intensitas hujan.
c. Distribusi hujan
 Laju dan volume limpasan dipengaruhi oleh distribusi dan intensitas
hujan di seluruh DAS
 Hujan dengan intensitas tinggi pada sebagian DAS dapat menghasilkan
limpasan lebih besar dibanding dengan hujan biasa meliputi seluruh DAS
2. Faktor Karakteristik DAS
a. Topografi
 DAS dengan kemiringan curam disertai parit/saluran yang rapat akan
menghasilkan laju dan volume aliran permukaan yang lebih tinggi.
 Pengaruh kerapatan parit, yaitu panjang parit per satuan luas DAS, pada
aliran permukaan adalah memperpendek waktu konsentrasi, sehingga
memperbesar laju aliran permukaan.
b. Tata Guna Lahan
 Pengaruh tata guna lahan pada aliran permukaan dinyatakan dalam
koefisien aliran permukaan (C).
 Pada DAS yang masih baik, harga C mendekati nol dan semakin rusak
suatu DAS, maka harga C makin mendekati satu.

2.4.1 Perhitungan Waktu Konsentrasi


Waktu konsentrasi yaitu : waktu yang diperlukan air untuk mengalir dari
tempat yang terjauh sampai titik yang ditinjau. Pengertian lain untuk Tc adalah
waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di atas permukaan tanah sampai ke
saluran yang terdekat (To) ditambah waktu pengaliran di dalam saluran (Td)
sampai ke titik yang ditinjau. To tergantung pada beberapa faktor antara lain :
kemiringan lahan, jarak, dan koefisien pengaliran.
Banyak metode untuk menentukan To, salah satu metode yang paling
sederhana adalah :
To = Panjang tempat terjauh/ kecepatan permukaan
Metode lain untuk menentukan To adalah sebagai berikut :

[
to=
2
3
x 3,28 x L x
]
n
√s
Dengan :
to = waktu yang diperlukan air mengalir di lahan sampai saluran (menit)
L = panjang lintasan aliran air atas permukaan lahan (m)
n = angka kekasaran manning
S = kemiringan lahan

Sedangkan untuk menentukan nilai Td yang paling sederhana adalah:


Td = panjang saluran/kecepatan saluran

Waktu konsentrasi “time concentration” waktu yang diperlukan untuk


mengalir-kan mulai dari ujung sampai ke DAS Menurut KIRPICH (1940), dengan
persamaan sebagai berikut :
0.770
tc = 0.0195 x k
Dengan :
Tc = waktu konsentrasi (menit);
k = konstanta peubah = L /S ;
S = H/L ;
S = kemiringan saluran;
L = panjang maksimum aliran (m);
H = perbedaan elevasi titik terjauh dengan outlet (m)

Asumsi bahwa banjir maksimum akan terjadi jika hujan berlangsung selama
waktu konsentrasi atau melebihi waktu konsentrasi menyebabkan parameter
waktu konsentrasi menjadi penting dikaji. Waktu konsentrasi didefinisikan
sebagai waktu yang diperlukan air hujan yang jatuh dititik terjauh dari suatu
daerah aliran untuk mencapai titik tinjau (outlet).
Lama waktu konsentrasi sangat tergantung pada ciri-ciri daerah aliran,
terutama jarak yang harus ditempuh oleh air hujan yang jatuh ditempat terjauh
dari titik tinjau. Lama waktu konsentrasi bisa didapatkan melalui hasil
pengamatan ataupun dengan suatu pendekatan rumus. Pendekatan rumus yang ada
pada umumnya mengacu pada jarak dari tempat terjauh jatuhnya hujan sampai
titik tinjau (L) dan selisih ketinggian antara titik terjauh tersebut dengan titik
tinjau (H), ataupun juga kemiringan lahan yang ada.

2.4.2 Perhitungan Koefisien Limpasan Komposit


Nilai C tergantung pada kondisi dan karakteristik daerah yang akan didrain
dan dikeringkan. Nilai C berkisar antara 0 – 1. C semakin besar apabila daerah
yang akan didrain/dikeringkan bertambah besar. Untuk menentukan koefisien
pengaliran (C) suatu daerah yang akan didrain dimana tataguna lahannya tidak
sama maka nilai C sebagai berikut :
A C + A2 C2 +…+ An Cn
Ckomposit = 1 1
A1 + A2 +…+ An
Dengan :
 Ckomposit = Koefisien limpasan komposit
 A1, A2, … An = Luas sub area/daerah dengan karakteristik permukaan
tanah yang sama (nilai C sama)
 C1, C2, … Cn = Koefisien pengaliran untuk setiap sub-area/daerah
Klasifikasi koefisien limpasan untuk perkotaan dan skala detail tidak sama
dengan klasifikasi skala global. Klasifikasi C berdasarkan Georgia stormwater
Management Manual (2001) seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel 4. Koefisien Limpasan untuk Metode Rasional


Karakter Permukaan Koefisien Aliran, C
Business
Perkantoran 0.70 - 0.95
Pinggiran 0.50 - 0.70
Perumahan
Rumah tinggal 0.30 - 0.50
Multi unit, terpisah 0.40 - 0.60
Multi unit, tergabung 0.60 - 0.75
Perkampungan 0.25 - 0.40
Apartemen 0.50 - 0.70
Industri
Ringan 0.50 - 0.80
Berat 0.60 - 0.90
Perkerasan
Aspal dan beton 0.70 - 0.95
Batu bata, paving 0.50 - 0.70
Atap 0.75 - 0.95
Halaman, tanah berpasir
Datar, 2% 0.05 - 0.10
Rata - rata, 2 - 7% 0.10 - 0.15
Curam, 7% 0.15 - 0.20
Halaman, tanah berat
Datar, 2% 0.13 - 0.17
Rata - rata, 2 - 7% 0.18 - 0.22
Curam, 7% 0.25 - 0.35
Halaman kereta api 0.10 - 0.35
Taman tempat bermain 0.20 - 0.35
Taman, perkuburan 0.10 - 0.25
Hutan
Datar, 0 - 5% 0.10 - 0.40
Bergelombang, 5 - 10% 0.25 - 0.50
Berbukit, 10 - 30% 0.30 - 0.60

2.4.3 Perhitungan Debit Dengan Metode Rational


Ada beberapa metode untuk memperkirakan laji aliran puncak (debit
banjir). Metode yang dipakai pada suatu lokasi lebih banyak ditentukan oleh
ketersediaan data. Gambar memberikan resume kronologis berdasarkan
ketersediaan data. Dalam praktek, perkiraan debit banjir dilakukan dengan
beberapa metode dan debit banjir rencana ditentukan berdasarkan pertimbangan
teknik (engineering judgement). Metode yang umum yang dipakai adalah metode
rasional dan metode hidrograf banjir.
Mulai

Data
Hidrologi

Metode Ya Tidak Metode


Perlu
Hidrograf Hidrograf
Hidrograf ?
Satuan Satuan

Ya Tidak
Ada Data
Ya Apakah Tersedia Tidak
Debit ?
Data Hujan dan
Aliran ?

Ya Data Tidak
Cukup
Panjang ? Perkirakan
Turunkan Turunkan Hujan DAS
Hidrograf Hidrograf Rencana
Satuan Satuan Sintetis

Konvolusi
Dengan Hujan Hitung QTr
Plot Data dan Perkirakan dengan
Rencana Qrerata dari
Sesuaikan Rumus
dengan Rekaman Rasional
Distribusi GEV Data
Hidrogaf
Aliran
Permukaan Hitung Qp
Perkirakan QTr
dari Grafik dari Qrerata
Tambah Distribusi GEV
Aliran Dasar

Bandingkan
Hidrograf
Hasil Perkiraan
Satuan
QTr
Sintetis

QTr atau QTr


dan Hidrograf

Selesai

Gambar metode yang digunakan dalam memperkirakan debit banjir berdasarkan


ketersediaan data (Suripin, 2000).

Metode Rasional ini untuk memperkirakan laju aliran permukaan puncak.


Metode ini sangat sederhana dan mudah penggunaannya namun hanya sesuai
untuk DAS dengan ukuran kecil dengan luas kurang dari 300 ha.
Persamaan umum : QP = 0.00278.C.I.A

Dengan :

 QP = Debit puncak (m3/detik)


 F = Koefisien satuan luas, jika luas lahan dalam ha maka
F = 0.00278, jika luas lahan dalam acre maka F = 1
 C = Koefisien limpasan rata – rata (nilainya diantara 0 – 1)
 I = Intensitas hujan rata – rata (mm/jam) untuk hujan deras yang
durasinya sama dengan waktu konsentrasi Tc
 Alahan = Luas daerah/lahan yang dikeringkan (ha atau acre)

Metode rasional dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa hujan yang


terjadi mempunyai intensitas seragam dan merata di seluruh DAS selama paling
sedikit sama dengan waktu konsentrasi (tc) DAS. Jika asumsi ini terpenuhi, maka
curah hujan dan aliran permukaan DAS tersebut dapat digambarkan dalam grafik
pada gambar.

Gambar hubungan curah hujan dengan aliran permukaan

Gambar menunjukkan bahwa hujan dengan intensitas seragam dan merata


seluruh DAS berdurasi sama dengan waktu konsentrasi (t c). Jika hujan yang
terjadi lamanya kurang dari t, maka debit puncak yang terjadi lebih kecil dari QP
karena seluruh DAS tidak dapat memberikan konstribusi aliran secara bersama
pada titik kontrol (outlet). Sebaliknya, jika hujan yang terjadi lebih lama dari t c,
maka debit puncak aliran permukaan akan tetap sama dengan QP.
Sesuai dengan variabel pada rumus rasional yaitu koefisien limpasan,
intensitas hujan dan luas lahan yang akan didrain (dibuang airnya di saluran yang
dihitung debitnya), maka pemakaian rumus rasional tersebut dimulai dengan
menentukan besaran – besaran variabelnya. Penentuan variabel berdasarkan denah
lokasi yang akan didrain. Di denah lokasi informasi yang didapat adalah luas
lahan, jenis tata guna lahan serta kemiringan lahan yang akan mempengaruhi
waktu konsentrasi. Waktu konsentrasi ini akan digunakan untuk menghitung
intensitas hujan, dengan memasukkan besaran waktu konsentrasi pada rumusan
intensitas hujan atau pada grafik IDF.
DAS dengan tata guna lahan
tidak seragam

Dibagi – bagi menjadi sub-


DAS sesuai dengan tata
guna lahan (Koef. C
homogen)

Koefisien gabungan :
Ukur luas tiap – tiap sub-
DAS σ ni=1 Ai Ci
CDAS =
σ ni=1 Ai

Luas DAS A = σ ni=1 Ai (ha)

to = waktu limpas
permukaan (dari titik
terjauh, P ke saluran Hitung debit di titik
terdekat, titik Q). kontrol :
td = waktu limpas saluran Q = 0.002778.C.I.A
(dari titik Q ke R)

Ukur jarak limpas Hitung kemiringan tanah


permukaan PQ (m) PQ

Ukur panjang saluran QR Hitung waktu limpas


(m) permukaan, to

Perkirakan kecepatan aliran tc = to = td (menit)


dalam saluran = V, dan
hitung td = (PQ/60V)
(menit) Pakai kurva intensitas
hujan, diperoleh I

Gambar Bagan Alir Penentuan Debit Rencana Metode Rasional (Suripin,2000)

2.5 Perhitungan Dimensi Saluran


2.5.1 Rumus Kecepatan
Kecepatan rata-rata air dalam saluran dihitung dengan rumus Chezy atau
Manning, atau Stricker, rumusnya adalah sebagai berikut:
1. Rumus Chezy :
V =C √ RI
Dengan :
V = kecepatan aliran dalam m/dt
C = koefisien Chezy
R = jari-jari hidrolis dalam m
A = profil basah saluran dalam m2
P = keliling basah dalam m
I = kemiringan dasar saluran

2. Rumus Manning
 Seorang ahli dari Islandia, Robert Manning mengusulkan rumus berikut ini:
2
1
C= R 3
n
 Dengan koefisien tersebut maka rumus kecepatan aliran menjadi:
2 1
1 3 2
R I
n
dikenal dengan Rumus Manning

Dengan :
n = koefisien Manning dapat dilihat dalam Tabel
R = jari-jari hidrolis dalam m
A = profil basah saluran dalam m2
P = keliling basah dalam m
I = kemiringan dasar saluran

1. Kemiringan Saluran
Umumnya kemiringan dasar saluran dipengaruhi kondisi topografi, tinggi
aliran yang diperlukan untuk pengaliran sesuai kecepatan yang diinginkan.
Kemiringan dasar saluran maksimum = 0,005-0,008 tergantung bahan saluran.
2. Kecepatan minimum yang diijinkan
Untuk menghindari sedimentasi, kecepatan minimum di saluran adalah 0,61-
0,91 m/detik dan untuk menghalangi tumbuhnya tanaman air, kecepatan
minimum yang diijinkan adalah = 0,76 m/detik
3. Kecepatan maksimum yang diijinkan
Kecepatan maksimum yang diijinkan untuk saluran dari pasangan adalah 2,5-
3,5 m/detik dan untuk saluran dari tanah = 2,0 m/detik
4. Tinggi jagaan
Adalah jarak vertikal dari puncak tanggul sampai permukaan air pada kondisi
perencanaan. Digunkan untuk mencegah peluapan air akibat gelombang serta
fluktuasi permukaan air. Jagaan direncanakan antara 0,15-0,60m paling rendah
ditentukan 10 cm diatas permukaan air rencana.

2.5.2 Perencanaan Dimensi Saluran


Potongan melintang saluran ekonomis adalah saluran yang dapat
melewatkan debit maksimum untuk luas penampang basah, kekasaran dan
kemiringan dasar tertentu
Dasar perhitungan :
 Berdasarkan persamaan kontinuitas, untuk luas penampang melintang tetap,
debit maksimum dicapai jika kecepatan aliran maksimum
 Berdasarkan rumus mannings untuk kemiringan dan kekasaran tetap, kecepatan
maksimum dicapai jika jari-jari hidraulik (R) maksimum
 untuk penampang tetap, jari-jari hidraulik R maksimum jika keliling basah P
minimum
Dimensi Saluran Ekonomis
1. Trapesium
Penampang trapesium yang paling ekonomis jika kemiringan dindingnya m =
1/(31/2) atau sudut kemiringan 60 derajat
2. Persegi
Penampang persegi yang paling ekonomis jika kedalaman airnya setengah dari
lebar dasar saluran, atau jari-jari hidrauliknya setengah dari kedalaman air
3. Bentuk segitiga
Penampang segitiga yang paling ekonomis jika kemiringan dindingnya
membentuk sudut 45 derajat dengan garis vertical
Penampang Persegi

A=B h

A
B=
h

P=B+2 h

A
P= +2 h
h

Dengan asumsi luas penampang A, adalah konstan, maka persamaan dapat


didefinisikan terhadap h dan dibuat sama dengan nol untuk memperoleh harga P
minimum.

dP −A
= + 2=0
dH h 2

A=2 h2=Bh

atau

B
B=2 h atau h=
2

Jari-jari hidraulik

A Bh
R= =
P B+2 h

Atau

2 h2 h
R= =
2 h+2 h 2

Jadi, bentuk penampang melintang persegi yang paling ekonomis adalah


jika kedalaman air setengah ari lebar dasar saluran, atau jari-jari hidrauliknya
setengah dari kedalaman air.
Penampang Trapesium

A=( B+ mh) h

P=B+2 h √ m 2+1

B=P−2 h √m +1
2

Substitusi persamaan

A=( P−2 h √ m2+1 ) h+ mh 2

A=Ph−2 h √m2 +1+m h2

Dengan asumsi luas penampang A, dan kemiringan dinding m adalah


konstan, maka persamaan dapat dideferensialkan terhadap h dan dibuat sama
dengan nol untuk memperoleh kondisi P minimum.

dA
= p−4 h √ m 2+1+2 mh=0
dH

Atau

P=4 √ m 2+ 1−2 mh

Dengan menganggap h konstan, mendeferensialkanpersamaan dan


membuatsama dengan nol, maka diperoleh persamaan berikut.

dP 1
= 4h
dm 2 ( 2m
√ m 2+ 1
−2 h=0
)
2m
=1
√ m2 +1
2 2
4 m =1+m
2
3 m =1

1
m=
√3
Nilai m disubstitusikan ke dalam persamaan, maka persamaan yang
diperoleh adalah :

8 2
P= h √3− h √ 3=2 h √ 3
3 3

Nilai m disubstitusikan ke dalam persamaan, maka persamaan yang


diperoleh adalah :

4 2
B=2 h √ 3− h √ 3= h √ 3
3 3

Selanjutnya, jika Nilai m disubstistusikan ke dalam persamaan, maka


persamaan yang diperoleh adalah :

A= ( 23 h √3+ 13 h √ 3) h=h √ 3
2

Jadi, penampang trapesium yang paling efisien adalah jika keiringan


1
dindingnya, m= atau θ=60 °.
√3

Kekasaran Ekivalen (ne)

3 3
( ∑ n i Pi)
2 2
n= 2
p3

Dengan:

n = nilai kekasaran dinding ekivalen


Pt = total keliling basah dalam m
ni = kekasaran dinding pada sub-profil basah i
Pi = panjang keliling basah pada sub-profil basah i
Rumus Aliran (Q)

Untuk menghitung debit profil majemuk existing pada saluran drainase


perkotaan digunakan rumus kontunuitas dengan mengalikan luas profil basah
dengan kecepatan rata-rata menggunakan rumus Manning dan koefisien kekasaran
ekuivalen (neq). Rumus alirannya adalah sebagai berikut:

1
Qt = At Rt 2 /3 S1 /2
n eq

Dengan:

Qt = debit total dalam m3/dt


At = luas profil basah total dari masing-masing sub-profil basah dalam m2
Rt = total jari-jari hidraulis dari masing-masing sub-profil basah dalam m
S = kemiringan rata-rata dasar saluran
neq = kekasaran dinding ekivalen yang nilainya dinyatakan dalam persamaan

2
At ( Rt ) 3
neq = n
1
2

∑ nt
Ai Ri 3
i=1
BAB III
METODOLOGI

3.1 Lokasi Perencanaan (Gambar Situasi)


Lokasi perencanaan dilaksanakan di Perumnas Berkah Jalan Tengku Bey,
Kecamatan Bukit Raya, Pekanbaru. Waktu survey drainase dilaksanakan pada
bulan Oktober tahun 2021, tepatnya yaitu pada tanggal 3 Oktober 2021.

3.2 Gambaran Lokasi Perencanaan


Obyek perencanaan tugas ini adalah saluran drainase yang berada di
Perumnas Berkah Jalan Tengku Bey, Kecamatan Bukit Raya, Pekanbaru.
3.3 Data-Data Lapangan
Data-data yang didapat ketika survey yang dilaksanakan di saluran
drainase yang berada di Perumnas Berkah Jalan Tengku Bey, Kecamatan Bukit
Raya, Pekanbaru ialah kecepatan saluran, luas penampang saluran, dan sket
saluran.

3.4 Pembagian Tugas Masing-Masing Anggota Kelompok


a. Penetapan Lokasi Tugas :
 Lokasi tugas sudah ada, yaitu berlokasi di Perumnas Berkah, Jalan
Tengku Bay, Kecamatan Bukit Raya, Pekanbaru
 Pembuatan Sketsa dan cad
 Pengolahan Data perhitungan Excel
 Melakukan survey lokasi

Penanggung Jawab : Muhammad Hafiz Fadhillah

b. Penjelasan Tentang Metode yang Digunakan :


 Pembuatan Deskrip laporan
 Pengolahan Data excel dan perhitungan

Penanggung jawab : Salsabilla

c. Perencanaan : Situasi, Pola Aliran, Pembebanan, dll


 Melakukan survey lokasi
 Melakukan pengujian Pada saluran drainase tersier tidak adanya air yang
mengalir sehingga kecepatan aliran sulit ditentukan dan juga banyak nya
terdapat sampah dan tanah)
 Mencari solusi Sehingga cara untuk menentukan kecepatan air pada
drainase tersier yaitu pada saat kondisi hujan

Penanggungjawab : Fahmi Rasyid Sitompul dan Belmirho Refza Marta

Semua tugas ini diberikan secara rata dan dibuat semaksimal mungkin oleh
anggota kelompok. Tentunya tugas ini tidak luput dari diskusi Bersama dan hasil
putusan Bersama.

Gambar diskusi Bersama kelompok


BAB IV
HASIL PERENCANAAN

4.1 Sketsa Situasi, Pola Aliran, Kemiringan Saluran, Penamaan Saluran,


Skema Pembebanan Air, Tabulasi Data

Gambar Luas Catchmen Tiap Ruas


Gambar Penamaan Ruas Saluran

Gambar Arah Aliran Saluran


Gambar Arah Air Hujan Tiap Lahan

Gambar Dimensi Wilayah Perencanaan

4.2 Analisis Hidrologi


4.2.1 Perhitungan Curah Hujan Maksimum
Data curah hujan harian ini digunakan untuk mencari perhitungan curah
hujan maksimum rata-rata dalam rangkaian proses penyiapan data untuk analisa
frekuensi. Penyiapan data untuk mencari curah hujan maksimum rata-rata
menggunakan cara :
1) Cara 1
Data hujan DAS diperoleh dengan menghitung hujan rata-rata (dengan cara
terbaik yang diketahui) setiap hari sepanjang data yang tersedia. Data hujan harian
dari setiap stasiun dimulai pada tahun 2004 hingga 1995.
Langkah perhitungan curah hujan maksimum rata-rata :
1. Menggabungkan data hujan harian perbulannya pada setiap stasiun dalam
satu tahun tertentu.
2. Menghitung hujan rata-rata dengan menggunakan poligon thiessen, dengan
cara mengalikan data hujan harian dengan koefisien thiessen.
3. Mencari hujan rata-rata maksimum rata-rata untuk setiap tahunnya dari
perhitungan hujan rata-rata dengan poligon thiessen.
4. Melakukan cara yang sama untuk seluruh data yang tersedia pada tahun
berikutnya.

Nama stasiun Koefisien thiessen (CTh)


A. Buatan, Siak 0,2052
B. Kandis, Siak 0,1813
C. Usul, Indragiri 0,0452
D. Kota Baru, Indragiri 0,5683

Contoh perhitungan curah hujan maksimum rata-rata pada bulan Januari


tahun 2004
Data hujan harian stasiun Perhitungan Hujan Rata-rata
Tanggal
A B C D dengan Poligon Thiessen
1 9 0,4
2 0,0
3 0,0
4 4 2,3
5 0,0
6 36 6,5 10,2
7 44,1 25,1
8 0,0
9 46,8 26,6
10 8 130 74,2
11 50 9,5 7,7
12 0,0
13 1,4 26 15,0
14 20 11,4
15 0,0
16 0,0
17 0,9 7,5 4,4
18 64,5 52,5 32,8
19 0,0
20 7 4,0
21 0,0
22 0,0
23 5 2,8
24 8,5 10,2 8,4 4,0
25 7,8 21 18 12,8
26 49,5 2,2
27 3 0,1
28 43,7 6 10,1
29 7,2 1,5
30 5 19,5 12,1
31 3 34 33,5 21,1
sumber : Perhitungan Kelompok 2

Perhitungan hujan rata-rata dengan poligon thiessen pada tanggal 24 Januari


2004
Data hujan harian stasiun :
A. Buatan, Siak = 8,5 CThA = 0,2052
B. Kandis, Siak = 10,2 CThB = 0,1813
C. Usul, Indragiri = 8,4 CThC = 0,0452
D. Kota Baru, Indragiri =0 CThD = 0,5683

Hujan rata-rata dengan poligon thiessen


= (hujan harianA . CThA) + (hujan harianB . CThB) + (hujan harianC . CThC)
+ (hujan harianD . CThD)
¿ ( 8,5 ×0,2052 ) + ( 10,2 ×0,1813 ) + ( 8,4 × 0,0452 ) + ( 0 ×0,5683 )
¿ 4,0 mm
Hasil perhitungan curah hujan maksimum rata-rata dengan menggunakan cara
1 dari tahun 2004 hingga 1995, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Hujan Maksimum
Tahun Terjadi Tanggal
Rata-rata
2004 4 April 97,69
2003 25 Maret 124,82
2002 18 November 106,23
2001 11 Mei 59,36
2000 25 Maret 68,37
1999 22 Desember 54,09
1998 13 April 72,66
1997 17 Maret 69,80
1996 14 Oktober 58,94
1995 10 November 64,20
sumber : Perhitungan Kelompok 2

2) Cara 2
Dalam satu tahun tertentu, untuk stasiun I dicari hujan maksimum
tahunannya. Selanjutnya, dicari hujan harian pada stasiun stasiun lain pada hari
kejadian yang sama dalam tahun yang sama dan kemudian dihitung hujan rata-
rata DAS. Masih dalam tahun yang sama, dicari hujan maksimum tahunan untuk
stasiun II. Untuk hari kejadian yang sama, hujan harian untuk stasiun stasiun lain
dicari dan dirata-ratakan. Demikian selanjutnya sehingga dalam tahun itu akan
didapat N buah data hujan rata-rata DAS. Untuk tahun berikutnya cara yang sama
dilakukan sampai seluruh data yang tersedia.
Langkah perhitungan curah hujan maksimum rata-rata :
1. Menggabungkan data hujan harian perbulannya pada setiap stasiun dalam
satu tahun tertentu.
2. Mencari hujan harian maksimum untuk stasiun A dalam satu tahun
tertentu.
3. Mencari hujan harian pada stasiun stasiun lain pada hari kejadian yang
sama dalam tahun yang sama.
4. Menghitung hujan rata-rata dengan menggunakan poligon thiessen, dengan
cara mengalikan data hujan harian dengan koefisien thiessen.
5. Mencari hujan maksimum rata-rata untuk setiap tahunnya dari perhitungan
hujan rata-rata dengan poligon thiessen.
6. Melakukan cara yang sama untuk seluruh data yang tersedia pada tahun
berikutnya.

Contoh perhitungan curah hujan maksimum rata-rata pada tahun 2004.


Stasiun A hujan harian maksimum terjadi pada tanggal 07 Maret 2004.
Data hujan harian stasiun :
A. Buatan, Siak = 62,5 CThA = 0,2052
B. Kandis, Siak = 18 CThB = 0,1813
C. Usul, Indragiri = 12,2 CThC = 0,0452
D. Kota Baru, Indragiri =0 CThD = 0,5683
Hujan rata-rata dengan poligon thiessen
= (hujan harianA . CThA) + (hujan harianB . CThB) + (hujan harianC . CThC) +
(hujan harianD . CThD)
¿ ( 62,5 ×0,2052 ) + ( 18 ×0,1813 )+ ( 12,2 ×0,0452 ) + ( 0 × 0,5683 )
¿ 16,64 mm

Berikut tabel perhitungan Hujan Maksimum Rata-rata pada tahun 2004.


Curah Hujan Stasiun Hujan Rata-rata
Tanggal Hujan yang terbesar Hujan Maksimum
Tahun Poligon Thiessen
Terjadi di Sta Rata-rata
A B C D (mm)

7 Maret 62,5 A 62,5 18 12,2 0 16,64


4 Maret 91 B 0 91 17 14,7 25,62
2004 97,69
15 Agustus 87,5 C 0 20,9 87,5 19,7 18,94
4 April 160 D 30,4 0 11,5 160 97,69

sumber : Perhitungan Kelompok 2

Hasil perhitungan curah hujan maksimum rata-rata dengan menggunakan cara


2 dari tahun 2004 hingga 1995, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Hujan yang Curah Hujan Stasiun Hujan Rata-rata Hujan
Tahun Tanggal Terjadi
terbesar di Sta A B C D Poligon Thiessen Maksimum
7 Maret 62,50 A 62,50 18,00 12,20 0 16,64
4 Maret 91,00 B 0 91,00 17,00 14,70 25,62
2004 97,69
15 Agustus 87,50 C 0 20,90 87,50 19,70 18,94
4 April 160,00 D 30,40 0 11,50 160,00 97,69

20 Agustus 72,20 A 72,20 0 0 0 14,82


30 Juni 70,00 B 10,60 70,00 0 160,00 105,79
2003 124,82
22 November 72,50 C 8,80 14,00 72,50 21,30 19,73
25 Maret 190,00 D 42,00 43,00 9,40 190,00 124,82

18 September 82,40 A 82,40 3,00 0 0 17,45


17 November 85,00 B 0 85,00 20,50 42,00 40,21
2002 106,23
27 Desember 100,20 C 45,00 3,20 100,20 0 14,34
18 November 180,00 D 11,90 0 33,10 180,00 106,23

13 Desember 98,70 A 98,70 15,00 0 25,00 37,18


27 Desember 89,00 B 62,50 89,00 32,00 28,70 46,72
2001 59,36
14 Januari 94,50 C 0 0 94,50 4,00 6,54
11 Mei 93,00 D 19,50 11,00 11,40 93,00 59,36

16 September 71,20 A 71,20 0 0 0 14,61


23 Februari 60,30 B 2,40 60,30 0 0 11,42
2000 68,37
24 Juli 65,90 C 0 3,00 65,90 0 3,52
25 Maret 120,30 D 0 0 0 120,30 68,37
Hujan yang Curah Hujan Stasiun Hujan Rata-rata Hujan
Tahun Tanggal Terjadi
terbesar di Sta A B C D Poligon Thiessen Maksimum
23 Mei 68,40 A 68,40 0,30 1,50 0 14,16
17 September 79,00 B 28,00 79,00 1,00 0 20,11
1999 54,09
8 Maret 97,00 C 0 0 97,00 13,00 11,77
28 April 91,00 D 0 6,50 26,50 91,00 54,09

26 Oktober 118,00 A 118,00 12,10 28,50 0 27,70


30 Maret 78,40 B 0 78,40 1,50 20,00 25,65
1998 72,66
26 Juli 116,00 C 0 18,20 116,00 0 8,54
13 April 112,00 D 32,00 13,10 1,50 112,00 72,66

25 Oktober 81,50 A 81,50 1,90 0 0 17,07


12 Mei 79,30 B 0 79,30 0 0 14,38
1997 69,80
24 April 71,00 C 0 0 71,00 24,40 17,08
17 Maret 96,50 D 61,00 11,50 8,00 96,50 69,80

2 Mei 54,00 A 54,00 0 0 0 11,08


24 April 180,20 B 0 180,20 0 0 32,67
1996 58,94
10 Desember 109,70 C 28,00 0 109,70 0 10,70
14 Oktober 98,00 D 3,50 2,00 48,00 98,00 58,94

17 April 70,00 A 70,00 8,00 0 0 15,81


18 Oktober 102,00 B 0 102,00 0 0 18,49
1995 64,20
6 Januari 110,50 C 5,00 0 110,50 20,40 17,61
10 November 107,40 D 0 0 70,00 107,40 64,20
sumber : Perhitungan Kelompok 2

4.2.2 Perhitungan Curah Hujan Rencana


A. Pemilihan Analisa Frekuensi
Metode yang digunakan dalam perhitungan Analisa frekuensi curah hujan
rencana yang terdapat dalam outline tugas adalah Metode log normal, Metode
distribusi log person III, dan Metode gumbel.
1) Perhitungan Curah Hujan Rencana Metode Log Normal
Rt =Xr + Kt . Sx (Loebis, 1984)
log Rt
Rt =10 , dimana log Rt =log Rmax rt + Sx log Rmax x K
dimana :
Rt = Besarnya curah hujan yang mungkin terjadi pada periode ulang T tahun
Xr = Curah hujan rata – rata
Kt = Standar variabel untuk periode ulang tahun (tabel 2.6)
Sx = Standar deviasi
Dari hasil perhitungan, diperoleh :
Xr = 77,62
Sx = 23,65

Tabel Hasil Perhitungan Curah Hujan Rata-Rata


NO Tahun Rmax(mm) log Rmax ln Rmax
1 2004 97,69 1,99 4,58
2 2003 124,82 2,10 4,83
3 2002 106,23 2,03 4,67
4 2001 59,36 1,77 4,08
5 2000 68,37 1,83 4,22
6 1999 54,09 1,73 3,99
7 1998 72,66 1,86 4,29
8 1997 69,80 1,84 4,25
9 1996 58,94 1,77 4,08
10 1995 64,20 1,81 4,16
sumber : Perhitungan Kelompok 2

Contoh Perhitungan Rt pada T = 2 tahun


Rt =Xr + Kt . Sx
Rt =77,62+(0 x 23,65)
Rt =77,62
dimana :
Rt = Besarnya curah hujan yang mungkin terjadi pada periode ulang T
tahun
Xr = Curah hujan rata – rata
Kt = Standar variabel untuk periode ulang tahun (tabel)
Sx = Standar deviasi

Tabel Hasil Perhitungan Curah Hujan Rencana Metode Log Normal

T(tahun) Xr Kt Sx Rt
2 77,62 0,00 23,65 77,62
5 77,62 0,84 23,65 97,49
10 77,62 1,28 23,65 107,89
20 77,62 1,64 23,65 116,41
25 77,62 1,71 23,65 118,06

2) Perhitungan Curah Hujan Rencana Metode Log Pearson Type III


Distribusi Log Pearson Tipe III atau Distribusi Extrim Tipe III digunakan
untuk analisis variabel hidrologi dengan nilai varian minimum misalnya analisis
frekuensi distribusi dari debit minimum (low flows). Distribusi Log Pearson Tipe
III, mempunyai koefisien kemencengan (Coefisien of skwennes) atau CS tidak
sama dengan 0.

Contoh perhitungan langkah-langkah perhitungan distribusi Log Pearson III


adalah:

1. Tentukan logaritma dari semua nilai variant X


Tabel Perhitungan Log Person Type III
Tahun X (mm) log X (log X - rata-rata LogX)2 (log X - rata-rata LogX)3
2004 97,69 1,99 0,013 0,002
2003 124,82 2,10 0,050 0,011
2002 106,23 2,03 0,023 0,004
2001 59,36 1,77 0,010 -0,001
2000 68,37 1,83 0,002 0,000
1999 54,09 1,73 0,020 -0,003
1998 72,66 1,86 0,000 0,000
1997 69,80 1,84 0,001 0,000
1996 58,94 1,77 0,011 -0,001
1995 64,20 1,81 0,004 0,000
Rata-rata 77,616 1,874 0,013 0,001
sumber : Perhitungan Kelompok 2

2. Hitung nilai rata-ratanya :

log X ¿
∑ log X (CD. Soemarto,1999)
n
18,737
log X ¿
10
log X ¿ 1,874

3. Hitung standar deviasi dari log x

S log X ¿ √ ∑ ¿ ¿ ¿¿ ¿ ¿ (CD. Soemarto,1999)

S log X ¿
√ 0,0134
10−1

S log X ¿ 0,12 2

4. Hitung nilai koefisien kemencengan/skewness


10 x (0,001)
Cs=
9 x 8 x 0,12
Cs=0,835

5. Menentukan Harga K untuk Distribusi Log Pearson Type III


Untuk menentukan nilai K dapat dilihat pada tabel berikut :

Sumber : Soewarno,2015

Berdasarkan Tabel diatas, Nilai Cs yang didapatkan tidak ada pada tabel,
maka dilakukan interpolasi terhadap nilai Cs.
Contoh interpolasi pada kala ulang 2 tahun dengan peluang 50% :
Cs−(−0,132) −0,148−(−0,132)
=
0,835−0,8 0,9−0,8
−0,148−(−0,132 )
Cs=−0,132+ ×(0,835−0,8)
0,9−0,8
Cs=−0,132+ (−0,16 ) ×(0,035)
Cs=−0,132+(−0,0056)
Cs=−0,138

Tabel Interpolasi Nilai Cs


Periode Ulang (Tahun)
2 5 10 20 25
Cs
Pe luang (%)
50 20 10 5 4
0,8 -0,132 0,780 1,336 1,777 1,998
0,835 -0,138 0,776 1,337 1,782 2,005
0,9 -0,148 0,769 1,339 1,792 2,018

6. Menghitung Nilai Log X dan Hujan Rancangan


Contoh perhitungan kala ulang 2 tahun
log X =x+(K × s)
log X =1,874+(−0,138 ×0,122)
log X =1,857

logX
X =10
1,857
X =10
X =71,934 mm/hari

Tabel Curah Hujan Rencana Periode Ulang T tahun dengan Metode Log Pearson
Type III
Periode Ulang Nilai K Log XT XT
2 -0,138 1,857 71,934
5 0,776 1,968 92,960
10 1,337 2,037 108,807
20 1,782 2,091 123,289
25 2,005 2,118 131,238
sumber : Perhitungan Kelompok 2
4.2.3 Perhitungan Uji Sebaran Data Curah Hujan Analisis Frekuensi
Untuk menguji kebenaran suatu sebaran data curah hujan, maka metode
yang digunakan yaitu metode uji chi kuadrat (chi square test) atau uji sebaran.
Pada perhitungan ini, digunakan metode uji chi kuadrat (chi square test).
Contoh langkah-langkah perhitungan sebaran data curah hujan (Chi Square
Test) berikut ini:
1. Hitung jumlah kelas (K)
K=1+ 3,322log n (Soewarno, 1995)
K=1+3,322log 10
K=4,32… dipakai 5
Dimana: K = Jumlah kelas
n = Jumlah data

2. Hitung derajat kebebasan (DK)


DK =K −( P+ 1 )
DK =5−( 2+ 1 )
DK =2
Dimana: DK = Derajat kebebasan
P = Parameter hujan (digunakan P = 2)
K = Jumlah kelas
3. Mencari harga X Cr dilihat dari derajat kebebasan (DK) dan taraf signifikasi
2

(X) dengan melihat tabel, yaitu 5,9910


4. Hitung nilai yang diharapkan (EF)
n
EF= (Soewarno, 1995)
K
10
EF=
5
EF=2
Dimana: EF = Nilai yang diharapkan
5. Hitung nilai X Cr
2

2
(EF −OF )
X Cr=∑
2

EF
2
X Cr=3 (Soewarno, 1995)
Dimana : Cr = Koefisien Skewnes
OF = Nilai yang diamati
X = Taraf signifikasi
6. Bandingkan X Cr hasil tabel dengan X2 Cr hasil hitungan syarat :
2

X2 Cr hitungan < X2 Cr tabel.


3 < 5,9910 (ok)
Kelas Interval Ef Of Ef - Of (Ef-Of)^2/Ef
1 39,700-46,575 2 4 -2 2
2 46,575-53,450 2 1 1 0,5
3 53,450-60,325 2 2 0 0
4 60,325-67,200 2 2 0 0
5 67,200-70,637 2 3 -1 0,5
Chi Square 3
Tabel Hasil Perhitungan x2 Cr Hitungan

Berdasarkan hasil perhitungan bisa dilihat bahwa nilai X2 Cr hitungan <


X2Cr tabel, dimana nilai X2 = 3, sementara nilai X2 Cr tabel adalah 5,9910. Maka
dapat disimpulkan bahwa data-data curah hujan yang diolah telah memenuhi
syarat.

Tabel Perhitungan Statistik Penentuan Sebaran


2 3 4
Tahun X (mm) (Xi-Xr) (Xi-Xr) (Xi-Xr) (Xi-Xr)

2004 97,69 20,07 402,79 8083,94 162242,31


2003 124,82 47,20 2227,84 105154,09 4963274,01
2002 106,23 28,62 818,87 23432,52 670540,80
2001 59,36 -18,25 333,18 -6081,68 111010,72
2000 68,37 -9,25 85,56 -791,37 7319,94
1999 54,09 -23,52 553,41 -13018,71 306260,29
1998 72,66 -4,96 24,58 -121,83 603,94
1997 69,80 -7,81 61,02 -476,65 3723,33
1996 58,94 -18,67 348,66 -6510,26 121562,06
1995 64,20 -13,42 180,01 -2415,14 32403,33
Total 776,16 0,00 5035,91 107254,90 6378940,73
sumber : Perhitungan Kelompok 2

7. Hitung koefisien skewness


n ∑ ( Xi−Xr )3
Cs=
( n−1 ) ( n−2 ) S X 3
Dimana:

Xr=∑
∑ Xi = 776,16 =77,62 (Soewarno, 1995)
n 10

Sx=
√ ∑ ( Xi−Xr )2 =
n−1 √958,04 ¿ 10,32
9
Maka, Nilai koefisien skewness adalah
n ∑ ( Xi−Xr )
3
10 x 107254,90
Cs= 3
= =1,13
( n−1 ) ( n−2 ) S X 9 x 8 x 23,653
Dimana: Xi = Curah hujan rata-rata
Xr = Harga rata-rata
Sx = Standar deviasi

8. Hitung koefisien variasi


Sx 23,65
Cv= = =0,30 (Soewarno, 1995)
Xr 77,62
Dimana: Cv = Koefisien variasi

9. Hitung koefisien kwitosis (Ck)


n ∑ (Xi−Xr )
2 4
Ck= =
( n−1 )( n−2 )( n−3 ) S x 4
2
10 x 6378940,73
Ck= (Soewarno, 1995)
( 10−1 ) ( 10−2 ) ( 10−3 ) ¿ ¿

10. Menentukan curah hujan yang akan dipakai dalam perencanaan drainase.

Tabel Hasil Perhitungan Jenis Sebaran


Hasil
No Jenis Distribusi Syarat Kesimpulan
hitungan
Cs ≈ 3 Cv +
1 Log normal 3 Cs = 1,13 Tidak memenuhi
Cv ≈ 0,943

3 Gumbel Ck ≠ 5,4002 Ck = 4,05 Tidak memenuhi

2 Log person III Cs ≠ 0 Cs = 1,13 Memenuhi

sumber : Perhitungan Kelompok 2

Dari tabel hasil perhitungan di atas, yang memenuhi persyaratan adalah


jenis sebaran Log Pearson III. Sehingga untuk perhitungan curah hujan rencana
yang dipakai yaitu metode log pearson tipe III.

4.2.4 Perhitungan Intensitas Hujan


Dari data hujan harian diturunkan rumus Intensitas hujan untuk suatu
daerah yang terdapat stasiun hujan harian. dengan menggunakan rumus mononobe
dan kala ulang hingga 25 tahun, maka perhitungan nya ialah sebagai berikut,
Langkah perhitungan intensitas hujan harian ;
a. Dari data hujan dan data DAS dihitung curah hujan maksimum harian
rata-rata.
b. Dihitung hujan rancangan kala ulang tertentu dengan analisis frekuensi.
c. Hujan rancangan dengan kala ulang tertentu tersebut dimasukan dalam
rumus mononobe

Tabel Data Menghitung Nilai Intensitas Hujan

kala ulang nilai k log Xt X (mm)


2 -0,138 1,857 71,945
5 0,776 1,968 92,960
10 1,337 2,037 108,807
20 1,782 2,091 87,574
25 2,005 2,118 131,238
sumber : Perhitungan Kelompok 2

Dari analisis frekuensi didapat hujan rancangan kala ulang 2 tahun (R24) =
71,945 mm. Nilai tersebut dimasukkan dalam rumus mononobe, berikut contoh
perhitungan kala ulang 2 tahun, pada durasi 5 menit yaitu :
5
Durasi 5 menit = = 0,8 jam
60
R 24 24 2 /3
I= ( )
24 t
2/ 3
71,945mm 24
I= ( ) = 130,73 mm/jam
24 0,8 jam

Tabel Intensitas Hujan Kala Ulang 2 Tahun


Durasi Durasi Intensitas Mononobe
(menit) (jam) (mm/jam)
5 0,08 130,73
10 0,17 82,36
15 0,25 62,85
30 0,50 39,59
45 0,75 30,21
60 1,00 24,94
120 2,00 15,71
180 3,00 11,99
360 6,00 7,55
720 12,00 4,76
sumber : Perhitungan Kelompok 2
Tabel Intensitas Hujan Kala Ulang 5 Tahun
Durasi Durasi Intensitas Mononobe
(menit) (jam) (mm/jam)
5 0,08 168,92
10 0,17 106,41
15 0,25 81,21
30 0,50 51,16
45 0,75 39,04
60 1,00 32,23
120 2,00 20,30
180 3,00 15,49
360 6,00 9,76
720 12,00 6,15
sumber : Perhitungan Kelompok 2

Tabel Intensitas Hujan Kala Ulang 10 Tahun


Durasi Durasi Intensitas Mononobe
(menit) (jam) (mm/jam)
5 0,08 197,71
10 0,17 124,55
15 0,25 95,05
30 0,50 59,88
45 0,75 45,70
60 1,00 37,72
120 2,00 23,76
180 3,00 18,13
360 6,00 11,42
720 12,00 7,20
sumber : Perhitungan Kelompok 2

Tabel Intensitas Hujan Kala Ulang 20 Tahun


Durasi Durasi Intensitas Mononobe
(me nit) (jam) (mm/jam)
5 0,08 159,13
10 0,17 100,25
15 0,25 76,50
30 0,50 48,19
45 0,75 36,78
60 1,00 30,36
120 2,00 19,13
180 3,00 14,60
360 6,00 9,19
720 12,00 5,79
sumber : Perhitungan Kelompok 2
Tabel Intensitas Hujan Kala Ulang 25 Tahun
Durasi Durasi Intensitas Mononobe
(menit) (jam) (mm/jam)
5 0,08 238,48
10 0,17 150,23
15 0,25 114,65
30 0,50 72,22
45 0,75 55,12
60 1,00 45,50
120 2,00 28,66
180 3,00 21,87
360 6,00 13,78
720 12,00 8,68
sumber : Perhitungan Kelompok 2

Intensitas hujan (Kurva IDF)


200.00

180.00

160.00

140.00

120.00

100.00

80.00

60.00

40.00

20.00

0.00
0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00
Gambar Kurva IDF

4.2.5 Hasil Perencanaan Analisis Limpasan/Debit Rencana


A. Perhitungan Waktu Konsentrasi (tc)
Nilai waktu konsentrasi aliran pada kawasan perumahan (t c) merupakan
perbandingan dari panjang suatu lahan dengan kecepatan aliran (L/V) pada suatu
titik yang ditinjau/kontrol.
Perencanaan sistem drainase kawasan perumahan dibagi menjadi beberapa
blok, masing – masing blok diwakili dengan satu titik kontrol. Berikut ini contoh
perhitungan untuk perencanaan saluran pada kawasan perumahan Jalan Tengku
Bey.
Saluran A – B
Luasan daerah yang membuang airnya di saluran AB dapat dilihat pada
gambar berikut.

Dari gambar tersebut, kemungkinan air mengalir dari A” – A’ – B dan


kemungkinan kedua B” – B’ – B.
Aliran A” – A’ – B
Diketahui:
vjalan = 0.5 m/detik (asumsi)
Ljalan = 4 meter
LA’B = 59.28 meter
vsaluran = 2.043 m/detik
0.5 LJalan L A'B
Tc1 = +
v jalan v saluran
0.5 x 4 59.28
Tc1 = + =33.011 detik
0.5 2.043
Aliran air B” – B’ – B
Diketahui:
LB”B’ = 16.04 meter
vperumahan = 0.1 meter/detik (asumsi)
LB’B = 45.12 meter
vsaluran = 2.043 meter/detik
Tc1 = LBB ' }} over {{ v} rsub { perumahan }} + {{ L} rsub { B ' B }} over {{ v } rsub { saluran } ¿ ¿
16.04 45.12
Tc1 = + =182.482 detik
0.1 2.043
Dari 2 kemungkinan arah aliran di atas dipilih yang menghasilkan Tc
maksimum yaitu aliran air B” – B’ – B sebesar 182.482 detik = 0.051 jam.
Berdasarkan waktu konsentrasi tersebut dihitung intensitas hujannya. Tc yang
digunakan tc maksimum.
Diketahui
R24 = 71,945 mm

[ ]
2
R 24
i = 24 x
24 tc

[ ]
2/3
71,945 24
i = x = 181,364 mm/ detik
24 0.051

B. Perhitungan Koefisien Limpasan Komposit


Koefisien limpasan (C) untuk perhitungan saluran AB, dihitung
berdasarkan tata guna lahan yang mengalirkan air di saluran AB. Tata guna lahan
yang mengalirkan air ke saluran AB adalah berupa perumahan dan jalan, sehingga
koefisien limpasan dihitung berdasarkan koefisien limpasan komposit dengan
hitungan sebagai berikut :
Cperumahan = 0.4
Cjalan = 0.85

Cperumahan Aperumahan + C jalan A jalan


Ckomposit =
A perumahan + A jalan
0.4 x 0.5 x 16.04 x (61.3 + 29.17) + 0.85 x 0.5 x 2 x (57.25 + 61.3)
Ckomposit =
0.5 x 16.04 x (61.3 + 29.17) + 0.5 x 2 x (57.25 + 61.3)
0.4 x ( 90.47 m 2 ) + 0.85 x ( 118.55 m 2 )
Ckomposit = 2 2
725.57 m + 118.55 m
0.4 x ( 0.073 ha ) + 0.85 x (0.012 ha)
Ckomposit =
0.0 73 ha + 0.012 ha
Ckomposit = 0.464
Jadi, untuk Ckomposit didapat sebesar 0.464

C. Perhitungan Debit (Q) Saluran


Perhitungan Q saluran AB adalah sebagai berikut :
QAB = 0.00278.C.I.A
QAB = 0.00278.(0.464).(129.696).(0.085)
QAB = 0.014 meter3/detik
Jadi, debit di saluran AB adalah 0.014 meter3/detik. Untuk debit di
saluran lainnya, dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel Perhitungan Limpasan Saluran AB


Saluran AB
Tc (detik)
Data Tc maks (jam) Intensitas (I) mm/jam) C A Q (m3/detik) Q total A - B
Alternatif 1 Alternatif 2
v jalan 0.500 m/detik B"-B'-B A" - A' - B 0.051 129.696 0.464 0.085 0.014 0.014
v saluran 2.043 m/detik 182.482 33.011
v perumahan 0.100 m/detik
L Jalan (A' - B) 59.280 m Tc maksimum
Panjang Saluran (L A-B) 61.300 m 182.482
L B" - B' 16.040 m
Lebar jalan 4.000 m
L B' - B 45.120 m
t aliran lapangan per 1 meter 30.000 detik
C perumahan 0.400
C jalan 0.850

Tabel Perhitungan Limpasan Saluran CD


Saluran CD
Tc (detik)
Data Tc maks (jam) Intensitas (I) mm/jam) C A Q (m3/detik) Q total C - D
Alternatif 1 Alternatif 2
v jalan 0.500 m/detik D"-D'- D C" - C' - D 0.050 130.164 0.479 0.034 0.006 0.009
v saluran 1.110 m/detik 181.500 32.180
v perumahan 0.100 m/detik
L Jalan (C' - D) 31.280 m Tc maksimum
Panjang Saluran (L C-D) 33.300 m 181.500
L D" - D' 16.650 m
Lebar jalan 4.000 m
L D' - D 16.650 m
t aliran lapangan per 1 meter 30.000 detik
C perumahan 0.400
C jalan 0.850

Tabel Perhitungan Limpasan Saluran DN


Saluran DN
Tc (detik)
Data Tc maks (jam) Intensitas (I) mm/jam) C A Q (m3/detik) Q total D - N
Alternatif 1 Alternatif 2
v jalan 0.500 m/detik N"-N'- N D" - D' - N 0.052 127.765 0.459 0.091 0.015 0.024
v saluran 2.117 m/detik 186.634 33.046
v perumahan 0.100 m/detik
L Jalan (D' - N) 61.480 m Tc maksimum
Panjang Saluran (L C-D) 63.500 m 186.634
L N" - N' 16.450 m
Lebar jalan 4.000 m
L N' - N 46.850 m
t aliran lapangan per 1 meter 30.000 detik
C perumahan 0.400
C jalan 0.850

Tabel Perhitungan Limpasan Saluran CM


Saluran CM
Tc (detik)
Data Tc maks (jam) Intensitas (I) mm/jam) C A Q (m3/detik) Q total C - M
Alternatif 1 Alternatif 2
v jalan 0.500 m/detik M"-M'- M C" - C' - M 0.052 127.765 0.459 0.091 0.015 0.018
v saluran 2.117 m/detik 186.634 33.046
v perumahan 0.100 m/detik
L Jalan (C' - M) 61.480 m Tc maksimum
Panjang Saluran (L C-M) 63.500 m 186.634
L M" - M' 16.450 m
Lebar jalan 4.000 m
L M' - M 46.850 m
t aliran lapangan per 1 meter 30.000 detik
C perumahan 0.400
C jalan 0.850

Tabel Perhitungan Limpasan Saluran BL


Saluran BL
Tc (detik)
Data Tc maks (jam) Intensitas (I) mm/jam) C A Q (m3/detik) Q total B - L
Alternatif 1 Alternatif 2
v jalan 0.500 m/detik L"- L'- L B" - B' - L 0.051 129.962 0.461 0.088 0.015 0.022
v saluran 2.117 m/detik 181.922 33.046
v perumahan 0.100 m/detik
L Jalan (B' - L) 61.480 m Tc maksimum
Panjang Saluran (L B - L) 63.500 m 181.922
L L" - L' 15.950 m
Lebar jalan 4.000 m
L L' - L 47.460 m
t aliran lapangan per 1 meter 30.000 detik
C perumahan 0.400
C jalan 0.850

Tabel Perhitungan Limpasan Saluran AE


Saluran AE
Tc (detik)
Data Tc maks (jam) Intensitas (I) mm/jam) C A Q (m3/detik) Q total A - E
Alternatif 1 Alternatif 2
v jalan 0.500 m/detik E"- E'- E A" - A' - E 0.049 132.446 0.461 0.088 0.015 0.015
v saluran 1.067 m/detik 176.828 32.154
v perumahan 0.100 m/detik
L Jalan (A' - E) 30.050 m Tc maksimum
Panjang Saluran (L A - E) 32.020 m 176.828
L E" - E' 16.180 m
Lebar jalan 4.000 m
L E' - E 16.040 m
t aliran lapangan per 1 meter 30.000 detik
C perumahan 0.400
C jalan 0.850

Tabel Perhitungan Limpasan Saluran EF


Saluran EF
Tc (detik)
Data Tc maks (jam) Intensitas (I) mm/jam) C A Q (m3/detik) Q total E - F
Alternatif 1 Alternatif 2
v jalan 0.500 m/detik F"- F'- F E" - E' - F 0.048 133.934 0.453 0.051 0.009 0.016
v saluran 0.980 m/detik 173.890 31.939
v perumahan 0.100 m/detik
L Jalan (E' - F) 27.380 m Tc maksimum
Panjang Saluran (L E - F) 29.400 m 173.890
L F" - F' 16.040 m
Lebar jalan 4.000 m
L F' - F 13.220 m
t aliran lapangan per 1 meter 30.000 detik
C perumahan 0.400
C jalan 0.850

Tabel Perhitungan Limpasan Saluran FK


Saluran FK
Tc (detik)
Data Tc maks (jam) Intensitas (I) mm/jam) C A Q (m3/detik) Q total F - K
Alternatif 1 Alternatif 2
v jalan 0.500 m/detik K'- F - K F" - F' - K 0.053 126.474 0.448 0.056 0.009 0.025
v saluran 1.048 m/detik 189.500 32.091
v perumahan 0.100 m/detik
L Jalan (F' - K) 29.430 m Tc maksimum
Panjang Saluran (L F - K) 31.430 m 189.500
L K' - F 15.950 m
Lebar jalan 4.000 m
LF - K 31.430 m
t aliran lapangan per 1 meter 30.000 detik
C perumahan 0.400
C jalan 0.850

Tabel Perhitungan Limpasan Saluran GH


Saluran GH
Tc (detik)
Data Tc maks (jam) Intensitas (I) mm/jam) C A Q (m3/detik) Q total G - H
Alternatif 1 Alternatif 2
v jalan 0.500 m/detik H"- H'- H G" - G' - H 0.039 153.468 0.507 0.021 0.005 0.008
v saluran 0.845 m/detik 141.770 31.609
v perumahan 0.100 m/detik
L Jalan (G' - H) 23.330 m Tc maksimum
Panjang Saluran (L G - H) 25.350 m 141.770
L H" - H' 12.680 m
Lebar jalan 4.000 m
L H' - H 12.650 m
t aliran lapangan per 1 meter 30.000 detik
C perumahan 0.400
C jalan 0.850

Tabel Perhitungan Limpasan Saluran HJ


Saluran HJ
Tc (detik)
Data Tc maks (jam) Intensitas (I) mm/jam) C A Q (m3/detik) Q total H - J
Alternatif 1 Alternatif 2
v jalan 0.500 m/detik J"- J'- J H" - H' - J 0.040 152.493 0.494 0.024 0.005 0.013
v saluran 0.914 m/detik 143.132 31.813
v perumahan 0.100 m/detik
L Jalan (H' - J) 25.430 m Tc maksimum
Panjang Saluran (L H - J) 27.430 m 143.132
L J" - J' 12.700 m
Lebar jalan 4.000 m
L J' - J 14.750 m
t aliran lapangan per 1 meter 30.000 detik
C perumahan 0.400
C jalan 0.850

Tabel Perhitungan Limpasan Saluran IJ


Saluran IJ
Tc (detik)
Data Tc maks (jam) Intensitas (I) mm/jam) C A Q (m3/detik) Q total I - J
Alternatif 1 Alternatif 2
v jalan 0.500 m/detik J"- J'- J I" - I' - J 0.039 153.468 0.507 0.021 0.005 0.013
v saluran 0.845 m/detik 141.770 31.609
v perumahan 0.100 m/detik
L Jalan (I' - J) 23.330 m Tc maksimum
Panjang Saluran (L I - J) 25.350 m 141.770
L J" - J' 12.680 m
Lebar jalan 4.000 m
L J' - J 12.650 m
t aliran lapangan per 1 meter 30.000 detik
C perumahan 0.400
C jalan 0.850

Tabel Perhitungan Limpasan Saluran KL


Saluran KL
Tc (detik)
Data Tc maks (jam) Intensitas (I) mm/jam) C A Q (m3/detik) Q total K - L
Alternatif 1 Alternatif 2
v jalan 0.500 m/detik L"- L'- L K" - K' - L 0.049 133.520 0.484 0.032 0.006 0.057
v saluran 1.063 m/detik 174.700 32.100
v perumahan 0.100 m/detik
L Jalan (K' - L) 29.880 m Tc maksimum
Panjang Saluran (L K - L) 31.900 m 174.700
L L" - L' 15.970 m
Lebar jalan 4.000 m
L L' - L 15.950 m
t aliran lapangan per 1 meter 30.000 detik
C perumahan 0.400
C jalan 0.850

Tabel Perhitungan Limpasan Saluran MN


Saluran MN
Tc (detik)
Data Tc maks (jam) Intensitas (I) mm/jam) C A Q (m3/detik) Q total M - N
Alternatif 1 Alternatif 2
v jalan 0.500 m/detik N"-N'- N M" - M' - N 0.050 130.164 0.479 0.034 0.006 0.103
v saluran 1.110 m/detik 181.500 32.180
v perumahan 0.100 m/detik
L Jalan (M' - N) 31.280 m Tc maksimum
Panjang Saluran (L M - N) 33.300 m 181.500
L N" - N' 16.650 m
Lebar jalan 4.000 m
L N' - N 16.650 m
t aliran lapangan per 1 meter 30.000 detik
C perumahan 0.400
C jalan 0.850

Tabel Perhitungan Limpasan Saluran OQ


Saluran OQ
Tc (detik)
Data Tc maks (jam) Intensitas (I) mm/jam) C A Q (m3/detik) Q total O - Q
Alternatif 1 Alternatif 2
v jalan 0.500 m/detik Q"-Q'- Q O" - O' - Q 0.057 119.627 0.472 0.044 0.007 0.007
v saluran 1.273 m/detik 206.000 32.445
v perumahan 0.100 m/detik
L Jalan (O' - Q) 36.220 m Tc maksimum
Panjang Saluran (L O - Q) 38.200 m 206.000
L Q" - Q' 19.100 m
Lebar jalan 4.000 m
L Q' - Q 19.100 m
t aliran lapangan per 1 meter 30.000 detik
C perumahan 0.400
C jalan 0.850

Tabel Perhitungan Limpasan Saluran QR


Saluran QR
Tc (detik)
Data Tc maks (jam) Intensitas (I) mm/jam) C A Q (m3/detik) Q total Q - R
Alternatif 1 Alternatif 2
v jalan 0.500 m/detik R"-R'- R Q" - Q' - R 0.060 116.197 0.450 0.171 0.025 0.032
v saluran 3.287 m/detik 215.189 33.385
v perumahan 0.100 m/detik
L Jalan (Q' - R) 96.580 m Tc maksimum
Panjang Saluran (L Q - R) 98.600 m 215.189
L R" - R' 19.100 m
Lebar jalan 4.000 m
L R' - R 79.500 m
t aliran lapangan per 1 meter 30.000 detik
C perumahan 0.400
C jalan 0.850

Tabel Perhitungan Limpasan Saluran OP


Saluran OP
Tc (detik)
Data Tc maks (jam) Intensitas (I) mm/jam) C A Q (m3/detik) Q total O - P
Alternatif 1 Alternatif 2
v jalan 0.500 m/detik P"-P'- P O" - O' - P 0.060 116.197 0.450 0.171 0.025 0.025
v saluran 3.287 m/detik 215.189 33.385
v perumahan 0.100 m/detik
L Jalan (O' - P) 96.580 m Tc maksimum
Panjang Saluran (L O - P) 98.600 m 215.189
L P" - P' 19.100 m
Lebar jalan 4.000 m
L P' - P 79.500 m
t aliran lapangan per 1 meter 30.000 detik
C perumahan 0.400
C jalan 0.850

Tabel Perhitungan Limpasan Saluran PR


Saluran PR
Tc (detik)
Data Tc maks (jam) Intensitas (I) mm/jam) C A Q (m3/detik) Q total P - R
Alternatif 1 Alternatif 2
v jalan 0.500 m/detik R"-R'- R P" - P' - R 0.057 119.627 0.472 0.044 0.007 0.159
v saluran 1.273 m/detik 206.000 32.445
v perumahan 0.100 m/detik
L Jalan (P' - R) 36.220 m Tc maksimum
Panjang Saluran (L P - R) 38.200 m 206.000
L R" - R' 19.100 m
Lebar jalan 4.000 m
L R' - R 19.100 m
t aliran lapangan per 1 meter 30.000 detik
C perumahan 0.400
C jalan 0.850

4.3 Analisis Hidrolika


4.3.1 Perhitungan Dimensi Saluran
Dimensi saluran adalah berbentuk persegi.
Contoh perhitungan (Ruas A-B) :
1. Menghitung debit maksimum
Diketahui :
Koefisien satuan luas F = 0.00278 (disesuaikan dengan satuan
pada parameter)
Luas daerah A = 0.085 ha
Koefisien limpasan rata-rata C = 0.464
Intensitas hujan I = 181.364 mm/jam

Debit Maksimum Q maks =F.C.I.A


= 0.00278 x 0.464 x 129.696 x 0.085
= 0.014 m3/detik

2. Menghitung kemiringan dasar saluran


Diketahui :
Koefisien manning n = 0.013 (Saluran beton)
Elevasi H0 = 21.00 m
H1 = 20.83 m
Panjang / jarak saluran L = 61.3 m
Kemiringan dasar saluran S = H0 - H1

H 0−H 1
S =
L
32−20,83
S =
61,3
S = 0.00277

3. Menghitung luas penampang basah


Coba-coba kedalaman saluran, h = 0.1 m
b = 2xh
b = 2 x 0.1
b = 0.2 m

A = b.h
= bxh
= 0.2 x 0.1
= 0.02 m2

4. Menghitung keliling basah


P = b + (2 . h)
= b + (2 x h)
= 0.2 + (2 x 0.1)
= 0.4 m

5. Menghitung jari-jari hidraulis


A
R =
P
0.02
=
0.4
= 0.05 m

6. Menghitung kecepatan
1 2 /3 1 /2
V =( x R x S )
n
1
= x (0.05 ¿ ¿2 /3x 0.002771 /2
0.013
= 0.550 m/detik

7. Menghitung debit rencana


Q rencana = Asaluran . Vsaluran
= Asaluran x Vsaluran
= 0.02 x 0.549790892
= 0.010995818 m3/detik
Q maks = Q rencana
0.014 = 0.011 (memenuhi)

Gambar Dimensi Saluran


BAB V
KESIMPULAN

Dari uraian secara umum dan perhitungan secara teknis pada bab-bab
sebelumnya dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Perhitungan curah hujan maksimum menggunakan metode poligon thiessen
dengan cara 1 dan cara 2 diperoleh curah hujan maksimum pada 4 Februari
1996, yaitu sebesar 67,17
2. Perhitungan curah hujan rencana menggunakan data curah hujan maksimum
metode poligon thiessen dengan cara 1
3. Analisa curah rencana menggunakan analisa frekuensi distribusi log person
III dan log normal 3 parameter, dengan uji statistik kelayakan berupa uji chi
square. Sehingga data analisa frekuensi distribusi yang digunakan adalah
distribusi log person tipe III
4. Perhitungan intensitas hujan (I) menggunakan rumus mononobe, yaitu :
1) Durasi 5 menit (0,8 jam) = 93,44 mm/jam
2) Durasi 10 menit (0,17 jam) = 58, 86 mm/jam
3) Durasi 15 menit (0,25 jam) = 44,92 mm/jam
4) Durasi 30 menit (0,50 jam) = 28,30 mm/jam
5) Durasi 45 menit (0,75 jam) = 21,60 mm/jam
6) Durasi 60 menit (1 jam) = 17,83 mm/jam
7) Durasi 120 menit (2 jam) = 11,23 mm/jam
8) Durasi 180 menit (3 jam) = 8,57 mm/jam
9) Durasi 360 menit (6 jam) = 5,40 mm/jam
10) Durasi 720 menit (12 jam) = 3,40 mm/jam
5. Perhitungan waktu konsentrasi (Tc) yaitu sebesar 182.482 detik = 0.051 jam
6. Perhitungan koefisien limpasan komposit (F) yaitu sebesar 0.464
7. Dimensi saluran direncanakan dengan bentuk penampang persegi, karena
penampang ini tidak banyak memakan ruang dan ekonomis.
DAFTAR PUSTAKA
Sujatmoko, Bambang. (2020). Bahan Ajar Kuliah Teknik Drainase dan Sanitasi
Lingkungan. Pekanbaru : Universitas Riau
Triatmodjo, Bambang. 2008. Hidrologi Terapan. Yogyakarta
Wesli. 2008. Drainase Perkotaan. Graha Ilmu
Suripin. (2003). Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta :
Andi
Doloksaribu, A., & Hairulla. (2019). Evaluasi Jaringan Saluran Air Buangan
Perumahan Guru. Vembria Rose Handayani1, Nindya Putri Pratama, 7(2),
28–35.
Kusuma, W. I. (2016). Perencanaan Sistem Drainase Kawasan Perumahan
Green Mansion Residence Sidoarjo.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai