Anda di halaman 1dari 62

KAJIAN DRAINASE

PT. MANDARA PERMAI


Jalan Gold Coast Boulevard Mediterania Pantai Indah kapuk Kecamatan
Penjaringan Jakarta Utara

FEBRUARI
2018

1|P T. M A N D A R A P E R M A I
O L E H : P T . KATAB A GPENGANTAR
A S TA M A P E R S A D A
&
Dalam pembuatan kajian P T . H U D A T Aterletak
drainase yang T A S pada
A R AJl.N A
Gold Coast Boulevard
Mediterania Pantai Indah Kapuk Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara ini dapat memberikan
masukan dalam rangka memperhatikan apa yang seharusnya dilakukan oleh setiap
pengembang untuk ikut membangun dan menjaga kota Jakarta dari masalah banjir. Kajian ini
tertulis sebagai tinjauan teknis peningkatan saluran dari dinas yang berkompeten.

Dalam kajian ini kami mengkaji Hidrologi, Hidrolika, dan Drainase kawasan lokasi
kajian, untuk mengetahui kekuatan saluran dalam menampung curah hujan. Kajian drainase
ini dibuat mengacu kepada data dari hasil kajian / usulan penangulangan banjir dan genangan
sistem drainase Zona 1 yang dilaksanakan oleh pemerintah DKI Jakarta

Dengan segala kerendahan hati dan niat kerjasama yang baik kami sampaikan Kajian
drainase ini untuk dapat dipergunakan dan apabila terjadi kekeliruan dalam penyajian materi
mohon kiranya dapat dikoordinasikan untuk direvisi dan tidak dijadikan sebagai alasan
merugikan pihak lain.

Jakarta, 12 Februari 2018

Team Leader

Tri RiaDona Destika

1|P T. M A N D A R A P E R M A I
PENGANTAR RINGKASAN

Lokasi ini merupakan salah satu yang tentunya memberikan dampak terhadap
penambahan debit air yang keluar dikarenakan tertutupnya area resapan alami. Kebijakan dari
pemerintah Pusat yang tertuang dalam PP No. 26 Th. 2008 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional maupun dari pemerintah DKI sesuai dengan Perda No. 1 Th.2012 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah untuk menerapkan Zero Delta Run Off, yaitu keharusan agar
tiap bangunan tidak boleh mengakibatkan bertambahnya debit air ke saluran drainase atau
sistem aliran sungai. Peraturan tersebut diartikan bahwa disetiap pembangunan kawasan baru
diwajibakan untuk mengendalikan pembuangan air hujan dari dalam area lokasi bangunan
baru ke saluran kota.

Prinsip utama Zero Delta Run Off adalah penambahan debit akibat pembanguan harus
ditampung terlebih dahulu dalam tempat tertentu sebelum akhirnya dikeluarkan secara
perlahan (diresapkan). Hal ini menunjukan bahwa keharusan tiap bangunan yang dibangun
tidak boleh mengakibatkan bertambahnya debit air kesistem saluran drainase atau sistem
aliran sungai. Semakin luas daerah resapan alami yang tertutup maka semakin besar pula
debit air yang ditampung.

Sebagai antisipasi meningkatnya debit air yang akan muncul maka pengelola akan
menyiapkan sumur resapan sesuai dengan hasil perhitungan. Seluruh bagian yang
direncanakan untuk menahan air hujan selama 1 jam sebelum air hujan meresap ketanah atau
dibuang secara perlahan

Volume sumur resapan harus cukup untuk menerapkan prinsip Zero Delta Run Off yang
merupakan kebijakan dari pemerintah untuk mengendalikan pembuangan air hujan dari
dalam area lokasi bangunan ke saluran kota.

Penempatan sumur resapan menyesuaikan ketersediaan lahan yang tersedia, dengan fungsi
utama untuk menahan debit puncak air hujan dan dapat meresapkan air hujan kedalam tanah.

Sesuai hasil analisa sebelumnya terhadap elevasi banjir yang telah dilakukan pada kawasan
bangunan, duga elevasi banjir minimum berada pada level + 2.98, duga elevasi banjir kondisi
ekstim pada level + 3.60. Dengan free board 0.30 m, maka elevasi bebas banjir rencana
adalah berada di level + 3.90 untuk elevasi lingkung

2|P T. M A N D A R A P E R M A I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Pesatnya perkembangan lokasi kawasan ini selain membawa dampak positif bagi
kehidupan ekonomi pada suatu kota ternyata di lain sisi apa bila perkembangannya tidak
di rencanakan dengan baik akan melahirkan dampak negative berupa permasalahan
lingkungan. Apa bila kegiatan pembangunan yang di lakukan tidak memperhitungkan
factor daya dukung lahan, maka bencana seperti banjir dapat terjadi kota tersebut.
Maka untuk menjamin kesehatan dan kenyamanan penguna tempat dan penduduk di
sekitarnya harus ada sanitasi yang memadai, misalnya drainase. Dengan adanya
drainase tersebut, genangan air hujan dapat di salurkan sehingga banjir dapat di hindari
dan tidak akan menimbulkan dampak gangguan bagi gedung itu sendiri, kesehatan para
penguna gedung dan serta aktivitas masyarakat tidak akan terganggu.
Drainase merupakan suatu system untuk menyalurkan air hujan. Sistem ini mempunyai
peranan yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang sehat, apalagi di
daerah yang berpenduduk padat seperti di perkotaan. Drainase juga merupakan salah
satu fasilitas dasar yang di rancang sebagai system guna memenuhi kebutuhan
masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota ( perencanaan
infrastruktur khususnya ). Secara umum, drainase di definisikan sebagai serangkaian
bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan atau membuang kelebihan air dari
suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat di fungsikan secara optimal. Drainase
juga di artikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya
dengan salinitas, dimana drainase merupakan suatu cara pembuangan kelebihan air yang
tidak di inginkan pada suatu daerah, serta cara – cara penangggulangan akibat yang di
timbulkan oleh kelebihan air tersebut.
Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana umum
yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman,
nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini berfungsi untuk mengalirkan air
permukaan ke badan air ( sumber air permukaan dan bawah permukaan tanah) dan atau
bangunan resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air
permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir.

3|P T. M A N D A R A P E R M A I
Hal – hal yang dapat di lakukan untuk penanganan saluran yang kapasitasnya tidak
mencukupi antara lain normalisasi atau pengerukan sedimen, penambahan tinggi
saluran, dan pembuatan saluran baru. Dalam rencana perbaikan drainase prinsip dasar
yang dipakai adalah sedapat mungkin mempertahankan saluran yang sudah ada, jika
tidak memungkinkan maka dilakukan perubahan pada dimensi saluran sesuai dengan
debit rencana. Penentuan besaran debit banjir rencana harus di pertimbangkan dengan
baik agar :
 Debit banjir rencana tidak terlalu kecil.
Perencanaan debit banjir yang terlalu kecil mengakibatka air banjir ditempat bangunan
akan meluap dan jika di dalam saluran pembangunannya terjadi banjir yang lebih besar
dari pada banjir rencana akan menimbulka kerusakan pada bangunan tersebut atau
daerah – daerah sekitarnya.
 Debit banjir rencana tidak terlalu besar.
Perencanaan debit banjir rencana yang terlalusehin besar menyebabkan ukuran bangunan
tersebut menjadi terlalu besar dan tidak ekonomis.
Sehingga dalam menetapkan besarnya banjir rencana dalam suatu perencanaan teknis,
harus melakukan pertimbangan “Hidro Ekonomis”. Sedangkan untuk menghitung
besarnya banjir rencana pada lokasi – lokasi yang ditinjau harus dilakukan suatu
“Analisa Hidrolog” untuk masing – masing lokasi dengan mengunakan data – data yang
terkait dengan debit sungai maupun curah hujan.
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
Tujuan pembuatan kajian ini bertujuan untuk menyajikan beberapa informasi yang
berhubungan dengan system drainase. Diharapkan untuk dapat diambil manfaat dan
dijadikan sebagai rujukan bagi banyak hal yang berhubungan dengan lingkungan dan
saluran drainase disekitar lokasi, serta mengevaluasi kondisi dari saluran drainase yang
terdapat di Jl. Gold Coast Boulevard Mediterania Pantai Indah Kapuk Kecamatan
Penjaringan Jakarta Utara Sehingga saluran drainase yang ada dapat berfungsi secara
maksimum dalam mengurangi kemungkinan terjadinya genangan atau limpasan pada
loksi tersebut sehingga tercipta kondisi jaringan drainase yang baik dan berkualitas
dengan tetap mempertimbangkan faktor keamanan dan kenyamanan para pengguna
lokasi.

1.3 BATASAN MASALAH

4|P T. M A N D A R A P E R M A I
Menghitung debit banjir rencana pada saluran – saluran eksisting yang mungkin
bersimpangan dengan rencana trase.
1.4 LOKASI KAJIAN

Gambar Lokasi Kajian

BAB II

5|P T. M A N D A R A P E R M A I
LANDASAN TEORI
2.1 PENGERTIAN DRAINASE

Drainase secara umum didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari usaha
untuk mengalirkan air yang berlebihan dalam suatu konteks pemanf/aatan tertentu.
Drainase perkotaan adalah ilmu yang diterapkan mengkhususkan pengkajian pada
kawasan perkotaan yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan sosial yang ada di
kawasan kota. Drainase perkotaan / terapan merupakan sistem pengiringan dan
pengaliran air dari wilayah perkotaan yang meliputi :

 Pemukiman
 Kawasan Industri
 Kampus dan Sekolah
 Rumah Sakit & Fasilitas Umum
 Lapangan Olahraga
 Lapangan Parkir
 Pelabuhan Udara

Kriteria desain drainase perkotaan memiliki kekhususan, sebab untuk perkotaan ada
tambahan variable desain seperti :

 Keterkaitan dengan tata guna lahan


 Keterkaitan dengan masterplan drainase kota
 Keterkaitan dengan masalah sosial budaya

2.2 TUJUAN DRAINASE

 Untuk meningkatkan kesehatan lingkungan permukiman.

 Pengendalian kelebihan air permukaan dapat dilakukan secara aman, lancar dan
efisien serta sejauh mungkin dapat mendukung kelestarian lingkungan.

 Dapat mengurangi atau menghilangkan genangan - genangan air yang menyebabkan


bersarangnya nyamuk malaria dan penyakit - penyakit lain, seperti : demam berdarah,
disentri serta penyakit lain yang disebabkan kurang sehatnya lingkungan permukiman.

 Untuk memperpanjang umur ekonomis sarana-sarana fisik antara lain : jalan, kawasan
permukiman, kawasan perdagangan dari kerusakan serta gangguan kegiatan akibat
tidak berfungsinya sarana drainase.

2.3 FUNGSI DRAINASE

6|P T. M A N D A R A P E R M A I
 Mengeringkan bagian wilayah kota yang permukaan lahannya rendah dari genangan
sehingga tidak menimbulkan dampak negative berupa kerusakan infrastruktur kota
dan harta benda milik masyarakat.

 Mengalirkan kelebihan air permukaan ke badan air terdekat secepatnya agar tidak
membanjiri atau menggenangi kota yang dapat merusak selain harta benda
masyarakat juga infrastruktur perkotaan.

 Mengendalikan sebagian air permukaan akibat hujan yang dapat dimanfaatkan untuk
persediaan air dan kehidupan akuatik.

 Meresapkan air permukaan untuk menjaga kelestarian air tanah.

2.4 JENIS DAN POLA DRAINASE

Jenis – Jenis Drainase :

1. Menurut Cara Terbentuknya

 Drainase Alamiah (Natural Drainage)


 Terbentuk secara alami, tidak ada unsur campur tangan manusia serta tidak terdapat
 Bangunan - bangunan pelimpah, pasangan batu atau beton, gorong - gorong dan lain -
lain.
 Drainase Buatan (Artificial Drainage)
 Dibentuk berdasarkan analisis ilmu drainasi, untuk menentukan debit akibat hujan,
kecepatan resapan air dalam tanah dan dimensi saluran serta memerlukan bangunan -
bangunan khusus seperti selokan pasangan batu atau beton, gorong - gorong, pipa -
pipa dan sebagainya.

2. Menurut Letak Saluran

 Drainase Muka Tanah (Surface Drainage)


Saluran drainase yang berada di atas permukaan tanah yang berfungsi mengalirkan air
limpasan permukaan.
 Drainase Bawah Tanah (Sub Surface Drainage)
Saluran drainase yang bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan melalui media
di bawah permukaan tanah ( pipa – pipa ), dikarenakan alasan - alasan tertentu. Alasan
itu antara lain : tuntutan artistik, tuntutan fungsi permukaan tanah yang tidak
membolehkan adanya saluran di permukaan tanah seperti lapangan sepakbola,
lapangan terbang, taman dan lain – lain.

3. Menurut Fungsi

7|P T. M A N D A R A P E R M A I
 Single Purpose
Saluran berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan saja, misalnya air hujan atau
jenis air buangan lain seperti air limbah domestik, air limbah industry dan lain - lain.
 Multy Purpose
Saluran berfungsi mengalirkan beberapa jenis buangan, baik secara bercampur
maupun bergantian.

4. Menurut Konstruksi

 Saluran Terbuka
Saluran untuk air hujan yang terletak di area yang cukup luas. Juga untuk saluran air
non hujan yang tidak mengganggu kesehatan lingkungan.
 Saluran Tertutup
Saluran air untuk air kotor yang mengganggu kesehatan lingkungan. Juga untuk saluran
dalam kota.
5. Bentuk Saluran

Saluran untuk drainase tidak terlampau jauh berbeda dengan saluran air lainnya

pada umumnya. Dalam perancangan dimensi saluran harus diusahakan dapat

memperoleh dimensi tampang yang ekonomis. Dimensi saluran yang erlalu besar

berarti tidak ekonomis, sebaliknya dimensi saluran yang terlalu kecil tingkat

kerugian akan besar. Efektifitas penggunaan dari berbagai bentuk tampang saluran

drainase yang dikaitkan dengan fungsi saluran adalah sebagai berikut

 Bentuk trapezium
Saluran drainase bentuk trapesium pada umumnya saluran dari tanah, Tapi

dimungkinkah juga bentuk dari pasangan. Saluran ini membutuhkan ruang yang

cukup dan berfungsi untuk pengaliran air hujan, air rumah tangga maupun air

irigasi.

Luas penampang basah trapesium :

8|P T. M A N D A R A P E R M A I
 Bentuk persegi panjang

Saluran drainase berbentuk empat persegi panjang tidak banyak membutuhkan ruang,

Sebagai konsekuensi dari saluran bentuk ini, saluran harus dari pasangan atau beton.

Bentuk ini juga berfungsi sebagai saluran air hujan, air rumah tangga maupun air

irigasi.

Luas penampang basah persegi panjang :

 Bentuk lingkaran
Saluran drainase bentuk ini berupa saluran dari pasangan atau kombinasi pasangan

dan pipa beton. Dengan bentuk dasar saluran yang bulat memudahkan pengangkutan

9|P T. M A N D A R A P E R M A I
bahan endapan/limbah. Bentuk saluran demikian berfungsi sebagai saluran air hujan,

air rumah tangga maupun air irigasi.

Luas penampang basah lingkaran :

 Bentuk parabola
Saluran drainase bentuk ini berupa saluran dari pasangan atau kombinasi pasangan

atau beton. Dengan bentuk dasar saluran yang bulat memudahkan pengangkutan

bahan endapan/limbah. Bentuk saluran demikian berfungsi sebagai saluran air hujan,

air rumah tangga maupun air irigasi.

Luas penampang basah parabola :

 Bentuk segitiga

Saluran drainase bentuk segitiga tidak banyak membutuhkan ruang, Sebagai

konsekuensi dari saluran bentuk ini, saluran harus dari pasangan. Bentuk ini juga

berfungsi sebagai saluran air hujan, air rumah tangga maupun air irigasi.

10 | P T . M A N D A R A P E R M A I
6. Klasifikasi aliran
Aliran permukaan bebas dapat diklasifikasikan menjadi berbagai tipe

tergantung kriteria yang digunakan. Berdasarkan perubahan kedalaman dan/atau

kecepatan mengikuti fungsi waktu, maka aliran dibedakan menjadi aliran permanen

(steady) dan tidak permanen (unsteady) sedangkan berdasarkan sifat-sifat aliran

dibedakan menjadi aliran laminer dan turbulen.

a. Aliran permanen dan tidak permanen

b. Jika kecepatan aliran pada suatu titik tidak berubah terhadap waktu, maka

aliranya disebut aliran permanen atau tunak (steady flow), jika kecepatan pada

suatu lokasi tertentu berubah terhadap waktu, maka alirannya disebut aliran tidak

permanen atau tidak tunak (unsteady flow). Dalam hal-hal tertentu dimungkinkan

mentransformasikan aliran tidak permanen menjadi aliran permanen dengan

mengacu pada koordinat referensi yang bergerak. Penyederhanaan ini menawarkan

beberapa keuntungan, seperti kemudahan visualisasi, kemudahan penulisan

persamaan yang terkait dan sebagainya. Penyederhanaan ini hanya mungkin jika

bentuk gelombang tidak berubah dalam perambatanya. Misalnya, bentuk

gelombang kejut (surge) tidak berubah ketika merambat pada saluran halus dan

konsekuensinya perambatan gelombang kejut yang tidak permanen dapat

dikonversi menjadi alira permanen dengan koordinat referensi yang bergerak

dengan kecepatan absolut gelombang kejut.

11 | P T . M A N D A R A P E R M A I
 Aliran laminer dan turbulen
Jika partikel zat cair bergerak mengikuti alur tertentu dan aliran tampak seperti

gerakan serat-serat atau lapisan-lapisan tipis pararel, maka alirannya disebut aliran

laminer. Sebaliknya, jika zat cair bergerak mengikuti alur yang tidak beraturan,

baik ditinjau terhadap ruang maupun waktu, maka alirannya disebut aliran

turbulen. Saluran terbuka dan tertutup mempunyai bilangan reynold yang berbeda.

Saluran terbuka bilangan reynold (Nre) untuk aliran laminer kurang dari sama

dengan 500, sedangkan bilangan reynold untuk aliran turbulen lebih dari sama

dengan 1000. Saluran tertutup bilangan reynold (Nre) untuk aliran laminer kurang

dari sama dengan 2000, sedangkan bilangan reynold untuk aliran turbulen lebih

dari sama dengan 4000. Faktor yang menentukan keadaan aliran adalah pengaruh

relatif antara gaya kekentalan (viskositas) dan gaya inersia. Jika gaya viskositas

yang dominan maka alirannya laminer, sedangkan jika gaya inersia yang dominan

maka alirannya turbulen.


 Aliran sub-kritis, kritis dan super-kritis

Aliran dikatakan kritis apabila kecepatan aliran sama dengan kecepatan gelombang

grafitasi dengan amplitudo kecil. Gelombang grafitasi dapat dibangkitkan dengan

merubah kedalaman. Jika kecepatan aliran lebih kecil dari kecepatan kritis maka

aliran disebut sub-kritis, dan jika kecepatan aliran lebih besar dari kecepatan kritis

maka aliran disebut super-kritis. Parameter yang menetukan ketiga jenis aliran

adalah perbandingan gaya-gaya inersia dan grafitasi yag dikenal sebagai bilangan

Fronde :

12 | P T . M A N D A R A P E R M A I
7. Syarat Sistem Pengaliran
 Syarat Kecepatan

Kecepatan dalam saluran biasanya sangat bervariasi dari satu titik ke titik lainnya.

Hal ini disebabkan adanya tegangan geser di dasar saluran, dinding saluran dan

keberadaan permukaan bebas. Kecepatan aliran mempunyai tiga komponen arah

menurut koordinat kartesius. Namun komponen arah vertikal dan lateral biasanya

kecil dan dapat diabaikan. Sehingga, hanya kecepatan aliran yang searah dengan

arah aliran yang diperhitungkan. Komponen kecepatan ini bervariasi terhadap

kedalaman dari permukaan air. Kecepatan minimum yang diijinkan adalah

kecepatan terkecil yang tidak menimbulkan pengendapan dan tidak merangsang

tumbuhnya tanaman aquatic dan lumut. Pada umumnya, kecepatan sebesar 0,60 –

0,90 m/detik dapat digunakan dengan amam apabila prosentase lumpur yang ada di

air cukup kecil. Kecepatan 0,75 m/detik bisa mencegah tumbuhnya tumbuh-

tumbuhan yang dapat memperkecil daya angkut saluran.

Penentuan kecepatan aliran air didalam saluran yang direncanakan

didasarkan pada kecepatan minimum yang diperbolehkan agar kontruksi saluran

tetap aman. Persamaan Manning sebagai berikut.

13 | P T . M A N D A R A P E R M A I
Harga n Manning tergantung pada kekasaran sisi dan dasar saluran. Koefisien kekasaran

Manning terlampir (Lampiran I).

8 Syarat Tekanan

Distribusi tekanan dalam penampang saluran tergantung pada kondisi aliran. Seperti

kondisi aliran berikut.

 Aliran statis

Aliran statis mempunyai komponen horizontal dan vertikal resultan gaya yang bekerja

pada kolom air adalah nol karena air dalam kondisi stasioner. Gaya tekan yang bekerja

pada dasar kolom air dengan arah vertikal = ∆ . Berat air dalam kolom air bekerja

vertikal ke bawah, karena resultan gaya vertikal sama dengan nol maka dapat ditulis :

14 | P T . M A N D A R A P E R M A I
kedalaman air dari permukaan. Hubungan antara intensitas tekanan dan kedalaman adalah

linier (garis lurus) apabila rapat massa air (ρ) adalah konstan.

 Aliran horizontal pararel

Asumsi tidak ada percepatan ke arah aliran dan kecepatan aliran sejajar dengan dasar

saluran dan seragam keseluruh penampang saluran, sehingga garis aliran sejajar dasar

saluran. Karena tidak ada percepatan ke arah aliran, maka resultan komponen gaya ke arah

ini adalah nol. Resultan komponen gaya vertikal juga sama dengan nol, sehingga :

dimana γ adalah berat spesifik air. Perlu diicatat bahwa distribusi tekanan adalah sama jika

air dalam kondisi stasioner dan hal ini disebut distribusi tekanan hidrostatis.

 Aliran permanen tidak seragam

Aliran ini terjadi misalnya pada tikungan dan terjunan, maka garis aliran tidak sejajar dasar

saluran. Distribusi tekanan tidak hidrosatatis karena ada percepatan dan perlambatan. Jika

jari-jari kelengkungan (curvature) garis aliran = r dan kecepatan aliran V, maka percepatan

sentrifugal ( ) adalah :

15 | P T . M A N D A R A P E R M A I
tekanan akibat gaya sentrifugal bekerja searah dengan gaya berat air untuk lengkung

konvek dan arahnya berlawanan untuk lengkung konkaf, sehingga total tinggi tekan yang

bekerja pada dasar kolom air adalah :

tanda positif untuk aliran konvek dan negatif untuk bentuk garis aliran konkaf

9 Syarat Kemiringan Dasar Saluran

Kemiringan dasar saluran arah memanjang dipengaruhi kondisi topografi serta tinggi

tekanan yang diperlukan untuk adanya pengaliran sesuai dengan kecepatan yang

diinginkan. Kemiringan dasar saluran maksimum yang diperbolehkan adalah 0,005 –

0,008 tergantung bahan saluran yang digunakan.

Kemiringan yang lebih curam dari 0,002 bagi tanah lepas sampai dengan 0,005 untuk

tanah padat akan menyebabkan erosi (penggerusan). Kemiringan dasar saluran yang ideal

dapat diperoleh berdasarkan rumus Manning (V = 1 n . R2 3. S1 2) pada syarat kecepatan.

10 Syarat freeboard (jagaan)

Freeboard atau jagaan dari suatu saluran adalah jarak vertikal dari puncak tanggul sampai

permukaan air pada kondisi perencanaan. Jagaan direncanakan untuk dapat mencegah

peluapan air akibat gelombang serta fluktuasi permukaan air, misalnya berupa gerakan-

16 | P T . M A N D A R A P E R M A I
gerakan angin serta pasang surut. Jagaan tersebut direncanakan antara kurang dari 5 %

sampai dengan 30 % lebih dari dalamnya aliran.

 Tata Letak Jalur Saluran

Beberapa contoh model tata letak jalur saluran yang dapat diterapkan dalam perencanaan

drainase sebagai berikut.

1. Pola Alamiah

Letak conveyor drain ada di bagian terendah (lembah) dari suatu daerah

(alam) yang efektif berfungsi sebagai pengumpul dari anak cabang saluran yang ada

(collector drain).

17 | P T . M A N D A R A P E R M A I
3 Pola Pararel

Collector drain menampung debit air yang lebih kecil. Collector draindibuat

sejajar satu sama lain dan kemudian debit air yang lebih kecil masuk ke conveyor

drain.

4. Pola Grid Iron

Beberapa interceptor drain dibuat sejajar satu sama lain, kemudian

ditampung di collector drain untuk selanjutnya masuk ke dalam conveyor drain.

18 | P T . M A N D A R A P E R M A I
5. Pola Radial

Satu daerah genangan dikeringkan melalui beberapa collector drain dari sat titik

meyebar ke segala arah (sesuai dengan kondisi topografi daerah).

6. Pola Jaring-jaring

mencegah terjadinya pembebanan aliran di suatu daerah terhadap daerah lainnya,

maka dapat dibuat beberapa interceptor drain yang kemudian ditampung ke dalam

saluran collector drain dan selanjutnya dialirkan menuju saluran conveyor drain.

19 | P T . M A N D A R A P E R M A I
 Spesifikasi Teknis Bangunan Drainase

Spesifikasi Teknik merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh pemborong untuk

mengerjakan bangunan saluran air buangan pada sektor perencanaan. Pada

dasarnya pelaksanaan pekerjaan lapangan akan selalu dikondisikan dengan keadaan

setempat sehingga ada kemungkinan adanya perubahan spesifikasi yang telah

ditentukan. Tetapi spesifikasi harus dilaksanakan untuk menunjang fungsi

bangunan dan umur bangunan. Apabila menyimpng dari spesifikasi yang

ditentukan kemungkinan besar bangunan tidak akan bertahan lama karena

pengaruh kesalahan pembangunan. Adapun spesifikasi pelaksanaan pekerjaan

meliputi uraian pekerjaan, material/bahan yang digunakan, dan jenis pekerjaan

yang dilakukan.

1 Macam Material

Macam pipa drainase yang umum digunakan antara lain (Dedi Kusnadi Kaslim

dkk, 2006) :

20 | P T . M A N D A R A P E R M A I
a. Pipa tanah liat bisanya terbuat dengan panjang sekitar 30 cm, diameter

dalam bervariasi dari 5 –15 cm. Pipa dapat dibuat lurus atau dengan suatu collar.

Air masuk ke dalam pipa melaui celah antar sambungan pipa.

b. Pipa beton biasanya digunakan untuk diameter yang lebih besar dari 15 atau

20 cm. Penggunaan pipa beton pada tanah asam dan bersulfat perlu

dipertimbangkan akan kemungkinan rusaknya beton karena asam sulfat, sehingga

perlu digunakan semen yang tahan sulfat. Seperti juga pada pipa tanah liat, disini

air masuk melalui celah-celah antar sambungan pipa.

c. Pipa plastik yang umumnya digunakan untuk pipa drainase adalah polyvinyl

chloride (PVC) dan polyethylene (PE). Pipa plastik dapat berbentuk pipa halus atau

bergelombang (corrugated). Pipa halus bersifat kaku dengan panjang tidak lebih

dari 5 meter, sedangkan pipa bergelombang bersifat fleksibel (lentur) dan dapat

digulung.

Sedangkan untuk saluran drainase terbuka material yang digunakan untuk lapisan

dasar dan dinding saluran drainase agar tahan erosi bisa dibuat dari : beton,

pasangan batu kali, pasangan batu merah, aspal, kayu, besi cor, baja, plastik dll.

Pilihan material tergantung pada tersedianya serta harga bahan dan cara konstruksi

saluran. Penampang melintang saluran drainase perkotaan, pada umumnya dipakai

bentuk segi empat, karena dipandang lebih efisien di dalam pembebasan tanahnya

jika dibandingkan bentuk trapesium.

Uraian pekerjaan dalam pembuatan drainase meliputi pembangunan saluran

drainase untuk air buangan dan gorong-gorong. Bahan-bahan yang harus

dipersiapkan dan dipergunakan pada pekerjaan adalah sebagai berikut:

a. Semen

Semen yang dipakai adalah jenis pozzoland yang diproduksi sesuai dengan SNI.

21 | P T . M A N D A R A P E R M A I
b. Agregat Halus (pasir)

- Butir-butir pasir yang digunakan tidak mengandung tanah, kadar lumpur

tidak boleh melebihi 5%. Butir-butir harus dapat melalui ayakan berlubang 3 mm.

c. Agregat Kasar ( kerikil dan Batu Pecah)

- Harus terdiri dari butir-butir yang jeras, tidak berpori, bersifat kekal sebagai

hasil desintegrasi alami dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari

pemecahan batu. Yang mengandung butir-butir pipih tidak melampaui 20% dari

berat Agregat seluruhnya, dapat digunakan.

- Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (ditentukan terhadap berat

kering), harus dicuci jia mengandung lumpur lebih dari 1%.

- Tidak boleh mengandung sesuatu yang dapat merusak batu dan baja.

- Susunan butirnya harus memenuhu syarat-syarat yang ditetapkan

- Besar butir maksimum tidak boleh lebih dari 1/5 jarak terkecil antara

bidang-bidang samping dari cetakan, 1/3 dari tebal pelat atau 3/4 dari jarak bersih

minimum antara batang-batang atau berkas-berkas tulangan.

- Penyimpangan dari batuan tersebut dapat dilakukan dengan seijin tenaga

ahli.

d. Batu kali

- Batu yang dipakai untuk pasangan tidak boleh berbentuk blondos melainkan

harus pecah.

- Batu harus cukup keras tidak mudah retak bahkan pecah.

e. Kapur

- Kapur yang digunakan adalah kapur yang tidak berbentuk bongkahan tetapi

berbentuk serbuk dengan mutu tinggi.

f. Air

22 | P T . M A N D A R A P E R M A I
- Air yang digunakan tidak boleh mengandung minyak, asam alkali, garam, dan

bahan organis lainnya yang dapat merusak beton atau baja tulangan.

2. Pekerjaan

Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan yang dilakukan pada seluruh pembangunan

sistem penyaluran air buangan.

a. Pekerjaan Tanah

I. Galian Tanah
- Patok-patok profil harus dipasang sebelum penggalian dimulai
- Dalam dan lebar galian tidak boleh melebihi/kurang dari ukuran yang telah

ditentukan.

- Galian yang melebihi profil yang telah ditentukan maka perbaikannya dilakukan

mengikuti ketentuan-ketentuan cara pemadatan.


- Dalam pekerjaan menggali termasuk juga membersihkan segala kotoran-kotoran

seperti sampah dan sisa bangunan lainnya.


- Penggalian dilakukan sedemikin rupa sehingga tidak merusak bangunan dan

konstruksi lainya.
- Galian tanah untuk tempat dudukan pondasi harus diatur sedemikian rupa sehingga

tidak mudah longsor dan diusahakan agar lubang galian tersebut dalam keadaan kering.

- Pada tanah yang baik, dasar tanah yang akan ditimbun harus terlebih dahulu

digali/dicacah sedalam 10 cm sampai dengan 15 cm sesuai dengan luas penampang

timbunan yang akan dibuat, agar tercapai homogenitas yang baik antar tanah dasar

dengan timbunan yang baru.


- Berhubung timbunan mengalami penyusutan, maka timbunan harus dibuat lebih

tinggi 1/10 T (dimana T = tinggi timbunan) dan lebih lebar 1/10 B (dimana B =

lebar timbunan) dari ukuran-ukuran yang sebenarnya sehingga bila terjadi

penyusutan akan diperoleh ukuran yang sebenarnya.

23 | P T . M A N D A R A P E R M A I
- Sebelum mulai pemasangan batu kali untuk dasar saluran terlebih dahulu ditimbun

pasir dengan ketebalan 5 cm – 10 cm.

II. Pemadatan Tanah

- Untuk mendapatkan hasil yang baik timbunan dan pemdatannya dilakukan lapisan

demi lapisan dimana tiap lapisan mempunyai tebal 10 cm 15 cm.


- Pemadatan dilakukan dengan menggunakan alat timbris yang terbuat dari besi/kayu

yang beratnya 20 kg – 25 kg dengan tinggi jatuh antara 30 cm – 40 cm.

b. Pekerjaan Pasangan Batu

- Pekerjaan batu disusun rapi, seluruhnya terselimuti dengan mortel dan tidak

adanya rongga-rongga.

- Rule of thumb ketebalan pasangan batu kali bagian atas adalah 0.2– 0.25

Hair dan bagian dasar adalah 0.4 - 0.5 Hair

- Semua pasangan batu tampak dari luar terutama pada dinding saluran harus rata

dan menggunakan batu muka. Ukuran batu ditetapkan lebar sisinya 12 – 15 cm dan

tebalnya minimal 10 cm.

- Campurkan spesi pasangan batu muka ditetapkan 1 pc : 4ps. Sedangkan untuk

pekerjaan outfall adalah 1 pc : 3ps.

- Bidang atas dari pasangan dengan lebar sesuai dalam gambar ditambah masuk

kesamping yang akan terurug tanah sedalam minimum 5 cm.

- Pertemuan pasangan (plesteran sudut) selebar 8 - 10 cm untuk bangunan kecil dan

15 cm untuk bangunan yang besar.

- Dasar saluran dengan kemiringan menurun bertemu pada pertengahan saluran

dengan tebal maksimum 2 cm.

c. Pekerjaan Plesteran

- Sebelum pekerjaan plesteran dilakukan maka bidang dasar harus dibuat

kasar dan bersih.


24 | P T . M A N D A R A P E R M A I
- Plesteran dibuat setebal 1,5 cm dan campuran spesinya adalah 1 pc : 3 pc.

d. Pekerjaan Beton

Sebagai pedoman pekerjaan untuk pelaksanaan pekerjaan ini adalah

Peraturan Beton Indonesia tahun 1971 Mutu:

(1). Semua pekerjaan beton tidak bertulang ditetapkan dengan kualitas

(2). Beton BOW dengan campuran 1pc : 2 ps : 3 krikil.

(3). Semua pekerjaan beton bertulang harus ditetapkan dengan mutu K.125 dengan

campuran 1pc : 2 ps : 3 krikil.

(4). Tulangan beton dipasang dengan baik dan benar sehingga sebelum dan selama

pengecoran tidak berubah bentuknya.

(5). Sesudah pengecoran beton selesai maka selama 2 minggu beton harus selalu

dibasahi terus menerus.

e. Pekerjaan Bekisting/Cetakan

Bekisting harus cukup kokoh dan cukup rapat sehingga dapat menghasilkan bentuk

cetakan beton sesuai dengan gambar rencana.

11 Operasi dan Pemeliharaan Drainase Berkelanjutan

1. Operasi Sistem Drainase

Kegiatan Operasi dalam rangka memanfaatkan prasarana drainase secara optimal.

Kegiatan operasi diantaranya pengaturan bangunan drainase saluran drainase

primer, sekunder, tersier, gorong-gorong, lubang kontrol dan lain-lain. Hal ini

bertujuan untuk mengeluarkan air buangan dari wilayah pemukiman, dan

mengalirkan air buangan ke saluran pembuang hingga badan air penerima.

2. Pemeliharaan Sistem Drainase

25 | P T . M A N D A R A P E R M A I
Kegiatan pemeliharaan yaitu usaha-usaha untuk menjaga agar prasarana

drainase selalu berfungsi dengan baik selama mungkin, selama jagka waktu

pelayanan yang direncanakan. Ruang lingkup pemeliharaan sistem drainase

meliputi:

a. Kegiatan pengamanan dan pencegahan

Kegiatan ini merupakan usaha pengamanan atau menjaga kondisi dan/atau fungsi
dari hal-hal yang dapat mengakibatkan rusaknya jaringan. Kegiatan ini meliputi,
antara lain:
- Inspeksi rutin.
- Melarang membuang sampah di saluran/kolam.
- Melarang merusak bangunan drainase.
b. Kegiatan perawatan

Kegiatan perawatan adalah usaha-usaha untuk mempertahankan kondisi dan/atau


fungsi sistem tanpa ada bagian konstruksi yang diubah/diganti.

III
ANALISA DATA
3.1. Kondisi Iklim

Secara umum iklim merupakan kondisi rata–rata dari peristiwa–peristiwa fisik

yang terjadi dalam atmosfir di daerah tertentu untuk jangkawaktu yang lama.

Faktor–faktor yang mempengaruhi iklim antara lain yaitu curah hujan, temperature

udara, kelembaban udara, penyinaran matahari, dan kecepatan angin. Unsur–unsur

tersebut merupakan faktor yang penting bagi pertumbuhan dan keadaan di

lingkungan sekitarnya.

Dalam menganalisa data klimatologi di perlukan data iklim dari stasiun

pengamatan terdekat yang mempunyai keadaan iklim relative sama dengan areal

studi, dan dalam batas periode waktu yang memenuhi syarat sebagai sumber data.
26 | P T . M A N D A R A P E R M A I
Unsur–unsur iklim yang di analisa meliputi curah hujan sebagai unsur yang sangat

dominan, dan unsur iklim lainnya seperti temperature udara, kelembaban udara

teknis detail peningkatan tata air pasang–surut, di dasarkan atas data yang dicatat di

stasiun pencatatan hujan terdekat yang di anggap dapat mewakili daerah kajian.

3.2. Data Curah Hujan

Terkait dengan komponen pekerjaan drainase maka data curah hujan yang di

gunakan dalam analisa ini sebagai data untuk memperkirakan besarnya debit aliran.

Data yang di gunakan untuk lokasi kajian di peroleh dari Stasiun Meteorologi

Kelas I Soekarno Hatta Tangerang Jakarta Timur.

Data yang digunakan adalah berupa data curah hujan maksimum dengan periode

pengamatan hujan selama 21 Tahun terakhir, dari tahun 1995 sampai dengan tahun

2015

DATA BMKG
Stasiun Meteorologi Kelas I Soekarno Hatta Tangerang

27 | P T . M A N D A R A P E R M A I
No tahun Rmax (mm/hr) (Rmax - μ)² Rmaxurut (mm/hr)
1 1995 75.7 4134.49 234.7
2 1996 216.2 5806.44 216.2
3 1997 125.6 207.36 199.7
4 1998 162.2 492.84 193.4
5 1999 147.2 51.84 192.7
6 2000 94.8 2043.04 168.5
7 2001 82.2 3340.84 162.2
8 2002 168.5 812.25 147.3
9 2003 199.7 3564.09 147.2
10 2004 129.3 114.49 134.3
11 2005 124.3 246.49 129.3
12 2006 72 4624 125.6
13 2007 234.7 8968.09 124.3
14 2008 192.7 2777.29 122.5
15 2009 122.5 306.25 119.2
16 2010 93 2209 105.2
17 2011 119.2 432.64 94.8
18 2012 105.2 1211.04 93
19 2013 193.4 2851.56 82.2
20 2014 147.3 53.29 75.7
21 2015 134.3 32.49 72
BAB IV
ANALISA
4.1 Analisa Hidrologi

Sebelum melakukan analisis hidrologi, terlebih dahulu menentukan stasiun hujan, data

hujan, dan luas daerah tangkapan. Dalam analisis hidrologi akan membahas langkah

untuk menentukan debit banjir rencana. Langkah-langkah untuk menentukan debit

28 | P T . M A N D A R A P E R M A I
banjir rencana adalah menghitung curah hujan rencana, melakukan uji kesesuaian dan

menghitung debit banjir rencana.

Tabel 4.1 Data Curah Hujan Stasiun Soekarno Hatta Tangerang

Rmax Rmaxurut
No Tahun (Rmax - μ)²
(mm/hr) (mm/hr)

75.7 4134.49 234.7


1 1995
2 1996 216.2 5806.44 216.2
3 1997 125.6 207.36 199.7
4 1998 162.2 492.84 193.4
5 1999 147.2 51.84 192.7
6 2000 94.8 2043.04 168.5
7 2001 82.2 3340.84 162.2
8 2002 168.5 812.25 147.3
9 2003 199.7 3564.09 147.2
10 2004 129.3 114.49 134.3
11 2005 124.3 246.49 129.3
12 2006 72 4624 125.6
13 2007 234.7 8968.09 124.3
14 2008 192.7 2777.29 122.5
15 2009 122.5 306.25 119.2
16 2010 93 2209 105.2
17 2011 119.2 432.64 94.8
18 2012 105.2 1211.04 93
19 2013 193.4 2851.56 82.2
20 2014 147.3 53.29 75.7
21 2015 134.3 32.49 72

4.1.1 Analisa Frekuensi Curah Hujan


Perhitungan frekuensi curah hujan dilakukan dengan menggunakan beberapa

metode antara lain:

 Metode Distribusi Normal


 Metode Distribusi Gumbel
 Metode Distribusi Log Normal

 Metode Distribusi Log Pearson III


29 | P T . M A N D A R A P E R M A I
Kemudian untuk data curah hujan yang digunakan adalah data curah hujan

tahunan maksimum (R24) stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Tangerang. Stasiun

tersebut cukup dekat dengan area yang dianalisa dan cukup mewakili.

Periode ulang yang akan dihitung pada masing-masing metode adalah periode

ulang 2,5,10,20,25, dan 50 tahun.

4.1.1.1 Metode Distribusi Normal

Perhitungan Metode Distribusi Normal

30 | P T . M A N D A R A P E R M A I
Sumber : Hasil Perhitungan

Dari tabel diatas didapat dicari nilai standar deviasinya, yaitu :

31 | P T . M A N D A R A P E R M A I
Setelah nilai standar deviasi diperoleh, dilakukan perhitungan untuk mencari

besarnya curah hujan yang diharapkan berulang setiap t tahun (mm).

Untuk data curah hujan yang banyaknya 11 ditentukan besarnya reduce mean (Yn)

dan reduce standar deviation (Sn), yaitu :

n =21 Yn = 0.5309 ; Sn = 1.0915

Besarnya curah hujan yang diharapkan berulang setiap t tahun dapat diketahui

melalui perhitungan sebagai berikut:

Dibawah ini perhitungan selengkapnya:

Tabel 4.2 Perhitungan Curah Hujan Rencana Metode Distribusi Normal

Sumber : Hasil Perhitungan

4.1.1.2 Metode Distribusi Gumbel


32 | P T . M A N D A R A P E R M A I
Perhitungan Metode Distribusi Gumbel

Sumber : Hasil Perhitungan

Dari tabel diatas didapat dicari nilai standar deviasinya, yaitu :

Setelah nilai standar deviasi diperoleh, dilakukan perhitungan untuk mencari

besarnya curah hujan yang diharapkan berulang setiap t tahun (mm).


33 | P T . M A N D A R A P E R M A I
Untuk data curah hujan yang banyaknya 11 ditentukan besarnya reduce mean (Yn)

dan reduce standar deviation (Sn), yaitu :

n =21 Yn = 0.5309 ; Sn = 1.0915

Besarnya curah hujan yang diharapkan berulang setiap t tahun dapat diketahui

melalui perhitungan sebagai berikut:

Dibawah ini perhitungan selengkapnya:

Tabel 4.4 Perhitungan Curah Hujan Rencana Metode Normal

Sumber : Hasil Perhitungan

4.1.1.3 Metode Distribusi Log Normal

Perhitungan Metode Distribusi Log Normal

34 | P T . M A N D A R A P E R M A I
Sumber : Hasil Perhitungan

Dari tabel diatas didapat dicari nilai standar deviasinya, yaitu :

35 | P T . M A N D A R A P E R M A I
Besarnya curah hujan yang diharapkan berulang setiap t tahun dapat diketahui

melalui perhitungan sebagai berikut:

log Xt =log Xa+k.Slogx

Dibawah ini perhitungan selengkapnya:

Tabel 4.6 Perhitungan Curah Hujan Rencana Metode Distribusi Log Normal

Sumber : Hasil Perhitungan

36 | P T . M A N D A R A P E R M A I
4.1.1.4 Metode Distribusi Log Pearson III

Perhitungan Metode Distribusi Log Pearson III

Sumber : Hasil Perhitungan

37 | P T . M A N D A R A P E R M A I
Dari tabel diatas didapat dicari nilai standar deviasinya, yaitu :

Kemudian untuk mengetahui besarnya curah hujan yang diharapkan

berulang setiap t tahun adalah menggunakan rumus sebagai berikut:

 Terlebih dahulu mencari koefisien asimetri untuk mengetahui nilai

KT yaitu dengan rumus:

 Lalu mencari besarnya curah hujan dengan rumus berikut:

Dibawah ini perhitungan selengkapnya:

Tabel 4.8 Perhitungan Curah Hujan Rencana Metode Distribusi Log Pearson III

Sumber : Hasil Perhitungan


4.1.1.5 Resume Analisa Frekuensi Distribusi

Tabel 4.8 Resume Perhitungan Metode Distribusi


38 | P T . M A N D A R A P E R M A I
Sumber : Hasil Analisa
4.1.2 Uji Kecocokan

4.1.2.1 Penentuan Uji Sebaran Metode Distribusi

Dari empat metode distribusi diatas, terlebih dahulu diuji mana yang bisa

dipakai dalam perhitungan melalui pengukuran dispersi. Setiap jenis

ditribusi atau sebaran mempunyai parameter statistik yaitu yang terdiri dari

nilai rata-rata (Xa), standar deviasi (Sx), koefisien variasi (Cv), koefisien

asimetri (Cs) dan koefisien ketajaman (Ck) yang masing-masing dicari

dengan rumus :

 Nilai rata-rata (Mean ) : Xa =

 Standard Deviasi : Sx =

 Koefisien Variasi : Cv =

 Koefisien Asimetri : Cs =

 Koefisien Ketajaman : Ck =

Sumber : Harto BR (1998)


Dimana :
39 | P T . M A N D A R A P E R M A I
Xi : data dalam sample

Xa : nilai rata-rata hitung

n : jumlah pengamatan

Dalam perhitungan diperlukan beberapa parameter, yang disampaikan

dalam tabel dibawah ini :

Sumber : Hasil Analisa

Tabel 4.10 Perhitungan Parameter Statistik Distribusi Curah Hujan

40 | P T . M A N D A R A P E R M A I
Sumber : Hasil Analisa

Tabel 4.11 Perhitungan Statistik (Logaritma) Curah Hujan

Sumber : Hasil Analisa

Tabel 4.12 Perhitungan Parameter Statistik (Logaritma) Distribusi Curah Hujan

41 | P T . M A N D A R A P E R M A I
Sumber : Hasil Analisa

Setelah diketahui nilai dari faktor-faktor dari perhitungan di atas dapat

ditentukan metode distribusi mana yang dapat dipakai, seperti disajikan

dalam tabel berikut :

Tabel 4.13 Hasil Uji Distribusi Statistik

Sumber : Hasil Analisa

Dari perhitungan yang telah dilakukan dengan syarat-syarat tersebut diatas, maka dipilih

distribusi Log Pearson Type III.

4.1.3 Perhitungan Debit Banjir Rencana

42 | P T . M A N D A R A P E R M A I
4.1.3.1 Perhitungan Curah Hujan Efektif

Dalam analisa perhitungan debit banjir rencana dalam memperkirakan besaran debit

diperlukan data curah hujan maksimum jam-jaman serta curah hujan eektif.

Berdasarkan distribusi hujan (hourly rainfalaccumulation) banyaknya hujan tiap jam

akan jatuh selama waktukonsentrasi periode jatuh hujan

Curah hujan efektif merupakan bagian dari curah hujan total yang

menghasilkan limpasan langsung dengan kata lain hujan total dikurangi kehilangan

pada awal hujan akibat adanya infiltrasi. Pada saat hujan turun sebagian meresap

kedalam tanah dan sebagian lagi akan menjadi limpasan permukaan. Sehubungan

dengan keterbatasan ketersediaan data untuk perhitungan hujan efektif, maka dalam

kajian ini digunakan faktor koefisien run off dalam transformasi hujan menjadi

limpasan.

Tabel 4.14. Periode ulang Hujan Terpilih

Sumber : Hasil Analisa

Berdasarkan perhitungan analisis hidrologi, didapatkan hujan rencana dengan

berbagai kala ulang. Data tersebut dgunakan untuk mendapatkan intensitas hujan

rencana. Dengan waktu pengamatan hujan dimulai dari menit ke-10, dengan
43 | P T . M A N D A R A P E R M A I
menggunakan persamaan Dr. Mononobe hasil perhitungan intensitas hujan didapat

sebagai berikut :

= 231.4 mm/jam

Tabel 4.15. Perhitungan Intensitas Hujan (mm/jam)

Sumber : Hasil Analisa

44 | P T . M A N D A R A P E R M A I
Gambar 4.1. Lengkung Intensitas hujan

4.1.3.2 Metode Rasional

Untuk menghitung debit banjir rencana digunakan hasil perhitungan intensitas

curah hujan periode ulang 10 tahun. Berdasarkan hasil uji kecocokan distribusi maka

perhitungan curah hujan rencana menggunakan metode Log Pearson III dengan curah

hujan efektifnya adalah 231.4 mm.

45 | P T . M A N D A R A P E R M A I
Gambar 4.2. Catchment Area

Besarnya debit rencana dapat ditentukan berdasarkan besarnya curah hujan

rencana dan karakteristik daerah aliran saluran tersier. Asumsi yang digunakan dalam

perhitungan ini adalah panjang saluran setempat, luas catchment area, dan koefisien

pengaliran,

Dengan menggunakan rumus perhitungan:

Q= xCxIxA

46 | P T . M A N D A R A P E R M A I
Dimana :

Q = Debit Banjir (m3/det)

C = Koefisien Pengaliran

I = Intensitas hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam)

A = Luas daerah Pengaliran (km2)

Perhitungan Debit Air Hujan

C = 0.45

= 231.4 mm/jam

A = Luas Area Lahan = 218536 m2

Perhitungan dengan Metode Rasional

Q = 0.278 x C x I x A

= 0.002778 x 0,45 x 0.2314 x 218536 m

= 63.2166 m3/det

47 | P T . M A N D A R A P E R M A I
4.2.5 Analisis Saluran Exixting

Saluran exsisting akan dijadikan sebagai saluran penerima debit buangan

sebelum sampai ke laut. Perhitungan kapasitas saluran exsisting yang dianalisis hanya

saluran pada lokasi kajian, dimana karakteristik dan parameter saluran exsisting

diketahui berikut :

2.0000 h1
4.0000

2.0000 h2

b1
18.0000

b2
4.0000 3.0000 4.5000 3.0000 4.5000 3.0000 4.0000

26.0000

Keterangan :

A = Luas Penampang Basah

P = Keliling Basah Saluran

R = Jari – jari Hidrolis Saluran

H = Tinggi Saluran

B = Lebar Saluran

M = Kemiringan Saluran
48 | P T . M A N D A R A P E R M A I
 Kontrol Saluran Existing :
a. Menghitung luas penampang saluran (A)

A = ( B + mh ) h

Bid 1 = ( 18 m x 1.1 m x 2 m ) + 2 m
= 40.44 m
Bid 2 = ( 3 m x 1.1 m x 2 m ) + 2 m
= 10.44 m
b. Menghitung Keliling Basah saluran (P)
P = B + 2H
Bid 1 = 18 + 2 x 2
= 23.98 m
Bid 2 =3 +2x2
= 8.98 m
c. Menghitung Jari - Jari Hidrolis saluran (R)

R =

Bid 1 =

= 1.686

Bid 2 =

= 1.16

d. Menghitung kecepatan rata-rata aliran pada saluran dengan rumus manning

yaitu
V = 1/n x R2/3 x S1/2
Bid 1 V =
= 3.023 m/detik
Bid 2 V =
= 2.35 m/detik

49 | P T . M A N D A R A P E R M A I
e. Menghitung kapasitas saluran (Q)

=AxV

Bid 1 Q1 = 40.44 x 3.023


= 122.26 m3/detik
Bid 2 Q2 = 10.44 x 2.35
= 24.6 m3/detik
Q total = Q1 + Q2
= 122.26 + 24.6
= 147.2 m3/det

Debit Saluran > Debit Banjir Rencana


147.2 m³/detik > 63.2166 m³/detik……… (OK)

Hasil perhitungan saluran exixting sebersa 147.2 m3/det mampu untuk menampung

curah hujan pada catchmen area dengan debit sebesar 63.2166 m3/det

Berdasarkan keputusan dari PTSP tentang izin saluran yang ada makan dibuat perhitungan

saluran sesuan dengan izin yang di berkan yaitu sebagai berikut :

 Kontrol Saluran Rencana :


f. Menghitung luas penampang saluran (A)

A = ( B + mh ) h

Bid = ( 12 m x 1.1 m x 2 m ) + 2 m
= 28.4 m
g. Menghitung Keliling Basah saluran (P)
P = B + 2H
Bid 2 = 12 + 2 x 2
= 17.94 m
h. Menghitung Jari - Jari Hidrolis saluran (R)

R =

50 | P T . M A N D A R A P E R M A I
Bid 2 =

= 1.58
i. Menghitung kecepatan rata-rata aliran pada saluran dengan rumus manning

yaitu
V = 1/n x R2/3 x S1/2
Bid 2 V =
= 2.89 m/detik

j. Menghitung kapasitas saluran (Q)

=AxV

Q = 28.4 x 2.89

= 82. 07 m3/detik

26.00

4.00
2.00

18.00
12.00

Debit Saluran > Debit Banjir Rencana


82.07 m³/detik > 63.2166 m³/detik……… (OK)

51 | P T . M A N D A R A P E R M A I
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil pengamatan langsung di lokasi kajian, diketahui jika saluran

drainase pada jalan Pantai Indah kapuk masih cukup terawat.

2. Saluran drainase pada jalan Gold Coast Boulevard Mediterania Pantai Indah Kapuk

direncanakan menapung debit buangan dari sekitarnya dengan luas catchmen area

sebesar 218536 m2

3. Debit banjir rencana degan curah hujan rencana 10 tahun sebesar 231.4 mm/jam

dengan catchmen area sebesar 218536 m2 adalah sebesar 63.2166 m3/det

4. Debit banjir yang dapat ditampung oleh saluran Existing dengan lebar total 26 m

dengan tinggi total 4 m adalah sebesar 147.2 m3/det

5. Saluran drainase existing pada jalan Gold Coast Boulevard Mediterania Pantai Indah

Kapuk denga debit banjir sebesar 147.2 m3/det masih mampu untuk menampung

debit banjir recana sebesar 63.2166 m3/det.

6. Saluran drainase existing pada jalan Gold Coast Boulevard Mediterania Pantai Indah

Kapuk harus dipelihara kebersihannya dari sampah sehingga tidak mengurangi debit

banjir yang ditampung sehingga mengakibatkan banjir.

52 | P T . M A N D A R A P E R M A I
53 | P T . M A N D A R A P E R M A I
Lampiran 1

Tabel Koefisien Kekasaran Manning

Kondisi
Tipe Saluran
Baik Cukup Buruk
a. Saluran buatan :

1. Saluran tanah, lurus beraturan 0,020 0,023 0,025

2. Saluran tanah, digali biasanya 0,028 0,030 0,025

3. Saluran batuan, tidak lurus & tidak beraturan 0,040 0,045 0,045

4. Saluran batuan, lurus beraturan 0,030 0,035 0,035

5. Saluran batuan, vegetasi pada sisinya 0,030 0,035 0,040

6. Dasar tanah, sisi batuan koral 0,030 0,030 0,040

7. Saluran berliku-liku kecepatan rendah 0,025 0,028 0,030

b. Saluran alam :

1. Bersih, lurus, tetapi tanpa pasir & tanpa celah 0,028 0,030 0,033

2. Berliku, bersih, tetapi berpasir & berlubang 0,035 0,040 0,045

3. Idem 2, tidak dalam, kurang beraturan. 0,045 0,050 0,065

4. Aliran lambat, banyak tanaman & lubang dalam 0,060 0,070 0,080

5. Tumbuh tinggi & padat 0,100 0,125 0,150

c. Saluran dilapisi :

1. Batu kosong tanpa adukan 0,030 0,033 0,035

2. Idem 1, dengan adukan semen 0,020 0,025 0,030

3. Lapisan beton sangat halus 0,011 0,012 0,013

4. Lapisan beton biasa dengan tulangan baja 0,014 0,014 0,015

5. Idem 4, tetapi tulangan kayu 0,016 0,016 0,018

51 | P T . M A D A R A P E R M A I
Lampiran 1I

Tabel Nilai K untuk Distribusi Log Person III

Interval kejadian (Recurrence interval), tahun (periode ulang)


1,0101 1,2500 2 5 10 25 50 100
Persentase peluang terlampaui (Percent chance of being exceeded)
Koof G 99 80 50 20 10 4 2 1
3,0 -0,667 -0,636 -0,396 0,420 1,180 2,278 3,152 4,051
2,8 -0,714 -0,666 -0,384 0,460 1,210 2,275 3,114 3,973
2,6 -0,769 -0,696 -0,368 0,499 1,238 2,267 3,071 3,889
2,4 -0,832 -0,725 -0,351 0,537 1,262 2,256 3,023 3,800
2,2 -0,905 -0,752 -0,330 0,574 1,284 2,240 2,970 3,705
2,0 -0,990 -0,777 -0,307 0,609 1,302 2,219 2,912 3,605
1,8 -1,087 -0,799 -0,282 0,643 1,318 2,193 2,848 3,499
1,6 -1,197 -0,817 -0,254 0,675 1,329 2,163 2,780 3,388
1,4 -0,318 -0,832 -0,225 0,705 1,337 2,128 2,706 3,271
1,2 -1,449 -0,844 -0,195 0,732 1,340 2,087 2,626 3,149
1,0 -1,558 -0,852 -0,164 0,758 1,340 2,043 2,542 3,022
0,8 -1,773 -0,856 -0,132 0,780 1,336 1,993 2,453 2,891
0,6 -1,880 -0,857 -0,099 0,800 1,328 1,939 2,359 2,755
0,4 -2,029 -0,855 -0,066 0,816 1,317 1,880 2,261 2,615
0,2 -2,178 -0,850 -0,033 0,830 1,301 1,818 2,159 2,472
0,0 -2,326 -0,842 0,000 0,842 1,282 1,751 2,051 2,326
-0,2 -2,472 -0,830 0,033 0,850 1,258 1,680 1,954 2,178
-0,4 -2,615 -0,816 0,066 0,855 1,231 1,606 1,834 2,029
-0,6 -2,755 -0,800 0,099 0,857 1,200 1,528 1,720 1,880
-0,8 -2,891 -0,780 0,132 0,856 1,166 1,448 1,606 1,733
-1,0 -3,022 -0,758 0,164 0,852 1,128 1,366 1,492 1,588
-1,2 -2,149 -0,732 0,195 0,844 1,086 1,282 1,379 1,449
-1,4 -2,271 -0,705 0,225 0,832 1,041 1,198 1,270 1,318
-1,6 -2,388 -0,675 0,254 0,817 0,994 1,116 1,166 1,197
-1,8 -3,499 -0,643 0,282 0,799 0,954 1,035 1,069 1,087
-2,0 -3,605 -0,609 0,307 0,777 0,895 0,959 0,980 0,990
-2,2 -3,705 -0,574 0,330 0,752 0,844 0,888 0,900 0,905
-2,4 -3,800 -0,537 0,351 0,725 0,795 0,823 0,830 0,832
-2,6 -3,889 -0,490 0,368 0,696 0,747 0,764 0,768 0,769
-2,8 -3,973 -0,469 0,384 0,666 0,702 0,712 0,714 0,714
-3,0 -7,051 -0,420 0,396 0,636 0,660 0,666 0,666 0,667

Sumber : Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, 2004

52 | P T . M A D A R A P E R M A I
Lampiran III

Tabel Reduce Mean Yn

N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,4952 0,4996 0,5035 0,5070 0,5100 0,5128 0,5157 0,5181 0,5202 0,5220

20 0,5236 0,5252 0,5268 0,5283 0,5296 0,5309 0,5320 0,5332 0,5343 0,5353

30 0,5362 0,5371 0,5380 0,5388 0,5396 0,5403 0,5410 0,5418 0,5424 0,5436

40 0,5436 0,5442 0,5448 0,5453 0,5458 0,5463 0,5468 0,5473 0,5477 0,5481

50 0,5485 0,5489 0,5493 0,5497 0,5501 0,5504 0,5508 0,5511 0,5515 0,5518

60 0,5521 0,5524 0,5527 0,5530 0,5533 0,5535 0,5538 0,5540 0,5543 0,5545

70 0,5548 0,5550 0,5552 0,5555 0,5557 0,5559 0,5561 0,5563 0,5565 0,5567

80 0,5569 0,5570 0,5572 0,5574 0,5576 0,5578 0,5580 0,5581 0,5583 0,5585

90 0,5586 0,5587 0,5589 0,5591 0,5592 0,5593 0,5595 0,5596 0,5598 0,5599

100 0,5600 0,5602 0,5603 0,5604 0,5606 0,5607 0,5608 0,5609 0,5610 0,5611

Sumber : Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, 2004

53 | P T . M A D A R A P E R M A I
Lampiran IV

Tabel Reduced Standard Deviation Sn

N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,9496 0,9676 0,9833 0,9971 1,0095 1,0206 1,0316 1,0411 1,0493 1,0565

20 1,0628 1,0696 1,0754 1,0811 1,0864 1,0915 1,0961 1,1004 1,1047 1,1080

30 1,1124 1,1159 1,1193 1,1226 1,1225 1,1285 1,1313 1,1339 1,1363 1,1388

40 1,1413 1,1436 1,1458 1,1480 1,1499 1,1519 1,1538 1,1557 1,1574 1,1590

50 1,1607 1,1623 1,1638 1,1658 1,1667 1,1681 1,1696 1,1708 1,1721 1,1734

60 1,1747 1,1759 1,1770 1,1782 1,1793 1,1803 1,1814 1,1824 1,1834 1,1844

70 1,1854 1,1863 1,1873 1,1881 1,1890 1,1898 1,1906 1,1915 1,1923 1,1930

80 1,1938 1,1945 1,1953 1,1959 1,1967 1,1973 1,1980 1,1987 1,1994 1,2001

90 1,2007 1,2013 1,2020 1,2026 1,2032 1,2038 1,2044 1,2049 1,2055 1,2060

100 1,2065 1,2069 1,2073 1,2077 1,2081 1,2084 1,2087 1,2090 1,2093 1,2096

Sumber : Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, 2004

54 | P T . M A D A R A P E R M A I
Lampiran V

Tabel Reduced Variate YTr sebagai fungsi periode ulang

Periode Ulang, Tr (tahun) Reduced variate YTr Periode Ulang, Tr (tahun) Reduced variate YTr

2 0,3668 100 4,6012

5 1,5004 200 5,2969

10 2,2510 250 5,5206

20 2,9709 500 6,2149

25 3,1993 1000 6,9087

50 3,9028 5000 8,5188

75 4,3117 10000 9,2121

Sumber : Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, 2004

55 | P T . M A D A R A P E R M A I
Lamiran VI

Tabel Koefisien Limpasan untuk Metode Rasional

Deskripsi lahan/karakter permukaan Koefisien Aliran C


Bisnis
- Perkotaan 0,70 – 0,90
- Pinggiran 0,50 – 0,70
Perumahan
- Rumah tunggal 0,30 – 0,50
- Multiunit, terpisah 0,40 – 0,60
- Multiunit, tergabung 0,60 – 0,75
- Perkampungan 0,25 – 0,40
- Apartemen 0,50 – 0,70
Industri
- Ringan 0,50 – 0,80
- Berat 0,60 – 0,90
Perkerasan
- Aspal dan beton 0,70 – 0,95
- Batu bata,paving 0,50 – 0,70
Atap 0,75 – 0,95
Halaman, tanah berpasir
- Datar 2 % 0,05 – 0,10
- Rata-rata, 2 – 7 % 0,10 – 0,15
- Curam 7 % 0,15 – 0,20
Halaman, tanah berat
- Datar 2 % 0,13 – 0,17
- Rata-rata, 2 – 7 % 0,18 – 0,22
- Curam 7 % 0,25 – 0,35
Halaman kereta api 0,10 – 0,35
Taman tempat bermain 0,20 – 0,35
Taman, pekuburan 0,10 – 0,25
Hutan
- Datar 0 – 5 % 0,10 – 0,40
- Bergelombang 5 – 10 % 0,25 – 0,50
- Berbukit 10 – 30 % 0,30 – 0,60

Sumber : (McGuen, 1989) Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan,

2004.

56 | P T . M A N D A R A P E R M A I
Dokumen 1

Dokumen 2

57 | P T . M A D A R A P E R M A I
Dokumen 3

Dokumen 4

58 | P T . M A D A R A P E R M A I

Anda mungkin juga menyukai