FEBRUARI
2018
1|P T. M A N D A R A P E R M A I
O L E H : P T . KATAB A GPENGANTAR
A S TA M A P E R S A D A
&
Dalam pembuatan kajian P T . H U D A T Aterletak
drainase yang T A S pada
A R AJl.N A
Gold Coast Boulevard
Mediterania Pantai Indah Kapuk Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara ini dapat memberikan
masukan dalam rangka memperhatikan apa yang seharusnya dilakukan oleh setiap
pengembang untuk ikut membangun dan menjaga kota Jakarta dari masalah banjir. Kajian ini
tertulis sebagai tinjauan teknis peningkatan saluran dari dinas yang berkompeten.
Dalam kajian ini kami mengkaji Hidrologi, Hidrolika, dan Drainase kawasan lokasi
kajian, untuk mengetahui kekuatan saluran dalam menampung curah hujan. Kajian drainase
ini dibuat mengacu kepada data dari hasil kajian / usulan penangulangan banjir dan genangan
sistem drainase Zona 1 yang dilaksanakan oleh pemerintah DKI Jakarta
Dengan segala kerendahan hati dan niat kerjasama yang baik kami sampaikan Kajian
drainase ini untuk dapat dipergunakan dan apabila terjadi kekeliruan dalam penyajian materi
mohon kiranya dapat dikoordinasikan untuk direvisi dan tidak dijadikan sebagai alasan
merugikan pihak lain.
Team Leader
1|P T. M A N D A R A P E R M A I
PENGANTAR RINGKASAN
Lokasi ini merupakan salah satu yang tentunya memberikan dampak terhadap
penambahan debit air yang keluar dikarenakan tertutupnya area resapan alami. Kebijakan dari
pemerintah Pusat yang tertuang dalam PP No. 26 Th. 2008 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional maupun dari pemerintah DKI sesuai dengan Perda No. 1 Th.2012 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah untuk menerapkan Zero Delta Run Off, yaitu keharusan agar
tiap bangunan tidak boleh mengakibatkan bertambahnya debit air ke saluran drainase atau
sistem aliran sungai. Peraturan tersebut diartikan bahwa disetiap pembangunan kawasan baru
diwajibakan untuk mengendalikan pembuangan air hujan dari dalam area lokasi bangunan
baru ke saluran kota.
Prinsip utama Zero Delta Run Off adalah penambahan debit akibat pembanguan harus
ditampung terlebih dahulu dalam tempat tertentu sebelum akhirnya dikeluarkan secara
perlahan (diresapkan). Hal ini menunjukan bahwa keharusan tiap bangunan yang dibangun
tidak boleh mengakibatkan bertambahnya debit air kesistem saluran drainase atau sistem
aliran sungai. Semakin luas daerah resapan alami yang tertutup maka semakin besar pula
debit air yang ditampung.
Sebagai antisipasi meningkatnya debit air yang akan muncul maka pengelola akan
menyiapkan sumur resapan sesuai dengan hasil perhitungan. Seluruh bagian yang
direncanakan untuk menahan air hujan selama 1 jam sebelum air hujan meresap ketanah atau
dibuang secara perlahan
Volume sumur resapan harus cukup untuk menerapkan prinsip Zero Delta Run Off yang
merupakan kebijakan dari pemerintah untuk mengendalikan pembuangan air hujan dari
dalam area lokasi bangunan ke saluran kota.
Penempatan sumur resapan menyesuaikan ketersediaan lahan yang tersedia, dengan fungsi
utama untuk menahan debit puncak air hujan dan dapat meresapkan air hujan kedalam tanah.
Sesuai hasil analisa sebelumnya terhadap elevasi banjir yang telah dilakukan pada kawasan
bangunan, duga elevasi banjir minimum berada pada level + 2.98, duga elevasi banjir kondisi
ekstim pada level + 3.60. Dengan free board 0.30 m, maka elevasi bebas banjir rencana
adalah berada di level + 3.90 untuk elevasi lingkung
2|P T. M A N D A R A P E R M A I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pesatnya perkembangan lokasi kawasan ini selain membawa dampak positif bagi
kehidupan ekonomi pada suatu kota ternyata di lain sisi apa bila perkembangannya tidak
di rencanakan dengan baik akan melahirkan dampak negative berupa permasalahan
lingkungan. Apa bila kegiatan pembangunan yang di lakukan tidak memperhitungkan
factor daya dukung lahan, maka bencana seperti banjir dapat terjadi kota tersebut.
Maka untuk menjamin kesehatan dan kenyamanan penguna tempat dan penduduk di
sekitarnya harus ada sanitasi yang memadai, misalnya drainase. Dengan adanya
drainase tersebut, genangan air hujan dapat di salurkan sehingga banjir dapat di hindari
dan tidak akan menimbulkan dampak gangguan bagi gedung itu sendiri, kesehatan para
penguna gedung dan serta aktivitas masyarakat tidak akan terganggu.
Drainase merupakan suatu system untuk menyalurkan air hujan. Sistem ini mempunyai
peranan yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang sehat, apalagi di
daerah yang berpenduduk padat seperti di perkotaan. Drainase juga merupakan salah
satu fasilitas dasar yang di rancang sebagai system guna memenuhi kebutuhan
masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota ( perencanaan
infrastruktur khususnya ). Secara umum, drainase di definisikan sebagai serangkaian
bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan atau membuang kelebihan air dari
suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat di fungsikan secara optimal. Drainase
juga di artikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya
dengan salinitas, dimana drainase merupakan suatu cara pembuangan kelebihan air yang
tidak di inginkan pada suatu daerah, serta cara – cara penangggulangan akibat yang di
timbulkan oleh kelebihan air tersebut.
Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana umum
yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman,
nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini berfungsi untuk mengalirkan air
permukaan ke badan air ( sumber air permukaan dan bawah permukaan tanah) dan atau
bangunan resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air
permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir.
3|P T. M A N D A R A P E R M A I
Hal – hal yang dapat di lakukan untuk penanganan saluran yang kapasitasnya tidak
mencukupi antara lain normalisasi atau pengerukan sedimen, penambahan tinggi
saluran, dan pembuatan saluran baru. Dalam rencana perbaikan drainase prinsip dasar
yang dipakai adalah sedapat mungkin mempertahankan saluran yang sudah ada, jika
tidak memungkinkan maka dilakukan perubahan pada dimensi saluran sesuai dengan
debit rencana. Penentuan besaran debit banjir rencana harus di pertimbangkan dengan
baik agar :
Debit banjir rencana tidak terlalu kecil.
Perencanaan debit banjir yang terlalu kecil mengakibatka air banjir ditempat bangunan
akan meluap dan jika di dalam saluran pembangunannya terjadi banjir yang lebih besar
dari pada banjir rencana akan menimbulka kerusakan pada bangunan tersebut atau
daerah – daerah sekitarnya.
Debit banjir rencana tidak terlalu besar.
Perencanaan debit banjir rencana yang terlalusehin besar menyebabkan ukuran bangunan
tersebut menjadi terlalu besar dan tidak ekonomis.
Sehingga dalam menetapkan besarnya banjir rencana dalam suatu perencanaan teknis,
harus melakukan pertimbangan “Hidro Ekonomis”. Sedangkan untuk menghitung
besarnya banjir rencana pada lokasi – lokasi yang ditinjau harus dilakukan suatu
“Analisa Hidrolog” untuk masing – masing lokasi dengan mengunakan data – data yang
terkait dengan debit sungai maupun curah hujan.
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
Tujuan pembuatan kajian ini bertujuan untuk menyajikan beberapa informasi yang
berhubungan dengan system drainase. Diharapkan untuk dapat diambil manfaat dan
dijadikan sebagai rujukan bagi banyak hal yang berhubungan dengan lingkungan dan
saluran drainase disekitar lokasi, serta mengevaluasi kondisi dari saluran drainase yang
terdapat di Jl. Gold Coast Boulevard Mediterania Pantai Indah Kapuk Kecamatan
Penjaringan Jakarta Utara Sehingga saluran drainase yang ada dapat berfungsi secara
maksimum dalam mengurangi kemungkinan terjadinya genangan atau limpasan pada
loksi tersebut sehingga tercipta kondisi jaringan drainase yang baik dan berkualitas
dengan tetap mempertimbangkan faktor keamanan dan kenyamanan para pengguna
lokasi.
4|P T. M A N D A R A P E R M A I
Menghitung debit banjir rencana pada saluran – saluran eksisting yang mungkin
bersimpangan dengan rencana trase.
1.4 LOKASI KAJIAN
BAB II
5|P T. M A N D A R A P E R M A I
LANDASAN TEORI
2.1 PENGERTIAN DRAINASE
Drainase secara umum didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari usaha
untuk mengalirkan air yang berlebihan dalam suatu konteks pemanf/aatan tertentu.
Drainase perkotaan adalah ilmu yang diterapkan mengkhususkan pengkajian pada
kawasan perkotaan yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan sosial yang ada di
kawasan kota. Drainase perkotaan / terapan merupakan sistem pengiringan dan
pengaliran air dari wilayah perkotaan yang meliputi :
Pemukiman
Kawasan Industri
Kampus dan Sekolah
Rumah Sakit & Fasilitas Umum
Lapangan Olahraga
Lapangan Parkir
Pelabuhan Udara
Kriteria desain drainase perkotaan memiliki kekhususan, sebab untuk perkotaan ada
tambahan variable desain seperti :
Pengendalian kelebihan air permukaan dapat dilakukan secara aman, lancar dan
efisien serta sejauh mungkin dapat mendukung kelestarian lingkungan.
Untuk memperpanjang umur ekonomis sarana-sarana fisik antara lain : jalan, kawasan
permukiman, kawasan perdagangan dari kerusakan serta gangguan kegiatan akibat
tidak berfungsinya sarana drainase.
6|P T. M A N D A R A P E R M A I
Mengeringkan bagian wilayah kota yang permukaan lahannya rendah dari genangan
sehingga tidak menimbulkan dampak negative berupa kerusakan infrastruktur kota
dan harta benda milik masyarakat.
Mengalirkan kelebihan air permukaan ke badan air terdekat secepatnya agar tidak
membanjiri atau menggenangi kota yang dapat merusak selain harta benda
masyarakat juga infrastruktur perkotaan.
Mengendalikan sebagian air permukaan akibat hujan yang dapat dimanfaatkan untuk
persediaan air dan kehidupan akuatik.
3. Menurut Fungsi
7|P T. M A N D A R A P E R M A I
Single Purpose
Saluran berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan saja, misalnya air hujan atau
jenis air buangan lain seperti air limbah domestik, air limbah industry dan lain - lain.
Multy Purpose
Saluran berfungsi mengalirkan beberapa jenis buangan, baik secara bercampur
maupun bergantian.
4. Menurut Konstruksi
Saluran Terbuka
Saluran untuk air hujan yang terletak di area yang cukup luas. Juga untuk saluran air
non hujan yang tidak mengganggu kesehatan lingkungan.
Saluran Tertutup
Saluran air untuk air kotor yang mengganggu kesehatan lingkungan. Juga untuk saluran
dalam kota.
5. Bentuk Saluran
Saluran untuk drainase tidak terlampau jauh berbeda dengan saluran air lainnya
memperoleh dimensi tampang yang ekonomis. Dimensi saluran yang erlalu besar
berarti tidak ekonomis, sebaliknya dimensi saluran yang terlalu kecil tingkat
kerugian akan besar. Efektifitas penggunaan dari berbagai bentuk tampang saluran
Bentuk trapezium
Saluran drainase bentuk trapesium pada umumnya saluran dari tanah, Tapi
dimungkinkah juga bentuk dari pasangan. Saluran ini membutuhkan ruang yang
cukup dan berfungsi untuk pengaliran air hujan, air rumah tangga maupun air
irigasi.
8|P T. M A N D A R A P E R M A I
Bentuk persegi panjang
Saluran drainase berbentuk empat persegi panjang tidak banyak membutuhkan ruang,
Sebagai konsekuensi dari saluran bentuk ini, saluran harus dari pasangan atau beton.
Bentuk ini juga berfungsi sebagai saluran air hujan, air rumah tangga maupun air
irigasi.
Bentuk lingkaran
Saluran drainase bentuk ini berupa saluran dari pasangan atau kombinasi pasangan
dan pipa beton. Dengan bentuk dasar saluran yang bulat memudahkan pengangkutan
9|P T. M A N D A R A P E R M A I
bahan endapan/limbah. Bentuk saluran demikian berfungsi sebagai saluran air hujan,
Bentuk parabola
Saluran drainase bentuk ini berupa saluran dari pasangan atau kombinasi pasangan
atau beton. Dengan bentuk dasar saluran yang bulat memudahkan pengangkutan
bahan endapan/limbah. Bentuk saluran demikian berfungsi sebagai saluran air hujan,
Bentuk segitiga
konsekuensi dari saluran bentuk ini, saluran harus dari pasangan. Bentuk ini juga
berfungsi sebagai saluran air hujan, air rumah tangga maupun air irigasi.
10 | P T . M A N D A R A P E R M A I
6. Klasifikasi aliran
Aliran permukaan bebas dapat diklasifikasikan menjadi berbagai tipe
kecepatan mengikuti fungsi waktu, maka aliran dibedakan menjadi aliran permanen
b. Jika kecepatan aliran pada suatu titik tidak berubah terhadap waktu, maka
aliranya disebut aliran permanen atau tunak (steady flow), jika kecepatan pada
suatu lokasi tertentu berubah terhadap waktu, maka alirannya disebut aliran tidak
permanen atau tidak tunak (unsteady flow). Dalam hal-hal tertentu dimungkinkan
persamaan yang terkait dan sebagainya. Penyederhanaan ini hanya mungkin jika
gelombang kejut (surge) tidak berubah ketika merambat pada saluran halus dan
11 | P T . M A N D A R A P E R M A I
Aliran laminer dan turbulen
Jika partikel zat cair bergerak mengikuti alur tertentu dan aliran tampak seperti
gerakan serat-serat atau lapisan-lapisan tipis pararel, maka alirannya disebut aliran
laminer. Sebaliknya, jika zat cair bergerak mengikuti alur yang tidak beraturan,
baik ditinjau terhadap ruang maupun waktu, maka alirannya disebut aliran
turbulen. Saluran terbuka dan tertutup mempunyai bilangan reynold yang berbeda.
Saluran terbuka bilangan reynold (Nre) untuk aliran laminer kurang dari sama
dengan 500, sedangkan bilangan reynold untuk aliran turbulen lebih dari sama
dengan 1000. Saluran tertutup bilangan reynold (Nre) untuk aliran laminer kurang
dari sama dengan 2000, sedangkan bilangan reynold untuk aliran turbulen lebih
dari sama dengan 4000. Faktor yang menentukan keadaan aliran adalah pengaruh
relatif antara gaya kekentalan (viskositas) dan gaya inersia. Jika gaya viskositas
yang dominan maka alirannya laminer, sedangkan jika gaya inersia yang dominan
Aliran dikatakan kritis apabila kecepatan aliran sama dengan kecepatan gelombang
merubah kedalaman. Jika kecepatan aliran lebih kecil dari kecepatan kritis maka
aliran disebut sub-kritis, dan jika kecepatan aliran lebih besar dari kecepatan kritis
maka aliran disebut super-kritis. Parameter yang menetukan ketiga jenis aliran
adalah perbandingan gaya-gaya inersia dan grafitasi yag dikenal sebagai bilangan
Fronde :
12 | P T . M A N D A R A P E R M A I
7. Syarat Sistem Pengaliran
Syarat Kecepatan
Kecepatan dalam saluran biasanya sangat bervariasi dari satu titik ke titik lainnya.
Hal ini disebabkan adanya tegangan geser di dasar saluran, dinding saluran dan
menurut koordinat kartesius. Namun komponen arah vertikal dan lateral biasanya
kecil dan dapat diabaikan. Sehingga, hanya kecepatan aliran yang searah dengan
tumbuhnya tanaman aquatic dan lumut. Pada umumnya, kecepatan sebesar 0,60 –
0,90 m/detik dapat digunakan dengan amam apabila prosentase lumpur yang ada di
air cukup kecil. Kecepatan 0,75 m/detik bisa mencegah tumbuhnya tumbuh-
13 | P T . M A N D A R A P E R M A I
Harga n Manning tergantung pada kekasaran sisi dan dasar saluran. Koefisien kekasaran
8 Syarat Tekanan
Distribusi tekanan dalam penampang saluran tergantung pada kondisi aliran. Seperti
Aliran statis
Aliran statis mempunyai komponen horizontal dan vertikal resultan gaya yang bekerja
pada kolom air adalah nol karena air dalam kondisi stasioner. Gaya tekan yang bekerja
pada dasar kolom air dengan arah vertikal = ∆ . Berat air dalam kolom air bekerja
vertikal ke bawah, karena resultan gaya vertikal sama dengan nol maka dapat ditulis :
14 | P T . M A N D A R A P E R M A I
kedalaman air dari permukaan. Hubungan antara intensitas tekanan dan kedalaman adalah
linier (garis lurus) apabila rapat massa air (ρ) adalah konstan.
Asumsi tidak ada percepatan ke arah aliran dan kecepatan aliran sejajar dengan dasar
saluran dan seragam keseluruh penampang saluran, sehingga garis aliran sejajar dasar
saluran. Karena tidak ada percepatan ke arah aliran, maka resultan komponen gaya ke arah
ini adalah nol. Resultan komponen gaya vertikal juga sama dengan nol, sehingga :
dimana γ adalah berat spesifik air. Perlu diicatat bahwa distribusi tekanan adalah sama jika
air dalam kondisi stasioner dan hal ini disebut distribusi tekanan hidrostatis.
Aliran ini terjadi misalnya pada tikungan dan terjunan, maka garis aliran tidak sejajar dasar
saluran. Distribusi tekanan tidak hidrosatatis karena ada percepatan dan perlambatan. Jika
jari-jari kelengkungan (curvature) garis aliran = r dan kecepatan aliran V, maka percepatan
sentrifugal ( ) adalah :
15 | P T . M A N D A R A P E R M A I
tekanan akibat gaya sentrifugal bekerja searah dengan gaya berat air untuk lengkung
konvek dan arahnya berlawanan untuk lengkung konkaf, sehingga total tinggi tekan yang
tanda positif untuk aliran konvek dan negatif untuk bentuk garis aliran konkaf
Kemiringan dasar saluran arah memanjang dipengaruhi kondisi topografi serta tinggi
tekanan yang diperlukan untuk adanya pengaliran sesuai dengan kecepatan yang
Kemiringan yang lebih curam dari 0,002 bagi tanah lepas sampai dengan 0,005 untuk
tanah padat akan menyebabkan erosi (penggerusan). Kemiringan dasar saluran yang ideal
Freeboard atau jagaan dari suatu saluran adalah jarak vertikal dari puncak tanggul sampai
permukaan air pada kondisi perencanaan. Jagaan direncanakan untuk dapat mencegah
peluapan air akibat gelombang serta fluktuasi permukaan air, misalnya berupa gerakan-
16 | P T . M A N D A R A P E R M A I
gerakan angin serta pasang surut. Jagaan tersebut direncanakan antara kurang dari 5 %
Beberapa contoh model tata letak jalur saluran yang dapat diterapkan dalam perencanaan
1. Pola Alamiah
Letak conveyor drain ada di bagian terendah (lembah) dari suatu daerah
(alam) yang efektif berfungsi sebagai pengumpul dari anak cabang saluran yang ada
(collector drain).
17 | P T . M A N D A R A P E R M A I
3 Pola Pararel
Collector drain menampung debit air yang lebih kecil. Collector draindibuat
sejajar satu sama lain dan kemudian debit air yang lebih kecil masuk ke conveyor
drain.
18 | P T . M A N D A R A P E R M A I
5. Pola Radial
Satu daerah genangan dikeringkan melalui beberapa collector drain dari sat titik
6. Pola Jaring-jaring
maka dapat dibuat beberapa interceptor drain yang kemudian ditampung ke dalam
saluran collector drain dan selanjutnya dialirkan menuju saluran conveyor drain.
19 | P T . M A N D A R A P E R M A I
Spesifikasi Teknis Bangunan Drainase
Spesifikasi Teknik merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh pemborong untuk
yang dilakukan.
1 Macam Material
Macam pipa drainase yang umum digunakan antara lain (Dedi Kusnadi Kaslim
dkk, 2006) :
20 | P T . M A N D A R A P E R M A I
a. Pipa tanah liat bisanya terbuat dengan panjang sekitar 30 cm, diameter
dalam bervariasi dari 5 –15 cm. Pipa dapat dibuat lurus atau dengan suatu collar.
b. Pipa beton biasanya digunakan untuk diameter yang lebih besar dari 15 atau
20 cm. Penggunaan pipa beton pada tanah asam dan bersulfat perlu
perlu digunakan semen yang tahan sulfat. Seperti juga pada pipa tanah liat, disini
c. Pipa plastik yang umumnya digunakan untuk pipa drainase adalah polyvinyl
chloride (PVC) dan polyethylene (PE). Pipa plastik dapat berbentuk pipa halus atau
bergelombang (corrugated). Pipa halus bersifat kaku dengan panjang tidak lebih
dari 5 meter, sedangkan pipa bergelombang bersifat fleksibel (lentur) dan dapat
digulung.
Sedangkan untuk saluran drainase terbuka material yang digunakan untuk lapisan
dasar dan dinding saluran drainase agar tahan erosi bisa dibuat dari : beton,
pasangan batu kali, pasangan batu merah, aspal, kayu, besi cor, baja, plastik dll.
Pilihan material tergantung pada tersedianya serta harga bahan dan cara konstruksi
bentuk segi empat, karena dipandang lebih efisien di dalam pembebasan tanahnya
a. Semen
Semen yang dipakai adalah jenis pozzoland yang diproduksi sesuai dengan SNI.
21 | P T . M A N D A R A P E R M A I
b. Agregat Halus (pasir)
tidak boleh melebihi 5%. Butir-butir harus dapat melalui ayakan berlubang 3 mm.
- Harus terdiri dari butir-butir yang jeras, tidak berpori, bersifat kekal sebagai
hasil desintegrasi alami dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari
pemecahan batu. Yang mengandung butir-butir pipih tidak melampaui 20% dari
- Tidak boleh mengandung sesuatu yang dapat merusak batu dan baja.
- Besar butir maksimum tidak boleh lebih dari 1/5 jarak terkecil antara
bidang-bidang samping dari cetakan, 1/3 dari tebal pelat atau 3/4 dari jarak bersih
ahli.
d. Batu kali
- Batu yang dipakai untuk pasangan tidak boleh berbentuk blondos melainkan
harus pecah.
e. Kapur
- Kapur yang digunakan adalah kapur yang tidak berbentuk bongkahan tetapi
f. Air
22 | P T . M A N D A R A P E R M A I
- Air yang digunakan tidak boleh mengandung minyak, asam alkali, garam, dan
bahan organis lainnya yang dapat merusak beton atau baja tulangan.
2. Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan yang dilakukan pada seluruh pembangunan
a. Pekerjaan Tanah
I. Galian Tanah
- Patok-patok profil harus dipasang sebelum penggalian dimulai
- Dalam dan lebar galian tidak boleh melebihi/kurang dari ukuran yang telah
ditentukan.
- Galian yang melebihi profil yang telah ditentukan maka perbaikannya dilakukan
konstruksi lainya.
- Galian tanah untuk tempat dudukan pondasi harus diatur sedemikian rupa sehingga
tidak mudah longsor dan diusahakan agar lubang galian tersebut dalam keadaan kering.
- Pada tanah yang baik, dasar tanah yang akan ditimbun harus terlebih dahulu
timbunan yang akan dibuat, agar tercapai homogenitas yang baik antar tanah dasar
tinggi 1/10 T (dimana T = tinggi timbunan) dan lebih lebar 1/10 B (dimana B =
23 | P T . M A N D A R A P E R M A I
- Sebelum mulai pemasangan batu kali untuk dasar saluran terlebih dahulu ditimbun
- Untuk mendapatkan hasil yang baik timbunan dan pemdatannya dilakukan lapisan
- Pekerjaan batu disusun rapi, seluruhnya terselimuti dengan mortel dan tidak
adanya rongga-rongga.
- Rule of thumb ketebalan pasangan batu kali bagian atas adalah 0.2– 0.25
- Semua pasangan batu tampak dari luar terutama pada dinding saluran harus rata
dan menggunakan batu muka. Ukuran batu ditetapkan lebar sisinya 12 – 15 cm dan
- Bidang atas dari pasangan dengan lebar sesuai dalam gambar ditambah masuk
c. Pekerjaan Plesteran
d. Pekerjaan Beton
(3). Semua pekerjaan beton bertulang harus ditetapkan dengan mutu K.125 dengan
(4). Tulangan beton dipasang dengan baik dan benar sehingga sebelum dan selama
(5). Sesudah pengecoran beton selesai maka selama 2 minggu beton harus selalu
e. Pekerjaan Bekisting/Cetakan
Bekisting harus cukup kokoh dan cukup rapat sehingga dapat menghasilkan bentuk
primer, sekunder, tersier, gorong-gorong, lubang kontrol dan lain-lain. Hal ini
25 | P T . M A N D A R A P E R M A I
Kegiatan pemeliharaan yaitu usaha-usaha untuk menjaga agar prasarana
drainase selalu berfungsi dengan baik selama mungkin, selama jagka waktu
meliputi:
Kegiatan ini merupakan usaha pengamanan atau menjaga kondisi dan/atau fungsi
dari hal-hal yang dapat mengakibatkan rusaknya jaringan. Kegiatan ini meliputi,
antara lain:
- Inspeksi rutin.
- Melarang membuang sampah di saluran/kolam.
- Melarang merusak bangunan drainase.
b. Kegiatan perawatan
III
ANALISA DATA
3.1. Kondisi Iklim
yang terjadi dalam atmosfir di daerah tertentu untuk jangkawaktu yang lama.
Faktor–faktor yang mempengaruhi iklim antara lain yaitu curah hujan, temperature
lingkungan sekitarnya.
pengamatan terdekat yang mempunyai keadaan iklim relative sama dengan areal
studi, dan dalam batas periode waktu yang memenuhi syarat sebagai sumber data.
26 | P T . M A N D A R A P E R M A I
Unsur–unsur iklim yang di analisa meliputi curah hujan sebagai unsur yang sangat
dominan, dan unsur iklim lainnya seperti temperature udara, kelembaban udara
teknis detail peningkatan tata air pasang–surut, di dasarkan atas data yang dicatat di
stasiun pencatatan hujan terdekat yang di anggap dapat mewakili daerah kajian.
Terkait dengan komponen pekerjaan drainase maka data curah hujan yang di
gunakan dalam analisa ini sebagai data untuk memperkirakan besarnya debit aliran.
Data yang di gunakan untuk lokasi kajian di peroleh dari Stasiun Meteorologi
Data yang digunakan adalah berupa data curah hujan maksimum dengan periode
pengamatan hujan selama 21 Tahun terakhir, dari tahun 1995 sampai dengan tahun
2015
DATA BMKG
Stasiun Meteorologi Kelas I Soekarno Hatta Tangerang
27 | P T . M A N D A R A P E R M A I
No tahun Rmax (mm/hr) (Rmax - μ)² Rmaxurut (mm/hr)
1 1995 75.7 4134.49 234.7
2 1996 216.2 5806.44 216.2
3 1997 125.6 207.36 199.7
4 1998 162.2 492.84 193.4
5 1999 147.2 51.84 192.7
6 2000 94.8 2043.04 168.5
7 2001 82.2 3340.84 162.2
8 2002 168.5 812.25 147.3
9 2003 199.7 3564.09 147.2
10 2004 129.3 114.49 134.3
11 2005 124.3 246.49 129.3
12 2006 72 4624 125.6
13 2007 234.7 8968.09 124.3
14 2008 192.7 2777.29 122.5
15 2009 122.5 306.25 119.2
16 2010 93 2209 105.2
17 2011 119.2 432.64 94.8
18 2012 105.2 1211.04 93
19 2013 193.4 2851.56 82.2
20 2014 147.3 53.29 75.7
21 2015 134.3 32.49 72
BAB IV
ANALISA
4.1 Analisa Hidrologi
Sebelum melakukan analisis hidrologi, terlebih dahulu menentukan stasiun hujan, data
hujan, dan luas daerah tangkapan. Dalam analisis hidrologi akan membahas langkah
28 | P T . M A N D A R A P E R M A I
banjir rencana adalah menghitung curah hujan rencana, melakukan uji kesesuaian dan
Rmax Rmaxurut
No Tahun (Rmax - μ)²
(mm/hr) (mm/hr)
tersebut cukup dekat dengan area yang dianalisa dan cukup mewakili.
Periode ulang yang akan dihitung pada masing-masing metode adalah periode
30 | P T . M A N D A R A P E R M A I
Sumber : Hasil Perhitungan
31 | P T . M A N D A R A P E R M A I
Setelah nilai standar deviasi diperoleh, dilakukan perhitungan untuk mencari
Untuk data curah hujan yang banyaknya 11 ditentukan besarnya reduce mean (Yn)
Besarnya curah hujan yang diharapkan berulang setiap t tahun dapat diketahui
Besarnya curah hujan yang diharapkan berulang setiap t tahun dapat diketahui
34 | P T . M A N D A R A P E R M A I
Sumber : Hasil Perhitungan
35 | P T . M A N D A R A P E R M A I
Besarnya curah hujan yang diharapkan berulang setiap t tahun dapat diketahui
Tabel 4.6 Perhitungan Curah Hujan Rencana Metode Distribusi Log Normal
36 | P T . M A N D A R A P E R M A I
4.1.1.4 Metode Distribusi Log Pearson III
37 | P T . M A N D A R A P E R M A I
Dari tabel diatas didapat dicari nilai standar deviasinya, yaitu :
Tabel 4.8 Perhitungan Curah Hujan Rencana Metode Distribusi Log Pearson III
Dari empat metode distribusi diatas, terlebih dahulu diuji mana yang bisa
ditribusi atau sebaran mempunyai parameter statistik yaitu yang terdiri dari
nilai rata-rata (Xa), standar deviasi (Sx), koefisien variasi (Cv), koefisien
dengan rumus :
Standard Deviasi : Sx =
Koefisien Variasi : Cv =
Koefisien Asimetri : Cs =
Koefisien Ketajaman : Ck =
n : jumlah pengamatan
40 | P T . M A N D A R A P E R M A I
Sumber : Hasil Analisa
41 | P T . M A N D A R A P E R M A I
Sumber : Hasil Analisa
Dari perhitungan yang telah dilakukan dengan syarat-syarat tersebut diatas, maka dipilih
42 | P T . M A N D A R A P E R M A I
4.1.3.1 Perhitungan Curah Hujan Efektif
Dalam analisa perhitungan debit banjir rencana dalam memperkirakan besaran debit
diperlukan data curah hujan maksimum jam-jaman serta curah hujan eektif.
Curah hujan efektif merupakan bagian dari curah hujan total yang
menghasilkan limpasan langsung dengan kata lain hujan total dikurangi kehilangan
pada awal hujan akibat adanya infiltrasi. Pada saat hujan turun sebagian meresap
kedalam tanah dan sebagian lagi akan menjadi limpasan permukaan. Sehubungan
dengan keterbatasan ketersediaan data untuk perhitungan hujan efektif, maka dalam
kajian ini digunakan faktor koefisien run off dalam transformasi hujan menjadi
limpasan.
berbagai kala ulang. Data tersebut dgunakan untuk mendapatkan intensitas hujan
rencana. Dengan waktu pengamatan hujan dimulai dari menit ke-10, dengan
43 | P T . M A N D A R A P E R M A I
menggunakan persamaan Dr. Mononobe hasil perhitungan intensitas hujan didapat
sebagai berikut :
= 231.4 mm/jam
44 | P T . M A N D A R A P E R M A I
Gambar 4.1. Lengkung Intensitas hujan
curah hujan periode ulang 10 tahun. Berdasarkan hasil uji kecocokan distribusi maka
perhitungan curah hujan rencana menggunakan metode Log Pearson III dengan curah
45 | P T . M A N D A R A P E R M A I
Gambar 4.2. Catchment Area
rencana dan karakteristik daerah aliran saluran tersier. Asumsi yang digunakan dalam
perhitungan ini adalah panjang saluran setempat, luas catchment area, dan koefisien
pengaliran,
Q= xCxIxA
46 | P T . M A N D A R A P E R M A I
Dimana :
C = Koefisien Pengaliran
C = 0.45
= 231.4 mm/jam
Q = 0.278 x C x I x A
= 63.2166 m3/det
47 | P T . M A N D A R A P E R M A I
4.2.5 Analisis Saluran Exixting
sebelum sampai ke laut. Perhitungan kapasitas saluran exsisting yang dianalisis hanya
saluran pada lokasi kajian, dimana karakteristik dan parameter saluran exsisting
diketahui berikut :
2.0000 h1
4.0000
2.0000 h2
b1
18.0000
b2
4.0000 3.0000 4.5000 3.0000 4.5000 3.0000 4.0000
26.0000
Keterangan :
H = Tinggi Saluran
B = Lebar Saluran
M = Kemiringan Saluran
48 | P T . M A N D A R A P E R M A I
Kontrol Saluran Existing :
a. Menghitung luas penampang saluran (A)
A = ( B + mh ) h
Bid 1 = ( 18 m x 1.1 m x 2 m ) + 2 m
= 40.44 m
Bid 2 = ( 3 m x 1.1 m x 2 m ) + 2 m
= 10.44 m
b. Menghitung Keliling Basah saluran (P)
P = B + 2H
Bid 1 = 18 + 2 x 2
= 23.98 m
Bid 2 =3 +2x2
= 8.98 m
c. Menghitung Jari - Jari Hidrolis saluran (R)
R =
Bid 1 =
= 1.686
Bid 2 =
= 1.16
yaitu
V = 1/n x R2/3 x S1/2
Bid 1 V =
= 3.023 m/detik
Bid 2 V =
= 2.35 m/detik
49 | P T . M A N D A R A P E R M A I
e. Menghitung kapasitas saluran (Q)
=AxV
Hasil perhitungan saluran exixting sebersa 147.2 m3/det mampu untuk menampung
curah hujan pada catchmen area dengan debit sebesar 63.2166 m3/det
Berdasarkan keputusan dari PTSP tentang izin saluran yang ada makan dibuat perhitungan
A = ( B + mh ) h
Bid = ( 12 m x 1.1 m x 2 m ) + 2 m
= 28.4 m
g. Menghitung Keliling Basah saluran (P)
P = B + 2H
Bid 2 = 12 + 2 x 2
= 17.94 m
h. Menghitung Jari - Jari Hidrolis saluran (R)
R =
50 | P T . M A N D A R A P E R M A I
Bid 2 =
= 1.58
i. Menghitung kecepatan rata-rata aliran pada saluran dengan rumus manning
yaitu
V = 1/n x R2/3 x S1/2
Bid 2 V =
= 2.89 m/detik
=AxV
Q = 28.4 x 2.89
= 82. 07 m3/detik
26.00
4.00
2.00
18.00
12.00
51 | P T . M A N D A R A P E R M A I
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
2. Saluran drainase pada jalan Gold Coast Boulevard Mediterania Pantai Indah Kapuk
direncanakan menapung debit buangan dari sekitarnya dengan luas catchmen area
sebesar 218536 m2
3. Debit banjir rencana degan curah hujan rencana 10 tahun sebesar 231.4 mm/jam
4. Debit banjir yang dapat ditampung oleh saluran Existing dengan lebar total 26 m
5. Saluran drainase existing pada jalan Gold Coast Boulevard Mediterania Pantai Indah
Kapuk denga debit banjir sebesar 147.2 m3/det masih mampu untuk menampung
6. Saluran drainase existing pada jalan Gold Coast Boulevard Mediterania Pantai Indah
Kapuk harus dipelihara kebersihannya dari sampah sehingga tidak mengurangi debit
52 | P T . M A N D A R A P E R M A I
53 | P T . M A N D A R A P E R M A I
Lampiran 1
Kondisi
Tipe Saluran
Baik Cukup Buruk
a. Saluran buatan :
3. Saluran batuan, tidak lurus & tidak beraturan 0,040 0,045 0,045
b. Saluran alam :
1. Bersih, lurus, tetapi tanpa pasir & tanpa celah 0,028 0,030 0,033
4. Aliran lambat, banyak tanaman & lubang dalam 0,060 0,070 0,080
c. Saluran dilapisi :
51 | P T . M A D A R A P E R M A I
Lampiran 1I
52 | P T . M A D A R A P E R M A I
Lampiran III
N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,4952 0,4996 0,5035 0,5070 0,5100 0,5128 0,5157 0,5181 0,5202 0,5220
20 0,5236 0,5252 0,5268 0,5283 0,5296 0,5309 0,5320 0,5332 0,5343 0,5353
30 0,5362 0,5371 0,5380 0,5388 0,5396 0,5403 0,5410 0,5418 0,5424 0,5436
40 0,5436 0,5442 0,5448 0,5453 0,5458 0,5463 0,5468 0,5473 0,5477 0,5481
50 0,5485 0,5489 0,5493 0,5497 0,5501 0,5504 0,5508 0,5511 0,5515 0,5518
60 0,5521 0,5524 0,5527 0,5530 0,5533 0,5535 0,5538 0,5540 0,5543 0,5545
70 0,5548 0,5550 0,5552 0,5555 0,5557 0,5559 0,5561 0,5563 0,5565 0,5567
80 0,5569 0,5570 0,5572 0,5574 0,5576 0,5578 0,5580 0,5581 0,5583 0,5585
90 0,5586 0,5587 0,5589 0,5591 0,5592 0,5593 0,5595 0,5596 0,5598 0,5599
100 0,5600 0,5602 0,5603 0,5604 0,5606 0,5607 0,5608 0,5609 0,5610 0,5611
53 | P T . M A D A R A P E R M A I
Lampiran IV
N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,9496 0,9676 0,9833 0,9971 1,0095 1,0206 1,0316 1,0411 1,0493 1,0565
20 1,0628 1,0696 1,0754 1,0811 1,0864 1,0915 1,0961 1,1004 1,1047 1,1080
30 1,1124 1,1159 1,1193 1,1226 1,1225 1,1285 1,1313 1,1339 1,1363 1,1388
40 1,1413 1,1436 1,1458 1,1480 1,1499 1,1519 1,1538 1,1557 1,1574 1,1590
50 1,1607 1,1623 1,1638 1,1658 1,1667 1,1681 1,1696 1,1708 1,1721 1,1734
60 1,1747 1,1759 1,1770 1,1782 1,1793 1,1803 1,1814 1,1824 1,1834 1,1844
70 1,1854 1,1863 1,1873 1,1881 1,1890 1,1898 1,1906 1,1915 1,1923 1,1930
80 1,1938 1,1945 1,1953 1,1959 1,1967 1,1973 1,1980 1,1987 1,1994 1,2001
90 1,2007 1,2013 1,2020 1,2026 1,2032 1,2038 1,2044 1,2049 1,2055 1,2060
100 1,2065 1,2069 1,2073 1,2077 1,2081 1,2084 1,2087 1,2090 1,2093 1,2096
54 | P T . M A D A R A P E R M A I
Lampiran V
Periode Ulang, Tr (tahun) Reduced variate YTr Periode Ulang, Tr (tahun) Reduced variate YTr
55 | P T . M A D A R A P E R M A I
Lamiran VI
2004.
56 | P T . M A N D A R A P E R M A I
Dokumen 1
Dokumen 2
57 | P T . M A D A R A P E R M A I
Dokumen 3
Dokumen 4
58 | P T . M A D A R A P E R M A I