Anda di halaman 1dari 98

PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perencanaan adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan yang
melibatkan berbagai unsur didalamnya guna pemanfaatan dan pengalokasian
sumber-sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial
dalam suatu lingkungan, wilayah atau daerah dalam jangka waktu tertentu. Pada
hakekatnya, perencanaan adalah rangkaian proses pemikiran dalam hal penentuan
lokasi, tipe, dan ukuran bangunan dengan segala kelengkapannya yang
diperlukan, sehingga dapat dibangun, dioperasikan, dan dirawat agar berfungsi
dengan baik sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan secara aman, kuat,
dan stabil terhadapa segala faktor yang berpengaruh terhadapa bangunan tersebut.
Bendung dibuat dengan maksud untuk menjaga debit air ketika curah hujan
meningkat agar dapat dikontrol sebelum meluap ke pemukiman sekitar sungai.
Bendung bermanfaat untuk mencegah banjir, mengukur debit sungai, untuk
mengairi irigasi persawahan sekitar daerah aliran sungai yang telah direncanakan
dan sebagai pembilas pada berbagai keadaan debit sungai.

Hampir di setiap wilayah Indonesia terdapat banyak sungai besar maupun


kecil yang menguasai hampir 80% hajat hidup masyarakat Indonesia, terutama
petani sebagai basis dasar negara agraris. Pertanian adalah suatu kegiatan
pembudidayaan tanaman yang diharapkan dapat memberikan nilai ekonomi.
Dalam hal ini dititik beratkan pada pertanian tanaman makanan pokok sebagian
besar mayarakat Indonesia yaitu padi (padi sawah).

Pada laporan ini sungai yang akan diamati dan dibuat bendung adalah
Sungai Sidilanitano berada di Kab. Tapanuli Utara. Sungai Sidilanitano memiliki
panjang  saluran 18,214 km dan luas DAS 89,415 km2.

1.2 Maksud Dan Tujuan


Maksud dari tugas ini adalah untuk merancang suatu bendung tetap dengan
dimensi yang memenuhi persyaratan hidraulik dan struktur secara benar dan aman
sesuai dengan aturan-aturan yang ada.

KELOMPOK 6 1
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

Dengan tujuan yang diharapkan dari tugas ini adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui proses dalam merancang suatu bendung tetap


b. Menambah pengtahuan tentang bangunan air, khususnya bendung dan
bagian-bagiannya
c. Menciptakan mahasiswa teknik sipil yang berkompetensi dalam bidang
keairan, khususnya dalam merancang bendung.

1.3 Lokasi Pekerjaan


Lokasi pembuatan bendung ini adalah Sungai Sidilanitano Kab. Tapanuli
Utara.

Gambar 1.1 Lokasi Pekerjaan

1.4 Ruang Lingkup Desain


Lokasi bendung dipilih berdasarkan data yang diberikan oleh dosen yang
bersangkutan dan atas pertimbangan beberapa aspek yaitu:
1. Keadaan Topografi
2. Kondisi Hidraulik dan Morfologi Sungai
3. Kondisi Tanah Pondasi
4. Biaya Pelaksanaan

KELOMPOK 6 2
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

1.5 Sistematika Laporan


Pada sub bab ini diberikan uraian singkat mengenai sistematika penulisan,
sehingga dapat diperoleh gambaran yang jelas mengenai hal-hal apa saja yang
akan diuraikan dalam bab-bab berikutnya.

Konsep dalam laporan ini, lebih ditekankan pada sistematika dan teknis
pelaksanaan dengan acuan teori-teori, referensi, aturan-aturan, dan hand out dari
Dosen yang mendukung terhadap perancangan yang akan dilakukan, yaitu
mengenai perancangan bangunan air (bendung) dalam rekayasa sipil dengan mutu
dan kualitas yang direncanakan.

Laporan Perancangan Bangunan Air ini disusun dalam 5 bab yaitu sebagai
berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab pertama berisi latar belakang dari pembuatan bendung, maksud dan
tujuan, lokasi pekerjaan, ruang lingkup desain, serta sistematika laporan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab kedua berisi mengenai teori-teori yang digunakan dalam perancangan


bangunan air, khusunya bendung.

BAB III METODOLOGI

Bab ketiga ini memuat data-data yang yang tersedia untuk dipakai dan
diolah pada perancangan bangunan air.

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI BENDUNG

Bab keempat yang memuat pengolahan data untuk mendapatkan desain


bendung dari data-data yang tersedia.

BAB V PENUTUP

Bab lima berisi kesimpulan dari desain bendung yang telah dibuat.

KELOMPOK 6 3
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisis Hidrologi


2.1.1 Siklus Hidrologi
Air di bumi melalui suatu siklus melalui serangkaian peristiwa yang
berlangsung terus-menerus, dimana kita tidak tahu kapan dan darimana
berawalnya dan kapan pula akan berakhirnya. Serangkaian peristiwa tersebut
disebut siklus hidrologi.

Gambar 2. 1 Siklus Hidrologi

2.1.2 Presipitasi
Presipitasi adalah istilah umum menyatakan uap air yang mengkondensasi
dan jatuh dari atmosfir ke bumi dalam segala bentuknya dalam rangkaian siklus
hidrologi. Jika air yang jatuh berbentuk cair disebut hujan (rainfall) dan jika
berupa padat disebut salju (snow). Dalam bagian ini, hanya akan dibahas tentang
hujan.

Kejadian hujan dapat dipisahkan menjadi dua grup, yaitu hujan aktual dan
hujan rencana. Kejadian hujan aktual adalah rangkaian data pengukuran di stasiun

KELOMPOK 6 4
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

hujan selama periode tertentu. Hujan rencana adalah hyterograph hujan yang
mempunyai karakteristik terpilih.

Karakteristik hujan yang perlu ditinjau dalam analisis dan perencanaan


hidrologi meliputi:

a. Intensitas i, adalah laju hujan= tinggi air persatuan waktu, misalnya


mm/menit, mm/jam, atau mm/hari.
b. Lama waktu (durasi) t, adalah panjang waktu dimana hujan turun
dalam menit atau jam.
c. Tinggi hujan d, adalah jumlah atau kedalaman hujan yang terjadi
selama durasi hujan dan dinyatakan dalam ketebalan air di atas
permukaan datar dalam mm.
d. Frekuensi adalah kejadian yang dinyatakan dengan kala ulang (return
period) T, misalnya sekali dalam 2 tahun.
e. Luas adalah luas geografis daerah sebaran hujan.

Tabel 2. 1 Derajat curah hujan dan intensitas curah hujan

Derajat curah Intensitas curah Kondisi


hujan hujan (mm/jam)
Hujan sangat <1,20 Tanah agak basah atau dibasahi sedikit
lemah
Hujan lemah 1,20-3,00 Tanah menjadi basah semuanya, tetapi
sulit membuat genangan air
Hujan normal 3,00-18,0 Dapat dibuat genangan air dan bunyi
hujan kedengaran
Hujan deras 18,00-60,0 Air tergenang di seluruh permukaan
tanah dan bunyi keras hujanHuk
terdengar berasal dari genangan
Hujan sangat >60,0 Hujan seperti ditumpahkan sehingga
deras saluran dan drainase meluap

KELOMPOK 6 5
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

2.1.2.1 Pengukuran Hujan


Secara umum alat penakar hujan dibedakan menjadi dua grup, yaitu penakar
hujan manual dan penakar hujan otomatis.

Penakar hujan manual menampung air hujan selama 24 jam. Alat ini terdiri
dari corong dan bejana. Ukuran diameter dan tinggi sangat bervariasi dari satu
negara dengan negara lainnya dan hasilnya tidak dapat diperbandingkan. Di
Indonesia alat yang paling banyak digunakan adalah penakar hujan “Hellmann”
dengan tinggi pemasangan 120 cm di atas permukaan tanah dan luas corong 200
cm².

Gambar 2. 2 Alat penakar hujan manual


Penakar hujan otomatis (ARR= Automatic Rainfall Resorder). Dengan alat
ini hujan tidak perlu dicatat tiap hari karena alat ini dilengkapi dengan pencatat
jumlah akumulasi hujan terhadap waktu dalam bentuk grafik. Ada tiga jenis alat
penakar hujan otomatis yaitu weighing bucket, tipping bucket, dan float.

KELOMPOK 6 6
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

Gambar 2. 3 Alat penakar hujan otomatis

2.1.3 Hujan Kawasan


Data hujan yang diperoleh dari alat penakar hujan merupakan hujan yang
terjadi hanya pada satu tempat atau titik saja, maka untuk kawasan yang luas satu
penakar hujan belum dapat menggambarkan hujan wilayah tersebut. Dalam hal ini
diperlukan hujan kawasan yang diperoleh dari harga rata-rata curah hujan
beberapa stasiun penakar hujan yang ada di dalam dan/atau di sekitar kawasan
tersebut.

Ada tiga macam cara yang dapat dipakai dalam menghitung hujan rata-rata
kawasan yaitu rata-rata aljabar, polygon Thiessen dan isohyet.

2.1.3.1 Rata-rata Aljabar


Merupakan metode paling sederhana dalam perhitungan hujan kawasan.
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa semua penakar hujan mempunyai
pengaruh yang setara. Cara ini cocok untuk kawasan dengan topografi rata atau
datar, alat penakar tersebut merata/hampir merata, dan harga individual curah
hujan tidak terlalu jauh dari harga rata-ratanya.

∑ P1
i=1
P=
n
2.1.3.2 Metode Polygon Thiessen
Metode ini dikenal juga sebagai metode rata-rata timbang. Cara ini
memberikan proporsi luasan daerah pengaruh os penakar hujan untuk

KELOMPOK 6 7
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

mengakomodasi ketidakseragaman jarak. Diasumsikan bahwa variasi hujan antara


pos yang satu dengan lainnya adalah linier dan bahwa sembarang pos dianggap
dapat mewakili kawasan terdekat. Cara ini cocok untuk daerah datar dengan lus
500-5.000 km² dan jumlah pos penakar hujan terbatas dibandingkan luasnya.

∑ Pi Ai
i=1
P= n

∑ Ai
i=1

dengan:

Pn = curah hujan yang tercatat di pos penakar hujan

An = luas areal poligon

n = banyaknya pos penakar hujan

2.1.3.3 Metode Isohyet


Metode ini merupaka metode paling akurat untuk memnentukan hajan rata-
rata, namun diperlukan keahlian dan pengalaman. Cara ini memperhitungkan
secara aktual pengaruh tiap-tiap pos penakar hujan. Metode isohyet cocok untuk
daerah berbukit dan tidak teratur dengan luas lebih dari 5.000 km².

P=∑ ¿ ¿¿
2.1.3.4 Cara Memilih Metode
Terlepas dari kelemahan dan kelebihan ketiga metode di atas, pemilohan
metode mana yang cocok dipakai pada suatu DAS dapat ditentukan dengan
mempertimbangkan factor jarring-jaring pos penakar hujan, luas dan topografi
DAS.

a. Jaring-jaring pos penakar hujan jumlah pos penakar hujan terbatas


Jumlah pos penakar hujan cukup Metode isohyet, Thiessen atau rata-rata
aljabar dapat dipakai
Jumlah pos penakar hujan terbatas Metode rata-rata aljabar atau Thiessen
Pos penakar hujan tunggal Metode hujan titik

KELOMPOK 6 8
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

b. Luas DAS
DAS besar (>5.000 km²) Metode isohyet
DAS sedang (500 s/d 5.000 km²) Metode Thiessen
DAS kecil (<500 km²) Metode rata-rata aljabar

c. Topografi DAS
Pegunungan Metode rata-rata aljabar
Dataran Metode Thiessen
Berbukui dan tidak beraturan Metode isohyet

2.1.4 Analisis Frekuensi dan Probabilitas


System hidrologi dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa yang luar biasa
(ekstrim), seperti hujan lebat, banjir, dan kekeringan. Berasan peristiwa ekstrim
berbanding terbalik dengan frekuensi kejadiannya, peristiwa yang luar biasa
ekstrim kejadiannya sangat langka.

Tujuan analisis frekuensi data hidrologi adalah berkaitan dengan besaran


peristiwa-peristiwa ekstrim yang berkaitan dengan frekuensi kejadiannya melalui
penerapan distribusi kemungkinan.

Frekuensi hujan adalah besarnya kemungkinan suatu besaran hujan disamai


atau dilampaui. Sebaliknya periode ulang adalah waktu hipotetik dimana hujan
dengan suatu besaran tertentu akan disamai atau dilampaui.

Ada dua macam seri data yang digunakan dalam analisis frekuensi yaitu
data maksimum tahunan dan data parsial.

a. Data maksimum tahunan tiap tahun hanya diambil satu besaran


maksimum yang dianggap berpengaruh pada analisis selanjutnya.
Jumlah data dalam seri akan sama dengan panjang data yang tersedia.
b. Seri parsial menetapkan suatu besaran tertentu sebagai batas bawah,
selanjutnya semua besaran data yang lebih besar dari batas bawah

KELOMPOK 6 9
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

tersebut diambil dan dijadikan bagian seri data untuk kemudian


dianalisis seperti biasa.
Dalam analisis frekuensi, hasil yang diperoleh tergantung pada kualitas dan
panjang data. Makin pendek data yang tersedia makin besar penyimpangan yang
terjadi. Dalam ilmu statistik dikenal beberapa macam distribusi frekuensi dan
empat jenis distribusi yang banyak digunakan dalam bidang hidrologi adalah
distribusi Normal, Log Normal, Log-Person III dan Gumbel.

2.1.4.1 Distribusi Normal


Distribusi normal atau kurva normal disebut pula distribusi Gauss. Fungsi
densitas peluang normal (PDF = probability densiry function) yang paling
dikenal adalah bentuk bell dan yang dikenal sebagai distribusi normal. PDF
distribusi data normal dapat dituliskan dalam bentuk rata-rata dan simpangan
bakunya, sebagai berikut:

1 −( x−µ )
P(X) = exp[ ] -∞ ≤ x ≤
σ √2π 2σ
2


P(X) = fungsi densiti peluang normal (ordinat kurva normal)

X = variabel acak kontinu

µ = rata-rata nilai X

σ = simpangan baku dari nilai X

luas kurva nominal selalu sama dengan satu unit persegi sehingga:

+∞ 2
1 −( x−µ )
P(- ∞ < X < ∞) = ∫ σ √2 π
exp ⁡[

2
]dx
−∞

Peluang nilai X antara X= x₁ dan X=x₂ adalah

P(x₁< X <x₂) =
x₂
−( x−µ)²
∫ σ √12 π exp[ 2σ ²
¿¿ ]dx ¿ ¿
x₁

Apabila nilai X adalah standar, nilai rata – rata µ =0 dan deviasi standar
(simpangan baku) σ =1,

KELOMPOK 6 10
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

−1
1 t²
P(t) = e2
√2 π 1
X−µ
t=
σ
dalam pemakaian praktis, umumnya rumus-rumus itu tidak digunakan secara
langsung karena telah dibuat tabel untuk keperluan perhitungan,

Xт = µ + Kтσ
dengan:

Xт = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-


tahunan

S = deviasi standar nilai variat

Kт = faktor frekuensi merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang dan
tipe model matematika distribusi peluang yang digunakan untuk
analisis peluang.

2.1.4.2 Distribusi Log Normal


Jika variable acak Y= log X terdistribusi secara normal, maka X dikatakan
mengikuti distribusi Log Normal. Untuk Log Normal bentuk rata-rata dan
simpangan bakunya dapat dituliskan dalam bentuk sebagai berikut:

1 −( y −µ ) ²
P(X) = exp[ ] X>0
σ √2π 2σ2
P(X) = peluang log normal

X = nilai variabel pengamatan

µ = nilai rata-rata populasi Y

σ = deviasi standar nilai variat Y

2.1.4.3 Distribusi Log Person III


Ada tiga parameter penting dalam Log Pearson III yaitu:

i) Harga rata-rata
ii) Simpangan baku
iii) Koefisien kemencengan

KELOMPOK 6 11
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

Catatan :

Jika koefisien kemencengan sama dengan nol, distribusi kembali ke


distribusi Log Normal.

Berikut ini langkah-langkah penggunaan distribusi Log Pearson III

1) Ubah data kedalam bentuk logaritmik


X = log X
2) Hitung harga rata-rata
n

Log Ẍ =
∑ log X 1
i=1
n
3) Hitung harga simpangan baku
n

s=[
∑ (logXi−iog Ẍ ) ² ^0,5
i=1
¿
n−1
4) Hitung koefisien kemencengan
n
n ∑ ( logXi−logẌ )
3

G= i=1

( n−1 )( n−2 ) s 3
5) Hitung logaritma hujan atau banjir dengan periode ulang T
Log Xт = log Ẍ + K.s
2.1.4.4 Distribusi Gumbel

Gumbel menggunakan harga ekstrim untuk menunjukan bahwa dalam deret


harga-harga ekstrim X₁, X₂, ..., Xn mempunyai fungsi distribusi eksponensial
ganda.
−a (X−h)
P(X) = e−e

Jika diambil Y = a(X – b), dengan Y disebut reduced varied, maka


−y
P(X) = e−e
Dimana e = bilangan alam = 2,7182818

Dengan mengambil dua kali harga logaritma dengan bilangan dasar e

KELOMPOK 6 12
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

1
X=
a
[ ab−ln {−lnP ( X ) }]
Hubungan antara periode ulang dengan dan probalilitas dapat dinyatakan
dalam persamaan

1
Tᵣ(X) =
1−P( X )

2.1.5 Curah Hujan Maksimum Harian Rata-rata


Perhitungan data hujan maksimum harian rata-rata DAS harus dilakukan
secara benar untuk analisis frekuensi data hujan. Dalam praktek sering kita jumpai
perhitungan yang kurang pas, yaitu dengan cara mencari hujan maksimum harian
setiap pos hujan dala satu tahun, kemudian dirata-ratakan untuk mendapatkan
hujan DAS. Cara ini tidak logis karena rata-rata hujan dilakukan atas hujan dari
masing-masing pos hujan yang terjadi pada hari yang berlainan. Hasilnya akan
jauh menyimpang dari yang seharusnya.

2.1.6 Analisis Laju Aliran Puncak


Ada bebrapa metode untuk memperkirakan laju aliran puncak (debit banjir).
Metode yang dipakai pada suatu lokasi lebih banyak ditentukan oleh ketersediaan
data. Dalam praktek perkiraan debit banjir dilakukan dengan beberapa metode dan
debit banjir rencana ditentukan berdasarkan pertimbangan teknis. Secara umum
metode yang dipakai adalah Metode Rasional, Nakayashu, Hasper dan Snyder.

2.1.6.1 Metode Nakayasu


Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Nakayasu merupakan suatu cara untuk
mendapatkan hidrograf banjir rancangan dalam suatu DAS. Untuk membuat suatu
hidrograf banjir pada sungai, perlu dicari karakteristik atau parameter daerah
pengaliran tersebut. Adapun karakteristik tersebut adalah:

a. Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak hidrograf (time


to peak magnitute).
b. Tenggang waktu dari titik berat hujan sampai titik berat hidrograf
(time log).
c. Tenggang waktu hidrograf (time base of hydrograf ).

KELOMPOK 6 13
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

d. Luas daerah pengaliran.


e. Panjang alur sungai utama (lenght of the longest channel).
Persamaan Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu:

A . Ro
Qp ¿
3,6(0,3 Tp+T 0,3)
dimana:

Qp = debit puncak banjir (m3/detik)

Ro = hujan satuan (mm)

Tp = tenggang waktu (time log) dari permulaan hujan sampai puncak banjir
(jam).

T0,3 = waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari debit puncak sampai
menjadi 30% dari debit puncak (jam).

Gambar 2. 4 Hidrohgraf Satuan Sintetik Nakayashu


2.1.7.2 Metode Rasional
Metode untuk memperkirakan laki aliran permukaan puncak yang umu
dipakai adalah merode rasional. Metode ini sangat simple dan mudah
penggunaanya, namun penggunaannya terbatas untuk DAS-DAS dengan ukuran
kecil, yaitu kurang dari 300 ha. Karena medel ini merupakan model kotak hitam
maka tidak dapat menerangkan hubungan curah hujan dan aliran permukaan
dalam bentuk hidrograf.

KELOMPOK 6 14
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

Persamaan matematik model Rasional dinyatakan dakam bentuk:

Qp= 0,002778CIA
Dimana:

Qp = laju aliran permukaan (mᵌ/detik)

C = koefisien aliran permukaan (0≤C≤1)

I = intensitas hujan (mm/jam)

A = luad DAS dalam hektar

2.1.7.3 Metode Hasper


QT= α.β.q.f
Dimana:

α = koefisien pengaliran

β = koefisien reduksi

q = intensitas hujan yang diperhitungkan (mᵌ/km²)

f = luas daerah pengaliran

QT = debit dengan kemungkinan ulang T tahun

2.1.7.4 Metode Snyder


Gupta pada tahun 1989 (dalam Triatmodjo 2006) empat parameter yaitu
waktu kelambatan, aliran puncak, waktu dasar, dan durasi standar dari hujan
efektif untuk hidrograf satuan dikaitkan dengan geometri fisik dari DAS dengan
hubungan berikut.

Tp = Ct (L Lc)^0,3
Qp = Cp A / tp
T = 3 + (tp/ 8)
TD = tp/ 5,5
Apabila durasi hujan efektif tr tidak sama dengan durasi standar tD, maka:

TpR = tp+ 0,25 (tr- tD)

KELOMPOK 6 15
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

QpR = Qp tp/ tpR


dengan:

tD = durasi standar dari hujan efektif (jam)

tr = durasi hujan efektif (jam)

tp = waktu dari titik berat durasi hujan efektif tD ke puncakhidrograf satuan


(jam)

tpR = waktu dari titik berat durasi hujan tr ke puncak hidrograf satuan (jam)

T = waktu dasar hidrograf satuan (hari)

Qp = debit puncak untuk durasi tD

QpR = debit puncak untuk durasi tr

L = panjang sungai utama terhadap titik kontrol yang ditinjau (km)

Lc = jaraj antara titik kontrol ke titik yang terdekat dengan titik berat DAS
(km)

A = luas DAS (km2)

Ct = koefisien yang tergantung kemiringan DAS, yang bervariasi dari 1,4


sampai 1,7

Cp = koefisien yang tergantung pada karakteristik DAS, yang bervariasi


antara 0,15 sampai 0,19

2.2 Kebutuhan Air Irigasi


Kebutuhan air irigasi adalah besarnya debit air yang akan dipakai untuk
mengairi lahan di daerah irigasi. Debit air yang yang akan mengairi sawah
dihitung menggunakan neraca air. Data yag digunakan dalam perhitungan
kbebutuhan air irigasi adalah :

a. Data curah hujan bulanan (mm)


b. Data klimatologi, yang meliputi :

KELOMPOK 6 16
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

i) Temperatur bulanan rata-rata (°C)


ii) Kecepatan angin rata-rata (m/dt)
iii)Kelembaban udara relatif rata-rata (%)
iv)Lamanya penyinaran matahari (%)

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan air adalah jenis tanaman, cara


pemberian air, jenis tanah, cara pengolahan, pemeliharaan saluran serta bangunan,
besarnya curah hujan,waktu penanaman, pengolahan tanah dan klimatologi

2.2.1 Kebutuhan Air untuk Penyiapan Lahan


Kebutuhan air untuk pengolahan tanah tergantung daribesarnya penjenuhan,
lama pengolahan (periode pengolahan), dan besarnya evapotranspirasi dan
perkolasi yang terjadi. Besarnya kebutuhan air selama penyiapan lahan dihitung
berdasarkan persamaan, sebagai berikut:

k
Me
IR= k
(e −1)
IR = kebutuhan ai ditingkat persawahan

Mek = kebutuhan untuk mengganti air yang hilang akibat evaporasi dan
perkolasi di sawah = Eo + P

Eo = Evaporasi selama persiapan lahan = 1.1 x Eto

M ×T
k =
S

T = jangka waktu persiapan lahan (hari)

S = air yang dibutuhkan untuk penjenuhan ditambah dengan 50 mm

2.2.2 Kebutuhan Air untuk Pertumbuhan


Kebutuhan air untuk pertumbuhan tergantung dari jenis tanaman, periode
pertumbuhan, faktor jenis tanah, iklim, luas area, dan topografi. Untuk
perhitungan kebutuhan air dipakai ata iklim setempat melalui :

KELOMPOK 6 17
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

a) Intensitas curah hujan (mm/jam)


b) Kelembaban (%)
c) Temperatur (°C)
d) Kecepatan angin (mm/dt)
e) Curah hujan (mm)

Metode perhitungan evapotranspirasi untuk mendapatkan kebutuhan air bagi


pertumbuhan, yaitu Metode Penman Modifikasi. Metode ini digunakan untuk
mencari harga evaporasi dari rumput berdasarkan data klimatologi yang kemudian
untuk mendaptakan harga evapotranspirasi harus dikalikan dengan faktor
pertumbuhan. Persamaan yang digunakan, sebagai berikut:

E¿ =B ( H i−H 0 ) + ( 1+ B ) Ea
Dimana:

ET0 = Evapotranspirasi potensial (mm/hari)

B = perbandingan energi evaporasi dgn energi budget

Hi = faktor radiasi datang (mm/hari)

Ho = faktor radiasi keluar (mm/hari)

Ea = faktor aerodinamik (mm/hari)

1) Faktor Radiasi Datang (Hi)

H i=Ra(1−r)(a1 +a2 Z )
Ra = radiasi gelombang pendek (dari tabel berdasarkan letak lintang)
r = koefisien refleksi, untuk tumbuhan 0.15 < r < 0.25
Z = n/N = perbandingan penyinaran matahri sesungguhnya dengan
penyinara maksimum

2) Fator Radiasi Keluar (Ho)

H 0=STa ( a 3−a 4 ed ) ( a5 +a 6 Z )
4 0.5

Sta = radiasi gelombang panjang (tabel)


ed = tekanan uap udara jenuh yang sebenarnya

KELOMPOK 6 18
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

Z = penyinaran matahari rata-rata


h = kelembaban udara relatif
3) Faktor Aerodinamik (Ea)

Ea=a7 (e a−ed )(a8 +a 9 U 2 )


U2 = kecepatan angin rata-rata pada ketinggian 2 m diatas permukaan
tanah (km/jam)

4) Perbandingan Energi Evaporasi dan Energi Budget (B)

D
B=
D+G
D = sudut tekanan uap jenuh pada suhu Ta
G = Konstanta Physometric = 0.66 P
P = tekanan atmosfir rata-rata = 1013 – 0.115 Y
Y = elevasi titik tinjau
Konstanta Penman

Konstanta refleksi/pantulan (r)

2.2.3 Penggunaan Konsumtif


Penggunaan konsumtif air oleh tanaman disetimasi berdasarkan metode
empiris dengan rumus, sebagai berikut:

KELOMPOK 6 19
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

Etc =K c × E¿
Dengan:

Etc = evapotranspirasi tanaman (mm/hari)

Eto = evapotranspirasi tanaman acuan (mm/hari)

Kc = koefisien tanaman

2.2.4 Perkolasi
Besarnya laju perkolasi tergantung pada sifat-sifat tanah, yaitu keadaan
tekstur tanah, periode pertumbuhan, kedalaman air tanah, topografi, permeabilitas
tanah, cara bercocok tanam, dan kedalaman lapisan kedap air.

2.2.5 Curah Hujan Efektif


Curah hujan efektif adalah curah hujan yang jatuh selama masa
pertumbuhan tanaman yang dapat dipergunakan untuk memenuhi air konsumtif.

2.2.6 Debit Andalan


Debit andalan dihitung berdasarkan data debit aliran rendah, dengan
panjang data minimal 20 tahun, debit andalan dibutuhkan untuk menilai luas
daerah potensial yang dapat diairi dari sungai yang bersangkutan. Perhitungan
debit rendah andalan dengan periode ulang yang diperlukan (biasanya 5 tahun),
dibutuhkan untuk menilai luas daerah potensial yang dapat diairi dari sungai yang
bersangkutanadalah penting untuk memperkirakan debit ini seakurat mungkin.
Cara terbaik untuk memenuhi persyaratan ini adalah dengan melakukan
pengukuran debit (atau membaca papan duga) tiap hari. Jika tidak tersedia data
mengenai muka air dan debit, maka debit rendah harus di hitung berdasarkan
curah hujan dan data limpasan air hujan dari daerah aliran sungai.

KELOMPOK 6 20
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

2.2.7 Neraca Air


Neraca air (water balance) seluruh sungai harus dibuat guna
mempertimbangkan perubahan alokasi/penjatahan air akibat dibuatnya bangunan
utama. Hak atas air, penyadapan air di hulu dan hilir sungai pada bangunan
bendung serta kebutuhan air di masa datang, harus ditinjau kembali.

2.3 Bendung
Bendung adalah suatu bangunan air dengan kelengkapan yang dibangun
melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat untuk meninggikan taraf muka
air sehingga air dapat disadap dan dialirkan secara gravitasi ke tempat yang
membutuhkannya.

Bendung berfungsi antara lain untuk meninggikan taraf muka air, agar air
sungai dapat disadap sesuai dengan kebutuhan dan untuk mengendalikan aliran,
angukan sedimen dan geometri sungai sehingga air dapat dimanfaatkan secara
aman, efektif, efisien, dan optimal.

2.3.1 Data-data Untuk Perencanaan Bangunan Utama


Data-data yang dibutuhkan untuk perencanaan bangunan utama dalam suatu
jaringan irigasi adalah:

2.3.1.1 Data kebutuhan air multi sektor


Merupakan data kebutuhan air yang diperlukan dan meliputi jumlah air
yang diperlukan untuk irigasi pertanian, jumlah kebutuhan air minum, jumlah
kebutuhan air baku untuk rumah tangga penggelontoran limbah kota dan air untuk
stabilitas aliran sungai dan kehidupan biota alami.
Data-data jumlah kebutuhan air yang diperlukan adalah sebagai berikut:
a. Jumlah kebutuhan air irigasi pada saat kebutuhan puncak dari irigasi
untuk luas potensial irigasi dengan pembagian golongan atau tanpa
golongan.
b. Jumlah kebutuhan air minum dengan proyeksi kebutuhan 25 tahun
kedepan dengan mempertimbangkan kemungkinan perluasan kota,

KELOMPOK 6 21
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

pemukiman dan pertumbuhan penduduk yang didapat dari institusi


yang menangani air minum.
c. Jumlah kebutuhan air baku untuk industri terutama kawasan-kawasan
industri dengan perkiraan pertumbuhan industri 10%.
d. Jumlah kebutuhan air untuk penggelontoran limbah perkotaan pada
saluran pembuang perkotaan.
e. Jumlah kebutuhan air untuk stabilitas aliran sungai dan kehidupan biota
air (dalam rangka penyiapan OP bendung).

2.3.1.2 Data topografi


Peta yang meliputi seluruh daerah aliran sungai peta situasi untuk letak
bangunan utama, gambar-gambar potongan memanjang dan melintang sungai di
sebelah hulu maupun hilir dari kedudukan bangunan utama.
Data-data topografi yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
a. Peta Rupa Bumi sebagai peta dasar dengan skala 1:50.000 atau lebih
besar yang menunjukkan hulu sungai sampai muara. Garis-garis
ketinggian (kontur) setiap 25 m sehingga dapat diukur profil
memanjang sungai dan luas daerah aliran sungainya. Dalam hal tidak
tersedia peta rupa bumi 1:50.000 maka dapat dipergunakan peta satelit
sebagai informasi awal lokasi bangunan dan informasi lokasi daerah
studi. Namun demikian peta satelit ini tidak bisa menggantikan peta
rupa bumi skala 1:50.000.
b. Peta situasi sungai di mana ada rencana bangunan utama akan dibuat.
Peta ini sebaiknya berskala 1:2.000. Peta itu harus meliputi jarak 1 km
ke hulu dan 1 km ke hilir dari bangunan utama, dan melebar 250 dari
masing-masing tepi sungai termasuk bantaran sungai. Garis ketinggian
setiap 1,0 m, kecuali di dasar sungai garis ketinggian setiap 0,50 m.
Peta itu harus mencakup lokasi alternatif yang sudah diidentifikasi serta
panjang yang diliput harus memadai agar dapat diperoleh infomasi
mengenai bentuk denah sungai dan memungkinkan dibuatnya
sodetan/kopur dan juga untuk merencana tata letak dan trase tanggul
penutup. Peta itu harus mencantumkan batas-batas yang penting, seperti
batas-batas desa, sawah dan seluruh prasarananya. Harus ditunjukkan

KELOMPOK 6 22
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

pula titik-titik tetap (Benchmark) yang ditempatkan di sekiar daerah


yang bersangkutan, lengkap dengan koordinat dan elevasinya.
c. Gambar potongan memanjang sungai dengan potongan melintang setiap
50 m. Potongan memanjang skala horisontalnya 1:2000; skala
vertikalnya 1:200. Skala untuk potongan melintang 1:200 horisontal
dan 1:200 vertikal. Panjang potongan melintangnya adalah 50 m tepi
sungai. Elevasi akan diukur pada jarak maksimum 25 m atau untuk
beda ketinggian 0,25 m tergantung mana yang dapat Dalam potongan
memanjang sungai, letak pencatat muka air otomatis (AWLR) dan
papan duga harus ditunjukkan dan titik nolnya harus diukur.
d. Pengukuran situasi bendung dengan skala 1:200 atau 1:500 untuk areal
seluas kurang lebih 50 ha (1.000 x 500 m2). Peta tersebut harus
memperlihatkan bagian-bagian lokasi bangunan utama secara lengkap,
termasuk lokasi kantong lumpur dan tanggul penutup dengan garis
ketinggian setiap 0,25 m. Foto udara jika ada akan sangat bermanfaat
untuk penyelidikan lapangan. Apabila foto udara atau citra satelit dari
berbagai tahun pengambilan juga tersedia, maka ini akan lebih
menguntungkan untuk penyelidikan perilaku dasar sungai. Bangunan
yang ada di sungai di hulu dan hilir bangunan utama yang direncanakan
harus diukur dan dihubungkan dengan hasil-hasil pengukuran bangunan
utama.

2.3.1.3 Data hidrologi


Data aliran sungai yang meliputi data banjir yang andal. Data ini harus
mencakup beberapa periode ulang, daerah hujan, tipe tanah dan vegetasi yang
terdapat di daerah aliran. Elevasi tanah dan luas lahan yang akan didrain menyusut
luas.

2.3.1.4 Data morfologi:


Kandungan sedimen, kandungan sedimen dasar (bedload) maupun layang
(suspended load) termasuk distribusi ukuran butir, perubahan-perubahan yang
terjadi pada dasar sungai, secara horisontal maupun vertikal, unsur kimiawi
sedimen.

KELOMPOK 6 23
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

Konstruksi bangunan bendung di sungai akan mempunyai 2 konsekuensi


(akibat) terhadap morfologi sungai yaitu:
a. Konstruksi itu akan mengubah kebebasan gerak sungai ke arah
horisontal
b. Konsentrasi sedimen akan berubah karena air dan sedimen dibelokkan,
dari sungai dan hanya sedimennya saja yang akan digelontorkan
kembali ke sungai.
a) Morfologi
Data-data fisik yang diperlukan dari sungai untuk perencanaan bendung
adalah:
i) Kandungan dan ukuran sedimen disungai tersebut
ii) Tipe dan ukuran sedimen dasar yang ada
iii) Pembagian (distribusi) ukuran butir dari sedimen yang ada
iv) Banyaknya sedimen dalam waktu tertentu
v) Pembagian sedimen secara vertikal dalam sungai.
vi) Floating debris.
b) Data historis profil melintang sungai dan gejala terjadinya degradasi
dan agradasi sungai dimana lokasi bendung direncanakan dibangun.

2.3.1.5 Data geometri sungai


Berupa bentuk dan ukuran dasar sungai terdalam, alur palung dan lembah
sungai secara vertikal dan horisontal mencakup parameter-parameter yang disebut
di bawah.
i) lebar
ii) kemiringan
iii) ketinggian

Profil sungai, mencakup profil dasar, tebing alur dan palung sungai. Data
tersebut merupakan data topografi (lihat uraian Data Topografi).

2.3.1.6 Data geologi


Kondisi umum permukaan tanah daerah yang bersangkutan, keadaan
geologi lapangan, kedalaman lapisan keras, sesar, kelulusan (permeabilitas) tanah,
bahaya gempa bumi, parameter yang harus dipakai.

KELOMPOK 6 24
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

Geologi permukaan suatu daerah harus diliput pada peta geologi


permukaan. Skala peta yang harus dipakai adalah:
i) Peta daerah dengan skala 1:100.000 atau 1:50.000
ii) Peta semidetail dengan skala 1:25.000 atau 1:5.000
iii) Peta detail dengan skala 1:2.000 atau 1:100.

Peta-peta tersebut harus menunjukkan geologi daerah yang bersangkutan,


daerah pengambilan bahan bangunan, detail-detail geologis yang perlu diketahui
oleh perekayasa, seperti: tipe batuan, daerah geser, sesar, daerah pecahan, jurus
dan kemiringan lapisan. Berdasarkan pengamatan dari sumuran dan paritan uji,
perubahan-perubahan yang terjadi dalam formasi tanah maupun tebal dan derajat
pelapukan tanah penutup (overburden) harus diperkirakan. Dalam banyak hal,
pemboran mungkin diperlukan untuk secara tepat mengetahui lapisan dan tipe
batuan.

Hal ini sangat penting untuk pondasi bendung perlu untuk mengetahui
kekuatan pondasi maupun tersedianya batu di daerah sekitar untuk menentukan
lokasi bendung itu sendiri, dan juga untuk keperluan bahan bangunan yang
diperlukan, seperti misalnya agregat untuk beton, batu untuk pasangan atau untuk
batu candi, pasir dan kerikil. Untuk memperhitungkan stabilitas bendung,
kekuatan gempa perlu diketahui.

2.3.1.7 Data mekanika tanah


Bahan pondasi, bahan konstruksi, sumber bahan timbunan, batu untuk
pasangan batu kosong, agregat untuk beton, batu belah untuk pasangan batu,
parameter tanah yang harus digunakan.
Cara terbaik untuk memperoleh data tanah pada lokasi bangunan bendung
ialah dengan menggali sumur dan parit uji, karena sumuran dan paritan ini akan
memungkinkan diadakannya pemeriksaan visual dan diperolehnya contoh tanah
yang tidak terganggu. Apabila pemboran memang harus dilakukan karena adanya
lapisan air tanah atau karena dicatat dalam borlog. Kelulusan tanah harus
diketahui agar gaya angkat dan perembesan dapat diperhitungkan.

KELOMPOK 6 25
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

i) Standar untuk perencanaan: peraturan dan standar yang telah ditetapkan


secara nasional, seperti PBI beton, daftar baja, konstruksi kayu
Indonesia, dan sebagainya.
ii) Data lingkungan dan ekologi

2.3.1.8 Data elevasi bendung


Sebagai hasil perhitungan muka air saluran dan dari luas sawah yang diairi.

2.3.2 Bangunan Utama Bendung


Menurut standar tata cara perencanaan umum bendung, yang diartikan
dengan bendung adalah suatu bangunan air dengan kelengkapannya yang di
bangun melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat untuk meninggikan
muka air sungai agar bisa disadap dan dialirkan secara gravitasi ke tempat yang
membutuhkannya. Sedangkan bangunan air adalah setiap pekerjaan sipil yang
dibangun dibadan sungai untuk berbagai keperluan.
Bangunan Utama adalah bangunan air (hydraulic structure) yang terdiri
dari bagian-bagian: bendung (weirstructure), bangunan pengelak (diversion
structure), bangunan pengambilan (intake structure), bangunan pembilas
(flushing structure) dan bangunan kantong lumpur (sediment trap structure).
Fungsi utama dari bangunan utama/bendung adalah untuk meninggikan
elevasi muka air dari sungai yang dibendung sehingga air bisa disadap dan
dialirkan ke saluran lewat bangunan pengambilan (intake structure).
Jenis-jenis Bendung :

a) Berdasarkan Cara Operasi


 Bendung tetap, yaitu bendung yang tinggi mercunya tetap sehingga
muka air tidak bisa diatur lagi
 Bendung Gerak, yaitu bendung yang tinggi mercunya dapat diatur
 Kombinasi keduanya, yaitu bendung gerak diletakkan diatas bendung
tetap.
b) Berdasarkan Segi Kegunaan
 Bendung Sementara

KELOMPOK 6 26
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

 Bendung Semi Permanen


 Bendung Permanen

2.3.3 Bangunan Pelengkap Bendung


Konstruksi sebuah bendung memiliki bagian-bagian tertentu. Bagian-
bagian ini menopang seluruh konstruksi bendung. Setiap bagian memiliki detail
dan fungsi yang khusus. Bagian-bagian inilah yang akan bekerja agar operasional
suatu bendung dapat berjalan dengan baik. Bagian-bagian dari konstruksi secara
umum, yaitu :
1. Tubuh Bendung
Tubuh bendung merupakan struktur utama yang berfungsi untuk
membendung laju aliran sungai dan menaikkan tinggi muka air sungai dari elevasi
awal.Bagian ini biasanya terbuat dari urugan tanah, pasangan batu kali, dan
bronjong atau beton. Tubuh bendung umumnya dibuat melintang pada aliran
sungai.
2. Pintu air (gates)
Pintu air merupakan struktur dari bendung yang berfungsi untuk mengatur,
mengatur, membuka, dan menutup aliran air di saluran baik yang terbuka maupun
tertutup. Bagian yang penting dari pintu air adalah :
a. Daun pintu (gate leaf) adalah bagian dari pintu air yang menahan tekanan air
dan dapat digerakan untuk membuka, mengatur, dan menutup aliran air.
b. Rangka pengatur arah gerakan (guide frame) adalah alur dari baja atau besi
yang dipasang masuk ke dalam beton yang digunakan untuk menjaga agar
gerakan dari daun pintu sesuai dengan yang direncanakan.
c. Angkur (anchorage) adalah baja atau besi yang ditanam di dalam beton dan
digunakan untuk menahan rangka pengatur arah gerakan agar dapat
memindahkan muatan dari pintu air ke dalam konstruksi beton.
d. Hoist adalah alat untuk menggerakan daun pintu air agar dapat dibuka dan
ditutup dengan mudah.
3. Pintu pengambilan (intake)
Pintu pengambilan berfungsi mengatur banyakan air yang masuk saluran
dan mencegah masuknya benda-benda padat dan kasar ke dalam saluran. Pada

KELOMPOK 6 27
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

bendung, tempat pengambilan bisa terdiri dari dua buah, yaitu kanan dan kiri, dan
bisa juga hanya sebuah, tergantung dari letak daerah yang akan diairi. Bila tempat
pengambilan dua buah, menuntut adanya bangunan penguras dua buah pula.
Kadang-kadang bila salah satu pintu pengambilan debitnya kecil, maka
pengambilannya lewat gorong-gorong yang di buat pada tubuh bendung. Hal ini
akan menyebabkan tidak perlu membuat dua bangunan penguras dan cukup satu
saja.
4. Kolam peredam energi
Bila sebuah konstruksi bendung dibangun pada aliran sungai baik pada
palung maupun pada sodetan, maka pada sebelah hilir bendung akan
menimbulkan gerusan setempat (local scauring). Untuk meredam kecepatan yang
tinggi itu, dibuat suatu konstruksi peredam energi. Bentuk hidrolisnya adalah
merupakan suatu bentuk pertemuan antara penampang miring, penampang
lengkung, dan penampang lurus. Secara garis besar konstruksi peredam energi
dibagi menjadi 4 (empat) tipe, yaitu:
5. Pintu penguras
Penguras ini biasanya berada pada sebelah kiri atau sebelah kanan bendung
dan kadang-kadang ada pada kiri dan kanan bendung. Hal ini disebabkan letak
daripada pintu pengambilan. Bila pintu pengambilang terletak pada sebelah kiri
bendung, maka penguras pun terletak pada sebelah kanan pula. Sekalipun kadang-
kadang pintu pengambilan lewat ada dua buah, mungkin saja bangunan penguras
cukup satu hal ini terjadi bila salah satu pintu pengambilan lewat tubuh bendung.
Pintu penguras ini terletak antara dinding tegak sebelah kiri atau kanan bendung.
Pintu penguras ini terletak antara dinding tegak sebelah kiri atau sebelah kanan
bendung pilar atau kanan bendung dengan pilar, atau antara pilar dengan pilar.
Lebar pilar antara 1,00 sampai 2,50 meter tergantung konstruksi apa yang dipakai.
Pintu penguras ini berfungsi untuk menguras bahan-bahan endapan yang ada pada
sebelah udik pintu tersebut. Untuk membilas kandungan sedimen dan agar pintu
tidak tersumbat, pintu tersebut akan dibuka setiap harinya selama kurang lebih 60
menit. Bila ada benda-benda hanyut mengganggu eksploitasi pintu penguras,
sebaiknya dipertimbangkan untuk membuat pintu menjadi dua bagian, sehingga
bagian atas dapat diturunkan dan benda-benda hanyut dapat lewat diatasnya.

KELOMPOK 6 28
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

2.3.5 Jenis-jenis Bendung


Berdasarkan tipe strukturnya, bendung dapat dibedakan atas :

A. Bendung Tetap
Bangunan air ini dengan kelengkapannya dibangun melintang sungai atau
sudetan, dan sengaja dibuat untuk meninggikan muka air dengan ambang tetap,
sehingga air sungai dapat disadap dan dialirkan secara gravitasi ke jaringan
irigasi. Kelebihan airnya dilimpahkan ke hilir dengan terjunan yang dilengkapi
dengan kolam olak dengan maksud untuk meredam energi.
Dua tipe bendung tetap:
a. Ambang tetap yang lurus dari tepi ke tepi sungai
b. Ambang tetap yang berbelok-belok seperti gigi gergaji
B. Bendung Gerak Vertikal

Bendung ini terdiri dari tubuh bendung dengan ambang tetap yang rendah
dilengkapi dengan pintu-pintu yang dapat digerakkan vertikal maupun radial. Tipe
ini mempunyai fungsi ganda, yaitu mengatur tinggi muka air di hulu bendung
kaitannya dengan muka air banjir dan meninggikan muka air sungai kaitannya
dengan penyadapan air untuk berbagai keperluan.

Tipe bendung gerak dibedakan dari bentuk pintu-pintunya:

a. Pintu geser atau sorong, banyak digunakan untuk lebar dan tinggi bukaan yang
kecil dan sedang
b. Pintu radial, memiliki daun pintu berbentuk lengkung (busur) dengan lengan
pintu yang sendinya tertanam pada tembok sayap atau pilar
C. Bendung karet/bendung gerak horisontal
Bendung karet memiliki 2 (dua) bagian pokok, yaitu:
a. Tubuh bendung yang terbuat dari karet
b. Pondasi beton berbentuk plat beton sebagai dudukan tabung karet, serta
dilengkapi satu ruang kontrol dengan beberapa perlengkapan (mesin) untuk
mengontrol mengembang dan mengempisnya tabung karet.

KELOMPOK 6 29
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

Bendung ini berfungsi meninggikan muka air dengan cara mengembungkan


tubuh bendung dan menurunkan muka air dengan cara mengempiskannya.Tubuh
bendung yang terbuat dari tabung karet dapat diisi dengan udara atau air. Proses
pengisian udara atau air dari pompa udara atau air dilengkapi dengan instrumen
pengontrol udara atau air (manometer).

Catatan: Penggunaan bendung karet di Indonesia harus dipertimbangkan dengan


matang, mengingat suhu udara yang tinggi yang berpengaruh pada sifat fisik
karet, serta banyaknya batang pohon dan bambu yang terbawa aliran banjir yang
dapat merobek bendung karet tsb.

D. Bendung saringan bawah

Bendung ini berupa bendung pelimpah yang dilengkapi dengan saluran


penangkap dan saringan. Bendung ini banyak dibangun di daerah pegunungan
dimana banyak batu-batu besar yang terbawa aliran banjir, yang dapat
membahayakan stabilitas bendung. Bendung ini meloloskan air lewat saringan
dengan membuat bak penampung air berupa saluran penangkap melintang sungai
dan mengalirkan airnya ke tepi sungai untuk dibawa ke jaringan irigasi.
Operasional di lapangan dilakukan dengan membiarkan sedimen dan batuan
meloncat melewati bendung, sedang air diharapkan masuk ke saluran penangkap.
Sedimen yang tinggi diendapkan pada saluran penangkap pasir yang secara
periodik dibilas masuk sungai kembali.

E. Bendung tipe gergaji

Bendung tipe gergaji diperlukan bila panjang ambang tidak mencukupi,


karena lebar sungai yang kecil, tetapi debit airnya besar. Kriteria penerapan
bendung tipe gergaji:

i) Debit relatif stabil


ii) Tidak membawa material terapung berupa batang-batang pohon
iii)Efektivitas panjang bendung gergaji terbatas pada kedalaman air pelimpasan
tertentu.

Catatan: Penjelasan di atas agak bertolak belakang, sehingga penerapan


bendung tipe ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

KELOMPOK 6 30
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

F. Pompa

Tipe pompa berdasarkan sumber tenaganya:

i) Pompa air yang digerakkan oleh tenaga manusia (pompa tangan)


ii) Pompa air dengan penggerak tenaga air (Pompa hidram)
iii) Pompa air dengan penggerak berbahan bakar minyak
iv) Pompa air dengan penggerak tenaga listrik.

Pompa digunakan bila permukaan air sungai berada di bawah permukaan


sawah yang akan diairi, sedangkan pengambilan air relatif sedikit dibandingkan
dengan lebar sungai. Dengan instalasi pompa pengambilan air dapat dilakukan
dengan mudah dan cepat.

Kelemahannya: penggunaan pompa memerlukan biaya operasi dan


pemeliharaan cukup mahal, karena memerlukan bahan bakar atau tenaga listrik.

G. Pengambilan bebas

Pengambilan bebas dilakukan langsung dari sungai dengan meletakkan


bangunan pengambilan yang tepat ditepi sungai, yaitu pada tikungan luar dan
tebing sungai yang kuat atau massive. Bangunan pengambilan ini dilengkapi
pintu, ambang rendah dan saringan yang pada saat banjir pintu dapat ditutup
supaya air banjir tidak meluap ke saluran induk. Pengambilan bebas
dimungkinkan, jika tinggi muka air di sungai sudah cukup untuk dialirkan secara
gravitasi ke saluran utama.

H. Bangunan perkuatan sungai

Bangunan perkuatan sungai dimaksudkan untuk melindungi bangunan


terhadap kerusakan akibat penggerusan dan sedimentasi. Bangunan tersebut
umumnya berupa krib, matras batu, pasangan batu kosong, atau dinding pengarah.
Tanggul banjir untuk melindungi lahan yang berdekatan terhadap genangan akibat
banjir. Saringan bongkah untuk melindungi pengambilan atau pembilas, agar
bongkahan batu besar tidak menyumbat bangunan selama terjadi banjir. Tanggul
penutup untuk menutup bagian sungai lama atau, bila bangunan bendung dibuat di
kopur, untuk mengelakkan sungai melalui bangunan tersebut.

KELOMPOK 6 31
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

I. Bangunan pelengkap
i) Pengukuran debit dan muka air di sungai maupun di saluran;
ii) Rumah untuk pengoperasian pintu air;
iii) Peralatan komunikasi, tempat berteduh serta perumahan untuk tenaga
operasional, gudang dan ruang kerja untuk kegiatan operasional dan
pemeliharaan;
iv) Jembatan di atas bendung, agar seluruh bagian bangunan utama mudah
di jangkau, atau agar bagian-bagian itu terbuka untuk umum;
v) Instalasi tenaga air mikro atau mini, tergantung pada hasil evaluasi
ekonomi serta kemungkinan hidrolik;
vi) Bangunan tangga ikan (fish ladder) diperlukan untuk menjaga
keseimbangan lingkungannya sehingga kehidupan biota tidak
terganggu.

2.3.6 Hidraulik Bangunan Bendung Tetap


Hidraulik bangunan bendung tetap adalah dimensi bangunan utama bendung
yang berkaitan dengan aliran yang terjadi.

2.3.3.1 Lebar Bendung


Lebar bendung yaitu jarak antara pangkal-pangkalnya (abutment), harus
sma dengan atau tidak lebih dari 1.2 kali lebar rata-rata sungai pada bagian yang
stabil.

KELOMPOK 6 32
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

2.3.3.2 Perencanaan Mercu (Mercu Bulat)

Gambar 2. 5 Mercu Bulat


Bendung dengan mercu bulat memiliki harga koefisiensi debit yang jauh
lebih tinggi (44%) dibandingkan dengan koefisiensi bendung ambang lebar. Pada
sungai, ini akan banyak memberikan keuntungan karena bangunan ini akan
mengurangi tinggi muka air hulu selama banjir. Harga koefisiensi debit menjadi
lebih tinggi karena lengkung streamline dan tekanan negatif pada mercu.

Tekanan pada mercu adalah fungsi perbandingan antara H1 dan r (H1 /r).
Untuk bendung dengan dua jari-jari (R2), jari-jari hilir akan digunakan untuk
menemukan harga koefisien debit. Untuk menghindari bahaya kavitasi lokal,
tekanan minimum pada mercu bendung harus dibatasi sampai -4 m tekanan air
jika mercu terbuat dari beton; untuk pasangan batu tekanan subatmosfir sebaiknya
dibatasi sampai -1 m tekanan air.

Persamaan tinggi energi-debit untuk bendung ambang pendek dengan

pengontrol segi empat adalah:

Q=Cd
2
√ 2
3 3 gb × H 1.5
1

di mana:

Q = debit, m3/dt

Cd = koefisien debit (Cd = C0C1C2)

g = percepatan gravitasi, m/dt2 (≅ 9,8)

b = panjang mercu, m

KELOMPOK 6 33
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

H1 = tinggi energi di atas mercu, m

2.3.3.3 Bangunan Pengambil (Intake)


Pengambilan adalah suatu bangunan pada bendung yang berfungsi sebagai
penyadap aliran sungai, mengatur pemasukan air dan sedimen serta
menghindarkan sedimen dasar sungai dan sampah masuk ke Pengambilan, terletak
di bagian sisi bendung, di tembok pangkal dan merupakan satu kesatuan dengan
pembangun pembilas, pengambilan dibagi menjadi:
a. Pengambilan Biasa
Pengambilan dengan pintu berlubang satu atau lebih dan dilengkapi dengan
pintu dinding banjir, dan perlengkapan lainnya. Lebar satu pintu tidak lebih dari
2,5 m dan diletakkan di bagian udik. Pengaliran melalui pintu bawah. Besarnya
debit diatur melalui tinggi bukaan pintu.
b. Pengambilan Gorong-Gorong
Pengambilan dengan pintu berlubang lebih dari satu dengan lebar masing-
masing kurang 2,5m dan diletakkan di bagian hilir gorong-gorong. Pengoperasian
pintu pengambilan dilakukan secara mekanis.
c. Pengambilan Frontal
Pengambilan diletakkan di tembok pangkal, jauh dari bangunan
pembilas/bendung. Arah aliran sungai dari udik frontal terhadap mulut
pengambilan sehingga tidak menyulitkan penyadapan aliran. Tetapi angkutan
sedimen relatif banyak masuk ke intake, yang ditanggulangi dengan sand
ejector dan kantong sedimen.
d. Dua Pengambilan Di Satu Sisi Bendung
Pintu pengambilan untuk sisi yang diletakkan di pilar pembilas bending.
Pengaliran ke sisi yang lain itu melalui gorong-gorong di dalam tubuh bending.
Jumlah gorong-gorong dapat dua buah.

2.3.3.4 Kantong Lumpur


Kantong lumpur mengendapkan fraksi-fraksi sedimen yang lebih besar dari
fraksi pasir halus dengan diameter butir berukuran 0,088 mm, dan ditempatkan

KELOMPOK 6 34
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

persis di sebelah hilir pengambilan. Bahan-bahan yang lebih halus tidak dapat
ditangkap dalam kantong lumpur biasa dan akan tetap terbawa melalui jaringan
saluran ke sawah-sawah. Bahan yang mengendap di dalam kantong lumpur
dibersihkan secara berkala. Pembersihan dilakukan dengan menggunakan aliran
air yang deras untuk menghanyutkan bahan endapan tersebut kembali ke sungai,
atau dengan jalan mengeruknya.

2.3.3.5 Rembesan dan Tekanan Air


Rembesan dan tekanan air tanah di bawah bendung dicek dengan teori Lane
guna menyelidiki adanya bahaya erosi bawah tanah akibat hanyutnya bhan-bahan
halus. Teori-teori didalam mekanika tanah pun dimasukkan dalam perhitungan
rembesan yang terjadi.

2.3.7 Bangunan Peredam Energi


Bangunan peredam energi bendung adalah struktur dari bangunan dihilir
tubuh bendung yang terdiri dari beberapa tipe, bentuk dan di kanan kirinya
dibatasi oleh tembok pangkal bendung dilanjutkan dengan tembok sayap hilir
dengan bentuk tertentu. Fungsi Bangunan adalah untuk meredam energi air akibat
pembendungan, agar air di hilir bendung tidak menimbulkan penggerusan
setempat yang membahayakan struktur.

a. Prinsip Peredam Energi

Prinsip peredam energi pada bangunan peredam energi adalah dengan cara
menimbulkan gesekan air dengan lantai dan dinding struktur, gesekan air dengan
air, membentuk pusaran air berbalik vertikal ke atas dan ke bawah serta pusaran
arah horizontal dan menciptakan benturan aliran ke struktur serta membuat
loncatan air di dalam ruang olakan.

b. Faktor Pemilihan Tipe

Dalam memilih tipe bangunan peredam energi sangat bergantung kepada


kepada berbagai faktor antara lain :

KELOMPOK 6 35
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

1. Tinggi pembendungan
2. Keadaan geoteknik tanah dasar misalnya jenis batuan, lapisan, kekerasan
tekan, diameter butir, dsb
3. Jenis angkutan sedimen yang terbawa aliran sungai
4. Kemungkinan degradasi dasar sungai yang akan terjadi di hilir bendung,
5. Keadaan aliran yang terjadi di bangunan peredam energi seperti aliran
tidak sempurna/tenggelam, loncatan aliran yang lebih rendah atau lebih
tinggi dan sama dengan kedalaman muka air hilir (tail water)

2.3.7.1 Tipe Bangunan Peredam Energi Bendung


1. Peredam energi tipe MDO
Bendung dengan peredam energi lantai datar dan ambang akhir
modifikasi tipe Vlughter dikenal dengan sebutan tipe MDO. Peredam
energi tipe MDO telah banyak digunakan di berbagai bendung yang
jumlahnya mencapai puluhan.
a. Bentuk hidraulik bangunan,yaitu :
b. Mercu bendung bertipe bulat
c. Tubuh bendung bagian hilir tegak sampai dengan kemiringan 1 : 1
d. Tanpa lengkungan di pertemuan kaki bendung dan lantai
e. Lantai hilir berbentuk datar tanpa kemiringan
f. Berambang akhir bentuk kotak-kotak di bagian akhir lantai hilir
g. Harus dilengkapi dengan tembok sayap hilir bentuk miring dan ujungnya
dimasukkan ke dalam tebing
h. Untuk menambah keamanan tepat di hilir ambang akhir dan di kaki
tembok sayap dipasang rip-rap dari batu berdiameter antara 0,3 m – 0,4 m.

Dalam mendesain dimensi peredam energi tipe MDO ini menggunakan


grafik yang diterbitkan oleh DPMA. Grafik tersebut yaitu untuk menentukan
dimensi peredam energi tipe MDO yaitu :

a. Penentuan kedalaman lantai peredam energi


b. Penentuan panjang lantai peredam energi

Perhitungan dimensi peredam energi tipe MDO dihitung dengan menggunakan


persamaan (E. Mawardi dan Moch Memed, 2002) yaitu :

KELOMPOK 6 36
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

Parameter energi dihitung dengan rumus :

q
E=
√ g z3
Kedalaman lantai peredam energi dihitung dengan rumus :

Ds
Ds = D2 x
D2
Ds/D2 diperoleh dari gambar 2.6

Panjang lantai peredam energi dihitung dengan rumus :

Ls
Ls = D2 x
D2
Ls/D2 diperoleh dari gambar 2.6

Kedalaman air dihilir dihitung dengan rumus :

2
Q
Y = D2 = ( ¿¿ 3
CxL
Tinggi ambang akhir dihitung dengan rumus :

a = 0,3 x D2
Lebar ambang akhir dihitung dengan rumus :

b =2xa

Dimana :

E = parameter energi

q = debit persatuan lebar (m3/dt/m’)

z = beda tinggi muka air hulu dan hilir (m)

g = percepatan gravitasi (9,81 m/dt2)

Ds = kedalaman lantai peredam energi (m)

a. = tinggi ambang akhir (m)

b. = lebar ambang akhir (m)

KELOMPOK 6 37
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

D2 = kedalaman air dihilir (m)

Gambar 2. 6 Grafik peredam energi tipe MDO


2. Peredam energi tipe Vlugter

Bentuk hirolik kolam olak tipe Vlugter merupakan pertemuan suatu


penampang miring, penampang melengkung dan penampang lurus. Tipe ini
digunakan karena mempunyai dasar aluvial dan tidak banyak membawa sedimen
yang berdiameter besar.

KELOMPOK 6 38
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

Gambar 2. 7 Peredam energi tipe Vlugter


3. Peredam energi tipe USBR

United States Bureau of Reclamation (USBR) adalah sebuah lembaga


yang mengawasi pengelolaan sumber daya air yang meliputi pengawasan proyek-
proyek untuk irigasi, suplai air, dan pembangkit listrik tenaga air. Dari penelitian
yang intensif pada beberapa jenis rancangan kolam olakan didapatkan beberapa
tipe kolam olakan. Rancangan peredam energi tersebut diuraikan sebagai berikut:

a. Untuk Fr ≤ 1,7 tidak diperlukan kolam olak pada saluran tanah bagian hilir
harus dilindungi dari bahaya erosi saluran pasangan batu atau beton tidak
memerlukan lindingan khusus. Tipe ini termasuk kolam olak USBR tipe I yang
dilengkapi dengan blok halang dan End Sill.
b. Bila 1,7 < Fr ≤ 2,5 maka kolam olak diperlukan untuk meredam energi secara
efektif. Pada umumnya kolam olak dengan ambang ujung (blok end sill)
mampu bekerja dengan baik. Untuk penurunan muka air Δz < 1,5 m dapat
dipakai bangunan terjun tegak. Tipe ini termasuk kolam olak USBR tipe II
yang dilengkapi dengan blok halang dan End Sill
c. Jika 2,5 < Fr ≤ 4,5 maka akan timbul situasi yang paling sulit dalam memilih
kolam olak yang tepat. Loncatan air terbentuk dengan baik dan menimbulkan
gelombang sampai jarak yang jauh di saluran. Cara mengatasinya adalah
mengusahakan agar kolam olak mampu menimbulkan olakan (turbulensi) yang

KELOMPOK 6 39
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

tinggi dengan blok halangnya atau menambah intensitas pusaran dengan


memasang blok depan kolam berukuran besar (USBR tipe IV). Tetapi
sebaiknya geometrinya diubah untuk memperbesar/memperkecil bilangan
Froude dan memakai kolam dari tipe lainnya.
d. Jika Fr ≥ 4,5 ini akan merupakan kolam yang paling ekonomis karena kolam
ini pendek. Tipe ini termasuk kolam olak USBR tipe III yang dilingkapi
dengan blok depan dan blok halang.

4. Peredam energi tipe bak tenggelam

Kolam olak tipe bak tenggelam telah digunakan sejak lama dengan
sangat berhasil pada bendung-bendung rendah dan untuk bilangan-bilangan
Fruode rendah. Parameter-parameter dasar sebagaimana diberikan oleh USBR
(Peterka, 1974) sulit untuk diterapkan bagi perencanaan bendung dengan tinggi
energi rendah. Perhitungan dimensi peredam energi menggunakan rumus
(Standart Perencanaan Irigasi KP-02,1986).

2.4 Stabilitas Bendung


Stabilitas bendung merupakan perhitungan kontruksi untuk menentukan
ukuran bendung agar mampu menahan muatan-muatan dan gaya-gaya yang
bekerja padanya dalam segala keadaan, dalam hal ini termasuk terjadinya angin
kencang dan gempa bumi hebat dan banjir besar. Syarat-syarat stabilitas kontruksi
seperti lereng di sebelah hulu dan hilir bendung tidak mudah longsor, harus aman
terhadap geseran, harus aman terhadap rembesan, dan harus aman terhadap
penurunan bendung.

Perhitungan konstruksi yang dilakukan untuk menentukan dimensi/ ukuran


bendung (weir) supaya mampu menahan muatan-muatan dan gaya-gaya yang
bekerja pada bendung dalam keadaan apapun, termasuk banjir besar dan gempa
bumi. Penyelidikan geologi teknik, ditujukan untuk mengetahui apakah pondasi
bendung cukup kuat, apakah rembesan airnya tidak membahayakan konstruksi,
dan apakah bendung akan dapat dioperasikan bagi penggunaan airnya dalam
jangka waktu yang lama minimal 30 tahun (Mawardi & Memet, 2010).

KELOMPOK 6 40
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

2.4.1 Syarat-Syarat Stabilitas Bendung


Syarat-syarat stabilitas bendung antara lain:

1. Pada konstruksi batu kali dengan selimut beton, tidak boleh terjadi tegangan
tarik.
2. Momen tahan lebih besar dari pada momen guling.
3. Konstruksi tidak boleh menggeser.
4. Tegangan tanah yang terjadi tidak boleh melebihi tegangan tanah yang
diijinkan.
5. Setiap titik pada seluruh konstruksi harus tidak boleh terangkat oleh gaya ke
atas (balance antara tekanan ke atas dan tekanan ke bawah).
Stabilitas bendung akan terancam dari bahaya-bahaya sebagai berikut:

1. Bahaya geser/gelincir (sliding)


a. Sepanjang sendi horisontal atau hampir horisontal di atas pondasi.
b. Sepanjang pondasi.
c. Sepanjang kampuh horisontal atau hampir horisontal dalam pondasi.
Bendung dinyatakan stabil terhadap bahaya geser apabila hasil perbandingan
antara jumlah gaya vertikal dikalikan sudut geser tanah dengan jumlah gaya-gaya
horisontal harus lebih besar dari nilai keamanan yang ditentukan.

2. Bahaya guling (overturning)


a. Di dalam bendung.
b. Pada dasar (base).
c. Pada bidang di bawah dasar.
Bangunan akan aman terhadap guling, apabila semua gaya yang bekerja
pada bagian bangunan di atas bidang horisontal, termasuk gaya angkat, harus
memotong bidang guling dan tidak boleh ada tarikan pada bidang irisan
manapun, tiap bagian bangunan diandaikan berdiri sendiri dan tidak mungkin
ada distribusi gaya-gaya melalui momen lentur.

KELOMPOK 6 41
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

2.4.2 Gaya-Gaya yang Bekerja pada Bendung


Menghitung stabilitas bendung harus di tinjau pada saat kondisi normal dan
ekstrem seperti kondisi saat banjir. Bangunan akan stabil bila dilakukan, kontrol
terhadap gaya-gaya yang bekerja tidak menyebabkan bangunan bergeser,
terangkat atau terguling, ada beberapa gaya yang harus dihitung untuk mengetahui
stabilitas bendung.

Gaya-gaya yang bekerja pada bangunan yang penting pada perencanaan


adalah:

1. Tekanan air gaya hidrostatis


2. Gaya tekanan uplift
3. Tekananan lumpur
4. Gaya gempa
5. Berat sendiri bangunan
Selanjutnya gaya-gaya yang bekerja pada bangunan itu dianalisis dan
di kontrol stabilitasnya terhadap faktor-faktor keamanannya.

2.4.2.1 Tekanan Air Hidrostatis


Gaya tekanan air dapat dibagi menjadi gaya hidrostatik dan gaya
hidrodinamik. Tekanan hidrostatik adalah fungsi kedalaman di bawah permukaan
air. Tekanan air akan selalu bekerja tegak lurus terhadap muka bangunan, oleh
karena itu agar perhitungannya lebih mudah gaya horisontal dan vertikal
dikerjakan secara terpisah.

Tekanan air dinamik jarang diperhitungkan untuk stabilitas bangunan


pengelak dengan tinggi energi rendah. Bangunan pengelak mendapat tekanan air
bukan hanya pada permukaan luarnya, tetapi juga pada dasarnya dan dalam tubuh
bendung itu. Gaya tekan ke atas, yakni istilah umum untuk tekanan air dalam,
menyebabkan berkurangnya berat efektif bangunan di atasnya.

Wu = γw[h2 + ½ ε (h2 + h2)].A

dengan:

KELOMPOK 6 42
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

c : proposi dimana tekanan hidrostatik bekerja (c = 1 untuk semua tipe


pondasi),
γw : berat jenis air (KN/m3),

h2 : kedalaman air hilir (m),

Ε : proposi tekanan,

h1 : kedalaman air hulu (m),

A : luas dasar (m2),

Wu : gaya tekan ke atas resultante (KN).

Gambar 2. 8 Gaya angkat untuk bangunan yang dibangun pada pondasi buatan
Gaya hidrostatis adalah gaya-gaya yang bekerja terhadap tubuh
bendung akibat tinggi muka air di udik dan di hilir bendung pada saat muka
air banjir dan pada saat muka air normal. Gaya hidrostatis pada saat kondisi
air normal, dan pada saat kondisi air banjir.

KELOMPOK 6 43
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

Gambar 2. 9 Gaya Hidrostatis Kondisi Air Normal

Gambar 2. 10 Gaya Hidrostatis Kondisi Air Banjir


Dalam teori angka rembesan Lane, diandaikan bahwa bidang horisontal
memiliki daya tahan terhadap aliran (rembesan) 3 kali lebih lemah dibandingkan
dengan bidang vertikal, ini dapat dipakai untuk menghitung gaya tekan ke atas
dibawah bendung dengan cara membuat beda tinggi energi pada bendung sesuai
panjang relatif di sepanjang pondasi.

KELOMPOK 6 44
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

Gambar 2. 11 Gaya Angkat pada Pondasi Bendung


2.4.2.2 Tekanan Lumpur
Gaya akibat tekanan lumpur adalah gaya-gaya yang terjadi terhadap tubuh
bendung akibat endapan lumpur di udik bendung setelah mencapai mercu. Gaya
tekan lumpur dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2. 12 Tekanan Lumpur


2.4.2.3 Gaya Gempa
Gaya-gaya akibat gempa adalah gaya-gaya yang terjadi terhadap tubuh
bendung akibat terjadinya gempa, sedangkan prinsip perhitungan gaya-gayanya
adalah berat sendiri dari setiap segmen yang diperhitungkan dikalikan dengan
koefisien gempa yang nilai koefisiennya sesuai dengan posisi bendung terletak
pada zona gempa berapa. Harga-harga gaya gempa diberikan dalam bagian

KELOMPOK 6 45
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

parameter bangunan (KP-06). Harga-harga tersebut didasarkan pada peta


Indonesia yang menunjukkan berbagai daerah dan resiko. Faktor minimum yang
akan dipertimbangkan adalah 0,1g percepatan gavitasi sebagai percepatan. Faktor
ini hendaknya sebagai gaya horisontal menuju ke arah yang paling tidak aman
yakni arah hilir, untuk daerah-daerah yang banyak gunung berapinya seperti di
Indonesia, maka gaya gempa harus diperhitungkan terhadap kontruksi.

Rumus gaya gempa:

K=fxG
dengan:

K : gaya gempa komponen horisontal (kn),

f : koefisien gempa (E),

G : berat kontruksi (kn).

Rumus untuk mencari koefisien gempa (f):

f = Ad
Ad = n (Ac x z)m
dengan:

Ad : percepatan g

n/m : koefisien untuk jenis tanah,

Ac : percepatan kejut dasar (cm/ dtk2),

f : koefisien Gempa,

g : koefisien grafitasi (9,81 m/dtk2 = 981 cm/dtk2),

z : koefisien zona.

Gaya gempa ini berarah horisontal, kearah yang berbahaya (yang


merugikan), dengan garis kerja yang melewati titik berat kontruksi. Sudah tentu
juga ada komponen vertikal, tetapi ini relatif tidak berbahaya dibandingkan

KELOMPOK 6 46
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

dengan komponen yang horisontal. Harga f tergantung dari lokasi tempat


kontruksi sesuai dengan peta zona gempa.

2.4.2.4 Berat Bangunan


Berat bangunan tergantung kepada bahan yang dipakai untuk membuat
bangunan itu. Untuk tujuan perencanaan pendahuluan, boleh dipakai harga-harga
berat volume adalah pasangan batu = 2,2 t/m3, beton tumbuk= 2,3 t/m3 dan beton
bertulang = 2,4 t/m3.

Berat volume beton tumbuk bergantung kepada berat volume agregat serta
ukuran maksimum kerikil yang digunakan. Untuk ukuran maksimum agregat 150
mm dengan berat volume 2,65 t/m3, berat volumenya lebih dari 24 t/m3.

Peninjauan stabilitas bendung, maka potongan-potongan yang ditinjau


terutama adalah potongan-potongan I-I dan II-II karena potongan ini adalah yang
terlemah. Potongan terlemah bendung dapat dilihat pada Gambar 2.7.

Gambar 2. 13 Potongan Terlemah Bendung


Gaya berat ini adalah berat dari konstruksi, berarah vertikal ke bawah yang
garis kerjanya melewati titik berat konstruksi. Gaya berat tubuh bendung dapat
dilihat pada Gambar 2.8.

KELOMPOK 6 47
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

Gambar 2. 14 Gaya Berat Tubuh Bendung


Peninjauannya adalah tiap lebar 1 meter, maka gaya yang diperhitungkan
adalah luas bidang kali berat jenis kontruksi (untuk pasangan batu kali biasanya
diambil 1,80). Untuk memudahkan perhitungan, biasanya dibagi-bagi yang
berbentuk segitiga-segitiga, segi empat atau trapesium. (http://www.jurnal
untad,com.18 Maret 2013).

2.4.3 Kontrol Stabilitas


Penyebab runtuhnya suatu bangunan gravitasi yaitu:

1. Geser (sliding)
a. Sepanjang sendi horisontal atau hampir horisontal di atas pondasi
b. Sepanjang pondasi, atau
c. Sepanjang kampuh horisontal atau hampir horisontal dalam pondasi
2. Guling (overturning)
a. Di dalam bendung
b. Pada dasar (base), atau
c. Pada bidang di bawah dasar.

2.4.4 Keamanan Terhadap Geser


Tangen , sudut antara garis vertikal dan resultan semua gaya, termasuk gaya
angkat, yang bekerja pada bendung di atas semua bidang horisontal, harus kurang
dari koefisien gesekan yang diijinkan pada bidang tersebut.

Bangunan-bangunan kecil dimana berkurangnya umur bangunan, kerusakan


besar dan terjadinya bencana besar belum dipertimbangkan, harga-harga faktor

KELOMPOK 6 48
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

keamanan (S) yang dapat diterima adalah 2,0 untuk kondisi pembebanan normal
dan 1,5 untuk kondisi pembebanan ekstrim (Asiyanto, 2011). Kondisi
pembebanan ekstrim adalah tak ada aliran di atas mercu selama gempa, atau banjir
rencana maksimum.

2.4.5 Keamanan Terhadap Guling


Bangunan aman terhadap guling, maka resultan semua gaya yang bekerja
pada bagian bangunan di atas bidang horisontal, termasuk gaya angkat, harus
memotong bidang ini pada teras, tidak boleh ada tarikan pada bidang irisan
manapun.

Besarnya tegangan dalam bangunan dan pondasi harus tetap dipertahankan


pada harga-harga maksimal yang dianjurkan, untuk pondasi, harga-harga daya
dukung yang disebutkan dalam bagian parameter bangunan bisa digunakan
(Soedibyo, 2003).

Harga-harga untuk beton sekitar 4,0 t/m2, pasangan batu sebaiknya


mempunyai kekuatan minimum 1,5 sampai 3,0 t/m2.

Tiap bagian bangunan diandaikan berdiri sendiri dan tidak mungkin ada
distribusi gaya-gaya melalui momen lentur (bending momen).

Gambar 2. 15 Tebal lantai kolam olak

KELOMPOK 6 49
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

BAB III

METODOLOGI

3.1. Luas DAS


Luas Daerah Aliran Sungai Sambas ditentukan oleh dosen yang
bersangkutan yaitu sebesar 89,415 km2.

3.2. Elevasi Sawah Tertinggi


Berdasarkan sawah yang telah telah ada, maka didapatkan elevasi sawah
tertinggi yang diairi +1189,76 m.

3.3. Luas Sawah yang Diairi


Penentuan luasan daerah irigasi pada peta situasi sungai Kopong dalam
perancangan bangunan air (bendung) adalah 2350 Ha.

KELOMPOK 6 50
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

Gambar 3. 1 Sawah yang Diairi

3.4. Periode Ulang Banjir Rencana


Untuk perhitungan banjir rencana terlebih dahulu perlu diketahui periode
ulang banjir, pada perencanaan bendung kali ini menggunakan periode ulang yaitu
2, 5, 10, 25, 50, dan 100.

3.5. Data Hidrologi


Hujan rencana adalah hujan harian maksimum yang akan digunakan untuk
menghitung intensitas hujan. Untuk mendapatkan curah hujan rancangan (Rt)
dilakukan melalui analisa frekuensi.

KELOMPOK 6 51
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

Gambar 3.2 Lokasi pos hujan

POS HUJAN : A
Hujan
HUJAN BULANAN (mm) R24 Max
TAHUN Tahunan
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES (mm)
(mm)
2002 244 298 559 450 351 402 347 121 332 401 539 524 4568 81.08
2003 176 300 382 477 174 110 261 363 246 442 279 237 3447 85.00
2004 191 92 135 264 323 130 171 127 370 371 436 416 3026 69.67
2005 270 146 194 196 253 261 249 400 449 555 - - 2973 97.30
2006 184 265 410 141 215 260 145 153 200 83 460 728 3244 109.20
2007 310 82 315 122 161 393 199 258 119 276 212 563 3010 60.17
2008 150 146 513 502 19 12 45 239 59 44 7.5 80 1816.5 46.46
2009 69 32 21 18 110 108 212 219 443 256 102 144 1734 34.25
2010 355 233 281 11 121 84 129 55 37 33 302 493 2134 39.58
2011 67 62 97 75 70 53 36 140 33 57 52 85 827 18.17
2012 14 33.8 201 149 201 254 - - - - 439 411 1702.8 45.13
184.54545 153.61818 282.54545 218.63636 181.63636 187.90909 179.4 207.5 228.8 251.8 282.85 368.1

Tabel 3.1 Data hujan bulanan maksimum Pos hujan A

KELOMPOK 6 52
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

POS HUJAN : B
Hujan
HUJAN BULANAN (mm) R24 Max
TAHUN Tahunan
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES (mm)
(mm)
2002 166 98 199 273 0 39 100 626 95 44 534 35 2209 190.00
2003 34 305 157 177 0 0 29 149 232 219 133 139 1574 129.00
2004 79 133 141 434 228 37 245 208 491 332 357 66 863.5 95.00
2005 181 133.5 108 167 214.5 131 250.2 331.3 441 381 863.5 238 3440 96.00
2006 352 1239 - - - - - - - - - - 1591 95.00
2007 498 229 249 195 156 234 267 66 116 258 210 320 2798 114.00
2008 188 378 298 347 134 285 269 250 450 451 138.5 521 3709.5 89.00
2009 71 67 120 171 281 211 103 89 205 335 630 346 2629 82.00
2010 97.5 478.9 555.8 255.6 284.8 385.9 281.9 284 378.7 604.1 504.2 428.1 4539.5 215.00
2011 286.8 252.2 186.7 199.8 215.4 452.7 170.5 249 262.7 311.9 680.8 496.6 3765.1 154.80
2012 176.2 400.4 96.5 160.8 325.1 274.5 197.7 285.1 194.3 401.5 505.8 196 3213.9 151.60
193.59091 337.63636 211.1 238.02 183.88 205.01 191.33 253.74 286.57 333.75 455.68 278.57

Tabel 3.2 Data hujan bulanan maksimum Pos hujan B


POS HUJAN : C
Hujan
HUJAN BULANAN (mm) R24 Max
TAHUN Tahunan
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES (mm)
(mm)
2002 182 220 393 453 358 293 300 251 310 458 615 512 4345 110.00
2003 350 707 682 760 283 184 374 578 564 712 664 277 6135 186.00
2004 335 221 411 594 399 152 293 192 386 712 368 363 4426 95.00
2005 220 146 263 163 178 399 362 255 351 - - - 2337 96.00
2006 277 297 621 252 135 254 178 288 224 64 570 440 3600 155.00
2007 397 123 170 182 202 462 155 132 34 23 64 242 2186 75.00
2008 122 266 204 242 120 - - - - - - - 954 80.00
2009 306 184 354 263 129 311 333 260 314 218 400 346 3416.4 145.00
2010 340 711 872.8 668.3 270.9 463.8 518 163.5 549.4 348.2 408.8 219.8 5534.5 109.00
2011 266 248 110.2 259 420 279.4 167.6 499.6 305 291.2 467 253 3566 118.00
2012 213 261.2 361 147 379 261 463 223 288 440 609.8 423.7 4069.7 117.00
273.40909 307.65455 403.81818 362.11818 261.26364 305.87 314.31 284.19 332.54 362.94444 462.95556 341.83333

Tabel 3.3 Data hujan bulanan maksimum Pos hujan C

KELOMPOK 6 53
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

POS HUJAN : D
HUJAN BULANAN (mm)
TAHUN JUMLAH R24
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES
2002 254 267 387 328 401 164 349 114 372 404 538 457 4035 186.00
2003 254 267 387 328 401 164 349 114 372 404 538 457 4035 186.00
2004 254 267 387 328 401 164 349 114 372 404 538 457 4035 186.00
2005 466.6 179.6 235 173.2 349 189 276.2 466.2 815.8 830.8 534.4 256.9 4772.7 270.20
2006 - - - - - - - - - - - - 0 0.00
2007 243 302.2 210.6 589.2 176 394.3 219 228 231.2 452 209 277 3531.5 98.00
2008 155.2 427.6 353.8 548 223.2 384.2 600.6 179 277 360.6 289.4 662 4460.6 238.80
2009 244 277.2 134.6 187.8 141.6 177.2 129.2 324.2 399.2 308.4 640.6 298 3262 196.20
2010 296.6 407.2 487.4 199.2 456.8 469.2 454 265.8 471.4 396.4 544 236 4684 180.20
2011 214.6 222.6 279.3 292.4 284 411.4 261.4 229.5 314.8 358.4 608 341.1 3817.5 170.20
2012 228.1 237.4 421.8 281.4 398.8 341.8 359.8 309.2 189 124 205.7 555.1 3652.1 140.30
261.01 285.48 328.35 325.52 323.24 285.91 334.72 234.39 381.44 404.26 464.51 399.71

Tabel 3.4 Data hujan bulanan maksimum Pos hujan D

KELOMPOK 6 54
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

BAB IV

ANALISIS HIDROLOGI BENDUNG

4.1 Data Topografi

Perencanaan bendung di daerah kab.tapanuli utara Sumatra utara Bendung


SIDILANITINO dengan zona 47N

4.2 Curah Hujan Max


POS HUJAN : A
Hujan
HUJAN BULANAN (mm) R24 Max
TAHUN Tahunan
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES (mm)
(mm)
2002 244 298 559 450 351 402 347 121 332 401 539 524 4568 81.08
2003 176 300 382 477 174 110 261 363 246 442 279 237 3447 85.00
2004 191 92 135 264 323 130 171 127 370 371 436 416 3026 69.67
2005 270 146 194 196 253 261 249 400 449 555 - - 2973 97.30
2006 184 265 410 141 215 260 145 153 200 83 460 728 3244 109.20
2007 310 82 315 122 161 393 199 258 119 276 212 563 3010 60.17
2008 150 146 513 502 19 12 45 239 59 44 7.5 80 1816.5 46.46
2009 69 32 21 18 110 108 212 219 443 256 102 144 1734 34.25
2010 355 233 281 11 121 84 129 55 37 33 302 493 2134 39.58
2011 67 62 97 75 70 53 36 140 33 57 52 85 827 18.17
2012 14 33.8 201 149 201 254 - - - - 439 411 1702.8 45.13
184.54545 153.61818 282.54545 218.63636 181.63636 187.90909 179.4 207.5 228.8 251.8 282.85 368.1

KELOMPOK 6 55
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

POS HUJAN : B
Hujan
HUJAN BULANAN (mm) R24 Max
TAHUN Tahunan
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES (mm)
(mm)
2002 166 98 199 273 0 39 100 626 95 44 534 35 2209 190.00
2003 34 305 157 177 0 0 29 149 232 219 133 139 1574 129.00
2004 79 133 141 434 228 37 245 208 491 332 357 66 863.5 95.00
2005 181 133.5 108 167 214.5 131 250.2 331.3 441 381 863.5 238 3440 96.00
2006 352 1239 - - - - - - - - - - 1591 95.00
2007 498 229 249 195 156 234 267 66 116 258 210 320 2798 114.00
2008 188 378 298 347 134 285 269 250 450 451 138.5 521 3709.5 89.00
2009 71 67 120 171 281 211 103 89 205 335 630 346 2629 82.00
2010 97.5 478.9 555.8 255.6 284.8 385.9 281.9 284 378.7 604.1 504.2 428.1 4539.5 215.00
2011 286.8 252.2 186.7 199.8 215.4 452.7 170.5 249 262.7 311.9 680.8 496.6 3765.1 154.80
2012 176.2 400.4 96.5 160.8 325.1 274.5 197.7 285.1 194.3 401.5 505.8 196 3213.9 151.60
193.59091 337.63636 211.1 238.02 183.88 205.01 191.33 253.74 286.57 333.75 455.68 278.57

POS HUJAN : C
Hujan
HUJAN BULANAN (mm) R24 Max
TAHUN Tahunan
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES (mm)
(mm)
2002 182 220 393 453 358 293 300 251 310 458 615 512 4345 110.00
2003 350 707 682 760 283 184 374 578 564 712 664 277 6135 186.00
2004 335 221 411 594 399 152 293 192 386 712 368 363 4426 95.00
2005 220 146 263 163 178 399 362 255 351 - - - 2337 96.00
2006 277 297 621 252 135 254 178 288 224 64 570 440 3600 155.00
2007 397 123 170 182 202 462 155 132 34 23 64 242 2186 75.00
2008 122 266 204 242 120 - - - - - - - 954 80.00
2009 306 184 354 263 129 311 333 260 314 218 400 346 3416.4 145.00
2010 340 711 872.8 668.3 270.9 463.8 518 163.5 549.4 348.2 408.8 219.8 5534.5 109.00
2011 266 248 110.2 259 420 279.4 167.6 499.6 305 291.2 467 253 3566 118.00
2012 213 261.2 361 147 379 261 463 223 288 440 609.8 423.7 4069.7 117.00
273.40909 307.65455 403.81818 362.11818 261.26364 305.87 314.31 284.19 332.54 362.94444 462.95556 341.83333

KELOMPOK 6 56
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

POS HUJAN : D
HUJAN BULANAN (mm)
TAHUN JUMLAH R24
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES
2002 254 267 387 328 401 164 349 114 372 404 538 457 4035 186.00
2003 254 267 387 328 401 164 349 114 372 404 538 457 4035 186.00
2004 254 267 387 328 401 164 349 114 372 404 538 457 4035 186.00
2005 466.6 179.6 235 173.2 349 189 276.2 466.2 815.8 830.8 534.4 256.9 4772.7 270.20
2006 - - - - - - - - - - - - 0 0.00
2007 243 302.2 210.6 589.2 176 394.3 219 228 231.2 452 209 277 3531.5 98.00
2008 155.2 427.6 353.8 548 223.2 384.2 600.6 179 277 360.6 289.4 662 4460.6 238.80
2009 244 277.2 134.6 187.8 141.6 177.2 129.2 324.2 399.2 308.4 640.6 298 3262 196.20
2010 296.6 407.2 487.4 199.2 456.8 469.2 454 265.8 471.4 396.4 544 236 4684 180.20
2011 214.6 222.6 279.3 292.4 284 411.4 261.4 229.5 314.8 358.4 608 341.1 3817.5 170.20
2012 228.1 237.4 421.8 281.4 398.8 341.8 359.8 309.2 189 124 205.7 555.1 3652.1 140.30
261.01 285.48 328.35 325.52 323.24 285.91 334.72 234.39 381.44 404.26 464.51 399.71

Table-tabel di atas adalah data yang sudah di siapkan sebelumnya untuk


menghitung kebutuhan air irigasi dll

4.3 Luas DAS

Table berikut adalah table dari luas DAS Bendung SIDILANITANO

4.4 Hujan Wilayah

KELOMPOK 6 57
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

Rumus
HW=St.A x St.A tahun ke + St.B x St.B tahun ke + St.C x St.C tahun ke +
St.D x St.D tahun ke

Contoh
HW=81.08x0.029223 + 190.00x0.24476 + 110.00x0.23819 +
186.00x0.22482
=138.2167198

Ket : HW = Hujan Wilayah

4.5 Log Normal

Rumus
Log Q = Rata-Rata Y + (KT x Standar Deviasi)

Q = power(10,log Q)
Ket : perhitungan Q di lakukan di excel

KELOMPOK 6 58
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

4.6 Gumbel

Table di atas adalah perhitungan dari metode gumbel

KELOMPOK 6 59
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

4.7 Log Person

Rumus

Log Q = Log x + (KT x Deviasi)

Q = power(10,log Q)

Ket : perhitungan Q di lakukan di excel

KELOMPOK 6 60
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

4.8 CS dan CK

Table di atas adalah perhitungan dari CS dan CK

4.9 Distribusi Hujan

Rumus

Hujan netto (mm/hari) = curah hujan rencana (R) x Koef pengalian


Curah hujan rencana (R) = metode gumbel
Koef pengalian 0.21 tanah gemuk

KELOMPOK 6 61
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

4.10 Penman

4.11 Hujan Rata-Rata

KELOMPOK 6 62
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

4.12 Hujan R80 dan R50

KELOMPOK 6 63
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

4.13 RE-Padi

KELOMPOK 6 64
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

4.14 RE-Palawijaya

4.15 ETo

KELOMPOK 6 65
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

4.16 Land Preparation Water Requirement

KELOMPOK 6 66
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

4.17 alternative V

KELOMPOK 6 67
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

4.18 NFR

KELOMPOK 6 68
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

4.19 Areal Max

KELOMPOK 6 69
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

KELOMPOK 6 70
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

4.20 Neraca Air V

KELOMPOK 6 71
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

KELOMPOK 6 72
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

BAB V

PERENCANAAN BENDUNG

5.1 Perencanaan Desain Bendung


Perencanaan komponen-komponen bangunan pada bendung
didasarkan pada perhitungan hidrologi yang telah dilakukan dan hasil
survey topografi.

5.2 Penetapan Lokasi


Lokasi bendung terletak di sungai Sidilanitano Elevasi bendung
terletak di 1191.,06 m.

5.3 Penentuan Elevasi Mercu Bendung


Mercu adalah elevasi tertinggi/puncak dari bangunan bendung. Air
sungai yang permukaannya dinaikkan akan melimpas melalui
puncak/mercu bendung (overflow). Muka air rencana didepan
pengambilan bergantung pada:
1. Elevasi muka air yang diperlukan untuk irigasi (eksploitasi
normal).
2. Beda tinggi energi pada kantong lumpur (kalau ada) yang di
perlukan untuk membilas sedimen dari kantong.
3. Beda tinggi energi pada bangunan pembilas yang diperlukan untuk
membilas sedimen dekat pintu pengambilan.
4. Beda tinggi energi yang diperlukan untuk meredam energi pada
kolam olak.
Jadi, untuk merencanakan tinggi muka air rencana, harus dipertimbangkan
pula :

7
KELOMPOK 6
3
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

Elevasi mercu bendung ditentukan oleh:


a. Elevasi sungai tertinggi = 1189,76 m
b. Tinggi air di sawah = 0,1 m
c. Kehilangan Energi dari induk ke sawah = 0,1 m
d. Kehilangan Energi karena kemiringan saluran = 0,1 m
e. Kehilangan Energi pada alat ukur = 0,3 m
f. Kehilangan Energi dari sungai ke induk = 0,1 m
g. Persediaan Energi untuk eksploitasi = 0,1 m
h. Persediaan Energi untuk bangunan lain = 0,3 m +
Elevasi mercu = 1191,06 m

5.4 Tinggi Mercu


Elevasi mercu = 1191,06 m

Elevasi dasar sungai = 19,647 m -

= 1171,413 m

5.5 Kemiringan Saluran


elevasi di hulu−elevasi dihilir
Kemiringan saluran =( )
panjang saluran

= 0,012028

Jadi, kemiringan sungai didapat = 0,012028

5.6 Tinggi Muka Air Dan Sungai


Tinggi muka air bajir di hilir bendung dapat dihitung dengan
system Trial & Error dengan rumus:
Q= A . V
Dengan :
Q = Debit Sungai (m3/dt)

7
KELOMPOK 6
4
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

A = Luas Penampang Basah Sungai (m2)


V = Kecepatan Aliran (m/dt)
A=( b+m . h ) h

P=b+2 h √1+m
2

R=A / P

Dengan:
b = Lebar rata-rata dasar sungai (m)
h = Tinggi air banjir (m)
P = Keliling basah aliran sungai (m)
m = Kemiringan talud/tebing sungai
R = Jari-jari hidrolis (m)

Dianggap bahwa kecepatan aliran sungai dapat dicari pendekatannya


dengan menggunakan rumus manning sebagai berikut:
2 1
1
V = .R 3 .i2
n
Dengan :
V = Kecepatan aliran (m/dt)
n = Koefesien manning
R = Jari-jari hidrolis (m)
i = Kemiringan rata-rata sungai

Hasil perhitungan dapat diperlihatkan dalam tabel sebagai berikut


dengan menggunakan menu Goal Seek pada excel untuk mendapatkan nilai
h sesuai dengan debit banjir (metode Gumbel) hasil hitungan:

7
KELOMPOK 6
5
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

5.7 Pembuatan Lengkung Debit


Lengkung aliran debit (Discharge Rating Curve), adalah kurva
yang menunjukkan hubungan antara tinggi muka air dan debit pada lokasi
penampang sungai tertentu. Debit sungai adalah volume air yang melalui
penampang basah sungai dalam satuan waktu tertentu, biasanya
dinyatakan dalam satuan m3/detik atau l/detik.

lengkung aliran disamping berguna untuk dipakai sebagai dasar


penentuan besarnya debit sungai di lokasi dan tinggi muka air pada
periode waktu tertentu, juga dapat digunakan untuk mengetahui adanya
perubahan sifat fisik dan sifat hidraulis dari lokasi penampang sungai yang
bersangkutan.

Gambar 4. 1 Gambar kurva lengkung debit

7
KELOMPOK 6
6
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

5.8 Perencanaan Lebar Bendung


Lebar bendung diambil dari lebar rata-rata sungai pada bagian
yang stabil. Lebar bendung direncanakan sebesar 1,2 kali lebar rata rata
sungai. Lebar rata-rata sungai yaitu 9,157 m , maka lebar bendung yaitu 11
m. Lebar efektif bendung tidak sama dengan lebar bendung. Lebar efektif
bendung adalah lebar bendung yang bermanfaat untuk melewatkan debit
karena kemungkinan adanya pilar-pilar dan pintu penguras. Lebar efektif
bendung didapatkan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

Beff = Bn - ( 10% Bn + Lebar pilar)

Contoh perhitungan:

Dik : Lebar bendung (Bn) = 41.03 m (dari autocad)

Lebar pilar =1m

Dit: Beff ?

Penyelesaian :

Beff = Bn - ( 10% Bn + Lebar pilar)

= 41.03 – ( 10% x 41.03 + 1 )

= 32.0 m

5.9 Perencanaan Mercu Bendung


Bendung pada sungai Kopong ini direncanakan sebagai bendung
dengan mercu bulat. Kemiringan hulu direncanakan tegak dan kemiringan
hilirnya 1:1 . Jari-jari mercu ( r ). Perhitungan tinggi energi debit untuk
bendung ambang pendek dengan pengontrol segi empat adalah:

Q = Cd.2/3.
√ 2
3
g.Be. He1,5

7
KELOMPOK 6
7
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

Tabel 5.8.1 Tinggi Muka Air

Gambar 4. 2 Harga Koefisien C0

7
KELOMPOK 6
8
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

5.10 Kolam olak


Karena banjir diperkirakan akan menyangkut dan membawa batu-
batu bongkah, untuk menghindari kerusakan lantai belakang maka dibuat
lantai yang melengkung sehingga bila mana ada batuan yang terbawa akan
melanting kearah hilirnya. Maka dari itu dipilihlah peredam energi tipe
MDO.
Data bendung:
Tinggi Mercu = 1191.06 m
Lebar efektif bendung = 32.023 m
Q50 = 169.82 m
H1 = 1,42 m
q = 5.30 m3

Maka penentuan dimensi kolam olak diperlukan data sebagai berikut:


a. Menghitung Debit satuan (q) :
Q 169.82
q= = = 5.30 m³/ dt m’
Beff 32.023.
b. Menghitung beda tinggi energi hulu dan hilir (ΔH):
ΔH=Z = Tinggi energi Hulu- Tinggi energi Hilir
= 1195.86-1193.46
= 2.4 m

c. Menghitung kedalaman di atas ambang ujung (Y)


C = 1,6
2 2
Q 120,249
Y = D2 = ( ¿¿ 3 = ( ¿ ¿ 3 = 3,982
CxL 1,7 x 8,901
d. Menghitung parameter energi (E) :
g = 9,81
q 13,509
E= = = 0,384
√g z 3
√9,81 x 5,0133

7
KELOMPOK 6
9
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

e. Menentukan nilai baket minimum

Didapat nilai:
ΔH/hc = 1.69
Rmin/hc = 1.55

f. Menghitung nilai T
t = 2.4 hc+0.4z
g. Menghitung a

a = 0.28hc√ hc / z

a = 0.31

8
KELOMPOK 6
0
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

5.11 Rembesan dan Tekanan Air Tanah


Panjang Rembesan air pada bending bergantung pada panjang dari
creepline yang telah dibuat. Untuk bending pada Sungai Kopong panjang
creepline dapat dilihat pada table berikut:

8
KELOMPOK 6
1
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

5.13 Stabilitas Bendung


Gaya-gaya yang bekerja pada tubuh bendung yang dipakai untuk
perhitungan stabilitas bendung adalah sebagai berikut:

a. Gaya Berat Sendiri ( G )


b. Gaya Berat Jembatan Pelayanan dan Pilar Jembatan.
c. Gaya Gempa Bumi ( K )
d. Gaya Hidrostatis / Tekanan Air ( W )
e. Gaya Akibat Lumpur ( W )
f. Gaya Akibat Uplift – Pressure ( Px )

5.14 Gaya Berat Sendiri


Gaya berat ini adalah gaya akibat berat sendiri dari bendung, berarah
vertikal ke bawah yang garis kerjanya melewati titik berat konstruksi.

Berat Jenis bendung tergantung kepada bahan yang dipakai untuk


membuat Bendung tersebut. Untuk tujuan-tujuan perencanaan, harga-
harga berat volume seperti di bawah ini:

Bton bertulang : 24 kN/m3 = 2.5 Ton/m3


Untuk Bendung Sidilanitano, bahan yang dipakai untuk bendung
adalah beton bertulang. Berikut adalah gambar dan perhitungan gaya berat
sendiri bendung untuk Bendung Sidilanitano.

8
KELOMPOK 6
2
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

Tabel 5.8 Perhitungan Berat Sendiri Bendung Sidilanitano

8
KELOMPOK 6
3
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

Gambar 5. 19 Gaya Berat Sendiri

5.15 Gaya Gempa


Gaya gempa yang sangat mempengaruhi stabilitas adalah gaya arah
horizontal terhadap guling. Gaya Gempa dihitung dengan persamaan :

E = Wbs . 

Dimana :

E = Gaya gempa equivalen

 = Koefisien gempa tergantung dari lokasi tempat konstruksi


berada dan untuk daerah Kalimantan koefisien adalah sebesar 0,7

Wbs = Berat sendiri bendung dalam arah vertikal

Gaya gempa pada tubuh bendung dan perhitungan gaya gempa


dapat dilihat pada gambar dan tabel di berikut ini.

8
KELOMPOK 6
4
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

Tabel 5.9 Perhitungan Gaya Akibat Gempa Bendung Sidilanitano

8
KELOMPOK 6
5
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

Gambar 5. 20 Gaya Gempa

5.16 Gaya Hidrostatis/Tekanan Air


Gaya hidrostatis harus ditinjau pada dua keadaan, yaitu pada keadaan
air normal dan pada keadaan air banjir. Disamping itu gaya hidrostatis
ditinjau juga dari pengaliran dimana mercu tenggelam dan mercu tidak
tenggelam. Untuk Bendung Sidilaniano, mercunya yang tidak tenggelam.

a. Kondisi Air Normal


Gaya dan perhitungan hidrostatis pada keadaan air normal dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.

8
KELOMPOK 6
6
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

Tabel 5.10 Perhitungan Gaya Hidrostatis Akibat Air Normal

Gambar 5. 21 Gaya Hidrostatis pada Kondisi Air Normal

8
KELOMPOK 6
7
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

b. Kondisi Air Banjir


Gaya dan perhitungan hidrostatis pada keadaan air normal dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.

Tabel 5.11 Perhitungan Gaya Hidrostatis Bendung Akibat Air Banjir

Gambar 5. 22 Gaya Hidrostatis pada Kondisi Air Banjir

8
KELOMPOK 6
8
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

5.17 Tekanan Lumpur


Apabila bendung sudah bekerja, maka akan terjadi
penimbunan endapan lumpur di depan bendung. Endapan lumpur ini
diperhitungkan sebagai setinggi mercu.

Gambar tekanan lumpur dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4. 23 Gaya Lumpur

Tekanan lumpur yang bekerja terhadap muka hulu bendung, dihitung


dengan persamaan:

γ s . h 2 1 - sin ϕ
L = 2 (.
1 + sin ϕ )
Dimana :

L = Gaya yang terletak pada 2/3 kedalaman dari atas lumpur


yang bekerja secara horizontal

s = Berat Jenis Lumpur (s = 1.60 kN/m3 )

h = Dalamnya lumpur

 = Sudut gesekan dalam lumpur ( = 200)

8
KELOMPOK 6
9
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.12 Perhitungan Gaya Akibat Tekanan Lumpur

5.18 Gaya Uplift


Persamaan gaya tekan ke atas (Up Lift - Pressure) untuk bangunan
yang didirikan pada pondasi batuan menggunakan persamaan Lane
adalah :

Lx
.Δ H
Px = Hx  L
Dimana :

Px = Gaya angkat pada titik x ( Kg/m2 )

H = Beda tinggi energi ( m )

Hx = Tinggi titik x terhadap air di muka ( m )

L = Panjang total bidang kontak (Creep Line) bendung ( m )

Lx = Panjang Creep Line sampai titik x ( m )

9
KELOMPOK 6
0
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

Dengan rumus di atas maka besarnya tekanan tiap-tiap titik akan dapat
diketahui.

Dilihat dari rumus di atas maka secara teoritis up lift-pressure kemungkinan


ada yang akan bernilai negatif. ikarenakan tekanan bernilai negatif kenyataannya
tidak akan terjadi, maka tekanan negatif ini besarnya dianggap nol. Gambar titik-
titik untuk perhitungan up lift pressure dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Tabel 4.13 Perhitungan Gaya Up-Lift Bendung Dapit Kecil Pada Kondisi Air
Normal

9
KELOMPOK 6
1
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

Tabel 4.14 Perhitungan Gaya Up-Lift Bendung Dapit Kecil Pada Kondisi Air
Banjir

Perhitungan Uplift – Pressure pada bidang kontak, menggunakan rumus :


b
Ux-d = ½ . b . ( U x + Ud )
z
Gaya Uplift – Pressure ini bekerja
Ud pada titik berat bidang trapesium
Ux sejauh z dari titik d, dan dapat
dihitung berdasarkan persamaan

Ux-d berikut :
2 . Ux + Ud
xb
z = 3 ( Ux + Ud )

9
KELOMPOK 6
2
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.15 Perhitungan Gaya Uplift pada Bidang Kontak Bendung Dapit Kecil
Kondisi Air Normal

9
KELOMPOK 6
3
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

Tabel 5.16 Perhitungan Gaya Uplift pada Bidang Kontak Bendung Dapit Kecil
Kondisi Air Banjir

9
KELOMPOK 6
4
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

Berikut ini resume gaya-gaya yang terjadi pada Bendung Sidilanitano.

Tabel 5.17 Resume Gaya Yang Bekerja di Bendung Dapit Kecil pada Kondisi Air
Normal

Tabel 5.18 Resume Gaya Yang Bekerja di Bendung Dapit Kecil pada Kondisi Air
Banjir

9
KELOMPOK 6
5
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

Tabel 5.19 Perhitungan Stabilitas Bendung

5.19 Perhitungan Stabilitas


Perhitungan stabilitas bendung ditinjau terhadap : Guling, Geser,
Eksentrisitas, dan daya dukung tanah untuk masing-masing kondisi muka
air, yaitu kondisi muka air normal dan kondisi muka air banjir.

9
KELOMPOK 6
6
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

a. Stabilitas Terhadap Guling


∑ MT > 1,25
Fx = ∑ MG
b. Stabilitas Terhadap Geser
∑ V . Tan ϕ > 1,00
Fx = ∑H
c. Stabilitas Terhadap Eksentrisitas
∑ MT - ∑ MG
a = ∑H
B B
-a <
e = 2 6
d. Stabilitas Terhadap Bearing Capacity ( Daya Dukung Tanah )

∑V
 = B (
x 1±
6e
B )< σ Ijin

Dimana :

Fx= Angka keamanan

V= Jumlah Gaya Vertikal

H= Jumlah Gaya Horizontal

 MT = Jumlah Momen Tahan

 MG = Jumlah Momen Guling

e = Eksentrisitas

 = Tegangan Tanah

Ijin = Tegangan Tanah yang diijinkan yang tergantung pada jenis tanah
bangunan. Berdasarkan hasil uji lapangan dan uji laboratorium, nilai
Ijin Bendung Dapit Kecil adalah 3,75 kg/cm2

9
KELOMPOK 6
7
PERANCANGAN BANGUNAN AIR 2018

BAB VI

KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan

Dengan data-data yang telah diolah dan dilakukan perhitungan maka


didapatkan dimensi bendung, Setelah dicek dengan analisis stabilitas terhadap
gaya guling, gaya geser, eksenteisitas dan daya dukung tanah diketahui bahwa
bendung dengan dimensi dan kripline seperti yang telah dibuat tersebut tidak
memenuhi syarat dikarenakan stabilitas pada kondisi normal tidak OK.

9
KELOMPOK 6
8

Anda mungkin juga menyukai