Anda di halaman 1dari 30

Hidrologi adalah Ilmu yang berkaitan dengan air di bumi baik mengenai

terjadinya peredaran dan penyebaran sifat sifatnya dan hubungan dengan

lingkungannya terutama dengan makluk hidup.

Penerapan ilmu hidrilogi dapat ditinjau dengan beberapa kegiatan seperti

perencaaan dan operasi saluran drainase, bangunan air, penyediaan air dan berbagai

keperluan seperti pembangkit listrik tenaga air dan lain sebagainya.

Dalam perencanaan bangunan pengendali banjir, analisis hidrologi merupakan

faktor penting untuk menentukan banjir rencana. Banjir rencana dimaksudkan untuk

menentukan besaran banjir yang digunakan sebagai acuan dalam perencanaan

bangunan pengendali. Tahapan dalam analisis hidrologi adalah Analisis Data Curah

Hujan dan Analisis Debit Banjir Rencana. Banjir rencana ditetapkan melalui analisis

hidrologi dari sungai atau daerah pengaliran sungai dimana bangunan tersebut akan

dibangun, dengan periode ulang tertentu sesuai dengan kriteria desain yang

digunakan.

Analisa Curah Hujan

Curah Hujan Rerata Daerah

Apabila terdapat cukup banyak stasiun pencatat hujan pada suatu daerah

kabupaten maka bisa dipakai beberapa stasiun hujan saja dengan pertimbangan lokasi

yang paling berdekatan dan berpengaruh terhadap DAS Kali Batan. Data hujan yang

dipakai adalah data terbaru lebih dari 10 tahun.

Hujan rerata daerah dapat ditentukan dengan beberapa metode, diantaranya

rerata aljabar (arithmatic mean), Poligon Thiessen, dan Metode Isohyet. Metode

1
Isohyet merupakan metode yang paling teliti, tetapi membutuhkan jaringan penakar

hujan yang rapat untuk memungkinkan membuat garis-garis Isohyetnya.

Selain berdasarkan stasiun pengamatan, curah hujan daerah dapat dihitung

dengan parameter luas daerah tinjauan sebagai berikut (Sosrodarsono, 2003: 51) :

1. Untuk daerah tinjauan dengan luas 250 ha dengan variasi topografi kecil diwakili

oleh sebuah stasiun pengamatan.

2. Untuk daerah tinjauan dengan luas 250 – 50.000 ha yang memiliki 2 atau 3

stasiun pengamatan dapat menggunakan metode rata-rata aljabar

3. Untuk daerah tinjauan dengan luas 120.000 – 500.000 ha yang memiliki beberapa

stasiun pengamatan tersebar cukup merata dan dimana curah hujannya tidak

terlalu dipengaruhi oleh kondisi topografi dapat menggunakan metode rata-rata

aljabar, tetapi jika stasiun pengamatan tersebar tidak merata dapat menggunakan

Metode Thiessen.

4. Untuk daerah tinjauan dengan luas lebih dari 500.000 ha menggunakan Metode

Isyohyet atau menggunakan metode potongan antara.

Curah Hujan Maksimum Tahunan

Curah hujan maksimum tahunan didapat dari hasil tanggal kejadian curah

hujan harian maksimum pada bulan mana ditahun tertentu dengan satuan mm/ hr

Siklus hidrologi adalah perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer

kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke laut yang tidak pernah berhenti

tersebut, air tersebut akan tertahan sementara di sungai, danau/waduk, dan dalam

tanah sehingga dapat dimanfaatkan oleh makhluk hidup lainnya (Asdak, 2004).

2
Siklus hidrologi dimulai dengan penguapan air dari laut. Uap yang dihasilkan

dibawah oleh udara yang bergerak. Dalam kondisi yang memungkinkan, uap tersebut

terkondensasi membentuk awan, pada akhirnya dapat menghasilkan presipitasi.

Presipitasi jatuh ke bumi menyebar dengan arah yang berbeda-beda dalam beberapa

cara. Sebagian besar dari presipitasi tersebut sementara tertahan pada tanah di dekat

tempat ia jatuh, dan akhirnya dikembalikan lagi ke atmosfir oleh penguapan

(evaporasi) dan pemeluhan (transpirasi) oleh tanaman.

Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sumber : Sandro Wellyanto Lubis 2009)

Sebagian air mencari jalannya sendiri melalui permukaan dan bagian atas tanah

menuju sungai, sementara lainnya menembus masuk lebih jauh ke dalam tanah

menjadi bagian dari air tanah (groundwater). Di bawah pengaruh gaya gravitasi, baik

aliran air permukaan (surface streamflow) maupun air dalam tanah bergerak ke

tempat yang lebih rendah yang dapat mengalir ke laut. Namun, sejumlah besar air

permukaan dan air bawah tanah dikembalikan ke atmosfer oleh penguapan dan

3
pemeluhan (transpirasi) sebelum sampai ke laut (Linsley, dkk, 1989 dalam Febrina,

2008).

Secara gravitasi (alami) air mengalir dari daerah yang tinggi ke daerah yang

rendah, dari gunung-gunung, pegunungan ke lembah, lalu ke daerah lebih rendah,

sampai ke daerah pantai dan akhirnya akan bermuara ke laut. Aliran air ini disebut

aliran permukaan tanah karena bergerak diatas muka tanah. Aliran ini biasanya akan

memasuki daerah tangkapan atau daerah aliran menuju ke sistem jaringan sungai,

sistem danau ataupun waduk (Kodoatie dan Syarief, 2005 dalam Febrina, 2008).

Daerah Aliran Sungai (DAS)

Daerah Aliran Sungai disingkat DAS ialah air yang mengalir pada suatu

kawasan yang dibatasi oleh titik-titik tinggi di mana air tersebut berasal dari air hujan

yang jatuh dan terkumpul dalam sistem tersebut. Guna dari DAS adalah menerima,

menyimpan, dan mengalirkan air hujan yang jatuh diatasnya melalui sungai.

Konsep daerah aliran sungai atau yang sering disingkat dengan DAS

merupakan dasar dari semua perencanaan hidrologi. Secara umum Daerah Aliran

Sungai dapat didefinisikan sebagai suatu wilayah, yang dibatasi oleh batas alam,

seperti punggung bukit-bukit atau gunung, maupun batas buatan seperti jalan atau

tanggul, dimana air hujan yang turun di wilayah tersebut memberikan kontribusi

aliran ke titik pelepasan (outlet) (Suripin,2004).

4
Gambar .2. Daerah Aliran Sungai (Sumber : M. Aras 2011)

Air Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah air yang mengalir pada suatu kawasan

yang dibatasi oleh titik-titik tinggi dimana air tersebut berasal dari air hujan yang

jatuh dan terkumpul dalam sistem tersebut. Air pada DAS merupakan aliran air yang

mengalami siklus hidrologi secara alamiah. Selama berlangsungnya daur hidrologi,

yaitu perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah

dan kembali lagi ke laut yang tidak pernah berhenti tersebut, air tersebut akan

tertahan (sementara) di sungai, danau/waduk, dan dalam tanah sehingga akan

dimanfaatkan oleh manusia atau makhluk hidup

Karena DAS dianggap sebagai suatu sistem, maka dalam

pengembangannyapun, DAS harus diperlakukan sebagai suatu sistem. Dengan

memperlakukan sebagai suatu sistem dan pengembangannya bertujuan untuk

memenuhi tujuan pembangunan berkelanjutan, maka sasaran pengembangan DAS

akan menciptaka ciri-ciri yang baik sebagai berikut :

1. Mampu memberikan produktivitas lahan yang tinggi. Setiap bidang lahan

harus memberikan produktivitas yang cukup tinggi sehingga dapat

mendukung kehidupan yang layak bagi petani yang mengusahakannnya.

2. Mampu mewujudkan, pemerataan produktivitas di seluruh DAS.

5
3. Dapat menjamin kelestarian sumberdaya air. (Agus, dkk., 2007).

Salah satu fungsi utama dari DAS adalah sebagai pemasok air dengan

kuantitas dan kualitas yang baik terutama bagi orang di daerah hilir. Alih guna lahan

hutan menjadi lahan pertanian akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas tata air pada

DAS yang akan lebih dirasakan oleh masyarakat di daerah hilir.

Curah Hujan dan Intensitas Hujan

Analisis data hujan dimaksudkan untuk mendapatkan besaran curah hujan dan

intensitas hujan.

Hujan Rancangan (Design Rainfall)

Curah hujan rancangan adalah hujan tebesar tahunan dengan peluang tertentu

yang mungkin terjadi di suatu daerah, atau hujan dengan suatu kemungkinan periode

ulang tertentu.

Ada beberapa metode untuk menghitung besarnya curah hujan rancangan

antara lain :

a. Metode Rata-Rata Aljabar (Metode Arithmatic).

Metode ini merupakan metode yang paling sederhana, yaitu dengan

mengambil nilai rata-rata hitung dari pengukuran hujan di pos penakar-

penakarhujan di dalam areal tersebut selama satu periode tertentu. Cara ini

akan menghasilkan nilai rata-rata curah hujan yang baik, apabila daerah

pengamatannyadatar, penempatan alat ukur tersebar merata dan hasil

penakaran masing-masing pos penakar tidak menyimpang jauh dari nilai rata-

rata seluruh pos di seluruh areal.

6
Formulasi rata-rata aljabar (Arithmetic Mean Method) untuk mendapatkan

data curah hujan rerata harian maksimum sebagai berikut :

X 1+ X 2+ …+ X n n X i
X rerata= =∑ ………………………………………... 1
n 1 n

Dimana :

X rerata=Curahhujan rata−rata daerah

X 1 =Curahhujan disetiap stasiun hujan ( 1 )

X 2 =Curahhujan disetiap stasiun hujan (2)

X n=Curah hujan disetiap stasiun hujan (n)

n=Jumlah stasiun hujan

b. Metode Poligon Thiessen.

Metode ini sering digunakan pada analisis hidrologi karena metode ini lebih

baik dan obyektif dibanding dengan metode lainnya. Cara Polygon Thiessen

ini dipakai apabila daerah pengaruh dan curah hujan rata-rata tiap stasiun

berbeda-beda, dipakai stasiun hujan minimum 3 buah dan tersebar tidak

merata. Cara ini memperhitungkan luas daerah yang mewakili dari pos-pos

hujan yang bersangkutan, untuk digunakan sebagai faktor bobot dalam

perhitungan curah hujan rata-rata.

Pada metode ini dianggap bahwa data curah hujan dari suatu tempat

pengamatan dapat digunakan untuk daerah pengaliran di tempat itu, dengan

rumus, sebagai berikut :

X rerata =a . A +b . B+ c . C+ d . D+… ………………………………. 2

Dimana :

X rerata=Curahhujan rata−rata daerah

7
A , B , C , D=Besarnya hujan masing−masing stasiun

a , b , c , d=¿ Presentase luas masing-masing daerah hujan terhadap luas

seluruh daerah pengaliran.

c. Metode Poligon Isohiet.

Metode ini merupakan metode yang paling akurat untuk menentukan hujan

rata-rata, namun diperlukan keahlian dan pengalaman. Pada metode ini,

dengan data curah hujan yang ada dibuat garis-garis yang merupakan daerah

yang mempunyai curah hujan yang sama (isohyet). Kemudian luas bagian di

antara isohyet-isohyet yang berdekatan diukur dan nilai rata-ratanya dihitung

sebagai nilai rata-rata timbang dari nilai kontur, kemudian dikalikan dengan

masing-masing luasnya. Hasilnya dijumlahkan dan dibagi dengan luas total

daerah maka akan didapat curah hujan areal yang dicari, dengan rumus

sebagai berikut :

A1 R1 + A 2 R 2+ …+ An Rn
X rerata = …………………………………………....
A 1 + A 2 +…+ A n

Dimana :

X rerata=Curahhujan rata−rata daerah

A1 , A 2 , An =Luas bagian−bagian antara garisisohiet

R1 , A 2 , An =Curahhujan rata−rata pada bagian A1 … An

8
Berdasarkan ketiga metode tersebut, pemilihan metode yang cocok dipakai

pada suatu DAS dapat ditentukan dengan mempertimbangkan tiga faktor berikut :

1) Jaring-jaring pos penakar hujan dalam DAS.

2) Luas DAS.

3) Topografi DAS.

4) rancangan antara lain, Metode Log Pearson III dan Metode Gumbel.

d. Metode Log Pearson Tipe III

Metode yang dianjurkan dalam pemakaian distribusi Log-Pearson Tipe III

ialah dengan mengkonversikan rangkaian datanya menjadi bentuk

logaritmis.

Nilai rerata :

LogX=
∑ LogX
n

Atau dengan cara :

σ LogX=

[
(LogX )2−∑ ( LogX )2 /n
n−1 ]
n2 ∑ ( LogX )3 − 3 n ∑ ( LogX )2 +2 ∑ (LogX )3
Cs=
n(n−1)(n−2)(σ LogX )3

dengan :

LogX=LogX−LogX

Standart deviasi :

[ ]
1/2

σ LogX=
∑ (LogX −LogX )2
n−1

9
Koefisien asimetri :

n ∑ ( LogX− LogX )
3
Cs=
(n−1)(n−2 )( σ LogX )3

Nilai X bagi setiap tingkat probabilitas dihitung dari persamaan :

LogX T =LogX T +K . σ . LogX

Uji Kesesuaian Distribusi

Selanjutnya setelah ditetapkan distribusi yang sesuai yang dipakai, kemudian

harus dilakukan uji kesesuaian distribusi yang dimaksudkan untuk mengetahui

kebenaran analisa curah hujan baik terhadap simpangan data vertikal ataupun

simpangan data horisontal.

Untuk menguji apakah pemilihan distribusi yang digunakan dalam

perhitungan curah hujan rencana diterima atau ditolak, maka perlu dilakukan uji

kesesuaian distribusi. Uji ini dilakukan secara vertikal dengan metode Chi Square

dan secara horisontal dengan metode Smirnov Kolmogorof.

Uji Chi- kuadrat (Chi-square Test)

Uji Chi Kwadrat digunakan untuk menguji simpangan secara vertikal apakah

distribusi pengamatan dapat diterima oleh distribusi teoritis. Agar distribusi frekwensi

yang dipilih dapat diterima, maka harga X2hit < X2Cr. Harga X2Cr dapat diperoleh

dengan menentukan taraf signifikasi α dengan derajat kebebasannya (level of

significant).

Dari distribusi Chi-kuadrat, dengan penjabaran seperlunya dapat diturunkan :

10
2
( Ef −Of )
X =∑
2
Ef

dengan :

X2 = harga Chi –kuadrat

Ef = Frekuensi (banyaknya pengamatan yang diharapkan, sesuai pembagian

kelasnya

Of = Frekuensi yang terbaca pada kelas yang sama

Nilai X2 yang terdapat ini harus lebih kecil dari nilai X 2 Cr (Chi-kuadrat

kritik) yang didapat dari tabel, untuk suatu derajad nyata tertentu (level of

significance), yang sering diambil sebesar 5%. Derajat kebebasan ini secara umum

dapat dihitung dengan :

DK = k – (P + 1)

dengan :

DK = derajat kebebasan (number of degree of freedom)

K = banyaknya kelas (grup)

P = banyaknya keterikatan (constrain) atau sama dengan parameter, yang untuk

distribusi Chi-kuadrat = 2

Dalam hal ini disarankan pula agar banyaknya kelas tidak kurang dari 5

(lima). Apabila ada kelas yang frekwensinya kurang dari 5 maka dapat dilakukan

penggabungan dengan kelas yang lain.

Uji Smirnov – Kolmogorov

11
Uji Smirnov Kolmogorof digunakan untuk menguji simpangan secara

horisontal , yaitu merupakan selisih/ simpangan maksimum antara distribusi teoritis

dan empiris. Kemudian dibandingkan antara ∆maks dan ∆cr dari tabel. Apabila

∆maks < ∆cr, maka pemilihan metode frekwensi tersebut dapat diterapkan untuk data

yang ada.

Pengujian kecocokan dapat dilakukan lebih sederhana dengan cara ini.

Dengan membandingkan probabilitas untuk semua varian, dari ditribusi empiris dan

teoritisnya akan terdapat perbedaan ( α ) tertentu .

Berdasarkan persamaan Smirnov dan Kolmogorov :

α=P { max|P( X )−P( Xi)|}Δcr


Apabila nilai Δ max yang terbaca pada kertas kemungkinan ( Δ cr yang

didapat dari tabel Δ kritis untuk Tes Smirnov Kolmogorov) Untuk derajat nyata

(level of significance) dan banyaknya varian yang tertentu, maka dapat disimpulkan

bahwa penyimpangan yang terjadi hanya karena kesalahan-kesalahan yang terjadi

secara kebetulan (by chance).

Distribusi Curah Hujan Jam-jaman dan Intensitas Hujan

Untuk mengubah curah hujan rancangan menjadi debit banjir rancangan,

diperlukan curah hujan jam-jaman. Pada umumnya data hujan tersedia pada stasiun

meteorologi adalah data hujan harian, artinya data yang tercatat secara kumulatif

selama 24 jam.

Dalam menentukan debit banjir rencana (design flood), perlu didapatkan

harga sesuatu Intensitas Curah Hujan, terutama bila dipergunakan metode Ratio.

12
Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu kurun

waktu dimana air tersebut terkonsentrasi.

Untuk menentukan besarnya intensitas hujan tiap jam dapat digunakan

rumus Mononobe sebagai berikut :

2
I=( )( )
Rt 24
24 t
3

dengan :

I = intensitas curah hujan tiap jam (mm)

Rt = curah hujan rencana dengan periode ulang t tahun (mm)

t = waktu konsentrasi hujan jam ke t

Analisa Frekuensi

Analisis frekuensi adalah suatu analisis data hidrologi dengan menggunakan

statistika yang bertujuan untuk memprediksi suatu besaran hujan atau debit dengan

masa ulang tertentu. Analisis frekuensi data hidrologi juga bertujuan untuk

menentukan nilai dari besaran peristiwa-peristiwa ekstrim yang berkaitan dengan

frekuensi terjadinya melalui penerapan distribusi probabilitas. Analisis frekuensi

menggunakan variabel-variabel acak dan distribusi probabilitas yang merupakan

bagian dari metode statistik.

Tujuan dari analisis frekuensi curah hujan adalah untuk memperoleh curah

hujan dengan beberapa periode ulang. Dalam statistik dikenal beberapa jenis metode

distribusi frekuensi dan yang banyak digunakan dalam hidrologi yaitu : Metode

Distribusi Normal, Metode Log Normal, Metode Log Pearson Type III.

13
Dari ketiga metode yang ada, metode yang dipakai untuk perhitungan hujan rencana

untuk kala ulang 1 tahun, 2 tahun, 5 tahun dan 10 tahun adalah Metode Log Pearson

Type III.

 Distribusi Log-Pearson Type III.

Parameter penting dalam Log Pearson Type III yaitu nilai rata-rata,

simpangan baku, dan koefisien kemencengan. Jika koefisien kemencengan

sama dengan nol maka distribusi kembali ke ditribusi Log Normal. Tidak

seperti konsep yang melatar belakangi pemakaian distribusi normal untuk

debit puncak, maka Probabilitas distribusi Log Pearson Type III masih tetap

dipakai karena fleksibilitasnya (Suripin, 2004). Fungsi kerapatan distribusi

Log-Pearson type III mempunyai persamaan sebagai berikut :

Y T =Y + K T . S ………………………………………………………...... 4

Dimana besarnya nilai K T tergantung dari koefisien kemencangan G. Tabel

2.1, memperlihatkan harga K T untuk berbagai nilai kemencangan G. jika nilai

G sama dengan nol, distribusi kembali ke distribusi Log Normal.

Tabel 1 Nilai K T untuk Distribusi Log Pearson III.

14
Lanjutan

(Sumber :Suripin, 2004)

15
Dalam analisis statistik, terdapat parameter-parameter yang dapat membantu

dalam menentukan jenis sebaran yang tepat. Parameter-parameter tersebut dibagi

dalam empat bagian besar pengukuran yaitu, pengukuran central tendency,

pengukuran variabilitas, pengukuran kemencengan (skewness), dan pengukuran

keruncingan (kurtosis). Berikut ini adalah parameter-parameter yang akan digunakan

dalam analisa frekuensi :

1. Nilai rata-rata
n
1
X= ∑ X ………………………………………………………….
n i=1
5

2. Deviasi standar
S=¿….......................................................... 6
3. Koefisien Variasi (Cv)
S
C= ………...……………….......................................................... 7
X

4. Koefisien Skewness
1
n ∑ ( X i− X )
i=1 ………………………………………………….. 8
C s= 3
( n−1 ) (n−2) S
5. Koefisien Kurtosis
n
n2 ∑ ( X i−X )
i=1 ……………………………………………….
C k= 4
( n−1 ) ( n−2 )( n−3 ) S
9

Intensitas Hujan

Intensitas hujan adalah tinggi curah hujan dalam periode tertentu yang

dinyatakan dalam satuan mm/jam. Durasi adalah lamanya suatu kejadiaan hujan.

Intensitas hujan yang tinggi pada umumnya berlangsung dengan durasi pendek dan

16
meliputi daerah yang tidak sangat luas. Hujan yang meliputi daerah yang luas, jarang

sekali dengan intensitas yang tinggi, tetapi dapat berlangsung dengan durasi cukup

panjang. Kombinasi dari intensitas hujan yang tinggi dengan durasi yang panjang

jarang terjadi, tetapi apabila terjadi berarti sejumlah besar volume air bagaikan

ditumpahkan dari langit (Sudjarwadi, 1987 dalam Suroso & Hery, 2006)

Dalam Rumus empiris untuk menghitung intensitas hujan dalam menentukan debit

puncak dengan metode Rasional, digunakan rumus Mononobe seperti persamaan

berikut :

( )
R 24 2
I= 24 3
…………………………………………………………... 10
24 t

Dimana :

I=¿Intensitas hujan (mm/jam)

t=¿ Lamanya hujan (jam)

R24 =¿Curah hujan maksimum harian dalam 24 jam (mm)

Jika data yang tersedia adalah data hujan jangka pendek dapat dihitung dengan

menggunakan rumus Talbot:

a
I= ………………………………………………………………….
t+b

11

Dimana :

I =¿Intensitas hujan (mm/jam)

t=¿ Lamanya hujan (jam)

a dan b = Konstanta yang tergantung pada lamanya hujan yang terjadi di DAS.

17
Waktu Konsentrasi

Menurut Suripin (2004), waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan oleh

air hujan yang jatuh untuk mengalir dari titik terjauh sampai ke tempat keluaran DAS

(titik kontrol) setelah tanah menjadi jenuh. Dalam hal ini diasumsikan bahwa jika

durasi hujan sama dengan waktu konsentrasi, maka setiap bagian DAS secara

serentak telah menyumbangkan aliran terhadap titik kontrol.

Kirpich (1940) dalam Suripin (2004) mengembangkan rumus dalam

memperkirakan waktu konsentrasi, dimana dalam hal ini durasi hujan diasumsikan

sama dengan waktu konsentrasi.

Rumus waktu konsentrasi tersebut dapat ditulis sebagai berikut:

( )
2 0.385
0.87 x L
t c= ……………………………………………………………. 12
1000 x S0

Dengan:

tc = waktu konsentrasi (jam)

L = panjang saluran utama dari hulu sampai penguras (km)

So = kemiringan rata-rata saluran

Limpasan (Run Off)

Limpasan permukaan merupakan air hujan yang tidak dapat ditahan oleh tanah,

vegetasi atau cekungan dan akhirnya mengalir langsung ke sungai atau laut. Besarnya

nilai aliran permukaan sangat menentukan besarnya tingkat kerusakan akibat erosi

18
maupun banjir. Besarnya nilai aliran permukaan dipengaruhi oleh curah hujan,

vegetasi (penutup lahan), adanya bangunan penyimpan air dan faktor lainnya.

Laoh (2002) mengatakan bahwa pada lahan bervegetasi lebat, air hujan yang

jatuh akan tertahan pada vegetasi dan meresap ke dalam tanah melalui vegetasi dan

seresah daun di permukaan tanah, sehingga limpasan permukaan yang mengalir kecil.

Pada lahan terbuka atau tanpa vegetasi, air hujan yang jatuh sebagian besar menjadi

limpasan permukaan yang mengalir menuju sungai, sehingga aliran sungai meningkat

dengan cepat.

Hujan merupakan komponen masukan yang paling penting dalam proses

hidrologi Das, karena jumlah hujan dialihragamkan menjadi aliran sungai (run off)

melalui limpasan permukaan, aliran bawah tanah, maupun aliran air tanah. Menurut

Haan, et al,. (1982) dalam Setyowati (2010), hujan dan aliran adalah saling

berhubungan dalam hal hubungan antara volume hujan dengan volume aliran,

distribusi hujan per waktu mempengaruhi hasil aliran, dan frekuensi kejadian hujan

mempengaruhi aliran.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Limpasan

Menurut Suripin (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi limpasan dibagi

dalam 2 kelompok, yakni faktor meteorology dan karakteristik daerah tangkapan

saluran atau daerah aliran sungai (DAS).

19
a. Faktor meteorologi.

Faktor-faktor yang termasuk dalam kelompok elemen-elemen meteorologi

adalah sebagai berikut :

1. Intensitas curah hujan.

Pengaruh intensitas curah hujan pada limpasan permukaan tergantung

dari kapasitas infiltrasi. Jika intensitas curah hujan melampaui kapasitas

infiltrasi, maka besarnya limpasan akan segera meningkat sesuai dengan

peningkatan intensitas curah hujan. Akan tetapi, besarnya peningkatan

limpasan itu tidak sebanding dengan peningkatan curah hujan lebih, yang

disebabkan oleh efek penggenangan di permukaan tanah. Intensitas hujan

berpengaruh pada debit maupun volume limpasan.

2. Durasi hujan.

Di setiap daerah aliran mempunyai satuan durasi hujan atau lama hujan

kritis. Jika lamanya curah hujan itu kurang dari lamanya hujan kritis,

maka lamanya limpasan akan sama dan tidak tergantung dari intensitas

curah hujan. Jika lamanya curah hujan itu lebih panjang, maka lamanya

limpasan permukaan itu juga menjadi lebih panjang.

3. Distribusi curah hujan.

Jika kondisi-kondisi seperti topografi, tanah dan lain-lain diseluruh

daerah pengaliran itu sama dan umpamanya jumlah curah hujan itu sama,

20
maka curah hujan yang distribusinya merata yang mengakibatkan debit

puncak yang minimum. Banjir di daerah pengaliran yang besar kadang-

kadang terjadi oleh curah hujan lebat yang distribusinya merata, dan

sering kali terjadi oleh curah hujan biasa yang mencakup daerah yang luas

meskipun intensitasnya kecil. Sebaliknya, di daerah pengaliran yang

kecil, debit puncak maksimum dapat terjadi oleh curah hujan lebat dengan

daerah hujan yang sempit.

b. Karakteristik DAS.

Karakteristik Das yang berpengaruh besar pada aliran permukaan meliputi

luas dan bentuk Das, topografi, dan tata guna lahan.

1. Luas dan bentuk Das.

Laju dan volume aliran permukaan makin bertambah besar dengan

bertambahnya luas Das. Tetapi, apabila aliran permukaan tidak

dinyatakan sebagai jumlah total dari Das, melainkan sebagai laju dan

volume per satuan luas, besarnya akan berkurang dengan bertambahnya

luas Das. Ini berkaitan dengan waktu yang diperlukan air untuk mengalir

dari titik terjauh sampai ke titik kontrol (waktu konsentrasi) dan juga

intensitas hujan. Bentuk Das mempunyai pengaruh pada pola aliran

dalam sungai. Pengaruh bentuk Das terhadap aliran permukaan dapat

ditunjukkan dengan memperhatikan hidograf-hidograf yang terjadi pada

dua buah Das yang bentuknya berbeda namun mempunyai luas yang

sama dan menerima hujan dengan intensitas yang sama.

2. Topografi.

21
Tampakan rupa muka bumi atau topografi seperti kemiringan lahan,

keadaan dan kerapan parit dan/atau saluran, dan bentuk-bentuk cekungan

lainnya mempunyai pengaruh pada laju dan volume aliran permukaan.

Das dengan kemiringan curam disertai parit/saluran yang rapat akan

menghasilkan laju dan volume aliran yang lebih tinggi dibandingkan

dengan Das yang landai dengan parit yang jarang dan adanya cekungan-

cekungan.

3. Tata guna lahan.

Pengaruh tata guna lahan pada aliran permukaan dinyatakan dalam

koefisien aliran permukaan (C), yaitu bilangan yang menunjukkan

perbandingan antara besarnya aliran permukaan dan besarnya curah

hujan. Angka koefisien aliran permukaan ini merupakan salah satu

indikator untuk menentukan kondisi fisik suatu DAS. Nilai C berkisar

antara 0 sampai 1. Nilai C = 0 menunjukkan bahwa semua air hujan

terinfiltrasi ke dalam tanah, sebaliknya untuk nilai C = 1 menunjukkan

bahwa semua air hujan mengalir sebagai aliran permukaan. Pada Das

yang masih baik, harga C mendekati nol dan semakin rusak suatu Das

maka harga C makin mendekati satu.

Metode Rasional

Metode Rasional banyak digunakan untuk memperkirakan debit puncak yang

ditimbulkan oleh hujan deras pada daerah tangkapan (Das) kecil. Suatu Das disebut

Das kecil apabila distribusi hujan dapat dianggap seragam dalam suatu ruang dan

waktu, dan biasanya durasi hujan melebihi waktu konsentrasi. Metode Rasional dapat

22
menggambarkan hubungan antara debit limpasan dengan besar curah hujan, secara

praktis berlaku untuk luas Das kurang dari 300 hektar.

Bentuk umum rumus metode Rasional adalah sebagai berikut :

Q =0.02785 . C . I . A …....……………………………………………………

13

Dengan :

Q = Laju aliran permukaan (debit) puncak ( m3 /det )

C = Koefisien aliran permukaan (0 ≤ C ≤ 1)

I = Intensitas hujan

A = Luas Das (ha)

Beberapa asumsi dasar untuk menggunakan metode Rasional adalah sebagai berikut

(Wanielista, 1990).

a. Curah hujan terjadi dengan intensitas yang tetap dalam satu jangka waktu

tertentu, setidaknya sama dengan waktu konsentrasi.

b. Limpasan langsung mencapai maksimum ketika durasi hujan dengan

intensitas yang tetap, sama dengan waktu konsentrasi.

c. Koefisien run off dianggap tetap selama durasi hujan.

d. Luas DAS tidak berubah selama durasi hujan.

Koefisien Limpasan

Koefisien limpasan adalah persentase jumlah air yang dapat melimpas melalui

permukaan tanah dari keseluruhan air hujan yang jatuh pada suatu daerah.Semakin

kedap suatu permukaan tanah, maka semakin tinggi nilai koefisien pengalirannya.

23
Koefisien aliran permukaan (C) merupakan pengaruh tata guna lahan dalam

aliran permukaan, yakni bilangan yang menampilkan perbandingan antara besarnya

aliran permukaan dan besarnya curah hujan. Nilai C berkisar antara 0 – 1. Nilai C = 0

menunjukkan bahwa semua air hujan terintersepsi dan terinfiltrasi ke dalam tanah,

sebaliknya untuk nilai C = 1 menunjukkan bahwa air hujan mengalir sebagai aliran

permukaan. Pada Das yang baik harga C mendekati nol dan semakin rusak suatu Das

maka harga C semakin mendekati satu (Kodoatie dan Syarief, 2005 dalam Febrina,

2008).

Untuk besarnya nilai koefisien aliran permukaan dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

Tabel 2 Koefisien Limpasan (Run Off)


Diskripsi lahan / karakter permukaan Koefisien limpasan C

Business
 Perkotaan 0.70 – 0.95
 Pinggirin 0.50 – 0.70
Perumahan
 Rumah tunggal 0.30 – 0.50
 Multiunit, terpisah 0.40 – 0.60
 Multiunit, tergabung 0.60 – 0.75
 Perkampungan 0.25 – 0.40
 Apartemen 0.50 – 0.70
Industri
 Ringan 0.50 – 0.80
 Berat 0.60 – 0.90
Perkerasan
 Aspal dan beton 0.70 – 0.95
 Batu bata, paving 0.50 – 0.70
Atap 0.75 – 0.95

Halaman, tanah berpasir


 Datar, 2% 0.05 – 0.10
 Rata-rata, 2-7% 0.10 – 0.15
 Curam, 7% 0.15 – 0.20
Halaman, tanah berat
 Datar, 2% 0.13 – 0.17
 Rata-rata, 2-7% 0.18 – 0.22
 Curam, 7% 0.25 – 0.35
Halaman kereta api 0.10 – 0.35

24
Taman tempat bermain 0.20 – 0.35
Taman, perkuburan 0.10 – 0.25
Hutan
 Datar, 0-5% 0.10 – 0.40
 Bergelombang 5-10% 0.25 – 0.50
 Berbukit, 10-30% 0.30 – 0.60
 Semak Belukar 0.15 – 0.30
(Sumber:McGuen, 1989 dalam Suripin, 2004)

Penampang Melintang Saluran

Pada umumnya tipe aliran melalui saluran terbuka adalah turbulen, karena

kecepatan aliran dan kekasaran dinding relatif besar. Aliran melalui saluran terbuka

akan turbulen apabila angka Reynolds Re> 2.000 dan laminer apabila Re < 500.

Rumus Reynolds dapat ditulis sebagai berikut :

V .L
Re = ………………………………………………………………………..
ʋ

14

Dengan : V = Kecepatan aliran (m/det)

L = Panjang karakteristik (m), pada saluran muka air bebas L = R

ʋ = Kekentalan kinematik (m2 / det ⁡)

Nilai R dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

A
R= ……………………………………………………………………….... 15
P

Dengan : R = Jari-jari hidraulik (m)

A = Luas penampang basah ( m2 )

P = Keliling penampang basah (m)

Untuk mencari nilai kecepatan aliran dapat menggunakan rumus Manning yang dapat

ditulis sebagai berikut :

25
2 1
1
V = . R 3 . S 2 …………………..... .………………………………………..…. 16
n

Dengan : R = Jari-jari hidraulik (m)

I = Kemiringan dasar saluran

n = Koefisien Manning

Nilai koefisien Manning dapat dicari dengan melihat Tabel 3 di bawah ini :

Table 3 Nilai Koefisien Manning

Untuk mencari debit aliran pada saluran dapat menggunakan rumus :

Qext =V . A ………………………………………………………………….… 17

Dengan : Qext = Debit aliran pada saluran ( m3 /det )

V = Kecepatan aliran (m/det)

A = Luas penampang basah saluran ( m2 )

26
Penampang melintang saluran yang paling ekonomis adalah saluran yang dapat

melewatkan debit maksimum untuk luas penampang basah, kekasaran, dan

kemiringan dasar tertentu.

Ada 2 macam jenis bentuk penampang saluran yang biasa digunakan dalam

perencanaan saluran drainase. Jenis penampang saluran tersebut antara lain :

1. Saluran terbuka, yaitu saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan yang

terletak di daerah yang mempunya luasan yang cukup, ataupun untuk drainase

air non air hujan yang tidak membahayakan kesehatan / menggangu

lingkungan.

2. Saluran Tertutup, yaitu saluran yang pada umumnya sering dipakai untuk

aliran air kotor (air yang mengganggu kesehatan/lingkungan) atau untuk

saluran yang terletak di tengah kota.

Tabel. 4 Bentuk Penampang Saluran

Sumber : BPKM, Drainase Perkotaan, 1996

Bentuk Saluran Yang Paling Ekonomis

Potongan melintang saluran yang paling ekonomis adalah saluran yang dapat

melewati debit maksimum untuk luas penampang basah, kekasaran, dan kemiringan

dasar tertentu. Salah satunya adalah saluran berbentuk Trapesium.

27
Perhitungan Dimensi Saluran

Adapun dalam menghitung dimensi saluran maka dapat menggunakan metode

perumusan Manning, sebagi berikut :

V = 1/n. R2/3. S1/2 …………………………………………………...…. . 18

Q = A. V = A. (1/n . R2/3 . S1/2 )……………………………………...… 19

R = A/ P .…………………………………………………………….…. 20

A = (b +mh)h………………………………………………………......... 21

P = b + 2h√1 + m2 …………………………………….………………... 22

[ ][ ]
2/3
1 (b+ m h)h
. S1/2
n b+2 h √1+m2
Q = (b + mh) h …........................................ 23

Dengan n = Angka kekasaran saluran (tabel 3)

R = Jari-jari hidrolis saluran, (m)

S = Kemiringan dasar saluran

Q = Debit saluran, (m3/det)

h = Tinggi air dalam saluran (m)

m = kemiringan talut

b = Lebar dasar saluran (m)

V = Kecepatan aliran (m/det)

A = Luas penampang basah saluran (m2)

28
Gambar .3. Penampang Saluran Trapesium

HIDROLOGI

29
NAMA : RENSI S. MAKARUKU

KELAS : TKJJ 5C

30

Anda mungkin juga menyukai