TINJAUAN PUSTAKA
Air di bumi antara lain meliputi yang ada di atmosfir, di atas permukaan tanah
dan di bawah permukaan tanah . Jumlah air di bumi kurang lebih berjumlah 1400 x
bumi dari suatu tempat ke tempat lainnya hingga kembali ke tempat asalnya.
Air naik ke udara dari permukaan laut atau dari daratan melalui evaporasi. Air di
atmosfer dalam bentuk uap air atau awan bergerak dalam massa yang besar di atas
benua dan dipanaskan oleh radiasi tanah. Panas membuat uap air lebih naik lagi
sehingga cukup tinggi dan dingin untuk terjadi kondensasi. Uap air berubah jadi
embun dan seterusnya jadi hujan atau salju. Curahan (precipitation) turun ke
bawah, ke daratan atau langsung ke laut. Air yang tiba di daratan kemudian
mengalir di atas permukaan sebagai sungai, terus kembali ke laut.
(Limantara,L.M., 1986)
2.2 Sungai
Sungai adalah air hujan atau mata air yang mengalir secara alami melalui
suatu lembah atau diantara dua tepian dengan batas jelas, menuju tempat lebih
rendah (laut, danau atau sungai lain). Dengan kata lain sungai merupakan tempat
dan bercabang tempat mengalirnya air dalam jumlah besar. Sungai terdiri dari 3
bagian, yaitu bagian hulu, bagian tengah dan bagian hilir (Hariyanto, A. dan
Iskandar, K. H.,2010).
1. Bagian hulu sungai terletak di daerah yang relatif tinggi sehingga air dapat
mengalir turun.
3. Bagian hilir sungai terletak di daerah landai dan sudah mendekati muara
sungai.
2) Sungai gletser adalah sungai yang airnya berasal dari gletser atau bongkahan
es yang mencair
3) Sungai campuran adalah sungai yang airnya berasal dari hujan dan salju yang
mencair
Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan suatu
kesatuan dengan sungai dan anak – anak sungainya, yang berfungsi menampung,
menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke
laut secara alami, yang batas didarat merupakan pemisah topografi dan batas di
laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktifitas daratan.
Air pada DAS merupakan aliran air yang mengalami siklus hidrologi
secara alamiah. Selama berlangsungnya daur hidrologi, yaitu perjalanan air dari
laut yang tidak pernah berhenti tersebut, air tersebut akan tertahan sementara di
sungai, danau, dan dalam tanah. Pembagian daerah aliran sungai berdasarkan
fungsi hulu, tengah dan hilir (KP Irigasi 01, 2010) yaitu:
antara lain dapat diindikasikan dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS,
2. Bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola
untuk memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang antara
menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta terkait pada prasarana
3. Bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola
untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang
1. Daerah aliran sungai (DAS) dengan pola bulu burung, di daerah aliran sungai
ini selain terdapat sungai utama, tidak jauh dari sungai utama tersebut, di
sebelah kirinya dan kanan terdapat pola-pola sungai kecil atau anak-anak
sungai.
2. Daerah aliran sungai (DAS) dengan pola radial atau melebar, di daerah aliran
sungai ini pun terdapat sungai utama (besar dengan beberapa anak
3. Daerah aliran sungai (DAS) dengan pola paralel atau sejajar, daerah aliran
sungai ini memiliki 2 jalur daerah aliran, yang memang paralel, yang di
Curah hujan (CH) wilayah yang terdapat pada suatu daerah aliran sungai
irigasi, mengetahui neraca air dalam suatu lahan dan untuk mengetahui besarnya
Curah hujan di dapat melalui penakaran curah hujan yang terdapat pada
Metode ini adalah metode yang paling sederhana untuk menghitung hujan
rerata pada suatu daerah. Pengukuran yang dilakukan di beberapa stasiun dalam
waktu yang bersamaan dijumlahkan dan kemudian dibagi dengan jumlah stasiun.
Stasiun hujan yang digunakan dalam hitungan biasanya adalah berada di dalam
DAS, tetapi stasiun di luar DAS yang masih berdekatan juga bisa diperhitungkan.
di mana:
2. Metode Thiessen
mewakili luasan disekitarnya. Pada suatu luasan di dalam DAS dianggap bahwa
hujan adalah sama dengan yang terjadi pada stasiun yang terdekat, sehingga hujan
yang tercatat pada suatu stasiun mewakili luasan tersebut. Metode ini digunakan
apabila penyebaran stasiun hujan didaerah yang ditinjau tidak merata. Hitungan
curah hujan rerata dilakukan dengan memperhitungkan daerah pengaruh dari tiap
a. Stasiun pencatat hujan digambarkan pada peta DAS yang ditinjau termasuk
Tiap stasiun mewakili luasan yang dibentuk oleh poligon. Untuk stasiun yang
berada didekat batas DAS, garis batas DAS membentuk batas tertutup dari
poligon.
e. Luas tiap poligon di ukur dan kemudian dikalikan dengan kedalaman hujan di
f. Jumlah dari hitungan pada butir e untuk semua stasiun dibagi dengan luas
daerah yang ditinjau menghasilkan hujan rerata daerah tersebut yang dalam
di mana:
yang sama. Pada metode isohyet, dianggap bahwa hujan pada suatu daerah di
antara dua garis isohyet adalah merata dan sama dengan nilai rerata dari kedua
garis isohyet tersebut. Pembuatan garis isohyet dilakukan dengan prosedur berikut
ini :
a. Lokasi stasiun hujan dan kedalaman hujan digambarkan pada peta daerah
yang ditinjau.
d. Diukur luas daerah antara dua isohyet yang berurutan dan kemudian
e. Jumlah dari hitungan pada butir d untuk seluruh garis isohyet dibagi dengan
di mana:
dengan menggunakan data curah hujan. Hal ini akan dijelaskan sebagai berikut:
m3/det yang mengalir selama 24 jam dapat dinyatakan dengan m3/det-hari. Debit
sungai juga dinyatakan dengan km2 – cm, yaitu menggambarkan volume air yang
survey primer dapat dilakukan melalui pengukuran debit air permukaan (air
dengan mengukur luas potongan melintang palung sungai dan kecepatan rata-rata
airnya. Untuk mengukur kecepatan air digunakan alat pengukur kecepatan air
Radioactive tracers
Oxygen polarography
kebutuhan air dengan resiko yang telah diperhitungkan. Tujuan utama untuk
diharapkan selalu tersedia di sungai sepanjang tahun. Dalam penelitian ini debit
80% dari 100% kejadian. Jumlah kejadian yang dimaksud adalah jumlah data
yang diperlukan untuk analisis adalah lima tahun dan pada umumnya untuk
memperoleh nilai yang baik data yang digunakan hendaknya berjumlah 10 tahun
dalam perhitungan debit andalan digunakan metode Dr. F.J.Mock. Sebagai data
vegetasi dan karakteristik geologi daerah aliran yang terdapat di Sungai Batang
Selo.
Analisis kebutuhan air irigasi merupakan salah satu tahap penting yang
tanaman didefinisikan sebagai jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman pada
suatu periode untuk dapat tumbuh dan produksi secara normal. Kebutuhan air
nyata untuk areal usaha pertanian meliputi evapotranspirasi (ET), sejumlah air
yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara khusus seperti penyiapan lahan dan
KAI = ET + KA + KK (2.4)
di mana:
suatu periode adalah 5 mm per hari, kehilangan air ke bawah (perkolasi) adalah 2
mm per hari dan kebutuhan khusus untuk penggantian lapis air adalah 3 mm per
hari maka, kebutuhan air pada periode tersebut dapat dihitung sebagai berikut
KAI = 5 + 2 + 3
KAI = 10 mm perhari
Untuk memenuhi kebutuhan air ingasi terdapat dua sumber utama. Yaitu
pernberian air irigasi (PAI) dan hujan efektif (HE). Disamping itu terdapat sumber
lain yang dapat dimanfaatkan adalah kelengasan yang ada di daerah perakaran
serta kontribusi air bawah permukaan. Pemberian Air Irigasi dapat dipandang
sebagai kebutuhan air dikurangi hujan efektif dan sumbangan air tanah.
di mana:
PAI = Pemberian air irigasi,
KAI = Kebutuhan air,
HE = Hujan efektif
KAT = Kontribusi air tanah
Sebagai contoh misalnya kebutuhan air pada suatu periode telah dihitung
sebesar 10 mm per hari, sumbangan hujan efektif pada periode tersebut juga telah
dihitung sebesar 3 mm per hari dan kontribusi air tanah adalah 1 mm per ha, maka
1. Pengolahan lahan
2. Penggunaan konsumtif
3. Perkolasi
6. Efisiensi irigasi
7. Efektifitas irigasi
faktor hujan efektif. Kebutuhan air di sawah dapat dinyatakan dalam satuan
Intensification) yang dapat dapat lebih optimal bekerja dibanding metode SCH
(Stagnant Constant Head) karena lebih menghemat air sehingga sisa pemberian
air cukup untuk pengambilan air baku oleh PDAM Kota Malang. Dimana dengan
system SRI menghemat air irigasi sebesar 30% (Haliem, dkk, 2012).
suatu proyek irigasi. Ada 2 faktor penting yang menentukan besarnya kebutuhan
selama penyiapan lahan salah satunya adalah metode yang dikembangkan oleh
Metode ini didasarkan pada laju air konstan dalam l/dt selama penyiapan lahan
IR = M. ek/(ek – 1) (2.6)
M = Eo + P (2.7)
K = MT/S (2.8)
di mana:
evaporasia dalah proses perubahan molekul air di permukaan menjadi molekul air
dimana air yang dihisap oleh akar diteruskan lewat tubuh tanaman dan diuapkan
(ETo) yaitu evapotranspirasi yang terjadi apabila tersedia cukup air. Kebutuhan air
untuk tanaman adalah nilai ETo dikalikan dengan suatu koefisien tanaman
Kc = koefisien tanaman
ETo = evapotranspirasi potensial (mm/hari)
ETc = Evapotranspirasi tanaman (mm/hari).
Kebutuhan air konsumtif ini dipengaruhi oleh jenis dan usia tanaman
(tingkat pertumbuhan tanaman). Pada saat tanaman mulai tumbuh, nilai kebutuhan
berlangsung beberapa saat menurut jenis tanaman, nilai kebutuhan air konsumtif
IR = M.ek/(ek – 1) (2.10)
di mana:
IR = NFR/e (2.12)
di mana:
2.6.3 Perkolasi
pengolahan (puddling) yang baik, laju perkolasi dapat mencapai 1-3 mm/hari.
Pada tanah-tanah yang lebih ringan, laju perkolasi bisa lebih tinggi. Untuk
bulan dan dua bulan setelah transplantasi (atau 3,3 mm/hari selama 1/2 bulan).
Analisa curah hujan yang dimaksud adalah curah hujan efektif untuk
menghitung kebutuhan air irigasi. Curah hujan efektif atau andal adalah bagian
dari keseluruhan curah hujan yang secara efektif tersedia untuk kebutuhan air
irigasi.
merupakan curah hujan yang besarnya dapat dilampaui sebanyak 80% atau
dengan kata lain dilampauinya 8 kali kejadian dari 10 kali kejadian. Artinya,
bahwa besarnya curah hujan yang terjadi lebih kecil dari R80 mempunyai
sebagai berikut:
di mana:
1
Reff= 0,7 x15x R (2.14)
di mana:
tanaman, jenis tanah, cara pemberiaan airnya, cara pengolahan tanah, banyak
turun curah hujan, waktu penanaman, iklim, pemeliharaan saluran dan bangunan
bendung dan sebagainya. Banyaknya air pada petak sawah dapat dirumuskan
sebagai berikut :
di mana
di mana:
Efisiensi irigasi adalah angka perbandingan dari jumlah air irigasi nyata
yang terpakai untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman dengan jumlah air yang
pengaliran yang pada umumnya terjadi di jaringan utama dan efisiensi di jaringan
sekunder yaitu dari bangunan pembagi sampai petak sawah. Efisiensi irigasi
didasarkan asumsi sebagian dari jumlah air yang diambil akan hilang baik di
saluran maupun di petak sawah. Kehilangan air yang diperhitungkan untuk
saluran, luas permukaan saluran, keliling basah saluran dan kedudukan air tanah.
Besarnya nilai efisiensi irigasi ini dipengaruhi oleh jumlah air yang hilang selama
primer 80%, sekunder 90% dan tersier 90%. Sehingga efisiensi irigasi total = 90%
x 90% x 80% = 65 %.
𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡𝑃𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑙−𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡𝑈𝑗𝑢𝑛𝑔
Debit hilang = x 100 % (2.17)
𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡𝑃𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑙
di mana:
Ec = Efisiensi irigasi,
Debit pangkal = Jumlah air yang masuk
Debit ujung = Jumlah air yang keluar
Debit total = Jumlah air seluruhnya
Tingkat efektifitas jaringan irigasi terutama pada jaringan irigasi induk dan
jaringan irigasi.