ABSTRAK
Sungai Malino di kabupaten Parimo Sulawesi Tengah, pernah meluap dan membanjiri beberapa
daerah aliran sungainya yang mengakibatkan kerugian bagi warga yang tinggal di bantaran sungai
maupun pengguna jalan raya. Untuk mengantisipasi bahaya banjir, dibutuhkan data kapasitas
penampang dan tinggi muka air sungai Malino.
Pada penelitian ini, frekuensi hujan dihitung dengan metode Log Pearson III. Data curah hujan yang
digunakan adalah data curah hujan harian maksimum tahun 2008 s/d 2017 dari pos hujan Ongka -
Persatuan. Simulasi hujan aliran dilakukan dengan HSS SCS menggunakan bantuan program HEC-
HMS. Untuk memperoleh elevasi tinggi muka air, maka debit puncak hasil simulasi dimasukkan
dalam program HEC-RAS.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa kapasitas penampang dari STA 0+0 sampai dengan STA 0+200
sungai Malino tidak dapat lagi menampung debit banjir dengan kala ulang 5 tahun, 10 tahun, 25
tahun, 50 tahun, dan 100 tahun .
Kata kunci : Banjir, Kapasitas Penampang Sungai, Tinggi Muka Air, HEC-HMS, HEC-RAS.
595
Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.6 Juni 2019 (595-604) ISSN: 2337-6732
4. Data penampang sungai diperoleh dari ditetapkan berdasarkan pada aliran permukaan,
pengukuran yang ditinjau dari titik control di dan bukan ditetapkan berdasar pada air bawah
Jembatan Malino yaitu sepanjang 100meter tanah karena permukaan air tanah selalu berubah
menuju hulu sungai dan 100meter menuju sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian.
hilir sungai dari titik control pengukuran. Untuk menentukan batas DAS sangat
diperlukan peta topografi yang memuat semua
Tujuan Penelitian keterangan tentang suatu wilayah tertentu, baik
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk jalan, kota, desa, sungai, jenis tumbuh–
mengetahui kapasitas penampang sungai tumbuhan, tata guna lahan lengkap dengan garis–
terhadap berbagai kala ulang banjir di daerah garis kontur. Memperhatikan keperluan untuk
aliran Sungai Malino. berbagai kepentingan analisis berikutnya, dan
dipertimbangkan pula segi kepraktisan
Manfaat Penelitian pemakaian, maka peta dengan skala 1:50.000
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipandang mencukupi. Dari peta yang dimiliki,
menjadi bahan informasi untuk instansi terkait ditetapkan titik–titik tertinggi di sekeliling sungai
yang berwenang dalam melakukan utama (main stream) yang dimaksudkan, masing-
penanggulangan masalah banjir di wilayah masing titik tersebut dihubungkan satu dengan
sungai Malino. lainnya sehingga membentuk garis utuh yang
bertemu ujung pangkalnya. Garis tersebut
merupakan batas DAS di titik kontrol tertentu.
LANDASAN TEORI
Analisis Curah Hujan
Daur Hidrologi Untuk mendapatkan perkiraan besar banjir
Daur hidrologi adalah gerakan air laut ke yang terjadi di suatu penampang sungai tertentu,
udara, yang kemudian jatuh ke permukaan tanah maka kedalaman hujan yang terjadi harus
lagi sebagai hujan atau bentuk presipitasi lain, diketahui pula. Yang diperlukan adalah besaran
dan akhirnya mengalir ke laut kembali. Susunan kedalaman hujan yang terjadi di seluruh DAS.
secara siklis peristiwa tersebut tidaklah Jadi tidak hanya besaran hujan yang terjadi di
sederhana: suatu stasiun pengukuran hujan, melainkan data
1. Daur tersebut dapat berupa daur pendek, kedalaman hujan dari beberapa stasiun hujan
yaitu hujan yang jatuh di laut, danau atau yang tersebar di seluruh DAS.
sungai yang segera dapat mengalir kembali Curah hujan rata–rata dari hasil pengukuran
ke laut. hujan di beberapa stasiun pengukuran dapat
2. Tidak adanya keseragaman waktu yang dihitung dengan metode Polygon Thiessen.
diperlukan oleh suatu daur. Pada musim Metode ini dipandang cukup baik karena
kemarau kelihatannya daur berhenti memberikan koreksi terhadap kedalaman hujan
sedangkan di musim hujan daur berjalan sebagai fungsi luas daerah yang dianggap
kembali. mewakili.
3. Intensitas dan frekuensi daur tergantung Curah hujan rata–rata dengan cara Polygon
pada keadaan geografis dan iklim, yang Thiessen dihitung dengan persamaan sebagai
mana hal ini merupakan akibat perubahan berikut:
letak planet bumi terhadap matahari
sepanjang. ̅ = A1 R1 +A2 R2 +⋯+An Rn
R (1)
A +A +⋯+A
1 2 n
4. Berbagai bagian daur dapat menjadi sungai dengan:
kompleks, sehingga kita hanya dapat ̅
R = Curah hujan rata-rata.
mengamati bagian akhirnya saja dari suatu R1 , R 2 , … , R n = Curah hujan di tiap titik
hujan yang jatuh di atas permukaan tanah pengamatan dan n adalah
dan kemudian mencari jalannya untuk jumlah titik–titik pengamatan.
kembali ke laut. A1 , A2 , … , An = Luas daerah yang mewakili
tiap stasiun pengamatan.
Daerah Aliran Sungai (DAS)
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah Analisis Frekuensi
di mana semua airnya mengalir ke dalam suatu Data hidrologi adalah kumpulan keterangan
sungai yang dimaksudkan. Daerah ini umumnya atau fakta mengenai fenomena hidrologi seperti:
dibatasi oleh batas topografi yang berarti
596
Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.6 Juni 2019 (595-604) ISSN: 2337-6732
curah hujan, temperatur, penguapan, debit sungai Kriteria pemilihan untuk tiap tipe distribusi
dan lain sebagainya yang akan selalu berubah berdasarkan parameter statistik adalah sebagai
menurut waktu. Komponen data hidrologi dapat berikut :
disusun dalam bentuk daftar atau tabel. 1) Distribusi Normal
Dalam sistem hidrologi, ada waktu–waktu CS ≈ 0 ; CK ≈ 3
terjadinya kejadian ekstrim seperti hujan badai, 2) Distribusi Log-Normal
banjir, dan kekeringan. Besarnya kejadian CS ≈ CV3 + 3 CV
ekstrim berbanding terbalik dengan frekuensi CK ≈ CV8 + 6 CV 6 + 15 CV 4 + 16 CV 2 + 3
kejadiannya. Bencana yang sangat parah 3) Distribusi Gumbel
cenderung jarang terjadi dibandingkan dengan CS ≈ 1,14 ; CK ≈ 5,40
bencana yang tidak terlalu parah. Tujuan Analisis 4) Bila kriteria 3 (tiga) sebaran di atas tidak
frekuensi adalah untuk mengetahui besarnya memenuhi, kemungkinan tipe sebaran yang
suatu kejadian dan frekuensi atau periode ulang cocok adalah Tipe Distribusi Log-Normal III.
kejadian tersebut dengan menggunakan distribusi
probabilitas. Debit Banjir Rencana
Debit banjir rencana adalah debit
Parameter Statistik maksimum pada suatu sungai dengan periode
Parameter statistik yang digunakan dalam ulang tertentu. Data yang dibutuhkan untuk
analisis data hidrologi yaitu: rata–rata hitung menentukan debit banjir rencana antara lain data
(mean), simpangan baku (standar deviasi), curah hujan, luas catchment area dan data
koefisien variasi, kemencengan (koefisien penutup lahan. Debit banjir rencana biasa
skewness) dan koefisien kurtosis. didapatkan dengan menggunakan metode empiris
yaitu hidrograf satuan untuk menghitung
Distribusi Probabilitas besarnya debit banjir.
Distribusi probabilitas atau distribusi
peluang adalah suatu distribusi yang HSS-SCS
menggambarkan peluang dari sekumpulan varian Hidrograf tidak berdimensi SCS (Soil
sebagai pengganti frekuensinya. Peluang Consevation Services) adalah hidrograf satuan
kumulatif dari sebuah varian adalah peluang dari sintetis dimana debit dinyatakan sebagai nisbah
suatu variabel acak yang mempunyai nilai sama debit q terhadap debit puncak qp dan waktu
atau kurang dari suatu nilai tertentu. dalam nisbah waktu t terhadap waktu naik dari
Salah satu tujuan dalam analisa distribusi hidrograf satuan Tp .
peluang adalah menentukan periode ulang Jika debit puncak dan waktu keterlambatan
(return period). Menurut Triatmodjo (2009), dari suatu durasi hujan efektif (Lag Time)
Periode ulang didefinisikan sebagai waktu diketahui, maka hidrograf satuan dapat
hipotetik dimana debit atau hujan dengan suatu diestimasi dari UH sintesis SCS.
besaran tertentu (xT) akan disamai atau Lag Time (tp) = 0,6 x Tc
dilampaui satu kali dalam jangka waktu tertentu. 𝑡𝑟
Waktu Naik (Tp) = + tp
Fungsi distribusi peluang yang sering 2
digunakan dalam penelitian adalah: Time base (tb) = 5 x Tp
1. Distribusi Normal 𝐶𝐴
qp = 𝑇𝑝
2. Distribusi Log-Normal
3. Distribusi Gumbel
4. Distribusi Log Pearson III Analisis Hidrolika
Aliran dikatakan langgeng (steady) jika
Pemilihan Tipe Distribusi kecepatan tidak berubah selama selang waktu
Tipe distribusi yang sesuai dapat diketahui tertentu.
berdasarkan parameter-parameter statistik data Aliran alami umumnya bersifat tidak tetap,
pengamatan. Hal ini dilakukan dengan ini disebabkan karena bentuk geometris
melakukan tinjauan terhadap syarat batas hidroliknya saluran, sungai–sungai di lapangan
parameter statistik tiap distribusi dengan tidak teratur, adanya tanaman pada tebing
parameter data pengamatan. Secara teoritis, saluran, adanya bangunan air, perubahan dasar
langkah awal penentuan tipe distribusi dapat saluran, dan lainnya. Komponen pada model ini
dilihat dari parameter-parameter statistik data digunakan untuk menghitung profil muka air
pengamatan lapangan yaitu CS, CV, dan CK. pada kondisi aliran langgeng (steady).
597
Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.6 Juni 2019 (595-604) ISSN: 2337-6732
METODOLOGI PENELITIAN
598
Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.6 Juni 2019 (595-604) ISSN: 2337-6732
1. Jika Cslog ≥ 0,4 maka: uji outlier tinggi, Tabel 3. Parameter Statistik Log Pearson-III
koreksi data, uji outlier rendah, koreksi data. Data log X
Ranking Y- ̅
Y ̅)^2
(Y-Y ̅)^3
(Y-Y
(X) (Y)
2. Jika Cslog ≤ -0,4 maka: uji outlier rendah, 1 54,2 1,73399 -0,17424 0,03036 -0,00529
koreksi data, uji outlier tinggi, koreksi data. 2 65,3 1,81491 -0,09333 0,00871 -0,00081
3 70,8 1,85003 -0,05821 0,00338 -0,0002
3. Jika -0,4 < Cslog < 0,4 maka: uji outlier 4 71,6 1,85491 -0,05333 0,00284 -0,00015
tinggi atau rendah, koreksi data.Pengujian 5 79,5 1,90036 -0,00788 6,2E-05 -4,9E-07
6 82,9 1,91855 0,01031 0,00010 1,1E-06
data outlier dimulai dengan menghitung nilai- 7 84 1,92427 0,01603 0,00025 4,12E-1
nilai parameter statistik, nilai rata-rata, 8 87,9 1,94398 0,03574 0,00178 4,57E-1
9 115,4 2,06220 0,15396 0,02370 0,00365
standar deviasi, dan koefisien kemencengan 10 120 2,07918 0,17093 0,02922 0,00499
(Skewness) dari data yang ada dan data Σ= 19,0824 -1,6E-15 0,09993 0,00224
pengamatan diubah dalam nilai log.
Rata–rata hitung:
Untuk nilai Cslog lebih dari 0,4:
1 1
̅ = 1 ∑ni=1 log X i = 1,908244
Y n
Kn = (-0,62201) + ( 6,28446 𝑛4 ) – ( 2,49835𝑛2 )
3
+ ( 0,491436 𝑛4 ) – (0,037911 n ) Simpangan Baku:
∑n ̅ 2
i=1(log Xi −log X)
Untuk nilai Cslog kurang dari -0,4: Slog X = √ n−1
= 0,105373
1 1
Kn = (-3,62201) + ( 6,28446 𝑛 ) – ( 2,49835𝑛 ) 4 2
3
+ ( 0,491436 𝑛4 ) – (0,037911 n ) Koefisien Skewness (Kemencengan):
n
n 3
CSlog X = 3 ∑(log X i − ̅̅̅̅̅̅
log X)
Kemudian dilakukan uji outlier pada data (n − 1)(n − 2) . (Slog X ) i−1
curah hujan MRG Ongka - Persatuan. Hasil uji
= 0,2662136 (Kemencengan Positif)
outlier mendapatkan bahwa data-data curah
hujan tersebut tidak menyimpang.
Faktor frekuensi K untuk tiap kala ulang
Penentuan Tipe Distribusi Hujan terdapat pada tabel nilai K T untuk kemencengan
Jenis sebaran hujan bergantung pada nilai positif yang ditentukan dengan menggunakan
parameter statistik yaitu rata–rata hitung atau nilai CSlog X dan kala ulang dalam tahun.
mean (X ̅), simpangan baku (S) koefisien Nilai 𝐾 untuk tiap kala ulang adalah sebagai
kemencengan (Cs), koefisien variasi (Cv) dan berikut:
koefisien kurtosis (Ck). 5 Tahun : 0,826027
10 Tahun : 1,306297
Tabel 2. Penentuan Jenis Sebaran Data 25 Tahun : 1,835526
50 Tahun : 2,193431
Tipe
Parameter
Statistik
100 Tahun : 2,519674
Syarat Parameter Statistik Keterangan
Sebaran Data
Pengamatan
Tidak
Cs = 0 0,7789
Memenuhi Kala Ulang (TR) Log XTR XTR
Normal
Tidak
Ck = 3 4,0296
Memenuhi 5 Tahun 1,995285 98,92 mm
Cs = Cv3 + 3 . Cv Tidak
0,7789
= 0,8392 Memenuhi 10 Tahun 2,045892 111,14 mm
Log Normal Ck =
Tidak
Cv8 + 6Cv6 + 15Cv4 + 16Cv2 + 3 0,7789
Memenuhi
25 Tahun 2,101975 126,46 mm
= 4,2778
Cs = 1.14 0,7789
Tidak 50 Tahun 2,139372 137,83 mm
Memenuhi
Gumbel
Ck = 5.40 4,0296
Tidak 100 Tahun 2,17375 149,19 mm
Memenuhi
Log
Bila tidak ada parameter statistik Tabel 4. Hujan Rencana Tiap Kala Ulang
yang sesuai dengan ketentuan - Memenuhi
Pearson III
distribusi sebelumnya
599
Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.6 Juni 2019 (595-604) ISSN: 2337-6732
600
Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.6 Juni 2019 (595-604) ISSN: 2337-6732
Gambar 5. Grafik Perbandingan Debit Hasil Gambar 9. Summary Result Kala Ulang 50 Tahun
Perhitungan dan Debit Terukur
Gambar 7. Summary Result Kala Ulang 10 Tahun Gambar 11. Memasukkan Data Penampang Sungai
Gambar 8. Summary Result Kala Ulang 25 Tahun Gambar 12. Pengisian Data Debit
601
Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.6 Juni 2019 (595-604) ISSN: 2337-6732
PENUTUP
Gambar 13. Pengisian Reach Boundary Conditions Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan, besar hujan
Simulasi Tinggi Muka Air dengan Program dengan kala ulang yang panjang menghasilkan
Komputer HEC-RAS debit puncak yang besar. Sehingga kapasitas
daya tampung sungai Malino tidak dapat lagi
menampung besarnya debit banjir.
Hasil perhitungan menunjukkan penampang
STA 0+0 sampai dengan STA 0+200 sungai
Malino tidak dapat menampung debit banjir
dengan kala ulang 5 tahun, 10 tahun, 25 tahun,
50 tahun, dan 100 tahun.
Saran
Perlu dibuatkan tanggul dan pengerukan
dasar sungai Malino pada semua daerah
Gambar 14. Rangkuman Tinggi Muka Air Potongan
Memanjang Sungai Malino penampang sungai yang di ukur agar tidak terjadi
luapan.
DAFTAR PUSTAKA
_________, Data Hujan Harian Pos Hujan Ongka-Persatuan. Balai Wilayah Sungai Sulawesi III, Palu.
_________, Data Debit Harian Sidoan. Balai Wilayah Sungai Sulawesi III, Palu.
_________, Peta Rupa Bumi Indonesia (Badan Informasi Geospasial BIG).
Kamase, M., Hendratta, L. A., Sumarauw, J. S. F., 2017. Analisis Debit dan Tinggi Muka Air Sungai
Tondano di Jembatan Desa Kuwil Kecamatan Kalawat, Jurnal Sipil Statik, Vol.5 No. 4,
ISSN: 2337-6732, Universitas Sam Ratulangi Manado.
Kapantouw, Billy., Jeffry S. F. Sumarauw, Tiny Mananoma, 2017. Analisis Debit dan Tinggi Muka
Air Sungai Paniki Di Kawasan Holland Village, Jurnal Sipil Statik, Vol.5 No. 1, ISSN:
2337-6732, Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Ohgushi., Koichiro, Jeffry Sumarauw, Takenori Hino, 2012. A Study on The Flood Management of
Jobaru River Basin by Geotechnical and Hydraulic Engineering Approach. Proceedings
of IAHR-APD 2012, USB Memory, Department of Civil Engineering and Architecture,
Faculty of Science and Engineering Saga University, Japan.
Sumarauw, J. S. F., 2013. The effect of land cover changes on the hydrological process in Jobaru
river basin: a step for integrated river basin management, Saga University, Japan.
Sumarauw, J. S. F., Ohgushi, K., 2012. Analysis on Curve Number, Land Use and Land Cover
Changes and the Impact to the Peak Flow in the Jobaru River Basin, Japan.
International Journal of Civil & Environmental Engineering IJCEE-IJENS, Department
602
Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.6 Juni 2019 (595-604) ISSN: 2337-6732
603
Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.6 Juni 2019 (595-604) ISSN: 2337-6732
604