Anda di halaman 1dari 14

TUGAS DASAR PERENCANAAN JARINGAN JALAN

PERUBAHAN JALAN SERSAN BAJURI BANDUNG

DISUSUN:

Nama : RIVALDO Y. MUDAK


NIM : 1923715925
Kelas : V TPJJ A

PROGRAM STUDI D-IV TEKNIK PERENCANAAN JALAN DAN JEMBATAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini perkembangan jalan di Indonesia sedang berkembang pesat, hampir di
setiap pelosok negeri telah memiliki akses jalan walaupun belum semua layak,
Ditinjau dari karakteristik lalu lintas, jalan Setiabudi sebagai jalan kolektor primer
merupakan jaringan jalan yang melayani angkutan pengumpul dari jalan lokal ke jalan
arteri dengan ciri-ciri perjalanan sedang, sedangkan jalan sersan bajuri adalah jalan lokal
yang melayani angkutan dari jalan lingkungan ke kolektor dengan lebar ± 4 meter .
Berdasarkan karakteristik lalu-lintas, pada ruas jalan Setiabudi ada 3 macam jenis
lalu lintas, yaitu lalu-lintas lokal, lalu-lintas regional dan menerus. Bercampurnya ketiga
jenis lalu-lintas tersebut menyebabkan volume lalu-lintas yang cukup besar pada ruas
jalan Setiabudi. Selain itu, telah terjadinya perkembangan jumlah penduduk dan
meningkatnya pegerakan masyarakat.
1.2 Maksud dan Tujuan
Dibuatnya karya ilmiah ini adalah bermaksud untuk meneliti mengenai
permasalahan dari perkembangan jaringan jalan di daerah bandung terutama di jalan
SersanBajuri-Setiabudhi dan bertujuan memberikan solusi bagai mana cara mengatasi
permasalahan tersebut.
1.3 Rumusan masalah
Masalah yang di angkat adalah mengenai perubahan fungsi jaringan jalan
Sersan Bajuri-Setiabudhi akibat pengaliahan fungsi lahan dari perkebunan menjadi
tempat wisata,dan masalah apa saja yang terjadi saat ini dan kedepanya.
1.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang di pakai dalam pemngumpulan data ini adalah dengan tinjauan
langsung dan tinjauan pustaka.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Jaringan Jalan


Secara definisi jaringan transportasi jalan adalah serangkaian kumpulan simpul
atau node dari suatu ruang kegiatan yang dihubungkan oleh jaringan ruang lalu- lintas
sehingga membentuk suatu kesatuan sistem jaringan untuk kebutuhan penyelenggaraan
lalu- lintas angkutan jalan.
Node 2

Node 1 Node 4

Node 3
Gambar 1.1 : Hubungan antar node

2.2 Klasifikasi Jalan Berdasarkan Sistem Jaringan Jalan


Sistem jaringan jalan menurut undang- undang jalan 1980 (PP 26/1985) dapat dibedakan
berdasarkan pelayanan jasa distribusi :
1. Sistem Jaringan Primer
Yaitu sistem jaringan jalan dengan menitik beratkan peranan pelayanan jasa
distribusi untuk pengembangan semua wilayah di tingkat Nasional dengan suatu
simpul jasa distribusi yang akhirnya diharapkan terbentuk kota.

2. Sistem Jaringan Sekunder


Yakni merupakan sistem jaringan jalan dengan pelayanan jasa distribusi untuk
masyarakat di dalam wilayah perkotaan.
Pengembangan sistem jaringan sering dilakukan secara bertahap yang dibagi menjadi :
a. Tahap awal adalah perlunya untuk melengkapi jaringan jalan sehingga dapat
memberikan dasar untuk hubungan antara pusat- pusat komunitas. Pada tahap ini
standar bukan merupakan hal yang penting, tetapi jaringan jalan perlu diusahakan
untuk tetap berfungsi sepanjang waktu.
b. Tahap kedua adalah meningkatkan kemampuan struktural jalan untuk memikul
beban lalu- lintas orang dan barang yang lebih tinggi.
c. Tahap akhir adalah penyediaan efisiensi dan keamanan bagi pengoperasian
lalulintas dan barang, standar konstruksi jalan merupakan aspek penting untuk
dipertimbangkan dalam pengembangan sistem jaringan jalan.

2.3 Unsur-Unsur Transportasi Jalan


Unsur- unsur jaringan transportasi jalan meliputi :
a. Simpul berupa terminal transportasi jalan, terminal angkutan, sungai dan danau,
station kereta api, pelabuhan penyebrangan, pelabuhan laut dan Bandar udara.
b. Ruang kegiatan berupa kawasan pemukiman industry, pertambangan, kehutanan,
pertanian, perkantoran, perdagangan, pariwisata, dll.
c. Ruang lalu- lintas berupa jalan, jembatan atau lintas penyebrangan.

2.4 Elemen Struktur Jaringan Jalan


Elemen dasar dalam proses pembuatan Rencana Jaringan Transportasi Jalan Kota
diantaranya adalah :
1. Tata Ruang dan Sistem Perwilayahan
Kumpulan tata guna lahan dari berbagai wilayah akan membentuk suatu kesatuan
wilayah kota atau sistem perwilayahan kota. Biasanya kota besar akan memiliki
pusat- pusat kegiatan atau sub center- sub center yang akan menopang pusat kegiatan
utama ( central business district ). Tentunya ini sangat berpengaruh sekali terhadap
mobilitas transportasi dan diharapkan diperoleh biaya transportasi total yang
minimum, karena keperluan atau kebutuhan – kebutuhan masyarakat dapat dilayani
dalam radius yang tidak terlalu jauh dari pemukiman sesuai dengan bertambahnya
pusat- pusat kegiatan baru.
Adapun hirarki fungsional kota dalam ruang nasional terdiri dari :
a. Pusat Kegiatan Nasional
b. Pusat Kegiatan Wilayah
c. Pusat Kegiatan Lokal
2. Pusat- pusat Kegiatan
Keberadaan suatu sistem jaringan jalan dalam kota seringkali untuk mempermudah
analisa terhadap sistem jaringan jalan tersebut, perlu dilakukan evaluasi kelayakan
guna mengetahui apakah jalan tersebut sesuai dengan standar jaringan jalan yang telah
tersedia.
Guna lebih mempertegas perencanaan jalan selain dilihat dari segi fungsi sebaiknya
dapat ditinjau berdasarkan peranannya.
Pengelompokkan jalan berdasarkan peranannya dapat dibagi dalam beberapa bagian:
a. Jalan Arteri
b. Jalan Kolektor
c. Jalan Lokal
2.5 MODEL JARINGAN JALAN
Grid:
▪ Asli dari Roma diadopsi di AS; bentuk garis lurus dan koordinat siku-siku
▪ Jalan monoton
▪ Penyebaran lalin merata
▪ Memudahkan koordinasi pengaturan lalin (misalnya: pengaturan searah,
sinkronisasi sinyal)
Contoh:

 Linear:
▪ Sangat tergantung topografi lokal
▪ Perkembangan disepanjang jalan
▪ Jalan penyalur dihubungkan dengan jalan utama
▪ Sangat mudah overloaded


 Radial:
▪ Sistem berkembang menuju pusat kota
▪ Sistem transporasi berkembangan dalam bentuk jaringan
jalan menghubungkan pusat kota ke pusat kota lainnya
▪ Beban jalan radial biasanya sangat besar
▪ Dibangun jalan lingkar utk menghindari kemacetan di jalan radial (idealny:
lingkar dalam, tengah dan luar)

2.6 Kota Bandung


Bandung adalah ibu kota provinsi Jawa Barat di Indonesia. Pada zaman dahulu, kota ini
dikenal sebagai Paris van Java , yaitu "Paris di Jawa "dalam bahasa Belanda. Disebabkan
lokasinya di dataran tinggi, Bandung dikenal karena iklim yang sederhana dan oleh itu,
telah menjadi salah satu tujuan wisatawan yang populer. Bandung juga memiliki banyak
perguruan tinggi, yang menyebabkannya terkenal sebagai salah satu kota pelajar di
Indonesia.
Bandung terletak di tengah-tengah provinsi Jawa Barat pada koordinat 107° bt dan 6 °LU
serta 55 °LS. Sebagai ibu kota, lokasinya ini memiliki nilai-nilai yang strategis bagi
daerah-daerah di sekitarnya. Luasnya kota Bandung 16,767 hektar , dengan tingginya ±
768 meter di atas permukaan air laut .Pada umumnya, wilayah utaranya yang tingginya ±
1050 meter adalah lebih tinggi, dibandingkan dengan wilayah selatan yang tingginya ±
675 meter. Bandung dikelilingi oleh pegunungan sehingga merupakan sebuah Cekungan.
Sungai-sungai utama mengalir melalui kawasan kota Bandung, antaranya Sungai
Cikapundung dan Sungai Citarum serta anak-anak sungainya yang umumnya mengalir ke
arah selatan dan bertemu di Sungai Citarum. Disebabkan ini, Bandung selatan sangat
rentan terhadap masalah banjir.
Kota Bandung mulai dijadikan sebagai kawasan pemukiman sejak pemerintahan kolonial
Hindia-Belanda, melalui Gubernur Jenderalnya waktu itu Herman Willem Daendels,
mengeluarkan surat keputusan tanggal 25 September 1810 tentang pembangunan sarana
dan prasarana untuk kawasan ini. Dikemudian hari peristiwa ini diabadikan sebagai hari
jadi kota Bandung.

Gambar 1.1 peta topografi wilayah Bandung


2.7 Kabupaten Bandung Barat
Kabupaten Bandung Barat adalah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia, sebagai hasil
pemekaran Kabupaten Bandung. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta
dan Kabupaten Subang di sebelah barat dan utara, Kabupaten Bandung dan Kota Cimahi di
sebelah timur, serta Kabupaten Cianjur di sebelah barat dan timur.
Kabupaten Bandung Barat mewarisi sekitar 1,4 juta penduduk dari 42,9% wilayah lama
Kabupaten Bandung. Pusat pemerintahan Kabupaten Bandung Barat berlokasi di Kecamatan
Ngamprah, yang terletak di jalur Bandung-Jakarta. Tuntutan pemekaran wilayah kabupaten
Bandung, dilihat dari kondisi geografisnya oleh beberapa kalangan dinilai dapat dipahami
sebab wilayah Kabupaten Bandung cukup luas (2.324.84 KM2) dengan letak wilayah
mengelilingi Kota Bandung dan Kota Cimahi, disamping itu jumlah penduduknya cukup
banyak , berdasarkan SUPAS 2002 sebanyak 4,3 Juta jiwa.
2.8 Kampung Gajah
“Ingin suasana liburan yang berbeda dari biasanya? Kenali dan kunjungi wisata Kampung
Gajah. Sebuah tempat wisata di sisi lain kota Bandung dengan sarana wisata, belanja dan
kuliner dalam satu spot di Bandung Barat. Temukan keunikan dan sensasi wisata dengan
atmosfir alam dan view kota Bandung yang tidak dapat ditemukan di tempat lain.
Bagi penggemar outdoor fun activity, Kampung Gajah siap untuk menjawab tantangan!
Touring ATV, Fun Bike, Horse Riding, Outbound Activities, Segway, Buggy, SkyRider
akan melengkapi aktivitas wisata bersama keluarga.
Bagi para pecinta kuliner disinilah tempat yang akan memanjakan Anda dengan menumenu
khas Kampung Gajah. Mulai dari menu spesial ala Kampung Gajah, European hingga
Asian Cuisine. Semua dapat ditemukan di food stand , Resto & Café serta Bar &
Lounge yang berada di sekitar area Kampung Gajah.
Untuk keceriaan si kecil, arena bermain anak juga merupakan bagian dari Kampung Gajah.
Children playground, swing & swing, mini flying fox dan bike track akan menjadi pilihan
untuk memanjakan putra-putri tercinta.”

2.9 Identifikasi Jalan Sersan Bajuri


Jalan sersan bajuri adalah jalan utama menuju tempat wisata Kampung Gajah, selain itu
banyak tempat wisata yang dapat di kunjungi melalui jalan tersebut, di antaranya
adalah,kampung daun,sapu lidi, the peak,dll.
Jalan sersan bajuri merupakan jalan simpang tiga antara jl.Dr.setiabudhi-sersan
bajurilembang.Ditinjau dari karakteristik lalu lintas, jalan Setiabudi sebagai jalan kolektor
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Faktor – Faktor Kampung Gajah di bangun di Daerah Sersan Bajuri


o Hanya ada satu di daerah tersebut
o Jarak tempuh dari luar kota tidak terlalu jauh jarak yang dapat di tempuh
o Alamnya yang asri.
o Lahanya yang luas dan harga yang terjangkau di banding di tengah kota yang
pasti kita tahu, bahwa bandung adalah salah satu kota terpadat terlebih di tengah
kotanya,sudah tak ada lahan bebas dan merupakan infrastuktur utama sehingga
menjadikan lahan di sana memiliki harga jual yang tinggi. Sementara sebuah
tempat wisata untuk kluarga yang memiliki banyak wahana akan sangat
membutuhkan lahan yang luas.
3.2 Tipe jaringan jalan pada jalan sersan bajuri tipe jaringan jalanya adalah Linear, dengan
cirri-ciri sebagai berikut:
▪ Sangat tergantung topografi lokal
▪ Perkembangan disepanjang jalan
▪ Jalan penyalur dihubungkan dengan jalan utama
▪ Sangat mudah overloaded
[Type text]

3.3 Perubahan Pola Jaringan Jalan yang Terjadi


3.3.1 Perubahan dalam Fungsi Kelas Jalan
Sebelum ada kampung gajah dan tempat wisata lainnya : jalan lokal
Setelah ada kampung gajah dan tempat wisata lainnya : jalan kolekor sekunder
Kapasitas dasar perencanaan : 3200SMP/jam
Kapasitas pada tahun 2009 : 4587SMP/jam
Pertumbuhan :1,43%

3.4 Dampak yang Terjadi


Buruk
 Kemacetan di daerah Sersan Bajuri dan juga jl. Setia Budi –Lembang
 Volume lalu-lintas yang melebihi kapasitas
 Jalan selalu rusak meski sering di perbaiki
Baik
 Pemasukan untuk kas daerah bandung meningkat
 Daerah bandung jadi lebih di kenal sebagai kota wisata
 Pendapatan penduduk bertambah
 Tarikan meningkat
3.5 Hal yang menyebabkan kemacetan

• Temapt wisata yang berada di sekitar jalan sersan bajuri cukup banyak, tidak hanya
kapung gajah saja melainkan ada rumah stroberi, café sumur,sapu lidi,kampung
daun,the peak, perumahan, dll namun berdasarkan hasil survey yang kami lakukan,
kampung gajah memiliki investasi yang besar dan perubahan yang signifikan setiap
tahunnya. Yang tentunya akan menyedot banyak pengunjung dan wisatawan.
• Persimpangan (jalan sersan bajuri adalah jalan persimpangan antara jl.dr.setiabudhi
dan lembang. )
• Jalan sersan bajuri hanya jalan lokal( lebar jalan sersan bajuri hanya 4 meter dengan
bahu jalan 0.75 meter, dengan jumlah kendaraan yang membeludak terlebih
weekend maka kendaraan tersebut melebihi kapasitas jalan)
• Terdapat terminal di dekat simpang dengan tidak memiliki akses jalan masuk
tersendiri.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Tempat wisata yang berada di sekitar jalan sersan bajuri cukup banyak, tidak hanya
kampung gajah saja melainkan ada sapu lidi, kampung daun, the peak, perumahan pondok
hijau. Namun kampung gajah lah yang lebih banyak menarik perhatian para wisatawan.
Sehingga fungsi jalan yang tadinya jalan lokal bisa diganti menjadi jalan kolektor agar
dapat mengurangi kemacetan yang sering terjadi.

4.2 Saran
 Pembangunan jalan sesuai dengan fungsi jalannya atau jalan Sersan Bajuri dijadikan 1
arah dan para wisatawan memutar ke arah Lembang
 Penertiban para pedagang yang mengambil lahan jalan untuk berjualan.
 Penambahan jalan alternative, selain jalan utama yaitu jl.Sersan Bajuri
DAFTAR PUSTAKA
Supratman agus.(2009),Analisa Kinerja Simpang Pada Jalan DR Setia Budhi Bandung,pdf
Studayana,(2011),Perencanaan Jaringan Jalan,
www.kampunggajah.com

Anda mungkin juga menyukai