Anda di halaman 1dari 7

Tugas Hidrologi Dasar

Liliani Septiana ( 13/347432/GE/07530)


Hira Delta Saputri (13/347445/GE/07536)

DAERAH ALIRAN SUNGAI ( DAS )

Daerah aliran sungai (DAS) didefinisikan sebagai hamparan wilayah yang dibatasi
oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang menerima, mengumpulkan air hujan,
sedimen, dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar pada satu
titik (outlet) (Dunne dan Leopold, 1978).
Menurut Asdak (2002), ekosistem DAS biasanya dibagi menjadi daerah hulu, tengah,
dan hilir. Secara biogeofisik, daerah hulu mempunyai kerapatan drainase lebih tinggi, dengan
kemiringan lereng lebih besar dari 15%, bukan daerah banjir, pengaturan pemakaian air
ditentukan oleh pola drainase. Sementara daerah hilir DAS dengan kemiringan lereng kecil
(kurang dari 8%), pada beberapa tempat merupakan daerah banjir, pengaturan pemakaian air
ditentukan oleh bangunan irigasi, dan jenis vegetasi didominasi oleh tanaman pertanian
kecuali daerah estuaria yang didominsi hutan gambut/bakau.
DAS bagian tengah merupakan daerah transisi dari kedua karakteristik biogeofisik
DAS yang berbeda tersebut di atas. Perubahan tataguna lahan dibagian hulu DAS seperti
reboisasi, pembalakan hutan, deforestasi, budidaya yang mengabaikan kaidah-kaidah
konservasi akan berdampak pada bagian hilirnya, sehingga DAS bagian hulu mempunyai
fungsi perlindungan dari segi tata air. Oleh karena itu yang menjadi fokus perencanaan
pengelolaan DAS sering kali DAS bagian hulu, mengingat adanya keterkaitan biofisik
melalui daur hidrologi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi DAS

DAS dapat dipandang sebagai suatu sistem hidrologi yang dipengaruhi oleh peubah
presipitasi (hujan) sebagai masukan ke dalam sistem. Disamping itu DAS mempunyai
karakter yang spesifik serta berkaitan erat dengan unsur-unsur utamanya seperti jenis tanah,
topografi, geologi, geomorfologi, vegetasi dan tataguna lahan. Karakteristik DAS dalam
merespon curah hujan yang jatuh di tempat tersebut dapat memberi pengaruh terhadap besar
kecilnya evapotranspirasi, infiltrasi, perkolasi, aliran permukaan, kandungan air tanah, dan
aliran sungai (Seyhan, 1977).
Dalam hal ini air hujan yang jatuh di dalam DAS akan mengalami proses yang
dikontrol oleh sistem DAS menjadi aliran permukaan (surface runoff), aliran bawah
permukaan (interflow) dan aliran air bawah tanah (groundwater flow). Ketiga jenis aliran
tersebut akan mengalir menuju sungai, yang tentunya membawa sedimen dalam air sungai
tersebut. Selanjutnya, karena daerah aliran sungai dianggap sebagai sistem, maka perubahan
yang terjadi disuatu bagian akan mempengaruhi bagian yang lain dalam DAS (Grigg, 1996).

Karakteristik DAS Berdasarkan Analisis Morfometri

Beberapa karakteristik DAS yang penting dapat dikaji berdasarkan hasil analisis morfometri.
Karakteristik DAS tersebut adalah

1. Daerah Pengaliran/Drainage Area (A)


Daerah pengaliran merupakan karakteristik DAS yang paling penting dalam
pemodelan berbasis DAS. Daerah pengaliran mencerminkan volume air yang dapat
dihasilkan dari curah hujan yang jatuh di daerah tersebut. Curah hujan yang konstan
dan seragam untuk seluruh daerah pengaliran merupakan asumsi yang umum dalam
pemodelan hidrologi.

2. Panjang DAS/Watershed Length (L)


Panjang daerah aliran sungai biasanya didefinisikan sebagai jarak yang
diukur sepanjang sungai utama dari outlet hingga batas DAS. Sungai biasanya tidak
akan mencapai batas DAS, sehingga perlu ditarik garis perpanjangan mulai dari ujung
sungai hingga batas DAS dengan memperhatikan arah aliran. Meskipun kajian
karakteristik Daerah Aliran Sungai Dari Analisis Morfometri (Susilo & Pratomo) daerah
pengaliran dan panjang DAS merupakan ukuran dari DAS tetapi keduanya
mencerminkan aspek ukuran yang berbeda. Daerah pengaliran digunakan sebagai
indikasi potensi hujan dalam menghasilkan sejumlah volume air, sedangkan panjang
DAS biasanya digunakan dalam perhitungan waktu tempuh yang dibutuhkan oleh air
untuk mengalir di dalam DAS.

3. Kemiringan DAS/Watershed Slope (S)


Banjir merupakan besaran yang mencerminkan momentum runoff dan lereng
merupakan faktor penting dalam momentum tersebut. Lereng DAS mencerminkan
tingkat perubahan elevasi dalam jarak tertentu sepanjang arah aliran utama. Lereng
diukur berdasarkan perbedaan elevasi (∆E) antar kedua ujung sungai utama dibagi
dengan panjang DAS atau dapat dituliskan dalam persamaan:S =∆E/L. Beda elevasi
(∆E) tidak selalu menjadi atau mencerminkan beda elevasi maksimum dalam
DAS.Elevasi tertinggi biasanya terdapat sepanjang batas DAS dan ujung dari sungai
atau aliran utama umumnya tidak mencapai batas DAS.

4. Bentuk DAS/Watershed Shape


Bentuk DAS mempunyai variasi yang tak terhingga dan bentuk ini dianggap
mencerminkan bagaimana aliran air mencapai outlet. DAS yang berbentuk lingkaran
akan menyebabkan air dari seluruh bagian DAS mencapai outlet dalam waktu yang
relatif sama. Akibatnya puncak aliran terjadi dalam waktu yang relatif singkat.
Sejumlah parameter telah dikembangkan untuk menentukan bentuk DAS.

5. Kerapatan aliran/Drainage density (Dd)


Kerapatan aliran merupakan pengukuran terhadap panjang aliran(stream length) per
unit daerah pengaliran ( drainage area atau basinarea). Kerapatan aliran dapat
dituliskan menggunakan persamaan : Dd = panjang aliran / luas DAS.
Selain karakteristik DAS seperti yang disebutkan di atas, penggunaan lahan
dan curah hujan merupakan karakteristik DAS yang tidak kalah pentingnya.
Penggunaan lahan dan curah hujan memang tidak terkait dengan morfometri DAS,
namun dalam kajian tentang banjir dengan menggunakan DAS sebagai unit analisis,
keduanya merupakan faktor yang sangat penting.

Fungsi DAS
Dalam rangka memberikan gambaran keterkaitan secara menyeluruh dalam
pengelolaanDAS, terlebih dahulu diperlukan batasan-batasan mengenai DAS berdasarkan
fungsi, yaitu :
1. DAS bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi yang dikelola untuk
mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar tidak ter-degradasi, yang antara lain
diindikasikan dari tutupan vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan
air (debit) dan curah hujan.
2. DAS bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang
dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi,
yang antara lain dapat diindikasikan dari kuantitas air, kualitas air, kemampuan
menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta terkait pada prasarana
pengairan seperti pengelolaan sungai, waduk, dan danau.
3. DAS bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang
dikelola untuk dapat m e m b e r i k a n manfaat b a g i k e p e n t i n g a n s o s i a l
d a n e k o n o m i , ya n g d i i n d i k a s i k a n m e l a l u i kuantitas dan kualitas air,
kemampuan menyalurkan air, ketinggian curah hujan, dan terkait untuk
kebutuhan pertanian, air bersih, serta pengelolaan air limbah.

Macam-macam DAS
1. Das gemuk
yaitu DAS yang luas sehingga memilih daya tampung air yang besar.DAS ini
cenderung mengalami luapan air yang besar pada !aktu hujan besar yang terjadi di
bagian hulu.
2. D A S k u r u s
yaitu DAS yang relative kecil sehingga daya tampung air hujan juga sedikit.DAS
ini tidak mengalami luapan air yang begitu besar pada saat hujan turun di bagian
hulu

Pola Aliran DAS


Pola aliran merupakan pola dari organisasi atau hubungan keruangan dari lembah-
lembah, baik yang dialiri sungai maupun lembah yang kering atau tidak dialiri sungai. Pola
aliran dipengaruhi oleh lereng, kekerasan batuan, struktur, sejarah diastrofisme, sejarah
geologi dan geomerfologi dari daerah alairan sungai. Dengan demikian pola aliran sangat
berguna dalam interpretasi kenampakan geomorfologis, batuan dan struktur geologi. Dalam
interpretasi pola aliran dengan memanfaatkan data penginderaan jauh sangat baik bila
dilakukan dengan menggunakan stereoskop, sehingga hasil yang didapatkan akan maksimal,
namun dalam tugas kali ini tidak dilakukan. Foto udara yang digunakan haruslah mempunyai
kenampakan yang sama sehingga menimbulkan kesan stereoskopis. Citra satelit yang paling
baik digunakan untuk pembuatan peta pola aliran adalah citra radar yang menghasilkan
kenampakan tiga dimensi yang paling baik.

Macam-macam Pola Aliran DAS

1. Dendritik: seperti percabangan pohon, percabangan tidak teratur dengan arah dan
sudut yang beragam. )erkembang di batuan yang homogen dan tidak terkontrol oleh
struktur, umunya pada batuan sedimen dengan perlapisan horisontal, atau pada
batuan beku dan batuan kristalin yang homogen.
2. Paralel: anak sungai utama saling sejajar atau hampir sejajar, bermuara pada sungai-
sungai utama dengan sudut lancip atau langsung bermuara ke laut. perkembang di
lereng yang terkontrol oleh struktur & lipatan monoklinal, isoklinal, sesar yang saling
sejajar dengan spasi yang pendek atau dekat pantai.
3. Radial: sungai yang mengalir ke segala arah dari satu titik. Perkembang pada vulkan
atau dome.
4. Trellis: percabangan anak sungai dan sungai utama hampir tegak lurus, sungai-sungai
utama sejajar atau hampir sejajar. Perkembang di batuan sedimen terlipat atau
terungkit dengan litologi yang berselang-seling antara yang lunak dan resisten.
5. Annular: sungai utama melingkar dengan anak sungai yang membentuk sudut hampir
tegak lurus. Perkembang di dome dengan batuan yang berseling antara lunak dan
keras.
6. Centripetal: sungai yang mengalir memusat dari berbagai arah. Perkembang di
kaldera, karater, atau cekungan tertutup lainnya.
7. Multibasinal: percabangan sungai tidak bermuara pada sungai utama, melainkan
hilang ke ba!ah permukaan. )erkembang pada topografi karst.
Gambar 1. Pola Aliran DAS ( www.academia.edu/Pola_Aliran_DAS)

Metode Perhitungan DAS

1. Metode Artimatik
Cara rata-rata aritmatik adalah cara yang paling mudah diantara cara lainnya (poligon
dan ishohyet). Digunakan khususnya untuk daerah dengan variasi curah hujan kecil.
Cara ini dilakukan dengan mengukur serempak untuk lama waktu tertentu dari semua
alat penakar dan dijumlahkan seluruhnya. Kemudian hasil penjumlahannya dibagi
dengan jumlah penakar hujan maka akan dihasilkan rata-rata curah hujan di daerah
tersebut. Metode ini yang paling sederhana dalam perhitungan curah hujan daerah.
Metode ini cocok untuk kawasan dengan topografi rata atau datar, alat penakar
tersebar merata / hampir merata dan cocok untuk kawasan dan topografi rata atau
datar, dan harga individual curah hujan t i d a k terlalu jauh dari harga rata-ratanya.
Hujan daerah diperoleh dari persamaan berikut (Suripin,2004:27).

Dengan P1, P2, Pn adalah curah hujan yang tercatat di pos penakar hujan 1,
2,…..n dan nadalah banyaknya pos penakar hujan. Secara matimatik ditulis
persamaan sebagai berikut: perhitungan:Untuk mengukur rata-rata curah
hujan yang mewakili suatu daerah X diperlukan 4 (empat buah) penakar hujan
yaitu pada stasiun A, B, C dan D. Tercatat selama waktu tertentudi stasiun A sebesar
6 cm, di B (10 cm), di C (8 cm) dan di D (11 cm). Maka : Rata-rata CH =
(6+10+8+11)/4 =8,75 cm2.

2. Metode Poligon Thiessen


Cara ini untuk daerah yang tidak seragam dan variasi CH besar. Menurut Shaw
(1985)cara ini tidak cocok untuk daerah bergunung dengan intensitas CH tinggi.
Dilakukan denganmembagi suatu wilayah (luasnya A) ke dalam beberapa
daerah-daerah membentuk poligon(luas masing-masing daerah ai), seperti pada
Gambar 1.1 :Tabel 1.1. Perhitungan prosentasi luas daerah (a i)pada suatu wilayah A
(10.000 ha)

Pustaka Rujukan :

Ramdani, Denis. 2011. Daerah Aliran Sungai. Di akses oleh Liliani Septiana dan Hira Delta
Saputri dari http://www.scribd.com/doc/210493971/Daerah-aliran-sungai 14 April 2014
pukul 16.41 WIB

Susilo, Bowo, dkk. 2006. KAJIAN KARAKTERISTIK DAERAH ALIRAN SUNGAI


BERDASARKAN ANALISIS MORFOMETRI (Suatu Tinjauan Terhadap
Apilkasi Softcopy Photogrametri dan Sistem Informasi Geografi Dalam
Kajian Fenomena Lingkungan ). Di akses oleh Liliani Septiana dan Hira Delta Saputri dari
http://www.academia.edu/2399848 14 April 2014 pukul 16. 47 WIB

Anda mungkin juga menyukai