Daerah aliran sungai (DAS) didefinisikan sebagai hamparan wilayah yang dibatasi
oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang menerima, mengumpulkan air hujan,
sedimen, dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar pada satu
titik (outlet) (Dunne dan Leopold, 1978).
Menurut Asdak (2002), ekosistem DAS biasanya dibagi menjadi daerah hulu, tengah,
dan hilir. Secara biogeofisik, daerah hulu mempunyai kerapatan drainase lebih tinggi, dengan
kemiringan lereng lebih besar dari 15%, bukan daerah banjir, pengaturan pemakaian air
ditentukan oleh pola drainase. Sementara daerah hilir DAS dengan kemiringan lereng kecil
(kurang dari 8%), pada beberapa tempat merupakan daerah banjir, pengaturan pemakaian air
ditentukan oleh bangunan irigasi, dan jenis vegetasi didominasi oleh tanaman pertanian
kecuali daerah estuaria yang didominsi hutan gambut/bakau.
DAS bagian tengah merupakan daerah transisi dari kedua karakteristik biogeofisik
DAS yang berbeda tersebut di atas. Perubahan tataguna lahan dibagian hulu DAS seperti
reboisasi, pembalakan hutan, deforestasi, budidaya yang mengabaikan kaidah-kaidah
konservasi akan berdampak pada bagian hilirnya, sehingga DAS bagian hulu mempunyai
fungsi perlindungan dari segi tata air. Oleh karena itu yang menjadi fokus perencanaan
pengelolaan DAS sering kali DAS bagian hulu, mengingat adanya keterkaitan biofisik
melalui daur hidrologi.
DAS dapat dipandang sebagai suatu sistem hidrologi yang dipengaruhi oleh peubah
presipitasi (hujan) sebagai masukan ke dalam sistem. Disamping itu DAS mempunyai
karakter yang spesifik serta berkaitan erat dengan unsur-unsur utamanya seperti jenis tanah,
topografi, geologi, geomorfologi, vegetasi dan tataguna lahan. Karakteristik DAS dalam
merespon curah hujan yang jatuh di tempat tersebut dapat memberi pengaruh terhadap besar
kecilnya evapotranspirasi, infiltrasi, perkolasi, aliran permukaan, kandungan air tanah, dan
aliran sungai (Seyhan, 1977).
Dalam hal ini air hujan yang jatuh di dalam DAS akan mengalami proses yang
dikontrol oleh sistem DAS menjadi aliran permukaan (surface runoff), aliran bawah
permukaan (interflow) dan aliran air bawah tanah (groundwater flow). Ketiga jenis aliran
tersebut akan mengalir menuju sungai, yang tentunya membawa sedimen dalam air sungai
tersebut. Selanjutnya, karena daerah aliran sungai dianggap sebagai sistem, maka perubahan
yang terjadi disuatu bagian akan mempengaruhi bagian yang lain dalam DAS (Grigg, 1996).
Beberapa karakteristik DAS yang penting dapat dikaji berdasarkan hasil analisis morfometri.
Karakteristik DAS tersebut adalah
Fungsi DAS
Dalam rangka memberikan gambaran keterkaitan secara menyeluruh dalam
pengelolaanDAS, terlebih dahulu diperlukan batasan-batasan mengenai DAS berdasarkan
fungsi, yaitu :
1. DAS bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi yang dikelola untuk
mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar tidak ter-degradasi, yang antara lain
diindikasikan dari tutupan vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan
air (debit) dan curah hujan.
2. DAS bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang
dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi,
yang antara lain dapat diindikasikan dari kuantitas air, kualitas air, kemampuan
menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta terkait pada prasarana
pengairan seperti pengelolaan sungai, waduk, dan danau.
3. DAS bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang
dikelola untuk dapat m e m b e r i k a n manfaat b a g i k e p e n t i n g a n s o s i a l
d a n e k o n o m i , ya n g d i i n d i k a s i k a n m e l a l u i kuantitas dan kualitas air,
kemampuan menyalurkan air, ketinggian curah hujan, dan terkait untuk
kebutuhan pertanian, air bersih, serta pengelolaan air limbah.
Macam-macam DAS
1. Das gemuk
yaitu DAS yang luas sehingga memilih daya tampung air yang besar.DAS ini
cenderung mengalami luapan air yang besar pada !aktu hujan besar yang terjadi di
bagian hulu.
2. D A S k u r u s
yaitu DAS yang relative kecil sehingga daya tampung air hujan juga sedikit.DAS
ini tidak mengalami luapan air yang begitu besar pada saat hujan turun di bagian
hulu
1. Dendritik: seperti percabangan pohon, percabangan tidak teratur dengan arah dan
sudut yang beragam. )erkembang di batuan yang homogen dan tidak terkontrol oleh
struktur, umunya pada batuan sedimen dengan perlapisan horisontal, atau pada
batuan beku dan batuan kristalin yang homogen.
2. Paralel: anak sungai utama saling sejajar atau hampir sejajar, bermuara pada sungai-
sungai utama dengan sudut lancip atau langsung bermuara ke laut. perkembang di
lereng yang terkontrol oleh struktur & lipatan monoklinal, isoklinal, sesar yang saling
sejajar dengan spasi yang pendek atau dekat pantai.
3. Radial: sungai yang mengalir ke segala arah dari satu titik. Perkembang pada vulkan
atau dome.
4. Trellis: percabangan anak sungai dan sungai utama hampir tegak lurus, sungai-sungai
utama sejajar atau hampir sejajar. Perkembang di batuan sedimen terlipat atau
terungkit dengan litologi yang berselang-seling antara yang lunak dan resisten.
5. Annular: sungai utama melingkar dengan anak sungai yang membentuk sudut hampir
tegak lurus. Perkembang di dome dengan batuan yang berseling antara lunak dan
keras.
6. Centripetal: sungai yang mengalir memusat dari berbagai arah. Perkembang di
kaldera, karater, atau cekungan tertutup lainnya.
7. Multibasinal: percabangan sungai tidak bermuara pada sungai utama, melainkan
hilang ke ba!ah permukaan. )erkembang pada topografi karst.
Gambar 1. Pola Aliran DAS ( www.academia.edu/Pola_Aliran_DAS)
1. Metode Artimatik
Cara rata-rata aritmatik adalah cara yang paling mudah diantara cara lainnya (poligon
dan ishohyet). Digunakan khususnya untuk daerah dengan variasi curah hujan kecil.
Cara ini dilakukan dengan mengukur serempak untuk lama waktu tertentu dari semua
alat penakar dan dijumlahkan seluruhnya. Kemudian hasil penjumlahannya dibagi
dengan jumlah penakar hujan maka akan dihasilkan rata-rata curah hujan di daerah
tersebut. Metode ini yang paling sederhana dalam perhitungan curah hujan daerah.
Metode ini cocok untuk kawasan dengan topografi rata atau datar, alat penakar
tersebar merata / hampir merata dan cocok untuk kawasan dan topografi rata atau
datar, dan harga individual curah hujan t i d a k terlalu jauh dari harga rata-ratanya.
Hujan daerah diperoleh dari persamaan berikut (Suripin,2004:27).
Dengan P1, P2, Pn adalah curah hujan yang tercatat di pos penakar hujan 1,
2,…..n dan nadalah banyaknya pos penakar hujan. Secara matimatik ditulis
persamaan sebagai berikut: perhitungan:Untuk mengukur rata-rata curah
hujan yang mewakili suatu daerah X diperlukan 4 (empat buah) penakar hujan
yaitu pada stasiun A, B, C dan D. Tercatat selama waktu tertentudi stasiun A sebesar
6 cm, di B (10 cm), di C (8 cm) dan di D (11 cm). Maka : Rata-rata CH =
(6+10+8+11)/4 =8,75 cm2.
Pustaka Rujukan :
Ramdani, Denis. 2011. Daerah Aliran Sungai. Di akses oleh Liliani Septiana dan Hira Delta
Saputri dari http://www.scribd.com/doc/210493971/Daerah-aliran-sungai 14 April 2014
pukul 16.41 WIB