Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM POTAMOLOGI DAN LIMNOLOGI

ACARA 3
MORFOMETRI DAS

Dosen Pengampu : Dr.Didik Taryana, Msi

Oleh:
Nama mahasiswa : Muh.Rasnanda Asyari
NIM : 150722601732
Asisten Praktikum : M.Arif

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
2018
ACARA III

MORFOMETRI DAS

I.TUJUAN

1. Mahasiswa dapat memahami arti mofometri DAS

2. Mahasiswa dapat mengetahui karakteristik DAS berdasarkan


morfometri

II.ALAT DAN BAHAN

Alat : -Arc-GIS

-ATK

-Kertas Milimeter

Bahan : -DEM SRTM Malang

-SHP Kecamatan

III.DASAR TEORI

Morfometri adalah suatu studi yang bersangkutan dengan variasi dan


perubahan dalam bentuk (ukuran dan bentuk) dari organisme, meliputi
pengukuran panjang dan analisis kerangka suatu organisme (Anonim1, 2010).
Studi morfometri didasarkan pada sekumpulan data pengukuran yang mewakili
variasi bentuk dan ukuran ikan. (Turan, 1998).

Morfometri DAS merupakan ukuran kuantitatif karakteristik DAS yang


terkait dengan aspek geomorfologi suatu daerah. Karakteristik ini terkait dengan
proses pengatusan (drainase) air hujan yang jatuh di dalam DAS.
Parameter tersebut adalah luas DAS, bentuk DAS, jaringan sungai, kerapatan
aliran, pola aliran, dan gradien kecuraman sungai.

Daerah Aliran Sungai (DAS) juga dapat didefinisikan sebagai suatu daerah
yang dibatasi oleh topografi alami, dimana semua air hujan yang jatuh didalamnya
akan mengalir melalui suatu sungai dan keluar melalui outlet pada sungai tersebut,
atau merupakan satuan hidrologi yang menggambarkan dan menggunakan satuan
fisik-biologi dan satuan kegiatan sosial ekonomi untuk perencanaan dan
pengelolaan sumber daya alam. (Suripin, 2001).
Menurut I Made Sandy (1985), seorang Guru Besar Geografi Universitas
Indonesia; Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah bagian dari muka bumi, yang
airnya mengalir ke dalam sungai yang bersangkutan, apabila hujan jatuh. Sebuah
pulau selamanya terbagi habis ke dalam Daerah-Daerah Aliran Sungai.
Antara DAS yang satu dengan DAS yang lainnya dibatasi oleh titik-titik tertinggi
muka bumi berbentuk punggungan yang disebut stream devide atau batas daerah
aliran (garis pemisah DAS). Bila suatu stream devide itu merupakan jajaran
pebukitan disebut stream devide range. (Hallaf H.P., 2006).

A.Luas
Garis batas antara DAS adalah punggung permukaan bumi yang dapat
memisahkan dan membagia air hujan ke masing-masing DAS. Garis batas
tersebut ditentukan berdasarkan perubahan kontur dari peta tofografi sedangkan
luas DAS nya dapat diukur dengan alat planimeter.
Skala peta yang digunakan akan mempengaruhi ketelitian perhitungan luasnya.
adapun formula untuk perhitungan luas yaitu:
Luas=JumlahKotakx(skala)2

B.Panjang dan Lebar DAS

Panjang DAS adalah sama dengan jarak datar dari muara sungai ke arah hulu
sepanjang sungai induk. Sedangkan lebar DAS adalah perbandingan antara luas
DAS dengan panjang sungai induk.

Lebar = Luas DAS/Panjang Sungai Induk


C.Kemiringan atau Gradien Sungai
Gradien atau kemiringan sungai dapat diperoleh dengan persamaan sebagai
berikut:
g = Jarak Vertikal/Jarak Horisontal

Ket :

g = Gradien Sungai

J. Vertikal = Beda tinggi antara hulu dengan hilir (m)

J. Horisontal = Panjang sungai induk (m)

D.Orde
Alur sungai dalam suatu DAS dapat dibagi dalam beberapa orde sungai.
Orde sungai adalah posisi percabangan alur sungai di dalam urutannya terhadap
induk sungai di dalam suatu DAS. Dengan demikian makin banyak jumlah orde
sungai akan semakin luas pula DAS nya dan akan semakin panjang pula alur
sungainya.
Tingkat percabangan sungai (bufurcation ratio) adalah angka atau indeks yang
ditentukan berdasarkan jumlah alur sungai untuk suatu orde.
2.Tingkatpercabangansungai
Untuk menghitung tingkat percabangan sungai dapat digunakan rumus:
Rb = Nu/Nu+1

Ket:

Rb = Indeks tingkat percabangan sungai

Nu = jumlah alur sungai untuk orde ke u

Nu + 1 = jumlah alur sungai untuk orde ke u + 1

Adapun karakteristik dari tiap nilai Rbnya yaitu:


E.Kerapatan sungai

Kerapatan sungai adalah suatu angka indeks yang menunjukkan banyaknya anak
sungai di dalam suatu DAS. Indeks tersebut diperoleh dengan persamaan sebagai
berikut:
g = Jarak Vertikal/Jarak Horisontal

Ket :

g = Gradien Sungai

J. Vertikal = Beda tinggi antara hulu dengan hilir (m)

J. Horisontal = Panjang sungai induk (m)

Adapun karakteristik dari nilai indeks kerapatan sungai (Dd) yaitu:


F.Bentuk Daerah Aliran Sungai

Pola sungai menentukan bentuk suatu DAS. Bentuk DAS mempunyai arti penting
dalam hubungannya dengan aliran sungai, yaitu berpengaruh terhadap kecepatan
terpusat aliran
Menurut Gregari dan Walling (1975), untuk menentukan bentuk DAS dapat
diketahui dngan terlebih dahulu menentukan nilai Rc nya.
Rc = 4пA/P2

Ket:

Rc = Basin circularity

A = Luas DAS (m2)

P = Keliling (m)

п=3,14
Adapun karakteristik dari nilai Basin circularity yaitu:

G.Pola Pengairan Sungai

Sungai di dalam semua DAS mengikuti suatu aturan yaitu bahwa aliran sungai
dihubungkan oleh suatu jaringan suatu arah dimana cabang dan anak sungai
mengalir ke dalam sungai induk yang lebih besar dan membentuk suatu pola
tertentu. Pola itu tergantungan dari pada kondisi tofografi, geologi, iklim, vegetasi
yang terdapat di dalam DAS bersangkutan.
Adapun Pola-pola Pengairan Sungai yaitu:

1. Pola trellis dimana memperlihatkan letak anak-anak sungai yang paralel


menurut strike atau topografi yang paralel. Anak-anak sungai bermuara pada
sungai induk secara tegak lurus. Pola pengaliran trellis mencirikan daerah
pegunungan lipatan (folded mountains). Induk sungai mengalir sejajar dengan
strike, mengalir di atas struktur synclinal, sedangkan anak-anak sungainya
mengalir sesuai deep dari sayap-sayap synclinal dan anticlinal-nya. Jadi, anak-
anak sungai juga bermuara tegak lurus terhadap induk sungainya.

2. Pola Rektanguler, dicirikan oleh induk sungainya memiliki kelokan-kelokan ±


90o, arah anak-anak sungai (tributary) terhadap sungai induknya berpotongan
tegak lurus. Biasanya ditemukan di daerah pegunungan patahan (block
mountains). Pola seperti ini menunjukkan adanya pengaruh joint atau bidang-
bidang dan/atau retakan patahan escarp-escarp atau graben-graben yang saling
berpotongan.

3. Pola Denritik, yaitu pola sungai dimana anak-anak sungainya (tributaries)


cenderung sejajar dengan induk sungainya. Anak-anak sungainya bermuara pada
induk sungai dengan sudut lancip. Model pola denritis seperti pohon dengan
tatanan dahan dan ranting sebagai cabang-cabang dan anak-anak sungainya. Pola
ini biasanya terdapat pada daerah berstruktur plain, atau pada daerah batuan yang
sejenis (seragam, homogen) dengan penyebaran yang luas.

4. Pola Radial Sentripugal, Pola pengaliran beberapa sungai di mana daerah hulu
sungai-sungai itu saling berdekatan seakan terpusat pada satu “titik” tetapi
muaranya menyebar, masing-masing ke segala arah. Pola pengaliran radial
terdapat di daerah gunungapi atau topografi bentuk kubah seperti pegunungan
dome yang berstadia muda, hulu sungai-sungai berada di bagian puncak, tetapi
muaranya masing-masing menyebar ke arah yang lain, ke segala arah.
5. Pola Radial Sentripetal, Kebalikan dari pola radial yang menyebar dari satu
pusat, pola sentripetal ini justru memusat dari banyak arah. Pola ini terdapat pada
satu cekungan (basin), dan biasanya bermuara pada satu danau. Di daerah
beriklim kering dimana air danau tidak mempunyai saluran pelepasan ke laut
karena penguapan sangat tinggi, biasanya memiliki kadar garam yang tinggi
sehingga terasa asin.

6. Pola Paralel, Adalah pola pengaliran yang sejajar. Pola pengaliran semacam ini
menunjukkan lereng yang curam. Beberapa wilayah di pantai barat Sumatera
memperlihatkan pola pengaliran paralel

7. Pola Annular, Pola pengaliran cenderung melingkar seperti gelang; tetapi bukan
meander. Terdapat pada daerah berstruktur dome (kubah) yang topografinya telah
berada pada stadium dewasa. Daerah dome yang semula (pada stadium remaja)
tertutup oleh lapisan-lapisan batuan endapan yang berselang-seling antara lapisan
batuan keras dengan lapisan batuan lembut.

IV.LANGKAH KERJA

1.1 Tentukan DAS yang akan dihitung morfometrinya

1.2 Menentukan batas DAS

a) Klik add data  pilih data DEM Srtm wilayah Lumajang

b) Masking Data DEM wilayah Lumajang dengan data batas DAS


Ambang  pilih Spatial Analyst Tools  Klik sub menu
Extraction  ipilh Extract by mask

c) Klik Arctoolbox  Klik Spatial Analyst Tools  Klik sub


menu Hydrology

- Membuat fill : Klik fill  input DEM Srtm lumajang pada


input surface raster, atur direktori penyimpanan dan klik OK
- Membuat flow direction : Klik flow direction  input fill pada
input surface raster, atur direktori penyimpanan dan klik OK

- Membuat flow accumulation : Klik flow accumulation  input


flowdirection pada input flowdirection raster, atur direktori
penyimpanan dan klik OK

d) Membuat conditional : Klik Arctoolbox  Klik Spatial Analyst


Tools  Klik sub menu Conditional  pilih Con  input
flowaccumulation pada input flowdirection raster, input
flowdirection pada input true raster, input flowdirection pada
input false raster dan atur direktori penyimpanan dan klik
OK.

e) Membuat stream order : Klik Arctoolbox  Klik Spatial


Analyst Tools  Klik sub menu Hydrology  klik stream
order  input conditional pada input conditional raster, input
flow direction pada input flow direction raster, dan atur
direktori penyimpanan dan klik OK

f) Membuat stream feature : Klik Arctoolbox  Klik Spatial


Analyst Tools  Klik sub menu Hydrology  klik stream to
feature  input stream order pada input stream order, input
flow direction pada input floedirection, atur direktori
penyimpanan dan klik OK.

g) Memnyederhanakan ordo sungai : klik kanan pada layer stream


feature  klik properties  klik definition query  lakukan
penyederhanaan ordo dengan query builder

h) Menampilkan sungai yang telah disederhanakan ordonya : :


klik kanan pada layer stream feature  klik properties  klik
Symbology  klik Quantities  klik Graduated symbol  isi
gride code pada kolom value  pilih simbol sungai  klik
OK.
1.3 Menentukan aspek keruangan Daerah Aliran Sungai (DAS)

1. Menentukan luas DAS

a.Deliniasi ke milimeter blok

b.Hitung kotak yang tercakup dalam batas DAS.Kalikan


dengan skala

2. Menentukan panjang DAS

a.Posisikan penggaris hulu ke hilir/outlet DAS.Setelah


diketahui panjangnya kemudian kalikan dengan skala.

3. Menentukan lebar DAS

a.Posisikan penggaris melintang pada bagaian hulu,hilir dan


bagian DAS terlebar.Setelah diketahui panjangnya kemudian
kalikan dengan skala.

4. Menentukan bentuk DAS (Rc)

a) Hitung jari – jari (r) menggunakan formula 𝐾 = 2 𝜋 𝑟

𝐴
b) Hitung Rc menggunakan formula 𝑅𝑐 = 𝐴𝐶

1.4 Menentuakan aspek topografi Daerah Aliran Sungai (DAS)

- Menentukan kontur interval (h)

𝑚 .ℎ
- Menghitung Sb menggunakan formula : 𝑆𝑏 = 𝐴

a) Menentukan gradien sungai (g)

- Tentukan beda tinggi antara hilu dan hilir (v)

- Tentukan panjang sungai induk (h)

𝑣
- Hitung g menggunakan formula 𝑔 = ℎ

1.5 Menentukan titik berat Daerah Aliran Sungai (DAS)


a) Plot batas DAS pada kertas milimetr block

b) Buat tabel dengan format

Xi Ni Xi.Ni

Grid X ke – i Jumlah Xi
pada milimeter
block

Dst ∑ Ni ∑ Xi . Ni

𝑋𝑖.𝑁𝑖
c) Hitung nilia X dengan formula 𝑋𝑎 = 𝑁𝑖

d) Buat tabel dengan format

Yi Ni Yi.Ni

Grid Y ke – i Jumlah Yi
pada milimeter
block

Dst ∑ Ni ∑ Yi . Ni

𝑌𝑖.𝑁𝑖
e) Hitung nilia Y dengan formula 𝑌𝑎 = 𝑁𝑖

f) Titik berat = (Xa;Ya)

g) Plot titik berat (Xa;Ya) pada kertas milimeter block

1.6 Menentukan aspek alur sungai

a) Jumlah ordo : hitung banyaknya ordo sungai dari ordo 1, ordo


2, dst

𝑁𝑢
b) Tingkat percabangan (Rb) : 𝑅𝑏 = 𝑁𝑢+1
V.HASIL PRAKTIKUM

1.PETA DAS LAHOR (terlampir)

2.Deliniasi Peta DAS di milimeter blok (terlampir)

3.Perhitungan DAS (terlampir)

VI.PEMBAHASAN

Praktikum ini melakukan penghitungan morfometri DAS.Pada studi kasus


ini praktikan memilih DAS Lahor.DAS Lahor berada di kabupaten Malang bagian
selatan dan memiliki hulu di Gunung Kawi bagian selatan dan bermuara di Sungai
Brantas sebagai salah satu subDAS Brantas.Pada praktikum ini penghitungan
morfometri dilakukan secara manual menggunakan alat bantu penggaris
,milimeter blok,pensil,pulpen dan benang.Bahan yang digunakan adalah data peta
DAS Lahor dan Deliniasi pada milimeter blok.

Tahapan pertama dalam praktikum ini mengolah data DEM menjadi peta
DAS dilakukan dengan ArcGIS.DEM diolah dengan sub-tool di tools hydrology
untuk mengetahui batas DAS (watershed) dan aliran sungai di dalamnya
(stream).Data DEM dipotong dengan shp kecamatan
Selorejo,Sumberpucung,Wonosari,Ngajum.Kromengan dan Sumberpucung yang
mencakup watershed DAS Lahor.Kemudian data DEM diolah hingga
menghasilkan data kontur.Kontur yang dipilih praktikan adalah kontur interval 50
meter.

Hasil penghitungan luas DAS dilakukan dengan bantuan milimeter


blok.Peta DAS Lahor di deliniasi ke milimeter blok berdasarkan batas DAS
nya.Kemudian dijumlah kotak yang tercakup dalam batas DAS.Diketahui luas
DAS Lahor sebesar 156 km2.Hasil perhitungan DAS berupa panjang DAS,lebar
dan keliling dilakukan dengan cara manual yaitu dengan bantuan benang dan
garis.Panjang DAS Lahor diketahui 16,5 km .Lebar DAS terbagi menjadi 3 bagian
yaitu lebar DAS hulu(kontur 1250/kemiringan >45%) sebesar 3,8 km,lebar outlet
DAS (kontur 200/kemiringan <15%)sebesar 2 km , dan lebar DAS pada bagian
terlebar sebesar 13 km.Sementara keliling DAS setelah diukur dengan benang
diketahui 73,40 km.

Hasil penghitungan nisbah kebualatan DAS Lahor menentukan bentuk


DAS.Berdasarkan penghitungan nisbah kebualatan diketahui bahwa bentuk DAS
Lahor bernilai sebesar Rc=0,4<0,25.Hal ini menunjukkan bahwa DAS Lahor
termasuk DAS berbentuk panjang yang memiliki debit puncak dalam tempo yang
cepat serta penurunan debitnya pun juga cepat.Hal tersebut juga menunjukkan
bahwa jika DAS Lahor cepat terjadi banjir maupun kenaikan muka air sungai
namun cepat pula surutnya.

Hasil penghitungan kerapatan sungai menunjukkan batuan induk


pembentuk DAS.Berdasarkan penghitungan nilai kerapatan sebesar D=0,83 atau
0,25<D<10.Hal ini menunjukkan bahwa kerapatan drainase DAS Lahor termasuk
sedang.Hal ini menunjukkan DAS Lahor terbentuk di atas batuan yang agak lunak
sehingga alirannya membawa sedimen namun dalam jumah yang kecil.Bila dilihat
dari pola aliran sungai berupa pola aliran parallel menunjukkan bahwa kemiringan
lereng terjal yang hanya terbentuk pada lereng vulkan dalam hal ini Gunung
Kawi.Hal ini sesuai dengan hasil penghitungan kemiringan lereng rata-rata DAS
yaitu sebesar 0,047 termasuk dalam kelas lereng curam.

Penghitngan berat DAS menunjukkan titik DAS sama berat dilihat dengan
pendekatan segitiga.Diketahui berat DAS berada di x=6,5 , y=11,5.Dilihat dari
kontur menunjukkan bahwa titik berat DAS di kontur 700 m.

VII.KESIMPULAN

1.Morfometri DAS dapat mengetahui karakter fisik DAS sesuai keadaan


fisiknya.

2.Karakteristik DAS Lahor berupa DAS memanjang yang terbentuk di


lereng vulkan dengan pola parallel sesuai gradiennya yang curam
VIII.DAFTAR PUSTAKA

Hallaf, H.P., 2005. Geomorfologi Sungai dan Pantai. Jurusan geografi FMIPA
UNM.

Makassar.
Soewarno, 1991. Hidrologi: Pengukuran dan Pengolahan Data Aliran Sungai

(Hidrometri). Nova.Bandung

Asdak C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Linsley RK, Kohler MA, Paulhus JLH. 1982. Hidrologi Untuk Insinyur.
Hermawan Y, penerjemah; Sianipar Y, Haryadi E, editor. Jakarta: Penerbit
Erlangga.Terjemahan dari: Hydrology for Engieneers

IX.LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai