Anda di halaman 1dari 76

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sungai merupakan aliran air yang besar memanjang dan berupa saluran
terbuka yang mengalir secara terus menerus dari hulu (sumber) menuju hilir
(muara). Sungai mengalir dari suatu tempat yang tinggi menuju ketempat yang
rendah sesuai dengan hukum gravitasi. Air yang mengalir dalam sungai akan
mengakibatkan proses penggerusan pada bagian tanah dasarnya. Sehingga
tampang aliran sungai menjadi tidak beraturan dan berbeda dari setiap ketinggian
suatu daerah. Tampang aliran sungai ini yang disebut dengan morfologi sungai.
Daerah pegunungan sebagai hulu (upstream) sungai memiliki bentuk
sungai yang lurus memanjang dan sedikit berkelok. Hal ini disebabkan karena
kemiringan (slope) dari kontur pegunungan yang curam. Curamnya kemiringan
tersebut membuat kecepatan aliran sungai menjadi lebih cepat dan menggerus
penampangnya dengan kuat. Morfologi sungai dibagian hulu ini biasanya lebih
sempit dan cenderung lurus mengikuti kontur yang ada di pegunungan.
Sedangkan aliran sungai di bagian hilir (downstream) yang biasanya di
dekat pantai yang memiliki kontur landai memiliki kecepatan yang lenih rendah.
Rendahnya kecepatan aliran ini membuat bentu sungai di bagian hilir menjadi
lebar dan banyak terbentuk percabangan aliran (sering terdapat pulau kecil di
tengah sungai). Sungai di bagian hilir ini membawa banyak material sedimen hasil
gerusan yang terjadi di bagian hulu. Sedimen yang terbawa oleh aliran sungai
akan mengendap di dasar sungai karena kecepatan aliran yang rendah tidak
mampu membawa sedimen tersebut menuju ke laut.
Sedimen yang mengendap dalam sungai menyebabkan peruabahan bentuk
penampang sungai. Kondisi ini akan menyebabkan perubahan aliran sungai dalam
mengalirkan debit aliran. Debit dalam suatu aliran berdasarkan hukum kontinuitas
yaitu debit yang datang sama dengan debit yang pergi.
Salah satu kejadian yang paling umum adalah mendangkalnya kedalaman
sungai yang diikuti oleh melebarnya sungai tersebut. Hal ini akan membahayakan
jika mondisi tersebut terjadi pada sungai yang terdapat rumah-rumah warga di
dekat bantaran sungai. Rumah-rumah warga tersebut akan runtuh akibat sungai
yang melebar dan menggerus bantaran sampai ke pondasi rumah warga. Sehingga
pada praktikum keairan ini akan dibahas terkait dampak yang disebabkan oleh
adanya peristiwa perubahan penampang sungai sekaligus langkah untuk
mencegah hal terburuk akibat gerusan dan sedimentasi tersebut dengan
menormalisasi sungai dan perencanaan pembuatan struktur pelindung tebing
sungai.

1.2 Manfaat dan Tujuan


Tujuan dari praktikum perancangan keairan ini adalah untuk melakukan
upaya pengendalian banjir, salah satu cara penanganan banjir adalah dengan
melakukan normalisasi sungai. Normalisasi sungai yang dilakukan berkaitan
dengan pengendalian banjir merupakan usaha untuk memperbesar kapasitas
pengaliran sungai. Hal ini dimaksudkan untuk menampung debit banjir yang
terjadi untuk selanjutnya disalurkan ke sungai yang lebih besar atau langsung
menuju ke muara/laut, sehingga tidak terjadi air limpasan dari sungai tersebut.
a. Mengetahui cara mencegah dan meminimalisir dampak perubahan aliran
sungai di kemudian hari dengan membuat suatu monstruksi bangunan
perkuatan tebing sungai.
b. Mengetahui metode konstruksi dan rencana anggaran biaya yang tepat terkait
dengan pelaksanaan proyek konstruksi perkuatan tebing sungai tersebut.

1.3 Lokasi Pekerjaan


Lokasi kegiatan untuk melakukan kegiatan penelitian di Kabupaten
Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah
1.4 Software / Aplikasi yang dipakai
1.4.1 ArcGIS
Menggunakan software ArcGis untuk pemetaan suatu daerah yang
selanjutnya digunakan untuk menganalisa aspek hidrologi pada darah tersebut dari
data curah hujan suatu wilayah menjadi debit banjir rancangan sebagai input data
pada aspek hidraulika.
1.4.2 Hec-ras
Menggunakan software HEC-RAS untuk menganalisa aspek hidraulika
yang terjadi pada aliran dan sekaligus menentukan langkah-langkah untuk
menanggulangi dampak buruk dari perubahan aliran sungai terhadap daerah
sekitar dengan cara normalisasi sungai.
1.5 Pedoman Teknis
a. SNI 1724:2015 tentang Analisis Hidrologi, Hidraulik, dan Kriteria
Desain Bangunan di Sungai
b. SNI 2415:2016 tentang Tata Cara Perhitungan Debit Banjir Rencana
c. Permen No11/PRT/M/2013 tentang Pedoman Analisis Harga Satuan
Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum
d. SNI 65502.02-2010 tentang Spesifikasi Penyajian Peta Rupa Bumi
(Tema Penutup Lahan).
BAB II
ANALISI HODROLOGI

Menurut SNI 1724:2015, ilmu hidrologi adalah ilmu yang berhubungan


dengan air yang terdapat di bumi, keterdapatannya, peredaran dan sebarannya,
persifatan kimia dan fisiknya, reaksi dengan lingkungannya, termasuk
hubungannya dengan makhluk hidup serta proses yang mengendalikan
penyusutan dan pengisi ulangan sumber air di daratan dan berbagai fase daur
hidrologi.
Softwere ArcGIS dapat digunakan untuk mempermudah pemetaan daerah
aliran sungai (DAS) dan menganalisis karakteristik DAS seperti luas DAS, luas
lahan, kemiringan, panjang sungai. Softwere tersebut merupakan salah satu
softwere yang dikembangkan oleh ESRI (Environment Science & Research
Institute) yang merupakan kompilasi fungsi-fungsi dari berbagai macam softwere
GIS yang berbeda seperti GIS desktop, server, dan GIS berbasis web. Fitur yang
digunakan untuk analisis hidrologi adalah ArcMap. ArcMap memiliki kemampuan
utama untuk visualisasi, membangun data base special yang baru, memiliki
(query), editing, menciptakan desain – desain peta, analisis, dan pembuatan
tampilan akhir dalam laporan – laporan kegiatan.
2.1 Analisis Daerah Aliran Sungai (DAS)
2.3.1 Dasar Teori
Daerah Aliran Sungai (DAS), adalah daerah yang dibatasi oleh punggung-
punggung gunung/pegunungan di mana air hujan yang jatuh di daerah tersebut
akan mengalir menuju sungai utama pada suatu titik/stasiun yang ditinjau. DAS
ditentukan dengan menggunakan peta topografi yang dilengkapi dengan garis-
garis kontur. Garis-garis kontur dipelajari untuk menentukan arah dari limpasan
permukaan. Limpasan berasal dari titik-titik tertinggi dan bergerak menuju titik
yang lebih rendah dalam arah tegak lurus dengan garis-garis kontur. Daerah yang
dibatasi oleh garis menghubungkan titik tertinggi tersebut adalah DAS. Air hujan
yang jatuh di dalam DAS akan mengalir menuju sungai utama yang ditinjau,
sedangkan yang jatuh di luar DAS akan mengalir ke sungai lain di sebelahnya
(Triatmodjo, 2015).
Karakteristik DAS dalam merespon curah hujan yang jatuh di tempat
tersebut dapat memberi pengaruh terhadap besar kecilnya evapotranspirasi,
infiltrasi, perkolasi, aliran permukaan, kandungan air tanah, dan aliran sungai
(Seyhan, 1977).
Fungsi suatu DAS merupakan suatu respon gabungan yang dilakukan oleh
seluruh faktor alamiah dan buatan manusia dan yang ada pada DAS tersebut.
Sebuah DAS yang besar dapat dibagi menjadi SubDAS-SubDAS yang lebih
kecil . Unit spasial yang lebih kecil dapat dibentuk pada SubDAS untuk
melakukan analisa spasial yang lebih akurat berdasarkan jenis tanah dan
penggunaan lahannya.
2.3.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan DAS adalah untuk mengetahui daerah limpasan air
yang dibatasi oleh perbukitan serta menentukan luas daerah yang dilayani oleh
tiap stasiun hujan.
2.3.3 Langkah Kerja dan Perhitungan
Bentuk DAS dapat dilihat berdasarkan peta DAS yang telah dibuat
sebelumnya. DAS tersebut teletak di Kabupaten Banajrnegara Provinsi Jawa
Tengah. Untuk menentukan DAS dapat dilakukan dengan menggunakan Peta
Tanah Airku. Terdapat langkah-langkah untuk menentukan suatu DAS adalah
sebagai berikut :
a. Carilah Topografi yang dilengkapi dengan kontur
Carilah Topografi yang dilengkapi dengan kontur berdasarkan wilayah
yang akan digunakan untuk menentukan DAS. Untuk DAS kali ini
menggunakan Peta Tamah Airku dengan wilayah Provinsi Jawa Tengah.
b. Tentukan sungai dan punggung DAS
Setelah peta topografi didapatkan, carilah sungai-sungai yang akan
ditentukan punggung DAS nya. Jaringan sungai dan anak-anak sungainya
mempunyai bentuk seperti percabangan pohon. Parit-parit membentuk alur
yang lebih besar, yang selanjutnya beberapa alur bergabung membentuk
anak sungai dan kemudian anak sungai membentuk sungai utama. Dari
sungai-sungai tersebut kita dapat mentukan mana yang akan digunakan.
Untuk penentukan suatu DAS berdasarkan pada punggung-punggung
gunung yang berada di dekat sungai tersebut. Dari punggung-pungung
tersebut dapat ditarik garis dihubungkan dengan yang lainnya secara
menerus, maka terbentuklah suatu punggung DAS.
c. Buatlah suatu peta DAS
Setelah suatu DAS telah ditentukan buatlah peta DAS yang baru
berdasarkan Peta Tanah Airku yang digunakan sebelumnya. Tentukanlah
juga skala yang cocok untuk peta tersebut. Untuk pembuatan suatu peta
DAS dapat dilakukan dengan program ArcGIS.
d. Tentukan luasan DAS
Luas DAS diperkirakan dengan mengukur daerah itu pada peta
topografi. Untuk pengukuran kali ini dilakukan dengan program ArcGIS
berdasarkan pada peta DAS yang dibuat.
e. Tentukan panjang sungai utama
Dalam memperkirakan panjang sungai disarankan untuk mengukur
beberapa kali dan kemudian panjang reratanya. Tetapi untuk pengukuran
kali ini panjang sungai dilakukan dengan program ArcGIS. Berdasarkan
pada peta DAS yang telah dibuat diketahui bahwa sungai yang digunakan
adalah Sungai Serayu, dengan panjang sungai utama sebesar 54,173 km.

Gambar 2.1 Peta DAS Sungai Serayu


Kurva yang menunjukkan hubungan antara elevasi dasar sungai dan
jarak yang diukur sepanjang sungai mulai dari ujung hulu sampai dengan
muara disebut profil memanjang sungai atau kemiringan sungai.
Kemiringan sungai utama dapat digunakan untuk memperkirakan
kemiringan suatu DAS. Kemiringan suatu sungai tersebut dapat ditentukan
dengan melihat elevasi di hulu dan di hilir, dan panjang sungai tersebut
dengan menggunakan persamaan seperti dibawah ini.
E Hulu-E Hilir
S=
L
Dimana:
S = Kemiringan rata-rata sungai
E = Elevasi (km)
L = Panjang sungai (km)
Berdasarkan pada peta DAS yang telah dibuat diketahui bahwa sungai
yang digunakan adalah Sungai Serayu, dengan luas sebesar 775,99 km2,
panjang sungai utama 54 km, dan kemiringan sungai (slope) sebesar
0,0269.

2.2 Analisis Curah Hujan


2.2.1 Dasar Teori
Hujan adalah sebuah proses kondensasi uap air di atmosfer menjadi butir
air yang cukup berat untuk jatuh dan biasanya tiba di permukaan. Hujan biasanya
terjadi karena pendinginan suhu udara atau penambahan uap air ke udara. Hal
tersebut tidak lepas dari kemungkinan akan terjadi bersamaan. Turunnya hujan
biasanya tidak lepas dari pengaruh kelembaban udara yang memacu jumlah titik-
titik air yang terdapat pada udara. Indonesia memiliki daerah yang dilalui garis
khatulistiwa dan sebagian besar daerah di Indonesia merupakan daerah tropis,
walaupun demikian beberapa daerah di Indonesia memiliki intensitas hujan yang
cukup besar. (Wibowo, H. 2008)
Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah data selama
periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi milimeter (mm) di atas
permukaan horizontal. Dalam penjelasan lain curah hujan juga dapat diartikan
sebagai ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak
menguap, tidak meresap dan tidak mengalir. Indonesia merupakan negara yang
memiliki angka curah hujan yang bervariasi dikarenakan daerahnya yang berada
pada ketinggian yang berbeda-beda. Curah hujan 1 (satu) milimeter, artinya dalam
luasan satu meter persegi pada termpat yang datar tertampung air setinggi satu
milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter. Data hujan diambil dari stasiun
pengukuran hujan yang telah disebar dari berbagai macam titik pada DAS. Tipe
data hujan pada analisis ini adalah tipe harian, yang diambil pada tahun 1999-
2007. Stasiun Hujan :
Stasiun B
Koordinat : (-7.47297, 109.384860)
Stasiun C
Koordinat : (-7.309291, 109.691997)
Stasiun D
Koordinat : (-7.237911, 109.472053)
Stasiun E
Koordinat : (-7.187634, 109.312002)
Stasiun F
Koordinat : (-7.249428, 109.221545)
Setelah diketahui letak titik stasiun pencatat curah hujannya, masing-
masing stasiun pencatat curah hujan ditentukan luas daerah pengaruhnya
berdasarkan poligon yang dibentuk (menggambarkan garis-garis sumbu pada
garis-garis penghubung antara dua stasiun hujan yang berdekatan) atau biasa
disebut dengan Metode Poligon Theissen. Cara ini diperoleh dengan membuat
poligon yang memotong tegak lurus pada tengah-tengah garis penghubung dua
stasiun hujan. Dengan demikian tiap stasiun akan terletak pada suatu poligon.

Gambar 2.2 Peta polygon thissen


2.2.2 Tujuan
Membuat peta stasiun pengamat hujan beserta luasan pengamatannya tiap
stasiun terhadap DAS, dengan menggunakan Poligon Thiessen dan Menentukan
nilai curah hujan wilayah dengan menggunakan Metode Thiessen.
2.2.3 Langkah Kerja dan Perhitungan
Perhitungan curah hujan rata-rata dengan menggunakan metode Thiessen
dan metode aljabar memiliki perbedaan dalam rumus. Parameter yang dibutuhkan
untuk menghitung curah hujan, dibutuhkan data tiap stasiun hujan yang berada di
peta daerah DAS. Pada perhitungan ini, data stasiun hujan yang digunakan adalah
data stasiun B, stasiun C, stasiun D, stasiun E, dan stasiun F.
Rumus yang digunakan dengan metode Thiessen dapat digunakan apabila
wilayah pengaruh DAS yang didapat dari poligon Thiessen sudah didapatkan.
Berikut rumus mencari curah hujan rata-rata dengan metode Thiessen :

Ṕ =
∑ Pi × A i ............................................................................................................
A total
.... (2.1)
Keterangan :
Ṕ : Curah hujan rata-rata (mm)
Pi : Curah hujan harian maksimum (mm)
Ai : Luas wilayah stasiun dari poligon Thiessen (m2)
Pada praktikum ini, perhitungan curah hujan rata-rata akan dilakukan
dengan metode Thiessen. Berikut langkah-langkah perhitungan metode Thiessen :
a. Stasiun pencatat hujan digambarkan pada peta DAS yang ditinjau,
termasuk stasiun hujan di luar DAS yang berdekatan.
b. Stasiun-stasiun tersebut dihubungkan dengan garis lurus satu dengan yang
lainnya, sehingga membentuk segitiga-segitiga, yang sebaiknya
mempunyai sisi dengan panjang yang kira-kira sama.
c. Dibuat garis berat pada sisi-sisi segitiga.
d. Garis-garis tersebut membentuk poligon yang mengelilingi tiap stasiun.
Tiap stasiun mewakili luasan yang dibentuk oleh poligon. Untuk stasiun
yang berada di dekat batas DAS, garis batas DAS membentuk batas
tertutup dari poligon.
e. Luas tiap poligon nantinya akan diukur dan kemudian dikalikan dengan
kedalaman hujan di stasiun yang berada di dalam poligon.
f. Jumlah hitungan hitungan pada butir e untuk semua stasiun nantinya akan
dibagi dengan luasan daerah yang ditinjau menghasilkan hujan rerata
daerah tersebut. Dan itu nantinya akan dilakukan pada bab selanjutnya.
g. Dalam menentukan curah hujan wilayah rerata pada tugas kali ini
menggunakan Metode Thiessen. Untuk perhitungan kedua Metode tersebut
dibutuhkan nilai hujan maksimum dari tiap stasiun. Berdasarkan peta DAS
yang telah dibuat telah diberikan 5 titik stasiun pengamat hujan yaitu
stasiun B, C, D, E, dan F dari kelima stasiun tersebut telah diberikan data
curah hujan harian dari tahun 1998 s/d tahun 2007. Untuk memulainya
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
h. Dari data-data curah hujan ke-empat stasiun tersebut ambil nilai hujan
maksimum dari tahun 1998 hingga 2007. Catatlah pada tanggal & bulan
berapa hujan maksimum itu terjadi.
i. Setelah semua nilai hujan maksimum terpenuhi, ukurlah luas poligon
berdasarkan pada Poligon Thiessen yang telah dibuat untuk keempat
stasiun hujan. Berdasarkan hasil pengukuran telah diketahui bahwa Luas
pada masing-masing stasiun adalah:
Luas daerah pengaruh stasiun B (AB) = 193,5 km2
Luas daerah pengaruh stasiun C (AC) = 147,6 km2
Luas daerah pengaruh stasiun D (AD) = 266,2 km2
Luas daerah pengaruh stasiun E (AE) = 102 km2
Luas daerah pengaruh stasiun F (AF) = 66,7 km2
j. Lakukan perhitungan hujan rerata kawasan, berdasarkan persamaan
seperti dibawah ini:
A 1 . P1 + A2 . P2 +....+ An P n
Ṕ =
A 1 + A2 +….A n
dimana:
Ṕ = Hujan rerata kawasan
P1, P2,...Pn = Hujan pada stasiun 1,2,3...,n
A1, A2, A3 = Luas daerah yang mewakili stasiun 1,2,3...,n
Contoh Perhitungan:
Curah hujan pada tanggal 3 Januari 1999 :
 Stasiun B= 17,99 mm
 Stasiun C = 133 mm
 Stasiun D= 101 mm
 Stasiun E = 8 mm
 Stasiun F = 23 mm
P A . A A + P B . A B + P C . A C + PE . A E + P F . A F
P =
∑A
( 17,99×193,5 ) + ( 1133×147,6 ) + (101×266,2 ) + ( 8×102 ) +(23×66,7)
=
776
= 67,4 mm
Maka, nilai hujan rerata kawasan ( Ṕ) pada 3 Januari 1999 adalah sebesar
67,4 mm. Untuk perhitungan pada tahun-tahun yang lainya dapat dilihat
berdasarkan hasil output yang terdapat pada Ms.Excel. Nilai-nilai hujan
rerata pada tiap tahunnya nantinya akan digunakan untuk menghitung
analisis frekuensi yang akan dikerjakan pada BAB selanjutnya dengan
mengambil nilai terbesar pada tiap tahunnya.
Tabel 2.1 Perhitungan hujan rerata

Luas CH Rata
CH Rata Rata Polygon
N Tahu Tanggal Stasiun Luas Polygon Thiessn (km) DAS Rata
Thiessen (mm)
o n Kejadian (km) Tahun
B C D E F B C D E F
193, 147, 266, 102, 66,
14 juni 85 0 0 3 0 776,0 21,6
5 6 2 0 7
193, 147, 266, 102, 66,
1 mei 0 140 34 0 0 776,0 38,3
5 6 2 0 7
10 193, 147, 266, 102, 66,
1 1998 16 juni 0 0 0 0 776,0 36,0 58,7
5 5 6 2 0 7
193, 147, 266, 102, 66,
14 februari 2 0 1 19 3,6 776,0 3,6
5 6 2 0 7
193, 147, 266, 102, 66,
31 desember 25 129 58 1 92 776,0 58,7
5 6 2 0 7
10 193, 147, 266, 102, 66,
27 februari 84 0 44 0 776,0 49,2
0 5 6 2 0 7
17, 10 193, 147, 266, 102, 66,
3 januari 133 8 23 776,0 67,4
9 1 5 6 2 0 7
10 193, 147, 266, 102, 66,
2 1999 28 februari 10 86 40 91 776,0 69,3 69,3
9 5 6 2 0 7
13 193, 147, 266, 102, 66,
2 februari 0,8 29 0 25 776,0 25,6
5 5 6 2 0 7
55, 12 193, 147, 266, 102, 66,
2 januari 0 51 20 776,0 44,8
1 8 5 6 2 0 7
3 2000 21 10, 193, 147, 266, 102, 66, 54,6
205 0 5 10 776,0 54,6
november 3 5 6 2 0 7
12, 193, 147, 266, 102, 66,
3 nop 96 0 0 96 776,0 29,7
8 5 6 2 0 7
193, 147, 266, 102, 66,
25 februari 60 0 85 2 37 776,0 47,6
5 6 2 0 7
4 desember 0 0 0 76 0 193, 147, 266, 102, 66, 776,0 10,0
5 6 2 0 7
12 193, 147, 266, 102, 66,
16 april 4 34 0 0 776,0 17,7
0 5 6 2 0 7
193, 147, 266, 102, 66,
20 oktober 105 0 0 4 33 776,0 29,5
5 6 2 0 7
11 193, 147, 266, 102, 66,
29 januari 8,5 138 1 5 776,0 39,0
3 5 6 2 0 7
11 193, 147, 266, 102, 66,
4 2001 30 januari 4 4 4 0 776,0 43,1 43,1
9 5 6 2 0 7
15 193, 147, 266, 102, 66,
17 desember 0 0 0 0 776,0 19,9
1 5 6 2 0 7
11 193, 147, 266, 102, 66,
29 januari 8,5 138 1 2 776,0 38,6
3 5 6 2 0 7

Lanjutan Tabel 2.1 Perhitungan hujan rerata

Luas DAS CH Rata Rata Polygon CH Rata Rata


N Tah Tanggal Stasiun Luas Polygon Thiessn (km)
(km) Thiessen (mm) Tahun
o un Kejadian
B C D E F B C D E F
13 193 147 266 102 66
25 desember 0 4 6 39 776,0 37,9
0 ,5 ,6 ,2 ,0 ,7
90 193 147 266 102 66
1 januari 0 72 41 91 776,0 55,2
,8 ,5 ,6 ,2 ,0 ,7
10 193 147 266 102 66
5 2002 14 februari 50 95 0 10 776,0 47,9 55,6
,2 ,5 ,6 ,2 ,0 ,7
193 147 266 102 66
20 maret 0 0 42 88 0 776,0 26,0
,5 ,6 ,2 ,0 ,7
90 193 147 266 102 66
1 januari 0 72 44 91 776,0 55,6
,8 ,5 ,6 ,2 ,0 ,7
6 2003 11 193 147 266 102 66 55,8
8 maret 0 0 0   776,0 28,7
5 ,5 ,6 ,2 ,0 ,7
193 147 266 102 66
6 maret 10 91 68 0 0 776,0 43,1
,5 ,6 ,2 ,0 ,7
2 februari 0 48 13 3 0 193 147 266 102 66 776,0 55,8
5 ,5 ,6 ,2 ,0 ,7
10 193 147 266 102 66
23 maret 2 0 30 0 776,0 24,2
2 ,5 ,6 ,2 ,0 ,7
11 193 147 266 102 66
5 maret 56 5 21 1 776,0 31,8
1 ,5 ,6 ,2 ,0 ,7
11 193 147 266 102 66
27 desember 23 8 0 26 776,0 37,5
3 ,5 ,6 ,2 ,0 ,7
19 193 147 266 102 66
16 maret 0 56 83 0 776,0 66,6
2 ,5 ,6 ,2 ,0 ,7
193 147 266 102 66
7 2004 4 desember 0 0 76 17 0 776,0 28,3 66,6
,5 ,6 ,2 ,0 ,7
10 193 147 266 102 66
28 februari 1 11 0 3 776,0 16,9
9 ,5 ,6 ,2 ,0 ,7
90 10 193 147 266 102 66
25 desember 50 0 12 776,0 40,5
,5 7 ,5 ,6 ,2 ,0 ,7
Lanjutan Tabel 2.1 Perhitungan hujan rerata

Luas DAS CH Rata Rata Polygon CH Rata Rata


N Tah Tanggal Stasiun Luas Polygon Thiessn (km)
(km) Thiessen (mm) Tahun
o un Kejadian
B C D E F B C D E F
193 147 266 102 66
20 april 47 0 26 7 0 776,0 21,6
,5 ,6 ,2 ,0 ,7
15 11 193 147 266 102 66
11 desember 0 2 2 776,0 40,8
7 6 ,5 ,6 ,2 ,0 ,7
15 193 147 266 102 66
8 2005 17 desember 38 4 13 91 776,0 71,5 71,5
1 ,5 ,6 ,2 ,0 ,7
10 193 147 266 102 66
16 juni 1 0 1 0 776,0 14,4
5 ,5 ,6 ,2 ,0 ,7
15 11 193 147 266 102 66
11 desember 0 2 0 776,0 40,5
7 6 ,5 ,6 ,2 ,0 ,7
9 2006 10 193 147 266 102 66 57,1
19 februari 0 27 7 56 776,0 40,9
4 ,5 ,6 ,2 ,0 ,7
12 193 147 266 102 66
29 desember 41 9 22 4 776,0 40,5
6 ,5 ,6 ,2 ,0 ,7
20 maret 28 67 88 0 84 193 147 266 102 66 776,0 57,1
,5 ,6 ,2 ,0 ,7
12 193 147 266 102 66
17 desember 1 0 0 0 776,0 16,8
6 ,5 ,6 ,2 ,0 ,7
12 193 147 266 102 66
13 desember 65 0 54 4 776,0 45,7
2 ,5 ,6 ,2 ,0 ,7
193 147 266 102 66
30 januari 96 6 1 13 1 776,0 27,2
,5 ,6 ,2 ,0 ,7
13 193 147 266 102 66
20 februari 32 78 13 78 776,0 67,9
0 ,5 ,6 ,2 ,0 ,7
1 10 10 193 147 266 102 66
2007 23 maret 4 92 31 776,0 66,3 67,9
0 2 2 ,5 ,6 ,2 ,0 ,7
193 147 266 102 66
28 desember 48 42 70 67 70 776,0 58,8
,5 ,6 ,2 ,0 ,7
10 10 193 147 266 102 66
23 maret 4 92 31 776,0 66,3
2 2 ,5 ,6 ,2 ,0 ,7
2.3 Analisis Frekuensi Curah Hujan
2.3.1 Dasar Teori
Analisis frekuensi dapat diterapkan untuk data debit sungai atau data hujan.
Data yang digunakan adalah data debit atau hujan. Data yang digunakan adalah data
debit atau hujan maksimum tahunan, yaitu data terbesar selama satu tahu yang
terukur selama beberapa tahun.
Analisis frekuensi juga dapat digunakan untuk emnetapkan besaran hujan atau
debit dengan kala ulang tertentu. Dapat dilakukan untuk seri data yang di peroleh dari
rekaman data baik data hujan ataupun data debit. Didasarkan pada sifat statik data
yang tersedia untuk memperoleh probabilitas besaran hujan atau debit di masa yang
akan datang (diandaikan bahwa sifat statik tidak berubah atau sama).
2.3.2 Tujuan
Tujuan dari analisis frekuensi data hidrologi adalah mencari hubungan antara
besarnya kejadian ekstrim terhadap frekuensi kejadian dengan menggunakan
distribusi probabilitas.
2.3.3 Langkah Kerja dan Perhitungan
Menghitung nilai curah hujan rencana dengan menggunakan dua metode yaitu
Distribusi Gumbel dan Distribusi Normal, sebagai perbandingan dari keduanya.
Untuk menghitung keduanya pertama haruslah didapatkan terlebih dahulu data hujan
rerata maksimum tiap tahunnya. Pada perhitungan hujan rerata dengan Metode
Thiessen pada tugas sebelumnya telah didapat nilai hujan rerata maksimum pada
tahun 1998 hingga tahun 2007, seperti tabel dibawah :
Tabel 2.2 Nilai hujan rerata maksimum

N
Tahun P Thiessen Maks, xi (mm)
o

1 1998 58,7
2 1999 69,3
3 2000 54,6
4 2001 43,1
5 2002 55,6
Tabel 2.2 Nilai hujan rerata maksimum (Lanjutan)
N
Tahun P Thiessen Maks, xi (mm)
o
6 2003 55,8
7 2004 66,6
8 2005 71,5
9 2006 57,1
10 2007 67,9
Sumber : Hidrologi Terapan, 2019
a. Penentuan Jenis Distribusi
Berdasarkan parameter data curah hujan skala normal dapat diestimasi
distribusi yang cocok dengan curah hujan tertentu adapun ketentuan dalam
pemilihan distribusi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
1. Metode Gumbel
Contoh Perhitungan untuk kala ulang 5 tahun.
a) Menghitung peluang disamai atau terlampaui (P)
1
P = ×100%
TR
1
= ×100%
5
= 20 %
b) Menghitung nilai rata-rata hujan wilayah
58,7+69,3+54,6+ 43,1+ 55,6+55,8+66,6+71,5+57,1+67,9
X́ =
10
= 60,0329 mm

c) Menghitung standar deviasi


2
Standar deviasi (Sx) =

= 8,745
Σ ( Xi− X́ )
n−1

d) Menghitung nilai KTr (tahun kala ulang 5 tahun)


KTr = −¿
= −¿
= 0,719
e) Menghitung nilai curah hujan rencana Xt (mm)
Xt = X́ + ¿KTr× Sx ¿
= 60,032 + (0,719 × 8,745)
= 66,325 mm
Maka untuk Metode Gumbel, kedalaman hujan dengan periode ulang 5 tahun
sebesar 66,325 mm. Untuk nilai dari perhitungan tahun-tahun yang lainnya dapat
dilihat berdasarkan tabel berikut ini.
Tabel 2.3 Data Pmaks curah hujan

Nilai Maksimum
No Tahun
Y xi

1 1998 58,7
2 1999 69,3
3 2000 54,6
4 2001 43,1
5 2002 55,6
6 2003 55,8
7 2004 66,6
8 2005 71,5
9 2006 57,1
10 2007 67,9
Max 69,3
Min 43,1
Jumlah 600,3
Rata-rata xr 60,039
Standar Deviasi 8,745
Varian 76,482
Koefisien Skewness -0,435
Koefisien Kurtosis -0,064
Sumber : Hidrologi Terapan, 2019
Tabel 2.4 Perhitungan curah hujan rangka ulang Metode Gumbel
N Kala ulang
P (%) xbar (mm) S KTR XTR (mm)
o (TR) tahun
-
1 2 50 60,0329 8,745428589 0,16422988 58,59663935
2 5 20 60,0329 8,745428589 0,71950321 66,32526392
3 10 10 60,0329 8,745428589 1,30461141 71,44228588
4 25 4 60,0329 8,745428589 2,04389716 77,90765669
5 50 2 60,0329 8,745428589 2,59234157 82,70403809
6 100 1 60,0329 8,745428589 3,13673635 87,46500377
Sumber : Hidrologi Terapan, 2019
2. Metode Distribusi Log Pearson III
a) Menghitung nilai log dari curah hujan maksimum (data gumbel)
Log Xi = log (58,704)
= 1,768
b) Menghitung nilai rata-rata hujan wilayah
Log X́ =

log ( 58,704 ) + log ( 69,346 ) + log 54,621+ log ( 43,104 ) + log ( 55,556 )
+ log( 55,832)+log ⁡(66,64)+log ⁡(71,546)+log ⁡(57,105)+log ⁡(67,875)
¿ ¿
10
= 1,773 Cmm
c) Menghitung (log xi – log xr)2
(log xi – log X́ )2 = (1,768-1,773 )2
= 0.0000283
d) Menghitung standar deviasi
2


Standar deviasi (Sx) = Σ ( logXi-log X́ )
n-1
0,0395
=
√ 10-1
= 0,066

e) Menghitung nilai KTr (tahun kala ulang 10 tahun)


1
KTr ( ( ))
= -(0,45+0,7797 × ln× -ln 1-
Tr

1
( ( ))
= -(0,45+0,7797×ln× -ln 1-
10
= 1,361
f) Menghitung log XTR
Log XTR = Rata rata X́ + (KTr x S x Rata rata X́ )
= 1,773+ (1,361, x 0,0662 x 1,773)
= 1,934
f) Menghitung nilai curah hujan rencana, XTR (mm)
XTR = 10 Log XTR
= 10 1,934
= 85,904 mm

Untuk nilai dari perhitungan tahun-tahun yang lainya dapat dilihat


berdasarkan tabel dibawah.
Tabel 2.5 Hasil pehitungan metode log pearson III
CH rata-
rata Log CH (Log Xi - (Log Xi - (Log Xi -
No Tahun
wilayah (Xi) Log X)2 Log X)3 Log X)4
(Xi)(mm)
1 1998 58,704 1,7686677 0,0000283 -0,0000002 0,0000000
2 1999 69,346 1,8410214 0,0044934 0,0003012 0,0000202
3 2000 54,621 1,7373596 0,0013417 -0,0000491 0,0000018
4 2001 43,104 1,6345176 0,0194521 -0,0027130 0,0003784
5 2002 55,556 1,7447310 0,0008560 -0,0000250 0,0000007
6 2003 55,832 1,7468832 0,0007347 -0,0000199 0,0000005
7 2004 66,64 1,8237350 0,0024747 0,0001231 0,0000061
8 2005 71,546 1,8545854 0,0064959 0,0005235 0,0000422
9 2006 57,105 1,7566741 0,0002998 -0,0000052 0,0000001
10 2007 67,875 1,8317098 0,0033318 0,0001923 0,0000111
Total 600,329 17,739885 0,039508 -0,001672 0,000461
Rata rata (X) 1,773988481
SD (s) 0,066255686
koef. Skewnes (CS) -0,798557206
koef. Kurtosis
(CK) 0,883733873
Sumber : Hidrologi Terapan, 2019
Tabel 2.6 Rekapitulasi curah hujan rencana
No Kala ulang P Log
Log X
Urut (Tr) (%) S KTR XT XTR (mm)
1,7739
1 2 50 9 0,06626 -0,11260 1,76075 57,64396
1,7739
2 5 20 9 0,06626 0,81550 1,86984 74,10368
1,7739
3 10 10 9 0,06626 1,36150 1,93401 85,90429
1,7739
4 25 4 9 0,06626 1,78050 1,98326 96,21943
1,7739
5 50 2 9 0,06626 1,98290 2,00705 101,63710
1,7739
6 100 1 9 0,06626 2,41180 2,05746 114,14681
Sumber : Hidrologi Terapan, 2019
b. Pengujian Keselarasan Sebaran
1. Uji Sebaran Dengan Chi Kuadrat
Untuk menguji keselarasan sebaran Metode Gumbel Tipe I, digunakan Uji
Sebaran Chi Kuadrat (Chi Square Test) (Soewarno, 1995). Digunakan Persamaan
sebagai berkut :
N
( Oi-Ei ) 2
X 2=∑
i=0 Ei

K = 1 + 3,322 log n
= 1 + 3,322 log 10
= 4,322 ~ 5
DK= K – (2 + 1)
= 5– (2 + 1)
=2
N
Ef =
K
10
=
5
=2
X max- X min
∆X =
K-1
71,546-43,104
=
5-1
= 7,1105
X awal = X min – (0,5 x ∆X )
= 43,104 – (0,5 x 7,1105
= 33,9548
Nilai f2 cr dicari dengan menggunakan nilai DK=2 dan Derajat Kepercayaan
5%, lalu dibandingkan dengan nilai f2. Syarat yang harus dipenuhi yaitu f2
hitungan < f2cr (Soewarno, 1995).

Tabel 2.7 Uji keselarasan sebaran dengan chi kuadrat


E (Oi-
Probabilitas (%) Oi Oi-Ei (Oi-Ei)2/Ei
i Ei)2
39,5487
5 <x< 46,65925 1 2 -1 1 0,5
46,6592
5 <x< 53,76975 0 2 -2 4 2
53,7697
5 <x< 60,88025 5 2 3 9 4,5
60,8802
5 <x< 67,99075 2 2 0 0 0
67,9907
5 <x< 75,10125 2 2 0 0 0
Chi Kuadrat Terhitung 7
Sumber : Hidrologi Terapan, 2019

Derajat Signifikasi (α) = 5%


f2 hasil hitungan =7
f2 cr (Tabel 2.10) = 16,27
Dilihat hasil perbandingan di atas bahwa ternyata f2 hitungan < f2cr, maka
hipotesa yang diuji dapat diterima.
Tabel 2.8 Uji keselarasan sebaran dengan
metode smirnov - kolmogorov
Uji Kecocokan Sebaran Data Gumbel dengan Metode Smirnov Kolmogorof (Nilai
α=0,10)
X D
N |FT- D(0, Ketera
XTr kumulat S xbar z FT FS hitu
o. FS| 1;6) ngan
if ng
1 58,5 58,597 10,7 74,0 - 0,0 0,1 0,05 0,468 0,1 Data
97 24 73 1,4 74 32 7 06 Lolos
43
-
66,3 0,2 0,2 0,04
2 124,922 0,7
25 35 81 6
23
-
71,4 0,4 0,4 0,03
3 196,364 0,2
42 03 42 9
45
77,9 0,3 0,6 0,6 0,02
4 274,272
08 58 40 17 3
82,7 0,8 0,7 0,8 0,01
5 356,976
04 05 90 03 4
87,4 1,2 0,8 1,0 0,10
6 444,441
65 49 94 00 6
Sumber : Hidrologi Terapan, 2019

Derajat Signifikasi (α) = 1%


f2 hasil hitungan = 0,106
f2 cr (Tabel 2.10) = 0,468 (n = 10)
Dilihat hasil perbandingan di atas bahwa ternyata D max < D kritis, maka
hipotesa yang diuji dapat diterima.
2.4 Perhitungan Debit Limpasan
2.4.1 Dasar Teori
Apabila intensitas hujan yang jatuh di suatu DAS melebihi kapasitas infiltrasi,
setelah laju infiltrasi terpenuhi air akan mengisi cekungan-cekungan pada permukaan
tanah. Setelah cekungan-cekungan tersebut penuh, selanjutnya air akan mengalir
(melimpas) di atas permukaan tanah. Limpasan permukaan (surface run off) yang
merupakan air hujan yang mengalir dalam bentuk lapisan tipis di atas permukaan
lahan akan masuk ke parit-parit dan selokan-selokan yang kemudian bergabung
menjadi anak sungai dan akhirnya menjadi aliran sungai. Di daerah pegunungan
(bagian hulu DAS) limpasan permukaan dapat masuk ke sungai dengan cepat, yang
dapat menyebabkan debit sungai meningkat. Apabila debit sungai lebih besar dari
kapasitas sungai untuk mengalirkan debit maka, akan terjadi luapan pada tebing
sungai sehingga terjadi banjir di DAS bagian hulu dimana kemiringan lahan dan
kemiringan sungai besar, atau di suatu DAS kecil kenaikan debit banjir dapat terjadi
dengan cepat, sementara pada sungai-sungai besar kenaikan debit terjadi lebih lambat
untuk mencapai debit puncak (Triatmodjo, 2015).
Air hujan yang jatuh di seluruh daerah tangkapan akan terkonsentrasi
(mengalir menuju) suatu titik kontrol. Waktu konsentrasi (tC) adalah waktu yang
diperlukan oleh partikel air untuk mengalir dari titik terjauh dalam daerah tangkapan
sampai titik-titik yang ditinjau. Konsentrasi aliran di suatu DAS dapat dibedakan
menjadi tiga tipe tangkapan DAS. Tipe pertama terjadi apabila durasi hujan efektif tr
sama dengan waktu konsentrasi tc. Pada kondisi ini semua air hujan yang jatuh di
DAS telah terkonsentrasi di titik kontrol, sehingga debit aliran mencapai maksimum.
Tipe kedua terjadi apabila durasi hujan efektif lebih lama dari waktu konsentrasi (t r >
tc ). Pada keadaan ini aliran terkonsentrasi pada titik kontrol, dan debit maksimum
tercapai setelah waktu aliran sama dengan waktu konsentrasi. Tipe ketiga terjadi
apabila durasi hujan efektif lebih pendek daripada waktu konsentrasi (t r < tc ). Pada
keadaan ini debit aliran di titik kontrol tidak mencapai nilai maksimum.
Debit air limpasan adalah volume air hujan per satuan waktu yang tidak
mengalami infiltrasi sehingga harus dialirkan melalui saluran drainase. Debit air
limpasan terdiri dari 3 komponen yaitu Koefisien Run off (C), Data Intensitas curah
hujan (I) dan Luas total DAS (A). Koefisien yang digunakan untuk menunjukkan
berapa bagian dari air hujan yang harus dialirkan melalui saluran drainase karena
tidak mengalami penyerapan ke dalam tanah (infiltrasi). Dimana dapat ditentukan
dengan persamaan seperti dibawah ini:
Q = C.I.A
Dimana:
Q = Debit rencana (m3/detik)
C = Koefisien runoff
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = Luas total DAS (km2)
2.4.2 Tujuan
Menentukan nilai Debit Limpasan berdasarkan pada Peta Landuse yang telah
tersedia dan menghitung intensitas curah hujan dengan menggunakan rumus
mononobe dan grafik lengkung IDF
2.4.3 Langkah Kerja dan Perhitungan
Berdasarkan perhitungan tinggi curah hujan rencana sebelumnya, untuk nilai
XTR berdasarkan perhitungan analisi frekuesnsi Distribusi Gumbel dan Distribusi
Normal, dipilih nilai XTR yang terbesar. Walaupun pada dasarnya untuk mencari nilai
distribusi probabilitas yang sesuai dengan rangkaian data tersebut harus diperlukan
penggambaran pada kertas probabilitas dan dilakukan pengujian Chi-Kuadrat &
Smirnov Kolmogorov, tetapi tidak dilakukan pada data tersebut. Alasan pengambilan
nilai XTR terbesar dikarenakan faktor lebih aman. Nilai XTR yang digunakan seperti
pada tabel dibawah:

Tabel 2.9 Nilai curah hujan rencana

Kala Ulang Xtr (mm)

2 58,59663935
5 66,32526392
10 71,44228588
25 77,90765669
50 82,70403809
100 87,46500377
Sumber : Hidrologi Terapan, 2019
Contoh Perhitungan
Luas DAS = 775,99 km2
Slope = 0,0269
Panjang sungai (L) = 54,173 m
0,385
0 ,87 × L2
Waktu (Tc) = (
1000s )
0,385
0, 87 × 54,173 2
= (
10000,0269 )
= 5,772 jam
Tabel 2.10 Perhitungan Nilai C

Jenis
No C
Landuse

1 Hutan 0,03
2 Perkebunan 0,4
3 sawah 0,15
4 Ladang 0,2
5 Permukiman 0,6
Sumber : Hidrologi Terapan, 2019

a) Menghitung koefisien rata-rata


( A1×C1 ) + ( A2×C2 ) + ( A3×C3 ) + ( A4×C4 ) + ( A5×C5 )
Ć =
Luas DAS
=

( 44,299 ×0,03 ) + ( 223,1× 0,4)+(199,87× 0,15 ) +(131,92× 0,2)+(176,76 × 0,6)


775,99
= 0,326

b) Mencari intensitas curah hujan pada kala ulang TR2 tahun (ITR)
R24 24 23
ITR = ×[ ]
24 tc
2
58,596 24
= ×[ ]3
24 5,772
= 6,31 mm/jam
c) Mencari debit limpasan pada kala ulang TR 2 tahun (QTR)
Luas DAS (A) = 775,99 km2
ITR = 6,31 mm/jam
QTR = C × I × A × nilai konversi
= C × ( ITR × (10-3/3600)) × (A × 106)
= 0,326× (6,31× (10-3/3600)) × (775,99 × 106)
= 1597,346 km3/detik
Untuk hasil perhitungan QTR pada kala ulang yang lain dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 2.11 Perhitungan debit limpasan metode rasional
Kala Tc A Q
Xtr (mm) C I
Ulang (jam) (km2) (km3/s)
58,5966393 1597,345
2 6,31
5 5
66,3252639
5 7,15 1808,028
2
71,4422858 1947,518
10 7,70
8 0,3260 775,99 1
5,772
77,9076566 4 2 2123,764
25 8,39
9 2
82,7040380 2254,513
50 8,91
9 7
87,4650037 2384,297
100 9,42
7 7
Sumber : Hidrologi Terapan, 2019
Untuk perhitungan Intensitas Curah Hujan Rencana pada data ini digunakan
persamaan Mononobe, agar dapat digunakan untuk membuat kurva Intensitas
Durasi Frekuensi.

Tabel 2.12 Data Kurva IDF

N Intensitas CH (mm/jam)
Waktu, t (tahun) TR 2 TR
o
th TR 5th TR 10 th TR 25 th 50th TR 100th
1 0            
2 0,1 94,291 106,727 114,961 125,365 133,083 140,744
3 0,2 59,399 67,234 72,421 78,975 83,837 88,663
4 0,3 45,330 51,309 55,268 60,269 63,980 67,663
5 0,4 37,419 42,355 45,622 49,751 52,814 55,854
6 0,5 32,247 36,500 39,316 42,874 45,514 48,134
7 0,6 28,556 32,323 34,816 37,967 40,305 42,625
8 0,7 25,767 29,166 31,416 34,259 36,368 38,462
9 0,8 23,573 26,682 28,740 31,341 33,271 35,186
10 0,9 21,793 24,667 26,570 28,974 30,758 32,529
11 1 20,314 22,994 24,768 27,009 28,672 30,322
12 1,1 19,064 21,578 23,243 25,346 26,907 28,456
13 1,2 17,989 20,362 21,933 23,918 25,390 26,852
14 1,3 17,055 19,304 20,793 22,675 24,071 25,457
15 1,4 16,232 18,373 19,791 21,582 22,911 24,230
16 1,5 15,503 17,547 18,901 20,612 21,881 23,140
17 1,6 14,850 16,808 18,105 19,744 20,959 22,166
18 1,7 14,262 16,143 17,388 18,962 20,129 21,288
19 1,8 13,728 15,539 16,738 18,253 19,376 20,492
20 1,9 13,242 14,989 16,145 17,607 18,690 19,766
21 2 12,797 14,485 15,603 17,015 18,062 19,102
22 2,1 12,388 14,022 15,103 16,470 17,484 18,491
23 2,2 12,009 13,593 14,642 15,967 16,950 17,926
24 2,3 11,659 13,196 14,215 15,501 16,455 17,403
25 2,4 11,333 12,827 13,817 15,067 15,995 16,916
26 2,5 11,028 12,483 13,446 14,663 15,565 16,462
27 2,6 10,744 12,161 13,099 14,284 15,164 16,037
28 2,7 10,477 11,859 12,773 13,929 14,787 15,638
29 2,8 10,226 11,575 12,468 13,596 14,433 15,264
30 2,9 9,989 11,307 12,179 13,281 14,099 14,911
31 3 9,766 11,054 11,907 12,985 13,784 14,578
32 3,1 9,555 10,815 11,650 12,704 13,486 14,262
33 3,2 9,355 10,589 11,406 12,438 13,204 13,964
34 3,3 9,165 10,374 11,174 12,185 12,935 13,680
35 3,4 8,984 10,169 10,954 11,945 12,681 13,410
36 3,5 8,812 9,975 10,744 11,716 12,438 13,154
37 3,6 8,648 9,789 10,544 11,499 12,206 12,909

Tabel 2.12 Data Kurva IDF (Lanjutan)

N Intensitas CH (mm/jam)
o Waktu, t TR TR 25
(tahun) TR 2 th 5th TR 10 th th TR 50th TR 100th
37 3,6 8,648 9,789 10,544 11,499 12,206 12,909
38 3,7 8,492 9,612 10,353 11,290 11,985 12,675
39 3,8 8,342 9,442 10,171 11,091 11,774 12,452
40 3,9 8,199 9,280 9,996 10,901 11,572 12,238
41 4 8,062 9,125 9,829 10,719 11,378 12,033
42 4,1 7,930 8,976 9,669 10,544 11,193 11,837
43 4,2 7,804 8,833 9,514 10,376 11,014 11,648
44 4,3 7,682 8,696 9,366 10,214 10,843 11,467
45 4,4 7,565 8,563 9,224 10,059 10,678 11,293
46 4,5 7,453 8,436 9,087 9,909 10,519 11,125
47 4,6 7,345 8,313 8,955 9,765 10,366 10,963
48 4,7 7,240 8,195 8,827 9,626 10,219 10,807
49 4,8 7,139 8,081 8,704 9,492 10,076 10,656
50 4,9 7,042 7,970 8,585 9,362 9,939 10,511
51 5 6,947 7,864 8,470 9,237 9,806 10,370
52 5,1 6,856 7,761 8,359 9,116 9,677 10,234
53 5,2 6,768 7,661 8,252 8,999 9,553 10,102
54 5,3 6,683 7,564 8,148 8,885 9,432 9,975
55 5,4 6,600 7,470 8,047 8,775 9,315 9,851
56 5,5 6,520 7,380 7,949 8,668 9,202 9,732
57 5,6 6,442 7,291 7,854 8,565 9,092 9,616
58 5,7 6,366 7,206 7,762 8,464 8,985 9,503
59 5,8 6,293 7,123 7,672 8,367 8,882 9,393
60 5,9 6,222 7,042 7,585 8,272 8,781 9,287
61 6 6,152 6,964 7,501 8,180 8,683 9,183
62 6,1 6,085 6,887 7,419 8,090 8,588 9,083
63 6,2 6,019 6,813 7,339 8,003 8,496 8,985
64 6,3 5,955 6,741 7,261 7,918 8,405 8,889
Sumber : Hidrologi Terapan, 2019
160.000
Kurva IDF
140.000

120.000
Intensitas Hujan (mm/jam)

100.000 TR 2 th
TR 5th
80.000 TR 10 th
TR 25 th
60.000 TR 50th
TR 100th
40.000

20.000

0.000
0 1 2 3 4 5 6 7
t (jam)
Gambar 2.3 Kurva IDF (Intensitas Durasi Frekuensi)
Gambar 2.4 Peta tata guna lahan
2.5 Debit Banjir Rencana
2.5.1 Dasar Teori
Pada perhitungan kali ini, data curah hujan kala ulang (X TR) yang
dihitung berdasarkan metode Gumbel. Tanah pada wilayah DAS
diasumsikan sudah dalam kondisi jenuh sehingga laju infiltrasi tidak
terjadi. Debit banjir dalam perhitungan disajikan juga dalam bentuk
hidrograf, menurut Triatmodjo (2008) hidrograf adalah kurva yang
memberi hubungan antara parameter aliran dan waktu.
2.5.2 Tujuan
Perhitungan debit banjir dalam perancangan keairan digunakan
untuk input data unsteady flow pada software HEC-RAS.
2.5.3 Langkah Kerja dan Perhitungan
a. Perhitungan Hidrograf Satuan
1. Metode Nakayasu
Diketahui :
 Luas DAS (A) = 775,991 km2
 Panjang sungai utama (L) = 54,173 km
 Curah hujan satuan (Re) = 1 mm 46
 α =2
Penyelesaian
a) Menghitung waktu antara hujan sampai debit puncak banjir (tg)
Sungai dengan panjang alur L > 15 km : Tg = 0,4 + 0,058 L
Sungai dengan panjang alur L < 15 km : Tg = 0,21 × L0,7
L = 54,173 km maka Tg = 0,4 + 0,058 L
Tg = 0,4 + 0,058 L
= 0,4 + 0,058 (54,173)
= 3,5420 jam
b) Menghitung waktu untuk mencapai debit puncak (Tp)
Tr = (1 – 0,5) × Tg
Tr = 0,75 × Tg
Tr = 0,75 × 3,5420
= 2,656 jam
Tp = Tg + 0,8Tr
= 3,5420 + (0,8 × 2,656)
= 5,667 1jam
= 6 jam
c) Menghitung T0,3
T0,3 = α × Tg
= 2 × 3,5420
= 7,0841 jam
= 7jam
d) Menghitung debit puncak (Qp)
1 1
Qp = 3,6 × A × Re ×
( 0,3 T p + T 0,3 )
1 1
= 3,6 × 775,991× 1 ×
( 0,3 ( 6 ) + 7 )
= 24,495 m3/s/mm2
e) Hitung debit hidrograf satuan
1. Bagian lengkung naik (0 < t < tp)
t 2,4
Qa = Qp ×( )
Tp
1 2,4
= 24,495 ×( )
6
= 0,332 m3/s/mm
2. Bagian lengkung turun tahap 1 (0 ≤ t ≤ (Tp + T0,3))
t -Tp
Qd1 = Qp × 0,3( T0,3 )
7-6
= 24,495 × 0,3( 7 )
= 20,624 m3/s/mm
3. Bagian lengkung turun tahap 2 ((Tp + T0,3) ≤ t ≤ (Tp + T0,3 +
1,5 T0,3)).
t -Tp + 0,5 T0,3
Qd2 = Qp × 0,3( 1,5 T0,3 )
14 - 7 + (0,5 × 6)
= 24,495 × 0,3(1,5 × 6 )
= 6,552 m3/s/mm

Tabel 2.13 Unit hidrograf metode Nakayasu

No Jam ke Q(m3/dt/mm) V(m3)


0 0 0
1 0,332283297 598,1099339
2 1,753801754 3754,953091
Qa
3 4,640871268 11510,41144
4 9,256621153 25015,48636
5 15,81381016 45126,77636
Qp 6 24,4946654 72555,25601
7 20,62407825 81213,73858
8 17,36511182 68380,54212
9 14,62111929 57575,216
Qd1 10 12,31072576 48477,3211
11 10,36541497 40817,05332
12 8,727497432 34367,24232
13 7,348399621 28936,6147
14 6,552315341 25021,28693
15 5,842474353 22310,62145
16 5,209533545 19893,61422
17 4,645161984 17738,45195
18 4,141931264 15816,76785
Qd2 19 3,693217729 14103,26819
20 3,293115294 12575,39944
21 2,936357707 11213,0514
22 2,61824923 9998,292486
23 2,334602836 8915,133718
24 2,081685097 7949,318278
Sumber : Hidrologi Terapan, 2019
f) Menghitung faktor koreksi
1) Menghitung volume banjir
Contoh volume banjir pada t = 2 jam
UH 1 + UH 2
Volume =( ) × Δt ×3600
2
0,332 + 1,753
=( ) × 1 ×3600
2
=3754,953 m3
2) Menghitung volume banjir total
∑Volume = 683863,9272 m3

3) Menghitung tinggi hujan


Ʃ Volume
Tinggi hujan =
Luas DAS
683863,9272
= × 1000
775,991 ×106
= 0,881 mm
Tinggi hujan (0,881 mm) ≠ tinggi hujan efektif (1 mm) maka
nilai UH harus dikoreksi
4) Menghitung faktor koreksi (Fk)
Tinggi hujan efektif
Fk =
Tinggi hujan
1
=
0,881
= 1,134
Tabel 2.14 Perhitungan volume banjir
No Jam ke Q(m3/dt/mm) V(m3)
0 0 0
1 0,332283297 598,1099339
2 1,753801754 3754,953091
Qa
3 4,640871268 11510,41144
4 9,256621153 25015,48636
5 15,81381016 45126,77636
Qp 6 24,4946654 72555,25601
7 20,62407825 81213,73858
8 17,36511182 68380,54212
9 14,62111929 57575,216
Qd1 10 12,31072576 48477,3211
11 10,36541497 40817,05332
12 8,727497432 34367,24232
13 7,348399621 28936,6147
14 6,552315341 25021,28693
15 5,842474353 22310,62145
16 5,209533545 19893,61422
17 4,645161984 17738,45195
Qd2
18 4,141931264 15816,76785
19 3,693217729 14103,26819
20 3,293115294 12575,39944
21 2,936357707 11213,0514
22 2,61824923 9998,292486
23 2,334602836 8915,133718
24 2,081685097 7949,318278
3
 ∑ V( m ) 683863,9272
Tinggi Hujan 0,881278168
koreksi   1,134715503
Sumber : Hidrologi Terapan, 2019
5) Menghitung UH terkoreksi
Contoh UH terkoreksi pada t = 2 jam
UH’ = Fk × UH
= 1,134× 1,753
= 1,990 m3/s/mm
g) Menghitung volume banjir terkoreksi
Contoh volume banjir terkoreksi pada t = 2 jam
UH' 1 + UH' 2
Volume =( ) × Δt × 3600
2
0, 377 + 1,990
=( ) × 1 × 3600
2
= 4260,8 m3
Tabel 2.15 Perhitungan UH metode Nakayasu terkoreksi

UH UH
No Jam ke
(m3/dt/mm) terkoreksi
0 0 0
1 0,332283297 0,377047
2 1,753801754 1,990066
Qa
3 4,640871268 5,266069
4 9,256621153 10,50363
5 15,81381016 17,94418
Qp 6 24,4946654 27,79448
7 20,62407825 23,40246
8 17,36511182 19,70446
9 14,62111929 16,59081
Qd1 10 12,31072576 13,96917
11 10,36541497 11,7618
12 8,727497432 9,903227
13 7,348399621 8,338343
14 6,552315341 7,435014
15 5,842474353 6,629546
Qd2
16 5,209533545 5,911338
17 4,645161984 5,270937
18 4,141931264 4,699914
19 3,693217729 4,190751
20 3,293115294 3,736749
21 2,936357707 3,331931
22 2,61824923 2,970968
23 2,334602836 2,64911
24 2,081685097 2,36212
Sumber : Hidrologi Terapan, 2019
h) Menghitung volume banjir terkoreksi total
∑ Volume’ = 775991 m3
i) Menghitung tinggi hujan koreksi
Ʃ Volume'
Tinggi hujan =
Luas DAS
775991
=
775,991 ×106
= 1 mm
Tabel 2.16 Perhitungan volume banjir terkoreksi metode Nakayasu
UH
No Jam ke UH Volume Vt
terkoreksi
0 0 0 0 0
1 0,332283297 598,1099339 0,377047 678,6846
2 1,753801754 3754,953091 1,990066 4260,803
5,266068
Qa 3 4,640871268 11510,41144 6 13061,04
10,50363
4 9,256621153 25015,48636 2 28385,46
17,94417
5 15,81381016 45126,77636 6 51206,05
27,79447
Qp
6 24,4946654 72555,25601 7 82329,57
23,40246
7 20,62407825 81213,73858 1 92154,49
19,70446
8 17,36511182 68380,54212 2 77592,46
16,59081
9 14,62111929 57575,216 1 65331,49
Qd1 13,96917
10 12,31072576 48477,3211 1 55007,97
11,76179
11 10,36541497 40817,05332 7 46315,74
9,903226
12 8,727497432 34367,24232 6 38997,04
13 7,348399621 28936,6147 8,338343 32834,83
7,435013
Qd2 14 6,552315341 25021,28693 8 28392,04
15 5,842474353 22310,62145 6,629546 25316,21
2
5,911338
16 5,209533545 19893,61422 5 22573,59
5,270937
17 4,645161984 17738,45195 3 20128,1
4,699913
18 4,141931264 15816,76785 6 17947,53
4,190751
19 3,693217729 14103,26819 4 16003,2
20 3,293115294 12575,39944 3,736749 14269,5
3,331930
21 2,936357707 11213,0514 6 12723,62
22 2,61824923 9998,292486 2,970968 11345,22
23 2,334602836 8915,133718 2,64911 10116,14
2,362120
24 2,081685097 7949,318278 4 9020,215
3 683863,927
∑ V( m
   ) 2 775991
0,88127816
Tinggi Hujan
8 1
1,13471550
Koreksi  
3   1
Sumber : Hidrologi Terapan, 2019

Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu


30

25

20
Q(m3/dt/mm)

Q
15
Q terkoreksi

10

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34
T (jam)

Gambar 2.5 HSS metode Nakayasu

2. Metode ITB-2
Untuk melakukan analisa hidrograf satuan sintetik secara
menyeluruh dengan metode ITB 2 dilakukan dengan tahapan-tahapan
sebagai berikut ini :
a) Karakteristik DAS dan Sungai
Luas DAS (A) = 775,991 km2
Panjang Sungai Utama (L) = 54,173 km
Durasi Hujan Satuan (Tr) = 1 jam
Tinggi Hujan Satuan (R) = 1 jam
b) Menghitung Waktu Puncak (Tp)
Koefisien Waktu (Ct) =1
Nilai Time Lag (TL) = Ct  0,81225  L0,6
= 1  0,81225  54,1730,6
= 8,9117 jam
Waktu Puncak (Tp) = TL + 0,5 × Tr
= 8,9117 + (0,5 × 1)
= 9,4117 jam

c) Menghitung luas HSS tak berdimensi


1. Menghitung nilai t adalah absis kuva HSS tak berdimensi
dengan rumus.
t
t =
Tp
Nilai T adalah waktu perhitungan dengan interval (jam)
termasuk didalamnya waktu puncak (Tp), contoh semisal T = 1
jam.
1
t =
9,4117
= 0,11
2. Menghitung ordinat HSS tak berdimensi dengan perssamaan.
q(t) = exp (1-tβ)
= exp ( 1-11)
= 2,44
Menghitung luas segmen HSS tak berdimensi, termasuk
segmen sebelum dan sesudah Qp dihitung dengan rumus
trapezium.
1
Ai = ×(t – t ) (q + q )
2 i i-1 i i-1
1
= ×(0,11 – 0) (2,44 + 0)
2
= 0,13
3. Luas HSS tak berdimensi adalah
N

∑ Ai = 2,82
i=l

4. Menghitung debit puncak HSS


R A DAS
Qp = ×
3,6Tp A HSS
1 775,991
= ×
3,6( 9,4117 ) 2,8197
= 8,1225 m3/s
5. Menghitung UH, contoh t = 1 jam
UH = Qp×q
= 8,1125 ×2,44
= 19,85 m3/s/mm
6. Menghitung tinggi hujan = 1
7. Menghitug volume hidrograf
UH0+UH1
Volume = ×(∆t ) × 3600
2
0+19 ,85
= ×(1×3600 )
2
= 35736,62 m3
Tabel 2.17 Perhitungan HSS ITB-2
HSS Tak Berdimensi HSS Berdimensi
t
t=T/Tp A Vol (m3)
(jam) q = exp(1-t^β) Qt = q x Qp (m3/s/mm)

0,0
0 0,00 0,00 0,00 0,00
0
0,1
1 0,11 2,44 19,85 35736,62
3
0,2
2 0,21 2,20 17,85 67870,95
5
0,4
3 0,32 1,98 16,05 129263,55
7
0,2
4 0,43 1,78 14,43 54877,65
0
0,1
5 0,53 1,60 12,98 49345,92
8
0,1
6 0,64 1,44 11,67 44371,80
6
0,1
7 0,74 1,29 10,49 39899,08
4
0,1
8 0,85 1,16 9,44 35877,21
3
0,1
9 0,96 1,04 8,49 32260,75
2
0,0
9,41 1,00 1,00 8,12 12307,00
4
0,0
10 1,06 0,94 7,63 16681,96
6
0,0
11 1,17 0,84 6,86 26084,71
9
0,0
12 1,28 0,76 6,17 23455,34
9
0,0
13 1,38 0,68 5,55 21091,02
8
0,0
14 1,49 0,61 4,99 18965,02
7
0,0
15 1,59 0,55 4,49 17053,33
6
0,0
16 1,70 0,50 4,03 15334,33
6
0,0
17 1,81 0,45 3,63 13788,62
5
0,0
18 1,91 0,40 3,26 12398,71
5
0,0
19 2,02 0,36 2,93 11148,91
4
0,0
20 2,13 0,32 2,64 10025,08
4
0,0
21 2,23 0,29 2,37 9014,54
3
0,0
22 2,34 0,26 2,13 8105,87
3
0,0
23 2,44 0,24 1,92 7288,79
3
0,0
24 2,55 0,21 1,72 6554,07
2
0,0
25 2,66 0,19 1,55 5893,41
2
0,0
26 2,76 0,17 1,39 5299,35
2
0,0
27 2,87 0,15 1,25 4765,17
2
0,0
28 2,98 0,14 1,13 4284,84
2
0,0
29 3,08 0,12 1,01 3852,92
1
Tabel 2.17 Perhitungan HSS ITB-2 (Lanjutan)
HSS Tak Berdimensi HSS Berdimensi
t
t=T/Tp A Vol (m3)
(jam) q = exp(1-t^β) Qt = q x Qp (m3/s/mm)

30 3,19 0,11 0,01 0,91 3464,54


31 3,29 0,10 0,01 0,82 3115,31
32 3,40 0,09 0,01 0,74 2801,29
33 3,51 0,08 0,01 0,66 2518,91
34 3,61 0,07 0,01 0,60 2265,00
35 3,72 0,07 0,01 0,54 2036,69
36 3,83 0,06 0,01 0,48 1831,39
37 3,93 0,05 0,01 0,43 1646,78
38 4,04 0,05 0,01 0,39 1480,79
39 4,14 0,04 0,00 0,35 1331,52
40 4,25 0,04 0,00 0,31 1197,30
41 4,36 0,03 0,00 0,28 1076,61
42 4,46 0,03 0,00 0,25 968,09
43 4,57 0,03 0,00 0,23 870,50
44 4,68 0,03 0,00 0,21 782,76
45 4,78 0,02 0,00 0,19 703,85
46 4,89 0,02 0,00 0,17 632,90
47 4,99 0,02 0,00 0,15 569,11
48 5,10 0,02 0,00 0,13 511,74
49 5,21 0,01 0,00 0,12 460,16
50 5,31 0,01 0,00 0,11 413,77
51 5,42 0,01 0,00 0,10 372,06
52 5,53 0,01 0,00 0,09 334,56
53 5,63 0,01 0,00 0,08 300,84
54 5,74 0,01 0,00 0,07 270,51
55 5,84 0,01 0,00 0,06 243,24
56 5,95 0,01 0,00 0,06 218,72
57 6,06 0,01 0,00 0,05 196,68
58 6,16 0,01 0,00 0,05 176,85
59 6,27 0,01 0,00 0,04 159,02
60 6,38 0,00 0,00 0,04 142,99
Volume (m3) 775991,00
Luas HSS 2,82
DRO (mm) 1,00
Sumber : Hidrologi Terapan, 2019
Kurva HSS ITB 2
25.00

20.00
Qt (m3/s/mm)

15.00

10.00

5.00

0.00
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65
t, (jam)

Gambar 2.6 HSS ITB-2


b. Perhitungan Curah Hujan Jam-Jaman
Tabel 2.18 Curah hujan rencana
Kala R24 TR
Ulang Gumbel Log Pearon III
2 58,59663935 57,64396
5 66,32526392 74,10368
10 71,44228588 85,90429
25 77,90765669 96,21943
50 82,70403809 101,63710
100 87,46500377 114,14681
Sumber : Hidrologi Terapan, 2019

Pada perhitungan curah hujan jam-jaman digunakan data curah


hujan rencana berdasarkan metode gumbel. Contoh perhitungan diambil
pada kala ulang 2 tahun pada Td 2 jam dengan Xtr = 58,5966 mm
1. Menghitung It
R 24
It = ¿
24
58,5966
= ¿
24
= 12,7972 mm/jam
2. Menghitung It × Td
It × Td = Td × It
= 2 × 12,7972
= 25,5944 mm
3. Menghitung ΔP
ΔP = It × Td jam ke -1 – It × Td jam ke 0
= 25,5944 – 20,3143
= 5,28012 mm
4. Menghitung Pt
ΔP
Pt = x 100%
∑ ΔP
5,28012
= x 100%
36,9136
= 14,304 %
5. Hyetograph (%)
Mengurutkan data dari kolom Pt (%) dari nilai yang paling tinggi di
tengah. Setelah diurutkan diperoleh bahwa nilai Hyetograph (%) pada waktu t
= 2 jam adalah 10,033 %.
a) Menghitung Hyetograph (mm)
Hyetograph (mm) = Hyetograph (%) × R24
10,033 ×58,5966
=
100
= 5,8795 mm

Tabel 2.19 Perhitungan curah hujan jam-jaman kala ulang 2 tahun


Xtr = 58,5966 mm
delta
Td It It. Id delta P Pt Hyetograph
t
(jam) (jam) (mm/jam) (mm) (mm) (%) % mm
[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8]
20,3143
0-1
1 20,31432 2 20,31432 55,03212 6,745556 3,952669
25,5944
1-2
2 12,79722 4 5,280119 14,30401 10,03393 5,879543
29,2983
2-3
3 9,766107 2 3,70388 10,03393 55,03212 32,24697
4 3-4 8,061743 32,2469 2,948654 7,987994 14,30401 8,381667
7
5 4-5 6,9474 34,737 2,490026 6,745556 7,987994 4,680696
36,9135
5-6
6 6,152262 7 2,176571 5,896397 5,896397 3,455091
total 36,91357 100 58,59664
Sumber : Hidrologi Terapan, 2019

Kala Ulang 2 Tahun (mm)


35
30
Hyetograph (mm)

25
20
15
10
5
0
1 2 3 4 5 6
Waktu

Gambar 2.7 Hyetograph hujan total pada kala ulang 2 tahun


Tabel 2.20 Perhitungan curah hujan jam-jaman kala ulang 5 tahun
Xtr = 66,3253 mm

delta
Td It It. Id delta P Pt Hyetograph
t
(jam) (jam) (mm/jam) (mm) (mm) (%) % mm
[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8]
22,9936
0-1
1 22,99368 8 22,99368 55,03212 6,745556 4,474008
28,9702
1-2
2 14,48511 3 5,976543 14,30401 10,03393 6,655027
33,1626
2-3
3 11,05421 3 4,192405 10,03393 55,03212 36,5002
4 3-4 9,12505 36,5002 3,337567 7,987994 14,30401 9,48717
39,3186
4-5
5 7,86373 5 2,818448 6,745556 7,987994 5,298058
6 5-6 6,963716 41,7823 2,46365 5,896397 5,896397 3,910801
total 41,7823 100 66,32526
Sumber : Hidrologi Terapan, 2019
Kala Ulang 5 Tahun (mm)
40

35

Hyetograph (mm) 30

25

20

15

10

0
1 2 3 4 5 6
Waktu

Gambar 2.8 Hyetograph hujan total pada kala ulang 5 tahun


Tabel 2.21 Perhitungan curah hujan jam-jaman kala ulang 10 tahun
Xtr = 71,4423 mm

delta
Td It It. Id delta P Pt Hyetograph
t
(jam) (jam) (mm/jam) (mm) (mm) (%) % mm
[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8]
24,7676
0-1
1 24,76766 6 24,76766 55,03212 6,745556 4,81918
31,2052
1-2
2 15,60265 9 6,437635 14,30401 10,03393 7,168466
35,7211
2-3
3 11,90705 4 4,51585 10,03393 55,03212 39,31621
39,3162
3-4
4 9,829051 1 3,595062 7,987994 14,30401 10,21911
5 4-5 8,47042 42,3521 3,035893 6,745556 7,987994 5,706805
45,0058
5-6
6 7,50097 2 2,653722 5,896397 5,896397 4,212521
total 45,00582 100 71,44229
Sumber : Hidrologi Terapan, 2019
Kala Ulang 10 Tahun (mm)
45
40
35
Hyetograph (mm)

30
25
20
15
10
5
0
1 2 3 4 5 6
Waktu

Gambar 2.9 Hyetograph hujan total pada kala ulang 10 tahun


Tabel 2.22 Perhitungan curah hujan jam-jaman kala ulang 25 tahun
Xtr = 77,9077 mm

delta
` It It. Id delta P Pt Hyetograph
t
(jam) (jam) (mm/jam) (mm) (mm) (%) % mm
[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8]
27,0090
0-1
1 27,00908 8 27,00908 55,03212 6,745556 5,255305
2 1-2 17,01465 34,0293 7,020227 14,30401 10,03393 7,817196
38,9538
2-3
3 12,98461 3 4,924525 10,03393 55,03212 42,87424
42,8742
3-4
4 10,71856 4 3,920407 7,987994 14,30401 11,14392
46,1848
4-5
5 9,236974 7 3,310635 6,745556 7,987994 6,223259
49,0787
5-6
6 8,179791 5 2,893878 5,896397 5,896397 4,593745
total 49,07875 100 77,90766
Sumber : Hidrologi Terapan, 2019
Kala Ulang 25 Tahun (mm)
50
45
40
35
Hyetograph

30
25
20
15
10
5
0
1 2 3 4 5 6
Waktu

Gambar 2.10 Hyetograph hujan total pada kala ulang 25 tahun


Tabel 2.23 Perhitungan curah hujan jam-jaman kala ulang 50 tahun
Xtr = 82,704 mm

delta
Td It It. Id delta P Pt Hyetograph
t
(jam) (jam) (mm/jam) (mm) (mm) (%) % mm
[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8]
28,6718
0-1
1 28,67189 9 28,67189 55,03212 6,745556 5,578848
36,1243
1-2
2 18,06216 2 7,452427 14,30401 10,03393 8,298461
41,3520
2-3
3 13,78401 2 5,227703 10,03393 55,03212 45,51379
45,5137
3-4
4 11,37845 9 4,161767 7,987994 14,30401 11,82999
49,0282
4-5
5 9,805648 4 3,514454 6,745556 7,987994 6,606393
52,1002
5-6
6 8,68338 8 3,072039 5,896397 5,896397 4,876559
total 52,10028 100 82,70404
Sumber : Hidrologi Terapan, 2019
Kala Ulang 50 Tahun (mm)
50
45
40
Hyetograph 35
30
25
20
15
10
5
0
1 2 3 4 5 6
Waktu

Gambar 2.11 Hyetograph hujan total pada kala ulang 100 tahun
Tabel 2.24 Perhitungan curah hujan jam-jaman kala ulang 50 tahun
Xtr = 87,465 mm

delta
Td It It. Id delta P Pt Hyetograph
t
(jam) (jam) (mm/jam) (mm) (mm) (%) % mm
[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8]
28,6718
0-1
1 28,67189 9 28,67189 55,03212 6,745556 5,578848
36,1243
1-2
2 18,06216 2 7,452427 14,30401 10,03393 8,298461
41,3520
2-3
3 13,78401 2 5,227703 10,03393 55,03212 45,51379
45,5137
3-4
4 11,37845 9 4,161767 7,987994 14,30401 11,82999
49,0282
4-5
5 9,805648 4 3,514454 6,745556 7,987994 6,606393
52,1002
5-6
6 8,68338 8 3,072039 5,896397 5,896397 4,876559
total 52,10028 100 82,70404
Sumber : Hidrologi Terapan, 2019
Kala Ulang 100 Tahun (mm)
60
50

Hyetograph
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6
Waktu

Gambar 2.12 Hyetograph hujan total pada kala ulang 100 tahun

6. Infiltrasi
Tabel 2.25 Kecepatan infiltrasi pada waktu tertentu
Laju Infiltrasi
No Waktu (Menit)
f(t) (mm/jam)
Kolom 1 5
1 0 7,5
2 1 6,6
3 2 4,8
4 3 4
5 4 4,2
6 5 3,6
7 10 3,00
8 15 1,8
9 20 1,23
10 25 0,96
11 30 0,76
12 40 1,20
13 50 0,72
14 60 0,6
Sumber : Hidrologi Terapan, 2019
a) Membuat grafik hubungan antara laju infiltrasi dan waktu
8.00 laju infiltrasi menurut data

Laju Infiltrasi (cm/jam)


7.00
6.00
5.00
4.00 laju infiltrasi
3.00
2.00
1.00
0.00
0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20
waktu, t (jam)

Gambar 2.13 Grafik hubungan antara laju infiltrasi dan waktu


b) Menentukan nilai fc
fc = 0,6 mm/jam
c) Menghitung nilai f – fc
f – fc = 7,5 – 0,6
= 6,9 mm/jam
d) Menghitung nilai Log(f-fc)
Log (f-fc) = Log (6,9)
= 0,838 mm/jam
Tabel 2.26 Perhitungan laju infiltrasi

waktu selisih waktu waktu selisih tinggi laju infiltrasi


f-fc (log(f-fc)

t delta t f(t)
(menit) (menit) (jam) (cm) (cm/jam)
1 2 3 4 5 6 7
0 0 0,00 0,00 7,50 6,90 0,8388
1 1 0,02 0,11 6,60 6,00 0,7782
2 1 0,03 0,16 4,80 4,20 0,6232
3 1 0,05 0,20 4,00 3,40 0,5315
4 1 0,07 0,28 4,20 3,60 0,5563
5 1 0,08 0,30 3,60 3,00 0,4771
10 5 0,17 0,50 3,00 2,40 0,3802
15 5 0,25 0,45 1,80 1,20 0,0792
20 5 0,33 0,41 1,23 0,63 -0,2007
25 5 0,42 0,40 0,96 0,36 -0,4437
30 5 0,50 0,38 0,76 0,16 -0,7959
40 10 0,67 0,80 1,20 0,60 -0,2218
50 10 0,83 0,60 0,72 0,12 -0,9208
60 10 1,00 0,60 0,60 0,00
Sumber : Hidrologi Terapan, 2019
e) Membuat grafik hubungan antara Log (f-fc) dan waktu

Hubungan log(f-fc) dengan waktu


1.20

1.00
Laju Infiltrasi (cm/jam)

0.80
f(x) = 0.07 x − 0.24
0.60 R² = 0.89

0.40

0.20

0.00
00 00 00 00
0 00 00 00 00 00
. 00 . 00 . 00 . 0waktu,
. 00t (jam).00 .00 .00 .00
0 2 4 6 8 10 12 14 16

Gambar 2.13 Grafik hubungan f dan waktu

f) Menentukan Persamaan Horton


f(t) = fc + ( ft – fc ) e -kt
ft = 7,5 mm/jam
fc = 0,6 mm/jam
Dari grafik hubungan Log(f-fc) dan waktu diperoleh gradien (m)
sebesar -0,4261.
−1
k =
m loge
−1
k =
0,4235× 2,718
= 5,437
Maka persamaan Horton menjadi :
f(t) = 0,6 + ( 7,5 – 0,6 ) e -5,437.t
= 1,2 + 6,9 e -5,437.t
Menghitung laju infiltrasi dengan persamaan Horton
Untuk t = 1 jam
f(t) = 1,2 + 6,4 e -5,404 x 1
= 0,63 mm/jam
Tabel 2.27 Perhitungan laju infiltrasi dengan pers Horton
waktu selisih waktu selisih laju f-fc (log(f- fc laju infiltrasi
waktu tinggi infiltrasi fc) horton

t delta t     f(t) f(t)


(menit
(menit) (jam) (cm) (cm/jam)        
)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
6,9
0 0,00
0 0,00 7,50 0 0,8388 7,5000
6,0
1 1 0,02 0,11 6,60
0 0,7782 6,9022
4,2
2 1 0,03 0,16 4,80
0 0,6232 6,3563
3,4
3 1 0,05 0,20 4,00
0 0,5315 5,8576
3,6
4 1 0,07 0,28 4,20
0 0,5563 5,4021
3,0
5 1 0,08 0,30 3,60
0 0,4771 4,9861
2,4
10 5 0,17 0,50 3,00
0 0,3802 0,6 3,3881
1,2 0
15 5 0,25 0,45 1,80
0 0,0792 2,3723
0,6
20 5 0,33 0,41 1,23
3 -0,2007 1,7266
0,3
25 5 0,42 0,40 0,96
6 -0,4437 1,3161
0,1
30 5 0,50 0,38 0,76
6 -0,7959 1,0552
0,6
40 10 0,67 0,80 1,20
0 -0,2218 0,7839
0,1
50 10 0,83 0,60 0,72
2 -0,9208 0,6743
0,0
60 10 1,00 0,60 0,60
0   0,6300
Sumber : Hidrologi Terapan, 2019

8.00
Infiltrasi menurut horton
7.00
Laju Infiltrasi (cm/jam)

6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20
waktu, t (jam)

Gambar 2.14 Grafik hubungan laju infiltrasi dan waktu


g) Menghitung Tinggi Hujan Efektif
Tinggi hujan efektif diperoleh dari besarnya nilai hujan total jam-
jaman dikurangi nilai infiltrasi rata-rata. Contoh perhitungan tinggi
hujan efektif pada Td = 2 jam dengan kala ulang 2 tahun.
Infiltrasi 2 jam + Infiltrasi 1 jam
Infiltrasi rata-rata =
2
0,6001 + 0,6288
=
2
= 0,6145 mm/jam
Hujan efektif = Hujan total – Infiltrasi rata-rata
= 8,52 – 0,6145
= 7,9105 mm
Tabel 2.28 Perhitungan curah hujan efektif kala ulang 2 tahun

Hujan Hujan yang


Waktu Hujan/Jam Infiltrasi
Efektif melimpas
(jam)
(mm/jam) (cm/jam) (mm/jam) (mm) (mm)
1 3,95 7,50 75 -71,05 0,00
2 5,88 0,60 6 -0,12 0,00
3 32,25 0,60 6 26,25 26,25
4 8,38 0,60 6 2,38 2,38
5 4,68 0,60 6 -1,32 0,00
6 3,46 0,60 6 -2,54 0,00
Sumber : Hidrologi Terapan, 2019

Tabel 2.29 Perhitungan curah hujan efektif kala ulang 5 tahun

Hujan Hujan yang


Waktu Hujan/Jam Infiltrasi
Efektif melimpas
(jam)
(mm/jam) (cm/jam) (mm/jam) (mm) (mm)
1 4,47 7,50 75 -70,53 0,00
2 6,66 0,60 6 0,66 0,66
3 36,50 0,60 6 30,50 30,50
4 9,49 0,60 6 3,49 3,49
5 5,30 0,60 6 -0,70 0,00
6 3,91 0,60 6 -2,09 0,00
Sumber : Hidrologi Terapan, 2019
Tabel 2.30 Perhitungan curah hujan efektif kala ulang 10 tahun

Hujan Hujan yang


Hujan/Jam Infiltrasi
Waktu Efektif melimpas
(jam)
(mm/jam
(mm/jam) (cm/jam) (mm) (mm)
)
1 4,82 7,50 75 -70,18 0,00
2 7,17 0,60 6 1,17 1,17
3 39,32 0,60 6 33,32 33,32
4 10,22 0,60 6 4,22 4,22
5 5,71 0,60 6 -0,29 0,00
6 4,21 0,60 6 -1,79 0,00
Sumber : Hidrologi Terapan, 2019
Tabel 2.31 Perhitungan curah hujan efektif kala ulang 25 tahun

Hujan Hujan yang


Waktu Hujan/Jam Infiltrasi
Efektif melimpas
(jam)
(mm/jam) (cm/jam) (mm/jam) (mm) (mm)
1 5,26 7,50 75 -69,74 0,00
2 7,82 0,60 6 1,82 1,82
3 42,87 0,60 6 36,87 36,87
4 11,14 0,60 6 5,14 5,14
5 6,22 0,60 6 0,22 0,22
6 4,59 0,60 6 -1,41 0,00
Sumber : Hidrologi Terapan, 2019

Tabel 2.32 Perhitungan curah hujan efektif kala ulang 50 tahun

Hujan
Waktu Hujan/Jam Infiltrasi
Efektif Hujan yang
(jam) melimpas
(mm/jam) (cm/jam) (mm/jam) (mm) (mm)
1 5,58 7,50 75 -69,42 0,00
2 8,30 0,60 6 2,30 2,30
3 45,51 0,60 6 39,51 39,51
4 11,83 0,60 6 5,83 5,83
5 6,61 0,60 6 0,61 0,61
6 4,88 0,60 6 -1,12 0,00
Sumber : Hidrologi Terapan, 2019
Tabel 2.33 Perhitungan curah hujan efektif kala ulang 100 tahun

Hujan/Ja Hujan Hujan yang


Infiltrasi
Waktu m Efektif melimpas
(jam)
(mm/jam
(mm/jam) (cm/jam) (mm) (mm)
)
1 5,90 7,50 75 -69,10 0,00
2 8,78 0,60 6 2,78 2,78
3 48,13 0,60 6 42,13 42,13
4 12,51 0,60 6 6,51 6,51
5 6,99 0,60 6 0,99 0,99
6 5,16 0,60 6 -0,84 0,00
Sumber : Hidrologi Terapan, 2019
h) Menghitung Hidrograf Banjir Rencana
Hidrograf banjir rencana dihitung dengan mengalikan hidrograf
satuan dengan tinggi hujan efektif. Contoh perhitungan hidrograf
banjir rencana pada t = 2 jam dengan kala ulang 2 tahun dan tinggi
hujan efektif = 0,79 mm menggunakan hidrograf satuan Nakayasu.
Q akibat hujan 1 jam = UH × Heff
= 1,99 × 26,25
= 52,23 m3/s
Q akibat hujan 2 jam = UH × Heff
= 9,16 × 2,38
= 0,90 m3/s
∑ Q 2 jam = 52,23 + 0,90
= 53,13 m3/s
1. Hidrograf Banjir Rencana Nakayasu
Tabel 2.34 Perhitungan hidrograf banjir rencana
metode nakayasu kala ulang 2 tahun

Waktu UH R1 R2
QLL (m³/s)
(Jam) (m³/s/mm) 26,25 2,38
0 0,00 0,00 0,00
1 0,38 9,90 0,00 9,90
2 1,99 52,23 0,90 53,13
3 5,27 138,22 4,74 142,96
4 10,50 275,69 12,54 288,23
5 17,94 470,98 25,02 496,00
6 27,79 729,52 42,74 772,26
7 23,40 614,24 66,20 680,44
8 19,70 517,18 55,74 572,92
9 16,59 435,46 46,93 482,39
10 13,97 366,65 39,51 406,16
11 11,76 308,71 33,27 341,98
12 9,90 259,93 28,01 287,94
13 8,34 218,86 23,59 242,44
14 7,44 195,15 19,86 215,01
15 6,63 174,01 17,71 191,71
16 5,91 155,15 15,79 170,94
17 5,27 138,35 14,08 152,42
18 4,70 123,36 12,55 135,91
19 4,19 109,99 11,19 121,19 71
20 3,74 98,08 9,98 108,06
21 3,33 87,45 8,90 96,35
22 2,97 77,98 7,94 85,91
23 2,65 69,53 7,08 76,61
24 2,36 62,00 6,31 68,31
0 0,00 0,00
Sumber : Hidrologi Terapan, 2019
Tabel 2.35 Perhitungan hidrograf banjir rencana
metode nakayasu kala ulang 5 tahun

Waktu UH R1 R2 R3 QLL
(Jam) (m³/s/mm) 0,66 30,50 3,49 (m³/s)
0 0,00 0,00     0,00
1 0,38 0,25 0,00   0,25
2 1,99 1,30 11,50 0,00 12,80
3 5,27 3,45 60,70 1,31 65,46
4 10,50 6,88 160,62 6,94 174,44
18,3
5 17,94 11,75 320,36 350,48
6
36,6
6 27,79 18,21 547,30 602,14
3
62,5
7 23,40 15,33 847,74 925,64
7
96,9
8 19,70 12,91 713,78 823,61
2
81,6
9 16,59 10,87 600,99 693,47
1
68,7
10 13,97 9,15 506,02 583,89
1
57,8
11 11,76 7,70 426,06 491,62
5
48,7
12 9,90 6,49 358,74 413,94
1
41,0
13 8,34 5,46 302,05 348,53
2
34,5
14 7,44 4,87 254,32 293,73
3
29,0
15 6,63 4,34 226,77 260,19
8
25,9
16 5,91 3,87 202,20 232,00
3
23,1
17 5,27 3,45 180,30 206,87
2
20,6
18 4,70 3,08 160,76 184,46
1
18,3
19 4,19 2,75 143,35 164,47
8
16,3
20 3,74 2,45 127,82 146,66
9
14,6
21 3,33 2,18 113,97 130,77
1
13,0
22 2,97 1,95 101,62 116,60
3
11,6
23 2,65 1,74 90,62 103,97
2
10,3
24 2,36 1,55 80,80 92,71
6
    0,00 72,05 9,24 81,28
      0,00 8,24 8,24
        0,00 0,00
Sumber : Hidrologi Terapan, 2019
Tabel 2.35 Perhitungan hidrograf banjir rencana
metode nakayasu kala ulang 10 tahun

Waktu UH R1 R2 R3 QLL
(Jam) (m³/s/mm (m³/s)
) 1,17 33,32 4,22
0 0,00 0,00     0,00
1 0,38 0,44 0,00   0,44
2 1,99 2,33 12,56 0,00 14,89
3 5,27 6,15 66,30 1,59 74,05
4 10,50 12,27 175,45 8,40 196,11
5 17,94 20,97 349,94 22,22 393,13
6 27,79 32,48 597,83 44,32 674,62
1029,0
7 23,40 27,34 926,01 75,71
6
8 19,70 23,02 779,68 117,27 919,97
9 16,59 19,39 656,48 98,74 774,60
10 13,97 16,32 552,74 83,14 652,20
11 11,76 13,74 465,40 70,00 549,14
12 9,90 11,57 391,86 58,94 462,37
13 8,34 9,74 329,94 49,62 389,31
14 7,44 8,69 277,80 41,78 328,27
15 6,63 7,75 247,71 35,18 290,63
16 5,91 6,91 220,87 31,37 259,15
17 5,27 6,16 196,94 27,97 231,07
18 4,70 5,49 175,61 24,94 206,04
19 4,19 4,90 156,58 22,24 183,72
20 3,74 4,37 139,62 19,83 163,82
21 3,33 3,89 124,49 17,68 146,07
22 2,97 3,47 111,01 15,77 130,24
23 2,65 3,10 98,98 14,06 116,13
24 2,36 2,76 88,26 12,53 103,55
    0 78,70 11,18 89,87
      0,00 9,97 9,97
        0,00 0,00
Sumber : Hidrologi Terapan, 2019
Tabel 2.36 Perhitungan hidrograf banjir rencana
metode nakayasu kala ulang 25 tahun

Waktu UH R1 R2 R3 R4 QLL
(Jam) 0,2 (m³/s)
(m³/s/mm) 1,82 36,87 5,14 2
0 0,00 0,00       0,00
1 0,38 0,69 0,00     0,69
2 1,99 3,62 13,90 0,00   17,52
0,0
3 5,27 9,57 73,38 1,94 84,89
0
0,0
4 10,50 19,09 194,18 10,24 223,59
8
0,4
5 17,94 32,61 387,31 27,09 447,45
4
1,1
6 27,79 50,51 661,68 54,03 767,39
8
1024,9 2,3
7 23,40 42,53 92,30 1162,08
0 5
4,0
8 19,70 35,81 862,95 142,97 1045,73
1
6,2
9 16,59 30,15 726,59 120,38 883,32
1
5,2
10 13,97 25,38 611,77 101,36 743,74
2
4,4
11 11,76 21,37 515,10 85,34 626,22
0
3,7
12 9,90 18,00 433,71 71,86 527,26
0
3,1
13 8,34 15,15 365,17 60,50 443,95
2
2,6
14 7,44 13,51 307,47 50,94 374,55
3
2,2
15 6,63 12,05 274,16 42,89 331,31
1
1,8
16 5,91 10,74 244,46 38,25 295,31
6
1,6
17 5,27 9,58 217,98 34,10 263,32
6
1,4
18 4,70 8,54 194,36 30,41 234,79
8
1,3
19 4,19 7,62 173,31 27,11 209,35
2
1,1
20 3,74 6,79 154,53 24,18 186,67
8
1,0
21 3,33 6,05 137,79 21,56 166,45
5
0,9
22 2,97 5,40 122,86 19,22 148,42
4
0,8
23 2,65 4,81 109,55 17,14 132,34
3
0,7
24 2,36 4,29 97,68 15,28 118,00
4
0,6
    0 87,10 13,63 101,39
6
      0 12,15 0,5 12,74
9
0,5
0,00 0,53
  3
0,0
0,00
          0
Sumber : Hidrologi Terapan, 2019
Tabel 2.37 Perhitungan hidrograf banjir rencana
metode nakayasu kala ulang 50 tahun

Wakt UH R1 R2 R3 R4 QLL
u (m³/s/mm (m³/s)
(Jam) ) 2,30 39,51 5,83 0,61
0 0,00 0,00       0,00
1 0,38 0,87 0,00     0,87
2 1,99 4,57 14,90 0,00   19,47
12,1
3 5,27 78,64 2,20 0,00 92,94
0
24,1
4 10,50 208,08 11,60 0,23 244,06
4
41,2
5 17,94 415,04 30,70 1,21 488,19
4
63,8
6 27,79 709,04 61,24 3,19 837,36
8
53,7 1098,2 104,6 1263,0
7 23,40 6,37
9 7 1 4
45,2 162,0 10,8 1142,9
8 19,70 924,72
9 4 8 3
38,1 136,4 16,8
9 16,59 778,60 970,02
3 4 5
32,1 114,8 14,1
10 13,97 655,57 816,74
1 8 9
27,0 11,9
11 11,76 551,97 96,72 687,68
3 5
22,7 10,0
12 9,90 464,75 81,44 579,02
6 6
19,1
13 8,34 391,31 68,57 8,47 487,52
7
17,0
14 7,44 329,48 57,74 7,13 411,44
9
15,2
15 6,63 293,79 48,61 6,01 363,64
4
13,5
16 5,91 261,96 43,35 5,06 323,95
9
12,1
17 5,27 233,58 38,65 4,51 288,85
2
10,8
18 4,70 208,27 34,46 4,02 257,56
0
19 4,19 9,63 185,71 30,73 3,58 229,66
20 3,74 8,59 165,59 27,40 3,20 204,78
21 3,33 7,66 147,65 24,43 2,85 182,59
22 2,97 6,83 131,66 21,79 2,54 162,81
23 2,65 6,09 117,39 19,43 2,27 145,17
24 2,36 5,43 104,68 17,32 2,02 129,45
  0 93,34 15,44 1,80 110,58
  0,00 13,77 1,61 15,38
  0,00 1,43 1,43
          0 0
Sumber : Hidrologi Terapan, 2019
Tabel 2.38 Perhitungan hidrograf banjir rencana
metode nakayasu kala ulang 100 tahun

Wakt UH R1 R2 R3 R4 QLL
u (m³/s/m (m³/s)
(Jam) m) 2,78 42,13 6,51 0,99
0 0,00 0,00       0,00
1 0,38 1,05 0,00     1,05
2 1,99 5,52 15,89 0,00   21,41
14,6
3 5,27 83,85 2,45 0,00 100,92
2
29,1
4 10,50 221,88 12,96 0,37 264,37
6
49,8
5 17,94 442,56 34,29 1,96 528,63
2
77,1
6 27,79 756,06 68,39 5,20 906,80
6
64,9 1171,0 116,8 10,3 1363,2
7 23,40
7 9 3 6 6
54,7 180,9 17,7 1239,4
8 19,70 986,04
0 7 1 1
46,0 152,3 27,4 1056,0
9 16,59 830,22
6 7 2 8
38,7 128,3 23,0
10 13,97 699,03 889,20
8 0 9
32,6 108,0 19,4
11 11,76 588,57 748,69
5 2 4
27,4 16,3
12 9,90 495,57 90,95 630,39
9 7
23,1 13,7
13 8,34 417,26 76,58 530,77
5 8
20,6 11,6
14 7,44 351,33 64,48 448,05
4 1
18,4
15 6,63 313,27 54,29 9,77 395,73
0
16,4
16 5,91 279,33 48,41 8,23 352,38
1
14,6
17 5,27 249,07 43,16 7,34 314,20
3
13,0
18 4,70 222,08 38,49 6,54 280,16
5
19 4,19 11,6 198,03 34,32 5,83 249,81
3
10,3
20 3,74 176,57 30,60 5,20 222,75
7
21 3,33 9,25 157,44 27,29 4,64 198,62
22 2,97 8,25 140,39 24,33 4,14 177,10
23 2,65 7,35 125,18 21,69 3,69 157,91
24 2,36 6,56 111,62 19,34 3,29 140,81
    0 99,53 17,25 2,93 119,71
  0,00 15,38 2,61 17,99
  0,00 2,33 2,33
          0,00 0
Sumber : Hidrologi Terapan, 2019
Hidrograf Banjir Rencana Nakayasu
1600

1400

1200

1000

800

600

400

200

0
0 5 10 15 20 25 30
80
Gambar 2.15 Hidrograf banjir rencana metode Nakayasu
2. Hidrograf Banjir Rencana ITB-2
Tabel 2.39 Perhitungan hidrograf banjir rencana
metode ITB-2 kala ulang 2 tahun
Wakt UH R1 R2 QLL
u (m³/s/mm (m³/s)
(Jam) ) 26,25 2,38
0 0,00 0,00   0,00
521,1 521,1
1 19,85 0,00
0 0
468,5 47,2 515,8
2 17,85
7 8 6
421,3 42,5 463,8
3 16,05
4 2 6
378,8 38,2 417,1
4 14,43
7 3 0
340,6 34,3 375,0
5 12,98
8 8 6
306,3 30,9 337,2
6 11,67
4 1 5
275,4 27,8 303,2
7 10,49
6 0 5
247,6 25,0 272,6
8 9,44
9 0 9
222,7 22,4 245,2
9 8,49
2 8 0
213,1 20,2 233,4
10 8,12
9 1 0
200,2 19,3 219,6
11 7,63
7 5 2
180,0 18,1 198,2
12 6,86
9 7 6
161,9 16,3 178,2
13 6,17
3 4 7
145,6 14,6 160,3
14 5,55
1 9 0
130,9 13,2 144,1
15 4,99
3 1 4
117,7 11,8 129,6
16 4,49
3 8 1
105,8 10,6 116,5
17 4,03
7 8 5
104,8
18 3,63 95,19 9,61
0
19 3,26 85,60 8,64 94,24
20 2,93 76,97 7,77 84,74
21 2,64 69,21 6,98 76,20
22 2,37 62,24 6,28 68,52
23 2,13 55,96 5,65 61,61
24 1,92 50,32 5,08 55,40
4,57 4,57
 
0,00 0,00
Sumber : Hidrologi Terapan, 2019

Tabel 2.40 Perhitungan hidrograf banjir rencana


metode ITB-2 kala ulang 5 tahun

Waktu UH R1 R2 R3 QLL
(Jam) (m³/s/mm (m³/s)
) 0,66 30,50 3,49
0 0,00 0,00     0,00
1 19,85 13,00 0,00   13,00
2 17,85 11,69 605,54 0,00 617,23
3 16,05 10,52 544,50 69,23 624,25
4 14,43 9,46 489,62 62,25 561,33
5 12,98 8,50 440,26 55,98 504,74
6 11,67 7,65 395,88 50,34 453,86
7 10,49 6,87 355,98 45,26 408,11
8 9,44 6,18 320,09 40,70 366,98
9 8,49 5,56 287,83 36,60 329,98
10 8,12 5,32 258,82 32,91 297,04
11 7,63 5,00 247,74 29,59 282,33
12 6,86 4,49 232,73 28,32 265,55
13 6,17 4,04 209,27 26,61 239,92
14 5,55 3,63 188,17 23,93 215,73
15 4,99 3,27 169,20 21,51 193,99
16 4,49 2,94 152,15 19,35 174,43
17 4,03 2,64 136,81 17,40 156,85
18 3,63 2,38 123,02 15,64 141,04
19 3,26 2,14 110,62 14,07 126,82
20 2,93 1,92 99,47 12,65 114,04
21 2,64 1,73 89,44 11,37 102,54
22 2,37 1,55 80,43 10,23 92,21
23 2,13 1,40 72,32 9,20 82,91
24 1,92 1,26 65,03 8,27 74,55
  58,48 7,44 65,91
6,69 6,69
  0,00 0,00
Sumber : Hidrologi Terapan, 2019

Tabel 2.41 Perhitungan hidrograf banjir rencana


metode ITB-2 kala ulang 10 tahun
Waktu UH R1 R2 R3 QLL
(Jam) (m³/s/mm) 1,17 33,32 4,22 (m³/s)
0 0,00 0,00     0,00
1 19,85 23,20 0,00   23,20
2 17,85 20,86 661,45 0,00 682,31
83,7
3 16,05 18,76 594,77 697,30
6
75,3
4 14,43 16,87 534,82 627,01
2
67,7
5 12,98 15,17 480,91 563,81
3
60,9
6 11,67 13,64 432,43 506,97
0
54,7
7 10,49 12,26 388,84 455,87
6
49,2
8 9,44 11,03 349,65 409,92
4
44,2
9 8,49 9,92 314,40 368,60
8
39,8
10 8,12 9,49 282,71 332,02
2
35,8
11 7,63 8,92 270,61 315,33
0
34,2
12 6,86 8,02 254,21 296,50
7
32,1
13 6,17 7,21 228,59 267,99
9
28,9
14 5,55 6,48 205,55 240,98
5
26,0
15 4,99 5,83 184,83 216,69
3
23,4
16 4,49 5,24 166,20 194,84
1
17 4,03 4,71 149,44 21,0 175,20
5
18,9
18 3,63 4,24 134,38 157,54
3
17,0
19 3,26 3,81 120,83 141,66
2
15,3
20 2,93 3,43 108,65 127,38
0
13,7
21 2,64 3,08 97,70 114,54
6
12,3
22 2,37 2,77 87,85 103,00
7
11,1
23 2,13 2,49 79,00 92,61
3
10,0
24 1,92 2,24 71,03 83,28
0
      63,87 9,00 72,87
        8,09 8,09
        0,00 0,00
Sumber : Hidrologi Terapan, 2019

Tabel 2.42 Perhitungan hidrograf banjir rencana


metode ITB-2 kala ulang 25 tahun

Waktu UH R1 R2 R3 R4 QLL
(Jam) 0,2 (m³/s)
(m³/s/mm) 1,82 36,87 5,14 2
0 0,00 0,00       0,00
1 19,85 36,08 0,00     36,08
2 17,85 32,44 732,09 0,00   764,53
0,0
3 16,05 29,17 658,29 102,13 789,59
0
4,4
4 14,43 26,23 591,94 91,83 714,43
3
3,9
5 12,98 23,59 532,27 82,57 642,42
9
3,5
6 11,67 21,21 478,62 74,25 577,66
8
3,2
7 10,49 19,07 430,37 66,77 519,43
2
8 9,44 17,15 386,99 60,04 2,9 467,07
0
2,6
9 8,49 15,42 347,98 53,98 419,99
1
2,3
10 8,12 14,76 312,90 48,54 378,55
4
2,1
11 7,63 13,87 299,51 43,65 359,13
1
1,8
12 6,86 12,47 281,36 41,78 337,51
9
1,8
13 6,17 11,21 253,00 39,25 305,28
1
1,7
14 5,55 10,08 227,50 35,29 274,58
0
1,5
15 4,99 9,07 204,57 31,74 246,90
3
1,3
16 4,49 8,15 183,95 28,54 222,01
8
1,2
17 4,03 7,33 165,40 25,66 199,63
4
1,1
18 3,63 6,59 148,73 23,07 179,51
1
1,0
19 3,26 5,93 133,74 20,75 161,41
0
0,9
20 2,93 5,33 120,26 18,66 145,14
0
0,8
21 2,64 4,79 108,14 16,78 130,51
1
0,7
22 2,37 4,31 97,24 15,08 117,36
3
0,6
23 2,13 3,87 87,43 13,56 105,53
5
0,5
24 1,92 3,48 78,62 12,20 94,89
9
  70,70 10,97 0,53 82,19
9,86 0,48 10,34
  0,00 0,43 0,43
Sumber : Hidrologi Terapan, 2019

Tabel 2.43 Perhitungan hidrograf banjir rencana


metode ITB-2 kala ulang 50 tahun
Wakt UH R1 R2 R3 R4 QLL
u (m³/s/mm (m³/s)
(Jam) ) 2,30 39,51 5,83 0,61
0 0,00 0,00       0,00
1 19,85 45,63 0,00     45,63
2 17,85 41,03 784,49 0,00   825,53
3 16,05 36,90 705,42 115,75 0,00 858,06
4 14,43 33,18 634,31 104,08 12,04 783,61
5 12,98 29,83 570,37 93,59 10,83 704,62
6 11,67 26,83 512,88 84,15 9,73 633,59
7 10,49 24,12 461,18 75,67 8,75 569,72
8 9,44 21,69 414,69 68,04 7,87 512,30
9 8,49 19,50 372,89 61,18 7,08 460,66
10 8,12 18,67 335,30 55,02 6,36 415,35
11 7,63 17,54 320,95 49,47 5,72 393,68
12 6,86 15,77 301,50 47,35 5,15 369,77
13 6,17 14,18 271,11 44,48 4,93 334,70
14 5,55 12,75 243,78 40,00 4,63 301,16
15 4,99 11,47 219,21 35,97 4,16 270,80
16 4,49 10,31 197,11 32,34 3,74 243,51
17 4,03 9,27 177,24 29,08 3,36 218,96
18 3,63 8,34 159,38 26,15 3,02 196,89
19 3,26 7,50 143,31 23,52 2,72 177,04
20 2,93 6,74 128,87 21,14 2,45 159,20
21 2,64 6,06 115,88 19,01 2,20 143,15
22 2,37 5,45 104,20 17,10 1,98 128,72
23 2,13 4,90 93,69 15,37 1,78 115,74
24 1,92 4,41 84,25 13,82 1,60 104,08
75,76 12,43 1,44 89,62
  0,00 11,18 1,29 12,47
0,00 0,00 1,16 1,16
Sumber : Hidrologi Terapan, 2019
Tabel 2.44 Perhitungan hidrograf banjir rencana
metode ITB-2 kala ulang 100 tahun

Waktu UH R1 R2 R3 R4 QLL
(Jam) (m³/s/mm (m³/s)
) 2,78 42,13 6,51 0,99
0 0,00 0,00       0,00
1 19,85 55,12 0,00     55,12
836,5
2 17,85 49,56 0,00   886,07
1
752,1
3 16,05 44,57 129,27 0,00 926,02
9
676,3
4 14,43 40,07 116,24 19,59 852,27
7
608,1
5 12,98 36,03 104,52 17,61 766,36
9
546,8
6 11,67 32,40 93,98 15,84 689,11
8
491,7
7 10,49 29,14 84,51 14,24 619,65
6
442,1
8 9,44 26,20 75,99 12,81 557,19
9
397,6
9 8,49 23,56 68,33 11,52 501,02
1
357,5
10 8,12 22,55 61,44 10,36 451,88
3
342,2
11 7,63 21,18 55,25 9,31 427,98
3
321,4
12 6,86 19,05 52,89 8,37 401,80
9
289,0
13 6,17 17,13 49,68 8,01 363,91
9
259,9
14 5,55 15,40 44,67 7,53 327,55
5
233,7
15 4,99 13,85 40,17 6,77 294,53
4
210,1
16 4,49 12,45 36,12 6,09 264,84
8
189,0
17 4,03 11,20 32,48 5,47 238,15
0
169,9
18 3,63 10,07 29,21 4,92 214,14
5
152,8
19 3,26 9,05 26,26 4,43 192,56
1
137,4
20 2,93 8,14 23,61 3,98 173,15
1
123,5
21 2,64 7,32 21,23 3,58 155,69
6
111,1
22 2,37 6,58 19,09 3,22 140,00
0
23 2,13 5,92 99,91 17,17 2,89 125,89
24 1,92 5,32 89,83 15,44 2,60 113,20
  80,78 13,88 2,34 97,00
0,00 12,48 2,10 14,59
0,00 0,00 1,89 1,89
Sumber : Hidrologi Terapan, 2019
Hidrograf Banjir Rencana Metode ITB-2
1000.00

900.00

800.00

700.00

600.00
Debit

500.00

400.00

300.00

200.00

100.00

0.00
0 5 10 15 20 25 30

Waktu

Gambar 2.16 Hidrograf banjir rencana ITB-2

Anda mungkin juga menyukai