Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM

HIDROLOGI

ACARA II
MENENTUKAN BATAS DAERAH ALIRAN SUNGAI
Andi Suryo Nugroho (18405241027/A2)

A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menentukan batas daerah aliran sungai.

B. Dasar teori

DAS merupakan padanan istilah drainage area, drainage basin, atau river basin

dalam bahasa inggris, atau stroom gebied dalam bahasa belanda. Batas DAS

dirupakan oleh garis bayangan sepanjang punggung pegunungan atau lahan


meninggi, yang memisahkan sistem aliran yang satu dari sistem aliran tetangganya.

Atas dasar pengertian ini maka secara teori semua kawasan darat habis terbagi

menjadi sejumlah DAS. Suatu DAS terdiri atas dua bagian utama, yaitu daerah tadahan

(catchment area) yang membentuk daerah hulu dan daerah penyaluran air yang

berada dibawah daerah tadahan. Daerah penyaluran air dapat dibagi menjadi dua

daerah, yaitu daerah tengah dan daerah hilir. Daerah tadahan merupakan daerah
sumber air bagi DAS yang bersangkutan, sedang daerah penyaluran air bergawai
(functions) menyalurkan air turah (escess water) dari sumber air ke daerah

penampungan air, yang berada di sebelah bawah DAS. Daerah penampungan air

dapat berupa danau atau laut. Dilihat dari segi Hidrologi, DAS merupakan suatu

kesatuan hidrologi yang bulat atau utuh. (Notohadiprawiro, 2006: 1).

Dalam mempelajari ekosistem DAS, daerah aliran sungai biasanya dibagi menjadi

daerah hulu, tengah dan hilir. Secara biogeofisik, daerah hulu DAS dicirikan oleh hal-

hal sebagai berikut: merupakan daerah konservasi, mempunyai kerapatan drainase


lebih tinggi, merupakan daerah dengan kemiringan lereng besar (lebih besar dari

15%), bukan merupakan daerah banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh pola

drainase, dan jenis vegetasi umumnya merupakan tegakan hutan. Sementara daerah

hilir DAS dicirikan oleh hal-hal sebagai berikut: merupakan daerah pemanfaatan,
kerapatan drainase lebih kecil, merupakan daerah dengan kemiringan lereng kecil

1
sampai dengan sangat kecil (kurang dari 8%), pada beberapa tempat merupakan
daerah banjir (genangan), pangaturan pemakaian air ditentukan oleh bangunan irigasi,

dan jenis vegetasi didominasi tanaman pertanian kecuali daerah estuaria yang

didominasi hutan bakau/gambut. Daerah aliran sungai bagian tengah merupakan


daerah transisi dari kedua karakteristik biogeofisik DAS yang berbeda tersebut di atas
(Asdak, 2014: 11).

Di dalam DAS yang berukuran besar, aliran permukaan yang berjalan dari suatu

titik di bagian hulu DAS akan menempuh waktu yang lebih lama sebelum sampai ke
outlet, bila dibandingkan dengan titik pada posisi yang sama untuk mencapai outlet
pada DAS kecil. Lebih lanjut, suatu kejadian hujan mungkin hanya akan menutup

sebagian saja wilayah pada DAS besar, tetapi dapat menutup seluruh wilayah pada

DAS yang kecil. Jadi, ukuran DAS akan berpengaruh terhadap terjadinya aliran

permukaan yang teramati pada outlet DAS (Indarto, 2010: 88).


Pengelolaan DAS memiliki arti sebagai pengelolaan dan alokasi sumber daya

alam di daerah aliran sungai termasuk pencegahan banjir dan erosi. Serta perndungan

nilai keindahan yang berkaitan dengan sumber daya alam. Termasuk dalam

pengelolaan DAS adalah identifikasi ketrkaitan antara tata guna lahan, tanah, dan air

dan keterkaitan antara daerah hulu dan daerah hilir suatu DAS (Asdak, 2002: 5).

Erosi tanah oleh air hujan pada daerah hulu menjadi isu utama dalam
pengelolaan DAS. Hal ini sekaligus merupakan penciri terjadinya degradasi lahan dan
penyebab menurunnya produktivitas lahan. Pengukuran terhadap nilai erosi dan

sedimentasi sangat penting dilakukan sebagai indikator untuk mengevaluasi kegiatan

pengelolaan DAS. (Auliyani, 2017: 62).

C. Alat dan bahan

1. Alat

a. Pensil digunakan untuk menggambar batas daerah aliran sungai.

b. Drawing pen 0,2 warna biru umtuk menggambar sungai di kertas kalkir.
c. Drawing pen 0,2 warna merah untuk menggambar batas Daerah Aliran Sungai

(DAS) di kertas kalkir.

d. Penghapus digunakan untuk menghapus gambar atau garis yang salah.

e. Paper clip digunakan untuk menjepit kertas kalkir dan peta topografi.

2
2. Bahan
a. Peta topografi Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah digunakan sebagai peta

yang akan dibatasi daerah aliran sungainya.

b. Kertas kalkir digunakan untuk menyalin batas daerah aliran sungai.


D. Langkah kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk melaksanakan praktikum.

2. Menentukan sungai yang akan dibatasi daerah aliran sungainya dengan cara

mengidentifikasi outlet sungai dalam DAS.


3. Menggambar aliran sungai.

4. Membatasi daerah aliran sungai dengan cara menghubungkan kontur tertinggi

pada daerah aliran sungai tanpa memotong aliran sungai.

5. Menyalin batas daerah aliran sungai ke kertas kalkir.

6. Menyusun laporan praktikum


E. Hasil dan Pembahasan

Pada praktikum kali ini akan dijelaskan mengenai Daerah Aliran Sungai (DAS).

Daerah Aliran Sungai adalah suatu daerah yang dibatasi dengan topografi alami yaitu

berupa wilayah daratan yang secara topografi dibatasi oleh punggung-punggung

gunung atau pegunungan yang berfungsi sebagai penyimpan atau penampung air

hujan yang kemudian disalurkan ke laut melalui sungai. Dalam penentuan batas
daerah aliran sungai dapat dilakukan dengan menentukan hulu sungai dan hilir sungai.
Kondisi di suatu DAS akan memperlihatkan sebuah percabangan dari kumpulan anak

sungai yang kemudian tersambung menjadi satu dalam suatu sungai induk. Suatu hulu

sungai berada di daerah pegunungan yang terdapat sumber mata air, sedangkan hilir

sungai berada di daerah dataran rendah dan kemudian saling tersambung dalam

sistem sungai besar atau dalam istilah lain sungai stadium dewasa atau stadium tua.

Dalam menentukan batas daerah aliran sungai, yang pertama dilakukan adalah

menentukan hulu dan hilir. Kemudian menentukan titik tertinggi yang dilakukan
dengan mengamati titik tertinggi pada peta topografi yang dapat ditemukan dengan

mengamati angka ketinggian tempat pada peta topografi. Dalam menentukan titik

tertinggi hendaknya memperhatikan titik tertinggi yang berdekatan dengan anak

sungai atau di dekat percabangan sungai. Titik tertinggi di sekitar aliran sungai

3
tersebut menunjukkan bagian hulu, karena titik tertinggi tersebut sebagai perbukitan
atau pegunungan yang merupakan sumber mata air.

Penentuan batas daerah aliran sungai dalam praktikum kali ini dilakukan dengan

mengamati peta topografi Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Sebagaimana telah


disebutkan diatas bahwa batas DAS adalah batas wilayah imajiner yang mana di batasi
oleh punggung-punggung pegunungan dan lembah. Dalam menentukan batas DAS

kali ini dimulai dengan membuat garis pada peta, dimulai dari Dusun Krajan, Desa

Karangrejo hingga melewati Desa Kalikalong. Kemudian melewati daerah Ngrawan


hingga menuju Desa Hardimulyo. Dilanjutkan dengan menggaris hingga melewati

Gunung Wangi, Gunung Nanes, Gunung Sejambu, melewati Desa Wonotulus hingga

berakhir di daerah Droko. Setelah selesai menggaris, selanjutnya yaitu menyalinnya ke

dalam kertas kalkir. Proses penyalian menggunakan drawing pen. Untuk menyalin

garis batas daerah aliran sungai menggunakan drawing pen warna merah. Setelah
menyalin garis batas daerah aliran sungai dapat diketahui bahwa DAS yang

teridentifikasi cukup luas. Percabangan sungai yang ada juga menjadi salah satu faktor

penyebab cukup luasnya DAS pada peta tersebut. Apabila diamati lebih rinci, dapat

diketahui dalam DAS tersebut terdapat suatu ekosistem yang mana ekosistem ini

dapat dimanfaatkan untuk keperluan konservasi dan pemanfaatan sumber daya alam.

Dalam upaya memanfaatkan sumber daya alam yang ada, perlu dilakukan sebuah
inovasi agar pemanfaatan dan konservasi sumber daya alam dapat terwujud dengan
efisien dan maksimal. Terutama pada daerah hulu sungai yang mana terletak di

pegunungan. Upaya reboisasi atau penghutanan pada daerah pegunungan juga

sangat penting yaitu untuk mencegah terjadi erosi tanah atau longsor lahan. Apabila

erosi tanah di bagian hulu terus terjadi maka jumlah sedimen di bagian hilir juga akan

bertambah sehingga akan terjadi penumpukan sedimen. Penumpukan sedimen yang

terus berlangsung ini akan berakibat pada pendangkalan sungai sehingga kapasitas

daya tampung sungai menurun, kondisi ini apabila dibiarkan akan menyebabkan banjir
di daerah hilir terutama pada musim hujan.

F. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Penentuan awal batas daerah aliran sungai dilakukan dengan menentukan hulu dan
hilir sungai. Kemudian menentukan titik tertinggi yang terdapat pada peta

4
topografi yang dekat dengan aliran sungai, kesatuan atau percabangan anak
sungai yang tersambung antara satu dengan yang lain.

2. Terdapat hulu dan hilir sungai dalam DAS yang didalamnya terdapat cabang atau

anak sungai yang kemudian saling menyatu dalam sungai induk.


3. Dalam peta topografi Kabupaten Purworejo DAS yang teridentifikasi cukup luas.
G. Daftar Pustaka

Asdak, Chay. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.


Asdak, Chay. 2014. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Auliyani, Diah dan Wijaya, Wahyu Wisnu. 2017. “Perbandingan Prediksi Hasil Sedimen

Menggunakan Pendekatan Model Universal Soil Loss Equation Dengan

Pengukuran Langsung”. Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Vol. 1


(1): 61-71.

Indarto. 2010. Hidrologi Dasar Teori dan Contoh Aplikasi Model Hidrologi. Jakarta:

Bumi Aksara.

Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 2006. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Program

Penghijauan. http://web.faperta.ugm.ac.id/?s=tejoyuwono+notohadiprawiro. 18
Februari 2019 (23:15).
H. Lampiran
(gambar batas daerah aliran sungai terlampir)

Anda mungkin juga menyukai