Anda di halaman 1dari 30

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM HIDROGEOLOGI
ACARA I
MORFOMETRI ALIRAN SUNGAI

LAPORAN

OLEH :

GABRIEL PUTRA PADAGA


F 121 20 094

PALU
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Daerah Aliran Sungai (DAS) diartikan sebagai suatu daerah yang dibatasi
oleh topografi alami, dimana air hujan yang jatuh didalamnya akan mengalir
melalui suatu sungai dan keluar melalui outlet sungai tersebut, atau merupakan
satuan hidrologi yang menggambarkan dan menggunakan satuan fisik biologi
dan satuan kegiatan sosial ekonomi untuk perencanaan dan pengelolaan sumber
daya alam (Suripin, 2001 dalam Nurfaika, 2015 dalam Roselindyah ayunda fitri
dkk, 2022).
Morfometri pada DAS merupakan ukuran kuantitatif karakteristik DAS
yang terkait dengan aspek geomorfologi suatu daerah. Karakteristik ini terkait
dengan proses air hujan yang jatuh di dalam DAS (Rahayu dkk, 2009 dalam
Kristian enggar dkk, 2020). Morfometri DAS juga digunakan untuk menyatakan
keadaan jaringan alur sungai secara kuantitatif. Keadaan yang dimaksud antara
lain meliputi luas DAS, rasio lingkaran (Circularity Ratio), rasio bifurkasi
(Bifurcation Ratio), rasio panjang sungai (Stream Length Ratio), rasio relief
(Relief Ratio), kerapatan drainase (Drainage Density), frekuensi sungai (Stream
Frequency), tekstur drainase (Drainage Texture), faktor bentuk (Form Factor)
dan rasio elongasi (Elongation Ratio).
Analisis kuantitatif morfometri dapat digunakan untuk memberikan
informasi hidrologi alami dari berbagai batuan yang ada di DAS. Peta drainase
menyediakan indeks permeabilitas dari batuan dan keterkaitan antara tipe batuan,
struktur dan status kondisi hidrologinya. Karakteristik DAS dan manajemennya
memerlukan informasi yang detail mengenai topografi, jaringan sungai, water
divide, panjang saluran, geomorfologi dan geologi untuk mengatur pengelolaan
DAS dan implementasi perencanaan untuk konservasi air (Sreedevi, et. al. 2013
dalam Anif farida dkk, 2020).
1.2. Rumusan Masalah
Berikut ini merupakan rumusan masalah dari pembuatan laporan ini, antara lain :
1. Bagaimana caranya menentukan morfometri Daerah Aliran sungai melalui
parameter kuantitatif yang meliputi, luas DAS, bentuk DAS, panjang dan
lebar DAS, kerapatan aliran, kemiringan atau gradien sungai, orde sungai,
tingkat percabangan sungai.

1.3. Tujuan Praktikum


Berikut ini merupakan rumusan masalah dari pembuatan laporan ini, antara lain :
1. Untuk menentukan morfometri Daerah Aliran sungai melalui parameter
kuantitatif yang meliputi, luas DAS, bentuk DAS, panjang dan lebar DAS,
kerapatan aliran, kemiringan atau gradien sungai, orde sungai, tingkat
percabangan sungai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.
2.1. Pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS)
Berikut ini merupakan perngertian Daerah Aliran Sungai (DAS),
berdasarkan PP No. 37 Tahun 2012 dan pengertian menurut para ahli.
2.1.1. Pengertian DAS menurut PP No. 37 Tahun 2012
Daerah Aliran Sungai atau disingkat DAS, merupakan suatu wilayah
daratan berupa satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai yang
berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal
dari curah hujan ke danau atau laut secara alami, dimana batas di darat
adalah pemisah topografis dan batas di laut hingga daerah perairan yang
masih terpengaruh oleh aktivitas daratan.
2.1.2 Pengertian DAS menurut para ahli
1) Menurut Darmawan, Dkk (2005)
Daerah Aliran Sungai atau disingkat DAS, ialah bentang lahan yang
dibatasi oleh topografi pemisah aliran (Topographic divide), yaitu
punggung bukit atau gunung yang menangkap curah hujan,
menyimpan dan kemudian mengalirkannya melalui saluran-saluran
pengaliran ke suatu titik (Outlet) yang umumnya berada di muara
sungai atau danau.
2) Menurut Asdak (2010)
Daerah Aliran Sungai atau disingkat DAS, adalah suatu wilayah
daratan yang secara topografik dibatasi oleh punggung-punggung
gunung yang mmampu menampung dan menyimpan air hujan hingga
kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai utama.
3) Menurut Suripin (2002)
Daerah Aliran Sungai atau disingkat DAS, merupakan suatu wilayah
yang dibatasi oleh batas alam, seperti punggung bukit-bukit atau
gunung, maupun batas batuan, seperti jalan atau tanggul, dimana air
hujan turun di wilayah tersebut memberi kontribusi aliran ke titik
kontrol (Outlet).
4) Menurut Kodoatie dan Sugiyanto (2002)
Daerah Aliran Sungai atau disingkat DAS, adalah suatu kesatuan
daerah / wilayah / kawasan tata air yang terbentuk secara alami
dimana air tertangkap yang berasal dari curah hujan akan mengalir
dari daerah / wilayah / kawasan tersebut menuju ke sungai.
5) Menurut Sugiharto (2001)
Daerah Aliran Sungai atau disingkat DAS, merupakan suatu daerah
yang dibatasi oleh pemisah topografi yang menerima air hujan,
menampung, menyimpan, dan mengalirkan ke sungai dan seterusnya
menuju danau atau laut.

1.
2.
2.1.
2.2. Pengertian Morfometri Daerah Aliran Sungai (DAS)
Morfometri DAS pada dasarnya merupakan karakteristik fisik dari DAS
yang berkaitan dengan kondisi geologi dan geomorfologi. Karakteristik ini
berhubungan dengan proses meresapnya air hujan yang jatuh ke dalam tanah.
Parameter tersebut diantaranya luas, bentuk DAS, jaringan sungai, kerapatan
aliran, pola aliran dan gradien sungai (Rahayu, et.al 2009 dalam Anif farida dkk,
2020). Analisis kuantitatif morfometri dapat digunakan untuk memberikan
informasi hidrologi alami dari berbagai batuan yang ada di DAS. Peta drainase
menyediakan indeks permeabilitas dari batuan dan keterkaitan antara tipe batuan,
struktur dan status kondisi hidrologinya. Karakteristik DAS dan manajemennya
memerlukan informasi yang detail mengenai topografi, jaringan sungai, water
divide, panjang saluran, geomorfologi dan geologi untuk mengatur pengelolaan
DAS dan implementasi perencanaan untuk konservasi air (Sreedevi, et. al. 2013
dalam Anif farida dkk, 2020).

2.3. Parameter Kuantitatif Penentuan Morfometri Daerah Aliran Sungai (DAS)


Berikut ini beberapa parameter kuantitatif yang digunakan dalam
menentukan Morfometri suatu Daerah Aliran Sungai (DAS), pada acara
praktikum “Morfomerti Daerah Aliran Sungaií” kali ini.
1.
2.
2.1.
2.2.
2.3.
2.3.1. Luas Daerah Aliran Sungai (DAS)
DAS merupakan tempat pengumpulan presipitasi ke suatu sistem sungai.
Luas daerah aliran dapat diperkirakan dengan mengukur daerah tersebut
pada peta topografi. Garis batas antara DAS adalah punggung permukaan
bumi yang dapat memisahkan dan membagi air hujan ke masing-masing
DAS. Garis batas tersebut ditentukan berdasarkan perubahan kontur dari
peta tofografi, sedangkan luas DAS nya dapat diukur dengan alat
planimeter. Skala peta yang digunakan akan mempengaruhi ketelitian
perhitungan luasnya (Ferry subatnu dkk, 2017). Adapun rumus untuk
perhitungan luas yaitu:

Luas = Jumlah Kotak X Skala


2.3.2. Panjang dan Lebar Daerah Aliran Sungai (DAS)
Panjang DAS adalah sama dengan jarak datar dari muara sungai ke arah
hulu sepanjang sungai induk. Sedangkan lebar DAS adalah perbandingan
antara luas DAS dengan panjang sungai induk (Ferry subatnu dkk, 2017),
lebar DAS dapat di hitung dengan rumus berikut.

Lebar = Luas DAS X Panjang sungai induk

2.3.3. Kemiringan atau Gradien Sungai


Relief rasio (Kemiringan atau Gradien) merupakan parameter yang
penting dalam suatu DAS. Peningkatan relief dan lereng yang curam
mengakibatkan waktu yang diperlukan pada saat pengumpulan air
menjadi singkat. Relief rasio berpengaruh terhadap banjir dan erosi.
Semakin tinggi relief rasionya maka aliran permukaan akan meningkat
dan lebih besar dari kapasitas infiltrasinya. Sehingga erosi yang terjadi
akan semakin besar. Stanley Schumn dalam penelitinaya pada 35 subdas
di Utah Amerika Serikat, membuktikan bahwa semakin tinggi relief rasio
suatu DAS maka laju sedimentasi juga semakin tinggi (Nurfaika, 2015).
Untuk mengetahui relief rasio suatu DAS, Strahler merumuskannya
dengan perhitungan antara beda tinggi hulu dan hilir suatu DAS terhadap
panjang sungai utama yang dapat dihitung melalui persamaan berikut:

h 85−h10
Su =
Lb

Keterangan :
Su = Kemiringan aliran sungai (Gradien)
h85 = Ketinggian yang terletak pada jarak 0,85 Lb
h10 = Ketinggian yang terletak pada jarak 0,10 Lb
Lb = Panjang sungai utama pada DAS (Km)

2.3.4. Orde Sungai


Alur sungai dalam suatu DAS dapat dibagi dalam beberapa orde sungai.
Orde sungai adalah posisi percabangan alur sungai di dalam urutannya
terhadap induk sungai di dalam suatu DAS. Dengan demikian makin
banyak jumlah orde sungai akan semakin luas pula DAS nya dan akan
semakin panjang pula alur sungainya. Tingkat percabangan sungai
(Bifurcation Ratio) adalah angka atau indeks yang ditentukan berdasarkan
jumlah alur sungai untuk suatu orde (Lusi utaa dkk, 2018).

2.3.5. Tingkat Percabangan Sungai (Bifurcation Ratio)


Tingkat percabangan sungai menggambarkan banyak sedikitnya jumlah
alur sungai yang ada dalam suatu DAS. Sebelum menghitung Bifurcation
Ratio (Rb) terlebih dahulu harus menentukan orde sungai. Strahler (1952)
mengemukakan segmen yang tidak memiliki percabangan merupakan
orde pertama. Ketika dua segmen orde-pertama bergabung, maka akan
terbentuk orde kedua. Dua segmen orde – dua akan membentuk orde –
tiga. Dua orde – tiga akan membentuk orde – empat, dan seterusnya.
Setiap segmen dapat ditempel oleh orde dengan nilai yang lebih kecil
namun tidak akan merubah atau meningkatkan nilai ordenya (Anif farida
dkk, 2020). Rumus untuk menghitung Bifurcation Ratio (Rb) menurut
Schumn (1956) dalam Anif farida dkk, 2020 sebagai berikut :

Nu
Rb =
N u +1
Keterangan :
Rb = Bifurcation ratio
Nu = Jumlah segmen sungai orde ke- u
Nu + 1 = Jumlah segmen sungai orde yang lebih tinggi (Nu + 1)

2.3.6. Tingkat Kerapatan Aliran Sungai (Drainage Density)


Drainage density adalah panjang aliran sungai per kilometer persegi luas
DAS. Semakin besar nilai Dd semakin baik sistem pengaliran (Drainase)
di daerah tersebut (Anif farida dkk, 2020). Rumus untuk menghitung Dd
menurut Seyhan (1977) dalam Anif farida, 2020 adalah sebagai berikut.

Dd =
∑ Ln
A

Keterangan :
Dd = Kerapatan drainase (Km/Km2)
Ln = Panjang sungai (Km)
A = Luas DAS (Km2)

2.3.7. Bentuk Daerah Aliran Sungai


Bentuk DAS mempengaruhi waktu knsentrasi air hujan yang mengalir
menuju outlet. Semakin bulat bentuk DAS erarti semakin singkat waktu
konsentrasi yang dibutuhkan, sehingga sehingga semakin tinggi fluktuasi
banjir yang terjadi. Sebaliknya semakin lonjong bentuk DAS, waktu
konsentrasi yang diperlukan semakin rendah. Bentuk DAS secara
kuantitatif dapat diperkirakan dengan menggunakan nilai nisbah
memanjang (Elongation ratio) dan kebulatan (Circulation ratio) (Modul
praktikum acara 1 Hidrologi). Berikut ini merupakan rumus perhitungan
nilai Elongation ratio (Re) dan Circulation ratio (Rc) :
- Rumus Elongation ratio (Re)

A 1/ 2
Re =1.129
Lb
-

Keterangan :
Re = Faktor bentuk
A = Luas DAS (Km2)
Lb = Panjang sungai utama (Km)

 Rumus Circulation ratio (Rc)

4 πA
Rc = 2
P

Keterangan :
Rc = Faktor bentuk
A = Luas DAS (Km2)
P = Keliling DAS (Km)
BAB III
LANGKAH KERJA

3.
3.1. Alat dan Bahan
Berikut ini merupakan alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum
acara 01 “Morfometri Daerah Aliran Sungai” Praktikum Hidrologi, antara lain :
3.1.1. Alat
 Benang
 Mistar/Penggaris 30 Cm
 Busur derajat
 Alat tulis
 Pensil warna
 Kalkulator

3.1.2. Bahan
 Peta Topografi Daerah Tompe
 Kertas HVS
3.2. Langkah Kerja
Berikut ini merupakan langkah kerja, pengambilan data kuantitatif yang
dilakukan secara manual menggunakan Peta Topografi Daerah Tompe, dalam
menentukan Morfometri Daerah Aliran Sungai berdasarkan parameter –
parameter yang berlaku.
1.
2.
3.
3.1.
3.2.
3.2.1. Luas DAS
Berikut ini beberapa langkah dalam menghitung luas area DAS :
1. Ikuti luas DAS yang sudah dibatasi pada peta, dengan
menggunakan benang.
2. Jika nilai luas area sudah di disesuaikan dengan benang, hitung luas
area DAS dengan membentuk kotak persegi menggunakan benang
lalu hitung luas kotak tersebut, dengan rumus luas persegi. Yaitu L
= Panjang x Lebar.
3. Jika luas kotak sudah dihitung, kalikan nilai luas kotak dengan skala
yang digunakan pada peta.
4. Jika nilai luas kotak sudah dikalikan skala, maka akan ditemukan
nila luas DAS yang sebenarnya (Satuan yang digunakan adalah
Km2)

3.2.2. Panjang dan Lebar Daerah Aliran Sungai (DAS)


 Panjang DAS
Berikut ini, beberapa langkah menghitung panjang DAS
1. Ikuti alur sungai utama dari arah muara sungai ke hulu dengan
menggunakan benang.
2. Setelah alur sungai sudah disesuaikan dengan benang, hitung
panjang benang yang sudah dipakai mengikuti sungai utama
dengan menggunakan mistar.
3. Jika nilainya sudah diketahui, kalikan nilai jarak benang
dengan skala (Satuan nilai yang digunakan adalah Cm).
4. Jika nilainya sudah dikalikan, konversi nilai tadi kedalam (Km)
maka nilai panjang sungai akan didapatkan.
 Lebar DAS
Berikut ini, beberapa langkah menghitung lebar DAS
1. Pada perhitungan kali ini, nilai yang akan dihitung untuk
menentukan lebar DAS, sudah ditemukan dalam perhitungan –
perhitungan sebelumnya, sehingga tinggal dimasukan ke dalam
rumus.
2. Rumus menghitung lebar DAS sendiri adalah Lebar = Luas
DAS / Panjang sungai utama.
3. Jika nilainya sudah diketahui, tinggal dilakukan perhitungan
(Satuan yag digunakan adalah Km)

3.1.
3.2.
3.2.1.
3.2.2.
3.2.3. Kemiringan atau Gradien Sungai
Berikut ini, beberapa langkah dalam menghitung Kemiringan atau
Gradien Sungai
1. Dalam melakukan perhitungan gradient sungai, perlu diketahui
terlebi dahulu ketinggian atau titik sejauh 85% dan 10% dari aliran
sungai.
2. Cara menentukan persentase pada aliran sungai, dapat dilakukan
dengan menghitung panjang aliran sungai sepanjang sungai induk
dari muara ke hulu dengan menggunakan benang.
3. Perhitungan ini dilakukan dengan mengikuti alur sungai utama
dengan menggunakan benang. Jika sepanjang alur sungai sudah di
ikuti menggunakan benang, hitung panjang benang yang sudah
digunakan menggunakan mistar.
4. Jika nilai panjang benang sudah di temukan, kalikan nilai panjang
benang dengan skala.
5. Untuk menentukan nilai persentase ketinggian pada titik tertentu,
bisa digunakan rumus sebagai berikut :

85% dari panjang sungai induk = 85 / 100 x Panjang sungai induk

6. Jika nilai persentase sudah di dapatkan, hitung kembali panjang


nilai pada persentase 85% dengan menyesuaikan panjang yang
didapatkan dengan benang, lalu ikuti kembali alur sungai induk
dengan benang hingga panjang benang habis
7. Batas akhir dari benang akan menunjukan ketinggian tertentu, nilai
ketinggian tersebut yang akan digunakan sebagai nilai ketinggian
atau elevasi pada 85% aliran sungai.

1.
2.
3.
3.1.
3.2.
3.2.1.
3.2.2.
3.2.3.
3.2.4. Orde Sungai
Perhitungan orde sungai dapat dilakukan dengan menghitung jumlah
percabangan sungai yang ada pada seluruh aliran sungai yang tercakup
pada Daerah Aliran sungai.

3.2.5. Tingkat Percabangan Sungai (Bifurcation ratio)


Berikut ini, beberapa langkah dalam menghitung Bifurcation ratio (Rb)
1. Tentukan orde sungai yang terdapat pada Daerah Aliran Sungai.
2. Hitung jumlah alur sungai pada orde ke – n.
3. Jika jumlah orde sungai sudah di ketahui, hitung nilai Rb dengan
menggunakan rumus Rb = Nu / Nu + 1.
4. Apabila nilai Rb sudah didapatkan, jumlahkan keseluruhan nilai
lalu bagi dengan berapa banyak orde atau cabang sungai yang ada
ada pada Daerah Aliran Sungai.

3.2.6. Kerapatan Aliran Sungai (Dd)


Berikut ini, beberapa langkah dalam menghitnung kerapatan aliran
sungai (Drainase density) (Dd)
1. Untuk melakukan perhitungan Dd, dapat digunakan rumus Dd = L /
A, dimana L adalah jumlah panjang sungai termasuk anak sungai,
dan A adalah luas Daerah Aliran Sungai.
2. Nilai yang akan dimasukan pada perhitungan, jika belum
didapatkan dapat dicari dengan menggunakan metode benang
seperti yang sudah dijelaskan di atas.
3. Jika kedua nilai yang disebutkan pada langkah sebelumnya sudah
diketahui, maka nilai Dd dapat dihitung dengan menggunakan
rumus di atas tadi.
4. Apabila nilai Dd sudah didapatkan maka untuk satuannya
digunakan Km / Km2.

3.2.4.
3.2.5.
3.2.6.
3.2.7. Bentuk Daerah Aliran Sungai (DAS)
Dalam menentukan bentuk Daerah Aliran Sungai, dapat dilakukan
dengan dua parameter perhitungan, yaitu dengan menentukan nilai
Kelonjongan dan Kebundaran Daerah Aliran Sungai
 Rasio Kelonjongan (Elongation ratio) (Re)
Berikut ini, beberapa langkah dalam menentukan Re
1. Dalam menentukan nilai Re, dapat digunakan rumus berikut
ini:

Re = 1,129 (A1/2 / Lb)

2. Untuk melakukan perhitungan perlu terlebih dahulu diketahui


berapa nilai luas DAS (A) dan nilai panjang sungai utama (Lb).
3. Kedua nilai di atas dapat kita ketahui berdasarkan perhitungan
pada parameter – parameter sebelumnya.
4. Jika nilai luas dan panjang sungai utama sudah didapatkan,
maka selanjutnya dilakukan perhitungan dengan menggunakan
rumus diatas.
5. Apabila nilai Re sudah didapatkan, gunakan satuan Km
berdasarkan aturan perhitungan matematis yang berlaku.

 Rasio Kebundaran (Circulation ratio) (Rc)


Berikut ini, beberapa langkah dalam menghitung Rc
1. Dalam menentukan nilai Rc, dapat digunakan rumus berikut
ini:

Rc = 4πA / P2

2. Untuk melakukan perhitungan perlu terlebih dahulu diketahui


berapa nilai luas DAS (A) dan nilai keliling DAS (P).
3. Kedua nilai di atas dapat kita ketahui berdasarkan perhitungan
pada parameter – parameter sebelumnya, jika ada nilai yang
belum diketahui dapat dihitung dengan menggunakan metode
benang secara manual seperti yang sudah dijelaskan pada
perhitungan sebelumnya.
4. Jika nilai luas dan keliling DAS sudah didapatkan, maka
selanjutnya dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus
diatas.
5. Apabila nilai Rc sudah didapatkan, gunakan satuan Km
berdasarkan aturan perhitungan matematis yang berlaku.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.
4.1. Hasil
4.1.1. Perhitungan luas Daerah Aliran Sungai (DAS)
Luas DAS = Luas kotak x Skala
Dik : P = 21,7 Cm
L = 12,3 Cm
Skala = 50.000

Dit : Luas DAS….?


Penye :
 Luas kotak
L=PxL
L = 21,7 x 12,3
L = 266,91 Cm2
 Luas DAS
L DAS = Luas kotak x Skala
L DAS = 266,91 Cm2 x 35.000
L DAS = 9.341.850 Cm2
L DAS = 93.418,5 m2
L DAS = 93,41 Km2
4.1.2. Panjang dan Lebar DAS
 Panjang DAS
Panjang DAS = Panjang Benang x Skala
Dik : Pb = 28,9 Cm
Skala = 35.000
Dit ; P DAS…..?
Penye :
Panjang DAS = Panjang Benang x Skala
Panjang DAS = 28,9 Cm x 35.000
Panjang DAS = 1.011.500 Cm
Panjang DAS = 10.115 m
Panjang DAS = 10,115 Km

 Lebar DAS
Dik : Luas DAS = 93,41 Km
Panjang SI = 20 Cm
Skala = 35.000
Dit ; Lebar DAS……?
Penye :
Lebar DAS = Luas DAS x Panjang Sungai Induk
Lebar DAS = 94,41 Km / (20 x 35.000)
Lebar DAS = 94,41 Km / 700.000 Cm
Lebar DAS = 94,41 Km / 7.000 m
Lebar DAS = 94,41 Km / 7 Km
Lebar DAS = 13,48 Km

1.
2.
3.
4.
4.1.
4.1.1.
4.1.2.
4.1.3. Kemiringan atau Gradien Sungai
Dik : Lb = 7 Km
h85 = 250 m
h10 = 20 m
Dit : Su….?
Penye :
Su = h85 – h10 / Lb
Su = 200 m – 20 m / 7 Km
Su = 180 m / 7 Km
Su = 0,18 Km / 7 Km
Su = 0,025 Km
Su = 2,5 %

Gambar 1. Grafik Kemiringan DAS willayah Tompe dan


sekitarnya.
Sumber : Arcgis, RBI Lembar 2015_64, DEM SRTM 30m
Sulawesi Tengah
4.1.4. Orde Sungai
Orde sungai pada Daerah Aliran Sungai (DAS) pada peta topografi
daerah Tompe ini, memiliki 5 Orde sungai yang dapat dilihat melalui
peta dibawah ini.

Gambar 2. Peta Orde Sungai, Daerah Tompe


Sumber : Arcgis, RBI Lembar 2015_64, DEM SRTM 30m
Sulawesi Tengah
4.1.5. Tingkat Percabangan Sungai (Bifurcation Ratio)

Nu
Bifurcation ratio = Rb =
N u +1

Tabel 1. Orde dan Jumlah alur sungai (Nu)

Orde Nu Nu / Nu + 1
1 8 0,88
2 10 0,90
3 13 0,92
4 5 0,83
5 1 0,5
Jumlah 4,03

Rb = Jumlah (Nu / Nu + 1) / Orde ke – n


Rb = 4,03 / 5
Rb = 0,80

4.1.6. Kerapatan Aliran Sungai (Drainase density)


Dd = L / A
Dik : L = 10,15 Km
A = 93, 41 Km2
Dit : Dd…….?
Penye :
Dd =L/A
Dd = 10,15 Km / 93,41 Km2
Dd = 0,10 Km / Km2
4.1.7. Bentuk Daerah Aliran Sungai (DAS)
 Rasio Kebundaran (Circularity ratio)
Dik : A = 93,41 Km2
P = 11,9 Km
Dit : Rc…….?
Penye :
Rc = 4πA / P2
Rc = 4 (3,14 x 93,41 Km2) / (11,9)2 Km
Rc = 4 (293,30 Km2) / 141, 61 Km
Rc = 1.173,2 Km2 / 141,61 Km
Rc = 8,28 Km

 Rasio Kelonjongan (Elongation ratio)


Dik : A = 93,41 Km2
Lb = 10, 11 Km
Dit : Re……?
Penye :
Re = 1,129 (A1/2 / Lb)
Re = 1,129 ( (93,411/2 Km2) / 10,11 Km )
Re = 1,129 (9,66 Km2 / 10,11 Km)
Re = 1,129 (0,99)
Re = 1,07 Km

4.2. Pembahasan
4.
4.1.
4.2.
4.2.1. Luas DAS
Berdasarkan hasil perhitungan yang sudah dilakukan, didapatkan nilai
luas DAS daerah Tompe dan sekitarnya adalah 93,41 Km2.

4.2.2. Panjang dan Lebar DAS


Berdasarkan perhitungan secara manual pad peta DAS daerah Tompe
dan sekitarnya, didapatkan nilai Panjang dan Lebar DAS adalah 10,115
Km dan 13,48 Km.

4.2.3. Kemiringan dan Gradien Sungai


Dari hasil perhitungan nilai kemiringan atau gradient sungai daerah
Tompe, didapatkan nilai kemiringan sebesar 2,8 %.

4.2.4. Orde Sungai


Orde sungai atau banyak jumlah cabang pada Daerah Aliran Sungai
wilayah Tompe dan sekitarnya, terdapat 5 Orde percabangan sungai.

4.2.5. Tingkat Percababangan Sungai (Bifurcation ratio)


Dari hasil perhitungan tingkat percabangan sungai DAS wilayah Tompe
dan sekitarnya, didapatkan nilai Bifurcation ratio (Rb) sebesar 0,80 dan
berdasarkan klasifikasi Indeks Rasio Percabangan Oleh Schumm (1956),
nilai Rb yang di dapatkan < 3 atau Rb < 3. Hal ini mengindikasikan
bahwa Alur sungai pada daerah Tompe dan sekitarnya akan memiliki
kenaikan muka air banjir dengan cepat, sedangkan penurunannya
berjalan lambat.
Tabel 2. Indeks Rasio Percabangan menurut Schumm (1956)
Dalam Roselindyah Dkk, 2020

4.2.6. Tingkat Kerapatan Aliran (Drainase density)


Dari hasil perhitungan kerapatan aliran DAS wilayah Tompe dan
sekitarnya, didapatkan nilai Drainage density (Dd) sebesar 0,10 Km /
Km2 dan berdasarkan klasifikasi Indeks Kerapatan Pengaliran oleh
Soewarno (1991), nilai Dd yang di dapatkan < 0,25 atau Dd < 0,25. Hal
ini mengindikasikan bahwa Alur sungai pada daerah Tompe dan
sekitarnya melewati batuan dengan resistensi keras, maka angkutan
sedimen yang terangkut aliran sungai lebih kecil dibandingkan pada alur
sungai yang melewati batuan dengan resistensi yang lebih lunak, apabila
kondisi lain yang mempengaruhinya sama.
Tabel 3. Indeks Kerapatan Pengaliran menurut Soewarno (1991)
Dalam Roselindyah Dkk, 2020

4.2.7. Bentuk Daerah Aliran Sungai (DAS)


 Rasio Kelonjongan (Elongation ratio) (Re)
Dari hasil perhitungan, nilai Re pada Daerah Aliran sungai di wilayah
Tompe dan sekitarnya didapatkan sebesar 8,28 Km. Berdasarkan
klasifikasi Indeks Rasio Kelonjongan menurut Schumm (1956) nilai
Re yang di dapatkan > 0,1 atau Re > 0,1. Hal ini dapat
mengindikasikan bahwa rasio kelonjongan DAS wilayah Tompe dan
sekitarnya adalah bundar.

Tabel 4. Indeks Rasio Kelonjongan menurut Schumm (1956)


Dalam Roselindyah Dkk, 2020
 Rasio Kebundaran (Circularity ratio) (Rc)
Dari hasil perhitungan, nilai Rc pada Daerah Aliran sungai di wilayah
Tompe dan sekitarnya didapatkan sebesar 1,07 Km. Berdasarkan
klasifikasi Indeks Rasio Kebundaran menurut Soewarno (1991) nilai
Rc yang di dapatkan > 0,5 atau Rc > 0,5. Hal ini dapat
mengindikasikan bahwa bentuk daerah aliran sungai wilayah Tompe
dan sekitarnya adalah membundar dengan debit puncak datangnya
lama begitupula penurunannya.

Tabel 4. Indeks Rasio Kebundaran menurut Soewarno (1991)


Dalam Roselindyah Dkk, 2020
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1.
2.
3.
4.
5.
5.1. Kesimpulan
Berikut ini merupakan kesimpulan dari keseluruhan pembuatan laporan
Acara 01 “Morfometri Daerah Aliran Sungai” yang difokuskan pada DAS
wilayah Tompe dan sekitarnya.
1. Didapatkan luas DAS sebesar 93,41 Km2.
2. Panjang dan Lebar DAS yang dijumpai adalah 10,115 Km dan 13,48 Km.
3. Kemiringan dan Gradien sungai sebesar 2,8 %.
4. Orde sungai yang dijumpai pada DAS wilayah Tompe dan sekitarnya
sebanyak 5 orde ercabgan sungai.
5. Nilai Bifurcation ratio yang didapatkan sebesar 0,80.
6. Nilai Drainage density dijumpai sebesar 0,10.
7. Nilai Rasio Kelonjongan (Rc) didapatkan sebesar 8,28 sedangkan nilai
Rasio Kebundarannya sebara 1,07.

5.2. Saran
Saran saya, dalam mengikuti praktikum diharapkan para praktikan untuk
lebih menggali teori – teori terkait acara yang akan di praktikumkan. Sehingga
dalam pelaksanaan praktikum akan lebih mudah di arahkan baik dalam kajian
teori ataupun prakteknya.

DAFTAR PUSTAKA

Farida, A., & Irnawati. (2020). Kajian Karakteristik Morfometri Daerah Aliran
Sungai Klawoguk Kota Sorong Berbasis Sistem Informasi Geografis. Kajian
Karakteristik Morfometri Daerah Aliran Sungai, 12, 74 - 86.

Fitri, R. A., Sulaksana, N., & Helmi, F. (2020). MORFOMETRI DAERAH ALIRAN
SUNGAI CITARIK HULU KAITANNYA DENGAN PENGGUNAAN
LAHAN, KECAMATAN CICALENGKA DAN SEKITARNYA,
KABUPATEN BANDUNG. Padjajaran Journal Geoscince, 6, 1016-1029.

Nurfaika. (2015). ANALISIS KARAKTERIST MORFOMETRI DAERAH ALIRAN


SUNGAI MELALUI PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. SEMINAR NASIONAL & PIT IGI XVIII
2015, 1-34.

Subatnu, F., Irawan, F. A., & Salim, A. (2017). IDENTIFIKASI DAN PEMETAAN
MORFOMETRI DAERAH ALIRAN SUNGAI MARTAPURA
MENGGUNAKAN TEKNOLOGI GIS. Gradasi Teknik Sipil, 01, 45-52.

Anda mungkin juga menyukai