I. TUJUAN
1) Mahasiswa mampu menganalisis parameter morfometri linier
2) Mahasiswa mampu menganalisis parameter morfometri relief
DAS dibatasi oleh puncak igir yang saling terhubung dan membentuk sebuah
batas dari suatu sistem hidrologi. DAS perlu untuk dibatasi karena sebuah DAS
merupakan sebuah sistem yang unik. Beberapa karakterisitk DAS diantaranya
adalah kemiringan lereng, geologi, jenis tanah, dsb.
Secara umum suatu DAS dibagi dalam tiga wilayah, yaitu wilayah hulu, wilayah
tengah dan wilayah hilir. Ketiga wilayah tersebut memiliki karakteristik dan
fungsi yang berbeda, yaitu (Dirjen Bina PDAS, 2013) (Miller, 1990):
• DAS Bagian Hulu (Headwaters):
> 70% dari permukaan lahan di zona ini mempunyai kemiringan lahan
> 8%. Prioritas pemanfaatan lahan adalah konservasi tanah dan
pengendalian erosi. Secara hidrologis, DAS Bagian Hulu biasanya
membentuk daerah utama pengisian kembali curah hujan untuk air
permukaan dan air tanah dari DAS.
Memiliki Lereng terjal, lapisan tanah tipis, gradien sungai curam,
lembah sungai berbentuk V, sungai arus cepat dan air terjun banyak
ditemukan, area pengumpulan air hujan
• DAS Bagian Tengah (Transfer Zone):
50% dari permukaan lahan DAS tersebut mempunyai kemiringan lahan
< 8%. Secara hidrologis DAS Bagian Tengah membentuk daerah utama
transisi curah hujan untuk air tanah.
Gradien sungai rendah, lereng lebih landai dibanding wilayah hulu,
lembah sungai mulai melebar antar V dan U, mulai muncul tipe sungai
meander, banyak ditemukan mata air
• DAS Bagian Hilir (Depositional Zone):
Kurang lebih 70% permukaan lahannya mempunyai kemiringan < 8%
(didominasi oleh dataran). Zona ini adalah zona sedimentasi dengan
tingkat pemanfaatan lahan yang lebih intensif.
Terletak pada daerah dengan elevasi rendah, arus sungai lambat,
banyak ditemukan sungai tipe meander, terdapat delta pada pertemuan
dengan laut, banyak sedimentasi, lembah sungai U, lapisan tanah tebal
Gambar 3.2 (a) Kontur dari Satu Bukit (b) kontur dari dua bukit
Gambar 3.3 menunjukkan contoh deliniasi batas das yang ideal. Sebuah
garis imaginer ditarik untuk menghubungkan puncak puncak bukit dari suatu
aliran sungai. Nama sebuah DAS akan merujuk pada nama Sungai Utama.
Misal, Sungai Oya akan memiliki daerah tangkapan hujan yang dinamakan
sebagai DAS Oya. DAS Oya ini dapat dibagi bagi lagi menjadi beberapa Sub
SubDAS.
Gambar 3.3 Delineasi Batas DAS
a. Morfometri Area
Morfometri linier berkaitan dengan sistem aliran sungai dalam DAS, baik itu
pola, orde, kerapatan dan percabangannya.
Pola aliran pada suatu DAS biasanya terkontrol oleh kondisi topografi,
geologi, iklim, dan vegetasi yang ada pada suatu DAS. Sehingga,
kemampuan mengidentifikasi pola aliran pada suatu DAS dapat digunakan
untuk menurunkan atau mendeduksi informasi lahan yang secara eksplisit
tidak dapat terlihat dari data penginderaan jauh.
Beberapa pola aliran sungai dapat dilihat pada Gambar berikut:
Aspek lain yang termasuk dalam perhitungan mormometri liier adalah orde
sungai. Orde sungai adalah posisi percabangan alur sungai terhadap
sungai utama. Ada beberapa metode untuk menghitung Orde sungai antara
lain metode Strahler, Horton, Shreve, Hack, Topological, dan Scheidegger.
Contoh perhitungan orde pada metode stahler: Sungai yang paling dekat
dengan memiliki orde 1, jika orde 1 dan orde 1 bertemu maka nilai orde
segmen sungai dibawahny menjadi 2. Begitu seterusnya, sehingga didapat
nilai orde paling tinggi pada sungai di dekat outlet.
c. Morfometri Relief.
Morfometri ini berkaitan dengan posisi vertikal atau ketinggian DAS dan
sebarannya dalam satu area ataupun dalam segmen sungai dari hulu
hingga hilir.
vi. Buatlah profil melintang DAS dari hulu hingga hilir. Amatilah profil tersebut,
simpulkan secara keseluruhan bentuk lereng DAS
(cembung/cekung)dengan melihat profil lereng secara kualitatif/visual.
Sertakan hasil di dalam lampiran.
V. HASIL PRAKTIKUM
Berikut adalah hasil praktikum.
1. Peta Orde Sungai
2. Tabel Kerapatan Aliran DAS dan Sub-DAS
3. Perhitungan Kemiringan Aliran
4. Peta Kemiringan Lereng
5. Profil Melintang DAS dan Sub-DAS
Gunakan data DEM pada kolom “input surface” -> tentukan lokasi penyimpanan
-> Format “percent rise” -> ok
Hasil pengolahan slope
Ubah “classes” menjadi 4, kemudian isikan nilai batas atas tiap kelas pada
kolom “break value”
Hasil pengolahan lereng (slope) berupa raster pada tahap satu ini masih
menyisakan piksel-piksel residual. Tahap selanjutnya adalah menghilangkan
piksel residual dengan nilai yang menyimpang tersebut menggunakan fitur
“majority filter”
Masuk ke spatial analyst tool -> generalization -> majority filter -> input : file
raster yang telah jadi sebelumnya -> number of neighbor : eight (8 piksel
tetangga) -> ok
Hasil majority filter
Masuk ke 3D analyst tools -> functional surface -> interpolate shape ->
masukkan DEM ke “input surface” -> masukkan segmen sungai ke “input feature
class” -> tentukan lokasi penyimpanan -> ok
Maka, akan muncul profil elevasi, berdasarkan segmen sungai. Nilai elevasi
didapatkan dari DEM yang digunakan pada saat proses interpolate shape
Anda dapat mengexport data dengan cara -> klik kanan pada profil -> advance
properties -> data