Anda di halaman 1dari 15

Ekstraksi Morfometri Daerah Aliran Sungai

Dari Data Digital Surface Model (Studi Kasus Das Opak)

Taufik Hery Purwanto, S.Si., M.Si.


Star Peng ajar Prodi 03 PJSIG sv UG M

ABSTRAK
Pengukuran DAS jarang dilakukan secara terestrial karena luasan DAS yang sangat luas.
Pembuatan jaringan sungai dan batas DAS dengan manual menggunakan peta topografi
hardcopy memakan waktu yang lama dan biaya yang besar sehingga diperlukan suatu cara
agar bisa menghemat waktu dan biaya tersebul. Penentuan secara manual bersifat subyektif
terutama pada bagian hilir, sehingga dapat menghasilkan versi batas DAS yang berbeda-beda
antar instansi yang mengeluarkan data suatu DAS. Ketersediaan model elevasi permukaan
digital atau Digital Surface Model (DSM) dan Sistem lnformasi Geografis (SIG) dapat digunakan
untuk ekstraksi morfometri DAS yang cepat, otomatis dan terintegrasi dengan data DAS
Jainnya.
Metode penelitian ini adalah dengan mengekstraksi data DSM dan DEM untuk
memperoleh morfometri sungai yang meliputi: luas DAS, panjang DAS, lebar DAS, kemiringan
datau gradien sungai, orde dan tingkat percabangan sungai, kerapatan sungai, bentuk DAS,
dan pola pengaliran sungai. Disamping itu juga dibandingkan morfometri DAS hasil ekstraksi
data DSM (ASTER GDEM Versi 2.0, SRTM Versi 4.1) dan DEM (RBI Bakosurtanal 2004 skala
1 :25.000) dengan data DAS acuan dari Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Solo (BPDAS)
Serayu Opak Progo.
Hasil penelitian ini diperoleh perbedaaan orfometri DAS yang berbeda anara data RBI
Bakosurtanal 2004 skala 1 :25.000, ASTER GDEM Versi 2.0, SRTM Versi 4.1 dibandingkan
batas DAS BPDAS Serayu Opak Progo. Hal tersebut ditunjukkan luas yang berbeda-beda untuk
masing-masing DAS, luas DAS dari sumber ASTER GDEM dan SRTM mempunyai luas yang
2
hampir sama (1.785,98 km dan 1.789,775 km\ luas ini hampir sama juga dengan luas DAS
RBI (1.666,18 km\ tetapi ketiga data tersebut mempunyai luas yang berbeda dengan luas DAS
BPDAS Serayu Opak Progo (1.317,87 km\ Data Digital Surface Model (ASTER GDEM Versi
2.0, SRTM Versi 4.1) lebih baik menggambarkan batas DAS dibandingkan data Digital Elevation
Model (RBI Bakosurtanal 2004 skala 1 :25.000)

Kata Kunci : Morfometri DAS, Digital Surface Model (DSM), Digital Elevation Model (DEM)

1. PENDAHULUAN sedimentasi, penurunan produktivitas lahan, dan

1.1. Latar Belakang percepatan degradasi lahan dan pencemaran air


sungai.
Kejadian banjir kola banyak terjadi akhir-
akhir ini. Salah satu aspek yang kerap kali Ketersediaan data suatu DAS sering sangat

dilupakan berkaitan dengan terjadinya banjir di bervariasi, terjadi perbedaan batas DAS antar

suatu kola adalah banjir itu sangat berkaitan erat instansi, seperti terjadi perbedaan batas DAS

dengan kesatuan wilayah yang disebut dengan Opak versi Balai Pengelolaan Daerah Aliran

Daerah Aliran Sungai (DAS). Kawasan DAS Sungai Solo (BPDAS) Serayu Opak Progo dan

merupakan kawasan yang dikelola dalam upaya Kementerian Kehutanan. Hal ini terjadi karena

menjaga kontinuitas ketersediaan air. metode yang digunakan dalam pengambilan data

Keberhasilan pengelolaan suatu DAS dapat DAS berbeda-beda pula. Pembuatan jaringan

mencegah terjadinya banjir pada saat musim sungai dan batas DAS dengan manual

hujan dan menghindarkan kekeringan pada musim menggunakan peta topografi hardcopy memakan

kemarau. Selain banjir, permasalahan yang waktu yang lama dan biaya yang besar sehingga

terjadi di DAS berupa peningkatan erosi dan diperlukan suatu cara agar bisa menghemat

1
waktu dan biaya tersebut. Penentuan secara dengan daerah perairan yang masih terpengaruh

manual bersifat subyektif terutama pada bagian aktifitas daratan (UU Sumber Daya Air No. 7

hilir. tahun 2004).

Diperlukan suatu metode dalam penentuan Seluruh hujan yang terjadi didalam suatu
batas DAS yang cepat, otomatis dan terintegrasi drainage basin, semua airnya akan mengisi
dengan data DAS lainnya, serta diperolehnya sungai yang terdapat di dalam DAS tersebut, oleh
data lain morfometri DAS. Dengan ketersediaan karena itu, areal DAS juga merupakan daerah
model elevasi permukan bumi digital atau Digital tangkapan hujan atau disebut catcment areal
Surface Model (DSM) dan Sistem lnformasi drainage basin (gambar 1. 1 ).
Geografis (SIG), sifat DAS dapat diekstraksi
dengan menggunakan prosedur otomatis. Data
DEM memiliki kegunaan untuk menentukan
feature dari terrain seperti drainase basin dan
DAS, jaringan drainase dan kanal atau saluran,
puncak atau igir dan lembah maupun bentuk
lahan. Dengan melihat kegunaan data DSM
tersebut diperlukan algoritma atau tools yang
dapat mengekstraksi data DSM, sehingga
menghasilkan batas DAS maupun jaringan sungai.
Gambar 1.1. Daerah Ali ran Sungai ( DAS)
Analisis 3D-analyts dalam SIG dapat digunakan
untuk mengekstrak informasi hidrologi khususnya
1.3.2. Morfometri DAS
jaringan sungai dan batas DAS dari data DSM.
Morfomeri Daerah Aliran Sungai (DAS)
adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan
1.2. Tujuan Penelitian keadaan jaringan alur sungai secara kuantitatif.

Tujuan dari penelitian ini adalah: Morfologi DAS meliputi:

1. Ekstraksl morfometri Daerah Aliran Sungai


A. Luas DAS
(DAS) dari data Digital Surface Model (DSM)
DASOpak. Garis batas antara DAS adalah punggung

2. Membandingkan morfometri DAS hasil pennukaan bumi yang dapat memisahkan dan

ekstraksi data DSM, DEM, dan data DAS membagi air hujan ke masing-masing DAS.

BPDAS Serayu Opak Progo. Setelah diketahui batas DAS, maka akan dapat
diukur luas DAS.

1.3. STUDI PUSTAKA


B. Panjang dan lebar DAS
1.3.1. Daerah Aliran Sungai (DAS)
Panjang DAS adalah sama dengan jarak
DAS adalah suatu wilayah daratan yang
datar dari muara sungai ke arah hulu sepanjang
merupakan satu kesatuan dengan sungai dan
sungai induk. Sedangkan lebar DAS adalah
anak-anak sungainya, yang berfungsi
perbandingan antara luas DAS dengan panjang
menampung, menyimpan, dan mengalirkan air
sungai induk. Lebar DAS tidak ditentukan
yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke
dengan pengukuran langsung tetapi dengan
laut secara alami, yang batas di darat merupakan
pemisah topografis dan batas di laut sampai
2
menggunakan rumus sebagai berikut (Seyhan,
1977):
2

W=A/Lb
Keterangan :
W = lebar DAS (km)
A = luas DAS (km2)
Lb = panjang sungai utama (km)
Gambar 1.2. Penentuan alur sungai metode
Strahl er
C. Kemiringan atau Gradien Sungai
Gradien atau kemiringan sungai yang Jumlah alur sungai suatu orde dapat
merupakan perbandingan beda tinggi antara hulu ditentukan dari angka indeks percabangan sungai
dengan hilir dan panjang sungai induk. ('bifurcation ratio'), dengan persamaan berikut:
Kemiringan alur sungai merupakan parameter Rb= N.
dimensional yang menggambarkan besarnya Nu,I
penurunan rerata tiap satuan jarak horizontal
tertentu pada saluran sungai utama. Gradien Perhitungan Rb biasanya dilakukan dalam

sungai dapat diperkirakan dengan persamaan: unit Sub DAS atau Sub-sub DAS. Untuk
memperoleh nilai Rb dari keseluruhan DAS, maka
s = (h., - h,.) digunakan tingkat percabangan Sungai Rerata
• 0,15Lb
Tertimbang ( 'Weighted Mean Bifurcation
Keterangan : Ratio'lWRb), yang dihitung dengan menggunakan
Su = Kemiringan alur sungai utama persamaan berikut:
h 10 = Ketinggian titik yang terletak
pada jarak 0.10 Lb
h85 = Ketinggian titik yang terletak
pada jarak 0.85 Lb
Lb = Panjang aiur sungai utama
Keterangan :
Rb = lndeks tingkat percabangan sungai
D. Orde dan tingkat percabangan sungai N0 = Jumlah alur sungai untuk orde ke-u
Orde sungai adalah postsi percabangan N0., = jumlah alur sungai untuk orde ke-
(u + 1)
alur sungai di dalam urutannya terhadap induk
sungai pada suatu DAS. Orde sungai dapat Hasil persamaan tersebut dapat menyatakan
ditetapkan dengan metode Horton, Strahler, keadaan sebagai berikut:
Shreve, dan Scheidegger. Pada umumnya - Rb < 3: alur sungai mempunyai kenaikan muka
metode Strahler lebih mudah untuk diterapkan air banjir dengan cepat, sedangkan
dibandingkan dengan metode yang lainnya. penurunannya berjalan lambat.
Berdasarkan metode Strahler, alur sungai paling - Rb 3 - 5 atur sungai mempunyai kenaikan dan
hulu yang tidak mempunyai cabang disebut penurunan muka air banjlr tidak terlalu cepat
dengan orde pertama ( orde 1 ). pertemuan antara atau tidak terlalu lambat.
orde pertama disebut orde kedua (orde 2), - Rb > 5: atur sungai mempunyai kenaikan muka
demikian seterusnya sampai pada sungai utama air banjir dengan cepat. demikian pula
ditandai dengan nomor orde yang paling besar penurunannya akan berjalan dengan cepat.
(gambar 1.2).

3
E. Kerapatan sungai kuantitatif, bentuk DAS dapat didekati dengan

Kerapatan sungai adalah suatu angka nisbah kebulatan ( circularity ratio) menggunakan

indeks yang menunjukkan banyaknya anak rumus sebagai berikut :

sungai di dalam suatu DAS. Kerapatan alur


Re= 4nA
mencerminkan panjang sungai rerata dalam P'
satu satuan luas tertentu. Kerapatan alur
Keterangan :
dapat dihitung dengan menggunakan rumus
Re = nisbah kebulatan
sebagai berikut (Seyhan, 1977) : A = luas DAS (km2)
P = keliling (perimeter) DAS (km)
Vd= L
A Jika nilai Re > 0.5, rnaka DAS berbentuk
Keterangan :
bulat, Re < 0.5 DAS berbentuk memanjang (label
Dd = kerapatan alur (m/km2)
2).
Ln = total panjang alur (m)
A = luas DAS (km2)
Tabel 1.2. Bentuk kebulatan (circularity ratio/Re)
lndeks kerapatan aliran sungai diklasifikasikan No Re KttQl"3flgan
sebagai berikut: Dd: < 0.25 kmlkm2 : rendah; Dd: 1 >0,5 Bentuk daerah aliran sungai membuatt. debit pucak
datanva lama. """"itu iuaa =nurunal'V\\,a
0.25 - 10 km/km2 : sedang; Dd: 10 - 25 kmlkm2 : 2 <0,5 Bentuk daarah aliran sungal memanjang. debil puncakl
2 dalana)! CE:Oal. begtu ;..,.,"" noniin•naMva.
tinggi; dan Dd: > 25 kmlkm : sangat tinggi (tabel Sumber: Soewaroo. 1991
1).

G. Pola Pengairan Sungai


Tabel 1.1. lndeks kerapatan aliran sungai
Kelas Sungai di dalam semua DAS mengikuti
Dd
No (km/Km�
Kerapat Keterangan
an suatu aturan yaitu bahwa aliran sungai
1 <0.25 Rendah Al.Jr sungai melewa1i batuan dengan
�nsi ket'as.maka angku1an dihubungkan oleh suatu jaringan suatu arah
sedimen yang terangtul atiran sungat
lebih kecil jika dibandin�n pada ah• dirnana cabang dan anak sungai mengalir ke
sungai yang melewati baluan dengan
resislensi yang lebih lunalc. apabla
dalam sungai induk yang lebih besar dan
b>ndisi lain yang n»IT!)erlgar\linya

0.25-10 sedang
......
AIJr sungai n»lewati baluan dengan
membentuk suatu pota tertentu. Pola itu
tergantungan dari pada kondisi tofografi, geologi,
resislen,l yang leti> lunak sehingga
an�utan sedimen yang teroogkul iklim, vegetasi yang terdapat di datam DAS
alan lebih besar
3 10-25 Tnggt Al.Jr sungai melewati baluan dengan bersangkutan. Adapun pola-pola pengairan
resistensi yang lJnak, sehilgga
an�utan sedimen yang terangkut sungai yaitu: pola trellis, pola rektanguler, pota
atiran akan lebi> bens'"
4 <25 Sangat AIJr sungai melewali batuan yang denritik, pola radial sentripugal, pola radial
Tr,ggi kedap as. Keadaan n atan
menunJukkan bahwa at hujan yang sentripetal, dan pola para/el.
menjadi alirm atan iebih besa- iika
dibandilgkan suatu daerah de.ngan
Dd renditl meie'lta1i batvan yang
permeabilitas besat
Sumber: Soewarno. 1991 1.5.3. Digital Elevation Model (DEM)

DEM adalah data digital yang


F. Bentuk Daerah Aliran Sungai menggambarkan goemetri dari bentuk permukaan
buml atau bagiannya yang terdiri dari himpunan
Pola sungai menentukan bentuk suatu DAS.
titik-titik koordinat hasil sampling dari permukaan
Bentuk DAS mempunyai arti penting dalam
dengan algoritma yang mendefinisikan
hubungannya dengan aliran sungai, yaitu
permukaan tersebut menggunakan himpunan
berpengaruh terhadap kecepatan terpusat aliran.
koordinat (Tempfli, 1980).
Bentuk DAS sulit untuk dinyatakan dalam bentuk

4
DEM menggambarkan nilai ketinggian 2.3. Prosedur Penelitian

permukaan tanah tanpa memperhatikan objek di 2.3.1. Tahap Pengumpulan Data


atasnya. Digital Surface Model (DSM) mengukur
Tahap pengumpulan data merupakan tahap
nilai ketinggian dari permukaan pertama di tanah,
dimana cara mendapatkan data yang akan
termasuk fitur medan, bangunan, vegetasi, dan
digunakan dalarn penelitian.
lain-lain, sehingga memberikan model topografi
permukaan bumi (Gambar 1.3). 2.3.1.1. Data Primer

Data sekunder merupakan data yang


\ diperoleh dengan cara mengunduh data secara
'.
'
\
'
\\ .' gratis (free) dari internet yang meliuti :
\ a. Data GDEM ASTER Versi 2.0
\.
'· '
'
'··, ,� I '
·-
\
,,I'. � .,"·
'
b. Data SRTM versi 4.1
\

2.3.1.2. Data Sekunder


- - - - •Ofll:lr•-' �11rr-..cc \lo<kl (D"\I) -- Rald·h11r1i o•. \I
Data sekunder merupakan data yang
Gambar 1.3. Perbedaan antara DSM dan DEM diperoleh dari lnstansl atau lembaga pemerintah
terkait dan menyediakan data untuk penelitian ini
Ada beberapa data gratis di internet, seperti : yang meliputi:
SRTM (Shuttle Radar Topography Mission), a. Data Sekunder dari data Data kontur Peta RBI
GTOP030, GMTED2010, GDEM ASTER. BAKOSURTANAL tahun 2004 yang mencakup
data administrasi, sungai, jalan, kontur,
toponimi, dan titik ketinggian.
2. METODE PENELITIAN b. Data sekunder meliputi data DAS Opak berupa
2.1. Bahan atau materi penelitian data shapefile (' .shp) beserta karakteristik
a. Citra digital ASTER GDEM versi 2. DAS Opak sebagai data pembanding dalam
b. Citra digital SRTM versl 4.1. penelitian yang dianggap dapat diacu dari
c. Peta dasar RBI BAKOSURTANAL tahun BPDAS Serayu Opak Progo.
2004 meliputi garis kontur, titik tinggi, c. Citra digital online Bing Map.
sungai, danau/waduk/embung dan batas
administrasi. 2.3.2. Tahap Pengolahan Data
d. Peta DAS Opak dan jaringan sungainya 2.3.2.1. Pra Pengolahan Data
dari instansi BPDAS Serayu Opak Progo.
Pra-pengolahan data merupakan suatu
e. Citra Digital online Bing Map
proses yang dilakukan pada data sehingga data
2.2. Alat dapat dianalisis lebih lanjut, proses-proses
tersebut meliputi:
a. Laptop dengan spesifikasi Prosesor Intel
- Proses mosaik dan pemotongan data GDEM
P7, RAM 4 GB, dan VGA 1 GB.
ASTER, untuk data SRTM membutuhkan
b. Software SIG ArcGIS 10.1 untuk
pemotongan saja.
mempersiapkan data, pengolahan data
dan presentasi data. Merubah proyeksi ke satuan meter merupakan

c. Printer warna. proses perubahan referensi spasial dari format


derajat desimal (sistem koordinat geografi) ke
5
Fungsi ini membuat analisis mengenai arah
meter (koordinat UTM -Universal Transverse
Mercator) karena akan merroerrmdan dalam aliran dari suatu lereng. Sebagai hasil akhir, akan

mengetahui karakteristik DAS maupun sungai terdapat inforrnasi arah aliran air pada setiap

dengan satuan meter piksel.

.. . . ... ,.,
. ..............
- Merubah data ketinggian RBI Bakosurtanal
,", " " "
yang berupa data kontur, data titik kelinggian, "
.
t' ••••
..
sungai, danau dan batas wilayah penelitian ke
.... ,. " "
., ...... ""
/

.
r,. • • •
. ... ,,
struktur data DEM. .. f1ow Oireetton map I Flow 01.re<:tion I

Gambar 2.2. Menentukan arah air mengalir


2.3.2,2. Perbaikan data DSM dan DEM melalui suatu cell

Perbaikan data DSM dengan langkah :


b. Analisis akumulasi aliran air
a. Visualisasl DEM (DEM Visualization) (Flow Accumulation)

Fungsi visualisasi DEM memungkinkan Fungsi ini membuat analisis memgenai

pengguna untuk memperoleh gambaran yang jumlah akumulasi aliran air yang terjadi pada

lebih jelas mengenai kondisi topografi di lokasi suatu liputan wilayah tertentu. Sebagai hasil akhir

yang dimaksud. Fungsi ini menggambarkan akan terdapat nilai akumulasi air yang biasanya

kembali DEM dengan hillshade (efek bayangan juga identik dengan jaringan sungai yang

topografi). sebenamya di lapangan.

,., .... ' ..


b. Fill Sinks ·-"·,. ·. �
.· . ... .., '

.•.•
....t".'..'.•.•:·, .
,. ,,-, .....
Fungsi fill sink menghilangkan depression .> -, • I
- .. _ _.
:,I ' ,; ': ,
'

atau sink yaitu kondisi dirnana terdapat flow Oi,�ction I flow Aceumul.1tion I

perbedaan elevasi yang mencolok dengan Gambar 2.3. Akumulasi air menurun ke setiap sel
berdasarkan arah aliran
cakupan yang sangat kecil. Untuk pengolahan
data dalam lingkup kajian hidrologi, hal ini dapat
c. Membuat Jaringan Sungai
mengganggu perhitungan rnaka perlu dihilangkan
( Create Stream Networks)
terfebih dahulu.
Fungsi lnl membuat anallsls mengenal
jaringan sungai yang terdapat pada suatu liputan
wilayah tertentu. Dasar informasi yang digunakan
adalah flow accumulation. Secara teoritis, proses
ekstraksl sungai dilakukan dengan
mengumpulkan plksel-plksel yang punya
(a) (b) kecenderungan arah aliran dan akumulasi

Morfometri DAS
Gambar 2.1. (a) Sink (b) Setelah proses Sink
2.3.2.3.1. Menentukan Aliran Sungai dan Orde
atau Filled sink
Sungai
a. Analisis mengenai arah aliran
2.3.2.3. Analisis data DSM untuk memperoleh (flow direction)
6
yang sarna, yang lokasinya berdekatan.

, ....... "
•••• » .. �
•• H .. JI>,

... ·� ... Ill' ..

d •• •� II ••

DEMOSM DoRnaatcd streams Streams Jinks

Gambar 2.3. Membuat jaringan sungai

7
d. Analisis Orde Sungai ( Create Stream instansi atau lembaga pemerintah terkait dan
Segments) menyediakan data untuk penelitian ini yang
Fungsi ini membuat analisis mengenai meliputi: Peta RBI Bakosurtanal tahun 2004 yang
ordo-ordo (tingkatan) dalam jaringan sungai. mencakup data kontur, administrasi, sungai, jalan.
lnformasi yang dibutuhkan dalam membuat ini kontur, toponimi, dan titik ketinggian serta data
adalah drainage network. Metode tersebut dibuat DAS Opak dari BPDAS Serayu Opak Progo
oleh Strahler and Shreve. (Gambar 3.1. ). Data DAS BP DAS Serayau opak
digunakan sebagai data pembanding datarn
penelitian ini dan citra online Bing Map untuk
visualisasi data citra penginderaan jauh.

Gambar 2.4. Orde sungai Strahler and Shreve.

2.3.2.3.2. Menentukan Batas DAS


A
Fungsi ini adalah yang terpenting dalam
pendeliniasian batas DAS. lnformasi yang
dibutuhkan adalah drainage network ordering dan
Digital Elevation Model/Digital Surlace Model
yang telah dibersihkan atau diperbaiki melalui
prosess fill sink. Sebuah outlet atau Pour Point
adalah titik di mana air mengalir keluar dari suatu
B
DAS perlu diberikan untuk menentukan batas
DAS (watershed'). Setelah Batas DAS ditentukan
maka dapat dihitung : lebar DAS, keliling DAS,
dan tuas DAS.

· �· � �It11.J
\Jl �-
c I ·-

JL
point
VIA" -..,

W•tershed
l.'"iofa.:-1
�),U,;lJ
Jt::..',.A

Gambar 2.5. Menentukan Batas DAS (watershed)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN D


3.1. Data untuk morfometri DAS

Data untuk penelitian ini meliputi data


primer yang merupakan hasil mengunduh data
secara gratis dari internet yang meliputi : data
Gambar 3. 1. (A) ASTER GDEM Versi 2 0, (B) SRTM Versi
GDEM ASTER versi 2.0 dan Data SRTM versi 4. 1, (C) RBI Bakosurtanal 2004 ska la
4.1, sedangkan data sekunder diperoleh dari 1 :25.000, (OJ BPOAS Serayu Opak Progo.

8
3.2. Morfometri DAS Opak Perbedaan orde sungai maupun cabang
sungai secara sistimatis merupakan bagian
Morfomeri Daerah Aliran Sungai (DAS)
yang penting untuk kuantifikasi OAS. Orde sungai
merupakan ukuran kuantttatif karakteristik DAS
metode Strahler pada masing-masing data
yang terkait dengan aspek geomorfologi suatu
sisajikan pada label 3.2.
daerah. Karakteristik ini terkait dengan proses
pengatusan I drainase air hujan yang jatuh di
Tabel 3.2. Perbandingan Orde Sungai
dalam DAS. Parameter tersebut adalah luas DAS,
keliling DAS. bentuk DAS, kemiringan atau
Jumlah Segmen orde sungai I
Onie BPDAS
Su�ai SRTM ASTER Peta RBI Serayu
gradien sungai, orde sungai. bentuk DAS. GOEM 0"'"'kPr--o
kerapatan aliran, dan pola aliran. 1 62 497 666 1417
2 30 251 300 689
Luas DAS dihitung secara geometri dengan 3 24 110 158 357 I
4 6 51 81 183
SIG. Terdapat perbedaan yang besar antara luas 5 n � 62 I
6 9 40 123
DAS BPDAS Serayu Opak Progo dibandingkan 7 - 12
Jumah
DAS RBI Bakosurtanal 2004 skala 1 :25.000, DAS

122 990 1327 2843


ASTER GDEM versi 2.0, dan DAS SRTM versi seenen
Sumber: Pengolahan Data. 2013
4.1. Tidak begitu besar perbedaan luas DAS
antara DAS ASTER GDEM Versi 2.0, dan DAS Jaringan sungal dapat mempengaruhi
SRTM Versi 4.1. Keliling hasil perhitungan, besarnya debit aliran sungai yang dialirkan
polanya sama dengan luas DAS. Panjang dan oleh anak-anak sungainya. Parameter inl
lebar DAS juga mempunyai pola yang sama dapat diukur secara kuantitatif dari nisbah
dengan luas DAS (label 3.1. ). Perbedaan luas, percabangan yaitu perbandingan antara jumlah
panjang, lebar dan keliling DAS yang tidak begitu alur sungai orde tertentu dengan orde sungai
besar pada ASTER GDEM Versi 2.0 dan SRTM satu tingkat di atasnya. lndeks percabangan
Versi 4.1. disebabkan kedua data ini merupakan sungai (Rb) seluruh DAS lebih besar dari 5 yang
data DSM. Kedua data tersebut mengahasilkan berarti alur sungai mempunyai kenaikan muka
data yang agak jauh berbeda dengan data yang air banjir dengan cepat, demikian pula
dihasilkan oleh DEM hasil interpolasi data kotur penurunannya akan berjalan dengan cepat atau
dan titik tinggi peta RBI bakosurtanal 1 :25.000. DAS memiliki banyak anak-anak sungai dan
fluktuasi debit yang terjadi juga semakin besar.
Tabel 3.1. Morfometri DAS Opak (1) Data DAS BPDAS Serayu Opak Progo memliliki
Panjang Kemi-
Luas Kellting Sungal .....t
ringan nilai percabangan tertinggi yaitu 20,15 .
DAS DAS
Alur
(Km') {Km) Utama (kml
llunl SUnnai
BPDAS 1.317,87 248,.29 67,71 19,46 0,010388 tndeks kerapatan aliran sungai di DAS
Sefayu
Opak Opak dari seluruh data masuk dalam klasifikasi
P,ogo Dd > 25 km/km2 (sangat tinggi). DAS dengan
RBI 1.666,18 301,"6 56,77 29,35 ' 0,005462 indeks kerapatan aliran sungai ini sering
Bak.osuna
nal 2004 mengalami kekeringan.
sl<ala
1:25.000
Bentuk DAS sangat berpengaruh
ASTER 1.785.98 317.14 55.45 32,21 0.00532
GDEM terhadap pola aliran dan ketajaman puncak
v...;2.0

(discharge) banjir. Bentuk DAS mempengaruhi


SRTM 1.789,85 272,49 50,18 35,67 -
9
Versi 4.1 waktu konsentrasi air hujan yang mengalir menuju

Sumber: Pengolahan Data, 2013 outlet. Semakin bulat bentuk DAS berarti semakin

1
0
singkat waktu konsentrasi yang dipertukan, biaya. Garis batas antara DAS adalah punggung

sehingga semakin tinggi fluktuasi banjir yang permukaan bumi yang dapat memisahkan dan

terjadi. Sebaliknya semakin lonjong bentuk DAS, membagi air hujan ke masing-masing DAS.

waktu konsentrasi yang diperlukan semakin lama Batas-batas DAS ditunjukan dengan adanya garis

sehingga fluktuasi banjir semakin rendah. imaginer yang merupakan gambaran dan setiap

Berdasar hasil perhitungan bentuk DAS Opak punggung bukit. Batas wilayah DAS diukur

bemilai Re < 0,5 (Tabel 3.3.) atau termasuk dengan cara menghubungkan titik-titik tertinggi di

bentuk memanjang dengan debit puncak antara wilayah aliran sungai yang satu dengan

datangnya cepat. begitu juga penurunannya. yang lain, tetapi tidak mudah menentukan batas
DAS pada daerah yang landai sampai datar. Hal
Adapun pota-pola pengairan sungai pada
inilah yang menyebabkan banyak versi batas
DAS Opak secara umum adalah pota denritik,
suatu DAS terutama pada wilayah yang relatif
yaitu pola sungai dimana anak-anak sungainya
landai atau datar.
(tributaries) cenderung sejajar dengan induk
sungainya. Anak-anak sungainya bermuara pada Pada penelitian ini mengunakan tiga

induk sungai dengan sudut lancip. Model pola sumber data bert>eda yaitu : RBI Bakosurtanal

denritik seperti pohon dengan tatanan dahan dan 2004 skala 1 :25.000, ASTER GDEM Versi 2.0,

ranting sebagai cabang-cabang dan anak-anak SRTM Versi 4.1 juga menghasilkan batas yang

sungainya. Pola ini biasanya terdapat pada berbeda dari masing-masing data (Gambar 3.2).

daerah berstruktur plain, atau pada daerah batuan Perbandingan luas DAS juga ditunjukkan luasan

yang sejenis (seragam, homogen) dengan yang berbeda-beda. Luas DAS dari sumber

penyebaran yang luas. ASTER GDEM dan SRTM mempunyai luasan


2
yang hampir sama (1.785,98 km dan 1.789,775

Tabel 3.3. Morfometri DAS Opak (2) km\ luas ini hampir sama juga dengan luas DAS
2
lnd<!l<s RBI (1.666, 18 km ) tetapi ketiga data tersebut
S..tuk
Tingkal Kerapa Pola
Pere&- Total tan Daerah Pengali mempunyai luas yang berbeda dengan luas DAS
DAS Panjang Ali ran
bangan Alur ran BPDAS Serayu Opak Progo (1.317,87 km2).
41..-(m) Sungai
Sungai (Dd) Sungai
(Re)
(Rbl
BPDAS 20,tS 2.314.006, 1.756,8 0.27 llendritik
Sebagian besar pert>edaan terdapat
Serayu 272 pada muara sungai, hasil dari ASTER GDEM dan
Opak
Progo Data kontur Peta RBI bersifat melebar sedangkan
RBI 11.16 1.825.461, 1.095,6 0.23 llendriUk
Bak.osu�a 473 hasil dari SRTM bersifat meruncing. Dari keempat
nal:1004
skala sumber data pert>edaan mencolok juga terdapat
1:25.000
ASTER 15.18 1.526.107, 854,49 0.22 llendritik pada wilayah ledok Wonosari yang mempengaruhi
GDEM 353
Versi 2.0 luas dan bentuknya, batas DAS dari BPDAS
SRTM 7,32 1.652.709, 923,38 0.30 Deoo'ritik
Versi4.1 689 membatasi wilayah tersebut tepat di tengah-
Sumber: Pengolahan Data, 2013 tengah ledok Wonosari sedangkan ketiga data lain
melebar sedikit naik pada batas pert>ukitan karst.
3.3. Perbandingan Batas DAS antara BPDAS Perbedaan batas terlihat pada gambar 3.2.
Serayu Opak Progo, RBI Bakosurtanal
2004 skala 1:25.000, ASTER GDEM Versi BPDAS Serayu Opak Progo (biru), RBI
2.0, SRTM Versi 4.1 Bakosurtanal 2004 skala 1 :25.000 (merah),
Pengukuran DAS jarang dilakukan secara ASTER GDEM Versi 2.0 (hijau), SRTM Versi 4.1
terestrial karena luasan DAS yang sangat luas, (magenta).
sehingga akan mengurangi efisiensi waktu dan

1
1
Pada daerah yang landai atau datar sulit
menentukan igir sebagai pembatas DAS, sebagai
contoh pada wilayah muara sungai (Gambar 3.3) .
• . .... i
Terdapat perbedaan yang kecil antara
wilayah yang memiliki relief perbukitan
dibandingkan dengan wilayah relief datar atau
pada bagian muara sungai. Hal ini disebabkan
·."" ... l
..· ... lidak adanya batas igir yang jelas sebagai
• I
pemisah DAS (Gambar 3.4). Pada wilayah
perbukitan jaringan sungai nampak lebih detil dan

./\
akurat jika dibandingkan dengan di wilayah relief
j datar jika dikomparasikan dengan citra online

.
1
\
i'

/\.��! ·-
Bing Map resolusi tinggi untuk wilayah hulu

j sangat tertmat perbedaan tersebut.

\'/) . ''r-r>; , 1

I
.,..)
..
'

r--.(
.· . G�j;-J_I
.
I•!
I

Gambar 3.2. Pert>edaan Batas DAS antara BPDAS Serayu


Opak Progo, RBI Bakosurtanal 2004 skala
1 :25.000, ASTER GDEM Versi 2 0, SRTM
Versi 4.1

Kesamaan batas DAS terlihat pada wilayah


yang me mil iki relief perbukitan, perbedaan besar
terjadi pada daerah yang relatif landai atau datar.

Gambar 3.4. Batas DAS yang sama pada bagian puncakl


igir

Terdapat perbedaan jarak yang besar


adalah antara data DSM (ASTER GDEM Versi 2.0,
dan SRTM Versi 4.1) data DEM (RBI Peta RBI
Bakosurtanal 2004 ). Ketiga data baik Digital
Surface Model (DSM) dan Digital Elevation Model
(DEM) berbeda jauh dengan balas DAS Peta
DAS BPDAS Serayu Opak Progo (label 3.4).

Gambar 3.3. Batas DAS yang sangat bert>eda pada bagian


yang datar atau landai di muara sungai
10
1
0
Tabel 3.4. Perbedaan jarak antar batas OAS berbeda dengan data OAS BPOAS Serayu Opak

ASTER Peta RBI Pela OAS Progo.


SRTM
Jarak GOEM Bakosur BPOAS
No
maltsimal Versi Versi tanal S.rayu Opak Batas OAS dengan ekstraksi data DSM dan
4.1
2.0 2004 Proao
Pert>edaan jarak maksimum antar batas OAS (meter) DEM sangat dipengaruhi oleh adanya sink yaitu
1 ASTER kondisi dimana terdapat perbedaan elevasi yang
GOEIIIVer>i 0 24.971.1: 24.778,0! 10.540.�
2.0 mencolok dengan cakupan yang sangat kecil.
2 SRTMVe<si
( 24.936,6! 10.556,71 Setiap data mempunyai jumlah sink yang
4.1
3 Pela RBI
BAKOSURT 10.093,6: berbeda-beda, dari ketiga data tersebut ASTER
ANAL20J4
4 Pela OAS
GOEM mempunyai nilai sink yang paling besar
BPOAS ( dan SRTM paling sedikit. Untuk wilayah yang
S..-ayu()pak
Proco sama jumlah sink ASTER GDEM mencapai
Ptrt>edaan jarak minimum antar batas DAS (me1tr)
209.265 piksel dan SRTM sebanyak 17.637 piksel.
( I ( Data kontur Peta RBI dengan luas wilayah DEM
1 ASTER
GOEIIIVer>i 0 lebih kecil mempunyai sink sebanyak 24.841
2.0 ( ; (
2 SRTMVe<� piksel. Proses perbaikan sink dengan proses
4.1
3 Pela RBI ; ( mengisi data elevasi berdasar nilai tetangga
BAKOSURT
ANAL20J4 terdekat mellaui proses filled DEM harus
4 Pela OAS ( dilakukan, karena penggunaan data DSM dan
BPOAS
S..-ayuO;,alc
""'"'• DEM untuk mendapatkan jaringan sungai dan
Ptrbedaan jarak ma-rata antar batas DAS (mettrt batas DAS mensyaratkan bahwa data DEM yang
1 ASTER
digunakan harus bebas dari sink atau peak.
GOEIIIVer>i 0 11.743,4, 12.100,S: 1.550,<Y.
2.0 I
2 SRTMVersi cl 12.308,51
DSM mempunyai kemiripan hasil batas OAS,
4.1 1.791�
3 Pela RBI
agak berbeda dengan data OEM, tetapi sangat
BAKOSURT I 2.511,l
ANAL20J4
4 Pela DAS
BPOAS
S..-ayu Opalc
"""'•
P&rbedaan jarak standard deviasi antar batas DAS (meter}
1 ASTER
GDEIIIVersi 0 8285.3( 8.082.41 2.696,61
2.0
2 SRTMVersi
( 8.101,9' 2.917,1:
4.1
3 Pela RBI
BAKOSURT I 3.547,2!
ANAL20J4
4 Pela DAS
BPOAS
(
S..-ayu()pak
Proao
Sumber: Pengolahan Data. 2013

Perbedaan batas DAS yang digunakan


karena perbedaan sumber data, tiga data yang
digunakan merupakan data DSM (ASTER GDEM
Versi 2.0 dan SRTM Versi 4.) dan data OEM
(Peta RBI BAKOSURTANAL 2004). Dua data
11
1
1
Sink yang terdapat pada ASTER GDEM
terdapat secara merata pada selruh wilayah
kecuali pada ketinggian tertentu, sink pada RBI
kebanyakan terdapat pada daerah karst Gunung
Kidul dengan ukuran yang sangat kecil
dibandingkan dengan data lain dan untuk data
SRTM persebaran sink hampir sama dengan
ASTER GDEM tetapi berbeda dalam jumlah.
Karakteristik data yang berbeda menyebabkan
proses pencarlan sink juga berbeda, untuk data
ASTER GDEM wilayah waduk dianggap sebagai
sink, berbeda dengan data SRTM dan data kontur
Peta RBI.

Lokasi absolut titik lokasi muara (Pour


Point) dan jarak toleransi snap sungai utama juga
sangat menentukan batas dan bentuk DAS.
Proses snap mencari sebuah piksel yang bernilai
akurnulasi tinggi dalam radius tertentu (pada
penelitian ini digunakan 5000 meter dari titik
penetapan muara sungai). Hasil snap tersebut
dijadikan data dasar bersama dengan data arah

12
1
2
aliran untuk mendelineasi batas DAS. Proses
delineasi batas OAS bekerja dengan mencari
DAFTAR PUSTAKA
piksel-piksel yang mengarah ke muara sungai
ESRI, 2004, Hydrology Tools, Redlands, CA, USA.
hasil snaping serta memisahkan piksel lainnya.
Linsley, 1996, Hidrologi Untuk lnsinyur, Erlangga,
Jarak snaping dan ukuran piksel data sangat
Jakarta.
berpengaruh juga terhadap bentuk dan luas yang
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
dihasilkan.
37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah
Batas OAS yang jelas akan berrnanfaat
Aliran Sungai (DAS)
dalam pengelolaan DAS yaitu upaya dalam
Sameh W. AI-Muqdadi, Broder J. Merkel, 2011,
mengelola hubungan timbal balik antar
Automated Watershed Evaluation of Flat
sumberdaya alam terutama vegetasi, tanah dan Terrain, Journal of Water Resource and
air dengan sumberdaya rnanusia di DAS dan Protection, 2011, 3, 892-903
segala aktivitasnya untuk mendapatkan rnanfaat doi:10.4236/jwarp.2011.312099 Published
ekonomi dan jasa lingkungan bagi kepentingan Online December 2011
pembangunan dan kelestarian ekosistem DAS.
Soewarno, 1991, Hidrologi: Pengukuran dan
Keberhasilan Pengelolaan DAS berdampak
Pengolahan Data Aliran Sungai (Hidrometri),
terhadap ketahanan pangan di masa mendatang.
Nova Bandung
Subekli Rahayu, Rudy Harto Widodo, Meine van
Noordwijk, Indra Suryadi dan Bruno Verbist,
KESIMPULAN 2009, Mom1oring Air DI Daerah Aliran Sunga/,
World Agroforestry Centre ICRAF Asia
Berdasarkan penelitian ini dapat diambil
Tenggara, Bogor.
kesimpulan sebagai berikut:
Seyhan Ersin., 1977, Dasar-dasar Hidrologi,
1. Terdapat perbedaan batas DAS mengunakan Editor Soenardi Prawirohatmojo. Yogyakarta:
tiga sumber data berbeda yaitu : RBI UGM Press.
Bakosurtanal 2004 skala 1 :25.000, ASTER Tempfli, K., 1980, Spectral Analysis of Terrain
GOEM Versl 2.0, SRTM Versl 4.1
Relief for The Accuracy Estimation of Digital
dibandingkan batas DAS BPDAS Serayu Opak
Terrain Models, ITC Journal, 1980-3, pp.
Progo, hal ini juga ditunjukkan luas yang
478-510
berbeda-beda, luas DAS dari sumber ASTER Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7
GDEM dan SRTM mempunyai luas yang Tahun 2004 , tentang Sumber Daya Air
hampir sama (1.785,98 km2 dan 1.789,775 Venkatesh Merwade, 2012, Watershed and
km2>, luas ini hampir sarna juga dengan luas Stream Network Delineation using ArcHydro
DAS RBI (1.666, 18 km2), tetapi ketiga data Tools, School of Civil Engineering, Purdue
tersebut mempunyai luas yang berbeda University
dengan luas DAS BPDAS Serayu Opak Progo
(1.317,87 km\

2. Data Digital Surface Model (ASTER GDEM


Versi 2.0, SRTM Versi 4.1) lebih baik
menggambarkan batas OAS dibandingkan
data Digital Elevation Model (RBI Bakosurtanal
2004 skala 1:25.000)

13
1
3

Anda mungkin juga menyukai