ABSTRAK
Pengukuran DAS jarang dilakukan secara terestrial karena luasan DAS yang sangat luas.
Pembuatan jaringan sungai dan batas DAS dengan manual menggunakan peta topografi
hardcopy memakan waktu yang lama dan biaya yang besar sehingga diperlukan suatu cara
agar bisa menghemat waktu dan biaya tersebul. Penentuan secara manual bersifat subyektif
terutama pada bagian hilir, sehingga dapat menghasilkan versi batas DAS yang berbeda-beda
antar instansi yang mengeluarkan data suatu DAS. Ketersediaan model elevasi permukaan
digital atau Digital Surface Model (DSM) dan Sistem lnformasi Geografis (SIG) dapat digunakan
untuk ekstraksi morfometri DAS yang cepat, otomatis dan terintegrasi dengan data DAS
Jainnya.
Metode penelitian ini adalah dengan mengekstraksi data DSM dan DEM untuk
memperoleh morfometri sungai yang meliputi: luas DAS, panjang DAS, lebar DAS, kemiringan
datau gradien sungai, orde dan tingkat percabangan sungai, kerapatan sungai, bentuk DAS,
dan pola pengaliran sungai. Disamping itu juga dibandingkan morfometri DAS hasil ekstraksi
data DSM (ASTER GDEM Versi 2.0, SRTM Versi 4.1) dan DEM (RBI Bakosurtanal 2004 skala
1 :25.000) dengan data DAS acuan dari Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Solo (BPDAS)
Serayu Opak Progo.
Hasil penelitian ini diperoleh perbedaaan orfometri DAS yang berbeda anara data RBI
Bakosurtanal 2004 skala 1 :25.000, ASTER GDEM Versi 2.0, SRTM Versi 4.1 dibandingkan
batas DAS BPDAS Serayu Opak Progo. Hal tersebut ditunjukkan luas yang berbeda-beda untuk
masing-masing DAS, luas DAS dari sumber ASTER GDEM dan SRTM mempunyai luas yang
2
hampir sama (1.785,98 km dan 1.789,775 km\ luas ini hampir sama juga dengan luas DAS
RBI (1.666,18 km\ tetapi ketiga data tersebut mempunyai luas yang berbeda dengan luas DAS
BPDAS Serayu Opak Progo (1.317,87 km\ Data Digital Surface Model (ASTER GDEM Versi
2.0, SRTM Versi 4.1) lebih baik menggambarkan batas DAS dibandingkan data Digital Elevation
Model (RBI Bakosurtanal 2004 skala 1 :25.000)
Kata Kunci : Morfometri DAS, Digital Surface Model (DSM), Digital Elevation Model (DEM)
dilupakan berkaitan dengan terjadinya banjir di bervariasi, terjadi perbedaan batas DAS antar
suatu kola adalah banjir itu sangat berkaitan erat instansi, seperti terjadi perbedaan batas DAS
dengan kesatuan wilayah yang disebut dengan Opak versi Balai Pengelolaan Daerah Aliran
Daerah Aliran Sungai (DAS). Kawasan DAS Sungai Solo (BPDAS) Serayu Opak Progo dan
merupakan kawasan yang dikelola dalam upaya Kementerian Kehutanan. Hal ini terjadi karena
menjaga kontinuitas ketersediaan air. metode yang digunakan dalam pengambilan data
Keberhasilan pengelolaan suatu DAS dapat DAS berbeda-beda pula. Pembuatan jaringan
mencegah terjadinya banjir pada saat musim sungai dan batas DAS dengan manual
hujan dan menghindarkan kekeringan pada musim menggunakan peta topografi hardcopy memakan
kemarau. Selain banjir, permasalahan yang waktu yang lama dan biaya yang besar sehingga
terjadi di DAS berupa peningkatan erosi dan diperlukan suatu cara agar bisa menghemat
1
waktu dan biaya tersebut. Penentuan secara dengan daerah perairan yang masih terpengaruh
manual bersifat subyektif terutama pada bagian aktifitas daratan (UU Sumber Daya Air No. 7
Diperlukan suatu metode dalam penentuan Seluruh hujan yang terjadi didalam suatu
batas DAS yang cepat, otomatis dan terintegrasi drainage basin, semua airnya akan mengisi
dengan data DAS lainnya, serta diperolehnya sungai yang terdapat di dalam DAS tersebut, oleh
data lain morfometri DAS. Dengan ketersediaan karena itu, areal DAS juga merupakan daerah
model elevasi permukan bumi digital atau Digital tangkapan hujan atau disebut catcment areal
Surface Model (DSM) dan Sistem lnformasi drainage basin (gambar 1. 1 ).
Geografis (SIG), sifat DAS dapat diekstraksi
dengan menggunakan prosedur otomatis. Data
DEM memiliki kegunaan untuk menentukan
feature dari terrain seperti drainase basin dan
DAS, jaringan drainase dan kanal atau saluran,
puncak atau igir dan lembah maupun bentuk
lahan. Dengan melihat kegunaan data DSM
tersebut diperlukan algoritma atau tools yang
dapat mengekstraksi data DSM, sehingga
menghasilkan batas DAS maupun jaringan sungai.
Gambar 1.1. Daerah Ali ran Sungai ( DAS)
Analisis 3D-analyts dalam SIG dapat digunakan
untuk mengekstrak informasi hidrologi khususnya
1.3.2. Morfometri DAS
jaringan sungai dan batas DAS dari data DSM.
Morfomeri Daerah Aliran Sungai (DAS)
adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan
1.2. Tujuan Penelitian keadaan jaringan alur sungai secara kuantitatif.
2. Membandingkan morfometri DAS hasil pennukaan bumi yang dapat memisahkan dan
ekstraksi data DSM, DEM, dan data DAS membagi air hujan ke masing-masing DAS.
BPDAS Serayu Opak Progo. Setelah diketahui batas DAS, maka akan dapat
diukur luas DAS.
W=A/Lb
Keterangan :
W = lebar DAS (km)
A = luas DAS (km2)
Lb = panjang sungai utama (km)
Gambar 1.2. Penentuan alur sungai metode
Strahl er
C. Kemiringan atau Gradien Sungai
Gradien atau kemiringan sungai yang Jumlah alur sungai suatu orde dapat
merupakan perbandingan beda tinggi antara hulu ditentukan dari angka indeks percabangan sungai
dengan hilir dan panjang sungai induk. ('bifurcation ratio'), dengan persamaan berikut:
Kemiringan alur sungai merupakan parameter Rb= N.
dimensional yang menggambarkan besarnya Nu,I
penurunan rerata tiap satuan jarak horizontal
tertentu pada saluran sungai utama. Gradien Perhitungan Rb biasanya dilakukan dalam
sungai dapat diperkirakan dengan persamaan: unit Sub DAS atau Sub-sub DAS. Untuk
memperoleh nilai Rb dari keseluruhan DAS, maka
s = (h., - h,.) digunakan tingkat percabangan Sungai Rerata
• 0,15Lb
Tertimbang ( 'Weighted Mean Bifurcation
Keterangan : Ratio'lWRb), yang dihitung dengan menggunakan
Su = Kemiringan alur sungai utama persamaan berikut:
h 10 = Ketinggian titik yang terletak
pada jarak 0.10 Lb
h85 = Ketinggian titik yang terletak
pada jarak 0.85 Lb
Lb = Panjang aiur sungai utama
Keterangan :
Rb = lndeks tingkat percabangan sungai
D. Orde dan tingkat percabangan sungai N0 = Jumlah alur sungai untuk orde ke-u
Orde sungai adalah postsi percabangan N0., = jumlah alur sungai untuk orde ke-
(u + 1)
alur sungai di dalam urutannya terhadap induk
sungai pada suatu DAS. Orde sungai dapat Hasil persamaan tersebut dapat menyatakan
ditetapkan dengan metode Horton, Strahler, keadaan sebagai berikut:
Shreve, dan Scheidegger. Pada umumnya - Rb < 3: alur sungai mempunyai kenaikan muka
metode Strahler lebih mudah untuk diterapkan air banjir dengan cepat, sedangkan
dibandingkan dengan metode yang lainnya. penurunannya berjalan lambat.
Berdasarkan metode Strahler, alur sungai paling - Rb 3 - 5 atur sungai mempunyai kenaikan dan
hulu yang tidak mempunyai cabang disebut penurunan muka air banjlr tidak terlalu cepat
dengan orde pertama ( orde 1 ). pertemuan antara atau tidak terlalu lambat.
orde pertama disebut orde kedua (orde 2), - Rb > 5: atur sungai mempunyai kenaikan muka
demikian seterusnya sampai pada sungai utama air banjir dengan cepat. demikian pula
ditandai dengan nomor orde yang paling besar penurunannya akan berjalan dengan cepat.
(gambar 1.2).
3
E. Kerapatan sungai kuantitatif, bentuk DAS dapat didekati dengan
Kerapatan sungai adalah suatu angka nisbah kebulatan ( circularity ratio) menggunakan
0.25-10 sedang
......
AIJr sungai n»lewati baluan dengan
membentuk suatu pota tertentu. Pola itu
tergantungan dari pada kondisi tofografi, geologi,
resislen,l yang leti> lunak sehingga
an�utan sedimen yang teroogkul iklim, vegetasi yang terdapat di datam DAS
alan lebih besar
3 10-25 Tnggt Al.Jr sungai melewati baluan dengan bersangkutan. Adapun pola-pola pengairan
resistensi yang lJnak, sehilgga
an�utan sedimen yang terangkut sungai yaitu: pola trellis, pola rektanguler, pota
atiran akan lebi> bens'"
4 <25 Sangat AIJr sungai melewali batuan yang denritik, pola radial sentripugal, pola radial
Tr,ggi kedap as. Keadaan n atan
menunJukkan bahwa at hujan yang sentripetal, dan pola para/el.
menjadi alirm atan iebih besa- iika
dibandilgkan suatu daerah de.ngan
Dd renditl meie'lta1i batvan yang
permeabilitas besat
Sumber: Soewarno. 1991 1.5.3. Digital Elevation Model (DEM)
4
DEM menggambarkan nilai ketinggian 2.3. Prosedur Penelitian
mengetahui karakteristik DAS maupun sungai terdapat inforrnasi arah aliran air pada setiap
.. . . ... ,.,
. ..............
- Merubah data ketinggian RBI Bakosurtanal
,", " " "
yang berupa data kontur, data titik kelinggian, "
.
t' ••••
..
sungai, danau dan batas wilayah penelitian ke
.... ,. " "
., ...... ""
/
.
r,. • • •
. ... ,,
struktur data DEM. .. f1ow Oireetton map I Flow 01.re<:tion I
pengguna untuk memperoleh gambaran yang jumlah akumulasi aliran air yang terjadi pada
lebih jelas mengenai kondisi topografi di lokasi suatu liputan wilayah tertentu. Sebagai hasil akhir
yang dimaksud. Fungsi ini menggambarkan akan terdapat nilai akumulasi air yang biasanya
kembali DEM dengan hillshade (efek bayangan juga identik dengan jaringan sungai yang
.•.•
....t".'..'.•.•:·, .
,. ,,-, .....
Fungsi fill sink menghilangkan depression .> -, • I
- .. _ _.
:,I ' ,; ': ,
'
atau sink yaitu kondisi dirnana terdapat flow Oi,�ction I flow Aceumul.1tion I
perbedaan elevasi yang mencolok dengan Gambar 2.3. Akumulasi air menurun ke setiap sel
berdasarkan arah aliran
cakupan yang sangat kecil. Untuk pengolahan
data dalam lingkup kajian hidrologi, hal ini dapat
c. Membuat Jaringan Sungai
mengganggu perhitungan rnaka perlu dihilangkan
( Create Stream Networks)
terfebih dahulu.
Fungsi lnl membuat anallsls mengenal
jaringan sungai yang terdapat pada suatu liputan
wilayah tertentu. Dasar informasi yang digunakan
adalah flow accumulation. Secara teoritis, proses
ekstraksl sungai dilakukan dengan
mengumpulkan plksel-plksel yang punya
(a) (b) kecenderungan arah aliran dan akumulasi
Morfometri DAS
Gambar 2.1. (a) Sink (b) Setelah proses Sink
2.3.2.3.1. Menentukan Aliran Sungai dan Orde
atau Filled sink
Sungai
a. Analisis mengenai arah aliran
2.3.2.3. Analisis data DSM untuk memperoleh (flow direction)
6
yang sarna, yang lokasinya berdekatan.
, ....... "
•••• » .. �
•• H .. JI>,
d •• •� II ••
7
d. Analisis Orde Sungai ( Create Stream instansi atau lembaga pemerintah terkait dan
Segments) menyediakan data untuk penelitian ini yang
Fungsi ini membuat analisis mengenai meliputi: Peta RBI Bakosurtanal tahun 2004 yang
ordo-ordo (tingkatan) dalam jaringan sungai. mencakup data kontur, administrasi, sungai, jalan.
lnformasi yang dibutuhkan dalam membuat ini kontur, toponimi, dan titik ketinggian serta data
adalah drainage network. Metode tersebut dibuat DAS Opak dari BPDAS Serayu Opak Progo
oleh Strahler and Shreve. (Gambar 3.1. ). Data DAS BP DAS Serayau opak
digunakan sebagai data pembanding datarn
penelitian ini dan citra online Bing Map untuk
visualisasi data citra penginderaan jauh.
· �· � �It11.J
\Jl �-
c I ·-
JL
point
VIA" -..,
W•tershed
l.'"iofa.:-1
�),U,;lJ
Jt::..',.A
8
3.2. Morfometri DAS Opak Perbedaan orde sungai maupun cabang
sungai secara sistimatis merupakan bagian
Morfomeri Daerah Aliran Sungai (DAS)
yang penting untuk kuantifikasi OAS. Orde sungai
merupakan ukuran kuantttatif karakteristik DAS
metode Strahler pada masing-masing data
yang terkait dengan aspek geomorfologi suatu
sisajikan pada label 3.2.
daerah. Karakteristik ini terkait dengan proses
pengatusan I drainase air hujan yang jatuh di
Tabel 3.2. Perbandingan Orde Sungai
dalam DAS. Parameter tersebut adalah luas DAS,
keliling DAS. bentuk DAS, kemiringan atau
Jumlah Segmen orde sungai I
Onie BPDAS
Su�ai SRTM ASTER Peta RBI Serayu
gradien sungai, orde sungai. bentuk DAS. GOEM 0"'"'kPr--o
kerapatan aliran, dan pola aliran. 1 62 497 666 1417
2 30 251 300 689
Luas DAS dihitung secara geometri dengan 3 24 110 158 357 I
4 6 51 81 183
SIG. Terdapat perbedaan yang besar antara luas 5 n � 62 I
6 9 40 123
DAS BPDAS Serayu Opak Progo dibandingkan 7 - 12
Jumah
DAS RBI Bakosurtanal 2004 skala 1 :25.000, DAS
Sumber: Pengolahan Data, 2013 outlet. Semakin bulat bentuk DAS berarti semakin
1
0
singkat waktu konsentrasi yang dipertukan, biaya. Garis batas antara DAS adalah punggung
sehingga semakin tinggi fluktuasi banjir yang permukaan bumi yang dapat memisahkan dan
terjadi. Sebaliknya semakin lonjong bentuk DAS, membagi air hujan ke masing-masing DAS.
waktu konsentrasi yang diperlukan semakin lama Batas-batas DAS ditunjukan dengan adanya garis
sehingga fluktuasi banjir semakin rendah. imaginer yang merupakan gambaran dan setiap
Berdasar hasil perhitungan bentuk DAS Opak punggung bukit. Batas wilayah DAS diukur
bemilai Re < 0,5 (Tabel 3.3.) atau termasuk dengan cara menghubungkan titik-titik tertinggi di
bentuk memanjang dengan debit puncak antara wilayah aliran sungai yang satu dengan
datangnya cepat. begitu juga penurunannya. yang lain, tetapi tidak mudah menentukan batas
DAS pada daerah yang landai sampai datar. Hal
Adapun pota-pola pengairan sungai pada
inilah yang menyebabkan banyak versi batas
DAS Opak secara umum adalah pota denritik,
suatu DAS terutama pada wilayah yang relatif
yaitu pola sungai dimana anak-anak sungainya
landai atau datar.
(tributaries) cenderung sejajar dengan induk
sungainya. Anak-anak sungainya bermuara pada Pada penelitian ini mengunakan tiga
induk sungai dengan sudut lancip. Model pola sumber data bert>eda yaitu : RBI Bakosurtanal
denritik seperti pohon dengan tatanan dahan dan 2004 skala 1 :25.000, ASTER GDEM Versi 2.0,
ranting sebagai cabang-cabang dan anak-anak SRTM Versi 4.1 juga menghasilkan batas yang
sungainya. Pola ini biasanya terdapat pada berbeda dari masing-masing data (Gambar 3.2).
daerah berstruktur plain, atau pada daerah batuan Perbandingan luas DAS juga ditunjukkan luasan
yang sejenis (seragam, homogen) dengan yang berbeda-beda. Luas DAS dari sumber
Tabel 3.3. Morfometri DAS Opak (2) km\ luas ini hampir sama juga dengan luas DAS
2
lnd<!l<s RBI (1.666, 18 km ) tetapi ketiga data tersebut
S..tuk
Tingkal Kerapa Pola
Pere&- Total tan Daerah Pengali mempunyai luas yang berbeda dengan luas DAS
DAS Panjang Ali ran
bangan Alur ran BPDAS Serayu Opak Progo (1.317,87 km2).
41..-(m) Sungai
Sungai (Dd) Sungai
(Re)
(Rbl
BPDAS 20,tS 2.314.006, 1.756,8 0.27 llendritik
Sebagian besar pert>edaan terdapat
Serayu 272 pada muara sungai, hasil dari ASTER GDEM dan
Opak
Progo Data kontur Peta RBI bersifat melebar sedangkan
RBI 11.16 1.825.461, 1.095,6 0.23 llendriUk
Bak.osu�a 473 hasil dari SRTM bersifat meruncing. Dari keempat
nal:1004
skala sumber data pert>edaan mencolok juga terdapat
1:25.000
ASTER 15.18 1.526.107, 854,49 0.22 llendritik pada wilayah ledok Wonosari yang mempengaruhi
GDEM 353
Versi 2.0 luas dan bentuknya, batas DAS dari BPDAS
SRTM 7,32 1.652.709, 923,38 0.30 Deoo'ritik
Versi4.1 689 membatasi wilayah tersebut tepat di tengah-
Sumber: Pengolahan Data, 2013 tengah ledok Wonosari sedangkan ketiga data lain
melebar sedikit naik pada batas pert>ukitan karst.
3.3. Perbandingan Batas DAS antara BPDAS Perbedaan batas terlihat pada gambar 3.2.
Serayu Opak Progo, RBI Bakosurtanal
2004 skala 1:25.000, ASTER GDEM Versi BPDAS Serayu Opak Progo (biru), RBI
2.0, SRTM Versi 4.1 Bakosurtanal 2004 skala 1 :25.000 (merah),
Pengukuran DAS jarang dilakukan secara ASTER GDEM Versi 2.0 (hijau), SRTM Versi 4.1
terestrial karena luasan DAS yang sangat luas, (magenta).
sehingga akan mengurangi efisiensi waktu dan
1
1
Pada daerah yang landai atau datar sulit
menentukan igir sebagai pembatas DAS, sebagai
contoh pada wilayah muara sungai (Gambar 3.3) .
• . .... i
Terdapat perbedaan yang kecil antara
wilayah yang memiliki relief perbukitan
dibandingkan dengan wilayah relief datar atau
pada bagian muara sungai. Hal ini disebabkan
·."" ... l
..· ... lidak adanya batas igir yang jelas sebagai
• I
pemisah DAS (Gambar 3.4). Pada wilayah
perbukitan jaringan sungai nampak lebih detil dan
./\
akurat jika dibandingkan dengan di wilayah relief
j datar jika dikomparasikan dengan citra online
.
1
\
i'
/\.��! ·-
Bing Map resolusi tinggi untuk wilayah hulu
\'/) . ''r-r>; , 1
I
.,..)
..
'
r--.(
.· . G�j;-J_I
.
I•!
I
12
1
2
aliran untuk mendelineasi batas DAS. Proses
delineasi batas OAS bekerja dengan mencari
DAFTAR PUSTAKA
piksel-piksel yang mengarah ke muara sungai
ESRI, 2004, Hydrology Tools, Redlands, CA, USA.
hasil snaping serta memisahkan piksel lainnya.
Linsley, 1996, Hidrologi Untuk lnsinyur, Erlangga,
Jarak snaping dan ukuran piksel data sangat
Jakarta.
berpengaruh juga terhadap bentuk dan luas yang
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
dihasilkan.
37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah
Batas OAS yang jelas akan berrnanfaat
Aliran Sungai (DAS)
dalam pengelolaan DAS yaitu upaya dalam
Sameh W. AI-Muqdadi, Broder J. Merkel, 2011,
mengelola hubungan timbal balik antar
Automated Watershed Evaluation of Flat
sumberdaya alam terutama vegetasi, tanah dan Terrain, Journal of Water Resource and
air dengan sumberdaya rnanusia di DAS dan Protection, 2011, 3, 892-903
segala aktivitasnya untuk mendapatkan rnanfaat doi:10.4236/jwarp.2011.312099 Published
ekonomi dan jasa lingkungan bagi kepentingan Online December 2011
pembangunan dan kelestarian ekosistem DAS.
Soewarno, 1991, Hidrologi: Pengukuran dan
Keberhasilan Pengelolaan DAS berdampak
Pengolahan Data Aliran Sungai (Hidrometri),
terhadap ketahanan pangan di masa mendatang.
Nova Bandung
Subekli Rahayu, Rudy Harto Widodo, Meine van
Noordwijk, Indra Suryadi dan Bruno Verbist,
KESIMPULAN 2009, Mom1oring Air DI Daerah Aliran Sunga/,
World Agroforestry Centre ICRAF Asia
Berdasarkan penelitian ini dapat diambil
Tenggara, Bogor.
kesimpulan sebagai berikut:
Seyhan Ersin., 1977, Dasar-dasar Hidrologi,
1. Terdapat perbedaan batas DAS mengunakan Editor Soenardi Prawirohatmojo. Yogyakarta:
tiga sumber data berbeda yaitu : RBI UGM Press.
Bakosurtanal 2004 skala 1 :25.000, ASTER Tempfli, K., 1980, Spectral Analysis of Terrain
GOEM Versl 2.0, SRTM Versl 4.1
Relief for The Accuracy Estimation of Digital
dibandingkan batas DAS BPDAS Serayu Opak
Terrain Models, ITC Journal, 1980-3, pp.
Progo, hal ini juga ditunjukkan luas yang
478-510
berbeda-beda, luas DAS dari sumber ASTER Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7
GDEM dan SRTM mempunyai luas yang Tahun 2004 , tentang Sumber Daya Air
hampir sama (1.785,98 km2 dan 1.789,775 Venkatesh Merwade, 2012, Watershed and
km2>, luas ini hampir sarna juga dengan luas Stream Network Delineation using ArcHydro
DAS RBI (1.666, 18 km2), tetapi ketiga data Tools, School of Civil Engineering, Purdue
tersebut mempunyai luas yang berbeda University
dengan luas DAS BPDAS Serayu Opak Progo
(1.317,87 km\
13
1
3