Anda di halaman 1dari 12

TUGAS

GEOHIDROLOGI
Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai Ruang

Oleh :
1. Rahma Dinda : 17.1000.5531.010
2. Yulianita : 17.1000.5531.011
3. Reberto : 17.1000.5531.003
4. Gilang Perdana : 17.1000.5531.026

Dosen :
Rahmi Novia Putri, M.Sc

PROGRAM STUDI GEOGRAFI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TAMANSISWA PADANG
2019
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Wr Wb

Puji dan syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta hidayah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
untuk membuat makalah GeoHirologi yang berjudul “Daerah Aliran Sungai
(DAS) Sebagai Ruang”. Tujuan Makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
mata kuliah Geohidrologi.

Dalam penulisan makalah ini saya menyadari mempunyai banyak kekurangan


oleh sebab itu bantuan dan dorongan telah saya terima dari semua pihak. Oleh
karena itu tiada lupa saya dengan kerendahan hati mengucapkan terima kasih
kepada:

1 Rahmi Novia Putri, S.Pd, M,Sc selaku dosen mata kuliah GEohidrologi.
2 Teman-teman kami yang telah membantu penyususan makalah ini. Kami
mohon maaf jika terdapat kekurang sempurnaan dalam penyusunan makalah
ini, hal ini karena keterbatasan kami. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca semua.
Amin.

Wassalamua’alaikum Wr Wb.

Padang, 28 Oktober 2019

Penulis
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang secara
topografi dibatasi oleh punggung-punggung bukit yang berfungsi menerima,
menampung, menyimpan dan mengalirkan air hujan untuk kemudian
menyalurkannya ke waduk, danau, dan laut sebagai muara akhir melalui sungai
utama (Asdak, 2004). Pada Pengelolaan DAS kemudian dikenal istilah Sub DAS
yang merupakan order pertama dari DAS, dengan kata lain Sub DAS adalah
catchment area yang terdiri dari kumpulan sungaisungai cabang yang membentuk
sungai utama.

Pemberian batasan pada DAS memiliki beberapa tujuan seperti


mengetahui bentuk hidrograf sehingga dapat diketahui debit puncak, digunakan
dalam analisa banjir, dan perencanaan manajemen sumber daya air. Namun
kenyataannya, batas tersebut tidak tampak di lapangan. Meskipun tidak tampak,
batas DAS dapat dibuat dalam suatu peta jaringan. Pemberian batasan pada DAS
dikenal dengan istilah delineasi DAS. Delineasi DAS adalah salah satu penelitian
untuk memberikan dan menentukan batas DAS atau suatu bagian lanskap yang
ditunjukkan oleh suatu batas DAS yang tertutup pada suatu peta tanah yang
menentukan suatu areal DAS tertentu, bentuk DAS, dan lokasi DAS dari satu atau
lebih komponen tanah ditambah inklusi, dan areal sisa. Delineasi batas DAS bisa
dilakukan secara otomatis dengan menggunakan data digital elevation
model (DEM) srtm dan beberapa softwar, seperti Global Mapper
dan MapWindow GIS. Untuk mengetahui dan memahami proses delineasi DAS
menggunakan software tersebut, maka praktikum “Delineasi DAS” dilakukan
mengingat pentingnya pemberian batas suatu DAS.

Pola konsumsi yang sifatnya agresif, eksploitatif dan ekspansif terhadap


sumber daya alam telah menurunkan daya dukung dan fungsi lingkungan DAS.
Kondisi tersebut teridentifikasi dengan sering kalinya terjadi banjir, erosi,
sedimentasi, tanah longsor, defisit air, berkurangnya debit sungai ketika musim
kemarau, pendangkalan waduk dan danau. Meningkatnya lahan kritis terutama pada
hulu DAS lebih diakibatkan oleh pengelolaan lahan secara intensif tanpa kaidah
konservasi tanah, akibatnya produktivitas lahan dan produksi panen menurun.
Kondisi ini ditunjukkan dengan banyaknya DAS prioritas yang ditetapkan oleh
Pemerintah berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor :
SK.328/MenhutII/2009 tanggal 12 Juni 2009, salah satunya DAS Limboto
termasuk dalam kategori prioritas.

Penilaian terhadap kerusakan DAS dan Sub DAS. Karena lahan kritis
merupakan lahan yang telah mengalami kerusakan, kehilangan atau berkurangnya
fungsi sehingga tidak mampu lagi berperan sebagai unsur produksi pertanian, baik
untuk pengatur tata air maupun perlindungan lingkungan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui penyebab dan faktor yang berkontribusi terhadap kekritisan Sub
DAS Biyonga yang merupakan hulu catchment area Danau Limboto. Diharapkan
hasil ini menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan rancangan rehabilitasi
lahan kritis kepada BPDAS Bone Bolango, Dinas Kehutanan setempat dan stake
holders terkait

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas dapat, maka rumusan masalah dari
penulisan makalah ini yaitu :

1. Bagaimanakah teknik Deliniasi DAS ?


2. Bagaimanakah faktor penyebab kekritisan DAS ?
3. Bagaimanakah parameter/indicator kekritisan DAS ?
4. Bagaimanakah analisis kekritisan DAS ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan makalah ini
yaitu :
1. Untuk mengetahui teknik Deliniasi DAS ?
2. Untuk mengetahui faktor penyebab kekritisan DAS ?
3. Untuk mengetahui parameter/indicator kekritisan DAS ?
4. Untuk mengetahui analisis kekritisan DAS ?
BAB II
Pembahasan
2.1 Teknik Deliniasi DAS
Delineasi adalah suatu bagian lanskap yang ditunjukkan oleh suatu batas
yang tertutup pada suatu peta tanah yang menentukan suatu areal tertentu,
suatu bentuk tertentu, dan suatu lokasi tertentu dari satu atau lebih komponen tanah
ditambah inklusi, dan atau areal sisa (miscellaneous land area).

Delineasi batas DAS bisa dilakukan secara otomatis dengan menggunakan


data digital elevation model (DEM) srtm dan beberapa softwar, seperti
Global Mapper dan MapWindow GIS. Untuk mengetahui dan memahami proses
delineasi DAS menggunakan software tersebut, maka praktikum “Delineasi
DAS” dilakukan mengingat pentingnya pemberian batas suatu DAS.

DEM adalah teknik penyimpanan data tentang topografi suatu terrain.Suatu


DEM merupakan penyajian koordinat (X, Y, H) dari titik-titik secara digital, yang
mewakili bentuk topografi suatu terrain. DEM menggambarkan geometri
dari bentuk permukaan bumi atau bagiannya yang terdiri dari himpunan titik
koordinat hasil sampling dari permukaan dengan algoritma yang mendefinisikan
permukaan menggunakan himpunan koordinat. DEM terbentuk dari titik-titik yang
memiliki nilai koordinat 3D. Permukaan tanah dimodelkan dengan memecah area
menjadi bidang-bidang yang terhubung satu sama lain dimana bidang-bidang
tersebut terbentuk oleh titik-titik pembentuk DEM. Titik-titik tersebut dapat berupa
titik sampel permukaan tanah atau titik hasil interpolasi atau ekstrapolasi titik
sampel. Titik sampel merupakan titik yang didapat dari hasil sampling permukaan
bumi, yaitu pekerjaan pengukuran atau pengambilan data ketinggian titik yang
dianggap dapat mewakili relief permukaan tanah. Data sampling titik-titik
tersebut kemudian diolah hingga didapat koordinat titik-titik sampel (Ardiansyah,
2013).

DEM digunakan dalam berbagai apllikasi baik secara langsung


dalam bentuk visualisasi model permukaan tanah maupun dengan diolah terlebih
dahulu sehingga menjadi produk lain. Informasi dasar DEM digunakan dalam
pengolahan adalah koordinat titik-titik pada permukaan tanah (Ardiansyah, 2013).
Ardiansyah (2013), menyatakan bahwa informasi lain yang dapat
diturunkan dari DEM adalah :

1. Jarak pada relief atau bentuk permukaan tanah


2. Luas permukaan suatu area
3. Volume galian dan timbunan
4. Slope dan aspect
5. Kontur

Profil Ardiansyah (2013) juga menyatakan bahwa contoh aplikasi-aplikasi


yang menggunakan DEM, yaitu :

1. Rekayasa teknik sipil


2. Pemetaan hidrografi
3. Pemetaan topografi
4. Pemetaan geologi dan geofisiska
5. Rekayasa pertambangan
6. Simulasi dan visualisasi permukaan tanah
7. Rekayasa militer

Beberapa langkah-langkah melakukan deliniasi peta :

1. Menjalankan extension AVSWAT 2000 dari perangkat lunak ArcView 3.2a.


2. Menjalankan menu automatic deliniation dari menu toolbar AVSWAT 2000,
untuk melakukan analisa spasial DEM berformat grid dari hasil pengolahan
DEM.
3. Mendefinisikan proyeksi peta : dengan unit satuan meter, dengan kategori
sistem proyeksi peta UTM 1983 pada zone 49 dan datum global WGS84.
4. Membuat mask grid untuk memfokuskan proses deliniasi DAS.
5. Mendefinisikan proses digitasi type aliran (stream) dan batas luas minimal
sub-DAS yang akan dihasilkan
6. Memproses DEM untuk mengeliminasi sink.
7. Dari proses tersebut akan didapatkan jaringan sungai sintetik dan outlet
setiap jaringan sungai dalam format vektor.
8. Mendefinisikan outlet utama dari DASdari point outlet pada peta outlet
jaringan sungai.
9. Memproses deliniasi DAS dan sub-DAS.
10. Dari proses tersebut akan didapatkan peta batas DAS dan peta batas sub-
DAS dalam format vektor
11. Melakukan kalkulasi parameter sub-DAS, untuk mendapatkan data
topografi yang berisi data statistik distribusi luasan dan elevasi untuk setiap
DAS dan sub-DAS.

2.2 Faktor Penyebab Kekritisan DAS


Beberapa permasalahan pokok yang teridentifikasi sebagai penyebab
kekritisan DAS yang umum terjadi :

1. tingginya aliran permukaan/erosi, frekuensi banjir yang cenderung


meningkat, Keadaan ini disebabkan oleh tingginya laju perambahan hutan,
konversi hutan menjadi lahan budidaya pertanian serta praktek perladangan
berpindah yang dilakukan oleh petani tradisional
2. Tingginya sedimentasi mengakibatkan penyempitan dan pendangkalan
sungai-sungai
3. Arahan Penanggulangan, Upaya untuk mencegah menjamurnya lahan kritis
pada Sub DAS Biyonga dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa
pendekatan yaitu hukum dan fisik. Pendekatan hukum berupa pemberian
sanksi pada pelaku

Permasalahan tersebut timbul karena rendahya produktifitas lahan dan


kurangnya transfer ilmu dan adopsi teknologi masyarakat DAS. Di lain pihak
kebutuhan hidup meningkat dan ketergantungan hidup terhadap lahan tinggi,
sehingga memaksa masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dengan membuka
hutan sebagai lahan baru

Lahan Kritis, Secara visual di lapangan lahan kritis nampak gundul, gersang,
permukaan lahan nampak dominasi pasir, terkadang muncul batuan dipermukaan
tanah akibat adanya erosi, kondisi ini umumnya terdapat pada lahan berbukit dan
berlereng curam. Pada catchment area Sub DAS Biyonga banyak dijumpai lahan
berupa alang-alang dan semak. Pohon pada lahan tersebut tidak dapat lagi tumbuh
dengan baik, hal itu merupakan indikator bahwa lahan telah mengalami kekritisan.
Keadaan tersebut disebabkan karena lapisan subur tanah relatif dangkal, sehingga
jenis tanaman yang memiliki perakaran dangkal dapat cepat mengkonsumsi unsur
hara. Berbeda ketika jenis tanaman perakaran dalam yang tumbuh pada daerah
tersebut, tanaman terlihat kerdil karena ketika akar tanaman telah tumbuh semakin
ke dalam maka akan sulit untuk mendapatkan unsur hara. Kondisi ini diperburuk
oleh kandungan batuan sehingga akar mulai staknan untuk terus tumbuh ke bawah

Perambahan hutan dan perladangan berpindah. Sedangkan pendekatan fisik


dapat dilakukan dengan melakukan prioritas penanganan untuk mengembalikan
produktifitas lahan, melalui program rehabilitasi, termasuk menghutankan kembali
lahan-lahan gundul dan gersang yang dianggap sebagai faktor penyebab terjadinya
kerusakan DAS. Lahan-lahan pertanian di hulu Sub DAS sebaiknya menerapkan
kaidahkaidah konservasi tanah dan air berupa teras untuk meminimalkan aliran
permukaan/erosi. Oleh karenanya pada penelitian ini direkomendasikan beberapa
arahan penggunaan lahan untuk mencegah meluasnya lahan kritis.

2.3 Parameter atau Indikator Kekritisan DAS


Parameter atau Indikator kekeritisan Das yaitu indikasi-indikasi yang
menjadi faktor terjadinya kekritisan DAS. Parameter atai indicator kekritisan DAS
terbagi menjadi parameter alami dan Parameter manajemen atau hasil perbuatan
manusia.

Parameter kekritisan DAS alami yaitu parameter yang menyebabkan


kekritisan DAS yang berasal dari kondisi alami dari kawasan DAS itu sendiri.
Berikut merupakan parameter kekritisan DAS alami :

1. Solum tanah.
Adapun solum tanah adalah bagian dari profil tanah yang terbentuk sebagai
akibat proses pembentukan tanah, Solum menggambarkan suatu kedalaman
di bawah permukaan walaupun tidak begitu pasti. Semakin rendah solum
tanah pada AS dapat menyebabkan tingginya anka kekritisan DAS.
2. Lereng
Lereng merupakan kemiringah lahan yang ada di sekitas DAS, semakin
tinggi lereng sebuah lahan maka akan sejalan dengan tingginya angka
kekritisan DAS
3. Geologi (batuan sikapan)
4. Morfoerosi
Morfoerosi ada Kekritisan DAS mengacu pada erosi jurang dan tebing
sungai, jika semakin tinggi erosi pada jurang dan tebing sungai menunjukan
tingginya angka kekritisan DAS yang wilayah tersebut.
5. Jenis tanah terhadap kepekaan erosi
Semakin tinggi jenis tanah pada DAS tersebut terhadap kepekaan erosi
maka semakin tinggi pula angka kekritisan DAS tersebut.

Adapun parameter kekritisan DAS yang di sebabkan oleh manajemen


manusia yaitu vegetasi penutup dan konservasi tanah mekanis :

1. Vegetasi penutup menjadi salah satu parameter yang sangat berpengaruh


terhadap kekritisan DAS, semakin sedikit vegetasi penutup pada DAS maka
akan menyebabkan tingginya angka kekritisan DAS diwilayah tersebut.
Vegetasi penutup mampu mambantu agar mengurani tinggi erosi dan
pengikisan pada DAS.
2. Konservasi tanah mekanis, konservasi tanah mekanis biasa dilakukan untuk
pertanian. Konservasi yang dilakkukan pada pertanian di Kawasan DAS
mempengaruhi angka kekritisan DAS diwilayah tersebut, konservasi yang
tidak sesuai dengan kondisi DAS dapat menyebakan terjadi erosi dan
penggikisan yang berlebihan dikawasan DAS tersebut dan akan sejalan
dengan tingginya angka kekritisan DAS.
Parameter penentu lahan kritis berdasarkan Permenhut Nomor
P.32/Menhut II/2009, meliputi :

a. Penutupan Lahan

b. Kemiringan Lereng

c. Tingkat bahaya erosi

d. Manajemen Lahan

2.4 Analisis Peniliaian Kekritisan DAS

Analisis spasial dilakukan dengan teknik ovelay beberapa parameter


tertentu lahan kritis seperti peta kemiringan lereng, peta penutup tajuk, peta tingkat
bahaya erosi dan peta manajemen lahan. Metode yang digunakan dalam analisis
spasial lahan kritis adalah metode skoring. Pada unit analisis hasil tumpang susun
data spasial skor tersebut kemudian dijumlahkan. Hasil penjumlahan skor
selanjutnya diklasifikasi untuk menentukan tingkat lahan kritismaka dapat
dituliskan persamaan masing-masing parameter lahan kritis sebagai berikut:

TLK KHL = 0,5(PL) + 0,2(KL) + 0,2(TBE)+ 0,1(MLH) (1)

TLK KHL = 0,3(KL) + 0,3(TBE)+ 0,4(MLH) (2)

TLK KLNKH = 0,5(PL) + 0,1(KL) + 0,1(TBE)+ 0,3(MLH) (3)

Keterangan:
TLK : Tingkat Lahan Kritis
KHL : Kawasan Hutan Lindung
KBP : Kawasan Budidaya Pertanian
PL : Penutupan Lahan
KL : Kemiringan Lereng
TBE : Tingkat Bahaya Erosi
MLH : Manajeman Lahan
BAB III
Penutup

3.1 Kesimpulan
Delineasi adalah suatu bagian lanskap yang ditunjukkan oleh suatu
batas yang tertutup pada suatu peta tanah yang menentukan suatu areal tertentu,
suatu bentuk tertentu, dan suatu lokasi tertentu dari satu atau lebih komponen tanah
ditambah inklusi, dan atau areal sisa (miscellaneous land area).

Delineasi batas DAS bisa dilakukan secara otomatis dengan menggunakan


data digital elevation model (DEM) srtm dan beberapa softwar, seperti Global
Mapper dan MapWindow GIS. Untuk mengetahui dan memahami proses delineasi
DAS menggunakan software tersebut, maka praktikum “Delineasi DAS” dilakukan
mengingat pentingnya pemberian batas suatu DAS.

Beberapa permasalahan pokok yang teridentifikasi sebagai penyebab


kekritisan DAS yang umum terjadi :

1. Tingginya aliran permukaan/erosi, frekuensi banjir yang cenderung


meningkat,
2. Tingginya sedimentasi mengakibatkan penyempitan dan pendangkalan
sungai-sungai.

Parameter atau Indikator kekeritisan Das yaitu indikasi-indikasi yang


menjadi faktor terjadinya kekritisan DAS. Parameter atai indicator kekritisan DAS
terbagi menjadi parameter alami dan Parameter manajemen atau hasil perbuatan
manusia.

Analisis spasial dilakukan dengan teknik ovelay beberapa parameter


tertentu lahan kritis seperti peta kemiringan lereng, peta penutup tajuk, peta tingkat
bahaya erosi dan peta manajemen lahan. Metode yang digunakan dalam analisis
spasial lahan kritis adalah metode skoring. Pada unit analisis hasil tumpang susun
data spasial skor tersebut kemudian dijumlahkan. Hasil penjumlahan skor
selanjutnya diklasifikasi untuk menentukan tingkat lahan kritis.

3.2 Saran
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai