Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENGELOLAAN DAS JANGKOK DALAM PRESPEKTIF KEARIFAN LOKAL


Mata Kuliah : Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Dosen Pengampu : L. Auliya Akraboelittaqwa, M.I.L

Disusun Oleh Kelompok III:

1. Wan Azizah 5. Jumuhur


2. Aprizal Hamzanwadi 6. Ahmad Priyadi Ikhwanul Isroq
3. Ardiyanurrahim 7. M. Fauzi
4. Lalu Hamzan Wadi 8. Japarudin

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA NUSA TENGGARA BARAT
2021/2022

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
2.1 Definisi Daerah Aliran Sungai (DAS).........................................................................3
2.2 DAS Jangkok...............................................................................................................3
2.3 Pengaruh Perubahan Tata Guna Lahan Dan Erosi Dalam Pengelolaan DAS Terpadu
Pada Prespektif Kearifan Lokal..............................................................................................3
BAB III.......................................................................................................................................7
PENUTUP..................................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................8

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmat
dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini walaupun penuh kekurangan.
Adapun makalah yang penulis susun dengan judul “Pengelolaan DAS Jangkok dalam
Preseptif Kearifan Lokal” pada mata kuliah Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

Tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata
kuliah Pengelolaan Daerah Aliran Sungai . Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang bagaimana pengelolaan DAS Jangkok yang sesuai bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis menyadari ada banyak kelemahan dan kekurangan dalam pembuatan tugas
makalah ini, baik berupa materi dan pembahasannya karena keterbatasan yang penulis miliki.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
saudara/i maupun dari dosen selaku sebagai dosen pengampu mata kuliah Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai, agar pembuatan tugas-tugas atau makalah di masa yang akan datang
lebih baik lagi.

Mataram, 20 Desember 2021

Penulis

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Daerah Aliran Sungai adalah wilayah yang memiliki peranan sangat strategis sebagai
basis kegiatan pengelolaan sumberdaya air. Peran strategis DAS secara nyata
diperlihatkan pada saat fungsi DAS tidak berjalan optimal dalam mengatur tata air yang
ditandai dengan tingginya kejadian banjir dan kekeringan serta erosi dan sedimentasi.
Terjadinya fenomena tersebut menggambarkan telah terganggunya fungsi DAS yang
diindikasikan dengan terbentuknya lahan kritis (Amin et al., 2018).

Sungai Jangkok adalah sungai dengan utilitas tinggi di Pulau Lombok, yang melayani 7
bendung dengan total Daerah Irigasi seluas 2.725 ha, serta membagi airnya lintas DAS
melalui High Level Diversion (Budianto et al., 2013). Adanya peningkatan aktivitas
masyarakat di daerah Aliran Sungai Jangkok seiring laju pertumbuhan penduduk adalah
fenomena yang nyata. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dan terbatasnya lahan
hutan sebagai sumber mata pencaharian akan menyebabkan tekanan terhadap sumber
daya hutan lindung Sesaot yang menjadi hulu dari Sungai Jangkok. Sekitar 73% lahan di
kawasan hutan lindung Sesaot telah dimanfaatkan masyarakat sejak tahun 1951 dengan
luas mencapai 3.672 ha (Takwim dan Tuarita, 2012).

Aktivitas perubahan tata guna lahan di daerah hulu DAS Jangkok tidak hanya akan
memberikan dampak setempat, melainkan juga akan menimbulkan dampak di daerah
hilir dalam bentuk perubahan fluktuasi debit dan transport sedimen serta material terlarut
dalam sistem aliran airnya. Kerusakan penutupan lahan di wilayah Hutan Sesaot telah
mempengaruhi peningkatan aliran permukaan 8,7% pertahun (WWF, 2008).

Daerah aliran sungai (DAS) pada dasarnya adalah wilayah yang memiliki potensi konflik
kepentingan antar pengguna serta memicu aktivitas perambahan hutan dan perubahan
fungsi lahan (Kometa dan Ebot, 2012). Perubahan fungsi lahan di sekitar DAS dapat
mengakibatkan memburuknya kondisi tata air, meluasnya lahan kritis, tingginya laju
erosi dan sedimentasi serta besarnya fluktuasi debit air musim hujan dan kemarau. Untuk
itu segala bentuk perlakuan pada suatu wilayah DAS harus memperhatikan aspek
kelestarian alam dan lingkungan DAS.

iv
Daerah Aliran Sungai memiliki peranan yang sangat strategis sebagai basis kegiatan
pengelolaan sumberdaya air. Peran strategis DAS secara nyata diperlihatkan pada saat
fungsi DAS tidak berjalan optimal dalam mengatur tata air yang ditandai dengan
tingginya kejadian banjir dan kekeringan serta erosi dan sedimentasi. Terjadinya
fenomena tersebut menggambarkan telah terganggunya fungsi DAS dengan salah satu
indikator dominan di dalamnya adalah terbentuknya lahan kritis (Amin et al., 2018).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasrkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan dalam analisa ini adalah apakah terdapat pengaruh terjadinya banjir
terhadap perubahan fungsi tata guna lahan dan erosi dalam pengelolaan DAS terpadu
dalam prespektif kearifan lokal?

1.3 Tujuan

Berdasarkan masalah diatas maka tujuan penelitian yang ingin dicapai penulis adalah
untuk mengetahui pengaruh terjadinya banjir terhadap perubahan fungsi tata guna lahan
dan erosi dalam pengelolaan DAS terpadu pada dalam prespektif kearifan lokal.

v
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Daerah Aliran Sungai (DAS)

DAS menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012 adalah
suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak
sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal
dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan
pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan. Sedangkan menurut Asdak (2010), DAS adalah suatu
wilayah daratan yang secara topografik dibatasi punggung-punggung gunung yang
menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui
sungai utama.

Gambar. Daerah Aliran Sungai (DAS)

Daerah Aliran Sungai adalah wilayah yang memiliki peranan sangat strategis sebagai
basis kegiatan pengelolaan sumberdaya air. Peran strategis DAS secara nyata
diperlihatkan pada saat fungsi DAS tidak berjalan optimal dalam mengatur tata air yang
ditandai dengan tingginya kejadian banjir dan kekeringan serta erosi dan sedimentasi.
Terjadinya fenomena tersebut menggambarkan telah terganggunya fungsi DAS yang
diindikasikan dengan terbentuknya lahan kritis (Amin et al., 2018)

2.2 DAS Jangkok

Kerusakan lingkungan yang semakin luas akibat kerusakan hutan secara signifikan telah
menyebabkan penurunan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) dalam menahan dan
menyimpan air. Hal yang memprihatinkan adalah indikasi terjadinya proses percepatan

vi
laju kerusakan daerah tangkapan air. Hal tersebut ditunjukkan dengan meningkatnya laju
deforestasi sebesar 1,6 juta ha per tahun pada periode 1985-1997 menjadi 2,1 ha per tahun
pada periode 1997-2001. Hal tersebut juga ditunjukkan oleh laju peningkatan jumlah
DAS kritis yaitu 22 DAS pada tahun 1984, 39 DAS pada tahun 1992 dan 62 DAS pada
tahun 1998. Kecenderungan meluas dan bertambahnya jumlah DAS kritis telah mengarah
pada tingkat kelangkaan dan peningkatan daya rusak air yang semakin serius (Bisri,
2009).

Gambar. Daerah Aliran Sungai Jangkok

Hasil interpretasi landsat tahun 2006 luas Sub DAS Jangkok Pulau Lombok
adalah 18.684,27 ha yang terdiri bagian hulu luas 13.170,51 ha dan hilir 5.513,76 ha.
Dalam jangka waktu tujuh tahun (tahun 1999s/d2006) telah terjadi degradasi hutan primer
sebesar 1.751,13 ha (13,30%) atau 250,16 ha (1,90%) per tahundan sisa hutan lahan
kering primer pada tahun 2006 adalah 11.419,30 ha (86,70%). Konversi hutan
primerterbanyak adalah menjadi hutan lahan keringsekundersebesar 1.267,56 ha
(72,39%) atau 181,08 ha (10,34%) pertahun (WWF, 2008).

Sungai Jangkok di Pulau Lombok adalah sungai yang tidak pernah mengalami kejadian
banjir kecuali di bagian hilir di wilayah Ampenan. Hal itu bukan disebabkan oleh
kapasitas tampungan sungai yang tidak mampu menampung debit banjir melainkan
karena masyarakat memang menempati bantaran sungai untuk tempat tinggal. Namun
setelah dilakukan penanggulan, kejadian banjir tidak pernah terjadi lagi.

2.3 Pengaruh Perubahan Tata Guna Lahan Dan Erosi Dalam Pengelolaan DAS
Terpadu Pada Prespektif Kearifan Lokal

a. Tata Guna Lahan

vii
Sub DAS Jangkok berada dalam DAS Dodokan Pulau Lombok. DAS Dodokan
termasuk DAS super prioritas Tahun 2000. Bagian hulu sub DAS Jangkok merupakan
kawasan Hutan Sesaot yang berfungsi sebagai daerah resepan air. Pada 2 dekade
terakhir telah terjadi perubahan sebagian kawasan hutan menjadi kebun campuran di
bagian hulu sub DAS Jangkok. Perubahan tata guna lahan ini telah menyebabkan
terjadinya peningkatan koefesien limpasan dan erosi dikawasan tersebut. Erosi lahan
yang terjadi dapat dilihat dari sedimentasi yang terjadi dibendung Jangkok. Bendung
Jangkok merupakan bendung pertama yang terdapat di hulu sub DAS Jangkok.

Perubahan tata guna lahan dari data citra satelit landsat tahun 1995, 2000 dan 2010
menunjukkan telah terjadi perubahan tata guna lahan dari hutan menjadi kebun
campuran. Hutan yang terletak di bagian hilir disekitar pemukiman penduduk
mengalami kerusakan yang cukup parah. Adanya perubahan fungsi lahan tersebut
menyebabkan terjadinya banjir.
b. Erosi
Turunnya kemampuan retensi DAS akibat perubahan dan alih fungsi lahan tersebut
mempengaruhi besarnya angka limpasan (run-off) dan erodibilitas permukaan yang
menyebabkan terjadinya aliran besar dengan konsentrasi sedimen (suspensi) yang
tinggi. Alih fungsi lahan yang telah terjadi dengan tidak terkendali, disamping sebagai
pemicu terjadinya erosi permukaan juga menjadi penyebab terjadinya banjir dengan
angkutan sedimen konsentrasi tinggi. Mempelajari dan menguasai fenomena alam
penting untuk dapat mengambil manfaatan dari potensi kekayaan alam (Subandi,
2005; Subandi dan Humanisa, 2011).

Erosi adalah suatu proses dimana tanah dihancurkan dan kemudian dipindahkan ke
tempat lain oleh kekuatan air, angin dan gravitasi. Menurut Ananta Kusuma Seta
(1987) erosi adalah hilangnya tanah atau terkikisnya tanah/bagian – bagian tanah dari
suatu tempat yang diangkut oleh air dan angin ketempat lain.
c. Pengelolaan DAS Terpadu Pada Prespektif Kearifan Lokal
Pengelolaan DAS terpadu pada dasarnya merupakan pengembangan keseharian
dengan tujuan antar berbagai sistem pengelolaan sumberdaya alam. Bilamana pada
suatu obyek dikelola oleh banyak pengelola sesuai dengan keterkaitan serta
kepentingannya terhadap obyek yang dikelola. Keterpaduan dalam pengelolaan DAS

viii
terpadu didalam pengelolaan kegiatan harus dapat terciptakan bilamana dapat
diterapkan sebagai berikut :
1. Dapat terkoordinasinya para pengelola suatu obyek saling kait-mengkaitkan
dalam suatu sistem untuk mencapai suatu kerasian tujuan bersama.
2. Memafkan setiap usaha dalam pemanfaatkan penataan, pemeliharaan,
pengawasan dan pengendalian serta pengembangan yang didasarkan pada
suatu unsur keterkaitan atau ketergantungan dari obyek yang dikelola
Haeruman (1979).

Pengelolaan DAS harus diselenggara kan secara terpadu, karena :

1. Adanya keterkaitan antara berbagai kegiatan dalam pengelolaan sumberdaya


alam dan pembinaan aktivitas manusia dalam penggunaannya;
2. Dari segi jenis ilmu yang mendasarinya, pengelolaan DAS bercirikan
multidisiplin.
3. Penyelenggaraan pengelolaan DAS bersifat lintas sektoral, sehingga tidak
ada instansi yang mempunyai kewenangan secara utuh Notohadiprawiro
(1985)

ix
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

DAS adalah suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi punggung-punggung
gunung yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke
laut melalui sungai utama. Sungai Jangkok di Pulau Lombok adalah sungai yang tidak
pernah mengalami kejadian banjir kecuali di bagian hilir di wilayah Ampenan. Hal itu
bukan disebabkan oleh kapasitas tampungan sungai yang tidak mampu menampung debit
banjir melainkan karena masyarakat memang menempati bantaran sungai untuk tempat
tinggal. Namun setelah dilakukan penanggulan, kejadian banjir tidak pernah terjadi lagi.

Pengaruh Perubahan Tata Guna Lahan Dan Erosi Dalam Pengelolaan DAS Terpadu Pada
Prespektif Kearifan Lokal : Perubahan tata guna lahan ini telah menyebabkan terjadinya
peningkatan koefesien limpasan dan erosi dikawasan tersebut. Erosi lahan yang terjadi
dapat dilihat dari sedimentasi yang terjadi dibendung Jangkok. Bendung Jangkok
merupakan bendung pertama yang terdapat di hulu sub DAS Jangkok. Adanya perubahan
fungsi lahan tersebut menyebabkan terjadinya banjir.

x
DAFTAR PUSTAKA

Norsidi. 2016. Pelestarian Daerah Aliran Sungai Berbasis Kearifan Lokal Lubuk Larangan
Desa Lubuk Beringin Kecamatan Bathin III Ulu. Jurnal Pendidikan Sosial. 3(2) : 274-
285.

Saidah, Humairo, Lilik Hanifa. 2020. Analisa Kondisi Tata Air Untuk Pemantauan Kekritisan
Daerah Aliran Sungai Jangkok. Jurnal Tanah Dan Sumberdaya Lahan. 7(2) : 237-248.

SCRIBD.com. Studi Penilaian Kondisi DAS Dan Implikasinya Terhadap Fluktuasi Debit
Sungai Studi Kasus Pada Sub DAS Jangkok Pulau Lombok.
(https://id.scribd.com/document/388105002/STUDI-PENILAIAN-KONDISI-DAS-
DAN-IMPLIKASINYA-TERHADAP-FLUKTUASI-DEBIT-SUNGAI-STUDI-
KASUS-PADA-SUB-DAS-JANGKOK-PULAU-LOMBOK) Diakses 21 Desember
2021

Sudaryono. 2002. Pengelolaan Daaerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu, Konsep Pembangunan
Berkelanjutan. Jurnal Teknologi Lingkungan. 3(2) : 153-158.

xi

Anda mungkin juga menyukai