Anda di halaman 1dari 17

PAPER

PAREMETER FUNGSI HIDROLOGI DAS

Disusun Oleh Kelompok 2 :

1. Choirun Nisa Rachmawati (D1A020059)


2. Muhammad Hardy Dinata (D1A020072)
3. Retno Ajeng Wahyuni (D1A020099)
4. Adi Guna (D1A020121)
5. Ahmad Fadhil Hakim (D1A020122)
6. Ardian Rahmat Saputra (D1A020145)
7. Mikha Riswana Br. Saragih (D1A020174)

Dosen Pengampu :

1. Dr. Ir. Hj. Sunarti, S.P., M.P., IPU


2. Diah Listyarini, S.P., M.Si.
3. Ir. Najla Anwar Fuadi, S.P., M.Si., IPP., CIT

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Allah SWT senantiasa kita ucapkan. Atas
karunia-Nya berupa nikmat iman dan kesehatan ini akhirnya penulis bisa menyelesaikan
makalah bertema sistem alat pertanian ini.Tidak lupa shawalat serta salam tercurahkan bagi
Baginda Rasulullah SAW yang mana syafaatnya lah yang akan kita nantikan kelak.

Makalah berjudul “PAREMETER FUNGSI HIDROLOGI DAS” ini dibuat dengan


tujuan mendeskripsikan apa pengertian DAS,apa saja konsep dasar DAS,serta bagaimana
Parameter Fungsi Hidrologi DAS.

Adapun penulisan makalah bertema PARAMETER FUNGSI HIDROLOGI DAS ini


dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen DAS. Penulis tidak hanya membahas
konteks apa itu DAS, tetapi juga menjelaskan apa saja konsep dasar DAS serta bagimana
Parameter Fungsi Hidrologi DAS tersebut.Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak
yang telah mendukung serta membantu penyelesaian makalah. Harapannya, semoga paper ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada ketidak sesuaian kalimat
dan kesalahan. Meskipun demikian, penulis terbuka pada kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan makalah.

Wassalamualaikum wr.wb

i
DAFTAR ISI

HALAMAN

COVER

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1


1.2 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS) .................................................. 3


2.2 Konsep Dasar DAS ................................................................................... 4
2.3 Parameter Hidrologi Untuk Penilaian Pengelolaan DAS ......................... 6

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

DAS atau Daerah Aliran Sungai terdiri dari ekosistem yang lengkap dan apabila
keseimbangannya itu terganggu akan mempengaruhi hal yang tidak diinginkan (Luthfi,
2020). Peranan DAS bagi kehidupan manusia sangat besar, salah satunya dalam bidang
pertanian yang mana DAS itu berfungsi sebagai pendistribusi air ke lahan-lahan pertanian.
Manfaat dari DAS akan terasa maksimal apabila dikelola dengan baik yang mana
terwujudnya sumber daya vegetasi, tanah dan air yang optimal bagi kesejahteraan manusia.

Fungsi hidrologi merupakan salah satu fungsi dari DAS yang mana fungsi
hidrologi ini sangat dipengaruhi oleh besarnya curah hujan dan aliran permukaan. Aspek-
aspek yang terdapat pada suatu DAS yaitu vegetasi, topografi, tanah, bentuk lahan, dan
manusia. Apabila salah satu dari aspek tersebut terjadi perubahan, maka akan
mempengaruhi DAS dan mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan terhadap kerja
DAS jika tidak dilakukan pengelolaan dengan tepat (Maulini, 2020).

Kesalahan yang dilakukan manusia dalam pengelolaan dan pemanfaatan DAS


dapat memicu kerusakan DAS yang berdampak negatif terhadap lingkungan (Rahmayuni,
2019). Pada saat sekarang ini, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk sebanding
dengan tingginya kebutuhan akan lahan pada masyarakat terutama di perkotaan yang
tentunya akan mempengaruhi pergeseran penggunaan lahan (Bapedalda, 2008). Pada
kawasan perkotaan, penggunaan lahan digunakan sebagai pembangunan pemukiman,
kegiatan pertanian, ladang berpindah, tempat industri dan keperluan kegiatan lainnya
cenderung berkembang dengan pesat.

Pada area DAS adanya perubahan penggunaan lahan dapat menimbulkan berbagai
dampak negatif terhadap kinerja sistem hidrologi pada DAS tersebut, salah satunya pada
debit air sungai. Fungsi hidrologi DAS dikatakan rusak atau tidaknya bisa diketahui dari
aliran permukaan dan besarnya debit sungai. Debit sungai tersebut dipengaruhi oleh
penumpukan partikel-partikel tanah pada badan-badan air seperti danau, waduk, sungai
akibat adanya erosi karena volume aliran permukaan yang besar. Debit rata-rata tahunan

1
air sungai sangat diperlukan untuk mengetahui gambaran potensi sumber daya air yang
dapat dimanfaatkan dari DAS tersebut.

1.2 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan ini yaitu:
• Untuk mengetahui Pengertian DAS
• Memahami Konsep dasar DAS
• Mempelajari Parameter Fungsi Hidrologi DAS

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS)


Daerah Aliran Sungai merupakan sebuah ekosistem yang didalamnya terjadi
interaksi antara komponen abiotik, biotic dan social. Sub Daerah Aliran Sungai Babura
merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai Deli. Secara administrasi, Sub Daerah Aliran
Sungai Babura mencakup wilayah Kabupaten Deli Serdang dan Kota Medan dengan luas
wilayah 4921,88 Ha.
Koefisien aliran ditentukan dengan menggunakan beberapa parameter fisik dari
wilayah daerah aliran sungai. Parameter yang digunakan oleh Bransby-William untuk
penentuan koefisien aliran terdiri dari kemiringan lereng, morfometri DAS (simpanan
permukaan), infiltrasi, vegetasi penutup dan intensitas hujan.
Berdasarkan ke lima parameter diatas yang terdiri dari kemiringan lereng, infiltrasi,
simpanan permukaan, penutup lahan dan intensitas curah hujan maka dapat
diperhitungkan nilai koefisien aliran di Sub DAS Babura. Rata-rata koefisien aliran Sub
DAS Babura adalah 47,5%. Hal ini dapat dikatakan bahwa 47,5 persen curah hujan yang
jatuh di Sub DAS Babura akan menjadi aliran permukaan dan sekitar 52,5 persen yang
akan terinfiltrasi ke dalam tanah.
Kemiringan lereng berpengaruh terhadap aliran yang terjadi di suatu wilayah.
semakin besar kemiringan lereng maka akan menyebabkan aliran semakin besar.
Kemiringan lereng di Sub DAS Babura cukup bervariasi jika dilihat dari hulu sampai hilir
sungai. Simpanan permukaan diperhitungkan dengan menentukan kerapatan alur. Semakin
besar kerapatan alur maka simpanan permukaan akan semakin kecil. Panjang Sungai
Babura adalah 45,31 mil dengan luas 19 mil2. Berdasarkan panjang dan luas tersebut maka
diperoleh kerapatan alur di sub Daerah Aliran Sungai Babura adalah 2,38 mil/mil2 (system
saluran baik). Infiltrasi diperkirakan dengan analisis tekstur tanah pada beberapa jenis
tanah yang ada di Sub DAS Babura.
Vegetasi penutup dapat ditentukan dengan melihat jenis penggunaan lahan yang
terdapat pada satu daerah. Bentuk penggunaan lahan di Sub DAS Babura bervariasi dari
hulu ke hilir. Di daerah hulu sungai Babura, lahan umumnya digunakan untuk pertanian
lahan kering yang bercampur dengan semak dan tegalan. Sedangkan di daerah hilir sungai

3
Babura lebih banyak dimanfaatkan untuk permukiman dan instalasi prasarana. Intensitas
curah hujan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya aliran di suatu
wilayah. Intensitas curah hujan menyatakan tebal hujan dibandingkan dengan lamanya
hujan yang terjadi disuatu tempat.

2.2 Konsep Dasar DAS


DAS didefinisikan sebagai suatu hamparan wilayah yang dibatasi oleh pemisah
alam (punggung bukit) yang menerima dan mengumpulkan air hujan, sedimen dan
unsur hara serta mengalirkannya melalui sungai utama dan keluar pada satu titik outlet
(Kartodihardjo et al., 2004)
Batas DAS atau garis batas DAS (“garis khayal”; dapat digambarkan di peta
tetapi tidak ditemukan di lapangan) yaitu berupa punggung bukit atau perbukitan
(yang membagi suatu DAS dengan DAS lainnya) di sekeliling sebuah sungai. Ruang
lingkup M-DAS adalah semua sumberdaya di dalam DAS (hulu, tengah, hilir), karena
terdapat keterkaitan biofisik antara wilayah hulu-tengah-hilir DAS melalui “daur
hidrologi” dan merupakan SDA yang berupa stock dan faktor produksi dengan
manusia sebagai pengelola dan pemanfaat

Ruang lingkup DAS itu sendiri meliputi:

1) Input : Hujan
Curah hujan merupakan komponen penting dalam hidrologi karena merupakan
satu-satunya sumber air di suatu Daerah Aliran Sungai (DAS). Selain itu, curah
hujan bervariasi menurut waktu yang ditandai dengan adanya pergantian musim
dan juga bervariasi berdasarkan ruang yang dimana dipengaruhi oleh adanya uap
air, letak geografis dan elevasi setempat.
2) Proses : Intersepsi, Evapotranspirasi, Depression Storage, Surface detention,
infiltrasi, perkolasi.
➢ Intersepsi, merupakan kemampuan pohon menahan air hujan kemudian di
uapkan kembali.
➢ Evapotransprasi, merupakan gabungan evaporasi dan transpirasi tumbuhan
yang hidup di permukaan bumi. Air yang diuapkan oleh tanaman dilepas ke
atmosfer. Evaporasi merupakan pergerakan air ke udara dari berbagai sumber

4
seperti tanah, atap, dan badan air. Transpirasi merupakan pergerakan air di
dalam tumbuhan yang hilang melalui stomata akibat diuapkan oleh daun.
Evapotranspirasi adalah bagian terpenting dalam siklus air.
➢ Depression Storage, yaitu air yang tertahan di tempat yang rendah selama
terjadi pengaliran di permukaan tanah. Air ini selanjutnya akan menguap akan
meresap ke dalam tanah.
➢ Surface detention, yaitu kondisi air hujan baik dipermukaan tanah maupun
dilegokan tanah sesaat sebelum mengalir, terjadi karena gaya antar molekul air
dengan air dan molekul tanah dengan air. ( gaya kohesi dan adesi)
grafitasi.(jumlah air yang ditampung sebelum masuk kedalam tanah).
➢ Infiltrasi, yaitu proses masuknya air ke dalam tanah, kapasitas infiltrasi yaitu
kemampuan tanah menyerap air per satuan waktu.
➢ Perkolasi, proses masuk atau menembusnya air pada lapisan permukaan tanah
secara gravitasi hingga mencapai lapisan tanah yang dalam keadaan jenuh air.
3) Output : Debit aliran dan muatan sedimen (hara dan/atau pencemar di
dalamnya), produksi (pertanian, perikanan, peternakan, pertambangan), dan
kesejahteraan manusia
➢ Debit aliran merupakan air yang mengalir kearah sungai, danau, laut, baik
melalui aliran permuka maupun aliran bawah permukaan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi aliran permukaan yaitu: Hujan, Intensitas hujan, lamanya hujan,
distribusi hujan, dan kadar air tanah sebelum hujan.
➢ Sedimen, merupakan kumpulan tanah yang tererosi atau terbawa air yang
mengndap dan kemudian mengeras membentuk batuan.

Sistem DAS memiliki masukan berupa curah hujan (P) yang jatuh dipermukaan tanah
akan mengalami berbagai peristiwa, intersepsi, infiltrasi dan perkolasi serta limpasan sebagai
sisanya sekaligus outputnya. Besar kecilnya air hujan yang aliran pennukaan sangat tergantung
dari kondisi fisik DAS. Jika permukaan tanah tertutup oleh vegetasi, aliran permukaan menjadi
kecil, karena lebih ban yak air yang mendapat kesempatan untuk meresap kedalam tanah,
melalui infiltrasi atau bahkan proses yang selanjutnya yaitu perkolasi.

Parameter hidrologi yang dapat disajikan indikasi keberhasilan pengelolaan DAS


antara lain, sedimen yield, unsur kimia dan unsur hara (Suyono dan Sri Astuti Soedjoko, 1983).

5
2.3 Parameter Hidrologi Untuk Penilaian Pengelolaan DAS

Pelaksanaan pengelolaan DAS dapat berpengaruh terhadap kondisi hidrologi, artinya


pengelolaan DAS yang baik, maka kondsisi hidrologinyapun baik dan sebaliknya.
Parameter yang sering digunakan untuk penilaiannya adalah Kekritisan DAS dan Tingkat
Kekeruhan.

- Kekritisan DAS

a) RASIO DEBIT MAKSIMUM-MINIMUM

Salah satu indikator penting dalam menilai kondisi DAS menurut Bisri (2009)
adalah rasio debit maksimum dan minimum. Suripin (2001) juga menilai bahwa
evalusasi Daerah Aliran Sungai (DAS) secara makro dapat dilakukan dengan nisbah
debit maksimum-minimum (Qmax/Qmin).

Rasio debit menggambarkan keadaan sungai pada musim kemarau dan debit
puncak musim hujan. Sungai secara alami akan menunjukkan perubahan kemampuan
hidrologi DAS dalam meresepkan air hujan, yang ditandai dengan perbedaan yang
ekstrim antara debit sungai musim hujan dengan debit sungai pada musim kemarau.

Perbedaan ini dipengaruhi nilai infiltrasi dan limpasan permukaan. Semakin besar
infiltrasi maka cadangan air dalam tanah meningkat, sebaliknya limpasan permukaan
yang besar menggambarkan rendahnya kemampuan tanah menyerap air hujan. Air
hujan yang jatuh akan langsung mengalir ke sungai sehingga mempercepat debit
puncak.

Perhitungan Rasio Debit Aliran Maksimum-Minimum

Debit air limbah maksimum


𝐿
𝑄𝑀𝑎𝑘𝑠 = 5𝑝0,8 𝑞𝑚𝑑 + 𝐶𝑟. 𝑝. 𝑄𝑟 + 1000 . 𝑞𝑖𝑛𝑓

Debit air limbah minimum


7⁄
𝑄𝑀𝑖𝑛 = 1⁄5 𝑝 6 𝑞𝑚𝑑

Keterangan:

6
Qr = debit air limbah rata-rata (liter/detik/1000 orang)

Qmaks = debit air limbah puncak (liter/detik)

p = populasi dalam ribuan (orang)

qmd = debit maksimum hari (liter/detik/1000 orang)

Cr = koefisien infiltrasi

L = panjang pipa (m)

qinf = debit infiltrasi (liter/detik/km)

Qmin = debit minimum (liter/detik)

b) KOEFISIEN ALIRAN
c) EROSI DAN SEDIMENTASI
UPAYA KONSERVASI LAHAN BERDASARKAN INDIKATOR EROSI DAN
SEDIMEN DI DAS JRAGUNG

Daerah Aliran Sungai (DAS) Jragung termasuk dalam Satuan Wilayah Sungai Jragung
Tuntang (WS Jratun) terletak pada wilayah kerja Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana.
Data BP DAS Jratun telah terjadi peningkatan perubahan tataguna lahan dari tahun 2008 ke
tataguna lahan tahun 2014. Dalam Pola PSDA WS Jratunseluna Stranas 2010 DAS Jragung
termasuk DAS yang rawan erosi dan longsor dengan kerentanan erosi 50-100 ton/thn.
Berdasarkan hasil simulasi secara vegetatif pada kondisi penggunaan lahan saat ini laju erosi
sebesar 168.51 ton/ha/th dan penggunaan lahan skenario laju erosi sebesar 104.15 ton/ha/th
pada DAS Jragung sehingga dapat mereduksi laju erosi sebesar 38.19% dari besarnya laju erosi
yang ada di lahan.

Upaya untuk mengurangi besarnya sedimen yang masuk ke badan sungai adalah dengan
menangkap inflow sedimen menggunakan bangunan checkdam. Bangunan pengendali
sedimen diletakkan pada daerah yang memberikan konstribusi sedimen besar ke sungai
berdasarkan lahan sub DAS yang memiliki indeks erosi tinggi dan sangat tinggi hal ini dapat
mereduksi sedimen sebesar 48.09% berdasarkan usia guna bangunan checkdam.

- Tingkat Kekeruhan

a) Disolved Oxygen (DO)

7
DO merupakan kadar oksigen terlarut yang dibutuhkan untuk respirasi aerob
mikroorganisme. DO di dalam air sangat tergantung pada temperatur dan salinitas.
Untuk menambahkan oksigen dalam limbah cair dapat dilakukan dengan cara yaitu
memasukkan udara dalam air limbah, 10 misalnya dengan penggunaan aerator dan
memaksa air ke atas untuk berkontak dengan oksigen.

Air dengan konsentrasi DO yang tinggi memiliki kemampuan mengoksidasi


yang baik, sedangkan air memiliki konsemtrasi DO yang rendah apabila terdapat
kandungan pencemar (bahan organik) yang tinggi. Kandungan oksigen merupakan hal
penting bagi kelangsungan hidup organisme perairan, sehingga penentuan kadar DO
dalam air dapat dijadikan ukuran untuk menentukan kualitas dari suatu air limbah. Oleh
karena itu, analisis DO merupakan kunci yang dapat menentukan tingkat pencemaran
suatu perairan.

Analisis DO (Disolved Oxygen) dan BOD (Biological Oxygen Demand)

• Prinsip pengukuran BOD pada dasarnya cukup sederhana, yaitu mengukur kandungan
oksigen terlarut awal (DOi) dari sampel segera setelah pengambilan contoh.

• Kemudian mengukur kandungan oksigen terlarut pada sampel yang telah diinkubasi
selama 5 hari pada kondisi gelap dan suhu tetap (20°C) yang sering disebut dengan
DO5.

• Selisih DOi dan DO5 (DOi - DO5) merupakan nilai BOD yang dinyatakan dalam
miligram oksigen per liter (mg/L).

• Pengukuran oksigen dapat dilakukan secara analitik dengan cara titrasi (metode
Winkler, iodometri) atau dengan menggunakan alat yang disebut DO meter yang
dilengkapi dengan probe khusus.

Jadi, pada prinsipnya dalam kondisi gelap, agar tidak terjadi proses fotosintesis
yang menghasilkan oksigen, dan dalam suhu yang tetap selama lima hari, diharapkan
hanya terjadi proses dekomposisi oleh mikroorganime, sehingga yang terjadi hanyalah
penggunaan oksigen, dan oksigen tersisa ditera sebagai DO5. Yang penting
diperhatikan dalam hal ini adalah mengupayakan agar masih ada oksigen tersisa pada

8
pengamatan hari kelima sehingga DO5tidak nol. Bila DO5 nol maka nilai BOD tidak
dapat ditentukan.

b) Biochemical Oxygen Demand (BOD)

BOD (Biological Oxygen Demand) didefinisikan sebagai oksigen yang dibutuhkan


oleh mikroorganisme untuk memecahkan bahan-bahan organik yang ada di dalam air. Uji
BOD dibutuhkan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk
maupun perindustrian. Pemecahan bahan organik diartikan bahwa bahan organik
dibutuhkan oleh organisme sebagai bahan makanan dan energinya dari proses oksidasi.

c) Chemical Oxygen Demand (COD)

Chemical oxygen demand (COD) atau kebutuhan oksigen kimiawi yaitu jumlah
oksigen yang dibutuhkan agar bahan buangan yang ada didalam air dapat teroksidasi
melalui reaksi kimiawi atau banyaknya oksigen-oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi zat organik menjadi CO2 dan H2O. COD merupakan salah satu parameter
kunci sebagai pendeteksi tingkat pencemaran air. Semakin tinggi COD, maka semakin
buruk kualitas air yang ada.

Secara khusus COD sangat bernilai apabila BOD tidak dapat ditentukan karena terdapat
bahan-bahan beracun. Waktu pengukuran COD juga lebih singkat dibandingkan
pengukuran BOD. Namun demikian BOD dan COD tidak menentukan hal yang sama dan
karena nilai-nilai secara langsung COD tidak dapat dikaitkan dengan BOD. Hasil dari
pengukuran COD tidak dapat membedakan antara zat organik yang stabil dan yang tidak
stabil. Angka COD juga merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang
secara ilmiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis dan mengakibatkan
berkurangnya oksigen terlarut dalam air.

9
d) Total Solid (TS)

Total solid merupakan suspended solid dan dissolved solid yang diperoleh dari
pemisahan padatan dan cairan dengan pemanasan atau evaporasi. Material 14 yang tersisa
pada tempratur 105°C inilah yang disebut Total Solid. Total padatan adalah padatan yang
tersisa setelah penguapan sampel hingga berat konstan pada suhu 105°C. Total solid
biasanya ditentukan dalam oven melalui proses pengeringan, yang dapat dibagi dalam dua
sub-proses. Pertama, perpindahan panas antar lingkungan sekitarnya dan permukaan padat
menyebabkan kelembaban menguap. Kedua, karena gradien temperatur dalam padatan, air
terperangkap ke dalam mikrostruktur padat mermigrasi ke permukaan dan kemudian
menguap. TS dapat dibagi lagi menjadi volatile solid atau padatan organik dan fixed solid
atau padatan anorganik.

Proses pembentukan biogas bakteri membutuhkan jumlah air yang sesuai dengan
kebutuhan bakteri untuk produksi biogas. Sistem digester anaerobik dibedakan atas sistem
dengan padatan rendah atau low solid (LS) dengan kandungan TS kurang dari 10%, sistem
medium atau medium solid (MS) dengan TS 15 sampai 10% dan sistem padatan tinggi atau
high solid (HS) dengan TS 22% hingga 40%. Penurunan volume digester akan
memengaruhi kebutuhan air yang lebih rendah sehingga menyebabkan TS dalam reaktor
meningkat. Semakin banyak TS akan semakin memudahkan terjadinya penurunan pH.
Bakteri untuk produksi biogas yang optimal mengkendaki TS sebesar 4 sampai 9% pada
fermentasi basah.

e) Total Disolved Solid (TDS)

Total zat padat terlarut atau Total Dissloved Solid adalah ukuran zat terlarut baik
organik maupun anorganik, misalnya garam yag terdapat pada air. TDS adalah jumlah
padatan terlarut terdiri dari senyawa-senyawa organik dan anorganik yang larut dalam air,
mineral dan garam. Total padatan terlarut (TDS) adalah komponen umum dari banyak

10
limbah, tetapi biasanya tidak dikarakterisasi dengan baik, baik dari segi konstituen kimiawi
maupun toksisitasnya. Total padatan terlarut mewakili ukuran integratif dari konsentrasi
ion umum (misalnya, natrium, kalium, kalsium, magnesium, klorida, sulfat, dan
bikarbonat) di air tawar.

f) Total Suspended Solid (TSS)

Padatan tersuspensi total adalah pengukuran kualitas air yang biasanya disingkat TSS
Konsentrasi padatan tersuspensi mengancam kehidupan spesies ikan, yang menyebabkan
infeksi yang menyusahkan dimana abrasi insang parah. Kemampuan mencari makanan
ikan juga berkurang karena halangan yang disebabkan oleh padatan yang bergerak dalam
suspensi yang selanjutnya membuat spesies ini tersedia bagi predator. Oksigen terlarut
yang ada di dalam air sangat dipengaruhi oleh adanya partikel tersuspensi.

Sinar matahari yang diserap oleh partikel tersuspensi, meningkatkan suhu air yang
mengurangi kapasitas menahan oksigen dari air hangat dan mengganggu spesies air
dingin.keberadaan TSS lebih lanjut mengurangi produksi oksigen karena mengganggu
penetrasi cahaya yang diperlukan untuk fotosintesis oleh tanaman. Semakin banyak
padatan tersuspensi yang ada di bawah air, semakin tinggi endapan lumpur di muara.
Pembentukan sedimen juga dipengaruhi oleh air laut, karena mengandung cukup banyak
bahan yang tersuspensi.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

DAS merupakan suatu sistem dimana komponen-komponen penyusun sistem tersebut


adalah hujan sebagai input, struktur sistemnya kondisi DAS, sedang outputnya berupa aliran
sungai beserta sedimen dan unsur hara. Di dalam pendekatan sistem lebih mementingkan
konversi input kedalam outputnya. Oleh karenanya dalam evaluasi tindakan pengelolaan DAS
dapat didekati dengan parameter hidrologi. Yaitu menghitung besamya fenomena keluaran dari
waktu ke waktu, yang selanjutnya dianalisis melalui trendnya (kecenderungannya).
Parameter hidrologi yang dapat digunakan untuk evaluasi pengelolaan DAS antara lain
kekritisan DAS dan tingkat kekeruhan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Adiwidanto, Nova. 2004. Analisis Manfaat Sumber Daya Hutan dan Ekosistemnya Sebagai
Pengatur Tata Air (Fungsi Hidrologis) Pada Kawasan Lindung DAS Samin di
Kabupaten Karanganyar. Tesis Pascasarjana. Semarang : Program Magister Ilmu
Lingkungan Universitas Diponegoro

Astuti, A. J. D., Yuniastuti, E., Nurwihastuti, D. W., & Triastuti, R. (2017). Analisis
Koefisien Aliran Permukaan dengan Menggunakan Metode Bransby-Williams di
Sub Daerah Aliran Sungai Babura Provinsi Sumatera Utara. Jurnal
Geografi, 9(2), 158-165.

Andawayanti, U., & Purwati, E. (2016). UPAYA KONSERVASI LAHAN BERDASARKAN


INDIKATOR EROSI DAN SEDIMEN DI DAS JRAGUNG. Jurnal Teknik Pengairan:
Journal of Water Resources Engineering, 7(2), 289-294.

Anna, Alif Noor. "Pendekatan Hidrologi untuk Penilaian Kegiatan Pengeloiaan DAS." Forum
Geografi. Vol. 8. No. 1. 2016.

Anna, Alif Noor. 2010. Analisis Karakteristik Parameter Hidrologi Akibat Alih Fungsi Lahan
di Daerah Sukoharjo Melalui Citra Landsat Tahun 1997 dengan Tahun 2002, Jurnal
Geografi UMS: Forum Geografi, volume 14, Nomor 1, Juli 2010. Surakarta : Fakultas
Geografi UMS.

Asdak, Chay. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.

Bisri, Mohammad. 2009. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. CV. Asrori.Malang.

M. L. B. D. S. Fachrurozi, "Pengaruh Variasi Biomassa Pistia stratiotes L. Terhadap Penurunan


Kadar BOD, COD, dan TSS Limbah Cair Tahu Di Dusun Klero Sleman Yogyakarta.," Jurnal
Kesehatan Masyarakat, pp. Vol 4 (1) : 1-75., 2010

Ramadhan, Syahru, Rusman B. Hermansah, and Syafrimen Yasin. "Pengaruh Konversi Hutan

13
Menjadi Kebun Kelapa Sawit Terhadap Kualitas Air di Sub DAS Batanghari
Hilir." Seminar nasional Pembangunan Pertanian II. 2016

Seyhan, Ersin. 1990. Dasar-Dasar Hidrologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University


Press.

Sinukaban, Naik. 2007. Peranan Konservasi Tanah dan Air dalam Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai, https://bebasbanjir2025.wordpress.com/04-konsep-konsep-dasar/das-dan-
pengelolaannya-6/

Suripin. (2002). Pelestarian Sumber Daya Tanah Dan Air. Andi. Yogyakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai