Anda di halaman 1dari 13

TUGAS RESUME

BUDIDAYA TANAMAN HORTIKULTURA

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Ir. Zulkarnain, M.Hort.Sc., CIQaR., CIQnR.

Disusun Oleh:
Rozatul Ilmi (D1A020208)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022
CABAI (Capsicum annuum L.:Solanaceae)
Asal Usul
Cabai berasal dari Dunia Baru (Meksiko dan Amerika Tengah, serta wilayah Andes di
Amerika Selatan). Sebelum menyebar ke belahan dunia lain, cabai terlebih dahulu menyebar
ke Eropa melalui Spanyol dan dikenal sebagai chili pepper atau guinea pepper. Selanjutnya
cabai dikenal oleh penduduk kawasan Eropa Tenggara (bagian Timur di Laut Tengah) sampai
Portugal (bagian Barat di Samudera Atlantik) sebagaimana mereka mengenal rempah-rempah
lain. Bangsa Spanyol dan Portugis kemudian mengintroduksikan cabai ke wilayah jajahannya
atau wilayah-wilayah yang dikunjungi untuk melakukan kontak perdagangan rempah-rempah,
seperti India, China, Korea, Jepang, Filipina, Malaka, dan Indonesia. Tanaman ini masuk ke
Indonesia diperkirakan pada abad ke-15 atau abad ke-16.

Botani
Cabai merupakan tanaman tahunan sedangkan di daerah subtropis cabai tumbuh
sebagai tanaman semusim berbentuk perdu. Batangnya tumbuh tegak dan kokoh dengan
tinggi 30 – 38 cm dan diameter 1,5 – 3 cm (tergantung varietas), berkayu dan berwarna
coklat. Pada setiap ketiak daun pada batang utama akan tumbuh tunas yang dimulai pada
umur sekitar 10 hari setelah tanam. Tunas-tunas ini harus dipangkas (dirempel) sampai bunga
pertama muncul tepat di antara cabang-cabang primer. Cabang primer tidak dipangkas karena
ini adalah cabang produktif yang nantinya akan menumbuhkan tunas-tunas buah.
Sistem perakaran cabai tergolong ke dalam akar tunggang (yang merupakan salah satu
penciri tanaman dikotil) yang terdiri atas akar primer, akar sekunder (akar lateral) dan akar
tersier (serabut akar). Panjang akar primer berkisar antara 35 hingga 50 cm, dan panjang akar
sekunder antara 35 hingga 45 cm. Daun cabai berbentuk bulat telur berukuran panjang 5 – 12
cm dan lebar 1 – 1,5 cm dengan ujung meruncing (oblongus acutus). Panjang tangkai daun
berkisar antara 1 hingga 2,5 cm.
Kedudukan tanaman cabai di dalam sistem klasifikasi botani adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatofita
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dikotiledon
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : capsicum sp.
Sunaryono (2004) mengemukakan bahwa ada dua tipe cabai yang paling banyak
dikenal, yaitu cabai besar (Capsicum annuum L.) dan cabai kecil (Capsicum frutescens L.).
Tipe cabai yang termasuk kelompok cabai besar adalah cabai merah (C. annuum L. var.
longum L. Sendt.), cabai bulat atau cabai udel atau cabai domba (Capsicum annuum L. var.
abbreviata Fingerhuth) dan paprika (Capsicum longum L. Sendth.).

Syarat Tumbuh

1. Tanah
Tanaman cabai dapat tumbuh dengan baik pada berbagai jenis tanah,
asalkan tanah tersebut memiliki kondisi drainase dan aerase yang baik serta air
tersedia dalam jumlah yang cukup dengan ph tanah berkisar 6-7.
2. Iklim
Tanaman cabai memiliki daya adaptasi yang luas, sehingga dapat diusahakan pada
dataran rendah maupun dataran tinggi hingga 1.400 m di atas permukaan laut
(Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka, 2007). Tanaman cabai tidak
tahan terhadap curah hujan tinggi, terutama pada waktu berbunga karena dapat
menyebabkan bunga gugur.

Kultur Jaringan

Perbanyakan kultur

Cabai diperbanyak secara generatif menggunakan biji yang disemaikan terlebih dahulu
di pesemaian. Untuk lahan seluas 1 ha dibutuhkan kira-kira 500 g biji/benih cabai. Benih yang
digunakan hendaknya memiliki daya kecambah di atas 80%, memiliki vigor yang baik, murni,
bersih dan sehat. Benih disemai pada bedeng persemaian yang diberi atap atau naungan
plastik transparan. Leber bedeng 1 – 1,2 m dengan panjang sesuai kebutuhan dan menghadap
ke arah timur. Satu minggu sebelum penyemaian, media persemaian dicampur dengan pupuk
kandang atau pupuk kompos secukupnya. Sebelum ditanam, benih terlebih dahulu direndam
di dalam air hangat (suhu 50 oC) selama lebih kurang 1 jam, lalu dikeringkan. Penaman benih
dilakukan dengan cara disebar merata pada permukaan bedengan, lalu ditutup dengan
lapisan tanah halus. Pada kondisi normal, kecambah akan muncul setelah 4 – 7 hari setelah
benih disemai. Suhu tanah yang optimum untuk perkecambahan biji adalah 30 oC dan
maksimum adalah 35 oC. Pada tanah dengan suhu rendah (15 oC), biji berkecambah dengan
lambat.
Persiapan lahan

Persiapan lahan dimulai dengan pembersihan lahan dari sisa-sisa tanaman, rumput dan
kotoran lain. Setelah bersih, tanah digemburkan dengan cara mencangkulnya sedalam 30 – 40
cm. Setelah gembur tanah dibiarkan terkena sinar matahari selama 1–2 minggu untuk
membiarkan terjadinya dekomposisi sisa-sisa tanaman dan bahan organik lainnya. Pada tanah-
tanah masam (pH 5,5 atau kurang), perlu dilakukan pengapuran dengan kapur dolomit dengan
takaran 1,5 ton ha-1 yang diberikan dengan cara penggemburan tanah.

Penanaman

Bibit dapat dipindahkan ke lapang setelah tingginya mencapai 10 – 15 cm atau telah


memiliki 4 – 6 helai daun (berumur kira-kira 1½ bulan di pembibitan). Jarak tanam yang
dianjurkan adalah 50 – 60 cm di dalam barisan dan 50 – 70 cm antar barisan, tergantung pada
jenis yang diusahakan. Cabai kecil memerlukan jarak tanam yang lebih lebar daripada cabai
besar.

Pemasangan lanjaran

Lanjaran biasanya terbuat dari kayu atau bambu berukuran diameter 2 – 4 cm dan
panjangnya sekitar 100 cm. Pemasangan lanjaran dilakukan 7 – 14 hari setelah tanaman
dipindah ke lapang dengan jarak kira-kira 10 cm dari batang dengan kedalaman 20 – 30 cm
pada posisi tegak lurus.

Pemupukan

Bersamaan dengan pengolahan tanah, pupuk kandang ruminansia diberikan dengan


takaran sekitar 15 ton ha -1. Pupuk kandang tersebut dapat pula diberikan pada saat tanam,
yaitu langsung di dalam lobang tanam dengan takaran kira-kira ½ - 1 kg per lobang tanam.

Pemeliharaan

Areal perlu dijaga pembuangan gulma, memastikan ketersediaan air bagi tanaman.

Panen dan Pasca panen

Tergantung pada varietasnya, cabai untuk konsumsi dapat dipanen pada umur 60 – 90
hari setelah dipindahkan ke lapang atau 120 – 135 hari setelah perkecambahan, dengan
kriteria 60% bagian buahnya sudah berwarna merah, pemanenan dilakukan secara manual.
Pengelolaan pasca panen cabai bisa dilakukan melalui berbagai cara. Apabila buah cabai ingin
dipasarkan dalam bentuk segar, maka perlu dilakukan pengemasan yang baik.

Hama dan penyakit

Hama yang sering menyerang cabai adalah thrips (Thrips parvispinus Karny), tungau kuning
(Polyphagotarsonemus latus Banks.), lalat buah (Bactrocera sp.), kutu daun persik (Myzus
persicae Sulz.), ulat grayak (Spodoptera litura F.) dan kutu kebul (Bemisia tabaci Genn.).
upaya pengendalian hama bisa dilakukan dengan cara kutltur teknik, secara mekanis, secara
hayati, dan secara kimiawi.

Beberapa macam penyakit yang sering dijumpai pada pertanaman cabai antara lain adalah
layu bakteri (Ralstonia solanacearum (Smith) Yabuuci et al.), layu fusarium (Fusarium
oxysporum Schlecht.), busuk buah antraknosa (Colletotrichum capsici (Syd.) E.J. Butler et
Bisby), C. gloeosporioides Ipenz.) Penz. et Sacc.) dan Gloeosporium piperatum Ellis et
Everh.), bercak daun (Cercospora capsici Heald et Wolf) dan sejumlah penyakit virus.
Pengendalian serangan penyakit pada pertanaman cabai dapat dilakukan melalui upaya-upaya
peningkatan sanitasi lingkungan secara kimiawi menggunakan bakterisida atau fungsisida.

Nilai gizi dan manfaat

Cabai adalah sumber vitamin dan mineral yang luar biasa. bahwa hanya dalam jumlah 100 g,
buah cabai menyediakan(persentase dari kebutuhan harian) vitmin C 240%, Vitamin B-6
(piridoksin) 39%,vitamin A 32%, besi, 13%, tembaga 14% dan kalium 7%. Buah cabai
bahkantidak mengandung kolesterol.
KACANG BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.: Fabaceae)

Asal Usul

Di antara sekitar 50 spesies yang termasuk ke dalam genus Phaseolus, kacang buncis
(dari bahasa Belanda, boontjes) adalah yang paling banyak diusahakan. Pusat asal-usul
tanaman ini diperkirakan berada di Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan, Guatemala, dan
Honduras). Bukti bahwa kacang buncis telah dibudidayakan sejak lebih-kurang 7.000 tahun
yang lalu ditemukan di dua kawasan yang terpisah, yaitu di Callejon de Huaylas, Peru, untuk
ras berbiji besar dan di Lembah Tehuacan, Meksiko, untuk ras berbiji kecil.

Setelah ditemukannya benua Amerika oleh Columbus pada tahun 1492, kacang buncis
telah tersebar dan dibudidayakan di seluruh dunia, mulai dari kawasan tropis, sub tropis,
gurun bahkan di kawasan yang memiliki empat musim. Secara umum dikenal dua tipe buncis,
yaitu buncis polong (polongnya yang masih muda dikonsumsi sebagai sayuran buah) dan
buncis biji (yang dikonsumsi adalah bijinya yang sudah tua).

Botani

Phaseolus vulgaris merupakan tanaman sayuran buah yang memiliki batang berbentuk
sulur dengan daun trifoliate berselang-seling. Tanaman ini banyak dibudidayakan di daerah
tropis dan subtropis, serta di daerah beriklim sedang selama musim panas. Buahnya yang
berdaging dan di dalamnya terdapat biji-biji muda dikonsumsi sebagai sayuran buah. Di
sejumlah negara, pucuk buncis yang lunak dimanfaatkan sebagai obat tradisional.

Berdasarkan sifat pertumbuhannya dikenal 2 tipe tanaman buncis, yaitu indeterminate


dan determinate. Kultivar dengan tipe pertumbuhan indeterminate tumbuh dengan ketinggian
2 – 3 m, sedangkan pertumbuhan kultivar dengan tipe determinate dapat mencapai ketinggian
20 – 60 cm dengan bunga terminal setelah daun keempat hingga kedelapan. Bunga tanaman
buncis tergolong menyerbuk sendiri, di mana penyerbukan berlangsung setelah bunga
membuka penuh (antesis). Buah buncis berupa polong dengan panjang bervariasi dari 8
hingga 20 cm dan lebar 1 hingga 1½ cm. Tergantung pada kultivar dan keadaan lingkungan
pada saat pembungaan, jumlah biji di dalam setiap polong bervariasi antara 4 hingga 12 butir.
Ukuran rata-rata diameter biji bervariasi dari 0,7 hingga 1,5 cm dengan berat 0,2 hingga 0,6 g,
dan bentuknya mulai dari bulat sampai menyerupai,
Di dalam sistematika botani, kacang buncis menduduki klasifikasi sebagai berikut:
Divisi : Spermatofita

Sub divisi : Angiospermae


Kelas : Dikotiledon
Ordo : Fabales Famili : Fabaceae
Genus : Phaseolus
Spesies : Phaseolus vulgaris

Syarat Tumbuh

Tanah

Budidaya buncis sangat baik bila dilakukan pada tanah Andosol karena tanah jenis ini
memiliki drainase yang baik untuk mendukung pertumbuhan dan produksi buncis. Tanah
Andosol terdapat di daerah pegunungan dengan curah hujan rata-rata di atas 2.500 mm per
tahun, berwarna hitam, memiliki kandungan bahan organik tinggi, bertekstur lempung hingga
berdebu, strukturnya remah, gembur dan permeabilitasnya sedang. Selain itu, buncis juga baik
diusahakan pada tanah Regosol yang dicirikan oleh warnanya yang kelabu, coklat dan kuning,
memiliki terkstur berpasir sampai berbutir tunggal dan sifat permeabilitasnya juga baik.
Kemasaman (pH) tanah yang dikehendaki untuk pertumbuhan yang baik adalah berkisar
antara 5,5 hingga 6,5. Pada tanah dengan pH kurang dari 5,5 pertumbuhan akan terhambat
karena mengalami keracunan besi, aluminium dan mangan

Iklim

Kacang buncis adalah tanaman daerah beriklim sedang yang dapat hidup dengan baik
pada ketinggian 100 – 1.500 m di atas permukaan laut (dpl) dimana, pertumbuhan optimum
bagi buncis tipe merambat adalah pada ketinggian 500 – 600 m dpl sedangkan buncis tipe
tegak tumbuh optimum pada ketinggian 200 – 300 m dpl. Curah hujan yang dikehendaki agar
tanaman ini tumbuh dengan baik adalah 1.500 – 2.500 mm per tahun atau 300 – 400 mm per
musim tanam. Sementara itu intensitas cahaya yang optimum adalah 400 – 500 fc
(footcandles), Suhu optimum untuk pertumbuhan kacang buncis adalah 20 – 25 o C.
Pertumbuhan tanaman akan terhambat apabila suhu udara berada di bawah 20 o C.
Kultur Teknik

Perbanyakan tanaman dan penanaman

Buncis diperbanyak secara generatif menggunakan biji yang ditanam langsung di


lapang Bila menanam buncis tipe merambat, maka jarak tanam di dalam barisan adalah 5 – 10
cm dan jarak antar barisan adalah 60 – 90 cm, sedangkan bila menanam buncis tipe tegak
(kacang jogo), maka jarak tanam di dalam barisan adalah 40 cm. Kedalaman penanaman
benih hendaknya berkisar antara 2 hingga 4 cm. Bila menanam dua barisan dalam satu
bedengan, lebar bedengan tersebut hendaknya 100 – 150 cm.

Persiapan lahan

Persiapan lahan untuk budidaya buncis dimulai dari pembersihan arel tanam dari
berbagai macam gulma. Pembersihan gulma dimaksudkan untuk menghindarkan terjadinya
persaingan dalam mendapatkan unsur hara dan air, di samping membasmi inang bagi
serangga vektor dari berbagai patogen penyebab penyakit pada pertanaman buncis. Setelah
lahan dibersihkan dari gulma, langkah berikutnya adalah pengolahan tanah. Setelah lahan
siap, langkah berikutnya adalah pemasangan mulsa plastik hitam-perak.

Pemupukan

Pada waktu pengolahan tanah, lahan hendaknya dipupuk dengan pupuk kandang
kotoran ruminansia atau kotoran unggas yang sudah matang dengan takaran 10 ton ha-1 , lalu
dicampur merata dengan tanah sebelum dibuat bedengan dengan lebar 100 – 150 cm.

Pemeliharaan

Dalam waktu 2 – 3 hari setelah tanam biji buncis mulai berkecambah, dan pada umur satu
minggu setelah tanam kecambah telah tumbuh menjadi tanamantanaman kecil. Biji-biji yang
tidak berkecambah atau perkecambahannya tidak menghasilkan tanaman normal harus segera
diganti dengan benih yang baru atau disulam. Penyulaman dapat pula dilakukan dengan
memindahkan tanaman yang tumbuh lebih dari satu pada lubang tanam yang lain.

Hama dan Penyakit

Hama-hama yang acap kali menyerang pertanaman buncis adalah sebagai berikut: Kumbang
daun epilachna (Henosepilachna signatipennis Boisduval atau Epilachna signatipennis
Boisduval). Penggerek daun (Etiella zinckenella Treitschke), Lalat kacang (Agromyza phaseoli
Coquillett). Beberapa penyakit yang sering kali menyerang pertanaman buncis adalah
Antraknosa (Colletotrichum lindemuthianum Sacc. et Magnus)

Panen dan pasca panen

1. Umur dan cara panen

Tergantung pada kultivar dan suhu udara, kacang buncis dapat dipanen dalam waktu 45 – 80
hari setelah tanam Pemanenan umumnya dilakukan secara manual, yakni polong dipetik
dengan tangan.

2. Sortasi

Sortasi adalah kegiatan memisahkan polong berdasarkan kondisi dan menetapkan kualitasnya.
Polong yang cacat/rusak akibat proses pemanenan yang kurang baik, polong yang diserang
hama dan penyakit dan polong yang terlalu tua ataupun terlalu muda semuanya dipisahkan
karena akan mengurangi nilai jual dan menimbulkan masalah dalam penyimpanan.

3. Penyimpanan

Apabila polong buncis tidak langsung dikonsumsi, Penyimpanan polong buncis


dianjurkan di dalam ruangan dengan ventilasi udara yang baik dengan suhu 5 o C dan
kelembaban 85 – 90%. Pada kondisi ini polong dapat disimpan selama 25 – 30 hari.

Nilai gizi dan manfaat

Kacang buncis merupakan sumber protein nabati yang penting di samping kaya akan
kandungan vitamin A, B dan C, terutama pada bijinya. Hal ini sangat baik untuk membantu
mengontrol tekanan darah serta metabolisme gula dalam darah, sehingga sangat dianjurkan
untuk dikonsumsi oleh penderita diabetes dan/atau hipertensi. Selain itu polong kacang buncis
memiliki kandungan serat yang tinggi sehingga sangat membantu proses pencernaan makanan
dan mengatasi kesulitan buang air besar.
TIMUN (Cucumis sativus L.: Cucurbitaceae)

Asal Usul
Timun adalah salah satu jenis sayuran buah yang sangat populer dan dikenal hampir di
setiap negara di dunia. Tanaman ini diyakini berasal dari wilayah India dan sekitarnya yang
dibuktikan dengan banyaknya varietas timun yang dijumpai di daerah ini (Renner et al.,
2007). Seiring dengan perkembangan peradaban manusia, saat ini timun telah menyebar dan
dibudidayakan hampir di seluruh dunia, baik di daerah tropis maupun subtropis. Budidaya
timun di Indonesia dijumpai hampir di setiap daerah, mulai dari dataran rendah hingga
dataran tinggi. Oleh karenanya timun dikenal dengan beberapa nama sesuai daerahnya seperti
timun (Jawa), bonteng (Jawa Barat), temon atau antemon (Madura), ktimun atau antimun
(Bali), hantimun (Lampung) dan timon (Aceh) (Rukmana 1994).

Botani
Timun merupakan tanaman semusim yang tumbuh menjalar di atas permukaan tanah
dengan panjang 1 hingga 3 m. Tanaman ini memiliki daun berbentuk hati (cordate) dengan
tiga hingga lima lekukan tepi dan permukaannya kasar. Kedudukan daun menyudut terhadap
batang. Timun merupakan tanaman berumah satu (monoecious) dengan bunga jantan dan
betina terpisah satu sama lain. Bunga jantan muncul lebih dahulu, yakni pada umur 4 – 5
minggu setelah tanam, lalu disusul oleh bunga-bunga betina.
Di dalam sistematika botani, tanaman timun menduduki klasifikasi sebagai berikut:
Divisi : Spermatofita
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dikotiledon
Ordo : Cucurbitales
Famili : Cucurbitaceae
Genus : Cucumis
Spesies : Cucumis sativus L

Syarat tumbuh
Tanah
Tanaman timun tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan gembur
yang memiliki drainase yang. Jenis tanah yang cocok untuk penanaman mentimun di
antaranya adalah tanah-tanah aluvial, latosol, dan andosol. Kemasaman tanah yang
dikehendaki adalah berkisar antara 5,5 hingga 6,5 (Sumpena, 2001). Suhu tanah hendaknya
20 o C atau lebih; suhu tanah yang optimum untuk perkecambahan benih adalah 25 - 35 o C.

Iklim
Timun adalah tanaman daerah beriklim hangat yang dapat tumbuh dengan baik pada
kisaran wilayah yang luas, mulai dari dataran rendah sampai menengah pada kisaran 200 –
800 m di atas permukaan laut (dpl), dengan ketinggian optimum lebih-kurang 400 m dpl
(Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka, 2008). Tanaman ini tumbuh sangat
baik di lingkungan dengan kisaran suhu udara 18 – 30 o C dan kelembahan udara relatif 50 –
85%. Bila suhu udara berada di bawah 10 o C, tanaman timun akan menderita chilling injury.

Kultur teknik
Perbanyakan tanaman dan penanaman
Timun diperbanyak secara generatif melalui biji. Biasanya benih ditanam langsung di
lapang karena transplantasi bibit timun agak sulit dilakukan. Jarak tanam yang digunakan
adalah 30 – 45 cm di dalam barisan dan 1,2 m antar barisan. Timun seringkali ditanam pada
guludan dengan jarak 90 – 120 cm, dan pada masingmasing guludan ditanamkan sebanyak
dua benih per lobang tanam. Benih akan berkecambah dalam waktu 3 – 5 hari. Kebutuhan
benih timun untuk areal seluas 1 ha adalah sekitar 3 kg.

Persiapan lahan
Sebelum tanah diolah, dilakukan pembersihan lahan dari sisa-sisa tanaman (tunggul)
dan sampah anorganik seperti batu, plastik dan kaleng. Setelah itu dilakukan pencangkulan
sampai kedalaman 30 – 40 cm, lalu lahan dibiarkan terkena sinar matahari selama lebih-
kurang 2 minggu agar terjadi dekomposisi bahan-bahan organik dan tercipta aerase yang baik.
Apabila kemasaman tanah kurang dari 5,5, maka perlu pemberian dolomit dengan dosis 1,5
ton ha-1 yang dicampur merata dengan tanah pada saat pencangkulan. pembuatan bedengan
dengan lebar 1 – 1,2 m, tinggi lebih-kurang 30 cm dan panjang disesuaikan dengan kebutuhan
atau kondisi lahan yang tersedia, serta jarak antar bedengan 30 – 40 cm. Bedengan yang telah
siap selanjutnya ditutup dengan mulsa plastik berwarna hitam-perak berukuran 1 – 1,25 cm.

Pemupukan
Pada waktu pengolahan tanah, areal yang akan ditanami timun hendaknya diberi
pupuk kandang kotoran unggas atau ruminansia dengan takaran 10 – 15 ton ha-1 . Pupuk
kandang dapat pula diberikan langsung pada lobang tanam sebanyak 0,5 – 1 kg per lobang.
Pupuk buatan diberikan bersamaan dengan penanaman benih dan setelah tanaman berumur 1
bulan (tanaman telah memiliki 3 – 4 helai daun) dengan takaran sebanyak setengah dari
anjuran. Pemupukan yang dianjurkan adalah nitrogen 70 kg ha-1 , fosfor 110 kg ha-1 dan
sebanyak 70 kg ha-1 . Pupuk tersebut diberikan dengan cara dibenamkan ke dalam tanah di
sekeliling tanaman pada jarak 5 cm dari pangkal batang.

Pemeliharaan
Oleh karena pada setiap lobang ditanamkan lebih dari satu benih, maka perlu
dilakukan penjarangan tanaman untuk menghindari terjadinya persaingan dalam mendapatkan
air dan unsur hara serta cahaya matahari. Selain itu, perlu juga dilakukan pemangkasan untuk
mendapatkan pertumbuhan yang baik. Cabangcabang samping (bukan cabang utama) yang
tumbuh pada ruas ke-1 hingga ke-5 perlu dibuang, sedangkan cabang anakan yang tumbuh
pada ruas ke-6 tetap dibiarkan tumbuh.

Hama dan penyakit


Beberapa hama yang seringkali menyerang tanaman timun adalah Kutu daun (Aphis
gossypii Clover, famili Aphididae), Trips (Thrips parvispinus Karny, famili Thripidae), Kutu
kebul (Trialeurodes vaporariorum Westwood, famili Aleyrodidae). Hama ini merusak
tanaman timun dengan cara menghisap cairan daun.
Beberapa penyakit pada tanaman timun adalah Embun bulu (Pseudoperonospora
cubensis Berk. et Curt.) Rowtow., Layu bakteri (Erwinia tracheiphila (E.F. Smith) Holland).

Panen dan pasca panen


Panen
Tergantung pada kondisi suhu dan kultivar yang diusahakan, biasanya panen pertama
dilakukan pada umur 55 – 70 hari setelah tanam. Untuk dipasarkan dalam bentuk segar, buah
dipanen sebelum ukuran panjangnya maksimum dan bijinya masih berada dalam keadaan
berair (sukulen) serta terksturnya renyah. Untuk industri pengolahan, misalnya dibuat acar
(pickle) buah muda dipanen pada berberapa tingkatan umur. Buah timun yang layak dipanen
dicirikan oleh warnanya yang cemerlang dan merata mulai dari pangkal sampai ujung buah
dan panjangnya 10 – 45 cm, atau buah dipanen lebih muda sesuai permintaan pasar dengan
berpedoman pada ukuran buah, misalnya panjang 20 cm dengan diameter 3 – 5 cm.
Cara panen
Panen buah timun sebaiknya dilakukan pada sore hari di mana cuaca tidak terlalu
panas. Buah-buah yang sudah memenuhi kriteria panen dipetik secara manual dan
dikumpulkan di dalam keranjang dengan alas dedaunan, lalu diletakkan di tempat yang teduh.

Penyimpanan
Suhu optimum untuk penyimpanan buah timun adalah 10 – 13 o C dengan
kelembaban 85 – 95%. Buah yang disimpan pada suhu di bawah 10 o C akan mengalami
chilling injury, sedangkan pada suhu 15 o C akan terjadi penguningan pada kulit buah.
Pelapisan buah dengan lilin atau membungkusnya dengan plastik tipis dapat mengurangi
transpirasi yang berlebihan dari permukaan buah.

Nilai gizi dan manfaat


Buah timun yang dipanen ketika masih muda umumnya dikonsumsi dalam bentuk
segar sebagai sayuran, atau dalam bentuk olahan seperti acar dan asinan. Selain itu buah
timun juga banyak digunakan sebagai bahan baku untuk industri farmasi dan kosmetika.
Kandungan gizi buah timun cukup baik dan merupakan sumber vitamin dan mineral yang
potensial untuk kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai