Padi (bahasa latin: Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting
dalam peradaban. . Padi diduga berasal dari India atau Indocina dan masuk ke Indonesia
dibawa oleh nenek moyang yang migrasi dari daratan Asia sekitar 1500 SM.
Padi tengah diambil dari persemaian untuk ditanam di sawah. Padi termasuk dalam suku
padi-padian atau Poaceae ( Sinonim : Graminae atau Glumiflorae ). Terna semusim, berakar
serabut; batang sangat pendek, struktur serupa batang terbentuk dari rangkaian pelepah daun
yang saling menopang; daun sempurna dengan pelepah regak, daun berbentuk lanset, warna
hijau muda hingga hijau tua, berurat daun sejajar, tertutupi oleh rambut yang pendek dan
jarang; bunga tersusun majemuk, tipe malai bercabang, satuan bunga disebut floret, yang
terletak pada satu spikelet yang duduk pada panikula; buah tipe bulir atau kariopsis yang
tidak dapat dibedakan mana buah dan bijinya, bentuk hamper bulat hingga lonjong, ukuran 3
mm hingga 15 mm, tertutup oleh palea dan lemma yang dalam bahasa sehari-hari disebut
sekam, struktur dominan adalah endospremium yang dimakan orang.
Tanaman padi dapat dibedakan berdasarkan varietasnya. Varietas tanaman padi ini banyak
sekali. Dan hampir setiap tahun muncul dengan sifat genetik yang lebih baik.
Secara umum, tanaman padi dibedakan dalam 3 jenis “varietas”, antara lain:
Arti mudahnya bisa dikatakan varietas padi sekali tanam, hasilnya akan maksimal bila
sekali ditanam. Tetapi bila keturunannya (benih) ditanam kembali maka hasilnya akan
berkurang jauh.
Memang varietas ini dibuat atau direkayasa oleh pemiliknya untuk sekali tanam saja.
Tujuannya agar petani membeli kembali. Harga benih hibrida sangat mahal, bisa mencapai 40
ribu-60 ribu per kilo.
Contohnya: Intani 1 dan 2, PP1, H1, Bernas Prima, Rokan, SL 8 dan 11 SHS, Segera Anak,
SEMBADA B3, B5, B8 DAN B9, Hipa4, Hipa 5 Ceva, Hipa 6 Jete, Hipa 7, Hipa 8, Hipa 9,
Hipa 10, Hipa 11, Long Ping (pusaka 1 dan 2), Adirasa-1, Adirasa-64, Hibrindo R-1,
Hibrindo R-2, Manis-4 dan 5, MIKI-1,2,3, SL 8 SHS, SL 11 HSS, Maro dll.
Cabai gendol
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian
Cabai gendol atau cabai gendot (Capsicum chinense; dikenal pula dengan sebutan
Habanero) adalah salah satu spesies cabai dari Capsicum. Cabai ini berasal dari
semenanjung Yucatan. Cabai ini sangat pedas bahkan melebihi pedas cabai rawit. Tingkat
kepedasan cabai habareno mencapai 100.000-350.000 skala Scoville. Di Indonesia, cabai
jenis ini di Jawa Barat dinamakan cabai gendot atau cabai bendot, sedangkan di Jawa Tengah
dinamakan cabai gendol. Dinamakan cabai gendol karena bentuk cabai ini yang bengkak atau
mengembung. Untuk penanaman di Pulau Jawa sendiri persebaran cabai ini sebatas
perkebunan di sekitar Bandung dan di sekitar Dieng, Jawa Tengah.
Penghasil cabai gendol yang terbesar di dunia adalah Meksiko, yang tumbuh di Yucatan,
Campeche, dan Quintana Roo, meskipun ada perkebunan komersial di Belize, Kosta Rika,
Texas dan California
Daftar isi
1 Penanaman
2 Sejarah
3 Varian
4 Galeri
5 Lihat juga
6 Referensi
Penanaman
Cabai gendol ini tumbuh di cuaca yang panas. Sama seperti cabai yang lain, cabai gendol
tumbuh baik di area dengan mentari pagi dan di tanaha dengan kadar pH sekitar 5-6 (sedikit
asam). Cabai gendol harus diberi air hanya jika dalam keadaan kering. Tanah dan akar yang
terlalu basah akan membuat cabai terasa pahit.
Cabai gendol ini adalah tanaman berbunga abadi. Maknanya adalah dengan penanganan yang
benar dan kondisi pertumbuhan, akan menghasilkan bunga (dan juga buah) dalam waktu
yang lama. Semak-semak Cabai gendol adalah kandidat yang bagus untuk taman yang
menggunakan kontainer. Meskipun dengan iklim sedang, Cabai gendol ini bisa diperlakukan
secara tahunan. Mati pada musim dingin, dan diganti pada musim semi berikutnya. Dalam
negara dengan iklim tropis dan subtropis, Cabai gendol, seperti cabai yang lain, akan
memproduksi sepanjang tahun. Selama kondisinya baik, tanaman itu akan memproduksi buah
terus menerus.
Sejarah
Jenis cabe chinense berasal dari daerah amazon, kemudian menyebar ke Meksiko. Polong
cabe chinense utuh ditemukan melekat di tingkat pra keramik di Gua Guitarrero, Peru, yang
memperlihatkan umur 8500 tahun. Spesies ini kemudian didomestikasi selama beribu tahun,
seiring berkembangnya kemampuan petani dalam bercocok tanam. Mereka berhasil
melakukan seleksi untuk menghasilkan keturunan yang lebih besar dan pedas, sehingga pada
tahun 1000 SM, jenis cabai chinense ini telah terdomestikasi dan menyebar ke seluruh
penjuru Amerika Selatan dan Tengah. Setelah Columbus sampai di Kepulauan Karibia pada
tahun 1492, ia membawa berbagai jenis cabe ini ke Portugis dan akhirnya ikut menyebar ke
Afrika.[1]
Kata Habanero sendiri diperkirakan berasal dari Kuba, yang bisa dilihat dari asal kata La
Habana, yang dikenal sebagai Havana pada masa kini, karena daerah ini banyak
memperdagangkan Habanero. Cabe ini sejenis dengan Scotch bonnet pepper, yang meskipun
polongnya berbeda jenis, namun masih masuk dalam spesies yang sama dan tingkat
kepedasannya setara. Habanero banyak tumbuh di Semenanjung Yukatan, Meksiko, di mana
cabe ini diperkirakan berasal. Walaupun diketahui bahwa cabe ini juga banyak tumbuh di
daerah panas lainnya seperti Belize, Kosta Rika, di sebagian wilayah Amerika Serikat, dan
Panama (dikenal dengan nama aji chombo). Setelah sampai di tangan Spanyol, jenis cabe ini
semakin meluas ke seluruh dunia. Akibatnya taksonomis pada abad 18 mengira cabe ini
berasal dari Cina dan menggolongkannya sebagai Capsicum chinense, atau cabe cina.[1]