Anda di halaman 1dari 225

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Potensi Diversifikasi Bahan Baku BBN


Dari sekian banyak tanaman penghasil bahan bakar nabati yang ada di Indonesia tidak semua tanaman saat ini mempunyai prospek untuk dapat dikembangkan. Namun demikian informasi jenis tanaman penghasil bahan bakar nabati perlu juga untuk diketahui. Berikut ini identifikasi beberapa tanaman penghasil biofuel yang umum ada di Indonesia. 1. Aleurites moluccana Miq. (Kemiri)

www.kehati.or.id/florakita

http://www.banana-tree.com/catalog%20images/image304.jpg

Gambar 4.1. Tanaman Kemiri (Aleurites moluccana Miq.)

Spesies Nama Inggris Nama Indonesia

Distribusi/Penyebaran

Habitat

Aleurites moluccana (L.) Willd Candlenut tree, Indian walnut, lumbang tree Kemiri Negara asli kemiri tidak diketahui dengan pasti, tetapi kemiri ini sudah tersebar luas dari India dan Cina, seluruh kawasan Asia Tenggara, ke Polynesia dan Selandia Baru. Sudah banyak diperkenalkan di pembudidayaan di negara-negara tropik di dunia. Kemiri tumbuh di daerah yang kering di Asia Tenggara. Di daerah yang lebih lembab, kemiri tumbuh alami pada daerah yang agak spesifik, seperti daerah berpasir dengan drainase yang baik dekat pantai dan pada tanah berkapur, tetapi juga secara alami tumbuh di hutan campuran atau hutan

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 1

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


jati, pada ketinggian hingga 1200 m. Pembudidayaan kemiri biasanya dilakukan melalui biji, tetapi dapat juga dilakukan secara vegetatif yaitu dengan pencangkokan agaknya memungkinkan. Bijinya yang mempunyai kulit sangat keras menyebabkan biji masih bisa berkecambah hingga 1 tahun, sebaliknya karena kerasnya kulit biji menyebabkan tertundanya perkecambahan biji. Persentasi perkecambahan bijinya sangat rendah (30 - 40%) tetapi dapat ditingkatkan dengan cara fisik (misalnya pemanasan atau pendinginan), kimia (HSO4, HNO3). Biji ditebarkan pada tempat pembibitan atau kantong plastik pada kedalaman 3 - 10 cm. Di lapangan jarak tanam adalah 10 x 10 m ketika tumbuh dari biji, dimana jarak tanam digunakan 4 x 4 m untuk kemiri yang digunakan sebagai bahan baku pulp sebagai tujuan utama budidaya tersebut. Kemiri merupakan salah satu rempah-rempah di Indonesia, yang dapat memberikan rasa pada makanan. Minyaknya digunakan dalam industri cat, sabun, pengawet kayu, tetapi juga sebagai bahan baku dalam minyak penerangan ataupun sebagai lilin. Karena itulah minyak kemiri dapat menjadi bahan baku energi alternatif, walaupun masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Selain itu minyak kemiri juga digunakan sebagai obat tetapi minyak kemiri tidak digunakan untuk minyak masak. Minyak kemiri juga digunakan dalam industri batik. Dage kemiri yang merupakan sisa minyak padat yang dapat digunakan juga sebagai pupuk organik yang kaya N dan P, tetapi tidak dianjurkan sebagai makanan ternak karena sangat beracun. Kemiri banyak dimanfaatkan sebagai pohon rehabilitasi baik di desa maupun areal kehutanan yang terbuka. Kayunya tidak digunakan untuk konstruksi karena ringan dan tidak awet, oleh sebab itu biasanya digunakan untuk bahan mebel, korek api dan lain-lainnya. Selain itu juga sangat cocok untuk pulp kertas. Jatropha moluccana L., Aleurites triloba J.R. & G. Forst., Juglans camirium Lour. 13: Spices p.63-65 (author(s): Siemonsma, J.S.) Biodiesel

Perbanyakan

Manfaat tumbuhan

Sinonim Sumber Prosea Kategori

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 2

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

2.

Arachis hypogaea Linn. (Kacang Tanah)

www.kehati.or.id/florakita

http://eco.wiz.uni-kassel.de/model_db/mdb/graphic/isem8206.jpg

Gambar 4.2. Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea Linn.) Spesies : Nama Inggris : Nama Indonesia : Arachis hypogaea Linn. Groundnut, peanut Kacang tanah Terna tumbuh melata atau tegak, tinggi biasanya 15 70 cm. Sistem akar merupakan akar tunggang yang telah berkembang dengan baik dengan banyak akar-akar lateral; tidak memiliki rambut akar, dan memiliki bintil akar pemiksasi nitrogen. Percabangan terdiri dari dua jenis yaitu dengan cabang vegetatif dan cabang reproduktif. Cabang vegetatif dicirikan dengan adanya daun sisik yang disebut katafil yang terdapat pada dua buku pertama pada cabang. Cabang vegetatif sekunder dan tertier dapat berkembang dari cabang vegetatif primer. Daun pada batang utama tersusun spiral, pada cabang vegetatif primer tersusun berseling, berdaun 4, dengan 2 pasang daun duduk berhadapan berbentuk membundar telur sungsang berukuran 3 7 cm x 23 cm; panjang tangkai daun 37 cm; terdapat bagian yang menggembung pada dasar tangkai daun dan pada dasar setiap daun hal ini merupakan ciri adanya pergerakan pada malam hari yaitu tangkai daun akan menggulung ke bawah dan daun akan menggulung ke atas sampai keduanya bersentuhan. Cabang perbungaan berbentuk tunggal pada katafil dan ketiak daun pada cabang vegetatif dan ada beberapa yang tumbuh pada buku teratas pada batang. Pada setiap perbungaan terdapat 25 bunga; Bunga duduk berwarna kuning muda hingga jingga kemerahan. Buah polong berbentuk silindris, berisi 16 biji.

Deskripsi :

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 3

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


Setiap biji diliputi oleh selaput biji tipis berwarna antara putih hingga merah muda, mereh, ungu, coklat kemerahan dan sedikit kecoklatan. Setiap biji memiliki dua keping biji yang lebar, epokotil dengan daun dan tunas primordial, hipokotil dan akar primer. Pada abad ke 16, bangsa Portugis membawa kacang ini dari Brasil ke Afrika Barat. Pada waktu yang sama orang-orang Spanyol memperkenalkan kacang tanah dari Meksiko ke barat Pasifik yang kemudian tersebar ke Cina, Indonesia dan ke Madagascar. Pada pertengahan abad ke 17, Belanda juga diduga mengambil kacang tanah dari Brasil ke Indonesia. Kacang tanah tumbuh di negara-negara tropis, subtropis dan negara beriklim sedang antara garis lintang 40 N and 40 S. Kacang tanah merupakan tanaman yang sangat penting di daerah Afrika, Asia, Amerika Utara and Amerika Selatan. Di Asia, kacang tanah merupakan tanaman budidaya utama di negara India, Cina, Indonesia, Burma, Thailand dan Vietnam. Kacang tanah tumbuh antara garis lintang 40 N dan 40 S di lingkungan subtropis dan tropis yang hangat dengan cuaca lembab hangat dan panjang musim panas hangat yang cukup. Rata-rata temperatur harian yang optimum untuk pertumbuhan adalah sekitar 30 C, sedangkan pertumbuhan akan berhenti pada sekitar 15 C. Fenologi kacang tanah ditentukan terutama oleh temperatur, temperatur dingin akan menunda perbungaan. Pada lingkungan yang terkontrol, photoperiod menunjukkan mempengaruhi proporsi bunga yang memproduksi polong dan distribusi asimilasi antara struktur reproduktif dan vegetatif (index panenan) dalam beberapa kultivar. Umumnya fotoperiode yang panjang (lebih dari 14 jam) akan meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan fotoperiode yang pendek (kurang dari 10 jam) akan meningkatkan pertumbuhan reproduksi. Dengan pemberian air antara 500 dan 600 mm pada musim pertumbuhan akan memungkinkan produksi kacang tanah yang memuaskan. Meskipun demikian, kacang tanah adalah jenis yang dapat toleran pada kekeringan dan dapat bertahan dengan defisit air internal yang tinggi, walaupun akan menghasilkan pengurangan; Karena polong berkembang di bawah tanah dan harus disembuhkan pada saat panenan, tanah gembur berdrainasi baik lebih disukai, walaupun perkembangan dan pertumbuhan tumbuhan ini dapat tumbuh diatas lahan tanah liat yang lebih berat. Untuk pertumbuhan optimum, pH tanah harus di sekitar 5.56.5, walaupun jenis Spanyol akan lebih toleran pada kondisi yang lebih asam (hingga pH 4.5) dan beberapa cultivars akan tumbuh baik pada lahan bersifat alkali hingga pH 8.5. Perbanyakan untuk tanaman komersil adalah dari biji. Idealnya penanaman semai harus dalam dan bebas gulma. Di beberapa negaranegara, biji secara rutin dilindungi dengan suatu fungisida untuk

Distribusi/Penyebaran :

Habitat :

Perbanyakan :

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 4

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


perlindungan dan ditaburkan bila dilakukan dengan penanaman mekanis. Gunpalan tanah dan penyemaian yang tidak seimbang, dan dikombinasikan dengan penanaman menggunakan tangan mengakibatkan kemunculan tidak seimbang dan hilangnya semai yang banyak. Di Asia Tenggara, Kacang tanah sebagian besar ditanam oleh para petani sebagai tanaman musim hujan atau di daerah dataran rendah sebagai tanaman kedua atau ketiga setelah padi dengan irigasi pengganti maupun sisa kelembaban. Tanaman ini ditanam tunggal dan juga diselingkan dengan jagung, kedelai dan singkong. Di beberapa area, kacang tanah tumbuh di bawah tanaman seperti kelapa, kelapa sawit atau karet. Populasi tanaman yang direkomendasikan adalah sekitar hampir 200 000250 000 per ha untuk kultivar Spanyol. Dibandingkan dengan daerah Australia tropis direkomendasikan 100 000 125 000 tanaman per ha. Pada kebanyakan negara penanaman berderet dengan jarak jarak berkisar antara 40 x 20 cm hingga 30 x 20 cm. Sebagian terbesar dari hasil panen kacang di dunia digunakan untuk minyak. Sebagian besar minyak itu digunakan untuk memasak. Ampas setelah pengambilan minyak merupakan makanan ternak berprotein tinggi tetapi juga digunakan untuk menghasilkan tepung kacang tanah yang banyak digunakan untuk konsumsi manusia. Hasil panen di Burma sekitar 20% hasil panen di Indonesia, dan 30% hasil panen di Thailand, digunakan untuk membuat minyak. Sebagian besar hasil panen di kebanyakan negara-negara di Asia Tenggara digunakan untuk konsumsi manusia langsung. Biji dimakan mentah, direbus atau dipanggang, untuk pembuatan gula-gula dan makanan ringan, dan digunakan dalam sup atau menjadi kuah pada hidangan daging dan nasi. Residu panen vegetatif merupakan bagian makanan hewan yang baik. Kacang tanah merupakan bahan baku untuk membuat minyak goreng dan tidak menutupi kemungkinan untuk difermentasikan dan dibuat sebagai bahan baku bahan alternatif untuk biofuel. Di Indonesia kacang tanah bila dicampur dengan jamur tertentu dapat dibuat oncom. 1: Pulses p.35-39 (author(s): Shorter, R; Patanothai, A) Biofuel

Manfaat tumbuhan :

Sumber Prosea : Kategori :

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 5

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

3.

Arenga pinnata Merr. (Aren)

Gambar 4. 3. Tanaman Aren (Arenga pinnata Merr)


Spesies Nama Inggris Nama Indonesia Arenga pinnata Merr. Sugar palm, areng palm Aren, kawung Palem pohon yang tidak bercabang-cabang dan tunggal, mati setelah berbunga, bisa mencapai 20 m.dengan diameter 30-65 cm. Batang ditutupi oleh bekas pangkal tangkai daun dan serat-serat panjang berwarna hitam keabu-abuan. Daun menyirip dengan panjang 6- 10 m, tangkai daun 1-1,5 m dengan pelepah daun pada pangkalnya. Perbungaan berumah satu, tumbuh di antara ketiak daun, merunduk kadang-kadang lebih dari 2 m panjangnya, bunga betina ada di ujung dan bunga jantan tumbuh di bagian bawah batangnya. Buahnya seperti buah batu, bulat sampai bulat telur dengan panjang 5-8 cm, berdaging, terdiri dari 2 - 3 biji, hitam. Tumbuh di Asia Tenggara sampai Papua bagian timur, Jepang (P. Ryukyu), Vietnam (Annam) dan Himalaya Timur. Sangat baik tumbuh di daerah hangat dengan sinar matahari penuh dan suplai air yang melimpah pada tanah subur. Dapat tumbuh dari pantai 1400 m dpl. Tumbuh liar di hutan primer atau sekunder, banyak dijumpai di sekitar perkampungan. Sudah banyak ditanam di pekarangan, kebun skala kecil sampai besar. Perkebunan aren banyak terdapat di Indonesia terutama di daerah Tasikmalaya, Jawa Tengah, Jawa Timur, sebagian di Kalimantan Timur. Perbanyakan bisa dengan biji atau anakan (seedling) yang dijumpai di bawah pohon induk

Deskripsi

Distribusi/Penyebaran

Habitat

Perbanyakan

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 6

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


Semua bagian tumbuhan palem dapat dimanfaatkan untuk banyak produk. Batang mengandung teras pati yang lunak dengan banyak serabut kasar dan berkayu; pati dapat diekstrak dari empulur batang. Produk utama lainnya yang berasal dari sadapan tangkai perbungaan adalah sari beraroma manis:nira (bentuk segar) dan toddy (bentuk fermentasi), cuka dihasilkan dari fermentasi yang terus menerus, alkohol dapat disuling dari anggur palem dan khamir yang dibuat dari residu yang disimpan selama fermentasi. Pohon aren dapat menghasilkan gula aren. Gula aren dipakai sebagai bahan pembantu untuk menimbulkan warna, memperkuat ketahanan warna dari pewarna alami. Gula aren juga dipakai untuk memberi warna coklat makanan. Kolang kaling dibuat dengan memasak endosperma putih dari biji-biji yang belum masak dengan gula. Serabut yang dikumpulkan dari akar, empulur batang, tangkai daun dan disekeliling batang (ijuk) dapat digunakan untuk berbagai keperluan misalnya: tali pada kapal, pelindung kayu dalam tanah dan dalam air laut, keranjang, konstruksi atap, untuk mengikat, sikat, sapu, jaring ikan, perangkap dan tikar. Arenga saccharifera Labill 9: Plants yielding non-seed carbohydrates. p. 53-58 (author(s): Smits, W.T.M.) Bioetanol

Manfaat tumbuhan

Sinonim Sumber Prosea Kategori

4.

Borassus flabellifer (Lontar)

www.kehati.or.id/florakita

http://forum.ctu.edu.vn

Gambar 4.4. Tanaman Lontar (Borassus flabellifer)

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 7

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


Borassus flabellifer Linn. Toddy palm, wine palm, palmyra palm lontar Palem yang mempunyai batang tunggal, dapat mencapai tinggi 30 m ini berbatang kasap, agak kehitam-hitaman, dengan penebalan sisa pelepah daun di bagian bawah. Tajuknya rimbun dan membulat, daun-daun tuanya terkulai tetapi tetap melekat di ujung batang. Pelepah pendek, agak jingga, bercelah dipangkal, berijuk. Pelepah dan tangkai daun tepinya berduri hitam tidak teratur. Daun seperti kipas, bundar, kaku, bercangap menjari, hijau keabu-abuan. Perbungaan berumah dua, menerobos celah pelepah, menggantung. Bunga betinanya kadang-kadang bercabang sedang bunga jantan bercabang banyak. Bunga berwama putih susu, berkelompok, tertanam pada tongkolnya. Buah agak bulat, bergaris tengah 7 - 20 cm, ungu tua sampai hitam, pucuknya kekuningan. Buah berisi 3 bakal biji. Daging buah muda warna putih kaca/transparan, daging buah dewasa/tua warna kuning kemudian berubah menjadi serabut. Penyebarannya luas, di tempat-tempat yang kering seperti di India, Thailand, Jawa Timur, Indonesia timur dan pulau-pulau di Pasifik. Tumbuh di dataran rendah dan daerah pantai sampai pegunungan (0 - 800 m dpl.), suhu optimum untuk pertumbuhan 30 derajat Celcius, mudah beradaptasi di daerah kering, curah hujan 500 5000 mm per tahun. Perbanyakan lontar adalah melalui bijinya, sama halnya seperti kelapa atau dengan anakan yang tumbuh di bawah pohon induknya, pada lontar yang berbentuk terlebih dulu adalah akarnya. Di Indonesia, luas penanaman sekitar 15000 hektar terdapat di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Madura. Selain itu ada juga kebun lontar di Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Irian Jaya tetapi tidak diketahui dengan pasti luasnya. Bagian atas batang yang lunak yang mengandung banyak pati, dapat dipanen dan dimakan pada saat kekurangan makanan (paceklik); sedangkan setinggi 10 m dari bagian paling bawah batang merupakan bagian kayu yang keras dan kuat, bagus untuk konstruksi gedung dan jembatan. Produk utamanya adalah sari buah yang diambil dari sadapan perbungaannya, yang bisa diminum secara langsung atau diproses menjadi gula atau mengalami fermentasi lebih dulu selama beberapa jam untuk menjadi toddy. Anggur palem ringan ini dengan kandungan 56% alkohol, akhirnya bisa berubah menjadi etanol sulingan (arak) atau cuka. Daun maupun bagian lain dari pohon ini dimanfaatkan masyarakat untuk membuat kerajinan yang digunakan untuk keperluan sehari-hari. Pohon Lontar juga merupakan sumber karbohidrat. Borassus flabelliformis L. 9: Plants yielding non-seed carbohydrates p.59-63 (author(s): Flach, M; Paisooksantivatana, Y) Bioetanol

Spesies Nama Inggris Nama Indonesia

Deskripsi

Distribusi/Penyebaran

Habitat

Perbanyakan

Manfaat tumbuhan

Sinonim Sumber Prosea Kategori

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 8

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

5.

Ceiba pentandra Gaertn. (Kapuk)

www.kehati.or.id/florakita

http://www.kingsnake.com/westindian/ceibalatifolia1.jpg

Spesies Nama Inggris Nama Indonesia

Deskripsi

Distribusi/Penyebaran

Habitat

Gambar 4.5. Tanaman Kapuk (Ceiba pentandra Gaertn.) Ceiba pentandra Gaertn. Kapok, (white) silk-cotton tree kapuk Merupakan pohon dengan tinggi mencapai 70 m. Akar menyebar horizontal, di permukaan tanah. Batang dengan atau tanpa cabang, kadangkadang berduri. Daun majemuk, berseling; memanjang - lanset, gundul. Bunga bisexual; kelopak menggenta, di bagian luar gundul; mahkota bunga memanjang-bulat telur terbalik, bersatu pada pangkal, biasanya berwarna putih kotor dengan bau seperti susu, di bagian dalam gundul dan di bagian luar berambut lebat seperti sutra; benang sari bersatu pada pangkal dalam kolom staminal, kepala sari bergelung atau seperti ginjal. Buah ketika masak berubah menjadi coklat, dengan banyak biji. Biji bulat telur, coklat tua, putih, kuning muda atau berwarna seperti sutra. Asal dan penyebaran geografi Kapuk adalah Amerika Tropik. Dari sana meyebar ke Afrika, sepanjang pantai barat dari Senegal ke Angola. Tanaman ini dibawa dari Afrika ke Asia untuk dibudidayakan. Kapuk terlukis di relief Jawa sejak 1000 Setelah Masehi. Kini, tanaman ini dibudidayakan di seluruh daerah tropik, terutama di Asia Tenggara, termasuk Indonesia dan Thailand. Kapok tumbuh bagus pada ketinggian di bawah 500 m. Temperatur malam hari di bawah 17C. Untuk hasil bagus, tumbuh baik pada 20N dan 20S. Kapok menyukai curah hujan yang melimpah selama periode vegetatatif dan lebih kering pada periode berbunga dan berbuah. Curah hujan sebaiknya sekitar 1500 mm per tahun. Periode kering tidak lebih dari 4 bulan dengan curah hujan kurang dari 100 mm per bulan, dan dalam periode ini, total curah hujan 150300 mm. Di daerah yang lebih kering, persediaan air terdapat di dalam tanah. Di delta Mekong (Vietnam), dimana

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 9

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


curah hujan tidak mencukupi, kapok tumbuh bagus di sepanjang sungai. Untuk hasil yang bagus, tanaman ini sebaiknya ditanam di tanah yang bagus, di Indonesia ditanam di tanah lempung vulkanik. Pohon ini mudah rusak oleh angin yang kuat. di Indonesia, daerah datar di sepanjang sisi jalan dan sungai dipilih untuk penanaman tanaman ini, selama lokasi tersebut cukup sinar matahari dan pengairan. Di Jawa dan Sulawesi kapok juga ditanam di lereng pegunungan.. Kapuk diperbanyak dengan biji atau stek. Biji disebarkan dalam garis semai 2530 cm. Jika tanah tidak subur, harus disiapkan 10 hari sebelum biji ditebarkan. Ketika tanaman muda mencapai tinggi 12 15 cm, mereka dapat diletakkan di bawah cahaya matahari penuh. Tanaman yang tidak menerima banyak sinar matahari tumbuh tinggi dan kurus. Tanaman muda ditanam di ladang ketika berumur 810 bulan. Metode lain adalah dengan menaburkan biji langsung ke ladang yang telah dibersihkan. 3 biji ditaburkan setioap lubang dan sekitar 2 - 3 bulan berikutnya, seedling dijarangkan menjadi satu per lubang. Kapuk mudah diperbanyak dengan stek, diameter 58 cm dan panjang 1.21.8 m, dari kayu yang berumur 23 tahun. Stek diambil dari cabang yang tegak. Pohon ditanam dari biji lebih baik daripada yang dari stek, tetapi berkembang lebih lambat dan tidak terjadi persilangan. Kemudian sekarang di Indonesia direkomendasikan bahwa kecambah diokulasikan pada pohon dari klon dengan hasil panen yang tinggi. Okulasi dilakukan pada permulaan musim hujan dan kecambah yang telah diokulasi ditanam di ladang ketika kuncup tumbuh menjadi tunas sepanjang 1 m. Dalam penanaman komersial di Jawa, kapok ditanam dengan jarak 8 - 12 m.; Di Asia Tenggara, pohon kapuk ditanam di sekitar desa, di lahan petani atau di penanaman komersial. Tanaman ini juga ditanam di sepanjang jalan dan di sekeliling ladang. Di Jawa, kapuk sangat jarang ditanam sebagai tanaman yang diperjualbelikan. Tanaman ini digabungkan dengan bermacam-macam tanaman, seperti ketela pohon (Manihot esculenta Crantz), kacang tanah (Arachis hypogaea L.) dan turmeric (Curcuma longa L.). Buah Ceiba pentandra merupakan sumber serat, digunakan untuk bahan dasar matras, bantal, hiasan dinding, pakaian pelindung dan penahan panas dan suara. Kulit buah sebagai pengganti bahan kertas untuk pembuatan kertas di Jawa.; Kulit kaya akan potasium dan abu yang dapat digunakan sebagai pupuk. Mereka juga digunakan untuk membuat baking soda dan sabun. Kulit kering digunakan sebagai bahan bakar. Biji mengandung minyak yang digunakan dalam industri sabun sebagai pelumas dan minyak lampu, oleh sebab itu dapat dipakai sebagai bahan baku energi. Minyak juga digunakan untuk campuran minyak goreng, tetapi tidak disarankan untuk alasan kesehatan. Daun digunakan sebagai makanan ternak dan untuk memperbaiki tanah. Kayunya digunakan untuk pembuatan kertas, pintu, furniture, kotak dan mainan. Bunganya merupakan sumber madu

Perbanyakan

Manfaat tumbuhan

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 10

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


yang bagus. Di banyak lokasi, kapuk ditanam untuk reforestasi, konservasi air dan untuk mensupply kayu bakar juga untuk pembuatan pagar. Dalam pengobatan tradisional di seluruh Asia Tenggara, daun digunakan untuk mengobati demam, batuk, serak, dan penyakit lainnya. Kulit kayu diyakini sebgai diuretic dan astringent juga digunakan dalam mengobati demam, asma, gonorrhoea dan diare. Akarnya diyakini sebagai diuretic dan febrifuge. Prospek kapok sangat tinggi dalam perdagangan internasional walaupun sangat terbatas, di Asia Tenggara kapok merupakan pohon yang serba guna untuk pemanfaatan lokal seperti seratnya, pohon untuk rehabilitasi, sebagai bahan baku energi dan pohon peneduh. Bombax pentandrum L., Eriodendron anfractuosum DC. 17: Fibre plants p.99-103 (author(s): Sahid, M. & Zeven, A.C.) PPO

Sinonim Sumber Prosea Kategori

6.

Cocos nucifera Linn. (Kelapa)

www.kehati.or.id/florakita

www.plantamor.com

Gambar 4.6. Tanaman Kelapa (Cocos nucifera L.) Spesies Nama Inggris Nama Indonesia Cocos nucifera Linn. Coconut Kelapa Pohon palem berumah satu, tidak berduri, tidak bercabang, dengan mahkota daun terminal.Batang menyilinder, tegak, sering menekuk atau miring, abu-abu muda, menggundul dan mencincin nyata dengan lampang daun yang gugur. Daun berpelepah, tersusun spiral, menyirip, pinak daun melanset-memita, tersusun rapi pada satu bidang. Perbungaan ketiak, ketika muda terlihat seperti tongkol dalam seludang, setelah terbuka

Deskripsi

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 11

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


tersusun membulir dan spiral, masing-masing dengan 200300 bunga jantan dan hanya satu sampai beberapa bunga betina dekat bagian pangkal yang gundul. Bunga jantan 13 menyatu, melekat, kuning muda, bunga betina soliter, jauh lebih besar dari bunga jantan, membulat saat kuncup, membundar telur saat antesis, Buah berserat, membulat, membundar telur atau menjorong, lembut, hijau, oranye cerah, kuning sampai warna gading bila masak, biasanya mengering sampai coklat-keabu-abuan pada buah tua. Cocos nucifera merupakan tumbuhan asli dari daerah pantai Asia tropika dan Pasifik. Kemampuan buah yang bersabut tebal dan untuk berkecambah yang lambat dan tetap dapat hidup setelah terapung jauh di laut memastikan penyebaran alami yang luas di Indo-Pasifik jauh sebelum domestikasi dimulai di Malesia. Kelapa menjadi benar-benar pantropis pada abad ke-16 setelah penjelajah Eropa membawanya ke Afrika Barat, Karibia, dan pantai Atlantik dari Amerika tropis. Kelapa adalah tanaman daerah tropis yang lembab. Cukup mudah beradaptasi dengan perbedaan suhu dan persediaan air dan masih umum ditemui di daerah dekat batasan zona ekologinya. Kebutuhan sinar matahari tahunan di atas 2000 jam, minimal 120 jam per bulan. Suhu ratarata optimal pada 27C dengan rata-rata variasi 57C. Untuk hasil yang baik, suhu rata-rata minimum 20C. Pada umumnya kelapa ditanam di daerah pada ketinggian di bawah 500 m, tapi dapat tumbuh subur pada ketinggian sampai 1000 m, walaupun suhu rendah akan mempengaruhi pertumbuhan dan hasil. Biasanya palem tumbuh di daerah dengan sebaran curah hujan tahunan merata antara 10002000 mm dan kelembaban relatif tinggi, tetapi masih dapat bertahan pada daerah lebih kering tetapi dengan kelembaban tanah yang memadai. Daun yang semi-serofitik memungkinkan untuk meminimalkan kehilangan air dan tahan kering untuk beberapa bulan. Kelapa tumbuh subur pada berbagai tanah, bila drainase dan aerasinya cukup. Kelapa merupakan halofitik dan toleran pada garam dengan baik. Dapat tumbuh pada berbagai pH tapi tumbuh paling baik pada pH 5.57. Kelapa diperbanyak dengan biji yang rekalsitran. Hasil perbanyakan kelapa termasuk rendah mengingat 1 pohon kelapa tidak akan menghasilkan lebih dari 100200 biji per tahun. Kultur in vitro dari embrio yang dipotong juga memungkinkan. Bijinya biasanya didiamkan selama satu bulan setelah dipanen dan disimpan di bedeng kecambah dimana kecambah yang seragam dapat ditransplantasi ke pot plastik atau kebun bibit. Metode polibag dan pembuahan reguler telah sebagian besar mengganti metode kecambah akar gundul yang dibesarkan di bedengan. Kecambah yang berumur 38 bulan ditransplantasi ke lahan. Kelapa ditanam dengan jarak tanam 810 m x 810 m, dalam sistem segitiga atau bujur sangkar. Kultivar kerdil ditanam dengan jarak 7.5 m x 7.5 m. Untuk ekstraksi minyak dalam rumah tangga, endokarp segar dari buah

Distribusi/Penyebaran

Habitat

Perbanyakan

Manfaat tumbuhan

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 12

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


yang matang diparut dan diperas dengan air panas; untuk produksi dalam skala industri, endosperma dikeringkan menjadi kopra dan digiling untuk ekstraksi minyak. Minyak berkualitas tinggi dipakai untuk memasak atau digunakan dalam produksi margarin, shortening, susu isi, es krim dan gulagula. Minyak berkualitas agak rendah diproses menjadi sabun, detegen, kosmetik, sampo, cat, pernis dan produk-produk farmasi. Minyak kelapa mempunyai potensi sebagai bahan baku energi, walaupun masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Minyak kelapa murni yang disebut VCO (Virgin Coconut Oil) merupakan hasil pemurnian minyak kelapa dipakai sebagai obat dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit. Sisa asam lemak dan alkohol dan metil ester dipakai sebagai komponen pengemulsi dan surfaktan. Santan yang diperas dari campuran antara endosperma yang diparut dengan air merupakan bahan yang dipakai dalam berbagai masakan. Digunakan juga dalam pembuatan `nata de coco`, yang diproduksi dengan kerja bakteri pada air kelapa atau santan yang diencerkan. Cangkang kelapa dapat digunakan untuk membuat alat-alat rumah tangga dan pot-pot hias, dan dibuat batubara (cocot untuk aktivasi) atau dipakai untuk bahan bakar. Cangkang yang sudah ditumbuk halus dipakai sebagai pengisi untuk perekat resin dan bubuk untuk mencetak. Sabut hijau menghasilkan serat putih (serat kuning) untuk membuat tali, karpet, keset dan geo-tekstil. Koir coklat dari sabut yang berasal dari buah yang tua dipakai untuk sikat (serat bulu panjang), kasur, lapisan barangbarang rumah tangga dan papan partikel (serat pendek). Coco peat merupakan hasil hancuran serabut kelapa yang dapat digunakan sebagai media semai atau komponen campuran tanah pot (kapasitas menahan air 700900%), bahan bangunan ringan, insulasi termal, perekat dan pengikat. Cairan manis yang mengandung sekitar 15% sukrosa dapat diambil dari perbungaan yang belum membuka. Cairan tersebut merupakan minuman yang menyegarkan bila langsung diminum dan menjadi anggur ringan bila difermentasi. Produk sampingan dari anggur yang berasal dari kelapa adalah cuka. Cairan segar yang direbus dapat menghasilkan sirup dan gula kelapa. Anggur kelapa yang didistilasi menghasilkan semacam arak. Daunnya untuk atap; pinak daunnya dianyam untuk tikar, keranjang, tas dan topi; pinak daun yang muda untuk membuat hiasan tradisional dan tas kecil atau tempat makanan; tulang pinak daun dibuat sapu lidi. Kayu dari kelapa tua sangat keras, tetapi batang yang baru jatuh dapat digergaji dengan pisau gergaji yang ujungnya dengan tungsten carbid spesial. Akarnya dikenal sebagai anti-piretik dan diuretik. Hibrid dari kultivar kelapa berpotensi untuk memberikan panen lebih dari 6 t/ha kopra per tahun (3.7 ton minyak). Cocos nana Griff. 14: Vegetable oils and fats p.76-84 (author(s): Ohler, J.G. & Magat, S.S.) Biodiesel, Bioetanol, PPO

Sinonim Sumber Prosea Kategori

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 13

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

7.

Corypha utan Lam. (Gebang)

www.kehati.or.id/florakita /palms/Corypha/utanQ.html

Spesies Nama Inggris Nama Indonesia

Deskripsi

Distribusi/Penyebaran

Habitat

Gambar 4.7. Tanaman Gebang (Corypha utan Lam.) Corypha utan Lam. Gebang palm, buri palm, agel palm Gebang Tumbuhan gebang termasuk jenis palem yang tingginya 15 - 20 m. Pada pucuk batang terdapat daun-daun berbentuk kipas, bertangkai panjang. Tangkai daun ini pada pangkalnya dekat batang utama tersusun rapi seperti genting. Batang utama diameter 35 - 75 cm mengandung pati seperti sagu. Pada pucuk batang terdapat getah coklat kemerahan. Bentuk perbungaan malai terdapat di ujung batang mempunyai seludang bunga yang kokoh, warna bunga putih, wangi; setelah berbunga gebang akan mati. Buah bulat telur berdiameter 2 - 3.5 cm. Tersebar liar dan ditanam dari India (Assam, P. Andaman), Srilanka, Bangladesh terus ke Asia Tenggara dan Australia tropis. Di Indonesia umumnya terdapat di daerah yang agak kering di pinggir pantai seperti di Jawa Tengah, dan pulau-pulau sebelum timur Jawa seperti P. Timor, P. Sumba dan lainnya. Tumbuh baik di dataran rendah pada daerah terbuka dan kering, jarang di

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 14

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


temukan di atas 400 m dpl. Di Jawa ditemukan di daerah terbuka, seperti pada padang rumput dengan ketinggian sampai 200 m dpl. tetapi tidak di temukan di daerah pantai atau daerah mangrove (hutan bakau). Gebang diperbanyak dengan bijinya atau dengan semai yang tumbuh dari tanah sekitarnya. Viabilitas biji dapat hilang secara cepat. Jarak penananam yang diusulkan di Filipina adalah 5 m x 5 m, tetapi ini biasanya diperuntukkan tanaman yang ditanam di sekitar rumah, bukan di perkebunan. Sagu diperoleh dari batang palem pada saat mendekati masa pembungaan. Pati yang berwarna merah dapat memperlancar pencernaan, tetapi biasanya hanya dikonsumsi orang pada masa paceklik (kekurangan makanan). Daun dewasa lontar utan dapat digunakan untuk atap dan dinding rumah, untuk membuat berbagai kerajinan seperti jas hujan, payung dan tikar kasar. Batang dapat digunakan untuk atap, ubin, dinding dan tangga. Sari buah dapat disadap dari puncuk pohon palem atau dari perbungaannya. Cairan dari tandan bunga diproses menjadi sumber gula, alkohol atau cuka. Akhir-akhir ini, cairan tandannya sudah dimanfaatkan sebagai bahan bioetanol. Sari tersebut rasanya manis dan bisa berubah menjadi anggur palem (`tuba` di Filipina), gula, alkohol atau cuka. Buah muda enak dimakan, tetapi buah yang hampir masak bersifat racun dan digunakan sebagai racun ikan. Biji muda dapat dibuat menjadi permen dengan memasaknya dalam sirup. Biji yang masak, keras seperti gading dan hitam, digunakan untuk membuat kancing baju, kalung dan tasbih. Dalam pengobatan tradisional di Indonesia, rebusan akar dapat untuk obat diare, sedangkan akar yang dikunyah untuk obat batuk. Sagu dapat mengobati gangguan usus. Corypha gembanga (Blume) Blume, Corypha elata Roxburgh, Corypha gebanga Blume 17: Fibre plants p.114-117 (author(s): Nasution, RE ; Ong, HC) Bioetanol

Perbanyakan

Manfaat tumbuhan

Sinonim Sumber Prosea Kategori

8.

Elaeis guineensis Jacq. (Sawit)

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 15

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

www.kehati.or.id/florakita

Spesies Nama Inggris Nama Indonesia

Deskripsi

Distribusi/Penyebaran

Habitat

Perbanyakan

Gambar 4.8. Tanaman Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Elaeis guineensis Jacq. Oil palm, African oil palm kelapa sawit Palem pohon mencapai tinggi hingga 30 m, dengan daun di ujungnya. Daun tersusun spiral, berpelepah daun dengan serabut di bagian ujungnya, tangkai daun dengan berduri. Perbunggan tunggal, di ketiak daun, bunga tunggal, berbulir atau bertongkol. Perbuahan terdiri atas 500 - 3000 buah bergerombol, buahnya membulat atau lonjong, tidak bertangkai. Biji biasanya satu, kadang 2 atau 3, dengan testa coklat tua. Kelapa sawit berasal dari Afrika Barat dan Afrika Tengah, berdasarkan fosil yang ditemukan delta Niger mungkin merupakan pusat kelapa sawit. Introduksi kelapa sawit di Asia Tenggara mulai dengan dibawahnya 4 buah biji ke Kebun Raya Bogor pada tahun 1848. Keturunan kelapa sawit ini yang kemudian menjadi dasar perkembangan industri kelapa sawit di Indonesia yang dimulai sejak tahun 1911, terutama di P. Sumatra, yang kemudian melebar ke seluruh Nusantara ini. Kelapa sawit sangat cocok tumbuh di hutan dataran rendah. Untuk mendapatkan hasil yang optimum, tumbuh di daerah dengan curah hujan 1800 - 2000 mm dan ketersediaan air kurang dari 250 mm per tahun. Temperatur rata-rata yang dibutuhkan 2224C dan 2933C. Kelapa sawit banyak dipengaruhi oleh keadaan temperatur, eifisensi fotokimia di bawah temperatur 35C. Kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai macam tanah seperti latosol, tanah volkanik muda, aluvial dan tanah gambut. Selain itu kelapa sawit toleran pada tanah asam dengan pH 4.2 - 5.5, menyukai tanah yang dalam (>1.5 m), tersedianya air tanah (11.5 mm/cm soil depth), carbon organik (>1.5% pada permukaan tanah) dan kapasitas perubahan kation (>100 mmol/kg). Tanah yang mempunyai drainase baik dan tidak adanya genangan air yang permanen merupakan persyaratan tempat tumbuh kelapa sawit. Penanaman kelapa sawit dilakukan dengan biji yang umumnya akan kehilangan daya kecambahnya dalam waktu 9 - 12 bulan pada temperatur kamar. Perkecambahan yang tinggi dapat dilakukan dengan menyimpan biji selama 24 - 30 bulan di tempat berpendingin (820C) dan kelembaban biji 2122%. Untuk memecahkan dormansi, biji dipanaskan pada temperatur 3940C selama 6080 hari yang kemudian diikuti dengan pendinginan dan rehidrasi. Pembudidayaan dengan embrio kultur juga dapat dilakukan

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 16

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


dan akan berkecambah dalam waktu 24 jam. Ketika tanaman masih muda, diperlukan naungan hingga berumur 3 bulan. Jarak tanam kelapa sawit adalah 9 m dalam bentuk segitiga sehingga memberikan jumlah tanaman 143 tanaman/ha. Minyak yang diperoleh dari kelapa sawit digunakan untuk berbagai produk misalnya minyak masak, mentega, lemak untuk menggoreng, pabrik roti dan biskuit, pastry, kripik kentang, es cream, dan gula-gula. Kelapa sawit juga digunakan untuk membuat bubuk sabun cuci, sabun, kosmetik, lilin, glycerol dan asam lemak. Kelapa sawit juga diperlukan dalam industri baja, plastik dan lainnya. Sisa padat minyak dapat digunakan untuk pakan ternak. Akhir-akhir ini minyak kelapa sawit diusulkan sebagai bahan baku biofuel. 14: Vegetable oils and fats p.85 - 93 (author(s): Hardon, J.J., Rajanaidu, N. & Vossen, H.A.M. van der) Biodesel

Manfaat tumbuhan

Sumber Prosea Kategori

9.

Glycine max (Linn.) Merr. (Kedelai)

Spesies

Gambar 4.9. Tanaman Kedelai (Glycine max (Linn.) Merr.) Glycine max (Linn.) Merr.

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 17

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


Soya bean, Soybean Kedelai, Kacang Gimbol Terna tahunan tegak dengan tinggi 0.21.5 m,kadang-kadang merayap, dan berbulu kecoklatan atau keabuan. Dengan adanya bakteri Rhizobium japonicum maka bintil akar terbentuk. Batang bercabang atau tidak bercabang dan menjadi berkayu. Daun berseling, berdaun tiga, gundul hingga berbulu. Daun berbentuk bundar telur hingga melanset, membundar, ujung daun meruncing hingga menumpul. Perbungaan tandan di ketiak dan atau di ujung dengan 330 bunga, bunga kecil, bentuk kupukupu, berwarna ungu atau putih. Polong agak melengkung dan biasanya agak gepeng, berwarna kuning, hijau, coklat atau hitam dengan kombinasi warna-warna tersebutl. Kedelai mulai didomestikasi di bagian timur Negeri China utara di sekitar abad ke-11 sebelum masehi. Dari sana menyebar ke daerah lain hingga ke Indonesia melalui jalur sutera. Kedelai dapat tumbuh dari garis katulistiwa hingga ke garis lintang 55 N atau 55 S, dan mulai dari ketinggian di atas permukaan laut hingga mendekati ketinggian 2000 m. Kedelai adalah tanaman berhari pendek. Beberapa kultivar menjadi tanaman berhari pendek secara kuantitatif dan beberapa hampir sepenuhnya tidak sensitif terhadap fotoperiode. Tanggapan terhadap fotoperiode karena oleh temperatur. Adanya perbedaan dalam fotoperiode, temperatur dan kepekaan yang relatif dari genotif yang berbeda akan menentukan kecepatan dan jangka waktu perkembangan perbungaan kedelai, baik yang tumbuh di daerah hangat atau tropis. Temperatur di bawah 21 C dan di atas 32 C dapat mengurangi inisiasi bunga dan pembentukan polong, temperatur ekstrim di atas 40 C akan mengganggu produksi biji. Jika air tersedia kedelai dapat tumbuh sepanjang tahun baik di daerah dan subtropis.; Penggunaan air harian kedelai adalah sebanyak 7.6 mm, dan memerlukan 500 mm secara keseluruhan untuk mendapatkan hasil panen baik. Kekeringan akan selama musim berbunga akan mengurangi pembentukan polong. Kedelai dapat toleran terhadap adanya air berlebihan dalam jangka pendek, bagaimanapun, kerusakan biji karena iklim adalah suatu masalah serius di musim hujan.; Kedelai sensitif pada pH rendah, melabur lahan asam dapat dilakukan untuk meningkatkan pH tanahhingga 6.0 atau 6.5 untuk memperoleh jumlah maksimum produksi kedelai. Adanya toksisitas Mn, Fe dan Al di pH tanah rendah dan adanya defisiensi Mn dan Fe pada pH tinggi lahan adalah umum dijumpai. Kultivar dengan toleran terhadap kekurangan Fe yang tersedia. Perbanyakan kedelai disebarkan oleh biji. Kedelai dapat ditanam baik sebagai tanaman tunggal atau dalam berbagai sistem tumpangsari dengan jagung, singkong, gandum, pisang, tebu, karet, kelapa sawit, kelapa dan buah-buahan. Dalam kebun jagung dan gandum, kedelai dapat

Nama Inggris Nama Indonesia

Deskripsi

Distribusi/Penyebaran

Habitat

Perbanyakan

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 18

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


ditumpangkan dalam dua baris. Kedelai juga dapat ditanam di atas pematang sawah. Apabila bukan untuk tujuan komersil, kedelai dapat ditaburkan pada tunggul padi masing-masing berderet dengan suatu pengaturan jarak 25 x 25 cm atau 20 x 20 cm. Di lahan komersil, kedelai ditaburkan berderet dengan jarak antar baris 4050 cm dan di dalam baris tersebut, dibuat lubang dan ditanam pada jarak 10 cm dan diisi dua hingga tiga butir bijji. Penaburan lepas setelah panen padi juga dapat dilakukan. Di Indonesia beberapa petani merendam biji semalam dan menaburkan pada hari berikutnya. Kebanyakan dari petani kedelai di Asia Selatan dan Asia Tenggara adalah para petani penggarap. Kedelai digunakan untuk pembuatan makanan baik yang segar, difermentasi dan produk makanan yang dikeringkan seperti susu, tofu, tempe, miso, yuba, soya kuah dan tauge. Kedelai tidak hanya digunakan untuk makanan tetapi juga digunakan untuk obat berbagai penyakit dan penyakit badan. Kedelai (lebih disukai yang hitam) tercakup dalam resep obat untuk meningkatkan fungsi jantung, hati, ginjal, perut dan usus besar. Kedelai juga dapat diambil minyaknya dan untuk banyak tujuan industri. Sebagai minyak yang dapat dimakan dimasukkan ke pasar sebagai minyak salada, minyak goreng, margarin dan shortening. Ampasnya yang kaya akan protein sebagian besar digunakan untuk makanan ternak. Produksi kedelai dunia diharapkan akan mengganda dalam dua dekade ke depan. Banyak petani di negara berkembang dan yang mengembangkan hasil pemanenan lebih tinggi dibanding rata-rata hasil untuk negara-negara mereka. Kultivar yang dapat beradaptasi lebih baik diharapkan untuk meningkatkan dan menstabilkan hasil panen. Meningkatnya banyak ilmuwan dan adanya tekanan oleh kebijakan nasional untuk meningkatkan produksi kedelai akan mendorong kearah hasil lebih tinggi. Koleksi dan eksploitasi plasmanutfah asli, meningkatkan ketahanan terhadap hama dan penyakit, peningkatan mutu gizi dan mengidentifikasi praktek manajemen yang sesuai untuk memanfaatkan potensi hasil ekonomi kultivar yang maksimum harus diberi prioritas.Sisa minyak yang diperoleh dari kedelai berpotensi untuk digunakan dalam pembuatan biodiesel. Phaseolus max L, Glycine hispida (Moench) Maxim, Soja max (L.) Piper 1: Pulses p.43-47 (author(s): Shanmugasundaram, S; Sumarno) PPO

Manfaat tumbuhan

Sinonim Sumber Prosea Kategori

10. Helianthus annuus Linn. (Bunga Matahari)

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 19

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

6_sunflowers_in_our_garden.jpg

Gambar 4.10. Tanaman Bunga Matahari (Helianthus annuus Linn.) Spesies Nama Inggris Nama Indonesia Helianthus annuus Linn. Sunflower Bunga matahari Jenis ini merupakan herba tegak tahunan yang tingginya mencapai 4 m. Akar tunjangnya kuat dan dalam dengan banyak akar samping. Batang tegak tetapi agak melengkung pada tanaman yang dewasa, jenis yang liar mempunyai banyak percabangan sedang yang sudah dibudiayakan agak jarang percabangannya. Daunnya menjantung dan berhadapan, daun yang lebih besar menjadi bundar telur dan berseling dalam spiral. Helaian daun menjantung hingga membundar telur, tepinya bergerigi, kedua sisinya ditutupi bulu yang berkelenjar dan tanpa kelenjar. Perbungaan bongkol di ujung,kadang-kadang jatuh, cawan datar sampai cembung atau cekung, berbulu. Bunga bagian luar steril tetapi sangat menarik, mudah gugur, daun mahkota menjorong, warna kuning, kadang-kadang putih, oranye atau merah, bunga bagian dalam biseksual, tersusun spiral melingkar dari pusat bongkol. Buahnya seperti cawan (bunga matahari baisanya menghasilkan biji), bundar telur terbalik, agak menyegi empat dengan ujung rompong, dengan pangkal membulat, bervariasi ukuran dan warnanya, warna putih, krem, coklat, ungu, hitam, atau putih abu-abu dengan garis hitam. Biji dengan kulit biji tipis, satu lapisan endosperma, embrio lurus yang umumnya terdiri atas 2 biji. Bunga matahari liar terdapat di Amerika tenggara dan kemudian menyebar ke daratan Amerika utara, sebagian tumbuh alami dan sebagian dibawa waktu migrasi manusia jaman sebelum prasejarah. Di Eropa bunga matahari menjadi popular setelah diintroduksikan lewat kebun raya di Madrid pada tahun 1510 dari Meksiko. Jenis ini berpotensi sebagai minyak

Deskripsi

Distribusi/Penyebaran

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 20

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


goreng. Pada abad 18 Rusia menanam lebih dari 150,000 ha untuk pabrik minyak goreng. Di Rusia pada tahun 1930, lebih dari 3 juta ha bunga matahari di panen setiap tahun. Produksi bunga matahari di Asia Tenggara akhir-akhir ini yaitu Burma dan Thailand merupakan produk utama. Bunga matahari di tanam terutama di daerah dingin hingga subtropik panas. Di tropik bunga matahai dapat tumbuh di daerah keing pada keinggian sampai 1500 m dpl., tetapi bunga matahari tidak cocok dengan iklim yang lembab. Temperatur optimum untuk pertumbuhan adalah 23 27C. Ketika tumbuh di daerah yang panas, minyaknya rendah dan komposisi minyak berubah dengan asam linoleik kurang dan asam oleik tinggi. Temperatur untuk pertumbuhan antara 46C dan maksimum temperatur pertumbuhan 40C. Kebanyakan kultivar bunga matahari menunjukkan hari netral atau memberikan respons hari panjang pada cahaya, tetapi paling tidak membutuhkan 1 hari pendek. Hari cahaya panjang dapat menyebabkan tanaman menjadi tinggi. Kebutuhan air adalah 300700 mm selama masa pertumbuhan, tergantung dari kultivarnya, tipe tanah dan iklim. Curah hujan lebih dari 1000 mm meningkatkan resiko kebanjiran dan timbulnya penyakit. Bunga Matahari dapat mengekstraksi kelembaban tanah dari pada tanaman lain. Udara yang kering setelah terbentuknya biji sangat penting untuk membuat kemasakan tanamannya. Tanah yang cocok untuk bunga matahari dari tanah berpasir hingga tanah liar sangat cocok untuk pertumbuhan bunga matahari, dengan drainase yang baik dan tidak asam atau asin, paling cocok pH berkisar dari 5.7 sampai 8.1. Budidaya bunga matahari dengan biji dengan cara diterbarkan langsung di lapangan dengan kedalaman 3 - 8 cm. Jenis ini memerlukan tempat pembibitan medium yang bebas gulma. Penanaman dengan cara mekanik, biji rata-rata 3 - 8 kg/ha tergantung pada ukuran biji dan jaraknya. Jarak yang umum digunakan adalah 6075 cm antar baris dan 2030 cm dalam baris. Kerapatan tanaman bervariasi tergantung dari pada lingkungan dan kultivarnya 15 00030 000 tanaman/ha dibawah hujan dan 40 00060 000 untuk bunga matahari yang diirigasi. Dengan biji yang bagus, perkecambahan lebih dari 80% dapat diperoleh. Bunga matahari mempunyai kemampuan untuk menggantikan kerapatan yang rendah atau tanaman yang dapat meningkatkan total biomasa, ukuran biji dan jumlah biji per tanaman, memberikan faktor tumbuh seperti kelembaban dan zat makan yanag tidak terbatas. Biji bunga matahari dapat menghasilkan minyak goreng yang mempunyai kualitas baik karena mengandung konsentrasi asam lemak yang tinggi, mempunyai warna muda yang menarik, mempunyai rasa enak.Minyak bunga matahari hanya untuk minyak goreng atau minyak salad dan digunakan di pabrik mentega, kadang-kadang sebagai produksi bunga matahari murni tetapi lebih sering dicampur dengan kedelai dan minyak

Habitat

Perbanyakan

Manfaat tumbuhan

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 21

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


sayur lainnya. Minyak bunga matahari juga digunakan sebagai minyak pengering pada cat dan vernis, dan pada pabrik sabun. Produk utama bunga matahari adalah makanan kaya protein yang digunakan untuk pakan ternak. Untuk tujuan ini bunga matahari digiling dengan kacang hijau. Bunga matahari yang diolah lemaknya cocok untuk makanan manusia dan digunakan sebagai pengganti tepung gandum dalam roti dan kue. Secara umum dapat dikatakan bahwa 25% biji terbanyak dikonsumsi sebagai makanan yang dipanggang dan digarami, bagian 30 - 50% digunakan bijinya dalam permen dan produk roti dan sebagian kecil bijinya sebagai makanan burung dan ternak. Karena itu bunga matahari sering ditanam sebagai pakan ternak. Jenis ini memerlukan musim tumbuh yang pendek, lebih toleran pada kekeringan dan menghasilkan silase seperti bagian dalam jagung. Bunga matahari juga ditanam sebagai tanaman hias dan tanaman pot. Dahulu, warna kuning dan ungu diekstraksi dari bunganya. Bunga matahari menghasilkan minyak sayur, tetapi mungkin dapat disebarluaskan di Asia Tenggara terutama daerah yang kering. Penjajagan penggunaan bunga matahari sebagai bahan baku energi dapat dipertimbangkan dan masih perlu dilakukan penelitian tentang faktor sosial ekonominya. 14: Vegetable oils and fats p.101 - 107 (author(s): Vossen, H.A.M. van der & Duriyaprapan, S. ) PPO

Sumber Prosea Kategori

11. Hodgsonia macrocarpa (Blume) Cogn. (Akar Kepayang)

Gambar 4.11. Tanaman Akar Kepayang (Hodgsonia macrocarpa (Blume) Cogn.)

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 22

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Spesies Nama Inggris Nama Indonesia Deskripsi

Distribusi/Penyebaran Habitat Perbanyakan

Manfaat tumbuhan

Sinonim Sumber Prosea Kategori

Hodgsonia macrocarpa (Blume) Cogn. Kadam seed akar kepayang Liana berumah dua, panjangnya 30 m. Daunnya 3 cuping, Buahnya agak membulat, bentuk buah buni, warna merah coklat. Biji 6 - 12, tebal, bulat telur. Akar kepayang tumbuh tersebar dari India, Thailand, Indo-Cina, Cina selatan, Malesia barat. Jenis ini tumbuh di hutan, dan savana pada ketinggian hingga 1700 m dpl. Budidaya dilakukan secara umum dengan biji. Biji dapat dimakan setelah dimasak atau di panggang. Biji juga menghasilkan minyak yang dapat dimakan yang juga dapat digunakan dalam obat tradisional. Daunnya digunakan untuk mengobati luka pada hidung, dan rebusan daunnya digunakan untuk mengobati panas. Selain itu tanaman ini juga digunakan untuk pewarna. Di Cina minyak akar kepayang adalah 2.5 kg/tanaman per tahun. Minyak akar kepayang mempunyai potensi sebagai bahan baku energi, namun masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Hodgsonia capniocarpa Ridley. 2: Edible fruits and nuts p.341 (author(s): Verheij, E.W.M. and Coronel, R.E.) PPO

12. Jatropha curcas Linn. (Jarak Pagar)

Gambar 4.12. Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.)

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 23

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Spesies Nama Inggris Nama Indonesia

Deskripsi

Distribusi/Penyebaran

Habitat

Perbanyakan

Manfaat tumbuhan

Sinonim

Jatropha curcas Linn. Physic nut, purging nut jarak pagar Pohon kecil tinggi hingga 5 m dengan getah merah muda, kulit kayu licin, coklat kehijauan atau abu-abu kekuningan, terkelupas seperti sisik kertas. Daun membundar telur lebar, dasarnya menjantung, agak berbulu tersebar sepanjang tulang daun utama pada bagian bawah, sedangkan di bagian pemujkaan atas gundul. Perbungaan agak malai, bunga jantan mempunyai daun kelopak bundar telur kira-kira 2 mm, mahkota bunga setengahnya bersatu, kuning kehijauan. Buah menjorong lebar, biji hitam dengan karunkel sedikit. Jatropha curcas mungkin berasal dari Mexico dan America Tengah, tetapi dimasukkan ke negara tropik dan negara subtropik seperti Florida, Afrika Selatan sudah lama sekali. Jenis ini sudah ditanam di seluruh kawasan Malesia, teutama di daerah yang kering. Jatropha curcas telah lari dari penanaman dan mungkin tumbuh meliar. Jarak tumbuh di daerah yang mempunyai drainase baik, tanah yang beraerasi baik dan tanah yang mempunyai adaptasi baik hingga tidak subur. Jenis ini mungkin juga terdapat di tanah berbatu, di pinggir sungai dan habitat yang sama dari permukaan laut hingga ketinggian 1700 m dpl. Jarak mudah dibudidayakan dengan stek batang yang berukuran 45 - 100 cm dan berkembang sangat cepat daripada dari biji. Stek batang berakar dengan cepat bila ditanam di media beraerasi baik tanpa hormon tumbuh. Stek dengan panjang 30 cm menimbulkan banyak akar dan ketahanannya lebih tinggi daripada stek berukuran 15 cm. Dalam 1 kg terdapat 1700 2400 biji. Biji direndam semalam untuk meningkatkan hasil perkecambahannya. Biji memerlukan 10 hari untuk berkecambah. Di tanah yang berat, pembentukan akar agak tereduksi. Di Thailand jarak 2 x 2 m menunjukkan perkembangan vegetatif yang baik dan hasil biji tertinggi hampir 800 kg/ha dari tanaman berumur 13 - 14 bulan. Jarak untuk Jatropha curcas adalah 0.5 - 1.5 x 1 - 2 m (tergantung dari hujan) sampai 2 x 2 m (beririgasi) ketika ditanam biji langsung, 1 - 3 ketika kecambah ditanam dan 2 - 3 x 1.5 - 3 m ketika stek ditanam. Minyak biji jarak merupakan produk terbaik yang digunakan untuk pembersih, walaupun pemakaian seringkali bertujuan untuk meracun. Minyaknya digunakan sebagai pabrik lilin dan sebagai bahan bakar untuk masak, dan telah dikembangkan sebagai biofuel. Daunnya digunakan untuk obat luka dan gatal, sebagai anti parasitik sakit kulit dan sebagai obat untuk mengobati paralysis dan rematik di Indonesia. Curcas purgans Medik. (1771), Curcas indica A. Rich. (1853), Jatropha afrocurcas Pax (1909).

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 24

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


12(1): Medicinal and poisonous plants 1 p.324-325 (author(s): Susiarti, S., Munawaroh, E. & Horsten, S.F.A.J., ) Biodiesel

Sumber Prosea Kategori

13. Linum usitatissimum Griseb. (Linum)

Gambar 4.13. Tanaman Linux (Linum usitatissimum Griseb.)

Spesies Nama Inggris Nama Indonesia

Deskripsi

Linum usitatissimum Griseb. Flax, textile flax, linseed linum. Merupakan herba satu tahunan yang tegak, tinggi mencapai 1.2 m. Batang pipih, tegak, biasanya soliter, tanaman yang ditanam dari biji biasanya lebih pendek, gundul, hijau keabuan. Daun tersusun bertolak belakang hingga spiral, tidak bertangkai, helaian daun menjorong sempit, memita atau memita-lanset, gundul, hijau keabuan. Perbungaan di ujung, dengan bunga yang tersusun berlawanan dengan daun; pedicel tegak, panjang 1 3.5 cm.

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 25

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


Bunga bisexual, agak membentuk cakar di pangkalnya, warna putih hingga biru pucat atau biru ungu dengan bintik merah mura. Buah kapsul membulat, masing - masing terbagi oleh lapisan tipis, tiap locule berisi 2 biji, tiap buah mengandung 10 biji. Biji pipih, kuning hingga coklat tua. Daerah asal utama Linum usitatissimum masih diperdebatkan, tetapi keragaman bentuk terbesar di India dan diyakini kemungkinan tanaman ini berasal dari sana dan disebarkan ke jalur utara dan barat. Mediterranean juga diduga merupakan daerah asal tanaman ini. Tanaman ini dibudidayakan sebagai tanaman serat. Di Asia tenggara Linum usitatissimum dibudidayakan di Thailand Utara (Chiang Mai) dan secara lokal dalam skala kecil di Indonesia (Jawa). Setelah percobaan sukses dengan rami di pegunungan Jawa dalam pertengahan awal abad ke 20, ketertarikan budidaya rami dilakukan pada tahun 1970an dan 1980an dengan tujuan mengurangi import serat rami untuk pembuatan kertas. Linum usitatissimum merupakan tanaman berhari panjang. Untuk hasil serat optimum dan brkualitas, tanaman ini membutuhkan temperatur sedang hingga dngin dan kelembaban cukup selama masa pertumbuhan. Hasil optimum di Eropa, diperoleh dengan kisaran temperatur 1030C, kelembaban relatif 6070%, dan curah hujan 150200 mm. Hujan deras dan angin kencang menyebabkan tanaman roboh.Temperatur 6C dapat mematikan tanaman pada tahap perkecambahan dan adanya salju kemungkinan menyebabkan kegagalan saat perbungaan. Kondisi yang hangat, kering sangat menguntungkan untuk pertumbuhan hingga pembentukan biji. Curah hujan setelah tahap ini menyebabkan pembungaan kedua dan kematangan tidak merata. Percobaan di Jawa pada tahun 1930an, mengindikasikan bahwa rami dapat menghasilkan kualitas serat yang bagus pada ketinggian 10001600 m alt. Pada percobaan di awal tahun 1980an pada ketinggian 800 hingga 1400 m, 13 kultivar dapat tumbuh bagus, dalam arti tinggi tanaman dan berat kering jerami, ketika ditanam pada ketinggian 1200 m alt. Tanah yang optimal untuk rami adalah tanah dengan drainase bagus tetapi menyimpan kelembaban dan den tekstur sedang hingga berat, seperti tanah lempung dan tanah liat. Tanah sebaiknya bagus dan tidak mudah menjadi keras. Rami sensitif terhadap tanah bergaram dan tidak terbentuk bagus pada pH kurang dari 5 atau diatas 7. Linum diperbanyak dengan biji. Karena ukuran biji yang kecil kamampuan bersaing yang rendah pada kecambah linum, maka harus dipersiapkan sebaik mungkin, tempat persemaian biji bebas gulma dengan kelembaban yang cukup merupakan hal yang penting untuk keberhasilan penanaman. Biji dapat disemaikan dengan menggunakan tangan dan kemudian dicangkul dan dikubur, tetapi metode ini tidak memperhatikan kedalaman dan kematangan. Untuk itulah disarankan persemaian biji dengan mesin drill. Kedalaman persemaian yang optimal tergantung pada tipe tanah dan

Distribusi/Penyebaran

Habitat

Perbanyakan

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 26

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


tingkat kelembaban. Pad tanah berat, biasanya cukup 1.5 cm, sedangkan untuk tanah yang lebih gembur, kedalaman 2 cm untuk menjamin imbibisi. Rata-rata biji tergantung pada genotype, metode penanaman, kondisi kelembaban dan tujuan produksi (untuk serat, biji atau keduanya). Dengan drill, rata-rata biji untuk produksi serat dengan supply air optimal adalah 80110 kg/ha. Untuk penanaman dengan menggunakan tangan rata-rata biji tertinggi yang direkomendasikan adalah 150 kg/ha. Rata-rata biji yang direkomendasikan untuk tanaman yang ditanam untuk menghasilkan biji sangat bervariasi yaitu 17 kg/ha untuk kondisi curah hujan rendah dan untuk kondisi yang lebih basah adalah 5590 kg/ha. Jarak tanam untuk serat linum 615 cm, dengan kerapatan tanaman 18003300 tanaman/m. Biji yang akan ditanam harus bebas dari cahaya, kerutan, sisik atau penyakit dan di rawat dengan memberikan fungisida untuk membunuh penyakit surface-borne.; Percobaan pada tahun 1980an di Kebun percobaan Manoko (dekat Bandung di Jawa, pada ketinggian 1200 m alt) dengan 12 kultivar linum memperlihatkan bahwa batang lebih tinggi ketika biji disemaikan pada bulan November atau Januari daripada disemaikan pada bulan Maret. Percobaan yang lain pada lokasi yang sama, hasil panen jerami tertinggi diperoleh pada kerapatan 2.5 cm di dalam garis dan 10 atau 15 cm antar garis. Serat kulit kayu Linum digunakan dalam berbagai tekstil rumah tangga (handuk, taplak meja, dsb), perlengkapan rumah (tirai, penutup dinding dan hiasan dinding) serta pembuatan pakaian. Serat yang dimiliki tanaman ini cocok untuk penggunaan ini karena mempunyai kemampuan menyerap kelembaban yang tinggi, kuat, mudah dicuci dan warna yang menarik. Ketidakuntungannya adalah mudah mengkerut. Serat batangnya juga digunakan dalam pabrik kertas yang halus seperti kertas sigaret, kertas gambar, uang kertas, kertas berharga dan juga kertas untuk dokumen penting. Serat untuk kertas berasal dari 3 sumber utama, yaitu material sisa dari penggilingan, serat pendek yang diperoleh ketika dilakukan pembuatan tekstil yang berkualitas tinggi dan serat yang diperoleh dari sisa-sisa yang masih menempel pada biji. Serat dari sisa ekstraksi ini digunakan dalam pabrik karton yang dicampur dengan serat lain. Minyak dari biji rami, digunakan juga untuk membuat sabun, tinta cetak, lonleum dan juga untuk membuat lapisan jas hujan sehingga tahan hujan. Sejumlah rami telah dimuliakan untuk mendapatkan kandungan minyak yang tinggi dan beguna untuk konsumsi manusia. Oleh sebab itu minyak linum juga digunakan untuk pabrik mentega dan minyak goreng. Sisa pembuatan minyak dapat digunakan untuk makanan ternak. Prospek linum sangatlah besar terutama bila ada pasar baru minyak linum dapat dibuat dengan formulasi sebagai pupuk, dengan perkembangan modifikasi genetik kultivar linum, kaya dalam asam linoleic dan asam lemak sangat sebanding dengan minyak bunga matahari.

Manfaat tumbuhan

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 27

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


17: Fibre plants p.172-179 (author(s): Lisson, S.N.) PPO

Sumber Prosea Kategori

14. Madhuca longifolia Macbride. (Nyatuh)

Gambar 4.14. Tanaman Nyatuh (Madhuca longifolia Macbride.) Spesies Nama Inggris Nama Indonesia Madhuca longifolia Macbride. Nyatoh: padang Nyatuh Pohon besar dengan getah, kadang sampai pada 50 m tingginya, biasanya dengan bulung sapai 100 cm diameternya, berbanir, seringkali tidak bercabang, Kulit kayu bagian luar licin, pecah-pecah atau bergaris-garis, biasanya kecoklatan, kulit kayu bagian dalam lunak dan berserabut, berwarna kemerahan sampai coklat kemerahan, kadang-kadang kuning. Daun tersusun spiral, biasanya bergerombol di ujung cabang. Perbungaan di ketiak daun, banyak bunga, bunga biseksual, daun kelopak 2 lingkaran, gundul atau berkelompok padat dengan beberapa bulu pada ujungnya; mahkota bunga membentuk tabung sepanjang cupingnya, biasanya berbulu pada staen pada leher tabung, berwarna putih, kuning muda atau hijau muda. Buahnya buah buni dengan kulit tipis atau tebal, terdiri dati 1 - 4 biji. Biji tipis, keras, dengan testa mengkilap. Madhuca tersebar dari India, Sri Lanka dan Cina Tenggara ke Niugini, dan mempunyai kira-kira 5 jenis di Indonesia Timur dan Papua Niugini. Seperti nyatoh lainnya, Madhuca longifolia didapatkan juga di hutan primer di dataran rendah hingga ketinggian 1000 m dpl. Polinator Madhuca longifolia adalah kelelawar yang tertarik untuk makan mahkota bunganya yang sangat manis.

Deskripsi

Distribusi/Penyebaran

Habitat

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 28

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


Budidaya Madhuca longifolia secara alami dilakukan dengan biji. Nyatuh di India digunakan untuk mebel, perahu dan kereta. Getah Madhuca merupakan getah perca terbaik. Minyak jenis ini juga dapat diperoleh untuk dalam makanan, untuk membuat sabun dan juga lilin. Potensi minyaknya untuk bahan baku energi perlu mendapat perhatian dan perlu dilakukan penelitian, karena jenis ini sudah dipertimbangkan menjadi bahan baku energi di India. 5(1): Timber trees: Major Commercial Timbers p.283 - 286. (author(s): Kartasubrata, J., Tonanon, N., Lemmens, R.H.M.J & Klaassen, R.) Biodiesel

Perbanyakan

Manfaat tumbuhan

Sumber Prosea Kategori

15. Madhuca montleyana (de Vries) J.F. Macbr. (Ketiau)

www.kehati.or.id/florakita

Gambar 4.15. Tanaman Ketiau (Madhuca montleyana (de Vries) J.F. Macbr.) Spesies Nama Inggris Nama Indonesia Madhuca montleyana (de Vries) J.F. Macbr. Nyatoh Ketiau Pohon hingga tinggi 40 m dengan getah, banir tidak ada atau kecil dan kadang-kadang terbentuk akar udara, kulit kayu kemerahan, getah putih, mahkota pohon padat. Daun terdapat tersebar rata atau berkelompok di ujung cabang, helaian daun membulat telur, bulat telur terbalik, atau menjorong. Bunga kuning hingga hijau, dengan daun kelopak berbulu

Deskripsi

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 29

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


bagian luar, mahkota bunga gundul kecuali bagian tenggorokan. Buahnya menjorong, gundul, hijau, kekuningan hingga kemerahan, 1 - 2 biji. Biji tanpa atau dengan endosperm tipis.

Distribusi/Penyebaran

Madhuca motleyana didapatkan di Semenanjung Thailand, Malaysia, Sumatra, Kepulauan Riau, Belitung dan Borneo. Madhuca motleyana tumbuh di dataran rendah pada ketinggian hingga 600 m dpl., tumbuh di hutan yang bergelombang, rawa air tawar dan rawa gambut, kadang-kadang terletak di dataran tinggi. Budidaya Madhuca biasanya digunakan bijinya, regenerasi Madhuca motleyana biasanya di rawa gambut. Minyak yang diperoleh dari biji Madhuca motleyana (yang dikenal sebagai `ketia oil`) digunakan sebagai campuran makanan dan pabrik sabun dan lilin. Buahnya dimakan oleh penduduk setempat. Minyaknya ada kemungkinan digunakan untuk bahan baku energi seperti halnya jarak pagar, namun masih memerlukan penelitian lebih lanjut. 18: Plants producing exudates p.85 - 87 (author(s): Ipor, I. ) Biodiesel

Habitat

Perbanyakan

Manfaat tumbuhan

Sumber Prosea Kategori

16. Manihot esculenta Crantz (Singkong)

www.kehati.or.id/florakita

www.plantamor.com

Gambar 4.16. Tanaman Singkong (Manihot esculenta Crantz) Spesies Nama Inggris Nama Indonesia Manihot esculenta Crantz Cassava Singkong, Ubi kayu

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 30

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


Perdu yang tidak bercabang atau kadang bercabang dua, tinggi bisa mencapai 4 m, bergetah putih dan mengandung sianida pada konsentrasi yang berbeda-beda. Umbi akar besar, memanjang dengan kulit berwarna coklat suram. Batang berkayu dengan tanda berkas daun yang tampak dengan jelas. Daun tungal tersusun secara spiral, panjang tangkai daun 5-30 cm, helaian daun rata sampai terbagi 3 - 10 sampai pangkal daunnya. Perbungaan dalam tandan di ujung batang dengan panjang 3-10 cm. Buah bulat telur bersayap 6 dengan diameter 1-1,5 cm, terdapat 3 biji di dalamnya. Berasal dari Amerika, pada tahun 1810 masuk ke Indonesia dibawa oleh orang-orang Portugis. Sekarang tumbuhan ini sudah tersebar di seluruh kepulauan Indonesia Dapat tumbuh sampai dengan ketinggian 1500 m dpl. Suhu optimum 2030oC, dengan curah hujan 5000 6000 mm pertahun, pH tanah yang disukai 5,5-7,5. Perbanyakan dilakukan dengan stek batang, bisa dilakukan dari biji tapi sangat jarang dilakukan. 65% ubinya digunakan untuk bahan pangan manusia, 20% pakan ternak dan 15% sebagai bahan baku industri. Sebagai bahan pangan manusia, akarnya setelah dikupas dipotong dan kemudian direbus, dikukus, dibakar atau digoreng. Di Asia Tenggara, penggunaan ketelah pohon sangat berbeda pada setiap negara. Di Thailand, pemanfaatan untuk manusia tidak penting. 95% dieksport terutama sebagai bahan pakan ternak ke negeranegara di Eropa. Sisanya digunakan sebagai bahan makanan manusia. Di Indonesia 60% merupakan bahan pangan manusia, 25% segar dan 35% dikeringkan, 25% lainnya digunakan untuk produksi tepung, yang umumnya digunakan untuk bahan makanan manusia seperti kerupuk, kue dan makanan kecil lainnya. 15% sisanya diekspor. Tepung dan monosodium glutamat merupakan produksi industri tradisional. Dengan peningkatan teknologi industri ketelah pohon, produk lain seperti alkohol, gula pemanis berdasarkan tepung seperti glukosa dan fruktosa menjadi lebih penting. Daun ketelah pohon digunakan untuk sayur dan juga pakan ternak. Proses fermentasi dari umbi dapat dihasilkan gula. Bioetanol

Deskripsi

Distribusi/Penyebaran

Habitat

Perbanyakan

Manfaat tumbuhan

Sinonim Sumber Prosea Kategori

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 31

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

17. Mesua ferrea Linn. (Nagasari)

Gambar 4.17. Tanaman Nagasari (Mesua ferrea Linn.) Spesies Nama Inggris Nama Indonesia Mesua ferrea Linn. Ceylon ironwood, Indian rose chestnut Nagasari Pohon dengan tinggi 30 m, tidak bercabang hingga tinggi 20 m, diameter 65 cm, banir kecil pada basalnya, kulit kayu memanjang, bersepihan, bergarisgaris tidak sama, coklat kotor hingga abu-abu dengan titik-titik ungu, kulit kayu bagian dalam merah kecoklatan hingga merah atau kemerahan, dengan getah putih bening hingga kuning pucat. Daun menjorong, agak keputihan di bagian bawah. Buah menjorong, duduk pada bekas daun kelopak. Nagasari tumbuh tersebar dari India, Sri Lanka, Burma (Myanmar), IndoChina, Thailand, Peninsular Malaysia dan Singapore; Mesua ferrea umum tumbuh di hutan yang selalu hijau pada tanah yang bergelombang, juga dipinggir dengan tanah yang rendah, dari permukaan tanah hingga 500 m dpl., tetapi ditanam sampai 1300 m. Mesua ferrea adalah sumber penting dalam kayu penaga. Tumbuhan ini umum digunakan sebagai tanaman hias. Bijinya mengandung minyak yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan biofuel, namun perlu diteliti lebih lanjut. 5(2): Timber trees:Minor Commercial timbers p.343-344 (author(s): Chua, L., Tonanon, N. & Fundter, J.M.) Biodiesel

Deskripsi

Distribusi/Penyebaran

Habitat

Manfaat tumbuhan

Sumber Prosea Kategori

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 32

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

18. Metroxylon sagu Rottb. (Sagu)

Gambar 4.18. Tanaman Sagu (Metroxylon sagu Rottb.)

Spesies Nama Inggris Nama Indonesia

Deskripsi

Metroxylon sagu Rottb. True sago palm, sago palm sagu, rumbia Palem dengan tinggi sedang, setelah berbunga mati. Akar berserabut yang ulet, mempunyai akar nafas. Batang berdiameter hingga 60 cm, dengan tinggi hingga 25 m. Daun menyirip sederhana, dengan tangkai daun sangat tegar, melebar pada pangkalnya menuju pelepah yang melekat pada batang, pelepah dan tangkai daun berduri tajam. Perbungaan malai di pucuk, bercabang-cabang sehingga menyerupai payung, bunga muncul dari percabangan berwarna coklat pada waktu masih muda, gelap dan lebih merah pada waktu dewasa; bunga berpasangan tersusun secara spiral, masing-masing pasangan berisi 1 bunga jantan dan 1 bunga hermafrodit, biasanya sebagian besar bunga jantan gugur sebelum mencapai antesis. Buah pelok membulat-merapat turun sampai mengerucut sungsang, tertutup dengan sisik, mengetupat, kuning kehijauan, berubah menjadi bewarna kuning jerami atau sesudah buah jatuh; bagian dalamnya dengan

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 33

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


suatu lapisan bunga karang berwarna putih. Biji setengah membulat, selaput biji merah tua. Sagu diduga berasal dari Niugini dan Maluku, tetapi telah tersebar diluar Asia Tenggara hinga dekat Kepulauan Pasifik. Di Indonesia, sagu ditemukan di beberapa daerah di Sulawesi, Kalimantan, Sumatra dan Jawa Barat, maupun pada beberapa pulau kecil yang tidak beriklim muson seperti Kepulauan Riau, Nias dan Mentawai. Daerah persebaran yang luas sagu adalah di Papua dan Papua Niugini. Palem sagu merupakan pohon di dataran rendah tropik yang basah, ditemukan secara alami sampai pada ketinggian 700 m dpl. (mencapai 1200 m dpl. di Papua New Guinea). Kondisi terbaik untuk pertumbuhan palem sagu adalah suhu rata-rata paling tidak 26C, kelembaban relatif 90% dan penyinaran kurang lebih 9 jam per-hari. Habitat palem sagu alami adalah di pantai berawa, tempat-tempat aliran sungai, dan tempat tinggi pada dasar lembah yang datar. Bila tumbuh di sepanjang sungai, pengaruh air pasang surut adalah habitat sagu, dan bisa cenderung mempengaruhi tingkat dan salinitas dari aliran air atau air tanah. Aliran air yang terjadi terus menerus merugikan pertumbuhan semai, seperti hubungan salinitas dengan konduktivitas listrik (EC) lebih dari 1 S/m. (EC air laut adalah 4.4 S/m). Meskipun demikian, kadang-kadang bahkan dengan air yang sangat asin bisa bertoleransi. Walaupun ditemukan pada tanah-tanah yang mengandung mineral, gambut dan tanah yang telah dipupuk, sagu tumbuh terbaik pada tanah yang mengandung mineral dengan kandungan bahan organik tinggi (mencapai 30%). Palem sagu sebagian besar diperbanyak dari tunasnya. Tunas yang berakar kurang lebih berumur 1 tahun dengan diameter pangkal 815 cm dipotong dari induk palem yang telah terseleksi dengan potongan tegak, ditinggalkan 15 cm dari batang tersebut untuk tetap melekat pada tunas sebagai cadangan makanan. Luka potongan kadang-kadang ditutup dengan abu kayu untuk mencegah kebusukan. Perlakuan luka potongan dengan fungisida telah menunjukkan bertambahnya viabilitas tunas. Potongan tunas dan akar harus dijaga dari kekeringan. Biasanya semua daun dipotong; kadang-kadang ujung dan semua atau bagian dari daun termuda yang terbuka lipatannya ditinggalkan pada tunas. Sebelum penanaman di lapangan, tunas-tunas dapat disimpan di pembibitan, di kantong politen atau diletakkan dalam air yang dangkal, atau jika air dalam dengan mengikatnya pada suatu rakit dan tinggal akar yang tergantung dalam air. Biasanya hanya kurang lebih setengah dari perbanyakan tunas yang berhasil. Kecepatan pertumbuhan tunas bisa bertambah dengan mengurangi waktu antara pemotongan tunas dan meletakkannya di pembibitan, dengan perlakuan pestisida untuk mencegah serangan Rhynchophorus, dan dengan pemberian naungan pada musim kering. Perbanyakan dari biji mempunyai tingkat keberhasilan yang lebih tinggi,

Distribusi/Penyebaran

Habitat

Perbanyakan

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 34

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


tetapi viabilitas biji sulit dicapai dan adanya keheterogenan dari semai. Tunas ditanam di lapangan pada jarak 6 m 6 m sampai 7 m 7 m. Pati yang tersimpan dalam batang merupakan makanan pokok di Papua. Di Indonesia dan Malaysia, pati digunakan dalam bidang industri di pabrik kue dan makanan ringan, mi dan kerupuk, dan di Amerika untuk bahan pembuatan bedak. Penggunaan bukan untuk makanan, mencakup adonan lem untuk kertas dan tekstil, dan meluas untuk pelekatan tripleks. Material yang segar sangat cocok untuk memproses industri selanjutnya, misalnya menjadi sirup dengan fruktosa tinggi dan etanol. Palem sagu mempunyai banyak kegunaan sekunder. Seluruh batang yang masih muda, empulur dan sisa-sisa empulur sebagai makanan hewan. Pepagan dari batangnya digunakan sebagai bahan bangunan rumah atau bahan bakar. Dinding, atap rumah dan pagar dapat dibuat dari tangkai daun (`gaba-gaba`); serabut dari lapisan luar tangkai daun digunakan untuk tali dan anyaman tikar. Penggunaan utama dari palem di Jawa Barat adalah pinak daunnya dapat menghasilkan atap yang terbaik (atap lalang) dan sangat berguna. Pinak daun yang masih muda dapat dibuat menjadi keranjang untuk bepergian dan penyimpanan pati yang masih segar (basah). Metroxylon rumphii Mart., Metroxylon squarrosum Becc. 9: Plants yielding non-seed carbohydrates p.121-127 (author(s): Schulinh, DL & Jong, FS) Bioetanol

Manfaat tumbuhan

Sinonim Sumber Prosea Kategori

19. Mucuna pruriens (L.) DC. (Kacang Babi)

Gambar 4.19. Tanaman Kacang Babi (Mucuna pruriens (L.) DC.)

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 35

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


Mucuna pruriens (L.) DC. Velvet bean Kacang babi Liana, berbulu dengan panjang 2-18 m long. Batang menggalah, agak berbulu putih, pendek atau panjang, kadang-kadang gundul. Daun berseling, berdaun tiga, daun penumpu cepat luruh, daun samping terlihat jelas tidak simetris, berbentuk membundar telur sungsang, membelah ketupat, bundar telur atau menjorong, berukuran (5-)7-15(-19) cm x (3-)512(-17) cm, daun ujung simetris dan berukuran lebih kecil, ujung daun meruncing-bertusuk, pangkal daun membundar, ditutupi dengan rambutrambut merapat berwarna abu atau keemasan yang akan menjadi hitam bila kering. Perbungaan tandan di ketiak, berisi bunga 1-banyak, berbulu keperakan. Bunga berwarna ungu kehitaman, lilac muda atau putih. Buah berbentuk lonjong, berisi 1 - 3, kadang 7 biji yang bagian ujungnya menyerong, sedikit gepeng, agak menonjol, berambut halus berwarna putih hingga coklat terang. Biji berbentuk lonjong-menjorong, sedikit gepeng, warna beragam, mulai dari coklat terang atau coklat-merah muda, sering dengan mosaik coklat gelap, moreng dengan latarbelakang abu, ungu atau hitam, hampir mengutuh hitam, abu, hitam keabuan atau putih. Kara benguk mungkin asli dari Asia Tenggara atau Selatan, dan telah tersebar secara luas diseluruh daerah tropika termasuk Indonesia. Tanaman ini telah dikenal secara luas oleh masyarakat di P. Jawa, Bali, Sumatra maupun Sulawesi utara dan Maluku. Kara benguk toleran terhadap rentang curah hujan tahunan yang luas dari 400-3000 mm, tetapi tidak tahan terhadap kekeringan karena sistem perakarannya yang dangkal, dan toleran terhadap kekeringan. Pertumbuhan terbaik kacang benguk bila rata-rata temperatur tahunan 1927C. Temperatur malam diatas 21C dapat merangsang perbungaan. Kacang benguk memerlukan intensitas cahaya tinggi dan akan memberikan hasil kurang baik ketika ditanam bersama dengan singkong atau jagung. Kacang ini tumbuh baik pada pasir berdrainase baik, tanah liat dan utisols dengan pH 5-6.5, tetapi juga tumbuh dengan baik pada lahan berpasir asam, tidak toleran terhadap air yang berlebih. Pada lahan yang memiliki humus subur dan lapisan tanah dibawahnya asam, lapisan berikutnya rendah P dan tinggi Al, maka pertumbuhan akar akan berkumpul hanya pada lapisan humus. Jika humus subur tidak ada maka sistem perakaran akan di kembangkan luas hingga ke tanah asam. Perbanyakan tanaman biasanya dengan biji. Biji tidak memerlukan perlakuan apapun, tetapi biji kering perlu direndam dalam air selama 24 jam. Tingkat perkecambahan pada benih segar adalah 90-100%, akan menurun sejalan dengan waktu. Benih yang disimpan di tempat kering dan dingin akan tetap bagus untuk sekitar 2 tahun, tetapi benih yang disimpan dalam suatu tabung yang tertutup rapat selama 3 bulan akan hilang

Spesies Nama Inggris Nama Indonesia

Deskripsi

Distribusi/Penyebaran

Habitat

Perbanyakan

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 36

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


kemampuan viabilitasnya. Perkecambahan akan terjadi dalam 4-7 hari. Di Asia Tenggara, penaburan dilakukan dari Januari ke Mei, pada musim hujan. Benih ditempatkan dengan kedalaman 2 cm dengan 2-4 benih perlubang. Untuk tanaman penutup di perkebunan karet di daerah Indonesia dan Malaysia, direkomendasikan suatu pengaturan jarak 2 m x 1 m atau 1.5 m x 1.5 m, diperlukan sekitar 15 kg benih per ha. Ketika ditanam untuk pupuk hijau di Indonesia, benih ditaburkan dengan jarak 30 cm x 20-30 cm dengan 2 benih per lubang, sedangkan di tempat lain benih ditebar bebas. Ketika ditanam secara tumpangsari dengan jagung, benih ditaburkan berderet 90120 cm terpisah pada dengan rata-rata jumlah 4-15 kg/ha. Kara benguk sebagian besar ditanam sebagai tanaman penutup dan pupuk hijau. Di Pulau Jawa biji ini difermentasikan menjadi tempe benguk, dan diperkirakan dapat digunakan sebagai bahan baku penghasil energi. Polongnya yang belum dewasa dan daun-daun muda kadang-kadang direbus untuk dijadikan sayur-mayur. Biji Mucuna pruriens yang direbus mempunyai suatu reputasi sebagai suatu aphrodisiak. Getah dari batang digunakan untuk menghentikan pendarahan dari luka kecil. Biji yang direbus adakalanya dimakan sebagai kacang-kacangan, polong muda dan daun muda digunakan sebagai sayur-mayur. Kemampuan kacang benguk dapat menutup lahan dengan cepat adalah sangat produktif, tahan pada kebanyakan penyakit dan hama, dan dapat menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan yang beragam. Ketahanannya terhadap penyakit dan hama juga membuat kacang ini sebagai tanaman sayuran dan polongpolongan yang menarik. Mucuna utilis Wall. ex Wight , Mucuna pruriens (L.) DC. var. utilis (Wall. ex Wight) Baker ex Burck , Mucuna pruriens (L.) DC. f. utilis (Wall. ex Wight) Backer . 11: Auxiliary plants p.199-203 (author(s): Wulijarni Soetjipto, N. & Maligalig, R.F.) PPO

Manfaat tumbuhan

Sinonim

Sumber Prosea Kategori

20. Nypa fruticans Wurmb. (Nipah)

Gambar 4.20. Tanaman Nipah (Nypa fruticans Wurmb)

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 37

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


Nypa fruticans Wurmb. Nipa palm, mangrove palm. Nipah Palem besar dengan batang menjalar, akar rimpangnya sebagian terbenam di dalam lumpur, dengan diameter hingga 45 cm, percabangannya dua-dua dengan interval yang tetap. Daunnya menggerombol 3 - 5 daun per tumbuhan, tegak, 4.5 - 14.2 cm panjangnya, menyirip sederhana, tangkai daunnya sangat keras, panjangnya hingga 1.5 m, beralur pada bagian adaksial, bagian bawah tulang daunnya bersisik coklat. Perbungaannya tunggal, tegak, tumbuh di antara daunnya, dan tampak muncul di atas permukaan air, perbuahannya seperti agak membulat, seperti buah batu, berwarna coklat hingga kehitaman, agak melengkung atau menyudut. Nipah merupakan salah satu angiospermae tertua dan kemungkinan besar jenis palem tertua. Saat ini utamanya dijumpai di daerah equator, melebar dari Sri Lanka ke Asia Tenggara sampai Australia Utara. Diintroduksi ke Afrika Barat di awal abad ke-20. Tegakan nipah alami terbesar dijumpai di Indonesia (700 000 ha), Papua Nugini (500 000 ha) dan Filipina (8000 ha). Nipah adalah tumbuhan tropis. Rata-rata suhu minimum pada daerah pertumbuhannya adalah 20C dan maksimumnya 32-35C. Iklim optimum adalah agak lembab sampai lembab dengan curah hujan lebih dari 100 mm per bulan sepanjang tahun. Nipah tumbuh subur hanya pada lingkungan air yang asin. Jarang dijumpai langsung di pantai. Kondisi optimum adalah saat bagian dasar palem dan rimpangnya terendam air asin secara reguler. Karena itu nipah mendiami daerah muara sungai yang masih mendapat akibat arus pasang surut dari sungai. Konsentrasi garam optimum adalah 19 per mil. Tanah rawa nipah berlumpur dan kaya akan endapan alluvial, tanah liat dan humus; kandungan garamnya bukan organik, kalsium, sulfur, besi dan mangaan tinggi, yang mempengaruhi aroma dan warna gelapnya. pH sekitar 5; kandungan oksigen rendah kecuali lapisan paling atas. Biasanya nipah dapat membentuk tegakan murni, tetapi di beberapa daerah tumbuh bercampur dengan pohon-pohon bakau yang lain. Perbanyakan generatif dengan biji (buah) dan vegetatif dengan rimpang yang bercabang. Metode `pocket and channel` telah digunakan dengan baik untuk memperbanyak nipah. Buah ditanam langsung pada kantong plastik atau di lubang sedalam 10-20 cm sepanjang tepi kanal-kanal irigasi. Kecambah ditumbuhkan dulu di persemaian kemudian dipindah ke lubanglubang. Jarak tanam 1.5-2 m, selanjutkan dijarangkan menjadi 400 tanaman per ha. Tegakan alami nipah biasanya rapat; di Papua New Guinea 20005000, di Filipina sampai 10 000 tanaman per ha. Nipah berpotensi dalam produksi gula, cuka dan alkohol. Gula tersedia langsung dalam bentuk sukrosa. Cairan dari nipah dalam bentuk liquid, sehingga tidak ada masalah seperti dalam gula tebu. Penyadapan dapat dilakukan sepanjang tahun. Agar industri gula nipah sukses, metode perlu

Spesies Nama Inggris Nama Indonesia

Deskripsi

Distribusi/Penyebaran

Habitat

Perbanyakan

Manfaat tumbuhan

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 38

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


dikembangkan untuk menghambat inversi sukrosa yang cepat dan fermentasi dari cairan nipah. Nipah berpotensi untuk menjadi bahan baku penghasil energi, karena dapat menghasilkan alkohol 11000 l per ha per tahun, lebih besar dari yang dihasilkan oleh gula tebu (5 500 l) dan ketela pohon (1350 l). Nipa fruticans Thunb., Cocos nypa Lour., Nipa litoralis Blanco 9: Plants yielding non-seed carbohydrates p.133-137 (author(s): Pivke, AEA) Bioetanol

Sinonim Sumber Prosea Kategori

21. Pongamia pinnata Merr. (Malapari)

http://www.winrock.org/fnrm/factnet/factpub/ FACTSH/P_pinnata.html

http://hast.sinica.edu.tw/plants_images/Pongam_fr.JPG

Gambar 4.21. Tanaman Malapari (Pongamia pinnata Merr.)


Spesies Nama Inggris Nama Indonesia Pongamia pinnata Merr. Pongam, Indian beech, Fijian longan malapari, longan Semak atau pohon bercabang melebar. Pepagan halus atau melekah tegak lurus samar-samar, abu-abu. Daun menyirip gasal, merah muda saat muda, hijau tua mengkilap di atas dan hijau pudar dengan urat menonjol di bawah saat tua; anak daun membundar telur, menjorong atau melonjong. Perbungaan tandan, berpasang-pasang dengan bunga yang sangat harum; mahkota bunga putih sampai pink, ungu di dalam, berurat kecoklatan di luar; membundar telur sungsang. Buahnya polong bertangkai pendek,

Deskripsi

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 39

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


menyerong-melonjong sampai menjorong, tidak merekah bila masak, berbiji 12. Biji membulat telur. Pongamia pinnata kemungkinan besar berasal dari India dan dijumpai secara alami dan naturalisasi dari Pakistan, India dan Sri Lanka seluruh Asia Tenggara termasuk Indonesia sampai timur laut Australia, Fiji dan Jepang. Diintroduksi di Mesir dan Amerika Serikat (Florida, Hawaii). Pada sebaran alaminya, Pongamia pinnata toleran terhadap kisaran suhu yang luas. Pohon tua toleran terhadap suhu di atas 50C. Kisaran tempat tumbuhnya pada ketinggian antara 01200 m. Cukup toleran terhadap naungan, setidaknya ketika muda. Curah hujan tahunan yang dibutuhkan adalah 5002500 mm, dengan musim kering 26 bulan. Tumbuh alami di hutan dataran rendah pada tanah berkapur dan batu karang di pantai, sepanjang tepi hutan bakau dan sepanjang aliran dan sungai pasang surut. Pertumbuhan yang paling bagus dijumpai pada tanah liat berpasir, tetapi akan tumbuh juga pada tanah berpasir dan tanah liat yang bergumpalgumpal. Sangat toleran pada kondisi masin dan alkalinitas. Secara alami perbanyakan dilakukan melalui biji. Pongamia pinnata berperan dalam menyediakan dua sumber energi: kayunya sebagai bahan bakar dalam memasak, sedangkan minyak yang berasal dari bijinya dimanfaatkan untuk penerangan. Oleh sebab itu minyaknya dapat juga merupakan bahan baku energi altenatif yang masih perlu diteliti lebih lanjut. Kayunya juga menyediakan timber untuk lemari dan kereta beroda dan pulp kertas. Minyaknya digunakan sebagai pelumas, dimanfaatkan dalam industri penyamakan kulit tradisional di India, dan dalam pembuatan sabun, pernis dan cat. Pongamia pinnata digunakan dalam reforestasi tanah kurang subur, sistem akarnya yang ekstensif berguna dalam menahan erosi. Di Sri Lanka ditanam sebagai penahan angin. Daun, bunga dan bijinya dimanfaatkan sebagai pupuk hijau, daun dan bijinya juga sebagai pakan ternak. Bunganya merupakan sumber serbuk sari dan nektar yang baik untuk madu hitam/coklat. Pepagan bisa untuk tali. Ekstrak daun, pepagan dan biji merupakan antiseptik melawan penyakit kulit dan rematik. Biji yang telah dimemarkan dan dipanggang dulu digunakan sebagai racun ikan. Di pedalaman, daun-daun kering disimpan pada lumbung padi atau biji-bijian yang untuk mengusir serangga. Pongamia pinnata juga dimanfaatkan oleh serangga lak dan kayu cendana yang hemi-parasit Santalum album L sebagai tumbuhan inangnya. Kadangkadang juga ditanam sebagai tanaman hias karena bunganya yang indah. Akan tetapi, jumlah bunga, daun dan polongnya yang banyak yang gugur secara rutin sehingga membuatnya kurang menarik untuk tanaman hias. Pongamia pinnata akan tetap diperlukan sebagai pohon reforestasi dan kayu bakar karena kemampuan adaptasinya terhadap tanah-tanah kurang subur dan masin, berbagai produknya yang bermanfaat, dan mudah ditanam. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengembangkan

Distribusi/Penyebaran

Habitat

Perbanyakan

Manfaat tumbuhan

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 40

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


potensinya sebagai insektisida dan obat. Pongamia glabra Ventenat , Millettia novo-guineensis Kanehira & Hatusima , Derris indica (Lamk) J.J. Bennett . 11: Auxiliary plants p.209-211 (author(s): Oyen, L.P.A.) Biodiesel

Sinonim Sumber Prosea Kategori

22. Ricinus communis Linn. (Jarak Kaliki)

Gambar 4.22. Tanaman Jarak Kaliki (Ricinus communis Linn.)

Spesies Nama Inggris Nama Indonesia

Deskripsi

Distribusi/Penyebaran Habitat Perbanyakan

Ricinus communis Linn. castor jarak Tumbuhan ini berupa pohon kecil yang tingginya 1 - 5 m. Daun lwarna hijau sampai coklat merah. Perbungaan di ujung batang dan di dekat daun terdapat 1 - 7 bunga. Buah kecil 3 cm panjangnya, warna hitam yang sudah tua/masak, di dalamnya terdapat 1 - 3 biji yang ukurannya 15 mm. Kulit biji licin, warna putih seperti perak dan bergaris-garis hitam. Terdapat di seluruh Indonesia, terutama di Jawa karena mutu bijinya bagus. Tumbuh pada dataran rendah sampai 500 m dpl. Sudah banyak dibudidayakan dalam skala besar di Jawa dan Lampung. Biji

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 41

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


mengandung minyak jarak yang mempunyai nilai ekonomi. Warna hijau tua kain kembang Solo diperoleh dari campuran buah jarak, kunyit dan jeruk. Buah jarak kuning, tom/tarum dan cuka akan memperoleh warna hijau daerah Madiun. Minyak yang berasal dari biji sedang diteliti untuk digunakan sebagai biofuel 14: Vegetable oils and fats p.115-120 (author(s): Seegeler, CJP ; Oyen, LPA) Biodiesel

Manfaat tumbuhan

Sumber Prosea Kategori

23. Saccharum officinarum L. (Tebu )

www.kehati.or.id/florakita

www.plantamor.com

Gambar 4.23. Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) Spesies Nama Inggris Nama Indonesia Saccharum officinarum L. Sugarcane Tebu Rumput bertahunan, besar, tinggi. Sistem perakaran besar, menjalar. Batang kokoh, dan terbagi ke dalam ruas-ruas; ruas beragam panjangnya, menggembung, menggelendong, merunjung, merunjung sungsang atau menyilindris. Daun muncul pada buku, pelepah menabung, melingkari batang; pada setiap kultivar ligulanya berbeda ada yang memita, mendelta, membulan sabit atau membusur; helaian memita, menggulung pada kondisi kelembaban kritis. Perbungaan malai di ujung, dua buliran keluar

Deskripsi

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 42

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


pada setiap buku dari cabang terakhir, satu duduk dan satu bergagang; buliran terdiri dari dua sekam berbentuk perahu, dikelilingi oleh rambut halus dan dua buah bunga; bunga terbawah steril dengan sekam tunggal. Buah biji kecil. Tebu berasal dari Nugini dan telah dikenal sejak sekitar 6000 SM. Pada sekitar tahun 1000 SM tebu tersebar secara berangsur-angsur sampai kepulauan Melayu. Sekarang tebu telah diproduksi di hampir 70 negara, terutama di daerah tropis, namun sampai kondisi tertentu, jenis ini juga tumbuh di daerah subtropis. Negara di Asia Tenggara yang menghasilkan tebu adalah Thailand, Filipina, Indonesia, Malaysia dan Papua Nugini. Temperatur optimum untuk perkecambahan tebu adalah 26-33C dan 3033C untuk pertumbuhan vegetatif. Selama pertumbuhan menjadi dewasa, temperatur malam yang relatif rendah ( di bawah 18C) berguna untuk pembentukan kandungan sukrosa yang tinggi. Tebu tumbuh dengan subur di bawah cahaya matahari yang penuh di mana daun-daunnya terpenuhi pada sekitar 10-750 lux dan titik balik kira-kira 430 lux. Secara kuantitatif tebu merupakan tanaman berhari pendek; periode siang hari 12 14 jam adalah jumlah maksimum untuk pertumbuhan dan perbungaan. Rata-rata curah hujan yang diperlukan sekitar 1800 2500 mm/tahun. Jika curah hujan tidak cukup, harus diberi aliran irigasi. Pertumbuhan vegetatif harus didukung oleh hujan yang tinggi dan merata; selama pematangan, tebu memerlukan suatu musim kering untuk mengurangi proses pertumbuhan dan akan menyebabkan akumulasi gula. Kelembaban udara kurang penting untuk perkembangan tebu. Di dataran tinggi pertumbuhan tebu agak terganggu karena temperatur yang rendah, terutama saat malam akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangannya walaupun tumbuhan tersebut akan meningkatkan kandungan gulanya. Di Asia Tenggara, batas maksimum ketinggian untuk pertumbuhan normal adalah 600700 m di atas permukaan laut. Pada Ketinggian yang lebih tinggi siklus pertumbuhan akan lebih panjang dari 1418 bulan.; Tebu dapat tumbuh dengan baik pada beragam jenis tanah, tetapi dalam kondisi tanah gembur dan berdrainasi baik dengan pH 58, kandungan nutrisi dan senyawa organik banyak dan kemampuan menahan kapasitas air baik. Beberapa kultivar tebu dapat tumbuh pada tanah yang berkadar garam relatif tinggi dan tergenang dalam waktu yang lama, terutama dalam air mengalir. Sebagai tanaman vegetatif, tebu memerlukan sejumlah besar nitrogen, kalium, kalsium dan silika. Unsur-unsur dasar tersebut berperanan penting dalam perkembangan tebu. Ketidaktersediaan senyawa-senyawa ini dapat menyebabkan pertumbuhan tidak sempurna. Jenis ini dapat diperbanyak secara vegetatif dengan potongan-potongan batang dewasa. Masing-masing potongan pada umumnya mempunyai 23 tunas. Potongan ditanam secara horisontal dan ditutup dengan suatu lapisan tipis tanah. Ada tiga macam dari benih pertumbuhan, yaitu

Distribusi/Penyebaran

Habitat

Perbanyakan

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 43

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


potongan pucuk, potongan batang dan ` rayungan`. Potongan puncuk adalah benih yang diambil dari bagian atas tangkai tebu yang baru dipanen. Potongan batang merupakan benih yang diambil dari tumbuhan dalam pembibitan khusus pada usia sekitar 6 8 bulan. Tangkai tebu yang utuh dapat juga ditanam; ` Rayungan` diperoleh dengan pemindahan daun-daun dan ujung pucuk dari benih di lahan, kemudian tunas baru dibiarkan tumbuh. Ketika tunas baru sudah mencapai panjang tertentu, tebu dipotong-potong kemudian ditanam. Benih sejati (bulir) tebu hanya digunakan untuk menghasilkan kultivar baru. Pengairan pada umumnya diterapkan sebelum atau segera setelah penanaman. Lahan pembibitan 1 ha diperlukan untuk menanam 810 ha tebu. Tebu biasanya ditanam dalam skala kebun, namun apabila daerah tersebut memiliki tanah yang gembur dan pengairan yang cukup. Tebu dapat ditumpangsari dengan jagung, kacang tanah, atau kedelai. Waktu penanaman yang baik diawal musim kering untuk lahan beririgasi dan pada permulaan musim hujan untuk lahan tak beririgasi. Tebu ditanam untuk diambil batangnya. Produk utama dari tebu adalah sukrosa yang terkandung sekitar 10% dari tanaman tersebut. Sukrosa merupakan bahan pemanis dan bernilai tinggi, juga dapat digunakan sebagai bahan pengawet untuk makanan lain. Tebu merupakan bahan dasar untuk berbagai produk makanan dan hidangan. Serat sisa dan ampas tebu, kebanyakan digunakan sebagai bahan bakar untuk menghasilkan energi yang diperlukan untuk pembuatan gula. Selain itu, dapat juga digunakan sebagai bahan baku untuk serat dan partikel untuk papan, plastik, kertas dan furfural. Untuk keperluan tersebut, serat dipisahkan dari empulurnya, dan empulurnya sisanya dapat digunakan sebagai makanan ternak. Kerak sisa saringan, terdiri dari sari yang tidak murni dan zat kapur (CaO). Tetes tebu (molases) merupakan sisa hasil pemisahan dari kristal gula, digunakan sebagai makanan; bila diubah jadi suatu unsur yang berprotein, tetes tebu dapat digunakan sebagai pupuk atau untuk pembuatan ragi , CO2 dan berbagai asam seperti asam amino esensial misalnya L(-)Lysine untuk makanan ternak, tetapi kebanyakan diproses ke dalam industri alkohol dan dapat diminum. Penelitian terakhir diarahkan untuk produksi langsung ethylene tanpa membutuhkan penyulingan dan kristalisasi, sebagai upaya untuk mencari sumber energi alternatif. Bioetanol

Manfaat tumbuhan

Sinonim Sumber Prosea Kategori

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 44

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

24. Schleichera oleosa Merr. (Kosambi)

www.kehati.or.id/florakita

Gambar 4.24. Tanaman Kosambi (Schleichera oleosa Merr.)


Spesies Nama Inggris Nama Indonesia Schleichera oleosa Merr. Macassar oil tree, gum-lac tree, Ceylon oak Kosambi Pohon hingga 40 m tingginya, dengan diameter hingga 2 m, kadang-kadang agak berbanir. Pepagannya licin, abu-abu. Daunnya bersirip genap, anak daun terakhir seringkali seperti ujung anak daun. Perbungaan terletak pada bagian cabang yang tidak berdaun, kadang-kadang terletak diketiak daun, bunganya tunggal, warna kuning pucat hingga hijau pucat. Buah bulat telur atau menjorong, terdiri atas 1 - 2 biji, warna kuning. Schleichera oleosa tumbuh terebar di kaki Pegunungan Himalaya hingga Sri Lanka dan Indo Cina. Ada kemungkinan jenis ini diintroduksikan ke Indonesia dan akhirnya menjadi meliar di Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, Seram dan Kep. Kei. Secara umum kosambi telah ditanam di daerah tropik termasuk India. Kosambi memerlukan curah hujan 7502500 mm per tahun dan musim kering. Selain itu juga kosambi toleransi pada temperatur 3547.5C. Di Jawa, jenis ini tumbuh di dataran rendah tetapi dapat juga ditemukan pada ketinggian 900(1200) m. Kosambi tumbuh di daerah yang kering, hutan campuran dan di savana hanya terdapat beberapa pohon. Di Jawa, kosambi tumbuh di hutan jati, tumbuh di daerah yang kering hanya kadang terdapat

Deskripsi

Distribusi/Penyebaran

Habitat

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 45

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


juga di daerah berrawa. Kosambi tahan terhadap api dan kecambahnya perlu matahari. Budidaya kosambi umumnya dilakukan melalui biji dan sek akar. Biji dapat disimpan hingga 1 tahun bila disimpan dalam tempat tertutup. Pembudidayaan dilakukan dengan cara menebarkan langsung ke tanah yang sudah diolah. Stek dilakukan dengan memotong akar dan menanamnya di pembibitan hingga 1 tahun sehingga diameter mencapai 1 cm. Penanaman di lapangan dilakukan dengan mempersiapkan lubang sedalam 30 cm. Perawatan masih diperlukan dengan cara mencabuti rumputnya. Kosambi mempunyai banyak kegunaan. Kayunya cocok dipakai untuk kayu bakar dan membuat arang, bagian tengah kayunya sangat keras sehingga bagus untuk membuat alat. Minyak yang diambil dari bijinya yang disebut "minyak kusum" merupakan minyak makasar yang baik digunakan dalam perawatan rambut, minyaknya juga digunakan untuk minyak makan dan lampu. Selain itu juga dipakai dalam pengobatan untuk menghilangkan gatal, jerawat dan penyakit kulit lainnya. Di Madura dan di Jawa, minyaknya juga digunakan dalam industri batik. Pepagannya dipakai juga untuk mewarnai batik. Pistacia oleosa Lour., Schleichera trijuga Willd., Cussambium oleosum O. Kuntze. 11: Auxiliary plants p.227-229 (author(s): Iwasa, S.) Biodiesel

Perbanyakan

Manfaat tumbuhan

Sinonim Sumber Prosea Kategori

25. Sesamum orientale Linn. (Wijen)

www.kehati.or.id/florakita

http://img.photobucket.com/albums/v691/ FredaAshton/plant6arightwayup.jpg

Gambar 4.25. Tanaman Wijen (Sesamum orientale Linn.)

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 46

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


Sesamum orientale Linn. Sesame, gingelly, benniseed wijen Herba tegak, mempunyai aroma menyengat, bercabang, tinggi hingga 2 m. Sistem perakaran berkembang baik dengan akar tunggang melancip. Batang menyegi empat dengan cabang pada setiap ujungya, diameternya 1 cm, berwarna hijau pucat mengkilap, berbulu halus tersebar, gundul tetapi ada kelenjar yang tersebar dimana-mana, kelenjar terdiri atas 4 cel kelenjar dan salah satu di antaranya berubah menjadi putih ketika kering. Daun sangat bervariasi, bagian bawah berhadapan berseling, bagian atas agak berhadapan, bagian di atas tersusun sprila dalam 4 deret, semua daun berbulu lebat pada urat taun dan pinggir daun. Bunga tunggal atau 2 atau lebih pada ketiak daun, bunga yang tumbuh lebih awal, umumnya lebih besar, warna kecoklatan sampai hijau tua kebiruan. Buah kapsul, banyak biji, ketika masak keabu-abuan coklat. Biji pipih, bundar telur, wana kuning putih, coklat atau kehitaman, seringkali dengan garis kehitaman. Wijen sejak lama digunakan minyaknya, dan telah didomestikasi sejak lama. Telah dipertimbangkan bahwa asal usulnya dari Afrika, mungkin di Ethiopia, walaupun juga ada bukti bahwa asalnya dari Indian. Sejak awal 2100 - 2000 Sebelum Masehi merupakan tanaman penting di Mesopotamia, yang menjadi pusat persebaran domestikasi tanaman ini. Pada perjalanan Marco Polo, dia mencatat minyak wijen yang baik di Afganistan dan suplai besar di Sri Lanka. India mungkin mendapatkan wijend dari Malaysia dan Indonesia sebelum 1500 Sebelum Masehi. Wijen merupakan minyak yang dipakai sebagai minyak makan. Wijen ditanam tersebar di Burma dan juga ditanam di mana-mana di Asia Tenggara, terutama Thailand dan Indonesia. Wijen merupakan tanaman daerah tropik dan subtropik, tetapi kultivar baru telah melebar di daerah dingin. Wijen tumbuh pada ketinggian di bawah 1250 m. Wijen juga membutuhkan hari pendek, tetapi banyak kultivar telah beradaptasi terhadap bermacam-macam periode cahaya. Dengan 10 jam, wijen akan berbunga 4245 hari sebelum ditebarkan. Temperatur dan kelembaban merupakan faktor utama pada jumlah hari untuk berbunga. Cahaya pendek dapat menyebabkan bertambahnya kapsul per tanaman pada awal dan medium. Temperatur yang tinggi diperlukan untuk pertumbuhan dan produksi. Temperatur sekitar 30C menyebabkan mempercepat perkecambahan , pertumbuhan dan terbentuknya bunga, tetapi sampai pada temperatur 40C akan ditoleransi oleh kultivar tertentu. Temperatur di bawah 20C secara normal memperlambat perkecambahan dan pertumbuhan biji, dan dibawah 10C menghambat keduanya. Wijen tahan terhadap kekeringan. Wijen akan menghasilkan produksi bagus pada curah hujan 500650 mm. Idealnya, 35% hujan akan jatuh selama perkecambahan sampai kuncup pertama terbentuk, 45% sampai bunga utama dan 20% pada pembentukan biji. Banyaknya curah hujan pada waktu

Spesies Nama Inggris Nama Indonesia

Deskripsi

Distribusi/Penyebaran

Habitat

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 47

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


pembungaan dapat menyebabkan turunnya hasil. Kecambah tahan terhadap genangan. Hujan dapat menyebabkan polong pertama untuk masak. Wijen menyukai tanah subur berdrainase baik, tetapi sangat sensitif pada tanah asin, tahan terhadap angin keras, dan tidak tahan pada tanah asam. Persiapan tanah untuk penanaman biji kecil seperti gandum juga cocok untuk wijen. Tahap tanah sangat penting untuk meyakinkan bahwa kedalaman tanam dengan drainase baik dan intensitas cahaya untuk penanaman wijen. Sebelum ditanam, tanah harus dibalikkan untuk membunuh gulma sejak kecambah wijen mempunyai pertumbuhan yang lambat. Kontrol gulma waktu tanaman masih kecil sangat sulit dan pembibitan sebaiknya bebas dari gulma. Kedalaman menanam biasanya 2 5 cm, tetapi dapat jadi 10 cm di tanah yang gembur. Tanah harus tidak padat setelah ditebarkan. Bahkan kedalaman tanam sangat penting sehingga tanaman mudah timbul dan tumbuh. Kerapatan tanaman tergantung dari lingkungan, rata-rata biji 2 - 10 kg per ha. Populasi tanaman secara langsung berpengaruh pada jumlah kapsul per tanaman, dan populasi yang tinggi atau tertutup dalam deretan cenderung untuk mereduksi jumlah kapsul dan jumlah biji per kapsul. Hasil maksimum diperoleh dari tanaman yang ditanam dengan jarak 90 x 90 cm, sementara itu jarak 50 - 100 cm direkomendasikan. Biji wijen, tepung dan minyak digunakan dalam berbagai produk yang umumnya dapat dimakan. Minyak wijen murni dan kasar diambil dari biji dapat digunakan langsung sebagai minyak sayur dan yang baik digunakan sebagai minyak salad. Minyak sangat penting dalam produksi farmasi, kosmetik, sabun dan parfum. Di India minyak wijen juga digunakan untuk sebagai pelembab kulit. Semua biji mungkin dimakan mentah, di panggang dan dikeringkan. Wijen sering ditumbuk menjadi 'tahini'. Wijen digunakan untuk berbagai permen dan roti dan pastri. Komponen kecil sesamin dan Sesamolin merupakan pyrethrin yang merupakan insektisida alami. Minyak wijen berpotensi dapat digunakan sebagai bahan baku biofuel karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Sesamum indicumL. , Sesamum luteum Retz.Sesamum oleiferum Moench . 14: Vegetable oils and fats p.123-128 (author(s): Weiss, E.A. & Cruz, Q.D. de la) PPO

Perbanyakan

Manfaat tumbuhan

Sinonim Sumber Prosea Kategori

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 48

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

26. Sorghum bicolor (L.) Moench (Sorgum Manis)

Gambar 4.26. Tanaman Sorghum Manis (Sorghum bicolor (L.) Moench) Spesies Nama Inggris Nama Indonesia Sorghum bicolor (L.) Moench Sorghum Sorghum manis Merupakan tanaman musiman, tumbuh dengan banyak variabilitas di dalam karakteristisk pertumbuhannnya; tangkai yang padat atau kadangkadang terdapat ruang didalamnya, tinggi 0,6 5 m, tergantung varietas dan kondisi pertumbuhannya, diameter batang berkisar antara 5- 30 mm, batangnya mengandung nira pada tingkat kematangan tertentu. Daunnya memanjang dan kasar; bentuknya mirip dengan daun jagung namun lebih pendek dan lebih lebar; helai daun dilapisi oleh lilin, pelepah melingkari tangkai dan saling beroverlap; malai tegak, kadang-kadang melengkung, butiran biji sorgum tersusun rapat; pada ujung tangkai; bertunas pada masing-masing tangkai pohon dimana dari tangkai kemudi tumbuh malai; bulir berwarna putih, kuning, merah, atau warna coklat; malai berisi sekitar 6,000 bulir. Pusat penyebaran penanaman tanaman sorghum adalah di Afrika, telah ditanam di Etiopia sejak 5.000 tahun yang lalu; banyak pula di tanam di India dan China, kemudian tersebar secara luas ke daerah tropis, subtropis dan daerah dengan suhu hangat di seluruh dunia. Di Indonesia, daerah penghasil sorghum rata-rata semuanya tersebar di Pulau Jawa yang meliputi Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah dan DIY (Yogyakarta). Jenis ini tumbuh di daerah dingin sampai daerah tropik. Temperatur optimum rata-rata antara 7,8C sampai 27,8C dengan kadar tanah pH 4,3 8,7. Jenis ini membutuhkan rata-rata curah hujan tahunan 25-125 cm. Saat

Deskripsi

Distribusi/Penyebaran

Habitat

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 49

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


panen memerlukan pereode kering.Jenis ini tumbuh pada type tanah bervariasi, namun subur, lebih menyukai tanah lempung berpasir dnegan drainase baik dengan pH 5,7. Tidak toleran terhadap tanah tergenang. Di Asia Tenggara jenis ini tumbuh di daerah agak kering sampai agak basah. Jenis ini diperbanyak dengan biji. Semai akan tumbuh dan siap dipindahkan setelah umur 3-4 minggu, jika tempat persemaiannya diairi teratur. Keadaan tersebut biasanya akan menghasilkan tanaman yang lebih baik jika dibandingkan dengan penanaman secara langsung dari biji, walaupun memerlukan tenaga lebih intensive.Penanaman atau penebaran benih dilakukan pada kedalaman 1,5-5 cm dengan jarak antar antar tanaman 75100 cm. Rata-rata per ha menghasilkan biji sebesar 25-35 kg, tergantung pada metode penanamannya. Seringkali ditanam tumpangsari dengan jenis lainnya seperti jagung dan kacang-kacangan. Jenis ini dimanfaatkan sebagai sumber pangan, penghasil tepung, bahkan sebagai pakan ternak. Untuk makanan, bulirannya dibuat tepung untuk membuat kue. Di beberapa daerah di Afrika bagian timur dan India, jenis ini merupakan makanan pokok tradisional. dan di banyak lokasi jenis ini merupakan sumber pangan penting pada saat paceklik/ kekurangan pangan terjadi. Tepungnya kadang-kadang dicampur dengan tepung dari jenis lainnya (singkong, ubi jalar) dibumbui, dimakan dengan daging, kacangkacangan atau sayuran. Lebih disukai digunakan dalam bentuk tepung. Bir yang dibuat dalam skala industri atau rumahan, dibuat dengan mengecambahkan bulirannya, dikeringkan, ditumbuk, dicampur dengan ragi. Minuman alkohol lainnya dapat dibuat dengan cara menyuling air hasil fermentasi tersebut. Seluruh komponen biomassanya seperti biji, batang dan daun bisa digunakan sebagai bahan baku bioetanol selain untuk pangan dan pakan. Dari bijinya menghasilkan tepung pati berprotein tinggi 3,6 ton per hektar dan 1.800 liter bioetanol, batangnya menghasilkan nira 2.300 liter bioetanol per hektar dan bagasenya 3.880 liter bioetanol per hektar. Bioetanol

Perbanyakan

Manfaat tumbuhan

Sinonim Sumber Prosea Kategori

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 50

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

27. Sterculia foetida Linn. (Kepoh)

Image:Sterculia-foetida-feuillage.jpg

Gambar 4.27. Tanaman Kepoh (Sterculia foetida Linn.) Spesies Nama Inggris Nama Indonesia Sterculia foetida Linn. Wild almond kepoh, kelumpang Pohon yang tumbuh cepat dengan tinggi 35 m. Batang besar dengan diameter 120 cm. Batang/kayunya berwarna putih keruh, ringan, permukaan batang kasar. Bentuk daun berbagi menjari, bundar telur sampai lanset dan meruncing ke ujung. Bunga terdapat di ujung batang/ranting, pada awalnya bunga berwarna kuning keabuan kemudian menjadi merah. Buah mempunyai kulit yang tebal dan keras, warna merah hitam. Setiap buah mempunyai 10 - 17 biji. Tersebar dari Afrika Timur, India, Sri Lanka,Burma, Indo China, Thailand hingga ke Indonesia, namun tidak pernah dilaporkan dari Sarawak dan Papua Niugini. Di Indonesia hanya terdapat di Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura dan di pulau-pulau karang di laut Jawa. Tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl. Belum pernah dijumpai budidaya jangkang di Indonesia. Umumnya ditanam beberapa pohon saja di pojok pekarangan atau di pagar kebun. Abu kulit buah dan buah jangkang dan kembang pulu memberikan warna merah Jawa Tengah. Buah jangkang, jeruk, kunyit dan kembang pulu menghasilkan warna jingga Jawa Tengah. Di Jawa biji jangkang dipakai

Deskripsi

Distribusi/Penyebaran

Habitat Perbanyakan

Manfaat tumbuhan

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 51

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


sebagai bahan jamu. Kayunya digunakan untuk membuat konstruksi sementara, dan kegunaan yang sama. Biji buahnya dimakan sebagai kacang, dan sebagai sumber minyak yang digunakan untuk lampu dan cat. Pohonnya ditanam untuk peneduh dan kadang digunakan segunakan bersama sirih. Sterculia polyphylla R.Br. 5(2): Timber trees:Minor Commercial timbers p.429-430 (author(s): Lemmens, RHMJ ; Alonzo, DS ; Sudo, S) Biodiesel

Sinonim Sumber Prosea Kategori

28. Ximenia americana Linn. (Bidara Laut)

http://herba.msu.ru/shipunov/else/images/ image0013.png

http://www.plantatlas.usf.edu/plantimage/ Ximenia_americana4.jpg

Gambar 4.28. Tanaman Bidara Laut (Ximenia americana Linn.)


Spesies Nama Inggris Nama Indonesia Deskripsi Distribusi/Penyebaran Ximenia americana Linn. Tallow-wood Bidara laut Semak yang percabangannya rendah meranggas. Buah pelok agak membulat sampai menjorong, kuning-oranye sampai merah tua. Di seluruh daerah tropis dan subtropis termasuk Indonesia. Pada belukar sepanjang tepi laut, pada savana kering, pinggir hutan atau hutan hujan yang renggang, sering pada tanah berbatu atau berpasir. Jenis ini merupakan parasit akar fakultatif. Biji disebarkan oleh burung dan arus laut. Perbanyakan secara alami dilakukan dengan biji yang disebarkan juga oleh burung. Pulp asam yang berasal dari buah dapat dimakan. Bijinya mengandung minyak yang dipakai memasak di India Selatan, oleh sebab itu ada kemungkinan tanaman in dapat dipakai sebagai bahan baku energi alternatif. Biji dapat dimakan tetapi bersifat pencahar. Daunnya dipakai bumbu rempah di Indonesia. Pepagannya mengandung tannin. Kayunya

Habitat

Perbanyakan

Manfaat tumbuhan

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 52

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


keras dan harum dan dipakai sebagai pengganti kayu cendana. 2: Edible fruits and nuts p.366 (author(s): Verheij, E.W.M. and Coronel, R.E.) Biodiesel, PPO

Sumber Prosea Kategori

29. Zea mays Linn. (Jagung)

Gambar 4.29. Tanaman Jagung (Zea mays L.) Spesies Nama Inggris Nama Indonesia Zea mays Linn. Maize, Indian corn, Corn jagung Rumput berumah satu, tegak, dengan sistem perakaran terdiri dari akar serabut. Batang biasanya tunggal. Daun tumbuh berseling pada sisi yang berlainan pada buku, dengan helaian daun yang bertumpang tindih, aurikel diatas; helaian daun memita-memanjang. Perbungaan jantan dan betina terpisah pada satu tumbuhan yang sama; bunga jantan merupakan malai terminal. Perbuahan yang masak dalam bentuk tongkol. Bijinya biasanya lonjong, warna bervariasi dari putih hingga kuning, merah atau keunguan hingga hitam. Jagung pertama kali ditanam oleh suku Indian pada 7000 tahun yang lalu dan diperkirakan berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah. Pada abad 16 jagung diperkenalkan ke Asia Tenggara oleh bangsa Portugis. Kini jagung masih merupakan salah satu hasil panen yang terpenting dan secara geografis jagung merupakan salahsatu tanaman biji-bijian yang ditanam terbanyak. Pada dasarnya jagung merupakan tanaman daerah beriklim hangat dengan kelembaban mencukupi. Panen terbesar adalah di daerah tropis dan subtropis. Jagung kurang cocok ditanam pada iklim agak kering atau di ekuator. Pertumbuhan terbaik jagung yaitu tumbuh di daerah dengan suhu khusus antara 2130C pada saat perbungaan jantan. Suhu minimum untuk perkecambahan adalah 10C. Tanaman ini memerlukan temperatur harian rata-rata sekurang-kurangnya 20C untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Waktu perbungaan dipengaruhi oleh fotoperiode dan suhu. Jagung di pertimbangkan menjadi tanaman hari pendek. Tanaman ini pada umumnya tumbuh di daerah antara 50LU hingga 40LS dan pada

Deskripsi

Distribusi/Penyebaran

Habitat

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 53

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


ketinggian hingga 3000 m di daerah equator. Di daerah tropis, pertumbuhan terbaik dengan curah hujan 600900 mm pada saat musim pertumbuhan. Jagung dapat tumbuh pada beragam jenis tanah, yang memiliki drainasi baik, peredaran udara baik, di dalam tanah memiliki senyawa organik yang cukup dan aliran nutrisi yang cukup. Jagung dapat ditanam pada tanah ber pH antara 58, tapi optimal pada 5.57. Budidaya jagung umumnya dilakukan dengan biji. Sebaiknya jagung disemaikan pada awal musim ketika tanah dan temperatur sudah cocok. Jarak tanam bervariasi dari 60 - 100 cm, kerapatan tanam tergantung dari kondisi tanah, curah hujan, kultivar dan sistem penanamannya. Kerapatan tanaman bervariasi dari 20 00080 000 tanaman/ha. Biji rata-rata yang ditebarkan 1025 kg/ha. Kedalaman penanaman biasanya 36 cm, tergantung pada keadaan tanah dan temperatur. Penanaman jagung di Asia tengara biasanya dilakukan dengan 3 cara: 1. penanaman jagung di pegunungan yang rutin, 2. Dengan sistem sawah dan 3. dengan sistem ladang. Rotasi tanaman untuk jagung adalah kedelai, kacang tanah, ubi jalar, ketelah, sayuran, tembakau dan kapas. Biji jagung biasa digunakan untuk tiga tujuan utama:sebagai bahan makanan pokok terutama di daerah tropis, makanan untuk ternak hewan dan unggas, terutama di negara-negara industri di daerah temperate, menyediakan lebih dari 2/3 dari total perdagangan biji-bijian untuk pakan ternak dan sebagai bahan baku untuk banyak hasil-hasil industri.; Hasil industri utama berupa tepung, minyak, sirup, cairan organik dan minuman alkohol. Sebagian besar hasil industri biasanya diperoleh dengan proses penggilingan basah dimana biji tersebut direndam, setelah kecambah dan kulit bijinya dipisahkan dari endosperma. Produk utamanya adalah tepung. Minyak diperoleh dari kecambah dibuat sabun atau gliserin, tapi dapat disuling untuk membuat minyak goreng atau minyak sayur. Ampas dari pembuatan tepung atau minyak dan kulit biji digunakan untuk makanan hewan. 100 kg jagung dengan kandungan air 16%, akan menghasilkan sekitar 64 kg tepung butiran dan 3 kg minyak; sisanya digunakan sebagai makanan ternak. Tepungnya dapat digunakan sebagai makanan manusia atau dibuat lem, tepung untuk mencuci dan produk-produk lain. Penggilingan kering menghasilkan jagung giling kasar (grit), yang terdiri dari endosperma yang digiling kasar dimana bagian kulit dan kecambahnya sudah dipisahkan.; Jagung juga memiliki sejumlah besar kegunaan lain. Tanaman dewasa digunakan untuk makanan hewan. Sisa tanaman seperti batangnya digunakan untuk bahan bakar atau kompos. Kulit dalam dari jagung (ear) dan serat pada batang telah digunakan untuk membuat kertas. Jagung muda dapat dimakan sebagai sayuran (baby corn, direbus atau dibakar). 10: Cereals p.143 - 149 (author(s): Koopmans, A., Have, H. ten & Subandi) Biodiesel, Bioetanol

Perbanyakan

Manfaat tumbuhan

Sumber Prosea Kategori

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 54

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tanaman Penghasil Bahan-Bahan Lignoselulosa untuk menghasilkan bioetanol


Sumber selulosa dan lignoselulosa berasal dari limbah pertanian dan kayu. Akan tetapi, hasil etanol dari lignoselulosa sedikit, yaitu 409 liter etanol yang diproduksi dari 1 ton lignoselulosa. Namun bioetanol masa depan akan berasal dari limbah pertanian. Hal tersebut diprediksi karena meningkatnya kebutuhan dunia akan bioetanol sebagai bahan bakar yang telah memicu terjadinya krisis pangan, karena umumnya bahan baku bioetanol yang diproduksi adalah bahan pangan juga. Untuk menyikapi permasalahan tersebut, penggunaan bahan berlignoselulosa akan menjadi pilihan. Hagerdal et al. (2006) menyatakan bahwa keuntungan bioetanol berbahan dasar lignoselulosa adalah: Secara geografis lebih mudah didistribusikan dibandingkan bahan bakar fosil; juga sumber energi akan lebih luas secara domestik dan menjamin ketersediaannya. Bahan baku lignoselulosa memperkecil konflik antara penggunaan lahan untuk pangan dan pakan dengan energi. Bahan baku lignoselulosa lebih murah dibandingkan bahan baku pertanian yang konvensional dan dapat diproduksi dengan masukan pupuk, pestisida, dan energi yang lebih rendah. Bioenergi dari lignoselulosa menghasilkan efek rumah kaca yang lebih rendah, mengurangi dampak lingkungan, terutama sekali perubahan iklim. Penelitian mengenai produksi bioetanol dari bahan berlignoselulosa sudah dilakukan sejak tahun 1993 khususnya berasal dari limbah pertanian. Baru kemudian tahun 1996 perhatian peneliti berpindah ke kayu dan kertas bekas. Tabel 5 menunjukkan beberapa hasil penelitian mengenai komposisi kimia bahan berlignoselulosa, mulai dari pemanfaatan limbah pertanian, kehutanan hingga kertas bekas serta rendemen etanol yang dihasilkan dari bahan baku yang berbeda. Tabel 4.5. Komposisi Kimia Berbagai Jenis Bahan Berlignoselulosa
Bahan baku Bagase tebu Jerami gandum Jerami sorghum Jerami padi Jerami oat Tongkol jagung Batang jagung Jerami Barley Cangkang kacang tanah Selulosa /hexosans (H) 33 (H) 30 (H) 33 (H) 32 (H) 41 (H) 42 (H) 35 (H) 40 (H) 38 (H) Hemiselulosa/Pe ntosan P 30 (P) 24 (P) 18 (P) 24 (P) 16 (P) 39 (P) 15 (P) 20 (P) 36 (P) Lignin 29 18 15 13 11 14 19 15 16 Rendemen etanol 0.279 0.239 0.240 0.1248 0.252 0.358 0.221 0.265 0.327

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 55

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


48.5 36 (H) 38 45 44 47.6 55.0. 37.0 51 43 40 42.50 45.5 45.10 18.2 32.2 61 47 43 6.5 15 (P) 13 12.0 26 27.4 14.0 23.0 29.0 26 23 22.70 20.38 22.70 48.7 28.1 16 25 13 16.6 19 37 25.0 29 19.2 21.0 21.0 16.0 29 21 22.88 24.65 24.56 3.50 24.0 21 12 6 0.209 0.265 0.225 0.252 0.310 0.332 0.305 0.265 0.354 0.305 0.288 0.291 0.300 0.296 0.267 0.341 0.318 0.248

Batang alfalfa Sekam padi Eucalyptus grandis Eucalyptus saligna Pinus Poplar Serbuk gergaji Pohon willow Pohon aspen Pohon spruce Pohon Birch Lantana camara Prosopis julifora Saccharum spontaneum Eicchornia crassipis Paja brava Kertas koran Processed paper Limbah padat basis kertas
Sumber : Chandel et al. (2007)

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 56

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Kondisi Obyektif Daerah Survei


kondisi obyektif pada masing-masing daerah survey yang terdiri dari 14 propinsi meliputi seluruh data yang dimungkinkan berkaitan dengan tujuan pemetaan potensi diversifikasi bahan baku BBN, yaitu kondisi geografis, kondisi demografis, pemetaan potensi pengembangan bahan baku BBN dan infrastruktur wilayah.

5.1. Propinsi Sumatera Utara


5.1.1. Kondisi Geografis a. Luas Daerah 2 Luas daratan Propinsi Sumatera Utara adalah 71.680,68 km , sebagian besar berada di daratan Pulau Sumatera, dan sebagian kecil berada di Pulau Nias, Pulau-pulau Batu serta beberapa pulau kecil, baik di bagian barat maupun bagian timur pantai Pulau Sumatera. Berdasarkan kondisi letak dan kondisi alam, Sumatera Utara dibagi dalam 3 kelompok wilayah yaitu Pantai Barat, Dataran Tinggi dan Pantai Timur. b. Batas Wilayah o o o Propinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis 1 4 Lintang Utara dan 98 o 100 Bujur Timur. Sebelah utara berbatasan dengan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, sebelah Timur dengan negara Malaysia di Selat Malaka, sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Riau dan Sumatera Barat dan di sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia. c. Iklim dan Curah Hujan Karena terletak dekat garis khatulistiwa, Propinsi Sumatera Utara tergolong ke dalam daerah beriklim tropis. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Juni sampai dengan September dan musim penghujan biasanya terjadi pada bulan November sampai dengan bulan Maret, diantara kedua musim itu diselingi oleh musim pancaroba. Kelembaban udara di Propinsi Sumatera Utara berkisar antara 79% sampai dengan 89%., dengan curah hujan antara 1.962 mm sampai dengan 4.528 mm. d. Topografis Ketinggian permukaan daratan Propinsi Sumatera Utara sangat bervariasi, sebagian daerahnya o datar, hanya beberapa meter di atas permukaan laut, beriklim cukup panas bisa mencapai 34,2 C, sebagian daerah berbukit dengan kemiringan yang landai, beriklim sedang dan sebagian lagi berada pada daerah o ketinggian yang suhu minimalnya bisa mencapai 13,4 C. Tabel 5.1. Daftar Ketinggian Berbagai Wilayah di Sumatera Utara terhadap Permukaan Laut Wilayah
Padang Sidempuan Medan Binjai Tebing Tinggi Pematang Siantar 26

Ketinggian di Atas Permukaan Laut, m


260 2,5 28 400 34 - 1.100 37,5

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 57

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


Tanjung Balai Sibolga Serdang Bedagai Samosir Pakpak Barat Humbang Hasundutan Nias Selatan Langkat Deli Serdang Karo Dairi Simalungun Asahan Labuhan Batu Toba Samosir Tapanuli Utara Tapanuli Tengah Mandailing Natal 0 0 0 300 700 330 0 0 0 140 700 0 0 0 300 300 0 0 3 50 500 - 2.200 - 1.500 - 2.075 800 500 - 1.400 - 1.250 369 - 1.000 - 2.151 - 2.200 - 1.500 - 1.266 500 - 1.200

5.1.2. Kondisi Demografis a. Jumlah dan struktur penduduk Sumatera Utara merupakan Propinsi keempat yang terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Dari hasil estimasi jumlah penduduk keadaan Juni 2007 diperkirakan sebesar 12.642.494 orang. Kepadatan penduduk Sumatera Utara tahun 2006 adalah 176 orang per kilometer persegi. Laju pertumbuhan penduduk Sumatera Utara 1,57% per tahun. Penduduk laki-laki di Sumatera Utara sedikit lebih banyak dari perempuan, yaitu memiliki nilai sex ratio penduduk sebesar 100,09. Penduduk lebih banyak tinggal di daerah pedesaan (54,89%) daripada daerah perkotaan (45,11%). b. Ketenagakerjaan Tingkat partisipasi angkatan kerja di Sumatera Utara pada tahun 66,90%. Angkatan kerja di Sumatera Utara sebagian besar masih berpendidikan SD ke bawah. Prosentase angkatan kerja golongan ini mencapai 37,89%, angkatan kerja yang berpendidikan setingkat SMTP dan SMTA masing-masing sekitar 23,80% dan 32,90%, sedangkan sisanya 5,4% berpendidikan di atas SMTA. Jumlah penduduk Sumatera Utara yang merupakan angkatan kerja pada Agustus 2006 adalah 5,49 juta orang yang terdiri dari 4,86 juta orang terkatagori bekerja dan sebesar 632 ribu orang terkategori mencari kerja dan tidak bekerja (pengangguran terbuka). Penduduk yang bekerja ini sebagian besar bekerja pada sektor pertanian yaitu 49,64%. Sektor kedua terbesar dalam menyerap tenaga kerja di Sumatera Utara adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran (19,21%). 5.1.3. Pemetaan Potensi Pengembangan Bahan Baku BBN a. Pertanian a.1. Tanaman Pangan Perkembangan luas panen dan produksi padi di Sumatera Utara selama periode 1998 2007 ratarata mengalami penurunan sebesar minus 23% per tahun. Sedangkan tanaman palawija cukup potensial. Hasil tanaman ini menjadi salah satu andalan ekspor Sumatera Utara terutama ke Negara Singapura dan

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 58

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Malaysia. Produksi jagung di Sumatera Utara tahun 2007 adalah 735.456 ton dengan luas panen sebesar 218.569 hektar. Kabupaten/kota yang menjadi andalan produsen jagung di Sumatera Utara adalah kabupaten Simalungun dan Karo. Produksi ubi kayu dan ubi jalar pada tahun 2007 adalah 452.450 ton dan 102.712 ton. Sedangkan produksi palawija lainnya yaitu kacang tanah, kacang kedelai dan kacang hijau di Sumatera Utara pada tahun 2007 masing-masing 21.119 ton, 70.042 ton dan 6.537 ton. Kabupaten Simalungun, Taput dan Dairi merupakan penghasil kacang tanah terbesar di Sumatera Utara. Kabupaten penghasil kacang kedelai terbesar adalah Langkat, dan penghasil kacang hijau terbesar adalah Kabupaten Deli Serdang. Tabel.5.2. Distribusi Produksi Padi dan Palawija (ton), Luas Areal Produksi (Ha) dan Rata-rata Produksi (Kw/Ha) yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di Tiap Kabupaten di Sumatera Utara Tahun 2007
Padi Kabupaten/Kota Areal Produksi 20.424 31.497 71.838 30.157 22.653 21.621 67.109 42.619 84.696 23.258 18.783 72.464 43.336 8.295 14.993 4.296 6.232 72.828 65 3.231 1.484 4.164 3.935 4.954 705.023 Jumlah Produksi 73.627 135.523 316.387 122.889 88.478 91.928 282.503 183.921 367.793 82.277 65.704 331.228 318.965 30.538 61.731 14.091 27.152 335.233 272 14.353 6.422 18.003 16.889 21.729 3.007.636 Rata-rata Produksi 36,05 43,03 44,04 40,75 39,06 42,52 42,10 43,15 43,43 35,38 34,98 45,71 43,49 36,81 41,17 32,80 42,94 46,03 41,81 44,81 43,27 43,23 42,92 43,86 42,66 5 0 24 350 63 345 590 145 200.146 Areal Produksi 34 605 2.955 1.265 4.387 2.620 1.017 6.310 59.604 25.645 50.182 19.027 17.236 78 257 2.128 Jagung Jumlah Produksi 110 2.046 9.972 4.239 14.725 8.858 3.415 21.650 204.196 87.204 17.101 65.015 58.680 250 870 7.145 798 17.046 0 81 1.176 214 1.160 1.991 487 682.042 Rata-rata Produksi 32,46 33,81 33,75 33,51 33,56 33,81 33,58 33,84 34,26 34,,00 34,08 34,17 34,04 32,04 33,81 33,58 33,67 33,81 0.00 33,67 33,60 33,89 33,63 33,74 33,57 34,08

Nias Mandailing Natal Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Toba Samosir Labuhan Batu Asahan Simalungun Dairi Karo Deli Serdang Langkat Nias Selatan Humbang Hasundutan Pakpak Barat Samosir Serdang Bedagai Sibolga Tanjung Balai Pematang Siantar Tebing Tinggi Medan Binjai Padangsidimpuan Jumlah

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 59

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Ubi Kayu Kabupaten/Kota Areal Produksi Nias Mandailing Natal Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Toba Samosir Labuhan Batu Asahan Simalungun Dairi Karo Deli Serdang Langkat Nias Selatan Humbang Hasundutan Pakpak Barat Samosir Serdang Bedagai Tanjung Balai Pematang Siantar Tebing Tinggi Medan Binjai Padangsidimpuan Jumlah 227 238 1.414 999 570 769 205 1.214 12.808 155 2 4.125 499 438 262 14 131 10.644 24 365 358 288 133 114 35.996 Jumlah Produksi 2.827 2.988 17.622 12.500 7.136 9.629 2.580 15.236 161.504 1.936 25 51.865 6.237 5.448 3.276 175 1.639 133.793 301 4.563 4.480 3.601 1.665 1.426 452.450 Rata-rata Produksi 124,53 125,54 124,62 125,12 125,19 125,21 125,84 125,50 126,10 124,92 124,30 125,73 124,99 124,38 125,05 124,95 125,09 125,70 125,23 125,01 125,13 125,04 125,22 125,08 125,69 Areal Produksi 610 117 529 301 1.049 335 138 257 2.698 707 425 1.199 270 803 241 4 128 418 0 30 9 264 32 56 10.630

Ubi Jalar Jumlah Produksi 5.885 1.123 5.119 2.878 10.119 3.232 1.331 2.493 26.170 6.891 4.093 11.653 2.610 7.792 2.325 38 1.234 4.007 0 287 86 2.533 308 536 102.712 Rata-rata Produksi 95,98 95,99 96,77 95,60 96,46 96,47 96,43 97,02 97,00 96,09 96,30 97,19 96,67 97,04 96,49 96,11 96,42 95,82 0.00 95,83 95,79 95,96 96,11 95,63 96,62

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 60

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


Tabel. 5.2. (Lanjutan)
Kacang Tanah Kabupaten/Kota Areal Produksi Jumlah Produksi 14 296 1.845 479 2.890 371 123 160 7.470 2.225 Rata-rata Produksi 10,24 10,66 11,05 10,25 11,27 11,08 10,72 10,80 11,40 11,21 Areal Produksi 184 1.021 209 302 264 34 Jumlah Produksi 198 1.142 218 327 291 38 Rata-rata Produksi 10,78 11,18 10,43 0.00 0.00 10,82 11,01 11,31 0.00 Kedelai

Nias Mandailing Natal Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Toba Samosir Labuhan Batu Asahan Simalungun Dairi

14 278 1.669 467 2.564 335 115 148 6.551 1.984

Tabel. 5.2. (Lanjutan)

Kacang Tanah Kabupaten/Kota Areal Produksi Karo Deli Serdang Langkat Nias Selatan Humbang Hasundutan Pakpak Barat Samosir Serdang Bedagai Sibolga Tanjung Balai Pematang Siantar Tebing Tinggi Medan Binjai Padangsidimpuan Jumlah 225 1.558 797 70 214 3 175 265 0 0 150 9 199 136 65 17.991 Jumlah Produksi 249 1.737 856 71 230 3 192 298 0 0 162 10 218 149 71 20.119 Rata-rata Produksi 11,06 11,15 10,74 10,14 10,73 10,44 10,98 11,24 0.00 0.00 10,81 10,99 10,96 10,94 10,85 11,18 Areal Produksi 63 1.312 2.022 38 559 0 0 0 3 9 274 16 6.311

Kedelai Jumlah Produksi 69 1.467 2.282 41 643 0 0 0 3 10 296 17 7.042 Rata-rata Produksi 10,94 11,18 11,29 0.00 0.00 0.00 10,74 11,5 0.00 0.00 0.00 10,87 11,09 10,77 10,75 11,16

a.2. Perkebunan Komoditi hasil perkebunan yang paling penting dari Sumatera Utara saat ini antara lain kelapa sawit, karet, kopi, coklat dan tembakau. Kabupaten Labuan Batu, Mandailing Natal dan Tapanuli Selatan

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 61

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

merupakan pusat perkebunan karet rakyat di Sumatera Utara. Total luas perkebunan karet di ketiga kabupaten ini adalah 197.704,70 hektar, yang merupakan 55,87% dari total luas kebun karet rakyat di Sumatera Utara. Sedangkan luas tanam kebun kelapa sawit rakyat di Sumatera Utara pada tahun 2007 sebesar 337.121,71 hektar, yang dihasilkan terutama di kabupaten Labuhan Batu (38,63%). Produksi kopi Sumatera Utara tahun 2007 adalah sebesar 46.484,07 ton, yang dihasilkan oleh kabupaten Dairi, Tapanuli Utara dan Sidikalang. Tabel.5.3. Distribusi Hasil Perkebunan (ton) , Luas Areal Produksi (Ha) dan Rata-rata Produksinya (Kw/Ha) yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di Tiap Kabupaten di Sumatera Utara Tahun 2007

Kelapa Sawit Kabupaten/Kota Areal Produksi Nias Mandailing Natal Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Toba Samosir Labuhan Batu Asahan Simalungun Dairi Karo Deli Serdang Langkat Nias Selatan Humbang Hasundutan Pakpak Barat Samosir Serdang Bedagai Jumlah 13.526,5 64.494 2.259 69 1.281,45 131.311 60.997,75 24.982,06 115 1.197 11.516,77 41.181 396 1.508,83 8.260 363.095,36 Jumlah Produksi 151.352,25 918.370,89 24.140,98 3,76 19.544,26 1.588.232,00 446.082,51 505.441,41 580,00 19.305,00 169.734,90 532.779,00 275,77 6.216,00 104420,00 4.486.478,73 Rata-rata Produksi 111.89 142.40 106.87 0.54 152.52 120.95 73.13 202.32 50.43 161.28 147.39 129.37 6.96 41.20 126.42 1319.39 Areal Produksi 27.536 2.583,38 1.850,69 5.361 349.85 104.9 9.900 37.310,30 2.594,20 542 1.39 3.660,70 3.689 21.464 499 85,25 75,47 3.349 122.344,74

Kelapa Jumlah Produksi 23.400,00 1.185,49 1.185,57 4.729,61 273,55 68,22 9.183,00 28.248,11 1.799,38 388,07 1.343,51 2.198,67 3.370,00 19.328,00 167,87 59,38 70,34 2.425,51 99.424,28 Rata-rata Produksi 8.50 4.59 6.41 8.82 7.81 6.50 9.28 7.57 6.94 7.16 9.67 6.01 9.14 9.00 3.36 6.98 9.37 0.73 108.33

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 62

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


Tabel. 5.3. (Lanjutan)
Karet Coklat Rata-rata Produksi 4.77 4.88 3.89 5.46 5.71 9.89 9.38 6.17 8.95 5.35 10.69 9.40 7.01 5.58 6.10 5.38 54.80 163.41 Areal Produksi 5.747 3.891 3.820,55 2.483 2.639 27,98 899 11.102,65 5.212,40 349 2.406,50 4.945,67 2.328 1.296 705,20 194,80 103,19 1.021 49.171,94 Jumlah Produksi 3.175,00 2.309,96 1.085,85 1.445,47 733,35 5,38 452,72 10.672,69 4.482,29 99,20 1.599,56 3.734,71 1.655,00 155,00 271,76 68,00 9,99 825,45 32.781,38 Rata-rata Produksi 5.52 5.94 2.84 5.82 2.78 1.89 5.04 9.61 8.60 2.84 6.65 12.68 7.11 1.20 3.86 3.49 0.97 8.09 94.92

Kabupaten/Kota

Areal Produksi 27.759 70.355 59.223,95 30.580 8.092,5 655,97 68.086 7.374 12.285,5 176 65 5.214 41.866 4.189 3.544,7 561,9 1..740 349.768,52

Jumlah Produksi 13.247,00 34.302,44 23.058,86 16.703,17 4.621,64 648,84 63.861,00 4.551,72 10.910,75 94,08 69,50 4.902,30 29.328,00 2.336,00 2.161,12 302,40 9.535,00 220.633,82

Nias Mandailing Natal Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Toba Samosir Labuhan Batu Asahan Simalungun Dairi Karo Deli Serdang Langkat Nias Selatan Humbang Hasundutan Pakpak Barat Samosir Serdang Bedagai Jumlah

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 63

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


Tabel. 5.3. (Lanjutan)
Kulit Manis Kemiri Rata-rata Produksi 7.55 1.15 3.33 6.89 5.40 2.18 9.00 10.55 7.40 5.50 2.94 7.56 3.17 72.61 Areal Produksi 194 682,70 779,15 149,50 451,50 269 13 458,63 3.692 2.568 851,50 543 96 581,10 368,50 68 11.765,58 Jumlah Produksi 2 275,22 218,18 115,59 184,12 106,03 6,50 786,18 7.698,65 2.450,25 428,56 432,00 12,50 199,88 311,51 102,85 13.330,32 Rata-rata Produksi 0.10 4.03 2.80 7.73 4.08 3.94 5.00 17.14 20.85 9.54 5.03 7.96 1.30 3.44 8.45 15.13 116.53

Kabupaten/Kota

Areal Produksi 2.613,95 1.976,75 12,2 484,81 79,99 364,56 360 263 73 74 782,8 117 3 7.205,06

Jumlah Produksi 1.972,4 227,87 4,03 334,32 43,22 79,45 323,95 277,42 54 40,7 229,58 88,35 0,95 3.676,23

Nias Mandailing Natal Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Toba Samosir Labuhan Batu Asahan Simalungun Dairi Karo Deli Serdang Langkat Nias Selatan Humbang Hasundutan Pakpak Barat Samosir Serdang Bedagai Jumlah

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 64

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


Tabel. 5.3. (Lanjutan)
Aren Kabupaten/Kota Areal Produksi 102 583,7 806,5 53,9 376,7 148,3 14 167,5 698,17 46,5 762 449,35 112 246,25 146,85 8,5 4.693,22 Jumlah Produksi 10,10 586,12 257,68 58,18 122,10 15,36 12,8 183,8 619,45 21,68 730,73 322,16 35,30 145,09 16,44 1,45 3.138,44 Rata-rata Produksi 0.99 10.04 3.20 10.79 3.24 1.04 10.67 10.97 8.87 4.66 9.59 7.17 3.15 5.89 1.12 1.71 93.10

Nias Mandailing Natal Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Toba Samosir Labuhan Batu Asahan Simalungun Dairi Karo Deli Serdang Langkat Nias Selatan Humbang Hasundutan Pakpak Barat Samosir Serdang Bedagai Jumlah

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 65

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


Tabel. 5.3. (Lanjutan)
Tebu Kapuk Rata-rata Produksi 10.68 8.81 68.11 50.53 2.16 140.29 Areal Produksi 217,5 0,55 58 3 280,05 Jumlah Produksi 32,62 0,22 28 61,05 Rata-rata Produksi 1.50 4.00 4.83 10.33

Kabupaten/Kota Areal Produksi Nias Mandailing Natal Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Toba Samosir Labuhan Batu Asahan Simalungun Dairi Karo Deli Serdang Langkat Nias Selatan Humbang Hasundutan Pakpak Barat Jumlah 24 171,5 244 124 94 657,5 Jumlah Produksi 25,62 151,14 1.662 626,6 20,28 2,485,64

a.3. Kehutanan Produksi hasil hutan Sumatera Utara menurut jenis yaitu kayu log, kayu gergajian, kayu lapis, Pulp dan hasil ikutan lainnya seperti rotan, arang dan getah tusam. Produksi hasil hutan terbesar tahun 2007 adalah kayu log pinus yakni sebesar 1.172.316,74 meter kubik.

b. Industri Jumlah usaha industri besar dan sedang di Sumatera Utara pada tahun 2007 tercatat sebanyak 966 perusahaan, yang terbagi pada golongan industri makanan, minuman dan tembakau, industri kimia, batu bara, karet dan plastik, serta industri pengolahan lainnya. 5.1.4. Infrastruktur Wilayah a. Transportasi darat Panjang jalan di seluruh Sumatera Utara pada tahun 2007 mencapai 33.963,18 km yang terbagi atas jalan negara 2.098,050 km, jalan propinsi 2.752,500 km dan jalan kabupaten/kota 29.112,626 km. Untuk memenuhi transportasi darat, tersedia dua jenis kendaraan angkutan darat utama, yaitu kendaraan bermotor dan kereta api. b. Transportasi Laut dan Udara

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 66

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Lalu lintas penerbangan dibedakan atas lalu lintas penerbangan dalam negeri dan lalu lintas penerbangan luar negeri. Lalu lintas penerbangan dalam negeri pada tahun 2007 tercatat pesawat yang berangkat sebanyak 20.940 unit dan pesawat yang datang 20.940 unit. Sedangkan jumlah penerbangan luar negeri yang datang dan berangkat tercatat masing-masing 4.420 dan 4.425 unit. Untuk jenis transportasi laut, terdapat dua jenis, yaitu transportasi antar negara dan transportasi pulau. Pada tahun 2007 terdapat 3.185 unit pelayaran antar negara dan 6.856 pelayaran antar pulau. Pelabuhan yang banyak digunakan untuk kegiatan transportasi laut berpenumpang antara lain Pelabuhan Belawan, Sibolga, Tanjung Balai dan Gunung Sitoli, sedangkan arus barang keluar dan masuk Sumatera Utara banyak terjadi di Pelabuhan Belawan, Sibolga, Tanjung Balai, dan Kuala Tanjung. c. Kondisi Kelistrikan Sebagian besar kebutuhan tenaga listrik di Sumatera Utara dipenuhi oleh PLN dan sebagian lainnya dipenuhi oleh listrik non PLN. Selama periode tahun 2006-2007 terjadi sedikit penambahan pembangkit listrik PLN untuk wilayah Sumatera Utara yakni sebesar 2,58 MW. Pada tahun 2007, jumlah energi listrik yang dijual PLN wilayah Sumatera Utara kepada 2.129.471 konsumennya adalah sebesar 4.613,38 GWH. d. Sumber daya air Air bersih yang disalurkan PDAM Sumatera Utara selama tahun 2006-2007 meningkat 4,64%, yaitu sebesar 174,10 juta m3. Kota Medan merupakan konsumen terbesar PDAM, yaitu sebesar 62,23%.

5.2. Propinsi Bengkulu


5.2.1. Kondisi Geografis a. Luas daerah Propinsi Bengkulu terletak di sebelah barat pegunungan Bukit Barisan. Luas wilayah propinsi Bengkulu mencapai lebih kurang 1.978.870 hektar atau 19.788,7 kilometer persegi. b. Batas wilayah Propinsi Bengkulu di sebelah utara berbatasan dengan propinsi Sumatera Barat, di sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia dan propinsi Lampung, di sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia dan di sebelah timur berbatasan dengan propinsi Jambi dan Sumatera Selatan. Ditinjau o o dari keadaan geografisnya, Propinsi Bengkulu terletak di antara 2 16 menit 3 31 menit Lintang Selatan, o o dan 101 1 menit 103 41menit Bujur Timur. Propinsi Bengkulu berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia pada garis pantai sepanjang lebih kurang 525 km. Bagian Timurnya berbukit-bukit dengan dataran tinggi yang subur, sedangkan bagian barat merupakan dataran rendah yang relatif sempit, memanjang dari Utara ke Selatan serta diselingi daerah yang bergelombang. c. Topografis Berdasarkan topografinya, Propinsi Bengkulu terletak pada tiga jalur, yaitu : Jalur pertama Daerah ini terletak pada ketinggian 0 100 meter di atas permukaan laut dan diklasifikasikan sebagai daerah low land. Luas daerah ini mencapai 708.435 ha atau 35,80%.

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 67

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Jalur kedua Daerah ini terletak pada ketinggian 100 1000 m diatas permukaan laut. Posisinya berada di sebelah timur dari jalur pertama. Daerah tersebut merupakan lereng pegunungan Bukit Barisan, yang diklasifikasikan dalam dua kelompok daerah, yaitu ketinggian antara 100-500m di atas permukaan laut seluas 625.324 ha (31,6%), dan ketinggian antara 500-1000m di atas permukaan laut luasnya yang mencapai 405.688 ha (20,5%). Jalur ketiga Daerah ini terletak pada ketinggian lebih dari 1000m di atas permukaan laut. Posisinya berada di sebelah timur jalur kedua sampai ke puncak pegunungan Bukit Barisan. Daerah tersebut umumnya merupakan daerah kegiatan vulkanis dan tektonis. Luas daerah mencapai 239.924 ha (12,10%) Tabel 5.4. Luas Daerah Menurut Jenis Tanah dan Persentase Jenis Tanah Organosol Alluvial Regosol Asosiasi, Podsolik Merah Kuning, Latosol, Litosol Latosol Andosol Asosiasi Andosol Regosol Asosiasi Podsolik Coklat, Podsol, Litosol Lain-lain Luas Area, Ha 3.600 70.015 43.360 283.200 426.800 142.200 81.200 150.800 777.695 Persentase, % 0,18 3,54 2,19 14,31 21,57 7,19 4,10 4,26 39,30

d. Iklim dan curah hujan o Suhu udara maksimum di Bengkulu berkisar antara 31-33 C. Menurut stasiun Klimatologi Pulau Baai, kelembaban udara Bengkulu relatif rendah, yaitu berkisar 80-87% sepanjang tahun 2007, sedangkan rata-rata kelembabannya sebesar 86%. Hari hujan pada tahun 2007 rata-rata mencapai 16 hari perbulan, dengan frekuensi curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus sampai dengan Oktober. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, curah hujan pada tahun 2007 jauh lebih rendah, hanya berkisar 219 mm dibandingkan dengan 317 mm di tahun 2006. 5.2.2. Kondisi Demografis a. Jumlah dan struktur penduduk Jumlah penduduk Propinsi Bengkulu pada tahun 2007 berdasarkan data statistik mencapai 1,57 juta jiwa. Ditinjau dari jumlahnya, perkembangan penduduk Propinsi Bengkulu tergolong cepat, karena dalam kurun waktu 25 tahun bertambah dua kali lipat. Komposisi penduduk Bengkulu berdasarkan jenis kelamin menunjukkan lebih banyaknya penduduk laki-laki dibandingkan penduduk perempuan. Pada tahun 2007 rasio seks penduduk Propinsi Bengkulu sebesar 102, yang artinya dalam setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat 102 orang penduduk laki-laki. Dibandingkan dengan luas daerahnya, penduduk di Propinsi Bengkulu tergolong jarang, dengan kepadatan 79 jiwa / kilometer persegi. Dari sembilan kabupaten dan kota yang ada, daerah yang paling

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 68

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

padat penduduknya adalah kota Bengkulu. Sedangkan daerah yang paling rendah kepadatan penduduknya adalah kabupaten Mukomuko (33 jiwa / kilometer persegi). Kabupaten Rejang Lebong dan Bengkulu Utara bersama dengan kota Bengkulu merupakan tiga daerah dengan kepadatan penduduk tertinggi, yang mencakup 53,34% dari jumlah total penduduk. Kondisi ini berkaitan erat dengan semakin pentingnya peranan ketiga daerah tersebut yang merupakan pusat perkembangan agro bisnis dan perkebunan besar di Propinsi Bengkulu. b. Tingkat pendidikan dan Ketenagakerjaan Kualitas pendidikan pekerja di Propinsi Bengkulu ditinjau dari tingkat pendidikan yang ditamatkan tergolong rendah dengan proporsi pekerja yang tamat SD pada tahun 2007 mencapai 28,9% dan pekerja yang tidak pernah sekolah/tamat SD sebesar 25,3%. Hal ini berarti proporsi pekerja dengan kualifikasi pendidikan tamat SD ke bawah sebesar 54,2%. Relatif tingginya proporsi pekerja yang berpendidikan rendah di sisi lain mengungkapkan bahwa proporsi pekerja yang berpendidikan tamat SMP, SMA dan Perguruan Tinggi relatif rendah, dengan proporsi masing-masing secara berurutan adalah 17,42%, 21,22% dan 7,11%. Erat kaitannya dengan tingkat pendidikan pekerja yang tergolong rendah, pekerja di propinsi Bengkulu umumnya terserap di sektor pertanian dengan status sebagai buruh keryawan di perusahaan perkebunan dan sebagai pekerja keluarga. Proporsi pekerja yang terserap di sektor pertanian mencapai 69,9%. Pemetaan Potensi Pengembangan Bahan Baku BBN a. Pertanian a.1. Tanaman pangan Selain menanam padi, petani di Propinsi Bengkulu menanam dan mengusahakan palawija. Jenis palawija yang ditanam petani adalah jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah dan kedelai. Usaha tanaman palawija di propinsi Bengkulu kelihatannya masih merupakan usaha sampingan. Hal itu terlihat dari relatif sempitnya luas panen dan luas lahan yang digunakan petani untuk menanam palawija. Pada tahun 2007 total luas panen tanaman palawija di Propinsi Bengkulu mencapai 55,04 ribu hektar. Palawija yang paling dominan diusahakan petani adalah tanaman jagung. Pada tahun 2007 luas panen tanaman jagung mencapai 32 ribu hektar atau sebesar 58,14% dari total luas panen palawija. Tanaman palawija lainnya yang relatif banyak ditanam adalah ubi kayu dan kacang tanah. Pada tahun 2007 luas panen ubi kayu mencapai 6,86 ribu hektar (12,46%), sedangkan luas panen kacang tanah mencapai 6,84 ribu hektar (12,44%) dari total luas panen palawija di Propinsi Bengkulu.

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 69

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel 5.5. Distribusi Produksi Padi dan Palawija (ton) , Luas Areal Produksi (Ha) dan Rata-rata Produksi (Kw/Ha) yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di Tiap Kabupaten di Bengkulu pada Tahun 2007
Padi Kabupaten/Kota Areal Produksi 14.295 13.240 19.829 13.620 8.623 10.558 6.665 10.915 3.246 Jumlah Produksi 56.235 53.408 66.257 53.931 31.633 33.626 25.285 44.687 13.315 Rata-rata Produksi 39.34 40.34 33.41 39.60 36.68 31.85 37.94 40.94 41.02 Areal Produksi 28.547 24.224 778 1.093 20.240 4.317 545 905 4.540 Jagung Jumlah Produksi 86.077 72.077 2.152 3.000 58.140 12.864 1.510 2.520 4.373 Rata-rata Produksi 30.15 29.75 27.66 2.74 28.73 29.80 27.71 27.85 9.63

Bengkulu Selatan Rejang Lebong Bengkulu Utara Kota Bengkulu Seluma Kaur Muko-muko Kapahyang Lebong

Jumlah

100.991

378.377

341.12

85.189

242.713

214.02

Tabel 5.5. (Lanjutan)

Ubi Kayu Kabupaten/Kota Areal Produksi Bengkulu Selatan Rejang Lebong Bengkulu Utara Kota Bengkulu Seluma Kaur Muko-muko Kapahyang Lebong 1.000 385 797 2.084 390 728 136 455 83 Jumlah Produksi 11.975 5.395 10.059 28.836 5.383 12.785 1.701 5.729 1.056 Rata-rata Produksi 119.75 140.13 126.21 138.37 138.03 175.62 125.07 125.91 127.23 Areal Produksi 714 310 384 1.658 173 239 53 128 96

Ubi Jalar Jumlah Produksi 7.597 3.612 3.556 16.105 1.622 2.279 493 1.186 895 Rata-rata Produksi 106.40 116.52 92.60 97.14 93.76 95.36 93.02 92.66 93.23

Jumlah

6.058

82.919

1216.32

3.755

37.345

880.67

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 70

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


Tabel 5.5. (Lanjutan)

Kacang Tanah Kabupaten/Kota Areal Produksi 2.511 1.459 68 420 657 441 41 155 69 Jumlah Produksi 3.235 1.775 79 485 793 525 48 181 85 Rata-rata Produksi 12.88 12.17 11.62 11.55 12.07 11.90 11.71 11.68 12.32 Areal Produksi 3.130 53 114 24 -

Kedelai Jumlah Produksi 4.612 74 155 34 Rata-rata Produksi 14.73 13.96 13.60 14.17 56.46

Bengkulu Selatan Rejang Lebong Bengkulu Utara Kota Bengkulu Seluma Kaur Muko-muko Kapahyang Lebong

Jumlah

5.821

7.206

107.89

3.321

4.875

Pada kurun waktu 2006-2007 produksi mengalami kenaikan yang relatif tinggi, kecuali tanaman kacang kedelai. Kenaikan produksi tertinggi dicapai tanaman jagung yang meningkat sebesar 68,14%. Sedangkan produksi ubi kayu, ubi jalar dan kacang tanah masing-masing mengalami kenaikan 33,98%, 29,84% dan 17%. Sementara itu, produksi kacang kedelai pada kurun waktu yang sama mengalami penurunan sebesar 17,39%. a.2. Perkebunan Usaha perkebunan di Propinsi Bengkulu sebagian dilakukan oleh rumah tangga perkebunan rakyat dan sebagian lagi diusahakan oleh perkebunan swasta. Tanaman perkebunan yang banyak diusahakan rumah tangga adalah tanaman karet, kelapa, kopi, kelapa sawit dan cokelat. Pada tahun 2007 rumah tangga yang mengusahakan perkebuanan rakyat diperkirakan mencapai 373 ribu rumah tangga, dengan jenis tanaman perkebunan kopi, karet, dan kelapa sawit sebagai pilihan terbanyak. Total luas lahan ketiga tanaman perkebunan tersebut diperkirakan mencapai 303, 93 hektar atau 87,03%dari total luas lahan perkebunan rakyat di Propinsi Bengkulu. Jenis tanaman perkebunan yang paling dominan diusahakan rumah tangga ditinjau dari luas lahannya adalah tanaman kopi (35%). Luas lahan kopi yang menghasilkan mencapai 91,64 ribu hektar (73,6%), luas lahan karet yang menghasilkan mencapai 58,94 hektar (68,78%) dan lahan kelapa sawit yang menghasilkan seluas 55,61 hektar (59,33%).

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 71

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel.5.6. Distribusi Hasil Perkebunan (ton) , Luas Areal Produksi (Ha) dan Rata-rata Produksinya (Kw/Ha) yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di Tiap Kabupaten di Propinsi Bengkulu Tahun 2007
Kelapa Sawit Kabupaten/Kota Areal Produksi Bengkulu Selatan Rejang Lebong Bengkulu Utara Kota Bengkulu Seluma Kaur Muko-muko Kapahyang Lebong 11.362 21 20.745 1.496 15.374 3.170 41.526 18 15 Jumlah Produksi 58.620 234,15 225.160,35 19.880 163.762,25 15.123,10 368.942,10 51,50 47,72 Rata-rata Produksi 51.59 111.48 108.54 132.89 106.52 47.71 88.85 28.61 31.81 Areal Produksi 2.142 7.088 33.136 132 25.226 3.163 14.038 16 750 Jumlah Produksi 1.714,10 5.865,20 31.762,08 120,35 21.489,25 863,50 11.164,64 14,70 283,85 Rata-rata Produksi 8.00 8.27 9.59 9.12 8.52 2.73 7.95 9.19 3.78 Karet

Jumlah

93.733

851.821,17

707.99

74.691

73.277,67

67.15

Tabel.5.6. (Lanjutan)

Kakao Kabupaten/Kota Areal Produksi Bengkulu Selatan Rejang Lebong Bengkulu Utara Kota Bengkulu Seluma Kaur Muko-muko Kapahyang Lebong 1.219 378 2.609 23 814 1.989 43 933 39 Jumlah Produksi 141,96 227,85 621,39 13,65 362,75 410,23 14,80 25,92 4,05 Rata-rata Produksi 1.16 6.03 2.38 5.93 4.46 2.06 3.44 0.28 1.04 Areal Produksi 931 283 3.752 289 1.249 2.561 1.709 410 202

Kelapa Jumlah Produksi 904,64 490,08 3.183,47 221,76 798,14 2.512,56 1.127,32 280,25 98,10 Rata-rata Produksi 9.72 17.32 8.48 7.67 3.99 9.81 6.60 6.84 4.86

Jumlah

8.044

1.822,6

26.78

11.386

9.316,32

75.28

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 72

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


Tabel.5.6. (Lanjutan)

Kayu Manis Kabupaten/Kota Areal Produksi Bengkulu Selatan Rejang Lebong Bengkulu Utara Kota Bengkulu Seluma Kaur Muko-muko Kapahyang Lebong 50 409 601 2 443 279 20 98 295 Jumlah Produksi 27,60 155,25 257,25 0,70 183,60 233,75 6,86 50 140,15 Rata-rata Produksi 5.52 3.80 4.28 3.50 4.14 8.38 3.43 5.10 4.75 Areal Produksi 50 190 162 5 80 59 106 104 5

Kapuk Jumlah Produksi 9,13 64,15 35,63 1,38 11,84 14,40 23,50 21,28 Rata-rata Produksi 1.83 3.38 2.20 2.76 1.48 2.44 2.22 2.05 -

Jumlah

3.259

1.495.96

42.91

1168

291.60

18.35

Tabel.5.6. (Lanjutan)

Kemiri Kabupaten/Kota Areal Produksi Bengkulu Selatan Rejang Lebong Bengkulu Utara Kota Bengkulu Seluma Kaur Muko-muko Kapahyang Lebong 21 547 5.088 4 131 18 5 620 262 Jumlah Produksi 4,8 308 2.349,6 0,7 6,44 1,05 301,4 48,69 48,69 Rata-rata Produksi 2.29 5.63 10.51 1.75 0.49 0.58 602.80 0.79 1.86 Areal Produksi 29 2.034 422 2 92 194 21 303 163

Aren Jumlah Produksi 22,77 1.176 307,31 1,5 62,4 13,18 169,4 169,4 87,5 Rata-rata Produksi 7.85 5.78 7.28 7.50 6.78 0.68 80.67 5.59 5.37 127.50

Jumlah

6.696

3.071,31

626.70

3.260

1.868,78

Perkebunan swasta yang tersedia jumlahnya kurang lebih 32 perusahaan, yang umumnya bergerak dalam usaha perkebunan kelapa sawit dan karet. Lokasinya tersebar di kabupaten Bengkulu Utara, Mukomuko dan Seluma. Dari keempat jenis tanaman perkebunan tersebut yang sangat potensial dikembangkan di Propinsi Bengkulu adalah tanaman karet dan kelapa sawit. Hal ini disebabkan kedua jenis tanaman ini memiliki nilai ekonomis tinggi serta lahan yang tersedia sekaligus cocok untuk pengembangan tanaman perkebunan karet dan kelapa sawit masih cukup luas di Propinsi Bengkulu. a.3. Kehutanan

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 73

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Kontribusi sektor kehutanan dalam perekonomian Propinsi Bengkulu dapat dikatakan rendah, hanya sebesar 1,83% pada tahun 2007. Hal ini dipengaruhi oleh semakin rendahnya produksi hasil-hasil hutan seperti rotan dan damar yang diproduksi dari areal hutan yang relatif kecil, yaitu 24,06% dari keseluruhan areal hutan yang tersedia. b. Industri Industri pengolahan di Propinsi Bengkulu pada umumnya adalah industri kecil dan rumah tangga. Sedangkan industri besar dan sedang jumlahnya sedikit dan bahkan dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung berkurang. Penurunan jumlah industri besar dan sedang antara lain disebabkan terjadinya penyusutan jumlah tenaga kerja, sehingga statusnya berubah menjadi industri kecil. Apabila dibandingkan dengan jumlah perusahaan industri yang ada, maka daya serap perusahaan industri pengolahan sekitar 300 orang per perusahaan 5.2.4. Infrastruktur Wilayah a. Transportasi darat Hingga tahun 2007 di Propinsi Bengkulu terdapat 736,44 km jalan negara dan 1.500,29 km jalan propinsi. Jalan-jalan tersebut sebagian besar dalam kondisi yang cukup baik. Sepanjang 504,74 km (68,53%) jalan negara dengan kondisi baik dan sedang, sedangkan jalan propinsi dengan konsisi baik dan sedang sepanjang 883 km (58,92%) dari panjang total jalan propinsi. Angkutan darat di Propinsi Bengkulu dilayani oleh perusahaan angkutan Antar Kota Dalam Propinsi dan Angkutan Kota Antar Propinsi. b. Transportasi udara Keberadaan pesawat udara sebagai sarana angkutan penumpang dan angkutan barang dalam kurun dua tahun terakhir semakin diminati penduduk propinsi Bengkulu. Karena harga tiket yang terjangkau dan banyaknya jadwal penerbangan yang berangkat dan datang ke kota Bengkulu. c. Kondisi kelistrikan Kinerja Perusahaan Listrik Negara (PLN) cabang Bengkulu pada kurun waktu 2006-2007 cenderung meningkat. Hal itu terlihat dari peningkatan daya terpasang, peningkatan produksi listrik, peningkatan penjualan listrik, dan peningkatan pelanggan listrik.
d. Sumber daya air

Di Propinsi Bengkulu mengalir lebih kurang 130 sungai dan anak sungai. Sungai-sungai yang mengalir bermuara ke Samudera Indonesia. Sesuai dengan kondisi topografinya yang berbukit-bukit dan terjal, aliran sungai umumnya deras dan berjeram, sehingga berpotensi pula untuk dijadikan sumber pembangkit listrik tenaga air berskala mikro.

5.3. Propinsi Sumatera Selatan


5.3.1. Kondisi Geografis a. Batas Wilayah Propinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 derajat sampai 4 derajat Lintang Selatan dan 102 derajat sampai 106 derajat Bujur Timur dengan luas daerah seluruhnya 87.017,42 km2. Batas-batas wilayah

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 74

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

propinsi ini adalah di sebelah utara dengan Propinsi Jambi, di sebelah Selatan dengan Propinsi Lampung, di sebelah Timur dengan Propinsi Bangka Belitung dan di sebelah Barat dengan Propinsi Bengkulu. b. Topografis Kondisi topografi Propinsi Sumatera Selatan meliputi pantai timur yang tanahnya terdiri dari rawarawa dan payau yang dipengaruhi oleh pasang surut. Sedikit makin ke barat merupakan dataran rendah yang luas. Makin bergerak ke barat, kondisi wilayah akan semakin bergunung-gunung, karena terdapat Bukit Barisan yang membelah Sumatera Selatan dan merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian 900-1200 meter dari permukaan laut. Di sebelah barat Bukit Barisan merupakan lereng yang dijadikan daerah perkebunan karet, kelapa sawit dan peertanian terutama kopi, teh dan sayuran.
c. Iklim dan curah hujan

Propinsi Sumatera Selatan mempunyai iklim tropis dan basah dengan variasi curah hujan antara 0525,64/17 mm sepanjang tahun 2007. Setiap bulannya hujan cenderung turun. Sementara bulan Februari merupakan bulan dengan curah hujan paling banyak. Tabel 5.7. Daftar Ketinggian dari Permukaan Laut untuk tiap Kabupaten di Sumatera Selatan Kabupaten/Kota Ogan Komering Ulu Ogan Komering Ilir Muara Enim Lahat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan Ilir Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau Ketinggian dari Permukaan Laut, m 7 1,8 4,5 10,2 12 1,5 6,3 13,3 8,3 2,5 0.8 9,5 28,9 120

5.3.2. Kondisi Demografis a. Jumlah dan struktur penduduk Jumlah penduduk Sumatera Selatan tahun 2007 adalah 6.899,9 ribu jiwa. Rasio jenis kelamin pada tahun 2007 sebesar 102,38%, yang berarti daerah ini mempunyai jumlah penduduk laki-laki lebih besar dari pada perempuan. Pada tahun yang sama jumlah angkatan kerja yang tersedia sebanyak 3.332.789 orang, dimana sektor pertanian yang paling banyak menyerap tenaga kerja mencapai 64,47%.

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 75

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

b. Ketenagakerjaan Kabupaten Palembang merupakan kabupaten yang paling banyak menyediakan tenaga kerja (477.380 orang), disusul kabupaten Banyuasin (356.103 orang) dan Ogan Komering Ilir (307.779 orang). 5.3.3. Pemetaan Potensi Pengembangan Bahan Baku BBN a. Pertanian a.1. Tanaman pangan Di Propinsi Sumatera Selatan padi ditanam di lahan sawah dan bukan sawah. Hampir seluruh daerah kabupaten/kota di Sumatera Selatan memproduksi padi sawah maupun ladang kecuali kota Pagar Alam. Tanaman palawija mencakup jenis tanaman seperti jagung, ketela pohon, ubi jalar, kacang tanah, kacang kedelai dan kacang hijau. Tanaman palawija ini ditanam di areal sawah maupun ladang. Tabel 5.8. Distribusi Produksi Padi dan Palawija (ton) , Luas Areal Produksi (Ha) dan Rata-rata Produksinya yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di tiap Kabupaten di Sumatera Selatan pada Tahun 2007
Padi Kabupaten/Kota Areal Produksi 11.165 114.830 46.916 41.260 49.931 52.349 156.480 16.365 98.054 43.350 6.088 1.421 5.243 3.475 646.927 Jumlah Produksi 33.854 432.256 156.793 146.883 176.978 188.418 604.741 60.360 432.598 163.071 22.814 4.037 20.432 13.017 2.456.251 Rata-rata Produksi 30,32 34,64 33,42 35,60 35,44 35,99 38,65 36,88 44,12 37,62 37,47 28,41 38,97 37,46 37,97 Areal Produksi 97 4.106 798 1.402 483 10.532 5.205 175 1.403 435 176 123 206 58 25.199 Jagung Jumlah Produksi 278 119.850 2.312 4.104 1.421 20.960 15.319 502 4.129 1.282 506 354 611 168 73.896 Rata-rata Produksi 28,66 29,10 28,97 29,27 29,42 29,40 29,43 28,68 29,43 29,47 28,75 28,78 29,68 29,03 29,33

Ogan Komering Ulu Ogan Komering Ilir Muara Enim Lahat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan Ilir Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau Jumlah

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 76

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


Tabel 5.8. (Lanjutan)
Ubi Kayu Kabupaten/Kota Areal Produksi Jumlah Produksi 1.608 114.538 7.329 6.230 5.572 17.016 31.551 2.929 29.413 2.467 5.840 1.698 1.255 876 228.321 Rata-rata Produksi 113,27 151,07 115,23 116,02 115,61 116,07 116,38 116,71 117,60 118,01 112,30 115,48 117,27 116,77 131,48 Areal Produksi 15 321 193 300 106 452 648 83 232 51 155 38 314 42 2.95 Jumlah Produksi 106 2.265 1.351 2.106 741 3.161 4.586 582 1.625 359 1.075 263 2.235 292 20.747 Rata-rata Produksi 70,92 70,56 70,00 70,21 69,92 69,92 70,77 70,14 70,04 70,41 69,35 69,24 71,17 69,59 70,33 Ubi Jalar

Ogan Komering Ulu Ogan Komering Ilir Muara Enim Lahat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan Ilir Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau Jumlah

142 7.582 636 537 482 4.466 2.711 251 2.501 209 520 147 107 75 17.366

Tabel 5.8. (Lanjutan)


Kacang Tanah Kabupaten/Kota Areal Produksi 82 1.394 299 560 360 437 351 359 4.170 278 160 44 123 22 7.328 Jumlah Produksi 110 1.869 402 752 482 581 481 490 5.679 378 214 62 168 29 9.756 Rata-rata Produksi 13,47 13,41 13,43 13,42 13,40 13,30 13,70 13,64 13,62 13,58 13,37 14,11 13,64 13,32 13,54 Areal Produksi 118 30 1.192 624 236 208 86 234 4 Kedelai Jumlah Produksi 173 43 1.648 841 331 289 124 332 6 1 3.788 Rata-rata Produksi 14,70 14,21 13,82 13,47 14,04 13,89 14,39 14,20 14,89 13,45 13,86

Ogan Komering Ulu Ogan Komering Ilir Muara Enim Lahat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan Ilir Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau Jumlah

2.733

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 77

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

a.2. Perkebunan Luasnya wilayah serta mendukungnya kondisi lahan di Sumatera Selatan terhadap komoditas tanaman perkebunan menyebabkan propinsi ini memiliki potensi perkebunan yang cukup menjanjikan. Selain adanya perkebunan milik negara, terdapat juga perkebunan yang dimiliki dan dikelola oleh rakyat. Perkebunan rakyat ini menghasilkan tanaman seperti karet, kopi, kelapa sawit dan lain-lain. Selama tahun 2007 karet, kopi, kelapa dan kelapa sawit merupakan komoditas yang berproduksi secara signifikan dibandingkan komoditas perkebunan lainnya. Tabel 5.9. Distribusi Hasil Perkebunan (Ton), Luas Areal Produksi (Ha) dan Rata-rata Produksinya (Kw/Ha) yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di Tiap Kabupaten di Sumatera Selatan pada Tahun 2007
Karet Kabupaten/Kota Areal Produksi Ogan Komering Ulu Ogan Komering Ilir Muara Enim Lahat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan Ilir Jumlah 49.552 98.303,15 165.143 28.995,41 219.564 156.271 88.826 95 46.887,85 17.987 898.546,21 Jumlah Produksi 22.838 67.072 141.138 13.050 88.228 104.799 140 72.520 509.785 Rata-rata Produksi 4.61 6.82 8.55 4.50 5.65 11.80 14.74 15.47 72.13 Areal Produksi 958,05 7.068 1.467 1.739 4.656 3.424 33.999 381,05 3.168,75 691 58.290,55 Jumlah Produksi 888 9.143 1.739 1.929 3.073 46.883 56 2.626 66.337 Rata-rata Produksi 9.27 12.94 11.85 11.09 8.97 13.79 1.47 8.29 77.67 Kelapa

Tabel 5.9. (Lanjutan)


Kelapa Sawit Kabupaten/Kota Areal Produksi Ogan Komering Ulu Ogan Komering Ilir Muara Enim Lahat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan Ilir Jumlah 827 7.642 20.748 1.441 4.132 17.691 11.229 2.762 7.642 75.389 Jumlah Produksi 315 7.324 16.343 526 11.959 7.109 933 44.509 Rata-rata Produksi 3.81 9.58 7.88 3.65 6.76 6.33 3.38 41.39 Areal Produksi 25 512 81 81 36,25 161 905,25 Jumlah Produksi 199 1 30 18 248 Rata-rata Produksi 3.89 0.12 3.70 4.97 12.68 Kapuk

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 78

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


Tabel 5.9. (Lanjutan)
Aren Kabupaten/Kota Areal Produksi Jumlah Produksi 2 53 24 30 5 114 Rata-rata Produksi 1.67 4.37 0.54 0.63 2.22 9.43 Areal Produksi 108 151 943,75 181,5 221 9,5 1 1.708,25 Jumlah Produksi 33 1 22 128 184 Rata-rata Produksi 3.06 0.07 0.23 5.79 9.15 Kayu Manis

Ogan Komering Ulu Ogan Komering Ilir Muara Enim Lahat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan Ilir Jumlah

12 121,25 441 477,35 22,5 1.135,1

a.3. Kehutanan Hingga tahun 2007 total luas areal hutan di Sumatera Selatan adalah 3.807.507 hektar. Angka tersebut terdiri dari hutan lindung (14,17%), suaka alam (18,70%), hutan produksi terbatas (5,64%), dan hutan produksi tetap (13,95%). Dari total luas wilayah hutan tersebut, sekitar 33,99% dimiliki oleh kabupaten Musi Banyuasin dan Banyuasin. b. Industri Di bidang industri, Propinsi Sumatera Selatan memiliki berbagai macam industri dengan skala kecil dan menengah. Industri Kimia dan Bangunan merupakan industri yang menyerap tenaga kerja terbanyak (28.937 orang) di tahun 2007, disusul oleh industri pangan (8.110 orang), industri logam dan jasa industri (6.111 orang), industri sandang dan kulit (3.340 orang) dan industri kerajinan umum (1.727 orang). 5.3.2. Infrastruktur Wilayah a. Angkutan darat Panjang jalan di Sumatera Selatan adalah 2.997,87 km di tahun 2007. Sekitar 41,68% dari panjang tersebut adalah di bawah tanggung jawab negara. Sisa jalan yang lain (58,32%) adalah jalam yang menjadi tanggung jawab pemerintah propinsi. Keseluruhan, 96,8% telah diaspal dan sisanya memiliki beraneka tipe permukaan. b. Angkutan Laut dan Udara Pelabuhan laut di Palembang, Boom Baru, adalah pusat kegiatan angkutan laut seperti bomngkar muat barang dan jasa angkutan penumpang serta untuk aktivitas pengangkutan penumpang. Kegiatan bongkar muat barang ini meliputi perdagangan dalam negeri dan luar negeri. Berbeda dengan sistem angkutan penumpang yang hanya beroperasi di dalam negeri. Propinsi Sumatera Selatan mempunyai sungai-sungai besar yang dapat dilayari, namun saat ini karena proses pendangkalan tidak dapat dilayari oleh kapal-kapal besar. Kebanyakan sungai-sungi itu bermata air di Bukit Barisan, kecuali sungai Mesuji, Sungai Lalan dan Sungai Banyuasin.

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 79

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

c. Kondisi kelistrikan dan komunikasi Sebelum tahun 2005, PLN Wilayah IV Sumatera Selatan menggunakan tenaga diesel, uap dan gas sebagai sumber tenaga pembangkit listrik. Tetapi selama tahun 2005 ini, PLN hanya memanfaatkan pembangkit listrik tenaga diesel. Jumlah tenaga listrik yang diproduksi dari mesin diesel ini adalah 22.642.783 Kwh dari sebanyak 89 pembangkit listrik diesel di tahun 2006. Telkom Sumatera Selatan memiliki empat kantor cabang yang berlokasi di Palembang Ilir, Palembang Ulu, Baturaja dan LubukLinggau. Kapasitas sentral sambungan telepon yang dimiliki kantorkantor ini secara total adalah 163.578 sambungan. Dari total kapasitas sentral, 88,78% dipakai untuk kalangan bisnis, perumahan dan sosial.

5.4. Propinsi Lampung


5.4.1. Kondisi Geografis a. Luas wilayah dan batas wilayah Daerah Propinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km persegi termasuk pulaupulau yang terletak pada bagian selatan paling ujung tenggara pulau Sumatera. Propinsi ini dibatasi oleh Propinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu di sebelah Utara, Selat Sunda di sebelah Selatan, Laut Jawa di sebelah Timur dan Samudera Indonesia di sebelah Barat. Secara geografis Propinsi Lampung terletak pada kedudukan 103 derajat 40 menit 105 derajat 50 menit Bujur Timur dan 6 derajat 45 menit 3 derajat 45 menit Lintang Selatan. b. Topografis Secara topografis daerah Lampung dapat dibagi dalam lima unit topografi. Pertama adalah daerah topografis berbukit sampai bergunung, dengan ketinggian rata-rata 300 m di atas permukaan laut yang merupakan bagian dari Bukit Barisan. Kedua adalah daerah topografis berombak sampai bergelombang, dengan ketinggian rata-rata 300 m sampai 500 m dari permukaan laut. Ketiga daerah dataran alluvial dengan ketinggian daerah berkisar antara 25m sampai 75 m dari permukaan laut. Keempat, daerah dataran rawa pasang surut di sepanjang pantai timur. Kelima, daerah river basin yang meliput Tulang Bawang, Seputih, Sekampung, Semangka dan Way Jepara. c. Iklirm dan curah hujan o o Pada tahun 2007, suhu udara rata-rata siang hari berkisar antara 31 C sampai 35,4 C, sedangkan o o suhu udara pada malam hari berkisar antara 20,8 C sampai 24,0 C. Sedangkan rata-rata curah hujan 141,29 mm. Curah hujuan tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu mencapai 326,6 mm dan terendah pada bulan September yaitu 0,0 mm. 5.4.2. Kondisi Demografis a. Jumlah dan struktur penduduk Berdasarkan hasil estimasi jumlah penduduk tahun 2006, jumlah penduduk Lampung tahun 2007 tercatat sebesar 7.211.586 orang, dengan rasio jenis kelamin sebesar 106,10. Kepadatan penduduk mencapai 204 jiwa perkilometer persegi.

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 80

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

b. Ketenagakerjaan Jumlah pencari kerja yang terdaftar di Propinsi Lampung untuk tahun 2007 adalah sebanyak 60.717, dimana sebagian besar pencari kerja memiliki tingkat pendidikan SLTA, mencapai 64,77%. Sedangkan pencari kerja dengan tingkat pendidikan sarjana S1 sebanyak 20,93% dari total keseluruhan pencari kerja. 5.4.3. Pemetaaan Potensi Pengembangan Bahan Baku BBN a. Pertanian a.1. Tanaman pangan Produksi padi di Propinsi Lampung sebesar 2.129.914 ton pada tahun 2007, dengan sentra produksi terbesar di kabupaten Lampung Tengah (23,15%). Produksi ubi kayu, kacang tanah dan ubi jalar mengalami peningkatan di tahun 2007, secara berurutan 5.499.403 ton, 11.888 ton dan 42.586 ton, sedangkan produksi jagung, kacang hijau dan kedelai mengalami penurunan, masing-masing 1.183.982 ton, 4.456 ton dan 3.594 ton. Tabel 5.10. Distribusi Produksi Padi dan Palawija (Ton), Luas Areal Produksi (Ha) dan Rata-rata Produksi (Kw/Ha) yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di tiap Kabupaten di Propinsi Lampung Tahun 2007
Padi Kabupaten/Kota Areal Produksi Lampung Barat Tanggamus Lampung Selatan Lampung Timur Lampung Tengah Lampung Utara Way Kanan Tulang Bawang Bandar Lampung Metro 27.034 50.359 83.866 80.714 113.721 30.779 34.14 67.937 1.764 3.788 Jumlah Produksi 114.791 229.679 373.21 357.528 493.123 110.865 133.792 291.92 7.823 17.183 Rata-rata Produksi 42.46 45.61 44.50 44.30 43.36 36.02 39.19 42.97 44.35 45.36 Areal Produksi 943 9.637 92.251 99.566 79.522 29.468 10.582 9.980 226 465 Jumlah Produksi 2950 32.890 344.511 349.652 285.450 98.104 35.022 32.945 845 4.613 Rata-rata Produksi 31.28 34.13 37.34 35.12 35.90 33.29 23.65 33.01 37.39 99.20 Jagung

Jumlah

494.102

2.129.914

428.12

332.640

1.189.982

400.31

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 81

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


Tabel 5.10. (Lanjutan)

Ubi Kayu Kabupaten/Kota Areal Produksi Lampung Barat Tanggamus Lampung Selatan Lampung Timur Lampung Tengah Lampung Utara Way Kanan Tulang Bawang Bandar Lampung Metro 427 2.296 22.436 41.253 88.575 29.972 17.690 90.441 181 159 Jumlah Produksi 7.649 42.444 234.877 798.456 1.724.754 581.592 341.635 1.761.730 3.428 2.838 Rata-rata Produksi 179.13 184.86 104.69 193.55 194.72 194.05 193.12 194.79 189.39 178.49 Areal Produksi 387 413 962 416 1.002 444 248 427 52 49

Ubi Jalar Jumlah Produksi 3.695 3.946 9.223 4.097 9.979 4.233 2.372 4.073 502 466 Rata-rata Produksi 95.48 95.54 95.87 98.49 99.59 95.34 95.65 95.39 96.54 95.10

Jumlah

293.430

5.499.403

1806.80

4.449

42.586

962.98

Tabel 5.10. (Lanjutan)

Kacang Tanah Kabupaten/Kota Areal Produksi Lampung Barat Tanggamus Lampung Selatan Lampung Timur Lampung Tengah Lampung Utara Way Kanan Tulang Bawang Bandar Lampung Metro 361 596 818 950 2.606 1.225 2.418 1.057 60 36 Jumlah Produksi 406 660 1.003 1.087 3.061 1.422 2.881 1.257 71 40 Rata-rata Produksi 11.25 11.07 12.26 11.44 11.75 11.61 11.91 11.89 11.83 11.11 Areal Produksi 123 335 120 358 788 95 962 359 18

Kedelai Jumlah Produksi 130 356 126 389 898 110 1.159 407 19 Rata-rata Produksi 10.57 10.63 10.50 10.87 11.40 11.58 12.05 11.34 10.56

Jumlah

10.127

11.888

116.13

3.158

3.594

99.48

a.2. Perkebunan Produksi kopi robusta dari perkebunan rakyat tahun 2007 sebesar 141.285 ton, dengan kabupaten Lampung Barat sebagai sentra produksinya.

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 82

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Propinsi Lampung juga menghasilkan beragam sayur mayur dan buah-buahan dengan jumlah yang cukup besar untuk jenis kacang-kacangan (11.191 ton), terong (12.345 ton), ketimun (12.204 ton), jeruk siam (65.407 ton), pisang (408.827 ton) dan pepaya (24.537 ton). Selain itu perkebunan besar di Propinsi Lampung meliputi Perkebunan Rakyat, Perkebunan Negara dan Perkebunan Swasta. Hasil komoditas yang menonjol dari segi jumlah antara lain tebu dan kelapa. Tabel 5.11. Distribusi Hasil Perkebunan (Ton), Luas Areal Produksi (Ha) dan Rata-rata Produksi (Kw/Ha) yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di tiap Kabupaten di Propinsi Lampung Tahun 2007
Tebu Kabupaten/Kota Areal Produksi Lampung Barat Tanggamus Lampung Selatan Lampung Timur Lampung Tengah Lampung Utara Way Kanan Tulang Bawang Bandar Lampung Metro 8.185 Jumlah Produksi 47.618 Rata-rata Produksi 58.18 Areal Produksi 4.496 19.385 44.807 26.971 16.698 3.969 7.142 5.963 754 Jumlah Produksi 2.677 15.978 41.140 24.945 9.876 2.236 2.349 3.563 240 Rata-rata Produksi 5.95 8.24 0.92 9.25 5.91 5.63 3.29 5.98 3.18 Kelapa Dalam

Jumlah

8.185

47.618

58.18

160.185

103.004

48.36

Tabel 5.11. (Lanjutan)

Kelapa Hibrida Kabupaten/Kota Areal Produksi Lampung Barat Tanggamus Lampung Selatan Lampung Timur Lampung Tengah Lampung Utara Way Kanan Tulang Bawang Bandar Lampung Metro 29 600 1.794 278 693 604 1.149 233 26 Jumlah Produksi 7 130 700 90 200 240 150 150 3 Rata-rata Produksi 2.41 2.17 0.39 3.24 2.89 3.97 1.31 6.44 1.15 Areal Produksi 84 1.006 454 855 12.033 26.524 27.405 -

Karet Jumlah Produksi 38 692 267 106 4.712 6.297 17.664 Rata-rata Produksi 4.52 6.88 5.88 1.24 3.92 2.37 6.45 -

Jumlah

5.406

1.670

23.96

68.361

29.776

31.26

Tabel 5.11. (Lanjutan)

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 83

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Kakao Kabupaten/Kota Areal Produksi Lampung Barat Tanggamus Lampung Selatan Lampung Timur Lampung Tengah Lampung Utara Way Kanan Tulang Bawang Bandar Lampung Metro 786 14.017 9.474 6.377 2.718 1.276 1.083 712 154 Jumlah Produksi 275 7.180 5.033 6.083 938 967 578 397 97 Rata-rata Produksi 3.50 5.12 5.31 9.54 3.45 7.58 5.34 5.58 6.30 Areal Produksi 298 100 712 455 913 1.071 69 -

Kapuk Jumlah Produksi 89 35 82 187 375 130 6 Ratarata Produksi 2.99 3.50 1.15 4.11 4.11 1.21 0.87 Areal Produksi 938 739 15 46 -

Kayu Manis Jumlah Produksi 390 106 4 13 Rata-rata Produksi 4.16 1.43 2.67 2.83 -

Jumlah

36.597

21.548

51.71

3.618

904

17.94

1.738

513

11.08

a.3. Kehutanan Areal Hutan di Propinsi Lampung mencapai 1.004.735 hektar, yang terdiri dari hutan lindung (31,61%), Hutan Suaka Alam dan Hutan Wisata (33,48%), Hutan Produksi Terbatas (3,32%), Hutan Produksi Tetap (19,08%) dan Hutan Fungsi Khusus Pusat Latihan Gajah (12,30%). Dari hasil hutan didapatkan produksi kayu bulat dan persegi, serta hasil non kayu berupa damar batu, arang kayu dan rotan. b. Industri Sektor Industri Pengolahan memiliki peranan keempat setelah sektor pertanian, perdagangan/hotel/restoran, dan sektor jasa-jasa. Jumlah perusahaan industri besar/menengah di Propinsi Lampung tahun 2007 adalah 187 perusahaan, atau menurun 3,61% dari tahun sebelumnya. Industri yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah industri pengolahan dan pengawetan daging, ikan, buahbuahan, sayuran dan minyak, yaitu mencapai 46,19% dari keseluruhan tenaga kerja yang telah terserap. Disusul oleh industri makanan lainnya (18,69%) dan industri penggilingan padi-padian, tepung dan makanan ternak (12,52%). 5.4.4. Infrastruktur Wilayah a. Transportasi darat Sarana perhubungan darat pada tahun 2007 terdiri dari 1.004,16 km jalan negara dan 2.369,97 km jalan propinsi. Dari total jalan tersebut, 37,16% dalam kondisi baik, 27,99% dalam kondisi sedang dan sisanya dalam kondisi rusak. Perhubungan darat di Propinsi Lampung juga ditunjang dengan sarana angkutan kereta api. Muatan barang yang diangkut melalui stasiun kereta api mengalami penurunan ditahun 2007, sedangkan jumlah penumpang yang menggunakan sarana angkutan api mengalami kenaikan. b. Transportasi laut dan udara

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 84

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Propinsi Lampung memiliki 3 pelabuhan laut, yaitu Panjang, Srengsem dan Bakauheni. Pelabuhan Panjang digunakan untuk sarana angkutan barang, Pelabuhan Srengsem digunakan khusus untuk kegiatan ekspor gula tetes, sementara Pelabuhan Bakauheni untuk angkutan penumpang, barang dan kendaraan.Propinsi Lampung juga memiliki Bandar Udara Radin Inten II sebagai sarana lalu lintas udara. c. Kondisi Kelistrikan dan komunikasi Sarana telekomunikasi yang tersedia di Propinsi Lampung mencapai 119.427 STT , namun yang digunakan baru sebanyak 364 unit berupa telepon umum koin dan 4.564 wartel. Jumlah pelanggan yang menggunakan sarana telekomunikasi di tahun 2007 sebanyak 112.120 STT. Sementara itu, untuk memenuhi kebutuhan energi listrik di Propinsi Lampung, produksi listrik yang dibangkitkan oleh PT PLN tahun 2007 adalah 1.523.201 Mwh. Dari jumlah tersebut yang terjual adalah 1.338.679 Mwh. d. Sumber daya air Selain laut yang mengelilingi Propinsi Lampung di sisi selatan, barat dan timur, potensi sumberdaya air juga diperoleh dari sungai-sungai yang terdapat di daratan. Panjang total sungai di Propinsi Lampung mencapai 2384 km, dengan Sungai Jepara sebagai sungai terpanjang. Daerah alir total yang dapat dicakup oleh keberadaan sungai-sungai tersebut seluas 49.001 km persegi.

5.5. Propinsi Jawa Barat


5.5.1. Kondisi Geografis a. Batas wilayah o o o Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50 7 50 Lintang Selatan dan 104 48 o 108 48 Bujur Timur, dengan batas-batas wilayahnya adalah sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa dan DKI Jakarta, sebelah timur berbatasan dengan Propinsi Jawa Tengah, sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia, dan sebelah barat berbatasan dengan Propinsi Banten. b. Iklim dan curah hujan Untuk tahun 2007, kota Bandung sebagai Ibukota Propinsi Jawa Barat memiliki curah hujan yang tertinggi pada bulan Desember dan terendah pada bulan Agustus. Sampai pada Mei 2007, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan April dan terendah pada bulan Mei. Kelembaban rata-rata sepanjang tahun o 2006/2007 adalah 137,1 %. Temperatur maksimum dicapai pada bulan Oktober yaitu mencapai 31,6 C, dan o temperatur terendah di bulan Agustus sebesar 17,4 C. 5.5.2. Kondisi Demografis a. Jumlah dan struktur penduduk Jumlah penduduk Jawa Barat pada tahun 2007 mencapai 40,74 juta jiwa. Penduduk terbanyak terdapat di Kabupaten Bandung, yaitu sebesar 4,4 juta jiwa, diikuti oleh Kabupaten Bogor 4,22 juta jiwa, sedangkan penduduk terkecil terdapat di Kabupaten Banjar, yaitu sebanyak 0,18 juta jiwa. Kepadatan penduduk Jawa Barat mencapai 1.391,47 jiwa per kilometer persegi. Sex ratio penduduk Propinsi Jawa Barat adalah 102,08.

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 85

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

b. Ketenagakerjaan Jumlah angkatan kerja di seluruh Propinsi Jawa Barat sebanyak 17.340.593 orang, yang aktif bekerja sebanyak 89,05% dan yang menganggur sebesar 10,95%. Sebagian besar penduduk yang bekerja memiliki jenis pekerjaan utama sebagai tenaga produksi(32,34%), tenaga usaha pertanian (26,92%) dan tenaga usaha penjualan (24,01%). Jumlah total pencari kerja pada tahun 2007 adalah 938.977 orang, dengan komposisi 60,53% lulusan SLTA, 13,64% lulusan Sarjana, 10,38% lulusan Sarjana Muda, 12,25% lulusan SLTP dan 3,21% lulusan SD. 5.5.3. Pemetaan Potensi Pengembangan Bahan Baku BBN a. Pertanian a.1. Tanaman pangan Luas lahan dengan menggunakan irigasi teknis seluas 380.348 hektar, atau sekitar 41,19% dari luas sawah lahan total. Sedangkan luas lahan kering bila dilihat menurut penggunaannya, yang utama adalah jenis Hutan Negara mencapai 601.118 hektar atau 22,52% dari jumlah lahan kering, disusul oleh Tegal/Kebun (20,53%). Hasil padi perhektar sebesar 0,64 kuintal untuk padi sawah, dan 2,14 kuintal perhektar untuk padi ladang. Tabel 5.12. Distribusi Produksi Padi dan Palawija (Ton) , Luas Areal Produksi (Ha) dan Rata-rata Produksi (Kw/Ha) yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di tiap Kabupaten di Propinsi Jawa Barat Tahun 2007
Padi Kabupaten/Kota Areal Produksi Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang Bekasi Kota Bogor Kota Sukabumi Kota Bandung Kota Cirebon Kota Bekasi 77.014 137.824 138.171 106.781 123.210 109.376 101.364 57.893 71.445 94.032 73.170 195.78 168.588 37.852 178.582 96.748 1.465 3.957 3.133 502 1.183 Jumlah Produksi 407.868 685.917 689.005 557.959 612.242 569.200 545.260 308.973 374.017 508.887 384.928 1.031.790 917.737 190.784 971.254 504.259 7.604 20.918 16.588 2.555 6.014 Rata-rata Produksi 52,96 49,77 49,87 52,25 49,69 52,04 53,79 53,37 52,35 54,12 52,61 52,70 54,44 50,40 54,39 52,12 51,90 52,86 52,95 50,90 50,84 Areal Produksi 1.796 4.214 6.077 8.54 50.101 8.19 2.125 5.428 254 12.201 11.155 337 792 3.127 41 42 285 149 91 12 90 Jumlah Produksi 6.721 16.432 25.504 41.934 286.167 39.193 9.572 21.626 1.033 59.588 43.911 1.255 2.688 12.365 147 138 1.131 501 291 48 294 Rata-rata Produksi 37,42 38,99 41,97 49,10 57,12 47,85 45,04 39,84 40,67 48,84 39,36 37,24 33,94 39,54 35,85 32,86 39,68 33,62 31,98 40,00 32,67 Jagung

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 86

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Kabupaten/Kota Kota Depok Kota Cimahi Kota Tasikmalaya Kota Banjar Jumlah Areal Produksi 959 526 12.320 6.395 1.798.260

Padi Jumlah Produksi 5.123 2.807 63.457 33.426 9.418.572 Rata-rata Produksi 53,42 53,37 51,55 52,27 52,38 Areal Produksi 377 22 181 170 115.797

Jagung Jumlah Produksi 1.128 88 758 750 573.263 Rata-rata Produksi 29,92 40,00 41,88 44,12 49,51

Tabel 5.12.(Lanjutan)
Ubi Kayu Kabupaten/Kota Areal Produksi Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang Bekasi Kota Bogor Kota Sukabumi Kota Bandung Kota Cirebon Kota Bekasi Kota Depok Kota Cimahi Kota Tasikmalaya Kota Banjar Jumlah 10.125 6.709 6.586 11.297 24.092 21.271 6.588 3.109 263 2.656 8.863 206 1.51 7.366 936 260 243 98 83 28 102 360 90 459 363 113.663 Jumlah Produksi 184.912 123.717 116.581 189.590 494.349 413.955 111.982 45.903 3.088 35.833 129.591 2.422 22.29 127.354 18.687 3.24 3.314 1.274 835 307 1.106 4.521 1.133 5.158 3.531 2.044.673 Rata-rata Produksi 182,63 184,40 177,01 167,82 205,19 194,61 169,98 147,65 117,41 134,94 146,22 117,57 147,62 172,89 199,65 124,62 136,38 130,00 100,60 109,64 108,43 125,58 125,89 112,37 97,27 179,89 Areal Produksi 3.929 1.499 1.772 3.184 5.545 2.461 603 5.991 191 779 1.533 8 190 1.22 42 22 207 75 82 6 56 250 37 69 54 29.805 Jumlah Produksi 56.694 21.820 20.943 33.152 65.566 23.636 5.441 100.169 1.983 9.3 20.41 85 2.521 17.775 453 199 2.108 892 792 55 620 2.951 385 680 413 389.043 Rata-rata Produksi 144,30 145,56 118,19 104,12 118,24 96,04 90,23 167,20 103,82 119,38 133,14 106,25 132,68 145,70 107,86 90,45 101,84 118,93 96,59 91,67 110,71 118,04 104,05 98,55 76,48 130,53 Ubi Jalar

Pada tahun 2007, produsen jagung terbesar di Jawa Barat adalah Kabupaten Garut yang menghasilkan 286.167 ton, disusul oleh Kabupaten Majalengka sebesar 59.588 ton. Penghasil ubi kayu

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 87

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

terbesar di Jawa Barat adalah Kabupaten Garut sebanyak 494.349 ton dan disusul oleh Kabupaten Tasikmalaya sebesar 413.955 ton. Tabel 5.12.(Lanjutan)
Kacang Tanah Kabupaten/Kota Areal Produksi Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang Bekasi Kota Bogor Kota Sukabumi Kota Bandung Kota Cirebon Kota Bekasi Kota Depok Kota Cimahi Kota Tasikmalaya Kota Banjar Jumlah 1.920 7.145 11.144 2.399 19.526 4.514 2.186 2.482 255 2.060 4.345 445 2.870 1.766 706 91 102 27 28 7 58 266 21 161 129 64.653 Jumlah Produksi 2.587 10.244 14.161 3.459 29.691 5.967 2.907 4.019 427 2.924 5.757 663 4.254 2.591 1.055 120 119 33 31 8 66 335 29 199 171 91.817 Rata-rata Produksi 13,47 14,34 12,71 14,42 15,21 13,22 13,30 16,19 16,75 14,19 13,24 14,90 14,82 14,67 14,94 13,19 11,67 12,22 11,07 11,43 11,38 12,59 13,81 12,36 13,26 14,20 Areal Produksi 79 927 3.034 604 5.891 895 2.395 761 143 614 903 1.095 116 222 95 23 7 9 35 30 17.878 Jumlah Produksi 88 1.335 4.431 827 7.925 1.159 3.336 863 162 786 1.191 1.682 201 285 108 23 8 10 36 38 24.494 Rata-rata Produksi 11,14 14,40 14,61 13,69 13,45 12,95 13,93 11,34 11,35 12,80 13,19 15,36 17,33 12,82 11,37 10,00 11,43 11,11 10,29 12,75 13,70 Kedelai

Sementara itu, Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur merupakan kabupaten produsen kedelai terbesar yang menghasilkan 7.925 dan 4.431 ton. Sedangkan produsen kacang hijau, kacang tanah dan ubi jalar terbesar di Jawa Barat terbesar adalah Kabupaten Cirebon, Kabupaten Garut dan Kabupaten Kuningan dengan produksi sebesar 1.888 ton, 29.691 ton dan 100.169 ton. Mangga, pisang dan pepaya merupakan sebagian hasil buah-buahan yang cukup banyak di Propinsi Jawa Barat, dengan daerah penghasil terbanyak masing-masing adalah Indramayu, Ciamis, dan Bogor. a.2. Perkebunan Propinsi Jawa Barat memiliki perkebunan yang dikelola oleh Perkebunan Besar Milik Negara dan Swasta serta Perkebunan Rakyat. Komoditi potensialnya adalah teh, kelapa, kelapa sawit, tebu dan karet,

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 88

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

dengan jumlah produksi di tahun 2007 masing-masing 45.692,18 ton, 49.542 ton, 64.169,06 ton dan 10.037,21 ton. Tabel 5.13. Distribusi Produksi Kelapa (Ton), Luas Areal Produksi (Ha) dan Rata-rata Produksi (Kw/Ha) untuk Masing-masing Jenis Kepemilikan Perkebunan di tiap Kabupaten di Propinsi Jawa Barat Tahun 2007
Kelapa Perkebunan Rakyat Rata-rata Produksi 9.73 9.49 4.42 6.40 4.39 6.80 9.86 4.99 3.20 4.16 5.76 6.01 8.26 4.56 16.23 3.79 10.14 12.08 13.41 143.67 Perkebunan Besar Swasta Rata-rata Produksi 3.14 0.13 3.27

Kabupaten/Kota

Luas Areal Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang Bekasi Kota Sukabumi Tasikmalaya Kota Banjar Jumlah 8.376,19 10.673,6 7.945,79 2.052,46 5.407 34.526,26 72.157,81 7.246,38 4.788,82 2.150 5.376 6.611,94 4.503 1.210,38 3.370,63 3.024,12 43 1.650,59 2.289 183.360,07

Produksi 8.146,5 10.124,18 3.513,9 1.314,09 2.371,36 23.466,78 70.056,6 3.618,46 1.533,55 894,17 3.095,28 3.973,44 3.717,4 552,17 5.468,39 1.146,5 43,6 1.993,85 3.069 148.099,22

Luas Areal 152,29 458,5 30,9 18 660.69

Produksi 144,04 0,41 144,42

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 89

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel 5.14. Distribusi Produksi Tebu (Ton), Luas Areal Produksi (Ha) dan Rata-rata Produksi (Kw/Ha) untuk Masing-masing Jenis Kepemilikan Perkebunan di beberapa Kabupaten di Propinsi Jawa Barat Tahun 2007
Tebu Perkebunan Rakyat Luas Areal Garut Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Subang Jumlah 59 690,85 8.157,75 838 134,5 50 9.930,09 Rata-rata Produksi 33.58 6.21 57.30 55.05 55.99 42.20 250.32 Perkebunan Besar Negara Rata-rata Produksi 51.06 51.05 56.71 158.82

Kabupaten/Kota

Produksi 198,09 4.292,8 46.748,09 4.612,92 753 211 56.816,1

Luas Areal 3.125,23 3.977,57 4.921,51 12.024,31

Produksi 15.956,19 20.307,87 27.905 64.169,06

Tabel 5.15. Distribusi Produksi Karet (Ton), Luas Areal Produksi (Ha) dan Rata-rata Produksi (Kw/Ha) untuk Masing-masing Jenis Kepemilikan Perkebunan di tiap Kabupaten di Propinsi Jawa Barat Tahun 2007
Karet Kabupaten/Kota Luas Areal Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Subang Purwakarta Karawang Kota Banjar Jumlah 544,72 3.944,95 2.010,95 101 560 101 76,26 6 208,65 43,85 7.597,38 Perkebunan Rakyat Produksi 353,96 2.140,32 838,63 46,5 19,01 58,11 7,75 125,62 22.25 3.612,15 Rata-rata Produksi 6.50 5.43 4.17 4.60 1.88 7.62 12.92 6.02 5.07 54.21 Perkebunan Besar Swasta Luas Areal 1.969,46 9.137,73 1.484,86 1.509,37 2.864 3.137,63 178,52 55,30 60 20.396,87 Produksi 1.359,49 4.175,83 297,29 1.384,23 1.805 958,91 8,03 48,43 10.037,21 Rata-rata Produksi 6.90 4.57 2.00 9.17 6.30 3.06 1.45 8.07 41.53

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 90

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


Tabel 5.15. (lanjutan)
Karet Kabupaten/Kota Luas Areal Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Subang Purwakarta Karawang Kota Banjar Jumlah 5.966,3 1.157,73 904,37 1.091,63 1.497,16 1.430,14 4.779,82 1.999,73 1.513,20 23.341,01 Perkebunan Besar Negara Produksi 5.356,63 949,22 680,91 3.495,04 1.088,91 700,6 6.501,46 2.346,92 1.992,78 23.112,47 Rata-rata Produksi 8.98 8.20 7.53 32.02 7.27 4.90 13.60 11.74 13.17 107.40

Tabel 5.16. Distribusi Produksi Kakao (Ton), Luas Areal Produksinya (Ha) dan Rata-rata Produksi (Kw/Ha) untuk Masing-masing Jenis Kepemilikan Perkebunan di Beberapa Kabupaten di Propinsi Jawa Barat Tahun 2007
Kakao Kabupaten/Kota Luas Areal Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang Tasikmalaya Kota Banjar Jumlah 5,3 339,2 127 8 144,25 6.122,8 72 750 36 251,89 7.856,44 Perkebunan Rakyat Produksi 3,38 19,27 18,82 0,15 15,7 680,42 4,05 1,35 14,60 757,74 Rata-rata Produksi 6.38 0.57 1.48 0.19 1.09 1.11 0.56 0.38 0.58 12.33 2.666,98 Perkebunan Besar Swasta Luas Areal 301,01 1.010,5 614,67 633 107,8 Produksi 3,68 413,53 736,17 378,87 55,77 1.588,02 Rata-rata Produksi 0.12 4.09 11.97 5.99 22.17

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 91

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel 5.16. (lanjutan)


Kakao Perkebunan Besar Negara Kabupaten/Kota Luas Areal Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang Tasikmalaya Kota Banjar Jumlah 2.839,88 1.118,35 282,88 567,38 769,03 204,03 81.147 172,66 32,43 Produksi 124,11 251,74 249,17 75,65 336,38 74,07 7,25 Rata-rata Produksi 4.39 4.44 3.24 3.71 41.53 4.28 2.27 63.85

b. Industri Berdasarkan hasil survei industri besar/sedang tahun 2007 di Jawa Barat terdapat 4.782 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja terserap sebanyak 1.092.132 orang. Industri tekstil, pakaian jadi, kimia dan karet merupakan jenis industri yang banyak menyerap tenaga kerja. 5.5.4. Infrastruktur Wilayah a. Transportasi darat Panjang jalan di Jawa Barat pada akhir tahun 2007 adalah 21.289,68 km, yang terdiri dari jalan aspal, berkerikil dan batu masing-masing sebanyak 90,14%, 8,63%, dan 4,11%. Dari seluruh jalan yang ada tersebut hanya 32,98% yang dalam kondisi baik, dan dalam kondisi sedang sebanyak 41,06%, sisanya masih dalam kondisi rusak dan rusak berat. Lalu lintas Angkutan penumpang Kereta Api di wilayah Jawa Barat banyak diminati masyarakat dengan volume pengangkutan mencapai 11.082.957 orang. Sedangkan lalu lintas barang dengan menggunakan jasa Kereta Api sebesar 138.907 ton. b. Transportasi Udara

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 92

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Jumlah penumpang domestik yang berangkat melalui Bandara Husein Sastranegara di tahun 2007 sebanyak 145.627 orang dan yang datang sebanyak 135.115 orang. Banyaknya barang yang dibongkar di Bandar Husein Sastranegara adalah 77.403 kg. c. Sumber daya air dan kondisi kelistrikan Jumlah titik pengambilan air bawah tanah di Jawa Barat tahun 2007 sebesar 6.289, dengan volume 3 pengambilan air tanah sebesar 227.868.919.808 m . Jumlah perusahaan air minum di Jawa Barat sebanyak 21 perusahaan dengan kemampuan kapasitas produksi efektif sebesar 12.350 liter perdetik. Sedangkan jumlah kapasitas produksi potensial adalah sebesar 15.382 liter perdetik. 3 Sedangkan produksi air terbesar bersumber dari sungai sebesar 251,7 juta m . Pendistribusian air disalurkan ke berbagai golongan konsumen antara lain rumah tangga, niaga/perdagangan dan industri badan sosial, umum, instansi pemerintah dan lainnya. Tahun 2007 jumlah pelanggan listrik sebesar 6.650.023 dengan daya tersambung 10.240.389.418 kwh dan energi listrik yang terjual sebesar 24.637.559.989 ribu kwh. Akan tetapi 27.271.643.95 ribu kwh yang siap dijual hanya 90,65% yang dijual, sisanya susut atau hilang. Jumlah desa yang dialiri listrik pada tahun 2007 sebanyak 5.287 desa dengan daya tersambung 4.441.894 MVA.

5.6. Propinsi Jawa Tengah


5.6.1. Kondisi geografis a.Luas Daerah Secara administratif propinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29 kabupaten dan 6 kotamadya. Luas wilayah jawa Tengah padatahun 2007 tercatat sebesar 3,25 juta hektar atau sekitar 25,04% dari luas Pulau Jawa (1,70 % dari luas Indonesia). Luas yang ada, terdiri dari 992 ribu hektar (30,50%)lahan sawah dan 2,26 juta hektar (69,50%)bukan lahan sawah. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, luas lahan sawah tahun 2007 turun sebesar 0,35%, sebaliknya luas bukan lahan sawah naik sebesar 0,16 %. b.Batas Wilayah Jawa tengah sebagai salah satu propinsi di pulau jawa, letaknya diapit oleh dua propinsi besar yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur, sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah Selatan berbatasan o o o dengan Samudera Indonesia. Letaknya antara 5 40 dan 8 30 Lintang Selatan dan antara 108 30 dan o 111 30 Bujur Timur (termasuk Pulau Karimun Jawa). Jarak terjauh dari Barat ke Timur adalh 263 km dan dari Utara ke Selatan 226 km (tidak termasuk Pulau Karimun Jawa). c.Iklim Suhu udara rata-rata di Jawa Tengah tahun 2007 berkisar antara 24,4 C sampai dengan 28,5oC. Tempat-tempat yang letaknya berdekatan dengan pantai mempunyai suhu udara rata-rata relative tinggi. Untuk kelembaban udara rata-rata bervariasi dari 73 % - 86 %. d.Curah Hujan Curah hujan tertinggi tercatat di Sempor Kebumen sebesar 3 068 mm dan hari hujan terbanyak tercatat di Stasium Meteorologi Cilacap sebesar 179 hari
o

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 93

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

e.Topografis Jawa tengah terdapat beberapa sungai, gunung, dataran tinggi ada di daerah Purworejo yang berbatasan dengan wonosobo, temanggung, Dieng. Lahan yang ada di propinsi ini tahun 2007, terdiri dari hutan 20%, tegalan dan huma 23,2%, lahan yang berpengairan teknis 11,9 %, lahan berpengairan non teknis 9,7 %, lahan untuk bangunan 17,9%, dan lainnya 17,3 %. 5.6.2. Kondisi Demografis a.Jumlah dan struktur penduduk Berdasar Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2007, jumlah penduduk Jawa Tengah tercatat sebesar 32,18 juta jiwa atau sekitar 14% dari jumlah penduduk Indonesia. Ini menempatkan Jawa Tengah sebagai propinsi ketiga di Indonesia dengan jumlah penduduk terbanyak setelah Jawa Barat dan Jawa Timur. Jumlah penduduk perempuan lebih besar dibandingkan jumlah penduduk laki-laki. Ini ditunjukkan oleh rasio jenis kelamin (rasio jumlah penduduk perempuan sebesar 99,57. Penduduk Jawa Tengah belum menyebar secara merata di seluruh wilayah Jawa Tengah, Penduduk banyak menumpuk di daerah kota dibanding Kabupaten . Rata-rata kepadatan penduduk Jawa Tengah tercatat sebesar 989 jiwa 2 /km , dan wilayah terpadat adalah kota Surakarta dengan dengan tingkat kepadatan sekitar 12 ribu 2 jiwa/km . b.Tingkat Pendidikan Penduduk yang bersekolah selama periode tahun pelajaran 2005/2006 2006/2007 mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya murid tercatat pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah. Penurunan ini terjadi pada jenjang pendidikan SD sebesar 9,09, tingkat SLTP turun sebesar 1,71 % dan SLTA turun 1,38%. Penduduk usia sekolah tahun 2006, total 10.474.804 menurut kelompok umur 7-12 tahun 3.705.802 jiwa, 13-15 tahun 1.908.718 jiwa, 16-18 tahun 1.793.302 jiwa, 19-24 tahun 3.066.982 jiwa. Banyaknya mahasiswa PTN periode lima tahun terakhir berfluktuasi. Pada tahun 2006/2007, jumlah mahasiswa naik menjadi 115.887 mahasiswa. Jumlah PTN di Jawa tengah ada 4, PTS 261, mahasiswa yang ada didalamnya tidak hanya dari penduduk Jawa Tengah saja. Sehingga belum ada informasi yang riil jumlah penduduk Jawa tengah lulusan perguruan Tinggi. c.Ketenagakerjaan Menurut Badan Pusat Statistik, penduduk usia kerja adalah didefinisikan sebagai penduduk yang berumur 10 tahun ke atas, dan dibedakan sebagai angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Pertumbuhan penduduk tiap tahun akan berpengaruh terhadap pertumbuhan angkatan kerja. Berdasarkan hasil susenas, angkatan kerja di Jawa Tengah tahun 2007 mencapai 16,41 juta orang atau turun sebesar 1,36 % dibanding tahun sebelumnya. Dengan angka ini tingkat partisipasi angkatan kerja pendudduk Jawa Tengah tercatat sebesar 60,68. Sedangkan angka pengangguran terbuka di Jawa Tengah relative kecil, yaitu sebesar 7,30 %. Bila dibedakan menurut status pekerjaan utamanya, buruh/karyawan sebesar 27,70%. Status pekerjaan tersebut lebih besar disbanding status pekerjaan lain. Berusaha dengan dibantu buruh tidak tetap tercatat sebesar 19,14%, berusaha sendiri tanpa dibantu orang lain sebesar 20,90 %, berusaha sendiri dibantu buruh tetap dan pekerja lainnya tercatat sebesar 29,09%.

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 94

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Sektor tersier dimasuki sekitar 37,49% pekerja dan merupakan sektor terbanyak menyerap pekerja. Hal ini karena sektor tersebut tidak memerlukan pendidikan khusus. Sektor lain yang cukup banyak menyerap pekerja adalah sektor primer dan sekunder, masing-masing tercatat sebesar 37,36% dan 25,15 %. 5.6.3. Pemetaan Potensi Pengembangan Bahan Baku BBN a.Pertanian a.1.Tanaman pangan Propinsi Jawa tengah merupakan salah satu propinsi penyangga pangan nasional, oleh karena itu produktivitas padi khususnya terus dipicu. Pada tahun 2007, produktivitas padi sekitar 52,20 kuintal per hektar, turun 0,17 % disbanding produktivitas tahun sebelumnya. Sementara luas panen padi dan jumlah produksi padi justru mengalami kenaikan masing-masing sebesar 3,80% dan 3,62 %. Sebagian besar produksi padi merupakan padi sawah, yaitu sekitar 97,96%. Produktivitas padi di Kabupaten Sukoharjo adalah tertinggi diantara produktivitas padi di Kabupaten/kota lain, yakni sekitar 56,54 kuintal per hektar. Sedangkan produktivitas terendah tercatat di Kabupaten Wonogiri yaitu sebesar 48,53 kuintal per hektar. Tabel 5. 17. Distribusi Produksi Padi dan Palawija (ton), Luas Areal Produksinya (Ha), dan Rata-rata produksinya (Kw/ton) yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di Tiap Kabupaten di Jawa Tengah Tahun 2007

padi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Kabupaten/Kota Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purworejo Wonosobo Magelang Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen Grobogan Blora Rembang Pati Kudus Jepara Demak Semarang Temanggung Kendal Luas produksi 114.882 67.202 30.33 25.599 73.459 52.569 32.087 53.701 44.416 58.797 49.422 54.762 42.402 88.386 106.874 72.872 40.07 94.326 31.876 38.364 92.304 34.941 31.374 40.145 Jumlah Produksi 623.289 353.823 156.751 134.967 377.026 278.468 164.273 274.672 234.812 322.956 279.448 265.737 236.033 469.467 594.877 360.21 195.587 464.33 159.826 194.613 497.245 177.296 168.067 210.288 Rata-rata Produksi 54,25 52,25 51,68 52,72 51,32 52,97 51,20 51,15 52,87 54,93 56,54 48,53 55,67 53,12 55,66 49,43 48,81 49,23 50,14 50,73 53,87 50,74 53,57 52,38 Luas produksi 2.109 2.892 5.846 21.613 3.211 3.104 28.179 12.222 25.687 9,029 5.625 72.956 5.221 6.046 86.651 46.454 20.418 12.513 1.544 3.251 13.298 11.894 32.537 18.736

jagung Jumlah Produksi 9.701 11.343 22.231 74.576 12.089 11.724 98.258 46.482 98.436 35.613 22.82 282.96 19.582 22.829 341.13 166.703 66.662 40.333 5.242 12.131 50.676 45.182 117.778 70.735 Rata-rata Produksi 46,00 39,22 38,03 34,50 37,65 37,77 34,87 38,03 38,32 39,44 40,57 38,78 37,51 37,76 39,37 35,89 32,65 32,23 33,95 37,31 38,11 37,99 36,20 37,75

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 95

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

padi No 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Kabupaten/Kota Batang Pekalongan Pemalang Tegal Brebes Kota Magelang Kota Surakarta Kota Salatiga Kota Semarang Kota Pekalongan KotaTegal Jumlah Luas produksi 41.659 44.566 69.62 51.183 82.983 470 257 1.369 5.547 2.43 1.071 1.672.315 Jumlah Produksi 209.466 217.718 340.089 267.751 445.103 2.371 1.269 6.876 26.948 12.114 5.519 8.729.290 Rata-rata Produksi 50,28 48,85 48,85 52,31 53,64 50,45 49,39 50,23 48,58 49,85 51,53 52,20 Luas produksi 6.144 4.414 11.073 14.461 9.587 16 721 475 1 497.928

jagung Jumlah Produksi 23.938 15.49 40.511 52.854 33.925 51 2.447 1.591 3 1.856.022 Rata-rata Produksi 38,96 35,09 36,59 36,55 35,39 31,67 33,93 33,50 33,00 37,27

Secara umum, luas panen, produktivitas per hektar dan produksi tanaman palawija di Jawa Tengah tahun 2007 hampir semua mengalami penurunan dibandingkan tahun dengan tahun sebelumnya, kecuali ubi kayu dan kacang hijau. Luas panen jagung, ubi jalar, kacang tanah, dan kacang kedelai masing-masing mengalami penurunan sebesar 16,50%, 16,06 %, 4,81 %, dan 51,36% %. Sedangkan untuk ubi kayu dan kacang hijau mengalami peningkatan sebesar 0,44% dan 10,15 %. Tabel 5.17. (Lanjutan)
Ubi kayu No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Kabupaten/Kota Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purworejo Wonosobo Magelang Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen Grobogan Blora Rembang Pati Kudus Jepara Luas produksi 7.626 9.14 6.584 12.895 8.497 8.583 7.921 4.031 8.197 1.447 5.224 72.398 5.768 5.53 1.495 1.337 2.281 14.02 1.297 9.213 Jumlah Produksi 131.229 158.084 114.738 222.188 146.561 148.974 130.415 68.153 134.963 25.216 89.489 1.211.234 98.539 95.301 24.448 21.521 35.729 227.803 22.143 144.788 Rata-rata Produksi 172,08 172,96 174,27 172,31 172,49 173,57 164,64 169,07 164,65 174,26 171,30 167,30 170,84 172,33 163,53 160,97 156,64 162,48 170,72 157,16 Luas produksi 304 131 291 296 46 30 586 1.393 45 294 3 178 583 4 137 491 310 173 108 161 ubi jalar Jumlah Produksi 4.137 1.741 3.647 3.913 593 387 7.671 18.869 613 4.035 40 2.38 7.961 53 1.844 6.493 4.103 2.321 1.355 2.087 Rata-rata Produksi 136,07 132,87 125,32 132,18 128,98 129,10 130,90 135,46 136,22 137,26 133,00 133,69 136,56 132,00 134,59 132,25 132,36 134,18 125,46 129,62

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 96

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Ubi kayu No 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Kabupaten/Kota Demak Semarang Temanggung Kendal Batang Pekalongan Pemalang Tegal Brebes Kota Magelang Kota Surakarta Kota Salatiga Kota Semarang Kota Pekalongan KotaTegal Jumlah Luas produksi 1.298 1.828 3.689 1.867 2.362 697 2.177 1.022 2.134 6 18 480 855 211.917 Jumlah Produksi 21.15 29.328 60.576 31.698 39.164 11.56 35.751 16.781 34.12 98 304 7.765 14.01 3.553.820 Rata-rata Produksi 162,94 160,44 164,21 169,78 165,81 165,85 164,22 164,19 159,89 163,67 169,00 161,77 163,86 167,70 9.384 17 103 Luas produksi 286 734 336 391 1.079 137 184 235 318

ubi jalar Jumlah Produksi 3.662 9.627 4.301 5.235 13.508 1.709 2.404 3.093 4.166 218 1.321 123.486 Rata-rata Produksi 128,04 131,16 128,00 133,89 125,19 124,72 130,64 131,60 131,00 128,12 128,24 131,59

Produksi tertinggi jagung, ubi kayu, ubi jalar berturut-turut 46,00 kwintal/Ha, 174,27 kwintal/Ha. Dan 137,26 kwintal/Ha masing-masing di Kabupaten Cilacap, Purbalingga, dan Klaten. Untuk komoditas kacang tanah dan kedelai produksi terbanyak di Kabupaten Jepara serta Demak. Tabel 5.17.(Lanjutan)
Kacang tanah No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Kabupaten/Kota Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purworejo Wonosobo Magelang Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen Grobogan Blora Rembang Pati Luas produksi 2.213 4.72 2.342 2.584 6.62 1.842 565 1.332 5.191 2.957 10.344 49.052 6.059 13.506 1.567 3.426 3.109 3.36 Jumlah Produksi 2.51 5.737 2.546 2.755 7.604 2.237 652 1.771 6.634 3.544 13.457 59.486 7.613 15.259 1.986 4.025 3.452 4.035 Rata-rata Produksi 11,34 12,15 10,87 10,66 11,49 12,14 11,54 13,30 12,78 11,98 13,01 12,13 12,57 11,30 12,68 11,75 11,10 12,01 Luas produksi 2.546 3.323 161 141 4.406 452 43 2 1.786 4.553 1.896 12.472 224 2.884 3.995 2.341 2.056 3.351 kedelai Jumlah Produksi 3.677 4.649 280 189 8.54 1.027 75 2 5.675 7.245 6.531 37.739 306 4.151 15.313 6.725 6.687 4.491 Rata-rata Produksi 14,44 13,99 17,38 13,43 19,38 22,72 17,54 10,27 31,78 15,91 34,45 30,26 13,66 14,39 38,33 28,73 32,52 13,40

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 97

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Kacang tanah No 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Kabupaten/Kota Kudus Jepara Demak Semarang Temanggung Kendal Batang Pekalongan Pemalang Tegal Brebes Kota Magelang Kota Surakarta Kota Salatiga Kota Semarang Kota Pekalongan KotaTegal Jumlah Luas produksi 427 12.088 461 2.788 2.712 4.076 1.913 431 320 576 493 1 17 5 580 147.677 Jumlah Produksi 570 16.172 588 3.204 3.217 4.825 2.235 554 404 710 601 1 21 6 655 179.067 Rata-rata Produksi 13,35 13,38 12,75 11,49 11,86 11,84 11,69 12,86 12,62 12,32 12,20 10,29 12,60 12,21 11,29 12,13 Luas produksi 975 27 1.979 170 30 397 2 73 14 377 5.409 3 27 56.115

kedelai Jumlah Produksi 1.305 40 7.758 249 49 867 2 102 24 544 7.969 2 48 132.261 Rata-rata Produksi 13,38 14,68 39,20 14,66 16,27 21,84 8,31 13,96 17,17 14,43 14,73 5,17 17,70 23,57

Produktivitas semua tanaman palawija tahun 2007 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2006. Demikian pula dengan produksi semua tanaman palawija mengalami penurunan kecuali produksi ubi kayu dan kacang hijau yang mengalami kenaikan sebesar 2,15 % dan 13,10 %. Produktivitas tanaman jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang kedelai dan kacang hijau mengalami peningkatan masing-masing sebesar 1,41 %; 1,70%; 1,73%; 1,25%, 67,78%, dan 2,68%. Demikian juga untuk produksi jagung, ubi jalar, kacang tanah, dan kacang kedelai mengalami penurunan sebesar 15,30%; 14,60%; 3,62%; dan 20,85 % dibandingkan tahun sebelumnya. Secara umum, produksi beberapa jenis sayuran (bawang merah, bawang putih, kentang, kubis, cabe, tomat, wortel, kacang panjang, buncis dan ketimun dll) selama tahun 2002-2006 mengalami fluktuasi. Hampir semua produksi jenis sayuan mengalami kenaikan kecuali kacang merah, wortel, bawang putih dan kembang kol. Produksi beberapa jenis buah-buahan seperti mangga, rambutan, duku, klengkeng, belimbing, durian, pisang, salak, jeruk nanas dan papaya dalam periode tahun 2002-2006 juga fluktuatif. Pada tahun 2006, diantara buah-buahan yang mengalami peningkatan produksi dibandingkan tahun 2005 adalah mangga, rambutan, belimbing, durian, salak, nanas, papaya,semangka alpokat, jambu biji, jambu air, manggis, nangka, sawo dan sirsak. Sedangkan produksi buah duku, pisang, jeruk siam, melon jambu besar dan markisa mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. a.2.Perkebunan Produksi tanaman perkebunan merupakan salah satu sumber devisa sektor pertanian. Perkebunan terdiri dari perkebunan besar dan perkebunan rakyat. Luas dan produksi tanaman perkebunan besar tahun 2007 pada umumnya mengalami penurunan dibanding dengan luas tanaman dan produksi tahun sebelumnya. Peningkatan dialami untuk karet. Luas dan produksi tanaman perkebunan rakyat selama tahun

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 98

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

2002 2006 di Jawa tengah mengalami fluktuasi. Dilihat dari sisi luas, tanaman perkebunan rakyat yang mempunyai area yang cukup besar pada tahun 2007 adalah tanaman cengkeh, kapuk, tebu, kelapa, kopi, tembakau dan jambu mete. Sedangkan dilihat dari sisi produksi tanaman kelapa, tebu, kapuk, tembakau, melati putih, nilam dan jahe mempunyai produksi besar. Tabel.5.18.Distribusi Hasil Perkebunan (ton), Luas Areal Produksi (Ha), dan Rata-rata Produksi yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di Jawa Tengah
Kelapa No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Kabupaten/Kota Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purworejo Wonosobo Magelang Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen Grobogan Blora Rembang Pati Kudus Jepara Demak Semarang+ Kota Salatiga Temanggung Kendal Batang Kab/Kota Pekalongan Pemalang Tegal Brebes Kota Surakarta Kota Semarang Jumlah Luas produksi 24,199.00 13,593.96 13,585.89 11,985.82 32,483.00 17,237.32 5,215.93 6,005.00 4,295.26 7,964.02 1,411.50 15,799.00 3,267.97 7,380.00 3,965.52 3,031.59 7,209.00 6,348.00 724.52 12,660.59 1,229.86 6,501.15 2,004.67 1,817.77 2,049.10 3,505.45 4,463.15 4,409.84 6,178.00 118.40 1,206.16 231,846.44 Jumlah Produksi 8,562.15 10,243.74 12,549.63 10,901.50 30,351.52 18,257.61 2,270.61 5,760.00 2,792.70 6,177.21 539.62 11,188.40 2,448.53 4,882.32 1,571.68 995.57 4,912.08 4,732.79 469.94 13,341.24 595.20 413,306.00 911.54 887.22 1,028.26 2,280.37 3,606.94 1,795.21 4,875.00 14.40 779.75 583,028.73 Rata-rata Produksi 3.54 7.54 9.24 9.10 9.34 10.59 4.35 9.59 6.50 7.76 3.82 7.08 7.49 6.62 3.96 3.28 6.81 7.46 6.49 10.54 4.84 635.74 4.55 4.88 5.02 6.51 8.08 4.07 7.89 1.22 6.46 25.15 Luas produksi 196.15 127.00 762.49 625.00 377.79 1,713.32 1,032.20 856.00 2,243.23 4,981.26 577.16 631.00 6,140.00 10,694.30 2,600.12 2,596.50 157.00 351.99 68.23 339.08 108,326.00 2,286.46 2,725.00 5,375.97 4,676.00 160,459.25 tebu Jumlah Produksi 927.91 181.53 2,125.52 1,785.57 1,365.32 5,398.89 3,147.90 3,228.00 8,170.10 18,877.73 807.29 99,908.00 23,127.55 41,201.64 9,000.00 10,901.10 500.58 860.15 48.90 1,458.63 4,549.70 11,673.52 17,582.59 31,823.28 18,640.10 317,291.50 Rata-rata Produksi 47.31 14.29 27.88 28.57 36.14 31.51 30.50 37.71 36.42 37.90 13.99 1,583.33 37.67 38.53 34.61 41.98 31.88 24.44 7.17 43.02 0.42 51.05 64.52 59.20 39.86 19.77

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 99

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tebu terbanyak dihasilkan di Kabupaten Blora dengan rata-rata 1.583,33 kwintal/Hektar, Sedangkan untuk kelapa, produksi terbesar di Kabupaten Semarang dan Kota Salatiga mencapai produksi total 635,74 kwintal/hektar. Tabel 5.18. (Lanjutan)
Kakao No Kabupaten/Kota Luas produksi Cilacap 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purworejo Wonosobo Magelang Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen Grobogan Blora Rembang Pati Kudus Jepara Demak Semarang+ salatiga Temanggung Kendal Batang Kab/Kota Pekalongan Pemalang Tegal Brebes Kota Surakarta Kota Semarang Jumlah 4,100.34 Kota 33.95 670.88 102.20 701.53 75.80 370.21 6.04 12.00 1,157.79 621.00 38.54 52.80 38.00 45.79 370.21 78.00 833.00 3.50 46.89 0.42 40.68 10.61 240.25 1.66 75.12 0.15 2.08 2.82 646.91 0.36 4.64 0.12 0.61 1.04 3.42 0.22 2.03 0.25 1.73 1.03 0.99 2.74 4.50 1.82 13.27 44.01 39.00 7.77 Jumlah Produksi 29.57 0.71 0.85 0.48 2.90 1.19 5.00 Rata-rata Produksi 0.48 Luas produksi 202.00 24.95 4.76 42.30 252.00 10.37 14.20 10.00 194.04 473.62 620.00 1,290.00 23.00 1,571.00 828.10 1,118.90 1,564.00 16,330.00 1,169.07 13,279.43 278.73 1,425.14 22.66 1,412.86 104,905.00 163.30 69.96 1,211.81 198.00 1.12 111.25 148,821.57 Jumlah Produksi 13.70 10.82 1.25 8.00 17.00 1.89 2.54 3.00 46.28 50.16 55.13 94.72 6.81 182.52 155.54 319.23 8,224.84 576.34 27,593.71 70.47 271.34 4.65 246.41 169.98 46.23 17.47 558.91 82.38 0.06 23.30 38,854.68 2.04 5.04 4.93 20.78 2.53 1.90 2.05 1.74 0.02 2.83 2.50 4.61 4.16 0.54 2.09 2.61 Rata-rata Produksi 0.68 4.34 2.63 1.89 0.67 1.82 1.79 3.00 2.39 1.06 0.89 0.73 2.96 1.16 1.88 kapuk

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 100

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


Tabel 5.18. (Lanjutan)
kopi arabika jambu mete Rata-rata Produksi 2.26 1.64 1.56 71.96 4.00 33.45 154.79 42.32 13.57 3.81 105.94 201.03 24.04 80.57 9.83 97.84 19.70 16.62 972.69 1.01 2.50 2.00 3.78 3.28 2.05 2.09 1.43 1.43 2.50 0.48 2.83 1.58 1.57 1.85 1.59 54.63 63.90 420.80 1.58 112.00 0.62 101.88 27,881.18 149.03 575.00 21,658.00 471.30 1,156.00 307.57 1,106.79 536.00 2.40 798.84 6.50 34.60 0.38 6.79 19.06 75.45 0.10 6.54 0.10 23.35 8,706.37 4.47 2.39 1.24 2.98 1.79 0.63 0.58 1.61 2.29 3.12 53.20 7,259.44 65.07 133.64 98.62 398.47 109.69 0.26 404.19 1.29 1.08 5.06 237.00 12.35 24.05 0.93 3.35 1.38 1.16 3.21 3.60 2.05 Luas produksi 71.00 1.80 20.70 2.56 1.61 Jumlah Produksi 0.01 0.23 0.87 2.07 Rata-rata Produksi 0.00 1.28

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Kabupaten/Kota Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purworejo Wonosobo Magelang Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen Grobogan Blora Rembang Pati Kudus Jepara Demak Semarang+ kt sltiga Temanggung Kendal Batang Kab/Kota Pekalongan Pemalang Kab/KotaTegal Brebes Kota Surakarta Kota Semarang Jumlah

Luas produksi 24.62 101.84 455.69 712.48 16.00 167.06 409.15 129.00 66.30 507.29 1,404.29 168.35 321.66 205.77 345.38 124.33 106.00 5,265.21

Jumlah Produksi 5.57 16.75 70.90 -

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 101

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel 5.18.(Lanjutan)
aren No Kabupaten/Kota Luas produksi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purworejo Wonosobo Magelang Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen Grobogan Blora Rembang Pati Kudus Jepara Demak Semarang+ salatiga Temanggung Kendal Batang Kab/Kota Pekalongan Pemalang Tegal Brebes Kota Surakarta Kota Semarang Jumlah Kota 332.00 235.52 328.71 76.41 11.00 -13.92 49,242.00 627.28 235.05 16.95 212.34 40.43 9.28 122.00 51,502.89 4,017.36 11.30 41.90 0.78 838.17 1,173.73 267.68 3.13 79.53 12.18 3.43 430.44 39.00 Jumlah Produksi 504.08 615.10 384.59 30.65 28.50 28.02 0.17 18.71 11.39 1.85 3.75 -26.12 11.70 4.01 25.91 288.75 65.69 76.00 Rata-rata Produksi 15.18 Luas produksi ------Jumlah Produksi Rata-rata Produksi ------jarak

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 102

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel 5.18. (Lanjutan)


kemiri No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Kabupaten/Kota Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purworejo Wonosobo Magelang Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen Grobogan Blora Rembang Pati Kudus Jepara Demak Semarang+ kt sltiga Temanggung Kendal Batang Kab/Kota Pekalongan Pemalang Kab/KotaTegal Brebes Kota Surakarta 18.30 48.00 13.00 102.29 8.36 6.43 -Luas produksi -0.42 -Jumlah Produksi -0.50 Rata-rata Produksi -11.90 --

a.5. Kehutanan Luas hutan yang tercatat pada PT perhutani (Persero) Unit I Jawa Tengah 648 ribu hektar atau 19,90 % dari total luas Jawa Tengah. Menurut fungsinya, hutan tersebut terbagi dalam hutan produksi (88,52%), hutan lindung (11,35%) dan suaka alam/hutan wisata (0,13%)

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 103

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Pada tahun 2006, produksi kayu jati (pertukangan) tercatat sebanyak 184 ribu meter kubik, naik sebesar 15,92 % disbanding tahun 2006. sedangkan produksi kayu rimba mengalami penurunan sebesar 12,02% dari 151 ribu kubik tahun 2006 menjadi 133 ribu kubik tahun 2007. b.Industri Pembangunan di sektor industri merupakan prioritas utama pembangunan ekonomi tanpa mengabaikan pembangunan di sektor lain. Sektor industri dibedakan menjadi industri besar dan sedang serta industri kecil dan rumah tangga. Definisi yang digunakan BPS, industri besar adalah industri yang mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih, industri sedang adalah perusahaan dengan tenaga kerja 20 orang sampai 99 0rang, industri kecil dan rumah tangga adalah perusahaan dengan tenaga kerja 5 orang sampai dengan 19 orang, dan industri rumah tangga adalah perusahaan dengan tenaga kerja 1 orang sampai dengan 4 orang. Perusahaan industri besar dan sedang di Jawa Tengah pada tahun 2005 tercatat sebesar 3.544 unit perusahaan dengan 620,85 ribu orang tenaga kerja. Berarti, dari tahun sebelumnya jumlah perusahaan industri besar dan sedang naik 1,96% dan jumlah tenaga kerja naik 11,82 %. Pada tahun yang sama nilai output industri besar dan sedang mencapai 65,35 triliun rupiah, lebih tinggi 2,27 % dari nilai output tahun 2004. Nilai tambah bruto (NTB) atas dasar harga pasar turun, dan 24,55 triliun rupiah tahun 2004 menjadi 21,71 triliun rupiah pada tahun 2005. Nilai tambah bruto terbesar dihasilkan oleh industri tekstil yaitu senilai 4,40 triliun rupiah dan memperkejakan sekitar 172,15 ribu orang. Nilai tambah terbesar kedua dihasilkan oleh industri pengolahan tembakau dengan NTB sebesar 3,75 triliun rupiah dan menyerap tenaga kerja sebanyak 88,83 ribu orang. Industri pengolahan daur ulang merupakan sub sektor industri dengan NTB terkecil, yakni 0,86 milyar rupiah. Menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Jawa Tengah, terdapat 644,02 ribu perusahaan industri kecil dan menengah pada tahun 2007 atau meningkat relative kecil (0,01%) dibandingkan dengan jumlah perusahaan tahun sebelumnya. Jumlah tenaga kerja yang yang diserap sebanyak 2,67 juta orang. Nilai produksi industri kecil dan menengah pada tahun yang sama mencapai 5,42 triliun atau meningkat 1,27 % dari tahun sebelumnya. Total nilai investasi industri kecil dan menengah yang ditanamkan di Jawa Tengah tahun 2007 sebesar 1,41 triliun rupiah atau naik sekitar 2,42 % dibandingkan dengan tahun 2006. 5.6.4 Infrastruktur Wilayah a.Transportasi darat a.1. Jalan Raya Jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Denagn makin meningkatnya usaha pembangunan maka akan menuntut peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas pendduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain. Panjang jalan di seluruh wilayah Jawa Tengah pada tahun 2007 menurut Dinas Bina marga Propinsi Jawa Tengah mencapai 26,31 ribu km. Panjang jalan tersebut terbagi menjadi jalan Negara sepanjang 1,30 ribu km, jalan propinsi 2,59 ribu km, dan jalan kabupaten/kota 22,42 ribu km. Jembatan sebagai sarana penunjang transportasi yang lain, pada tahun 2005 tercatat sebanyak 3.317 buah dengan panjang 44,14 km. Dengan rincian 1,249 buah jembatan milik Negara dan 2.068 buah jembatan milik propinsi.

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 104

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

a.2. Angkutan Darat Untuk kereta api penumpang di Jawa Tengah tercatat sebanyak 141 buah pada tahun 2006, berarti turun sebesar 4,08 % dibandingkan tahun sebelumnya. Banyaknya penumpang kereta api pada tahun 2007 mencapai 3,53 juta penumpang, naik 9,01% disbanding tahun sebelumnya. Penerimaan dari penumpang kereta api naik 12,64 % hingga mencapai nilai 134,34 milyar rupiah. b.Transportasi Laut dan Udara b.1. Angkutan Udara Pada tahun 2007 pesawat udara yang datang melalui Bandar Udara (Bandara) Utama Achmad Yani Semarang dan Bandara Adi Sumarmo Surakarta tercatat masing-masing sebanyak 7,61 ribu penerbangan 4,19 ribu penerbangan. Untuk pesawat yang datang, bila dibandingkan tahun sebelumnya untuk Bandara Achmad Yani naik sebanyak 0,50 % dan yang berangkat dari bandara Adi Sumarmonaik 40%. Penumpang yang datang dan berangkat melalui kedua Bandara Utama (A Yani dan Adi sumarmo) pada tahun 2006 juga naik, masing-masing 28,93% dan 30,10 % dari tahun sebelumnya. Untuk barang bagasi yang dimuat, naik 28,49 % dan barang bagasi yang di bongkar juga naik 31,12 % dari tahun sbelumnya. Sementara itu barang muatan yang dimuat tahun 2006 lewat kedua bandara naik 13,63 %, sedangkan barang muatan yang dibongkar juga naik 35,62% dari tahun 2006. b.2. Angkutan Laut Jumlah kunjungan kapal melalui pelabuhan yang diusahakan (Tanjung Mas, Semarang, Tanjung Intan Cilacap dan Tegal) mengalami penurunan 16,83 % dari 6,66 ribu kapal pada tahun 2006 menjadi 5,54 ribu kapal pada tahun 2007. kunjungan kapal tersebut sekitar 57 % melalui Pelabuhan Tanjung Mas semarang, sisanya melalui pelabuhan Tanjung Intan Cilacap dan Pelabuhan Tegal. Kunjungan kapal yang melalui Pelabuhan Tanjung Mas tahun 2007 tercatat sebanyak 3,20 ribu kapal, turun sekitar 11,71 % dibanding tahun 2006. Sementara itu banyaknya barang yang dibongkar dan dimuat melalui ketiga pelabuhan utama di Jawa Tengah pada tahun 2007, masing-masing sebesar 11,25 juta ton dan 2,95 juta ton. Barang yang dibongkar naik sebesar 1,76 % sedangkan barang yang dimuat turun sebesar 4,97%. Pada tahun 2007 di Pelabuhan Tanjung Mas Semarang barang yang dibongkar turun sekitar 6,51 % sewdangkan barang yang di dimuat turun juga sekitar 14,65 %. c.Kondisi kelistrikan Kebutuhan energi listrik, akan terus meningkat sejalan dengan roda perekonomian daerah,. Sebagai upaya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di pedesaan, pemerintah telah mengupayakan program listrik masuk desa, sehingga sampai tahun 2007 terdapat 7.945 desa sudah beraliran listrik dari PT PLN (Persero) sebagai sumber energinya, dengan jumlah pelanggan 3,61 juta pelanggan. Jumlah energi listrik yang terjual selama tahun 2007 sebesar 11,06 milyar kwh atau meningkat 4,67% dibandingkan tahun sebelumnya. Energi listrik tersebut sebagian besar dimanfaatkan oleh rumahtangga (48,32%), berikutnya untuk industri (35,07 %), selebihnya untuk usaha, kantor pemerintah, penerangan jalan dan social d.Sumber Daya Air Tahun 2006, air minum yang disalurkan dari 35 PDAM kota/kabupaten di Jawa Tengah tercatat sebanyak 186 juta meter kubik. Dari air minum sebanyak 186 juta meter kubik itu, sebesar 85,67 %

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 105

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

digunakan oleh rumah tangga, disusul oleh sebesar 6,50 %, dan social sebesar 6,23%, dan industri sebesar 1,60 %. e.Jaringan telekomunikasi PT Pos Indonesia keberadaannya semakin diperlukan dalam era informasi sebagai sarana perhubungan dan komunikasi. Kegiatan operasional instansi tersebut pada tahun 2005 antara lain telah mengirim surat ke dalam negeri sekitar 33,66 juta surat dan yang diterima sebanyak 36,30 juta surat. Surat yang dikirim ke luar negeri ada sebanyak 3,06 juta surat dan menerima sebesar 2,08 juta surat dari luar negeri. Selain itu, instansi tersebut juga melayani kegiatan wesel pos, paket pos, tabanas serta penjualan benda pos.

5.7. Propinsi Jawa Timur


5.7. 1. Kondisi geografis a.Luas Daerah 2 Luas wilayah propinsi Jawa Timur mencapai 46.428 km habis terbagi menjadi 38 Kabupeten/Kota, 29 Kabupaten dan 9 Kota. Secara umum, wilayah Jawa Timur dapat dibagi 2 bagian besar, yaitu Jawa Timur daratan dan Kepulauan madura. Luas wilayah Jawa Timur daratan hampir mencakup 90 % dari seluruh luas wilayah propinsi Jawa Timur, sedangkan luas Kepulauan Madura hanya sekitar 10 %. b.Batas Wilayah Propinsi Jawa Timur terletak pada 111,0 hingga 114,4 Bujur Timur dan 7,12 hingga 8,48 Lintang Selatan. Batas wilayah propinsi ini adalah sebelah utara berbatasan dengan laut jawa yang seberangnya merupakan Pulau Kalimantan atau tepatnya dengan propinsi Kalimantan Selatan, di sebelah timut berbatasan dengan pulau Bali, di sebelah serlatan berbatasan dengan perairan terbuka yaitu Samudera Indonesia, sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan Propinsi Jawa Tengah. c.Iklim Lokasi Propinsi Jawa Timur berada di sekitar garis katulistiwa sehingga seperti propinsi lainnya di Indonesia, wilayah ini mempunyai perubahan musim sebanyak 2 jenis setiap tahunnya, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Bulan Nopember - bulan Mei merupakan musim penghujan sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Juni sampai Oktober. Tekanan udara tertinggi berdasarkan pengukuran tahun 2007, pada bulan Juli dan Agustus sebesar 1.012,9 milibar, dan terendah 1.008,9 milibar pada bulan Januari. Temperatur maksimum berkisar antara o o o o 32,4 C sampai 35,7 C dan temperature minimum berkisar antara 16,6 C sampai 24,8 C. Kecepatan angina berkisar antara yang terendah 18 knot pada bulan Juli sampai 40 knot pada bulan Maret. d.Curah Hujan Jumlah curah hujan tertinggi di Propinsi jawa Timur berdasar pengukuran pada tahun 2007 adalah 377,8 pada bulan Januar; , 886,0 pada bulan Pebruari; 288,2 pada bulan Maret ; 228,5 pada bulan Mei ; 31,1 pada bulan Nopember ; 147,9 pada bulan Desember e.Topografis

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 106

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Dataran di Propinsi Jawa timur dapat dibedakan menjadi 3; dataran tinggi, dataran sedang dan dataran rendah. Dataran tinggi merupakan daerah dengan ketinggian rata-rata diatas 100 meter diatas permukaan laut. Daerah ini meliputi Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Blitar, Kabupaten Malang, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Magetan, Kota Blitar, Kota Malang dan Kota Batu. Datarn sedang mempunyai ketinggian antara 45 100 meter diatas permukaan laut. Daerah ini meliputi Kabupaten Ponorogo, Tulungagung, Kediri, Lumajang, Jember, Nganjuk, Madiun Ngawi, Bangkalan, dan 2 Kota yaitu Kota Kediri, dan Kota Madiun. Sedangkan Kabupaten dan Kota lainnya merupakan datarn rendah, dengan ketinggian dibawah 45 meter diatas permukaan laut yang terdiri atas 16 Kabupaten dan 4 Kota, yaitu Kabupaten Pacitan, Jember, Banyuwangi, Situbondo, Probolinggo, Pasuruan, Sidoarjo, Mojokerto, Tuban, Lamongan, Gresik, Sampang, Pamekasan, Sumenep, Bojonegoro, serta Kota Surabaya, Mojokerto, Pasuruan, Probolinggo. Tabel 5.19. Luas Wilayah Kabupaten di propinsi Jawa Timur dan Ketinggian Rata-rata dari Permukaan Laut
No. Kabupaten/Kota Pacitan Ponorogo Trenggalek Tulungagung Blitar Kediri Malang Lumajang Jember Banyuwangi Bondowoso Situbondo Probolinggo Pasuruan Sidoarjo Mojokerto Jombang Nganjuk Madiun Magetan Ngawi Bojonegoro Tuban Lamongan Gresik Tinggi Rata-rata, meter 7 49 110 85 167 60 556 54 83 25 255 5 10 5 3 30 44 56 60 394 47 19 4 6 3 Luas daerah, km2 1342 1372 1205 1046 1589 1386 2979 1791 2478 5783 1560 1639 1599 1151 634 692 904 1224 1011 689 1296 2307 1840 1670 1191

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 107

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

No. 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38

Kabupaten/Kota Bakalan Sampang Pamekasan Sumenep Kota Kediri Kota Blitar Kota Malang Kota Probolinggo Kota Pasuruan Kota Mojokerto Kota Madiun Kota Surabaya Kota Batu Jawa Timur

Tinggi Rata-rata, meter 47 15 8 13 60 167 445 10 5 30 60 2 871

Luas daerah, km2 1260 1233 792 1999 63 33 110 57 35 16 33 326 93 46 428

5.7.2. Kondisi Demografis a.Jumlah dan struktur penduduk Data jumlah penduduk dari hasil proyeksi penduduk berdasarkan P4B yaitu sebesar 37.478.737 jiwa dengan pertumbuhan sebesar 1,06 %. Kota Surabaya mempunyai jumlah penduduk yang paling besar, yaitu 2.716.971 jiwa, diikuti Kabupaten Malang (2.410.882 jiwa) dan Kabupaten Jember (2.278.718 jiwa). 2 Kepadatan penduduk Jawa Timur tahun 2007 adalah 807 jiwa setiap 1 km . Kepadatan Penduduk di kota, umumnya labuh tinggi disbanding kepadfatan penduduk di Kabupoaten. Kota Surabaya mempunyai 2 kepadatan penduduk tertinggi yaitu 8.325 jiwa/km , jauh lebih tinggi dibanding kota/kabupaten yang lain di propinsi Jawa Yimur. b.Tingkat Pendidikan Keterangan tentang tingkat pendidikan dari sumber statistic yang didapat hanya pada golongan pegawai negeri sipil (PNS) di Propinsi Jawa Timur tahun 2007 sebagai berikut , ijazah SD, sekolah dasar berjumlah 13.088 orang, ijazah SMP/MTs sebanayk 14.895 orang, SMK/SMA/MA sebanyak 112.940 orang, D-1, sebanyak 2.980 orang, D-2, 65.826 orang, D-3/akademi/sarjana muda 26.288 orang, Diploma -4 sebanyak 183 orang, S-1 sebanayk 136.762 orang, s-2 sebanayk 8.217 orang, S-3 sebanyak 26 orang. c.Ketenagakerjaan

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 108

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Jumlah pencari kerja pada tahun 2007 sebesar 600.613 orang, meninhkat 79,94 % disbanding tahun 2005. Yang sudah ditempatkan sebanyak 5.281 orang. Sedangkan ratio pencari kerja dengan lowongan adalah 4,84 artinya bahwa dari 100 pencari kerja , hanya ada 5 lowongan. Pemegang izin bekerja bagi WNA pada tahun 2007 sebanyak 1.348 orang, naik 5,48 % dibandingkan tahun sebelumnya. 5.7.3. Pemetaan Potensi Pengembangan Bahan Baku BBN a.Pertanian Penggunaan lahan di JawaTimur, khususnya pada luas lahan bukan sawah, meliputi pekarangan/bangunan dan halaman , tegal, kebun, ladang dan huma, penggembalaan/padang rumput , tambak, kolam/tebat/empang, rawa-rawa tidak ditanamai padi, lahan sementara tidak diusahakan, hutan rakyat, hutan Negara, perkebunan dan lainnya. Penggunaan lahan terbesar, di luar perumahan adalah untuk tegal, kebun, ladang, dan huma sebesar 1.104.949 hektar, sedangkan penggunaan lahan yang terkecil adalah untuk penggembalaan sebesar 845 hektar. Luas lahan sawah di Jawa Timur 1.126.677 hektar. Dari lahan sawah seluas itu terdapat 661.597hektar lahan sawah berpengairan teknis, atau lebih dari 58,72 % dari keeluruhan lahan sawah. Sisanya adalah lahan sawah berpengairan setengah teknis, sederhana, desa/non PU, tadah hujan, pasang surut dan lainnya. Tabel 5.20 . Distribusi Produksi Padi dan Palawija (Ton), Luas Areal Produksi (Ha), dan Rata-rata Produksinya (Kw/Ha) yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di tiap Kabupaten di Jawa Timur Tahun 2007
Padi No Kabupaten/Kota Area Produksi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Pacitan Ponorogo Trenggalek Tulungagung Blitar Kediri Malang Lumajang Jember Banyuwangi Bondowoso Situbondo Probolinggo Pasuruan Sidoarjo Mojokerto Jombang 30.185 54.807 23.752 40.678 48.361 56.767 67.911 62.713 139.453 109.379 52.216 35.202 52.124 72.546 28.5 44.623 61.689 Jumlah Produksi 123.083 343.32 116.673 221.337 262.39 315.512 367.424 304.27 715.879 620.973 245.929 185.473 240.603 419.083 156.974 258.167 327.209 Rata-rata Produksi 40,78 62,64 49,12 54,41 54,26 55,58 54,10 48,52 51,33 56,77 47,10 52,69 46,16 57,77 55,08 57,86 53,04 Area Produksi 23.241 28.568 11.798 22.971 41.153 52.861 57.623 33.294 54.579 16.516 42.318 42.022 61.447 29.583 55 18.506 27.211 Jagung Jumlah Produksi 87.427 149.076 55.359 108.724 191.63 260.987 229.746 110.411 269.347 69.479 142.365 159.91 211.687 104.251 173 78.188 130.958 Rata-rata Produksi 37,62 52,18 46,92 47,33 46,57 49,37 39,87 33,16 49,35 42,07 33,64 38,05 34,45 35,24 31,45 42,25 48,13

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 109

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


Padi Jagung Rata-rata Produksi 53,44 55,29 55,05 54,85 55,95 53,06 55,43 56,48 46,60 49,38 38,90 51,81 47,41 54,30 45,41 47,87 55,40 53,27 46,51 50,55 50,71 53,38 Area Produksi 31.305 4.663 13.024 10.282 29.762 73.679 52.368 21.482 72.884 81.805 32.157 104.626 908 1089 272 4261 1 115 755 1.099.184 Jumlah Produksi 146.407 21.574 67.315 50.541 107.772 325.069 252.369 98.692 128.288 136.963 65.144 223.109 3.402 4.523 943 16.227 4 403 2.719 4.011.182 Rata-rata Produksi 46,77 46,27 51,69 49,15 36,21 44,12 48,19 45,94 17,60 16,74 20,26 21,32 37,47 41,53 34,67 38,08 40,00 35,04 36,01 36,49

No

Kabupaten/Kota

Area Produksi

Jumlah Produksi 370.851 328.897 214.666 564.403 613.161 387.864 708.142 302.435 183.497 153.818 84.585 127.937 7.462 10.16 10.35 10.569 15.175 4.736 11.489 7.319 5.132 9.346.947

18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38

Nganjuk Madiun Magetan Ngawi Bojonegoro Tuban Lamongan Gresik Bakalan Sampang Pamekasan Sumenep Kota Kediri Kota Blitar Kota Malang Kota Probolinggo Kota Pasuruan Kota Mojokerto Kota Madiun Kota Surabaya Kota Batu Jumlah

69.393 59.486 38.993 102.903 109.593 73.104 127.758 53.55 41.14 31.148 21.744 24.695 1.574 1.871 2.279 2.208 2.739 889 2.47 1448 1012 1.750.903

Tabel 5.20. (Lanjutan )

No

Kabupaten/Kota Area Produksi Jumlah Produksi 561.347 410.66 327.186 129.586 49.782 Rata-rata Produksi 171,17 161,31 184,69 184,52 129,34 Area Produksi 157 91 85 78 122 Jumlah Produksi 1.59 1.058 986 944 1.422 Rata-rata Produksi 101,27 116,26 116,00 121,03 116,56

Ubi kayu

Ubi jalar

1 2 3 4 5

Pacitan Ponorogo Trenggalek Tulungagung Blitar

32.795 25.458 17.715 7.023 3.849

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 110

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

No

Kabupaten/Kota Area Produksi

Ubi kayu

Ubi jalar

Jumlah Produksi 84.295 395.528 58.004 76.675 58.238 143.7 5.844 168.303 116.255 63 15.987 25.239 75.247 83.404 52.513 145.715 38.801 146.181 48.713 32.042 58.832 198.589 25.71 145.218 478 1.833 84 48 467 3.680.567

Rata-rata Produksi 149,51 188,44 173,09 154,15 162,63 206,44 161,44 154,48 145,32 126,00 127,79 126,26 161,65 149,31 157,04 174,72 178,89 171,49 161,73 131,70 118,68 110,88 96,62 104,50 149,38 146,64 120,00 120,00 133,43 158,28

Area Produksi 66 1.57 368 1.167 715 399 3 121 275 990 45 203 68 1.848 711 392 731 79 363 1.03 1.959 99 23 3 5 16 2 34 13.818

Jumlah Produksi 789 21.83 4.258 13.49 7.695 4.538 33 1.244 3.218 10.171 548 2.398 657 21.715 8.559 4.63 8.04 925 4.084 8.833 15.138 871 192 34 56 185 22 387 150.54

Rata-rata Produksi 119,55 139,04 115,71 115,60 107,62 113,73 110,00 102,81 117,02 102,74 121,78 118,13 96,62 117,51 120,38 118,11 109,99 117,09 112,51 85,76 77,27 87,98 83,48 113,33 112,00 115,63 110,00 113,82 108,94

6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38

Kediri Malang Lumajang Jember Banyuwangi Bondowoso Situbondo Probolinggo Pasuruan Sidoarjo Mojokerto Jombang Nganjuk Madiun Magetan Ngawi Bojonegoro Tuban Lamongan Gresik Bakalan Sampang Pamekasan Sumenep Kota Kediri Kota Blitar Kota Malang Kota Probolinggo Kota Pasuruan Kota Mojokerto Kota Madiun Kota Surabaya Kota Batu Jumlah

5.638 20.99 3..351 4.974 3.581 6.961 362 10.895 8 5 1.251 1.999 4.655 5.586 3.344 8.34 2.169 8.524 3.012 2.433 4.957 17.91 2.661 13.897 32 125 7 4 35 232.538

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 111

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


Tabel 5.20. (Lanjutan )

No

Kabupaten/Kota Area Produksi

Kacang tanah Jumlah Produksi 11.231 2.702 3.257 4.221 5.717 3.504 6.644 2.163 6.397 1.195 779 5.845 8.83 2.754 1.745 1.018 2.502 11.723 10.481 3.385 41.904 8.007 4.971 37.289 17.72 3.451 6.741 24 271 68 6 5 9 218.91 Rata-rata Produksi 10,55 13,02 13,08 10,61 9,74 13,57 15,38 11,42 12,47 13,61 14,35 11,58 13,73 12,41 14,30 10,11 17,40 16,83 12,70 12,00 13,53 10,39 14,00 10,33 9,07 12,18 8,88 10,43 9,22 11,15 12,00 10,00 12,86 11,75 Area Produksi 5.145 17.555 5.601 4.753 10.91 615 101 2.276 18.861 1.119 345 3.751 21.477 648 3.882 7.211 9.68 5.884 2.142 13.065 17.762 6.071 23.684 3.561 1.252 20.037 655 5.097 7 2 10 10 246.543

Kedelai Jumlah Produksi 5.821 20.411 6.819 9.11 10.63 956 90 4.431 23.155 1.554 511 4.652 29.295 981 4.672 8.889 18.869 7.643 2.336 17.459 20.655 7.633 30.922 3.637 1.004 27.681 748 4.939 9 2 10 10 320.205 Rata-rata Produksi 11,31 11,63 12,17 19,17 9,74 15,54 8,91 19,47 12,28 13,89 14,81 12,40 13,64 15,14 12,04 12,33 19,49 12,99 10,91 13,36 11,63 12,57 13,06 10,21 8,02 13,81 11,42 9,69 12,86 10,00 10,00 10,00 12,99

1 2 3 4 5 6 7 8 9 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38

Pacitan Ponorogo Trenggalek Tulungagung Blitar Kediri Malang Lumajang Jember Bondowoso Situbondo Probolinggo Pasuruan Sidoarjo Mojokerto Jombang Nganjuk Madiun Magetan Ngawi Bojonegoro Tuban Lamongan Gresik Bakalan Sampang Pamekasan Sumenep Kota Kediri Kota Blitar Kota Malang Kota Probolinggo Kota Pasuruan Kota Mojokerto Kota Madiun Kota Surabaya Kota Batu Jumlah

10.641 2.075 2.491 3.979 5.871 2.582 4.321 1.894 5.13 878 543 5.047 6.431 2.22 1.22 1.007 1.438 6.966 8.254 2.82 30.97 7.704 3.55 36.107 19.542 2.834 7.593 23 294 61 5 5 7 186.302

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 112

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

a.1. Tanaman Pangan Berdasarkan data Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Timur produktifitas padi (padi sawah dan ladang) sebesar 53,38 Kw/hektar atau meningkat 0,20 % dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan produksi pada dan luas panen bersih 1,75 juta hektar mencapai 9,35 juta ton atau meningkat sebesar 3,77%. Produksi padi dan jagung terbanyak terdapat di kabupaten ponorogo, dengan produksi ratarata 62,64 kwintal/Ha, dan 52,18 kwinal/Ha. Ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah dan kedelai mencapai produksi tertinggi 206,44 ; 139,04; 17,40 ; 19,49 kwintal/hektar, di Kabupaten Bondowoso, Malang, Madiun, dan Nganjuk. Untuk tanaman palawija, terjadi penurunan produksi pada jagung, ubi kayu, ubi jalar, kedelai, kacang hijau dan sorghum pada tahun 2007, sementara itu terjadi penurunan produksi pada kacang tanah. Luas panen bersih padi sebesar 3,38 % sementara palawija, mengalami peningkatan sebesar 3,65 %. a.2. Perkebunan Dari data luas areal perkebunan yang ada di Jawa timur, yag mempunyai areal terluas adalah perkebunan kelapa, yaitu sebesar 288.023 hektar dengan hasil produksi sebesar 226.926 ton. Diikuti oleh luas areal perkebunan tebu 173.829 hektar. Dengan produksi sebesar 1.063.710 ton pada tahun 2007. Sedangkan hasil produksi perkebunan lainnya adalah jambu mete (48.889 ton), kopi (43.281 ton), cengkeh (8.658 ton) kapuk randu (32.070 ton). Kapas (246 ton), the 93.470 ton), tembakau (111.041 ton), karet (17.909 ton) dan kakao (13.319 ton) Tabel 5.21. Distribusi Hasil Perkebunan (Ton), Luas Areal Produksi (Ha), dan Rata-rata Produksi (Kw/Ha) yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di tiap Kabupaten di Jawa Timur Tahun 2007
Tebu No Kabupaten/Kota Area Produksi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Pacitan Ponorogo Trenggalek Tulungagung Blitar Kediri Malang Lumajang Jember Banyuwangi Bondowoso Situbondo Probolinggo Pasuruan Sidoarjo Mojokerto Jombang 2,458 659 2,953 9,563 18,896 27,463 11,473 3,508 3,302 4,855 7,214 3,665 6,642 6,197 11,619 10,100 Jumlah Produksi 17,549 4,338 18,497 58,059 120,017 170,539 77,231 21,295 20,045 29,476 51,658 22,251 40,325 38,164 69,719 70,408 Rata-rata Produksi 71.40 65.83 62.64 60.71 63.51 62.10 67.32 60.70 60.71 60.71 71.61 60.71 60.71 61.58 60.00 69.71 Area Produksi 25,433 6,037 15,631 17,785 19,356 9,758 14,363 8,128 12,813 25,330 3,761 4,456 3,407 3,748 2,810 837 2,325 Kelapa Jumlah Produksi 20,523 3,075 14,546 16,273 13,972 8,625 14,088 7,492 11,568 24,772 1,919 4,274 3,062 3,215 2,075 357 2,005 Rata-rata Produksi 8.07 5.09 9.31 9.15 7.22 8.84 9.81 9.22 9.03 9.78 5.10 9.59 8.99 8.58 7.38 4.27 8.62

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 113

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


Tebu Kelapa Rata-rata Produksi 58.55 5.86 60.70 60.31 60.72 58.89 60.25 69.02 13.06 9,314 2,076 1,429 1,791 5,876 994,027 67.59 79.54 67.73 60.71 67.62 58.40 284,865 1,791 1,378 261 211 295 869 163,086 Area Produksi 3,770 4,962 2,892 7,189 8,972 8,049 565 399 8,248 3,490 4,691 51,074 596 99 318 281 302 61 29 224,802 Jumlah Produksi 1,838 2,896 1,605 1,990 5,669 4,034 279 288 3,978 1,575 3,832 41,678 178 117 242 66 57 30 17 Rata-rata Produksi 4.88 5.84 5.55 2.77 6.32 5.01 4.94 7.22 4.82 4.51 8.17 8.16 2.99 11.82 7.61 2.35 1.89 4.92 5.86 6.77

No 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37

Kabupaten/Kota Nganjuk Madiun Magetan Ngawi Bojonegoro Tuban Lamongan Gresik Bakalan Sampang Pamekasan Sumenep Kota Kediri Kota Blitar Kota Malang Kota Probolinggo Kota Pasuruan Kota Mojokerto Kota Madiun Kota Surabaya Jumlah

Area Produksi 4,905 5,169 5,110 7,102 1,245 243 2,856 1,504 1,371 -

Jumlah Produksi 28,718 3,027 31,020 42,833 7,560 1,431 17,207 10,380 --

Tabel 5.21. (Lanjutan)


kakao No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Kabupaten/Kota Pacitan Ponorogo Trenggalek Tulungagung Blitar Kediri Malang Lumajang Jember Banyuwangi Bondowoso Situbondo Probolinggo Area Produksi 2,206 503 2,914 489 1,932 695 482 294 60 2 Jumlah Produksi 246 49 690 36 435 9 141 39 34 Rata-rata Produksi 1.12 0.97 2.37 0.74 2.25 0.13 2.93 1.33 5.67 Area Produksi 2350 1341 113 195 339 1215 339 244 373 15 1123 104 1431 jambu mete Jumlah Produksi 126 557 29 76 16 218 29 94 210 7 59 44 285 Rata-rata Produksi 0.54 4.15 2.57 3.90 0.47 1.79 0.86 3.85 5.63 4.67 0.53 4.23 1.99

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 114

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


kakao jambu mete Rata-rata Produksi 182 9 1,317 745 11 1 1 62 4,007 2.98 0.08 5.45 6.04 4.58 5.00 10.00 1.80 3.14 Area Produksi 970 7 254 177 1177 1026 1078 2782 16 1435 447 182 8473 8992 2024 10922 14 22 4 20 49204 Jumlah Produksi 444 3 116 71 245 271 270 280 0 588 61 104 1789 3724 979 3223 1 1 3 13923 Rata-rata Produksi 4.58 4.29 4.57 4.01 2.08 2.64 2.50 1.01 0.00 4.10 1.36 5.71 2.11 4.14 4.84 2.95 0.71 2.50 1.50 2.84

No 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37

Kabupaten/Kota Pasuruan Sidoarjo Mojokerto Jombang Nganjuk Madiun Magetan Ngawi Bojonegoro Tuban Lamongan Gresik Bakalan Sampang Pamekasan Sumenep Kota Kediri Kota Blitar Kota Malang Kota Probolinggo Kota Pasuruan Kota Mojokerto Kota Madiun Kota Surabaya Jumlah

Area Produksi 610 1,148 2,417 1,233 4 24 2 1 344 15,360

Jumlah Produksi

Tabel 5.21. (Lanjutan)


kapuk No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Kabupaten/Kota Pacitan Ponorogo Trenggalek Tulungagung Blitar Kediri Malang Lumajang Jember Banyuwangi Area Produksi 824 3,982 125 399 981 1,707 2,892 682 2,022 621 Jumlah Produksi 108 1,002 45 171 287 882 1,770 365 873 286 Rata-rata Produksi 1.31 2.52 3.60 4.29 2.93 5.17 6.12 5.35 4.32 4.61

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 115

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


kapuk No 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 Kabupaten/Kota Bondowoso Situbondo Probolinggo Pasuruan Sidoarjo Mojokerto Jombang Nganjuk Madiun Magetan Ngawi Bojonegoro Tuban Lamongan Gresik Bakalan Sampang Pamekasan Sumenep Kota Kediri Kota Blitar Kota Malang Kota Probolinggo Kota Pasuruan Kota Mojokerto Kota Madiun Kota Surabaya Jumlah Area Produksi 1,070 661 4,466 16,917 472 1,190 1,046 876 1,976 511 3,514 2,377 1,831 2,832 183 3,463 1,712 958 10,826 16 4 16 117 23 47 71,339 Jumlah Produksi 339 217 2 8,487 143 657 463 338 618 100 1,267 1,129 1,003 750 110 1,430 298 475 4,278 6 1 4 11 9 10 27,934 Rata-rata Produksi 3.17 3.28 0.01 5.02 3.03 5.52 4.43 3.86 3.13 1.96 3.61 4.75 5.48 2.65 6.01 4.13 1.74 4.96 3.95 3.75 2.50 2.50 0.94 3.91 2.13 3.62

a.3. Kehutanan Data Perum Perhutani Unit II Jawa Timur memperlihatkan bahwa hutan di Jawa Timur luasnya mencapai 1.130.206,20 hektar yang terdiri dari hutan produksi seluas 819.692,11 hektar (72,44%) dan hutan lindung seluas 311.787,80 hektar (27,56%) Luas tebanagn hutan pada tahun 2007 adalah sebesar 2.120 hektar yang didominasi oleh kayu jati sebesar 74,86 %. Untuk produksi kayu, terjadi penurunan disemua jenis kayu kecuali mahoni dan pinus. Produksi kayu jati terbesar se Jawa timur berasal dari daerah Banyuwangi Utara dan Bojonegoro, sedangkan produksi kayu rimba terbesar berasal dari daerah Kediri dan Banyuwangi Barat dan Lawu. Selain kayu ada juga produksi hasil hutan yang berupa non kayu, seperti getah pinus, daun kayu putih, minyak kayu putih, lak butiran, benang sutera dan lainnya. b.Industri

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 116

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Data dinas perindustrian dan perdagangan Propinsi Jawa Timur menunjukkan bahwa pada tahun 2007 profil industri pengolahan di Jawa Timur masih didominasi oleh Industri kecil dan dagang kecil , yaitu sebesar 646.928 unit atau 97,76 % dari keseluruhan kelompok industri yang ada. Sedangkan industri kimia, agro dan hasil hutan (IKAHH) dan industri logam, mesin, elektronika dan aneka (ILMEA) masing-masing hanya sebesar 1,78 %, dan 0,46 %. Industri kecil dan dagang kecil menyerap tenaga kerja terbanayk yaitu sebesar 1.477.296 orang, diikuti IKAHH sebesar 781.830 orang. Sedangkan ILMEA hanya mampu menyerap 205.439 orang. Dari keseluruhan industri yang ada di Jawa Timur, mampu memberikan nilai produksi sebesar 12,10 triliun rupiah. Jumlah perusahaan industri besar dan sedang di Jawa Timur sebanayk 4.665 unit, yang terbanyak pada kelompok industri makanan dan minuman. Dari sejumlah itu mampu menyerap tenaga kerja sebesar 831.606 orang. Nilai output perusahaan besar dan sedang pada tahun 2007 sebesar 163.985 milyar rupiah dengan nilai tambah sebesar 70.454 milyar rupiah.

5. 7. 4 Infrastruktur Wilayah a.Transportasi darat Panjang jalan raya di Jawa Timur mencapai 3.338,39 km yang terbagi atas jalan Negara 1.899,21 km dan jalan propinsi 1.439,18 km. Sebesar 30,99% dari total panjang jalan di Jawa Timur adalah termasuk dalam kategori baik, 59,34 % termasuk dalam kategori sedang, dan yang rusak ringan dan berat ada 9,64 %. Gorong-gorong dan jembatan yang berkategori baik masing-masing sebanyak 85,46 % dan 87,36%. Jumlah penumpang kereta api mengalami peningkatan 5,17% dari 12.574.388 orang pada tahun 2005 menjadi 13.596.390 orang pada tahun 2006. Jumlah barang yang diangkut justru mengalami peningkatan 17,61 % dari 1.340.177 ton pada tahun 2005 menjadi 1.576.390 ton pada tahun 2006. b.Transportasi Udara Berdasar survei jumlah pesawat dan penunpang yang datang dan berangkat di Bandara Juanda Surabaya pada tahun 2007 dapat diganbarkan sebagai berikut. Jumlah pesawat terbang yang datang dan berangkat terbesar di bulan Desember (4.328 unit dan 4.333 unit) dengan tujuan domestik. Sedangkan jumlah penumpang datang dan berangkat menurut tujuan internasional terbanyak di bulan Desember (386.870 orang dan 376.560 orang). Jumlah penumpang internasional tahun 2007 datang total berjumlah 389.614 orang, sedang berangkat dengan tujuan internasional 413.615. Jumlah penumpang domestik yang tiba total 3.838.795 orang dan berangkat 3.518.814 orang. Begitu juga dengan banyaknya bongkar dan muat barang di Bandara Juanda terbanyak pada bulan Desember. c.Kondisi kelistrikan Kelompok rumah tangga merupakan jumlah pelanggan listrik dari PT PLN terbesar di Jawa Timur, yaitu sebesar 6.085.181 pelanggan atau 92,57 %, terutama pelanggan berasal dari kantor cabang Kediri. Sedangkan konsumsi listrik terbesar adalah kelompok industri, sebesar 8.737.332 MWH (atau 47,92%), diikuti kelompok rumahtangga sebesar 6.574.848 MWH (atau 35,88%). d.Sumber Daya Air Pelanggan air bersih di Jawa Timur sebanayk 1.039.318 pelanggan. Sedangkan jumlah air yang 3 disalurkan sebesar 303.138.485 m dengan nilai 465.764,47 juta rupiah.

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 117

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

e.Jaringan telekomunikasi Jumlah kantor pos pemeriksa (KPRK), kantor pos cabang dalam kota, dan kantor pos cabang luar kota, pada tahun 2007 masing-masing sebanyak 30 unit, 76 unit, dan 390 unit. Jumlah tabanas yang ditabung dan dibayar kembali mencapai masing-masing 242,41 milyar dan 117,59 milyar rupiah. Produksi pulsa telepon selama tahun 2003 sebanyak 9.828.479.071 pulsa atau menurun sebesar 21,12 %. Produksi puksa telepon terbanyak dari sambungan langsung jarak jauh (SLJJ) yaitu 4.288.745.764 pulsa atau sebesar 43,63%. Sedangkan jumlah telepon umum sebanyak 12.989 unit.

5.8. Propinsi Nusa Tenggara Barat


5.8.1. Kondisi geografis a.Luas Daerah Propinsi Nusa Tenggara Barat yang terdiri dari Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa, memiliki luas 2 wilayah 20.153,15 km . Luas daerah Propinsi NTB dirinci menurut Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut : b.Batas Wilayah o o o o Propinsi Nusa Tenggara Barat, terletak antara 115 46 119 5 Bujur Timur dan 8 10 9 5 Lintang Selatan. Batas wilayah Propinsi NTB sebelah utara dengan Laut Jawa dan Laut Flores. Sebelah Selatan dengan Samudera Indonesia. Sebelah barat dengan Selat Lombok / Propinsi Bali. Sebelah timur dengan Selat Sape / Propinsi Nusa Tenggara Timur. c.Iklim Berdasarkan data statistik dari lembaga Meteorologi dan Geofisika, temperature maksimum pada o O o o tahun 2007 berkisar antara 29,4 C 32,9 C, dan temperatur minimum berkisar antara 20,2 C 24,7 C. Temperatur tertinggi terjadi pada bulan Juli dan terrendah pada bulan Mei. Sebagai daerah tropis, propinsi NTB mempunyai rata-rata kelembaban yang relatif tinggi yaitu antara 68 84 %. d.Curah Hujan Rata-rata banyaknya curah hujan di Propinsi NTB pada tahun 2007 adalah tertinggi pada bulan Pebruari yaitu sebesar 249,6 mm dan terendah pada bulan September 0 mm, atau tidak ada hujan. Sedangkan jumlah hari hujan tinggi pada bulan Desember sampai bulan Mei yaitu antara 15 27 hari, dan rendah pada bulan-bulan Juni Nopember. e.Topografis Kota yang paling tinggi di Propinsi Nusa Tenggara Barat , yaitu Selong 148 m dari permukaan laut, dan kota Raba terendah dengan ketinggian 13 m dari permukaan laut. Dari tujuh gunung yang ada di Pulau Lombok, gunung Rinjani merupakan tertinggi dengan ketinggian 3.775 m, sedangkan gunung Tambora merupakan gunung tertinggi di Sumbawa dengan ketinggian 2.851 m. Jumlah sungai di Pulau Sumbawa lebih banyak dibandingkan dengan jumlah dengan jumlah sungai di Pulau Lombok. Jumlah sungai di Pulau Lombok hanya 36 buah, sedangkan du Pulau Sumbawa terdapat 117 sungai.

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 118

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


Tabel 5.22. Daftar Ketinggian Berbagai Wilayah di NTB terhadap Permukaan Laut No
1 2 3 4 5 6 7 8 9

Kabupaten/Kota
Lombok Barat Lombok Tengah Lombok Timur Sumbawa Dompu Bima Sumbawa Barat Kota Mataram Kota Bima

Ibu Kota
Gerung Praya Selong Sumbawa Besar Dompu Raba Taliwang Mataram Raba

Tinggi (meter)
16 101 148 20 50 13 15 16 13

5. 8. 2. Kondisi Demografis a.Jumlah dan struktur penduduk Berdasarkan data hasil survei Sosial Ekonomi Nasional 2007, jumlah penduduk Nusa Tenggara Barat mencapai 4.257.306 juta jiwa. Dengan rincian, laki-laki sebanyak 2.943.458 jiwa dan perempuan sebanyak 2.213.848 jiwa. Pertumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi telah menyebabkan tingginya jumlah penduduk yang berusia muda. Penduduk berdasarkan komposisi umur dan jenis kelamin disajikan dalam tabel di bawah ini. b.Tingkat Pendidikan Data yang berhasil dikumpulkan berhubungan dengan tingkat pendidikan tidak terlepas dari ketenagakerjaan. Jumlah total pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendiddikan pada tahun 2002 berjumlah 33.770, tahun 2003 berjumlah 29.410, tahun 2004 berjumlah 32.604 dan tahun 2005 berjumlah 50.850 orang, dan tahun 2007 berjumlah 12.978 orang c. Ketenagakerjaan Berdasarkan data yang bersumber dari Dinas Tenaga Kerja Propinsi NTB, pada tahun 2007 pencari kerja yang terdaftar berjumlah 12.978 orang, sedang kesempatan kerja hanya tersedia untuk 10.629 orang. Jumlah pencari kerja yang telah ditempatkan menurut lapangan usaha pada tahun 2007 total berjumlah 6.093 orang, jumlah tersebut porsi terbesar pada lapangan usaha pertanian, kehutanan, perkebunan, dan perikanan yaitu berjumlah 2.646 orang dan lapangan usaha yang lain yaitu jasa kemasyarakatan berjumlah 3.407 orang. Dengan kata lain lapangan usaha yang lain menyrerap tenaga dengan prosentase yang sangat rendah. Jumlah lowongan pekerjaan menurut lapangan usaha tahun 2007 berjumlah 10.629 lowongan yang terbesar ada pada sektor pertanian, kehutanan, perkebunan, dan perikanan yaitu 6.145 lowongan kemudian jasa dan kemasyarakatan 4.451 lowongan. 5.8.3. Pemetaan Potensi Pengembangan Bahan Baku BBN a.Pertanian

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 119

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Peningkatan pendapatan petani merupakan salah satu tujuan pembangunan pertanian. Untuk mencapai tujuan tersebut usaha-usaha yang dilakukan meliputi intensifikais, ekstensifikasi, diversifikasi, dan rehabilitasi. a.1. Tanaman pangan Tanaman bahan makanan meliputi antara lain : padi, jagung, ubi, kacang-kacangan, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Dibanding dengan tahun sebelumnya, secara umum produksi tanaman pangan tahun 2007 mengalami peningkatan. Produksi padi pada tahun 2006 sebesar 1.552.627 ton atau naik sebesar 13,51% dari tahun sebelumnya. Selama periode 2002 2006, produksi padi di Propinsi NTB cukup bervariasi. Tabel dibawah ini menyajikan data luas lahan dan produksi padi menurut kabupaten/kota. Kota Mataram merupakan penghasil padi teringgi di NTB dengan luas lahan 3.598 hektar mencapai produksi rata-rata 49,28 kwintal/hektar. Produksi terbanyak dari komoditas Jagung di Kabupaten Sumbawa Barat 26,66 kwintal/hektra; Ubi kayu Kabupaten Lombok Timur dengan produksi rata-rata 117,61 kwital/hektar. Ubi jalar 120 kwintal/hektar, Kacang tanah dan kedelai masing-masing 13,4 dan 12,75 kwintal/hektar, masing-masing di di Kota Mataram. Tabel 5.23 Distribusi Produksi Padi dan Palawija (ton), Luas Areal Produksinya (Ha), dan Rata-rata Produksinya yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di Tiap Kabupaten di NTB pada Tahun 2007

No

Kabupaten/Kota Area Produksi

padi Jumlah Produksi 177090 339375 278972 289306 118630 245328 60921 17732 25273 1552627 Rata-rata Produksi 46.48 47.15 47.30 45.34 41.71 42.90 46.77 49.28 40.15 45.23 Area Produksi 6291 2576 10523 13075 2674 3481 1653 5 339 40617

jagung Jumlah Produksi 14868 6588 27424 33892 6858 9021 4407 12 893 103963 Rata-rata Produksi 23.63 25.57 26.06 25.92 25.65 25.91 26.66 24.00 26.34 25.53

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Lombok Barat Lombok Tengah Lombok Timur Sumbawa Dompu Bima Sumbawa Barat Kota Mataram Kota Bima Jumlah

38103 71982 58980 63805 28442 57188 13026 3598 6294 341418

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 120

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel 5.23. (Lanjutan)


No Kabupaten/Kota Area Produksi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Lombok Barat Lombok Tengah Lombok Timur Sumbawa Dompu Bima Sumbawa Barat Kota Mataram Kota Bima Jumlah 618 7,501 2,277 1,504 851 1,193 280 678 100 7,130 87,259 ubi kayu Jumlah Produksi 26,577 17,516 10,009 13,840 3,224 7,801 1,162 Rata-rata Produksi 116.72 116.46 117.61 116.01 115.14 115.06 116.20 115.37 116.07 Area Produksi 322 190 303 136 188 504 27 1 22 1.693 ubi jalar Jumlah Produksi 3.651 2.205 3.543 1.557 2.14 5.706 309 12 249 19.372 Rata-rata Produksi 0.11 0.12 0.12 0.11 0.11 0.11 114.44 120.00 113.18 43.54

Tabel 5.23. (Lanjutan)


No Kabupaten/Kota Area Produksi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Lombok Barat Lombok Tengah Lombok Timur Sumbawa Dompu Bima Sumbawa Barat Kota Mataram Kota Bima Jumlah 12608 5871 1112 3684 1562 8576 557 100 790 34860 kacang tanah Jumlah Produksi 15256 7828 1447 4582 1904 11105 700 134 1000 43956 Rata-rata Produksi 12.10 13.33 13.01 12.44 12.19 12.95 12.57 13.40 12.66 12.74 Area Produksi 4,713 26,611 897 10,100 16,618 28,475 4,438 867 2,559 95,278 kedelai Jumlah Produksi 5,466 29,691 1,049 11,730 18,413 33,064 5,109 1,105 3,013 108,640 Rata-rata Produksi 11.60 11.16 11.69 11.61 11.08 11.61 11.51 12.75 11.77 11.64

a.2. Perkebunan Perkebunan diklasifikasikan menjadi 2 kategori, yaitu perkebunan besar yaitu usaha perkebunan yang dilakukan oleh suatu badan usaha atau badan hukum diatas tanah yang statusnya Hak Guna Usaha (HGU). Di luar batasan ini diklasifikasikan kedalam perkebunan rakyat. Perkebunan rakyat di Propinsi NTB pada tahun 2006, meliputi 17 komoditi. Produksi dari ke-17 komoditi tersebut sangat bervariasi. Untuk komoditi kelapa, kopi, jambu mete, kakao, kapuk,asam, vanili, lada, aren, kapas dan jarak, mengalami kenaikan produksi pada tahun 2006 jika dibandingkan tahun 2005. Sedangkan untuk komoditi lainnya mengalami penurunan produksi. Di Propinsi NTB banyak terdapat lahan perkebunan dimanfaatkan. Tabel 5.24 memuat hal tersebut.

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 121

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel.5.24. Distribusi Hasil Perkebunan (ton), Luas Areal Produksi (Ha), dan Rata-rata Produksinya (Kwintal/Ha) yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di Tiap Kabupaten di NTB Tahun 2007

No

Kabupaten/Kota Area Produksi

kelapa Jumlah Produksi 24,051.51 11,878.00 4,682.95 2,827.66 665.60 1,518.62 595.17 214.22 139.46 46,573.19 Rata-rata Produksi 10.83 7.09 3.12 5.40 2.83 4.55 5.56 5.36 2.18 5.21 Area Produksi 2,982.00 411.00 837.00 19.13 98.75 44.39 97.50 4,489.77

kakao Jumlah Produksi 1,623.99 844.65 36.74 0.30 28.20 1.13 2,535.01 4.95 Rata-rata Produksi 5.45 20.55 0.44 0.16 2.86 0.25

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Lombok Barat Lombok Tengah Lombok Timur Sumbawa Dompu Bima Sumbawa Barat Kota Mataram Kota Bima Jumlah

22,217.51 16,752.00 14,995.09 5,237.51 2,349.00 3,340.00 1,070.00 400.00 640.50 67,001.61

Tabel 5.24.(Lanjutan)
No Kabupaten/Kota Area Produksi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Lombok Barat Lombok Tengah Lombok Timur Sumbawa Dompu Bima Sumbawa Barat Kota Mataram Kota Bima Jumlah 133.30 954.00 1,001.95 443.79 453.80 350.25 119.00 75.00 36.75 3,567.84 kapuk Jumlah Produksi 40.49 183.01 166.91 108.47 92.49 91.42 30.87 9.24 11.70 734.60 Rata-rata Produksi 3.04 1.92 1.67 2.44 2.04 2.61 2.59 1.23 3.18 2.30 Area Produksi 36.00 958.92 276.75 1,863.25 46.00 3,180.92 2,525.08 345.54 30.45 2,109.05 23.00 5.15 kemiri Jumlah Produksi 17.04 3.60 1.10 11.32 5.00 4.73 Rata-rata Produksi

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 122

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel 5.24.(Lanjutan)
No Kabupaten/Kota Area Produksi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Lombok Barat Lombok Tengah Lombok Timur Sumbawa Dompu Bima Sumbawa Barat Kota Mataram Kota Bima Jumlah 16.00 516.10 48.30 148.50 7.04 1,061.28 150.59 54.00 98.71 tebu Jumlah Produksi 204.68 397.27 32.23 420.06 4.40 18.64 6.67 28.29 40.25 13.59 Rata-rata Produksi Area Produksi 272.00 126.00 1,410.50 1,808.50 39,139.37 93.48 aren Jumlah Produksi 65.03 14.34 39,060.00 Rata-rata Produksi 2.39 1.14 276.92

Tabel 5.24.(Lanjutan)
No Kabupaten/Kota Area Produksi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Lombok Barat Lombok Tengah Lombok Timur Sumbawa Dompu Bima Sumbawa Barat Kota Mataram Kota Bima Jumlah 147.5 118.5 26 3 8660.45 lontar Jumlah Produksi 8628.75 31.2 0.5 247.28 1151.25 728.16 12.00 1.67 Rata-rata Produksi Area Produksi 71.25 33 1047 415.41 3.27 wijen Jumlah Produksi 23.7 9.39 382.32 3.33 2.85 3.65 Rata-rata Produksi

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 123

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel 5.24.(Lanjutan)
No Kabupaten/Kota Area Produksi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Lombok Barat Lombok Tengah Lombok Timur Sumbawa Dompu Bima Sumbawa Barat Kota Mataram Kota Bima Jumlah 22.05 3450.79 20 424.5 152 694.75 164 1354.99 618.5 9.53 683.66 jarak Jumlah Produksi 9.49 69.67 164.47 65 324.55 40.95 4.32 2.65 0.22 4.58 2.37 3.96 2.40 0.66 Rata-rata Produksi

a.5. Kehutanan Produksi hutan dapat dikelompokkan menjadi kayu dan hasil hutan non kayu. Nilai produksi hasil hutan kayu yang berupa tanaman Jati, Rimba camp, dan Dua Banga Mellucana dari tahun 1997 sampai 3 2007, produksi terbesar dicapai pada tahun 1997, sebesar 113.945,31 m , setelah itu mengalami penurunan 3 hingga tahun 2006, sebesar 37.021,20 m . b.Industri Banyaknya perusahaan pada tahun 2007, yang tergolong dalam industri formal di Propinsi NTB berjumlah 6.815 perusahaan dengan 57.631 tenaga kerja, sedang untuk industri non formal 69.522 perusahaan dengan 153.797 tenaga kerja, sehingga total perusahaan ada 76.337 meningkat dibanding tahun sebelumnya 67.431 perusahaanm, dan jumlah tenaga kerja, total 211.428 meningkat dibanding tahun 2006 yaitu 197.007. 5.8.4. Infrastruktur Wilayah a.Transportasi darat a.1. Jalan Raya Jalan merupakan prasarana untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Makin meningkatnya usaha pembangunan menuntut pula peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar perdagangan antar daerah. Panjang jalan nasional dan Provinsi di NTB samapi akhir tahun 2007 mencapai 2.444,16 km. Berdasarkan klasifikasi jalan, 601,83 km merupakan jalan nasional, 1.842,33 km merupakan jalan Provinsi. Kondisi jalan di NTB pada tahun 2007 menunjukkan bahwa 863.06 km dalam kondisi baik, 453.4 km dalam kondisi sedang, rusak ringan 629.82 km, dan 341.68 km dalam kondisi rusak berat. a.2. Angkutan Darat

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 124

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Jumlah kendaraan bermotor tahun 2007 sebanyak 449.285 unit, komposisi jumlah kendaraan bermotor terdiri dari : 21.639 unit mobil penumpang, 6.039 unit bis, 24.808 unit truk, dan 396.799 unit sepeda motor. b.Transportasi Laut dan Udara b.1. Angkutan Udara Jumlah kedatangan, keberangkatan, dan transit penumpang di Bandara Selaparang Mataram pada tahun 2007 masing-masing sebanyak 437.469; 450.615 dan 329. Pada dua bandara lain di NTB, yaitu Bandara Brang Biji di Sumbawa dan Bandara Salahuddin di Bima, menunjukkan pula adanya peningkatan baik jumlah penumpang maupun barang, serta paket pos. Di Bandara Brang Biji Sumbawa pad atahun 2007, jumlah penumpang yang datang sebanyak 1.901 orang dan penumpang yang berangkat 1.865 orang. b.2. Angkutan Laut Angkutan laut telah memainkan peranan penting di NTB. Berdasarkan data dari pelabuhan Lembar, terlihat bahwa pelabuhan tersebut selain melayani bongkar muat barang/ternak yang terinci menurut jenis barang strategis, yaitu : bahan pokok, strategis, migas dan non migas, juga melayani angkutan penumpang. Hal demikian juga terjadi di Pelabuhan Badas dan Bima. Jumlah kunjungan kapal di pelabuhan NTB tahun 2007 sebanyak 3.439 unit, di Pelabuhan Lembar 1.570 unit, Badas 337 unit dan Bima 1.532 unit. c.Kondisi kelistrikan Jumlah pelanggan listrik di Propinsi NTB meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2007 jumlah pelanggan listrik dari PLN Cabang Mataram, Sumbawa dan Bima dari bulan januari sampai bulan desember, juga secara signifikan mengalami peningkatan. Pada bulan januari sebanyak 342.039 pelanggan, dan pada bulan desember mencapai 344.719 pelanggan. d.Sumber Daya Air Air minum di Propinsi NTB dikelola oleh PAM. Pelanggan PAM ini meliputi rumah tempat tinggal; hotel dan obyek wisata; badan sosial dan rumah sakit; tempat ibadah; fasilitas umum; perusahaan, toko, industri; Instansi pemerintah; dan pelanggan lainnya. Jumlah total pelanggan PAM tahun 2007 di NTB sebanyak 90.483 pelanggan, terdiri dari pelanggan di Pulau Lombok 65.137, dan pelanggan di Pulau Sumbawa 25.346, mengalami sedikit peningkatan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Sedangkan banyaknya air minum yang disalurkan ke pelanggan di Pulau Lombok pada tahun 2007 sebanyak 35.282 3 3 ribu m , di Pulau Sumbawa 44.243 ribu di Pulau Sumbawa, total 44.243 ribu m . e.Jaringan telekomunikasi Jumlah kantor pos pada tahun 2005 mengalami peningkatan 49 unit dibandingkan kondisi tahun 2004. Pada tahun 2005 jumlah kantor pos sebanyak 127 unit. Banyaknya kantor pos menurut jenis pelayanan pos adalah : kantor pos 4 unit, kantor pos pembantu 53 unit, kantor pos tambahan 10 unit, pos keliling 53 unit dan rumah pos 7 unit. Banyaknya surat pos baik yang dikirim maupun yang diterima secara umum mengalami penurunan. Jumlah pulsa di Mataram mengalami penurunan dari 457.530.220 pada tahun 2006 menjadi 38.035.443 pada tahun 2007.

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 125

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

5.9. Propinsi Nusa Tenggara Timur


5.9.1. Kondisi geografis a.Luas Daerah 2 Luas daratan daerah Propinsi NTT adalah 47 349,90 km , tersebar pada 566 pulau (42 pulau dihuni dan 524 pulau tidak dihuni). Pulau-pulau yang ada di NTT dari yang terluas berturut-turut adalah : Pulau Timor 30,4 % luas keseluruhan, Pulau Flores, 30,0 %, Pulau Sumba, 23,3 %, dan pulau-pulau yang lain luas wilayahnya lebih kecil dari 5 % luas wilayah NTT. b.Batas Wilayah o o o o Terletak antara 8 12 Lintang Selatan, 118 125 Bujur Timur. Propinsi NTT sebelah barat berbatasan dengan Propinsi Nusa Tenggara Barat dibatasi oleh Selat Sape, sebelah timur berbatasan dengan Timor Timur, sebelah selatan Samudera Indonesia, sebelah utara Laut Flores. Propinsi NTT terdiri dari 16 kabupaten atau daerah tingkat II, yaitu Sumba Barat, Timor Tengah Utara, Flores Timur, Manggarai, Sumba Timur, Belu Sikka, Rote Ndao, Kupang, Alor, Ende, Manggarai Barat, Timor Tengah Selatan, Lembata, Ngada, dan Kupang. Banyaknya pulau di nusa tenggara timur sebanyak 566 pulau, yang dihuni 42 pulau dan sisanya 524 pulau belum dihuni. c.Iklim NTT terdiri dari 2 musim yaitu kemarau bulan juni-september, arus angin berasal dari Australia, dan musim penghujan pada bulan Desember-Maret, arus angin banyak mengandung uap air yang berasal dari Samudera Pasifik. Dan masa peralihan pada bulan April Mei, dan Oktober Nopember. Rata-rata kelembaban udara di Kota Kupang tahun 2007 sebesar 74%, arah kecepatan angina E/5 knot, tekanan udara o 1.009,8 milibar, dan rata-rata suhu udara di atas 27,6 C. d.Curah Hujan Pada bulan Desember Maret, arus angin banyak mengandung uap air yang berasal dari Asia dan Samudera Pasifik sehingga terjadi musim hujan. Keadaan seperti ini berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan pada bulan April Mei dan Oktober November. Walaupun demikian mengingat NTT dekat dengan Australia, arus angin yang banyak mengandung uap air dari Asia dan Samudera Pasifik sampai di wilayah NTT kandungan uap airnya sudah berkurang yang mengakibatkan hari hujan di NTT lebih sedikit dibanding wilayah yang dekat dengan Asia. Hal ini menjadikan NTT sebagai wilayah yang tergolong kering dimana hanya 4 bulan (Januari- Maret, dan Desember) yang keadaannya relatif basah dan 8 bulan sisanya relative kering. Curah hujan bervariasi antar kabupaten. Pada tahun 2007 tertinggi ada di kabupaten Manggarai 3.211 mm, Timor Tengah Selatan 2.352 mm, Kota Kupang 1.745mm dan terendah kabupaten Alor 777 mm. e.Topografis Propinsi NTT sebagian besar wilayahnya bergunung dan berbukit, hanya sedikit dataran rendah, dan memiliki banyak sungai. Sungai yang terpendek 25 km dan yang terpanjang 118 km. 5.9.2. Kondisi Demografis a.Jumlah dan struktur penduduk

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 126

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Jumlah penduduk NTT tahun 2006 = 4 355 121 jiwa, Jumlah penduduk laki-laki 2 187 141 jiwa, dan 2 perempuan 2 167 980 jiwa, dengan kepadatan 91,98 jiwa/km . Kepadatan penduduk terbesar di kota 2 2 Kupang 1 741 jiwa/km . Dan terendah di kabupaten Sumba Timur 31 jiwa/km . b.Tingkat Pendidikan Presentase penduduk berumur 10 tahun ke atas menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan ; tidak punya ijazah 42,04%; SD 32,20%; SMP 11,59%; SMA dan sederajat 11,28%; diploma I/II 0,54%; diploma III 0,60 %; diploma IV/universitas 1,76%. c.Ketenagakerjaan Dari 2. 753. 967 penduduk NTT yang berusia 15 tahun ke atas 74,36 % diantaranya merupakan angkatan kerja. Angkatan kerja yang melakukan aktifitas bekerja sebanyak 96,35 % dan sisanya 3,65 % aktif mencari pekerjaan. Tenaga kerja dibidang industri total berjumlah 123 779 jiwa. 5.9.3. Pemetaan Potensi Pengembangan Bahan Baku BBN a.Pertanian a.1.Tanaman Pangan Produksi beberapa komoditi penting tanaman pangan, padi dalam bentuk gabah kering giling pada tahun 2006 sebesar 461,0 ribu ton naik menjadi 511,9 ribu ton pada tahun 2007. Kenaikan tersebut sejalan dengan kenaikan luas panen sekitar 10.669 hektar dari tahun sebelumnya. Komoditi kacang kedelai dan kacang tanah pada tahun 2006 produksinya mencapai 2.188 ton dan menjadi 2.786 ton dan 17. 832 ton, sejalan dengan peningkatan luas panen pada tahun 2007. Komoditi lainnya seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar, dan kacang hijau juga mengalami peningkatan produksi. Kabupaten Manggarai Barat, merupakan daerah yang tertinggi untuk produksi padi dan ubi kayu mencapai 33,38 kwintal/Ha dan 114,56, sedangkan jagung di Kabupaten Ngada, mecapai 24,63 kwintal/hektar, dan ubi jalar di kabupaten Sumba Timur mencapai 84,27 kwintal/Ha. Kedelai serta kacang tanah masing-masing di daerah Tomor Tengah Selatan dan Timor Tengah Utara. Tabel 5.25. Distribusi Produksi Padi dan Palawija (ton), Luas Areal Produksi (Ha), dan Rata-rata Produksinya yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di Tiap Kabupaten di NTT pada Tahun 2007

Kabupaten/Kota No Area Produksi 1 2 3 4 5 6 7 Sumba Barat Sumba Timur Kupang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor 26415 9756 12161 4140 8165 5717 3570

padi Jumlah Produksi 73972 30410 36458 13745 23468 18331 7426 Rata-rata Produksi 28.00 31.17 29.98 33.20 28.74 32.06 20.80 Area Produksi 27,550 10,225 18,824 67,736 19,857 34,018 3,578

jagung Jumlah Produksi 64,988 22,703 44,744 160,013 46,798 78,082 8,522 Rata-rata Produksi 23.59 22.20 23.77 23.62 23.57 22.95 23.82

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 127

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Kabupaten/Kota No Area Produksi 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang Jumlah 3823 7429 9015 5867 11613 35846 9646 19844 201 173208

padi Jumlah Produksi 7597 15351 20978 15478 35744 115699 30364 66238 652 511911 Rata-rata Produksi 19.87 20.66 23.27 26.38 30.78 32.28 31.48 33.38 32.44 28.41 Area Produksi 8,138 9,854 13,690 3,575 12,491 12,187 4,537 5,607 543 252,410

jagung Jumlah Produksi 17,492 21,329 28,192 7,950 30,769 27,125 10,643 12,350 1,265 582,965 Rata-rata Produksi 21.49 21.65 20.59 22.24 24.63 22.26 23.46 22.03 23.30 22.82

Tabel 5.25. (Lanjutan)

ubi kayu No Kabupaten/Kota Area Produksi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Sumba Barat Sumba Timur Kupang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang Jumlah 14,642 2,275 4,492 18,650 6,267 13,251 2,382 3,004 4,136 5,186 2,931 2,715 5,049 122 4,292 197 89,591 Jumlah Produksi 151,896 24,735 47,626 186,044 62,602 140,843 24,654 33,210 42,889 52,320 30,743 30,038 57,654 1,318 49,340 2,099 938,011 Rata-rata Produksi 103.74 108.73 106.02 99.76 99.89 106.29 103.5 110.55 103.7 100.89 104.89 110.64 114.19 108.03 114.96 106.55 106.39 Area Produksi 1,916 438 421 2,527 1,751 1,451 166 434 229 755 180 1,080 2,330 64 729 9 14,480

ubi jalar Jumlah Produksi 14,715 3,691 2,994 19,427 13,449 10,852 1,283 3,295 1,617 5,944 1,366 8,270 17,975 497 5,560 70 111,005 Rata-rata Produksi 76.8 84.27 71.12 76.88 76.81 74.79 77.29 75.92 70.61 78.73 75.89 76.57 77.15 77.66 76.27 77.78 76.53

Tabel 5.25.(Lanjutan)

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 128

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Kabupaten/Kota No Area Produksi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Sumba Barat Sumba Timur Kupang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang Jumlah 703 1,300 2,156 1,466 1,714 2,390 48 1,016 1,674 2,179 55 710 1,356 362 158 69 17,356

kacang tanah Jumlah Produksi 700 1,338 2,397 1,633 2,087 2,219 49 1,109 1,657 2,214 49 657 1,139 346 155 83 17,832 Rata-rata Produksi 9.96 10.29 11.12 11.14 12.18 9.28 10.21 10.92 9.90 10.16 8.91 9.25 8.40 9.56 9.81 12.03 10.19 Area Produksi 183 14 2 436 2 13 3 10 21 1,043 181 575 211 2,694

kedelai Jumlah Produksi 196 12 2 510 2 14 3 11 20 1,056 161 614 186 2,787 10.06 9.52 10.12 8.90 10.68 8.82 Rata-rata Produksi 10.71 8.57 10.00 11.70 10.00 10.77 10.00 11.00

a.2. Perkebunan Beberapa komoditi hasil perkebunan yang cukup menonjol dihasilkan di NTT dan hamper ada di setiap kabupaten adalah : kelapa, kopi, cengkeh, cokelat, jambu mete, kemiri, kapuk, vanili dan pinang. Untuk tanaman kelapa walaupun dalam beberapa tahun belakangan ini terserang hama penyakit, produksinya selama tahun 2007 masih sebesar 65,52 ribu ton dengan luas area 159 600,09 Ha. Kopi selama tahun 2007 menghasilkan 18,86 ribu ton dg luas area 68 347 ,48 Ha, cengkeh 0,93 ribu ton dengan luas area 13 045,77 Ha, cokelat 14,93 ribu ton dengan luas area 41 277,43 Ha, jambu mete 35,33 ribu ton dengan jumlah luas area 163 178,22 Ha, kemiri 20,08 ribu ton dengan luas area 80 237,76 Ha, kapuk 2,16 ribu ton dengan jumlah luas area 15 191,13 Ha, vanili 0,61 ton dengan luas area 4 416,69 Ha, pinang 7,87 ribu ton dg luas area 39 951,79 Ha. Sedangkan untuk komoditi perkebunan lainnya produksinya hanya dibawah 400 ton selama tahun 2006, seperti jarak jumlah produksinya 332,69 ton dengan luas area 6 871,58 Ha Tabel.5.26. Distribusi Hasil Perkebunan (ton), Luas Areal Produksi (Ha), dan Rata-rata Produksinya (Kwintal/Ha) yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di Tiap Kabupaten di NTT Tahun 2007
kelapa No Kabupaten/Kota Area Produksi 1 2 3 Sumba Barat Sumba Timur Kupang 31,865 5,316 11,302 Jumlah Produksi 7,601 2,679 5,362 Rata-rata Produksi 2.39 5.04 4.74 Area Produksi 1,927 4 211 Jumlah Produksi 109 0 9 Rata-rata Produksi 0.57 0.15 0.42 kakao

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 129

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

kelapa No Kabupaten/Kota Area Produksi 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang Jumlah 10,635 5,438 9,732 4,747 4,014 10,748 19,840 10,842 15,733 10,022 4,647 4,410 311 159,600 Jumlah Produksi 2,407 504 8,900 919 2,440 9,655 7,163 8,067 4,127 1,284 3,413 787 210 65,516 Rata-rata Produksi 2.26 0.93 9.15 1.94 6.08 8.98 3.61 7.44 2.62 1.28 7.34 1.78 6.75 4.52 Area Produksi 48 175 441 235 632 3,879 21,219 5,726 2,128 2,721 1,931 41,277

kakao Jumlah Produksi 2 24 21 1 49 623 10,325 2,871 609 191 96 14,929 1.4 0.5 Rata-rata Produksi 0.36 1.35 0.47 0.04 0.78 1.61 4.87 5.01 2.86 0.7

Tabel 5.26. (Lanjutan)


Kabupaten/Kota No Area Produksi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Sumba Barat Sumba Timur Kupang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang Jumlah 849.37 3,290.71 3,150.23 1,818.50 241.71 63.85 174.72 304.12 516.50 237.10 1,927.57 1,216.00 1,400.75 15,191.13 Jumlah Produksi 259.19 985.53 281.50 96.67 34.35 9.61 24.55 45.45 17.61 69.40 134.14 51.48 149.85 2,159.33 1.34 0.70 0.42 1.07 3.05 2.99 0.89 0.53 1.42 1.51 1.41 1.49 0.34 2.93 Rata-rata Produksi Area Produksi 2,731.00 706.15 2,403.00 31.38 272.08 477.97 50.00 6,671.58 Jumlah Produksi 188.00 68.00 21.11 2.73 52.85 332.69 0.74 1.11 0.69 0.96 0.09 0.87 Rata-rata Produksi kapuk jarak

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 130

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


Tabel 5.26.(Lanjutan)

No

Kabupaten/Kota Area Produksi

kemiri Jumlah Produksi 2,499.18 5,345.52 16,591.58 10,661.40 2,854.57 6,272.71 3,429.00 593.62 8,107.60 4,701.58 13,208.90 5,889.60 82.50 80,237.76 651.00 572.33 3,480.39 1,485.29 1,477.21 2,249.22 746.43 92.18 5,737.10 1,553.15 1,339.74 695.43 20,079.47 2.69 1.18 2.18 1.55 7.08 3.30 1.01 2.60 1.07 2.10 1.39 5.17 3.59 Rata-rata Produksi Area Produksi 17,850.00 9,819.42 8,744.05 3,496.08 10,757.60 1,548.49 9,264.70 9,594.83 28,334.49 21,352.71 7,583.00 10,659.53 13,805.17 466.00 9,779.65 122.50 163,178.22

jambu mete Jumlah Produksi 6,822.00 1,907.20 294.33 54.46 1,064.02 108.32 1,204.42 850.04 8,190.47 8,953.52 2,246.10 1,870.99 1,040.60 16.65 678.11 27.60 35,328.83 Rata-rata Produksi 3.82 1.94 0.34 0.16 0.99 0.70 1.30 0.89 2.89 4.19 2.96 1.76 0.75 0.36 0.69 2.25 1.62

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Sumba Barat Sumba Timur Kupang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang Jumlah

Tabel 5.26.(Lanjutan)
Kabupaten/Kota No Area Produksi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Sumba Barat Sumba Timur Kupang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang Jumlah 1,045.30 5.00 84.46 631.68 15.00 1,781.44 Jumlah Produksi 161.10 0.25 36.70 12,659.42 12.00 12,869.47 8.00 42.96 4.35 200.41 0.50 1.54 Rata-rata Produksi lontar

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 131

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

a.5. Kehutanan Produksi kayu cendana di NTT selama tahun 2007 sebesar 432,39 ton yang berasal dari 7 kabupaten yaitu Timor Tengah Selatan (123,35 ton), Belu (87,53 ton), Manggarai (73,29 ton), Sumba Barat (12,04 ton), rote Ndao (3,7 ton), Sumba Timur (0,012 ton) dan terbesar di Kupang (132,46 ton). Produksi kayu jenis lainnya yang paling menonjol adalah kayu jati persegi. Selama tahun 2006 produksinya mencapai sekitar 11,724 ribu meter kubik. b.Industri Banyaknya perusahaan sektor industri yang ada di NTT adalah 69.854 usaha. Perusahaan di bidang industri yang paling banyak di Kabupaten Ende, sebanyak 14 198 usaha, menyusul Sumba barat sebanyak 11.322 usaha, kanggarai 7. 279 usaha, Belu 6. 881 usaha, dan dareah yang lain dibawah 5000 usaha. Jumlah perusahaan usaha perdagangan di propinsi NTT hasil sensus ekonomi 2007 tercatat sebanyak 134 598 perusahaan. Perusahaan sektor perdagangan sebagian besar terdapat di Kabupaten Belu, TTS dan kota Kupang yaitu sekitar 30,29 %. Neraca perdagangan luar negeri NTT dari tahun 1998 s/d 2000 mengalami deficit. Pada tahun 1998 total ekspor luar negeri NTT tercatat 9 543 ribu US$, sementara impor luar negerinya mencapai 35.603 ribu US$, sehingga terjadi defisit sebanyak 26.060 ribu US$. Defisit neraca perdagangan luar negeri kembali meningkat pada tahun 1999, dimana total ekspor NTT pada saat itu hanya tercatat sebesar 2.423 ribu US$, sementara impornya mencapai 129.119 ribu US$, sehingga terjadi defisit sebesar 126.696 ribu US$. Pada tahun 2000 masih terjadi defisit neraca perdagangan luar negeri , walaupun tidak sebesar tahun sebelumnya. Ekspor yang dilakukan tercatat 14 501 ribu US$, sementara impornya sedikit lebih tinggi yaitu sebesar 14 827 ribu US$, sehingga terjadi defisit sebesar 326 ribu US$. Baru pada tahun 2001 neraca perdagangan NTT mencapai nilai positif sebesar 54 583 ribu US$, yakni nilai ekspor tercatat 54 631 ribu US$, sementara impornya hanya 48 ribu US$, Selama tahun 2002 dan 2003 nilai ekspor turun setengah bagian jika dibandingkan dengan tahun 2001. sementara nilai impornya meningkat pada tahun 2002 dan turun lagi pada tahun 2003 dan 2004. Tahun 2005 ekspor mengalami peningkatan lebih dari 90 % (dari 9 086 ribu US$ menjadi 17 401 ribu US$), begitu juga dengan impor, naik sebesar lebih dari 200 % (dari 607 ribu US$ menjadi 2 059 ribu US$), sehingga menghasilkan surplus sebesar 15 342 ribu US$. Selanjutnya pada tahun 2007 nilai ekspor mengalami penurunan lebih dari 30 % (dari 17 401 ribu US$ menjadi 11 873 ribu US$) sedangkan impor meningkat 485 % (dari 2 059 ribu US$ menjadi 12 048 ribu US$). 5.9.4 Infrastruktur Wilayah

a.Transportasi darat
Pada tahun 2007 propinsi NTT telah memiliki jalan sepanjang 17 079,04 km. Panjang jalan di bawah wewenang negara 1 273,02 km, yang menjadi wewenang propinsi 2 939,21 km, dan sisanya dibawah wewenang kabupaten sepanjang 12 866,81 km. Jalan terpanjang terdapat di kabupaten Manggarai yaitu sekitar 12,84 persen dari panjang jalan di seluruh NTT. Pada tahun 2007 jumlah kendaraan bermotor tercatat sebanyak 109 723 unit. Komposisi jenis kendaraan pada tahun yang sama terdiri atas : 92 730 unit sepeda motor, jeep/sedan 4 914 unit, microbus, minibus dan sejenisnya 4 667 unit, truck, pick up, tanki, dan traktor 7 412 unit. b.Transportasi sungai dan danau

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 132

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Terjadi peningkatan arus kunjungan angkutan penyeberangan ferry pada pelabuhan laut Bolok/Kupang sebesar 3,01 % disbanding tahun 2005. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap penurunan jumlah penumpang baik yang naik maupun yang turun. Pada tahun 2007 penumpang yang naik di seluruh pelabuhan laut sebanyak 3.064.937 penumpang. Dari sejumlah itu, 1.244.173 diantaranya naik dari pelabuhan Bolok/Kupang. Sedangkan dari 3.310.566 yang turun, 1.397.935 turun di pelabuhan yang sama

c.Transportasi Laut dan Udara


c.1.Transportasi Laut NTT dengan lebih dari 40 pulau yang terpencil memerlukan sarana dan prasarana angkutan perhubungan laut yang memadai. Arus kunjungan kapal laut pada pelabuhan laut di NTT selama tahun 2007 sebanyak 1.778.674 sama dengan jumlah kapal laut yang terangkat. Kunjungan yang terbanyak terdapat di Kabupaten Flores Timur, yakni sebanyak 511.973 kunjungan, diikuti oleh Kabupaten Kupang sebanyak 395.242 kunjungan. Penumpang yang naik di Pelabuhan laut pada tahun 2007 sebanyak 2.398.977 penumpang, sedangkan penumpang yang turun sebanyak 2.231.355 penumpang. Volume bongkar muat barang dan hewan pada setiap pelabuhan paling menonjol di Pelabuhan Tenau Kupang. Barang yang dibongkar pada tahun 2006 sebanyak di pelabuhan tersebut sebanyak 753.384 ton, sedangkan yang dimuat 702.367 ton. Hewan yang dibongkar 775.990 ekor, sementara yang dimuat 723.458 ekor. c.2. Transportasi Udara Jumlah pesawat yang datang pada tahun 2007 tercatat sebanyak 9 788 unit, mengalami peningkatan sebesar 61,15 % dibanding tahun 2005. sementara jumlah pesawat yang berangkat tercatat 9 739 unit pada tahun 2006, meningkat 58,36 % bila dibandingkan tahun 2005. Penumpang yang datang meningkat dari 258 319 orang pada tahun 2005 menjadi 354 068 orang pada tahun 2006, sementara penumpang yang berangkat pada tahun 2007 tercatat 384 364 orang, meningkat sekitar 40,93 % dari tahun 2006. Volume bongkar muat barang melalui pelabuhan udara NTT tahun 2006 mengalami peningkatan sebanyak 7 167,24 ton volume bongkar barang, atau meningkat sekitar 48,64% dibanding tahun sebelumnya. Sementara volume muat barang pada tahun yang sama sebesar 5 672,76 ton, atau meningkat 37,24 %.

d.Kondisi kelistrikan
Hampir seluruh kebutuhan tenaga listrik di NTT diperoleh dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). JUmlah tenaga listrik yang dibangkitkan oleh PLN wilayah usaha NTT pada tahun 2007 sebesar 312,6 juta Kwh. Tenaga yang disalurkan sebesar 305,8 juta Kwh. Dengan demikian dari total tenaga listrik yang dibangkitkan sekitar 97,82 % yang disalurkan, sedangkan sisanya sekitar 2,18 % terpakai sendiri.. Pemakaian tenaga listrik tahun 2007 di NTT sebesar 282 485 903 Kwh, konsumsi listrik terbesar di kabupaten Kupang sebesar 113 889 749 Kwh, dan yang terendah di kabupaten manggarai Barat, 4 872 310 Kwh.

e.Sumber Daya Air


Kegiatan produksi air bersih di NTT seluruhnya ditangani oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Realisasi penerimaan retribusi air bawah tanah tahun 2007 dengan sasaran 400 000 000 rupiah, realisasi 477 487 331 rupiah, sekitar 119,37 %.

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 133

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

f.Jaringan telekomunikasi
Pembangunan pos dan telekomunikasi mencakup jangkauan baik pelayanan jasa telekomunikasi ataupun informasi. Berbagai usaha telah dilakukan pemerintah untuk memperlancar pelayanan-pelayanan berkenaan semakin meningkatnya permintaan akan jasa komunikasi. Salah satunya dengan memperbanyak jumlah kantor pos tambahan 6 buah, kantor pos pembantu 58 buah, dan pos desa 41 buah. Surat yang paling banyak dikirim adalah jenis surat biasa sebanyak 1.790.581 lembar, 1.375.556 lembar surat kilat, dan 100.666 lembar surat tercatat. Kabupaten Rote Ndao adalah daerah yang paling sedikit pelayanan jasa pengiriman surat sebanyak 18 019 lembar surat untuk semua jenis surat. Jumlah pelanggan telepon pemerintah dan swasta mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 tercatat sebanyak 6.547 pelanggan pemerintah dan 39.706 swasta. Jumlah pelanggan terbanyak terdapat di kota Kupang. Di wilayah ini tercatat 2.457 pelanggan pemerintah dan 17.438 pelanggan swasta.

5.10. Propinsi Kalimantan Timur


5.10.1 Kondisi geografis a.Luas Daerah 2 Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km dan luas pengelolaan laut 2 10.216,57 km . Dengan adanya perkembangan dan pemekaran wilayah, propinsi terluas kedus setelah papua ini dibagi menjadi 9 kabupaten, empat kota, 135 kecamatan dan 1.404 desa/kelurahan. Kesembilan kabupaten tersebut adalah pasir dengan ibukota tanah grogot, kutai barat dengan ibukota Sendawar, Kutai Kertanegara dengan ibukota tenggarong, Kutai Timur dengan ibukota Sangatta, Berau dengan ibukota Tanjung Redeb, Malinau dengan ibukota Malinau, bulungan dengan ibukota tanjung Selor, Nunukan dengan ibukota Nunukan, dan Penajam Paser Utara dengan ibukota Penajam. Sedangkan keempat kota adalah Samarinda, Balikpapan, tarakan dan Bontang. b.Batas Wilayah o o Propinsi Kalimantan Timur terletak antara 113 44 Bujur Timur dan 119 00 Bujur Timur serta o o diantara 4 24 Lintang Utara dan 2 25 lintang Selatan. Propinsi Kaltim terletak paling timur di pulau Kalimantan dan sekaligus merupakan wilayah perbatasan dengan Negara Malaysia, khususnya Negara Sabah dan Serawak. Tepatnya propinsi ini berbatasan dengan Negara Malaysia di sebelah utara, Laut Sulawesi dan Selat makassar di sebelah timur, Kalimantan Selatan di sebelah Selatan dan dengan Kalimantan Barat, Kalimantan tengah serta Malaysia di sebelah Barat. c.Iklim Kalimantan Timur yang beriklim tropis mempunyai musim yang hampir sama dengan wilayah Indonesia pada umumnya, yaitu adanya musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Mei samapi bulan Oktober, sedang musim penghujan terjadi pada bulan Nopember sampai dengan April. Keadaan ini teru berlangsung setiap tahun yang diselingi dengan musim peralihan pada bulan-bulan tertentu. Selain itu, karena letaknya di daerah katulistiwa maka iklim di Kalimantan Timur juga di pengaruhi oleh angina Muson, yaitu angina muson barat ; Nopember April dan angina Muson Timur Mei Oktober.

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 134

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Dalam tahun-tahun terakhir keadaan musim di Kalimantan Timur kadang tidak menentu. Pada bulan-bulan yang seharusnya turun hujan dalam kenyataannya tidak ada hujan sama sekali atau sebaliknya pada bulan-bulan yang seharusnya kemarau justru terjadi hujan dengan musim yang jauh lebih panjang. d.Curah Hujan Curah hujan daerah ini sangat beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Rata-rata curah hujan tertinggi dan terendah sepanjang tahun 2007 menurut stasiun Meteorologi Balikpapan masingmasing sebesar 610,2 mm dan 12,00 mm. Rata-rata curah hujan tahun e.Topografis Daratan Kalimantan Timur tidak terlepas dari pegunungan dan bukit yang terdapat hampir di seluruh Kabupaten. Sedang untuk danau yang berjumlah 18 buah, sebagian besar berada di Kabupaten Kutai Kertanegara dengan danau yang paling luas yaitu Danau Semayang dan danau Melintang dengan luas masing-masing 13.000 hektar dan 11.000 hektar. Tabel 5.27. Daftar Ketinggian Berbagai Wilayah di Kalimantan Timur terhadap Permukaan Laut No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Kabupaten
Pasir Kutai Barat Kutai Kertanegara Kutai Timur Berau Malinau Bulungan Nunukan Penajam Paser Balikpapan Samarinda Tarakan Bontang

Kota
Tanah Grogot Sendawar Tenggarong Sangatta Tanjung Redeb Malinau Tanjung Selor Nunukan Penajam Balikpapan Samarinda Tarakan Bontang

Ketinggian m
5 45 10 135 5 95 5 95 5 45 5 25 5 25 0 110 0 40 0 95 5 135 0 110 13 95

5. 10. 2. Kondisi Demografis a.Jumlah dan struktur penduduk Penduduk Kalimantan Timur dari tahun ke tahu tercatat mengalami kenaikan yang cukup berarti . Jumlah penduduk pada tahun 2000 sebesar 2.436.545 jiwa, meningkat menjadi menjadi 2.936.388 jiwa pada tahun 2007. Berarti dalam periode tersebut penduduk Kalimantan Timur telah bertambah lebih dari 83 ribu orang setiap tahunnya. Pertumbuhan penduduk Kalimantan timur sebenarnya tidak merata sepanjang tahun. Sebagai contoh, pertumbuhan penduduk pada periode 2002-2003 sebesar 5,72 %, periode 2003-2004 sebesar 1,68 %, pada periode 2004-2005 sebesar 3,29%. Sedangkan periode 2005-2006 sebesar 3,336%.

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 135

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Pada tahun 2006-2007 pertumbuhan penduduk di tiap kabupaten/kotamenunjukkan peningkatan. Secara presentase, peningkatan tertinggi terjadi di Kota Tarakan sebesar 6,75%, sedangkan kabupaten/kota lainnya pertumbuhannya berkisar 1,35-6,18%. Sebagaimana pertumbuhan penduduk persebaran di Kalimantan Timur juga tidak merata. Tetapi penduduk yang semula masih banyak tinggal di pedesaan sejak tahun 1995 sudah lebih dari 50% menetap di daerah perkotaan. Pada tahun 2006 sebagian penduduk Kalimantan Timur berada di kota Samarinda (20,02%). Yang merupakan ibukota Propinsi di Kalimantan Timur. Selebihnya berada di Kabupaten Kutai Kartanegara (17,21%), Kota Balikpapan (16,55%) dan tersebar di Kabupaten /kota lain berkisar 1-7%. Pola persebaran penduduk seperti ini sejak tahun 1990 tidak banyak berubah. Ditinjau dari komposisi penduduk menurut jenis kelamin, menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki di Kalimantan Timur masih lebih banyak dibanding perempuan. Ini terlihat dari rasio jenis kelamin yang lebih dari 100. b.Tingkat Pendidikan Penduduk usia 10 tahun keatas menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan pada tahun 2007 yaitu tidak/belum pernah Sekolah 4,50 %; tidak/belum tamat SD 19,43%, Sekolah Dasar 25,55%, SMP Umum dan Kejuruan 19,11%, SMU dan Kejuruan 26,15 %, Diploma/Sarjana 5,26 %. c.Ketenagakerjaan Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan posisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya proses demografi. Bagian dari tenaga kerja yang aktif dalam kegiatan ekonomi disebut angkatan kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), merupakan ukuran ukuran yang menggambarkan jumlah angkatan kerja untuk setiap 100 tenaga kerja. Selama kurun waktu 2004-2006, angkatan kerja di Kalimantan Timur meningkat sebanyak 162 ribu orang dari 1.162.209 orang menjadi 1.324.878 orang. TPAK Kalimantan Timur pada tahun 2006 sebesar 67,27 %, mengalami kenaikan sebesar 6,26 % dibandingkan dengan kondisi tahun 2004. Menurut jenis kelamin terlihat bahwa TPAK Perempuan mempunyai kecenderungan meningkat dari 33,86 % tahun 2004, 36,79% tahun 2005, dan tahun 2006 sebesar 45,90%. Sedangkan TPAK laki-laki cenderung berfluktuasi pada kurun waktu yang sama. Tahun 2004 TPAK laki-laki sebesar 86,85 % dan tahun 2005 turun menjadi 85,50 %, dan tahun 2006 naik kembali menjadi 87,38 %. Presenatase penduduk 15 tahun keatas menurut kegiatannya, bekerja 585, mengurus rumah tangga 21 %, mencari pekerjaan 9 %, sekolah 8%, lainnya 4 %. 5. 10. 3. Pemetaan Potensi Pengembangan Bahan Baku BBN a.Pertanian a.1. Tanaman pangan Perkembangan luas panen, produksi padi serta hasil serta hasil per hektar di Kalimantan Timur pada tahun 2007 mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya. Secara riil luas panen padi naik dari 140.996 hektar pada tahun 2006 menjadi 150.549 hektar atau naik sebesar 6,76 %. Hasil perhektarnya lebih tinggi dari tahun sebelumnya yaitu dari 35,43 kw/hektar pada tahun 2006 menjadi 35,95 kw/hektar pada tahun 2007. Kenaikan produksi padi sawah pada tahun 2007 sebesar 8,57 persen disebabkan oleh peningkatan luas panen sebesar 8,32 persen dan hasil per hektar nya meningkat dari tahun 2006 sebesar 44,40 kw

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 136

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

mwnjadi 44,51 kw. Sementara itu pada luas panen padi bukan sawah mengalami peningkatan sehingga produksi per hektarnya meningkat. Daerah kabupaten/kota yang memiliki luas panen dan produksi padi(sawah dan ladang) terbesar adalah kebupaten Kutai Kartanegara yaitu dengan luas panen 42.964 ha dan menghasilkan 44,58 kw/ha sehingga produksi padi dicapai sebesar 191.530 ton dalam tahun 2007, ini berarti 35,39 persen produksi padi di Kalimantan Timur dihasilkan oleh Kabupaten Kutai Kartanegara. Hal ini terlihat baik pada jenis padi lahan sawah maupun lahan bukan sawah dengan produksi dari total masing masing sebesar 44,99 persen dan 13,01 persen. Tanaman palawija di Kalimantan Timur antara lain jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kedelai dan kacang hijau. Selama periode 2003-2007, luas panen tanaman ini mengalami fluktuasi.Tahun 2007, sebagian besar komoditi palawija tersebut mengalami luas panen, kecuali kacang tanah dari luas panen sebesar 2.098 ha tahun 2006 menjadi 1.966 ha pada tahun 2007. Pada jenis tanaman sayur sayuran yang perkembanagnnya sangat berfluktuasi, sebagian besar mengalami kenaikan, baik produksi total maupun produksi perhektarnya. Jenis tanaman sayuran yang terbanyak dihasilkan di provinsi ini adalah Ketimun dan Kangkung yang produksinya mencapai 19.045 ton dan 16.865 ton pada tahun 2007. Tabel 5.28. Distribusi Produksi Padi (Ton), Luas Areal Produksi (Ha), dan Rata-rata Produksinya (Kw/Ha) yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di tiap Kabupaten di Kalimantan Timur Tahun 2007
Padi Kabupaten/Kota Area Produksi 12,075 15,096 42,964 16,914 10,808 8,495 13,410 10,802 13,941 87 5,834 0 123 150,549 Jumlah Produksi 38,522 40,277 191,530 45,355 28,602 21,932 35,128 43,890 68,486 301 26,755 0 392 541,170 Rata-rata Produksi 31.90 26.68 44.58 26.82 26.46 25.82 26.20 40.63 49.13 34.60 45.86 0.00 31.87 34.21

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Pasir Kutai Barat Kutai Kertanegara Kutai Timur Berau Malinau Bulungan Nunukan Penajam Paser Balikpapan Samarinda Tarakan Bontang Jumlah

. a.2. Perkebunan Jenis jenis tanaman perkebunan yang dikembangkan di provinsi Kalimantan Timur, antara lain: karet, kelapa, kopi,lada, cengkeh, coklat, kelapa sawit, dan lainnya yang merupakan gabungan dari

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 137

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

beberapa tanaman perkebuanan. Usaha tanaman perkebunan ini terbagi menjadi perkebunan besar pemerintah, perkebuanan besar swasta, dan pekebuanan rakyat. Luas tanaman perkebuanan secara keseluruhan di Kalimantan Timur tahun 2007 adalah 420.655,5 ha dengan produksi sebesar 1.560.004 ton. Porsi terbesar baik untuk luas tanaman maupun prodksi ditunjukkan oleh tanaman kelapa sawit yang produksinya mencapai 1.425.589,50 ton dari luas tanaman 225.352 ha dengan produksi terbesar di Kabupaten Pasir. Kemudian kelapa dan karet denga produksi masing masing sebesar 44.697,5 ton dan 43.845 ton dari luas tanaman 64.957 ha dan 47.807 ha. Pada masing masing jenis usaha perkebuanan, seluhnya didominasi oleh perkebuanan kelapa sawit. Tabel 5.29. Distribusi Hasil Perkebunan (Ton), Luas Areal Produksi (Ha), dan Rata-rata Produksi (Kw/Ha) yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di tiap Kabupaten di Kalimantan Timur Tahun 2007

Karet No Kabupaten/Kota Area Produksi 7,016 31,077 17,534 660 752 54 5,178 1,845 839 5 64,957 43,845 2,896 823 282 4.48 Jumlah Produksi 6,761 28,185 4,829 25 45 5.59 4.46 3.36 Rata-rata Produksi 9.64 9.07 2.75 0.38 0.60 Area Produksi 4,161 1,332 13,327 5,687 11,695 383 1,597 2,686 3,331 1,702 1,012 724 100 47,734

Kelapa Jumlah Produksi 3,570 234 5,944 2,015 12,386 210 2,669 7,459 2,629 4,496 860 1,526 701 44,698 Rata-rata Produksi 8.58 1.76 4.46 3.54 10.59 5.49 16.72 27.77 7.89 26.41 8.50 21.08 70.10 16.38

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Pasir Kutai Barat Kutai Kertanegara Kutai Timur Berau Malinau Bulungan Nunukan Penajam Paser Balikpapan Samarinda Tarakan Bontang Jumlah

Tabel 5.29. (Lanjutan)

kakao No Kabupaten/Kota Area Produksi 947 411 2,463 12,815 6,190 Jumlah Produksi 59 25 370 3,499 3,955 Rata-rata Produksi 0.62 0.60 1.50 2.73 6.39 Area Produksi 65,919 5,371 37,518 51,599 11,479

Kelapa Sawit Jumlah Produksi 596,129 6,928 252,740 260,162 Rata-rata Produksi 90.43 12.90 67.37 50.42

1 2 3 4 5

Pasir Kutai Barat Kutai Kertanegara Kutai Timur Berau

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 138

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

kakao No Kabupaten/Kota Area Produksi 3,290 829 13,038 258 33 984 50 41,307 43 26,774 Jumlah Produksi 721 193 17,702 119 18 72 8.60 4.10 Rata-rata Produksi 2.19 2.33 13.58 4.62 5.30 0.73 225,352 Area Produksi 2,215 34,218 16,830 205

Kelapa Sawit Jumlah Produksi 165,500 144,131 1,425,590 59.19 Rata-rata Produksi 48.37 85.64

6 7 8 9 10 11 12 13

Malinau Bulungan Nunukan Penajam Paser Balikpapan Samarinda Tarakan Bontang Jumlah

Perkebunan besar pemerintah mencatat produksi tanaman kelapa sawit sebesar 187.226,5 ton dari luas tanaman 13.700 ha. Pada kondisi 2007 kelapa sawit mengalami sedikit penurunan produksi, walaupun pada luas tanaman mengalami peningkatan. Dengan demikian pada tahun 2007 produktivitas kelapa sawit mengalami penurunan per hektarnya. Perkebuan besar swasta mencatat produksi kelapa sawit 863.871,50 ton dengan luas sebesar 156.045 ha dan dari perkebunan rakyat produksi tanaman kelapa sawit mencapai 374.001 ton. Luas perkebunan tanaman kelapa sawit selama periode 2003-2007 selain mendominasi juga ada kecenderungan terus meningkat luasnya dari tahun ke tahun pada setiap jenis perkebunan, hal ini terlihat pada laju pertumbuhan tahun 2007 cukup tinggi yaitu: 139.213 ha menjadi 156.045 ha pada perkebunan swasta dan perkebuanan rakyat dari 48.323 ha menjadi 55.742,50 ha. a.3. Kehutanan Hutan Kalimantan Timur, tahun 2007 mencapai luas sekitar 10.842.293 hektar yang terbagi menjadi 6 jenis hutan yaitu hutan lindung, hutan suaka alam dan wisata, hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap, hutan produksi yang dapat dikonversi dan hutan pendidikan masing-masing 3.361.698 hektar dan 2.918.975 hektar. Daerah kabupaten/kota yang mempunyai kawasan hutan terluas yaitu Kabupaten Kutai Barat dengan luas areal hutan mencapai 3.064.559 hektar atau 28 % dari luas hutan Kaltim. Berkaitan dengan pengelolaan hutan tersebut tidak terlepas dengan program HPH dan HTI juga program reboisasi dan rehabilitasi lahan hutan. Jumlah HPH di daerah ini sebanyak 82 perusahaan dengan luas HPH 6.482.603 hektar, sedangkan luas Hutan Tanaman Industri (HTI) 1.929.129 hektar yang dikelola oleh 104 perusahaan HTI. Adapun program reboisasi dan rehabilitasi tahun anggaran 2006 dilkasanakan pada area seluas 968.021 hektar yang berupa kegiatan Peneneman dan Pengkayaan seluas 4.634 hektar, kegiatan hutan tanaman industri seluas 340.253 hektar dan 623.134 hektar untuk penghijauan. Produksi kehutanan yang dapat disebutkan disini antara lain; kayu bundar yang pada tahun 3 anggaran 2007 mencapai 1.043.619,61 m kayu olahan lain yang juga dihasilkan diantaranya sawn timber, bloak board, veneer dan lai-lain. b.Industri Penggolongan sector industri berdasarkan jumlah tenaga kerjanya dibedakan menjadi industri besar, industri sedang, industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga. Banyaknya perusahaan industri

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 139

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

besar dan sedang di Kalimantan Timur pada tahun 2006 tercatat 117 perusahaan dengan menyerap 54.897 tenaga kerja, dengan total pengeluaran untuk tenaga kerja berkisar 1,23 trilyun. Dilihat dari jumlah perusahaan dan penyerapan tenaga kerja, tahun 2006 menurun dibanding tahun 2005, akan tetapi pengeluaran untuk tenag kerja meningkat sebesar 4 milyar rupiah. Perusahaan yang banyak terdapat di Kalimantan timur adalah perusahaan pertambangan. Kegiatan pertambangan di Kalimantan Timur mencakup pertambangan migas dan non migas. Dari kegiatan tersebut, minyak bumi dan gas alam merupakan hasil tambang yang sangat besar pengaruhnya dalam perekonomian Kalimantan Timur khususnya dan Indonesia pada umumnya karena hingga kini kedua hasil tambang tersebut merupakan komoditi ekspor utama. Perkembangan produksi batubara misalnya, sejak tahun 2002 terus meningkat setiap tahunnya dan pada tahun 2007 produksi batubara mencapai 86.699.226,64 ton. Sementara itu selama peride 20022006 produksi emas cenderung menurun, produksi tertinggi terjadi pada tahun 2003 sebesar 16,76 ton, tahun 2004 turun menjadi 14,40 ton, tahun 2005 turun kembali menjadi 10,02 ton dan terendah 0,088 ton terjadi pada tahun 2007. Produksi perak, dari 10,92 ton pada tahun 2002 turun menjadi 10,84 ton tahun 2003 dan tahun 2007 turun lagi menjadi 0,022 ton. Produksi pengilangan minyak untuk bahan baker minyak premium pada tahun 2007 mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya dari 16,85 juta barel menjadi 15,38 juta barel. Sedangkan produksi minyak tanah juga mengalami penurunan dari 16,48 juta barel menjadi 14,93 juta barel. Produksi minyak bumi dan gas bumi pada tahun 2007 mengalami penurunan masing-masing dari 45.573,76 MMSTB menjadi 41.137,58 MMSTB dan gas bumi dari 910.067,15 MMSCF menjadi 869.757,9 MMSCF. 5.10.4. Infrastruktur Wilayah a.Transportasi darat Jalan merupakan prasarana pengangkutan yang penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Makin meningkatnya usaha pembangunan menuntut pula peningkatan pembangunan jalan guna memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke darah lain. Panjang jalan Negara diseluruh wilayah Propinsi Kalimantan Timur pada tahun 2007 mencapai 1.539,70 km, jalan dibawah wewenang propinsi 1.762,07 km. Untuk memenuhi transportasi darat, kendaraan angkutan utama yang harus tersedia adalah kendaraan bermotor. Menurut data yang dikeluarkan oleh Kepolisian Daerah Kaltim pada tahun 2006 jumlah kendaraan bermotor sebanyak 952.029 atau mengalami kenaikan sebesar 17,07 % dibandingkan tahun sebelumnya dengan jumlah terbesar (30,81%) terdapat di Kota Samarinda. Dilihat dari jenis kendaraan untuk mobil penumpang pada tahun 2006 jumlah terbanyak adalah Stasiun Wagon 35.697 unit yang terdiri dari 4.249 unit kendaraan umum dan sisanya kendaraan bukan umum. Untuk jenis kendaraan mobil beban terbanyak adalah kendaraan jenis pick up sebanyak 38.319 unit dengan sebagian besar (97,44 %) kendaraan tidak umum. Sedangkan jenis mobil bus terbanayk jenis mini/microbus sebanayk 15.486 unit. Jenis kendaraan sepeda motor yang terbanyak jenis SPM 50 cc keatas sebanyak 764.912 unit yang seluruhnya adalah kendaraan tidak umum baik Negara maupun swasta. Pada tahun 2007 jumlah kecelakaan lalu lintas mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu dari sebanyak 771 menjadi 918 kecelakaan. Demikian juga untuk jumlah korban dan

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 140

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

kerugian material. Jumlah kecelakaan terbesar terjadi di kota Samarinda yang mencapai 28,21 % dari total kecelakaan di Propinsi Kalimantan Timur. b.Transportasi Laut dan Udara b.1. Angkutan Laut Lalu lintas kapal antar pulau tahun 2007 melalui lima belas pelabuhan yang ada di wilayah Kalimantan Timur meliputi kapal tiba sebanyak 51.245 kapal dengan jumlah penumpang 949.609 orang. Bila diamati dari lalu lintas kapal maka terbesar melalui pelabuhan Samarinda, namun bila diamati dari lalu lintas penumpang terbesar melalui pelabuhan Balikpapan. Untuk bongkar barang baik antar pulau maupun antar mnegara sebanyak 2.902.084 ton yang terdiri dari antar pulau 2.532.708 ton dan antar negara 369.376 ton. Sedangkan muat barang sebanyak 561.847.109 ton yang terdiri dari antar pulau 15.891.838 ton dan antar negara 545.955.271 ton. Volume bongkar maupun muat terbanyak melalui pelabuhan Balikpapan. Bila diamati dari jenis barang terbanyak yang dibongkar adalah kayu lapis, sedangkan yang dimuat adalah batubara. b.2. Angkutan Udara Sektor perhubungan udara selain dominan dalam melaksanakan mobolitas manusia dari suatu tempat ke tempat lain, juga merupakan salah satu sektor yang terkait erat dengan sektor pariwisata dalam mendukung perjalanan wisatawan ke suatu tempat. Saat ini transportasi melalui udara sangat memegang peranan penting. Di Kalimantan Timur, dibeberapa daerah merupakan daerah pengeboran minyak, batubara dan lainnya, memerlukan mobilitas yang tinggi antar daerah terutama untuk tujuan Jakarta. Dengan demikian, fungsi transportasi udara untuk kegiatan tersebut sangat vital. Di Kalimantan Timur, terdapat 6 pelabuhan udara yaitu Sepinggan Balikpapan, Temindung Samarinda, Juata Tarakan, Kalamarau Berau, Nunukan dan Tanjung harapan Bulungan. Di bandar udara internasional Balikpapan, pada tahun 2007 ini telah memberangkatkan dan menurunkan penumpang paling banyak. Pada tahun 2007, bandar udara Sepinggan telah memberangkatkan sekitar 1,43 juta lebih penumpang atau 81,85% dan telah menurunkan sekitar 1,36 juta penumpang atau 80,43 %. c.Kondisi kelistrikan Listrik adalah komoditas penting bagi keberlangsungan sendi-sendi kehidupan manusia saat ini. Tanpa pasokan energi listrik, hampir dipastikan banyak dunia usaha, rumah tangga maupun sektor yang lain lumpuh karenanya. Sebagian besar sumber energi listrik di Propinsi Kalimantan Timur hingga saat ini masih dipasok oleh Perusahaan Listrik Negara. Selama tahun 2007, tenaga listrik yang diproduksi sebesar 1.536.817,78 MWH, terjual 1.355.974,77 MWH, dipakai sendiri 32.514,18 MWH dan mengalami penyusutan sebesar 148.329 MWH.

d.Sumber Daya Air


Jumlah perusahaa air minum pada tahun 2007 tidak mengalami perubahan dan semuanya berstatus sebagai perusahaan milik pemerintah. Kapasitas potensial yang dihasilkan meningkat dibanding tahun sebelumnya dari 5.309 liter/detik menjadi 7.067 liter/detik. Kapasitas efektif naik dari 4.555 liter/detik menjadi 6.110 liter/detik, sehingga berpengaruh terhadap efektifitas produksi dari 85,80 % menjadi 86,46 %. Non niaga adalah pelanggan terbanayk dari Perusahaan Air Minum, setelah itu Niaga dan sosial.

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 141

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

e.Jaringan telekomunikasi
Banyaknya surat pos yang dikirim di propinsi kalmantan Timur pada tahun 2007 adalah 1.112.229, dari sejumlah itu yang terbanyak adalah dari kota samarinda 509.014 buah, Balikpapan 268.504 buah dan kutai Kertanegara 115.224 buah, di kabupaten yang lain di bawah angka 75 ribu buah, bahkan untuk kabupaten pasir, Kutai Barat, Kutai Timur, Malinau, Penajam, Tarakan tidak terdata karena terlalu sedikitnya surat yang dikirimkan. Sedangkan bamyaknya paket pos lokal tahun 2007 sebanyak 97.357 yang dikirim dan 136.217 yang diterima. Wesel pos lokal yang diterima 105.190 buah dengan nilai 69.745.133 ribu rupiah, dan wesel pos yang dikirim 185.083 buah dengan nilai 106.862.609 ribu rupiah. Jumlah sarana telekomunikasi di wilayah KalTim melalui akses wire line (kabel) dengan komunikasi suara satuan langsung (SST) total berjumlah 18.685, komunikasi data (circuit CCT) 63, dan melalui akses radio wireless dengan satuan sambungan (SST) 4.703.

5. 11. Propinsi Sulawesi Utara


5.11.1. Kondisi Geografis a. Luas dan batas wilayah Propinsi Sulawesi Utara dengan ibu kota Manado terletak antara 0 derajat 15 menit 5 derajat 34 menit Lintang Utara, dan 123 derajat 7 menit 127 derajat 10 menit Bujur Timur. Wilayah ini berbatasan dengan Laut Sulawesi, Republik Philipina dan Laut Pasifik di sebelah Utara, serta Laut Maluku di sebelah timur. Batas sebelah selatan dan barat masing-masing adalah Teluk Tomini dan Propinsi Gorontalo. Luas wilayah Sulawesi Utara tercatat 15.376,99 km2 yang meliputi enam kabupaten dan tiga kota. Di Sulawesi Utara terdapat 41 gunung yang terletak pada beberapa kabupaten/kota. Sedangkan jumlah danau tercatat ada sebanyak 17 danau dan jumlah sungai yang mengaliri wilayah Sulawesi Utara sebanyak 30 buah. b. Curah hujan Berdasarkan pencatatan Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi, rata-rata temperatur di kota Manado o dan sekitarnya sepanjang tahun 2007 adalah sekitar 26,3 C. Curah hujan rata-rata adalah 258 mm, banyaknya hari hujan sepanjang tahun 18 hari perbulannya, dengan curah hujan tertinggi terjadi di bulan Januari - Februari dan terendah di bulan Juli Agustus 2007. 5.11.2. Kondisi Demografis a. Jumlah dan struktur penduduk Penduduk Sulawesi Utara berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2005 berjumlah 2.121.234 jiwa, yang berarti kepadatan penduduknya mencapai 140,09/km2. Secara keseluruhan jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari penduduk yang berjenis kelamin perempuan, yang tercermin dari angka rasio jenis kelamin yang lebih besar dari 100 yaitu 103,96. b. Ketenagakerjaan Penduduk usia kerja di Sulawesi Utara yang masuk angkatan kerja berjumlah 970.416 orang dan dari angkatan kerja yang ada tercatat 141.866 orang yang sedang mencari pekerjaan. Sedangkan yang masuk bukan angkatan kerja berjumlah 668.866 orang dan dari bukan angkatan kerja yang ada tercatat 735.456 orang yang bersekolah dan 443.542 orang mengurus rumah tangga.

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 142

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

5.11.3. Pemetaan Potensi Pengembangan Bahan Baku BBN a. Pertanian a.1. Tanaman pangan dan perkebunan Luas daratan Propinsi Sulawesi Utara adalah 1.526.651 hektar di tahun 2006, luas tersebut terdiri dari lahan sawah 64.457 hektar (4,25%). Produksi padi sawah dan padi ladang di tahun yang sama sebanyak 545.901 ton. Penghasil padi terbesar di Sulawesi Utara adalah di Kabupaten Soppeng. Jagung kabupaten Gowa, Ubi kayu Maros, Kacang tanah dan kedelai di Kabupaten Wajo. Komoditi tanaman perkebunan yang potensial di Sulawesi Utara adalah kelapa, cengkeh, pala, kopi dan coklat. Pada tahun 2007 tercatat luas areal tanaman kelapa seluas 270.605,85 hektar, cengkeh 68.106,06 hektar, pala 13.814,49 hektar, kopi 9.579,35 hektar dan coklat 10.627,26 hektar. Produksi tertinggi dari komoditas tersebut adalah kelapa yaitu 246.262,48 ton, Selain itu juga dihasilkan palawija seperti jagung, ubi jalar, ubi kayu, kedelai, kacang hijau. Budi daya sayur mayur dan buah-buahan yang memberikan hasil melimpah antara lain kentang, tomat, kubis, durian, mangga, pisang, dan rambutan. Tabel 5.30. Distribusi Produksi Padi dan Palawija (ton) , Luas Areal Produksi (Ha) dan Rata-rata Produksi (Kw/Ha) yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di Tiap Kabupaten di Slawesi Utara Tahun 2007
Padi Kabupaten/Kota Areal Produksi 57.477 12.401 190 650 17.281 5.438 65 110 1.105 94.717 Jumlah Produksi 286.108 60.281 842 2.875 77.914 21.149 178 500 5.055 454.901 Rata-rata Produksi 49,78 48,61 44,31 44,23 45,09 38,89 27,30 45,42 45,74 48,03 Areal Produksi 28.547 24.224 778 1.093 20.240 4.317 545 905 4.540 85.189 Jagung Jumlah Produksi 86.077 72.077 2.152 3.000 58.140 12.864 1.510 2.520 4.373 242.713 Rata-rata Produksi 30,15 29,75 27,67 27,44 28,73 29,80 27,71 27,85 28,40 29,53

Boolang Mongondow Minahasa Kepulauan Sangihe Kepulauan Talaud Minahasa Selatan Minahasa Utara Manado Bitung Tomohon Jumlah

Tabel 5.30. (lanjutan)


Ubi Kayu Kabupaten/Kota Areal Produksi 1.000 385 797 2.084 390 Jumlah Produksi 11.975 5.395 10.059 28.836 5.383 Rata-rata Produksi 119,75 140,13 126,21 138,37 138,03 Areal Produksi 714 310 384 1.658 173 Ubi Jalar Jumlah Produksi 7.597 3.612 3.556 16.105 1.622 Rata-rata Produksi 106,41 116,51 92,59 97,14 93,76

Boolang Mongondow Minahasa Kepulauan Sangihe Kepulauan Talaud Minahasa Selatan

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 143

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


Ubi Kayu Ubi Jalar Rata-rata Produksi 175,62 125,09 125,92 127,20 136,88 Areal Produksi 239 53 128 96 3.755 Jumlah Produksi 2.279 493 1.186 895 37.342 Rata-rata Produksi 93,76 93,10 92,67 93,20 99,46

Kabupaten/Kota

Areal Produksi 728 136 455 83 6.058

Jumlah Produksi 12.785 1.701 5.729 1.056 82.919

Minahasa Utara Manado Bitung Tomohon Jumlah

Tabel 5.30. (lanjutan)


Kacang Tanah Kabupaten/Kota Areal Produksi 2.511 1.459 68 420 657 441 41 155 69 5.821 Jumlah Produksi 3.235 1.775 79 485 793 525 48 181 85 7.206 Rata-rata Produksi 12,88 12,17 11,58 11,55 12,07 11,89 11,61 11,69 12,34 12,38 Areal Produksi 3.130 53 114 24 3.321 Kedelai Jumlah Produksi 4.612 74 155 34 4.875 Rata-rata Produksi 14,73 13,96 13,63 14,03 14,68

Boolang Mongondow Minahasa Kepulauan Sangihe Kepulauan Talaud Minahasa Selatan Minahasa Utara Manado Bitung Tomohon Jumlah

Tabel 5.31. Distribusi Produksi Perkebunan (ton), Luas Areal Produksi (Ha) dan Rata-rata Produksi (Kw/Ha) yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di Tiap Kabupaten di Sulawesi Utara Tahun 2007
Aren Kabupaten/Kota Areal Produksi 397 1.047 2.485 906 8 944 5.787 Jumlah Produksi 262,52 8.223,59 7.224 294,46 22,5 807,4 16.834,47 Rata-rata Produksi 6.61 78.54 29.07 3.25 28.13 8.55 154.16 Areal Produksi 57.346,83 17.599,84 24.505 22.860,58 72.093,64 46.539,16 2.834 14.430,5 1.096,46 259.306,01 Kelapa Jumlah Produksi 57.006,33 14.687,47 19.001,37 11.675,6 73.027,27 38.526,53 8.236,5 10.391,2 964,32 233.516.59 Rata-rata Produksi 9.94 8.35 7.75 5.11 10.13 8.28 29.06 0.72 8.80 88.14

Boolang Mongondow Minahasa Kepulauan Sangihe Kepulauan Talaud Minahasa Selatan Minahasa Utara Manado Bitung Tomohon Jumlah

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 144

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


Tabel 5.31. (lanjutan)
Coklat Jambu Mete Rata-rata Produksi 2.78 5.62 0.03 0.01 1.62 0.41 14.00 24.46 Areal Produksi 463 4 225 21 713 Jumlah Produksi 134,09 0,31 0,8 135,2 Rata-rata Produksi 2.90 0.01 0.38 3.29

Kabupaten/Kota

Areal Produksi 8.492,95 92,10 288,70 532,78 157,12 143,83 25 10,5 9.742,98

Jumlah Produksi 2.360,8 51,68 0,73 0,28 25,45 5,85 35 2.479,79

Boolang Mongondow Minahasa Kepulauan Sangihe Kepulauan Talaud Minahasa Selatan Minahasa Utara Manado Bitung Tomohon Jumlah

Tabel 5.31. (lanjutan)


Kayu Manis Kabupaten/Kota Areal Produksi 221 165 45 1 22 453 Jumlah Produksi 120,47 18,76 139,23 Rata-rata Produksi 5.45 1.14 6.59 Areal Produksi 794 23 10 827 Kemiri Jumlah Produksi 324,63 2,37 10,5 337,5 Rata-rata Produksi 4.09 1.03 10.50 15.62

Boolang Mongondow Minahasa Kepulauan Sangihe Kepulauan Talaud Minahasa Selatan Minahasa Utara Manado Bitung Tomohon Jumlah

a.2. Kehutanan Berdasarkan data dari Dinas Kehutanan, luas hutan di Sulawesi Utara adalah 788.691,88, yang meliputi hutan lindung, hutan PPA, hutan bakau, hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap dan hutan produksi konvesi. Produksi hasil hutan pada tahun 2006 yaitu berupa kayu bulat dan kayu gergajian. b. Industri Sektor industri besar/sedang tahun 2005 di Sulawesi Utara terdapat 70 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja terserap sebanyak 8.504 orang. Industri di bidang makanan dan minuman merupakan jenis industri terbanyak yaitu 43 perusahaan, disusul oleh industri kayu an barang-barang anyaman, kimia dan barangbarang bahan kimia, alat angkutan, furniture, dan bahan galian bukan logam.

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 145

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

5.11.4. Infrastruktur Wilayah a. Transportasi Darat Panjang jalan yang terdapat di Propinsi Sulawesi Utara pada tahun 2007 adalah 1.267,39 km, yang terdiri dari jalan aspal sepanjang 1.228,59 km, jalan kerikil sepanjang 33,8 km dan jalan tanah sepanjang 5 km. Transportasi darat dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan umum yang tersedia sebanyak 12.519 buah yang terdiri dari mobil penumpang, mobil beban, bis dan sepeda motor. b. Transportasi Laut dan Udara Transportasi laut di Sulawesi Utara dilakukan di pelabuhan Tahuna yang merupakan pelabuhan terbesar, juga di pelabuhan Lirung dan Ulu Siau. Penumpang yang terdata datang dan pergi di Pelabuhan Tahun di tahun 2007 masing-masing sebanyak 49.760 dan 50.501 orang. Bongkar muat barang di Pelabuhan Tahuna masing-masing sebanyak 51.220 dan 7.168 unit. Sedangkan transportasi udara di lakukan di Bandara Sam Ratulangi, yang pada tahun 2007 tercatat sebanyak 14.744 penerbangan domestik dan 605 penerbangan internasional.

c. Sumber daya air Data yang tersedia menunjukkan bahwa selama tahun 2006, air yang didistribusikan oleh 12 perusahaan di Sulawesi Utara tercatat sebesar 20,76 juta meter kubik. Pendistribusian air disalurkan ke berbagai golongan konsumen, antara lain untuk perusahaan , pertokoan, industri, instansi pemerintah, hotel/obyek wisata, dan rumah tinggal. d. Jaringan kelistrikan dan komunikasi Tenaga listrik di Sulawesi Utara sebagian besar disuplai oleh PLN. Kebutuhan listrik ini semakin bertambah besar setiap tahunnya, hingga mencapai 1,098 milyar KWH. Jumlah pelanggan listrik tahun 2007 sebanyak 743.582 pelanggan. Sarana telekomunikasi di Propinsi Sulawesi Utara tersedia 92.836 sambungan induk di tahun 2007, dan wartel yang tersedia sebanyak 797 unit.

5.12. Propinsi Gorontalo


5.12.1. Kondisi geografi a.Luas Daerah 2 Secara keseluruhan Propinsi Gorontalo tercatat memiliki wilayah seluas 12.215,44 km . Jika dibandingkan terhadap wilayah Indonesia, luas wilayah propinsi ini hanya sebesar 0,64 %. Propinsi Gorontalo terdiri dari 4 (empat) kabupaten dan 1 (satu) kota, yaitu : Kabupaten Boalemo dengan luas 2 daerah 2.248,24 km , atau sekitar 18,4 % luas propinsi Gorontalo. Kabupaten Gorontalo, dengan luas 2 2 3.426,98 km , atau sekitar 28,05 % dari luas propinsi. Kabupaten Pohuwato, dengan luas 4.491,03 km atau 2 sekitar 36,77 % luas propimsi. Kabupaten Bone Bolango, 1.984,40 km atau sekitar 16,25 % luas propinsi. 2 Terakhir, Kota Gorontalo dengan luas 64,79 km , atau 0,53% dari luas keseluruhan. b.Batas Wilayah

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 146

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


o o o

Luas wilayah propinsi Gorontalo berada diantara 0,19 1,15 Lintang Utara, dan 121,23 123,43 Bujur Timur. Posisi propinsi ini berada di bagian utara Pulau Sulawesi. Yaitu berbatasan langsung dengan Propinsi Sulawesi Utara di Sebelah Timur, dan Propinsi Sulawesi Tengah di Sebelah Barat. Sedangkan di sebelah utaranya berhadapan langsung dengan Laut Sulawesi dan di Sebelah Selatan dengan Teluk Tomini.
o

c.Iklim Dengan kondisi wilayah propinsi Gorontalo yang berada pada ketinggian 0 1000 m dan letaknya didekat garis katulistiwa menjadikan daerah ini mempunyai suhu udara yang cukup panas yaitu berkisar o o o antara 18,9 C sampai dengan 37,0 C. Suhu maksimum tahun 2005 pada siang hari berkisar antara 31,4 C o 33,9 C. d.Curah Hujan Curah hujan tertinggi sebanyak 231 mm di bulan Mei dengan jumlah hari hujan sebanayk 18 hari. Kelembaban udara propinsi ini relatif tinggi, rata-rata kelembabannya mencapai 80,50 %. e.Topografis Permukaan tanah di Gorontalo sebagian besar adalah perbukitan oleh karenanya, Gorontalo memiliki banyak gunung dengan ketinggian yang berbeda. Gunung Tabongo yang terletak di Kabupaten Boalemo merupakan gunung yang tertinggi dengan ketinggian 2.100 m dari permukaan laut. Sedangkan gunung Litu Litu yang terletak di Kabupaten Gorontalo adalah gunung yang terendah dengan ketinggian 884 m dari permukaan laut. Disamping mempunyai banyak gunung, propinsi ini juga dilintasi banyak sungai. Sungai terpanjang adalah Paguyaman yang terletak di Kabupaten Boalemo dengan panjang 99,3 km. sedangkan sungai yang terpendek adalah sungai Huango dan Bionga dengan panjang masing-masing 24,2 km, yang terletak di Kabupaten Gorontalo. 5. 12. 2. Kondisi Demografis a.Jumlah dan struktur penduduk Jumlah penduduk tahun 2007 dari hasil Susenas adalah sebesar 941.444 jiwa yang tersebar diKabupaten Boalemo 118.087 jiwa, kabupaten Gorontalo 428.321 Jiwa. Kabupaten Pahuwato109.682 jiwa, kabupaten Bone Bolango 127.052 jiwa, dan kota Gorontalo 158.302 jiwa. Kepadatan penduduk diperoleh dengan cara membandingkan antara luas dengan jumlah 2 penduduknya. Kepadatan penduduk di Propinsi Gorontalo adalah sebesar 77 jiwa /km . Kepadatan 2 penduduk di Kabupaten Gorontalo adalah yang terkecil yaitu sebesar 32 jiwa / km , sedangkan untuk kota 2 Gorontalo merupakan yang terpadat yaitu 2.444 jiwa per km . Tingkat pertumbuhan penduduk di propinsi Gorontalo berkisar pada nilai 2,12. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh adanya migrasi dalam rangka pemenuhan kebutuhan SDM . b.Tingkat Pendidikan Prosentase penduduk berumur 10 tahun ke atas berdasar ijazah tertinggi yang dimiliki yaitu :Perguruan tinggi, pada semua kabupaten dibawah 10 % jumlah penduduk, SMU/MA/SMK tertinggi di kota Gorontalo yaitu hampir 30 % kabupaten Bone Bolango antara 10-20 %, kabupaten yang lain dibawah 10%.

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 147

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

SLTP/MTs semua kabupaten dan kota dibawah 20 %, Ijazah SD antara 30-40% untuk keempat kabupaten dan 20-30 % untuk kota Gorontalo. Yang tidak/belum punya ijazah 40-50 % untuk kabupaten Boalamo, Gorontalo, dan Pohuwato, Kabupaten Bone bolango 30-40%, dan kota Gorontalo dibawah 20 %. c.Ketenagakerjaan Pada tahun 2007, jumlah penduduk usi 15 Tahun yang bekerja adalah sejumlah 400.176 jiwa. Apabila dibedakan menurut lapangan usaha tempat bekerja hampir 50,41 % dan mereka bekerja di sector pertanian. Kemudian 11,91 % di sektor jasa-jasa, 9,10 % di perdagangan, dan sisanya bekerja di sektor yang lainnya. 5. 12. 3. Pemetaan Potensi Pengembangan Bahan Baku BBN a.Pertanian Tanah/lahan di propinsi Gorontalo menurut penggunaannya dapat dibedakan menjadi 2 bagian besar., yaitu tanah sawah dan tanah non sawah (tanah kering). Penggunaan tanah sawah menurut jenis pengairannya terdiri dari sawah dengan pengairan teknis dan sawah dengan pengairan sederhana. Sedangkan tanah non sawah terdiri dari pekarangan, tanah untuk bangunan dan halaman, tegalan/kebun/huma, padang rumput, tambak dan kolam/tebat. a.1. Tanaman pangan Tanaman pangan terdiri dari padi, palawija, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Tanaman padi dan palawija yang dibudidayakan di propinsi Gorontalo meliputi padi, jagung, ubi jalar, ubi kayu, jagung, kacang tanah, kacang hijaudan kedelai. Diantara tanama tersebut luas panen terbesar adalah luas panen jagung dan padi sawah. Luas panen jagung di propinsi ini meliputi 109.792 hektar dengan produksi mencapai 416.222 ton atau rata-rata produksinya 37,91 kuintal per hektar. Luas panen padi sawah pada tahun 2007 adalah 42.815 hektar dengan produksi mencapai 190.125 ton. Dengan demikian rata-rata produksinya 44,41 kuintal perhektar. Bila dibuat prosentase luas panen menurut komoditas pertanian, 67,24 %, padi 26,22%, kacang kedelai 3,25%, kacang tanah 1,51%, kacang hijau 0,34%, padi ladang 0,70%, ubi kayu 0,51%, ubi jalar 0,23%. Produksi padi dan tertinggi di propinsi Gorontalo adalah di Kota Gorontalo, ubi kayu dan ubi jalar di Kabupaten Pahuwato, Kacang tanah dan kedelai di kabupaten Boalemo. Tabel 5.32. Distribusi Produksi Padi dan Palawija (ton), Luas Areal Produksinya (Ha), dan Rata-rata Produksinya yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di Tiap Kabupaten di Gorontalo pada Tahun 2007

No

Kabupaten/Kota Area Produksi

padi Jumlah Produksi 27,184 121,744 16,793 16,587 10,276 192,584 Rata-rata Produksi 42.77 43.57 44.87 45.06 46.12 44.48 Area Produksi 26,749 29,575 49,432 3,956 80 109,792

jagung Jumlah Produksi 94,808 89,742 219,033 12,268 371 416,222 Rata-rata Produksi 35.44 30.34 44.31 31.01 46.38 37.50

1 2 3 4 5

Boalemo Gorontalo Pahuwato Bone Bolango Kota Gorontalo Jumlah

6,356 27,945 3,743 3,681 2,228 43,953

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 148

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


Tabel 5.32.(Lanjutan)

No

Kabupaten/Kota Area Produksi

ubi kayu Jumlah Produksi 1,299 3,801 1,951 2,315 45 9,411 Rata-rata Produksi 113.95 112.79 116.83 112.93 112.50 113.80 Area Produksi 39 173 60 103 3 378

ubi jalar Jumlah Produksi 371 1620 597 942 27 3557 Rata-rata Produksi 95.13 93.64 99.50 91.46 90.00 93.95

1 2 3 4 5

Boalemo Gorontalo Pahuwato Bone Bolango Kota Gorontalo Jumlah

114 337 167 205 4 827

Tabel 5.32.(Lanjutan)
No Kabupaten/Kota Area Produksi 1 2 3 4 5 Boalemo Gorontalo Pahuwato Bone Bolango Kota Gorontalo Jumlah 5,134 251 391 4,458 34 6,734 kedelai Jumlah Produksi 330 506 5,860 38 12.60 Rata-rata Produksi 13.15 12.94 13.14 11.18 Area Produksi 184 1,785 198 282 11 2,460 kacang tanah Jumlah Produksi 227 2,088 242 293 12 2,862 Rata-rata Produksi 12.34 11.70 12.22 10.39 10.91 11.51

a.2. Perkebunan Bersumber dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan, yang meliputi luas dan produksi tanaman perkebunan rakyat. Luas tanaman perkebunan rakyat dibedakan berdasarkan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), persiapan dan lain-lain; Tanaman Menghasilkan (TM); sert a Tanaman Rusak (TT/TR). Tabel.5.33. Distribusi Hasil Perkebunan (ton), Luas Areal Produksi (Ha), dan Rata-rata Produksinya (Kwintal/Ha) yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di Tiap Kabupaten di Gorontalo tahun 2007

No

Kabupaten/Kota Area Produksi

kelapa Jumlah Produksi 6697.31 27979.15 14356.6 5771.43 54.804,52 Rata-rata Produksi 8.03 9.71 10.93 8.31 9.25 Area Produksi 2,027.70 2,231.90 2,728.50 1,925.20 8,913.30

kakao Jumlah Produksi 225.73 734.07 1,513.80 580.98 3,054.58 Rata-rata Produksi 1.11 3.29 5.55 3.02 3.24

1 2 3 4

Boalemo Gorontalo Pahuwato Bone Bolango Jumlah

8343.2 28814.5 13133.9 6943.1 57234.7

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 149

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


Tabel 5.33. (Lanjutan)

No

Kabupaten/Kota Area Produksi

kapuk Jumlah Produksi 26.85 121 241.2 24.2 51.05 2.00 2.12 Rata-rata Produksi 2.23 Area Produksi 104.4 1438.3 303.2 647 2492.9

jambu mete Jumlah Produksi 5.2 231.7 47.7 153.88 438.48 Rata-rata Produksi 0.50 1.61 1.57 2.38 1.52

1 2 3 4

Boalemo Gorontalo Pahuwato Bone Bolango Jumlah

120.2 -

Tabel 5.33. (Lanjutan)


No Kabupaten/Kota Area Produksi 1 2 3 4 Boalemo Gorontalo Pahuwato Bone Bolango Jumlah 395.10 4,059.40 1,654.00 6,943.10 13,051.60 kemiri Jumlah Produksi 89.65 3,470.56 587.70 5,771.43 9,919.34 Rata-rata Produksi 0.23 0.85 0.36 0.83 0.57 Area Produksi 334.3 445.3 779.6 aren Jumlah Produksi 228.25 571.94 800.19 12.84 9.84 6.83 Rata-rata Produksi

a.3. Kehutanan Luas hutan berdasar tata guna, hutan digolongkan atas hutan tetap, dan hutan yang dikonversikan. Hutan tetap menurut fungsinya dibedakan menjadi hutan lindung, hutan suaka alam dan wisata, dan hutan produksi tetap. Luas areal hutan menurut fungsinya di propinsi Gorontalo tahun 2007, yaitu hutan lindung (protected forest) 165.052,00 hektar, Hutan PPA (protected and Nature Conservation Forest ) seluas 197.584,00 hektar, hutan bakau (mangrove), seluas 20.173,00 hektar, hutan produksi terbatas (production limited forest) 342.477,00 hektar, hutan produksi tetap (production forest) 120.684,00 hektar, Hutan produksi konvesi (convetion forest) 20.173,00 hektar. 3 Produksi dan nilai hasil hutan di propinsi Gorontalo tahun 2006 adalah kayu log 51.293,05 m , 3 3 tahun sebelumnya 10.939,97 m dengan nilai 9.854,97 juta rupiah. Kayu gergajian 46.347,13 m , tahun 3 3 sebelumnya 7.166.67 m dengan nilai 10. 748,51 juta rupiah, rotan 23.594,00 m , tahun sebelumnya 7.306,51 m3, dengan nilai 14.613,02 juta rupiah. a.4.Peternakan Banyaknya populasi ternak dan unggas di propinsi gorontalo tahun 2007 yaitu; sapi potong 209.011; kambing 93,576 ; Babi 7.778; Kuda 8.052; Ayam buras 1.124.268; ayam ras petelur 120.826; ayam ras pedaging 384.219 ; Itik 58.711. b.Industri Industri pengolahan dikelompokkan ke dalam 4 golongan berdasarkan banyaknya pekerja yaitu Industri besar yaitu perusahaan yang mempunyai pekerja 100 orang atau lebih, industri sedang dengan

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 150

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

pekerja 20-99 orang, industri kecil dengan pekerja 5-19 orang dan industri rumahtangga adalah usaha kerajinan rumah tangga yang mempunyai pekerja antara 1-4 orang. Industri pengolahan besar/sedang di propinsi Gorontalo pada tahun 2005 tercatat sebanyak 56 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 4.040 orang. Total nilai output mencapai 301,6 milyar rupiah sedangkan biaya input 212,6 milyar rupiah sehingga nilai tambah yang diperoleh dari industri besar/sedang adalah 88,99 milyat rupiah. Berdasarkan klasifikasi industri pengolahan, perusahaan industri besar/sedang yang bergerak di bidang pengolahan makanan, minuman, dan tembakau merupakan industri yang dominan di propinsi Gorontalo. Hal ini terlihat dari banyaknya perusahaan yang termasuk ke dalam kelompok industri tersebut yaitu sebanyak 29 perusahaan atau 51,78 % dari keseluruhan perusahaan yang ada. Disamping itu, kelompok industri pengolahan makanan, minuman dan tembakau mampu menyerap hampir 51,06 % dari tenaga kerja yang terserap di sector industri besar/sedang di Propinsi Gorontalo. Nilai tambah yang dihasilkan oleh kelompok industri ini merupakan yang terbesar dan besarannya mencapai 75,08 % dari total nilai tambah yang dihasilkan oleh sector industri besar/sedang. Banyaknya perusahaan industri kecil dan menengah dan nilai produksinya tahun 2007 adalah industri pangan 1.542 perusahaan dengan nilai produksi 59.041.822,00 ribu rupiah, industri sandang 767 perusahaan dengan nilai produksi 23.615.062,00 ribu rupiah; industri kimia dan bahan bangunan 1.811 perusahaan dengan nilai produksi 106.026.771,00 ribu rupiah, industri logam dan elektronika jumlah perusahaan 448 dengan nilai 18.102.175,00 ribu rupiah; industri kerajinan 685 perusahaan dengan nilai produksi 24.870.495,00 ribu rupiah. Sehingga jika ditotal ada 5.253 perusahaan dengan tenaga kerja sebanayk 19.000 orang, nilai investasi 74.338.447,00 ribu rupiah dan nilai produksi 231.656.326,00 ribu rupiah. 5. 12. 4. Infrastruktur Wilayah Sektor perhubungan mempunyai peranan dan andil yang sangat penting dalam kegiatan dan kelancaran roda perekonomian. Peran tersebut antara lain untuk memperlancar arus informasi, arus barang, jasa, dan mobilitas penduduk dalam pembangunan peningkatan kesejahteraan masyarakat suatu wilayah. a.Transportasi darat Jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian masyarakat. Status jalan menurut kewenagan dan sumber pembiayaannya dapat dibedakan kedalam 3 golongan besar, Yaitu jalan Negara, jalan propinsi dan jalan kabupaten/kota. Di tahun 2007, panjang jalan Negara di propinsi Gorontalo tercatat sepanjang 616,24 km, sedangkan panjang jalan propinsi adalah sejauh 314,51 km. Jika dicermati baik menurut jenis permukaan dan kondisi jalan, jalan Negara jauh lebih baik dari jalan propinsi. Hampir 96 % dari jalan Negara pernukaannya sudah diaspal, sebaliknya sekitar 43% untuk jenis yang sama di jalan propinsi. Untuk kondisi jalan, 20 % jalan Negara masih dalam kondisi baik, sedangkan jalan propinsi 33% dalam kondisis rusak berat. Panjang jalan kabupaten/kota disetiap kabupaten secara berurutan adalah sebagai berikut : Kabupaten Boalemo (131,63 km), Kabupaten Gorontalo (479,83 km), Kabupaten Pohuwato (202,12 km), Kabupaten Bone Bolango (64,48 km) dan Kota Gorontalo (52,71 km). b.Transportasi Laut dan Udara

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 151

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

b.1.Angkutan laut Pelabuhan laut di propinsi Gorontalo tercatat yang terbesar melalui 2 pelabuhan yaitu Pelabuhan Gorontalo di sebelah selatan atau di Perairan Teluk Tomini dan Pelabuhan Kwandang di sebelah utara yaitu di perairan laut Sulawesi. Angkutan penumpang melalui Pelabuhan Gorontalo di tahun 2007 adalah sebagai berikut : penumpang naik ada 5.325 orang dan ada 6.942 yang turun. Dengan jumlah kapalnya sebanyak 372 buah. Jumlah penumpang baik turun dan naik di Pelabuhan Kwandang tercatat sebanyak 3.085 orang dan 4.643 orang. Dengan jumlah kapal sebesar 323 buah. b.2. Angkutan Udara Arus lalu lintas udara meliputi jumlah pesawat yang berangkat dan tiba, jumlah penumpang yang berangkat dan tiba atau transit, volume kargo dan bagasi yang dibongkar/muat di Bandara Jalaludin Gorontalo. Di tahun 2007 menunjukkan kenaikan pada jumlah penumpang dan volume kargo dan bagasinya dibandingkan tahun 2006. Jumlah pesawat yang berangkat/tiba di Bandara Jalaludin di tahun 2007 sebanyak 1.053 dan 1.053 buah, sedangkan jumlah penumpang yang berangkat, datang dan transit masing-masing tercatat sebesar 84.268 orang, 80.908 orang dan 1.199 orang. Pada tahun 2007, volume kargo adalah 616.942 kg (bongkar) dan 830.344 kg (muat), sedangkan volume bagasi tercatat sebanyak 1.347.051 kg (bongkar) dan 990.141 (muat). c.Kondisi kelistrikan Kebutuhan listrik di Gorontalo dipenuhi oleh PT Perusahaan Listrik Negara (persero) , wilayah VII cabang Gorontalo. Pada tahun 2005, total daya terpasang sebanyak 91.855.770 VA dengan produksi sebesar 131.154.182 kwh, sedang listrik yang terjual sebesar 116.669.383 kWh. d.Sumber Daya Air Ketersediaan air minum yang bersih dan sehat sangat dibutuhkan masyarakat. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan air minum yang telah disalurkan kepada konsumen pada tahun 3 2007 sebanyak 4.604.949 m . Banyaknya air minum yang disalurkan menurut jenis konsumen pada tahun 3 3 2007, untuk tempat tinggal sebanyak 3.877.373 m ; untuk niaga kecil dan besar sebanyak 349.702 m ; 3 3 untuk sosial khusus (special public) sebanyak 158.198 m ; untuk sosial umum 160.645 m ; untuk industri 3 3 3 3 11.448 m ; untuk instansi pemerintah 325.168 m ; pelabuhan 9.819 m ; untuk tangki dsb 7.638 m dan yang 3 hilang dalam penyaluran/rembes 5.821.436 m . e. Jaringan telekomunikasi Pada tahun 2007, banyaknya produksi kantor pos di Propinsi Gorontalo untuk masing-masing jenis pelayanan bervariasi. Banyaknya paket pos yang dikirim baik dari dalam negeri maupun luar negeri mengalami fluktuasi. Pada tahun 2007 jumlah paket pos yang dikirim mengalami peningkatan dari 279 buah paket pada tahun 2006 menjadi 562 paket pada tahun 2006. Paket yang diterima juga mengalami peningkatan dari 4454 buah paket pada tahun 2006 menjadi 6144 paket pada tahun 2007. Jumlah wesel pos yang diterima dari dalam dan luar negeri tahun 2006 mengalami penurunan. Pada tahun 2005 jumlah wesel pos yang diterima 3.593 menjadi 2.956 pada tahun 2006. Data jumlah weselyang diterima juga mengalami penurunan. Pada tahun 2005 adalah sebanyak 2.802 buah menjadi 2.470 buah pada tahun 2006. Jumlah pemakaian pulsa telepon menurut pengguna tahun 2007 adalah pengguna residental Dengan jumlah produksi 76.469.111, dan digunakan untuk bisnis dengan jumlah produksi 38.234.555 sehingga total pulsa yang dipakai tahun 2007 di Propinsi Gorontalo adalah sebesar 114.703.666. Banyaknya

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 152

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

sambungan induk telepon tahun 2007, sebanayk 14.994 buah. Kantor telepon dan dan sentral telepon tahun 2002-2006 sebanyak masing-masing 6 buah.

5.13. Propinsi Sulawesi Selatan


5.13.1. Kondisi geografis a.Luas Daerah 2 Luas wilayah Propinsi Sulawesi Selatan tercatat 45.519,24 km , yang meliputi 20 Kabupaten dan 3 2 kota. Kabupaten Luwu Utara merupakan Kabupaten terluas dengan luas 7.502,68 km , luas kabupaten tersebut 16,48% dari seluruh wilayah Sulawesi selatan. b.Batas Wilayah o o o o Propinsi Sulawesi Selatan terletak antara 0 12 8 Lintang Selatan, dan 116 48 122 36 Bujur Timur, yang berbatasan dengan propinsi Sulawesi Barat di sebelah utara dan Teluk Bone serta propinsi Sulawesi Tenggara di sebelah timur. Batas sebelah barat dan timur masing-masing adalah Selat Makassar dan Laut Flores. c.Iklim Berdasarkan pencatatan Stasiun Klimatologi, rata-rata temperature di Kota Makassar dan o o o sekitarnya sepanjang tahun 2007 sekitar 27,0 C, dengan suhu minimum 22,8 C dan suhu maksimum 34,7 C. Kelembaban nisbi di stasiun klimatologi Makasar, minimum 65% pada bulan Desember dan maksimum 87% pada bulan Maret. Rata-rata penyinaran matahari terendah 41 % pada bulan Desember dan tertinggi pada bulan September sebesar 98% . d.Topografis Sulawesi selatan daerahnya meliputi dataran, gunung, sungai dan danau. Jumlah sungai yang mengalir di wilayah Sulawesi Selatan tercatat sekitar 65 aliran sungai, dengan jumlah aliran terbesar di Kabupaten Luwu, yakni 25 aliran sungai. Sungai terpanjang tercatat ada satu sungai yakni Sungai Saddang yang mengalir melalui Kabupaten Tator, enrekang, Pinrang dan Polmas. Panjang sungai tersebut masingmasing 150 km. Danau-danau yang ada di sulawesi selatan ada 4 yaitu Danau Tempe dan Sidenreng di Kabupaten Wajo, sert adanau matana dan Towuti yang berlokasi di Kabupaten Luwu. Adapun jumlah gunung tercatat sebanyak 7 gunung, dengan gunung tertinggi adalah Gunung Raantemario dengan ktinggian 3.470 m diatas permukaan laut. Gunung ini berdiri tegak di perbatasan Kabupaten Enrekang dan Luwu. 5. 13. 2 Kondisi Demografis a.Jumlah dan struktur penduduk Penduduk Sulawesi selatan berdasarkan hasil Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2007 berjumlah 7.629.138 jiwa yang tersebar di 23 kabupaten/kota, dengan jumlah penduduk terbesar yakni 1.223.530 jiwa mendiami Kota Makassar. Secara keseluruhan jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari penduduk yang berjenis kelamin laki-laki, hal ini tercermin dari angka rasio jenis kelamin yang lebih kecil dari 100. Hanya di daerah Kabupaten Gowa, Enrekang, Luwu, tana Toraja, Luwu Utara dan Luwu Timur yang menunjukkan angka rasio jenis kelamin lebih besar dari 100, yang berarti penduduk laki-laki di enem aerah tersebut lebih besar dari jumlah penduduk perempuan. b.Tingkat Pendidikan

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 153

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Penduduk usia sekolah menurut suvei tahun 2007 di Propinsi Sulawesi Selatan adalah sebagai berikut: usia 7-12 tahun berjumlah 930.354 orang, usia 13-15 tahun berjumlah 374.726 orang, usia 16-18 tahun berjumlah 232.470 tahun, usia 19-24 tahun berjumlah 105.316 orang. Sehingga total usia 7-24 tahun berjumlah 1.642.209 orang. c.Ketenagakerjaan Penduduk Usia Kerja (PUK) didefinisikan sebagai penduduk yang berumur 10 tahun ke atas. Penduduk Usia Kerja terdiri dari Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja. Mereka yang termasuk Angkatan Kerja adalah menduduk yang bekerja atau yang sedang mencari pekerjaan, sedangkan Bukan Angkatan Kerja adalah mereka yang bersekolah, mengurus rumah tangga atau melakukan kegiatan lainnya. Penduduk usia kerja di daerah Sulawesi Selatan pada tahun 2007 berjumlah 5.257.238 jiwa. Dari seluruh penduduk usia kerja yang termasuk angkatan kerja berjumlah 3.005.723 jiwa atau lebih dari 50% dari seluruh Penduduk Usia Kerja. Dari seluruh angkatan kerja yang berjumlah 3.005.723 jiwa tercatat bahwa 370.308 orang dalam status mencari pekerjaan. Dari angka tersebut dapat dihitung tingkat pengangguran terbuka di Sulawesi selatan pada tahun 2008, yakni sebesar 12,32%. Angka ini merupakan rasio antara pencari pekerjaan dan jumlah angkatan kerja. Dilihat dari segi lapangan usaha, sebagian besar penduduk Sulawesi Selatan bekerja di sector pertanian yang berjumlah 1.469.418 orang atau 55,76% dari jumlah penduduk yang bekerja. Sektor lannya yang juga menyerap tenaga kerja cukup besar adalah sector perdagangan dan jasa-jasa. 5. 13. 3. Pemetaan Potensi Pengembangan Bahan Baku BBN a.Pertanian a.1. Tanaman Pangan Sulawesi Selatan merupakan daerah penghasil tanaman pangan terbesar di Kawasan Timur Indonesia. Predikat sebagai lumbung padi nasional mengukuhkan posisi Sulawesi Selatan sebagai produsen tanaman pangan yang cukup potensial. Selain padi sebagai komoditas tanaman pangan andalan, tanaman pangan lainnya yang dihasilkan Sulawesi Selatan adalah jagung, ubi kayu, ubi jalar, dan kacang-kacangan.

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 154

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel 5.34. Distribusi Produksi Padi dan Palawija (ton), Luas Areal Produksinya (Ha), dan Rata-rata Produksinya yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di Tiap Kabupaten di Sulawesi Selatan pada Tahun 2007
No Kabupaten/Kota Area Produksi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Selayar Bulukumba Bantaeng Jeneponto Takalar Gowa Snjai Maros Pangkep Barru Bone Soppeng Wajo Sidrap Pinrang Enrekang Luwu Tana Toraja Luwu Utara Luwu Timur Makassar Pare-pare Palopo Jumlah 1,171 39,000 13,012 17,503 24,847 38,674 19,003 34,939 18,373 14,782 110,387 33,686 79,563 65,793 76,915 5,078 48,106 23,766 25,746 23,074 2,210 942 4,520 721,090 Padi Jumlah Produksi 3,097 192,807 55,739 81,209 113,832 183,866 82,602 176,760 91,099 63,053 467,545 179,711 356,742 331,211 389,810 17,558 222,043 94,444 119,629 108,467 9,651 4,261 20,393 3,365,529 Rata-rata Produksi 26.45 49.44 42.84 46.40 45.81 47.54 43.47 50.59 49.58 42.66 42.36 53.35 44.84 50.34 50.68 34.58 46.16 39.74 46.47 47.01 43.67 45.23 45.12 44.97 Area Produksi 2,421 30,458 23,905 41,290 5,117 29,366 10,927 1,163 560 302 33,171 7,686 5,134 2,806 816 5,103 624 602 3,195 1,318 39 205 179 206,387 Jagung Jumlah Produksi 2,826 93,816 96,038 164,290 21,300 129,745 23,486 3,072 1,450 970 71,942 27,458 16,695 8,161 1,642 15,955 1,997 1,798 8,860 3,671 49 469 392 696,082 Rata-rata Produksi 11.67 30.80 40.17 39.79 41.63 44.18 21.49 26.41 25.89 32.12 21.69 35.72 32.52 29.08 20.12 31.27 32.00 29.87 27.73 27.85 12.56 22.88 21.90 28.67

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 155

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


Tabel 5.34.(Lanjutan)

No

Kabupaten/Kota Area Produksi

ubi kayu Jumlah Produksi 5,605 24,871 3,112 106,900 10,946 257,102 11,031 76,925 1,541 2,465 10,007 1,655 6,301 2,336 6,129 5,597 2,380 15,239 7,123 3,695 5,957 590 244 567,751 Rata-rata Produksi 145.96 148.04 170.99 173.93 155.93 178.06 172.90 187.17 110.86 122.03 179.34 94.57 162.40 131.24 161.29 157.22 160.81 173.76 166.81 172.66 136.00 76.62 174.29 152.73 Area Produksi 71 396 153 95 339 757 380 263 164 132 379 10 156 94 91 217 224 599 351 129 8 9 12 5,029

Ubi jalar Jumlah Produksi 602 4,099 1,352 778 4,137 11,750 3,346 2,457 1,201 1,459 4,321 39 1,588 705 786 1,820 2,928 5,226 4,034 1,399 73 72 133 54,305 Rata-rata Produksi 84.79 103.51 88.37 81.89 122.04 155.22 88.05 93.42 73.23 110.53 114.01 39.00 101.79 75.00 86.37 83.87 130.71 87.25 114.93 108.45 91.25 80.00 110.83 96.72

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Selayar Bulukumba Bantaeng Jeneponto Takalar Gowa Snjai Maros Pangkep Barru Bone Soppeng Wajo Sidrap Pinrang Enrekang Luwu Tana Toraja Luwu Utara Luwu Timur Makassar Pare-pare Palopo Jumlah

384 1,680 182 6,146 702 14,439 638 4,110 139 202 558 175 388 178 380 356 148 877 427 214 438 77 14 32,852

Produksi padi SulSel tahun 2007 sebesar 3.365.510 ton yang dipanen dari areal seluas 719.846 hektar atau rata-rata 4,68 ton per hektar yang berarti naik sekitar 0.03 % dibandingkan Produksi padi SulSel tahun 2007 sebesar 3.365.510 ton yang dipanen dari areal seluas 719.846 hektar atau rata-rata 4,68 ton per hektar yang berarti naik sekitar 0.03 % dibandingkan tahun 2006, yang menghasilkan 3.390.397 ton padi dengan luas panen 730.611 hektar dengan rata-rata produksi 4,64 ton per hektar. Sebagian produksi padi di SulSel dihasilkan oleh jenis padi sawah. Jenis padi ini menyumbang 99,60 % dari seluruh produksi padi atau sebesar 3.352.117 ton. Sedangkan sisanya dihasilkan oleh padi ladang. Produksi jagung SulSel pada tahun 2007 sebesar 696.082 ton dengan luas panen 206.387 hektar atau menghasilkan rata-rata 3,37 ton/hektar. Produktivitas tanaman ini relative turun jika dibandingkan dengan tahun 2006, yang brproduksi rata-rata 3,41 ton/hektar. Produksi ubi kayu tahun 2007 lebih dari 550 ribu ton mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya panen ubi kayu ini dibawah 500 ribu ton. Produksi ubi jalar dari tahun 2002-2006 selalu di bawah 100 ribu ton, dan hal serupa terjadi pada kacang tanah, kacang hijau dan kacang kedelai.

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 156

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel 5.34.(Lanjutan)
No Kabupaten/Kota Area Produksi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Selayar Bulukumba Bantaeng Jeneponto Takalar Gowa Snjai Maros Pangkep Barru Bone Soppeng Wajo Sidrap Pinrang Enrekang Luwu Tana Toraja Luwu Utara Luwu Timur Makassar Pare-pare Palopo Jumlah 1,560 3,652 781 391 174 496 4,413 2,620 1,131 1,398 15,808 1,325 815 596 51 344 226 291 254 175 3 272 36,776 Kacang tanah Jumlah Produksi 2,424 4,333 739 501 246 496 3,911 2,679 1,630 2,079 15,223 2,200 1,668 1,159 60 523 267 576 281 253 2 285 41,535 13.16 Rata-rata Produksi 15.54 11.86 9.46 12.81 14.14 10.00 8.86 10.23 14.41 14.87 9.63 16.60 20.47 19.45 11.76 15.20 11.81 19.79 11.06 14.46 6.67 10.48 Area Produksi 114 16 114 2,752 601 109 2 501 430 10 4,691 2,287 1,012 6 300 175 248 23 409 364 13 4 8 14,189 kedelai Jumlah Produksi 176 34 283 2,541 925 273 3 668 1,017 17 7,967 3,145 2,957 12 494 318 267 40 525 542 23 5 11 22,243 Rata-rata Produksi 1.54 2.13 2.48 0.92 1.54 2.50 1.50 1.33 2.37 1.70 1.70 1.38 2.92 2.00 1.65 1.82 1.08 1.74 1.28 1.49 1.77 1.25 1.38 1.72

a.2. Perkebunan Hasil tanaman perkebunan yang cukup dominan di Sulawesi Selatan pada tahun 2007 adalah tanaman Kakao dan Kelapa, masing-masing berproduksi sebesar 157.934 ton dan 76.348ton. Sebagian hasil perkebunan tersebut dihasilkan oleh perkebunan rakyat dan dapat dikatakan peran perkebunan besar swasta relatif sangat kecil. Selain itu juga masih ada perkebunan kenari dengan luas areal 225,00 hektar, dengan hasil 283,00 ton, Nipah dengan luas areal 147,00 hektar dengan hasil 53,00 ton, asam jawa luas areal 205,00 hektar dengan hasil 160,76 ton. Pinang dengan luas areal 1,507,81 hektar dengan hasil 701,21 ton. Karet dengan luas areal 85,00 menghasilkan 21,00 ton, kayu manis dengan luas areal 492,50 hektar dengan luas areal 41,87 ton. Perkebunan tebu rakyat dengan luas areal 2.818,99 hektar dengan hasil 72.354,10 ton. Tembakau produksi 2.164,22 ton dengan luas areal 3.521,10 hektar. Kapas dengan luas areal 3.304,75 hektar dengan hasil 955,60 ton, jahe dengan luas areal 190,56 hektar dengan luas areal 213,83 ton. Perkebunan kunyit dengan luas areal 966,81 hektar dengan hasil 406,56 ton, sereh wangi dengan luas 49,05

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 157

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

hektar dengan luas areal 268,92 ton. Kencur 46,89 hektar hasil 25,96 ton, temulawak luas areal 19,12 hektar dengan produksi 17,55 ton. Lempuyang 34,00 hektar produksi 32,00 ton. Lengkuas luas areal 145,00 hektar dengan produksi 226,00 ton. Perkebunan wijen, nilam, jarak masing-masing dengan luas areal 167,00 hektar, 360,00 hektar dan 1.559,45 hektar dengan produksi 264,00 ton, 147,80 ton dan jarak tidak dituliskan hasilnya. Tabel.5.35. Distribusi Hasil Perkebunan (ton), Luas Areal Produksi (Ha), dan Rata-rata Produksinya (Kw/Ha) yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di Tiap Kabupaten di Sulawesi Selatan Tahun 2007

No

Kabupaten/Kota Area Produksi

kelapa dalam Jumlah Produksi 24,189.75 1,512.00 596.00 3,530.36 1,110.00 1,457.00 5,376.00 290.00 4,309.00 1,121.00 8,304.00 3,608.00 5,150.00 1,652.00 5,837.00 524.00 3,860.44 17.74 1,270.23 2,568.14 65.36 76,348.02 2.22 6.71 Rata-rata Produksi 12.25 1.98 6.75 6.43 7.15 9.68 11.93 3.09 9.20 5.78 7.01 8.77 7.42 4.40 5.58 5.34 8.86 0.55 4.97 11.58 Area Produksi 442.00 5,303.00 131.00 248.50 389.00 205.00 151.00 86.00 78.00 2,747.00 354.00 1,994.50 723.10 2,487.00 173.02 1,313.01 774.20 17,599.33

kelapa hibrida Jumlah Produksi 186.80 1,791.00 65.00 164.73 334.00 214.00 97.00 53.00 29.00 1,107.00 128.00 1,030.00 1,530.48 2,926.00 195.72 318.00 998.25 11,167.98 7.46 2.42 12.89 11.31 4.03 3.62 5.16 21.17 11.77 Rata-rata Produksi 4.23 3.38 4.96 6.63 8.59 10.44 6.42 6.16 3.72

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Selayar Bulukumba Bantaeng Jeneponto Takalar Gowa Snjai Maros Pangkep Barru Bone Soppeng Wajo Sidrap Pinrang Enrekang Luwu Tana Toraja Luwu Utara Luwu Timur Makassar Pare-pare Palopo Jumlah

19,753.00 7,618.00 883.00 5,491.00 1,553.00 1,505.00 4,508.00 940.00 4,684.00 1,938.00 11,842.00 4,112.00 6,939.00 3,754.52 10,452.00 981.00 4,356.90 323.50 2,556.10 2,217.48 295.00 96,702.50

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 158

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


Tabel 5.35.(Lanjutan)

No

Kabupaten/Kota Area Produksi

kopi arabika Jumlah Produksi 145.00 366.00 1,177.71 1,925.00 598.00 262.00 185.00 6,413.00 1,988.76 3,920.00 64.00 17,044.47 4.27 5.18 5.92 5.73 2.39 2.07 2.51 6.10 4.56 Rata-rata Produksi 3.34 4.39 4.82 Area Produksi 705.00 5,261.00 1,804.00 106.50 36.00 1,069.00 4,178.00 1,402.00 245.00 860.54 30,007.00 12,962.00 14,850.00 9,315.10 21,905.00 6,402.00 36,230.96 5,025.00 55,550.70 32,498.78 4,335.00 240,413.58

kakao Jumlah Produksi 27.08 3,075.00 545.00 25.15 26.00 384.00 2,119.00 514.00 39.40 327.50 15,458.00 6,820.00 8,375.00 3,780.28 23,909.00 2,683.00 30,863.00 3,078.00 28,515.02 22,839.49 4,531.00 153,402.92 10.45 5.45 Rata-rata Produksi 0.38 5.84 3.02 2.36 7.22 3.59 5.07 3.67 1.61 3.81 5.15 5.26 5.64 4.06 10.91 4.19 8.52 6.13 5.13 7.03

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Selayar Bulukumba Bantaeng Jeneponto Takalar Gowa Snjai Maros Pangkep Barru Bone Soppeng Wajo Sidrap Pinrang Enrekang Luwu Tana Toraja Luwu Utara Luwu Timur Makassar Pare-pare Palopo Jumlah

434.00 834.50 2,442.25 3,158.00 1,310.00 1,044.00 357.00 10,831.00 3,472.50 16,398.00 309.00 40,590.25

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 159

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


Tabel 5.35. (Lanjutan)
jambu mete kemiri Rata-rata Produksi 3.79 3 4.51 3.88 5.54 3.49 3.21 2.99 3.86 4.14 3.47 2.42 2.15 5.68 1.88 0.73 5.33 Area Produksi 2,040.00 225 903 198.5 255 1,943.00 2,546.00 9,875.00 824 2,121.00 7,195.00 505 1,241.00 1,523.13 1,307.00 2,922.00 273.07 547.5 3.33 3.34 27 36,471.20 Jumlah Produksi 2,203.17 59 435 80.03 54 762 951 5,618.00 322.5 1,044.00 6,052.00 199 110 505.67 599 1,035.00 109.59 121.8 5 20,265.76 1.85 4.18 Rata-rata Produksi 10.8 2.62 4.82 4.03 2.12 3.92 3.74 5.69 3.91 4.92 8.41 3.94 0.89 3.32 4.58 3.54 4.01 2.22

No

Kabupaten/Kota

Area Produksi 3,672.50 4,603.00 851 2,624.50 1,790.00 3,083.00 5,469.00 2,457.00 7,868.00 5,274.00 8,242.00 4,669.00 3,902.00 6,608.55 2,617.00 2,079.00 354.5 3 66,167.05

Jumlah Produksi 1,390.50 1,379.00 383.5 1,018.69 992 1,076.00 1,755.00 735 3,040.00 2,185.50 2,863.00 1,130.00 837 3,751.73 492 151 189 1 23,369.92

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Selayar Bulukumba Bantaeng Jeneponto Takalar Gowa Snjai Maros Pangkep Barru Bone Soppeng Wajo Sidrap Pinrang Enrekang Luwu Tana Toraja Luwu Utara Luwu Timur Makassar Pare-pare Palopo Jumlah

Tabel 5.35. (Lanjutan)


kapuk No Kabupaten/Kota Area Produksi 1 2 3 4 5 6 7 Selayar Bulukumba Bantaeng Jeneponto Takalar Gowa Snjai 357 34 2,193.00 1,500.50 435 1,219.00 1,810.00 Jumlah Produksi 70.85 6 1,395.00 533.37 230 518 645 Rata-rata Produksi 1.98 1.76 6.36 3.55 5.29 4.25 3.56 -Area Produksi 13 --Jumlah Produksi 2.73 Rata-rata Produksi 2.1 sagu

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 160

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

No

Kabupaten/Kota Area Produksi 97 134 226 1,597.00 68 215 312 235 78 19 0.65 19 10,549.15

kapuk Jumlah Produksi 20 63 27.5 939 30 25 17 25 14.78 76.49 0.45 18 4,654.44 9.47 5.6 0.54 1.06 1.89 40.26 6.92 Rata-rata Produksi 2.06 4.7 1.22 5.88 4.41 1.16 1,419.65 1,586.25 58.75 508 3,859.65 Area Produksi -274

sagu Jumlah Produksi -814 10,486.69 1,685.98 82.63 2,269.80 15,341.83 44.68 29.18 10.63 14.06 73.87 29.71 Rata-rata Produksi

8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Maros Pangkep Barru Bone Soppeng Wajo Sidrap Pinrang Enrekang Luwu Tana Toraja Luwu Utara Luwu Timur Makassar Pare-pare Palopo Jumlah

Tabel 5.35.(Lanjutan)
kelapa sawit No Kabupaten/Kota Area Produksi --15 64.5 Jumlah Produksi ----1,335.00 206.98 107 --Rata-rata Produksi Area Produksi -510 36 3.36 wijen Jumlah Produksi -228 4.47 Rata-rata Produksi

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Selayar Bulukumba Bantaeng Jeneponto Takalar Gowa Snjai Maros Pangkep Barru Bone Soppeng Wajo Sidrap Pinrang Enrekang Luwu

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 161

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


kelapa sawit Area Produksi 4,166.00 3,704.00 7,949.50 Jumlah Produksi 43,046.61 29,833.62 74,215.23 130.28 Rata-rata Produksi 103.33 80.54 Area Produksi -617 wijen Jumlah Produksi --264 3.92 Rata-rata Produksi

No 18 19 20 21 22 23

Kabupaten/Kota Tana Toraja Luwu Utara Luwu Timur Makassar Pare-pare Palopo Jumlah

Tabel 5.35.(Lanjutan)
jarak No Kabupaten/Kota Area Produksi -15,00 -1.297,00 247,45 1559.45 Jumlah Produksi -Rata-rata Produksi -55 5,074.30 367 183 209.55 53.5 31.22 3,763.38 5.68 4.95 3,488.00 78 217 72.5 80.19 3.1 0.58 5.91 3.96 3.83 Area Produksi 136.25 257 247 3,081.00 89 8.83 11.41 aren Jumlah Produksi 52.37 70 67 2.72 2.71 Rata-rata Produksi 3.84

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Selayar Bulukumba Bantaeng Jeneponto Takalar Gowa Snjai Maros Pangkep Barru Bone Soppeng Wajo Sidrap Pinrang Enrekang Luwu Tana Toraja Luwu Utara Luwu Timur Makassar Pare-pare Palopo Jumlah

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 162

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


Tabel 5.35.(Lanjutan)
karet kayu manis Rata-rata Produksi Area Produksi 21 -85 21 2.47 106.5 492.5 -24 17.87 41.87 1.32 1.68 2.47 62 4 1.67 300 10 1.61 Jumlah Produksi 10 0.33 Rata-rata Produksi

No.

Kabupaten/kota

Area Produksi

Jumlah Produksi 85

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Selayar Bulukumba Bantaeng Jeneponto Takalar Gowa Snjai Maros Pangkep Barru Bone Soppeng Wajo Sidrap Pinrang Enrekang Luwu Tana Toraja Luwu Utara Luwu Timur Makassar Pare-pare Palopo Jumlah

Tabel 5.35.(Lanjutan)
tebu No. Kabupaten/Kota Area Produksi 605.59 396 Jumlah Produksi 30,279.50 15,786.00 500 398.64 Rata-rata Produksi

1 2 3 4 5 6 7

Selayar Bulukumba Bantaeng Jeneponto Takalar Gowa Snjai

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 163

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


tebu Area Produksi 1,695.00 25 3.4 94 2818.99 Jumlah Produksi -2,571.00 9 5.6 564 49215.1 165.65 16.47 60 3.6 15.17 Rata-rata Produksi

No. 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Kabupaten/Kota Maros Pangkep Barru Bone Soppeng Wajo Sidrap Pinrang Enrekang Luwu Tana Toraja Luwu Utara Luwu Timur Makassar Pare-pare Palopo Jumlah

a.3. Kehutanan Kawasan hutan di Sulawesi Selatan pada tahun 2007 seluas 3.090.005 hektar yang antara lain terdiri dari 1.193.560 hektar hutan lindung, 488.551,00 hektar hutan produksi terbatas dan 131.041 hektar hutan produksi biasa. Produksi hasil hutan terdiri dari kayu dan non kayu (seperti rotan dan dammar). Produksi hutan SulSel pada tahun 2006 yang bberupa kayu sebesar 147.739,24 kubik. Hasil lainnya yaitu rotan 6.478,67 ton dan getah pinus 180.126,00 ton. b.Industri Sektor industri dapat dibedakan atas industri besar, sedang, kecil dan rumah tangga. Data mengenai industri besar dan sedang terdsedia setiap tahun yang dikumpulkan dengan cara sensus lengkap. Sedangkan data industri kecil dan rumah tangga tidak tersedia setiap tahun. Perusahaan di Sulawesi selatan tahun 2004 tercatat sebanyak 65.906 buah dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 210.689 orang. Jumlah perusahaan ini mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya dimana tertcatat sebanyak 74.212 buah dengan tenaga kerja sebanyak 208.475 orang. 5. 13. 4 Infrastruktur Wilayah a.Transportasi darat Jalan merupakan prasarana angkutan darat yang penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Usaha pembangunan yang makin meningkat menurut adanya transportasi untuk menunjang mobilitas penduduk dan kelancaran distribusi barang dari dan ke suatu daerah.

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 164

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Panjang jalan di Sulawesi Selatan pada tahun 2007 sepanjang 2770,53 km. Dilihat dari status kewenangannya. 1.556,13 km jalan di Sulawesi Selatan di bawah wewenang Negara dan 1.209,40 km yang di bawah wewenang Pemda Propinsi Sulawesi selatan. Jumlah kendaraan bermotor di Sulawesi Selatan tahun 2007 sebanyak 1.048.156 unit atau naik sebesar 12,36 % dibandingkan tahun sebelumnya yang berjumlah 932.849 unit. kendaraan-kendaraan bermotor tersebut terdiri dari 96.031 unit mobil penumpang, 62.950 unit mobil sedan, 13.481 unit bus dan yang merupakan jumlah terbesar adalah sepeda motor dengan jumlah 873.823 unit. c.Transportasi Laut dan Udara c.1.Angkutan Udara Arus barang dan penumpang yang keluar masuk Sulawesi selatan melalui pelabuhan udara meningkat. Pada tahun 2007 penumpang yang berangkat melalui pelabuhan udara Hasanuddin sebanyak 1.405.960 orang, atau meningkat sebesar 14,39 % dibandingkan tahun 2005, penumpang yang berangkat sebesar 1.229.117 orang. Sedangkan penumpang yang masuk Sulawesi Selatan melalui udara Hasanuddin pada tahun 2005 sebanyak 1.323.435 jiwa dan meningkat menjadi 1.494.930 jiwa pada tahun 2006, atau meningkat sebesar 12,96%. Arus barang yang dibongkar melalui pelabuhan udara Hasanuddin tercatat 35.641 ton yang terdiri dari 18.826 ton bagasi, 16.234 ton barang/kargo dan 581 ton paket pos. Sedangkan barang yang dimuat melalui Pelud Hasanuddin tahun 2006 tercatat 56.132 ton yang terdiri dari 29.976 ton bagasi., 25.559 ton barang/cargo dan sisanya sebanyak 597 ton paket pos. d.Kondisi kelistrikan Pembangkit tenaga listrik di Sulsel ada beberapa macam yaitu PLTU, PLTG, PLTD, PLTA. Produksi tenaga listrik di Sulawesi selatan tahun 2006 sebesar 6. 324.561.629 KWH, yang dipakai sendiri 29.845. 401 KWH, dan yang disalurkan sebesar 3.682.008.189 KWH. Jumlah unit pembangkit 178 buah, daya yang terpasang 636.237 KW, dan daya mampu 548.383 KW. e.Sumber Daya Air Jumlah pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Makassar tahun 2003 2006 adalah untuk rumah tinggal berturut-turut 105.99 ; 112.850; 117.098; 119.263 pelanggan. Untuk perusahaan berturut-turut 7.600; 8.113; 8.617; 9.045 pelanggan. Untuk lainnya berturut-turut 2.025; 2.110; 2.112; 2.175 pelanggan. Sedangkan pendapatan PDAM tahun 2007 untuk rumah tinggal 55.610.983.365 ribu rupiah, untuk perusahaan 22.554.918.326 ribu rupiah, untuk lainnya 22.882.277.432 ribu rupiah Pelanggan aktif air minum dari PDAM meliputi rumah tangga, usaha (industri besar, sedang, dan lainnya), Usaha non komersial (instansi pemerintah, TNI), Usaha sosial (lembaga sosial, umum), Usaha pipa khusus, dan Mobil Tangki. Banyaknya pelanggan aktif tersebut tahun 2007 di Makassar sebanyak 134.644, jumlah air yang di salurkan untuk pelanggan aktif tersebut sebanyak 30.683.504, bila di nominalkan bernilai 109.145.940.233 tribu rupiah. f.Jaringan telekomunikasi Pembangunan sarana pos dan telekomunikasi diarahkan untuk meningkatkan kelancaran arus informasi dari satu daerah dengan daerah lainnya. Kelancaran informasi/data-data diharapkan mampu memacu kegiatan perekonomian antar daerah.

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 165

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Jumlah fasilitas pelayanan pos yang dibangun pemerintah di daerah Sulawesi Selatan hingga tahun 2006 tercatat 91 kantor pos, yang terdiri dari 23 kantor pos dan Giro yang tersebar di 23 Kabupaten/kota, 68 kantor pos dan giro pembantu. Jumlahj surat yang dikirim di dalam negeri melalui kantor pos dan giro di Sulawesi selatan pada tahun 2006 tercatat 1.387.371 lembar. Sebagian besar surat-surat yakni 725.460 lembar dikirim dengan fasilitas biasa dan 32.1.373 lembar dengan fasilitas kilat khusus serta sisanya dikirim dengan fasilitas kilat dan tercatat. Sedangkan surat dalam negeri yang diterima Kantor Pos di Sulawesi Selatan sebanyak 3.179.425 yang sebagian besar dikirim dengan fasilitas tercatat biasa yaitu 1.765.158 lembar. Disamping melayani pengiriman surat di dalam negeri, kantor pos dan giro juga melayani pengiriman pos ke luar negeri. Pada tahun 2006 tercatat 36.332 lembar surat yang dikirim ke luar negeri. Selain jasa pengiriman surat, beberapa jasa pelayanan lain yang telah banyak dimanfaatkan dalam masyarakat adalah jasa paket pos dan pengiriman uang (wesel). Jumlah paket pos yang dikirim melalui Kantor Pos di Sulawesi selatan tahun 2007 sebanyak 46.785 koli yang terdiri dari 46.692 untuk dalam negeri dan 93 koli yang dikirim ke luar negeri. Sedangkan jumlah paket yang diterima sebanyak 57.505 koli dengan rincian 57.276 berasal dari dalam negeri dan 239 koli berasal dari luar negeri. Wesel pos yang dikirim dari Sulawesi Selatan pada tahun 2007 bernilai 5.747.836,9 juta. Hampir seluruh wesel-wesel tersebut dikirim untuk dalam negeri. Wesel pos yang diterima melalui kantor pos dan giro di Sulawesi selatan tahun 2007 bernilai 6.960.863,4 juta rupiah yang terdiri dari 6.921.140,79 juta rupiah berasal dari dalam negeri dan 39.722,6 juta dari luar negeri. Fasiliotas telekomunikasi sangat diperlukan untuk memperlancar arus informasi untuk memacu kegiatan ekonomi yang makin menuntut efisiensi dan pelayanan yang cepat dan tepat. Pemanfaatan sarana telekomunikasi khususnya telepon dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Ini terlihat dari pemakaian pulsa yang terus meningkat.

5.14. Propinsi Papua


5.14.1. Kondisi Geografis a. Luas dan batas wilayah 2 Propinsi Papua dengan luas 31.706,2 km , terletak di antara 130 derajat 141 derajat Bujur Timur dan 2 derajat 25 menit Lintang Utara 9 derajat Lintang Selatan. Batas wilayah Propinsi Papua, di sebelah Utara berbatasan dengan Samudera Pasifik, sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Arafuru, sebelah Barat berbatasan dengan Laut Seram, Laut Banda, Propinsi Maluku, dan di sebelah Timur berbatasan dengan negara Papua New Guinea. Kabupaten Merauke merupakan daerah yang terluas yang mencakup 13,87% dari total luas Propinsi Papua. Sedangkan Kota Jayapura merupakan daerah terkecil, walaupun bila dibandingkan dengan kota se Indonesia, maka Kota Jayapura merupakan kota yang terluas.

b. Topografis Ketinggian wilayah Propinsi Papua bervariasi antara 0 sampai dengan 3000 meter di atas permukaan laut. Daerah Merauke, Nabire, Mappi, Asmat, Sarmi, Keerom, dan Waropen merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0 100 m di atas permukaan laut. Sedangkan Jayawijaya, Puncak Jaya, Yahukimo, Pegunungan Bintang dan Tolikara merupakan dataran tinggi dengan ketinggian mencapai 2000 3000 m di atas permukaan laut.

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 166

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

c. Iklim Berdasarkan hasil pencatatan Balai Meteorologi dan Geofisika Papua, suhu udara rata-rata pada tahun 2007 o o berkisar antara 15,2 C 32,2 C. Suhu terendah terjadi di Wamena dan tertinggi terjadi di Kabupaten Yapen Waropen. Secara umum keadaan suhu udara rata-rata di beberapa kota di Papua relatif sama dibanding tahun sebelumnya. Sebagai daerah tropis dan wilayah kepulauan, Papua memiliki kelembaban udara relatif sama dengan propinsi lain, yaitu berkisar antara 78 87%. Jumlah hari hujan di tahun 2006 sebanyak 211 hari, dengan jumlah curah hujan sebanyak 33,77 mm. Tabel 5.36. Daftar Ketinggian Kabupaten di Propinsi Papua terhadap Ketinggian Air Laut Kabupaten Merauke Jayawijaya Jayapura Paniai Puncak Jaya Nabire Mimika Yapen Waropen Biak Numfor Boven Digoel Mappi Asmat Yahukimo Pegunungan Bintang Tolikara Sarmi Keerom Waropen Supiori Kota Jayapura Ketinggian di atas Permukaan Laut, m 0 - 100 2000 - 3000 100 - 200 1000 - 2000 2000 - 3000 0 - 100 1000 - 2000 100 - 500 100 - 500 100 - 500 0 - 100 0 - 100 2000 - 3000 2000 - 3000 2000 - 3000 0 - 100 0 - 100 0 - 100 100 - 500 100 - 500

5.14.2. Kondisi Demografis a. Jumlah dan struktur penduduk Jumlah penduduk Propinsi Papua berdasarkan hasil survey tahun 2005 tercatat sebanyak 2 juta jiwa. Dengan luas 31.706 km2 berarti kepadatan penduduknya mencapai 6,31 jiwa per km2, sehingga menjadikan Propinsi Papua sebagai wilayah yang paling sedikit penduduknya di Indonesia. Sex ratio penduduk Papua mencapai 110,89, yang berarti terdapat lebih banyak laki-laki dibandingkan wanita. Indeksi pembangunan Manusia di tahun 2007 sebesar 70,1.

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 167

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

b. Ketenagakerjaan dan tingkat pendidikan Jumlah tenaga kerja di Papua pada tahun 2007 mencapai 1.287.232 orang yang terdiri dari 989.594 orang angkatan kerja dan sisanya bukan angkatan kerja. Dari jumlah angkatan kerja tersebut, 89,42% adalah bekerja dan sisanya merupakan pencari kerja. Akumulasi jumlah pencari kerja hingga akhir tahun 2007 mencapai 89.328 orang. Dari jumlah tersebut sebanyak 3.851 orang sudah ditempatkan. Apabila dilihat menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan, maka dari total pencari kerja yang terdaftar tersebut, di atas 42,53% adalah setingkat SMTA Umum. 5.14.3. Pemetaan Potensi Pengembangan Bahan Baku BBN a. Pertanian a.1. Tanaman pangan Luas panen dan produksi padi sawah dan padi ladang pada tahun 2007 masing-masing sebesar 18.935 hektar dan 63.318 hektar. Disamping padi, terdapat juga hasil komoditi ubi kayu yang memproduksi 37.823 ton di tahun 2007. Daerah potensial penghasil ubi kayu adalah Kabupaten Waropen dan Kabupaten Jayapura. Jenis palawija lain yang juga banyak diproduksi Papua adalah ubi jalar sebanyak 290.423 ton, dan jagung sebanyak 6.842 ton. Kacang tanah, kedelai dan kacang hijau juga diproduksi walau dalam jumlah yang sedikit. Jenis sayur-sayuran yang banyak diproduksi antara lain kubis, tomat ,kentang dan sawi. Sedangkan jeruk siam, mangga, pisang dan nanas merupakan buah-buahan yang banyak diproduksi di Papua. Tabel 5.37. Distribusi Produksi Padi dan Palawija (ton), Luas Areal Produksi (Ha) dan Rata-rata Produksi (Kw/Ha) yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di Tiap Kabupaten di Papua Tahun 2007
Padi Kabupaten/Kota Areal Produksi 16.801 76 232 107 104 20 22 22 Jumlah Produksi 58.096 262 740 3.657 348 57 63 63 Rata-rata Produksi 34,58 34,47 31,90 341,78 33,46 28,50 28,64 28,64 Areal Produksi 197 465 308 434 261 263 59 138 235 23 656 31 292 189 371 Jagung Jumlah Produksi 315 780 503 737 442 434 97 224 395 39 1.115 52 491 318 627 Rata-rata Produksi 15,99 16,77 16,33 16,98 16,93 16,50 16,44 16,23 16,81 16,96 17,00 16,77 16,82 16,83 16,90

Merauke Jayawijaya Jayapura Paniai Puncak Jaya Nabire Mimika Yapen Waropen Biak Numfor Boven Digoel Mappi Asmat Yahukimo Pegunungan Bintang Tolikara Sarmi Keerom

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 168

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Kabupaten/Kota Waropen Supiori Kota Jayapura Areal Produksi 391 1.157

Padi Jumlah Produksi 1.136 3.896 Rata-rata Produksi 28,83 33,67 Areal Produksi 25 141

Jagung Jumlah Produksi 42 231 Rata-rata Produksi 16,80 16,38

Jumlah

18.935

68.318

36,08

4.088

6.842

16,74

Tabel 5.37. (Lanjutan)


Ubi Kayu Kabupaten/Kota Areal Produksi Merauke Jayawijaya Jayapura Paniai Puncak Jaya Nabire Mimika Yapen Waropen Biak Numfor Boven Digoel Mappi Asmat Yahukimo Pegunungan Bintang Tolikara Sarmi Keerom Waropen Supiori Kota Jayapura 205 250 287 86 136 150 109 222 802 181 105 14 193 81 44 156 58 13 145 Jumlah Produksi 2.363 2.796 3.226 971 1.533 1.689 1.227 2.502 9.132 2.050 1.197 158 2.197 923 502 1.772 660 1.286 1.639 Rata-rata Produksi 115,27 111,84 112,40 112,91 112,72 112,60 112,57 112,70 113,87 113,26 114,00 112,86 113,83 113,95 114,09 113,59 113,79 989,23 113,03 Areal Produksi 263 12.794 278 6.466 324 153 168 191 579 78 41 12 6.054 304 1.221 72 46 48 75 Jumlah Produksi 1.634 127.519 2.768 64.322 3.220 1.522 1.669 1.896 5.765 776 408 119 60.233 3.027 12.147 717 459 477 745 Rata-rata Produksi 100,15 99,67 99,57 99,48 99,38 99,48 99,35 99,27 99,57 99,49 99,51 99,17 99,49 99,57 99,48 99,58 99,78 99,38 99,33 Ubi Jalar

Jumlah

3.237

37.823

116,85

29.167

290.423

99,57

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 169

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


Tabel 5.37. (Lanjutan)
Kacang Tanah Kabupaten/Kota Areal Produksi Jumlah Produksi 536 416 212 92 97 171 119 150 18 207 44 161 199 67 22 135 Rata-rata Produksi 10,29 10,37 10,44 10,34 10,32 10,49 10,17 10,42 10,59 10,25 10,48 10,32 10,31 10,31 10,48 10,31 Areal Produksi 323 194 260 135 84 173 60 518 29 230 112 1.534 47 45 Jumlah Produksi 359 321 286 148 92 187 66 569 32 253 123 1.685 52 49 Rata-rata Produksi 11,11 10,92 10,96 10,96 10,95 10,81 11,00 10,98 11,03 11,00 10,98 10,98 11,06 10,89 Kedelai

Merauke Jayawijaya Jayapura Paniai Puncak Jaya Nabire Mimika Yapen Waropen Biak Numfor Boven Digoel Mappi Asmat Yahukimo Pegunungan Bintang Tolikara Sarmi Keerom Waropen Supiori Kota Jayapura

521 401 203 89 94 163 117 144 17 202 42 156 193 65 21 131

Jumlah

2.559

2.646

10,34

3.845

4.222

10,98

a.2. Perkebunan Luas areal tanaman perkebunan rakyat pada tahun 2007 sebesar 97.934 hektar dan produksi tanaman perkebunan rakyat pada tahun 2007 sebesar 62.153 ton. Sumbangan terbesar produksi tanaman perkebunan rakyat berasal dari tanaman kelapa sawit (49,91%) , kakao (22,49%) dan kelapa dalam (19,87%). Tabel 5.38. Distribusi Hasil Perkebunan (ton), Luas Areal Produksi (Ha) dan Rata-rata Produksi (Kw/Ha) yang Berpotensi sebagai Bahan Baku BBN di Tiap Kabupaten di PapuaTahun 2007

Karet Kabupaten/Kota Areal Produksi Merauke Jayawijaya 9.710 3.510 Jumlah Produksi 4.070 1.493 Rata-rata Produksi 4.19 4.25 Areal Produksi 518 -

Kelapa Sawit Jumlah Produksi 1.130 Rata-rata Produksi 21.81 -

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 170

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Kabupaten/Kota Areal Produksi 9.672,21 1.230 535 5.693 726,5 2.814 6.246 1.526 5.041 50 659 533 4.776 10.253 15.417 7.688 953 150

Karet Jumlah Produksi 6.573 336 96,2 2.176 146 1.618 2.333 423 1.336 17 178 271 9.164 5.924 16.169 1.300 220 89 Rata-rata Produksi 6.80 2.73 1.80 3.82 2.01 5.75 3.74 2.77 2.65 3.40 2.70 5.08 19.19 5.78 10.49 1.69 2.31 5.93 Areal Produksi 9300 -

Kelapa Sawit Jumlah Produksi 14.629 Rata-rata Produksi 15.73 -

Jayapura Paniai Puncak Jaya Nabire Mimika Yapen Waropen Biak Numfor Boven Digoel Mappi Asmat Yahukimo Pegunungan Bintang Tolikara Sarmi Keerom Waropen Supiori Kota Jayapura

Jumlah

87.182,71

53.932,30

97.08

9.818

15.759

37.54

Tabel 5.38. (Lanjutan)


Kelapa Dalam Kabupaten/Kota Areal Produksi Merauke Jayawijaya Jayapura Paniai Puncak Jaya Nabire Mimika Yapen Waropen Biak Numfor Boven Digoel Mappi Asmat Yahukimo Pegunungan Bintang Tolikara Sarmi Keerom 5.904 1.830 1.020 540 681 5.133 213 1.051 47 70 99 8.472 390 Jumlah Produksi 2.457 1.287 140 89 165 2.195 120 53 17 32 62 5.252 126 Rata-rata Produksi 4.16 7.03 1.37 1.65 2.42 4.28 5.63 0.50 3.62 4.57 6.26 6.20 3.23 Areal Produksi 106 78 162 Jumlah Produksi 18 27 32 Rata-rata Produksi Sagu

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 171

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Kabupaten/Kota Areal Produksi 4.761 768 37

Kelapa Dalam Jumlah Produksi 221 185 10 Rata-rata Produksi 0.46 2.41 2.70 Areal Produksi 112 -

Sagu Jumlah Produksi 29 Rata-rata Produksi

Waropen Supiori Kota Jayapura

Jumlah

31.005

12.411

12.411

458

106

Tabel 5.38. (Lanjutan)


Kapuk Kabupaten/Kota Areal Produksi Merauke Jayawijaya Jayapura Paniai Puncak Jaya Nabire Mimika Yapen Waropen Biak Numfor Boven Digoel Mappi Asmat Yahukimo Pegunungan Bintang Tolikara Sarmi Keerom Waropen Supiori Kota Jayapura 561 95 3 78 Jumlah Produksi 62 1 1 Rata-rata Produksi 1.11 0.11 0.13 Areal Produksi 6.177 13 2.937 1.846 446 10 41 3 6 1.720 4558 1.782 98 Jumlah Produksi 5.118 6 1.816 1.427 63 5 2 668 1.160 997 75 Rata-rata Produksi 8.29 4.62 6.18 7.73 1.41 1.22 3.33 3.88 2.54 5.59 7.65 Coklat

Jumlah

737

64

1.35

19.637

11.337

52.46

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 172

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


Tabel 5.38. (Lanjutan)
Jambu Mente Areal Produksi 2002 88 68 65 35 877 71 Jumlah Produksi 287 9 11 6 1 127 5 Rata-rata Produksi 1.43 1.02 1.62 0.92 0.29 1.45 0.70 7.44

3.206

446

b. Industri Berdasarkan penggolongannya, dari total 3285 industri yang tersebar di kabupaten propinsi Papua sejumlah 3251 buah merupakan industri kecil dan 34 buah merupakan industri besar dan menengah. Industri kecil dikelompokkan sebagai berikut : 1843 unit usaha (56,69%) merupakan kelompok industri kecil kimia, agro dan hasil hutan, 669 unit usaha (20.58%) merupakan kelompok industri kecil sandang, kulit dan lainnya. Industri logam mesin dan elektronika sebanyak 588 unit usaha. 5.14.4. Infrastruktur Wilayah a. Transportasi Darat Berdasarkan data survey yang tercatat di tahun 2007, panjang jalan total di Propinsi Papua sepanjang 16.898,71 km, yang terdiri dari 1.848,25 km jalan negara, 1.562,13 km jalan propinsi, dan 13.488,33 km jalan kabupaten. Kondisi jalan tersebut terbagi menjadi jalan aspal sepanjang 3.221,88 km, jalan kerikil sepanjang 4.456,92 km, dan jalan tanah sepanjang 6.131,03 km. b. Transportasi Laut dan Udara Pelabuhan Merauke merupakan pelabuhan dengan frekwensi kunjungan kapal terbesar yaitu sebanyak 1.563 kunjungan (36,60%), diikuti pelabuhan Jayapura sebanyak 680 kunjungan (15,93%). Dari kunjungan tersebut, jenis pelayaran lokal mempunyai peranan yang cukup besar yaitu sebanyak 1.233

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 173

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

kunjungan (57,92%) diikuti jenis pelayaran lainnya dan Nusantara masing-masing 472 kunjungan dan 295 kunjungan. c. Jaringan telekomunikasi Jumlah sentral otomat pada tahun 2005 menjadi 9 unit dengan kapasitas 47.411. Sedangkan jumlah sambungan telepon otomat pada tahun 2005 tercatat 27.265 sambungan. Jumlah telepon umum pada tahun 2005 tercatat sebanyak 109 buah dan banyaknya wartel sebanyak 183 wartel. d. Jaringan Kelistrikan dan sumber daya air Banyaknya unit pembangkit tenaga listrik PLN pada tahun 2005 sebanyak 244 unit. Tenaga listrik yang diproduksi pada tahun 2005 mencapai 350.12 juta Kwh atau naik sebesar 7,74% dibanding tahun 2004. Dari hasil produksi tersebut sebanyak 341,9 juta Kwh (97,65%) terjual. Produksi listrik terbesar terdapat di Kota Jayapura sebanyak 47,66%. Banyaknya perusahaan air minum di Propinsi Papua tahun 2005 sebanyak 10 perusahaan, mengalami perubahan dengan status pengelolaan masih oleh pemerintah.

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 174

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Analisis Komposisi dan Kecocokan Bahan Baku BBN


Minyak-lemak kasar adalah minyak-lemak yang diperoleh dari pemerahan atau pengempaan biji atau bagian lain dari sumber minyak (oil source) tanpa mengalami pengolahan lanjut apapun kecuali penyaringan dan pengeringan (untuk menurunkan kadar air). Komposisi asam-asam lemak minyak nabati berbeda-beda tergantung dari jenis tanamannya. Zat-zat penyusun utama minyak-lemak (nabati maupun hewani) adalah trigliserida, yaitu triester gliserol dengan asam-asam lemak (C8C24). Gambar di bawah ini menunjukkan contoh-contoh berbagai jenis asam-asam lemak dan struktur molekulnya (Gambar 6.31 dan 6.32).

Gambar 6.31. Berbagai jenis asam-asam lemak

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 175

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Gambar 6.32. Contoh-contoh struktur molekul berbagai asam-asam lemak Sifat fisiko kimia dari beberapa minyak-lemak nabati disajikan pada Tabel 6.18. Tabel 6.18. Sifat-sifat beberapa minyak-lemak nabati
Minyak Jarak kaliki Jagung Kapas Crambe Massa jenis, kg/liter 0,9537 0,9095 0,9148 0,9044 Viskositas kinematika (38 0C), cSt 297 34,9 33,5 53,6 Hc, MJ/kg 37,27 39,50 39,47 40,48 Angka Titik awan/ Titik tuang, o setana kabut, oC. C. 37,6 41,8 44,6 Tak ada -1,1 +1,7 10,0 -31,7 -40,0 -15,0 -12,2

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 176

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


Massa jenis, kg/liter 0,9236 0,9026 0,9115 0,9144 0,9021 0,9133 0,9138 0,9161 0,8400 Viskositas kinematika (38 0C), cSt 27,2 39,6 37,0 31,3 41,2 35,5 32,6 33,9 2,7

Minyak Biji rami Kacang tanah Kanola Kasumba Kasumba OT*) Wijen Kedelai Bunga matahari Diesel No. 2

Hc, MJ/kg 39,31 39,78 39,71 39,52 39,52 39,35 39,62 39,58 45,34

Angka Titik awan/ Titik tuang, o setana kabut, oC. C. 34,6 41,8 37,6 41,3 49,1 40,2 37,9 37,1 47,0 +1,7 12,8 -3,9 18,3 -12,2 -3,9 -3,9 7,2 -15,0 -15,0 -6,7 -31,7 -6,7 -20,6 -9,4 -12,2 -15,0 -33,0

Sumber : Goering, C.E., A.W. Schwab, M.J. Daugherty, E.H. Pryde, dan A.J. Heakin, Fuel Properties of Eleven Vegetable Oils, Trans. ASAE 25, 1472 1477 (1982). *) OT = (berkadar) Oleat Tinggi

Minyak Kelapa Sawit Kapas Jarak pagar Kacang tanah Kanola Kedelai Bunga matahari Diesel Ester Metil Kanola

Massa jenis Viskositas Hc, Angka Titik awan/ Titik tuang, (20 oC), kinematika o C. MJ/kg setana kabut, oC. kg/liter (20 0C), cSt 0,915 0,915 0,921 0,920 0,914 0,916 0,920 0,925 0,830 0,880 30 60 73 77 85 78 61 58 6 7 37,10 36,90 36,80 38,00 39,30 37,40 37,30 37,75 43,80 37,70 40 42 38 40 35 50 23 41 30 41 30 36 30 38 29 37 50 49 28 31 -1 2 9 -11 -4 -5 -9 -4 23 26 23 40 2 -3 -3 -2 -20 -16 -16 -12

Sumber : Vaitilingom, G. dan A. Liennard, Various Vegetable Oils as Fuel for Diesel and Burners: J. curcas Particularities, hal. 98 109 dalam G.M. Gbitz, M. Mittelbach dan M. Trabi (ed), Biofuels and Industrial Products from Jatropha curcas, Dbv-Verlag fr die Technische Universitt Graz, Graz, Austria, 1997.

Sifat fisiko kimia dari beberapa asam lemak disajikan pada Tabel 6.19.

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 177

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel 6.19. Sifat-sifat Biodiesel/ ester metil dari beberapa asam-asam lemak
Ester metil asam Angka setan Angka iodium (g-I2/100g) Titik leleh (oC) Visk. kin. (cSt), 40 oC Massa jenis (g/cc), 40 o C 0,859 0,856 0,853 0,867 0,851 0,850 0,849

Kaprilat, MeC8:0 Kaprat, MeC10:0 Laurat, MeC12:0 Miristat, MeC14:0 Palmitat, MeC16:0 Stearat, MeC18:0 Arakhidat, MeC20:0 Behenat, MeC22:0 Lignoserat, Me-C24:0 Palmitoleat, Me-C16:1 Oleat, MeC18:1 Linoleat, MeC18:2 Linolenat, MeC18:3 Gadoleat, MeC20:1 Erusat, MeC22:1

33,6 47,9 60,8 73,5 85,9 101

0 0 0 0 0 0 0 0 0

-34 -12 5 18,5 30,5 39,1 48 54

1,16 1,69 2,38 3,23 4,32 5,61

51,0 59,3 38,0 20,0

94,55 85,60 172,4 260,3 78,20 -20 -35 -52 4,45 3,64 3,27 0,860 0,872 0,883

76,0

71,98
o

33

7,21

0,856

Viskositas kinematik pada 40 oC (centiStoke). pada 40 C berwujud padat (bukan cairan). Sel yang kosong menunjukkan tidak/belum ada data.

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 178

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

6.1.1. Crude Jatropha curcas Oil (CJCO) Crude Jatropha curcas Oil (CJCO) adalah minyak jarak pagar kasar. CJCO diperoleh dari biji jarak pagar dengan cara pengepresan mekanik (mechanical expression). Pengepresan mekanis merupakan cara untuk pemisahan minyak dari bahan berupa biji-bijian. Cara ini paling sesuai untuk memisahkan minyak dari bahan yang kadar minyaknya tinggi, yaitu sekitar 30-70%. Minyak jarak pagar terkandung dalam bahan yang berbentuk biji dengan kandungan minyak sekitar 30-50%. Dengan demikian, metode ekstraksi yang paling sesuai untuk biji jarak, yaitu teknik pengepresan mekanis. Minyak jarak tidak lebih kental dibandingkan minyak nabati lainnya. Komponen terbesar minyak jarak pagar adalah trigliserida yang mengandung asam lemak oleat dan linoleat . Sifat fisiko kimia minyak jarak pagar disajikan pada Tabel 6.20. Tabel 6.20. Komposisi asam lemak dari minyak jarak pagar Asam Lemak Perbandingan Komposisi (% b/b) Asam Miristat 14:0 0 - 0.1 Asam Palmitat 16:0 14.1 - 15.3 Asam Stearat 18:0 3.7- 9.8 Asam Arachidat 20:0 0 0.3 Asam Behemat 22:0 0 0.2 Asam Palmitoleat 16:1 0 1.3 Asam Oleat 18:1 34.3 45.8 Asam Linoleat 18:2 29.0 44.2 Asam Linolenat 18:3 0 0.3
Sumber: Gubitz, et al. 1999

Tabel 6.21. Sifat fisiko kimia minyak jarak pagar Sifat Fisikokimia Titik nyala (Flash point) Densitas pada 15oC Viskositas pada 30oC Residu Karbon (Carbon residue (on 10% distillation residue)) Kadar abu sulfat (Sulfated ash content) Titik tuang (Pour Point) Satuan o C g/cm3 mm2/s % (m/m) % (m/m)
o

Nilai 236 0.9177 49.15 0.34 0.007 -2.5

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 179

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN Sifat Fisikokimia Kadar air (Water content) Kadar Sulfur (Sulfur content) Bilangan Asam (Acid value) Bilangan iod (Iodine value) Satuan ppm ppm mg KOH/g minyak G iod/100 g minyak Nilai 935 <1 4.75 96.5

6.3.2. Crude Palm Oil (CPO) Crude Palm Oil (CPO) merupakan hasil olahan daging buah kelapa sawit melalui proses perebusan Tandan Buah Segar (TBS), perontokan, dan pengepresan. CPO ini diperoleh dari bagian mesokarp buah kelapa sawit yang telah mengalami beberapa proses, yaitu sterilisasi, pengepresan, dan klarifikasi. Minyak ini merupakan produk level pertama yang dapat memberikan nilai tambah sekitar 30% dari nilai tandan buah segar. CPO dapat digunakan sebagai bahan baku industri minyak goreng, industri sabun, dan industri margarin. Dilihat dari proporsinya, industri yang selama ini menyerap CPO paling besar adalah industri minyak goreng (79%), kemudian industri oleokimia (14%), industri sabun (4%), dan sisanya industri margarin (3%). Pemisahan CPO dan PKO dapat menghasilkan oleokimia dasar yang terdiri atas asam lemak dan gliserol. Secara keseluruhan proses produksi minyak sawit tersebut dapat menghasilkan 73% olein, 21% stearin, 5% Palm Fatty Acid Distillate (PFAD), dan 0.5% buangan. Komponen asam lemak yang terdapat dalam CPO disajikan pada Tabel 6.22 sedangkan sifat fisiko kimianya dapat dilihat pada Tabel 6.23. Tabel 6.22. Komposisi asam lemak dari CPO Asam Lemak Perbandingan Komposisi (% b/b) Asam Laurat 12:0 0,2 Asam Miristat 14:0 1,1 Asam Palmitat 16:0 44,0 Asam Stearat 18:0 4,5 Asam Oleat 18:1 39,2 Asam Linoleat 18:2 10,1
Sumber: Hui (1996)

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 180

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN Tabel 6.23. Sifat fisiko kimia CPO Sifat Fisiko Kimia Trigliserida Asam lemak bebas (FFA) Warna (5 Lovibond Cell) Kelembaban & Impurities Bilangan Peroksida Bilangan Anisidin Kadar -carotene Kadar fosfor Kadar besi (Fe) Kadar Tokoferols Digliserida Bilangan Asam Bilangan Penyabunan Bilangan iod (wijs) Titik leleh Indeks refraksi (40C) Nilai 95 % 25% Merah orange 0.15 3.0 % 1 -5.0 (meq/kg) 2 6 (meq/kg) 500-700 ppm 10-20 ppm 4-10 ppm 600-1000 ppm 2-6 % 6,9 mg KOH/g minyak 224-249 mg KOH/g minyak 44-54 21-24C 36,0-37,5

6.3.3. Palm Kernel Oil (PKO) Palm Kernel Oil (PKO) diperoleh dari bagian kernel buah kelapa sawit (Gambar 6.33) dengan cara ekstraksi pelarut atau dengan cara pengepresan. Komponen asam lemak terbesar penyusun PKO adalah asam laurat (Tabel 6.24). Hal ini menjadikan PKO memiliki karakteristik yang mirip dengan minyak kelapa. Sifat fisiko kimia PKO disajikan pada Tabel 6.25.

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 181

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Gambar 6.33. Bagian yang terdapat pada buah kelapa sawit Tabel 6.24. Komposisi asam lemak dari PKO Asam Lemak Asam Laurat Asam Miristat Asam Palmitat Asam Stearat Asam Oleat Asam Linoleat
Sumber: Hui (1996)

Perbandingan 12:0 14:0 16:0 18:0 18:1 18:2

Komposisi (% b/b) 47-53 15-19 8-11 1-3 12-19 2-4

Tabel 6.25. Sifat fisiko kimia PKO Sifat Fisiko Kimia Kadar Asam lemak bebas (FFA) Bilangan Asam Bilangan Penyabunan Bilangan iod (wijs) Titik leleh

Nilai 25 % (m/m)

225 mg KOH/g minyak 256 mg KOH/g minyak 14 - 23 48C

6.3.4. Crude Coconut Oil (CCO) Crude Coconut Oil (CCO) diperoleh dari daging buah kelapa yang diekstrak melalui pembuatan santan (wet rendering) dan akhirnya menjadi minyak atau melalui proses

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 182

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

pengeringan buah kelapa menjadi kopra (dry rendering) dan selanjutnya dipress untuk mendapatkan minyaknya. CCO berdasarkan kandungan asam lemak digolongkan ke dalam minyak asam laurat, karena komposisi asam laurat paling besar jika dibandingkan dengan asam lemak lainnya. Komposisi asam lemak CCO disajikan pada Tabel 6.26. Tabel 6.26. Komposisi asam lemak pada Crude Coconut Oil (CCO)

Sifat fisiko kimia minyak kelapa meliputi kandungan air, kandungan asam lemak bebas, bilangan penyabunan, bilangan iod, bilangan peroksida, dan warna. Beberapa sifat fisiko kimia minyak kelapa dapat dilihat pada Tabel 6.27. Tabel 6.27. Sifat fisiko kimia CCO
Sifat Kandungan air dan kotoran Kadar asam lemak bebas Warna (Lovibond) R/Y max. Bilangan penyabunan Bilangan iod Bilangan peroksida Melting point ( C) Indeks refraksi (40 C)
Sumber : Hui (1996)
o o

Crude 1 3 12/75 0,1

Cochin 0,03 0,04 1/10

RBD

0,07 1/10 250 264 7 12

250 264 7 12 0,5 24 26 1,448 1,450

2,0

0,5 24 26 1,448 1,450

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 183

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

6.3.5. Crude Rapeseed Oil (CRO) Rapeseed (Brassica napus L. ssp. oleifera) mengandung 40-45% minyak, 20-25% protein, dan 25% karbohidrat. Proses perolehan minyak rapeseed dilakukan dengan mengelupas kulit lalu dipanaskan untuk merusak lapisan sel dan menonaktifkan enzim, yang diikuti dengan screw pressing dan ekstraksi pelarut. Komponen asam lemak yang terdapat pada CRO disajikan pada Tabel 6.28. Tabel 6.28. Komposisi asam lemak dari CRO
Asam Lemak Asam Palmitat (C 16:0) Asam Stearat (C 18:0) Asam Oleat (C 18:1) Asam Linoleat (C 18:2) Asam Linolenat (C 18:3) Asam Arakidat (C 20:0) Asam Gadoleat (C 20:1) Asam Behenat (C 22:0) Asam Erukat (C 22:1) Asam Nervonat (C 24:1) Sumber: Mittelbach M, 2006 Asam Erukat rendah(% b/b) 3-5 1-2 55-65 20-26 8-10 1 7-9 0,5 Asam Erukat tinggi (% b/b) 2-4 1-2 14-18 13 8-10 45-52 1

6.3.6 Crude Soybean Oil (CSO) Soybean Oil (Glycine max) adalah bahan baku yang paling populer digunakan sebagai pembuat biodiesel di Amerika. Komponen terbesar pada CSO adalah asam linolenat (Tabel 2.29). Sifat fisiko kimia CSO disajikan pada Tabel 6.30. Tabel 6.29. Komposisi asam lemak dari CSO Asam Lemak Asam Palmitat Asam Stearat Asam Oleat Asam Linoleat Asam Linolenat Jumlah (%) 11-12 3-5 23-25 52-56 6-8

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 184

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel 6.30. Sifat fisiko kimia CSO Parameter Nilai Massa jenis 0,9138 kg/L Viskositas kinematika (38C) 32,6 cSt Hc 39,62 MJ/Kg Angka Setana 37,9 Titik kabut -3,9 C Titik tuang -12,2 C 6.3.7. Kapuk (Ceiba pentandra) Kapuk merupakan tanaman yang memiliki potensi untuk menghasilkan minyak. Biji Kapuk selama ini kurang dimanfaatkan dengan baik dan sering dibuang. Minyak Kapuk diperoleh dari biji dan dihasilkan sebagai produk samping dari produk serat Kapuk. Tanaman Kapuk banyak tumbuh di negara-negara tropis termasuk di Indonesia, India, Srilanka, Malaysia, Filipina, Indocina dan Amerika selatan. Minyak Kapuk diproduksi dan diolah dengan cara yang sama dengan minyak biji kapas. Kebanyakan biji Kapuk yang diproduksi secara komersial berasal dari Ceiba Pentandra (C. Caseria, Eriodendron Anfractuosum) dan dihasilkan di Indonesia. Umumnya tanaman Kapuk tahan terhadap kekeringan dan terdapat di seluruh wilayah Indonesia. Gambar Tanaman kapuk disajikan pada Gambar 6.34. di bawah ini.

Gambar 6.34. Tanaman Kapuk (Ceiba pentandra) Setiap gelondong buah Kapuk mengandung rata-rata 26% biji, setiap 100 kg gelondong Kapuk akan menghasilkan 26 kg biji. Biji Kapuk mengandung 24-40%-b minyak. Minyak ini memiliki kerapatan 0,917 kg/liter, bilangan iodine 88-96 dan angka penyabunan 181-192. Minyak biji Kapuk mengandung asam lemak jenuh 19-28,05 % dan asam lemak tidak jenuh sekitar 71,95-81% lebih tinggi dibandingkan dengan minyak kelapa. Minyak biji Kapuk mudah tengik dan memiliki gugus siklopropenoid sehingga kurang baik untuk dikembangkan sebagai minyak makan. Minyak Kapuk memberikan reaksi warna merah atau merah jingga yang lebih kuat dalam larutan belerang dalam karbon disulfida dan

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 185

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

amil alkohol panas dibandingkan dengan minyak biji kapas pada uji halphen. Biji Kapuk tersedia setiap tahun rata-rata 114.400 ton. Bila dikonversi ke minyak, maka akan diperoleh rata-rata 30% x 114.400 ton yang setara dengan 34.320 ton minyak biji Kapuk setiap tahun. Walaupun masih terbatas, kontribusi minyak Kapuk dapat ditingkatkan, sehingga berpotensi menjadi sumber energi alternatif bagi kemaslahatan bangsa ini. Tabel 6.31. Potensi ketersediaan Kapuk (Sumber:BaLitbang pertanian) Areal Produksi Biji Tahun (ribu ha) (ribu ton gelondong) (ribu ton/tahun) 1995 268,9 488,3 116,5 1996 278,8 428,9 111,5 1997 266,4 441,1 114,7 1998 266,4 440,5 114,5 1999 266,5 441,1 114,4 Rata-rata 269,4 440,0 114,4

Tabel 6.32. Spesifikasi Minyak Kapuk Spesies Ceiba pentandra Ceiba pentandra Nama umum Kapuk Kapuk b Sumber geografis Jawa Jawad Lemak, (% dalam biji) 24,6 Lemak, (% dalam inti) 39,9 Angka asam 9,7 3,7 Angka penyabunan 191,6 190,7 Angka iodin 94,1 96 Angka tiosianogen 75,9 Angka hidroksil 12,9 Tak tersabunkan (%) 0,9 0,8 o Indeks refraktori, nD, 25 C 1,4691 1,4696 o o Berat jenis, 15 C/15 C 0,9225 Komposisi asam lemak, (%-berat total) Jenuh 18,3 Palmitat 10,5 Stearat 8,6

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 186

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN Ceiba pentandra C20-22 1,3 Ceiba pentandra

Spesies Tidak jenuh

Oleat 53,1 46,1 Linoleat 28,6 33,5 b Contoh dari biji yang dikumpulkan di Jawa. Daging dipisahkan (55% biji) dan diekstraksi dengan petroleum eter d Minyak dihasilkan dari penggilingan komersial di San Francisco dari biji yang diimpor dari Jawa Kapuk/randu adalah tumbuhan penghasil minyak-lemak non-pangan yang potensial. Keberadaan pohon dan bahkan perkebunannya pun masih bisa dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Penilaian berdasar angka iodium saja menunjukkan bahwa minyak ini mestinya sangat cocok untuk dijadikan bahan mentah pembuatan biodiesel. Namun seperti yang dijelaskan sebelumnya minyak randu (dan juga minyak-minyak dari tumbuhan lain dalam keluarga Malvaceae seperti kenaf, okra, rosela, randu alas, dan kepoh) mengandung asam lemak aneh, yaitu asam malvalat dan sterkulat. Kedua asam lemak bergugus siklopropenoid ini sangat reaktif dan mudah berpolimerisasi menjadi getah jika panas [Soerawidjaja (2002)], sehingga diduga akan menyebabkan penyumbatan nosel/injektor pada ruang bakar mesin diesel. Gugus siklopropenoid memiliki sifat khas bereaksi positif terhadap uji Halphen, sehingga untuk mencegah minyak-minyak lemak bergugus siklopropenoid untuk sementara tidak dijadikan bahan mentah pembuatan biodiesel (sampai riset-riset untuk memastikan cara-cara penanggulangannya selesai), uji Halphen menjadi salah satu syarat mutu biodiesel di Indonesia. 6.3.8. Nyamplung (Calophyllum inophyllum) Tanaman nyamplung terdapat di seluruh Indonesia dan banyak terdapat di sekitar pantai. Pada umumnya tanaman ini berbuah lebat, tetapi belum ada data yang menyatakan secara pasti produksi buah per pohon per tahun. Tinggi pohon nyamplung mencapai 20 meter dengan batang besar sampai 1,5 meter dan bercabang rendah dekat permukaan tanah. Bunga nyamplung berbau wangi dengan warna buah hijau yang kemudian berubah menjadi kekuningan seperti kayu setelah dipetik dan kering. Kulit buahnnya tipis karena ukuran biji relatif besar dengan diameter 2,5 cm. Biji nyamplung segar berwarna kuning kehijauan dan akan menjadi berwarna coklat tua serta menjadi lengket berminyak setelah kering.

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 187

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Gambar 6.35. Biji Nyamplung (Calophyllum inophyllum) Minyak nyamplung mentah mengandung komponen yang aktif mempercepat kesembuhan luka atau pertumbuhan kulit (cicatrization) dan sejumlah asam lemak bebas. Minyak nyamplung mengandung risin, berwarna hijau gelap atau kuning kebiru-biruan, berasa pahit dan bukan minyak makan. Minyak nyamplung dinamakan minyak tamanu (Tahiti), minyak undi (India), minyak domba (Afrika). Kandungan minyak 40-55 %-b pada biji segar dan menjadi 70-73 %-b setelah biji kering. Minyak nyampung memiliki berat jenis 0,941-0,945, angka iodin 82-98, angka penyabunan 192-202 dan titik leleh 8oC. Komposisi asam lemak minyak nyamplung terdiri dari oleat 48-53 (%-b), linoleat 15-24 (%b), palmitat 5-18 (%-b), stearat 6-12 (%-b).

6.3.9. Malapari/ kranji (Pongamia Pinnata) Tanaman ini tumbuh dengan cepat, dalam 45 tahun sudah dewasa dan berukuran sedang ( 8 meter) dan bisa tumbuh lagi dengan baik berulang-ulang dari tunggul sisa penebangan. Sangat mampu memanfaatkan nitrogen udara (excellent nitrogen-fixing ability) dan dikenal sebagai pohon penghasil kayu bakar dan minyak nabati non-pangan. Satu pohon malapari mampu menghasilkan 990 kg biji/tahun, sehingga jika kerapatan tanamnya 100 pohon per hektar maka potensi hasil panennya adalah 900 9000 kg biji/ha/tahun atau pada rendemen 25 %-b dapat dihasilkan 2252250 kg/ha/tahun minyak-lemak. Buah malapari berwujud polong dan hampir separuh elips dengan panjang 4,0 7,5 cm, lebar 1,73,2 cm serta berisi 1 (kadang-kadang 2) biji. Biji buah malapari berbentuk elips dengan panjang 1,72,0 cm dan lebar 1,2 1,8 cm. Buah malapari berkeriput dan berkulit coklat-kemerahan. Biji malapari yang sudah tua memiliki berat 1 gram dan terdiri atas 5 %-b kulit dan 95 %-b inti-biji. Inti biji malapari mengandung 2739 %-b minyak-lemak nonpangan yang coklat kemerahan, kental dan berasa pahit. Biji dan minyak malapari

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 188

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

mengandung asam amino kompleks, yaitu glabrin (C21H42O12N3), 4 furanoflavon yang terdiri dari karanjin (C18H12O4), pongapin (C19H12O6), kanjon (C18H12O4) dan pongaglabron (C18H10O5.H2O) serta diketon pongamol (C18H14O4). Senyawa-senyawa ini dapat disingkirkan dari biji maupun minyak via ekstraksi dengan alkohol.

Gambar 6.36. Biji Malapari/ kranji (Pongamia Pinnata) Dengan cara pembudidayaan yang baik dan rotasi 57 tahun maka perkebunan malapari merupakan perkebunan energi yang dapat mencapai target produksi 2 ton minyak-lemak dan 5 ton kayu bakar per hektar per tahun dengan kalor bakar kayu 19,2 MJ/kg.

Tabel 6.33. Karakteristik Minyak Kranji Parameter/atribut karakter Berat jenis Indeks bias Angka penyabunan, (mg KOH)/g Angka asam, (mg KOH)/g Angka iodium, (g I2)/(100 g) Bahan tak tersabunkan, %-b Angka asetil, (mg KOH)/g Rentang nilai 0,925 0,940 1,4734 1,4790 177 193 8 75 96 0,3 9,2 21

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 189

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN Tabel 6.34. Komposisi Asam Lemak Minyak Kranji (%-b) Asam miristat, C14:0 0,23 1,60 Asam palmitat, C16:0 3,7 7,9 Asam stearat, C18:0 2,1 8,9 Asam arakhidat, C20:0 2,2 4,7 Asam behenat, C22:0 4,2 5,3 Asam lignoserat, C24:0 1,1 3,5 Asam oleat, C18:1 44,5 71,3 Asam linoleat, C18:2 9,7 18,3 Asam linoleat, C18:3 0,0 5,0 Asam eikosenoat, C20:1 0,0 12,4 Asam dihidroksistearat 0,0 4,4

Malapari (Pongamia pinnata/glabra, Deris indica) adalah penghasil minyak-lemak non pangan yang potensial dan Tabel 6.7 dan 6.8 menunjukkan bahwa minyak-lemaknya juga merupakan bahan mentah yang baik untuk pembuatan biodiesel (India kini sudah mulai memanfaatkannya). Sayang sekali di Indonesia, pohon ini masih harus ditemukan lagi untuk dicoba dibudidayakan. Heyne (1950) mencatat bahwa nama pohon wilayah pesisir (akarnya tahan air asin) dan mampu tumbuh cepat ini adalah malapari di Pulau Simeuleu, mabai di Pulau Bangka, kranji di Pulau Madura, marauwen di Minahasa, hate hira di Pulau Ternate, serta butis atau sikam di Pulau Timor. 6.3.10. Nimba (Azadirachta indica) Tanaman ini tumbuh hingga mencapai ketinggian 12-20 meter. Bentuk buahnya bulat lonjong seperti kapsul. Kulit buah tipis dan berwarna coklat muda setelah kering. Biji buah kering mengandung minyak 40-50 %-b. Minyak biji nimba memiliki berat jenis 0,91-0,92 kg/liter dengan angka iodium 68-75 dan angka penyabunan 195-204. Komposisi asam lemak yang terdapat pada minyak nimba adalah oleat 49-62 (%-b), linoleat 7-16 (%-b), palmitat 13-15 (%-b), stearat 14-20 (%-b) dan Arakhidat 1-25(%-b).

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 190

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Gambar 6.37. Biji Nimba (Azadirachta indica)

Gambar 6.38. Potensi Ekonomi Pohon Nimba 6.3.11. Kusambi (Schleichera oleosa) Tanaman kusambi ini berpohon besar dengan tinggi 15-40 meter dan besar batang 60175 cm. Kusambi umumnya tumbuh pada ketinggian kurang dari 600 m. Buahnya berwarna hijau dengan ukuran biji 1,5 cm. Kulit biji 40 % berat biji dan daging biji mengandung 59 - 72 % minyak. Biji mengandung glukosida sianogenetik yang dapat menghasilkan HCN (bisa ikut dalam minyak). Minyak biji kusambi biasa disebut minyak kusum atau minyak makasar.

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 191

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Gambar 6.39. Biji Kusambi (Schleichera oleosa) Karakteristik minyak adalah angka iodium 48-58, angka penyabunan 220-230, dan rentang pelelehan 20 - 30 oC. Komposisi asam lemak yang terdapat pada minyak makasar adalah miristat 1 (%-b), palmitat 5-8 (%-b), stearat 2-6 (%-b), arakhidat 20-30 (%-b), oleat 40-60(%-b), linoleat 25 (%-b). 6.3.12. Biji Karet Daging biji karet mengandung minyak 45-50% dengan susunan 17-22% asam lemak jenuh dan 77-82% asam lemak tidak jenuh (Fressenden, 1979). Asam lemak jenuh terdiri atas asam palmitat 9-12%, stearat 5-12% dan Arachidat 1%. Sedangkan asam lemak tak jenuh terdiri dari asam oleat 17-21%, linoleat 35-38% dan linolenat 21-24%. Angka iodium 132148, angka penyabunan 190-195, asam lemak total 2-20%. Tidak seperti umumnya minyak yang lain, minyak biji karet dapat larut dalam alkohol tetapi agak larut dalam eter. Pada suhu kamar, satu bagian volume minyak biji karet akan seketika larut dalam dua bagian volume etanol.

6.4. Analisis Penggunaan Bahan Baku BBN yang disinergikan dengan Ketahanan Pangan Pro-kontra pendapat antara pemanfaatan lahan dan hasil-hasil pertanian apakah untuk memenuhi kebutuhan pangan ataukah untuk memproduksi biofuel menjadi perdebatan hingga di tingkat dunia. Perdebatan yang terjadi dikenal dengan istilah food vs fuel" atau "food or fuel" . Disatu sisi, pemanfaatan bahan-bahan hasil pertanian untuk pengembangan biofuel dibutuhkan mengingat keterbatasan sumber energi fosil yang ada saat ini sehingga diperlukan sumber energi alternatif terbarukan dimana bahan bakunya adalah hasil-hasil pertanian. Sementara di sisi lain negara-negara non agraris yang kebutuhan pangannya dipenuhi dari impor memerlukan bahan-bahan pertanian tersebut untuk konsumsi masyarakatnya. Pemanfaatan hasil-hasil pertanian sebagai bahan baku

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 192

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

biofuel dianggap sebagai penyebab terjadinya kenaikan harga pangan di tingkat dunia. Namun kenaikan harga pangan dunia tidak semata-mata disebabkan oleh kegiatan produksi biofuel, melainkan dipengaruhi pula oleh faktor-faktor lainnya, seperti kenaikan harga energi fosil, keseimbangan suplai dan permintaan, faktor alam dan lain sebagainya. 6.4.4. Kebutuhan Energi Dunia Energi merupakan salah satu masalah krusial yang dihadapi oleh negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Tidak adanya penemuan cadangan minyak bumi dalam jumlah yang besar pada rentang waktu terakhir ini menyebabkan hampir seluruh negara di dunia menjadikan energi sebagai masalah besar yang perlu ditangani secara serius. Kebutuhan akan energi makin meningkat sementara pasokan terbatas. Peningkatan konsumsi energi dunia disebabkan karena dua alasan utama, yaitu perubahan gaya hidup (Block, 2003) dan pertumbuhan jumlah penduduk yang signifikan (Gaya dan Patel, 2003). Dua kontributor utama pada peningkatan kebutuhan energi adalah transportasi dan sektor industri yang merupakan konsumen energi terbesar. Peningkatan kebutuhan energi tersebut dipasok dengan menggunakan bahan bakar berbasis fosil (energi primer) seperti minyak bumi, gas alam, dan batubara dengan total mencapai 88 persen dari kebutuhan energi global. Sepanjang tahun 2002 - 2007, terjadi pertumbuhan kebutuhan energi dunia khususnya minyak bumi sebanyak 8 juta barel per hari. Peningkatan khususnya terjadi di negara-negara berkembang dengan peningkatan sampai 50% dari kenaikan seluruh dunia. Saat ini kebutuhan energi setiap harinya di seluruh dunia mencapai 14 triliun watt, atau setara dengan 210 juta barrel minyak. Menurut Internasional Energy Agency (IEA), dari seluruh konsumsi energi tersebut, sumber energi yang dapat diperbarui (renewable) hanya mampu menyumbang 13 persen dari total kebutuhan energi. Total konsumsi energi tersebut diprediksikan akan mengalami peningkatan menjadi sebesar 60 triliun watt untuk memenuhi permintaan energi dari total penduduk dunia yang mencapai 8 miliar jiwa. Hingga tahun 2030, berdasarkan total konsumsi pada tahun 2005 maka diprediksi konsumsi energi dunia mengalami peningkatan sebesar 1,6 persen. Pada Tabel 6.35 berikut disajikan konsumsi energi dunia berdasarkan kawasan.

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 193

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Tabel 6.35. Konsumsi energi dunia berdasarkan kawasan (000 triliun BTU) Kawasan 2005 2010 2015 2020 269,0 137,8 88,5 42,7 339,4 63,3 189,4 32,6 20,9 33,2 608,4 2025 277,6 143,4 90,4 43,7 374,2 66,0 215,3 34,7 22,5 35,7 651,8 2030 285,9 148,9 92,0 44,9 408,8 69,1 240,8 36,8 23,9 38,3 694,7 Pertumbuhan (%) 0,7 0,8 0,5 0,7 2,5 1,2 3,2 1,9 2,0 2,0 1,6

OECD 240,9 249,7 260,5 Amerika Utara 121,3 126,4 132,3 Eropa 81,4 83,9 86,8 Asia 38,2 39,3 41,4 Non-OECD 221,3 262,8 302,5 Eropa & Eurasia 50,7 55,1 59,5 Asia 109,9 137,1 164,2 Timur tengah 22,9 26,4 29,5 Afrika 14,4 16,5 18,9 Amerika Tengah 23,4 27,7 30,5 dan Selatan Total Dunia 462,2 512,5 563,0 Sumber : EIA, World Energy Projection Plus (2008).

Konsumsi energi tersebut tidak merata di berbagai negara dan masih didominasi oleh negara-negara industri besar seperti Amerika, Cina, Rusia dan Jepang. Sepuluh negara konsumen energi terbesar dunia saat ini adalah Amerika (22,8%), Cina (13,6%), Rusia (6,5%), Jepang (5%), India (3,7%), Jerman (3,2%), Kanada (3%), Perancis (2,6%), Inggris (2,2%) dan Korea Selatan (2,1%). Sisanya sebesar 35,3% terbagi-bagi untuk negara lainnya dalam proporsi yang jauh lebih kecil. Antara satu negara dengan negara lainnya terdapat perbedaan sangat besar untuk sebaran konsumsi energinya. Sebagai contoh, konsumsi energi di Amerika (22,8%) masih lebih besar dibandingkan total seluruh negara di Afrika ditambah dengan negara-negara Timur Tengah dan negara di Amerika selatan yang seluruhnya hanya berjumlah 12,5%. Padahal total produksi minyak bumi dari negara Afrika, Timur Tengah dan Amerika Selatan tersebut jauh lebih besar dibanding produksi Amerika Serikat yang hanya 8,5% dari total produksi minyak dunia. Kesepuluh negara konsumen energi terbesar tersebut hampir semuanya menjadikan minyak, batubara dan gas alam sebagai penopang utama kebutuhan energinya, meskipun dengan komposisi yang berbeda-beda. Kelima negara yang menjadikan minyak bumi sebagai sumber utama pemenuhan energinya yaitu Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Kanada dan Korea Selatan. Federasi Rusia dan Inggris menjadikan gas alam sebagai pemasok terbesar kebutuhan energi dalam negerinya, sementara Cina dan India

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 194

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

menggunakan batu bara. Indonesia sendiri, dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat, berada pada posisi ke-20 pada tingkat konsumsi energi dunia dengan total konsumsi sebesar 1,1% dari total energi dunia. Pada umumnya, kebijakan energi pada negara konsumen energi terbesar tersebut adalah sama, yaitu mengoptimalkan sumber energi yang mungkin untuk diproduksinya sendiri. Amerika Serikat bersama dengan Jepang dan Korea Selatan tergolong sebagai negara-negara yang masih sangat tergantung pada minyak bumi mengingat konsumsi yang sangat tinggi yaitu lebih dari 40% kebutuhan energinya dipasok oleh minyak. Selain itu juga Amerika Serikat telah mengembangkan berbagai sumber energi lainnya baik berupa gas alam, batu bara, energi nuklir dan biofuel. Cina dengan pertumbuhan industri baru yang sangat pesat mampu mengembangkan batu bara sebagai sumber energi alternatif agar ketergantungan pada minyak tidak terlalu besar. Meskipun cadangan batu bara Cina tidak sebesar Amerika Serikat, dimana cadangan Amerika mencapai 27,1% dari seluruh cadangan batu bara di dunia sedangkan Cina memiliki 12,6%, namun murahnya harga energi batu bara membuat Cina begitu gencar mengintensifkan penggunaan batu bara untuk kebutuhan energinya. Cina menjadikan batu bara sebagai sumber utama energinya yang mencapai setara 956,9 juta ton minyak. Jumlah konsumsi batu bara yang terbesar di dunia tersebut mampu memasok lebih dari 69% kebutuhan energi dalam negeri Cina. Untuk memenuhi kebutuhan batu bara yang begitu besar, produksi batu bara Cina menjadi sangat luar biasa melebihi konsumsi dalam negerinya yaitu mencapai setara 989,8 juta ton minyak. Produksi ini juga merupakan yang terbesar di dunia yaitu 36,2% dari total produksi batubara di seluruh dunia. Cina juga telah mengembangkan biofuel sebagai alternatif energinya. Rusia yang memiliki cadangan gas alam terbesar di dunia karena menguasai 26,7% cadangan gas alam dunia, menjadikan gas alam sebagai sumber utama pemenuhan energi dalam negerinya yang mencapai setara 361,8 juta ton minyak atau 54,1% dari total energi yang dikonsumsi oleh Rusia. Perancis memiliki keterbatasan terhadap sumber sumber energi fosil (minyak, batu bara ataupun gas alam), sehingga untuk memenuhi kebutuhan energinya yang besar, selain memperbesar perusahaan minyaknya untuk menjamin suplai minyak dalam negerinya, juga digarap sumber energi nuklir hingga mampu memproduksi setara 101,4 juta ton minyak. Jumlah ini merupakan 16,2% dari total energi nuklir di dunia yang merupakan kedua terbesar setelah Amerika. Di Perancis nuklir menjadi sumber energi utama dibandingkan dengan minyak, gas ataupun batubara. Kanada merupakan negara yang memproduksi energi hydro terbesar di dunia yang mencapai 12% dari seluruh energi hydro di seluruh dunia, sehingga untuk memenuhi kebutuhan

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 195

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

energinya Kanada memperbesar konsumsi gas alam dan sumber energi airnya sehingga jumlah keduanya mencapai 51%, jauh diatas konsumsi minyaknya yaitu 32,4%. 6.4.5. Pengembangan Energi Alternatif Terbarukan (Biofuel) Pemakaian bahan bakar berbasis fosil ternyata selain berdampak serius pada lingkungan seperti pemanasan global, asidifikasi, penipisan lapisan ozon, dan sebagainya (Krbitz, 1999) ternyata juga memiliki masalah, diantaranya yaitu terbatasnya sumber daya alam dan adanya upaya pengontrolan oleh OPEC (Organisation of Exported Countries of Petroleum) yang secara politik tidak stabil selama beberapa dekade terakhir (Commission of the European Communities, 2001). Ketergantungan terhadap bahan bakar fosil sangat tinggi. Untuk menghindari ketergantungan tersebut beberapa negara mulai mengembangkan berbagai sumber energi terbarukan yang tersedia di alam dalam jumlah tak terbatas seperti energi matahari, angin, panas bumi, air dan biomassa. Peningkatan upaya pengembangan energi terbarukan ini makin diperkuat akibat terjadinya peningkatan harga minyak bumi dunia. Kondisi ini mendorong banyak pihak di berbagai negara untuk mengembangkan berbagai sumber bahan bakar alternatif yang bersifat terbarukan, salah satunya yaitu dengan memanfaatkan bahan baku nabati, yaitu biofuel. Biofuel adalah bahan bakar yang dihasilkan dari bahan organik, berupa minyak yang mudah terbakar yang dihasilkan dari tanaman. Biofuel cair umumnya dikembangkan sebagai bahan bakar kendaraan. Beberapa jenis bahan bakar diantaranya yaitu metanol, etanol, hidrogen, diesel, biodiesel dan bio oil (Hamelincka and Faai, 2006). Biofuel perlu diprioritaskan untuk negara berkembang dan negara industri dengan pertimbangan bahwa biofuel bersifat berkelanjutan (sustainability), mereduksi emisi gas rumah kaca (green house gas), pengembangan regional, struktur sosial dan pertanian, dan keamanan suplai (Demibras, 2007). Beberapa keuntungan dari pengembangan biofuel adalah sebagai berikut : Karbon yang dihasilkan bersifat netral, sehingga tidak menambah emisi gas rumah kaca. Emisi rendah; bila dibandingkan dengan bahan bakar fosil, biofuel menghasilkan emisi yang tidak termasuk dalam gas rumah kaca seperti sulfur dan nitrogen oksida yang lebih rendah. Dapat menghasilkan pendapatan dari limbah; pemanfaatan limbah untuk biofuel dapat mengeliminir masalah pembuangan limbah seperti biaya landfill, dan lainnya. Mengurangi biaya energi; boiler biomass dapat menggantikan penggunaan bahan bakar fosil untuk sumber energi.

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 196

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Menciptakan lapangan kerja; biofuel dapat menciptakan tenaga kerja permanen dibanding sumber energi lainnya. Pekerjaan ini bahkan baik secara lokal maupun di pedesaan, membantu ekonomi lokal untuk berkembang. Green power; pembangkit listrik menggunakan biofuel memenuhi persyaratan untuk mendapatkan Renewables Obligation Certificates. Meningkatkan stabilitas energi dan diversifikasi.

Biofuel telah dikembangkan di banyak negara sebagai salah satu sumber energi untuk subsitusi energi yang berasal dari fosil seperti minyak bumi. Negara-negara seperti Amerika Serikat, Brazil, Korea Selatan, dan Jepang telah melakukan penelitian yang intensif untuk mengembangkan biofuel. Di Brazil, pengembangan bioetanol bertujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap BBM dari Timur Tengah yang harganya sangat tinggi pada tahun 1970-an. Pemerintah Brazil mengembangkan program industri alcohol/ethanol sebagai bahan substitusi BBM yang disebut Pro-Alcohol Programme. Pengembangan telah dilakukan dalam periode cukup lama dengan dukungan penuh dari pemerintah dalam bentuk regulasi dan insentif. Industri bioetanol di Brazil makin berkembang dengan diterapkannya double switch mechanisms pada industri tebu dan industri otomotif. Pada industri pengolahan tebu, banyak pabrik gula dan pabrik ethanol dibangun secara terintegrasi, dimana pabrik tersebut dapat mengolah tebu untuk menjadi gula atau menjadi ethanol, sesuai dengan dinamika pasar gula dan tebu, secara otomatis. Sementara pada industri otomatif yaitu dengan lahirnya mobil generasi baru tahun 2003 yang dikenal sebagai flexi-fuel car, dimana mobil ini dapat memakai bahan bakar yang murni ethanol, murni BBM, atau campuran keduanya. Ketika tangki mobil tersebut diisi bahan bakar, sebuah chip komputer di tangki mobil tersebut akan menganalis komposisi antara ethanol dan BBM dan selanjutnya mesin bekerja berdasarkan komposisi tersebut. Dari seluruh produksi tebu, perbandingan untuk pemanfaatan sebagai gula dan bioetanol adalah sekitar 50 : 50, baik untuk kebutuhan domestik dan ekspor. Amerika memproduksi etanol dengan menggunakan bahan baku kedelai dan jagung. Selama setahun, yakni dari Oktober 2005 hingga Oktober 2006, AS mulai membangun 54 pabrik etanol. Penggunaan bahan bakar nabati secara besar-besaran dilakukan. Secara mandatory, pemerintah memerintahkan diproduksinya 133 miliar liter bahan bakar yang dapat diperbaharui dalam kurun waktu 10 tahun yang setara dengan 15% bahan bakar yang dikonsumsi mobil di Amerika. Bahkan sedang dipertimbangkan kebijakan untuk meningkatkannya menjadi 227 miliar liter pada 2030. Biofuel di Amerika Serikat telah didukung oleh 26 negara bagian dalam bentuk peraturan negara bagian, sementara 4

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 197

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

negara bagian, yaitu Minnesota, Hawaii, Montana, dan Oregon saat ini telah menerapkan E-10 (bioetanol). Sejak tahun 1979, Amerika Serikat telah menerapkan insentif pajak terhadap pengguna biofuel dalam bentuk Federal Excise Tax Exemption, dan saat ini sedang meningkatkan penggunaan Fuel Flexible Vechicles, dan memberikan insentif terhadap pembangunan SPBU. Amerika Serikat memproduksi besar-besaran etanol sekitar 23 persen dari produksi jagung sesuai dengan Energy Policy Act 2005. Perkembangan biofuel di Korea, terutama biodiesel, telah dilakukan semenjak tahun 2002 dan diperkirakan konsumsinya meningkat sekitar 0,5% per tahun. Dalam mempromosikan biodiesel, pemerintah Korea pada tahun 2007 telah memberikan tax exemption. Sementara bahan baku untuk biodiesel sekitar 77,3% berasal dari kedelai, dan sisanya berasal dari minyak jelantah (waste oi). Pemerintah Jepang telah melakukan R&D yang intensif dalam bidang biofuel, dan melakukan standarisasi melalui penerapan E-10 dengan mengacu pada standar di negara Eropa. Eropa mensubsidi minyak nabati untuk menghasilkan biodiesel dengan target 5,75 persen pangsa pasar biofuel dalam petroleum dan diesel tahun 2010. Diproyeksikan 1,5 juta ton biji-bijian dan 10 juta ton biji-bijian mengandung minyak menghasilkan bioenergi tahun 2012. Di Cina, pengembangan biofuel selain untuk mendukung aktivitas perekonomian juga dapat membantu mengatasi polusi yang dihasilkan dari bahan bakar fosil. Untuk tahun 2020, Cina menargetkan penggunaan 15% energi hijau untuk bahan bakar seluruh transportasi dalam negeri (www.usdachina.org), yaitu diproduksi 20 ton biofuel yang terdiri dari 15 ton etanol dan 5 ton biodisel (www.ecoworld.com). Berkaitan dengan hal tersebut, pada Juni 2002, pemerintah Cina mulai membuat peraturan tentang penggunaan bio-etanol yang dicampur dengan bensin. Tahun 2004, pemerintah Cina mulai memperkenalkan penggunaan E10 (10% etanol dicampur dengan bensin) di seluruh wilayah Heilongjiang, Jilin, Liaoning, Henan, dan Anhui (www.usda.gov). Pengembangan etanol di beberapa wilayah di Cina ini lebih banyak menggunakan tanaman pangan, antara lain di wilayah Heilongjiang, Jilin dan Anhui banyak menggunakan jagung, sedangkan di Henan menggunakan gandum. Pada Oktober 2007, Pemerintah Cina juga merencanakan penggunaan singkong sebagai penghasil etanol. Tanaman ini akan dikembangkan di daerah otonom, Guangxi Xhuang. Penggunaan kentang, sorgum, padi, dan lignoselulosa untuk produksi etanol juga sedang dalam penelitian (www.usda.gov). Indonesia menargetkan tahun 2010 biofuel menggantikan sekitar 10 persen dari konsumsi bahan bakar konvensional. Pengembangan biofuel juga diharapkan bisa memberikan tiga juta lapangan kerja bagi masyarakat sampai 2010, penghematan devisa negara sampai 10 miliar dolar AS serta pemanfaatan 5 juta hektar lahan kritis.

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 198

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Pengembangan biodiesel juga dilakukan beberapa negara dengan menggunakan bahan baku berupa minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak canola, dan sebagainya. Pada umumnya pemakaian energi terbarukan seperti angin, air, tenaga surya dan biofuel masih kecil dibandingkan total pemakaian energi dunia, tetapi rata-rata menunjukkan peningkatan terutama etanol. Biofuel cair seperti bioetanol dan biodiesel sekarang menyuplai sekitar 20 juta ton setara minyak atau sekitar 1 persen dari permintaan bahan bakar kendaraan transportasi global. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran dimana dalam jangka panjang akan terjadi kompetisi hebat dalam pemanfaatan lahan untuk produksi bioenergi dan pangan. Pasokan pangan yang cukup dikhawatirkan dapat terancam oleh produksi bioenergi jika lahan dan sumber daya produktif lainnya beralih dari budi daya tanaman pangan. 6.4.6. Kenaikan Harga Pangan Dunia Kegiatan pemanfaatan hasil-hasil pertanian seperti tebu, gandum, kedelai, singkong, minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak canola dan sebagainya untuk bahan baku biofuel (etanol, biodiesel) dianggap menjadi penyebab terjadinya kenaikan harga pangan dunia. Harga-harga pangan dan pakan cenderung meningkat dan menurunkan daya beli riil masyarakat miskin. Bahkan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia menyatakan kenaikan harga bahan makanan selama ini telah memicu konflik global dan berujung pada kelaparan ratusan ribu penduduk dunia. Menurut Bank Dunia, situasi ini bahkan telah membuat 33 negara terancam keresahan sosial. Pengaruh pengembangan biofuel terhadap kenaikan harga komoditas pertanian digambarkan sebagai berikut : sebagai contoh yaitu di Amerika yang giat meningkatkan produksi bahan bakar nabati (biofuel) dengan pemanfaatan bahan baku jagung. Produksi jagung Amerika dominan dimanfaatkan untuk minyak biofuel, padahal selama ini jagung menjadi kebutuhan untuk pertanian dan bahan pakan. Peningkatan pemanfaatan jagung untuk biofuel ternyata berdampak pada berkurangnya pasokan untuk menunjang pertanian dan peternakan. Kecenderungan yang ada adalah kebutuhan bahan bakar minyak meningkat tajam, sehingga kebutuhan biofuel juga ikut naik. Kenaikan itu dengan sendirinya menjadi penyebab kenaikan harga jagung. Sisi lain dari kenaikan harga jagung di Amerika adalah banyaknya petani Amerika yang beralih dari menanam kedelai menjadi menanam jagung. Produksi kedelai merosot, sehingga harganya menjadi naik. Diakui bahwa pemanfaatan hasil-hasil pertanian untuk biofuel berkontribusi dalam meningkatkan harga pangan dunia. Akan tetapi bukan menjadi faktor tunggal penyebab kenaikan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan naiknya harga-harga pangan dunia, sebagai berikut :

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 199

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

1. Kenaikan harga energi Jika tahun 2000 harga minyak mentah US$ 21 per barrel, pada tahun 2008 bahkan sempat menembus angka US$ 130 per barrel. Meroketnya harga energi berdampak langsung pada harga produk pertanian melalui kenaikan biaya input seperti pupuk dan biaya transportasi. Energi merupakan faktor utama penyebab kenaikan harga pangan di dunia. 2. Pengaruh iklim Perubahan iklim yang melanda banyak negara di dunia juga menyumbang pada naiknya harga produk pangan akibat produksi terganggu. Misalnya, lahan subur di Ukraina yang berkurang setiap tahunnya akibat musim kemarau, penebangan hutan, dan perubahan iklim. Australia juga mengalami kekeringan yang berkepanjangan tahun lalu yang menyebabkan penurunan produksi komoditas pangan 60%. Produksi komoditas pangan China juga turun hingga 10% selama tujuh tahun terakhir. 3. Keseimbangan supply-demand Keseimbangan supply-demand berpengaruh terhadap terjadinya kenaikan harga komoditas pertanian. Faktor keseimbangan supply-demand juga terjadi pada semua komoditas pertanian dan produk olahannya. Peningkatan harga terjadi karena beberapa negara pengekspor komoditas seperti Thailand sempat mengurangi ekspor berasnya 52% bulan lalu. Peningkatan ini tak hanya terjadi pada komoditas berupa gandum, tetapi juga produk di sektor pertanian seperti beras, jagung, dan kedelai. Negara-negara yang sebelumnya menjadi eksportir makanan secara bebas kini membatasi ekspor. Sikap tersebut diperlihatkan sejumlah produsen pangan seperti Argentina, Brasil, Vietnam, India, dan Mesir yang membatasi ekspor untuk menjamin ketersediaan pangan di negara masing-masing. Hal ini menyebabkan harga pangan meningkat akibat kurangnya suplai, sementara permintaan malah meningkat. 4. Pertumbuhan tingkat kesejahteraan Di India dan China, terjadi peningkatan permintaan produk pangan. Berpindahnya kelas sosial ratusan juta orang ke kelas menengah di negeri itu menaikkan permintaan akan sumber protein berupa daging dan produk susu. Konsumsi masyarakat China terhadap daging meningkat dari 20 kilogram per tahun per orang pada 1985 menjadi lebih dari 50 kg di 2008. Akibatnya, produk makanan ternak dan produk makanan lain akan semakin mahal.

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 200

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

5. Penggunaan untuk keperluan lain (biofuel) Penggunaan bahan pangan untuk keperluan lain juga berakibat pada kenaikan harga. Selama ini tingginya harga minyak dunia diatasi dengan mensubstitusi energi dengan pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel), sepert jagung dan gula. Akibatnya, harga bahan pangan meningkat tajam. Pada 2006, AS menggunakan 14% total produk pertanian untuk dijadikan bahan bakar ethanol. Pada 2010 angka ini akan mencapai 30%. Ketika produksi hasil pertanian berkurang, harga akan meningkat. Harga CPO pun mengalami peningkatan yang sangat drastis hingga mencapai USD 1200/ton, sebagai dampak dari permintaan dunia akan CPO yang makin meningkat dengan adanya tambahan kebutuhan untuk pengembangan biofuel dari CPO. Idealnya, biofuel akan menjadi ekonomis untuk diproduksi pada saat harga minyak bumi terus melambung tinggi, dengan syarat tidak terjadi kenaikan harga bahan baku. Namun kenaikan minyak bumi tersebut juga diikuti oleh kenaikan harga bahan baku. 6.4.7. Strategi Pengembangan Bioenergi Terlepas dari adanya pro-kontra antara food vs fuel, energi alternatif terbarukan harus tetap dikembangkan dalam rangka mewujudkan ketahanan energi ( energy security). Pengembangan energi alaternatif terbarukan ini harus dilakukan secara bijaksana dan bersinergi dengan peningkatan ketahanan pangan dan penurunan kemiskinan. Strategi yang membebaskan manusia dari kemiskinan dan kelaparan, yang sekaligus menimbulkan kebangkitan pertanian dan memasok energi ke negara-negara miskin. Beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk pengembangan energi alternatif terbarukan adalah sebagai berikut : 1. Pemanfaatan bahan baku yang tidak bersaing dengan kebutuhan pangan Bahan baku yang dikembangkan adalah yang bernilai ekonomis rendah dan tidak digunakan sebagai bahan pangan, akan tetapi mampu menghasilkan produk yang bernilai sangat tinggi. Bahan baku yang dimaksud diantaranya yaitu minyak nabati yang masuk kategori non edible oil yang belum termanfaatkan (jarak pagar, nyamplung dan lainnya), limbah-limbah hasil pertanian dan perkebunan atau biomassa dan sebagainya, dengan produk yang dihasilkan seperti biomass padatan, bio kerosene (untuk aircraft), biogas (untuk dedicated power plants), bio methane, bio diesel, bio oil (light fuel oil) dan methanol/ethanol. Pada Gambar 6.40 disajikan rantai pengembangan biofuel berbasis biomassa oleh UK MARKAL.

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 201

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

2. Pengaturan dan pemetaan lahan Pengaturan lahan dilakukan dengan memetakan secara jelas dan tepat peruntukannya antara untuk pangan dan energi. Lahan-lahan subur diutamakan bagi tanaman untuk pangan, sementara tanaman penghasil biofuel diutamakan pada lahan kritis dan marginal. Dengan pengaturan peruntukan lahan ini, diharapkan ke depannya tidak ada lagi kekhawatiran akan terjadinya perebutan lahan antara pangan dan energi.

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 202

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Gambar 6.40. Diagram pengembangan biofuel dari biomassa (UK MARKAL)

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 203

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

3. Regulasi pemanfaatan bahan pangan untuk bioenergi Perlu dibuat suatu kebijakan dan aturan yang jelas dalam hal pemanfaatan bahan pangan untuk kebutuhan energi alternatif terbarukan. Penetapan komposisi pemanfaatan bahan pangan untuk pangan dan energi diperlukan dalam rangka menstabilkan ketahanan pangan namun tanpa mengorbankan ketahanan energi. Sehingga ketahanan pangan dan energi berjalan selaras dan saling mendukung. 4. Penetapan pajak bagi lahan menganggur Efektifitas penggunaan lahan perlu dilakukan, baik untuk kebutuhan energi maupun pangan. Hal ini dilakukan dengan mengeluarkan peraturan untuk mengenakan pajak pada lahan-lahan yang menganggur. Dengan adanya ketentuan pajak ini diharapkan lahan-lahan yang ada dapat dioptimalkan pemanfaatannya baik untuk pangan maupun energi sesuai dengan jenis dan kondisi lahannya. 5. Pengembangan sistem bioenergi skala mikro Penyebaran sistem bioenergi skala kecil yang berpotensi menyediakan energi dengan biaya murah khususnya di daerah terpencil perlu dilakukan untuk meningkatkan peluang kerja dan pertumbuhan ekonomi serta menurunkan risiko kesehatan yang berkaitan dengan mengumpulkan kayu bakar dan asap. Untuk itu diperlukan investasi pedesaan dengan pengembangan infrastruktur, teknologi yang resource based guna memanfaatkan keunggulan komparatif, kelembagaan, kredit, dan akses pasar bahan baku. 6. Kebijakan harga Perlu dilakukan pengaturan harga untuk komoditas pertanian yang akan dimanfaatkan sebagai pangan dan energi. Kebijakan harga pangan dan energi yang mendukung akan mengakibatkan usaha pertanian, peternakan, dan perkebunan menguntungkan. 6.5. Analisis Prioritas Pengembangan Bahan Baku BBN dengan AHP Untuk pemilihan jenis tanaman yang potensial dikembangkan sebagai bahan baku BBN maka kriteria yang harus dipertimbangkan adalah Kemudahan budidaya, Dukungan infrastruktur, Dukungan masyarakat setempat, Kebijakan Pemerintah, Ketersediaan bahan baku, Nilai ekonomis, Dukungan teknologi, Aspek pasar dan pemasaran. Pada analisis AHP ini akan dilakukan di 14 daerah survei dan akan dilakukan juga prioritas

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 204

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

secara nasional untuk bahan baku Biodiesel/PPO dan Bioetanol. Bahan baku BBN yang potensial (tiga prioritas) akan diteruskan pembahasannya dalam kelayakan pengembangan. 6.2.1. Prioritas Pengembangan Bahan Baku Biodiesel/PPO dengan AHP a. Provinsi Sulawesi Selatan Kriteria yang dipertimbangkan dalam memilih jenis tanaman yang potensial dikembangkan sebagai bahan baku biodiesel /PPO adalah Kemudahan budidaya, Dukungan infrastruktur, Dukungan masyarakat setempat, Kebijakan Pemerintah, Ketersediaan bahan baku, Nilai ekonomis, Dukungan teknologi, Aspek pasar dan pemasaran. Dalam pemilihan bahan baku biodiesel yang potensial digunakan metode Analytical Hirarchy Process (AHP). Hierarki pemilihan bahan baku biodiesel yang potensial dikembangkan disusun dalam tiga tingkatan. Pertama fokus, yaitu pemilihan bahan baku biodiesel potensial. Kedua kriteria, yaitu Kemudahan budidaya, Dukungan terhadap keamanan pangan, Dukungan infrastruktur dan masyarakat setempat, Kebijakan Pemerintah, Ketersediaan bahan baku, Nilai ekonomis, Dukungan teknologi, Aspek pasar dan pemasaran. Tingkat ketiga adalah alternatif, yaitu Kelapa sawit, kelapa (dalam dan hibrida), kapuk, Jarak Pagar, jagung. Lima Komoditas di atas diambil berdasarkan data BPS tahun 2007. Hirarki pengambilan keputusan dan hasil analisis pengolahan data pemilihan bahan baku Biodiesel potensial menggunakan metode AHP selengkapnya dapat dilihat pada Gambar berikut.

FOKUS KRITERIA A B

PEMILIHAN BAHAN BAKU BIODIESEL POTENSIAL DI SULAWESI SELATAN

ALTERNATIF

Kelapa sawit

Kelapa

Kapuk

Jarak Pagar

Jagung

Gambar 6.41. Hirarki pemilihan bahan baku biodiesel potensial Provinsi Sulawesi Selatan Keterangan :

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 205

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Fokus : Pemilihan Bahan Baku Biodiesel Potensial Kriteria:


A B C D E F G H = Kemudahan budidaya = Dukungan terhadap keamanan pangan = Dukungan infrastruktur dan masyarakat setempat = Kebijakan Pemerintah dan kompetensi Daerah = Ketersediaan bahan baku = Nilai ekonomis = Dukungan teknologi = Aspek pasar dan pemasaran

Hasil analisis AHP dengan menggunakan Software Criterium Decison Plus (CDP) menunjukkan bahwa Jarak adalah bahan baku yang paling potensial dengan bobot 0,389, kemudian urutan kedua Kelapa Sawit dengan bobot 0,231, urutan ketiga, keempat dan kelima adalah Kelapa, Kapuk dan Jagung. Hasil analisis dengan CDP tampilan score pada hasil olahan data dapat dilihat pada Gambar 6.42 dan Tabel 6.36.

Gambar 6.42. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku biodiesel potensial di Provinsi Sulawesi Selatan Tabel 6.36. Hasil prioritas pemilihan bahan baku potensial di Sulawesi Selatan
No 1 2 Uraian Fokus: Prioritas pemilihan bahan baku biodiesel potensial di Sulawesi Selatan Kriteria : Bobot 1,000 Prioritas

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 206

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN


0,111 0,151 0,120 0,131 0,122 0,137 0,101 0,127 0,231 0,389 0,193 0,105 0.082 7 1 6 3 5 2 8 4 2 1 3 4 5

Kemudahan budidaya Dukungan terhadap kemanan pangan Dukungan infrastruktur dan masyarakat setempat Kebijakan Pemerintah dan kompetensi Daerah Ketersediaan bahan baku Nilai ekonomis Dukungan teknologi Aspek pasar dan pemasaran Alternatif: 1 Kelapa sawit 2 Jarak 3 Kelapa 4 Kapuk 5 Jagung

Hasil AHP ini perlu diperkuat dengan pemetaan bahan baku yang ada dan potensi pengembangannya dan akan diverifikasi lagi di FGD untuk mendapatkan masukan dari berbagai stakeholder. b. Provinsi Sulawesi Utara Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku biodiesel yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Sulawesi utara adalah kelapa, jarak, jagung, kedelai dan kacang tanah dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 6.43. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku biodiesel potensial di Provinsi Sulawesi Utara c. Provinsi Gorontalo

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 207

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku biodiesel yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di provinsi Gorontalo adalah Jarak, Kelapa, kapuk, jagung dan kemiri dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 6.44. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku biodiesel potensial di Provinsi Gorontalo

d. Provinsi Sumatra Utara Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku biodiesel yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Sumatra Utara adalah kelapa sawit, jarak, kelapa, kapuk dan karet dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 208

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Gambar 6.45. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku biodiesel potensial di Provinsi Sumatra Utara

e. Provinsi Sumatra Selatan Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku biodiesel yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Sumatra Selatan adalah kelapa sawit, jarak, kelapa, karet dan kapuk dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 6.46. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku biodiesel potensial di Provinsi Sumatra Selatan

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 209

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

f. Provinsi Lampung Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku biodiesel yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Provinsi Lampung adalah kelapa, jarak, jagung, kapuk dan karet dan dapat dilihat pada Gambar berikut..

Gambar 6.47. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku biodiesel potensial di Provinsi Lampung

g. Provinsi Bengkulu Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku biodiesel yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Bengkulu adalah kelapa sawit, jarak, kelapa, kapuk dan karet dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 6.48. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku biodiesel potensial di Provinsi Bengkulu

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 210

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

h. Provinsi Kalimantan Timur Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku biodiesel yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Kalimantan Timur adalah kelapa, sawit, jarak, kelapa, karet, kacang tanah dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 6.49. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku biodiesel potensial di Provinsi Kalimantan Timur

i. Provinsi Jawa Timur Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku biodiesel yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Jawa Timur adalah Jarak, Kapuk, Kelapa, karet, Kacang tanah dan dapat dilihat pada Gambar berikut..

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 211

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Gambar 6.50. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku biodiesel potensial di Provinsi Jawa Timur

j. Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku biodiesel yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Jawa Timur adalah Jarak, kelapa, Nyamplung, kauk dan karet dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 6.51. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku biodiesel potensial di Provinsi Jawa Tengah

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 212

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

k. Provinsi Jawa Barat Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku biodiesel yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Jawa Barat adalah kelapa sawit, jarak, kelapa, karet dan kapuk dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 6.52. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku biodiesel potensial di Provinsi Jawa Barat

l. Provinsi Nusa Tenggara Timur Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku biodiesel yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Nusa Tenggara Timur adalah Jarak, kelapa, kapuk, kacang tanah, jambu mete dan dapat dilihat pada Gambar berikut..

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 213

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Gambar 6.53. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku biodiesel potensial di Provinsi Nusa Tenggara Timur

m. Provinsi Nusa Tenggara Barat Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku biodiesel yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Nusa Tenggara Barat adalah Jarak, kelapa, kapuk, kacang tanah, wijen dan dapat dilihat pada Gambar berikut..

Gambar 6.54. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku biodiesel potensial di Provinsi Nusa Tenggara Barat

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 214

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

n. Papua Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku biodiesel yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Papua adalah kelapa sawit, jarak, kelapa, kapuk dan karet dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 6.55. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku biodiesel potensial di Papua

o. Nasional Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku biodiesel yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di tingkat nasional adalah kelapa sawit, jarak, kelapa, kapuk, nyamplung dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 6.56. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku biodiesel potensial tingkat Nasional

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 215

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Untuk minyak kelapa dan kelapa sawit adalah merupakan minyak pangan dan saat ini harganya cukup tinggi. Untuk kelayakan pengembangan bahan baku Biodiesel akan dibuat kelayakan pengembangannya untuk 5 jenis minyak dengan berbagai asumsi dan kapasitas. 6.2.2. Prioritas Pengembangan Bahan Baku Bioetanol dengan AHP a. Sulawesi Selatan Kriteria yang dipertimbangkan dalam memilih jenis tanaman yang potensial dikembangkan sebagai bahan baku bioetanol adalah Kemudahan budidaya, Dukungan terhadap kemanan pangan, dukungan infrastruktur dan masyarakat setempat, Kebijakan Pemerintah, Ketersediaan bahan baku, Nilai ekonomis, Dukungan teknologi, Aspek pasar dan pemasaran. Dalam pemilihan bahan baku bioetanol potensial digunakan metode Analytical Hirarchy Process (AHP). Hieraki pemilihan bahan baku bioetanol yang potensial dikembangkan disusun dalam tiga tingkatan. Pertama fokus, yaitu pemilihan bahan baku bioetanol potensial. Kedua kriteria, yaitu Kemudahan budidaya, Dukungan terhadap kemanan pangan, dukungan infrastruktur dan masyarakat setempat, Kebijakan Pemerintah, Ketersediaan bahan baku, Nilai ekonomis, Dukungan teknologi, Aspek pasar dan pemasaran. Tingkat ketiga adalah alternatif, yaitu Sagu, Singkong, Jagung, Nira dan ubi jalar. Lima Komoditas di atas diambil berdasarkan data BPS tahun 2007. Hirarki pengambilan keputusan dan hasil analisis pengolahan data pemilihan bahan baku Bioetanol potensial menggunakan metode AHP selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 6.57.
PEMILIHAN BAHAN BAKU BIOETANOL POTENSIAL DI SULAWESI SELATAN

FOKUS KRITERIA A B

ALTERNATIF

Sagu

Singkong

Jagung

Nira

Ubi Jalar

Gambar 6.57. Hirarki pemilihan bahan baku biodiesel potensial Provinsi Sulawesi Selatan

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 216

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Keterangan : Fokus : Pemilihan Bahan Baku Bioetanol Potensial Kriteria:


A B C D E F G H = Kemudahan budidaya = Dukungan terhadap kemanan pangan = Dukungan infrastruktur dan masyarakat setempat = Kebijakan Pemerintah dan kompetensi Daerah = Ketersediaan bahan baku = Nilai ekonomis = Dukungan teknologi = Aspek pasar dan pemasaran

Hasil analisis AHP dengan menggunakan Software Criterium Decison Plus (CDP) menunjukkan bahwa Singkong adalah bahan baku yang paling potensial dengan bobot 0,328, kemudian urutan kedua jagung dengan bobot 0,251, urutan ketiga, keempat dan kelima adalah Sagu, Nira dan ubi jalar. Hasil analisis dengan CDP tampilan score pada hasil olahan data dapat dilihat pada Gambar 6.58 dan Tabel 6.37.

Gambar 6.58. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku bioetanol potensial di Provinsi Sulawesi Selatan Tabel 6.37. Hasil prioritas pemilihan bahan baku bioetanol potensial di Sulawesi Selatan
No 1 Uraian Fokus: Prioritas pemilihan bahan baku bioetanol potensial di Sulawesi Bobot 1,000 Prioritas

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 217

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Selatan Kriteria : Kemudahan budidaya Dukungan terhadap kemanan pangan Dukungan infrastruktur dan masyarakat setempat Kebijakan Pemerintah Ketersediaan bahan baku Nilai ekonomis Dukungan teknologi Aspek pasar dan pemasaran Alternatif: 1 Sagu 2 Singkong 3 Jagung 4 Nira 5 Ubi Jalar

0,111 0,151 0,120 0,131 0,122 0,137 0,101 0,127 0,195 0,328 0,251 0,132 0.094

7 1 6 3 5 2 8 4 3 1 2 4 5

Hasil AHP ini perlu diperkuat dengan pemetaan bahan baku yang ada dan potensi pengembangannya dan akan diverifikasi lagi di FGD untuk mendapatkan masukan dari berbagai stakeholder. b. Sulawesi Utara Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku bioetanol yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Sulawesi Utara adalah Singkong, Nira, Jagung, Ubi jalar, Aren dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 6.60. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku bioetanol potensial di Provinsi Sulawesi Utara

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 218

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

c.

Gorontalo

Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku bioetanol yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Gorontalo adalah Singkong, Nira, Jagung, Ubi jalar, Aren dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 6.61. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku bioetanol potensial di Provinsi Gorontalo

d. Sumatra Utara Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku bioetanol yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Sumatra Utara adalah Singkong, Jagung, tebu, TKKS dan Nira dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 219

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

Gambar 6.62. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku bioetanol potensial di Provinsi Sumatra Utara

e.

Sumatra Selatan

Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku bioetanol yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Sumatra Selatan adalah Singkong, TKKS, Tebu, Ubi Jalar dan Jagung dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 6.63. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku bioetanol potensial di Provinsi Sumatra Selatan

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 220

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

f.

Lampung

Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku bioetanol yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Lampung adalah Singkong, Tebu, Jagung, Ubi jalar dan Nira dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 6.64. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku bioetanol potensial di Provinsi Lampung g. Bengkulu

Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku bioetanol yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Bengkulu adalah Singkong, Tebu, Jagung, Ubi Jalar, Nira dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 6.65. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku bioetanol potensial di Provinsi Bengkulu

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 221

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

h. Kalimantan Timur Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku bioetanol yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Kalimantan Timur adalah Singkong, Jagung, Sagu, Nira, Ubi jalar dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 6.66. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku bioetanol potensial di Provinsi Sulawesi Utara i. Jawa Timur

Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku bioetanol yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Jawa Timur adalah Singkong, Tebu, Molases, Bagase, Jagung dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 6.67. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku bioetanol potensial di Provinsi Jawa Timur

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 222

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

j.

Jawa Tengah

Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku bioetanol yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Jawa Tengah adalah Singkong, Tebu, Molases, Bagase, Jagung dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 6.68. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku bioetanol potensial di Provinsi Sulawesi Utara k. Jawa Barat

Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku bioetanol yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Jawa Barat adalah Singkong, Molases, Tebu, TKKS dan Jagung dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 6.69. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku bioetanol potensial di Provinsi Jawa Barat

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 223

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

l.

Nusa Tenggara Timur

Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku bioetanol yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Nusa Tenggara Timur adalah Singkong, Lontar, Nira, ubi jalar, padi dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 6.70. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku bioetanol potensial di Provinsi Nusa Tenggara Timur m. Nusa Tenggara Barat Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku bioetanol yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Nusa Tenggara Barat adalah Singkong, Tebu, Nira, Jagung Ubi jalar dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 6.71. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku bioetanol potensial di Provinsi Nusa Tenggara Barat

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 224

LAPORAN

PEMETAAN DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU BBN

n. Papua Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku bioetanol yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di Papua adalah Singkong, Sagu, Tebu, TKKS dan Jagung dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 6.72. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku bioetanol potensial di Papua o. Nasional Berdasarkan kriteria yang sama dilakukan pengolahan dengan CDP maka hasil pemilihan bahan baku bioetanol yang potensial berdasarkan prioritas terbaik di tingkat Nasional adalah Singkong, Tebu, Jagung, Nira, Sagu dan dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 6.73. Hasil Analisis AHP dengan CDP untuk pemilihan bahan baku bioetanol potensial di tingkat Nasional

2008 | DAVID BUDI SAPUTRA

KAJIAN LITERATUR - 225

Anda mungkin juga menyukai