Keanekaragaman
Hayati
Tingkat
Tingkat Genetik Tingkat spesies Ekosistem
Terjadi karena keanekaragaman
susunan gen
Keanekaragaman
Tingkat spesies
Menunjukan
adanya
jumlah dan
variasi jenis
organisme
Contoh keanekaragaman jenis pada Familia
Arecaceae
Keanekaragaman
Ditunjukan dengan adanya Tingkat ekosistem
perbedaan faktor abiotik
Regnum : Plantae
Divisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Familia : Poaceae
Genus : Oryza
Spesies : Oryza sativa
Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan yang sangat
penting karena hingga kini, jagung merupakan makanan peng-
ganti beras sebagian penduduk Indonesia. Selain itu jagung juga
merupakan komoditas strategis karena mempunyai pengaruh
yang besar terhadap kestabilan ekonomi. Hal ini dipicu oleh se-
makin bertambahnya permintaan jagung akibat semakin
meningkatnya kemampuan teknik dalam pembuatan bahan
makanan dan minuman, serta jagung juga dimanfaatkan sebagai
pakan ternak dan bahan baku industri. Selain itu produksi
sampingan berupa batang, daun, dan kelobot dapat juga diman-
faatkan sebagai mulsa organik ataupun bahan pupuk kompos
Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman
yang termasuk ke dalam famili Graminae, termasuk dalam
tumbuhan yang menghasilkan biji (Spermatophyta), sedan-
gkan bijinya tertutup oleh bakal buah sehingga termasuk
dalam golongan tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae),
dimasukkan ke dalam kelas Monocotyledoneae, ordo Gram-
inaceae dan digolongkan ke dalam genus Zea dengan nama
ilmiah Zea mays.
Kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine
soja dan Soja max. Namun pada tahun 1948 telah disepakati
bahwa nama botani yang dapat diterima dalam istilah ilmiah,
yaitu Glycine max (L.) Merrill. Tanaman kedelai umumnya
tumbuh tegak, berbentuk semak, dan merupakan tanaman
semusim. Morfologi tanaman kedelai didukung oleh kompo-
nen utamanya, yaitu akar, daun, batang, polong, dan biji se-
hingga pertumbuhannya bisa optimal
Kacang hijau merupakan salah satu tanaman Leguminosae yang cukup
penting di Indonesia. posisinya menduduki tempat ketiga setelah kedelai
dan kacang tanah.
Sampai saat ini perhatian masyarakat terhadap kacang hijau masih ku-
rang. Kurangnya perhatian ini diantaranya disebabkan oleh hasil yang di-
capai per hektarnya masih rendah. Di samping itu, panen kacang hijau ini
harus dikerjakan beberapa kali.
Batang : Batang bulat berambut panjang, jika menyentuh tanah akan mengeluarkan akar.
Bunga : Kecil, berwarna putih keunguan. Bunga majemuk berkumpul 3 atau lebih, berbentuk
malai rata yang keluar dari ujung tangkai, warnanya putih. Panjang bonggol bunga 6 – 8 mm, den-
gan tangkai yang berambut.
Habitat : Tumbuh di ketinggian 1 sampai 2100 meter di permukaan laut. Tumbuh di sawah-sawah,
ladang, semak belukar, halaman kebun, tepi jalan, tanggul, dan tepi air.
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Mikania
Spesies : Mikania micranth
Batang M. micrantha tumbuh menjalar berwarna hijau muda,
bercabang dan ditumbuhi rambut-rambut halus. Panjang
batang dapat mencapai 3-6m. Pada tiap ruas terdapat dua
helai daun yang saling berhadapan, tunas baru dan bunga.
Helai daun berbentuk segitiga menyerupai hati dengan pan-
jang daun 4-13cm dan lebar daun 2-9cm. Permukaan daun
menyerupai mangkok dengan tepi daun bergerigi.
Bunga tumbuh berwarna putih, berukuran kecil dengan pan-
jang 4.5-6mm, dan tumbuh dari ketiak daun atau pada ujung
tunas. Biji dihasilkan dalam jumlah besar, berwarna coklat
kehitaman dengan panjang 2mm.
Kingdom /Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Imperata
Spesies : Imperata Cylindrica
Tumbuh dengan cara berumpun dan tunas batang (yang membawa bunga)
Akar berbentuk rimpang dan menjalar menembuh tanah yang dalam
Batang berbentuk silindris (2-3mm)
Daun berwarna hijau, bagian tepiannya bergeri halus dan terasa kasar bila diraba
Bunganya berbentuk malai dengan bulir bunga yang tersusun rapat dengan ben-
tuk ellips meruncing.
Rumput Alang-Alang dapat dijadikan sebagai hijauan pakan ternak alternatif
yang tumbuh menahun yang tersebar luas di Indonesia. Bagi dunia pertanian,
rumput ini dianggap sebagai gulma karena dapat merusak tanaman yang sengaja
ditanam. Namun demikian rumput alang-alang memiliki potensi lain yakni seba-
gai energi terbarukan berupa bioethanol sebab mempunyai kandungan selulosa
lebih dari 40 %. Selain itu kegunaan lainnya pada akarnya banyak dijadikan se-
bagai bahan pembuatan obat.
Kingdom : Plantae – Tumbuhan
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Myrtales
Suku : Melastomaceae
Marga : Melastoma
Jenis : Melastoma polyanthum Bl.
Habitus : Perdu, tinggi ± 4 m.
Batang : Berkayu, bulat, berbufu rapat atau bersisik, percabangan simpodial, coklat.
Daun : Tunggal.bulat telur, panjang 2-20 m, lebar 1-8 cm, berhadapan, ujung dan
pangkal runcing, tepi rata, berbulu, hijau.
Bunga : Majemuk, kelopak berlekatan, berbulu, bagian ujung pendek dari pangkal,
ujung meruncing, daun pelindung
bersisik, ungu kemerahan, benang sari delapan sampai dua belas, panjang ± 3 cm,
merah muda, putik satu, kepala putik berbintik hijau, bakal buah beruang empat sam-
pai enam, mahkota lima, bulat telur, ungu.
Buah : Buni, bulat telur, merah.
Biji : Kecil, merah.
Habitat : Tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian ± 2200 m dpl. Tanaman pisang
menyukai daerah yang panas, subur atau sedikit berbatu, dekat pembuangan sampah.
Khasiat : Daun Melastoma polyanthum berkhasiat sebagai obat mencret, obat kepulihan, obat
radang usus dan obat sanawan. Akar dan getah tanaman tersebut untuk mengobati kejang dan
ayan. Untuk obat mencret dipakai ± 2 gram daun muda segar Melastoma polyanthum, dicuci,
ditambah gararn dapur secukupnya dikunyah dan airnya ditelan.
Kandungan kimia : Daun Melastoma polyanthum mengandung saponin, tlavonoida dan tanin.
Manfaat tumbuhan dalam keadaan darurat : Buah harendong gede yang sudah masak
berwarna hitam merupakan makanan ringan di perjalanan yang berasa manis.
Kata Lepidoptera berasal dari bahasa Yunani, lepis yang be-
rarti “sisik”, dan pteron yang berarti “sayap”. Jadi Lepi-
doptera dapat diartikan sebagai “serangga bersayap sisik”.
Karakteristik utama dari kelompok Lepidoptera ini me-
mang adalah adanya sisik (scales) yang menutupi tubuh
dan sayapnya, dan juga adanya probosis atau mulut
penghisap yang dapat tergulung. Sisik-sisik tubuhnya yang
telah termodifikasi menjadi seperti bulu itu membuat
kelompok ini mempunyai warna yang beraneka ragam.
Lepidoptera merupakan jenis serangga yang mengalami
metamorfosis sempurna, dimana siklus hidupnya dimulai dari
telur, kemudian berlanjut ke tahapan larva dimana larva
mempunyai bentuk dan sifat yang sangat berbeda dengan
serangga dewasa. Setelah melewati tahapan larva, serangga
akan memasuki tahapan pupa (kepompong), dan terakhir
menjadi imago (serangga dewasa).
Larva dari kelompok Lepidoptera ini dikenal dengan nama
ulat (caterpillars), sedangkan pupa atau kepompongnya dise-
but dengan nama krisalis (chrysalis) untuk pupa kupu-kupu,
dan kokon (cocoons) untuk pupa ngengat.
Secara sederhana, kupu-kupu dibedakan dari ngengat alias kupu-
kupu malam berdasarkan waktu aktif dan ciri-ciri fisiknya. Kupu-
kupu umumnya aktif di waktu siang (diurnal), sedangkan ngengat
kebanyakan aktif di waktu malam (nocturnal). Kupu-kupu beristi-
rahat atau hinggap dengan menegakkan sayapnya, ngengat hing-
gap dengan membentangkan sayapnya. Kupu-kupu biasanya
memiliki warna yang indah cemerlang, ngengat cenderung gelap,
kusam atau kelabu. Meski demikian, perbedaan-perbedaan ini se-
lalu ada perkecualiannya, sehingga secara ilmiah tidak dapat di-
jadikan pegangan yang pasti.
Siklus hidup capung, dari telur hingga mati setelah dewasa, bervariasi antara
enam bulan hingga maksimal enam atau tujuh tahun. Capung meletakkan
telurnya pada tetumbuhan yang berada di air. Ada jenis yang senang dengan air
menggenang, namun ada pula jenis yang senang menaruh telurnya di air yang
agak deras. Setelah menetas, tempayak (larva) capung hidup dan berkembang di
dasar perairan, mengalami metamorfosis menjadi nimfa, dan akhirnya keluar
dari air sebagai capung dewasa.
Sebagian besar siklus hidup capung dihabiskan dalam bentuk nimfa, di bawah
permukaan air, dengan menggunakan insang internal untuk bernapas. Tempayak
dan nimfa capung hidup sebagai hewan karnivora yang ganas. Nimfa capung
yang berukuran besar bahkan dapat memburu dan memangsa berudu dan anak
ikan. Setelah dewasa, capung hanya mampu hidup maksimal selama empat bu-
lan.
Capung jarum adalah serangga yang termasuk ke dalam
ordo Odonata, subordo Zygoptera. Jenis-jenis capung bi-
asanya dibagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu ca-
pung atau sibar-sibar dan capung jarum. Capung jarum
memiliki ciri-ciri unik yang membuatnya mudah
dibedakan dari jenis capung lainnya, yaitu bentuk tubuh
yang ramping seperti jarum dan posisi sayap tegak ke
atas saat istirahat. Capung jarum sering ditemukan di sek-
itar kolam, rawa, hutan, dan sawah.
Ciri-ciri umum
Capung jarum memiliki bentuk tubuh yang panjang dan kurus ramping seperti
jarum. Sayap capung jarum selalu dalam posisi tegak menyatu di atas pung-
gungnya saat beristirahat atau hinggap pada ranting tanaman.
Siklus hidup capung jarum bermula dari telur. Umumnya setelah 2 hari, telur
akan menetas dan larva keluar meninggalakn cangkangnya. Kemudian larva
akan bertumbuh menjadi nimfa dan pada akhirnya menjadi capung arum de-
wasa. Capung jarum dewasa memiliki warna tubuh hijau kekuningan dan hi-
tam.
Habitat
Habitat capung jarum tersebar luas mulai dari sepanjang aliran air, kolam,
rawa, hutan, sawah, hingga pekarangan rumah. Capung jarum dapat dite-
mukan di pantai ataupun daerah dengan ketinggian 3.000 meter di atas per-
mukaan laut.