Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman makhluk hidup/keanekaragaman hayati adalah suatu istilah
pembahasan yang mencakup semua bentuk kehidupan, yang secara ilmiah dapat
dikelompokkan menurut skala organisasi biologisnya, yaitu mencakup gen, spesies
tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme serta ekosistem dan proses-proses ekologi dimana
bentuk kehidupan ini merupakan bagiannya. Dapat juga diartikan sebagai kondisi
keanekaragaman bentuk kehidupan dalam ekosistem atau bioma tertentu.
Keanekaragaman hayati sering kali digunakan sebagai ukuran kesehatan sistem
biologis. Keanekaragaman hayati tidak terdistribusi secara merata di bumi. Wilayah tropis
memiliki keanekaragaman hayati yang lebih kaya, dan jumlah keanekaragaman hayati terus
menurun jika semakin jauh dari ekuator. Keanekaragaman hayati yang ditemukan di bumi
adalah hasil dari miliaran tahun proses evolusi. Asal muasal kehidupan belum diketahui
secara pasti dalam sains. Hingga sekitar 600 juta tahun yang lalu, kehidupan di bumi hanya
berupa archaea, bakteri, protozoa, dan organisme uniseluler lainnya sebelum organisme
multiseluler muncul dan menyebabkan ledakan keanekaragaman hayati yang begitu cepat,
namun secara periodik dan eventual juga terjadi kepunahan secara besar-besaran akibat
aktivitas bumi, dan iklim.
2.2 Tingkat Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati terjadi dengan tingkatan mulai dari organisme yang rendah
hingga tingkat organisme yang tinggi. Tingkatan tersebut ialah sebagai berikut :
1. Tingkat Gen
Keanekaragaman tingkat ini disebabkan variasi gen atau struktur gen dalam
suatu spesies makhluk hidup. Gen sendiri merupakan faktor pembawa sifat keturunan
yang dapat dijumpai di dalam kromosom. Setiap susunan gen akan memberi
penampakan, baik anatomi maupun fisiologi pada setiap organisme. Bila susunannya
berbeda maka penampakannya pun akan berbeda pada satu sifat atau bahkan secara
keseluruhan.
Keanekaragaman ini cukup mudah dikenali dengan ciri-ciri yang memiliki
variasi, nama ilmiah yang sama, serta perbedaan morfologi yang tidak terlalu
mencolok. Biasanya keanekaragaman hayati tingkat gen disebut sebagai varietas.
Contoh keanekaragaman hayati tingkat gen pada tumbuhan :
 Padi ( Oryza Sativa ) dengan varietas padi rojolele, padi ciherang, padi
ciliwung, dll.
 Mangga ( Mangifera Indica ) dengan varietas mangga arumanis,
mangga manalagi, mangga golek, dll.
 Durian ( Durio Zibethinus ) dengan varietas durian petruk, durian
bawor, durian montong, dll.
Contoh keanekaragaman hayati tingkat gen pada hewan :
 Anjing ( Canis Familiaris ) dengan ras anjing golden retrieve, anjing
bulldog, anjing german sheperd, dll.
 Kucing ( Felis Catus ) dengan ras kucing anggora, kucing persia,
kucing sphinx, dll.
 Sapi ( Bos Taurus ) dengan ras sapi bali, sapi madura, sapi fries
holland, dll.
Dalam keanekaragaman hayati tingkat gen, peningkatan dapat terjadi lewat
persilangan alias hibridisasi antar organisme atau spesies dengan sifat berbeda serta
pembudidayaan hewan dan tumbuhan liar oleh manusia.
2. Tingkat Spesies
Keanekaragaman satu ini dapat ditemukan pada komunitas atau kelompok
berbagai spesies makhluk hidup dalam genus atau famili yang sama di suatu tempat.
Biasanya semakin jauh dari kehidupan manusia, keanekaragaman tingkat spesies pun
semakin tinggi, misalnya di hitan.
Contoh keanekaragaman hayati tingkat spesies pada tumbuhan :
 Tingkat genus : Genus Citrus misalnya pada jeruk bali ( Citrus
Maxima), jeruk nipis ( Citrus aurantifolia ), dan jeruk manis ( Citrus
Nobilis ). Dan juga Genus Musa pada pisang buah ( Musa Paradisiaca )
dan pisang serat ( Musa Textilis ).
 Tingkat Family dibagi menjadi famili Poaceae pada padi ( Oryza
Sativa), jagung ( Zea Mays ), dan alang-alang( Imperata Cylindrical ).
Contoh keanekaragaman hayati tingkat spesies pada hewan :
 Tingkat genus dibagi menjadi genus Felis dan genus Bos. Genus Felis
di antaranya kucing leopard ( Felis Bengalensis ), kucing rumahan
( Felis Silvestris ), kucing hutan ( Felis Chaus ). Genus Bos pada sapi
berpunuk ( Bos Indicus ), sapi potong dan perah di Eropa ( Bos
Taurus), dan Sapi asli Indonesia ( Bos Sondaicus ).
 Tingkat Family, dibagi menjadi famili Bovidae pada sapi ( Bos ) dan
kerbau ( Bubalus ).

3. Tingkat Ekosistem
Keanekaragaman ini terjadi akibat perbedaan letak geografis yang
menyebabkan perbedaan iklim dan berpengaruh pada perbedaan suhu, curah hujan,
intensitas cahaya matahari, dan lamanya penyinaran matahari. Dengan banyaknya
perbedaan tersebut, flora dan fauna yang menempati suatu daerah akan bervariasi
pula.
Contoh keanekaragaman hayati tingkat ekosistem :
 Ekosistem lumut yang terletak di wilayah sekitar puncak gunung atau
di daerah dingin sekitar kutub dan di dominasi oleh tumbuhan lumut.
Hewan yang dapat dijumpai di dalamnya adalah hewan-hewan berbulu
tebal seperti beruang kutub.
 Ekosistem hutan hujan tropis yang ditumbuhi beragam flora dan fauna.
 Ekosistem laut yang di huni berbagai spesies ikan dan tumbuhan laut
seperti rumput laut, dll.
2.3 Manfaat Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati sangat penting bagi kelangsungan dan kelestarian makhluk
hidup. Keanekaragaman dapat terjadi akibat proses evolusi dan adaptasi. Evolusi adalah
perubahan yang terjadi dalam waktu lama yang akan membentuk makhluk hidup berbeda
dengan asalnya sehingga menimbulkan spesies baru. Sedangkan adaptasi adalah proses
penyesuaian diri terhadap lingkungan yang berbeda dan akan menghasilkan makhluk hidup
yang berbeda pula.
Misalnya saja burung galatik yang hidup di kepulauan Galapagos, pada mulanya
burung ini berasal dari tempat yang sama di amerika selatan. Oleh karena hidupnya
berpindah-pindah dan menghuni tempat yang berbeda, lama kelamaan paruh burung galatik
mengalami perubahan sesuai dengan kondisi lingkungannya yang baru.
keanekaragaman hayati di bumi memiliki manfaat yang vital bagi berlanjutnya hidup
seluruh makhluk. Keragaman hewan dan tumbuhan serta organisme di bumi memenuhi
segala macam kebutuhan yang diperlukan oleh kita sebagai manusia. Kebutuhan yang
dipenuhi oleh ketiganya tak hanya mencakup kebutuhan primer, tetapi juga kebutuhan
sekunder. Adapun manfaat keanekaragaman hayati dalam bidang pangan dan sandang,
ekologi, farmasi, serta ilmu pengetahuan dan teknologi:
1. Bidang Pangan Sandang
Pangan adalah salah satu hal yang wajib dilakukan seluruh makhluk hidup
yang ada di bumi agar hidupnya terus berjalan. Keanekaragaman hayati memiliki
manfaat sebagai bahan pangan yang berguna untuk pemenuh energi dan nutrisi.
Makhluk hidup khususnya manusia wajib memiliki energi yang cukup untuk
melakukan aktivitas mereka.
Sesuai suatu penelitian, negara kita setidaknya punya ratusan jenis tanaman
penghasil bahan pangan seperti sayur dan buah. Tercatat 400 spesies penghasil buah
dan 370 spesies penghasil sayuran serta 55 penghasil rempah dan yang lainnya.
Manusia dapat memperoleh sumber karbohidrat dari jagung, gandum dan berbagai
jenis umbi seperti talas.
Keanekaragaman hewan pun tak kalah menakjubkan karena disini tinggal
ratusan spesies hewan penghasil daging. manusia dapat memenuhi kebutuhan
proteinnya dari hasil hewan yaitu telur dan daging ikan serta aneka hewan laut yang
lain. Pemenuh gizi dan mineral akan didapatkan dari berbagai jenis buah dan sayur
seperti sayur bayam dan buah jeruk. Tak hanya itu saja, susu dan air kelapa juga akan
menambah asupan protein yang dibutuhkan oleh tubuh manusia.
Selain itu beberapa jenis kayu memiliki manfaat bagi kepentingan masyarakat
Indonesia maupun untuk kepentingan ekspor, misalnya saja kayu jati jika di ekspor
akan menghasilkan devisa bagi negara. Beberapa tumbuhan juga dapat dimanfaatkan
sebagai obat-obatan dan kosmetika (Tumbuhan yang kerap digunakan untuk bahan
kosmetik yaitu lidah buaya, pandan dan aneka bunga seperti mawar dan melati).
2. Ekologi
Keanekaragaman hayati merupakan komponen ekosistem yang sangat penting,
misalnya pada hutan hujan tropis dengan nilai ekologis atau nilai lingkungan yang
sangat berperan pada kelangsungan mahluk hidup di muka bumi, diantaranya:

 Berperan sebagai paru-paru bumi. Kegiatan fotosintesis pada hutan hujan tropis
dapat menurunkan kadar karbondioksida (CO2) di atmosfer, yang berarti dapat
mengurangi pencemaran udara dan mencegah efek rumah kaca.
 Menjaga kestabilan iklim global, yaitu mempertahankan suhu dan ke lembaban
udara. Selain berfungsi menunjang kehidupan manusia, keanekaragaman hayati
memiliki peranan dalam mempertahankan keberlanjutan ekosistem. Masing-
masing jenis organisme memiliki peranan dalam ekosistemnya. Peranan ini tidak
dapat digantikan oleh jenis yang lain. Sebagai contoh, burung hantu dan ular di
ekosistem sawah merupakan pemakan tikus. Jika kedua pemangsa ini
dilenyapkan oleh manusia, maka tidak ada yang mengontrol populasi tikus.
Akibatnya perkembangbiakan tikus meningkat cepat dan di mana-mana terjadi
hama tikus.

3. Farmasi
Tumbuhan yang dapat dijadikan obat tumbuh sebanyak 940 jenis spesies di
Indonesia dan 250 diantaranya menjadi obat herbal. Aneka tumbuhan yang biasa
dipakai untuk obat yaitu pohon kina dengan fungsi sebagai obat penyakit malaria
karena kandungan alkaloidnya. Selain itu ada pula buah mengkudu yang memiliki
peran penurun tekanan darah yang tinggi.
Tak hanya itu saja, daging dari hewan buas dengan bisa yaitu ular juga
bermanfaat untuk obat kulit seperti kulit gatal. Contoh lain yaitu madu yang dipercaya
akan meningkatkan daya tahan tubuh siapa pun yang meminumnya.

4. Ilmu Pengetahuan & Teknologi


Kekayaan aneka flora dan fauna sudah sejak lama dimanfaatkan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan. Hingga saat ini masih banyak hewan dan tumbuhan
yang belum dipelajari dan belum diketahui manfaatnya. Dengan demikian keadaan ini
masih dapat dimanfaatkan sebagai sarana pengembangan pengetahuan dan penelitian
bagi berbagai bidang pengetahuan.

2.4 Keanekaragaman Hayati Di Indonesia

Pada dasarnya setiap negara sudah memiliki keanekaragamannya masing-masing,


sehingga baik itu flora atau fauna yang ada pada suatu negara tak selalu sama. Menurut
beberapa sumber, di Indonesia, keanekaragaman dibagi menjadi dua, yaitu keanekaragaman
hayati flora dan fauna.

1. Flora
Keanekaragaman flora di Indonesia sangatlah banyak, tetapi ada salah satu
flora asli Indonesia yang namanya sudah terkenal hingga ke luar negeri,
yaitu Rafflesia Arnoldii atau lebih dikenal oleh banyak orang dengan sebutan “bunga
bangkai”. Tumbuhan itu biasanya ditemukan di hutan Sumatera. Namun, karena
bentuk negara yang berupa kepulauan, menyebabkan penyebaran flora di Indonesia
tidak merata, misalnya saja jumlah hutan di pulau Kalimantan, Papua, dan Sumatera
berbeda dengan hutan di pulau Jawa, Kepulauan Sunda, Maluku, dan Sulawesi.

2. Fauna
Fauna Indonesia pada dasarnya dibagai berdasarkan
garis Wallace dan Weber. Dari kedua garis itu, fauna Indonesia dibagi menjadi tiga
wilayah, yaitu Australian, Oriental, dan Peralihan.
 Fauna Australian berada di daerah Papua dan pulau-pulau disekitarnya, hewan
yang termasuk fauna Australian adalah burung cendrawasih.
 Fauna Oriental dapat ditemukan pada wilayah Jawa, Bali, Sumatera, dan
Kalimantan. Seperti Badak Sumatera, Gajah, Banteng, dan sebagainya. Tidak
hanya berbadan besar, ada juga hewan burung, seperti Elang Jawa, Jalak Bali.
 Fauna Peralihan yang letak wilayahnya berada di daerah Tengan kepulauan
Indonesia, seperti Kepulauan Nusa Tenggara dan Sulawesi adapun hewan
yang ada di bagian tengah Indonesia, misalnya rangkok Sulawesi, Maleo, dan
Anoa.

2.5 Upaya Pelestarian Hayati


Seluruh makhluk hidup di bumi sudah seharusnya dijaga dengan segala upaya
agar kelestariannya terjaga. ada dua metode yang kerap digunakan yakni metode
insitu dan metode eksitu.

1. Metode Insitu
Metode Insitu adalah sebuah upaya pelestarian dari keanekaragaman hayati, yang
mana langsung dilakukan pada tempat dari flora dan fauna itu berada. Biasanya
dilakukan dengan pembuatan suaka marga satwa, cagar alam, hutan suaka alam dan
taman nasional:

 Suaka marga satwa merupakan sebuah upaya perlindungan terhadap ekosistem


yang dinilai mempunyai keunikan. Keunikan tersebut berisi berbagai jenis
flora serta fauna yang wajib untuk dilindungi.
 Taman nasional merupakan sebidang tanah yang memperoleh perlindungan
mutlak pemerintah. Tanah ini biasanya isinya adalah ekosistem- ekosistem
terlindungi.
 Cagar alam merupakan keadaan alam yang memiliki sifat khas berasal dari
flora maupun fauna di dalamnya. Cagar alam juga mempunyai ekosistem yang
wajib untuk dilindungi.
 Hutan suaka alam merupakan hutan yang mempunyai ekosistem terlindungi di
dalamnya. Hutan suaka alam pun biasa dikenal dengan nama hutan lindung.

2. Metode Eksitu
Metode eksitu adalah metode pelestarian dari keanekaragaman hayati yang
dilakukan menggunakan cara pengambilan fauna serta flora dari wilayah aslinya.
Tujuannya konservasi, perlindungan, dan pengembangbiakan.
Metode ini dilakukan ketika ekosistem dari tempat flora dan fauna tersebut
tinggal sudah hancur total maupun rusak, sehingga membutuhkan waktu agar dapat
ditinggali kembali. Dalam metode eksitu, ada beberapa cara, yaitu menggunakan
kebun binatang, taman safari, serta taman hutan raya.

Anda mungkin juga menyukai